RANCANGAN SISTEM INFORMASI PENCATATAN ASUHAN MEDIS PASIEN BERBASIS ELEKTRONIK DI RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma (Amd, PK) dari Program Studi DIII RMIK
Oleh : RAHMAWATI PUTRI D22.20122.01278
PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2015
i
HALAMAN HAK CIPTA
© 2015 Hak Cipta Karya Tulis Ilmiah ada pada Peneliti
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
FA INNA MA’AL US RI’USRAA “karena sesungguhnya setelah kesulitan pasti ada kemudahan” (Al-insyiroh : ayat 5)
“...Kesabaran adalah obat terbaik dari segala kesulitan...”
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepada : Allah SWT yang selalu memberi kemudahan dan kelancaran dalam mengerjakan tugas akhir ini Ayah Ibu tercinta, motivator terbesar dalam hidupku, karya mungil ini yang mungkin tidak seberapa jika dibandingkan dengan segala pengorbanan dan jasa-jasa yang telah kalian berikan kepadaku “Terima kasih ibu yang selalu membuatkan lemon tea favoritku dengan taburan cinta di dalamnya ketika semangatku mulai luntur di malam hari, i love you mom wish i’ll meet you again in jannah Allah” Kakak-kakakku tersayang Rani Puspa Indah dan Nurul Hidayah yang tak henti-hentinya selalu menyelipkan namaku dalam doanya Papah Arif selaku dosen pembimbing saya yang selalu sabar dan tidak lelah memberikan ilmu kepada saya Sahabat-sahabat terbaikku Pendos, Leonardo, Om, Meysa, Silpi, Ayak, Malika, Unying dan para fans di kampus :D yang selalu mengisi hari-hariku dengan canda tawa Kawan-kawan sejawat Sisfo jakun, ella, saripin, mas Rian makasi uda mau sharing masalah sistem terutama NORMALISASI hahahaaaa Buat TWAY, Tello Will Always Young Diah, Yuli, Manyun, Brian, Rifki, terima kasih atas support kalian selama ini Kawan-kawan seperjuangan RMIK 2012, akhirnya kita sampai pada titik ini sukses untuk kita semua, pengalaman terindah selama di Kampus ketika melihat kalian berjuang tiada lelah menanti dan menanti dosen untuk bimbingan di gedung C5 hahaha Salam toga!! :D Dan yang terakhir teruntuk sesorang yang masih misteri yang dijanjikan Allah SWT untukku, terima kasih sudah menanti disana dan semoga kelak kita dipertemukan pada waktu yang indah v
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Rahmawati Putri
Tempat & Tanggal Lahir
: Semarang, 19 Februari 1994
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: JL. Dewi Sartika Barat II no 56 RT 10 / RW III Semarang
Riwayat Pendidikan : 1. SDN Petompon 07 Semarang tahun 2000 - 2006 2. SMPN 05 Semarang tahun 2006 - 2009 3. SMAN 07 Semarang tahun 2009 - 2012 4. Program Studi D-III RMIK Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2012 - 2015
vi
Course of Study Medical Record and Health Information Health Faculty Dian Nuswantoro University Semarang 2015 ABSTRACT THE DESIGN INFORMATION SYSTEMS DOCUMENTATION OF MEDICAL UPBRINGING ELECTRONIC BASED IN RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG TAHUN 2015 RAHMAWATI PUTRI Permata Medika Semarang Hospital is a hospital are the type C plus which are often refer patients to the hospital type A and B. But , a given patient medical information to the hospital referred only the referral letter that contains the diagnosis of disease , therapy that given , and supporting the results of investigation course. Then, needs to be make the design information systems documentation of medical upbringing electronic based to fulfill these needs. Information systems that could send information medical patient that a thorough in a fast manner , right , and accurate so that it can be used as the basis for planning the provision of health services by the hospital referred . The kind of research that is used is descriptive to describe a system of documentation medical upbringing electronic based by using the method the development of information systems that is a method of System Development Life Cycle. The result of this research is there are 12 form which shall contain data medical upbringing where in pencatatannya still use the manual .12 of the form will yield numerous reports that is the report of 10 large disease and the act of , the report is not communicable disease , the report on patient visits , the report on maternal and perinatal , integrated surveillance reports , the report on sex transmited disease and nosocomial infections . The number of obstacles to form a doctor at the time the process of recording , so the hope of a doctor is researchers capable of producing the design information systems documentation of medical upbringing electronic based who can help and facilitate a doctor in recording .The use of computers as tools already applied in the hospital , a system used each other has been integrated in different parts as TPPRJ , TPPRI , TPPGD , URI , the polyclinic , a cashier , an apothecary , and the other part. Conclusions from this research is making a design information systems documentation of medical upbringing data electronic based at Permata Medika hospital Semarang, so that efforts should be done by the hospital in the implementation record medical paper to electronic medical record is the commitment that both among medical workers concerned and a strong leadership to the success of the conversion of medical record , as well as readiness resources good energy , the time , and the funds . Keywords
: design information system, medical upbringing electronic data based
Bibliography
: 21 (1993-2013) vii
Program Studi D-III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2015 ABSTRAK RANCANGAN SISTEM INFORMASI PENCATATAN ASUHAN MEDIS BERBASIS ELEKTRONIK DI RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG TAHUN 2015 RAHMAWATI PUTRI Rumah Sakit Permata Medika Semarang merupakan Rumah Sakit bertipe C plus yang sering merujuk pasien ke Rumah Sakit tipe A dan B. Namun, informasi medis pasien yang diberikan kepada rumah sakit yang dirujuk hanya surat rujukan yang berisi diagnosa penyakit, terapi yang diberikan, dan hasil pemeriksaan penunjang saja. Maka perlu dibuat suatu rancangan sistem informasi pencatatan asuhan medis berbasis elektronik untuk memenuhi kebutuhan tersebut, supaya informasi yang diberikan lengkap dan menyeluruh. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif untuk menggambarkan sistem pencatatan asuhan medis berbasis elektronik dengan menggunakan metode pengembangan sistem informasi yaitu metode SDLC (System Development Life Cycle). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 12 formulir yang memuat data asuhan medis dimana dalam pencatatannya masih menggunakan sistem manual. Dari 12 formulir tersebut akan menghasilkan berbagai laporan yaitu laporan 10 besar penyakit dan tindakan, laporan penyakit tidak menular, laporan kunjungan pasien, laporan maternal dan perinatal, laporan surveilans terpadu, laporan sex transmited disease dan infeksi nosokomial. Banyaknya jumlah formulir menjadi kendala dokter pada saat proses pencatatan, sehingga harapan dokter adalah peneliti mampu menghasilkan sebuah rancangan sistem informasi pencatatan auhan medis berbasis elektronik yang bisa membantu dan memudahkan dokter dalam pencatatan. Penggunaan komputer sebagi alat bantu sudah diterapkan di rumah sakit tersebut, sistem yang digunakan sudah saling terintegrasi di berbagai bagian seperti TPPRJ, TPPRI, TPPGD, URI, poliklinik, kasir, apotek, dan bagian lainnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah membuat suatu rancangan sistem informasi pencatatan data asuhan medis berbasis elektronik di Rumah Sakit Permata Medika Semarang, sehingga upaya yang sebaiknya dilakukan oleh pihak rumah sakit dalam implementasi rekam medis kertas ke rekam medis elektronik adalah adanya komitmen yang baik antar tenaga medis yang bersangkutan dan kepemimpinan yang kuat guna keberhasilan konversi rekam medis, serta kesiapan sumber daya baik tenaga, waktu, dan dana. Kata kunci
: rancangan sistem informasi, data asuhan medis berbasis elektronik
Kepustakaan
: 21 buah (1993-2013)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah, rahmat dan hidayah-NYA peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Rancangan Sistem Informasi Pencatatan Asuhan Medis Berbasis Elektronik di Rumah Sakit Permata Medika Semarang tahun 2015. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Dr.dr. Sri Andarini Indraswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Arif Kurniadi, S.Kom selaku Ketua Program Studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang dan sekaligus pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini. 3. Suharyo, M.Kes selaku ketua penguji akademik 4. Maryani Setyowati, M.Kes selaku penguji I akademik 5. Sri Wahyuni selaku pembimbing lapangan di RS Permata Medika Semarang. 6. Segenap Staf Rekam Medis RS Permata Medika Semarang. 7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Sehingga saran dan kritik yang membangun diharapkan guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya
Semarang,
Agustus 2015
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul
i
Halaman Hak Cipta
ii
Halaman Persetujuan
iii
Halaman Pengesahan
iv
Halaman Persembahan
v
Riwayat Hidup
vi
Abstract
vii
Abstrak
viii
Kata Pengantar
ix
Daftar Isi
x
Daftar Tabel
xiii
Daftar Gambar
xiv
Daftar Lampiran
xv
BAB I : PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Permasalahan
4
C. Tujuan Penelitian
5
D. Manfaat Penelitian
5
E. Lingkup Penelitian
6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
7
A. Definisi Rekam Medis
7
B. Manfaat Rekam Medis
7
C. Jenis-jenis Formulir Rekam Medis Rawat Inap
9
D. Undang-undang Praktik Kedokteran
11
E. Electronic Health Record (EHR)
12
F. Kebijakan dan Startegi Pengembangan SIKNAS
13
G. Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik
27
x
H. Permenkes tentang Kewajiban membuat SIMRS
29
I. Pengembangan Sistem Informasi
31
J. System Development Life Cycle (SDLC)
31
K. Konsep Data Based Management System (DBMS)
37
L. Prinsip Perancangan Database
40
M. Alat Perancangan Sistem Informasi
42
N. Kerangka Teori
52
O. Kerangka Konsep
53
BAB III : METODE PENELITIAN
54
A. Jenis Penelitian
54
B. Variabel Penelitian
54
C. Definisi Operasional
56
D. Subjek Penelitian
60
E. Objek Penelitian
60
F. Instrumen Penelitian
60
G. Pengolahan Data
61
H. Langkah-langkah Pengembangan Sistem Informasi
62
I. Analis Data
65
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
66
A. Gambaran Umum Rumah Sakit
66
B. Gambaran Umum Unit Rekam Medis
67
C. Hasil Penelitian
69
1. Sistem Pencatatan Data Asuhan Medis
69
2. Penggunaan Komputer dalam Pelayanan Kesehatan
69
3. Formulir Rekam Medis yang ditulis Dokter
72
4. Laporan yang Dihasilkan
72
5. Hasil Kuisioner Dokter
73
6. Kendala user
78
7. Harapan user
78
8. Bisnis Proses
79
9. Flow of Document sistem pencatatan yang sudah ada
82
10.Flow of Document sistem yang dirancang
86
11.Deskripsi Rancangan Sisfo Pencatatan Asuhan Medis Elektronik
89
12.Context Diagram Sistem Pencatatan Manual
91
13.Context Diagram Sistem yang dirancang
92
xi
14.Overview Diagram
93
15.Data Flow Diagram Levelled
94
a. Data Flow Diagram Level 0
94
b. Data Flow Diagram Level 1 Proses 2
95
c. Data Flow Diagram Level 1 Proses 3
96
16.Entity Relation Diagram
97
17.Transformasi Tabel
98
18.Normalisasi
100
19.Relasi Tabel
125
20.Kamus Data
126
21.Desain Interface Input
128
22.Desain Interface Output
132
D. PEMBAHASAN
133
BAB V : PENUTUP
136
1. Kesimpulan
136
2. Saran
137
DAFTAR PUSTAKA
139
xii
DAFTAR TABEL
3.1 Definisi Operasional
56
4.1 Kamus Data
126
xiii
DAFTAR GAMBAR
2.1
Kerangka Teori
52
2.2
Kerangka Konsep
53
4.1
Struktur Organisasi Unit Rekam Medis
68
4.2
Flow of Document Sistem Pencatatan Asuhan Medis yang sudah ada
82
4.3
Flow of Document Sistem Pencatatan Asuhan Medis yang dirancang
86
4.4
Context Diagram Sistem Pencatatan Asuhan Medis yang sudah ada
91
4.5
Context Diagram Sistem Pencatatan Asuhan Medis yang dirancang
92
4.6
Overview Diagram
93
4.7
DFD level 0
94
4.8
DFD level 1 proses 2
95
4.9
DFD level 1 proses 3
96
4.10 Entity Relation Diagram
97
4.11 Relasi Tabel
125
4.12 Menu Login
128
4.13 Menu Pendaftaran Pasien Rawat Inap
128
4.14 Menu Rawat Inap
129
4.15 Menu Visite DPJP
129
4.16 Menu Visite Dokter Konsultasi
130
4.17 Menu Hasil Pemeriksaan Penunjang
130
4.18 Menu Persetujuan Tindakan
131
4.19 Menu Tindakan
131
4.20 Menu Pasien Keluar
132
4.21 Menu Pengiriman Data Asuhan Medis Pasien
132
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Desain Formulir Laporan 10 Besar Penyakit 2. Desain Formulir Laporan 10 Besar Tindakan 3. Desain Formulir Lembar Masuk 4. Desain Formulir Visite Dokter 5. Desain Formulir Lembar Konsultasi 6. Desain Formulir Inform Consent 7. Desain Formulir Laporan Operasi 8. Desain Formulir Resume Medis 9. Pedoman Observasi 10. Kuisioner Dokter 11. Surat Ijin Penelitian di Rumah Sakit Permata Medika Semarang 12. SOP penerimaan pasien lama rawat jalan di bagian pendaftaran 13. SOP penerimaan pasien baru rawat jalan di bagian pendaftaran 14. SOP penerimaan pasien lama rawat jalan asuransi di bagian pendaftaran 15. Koding di bagian rekam medis 16. Pelaporan di bagian rekam medis 17. Distribusi laporan bulanan di bagian rekam medis 18. Penyampaian persetujuan tindakan medis di bagian rekam medis 19. Pencatatan dan pengisian rekam medis 20. Petunjuk teknis pengisian Formulir Rekam Medis 21. Formulir Lembar masuk dan keluar 22. Formulir resume medis 23. Formulir pengantar penderita dirawat inap 24. Formulir lembar konsultasi 25. Formulir perjalanan penyakit instruksi dokter 26. Formulir pemberian informasi 27. Formulir persetujuan tindakan kedokteran / kedokteran gigi 28. Formulir laporan operasi 29. Daftar visite dokter umum dan gigi 30. Daftar visite dokter spesialis
xv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan pengaruh yang besar bagi Indonesia, khususnya dalam bidang kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) di Indonesia sudah banyak yang menggunakan sistem informasi sebagai alat bantu dalam pemberian pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Sistem informasi adalah suatu sistem dalam organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur, dan pengendalian untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberti sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting serta menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan.[1] Salah satu bentuk implementasi dari perkembangan sistem informasi di bidang kesehatan adalah mulai digunakannya rekam medis elektronik atau sistem pencatatan medis dengan menggunakan komputer atau berbasis elektronik. Hal tersebut juga telah disebutkan pada Peraturan Menteri Kesehatan No.269/Menkes/PER/III/2008 dalam Bab II pasal 2 ayat 1 mengenai Jenis dan Isi Rekam Medis yang berbunyi “Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik”.[2]
1
2 Rekam medis elektronik atau istilah asingnya sering disebut dengan electronic health record (EHR) merupakan rekaman/catatan elektronik informasi terkait kesehatan (health-related information) seseorang yang mengikuti standar interoperabilitas nasional dan dapat dibuat, dikumpulkan, dikelola, digunakan dan dirujuk oleh dokter atau tenaga kesehatan yang berhak (authorized) pada lebih dari satu organisasi pelayanan kesehatan.
[3]
Kebutuhan data yang digunakan diantaranya adalah data riwayat penyakit pasien, data hasil laboratorium, data hasil pemeriksaan penunjang dan lainlain. Dokumen elektronik juga diatur dalam Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 tahun 2008 yaitu adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Dalam undang-undang tersebut juga disebutkan bahawa dokumen elektronik bisa menjadi alat bukti hukum yang sah. [4] Dengan
adanya
dokumen
elektronik
dapat
digunakan
untuk
mendukung pengembangan jaringan komputer Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online di Indonesia sebagaimana telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007. SIKNAS online mempunyai tujuan untuk mengintegrasikan semua komunikasi data
3 yang terfragmentasi ke dalam suatu jaringan serta menghapus hirarki antar instansi [5]. Rumah Sakit Permata Medika Semarang adalah salah satu Rumah Sakit yang telah menggunakan sistem informasi secara komputerisasi. Sistem yang digunakan saling berintegrasi di setiap bagian seperti Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap (TPPRI), Tempat Pendaftaran Pasien Gawat Darurat (TPPGD), Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ), Unit Rawat Inap (URI), Unit Rawat Jalan (URJ), laboratorium, Filing, dan kasir. Namun, informasi tersebut hanya memuat data dasar dan administratif saja. Pemanfaatan data dan informasi-informasi tersebut hanya digunakan oleh kalangan internal. Rumah Sakit dengan tipe C plus ini sering merujuk pasien ke Rumah Sakit tipe A dan B. Menurut survey awal yang dilakukan oleh peneliti, informasi medis pasien yang diberikan kepada Rumah Sakit yang dirujuk hanya surat rujukan yang berisi diagnosa penyakit, terapi yang telah diberikan, dan hasil pemeriksaan penunjang saja. Informasi klinis khususnya asuhan medis lengkap yang terekam dalam Dokumen Rekam Medis belum bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh para dokter yang menangani pasien, hal ini dikarenakan belum adanya sistem informasi klinis yang terintegrasi pada setiap fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan kondisi ini, maka peneliti tertarik untuk membuat suatu rancangan sistem informasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan mengambil judul “Rancangan Sistem Pencatatan Asuhan Medis Pasien berbasis elektronik di Rumah Sakit Permata Medika Semarang”. Dengan harapan rancangan sistem tersebut dapat digunakan sebagai alat komunikasi fasilitas pelayanan kesehatan antar lintas sektor sebagaimana telah diatur dalam Kementrian Kesehatan RI Undang-undang
4 Nomor 36 tahun 2009 tentang Informasi Kesehatan yang berbunyi “Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang diselenggarakan melalui sistem informasi dan lintas sektor” [6]. Adapun jenis-jenis dari formulir asuhan medis yang ditulis oleh Dokter di Rumah Sakit Permata Medika Semarang diantaranya adalah formulir Ringkasan masuk dan keluar, formulir resume medis, formulir pengantar penderita dirawat inap, lembar konsultasi, formulir perjalanan penyakit instruksi Dokter, formulir pemberian informasi, formulir inform consent, laporan operasi, surat kontrol, permohonan pulang paksa, daftar visite Dokter umum dan gigi, serta daftar visite Dokter spesialis.
B. Permasalahan Di Rumah Sakit Permata Semarang, dalam pencatatan asuhan medis oleh dokter masih dilakukan secara manual sehingga apabila pasien dirujuk atau pasien yang sebelumnya pernah berobat di Rumah Sakit Permata Medika Semarang akan berobat ke fasyankes yang lain tidak diberikan informasi yang lengkap dan menyeluruh mengenai tindakan medis yang pernah diberikan di fasyankes sebelumnya. Maka berdasarkan hal tersebut dapat menimbulkan pernyataan penelitian mengenai “Bagaimana rancangan sistem pencatatan asuhan medis berbasis elektronik di Rumah Sakit Permata Medika Semarang ?”
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menghasilkan suatu rancangan sistem pencatatan asuhan medis berbasis elektronik yang dapat digunakan antar fasyankes.
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui sistem pencatatan rekam medis, khususnya data asuhan medis di Rumah Sakit Permata Medika Semarang. b. Mengidentifikasi sejauh mana penggunaan komputerisasi dalam pelayanan kesehatan. c. Mengidentifikasi formulir-formulir rekam medis yang ditulis oleh Dokter. d. Mengidentifikasi laporan-laporan yang dihasilkan dari formulir-formulir tersebut. e. Mendeskripsikan kendala yang ditemui pada proses pencatatan asuhan medis. f.
Mendeskripsikan harapan Dokter jika digunakan EHR.
g. Membuat rancangan sistem pencatatan asuhan medis berbasis elektronik.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Agar dapat mengingkatkan pengetahuan dan ketrampilan dengan melakukan pengembangan diri terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat diaplikasikan ke dalam ilmu rekam medis.
6
2. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dan pertimbangan supaya Rumah Sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat serta menyediakan informasi data secara menyeluruh guna mengatasi masalah kesehatan.
3. Bagi Akademi Sebagai bahan masukan untuk pihak akademik tentang pentingnya pengetahuan dan keterampilan Electronic Health Record (EHR).
E. Lingkup Penelitian 1. Lingkup Kelilmuan Lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu rekam medis dan Informasi Rumah Sakit.
