“PURA GOA GIRI PUTRI” SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN MULTIKULTUR BAGI WARGA DESA PAKRAMAN SUANA, NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI
Oleh Ayu Jaya Wardani, (NIM.0914021007), (e-mail:
[email protected]) I Gusti Made Aryana*) Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Sejarah berdirinya Pura Goa Giri Putri; (2) Struktur dan fungsi jajaran pelinggih di Pura Goa Giri Putri; dan (3) Unsur-unsur yang bisa dimaknai sebagai media pendidikan multikultur bagi warga Desa Pakraman Suana dan pengunjung yang datang ke pura ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) Penentuan lokasi penelitian; (2) Metode penentuan informan; (3) Metode pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka); (4) Metode penjaminan keabsahan data; (5) Metode analisis data; dan (6) Metode penulisan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pura Goa Giri Putri adalah pura yang berada di Desa Pakraman Suana berdiri pada masa pemerintahan Dalem Bungkut pada tahun Saka 200 yang menganut sistem kepercayaan Majapahit yang sebelumnya sudah turun Dewa Siwa dan Dewi Kwam In di satu goa di Nusa Penida pada tahun Saka 50. Struktur dan fungsi jajaran pelinggih Pura Goa Giri Putri antara lain (1) Strukturnya menggunakan Struktur Areal; (Areal Pertama); (Areal kedua); (areal ke tiga); (Areal keempat); (areal kelima); dan (Areal keenam/terakhir); (2) Fungsi Pelinggih-pelinggih Pura Goa Giri Putri yakni: (1) Pemujaan terhadap dewa-dewi Hindu dalam wujud manefestasinya sebagai bhatara-bhatari; (2) Pemujaan terhadap dewa-dewi non Hindu; (1) Dewi Kwam In; (2) Altar Dewa Langit. Pada Pura Goa Giri Putri terdapat beberapa unsur-unsur yang bisa dimaknai sebagai media pendidikan multikultur antara lain: (1) Pelinggih Dewi Kwam In; (2) Pangayongan Altar Dewa Langit ; (3) Pelinggih Dewi Gangga; (4) Pelinggih Dewa Ganesha; (5) Para pemedek (pengunjung) yang tangkil dari berbagai kalangan dan berbagai kepercayaan; (6) Tata cara persembahyangan/sujud bhakti para pemedek pada areal keenam.
ABSTRACT This study attempted to investigate: (1) The historical background of Goa Giri Putri Temple’s development; (2) The structure and functions of Pelinggihs (worship place) in Goa Giri Putri Temple; and (3) The elements that can be interpreted as a multicultural education media for villagers in Suana Pakraman Village and the visitors who come to this temple. This study used qualitative approach, there are: (1) technique of determining research location; (2) technique of determining sources; (3) technique of collecting data (observation, interview, documentation study, and library research); (4) technique of guarantee the validity of the data; (5) technique of analysing the data; and (6) technique of writing research. The result of
the study showed that Goa Giri Putri Temple in Suana Pakraman Village was a temple built in Dalem Bungkut government Saka Year 200 who embraced Majapahit religion belief which had been handed down from God Siva and Goddess Kwan In in one of the caves in Nusa Penida circa Saka Year 50. The structure and function of Palinggihs in Goa Giri Putri Temple as following: (1) Its structure used Area Structure; (First Area); (Second Area); (Third Area); (Fourth Area); (Fifth Area) and (Sixth Area or last area). (2) The functions of Pelinggihs in Goa Giri Putri Temple were: (1) As a worship for Hindhu’s God and Goddess in their manifestation as Bhatara and Bhatari; (2) As a worship to non-Hindhu’s God and Goddess; (1) Goddess Kwan In (Kuan See Iem Pou Sat); (2) The altar of God Sky (Thienkung). In Goa Giri Putri Temple, some elements that could be interpreted as a multicultural education media were: (1) Goddess Kwan In’s Pelinggih; (2) Pengayongan Altar of the God Sky; (3) Goddess Gangga’s Pelinggih; (4) God Ganesha’s Pelinggih; (5) Pemedek (visitors) who came to this temple from different social status and belief; (6) the worship’s steps of the pemedek (visitors) in the sixth area.
