Journal of Governance, Juni 2017
Volume 2, No. 1
PURITANISME DAN FUNDAMENTALISME DALAM ISLAM TRANSNASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA Rendy Adiwilaga Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bale Bandung (UNIBBA)
[email protected]
Abstract: In fact, the movement of Islamisme has special portion in the political world. It not only presents as a potential power, this movement is also there as a good bargain to define and colorise the political climate. The movement not only exists as antithesis to the old concept created by the western, but also it appears as a movement to influence the colors of the political states in many countries, particularly in the newly independent states after the World War II. This present article explains how, historically, the Ideology of Islam Transnational as the idology that spread over in Indonesia after reformation movement builds a new hegemony. It also describes how this ideology influences the Pancasila, especially the existence of Pancasila as the national concensus. Keyword: Islamism, Ascetic, Fundamentalism, Pancasila
Pendahuluan
Pembela Islam (FPI) dan Hizbut
Sulit untuk kita ingkari bahwa dewasa
ini,
gejolak
euforia
Tahrir Indonesia (HTI) mendadak mendapatkan panggung megah, dan
Islamisme sebagai paham, bahkan
ormas-ormas
lain
mimpi dalam sistem ketatanegaraan,
semakin
lantang
sangat
memperlihatkan
laris
sebagai
sebuah
sejenis
dalam
geliatnya nilai-nilai
pun perihal
komoditas hangat terlebih untuk
ditetapkannya
khilafah
diperbincangkan. Pasca bergulirnya
dalam keseharian masyarakat.
aksi massa dengan mengusung nama
Masyarakat pun semakin dibuat
gerakan seperti 411 dan 212 pada
bingung. Disisi lain, bagi para
akhir tahun 2016, sebagian besar
pendukung Islamisme, fenomena ini
masyarakat mulai memberi perhatian
merupakan angin segar yang mampu
lebih pada gerakan Islamisme. Front
merestuinya untuk berbicara apapun
127
Adiwilaga, Puritanisme dan Fundamentalisme dalam Islam
tentang isu keIslaman, termasuk di
pegiat
dalamnya hal-hal yang sebelumnya
Indonesia. Seakan dibangunkan dari
tabu untuk diperbincangkan seperti
tidur panjang, domino effect dari
pendirian negara Islam dan lain
peristiwa tersebut ialah bangkitnya
sebagainya.
pula,
satu persatu suara-suara ormas serta
masyarakat yang merasa mewakili
lembaga keagamaan tertentu dalam
kebhinekaan
menyuarakan tuntutannya. Hal ini
Disisi dan
lain
toleran,
dibuat
gerakan
Islamisme
resah dengan isu-isu non elementer
menarik
yang digulirkan ormas-ormas Islam
organisasi pegiat kekhilafahan dan
baru seperti penurunan baligho di
syariat Islam baik pada masa orde
Universitas Kristen Duta Wacana
baru
Yogyakarta,
acara
bergerak senyap dan mengendap-
peribadatan acara keagamaan non-
endap. Menarik juga bahwa FPI yang
Islam, sweeping besar-besaran yang
sebelumnya kurang mampu mengisi
dilakukan beberapa ormas terkait
ruang di relung hati sebagian besar
penggunaan atribut natal dan lain
masyarakat, mendadak dipuja-puja
sebagainya, hingga dewasa ini terjadi
dan pimpinannya menjadi figur yang
peristiwa
paling berpengaruh dalam aksi-aksi
jenazah
pembubaran
penolakan akibat
pengurusan
pilihan
mengingat
di
maupun
pasca
vokalnya
reformasi
politik.
massa yang sudah bergulir. Namun
Masyarakat terpecah ke dalam dua
perlu diperhatikan bahwa fenomena
kutub yang saling berseberangan dan
tersebut tidak mendadak muncul
saling melakukan penolakan serta
seperti buih dalam ombak, tetapi
pembenaran. Walhasil, kondusifitas
ditopang melalui peristiwa panjang
dalam
bermasyarakat
yang tengah dan telah bergulir.
cukup terganggu, dan disintegrasi
Lantas, apakah gerakan Islamisme
dikhawatirkan
atau
kehidupan
mengemuka
jika
Islam
transnasional
ini
fenomena ini tersebut dibiarkan.
merupakan pengaruh eksternal baik,
Peristiwa dugaan penistaan agama
atau
oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki
sebuah
Tjahaja
Pancasila
Purnama
momentum
jelas
tersendiri
menjadi
bagi
para
sebaliknya,
malah
menjadi
ancaman
bagi
eksistensi
dilihat
dari
perspektif
ideologis?
128
Journal of Governance, Juni 2017
Volume 2, No. 1
Mengupas Islamisme dan Islam
sejatinya mulai muncul pada awal
Transnasional
abad ke 17. Kemajuan Barat yang
Terdapat
perdebatan
tersendiri
disusul dengan kemunduran dunia
ketika kita memahami terminologi
Islam, selain memberikan pukulan
Islamisme dan Islam Transnasional,
keras, pada akhirnya juga menjadi
khususnya jika dihadapkan pada
bahan evaluasi bagi para pemikir
konteks
historis.
Islam, untuk melakukan perubahan
Sejatinya, Islam sendiri merupakan
dan perbaikan di berbagai sendi.
suatu pemahaman yang datang dari
Abad ke-18 menjadi titik tolak
luar,
pergerakan Islam untuk melakukan
geografis
dan
mengingat
masyarakat
Nusantara sendiri sebelumnya lekat
perubahan.
Berdasarkan
dengan
Fealy
Bubalo
konsep
Animisme
dan
dan
catatan
(2007:
30),
Dinamisme. Bahkan bisa dibilang,
gerakan pemikiran Islam dipelopori
beberapa
oleh Muhammad bin Abdul Wahab
pemikiran
ulama-ulama
pendiri dua ormas besar di Indonesia,
(1703-1787)
di
Arabia
Tengah,
yakni Muhammadiyah (1912) dan
disusul trio Jamaludin Al-Afghani
Nahdhatul Ulama (1926) dipengaruhi
(1839-1897),
Muhammad
oleh pemikiran-pemikiran Islam dari
(1849-1905),
dan
luar. Selain melalui pembelajaran
(1865-1935) pada abad 19 dan 20.
