5/24/2016
KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII
Rancangan Keputusan & Rancangan Ketetapan IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA 0|Rantus dan Rantap KONAS Fi sioterapi Indonesia XII
DAFTAR ISI
No 1 2 3 4 5
RANTUS 1 2 3 4 5 RANTAP
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6
7
7
8 9 10 11 12
8 9 10 11 12
13
13
14
14
15
15
16
16
JUDUL Kuorum Dan Jumlah Suara Tata Tertib Dan Agenda Presidium LPJ Uang Pangkal Dan Iuran Anggota Periode 20162020 JUDUL
Hal. 2 3 8 9 10
Badan Hukum IFI AD/ART IFI Kode Etik Fisioterapi Road Map IFI 2025 Program Kerja Pengurus 2016-2020 Struktur Organisasi Dan Tupoksi Kolegium Fisioterapi Indonesia Struktur Organisasi Dan Tupoksi Majelis Kehormatan Disiplin Dan Etik Fisioterapi Indonesia Pedoman Resertifikasi Fisioterapi Review Peraturan Perundang-undangan Program Kerja Kolegium Fisioterapi Indonesia Naskah Akademik Pendidikan Profesi Fisioterapi Standar Kompetensi dan Standar Pelayanan Fisioterapi Seminat Tuan Rumah Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XIII Tahun 2020 Kolegium dan Majelis Fisioterapi Indonesia Periode 2016-2020 Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia Periode 2016-2020 Tim Perumus Hasil Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII
11 13 64 81 92 103
1|Rantus dan Rantap KONAS Fi sioterapi Indonesia XII
Hal.
107
115 138 141 142 206 209 210 211 212
KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O1/ KEP / KONAS XII / V / 2016 tentang KUORUM DAN JUMLAH SUARA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
:
Mengingat
:
Memperhatikan
:
1. Bahwa Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia dianggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari stengah jumlah cabang yang ada di seluruh indonesia atau bilamana kuorum tidak tercapai maka Kongres dianggap sah setelah sidang ditunda paling lama 24 jam. 2. Jumlah suara dalam kongres berdasarkan profosional jumlah anggota . Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia. 1. Laporan panitia Pelaksana Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII dan daftar peserta Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII. 2. Diskusi Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 2016. Memutuskan
Menetapkan
:
1. Quorum Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII telah tercapai dengan jumlah cabang yang hadir dan mengikuti Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII adalah ..... cabang dari .... cabang yang ada 2. Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII sah dan dapat dilaksanakan sesuai dengan tata tertib dan agenda yang diputuskan. 3. Jumlah suara masing-masing pengurus cabang IFI sebagaimana terlampir dalam keputusan ini. 4. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Pada tanggal
: :
Bali 24 Mei 2016
Panitia Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII
( Kadek Agustini Aryani, S.Ft )
(Ngakan Gde Sudarma, S.Ft, SH.,M.Si)
Sekretaris
Ketua
2|Rantus dan Rantap KONAS Fi sioterapi Indonesia XII
KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O2 / KEP / KONAS XII / V / 2016 tentang TATA TERTIB DAN AGENDA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
:
Bahwa untuk menjamin ketertiban dan kelancaran palaksanaan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII, perlu adanya Tata Tertib dan Agenda Kongres yang disyahkan dalam keputusan kongres.
Mengingat
:
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia
Memperhatikan
:
Sidang Pleno Kongres Nasional tahun 2016.
Fisioterapi Indonesia XII
Memutuskan Menetapkan
:
1. Tata Tertib dan Agenda Acara Kongres Nasional X Ikatan Fisioterapi Indonesia sebagaimana terlampir dalam keputusan ini. 2. Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan. Ditetapkan di Pada tanggal
: :
Bali 24 Mei 2016
Panitia Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII
( Kadek Agustini Aryani, S.Ft )
(Ngakan Gde Sudarma, S.Ft, SH.,M.Si)
Sekretaris
Ketua
3|Rantus dan Rantap KONAS Fi sioterapi Indonesia XII
Lampiran 1 : Keputusan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Nomor : O2 / KEP / KONAS XII / V / 2016 TATA TERTIB KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII 1. Kongres diselenggarakan oleh Pengurus Pusat IFI bersama Panitia Pelaksana Kongres yang dibentuk oleh pengurus IFI Pusat. 2. Panitia pelaksana kongres adalah pengurus cabang yang telah ditetapkan sebagai tuan rumah dalam kongres sebelumnya. 3. Pengurus pusat adalah penanggungjawab penyelenggaraan kongres. 4. Pengurus cabang sebagai Panitia pelaksana kongres bertanggung jawab atas teknis penyelenggarakan kongres 5. Kongres dihadiri oleh Pengurus Pusat, Ketua/Utusan Pengurus wilayah , Ketua/Utusan Pengurus Cabang, Ketua Kolegium Fisioterapi), Ketua Majelis Kehormatan dan disiplin Fisioterapi dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian, anggota biasa dan peserta lain atas undangan Pengurus IFI Pusat sebagai peninjau. 6. Kongres dianggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah cabang yang ada. 7. Bila
persyaratan pada butir (f) tidak terpenuhi, maka kongres ditunda paling
lama satu kali 24 jam, dan setelah itu Kongres dianggap sah dengan utusan cabang yang hadir. 8. Ketua Pengurus Cabang atau utusan pengurus cabang
yang hadir dengan
mandat resmi dari Ketua pengurus Cabang mempunyai hak bicara dan hak suara, sedangkan peninjau hanya mempunyai hak bicara atas permintaan Presidium. 9.
Pengurus pusat, Ketua/ Utusan Pengurus Wilayah, Ketua Kolegium Fisioterapi, Ketua Majelis Kehormatan dan disiplin Fisioterapi, Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian mempunyai hak bicara dan tidak mempunyai hak suara.
10. Sidang pengesahan Kuorum, Pengesahan jumlah suara masing-masing cabang dan daerah, pengesahan tata tertib Kongres dan Pemilihan Presidium dipimpin oleh Ketua Panitia Pelaksana Kongres Nasional Fisioterapi XII. 11. Selanjutnya Kongres dipimpin oleh Presidium yang dipilih dari dan oleh Peserta Kongres dalam sidang pleno. 4|Rantus dan Rantap KONAS Fi sioterapi Indonesia XII
12. Presidium merupakan perwakilan seluruh wilayah Indonesia terdiri dari 7 orang yaitu (1) ketua panitia mewakili tuan rumah, (2) perwakilan propinsi DKI Jakarta, (3) Perwakilan Kepulauan Sumatera, (4) perwakilan daerah Jawa Barat dan Banten, (5) Perwakilan daerah Jawa tengah dan DIY, (6) Perwakilan Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT. (7) Perwakilan kepulauan Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. 13. Presidium terdiri dari satu orang ketua merangkap anggota, satu orang sekretaris merangkap anggota dan lima orang anggota. 14. Ketua dan Sekretaris Presidium dipilih oleh anggota presidium. 15. Mekanisme pengambilan keputusan dalam Kongres dilaksanakan dalam sidang pleno dan sidang khusus. 16. Apabila laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum Pengurus Pusat IFI dan Ketua Majelis Kolegium, Ketua Majelis Etik Fisioterapi dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian selesai dan telah mendapatkan penilaian oleh kongres, maka Pengurus Pusat IFI dan Ketua Majelis Kolegium, Ketua Majelis Etik Fisioterapi dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian dinyatakan demisioner dan berstatus sebagai peninjau. 17. Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum Pengurus Pusat
IFI dan Ketua
Kolegium Fisioterapi), Ketua Majelis Kehormatan Fisioterapi dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian), diserahkan kepada Presidium. 18. Apabila laporan pertanggungjawaban Ketua umum Pengurus Pusat IFI dan Ketua Kolegium Fisioterapi, Ketua Majelis Kehormatan dan Disiplin, Pengembangan Pelayanan Keprofesian,
Ketua Majelis
dinyatakan ditolak oleh kongres maka
yang bersangkutan tidak bisa dicalonkan kembali. 19. Banyaknya suara cabang dalam Kongres adalah a. 5 sampai dengan 20 anggota
: Satu Suara
b. 21 sampai dengan 40 anggota
: Dua Suara
c. 41 sampai dengan 60 anggota
: Tiga Suara
d. 61 sampai dengan 80 anggota
: Empat Suara
e. Selanjutnya setiap penambahan 20 anggota mendapat tambahan satu suara. 20. Seluruh peserta kongres berkewajiban mematuhi tata tertib Kongres dan menjaga ketertiban kongres. 21. Pimpinan kongres berhak untuk mengeluarkan peserta yang tidak mengindahkan tata tertib dan / atau dengan sengaja mengganggu jalannya kongres. 5|Rantus dan Rantap KONAS Fi sioterapi Indonesia XII
Lampiran 2 : Keputusan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Nomor : O2/ KEP / KONAS XII / V / 2016 AGENDA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Selasa, 24 Mei 2016 No 1 2
Waktu 08.00 – 10.00 10.00 – 11.00
3
11.00 – 11.30
4
11.30 – 12.00
5
12.00 – 12.15
6 7
12.15 – 13.00 13.00 – 13.30
8
13.30 – 14.30
9 10 11 12 13 14
14.30 14.50 15.10 15.30 16.00 18.00 19.30
15
20.30 – 22.30
– – – – – – –
14.50 15.10 15.30 16.00 18.00 19.30 20.30
Kegiatan Registrasi Seluruh Peserta Konas menempati tempat duduk yang telah disediakan Pembukaan a. Lagu Indonesia Raya b. Mars IFI c. Laporan Panitia d. Do’a e. Foto Bersama Sidang Pleno I a. Penetapan Kuorum b. Penetapan Tata tertib c. Pemilihan Personalia Presidium Sidang Presidium Penetapan Pimpinan Sidang Ishoma / Cek In Sidang Pleno II Penetapan Agenda Konas XII Laporan pertanggungjawaban Pengurus Pusat IFI Laporan pertanggungjawaban Kolegium Laporan pertanggungjawaban Majelis Etik Laporan pertanggungjawaban Majelis Pelayanan Break Pandangan Umum Utusan Cabang /Wilayah BREAK Sidang Pleno III Penetapan Panilaian LPJ Pengurus dan Majelis Pendemisioneran Pengurus dan Majelis Penetapan Rantap dan Rantus Pembentukan Komisi Sidang Komisi
6|Rantus dan Rantap KONAS Fi sioterapi Indonesia XII
PJ
Rabu, 25 Mei 2016 No 1
Waktu 08.00 – 09.30
2
09.30 – 10.00
3 4
10.00 – 10.30 10.30 – 11.00
5
11.00 – 11.30
6 7 8 9
11.30 12.00 12.30 13.00
10
13.30 – 14.00
– – – –
12.00 12.30 13.00 13.30
Kegiatan PJPJ PJ Sidang Pleno III Laporan hasil Sidang Komisi I Ketetapan dan Keputusan Konas XII Laporan hasil Sidang Komisi II Ketetapan dan Keputusan Konas XII Break Laporan hasil Sidang Komisi III Ketetapan dan Keputusan Konas XII Sidang Pleno IV Pengesahan Tata tertib pemilihan pengurus Pusat dan Majelis Pengajuan Nama Bakal Calon Pengesahan Bakal Calon menjadi Calon Musyawarah Pemilihan / voting Sidang Pleno V – Paripurna Pengukuhan pengurus pusat dan majelis terpilih oleh ketua presidium Sertijab simbolis Penyerahan hasil Kaunas XII dari Presidium ke Pengurus dan Majelis terpilih Sambutan ketua Umum terpilih Do’a Penutup
7|Rantus dan Rantap KONAS Fi sioterapi Indonesia XII
KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O3 / KEP / KONAS XII / V / 2016 tentang PRESIDIUM KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
:
1. Bahwa untuk kelancaran palaksanaan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII, perlu dipilih dan dibentuk Presidium sebagai pimpinan Kongres yangditetapkan dan diputuskan dalam Kongres. 2. Bahwa Presidium dipilih dari dan oleh peserta Kongres yang merupakan perwakilan seluruh wilayah Indonesia
Mengingat
:
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia.
Memperhatikan
:
Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 2016 pemilihan Presidium Memutuskan
Menetapkan
:
1. 7 (tujuh) orang Presidium sebagai PimpinanSidang Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII yaitu ; a. Tuan Rumah Konas XII : b. Kepulauan Sumatera : c. DKI Jakarta : d. Jawa Barat – Banten : e. Jawa Tengah – DIY : f. Jawa Timur, Bali, NTT, NTB : g. Kalimantan, Maluku, Sulawesi dan Papua : 2. Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan.
Ditetapkan di Pada tanggal
: :
Bali 24 Mei 2016
Panitia Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII
( Kadek Agustini Aryani, S.Ft )
(Ngakan Gde Sudarma, S.Ft, SH.,M.Si)
Sekretaris
Ketua
8|Rantus dan Rantap KONAS Fi sioterapi Indonesia XII
KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O4 / KEP / KONAS XII / V / 2016 tentang LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGURUS PUSAT IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA PERIODE 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
:
1. Bahwa dengan berakhirnya masa jabatan Pengurus Pusat masa bhakti 2012-2016 maka perlu malaporkan pertanggungjawaban dihadapan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 2016, 2. Bahwa laporan pertanggungjawaban tersebut perlu dinilai oleh peserta Kongres Nasional Ikatan Fisioterapi Indonesia.
Mengingat
:
Memperhatikan
:
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia. 1. Pandangan Umum dan penilaian Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 2008 2. Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 2016 pemilihan Presidium Memutuskan
Menetapkan
:
1. Menerima Laporan Pertanggungjawaban Pengurus IFI pusaT, Ketua Majelis Etik, Ketua Majelis Kolegium dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan dan Keprofesia periode 2012-2016, dengan beberapa catatan sebagaimana terlampir. 2. Dengan penyampaian dan pembahasan laporan pertanggungjawaban tersebut oleh Kongres maka Kepengurusan IFI Pusat periode 2012-2016 dinyatakan demisioner. 3. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. Ditetapkan di Pada tanggal
: :
Bali 24 Mei 2016
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
: : : : : : :
..................... .................... .................... .................... .................... .................... ....................
9|Rantus dan Rantap KONAS Fi sioterapi Indonesia XII
KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O5 / KEP / KONAS XII / V / 2016 tentang RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
:
1. Bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan organisasi guna mencapai tujuan diperlukan berbagai sumber daya. 2. Bahwa dalam menjalankan organisasi perlu direncanakan anggaran pendapatan dan belanja organisasi.
Mengingat
:
Memperhatikan
:
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 2016 pemilihan Presidium Memutuskan
Menetapkan
:
1. Rencana anggaran pendapatan dan belanja Ikatan Fisioterapi Indonesia dibuat setiap tahun. 2. RAPB dibuat oleh pengurus Pusat IFI dan disyahkan oleh Musyawarah Kerja Nasional atau Musyawarah Pimpinan Pusat. 3. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 4. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku. Ditetapkan di Pada tanggal
Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
: : : : : : :
: :
Bali 24 Mei 2016
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ..................... .................... .................... .................... .................... .................... ....................
10 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O1 / TAP / KONAS XII / V / 2016 tentang BADAN HUKUM IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
:
Bahwa dalam rangka memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia organisasi profesi harus mempunyai legalitas sebagai badan hukum yang terdaftar di Lembaga pemerintah yang menaungi organisasi profesi.
Mengingat
:
1. Bahwa Ikatan Fisioterapi Indonesia belum berstatus sebagai badan hukum yang terdaftar di lembaga negara yang menaugi organisasi profesi yaitu Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia 2. Status Badan Hukum Organisasi Profesi Fisioterapi sangat diperlukan untuk memperjuangkan dan melindungi kepentingan anggota 3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia.
Memperhatikan
:
Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 2016 pemilihan Presidium Memutuskan
Menetapkan
:
1. Ikatan Fisioterapi Indonesia harus mempunyai legalitas sebagai badan hukum yang terdaftar di Lembaga pemerintah yang menaungi organisasi profesi. 2. Memberi wewenang kepada pengurus pusat Ikatan fisioterapi Indonesia periode 2016-2020 untuk mengurus status Badan Hukum Ikatan Fisioterapi Indonesia 3. Apabila dalam mengurus status badan hukum sebagaimana disebut dalam butir 2 (dua) mengharuskan penggantian nama organisasi makan direkomendasikan nama sebaga berikut : a) PFI : Persatuan Fisioterapi Indonesia b) PFNI : Persatuan Fisioterapi Nasional Indonesia c) PFRI : Persatuan Fisioterapi Republik Indonesia d) PERFI : Perkumpulam Fisioterapi Indonesia 4. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 5. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan
11 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
: : : : : : :
diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku. Ditetapkan di : Bali Pada tanggal : 24 Mei 2016 Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ..................... .................... .................... .................... .................... .................... ....................
12 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O2 / TAP / KONAS XII / V / 2016 tentang ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
:
Mengingat
:
Memperhatikan
:
1. Bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan organisasi guna mencapai tujuan diperlukan berbagai sumber daya. 2. Bahwa pedoman kerja yang mendasar diatur dalam Anggaran Dasar yang penjabarannya berada dalam Anggaran Rumah Tangga Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia harus selaludisesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada sehingga perlu ditinjau dan disempurnakan. Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 2016 pemilihan Presidium Memutuskan
Menetapkan
Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota
:
: : : : : :
6. Mencabut Ketetapan Kongres Nasional Fisioterapi XI Indonesia Tahun 2012 Nomor : TAP/01/KONAS XI/VI/2012 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia 7. Mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia hasil Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tanggal 24 Mei 2016 di Jakarta sebagaimana terlampir dalam ketetapan ini. 8. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 9. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku. Ditetapkan di : Bali Pada tanggal : 24 Mei 2016
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ..................... .................... .................... .................... .................... ....................
13 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Lampiran :
Lampiran :(draft Rantap )
KETETAPAN KONGRES NASIONAL
KETETAPAN KONGRES NASIONAL
FISIOTERAPI INDONESIA XI
FISIOTERAPI INDONESIA XII
NOMOR : TAP / O1 / KONAS XI / VI /
NOMOR : O1 / TAP / KONAS XII / V /
2012
2016
ANGGARAN DASAR
ANGGARAN DASAR
IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA
IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA
MUKADIMAH
MUKADIMAH
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha
Dengan
Rahmat
Tuhan
Yang
Esa, kami Fisioterapis Indonesia bertekad Maha Esa, kami Fisioterapis Indonesia untuk mengisi kemerdekaan Indonesia bertekad
untuk
mengisi
kemerdekaan
demi tercapainya kehidupan masyarakat Indonesia demi tercapainya kehidupan yang sehat dan sejahtera.
masyarakat yang sehat dan sejahtera.
Bahwa untuk mencapai kehidupan
Bahwa untuk mencapai kehidupan
masyarakat yang sehat dan sejahtera yang masyarakat yang sehat dan sejahtera berasaskan
Pancasila,
berdasarkan yang
berasaskan
Pancasila
dan
Undang-Undang Dasar 1945 di dalam berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 wadah
Negara
Kesatuan
Republik di
dalam
wadah
Negara
Kesatuan
Indonesia, perlu meningkatkan pelayanan Republik Indonesia, perlu meningkatkan profesi fisioterapi terhadap masyarakat pelayanan
profesi
dengan berpegang teguh kepada Sumpah masyarakat Profesi
Fisioterapis
dan
Kode
peningkatan
dengan
terhadap
berpegang
teguh
Etik kepada Sumpah Profesi Fisioterapis dan
Fisioterapi Indonesia. Bahwa
fisioterapi
Kode Etik Fisioterapi Indonesia. pelayanan
Bahwa
peningkatan
pelayanan
profesi fisioterapi terhadap masyarakat, profesi fisioterapi terhadap masyarakat, hanya dapat dilakukan jika semangat hanya dapat dilakukan jika semangat persatuan
dan
Fisioterapis persatuan
dan
Indonesia yang telah terwujud sejak tahun Indonesia
yang
1968,
dapat
dengan
jalan
kesatuan
kesatuan telah
Fisioterapis
terwujud
sejak
ditumbuhkembangkan tahun 1968, dapat ditumbuhkembangkan mempersatukan
semua dengan
jalan
mempersatukan
semua
potensi fisioterapi Indonesia dalam satu potensi fisioterapi Indonesia dalam satu wadah organisasi. Untuk mencapai cita-cita, maksud
wadah organisasi. Untuk mencapai cita-cita, maksud
14 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
dan tujuan organisasi tersebut disusun dan tujuan organisasi tersebut disusun kebijakan-kebijakan, upaya-upaya serta kebijakan-kebijakan, upaya-upaya serta langkah-langkah yang konkrit dan terarah langkah-langkah yang konkrit dan terarah dan berpedoman pada Anggaran Dasar dan berpedoman pada Anggaran Dasar sebagai berikut :
sebagai berikut : BAB I
BAB I
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
Pasal 1
Organisasi
ini
bernama
“
Ikatan
Organisasi
ini
bernama
“
Ikatan
Fisioterapi Indonesia” disingkat IFI dan Fisioterapi Indonesia” disingkat IFI dan dalam bahasa inggris disebutIndonesian dalam bahasa inggris disebut Indonesian Physiotherapy Association disingkat IPA
Physiotherapy Association disingkat IPA Masukan : Segera pastikan legalitas Tetapkan nama yang
digunakan (
ikatan fisioterapi/fisioterapis ? Dunia
mengunakan
Physiotherapy
bukan physiotherapist Penggunaan kata ikatan ? persatuan ? perhimpunan ? Rekomendasi : jika nama tdk berubah maka menggunakan. IFI
: Ikatan Fisioterapi Indonesia
PFI : Persatuan Fisioterapi Indonesia PFNI : Persatuan Fisioterapi Nasional Indonesia PFRI : Persatuan Fisioterapi Republik Indonesia PERFI
:
Perkumpulan
Fisioterapi
Indonesia Pasal 2 Organisasi
fisioterapi
Pasal 2 didirikan
di
Organisasi
fisioterapi
didirikan
di
Surakarta pada tanggal 10 Juni 1968 Surakarta pada tanggal 10 Juni 1968 15 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
untuk jangka waktu tidak di tentukan dan untuk jangka waktu tidak di tentukan telah disahkan pemerintah.
dan telah disahkan pemerintah.
Pasal 3
Pasal 3
Induk organisasi IFI berkedudukan di Ibu
Induk organisasi IFI berkedudukan di Ibu
Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kota
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia. BAB II
BAB II
ATRIBUT
ATRIBUT
Pasal 4
Pasal 4
Atribut organisasi terdiri dari Lambang
Atribut organisasi terdiri dari Lambang
dan Panji Organisasi, Hymne dan Mars di dan Panji Organisasi, Hymne dan Mars di tetapkan oleh Kongres Nasional Fisioterapi tetapkan Indonesia
oleh
Kongres
Nasional
Fisioterapi Indonesia Hymne : dilombakan BAB III
BAB III
ASAS, DASAR, DAN SIFAT
ASAS DAN DASAR
Pasal 5
Pasal 5
Azas dan Dasar Ikatan Fisioterapi
Azas dan Dasar Ikatan Fisioterapi
Indonesia ialahPancasila dan Undang-
Indonesia Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945
Undang Dasar 1945
Pasal 6
BAB IV
a. Ikatan
Fisioterapi
satu-satunya
Indonesiaadalah
organisasi
STATUS
profesi
Pasal 6
fisioterapi di Indonesia yang bersifat a. Ikatan Fisioterapi Indonesia adalah bebas
tidak
berafiliasi
kepada
organisasi politik tertentu pengembangan
profesi,
dan
bebas
tidak
pihak
lain
yang
terkait,
merupakan profesi,
dengan
keilmuan,
pemerintah
pelayanan
terkait,
Pendidikan
profesi,
berafiliasi
kepada
Fisioterapi
mengenai hal hal yang berhubungan pengembangan
profesi
organisasi politik tertentu
komunikasi dengan pemerintah dan b. Ikatan pihak
organisasi
fisioterapi di Indonesia yang bersifat
b. Ikatan Fisioterapi IndonesiaMerupakan Wadah
satu-satunya
wadah
dan
Indonesia pengembangan
komunikasi
dan
pihak
mengenai
16 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
hal
dengan
lain
yang
hal
yang
Fisioterapi, peraturan Fisioterapi, dan
berhubungan dengan pengembangan
pengabdian kepada masyarakat.
keilmuan,
Pendidikan
pelayanan
Fisioterapi,
profesi, peraturan
Fisioterapi, dan pengabdian kepada masyarakat. BAB IV
BAB V
TUJUAN DAN USAHA
TUJUAN,PERAN DAN FUNGSI
Pasal 7
Pasal 7
Tujuan
1. IFI bertujuan untuk mewujudkan kesehatan nasional dengan pelayanan IFI bertujuan untuk mewujudkan fisioterapi profesional, mandiri dan kesehatan nasional di bidang Fisioterapi bermartabat. yang
luhur,
profesional,
mandiri
dan
2. IFI berperan sebagai mitra strategis pemerintah dan swasta, yang secara aktif mengupayakan usaha-usaha bagi wadah Ikatan Fisioterapi Indonesia pada pembangunan Indonesia menuju seluruh strata dengan peran dan fungsi : derajat kesehatan masyarakat yang bermartabat khususnya di bidang Fisioterapi. 1. Sebagai mitra strategis pemerintah dan setara
untuk
semua
swasta,
kalangan
yang
dalam
secara
aktif 3. IFI
mengupayakan
usaha-usaha
pembangunan
Indonesia
bagi
menuju
berfungsi
sebagai
pemersatu,
pembina dan pemberdaya fisioterapi di Indonesia
derajat kesehatan masyarakat yang bermartabat
khususnya
di
bidang
Fisioterapi. 2. Membimbing,
membina,
mengembangkan kemampuan,
dan
meningkatkan
kegiatan
dan
kepentingan anggotanya Pasal 8
BAB VI
Usaha
USAHA
IFI melakukan usaha-usaha dan kegiatan
Pasal 8
kegiatan sebagai berikut : 1. Menjalin dengan
kerjasama Pemerintah,
IFI melakukan usaha-usaha dan kegiatan secara
aktif kegiatan sebagai berikut :
organisasi- 1. Menjalin
organisasi profesi kesehatan, Asosiasi-
dengan
kerjasama Pemerintah,
17 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
secara
aktif
organisasi-
asosiasi dan badan badan lainya serta
organisasi profesi kesehatan, asosiasi-
pihak pihak terkait.
asosiasi dan badan badan lainya serta
2. Memberikan
masukan
pemerintah kebijakan
dalam dan
kepada
membentuk 2. Memberikan
bekerjasama
pelaksanaan
pihak pihak terkait.
dalam
program-program
kesehatan.
masukan
pemerintah kebijakan
dalam dan
memelihara
dan
membentuk
bekerjasama
pelaksanaan
3. Menegakkan,
kepada dalam
program-program
kesehatan.
mengawasi terlaksananya Kode Etik 3. Menegakkan,
memelihara
dan
Profesi Fisioterapi Indonesia dengan
mengawasi terlaksananya Kode Etik
Menjunjung
Profesi Fisioterapi Indonesia dengan
tinggi
Sumpah
Profesi
Fisioterapis. 4. Melakukan
menjunjung komunikasi
kerjasama
dengan
aktif
dan
tinggi
sumpah
profesi
fisioterapis.
organisasi- 4. Melakukan
komunikasi
aktif
organisasi sejenis baik antar negara,
kerjasama
tingkat regional maupun Internasional
organisasi sejenis baik antar negara,
di
tingkat regional maupun Internasional
bidang
riset,
pengetahuan,
pendidikan, tehnologi dan profesi. 5. Menetapkan aspirasi
dan
sikap,
di
menyalurkan
kepentingan
dengan
dan
bidang
riset,
organisasi-
pengetahuan,
pendidikan, tehnologi dan profesi.
anggota, 5. Menetapkan
menyalurkan
menyampaikan pendapat dan usulan
aspirasi
kepada pemerintah.
menyampaikan pendapat dan usulan
6. Meningkatkan mutu pendidikan
dan
sikap,
kepentingan
anggota,
kepada pemerintah.
fisioterapi, penelitian dan
6. Meningkatkan mutu pendidikan
pengembangan ilmu fisioterapi, serta
fisioterapi, penelitian dan
ilmu-ilmu yang berhubungan dengan
pengembangan ilmu fisioterapi, serta
itu.
ilmu-ilmu yang berhubungan dengan
7. Melaksanakan upaya upaya untuk
itu.
kesejahteraan anggota.
7. Melaksanakan upaya upaya untuk
8. Melaksanakan usaha-usaha lain yang berguna
untuk
mencapai
kesejahteraan anggota.
tujuan 8. Melaksanakan usaha-usaha lain yang
sepanjang tidak bertentangan dengan
berguna
asas, dasar, dan sifat IFI.
sepanjang tidak bertentangan dengan
9. Ikut
aktif
menciptakan
dan
untuk
mencapai
tujuan
asas, dasar, dan status IFI.
memelihara sistem kesehatan nasional 9. Ikut
aktif
menciptakan
18 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
dan
yang bermartabat.
memelihara sistem kesehatan nasional yang bermartabat.
BAB V
BAB VII
KEANGGOTAAN
KEANGGOTAAN
Pasal 9
Pasal 9
Anggota IFI terdiri dari :
Anggota IFI terdiri dari :
1. Anggota Biasa
1. Anggota Biasa
2. Anggota luar biasa
2. Anggota Luar Biasa
3. Anggota kehormatan.
3. Anggota Kehormatan.
BAB VI
BAB VIII
SUSUNAN DAN PERANGKAT
STRUKTUR ORGANISASI
ORGANISASI
Pasal 10 Kekuasaan Kekuasaan tertinggi organisasi secara berjenjang adalah sebagai berikut :
Pasal 10 Susunan organisasi Susunan organisasi IFI terdiri secara
1. Kongres Nasional,
berjenjang adalah :
2. Musyawarah Daerah,
1. Kongres Nasional
3. Musyawarah Cabang dan
2. Musyawarah Kerja Nasional
4. Musyawarah Komisariat.
3. Musyawarah Daerah 4. Musyawarah Cabang 5. Musyawarah Komisariat 6. Anggota Pasal 11
Pasal 11
Perangkat organisasi
Struktur Kepemimpinan
Perangkat organisasi IFI terdiri dari ; 1. Organisasi legislatif,
IFI
terdiri
eksekutif,
dari
yudikatif
badan serta
organisasi binaan. 2. Badan
a. Terdiri dari Pengurus Pusat IFI, Kolegium Fisioterapi Kehormatan
legislatif
Musyawarah
1. Tingkat Pusat
adalah Kerja
Etik
(KF), Majelis dan
Disiplin
Kongres,
Fisioterapi (MKDF) dan
Majelis
Nasional,
Pengembangan
Pelayanan
Musyawarah Daerah dan Musyawarah
Keprofesian (MPPK) yang masing-
Cabang,
masing
serta
Musyawarah
Komisariat. 3. Badan
eksekutif
memiliki
wewenang dan
tanggung jawab sesuai tugasnya. adalah
Pengurus
b. Dalam
19 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
menyelenggarakan
Pusat
IFI,
Pengurus
Pengurus cabang
Daerah
dan
dan
Pengurus
Komisariat. 4. Badan
tugasnya, kepemimpinan di tingkat pusat
berkoordinasi
terintegrasi
Yudikatif
adalah
Majelis
melalui
secara
Musyawarah
Pimpinan Pusat (MPP) yang terdiri
Kolegium, Majelis Etik Fisioterapi dan
Ketua
majelis Pengembangan Pelayanan dan
Umum Pengurus Pusat IFI, Ketua
Keprofesian Fisioterapi.
Kolegium
5. Organisasi Persatuan, Komunitas.
binaan
adalah
berupa
Perhimpunan
dan
Umum
dan
Wakil
Fisioterapi
(KF),
Ketua Ketua
Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi
(MKDF)
dan
Ketua
Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian (MPPK), yang dipimpin oleh Ketua Umum Pengurus Pusat IFI. c. Pengurus
Pusat
IFI
adalah
pimpinan organisasi IFI di tingkat pusat,
yang
melaksanakan
kegiatan eksekutif organisasi dan bertanggung jawab untuk dan atas nama organisasi. d. Kolegium Fisioterapi (KF) adalah salah
satu
unsur
pimpinan
di
tingkat pusat yang berperan dan bertanggung
jawab
mengkoordinasikan
untuk kegiatan
internal
organisasi
bidang
pendidikan
dalam dan
penelitian. e. Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi (MKDF) adalah salah satu unsur pimpinan di tingkat pusat
yang
bertanggung
berperan jawab
mengkoordinasikan internal bidang
untuk kegiatan
organisasi disiplin
20 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
dan
dan
dalam etika
Fisioterapi. f. Majelis
Pengembangan
Pelayanan
Keprofesian
(MPPK)
adalah salah satu unsur pimpinan di tingkat pusat yang berperan dan bertanggung
jawab
mengkoordinasikan internal
untuk kegiatan
organisasi
bidang
dalam
pengembangan
pelayanan
keprofesian
yang
bermutu. 2. Tingkat Provinsi Terdiri dari Pengurus Daerah 3. Tingkat Kabupaten/Kota Terdiri dari Pengurus Cabang.
Pasal 12 Organisasi Binaan Organisasi
binaan
adalah
berupa
perhimpunan dan komunitas. BAB VII
BAB IX
KEKAYAAN
KEKAYAAN
Pasal 12
Pasal 13
Kekayaan organisasi : 1. Kekayaan
organisasi
benda-benda
bergerak
Kekayaan organisasi : terdiri dan
dari benda-
1. Kekayaan
organisasi
benda-benda
bergerak
terdiri dan
dari benda-
benda tidak bergerak yang dimiliki
benda tidak bergerak yang dimiliki
organisasi.
organisasi.
2. Kekayaan yang bersifat uang.
2. Kekayaan yang bersifat uang
3. dan lain-lain, misalnya Hak cipta.
3. dan lain-lain, misalnya hak cipta.
Pasal 13 Sumber keuangan IFI diperoleh dari :
Pasal 14 Sumber keuangan IFI diperoleh dari :
21 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
1. Uang pangkal anggota.
1. Uang pangkal anggota.
2. Uang iuran anggota.
2. Uang iuran anggota.
3. Sumber-sumber lain yang sah dan
3. Sumber-sumber lain yang sah dan
tidak mengikat.
tidak mengikat.
BAB VIII
BAB X
KONGRES
KONGRES
Pasal 14
Pasal 15
Kongres Nasional adalah badan legislatif
Kongres Nasional adalah badan legislatif
tertinggi IFI dan merupakan musyawarah tertinggi IFI dan merupakan musyawarah utusan daerah dan cabang-cabang IFI.
utusan daerah dan cabang. BAB XI LAMBANG DAN LAGU Pasal 16 Lambang
Ikatan
ditetapkan
oleh
Fisioterapi kongres
Indonesia
dan
diatur
tersendiri sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar ini. Pasal 16 Lagu
Ikatan
Pasal 17
Fisioterapi
Indonesia
ditetapkan oleh kongres
Lagu Fisioterapi
Mars
dan
Indonesia
Hympne
Ikatan
ditetapkan
oleh
kongres. BAB X
BAB XII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 17
Pasal 18
1. Perubahan
anggaran
dasar
hanya 1. Perubahan
dapat dilakukan dalam kongres.
anggaran
dasar
hanya
dapat dilakukan dalam kongres.
2. Rencana perubahan tersebut diajukan 2. Usulan
perubahan
diajukan
oleh pengurus pusat atau pengurus
pengurus pusat, pengurus
cabang kepada kongres.
pengurus cabang.
22 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
oleh
daerah,
3. Rencana cabang
perubahan harus
dari
pengurus 3. Usulan
sudah
diterima
perubahan
diterima
pengurus
pengurus pusat selambat-lambatnya
lambatnya
3(tiga) bulan sebelum kongres
kongres
harus pusat
3(tiga)
sudah
selambat-
bulan
sebelum
BAB XI
BAB XIII
PEMBUBARAN ORGANISASI IFI
PEMBUBARAN ORGANISASI IFI
Pasal 18
Pasal 19
Pembubaran organisasi IFI hanya dapat
BAB XI
Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh kongres yang diadakan khusus untuk itu, atas usul dari sekurangkurangnya setengah jumlah cabang BAB XIV
ATURAN TAMBAHAN
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 19
Pasal 20
dilakukan oleh kongres khusus
Hal-hal
yang
belum
diatur
dalam
Hal-hal
yang
belum
diatur
dalam
Anggaran Dasar, dimuat dalam Anggaran Anggaran Dasar, dimuat dalam Anggaran Rumah
Tangga
IFI
sepanjang
tidak Rumah
bertentangan dengan Anggaran Dasar IFI
Tangga
IFI
sepanjang
tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar IFI
Pasal 20
Pasal 21
Pengesahan anggaran dasar ditetapkan pada Kongres.
Pengesahan anggaran dasar ditetapkan pada Kongres
ANGGARAN RUMAH TANGGA
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA
IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA
BAB I
BAB I
KEANGGOTAAN
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Pasal 1
Ketentuan :
Ketentuan :
1. Anggota biasa IFI adalah Warga Negara 1. Anggota biasa IFI adalah Warga Negara Indonesia
yang
mempunyai
ijasah
Indonesia
yang
23 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
mempunyai
ijasah
Sebagai
Fisioterapis,
pendidikan
pendidikan
Fisioterapi
minimal
minimal D III Fisioterapi yang sah dan
Diploma Tiga lulusan dalam atau luar
diakui
negeri
oleh
pemerintah
Republik
Indonesia.
yang
sah
dan
diakui
oleh
pemerintah Republik Indonesia.
2. Anggota luar biasa IFI terdiri dari 2. Anggota luar biasa IFI terdiri dari Fisioterapis Warga Negara Asing yang
Fisioterapis Warga Negara Asing yang
melakukan
pelayanan
melakukan pelayanan fisioterapi di
Indonesia
atas
fisioterapi
ijin
di
pemerintah
Republik Indonesia. 3. Anggota
Indonesia
atas
ijin
pemerintah
Republik Indonesia.
kehormatan
IFI
adalah 3. Anggota
kehormatan
IFI
adalah
mereka yang telah ditetapkan oleh IFI
mereka yang telah ditetapkan oleh IFI
sebagai
sebagai
anggota
dasar
kehormatan
jasa-jasanya
atas
terhadap
pengembangan fisioterapi.
anggota
dasar
kehormatan
jasa-jasanya
atas
terhadap
pengembangan fisioterapi.
Pasal 2
Pasal 2
Tata cara penerimaan anggota :
Tata cara penerimaan anggota :
1. Anggota biasa dapat diterima oleh 1. Anggota biasa dapat diterima oleh Pengurus
Cabang
setempat
setelah
Pengurus Cabang setempat setelah
mendaftarkan diri secara tertulis dan
mendaftarkan diri secara tertulis dan
membuat
pernyataan
membuat
pernyataan
terhadap
Anggaran
terhadap
Anggaran
persetujuan Dasar
dan
persetujuan Dasar
dan
Anggaran Rumah Tangga IFI dengan
Anggaran Rumah Tangga IFI dengan
cara mengisi formulir pendaftaran dan
cara mengisi formulir pendaftaran dan
membayar
membayar
uang
melampirkan Fisioterapi
pangkal
ijazah terakhir
serta
pendidikan yang
diakui
uang
melampirkan
pangkal
ijazah
serta
pendidikan
Fisioterapi
terakhir
yang
pemerintah. Selanjutnya dilaporkan ke
pemerintah
dan
lulusan
pengurus pusat untuk diketahui dan
negeri
dicatat diregistrasi.
keterangan penyetaraan. Selanjutnya
2. Anggota luar biasa dapat diterima oleh Pengurus
cabang
setempat
setelah
mendaftarkan diri secara tertulis dan membuat
pernyataan
terhadap
Anggaran
harus
bagi
melampirkan
diakui luar surat
dilaporkan ke pengurus daerah dan pengurus pusat untuk diketahui dan dicatat diregistrasi.
persetujuan 2. Anggota luar biasa dapat diterima oleh Dasar
dan
pengurus
cabang
24 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
setempat
setelah
Anggaran Rumah Tangga IFI dengan
mendaftarkan diri secara tertulis dan
cara mengisi formulir ke pengurus
membuat
pernyataan
Pusat
terhadap
Anggaran
serta
melampirkan
ijazah
persetujuan Dasar
dan
pendidikan Fisioterapi terakhir yang
Anggaran Rumah Tangga IFI dengan
diakui pemerintah, serta mendapat ijin
cara mengisi formulir ke pengurus
dari pemerintah untuk mendapatkan
Pusat
pertimbangan
pendidikan Fisioterapi terakhir dan
dan
disahkan
oleh
Pengurus Pusat IFI. 3. Bilamana
serta
melampirkan
ijazah
surat keterangan penyetaraan yang
ditempat
tersebut
diakui pemerintah, serta mendapat ijin
berada belum ada Pengurus cabang
dari pemerintah untuk mendapatkan
IFI,
pertimbangan
pendaftaran
calon
dilakukan
melalui
dan
disahkan
oleh
Pengurus Cabang terdekat yang se-
Pengurus Pusat IFI dengan tembusan
daerah.
ke pengurus daerah.
4. Anggota Kehormatan diusulkan oleh 3. Bilamana di tempat calon tersebut Pengurus
Cabang
terdekat
ke
berada belum ada Pengurus cabang
pengurus pusat atau langsung oleh
IFI,
Pengurus Pusat untuk disahkan oleh
pengurus cabang terdekat.
kongres
dalam
Keputusan
bentuk
pendaftaran
dilakukan
melalui
Surat 4. Anggota Kehormatan diusulkan oleh
setelah
melalui
pengurus
cabang
atau
pengurus
pertimbangan-pertimbangan terhadap
daerah terdekat ke pengurus pusat
jasa-jasa
pada
atau langsung oleh Pengurus Pusat
fisioterapi
Indonesia
untuk disahkan oleh kongres dalam
pelayanan,
regulasi,
bentuk
pendidikan dan penemuan teknologi
melalui
fisioterapi.
terhadap jasa-jasa yang bersangkutan
yang
pengembangan dalam
diatur
hal
bersangkutan
Kriteria
tersendiri
pertimbangan dalam
keputusan Pengurus Pusat IFI.
surat
pada
Surat
Keputusan
setelah
pertimbangan-pertimbangan pengembangan
Indonesia
dalam
hal
fisioterapi pelayanan,
regulasi, pendidikan dan penemuan teknologi
fisioterapi.
Kriteria
pertimbangan diatur tersendiri dalam surat keputusan Pengurus Pusat IFI. Pasal 3 Hak Anggota :
Pasal 3 Hak Anggota :
1. Anggota biasa berhak memilih dan 1. Anggota biasa berhak memilih dan 25 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
dipilih,
mengeluarkan
mengajukan
usul
pendapat,
atau
pernyataan
dipilih,
mengeluarkan
mengajukan
usul
pendapat,
atau
pernyataan
secara lisan maupun tertulis kepada
secara lisan maupun tertulis kepada
pengurus
pengurus
dan
mengikuti
semua
kegiatan organisasi. 2. Anggota
luar
dan
mengikuti
semua
kegiatan organisasi.
biasa
dan
anggota 2. Anggota
luar
biasa
dan
anggota
kehormatan tidak berhak memilih dan
kehormatan tidak berhak memilih dan
dipilih,
berhak
dipilih,
berhak
pendapat,
mengajukan
pendapat,
mengajukan
pernyataan tertulis
mengeluarkan
secara
usul
lisan
kepada
atau
maupun
pengurus
dan
mengikuti semua kegiatan organisasi. 3. Tiap
Anggota
berhak
pernyataan tertulis
mengeluarkan
secara
kepada
usul
lisan
atau
maupun
pengurus
dan
mengikuti semua kegiatan organisasi.
mendapatkan 3. Tiap Anggota berhak mendapatkan
perlindungan dan pembelaan dalam
perlindungan dan pembelaan dalam
melaksanakan
melaksanakan
tugas
IFI
dan
atau
pekerjaan di bidang Fisioterapi.
tugas IFI dan
atau
pekerjaan di bidang Fisioterapi.
4. Anggota biasa berhak atas informasi 4. Anggota biasa berhak atas informasi yang berkaitan dengan profesi
yang berkaitan dengan profesi
Pasal 4
Pasal 4
Kewajiban anggota :
Kewajiban anggota :
1. Anggota biasa dan anggota luar biasa 1. Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban menjunjung tinggi dan
berkewajiban menjunjung tinggi dan
mengamalkan
mengamalkan
sumpah
Profesi
sumpah
Profesi
fisioterapi dan kode etik Fisioterapi
fisioterapi dan kode etik Fisioterapi
Indonesia,
Indonesia,
Anggaran
Dasar
dan
Anggaran
Dasar
dan
Anggaran Rumah Tangga serta segala
Anggaran Rumah Tangga serta segala
peraturan dan keputusan IFI.
peraturan dan keputusan IFI.
2. Anggota biasa wajib membayar uang 2. Anggota biasa dan anggota luar biasa pangkal dan uang iuran. 3. Anggota
biasa
wajib
wajib membayar uang pangkal dan mengikuti
uang iuran.
kegiatan yang diadakan oleh cabang 3. Anggota biasa dan anggota luar biasa setempat minimal 1x dalam setahun. 4. Anggota biasa, anggota luar biasa dan anggota
kehormatan
berkewajiban
wajib
mengikuti
diadakan
oleh
kegiatan cabang
minimal 1x dalam setahun.
26 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
yang
setempat
menjaga
dan
mempertahankan 4. Anggota biasa, anggota luar biasa dan
kehormatan IFI.
anggota menjaga
kehormatan dan
berkewajiban
mempertahankan
kehormatan IFI. BAB II RANGKAP ANGGOTA DAN RANGKAP JABATAN Pasal 5 Anggota IFI dapat merangkap menjadi anggota dan / atau rangkap jabatan pada organisasi profesi kesehatan lain sepanjang tidak bertentangan dengan kehormatan dan etika fisioterapi serta tidak mengganggu tugasnya.
Pasal 5
Pasal 6
Kehilangan Keanggotaan : 1. Anggota
Kehilangan Keanggotaan :
biasa
keanggotaannya
kehilangan 1. Anggota
karena
meninggal
biasa
keanggotaannya
kehilangan
karena
meninggal
dunia, atas permintaan sendiri atau
dunia, atas permintaan sendiri atau
diberhentikan oleh pengurus pusat IFI
diberhentikan oleh pengurus pusat IFI
atas
atas
rekomendasi
dari
pengurus
cabang. 2. Anggota
rekomendasi
dari
pengurus
cabang dan atau pengurus daerah. luar
keanggotaannya
biasa karena
kehilangan 2. Anggota meninggal
luar
keanggotaannya
biasa karena
kehilangan meninggal
dunia, atas permintaan sendiri atau
dunia, atas permintaan sendiri atau
diberhentikan oleh pengurus pusat IFI
diberhentikan oleh pengurus pusat IFI
dan/atau
dan/atau atas rekomendasi pengurus
atas
rekomendasi
IFI
cabang.
cabang dan atau pengurus daerah..
3. Anggota dapat diberhentikan karena 3. Anggota dapat diberhentikan karena bertindak mencemarkan nama baik IFI
bertindak mencemarkan nama baik IFI
atau
atau
bertentangan
denganAnggaran
bertentangan
denganAnggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
Sumpah Profesi Fisioterapi atau Kode
Sumpah Profesi Fisioterapi atau Kode
Etik Fisioterapi Indonesia.
Etik Fisioterapi Indonesia.
27 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
4. Keanggotaan
anggota
biasa
dapat 4. Keanggotaan
anggota
biasa
dapat
diberhentikan sementara apabila yang
diberhentikan sementara apabila yang
bersangkutan tidak aktif selama 4
bersangkutan
tahun berturut-turut.
kewajiban selama dua tahun berturut-
5. Anggota
biasa
yang
keanggotaannya
status
tidak
menjalankan
turut.
diberhentikan 5. Anggota
biasa
yang
status
sementara maka yang bersangkutan
keanggotaannya
kehilangan
sementara maka yang bersangkutan
hak-haknya
sebagai
anggota biasa.
kehilangan
diberhentikan
hak-haknya
sebagai
anggota biasa. Pasal 6
Sanksi
Tata cara pemberhentian anggota : 1. Pemberhentian permintaan dilakukan
Pasal 7
anggota
sendiri setelah
atas 1. Anggota dapat diberi sanksi karena :
hanya
dapat
anggota
yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis. 2. Seorang
bertentangan
ketentuan-ketentuan
dapat
dikenakan
sementara
dengan
yang
telah
ditetapkan IFI. b. Bertindak
anggota
pemberhentian
a. Bertindak
merugikan
atau
mencemarkan nama baik IFI.
oleh 2. Tata cara pemberian sanksi akan
diatur
dan
pengurus cabang sesudah didahului
pembelaan
dalam
dengan peringatan secara tertulis.
ketentuan dan peraturan tersendiri.