2. Lingkup Materi Materi penelitian adalah analisa perancangan dan sistem informasi kesehatan.
3. Lingkup Lokasi Lingkup lokasi penelitian ini adalah Unit Rekam Medis Rumah Sakit Permata Medika Semarang.
4. Lingkup Metode Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode observasi dan wawancara.
5. Lingkup Objek Objek penelitian ini adalah sistem pencatatan asuhan medis pasien.
6. Lingkup Waktu Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Rekam Medis Rekam medis menurut PERMENKES Nomor : 269 / PER / III / 2008 dalam BAB I adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Rekam medis dibuat oleh dokter dan atau tenaga kesehatan lain yang terkait.[7]
B. Manfaat Rekam Medis Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, dan sering disingkat dengan ALFRED, yaitu : 1. Administration Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan para medis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan. 2. Legal Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar
7
8 keadilan, dalam rangka usaha untuk menegakkan hukum serta penyediaan bahan bukti untuk menegakkan keadilan. 3. Financial Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya mengandung data / informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan. 4. Research Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut data / informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. 5. Education Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut data / informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pengajaran di bidang profesi si pemakai. 6. Documentation Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus di dokumentasikan dan dipakai sebagai bahan untuk pertanggung jawaban dan laporan untuk rumah sakit. [8]
9
C. Jenis-jenis Formulir Rekam Medis Rawat Inap 1. Ringkasan Riwayat Masuk dan Keluar Pasien Formulir ini berisi ringkasan riwayat pasien sejak masuk rawat inap sampai keluar pada satu episode perawatan. Apabila seorang pasien dirawat inap dua kali maka ringkasan ini dibuat dua kali pula sesuai dengan episode keperawatannya. Formulir ini termasuk formulir yang harus disimpan abadi untuk bukti pelayanan.
2. Formulir Inform consent Formulir ini disediakan sebagai bukti telah disampaikan informasi mengenai tindakan medis yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarganya serta bukti persetujuan dari pasien atau keluarga.
3. Laporan Operasi / Tindakan Laporan yang diisi oleh dokter dan berguna untuk mencatat proses operasi dan kejadian-kejadian yang timbul serta catatan pasca operasi.
4. Laporan Anestesi Formulir yang digunakan untuk mencatat pengobatan sebelum tindakan anestesi (premedikasi),perjalanan anestesi, keadaan pasien sebelum, selama, dan sesudah anestesi dilakukan.
5. Formulir Pengawasan Harian / Khusus Formulir yang berisi tanda vital, cairan yang masuk dan keluar, diet, dan lain-lain. Data medis tersebut dicatat setiap hari. Adakalanya pengawasan dilakukan setiap 15 menit atau 30 menit tergantung kasus penyakit yang dihadapi.
10
6. Formulir Asuhan Keperawatan, meliputi : a. Formulir pengkajian data dan diagnosa keperawatan, b. Formulir rencana keperawatan, c. Formulir tindakan keperawatan, d. Formulir evaluasi keperawatan, e. Formulir perencanaan pulang.
7. Formulir Perjalanan Penyakit/instruksi/tindakan/terapi 8. Formulir Catatan Pemberian Obat 9. Formulir Grafik Pengobatan S,N,T (observasi) 10. Formulir
Permintaan
Pemeriksaan
Penunjang
dan
Hasil
Pemeriksaan Penunjang 11. Formulir Resume Medis 12. Formulir Keseimbangan Cairan 13. Laporan Persalinan dan Identitas Bayi 14. Formulir Konsultasi 15. Formulir Resep 16. Formulir Sebab Kematian 17. Formulir Pulang Paksa 18. Lembar Konsultasi dan Jawaban Konsultasi 19. Formulir Identifikasi Bayi Baru Lahir 20. Catatan Harian Berat Badan Bayi Lahir 21. Formulir lain-lain sesuai dengan jenis Pelayanan Rawat inap
[9]
11
D. Undang-Undang Praktik Kedokteran Undang-undang tentang Praktik Kedokteran no 29 tahun 2004 dalam paragraf 3 tentang Rekam Medis dalam pasal 46 dan pasal 47 yang berbunyi : 1. Pasal 46 a. Ayat (1) yang berbunyi setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. b. Ayat (2) yang berbunyi Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan. c. Ayat (3) yang berbunyi setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan. 2. Pasal 47 a. Ayat (1) yang berisi Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien. b. Ayat (2) yang berbunyi Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. c. Ayat (3) yang berbunyi Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. [10]
12
E. Electronic Health Record (EHR) 1. Pengertian EHR Pada tahun 2008, National Alliance for Health Information Technology
mengusulkan
definisi
standar
mengenai
rekam
medis
elektronik. Perkembangan istilah tersebut menunjukkan bahwa RME tidak hanya sekedar berubahnya kertas menjadi komputer melainkan rekam medis elektronik (EHR) adalah Rekaman/catatan elektronik informasi terkait kesehatan (health-related information) seseorang yang mengikuti standar interoperabilitas nasional dan dapat dibuat, dikumpulkan, dikelola, digunakan dan dirujuk oleh dokter atau tenaga kesehatan yang berhak (authorized) pada lebih dari satu organisasi pelayanan kesehatan [3].
2. Kriteria Electronic Health Record Dapat
dikatakan
sebagai
electronic
health record
apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Mengintegrasikan data dari berbagai sumber (Integrated data from multiple source); b. Mengumpulkan data pada titik pelayanan (Capture data at the point of care); c. Mendukung pemberi pelayanan dalam pengambilan keputusan (Support caregiver decision making) [11].
13
F. Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Siknas 1. Kelemahan Yang Ada Untuk mewujudkan SIKNAS yang diharapkan, sampai saat ini masih dijumpai sejumlah kelemahan yang bersifat klasik. Kelemahankelemahan tersebut yang terpenting adalah: a. Sistem Informasi Kesehatan masih terfragmentasi Sebagaimana diketahui, di Departemen Kesehatan terdapat berbagai Sistem Informasi Kesehatan yang berkembang sejak lama, tetapi satu sama lain kurang terintegrasi. Sistem-sistem Informasi Kesehatan tersebut antara lain adalah: 1) Sistem Informasi Puskesmas 2) Sistem Informasi Rumah Sakit 3) Sistem Surveilans Terpadu 4) Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi 5) Sistem Informasi Obat 6) Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan, yang mencakup: a) Sistem Informasi Kepegawaian Kesehatan b) Sistem Informasi Pendidikan Tenaga Kesehatan c) Sistem Informasi Diklat Kesehatan d) Sistem Informasi Tenaga Kesehatan e) Sistem Informasi IPTEK Kesehatan/Jaringan Litbang Kesehatan Masing-masing sistem informasi tersebut cenderung untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya menggunakan cara dan format pelaporannya sendiri. Akibatnya unit-unit terendah (operasional) seperti Puskesmas dan Rumah Sakit yang harus mencatat data dan
14 melaporkannya menjadi sangat terbebani. Dampak negatifnya adalah berupa kurang akuratnya data dan lambatnya pengiriman laporan data. Fragmentasi juga terjadi dalam kancah lintas sektor. Derajat kesehatan masyarakat sesungguhnya sangat ditentukan oleh sektor-sektor yang berkaitan dengan perilaku manusia dan kondisi lingkungan hidup, di samping oleh sektor kesehatan. Akan tetapi selama ini informasi yang berasal dari sektor-sektor terkait di luar kesehatan tidak pernah tercakup dalam Sistem Informasi Kesehatan. Hal ini terutama disebabkan kurang jelasnya konsep kerjasama lintas sektor, sehingga tidak pernah dirumuskan secara konkrit peran atau kegiatan penting apa yang perlu dilakukan oleh sektor-sektor terkait bagi suksesnya pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (critical success factors). b. Sebagian besar Daerah belum memiliki kemampuan memadai Walaupun Otonomi Daerah sudah dilaksanakan sejak awal tahun 2001, tetapi fakta menunjukkan bahwa sebagian besar Daerah Kabupaten dan Daerah Kota belum memiliki kemampuan yang memadai,
khususnya
dalam
pengembangan
Sistem
Informasi
Kesehatannya. Selama berpuluh-puluh tahun kemampuan tersebut memang kurang dikembangkan, sehingga untuk dapat membangun Sistem Informasi Kesehatan yang baik, Daerah masih memerlukan fasilitasi.
Beberapa
Daerah
Provinsi
tampaknya
sudah
mulai
mengembangkan Sistem Informasi Kesehatannya karena adanya berbagai proyek pinjaman luar negeri (ADB3, CHN3, HP5, PHP, dan lain-lain). Akan tetapi tampaknya pengembangan yang dilakukan masih kurang mendasar, kurang komprehensif, dan tidak mengatasi masalah-
15 masalah klasik yang ada. Setiap proyek cenderung menciptakan sistem informasi kesehatan sendiri dan kurang memperhatikan kelangsungan sistem. Banyak fasilitas komputer akhirnya kadaluwarsa (out of date) atau rusak sebelum Sistem Informasi Kesehatan yang diinginkan terselenggara. Yang belum rusak pun pada umumnya bervariasi baik dalam spesifikasi perangkat kerasnya maupun perangkat lunaknya, sehingga satu sama lain tidak berseuaian (compatible). c. Pemanfaatan data dan informasi oleh manajemen belum optimal Sistem informasi dengan manajemen adalah ibarat sistem saraf dengan jaringan tubuh. Sistem saraf yang baik pun tidak akan ada artinya apabila jaringan tubuh yang ditopangnya mati (nekrosis). Apa lagi bila ternyata sistem sarafnya pun buruk pula. Selama ini manajemen kesehatan yang dipraktekkan, khususnya di Daerah dan tingkat operasional (Rumah Sakit, Puskesmas, dan lain-lain) tidak pernah jelas benar. Puskesmas mengalami kelebihan beban yang sangat hebat (overburdened)
karena
adanya
“keharusan
dari
atas”
untuk
melaksanakan sedemikian banyak program kesehatan. Jangankan untuk berperan sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan, untuk melaksanakan “tugas dari atas” saja sudah tidak sempurna. Rumah sakit
masih
terombang-ambing
antara
manajemen
yang
harus
menghasilkan profit atau manajemen lembaga sosial. Daerah tidak kunjung dapat merumuskan Sistem Kesehatan Daerahnya karena masih belum jelasnya Otonomi Daerah. Kegalauan dalam manajemen kesehatan tersebut sudah barang tentu sangat besar pengaruhnya bagi pemanfaatan informasi. Segala sesuatu yang serba “dari atas” juga
16 menyebabkan
para
manajer
tidak
pernah memikirkan
perlunya
memanfaatkan data untuk mendukung inisiatifnya. d. Pemanfaatan data dan informasi kesehatan oleh masyarakat kurang dikembangkan Akhir-akhir ini minat masyarakat untuk memanfaatkan data dan informasi, termasuk di bidang kesehatan, sesungguhnya tampak meningkat secara nyata. Hal ini terutama karena dipacu oleh revolusi di bidang telekomunikasi dan informatika (telematika) akibat makin meluasnya penggunaan komputer dan jaringannya (intranet dan internet). Namun demikian, tuntutan masyarakat yang meningkat ini tampak kurang berkembang di bidang kesehatan karena kurangnya respon. e. Pemanfaatan teknologi telematika belum optimal Kelemahan ini sebenarnya merupakan penyebab dari timbulnya kelemahan nomor 4 di atas. Masalahnya tampaknya bukan karena biaya untuk teknologi telematika yang memang besar, tetapi lebih karena apresiasi terhadap penggunaan teknologi telematika yang masih kurang, akibat pengaruh budaya (kultur). Dalam banyak hal, rendahnya apresiasi ini juga dikarenakan alasan-alasan yang masuk akal, yaitu rasio manfaat-biaya (cot-benefit ratio) yang kurang memadai. Investasi untuk teknologi telematika yang begitu besar belum dapat dijamin akan menghasilkan manfaat yang sepadan. Lingkaran setan ini memang sulit ditentukan dari mana untuk memulai memutuskannya. Namun demikian tentunya akan ideal apabila dapat dilakukan pendekatan serempak --mengembangkan pemanfaatan teknologi telematika dalam Sistem
17 Informasi Kesehatan yang dilandasi dengan upaya menggerakkan pemanfaatannya (terutama melalui pengembangan praktek-praktek manajemen yang benar). f. Dana untuk pengembangan Sistem Informasi Kesehatan terbatas Kelemahan ini pun berkait dengan masalah rasio biaya-manfaat yang masih sangat rendah. Padahal selain investasi, Sistem Informasi Kesehatan
juga
memerlukan
biaya
yang
tidak
sedikit
untuk
pemeliharaannya. Banyak investasi yang sudah dilakukan, khususnya yang berupa pemasangan komputer, pelatihan petugas, pencetakan formulir, dan lain-lain akhirnya tidak berlanjut karena ketiadaan dana untuk mendukung kelangsungannya. Apa lagi selama ini ketersediaan dana
Daerah
umumnya
kurang
mencukupi.
Oleh
karena
itu,
pemeliharaan Sistem Informasi Kesehatan yang dalam kenyataannya “tidak bermanfaat”, tentu akan kecil prioritasnya dalam pengalokasian dana. g. Kurangnya tenaga purna-waktu untuk Sistem Informasi Kesehatan Selain dana, kelangsungan Sistem Informasi Kesehatan juga sangat
ditentukan
oleh
keberadaan
tenaga
purna-waktu
yang
mengelolanya. Selama ini di banyak tempat, khususnya di Daerah, pengelola data dan informasi umumnya adalah tenaga yang merangkap jabatan atau tugas lain. Di beberapa tempat memang dijumpai adanya tenaga-tenaga purna waktu. Akan tetapi mereka itu dalam kenyataan tidak dapat sepenuhnya bekerja mengelola data dan informasi karena imbalannya yang kurang memadai. Untuk memperoleh imbalan yang cukup, maka mereka bersedia melakukan pekerjaan apa saja (di luar
18 pengelolaan data dan informasi) yang ditawarkan oleh program atau proyek-proyek lain. Kelemahan ini masih ditambah dengan kurangnya keterampilan dan pengetahuan mereka di bidang informasi, khususnya teknologi informasi dan manfaatnya. Selama ini sudah terdapat jabatanjabatan fungsional untuk para pengelola data dan informasi, yaitu Pranata Komputer dan Statistisi, yang memberi tunjangan jabatan sebagai imbalan. Namun demikian untuk dapat memangku jabatanjabatan tersebut diperlukan persyaratan tertentu yang sulit dipenuhi oleh para pengelola data dan informasi kesehatan. [12]
2. Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Siknas Berdasarkan kepada analisis situasi dan kebijakan yang telah ditetapkan pada PERMENKES RI No. 511/Menkes/Sk/V/2002, maka ditetapkan Strategi Pengembangan SIKNAS yang sesuai sebagai berikut: a. Integrasi sistem-sistem informasi kesehatan yang ada. Sebagaimana diutarakan di depan, di jajaran kesehatan terdapat berbagai macam sistem informasi yang selama ini belum terintegrasi dengan baik dalam suatu SIKNAS. Oleh karena itu, maka strategi pertama yang perlu dilakukan dalam rangka pengembangan SIKNAS adalah pengintegrasian sistem-sistem informasi tersebut. Pengertian integrasi hendaknya dicermati oleh sebab di dalamnya tidak terkandung maksud mematikan/menyatukan semua sistem informasi yang ada. Yang disatukan hanyalah sistem-sistem informasi yang lebih efisien bila digabung. Terhadap sistem-sistem informasi lainnya, pengintegrasian lebih berupa pengembangan (1) pembagian tugas, tanggung jawab dan
19 otoritas-otoritas serta (2) mekanisme saling-hubung. Dengan integrasi ini diharapkan semua sistem informasi yang ada akan bekerja secara terpadu dan sinergis membentuk suatu SIKNAS. Pembagian tugas dan tanggung jawab akan memungkinkan data yang dikumpulkan memiliki kualitas dan validitas yang baik. Otoritas akan menyebabkan tidak adanya duplikasi dalam pengumpulan data, sehingga tidak akan terdapat informasi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sedangkan mekanisme saling-hubung, khususnya dengan Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan akan menjamin dapat dilakukannya pengolahan dan analisis data secara komprehensif. Ini berarti bahwa akan dapat diperoleh gambaran yang utuh tentang pencapaian Visi “Indonesia Sehat 2010” dari tahun ke tahun. Strategi ini dilaksanakan dengan cara menyelenggarakan serangkaian pertemuan antara Pusat Data dan Informasi dengan para penanggung jawab sistem-sistem informasi kesehatan yang ada. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut akan dibahas dan dirumuskan pembagian tugas, tanggung jawab dan otoritas-otoritas serta mekanisme saling-hubung antar sesama sistem informasi dan antara masing-masing sistem informasi dengan Pusat Data dan Informasi. b. Penyelenggaraan pengumpulan dan pemanfaatan bersama (sharing) data dan informasi terintegrasi. Pembagian tugas, tanggung jawab dan otoritas diikuti dengan kerjasama dalam pengumpulan datanya. Hal ini diawali dengan penetapan secara terkoordinasi indikator-indikator yang diperlukan dalam
rangka
memantau
pencapaian
Indonesia
Sehat
2010
20 sebagaimana dikemukakan di depan. Dalam hal ini perlu diperhatikan indikator-indikator yang tercantum dalam Program Pembangunan Nasional
atau
Propenas
(UU
No.
25
tahun
2000),
Rencana
Pembangunan Tahunan (Repeta), Pedoman Penetapan Standar Pelayanan Minimal (Kepmenkes No. 1417 tahun 2000), dan aspirasi dari Daerah.
Selain
dari
itu
juga
pertimbangan
akan
perlunya
mengkoordinasikan lima jenis pengumpulan data yang masing-masing memiliki kekhasan dan kepentingan yang sangat siginifikan, yaitu: 1) Surveilans, yang meliputi surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans kesehatan lingkungan, dan pemantauan ketersediaan obat, dan lain-lain yang ada. 2) Pencatatan dan pelaporan data rutin dari UPT Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dari UPT Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi, serta dari UPT Pusat dan Dinas Kesehatan Provinsi ke Departemen Kesehatan (kegiatan-kegiatan ini memerlukan suatu sistem pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi dan terkoordinasi). Pengumpulan data secara rutin oleh Departemen Kesehatan dari UPT-UPT tertentu (bukan Puskesmas) dimungkinkan sepanjang dilaksanakan secara terkoordinasi dan menggunakan cara-cara yang tidak memberatkan UPT yang bersangkutan. 3) Pencatatan dan pelaporan program-program kesehatan khusus yang ada, seperti program pemberantasan malaria, dan lain-lain. 4) Pencatatan dan pelaporan sumber daya dan administrasi kesehatan yang sudah berjalan seperti ketenagaan kesehatan (Sinakes, Sidiklat,
21 SIPTK), keuangan (dalam rangka National Health Account), dan lainlain. 5) Survei dan penelitian untuk melengkapi data dan informasi dari pengumpulan data rutin, yang meliputi baik yang berskala nasional (seperti Survei Kesehatan Nasional) maupun yang berskala Provinsi dan
Kabupaten/Kota
(SI
IPTEK
Kesehatan/Jaringan
Litbang
Kesehatan). c. Fasilitasi pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Daerah Yang dimaksud dengan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Daerah mencakup SIK yang dikembangkan di unit-unit pelayanan kesehatan
(khususnya
Puskesmas
dan
Rumah
Sakit),
SIK
Kabupaten/Kota, dan SIK Provinsi. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: 1) Mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun luar gedung, 2) Mengolah data, 3) Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, 4) Memelihara bank data, 5) Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan manajemen unit Puskesmas, serta 6) Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak kerjanya.
berkepentingan
lainnya
(stakeholders)
di
wilayah
22 Sedangkan SIK di Rumah Sakit memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: 1) Memantau
indikator
kegiatan-kegiatan
penting
rumah
sakit
(penerimaan pasien, lama rawat, pemakaian tempat tidur, mortalitas, waktu tunggu, dan lain-lain), 2) Memantau kondisi finansial rumah sakit (cost recovery), (c) memantau pelaksanaan sistem rujukan, 3) Mengolah data, 4) Mengirim laporan berkala ke Dinas Kesehatan/Pemerintah Daerah setempat, 5) Memelihara bank data, 6) Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan manajemen unit rumah sakit, serta 7) Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak
berkepentingan
lainnya
(stakeholders)
di
wilayah
kerjanya. SIK
Kabupaten/Kota
memiliki
tanggung
jawab
untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan: 1) Mengolah data dari unit-unit pelayanan kesehatan dan sumbersumber lain, 2) Menyelenggarakan survei/penelitian bilamana diperlukan, 3) Membuat Profil Kesehatan Kabupaten/Kota untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian Kabupaten/Kota Sehat, 4) Mengirim laporan berkala/Profil Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi setempat dan Pemerintah Pusat,
23 5) Memelihara bank data, 6) Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien,
manajemen
unit,
dan
manajemen
Sistem
Kesehatan
Kabupaten/Kota, serta 7) Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak
berkepentingan
lainnya
(stakeholders)
di
wilayah
kerjanya. SIK Provinsi memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatankegiatan: 1) Mengolah data dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit-unit pelayanan kesehatan milik Daerah Provinsi, dan sumber-sumber lain, 2) Menyelenggarakan survei/penelitian bilamana diperlukan, 3) Membuat
Profil
Kesehatan
Provinsi
untuk
memantau
dan
mengevaluasi pencapaian Provinsi Sehat, 4) Mengirim laporan berkala/Profil Kesehatan Provinsi ke Pemerintah Pusat, 5) Memelihara bank data, 6) Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen unit dan manajemen Sistem Kesehatan Provinsi, serta 7) Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak
berkepentingan
lainnya
(stakeholders)
di
wilayah
kerjanya. Fasilitasi pengembangan SIK Daerah dilaksanakan dengan terlebih dulu membantu Daerah-daerah menata kembali Sistem Kesehatannya dan merumuskan kembali Manajemen Kesehatannya
24 dalam rangka mencapai Visi “Provinsi Sehat” dan “Kabupaten/Kota Sehat”. Dalam hal ini akan dikembangkan Forum Kerjasama baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Kabupaten/Kota. Setelah itu barulah dirumuskan kebutuhan informasi, indikator dan data serta sistem informasinya.
