RANCANG BANGUN SISTEM PENGELOLAAN PEMETAAN WILAYAH JAWA TENGAH BERBASIS GIS Budi Widjajanto
Abstrak : Perencanaan pembangunan yang baik dilakukan tidak hanya dengan memperhatikan data–data deskriptif, yang lebih menyatakan ukuran dari aktifitas masyarakat suatu wilayah dalam mengelola sumberdaya alam yang dimilikinya saja, namun juga harus memperhatikan data–data geografis yang lebih menunjukkan arah kegiatan serta lokasi/wilayah kegiatan tersebut sebaiknya dilaksanakan. Dalam kaitan tersebut, maka diperlukan suatu sistem informasi pengelolaan pemetaan wilayah yang berbasis sistem informasi geografis. Dengan dukungan database yang tersedia yang berupa data statistik, data sensus atau data tabular, yang diklasifikasikan dalam bidang-bidang perekonomian, kesejahteraan rakyat, pemerintahan dan kependudukan serta infrastruktur dan pengembangan wilayah serta proses digitasi poligon sesuai batas–batas administrasi wilayah kemudian dilakukan proses pengintegrasian database sehingga menghasilkan data spasial berupa 25 jenis Peta Tematik Pembangunan Jawa Tengah. Dengan dukungan informasi yang menggambarkan aspek – aspek informasi deskriptif (non spasial) serta informasi geografis (spasial) wilayah tertentu sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi, diharapkan dapat menjadi acuan dalam penentuan kebijakan arah pembangunan pada periode yang akan datang. Kata kunci : pemetaan wilayah, GIS, peta tematik
PENDAHULUAN Pengembangan wilayah di Indonesia dilakukan dengan pendekatan dari aspek sektoral, yang lebih menyatakan ukuran dari aktifitas masyarakat suatu wilayah dalam mengelola sumberdaya alam yang dimilikinya, dan aspek spasial (keruangan) yang lebih menunjukkan arah dari kegiatan sektoral atau dimana lokasi serta dimana sebaiknya lokasi kegiatan sektoral tersebut. Pendekatan tersebut mendorong lahirnya konsep pengembangan wilayah yang harus mampu meningkatkan efisiensi penggunaan ruang dan pengelolaan sumberdaya alam dan aset manusia sesuai daya dukung yang didasarkan pada penataan ruang. Mengingat sumberdaya alam dan aset manusia merupakan hal dinamis, maka informasi tentang status terakhir potensi dan keberadaannya menjadi sangat penting dalam perumusan kebijakan. Untuk itu keberadaan
Budi Widjajanto adalah Dosen Fakultas Ilmu Komputer UDINUS Semarang 53
54
Techno.Com, Vol. 7 No. 2, November 2009
infrastruktur komunikasi dan informasi secara terintegrasi, akan sangat membantu efektifitas dan efisiensi penyusunan kebijakan dimaksud. Hal tersebut juga sekaligus mendorong keterlibatan dan peran masyarakat. Otonomi daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui UU No 33 dan 34 tahun 2004 merupakan perubahan paradigma radikal dalam pengelolaan pemerintahan, dari yang bersifat sentralistik menjadi pola pengelolaan yang cenderung memberi ruang keleluasaaan bertindak kepada pemerintahan daerah (Kabupaten/Kota) sedangkan Provinsi sebagai daerah otonom dibidang yang bersifat lintas Kabupaten/Kota baik dalam koordinasi perencanaan maupun pengendalian pembangunan regional. Konsekuensi dari perubahan ini adalah kesiapan pemerintah daerah untuk mengorganisasikan sumberdaya dalam perencanaan dan pelaksaaan pengembangan wilayah. Dalam rangka penyusunan perencanaan pengembangan wilayah dibutuhkan pemetaan wilayah sebagai sumber informasi potensi, kesiapan sumber daya manusia sebagai subyek pengelola dan infrastruktur penunjang sebagai sarana untuk mempermudah pengelolaan. Dengan pendekatan yang tepat, ketiga komponen ini memungkinkan perumusan prioritas dan arah pembangunan wilayah berjalan dengan benar dan dalam kerangka waktu yang ditetapkan. Salah satu pendekatan dalam perencanaan pengembangan wilayah adalah pendekatan spasial (keruangan), dimana semua entitas/komponen wilayah dipandang dalam kerangka satu kesatuan ruang dengan tetap memperhatikan sebaran perbedaan karakteristik wilayah dan hubungan inter dan antar wilayah. Dalam upaya pengelolaan pemetaan wilayah, perkembangan teknologi informasi telah memungkinkan ketersediaan data secara efisien dan efektif sebagai dasar untuk perencanaan. Data dikumpulkan, diolah dan dianalisa dan ditampilkan sesuai dengan kebutuhan tujuan