Kata Kunci: Pura Goa Giri Putri, Media pendidikan, Unsur pendidikan multikultur *)
Dosen Pembimbing Artikel
1
Masyarakat Nusa Penida termasuk
pura biasanya terdiri dari candi bentar
masyarakat yang heterogen baik dari segi
yang merupakan sebuah candi terbelah dua
penghasilan,
sebagai
kebudayaaan,
bahkan
jalan
keluar
masuk
pura
kepercayaan, dan kehidupan mereka diatur
(Soekmono, 1987: 91). Namun perbedaan
oleh adat setempat yang berazaskan pada
itu nampak mencolok pada sebuah pura
aturan yaitu Tri Hita Karana yang terdiri
yakni Pura Goa Giri Putri yang berlokasi
dari
Prahyangan,
di Desa Pakraman Suana, Kecamatan
Pawongan, dan Palemahan. Ketiga unsur
Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.
ini dipandang menjadi satu kesatuan yang
Menurut Pendit (1996) ada beberapa
menjadi
penyebab
ketentuan dalam mengklasifikasikan suatu
Mayoritas
bangunan menjadi sebuah pura yakni;
masyarakat Bali menganut Agama Hindu
lahan yang dikelilingi oleh pagar/tembok
termasuk masyarakat yang ada di Nusa
dengan lahan yang luas di alam terbuka,
Penida.
pintu gerbang (candi bentar) sebagai batas
tiga
unsur,
yaitu
sumber
kebahagiaan
manusia.
Orang
keharmonisan
atau
antara
Bali
memelihara
manusia
dengan
ruang
gerak
upacara
keagamaan,
lingkungan spiritual yakni Tuhan ataupun
bangunannya merupakan bangunan suci
dewa (prahyangan) melalui pelaksanaan
Hindu seperti Padmasana dan Meru.
persembahyangan dan yadnya, manusia
Begitu pula dengan Sura (1991), pura baik
dengan manusia (pawongan) dan manusia
di daratan maupun di pegunungan selalu
dengan lingkungan alam (pelemahan)
berada pada alam terbuka dan memiliki
(Atmadja, 2006: 1). Dalam menciptakan
struktur Jaba Sisi, Jaba Tengah dan
masyarakat yang harmonis antara manusia
Jeroan (Sura dkk, 1991: 64). Namun
dan Tuhan menyebabkan masyarakat Bali
kenyataannya pura ini dibangun di dalam
terikat untuk
melakukan pemujaan di
goa, dengan struktur areal dan hanya ada
pura. Masyarakat Bali melaksanakan hal
Jaba Sisi dan Jeroan tanpa adanya Jaba
tersebut sebagai wujud rasa bakti terhadap
Tengah. Hal ini berbeda dengan struktur
Tuhan, dewa, maupun rokh leluhur (Sura
pura pada umumnya sehingga perlu dikaji
dkk, 1991: 5; Soebandi, 1981: 12). Pada
lagi karena Pura Goa Giri Putri tidak
satu Desa Pakraman terdapat Kahyangan
memiliki struktur yang jelas. Bertolak dari
Tiga dalam kepercayaan Hindu sebagai
pernyataan Pendit (1996) pada pura harus
dewa penjaga, dewa pemelihara dan dewa
terdapat candi bentar untuk keluar masuk
pelebur, namun kenyataannya berbeda
pura namun pada Pura Goa Giri Putri ini
pada
yang
pintu masuknya bukan merupakan candi
memiliki Kahyangan Jagat. Pintu masuk
bentar namun hanya sebuah mulut goa,
Desa
Pakraman
Suana
2
sedangkan untuk ke luar dari areal pura
masyarakat Hindu adanya suatu kekuatan
maka para pemedek harus ke luar dengan
di luar kekuatan manusia, yang nantinya
arah lurus ke belakang karena pintu ke luar
dijadikan
pura tidak berada di samping pintu masuk.
