RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 279-297 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret
PRIORITAS ASPEK-ASPEK TIPOLOGI LINGUISTIK PADA PEMETAAN MASALAH-MASALAH KEBAHASAAN Mirsa Umiyati Universitas Warmadewa
[email protected] Abstrak Tulisan ini memberikan tinjauan teoretis mengenai kajian tipologi linguistik yang dibedakan dari kajian tipologi bahasa secara struktural yang selama ini lebih akrab di kalangan linguis. Fokus penjabaran teoretis dimaksud adalah penjabaran prinsip-prinsip kerja kajian tipologi linguistik sampai dengan jabaran aspek-aspek tipologi linguistik bahasa Lokal di Indonesia yang diprioritaskan untuk dikaji. Instrumen penjaringan data lapangan, proses identifikasi sampai pemetaan masalah pada aspek ini juga dijabarkan untuk memberi jawaban dari suatu pertanyaan, Bagaimana paradigma teori tipologi linguistik melihat bahasa sebagai objek dan bagaimana melakukan penelitian pada tipologi linguistik pada bahasa manusia untuk mencapai keuniversalan bahasa? Jabaran pemetaan masalah ranah ini juga disertai dengan jabaran solusi dan strategi menjawab pemetaan masalah-masalahnya. Pada akhirnya, tulisan ini menyimpulkan suatu rumusan tentang kontribusi kajian tipologi linguistik dalam mendesain riset proses dan produk aspek kebahasaan terutama bahasa-bahasa lokal di Indonesia. Kata Kunci: tipologi bahasa, tipologi linguistik, prinsip dan param eter keuniversalan. Abstract This paper provides an overview of the theoretical study of linguistic typology which is distinguished from structural study of language typology that had been more familiar among linguists. The focus of theoretical elaboration in question is the translation of the principles of linguistic typology study work until the elaboration of aspects of linguistic typology local languages in Indonesia are prioritized for review. Instruments crawl field data, the identification process until the mapping problem on this aspect are also elaborated to give an answer to a question, How is the paradigm theory of linguistic typology see language as an object and how to conduct research on linguistic typology on achieving the universality of the human languages?. The descriptions of Mapping problem domains. It is also accompanied by the elaboration of solutions and strategy mapping problems. This paper formulates a definition of the contribution of linguistic typology studies in research design process and product aspects of language, especially in Indonesian local languages. Keywords: language tipology, linguistic typology, principle and parameter of universality.
1. PENDAHULUAN
Indonesia, kajian tipologi linguistik akan
Dengan jumlah kuantitatif bahasa di
menjadi magnet tersendiri yang sangat
dunia yang sangat fantastis menurut SIL
menarik untuk dijadikan landasan teori un-
yaitu 6703 bahasa di dunia (Grimes, 1996),
tuk membedah sejumlah masalah-masalah
maka kajian tipologi bahasa menjadi
kebahasaan yang ada. Yang harus digaris-
cabang ilmu linguistik yang tepat untuk
bawahi adalah, kajian tipologi tidak dapat
membedah dan menyelidiki bahasa-bahasa
dipisahkan dari ilmu bahasa secara umum
di dunia dimaksud. Bila diperhatikan,
dan ilmu linguistik secara khusus. Mes-
keragaman bahasa-bahasa lokal yang ada di
kipun demikian, kajian tipologi linguistik
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 280
harus dipisahkan dari kajian tipologi baha-
-urutan kata dasar seharusnya paling tidak
sa yang memiliki penekanan yang berbeda.
didistribusikan secara merata diantara ba-
Satu hal yang harus dicatat adalah,
hasa-bahasa di dunia, sekitar 16,6 % untuk
meskipun bahasa-bahasa di dunia pasti
setiap urutan kata dasar yang ada.
memiliki perbedaan-perbedaan, pasti ada
Lebih lanjut, para ahli tipologi lin-
properti-properti tertentu yang membuat
guistik membandingkan dua atau lebih
bahasa-bahasa di dunia dikenali dalam satu
properti-properti struktural dengan pan-
kategori bahasa manusia. Oleh karena itu,
dangan untuk menentukan apakah ada sua-
pasti ada suatu kesatuan yang mendasari
tu hubungan (penting menurut statistik)
bahasa manusia. Ada linguis yang secara
antara properti-properti ini dan, jika ya,
langsung mencurahkan perhatiannya untuk
seberapa kuat hubungan itu. Contohnya,
mengungkap
urutan kata dasar telah dibandingkan
kesatuan
ini
dengan
mempelajari variasi struktural yang sangat
dengan
banyak ditemukan dalam bahasa-bahasa
preposisi-preposisi, atau posposisi.Bahasa-
dunia.Para linguis ini dikenal sebagai ahli
bahasa yang dimulai dengan verba (atau
tipologi linguistik. Penyelidikan yang para
bahasa -bahasa yang verbanya berada pada
ahli ini lakukan terhadap variasi antar-
posisi pertama dalam kalimat, seperti VSO
bahasa disebut tipologi linguistik, atau ti-
dan VOS) selalu dilengkapi dengan prepo-
pologi. Contohnya, setelah mengamati ek-
sisi-preposisi, bukan dengan posposisi. Ini
sistensi dari keenam urutan dasar yang
berarti bahwa susunan kalimat yang diawa-
mungkin secara logika dalam bahasa-
li dengan verba tidak terjadi bersamaan
bahasa di dunia, para ahli tipologi linguis-
dengan posposisi.
tik
akan
mengajukan
kemunculan
(atau
ketiadaan)
pertanyaan-
Penemuan ini berisi satu properti
pertanyaan seperti: bagaimana distribusi
penting bahasa manusia dimana properti itu
nyata dari keenam urutan kata dasar dalam
mewakili batasan pada variasi yang mung-
bahasa-bahasa di dunia?,
apakah setiap
kin terjadi dalam suatu bahasa: tidak ada
urutan kata dasar didistribusikan secara
bahasa yang diawali dengan verba yang
merata ke dalam bahasa-bahasa di dunia?,
diprediksi memiliki posposisi. Tidak ada
jika tidak, apakah frekuensi dari setiap uru-
alasan mengapa dua properti independen
tan kata dasar?, dan urutan kata dasar yang
yaitu urutan kata dasar serta kemunculan
mana yang paling banyak atau sedikit ter-
preposisi
dapat pada bahasa-bahasa dunia?. Hal ini
dengan asumsi bahwa hadirnya urutan kata
menunjukkan bahwa pendistribusian urutan
dasar yang diawali verba mengimplikasi-
atau
posposisi
berhubungan
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 281
kan kemunculan preposisi. Secara logika,
domain). Pengertian tipologi bersinonim
seharusnya ada pula bahasa-bahasa yang
dengan istilah taksonomi (Mallinson dan
berawalan verba muncul bersama po-
Blake, 1981:3). Istilah teknis tipologi yang
sposisi, yang bukan merupakan kasus
telah masuk ke linguistik mempunyai
itu.Pertanyaan
pengertian
yang
secara
langsung
yang
merujuk
ke
dihadapi oleh para ahli tipologi linguistik
pengelompokan bahasa-bahasa berdasarkan
adalah, apakah korelasi semacam itu benar-
ciri khas tatakata dan tatakalimatnya.
benar ada.
