22
tumbuh - peduli - berbagi
Info
tumbuh - peduli - berbagi
Info
pelayanan
Desember
s e t o u Q
This Week
Kami ucapkan kepada Jemaat yang berulang tahun pada tanggal :
23 DESEMBER - 29 DESEMBER 2013
Amsal 3:2 Senin, 23 Desember 2013 - Falentina Elsa Ponotuluran - Hermina Datu Lola Selasa, 24 Desember 2013 - Sumria Yaya Pesulima - John Hengki Palar Kamis, 26 Desember 2013 - Liliyanti Wuisan - Vanny Tungka - Donny Phie - Connie Yowardhi Jumat, 27 Desember 2013 - Weni Sabtu, 28 Desember 2013 - Engeline Sigik - Lanny Tan Lan Ing - Merdiana Kanna Salim - Dina Tasik Minggu, 29 Desember 2013 - Esra Ampulembang - Suryantini
Like us
on facebook
PASTORAL
www.facebook.com/GerejaPetra
Follow Us on Twitter www.twitter.com/GerejaPetra Dapatkan Informasi seputar Gereja PETRA
Hidup ini KURANG INDAH karena kita KURANG MENGUCAP SYUKUR. Belajarlah mengucap syukur mulai sekarang! -Byt-
. . . H A L H... I IRILA HAD R I D HA
IBADAH
PUKUL 21.00 WITA
bertempat di Main Hall Gereja Petra Jl. S. Saddang 30-34, Makassar
Ibadah PA dan Ibadah Raya Minggu pukul 09.30 Wita dapat disaksikan secara LANGSUNG melalui INTERNET www.gerejapetra.org/live-streaming
4
Contact Person: Ibu Betty Haryono
Jl. Perintis Kemerdekaan (Kavelery), Daya - Makassar
Flexi 0411 574 5369 | Tlp. 3610 509 Hp. 0852 4286 2600 Pdm. Silva Ramon Rumendong
Setiap hari Minggu Pukul 10.30 Wita
Hp. 0821 8825 9818
Pdt. Sukiman Thomas Karun, S.Th Contact Person: Pdt. Israel Laoly, S.Th Hp. 0813 5551 2966 Flexi 0411 528 3249
T U T U P B U K A T A H U N
31 DESEMBER 2013
09
salurkan talenta anda melayani di bidang: - media view - design graphics - kamera - Photography - web - petra news - lighting contact person: ronny kongdoh (081 2422 6361)
08
INFO PETRA MISI
tumbuh - peduli - berbagi
tumbuh - peduli - berbagi
ANAKyang
KHOTBAH
TUJUAN HIDUP ANAK
01
Memahami identitas kita sebagai anak akan membantu kita memahami tujuan hidup yang sebenarnya. Apakah tujuan Tuhan memberi kita identitas sebagai anak? Mari kita perhatikan ayat 6: “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh AnakNya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!”.
Terhilang
IDENTITAS ANAK Galatia 4:4-6, “[4]Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. [5]Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. [6]Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!”
Contact Person: Pdt. Othniel YedidYah (0813.4298.8870 / pinBB: 755EA797) Pdm. Budiyanto Tandean (0812.4122.2808)
Tentu yang dimaksud dalam ayat 4 ini adalah Yesus. Yesus diutus ke dunia oleh Bapa. Ia diutus untuk apa? Ayat 5 menjelaskan alasannya yakni untuk menebus manusia. Jadi Yesus datang ke dunia ini untuk menebus hidup kita. Tetapi jika kita membaca baik-baik ayat ini, ternyata penebusan itu bukanlah tujuan akhir, bukan tujuan utamanya. Penebusan adalah alat dan sarana yang dipakai oleh Tuhan untuk suatu maksud atau tujuan yang jauh lebih besar. Apakah tujuan sebenarnya dari penebusan itu? Ayat 5 berkata bahwa IA diutus untuk menebus mereka yang takhluk kepada hukum taurat supaya…; kata “supaya” itu menunjukkan tujuannya. “.. supaya kita diterima menjadi anak”. Jadi tujuan penebusan Yesus yakni supaya kita diterima menjadi anak. Inilah identitas yang Tuhan berikan kepada kita yakni anak Allah.