perencanaan. Salah satu sumbangan terkini dalam proses pengolahan data adalah dengan Sistem Informasi Geografi (GIS), yaitu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, menganalisis informasi geografis yang mengacu kepada posisi koordinat bumi (geo-referenced data) dengan output peta. Dengan menggunakan GIS informasi geografi dapat diketahui dan dianalisa pola sebaran/agihan keruangannya. Secara sederhana informasi geografis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data numerik dan data spasial/keruangan. Data numerik menggambarkan karakteristik, kualitas, atau hubungan atribut dalam peta; sedangkan data spasial merupakan data digital yang menggamparkan kenampakan peta. Sumber basis data numerik berasal dari data statistik, data sensus, atau data tabular lainnya, sedangkan data spasial dapat diperoleh dari peta, foto udara atau citra pengindraan jauh dalam bentuk analog maupun digital. Tuntutan akan pentingnya pemanfaatan sistem informasi untuk pengelolaan sumber informasi sedemikian mendesak mengingat informasi geografis relatif dinamis sejalan dengan perubahan masyarakat sehingga menuntut adanya kekinian informasi. Disisi lain kebutuhan data sebagai masukan/input merupakan basis dalam proses perencanaan pengembangan wilayah.
METODOLOGI Secara umum metodologi pengembangan sistem ini terdiri dari empat bagian besar, yaitu : Analisis, Desain, Konstruksi dan Implementasi, dengan masing-masing dari empat bagian besar ini masih terbagi-bagi lagi dalam beberapa bagian sebagai berikut :
Rancang Bangun Sistem (Widjajanto)
55
1. Analisis Sistem Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan pada tahap analisis ini ada dua bagian, yaitu tahap survei pengumpulan data dan analisis terstruktur untuk memperoleh pengertian dari permasalahan-permasalahan, efisiensi dan pertimbangan-pertimbangan yang mengarah ke pengembangan sistem. 1. Survei Sistem Kegiatan pada tahap survei pengumpulan data ini adalah mengumpulkan informasi dan data selengkaplengkapnya mengenai sistem dan prosedur serta data dan informasi. 2. Analisis Terstruktur Pada tahap ini tim studi akan menganalisis bahan masukan yang telah diperoleh dari hasil survai. Analisis terhadap hasil survei tersebut terbagi dalam beberapa jenis analisis, yaitu analisis sistem dan prosedur, analisis sistem informasi, dan analisis sarana pendukung: 3. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan kegiatan mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam sistem yang sedang berjalan. Proses identifikasi masalah dilakukan dengan cara memahami kerja dari sistem yang ada, menganalisa hasil penelitian serta pembuatan evaluasi sistem dan penetapan pembenahan serta pengembangan sistem 2. Desain Sistem 1. Desain Konseptual Pada tahap ini berdasarkan hasil studi dan analisis yang dilakukan adalah perancangan sistem dan prosedur, dan perancangan konsep: 2. Desain Basis Data dan Sistem Berdasarkan hasil desain konseptual, dengan model-model ataupun sub sistem yang telah didefinisikan, maka diturunkan variabel - variabel datanya untuk setiap entitas yang ada pada sub sistem-sub sistem. Variabel - variabel yang telah didefinisikan kemudian dituangkan dalam struktur basis data. Basis data ini kemudian dibangun pada platform perangkat lunak yang telah ditentukan untuk kemudian diuji dengan dummy untuk menguji integritas basis data tersebut. 3. Konstruksi Berdasarkan hasil rancangan umum sistem yang telah dibuat, dibangun aplikasi-aplikasi perangkat lunak sistem informasi dengan tahapan-tahapan "write, debug, test" dengan data dummy sebagai data untuk uji coba. Pada tahap ini digunakan strategi pengembangan simultan yang menggunakan proses debugging pada waktu yang bersamaan. Dengan menggunakan strategi ini, kesalahan program (error) bisa diminimasi. Pada tahap ini juga akan diserahkan buku manual dan buku pelatihan yang diperlukan untuk tahap selanjutnya yaitu tahap implementasi, dan juga akan diserahkan jadual instalasinya dan pelatihan. 4. Implementasi Sistem Tahap implementasi terdiri dari empat bagian, yaitu: 1. Tahap instalasi sistem adalah uji coba transfer data, instalasi perangkat lunak dan aplikasi-aplikasi.