Sepanjang
memungkinkan,
Departemen
Kesehatan
membantu pengadaan perangkat keras (komputer dan kelengkapannya) serta perangkat lunaknya. Pemeliharaan perangkat keras dan perangkat lunak tersebut selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Selain itu, sepanjang memungkinkan, Departemen Kesehatan juga membantu rekrutmen tenaga (melalui seleksi pegawai negeri sipil yang ada setempat) dan pelatihan tenaga tersebut. Pengangkatan tenagatenaga yang sudah dilatih ke dalam jabatan fungsional diserahkan kepada
Pemerintah
Daerah.
Untuk
prioritas
pertama
yang
dikembangkan dulu adalah tenaga-tenaga untuk jabatan fungsional Statistisi. Jabatan fungsional Statistisi ini dipilih karena persyaratan jabatannya paling ringan, yaitu SLTA ditambah pelatihan statistik 30-80 jam.
Selain
itu,
seorang
Statistisi
sekaligus
dapat
melakukan
pengolahan data dan analisis data. Di luar jabatan-jabatan fungsional yang ada, tidak tertutup kemungkinan dikembangkannya jabatan fungsional baru untuk mendukung pengembanganSIKNAS. d. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen Pengembangan
pelayanan
data
dan
informasi
untuk
manajemen diawali dengan mengidentifikasi peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menyajikan data dan informasi kesehatan. Misalnya penyajian data dan informasi kepada petugas kesehatan
25 (dalam rangka manajemen pasien/klien) rapat koordinasi pimpinan di suatu unit kerja dalam rangka manajemen unit, rapat Forum Kerjasama Lintas Sektor, rapat Dengar Pendapat Pemerintah Daerah dengan DPRD, rapat koordinasi pembangunan (rakorbang), rapat pembahasan rancana anggaran (dalam rangka manajemen Sistem Kesehatan), dan lain-lain. Di dalam peluang-peluang ini harus dapat disajikan kemasankemasan data dan informasi yang sesuai. Misalnya untuk rapat Dengar Pendapat dengan DPRD harus dapat disajikan kemasan-kemasan data dan informasi yang menggambarkan kecenderungan masalah-masalah kesehatan rakyat dan kerugian yang diakibatkannya. Sedangkan untuk pembahasan rancangan anggaran harus dapat disajikan kemasan data dan informasi tentang cost-benefit dari kegiatankegiatan yang diusulkan. Selain kemasan-kemasan khusus, juga perlu dikembangkan penerbitan publikasi-publikasi berkala data dan informasi kesehatan. Misalnya dalam bentuk Profil Kesehatan, Jurnal Data dan Informasi Kesehatan, dan lain-lain. Publikasi berkala ini bisa dalam bentuk tercetak, tetapi dapat pula dalam bentuk elektronik dan bahkan menggunakan fasilitas internet (dalam bentuk situs atau website). Pemanfaatan teknologi komputer dapat pula diarahkan untuk tersedianya akses online terhadap Bank Data yang dimiliki. Untuk ini Departemen Kesehatan dapat membantu Daerah, misalnya melalui penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga-tenaga fungsional pengelola data dan informasi kesehatan. e. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk Masyarakat Publikasi berkala data dan informasi kesehatan dapat diperluas jangkauan distribusinya sampai kepada individu-individu atau kelompok
26 masyarakat yang membutuhkan. Demikian pula dengan akses online terhadap bank data, walaupun untuk data tertentu seperti data historis pasien dan tenaga kesehatan, keamanan harus dijaga. Dalam hal ini pemanfaatan fasilitas intranet dan internet perlu mendapat perhatian mengingat penggunaannya sudah meluas di kalangan masyarakat. Untuk ini Departemen Kesehatan juga dapat membantu Daerah melalui penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga-tenaga fungsional pengelola data dan informasi kesehatan. Juga dengan melakukan sosialisasi secara nasional tentang pelayanan data dan informasi kesehatan bagi masyarakat. f. Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi. Pengembangan
teknologi
dan
sumber
daya
informasi
sesungguhnya berlangsung paralel dengan kegiatan-kegiatan butir C, D, dan E. Dalam hal ini Departemen Kesehatan terutama perlu menyusun Rencana Induk Penataan Kerangka Teknologi Informasi (Information Technology Framework Rearrangement Master Plan) dan Rencana Induk Pengembangan Sumber Daya Manusia Informasi (Information Human Resource Development Master Plan). Setelah itu, Departemen Kesehatan dapat memfasilitasi Daerah dengan cara menerbitkan standar dan pedoman serta melakukan advokasi untuk terpenuhinya standar-standar yang telah ditetapkan dalam kerangka Rencanarencana Induk yang telah disusun. Termasuk di sini adalah membantu Daerah dalam pelatihan bagi tenaga-tenaga informasi kesehatan.[13]
27
G. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektonik Diatur dalam undang-undang Republik Indonesia no 28 tahun 2011 pada Bab I pasal 1 tentang Ketentuan Umum yang berisi ayat-ayat sebagai berikut : 1. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. 2. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya. 3. Teknologi
Informasi
adalah
suatu
teknik
untuk
mengumpulkan,
menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi. 4. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
28 5. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan,
menampilkan,
mengumumkan,
mengirimkan,
dan/atau
menyebarkan Informasi Elektronik. 6. Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat. 7. Jaringan Sistem Elektronik adalah terhubungnya dua Sistem Elektronik atau lebih, yang bersifat tertutup ataupun terbuka. Legalitas dokumen elektronik juga telah diatur dalam Bab III pasal 5 mengenai informasi, dokumen, dan tanda tangan elektronik yang berisi ayatayat sebagai berikut ini : 1. Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. 2. Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia. 3. Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini. 4. Ketentuan mengenai Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk: a. surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan
29 b. surat beserta dokumennya yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.[14]
H. Permenkes tentang kewajiban membuat SIMRS Kewajiban
Rumah
Sakit
untuk
membuat
Sistem
Informasi
Manajemen Rumah Sakit atau SIMR diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 tahun 2013 tenteng Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit pada pasal 3,4, dan pasal 5 yang berisi : 1. Pasal 3 a. Ayat (1) Setiap Rumah Sakit wajib menyelenggarakan SIMRS. b. Ayat (2) Penyelenggaraan SIMRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan aplikasi dengan kode sumber terbuka (open source)
yang
disediakan
oleh
Kementerian
Kesehatan
atau
menggunakan aplikasi yang dibuat oleh Rumah Sakit. c. Ayat (3) Aplikasi penyelenggaraan SIMRS yang dibuat oleh Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan oleh Menteri. 2. Pasal 4 a. Ayat (1) Setiap Rumah Sakit harus melaksanakan pengelolaan dan pengembangan SIMRS. b. Ayat (2) Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan SIMRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mampu meningkatkan dan mendukung proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang meliputi:
30 1) kecepatan, akurasi, integrasi, peningkatan pelayanan, peningkatan efisiensi, kemudahan pelaporan dalam pelaksanaan operasional; 2) kecepatan mengambil keputusan, akurasi dan kecepatan identifikasi masalah
dan kemudahan
dalam
penyusunan
strategi
dalam
pelaksanaan manajerial; dan 3) budaya kerja, transparansi, koordinasi antar unit, pemahaman sistem dan pengurangan biaya administrasi dalam pelaksanaan organisasi. 3. Pasal 5 a. Ayat (1) SIMRS harus dapat diintegrasikan dengan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan. b. Ayat (2) Pengintegrasian dengan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk kemampuan komunikasi data (interoperabilitas). c. Ayat
(3)
SIMRS
harus
memiliki
kemampuan
komunikasi
data
(interoperabilitas) dengan: 1) Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN); 2) Pelaporan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS); 3) Indonesia Case Base Group’s (INACBG’s); 4) aplikasi lain yang dikembangkan oleh Pemerintah; dan 5) sistem informasi manajemen fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. [15]
31
I. Pengembangan Sistem Informasi Pengembangan sistem informasi disebut juga sebagai proses pengembangan
sistem
(system
development)
adalah
aktifitas
untuk
menghasislkan sistem informasi berbasis komputer untuk menyelesaikan persoalan organisasi atau untuk memanfaatkan kesempatan (oppurtunities) yang timbul. Untuk bisa menghasilkan sistem informasi terdiri dari : 1. System analist, upaya mendapatkan gambaran bagaimana system bekerja dan masalah-masalah apa yang terjadi pada sistem. 2. System development, langkah-langkah mengembangkan sistem informasi yang baru berdasarkan gambaran cara kerja sistem dan permasalahan yang ada. Ada banyak metode / pendekatan yang bisa digunakan dalam pengembangan sistem informasi, diantaranya adalah : a. Pendekatan SDLC (System Development Life Cycle) b. Structure Analysis and Structure Design c. Prototyping d. Joint Application Design e. Participatory Design [16]
J. SDLC (System Development Life Cycle) SDLC adalah proses mengembangkan atau mengubah suatu sistem perangkat lunak dengan menggunakan metodelogi dan model-model yang digunakan orang untuk mengembangkan sistem-sistem perangkat lunak sebelumnya (berdasarkan best practice atau cara-cara yang sudah teruji baik). Seperti halnya metamorfosis pada kupu-kupu, untuk menjadi kupu-kupu
32 yang indah maka dibutuhkan beberapa tahap untuk dilalui, sama halnya dengan membuat perangkat lunak, memiliki daur tahapan yang dilalui agar menghasilkan pernagkat lunak yang berkualitas
[1]
. Secara garis besar SDLC
terdiri atas 5 tahap, yaitu :
1. Perencanaan Langkah-langkah dari tahapan perencanaan adalah sebagai berikut : a. Menyadari masalah b. Mendefinisikan masalah, manajer harus menyadari dan memahami permasalahan yang ada dan selanjutnya memikirkan penyelesaiannya. Untuk itu kita harus dapat menemukan dimana letak permasalahannya dan apa penyebabnya. Dalam langkah ini manajer dapat bekerja sama dengan pihak lain, misalnya analis sistem (system analist, disingkat SA) c. Menentukan tujuan sistem, manajer dan SA membuat sejumlah daftar tujuan yang akan dicapai sistem untuk memuaskan pemakainya. d. Mengidentifikasi kendala-kendala sistem. e. Membuat studi kelayakan (feasibility study), yaitu suatu tinjauan sekilas pada faktor-faktor utama yang akan mempengaruhi kemampuan sistem untuk mencapai tujuan yang diinginkan. f. Mempersiapkan usulan penelitian sistem, untuk memahami apa yang harus dilakukan oleh sistem dan bagaimana sistem melakukannya maka perlu diadakan penelitian. Dalam usulan ini dituangkan semua rencana kegiatan persiapan mencakup ; jenis kegiatan, penanggung jawab, dan perkiraan waktu/dana per kegiatan analisis harus memberikan salinan tertulis dari usulan ini kepada pengarah. g. Menyetujui atau menolak usulan, perlu dipertimbangkan :
33 1) Apakah penelitian yang diusulkan merupakan cara terbaik untuk melakukan analisa sistem. 2) Akankah sistem yang diusulkan mencapai tujuannya. h. Menetapkan mekanisme pengendalian, bagaimana mengawasi dan mengendalikan kegiatan sehingga dapat sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
2. Analisis Analisis merupakan tahap mempelajari sistem yang sudah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbarui. Tahapan analisis adalah sebagai berikut : a. Mengumumkan Penelitian Sistem. Manajer harus memberitahukan adanya penelitian sistem kepada seluruh staff, sehingga nantinya terdapat pengertian antara manajemen dengan pegawai dan keduanya dapat bekerja sama dalam rencana besar yang akan dikerjakan. b. Mengorganisasikan Tim Proyek Tim proyek tidak hanya terdiri dari atas manajemen, analis, programmer tetapi juga semua yang terlibat (termasuk pegawai) bahkan terkadang pimpinan proyek bukanlah manajer tetapi justru pegawai yang akan memakai sistem. c. Mendefinisikan kebutuhan informasi Langkah analisa ini dapat dilakukan dengan wawancara kepada pemakai sistem. Analis mengumpulkan dokumentasi dari sistem yang ada, menelaah dokumentasi yang telah disiapkan pada tahap
34 perencanaan,
menambah
dokumentasi
baru
bila
dirasa
perlu.
Dokumentasi dapat dilakukan dalam bentuk flowchart (bagan arus), DFD (data flow diagram), DAD (diagram alur data) dan atau grafik serta penjelasan naratif tentang proses data. Dokumentasi yang menjelaskan suatu sistem secara lengakap disebut kamus proyek atau Project Dictionary. d. Mendefinisikan kinerja sistem, yaitu mendefinisikan apa yang harus dikerjakan oleh sistem. e. Menyiapkan usulan rancangan yang dilakukan oleh analis. f. Menyetujui atau menolak rancangan yang dilakukan oleh manajer.
3. Perancangan a. Menyiapkan rancangan secara terinci Rancangan umumnya dimulai dari sistem secara umum kemudian semakin terinci ke tingkat sub sistem. Untuk itu dikenal adanya pendekatan top-down sebagai ciri rancangan terstruktur dan salah satu alat analisis yang umum dipakai di sini adalah DFD (untuk proses) dan kamus data (untuk data). Dokumen dari data dan proses ini akan dipakai baik untuk sistem komputer maupun non-komputer. b. Mengidentifikasi berbagai alternatif sistem, yaitu memikirkan kombinasi piranti yang mungkin dipakai, diikuti dengan penghapusan kombinasi yang dirasa tidak kompatibel atau tidak layak. c. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem. Konfigurasi-konfigurasi yang layak atau kompatibel dievaluasi untuk nantinya dipilih yang terbaik.
35 d. Memilih konfigurasi terbaik Konfigurasi harus kompatibel antara sub sistem-sub sistem sehingga membentuk suatu sistem yang tunggal dan terintegrasi. e. Menyiapkan usulan penerapan Usulan ini mengikhtisarkan tugas-tugas penerapan, keuntukngan yang diharapkan dan biayanya. f. Menyetujui atau menolak penerapan sistem
4. Penerapan (implementasi dan uji coba) Adalah kegiatan memperoleh dan mengintegrasikan sumber daya fisik dan konseptual yang menghasilkan suatu sistem yang bekerja. Adapun langkah-langkah tahap penerapan adalah sebagai berikut : 1) Merencanakan penerapan 2) Mengumumkan penerapan Langkah ini diupayakan untuk membangun kerja sama yang baik dengan pemakai atau pegawai. 3) Mendapatkan sumber daya pernagkat keras, perangkat lunak, dan penyiapan database. Bila sistem aplikasi (perangkat lunak) yang dibutuhkan merupaka program jadi, maka tinggal disiapkan konversi database dan penyediaan perangkat keras. Penyediaan hardware dapat dilakukan dengan melakukan penawaran kepada pemasok. Bila software yang diperlukan bersifat spesifik sehingga perlu langkah untuk membuat kode program, maka pada langkah ini
36 programmer membuat kode program dengan mengacu kepada spesifikasi dan dokumentasi yang telah dibuat. 4) Menyiapkan fasilitas fisik yang lain. Yaitu perlengkapan lain yang mungkin diperlukan, misalkan pengatur suhu ruangan, pendeteksi bahaya kebakaran dan pelindung dari kebakaran tersebut. 5) Mendidik peserta dan pemakai. 6) Masuk ke sistem baru (uji coba dan testing) Proses menghentikan sistem lama untuk beralih ke sistem baru disebut cutover, dan ada 4 pendekatan dasar : a) Percontohan (Pilot) Mencobakan suatu sistem percobaan yang diterapkan pada satu subset dari keseluruhan operasi. b) Serentak (Immediate) Langsung beralih dari sistem lama ke sistem baru secara bersamaan (keseluruhan). Ini cukup riskan sehingga cocok untuk perusahaan skala kecil. c) Bertahap (Phased) Cutover dilakukan pada suatu bagian/subsistem untuk suatu waktu, selanjutnya beralih atau bertambah untuk subsistem yang lain. Ini lebih populer untuk perusahaan skala besar. d) Pararel Dengan tidak meninggalkan sistem yang lama, sistem baru mulai dipergunakan untuk diuji sampai sistem baru dinyatakan selesai diuji. Pendekatan ini paling aman tetapi juga paling mahal.
37
5. Penggunaan
dan
perawatan
(Postimplementation
and
maintenance) Dalam tahap ini dilakukan apabila sistem baru dinyatakan aman untuk dipakai. Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut : a) Penggunaan sistem Pemakai menggunakan sistem untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. b) Audit sistem Merupakan postimplementation review untuk memastikan kriteria kinerja terpenuhi. c) Pemeliharaan sistem (Maintenance) 1) Memperbaiki kesalahan, yaitu kesalahan yang tidak ditemukan pada saat testing (tahap penerapan). 2) Menjaga kemutakhiran sistem, yaitu misal pembaharuan rumusrumus perhitungan yang berubah (pajak sosial misalnya). 3) Meningkatkan sistem [1].
K. Konsep Database Management System Suatu database management system (DBMS) berisi suatu koleksi data yang saling berelasi dan satu set program untuk mengakses data tersebut. Jadi DBMS terdiri dari database dan set program pengelola untuk menambah data, menghapus data, mengambil dan membaca data. Database adalah kumpulan file-file yang saling berelasi, relasi tersebut biasa ditunjukkan dengan kunci dari tiap file yang ada. Satu database menunjukkan satu kumpulan data yang dipakai dalam satu lingkup perusahaan atau instansi. Dalam satu file terdapat record-record yang sejenis,
38 sama besar, sama bentuk, merupakan satu kumpulan entity yang seragam. Satu record terdiri dari field-field yang saling berhubungan untuk menunjukkan bahwa field tersebut dalam satu pengertian yang lengkap dan direkam dalam satu record. Untuk menyebut isi dari field maka digunakan atribute atau merupakan judul dari satu kelompok entity tertentu, misalnya atribute Alamat menunjukkan entity alamat dari siswa. Entity adalah suatu objek yang nyata dan akan direkam. Set program pengelola merupakan satu paket program yang dibuat agar memudahkan dan mengefisienkan pemasukkan atau perekaman informasi dan pengembalian atau pembacaan informasi ke dalam database. Berikut ini adalah definisi dari komponen-komponen dalam database :
1. Entity Entity
adalah
orang,
tempat,
kejadian
atau
konsep
yang
informasinya direkam. Pada bidang Administrasi siswa misalnya, entity adalah siswa, buku, pembayaran, nilai test. Pada bidang kesehatan, entity adalah pasien, dokter, obat, kamar, diet.
2. Atribute Setiap entity mempunyai atribute atau sebutan untuk mewakili suatu entity. Seorang siswa dapat dilihat dari atributnya, misalnya nama, nomor siswa, alamat, nomor orangtua, hobby. Atribute juga disebut sebagai elemen, data field, data item.
39
3. Data value (nilai atau isi data) Data value adalah data aktual atau informasi yang disimpan pada tiap data elemen atau atribute. Atribute nama karyawan menunjukkan tempat dimana infromasi nama karyawan disimpan, sedang data value adalah Sutrisno, Budiman, merupakan isi data nama karyawan tersebut.
4. Record / tuple Kumpulan elemen-elemen yang saling berkaitan menginformasikan tentang suatu entity secara lengkap. Satu record mewakili satu data atau informasi tentang seseorang misalnya, nomor karyawan, nama karyawan, alamat, kota, tanggal masuk.
5. File Kumpulan record sejenis yang mempunyai panjang elemen yang sama, atribute yang sama, namun berbeda-beda data valuenya.
6. Database Kumpulan file-file yang mempunyai kaitan antara satu file dengan file
yang
lain
sehingga
membentuk
satu
bangunan
data
untuk
menginformasikan satu perusahaan, instansi dalam batasan tertentu. Bila terdapat file yang tidak dapat dipadukan atau dihubungkan dengan file yang lainnya berarti file tersebut bukanlah kelompok dari satu database, ia akan dapat membentuk satu database sendiri.
40
7. Database Management System (DBMS) Kumpulan file yang saling berkaitan bersama dengan program untuk pengelolaannyadisebut sebagai DBMS. Database adalah kumpulan datanya, sedang program pengelolanya berdiri sendiri dalam satu paket program yang komersial untuk membaca data, mengisi data, menghapus data, melaporkan data dalam database [17].
L. Prinsip Perancangan Database Ketika ingin merancang suatu database, harus mempertimbangkan dua hal, yang pertama adalah informasi apa yang akan disimpan sehingga kita dapat menentukan entitas yang harus disimpan informasinya. Sedangkan pertimbangan yang kedua adalah pertanyaan yang akan diajukan terhadap database sering disebut queries. Mengacu dari kedua hal di atas, harus diingat aturan bisnis (business rules) dari objek yang akan dimodelkan. Hal apa saja yang perlu disimpan dan apa penghubungnya. Berdasarkan pertanyaan tersebut, maka dapat membuat struktur database-nya sedemikian rupa sehingga dapat dihindari kesalahan struktur databasenya sedemikian rupa sehingga dapat dihindari kesalahan struktur yang menyebabkan redudancy dan data anomalies.
1. Redundancy Ketika merancang suatu skema, harus meminimalkan terjadinya redundancy data tanpa menghilangkan informasi yang dibutuhkan. Redundancy diartikan dimana suatu data yang sama muncul berulang dalam record yang berbeda dari suatu tabel atau dalam tabel yang berbeda dalam suatu database.