3. Paling lama 6 (enam) bulan sesudah pemberhentian sementara, pengurus cabang
dapat
mengusulkan
merehabilitasi IFI
pusat
atau untuk
mengukuhkan pemberhentian. Pasal 7
Pasal 8
Pembelaan : 1. Anggota pemberhentian
Pembelaan : yang
dikenakan 1. Anggota
sementara
dapat
yang
pemberhentian
dikenakan
sementara
dapat
membela diri dihadapan rapat anggota
membela diri dihadapan rapat anggota
pengurus cabang dengan atau tanpa
pengurus cabang dengan atau tanpa
meminta bantuan kepada majelis etik
meminta
fisioterapi Indonesia.
kehormatan
bantuan
kepada
majelis
dan disiplin fisioterapi
28 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
2. Anggota
yang
pemberhentian untuk
dikenakan
diberi
meminta
kesempatan 2. Anggota
bantuan
kepada
majelis etik fisioterapi Indonesia. dapat
yang
pemberhentian
dikenakan
diberi
kesempatan
untuk meminta bantuan kepada majelis
3. Bila perlu anggota yang dikenakan pemberhentian
Indonesia.
etik fisioterapi Indonesia.
mengajukan 3. Bila perlu anggota yang dikenakan
pembelaan pada kongres.
pemberhentian
4. Pengajuan pembelaan sebagaimana
dapat
mengajukan
pembelaan pada kongres.
dimaksud pada butir (3) diajukan ke 4. Pengajuan pembelaan sebagaimana pengurus
pusat
IFI
lambatnya
3
bulan
selambatsebelum
pelaksanaan kongres 5. Keputusan tindakan
pengurus
pusat
IFI
3
bulan
lambatnya
kongres
membatalkan
dimaksud pada butir (3) diajukan ke
atau
dapat tersebut
sebelum
pelaksanaan kongres
memperkuat 5. Keputusan
pemberhentian
selambat-
kongres
membatalkan
atau
dapat memperkuat
dengan ketentuan bahwa keputusan
tindakan
yang
dengan ketentuan bahwa keputusan
sah
adalah
keputusan
yang
yang
dari jumlah utusan
disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3
kongres.
adalah
tersebut
disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 yang hadir pada
sah
pemberhentian
keputusan
dari jumlah utusan
yang
yang hadir pada
kongres.\ Pembelaan anggota diatur tersendiri oleh majlis kehormatan dan disiplin BAB II
BAB II
ORGANISASI
KEKUASAAN ORGANISASI
Pasal 8
Pasal 8
Kongres :
KONGRES
1. Status a. Kongres
1. Status merupakan
kekuasaan
tertinggi organisasi b. Kongres
adalah
a. Kongres
merupakan
kekuasaan
tertinggi organisasi musyawarah
b. Kongres
adalah
musyawarah
Nasional Fisioterapi Indonesia yang
nasional fisioterapi indonesia yang
diwakili oleh utusan daerah, utusan
diwakili
oleh
29 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
utusan
daerah,
cabang, dan diberi nama Kongres
utusan cabang, dan diberi nama
Nasional Fisioterapi Indonesia
Kongres
c. Kongres
diadakan
sekali
dalam
4(empat) tahun. d. Peserta
terdiri
dari
Pengurus Pusat, Utusan Pengurus
Fisioterapi
Indonesia c. Kongres
Kongres
Nasional diadakan
sekali
dalam
4(empat) tahun. d. Peserta
Kongres
terdiri
dari
Daerah, Utusan Pengurus Cabang
Pengurus Pusat, Utusan Pengurus
dan Majelis.
Daerah, Utusan Pengurus Cabang,
e. Dalam keadaan luar biasa, dapat
Kolegium Fisioterapi (KF), Majelis
diadakan sewaktu-waktu atas usul
Kehormatan
sekurang-kurangnya satu
Fisioterapi
dan
mendapat
sekurang-kurangnya
cabang
Pengembangan
2/3
Keprofesian (MPPK).
dari
e. Utusan
f. Pengurus pusat menyelenggarakan luar
(MKDF)
persetujuan
jumlah cabang yang ada. kongres
Dan
biasa
selambat-
Disiplin dan
Majelis
Pelayanan
cabang
menampung
aspirasi anggota dan masyarakat yang
berada
di
daerah
tempat
lambatnya 3 bulan setelah surat
cabang berada, untuk disampaikan
usulan diterima.
pada Kongres Fisioterapi Indonesia f. Dalam keadaan luar biasa, dapat diadakan sewaktu-waktu atas usul sekurang-kurangnya satu cabang dan
mendapat
persetujuan
sekurang-kurangnya setengah dari jumlah cabang yang ada secara tertulis. g. Pengurus pusat menyelenggarakan kongres
luar
biasa
selambat-
lambatnya tiga bulan setelah surat usulan diterima. 2. Kekuasaan dan wewenang a. Menilai Pengurus
2..Kekuasaan dan wewenang
pertanggungjawaban Pusat
dan
a. Menilai
pertanggung
jawaban
Majelis.
Pengurus
Pusat
dan
ketua
Ketentuan diterima atau tidaknya
Kolegium
Fisioterapi,
ketua
Laporan pertanggungjawaban serta
Majelis
Kehormatan
dan
30 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
tindaklanjutanya
diatur
dalam
Disiplin Fisioterapi dan ketua
keputusan kongres.
Majelis
b. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah
b. Laporan pertanggung jawaban
serta
serta tindak lanjutanya diatur
Pokok
Garis-garis
Haluan
dan
Program Kerja IFI. c. Memilih
dan
Pelayanan Keprofesian.
Tangga,
Pedoman-pedoman Besar
dalam keputusan kongres. c. Menetapkan
Menetapkan
Ketua
(AD/ART),
d. Menetapkan Ketua Majelis Kolegium Pengembangan tuan
d. Memilih dan Menetapkan Ketua Umum, dan Wakil Ketua IFI
rumah
e. Menetapkan
penyelenggara kongres berikutnya. f. Menetapkan
pengangkatan
seseorang
sebagai
anggota
memperkuat
pemberhentian
ad
tindakan
Ketua
Mejelis
Kehormatan
dan
Disiplin
keanggotaan
f. Menetapkan
oleh
rumah kongres
berikutnya.
dan
menetapkan
g. Menetapkan
hock,
badan-badan
seseorang
dan
tuan
penyelenggara
khusus/ badan kelengkapan IFI. i. Menyetujui
Fisioterapi,
Keprofesian.
pengurus pusat. panitia
Kolegium
Pengembangan Pelayanan dan
g. Membuat keputusan membatalkan
h. Membentuk
Ketua
Fisioterapi, dan Ketua Majelis
kehormatan IFI. atau
Pedoman-pedoman
Haluan dan Program Kerja IFI.
Pelayanan dan Keprofesian. e. Menetapkan
Dasar
Pokok serta Garis-garis Besar
Fisioterapi, Mejelis Etik Fisioterapi, Majelis
Anggaran
dan Anggaran Rumah Tangga
Umum, dan Sekretarisa Umum IFI
dan
Pengembangan
menetapkan
Persatuan,
Perhimpunan
komunitas
sebagai
pengangkatan sebagai
anggota
kehormatan IFI. h. Mengukuhkan, menon-aktifkan
dan
atau
organisasi
membubarkan
perhimpunan
binaan Ikatan Fisioterapi Indonesia.
lingkungan
dalam IFI
,
ketentuan
diatur tersendiri oleh Kolegium fisioterapi. i.
Membuat
keputusan
membatalkan atau memperkuat tindakan keanggotaan 31 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
pemberhentian oleh
pengurus
pusat. j.
Membentuk
dan
menetapkan
panitia ad hock, badan-badan khusus/
badan
kelengkapan
IFI. k. Menyetujui
dan
menetapkan
Persatuan, Perhimpunan
dan
komunitas sebagai organisasi binaan
Ikatan
Fisioterapi
Indonesia. 3. Tata Tertib Kongres a. Kongres
3..Tata Tertib Kongres
diselenggarakan
oleh
a. Kongres
diselenggarakan
Pengurus IFI pusat bersama Panitia
Pengurus
Pelaksana Kongres yang dibentuk
Panitia Pelaksana Kongres yang
oleh pengurus IFI Pusat.
dibentuk oleh pengurus IFI Pusat.
b. Panitia pelaksana kongres adalah
Pusat
pengurus
telah
ditetapkan
sebagai
tuan
rumah dalam kongres sebelumnya. c. Pengurus
pusat
adalah
bersama
b. Panitia pelaksana kongres adalah
pengurus cabang dari cabang yang ditetapkan
IFI
oleh
cabang
yang
sebagai
tuan
telah rumah
dalam kongres sebelumnya. c. Pengurus
pusat
adalah
penanggungjawab penyelenggaraan
penanggungjawab penyelenggaraan
kongres.
kongres.
d. Pengurus cabang sebagai Panitia pelaksana
kongres
bertanggung
d. Pengurus cabang sebagai Panitia pelaksana
kongres
bertanggung
jawab atas teknis penyelenggarakan
jawab
kongres
penyelenggarakan kongres
e. Kongres dihadiri oleh pengurus IFI Pusat,
Ketua
Majelis,
Ketua
atas
e. Kongres
dihadiri
Pusat,
teknis oleh
Pengurus
Ketua/Utusan
Pengurus
Pengurus Daerah Ketua Pengurus
Daerah, Ketua/Utusan
Pengurus
Cabang atau yang mewakili sebagai
Cabang,
Kolegium
utusan
Fisioterapi),
pengurus
daerah/cabang
Ketua Ketua
Majelis
dengan mandat resmi tertulis dari
Kehormatan dan disiplin Fisioterapi
Ketua
dan Ketua Majelis Pengembangan
Pengurus
Daerah/Cabang,
Anggota biasa sebagai peninjau dan
Pelayanan
peserta
biasa
lain
atas
undangan
dan
Keprofesian, peserta
32 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
anggota
lain
atas
Pengurus IFI Pusat. f. Kongres
undangan
dianggap
sah
apabila
dihadiri oleh lebih dari setengah
tidak
f. Kongres
Pusat
dianggap
sah
apabila
dihadiri oleh lebih dari setengah
persyaratan pada butir (f)
jumlah cabang yang ada dan lebih
terpenuhi,
dari
maka
kongres
ditunda paling lama satu kali 24 jam,
IFI
sebagai peninjau.
jumlah cabang yang ada. g. Bila
Pengurus
dan
setelah
dianggap
sah
itu
Kongres
dengan
utusan
dari
jumlah
pengurus daerah. g. Bila
persyaratan pada butir (f)
tidak
cabang yang hadir. h. Ketua
setengah
terpenuhi,
maka
kongres
ditunda paling lama satu kali 24
IFI Cabang
atau
pengurus IFI cabang
Utusan
jam,
yang hadir
setelah
dianggap
dengan mandat resmi dari Ketua IFI Cabang mempunyai hak bicara
dan
sah
itu
Kongres
dengan
utusan
cabang yang hadir. h. Ketua
Pengurus
Cabang
atau
dan hak suara, sedangkan peninjau
utusan pengurus cabang
hanya mempunyai hak bicara atas
hadir dengan mandat resmi dari
permintaan Presidium.
Ketua
i. Eksekutif
dan
Cabang
serta
mempunyai hak bicara dan hak
pengurus daerah mempunyai hak
suara, sedangkan peninjau hanya
bicara dan tidak mempunyai hak
mempunyai
suara.
permintaan Presidium.
j. Sidang
yudikatif
pengurus
yang
pengesahan
Kuorum,
i.
hak
Ketua/Utusan
bicara
atas
Pengurus Daerah
Pengesahan suara, pengesahan tata
mempunyai hak bicara dan hak
tertib
suara.
Kongres
Presidium Panitia
dan
dipimpin
Pelaksana
Pemilihan oleh
Ketua
Kongres
yang
akan berlangsung. k. Selanjutnya Kongres dipimpin oleh
j. Pengurus pusat, Ketua Kolegium Fisioterapi,
Ketua
Majelis
Kehormatan
dan
disiplin
Fisioterapi,
Ketua
Majelis
Presidium yang dipilih dari dan
Pengembangan
oleh Peserta Kongres dalam sidang
Keprofesian mempunyai hak bicara
lengkap
dan tidak mempunyai hak suara.
yang
diadakan
khusus
untuk pemilihan Presidium. l. Mekanisme keputusan
k. Sidang
pengambilan dalam
Kongres
dilaksanakan dalam sidang pleno
Pelayanan
pengesahan
Kuorum,
Pengesahan jumlah suara masingmasing
cabang
dan
daerah,
pengesahan tata tertib Kongres dan
33 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
dan sidang khusus.
Pemilihan Presidium dipimpin oleh
m. Apabila
laporan
Pertanggungjawaban
Ketua Panitia Pelaksana Kongres.
Pengurus
l. Selanjutnya Kongres dipimpin oleh
Pusat IFI dan Ketua Majelis selesai,
Presidium yang dipilih dari dan
maka
oleh Peserta Kongres dalam sidang
Pengurus
Pusat
IFI
dan
Ketua Majelis yang bersangkutan dinyatakan
setelah
m. Presidium merupakan perwakilan
mendapat penilaian oleh kongres
seluruh wilayah Indonesia yaitu (1)
dan selanjutnya Pengurus Pusat IFI
ketua
dan
demisioner
rumah, (2) perwakilan propinsi DKI
sebagai
Jakarta, (3) Perwakilan Kepulauan
ketua
tersebut
demisioner
pleno.
Majelis berstatus
peninjau.
mewakili
tuan
Sumatera, (4) perwakilan daerah
n. Laporan
Pertanggungjawaban
Pengurus Pusat Majelis
IFI dan Ketua
diserahkan
kepada
Presidium. laporan
pertanggungjawaban IFI
dinyatakan
Jawa
Barat
dan
Banten,
(5)
Perwakilan daerah Jawa tengah dan
DIY,
(6)
Perwakilan
Jawa
Timur, Bali, NTB, dan NTT. (7)
o. Apabila Pusat
panitia
dan
Pengurus
Ketua
tidak
Majelis
diterima
Perwakilan kepulauan Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. n. Presidium terdiri dari satu orang
oleh
ketua
kongres maka ketua umum dan
orang
ketua Majelis tidak bisa dicalonkan
anggota dan lima orang anggota.
kembali. p. Untuk
anggota,
sekretaris
satu
merangkap
o. Ketua dan Sekretaris Presidium pembubaran
IFI
harus
Kongres khusus yang dihadiri oleh utusan
merangkap
cabang
yang
sekurang-kurangnya
¾
mewakili (tiga
per
empat) dari jumlah anggota. Dan keputusan
sah
apabila
oleh paling kurang
disetujui
2/3 ( dua per
dipilih oleh anggota presidium. p. Mekanisme
pengambilan
keputusan
dalam
Kongres
dilaksanakan dalam sidang pleno dan sidang khusus. q. Apabila
laporan
Pertanggungjawaban Ketua Umum
tiga ) dari jumlah anggota yang
Pengurus
hadir/terwakili.
Kolegium Fisioterapi), Ketua Majelis
q. Banyaknya suara cabang dalam
Pusat
Kehormatan
dan
dan
Kongres adalah
Fisioterapi)
1) 5
Pengembangan
sampai dengan 20 anggota
IFI
dan
34 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Ketua disiplin
Ketua
Majelis
Pelayanan
: Satu Suara 2) 21 sampai dengan 40 anggota: Dua Suara 3) 41 sampai dengan 60 anggota: Tiga Suara 4) 61 sampai dengan 80 anggota: Empat Suara 5) Selanjutnya setiap satu sampai
Keprofesian),
selesai,
maka
Pengurus
IFI
Ketua
Pusat
dan
Kolegium FisioterapiKetua Majelis Kehormatan Fisioterapi
Etik
dan
(MKEF)
disiplin
dan
Ketua
Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian, dinyatakan demisioner dan
berstatus
sebagai
peninjau
dengan 20 anggota mendapat
setelah mendapat penilaian oleh
tambahan satu suara
kongres. r. Laporan
Pertanggungjawaban
Ketua Umum Pengurus Pusat
IFI
dan Ketua Kolegium Fisioterapi), Ketua
Majelis
Fisioterapi
Kehormatan
dan
Ketua
Pengembangan Keprofesian),
Majelis
Pelayanan diserahkan
kepada
Presidium. s. Apabila
laporan
pertanggungjawaban Ketua umum Pengurus
Pusat
IFI
dan
Ketua
Kolegium Fisioterapi, Ketua Majelis Kehormatan dan Disiplin,
Ketua
Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian, oleh
dinyatakan ditolak
kongres
maka
bersangkutan
yang
tidak
bisa
dicalonkan kembali. t. Untuk
pembubaran
IFI
harus
Kongres khusus yang dihadiri oleh utusan
cabang
yang
mewakili
sekurang-kurangnya ¾
(tiga per
empat) dari jumlah anggota. Dan keputusan sah apabila disetujui oleh paling kurang 35 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
2/3 ( dua per
tiga ) dari jumlah peserta
yang
hadir/terwakili. u. Banyaknya suara cabang dalam Kongres adalah 1) 5
sampai dengan 20 anggota :
Satu Suara 2) 21 sampai dengan 40 anggota: Dua Suara 3) 41 sampai dengan 60 anggota: Tiga Suara 4) 61 sampai dengan 80 anggota: Empat Suara 5) Selanjutnya setiap penambahan 20 anggota mendapat tambahan satu
suara
dengan
jumlah
maksimal 15 suara. MENDORONG PEMEKARAN CABANG v.
Banyaknya suara daerah dalam kongres
adalah satu suara per
daerah. Pasal 9
Pasal 9
Musyawarah Daerah
MUSYAWARAH DAERAH
1. Status
1. Status
a. Musyawarah
daerah
merupakan
a. Musyawarah
daerah
badan Legislatif tertinggi tingkat
merupakan
forum
daerah.
keputusan
tertinggi
b. Musyawarah
daerah
adalah
musyawarah pada daerah daerah tingkat I atau propinsi. c. Musyawarah
daerah
keadaan
musyawarah
diadakan
luar
daerah
pengambilan di
tingkat
daerah. b. Musda adalah musyawarah utusan cabang-cabang dalam satu daerah.
sekali dalam 4 (empat) tahun. d. Dalam
(MUSDA)
c. Musda diadakan sekali dalam 4 (empat) tahun.
biasa dapat
diadakan sewaktu-waktu atas usul
d. Dalam keadaan luar biasa musda dapat
diadakan
sewaktu-waktu
atas usul atau inisiatif satu cabang
36 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
lebih
dari
satu
cabang
dan
dan mendapat persetujuan lebih
mendapat persetujuan sekurang-
dari 50% jumlah cabang yang ada
kurangnya setengah dari jumlah
dalam daerah tersebut.
cabang yang ada.
e. Diantara
musyawarah
pengurus
daerah,
daerah
dapat
melaksanakan rapat kerja daerah, yang dimaksudkan untuk menilai dan
kemudian
memperbaiki/mengadaptasi pelaksanaan
program
kerja
pengurus daerah. 2. Kekuasaan dan wewenang a. Menilai
pertanggungjawaban
pengurus amanat
1. Kekuasaan dan Wewenang
yang
lalu
yang
mengenai
diberikan
oleh
musyawarah daerah. b. Menetapkan program menunjang bertentangan
besar
daerah
dan
b. Menetapkan
garis-garis
kerja
menunjang
besar
daerah
yang
serta
tidak
dengan
program
yang
bertentangan
serta
tidak
kerja pengurus pusat.
dengan
program
kerja pengurus pusat. c. Memilih
Pengurus Daerah. program
Garis-garis
kerja
a. Menilai pertanggungjawaban Ketua
c. Memilih dan menetapkan ketua dan wakil ketua Pengurus daerah
menetapkan
ketua
untuk periode berikutnya
dan wakil ketua daerah untuk periode berikutnya 2. Tata tertib musyawarah daerah a. Musyawarah
2. Tata Tertib Musyawarah Daerah daerah
diselenggarakan
oleh pengurus
a. Musyawarah
daerah
diselenggarakan
oleh pengurus
daerah bersama panitia pelaksana
daerah bersama panitia pelaksana
musyawarah daerah yang dibentuk
musyawarah daerah yang dibentuk
oleh pengurus daerah.
oleh pengurus daerah.
b. Panitia daerah segi
pelaksana bertanggung teknis
musyawarah jawab
atas
penyelenggaraan
b. Panitia daerah segi
pelaksana
musyawarah
bertanggung jawab atas teknis
37 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
penyelenggaraan
musyawarah daerah.
musyawarah daerah.
c. Musyawarah daerah dihadiri oleh Pengurus
Daerah,
Utusan
c. Musyawarah daerah dihadiri oleh Pengurus
Daerah,
Utusan
Pengurus Cabang, peninjau dan
Pengurus Cabang, peninjau dan
undangan pengurus daerah.
undangan pengurus daerah.
d. Musyawarah daerah sah apabila
d. Musyawarah daerah sah apabila
dihadiri lebih dari setengah jumlah
dihadiri lebih dari setengah jumlah
cabang yang ada.
cabang yang ada.
e. Bila
persyaratan
terpenuhi,
diatas
maka
daerah
tidak
musyawarah
ditunda
selambat-
e. Bila
persyaratan
terpenuhi,
diatas
maka
daerah
tidak
musyawarah
ditunda
selambat-
lambatnya 1 X 24 jam, dan setelah
lambatnya 1 X 24 jam, dan setelah
itu musyawarah daerah dianggap
itu musyawarah daerah dianggap
sah dengan jumlah anggota yang
sah dengan jumlah anggota yang
hadir.
hadir.
f. Utusan Cabang mempunyai hak
f. Utusan Cabang mempunyai hak
bicara dan hak suara, peninjau
bicara dan hak suara, peninjau
mempunyai hak bicara.
mempunyai hak bicara.
g. Sidang pengesahan kuorum, sidang pengesahan
acara,
sidang
g. Sidang pengesahan kuorum, sidang pengesahan
acara,
sidang
pengesahan tata tertib, dan sidang
pengesahan tata tertib, dan sidang
pemilihan presidium dipimpin oleh
pemilihan presidium dipimpin oleh
ketua
ketua
panitia
pelaksana
musyawarah daerah. h. Musyawarah dipimpin
pelaksana
musyawarah daerah.
daerah
oleh
panitia
selanjutnya
presidium
yang
h. Musyawarah dipimpin
daerah
oleh
selanjutnya
presidium
yang
dipilih dari dan oleh peserta dalam
dipilih dari dan oleh peserta dalam
sidang
sidang
lengkap
yang
diadakan
untuk pemilihan presidium. i. Apabila
lengkap
yang
diadakan
untuk pemilihan presidium. laporan
i. Apabila
laporan
pertanggungjawaban
pengurus
pertanggungjawaban
pengurus
daerah
selesai,
pengurus
daerah
selesai,
pengurus
daerah
yang
bersangkutan
daerah
yang
dinyatakan mendapat
maka
demisioner
setelah
penilaian
oleh
dinyatakan
maka
bersangkutan
demisioner
setelah
penilaian
oleh
mendapat
38 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
musyawarah selanjutnya demisioner
daerah,
dan
pengurus tersebut
daerah berstatus
sebagai peninjau.
musyawarah
daerah,
selanjutnya
dan
pengurus
demisioner
daerah
tersebut
berstatus
sebagai peninjau.
j. Banyaknya suara cabang adalah
j. Banyaknya suara cabang adalah
sesuai dengan jumlah anggota per
sesuai dengan jumlah anggota per
cabang.
cabang. Pasal 10
Pasal 10
Musyawarah Cabang
MUSYAWARAH CABANG
1. Status
1. Status
a. Musyawarah
merupakan
a. Musyawarah cabang (muscab)
badan Legislatif tertinggi tingkat
merupakan forum pengambilan
cabang.
keputusan tertinggi di tingkat
b. Musyawarah
cabang
cabang
adalah
musyawarah pada cabang. c. Musyawarah
cabang
b. Musyawarah
diadakan
sekali dalam 4 (empat) tahun. d. Dalam
keadaan
musyawarah
luar
cabang 5
cabang
adalah
musyawarah anggota IFI dalam satu cabang.
biasa dapat
diadakan sewaktu-waktu atas usul sekurang-kurangnya
daerah.
anggota
c. Musyawarah cabang diadakan sekali dalam empat tahun. d. Dalam
keadaan
Musyawarah
luar
biasa
cabang
dapat
biasa dan mendapat persetujuan
diadakan sewaktu-waktu atas
sekurang-kurangnya setengah dari
usul atau inisiatif
jumlah anggota biasa yang ada.
kurangnya lima anggota dan mendapat dari
sekurang-
persetujuan
50%
jumlah
lebih
anggota
cabang yang ada dalam daerah tersebut. e. Diantara Musyawarah cabang, pengurus
cabang
dapat
melaksanakan
rapat
cabang,
dimaksudkan
yang
kerja
untuk menilai dan kemudian memperbaiki/mengadaptasi 39 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
pelaksanaan
program
kerja
pengurus cabang. 2. Kekuasaan dan wewenang a. Menilai
2. Kekuasaan dan wewenang
pertanggungjawaban
pengurus
yang
amanat
lalu
yang
mengenai
diberikan
oleh
musyawarah cabang. b. Menetapkan program
besar
cabang
dan
Garis-garis
kerja
menunjang
besar
cabang
yang
serta
tidak
dengan
program
bertentangan
serta
tidak
kerja pengurus pusat.
dengan
program
kerja pengurus pusat. c. Memilih
b. Menetapkan
yang
menunjang bertentangan
pengurus cabang. program
Garis-garis
kerja
a. Menilai pertanggungjawaban ketua
c. Memilih dan menetapkan ketua dan wakil ketua pengurus cabang
menetapkan
ketua
untuk periode berikutnya
dan wakil ketua cabang untuk periode berikutnya 3. Tata tertib musyawarah cabang a. Musyawarah
3.. Tata Tertib Musyawarah Cabang cabang
diselenggarakan
oleh pengurus
a. Musyawarah
cabang
diselenggarakan
oleh pengurus
cabang bersama panitia pelaksana
cabang bersama panitia pelaksana
musyawarah cabang yang dibentuk
musyawarah cabang yang dibentuk
oleh pengurus cabang.
oleh pengurus cabang.
b. Panitia
pelaksana
cabang segi
musyawarah
bertanggung teknis
jawab
atas
penyelenggaraan
musyawarah cabang.
pelaksana
musyawarah
cabang bertanggung jawab atas segi
teknis
penyelenggaraan
musyawarah cabang.
c. Musyawarah cabang dihadiri oleh Pengurus
b. Panitia
Cabang,
Anggota
c. Musyawarah cabang dihadiri oleh Pengurus
Cabang,
Anggota
Cabang, peninjau dan undangan
Cabang, peninjau dan undangan
pengurus cabang.
pengurus cabang.
d. Musyawarah cabang sah apabila
d. Musyawarah cabang sah apabila
dihadiri lebih dari setengah jumlah
dihadiri lebih dari setengah jumlah
anggota biasa yang ada.
anggota biasa yang ada.
e. Bila
persyaratan
terpenuhi,
maka
diatas
tidak
musyawarah
e. Bila
persyaratan
terpenuhi,
maka
40 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
diatas
tidak
musyawarah
cabang
ditunda
selambat-
cabang
ditunda
selambat-
lambatnya 1 X 24 jam, dan setelah
lambatnya 1 X 24 jam, dan setelah
itu musyawarah cabang dianggap
itu musyawarah cabang dianggap
sah dengan jumlah anggota yang
sah dengan jumlah anggota yang
hadir.
hadir.
f. Anggota
biasa
mempunyai
hak
f. Anggota
biasa
mempunyai
hak
bicara dan hak suara, peninjau
bicara dan hak suara, peninjau
mempunyai hak bicara.
mempunyai hak bicara.
g. Sidang pengesahan kuorum, sidang pengesahan
acara,
sidang
g. Sidang pengesahan kuorum, sidang pengesahan
acara,
sidang
pengesahan tata tertib, dan sidang
pengesahan tata tertib, dan sidang
pemilihan presidium dipimpin oleh
pemilihan presidium dipimpin oleh
ketua
ketua
panitia
pelaksana
musyawarah cabang.
panitia
pelaksana
musyawarah cabang.
h. Musyawarah cabang dipimpin oleh
h. Musyawarah cabang dipimpin oleh
presidium yang dipilih dari dan
presidium yang dipilih dari dan
oleh peserta dalam sidang lengkap
oleh peserta dalam sidang lengkap
yang diadakan untuk pemilihan
yang diadakan untuk pemilihan
presidium.
presidium.
i. Apabila
laporan
i. Apabila
laporan
pertanggungjawaban
pengurus
pertanggungjawaban
pengurus
cabang
selesai,
pengurus
cabang
selesai,
pengurus
cabang
yang
bersangkutan
cabang
yang
dinyatakan mendapat musyawarah selanjutnya demisioner
maka
demisioner
setelah
penilaian
oleh
mendapat
dan
musyawarah
cabang, pengurus tersebut
cabang berstatus
sebagai anggota biasa j. Banyaknya suara anggota adalah satu anggota satu suara.
dinyatakan
bersangkutan
demisioner
setelah
penilaian
oleh
cabang,
selanjutnya demisioner
maka
pengurus tersebut
dan cabang
berstatus
sebagai anggota biasa j. Banyaknya suara anggota adalah satu anggota satu suara.
Pasal 11
Pasal 11
Musyawarah Kerja Nasional (MUKERNAS)
MUSYAWARAH KERJA NASIONAL
1. Status a. Musyawarah Kerja Nasional adalah
(MUKERNAS) 1. Status
41 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
rapat
IFI
yang
dihadiri
segenap
kelengkapan
tingkat
pusat
Pengurus
a. Musyawarah Kerja Nasional adalah
organisasi
rapat pengurus IFI yang dihadiri
dengan
Ketua
oleh
dan
Ketua
organisasi tingkat pusat dengan
yang
Ketua Pengurus Daerah dan Ketua
Daerah
Pengurus
oleh
Cabang
atau
mewakili.
segenap
Pengurus
b. Musyawarah diadakan
Kerja
Nasional
sekurang-kurangnya
kelengkapan
Cabang
atau
yang
mewakili. b. Musyawarah
Kerja
Nasional
sekali dalam periode pengurusan
diadakan
sekurang-kurangnya
IFI Pusat
sekali dalam periode pengurusan IFI Pusat
2. Kekuasaan dan Wewenang a. Menilai
pelaksanaan
dan
ketetapan
2. Kekuasaan dan Wewenang keputusan kongres,
menyempurnakan
dan
a. Menilai
pelaksanaan
dan
ketetapan
keputusan kongres,
menyempurnakan
dan
memperbaiki untuk dilaksanakan
memperbaiki untuk dilaksanakan
pada
pada
sisa
kepengurusan
selanjutnya. pembicaraan
pendahuluan
tentang
bahan
kongres yang akan datang. Tertib
kepengurusan
selanjutnya.
b. Mengadakan
3. Tata
sisa
b. Mengadakan
pembicaraan
pendahuluan
tentang
bahan
kongres yang akan datang.
Musyawarah
Kerja
Nasional
3. Tata
Tertib
Musyawarah
Kerja
Nasional
a. Musyawarah diadakan
Kerja
oleh
bersama
Nasional
pengurus
panitia
pusat
pelaksana
a. Musyawarah diadakan
Kerja
oleh
bersama
Nasional
pengurus
panitia
pusat
pelaksana
musyawarah kerja yang dibentuk
musyawarah kerja yang dibentuk
oleh pengurus pusat.
oleh pengurus pusat.
b. Keputusan
dan
ketetapan
b. Keputusan
musayawarah kerja diambil dengan
musayawarah
cara musyawarah dan mufakat.
dengan
c. Panitia
pelaksana
musyawarah
kerja nasional bertanggung jawab
cara
dan
ketetapan
kerja
diambil
musyawarah
dan
mufakat. c. Panitia
pelaksana
42 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
musyawarah
atas
segi
teknis
pelaksanaan
musyawarah kerja nasional. d. Musyawarah dihadiri
Kerja
oleh
atas
Nasional
Pengurus
kerja nasional bertanggung jawab
Pusat,
segi
teknis
pelaksanaan
musyawarah kerja nasional. d. Musyawarah
Kerja
Majelis, Ketua Pengurus Daerah,
dihadiri
Ketua Pengurus Cabang atau yang
Majelis, Ketua Pengurus Daerah,
mewakili sebagai utusan cabang
Ketua Pengurus Cabang atau yang
dengan
mewakili sebagai utusan cabang
mandat
dari
ketua
Pengurus Daerah atau Cabang e. Musyawarah
Kerja
Nasional
dianggap sah apabila dihadiri oleh
oleh
Nasional
dengan
Pengurus
mandat
Pusat,
dari
ketua
Pengurus Daerah atau Cabang e. Musyawarah
Kerja
Nasional
lebih dari setengah jumlah cabang
dianggap sah apabila dihadiri oleh
yang ada.
lebih dari setengah jumlah cabang
f. Bila
persyaratan
diatas
tidak
terpenuhi, maka musyawarah kerja nasional
ditunda
selambat-
yang ada. f. Bila
persyaratan
terpenuhi,
diatas
maka
tidak
musyawarah
lambatnya 1 X 24 jam, dan setelah
kerja nasional ditunda selambat-
itu
lambatnya 1 X 24 jam, dan setelah
musyawarah
dianggap
sah
kerja
nasional
dengan
jumlah
utusan yang hadir. g. Musyawarah
itu
musyawarah
dianggap
kerja
nasional
sah
kerja
nasional
dengan
jumlah
utusan yang hadir.
dipimpin oleh ketua umum, apabila
g. Musyawarah
ketua umum berhalangan hadir
dipimpin
maka musyawarah kerja nasional
apabila ketua umum berhalangan
dapat
hadir
dipimpin
oleh
Sekretaris
Umum atau pengurus yang lain
kerja
oleh
maka
nasional
ketua
umum,
musyawarah
nasional
dapat
pengurus
lain
dipimpin sesuai
BAB III
Struktur Kepemimpinan
KEPEMIMPINAN ORGANISASI
1. Struktur Kepemimpinan tingkat pusat terdiri dari Pengurus pusat IFI, Majelis Etik
Fisioterapi,
Majelis
Kolegium
43 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
oleh
hierarki
organisasi. Pasal 12
kerja
Fisioterapi dan Majelis Pengembangan pelayanan Keprofesian yang masingmasing
memiliki
wewenang
dan
tanggung jawab masing-masing sesuai tugasnya 2. Dalam
menyelengarakan
kepemimpinan
di
berkoordinasi
secara
tugasnya,
tingkat
pusat
terintegrasi
melalui Musyawarah Pimpinan Pusat yang terdiri dari Pengurus pusat IFI, Majelis
Etik
Kolegium
Fisioterapi,
Fisioterapi
Majelis
dan
Majelis
Pengembangan pelayanan Keprofesian yang dipimpin oleh Ketua Umum IFI. Pengurus pusat
Pasal 12
1. Status a. Pengurus
PENGURUS PUSAT pusat
adalah
Badan
Eksekutif tertinggi IFI,
a. Pengurus
b. Bertanggungjawab untuk dan atas nama organisasi 2(dua)
kongres
yang
berurutan yaitu empat tahun.
adalah
Badan
Eksekutif tertinggi IFI,
atau tidak dapat melaksanakan maka
jabatan
nama organisasi c. Periode Pengurus Pusat IFI adalah diantara
d. Apabila ketua umum berhalangan tugasnya
pusat
b. Bertanggungjawab untuk dan atas
c. Periode Pengurus Pusat IFI adalah diantara
1. Status
ketua
2(dua)
kongres
yang
berurutan yaitu empat tahun. d. Apabila ketua umum berhalangan atau tidak dapat melaksanakan
umum diambil alih oleh Sekretaris
tugasnya
maka
jabatan
ketua
Umum.
umum diambil alih oleh pengurus lain sesuai hierarki organisasi.
2. Personalia Pengurus Pusat IFI a. Pengurus
pusat
IFI
sekurang-
2. Personalia Pengurus Pusat IFI a. Pengurus
pusat
IFI
sekurang-
kurangnya terdiri dari satu orang
kurangnya terdiri dari satu orang
ketua umum, satu orang sekretaris
ketua umum, satu orang wakil
umum,
ketua umum, satu orang sekretaris
satu
orang
bendahara
44 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
umum, dan beberapa ketua bidang
umum,
satu
yang
umum,
dan
secara
bersama-sama
melaksanakan kegiatan organisasi. b. Ketua umum yang telah habis masa jabatannya
untuk
satu
periode
orang
bendahara
beberapa
ketua
bidang. b. Ketua
umum
masa
yang
jabatannya
habis
untuk
satu
dapat dipilih kembali untuk satu
periode
periode berikutnya
untuk satu periode berikutnya
c. Seorang
anggota
bisa
menjadi
dapat
telah
c. Seorang
dipilih
anggota
kembali
bisa
menjadi
ketua umum paling banyak dua
ketua umum paling banyak dua
kali
kali
masa
kepengurusan,
masa
kepengurusan
baik
Selanjutnya dapat dipilih kembali
secara berurutan maupun tidak
setelah jeda masa kepengurusan
berurutan.
yang lain.
d. Yang bisa menjadi pengurus pusat
d. Yang bisa menjadi pengurus pusat
adalah anggota biasa yang pernah
adalah anggota biasa yang pernah
menjadi pengurus daerah / cabang
menjadi
pengurus
atau
anggota
biasa
cabang
yang
atau
mempunyai
komitmen terhadap IFI
semua
keputusan
Tangga,
dan
yang
telah
ditetapkan kongres. b. Mensosialisasikan
komitmen
Anggaran semua
Rumah
Tangga,
dan
yang
telah
keputusan
ditetapkan kongres. kepada
semua
b. Mensosialisasikan kepada semua pengurus
mengenai pengambilan keputusan
cabang
organisasi.
keputusan organisasi.
Kinerja
dan daerah
termasuk
meningkatkan dan
cabang
mengesahkan
terbentuknya daerah dan cabang. d. Menyelenggarakan
terhadap
a. Melaksanakan isi Anggaran Dasar,
pengurus daerah, pengurus cabang
c. Membina
yang
3.. Kekuasaan dan wewenang
a. Melaksanakan isi Anggaran Dasar, Rumah
mempunyai
biasa
IFI.
3. Kekuasaan dan wewenang Anggaran
anggota
kongres
dan
c. Membina Kinerja
daerah,
pengurus
mengenai dan daerah
termasuk
pengambilan meningkatkan dan
cabang
mengesahkan
terbentuknya daerah dan cabang. d. Menyelenggarakan
kongres
dan
bertanggung jawab kepada anggota
bertanggung jawab kepada anggota
dalam kongres.
dalam kongres.
45 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
e. Membina
hubungan
yang
baik
e. Membina
hubungan
yang
baik
dengan semua instansi yang ada,
dengan semua instansi yang ada,
baik pemerintah maupun swasta di
baik pemerintah maupun swasta di
dalam
dalam
maupun
khususnya
luar
negeri
instansi
berhubungan pada
di
dengan
umumnya
dan
yang
maupun
khususnya
luar
negeri
instansi
kesehatan
berhubungan
fisioterapi
pada
pada khususnya.
di
dengan
umumnya
yang kesehatan
dan
fisioterapi
pada khususnya.
f. Menyampaikan pertanggungjawaban
laporan
f. Menyampaikan
kepada
pertanggung
laporan jawaban
kepada
anggota melalui forum Kongres.
anggota melalui forum Kongres.
g. Menyiapkan draft materi kongres
g. Menyiapkan draft materi kongres
melalui forum mukernas
melalui forum mukernas
h. Mengesahkan pengurus daerah dan
h. Mengesahkan
cabang serta perangkat organisasi
dan
tingkat pusat.
organisasi tingkat pusat.
4. Tata cara pengelolaan a. Pengurus
pusat
cabang
pengurus serta
daerah
perangkat
4.. Tata cara pengelolaan menjalankan
a. Pengurus
pusat
menjalankan
tugasnya segera setelah dilakukan
tugasnya segera setelah dilakukan
serah
serah
terima
dengan
pengurus
pusat demisioner. sudah
dengan
pengurus
pusat demisioner.
b. Pengurus Pusat dan Majelis IFI harus
terima
melengkapi
b. Pengurus Pusat dan Majelis IFI harus
sudah
melengkapi
personelnya paling lambat 30 hari
personelnya paling lambat 30 hari
setelah kongres
setelah kongres
c. Serah terima kepengurusan pada saat
berakhirnya
kongres
dan
c. Serah terima kepengurusan pada saat
berakhirnya
kongres
dan
disertai berita acara serah terima
disertai berita acara serah terima
jabatan.
jabatan.
d. Untuk
menyelenggarakan
kegiatannya, harus
pengurus
mengadakan
pusat
rapat-rapat
d. Untuk
menyelenggarakan
kegiatannya, harus
pengurus
mengadakan
pusat
rapat-rapat
berupa musyawarah kerja, rapat
berupa musyawarah kerja, rapat
harian, rapat pleno terbatas, rapat
harian, rapat pleno terbatas, rapat
pleno, rapat pleno diperluas.
pleno, rapat pleno diperluas.
46 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
e. Ketentuan
tentang
musyawarah
e. Ketentuan
tentang
musyawarah
kerja diatur dalam pasal tersendiri.
kerja diatur dalam pasal tersendiri.
f. Rapat harian hanya dihadiri oleh
f. Rapat harian hanya dihadiri oleh
pengurus pusat dengan atau tanpa
pengurus pusat dengan atau tanpa
ketua
ketua
bidang/seksi
kurangnya
sekurang-
diselenggarakan
sebulan sekali.
yang
pusat,
ketua
diperlukan,
kurangnya
kurangnya
sekurang-
diselenggarakan
sebulan sekali.
g. Rapat pleno terbatas dihadiri oleh pengurus
bidang/seksi
Majelis
sekurang-
diselenggarakan
tiga
bulan sekali.
g. Rapat pleno terbatas dihadiri oleh pengurus yang
pusat,
ketua
diperlukan,
kurangnya
Majelis
sekurang-
diselenggarakan
tiga
bulan sekali.
h. Rapat pleno dihadiri oleh pengurus
h. Rapat pleno dihadiri oleh pengurus
pusat lengkap dan seluruh ketua
pusat lengkap dan seluruh ketua
dan
dan
anggota
majelis
diselenggarakan
yang
sekurang-
kurangnya enam bulan sekali. i. Rapat
pleno
diperluas
anggota
majelis
diselenggarakan
yang
sekurang-
kurangnya enam bulan sekali.
dihadiri
i. Rapat
pleno
diperluas
pengurus pusat lengkap, ketua dan
pengurus
anggota
Majelis
dan anggota Majelis dan ketua
pengurus
daerah/
diperlukan,
dan cabang
ketua yang
diselenggarakan
sekurang-kurangnya
1(satu)
kali
dalam setahun.
lengkap,
daerah/ cabang
diperlukan,
ketua yang
diselenggarakan
sekurang-kurangnya
1(satu)
kali
dalam setahun.
5. Tata cara pengelolaan
administrasi
dan keuangan
6. Tata cara pengelolaan administrasi dan keuangan
a. Menyelengarakan keanggotaan
pengurus
pusat
dihadiri
yang
administrasi dikelola
oleh
e. Menyelengarakan keanggotaan
yang
administrasi dikelola
oleh
unit khusus yang bertugas untuk
unit khusus yang bertugas untuk
mendaftar, mendata, menyimpan,
mendaftar, mendata, menyimpan,
dan
dan
mengelola
potensi
dasar
anggota. b. Meyelenggarakan
mengelola
potensi
dasar
anggota. adminitrasi
kesekretariatan yang dipimpin oleh
f. Meyelenggarakan
adminitrasi
kesekretariatan yang dipimpin oleh
47 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
sekretaris jenderal atau sekretaris
sekretaris jenderal atau sekretaris
khusus
khusus
yang
langsung
bertanggungjawab
kepada
sekretaris
jenderal.
yang
langsung
bertanggungjawab
kepada
sekretaris
jenderal.
c. Meyelenggarakan
administrasi
g. Meyelenggarakan
administrasi
keuangan sesuai dengan tata cara
keuangan sesuai dengan tata cara
dan tata kelola keuangan yang
dan tata kelola keuangan yang
transparan dan akuntabilitas dan
transparan dan akuntabilitas dan
dipimpin oleh bendahara umum
dipimpin oleh bendahara umum
atau
atau
seorang
kepala
bagian
seorang
kepala
bagian
keuangan yang bertanggung jawab
keuangan yang bertanggung jawab
langsung
langsung
kepada
bandahara
umum.
kepada
bandahara
laporan
keuangan
umum.
d. Membuat
laporan
keuangan
h. Membuat
tahunan dan disampaikan kepada
tahunan dan disampaikan kepada
seluruh anggota melalui pengurus
seluruh anggota melalui pengurus
cabang.
cabang. Pasal 13
Pasal 13
Pengurus Cabang
PENGURUS CABANG
1. Status
1. Status
a. Cabang
merupakan
kesatuan
a. Cabang
merupakan
kesatuan
organisasi yang dibentuk di tempat
organisasi yang dibentuk di tempat
yang
yang
mempunyai
sekurang-
kurangnya 5(lima) anggota biasa. b. Keberadaan
cabang
adalah
di
boleh ada satu cabang. dalam
cabang
adalah
di
c. Dalam satu kabupaten/kota hanya boleh ada satu cabang.
anggota
Fisioterapi
jumlah
anggota
Fisioterapi
dalam satu kabupaten/kota adalah
kabupaten/kota adalah 5 orang
5 orang dapat membentuk cabang
atau
sendiri
lebih,
atau
d. Bila
lebih
cabang
satu
b. Keberadaan
tingkat Kabupaten atau Kota.
c. Dalam satu kabupaten/kota hanya jumlah
sekurang-
kurangnya lima anggota biasa.
tingkat Kabupaten atau Kota.
d. Bila
mempunyai
harus
sendiri
membentuk
atas
atas
usulan
Pengurus
usulan
Daerah atau Pengurus Cabang IFI
Pengurus Daerah atau Pengurus
terdekat dan disahkan oleh IFI
48 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Cabang IFI terdekat dan disahkan oleh IFI pusat.
pusat. 20 orang harus !!! e. Sesuai butir (d) bila tidak terbentuk
e. Sesuai butir (d) bila tidak terbentuk
dalam waktu satu tahun sejak
dalam waktu satu tahun sejak
berlakunya anggaran dasar dan
berlakunya anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga ini maka
anggaran rumah tangga ini maka
pengurus pusat bertanggung jawab
pengurus pusat bertanggungjawab
membentuk,
membentuk,
membina.
mengesahkan
dan
membina. f. Jika
f. Jika
satu
cabang
terdiri
dari
beberapa kabupaten maka harus ditunjuk koordinator kabupaten. g. Bila dianggap perlu pengurus IFI cabang
dapat
membentuk
mengesahkan
satu
cabang
terdiri
dan dari
beberapa kabupaten maka harus ditunjuk koordinator kabupaten. g. Bila dianggap perlu pengurus IFI cabang
dapat
perangkat
membentuk
organisasi
lainnya
perangkat organisasi lainnya untuk
untuk kepentingan organisasi dan
kepentingan organisasi dan atas
atas sepengetahuan pengurus IFI
sepengetahuan pengurus IFI pusat.
pusat.
h. Masa jabatan pengurus cabang 4
h. Masa jabatan pengurus cabang 4
(empat) tahun atau diantara dua
(empat) tahun atau diantara dua
musyawarah
musyawarah
berurutan
cabang yang
yang
pengesahannya
berurutan
cabang
yang
yang
pengesahannya
dilakukan oleh pengurus pusat.
dilakukan oleh pengurus pusat.
i. Ketua pengurus cabang yang telah
i. Ketua pengurus cabang yang telah
habis
masa
dipilih
jabatannya
kembali
untuk
dapat periode
berikutnya.
habis
masa
dipilih
jabatannya
kembali
untuk
dapat periode
berikutnya.
j. Seorang anggota bisa menjadi
j. Seorang anggota bisa menjadi
ketua cabang paling banyak dua
ketua cabang paling banyak dua
kali masa kepengurusan,
kali masa kepengurusan,
Selanjutnyadapat dipilih kembali
Selanjutnya dapat dipilih kembali
setelah jeda masa kepengurusan
setelah jeda masa kepengurusan
yang lain.
yang lain.
k. Struktur cabang
kelengkapan IFI
disesuaikan
pengurus dengan
k. Struktur cabang
kelengkapan IFI
pengurus
disesuaikan
49 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
dengan
struktur
kelengkapan
pengurus
pusat IFI.
struktur
kelengkapan
pengurus
pusat IFI.
2. Kekuasaan dan wewenang
3. Kekuasaan dan wewenang
a. Melaksanakan keputusan kongres,
a. Melaksanakan keputusan kongres,
keputusan pengurus pusat IFI dan
keputusan pengurus pusat IFI dan
musyawarah cabang.
musyawarah cabang.
b. Memberikan pengurus
laporan pusat
IFI
kepada
b. Memberikan
tentang
pengurus
laporan pusat
kepada
IFI
tentang
program kerja serta hasil kerja
program kerja serta hasil kerja
yang telah dilaksanakan sekurang-
yang telah dilaksanakan sekurang-
kurangnya
kurangnya
satu
kali
dalam
setahun.
satu
kali
dalam
setahun.
c. Membina hubungan baik dengan
c. Membina hubungan baik dengan
semua instansi yang berhubungan
semua instansi yang berhubungan
dengan
upaya
umumnya
kesehatan
pada
dengan
fisioterapi
pada
umumnya
dan
khususnya
di
tingkat
kabupaten/kota. d. Pengurus
upaya
pada
fisioterapi
pada
dan
khususnya
di
tingkat
Cabang
harus
kabupaten/kota.
Cabang
harus
d. Pengurus
melaksanakan musyawarah cabang
melaksanakan
pada
cabang
akhir
kesehatan
masa
jabatannya,
musyawarah
pada
akhir
masa
paling lambat 30 (tiga puluh) hari
jabatannya, paling lambat 30 (tiga
kerja
puluh) hari kerja setelah masa
setelah
masa
jabatan
berakhir.
jabatan berakhir.
e. Bertanggung
jawab
kepada
e. Bertanggung
jawab
kepada
musyawarah cabang dan pengurus
musyawarah cabang dan pengurus
pusat IFI.
pusat IFI.