Abduh
Rasyid
Ridha
Ulama langsung ke jazirah Arab,
Menurut Jon Armajani (2012, 1),
jauh sebelum itu, konsepsi Islam
setidaknya ada empat hal yang
sudah dikenal masyarakat pelabuhan
dijadikan
pijakan
melalui
Islamis:
Pertama,
hubungan
perdagangan.
oleh
kalangan
prinsip-prinsip
Kaum Arab, Gujarat, dan Tiongkok
keislaman harus menjadi pedoman
sekalipun
dalam
dalam kehidupan sehari-hari, baik
proses penyebaran Islam di bumi
secara personal maupun kolektif.
nusantara.
Kedua, Islam adalah agama yang
berperan
besar
Ide Islam yang menggambarkan
menekankan pentingnya keyakinan,
tidak hanya sebagai konsep Ilahiah
sedangkan keyakinan agama lain
melainkan juga konsep yang utuh
mengandung
dalam sendi politik dan kenegaraan,
keabsahan terbatas. Ketiga, hukum-
kesalahan
atau
129
Adiwilaga, Puritanisme dan Fundamentalisme dalam Islam
hukum
tradisional
Islam
harus
Wahabi sendiri pada prosesnya
mengatur masalah relasi seksual.
kemudian mempelopori Hassan Al-
Keempat, budaya barat dan sekular
Banna untuk membangun Ikhwanul
hanya
Muslimin
mempromosikan
budaya
pada
tahun
konsumerisme dan hidup bebas yang
Berdasarkan
bertentangan dengan Islam.
Wahid dalam bukunya “Ilusi Negara
Abdul Wahab sendiri mengawali dinamika
pergerakan
pemikiran
telaah
1928.
Abdurrahman
Islam”, Tongkat estafet perjuangan Hassan
Al-Banna
kemudian
Islam melalui konsepsi Wahabi.
diteruskan oleh agitator handalnya,
Menurut
Wahabi
yakni Sayyid Qutb. Sayang, Sayyid
berkeyakinan bahwa solusi bagi
Qutb dieksekusi oleh junta militer
kemunduran
adalah
Mesir pada tahun 1966. Dominasi
dengan pemahaman dan penerapan
militer mendorong eksodusme besar-
literal
besaran sebagian aktivis Ikhwanul
El
umat
teks
sumber
Fadl, Islam
sebagai
satu-satunya
otoritas
yang
sah.
Muslimin (IM) ke Arab Saudi dan
Karenanya, setiap usaha menafsirkan
Eropa.
teks secara historis dan sosiologis,
kandung Sayyid Qutb, kemudian
terlebih filosofis, dianggap sebagai
menjadi dosen di King Abdul Aziz
bentuk penyimpangan. Tidak ada
University Jeddah dan mengajar
multitafsir dalam agama, tidak ada
Osama
pluralisme,
mahasiswanya. (Wahid, 2009: 82).
dan
autentik
berarti
melaksanakan bunyi teks secara literal.
Untuk
masyarakat Wahabi
menarik
simbol-simbol
Bin
Pecahan
Qutb,
Laden
lain
dari
adik
sebagai gerakan
simpati
Ikhwanul Muslimin yang cukup
kelompok
memberikan pengaruh besar hingga
menggunakan
kini, dimotori oleh Taqiudin Al-
muslim, banyak
Muhammad
Salafi.
Kelompok
Nabhani
(1909-1997).
Taqiudin
inipun lebih menyukai untuk disebut
menilai gerakan Ikhwanul terlalu
kelompok “Salafi” dengan jargon
moderat. Sampai akhirnya, Taqiudin
kembali kepada “Al salaf Al Shalih”,
mendirikan
yakni kembali kepada Islam versi
Yerussalem Timur. Berangkat dari
mereka. (El Fadl, 2003: 24).
koflik
Hizbut
Israel-Palestina,
Tahrir
di
Taqiudin
130
Journal of Governance, Juni 2017
Volume 2, No. 1
memandang konflik tersebut sebagai
Indonesia. Beda halnya dengan arus
cerminan pertarungan dunia Islam
militan yang merefleksikan sebuah
versus
sikap yang keras, pesimis, dan tidak
Non
Islam.
Dan
untuk
memenangkan pertarungan tersebut,
sabar
diperlukan sebuah sistem Khilafah
militan dipelopori oleh Sayyid Qutb.
Islamiyah
Qutb
Internasional,
yang
terhadap sendiri
perubahan. meyakini
bahwa
diawali dari teritori Afrika bagian
Islamisasi
barat
mungkin terwujud manakala tatanan
hingga
ujung
timur
Asia
Tenggara.
masyarakat
Arus
hanya
politik, ekonomi, dan sosial yang ia
Menurut
Bubalo,
Fealy,
dan
sebut sebagai keadaan jahilliyah
Mason (2012: 7), aktivisme gerakan-
(kebarbaran)
gerakan Islamisme pada dasarnya
total. Bahkan dalam karyanya yang
terbagi menjadi dua arus, yakni arus
terkenal, Ma’alim Fi Al Thariq
utama dan arus militan. Islamisme
(penunjuk jalan), Qutb menciptakan
arus utama yang dimaksud ialah
‘apa yang mesti dilakukan’ ala
kaum Islamis yang ingin mendirikan
Islamis yang mirip dengan gagasan
negara Islam sebagai tujuan utama
Lenin
mereka,
kekuasaan secara revolusioner.
namun
pembangunan reformasi
dengan
sistem
melalui
mengenai
Berdasarkan
secara
perebutan apa
yang
secara
dikemukakan oleh Adiwilaga dalam
atas.