Hindu (Tri Hita Karana). Pura dibangun
Keunikan
pemujaan di pura biasanya memuja dewa-
Jaba Tengah, dan Jeroan. Pura memiliki
dewi Hindu dalam perwujudannya sebagai
beberapa fungsi di antaranya (1) Fungsi
bhatara. Namun pada pura ini pelinggih
Pura
yang dibangun adalah pelinggih yang
mengagungkan
memadukan bangunan kepercayaan para
Sebagai pusat budaya yakni pura sebagai
dewa dan dewi Hindu dengan dewa dewi
tempat terlaksana kualitas kesucian umat
non-Hindu. Selain itu bagaimana sejarah
manusia secara individual maupun sosial,
pura ini masih belum diketahui secara jelas
(3) Fungsi interaksi, di pura bisa dijadikan
dan luas oleh masyarakat Desa Pakraman
tempat komunikasi dalam meningkatkan
Suana.
kualitas
Giri
terlihat
masyarakat
dengan menggunakan struktur Jaba Sisi,
Goa
ini
filsafat
dari
Pura
pura
sebagai
Putri
juga
sebagai
tempat
memuja
kekuasaan
Tuhan,
sosial, (4) Fungsi
dan (2)
berbagi
memberikan gambaran bahwa masyarakat
keterampilan, di pura sering dilangsungkan
Hindu Nusa Penida merupakan masyarakat
berbagai kegiatan seni budaya. Kemudian
yang memiliki sikap toleransi tinggi
teori
terlihat dengan adanya pelinggih Dewi
pengertian pendidikan multikultur yang
Kwam In dan pengayongann Dewa Langit
nantinya digunakan sebagai materi dalam
yang berarti Dewa Pemurah, Pengasih dan
menanamkan
Penyayang serta Dewi Kemakmuran.
apresiasi, dan empati terhadap penganut
Penelitian
ini
bertujuan
yang
digunakan
sikap
adalah
simpatik,
teori
respek,
untuk
agama dan budaya yang berbeda dengan
mengetahui sejarah berdirinya Pura Goa
menggunakan fungsi pura sebagai media
Giri Putri, struktur dan fungsi pelinggih-
pendidikan multikultur.
pelinggih di Pura Goa Giri Putri, serta
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan
unsur-unsur yang bisa dimaknai sebagai media
pendidikan
multikultur
dalam
yang
Suana,
Kecamatan
dalam
menyangkut sejarah
penelitian
adalah
metode
(1) Penentuan Lokasi Penelitian. Lokasi
Nusa
yang dituju adalah Desa Pakraman Suana
Penida, Klungkung. Kajian teori yang digunakan
ini
penelitian kualitatif di antaranya terdapat
terkandung di Pura Goa Giri Putri di Desa Pakraman
penelitian
sebagai lokasi berdirinya Pura Goa Giri
ini
Putri; (2) Metode Penentuan Informan.
pendirian sebuah
Informan yang dituju untuk memperoleh
pura yang disebabkan adanya keyakinan 3
data yakni
I Ketut Dunia, Putu Rai
berbagai
kepercayaan,
Tata
cara
bhakti
para
Sudiarta, Jero Mangku Gede Dharma, Jero
persembahyangan/sujud
Mangku Made Sudastra, I Ketut Terman,
pemedek pada areal ke enam.
dan para pengunjung yang tangkil ke Pura
PEMBAHASAN
ini;
Sejarah Pura Goa Giri Putri Desa Pakraman Suana Nama pura ini berawal dari lokasinya
(3) Metode
Pengumpulan
(wawancara, observasi
dan
Data studi
dokumen); (4) Metode Validitas Data
di sebuah goa. Tempat/lubang yang ada di
(triangulasi data dan triangulasi metode);
dalam tanah baik di perbukitan atau
dan (5) Metode Analisis Data; (6) Metode
gunung yang memiliki rongga dengan
Penulisan Hasil, penulisan yang dilakukan
lebar dan panjang tertentu. Giri Putri,
dengan pendekatan deduktif.
merupakan nama yang diberikan untuk
HASIL
sebuah goa di Desa Pakraman Suana,
Hasil dari penelitian ini menunjukan
Nusa Penida. Giri artinya bukit/gunung.
bahwa (1) Pura Goa Giri Putri adalah pura
Putri artinya perempuan cantik. Dalam
yang berada di Desa Pakraman Suana
konsep ajaran Hindu, putri yang dimaksud
berdiri pada masa pemerintahan Dalem
adalah
Bungkut pada tahun Saka 200 dan
sifat
Dewa Siwa dan Dewi Kwam In di sebuah
keibuan
dimaksudkan
(2) Struktur dan fungsi Pura Goa Giri Putri
(kewanitaan)
tempat
kekuatan/kesaktian
yakni terdiri dari struktur jaba sisi dan
(Dunia,
bersemayamnya Tuhan
dalam
manifestasinya sebagai Hyang Giri Putri
jeroan dengan sistem areal, fungsi dari
sakti dalam wujudnya sebagai Siwa.