41
2. Normalisasi Normalisasi
adalah
suatu
proses
yang
digunakan
untuk
menghilangkan kekurangan pada rancangan database. Dalam normalisasi akan dijelaskan sejumlah bentuk normal dimana terdapat sekumpulan aturan yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan dalam struktur tabel. Proses normalisasi adalah proses memecah suatu tabel menjadi tabel yang lebih kecil sehingga menjadi rancangan yang lebih baik tanpa penghilangan informasi yang dapat diperoleh darinya. [18] Normalisasi juga dapat diartikan sebagai proses pengelompokkan data ke dalam bentuk tabel atau bentuk relasi atau file untuk menyatakan esensitas dan hubungan mereka sehingga terwujud satu bentuk database yang mudah dimodifikasi. Terdapat 4 jenis normaslisasi, diantaranya adalah sebagai berikut : a) Bentuk Tidak Normal (Unnormalized Form) Merupakan kumpulan data yang direkam, tidak ada keharusan mengikuti format tertentu, dapat saja data tidak lengkap atau terduplikasi. Data dikumpulkan apa adanya sesuai dengan saat menginput. b) Bentuk Normal Kesatu (First Normal Form / 1NF) Pada tahap ini dilakukan penghilangan beberapa grup elemen yang berulang agar menjadi satu harga tunggal yang terinteraksi diantara setiap baris pada suatu tabel dan setiap atribut mempunyai data yang atomic (bersifat atomic value). c) Bentuk Normal Kedua (Second Normal Form / 2NF)
42 Bentuk normal kedua memungkinkan suatu relasi memiliki composite key, yaitu relasi dengan primary key yang terdiri dari dua atau lebih atribut. Suatu relasi yang memiliki single atribut untuk primary key nya secara otomatis pada akhirnya menjadi 2 NF. d) Bentuk Normal Ketiga(Third Normal Form / 3NF) Bentuk
normal
ketiga
digunakan
untuk
menghilangkan
ketergatungan transitif. [19]
M.Alat Perancangan Sistem Informasi Merancang sistem informasi adalah tugas pokok dari seorang system analist. Hasil rancangan tersebut selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan pembuatan
program
aplikasi
oleh
programmer.
Ada
beberapa
alat
perancangan yang bisa digunakan untuk menuangkan hasil rancangan sistem, yaitu :
1. Flow of Document FOD atau flowchart merupakan suatu bagan yang menunjukkan alir laporan atau formulir termasuk tembusan-tembusannya, di dalam suatu program atau prosedur sistem secara logika. Bagan alir terutama digunakan sebagai alat bantu komunikasi maupun komunikasi. Pedomanpedoman pembuatan FOD antara lain : a. Bagan alir sebaiknya digambar dari atas ke bawah dan mulai dari bagian kiri dari suatu halaman. b. Kegiatan di dalam bagan alir harus ditunjukkan dengan jelas. c. Harus ditunjukkan dari mana kegiatan akan dimulai dan dimana akan berakhirnya.
43 d. Masing-masing kegiatan sebaiknya menggunakan suatu kata yang mewakili pekerjaanya. e. Kegiatan yang terpotong dan akan disambung di tempat lain harus ditunjukkan dengan jelas menggunakan simbol penghubung. f. Gunakan simbol-simbol bagan alir yang standar. Ada beberapa simbol yang digunakan dalam FOD, antara lain : 1) Dokumen Menunjukkan dokumen input dan output baik untuk proses manual, mekanik, atau komputer.
2) Kegiatan manual Menunjukkan pekerjaan manual.
3) Proses Menunjukkan kegiatan proses dari operasi program komputer. 4) Operasi luar Menunjukkan operasi yang dilakukan di luar proses operasi komputer.
5) Simpanan off-line
N
File komputer yang diarsip urut, (N) untuk angka atau numeric, (A) huruf, (D) tanggal atau date.
6) Hard disk Menunjukkan input atau output menggunakan hardisk.
44 7) Keyboard Menunjukkan input atau output menggunakan online keyboard.
8) Display Menunjukkan output yang ditampilkan monitor.
9) Pengurutan off-line Menunjukkan proses pengurutan data di luar proses komputer.
10) Penghubung Menunjukkan penghubung ke halaman yang masih sama atau halaman lain.
11) Hubungan komunikasi Menunjukkan proses transmisi data melalui channel komunikasi.
12) Penjelasan Menunjukkan penjelasan dari suatu proses.
45
2. Data Flow Diagram DFD menggambarkan aliran data dari sumber pemberi data (input) ke penerima data (output). Aliran data perlu diketahui agar si pembuat sistem tahu persis kapan sebuah data harus disimpan, diproses, dan didistribusikan ke bagian lain. Komponen-komponen DFD antara lain : a. Terminator Suatu unit kerja atau jabatan atau disebut juga pelaku yang berada di luar sistem tetapi berhubungan langsung dengan sistem. Terminator bisa sebagai pemberi data (input) maupun tujuan pemberi data (output). Terminator disimbolkan dalam bentuk persegi panjang atau kotak.
b. Proses Suatu tindakan yang akan diambil terhadap data yang masuk untuk direkam dan menghasilkan informasi. Proses berisi kata kerja dan diberi identifikasi (nomor) agar mempermudah sekuen untuk diagram detailnya. Proses disimbolkan dalam bentuk lingkaran atau persegi panjang tegak dengan sudut pandang. 1
atau
46 c. Alur Data Alur data menggambarkan data yang mengalir dari terminator ke proses atau dari proses ke proses lainnya. Data yang dibawa harus disebutkan dan diletakkan di atas lambang alur data dan mendekati arah panahnya. Data
d. Penyimpanan Data (data store) Data yang akan disimpan perlu ditempatkan ke suatu tempat penyimpanan data. Penyimpanan data digital akan dijadikan file data di komputer. Alur data yang arahnya menuju penyimpanan, kegiatannya menulis atau merekam data. Sedangkan alur data yang arahnya menuju proses, kegiatannya membaca data. Penyimpanan data harus diberi nama file data. Penyimpanan data disimbolkan dalam bentuk garis sejajar. Data
atau
File data
e. Levelisasi DFD DFD digambarkan secara bertingkat, dari tingkat yang global hingga tingkat yang sangat detail. Tingkat yang globab (umum) disebut dengan diagram konteks (context Diagram) yang merupakan level 0, dimana digambarkan keseluruhan sistem antara lain terminator (pelaku), data masuk, data keluar, serta penyimpanan data. Selanjutnya dari diagram konteks, prosesnya dapat dijabarkan lebih rinci pada Diagram Nol yang merupakan level 1. Pada diagram ini
47 yang berkembang hanya proses dan alur data yang menghubungkan proses-prosesnya, sedangkan jumlah terminator dan alur data yang masuk dan keluar dari terminator, tetap. Bila masih perlu dirinci lagi, diagram selanjutnya yaitu Diagram detail yang merupakan level 2. Dalam diagram ini yang digambar hanya proses yang ingin didetailkan saja, proses lain dan terminator tidak perlu digambarkan.
3. Entity Relationship Diagram ERD adalah gambaran mengenai berelasinya antar entitas. Entitas dalam ilmu komputer mempunyai banyak istilah, seperti tabel (table), berkas (file), penyimpanan data (data store) dan sebagainya. Komponen-komponen ERD : a. Entittas dan atribut (Master File) Entitas merupakan data store yang ada di DFD dan akan menjadi file data di komputer. Di dalam entitas terdapat elemen-elemen data yang disebut atribut (field). b. Relasi (Transaction File) Penghubung antara satu entitas dengan entitas lain di dalam sebuah sistem komputer. c. Derajat kardinalitas (Cardinality Degree) Berfungsi untuk menentukan entitas kuat dan lemah. Ada tiga jenis yaitu : 1) One to one, dilambangkan dengan 1 : 1
48 2) One to many atau many to one, dilambangkan dengan 1 : M atau M : 1 3) Many to many, dilambangkan dengan M : M atau M : N Cara menentukan many to many dengan membuat dua kalimat bolak-balik. Derajat kardinalitas kalimat pertama diletakkan di atas, dan derajat kardinalitas kalimat kedua diletakkan di bawah. Entitas dengan derajat kardinalitas 1 adalah entitas lemah, sehingga entitas tersebut bisa digabung dengan entitas yang kuat (derajat kardinalitas M). d. Kunci utama (Primary key) Di setiap entitas di dalam ERD harus ada atribut (field) yang dijadikan kunci utama, yaitu atribut dijadikan dengan identitas yang menjamin keunikan isi datanya. Penulisan kunci utama harus dibedakan dengan atribut lain.
4. Desain input Ada 2 jenis input yang digunakan untuk input data, yaitu : a. Alat input langsung Merupakan alat input yang langsung dihubungkan dengan CPU, misalanya keyboard, mouse, touch screen dan lain-lain. b. Alat input tidak langsung Merupakan alat input yang tidak langsung dihubungkan dengan CPU, misalnya KTC (key to card), KTT (ket to tape), dan KTD (key to disk). Tergantung dari alat input yang digunakan, proses dari input meliputi beberapa tahapan, yaitu :
49 1) Penangkapan data (data capture), proses mencatat kejadian nyata yang terjadi akibat transaksi yang dilakukan oleh organisasi ke dalam dokumen dasar. 2) Penyiapan data (data entry), proses membacakan atau memasukkan data ke dalam komputer. Input dikelompokkan dalam 2 tipe, yaitu input ekstern yang berasal dari luar organisasi dan input intern yang berasal dari dalam organisasi. Umumnya dokumen dasar yang akan di desain adalah dokumen dasar untuk capture input intern. Langkah-langkah desain input : 1) Menentukan kebutuhan input dari sistem baru Input yang akan didesain dapat dari DFD sistem baru yang telah dibuat. Input DFD ditunjukkan oleh arus data dari suatu kesatuan luar ke suatu proses dan bentuk tampilan input di alat input ditunjukkan oleh suatu proses memasukkan data. 2) Menentukan parameter dari input Parameter ini meliputi bentuk dari output (dokumen dasar atau bentuk isian di alat input), sumber input, jumlah tembusan untuk input berupa dokumen dasar dan distribusinya, alat input yang berupa digunakan, volume input dan periode input. Untuk mengidentifikasi input yang berupa dokumen dasar dapat menggunakan formulir F-103, sedangkan untuk input yang berupa dialog layar terminal menggunakan formulir F-204.
50
5. Desain output Output pada tahap desain sistem ini yaitu berupa tampilan di media keras atau layar video. Bentuk atau format dari outpu dapat berupa keterangan-keterangan (narrative), tabel atau grafik. Yang paling banyak dihasilkan adalah output yang berbentuk tabel. Langkah-langkah desain ouput : a. Menentukan kebutuhan output dari sistem baru Output yang akan didesain dapat ditentukan dari DFD sistem baru yang telah dibuat. Output di DFD ditunjukkan oleh arus data dari suatu proses ke kesatuan luar atau dari suatu proses ke proses yang lain. b. Menentukan parameter dari output Parameter ini meliputi tipe dari output, formatnya, media yang digunakan,
alat
output
yang
digunakan,
jumlah
tembusannya,
distribusinya, dan periodr output. Untuk mengidentifikasi output berupa laporan di media keras dapat menggunakan formulir F-102. Sedangkan untuk output yang berupa dialog alayar terminal menggunakan formulir F-104.
6. Kamus Data (Data Dictionary) Untuk membuat presepsi yang sama atas sebuah data dari seluruh orang yang terlibat dalam sistem komputerisasi, maka perlu dibuatkan kamus data yang menjelaskan tentang data (meta data). Data yang dijelaskan dalam kamus data dapat berupa : nama arus data, alias atau nama lain dari data, bentuk data, arus data, penjelasan, periode, volume dan struktur data. [20]
51 Lambang-lambang yang digunakan dalam kamus data, antar lain : a. =
Terdiri dari
b. +
Dan (and)
c. [ ]
Pilih salah satu pilihan
d. I
Pemisah dalam [ ]
e. { }
Pengulangan proses
f. ( )
Pilihan (boleh iya atu tidak)
g. *
Keterangan
h. @
Petunjuk
52 BASIS DATA :
Petunjuk teknis pengisian Formulir
-
Data pasien masuk Data visite Dokter Data tindakan Data hasil IPP Data pasien keluar LAPORAN YANG DIHASILKAN :
FORMULIR ASUHAN MEDIS : - Formulir Ringkasan keluar dan masuk - Formulir Resume medis / - Formulir pengantar penderita dirawat inap - Lembar Konsultasi - Formulir perjalanan penyakit instruksi Dokter - Formulir pemberian informasi - Inform consent - Laporan operasi - Surat kontrol - Formulir permohonan pulang paksa - Daftar Visite Dokter umum dan gigi - Daftar Visite Dokter spesialis
SISTEM PENCATATAN ASUHAN MEDIS BERBASIS ELEKTRONIK/EHR
TAHAPAN METODE SDLC [1]: - Perencanaan dengan mengetahui Sistem pencatatan asuhan medis yang sudah ada - Analisis dengan mengidentifikasi sejauh mana penggunaan komputer, kendala, dan harapan user - Perancangan - Implementasi - Pemeliharaan
Gambar 2.1 Kerangka Teori
- Laporan statistik RS - Laporan kunjungan pasien rawat inap dan jalan - Laporan 10 besar penyakit rawat jalan dan rawat inap - Laporan 10 besar tindakan - Laporan Penyakit tidak menular (PTM) - Laporan maternal dan Perinatal - Laporan Surveilans terpadu - Laporan Sex Transmited Disease dan Infeksi Nosokomial
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
- Eksternal - Internal
53
BASIS DATA : -
Data pasien masuk Data visite Dokter Data tindakan Data hasil IPP Data pasien keluar
FORMULIR ASUHAN MEDIS : - Formulir Ringkasan keluar dan masuk - Formulir Resume medis - Formulir pengantar penderita dirawat inap - Lembar Konsultasi - Formulir perjalanan penyakit instruksi Dokter - Formulir pemberian informasi - Inform consent - Laporan operasi - Surat kontrol - Formulir permohonan pulang paksa - Daftar Visite Dokter umum dan gigi - Daftar Visite Dokter spesialis
LAPORAN YANG DIHASILKAN :
SISTEM PENCATATAN ASUHAN MEDIS BERBASIS ELEKTRONIK/EHR
TAHAPAN METODE SDLC [1]: - Perencanaan dengan mengetahui Sistem pencatatan asuhan medis yang sudah ada - Analisis dengan mengidentifikasi sejauh mana penggunaan komputer, kendala, dan harapan user - Perancangan
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
- Lap. 10 besar penyakit - Lap. 10 besar tindakan - Data asuhan medis elektronik
54
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis
penelitian
yang
digunakan
adalah
deskriptif
untuk
menggambarkan sistem pencatatan asuhan medis berbasis elektronik dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Metode perancangan sistem yang digunakan adalah metode SDLC.
B. Variabel Penelitian 1. Formulir asuhan medis : a. Formulir pasien keluar masuk b. Formulir resume medis c. Formulir pengantar penderita dirawat inap d. Lembar konsultasi dokter e. Formulir perjalanan penyakit instruksi dokter f. Formulir pemberian informasi g. Inform consent h. Laporan operasi i. Surat kontrol j. Formulir permohonan pulang paksa k. Daftar visite dokter umum dan gigi l. Daftar visite dokter spesialis
54
55
2. Sistem informasi pencatatan asuhan medis berbasis elektronik 3. Basis data : a. Data pasien masuk b. Data visite dokter c. Data tindakan d. Data hasil IPP e. Data pasien pulang 4. Informasi yang dihasilkan :
a. Laporan Ringkasan Masuk dan Keluar b. Laporan Resume Medis c. Data asuhan medis elektronik 5. Perencanaan dengan mengetahui sistem pencatatan asuhan medis 6. Analisis
dengan
mengidentifikasi
komputer, kendala, dan harapan user.
sejauh
mana
penggunaan
56
C. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No 1
Variabel Formulir asuhan medis
Definisi Operasional Semua formulir rekam medis yang ditulis secara manual oleh dokter yang menangani pasien yaitu terdiri dari :
a. Formulir Ringkasan Masuk dan Keluar
Formulir yang berisi data ringkasan riwayat pasien sejak masuk rawat inap sampai keluar pada satu episode perawatan.
b. Formulir resume medis
Formulir resume medis (RM 14) diisi paling lambat 2 x 24 jam oleh dokter yang menangani pasien setelah pasien dinyatakan pulang. Berisi tentang ringkasan data klinis pasien selama dirawat inap.
c. Formulir pengantar penderita dirawat inap
Formulir yang berisi data medis pasien meliputi riwayat penyakit yang positif, pemeriksaan penunjang, pengobatan yang sudah diberikan di poliklinik, dan usul pengobatan di bangsal perawatan oleh dokter yang menangani pasien.
d. Lembar Konsultasi dokter
Berisi data konsultasi yang dilakukan oleh seorang dokter yang meminta pendapat oleh dokter lain mengenai masalah kesehatan pasiennya.
e. Formulir Data Perjalanan
Formulir yang berisi kumpulan data yang dicatat oleh
Penyakit instruksi Dokter
dokter mengenai keadaan dan perkembangan pasien, dari saat pasien masuk, selama dirawat, dan saat pasien pulang serta perintah dokter, semua tindakan,
57
lanjutan ... dan terapi yang telah dilakukan. f. Formulir pemberian informasi
Formulir yang berisi data identitas pasien atau keluarga pasien yang telah diberikan informasi oleh dokter yang bersangkutan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter serta berisi checklist jenis informasi apa saja yang telah diberikan
g. Inform Consent
Formulir persetujuan tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter, dan terdapat tanda tangan pasien atau keluarga pasien yang menyetujui tindakan tersebut, dokter yang menjelaskan, saksi 1, dan saksi 2.
h. Laporan Operasi
Laporan operasi yang dibuat oleh dokter yang mengoperasi lengkap dengan tanggal dan tanda tangan dokter yang melakukan operasi.
i. Surat kontrol
Formulir yang berisi jadwal evaluasi kesehatan pasien (berobat
kembali)
yang
dibuat
oleh
dokter
penanggung jawab pasien (DPJP).
j. Formulir permohonan pulang paksa
Berisi pernyataan permohonan pulang paksa atas permintaan pasien yang bersangkutan, terdapat tanda tangan dokter yang memeriksa dan yang membuat pernyataan.
k. Daftar visite Dokter umum dan gigi
Berisi data kunjungan dokter umum dan gigi terhadap pasiennya, kunjungan.
terdapat
nama
dokter
dan
tanggal
58
lanjutan ... l. Daftar visite Dokter spesialis
Berisi data kunjungan dokter spesialis terhadap pasiennya,
terdapat
nama
dokter
dan
tanggal
kunjungan. 2.
Sistem informasi pencatatan
Sebuah sistem informasi pencatatan asuhan medis
asuhan medis berbasis
berbasis elektronik atau menggunakan komputer
elektronik.
sebagai alat bantu sehingga informasi medis yang dihasilkan dapat diakses oleh tenaga medis pada saat pasien berobat di suatu fasyankes yang berbeda tentunya atas ijin pasien yang bersangkutan karena informasi medis pasien merupakan rahasia pasien yang bersangkutan.
3.
Basis data
Penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan semua data yang diinputkan ke dalam sistem. Basis data tersebut diantaranya adalah :
a. Data pasien masuk
Berisi data pasien pada saat pasien masuk yang meliputi identitas pribadi maupun identitas sosial pasien secara lengkap yaitu nomor rekam medis, nama pasien, usia, jenis kelamin, dan lain-lain.
b. Data visite dokter
Data yang dimasukkan pada saat visite dokter sehingga
menghasilkan
data
resep
obat
dan
perjalanan penyakit. c. Data Tindakan
Data yang dimasukkan ke dalam sisfo apabila perlu diberikan tindakan medis terhadap pasien.
d. Data hasil IPP
Data hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh pasien.
59
lanjutan ... e. Data pasien keluar
Data pada saat pasien pulang, berisi tanggal masuk dan tanggal keluar pasien, keadaan keluar, diagnosis utama, dan lain-lain.
4.
Informasi yang dihasilkan
Informasi yang dihasilkan berisi :
a. Laporan 10 besar penyakit
Hasil output yang memuat informasi tentang nama penyakit beserta kode penyakit yang menduduki 10 besar urutan terbanyak.
b. Laporan 10 besar tindakan
Hasil output yang memuat informasi tentang nama tindakan beserta kode tindakan yang menduduki 10 besar urutan terbanyak.
c. Data asuhan medis elektronik
Data yang berisi semua riwayat kesehatan pasien dan dapat diakses oleh dokter yang menangani pasien di fasyankes yang berbeda.
5.
Perencanaan
Melakukan perencanaan sistem dengan mengetahui sistem pencatatan asuhan medis guna menentukan tujuan dari sistem yang akan dirancang.
6.
Analisis
Mempelajari
sistem
yang
sudah
ada
dengan
mengidentifikasi sejauh mana penggunaan komputer dalam
pelayanan
kesehatan,
menganalisis
permasalahan dan hambatan yang muncul pada saat proses pencatatan asuhan medis oleh dokter, serta mengetahui harapan dokter sebagai pelaku sistem terkait sistem informasi pencatatan asuhan medis pasien berbasis elektronik.
60
D. Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokter spesialis dan dokter umum di Rumah Sakit Permata Medika Semarang tahun 2015 sebanyak 10 dokter berdasarkan kuota yang telah ditentukan oleh pihak Rumah Sakit.
E. Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem pencatatan asuhan medis oleh Dokter di Rumah Sakit Permata Medika Semarang tahun 2015.