4. Tata cara pengelolaan
5. Tata cara pengelolaan
a. Formatur pengurus cabang terpilih harus
telah
dapat
kepengurusannya
menyusun selambat-
a. Formatur pengurus cabang terpilih harus
telah
dapat
kepengurusannya
menyusun selambat-
lambatnya dalam waktu 30 hari
lambatnya dalam waktu 30 hari
setelah
setelah
selesainya
musyawarah
selesainya
50 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
musyawarah
cabang.
cabang.
b. Pengurus
cabang
menjalankan
b. Pengurus
cabang
menjalankan
tugasnya segera setelah dilakukan
tugasnya segera setelah dilakukan
serah
serah
terima
dengan
pengurus
cabang demisioner.
terima
dengan
pengurus
cabang demisioner.
c. Serah terima kepengurusan harus
c. Serah terima kepengurusan harus
dilaksanakan paling lambat 30 hari
dilaksanakan
setelah selesai musyawarah cabang
hari setelah selesai musyawarah
dan selanjutnya ketua cabang yang
cabang
dan
lama
cabang
yang
melaporkan
pergantian
paling
lambat
selanjutnya lama
30
ketua
melaporkan
pengurus cabang pada pengurus
pergantian pengurus cabang pada
pusat disertai data-datanya untuk
pengurus
pusat
mendapatkan
datanya
untuk
pertimbangan
dan
disertai
data-
mendapatkan
atau pengesahan dari pengurus
pertimbangan
pusat.
pengesahan dari pengurus pusat.
d. Untuk
menyelenggarakan
kegiatannya, harus
pengurus
mengadakan
cabang
rapat-rapat
dan
d. Untuk
menyelenggarakan
kegiatannya, harus
atau
pengurus
mengadakan
cabang
rapat-rapat
berupa rapat harian, rapat pleno
berupa rapat harian, rapat pleno
terbatas dan rapat pleno.
terbatas dan rapat pleno.
e. Rapat harian hanya dihadiri oleh pengurus
IFI
cabang
(ketua,
e. Rapat harian hanya dihadiri oleh pengurus
IFI
cabang
(ketua,
bendahara, sekretaris) sekurang-
bendahara, sekretaris) sekurang-
kurangnya
kurangnya
diselenggarakan
sebulan sekali.
diselenggarakan
sebulan sekali.
f. Rapat pleno terbatas dihadiri oleh
f. Rapat pleno terbatas dihadiri oleh
pengurus harian cabang ditambah
pengurus harian cabang ditambah
pengurus
pengurus
diperlukan
cabang
lain
yang
sekurang-kurangnya
diselenggarakan tiga bulan sekali. g. Rapat pleno dihadiri oleh pengurus cabang
lengkap
diselenggarakan
yang sekurang-
kurangnya enam bulan sekali. h. Pengurus
cabang
dalam
diperlukan
cabang
lain
yang
sekurang-kurangnya
diselenggarakan tiga bulan sekali. g. Rapat pleno dihadiri oleh pengurus cabang
lengkap
diselenggarakan
yang sekurang-
kurangnya enam bulan sekali. h. Pengurus
51 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
cabang
dalam
mengadakan
kegiatannya
secara
mengadakan
kegiatannya
secara
periodik sekurang-kurangnya satu
periodik sekurang-kurangnya satu
tahun
tahun
sekali
membuat
laporan
kegiatan kepada pegurus pusat. i. Yang
dapat
menjadi
pengurus
sekali
membuat
laporan
kegiatan kepada pegurus pusat. i. Yang
dapat
menjadi
pengurus
cabang adalah anggota biasa IFI
cabang adalah anggota biasa IFI
cabang setempat.
cabang setempat.
Pasal 14
Pasal 14
Pengurus Daerah
PENGURUS DAERAH
1. Status
1. Status
a. Pengurus daerah adalah perangkat
a. Pengurus daerah adalah perangkat
organisasi ditingkat propinsi yang
organisasi ditingkat propinsi yang
berkedudukan di ibu kota propinsi.
berkedudukan di ibu kota propinsi.
b. Ketua Pengurus Daerah IFI dipilih
b. Ketua Pengurus Daerah IFI dipilih
melalui musyawarah daerah. c. Pengurus
Daerah
melalui musyawarah daerah.
sekurang-
c. Pengurus
Daerah
sekurang-
kurangnya terdiri dari 1 orang
kurangnya terdiri dari 1 orang
ketua, 1 orang sekretaris dan 1
ketua, 1 orang sekretaris dan 1
orang bendahara.
orang bendahara.
d. Bila
dianggap
Daerah
IFI
perlu dapat
pengurus membentuk
d. Bila
dianggap
Daerah
IFI
perlu
dapat
pengurus membentuk
perangkat organisasi lainnya untuk
perangkat
kepentingan organisasi dan atas
untuk kepentingan organisasi dan
sepengetahuan pengurus pusat IFI.
atas
e. Masa jabatan pengurus daerah 4 (empat) tahun atau diantara dua musyawarah berurutan
daerah yang
yang
pengesahannya
dilakukan oleh pengurus pusat. f. Ketua pengurus daerah yang telah habis dipilih
masa
jabatannya
kembali
untuk
dapat periode
berikutnya. g. Seorang
anggota
sepengetahuan
bisa
menjadi ketua pengurus daerah
lainnya pengurus
pusat IFI. e. Masa jabatan pengurus daerah 4 (empat) tahun atau diantara dua musyawarah berurutan
daerah
yang
yang
pengesahannya
dilakukan oleh pengurus pusat. f. Ketua pengurus daerah yang telah habis dipilih
hanya
organisasi
masa
jabatannya
kembali
untuk
dapat periode
berikutnya. g. Seorang
anggota
52 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
hanya
bisa
paling
banyak
dua
baik
secara
jabatan
kali
masa
berurutan
maupun tidak berurutan. h. Struktur daerah
kelengkapan IFI
struktur
paling
banyak
dua
baik
secara
jabatan pengurus
disesuaikan
kelengkapan
menjadi ketua pengurus daerah
dengan pengurus
pusat IFI.
kali
masa
berurutan
maupun tidak berurutan. h. Struktur daerah
kelengkapan IFI
struktur
pengurus
disesuaikan
kelengkapan
dengan pengurus
pusat IFI. i. Pengurus
daerah
merangkap
tidak
jabatan
boleh
pengurus
cabang tergantung opsi hak suara di kongres !!! 2. Kekuasaan dan wewenang
3. Kekuasaan dan wewenang
a. Mewakili kegiatan IFI di tingkat Propinsi.
a. Mewakili kegiatan IFI di tingkat Provinsi.
b. Melakukan pengurus
koordinasi cabang
dengan
di
daerah
b. Melakukan pengurus
koordinasi cabang
dengan
di
daerah
Propinsi dalam rangka kegiatan di
Propinsi dalam rangka kegiatan di
daerah Propinsi.
daerah Propinsi.
c. Memberikaan
laporan
tertulis
c. Memberikaan
laporan
tertulis
kepada pangurus Pusat IFI tentang
kepada pangurus Pusat IFI tentang
pelaksanaan program kerja serta
pelaksanaan program kerja serta
hasil kerja yang telah dilaksanakan
hasil kerja yang telah dilaksanakan
sekurang-kurangnya
sekurang-kurangnya
satu
kali
dalam setahun.
satu
kali
dalam setahun.
d. Melaksanakan keputusan kongres, keputusan pengurus pusat IFI.
d. Melaksanakan keputusan kongres, keputusan pengurus pusat IFI.
e. Membina hubungan baik dengan
e. Membina hubungan baik dengan
semua aparat yang berhubungan
semua aparat yang berhubungan
dengan
upaya
umumnya
dan
kesehatan
pada
dengan
Fisioterapi
pada
umumnya
khususnya di tingkat Propinsi. f. Melaksanakan musywarah daerah pada
akhir
masa
jabatannya,
upaya dan
kesehatan
pada
Fisioterapi
pada
khususnya di tingkat Propinsi. f. Melaksanakan musywarah daerah pada
akhir
53 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
masa
jabatannya,
paling lambat 30 (tiga puluh) hari
paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak masa jabatan berakhir.
kerja sejak masa jabatan berakhir.
g. Bertanggung
jawab
pengurus Pusat IFI.
kepada
g. Bertanggung
jawab
kepada
pengurus Pusat IFI. 6. Tata cara pengelolaan a. Formatur pengurus Daerah terpilih harus
membentuk
kepengurusannya
selambat-
lambatnya dalam waktu 30 hari setelah
selesainya
musyawarah
daerah. b. Pengurus
cabang
menjalankan
tugasnya segera setelah dilakukan serah
terima
dengan
pengurus
daerah demisioner. c. Serah terima kepengurusan harus dilaksanakan
paling
lambat
30
hari setelah selesai musyawarah daerah
dan
daerah
yang
selanjutnya lama
ketua
melaporkan
pergantian pengurus daerah pada pengurus
pusat
datanya
untuk
pertimbangan
disertai
data-
mendapatkan dan
atau
pengesahan dari pengurus pusat. d. Untuk
menyelenggarakan
kegiatannya, harus
pengurus
mengadakan
daerah
rapat-rapat
berupa rapat harian, rapat pleno terbatas dan rapat pleno. e. Rapat harian hanya dihadiri oleh pengurus
IFI
daerah
(ketua,
bendahara, sekretaris) sekurangkurangnya 54 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
diselenggarakan
sebulan sekali. f. Rapat pleno terbatas dihadiri oleh pengurus harian cabang ditambah pengurus
daerah
diperlukan
lain
yang
sekurang-kurangnya
diselenggarakan tiga bulan sekali. g. Rapat pleno dihadiri oleh pengurus cabang
lengkap
diselenggarakan
yang sekurang-
kurangnya enam bulan sekali. h. Pengurus
daerah
mengadakan
dalam
kegiatannya
secara
periodik sekurang-kurangnya satu tahun
sekali
membuat
laporan
kegiatan kepada pegurus pusat. i. Yang
dapat
menjadi
pengurus
daerah adalah anggota biasa IFI daerah setempat. Pasal 15
Pasal 15
Majelis-majelis
Majelis-majelis
1. Status
1. Status
a. Majelis adalah badan kelengkapan
e. Majelis adalah badan kelengkapan
IFI yang dibentuk oleh kongres
IFI yang dibentuk oleh kongres
untuk
untuk
menjalankan
tugas
dan
kewajiban dalam bidang khusus. b. Majelis-majelis Majelis
Etik
tersebut adalah : Fisioterapi,
Majelis
menjalankan
tugas
dan
kewajiban dalam bidang khusus. f. Majelis-majelis
tersebut adalah :
Majelis Kehormatan
dan Disiplin
Kolegium, Majelis Pengembangan
Fisioterapi,
Pelayanan Keprofesian
Majelis Pengembangan Pelayanan
c. Masa jabatan Majelis sama dengan masa jabatan pengurus Pusat IFI. d. Kepengurusan kurangnya
Majelis
terdiri
sekurang-
dari
sekretaris dan anggota.
Ketua,
Majelis
Kolegium,
Keprofesian g. Masa jabatan Majelis sama dengan masa jabatan pengurus Pusat IFI. h. Kepengurusan kurangnya
Majelis
terdiri
dari
sekretaris dan anggota. 55 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
sekurangKetua,
2. Kekuasaan dan wewenang
2. Kekuasaan dan wewenang
a. Kekuasaan dan wewenang majelis diatur dalam pasal tersendiri. b. Secara
umum
khusus
seluruh
dalam
a. Kekuasaan dan wewenang majelis diatur dalam pasal tersendiri.
badan
menjalankan
b. Secara
umum
khusus
seluruh
dalam
badan
menjalankan
tugasnya perlu saling koordinasi
tugasnya perlu saling koordinasi
dengan eksekutif organisasi.
dengan eksekutif organisasi.
c. Majelis bertanggung jawab kepada kongres.
c. Majelis bertanggung jawab kepada kongres.
Pasal 16
Pasal 16
Majelis Etik Fisioterapi
Majelis Etik Fisioterapi
1. Status
2. Status
a. Majelis badan
Etik
Fisioterapi
yudikatif
IFI
bertanggungjawab
adalah
a. Majelis Kehormatan dan Disiplin
yang
Fisioterapi adalah badan yudikatif
memberikan
IFI
yang
bertanggungjawab
masukan ke badan Eksekutif dalam
memberikan masukan ke badan
pengembangan
Eksekutif
kebijakan,
dalam
pengembangan
pembinaan
pelaksanaan
dan
kebijakan, pembinaan pelaksanaan
pengawasan
penerapan
etika
dan pengawasan penerapan etika
Fisioterapi.
Fisioterapi.
b. Majelis Etik Fisioterapi dibentuk ditingkat Pusat.
b. Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi
dibentuk
ditingkat
Pusat. 3. Kekuasaan dan wewenang
4. Kekuasaan dan wewenang
a. Melaksanakan isi anggaran dasar
a. Melaksanakan isi anggaran dasar
dan rumah tangga IFI serta semua
dan rumah tangga IFI serta semua
keputusan yang ditetapkan oleh
keputusan yang ditetapkan oleh
kongres.
kongres.
b. Melakukan
tugas
bimbingan
,
b. Melakukan
tugas
bimbingan
,
pengawasan dan penilaian dalam
pengawasan dan penilaian dalam
pelaksanaan
pelaksanaan
etik
Fisioterapi,
etik
Fisioterapi,
termasuk perbuatan anggota yang
termasuk perbuatan anggota yang
melanggar kehormatan dan etika
melanggar kehormatan etika dan
56 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
fisioterapi
berkoordinasi
dengan
badan eksekutif.
fisioterapi
berkoordinasi
dengan badan eksekutif.
c. Memperjuangan agar etik fisioterapi dapat ditegakkan di Indonesia atau
instansi
c. Memperjuangan agar kehormatan dan
d. Membina hubungan baik dengan majelis
disiplin
yang
disiplin
fisioterapi
dapat
ditegakkan di Indonesia d. Membina hubungan baik dengan
berhubungan dengan etik profesi,
majelis
baik
berhubungan dengan kehormatan
pemerintah
maupun
organisasi profesi lain.
dan
atau
instansi
disiplin
pemerintah
profesi,
maupun
yang baik
organisasi
profesi lain. 5. Tata cara pengelolaan a. Ketua dipilih
Majelis dan
Etik
6. Tata cara pengelolaan Fisioterapi
ditetapkan
dalam
kongres adalah anggota biasa. Etik
menjalankan
dipilih
dan
Etik
Fisioterapi
ditetapkan
dalam
Etik
b. Pengurus Majelis etik Fisioterapi adalah anggota biasa.
Fisioterapi
segera
tugasnya
segera
setelah kongres. d. Majelis
Majelis
kongres
b. Pengurus Majelis etik Fisioterapi c. Majelis
a. Ketua
c. Majelis
Etik
menjalankan
Fisioterapi
segera
tugasnya
segera
setelah kongres. Fisioterapi
dapat
d. Majelis
Etik
Fisioterapi
dapat
melakukan kegiatan atas inisiatif
melakukan kegiatan atas inisiatif
sendiri ataupun atas usul serta
sendiri ataupun atas usul serta
permintaan.
permintaan.
Pasal 17
Pasal 17
Majelis Kolegium Fisioterapi
Kolegium Fisioterapi
1. Status
1. Status
a. Majelis Kolegium Fisioterapi adalah badan
khusus
bertanggungjawab
IFI
a. Kolegium Fisioterapi adalah badan
yang
khusus IFI yang bertanggungjawab
memberikan
memberikan masukan ke badan
masukan ke badan eksekutif dalam
eksekutif
pengembangan
kebijakan, pembinaan pelaksanaan
kebijakan,
pembinaan
pelaksanaan
pengawasan
penerapan
pendidikan Fisioterapi.
dan sistem
dalam
pengembangan
dan pengawasan penerapan sistem pendidikan Fisioterapi. b. Kolegium
Fisioterapi
57 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
dibentuk
b. Majelis
Kolegium
Fisioterapi
ditingkat Pusat.
dibentuk ditingkat Pusat. 2.
Kekuasaan dan wewenang
2.
Kekuasaan dan wewenang
a. Melaksanakan isi anggaran dasar
a. Melaksanakan isi anggaran dasar
dan rumah tangga IFI serta semua
dan rumah tangga IFI serta semua
keputusan yang ditetapkan oleh
keputusan yang ditetapkan oleh
kongres.
kongres.
b. Mempunyai
kewenangan
pengawasan
terhadap
eksekutif
dalam
badan
pelaksanaan
kegiatan yang berkaitan pengelolaan
sistem
dengan
pendidikan
bidang fisioterapi. c. Mewakili
IFI
pendidikan
b. Mempunyai
kewenangan
pengawasan
terhadap
eksekutif
dalam
badan
pelaksanaan
kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan
sistem
pendidikan
bidang fisioterapi. dalam
bidang
fisioterapi
setelah
c. Mewakili
IFI
pendidikan
dalam
bidang
fisioterapi
setelah
berkoordinasi dengan eksekutif.
berkoordinasi dengan eksekutif.
d. Menyusun kurikulum pendidikan
d. Menyusun kurikulum pendidikan
fisioterapi
fisioterapi
4. Tata cara pengelolaan
5. Tata cara pengelolaan
a. Ketua Majelis Kolegium Fisioterapi dipilih
dan
ditetapkan
dalam
kongres
a. Ketua Kolegium Fisioterapi dipilih dan ditetapkan dalam kongres b. Pengurus
b. Pengurus
Majelis
Kolegium
Fisioterapi adalah anggota biasa. c. Majelis Kolegium Fisioterapi segera menjalankan
tugasnya
segera
Kolegium
Fisioterapi
adalah anggota biasa. c. Kolegium
Fisioterapi
menjalankan
segera
tugasnya
segera
setelah kongres.
setelah kongres. Pasal 18 Majelis
Pengembangan
Pasal 18 Pelayanan
Majelis
Keprofesian
Keprofesian
1. Status
2. Status
a. Majelis Pengembangan Pelayanan
Pengembangan
Pelayanan
a. Majelis Pengembangan Pelayanan
58 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Keprofesian adalah badan khusus
Keprofesian adalah badan khusus
IFI
IFI
yang
bertanggungjawab
yang
bertanggungjawab
memberikan masukan ke badan
memberikan masukan ke badan
eksekutif
eksekutif
dalam
pengembangan
dalam
pengembangan
kebijakan, pembinaan pelaksanaan
kebijakan, pembinaan pelaksanaan
dan pengawasan penerapan sistem
dan pengawasan penerapan sistem
pelayanan
pelayanan
keprofesian
yang
bermutu dan terjangkau.
keprofesian
yang
bermutu dan terjangkau.
b. Majelis Pengembangan Pelayanan
b. Majelis Pengembangan Pelayanan
dan Keprofesian dibentuk ditingkat
dan
Pusat.
ditingkat Pusat.
3. Kekuasaan dan wewenang
Keprofesian
dibentuk
4. Kekuasaan dan wewenang
a. Melaksanakan isi anggraran dasar
a. Melaksanakan isi anggraran dasar
dan rumah tangga IFI serta semua
dan rumah tangga IFI serta semua
keputusan yang ditetapkan oleh
keputusan yang ditetapkan oleh
kongres.
kongres.
b. Melaksanakan
pengawasan
b. Melaksanakan
pengawasan
terhadap badan eksekutif dalam
terhadap badan eksekutif dalam
pelaksanaan dalam pengembangan
pelaksanaan dalam pengembangan
kebijakan, pembinaan pelaksnaan
kebijakan, pembinaan pelaksnaan
dan
dan
pengawasan
pelayanan
keprofesian yang bermutu. c. Mewakili
IFI
pelayanan
keprofesian yang bermutu.
dalam
pengembangan
pengawasan
bidang pelayanan
c. Mewakili
IFI
dalam
pengembangan
bidang pelayanan
keprofesian setelah berkoordinasi
keprofesian setelah berkoordinasi
dengan badan eksekutif.
dengan badan eksekutif.
d. Memberikan masukan ke badan eksekutif program
tentang
kebijakan
pengembangan
profesi
fisioterapi.
d. Memberikan masukan ke badan eksekutif program
tentang
kebijakan
pengembangan
profesi
fisioterapi.
e. Memberikan masukan ke badan
e. Memberikan masukan ke badan
eksekutif tentang kebijakan dan
eksekutif tentang kebijakan dan
pengendalian
pengendalian
sistem
evaluasi
pelayanan profesi fisioterapi. 5. Tata cara pengelolaan
sistem
evaluasi
pelayanan profesi fisioterapi. 6. Tata cara pengelolaan
59 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
a. Ketua
Majelis
Pengembangan
a. Ketua
Majelis
Pengembangan
Pelayanan Keprofesian dipilih dan
Pelayanan Keprofesian dipilih dan
ditetapkan dalam kongres
ditetapkan dalam kongres
b. Pengurus
Majelis
Pelayanan
Pengembangan
Keprofesian
anggota
biasa
yang
mengkoordinasikan
adalah mampu berbagai
b. Pengurus
Majelis
Pelayanan
Pengembangan
Keprofesian
anggota
biasa
yang
mengkoordinasikan
adalah mampu berbagai
stakeholder di bidang pelayanan
stakeholder di bidang pelayanan
fisioterapi.
fisioterapi.
c. Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian
segera menjalankan
tugasnya segera setelah kongres.
c. Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian
segera menjalankan
tugasnya segera setelah kongres.
Pasal 19
Pasal 19
Organisasi Binaan merupakan organisasi
Organisasi Binaan merupakan organisasi
pendukung IFI dan dibawah naungan IFI, pendukung IFI dan dibawah naungan IFI, bisa berupa Persatuan, Perhimpunan dan bisa berupa Persatuan, Perhimpunan dan Komunitas
Komunitas
1. Syarat Pendirian
4. Syarat Pendirian
a. Jumlah
anggota
sekurang-
kurangnya 20 (duapuluh) orang b. Mempunyai
AD/ART
sekurang-kurangnya maksud,
tujuan,
yang dan
anggota
sekurang-
kurangnya 20 (duapuluh) orang
memuat
visi
a. Jumlah
misi
b. Mempunyai
AD/ART
sekurang-kurangnya maksud,
tujuan,
visi
yang memuat dan
misi
dibentuknya organisasi yang tidak
dibentuknya organisasi yang tidak
bertentangan dengan AD-ART IFI.
bertentangan dengan AD-ART IFI.
c. Mempunyai
program
kerja
yang
jelas.
jelas.
d. Disyahkan dengan surat keputusan Pengurus Pusat IFI. e. Masa
jabatan
kepengurusan
d. Disyahkan
dengan
surat
keputusan Pengurus Pusat IFI. satu
paling
periode lama
4
(empat)
e. Masa
jabatan
kepengurusan
satu paling
periode lama
4
(empat)
2. Keanggotaan
5. Keanggotaan
a. Keanggotan bersifat sukarela dan terbuka
c. Mempunyai program kerja yang
bagi
seluruh
anggota
a. Keanggotan bersifat sukarela dan terbuka
bagi
60 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
seluruh
anggota
ikatan fisioterapi Indonesia. b. Anggota
harus
terdaftar
ikatan fisioterapi Indonesia. sebagai
anggota IFI.
b. Anggota harus terdaftar sebagai anggota IFI.
3. Status
6. Status
a. Organisasi
binaan
organisasi
merupakan
dibawah
IFI,
a. Organisasi
binaan
organisasi
merupakan
dibawah
IFI,
bertanggungjawab kepada anggota
bertanggungjawab kepada anggota
dan Pengurus Pusat IFI
dan Pengurus Pusat IFI
b. Memberikan masukan ke pengurus Pusat
IFI
tentang
kebijakan
b. Memberikan masukan ke pengurus Pusat
IFI
tentang
kebijakan
program pengembangan pendidikan
program
pengembangan
dan pelayanan.
pendidikan dan pelayanan.
BAB III
BAB III
KEPUTUSAN
KEPUTUSAN
Pasal 20
Pasal 20
1. Semua keputusan yang diambil dalam 1. Semua keputusan yang diambil dalam organisasi dan badan kelengkapan IFI
organisasi dan badan kelengkapan IFI
dilakukan
dilakukan secara musyawarah
secara
musyawarah
dan
mufakat.
dan
mufakat.
2. Jika musyawarah dan mufakat tidak 2. Jika musyawarah dan mufakat tidak berhasil maka keputusan diambil atas
berhasil maka keputusan diambil atas
dasar perhitungan suara terbanyak.
dasar perhitungan suara terbanyak.
3. Keputusan
yang
menyangkut 3. Keputusan
yang
menyangkut
perseorangan dilakukan secara bebas
perseorangan dilakukan secara bebas
dan rahasia.
dan rahasia.
1. Besarnya
BAB IV
BAB IV
KEKAYAAN
KEKAYAAN
Pasal 21
Pasal 21
uang
pangkal
dan
uang 1. Besarnya uang
pangkal
dan uang
iuran anggota ditetapkan oleh kongres
iuran anggota ditetapkan oleh kongres
dan
dan
pemungutannya
dilaksanakan
oleh pengurus cabang. 2. Pengurus
cabang
pemungutannya
dilaksanakan
oleh pengurus cabang. diwajibkan 2. Pengurus
menyerahkan dari uang pangkal dan
cabang
diwajibkan
menyerahkan dari uang pangkal dan
61 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
iuran
anggota
yang
besarannya
iuran
anggota
yang
besarannya
ditetapkan kongres kepada pengurus
ditetapkan kongres kepada pengurus
pusat sebesar 25%, pengurus daerah
pusat sebesar 25%, pengurus daerah
sebesar 10%,
sebesar 10%,
dan penyerahannya
sekurang-kurangnya
satu
tahun
sekali.
sekurang-kurangnya
satu
tahun
sekali.
3. Untuk
kepentingan
cabang,
masing-masing 3. Untuk
pengurus
menetapkan dasar
dan penyerahannya
cabang
iuran
dapat
tambahan
musyawarah
dan
atas
mufakat
musyawarah cabang. 4. Kekayaan
kepentingan
cabang,
pengurus
menetapkan dasar
masing-masing cabang
iuran
dapat
tambahan
musyawarah
dan
atas
mufakat
musyawarah cabang.
organisasi
dikuasai
dan 4. Kekayaan
organisasi
dikuasai
dan
dikelola serta dipertanggungjawabkan
dikelola serta dipertanggungjawabkan
oleh pengurus yang bersangkutan.
oleh pengurus yang bersangkutan.
BAB V
BAB V
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA
ANGGARAN RUMAH TANGGA
SERTA PEMBUBARAN ORGANISASI
SERTA PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 22
Pasal 22
Perubahan anggaran dasar dan anggaran
Perubahan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga
rumah tangga
1. Perubahan
anggaran
dasar
dan 1. Perubahan
anggaran
dasar
dan
anggaran rumah tangga hanya dapat
anggaran rumah tangga hanya dapat
dilakukan dalam kongres.
dilakukan dalam kongres.
2. Rencana perubahan tersebut diajukan 2. Rencana perubahan tersebut diajukan oleh pengurus pusat atau pengurus
oleh pengurus pusat atau pengurus
cabang kepada kongres.
cabang kepada kongres.
3. Rencana cabang
perubahan harus
dari
pengurus 3. Rencana
sudah
diterima
cabang
perubahan harus
dari
pengurus
sudah
diterima
pengurus pusat selambat-lambatnya
pengurus pusat selambat-lambatnya
3(tiga) bulan sebelum kongres
3(tiga) bulan sebelum kongres
Pasal 23
Pasal 23
Pembubaran Organisasi IFI hanya dapat
Pembubaran Organisasi IFI hanya dapat
62 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
dilakukan oleh
Kongres
Khusus yang dilakukan oleh Kongres Khusus yang
diusulkan oleh pengurus cabang yang diusulkan oleh pengurus cabang yang mewakili
sekurang-kurangnya
tiga
per mewakili sekurang-kurangnya tiga per
empat dari jumlah anggota.
empat dari jumlah anggota.
BAB VI
BAB VI
PERALIHAN
PERALIHAN
Pasal 24
Pasal 24
1. Sebelum pengurus daerah terbentuk 1. Sebelum pengurus daerah terbentuk sesuai
dengan
ketentuan
dalam
sesuai
dengan
ketentuan
dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga ini, fungsi dan peran pengurus
Tangga ini, fungsi dan peran pengurus
daerah dilaksanakan oleh koordinator
daerah dilaksanakan oleh koordinator
daerah atau pengurus Cabang IFI yang
daerah atau pengurus Cabang IFI yang
berada di ibu kota propinsi
berada di ibu kota propinsi
2. Pengurus Daerah dibentuk selambat- 2. Pengurus Daerah dibentuk selambatlambatnya enam bulan sejak Anggaran
lambatnya enam bulan sejak Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
ini ditetapkan.
ini ditetapkan.
BAB VII
BAB VII
PENUTUP
PENUTUP
Pasal 25
Pasal 25
1. Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah 1. Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga
ini
seluruh
bersifat
anggota
mengikat
Ikatan
bagi
Tangga
Fisioterapi
seluruh
Indonesia 2. Hal-hal
ini
bersifat
anggota
mengikat
Ikatan
bagi
Fisioterapi
Indonesia
yang
belum
diatur
dalam 2. Hal-hal
yang
belum
diatur
dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga
Tangga
Keputusan
dapat
diatur
dengan
Musyawarah
Nasional
Keputusan
dapat
diatur
dengan
Musyawarah
Nasional
maupun Keputusan Pengurus Pusat
maupun Keputusan Pengurus Pusat
IFI,
IFI,
sepanjang
tidak
bertentangan
sepanjang
tidak
bertentangan
dengan Anggaran Dasar Dan Anggaran
dengan Anggaran Dasar Dan Anggaran
Rumah Tangga ini.
Rumah Tangga ini.
KETETAPAN 63 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O3 / TAP / KONAS XII / V / 2016 tentang KODE ETIK FISIOTERAPI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang : 1. Bahwa dalam menjalankan praktik fisioterapi diperlukan kode etik yang digunakan sebagai pedoman. 2. Bahwa kode etik fisioterapi Indonesia merupakan pedoman bagi fisioterapis anggota IFI dalam melasanakan praktik fisioterapi. 3. Bahwa kode etik fisioterapi Indonesia dalam penerapannya perlu ditetapkan melalui ketetapan kongres. Mengingat : 1. Perkembangan Pelayanan fisioterapi semakin luas dan semakin mudah terjadinya resiko penyimpangan 2. Perlu penyempurnaan agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan baru. 3. Rapat-rapat pengurus yang menghendaki penyempurnaan kode etik. Memperhatikan : Sidang Pleno kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Menetapkan Memutuskan : 1. Kode Etik Fisioterapi Indonesia sebagaimana terlampir dalam ketetapan ini 2. Mencabut SK Pengurus Pusat IFI NOMOR:kep/100/VII/2001/IFI tentang penerapan kode etik. 3. Kode Etik Fisioterapi Indonesia sebagai pedoman menjalankan praktik Fisioterapi 4. semua Fisioterapis praktik wajib berpegang teguh pada kode etik 5. Hal-hal yang belum di atur dalam ketatapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh majelis etik Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan AD ART 6. Ketetapan ini berlaku sejak di tetapkan Ditetapkan di Pada tanggal Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
: : : : : : :
: :
Bali 24 Mei 2016
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ..................... .................... .................... .................... .................... .................... ....................
64 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
PERUBAHAN KODE ETIK FISIOTERAPI 1. Format kode etik lama ada di dalam Sk. Standar Profesi, sekarang dibuat Sk tersendiri. 2. Format lama tidak tersusun dalam Pasal, sekarang dibuat dengan pasal 3. Format lama juga mengatur hak dan tugas Organisasi Profesi, sekarang tidak karena hak dan kewajiban organisasi lebih cocok ada di uraian tugas dan tujuan organisasi. Yang benar adalah kewajiban Fisioterapis sebgaia anggota IFI. 4. Format lama belum jelas mengutamakan keselamatan/keamanan dalam pelayanan pasien, sekarang lebih jelas. 5. Format lama belum mengatur tanggung jawab pasien dalam pelayanan fisioterapi, tetapi lebih bayak mengedepankan hak pasien 6. Format lama belum memuat lafal sumpah profesi, sekarang dicantumkan karena tanpa mengucapkan sumpah atau janji di depan publik adalah buka profesi. 7. Yang belum diatur sesuai dengan perkembangan media sosial, bagaimana batas-batas yang boleh dan tidak boleh atau yang layak dan tidal layak dalam penggunaan media sosial, terus terang Tim kami belum mampu merancangnya, kami kembalikan ke floor aja dulu.
Warna hitam : kode etik lama Warna hijua ; tambahan Warna kuning ; dihilangkan Merah ; belum di atur
65 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Kode Etik Fisioterapi SK Pengurus Pusat IFI NOMOR: kep/100/VII/2001/IFI
Draft Kode Etik Fisioterapi Rantap KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O2 / TAP / KONAS XII / V / 2016
KODE ETIK FISIOTERAPI INDONESIA MUKADIMAH
KODE ETIK FISIOTERAPI INDONESIA MUKADIMAH
Sejarah panjang peradapan manusia yang diawali dengan keraguan hubungan kepercayaan antara dua insan yaitu sang pengobat dengan penderita, akhirnya melahirkan konsep profesi. Manusia sebagai penderita atau pasien yang sangat memerlukan pertolongan terutama adanya gangguan gerak dan fungsi agar dapat melaksanakan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya dalam menjalankan kehidupannya, memercayakan bula-bulat dirinya, khususnya kelangsungan kehidupan, penderitaan, ketergantungan dan kerahasiaannya kepada sang pengobat. Kepercayaan bulat yang teramat besar ini sebagai inti jaminan proses hubungan pengobat-pasien tersebut memunculkan tanggung jawab sang pengobat sebagai profesi. Kepercayaan penderita atau pasien akhirnya di balas dengan pernyataan sumpah atau janji profesi yang diucapkan di depan publik, dan inilah makna profesi. Kumpulan janji publik penuh keteladanan dan kesejawatan tersebut kemudian dirumuskan oleh organisasi profesi dari negara tempat berpijak pengabdian profesi menjadi norma etika dan disiplin. Perumusan norma etika berdasarkan ajaran filsafat tentang relasi pengobat-pasien mengedepankan nilainilai tanggung jawab profesional, kesejawatan dan proporsionalitas tugas dan jasa fisioterapi dalam keberlangsungan
Sejarah panjang peradapan manusia yang diawali dengan keraguan hubungan kepercayaan antara dua insan yaitu sang pengobat dengan penderita, akhirnya melahirkan konsep profesi. Manusia sebagai penderita atau pasien yang sangat memerlukan pertolongan terutama adanya gangguan gerak dan fungsi agar dapat melaksanakan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya dalam menjalankan kehidupannya, memercayakan bula-bulat dirinya, khususnya kelangsungan kehidupan, penderitaan, ketergantungan dan kerahasiaannya kepada sang pengobat. Kepercayaan bulat yang teramat besar ini sebagai inti jaminan proses hubungan pengobat-pasien tersebut memunculkan tanggung jawab sang pengobat sebagai profesi. Kepercayaan penderita atau pasien akhirnya di balas dengan pernyataan sumpah atau janji profesi yang diucapkan di depan publik, dan inilah makna profesi. Kumpulan janji publik penuh keteladanan dan kesejawatan tersebut kemudian dirumuskan oleh organisasi profesi dari negara tempat berpijak pengabdian profesi menjadi norma etika dan disiplin. Perumusan norma etika berdasarkan ajaran filsafat tentang relasi pengobat-pasien mengedepankan nilainilai tanggung jawab profesional, kesejawatan dan proporsionalitas tugas dan jasa fisioterapi dalam keberlangsungan
66 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
profesi di era global. dalam norma profesi. Norma etika praktik fisioterapi yang dibakukan berfungsi sebagai ciri dan cara pedoman fisioterapis dalam bersikap, bertindak dan berperilaku profesional sehingga mudah dipahami, diikuti dan dijadikan tolok ukur tanggung jawab pelayanan profesi yang seringkali mendahului kebebasan profesi itu sendiri. Norma profesi, selain pelayanan kesehatan termasuk juga dalam lapangan pendidikan dan penelitian dan kegiatan sosial atau kesejawatan lainnya. Dengan demikian dalam setiap penyempurnaan norma etika secara tertulis, baik idealisme teoritis maupun penerapannya akan mempertimbangkan kaidah-kaidah dasar moral ataupun prinsip/kaidah dasar bioetika, antara lain seperti berbuat baik (benecence), tidak merugikan (non malecence), menghargai otonomi pasien (autonomy), dan berlaku adil ( justice). Menyadari bahwa pada akhirnya semua pedoman etik dimanapun diharapkan akan menjadi penuntun perilaku sehari-hari setiap fisioterapis sebagai pembawa nilai-nilai luhur profesi, pengamalan etika fisioterapi yang dilandaskan pada moralitas kemanusiaan akan menjadi tempat kebenaran “serba baik” dari manusia penyandangnya. Para fisioterapis Indonesia selayaknya menjadi model panutan bagi masyarakatnya. Fisioterapis Indonesia seyogyanya memiliki keseluruhan kualitas dasar manusia baik dan bijaksana, yaitu sifat Ketuhanan, kemurnian niat, keluhuran budi, kerendahan hati, kesungguhan dan ketuntasan kerja, integritas ilmiah dan sosial, serta kesejawatan dan cinta Indonesia. Dari pancaran kualitas dasariah tersebut pengamalan nilai-nilai etik oleh siapapun fisioterapisnya, akan menjadi
profesi di era global. dalam norma profesi. Norma etika praktik fisioterapi yang dibakukan berfungsi sebagai ciri dan cara pedoman fisioterapis dalam bersikap, bertindak dan berperilaku profesional sehingga mudah dipahami, diikuti dan dijadikan tolok ukur tanggung jawab pelayanan profesi yang seringkali mendahului kebebasan profesi itu sendiri. Norma profesi, selain pelayanan kesehatan termasuk juga dalam lapangan pendidikan dan penelitian dan kegiatan sosial atau kesejawatan lainnya. Dengan demikian dalam setiap penyempurnaan norma etika secara tertulis, baik idealisme teoritis maupun penerapannya akan mempertimbangkan kaidah-kaidah dasar moral ataupun prinsip/kaidah dasar bioetika, antara lain seperti berbuat baik (benecence), tidak merugikan (non malecence), menghargai otonomi pasien (autonomy), dan berlaku adil ( justice). Menyadari bahwa pada akhirnya semua pedoman etik dimanapun diharapkan akan menjadi penuntun perilaku sehari-hari setiap fisioterapis sebagai pembawa nilai-nilai luhur profesi, pengamalan etika fisioterapi yang dilandaskan pada moralitas kemanusiaan akan menjadi tempat kebenaran “serba baik” dari manusia penyandangnya. Para fisioterapis Indonesia selayaknya menjadi model panutan bagi masyarakatnya. Fisioterapis Indonesia seyogyanya memiliki keseluruhan kualitas dasar manusia baik dan bijaksana, yaitu sifat Ketuhanan, kemurnian niat, keluhuran budi, kerendahan hati, kesungguhan dan ketuntasan kerja, integritas ilmiah dan sosial, serta kesejawatan dan cinta Indonesia. Dari pancaran kualitas dasariah tersebut pengamalan nilai-nilai etik oleh siapapun fisioterapisnya, akan menjadi
67 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
cahaya penerang peradaban budaya profesi di tanah air tercinta Indonesia, pada situasi dan kondisi apapun, dimanapun berada dan sampai kapan pun nanti. Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dengan maksud untuk lebih nyata menjamin dan mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu fisioterapi sebagaimana dimaksud di atas, kami para fisioterapis Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Fisioterapi Indonesia, membakukan dan membukukan nilai-nilai tanggungjawab profesional profesi fisioterapi dalam suatu Kode Etik Fisioterapi Indonesia , yang diuraikan dalam pasal-pasal berikut :
cahaya penerang peradaban budaya profesi di tanah air tercinta Indonesia, pada situasi dan kondisi apapun, dimanapun berada dan sampai kapan pun nanti. Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dengan maksud untuk lebih nyata menjamin dan mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu fisioterapi sebagaimana dimaksud di atas, kami para fisioterapis Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Fisioterapi Indonesia, membakukan dan membukukan nilai-nilai tanggungjawab profesional profesi fisioterapi dalam suatu Kode Etik Fisioterapi Indonesia , yang diuraikan dalam pasal-pasal berikut :
Pasal 1 SETIAP FISIOTERAPIS WAJIB MENJUNJUNG TINGGI, MENGHAYATI DAN MENGAMALKAN SUMPAH DAN ATAU JANJI PROFESI FISIOTERAPI.
Pasal 1 SETIAP FISIOTERAPIS WAJIB MENJUNJUNG TINGGI, MENGHAYATI DAN MENGAMALKAN SUMPAH DAN ATAU JANJI PROFESI FISIOTERAPI.
NASKAH SUMPAH PROFESI FISIOTERAPI NASKAH SUMPAH PROFESI FISIOTERAPI INDONESIA INDONESIA Demi Allah / Demi Tuhan , saya Demi Allah / Demi Tuhan , saya bersumpah : bersumpah : (1) Sebagai tenaga Fisioterapi (1) Sebagai tenaga Fisioterapi menjujung tinggi martabat menjujung tinggi martabat manusia sebagai makhluk manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki hak-haknya untuk yang memiliki hak-haknya untuk mencapai kesehatan dan mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang setinggikesejahteraan yang setinggitingginya. tingginya. (2) Sebagai tenaga Fisioterapi (2) Sebagai tenaga Fisioterapi menerima kepercayaan dari menerima kepercayaan dari pasien/klien dan melayaninya pasien/klien dan melayaninya dengan segenap kemampuan, dengan segenap kemampuan, tulus ikhlas demi kebaikan tulus ikhlas demi kebaikan mereka. mereka. (3) Sebagai tenaga Fisioterapi (3) Sebagai tenaga Fisioterapi menjalankan profesi dengan menjalankan profesi dengan penuh tanggung jawab sesuai penuh tanggung jawab sesuai dengan etika dan standar profesi dengan etika dan standar profesi kepada mereka yang kepada mereka yang membutuhkannya. membutuhkannya. (4) Sebagai tenaga Fisioterapi (4) Sebagai tenaga Fisioterapi 68 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
senantiasa menjunjung martabat profesi.
tinggi
senantiasa menjunjung martabat profesi.
tinggi
Pasal 2 Pasal 2 FISIOTERAPIS MENGHORMATI HAK-HAK FISIOTERAPIS MENGHORMATI HAK-HAK DAN MARTABAT INDIVIDU. DAN MARTABAT INDIVIDU. Menghargai hak dan martabat individu sebagai landasan dalam pelayanan profesional. Hubungan yang terjadi antara fisioterapis dengan pasien/klien didasari sikap saling percaya dan menghargai hak masing-masing. (1). Hak pasien/klien a. Mendapatkan Layanan fisioterapi yang terbaik dan aman b. Mendapatkan kerahasiaan c.
Mendapatkan martabatnya
perlindungan privasi
dan
Menghargai hak dan martabat individu sebagai landasan dalam pelayanan profesional. Hubungan yang terjadi antara fisioterapis dengan pasien/klien didasari sikap saling percaya dan menghargai hak masing-masing. (1). Hak pasien/klien a. Mendapatkan Layanan fisioterapi yang terbaik dan aman b. Mendapatkan kerahasiaan c.
Mendapatkan martabatnya
perlindungan privasi
dan
d. Mendapatkan informasi yang akurat
d. Mendapatkan informasi yang akurat
e.
Mendapatkan pendidikan kesehatan
e.
Mendapatkan pendidikan kesehatan
f.
Dapat menentukan dan membuat keputusan sendiri dalam pelayanan Fisioterapi
f.
Dapat menentukan dan membuat keputusan sendiri dalam pelayanan Fisioterapi
Memilih fisioterapis dalam pelayanan. h. Dapat meminta berhenti untuk tidak melanjutkan pelayanan Fisioterapi. i. Dapat terhidar dari pelayanan diskriminatif
g.
g.
Memilih fisioterapis dalam pelayanan. h. Dapat meminta berhenti untuk tidak melanjutkan pelayanan Fisioterapi. i. Dapat terhidar dari pelayanan diskriminatif
(2). Hak-hak fisioterapis (2). Hak-hak fisioterapis a. Fisloterapis berhak atas f. Fisloterapis berhak atas kemandirian profesi dan otonomi kemandirian profesi dan otonomi b. Fisloterapis berhak atas rasa bebas dari ancaman terhadap kehormatan, reputasl dan kompetensi serta hak untuk mendapatkan perlindungan dan kesempatan untuk membela din
g. Fisloterapis berhak atas rasa bebas dari ancaman terhadap kehormatan, reputasl dan kompetensl serta hak untuk mendapatkan perlindungan dan kesempatan untuk membela din
69 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
terhadap gugatan sesuai keadaan.
terhadap gugatan sesuai keadaan.
c. Fistoterapis berhak untuk bekerjasama dengan teman sejawat
h. Fistoterapis berhak untuk bekerjasama dengan teman sejawat
d. Fisioterapis berhak menolak melakukan intervensi apabila dipandang bukan merupakan cara, yang terbaik bagi paslen/klien
i.
Fisioterapis berhak menolak melakukan intervensi apabila dipandang bukan merupakan cara, yang terbaik bagi paslen/klien
e.
j.
Fisioterapis berhak atas jasa yang layak clan pelayanan profesionaInya.
Fisioterapis berhak atas jasa yang layak clan pelayanan profesionaInya.
k. Fisioterapi berhak menuntut/melibatkan kerjasama pasien/klien tingkat pertanggungjawaban dan disiplin agar pengobatan berlanjut sesuai program yang telah disepakati. C. Hak-hak profesi Organisasi lkatan Fisioterapi Indonesia(IFI) 1 .IFI berhak atas loyalitas anggotanya clan memberi perlinclungan did dari pelecehan akibat pelayanan yang inkompeten, ilegal clan bertentangan dengan kode etlk profesl fisloterapi. 2 IFI berhak atas narna balk clan menolak pelecehan dari siapapun. 3. IFI berhak atas pengajar fisioterapi yang berkualitas, kompeten dan berpengalaman dibidangnya. 4. IFI berhak atas praktek fisioterapi yang profesional dan menolak, diajarkan secara semena-mena kepada individu atau kelompok lain Pasal 3 TIDAK BERSIKAP DISKRIMINATIF DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA SIAPAPUN YANG MEMBUTUHKAN" Semua orang yang mencari jasa pelayanan fisioterapi memiliki hak untuk mendapatkan layanan tanpa memandang usia, jenis kelamin, ras, kebangsaan, agama, etnis, keyakinan, warna, orientasi seksual, kecacatan, status kesehatan atau politik. (1) Fisioterapis mempunyal kewajiban moral untuk memberikan pelayanan kepada yang membutuhkan tanpa membedakan umur, jenis kelamin,
C. Hak-hak profesi Organisasi lkatan Fisioterapi Indonesia(IFI) 1 .IFI berhak atas loyalitas anggotanya clan memberi perlinclungan did dari pelecehan akibat pelayanan yang inkompeten, ilegal clan bertentangan dengan kode etlk profesl fisloterapi. 2 IFI berhak atas narna balk clan menolak pelecehan dari siapapun. 3. IFI berhak atas pengajar fisioterapi yang berkualitas, kompeten dan berpengalaman dibidangnya. 4. IFI berhak atas praktek fisioterapi yang profesional dan menolak, diajarkan secara semena-mena kepada individu atau kelompok lain Pasal 3 TIDAK BERSIKAP DISKRIMINATIF DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA SIAPAPUN YANG MEMBUTUHKAN" Semua orang yang mencari jasa pelayanan fisioterapi memiliki hak untuk mendapatkan layanan tanpa memandang usia, jenis kelamin, ras, kebangsaan, agama, etnis, keyakinan, warna, orientasi seksual, kecacatan, status kesehatan atau politik. (1) Fisioterapis mempunyal kewajiban moral untuk memberikan pelayanan kepada yang membutuhkan tanpa membedakan umur, jenis kelamin,
70 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
suku/ras, kondisi, agama/kepercayaan, politik dan status sosial ekonomi. (2) Fisioterapis harus selalu mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan yang dipillh bagi individu dan masyarakat (3) Fisioterapis dituntut untuk menghargai adat istiadat/kebiasaan dari pasien/kllen dalam memberl pelayanan (4) Fisioterapis berkewajiban untuk berkarya mendukung kebijakan pelayanan kesehatan
suku/ras, kondisi, agama/kepercayaan, politik dan status sosial ekonomi. (2) Fisioterapis harus selalu mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan yang dipillh bagi individu dan masyarakat (3) Fisioterapis dituntut untuk menghargai adat istiadat/kebiasaan dari pasien/kllen dalam memberl pelayanan (4) Fisioterapis berkewajiban untuk berkarya mendukung kebijakan pelayanan kesehatan
Pasal 4 MEMBERIKAN PELAYANAN PROFESIONAL DENGAN JUJUR, BERKOMPETEN SERTA TANGGUNG JAWAB
Pasal 4 MEMBERIKAN PELAYANAN PROFESIONAL DENGAN JUJUR, BERKOMPETEN SERTA TANGGUNG JAWAB
(1) Fisioterapis mengemban tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya dan memanfaatkan ketrampilan dan keahlian secara efektif untuk kepentingan individu dan masyarakat. (2) Fisioterapis dimanapun berada hendaknya selalu meningkatkan kuafitas kehidupan masyarakat dilingkungannya. (3) Fisioterapis harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan, jenis, dosis, struktur organisasi dan alokasi sumber daya dirancang untuk pelayanan yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan individu, masyarakat, kolega dan profesi lain. (4) Fisloterapis hendaknya selalu mencari, memberi dan menerima informasi agar dapat meningkatkan pelayanan. (5) Fisioterapis harus menghindari praktek ilegal yang bertentangan dengan'kode etik profesi
(1) Fisioterapis mengemban tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya dan memanfaatkan ketrampilan dan keahlian secara efektif untuk kepentingan individu dan masyarakat. (2) Fisioterapis dimanapun berada hendaknya selalu meningkatkan kuafitas kehidupan masyarakat dilingkungannya. (3) Fisioterapis harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan, jenis, dosis, struktur organisasi dan alokasi sumber daya dirancang untuk pelayanan yang aman dan berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan individu, masyarakat, kolega dan profesi lain. (4) Fisloterapis hendaknya selalu mencari, memberi dan menerima informasi agar dapat meningkatkan mutu pelayanan. (5) Fisioterapis harus menghindari praktek ilegal yang bertentangan dengan'kode etik profesi
(6) Fisioterapis harus mencantumkan gelar secara benar untuk
(6) Fisioterapis harus mencantumkan gelar secara benar untuk
71 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
menggambarkan status profesinya
menggambarkan status profesinya
(7) Fisioterapis wajib memberikan informasi yang benar kepada masyarakat dan profesi kesehatan lainnya tentang fisloterapi dan pelayanan profesionalnya.