jajaran pelinggih di Pura Goa Giri Putri
Menurut Babad Nusa Penida oleh
yakni pemujaan terhadap Ida Sang Hyang
Mangku Made Buda (2007), Goa Giri Putri
Whidhi Wasa dalam segala perwujudannya
ini berasal dari nama saktinya Dewa Siwa.
sebagai dewa-dewi Hindu dan non Hindu. bisa
bagi
Dharma, 2007:3). Jadi, Goa Giri Putri
goa di Nusa Penida pada tahun Saka 50.
yang
simbolis
kekuatan/kesaktian Tuhan yang memiliki
sebelumnya sudah turun Dewi Parwati,
(3) Unsur-unsur
sebuah
Pada tahun Saka 50, Ida Bhatara Siwa
dimaknai
turun ke bumi bersama Dewi Uma, beserta
sebagai media pendidikan multikultur pada
pengikutnya di sebuah gunung yakni
Pura Goa Giri Putri; Pelinggih Dewi
Gunung Puncak Mundhi. Di gunung inilah
Kwam In, Pangayongan Altar dewa
Ida Bhatara Siwa dan saktinya Ida Dewi
langit, Pelinggih Dewi Gangga, Pelinggih
Uma menjelma dari meraga Dewata
Dewa Ganesha, Para pemedek/pengunjung
menjadi manusia.
yang tangkil dari berbagai kalangan dan 4
Ida Bhatara Siwa
menjelma
menjadi
seorang
laki-laki,
Tabanan, dan Klungkung. Klungkung
meraga seorang Pandita yang bergelah
yang sudah dikuasai oleh Belanda tahun
Dukuh Jumpungan. Dukuh Jumpungan
1849 akibat adanya Perang Kusamba,
berarti Manusa Pandita. Dari kalimat itu
menyebabkan
berubah menjadi Nusa Penida. Di samping
Belanda di Klungkung. Belanda berhasil
turun di Gunung Puncak Mundhi, Ida
menguasai Klungkung tahun 1908 yang
Bhatara Siwa juga turun di sebuah tempat
ditandai
pada tahun Saka 55, yang sekarang
Klungkung. Dan daerah Nusa Penida
bernama Tunjuk Pusuh. Tetapi pada tahun
menjadi tempat pembuangan orang-orang
Saka 45, Dewi Kwam In lebih dahulu
kerajaan yang membangkang dengan kapal
turun dan berstana di sebuah goa. Dan
Belanda. Pengiriman para pembangkang
Dewi Parwati menyusul turun ke bumi
ini akhirnya mengalami kecelakaan dekat
pada tahun Saka 60, dan lebih banyak lagi
daerah Lombok. Di Nusa Penida raja yang
yang turun seperti Bhatara Brahma,
terkenal
Mahadewa,
Tri
Bungkut/Dalem Nusa/Ratu Gede Mecaling
Purusha, dan Basukih. Sekarang tempat
Mas yang memerintah pada tahun Saka
atau goa tersebut bernama Goa Giri Putri
200 (Made Buda.2007: 21). Beliau adalah
yang menjadi pusering jagat sedangkan
raja yang diutus dari Majapahit ke Nusa
Dewi Parwati yang bergelar Hyang Giri
Penida untuk memimpin daerah yang
Putri sebagai penjaga tirta yang ada di
kosong pemimpin. Setelah Nusa menjadi
Pura Goa Giri Putri (Made Buda. 2007: 2).
tenteram berkat kepemimpinan beliau,
Selain itu menurut Prasasti Blahbatuh
tibalah saatnya beliau membagikan tempat
pada masa keruntuhan Kerajaan Gelgel
pada putra–putra dan pengasuh, dengan
yang dipimpin Raja Dalem Di Made
tujuan agar semua para putra beliau
(1605-1686) mengalami kehancuran akibat
bertempat tinggal mengelilingi Pulau Nusa
adanya pemberontakan dalam kerajaan
Penida. Secara kekuatan pengaruh, di Nusa
sendiri oleh I Gusti Agung Maruti, di
Penida
samping
pengaruh Majapahit masih sangat besar
Ganapati,
itu
banyak
Gangga,
raja-raja
yang
semakin
dengan
saat
itu
hampir
berkiprahnya
peristiwa
adalah
secara
Sri
Puputan
Dalem
keseluruhan
memberontak terutama raja-raja di Bali
dan sangat berpengaruh.
yang awalnya menjadi satu kesatuan
Struktur dan fungsi dari jajaran pelinggih di Pura Goa Giri Putri Struktur dan fungsi dari Pura Goa Giri
kerajaan
pecah
menjadi
9
kerajaan.