Mallinson dan Blake (1981:3) mengatakan
Dalam istilah yang lebih umum, tugas
bahwa bahasa-bahasa dapat dikelompokkan
utama untuk para ahli tipologi linguistik
berdasarkan
batasan-batasan
adalah untuk mengidentifikasi dan men-
strukturalnya. Mereka juga menyebutkan
jelaskan properti-properti yang membuat
bahwa
tipologi
bahasa manusia seperti apa adanya. Pertan-
tipologi
yang
yaan itu juga dapat disampaikan dengan
pengelompokan luas berdasarkan sejumlah
cara yang berbeda: apakah yang dimaksud
fitur yang saling berhubungan.
yang
ciri
terkenal
berusaha
khas adalah
menetapkan
dengan bahasa manusia yang mungkin,
Di antara bentuk kajian tipologi
yang berlawanan dengan tidak mungkin?
periode awal dalam linguistik adalah
Tetapi, seperti yang telah didemonstrasikan
tipologi
berkaitan dengan pendistribusian urutan-
typology) seperti yang dilakukan oleh
urutan kata dasar (yaitu enam kemungkinan
Greenberg (1963) (lihat Mallinson dan
yang logis tentang urutan kata ditunjukkan
Blake, 1981). Kajian tipologi Greenberg
pada tingkatan yang berbeda dalam bahasa-
telah menunjukkan bahwa bahasa-bahasa
bahasa di dunia), para ahli tipologi linguis-
dapat dikelompokkan menurut urutan dasar
tik mungkin juga menyampaikan sebuah
subjek, objek, dan verba (S,O,V). Kajian
bentuk yang ringan atau sederhana atas
yang berusaha mencermati fitur-fitur dan
pertanyaan itu: apakah yang dimaksud
ciri khas gramatikal bahasa-bahasa di dunia
dengan bahasa manusia yang lebih mung-
kemudian membuat pengelompokan yang
kin, berlawanan dengan yang kurang
bersesuaian dengan parameter tertentu dan
mungkin?
dikenal dalam dunia linguistik sebagai kajian
2. KERANGKA TEORETIS Secara etimologis, tipologi berarti pengelompokan ranah (classification of
tataurutan
tipologi
kata
(word
linguistik
order
(linguistic
typology) atau kajian tipologi bahasa (language typology). Artawa (2013) mengemukakan bah-
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 282
wa dalam beberapa buku rujukan, istilah
tataurut
tipologi linguistik dan tipologi bahasa
linguistik Mallinson dan Blake, tipologi
kadang-kadang dipakai dalam pengertian
linguistik
yang sama. Jika dicermati lebih jauh, kedua
Dixon, dan lain sebagainya. Meskipun teori
istilah tersebut sesungguhnya mempunyai
tipologi linguistik itu dikemukakan oleh
pengertian
banyak
yang
berbeda.
Tipologi
kata
(Greenberg),
Comrie,
ahli
tipologi
tipologi
(untuk
linguistik
memudahkan,
linguistik, di satu sisi, merujuk ke teori-
penyebutannya dikaitkan dengan nama ahli
teori atau kerangka teoretis tipologi yang
yang mengembangkannya), namun tujuan
dikenal
Tipologi
utama ilmu tipologi linguistik tersebut pada
linguistik dapat dikatakan sebagai teori
dasarnya adalah sama. Comrie (1988)
yang dijadikan dasar pengkajian untuk
menyatakan
mengelompokkan
bahasa-bahasa
tipologi adalah untuk mengelompokkan
berdasarkan parameter tertentu. Di sisi lain,
bahasa-bahasa berdasarkan sifat-perilaku
tipologi bahasa berarti kelompok-kelompok
struktural
bahasa
tersebut.
bahasa yang kurang lebih mempunyai ciri-
pokoknya
adalah
untuk
ciri dan sifat perilaku gramatikal yang
pertanyaan: seperti apa bahasa x itu? Ada
sama. Sehubungan dengan itu, tipologi
dua asumsi pokok linguistik tipologi,
bahasa
yakni:
dalam
linguistik.
merupakan
hasil
pengkajian
berdasarkan teori tipologi linguistik.
bahwa
(a)
tujuan
semua
linguistik
Tujuan menjawab
bahasa
dapat
dibandingkan berdasarkan strukturnya; dan
Istilah tipologi linguistik juga sering mempunyai pengertian yang sama dengan
(b) ada perbedaan di antara bahasa-bahasa yang ada.
linguistik tipologi. Perbedaan kedua istilah
Berdasarkan pengkajian teori tipologi
ini hanyalah pada penekanannya. Tipologi
linguistik tersebut, para ahli berupaya
linguistik mempunyai pengertian sebagai
melakukan pengelompokan bahasa-bahasa
teori atau kerangka teoretis suatu bentuk
yang melahirkan tipologi bahasa. Bahasa-
kajian dalam linguistik yang menjadikan
bahasa
tipologi
kajian
bahasa bertipologi akusatif, ergatif, atau
pengelompokan (tipologi) dalam dunia
aktif. Dengan demikian, istilah bahasa
linguistik. Jika disebut linguistik tipologi,
akusatif, bahasa ergatif, atau bahasa aktif
penekanannya adalah pada linguistiknya;
merupakan sebutan tipologi untuk bahasa-
teori-teori atau model pengkajian linguistik
bahasa
untuk
bahasa.
gramatikal) mempunyai persamaan (lihat
linguistik
Comrie, 1989; Dixon, 1994; Artawa, 1998;
sebagai
penekanannya;
menemukan
berbicara
tentang
tipologi tipologi
dapat
yang
dikelompokkan
kurang
lebih
menjadi
(secara
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 283
Djunaidi, 2000b). Pentipologian bahasa-
yang diajukan pada akhir bagian sebe-
bahasa
sifat-perilaku
lumnya, para ahli tipologi linguistik harus
gramatikal tersebut untuk lebih jelasnya
melewati empat tahapan berikut ini dalam
sering pula disebut sebagai kajian tipologi
analisa tipologis: (i) identifikasi atas se-
gramatikal. Penyebutan ini dilakukan untuk
buah fenomena yang dipelajari; (ii) klasifi-
membedakannya
tipologi
kasitipologis terhadap fenomena yang se-
mendasarkan
dang diselidiki; (iii) formulasi dari (a) gen-
berdasarkan
dari
kajian
fungsional
yang
pentipologian
bahasa-bahasa
secara
eralisasi atas klasifikasi yang dibuat; dan
pragmatis atau berdasarkan fungsi bahasa
yang terakhir (iv) penjelasan dari generali-
sebagai alat komunikasi. Dengan demikian,
sasi tersebut.Pertama, para ahli tipologi lin-
dalam
tipologi
guistik harus menentukan apa yang akan
linguistik dapat dibedakan menjadi tipologi
mereka selidiki. Tentu saja, tidak ada bata-
gramatikal
fungsional
san teoritis atas properti-properti struktural
(Artawa, 1998; Jufrizal, 2004; Givon,
apa atau fenomena gramatikal apa yang
1984, 1990).
sebaiknya atau tidak boleh diteliti. Juga
Comrie (1988b) menyatakan bahwa tujuan
tidak ada pembatasan mengenai berapa
linguistik tipologi adalah untuk mengklas-
banyak properti yang harus diteliti secara
ifikasikan bahasa-bahasa berdasarkan prop-
simultan pada waktu yang telah diberikan.
erti
tersebut.