makalahnya, “Quo Vadis Gerakan
Sederhananya, arus utama bersedia
Islamisme di Indonesia”, Evolusi
‘mengalah’ dengan mengikuti sistem
dari
pemilihan langsung yang dianut
kemudian melahirkan wajah-wajah
demokrasi
perlahan
baru yang lebih mengerikan, yakni
membangun negara Islam yang kuat
terorisme yang diwakilkan Al-Qaeda
seperti halnya Adalet ve Kalkinma
dan dewasa ini Islamic State of Iraq
Partisi
dan
and Sjam (ISIS). Keduanya secara
pimpinan
terbuka menyatakan perang terhadap
bertahap,
masyarakat
digulingkan
dari
untuk
(Partai
Pembangunan, Erdogan Keadilan
bawah
di
ke
Keadilan AKP)
Turki,
Sejahtera
serta
Partai
(PKS)
di
Islamisme
Amerika
Serikat
semang
dari
militan
sebagai demokrasi
juga
induk dan
131
Adiwilaga, Puritanisme dan Fundamentalisme dalam Islam
kapitalisme. Beberapa aksi teror
pengertian. Pertama, yakni semua
bahkan telah dijalankan, mulai dari
usaha
peristiwa 9/11, hingga aksi teror
kepercayaan dasar. Dalam konteks
kontemporer seperti penembakan di
masyarakat
Arizona. Evolusi dari arus militan ini
kembali pada Al-Quran dan Hadits
juga
baru
sebagai
model
dengan tema ‘pembebasan negeri
Kedua,
pengertian
muslim’. Beberapa diantaranya aktif
dipengaruhi gerakan protestanisme
meneriakkan isu-isu Palestina dan
Amerika. Fundamentalisme adalah
lain
arus
gerakan protestanisme abad 20 yang
utama bahkan mulai mengambil
menekankan penafsiran injil secara
perhatian pada isu-isu ini, entah
litera; sebagai hal fundamental bagi
sebagai
kepedulian
kehidupan
sebagai
upaya
menghadirkan
sebagainya.
wajah
Beberapa
murni
atau
untuk
kembali
Islam
ialah
hidup
dan
pada usaha
normatif.
yang
ajaran
sangat
Kristen.
penggalangan
Ketiga, istilah untuk menyebut suatu
persatuan melalui pelemparan isu
hal yang terkait dengan aktivitas
common enemy.
politik,
Arus militan tersebut nyatanya melahirkan gerakan-gerakan puritan serta fundamental. Menurut El Fadl, kelompok puritan adalah mereka yang secara konsisten dan sistematis menganut
absolutisme,
berpikir
dikotomis, dan idealistik. Mereka tidak kenal kompromi, cenderung puris dalam artian tidak toleran terhadap berbagai sudut pandang dan berkeyakinan
bahwa
realitas
pluralistik merupakan kontaminasi terhadap autentisitas (El Fadl, 2006: 29-32).
Sedangkan
Esposito,
membagi Fundamentalisme pada tiga
ekstrimisme,
fanatisme,
terorisme, dan anti-Amerikanisme. (Esposito, 1996: 17-18). Cikal bakal Islam Transnasional di Indonesia Di Indonesia sendiri, Islamisme (sebagai
embrio
Transnasional)
Islam
bukanlah
barang
baru. Tjokroaminoto dengan Sarikat Islamnya, dipengaruhi pemikiran
nyatanya oleh Islamis
banyak pemikiran-
luar
seperti
Jamaludin Al-Afghani dan pemikir Islam pembaruan lainnya. Setali tiga uang dengan Tjokroaminoto, KH
132
Journal of Governance, Juni 2017
Volume 2, No. 1
Ahmad
Dahlan,
Muhammadiyah
juga
dipengaruhi pemikiran
oleh Islamis
Tjokroaminoto
pendiri
diwakilkan oleh Gerakan Tarbiyyah
banyak
yang
pemikiranluar.
Namun
terwakilkan
oleh
Partai
Keadilan Sejahtera (PKS), Hizbut Tahrir
Indonesia
mengakui
sebagai
produk
Jama’ah Salafi, Front Pembela Islam
perjuangan tanpa murni meneriakkan
(FPI), Komite Persiapan Penegakan
khilafah, sedangkan Ahmad Dahlan
Syari’at Islam (KPPSI), dan lain
murni pada perlawanan terhadap
sebagainya (Turmudi & Sihbudi,
takhayul, bid’ah, dan churafat, atau
2005: 11)
dengan kata lain dalam konteks substansial pemurnian agama sahaja. Lantas apa yang membedakannya dengan
pemahaman
Islam
Indonesia
Majelis
masih
demokrasi
Mujahidin
(HTI),
(MMI),
Otoritarianisme Soeharto selama 32
tahun
nyatanya
menghadirkan
banyak
sentimen-sentimen
khusus pada gerakan maupun partai
Transnasional dewasa ini? Islam
yang
Transnasional merupakan gerakan
dikerucutkannya partai-partai Islam
Islam yang hendak memberlakukan
menjadi
formalisasi Islam dalam tata hukum
Partai
kenegaraan
negara,
(PPP), disusul kerusuhan-kerusuhan
termasuk Indonesia. Rohmanu dalam
yang diagendakan dan dituduhkan
alwishihab.com juga mengutarakan
pada tokoh Islam seperti peristiwa
bahwa
Tanjung
di
berbagai
Islam
Transnasional
berbau partai
Priok
mengakibatkan
radikal,
organisasi
kanan,
tunggal
Persatuan
merupakan nama lain dari Islam Islam
Islam.
Islam
Pasca bernama
Pembangunan
tahun daya
1982, jelajah
menyempit.
fundamentalisme Islam, dan Islam
Dipersempitnya ruang gerak tersebut
puritan. Kelompok-kelompok puritan
dikombinasikan
mempunyai
dan
pengkultusan Pancasila versi orde
karakter
baru yang fanatis mengakibatkan
keberagamaan mereka mempunyai
gerakan Islam jauh dari kata kritis.
benang
Hal
gerakan,
variasi akan
merah
Indonesia,
nama
tetapi yang
kelompok
sama.