(7) Fisioterapis wajib memberikan informasi yang benar kepada masyarakat dan profesi kesehatan lainnya tentang fisloterapi dan pelayanan profesionalnya.
(8) Fisioterapis dalam menentukan tarif pelayanan harus masuk akal dan tidak memanfaatkan profesi untuk semata-mata mencari keuntungan.
(8) Fisioterapis dalam menentukan tarif pelayanan harus masuk akal dan tidak memanfaatkan profesi untuk semata-mata mencari keuntungan.
(9) Jasa profesional yang diterima fisioterapis harus didapatkan dengan cara yang jujur.
(9) Jasa profesional yang diterima fisioterapis harus didapatkan dengan cara yang jujur.
(10)Fisioterapis dalam memanfaatkan teknologi berdasarkan efektifitas dan efisiensi demi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan individu dan masyarakat.
(10)Fisioterapis dalam memanfaatkan teknologi berdasarkan efektifitas dan efisiensi demi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan individu dan masyarakat.
(11) Fisioterapis mengambil tanggung jawab untuk pelayanan pasien / klien yang didelegasikannya. : 1. Bertindak secara hormat dan tidak menolak perawatan / pengobatan untuk setiap pasien / klien atas dasar ras, agama, asal etnis atau nasional, usia, jenis kelamin, orientasi seksual, sosial atau status kesehatan. 2. Tindakan untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan pasien / klien, sementara menghormati mereka hak, martabat, kebutuhan, keinginan dan nilai-nilai. 72 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
3. Menghormati hak-hak pasien / klien / pengganti pengambil keputusan 'untuk diberitahu tentang efek dari pengobatan, risiko yang melekat, dan pilihan pengobatan alternatif. 4. Berikan kepada pasien / klien / pengganti pengambil keputusan, kesempatan untuk menyetujui atau menolak pengobatan atau perubahan untuk rencana perawatan. 5. Tidak akan mengobati pasien / klien ketika diagnosis atau kelanjutan dari fisioterapi tidak dibenarkan atau merupakan kontraindikasi. 6. Menghormati kerahasiaan, privasi, dan keamanan informasi pasien / klien dalam semua bentuk komunikasi. 7. Melakukan praktik dengan cara yang aman, kompeten, akuntabel dan bertanggung jawab dalam lingkup individu. 8. Mengambil tanggung jawab untuk perawatan pasien / klien didelegasikan kepada asisten fisioterapis dan siswa. 9. Mengambil semua langkah yang wajar untuk mencegah kerusakan pada pasien / klien. Jika terjadi kerusakan harus memberitahukan kepada pasien/ client / pengganti pengambil keputusan. 10. Berkomunikasi secara efektif dan hormat, dan praktik secara kooperatif dengan rekan kerja, profesional kesehatan lainnya dan lembaga terkait untuk kepentingan pasien / klien.
B. Tanggung jawab organisasi profesi B. Tanggung jawab organisasi profesi 1. Ikatan Fisioterapi Indonesia menjamin 1. Ikatan Fisioterapi Indonesia menjamin pelayanan yang diberikan secara jujur, pelayanan yang diberikan secara jujur, komplit berdasarkan pada penelitian komplit berdasarkan pada penelitian dan informasl aktual dalam rangka ikut dan informasl aktual dalam rangka ikut meningkatkan deraj"at kesehatan meningkatkan deraj"at kesehatan 73 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
masyarakat 2. lkatan Fisloterapi Indonesia membuat dan memantau pelaksanaan standar profesi dalam praktek professional. 3 lkatan Fisi.bterapl Indonesia akan secara aktif mempromosikan profesi fisioterapi kepada masyarakat secara jujur 4. Ikatan Fisioterapi Indonesia akan mengatur sumber daya yang ada secara efektif, efisien dan bertanggung jawab 5. Ikatan Fisioterapi Indonesia memberikan dukungan kepada anggotanya untuk mendapatkan informasi pendidikan. program dan kebijakan organisasi 6. Ikatan Fisioterapi Indonesia memperjuangkan agar anggotanya menclapatkan penghasilan yang wajar 7. Ikatan Fisioterapi Indonesia bertanggung jawab kepada anggotanya
masyarakat 2. lkatan Fisloterapi Indonesia membuat dan memantau pelaksanaan standar profesi dalam praktek professional. 3 lkatan Fisi.bterapl Indonesia akan secara aktif mempromosikan profesi fisioterapi kepada masyarakat secara jujur 4. Ikatan Fisioterapi Indonesia akan mengatur sumber daya yang ada secara efektif, efisien dan bertanggung jawab 5. Ikatan Fisioterapi Indonesia memberikan dukungan kepada anggotanya untuk mendapatkan informasi pendidikan. program dan kebijakan organisasi 6. Ikatan Fisioterapi Indonesia memperjuangkan agar anggotanya menclapatkan penghasilan yang wajar 7. Ikatan Fisioterapi Indonesia bertanggung jawab kepada anggotanya
Pasal 5 MENGAKUI BATASAN DAN KEWENANGAN PROFESI DAN HANYA MEMBERIKAN PELAYANAN DALAM LINGKUP PROFESI FISIOTERAPI.
Pasal 5 MENGAKUI BATASAN DAN KEWENANGAN PROFESI DAN HANYA MEMBERIKAN PELAYANAN DALAM LINGKUP PROFESI FISIOTERAPI.
(1)
Fisioterapis memberikan pelayanan (1) Fisioterapis memberikan pelayanan dan tindakan sesuai dengan dan tindakan sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang pengetahuan dan ketrampilan yang dapat dipertanggung jawabkan dapat dipertanggung jawabkan (2) Fisioterapis ticlak akan melakukan (2) Fisioterapis ticlak akan melakukan aktivitas profesi yang dapat merugikan pasien/khen, aktivitaskolega profesiatau yangmasyarakat dapat merugikan pasien/ (3) Fisioterapis hendaknya selalu (3) Fisioterapis hendaknya selalu mensejajarkan pelayanannya dengan mensejajarkan pelayanannya dengan stanclar pelayanan praktek fisioterapi stanclar pelayanan praktek fisioterapi (4) Fisioterapis dalam mengambil (4) Fisioterapis dalam mengambil keputusan berclasarkan kepada keputusan berclasarkan kepada pengetahuan dan kehati-hatian pengetahuan dan kehati-hatian (5) Fisioterapis berkewajiban (5) Fisioterapis berkewajiban menyumbangkan gagasan, pemenyumbangkan gagasan, pengetahuan. dan ketrampilan untuk ngetahuan. dan ketrampilan untuk memajukan profesi dan organisasi memajukan profesi dan organisasi (6) Apabila fisioterapis memiliki (6) Apabila fisioterapis memiliki pengetahuan dan ketramplian yang pengetahuan dan ketramplian yang kurang memadai untuk mengatasi kurang memadai untuk mengatasi kondisi tertentu, maka harus: kondisi tertentu, maka harus: 1. Meminta petunjuk dan saran 1. Meminta petunjuk dan saran kepada yang lebih berpengalaman pada kepada yang lebih berpengalaman pada kondisi yang tepat. kondisi yang tepat.
74 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
2. Merujuk pasien/klien kepada 2. Merujuk pasien/klien kepada profesi atau lembaga lain yang tepat. profesi atau lembaga lain yang tepat. (7) Apabila fisioterapis menerima (7) Apabila fisioterapis menerima pasien/klien yang dirujuk kepadanya pasien/klien yang dirujuk kepadanya untuk konsultasi maka ia tidak akan untuk konsultasi maka ia tidak akan melakukan intervensi atau melakukan intervensi atau mengkonsulkan kepada kolega atau mengkonsulkan kepada kolega atau profesi lain tanpa persetujuan profesi lain tanpa persetujuan pasien/kIlen clan fisioterapis yang pasien/kIlen clan fisioterapis yang merujuk. merujuk. Pasal 6 MENGHARGAI HUBUNGAN MULTIDISPLINER DENGAN PROFESI PELAYANAN KESEHATAN LAIN DALAM MERAWAT PASIEN/KLIEN.
Pasal 6 MENGHARGAI HUBUNGAN MULTIDISPLINER DENGAN PROFESI PELAYANAN KESEHATAN LAIN DALAM MERAWAT PASIEN/KLIEN.
(1) Menyadari dengan sepenuhnya bahwa (1) Menyadari dengan sepenuhnya bahwa dalam melakukan intervensi dalam melakukan intervensi terapeutik terhadap pasien/klien terapeutik terhadap pasien/klien tidak dapat dilakukan sendiri tanpa tidak dapat dilakukan sendiri tanpa peran serta pihak lainnya. peran serta pihak lainnya. (2)
Menyadari bahwa dalam berinteraksi (2) selalu timbul kesamaan persepsi dalam menangani kasus untuk perawatan kepada pasien/klien.
Menyadari bahwa dalam berinteraksi selalu timbul kesamaan persepsi dalam menangani kasus untuk perawatan kepada pasien/klien.
(3)
Menyadari bahwa tujuan interaksi (3) profesi khususnya kesehatan adalah memberikan pelayanan Kesehatan sesuai dengan kebutuhannya secara legal, absah dan berkualitas.
Menyadari bahwa tujuan interaksi profesi khususnya kesehatan adalah memberikan pelayanan Kesehatan sesuai dengan kebutuhannya secara legal, absah dan berkualitas.
Pasal 7 MENJAGA RAHASIA PASIEN/KLIEN YANG DIPERCAYAKAN KEPADANYA KECUALI UNTUK KEPENTINGAN HUKUM/PENGADILAN.
Pasal 7 MENJAGA RAHASIA PASIEN/KLIEN YANG DIPERCAYAKAN KEPADANYA KECUALI UNTUK KEPENTINGAN HUKUM/PENGADILAN.
(1)Informasi tentang pasien/kIien dilarang (7)Informasi tentang pasien/kIien dilarang untuk diberikan kepada orang atau untuk diberikan kepada orang atau pihak lain yang tidak berkepentingan pihak lain yang tidak berkepentingan tanpa persetujuan pasien/kiien/kuasa tanpa persetujuan pasien/kiien/kuasa hukumnya hukumnya 75 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
(2)Pencatatan informasi selama kegiatan penelitian hendaknya tidak mencanturnkan identitas pasien, kecuali ada persetujuan dari yang bersangkutan. (3) Informasi dapat diberikan apabila mempunyal kekuatan hukum atau bila cliperlukan untuk keselarnatan seseorang atau masyarakat (4) Privasi pasien/klien harus tetap terjaga selama wawancara (5)Komputer atau catatan harus terlindung dad pihak yang ticlak berkepentingan (6) Fisloterapis yang mengetahul terhadap informasi rahasia kolega/pasien/klien hanya, akan membuka informasi tersebut bilamana sangat dibutuhkan (7) Informasi rahasia yang cliberikan hendaknya tidlak tercatat I permanen tanpa persetujuan individu. Pasal 8 SELALU MEMELIHARA STANDAR KOMPETENSI PROFESI FISIOTERAPI DAN SELALU MENINGKATKAN PENGETAHUAN/KETRAMPILAN. (1)
(8)Pencatatan informasi selama kegiatan penelitian hendaknya tidak mencanturnkan identitas pasien, kecuali ada persetujuan dari yang bersangkutan. (9) Informasi dapat diberikan apabila mempunyal kekuatan hukum atau bila cliperlukan untuk keselarnatan seseorang atau masyarakat (10) rivasi pasien/klien harus tetap terjaga selama wawancara (11) Komputer atau catatan harus terlindung dad pihak yang ticlak berkepentingan (12) Fisloterapis yang mengetahul terhadap informasi rahasia kolega/pasien/klien hanya, akan membuka informasi tersebut bilamana sangat dibutuhkan (7) Informasi rahasia yang cliberikan hendaknya tidlak tercatat I permanen tanpa persetujuan individu. Pasal 8 SELALU MEMELIHARA STANDAR KOMPETENSI PROFESI FISIOTERAPI DAN SELALU MENINGKATKAN PENGETAHUAN/KETRAMPILAN.
Fisioterapis bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan terkini (2) Fisloterapis secara terus menerus (1) Fisioterapis bertanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan dan memberikan pelayanan terkini ketrampilan profesi melalui literatur (2) Fisloterapis secara terus menerus dan pendidikan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan profesi melalui literatur (3) Fisloterapis bertanggung jawab dan pendidikan menggunakan teknik yang mereka (3) Fisloterapis bertanggung jawab kuasal, oleh karena itu hendaknya: menggunakan teknik yang mereka (4) a Mendelegasikan hanya kepada kuasal, oleh karena itu hendaknya: (4) a Mendelegasikan hanya kepada fisioterapis yang kualifait. fisioterapis yang kualifait. (5) b Memberikan instruksi yang jelas kepada pasien/kIien,keluarga, asisten (5) b Memberikan instruksi yang jelas kepada pasien/kIien,keluarga, asisten clan pihak lain apabila dipandang pedu clan pihak lain apabila dipandang pedu (6) Fisloterapis sebagal pernilik institusi 76 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
pelayanan harus memastikan bahwa (6) Fisloterapis sebagal pernilik institusi karyawannya mampu untuk menerima, pelayanan harus memastikan bahwa tanggung jawabnya karyawannya mampu untuk menerima, (7) Fisioterapis sebagai pemilik institusi tanggung jawabnya pelayanan hendaknya memberikan (7) .Fisloterapis sebagai pemilik institusi kepada karyawannya untuk pelayanan hendaknya memberikan berkembang sebagal fisioterapis kepada karyawannya untuk profesional berkembang sebagal fisioterapis (8) Fisioterapis dalam melakukan profesional penelitian harus mengikuti kebijakan (8) Fisioterapis dalam melakukan yang ditetapkan oleh Ikatan Fisioterapi penelitian harus mengikuti kebijakan Indonesia yang ditetapkan oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia B. Tanggung jawab Ikatan Fisioterapi B. Tanggung jawab Ikatanfisioterapi Ind Indonesia onesia 1. Ikatan Fisloterapi Indonesia 3. Ikatan Fisloterapi Indonesia hendaknya menyelenggarakan hendaknya menyelenggarakan pendidikan yang berkelanjutan pencliclikan yang berkelanjutan untuk meningkatkan pengetahuan untuk meningkatkan pengetahuan clan ketrampilan profesional clan ketrampilan profesional 2. Ikatan Fisioterapi Indonesia 4. Ikatan Fisioterapi Indonesia menjamin agar kode etik fisioterapi menjamin agar kode etik fisioterapi dijalankan oleh setiap fisioterapis dijalankan oleh setiap fisioterapis
Pasal 9 MEMBERIKAN KONTRIBUSI DALAM PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN UNTUK MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT.
Pasal 9 MEMBERIKAN KONTRIBUSI DALAM PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN UNTUK MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT.
(1)
Fisloterapis mempunyai tugas dan kewajiban untuk bekerasama dengan profeif lain dalarn perencanaan dan pengelolaan pelayanan agar mampu memberikan pelayanan yang optimal bagi kesehatan individu clan masyarakat
(1)
Fisloterapis mempunyai tugas dan kewajiban untuk bekerasama dengan profeif lain dalarn perencanaan dan pengelolaan pelayanan agar mampu memberikan pelayanan yang optimal bagi kesehatan individu clan masyarakat
(2)
Fisioterapis hendaknya menyesuaikan diri dengan profesionalisme clan melengkapi diri dengan ketrampilan yang memadai
(2)
Fisioterapis hendaknya menyesuaikan diri dengan profesionalisme clan melengkapi diri dengan ketrampilan yang memadai
77 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
untuk perencanaan clan pengelolaan dalam situasi tertentu yang dihadapinya, sehingga sadar akan keberaclaan pelayannya dalam konteks sosial clan ekonomi secara menyeluruh.
untuk perencanaan clan pengelolaan dalam situasi tertentu yang dihadapinya, sehingga sadar akan keberaclaan pelayannya dalam konteks sosial clan ekonomi secara menyeluruh.
(3)
Fisioterapis mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan clan mendukung penelitian untuk perencanaan clan pengembangan
(3)
Fisioterapis mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan clan mendukung penelitian untuk perencanaan clan pengembangan
(4)
Fisloterapis memberikan clorongan clan clukungan kepada sejawat dalam menyusun perencanaan pelayanan dan strategi pengembangan.
(4)
Fisloterapis memberikan clorongan clan clukungan kepada sejawat dalam menyusun perencanaan pelayanan dan strategi pengembangan.
Pasal 10 TANGGUNG PROFESI
JAWAB
TERHADAP (1)
(1) Menerima tanggung jawab untuk menegakkan integritas profesi, dan bertindak dengan integritas dalam semua kegiatan profesional. (2) Berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan reputasi dan berdiri di atas profesi fisioterapi dengan memperlakukan semua orang dengan bermartabat dan hormat dalam semua interaksi. (3) Berjuang untuk keunggulan dalam peran apapun / di manapun daerah mereka bekerja. (4) Meningkatkan keahlian mereka melalui akuisisi seumur hidup dan perbaikan pengetahuan, keterampilan, sikap profesional. (5) Menyadari tanggung jawab mereka untuk berbagi informasi berdasarkan bukti dan praktik klinis terbaik di fisioterapi dengan masing-masing profesional kesehatan lainnya. (6) Jadikanlah semboyan selalu bersiap, rajin dan tekun.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Pasal 10 TANGGUNG JAWAB TERHADAP PROFESI Menerima tanggung jawab untuk menegakkan integritas profesi, dan bertindak dengan integritas dalam semua kegiatan profesional. Berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan reputasi dan berdiri di atas profesi fisioterapi dengan memperlakukan semua orang dengan bermartabat dan hormat dalam semua interaksi. Berjuang untuk keunggulan dalam peran apapun / di manapun daerah mereka bekerja. Meningkatkan keahlian mereka melalui akuisisi seumur hidup dan perbaikan pengetahuan, keterampilan, sikap profesional. Menyadari tanggung jawab mereka untuk berbagi informasi berdasarkan bukti dan praktik klinis terbaik di fisioterapi dengan masing-masing profesional kesehatan lainnya. Jadikanlah semboyan selalu bersiap, rajin dan tekun.
78 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Pasal 11 TANGGUNG JAWAB KEPADA MASYARAKAT (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 11 FISIOTERAPIS TANGGUNG JAWAB KEPADA MASYARAKAT
Senantiasa menaruh rasa hormat terhadap masyarakat, profesi, dan profesi kesehatan lainnya melalui perilaku mereka. Kenali tanggung jawabnya untuk meningkatkan standar kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan reputasi dan berdiri di atas profesi fisioterapi, dan untuk memenuhi tanggung jawab sosial yang lebih luas bahwa mereka berperan di tempat mereka berada. Mematuhi semua persyaratan perundang-undangan dan peraturan yang berkaitan dengan praktek fisioterapi. Melaporkan ke pihak yang berwenang setiap anggota profesi yang menjalankan praktik dengan cara yang tidak kompeten, tidak aman, ilegal atau tidak etis.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
FISIOTERAPIS
Senantiasa menaruh rasa hormat terhadap masyarakat, profesi, dan profesi kesehatan lainnya melalui perilaku mereka. Kenali tanggung jawabnya untuk meningkatkan standar kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan reputasi dan berdiri di atas profesi fisioterapi, dan untuk memenuhi tanggung jawab sosial yang lebih luas bahwa mereka berperan di tempat mereka berada. Mematuhi semua persyaratan perundang-undangan dan peraturan yang berkaitan dengan praktek fisioterapi. Melaporkan ke pihak yang berwenang setiap anggota profesi yang menjalankan praktik dengan cara yang tidak kompeten, tidak aman, ilegal atau tidak etis.
Pasal 12 PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL Yang belum diatur sesuai dengan perkembangan media sosial, bagaimana batas-batas yang boleh dan tidak boleh atau yang layak dan tidal layak dalam penggunaan media sosial, terus terang Tim kami belum mampu merancangnya, kami kembalikan ke floor aja dulu.
PENUTUP Kode Etik Fisioterapi Indonesia merupakan kumpulan peraturan etika profesi yang akan digunakan sebagai tolak ukur perilaku ideal/optimal dan penahan
PENUTUP Kode Etik Fisioterapi Indonesia merupakan kumpulan peraturan etika profesi yang akan digunakan sebagai tolak ukur perilaku ideal/optimal dan penahan godaan penyimpangan profesi perorangan fisioterapis yang merupakan pengabdi profesi di Indonesia. Kode Etik Fisioterapi
79 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
godaan penyimpangan profesi perorangan fisioterapis yang merupakan pengabdi profesi di Indonesia. Kode Etik Fisioterapi Indonesia merupakan tempat melihat keabadian tentang hal-hal baik fisioterapis sebagai aktor penyelengara pelayanan kesehatan. Komitmen, janji publik dan keberimbangan tekad dengan kenyataan yang dilakukan Fisioterapis. Sekaligus pergulatan nilai-nilai universal yang didaratkan di bumi NKRI melalui kaidah dasar moral/kaidah dasar bioetik yang berguna untuk bingkaian norma etik yang ada di pasal-pasal. Diharapkan Kode Etik Fisioterapi Indonesia ini akan menjadi acuan utama pengajaran dan pelatihan dan percontohan etik di semua institusi pendidikan fisioterapi. Akhirnya dengan mengucapkan puji syukur, Alhamdulilllahi robbal alamiin, Kode Etik Fisioterapi Indonesia ini telah dapat disahkan oleh Konggres IFI ke -... di Bali .......Mei 2016. Semoga TuhanMaha Esa selalu memberikan petunjuk, bimbingan dan perlindungan kepada kita semua. Amin.
Indonesia merupakan tempat melihat keabadian tentang hal-hal baik fisioterapis sebagai aktor penyelengara pelayanan kesehatan. Komitmen, janji publik dan keberimbangan tekad dengan kenyataan yang dilakukan Fisioterapis. Sekaligus pergulatan nilai-nilai universal yang didaratkan di bumi NKRI melalui kaidah dasar moral/kaidah dasar bioetik yang berguna untuk bingkaian norma etik yang ada di pasal-pasal. Diharapkan Kode Etik Fisioterapi Indonesia ini akan menjadi acuan utama pengajaran dan pelatihan dan percontohan etik di semua institusi pendidikan fisioterapi. Akhirnya dengan mengucapkan puji syukur, Alhamdulilllahi robbal alamiin, Kode Etik Fisioterapi Indonesia ini telah dapat disahkan oleh Konggres IFI ke -... di Bali .......Mei 2016. Semoga TuhanMaha Esa selalu memberikan petunjuk, bimbingan dan perlindungan kepada kita semua. Amin. Sampai sini selesai
Sampai sini selesai
80 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 04 / TAP / KONAS XII / V / 2016 tentang RENCANA JANGKA PANJANG IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
: Bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan organisasi guna mencapai tujuan perlu disusun Program Kerja Pengurus Pusat yang ditetapkan dalam suatu Ketetapan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia.
Mengingat
: 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia 2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang dan maju
Memperhatikan
: Sidang Pleno kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Menetapkan
Memutuskan
: 1. Rencana Jangka Panjang Fisioterapi Indonesia Sebagaimana terlampir dalam ketetapan ini.
2025
2. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 3. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku.
Ditetapkan di Pada tanggal Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
: : : : : : :
: :
Bali 24 Mei 2016
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ..................... .................... .................... .................... .................... .................... ....................
81 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
RENCANA JANGKA PANJANG IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA 2025 ROAD MAP PENDIDIKAN DAN PELATIHAN N o
Isu strategis
Strategi
1 .
Terbatasnya 1. Meningkatkan Institusi kuantitas dan Pedidikan kualitas dosen Fisioterapi yang berkualitas
2. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pendidikan
Langkah-langkah pokok
1. Memfungsikan kolegium untuk mengembangkan standar pendidikan Fisioterapi 2. Menyusun standar pendidikan dengan stakeholder yang terkait 3. Memberlakuan standar pendidikan Fisioterapi bagi seluruh Institusi Pendidikan FT 4. Mensosialisasikan standar pendidikan Fisioterapi kepada masyarakat melalui berbagai media 5. Mengembangkan riset bagi dosen 6. Sertifikasi dosen untuk semua jenjang pendidikan fisioterapi 1. Penyusunan instrumen sarana dan prasarana 2. Melakukan maping institusi pendidikan terkait sarana yang belum memenuhi standar 3. Melakukan evaluasi terhadap pemenuhan sarana dan prasarana 4. Mengidentifikasi wahana pendidikan yang memenuhi syarat praktek 5. Pembentukan tim kemitraan
1. Tupoksi Kolegium
Target Pencapaian 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 7 9 1 3 5 V
Kolegium
2. Standar pendidikan
V
Kolegium
3. Penetapan standar pendidikan Fisioterapi
V
Kolegium
V
Diklat IFI
4. Peningkatan pemahaman melalui seminar, pelatihan dan media massa 5. Proposal dan hasil riset 6. Jumlah dosen yang tersertifikasi untuk semua jenjang pendidikan fisioterapi
Penanggun g jawab
V
Diklat IFI
V
Kolegium
1. Adanya instrument pengukuran standar alat 2. Data sarana prasarana institusi
V
IFI,APTIFI ,Kolegium IFI,APTIFI ,Kolegium
3. Teridentifikasinya kualifikasi sarana institusi
V
IFI,APTIFI ,Kolegium
4. Rasio kasus dan mahasiswa teridentifikasi
V
IFI,APTIFI ,Kolegium
V
5. SK Tim kemitraan
V
IFI,APTIFI ,Kolegium
6. Adanya MOU
V
IFI,APTIFI ,Kolegium
7. Kemitraan pendidikan dan lahan praktek dalam pembelajaran
7. SK Kemitraan
V
IFI,APTIFI
8. Merekomendasikan pemenuhan wahana sarana praktik
8. Rekomendasi kualifikasi wahana praktik
V
IFI
1. Melakukan pelatihan manajeman pendidikan fisioterapi
1. Pelatihan nasional
V
IFI,APTIFI ,Kolegium
6. Penyusunan lingkup kerja (MoU) antara Wahana dan institusi pendidikan
3. Meningkatkan mutu manajemen pendidikan fisioterapi
Indikator
82 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
N o
Isu strategis
2
Belum sinkronnya antara standar kompetensi dengan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan
3
Strategi
Langkah-langkah pokok
Indikator
Target Pencapaian 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 7 9 1 3 5 V
Penanggun g jawab
1. Sinkronisasi 1. Melakukan pengumpulan data dan harmonisasi kurikulum D III, D-IV,S1, kurikulum profesi dan spesialis dengan standar kompetensi 2. Mengidentifikasi kurikulum ditiap jenjang dam kompetensi yang sesuai pendidikan pada setiap jenjang pendidikan 3. Menyusun kurikulum dan kompetensi yang sesuai dengan setiap jenjang pendidikan 4. Menyesuaikan kompetensi profesi dengan kompetensi pendidikan 5. Pengembangan Jenjang Pendidikan a. Profesi b. Pasca Sarjana c. Spesialis d. Doktoral
1. Jenis kurikulum dan kompetensi setiap jenjang terkumpul
2. Melakukan advokasi untuk sinkronisasi kurikulum dan kompetensi pada setiap jenjang pendidikan
1. Melakukan advokasi penyususnan kurikulum dan komptensi 2. Memonitoring hasil advokasi
1. Jadwal advokasi tersusun
V
IFI, APTIFI
2. Perkembangan hasil advokasi termonitor
V
IFI, APTIFI
3. Deseminasi dan sosialiasi kurikulum dan kompetensi fisioterapi 4. Melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum dan kompetensi.
3. Kurikulum dan kompetensi didesiminasikan
V
IFI, APTIFI
4. Evaluasi kurikulum/ komptensi tercatat
V
IFI,APTIFI ,Kolegium
1. Identifikasi peran dan fungsi masing-masing organ
1. Menyusun batasan peran dan fungsi dari masing-masing organ 2. Ketetapan tupoksi masing2 organ (IFI, APTIFI,Kolegium, perhimpunan)
V
IFI
V
IFI
3. Melakukan sosialisassi terhadap peran dan fungsi
3. Adanya jadwal sosialisasi
V
IFI,APTIFI ,Kolegium
4. Membuat forum komunikasi antar organ
4. Jadwal pertemuan antar organ
V
5. Menetapkan alur dalam
5. Adanya struktur koordinasi
Belum ada 1. Menyepakati sinkronisasi dan mentaati antar organ peran dan (IFI, fungsi setiap APTIFI, organ masingKolegium, masing perhimpunan ) dalam penetapan kebijakan pendidikan dan pelatihan.
2. Ditetapkan dan dibuat surat keputusan tentang batasan kerja organ
2. Kurikulum dan kompetensi overlapping pada setiap jenjang pendidikan teridentifikasi 3. Kurikulum dan kompetensi pada setiap jenjang tersusun
IFI,APTIFI ,Kolegium
V
IFI,APTIFI ,Kolegium
V
IFI,APTIFI ,Kolegium
4. Kompetensi profesi dan pendidikan sinkron
V
IFI,APTIFI ,Kolegium
5. Jumlah program studi 3
5 2 1
7 4 3 1
9 6 5 3
IFI,APTIFI ,Kolegium
IFI,APTIFI ,Kolegium
83 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
V
N o
Isu strategis
Strategi
Langkah-langkah pokok
pelaksanaan pendirian pendidikan dan pelatihan 4 .
Belum ada Pendidikan Pasca Sarjana Fisioterapi di dalam negeri
1. Merintis penyelenggara pendidikan Pasca Sarjana FT.
Indikator
Target Pencapaian 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 7 9 1 3 5
dan regulasi
IFI,APTIFI ,Kolegium
1. Melakukan penelusuran standar pendidikan Pasca Sarjana dengan melibatkan institusi terkait (IFI, kolegium, perhimpunan, institusi penyelenggara). 2. Menyusun standar SDM dengan melibatkan stake holder terkait. 3. Melakukan konvensi standar pendidikan Pasca Sarjana bersama stakeholder terkait. 4. Mengusulkan pemberlakuan standar
1. Adanya hasil penelusuran standar pendidikan Pasca Sarjana FT.
V
IFI, APTIFI, Kolegium
2. Tersusunnya standar SDM
V
3. Adanya konvensi standar pendidikan Pasca Sarjana FT
V
4. Adanya penetapan standar pendidikan Pasca Sarjana.
V
5. Mensosialisasikan standar
5. Peningkatan pemahaman melalui seminar & workshop
V
IFI, APTIFI, Kolegium IFI, APTIFI, Kolegium IFI, APTIFI, Kolegium IFI, Kolegium, Diklat IFI V
6. Menyiapkan institusi yang 6. Tersedia institusi yang siap akan menyelenggarakan melaksanakan program pascasarjana FT kemitraan/aliansi
5
Penjaminan 1. Pembentukan mutu lembaga Program pelatihan yang Pengembang terakreditasi. an Keprofesian Berkelanjuta n P2KB
IFI, APTIFI, Kolegium
1. Melakukan kajian bagaimana proses pembentukan lembaga pelatihan
1. Adanya hasil kajian pembentukan lembaga pelatihan
V
IFI, Diklat IFI, Bid. Hukum IFI
2.
2. Teridentifikasinya kualifikasi sarana lembaga pelatihan terakreditasi
V
IFI, Diklat IFI, Bid. Hukum IFI
V
IFI, Diklat IFI, Bid. Hukum IFI
1. Adanya hasil kajian bentuk kerjasama dengan lembaga pelatihan
V
IFI, Diklat IFI, Bid. Hukum IFI
2. SK Kerjasama dan MoU
V
IFI, Diklat IFI, Bid. Hukum IFI
1. Pedoman P2KB untuk mempertahankan kompetensi
V
IFI, Diklat IFI
2. Pedoman P2KB untuk kredit poin jabatan fungsional
V
IFI, Diklat IFI, Bid. Hukum IFI
Menganalisa hasil kajian
3. Merencanakan pembentukan 3. Tersedianya lembaga pelatihan lembaga pelatihan terakreditasi terakreditasi
6
Penanggun g jawab
2. Bekerjasama 1. Melakukan kajian bagaimana dengan lembaga bentuk kerja sama dengan pelatihan yang lembaga pelatihan telah terakreditasi 2. Menganalisa hasil kajian, merencanakan kerja sama dengan lembaga pelatihan terakreditasi Penyelengga 1. Membangun 1. Menyusun pedoman P2KB raan P2KB system P2KB yang bertujuan untuk yang belum yang terstuktur mempertahankan kompetensi teratur dan dan bermutu. 2. Menyusun pedoman P2KB terkontrol kepangkatan yang diperhitungkan untuk mutunya PNS. kredit poin jabatan fungsional
84 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
N o
Isu strategis
Strategi
Langkah-langkah pokok
3. Menyusun pedoman P2KB yang bertujuan untuk meningkatkan level Kompetensi 2. Harmonisasi 1. Harmonisasi SKP semua SKP untuk kegiatan P2KB perpanjangan STR, dengan SKP untuk Meningkatkan level kompetensi dan SKP untuk
Indikator
Target Pencapaian 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 7 9 1 3 5
Penanggun g jawab
3. Pedoman P2KB untuk meningkatkan level kompetensi
V
IFI, Diklat IFI, Bid. Hukum IFI
1. Adanya harmonisasi SKP semua kegiatan P2KB
V
IFI, Diklat IFI, Bid. Hukum IFI
Target Pencapaian 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 7 9 1 3 5 V
Penanggun g jawab
ROAD MAP PELAYANAN N o
Isu strategis
Strategi
1
Terbatasnya 1. Memfasilitasi pelayanan tersedianya fisioterapi pelayanan FT yang yang profesional professional di RS dan masyarakat
Langkah-langkah pokok
Indikator
1. Melakukan mapping pelayanan fisioterapi dengan cara evaluasi diri tentang pelayanan fisioterapi professional di rumah sakit dan puskesmas
1. Menyediakan instrument diri yang valid bagi pelayanan fisioterapi di RS dan komunitas, 2. Melakukan pengumpulan data tentang profesionalisme pelayanan FT
2. Melakukan identifikasi permasalahan, menyusun rencana strategis, dan model pembinaan sesuai permasalahan
1. Menyusun rencana strategis 2. Menyusun model pembinaan sesuai permasalahan yang ada
3. Mengembangkan system pemberian pelayanan FT profesional yang berwawasan global
1. Menyusun buku pedoman pelayanan : ketenagaan, jenjang karir, Jobdesc, alur kerja,monitoring dan evaluasi 2. Menyusun pedoman proses pemberian pelayanan profesional 3. Menyusun indicator mutu
85 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum
V
IFI, Bid. Pelayanan
V
IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum
V
V
V
IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum
N o
Isu strategis
Strategi
Langkah-langkah pokok
Indikator
pelayanan berstandar internasional
4. Melakukan advokasi terciptanya pelayanan FT profesional
5. Merencanakan peningkatan kualitas ketenagaan melalui pendidikan dan pelatihan dalam upaya meningkatkan kompetensi FT sehingga mampu memberikan pelayanan professional
2 .
Belum 1. Mengembangka 1. Melakukan assessment fungsi optimalnya n struktur dan struktur fisioterapi yang fungsi organisasi ada saat ini fisioterapi fisioterapi yang dalam memfasilitasi menentukan proses 2. Mengembangkan struktur kebijakan pengambilan organisasi fisioterapi di RS pengelolaan keputusasan dan Puskesmas pemberian dalam pelayanan mendukung FT di RS pelayanan FT dan profesional Puskesmas
Belum meratanya
1. Melakukan pemetaan
1. Melakukan assessment utilisasi dan distribusi
Penanggun g jawab
IFI, Bid. Pelayanan
1. Sosialisasi terhadap pemangku kebijakan tentang pelayanan professional
V
2. Mendorong dikeluarkannya kebijakan terkait pelayanan profesional
V
1. Melakukan assessment ketenagaan yang ada
V
IFI, Bid. Pelayanan
2. Menyusun pola rencana pengembangan tenaga
V
IFI, Bid. Pelayanan
3. Melakukan sosialisasi pola pengembangan ketenagaan yang mendukung pemberian pelayanan FT professional 4. Penggunaan pola pengembangan tenaga fisioterapi professional di seluruh Indonesia 1. Melakukan identifikasi struktur organisasi yang ada saat ini, terkait dengan fisioterapi di RS dan Puskesmas 2. Membuat draft struktur organisasi yang mampu mendukung pelayanan fisioterapi professional 3. Menentukan kriteria SDM yang sesuai dengan posisi dalam struktur organisasi fisioterapi
IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum
V
IFI, Bid. Pelayanan
V
IFI, Bid. Pelayanan
V
IFI KARS
V
IFI, Bid. Pelayanan
V
IFI, Bid. Pelayanan
V
IFI, Bid. Pelayanan
5. Menggunakan struktur organisasi dan kritria SDM yang ditetapkan
V
IFI, Bid. Pelayanan
1. Melakukan pengumpulan data
V
IFI, Bid. Pelayanan,
4. Melakukan sosialisasi kriteria dan struktur organisasi fisioterapi yang mendukung pemberian pelayanan
3 .
Target Pencapaian 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 7 9 1 3 5 V
86 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
N o
Isu strategis
penempatan dan pendayagun aan tenaga fisioterapi
Strategi
ketenagaaan
2. Membuat kebijakan pola ketenagaan fisioterapi secara professional
Langkah-langkah pokok
Indikator
Target Pencapaian 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 7 9 1 3 5
ketenagaan fisioterapi
2. Melakukan advokasi pembuatan rancangan kebijakan penempatan tenaga fisioterapi
3. Mengkawal implementasi kebijakan
Penanggun g jawab
Bid. Hukum IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum
2. Mengidentifikasi permasalahan terkait ketenagaan
V
1. Menyusun rancangan kebijakan pola ketenagaan dan penempatan ketenagaan secara professional
V
IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum
1. Melaksanakan monitoring dan evaluasi
V
IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum
ROAD MAP EKSISTENSI KEPROFESIAN
N o
Isu strategis
1
Belum 1. Sosialisasi optimalnya sampai pemahaman ketingkat Fisioterapis komisariat terhadap keprofesian
2
Strategi
Langkah-langkah pokok
Indikator
1. Optimalisasi media yang 1. Mengaktifkan web, email, HP mudah diakses dan alat-alat komunikasi 2. Pendayagunaan pakar termasuk media TV dan cetak fisioterapi diberbagai kegiatan 2. Menyelenggarakan seminar, profesi workshop, pelatihan singkat
Target Pencapaian 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 7 9 1 3 5 V
Penanggun g jawab
IFI
V
IFI
1. Mempertajam kurikulum 2. Penanaman jiwa fisioterapi profesi mulai dari mahasiswa fisioterapi 2. Melibatkan langsung mahasiswa disemua kegiatan keprofesian
3. Melibatkan pakar-pakar dalam penyusunan kurikulum
V
IFI
4. Mengikutsertakan mahasiswa dalam kegiatan organisasi profesi baik di pusat maupun daerah
V
IFI
3. Pendekatan pihak terkait
1. Audiensi Melibatkan stake holder dalam setiap kegiatan keprofesian 1. Mengumpulkan data pengkajian kebutuhan
V
IFI
V
IFI, Bid. Organisasi
Lemahnya 1. Meningkatkan kepemimpin kemampuan
1. Lobby ke stake holder 1. Melakukan pengkajian kebutuhan pelatihan
87 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
N o
3
Isu strategis
Strategi
Langkah-langkah pokok
an dan manajerial dalam fisioterapi untuk menentukan kebijakan perencanaan pembanguna n profesi dan kesehatan pada umumnya
kepemimpinan dan manajemen fisioterapi
kepemipinan dan manajemen fisioterapi
2. Mengintegrasikan programprogram pelatihan dalam upaya pengembangan mutu fisioterapi 3. Merencanakan kaderisasi kepemimpinan fisioterapi
Belum 1. Pelaksanaan optimalnya standar profesionalis pelayanan me profesi fisioterapi . fisioterapi
Indikator
pelatihan 2. Menganalisis data kebutuhan pelatihan 3. Menyusun pedoman program pelatihan 1. Memfasilitasi kerjasama dengan berbagai organisasi untuk pelaksanaan pelatihan
Target Pencapaian 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 7 9 1 3 5
Penanggun g jawab
V
IFI, Bid. Organisasi IFI
V
V V
IFI, Bid. Organisasi
1. Menjaring kader fisioterapi yang berpotensi dalam leadership tingkat pusat dan provinsi
1. Advokasi pelaksanaan Standar 1. Monitoring peelaksanaan pelayanan fisioterapi standar pelayanan fisioterapi 2. Mengidentifikasi system Kredensial Fisioterapi.
IFI, Bid. Organisasi
2. Meninjau kembali peraturan yang ada terkait dengan sistem kredensial.
2. Mengoptimalka 3. Membentuk Konsil Fisioterapi 3. Mempersiapkan pembentukan n system konsil Kredensial 4. Menetapkan Standar fisioterapi Kredential fisioterapi. 4. Mengoptimalisasi sistem registrasi fisioterapi 5. Percepatan standarisasi uji kompetensi fisioterapi 6. Memberikan kontribusi dalam akreditasi pendidikan dan pelatihan.
V
V
IFI,Majelis Pelayanan, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum
V
IFI
V
IFI
V
IFI
V
IFI
ROADMAP RISET DAN KEPUTUSAN BERBASIS BUKTI (EVIDENCE BASED 20PRACTICE) N o
Isu strategis
1
Masih minimnya fisioterapis yang
Strategi
1. Melakukan kajian kemampuan fisioterapis
Langkah-langkah pokok
1. Menyusun instrument kajian
Indikator
1. Adanya instrumen
2. Mengumpulkan data 2. Adanya data mapping kemampuan fisioterapis dalam kemampuan fisioterapis
88 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Target Pencapaian 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 7 9 1 3 5 V V
Penanggun g jawab
IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI
N o
Isu strategis
melakukan riset
Strategi
Langkah-langkah pokok
dalam melakukan riset melakukan riset dan keputusan 3. Membuat rekomendasi terhadap hasil kajian berbasis bukti 2. Menyusun program peningkatan kemampuan fisioterapis dalam hal riset dan keputusan berbasis bukti
1. Membuat rancangan program kegiatan peningkatan kemampuan riset fisioterapi
3. Melakukan upaya peningkatan kemampuan fisioterapis dalam hal riset dan keputusan berbasis bukti
1. Membuat rencana kegiatan diklat
2. Menyusun dan atau menggunakan modul riset fisioterapi
Indikator
Target Pencapaian 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 7 9 1 3 5
Penanggun g jawab
V
IFI, Bid. Litbang IFI
dalam hal riset 3. Ada rekomendasi
1. Adanya rancangan program
V
2. Adanya modul riset fisioterapi yang siap digunakan untuk kegiatan diklat fisioterapis
V
2. Melakukan kegiatan diklat 3. Melakukan kegiatan riset sesuai kemampuan fisioterapis
IFI, Bid. Litbang IFI
V
2. Terlaksana kegiatan diklat, dihasilkan proposal penilitian 3. Terlaksana kegiatan riset oleh peserta diklat 4. Digunakan hasil riset dalm praktik fisioterapi
IFI, Bid. Litbang IFI V
V
4. Melakukan monitoring dan evaluasi
1. Melakukan penilaian kemampuan fisioterapis yang telah dilakukan diklat
1.
5. Melakukan advokasi untuk regulasi fisioterapis terhadap kemampuan dalam melakukan riset fisioterapi
1.
1.
3.
Memasukkan hasil riset dalam sistem pelayanan kesehatan
6. Melakukan rencana tindak lanjut terhadap kemampuan
1.
Mengidentifikasi hasil evaluasi kemampuan fisioterapis dalam hal riset
2.
Menggunakan kemampuan riset untuk peningkatn jenjang karir fisioterapis
IFI, Bid. Litbang IFI
V
4. Menggunakan hasil riset dalam praktik fisioterapi
Menilai hasil riset yang dapat digunakan dalm pelayanan fisioterapi
IFI, Bid. Litbang IFI
V
3. Tersosialisasi rancangan 3. Melakukan sosialisasi program melalui internet, kegiatan seminar maupun rancangan program ke seluruh raker IFI fisioterapis 1. Ada rencana kegiatan diklat
IFI, Bid. Litbang IFI
Adanya dokumen hasil penilaian kemampuan fisioterapis dalam hal melakukan riset fisioterapi sesuai standar Adanya daftar hasil riset yang dapat digunakan dalam pelayanan fisioterapi
Adanya peningkatan karir fisioterapis berdasarkan kemampuan melakukan riset fisioterapi 3. Adanya hasil-hasil riset yang terekomendasi dan dikembangkan dalam sistem pelayanan fisioterapi 1. Adanya hasil evaluasi kemampuan fisioterapis
2.
Adanya mapping data
89 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
V
IFI, Bid. Litbang IFI
V
IFI, Bid. Litbang IFI, Bid. Hukum IFI, Bid. Litbang IFI
V
2.
IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI
V IFI, Bid. Litbang IFI
V
IFI, Bid. Litbang IFI
IFI, Bid.
N o
Isu strategis
Strategi
fisioterapis dalam hal riset dan keputusan berbasis bukti sesuai hasil evaluasi
2
3
Lembaga Pusat riset fisioterapi belum ada
Langkah-langkah pokok
2.
Indikator
fisioterapis yang perlu dilakukan pembinaan
Melakukan mapping fisioterapis yang masih perlu dilakukan pembinaan
Litbang IFI
IFI, Bid. Litbang IFI
V
3.
Melakukan kegiatan pembinaan dalam upaya meningkatkan kemampuan fisioterapis
7. Mengupayakan menempatkan orang fisioterapi menjadi reviewer tingkat local/nasional/re gional
1.
Meningkatkan sosialisasi pentingnya posisi reviewer
1.
Memberi kesempatan kepada fisioterapis yang eligible mengikuti pelatihan reviewer Melakukan advokasi untuk menampatkan fisioterapis sebagai reviewer di tingkat local/nasional/internasional
2.
Melakukaan kajian pendirian pusat-pusat riset penelitian
1.
Melakukan kajian bagaimana proses pembentukannya, dll)
1.
Ada hasil kajian pusat lembaga penelitian di bidang kesehatan/di luar bidang kesehatan
V
IFI, Bid. Litbang IFI
2.
Menganalisa hasil kajian
2.
Ada analisa hasil kajian
V
IFI, Bid. Litbang IFI
3.
Merencanakan pembentukan lembaga pusat riset fisioterapi di IFI
3.
Ada bentuk lembaga pusat riset fisioterapi di IFI
V
Mengumpulkan data penelitian dari berbagai tatanan Pengelompokan jenis penelitian
1.
Rekap data penelitian
V
2.
Kluster penelitian fisioterapi
V
IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI
V
IFI, Bid. Litbang IFI
3.
3.
Tersosialisasinya informasi tentang reviewer melalui berbagai media Adanya peningkatan jumlah fisioterapis yang mengikuti pelatihan reviewer Adanya peningkatan jumlah fisioterapis yang menjadi reviewer di tingkat local/nasional/internasion
Penanggun g jawab
3.
2.
Terlaksana pembinaan terhadap fisioterapis
Target Pencapaian 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 7 9 1 3 5 V
Keterbatasan 1. Menginventaris akses hasilbased line data hasil penelitian penelitian fisioterapi di dalam negeri berbagai tatanan (palayanan, pendidikan, manajemen)
1.
2. Mengembangka n sistem informasi riset terpadu
1.
Mengkaji sistem informasi yang dimiliki setiap institusi/tatanan
1.
Data sistem informasi riset setiap institusi/tatanan
2.
Merancang software sistem
2.
Tersedianya software sistem
2.
90 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
V
IFI, Bid. Litbang IFI
V
IFI, Bid. Litbang IFI V IFI, Bid. Litbang IFI
IFI, Bid. Litbang IFI
N o
Isu strategis
Strategi
Langkah-langkah pokok
Indikator
informasi riset terpadu 3. 4. 5.
3. Evaluasi terhadap sistem informasi riset terpadu
1.
2.
informasi riset terpadu
Membuat design web sistem informasi riset terpadu Mengembangkan jejaring informasi pusat--daerah Sosialisasi sistem informasi riset terpadu melalui kegiatan seminar dan pelatihan
3.
Melakukan monitoring Evaluasi hasil monitoring penggunaan sistem informasi riset terpadu Rencana perbaikan dan pengembangan sistem informasi riset terpadu
1.
Adanya laporan hasil monev (jumlah riset, jumlah publikasi, dll)
2.
Adanya rencana pengembangan sistem informasi riset terpadu berdasarkan hasil monev
4.
5.