Beberapa ahli tipologi linguistik mungkin
Tujuan pokoknya adalah untuk menjawab
memilih satu fitur bahasa sebagai sebuah
pertanyaan : Seperti apakah bahasa X?.
objek penelitian, sedangkan yang lainnya
Kajian linguistik tipologi, menurut Comrie
mungkin memilih lebih dari satu bahasa
(1988b), mempunyai dua asumsi pokok,
dalam satu kali penelitian.
perkembangannya, dan
struktural
tipologi
bahasa-bahasa
yaitu (a) diasumsikan bahwa semua bahasa
Seorang ahli tipologi linguistik ha-
dapat dibandingkan berdasarkan strukturn-
rus berhati-hati dalam menentukan properti
ya, (b) diasumsikan juga bahwa ada perbe-
-properti mana yang dipilih untuk analisa
daan di antara bahasa-bahasa yang ada. Ba-
tipologis sehingga benar-benar layak untuk
hasa umumnya dibedakan menjadi bahasa
diteliti dibandingkan dengan sejumlah
yang bertipe akusatif, ergatif, dan akif.
properti yang lebih menarik atau lebih dikenal dibandingkan properti lainnya.
3. ANALISA TIPOLOGIS Untuk mencapai tahapan bertanya dan dengan harapan menjawab pertanyaan
Dengan kata lain, sejumlah properti lebih memungkinkan dibandingkan lainnya untuk
mengarah
pada
generalisasi-
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 284
generalisasi tipologis yang penting secara
terlebih dahulu apakah properti yang
linguistik. Contohnya, bandingkan properti
dipilih akan menjadi sebuah properti yang
tipologis dari urutan kata dasar dengan
signifikan secara tipologis atau tidak.
munculnya pertanyaan. Seperti yang telah
Ketika
sebuah
properti
(atau
ditunjukkan, seleksi dari urutan kata dasar
sejumlah properti) telah dipilih untuk anali-
sebagai sebuah properti tipologis telah
sa tipologis, tipe-tipe struktural sesuai
mengarah pada sejumlah besar pertanyaan
dengan properti (atau properti-properti) itu
dan masalah yang menarik baik secara teori
akan diidentifikasi atau dirumuskan sehing-
atau empiris.
ga bahasa-bahasa di dunia pada akhirnya
Bagaimana bila bahasa-bahasa di
dapat digolongkan ke dalam tipe-tipe terse-
dunia akan dibagi dalam dua tipologi: Grup
but. Dalam kasus urutan kata dasar, sebagai
pertama dengan bentuk pertanyaan, dan
contoh, enam tipe (yang mungkin secara
yang satu lagi tanpa bentuk pertanyaan.
logika)
Apa yang harus dipahami dari klasifikasi
bahasa dibagi dalam tipologi menurut tipe
tipologis yang biasa ini? Tampaknya tidak
urutan
banyak lagi yang harus dilakukan atau di-
Sejumlah bahasa akan dikelompokkan se-
pelajari tentang itu. Sulit untuk memba-
bagai SOV, yang lainnya VSO, dan begitu
yangkan bahwa klasifikasi tipologis ini
seterusnya. Identifikasi dari enam tipe uru-
banyak
memahami
tan kata dasar, serta penggolongan bahasa-
hakekat dari bahasa manusia – kecuali
bahasa dunia ke dalam tipe-tipe tersebut
klasifikasi ini barangkali diteliti berkaitan
akan membentuk tipologi linguistik urutan
dengan
struktural
kata dasar. Pendistribusian yang tidak
lainnya. Oleh karena itu, dalam satu hal,
merata dari keenam urutan kata dasar yang
tahap pertama dari analisa tipologis mung-
muncul dari penggolongan tipologis ini
kin tergantung pada intuisi atau pengha-
disimpulkan sebagai sebuah kecenderungan
yatan sang peneliti secara krusial sampai
yang berbeda terhadap SOV, dan SVO da-
pada sebuah tingkatan yang besar seperti
lam bahasa-bahasa dunia. Hal ini kemudian
halnya dalam jenis usaha ilmiah apapun.
digunakan sebagai generalisasi yang pent-
Lebih lanjut, tahap pertama dan kedua dari
ing atas tahap (iii) di atas yang mewakili
analisa
dil-
data terklasifikasi. Pendistribusian ini pada
aksanakan pada waktu bersamaan sampai
akhirnya juga akan mengarah ke pertan-
pada sebuah tingkat tertentu. Hal ini
yaan tentang mengapa ada kecenderungan
dikarenakan seseorang tidak mengetahui
kuat seperti tahap (iv). Pada tahap terakhir
digunakan
beberapa
tipologis
untuk
properti
mungkin
telah
diidentifikasi, kata
dasar
dimana yang
bahasa-
ditunjukkan.
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 285
ini, para ahli tipologi linguistik akan men-
(ii) bahasa-bahasa yang berawalan verba
coba untuk menjelaskan kecenderungan
beserta posposisi (misal, non-preposisi);
struktural yang dipertanyakan.
(iii) bahasa-bahasa yang tidak berawalan
Komentar-komentar serupa dapat dibuat
verba beserta preposisi (misal, medial-
untuk melihat korelasi antara urutan kata
verba atau final verba); dan terakhir (iv)
yang
preposisi-
bahasa-bahasa yang tidak berawalan verba
preposisi, yang telah ditunjukkan di bagian
beserta posposisi. Bahasa dunia kemudian
1.1.Pertama, bahasa-bahasa dunia diamati
akan digolongkan menjadi empat tipe.