Di
tersebut
tersebut
dengan
lah
yang
melatarbelakangi Natsir mendirikan
Adiwilaga, Puritanisme dan Fundamentalisme dalam Islam
Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII),
yang
kegiatannya
melaksanakan pengajian di kampuskampus.
Natsir
bahkan
mampu
menginspirasi berdirinya organisasi kemahasiswaan bernama KAMMI, yang lambat laun menjadi inisiator Partai Keadilan pasca tumbangnya Orde Baru dan kini berevolusi menjadi partai Islam besar bernama Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Tidak hanya itu, Hizbut Tahrir melalui Abdurrahman Al-Baghdadi dan Mustofa bin Abdullah bin Nuh juga diam-diam melancarkan strategi dakwah di kampus-kampus besar di Indonesia
sejak
tahun
1980-an.
Berikut merupakan pendapat dari Natsir
yang
melandasi
gerakan
ada di dalamnja tjara-tjara mengatoer contingenteering, tak ada di dalamnja peratoeran valuta dan devizenregelling dan jang sematjam itoe. Tak akan bersoea dalamnja tjara mengatoer laloe lintas verkersregeling “menoeroet Islam”, tak ada cara memasang antene “menoereot Qoer’an”, tak ada peratoeran evacuatie dan luchbescherming “menoeroet soennah” dan 1001 matjam hal jang sematjam itoe lagi jang mendjadikan staat modern kita ini soelit roemit, bersangkoet paoet dan gecompliceerd itoe. Tidak! Ini sematjam toedoehan tentoe tidak bisa dan tidak poela diatoer dengan wahjoe ilahi kekal dan tak beroebah. Sebab ini semoa berkenaan dengan hal kedoeniaan jang selaloe berpoetar dan beroebah menoeroet tempat zaman dan keadaan” (Natsir, 1940: 553). Natsir
menilai
bahwa
peminggiran Islam dalam falsafah
Tarbiyyah dalam mencapai Negara
kenegaraan
Islam:
kekeliruan.
“Seringkali orang bertanya: bagaimana toean hendak mengatoer negara dengan Islam. Apakah Qoer’an Toean itu tjoekoep oentoek mengatoer semoa oeroesan staat dalam abad ke 20 ini? mengatoer staat jang modern jang boekan sedikit sangkoet paoetnja, amat geomliceerd dan soelit roemit? Kita berkata: memang kalaoe kita boeka Qoer’an tak akan bertemoe didalamnja handleiding oentoek merantjang begrooting negeri, tak
133
menghendaki
adalah
sebuah
Sekulerisme
yang
pemisahan
antara
agama dan negara menjadi hal yang paling Natsir tentang. Sayangnya, sejarah
mencatat
Natsir
dan
kendaraannya, yakni Masyumi, kalah telak
dan
kedigdayaan
tenggelam Nasionalisme
dalam dan
Pancasila. Dan hal tersebut semakin diperparah dengan kecemburuan dan kecurigaan
Soeharto
pada
134
Journal of Governance, Juni 2017
Volume 2, No. 1
perkawinan Islam dan politik praktis.
Sejalan
Wajar jika kemudian Natsir dan para
semakin
penerusnya bergerilya dalam ranah
selebaran-selebaran
dakwah dan pendidikan.
pentingnya Kilafah Islam, busuknya
Pasca tumbangnya rezim Orde Baru,
geliat
gerakan
dengan
FPI,
aktif
kapitalisme,
HTI
juga
menyebarkan
dan
tentang Mudharat
nya
keislaman
Pancasila. Beda hal dengan PKS
semakin mengemuka, KAMMI –
yang menjalankan strategi moderat,
sebagai
dengan
representasi
kontemporer-
Tarbiyyah
bahkan
ikut
ikut
pemilihan
berkompetisi
umum
pada
langsung
serta
dan
menginisiasi tumbangnya Soeharto
mendukung
dari kursi presiden. HTI pun semakin
pemerintahan Nasionalis. Sayang,
terang-terangan meneriakkan Islam
kegemilangan PKS luntur karena
kaffah sebagai sistem formal. Diluar
kasus
itu, pendirian organisasi masyarakat
permasalahan korupsi, gratifikasi,
khususnya yang berhaluan Islam
bahkan tindak amoral.
elit
nya
mengakui
yang
terjerat
juga deras mengalir, salah satunya
Meminjam
ialah Front Pembela Islam (FPI)
Abdurrahman
yang
setelah
Puritan mengklaim sebagai pewaris
tumbangnya Soeharto. HTI dan FPI
tunggal kebenaran dan karenanya
merupakan dua lembaga yang sangat
muslim
aktif menghendaki penetapan Syariat
kurang Islami atau bahkan kafir.
Islam sepenuhnya dalam tatanan
Seperti pendahulunya, yakni DDII,
hukum dan sistem pemerintahan
kelompok ini gencar melakukan
Indonesia. Pada tabligh akbar FPI
infiltrasi
tahun 2002, bahkan disepakati oleh
pendidikan,
seluruh elit agar FPI memiliki sikap
masjid, maupun ormas-ormas Islam,
untuk
Islam
tak terkecuali Muhammadiyah dan
dimasukkan pada pasal 29 UUD
Nahdhatul Ulama (NU). Hingga
1945
akhirnya,
berdiri
4
menuntut dengan
“kewajiban
bulan
Syariat
menambahkan
menjalankan
Syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
istilah Wahid,
yang
ke
berbeda
dalam instansi
dari Kelompok
dianggap
lembaga pemerintah,
Muhammadiyah
menerbitkan SK PP Muhammadiyah Nomor
149/Kep/I.0/B/2006
yang
135
Adiwilaga, Puritanisme dan Fundamentalisme dalam Islam
berisi tentang penolakan terhadap
204). Artinya, konsepsi Islam tidak
infiltrasi tersebut, pun halnya dengan
perlu disematkan dalam sampul fisik
NU melalui forum Bahtsul Masa’il
yang
nya (Wahid, 2000: 44).