Target Pencapaian 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 7 9 1 3 5 V
Adanya web sistem riset terpadu Terbentuknya jejaring informasi riset antar tatanan dan level Terlaksananya seminar /pelatihan sistem informasi riset terpadu
Penanggun g jawab
IFI, Bid. Litbang IFI
V IFI, Bid. Litbang IFI
V
V
IFI, Bid. Litbang IFI
V
IFI, Bid. Litbang IFI
V
IFI, Bid. Litbang IFI
Target Pencapaian 2 2 2 2 0 0 0 0 1 1 2 2 7 9 1 3 V
Penanggun g jawab
ROADMAP KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN N o
1
Isu strategis
Strategi
Pelayanan 1. Harmonisasi fisioterapi peraturan profesioanal perundangterhambat undangan yang oleh regulasi terkait dengan pelayanan fisioterapi
Langkah-langkah pokok
Indikator
1. Pengkajian terhadap peraturan 1. Pembentukan TIM advokasi perundang-undangan yang 2. Melakukan survey dan kajian terkait dengan pelayanan tentang penghargaan terhadap fisioterapi jasa profesi fisioterapi
2. Mengusulkan peraturan perundang-undangan yang mendukung pelayanan fisioterapi
1. Menyusun draft rancangan kewenangan 2. Melakukan uji coba lapangan 3. Harmonisasi dengan profesi terkait 4. Perumusan legalitas 5. Sosialisasi penerapan
V
Fisioterapi 1. Membuat 1. Mengusulkan peratuan tentang Indonesia penapisan penapisan dalam pasar fisioterapis dari bebas luar negeri dan 2. Membuat pedoman regional dan peningkatan harmonisasi kompetensi internasional kompetensi fisioterapi tingkat internasional
V V
1. Menyusun draft tentang penapisan
V
2. Menyampaikan usulan 3. Perumusan legalitas 4. Sosialisasi peraturan
V V V
91 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
DEPKES DEPHUK HAM IFI
V
V V 2
2 0 2 5
IFI, Bid.Hukum , Bid. Pelayanan
N o
Isu strategis
Strategi
Langkah-langkah pokok
fisioterapis dan membangun system Indonesia pengakuannya dengan kualitas dan rekognisi global 1. Menyusun strategi dan 2. Uji Kompetensi perencanaan Uji Kompetensi Fisioterapi Fisioterapi TKWNA TKWNA 3. Uji Kompetensi 1. Menyusun strategi dan Exit Exam perencanaan Uji Kompetensi semua jenjang Pendidikan
3
IFI belum berbadan Hukum dan akta pendirian masih IKAFI
Indikator
1. Menyusun dan menetapkan pedoman Uji Kompetensi Fisioterapi TKWNA 1. Menyusun naskah akademik Uji kompetensi 2. Pelatihan pembuatan soal, review dan panel espert 3. Sosialisasi pembuatan soal dengan aplikasi online
1. Mengurus 1. Perubahan akta IKAFI ke IFI 1. Adanya akta badan hukum 2. Pendaftaran ke kemenkumham 2. IFI berbadan hukum dan IFI ke untuk mendapatkan badan terdaftar di kemenkumham Kemenkumham hukum dengan menggunakan nama IFI 3. Jika IFI tidak bisa, dilakukan pendaftaran dengan nama baru.
92 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Target Pencapaian 2 2 2 2 0 0 0 0 1 1 2 2 7 9 1 3
V
Penanggun g jawab 2 0 2 5 DEPNAKE R,DEPKES ,DIKITI IFI
V
V
V V V
DEPKES DEPHUK HAM IFI
KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 05 / TAP / KONAS XII / V / 2016 tentang PROGRAM KERJA PENGURUS PUSAT IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA PERIODE 2016-2020 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
: Bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan organisasi guna mencapai tujuan perlu disusun Program Kerja Pengurus Pusat yang ditetapkan dalam suatu Ketetapan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia.
Mengingat
: 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia 2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang dan maju
Memperhatikan
: Sidang Pleno kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Menetapkan
Memutuskan
: 1. Program kerja Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia Periode 2016-2020 Sebagaimana terlampir dalam ketetapan ini. 2. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 3. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku.
Ditetapkan di Pada tanggal Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
: : : : : : :
: :
Bali 24 Mei 2016
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ..................... .................... .................... .................... .................... .................... ....................
93 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
PROGRAM KERJA IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA TAHUN 2016-2020 A. PENDIDIKAN No
Program
1.
Menciptakan Pedidikan Fisioterapi yang berkualitas
2
Sinkronisasi antara standar kompetensi,
Strategi
Langkah-langkah pokok
4. Meningkatkan 7. Memfungsikan kolegium untuk kuantitas dan mengembangkan standar kualitas pendidikan Fisioterapi dosen 8. Menyusun standar pendidikan dengan stakeholder yang terkait 9. Memberlakuan standar pendidikan Fisioterapi bagi seluruh Institusi Pendidikan FT 10. Mensosialisasikan standar pendidikan Fisioterapi kepada masyarakat melalui berbagai media 11. Mengembangkan riset bagi dosen 5. Meningkatkan 9. Penyusunan instrumen sarana ketersediaan dan prasarana sarana dan 10. Melakukan maping institusi prasarana pendidikan terkait sarana yang penunjang belum memenuhi standar pendidikan 11. Melakukan evaluasi terhadap pemenuhan sarana dan prasarana 12. Mengidentifikasi wahana pendidikan yang memenuhi syarat praktek 13. Pembentukan tim kemitraan 14. Penyusunan lingkup kerja (MoU) antara Wahana dan institusi pendidikan 15. Kemitraan pendidikan dan lahan praktek dalam pembelajaran 16. Merekomendasikan pemenuhan wahana sarana praktik 6. Meningkatkan 2. Melakukan pelatihan mutu manajeman pendidikan manajemen fisioterapi pendidikan fisioterapi 3. Sikronisasi 1. Melakukan pengumpulan data dan kurikulum D III, D-IV,S1, harmonisasi profesi dan spesialis
94 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
No
Program standar pendidikan dengan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan
Strategi kurikulum dengan standar kompetensi & standar pendidikan ditiap jenjang pendidikan 3. Melakukan advokasi untuk sinkronisasi kurikulum dan kompetensi pada setiap jenjang pendidikan
3
Sinkronisasi antar organ (IFI, APTIFI, Kolegium, perhimpunan) dalam penetapan kebijakan pendidikan.
4
Merintis Pendidikan Pasca Sarjana Fisioterapi di dalam negeri
Langkah-langkah pokok 2. Mengidentifikasi kurikulum dam kompetensi yang sesuai pada setiap jenjang pendidikan 3. Menyusun kurikulum dan kompetensi yang sesuai dengan setiap jenjang pendidikan 4. Menyesuaikan kompetensi profesi dengan kompetensi pendidikan 5. Melakukan advokasi penyususnan kurikulum dan komptensi 6. Memonitoring hasil advokasi 7. Deseminasi dan sosialiasi kurikulum dan kompetensi fisioterapi 8. Melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum dan kompetensi.
2. Menyepakati 1. Identifikasi peran dan fungsi dan mentaati masing-masing organ peran dan 2. Ditetapkan dan dibuat surat fungsi setiap keputusan tentang batasan organ masingkerja organ masing 3. Melakukan sosialisassi terhadap peran dan fungsi 4. Membuat forum komunikasi antar organ 5. Menetapkan alur dalam pelaksanaan pendirian pendidikan dan pelatihan 1. Merintis 2. Melakukan penelusuran penyelenggara standar pendidikan Pasca pendidikan Sarjana dengan melibatkan Pasca Sarjana institusi terkait (IFI, kolegium, FT. perhimpunan, institusi penyelenggara). 3. Menyusun standar SDM dengan melibatkan stake holder terkait. 4. Melakukan konvensi standar pendidikan Pasca Sarjana bersama stake holder terkait. 5. Mengusulkan pemberlakuan standar. 6. Mensosialisasikan standar 12. Menyiapkan institusi yang akan
95 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
No
Program
5
Re-registrasi
6
Uji Kompetensi Exit Exam
7.
Evaluasi Kemampuan
8
Uji Kompetensi Fisioterapi TKWNA
9
RPL
Strategi
Evaluasi dan sosialisasi pedoman reregistrasi Menyusun strategi dan perencanaan Uji Kompetensi semua jenjang Pendidikan Menyusun strategi dan perencanaan evaluasi kemampuan. Menyusun strategi dan perencanaan Uji Kompetensi Fisioterapi TKWNA Menyusun strategi dan perencanaan
Langkah-langkah pokok menyelenggarakan program pascasarjana FT 1. Evaluasi penghitungan SKP 2. Mengembangkan dan sosialisasi CPD Online 2. Menyusun naskah akademik Uji kompetensi 3. Pelatihan pembuatan soal, review dan panel espert 4. Sosialisasi pembuatan soal dengan aplikasi online Menyusun dan menetapkan pedoman evaluasi kemampuan
Menyusun dan menetapkan pedoman Uji Kompetensi Fisioterapi TKWNA
1. Menyusun dan menetapkan pedoman Uji Kompetensi 2. Mengimplemantasikan RPL
B. PELATIHAN No 1
Isu strategis Penjaminan mutu Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan P2KB
Strategi 3. Pembentukan lembaga pelatihan yang terakreditasi. 4. Bekerjasama dengan lembaga pelatihan yang telah terakreditasi
2
Penyelenggaraan P2KB yang belum
Membangun system P2KB yang
Langkah-langkah pokok 4. Melakukan kajian bagaimana proses pembentukan lembaga pelatihan 5. Menganalisa hasil kajian 6. Merencanakan pembentukan lembaga pelatihan terakreditasi 3. Melakukan kajian bagaimana bentuk kerja sama dengan lembaga pelatihan 4. Menganalisa hasil kajian 5. Merencanakan kerja sama dengan lembaga pelatihan terakreditasi 3. Menyusun pedoman P2KB yang bertujuan untuk
96 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
teratur dan terkontrol mutunya
terstuktur dan bermutu. kepangkatan PNS.
Harmonisasi SKP untuk perpanjangan STR, dengan SKP untuk Meningkatkan level kompetensi dan SKP untuk
mempertahankan kompetensi 4. Menyusun pedoman P2KB yang diperhitungkan untuk kredit poin jabatan fungsional 5. Menyusun pedoman P2KB yang bertujuan untuk meningkatkan level Kompetensi Harmonisasi SKP semua kegiatan P2KB
C. PELAYANAN No . 1.
2.
Isu strategis Terbatasnya pelayanan fisioterapi yang profesional di RS dan masyarakat
Strategi
Langkah-langkah pokok
2. Memfasilitasi tersedianya pelayanan FT yang professional
6. Melakukan mapping pelayanan fisioterapi dengan cara evaluasi diri tentang pelayanan fisioterapi professional di rumah sakit dan puskesmas 7. Melakukan identifikasi permasalahan, menyusun rencana strategis, dan model pembinaan sesuai permasalahan 8. Mengembangkan system pemberian pelayanan FT profesional yang berwawasan global 9. Melakukan advokasi terciptanya pelayanan FT profesional 10. Merencanakan peningkatan kualitas ketenagaan melalui pendidikan dan pelatihan dalam upaya meningkatkan kompetensi FT sehingga mampu memberikan pelayanan professional
Belum optimalnya 2. Mengembangkan fungsi fisioterapi struktur dalam organisasi menentukan fisioterapi yang kebijakan memfasilitasi
3. Melakukan assessment fungsi dan struktur fisioterapi yang ada saat ini 4. Mengembangkan struktur organisasi fisioterapi di RS dan
97 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
No .
Isu strategis pengelolaan pemberian pelayanan FT di RS dan Puskesmas
3.
Belum meratanya penempatan dan pendayagunaan tenaga fisioterapi
Strategi proses pengambilan keputusasan dalam mendukung pelayanan FT profesional 3. Melakukan pemetaan ketenagaaan 4. Membuat kebijakan pola ketenagaan fisioterapi secara professional
Langkah-langkah pokok Puskesmas
4. Melakukan assessment utilisasi dan distribusi ketenagaan fisioterapi 5. Melakukan advokasi pembuatan rancangan kebijakan penempatan tenaga fisioterapi 6. Mengkawal implementasi kebijakan
D. ORGANISASI DAN KEPROFESIAN No . 1
1.
2
Isu strategis
Strategi
IFI belum berbadan Hukum dan akta pendirian masih IKAFI
Mengurus badan hukum IFI ke Kemenkumham
Belum optimalnya pemahaman Fisioterapis terhadap keprofesian
4. Sosialisasi sampai ketingkat komisariat
Lemahnya kepemimpinan dan manajerial dalam fisioterapi
Langkah-langkah pokok 1. Perubahan akta IKAFI ke IFI 2. Pendaftaran ke kemenkumham untuk mendapatkan badan hukum dengan menggunakan nama IFI 3. Jika IFI tidak bisa, dilakukan pendaftaran dengan nama baru. 3. Optimalisasi media yang mudah diakses 4. Pendayagunaan pakar fisioterapi diberbagai kegiatan proofesi
5. Penanaman jiwa profesi mulai dari mahasiswa fisioterapi
1. Mempertajam kurikulum fisioterapi 2. Melibatkan langsung mahasiswa disemua kegiatan keprofesian
3. Pendekatan pihak terkait Meningkatkan kemampuan kepemimpinan dan manajemen
1. Lobby ke stake holder 2. Melakukan pengkajian kebutuhan pelatihan kepemipinan dan manajemen fisioterapi
98 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
No . 1
Isu strategis
Strategi
IFI belum berbadan Hukum dan akta pendirian masih IKAFI
Mengurus badan hukum IFI ke Kemenkumham
untuk menentukan kebijakan perencanaan pembangunan profesi dan kesehatan pada umumnya
fisioterapi
3.Pelaksanaan standar pelayanan fisioterapi . 4. Mengoptimalkan system Kredensial fisioterapi
3
Belum optimalnya profesionalisme profesi fisioterapi
4
Pelayanan fisioterapi profesional terhambat oleh regulasi
Harmonisasi peraturan perundangundangan yang terkait dengan pelayanan fisioterapi
5
Fisioterapi Indonesia dalam pasar bebas regional dan internasional
Membuat penapisan fisioterapis dari luar negeri dan peningkatan kompetensi fisioterapis Indonesia dengan kualitas dan rekognisi global
6
Penyempurnaan Data Base keanggotaan IFI
Sosialisasi dan optimalisasi sistem informasi data base
Langkah-langkah pokok 1. Perubahan akta IKAFI ke IFI 2. Pendaftaran ke kemenkumham untuk mendapatkan badan hukum dengan menggunakan nama IFI 3. Jika IFI tidak bisa, dilakukan pendaftaran dengan nama baru. 3. Mengintegrasikan programprogram pelatihan dalam uap 4. aya pengembangan mutu fisioterapi 5. Merencanakan kaderisasi kepemimpinan fisioterapi 5. Advokasi pelaksanaan Standar pelayanan fisioterapi 1. Mengidentifikasi system Kredensial Fisioterapi. 2. Membentuk Konsil Fisioterapi 3. Menetapkan Standar Kredential fisioterapi. 2. Pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelayanan fisioterapi 3. Mengusulkan peraturan perundang-undangan yang mendukung pelayanan fisioterapi 4. Mengusulkan peratuan tentang penapisan 5. Membuat pedoman harmonisasi kompetensi fisioterapi tingkat internasional dan membangun system pengakuannya
1. Sosialisasi ke seluruh anggota 2. Pendaftaran anggota baru hanya melalui sistem Online 3.
99 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
No . 1
Isu strategis IFI belum berbadan Hukum dan akta pendirian masih IKAFI
Strategi Mengurus badan hukum IFI ke Kemenkumham
Langkah-langkah pokok 1. Perubahan akta IKAFI ke IFI 2. Pendaftaran ke kemenkumham untuk mendapatkan badan hukum dengan menggunakan nama IFI 3. Jika IFI tidak bisa, dilakukan pendaftaran dengan nama baru.
online 7
Penguatan organisasi diseluru tingkatan
Pemekaran wilayah dan cabang IFI
Meningkatkan komunikasi dan kerja sama dengan pemerintah/dinkes daerah.
1. Pembentukan pengurus wilayah IFI di seluruh propinsi 2. Pembentukan pengurus cabang di seluruh kabupaten/kota yang telah memenuhi syarat. 1. Pengurus wilayah dengan Dinkes propinsi dan MTKP 2. Pengurus Cabang dengan dinkes kap/kota
E. LITBANG No . 1.
Isu strategis
Strategi
Langkah-langkah pokok
Masih minimnya fisioterapis yang melakukan riset
1. Melakukan kajian kemampuan fisioterapis dalam melakukan riset dan keputusan berbasis bukti 2. Menyusun program peningkatan kemampuan fisioterapis dalam hal riset dan keputusan berbasis bukti
3. Menyusun instrument kajian 4. Mengumpulkan data kemampuan fisioterapis dalam melakukan riset 5. Membuat rekomendasi terhadap hasil kajian
3. Melakukan upaya peningkatan
4. Membuat rancangan program kegiatan peningkatan kemampuan riset fisioterapi 5. Menyusun dan atau menggunakan modul riset fisioterapi 6. Melakukan sosialisasi rancangan program ke seluruh fisioterapis 5. Membuat rencana kegiatan diklat 6. Melakukan kegiatan diklat
100 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
No .
Isu strategis
Strategi
4. 5.
6.
7.
2
Lembaga Pusat riset fisioterapi belum ada
3
Keterbatasan akses hasil-hasil penelitian dalam negeri
kemampuan fisioterapis dalam hal riset dan keputusan berbasis bukti Melakukan monitoring dan evaluasi Melakukan advokasi untuk regulasi fisioterapis terhadap kemampuan dalam melakukan riset fisioterapi Melakukan rencana tindak lanjut terhadap kemampuan fisioterapis dalam hal riset dan keputusan berbasis bukti sesuai hasil evaluasi Mengupayakan menempatkan orang fisioterapi menjadi reviewer tingkat local/nasional/r egional Melakukaan kajian pendirian pusat-pusat riset penelitian
4. Menginventaris based line data penelitian fisioterapi di berbagai tatanan (palayanan, pendidikan, manajemen)
Langkah-langkah pokok 7. Melakukan kegiatan riset sesuai kemampuan fisioterapis 8. Menggunakan hasil riset dalam praktik fisioterapi 2. Melakukan penilaian kemampuan fisioterapis yang telah dilakukan Diklat 1. Menilai hasil riset yang dapat digunakan dalm pelayanan fisioterapi 2. Menggunakan kemampuan riset untuk peningkatn jenjang karir fisioterapis 3. Memasukkan hasil riset dalam sistem pelayanan kesehatan 4. Mengidentifikasi hasil evaluasi kemampuan fisioterapis dalam hal riset 5. Melakukan mapping fisioterapis yang masih perlu dilakukan pembinaan 6. Melakukan kegiatan pembinaan dalam upaya meningkatkan kemampuan fisioterapis 4. Meningkatkan sosialisasi pentingnya posisi reviewer 5. Memberi kesempatan kepada fisioterapis yang eligible mengikuti pelatihan reviewer Melakukan advokasi untuk menampatkan fisioterapis sebagai reviewer di tingkat local/nasional/internasional 4. Melakukan kajian bagaimana proses pembentukannya, dll) 5. Menganalisa hasil kajian 6. Merencanakan pembentukan lembaga pusat riset fisioterapi di IFI 3. Mengumpulkan data penelitian dari berbagai tatanan 4. Pengelompokan jenis penelitian
101 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
No .
Isu strategis
Strategi 5. Mengembangkan sistem informasi riset terpadu
6. Evaluasi terhadap sistem informasi riset terpadu
Langkah-langkah pokok 6. Mengkaji sistem informasi yang dimiliki setiap institusi/tatanan 7. Merancang software sistem informasi riset terpadu 8. Membuat design web sistem informasi riset terpadu 9. Mengembangkan jejaring informasi pusat--daerah 10. Sosialisasi sistem informasi riset terpadu melalui kegiatan seminar dan pelatihan 3. Melakukan Monitoring Evaluasi hasil monitoring penggunaan sistem informasi riset terpadu 4. Rencana perbaikan dan pengembangan sistem informasi riset terpadu
102 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 06/ TAP / KONAS XII / V / 2016 tentang KOLEGIUM FISIOTERAPI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
: Bahwa dalam rangka menjalankan amanat kongres nasional Fisioterapi Indonesia XII perlu ditetapak struktur, tugas dan fungsi masing-masing organ organisasi Bahwa kolegium merupakan organ organisasi Ikatan Fisioterapi Indonesia yang berperan dalam menjaga kompetensi
Mengingat
: Anggaran Dasar dan Fisioterapi Indonesia
Memperhatikan
: Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII
Anggaran
Rumat
Tangga
Ikatan
Menetapkan Memutuskan
: 1. Struktur organisasi dan tupoksi Kolegium Fisioterapi Indonesia sebagaimana terlampir dalam keputusan ini. 2. Keputusan berlaku sejak ditetapkan 3. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia
Ditetapkan di Pada tanggal Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
: : : : : : :
: :
Bali 24 Mei 2016
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ..................... .................... .................... .................... .................... .................... ....................
103 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
RANCANGAN KOLEGIUM FISIOTERAPI INDONESIA 1. Dasar Hukum a. UU Sistem pencidikan nasional b. SNPT c. UU Tenaga Kesehatan d. UU kesehatan e. Permen tentang Praktik FT f. Standar FT g. UU Tentang Guru dan Dosen 2. Ketentuan Umum a. Kolegium Fisioterapi Indonesia adalah badan yang dibentuk oleh IFI pada Kongres Nasional (KONAS) yang bertugas mengampu cabang ilmu Fisioterapi. b. Standar Kompetensi Fisioterapi harus dicapai dalam pendidikan dan ditetapkan oleh Kolegium Fisioterapi Indonesia. c. Standar Pendidikan Fisioterapi adalah kriteria minimal pendidikan yang harus dipenuhi oleh setiap Institusi Pendidikan Fisioterapi (IPF) dalam penyelenggaraan pendidikan fisioterapi. Standar Pendidikan Fisioterapi disusun oleh Kolegium Fisioterapi Indonesia yang disahkan oleh Konsil Fisioterapi Indonesia (KFI). d. IPF adalah institusi yang melaksanakan program pendidikan fisioterapi yang telah diakreditasi Kolegium, lembaga yang berwenang dan disahkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Kemenristek dan Dikti. e. Katalog Pendidikan Fisioterapi yang disusun oleh Kolegium Fisioterapi Indonesia mencakup visi dan misi, kompetensi, daftar IPF, persyaratan dan alur pendaftaran calon peserta didik, pelaksanaan seleksi, lama pendidikan, isi program dan cara evaluasi f. Pleno Kolegium Fisioterapi Indonesia adalah rapat yang dihadiri oleh semua anggota Kolegium, pihak yang dianggap perlu dan pihak yang dianggap kompeten dalam bidang pendidikan g. Badan Pekerja (BP) Kolegium Fisioterapi Indonesis adalah Forum Ketua, dan Sekretaris Kolegium, Ketua dan Sekretaris IFI, Ketua Program Studi (KPS) dan pihak lain yang dianggap perlu untuk menghadiri rapat BP. 3. Tugas Kolegium Fisioterapi Indonesia a. Membuat standar pendidikan fisioterapi, berkoordinasi dengan IFI, IPF, Rumah Sakit Pendidikan, Kemenristek dikti dan Kemenkes. b. Menyusun katalog pendidikan fisioterapi c. Melakukan Akreditasi IPF d. Membuat peraturan pendidikan program pendidikan fisioterapi meliputi struktur, isi, proses dan keluaran e. Menyelenggarakan ujian kompetensi nasional. 104 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
f. Memberikan Sertifikat kompetensi dari Kolegium sebagai pengakuan resmi atas kompetensi yang dicapai g. Memantau, mengevaluasi dan menilai secara berkala dan berkesinambungan program pendidikan, Institusi Pendidikan dan staf pengajar h. Menentukan standar Sertifikasi sesuai peraturan yang berlaku (Pendidikan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB)) i. Mensahkan sertifikasi kompetensi fisioterapi j. Menyusun program pendidikan berkelanjutan k. Menyusun program pengembangan spesialis l. Membuat Komisi Kolegium sesuai kebutuhan m. Pleno Kolegium mengadakan rapat minimal 1 (satu) kali pada Kongres Nasional (KONAS) n. BP bertugas untuk mengadakan pertemuan sesuai dengan kebutuhan 4. Kewenangan Kolegium Fisioterapi Indonesia a. b. c. d. e.
Menetapkan standar Pendidikan Fisioterapi Menetapkan Akreditasi IPF(Institusi Pendidikan Fisioterapi) Memberikan sertifikat kompetensi Menentukan pengembangan pendidikan spesialis BP membuat rancangan keputusan dan rancangan ketetapan yang akan disahkan pada pleno kolegium
5. Susunan Organisasi dan Keanggotaan Kolegium Fisioterapi Indonesia Susunan organisasi terdiri dari sekurang kurangnya Ketua, Sekretaris dan Anggota Ketua Sekertaris Anggota
: : :-
Unsur Pendidikan Unsur OP Unsur APTIFI Para pakar
6. Pemberhentian Anggota Kolegium Fisioterapi Indonesia a. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri b. Meninggal dunia c. Tidak menghadiri rapat Pleno Kolegium 3 (tiga) kali berturut-turut tanpa keterangan d. Dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 7. Tata Kerja Kolegium a. Setiap keputusan/ketetapan Kolegium ditetapkan/disahkan oleh rapat pleno anggota
105 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
b. Rapat pleno Kolegium dianggap sah jika dihadiri oleh paling sedikit setengah dari jumlah anggota ditambah satu. c. Bila kuorum tidak tercapai maka rapat ditunda selama 15 (lima belas) menit dan setelah itu kuorum dianggap sah. d. Keputusan diambil dengan cara musyawarah dan mufakat, dalam hal tidak terdapat kesepakatan maka dapat dilakukan pemungutan suara. e. Bila ketua Kolegium diperlukan oleh Instansi/lembaga pendidikan atau berhalangan, kegiatan Harian Ketua Kolegium dilaksanakan oleh Sekretaris Kolegium. 8. Pembiayaan Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas Kolegium dibebankan kepada Anggaran IFI
106 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 07 / TAP / KONAS XII / V / 2016 tentang MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN FISIOTERAPI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
:
1. bahwa pelaksanaan Pasal 49 dan 50 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan perlu dibentuk Majelis Kehormatan Disiplin Fisioterapi Indonesia 2. bahwa pelaksanaan Pasal 49 dan 50Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentangTenaga Kesehatan perlu mengatur organisasi dan tatakerja Majelis Kehormatan Disiplin Fisioterapi Indonesia 3. bahwa Majelis Kehormatan Disiplin Fisioterapi Indonesia sebagai lembaga yang otonom dari Ikatan Fisioterapi Indonesia dan independent dalam melaksanakan tugas 4. bahwa Majelis Kehormatan Disiplin Fisioterapi Indonesia berfungsi untuk penegakan disiplin fisioterapi Indonesia dalam menjalankan praktek Fisioterapi 5. perlu menetapkan Peraturan Ikatan Fisioterapi Indonesia tentang Organisasi dan Tata Kerja Majelis Kehormatan Disiplin Fisioterapi Indonesi
Mengingat
: 1. Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang – undang nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga 3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia
Memperhatikan
: Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII
Menetapkan Memutuskan
: 1. Organisasi Dan Tata Kelola Majelis Kehormatan Dan Disiplin Fisioterapi Indonesia 2. Hal-hal yang belum di atur dalam ketatapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan AD ART 3. Ketetapan ini berlaku sejak di tetapkan Ditetapkan di Pada tanggal
: :
107 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Bali 24 Mei 2016
Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
: : : : : : :
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ..................... .................... .................... .................... .................... .................... ....................
ORGANISASI DAN TATA KELOLA MAJELIS KEHORMATAN DAN DISIPLIN DAN ETIK FISIOTERAPI INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi selanjutnya disebut disingkat MKDF, adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan dan pelanggaran yang dilakukan Fisioterapi dalam penerapan disiplin fisioterapi, dan menetapkan sanksi. 2. Praktik Fisioterapi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Fisioterapi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan 3. Fisioterapis, Fisioterapi Sarjana Sain Terapan , Fisioterapi Ahli Madya, adalah lulusan pendidikan Fisioterapi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 4. Surat Tanda Registrasi Fisioterapi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia kepada tenaga fisioterapi yang telah diregistrasi 5. Surat Izin Praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada Fisioterapi yang akan menjalankan praktik fisioterapi setelah memenuhi persyaratan. 6. Organisasi Profesi adalah Ikatan Fisioterapi Indonesia BAB II LAMBANG, LOGO DAN LENCANA MKDF Pasal 2 ( 1 ) Lambang MKDF adalah lambang yang digunakan oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia. 108 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
( 2 ) Logo dan lencana MKDF ditetapkan oleh MKDF BAB III FUNGSI, TUGAS DAN KEWENANGAN Pasal 3 ( 1 ) Fungsi MKDF adalah untuk penegakan disiplin fisioterapi dalam penyelenggaraan praktik fisioterapi ( 2 ) Penegakan disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penegakan aturan-aturan dan/atau penerapan keilmuan serta pelaksanaan kode etik dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh fisioterapi Pasal 4 Tugas MKDF : a. menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin fisioterapi yang diajukan; dan b. menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin fisioterapi. Pasal 5 ( 1 ) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 MKDF mempunyai wewenang : a. menerima pengaduan pelanggaran disiplin fisioterapi; b. menetapkan jenis pengaduan pelanggaran disiplin atau pelanggaran etika atau bukan keduanya; c. memeriksa pengaduan pelanggaran disiplin fisioterapi; d. memutuskan ada tidaknya pelanggaran disiplin fisioterapi; e. menentukan sanksi terhadap pelanggaran disiplin fisioterapi; f. melaksanakan keputusan MKDF; g. menyusun tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin Fisioterapi; h. menyusun buku pedoman MKDF; i. mengadakan sosialisasi, penyuluhan, dan diseminasi mencatat dan mendukumentasikan pengaduan, proses pemeriksaan, dan keputusan MKDF DIBUAT SESUAI URUTAN KEGIATAN ( 2 ) Dalam melaksanakan tugas sebagimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat MKDF mempunyai wewenang : a. menerima pengaduan pelanggaran disiplin fisioterapi Indonesia b. menetapkan jenis pengaduan pelanggaran disiplin atau pelanggaran etika atau bukan keduanya; c. memeriksa pengaduan pelanggaran disiplin fisioterapi Indonesia; d. meminta keterangan saksi ahli jika diperlukan; 109 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
e. memutuskan pelanggaran disiplin fisioterapi Indonesia; f. menentukan sanksi terhadap pelanggaran Fisioterapi Indonesia; g. menyusun tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin Fisioterapi Indonesia; h. menyusun buku pedoman MKDF; i. mengadakan sosialisasi, penyuluhan, dan diseminasi tentang MKDF buat sesuai urutan kegiatan
Pasal 6 Dalam menjalankan fungsi, tugas, dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5, MKDF harus memperhatikan peraturan perundangundangan di bidang kesehatan serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait dan yang berlaku
BAB IV KEDUDUKAN, STATUS DAN PEMBENTUKAN Pasal 7 MKDF berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia Pasal 8 ( 1 ) MKDF bertanggung jawab secara administratif kepada Ikatan Fisioterapi Indonesia. ( 2 ) MKDF merupakan lembaga otonom dari Ikatan Fisioterapi Indonesia ( 3 ) MKDF dalam melaksanakan tugasnya bersifat independen. ( 4 ) Yang dimaksud dengan independen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah menjalankan tugasnya tidak terpengaruh oleh siapapun atau lembaga lainnya. Pasal 9 ( 1 ) Anggota MKDF ditetapkan oleh Menteri atas usul Organisasi Profesi ( 2 ) Masa bakti keanggotaan MKDF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 5 4 (lima) (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. BAB V ORGANISASI Pasal 10 ( 1 ) Pimpinan MKDF terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua, dan seorang sekretaris. ( 2 ) Pimpinan MKDF dipilih dan ditetapkan oleh konggres Ikatan Fisioterapi Indonesia( rapat pleno anggota dan ditetapkan oleh Ketua Ikatan Fisioterapis Indonesia) ( 3 ) Tata cara pemilihan pimpinan MKDF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : a. pimpinan MKDF dipilih dari anggota MKDF; 110 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
b. rapat Pleno pertama MKDF dipimpin oleh Ketua Ikatan Fisioterapi Indonesia untuk memilih Ketua Sidang Pleno Pemilihan Pimpinan MKDF; c. rapat Pleno Pemilihan Pimpinan MKDF untuk memilih ketua, wakil ketua dan sekretaris melalui musyawarah mufakat; d. pimpinan MKDF terdiri dari unsur yang berbeda yaitu Fisioterapis, Fisioterapi Sarjana sain Terapan, Fisioterapi Ahli Madya dan sarjana hukum; e. apabila musyawarah mufakat tidak dapat dilaksanakan maka dilakukan pemilihan dengan pemungutan suara; f. pemilihan ketua, wakil ketua dan sekretaris dilakukan masing-masing secara terpisah; g. apabila diantara calon sebagaimana dimaksud pada huruf (f) mempunyai suara yang sama maka dilakukan pemilihan ulang. BAB VI KEANGGOTAAN Pasal 11 ( 1 ) Keanggotaan MKDF terdiri atas 7 orang fisioterapis terdiri dari fisioterapis mewakili organisasi profesi, Intitusi Pendidikan Fisioterapi, asosiasi pelayanan fisioterapi ( ??), 1(satu) orang Fisoterapi sarjana sain terapan , 2 (dua) orang) Fisioterapi Ahli madya dan 1(satu)fisioterapis dengan punya latar belakang sarjana hukum. ( 2 ) Untuk dapat diangkat sebagai anggota MKDF yang bersangkutan harus dipenuhi syarat sebagai berikut: a. warga negara Republik Indonesia; b. sehat jasmani dan rohani; c. bertakwa kepada Tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia; d. berkelakuan baik; e. berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun dan paling tinggi65 70 (enam puluh lima) (tujuh puluh )tahun pada saat diangkat; f. Bagi fisioterapi, pernah melakukan praktik fisioterapi paling sedikit 10 (sepuluh) tahun dan memiliki surat tanda registrasi fisioterapi; g. bagi sarjana hukum, memiliki pengetahuan dibidang hukum kesehatan; dan h. cakap, jujur, memiliki moral, etika dan integritas yang tinggi serta memiliki reputasi yang baik. Pasal 12 ( 1 ) Anggota MKDF sebelum memangku jabatan wajib mengucapkan sumpah/janji ( 2 ) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut : ”Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk melaksanakan tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepada siapapun juga. 111 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun juga suatu janji atau pemberian. Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, dalam menjalankan tugas ini, senantiasa menjunjung tinggi ilmu fisioterapi dan mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan fisioterapi Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, akan setia dan taat kepada dan akan mempertahankan serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara, UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 serta peraturan perundangundangan yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia. Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menjalankan tugas dan wewenang saya ini dengan sungguh-sungguh, seksama, objektif, jujur, berani, adil, tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras, jender, dan golongan tertentu dan akan melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-baiknya, serta bertanggung jawab sepenuhnya kepada Tuhan yang maha esa, masyarakat, bangsa dannegara. Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menolak atau tidak menerima atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun juga dan saya akan tetap teguh melaksanakan tugas dan wewenang yang diamanatkan Undang-Undang kepada saya.” Pasal 13 ( 1 ) Anggota MKDF berhenti atau diberhentikan karena: a. berakhir masa jabatan sebagai anggota b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri; c. meninggal dunia; d. bertempat tinggal di luar wilayah Republik Indonesia; e. tidak mampu melakukan tugas secara terus-menerus selama 3(tiga) bulan karena sakit; f. tidak melakukan tugas selama 3 (tiga) bulan tanpa alasan yang jelas dan yang dapat diterima; g. dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. ( 2 ) Pengusulan pemberhentian MKDF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Ketua MKDF kepada Ketua Ikatan Fisioterapi Indonesia.
( 4 ) Dalam hal anggota MKDF menjadi terdakwa tindak pidana kejahatan, maka akan dibebastugaskan dari jabatannya. ( 5 ) Pembebastugasan dari jabatannya sebagaimana dimaksud pada aya (4) ditetapkan oleh Ketua Ikatan Fisioterapi Indonesia. BAB VII TATA KERJA Pasal 14 ( 1 ) Untuk melancarkan tugas MKDF menyelenggarakan rapat : a. Rapat Pleno 112 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
b. Rapat Kerja Nasional c. Rapat Pimpinan d. Rapat Pimpinan Diperluas ( 2 ) Rapat Pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan rapat yang dipimpin langsung oleh Ketua atau yang ditunjuk oleh Ketua dan dihadiri oleh anggota MKDF. ( 3 ) Setiap keputusan MKDF yang bersifat mengatur tata kerja MKDF diputuskan oleh rapat pleno anggota. ( 4 ) Rapat pleno MKDF dianggap sah jika dihadiri oleh paling sedikit oleh ……. orang anggota. ( 5 ) Keputusan rapat pleno, sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat dan bilamana tidak tercapai, keputusan diambil dengan suara terbanyak. ( 6 ) Rapat Koordinasi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah rapat yang dipimpin oleh Ketua MKDF, dihadiri anggota MKDF yang dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. ( 7 ) Rapat Koordinasi Nasional yang dimaksud pada ayat (6) adalah untuk melakukan koordinasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. ( 8 ) Rapat pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan rapat yang dipimpin oleh Ketua yang dihadiri oleh Pimpinan MKDF untuk melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan MKDF. ( 9 ) Rapat Pimpinan Diperluas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan rapat yang dipimpin oleh Ketua dihadiri Pimpinan MKDF dan Sekretariat IFI yang membantu pelaksanaan tugas MKDF untuk melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan MKDF. Tinjau kembali sesuai ruang lingkup Pasal 15 Tugas pimpinan MKDF sebagai berikut : a. Ketua sebagai penanggung jawab tertinggi MKDF bertugas : 1. memimpin pelaksanaan operasional MKDF 2. menetapkan petugas penerimanaan pengaduan; 3. menetapkan Majelis Pemeriksa Awal dan Majelis Pemeriksa Disiplin; 4. menetapkan panitera Majelis Pemeriksa Disiplin; 5. menetapkan pelaksanaan kegiatan MKDF; 6. menetapkan pertimbangan-pertimbangan usulan pembentukan b. Wakil Ketua bertugas : 1. mengganti/mewakili Ketua bila berhalangan; 2. membantu Ketua melaksanakan tugasnya; 3. melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan MKDF dan
c. Sekretaris bertugas : 1. membantu melaksanakan tugas Ketua; 2. mengkoordinasikan penerimaan pengaduan; 113 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
3. mengatur pelaksanaan sidang-sidang Majelis Pemeriksa Awal dan Majelis Pemeriksa Disiplin; 4. mengkoordinasikan petugas sekretariat yang diperbantukan di MKDF; 5. mengatur pelaksanaan rapat MKDF; 6. mengkoordinasikan untuk menyiapkan dan menerima surat masuk dan surat keluar 7. mengkoordinasikan pembuatan surat, ketetapan dan keputusan Ketua MKDF 8. mengkoordinasikan pelaksanaan keputusan MKDF; 9. mengkoordinasikan pendokumentasian. Tugas Anggota ????? Pasal 16 ( 1 ) Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang MKDF didukung oleh Bagian Pelayanan Hukum Bidang Hukum dan Bagian Administrasi Umum dan Hubungan Masyarakat Sekretariat Ikatan Fisioterapi Indonesia. ( 2 ) Bagian Pelayanan Bidang Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Sub Bagian Persidangan, Sub Bagian Bantuan Hukum dan Sub Bagian Penyusunan Peraturan Perundang-undangan. ( 3 ) Tugas dan wewenang Bagian Pelayanan Hukum dan Bagian Administrasi Umum dan Hubungan Masyarakat kaitannya dalam perbantuan kesekretariatan MKDF diatur dan ditetapkan dalam Standar Prosedur Operasional Peraturan Ikatan Fisioterapi Indonesia . Pasal 17 Pimpinan MKDF melakukan pembinaan terhadap seluruh anggota IFI pelaksanaan tugas anggota dan staf Ikatan Fisioterapi Indonesia yang ditugaskan membantu MKDF agar pelaksanaan tugas dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VIII PEMBIAYAAN MKDF Pasal 18 Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas MKDF dibebankan kepada Anggaran Ikatan Fisioterapi Indonesia BAB IX KETENTUAN LAIN Pasal 19 Hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan internal MKDF diatur dan ditetapkan oleh MKDF BAB X PENUTUP Pasal 20 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
114 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 08 / TAP / KONAS XII / V / 2016 tentang PEDOMAN RE-SERTIFIKASI FISIOTERAPI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
: Bahwa Setiap Tenaga Kesehatan yang akan menjalankan praktik
dan/atau pekerjaan keprofesiannya wajib memiliki izin dari Pemerintah Bahwa untuk mendapatkan izin tenaga kesehatan harus memeliki Surat Tanda Registrasi yang mempunyai masa berlaku selama 5 (lima) tahun. Bahwa dalam memperpanjang STR diperlukan rekomendasi dari Organisasi profesi. Mengingat
: IFI sebagai organisasi profesi fisioterapi bertanggungjawab dalam pelaksanaan resertifikasi untuk perpanjangan STR
Memperhatikan
: Sidang pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Menetapkan
Memutuskan
: 1) Pedoman resertifikasi Fisioterapi Indonesia sebagaimana terlampir dalam keputusan ini 2) Mencabut Ketetapan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XI nomor : TAP/10/KONAS XI/VI/2012 tentang pedoman Uji Portofolio Fisioterapi 3) Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan 4) Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku Ditetapkan di Pada tanggal
Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
: : : : : : :
: :
Bali 24 Mei 2016
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ..................... .................... .................... .................... .................... .................... ....................
115 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
PEDOMAN RESERTIFIKASI FISIOTERAPI IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan menyebutkan bahwa Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah yang diberikan dalam bentuk SIP. Syarat untuk mendapatkan SIP salah satunya adalah tenaga kesehatan harus memiliki STR yaitu bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 46 tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan disebutkan bahwa setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaannya wajib memiliki STR. Masa berlaku STR adalah 5 tahun dan berakhir sesuai dengan tanggal kelahiran tenaga kesehatan yang bersangkutan. STR yang habis masa berlakunya dapat diperpanjang dengan syarat memiliki STR lama, memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi, memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental, membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi, telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidangnya; dan memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya. Untuk memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya maka tenaga kesehatan harus mengikuti Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) atau Continuing Profesional Development (CPD) yang ketentuan penyelenggaraanya diatur oleh organisasi profesi. Setiap tenaga kesehatan yang mengikuti Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) akan mendapat Satuan Kredit Profesi dengan jumlah tertentu. Dalam hal ini Ikatan Fisioterapi Indonesai (IFI) telah menetapkan jumlah angka kecukupan SKP yang harus dicapai sebagai syarat perpanjangan STR. Ketetapan tersebut sebagaimana tertuang dalam ketetapan kongres nasional Fisioterapi nomor : TAP/10/KONAS XI/VI/2012 tentang Pedoman Uji Portopolio Fisioterapi, bahwa setiap fisioterapis harus memenuhi 25 SKP selama 5 tahun.
116 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
B. Tujuan Sebagai acuan bagi Pengurus Pusat, wilayah dan cabang Ikatan Fisioterapi Indonesia, dalam merencanakan dan melaksanakan program pengembangan keprofesian dan re-sertifikasi bagi seluruh anggota. C. Sasaran Sasaran pedoman ini adalah seluruh fisioterapi Indonesia, pengurus Ikatan Fisioterapi Indonesia pusat, wilayah dan cabang serta pihak terkait lainnya yaitu MTKP dan MTKI. D. Landasan 1. Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Tenaga Kesehatan 2. Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Undang – Undang N0. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara RI tahun 2012 NO. 158, Tambahan Negara RI No. 5336); 4. Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara RI tahun 2012 N0. 24); 5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan (Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan N0. 1796 tahun 2011); 6. Peraturan Menteri Kesehatan N0.80 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Fisioterapi. E. Pengertian 1. Ikatan Fisioterapi Indonesia IFI adalah organisasi profesi fisioterapi di Indonesia 2. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan profesional yang ditujukan pada gerak fungsional individu dan atau kelompok mencakup promotif, preventif,
restoratif,
pemeliharaan
dan
wellness
sepanjang
rentang
kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. 117 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
3. Fisioterapis adalah seseorang yang
telah
lulus pendidikan fisioterapi
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan praktik fisioterapi atas dasar kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. 4. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan 5. Kegiatan Pengembangan Keprofesian adalah suatu kegiatan yang meliputi kegiatan
pelayanan,
pendidikan,
pelatihan,
pengabdian
masyarakat
dan/atau kegiatan ilmiah lainnya. 6. STR (Surat Tanda Registrasi) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki Sertifikat Kompetensi 7. SKP (Satuan Kredit Profesi) adalah nilai/penghargaan oleh Pengurus Pusat IFI
yang dikeluarkan
atas pelaksanaan Program Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan. 8. Uji Kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standard profesi 9. Akreditasi adalah suatu penilaian terhadap kegiatan
pengembangan
keprofesian 10. Sertifikat adalah suatu dokumen resmi yang berisikan hasil penilaian /pengakuan profesi melalui kegiatan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) 11. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya 12. MTKI (Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia) adalah lembaga yang berfungsi untuk menjamin mutu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan 13. Tempat pelayanan fisioterapi termasuk dan tidak terbatas pada Pelayanan Primer, Rehabilitasi bersumberdaya masyarakat, Pusat Pendidikan dan penelitian, Klub kebugaran, kesehatan dan spa Rumah perawatan/ 118 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
hospices, Rumah Sakit Umum dan Khusus, Klinik, Praktik mandiri dan praktik bersama, Promosi kesehatan di tempat umum, Pusat rehabilitasi dan rumah tempat tinggal, Sekolah termasuk pra sekolah dan sekolah kebutuhan khusus, Panti werda, Pusat/ klub olahraga, Pabrik. 14. MTKP
(Majelis
Tenaga
Kesehatan
Propinsi)
adalah
lembaga
yang
melaksanakan tugas lanjut dari MTKI di propinsi BAB II UJI PORTOFOLIO Uji Portofolio adalah serangkaian penilaian berdasar dokumen – dokumen yang dimiliki oleh fisioterapis setelah mengikuti Program
Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (P2KB) baik kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, pengabdian masyarakat dan/atau kegiatan ilmiah lainnya dengan mengikuti asas; validity (kesahihan), authenticity (keaslian), currency (kekinian), sufficiency (kecukupan). Jika seorang fisioterapis setelah melalui penilaian terhadap bukti – bukti dokumen telah memenuhi kriteria tersebut maka fisioterapis yang bersangkutan dinyatakan telah memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya sebagai persyaratan perpanjangan STR. Bagi Fisioterapis
yang
dinyatakan
tidak
memenuhi
kecukupan
maka
yang
bersangkutan harus mengikuti evaluasi kemampuan yang diselenggarakan oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia. Penilaian dokumen bukti dalam uji portofolio P2KB fisioterapi menganut azas sebagai berikut : 1. Validity Validitas dokumen portofolio disebut sah apabila dikeluarkan oleh lembaga yang berkompeten. 2. Authenticity Authenticity dokumen dilihat dalam bentuk asli dengan stempel asli. 3. Currency Currency dokumen adalah dokumen yang memiliki rentang waktu kurang dari 5 tahun dari waktu pangajuan uji. 4. Sufficiency Total nilai SKP yang dikumpulkan minimal 25 SKP. 119 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
BAB. III RANAH PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) Ikatan Fisioterapi
Indonesia disusun berdasarkan Kompetensi fisioterapis yang diukur dengan angka Satuan Kredit Profesi (SKP).
Ikatan Fisioterapi Indonesia menetapkan
angka kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya sebagai persyaratan perpanjangan STR sebesar 25 SKP. Kumulatif jumlah SKP tersebut di hitung dalam kurun waktu 5(lima) tahun terakhir atau sejak diterbitkannya STR sampai habis masa berlakunya STR tersebut dan diperoleh melalui kegiatan P2KB yang terbagi dalam beberapa ranah kegiatan P2KB. A. Ranah Kegiatan P2KB Fisioterapis meliputi : 1. Klinisi/ Keprofesian a. Pelayanan fisioterapi rawat jalan. b. Pelayanan fisioterapi rawat inap umum c. Pelayanan fisioterapi rawat inap Khusus 2. Pengembangan dan penelitian. a. Kegiatan Ilmiah : Seminar, Workshop, pelatihan fisioterapi. Ilmu kesehatan, dan ilmu penunjang fisioterapi. b. Karya Ilmiah dan Penelitian 3. Pendidik. a. Pendidikan/ pembicara/penyuluhan b. Pembimbing praktik fisioterapi. 4. Pengelola (manajer) a. Mengembangkan pengelolaan/ manajerial Klinik. b. Membuat pedoman : Administrasi, prosedur kerja, pengawasan mutu dll.
120 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
5. Pengabdian Masyarakat. a. Pengurus IFI. b. Bakti sosial /disaster B. Komposisi Kumulatif SKP Jumlah Kumulatif 25 SKP tersebut sekurang-kurangnya terdiri dari 2 ranah kegiatan P2KB yang salah satunya adalah ranah pengembangan dan penelitian sekurang-kurangnya
5
SKP
dan
masing-masing
ranah
kegiatan
P2KB
sebanyak-banyaknya adalah 15 SKP. NO Ranah 1
Pelayanan Keprofesian
2
Kegiatan
SKP
SKP
Minimal
Maksimal
0
15
5
15
0
15
Dep
Keterapian 0
15
Unit/
Menejer
Rawat Jalan / Rawat Inap
Klinis
Rawat Inap Khusus
Pengembangan
Seminar
dan Penelitian
Workshop Pelatihan Karya Ilmiah
3
Pembelajaran
Tenaga Pendidik Pembimbing Praktik
4
Menejerial/
Kepala
Kepemimpinan
Fisik Ka
Fisioterapi Membuat Pedoman/ SOP 5
Pengabdian
Pengurus IFI
Masyarakat
Bakti Sosial
0
C. Cara Penghitungan Skp 1. Klinisi a.
Pelayanan fisioterapi rawat jalan dan praktik mandiri
121 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
15
Seorang fisioterapis dalam sehari rata-rata menangani 4 pasien, 5 hari kerja per minggu dan 4 minggu dalam sebulan. Dibuktikan dengan laporan tahunan jumlah kunjungan pasien yang dikeluarkan oleh pimpinan layanan kesehatan yang bersangkutan. Sehingga perhitungan SKP- nya sebagai berikut : 4x5x4
= 80 pasien/ bulan
80 x 12
= 960 pasien/tahun
960 x 5
= 4800 pasien dalam 5 tahun
1 SKP
= 400 pasien
4800 : 400
= 12 SKP
Untuk daerah terpencil dan terluar NKRI, 1 SKP = 100 pasien Jadi fisioterapis yang bersangkutan mendapatkan 12 SKP dalam 5 tahun Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Cabang IFI setempat b.