Tuhan menyebut diriNya Abba atau Bapa; dan menyebut kita sebagai anak. Apakah arti dari kata “BAPA atau ABBA”? Arti dari “Bapa” bukanlah sekedar orang tua laki-laki, tetapi kata “Bapa” dalam bahasa Aram berarti SUMBER. Sedangkan arti “ANAK” adalah “yang berasal dari sumber”. Jadi kalau anak itu berasal dari Sumber maka tentulah anak itu sama dengan Bapa yang adalah Sumbernya. Dengan demikian, kita temukan bahwa tujuan hidup kita sebagai anak Allah adalah untuk menjadi sama dan serupa dengan Bapa. Tidak ada tujuan yang lain selain itu dalam Kekristenan kita.
Jadi untuk apa Yesus menebus hidup kita? Supaya kita menjadi anak dan itu adalah identitas kita, sekaligus menunjukkan tujuan kita yakni menjadi serupa dengan Bapa yang adalah sumber kita. Tujuan kita bukanlah sukses dan kaya, tujuan Kekristenan bukan diberkati dan bahagia, tujuan kita adalah menjadi sama dan serupa dengan Dia. Kalau Anda punya tujuan yang lain selain serupa dengan Tuhan, maka Anda harus mengubah tujuan itu. HIDUP DENGAN MENTALITAS ANAK Galatia 4:6, “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!” Jadi untuk menjadi serupa dengan Bapa, Tuhan tidak sekedar menempatkan tujuan, tetapi Dia juga menaruh Roh Anak itu di dalam kita. Itu berarti
02
tumbuh - peduli - berbagi
KHOTBAH
bahwa Allah menaruh kemampuanNya di dalam kita, sebab Tuhan mau kita berjalan dan hidup dengan Roh Anak itu, dan kalau kita berjalan dengan Roh Anak itu, maka kita pasti bisa menjadi serupa dengan Dia. Persoalannya adalah bahwa ada banyak orang Kristen yang sudah ditebus oleh Yesus, tetapi tidak pernah hidup dengan spirit atau mentalitas anak; dia adalah anak tetapi tidak pernah tahu bahwa dirinya adalah anak, karena dia hidup bukan dengan Roh Anak. Lalu dia hidup dengan spirit apa? Dengan spirit atau mentalitas hamba (ayat 7). Galatia 4:7, “Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.” Jadi banyak orang Kristen itu hidupnya bukan sebagai anak. Dia adalah anak tetapi tidak hidup dengan spirit anak, melainkan dengan spirit atau mentalitas hamba. Ia hidup seperti budak, dengan mentalitas budak. Apa bedanya budak dengan anak? Anak itu yang berasal dari Bapa, berasal dari sumber; artinya jelas asal usulnya. Sedangkan budak, asal usulnya tidak jelas. Pada zamannya Paulus, budak itu sudah tidak diketahui lagi asal usulnya karena mereka itu seperti barang yang diperdagangkan. Tuannya bebas menjualnya kapan saja ia mau dan kepada siapa saja yang dikehendakinya. Jadi dikatakan bahwa “kamu bukan lagi hamba, kamu bukan lagi budak, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli waris”. Kalau kita ahli waris, maka apa yang dimiliki Bapa, itu juga menjadi milik kita. Apakah Anda yakin bahwa Anda adalah ahli waris? Percayalah sebab Alkitab telah berkata bahwa jika kita adalah anak, maka kita adalah ahli waris Kerajaan Allah. Oleh sebab itu hiduplah dengan mentalitas anak Alah. Bagaimanakah mentalitas anak dan mentalitas hamba? mari kita pelajari kisah anak bungsu dan anak sulung ini.