dinyalakan melalui komposisi atau
Islam
Transnasional
dan
Resistensi Pancasila Dalam berbagai peristiwa dan catatan sejarah, Soekarno berkalikali mengemukakan bahwa Pancasila merupakan merangkul masyarakat,
konsepsi
ideal
seluruh golongan,
yang lapisan
ras,
dan
agama menuju persatuan Indonesia yang mapan. Walau melalui desakan dari berbagai arah untuk menjadikan Indonesia
berasaskan
Islam,
Soekarno tak bergeming. Soekarno melalui
“Dibawah
Bendera
Revolusi”, yang disadur dalam buku “Soekarno dan Modernisme Islam” karya Ridwan Lubis, mengemukakan mengapa Islam tidak dijadikan dasar negara secara formal. Menurutnya, Islam tidak dijadikan sebagai dasar negara
(formeel
verklaring)
di
Indonesia. Yang dipentingkan Islam bukan formeel verklaring, namun “.. ia minta satoe staat jang betoelbetoel menjala api keIslaman di dalam dada oemat”. (Lubis, 2010:
nampak,
namun
cukup
isi dari sebuah konsep general seperti Pancasila, dan pengamalannya lah yang utama. Islam
pun
dilepaskan
sejatinya
tidak
sepenuhnya
oleh
Soekarno sebagai penggagas utama Pancasila. Walau tidak secara resmi dicantumkan konsep teologi Islam sebagai landasan utama dasar negara, tetapi paham ketauhidan menjadi puncak
tertinggi
dari
perbagai
pandangan keTuhanan. Pertimbangan lain mengapa Islam bukan sebagai pegangan
formal
ialah
pertimbangan
dengan
kebhinekaan.
Soekarno, dan juga tokoh nasionalis lain
mempertimbangkan
pemeluk
agama
lain.
nasib Dengan
dipaksakannya Syariat Islam pada masa
itu,
founding
Soekarno fathers
dan
lainnya
para meng-
khawatirkan terjadinya disintegrasi yang
berkepanjangan.
diakuinya
Pancasila
Dengan sebagai
gentlement agreement oleh pemuka Islam
pada
masa
itu,
maka
permasalahan konsepsi kenegaraan
136
Journal of Governance, Juni 2017
Volume 2, No. 1
sudah
dinyatakan
sudah
dibangun pegiat Islamis, diantaranya
kesepakatan
ialah: (1) Syariat harus mengatur
bersama dalam bentuk konsensus
seluruh aspek dari kehidupan di
nasional, ditempatkan sebagai alat
negara-negara muslim, (2) setiap
mencapai tujuan, sekaligus tujuannya
pemerintahan
itu sendiri.
mewujudkan muslim yang paripurna,
dianggap
final,
sebagai
Sebagai
sebuah
konsensus
yaitu
harus
muslim
mampu
yang
nasional, idealnya Pancasila perlu
menjalankan
dihormati
memiliki keyakinan yang sesuai
dan
dijalankan
oleh
rukun
patuh
Islam
segenap bangsa Indonesia tanpa
dengan
terkecuali penduduk Indonesia di
pemerintahan dapat dicapai melalui
luar negeri. Nilai-nilai ketuhanan,
mekanisme demokrasi atau melalui
nasionalisme,
sistem
demokrasi
dalam
rukun
monarki
Iman,
dan
yang
(3)
dipimpin
bentuk musyawarah mufakat, serta
seorang amir yang dianggap sebagai
sosialisme
baying-bayang Tuhan di bumi, (4)
sepatutnya
menjadi
pegangan hidup, way of life dari
pemerintahan
masyarakat. Kesepakatan tersebut
Islam tersebut harus memberikan
sifatnya menyeluruh dan tertutup
dukungan
untuk ideologi diluar kesepakatan
terhadap
sekolah
dan
nasional
tinggi
Islam,
serta
tersebut.
permasalahan
yang
berdasarkan
finansial
dan
politik
perguruan mem-
ketika
bumihanguskan keberadaan sistem
konsensus nasional tersebut berusaha
pendidikan lainnya. (5) pemerintahan
dihilangkan oleh oknum tertentu,
harus
jelas
moral dalam kehidupan sehari-hari,
hal
mampu
adalah
menjadi
yang
tersebut
dikhawatirkan
melahirkan
disintegrasi
dalam rupa dan corak yang lama. Armanjani bukunya,
(2012) “Modern
dalam Islamist
seperti
menjamin hal
minuman,
tejaganya
pakaian,
basis
pergaulan,
kebudayaan,
sistem
ekonomi, dan lain-lain. Dalam
konteks
yang
telah
Movements: History, Religion, and
diperbincangkan di muka, Wahabi
Politics”,
tentang
jelas dapat dikategorikan sebagai
gambaran ideologi yang hendak
paham yang mengancam ketahanan
menjabarkan
Adiwilaga, Puritanisme dan Fundamentalisme dalam Islam
137
ideologi bangsa, mengingat Wahabi,
apa yang dikemukakan Syafii Maarif
dengan
layaknya
dalam artikelnya “Masa Depan Islam
padang pasir dan tanpa puisi, tidak
Indonesia”, anti terhadap demokrasi,
mentolerir pluralisme. Padahal kita
akan
ketahui bersama bahwa pluralisme
kontradiktif
adalah nyawa utama dari Pancasila
lembaga negara untuk menyalurkan
yang
cita-cita politiknya.
corak
gersang
memayungi
masyarakat
Indonesia.
majemuknya
tetapi
mereka dengan
bersikap memakai
Kelompok
puritan dan fundamentalis ini, seperti Tabel 1. Berikut merupakan rentetan geliat kegiatan Islamisme di Indonesia Tahun
Tokoh
Peristiwa
Deskripsi
1825
Imam Bonjol
Perang Padri
Tokoh Islam yang baru pulang dari Timur Tengah, mendorong masyarakat Adat untuk menerapkan Syariat Islam serta menghilangkan praktekpraktek budaya di luar agama seperti perjudian.