Pelayanan fisioterapi rawat inap umum, Seorang fisioterapis dalam sehari menangani rata-rata 2 pasien rawat inap, 5 hari kerja per minggu. Dibuktikan dengan laporan tahunan. Sehingga perhitungan SKP- nya sebagai berikut : 2x5x4
= 40 pasien/ bulan
40 x 12
= 480 pasien/ tahun
480 x 5
= 2400 pasien dalam 5 tahun
1 SKP
= 200 pasien
2400 : 200
= 12 SKP
Untuk daerah terpencil dan terluar NKRI, 1 SKP = 75 pasien Jadi fisioterapis yang bersangkutan mendapatkan 12 SKP dalam 5 tahun Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Cabang IFI setempat. c.
Pelayanan khusus Resiko tinggi (contoh : ICU, NICU, ICCU), Seorang fisioterapis dalam sehari menangani rata-rata 1 pasien rawat inap, 5 hari kerja per minggu. Dibuktikan dengan laporan tahunan. Sehingga perhitungan SKP- nya sebagai berikut :
122 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
1x5x4
= 20 pasien/ bulan
20 x 12
= 240 pasien/ tahun
240 x 5
= 1200 pasien dalam 5 tahun
1 SKP
= 100 Pasien
1200 : 100
= 12 SKP
Untuk daerah terpencil dan terluar NKRI, 1 SKP = 25 pasien Jadi fisioterapis yang bersangkutan mendapatkan 12 SKP dalam 5 tahun Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Cabang IFI setempat 2. Pengembangan dan penelitian a. Kegiatan Ilmiah meliputi Seminar, Workshop, pelatihan fisioterapi. Ilmu kesehatan, dan ilmu penunjang fisioterapi, yang dibuktikan dengan sertifikat yang telah disahkan oleh IFI pusat. 1) Sebagai peserta kegiatan ilmiah lisan teoritis dua sampai empat jam diberi nilai satu SKP 2) Sebagai peserta kegiatan ilmiah lisan teoritis empat sampai delapan jam diberi nilai dua SKP 3) Sebagai peserta kegiatan ilmiah lisan teoritis delapan sampai dua belas jam diberi nilai tiga SKP 4) Sebagai peserta kegiatan ilmiah lisan teoritis di atas dua belas jam diberi nilai empat SKP 5) Sebagai pelatih/instruktur/pengajar/pembicara kegiatan ilmiah lisan teoritis diberi nilai satu SKP untuk satu Topik/materi yang diberikan selama satu sampai dua jam untuk masing-masing topik. 6) Sebagai peserta kegiatan ilmiah pelatihan keterampilan selama lima jam
diberi
nilai
satu
SKP
dan
selanjutnya
sesuai
dengan
kelipatannya. 7) Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Pusat IFI. 8) Ketentuan
lebih
lebih
lengkap
diatur
dalam
penyelenggaraan dan Akreditasi kegiatan ilmiah fisioterapi. b.
Karya Ilmiah dan Penelitian Fisioterapi
123 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
pedoman
Fisioterapis yang menulis 1 (satu) artikel, journal, makalah yang dipublikasikan
yang
bersangkutan
akan
mendapatkan
1
SKP.
Dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkaan oleh IFI pusat. 1) Karangan buku yang dipublikasikan
: 10 SKP
2) Karangan hasil penelitian
: 10 SKP
3) Karangan buku/modul pelajaran penggunaan internal
: 5 SKP
4) Karangan laporan pendahuluan
: 3 SKP
5) Laporan kasus
: 2 SKP
6) Karangan dalam bentuk tinjauan kepustakaan
: 2 SKP
7) Pengarang pembantu
: 1 SKP
8) Editor jurnal ilmiah
: 2 SKP
Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Pusat IFI 3. Pendidik a.
Pendidikan /penyuluhan Seorang fisioterapis yang menjadi pengajar atau dosen diberikan 1 SKP per tahun untuk setiap 40 Jam atau 1 SKS mata kuliah yang diampu. Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Cabang IFI setempat
b.
Pembimbing Praktik Fisioterapi Seorang Fisioterapis sebagai pembimbing praktek mahasiswa, yang bersangkutan mendapatkan 1 (satu) SKP per tahun. Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Cabang IFI setempat
4. Pengelola/ menejer a.
Mengembangkan pengelolaan/ manajerial Klinik. 1) Kepala Departemen Keterapian Fisik
: 2 SKP/tahun
2) Kepala Unit/ Menejer pelayanan fisioterapi
: 1 SKP/tahun
3) Kepala/penangggungjawab praktik mandiri Fisioterapi
:
1
SKP/tahun. Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Cabang IFI setempat
124 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
b.
Membuat pedoman : 1) Pedoman Administrasi pelayanan fisioterapi
: 1 SKP
2) Pedoman SOP Fisioterapi minimal 5 SOP
: 1 SKP
3) Pedoman pengendalian dan pengawasan mutu
: 1 SKP
Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Cabang IFI setempat 5. Pengabdian Masyarakat a.
Pengurus IFI, ditetapkan berdasarkan surat keputusan Pengurus Pusat
Ikatan Fisioterapi Indonesia. 1)
Pengurus Harian IFI Pusat
: 3 SKP/ tahun
2)
Ketua Majelis IFI Pusat
: 3 SKP/ tahun
3)
Ketua Bidang pengurus IFI pusat
: 2 SKP/ tahun
4)
Anggota Majelis IFI Pusat
: 1 SKP/ tahun
5)
Anggota Bidang IFI Pusat
: 1 SKP/ tahun
6)
Pengurus Harian IFI Wilayah
: 2 SKP/ tahun
7)
Pengurus Bidang IFI Wilayah
: 1 SKP/ tahun
8)
Pengurus Harian IFI Cabang
: 2 SKP/ tahun
9)
Pengurus Bidang IFI Cabang
: 1 SKP/ tahun
Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Pusat IFI b.
Bhakti Sosial/ Disaster 1)
Tanggap Darurat bencana alam/ Fisioterapi Peduli
: 1 SKP.
2)
Mengadakan kegiatan Bhakti sosial selama 1-3 hari : 1 SKP
Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Pusat IFI
NO Jenis Kegiatan
Dokumen Bukti
Persyaratan
Keterangan
1
Klinisi
A
Pelayanan
Log sheet
1. STR
Persyaratan dan
Fisioterapi Rawat
Fisioterapi
2. SIPF
dokumen bukti
3. Verfikasi
diserahkan
Jalan
atasan
125 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
kepada pengurus
B
langsung
cabang untuk
dan/ atau
diverifikasi
Pelayanan
Log sheet
rekan
Lembar awal
fisioterapi rawat
Fisioterapi
sekerja
form fisioterapi
4. Kartu
inap
Anggota C
setiap pasien
Pelayanan
Log sheet
Semua berkas
fisioterapi rawat
Fisioterapi
asli dibawa saat
inap khusus 2
difotokopi untuk
verifikasi
Pengembangan dan Penelitian
A
Kegiatan Ilmiah:
Fotokopi Sertifikat,
Sertifikat asli dan
Seminar,
daftar hadir
Workshop,
dibawa saat
Pelatihan
verifikasi
Fisioterapi, Ilmu Kesehatan dan ilmu penunjang Fisioterapi B
Karya Ilmiah dan
Penelitian
Proposal
Karangan buku
rencana
yang
penelitian/ TOR
dipublikasikan,
Verfikasi atasan
karangan hasil
langsung atas
penelitian,
Proposal
karangan buku/
rencana
modul pelajaran
penelitian/ TOR
penggunaan
Karya ilmiah
internal,
dan penelitian
karangan laporan
yang dihasilkan
pendahuluan, laporan kasus, karangan dalam bentuk tinjauan kepustakaan, hasil penelitian/
126 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
karangan sebagai pengarang pembantu, hasil penelitian/ karangan editor jurnal ilmiah asli. Proposal dan surat verifikasi atasan 3
Pendidik
A
Pendidikan/
SK
Menunjukkan
Penyuluhan
Pernyataan dari
dokumen asli
institusi
saat verifikasi
pendidikan yang ditandatangani oleh dekan
Jadwal perkuliahan
B
Pembimbing
SK/ Surat tugas
Praktik
Pernyataan dari institusi pendidikan dan pelayanan
4
Pengelola/ Manejer
A
Mengembangkan
SK/ Surat tugas
pengelolaan/
Surat ijin klinik
manajerial klinik
dari Dinas Kesehatan
Pernyataan atasan langsung
B
Membuat pedoman
Pedoman asli
127 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
yang sudah disusun/ dibuat/ dicetak
Pernyataan dari atasan langsung
5
Pengabdian Masyarakat
A
Pengurus IFI
SK
Verifikasi wilayah
Kartu Anggota
dengan membawa dokumen asli
B
Bhakti Sosial/
Proposal kegiatan
Verifikasi wilayah
Disaster
Laporan kegiatan
dengan
Surat Tugas
membawa
Foto
dokumen asli
BAB IV MEKANISME PERMOHONAN RESERTIFIKASI A. Permohonan Resertifikasi Melalui Uji Portofolio Pengajuan resertifikasi dengan uji portofolio dilakukan oleh masing-masing Fisioterapis ke Pengurus Cabang untuk diteruskan Pengurus Wilayah IFI setempat dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Fisioterapis melakukan pencatatan kegiatan pembelajaran berkelanjutan (PKB) atau Continuing Professional Development (CPD) yang meliputi kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya yang telah dilakukannya, melalui aplikasi Portofolio CPD Online IFI di website IFI Pusat (www.ifi.or.id) dengan menggunakan account masingmasing. Pencatatan P2KB / CPD secara Online ini bisa dilakukan terhitung dari tanggal dikeluarkannya STR sampai dengan 3 bulan sebelum habis masa berlakunya STR.
128 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
2. Melakukan
permohonan
resertifikasi
melalui
pengurus
cabang
dan
menyerahkan berkas fotokopi dan berkas asli dokumen persyaratan sebagai bukti telah mengabdikan diri sebagai fisioterapis yang telah unggah di aplikasi CPD Online Ikatan Fisioterapi Indonesia di www.ifi.or.id, dokumen yang dimaksud adalah: a. STR lama; b. Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi, jika ada a. surat keterangan sehat fisik dan mental c. SIPF/ SIKF d. Kartu Anggota e. Ijazah terakhir f. Sertifikat Sumpah Profesi / Surat Pernyataan mematuhi Kode Etik Fisioterapi g. Pas foto berwarna ukuran 4x6 (5 lembar) h. Sertifikat seminar/ pelatihan i.
Dokumen bukti lainnya
j.
Biaya resertifikasi.
3. Pengurus cabang menerima formulir, dokumen bukti dan persyaratan serta biaya resertifikasi fisioterapi. 4. Pengurus cabang mengeluarkan bukti penerimaan formulir, dokumen bukti dan
persyaratan.
Kwitansi
pembayaran
resertifikasi
diberikan
jika
kelengkapan dokumen resertifikasi sudah terpenuhi dengan lengkap. 5. Pengurus cabang melakukan verifikasi langsung atas dokumen bukti dan persyaratan, berkas fotokopi dengan aslinya dan melakukan verifikasi data yang telah diunggah oleh pemohon di aplikasi CPD Online IFI dengan cara mencocokkan dengan dokumen bukti yang diterima. 6. Berkas yang tidak lengkap tidak dapat diproses dan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi kembali. Ketidak lengkapan berkas ditulis pada bukti penerimaan formulir. Maksimal fisioterapi melengkapi berkas dalam waktu 1 minggu. Jika lebih dari 1 minggu dianggap batal. 7. Berkas yang lengkap dicatat dalam data base dan disimpan sebagai arsip. 8. Pengurus
wilayah
berkelanjutan
melakukan
(PKB)
yang
verifikasi
meliputi
data
kegiatan
kegiatan pelayanan,
pembelajaran pendidikan,
pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya yang telah dilakukan oleh 129 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
pemohon dengan cara mencocokan antara data dan dokumen yang telah diunggah oleh pemohon di aplikasi CPD Online IFI . Pengurus wilayah sebagai verifikator menentukan apakah CPD yang diajukan diterima, ditolak atau ditangguhkan. Jika ditolak atau ditangguhkan pengurus wilayah wajib memberikan alasan yang ditulis langsung dalam aplikasi CPD Online yang bersangkutan. 9. Pengurus pusat atau tim Komisi P2KB melakukan verifikasi kembali data CPD pemohon yang telah disetujui oleh pengurus wilayah/ verifikator wilayah. Dan selanjutnya menentukan apakah CPD yang diajukan diterima, ditolak atau ditangguhkan. Jika ditolak atau ditangguhkan maka Pengurus pusat atau tim Komisi P2KB wajib memberikan alasan yang ditulis langsung dalam aplikasi CPD Online yang bersangkutan. Jika diterima maka pemohon dinyatakan telah memenuhi syarat resertifikasi dan diterbitkan surat rekomendasi perpanjangan STR yang bisa diunduh oleh pemohon di aplikasi CPD Online IFI. 10. Pengurus pusat yang dimaksud dalam point 9 adalah tim khusus yang ditetapkan oleh pengurus pusat. 11. Biaya Resertifikasi Resertifikasi Melalui Uji Portofolio adalah Rp. 250.000,Bagan alur Resertifikasi Fisioterapi
130 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
B. Permohonan Resertifikasi Melalui Evaluasi Kemampuan 1. PESERTA EVALUASI KEMAMPUAN a. Peserta evaluasi kemampuan adalah Fisioterapis yang tidak memenuhi kecukupan satuan kredit profesi 3 bulan sebelum waktu jatuh tempo untuk memperpanjang STR. b. Peserta telah mengikuti uji portofolio melalui CPD Online Ikatan Fisioterapi Indonesia dan dinyatakan tidak memenuhi kecukupan SKP oleh Komisi P2KB IFI. 2. METODE DAN SOAL EVALUASI KEMAMPUAN a. Computer Based Test (CBT) dengan pilihan berganda /MCQ b. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) c. Pelaksanaan evaluasi kemampuan secara Online berdasarkan Panduan Pelaksanaan Evaluasi Kemampuan Fisioterapis yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia. 3. TEMPAT EVALUASI KEMAMPUAN a. Peserta mengikuti evaluasi kemampuan dengan metode CBT secara Online dimanapun berada dengan menggunakan perangkat komputer. b. Peserta bisa mengikuti evaluasi kemampuan Metode Objective Structured Clinical Examination (OSCE) di tingkat wilayah atau pusat yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat IFI. 4. WAKTU EVALUASI KEMAMPUAN a. Waktu pelaksanaan evaluasi kemampuan dengan metode CBT secara Online bisa dilaksanakan sewaktu-waktu sesuai keputusan Komisi P2KB Ikatan Fisioterapi Indonesia. b. Waktu pelaksanaan evaluasi kemampuan Metode Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dilaksanakan secara periodik 3 bulan sekali ( Januari, April, Juli, Oktober) atau setiap waktu sesuai kebutuhan masing-masing Fisioterapis sesuai dengan ketetapan Pengurus Pusat IFI.
5. KETENTUAN EVALUASI KEMAMPUAN
No
Kategori
Kekurangan SKP
Metode Uji
Jumlah Soal
Waktu Uji
NBL
1
A
1–5
MCQ
100
100
30 %
2
B
6 - 10
MCQ
100
131 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
100
45 %
3
C
11 – 15
MCQ
100
100
55 %
4
D
16 – 20
MCQ
100
100
65 %
5
E
21 - 25
MCQ
100
100
65 %
& OSCE Keterangan : a. Kategori b. Kategori c. Kategori d. Kategori e. Kategori
A B C D E
: : : : :
Perolehan Perolehan Perolehan Perolehan Perolehan
SKP SKP SKP SKP SKP
100
65
20 – 24 SKP 15 – 19 SKP 10 – 14 SKP 5 – 9 SKP 0 – 4 SKP
6. PILIHAN SOAL a. Neurologi b. Orthopaedi (Muskuloskeletal) c. Kardiopulmonal d. Pediatrik e. Sport dan Trauma f. Umum
7. BIAYA EVALUASI KEMAMPUAN a. Biaya Evaluasi kemampuan sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah). b. Biaya Remedial ke-1 sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) 8. MEKANISME a. Peserta telah mengunggah seluruh dokumen persyaratan di aplikasi CPD Online Ikatan Fisioterapi Indonesia melalui www.ifi.or.id, dokumen yang dimaksud adalah: 1) STR lama; 2) Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi, jika ada 3) surat keterangan sehat fisik dan mental 4) SIPF/ SIKF 5) Ijazah terakhir 6) Sertifikat Sumpah Profesi / Surat Pernyataan mematuhi Kode Etik Fisioterapi 7) Pas foto berwarna ukuran 4x6 (5 lembar) 132 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
8) Biaya resertifikasi. b. Peserta telah mengunggah perolehan SKP di aplikasi CPD Online Ikatan Fisioterapi Indonesia melalui www.ifi.or.id
dan telah diverifikasi oleh
Tim P2KB, serta dinyatakan oleh Komisi P2KB bahwa tidak memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya. c. Peserta yang telah dinyatakan tidak memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya akan diberikan account untuk login ke aplikasi evaluasi kemampuan dan kategori evaluasi kemampuan yang harus diikuti. d. Peserta melakukan Evaluasi kemampuan dengan metode MCQ secara Online dengan terlebih dahulu login dengan menggunakan account yang diterima. e. Setelah login ke aplikasi evaluasi kemampuan peserta memilih kategori evaluasi kemampuan yang harus diikuti sesuai keputusan komisi P2KB dan memilih soal sesuai dengan peminatan peserta. f. Peserta harus mengerjakan soal sesuai dengan waktu yang ditentukan. g. Bagi calon peserta evaluasi kemampuan dengan metode OSCE Pengurus pusat IFI melakukan pendataan dan menetapkan jadwal dan tempat pelaksanaan Evaluasi Kemampuan fisioterapi dan memberitahukan kepada pemohon melalui email. h. Pemohon yang mengikuti evaluasi kemampuan dinyatakan lulus apabila mencapai target nilai sesuai ketentuan dan kepadanya akan diberikan rekomendasi perpanjangan STR dan bagi yang dinyatakan tidak lulus diberi
kesempatan
untuk
mengikuti
evaluasi
kemampuan
ulang.
Kesempatan mengulang evaluasi kemampuan diberikan sebanyak 2 kali, jika setelah 2 kali mengulang dan nyatakan gagal maka yang bersangkutan harus mengikuti pendidikan dan pelatihan ditempat atau lembaga pelatihan yang ditunjuk oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia. 9. KETENTUAN LAIN 1. Pelaksanaan Evaluasi Kemampuan bagi fisioterapi dimulai pada 01 Oktober 2016. 2. Pelaksanaan evaluasi kemampuan metode OSCE diberlakukan mulai January 2017.
133 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendidikan dan pelatihan bagi yang tidak lulus evaluasi kemampuan akan diatur tersendiri oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia 4. Pelaksanaan Pedoman Evaluasi Kemampuan bagi Fisioterapi akan dilakukan Ikatan Fisioterapi Indonesia bekerjasama dengan MTKI sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Resertifikasi melalui Evaluasi Kemampuan diberlakukan kepada fisioterapis yang tidak memenuhi syarat resertifikasi melalui uji portofolio P2KB. Evaluasi kemampuan dilaksanakan di ibu kota propinsi atau di ibu kota Negara dengan jadwal yang telah ditentukan oleh pengurus pusat IFI. 1. Pemohon
mendaftarkan
resertifikasi
melalui
diri
evaluasi
ke
pengurus
kemampuan
cabang dengan
setempat mengisi
untuk formulir
permohonan evaluasi kemampuan dan menyerahkan berkas fotokopi dan berkas asli dokumen persyaratan sebagai bukti telah mengabdikan diri sebagai fisioterapis yang telah unggah di aplikasi CPD Online Ikatan Fisioterapi Indonesia di www.ifi.or.id, dokumen yang dimaksud adalah: i.
STR lama;
j.
Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi, jika ada
a. surat keterangan sehat fisik dan mental k. SIPF/ SIKF l.
Kartu Anggota
m. Ijazah terakhir n. Sertifikat Sumpah Profesi / Surat Pernyataan mematuhi Kode Etik Fisioterapi o. Pas foto berwarna ukuran 4x6 (5 lembar) p. Biaya resertifikasi. 2. Evaluasi kemampuan dilaksanakan dengan uji tulis dengan metode MCQ dan OSCE. 3. Pemohon yang mengikuti evaluasi kemampuan dan dinyatakan lulus maka kepada yang bersangkutan akan diberikan rekomendasi perpanjangan STR dan bagi yang dinyatakan tidak lulus diberi kesempatan untuk mengikuti evaluasi kemampuan ulang. Kesempatan mengulang evaluasi kemampuan diberikan sebanyak 2 kali, jika setelah 2 kali mengulang dan nyatakan 134 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
gagal maka yang bersangkutan harus mengikuti pendidikan dan pelatihan ditempat atau lembaga pelatihan yang ditunjuk oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan evaluasi kemampuan akan diatur tersendiri oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia bekerjasama dengan MTKI.
BAB V PENUTUP Pedoman ini berlaku secara Nasional dan dibuat sebagai panduan bagi seluruh pengurus dan anggota Ikatan Fisioterapi Indonesia serta seluruh stake holder yang terkait dalam proses reregistasi STR Fisioterapi. Akhir dari proses resertifikasi ini adalah dikeluarkannya Surat Rekomendasi / Surat Keterangan bagi Fisioterapis bahwa yang bersangkutan telah memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya melalui Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) atau Continuing Profesional Development (CPD) yang ketentuan penyelenggaraanya diatur oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia. Surat Rekomendasi / Surat Keterangan bagi Fisioterapis sebagaimana dimaksud diatas hanya dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi dan bisa diunduh melalui aplikasi di www.ifi.or.id. Apabila kemudian hari ada perubahan kebijakan dari pemerintah atau perubahan peraturan perundang-undangan maka pedoman ini akan disesuaikan.
135 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Lampiran : 1. Log Sheet Fisioterapi Pelayanan rawat Jalan dan praktik mandiri 2. Log Sheet Fisioterapi Pelayanan Rawat inap 3. Log Sheet Fisioterapi Pelayanan Rawat inap khusus 1. Log Sheet Fisioterapi Pelayanan Rawat Jalan dan Praktik Mandiri Nama Fisioterapi: Institusi Pelayanan: Ruang Pelayanan: Nama Atasan Langsung: No
Tanggal
Uraian Kegiatan
Nama Pasien Bukti Fisik
Verifikasi Atasan
2. Log Sheet Fisioterapi Pelayanan Rawat Inap Nama Fisioterapi : Institusi Pelayanan
:
Ruang Pelayanan : Atasan Langsung/ Penanggung jawab ruangan No
Tanggal
Uraian Kegiatan
:
Nama Pasien Bukti Fisik
Verifikasi Atasan
3. Log Sheet Fisioterapi Pelayanan Rawat Inap Khusus Nama Fisioterapi: Institusi Pelayanan: Ruang Pelayanan: Atasan Langsung/ penanggung jawab ruangan: No
Tanggal
Uraian Kegiatan
Nama Pasien Bukti Fisik
Verifikasi Atasan
136 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Catatan: Nama Fisioterapi
:
Nama Fisioterapi yang memiliki log sheet
Institusi pelayanan
:
Diisi nama institusi pelayanan
Ruang pelayananan
:
Diisi nama ruang pelayanan yang diberikan pelayanan
Atasan langsung/
:
PJ ruangan
Diisi nama, jabatan dan paraf atasan langsung atau penanggung jawab ruangan pelayanan yang diberikan pelayanan
No
:
Nomor urut pasien
Tanggal
:
Tanggal pelayanan dilakukan
Uraian kegiatan
:
Uraian
pelayanan
fisioterapi
yang
dilakukan
misalnya: pelayanan fisioterapi pada kasus LBP Bukti fisik
:
Ditulliskan nomor rekam medik atau status pasien
Verifikasi atasan
:
Dilakukan setiap hari sejumlah pasien yang ditetapkan untuk perhitungan SKP
:
137 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 09/ TAP / KONAS XII / V / 2016 tentang TIM REVIEW PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN FISIOTERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
Mengingat
: Bahwa untuk mencapai tujuan organisasi untuk mewujudkan pelayanan fisioterapi Indonesia yang profesional, mandiri dan bermartabat diperlukan peraturan perundang-undangan yang mendukung. : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia 2. Peraturan perundang-undangan fisioterapi harus saling terkait dan mengikuti horarki dan azas perundangan yang berlaku
Memperhatikan
: Sidang Pleno kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Menetapkan
Memutuskan
: 1. Tim review Peraturan perundang-undangan Fisioterapi Indonesia sebagaimana terlampir dalam ketetapan ini 2. Tim review bertugas mengkaji seluruh peraturan perundangan yang terkait dengan fisioterapi dan memberikan rekomendasi kepada Pengurus Pusat IFI untuk ditindaklanjuti. 3. Tim Review terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris dan 7 (tujuh) orang anggota. 4. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 5. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku.
Ditetapkan di Pada tanggal Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota
: : : : :
: :
Bali 24 Mei 2016
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ..................... .................... .................... .................... ....................
138 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Anggota Anggota
: .................... : ....................
TIM REVIEW PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN FISIOTERAPI
1
Ketua
:
............................................
2
Sekretaris
:
............................................
3
Anggota
:
a. ...................................... b. ...................................... c. ..................................... d. ..................................... e. ..................................... f.
.....................................
g. ......................................
Rekomendasi Untuk Tim Review NO
PERATURAN
1
PMK 80 / 2013
TENTANG Penyelenggaraan Pekerjaan dan IjinPraktik FT
MASALAH
SIKAP DAN TINDAK LANJUT Praktek mandiri Rekomendasi (-) 1. Pendekatan ke kemenkes dan jajarannya (dinkes) untuk menggunakan UU Nakes Recredential Surat PP IFI ke Dinkes 2. Jika tdk berhasil, buat tim untuk ajukan judicial riview ke MK
139 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
2
PMK 65 / 2015
Standar Pelayanan FT
Praktek mandiri Rekomendasi (-) 1. Pendekatan ke kemenkes dan jajarannya (dinkes) untuk menggunakan UU Nakes 2. Jika tdk berhasil, buat tim reviewer 3. ajukan judicial review ke MK Review jgn sampai kontraprodu ktif
3 4 5 6 7
PMK 28 / 2013 PMK 46 / 2013 UU 36 / 2014 PERPRES 80 / 2012 PERPRES 19/2016
JKN
Akses langsung (-)
REGISTRASI NAKES TENAGA KESEHATAN KKNI JKN
140 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 10 / TAP / KONAS XII / V / 2016 tentang PROGRAM KERJA KOLEGIUM FISIOTERAPI INDONESIA PERIODE 2016-2020 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
: Bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan organisasi guna menjaga, meningkatkan kompetensi Fisioterapi dan mutu pendidikan perlu disusun Program Kerja Kolegium yang ditetapkan dalam suatu Ketetapan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia.
Mengingat
: 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia 2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta regulasi yang terus berkembang. 3. Entry level pendidikan fisioterapi Indonesia yang masih beragam
Memperhatikan
: Sidang Pleno kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Menetapkan
Memutuskan
: 1. Program kerja Kolegium Fisioterapi Indonesia Periode 2016-2020 Sebagaimana terlampir dalam ketetapan ini. 2. Dalam melaksanakan program kerja sebagaimana dimaksud pada butir 1, kolegium harus berkoordinasi dengan Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia 3. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 4. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku.
Ditetapkan di Pada tanggal
: :
Bali 24 Mei 2016
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Ketua : ..................... Sekretaris : .................... Anggota : .................... Anggota : .................... Anggota : .................... Anggota : .................... Anggota : .................... 141 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
PROGRAM KERJA KOLEGIUM FISIOTERAPI INDONESIA PERIODE 2016-2020
Kolegium Fisioterapi Indonesia bertanggungjawab dalam memberikan masukan ke badan eksekutif Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia dalam pengembangan kebijakan, pembinaan pelaksanaan dan pengawasan penerapan sistem pendidikan Fisioterapi dalam rangka menjamin mutu fisioterapi Indonesia. 1. Menyusun program pengembangan Pendidikan Fisioterapi Indonesia yang berkualitas dan bertandar Internasional. 2. Sinkronisasi antara standar kompetensi, standar pendidikan dengan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan 3. Menyusun capaian pembelajaran Fisioterapi Indonesia untuk semua level pendidikan. 4. Menyusun pembagian kewenangan Fisioterapi Indonesia sesuai dengan kompetensi dan level pendidikan/ KKNI 5. Menyusun dan mengupayakan Implementasi standar Pendidikan Fisioterapi Indonesia 6. Menyusun dan merencanakan pelaksanaan Pengakuan Pembelajaran Lampau/ Recognice Priori Learning 7. Sistem penjaminan Mutu penyelenggaraan kegiatan P2KB (Sertifikasi Penyelenggara P2KB) 8. Menyiapkan Institusi Pendidikan dalam pelaksanaan Uji Kompetensi Fisioterapi Exit Exam pada tahun 2016 9. Merencanakan dan melaksanakan Uji Kompetensi Fisioterapi TKWNA 10. Merintis Pendidikan Pasca Sarjana Fisioterapi di dalam negeri 11. Membina Perhimpunan Fisioterapi seminat dalam rangka pengembangan ke arah Fisioterapi spesialistik.
142 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 11/ TAP / KONAS XII / V / 2016 tentang NASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN FISIOTERAPI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
: Bahwa dalam rangka menjaga, meningkatkan peran fisioterapi perlu dibuat perencanaan pendidikan fisioterapi yang mengacu pada regualai dan perkembangan ilmu pengetahuan global dalam satu naskah akademik yang ditetapkan oleh kongres nasional fisioterapi Indonesia.
Mengingat
: 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia 2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta regulasi yang terus berkembang.
Memperhatikan
: Sidang Pleno kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Menetapkan
Memutuskan
: 1. Naskah akademik pendidikan fisioterapi Indonesia sebagaimana terlampir dalam keputusan ini. 2. Pelaksanaan naskah akademik fisioterapi Indonesia mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 4. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku.
Ditetapkan di Pada tanggal Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
: : : : : : :
: :
Bali 24 Mei 2016
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ..................... .................... .................... .................... .................... .................... ....................
143 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
FINAL DRAFT
BUKU NASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPI
Disusun Oleh : APTIFI
TIM PENYUSUN NASKAH AKADEMIK FISIOTERAPI
Ketua
: Drs. Djohan Aras, S.Ft(Physio)., M.Kes., M.Pd
Wakil Ketua
: Umi Budi Rahayu, Sst.Ft., M.Ked
Sekretaris
: Syahmirza Indra Lesmana, SKM., S.Ft., M.Fis
Wakil Sekretaris
: Miranti Yolanda Anggita, S.Ft
Anggota
: 1. Sugijanto, Dipl.PT.,M.Fis 2. dr. Agung Wiwiek Indrayani, M.Ked 3. Siti Khotimah, Sst.Ft., M.Fis 4. Muhammad Irfan, SKM., S.Ft., M.Fis 5. Wahyuni 6. Susi 7. Isnaini Herawati 8. Totoh Budi S 9. Ni Wayan Tiany 10. I Made Niko Winaya 11. Ari Wibawa
Sekretariat
:
144 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
DAFTAR ISI
BAB I : DASAR PEMIKIRAN PENETAPAN SISTEM PENDIDIKAN FISIOTERAPI DI INDONESIA .................................................................................................
5
A. Fisioterapi sebagai Profesi ......................................................................
5
B. Fisioterapi sebagai Pelayanan Professional ............................................
7
C. Tuntutan globalisasi dan kehidupan profesi ...........................................
10
BAB II : JENJANG PENDIDIKAN FISIOTERAPI .............................................
12
Pendidikan Fisioterapi Masa depan ...............................................................
12
Ketentuan umum/terminologi ........................................................................
33
Nomenklatur berdasarkan jenis dan jenjang pendidikan ...............................
55
BAB III : JENJANG KARIR TENAGA FISIOTERAPI ......................................
58
BAB IV : SISTEM AKREDITASI PENDIDIKAN FISIOTERAPI .....................
65
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................
77
LAMPIRAN: KOMPETENSI BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN
145 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
BAB I DASAR PEMIKIRAN PENETAPAN SISTEM PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPI DI INDONESIA
A. FISIOTERAPI SEBAGAI PROFESI Profesi fisioterapi adalah bagian dari pelayanan kesehatan yakni merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan persyaratan keahlian khusus, dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam mengatasi, meningkatkan, memulihkan, dan mengembangkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. Profesi tersebut diperoleh melalui pendidikan profesi fisioterapi yang diakui sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, dengan syarat mampu menerapkan ilmu pengetahuan khusus fisioterapi ke dalam praktek secara sistematis, mandiri dan bermitra yang dilakukan atas dasar kaidah dan moral yang tinggi dengan mengutamakan kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadinya sehingga mendapatkan penghasilan bagi kehidupannya. Fisioterapi sebagai profesi memiliki karakteristik sebagai berikut : 1.
Memiliki Ilmu Pengetahuan Fisioterapi Sebagai Landasan Praktik Yang Diperoleh Setelah Menyelesaikan Pendidikan Akademik.
2.
Memiliki Teknologi Fisioterapi Yang Aplikatif.
3.
Memiliki Keilmuan Dan Ketrampilan Khusus Fisioterapi Yang Sistematis, Terencana Dan Terukur Sebagai Syarat Kemandirian Dan Kemitraan Fisioterapi.
4.
Memiliki Otonomi Mandiri Yaitu Kebebasan Dalam Melakukan KeputusanKeputusan Professional Dalam Melakukan Upaya Pelayanan Kesehatan Sesuai
146 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Dengan Kompetensi Dan Kewenangannya Dalam Bentuk Kemitraan Berdasarkan Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia. 5.
Memiliki Kewenangan Melaksanakan Proses/Tindakan Fisioterapi Terhadap Masalah Gerak Dan Fungsi Dan Tidak Dapat Didelegasikan Kepada Profesi Kesehatan Lain.
B. Kode Etik Bagi Tenaga Profesi Fisioterapi Kode etik profesi fisioterapi merupakan landasan yang sakral dalam pelaksanaan layanan fisioterapi. Kode etik tersebut telah tersusun berdasarkan Kepmenkes No. 376/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar profesi Fisioterapi. Garis besar kode etik Fisioterapi Indonesia adalah : 1.
Menghargai hak dan martabat individu
2.
Tidak bersikap diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada siapapun yang membutuhkan
3.
Memberikan pelayanan professional secara jujur, berkompeten, dan bertanggung jawab
4.
Mengakui batasan dan kewenangan profesi dan hanya memberikan pelayanan dalam lingkup profesi fisioterapi
5.
Menghargai hubungan multi disipliner dengan profesi pelayanan kesehatan lain dalam merawat pasien/klien
6.
Menjaga rahasia pasien/klien yang dipercayakan kepadanya kecuali untuk kepentingan hukum/pengadilan
147 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
7.
Selalu memelihara standar kompetensi profesi fisioterapi dan selalu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
8.
Memberikan kontribusi dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan untuk meningkatkan derajad kesehatan individu dan masyarakat.
9.
Menyelenggarakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi fisioterapi melalui penelitian.
C. FISIOTERAPI SEBAGAI PELAYANAN PROFESIONAL Pelayanan fisioterapi adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang bergerak dalam bidang promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk mengatasi dan memelihara gangguan gerak dan fungsi serta meningkatkan gerakan fungsional dengan berpedoman pada kondisi ketidakmampuan, impairment, functional limitation, dan restriction of participation. Untuk melaksanakan pelayanan professional dibutuhkan kajian analisis dan sintesis yang tinggi terhadap ilmu-ilmu dasar fisioterapi, ilmu sosial dan perilaku, ilmu gerak, dan metode penelitian Untuk mengimplementasikan hal tersebut di atas, maka diperlukan kajian teknologi dan skill fisioterapi melalui proses fisioterapi : 1. Melakukan assessment fisioterapi untuk menegakkan diagnosis fisioterapi. 2. Membuat program fisioterapi berdasarkan pada problem fisioterapi. 3. Mengimplementasikan program fisioterapi. 4. Melakukan evaluasi, re assessment dan re evaluasi fisioterapi. 5. Melakukan modifikasi. 6. Melakukan dokumentasi. 7. Melakukan kemitraan profesi.
148 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Hal tersebut sesuai dengan kepmenkes 1363 tahun 2001 tentang registrasi dan ijin praktek profesi, dan kepmenkes no. 376 tahun 2007 tentang standar profesi fisioterapi. Pelayanan fisioterapi di Indonesia mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan oleh : 1. Pelayanan lahan praktek yang dikelola oleh pemerintah 2. Pelayanan lahan praktek yang dikelola oleh swasta 3. Pelayanan lahan praktek mandiri Pelayanan yang dilakukan sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan terkait dengan lahan praktek tersebut.
D. TUNTUTAN GLOBALISASI DAN KEHIDUPAN PROFESI 1. Tuntutan Globalisasi Kedepan era globalisasi dalam segala hal semakin berkembang sedemikan rupa, seperti tuntutan kesetaraan kualifikasi profesi fisioterapi di dunia serta kemajuan IPTEKS, perubahan pola penyakit, perubahan gaya hidup, pasar bebas antar negara hampir tak terbatas, dan pertumbuhan ekonomi semakin tinggi. Hal tersebut menimbulkan dampak terhadap peningkatan kajian masalah gerak dan fungsi. Untuk itulah maka perlu diantisipasi dengan : a.
Penataan system pendidikan berbasis KBK (Problem solving and Problem based learning).
b.
Peningkatan kualitas SDM fisioterapi yang cerdas dan berketrampilan tinggi
c.
Membangun pola kerja praktek yang mandiri, bermitra, dan berkolaborasi dengan profesi kesehatan lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut maka hendaknya dibangun sebuah pola pendidikan
untuk menjawab tantangan tersebut di atas, yakni pendidikan profesi fisioterapi. 149 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
2. Eksistensi Profesi Profesi fisioterapi harus hidup terus dengan upaya ; a. Menciptakan suasana kondusif antar profesi dengan cara saling menghargai antar profesi b. Memahami batas ruang dan kewenangan profesi c. Menciptakan peluang untuk maju dan mengembangkan profesi d. Bangga terhadap profesi fisioterapi e. Hidup dan menghidupi profesi fisioterapi f. Menjadikan organisasi profesi sebagai soko guru dalam pengembangan profesi
BAB II JENJANG PENDIDIKAN FISIOTERAPI
A. Pendidikan Fisioterapi Masa Depan Sesuai dengan ideologi Negara dan budaya Bangsa Indonesia, maka implementasi sistem pendidikan nasional dan sistem pelatihan kerja yang dilakukan di Indonesia pada setiap level kualifikasi pada KKNI mencakup proses yang membangun karakter dan kepribadian manusia Indonesia sebagai berikut : a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan tugas. c. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukung perdamaian dunia.
150 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
d. Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungan. e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama serta pendapat/temuan original orang lain. f. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat luas.
1. Pendidikan Vokasi Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi program diploma yang menyiapkan Mahasiswa untuk pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu sampai program sarjana terapan (UU no 12 th 2012 tentang Pendidikan Tinggi). Pendidikan Vokasi fisioterapi ini untuk menghasilkan tenaga yang berkompeten di bidang fisioterapi dengan keahlian terapan tertentu dengan tujuan, antara lain :
a.
Menghasilkan tenaga Fisioterapi level 5 (Ahli Madya) dan level 6 (Sarjana Terapan).
b.
Mengembangkan proses belajar mengajar di bidang fisioterapi kepada peserta didik, maupun masyarakat umum yang membutuhkan.
c.
Mengembangkan pengkajian Iptek yang berkaitan dengan bidang fisioterapi dengan keahlian terapan tertentu.
d.
Melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
e.
Melakukan dan mengembangkan kegiatan sebagai pusat informasi dan inovasi di bidang fisioterapi.
f.
Mengembangkan kerja sama dengan institusi pemerintah, swasta dan masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
151 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Peran fisioterapi diuraikan secara umum dan khusus sesuai
dengan KKNI
Fisioterapi dan Learning Outcome sebagai, kewenangan, keilmuan, tanggungjawab dari lulusan pendidikan vokasi level 5 untuk program Diploma III berikut: Tabel 1. KKNI dan Learning Outcome Lulusan Diploma III Fisioterapi
KKNI
Learning Outcome
Deskriptor Generik
Deskriptor Spesifik
Mampu
Mampu melakukan tindakan Lulusan
menyelesaikan
teknis
pekerjaan berlingkup pada
pelayanan lingkup
luas, memilih metode dengan yang
sesuai
terkait lulus
wajib
problem/ gangguan pengetahuan
mempunyai
tentang
konsep
dari gerak dan fungsi mulai upaya dasar, prinsip, dan teori yang pencegahan, berkaitan
sudah maupun belum pengobatan
dan
dengan
kesehatan
pemulihan manusia secara umum dan secara
dengan dengan melakukan analisis data khusus yang berkaitan dengan
menganalisis serta
data, (mulai dari asesmen, diagnosis gerak manusia dan teknologi mampu fisioterapi, membuat pemilihan intervensi
menunjukkan kinerja metode dengan
fisioterapi Fisioterapi yang baru
yang
beragam pilihan yang promosi,
baku
DIII program Studi
mutu
kuantitas
(perencanaan
& mampu
fisioterapi
dan
memformulasikan
dan intervensi) dengan mengacu penyelesaian masalah prosedural. yang pada prosedur operasional baku Mempunyai
terukur.
(POB)
dan evaluasi serta tentang
mampu menunjukan kinerja nasional, dengan mutu dan kuantitas serta
konsep
teoritis
sistem
kesehatan
legislasi
fisioterapi
batasan-batasan
yang terukur sesuai legal dan kewenangan fisioterapis . Agar etika profesi
dapat berperan sebagai teknisi fisioterapi yang berkaitan dengan
Menguasai
konsep
1. Mempunyai
teoritis
bidang
tentang
pengetahuan penanganan gangguan gerak dan dasar, fungsi
konsep
yang Dengan kemampuan:
pengetahuan tertentu
prinsip, dan teori
secara umum, serta
berkaitan dengan kesehatan 1. Melakukan tindakan teknis
mampu
manusia secara umum yang
fisioterapi pada lingkup yang
memformulasikan
berkaitan
dengan
gerak
luas terkait dengan problem/
penyelesaian
manusia
dan
teknologi
gangguan gerak dan fungsi
152 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
masalah prosedural.
intervensi fisioterapi
dan
dengan melakukan analisis
mampu memformulasikan
data (mulai dari asesmen,
penyelesaian
diagnosis
masalah
prosedural.
fisioterapi,
membuat pemilihan metode
2. Mempunyai konsep teoritis
(perencanaan & intervensi)
tentang sistem kesehatan
dengan
nasional, legislasi fisiotrapi
prosedur operasional baku
serta
(POB)
batasan-batasan
mengacu
pada
dan evaluasi serta
kewenangan fisioterapis .
mampu menunjukan kinerja
Memiliki
Mampu mengelola kelompok
dengan mutu dan kuantitas
kemampuan
kerja dalam ruang lingkup
yang terukur sesuai legal dan
mengelola kelompok terbatas masalah kerja dan menyusun gerak laporan
dan
fungsi
tertulis menggunakan
secara komprehensif.
kesehatan
dan 2. Mampu melakukan promosi
komunikasi
secara lisan dan tertulis serta menyusun
laporan
pada sendiri
Mampu
diberi tanggungjawab pencapaian kerja kelompok.
dapat dapat
bertanggungjawab
diberi
tanggungjawab
atas pencapaian hasil kerja atas kelompok hasil melakukan
dengan
masalah gerak dan fungsi
kerja
pekerjaan pada pekerjaan sendiri dan dan
kesehatan berkaitan dengan
tertulis 3. Mampu mengelola kelompok
secara komprehensif Bertanggungjawab
etika profesi
cara
komunikasi
interpersonal , empati dan etis
4. Bekerja
dalam
tim
dan
berkomunikasi secara efektif 5. Menyusun laporan kelompok kerja
dan
pelayanan
fisioterapi secara menyeluruh , akurat dan sahih 6. Mampu atas
bertanggungjawab
kerja
kelompok
sendiri di
dan bidang
pelayanan fiisioterapi serta memiliki
komunikasi
interpersonal , empati
dan
sikap etis sesuai dengan kode etik fisioterapi
153 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Peran, kewenangan, keilmuan, tanggungjawab dari lulusan pendidikan vokasi level 6 untuk program Diploma IV Fisioterapi diuraikan secara umum dan khusus sesuai KKNI Fisioterapi dan Learning Outcome lulusan Diploma IV Fisioterapi sebagai berikut : Tabel 2. KKNI dan Learning Outcome Lulusan D-IV Fisioterapi KKNI
Learning Outcome
Deskriptor Generik Deskriptor Spesifik Mampu
1. Mampu menerapkan teknik Lulusan D IV program -Studl-
memanfaatkan IPTEKS
intervensi fisioterapi , teknik Fisioterapi yang baru lulus wajib dalam
komunikasi,
pengetahuan mempunyai pengetahuan tentang
bidang keahliannya
klini, biomedik ,psikososial konsep dasar, prinsip, dan teori
dan
mampu
untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan
beradaptasi terhadap
gerak dan fungsi melalui manusia secara umum dan secara
situasi
yang
analisis masalah gerak dan khusus yang berkaitan dengan
dalam
fungsi secara sistematik dan gerak manusia dan teknologi
dihadapi penyelesaian
mampu memodifikasi serta intervensi
masalah
mampu beradaptasi dengan mendalam keadaan,
kondisi
klien,
mampu
dan masalah prosedural.
masyarakat lingkungannya.
Mempunyai
konsep
teoritis
melakukan tentang sistim rujukan pelayanan
identifikasi yang
serta
secara
pasen/ memformulasikan penyelesaian
keluarga
2. Mampu
fisioterapi
faktor
dapat
risiko kesehatan pada umumnya dan
menganggu khususnya
berkaitan
aktivias fungsi gerak dan fungsi gerak merancang
alternatif serta
pencegahannya
dengan usulan
menggunakan
mampu
dengan
secara mendalam meformulasikan
prioritas penyelesaian
ilmu masalah kesehatan prosedural
pengetahuan dan teknologi Agar dapat berperan sebagai : yang telah di miliki
Fisioterapis profesional
untuk
memecahkan masalah gerak dan pengetahuan fungsi individu dan masyarakat
Menguasai
konsep 1. Mempunyai
teoritis
bidang
tentang
pengetahuan tertentu
prinsip,
secara umum dan
berkaitan dengan kesehatan pendidikan di bidang fisioterapi
konsep
manusia secara umum dan dengan kemampuan
teoritis
konsep dan
teori
dasar, melalui pendekatan prosedural yang atau
sebagai
154 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
perceptor
bagian khusus dalam
secara khusus yang berkaitan 1. Mampu memanfaatkan teknik
bidang pengetahuan
dengan gerak manusia dan
intervensi fisioterapi , teknik
tersebut
teknologi
komunikasi
secara
mendalam,
serta
intervensi
,
pengetahuan
fisioterapi secara mendalam
klinis , biomedik , psikososial
mampu
serta
untuk memecahkan masalah
memformulasikan
memformulasikan
penyelesaian
penyelesaian
masalah prosedural.
prosedural.
mampu
gerak masalah
2. Mempunyai konsep teoritis tentang
sistim
dan
fungsi
melalui
masalah
gerak
analiisis dan
secara sistematik dan mampu
rujukan
memodifikasi serta mmampu
pelayanan kesehatan pada
beradaptasi dengan keadaan ,
umumnya dan
kondisi pasen/ klien , keluarga
berkaitan gerak
khususnya
dengan
fungsi
secara mendalam
serta
dan masyarakat lingkungannya .
mampu 2. Mampu melakukan identifikasi
meformulasikan
usulan
prioritas
penyelesaian
masalah
kesehatan
prosedural
faktor risiko menganggu
gerak dan merancang alternatif pencegahannya menggunakan
keputusan
pengetahuan
strategis alternatif
yang dapat aktivitas fungsi
Mampu mengambil Mampu menyajikan beberapa solusi
dalam
berdasarkan analisis permasalahan kesehatan yang
dengan ilmu dan
memberikan berdasarkan analisis informasi
petunjuk
dalam dan data dalam bentuk model
memilih
berbagai yang dapat digunakan sebagai
alternatif solusi:
Bertanggungjawab pada sendiri
kerja organisasi
yang
promosi berkenaan
dengan gerak dan fungsinya
secara tepat
teknologi yang tepat guna.
menggunakan
Bertanggungjawab atas hasil 4. Mampu mengambil keputusan
memiliki
sikap
kritis,
empati pada klien dan tim kerja
tanggungjawab atas pada pencapaian
kesehatan
dan
dengan
dapat dan
diberi
penyuluhan
melakukan
dasar pengambilan keputusan
pekerjaan kerja mandiri atau kelompok dan
teknologi
yang telah di miliki.
informasi dan data, terkait dengan gerak dan fungsi 3. Mampu dan
fungsi
tingkat
internal
hasil ekstemal organisasi.
berdasarkan analisis informasi dan data dalam pelayanan fisioterapi.
serta 5. Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah gerak dan fungsi
dalam
155 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
lingkup
kerjanya. 6. Bertanggungjawab atas hasil kerja mandiri atau kelompok dan
memiliki
sikap
kritis,
empati dan etis pada klien 7. Mampu bekerja secara tim dan interprofesional dalam lingkup kerja internal serta ekstemal organisasi.