berdasarkan urutan kata dasar pada satu
Hasilnya, semua tipe tersebut kecuali yang
sisi, dan adanya (atau tidak adanya) prepo-
ada dalam (ii) direpresentasikan dengan
sisi atau posposisi pada sisi lainnya. Ada
baik dalam bahasa-bahasa di dunia seperti
empat kombinasi logis berbeda dari 2 prop-
yang diilustrasikan oleh contoh-contoh
erti ini (2x2): (i) bahasa-bahasa yang be-
berikut
diawali
verba,
dan
rawalan verba beserta preposisi-preposisi; (1) Tzotzil (VOS & prepositions) a. ?i-s-pet lok’el ?antz ti t’ul-e CMP-3-carry away woman the rabbit-CLT ‘The rabbit carried away the woman.’ b. xchi?uk s-malal with 3-husband ‘with her husband’
(2) Yoruba (SVO & prepositions) a Bàbá ra bàtá Father bought shoese Father bought shoese.’ b. Ńí ọjà At market ‘at the market’
(3) Canela-Kraho (SOV & postpositions) (a). Hũmre te rop cakwĩn man PST dog beat ‘The man beat the dog.’ (b) Pu kam field in ‘in the field’
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 286
Penggolongan ini akan meningkat menjadi
TUK PENGAMBILAN CONTOH BA-
generalisasi: keberadaan urutan kata yang
HASA
berawalan verba mengimplikasikan mun-
Secara intuisi, cara terbaik untuk
culnya preposisi. Sebaliknya hal ini akan
mengungkap keuniversalan bahasa ba-
membutuhkan suatu penjelasan tentang
rangkali dengan meneliti seluruh bahasa-
mengapa hubungan implikasional ini mun-
bahasa dunia. Namun, untuk alasan-alasan
cul diantara urutan kata yang berawalan
yang jelas, sangat mudah untuk melihat
verba dengan preposisi.
mengapa mustahil untuk melakukan hal itu. Seperti yang kami tunjukkan di awal bab
ASUMSI-ASUMSI DAN MASALAH-
ini, ada sekitar 4.000 sampai 7.000 bahasa
MASALAH DALAM ANALISA TI-
yang saat ini diucapkan di dunia. Para ahli
POLOGIS
tipologi linguistik yang bersifat individu
Sedikitnya ada dua asumsi teoritikal
(atau bahkan sebuah tim dari para ahli ti-
yang harus dibuat dalam analisa tipologis:
pologi linguistik) tidak mampu mem-
cross-linguistic comparability dan uniform-
bandingkan bahasa-bahasa yang begitu
itarianism. Selain itu, sedikitnya ada dua
banyak dan membuat mereka tertarik.
masalah praktis bahwa para ahli tipologi
Ternyata, benar-benar mustahil untuk men-
linguistik harus menyampaikan dan jika
eliti semua bahasa-bahasa dunia karena
mungkin, membuat pernyataan-pernyataan
banyak bahasa yang telah punah, dimana
tegas tentang bagaimana mereka akan
hanya sebagian dari bahasa-bahasa itu yang
menghadapi atau yang telah mereka hadapi
meninggalkan sedikit catatan atau tidak
dalam penyelidikan tipologis bahasa. Ini
sama sekali, meskipun keberadaan bahasa-
adalah masalah-masalah language sampling
bahasa tersebut kita ketahui (misal, bahasa
dan data collection. Paling tidak, tampak
Arin, Assan, Kassitic, Illyrian, dan lain-
bahwa ketika kedua asumsi secara logika
lain). Mungkin ada banyak juga bahasa
dianggap tidak kontroversial, masalah-
yang bahkan tidak diketahui kalau bahasa-
masalah pengambilan sampel bahasa dan
bahasa itu pernah ada. Selanjutnya, dengan
pengumpulan data jauh dari kepastian, ma-
dialek-dialek yang berkembang dalam ba-
salah pengambilan sampel bahasa telah
hasa-bahasa yang berbeda sepanjang masa,
menarik perhatian para ahli tipologi lin-
akan ada juga bahasa ‘baru’ yang muncul.
guistik selama bertahun-tahun.
Jika tujuan seseorang adalah untuk meneliti semua bahasa di dunia, maka harus ada
PENDEKATAN-PENDEKATAN UN-
tempat untuk bahasa-bahasa baru ini dalam
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 287
penelitiannya.
utama dari pemakaian sampel-sampel ba-
Menurut batasan waktu, dana, ek-
hasa. Seperti yang ditunjukkan oleh Per-
sistensi dan deskripsi (Perkins 1989: 297),
kins (1989: 300) secara tepat, pengambilan
para ahli tipologi linguistik sering bekerja
sampel bahasa memiliki dua syarat saling
dengan rangkaian bahasa-bahasa
yang
bertentangan yang harus dipenuhi. Sebuah
dapat dikelola secara praktis atau apa yang
sampel bahasa harus memiliki sebanyak
biasa disebut sebagai sebuah sampel baha-
mungkin bahasa sehingga kesimpulan-
sa. Pada dasarnya, pertanyaan-pertanyaan
kesimpulan atau generalisasi-generalisasi
yang muncul adalah mengenai berapa ban-
apapun yang didapat dari sampel itu dapat
yak bahasa yang harus dimasukkan ke da-
diperluas ke dalam bahasa pada umumnya
lam sampel tertentu, dan bagaimana bahasa
dengan sebuah cara empiris. Pada saat yang
-bahasa harus diseleksi untuk sampel terse-
bersamaan sampel bahasa itu harus mem-
but. Beberapa peneliti selama bertahun-
iliki sedikit mungkin bahasa karena itulah
tahun telah menyampaikan hal ini serta
ide utamanya menggunakan sampel itu ter-
pertanyaan-pertanyaan terkait lainnya teta-
lebih dahulu. Berkaitan dengan persyaratan
pi tampaknya beberapa dari pertanyaan itu
kedua ini adalah resiko memasukkan lebih
‘sayangnya tetap tak terjawab’ (Croft 1995:
banyak bahasa setiap strata dari yang dibu-
89).
tuhkan,
sehingga
memperkenalkan
Bell (1978) adalah yang pertama
‘variabel-variabel yang tidak independen
kali mengangkat masalah pengambilan
dari afiliasi genetik dan lokasi’. Dalam
contoh bahasa untuk penelitian tipologi.
sampel-sampel yang digolongkan jumlah
Dalam karyanya yang sangat berpengaruh,
kasus yang diteliti bisa dikurangi dalam
ia menjelaskan peranan dari penggolongan
jumlah besar daripada jumlah kasus yang
dalam pengambilan sample bahasa (yaitu,
dibutuhkan dalam tipe-tipe sampel lainnya.
proses penempatan bahasa ke dalam strata
Ini menunjukkan dengan kuat bahwa
yang berbeda, misal, afiliasi genetik, lokasi
seseorang paling tidak secara prinsip dapat
geografis, tipe urutan kata, dan lain-lain)
mempelajari sifat bahasa manusia dari se-
dan
buah
mendiskusikan
penyimpangan-
sampel
dengan
sedikit
bahasa
penyimpangan genetik, wilayah dan biblio-
sebanyak yang didapat dari sebuah sample
grafi yang harus dihindari dalam pengam-
dengan banyak bahasa (Perkins 1989:298).
bilan sampling bahasa. Pertama,
pembahasan
Yang sama pentingnya adalah fakta Bell
bahwa penggolongan dalam pengambilan
mengarah pada keuntungan metodologis
contoh bahasa paling tidak secara prinsip
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 288
memastikan bahwa bahasa-bahasa yang
6), mampu untuk memilih ‘sampel terbaik
dipilih harus independen, dan ‘bukan kasus
dari sejumlah sampel yang potensial secara
-kasus yang identik yang seharusnya lebih
tepat karena dia menggunakan jenis teknik
tepat dianggap sebagai contoh-contoh yang
pengambilan contoh probabilitas yang di-
berbeda dari kasus yang sama’ (Perkins
golongkan ini.