Techno.Com, Vol. 7 No. 2, November 2009
56
2. Pelatihan. Setelah instalasi selesai dilaksanakan dengan baik, maka tahap pelatihan dapat segera dilakukan. 3. Presentasi akhir dan laporan akhir. Presentasi yang dilakukan pada tahap ini adalah laporan dan penjelasan dari seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan dalam melakukan studi dan penelitian sampai dengan implementasi 4. Pemeliharaan Sistem. Setelah tahap di atas dilaksanakan bukan berarti pekerjaan selesai begitu saja, akan tetapi tetap akan diadakan evaluasi yang berkelanjutan terhadap error atau masalah pada saat sistem digunakan. Adapun evaluasi dan pemeliharaan sistem ini frekuensinya dapat ditentukan kemudian.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Informasi Geografis adalah sistem yang menggabungkan fungsionalitas sistem informasi dengan data spasial / peta dengan konsep dasar sebagai berikut :
Gambar 1 . Konsep GIS Kegiatan Pengelolaan Pemetaan Wilayah menghasilkan keluaran berupa Peta Tematik Pembangunan Jawa Tengah yang meliputi Bidang Perekonomian, Kesra, Pemduk, Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, yaitu : a. Bidang Perekonomian - Peta Mandiri Pangan
Rancang Bangun Sistem (Widjajanto)
57
- Peta Sebaran Produk Polowijo dan Tanaman Pangan - Peta Produksi Daging - Peta Sebaran Hutan - Peta Jumlah Koperasi dan UKM b. Bidang Kesra - Peta Persebaran Prasarana Pelayanan Kesehatan - Peta Persebaran Penyakit Menular - Peta Persebaran Pelayanan Kesehatan Dasar di Desa (Poliklinik Kesehatan Desa/PKD) - Persebaran Peta produsen industri obat asli indonesia (OAI) - Peta persebaran sarana sosial - Peta potensi sumber kesejahteraan sosial (PSKS) - Peta organisasi / LSM bergerak masalah sosial - Peta perkembangan penduduk miskin dan fakir miskin - Peta sebaran jumlah siswa menurut usia masing-masing jenjang pendidikan - Peta sebaran sarpras sekolah menurut kondisi masing-masing jenjang c. Bidang Pemerintahan dan kependudukan - Peta Kemiskinan - Peta Pengangguran dan Tenaga Kerja - Peta keluarga pra KS, KS I, KS I, KS III - Peta sebaran akseptor KB - Peta Desa d. Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah - Peta tematik air minum dan penyehatan lingkungan - Peta jaringan jalan - Peta rasio elektrifikasi listrik - Peta persebaran pembangkit listrik alternatif (PLTS, PLTMH, PLTB, PLTPB) - Peta persebaran sungai dan waduk Sedangkan sumber data acuan yang akan dipakai sebagai bahan untuk membuat peta tersebut diatas adalah Buku Jawa Tengah Dalam Angka (Tahun 2008) yang merupakan kerjasama BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Adapun proses pembuatan peta dapat dijelaskan sebagai berikut : Data Awal (berupa tabel)
Techno.Com, Vol. 7 No. 2, November 2009
58
Tabel 1. Data Mandiri Pangan Provinsi Jawa Tengah
Rancang Bangun Sistem (Widjajanto)
59
Data yang diambil untuk setiap kabupaten / kota hanya dapat diwakili oleh satu buah atribut (jumlah), karena untuk keperluan pembuatan tiap peta hanya diperlukan dua atribut yaitu : Nama Kab./Kota dan Kuantitas Data, hal ini disebabkan karena pembuatan peta berdasarkan sebaran per Kabupaten / Kota dengan peta dasar Jawa Tengah sebagai berikut :
Gambar 2. Peta Dasar Jawa Tengah