Kerajaan-kerajaan tersebut adalah Den
Putri menggunakan struktur areal. Areal
Bukit (Buleleng), Jembrana, Karangasem, Mengwi,
Gianyar,
Payangan,
tersebut terdiri dari areal pertama sampai
Bangli, 5
areal keenam/terakhir. Pada areal pertama
Amerta sebagai penganugrah terbesar
terdapat pelinggih apit lawang yang
merta. Pelinggih Dewi Melanting/Dewi
berfungsi sebagai pemisah sifat buruk.
Tara tempat memohon keselamatan dan
Pada areal kedua terdapat pelinggih Hyang
mencapai kesuksesan pekerjaan (Swagina).
Tri Purusha berfungsi sebagai pemujaan
Pelinggih Dewi Kwam In merupakan
Hyang Tiga Wisesa. Pelinggih Hyang
perwujudan dari dewi Budha Rulai yakni
Ganaphati berfungsi pemujaan terhadap
lambang dewi kemakmuran serta terdapat
dewa pemurah rejeki yang bijaksana. Pada
Pengayongan Altar Dewa Langit yang
areal ketiga terdapat pelinggih Hyang
dipercaya berfungsi sebagai pelindung
Wisnu berfungsi memuja sakti sebagai
jagat raya dan pengatur cuaca.
pemelihara.
Unsur-unsur yang bisa dimaknai sebagai media pendidikan multikultur bagi Desa Pakraman Suana dan pengunjung yang datang ke Pura Goa Giri Putri Pada Pura Goa Giri Putri terdapat
berfungsi
Pelinggih sebagai
Dewa
tempat
Baruna memohon
kerahayuan, kasubagian dan sugih arta brana. Pelinggih Hyang Ganesha sebagai tempat memuja keselamatan. Pada areal
beberapa unsur-unsur yang bisa dimaknai
keempat terdapat pelinggih Dewi Gangga
sebagai media pendidikan multikultur.
sebagai Dewi Kesuciaan/genah melukat.
Adapun penjelasan unsur-unsur tersebut
Pelinggih Bhatara Giri Phati berfungsi memperoleh
manah
becik.
yakni sebagai berikut.
Gedong
Pelinggih Ratu Syahbandar/ Dewi Kwam In Pada areal ke enam terdapat Pelinggih
Panyimpenan berfungsi sebagai lingga Ida Hyang Giri di luar piodalan. Pada Areal kelima
terdapat
Pemaruman
Ratu
yang
Dewi
Parwati
dari
yang
yang
berfungsi
sebagai
khususnya
tempat
yang di
dipercayai
luar
Budha
Agama
(Rulai).
oleh Hindu
Dewi
ini
diyakini memiliki hati yang pemurah,
meliang-liang Ida Hyang Giri. Payogan
pemberi
Ida Bhatara Makasami berfungsi sebagai
kehidupan,
welas
asih
dan
penyayang (Guru Lie, 2010: 21). Pada
tempat Payogan Ida Bhatara. Pelinggih
pura ini, Dewi Kwam In merupakan dewa
Tangkep Langit yang berfungsi sebagai penjaga kekuasaan agar
dewi
kepercayaan
penyayang serta pengasih. Genah Taman Ida
In.
masyarakat Hindu merupakan perwujudan
Giri. Pelinggih Hyang Giri Putri berfungsi sakti
Kwam
Pelinggih ini secara umum diketahui oleh
berfungsi sebagai genah petoyan Hyang
sebagai
Syahbandar/Dewi
yang baru dikenal, akan tetapi dipercayai
Moksartham
dan dipuja oleh warga Desa Pakraman
Jagadhita. Dan pada areal keenam/terakhir
Suana
terdapat Pelinggih Ida Bhatara Siwa 6
sebagai
Dewi
Penguasa
Perdagangan
yakni
Ratu
Syahbandar.