1911
Samanhudi dan Pendirian Tjokroaminoto Islam
1945
M. Natsir, Sidang BPUPKI Kasman Singodimedjo, Ki Bagoes Hadikoesomo
Penetapan Syariat Islam sebagai dasar Pancasila
19451960
M. Natsir
Partai Masyumi berdiri sebagai partai golongan Tarbiyyah yang menghendaki penegakan Islam sebagai dasar negara
Syarikat Syarikat Islam bermetamorfosa menjadi Partai politik pertama yang melebarkan hegemoninya secara luas di Nusantara
Pembentukan Masyumi
138
Journal of Governance, Juni 2017
Volume 2, No. 1
melalui arus utama, namun kemudian dibubarkan akibat diduga terlibat pemberontakan PRRIPermesta 19491962
S.M Kartosoewirjo
Diproklamirkannya NII dideklarasikan sebagai Negara Islam sikap kekecewaan terhadap Indonesia (NII) pemerintah nasionalis tentang kooperatifnya mereka dengan kaum kafir (Belanda) hingga akhirnya ditumpas tahun 1962
1967
M. Natsir
Berdirinya Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) yang kemudian menginisiasi berdirinya KAMMI
1980
Abdurrahman Al- Berdirinya Hizbut HTI merupakan organisasi Baghdadi dan Tahrir Indonesia transnasional dengan tujuan Mustofa bin (HTI) utama pan-islamisme Abdullah bin Nuh (khilafah Islamiyah), HTI juga melancarkan gerilya dakwah di kampus-kampus
1998
-
Orde Baru runtuh, KAMMI mendirikan PKS
1999
Rizieq Shihab
Front Pembela Islam FPI dikategorikan sebagai (FPI) berdiri bagian dari gerakan politik Islam dengan dasar pertimbangan, Pada tabligh akbar FPI tahun 2002, disepakati oleh seluruh elit bahwa FPI memiliki sikap untuk menuntut Syariat Islam dimasukkan pada pasal 29 UUD 1945 dengan
DDII dibentuk melalui gerilya masjid-mesjid lembaga pendidikan tinggi dengan menekankan ajaran Tarbiyyah
Adiwilaga, Puritanisme dan Fundamentalisme dalam Islam
139
menambahkan “kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. (Wahid, 2000, 44). Sumber: Olahan Penulis. Selepas
tenggelamnya
PKS
diduga ditunggangi oknum tertentu
sebagai representasi Islamisme arus
untuk
utama di Indonesia akibat tindak
makar.
melakukan
tindak
pidana
pidana dan perdata oknum elit nya,
Tindak tanduk FPI dan HTI serta
nyatanya FPI dan HTI yang pada
beberapa ormas susulan kini sudah
periode
kurang
tidak ditolak secara dominan lagi.
mendapatkan tempat dalam relung
Setiap aksi yang dilakukan, selalu
hati masyarakat, pasca terjadinya
dilindungi oleh opini-opini sebagian
dugaan
masyarakat
sebelumnya
penistaan
Gubernur
DKI
agama
Basuki
yang
“mentolerir”
tindakan-tindakan
yang
Tjahaja Purnama, nampak mendadak
masyarakat
menganggapnya
menjadi bintang di berbagai media.
intoleran. Beberapa peristiwa seperti
Adanya sentimen-sentimen khusus
pembubaran peribadatan, penurunan
selepas
baligo di Universitas Kristen, hingga
pilpres
Jakarta,
oleh
2014
terhadap
lain
pemerintah terpilih juga menjadikan
sweeping
hal-hal
dengan
menjadi perdebatan hangat dalam
kealpaan pemerintah, terlebih yang
tubuh masyarakat. Hal ini tak lain
bersifat
dan tak bukan dikarenakan ada
yang
berkaitan
sensitif
menjadikan
dan
dogmatis,
permasalahan
atribut
natal,
sebagian
selalu
kasus
masyarakat yang agree dan disagree
dugaan penistaan agama menjadi
terhadap sikap yang diemban ormas
sebuah tuntutan kuat yang layak
fundamentalis dan puritan tersebut.
dipertimbangkan. Tak ayal peristiwa
situasi tersebut diperparah dengan
aksi massa muncul hingga berjilid-
bebasnya media baik formal maupun
jilid, salah dua yang paling besar
informal dalam berbagi berita yang
ialah aksi 411 dan aksi 212. Yang
entah hoax, entah pula nyata. Pada
lebih mengkhawatirkan, aksi kedua
akhirnya, setiap dari kita yang selalu
140
Journal of Governance, Juni 2017
Volume 2, No. 1
berbagi berita, secara sadar atau tak
Ketegangan-ketegangan tersebut
sadar, adalah media itu sendiri.
pada dasarnya merupakan buah dari
Sebagian masyarakat bahkan
tiadanya kesamaan persepsi terhadap
sudah
mulai
terang-terangan
permasalahan karena kesenjangan
membicarakan konsepsi negara Islam
wawasan
dengan kerapkali menyertakan Saudi
keagamaan,
Arabia
sebagai
disebabkan
oknum
keberagamaan yang eksklusif. Kultur
Suriah
pendidikan keagamaan yang mulai
dan
percontohan. bahkan
Turki Beberapa
memainkan
isu
pengetahuan ataupun sikap
dengan tagar save Aleppo sebagai
mengendur,
penggriringan opini bahwa kasus
kehadiran
Suriah adalah murni pertarungan
mengakibatkan
hegemoni Sunni dan Syiah, sebagai
khususnya
upaya membangun sentimen khusus
menerima
terhadap
kalangan
keagamaan
Masyarakat
semakin
tertentu. memandang
dan memang
mental
disertai guru
moral
urgensitas
yang
berkurang, masyarakat,
masyarakat
muda
referensi-referensi dan
wawasan
pengetahuan dari sumber-sumber tak
Pancasila sebagai ideologi usang
bertanggung
yang sama sekali tidak memperbaiki
banyak
kehidupan perekonomian mereka.
keagamaan,
pada akhirnya kemudian, janji-janji
terkait
kenikmatan surgawi dalam sajian
mengesankan eksklusifitas dengan
keagamaan
meminggirkan
lambat
laun
jawab.