F. Instrumen Penelitian 1. Pedoman Observasi Observasi adalah pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung objek yang diteliti pada saat penelitian. Dalam observasi ini, peneliti menyusun pedoman observasi yang akan dilakukan sebelum pengamatan di lapangan. Adapun objek yang diteliti adalah sistem pencatatan asuhan medis, sejauh mana penggunaan komputerisasi dalam pelayanan kesehatan, serta formulir rekam medis yang ditulis oleh dokter yang meliputi ; formulir ringkasan keluar dan masuk, formulir resume medis, formulir pengantar penderita dirawat inap, lembar konsultasi, formulir perjalanan penyakit instruksi dokter, formulir pemberian informasi, inform consent, laporan anestesi, laporan operasi, surat kontrol, formulir permohonan pulang paksa, daftar visite dokter umum dan gigi, serta daftar visite dokter spesialistik.
61 2. Pedoman Wawancara Wawancara merupakan teknik yang dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk menggali informasi dari narasumber yang dituju. Narasumber yang diwawancarai adalah 10 dokter umum maupun spesialis untuk mengetahui formulir rekam medis yang ditulis dokter, kendala pada saat proses pencatatan asuhan medis dan harapan Dokter sebagai pelaku sistem apabila digunakannya rekam medis elektronik di Rumah Sakit tersebut.
G. Pengolahan Data 1. Pengumpulan dan Editing Data Mengoreksi data-data yang telah diperoleh dan memastikan bahwa data-data tersebut sudah lengkap dan benar serta sesuai dengan kebutuhan dalam merancang sistem informasi pencatatan asuhan medis berbasis elektronik. 2. Klasifikasi Mengelompokkan data-data yang telah terkumpul meliputi data-data yang termasuk input data yang berupa formulir-formulir rekam medis yang ditulis dokter, proses data yang berupa sistem informasi pencatatan asuhan medis pasien berbasis elektronik , dan output data yang berupa laporan yang dihasilkan.
62
H. Langkah-langkah Pengembangan Sistem informasi Data-data yang telah diperoleh akan diolah secara rinci sehingga dapat diketahui kendala atau masalah yang muncul dan akhirnya akan menghasilkan sebuah rancangan sistem informasi pencatatan asuhan medis secara elektronik untuk memenuhi tujuan dari sistem yang telah diidentifikasi oleh
peneliti.
Adapun
langkah-langkah
perancangan
sistem
dengan
menggunakan metode SDLC adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan Pada tahap ini, pembuat sistem mencoba mengidentifikasi model dari sistem pencatatan asuhan medis oleh dokter di Rumah Sakit Permata Medika Semarang, mengidentifikasi sejauh mana penggunaan komputer dalam pelayanan kesehatan, mengetahui formulir-formulir rekam medis rawat inap yang digunakan atau ditulis oleh Dokter guna merekam catatan atua data klinis pasien serta mengidentifikasi laporan-laporan yang akan dihasilkan dari pendokumentasian formulir-formulir tersebut.
2. Analisis Tahap analisis merupakan tahap menganalisis dan mempelajari sistem yang sudah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbarui, dari hasil analisis ini nantinya akan diperoleh deskripsi permasalahan atau kendala yang muncul sehingga dapat terbentuk usulan sistem sesuai dengan kebutuhan pengguna sistem (user).
63
3. Perancangan Target pada tahap perancangan adalah menghasilkan rancangan yang memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan selama tahapan perencanaan dan analisis. Adapun tahapan dari perancangan adalah sebagai berikut : a. Identifikasi sistem Dalam identifikasi sistem terdapat beberapa tahapan yaitu dimulai dengan menentukan dan mendeskripsikan tujuan sistem atau sering disebut statement of purpose (STP), identifikasi informasi, identifikasi
tujuan
informasi,
identifikasi
data
yang
dibutuhkan,
identifikasi sumber data, identifikasi pelaku sistem, dan yang terakhir adalah identifikasi proses. b. Bisnis proses Merupakan diskripsi dari alur dokumen pada sistem yang sudah ada maupun pada sistem yang akan dirancang untuk diimplementasikan ke dalam pembuatan flow of document. c. Flow of Document Bagan yang menunjukkan alur dalam program, yang digunakan untuk alat komunikasi dan dokumentasi. d. Diagram Konteks (Context Diagram) Berisi gambaran keseluruhan dan hubungan entitas dengan karakteristik sistem yaitu kelompok data input, data output, dan penyimpanan datanya dalam sistem informasi pencatatan asuhan medis pasien berbabis elektonik (EHR).
64 e. Overview Diagram Menunjukkan hubungan antara input, process, dan output. Input menunjukkan item-item data yang akan digunakan oleh bagan proses. Proses berisi langkah-langkah kerja dan fungsinya. Sedangkan output berisi item-item data yang dihasilkan oleh langkah-langkah proses.
f. Data Flow Diagram (DFD) Leveled Berisi gambaran data dalam sistem informasi pencatatan asuhan medis pasien berbasis elektronik yang terstruktur dan jelas sebagai sistem jaringan kerja antar fungsi yang saling berhubungan. DFD menggambarkan aliran data dari sumber pemberi data (input) ke penerima data (output). g. Normalisasi Proses pengelompokkan data ke dalam bentuk tabel atau file untuk menyatakan hubungan sehingga menghasilkan suatu database yang mudah dimengerti, mudah dipelihara, mudah memprosesnya, dan mudah untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang baru. h. Kamus Data Kamus data atau sering disebut data dictionary adalah suatu penjelasan tertulis tentang suatu data dalam database. i. Desain Input Merupakan gambaran bentuk tampilan dari data yang akan dibuat pada sistem pencatatan asuhan medis pasien berbasis elektronik.
65 j. Desain Output Merupakan gambaran dan keluaran tentang kebutuhan otput dari sistem pencatatan asuhan medis pasien berbasis elektronik.
I. Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif dengan menyajikan hasil penelitian yaitu rancangan sistem pencatatan asuhan medis berbasis elektronik kemudian membandingkannya dengan sistem pencatatan asuhan medis secara manual di Rumah Sakit Permata Medika Semarang tahun 2015.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Rumah Sakit Permata Medika (RSPM) dibuka pada tanggal 9 Agustus 2007 di bawah naungan PT. Permata Panca Utama. Lokasi rumah sakit terletak di Jl. Moch. Ichsan No. 93-97 Ngaliyan, Semarang. Rumah Sakit Permata Medika berdiri di atas lahan seluas 13.000 m2 dengan luas bangunan 7500 m2. Rumah sakit ini berkapasitas 114 tempat tidur dengan beberapa spesifikasi kamar, yaitu kelas VVIP, VIP, Teladan, I, II, IIIA, dan IIIB, ICU/PICU. Rumah Sakit Permata Medika merupakan rumah sakit swasta dengan klasifikasi Madya Plus atau setara dengan Type “C Plus” yang mempunyai 43 dokter spesialis, 20 dokter umum serta lebih dari 120 orang tenaga keperawatan. Rumah sakit ini terus berbenah diri seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan pelayanan dengan melengkapi sarana, seperti Ultra Sono Graphy (USG) 4 dimensi, TACI, Echo cardiography dan Computerized Tomo Graphy-scan (CT Scan), Program Pengembangan Pegawai, serta Program Quality Asurance untuk menjamin kualitas pelayanan serta keslamatan bagi pasien. Rumah
Sakit
Permata
Medika
dibangun
dalam
upaya
melaksanakan pemerataan pelayanan kesehatan untuk masyarakat dan membantu
meningkatkan
derajat
66
kesehatan
masyarakat
dengan
67 menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat di daerah Semarang Barat khususnya serta masyarakat di wilayah kota Semarang dan sekitarnya pada umumnya. Selain itu terdapat beberapa ruang pelayanan antara lain ruang rawat jalan, rawat inap dan fasilitas penunjang, antara lain masjid, mini market, kafe/kantin, wisma tamu, salon, butik dan ATM.
B. Gambaran Umum Unit Rekam Medis 1. Visi dan Misi Unit Rekam Medis a. Visi Unit Rekam Medis Menjadi Rumah Sakit yang unggul, manusiawi dan terpilih. b. Misi Unit Rekam Medis 1) Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu 2) Mengutamakan
keamanan
dan
keselamatan
dalam
proses
pelayanan 3) Menerapkan nanajemen profesional yang efektif dan efisien 4) Senantiasa melengkapi dan meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
68
2. Struktur Organisasi Unit Rekam Medis
WAKIL DIREKTUR PELAYANAN DAN PENUNJANG MEDIS DR.ADHI MIDJAJA,SPA,M.KES
MANAGER PENUNJANG MEDIS DR.SANDI MUSLIM
KEPALA INSTALASI REKAM MEDIS DAN PENDAFTARAN DR.ANNA MARISKA KOORDINATOR PENDAFTARAN RATIH KUMALA DEWI
KOORDINATOR REKAM MEDIS SRI WAHYUNI
KODING RJ&RI -RISKY N.H -MEINIA K P
PELAPORAN INTERNAL & EKSTERNAL
ADMINISTRASI REKAM MEDIS
FILLING & ASSEMBLING
-PHILIH PAJAR P
-IDAYATU S -TRI SUSILO -LIA I
-SRI WAHYUNI
VARIKATOR INTERNAL -DIMAS ATRIO P -DEBORA SARASWATI -SUPRASETYO
PELAKSANAN PENDAFTARAN -SURTISNO -SITI F -EKA S -FRISCA A -PUJI LESTARI
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Unit Rekam Medis
-EVI Y -IMAM P -DIAN S -FITRI H -DEWI K
69
C. Hasil Penelitian Berdasarkan metode SDLC yang digunakan sebagai pedoman perancangan sistem informasi oleh peneliti, maka diperoleh hasil penelitian melalui berbagai tahapan yang dilakukan diantaranya : 1. Sistem pencatatan data asuhan medis Data asuhan medis merupakan data-data pasien yang ditulis oleh Dokter pada formulir rekam medis sesuai dengan kebutuhannya. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, sistem pencatatan rekam medis rawat inap yang terdapat di Rumah Sakit Permata Medika Semarang masih menggunakan sistem yang manual. Observasi dilakukan secara langsung dengan melakukan pengamatan ketika dokter menuliskan data klinis pasien UGD di lembar-lembar rekam medis serta menganalisis hasil pencatatan secara manual pada dokumen rekam medis rawat inap pasien yang ditulis oleh Dokter pada saat peneliti melakukan kegiatan assembling di unit rekam medis. Assembling merupakan kegiatan mengurutkan dokumen rekam medis sesuai dengan ID atau nomor formulir berdasarkan kebijakan Rumah Sakit tersebut.
2. Penggunaan komputer dalam pelayanan kesehatan Beberapa bagian di Rumah Sakit Permata Medika Semarang sudah menggunakan komputer sebagai alat bantu. Maka dapat dikatakan bahwa Rumah sakit tersebut telah memenuhi peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 tahun 2013 pasal 3 ayat 1 yaitu setiap rumah sakit wajib menyelenggarakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) [14]. Adapun bagian-bagian yang sudah terhubung dengan SIMRS adalah
70 TPPRJ, TPPGD, TPPRI, poliklinik, URI, kasir, apotek, IPP, dan unit rekam medis. Berawal dari pasien pertama kali mendaftar di TPPRI kemudian petugas menginputkan identitas pasien baik pribadi maupun sosial di SIMRS. Setelah memilih kamar perawatan petugas menginput ke SIMRS dan
menghubungi
perawat
bangsal
untuk
mempersiapkan kamar.
Sementara itu jika pasien tersebut adalah pasien lama, maka secara otomatis melalui komputer sistem akan mengirimkan nama, nomor rekam medis, nama dokter, dan nama bangsal ke komputer yang ada di bagian filing untuk diambilkan dokumen rekam medisnya. Data pasien dikirimkan ke apotek guna merekam data obat yang nanti akan dituliskan resep obatnya oleh dokter. Data pasien dikirimkan ke kasir guna merekam biaya perawatan atau billing. Data pasien dikirimkan ke petugas koding untuk merekam data diagnosis penyakit, tindakan, beserta kodenya. Kodingkoding tersebut juga nantinya akan digunakan sebagai dasar besaran biaya yang harus ditanggung oleh pasien maupun pihak asuransi jika pasien menggunakan asuransi. Data pasien juga akan dikirimkan ke IPP apabila pasien melakukan pemeriksaan penunjang seperti ; laboratorium, CT scan, MRI, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Maka dapat disimpulkan sistem yang ada di Rumah Sakit Permata Medika Semarang sudah saling berintegrasi, dikarenakan perekaman data pasien dari awal langsung menyebar dan dikirimkan ke berbagai unit melalui sistem yang digunakan Rumah Sakit tersebut. Namun data yang direkam oleh sistem hanya data dasar berupa identitas pribadi pasien dan data yang digunakan sebagai keperluan administratif saja, serta data-data yang terekam di
71 sistem hanya bisa digunakan untuk kalangan internal dan belum dimanfaatkan secara maksimal oleh dokter. Sistem tersebut dapat melakukan pencarian data pasien hanya dengan memasukkan nomor rekam medis maka akan muncul identitas pasien secara lengkap, kunjungan yang pernah dilakukan baik itu rawat jalan atau rawat inap, diagnosis penyakit yang diderita, diagnosis tindakan yang dilakukan, pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi yang pernah dilakukan, nama dokter yang menangani, bangsal perawatan, asuransi yang digunakan pasien, tanggal berobat maupun tanggal dirawat inap. Adapun kebutuhan hardware yang dapat menunjang perancangan sistem informasi pencatatan data asuhan medis berbasis elektronik adalah sebagai berikut : a. Processor b. UPS c. Jaringan d. Stabilisator e. Keyboard f. Mouse g. Printer h. Layar i. Kabel jaringan
72 3. Formulir rekam medis yang ditulis Dokter Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Permata Medika Semarang, terdapat 12 formulir rekam medis untuk pasien rawat inap yang ditulis dan diisi oleh Dokter yaitu ; formulir lembar masuk dan keluar (RM01), formulir resume medis (RM14), formulir pengantar penderita di rawat inap (RM03), lembar konsultasi dokter (RM24), formulir perjalanan penyakit instruksi dokter (RM05), formulir pemberian informasi (RM26), formulir persetujuan tindakan kedokteran / kedokteran gigi atau inform consent (RM21), laporan anestesi (RM09a), laporan operasi (RM09), surat kontrol, daftar visite dokter spesialis, dan daftar visite dokter gigi. Jika dibandingakan dengan hasil kuisioner yang disebar oleh peneliti dengan 10 koresponden yaitu dokter umum dan spesialis, 8 koresponden diantaranya memberikan
jawaban bahwa
memang benar terdapat 12 formulir rekam medis pasien rawat inap yang harus diisi oleh dokter.
4. Laporan yang dihasilkan Petugas pelaporan menerima sensus harian rawat jalan dan sensus harian rawat inap yang telah diisi oleh perawat jaga. Sensus harian rawat jalan dan rawat inap tersebut akan menghasilkan laporan kunjungan pasien rawat inap dan rawat jalan. Berdasarkan wawancara peneliti dengan
petugas
analisa
adalah
sebelum
dokumen
rekam
medis
dikembalikan ke filing, petugas analisis meneliti kelengkapan berkas sehingga menghasilkan laporan ketidaklengkapan berkas setiap bulannya
73 dan diberikan kepada dokter spesialis, pemilik Rumah Sakit, direktur Rumah Sakit dan untuk arsip Rekam Medis. Laporan yang dihasilkan di bagian pelaporan adalah laporan bulanan dan triwulan diantaranya sebagai berikut : 1) Laporan statistik RS 2) Laporan kunjungan pasien rawat inap dan jalan 3) Laporan 10 besar penyakit rawat jalan dan rawat inap 4) Laporan 10 besar tindakan 5) Laporan Penyakit tidak menular (PTM) 6) Laporan maternal dan Perinatal 7) Laporan Surveilans terpadu 8) Laporan Sex Transmited Disease dan Infeksi Nosokomial Laporan-laporan tersebut nantinya akan dikirimkan kepada Direktur RS Permata Medika, Dinas Kesehatan Kota dan Provinsi, Kemenkes RI. Dari identifikasi laporan-laporan tersebut, maka peneliti dapat menggambarkan laporan-laporan yang dapat dihasilkan dari sistem informasi pencatatan asuhan medis elektronik yang akan dirancang.
5. Hasil Kuisioner Dokter Pada tahap ini peneliti mencoba untuk mendeskripsikan kendala atau permasalahan yang terjadi pada saat proses pencatatan asuhan medis secara manual. Kemudian dari analisis tersebut peneliti bisa mengetahui harapan dan kebutuhan pengguna secara lengkap dan jelas terkait sistem informasi asuhan medis berbasis elektronik yang akan dirancang. Informasi tersebut dapat diperoleh peneliti melalui wawancara
74 dengan dokter secara langsung sesuai dengan rencana awal peneliti, namun karena waktu penelitian dilakukan bersamaan dengan persiapan rumah sakit dalam menghadapi kegiatan akreditasi maka pihak rumah sakit menyarankan
peneliti
untuk
merubah
metode
penelitian
menjadi
penyebaran kuisioner atau wawancara tertutup kepada dokter sehingga tidak mengganggu kegiatan persiapan akreditasi rumah sakit dan peneliti tetap mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Maka hal tersebut merupakan keterbatasan dari peneliti. Dari 10 kuisioner yang dibagikan hanya 8 kuisioner yang terisi. Berikut ini adalah hasil kuisioner dari 8 koresponden yaitu dokter umum dan dokter spesialis di Rumah Sakit Permata Medika Semarang: a. Hasil Kuisioner Dokter 1 (D1) Rekam medis rawat inap yang diisi Dokter adalah RM01, RM03, lembar konsultasi, RM05, RM26, RM21, RM09, RM14, daftar visite dokter umum dan gigi, daftar visite dokter spesialis, RM17, dan surat kontrol. Periode pengisian masing-masing formulir diisi sesuai dengan kebutuhannya. D1 menganggap bahwa rekam medis sangat penting, selama ini kendala yang dirasakan oleh D1 adalah DPJP malas mengisi rekam medis karena lembarnya banyak, sibuk, dan tidak adanya waktu (buru-buru) untuk melengkapi rekam medis tersebut. Harapan dari D1 terkait perancangan sistem informasi pencatatan data asuhan medis berbasis elektronik adalah tetap ada rekam medis yang manual, karena dikhawatirkan dokter yang sudah tua tidak bisa mengoperasikan komputer.
75 b. Hasil Kuisioner Dokter 2 (D2) Rekam medis rawat inap yang diisi Dokter adalah RM01, RM03, lembar konsultasi, RM05, RM26, RM21, RM09, RM14, daftar visite dokter umum dan gigi, daftar visite dokter spesialis, RM17, dan surat kontrol. Periode pengisian masing-masing formulir diisi sesuai dengan kebutuhannya. D2 menganggap bahwa rekam medis penting sekali, D2 juga memberikan jawaban bahwa terdapat kendala pada saat pencatatan data asuhan medis yaitu terlalu banyaknya lembar rekam medis. Harapan dari D2 terkait perancangan sistem informasi pencatatan data asuhan medis berbasis elektronik adalah sistem tersebut dirancang secara simple, mudah diakses dimana saja dengan kode atau password masing-masing. c. Hasil Kuisioner Dokter 3 (D3) Rekam medis rawat inap yang diisi Dokter adalah RM01, RM03, lembar konsultasi, RM05, RM26, RM21, RM09, RM14, daftar visite dokter umum dan gigi, daftar visite dokter spesialis, RM17, dan surat kontrol. Periode pengisian masing-masing formulir diisi sesuai dengan kebutuhannya. D3 menganggap bahwa rekam medis penting sekali, selama ini kendala yang dirasakan oleh D3 adalah keterbatasan waktu, banyak yang harus diisi karena rekam medis yang tebal. Harapan dari D3 terkait perancangan sistem informasi pencatatan data asuhan medis berbasis elektronik adalah sistem tersebut menjadi lebih simple. d. Hasil Kuisioner Dokter 4 (D4) Rekam medis rawat inap yang diisi Dokter adalah RM01, RM03, lembar konsultasi, RM05, RM26, RM21, RM09, RM14, daftar visite
76 dokter umum dan gigi, daftar visite dokter spesialis, RM17, dan surat kontrol. Periode pengisian masing-masing formulir diisi sesuai dengan kebutuhannya. D4 menganggap bahwa rekam medis sangat penting, D4 juga memberikan jawaban bahwa terdapat kendala pada saat pencatatan
data
asuhan
medis
yaitu
rekam
medis
yang
membingungkan. Harapan dari D4 terkait perancangan sistem informasi pencatatan data asuhan medis berbasis elektronik adalah sistem tersebut menjadi sistem yang aplicable, legal, dan informatif. e. Hasil Kuisioner Dokter 5 (D5) Rekam medis rawat inap yang diisi Dokter adalah RM01, RM03, lembar konsultasi, RM05, RM26, RM21, RM09, RM14, daftar visite dokter umum dan gigi, daftar visite dokter spesialis, RM17, dan surat kontrol. Periode pengisian masing-masing formulir diisi sesuai dengan kebutuhannya. D5 menganggap bahwa rekam medis sangat penting, selama initidak terdapat kendala yang dirasakan oleh D5. Harapan dari D5 terkait perancangan sistem informasi pencatatan data asuhan medis berbasis elektronik adalah sistem tersebut dapat menjadi acuan dalam perjalanan penyakit dan perawatan pasien yang lebih jelas dalam pemeriksaan. f. Hasil Kuisioner Dokter 6 (D6) Rekam medis rawat inap yang diisi Dokter adalah RM01, RM03, lembar konsultasi, RM05, RM26, RM21, RM09, RM14, daftar visite dokter umum dan gigi, daftar visite dokter spesialis, RM17, dan surat kontrol. Periode pengisian masing-masing formulir diisi sesuai dengan kebutuhannya. D6 menganggap bahwa rekam medis sangat penting,
77 namun tidak terdapat kendala pada saat pencatatan data asuhan medis tersebut. g. Hasil Kuisioner Dokter 7 (D7) Rekam medis rawat inap yang diisi Dokter adalah RM01, RM03, lembar konsultasi, RM05, RM26, RM21, RM09, RM14, daftar visite dokter umum dan gigi, daftar visite dokter spesialis, RM17, dan surat kontrol. Periode pengisian masing-masing formulir diisi sesuai dengan kebutuhannya. D7 menganggap bahwa rekam medis itu penting, selama ini tidak terdapat kendala yang dirasakan oleh D7. Harapan dari D7 terkait perancangan sistem informasi pencatatan data asuhan medis berbasis elektronik adalah sistem tersebut dapat menjadi acuan dalam perjalanan penyakit yang cepat dan tepat. h. Hasil Kuisioner Dokter 8 (D8) Rekam medis rawat inap yang diisi Dokter adalah RM01, RM03, lembar konsultasi, RM05, RM26, RM21, RM09, RM14, daftar visite dokter umum dan gigi, daftar visite dokter spesialis, RM17, dan surat kontrol. Periode pengisian masing-masing formulir diisi sesuai dengan kebutuhannya. D8 menganggap bahwa rekam medis sangat penting, namun selama ini D8 tidak pernah menemui kendala pada proses pencatatan data asuhan. Harapan dari D8 terkait perancangan sistem informasi pencatatan data asuhan medis berbasis elektronik adalah informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut diharapkan menjadi medical record yang baik, cepat, tepat, dan akurat.