berkuasa atas objek angkasa dan juga
Pelinggih yang lazim disebut Dewi Kwam
cuaca, seperti cahaya, matahari, bulan, dan
In merupakan lambang kebesaran Dewa
angin. Dalam kepercayaan Hindu di Desa
Hindu sebagai pemelihara. Ini menunjukan
Pakraman
bahwa konsep pendidikan multikultur oleh
pemujaan Dewa-Dewi Langit/Thienkung,
umat Hindu di Desa Pakraman Suana
namun Dewa Langit dianggap sebagai
sudah dijalankan dengan wujud Pura Goa
dewa yang berkuasa adalah Dewa Tri
Giri Putri menunjukan Bhinneka Tunggal
Murti yang menguasai air, bumi, dan
Ika, Pura Goa Giri Putri adalah pura yang
matahari. Jadi Altar Dewa Langit mampu
mampu
dijadikan
Suana
tidak
mengenal
sebagai
media
dijadikan media pemahaman dalam sikap
yang
mampu
toleransi antarperbedaan keyakinan tetapi
menjadi gambaran dalam mengakomodasi
mengarah pada satu tujuan yang sama
persaingan antar suku, adat, ras, dan
yakni
agama yang berbeda. Di samping hal
keberhasilan dalam pekerjaan. Pura Goa
tersebut jika dimaknai lebih lanjut lagi,
Giri Putri di empon oleh masyarakat Desa
pelinggih ini mengandung arti sikap
Pakraman Suana yang mayoritas menjadi
toleransi dan saling menghormati tanpa
petani rumput laut dan nelayan agar selalu
memilih-milih mana dewa Hindu dan
diberikan
mana dewa non Hindu, sikap emansipasi
memperlancar pekerjaan masyarakat. Di
terhadap
penghormatan
samping pengunjung juga dapat memohon
kepada ibu. Hal ini bisa dijadikan media
perlimpahan rejeki baik yang bekerja di
pendidikan langsung kepada para warga
daratan,
Desa
senantiasa dilindungi.
pendidikan
multikultur
perempuan,
Pakraman
Suana
serta
para
pengunjung yang datang ke pura ini guna
dipuja
yang
dewa-dewi
udara
agar
yakni,
sebagai
kepercayaan
dewi
kesuburan
yang dan
Dewi Sungai yang suci yakni Sungai Gangga di India. Umat Hindu percaya jika
Orang Budha meyakini Dewa Langit/ adalah
maupun
guna
dicurahkan-Nya. Dewi Gangga merupakan
dipercayai sebagai maha pelimpah rejeki.
Thienkung
bagus
pembersih segala dosa dengan air yang
Langit merupakan kepercayaan dari Dewa Cina
yang
lautan,
multikultur
Pelinggih Pangayongan Altar Dewa Langit Pelinggih Pangayongan Altar Dewa
kebudayaan
cuaca
dan
Giri Putri terkandung makna pendidikan
agar berkurangnya konflik SARA.
dan
keselamatan
Pelinggih Dewi Gangga Pelinggih Dewi Gangga di Pura Goa
memupuk pemahaman tentang perbedaan
Budha
memohon
disucikan dengan air Sungai Gangga pada
yang
saat 7
yang
tepat
akan
memperoleh
pengampunan
dosa
dan
memudahkan
non Hindu juga memuja Dewa Ganesha
seseorang untuk mendapat keselamatan.
seperti
Hal itu didapatkan dengan melukat pada
pemujaan terhadap Dewa Ganesha dengan
tirta Dewi Gangga. Di samping umat
tujuan
Hindu,
kebebasan
kepercayaan
terhadap
Dewi
Agama
yang
Budha
sama dari
memandang
yakni
memohon
marabahaya.
Ini
Gangga masih berkembang sampai saat ini
merupakan bukti bahwa masyarakat Desa
terlebih lagi bagi umat Budha yang
Pakraman
percaya akan kedahsyatan dari Dewi
keterbukaan
Gangga sebagai penguasa lembah Sungai
mengadaptasikan dengan kebudayaan asli
Gangga yang memberikan kesuburan bagi
Desa Pakraman Suana.