Masyarakat
menerima
referensi
khususnya
penelaahan
kitab
pluralitas.
hal-hal yang Semua
memenangkan pertarungan ideologis
dilahap tanpa kajian ulang baik dari
ini. jika sebagian masyarakat mulai
segi historis maupun dimensi ruang.
terpengaruh dan semakin irasional,
Pada akhirnya, penafsiran sempit
jelas ini merupakan ancaman besar
ayat-ayat
bagi
sebagian
integrasi
Pancasila. Kesimpulan
dan
eksistensi
tertentu
mengakibatkan
masyarakat
reaktif.
Kesenjangan inilah yang kiranya melatar
belakangi
masyarakat
terbelah menjadi dua kutub yang saling berlawanan satu sama lain.
141
Adiwilaga, Puritanisme dan Fundamentalisme dalam Islam
Adanya upaya medesak agama ke level
negara
perjuangan
sebagai
Islamisme,
bagi eksistensi Pancasila. Mengingat
dasar
Pancasila
dalam
toleransi,
beberapa konteks tidak lah perlu menjadi perdebatan mengingat nilai-
sendiri
mengedepankan
keberagaman,
dan
kesetaraan hukum. Dalam
perspektif
lain,
Jose
nilai agama, -khususnya Islam- telah
Casanova dalam Public Religions in
tersublimasi bahkan sejak Pancasila
the Modern World (2004) mencatat
lahir
gejala mendesakkan agama ke level
sebagai
maupun
sebuah
konsep
ideologi
yang
mapan.
negara
justru
dianggap
sebagai
Hakikat beragama seperti keyakinan
dampak dari proses sekularisasi baik
mutlak terhadap eksistensi Tuhan
dalam pengertiannya sebagai proses
diikuti dengan pengalaman sebagai
“kemunduran beragama” (religious
manusia
akan
decline) maupun “Privatisasi” yang
kebesaran Tuhan, jelas diatur dalam
jelas hendak meminggirkan agama
sila pertama diikuti oleh sila-sila
dalam wacana publik. (Fleming:
berikutnya yang bersifat kontinyu.
2006). Dalam arti lain, fenomena
Namun ketika Pancasila dibenturkan
kemunculan gerakan Islam Puritan
dengan
pijakan
dan Fundamentalis bisa disebabkan
Islamisme yang bersifat tertutup
oleh kejenuhan sebagian masyarakat
seperti
keabsahan
akan sekularisasi yang berlarut-larut
agama yang lain sebagai prinsip
dan tidak menghasilkan impact yang
negara, penegakkan hukum satu
besar dalam kehidupan privat.
yang
percaya
dasar-dasar pendiskreditan
agama yang bersifat menyeluruh (termasuk
pada
Pancasila yang hanya dimaknai
penganut
sebagai formulasi normatif (of the
kepercayaan diluar agama penguasa),
text) juga dimungkinkan menjadi
diaturnya
privat
penyebab tergerusnya sakralitas dari
hingga hal sekecil-kecilnya (pakaian,
Pancasila itu sendiri. Yang padahal
pergaulan,
idealnya,
permasalahan kebudayaan),
“pembumihangusan”
sistem
sampai pen-
seperti
dikemukakan
apa
Sunyoto
yang Usman,
didikan lain di luar Islam, jelas hal
Pancasila juga seharusnya menjadi
tersebut menjadi ancaman tersendiri
formulasi
teoritis
yang
dapat
142
Journal of Governance, Juni 2017
Volume 2, No. 1
diidentifikasikan
dengan
prinsip-
kita masih konsisten menghormati
prinsip akademik (of the context).
konsensus
Menyambung
Pancasila. Konsepsi Pancasila yang
pendapat
Sunyoto.
nasional
bernama
Dalam usaha menciptakan situasi
telah
semacam itu, yang pertama harus
mempertimbangkan
dihindari adalah jangan sampai ada
masyarakat Indonesia dalam payung
kelompok
dirinya
persatuan, menurut hemat penulis
Pancasila.
masihlah valid untuk diperjuangkan.
Sayangnya kondisi itulah yang kini
Goodwill dari pemerintah berupa
terjadi, dan para pengklaim pewaris
pematangan strategi pemutakhiran
tafsir Pancasila tersebut lah yang
dan
mengisi ruang oposisi kaum Islamis
Pancasila semurni-murninya pada
Fundamentalis
seluruh lapisan masyarakat, disertai
paling
yang
tahu
merasa
tentang
Puritan.
Sehingga
memetakan
dan
kemajemukan
pengamalan
pengajaran
akan menjadi penting bahwa, pada
ketegasan
masa
yang
organisasi-organisasi fundamentalis
memobilisasi
dan Puritan sejatinya merupakan
massa untuk menerima Pancasila,
kunci untuk menekan dinamika-
tetapi
justru
dinamika politik yang sedikit banyak
memobilisasi kesadaran bahwa di
ini, cukup merepotkan dan menunda
dalam
proses pembangunan.