78 6. Kendala user Dari hasil kuisioner 8 koresponden seluruhnya menganggap formulir rekam medis itu sangat penting, 5 diantaranya memberikan jawaban bahwa terdapat kendala pada saat pencatatan dokumen rekam medis yang ditulis oleh Dokter yakni terlalu banyaknya formulir yang harus diisi, membingungkan, keterbatasan waktu, buru-buru, karena jumlah dokter tidak sebanding dengan jumlah beban yang diampu oleh
dokter.
Artinya
tidak
semua
dokter
hanya melayani dan
bertanggung jawab pada 1 pasien rawat inap saja melainkan 1 dokter bisa bertanggung jawab lebih dari 2 pasien. Sedangkan 3 koresponden menyatakan bahwa tidak terdapat kendala pada saat proses pencatatan data asuhan medis pasien.
7. Harapan user Adapun harapan para koresponden tersebut adalah sebagai berikut : a. Sisfo yang akan dirancang memudahkan dokter dalam pencatatan dokumen rekam medis pasien karena lebih sederhana sehingga terjadi kesinambungan informasi medis pasien antara banyak dokter tanpa memandang dimana pasien sedang berobat. Beberapa koresponden menyarankan untuk menggunakan kode atau password sebagai hak akses pengguna atau dokter. b. Sisfo pencatatan data asuhan medis berbasis elektronik dapat menjadi acuan dalam perjalanan penyakit dan perawatan pasien yang lebih jelas dalam pemeriksaan.
79 c. Sisfo yang dirancang dapat menjadi sistem yang aplicable, legal, dan informatif. d. Sisfo mampu menjadi acuan dalam perjalanan penyakit yang cepat dan tepat.
8. Bisnis Proses Pasien disarankan rawat inap oleh Dokter atau atas keinginan sendiri, dan pasien diwajibkan untuk melengkapi registrasi terlebih dahulu dengan syarat apabila pasien berasal dari poliklinik atau Unit Gawat Darurat (UGD) di Rumah Sakit tersebut maka harus memberikan surat perintah rawat inap (RM03). Namun apabila pasien berasal dari Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) tingkat I yaitu puskesmas dan dokter keluarga maka dibuktikan dengan membawa surat rujukan. Setelah registrasi, pasien diantar ke bangsal rawat inap bersama dengan perawat. Setelah itu pasien akan diberikan tindakan infus oleh perawat, dan perawat akan mengisi formulir daftar cairan infus (RM 07a), dokter akan memeriksa keadaan pasien dan menulis diagnosis masuk pada Lembar masuk dan keluar (RM 01), hasil pemeriksaan dokter juga akan ditulis di formulir perjalanan penyakit instruksi dokter (RM 05) lalu dokter akan menuliskan resep obat di kartu obat (RM 09c) dan berkoordinasi dengan perawat supaya perawat memberikan obat yang telah dituliskan oleh dokter dan memantau perkembangan pasien. Adapun formulir-formulir yang diisi oleh perawat adalah grafik tanda vital (RM04), diagnosa dan rencana tindakan keperawatan (RM06b), catatan tindakan dan catatan perkembangan (RM07), serta resume keperawatan (RM13). Setiap dokter yang memeriksa
80 pasien atau melakukan kunjungan (visite), dokter akan menuliskan di daftar visite dokter umum, gigi, atau spesialis. Pemeriksaan dilakukan setiap hari oleh Dokter, dan apabila tidak ada perbaikan dengan kondisi pasien dan atau dokter menemukan suatu gejala yang mengarah pada penyakit yang serius, maka dokter akan mengarahkan pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang yang sesuai. Setelah hasil pemeriksaan penunjang sudah keluar maka akan dibaca oleh DPJP (dokter penanggung jawab pasien) dan DPJP akan memeriksa serta mengkaji ulang keadaan pasien kembali. Dalam hal ini DPJP juga berhak meminta pendapat dari dokter spesialis yang lain untuk berkonsultasi mengenai keadaan pasien. Hasilnya akan ditulis di lembar konsultasi (RM 24). Apabila hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan pasien sudah keluar, dan ternyata perlu dilakukan tindakan medis (operasi) untuk mengatasi masalah kesehatan pasien, maka dokter wajib menjelaskan dan memberikan informasi tentang diagnosis penyakit, tindakan medis yang akan dilakukan, tujuan dari tindakan tersebut, resiko yang akan terjadi dan informasi yang lainnya kepada pasien dan atau keluarga pasien. Hal tersebut dibuktikan dengan diisinya formulir pemberian informasi (RM 26) dengan dibubuhi tanda tangan dokter sebagai pemberi informasi dan pasien atau keluarga pasien sebagai penerima informasi beserta dua saksi yang biasanya seorang perawat. Saat itu pula pasien akan memberikan persetujuan atau penolakan terhadap rencana tindakan medis yang akan dilakukan oleh tim medis rumah sakit. Formulir rekam medis yang diisi pada
81 saat itu adalah inform consent atau persetujuan tindakan kedokteran / kedokteran gigi (RM 21). Sebelum operasi dilakukan dokter ahli anestesi akan melakukan anestesi atau pembiusan kepada pasien dan mengisi formulir laporan anestesi (RM09a) lalu dilanjutkan tindakan operasi. Setelah itu, Dokter ahli bedah wajib mengisikan hasil operasi ke dalam formulir rekam medis Laporan operasi (RM 9). Formulir tersebut dibuat oleh dokter yang mengoperasi lengkap dengan tanggal dan tangan dokter. Selang beberapa hari apabila keadaan pasien sudah membaik dan DPJP menyatakan bahwa pasien sudah boleh pulang maka pasien akan dibuatkan surat kontrol untuk berobat kembali. Saat pulang dokter juga wajib mengisi lembar keluar dan masuk (RM 01) dan formulir resume medis (RM14) yang harus dilengkapi dalam waktu 2 x 24 jam. Setelah itu akan dilakukan proses pengkodingan penyakit dan tindakan oleh petugas rekam medis yang akan diisikan pada lembar RM01 dan RM14. Formulir permohonan pulang paksa (RM 17) dapat dibuat apabila sebenarnya keadaan pasien belum membaik dan belum dianjurkan untuk pulang oleh tim medis Rumah Sakit, namun karena suatu alasan pasien memohon untuk pulang paksa dengan konsekuensi segala resiko yang akan ditanggung oleh pasien tersebut.
82
9. Flow of Document sistem pencatatan asuhan medis yang sudah ada (manual) Pasien
Poli, UGD
PPK I
Perawat
Dokter bangsal
IPP
Dokter lain
Data pasien
RM 01
Surat rujukan
A
B
D
E
A
A
Tindakan infus
Pemeriksaan penunjang
Memeriksa & mengkaji ulang pasien
RM 01
RM 07a
Konsultasi
RM 24
A Hasil IPP RM 01
B
Kembali ke dokter pengirim
RM 05 Visite dokter
B
E B
Menulis resep obat
RM 09c
Memantau perkembangan pasien
RM 04 RM 06b RM 07 RM 13
A
C
Menemukan gejala serius
D A
Petugas RM
83
F
Permo honan plg paksa
G
C
T
Plg paksa?
F
F
Penjelasan sblm operasi
RM26 RM21
anestesi
RM09a
operasi
RM09
1
84 H
1
Sembuh pulang
Input diagnosa penyakit & tindakan
RM01
Pengkodingan
RM14 Surat kontrol Bridging
H A
G
RM17
A
Gambar 4.2 Flow of Document Sistem yang sudah ada
85 Keterangan : a) PPK
: Pemberi Pelayanan Kesehatan
b) Fasyankes : Fasilitas pelayanan kesehatan c) RM01
: Lembar Keluar dan Masuk
d) RM03
: Pengantar penderita di rawat inap
e) RM07a
: Daftar cairan infus
f) RM05
: Perjalanan penyakit instruksi Dokter
g) RM09c
: Kartu obat
h) RM04
: Grafik tanda vital
i) RM06b
: Diagnosa dan rencana tindakan keperawatan
j) RM13
: Resume keperawatan
k) RM24
: Lembar konsultasi
l) RM26
: Formulir pemberian informasi
m) RM21
: Persetujuan tindakan kedokteran / kedokteran gigi
n) RM09a
: Laporan anestesi
o) RM09
: Laporan operasi
p) RM17
: Permohonan pulang paksa
86
10. Flow of Document sistem informasi pencatatan asuhan medis elektronik yang dirancang
Pasien
TPPRI
Dokter bangsal
registrasi
IPP
C
B
A Input data pasien masuk
Pemeriksaan penunjang
Memeriksa, mengkaji ulang pasien
Sisfo asuhan medis elektronik
Dokter lain
konsultasi
Input hasil konsultasi Sisfo asuhan medis elektronik
Input visite dokter, perj.penykit, resep obat
Data Visite
Data pasien masuk
Hassil IPP
Sisfo asuhan medis elektronik
A
A
Data visite
Gejala serius?
F 1
T B
C
A
Rumah Sakit
E
Data asuhan medis elektronik
Fasyankes lain & Petugas RM
F
Data asuhan medis elektronik
87 1
T
pulang paksa?
T Input data pasien keluar
Sisfo asuhan medis elektronik
Data pasien keluar
D
Penjelasan sebelum operasi
2
D
88 2
Input data tindakan
Sisfo asuhan medis elektronik
E
F
Gambar 4.3 Flow of Document Sistem yang dirancang
89 11. Deskripsi rancangan Sisfo data asuhan medis elektronik a. Langkah-langkah identifikasi sistem 1) Statement of Purpose Sistem informasi asuhan medis elektronik merupakan sistem informasi rekam medis bagi pasien rawat inap yang telah menggunakan komputer sebagai alat bantu. Sisfo tersebut digunakan untuk merekam data klinis pasien dan dapat diakses kapan saja oleh dokter
yang
menangani
pasien
tanpa
mempermasalahkan
keberadaan pasien saat itu. Bisa digunakan sebagai media komunikasi dokter antar fasilitas pelayanan kesehatan yang lain diantaranya untuk keperluan rujukan, konsultasi masalah kesehatan dengan dokter spesialis, dan lain-lain.
2) Identifikasi informasi a) Laporan 10 besar penyakit b) Laporan 10 besar tindakan c) Data asuhan medis elektronik
3) Tujuan informasi a) Laporan 10 besar penyakit
: Direktur RS
b) Laporan 10 besar tindakan
: Direktur RS
c) Data asuhan medis elektronik
: Dokter dan petugas
rekam medis
90 4) Identifikasi dan sumber data a) Data pasien masuk
: TPPRI
b) Data visite
: Dokter
c) Data tindakan
: Dokter
d) Data hasil IPP
: Petugas IPP
e) Data pasien pulang
: Dokter
5) Pelaku sistem a) TPPRI b) Dokter c) Petugas IPP d) Petugas rekam medis e) Direktur Rumah Sakit
6) Identifikasi proses a) Mencari identitas pasien b) Merekam data klinis pasien : i. Merekam data pasien masuk ii. Merekam data visite iii. Merekam data hasil IPP iv. Merekam data tindakan v. Merekam data pasien pulang c) Mencetak laporan : i. Laporan 10 besar penyakit ii. Laporan 10 besar tindakan iii. Data asuhan medis elektronik
91
12. Context Diagram Sistem Pencatatan manual
Project Name: New Project Name Project Path: c:\putri\ Chart File: dfd00022.dfd Chart Name: context diagram sistem manual Created On: Aug-06-2015 Created By: Rahmawati Putri Modified On: Aug-06-2015 Modified By: Rahmawati Putri
direktur
lap.10 besar tindakan lap.10 besar DOKUMEN REKAM penyakit MEDIS surat kontrol RM 21 1
0
Petugas RM
DOKUMEN REKAM MEDIS
sistem pencatatan manual
RM01 RM03 lembar konsultasi RM 05 RM26 RM09 RM17 RM14
Dokter
daftar visite dokter umum & gigi daftar visite dokter spesialis
Gambar 4.4 Context Diagram Sistem Pencatatan Manual
92 13. Context Diagram Sistem yang dirancang
Project Name: New Project Name Project Path: c:\putri\ Chart File: dfd00013.dfd Chart Name: context diagram Created On: Jul-09-2015 Created By: Rahmawati Putri Modified On: Jul-09-2015 Modified By: Rahmawati Putri
data bangsal lap.10 besar penyakit
data identitas
TPPRI
Direktur
data dokter lap.10 besar tindakan
data petugas IPP data IPP data hasil IPP
1
0
Sisfo Asuhan Medis Elektronik
Petugas IPP
data asuhan medis elektronik
data asuhan medis elektronik
data visite
data obat data resep data diagnosa data tindakan
data rawat inap
Dokter
data dokter data konsultasi
data pemberian tindakan data persetujuan data pasien keluar
Gambar 4.5 Context Diagram Sistem yang dirancang
Petugas RM
93 14. Overview Diagram
0 SISFO Asuhan Medis Elektronik
1. Mencari identitas pasien
2.1 Merekam data pasien masuk
2.2 Merekam data visite
2. Merekam data klinis pasien
2.3 Merekam data hasil IPP
3.1 Lap.10 besar penyakit
Gambar 4.6 Overview Diagram
3. Mencetak laporan
2.4 Merekam data tindakan
3.2 Lap.10 besar tindakan
2.5 Merekam data pasien keluar
3.3 data asuhan medis elektronik
94
15. Data Flow Diagram levelled a. DFD Level 0
Projec t Name: Projec t Path: Chart File: Chart Name: Created On: Created By : Modif ied On: Modif ied By :
New Projec t N ame c:\ putri\ df d00014.df d lev el 0 Jul-09-2015 Rahmawat i Putri Aug-07-2015 Rahmawat i Putri data dokter
data pasien keluar
data persetujuan
data bangs al
mencari identitas pasien
data dokter
TPPRI
data pasien keluar
1.1
data identitas
data identitas
data persetujuan
data diagnosis data k onsultas i
data obat
data pemberian tindakan
data bangs al data dokter
data identitas
data tindak an
data resep
data pemberian tindakan
data k onsultas i data identitas
data t indakan
data bangs al
data dokter
data obat
data v isite
data v isite
data hasil IPP
data hasil IPP
data resep
data diagnosa
data bangs al data pemberian tindakan data pasien keluar data resep Dokter data obat data persetujuan data k onsultas i data diagnosa data v isite data tindak an
1.2 merek am data klinis pasien
Petugas IPP data v isite
data hasil IPP
data asuhan medis elek tronik data asuhan medis elek tronik
lap.10 bes ar peny akit data pasien keluar
Petugas RM
lap.10 bes ar tindakan
1.3
data v isite
data v isite
mencetak laporan
data obat
data obat
data persetujuan
data IPP
data hasil IPP data hasil IPP
data resep
data petugas I PP
data resep
data k onsultas i
data petugas IPP
data persetujuan
data tindak an
data k onsultas i
data pemberian tindakan data pemberian tindakan
data IPP data pasien keluar
Direktur
data tindak an
Gambar 4.7 Data Flow Diagram level 0
95 b. DFD Level 1 proses 2
Project Name: Project Path: Chart File: Chart Name: Created On: Created By: Modified On: Modified By:
New Project Name c:\putri\ dfd00011.dfd level 1 proses 2 Jul-01-2015 Rahmawati Putri Aug-07-2015 Rahmawati Putri
data bangsal
data bangsal
data bangsal data dokter
1.2.1
data identitas
merekam data pasien masuk
data bangsal
TPPRI
data dokter
data dokter
data identitas data identitas data identitas
data obat
data resep
data resep 1.2.2
data obat data diagnosis
data dokter
data visite data diagnosis data konsultasi data obat
merekam data visite
data diagnosa
data resep
data konsultasi
data konsultasi permintaan IPP data IPP data petugas Petugas IPP IPP data hasil IPP
data pemberian tindakan
data visite
data visite permintaan IPP
1.2.3 merekam data hasil IPP
data hasil IPP
data persetujuan data tindakan
data hasil IPP
Dokter
data pemberian tindakan
data pemberian tindakan
1.2.4
data persetujuan
data hasil IPP
merekam data tindakan
data persetujuan data tindakan
data tindakan
1.2.5
data pasien keluar
data pasien keluar
merekam data pasien keluar
Gambar 4.8 Data Flow Diagram level 1 proses 2
data pasien keluar data diagnosa
96 c. DFD level 1 proses 3 Project Name:New Project Name Project Path: c:\putri\ Chart File: dfd00012.dfd Chart Name: level 1 proses3 Created On: Jul-01-2015 Created By: Rahmawati Putri Modified On: Jul-26-2015 Modified By: Rahmawati Putri
data diagnosis
data diagnosis
data pasi en keluar
1.3.1 lap.10 besar penyakit
Di rektur
mencetak lap. 10 besar penyakit
data pasi en keluar
data pasi en keluar
data tindakan
1.3.2 lap.10 besar tindakan
data tindakan
mencetak lap.10 besar tindakan
data pemberian tindakan
data pemberian tindakan
Dokter
data asuhan medis elektronik
data pemberian tindakan data dokter
data tindakan
data dokter data i dentitas
data i dentitas data petugas IPP
data bangsal
1.3.3
data asuhan medis elektronik
mencetak dt as medis el ektronik
data IPP data persetuj uan petugas RM
data bangsaldata petugas IPP data resep data visite data konsultasi data pasi en keluar
data pasi en keluar data diagnosis
data diagnosis
data obat
data rawat inap
data rawat inap
data IPP
data hasi l IPP
data obat
data hasi l IPP
data resep
data konsultasi
Gambar 4.9 Data Flow Diagram level 1 proses 3
data persetuj uan
data visite
97
16. Entity Relation Diagram (ERD)
M
Pemeriksaan penunjang
M
Pasien
Pemberian tindakan
M
Visite
M M
Registrasi
1
Keluar
1
Bangsal Gambar 4.10 Entity Relation Diagram
M
IPP
M
1
Dokter
98
17. Transformasi tabel a. Pasien no_rm nm_pas j_kel
kd_dokter
cr_bayar
tgl_lahir
no_telp
usia
alamat
kd_bangsal
pekerjaan
nm_kelpasien
b. Rawat inap no_regmasuk no_rm kd_bangsal kls_rawat anamnesa
pem_fisik kd_dx c. Bangsal kd_bangsal
nm_bangsal
d. Pemeriksaan Penunjang no_visite
kd_IPP
kd_ptgsIPP
jenis_IPP
tgl_IPP
ket_IPP
e. IPP kd_ptgsIPP nm_ptgsIPP
f. Visite no_visite
kd_dx
no_regmasuk
kd_obat
no_konsul
tgl_visite
nm_obat
kd_dokter
perj_penyakit
dosis_obat
hasil_konsul
tgl_op
instruksi_dr
kamar_op
99 g. Pemberian Tindakan no_urutop
j.m_op
kd_tind
j.s_op
nm_kelpasien
nm_tind
lama_op
persetujuan
kd_dokter
kd_dx
saksi
tgl_op
kamar_op
tujuan_tind
tgl_persetujuan
h. Dokter kd_dokter
nm_dokter
spesialisasi
i. Pasien keluar no_regmasuk
lama_rawat
no_regkeluar
kd_dx
nm_dx
no_rm
Tgl_masuk
keadaan_keluar
tgl_keluar
100
18. Normalisasi a. Tabel Login *username
password
nm_petugas
akses
1) Tabel Login memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada tabel login (username, password, nm_petugas, akses) tidak terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Login memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel login telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut bukan
kunci
utama
(password,
nm_petugas,
akses)
tergantung secara fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (username).
username
password, nm_petugas, akses
3) Tabel Identitas memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan kunci (password, nm_petugas) tidak bergantung secara fungsional kepada atribut bukan kunci yang lain (password, nm_petugas) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan transitif. Setiap
101 atribut bukan kunci harus bergantung hanya pada kunci utama / primary key (username) secara menyeluruh. Ketergantungan Fungsi Tabel Login username
password, nm_petugas, akses
Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Login password
nm_petugas, akses
nm_petugas
password, akses
akses
password, nm_petugas
b. Tabel Identitas *no_rm
alamat
nm_pas
j_kel
tgl_lahir
usia
pekerjaan
kd_dr
telp/hp
cr_bayar
1) Tabel Identitas memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada tabel identitas (no_rm, nm_pas, j_kel, tgl_lahir, usia, alamat, pekerjaan, kd_dr, telp/hp, cr_bayar) tidak terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Identitas memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel identitas telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut
bukan kunci utama (nm_pas, j_kel, tgl_lahir, usia,
alamat, pekerjaan, kd_dr, telp/hp, cr_bayar) tergantung secara fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (no_rm).