masyarakat India terutama pada masa
Para Pengunjung (Pemedek) Pura Goa Giri Putri Menurut pengamatan peneliti, selama
Kerajaan Hasrawardhana yang menganut Agama Budha (Widanta. 2012 : pada http:
memang
sungai-gangga.htm). Kepercayaan itu juga
dan
menunjukan
pendidikan
terlihat dari banyaknya para pemedek yang tangkil ke Pura Goa Giri Putri yang terdiri
Pelinggih Dewa Ganesha Pelinggih Dewa Ganesha
dari pemedek lokal, pemedek Bali daratan,
banyak
dan para wisatawan. Tidak hanya itu,
dipuja dalam kepercayaan Agama Hindu,
dilihat dari agama para pengunjung, para
Dewa Ganesha adalah dewa yang maha sebagai
mengadopsi
sebagai media pendidikan multikultur. Itu
terhadap Dewi Gangga.
dan
untuk
sikap
multikultur sehingga mampu dijadikan
Pakraman
Suana yang dibuktikan dengan pemujaan
pemurah
memiliki
melakukan penelitian, Pura Goa Giri Putri
//www aneahira.com/peradaban-lembah-
diterapkan oleh warga Desa
Suana
dewa
pengunjung yang datang juga terdiri dari
yang
pengunjung non-Hindu.
menghalangi segala halangan yang akan
berkuasa dalam menguasai segala hal dan
Tata Cara Bersembahyang di Pura Goa Giri Putri Menurut kebiasaan, di Pura Goa Giri
ilmu pengetahuan, serta khazanah dari
Putri, tidak ada perbedaan dalam hal
segala pengetahuan, dapat memberikan
pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Whidi
keberhasilan atau kesempurnaan dengan
Wasa dalam segala bentuk manefestasinya
mudah, akan tetapi keberhasilan yang
serta
diberikan
batas
terhadap pelinggih Hindu dan pelinggih di
kemampuan spritual tinggi (Maswinara,
luar Hindu. Sarana upakara yang disajikan
2006: 97). Tidak hanya masyarakat Hindu
juga
yang memuja Dewa Ganesha, masyarakat
toleransi.
menimpa manusia. Dewa Ganesha sangat
masih
berada
pada
8
tidak
membedakan
nampaknya
pemujaan
menunjukan
Adapun
tata
sikap cara
persembahyangan yang unik dilakukan
terdiri dari areal pertama terdiri dari
umat Hindu maupun non-Hindu Hindu pada areal
Pelinggih Apit Lawang. Areal kedua yang
ke enam dengan tetap menghaturkan dupa
terdiri dari Hyang Tri Purusha Purusha, Hyang
dan bunga. Dan yang paling menonjolkan
Ganaphati. Areal ketiga terdiri dari Hyang
pendidikan
yakni
dengan
Wisnu, Dewa Baruna/Naga Naga Basuki Basuki, Hyang
dupa
dengan
Ganesha. Areal Keempat terdiri Pelinggih
ngaturang 3 batang atang dupa di depan
Dewi Gangga, Bhatara Giri Phati, Phati Gedong
pelinggih Dewi Kwam In dan 3 buah di
Penyimpanan.
depan Pangayongan Altar Dewa Langit,
terdiri dari Pemaruman, Bhatara Hyang
serta persembahyangan ditutup dengan
Giri Putri, Pertaman Ida Hyang Giri,
sujud bhakti berupa sujud 3 kali hormat ke
Payogan
atas dan terakhir dengan sujud diatas tanah
Makasami, Pelinggih Tangkep Langit Langit.