1980: 60-61; 1992:124). Ini dikenal se-
Kedua, Bell (1978:145-149) mem-
bagai masalah kemandirian kasus yang sep-
butuhkan sampel-sampel bahasa untuk
ertiakan terlihat sekarang ini, mungkin te-
menjadi perwakilan dari distribusi nyata
lah menjadi masalah yang paling sulit yang
bahasa-bahasa di dunia secara akurat.Untuk
harus dihadapi oleh para ahli tipologi lin-
mencapai sebuah perwakilan sampel sema-
guistik dalam pengambilan contoh bahasa.
cam itu seseorang harus berupaya menga-
Bell (1978:127–9, 137–40) juga
tasi penyimpangan-penyimpangan pengam-
menekankan pentingnya probabilitas atau
bilan contoh tertentu. Secara spesifik dise-
pengambilan
butkan
contoh
secara
acak.
bahwa
penyimpangan-
Penggunaan probabilitas atau pengambilan
penyimpangan genetik dan wilayah harus
contoh secara acak tidak hanya memu-
dieliminasi dari sampel-sampel bahasa. Ba-
dahkan peneliti untuk menjalankan be-
hasa-bahasa dari sebuah keluarga bahasa
ragam pengujian untuk memastikan apakah
tunggal
penemuan mereka penting menurut statistik
struktural atau fitur-fitur yang sama dengan
(atau apakah mereka mempunyai kesem-
yang berkualitas baik dan telah diambil
patan). Tetapi penggunaan probabilitas ju-
dari sumber yang sama. Bahasa-bahasa ini
ga membuatnya mungkin ‘untuk mengukur
ditakdirkan
besarnya kesalahan dari sebuah sampel
properti struktural dari orang tua atau lelu-
yang
hur mereka.Selain itu, bahasa-bahasa dari
sederhana’
‘Mengevaluasi
resiko
(Bell [dari
1978:157).
memiliki
untuk
genetik
properti-properti
memiliki
properti-
kesalahan
akar-akar
yang berbeda juga
pengambilan contoh] yang terlibat dalam
diketahui
perbedaan-perbedaan dari sebuah sampel
struktural atau fitur-fitur ketika bahasa-
sampai pada populasi dari semua bahasa
bahasa ini telah lama saling berhubungan.
sangatlah diinginkan dalam memastikan
Dengan kata lain, fitur-fitur struktural
ketepatan hasil-hasil yang diperoleh dalam
mungkin hadir untuk membongkar batasan-
sebuah pengujian khusus sebuah teor-
batasan dari seluruh genetik yang berdam-
i’ (Perkins 1980: 59-60; 1992:127). Se-
pakdimana bahasa-bahasa ini dibagi oleh
bagai contoh, pastinya Tomlin (1986: 25-
aneka bahasa yang tidak saling berhub-
membagi
properti-properti
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 289
ungan atau paling tidak berasal dari ke-
dengan benar dari semua kelompok-
lompok kecil yang berbeda dalam sebuah
kelompok bahasa yang dikenal. Seandainya
keluarga. Wilayah pertemuan bahasa sema-
seseorang ingin meneliti konstruksi klausa
cam ini secara teknis disebut sebuah wila-
relatif pada lintas bahasa.
yah bahasa atau Sprachbund. Sebagai con-
Bila
sebuah
sample
tertentu
toh, bahasa Meso – America dilaporkan
mengandung terlalu banyak bahasa-bahasa
sebagai sebuah contoh Sprachbund yang
Eropa yang dihasilkan dari kelompok-
baik (Campbell, Kaufman dan Smith-Stark
kelompok atau keluarga-keluarga bahasa
1986).
lainnya, maka penggunaan pronomina -
Ada sejumlah fitur-fitur dari bahasa -bahasa
di
luar
wilayah
misal,
ingan atau penekanan tertentu yang lebih
kepemilikan nomina; penggunaan nomina-
banyak dari seharusnya dalam penelitian
nomina penghubung; sistem bilangan vi-
seseorang karena seperti yang telah kita
gesimal; urutan kata dasar akhir non verba;
bahas terlebih dahulu, penggunaan pro-
beberapa terjemahan semantik yang terse-
nominal-pronominal relatif sering dijumpai
bar luas; dll. Masing-masing properti yang
dalam bahasa-bahasa Eropa dan ternyata
dibagikan oleh bahasa-bahasa yang berkai-
jarang ditemui dalam bahasa-bahasa dunia
tan dengan warisan genetik umum atau
lainnya. Generalisasi apapun yang diambil
hubungan merupakan apa yang disebut
dari sampel itu pada akhirnya akan men-
‘kesempatan’
properti-properti
galami representasi berlebihan dari bahasa-
struktural yang tak terencana dari ke-
bahasa Eropa, serta perkiraan berlebihan
lompok-kelompok bahasa atau area-area
dari tipe pronomina relatif dalam teori uni-
bahasa (Comrie 1989:10). Properti-properti
versal tentang konstruksi-konstruksi klausa
ini harus dibedakan secara hati-hati dari
relatif. Sebalikya, bila sebuah kelompok
properti-properti yang sungguh-sungguh
bahasa kurang terwakili dalam sebuah sam-
mewakili keuniversalan bahasa, dan tidak
pel tertentu, maka ini berarti bahwa proper-
harus dianggap sebagai karakteristik dari
ti-properti struktural yang berkaitan dengan
bahasa manusia.Oleh karena itu, perlakuan
kelompok bahasa itu akan sebaliknya di-
khusus harus dilakukan untuk memastikan
anggap kurang penting dari semestinya,
bahwa kelompok-kelompok bahasa tertentu
dan kelompok-kelompok bahasa lainnya
tidak terwakili secara berlebihan (atau ku-
juga akan berakhir menjadi terwakili secara
rang–terwakili) dalam sampel-sampel ba-
berlebihan–bahkan bila itu hanya untuk
hasa, tetapi bahasa -bahasa itu diseleksi
membuat ukuran yang belum ditentukan
atau
itu:
pronomina relatif akan menjadi kepent-
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 290
dari sampel tersebut. Terlalu banyak baha-
sa-bahasa untuk sebuah sampel, yang san-
sa yang berasal dari sebuah Sprachbund
gat tergantung pada ada tidaknya deskripsi-
tunggal juga bisa dimasukkan ke dalam
deskripsi gramatikal atau tatabahasa. Tentu
sebuah sampel, dimana ada sebuah resiko
saja ini merupakan sebuah situasi yang tid-
salah penafsiran karena properti-properti
ak menguntungkan tetapi kadang-kadang
struktural keuniversalan bahasa yang meru-
tidak dapat dihindari. Sebagai contoh, ba-
pakan karakteristik dari Sprachbund itu.