102 no_rm
nm_pas, j_kel, tgl_lahir, usia, alamat, pekerjaan, kd_dr, telp/hp, cr_bayar
3) Tabel Identitas memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan
kunci
(nm_pas,
j_kel,
tgl_lahir,
usia,
alamat,
pekerjaan, kd_dr, telp/hp, cr_bayar) tidak bergantung secara fungsional kepada atribut bukan kunci yang lain (nm_pas, j_kel, tgl_lahir, usia, alamat, pekerjaan, kd_dr, telp/hp, cr_bayar) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan transitif. Setiap atribut bukan kunci harus bergantung hanya pada kunci utama / primary key (no_rm) secara menyeluruh. Ketergantungan Fungsi Tabel Identitas no_rm
nm_pas, j_kel, TTL, usia, alamat, pekerjaan, kd_dr, telp/hp, cr_bayar
Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Identitas nm_pas
j_kel, TTL, usia, alamat, pekerjaan, kd_dr, telp/hp, cr_bayar
J_kel
nm_pas, TTL, usia, alamat, pekerjaan, kd_dr, telp/hp, cr_bayar
TTL
nm_pas, j_kel, usia, alamat, pekerjaan, kd_dr, telp/hp, cr_bayar
usia
nm_pas, j_kel, TTL, alamat, pekerjaan, kd_dr, telp/hp, cr_bayar
alamat
nm_pas, j_kel, TTL, usia, pekerjaan, kd_dr, telp/hp, cr_bayar
pekerjaan
nm_pas, j_kel, TTL, usia, alamat, kd_dr, telp/hp, cr_bayar
kd_dr
nm_pas, j_kel, TTL, usia, alamat, pekerjaan, telp/hp, cr_bayar
telp/hp
nm_pas, j_kel, TTL, usia, alamat, pekerjaan,
103 kd_dr, cr_bayar cr_bayar
nm_pas, j_kel, TTL, usia, alamat, pekerjaan, telp/hp, kd_dr
c. Tabel Rawat inap *no_regmasuk
tgl_masuk
**no_rm
anamnesa
**kd_bangsal
pem_fisik
kls_rawat
**kd_dx
1) Tabel rawat inap memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada tabel rawat inap (no_regmasuk, no_rm, kd_bangsal, kls_rawat, tgl_masuk, anamnesa, pem_fisik, kd_dx) tidak terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Rawat Inap memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel rawat inap telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut bukan kunci utama (no_rm, kd_bangsal, kls_rawat, tgl_masuk, anamnesa, pem_fisik, kd_dx) tergantung secara fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (no_regmasuk). no_regmasuk
no_rm, tgl_masuk, kd_dx
kd_bangsal, anamnesa,
kls_rawat, pem_fisik,
104 3) Tabel Rawat Inap memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan kunci (no_rm, kd_bangsal, kls_rawat, tgl_masuk, anamnesa, pem_fisik, kd_dxmasuk) tidak bergantung secara fungsional kepada atribut bukan kunci yang lain (no_rm, kd_bangsal, kls_rawat, tgl_masuk, anamnesa, pem_fisik, kd_dx) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan transitif. Setiap atribut bukan kunci harus bergantung hanya pada kunci utama / primary key (no_regmasuk) secara menyeluruh.
Ketergantungan Fungsi Tabel Rawat Inap no_regmasuk
no_rm, kd_bangsal, kls_rawat, anamnesa, pem_fisik, kd_dx
tgl_masuk,
Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Rawat Inap no_rm
kd_bangsal, kls_rawat, tgl_masuk, anamnesa, pem_fisik, kd_dx
kd_bangsal
no_rm, kls_rawat, tgl_masuk, anamnesa, pem_fisik, kd_dx
kls_rawat
no_rm, kd_bangsal, tgl_masuk, anamnesa, pem_fisik, kd_dx
tgl_masuk
no_rm, kd_bangsal, pem_fisik, kd_dx
kls_rawat,
anamnesa,
anamnesa
no_rm, kd_bangsal, pem_fisik, kd_dx
kls_rawat,
tgl_masuk,
pem_fisik
no_rm, kd_bangsal, anamnesa, kd_dx
kls_rawat,
tgl_masuk,
kd_dx
no_rm, kd_bangsal, anamnesa, pem_fisik
kls_rawat,
tgl_masuk,
105 d. Tabel Bangsal *kd_bangsal
nm_bangsal
1) Tabel Bangsal memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada
tabel
Bangsal
(kd_bangsal,
nm_bangsal)
tidak
terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Bangsal memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel Bangsal telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut bukan
kunci
utama
(nm_bangsal)
tergantung
secara
fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (kd_bangsal). kd_bangsal
nm_bangsal
3) Tabel Bangsal memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan
kunci
fungsional
(nm_bangsal)
kepada
atribut
tidak
bergantung
bukan
kunci
secara
yang
lain
(nm_bangsal) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan transitif. Setiap atribut bukan kunci harus bergantung hanya pada kunci utama / primary key (kd_bangsal) secara menyeluruh. Ketergantungan Fungsi Tabel Bangsal kd_bangsal
nm_ bangsal
106 Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Bangsal nm_bangsal
kd_bangsal
e. Tabel Dokter *kd_dokter
nm_dokter
spesialisasi
1) Tabel Dokter memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada tabel Dokter (kd_dokter, nm_dokter, spesialisasi) tidak terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Dokter memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel Dokter telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut bukan kunci utama (nm_dokter, spesialisasi) tergantung secara fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (kd_dokter). kd_dokter
nm_dokter
3) Tabel Dokter memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan kunci (nm_dokter, spesialisasi) tidak bergantung secara fungsional kepada atribut bukan kunci yang lain (nm_dokter, spesialisasi) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan transitif. Setiap
107 atribut bukan kunci harus bergantung hanya pada kunci utama / primary key (kd_dokter) secara menyeluruh. Ketergantungan Fungsi Tabel Dokter kd_dokter
nm_dokter, spesialisasi
Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Dokter nm_dokter
spesialisasi
f. Tabel Diagnosis *kd_dx
nm_dx
jenis_dx
1) Tabel Diagnosis memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada tabel Diagnosis (kd_dxl, nm_dx, jenis_dx) tidak terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Diagnosis memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel Diagnosis telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut
bukan kunci utama (nm_dx, jenis_dx) tergantung
secara fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (kd_dx). kd_dx
nm_dx, jenis_dx
3) Tabel Diagnosis memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan kunci (nm_dx, jenis_dx) tidak bergantung secara
108 fungsional kepada atribut bukan kunci yang lain (nm_dx, jenis_dx) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan transitif. Setiap atribut bukan kunci harus bergantung hanya pada kunci utama / primary key (kd_dx) secara menyeluruh. Ketergantungan Fungsi Tabel Diagnosis kd_dx
nm_ dx, jenis_dx
Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Diagnosis nm_dx
jenis_dx
g. Tabel Visit *no_visit
**no_regmasuk
perj_penyakit instruksi_dr
tgl_visite
**kd_dokter
**kd_dx
1) Tabel Visit memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada tabel Visit (no_visit, no_regmasuk, tgl_visit, kd_dokter, perj_penyakit, instruksi_dr, kd_dx) tidak terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Visit memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel Visit telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut bukan kunci utama (no_regmasuk, tgl_visit, kd_dokter, perj_penyakit,
instruksi_dr,
kd_dx)
tergantung
secara
109 fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (no_visit). no_visit
no_regmasuk,
tgl_visit,
kd_dokter,
perj_penyakit, instruksi_dr, kd_dx
3) Tabel Visit memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan
kunci
perj_penyakit,
(no_regmasuk, no_regIPP,
tgl_visit,
instruksi_dr,
kd_dokter,
kd_dx)
tidak
bergantung secara fungsional kepada atribut bukan kunci yang lain (no_regmasuk, tgl_visit, kd_dokter, perj_penyakit, no_regIPP, instruksi_dr, kd_dx) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan transitif. Setiap atribut bukan kunci harus bergantung hanya pada kunci utama / primary key (no_visit) secara menyeluruh.
110 Ketergantungan Fungsi Tabel Visit no_visit
no_regmasuk, tgl_visit, kd_dokter, perj_penyakit, no_regIPP, instruksi_dr, kd_dx
Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Visit no_regmasuk
tgl_visit, kd_dokter, perj_penyakit, no_regIPP, instruksi_dr, kd_dx
tgl_visit
no_regmasuk, kd_dokter, no_regIPP, instruksi_dr, kd_dx
perj_penyakit,
kd_dokter
no_regmasuk, tgl_visit, no_regIPP, instruksi_dr, kd_dx
perj_penyakit,
perj_peny
no_regmasuk, tgl_visit, kd_dokter, no_regIPP, instruksi_dr, kd_dx
no_regPP
no_regmasuk, tgl_visit, perj_penyakit, instruksi_dr, kd_dx
kd_dokter,
instruksi_dr
no_regmasuk, tgl_visit, perj_penyakit, no_regIPP, kd_dx
kd_dokter,
kd _dx
no_regmasuk, tgl_visit, kd_dokter, perj_penyakit, no_regIPP, instruksi_dr
Ketergantungan Fungsi Tabel Visit no_visit
no_regmasuk, tgl_visit, kd_dokter, perj_penyakit, no_regIPP, instruksi_dr, kd_dx
Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Visit no_regmasuk
tgl_visit, kd_dokter, perj_penyakit, no_regIPP, instruksi_dr, kd_dx
tgl_visit
no_regmasuk, kd_dokter, no_regIPP, instruksi_dr, kd_dx
perj_penyakit,
kd_dokter
no_regmasuk, tgl_visit, no_regIPP, instruksi_dr, kd_dx
perj_penyakit,
perj_peny
no_regmasuk, tgl_visit, kd_dokter, no_regIPP, instruksi_dr, kd_dx
no_regPP
no_regmasuk, tgl_visit, perj_penyakit, instruksi_dr, kd_dx
kd_dokter,
instruksi_dr
no_regmasuk, tgl_visit, perj_penyakit, no_regIPP, kd_dx
kd_dokter,
kd _dx
no_regmasuk, tgl_visit, kd_dokter, perj_penyakit, no_regIPP, instruksi_dr
111 h. Tabel Konsultasi *no_visit
**no_konsul
**kd_dokter
hasil_konsul
1) Tabel Konsultasi memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada tabel Konsultasi (no_visit, no_konsul, kd_dokter, hasil_konsul) tidak terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Konsultasi memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel Konsultasi telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut
bukan
kunci
utama
(no_konsul,
kd_dokter,
hasil_konsul) tergantung secara fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (no_visit). no_visit
no_konsul, kd_dokter, hasil_konsul
3) Tabel Konsultasi memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan kunci (no_konsul, kd_dokter, hasil_konsul) tidak bergantung secara fungsional kepada atribut bukan kunci yang lain (no_konsul, kd_dokter, hasil_konsul) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan transitif. Setiap atribut bukan kunci harus bergantung hanya
112 pada
kunci
utama /
primary key
(no_visit)
secara
menyeluruh. Ketergantungan Fungsi Tabel Konsultasi no_visit
no_konsul, kd_dokter, hasil_konsul
Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Konsultasi no_konsul
kd_dokter, hasil_konsul
kd_dokter
no_konsul, hasil_konsul
hasil_konsul
no_konsul, kd_dokter
i. Tabel Resep *no_visit
**kd_obat
dosis_obat
1) Tabel Resep memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada tabel Resep (no_visit, kd_obat, dosis_obat) tidak terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Resep memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel Resep telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut bukan kunci utama (kd_obat, dosis_obat) tergantung secara fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (no_visit). no_visit
kd_obat, dosis_obat
113 3) Tabel Resep memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan kunci (kd_obat, dosis_obat) tidak bergantung secara fungsional kepada atribut bukan kunci yang lain (kd_obat, dosis_obat) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan transitif. Setiap atribut bukan kunci harus bergantung hanya pada kunci utama / primary key (no_visit) secara menyeluruh. Ketergantungan Fungsi Tabel Resep no_visit
kd_obat, dosis_obat
Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Resep kd_obat
dosis_obat
j. Tabel Obat *kd_obat
nm_obat
1) Tabel Obat memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada tabel Obat (kd_obat, nm_obat) tidak terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Obat memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel Obat telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut bukan kunci utama (nm_obat) tergantung secara fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (kd_obat). kd_obat
nm_obat
114 3) Tabel Obat memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan kunci (nm_obat) tidak bergantung secara fungsional kepada atribut bukan kunci yang lain (nm_obat) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan transitif. Setiap atribut bukan kunci harus bergantung hanya pada
kunci
utama
/
primary
key
(kd_obat)
secara
menyeluruh. Ketergantungan Fungsi Tabel Diagnosis Utama kd_obat
nm_obat
Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Diagnosis Utama nm_obat
kd_obat
k. Tabel Hasil IPP *no_visite
**kd_PP
**kd_petugas
tgl_PP
ket_PP
1) Tabel Hasil IPP memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada tabel Hasil IPP (no_visite, kd_PP, kd_petugas, tgl_PP, ket_PP) tidak terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Hasil IPP memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel Pemeriksaan Penunjang telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut bukan kunci utama (kd_PP, kd_petugas,
115 tgl_PP, ket_PP) tergantung secara fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (no_regPP). no_visite
kd_PP, kd_petugas, tgl_PP, ket_PP
3) Tabel Hasil IPP memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan kunci (kd_PP, kd_petugas, tgl_PP, ket_PP) tidak bergantung secara fungsional kepada atribut bukan kunci yang lain (jenis_PP, nm_petugas, tgl_PP, ket_PP) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan transitif. Setiap atribut bukan kunci harus bergantung hanya pada kunci utama / primary key (no_visite) secara menyeluruh. Ketergantungan Fungsi Tabel Hasil IPP no_visite
kd_PP, kd_petugas, tgl_PP, ket_PP
Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Pemerikaan Penunjang kd_PP
kd_petugas, tgl_PP, ket_PP
kd_petugas
kd_PP, tgl_PP, ket_PP
tgl_PP
kd_PP, kd_petugas, ket_PP
ket_PP
kd_PP, kd_petugas, tgl_PP
l. Tabel Jenis IPP *kd_PP
jenis_PP
116 1) Tabel Jenis IPP memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada tabel Jenis IPP (kd_PP, jenis_PP) tidak terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Jenis IPP memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel Jenis IPP telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut bukan kunci utama (jenis_PP) tergantung secara fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (kd_PP). kd_PP
jenis_PP
3) Tabel Jenis IPP memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan kunci (jenis_PP) tidak bergantung secara fungsional kepada atribut bukan kunci yang lain (jenis_PP) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan transitif. Setiap atribut bukan kunci harus bergantung hanya pada kunci utama / primary key (kd_PP) secara menyeluruh. Ketergantungan Fungsi Tabel Jenis Pemeriksaan Penunjang kd_PP
jenis_PP
Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Konsultasi jenis_PP
kd_PP
m. Tabel Petugas IPP *kd_ptgsPP
nm_ptgsPP
117 1) Tabel Petugas IPP memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada tabel Jenis IPP (kd_ptgsPP, nm_ptgsPP) tidak terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Petugas IPP memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel Jenis IPP telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut bukan kunci utama (nm_ptgsPP) tergantung secara fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (kd_ptgsPP). kd_ptgsPP
nm_ptgsPP
3) Tabel Petugas IPP memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan
kunci
fungsional
(nm_ptgsPP)
kepada
atribut
tidak bukan
bergantung kunci
secara
yang
lain
(nm_ptgsPP) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan transitif. Setiap atribut bukan kunci harus bergantung hanya pada kunci utama / primary key (kd_ptgsPP) secara menyeluruh. Ketergantungan Fungsi Tabel Jenis Pemeriksaan Penunjang kd_ptgsPP
nm_ptgsPP
Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Konsultasi nm_ptgsPP
kd_ptgsPP
118 n. Tabel Pemberian Tindakan *nourut_op
**kd_tind
j.m_op
j.s_op
**kd_dokter
lama_op
tgl_op
kmr_op
**kd_dx
1) Tabel Pemberian Tindakan memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada tabel Pemeberian Tindakan (nourut_op, kd_tind, kd_dokter, tgl_op, kmr_op, j.m_op, j.s_op, lama_op, kd_dx) tidak terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Pemberian Tindakan memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel Pemberian Tindakan telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut bukan kunci utama (kd_tind, kd_dokter, tgl_op, kmr_op, j.m_op, j.s_op, lama_op, kd_dx) tergantung secara fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (nourut_op). nourut_op
kd_tind, kd_dokter, tgl_op, kmr_op, j.m_op, j.s_op, lama_op, kd_dx
119 3) Tabel Pemberian Tindakan memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan kunci (kd_tind, kd_dokter, tgl_op, kmr_op, j.m_op, j.s_op, lama_op, kd_dx) tidak bergantung secara fungsional kepada atribut bukan kunci yang lain (kd_tind, kd_dokter, tgl_op, kmr_op, j.m_op, j.s_op, lama_op, kd_dx) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan transitif. Setiap atribut bukan kunci harus bergantung hanya pada kunci utama / primary key (nourut_op) secara menyeluruh. Ketergantungan Fungsi Tabel Pemberian Tindakan nourut_op
kd_tind, kd_dokter, tgl_op, kmr_op, j.m_op, j.s_op, lama_op, kd_dx
Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Pemberian Tindakan kd_tind
kd_dokter, tgl_op, kmr_op, j.m_op, j.s_op, lama_op, kd_dx
kd_dokter
kd_tind, tgl_op, kmr_op, j.m_op, j.s_op, lama_op, kd_dx
tgl_op
kd_tind, kd_dokter, kmr_op, j.m_op, j.s_op, lama_op, kd_dx
kmr_op
kd_tind, kd_dokter, tgl_op, j.m_op, j.s_op, lama_op, kd_dx
j.m_op
kd_tind, kd_dokter, tgl_op, kmr_op, j.s_op, lama_op, kd_dx
j.s_op
kd_tind, kd_dokter, tgl_op, kmr_op, j.m_op, lama_op, kd_dx
lm_op
kd_tind, kd_dokter, tgl_op, kmr_op, j.m_op, j.s_op, kd_dx
kd_dx
kd_tind, kd_dokter, tgl_op, kmr_op, j.m_op, j.s_op, lama_op
120 o. Tabel Tindakan *kd_tindakan
nm_tindakan
1) Tabel Tindakan memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada tabel Tindakan (kd_tindakan, nm_tindakan) tidak terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Tindakan memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel Tindakan telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut
bukan kunci utama (nm_tindakan) tergantung
secara fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (kd_tindakan). kd_tindakan
nm_tindakan
3) Tabel Tindakan memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan kunci (nm_tindakan) tidak bergantung secara fungsional
kepada
atribut
bukan
kunci
yang
lain
(nm_tindakan) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan transitif. Setiap atribut bukan kunci harus bergantung hanya pada kunci utama / primary key (kd_tindakan) secara menyeluruh.
121 Ketergantungan Fungsi Tabel Jenis Anestesi kd_tindakan
nm_tindakan
Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Jenis Anestesi nm_tindakan
kd_tindakan
p. Tabel Persetujuan Tindakan *nourut_op
tujuan_tind
nm_kelpasien
persetujuan
resiko_tind
kd_dx
saksi
tgl_persetujuan
1) Tabel Persetujuan Tindakan memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada tabel Persetujuan Tindakan (nourut_op, tujuan_tind, resiko_tind,
kd_dx,
nm_kelpasien,
persetujuan,
saksi,
tgl_persetujuan) tidak terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Persetujuan Tindakan memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel Persetujuan Tindakan telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut resiko_tind,
bukan kunci utama (nourut_op, tujuan_tind, kd_dx,
nm_kelpasien,
persetujuan,
saksi,
tgl_persetujuan) tergantung secara fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (nourut_op).