Pengembangan program pendidikan vokasi kedepan akan mengikuti alur pengembangan berdasarkan KKNI, yaitu : a. Program pendidikan Diploma III Fisioterapi (level 5) merupakan pendidikan vokasi untuk mendidik lulusan SMU/SMK dengan lama studi 3 tahun, hasilnya adalah tenaga teknisi fisioterapi. Program pendidikan Teknisi fisioterapi terintegrasi dengan pendidikan program pendidikan level 5 Diploma III Fisioterapi, b. Program pendidikan Diploma IV Fisioterapi atau Sarjana Terapan (level 6) merupakan pendidikan vokasi yang dikembangkan dengan masa studi 4 tahun. 2. Pendidikan Akademik Pendidikan akademik adalah pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu. Tujuan pendidikan sarjana fisioterapi di Indonesia ialah mendidik mahasiswa melalui serangkaian pengalaman belajar menyelesaikan suatu kurikulum pendidikan, sehingga cukup pengetahuan, keterampilan serta sikap dan tingkah laku untuk : a. Menguasai dasar-dasar ilmiah, substansi dan keterampilan dalam bidang fisioterapi sehingga mampu mengidentifikasi, memahami, menjelaskan dan merumuskan cara penyelesaian masalah fisioterapi; 156 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
b. Mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan di bidang fisioterapi dalam kegiatan pendidikan, penelitian serta pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat yang sesuai dengan tata kehidupan bersama; c. Mampu bersikap dan berperilaku secara profesional dalam berkarya di bidang fisioterapi maupun dalam berkehidupan bersama di masyarakat; d. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang fisioterapi sesuai dengan bakatnya dengan berpedoman pada pendidikan sepanjang hayat. Sebagaimana yang terjadi dinegara-negara maju, makin kompleknya masalah fisioterapi masa kini dan masa mendatang perlu diikuti dengan pengembangan riset dan pengembangan keilmuan fisioterapi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Untuk itu kesinambungan antara pendidikan dan riset harus diciptakan melalui program pendidikan kefisioterapian yang terencana. Pendidikan Akademik bidang fisioterapi ditujukan untuk menghasilkan tenaga fisioterapi yang dapat langsung bekerja dibidang fisioterapi dengan sebutan fisioterapis. Tenaga ini dipersiapkan pula untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya sebagai fisioterapis dan atau Magister (S2) dan atau Doktor (S3). Para pendidik program pendidikan sarjana fisioterapi harus mampu mendorong peserta didik untuk menentukan karirnya sendiri yaitu menjadi tenaga professional atau peneliti. Tenaga professional bidang fisioterapi yaitu Fisioterapis dihasilkan dari program pendidikan profesi. Program Pendidikan Fisioterapi tingkat Magister dilaksanakan untuk menciptakan tenaga fisioterapi yang akan berkarir sebagai peneliti atau manajer program. Bagi mereka yang benar-benar akan meniti karir sebagai peneliti, setelah berpengalaman dibidang kerjanya dan berkemampuan sebagai peneliti, sangat dianjurkan untuk meneruskan pendidikan lanjut tingkat doktor.
157 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Program Pendidikan Sarjana fisioterapi diarahkan agar semua lulusan mempunyai kualifikasi sebagai berikut:
Mampu memanfaatkan teknik komunikasi, pengetahuan manajemen, ilmu sosial dan humaniora, sistem informasi, seni memberikan terapi untuk mengembangkan dan memodifikasi pelayanan fisioterapi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui analisis masalah fisioterapi secara sistematis sesuai bukti pada kondisi umum serta mampu beradaptasi pada kondisi sumberdaya terbatas.
Mampu mengambil keputusan yang tepat dalam pengelolaan praktek fisioterapi dengan
menggunakan
proses
fisioterapi
yang
sudah
baku
serta
mampu
mengintrepretasikan hasil pemeriksaan fisioterapi dan penunjang.
Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah fisioterapi dalam lingkup kerja.
Bertanggungjawab atas hasil kerja mandiri atau kelompok dan memiliki sikap kritis, empati pada klien dan tim kerja pada tingkat internal serta eksternal organisasi. Didasarkan atas kerangka kualifikasi diatas, penyelenggara program pendidikan
sarjana fisioterapi harus selalu memperbaharui (‘up-date’) kurikulum dan proses belajarmengajar sesuai dengan capaian pembelajaran (‘learning outcome’) yang telah disepakati dan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan fisioterapi dan permintaan bursa tenaga kerja dibidang fisioterapi dan kesehatan. Kerjasama antara penyelenggara program pendidikan sarjana fisioterapi, Asosiasi Pendidikan Tinggi Fisioterapi (APTIFI) dan Organisasi Profesi dalam hal ini Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) sangat diperlukan dalam penyusunan dan evaluasi kurikulum dan proses belajar-mengajar serta pembinaan agar kualitas lulusan dapat tetap terjaga. Uraian deskriptor (KKNI) dan Learning Outcome lulusan S1, S2 dan S3 Fisioterapi pada tabel 3,4 dan 5 . Tabel 3.
Deskriptor KKNI dan Learning outcome Lulusan S-1 Fisioterapi
158 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Deskriptor Generik
Deskriptor Spesifik
Mampu
1. Mampu
memanfaatkan
bidang
dalam keahliannya
dan
menerapkan Lulusan
mampu
S1
Dasar, mempunyai
Biomedik
ketrampilan
dan
yang berhubungan dengan menerapkan IPTEK laboratorium masalah
situasi yang dihadapi
fungsinya yang diperlukan psikososial
dalam
sebagai
masalah.
pengetahuan untuk
psikososial penerapan
komunikasi,
beradaptasi terhadap
penyelesaian
program Studi
laboratorium Fisioterapi yang baru lulus wajib
IPTEK
IPTEKS
Learning outcome
dan Biomedik
gerak
dan
mampu dan
sumberdaya yang tersedia.
biomekanik
yang
berhubungan
analisis
dengan biofisika
beradaptasi
2. Mampu
komunikasi,
pelayanan dengan masalah gerak manusia
dasar
fisioterapi
Dasar,
biomekanik
/
dalam tubuh manusia
secara mendalam serta mampu
menganalisa memberikan usulan penyelesaian /
biofisika masalah prosedural
dalam tubuh manusia dan Mempunyai
konsep
teoritis
mampu memberikan usulan tentang biomekanik dan teknlogi alternatif
pemecahan biofisika, serta memformulasikan penyelesaian masalah prosedural
masalah kefisioterapian. Menguasai
konsep
teoritis
bidang
1. Mempunyai pengetahuan pada untuk
pengetahuan tertentu
ketrampilan
secara
dan
menerapkan
konsep teoritis bagian
laboratorium
khusus dalam bidang
Dasar,
pengetahuan tersebut
psikososial
secara
berhubungan
umum
mendalam,
serta
mampu
tubuh
penerapan berkaitan
manusia
dengan
yang
pelayanan
dan fisioterapi IPTEK Agar dapat berperan sebagai Biomedik analis masalah gerak dan fungsi komunikasi, dalam pelayanan fisoterapi untuk yang memformulasikan penyelesaian
dengan masalah prosedural atau sebagai fisioterapi dengan masalah gerak manusia pendidik
memformulasikan
serta mampu memberikan kemampuan:
penyelesaian masalah
usulan
prosedural.
masalah prosedural dalam
laboratorium Biomedik Dasar,
pelayanan fisioterapi
komunikasi, psikososial yang
2. Mempunyai teoritis
penyelesaian 1. Mampu menerapkan IPTEK
konsep
berhubungan dengan masalah
tentang
gerak
biomekanik dan teknlogi
dan
diperlukan
fungsinya
yang
sebagai
dasar
159 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
biofisika,
serta
memformulasikan penyelesaian prosedural
pelayanan mampu
masalah pada
fisioterapi beradaptasi
dan dengan
sumberdaya yang tersedia.
tubuh 2. Mampu
menganalisa
manusia yang diperlukan
biomekanik / biofisika dalam
dalam
tubuh manusia yang berkaiatan
pelayanan
fisioterapi
dengan pelayanan fisioterapi. 3. Mampu menyajikan beberapa
Mampu
mengambil Mampu menyajikan beberapa
keputusan
strategis alternatif solusi dalam IPTEK
berdasarkan analisis laboratorium Biomedik Dasar, informasi dan data, komunikasi, psikososial yang dan
memberikan berhubungan dengan masalah
petunjuk memilih
dalam gerak dan fungsinya yang berbagai diperlukan
alternatif solusi.
sebagai
dasar
alternatif solusi dalam IPTEK laboratorium Biomedik Dasar, komunikasi, psikososial yang berhubungan dengan masalah gerak
dan
diperlukan
fungsinya
yang
sebagai
dasar
pelayanan fisioterapi 4. Mampu mengambil keputusan
pelayanan fisioterapi
berdasarkan analisis informasi dan data yang terkait dengan IPTEK
laboratorium
yang
berkaitan dengan gerak dan Bertanggungjawab pada sendiri
pekerjaan dan
dapat
diberi tanggungjawab atas pencapaian hasil kerja organisasi
1. Mampu bekerja mandiri dalam menerapkan iptek di laboratorium yang ada
atas
hasil kerja mandiri atau kelompok dan memiliki sikap
kritis,
empati
dalam menjalankan tugas pada tingkat internal serta ekstemal organisasi
5. Mampu memberikan alternatif pemecahan prosedural
dilingkungan kerjanya
2. Bertanggungjawab
fungsinya
masalah dalam
lingkup
kerjanya 6. Bertanggungjawab atas hasil kerja mandiri atau kelompok dan memiliki sikap kritis. 7. Mampu bekerja secara tim kerja pada tingkat internal serta ekstemal organisasi.
Tabel 4. Deskriptor KKNI Lulusan S-2 Fisioterapi
160 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Deskriptor Generik Deskriptor Spesifik Mampu
1. Mampu
Learning outcome
mengembangkan Lulusan
Magister
Sain
mengembangkan
pengetahuan, teknologi dan program -Studi- Fisioterapi yang
pengetahuan,
kiat dalam bidang keilmuan baru lulus wajib mempunyai
teknologi,
fisioterapi
dan/atau
dan praktek kemampuan
seni di dalam bidang
profesional fisioterapi pada
keilmuannya
lingkup
atau
1. Mampu
mengembangkan
kekhususan
pengetahuan, teknologi dan
sehingga
seni dalam bidang keilmuan
praktek
melalui
riset
profesionalnya
menghasilkan inovasi dan
fisioterapi
melalui riset, hingga
teruji
dengan
profesional fisioterapi pada
menghasilkan karya
mengintegrasikan
semua
lingkup kekhususan melalui
inovatif dan teruji
peran Fisioterapis sehingga
riset sehingga menghasilkan
dapat
meningkatkan
inovasi dan teruji
dengan
kualitas gerak dan fungsi
mengintegrasikan
semua
individu dan masyarakat
peran Fisioterapis sehingga
dan
praktek
dapat meningkatkan kualitas 2. Mampu
mengembangkan
dan
menerapkan
pengembangan konsep dan prinsip pengelolaan waktu, sumber daya manusia dan –
sarana
prasarana
prioritas
dan
melalui
pengaturan,
pengawasan,
partisipasi dan konstribusi praktek
fisioterapi
yang
aman dan efektif sehingga dapat
menjamin
praktek
profesional fisioterapi yang efektif dan efisien.
gerak dan fungsi individu dan masyarakat 2. Mampu
mengembangkan
dan
menerapkan
pengembangan konsep dan prinsip pengelolaan waktu, sumber daya manusia dan sarana
–
prasarana
prioritas
dan
melalui
pengaturan,
pengawasan,
partisipasi dan konstribusi praktek
fisioterapi
yang
aman dan efektif sehingga dapat
menjamin
praktek
Mampu
Mampu memecahkan masalah
profesional fisioterapi yang
memecahkan
permasalahan sain, teknologi
efektif dan efisien
permasalahan sains, dan kiat teknologi, dan atau keilmuan
di dalam bidang fisioterapi
seni di dalam bidang inter dan multidislipiner
secara
3. Mampu
memecahkan
masalah permasalahan sain, teknologi dan atau seni (kiat)
161 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
keilmuannya melalui
di dalam bidang keilmuan
pendekatan
fisioterapi secara inter dan
inter-
atau multidisiplin
multidislipiner 4. Mampu
Mampu
mengelola
mengembangkan
riset
mengembangkan
riset
yang
bagi
pengembangan yang
yang
bagi
masyarakat,
bermanfaat
bagi
masyarakat,
masyarakat
dan
fisioterapi dan mendapat
pengakuan nasional dan /
serta
pengakuan nasional dan /
atau internasional.
dan
keilmuan mampu
mendapat
mengelola
dan
dan
Riset
1. Mampu
mengelola
bermaafaat
keilmuan
atau internasional.
maupun internasional.
fisioterapi
keilmuan dan mendapat
5. Mampu berkontribusi dalam
pengakuan nasional 2. Mampu
bermaafaat
berkontribusi
perencanaan peta jalan( road
dalam perencanaan peta
map)
jalan( road map) riset
merangkum dan interpretasi
dengan cara merangkum
evidance-based
dan interpretasi evidance-
physiotherapy
based physiotherapy dari
penelitian
hasil penelitian
sesuai
yang
/ kajian
sesuai
dengan
riset
dengan
cara
dari hasil
/ kajian yang dengan
profesionalisme
fisioterapi
profesionalisme
terkait arah pengembangan
fisioterapi
fisioterapi
terkait arah
pengembangan fisioterapi
dan pemcahaan
masalah ilmu dan teknologi
mengaplikasikan dan pemcahaan masalah 6. Mampu etika penelitian dalam ilmu dan teknologi kegiatan 3. Mampu mengaplikasikan etika
penelitian
kegiatan
riset
pengembangan
dalam dan
keilmuan
dan teknologi fisioterapi
riset
dan
pengembangan keilmuan dan teknologi fisioterapi 7. Mampu
mendesiminasikan
hasil riset dalam bentuk publikasi jurnal
saintifik ilmiah
terakreditasi
baik
lingkup nasional
162 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
pada yang pada
Mampu
Mampu memecahkan masalah
memecahkan
permasalahan sain , teknologi
permasalahan sains, dan
kiat
di dalam bidang
teknologi, dan atau keilmuan keahlian/ spesialistik seni di dalam bidang fisioterapi secara inter dan keilmuannya melalui multidislipiner yang digunakan pendekatan
inter- dalam
atau multidisiplin
mengembangkan
praktek keahlian / spesialistik sesuai
kebutuhan pelayanan
klinik pada klien/ pasen Mampu
mengelola 1. Mampu
Riset
dan
mengelola
dan
mengembangkan riset yang
pengembangan yang
bermanfaat
bermanfaat
bagi
masyarakat , dan keilmuan
masyarakat
dan
fisioterapi
serta
pengakuan
keilmuan mampu
mendapat
bagi
dan
mendapat di
bidang
bidang keahlian khususnya
pengakuan nasional
/
spelsialistiknya
maupun
mendapat
internasional.
nasional
dan
pengakuan dan/
atau
internasional. 2. Mampu melakukan kegiatan penelitian yang
interprofesional
hasilnya
dapat
diaplikasikan dalam praktek keahlian/ spesialistik nya 3. Mampu etika
mengaplikasikan clinical
terutama
research
yang berkaitan
dengan human subjek dalam penelitian
klinik
sesuai
spesialisasi nya
163 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Tabel 5. Deskriptor KKNI Lulusan S-3 Fisioterapi Deskriptor Generik
Deskriptor Spesifik
Mampu
1. Mampu
Learning Outcome
mmengembangkan Lulusan
mengembangkan
ilmu pengetahuan baru dan Fisioterapi
pengetahuan,
teknologi fisioterapi
teknologi,
dan
atau
guna ketrampilan
bidang
berdasarkan
keilmuannya
atau
praktik
(wisdom)
level
baru
lulus
kearifan 1. Mampu
pengetahuan baru dalam
bidang
mengembangkan
tersebut
riset,
hingga
keahlian yang terkait dengan
teknologi
karya
gerak dan fungsi individu dan
terkini
masyarakat.
meningkatkan
kreatif, original, dan
wajib
profesional mempunyai kemampuan
profesionalnya melalui
menghasilkan
9
terkini program -Studi- Fisioterapi
meningkatkan yang
seni baru di dalam
Pendidikan
teruji.
ilmu
pengetahuan baru dan fisioterapi guna
ketrampilan profesional 2. Mampu menghasilkan inovasi teknologi fisioterapi
yang
original melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan baru , seni dan
teknologi
fisioterapi
mutakhir dan teruji
oleh
pakar di tingkat nasional dan internasional
dalam upaya
meningkatkan
profesional
praktek keahlian 3. Mampu
berdasarkan (wisdom)
kearifan
pengetahuan
baru tersebut
dalam
bidang keahlian
yang
terkait
gerak
dengan
dan fungsi individu dan masyarakat . 2. Mampu
menghasilkan
inovasi
teknologi
fisioterapi
mengembangkan
yang
original
melalui
teknologi FISIOTERAPI baru
pemanfaatan
yang inovatif, kreatif dan
pengetahuan baru, seni
teruji dalam bidang
sub
dan teknologi fisioterapi
keahliannya
sub
mutakhir
spesialisasinya
/
melalui
dan
ilmu
teruji
oleh pakar di tingkat
kegiatan riset dalam bidang
nasional
subspesialisasinya
internasional
164 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
dan dalam
Mampu memecahkan permasalahan teknologi,
Mampu
memecahkan
sains, permasalahan sain, teknologi dan
dan
atau atau seni (kiat) di dalam bidang
seni di dalam bidang keilmuan keilmuannya
masalah
fisioterapi
melalui pendekatan
upaya
meningkatkan
profesional keahlian
melalui 3. Mampu
inter-multidislipiner
mengembangkan
pendekatan
inter- atau transdisiplin
teknologi
multi
trans
baru
atau
praktek
disiplin.
Fisioterapi
yang
inovatif,
kreatif dan teruji dalam bidang sub keahliannya /
Mampu
mengelola,
memimpin,
dan
1. Mampu
memimpin
dan
mengembangkan riset
untuk
mengembangkan riset
pengembangan
dan
teknologi
pengembangan
ilmu
dan
sub
spesialisasinya
melalui kegiatan riset dalam
bidang
subspesialisasinya
ilmu pengetahuan dan
yang 4. Mampu memecahkan kompleks dengan integritas masalah permasalahan profesional yang tinggi terkait sain , teknologi dan atau
kemaslahatan
dengan
yang bermanfaat bagi
umat
manusia, serta mampu mendapat
fiisioterapi
subkeahliannya/
subspesialisnya
pengakuan
nasional internasional.
atau
2. Mampu
menghasilkan
terobosan yang mutakhir dan inovasi di bidang ilmu dan teknologi
fisioterapi
memecahkan kritis
dalam
permasalahan
kesehatan
mengefektifkan
maupun penelitian
ilmu yang membentuk batang tubuh
teroritis
knowledge)
dan
(body
of
praktek-
praktek profesional di bidang kerja
pelayanan
kesehatan
dalam kontek gerak dan fungsi
seni (kiat)
di dalam
bidang
keilmuan
fisioterapi pendekatan
inter-
multidislipiner
atau
transdisiplin 5. Mampu memimpin dan mengembangkan untuk ilmu
riset
pengembangan dan
teknologi
fiisioterapi
yang
kompleks
dengan
integritas
profesional
yang
tinggi
terkait
dengan subkeahliannya/ subspesialisnya
nya.
6. Mampu 3. Mampu mengembangkan dan menerapkan etika
melalui
bioetika
penelitian
serta
menghasilkan
terobosan
yang
mutakhir dan inovasi di
dalam
165 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
kegiatan
riset
dan
bidang
ilmu
pengembangan keilmuan dan
teknologi
teknologi fisioterapi
dalam
dan
fisioterapi memecahkan
permasalahan 4. Mampu hasil
mendesiminasikan riset
dalam
bentuk
publikasi saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi baik pada lingkup nasional maupun internasional
kritis
kesehatan
maupun
mengefektifkan penelitian
ilmu
membentuk
yang batang
tubuh teroritis (body of knowledge)
dan
praktek-praktek profesional di bidang kerja
pelayanan
kesehatan dalam kontek gerak dan fungsi nya. 7. Mampu mengembangkan menerapkan serta
etika
dan
bioetika penelitian
dalam kegiatan riset dan pengembangan keilmuan dan teknologi fisioterapi 8. Mampu mendesiminasikan hasil riset
dalam
bentuk
publikasi saintifik pada jurnal
ilmiah
yang
terakreditasi baik pada lingkup
nasional
maupun internasional
166 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
3 . Pendidikan Profesi Pendidikan profesi (Physio) merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana fisioterapi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Tujuan umum pendidikan profesi
adalah menghasilkan
tenaga profesional fisioterapi yang mampu mengamalkan kemampuan profesi secara baik dan manusiawi, berdedikasi tinggi terhadap profesi, pasien dan klien, tanggap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi fisioterapi. Secara khusus pendidikan profesi fisioterapi bertujuan untuk : a. Menghasilkan tenaga ahli yang mampu melakukan asuhan fisioterapi sesuai kebutuhan b. Menghasilkan tenaga ahli yang menjunjung tinggi profesi c. Menghasilkan tenaga ahli yang menjunjung tinggi martabat manusiawi klien d. Menghasilkan tenaga ahli yang senantiasa terbuka dalam pengembangan ilmu dan teknologi penanganan fisioterapi Peran, kewenangan, keilmuan, tanggungjawab dari lulusan pendidikan level 7 untuk program pendidikan Profesi fisioterapi diuraikan secara umum dan khusus, sesuai KKNI dan Learning Outcome seperti pada tabel 6.
Tabel 6.
Deskriptor KKNI dan Learning outcome Pendidikan Profesi Fisioterapi
Deskriptor
Deskriptor Spesifik
Learning outcome
Generik Mampu
Mampu merencanakan dan Lulusan
merencanakan dan mengelola mengelola
pelayanan
sumberdaya bawah
Profesi
sumberdaya Fisioterapi yang baru lulus wajib fisioterapi
di menguasai sain, teknologi dan kiat
di bawah tanggung jawabnya, dalam
tanggung dan
pendidikan
mengevaluasi
fisioterapi
secara ditunjukan
dalam
yang
dapat
menyelesaikan
167 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
jawabnya,
dan komprehensif
dengan masalah gerak dan fungsi
mengevaluasi
memanfaatkan IPTEK (teori praktek
secara
dan konsep serta teknologi profesional
komprehensif
fisioterapi)
kerjanya
untuk Agar
dengan menghasilkan
memanfaatkan IPTEKS
langkah
sebagai
dapat
langkah- fisioterapis
pengembangan memenuhi
untuk strategis institusi pelayanan fisioterapi
menghasilkan
fisioterapi
dalam
fisioterapis
berperan
sebagai
profesional
untuk
kebutuhan
pelayanan
atau sebagai pendidik
fisioterapi dengan kemampuan
langkah-langkah
1. Mampu
merencanakan
dan
pengembangan
mengelola
strategis organisasi
pelayanan fisioterapi di bawah
Mampu
Mampu menguasai sains,
memecahkan
teknologi dan kiat dalam
permasalahan
fisioterapi
sains,
yang
dapat
teknologi, ditunjukan
dalam
dan atau seni di menyelesaikan dalam
masalah
bidang gerak dan fungsi
keilmuannya
dalam
praktek sebagai fisioterapis
melalui pendekatan profesional monodisipliner Mampu melakukan Memiliki riset
dan melakukan riset fisioterapi
mengambil
dan
keputusan strategis riset dengan akuntabilitas tanggung
kemampuan
memanfaatkan untuk
hasil
membuat
keputusan strategis secara dan akuntabel jawab bertanggungjawab
dan penuh
penuh atas semua atas semua aspek fisioterapi aspek yang berada yang
berada
di bawah tanggung tanggung jawabnya jawab keahliannya.
bidang
dibawah
sumberdaya
tanggung jawabnya, 2. Mampu
mengevaluasi secara
komprehensif
dengan
memanfaatkan IPTEK (teori dan konsep serta teknologi fisioterapi) 3. Mampu membuat perencanaan dan
langkah
langkah
pengembangan
strategis
pelayanan fisioterapi
di unit
kerjanya 4. Memiliki kemampuan melakukan riset fisioterapi 5. Mampu strategis
mengambil keputusan yang
akuntabel
atas
dasar hasil riset (evedance based pactice) 6. Bertanggungjawab penuh atas semua aspek berada
fisioterapi yang
dibawah
jawabnya dengan komunikasi
tanggung melakukan
interpersonal
interprofesionak
dan
dengan
memiliki empati sikap kritis dan etis
168 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Tabel 7. Deskriptor KKNI Lulusan Pendidikan Spesialis Deskriptor
Deskriptor Spesifik
Learning outcome
1. Mampu mengembangkan
Lulusan
Generik Mampu
Spesialis program Studi
mengembangkan
dan melakukan inovasi Fisioterapi yang baru lulus wajib
pengetahuan,
pengetahuan , teknologi , mempunyai kemampuan
teknologi, dan/atau
dan kiat yang diperlukan 1. Mampu
seni
dalam
di
dalam
bidang keilmuannya
meningkatkan
praktek atau
kehususan/
spesialistik
fisioterapi
mengembangkan
dan
melakukan inovasi pengetahuan dan teknologi dan seni
untuk
meningkatkan praktek keahlian /
praktek
melalui obesrvasi kasus ,
spesialis
profesionalnya
kajian klinis ,yang teruji
obesrvasi kasus , kajian klinis,
melalui
riset,
hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji
fisioterapi
melalui
dan pengetahuan terkini 2. Mampu mengembangan konsep
dan
pendidikan atau
kesehatan
konseling
penerapannya rangka
prinsip
dan dalam
promosi
kesehatan yang berkaitan dengan gerak dan fungsi individu dan masyarakat sesuai
keahlian/
2. Mampu mengembangan konsep dan
prinsip
pendidikan
kesehatan atau konseling dan penerapannya promosi berkaitan
dalam rangka
kesehatan dengan
yang
gerak
dan
fungsi individu dan masyarakat sesuai
keahlian/ spesialisasi
fisioterapi
spesialisasi fisioterapi 3. Mampu memecahkan masalah permasalahan sain , teknologi dan atau seni (kiat)
di dalam
bidang
fisioterapi
keilmuan
secara inter dan multidislipiner yang
digunakan
mengembangkan profesional sesuai pelayanan
dalam praktek kebutuhan
klinik pada klien/
169 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
pasen
4. Mampu
mengelola
dan
mengembangkan
riset
yang
bermanfaat bagi
masyarakat ,
dan keilmuan fisioterapi dan mendapat pengakuan di bidang bidang
keahlian khususnya /
spelsialistiknya
dan
mendapat
pengakuan nasional dan/ atau internasional 5. Mampu
melakukan
penelitian
interidiplin
kegiatan dalam
pengembangan clinical trial yang hasilnya
dapat
diaplikasikan
dalam praktek spesialistik nya 6. Mampu mengaplikasikan etika clinical research terutama yang berkaitan dengan human subjek dalam
penelitian klinik sesuai
spesialisasi nya 7. Mampu mendesiminasikan hasil riset dalam bentuk publikasi saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi baik pada lingkup nasional
170 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Tabel 8. Deskriptor KKNI Lulusan Pendidikan Sub Spesialis Deskriptor Spesifik
Deskriptor
Learning Outcome
Generik Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni baru di dalam bidang keilmuannya
atau
praktik profesionalnya melalui
riset,
hingga menghasilkan karya
kreatif,
original, dan teruji.
Pendidikan profesi fisioterapi dilaksanakan dengan menempuh minimal 38 sks. Kurikulum pendidikan profesi fisioterapi ditetapkan dengan mengacu kepada 70% kurikulum inti, yaitu 26 sks (dari 38 sks) terdiri dari 40-50% bidang fisioterapi klinik, 2030% bidang fisioterapi masyarakat dan 20-30% bidang tertentu yang menjadi keunggulan institusi.
Kurikulum institusi sebesar 30% atau 12 sks, dan pengembangannya
disesuaikan dengan visi dan misi institusi yang mencirikan kekhasan dari institusi tersebut dengan memasukkan isu-isu global dan keunggulan institusi. Pola pembelajaran dengan Internship dan pola bimbingan Preceptorship. Fokus dengan menerapkan kemampuan yang dimiliki kedalam tatanan nyata melalui pendelegasian kewenangan dan peserta didik belajar menjadi anggota profesi. Rasio 171 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
antara dosen pembimbing dan mahasiswa adalah 1 : 10. Tahap akhir pendidikan profesi adalah dengan Uji kompetensi (exit exam), kemudian
akan mendapat surat tanda
registrasi (STR) dan diberi hak untuk mengurus ijin memberikan pelayanan dan menyelenggarakan praktek fisioterapi dengan sebutan Registered Physiotherapist yang disingkat RP. Specialty practitioner adalah seorang RP yang memiliki kemampuan dan Registered Physiotherapist (RP) dapat bekerja di rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan lain, komunitas, kesehatan masyarakat, bidang akademis, dan penelitian. Pengembangan pendidikan profesi kedepan adalah seorang Registered Physiotherapist (RP) bisa mendapatkan gelar atau sertifikat tambahan pada area spesialistik praktiknya. Spesialisasi ini seperti yang dikembangkan oleh American Physical Therapy Association dan World Confederation Physical Therapy yang membagi Registered Physiotherapist (RP) menjadi Generalist, Specialty, dan Sub Specialist Generalist atau general practitioner adalah seorang Registered Physiotherapist (RP) yang memiliki kemampuan pada beberapa area kompetensi secara umum. Specialty practitioner adalah seorang Registered Physiotherapist (RP) yang fokus terhadap satu area kompetensi secara mendalamkepandaian terhadap pengetahuan terspesialisasi, kemampuan membuat keputusan yang kompleks, kemampuan klinis dan konsultasi, untuk masalah fisioterapi tertentu (terspesialisasi). Untuk menjadi seorang spesialis tersertifikasi di bidang fisioterapi harus memenuhi kriteria di bawah ini : a.
Lulusan baru pendidikan profesi fisioterapi yang telah teregistrasi (Current Registered Physiotherapist)
b. Bagi RP yang sudah tidak terdaftar (kadaluwarsa) harus memperbaharui registrasi fisioterapi. c.
Sudah menempuh 2000 jam pengalaman praktik sebagai RP.
172 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Praktik yang harus dilakukan oleh seorang spesialis praktisi adalah : a. Berintegrasi dalam penelitian, pendidikan, praktik, dan manajemen b. Melakukan praktik independent dan tergabung dalam tim profesi c. Memiliki
kemampuan
melakukan
pengukuran
spesialisasi,
kemampuan
pengambilan keputusan, dan kemampuan membuat dan memberi alasan timbulnya diagnosis fisioterapi. Sub Specialist practitioner adalah seseorang yang memiliki kemampuan yang dalam dan spesifik pada kompetensi fisioterapi (Konsultan). Sub Specialist practitioner bertanggung jawab terhadap pembinaan dan
pengembangan spesialis di bawahnya.
Praktik yang harus dilakukan oleh seorang Sub Specialist practitioner adalah : a.
Berintegrasi dalam penelitian, pendidikan, praktik, dan manajemen
b.
Melakukan praktik independent dan tergabung dalam tim profesi
c.
Membina pendidikan dan pengembangan spesialis
B. Ketentuan Umum / Terminologi 1. Profesi fisioterapi adalah
bagian dari pelayanan kesehatan yakni merupakan suatu
pekerjaan yang memerlukan persyaratan keahlian khusus, dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam mengatasi, meningkatkan, memulihkan, dan mengembangkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. 2. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh 173 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi (Kepmenkes 1363 th 2000). 3. Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal fisioterapi baik di dalam maupun di luar negeri dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan tidakan fisioterapi atas dasar keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan peraturan perundangan-undangan (Kepmenkes 1363 th 2001). 4. Ilmu dasar fisioterapi (Basic and foundational sciences) adalah:, anatomi, histologi, fisiologi, biologi, biokimia, farmakologi, patologi (Policy Statement : Education 17th General Meeting of WCPT June 2011). 5. Ilmu sosial dan perilaku (Behaviour dan social sciences) adalah : sosiologi, antropologi, etika kesehatan dan komunikasi (Policy Statement : Education 17th General Meeting of WCPT June 2011). 6. Ilmu Gerak (Movement sciences) antara lain : Kinesiologi, Biomekanik dan ilmu latihan (Policy Statement : Education 17th General Meeting of WCPT June 2011). 7. Penelitian : Metodologi penelitian, evidence based practice, statistika (Policy Statement : Education 17th General Meeting of WCPT June 2011). 8. Jenjang pendidikan tenaga Fisioterapi terdiri dari pendidikan vokasi, akademik dan profesi. Ahli Fisioterapi adalah tenaga yang berpendidikan minimal sarjana sesuai ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku Fisioterapi Profesional adalah tenaga 9. Uji Kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap tenaga fisioterapi sesuai dengan standar profesi.
174 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
10. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seorang tenaga fisioterapi untuk dapat menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus Uji Kompetensi. 11. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga fisioterapi yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi fisioterapi serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya. Dalam hal ini seorang Fisioterapist tercatat sebagai Registered Physiotherapist (RP). 12. Surat Tanda Registrasi Fisioterapi yang selanjutnya disingkat STR Fisioterapi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga Fisioterapi yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 13. Surat Izin Praktik Fisioterapi yang selanjutnya disingkat SIPF adalah bukti tertulis yang diberikan kepada fisioterapis untuk melakukan praktik fisioterapi secara perorangan dan/atau berkelompok. 14. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional. 15. Organisasi profesi fisioterapi adalah Ikatan Fisioterapi Indonesia.
C. Kompetensi Berdasarkan Jenjang Pendidikan Penetapan kompetensi lulusan dibuat berdasarkan profil lulusan yang telah ditetapkan. Profil adalah peran yang diharapkan dapat dilakukan oleh lulusan program studi di masyarakat/dunia kerja. Profil ini adalah outcome pendidikan yang akan dituju. Dengan menetapkan profil, perguruan tinggi dapat memberikan jaminan pada calon peserta didiknya akan bisa berperan menjadi apa saja setelah ia menjalani semua proses pembelajaran di program studinya. 175 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Setelah menetapkan profil lulusan program studi sebagai outcome pendidikan, maka selanjutnya adalah menentukan kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh lulusan program studi sebagi output pembelajarannya. Untuk menetapkan kompetensi lulusan, dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan : “ untuk menjadi profil (...yang ditetapkan) lulusan harus mampu melakukan apa saja?” Pertanyaan ini diulang untuk setiap profil sehingga diperoleh daftar kompetensi lulusan dengan lengkap. Kompetensi lulusan bisa didapat lewat kajian terhadap tiga unsur yaitu : 1) nilai-nilai yang dicanangkan oleh perguruan tinggi, 2) visi keilmuan dari program studinya (KKNI), dan 3) kebutuhan masyarakat pemangku kepentingan. Kompetensi terbagi dalam tiga kategori yaitu : 1. Kompetensi utama merupakan penciri lulusan sebuah program studi; 2. Kompetensi pendukung adalah kompetensi untuk memperkuat kompetensi utamanya dan memberi ciri keunggulan program studi tersebut; 3. Kompetensi lainnya adalah kompetensi lulusan yang ditetapkan oleh perguruan tinggi/program studi sendiri sebagai ciri lulusannya dan untuk memberi bekal lulusan agar mempunyai keleluasaan dalam memilih bidang kehidupan serta dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Setelah semua kompetensi lulusan terumuskan, langkah selanjutnya adalah mengkaji apakah kompetensi tersebut telah mengandung kelima elemen kompetensi seperti yang diwajibkan dalam Kepmendiknas No.045/U/2002. Kelima elemen kompetensi tersebut adalah : a. Landasan Kepribadian b. Penguasaan ilmu dan keterampilan; c. Kemampuan Berkarya;
176 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
d. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian ilmu berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai; e. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai denganpilihan keahlian dalam berkarya. a. Jika kompetensi tersebut mengandung elemen (a) landasan kepribadian yang lebih bersifat softskills, nantinya bisa diselipkan dalam bentuk hidden curriculum. b. Jika kompetensi tersebut mengandung elemen (b) penguasaan ilmu dan keterampilan, maka bisa diajarkan dalam bentuk mata kuliah. c. Jika kompetensi mengandung elemen (c) kemampuan berkarya, maka kompetensi tersebut bisa ditempuh dengan praktek kerja tertentu, dan d. Jika kompetensi tersebut mengandung elemen (d) sikap dan perilaku dalam berkarya, maka didalam praktek kerja tersebut harus bermuatan sikap dan perilaku. e. Jika kompetensi tersebut mengandung elemen (e) pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat, maka kompetensi tersebut bisa diperoleh dengan strategi praktek kerja di masyarakat. Pemeriksaan keterkaitan rumusan kompetensi lulusan dengan elemen kompetensi ini dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa kurikulum yang disusun telah mempertimbangkan unsur-unsur dasar dari kurikulum yang disarankan UNESCO (learning to know, lerning to do, lerning to be dan lerning to live together) dan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. D. Nomenklatur Berdasarkan Jenis dan Jenjang Pendidikan 1. Vokasi
177 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
a. Ahli Madya Fisioterapi adalah seorang yang telah mengikuti pendidikan program D3 Fisioterapi dengan sebutan lulusan Ahli Madya Fisioterapi
sesuai ketentuan
peraturan perundang undangan. b. Strata Sarjana
Terapan (ST) adalah seorang yang telah mengikuti pendidikan
program DIV Fisioterapi dengan sebutan Sarjana Terapan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan 2. Akademik a. Sarjana Fisiotereapi adalah seorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal sarjana Fisioterapi (S1) yang diakui pemerintah Republik Indonesia. 1 b. Magister fisioterapi adalah seorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal magister fisioterapi (S2) yang diakui pemerintah Republik Indonesia c. Doktor
Fisioterapi adalah seorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal
doktor (S3) yang diakui pemerintah Republik Indonesia 3. Profesi a. Fisioterapis
adalah seorang sarjana fisioterapi yang telah mengikuti pendidikan
profesi fisioterapi (internship). b.
Register Fisioterapi (RF) adalah fisioterapis yang telah lulus uji kompetensi dan tersertifikasi yang kemudian diregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan diberi kewenangan untuk memberikan pelayanan dan menyelenggarakan praktek kefisioterapian.
c. Fisioterapis Spesialis adalah seorang Register Fisioterapi (RF) yang telah mengikuti pendidikan spesialis Fisioterapi dan memiliki kemampuan dan kepandaian dalam pengetahuan terspesialisasi, kemampuan membuat keputusan yang kompleks, dan kemampuan klinis untuk masalah fisioterapi tertentu (terspesialisasi) 1
Kepmenkes No. 374/Menkes/SKIII/2007 tentang Standar Profesi Fisioterapi
178 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
d. Register Fisioterapis Spesialis (RFS) adalah Fisioterapis Spesialis yang telah lulus uji kompetensi/sertifikasi yang kemudian diregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan diberi kewenangan untuk memberikan pelayanan dan menyelenggarakan praktek kefisioterapian terspesialisasi.
BAB III SISTEM PENDIDIKAN FISIOTERAPI INDONESIA
Profesi fisioterapi merupakan sebuah profesi yang sangat diperlukan dan menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan bidang kesehatan. Fisioterapi sebagai salah satu profesi kesehatan dituntut untuk melaksakan tugas dan fungsinya secara profesional, efektif dan efisien. Pasien fisioterapi harus mendapatkan pelayanan fisioterapi yang bermutu, dan bertanggung jawab. Fisioterapi sebagai profesi mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan lingkup kegiatan profesi fisioterapi serta memiliki otonomi mandiri yaitu kebebasan dalam melakukan keputusan-keputusan profesional (professional judgement) dalam melakukan upaya-upaya promotif, preventif dan penyembuhan serta pemulihan dalam batas pengetahuan yang didapat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Guna meningkatkan kinerja profesi fisioterapi
secara
profesional maka diperlukan suatu pedoman sistem pendidikan profesi fisioterapi Indonesia.
A. Ketentuan Umum /Terminologi Beberapa ketentuan umum/terminologi pada naskah akademik pendidikan profesi sebagai berikut :
179 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
1.
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi
2.
Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal fisioterapi dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan tindakan fisioterapi atas dasar keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku
3.
Ilmu fisioterapi adalah sintesa
ilmu biofisika, kesehatan dan ilmu-ilmu lain yang
mempunyai hubungan dengan upaya fisioterapi pada dimensi promosi, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan gangguan gerak dan fungsi serta penggunaan sumber fisis untuk penyembuhan seperti misalnya latihan, tehnik manipulasi, modalitas elektroterapeutik. 4.
Pendidikan
Fisioterapi adalah pendidikan
yang diselenggarakan
oleh Perguruan
Tinggi untuk menghasilkan lulusan berbagai lulusan ahli madya fisioterapi, Sarjana Terapan, Sarjana Fisioterapi, Physio, Magister Fisioterapi, Fisioterapi Spesialis dan Doktor Fisioterapi 5.
Jenis Pendidikan fisioterapi adalah pendidikan vokasi, akademik dan profesi. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu sebagai fisioterapi. Pendidikan akademik adalah merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaaan ilmu pengetahuan. Pendidikan profesi merupakan pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi profesi fisioterapi
180 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
6.
Peserta didik pendidikan fisioterapi yang selanjutnya disebut mahasiswa fisioterapi adalah seseorang yang telah terdaftar dan mengikuti kegiatan akademik profesional di Perguruan Tinggi.
7.
Lingkup pelayanan profesi fisioterapi diterapkan pada dimensi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan cakupan pelayanan sepanjang daur kehidupan manusia sejak praseminasi sampai dengan ajal. Dalam memberikan pelayanannya fisioterapi dapat melakukan tindakan fisioterapi dengan rujukan, tanpa rujukan, berkolaborasi dalam tim kerja. Dalam bekerja fisioterapi berlandaskan kode etik profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
8.
Fisioterapi Ahli Madya adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan jenjang Diploma Tiga (D III) Fisioterapi
9.
Sarjana Terapan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan Diploma Empat (D IV) Fisioterapi
10. Sarjana Fisioterapi adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan Strata 1 Fisioterapi 11. Physio adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan profesi fisioterapi 12. Magister Fisioterapi adalah seseorang yang telah menempuh pendidikan strata 2 fisioterapi 13. Fisioterapis spesialis adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan Spesialis Fisioterapi 14. Doktor Fisioterapi adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan doktoral fisioterapi 15. Standar pendidikan fisioterapi adalah kriteria minimal komponen pendidikan yang harus dimiliki oleh institusi pendidikan tinggi fisioterapi yang terdiri atas standar pendidikan profesi fisioterapi 181 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
16. Standar kompetensi adalah kompetensi minimal yang harus dicapai dalam pendidikan fisioterapi yang mencakup pengetahuan, sikap, dan ketrampilan 17. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi terdiri atas kompetensi utama, kompetensi pendukung, kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama (SK Mendiknas no 045/U/2002). 18. Kompetensi
fisioterapi Indonesia terdiri dari kompetensi utama, pendukung dan
lainnya. 19. Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seseorang setelah lulus uji kompetensi 20. Institusi Pendidikan Tinggi Fisioterapi adalah institusi yang menyelenggarakan pendidikan fisioterapi dalam bentuk fakultas, jurusan, atau program studi yang merupakan bagian dari pendidikan tinggi/universitas/sekolah tinggi/ institut dan akademi. 21. Kurikulum pendidikan fisioterapi yang selanjutnya disebut kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan fisioterapi. 22. Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia Bidang Fisioterapi adalah
penjenjangan
capaian pembelajaran fisioterapi yang menyetarakan luaran pendidikan formal, non formal, informal atau sesuai dengan struktur pekerjaan fisioterapi 23. Uji kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, ketrampilan, dan sikap tenaga fisioterapi sesuai dengan standar profesi fisioterapi Indonesia
182 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
24. Surat Tanda Registrasi adalah selanjutnya disingkat dengan STR adalah bukti tertulis yang diberikan lembaga yang berwenang sebagai fisioterapis. 25. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga fisioterapi yang telah memiliki sertifikat kompetensi fisioterapi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktek dan pekerjaan profesinya.
B. Jenis Jenjang dan Beban Studi
1. Jenis pendidikan fisioterapi meliputi a. Pendidikan Vokasi yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan dan penguasaan keahlian fisioterapi tertentu sebagai fisioterapi vokasi b. Pendidikan Akademik adalah merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu fisioterapi. c. Pendidikan Profesi yaitu
pendidikan yang diarahkan agar peserta didik mampu
memecahkan masalah sains dan teknologi dalam bidang ilmu fisioterapi agar mampu mengambil keputusan strategis dengan akuntabilitas dan tanggungjawab penuh atas tindakan fisioterapi di bawah tanggungjawabnya. 2. Jenjang pendidikan tinggi fisioterapi meliputi a. Pendidikan Diploma III Fisioterapi b. Pendidikan Diploma IV Fisioterapi c. Pendidikan Sarjana Fisioterapi d. Pendidikan Profesi Fisioterapi e. Pendidikan Magister Fisioterapi f. Pendidikan Spesialis Fisioterapi terdiri atas 1) Spesialis Fisioterapi Muskuloskletal 183 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
2) Spesialis Fisioterapi Neuromuskuler 3) Spesialis Fisioterapi Kardiopulmonal 4) Spesialis Fisioterapi Integument Pendidikan spesialis tersebut di atas terus berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu dan pengetahuan. g. Pendidikan Doktor Fisioterapi
3. Beban studi Pendidikan fisioterapi dilaksanakan dengan sistem kredit semester sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang nomor 9 tahun 2012 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Beban studi pendidikan fisioterapi untuk semua jenjang diatur sebagai berikut: a. Diploma Tiga Fisioterapi memiliki beban studi 110-120 SKS b. Diploma Empat Fisioterapi memiliki beban studi 146 - 160 SKS c. Pendidikan Sarjana Fisioterapi memiliki beban studi pada tahap akademik antara 146 -160 SKS d. Pendidikan Profesi Fisioterapi memiliki beban studi minimal 38 SKS. e. Magister Fisioterapi memiliki beban studi antara 36-50 SKS f. Spesialis Fisioterapi memiliki beban studi antara 36-50 SKS g. Program Doktor diperuntukkan bagi
peserta yang berpendidikan Magister (S2)
sebidang sekurang-kurangnya 40 SKS yang dijadwalkan untuk empat semester dengan lama studi selama-lamanya sepuluh ( 10 ) semester. Beban studi program Doktor bagi peserta yang berpendidikan Magister (S2) tidak sebidang sekurangkurangnya 52 SKS yang dijadwalkan untuk lima semester dengan lama studi selamalamanya sebelas (11) semester.
184 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
C. Gelar Pendidikan Vokasi, Akademik, dan Profesi 1. Lulusan program pendidikan Diploma tiga (III) mendapat sebutan Ahli Madya Fisioterapi (Amd. Fis.) 2. Lulusan program pendidikan Diploma empat (IV) mendapat sebutan Sarjana Sains terapan ( ST Fisioterapi) 3. Lulusan program sarjana fisioterapi mendapat sebutan S.Ft 4. Lulusan program pendidikan profesi fisioterapi mendapat gelar Physio 5.
Lulusan program pendidikan Magister mendapat gelar Magister Fisioterapi (M.Ft)
6.
Lulusan program pendidikan Spesialis Fisioterapi mendapat gelar Spesialis Fisioterapi (Sp.Ft sesuai percabangan ilmu fisioterapi)
7.
Lulusan program pendidikan doktor mendapat gelar akademik Doktor (Dr)
D. Kompetensi Berdasarkan Jenjang pendidikan Kompetensi berdasarkan jenjang pendidikan digambarkan dalam tabel dibawah ini. Tabel tersebut digambarkan hubungan antara jenis pendididikan, jenjang pendidikan, gelar lulusan, dan kompetensi (rincian uraian kompetensi terdapat pada lampiran). Pada tabel 2 digambarkan hubungan antara jenjang pendidikan, Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bidang fisioterapi dan lama pendidikannya. Tabel 1. Kompetensi Berdasarkan Jenjang Pendidikan Saat Ini Jenis
Jenjang
Pendidikan
Pendidikan
Vokasi
Diploma
Tiga
Gelar Lulusan
Kompetensi
Amd.Ft
Setelah menyelesaikan pendidikan Diploma tiga, lulusan mampu memiliki kompetensi
Fisioterapi
dengan level 5 KKNI Diploma Fisioterapi
Empat
ST.Fisioterapi
Setelah menyelesaikan pendidikan Diploma empat, lulusan mampu memiliki kompetensi
185 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
dengan level 6 KKNI Akademik
Sarjana
Setelah menyelesaikan pendidikan S1, lulusan
S.Ft
mampu memiliki kompetensi dengan level 6
Fisioterapi
KKNI Magister
Setelah menyelesaikan pendidikan Magister,
M.Ft
lulusan mampu memiliki kompetensi dengan
Fisioterapi
level 8 KKNI Doktor
Setelah menyelesaikan pendidikan Doktor,
Dr
lulusan mampu memiliki kompetensi dengan
Fisioterapi
level 9 KKNI Profesi
Profesi
Setelah menyelesaikan pendidikan profesi ,
Physio
lulusan mampu memiliki kompetensi dengan level 7 KKNI Fisioterapi
Setelah menyelesaikan pendidikan profesi
Sp.Ft
spesialis fisioterapi lulusan mampu memiliki
Spesialis
kompetensi dengan level 8 KKNI
Tabel 2. Jenjang dan Tingkat kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Bidang Fisioterapi Jenjang Pendidikan
Tingkat
Beban Studi Beban Studi Beban Studi
KKNI
Vokasi
Akademik
Profesi
Bidang Fisioterapi D III Fisioterapi
5
110-120 SKS
-
-
D IV Fisioterapi
6
146- 160SKS
-
-
Profesi
7
-
144-160 SKS
38 SKS
Magister Fisioterapi
8
-
36-50 SKS
-
Fisioterapi Spesialis
8
-
-
36-50 SKS
Doktor
9
50
SKS -
186 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
(matrikulasi 12 sks/semester selama
2
semester) Fisioterapi
sub 9
-
-
36-50 SKS
spesialis
E. Penyelenggaraan Pendidikan Fisioterapi Jenjang pendidikan fisioterapi
yang ada pada jenjang pendidikan tinggi adalah
pendidikan vokasi yang terdiri dari pendidikan Diploma III dan Diploma IV; pendidikan akademik yang terdiri atas S1 , S2 dan S3; pendidikan profesi yaitu profesi fisioterapi dan spesialis fisioterapi. Pendidikan Diploma Tiga Fisioterapi adalah pendidikan vokasi yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi fisioterapi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih metode yang sesuai dari beragam pilihan yang sudah maupun belum baku dengan menganalisis data, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur di bidang fisioterapi. Pendidikan
Diploma
Empat
Fisioterapi
adalah
pendidikan
vokasi
yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi fisioterapi untuk menghasilkan lulusan
yang
memiliki kompetensi mampu memanfaatkan IPTEKS dalam bidang keahlian di bidang fisioterapi dan mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi dalam penyelesaian masalah.