hasa-bahasa
Indo-Eropa terdokumentasi
Bahaya ini tampak semakin besar
dengan sangat baik menurut keluasan dan
ketika seseorang menghadapi sebuah wila-
kedalamannya, sementara cakupan bahasa-
yah bahasa yang muncul jauh lebih besar
bahasa dari New Guinea dan Amerika Se-
dari yang biasa diketahui. Contohnya, di-
latan sangat kurang. Bahkan jika para ahli
yakini secara luas bahwa dahulu ada se-
tipologi
buah kecenderungan bahasa untuk bahasa-
sejumlah bahasa-bahasa yang mewakili
bahasa O (byek-) V (erba) untuk menem-
dari bahasa-bahasa New Guinea atau
patkan adjektiva-adjektiva pemodifikasi
Amerika Selatan dalam sampel-sampel
(atau A) sebelum nomina (atau N). Namun,
mereka, para ahli ini mungkin tidak akan
Dryer 91989: 274 – 5) menemukan bahwa
bisa mempunyai sejumlah akses yang
korelasi yang diakui antara OV dan AN
cukup ke bahasa-bahasa tersebut karena
berkaitan sekali dengan fakta bahwa ini
sebelumnya tidak ada cukup tata bahasa
merupakan pola yang dominan dalam baha-
yang tersedia dari bahasa-bahasa di daerah-
sa Eurasia–yang biasanya tidak terpikirkan
daerah ini. Hal ini merupakan sesuatu yang
untuk membentuk sebuah Sprachbund.
tidak mudah untuk diperbaiki, dan akan
Dryer menunjukkan bahwa kecenderungan
terus berlanjut untuk menciptakan sejumlah
dalam bahasa-bahasa dunia, ternyata meru-
distorsi atau ketegangan tertentu dalam
pakan pola yang berbeda yaitu OV dan
sampel-sample milik para ahli tipologi lin-
NA. Jadi representasi berlebihan atas baha-
guistik ‘bahkan disaat eksistensi dari ketid-
sa-bahasa Eurasia harus diamati secara hati
ak-seimbangan dan kerugiannya dikenali
-hati terhadap pembuatan sampel-sampel
[sic]’ (Comrie 1989:11).
bahasa.
linguistik
ingin
memasukkan
Para ahli tipologi linguistik mungPara ahli tipologi linguistik sering-
kin juga bekerja di suatu tempat dimana
kali mendapatkan diri mereka sendiri da-
tatabahasanya telah terpublikasikan sehing-
lam situasi yang tidak menyenangkan di-
ga tidak dapat dijangkau oleh mereka; con-
mana mereka dipaksa untuk memilih baha-
tohnya, perpustakaan-perpustakaan yang
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 291
mereka andalkan hanya memiliki bahasa-
dikatakan, generalisasi atau kesimpulan
bahasa Indo-Eropa atau Oseanik dan sedi-
apapun yang berdasarkan sampel-sampel
kit lainnya. Ini apa yang Bell (1978:145)
kemudahan semacam itu harus dianggap
sebut sesungguhnya sebagai penyimpangan
apa adanya – petunjuk-petunjuk atau
bibliografis. Bila penyimpangan semacam
penemuan-penemuan
ini tak terhindarkan dan ada dalam sebuah
berkaitan dengan pola-pola lintas bahasa,
sampel, maka paling tidak yang dapat dil-
atau keuniversalan bahasa – dan generali-
akukan
adalah
sasi atau kesimpulan itu harus mengalami
menyatakan secara terbuka eksistensi dari
verifikasi empiris lebih lanjut, atau revisi
masalah itu demi kepentingan para linguis
yang berdasarkan pada lebih banyak baha-
lainnya.
sa, atau sampel-sampel bahasa yang dibuat
oleh
seorang
peneliti
Untuk alasan-alasan sebelumnya
sebelumnya
yang
lebih layak.
yang pragmatis, para ahli tipologi linguistik
Bagaimana bahasa-bahasa kemudi-
seringkali memilih apa yang disebut con-
an dapat diseleksi dengan benar dari se-
venience atau opportunity samples (Bell
luruh
1978: 128). Mereka mungkin hanya me-
dunia? Bell (1978:145–9) mengemukakan
nyeleksi bahasa-bahasa yang mereka kenal
sebuah usulan khusus mengenai bagaimana
atau yang memiliki akses melalui deskripsi
hal ini dapat dicapai.Ia membuat sebuah
gramatikal atau konsultan-konsultan baha-
rentang waktu yang terkontrol secara acak
sa. Ternyata, sejumlah besar karya-karya
dari keterkaitan genetik selama3.500 tahun
tipologis yang inovatif berdasarkan sampel
sehingga semua bahasa-bahasa dunia dapat
-sampel kemudahan semacam itu (misal,
masuk ke dalam sejumlah kelompok-
Greenberg (1963b); Comrie (1976); Kee-
kelompok genetik yang dapat menentukan
nan dan Comrie (1977); Nichols (1986)
batasan, yang ternyata berjumlah total 478
inter alia). Kelemahan-kelemahan terlihat
kelompok. Sebagai contoh, kelompok ba-
jelas dalam sampel-sampel mereka mes-
hasa Indo-Eropa dianggap berisikan dua
kipun mereka tidak hanya memberikan
belas grup, sedangkan bahasa Australia
banyak pemahaman pada sifat bahasa
mempunyai sekitar dua puluh tujuh grup.
manusia, yang terus memainkan sebuah
Penggunaan rentang waktu yang terkontrol
peranan penting dalam penelitian tipologis.
dari 3.500 tahun, meskipun acak, ditujukan
Tetapi, seringkali, mereka juga mem-
bukan pada tingkatan yang kecil untuk
berikan kekuatan untuk penelitian yang
merefleksikan perbedaan genetik dalam
berskala besar selanjutnya. Tidak perlu
keluarga bahasa, atau kelompok bahasa
kelompok-kelompok
bahasa
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
di
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 292
(Bell 1978: 146).Semakin banyak ke-
Singkatnya, dalam sampel-sampel
lompok-kelompok genetik dalam keluarga
kecil dimana beberapa kelompok bahasa
bahasa atau kelompok bahasa, semakin
tidak dipertimbangkan, indepedensi kasus-
banyak pula perbedaan yang ditunjukkan
kasus yang dibutuhkan dari pengambilan
oleh keluarga atau kelompok bahasa terse-
contoh statistik tidak terjaga karena bahasa-
but. Contohnya, menurut perhitungan Bell,
bahasa mungkin saling tergantung satu
bahasa Niger-Kordofanian, dan bahasa
dengan yang lainnya, dengan beberapa di-
Amerind masing-masing berisikan 900 ba-
masukkan ke dalam, dan yang lainnya
hasa.Tetapi perbedaan genetik dari dua
dikeluarkan dari sampel akhir. Juga dalam
simpanan ini tidak dapat diperbandingkan,
kasus sampel-sampel yang besar, bahasa-
dimana bahasa Niger-Kordofanian tidak
bahasa yang dipilih mungkin tidak inde-
terlalu rumit secara genetis dibandingan
penden, dimana beberapa terhubung jauh
dengan bahasa Amerind. Kelompok bahasa
satu dengan yang lainnya atau berasal dari
Niger Kordofanian berisikan 44 grup, se-
wilayah bahasa yang sama. Oleh karena
dangkan kelompok bahasa Amerind di-
itu, baik validitas, dan ketergantungan dari
perkirakan berisikan 150 grup.
kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari
Oleh karena itu, mustahil, untuk
sampel-sampel
akan
dikompromikan
benar-benar terbebas dari variabel-variabel
seperlunya
sampel yang besar atau faktor-faktor yang
tidak ditegakkan dengan tegas dalam mem-
tergantung pada afiliasi genetik atau lokasi
buat sampel-sampel tersebut.
geografis.Pada kenyataanya, Dryer (1989:
Sembilan ratus bahasa dalam keluarga ba-
263) melangkah lebih jauh untuk menun-
hasa itu tersusun dengan pola SVO, dan
jukkan bahwa tidaklah mungkin untuk
seluruh bahasa dari sepuluh keluarga baha-
membuat sebuah sampel lebih dari sepuluh
sa lainnya merupakan SOV. Seperti yang
bahasa dari banyak bahasa bila seseorang
ditanyakan oleh Dryer, apakah kita me-
memutuskan
tegas
nyimpulkan dari pendistribusian ini bahwa
mengenai indepedensi kasus-kasus dalam
ada preferensi bahasa untuk SVO terhadap
pengambilan contoh bahasa (tetapi lihat
SOV? Tentu saja tidak. Justru kita akan
Perkins (1989: 308)). Tentu saja, sebuah
sampai pada kesimpulan bahwa SOV me-
sampel dari sepuluh bahasa sepertinya tid-
wakili sebuah preferensi bahasa dalam uru-
ak
generalisasi-
tan kata dasar. Dasar dari kesimpulan itu
generalisasi penting apapun mengenai sifat
sangat jelas.Fakta bahwa 900 bahasa dari
dari bahasa manusia.
1000 bahasa adalah SVO hanya merupakan
akan
untuk
bersikap
menghasilkan
jika indepedensi kasus-kasus
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 293
sebuah kesalahan sejarah non-bahasa. Sem-
pembahasan yang ditunjang oleh bukti-
bilan ratus bahasa ini merupakan SVO ka-
bukti empiris seperti telah dikemukakan di
rena, sebagai contoh, bahasa-bahasa ini ha-
atas, diketahui bahwa (1) fungsi gramatikal
rus telah mewarisi urutan kata dasar yang
verba berterima pada verba, dan pada se-
sama dari bahasa induknya. Ada 10 keluar-
bagaian adjektiva (sebagian adjektiva yang
ga SOV yang berhadapan hanya dengan
lain, (a) tidak bisa berfungsi predikatif atau
satu keluarga SVO. Perbedaan antara pref-
(b) bisa namun bersyarat); (2) Fungsi
erensi bahasa dan frekuensi -frekuensi
gramatikal adjektiva, selain berterima pada
nyata dari tipe-tipe bahasa adalah sesuatu
dirinya sendiri, juga berterima diemban
yang
tidak
oleh verba dan nomina sedangkan (3)
dikenali dan dibuat dalam kepustakaan ti-
Fungsi gramatikal nomina, selain nomina
pologis. Merupakan hal yang menarik un-
itu sendiri, hanya adjektiva yang dapat
tuk mengambil kesimpulan dari perbedaan
menempati fungsi yang sama (baik dalam
itu bahwa tidak ada preferensi linguistik
([a] proses nominalisasi maupun [b]sebagai
untuk SOV dan pengesampingan SVO.
leksem tunggal), sedangkan verba tidak
penting,
yang
seringkali
pernah bisa. Dari ilustrasi tabel di atas juga STUDI KASUS
dapat disimpulkan bahwa properti verba
Dalam penjabaran studi kasus aspek-aspek
berterima pada verba dan adjektiva, namun
tipologi linguistik yang menjadi prioritas
properti nomina tidak berterima untuk ver-
untuk dikaji, dideskripsikan studi kasus
ba dan adjektiva. Sedangkan properti
penipologian suatu Bahasa X berdasarkan
adjektiva berterima pada ketiganya. Secara
perilaku adjekitvanya dan bukan perilaku
lengkap rumusan perilaku dimaksud adalah
verba bahasa X sebagai kelas kata utama
sebagai berikut.
dalam kategorisasi kelas kata. Umiyati (2013) merumuskan tipologi Bahasa se-
(i) Jika A adalah adjektiva; B adalah nomi-
bagai berikut:
na; C adalah verba; A1 adalah perilaku gramatikal adjektiva; B1 adalah perilaku
(1). Aspek Rumusan Perilaku Gramat-
gramatikal nomina dan C1 adalah perilaku
ikal Adjektiva BI
gramatikal verba, maka
Dengan mencermati keseluruhan (ii) A < = > C.1 → PERILAKU VERBA MENYERUPAI ADJEKTIVA B < = > C.1 → PERILAKU NOMINA MENYERUPAI ADJEKTIVA C < = > C.1 → PERILAKU ADJEKTIVA MURNI
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 294
C < = > A.1 → PERILAKU ADJEKTIVA MENYERUPAI VERBA B < = > A.1 → PERILAKU NOMINA MENYERUPAI VERBA A < = > A.1 → PERILAKU VERBA MURNI C < = > B.1 → ≠ (TIDAK PERNAH TERJADI) A < = > B.1 → ≠ (TIDAK PERNAH TERJADI) B < = > B.1 → PERILAKU NOMINA MURNI (ii). Jika D adalah properti verba dan D1
ilaku gramatikal nomina; Jika F adalah
adalah perilaku gramatikal verba; Jika E
properti adjektiva dan F1 adalah perilaku
adalah properti nomina dan E1 adalah per-
gramatikal adjektiva maka:
(iii) E < = > D.1 → PERILAKU NOMINA MENYERUPAI VERBA (Bersyarat) F < = > D.1 → PERILAKU ADJEKTIVA MENYERUPAI VERBA (hanya pada sebagian adjektiva) D < = > D.1 → PERILAKU VERBA MURNI D< = > F.1 → PERILAKU VERBA MENYERUPAI ADJEKTIVA E < = > F.1→ PERILAKU NOMINA MENYERUPAI ADJEKTIVA F < = > F.1→ PERILAKU ADJEKTIVA MURNI F < = > E.1→ PERILAKU ADJEKTIVA MENYERUPAI NOMINA D < = > E.1→ ≠ (TIDAK PERNAH TERJADI) E < = > E.1 → PERILAKU NOMINA MURNI (2). Aspek Tipologi Properti Gramatikal
gramatikal yang sama dengan nomina (3). Adjektiva yang menunjukkan properti
Adjektiva Secara lintas bahasa, Dixon (2010) telah
gramatikal
merumuskan tipologi perilaku gramatikal
nominanamun dan verba
adjektiva
lintas
bahasa
yang
sama
dengan
berdasarkan
(4). Adjektiva yang mempunyai properti
kepemilikan dan atau keberterimaannya
gramatikal yang berbeda dari verba
atas sejumlah properti gramatikal. Hasil
dan nomina .
rumusan dimaksud membagi adjekitva da-
Keempat jenis tipologi bahasa tersebut
lam 4 (empat) kelompok bahasa, sebagai
dirangkum dalam tabel berikut (kemiripan-
berikut.
kemiripan tata bahasa serta perbedaan-
(1). Adjektiva yang menunjukkan properti
perbedaan antara kelas-kelas kata yang di-
gramatikal yang sama dengan verba
contohkan oleh jarak spasial).