yang
dibutuhkan
akan
datang,
bukan
yang
terpenting
Pancasila
terkandung
kekuatan yang merekatkan hidup
Pemerintah
Kalaupun
para
menyikapi
kaum
Islamis
bermasyarakat (Usman dalam Amal
kurang sudi untuk memalingkan
dan Armaidy, 1996: 83)
wajah sepenuhnya pada Pancasila,
Penguatan Pancasila dalam sendi-
setidaknya kaum Islamisme -dalam
sendi kehidupan masyarakat kini
konteks
ini,
siapapun
merupakan suatu keniscayaan yang
memperjuangkan khilafah sebagai
wajib hukumnya. Pengaruh-pengaruh
sistem
ideologi luar seperti Wahabisme,
internalisasi terhadap gagasan yang
Puritanisme, dan Fundamentalisme
hendak dikembangkan. Selagi kaum
jelas menjadi sebuah ancaman besar
Islamis terus berkubang pada apa
bagi ketahanan ideologi bangsa jika
yang disebut Asghar Ali Engineer
negara-
yang
melakukan
143
Adiwilaga, Puritanisme dan Fundamentalisme dalam Islam
sebagai “ketidakjelasan metafisika-
puritanis
teologis
Pancasila, terlebih dengan bungkus
(metaphysico-theological
terus
obfuscations)” dan hanya bermodal
Islam
ghirah dan bungkus kulit saja dalam
sweeping-sweeping
berjuang, para penggagas jelas akan
intoleran. Sampai kapanpun gerakan
mengalami
dalam
Islam tidak akan bergerak kemana-
mendoktrin gagasannya bagi para
mana. Masyarakat yang menempati
penganut
sosialis,
ruang berlawanan terhadap para
maupun penganut ideologi “legal”
Islamis sampai kapanpun tidak akan
lain di Indonesia. Selagi gerakan
membuka diri terhadap ide ide
Islamisme amnesia terhadap sejarah,
brilian Islamisme jika fundamentalis
khususnya tentang gambaran awal
dan puritanis terus dibiarkan. Bisa
kedatangan
yang
dikatakan,
kaya
dewasa ini merupakan pertaruhan
Mekkah akibat komposisi gagasan
penting wajah Islamisme di bumi
yang
tentang
nusantara. Diterima sepenuhnya, atau
yang
ditolak sama sekali sebagai sebuah
kesulitan nasionalis,
Islam
“membahayakan” banyak
pembebasan
saudagar berbicara
dan
keadilan
sejatinya merugikan kaum saudagar
yang
merongrong
eksklusif
melalui
dan
tindak
peristiwa-peristiwa
konsep.
(Engineer, 2009: 8-9), Islamisme akan selalu berseberangan dengan
DAFTAR PUSTAKA
kaum yang mengklaim diri sebagai
Amal,
nasionalis-nasionalis
sejati
di
Indonesia.
Ichlasul
dan
Armaidy
Armawi. 1996. Sumbangan Ilmu
Sosial
terhadap
Para pemuka Islamisme Indonesia
Konsepsi
Ketahanan
juga perlu melihat ke belakang,
Nasional.
Yogyakarta:
khususnya dalam perspektif kajian
Gadjah
historis lokal. Gentlement agreement
Press.
terhadap
Pancasila,
sekali
lagi
Armanjani,
Jon.
merupakan sebuah perjuangan yang
Islamist
masih valid untuk dilakukan. Selagi
History,
beberapa oknum fundamentalis dan
Mada
University
2012.
Modern
Movements: Religion,
and
144
Journal of Governance, Juni 2017
Volume 2, No. 1
Politics. United Kingdom:
Pancasila-Based
Willey-Blackwell.
Indonesia: An Ethical and
El Fadl, Abou. 2003. Cita dan Fakta
of
Sociological Analysis. New
Toleransi Islam. Bandung: Mizan.
State
York: PeterLang Publishing. Kartosoewirjo. S.M. (1999). Al-
Engineer, Asghar Ali. 2009. Islam
Chaidar,
Pemikiran
Politik
dan Teologi Pembebasan.
Proklamator
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Indonesia S.M. Kartosoewirjo.
Esposito, Jhon L. 1996. Ancaman Islam Mitos atau Realitas.
Lubis, Ridwan. 2010. Sukarno dan Modernisme Islam. Jakarta:
Fealy, Greg dan Anthony Bubalo. Jejak
Pengaruh
Islam
Jakarta: Darul Falah.
Bandung: Mizan. 2007.
Negara
Kafilah:
Komunitas Bambu. Natsir,
Radikalisme
Persatuan
Agama dan Negara. Pandji
Timur Tengah di Indonesia. Bandung: Mizan.
Mohammad.
Islam No. 29, 22 Juli 1940. Noor,
Deliar.
(1992).
Gerakan
Fealy, Greg, Anthony Bubalo dan
Modern Islam di Indonesia
Whit Mason. 2012. PKS dan
1900- 1942. Jakarta: LP3Es.
Kembarannya: Bergiat jadi
Saiffudin. (2011). Radikalisme Islam
Demokrat
di
Indonesia,
Mesir, dan Turki. Jakarta:
Metamorfosa
Komunitas Bambu.
Analsis. 11(1). 17-32
Fromm, Erich. 1972. Psychoanalysis and
Religion.New
York:
Yale University Press. Hidayat,
Komaruddin.
Bandung: Sega Arsy.
2014.
Muhammadiyah Masyumi.
Negara,
Press.
Benyamin
Pancasila.
Fleming.
Jurnal
Soekarno. 2015. Islam Sontoloyo.
Kontroversi Khilafah: Islam, dan
Baru).
Syaifullah. (1997). Gerak Politik
Bandung: Mizan. Intan,
di Kalangan Mahasiswa (Sebuah
Syaikhu, 2006.
“Publc Religion” and the
Jakarta:
Achmad.
Pergulatan
Organisasi
dalam Grafity (2012). Islam
dalam Membendung Gerakan
145
Adiwilaga, Puritanisme dan Fundamentalisme dalam Islam
Ideologi Islam Transnasional.
Radikalisme di Indonesia.
Jurnal Falasifa. 3(1). 115-133.
Jakarta: LIPI Press.
Tjokroaminoto, H.O.S. 1966. Islam dan
Sosialisme.
Lembaga
Jakarta:
Penggali
Penghimpun
dan
Sedjarah
Revolusi Indonesia. Politik
Ikhwanul
Muslimin di Timur Tengah Pasca Utsmani. Hubungan
Keruntuhan Jurnal
Turki Analisis
Internasional
UNDIP. 1(1). 271-290.
.
Islam
Islam:
Ekspansi
Gerakan
Islam
Transnasional di Indonesia. Tunggal
dan
Ika-The
Institute-The
Wahid Maarif
Institute. Wasito. (2016). Gerakan Sosial Modern Masyarakat Islam di Indonesia. Jurnal Tribakti. 27(2). 248-266
Turmudi, Endang dan Riza Sihbudi. 2005.
Negara
Jakarta: Gerakan Bhinneka
Tri Prasetyo, Bayu. (2012). Gerakan Islam
Wahid, Abdurrahman. 2009. Ilusi