Pertama: Anak Bungsu Lukas 15:11, “[11]Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. [12]Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. [13]Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. [14]Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat.” Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Jadi bukan hanya si bungsu yang mendapat harta kekayaan ayahnya, tetapi juga si sulung. Kita akan melihat dengan jelas bahwa kedua anak ini tahu identitas diri mereka (yakni sebagai anak), namun mereka tidak hidup dengan spirit atau mentalitas anak. Yang terjadi bahwa anak bungsu ini ketika ia sudah beranjak dewasa, ia segera meminta haknya kepada bapaknya dan beberapa waktu kemudia ia pergi meninggalkan Bapa. Mari kita teropong sindrom apakah yang ada pada anak bungsu ini? Ternyata bahwa anak bungsu ini hanya punya mentalitas mengumpulkan, mendapatkan, minta, menuntut, dll; dan ketika ia sudah dapatkan, ia memboroskan semuanya itu demi kepentingan dirinya sendiri, ia habiskan semuanya hanya untuk memuaskan hawa nafsu kedagingannya. Inilah sindrom anak bungsu; ia adalah anak tetapi hidup dengan gaya atau mentalitas seorang budak. Ini berbicara tentang orang-orang Kristen yang beribadah dengan maksud hanya untuk mencari berkat Tuhan saja; bahkan bila mereka menangis dan mengangkat tangan di hadirat Tuhan itu karena mereka meminta berkat. Mereka menuntut janji Allah, meminta dan mengumpulkan berkat; lalu setelah mereka mendapat berkat yang banyak mereka kemudian pergi meninggalkan Bapa dan menghabiskan berkat itu untuk kepentingan dirinya sendiri. Banyak orang Kristen yang setelah
tumbuh - peduli - berbagi
INFO PETRA MISI
07
06
INFO PETRA MISI
tumbuh - peduli - berbagi
tumbuh - peduli - berbagi
diberkati, usahanya diberkati, mereka jarang lagi ke gereja, mereka sibuk mengumpulkan berkat dan lama kelamanan mereka pergi meninggalkan Bapa. Berkat-berkat itu mereka pakai untuk dirinya sendiri, untuk memuaskan nafsunya dan tidak memakainya untuk memberkati orang lain atau gereja. Jadi mentalitas berkorban, berbagi, itu sudah tidak ada lagi. Kalau orientasi kita hanya sebatas mengejar berkat, maka kita akan sampai pada satu titik bahwa semuanya itu tidak ada artinya. Hidup menjadi hampa, sebab kita tidak mencapai tujuan hidup yang sebenarnya. Ada banyak orang di hari ini rela tinggalkan Tuhan demi kebutuhan-kebutuhan hidupnya; ada banyak orang yang rela tinggalkan imannya, tinggalkan persekutuannya dengan Tuhan untuk kesenangan-kesenangan dirinya. Kalau hari ini Anda masih hidup dengan sindrom ini, cepatlah kembali seperti anak bungsu ini. Ketika anak bungsu ini kembali, inilah yang luar biasa bahwa bapaknya itu ketika ia melihat anaknya dari kejauhan, bapaknya berlari mendapatkan dia. Perlu kita ketahui bahwa pada zaman itu, pakaian mereka berupa jubah panjang sampai mata kaki dan berlapis-lapis (karena budaya dan iklim). Budaya mereka mengharuskan mereka menutupi kakinya atau auratnya. Dan dengan pakaian seperti itu tentu menyulitkan seseorang untuk berlari. Oleh sebab itu bapaknya harus mengangkat jubahnya untuk berlari mendapatkan anak bungsu. Dengan mengangkat jubahnya itu berarti bahwa bapak itu mempermalukan dirinya sendiri, ia sedang menurunkan harga dirinya demi mendapatkan anaknya. Itu jugalah yang dilakukan Yesus ketika IA datang ke dalam dunia dan mati bagi kita demi supaya kita diselamatkan dan menjadi anak. Sungguh besar kasih Allah bagi kita. Anak bungsu ini tidak hidup dengan mentalitas anak. Itu sebabnya ia tidak hidup dalam tujuan hidup yang sebenarnya. Ia tidak bisa menjadi seperti Bapa; ia jauh dari Bapa. Dan akhirnya ia mendapati hidupnya sia-sia semata.
KHOTBAH
03
Kedua: Anak Sulung Lukas 15:25-27, “[25]Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. [26]Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. [27]Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. [28] Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. [29]Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabatsahabatku.” Anak sulung itu marah karena pesta yang diadakan bapanya bagi adiknya yang telah kembali. Mengapa anak sulung marah? Karena ia tidak hidup dalam spirit atau mentalitas anak. Apa buktinya? Mari kita periksa dalam ayat 29! Anak sulung berkata: “telah bertahun-tahun aku melayani bapa, …”. Di sini kita melihat bahwa sepertinya anak sulung ini begitu baik. Dan kalimat berikutnya jika kita baca, kita pasti akan tambah kagum dengan anak sulung ini. Dikatakan bahwa “telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa”. Jadi kelihatannya anak sulung ini punya ketaatan dan komitmen yang luar biasa karena dikatakan bahwa telah bertahun-tahun ia belum pernah melanggar perintah bapaknya. Tetapi perhatikan kalimat berikutnya: “tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing..”