(2). Adjektiva yang menunjukkan properti Tabel 7.1 Rangkuman Jenis Tipologi Bahasa BHS.A
NOMINA
BHS.B
NOMINA
ADJ
NOMINA
VERBA VERBA
NOMINA
BHS.C BHS.D
ADJ ADJ ADJ
VERBA VERBA
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 295
Dari keempat kelompok bahasa tersebut,
A. Adjektiva yang menunjukkan properti
adjektiva BI tidak menunjukkan perilaku
gramatikal yang sama dengan verba
yang mengarahkannya masuk dalam satu
B. Adjektiva yang menunjukkan properti
kelompok tertentu karena data empiris menunjukkan bahwa adjektiva BI terin-
gramatikal yang sama dengan nomina C. Adjektiva yang menunjukkan properti
fleksi properti gramatikal verba namun tid-
gramatikal
yang
sama
ak menunjukkan keberterimaannya atas
nomina,namun
properti gramatikal nomina. Satu-satunya
gramatikal yang sama dengan verba.
keberterimaan adjekitva BI atas nomina
D. Adjektiva yang mempunyai properti
adalah keberterimaannya terinfleksi aturan
gramatikal yang berbeda dari verba dan
sintaksis nomina. Aturan sintaksis dimak-
nomina.
menjalankan
dengan fungsi
sud berupa aturan gender dan penanda
E. Adjektiva yang menunjukkan properti
jumlah yang terealisasi dalam bentuk re-
gramatikal yang sama dengan verba,
duplikasi untuk menyatakan bentuk jamak
berbeda dengan properti gramatikal
atau plural. Dengan demikian, adjektiva BI
nomina namun terifleksi aturan sin-
tidak dapat dimasukkan dalam salah-
taksis yang sama dengan nomina, beru-
satu dari 4 (empat) tipe Bahasa, yaitu
pa aturan gender dan penanda jumlah.
bahasa A, bahasa B, bahasa C dan
bahasa D.
Dengan demikian, rumusan tipologi
bahasa berdasarkan kepemilikan properti
Berdasarkan penjabaran di atas, di-
gramatikal oleh adjektivanya, diusulkan
usulkan satu lagi kelompok bahasa yang
sebagai berikut (usulan ini sebagai revisi
mungkin dapat ditambahkan menjadi ke-
dari rumusan tipologi bahasa sebelumnya
lompok bahasa (E), yaitu kelompok bahasa
dalam tabel versi Dixon).
dengan
yang
Tabel Rumusan Tipologi Bahasa Berdasar-
memungkinkan berterima atas properti
kan Kepemilikan Properti Gramatikal oleh
gramatikal verba, namun tidak berterima
Adjektiva.
kepemilikan
adjektiva
atas properti gramatikal nomina, akan teta-
pi terinfleksi aturan sintaksis nomina berupa aturan gender dan penanda jumlah. Berdasarkan usulan tersebut, kelompok bahasa versi Dixon diusulkan untuk ditambahkan, sehingga pengelompokan bahasa dimaksud menjadi :
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 296
BHS.
NOMIN
AD
VERB
A BHS.
A NOMIN
J
A VERB
B BHS.
A
ADJ
A NOMIN
C BHS.
NOMIN
D BHS
A
ADJ
VERB
A
A
(properti)
(fungsi) ADJ
VERB A
NOMINA
E
ADJ
VERBA
(aturan
(propert
sintaksis)
i gramatikal) DAFTAR PUSTAKA
4. SIMPULAN Konsentrasi tipologi linguistik tertuju pada penelitian terhadap variasi di dalam berbagai bahasa, yang menjadi dasar ‘penelitian terhadap keuniversalan bahasa yang bertujuan untuk membuat batasanbatasan terhadap variasi dalam bahasa manusia. Perbedaan antara bahasa-bahasa dan dialek-dialek merupakan sebuah perbedaan yang sulit digambarkan tetapi tepat tumpuan kajian tipologi justru terletak pada hal ini untuk merumuskan keuniversalan bahasa yang tanpa pengecualian. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Mitra
Bestari
atas
masukan-
masukan yang telah diberikan untuk perbaikan substansi artikel saya ini.
Comrie, B. l978.Ergativity. In Lehman, W.D. (ed). Syntactic Typology: studies in the phenomenology of language, 329-354. Austin: The University of Texas. Comrie, B. 1981.Language Universals and Linguistic Typology. Oxford: Basil Blackwell. Comrie, B. 1988a. Coreference and conjuction reduction in grammar and discourse. In Hawkins, J. (ed). Explaining Language Universals. 186-208. New York: Basil Blackwell. Comrie, B. 1988b.Linguistic typology. In Newmeyer, F. J. (ed). Linguistics: The Cambridge Survey, Vol I. 447-467. Cambridge: Cambridge University Press. Croft, W. 1990. Typology and Universals. Cambridge: Cambridge University Press. Croft, W. 1991. Syntactic Categories and Grammatical Relations. Chicago: The University of Chicago Press. Faarlund, J. T. 1988. A typology of subjects. In Hammond, M., Moravcsik, E. and Wirth, J. (eds). Studies in Syntactic Typology, 193-207. Amsterdam: Benjamins. Foley, W. A. 1980. Toward a universal typology of the noun phrase.Studies in Language 4: 171-99. Foley, W. and Van Valin, R. D. 1984. Information packaging in the clause. In Shopen, T (ed). Language Typology and
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 297
Syntactic Description Vol 1, 282-364. Cambridge: Cambridge University Press. Greenberg, J. H. 1963. Some universals of grammar with particular reference to the order of meaningful elements. In Greenberg, J. H. (ed). Universals of Language 73-113. Cambridge: MIT Press. Hockett, C. F. 1963. The problem of language universals. In Greenberg, J. H. (ed). Universals of Language, 1-29. Cambridge: MIT Press. Keenan, E. L. 1987. Universal Grammar. London: Croom Helm. Mallinson, G. and Blake, B. J. 1981. Language Typology: cross-linguistic studies on syntax. Amsterdam: North-Holland. Ramat, P. 1987. Linguistic Typology. Berlin: Mouton de Gruyter. Shopen, T. (ed). 1985. Language Typology and Syntactic Description. Vol I, II, III. Cambridge: Cambridge University Press.
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668