122 nourut_op
nourut_op, kd_dx,
tujuan_tind,
nm_kelpasien,
resiko_tind, persetujuan,
saksi, tgl_persetujuan
3) Tabel Persetujuan Tindakan memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan kunci (nourut_op, tujuan_tind, resiko_tind, kd_dx, nm_kelpasien, persetujuan, saksi, tgl_persetujuan) tidak bergantung secara fungsional kepada atribut bukan kunci yang
lain
(nourut_op,
tujuan_tind,
resiko_tind,
kd_dx,
nm_kelpasien, persetujuan, saksi, tgl_persetujuan) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan
transitif.
bergantung
hanya
Setiap pada
atribut kunci
bukan
utama
/
kunci
harus
primary
key
(nourut_op) secara menyeluruh. Ketergantungan Fungsi Tabel Persetujuan Tindakan nourut_op
tujuan_tind, resiko_tind, nm_kelpasien, persetujuan, tgl_persetujuan
kd_dx, saksi,
Ketidaktergantungan Fungsi Tabel Persetujuan Tindakan tujuan_tind
resiko_tind, kd_dx, nm_kelpasien, persetujuan, saksi, tgl_persetujuan
resiko_tind
tujuan_tind, kd_dx, nm_kelpasien, persetujuan, saksi, tgl_persetujuan
kd_dx
tujuan_tind, resiko_tind, nm_kelpasien, persetujuan, saksi, tgl_persetujuan
nm_kelpasien
tujuan_tind, resiko_tind, kd_dx, persetujuan, saksi, tgl_persetujuan
persetujuan
tujuan_tind,
resiko_tind,
kd_dx,
123 nm_kelpasien, saksi, tgl_persetujuan saksi
tujuan_tind, resiko_tind, kd_dx, nm_kelpasien, persetujuan, tgl_persetujuan
tgl_persetujaun
tujuan_tind, resiko_tind, kd_dx, nm_kelpasien, persetujuan, saksi
q. Tabel Pasien Keluar *no_regmasuk **no_regkeluar **no_rm tgl_masuk tgl_keluar
lama_rawat
**kd_dx
tgl_kontrol
keadaan_keluar
1) Tabel Pasien Keluar memenuhi 1st NF (First Normal Form) Pada tabel Pasien Keluar (no_regmasuk, no_regkeluar, no_rm, tgl_masuk, tgl_keluar, lama_rawat, kd_dx, tgl_kontrol, keadaan_keluar) tidak terdapat set atribut yang berulang atau berilai ganda dan setiap atribut mengandung satu pengertian yang tunggal.
2) Tabel Pasien Keluar memenuhi 2nd NF (Second Normal Form) Pada tabel Pasien Keluar telah memenuhi 1st NF dan setiap atribut bukan kunci utama (no_regkeluar, no_rm, tgl_masuk, tgl_keluar, lama_rawat, kd_dx, tgl_kontrol, keadaan_keluar) tergantung secara fungsional terhadap atribut kunci utama / primary key (no_regmasuk).
124 no_regmasuk
no_regkeluar, tgl_keluar,
no_rm,
tgl_masuk,
lama_rawat,
kd_dx,
tgl_kontrol, keadaan_keluar
3) Tabel Pasien Keluar memenuhi 3rd NF (Third Normal Form) Pada tahap ini telah memenuhi 2nd NF dan setiap atribut bukan kunci (no_regkeluar, no_rm, tgl_masuk, tgl_keluar, lama_rawat,
kd_dx,
tgl_kontrol,
keadaan_keluar)
tidak
bergantung secara fungsional kepada atribut bukan kunci yang lain (no_regkeluar, no_rm, tgl_masuk, tgl_keluar, lama_rawat, kd_dx, tgl_kontrol, keadaan_keluar) dalam relasi tersebut. Semua atribut bukan kunci tidak punya hubungan transitif. Setiap atribut bukan kunci harus bergantung hanya pada kunci utama / primary key (no_rm) secara menyeluruh.
125 19. Relasi Tabel
Rawat inap Identitas *no_rm nm_pas j_kel tgl_lahir usia alamat pekerjaan *kd_dokter cr_bayar no_telp *kd_bangsal nm_kel
*no_regmasuk **no_rm **kd_bangsal kls_rawat anamnesa pem_fisik *kd_dx
*kd_dx nm_dx Bangsal *kd_bangsal nm_bangsal
Resep Dokter *kd_dokter nm_dokter
Diagnosis
*no_visite **kd_obat Dosis_obat
Konsultasi Pasien keluar *no_visite **no_konsul **kd_dokter hasil_konsul IPP *kd_IPP jenis_IPP
Obat Visite *no_visite **no_regmasuk tgl_visite *kd_dokter perj_penyakit instruksi_dr **kd_dx Pemberian Tindakan *no_urutop **kd_tind **kd_dokter tgl_op kmr_op j.m_op j.s_op lama_op **kd_dx
*kd_obat nm_obat
Petugas IPP
Hasil IPP *no_visite **kd_IPP **kd_ptgsIPP tgl_IPP ket_IPP
Tindakan *kd_tind nm_tind
Gambar 4.11 Relasi Tabel
*kd_ptgsIPP nm_ptgs
Persetujuan *no_urutop tujuan_tind resiko_tind **kd_dx nm_kelpasien persetujuan saksi tgl_persetujuan
*no_regmasuk **no_regkeluar **no_rm tgl_masuk tgl_keluar lama_rawat **kd_dx keadaan_keluar
126 20. Kamus data Tabel 4.1 Kamus data Nama tabel Identitas
Rawat inap
Bangsal Dokter Diagnosis Visite
Field
Tipe
Lebar
Batasan
no_rm nm_pas j_kel
int var enum
6 30 1
[0-9] [A-Z|.|,] [1|2]
tgl_lahir usia alamat pekerjaan
date var var enum
8 10 50 1
[dd/mm/yyyy] [0-9] [A-Z|0-9] [1|2|3|4]
kd_dokter cr_bayar
int enum
3 1
[A-Z|0-9] [1|2|3]
no_telp nm_kel no_regmasuk no_rm kd_bangsal kls_rawat
int var int int int enum
14 30 6 6 3 1
[0-9] [A-Z|.|,] [0-9] [0-9] [A-Z|0-9] [1|2|3|4|5]
anamnesa pem_fisik kd_dx kd_bangsal nm_bangsal kd_dokter nm_dokter kd_dx nm_dx no_visite no_regmasuk tgl_visite kd_dokter perj_penyakit
var var var var var var var var var int int date var var
200 200 5 3 10 3 20 5 30 6 6 8 3 200
[A-Z] [A-Z] [A-Z|0-9] [A-Z|0-9] [A-Z] [A-Z|0-9] [A-Z] [A-Z|0-9] [A-Z] [0-9] [0-9] [dd/mm/yyyy] [A-Z|0-9] [A-Z|0-9]
Uraian Nomor rekam medis Nama pasien Jenis kelamin 1=Perempuan 2= Laki-laki Tanggal lahir Usia Alamat rumah Pekerjaan 1= PNS 2= Swasta 3= Wiraswasta 4= lain-lain Kode dokter penanggung jawab Cara bayar 1= BPJS 2= UMUM 3= ASURANSI lain Nomor telepon Nama keluarga Nomor register masuk Nomor rekam medis Kode bangsal Kelas rawat 1= kelas I 2= kelas II 3= kelas III 4= kelas VIP 5= kelas VVIP Anamnesa Pemeriksaan fisik Kode diagnosis Kode bangsal Nama bangsal Kode dokter Nama dokter Kode diagnosis Nama diagnosis Nomor visite dokter Nomor registrasi masuk Tanggal visite Kode dokter Perjalanan penyakit
lanjutan .... instruksi_dr kd_dx Obat kd_obat nm_obat Resep no_visite kd_obat dosis_obat Konsultasi no_visite no_konsul kd_dokter hasil_konsul IPP kd_IPP jenis_IPP Hasil IPP no_visite kd_IPP kd_ptgsIPP tgl_IPP ket_IPP Petugas kd_ptgsIPP IPP nm_ptgsIPP Pemberian no_urutop Tindakan kd_tind kd_dokter tgl_op kmr_op j.m_op j.s_op lama_op kd_dx Tindakan kd_tind nm_tind Persetujuan no_urutop tujuan_tind resiko_tind kd_dx nm_kelpasien persetujuan saksi tgl_persetujuan Pasien no_regmasuk Keluar no_regkeluar no_rm tgl_masuk tgl_keluar lama_rawat kd_dx keadaan_keluar
var var var var int var var int int var var char var int var var date var var var int var var date var int int var var var var int var var var var var var date int int int date date var var enum
200 5 3 15 6 3 20 6 6 3 200 3 20 6 3 4 8 100 4 20 6 4 3 8 15 4 4 2 5 4 20 6 50 50 5 20 1 20 8 6 6 6 8 8 8 5 1
[A-Z|0-9] [A-Z|0-9] [A-Z|0-9] [A-Z] [0-9] [A-Z|0-9] [A-Z|0-9] [0-9] [0-9] [A-Z|0-9] [A-Z|0-9] [A-Z|0-9] [A-Z] [0-9] [0-9] [0-9] [dd/mm/yyyy] [A-Z] [A-Z|0-9] [A-Z] [0-9] [0-9] [A-Z|0-9] [dd/mm/yyyy] [A-Z] [0-9|.] [0-9|.] [A-Z|0-9] [A-Z|0-9] [0-9] [A-Z] [0-9] [A-Z] [A-Z] [0-9] [A-Z] [1|2] [A-Z] [dd/mm/yyyy] [0-9] [0-9] [0-9] [dd/mm/yyyy] [dd/mm/yyyy] [A-Z|0-9] [A-Z|0-9] [1|2|3|4]
127 Instruksi dokter Kode diagnosis Kode obat Nama obat Nomor visite dokter Kode obat Dosis obat Nomor visite Nomor konsultasi Kode dokter Hasil konsultasi Kode pemeriksaan penunjang Jenis pemeriksaan penunjang Nomor visite Kode pemeriksaan penunjang Kode petugas pemeriksa Tanggal pemeriksaan Keterangan tambahan Kode petugas pemeriksa Nama petugas pemeriksa Nomor urut operasi Kode tindakan Kode dokter Tanggal operasi Kamar operasi Jam mulai operasi Jam selesai operasi Lama operasi Kode diagnosis Kode tindakan Nama tindakan Nomor urut operasi Tujuan tindakan Resiko tindakan Kode diagnosis Nama keluarga pasien 1=setju, 2=menolak Saksi Tanggal persetujuan Nomor register masuk Nomor register keluar Nomor rekam medis Tanggal masuk perawatan Tanggal keluar perawatan Lama dirawat Kode diagnosis 1= sembuh 2= rujuk 3= pulang paksa 4= meninggal
128 21. Desain Interface Input
Gambar 4.12 Menu Login
Gambar 4.13 Menu pendaftaran pasien rawat inap
129
Gambar 4.14 Menu rawat inap (diisi Dokter pada saat pasien pertama kali masuk)
Gambar 4.15 Menu Visit DPJP
130
Gambar 4.16 Menu Visite Dokter Konsultasi
Gambar 4.17 Menu Hasil Pemeriksaan Penunjang
131
Gambar 4.18 Menu Persetujuan Tindakan
Gambar 4.19 Menu Tindakan
132
Gambar 4.20 Menu Pasien Keluar
Gambar 4.21 Menu untuk mengirim data asuhan medis pasien 22. Desain Interface Output (terlampir)
133
D. Pembahasan Sistem pencatatan data asuhan medis di Rumah Sakit Permata Medika masih menggunakan sistem yang manual yaitu semua dokumen rekam medis diisi dengan menggunakan tulis tangan oleh dokter. Pendokumentasian riwayat kesehatan pasien yang masih manual menyulitkan dokter untuk bisa melengkapi dokumen rekam medis, melihat jumlah formulir yang sangat banyak dan keterbatasan waktu untuk mengisi semua lembar-lembar rekam medis yang tebal. Hal tersebut juga disebabkan karena jumlah dokter tidak sebanding dengan jumlah pasien yang ada, sehingga waktu juga menjadi salah satu faktor penulisan data asuhan medis pasien dalam dokumen rekam medis menjadi tidak maksimal. Selain itu pendokumentasian secara manual tidak memungkinkan informasi medis pasien yang akan dirujuk untuk dikirim secara cepat dan tepat ke fasyankes yang dituju. Jika dibandingkan dengan sistem pencatatan data asuhan medis
berbasis
elektronik,
sistem
yang
dirancang
mampu
memenuhi kebutuhan dokter dan memudahkan dokter dalam pencatatan, sehingga menjadi lebih cepat dan efisien. Dokter yang biasanya menulis 12 formulir rekam medis, dengan sistem yang dirancang ini dokter hanya cukup menginputkan data klinis pasien dalam 5 menu yaitu data rawat inap, data visite dokter, data tindakan, data persetujuan, dan data pasien keluar. Adapun
134 kelebihan dari rancangan Sisfo Asuhan Medis Elektronik adalah dilengkapi dengan sistem pengaman (security system) yaitu dengan memasukkan username dan password dari pengguna sesuai dengan hak aksesnya sebelum menggunakan sistem tersebut, dalam hal ini pengguna sistemnya adalah dokter. Jadi kemungkinan untuk kehilangan data atau dicurinya data oleh pihak yang tidak bertanggung jawab sangat kecil, dikarenakan setiap Dokter mempunyai username dan password yang berbeda-beda dan tidak diketahui oleh orang lain. Hal tersebut lebih efisien dan efektif dibandingan dengan menggunakan papper based atau rekam
medis
yang
masih
menggunakan
kertas
yang
tingkat
keamanannya lebih rendah. Rekam medis kertas juga bisa rusak karena kelembaban tinggi, serangan rayap, maupun kebakaran apabila tidak ada pemeliharaan dan pengamanan yang dilakukan dengan baik. Sisfo Asuhan Medis Elektronik mempunyai desain yang simple sehingga mudah digunakan oleh Dokter yang sudah tua, mengingat ada beberapa dokter yang memberikan jawaban pada kuisioner yang dibagikan bahwa apabila rekam medis dibuat secara elektronik maka dokter yang sudah tua sulit untuk mengoperasikannya. Rekam medis elektronik akan memudahkan Dokter dalam proses Pencatatan, dokter tidak perlu bingung mengisi formulir rekam medis yang banyak melainkan hanya
memasukkan
data
menggunakan
komputer
sehingga
menghasilkan data klinis pasien yang cepat, tepat, dan akurat. Sisfo Asuhan Medis Elektronik mampu mencari rekam medis elektronik secara cepat dibandingkan dengan rekam medis yang menggunakan kertas. Hanya dengan memasukkan nomor rekam medis pasien ke dalam sistem
135 maka data asuhan medis elektronik pasien akan muncul secara lengkap. Namun
apabila
rekam
medis
kertas
untuk
mencarinya
tetap
membutuhkan waktu walaupun sistem penyimpanan rekam medis sudah diurutkan menggunakan abjad dan sebagainya. Maka dengan rekam medis elektronik mampu menigkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Kelebihan yang paling utama dari Sisfo Asuhan Medis Elektronik ini adalah seluruh data klinis pasien yang direkam pada saat pasien dirawat di Rumah Sakit Permata Medika Semarang dapat dikirim dan dibaca oleh dokter yang menangani pasien tersebut di Rumah Sakit yang berbeda, sehingga dapat terjadi kesinambungan informasi medis pasien dimanapun pasien berada sekaligus sistem ini mampu menjadi alat komunikasi antar fasilitas pelayanan kesehatan. Maka dapat disimpulkan sisfo tersebut mampu menghasilkan rekam medis yang berkualitas dan memberikan informasi medis secara utuh.
Namun, kelemahan dari sisfo Asuhan Medis Elektronik yang dirancang adalah pertama untuk implemetasi rekam medis elektronik memerlukan investasi biaya yang cukup tinggi untuk pengadaan perangkat keras, perangkat lunak, dan biaya penunjang lainnya. Kedua, memerlukan waktu yang cukup untuk mempelajari sistem dan mengatur ulang kinerja yang berbeda dari penggunaan rekam medis kertas sebelumnya oleh pengguna sistem. Ketiga, membutuhkan waktu, sumber daya, dan kepemimpinan yang kuat guna konversi rekam medis kertas ke rekam medis elektronik.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Sistem pencatatan data asuhan medis yang ditulis oleh dokter pada rekam medis di Rumah Sakit Permata Medika Semarang masih menggunakan sistem manual. 2. Umumnya di beberapa bagian sudah menggunakan komputer sebagai alat bantu dalam pelayanan kesehatan, diantaranya adalah bagian TPPRI, TPPRJ, TPPGD, poliklinik, URI, Rekam medis dan lain-lain. 3. Formulir rekam medis rawat inap yang ditulis dokter adalah formulir lembar masuk dan keluar (RM01), formulir resume medis (RM14), formulir pengantar penderita di rawat inap (RM03), lembar konsultasi dokter (RM24), formulir perjalanan penyakit instruksi dokter (RM05), formulir pemberian informasi (RM26), formulir persetujuan tindakan kedokteran / kedokteran gigi atau inform consent (RM21), laporan anestesi (RM09a), laporan operasi (RM09), surat kontrol, daftar visite dokter spesialis, dan daftar visite dokter gigi. 4. Laporan yang dihasilkan dari formulir rekam medis tersebut antara lain adalah : a. Laporan statistik RS
136
137 b. Laporan kunjungan pasien rawat inap dan jalan c. Laporan 10 besar penyakit rawat jalan dan rawat inap d. Laporan 10 besar tindakan e. Laporan Penyakit tidak menular (PTM) f. Laporan maternal dan Perinatal g. Laporan Surveilans terpadu h. Laporan Sex Transmited Disease dan Infeksi Nosokomial 5. Dari 8 kuisioner yang diisi oleh dokter terdapat 5 kuisioner yang memberi jawaban bahwa terdapat kendala pada saat proses pencatatan data asuhan medis. 6. Dari kendala-kendala tersebut maka dokter mempunyai harapan pada rancangan sistem informasi asuhan medis berbasis elektronik nantinya bisa membantu dan memudahkan dokter dalam pencatatan data asuhan medis sehingga mampu menghasilkan informasi medis pasien yang cepat, tepat, dan akurat.
B. Saran Beberapa saran yang bisa diterapkan guna meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit khususnya masalah kesehatan, terutama dari segi pendokumentasian riwayat penyakit pasien pada dokumen rekam medis yang ditulis oleh dokter. Saran tersebut diantaranya adalah : 1. Sebaiknya Rumah Sakit Permata Medika Semarang menggunakan sistem pencatatan asuhan medis secara elektronik, mengingat rumah sakit tersebut adalah rumah sakit bertipe C maka akan sering merujuk
138 pasien ke Rumah sakit yang bertipe A dan B, sehingga perlu mengirimkan informasi medis pasien secara menyeluruh. 2. Sebelum menerapkan sistem pencatatan asuhan medis berbasis elektronik, rumah sakit sebaiknya mempersiapkan ssecara matang sumber daya tenaga, biaya, maupun waktu. Karena tidak mudah untuk berpindah alih dari rekam medis manual ke rekam medis elektronik. Komitmen yang baik antar tenaga medis dalam rumah sakit juga sangat membantu keberhasilan dalam implementasi rekam medis elektronik. 3. Bagi
peneliti
selanjutnya
disarankan
untuk
menindaklanjuti
perancangan sistem informasi pencatatan data asuhan medis berbasis elektronik yang dikembangkan oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kurniadi, Arif. Modul Pembelajaran Analisa dan Perancangan Sistem Informasi. Semarang. 2010. (Tidak dipublikasikan) 2. Peraturan Menteri Kesehatan No.269/Menkes/PER/III/2008. Bab II pasal 2 ayat 1. Jenis dan Isi Rekam Medis. Jakarta 3. National Alliance for Health Information Technology. Report to the Office of the National Coordinator for Health Information Technology on defining key health information technology terms. Department of Health and Human Services. 2008 4. Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. Kepres Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 pasal 1 ayat 4 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 5. Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007 tentang pengembangan jaringan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) Online. 6. Kementrian Kesehatan RI undang-undang nomor 36 tahun 2009. Pasal 168 ayat 1 dan 2. Informasi kesehatan. Jakarta 7. Peraturan Menteri Kesehatan No.269/Menkes/PER/III/2008. Bab I pasal 1 ayat 1. Ketentuan Umum. Jakarta 8. Departemen Kesehatan RI. 1993. Petunjuk teknis penyelenggaraan Rekam Medis/Medical Record. Jakarta. Dirjen pelayanan medik. 9. Shofari, Bambang dkk. Modul Pembelajaran Desain Formulir (POMR / PSRM VII) Revisi III. Semarang. 2013. (Tidak dipublikasikan)
139
10. Undang-Undang Praktik Kedokteran no 28 tahun 2004 tentang Rekam Medis pasal 46 – pasal 47. 11. Amatayakul, M. K. Electronic Health Record: A Practical, Guide for Professionals and Organizations. Chicago: AHIMA. 2004 12. Keputusan Departemen
Menteri
Kesehatan
RI
No.
511/Menkes/Sk/V/2002.
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2002. Kebijakan
dan Strategi Siknas. 13. Keputusan Departemen
Menteri
Kesehatan
RI
No.
932/Menkes/Sk/V/2002.
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2002. Juklak
Pengembangan SIKDA Di Kabupaten/Kota. 14. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik no 28 tahun 2011 dalam Bab I pasal 1 dan Bab III pasal 5. 15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 tahun 2013 tenteng Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit pasal 3,4, dan pasal 5. 16. Rosa A.S . Rekayasa Perangkat Lunak. Penerbit Informatika. Bandung. 2013 17. Kristanto, Harianto. Konsep dan Perancangan Database. Penerbit Andi. Jogjakarta. 1993 18. Peranginangin, Kasiman. Aplikasi web dengan PHP dan MySQL. Penerbit Andi. Jogjakarta. 2006 19. Kusnanto, Hari. Pengantar Sistem Informasi Management Rumah Sakit, Managemen Rumah Sakit. UGM 20. HM, Jogiyanto. Analisis dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan terstruktur Teori dan Praktik Aplikasi Bisnis. Andi Offset. Yogyakarta. 1995.
140
21. Buku Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis Tahun 2010 Rumah Sakit Permata Medika Semarang Jilid I,II, dan III.
141