. Dari kalimat itulah dapat kita ketahui bahwa tenyata dibalik semua ketaatan, komitmen dan pelayanannya yang luar biasa itu, ada sebuah mentalitas atau spirit yang lain; yakni bahwa sebenarnya yang dikejar oleh anak sulung ini adalah hanya seekor anak kambing. Anak sulung
04
KHOTBAH
ini anak tetapi ia hidup dengan mentalitas budak. Kalau mentalitas anak adalah bekerja untuk menyenangkan hati Bapanya; sedangkan kalau budak itu bekerja untuk menuntut imbalan. Ternyata yang di kejar anak sulung itu hanya anak kambing. Seorang Kristen bisa saja kelihatan aktif dalam kegiatan-kegiatan gereja dan taat kepada otoritas. Namun apakah yang menjadi orientasinya? Apakah untuk “seekor anak kambing”?. Anak kambing itu bisa berupa berkatNya, mujizatNya, penghormatan manusia, kedudukan dalam gereja, dll. Jika Anda adalah anak, maka orientasi dari pengabdian atau pelayanan dan ketaatan Anda adalah untuk menyenangkan hati Tuhan. Lukas 15:30, “[30]Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. [31]Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.” Mengetahui bahwa orientasi anak sulungnya hanya kepada anak kambing, maka tentulah hati Bapa sangat sedih dan berkata: “Nak, selama ini aku bersama-sama dengan kamu, tidak cukupkah aku buat kamu? Jadi selama ini kamu hanya merindukan kambing, kamu tidak sungguhsungguh merindukan aku?”. Demikianlah bahwa banyak orang Kristen yang hanya lebih menginginkan berkat Tuhan, ketimbang pribadi Tuhan. Anak sulung ini setiap hari bersama Bapa tetapi kehadiran Bapa tidak cukup baginya sebab hatinya hanya tertuju kepada anak kambing. Demikianlah bahwa ada orang Kristen yang aktif di gereja tetapi tidak mengalami hadirat Bapa. Ia bisa kelihatan taat tetapi sebenarnya yang ia rindukan itu bukan hadirat Bapa, melainkan berkat Bapa, ia merindukan popularitas, merindukan hal-hal yang duniawi, dll. Anak ini tidak pernah menyadari bahwa kebersamaan dengan Bapa itu adalah
tumbuh - peduli - berbagi
sesuatu yang sangat berarti, melebihi segala hal. Apakah Bapa cukup buat saudara? Apakah kita ikut Tuhan itu karena berkat atau mujizatNya atau karena pribadiNya? Perlu kita ketahui bahwa ketika kita punya Bapa, kita punya semuanya. Kalau kita dapatkan Bapa, kita akan dapatkan semuanya. Janganlah kita menukar pribadi Bapa dengan yang lain? Ikutilah teladan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang terancam akan di bakar karena mereka menolak menyembah patung raja dan tetap menyembah Allah. Bahkan sekalipun dapur api itu dipanaskan 7 kali lipat mereka berkata: “Tuanku raja, kami tidak akan menyembah patung yang engkau dirikan itu karena Allah yang kami sembah itu akan menolong kami; tetapi jika Allah yang kami sembah itu tidak menolong kami, kami tetap tidak akan menyembah patung itu, kami akan tetap menyembah Allah kami”. Di sini terbukti bahwa yang mereka kejar bukanlah berkat Tuhan, melainkan pribadi Tuhan. Bagi mereka, pribadi Tuhan tidak dapat ditukar dengan apapun juga. Mereka tetap menyembah kepada Tuhan sekalipun mereka belum melihat mujizat Tuhan. Dan apakah yang Tuhan berikan kepada orang-orang yang demikian? Alkitab mencatat bahwa nyala api itu tidak mampu membakar mereka, bahkan bau asappun tidak ada pada mereka. Mujizat besar terjadi bagi orang Kristen yang hidup dengan mentalitas anak. (Baca: Daniel 3). Kalau kita tahu identitas diri kita sebagai anak, maka kebutuhan seorang anak adalah bersama Bapa-nya. Itu sudah cukup bagi dia! Ketika kita punya Bapa maka kita punya semuanya karena kita adalah anak, pewaris daripada Bapa. Amin!!
tumbuh - peduli - berbagi
INFO PETRA MISI
Jadwal Ibadah Umum
05
37 Cabang GPT PETRA Misi
LANJUTAN kesaksian
LEMBAR 22 Desember 2013
KESAKSIAN
wahyu 12 : 11
By : Ibu Elsye
Tak ada yang mustahil Bagi Tuhan
Redaksi Bagi Jemaat yang ingin memberikan kesaksian, agar dapat langsung menyerahkan kepada Ibu gembala atau dapat mengirimkannya lewat email :
[email protected] [ Kesaksian yang telah diberikan menjadi hak redaksi sepenuhnya untuk diedit/dirubah ]