Dengan demikian rincian data akan ditampilkan dalam bentuk tabel Setelah data jumlah tiap Kab. / Kota dimasukkan ke dalam database, maka data secara otomatis akan dikategorikan menjadi 3, yaitu : Rendah ; Sedang ; Tinggi dengan range untuk masing – masing kategori diambil secara otomatis dari tiap – tiap tabel pendukung peta tematik. Sehingga akan menghasilkan suatu peta tematik sebagai berikut :
60
Techno.Com, Vol. 7 No. 2, November 2009
Gambar 3. Peta Tematik Mandiri Pangan
Platform sistem operasi (operating system) yang dipilih untuk pengembangan aplikasi ini adalah MS Windows. Berdasarkan hasil diskusi, disepakati bahwa pengembangan aplikasi akan menggunakan semaksimal mungkin berbasis web. Kami mengusulkan pilihan lingkungan bahasa pemrograman yang akan dipakai adalah PHP 4.0. Hal ini tentu akan memudahkan pihak BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah untuk mengelola platform sistemnya. Sedangkan platform GIS Arc View 3.0. Adapun tools tambahan, sepanjang itu tidak mengubah platform dasar, akan dioptimalkan untuk lebih memaksimalkan kinerja sistem yang dioperasionalkan. Gambar berikut adalah arsitektur sistem :
Rancang Bangun Sistem (Widjajanto)
61
Gambar 4. Arsitektur GIS Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pemasukkan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya. Berikut subsistem dalam SIG : 1. Data Input : subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber, dan bertanggung jawab dalam mengkonversi format data-data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG. 2. Data Output : subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basisdata baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti: tabel, grafik, peta dan lain-lain. 3. Data Management : subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basidata sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diupdate, dan diedit. 4. Data Manipulasi dan Analisis : subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Perencanaan pembangunan yang baik, disamping memperhatikan data – data deskriptif, yang lebih menyatakan ukuran dari aktifitas masyarakat suatu wilayah dalam mengelola sumberng dailakuya alam juga perlu didukung dengan informasi geografis yang lebih menunjukkan arah kegiatan serta dimana lokasi kegiatan tersebut sebaiknya dilaksanakan. 2. Berdasarkan data–data statistik, sensus atau tabular, yang diklasifikasikan dalam bidang - bidang perekonomian, kesejahteraan rakyat, pemerintahan dan kependudukan serta infrastruktur dan pengembangan wilayah sebagai basis data atribut yang diintegrasikan dengan digitasi poligon sesuai batas–batas administrasi wilayah dapat menghasilkan data spasial berupa 25 jenis Peta Tematik Pembangunan Jawa Tengah.
Techno.Com, Vol. 7 No. 2, November 2009
62
3.
Informasi yang menggambarkan aspek–aspek informasi deskriptif (non spasial) serta informasi geografis (spasial) wilayah tertentu sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi, dapat menjadi acuan dalam penentuan kebijakan arah pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA 1. Eddy Prahasta (2001), Konsep – Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis, Bandung, Informatika Bandung 2. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 81 Tahun 2008 Tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi Dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah 3. Whitten, Bently & Barlow (1994), “System Analysis And Design Methods”, Irwin Publishing