tepatnya di depan pelinggih Dewi Kwam
Areal
In. Berikut di bawah ini gambar tata cara
Pelinggah Ida Bhatara Siwa Amerta Amerta,
persembahyangan
Gedong Ratu Mas Melanting,, Dewi Kwam
menyalakan
multikultur ikultur 9
batang
di
areal
keenam. ke
Areal
Pesaiban
Keenam
Kelima
(Utama)
Bhatara/Bhatari
(Akhir)
terdiri
dari
In/ Ratu Syahbandar, Pangayongan Altar Dewa Langit . Fungsi Pura Goa Giri Putri P secara umum yakni pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam segala bentuk manefestasinya sebagai bhataraGambar1.1Cara Persembahyangan Terakhir (Pendidikan Multikultur) Sumber: Wardani, 7 Februari 2013 SIMPULAN
bhatari dan juga pemujaan terhadap dewadewa
Pura Goa Giri merupakan Pura yang
sebagai media pendidikan multikultur pada
berada di Desa Pakraman Suana yang
Pura Goa Giri Putri seperti Pelinggih
termasuk Kahyangan Jagat yang memiliki
Ganesha,
sejarah berdiri tahun 50 Saka ketika Dewi
Pelinggih Ratu Syahbandar/ Dewi Kwam
Parwati, Dewa Siwa bersamaa Dewi Kwam
In, Pengayongan Altar Dewa Langit Langit,
In turun ke sebuah goa oa untuk bertapa dan
pengunjung yang datang ke Pura Goa Giri
diperkuat keberadaannya oleh kerajaan
Putri yang berasal dari Desa Pakraman
Dalem Bungkut di Nusa Penida pada tahun
Suana,
Saka 200. Struktur Pura Goa Giri Putri
masyarakat Bali daratan bahkan beberapa
memiliki struktur bertahap dengan Enam
orang yang berasal dari masyarakat di luar
tahapan/areal areal
Agama Hindu bahkan tamu asing. Tata
persembahyangan
dewi non Hindu. Unsur-unsur yang mampu dijadikan
yang 9
pelinggih
masyarakat
Dewi
Nusa
Gangga,
Penida,
cara persembahyangan di Pura Goa Giri
pengetahuannya,
Putri juga memiliki makna pendidikan
membimbing dari awal penyusunan artikel
multikultur yang menggambarkan sikap
menjadi lancar dan dapat terselesaikan
toleransi dalam persembahyangan di areal
dengan baik.
terakhir. Setiap pengunjung yang datang
I Wayan Sugiartha, selaku Pembimbing
harus
persembahyangan
II yang juga memberikan saran serta
dengan menghaturkan bunga dan dupa di
motivasi dan membimbing penulis dalam
pada pelinggih areal ke enam dan sujud ke
penyusunan
atas sebanyak tiga kali, dan ke bawah (di
terselesaikan dengan baik
atas tanah) tiga kali.
DAFTAR RUJUKAN
melakukan
Guru sejarah dalam menyampaikan materi pada mata kuliah Etnisitas hendaknya menyelipkan sejarah dan kegunaan Pura Goa Giri Putri Putri sebagai media pendidikan multikultur. Desa Pakraman Suana agar tetap melestarikan kebersihan Pura Goa Giri Putri baik secara skala dan niskala serta mampu menjadikan pura ini sebagai media pendidikan multikultur bagi pengunjung. Bagi Generasi Muda agar mendalami dan mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan multikultur yang terkandung pada Pura Goa Giri Putri, seperti nilai toleransi, penghormatan terhadap wanita, terlebih lagi menjaga sikap toleransi terhadap budaya dan agama lain di sekitar tempat tinggal agar terhindar dari kasus yang berujung pada kekerasan SARA. Ucapan terimakasih ditujukan kepada:
I Gusti Made Aryana,selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya kepada dalam
artikel
sehingga
dan
dapat
Atmadja, Nengah Bawa. 2006. “Kearifan Lokal dan Agama Pasar”, dalam Media komunikasi Sejarah Lokal Candrasengkala Bali Dalam Perspektif. Edisi Khusus Diterbitkan Dalam Rangka Purnabakti Drs. Made Sunada. IKIP Negeri Singaraja. Buda, Mangku Made. 2007. Babad Nusa Penida. Surabaya : Paramitha. Dunia, I Nyoman. Dharma I Ketut. 2007. Geguritan Goa Giri Putri. Surabaya : Paramitha. Guru Lie. 2010. Kisah Belas Kasih Budha. Taiwan: Tabaha Buddha Center. Maswinara, I Wayan. 2006. Dewa-Dewi Hindu. Surabaya: Paramitha Pendit, 1996. Hindu Dharma Abad XXI Menatap Masa Depan Peradaban Umat Manusia. Denpasar: Yayasan Dharma Naradha. Soebandi, Ketut. 1981. Pura Kawitan atau Padharman dan Penyungsungan Jagat. Denpasar : CV Kayu Mas Agung. Soekmono, R. 1987. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta : Kanisius. Sura, dkk. 1991. Agama Sebuah Pengantar. Denpasar: CV. Kayu Mas Agung. Widanta.2012. Peradaban Lembah Sungai Gangga. Diunduh pada: http://w ww.anneahira.com/peradabanlembah-sungai-gangga.html
Saran yang disampaikan antara lain:
penulis
memotivasi
memberikan 10
2