187 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Pendidikan profesi Fisioterapi adalah program pendidikan profesi dimulai dari Sarjana fisioterapi berjenjang dan berkelanjutan ke pendidikan spesialis fisioterapi yang lebih tinggi. Pendidikan magister Fisioterapi adalah program pendidikan akademik yang bertujuan untuk menghasilkan magister fisioterapi yang memiliki: 1) kemampuan mengembangkan pengetahuan, teknologi dan kiat dalam bidang keilmuan fisioterapi dan praktek profesional fisioterapi pada lingkup kekhususan melalui riset sehingga menghasilkan inovasi dan teruji dengan mengintegrasikan semua peran Fisioterapis sehingga dapat meningkatkan kualitas gerak dan fungsi individu dan masyarakat 2) mampu mengembangkan dan menerapkan pengembangan konsep dan prinsip pengelolaan waktu, sumber daya manusia dan sarana – prasarana dan prioritas melalui pengaturan, pengawasan , partisipasi dan konstribusi praktek fisioterapi yang aman dan efektif sehingga dapat menjamin praktek profesional fisioterapi yang efektif dan efisien. Pendidikan doktor fisioterapi adalah program pendidikan akademik fisioterapi yang diarahkan pada hasil lulusan mengembangkan
yang memiliki
kemampuan sebagai berikut :1) Mampu
ilmu pengetahuan baru dan teknologi fisioterapi
terkini
guna
meningkatkan ketrampilan profesional berdasarkan kearifan (wisdom) pengetahuan baru tersebut
dalam bidang keahlian
yang terkait dengan gerak dan fungsi individu dan
masyarakat 2) Mampu menghasilkan inovasi teknologi fisioterapi yang original melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan baru , seni dan teknologi fisioterapi mutakhir dan teruji oleh pakar di tingkat nasional dan internasional dalam upaya meningkatkan profesional praktek keahlian 3)Mampu mengembangkan teknologi fisioterapi baru yang inovatif, kreatif dan teruji dalam bidang sub keahliannya / sub spesialisasinya melalui kegiatan riset dalam bidang subspesialisasinya.
188 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Penyelenggara pendidikan tersebut diatas harus memenuhi standar penyelenggaraan pendidikan yang mencakup 7 standar mencangkup 1) Visi, Misi, Tujuan, sasaran dan strategi pencapaian; 2) Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan dan penjaminan mutu; 3)Mahasiswa dan Lulusan; 4) Sumber Daya Manusia; 5) Kurikulum, Pembelajaran dan Suasana Akademik; 6) Pembiayaan, Sarana dan prasarana, Sistem Informasi; 7) Penelitian, pelayanan/pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama. F. Strategi Pemerataan Dan Peningkatan Pemanfaatan Tenaga Fisioterapi 1.
Strategi a. Meningkatkan profesionalisme tenaga fisioterapi dengan cara penyetaraan standar kompetensi dari semua jenis tenaga kesehatan dengan standar internasional yang berlaku melalui pelatihan dan pendidikan penyetaraan b. Pengembangan standar kompetensi kebutuhan tenaga fisioterapi yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini untuk menciptakan kebutuhan pelatihan c. Membentuk bursa tenaga kesehatan dan mengembangkan jaringan kerja dengan para produsen, pengguna dan tenaga fisioterapi itu sendiri d. Meningkatkan peran organisasi profesi untuk menjaga mutu tenaga fisioterapi melalui pola legislasi (registrasi, sertifikasi dan lisensi) e. Menelaah kembali peraturan perundangan yang terkait dengan pemanfaatan tenaga fisioterapi guna meningkatkan efektifitasnya f. Meningkatkan advokasi dan sosialisasi pada pokok terkait (Pemerintah Daerah, Pengguna dan Organisasi Profesi
2.
Sasaran a. Institusi produsen tenaga fisioterapi. b. Organisasi profesi tenaga fisioterapi. c. Profesionalisme tenaga fisioterapi d. Peraturan perundangan yang mengatur tenaga fisioterapi. e. Organisasi, Institusi, perorangan pengguna tenaga fisioterapi.
3.
Langkah-Langkah
189 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
a. Melakukan advokasi dan negosiasi lintas program dan lintas sektor. b. Menetapkan standarisasi ketenagaan. c. Melaksanakan penyetaraan ijazah dan kompetensi. d. Membentuk badan pengujian (board examination). e. Adanya sistem informasi dan jalinan kerjasama (network) tentang penempatan dan pemasaran tenaga.
4.
Usulan Prioritas Kegiatan Yang Segera Dilaksanakan a. Stategi 1) Memberdayakan Organisasi profesi fisioteapi yaitu Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) dan Asosiasi Pendidikan Tinggi Fisioterapi (APTIFI) dalam memantau profesi fisioterapi dengan legislasi yaitu menetapkan standar profesi fisioterapi, sertifikasi fisioterapis dalam bidang tertentu, Pendidikan berkelanjutan, Pemberian lisensi dan lisensi ulang, perizinan praktek profesi dan akreditasi institusi pendidikan fisioterapi. 2) Mengembangkan jaringan dengan berbagai pihak yang mempunyai prospektif baik dan menjanjikan sebagai lahan kerja lulusan pendidikan fisioterapi. 3) Mengembangkan pendidikan berkelanjutan dan keahlian spesifik bagi fisioterapi yang ditunjang dengan legislasi yaitu sertifikasi dan lisensi dari organisasi profesi fisioterapi. 4) Meningkatkan daya saing lulusan fisoterapi baru dengan meningkatkan jenjang pendidikan Akademi Fisioterapi menjadi setara Strata – 1 atau Diploma IV dengan mutu pendidikan yang kompetitif. 5) Mengembangkan kurikulum pendidikan secara berkala sehingga kompetensi fisioterapi lebih memenuhi kebutuhan masyarakat
b. Langkah-Langkah 190 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
a) Mengadakan kontak dengan lahan kerja prospektif b) Melaksanakan suatu penelitian tentang kebutuhan tenaga fissioterapi di Indonesia c) Memantau kompetensi fisioterapi ditempat kerjanya secara berkala sehingga dapat diperoleh Informasi lebih dini tentang adanya peluang kerja dan kebutuhan fisioterapi ditempat kerja tersebut dan juga jenjang karirnya d) Membentuk Badan Pengujian atau “ Board Of Examination “ untuk menetapkan baku mutu lulusan instuti fisioterapi Indonesia. Badan ini mempunyai anggota yang terdiri dari organisasi profesi, Pusgunakes, Pusdiknakes dan beberapa orang tenaga ahli dibidang lain e) Membangun suasana kondusif untuk selalu belajar dalam suatu organisasi baik di tingkat Pusgunakes, Pusdiknakes, institusi pendidikan dan individu sehingga muncul komitmen yang besar dalam mendidik. f) Mahasiswa untuk mampu bersaing dalam pasar kerja g) Perlu adanya sistem kontrak atau melalui sistem pegawai tidak tetap ( PTT ), untuk pemenuhan kebutuhan
fisioterapi sebagaimana dilakukan terhadap dokter dan
bidan baru Langkah yang diusulkan segera dilaksanakan adalah : a) Pengembangan jaringan dengan lahan kerja prospektif b) Pengembangan peran organisasi profesi H. Penyelenggaraan Pendidikan Fisioterapi Jenjang pendidikan fisioterapi yang ada pada jenjang pendidikan tinggi adalah pendidikan vokasi yang terdiri dari pendidikan Diploma III dan Diploma IV; pendidikan akademik yang terdiri atas S1 , S2 dan S3; pendidikan profesi yaitu profesi fisioterapi dan spesialis fisioterapi. Pendidikan Diploma Tiga Fisioterapi adalah pendidikan vokasi yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi fisioterapi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih metode yang sesuai dari beragam pilihan yang sudah maupun belum baku dengan menganalisis data, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur di bidang fisioterapi. Pendidikan Diploma Empat Fisioterapi adalah pendidikan vokasi yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi fisioterapi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi mampu memanfaatkan IPTEKS dalam bidang keahlian di bidang fisioterapi dan mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi dalam penyelesaian masalah. 191 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Pendidikan profesi Fisioterapi adalah program pendidikan profesi dimulai dari Sarjana fisioterapi berjenjang dan berkelanjutan ke pendidikan spesialis fisioterapi yang lebih tinggi. Pendidikan magister Fisioterapi adalah program pendidikan akademik yang bertujuan untuk menghasilkan magister fisioterapi yang memiliki: 1) kemampuan mengembangkan pengetahuan, teknologi dan kiat dalam bidang keilmuan fisioterapi dan praktek profesional fisioterapi pada lingkup kekhususan melalui riset sehingga menghasilkan inovasi dan teruji dengan mengintegrasikan semua peran Fisioterapis sehingga dapat meningkatkan kualitas gerak dan fungsi individu dan masyarakat 2) mampu mengembangkan dan menerapkan pengembangan konsep dan prinsip pengelolaan waktu, sumber daya manusia dan sarana – prasarana dan prioritas
melalui pengaturan, pengawasan , partisipasi dan konstribusi
praktek fisioterapi yang aman dan efektif sehingga dapat menjamin praktek profesional fisioterapi yang efektif dan efisien. Pendidikan doktor fisioterapi adalah program pendidikan akademik fisioterapi yang diarahkan pada hasil lulusan mengembangkan
yang memiliki
kemampuan sebagai berikut :1) Mampu
ilmu pengetahuan baru dan teknologi fisioterapi
terkini
guna
meningkatkan ketrampilan profesional berdasarkan kearifan (wisdom) pengetahuan baru tersebut
dalam bidang keahlian
yang terkait dengan gerak dan fungsi individu dan
masyarakat 2) Mampu menghasilkan inovasi teknologi fisioterapi yang original melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan baru , seni dan teknologi fisioterapi mutakhir dan teruji oleh pakar di tingkat nasional dan internasional dalam upaya meningkatkan profesional praktek keahlian 3)Mampu mengembangkan teknologi fisioterapi baru yang inovatif, kreatif dan teruji dalam bidang sub keahliannya / sub spesialisasinya melalui kegiatan riset dalam bidang subspesialisasinya. Penyelenggara pendidikan tersebut diatas harus memenuhi
standar penyelenggaraan
pendidikan yang mencakup 7 standar mencangkup 1) Visi, Misi, Tujuan, sasaran dan strategi pencapaian; 2) Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan dan penjaminan mutu; 3)Mahasiswa dan Lulusan; 4) Sumber Daya Manusia; 5) Kurikulum, Pembelajaran dan Suasana Akademik; 6) Pembiayaan, Sarana dan prasarana, Sistem Informasi; 7) Penelitian, pelayanan/pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama. Sesuaikan dengan Bab 4 I. Strategi Pemerataan Dan Peningkatan Pemanfaatan Tenaga Fisioterapi a. Strategi 192 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
1) Meningkatkan profesionalisme tenaga fisioterapi dengan cara penyetaraan standar kompetensi dari semua jenis tenaga kesehatan dengan standar internasional yang berlaku melalui pelatihan dan pendidikan penyetaraan 2) Pengembangan standar kompetensi kebutuhan tenaga fisioterapi yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini untuk menciptakan kebutuhan pelatihan 3) Membentuk bursa tenaga kesehatan dan mengembangkan jaringan kerja dengan para produsen, pengguna dan tenaga fisioterapi itu sendiri 4) Meningkatkan peran organisasi profesi untuk menjaga mutu tenaga fisioterapi melalui pola legislasi (registrasi, sertifikasi dan lisensi) 5) Menelaah kembali peraturan perundangan yang terkait dengan pemanfaatan tenaga fisioterapi guna meningkatkan efektifitasnya 6) Meningkatkan advokasi dan sosialisasi pada pokok terkait (Pemerintah Daerah, Pengguna dan Organisasi Profesi)
b. Sasaran 1) Institusi produsen tenaga fisioterapi. 2) Organisasi profesi tenaga fisioterapi. 3) Profesionalisme tenaga fisioterapi 4) Peraturan perundangan yang mengatur tenaga fisioterapi. 5) Organisasi, Institusi, perorangan pengguna tenaga fisioterapi.
c. Langkah-Langkah 1) Melakukan advokasi dan negosiasi lintas program dan lintas sektor. 2) Menetapkan standarisasi ketenagaan. 3) Melaksanakan penyetaraan ijazah dan kompetensi. 4) Membentuk badan pengujian (board examination). 5) Adanya sistem informasi dan jalinan kerjasama (network) tentang penempatan dan pemasaran tenaga.
d. Usulan Prioritas Kegiatan Yang Segera Dilaksanakan Stategi 1) Memberdayakan Organisasi profesi fisioteapi yaitu Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) dan Asosiasi Pendidikan Tinggi Fisioterapi (APTIFI) dalam memantau profesi fisioterapi 193 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
dengan legislasi yaitu menetapkan standar profesi fisioterapi, sertifikasi fisioterapis dalam bidang tertentu, Pendidikan berkelanjutan, Pemberian lisensi dan lisensi ulang, perizinan praktek profesi dan akreditasi institusi pendidikan fisioterapi 2) Mengembangkan jaringan dengan berbagai pihak yang mempunyai prospektif baik dan menjanjikan sebagai lahan kerja lulusan pendidikan fisioterapi 3) Mengembangkan pendidikan berkelanjutan dan keahlian spesifik bagi fisioterapi yang ditunjang dengan legislasi yaitu sertifikasi dan lisensi dari organisasi profesi fisioterapi 4) Meningkatkan daya saing lulusan fisoterapi baru dengan meningkatkan jenjang pendidikan Akademi Fisioterapi menjadi setara Strata – 1 atau Diploma IV dengan mutu pendidikan yang kompetitif 5) Mengembangkan kurikulum pendidikan secara berkala sehingga kompetensi fisioterapi lebih memenuhi kebutuhan masyarakat
e. Langkah-Langkah 1) Mengadakan kontak dengan lahan kerja prospektif 2) Melaksanakan suatu penelitian tentang kebutuhan tenaga fissioterapi di Indonesia 3) Memantau kompetensi fisioterapi
ditempat kerjanya secara berkala sehingga dapat
diperoleh Informasi lebih dini tentang adanya peluang kerja dan kebutuhan fisioterapi ditempat kerja tersebut dan juga jenjang karirnya 4) Membentuk Badan Pengujian atau “ Board Of Examination “ untuk menetapkan baku mutu lulusan instuti fisioterapi Indonesia. Badan ini mempunyai anggota yang terdiri dari organisasi profesi, Pusgunakes, Pusdiknakes dan beberapa orang tenaga ahli dibidang lain 5) Membangun suasana kondusif untuk selalu belajar dalam suatu organisasi baik di tingkat Pusgunakes, a. Pusdiknakes, institusi pendidikan dan individu sehingga muncul komitmen yang besar dalam mendidik 6) Mahasiswa untuk mampu bersaing dalam pasar kerja 7) Perlu adanya sistem kontrak atau melalui sistem pegawai tidak tetap ( PTT ), untuk pemenuhan kebutuhan fisioterapi sebagaimana dilakukan terhadap dokter dan bidan baru Langkah yang diusulkan segera dilaksanakan adalah : 1. Pengembangan jaringan dengan lahan kerja prospektif 2. Pengembangan peran organisasi profesi
194 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
BAB IV SISTEM AKREDITASI PENDIDIKAN FISIOTERAPI
Akreditasi pendidikan fisioterapi merupakan salah satu bentuk penilaian (evaluasi) mutu dan kelayakan institusi perguruan tinggi atau program studi pengelola pendidikan fisioterapi yang dilakukan oleh organisasi atau badan mandiri di luar perguruan tinggi. Bentuk penilaian mutu eksternal yang lain adalah penilaian yang berkaitan dengan akuntabilitas, pemberian izin, pemberian lisensi oleh badan tertentu. Standar akreditasi adalah tolok ukur yang harus dipenuhi oleh institusi pendidikan profesi fisioterapi. Standar akreditasi ini terdiri atas beberapa parameter (elemen penilaian) yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengukur dan menetapkan mutu dan kelayakan institusi pendidikan fisioterapi untuk menyelenggarakan program-programnya. Dengan demikian, tujuan dan manfaat akreditasi pendidikan fisioterapi adalah sebagai berikut : 1. Memberikan jaminan bahwa pendidikan fisioterapi yang terakreditasi telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh BAN-PT maupun badan akreditasi external lainnya, sehingga mampu memberikan perlindungan bagi masyarakat dari penyelenggaraan pendidikan profesi fisioterapi yang tidak memenuhi standar. 2. Mendorong pendidikan fisioterapi untuk terus menerus melakukan perbaikan dan mempertahankan mutu yang tinggi. 3. Hasil akreditasi dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam transfer kredit, usulan bantuan dan alokasi dana, serta mendapat pengakuan dari badan atau instansi yang berkepentingan. Standar akreditasi pendidikan fisioterapi mencakup dua komitmen inti, yaitu komintmen perguruan tinggi terhadap kapasitas institusional (institutional capacity) dan terhadap efektivitas program pendidikan (educational effectiveness) [WASC, 2001], yang mencakup 15 standar akreditasi, yaitu: Standar 1. Kepemimpinan Standar 2. Kemahasiswaan Standar 3. Sumber daya manusia Standar 4. Kurikulum Standar 5. Prasarana dan Sarana 195 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Standar 6. Pendanaan Standar 7. Tata Pamong (governance) Standar 8. Sistem Pengelolaan Standar 9. Sistem Pembelajaran Standar 10. Suasana Akademik Standar 11. Sistem Informasi Standar 12. Sistem Jaminan Mutu Internal Standar 13. Lulusan Standar 14. Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Standar 15. Program Studi Asesmen kinerja didasarkan pada pemenuhan tuntutan standar akreditasi. Dokumen akreditasi perguruan tinggi yang dapat diproses harus telah memenuhi persyaratan awal (eligibilitas) yang ditandai dengan adanya izin penyelenggaraan pendidikan profesi fisioterapi dari pejabat yang berwewenang; memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga/statuta dan dokumen-dokumen rencana strategis atau rencana induk pengembangan yang menunjukkan dengan jelas visi, misi, tujuan dan sasaran perguruan tinggi.
Standar 1. Kepemimpinan Kepemimpinan pada institusi pengelola pendidikan profesi fisioterapi harus secara efektif memberi arah, motivasi dan inspirasi untuk mewujudkan visi, melaksanakan misi, mencapai tujuan dan sasaran melalui strategi yang dikembangkan. Sistem pengelolaan harus secara efektif dan efisien melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengembangan staf, pengarahan, dan pengawasan. Kepemimpinan yang kuat adalah kepemimpinan yang visioner (yang mampu merumuskan dan mengartikulasi visi yang realistik, kredibel, menarik tentang masa depan). Kepemimpinan efektif mengarahkan dan mempengaruhi perilaku semua unsur dalam program studi, mengikuti nilai, norma, etika, dan budaya organisasi yang disepakati bersama, serta mampu membuat keputusan yang tepat dan cepat. Keberhasilan pengembangan kepemimpinan yang baik didalam suatu institusi juga direfleksikan dari tumbuhnya suatu suasana akademik yang menjamin kebebasan akademik, komunikasi, koordinasi, dan interaksi yang efektif serta mengimplementasikan praktik-praktik baik (good practices) yang berkembang dalam institusi.
196 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Standar 2. Kemahasiswaan Mahasiswa adalah pemangku kepentingan utama internal dan sekaligus sebagai pelaku proses nilai tambah dalam penyelenggaraan akademik yang harus mendapatkan manfaat dari proses pendidikan, penelitian, dan pelayanan/ pengabdian kepada masyarakat. Input mahasiswa pendidikan profesi fisioterapi berasal dari mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikan akademik selevel 6 KKNI. Mahasiswa yang telah menyelesaikan level 6 KKNI langsung menyelesaikan pendidikan profesi.
Standar 3. Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia perguruan tinggi meliputi dosen, pustakawan, laboran, teknisi, tenaga administrasi, dan tenaga pendukung yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran mutu keseluruhan program Tri Darma Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi harus dapat mengelola dan menempatkan sumberdaya manusia sebagai komponen utama untuk mensukseskan program perguruan tinggi dalam rangka mencapai visi dan misinya. Perguruan tinggi harus mempunyai sistem pengelolaan sumberdaya manusia yang lengkap sesuai dengan kebutuhan perencanaan dan pengembangan, terutama dalam penyediaan staf pengajar sesuai dengan kebutuhannya.
Standar 4. Kurikulum Kurikulum merupakan rancangan seluruh kegiatan pembelajaran mahasiswa sebagai rujukan program studi dalam merencanakan, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatannya untuk mencapai tujuan program studi. Kurikulum disusun berdasarkan kajian mendalam tentang hakekat keilmuan bidang fisioterapi dan kebutuhan pemangku kepentingan terhadap bidang fisioterapi yang dicakup oleh suatu program studi dengan memperhatikan standar mutu, dan visi, misi perguruan tinggi/program studi. Untuk meningkatkan relevansi sosial dan keilmuan, kurikulum selalu dimutakhirkan oleh program studi bersama pemangku kepentingan secara periodik agar sesuai dengan kompetensi yang diperlukan dan perkembangan ipteks. Kurikulum merupakan acuan dasar pembentukan dan penjaminan tercapainya kompetensi lulusan dalam setiap program pada tingkat program studi. Kurikulum dinilai berdasarkan relevansinya dengan tujuan, cakupan dan kedalaman materi, pengorganisasian yang mendorong terbentuknya hard skills dan soft skills (keterampilan 197 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
kepribadian dan perilaku) yang bisa diterapkan dalam berbagai situasi. Dalam hal kebutuhan yang dianggap perlu, maka perguruan tinggi dapat menetapkan penyertaan komponen kurikulum tertentu menjadi bagian dari struktur kurikulum yang disusun oleh program studi. Kurikulum merupakan acuan dasar pembentukan dan penjaminan tercapainya komptensi lulusan dalam setiap program akademik pada tingkat program studi. Dalam hal kebutuhan yang dianggap perlu maka perguruan tinggi dapat menetapkan penyertaan komponen kurikulum tertentu menjadi bagian dari struktur kurikulum yang disusun oleh masing-masing program studi. Perguruan tinggi harus mampu menciptakan sistem tata pamong yang dapat mendorong pemutakhiran kurikulum ditingkat program studi sesuai dengan perkembangan Ipteks yang dinamis. Peranan institusi perguruan tinggi yang menaungi program studi tersebut adalah memfasilitasi dan memberdayakan program studi dalam mengembangkan kurikulum yang mengikuti perkembangan Ipteks dan kebutuhan pemangku kepentingan.
Standar 5. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana untuk mendukung penyelenggaraan program akademik memenuhi kelayakan, baik dari sisi jenis, jumlah, luas, waktu, tempat, legal, guna, maupun mutu. Kelengkapan dan mutu dari sumber daya ini juga sangat penting sehingga memerlukan pengoperasian dan perawatan yang memadai. Sesuai dengan visi program studi, mahasiswa mempunyai akses terhadap fasilitas dan peralatan serta mendapatkan pelatihan untuk menggunakannya. Pengelolaan prasarana dan sarana pada program studi memenuhi kecukupan, kesesuaian, aksesibilitas, pemeliharaan dan perbaikan, penggantian dan pemutakhiran, kejelasan peraturan dan efisiensi penggunaannya. Sarana dan prasarana juga merupakan unsur penunjang dalam pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi, yang mencakup bangunan, perabotan, peralatan (perangkat keras dan lunak), dan sistem pengamanan aset dan kampus. Sesuai dengan visi, misi atau mandatnya maka suatu perguruan tinggi membutuhkan pengembangan suatu sistem pengelolaan yang mencakup perencanaan,
pengadaan,
pendataan,
pemanfaatan,
pemeliharaan,
penghapusan,
serta
pemutahiran semua sarana dan prasarana. Perguruan tinggi harus memiliki panduan khusus mengenai kelengkapan dan kecukupan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, termasuk sistem klasifikasi, inventarisasi dan informasi keberadaannya. Perguruan tinggi harus memiliki sistem
198 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
pengelolaan yang menjamin adanya akses yang lebih luas terutama bagi mahasiswa dan dosen melalui penerapan model-model resource sharing.
Standar 6. Pendanaan Perguruan
tinggi
harus
mampu
menjamin
pendanaan
yang
memadai
untuk
penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi serta peningkatan mutunya secara berkelanjutan. Usaha-usaha penggalangan dana oleh suatu perguruan tinggi harus mengacu pada visi dan misi perguruan tinggi tersebut, karakter perguruan tinggi sebagai badan hukum nirlaba serta tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas serta transparansi harus pula menjiwai sistem-sistem pengelolaan dana yang diberlakukan, tanpa meninggalkan kaidah-kaidah akuntansi yang benar termasuk sistem audit internal atau publik yang ditetapkan oleh pengelola perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang baik harus dapat menunjukkan sistem pengelolaan keuangan yang sehat, transparan, dan akuntabel. Pelaporan periodik yang akuntabel dan transparan harus dapat menjamin terselenggaranya program akademik yang bermutu secara berkelanjutan, minimum selama lima tahun ke depan.
Standar 7. Tata pamong Tata pamong (governance) merupakan sistem untuk memelihara efektivitas peran para konstituen dalam pengembangan kebijakan, pengambilan keputusan, dan penyelenggaraan program studi. Tata pamong yang baik jelas terlihat dari lima kriteria yaitu kredibilitas, transparansi, akuntabilitas, tanggungjawab, dan adil. Struktur tata pamong mencakup badan pengatur yang aktif dengan otonomi yang cukup untuk menjamin integritas lembaga dan memenuhi pertanggungjawaban dalam pengembangan kebijakan dan sumber daya, yang konsisten dengan visi dan misinya. Tata pamong didukung dengan budaya organisasi yang dicerminkan dengan tegaknya aturan, etika dosen, etika mahasiswa, etika tenaga kependidikan, sistem penghargaan dan sanksi serta pedoman dan prosedur pelayanan (administrasi, perpustakaan, laboratorium, dan studio) harus diformulasi, disosialisasikan, dilaksanakan, dan dievaluasi dan dipantau dengan peraturan dan prosedur yang jelas. Pelaksanaan dan penegakan nilai dan norma institusi, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa ini didukung dengan adanya mekanisme pemberian penghargaan dan sanksi yang diberlakukan secara konsisten dan konsekuen.
199 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Tata pamong (governance) mencakup sistem, struktur organisasi dan mekanisme yang menjamin pengelolaan institusi dengan transparan dan akuntabel. Tatapamong dikembangkan berdasarkan nilai-nilai moral, etik, integritas yang dianut serta norma-norma akademik.
Standar 8. Sistem Pengelolaan Sistem pengelolaan harus secara efektif dan efisien
melaksanakan fungsi-fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengembangan staf, pengarahan, dan pengawasan.
Sistem
pengelolaan yang dikembangkan dapat menjamin berkembangnya kebebasan akademis dan otonomi keilmuan pada program studi, serta mendorong kemandirian dalam pengelolaan akademik, operasional, personalia, keuangan dan seluruh sumber daya yang diperlukan untuk meraih keunggulan mutu yang diharapkan. Untuk itu program studi memiliki perencanaan yang matang, struktur organisasi dengan organ, tugas pokok dan fungsi serta personil yang sesuai, program pengembangan staf yang operasional, dilengkapi dengan berbagai
pedoman dan
manual yang dapat mengarahkan dan mengatur program studi, serta sistem pengawasan, monitoring dan evaluasi yang kuat dan transparan.
Standar 9. Sistem Pembelajaran Sistem pembelajaran dibangun berdasarkan perencanaan yang relevan dengan tujuan, ranah (domain) belajar dan hierarkinya. Kegiatan pembelajaran adalah pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa dari kegiatan belajar, seperti perkuliahan (tatap muka), praktikum atau praktik, magang, pelatihan, diskusi, lokakarya, seminar, dan tugas-tugas pembelajaran lainnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran digunakan berbagai pendekatan, strategi, dan teknik, yang menantang agar dapat mengkondisikan mahasiswa berpikir kritis, bereksplorasi, berkreasi, dan bereksperimen dengan memanfaatkan aneka sumber belajar. Pendekatan pembelajaran yang digunakan berorientasi pada mahasiswa (student oriented) dengan kondisi pembelajaran yang mendorong mahasiswa belajar mandiri maupun kelompok untuk mengembangkan keterampilan kepribadian dan perilaku (soft skills). Selain itu, pembelajaran yang dibangun mendorong mahasiswa mendemonstrasikan hasil belajarnya dalam berbagai bentuk kegiatan, unjuk kerja, kemampuan dan sikap terbuka, mau menerima masukan untuk menyempurnakan kinerjanya. Sistem pembelajaran mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Kajian dan penilaian atas strategi pembelajaran yang digunakan dilakukan sesuai dengan evidence practice.
200 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Perguruan tinggi harus mengembangkan sistem dan proses pembelajaran yang mencerminkan strategi untuk mencapai tujuan, melaksanakan misi dan mewujudkan visinya. Sistem pembelajaran tersebut harus dengan mudah dapat ditemukan didalam pedoman akademik sebagai acuan bagi semua unit pelaksana pembelajaran dan memuat kebijakan, peraturan, kode etik, norma dan nilai-nilai akademik. Perguruan tinggi harus senantiasa melakukan pengkajian dan pengembangan sistem pembelajaran yang menjamin terjadinya pemutahiran semua komponen-komponennya. Dalam menjamin proses dan mutu pembelajaran, perguruan tinggi harus melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem pembelajaran secara berkala. Perguruan tinggi juga harus menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana pembelajaran yang dapat diakses serta dimanfaatkan untuk mendukung interaksi akademik antara mahasiswa, dosen, pakar, dan nara sumber lainnya dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran.
Standar 10. Suasana Akademik Suasana akademik adalah kondisi yang dibangun untuk menumbuh-kembangkan semangat dan interaksi akademik antar mahasiswa-dosen-tenaga kependidikan, maupun dengan pihak luar untuk meningkatkan mutu kegiatan akademik, di dalam maupun di luar kelas. Suasana akademik yang baik ditunjukkan dengan perilaku yang mengutamakan kebenaran ilmiah, profesionalisme, kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik, dan penerapan etika akademik secara konsisten. Suasana akademik harus dapat diamati dalam berbagai kegiatan akademik yang diprakarsai sendiri oleh dosen maupun mahasiswa. Prakarsa tersebut didorong dan difasilitasi oleh institusi berupa program- program yang konkrit.
Standar 11. Sistem Informasi Perguruan tinggi atau Program Studi Pendidikan Profesi Fisioterapi memiliki jaminan akses dan pendayagunaan sistem manajemen dan teknologi informasi untuk mendukung pengelolaan dan penyelenggaraan program akademik, kegiatan operasional, dan pengembangan program studi. Sistem manajemen informasi secara efektif dapat didayagunakan untuk mendukung proses pengumpulan data, analisis, penyimpanan, pengunduhan (retrieval), presentasi data dan informasi, dan komunikasi dengan pihak berkepentingan. Perguruan tinggi juga harus memiliki sistem informasi yang disiapkan untuk mendukung pengelolaan dan peningkatan mutu program akademik. Sistem informasi dalam suatu perguruan 201 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
tinggi minimal terdiri atas pengumpulan data, analisis, penyimpanan, pengambilan kembali data (retrieval), presentasi data dan informasi serta komunikasi dengan pihak berkepentingan yang dibangun secara terpusat di tingkat perguruan tinggi dan atau terdistribusi pada unit-unit terkait. Data dan informasi yang dikelola oleh perguruan tinggi dapat meliputi akademik, kemahasiswaan, sumberdaya manusia, prasarana dan sarana, administrasi dan keuangan serta data lain yang dianggap perlu untuk kepentingan berbagai pihak. Dalam berbagai hal, perguruan tinggi harus dapat memanfaatkan sistem informasi yang dimilikinya untuk memelihara komunikasi dan koordinasi internal serta kerja sama dengan institusi lain, pemerintah, alumni, perusahan/industri atau masyarakat luas. Berkenaan dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat maka perguruan tinggi juga harus mampu melakukan pengelolaan yang profesional serta pemutahiran terhadap piranti keras dan lunak, sumber daya manusia serta organisasi pengelola untuk menjamin pertumbuhan sistem informasi yang telah dibangun tersebut. Perguruan tinggi juga harus menjamin akses bagi mahasiswa, staf dan civitas akademika lainnya untuk memanfaatkan keberadaan sistem informasi tersebut melalui peraturan-peraturan yang transparan.
Standar 12. Sistem Penjaminan Mutu Internal Untuk menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan perguruan tinggi secara berkelanjutan, setiap perguruan tinggi harus memiliki sistem penjaminan mutu sebagai bagian dari sistem pengelolaan dan proses pelaksanaan program-program akademik. Sistem penjaminan mutu dibentuk ditingkat institusi dan dapat pula dikembangkan di tingkat fakultas/jurusan, sesuai dengan kebutuhan. Upaya penjaminan mutu meliputi adanya satuan organisasi yang bertanggung jawab, strategi, tujuan, standar mutu, prosedur, mekanisme, sumber daya (manusia dan non-manusia), kegiatan, sistem informasi, dan evaluasi, yang dirumuskan secara baik, dikomunikasikan secara meluas, dan dilaksanakan secara efektif, untuk semua unsur program studi. Penjaminan mutu internal menyangkut input, proses, output, dan outcome dalam sistem program studi itu sendiri, antara lain melalui audit internal dan evaluasi diri. Pelaksana monitoring dan evaluasi terhadap proses peningkatan mutu berkelanjutan dapat berkoordinasi dengan pelaksana audit internal, untuk memberikan masukan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan perbaikan yang efektif. Perguruan tinggi harus memiliki sistem rekaman data dan informasi yang baik mengenai proses serta hasil pelaksanaan sistem penjaminan mutu. Rekaman data dan informasi yang baik 202 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
dimaksudkan untuk memungkinkan pelacakan kembali data dan informasi yang diperlukan serta memberikan peringatan dini kepada pihak yang melakukan tindakan perbaikan. Hasil-hasil seluruh sistem penjaminan mutu yang terdokumentasi dengan baik hendaknya digunakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari program penjaminan mutu eksternal termasuk program untuk memperoleh akreditasi.
Standar 13. Lulusan Lulusan merupakan salah satu output langsung dari proses pendidikan yang dilakukan oleh perguruan tinggi. Lulusan ini harus memiliki kompetensi akademik maupun soft skills sebagaimana dinyatakan oleh sasaran mutu serta dibuktikan oleh kinerja lulusan di masyarakat sesuai dengan profesinya. Perguruan tinggi berperan penting dalam melakukan analisis data akademik seluruh program studi yang menggambarkan kinerja perguruan tinggi secara keseluruhan untuk menilai karakteristik, profil dan pemetaan lulusan. Perguruan tinggi harus berupaya membantu lulusan mendapat pekerjaan dan meningkatkan interaksi antara lulusan dan institusi. Untuk meningkatkan kemampuan pengembangan karir, magang dan rekrutmen kerja. Informasi tentang lulusan dan upaya perbaikan mutu program studi antara lain diperoleh melalui tracer study yang berkesinambungan. Kemitraan program studi dengan lulusan dapat berupa: Penggalangan dana, sumbangan fasilitas untuk alma mater, masukan untuk perbaikan proses pembelajaran, dan pengembangan jejaring. Standar 14. Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat Penelitian adalah salah satu tugas pokok perguruan tinggi, yang memberikan kontribusi dan manfaat kepada proses pembelajaran, pengembangan ipteks (ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni), serta peningkatan mutu kehidupan masyarakat. Program studi memiliki akses yang luas terhadap fasilitas penelitian yang menunjang pelaksanaan agenda penelitian untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi program studi dan institusi. Dosen dan mahasiswa program studi
terlibat dalam pelaksanaan penelitian yang bermutu dan terencana dengan
berorientasi pada pengembangan ilmu dan pemenuhan kebutuhan pemangku kepentingan. Hasil penelitian didiseminasikan melalui presentasi ilmiah dalam forum ilmiah. Pelayanan/pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan sebagai kontribusi kepakaran, kegiatan pemanfaatan hasil pendidikan, dan/atau hasil penelitian dalam bidang ipteks untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat 203 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Perguruan tinggi mendorong lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat untuk meningkatkan peran dan fungsinya dalam memfasilitasi dan memberdayakan dosen untuk melakukan penelitian inovatif yang mempertimbangkan kearifan lokal serta pengabdian masyarakat yang tepat sasaran. Perguruan tinggi melakukan diseminasi dan promosi hasil-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta upaya untuk pemerolehan hak atas kekayaan intelektual yang dilakukan lembaga, dosen, dan mahasiswa. Perguruan tinggi melakukan upaya-upaya memperoleh dana penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berbentuk kerjasama mutual benefit dengan berbagai institusi atau lembaga serta berbagai hibah kompetisi. Perguruan tinggi memiliki data dan informasi tentang publikasi karya ilmiah, hak paten, karya inovatif serta hasil-hasil pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan lembaga, dosen, dan mahasiswa.
Standar 15. Program studi Program Pendidikan Profesi Fisioterapi mempunyai visi yang dinyatakan secara jelas sejalan dengan visi institusi pengelolanya. Visi tersebut memberikan gambaran tentang masa depan yang dicita-citakan untuk diwujudkan dalam kurun waktu yang tegas dan jelas. Untuk mewujudkan visi tersebut, misi program studi dinyatakan secara spesifik mengenai apa yang dilaksanakan. Program Pendidikan Profesi Fisioterapi memiliki tujuan dan sasaran dengan rumusan yang jelas, spesifik, dapat diukur ketercapaiannya dalam kurun waktu yang ditentukan, relevan dengan visi dan misinya. Tujuan dan sasaran tersebut di atas direfleksikan dalam bentuk hasil dan luaran (output dan outcomes) Program Pendidikan Profesi Fisioterapi (lulusan, hasil penelitian dan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat). Pendidikan profesi fisioterapi memiliki pedoman pembukaan dan penutupan program studi yang mencakup studi kelayakan yang mengacu statuta dan anggaran dasar, renstra, ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku serta prosedur yang jelas.
Instrumen Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi Instrumen yang digunakan dalam proses akreditasi perguruan tinggi dikembangkan berdasarkan standar dan parameter. Data, informasi dan penjelasan setiap standar dan parameter 204 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
yang diminta dalam rangka akreditasi perguruan tinggi dirumuskan dan disajikan oleh perguruan tinggi dalam instrumen yang berbentuk portofolio. Portofolio akreditasi perguruan tinggi adalah dokumen yang berupa laporan diri (self-report) suatu perguruan tinggi, yang dirumuskan secara terbuka (open-ended) dan digunakan untuk mengevaluasi dan menilai serta menetapkan status dan peringkat akreditasi perguruan tinggi yang diakreditasi. Portofolio akreditasi merupakan kumpulan data dan informasi mengenai masukan, proses, keluaran, dan dampak yang bercirikan upaya untuk meningkatkan mutu kinerja, keadaan dan perangkat perguruan tinggi secara berkelanjutan. Isi portofolio akreditasi perguruan tinggi mencakup deskripsi dan analisis yang sistematis sebagai respons yang proaktif terhadap berbagai indikator yang dijabarkan dari standar akreditasi perguruan tinggi. Standar dan indikator akreditasi tersebut dijelaskan dalam pedoman penyusunan portofolio akreditasi perguruan tinggi. Perguruan tinggi mendeskripsikan dan menganalisis semua indikator dalam konteks keseluruhan standar akreditasi dengan memperhatikan sebelas dimensi mutu yang merupakan jabaran dari RAISE++, yaitu: relevansi(relevance), suasana akademik (academic atmosphere), pengelolaan internal dan organisasi (internal management and organization), keberlanjutan (sustainability), efisiensi
(efficiency),
termasuk
efisiensi
tambahannya adalah kepemimpinan (leadership),
dan
produktivitas.
Dimensi
pemerataan (equity),dan tatapamong
(governance).
Kode Etik Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi Untuk menjaga kelancaran, obyektivitas dan kejujuran dalam pelaksanaan akreditasi perguruan tinggi, BAN-PT mengembangkan kode etik akreditasi yang perlu dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan akreditasi, yaitu asesor, perguruan tinggi yang diakreditasi, dan para anggota dan staf sekretariat BAN-PT. Kode etik tersebut berisikan pernyataan dasar filosofis dan kebijakan yang melandasi penyelenggaraan akreditasi; hal-hal yang harus dilakukan (the “do”) dan yang tidak layak dilakukan (the don’t) oleh setiap pihak terkait; serta sanksi terhadap “pelanggaran”-nya. Penjelasan dan rincian kode etik ini berlaku umum bagi akreditasi semua tingkat dan jenis peguruan tinggi dan program studi. Oleh karena itu kode etik tersebut disajikan dalam buku tersendiri di luar perangkat instrumen akreditasi institusi perguruan tinggi. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 205 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
SIMPULAN 1. Fisioterapi ebagai ilmu dengan pohon ilmu yang mencakup ilmu biomedik, humaniora, ilmu gerak, biofisika, biomolekuler, ilmu kesehatan dan ilmu terapan fisioterapi 2. Jenjang pendidikan yang sesuai dengan Learning outcome fisioterapi di Indonesia adalah diploma 3, diploma 4, Sarjana, dan profesi, serta program spesialis 3. Pelayanan fisioterapi profesional dilakukan untuk memelihara, mengembalikan dan memulihkan gerak dan fungsi dengan pendekatan proses analisa sintesa dalam asesmen, penegakan diagnose dan intervensi fisioterapi 4. Pengembangan pendidikan diarahkan kepada peningkatan ketrampilan dengan dasar keahlian dan keilmuan yang dikenal secara global yang mengarah kepada pengembangan pendidkan profesi kea rah spesialis dan sub spesialis 5. Sistim penjaminan mutu dilakukan dengan Standar akreditasi pendidikan fisioterapi mencakup dua komitmen inti, yaitu komintmen perguruan tinggi terhadap kapasitas institusional (institutional capacity) dan terhadap efektivitas program pendidikan (educational effectiveness) [WASC, 2001], yang mencakup 15 standar akreditasi Saran 1. Untuk pengembangan pendidikan di[perlukan adanya pendidikan profesi yang berjenjang dan berkelanjutan 2. Dikarenakan banyaknya jejnang pendidikan fisioterapi yang ada maka dibutuhkan penataan terminologi dan regristrasi profesi fisioterapi 3. Untuk meningkatkan kapasitas dan nilai tanggung jawab fisioterapis maka perlu diatur pengembangan jenjang karir insentif dan kepangkatan bagi fisioterapi mengikuti aturan yang berlaku 4. Penggunaan naskah akademik sebagai acuan bagi pengembangan pendidikan fisioterapi di Indonesia
206 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 12 / TAP / KONAS XII / V / 2016 tentang STANDAR KOMPETENSI DAN STANDAR PELAYANAN FISIOTERAPI SEMINAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
: Bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas fisioterapi Indonesia dan Mengembangkan pelayanan fisioterapi spesialistik perlu disusun standar kompetensi dan standar pelayanan fisioterapi seminat.
Mengingat
: 3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia 4. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta regulasi yang terus berkembang. 5. Sudah terbentuknya perhimpunan fisioterapi seminat
Memperhatikan
: Sidang Pleno kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Menetapkan
Memutuskan
: 5. Standar Kompetensi dan Standar Pelayanan Fisioterapi seminat harus mengacu kepada standar kompetensi dan Standar Pelayanan Fisioterapi Indonesia dan perkembangan fisioterapi global. 6. Fisioterapi seminat sebagaimana tersebut dalam butir 1 (satu) adalah : a. Fisioterapi Orthopaedik dan Muskuloskeletal b. Fisioterapi Cardiorespirasi c. Fisioterapi Neurologi d. Fisioterapi Olahraga e. Fisioterapi Anak f. Fisioterapi Komunitas 7. Perhimpunan Fisioterapi seminat berkewajiban menyusun rancangan standar kompetensi dan standar pelayanan sesuai dengan peminatannya. 8. Standar kompetensi dan standar pelayanan Fisioterapi Seminat disyahkan Oleh Pengurus Pusat Fisioterapi Indonesia setelah disetujui oleh Kolegium dan Majelis Pengembangan Pelayanan Fisioterapi. 9. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 10. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku.
207 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
Ditetapkan di Pada tanggal Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
: : : : : : :
: :
Bali 24 Mei 2016
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ..................... .................... .................... .................... .................... .................... ....................
208 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 13 / TAP / KONAS XII / V / 2016 tentang TUAN RUMAH KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XIII TAHUN 2020 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
: Bahwa dalam rangka menjalankan amanat Organisasi perlu ditetapkan Tuan Rumah Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XIII tahun 2020 dalam satu ketetapan Konges Nasional.
Mengingat
: Anggaran Dasar dan Fisioterapi Indonesia
Memperhatikan
: Sidang Pleno kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII
Anggaran
Rumah
Tangga
Ikatan
Menetapkan Memutuskan
:
1. Tuan Rumah Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII adalah : 2. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 3. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku. Ditetapkan di Pada tanggal
Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
: : : : : : :
: :
Bali 25 Mei 2016
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ..................... .................... .................... .................... .................... .................... ....................
209 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 14/ TAP / KONAS XII / V / 2016 tentang KOLEGIUM DAN MAJELIS FISIOTERAPI INDONESIA PERIODE 2016-2020 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
: Bahwa dalam rangka menjalankan amanat Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII perlu dibentuk Kolegium dan Majelis Fisioterapi Indonesia dalam satu ketetapan Konges Nasional. : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia
Mengingat Memperhatikan Memutuskan
: Sidang Pleno kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Menetapkan : 1. Kolegium dan Majelis Fisioterapi Indonesia Periode 2016-2020 adalah : a. Ketua Kolegium :.............. b. Majelis Kehormatan Disiplin : ............... c. Majelis Pelayanan dan Keprofesian :............ 2. Kolegium dan Majelis Fisioterapi Indonesia berkewajiban melaksanakan amanat kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 2016 3. Ketua Kolegium dan Majelis terpilih sebagaimana tersebut dalam butir 1 (satu) harus membentuk kepengurusan dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan. 4. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 5. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku. Ditetapkan di Pada tanggal
Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
: : : : : : :
: :
Bali 25 Mei 2016
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ..................... .................... .................... .................... .................... .................... ....................
210 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 15 / TAP / KONAS XII / V / 2016 tentang PENGURUS PUSAT IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA PERIODE 2016-2020 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
: Bahwa dalam rangka menjalankan amanat Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII perlu dibentuk Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia dalam satu ketetapan Konges Nasional.
Mengingat
: Anggaran Dasar dan Fisioterapi Indonesia
Memperhatikan
: Sidang Pleno kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Menetapkan : 1. Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia Periode 2016-2020 adalah : a. Ketua Umum :.............. b. Sekretaris umum : ............... 2. Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia berkewajiban melaksanakan amanat kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 2016 3. Ketua Umum dan Sekretaris Umum terpilih sebagaimana tersebut dalam butir 1 (satu) harus membentuk kepengurusan dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan. 4. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 5. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku. Ditetapkan di : Bali Pada tanggal : 25 Mei 2016
Memutuskan
Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
: : : : : : :
Anggaran
Rumah
Tangga
Ikatan
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ..................... .................... .................... .................... .................... .................... ....................
211 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I
KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 16 / TAP / KONAS XII / V / 2016 tentang TIM PERUMUS HASIL KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang
: Bahwa dalam rangka merumuskan hasil Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII perlu dibentuk Tim Perumus Hasil Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII dalam satu ketetapan Kongres Nasional.
Mengingat
: Anggaran Dasar dan Fisioterapi Indonesia
Memperhatikan
: Sidang Pleno kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII
Memutuskan
:
1.
2. 3. 4.
Anggaran
Rumah
: : : : : : :
Ikatan
Menetapkan Tim Perumus Hasil Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII adalah : a. Ketua :.............. b. Sekretaris :............... c. Anggota : ............... d. Anggota :............ e. Anggota :.................... Tim Perumus sebagaimana tersebut dalam butir 1 (satu) harus menyelesaikan tugasnya dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku. Ditetapkan di Pada tanggal
Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
Tangga
: :
Bali 25 Mei 2016
Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ..................... .................... .................... .................... .................... .................... ....................
212 | R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I