TESIS
ANALISIS RISIKO INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI
I GEDE NYOMAN SUTA WAISNAWA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010
TESIS
ANALISIS RISIKO INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI
I GEDE NYOMAN SUTA WAISNAWA NIM. 0891561024
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010
ANALISIS RISIKO INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI
Tesis ini untuk memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana
I GEDE NYOMAN SUTA WAISNAWA NIM. 0891561024
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 3 SEPTEMBER 2010
Pembimbing I,
Pembimbing II
Dr. Ir. I .G. A. Adnyana Putera, DEA. NIP. 196112071989031003
Ir. I Wayan Yansen, MT. NIP. 195606011983031003
Mengetahui :
Ketua Program Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur, Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Dr. Ir. I G.A. Adnyana Putera, DEA. NIP. 196112071989031003
Prof. Dr. dr .A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K). NIP. 195902151985102001
Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal 3 September 2010
Panitia Penguji Tesis, berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana No: 1474/H.14.4/HK/2010 Tanggal 3 September 2010
Ketua Anggota
: Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA. : 1. Ir. I Wayan Yansen, MT. 2. Ir. Dewa Ketut Sudarsana, MT. 3. Ir. I Nyoman Yudha Astana, MT. 4. Ir. Mayun Nadiasa, MT.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puja dan Puji Syukur dihaturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas wara nugrahaNya hasil penelitian
pada tesis ini dapat diselesaikan. Pada
kesempatan yang baik ini disampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Ir. I Gst.Agung Adnyana Putera, DEA selaku Ketua Program Magister Teknik Sipil Universitas Udayana serta selaku Dosen Pembimbing I. 2. Bapak Ir. I Wayan Yansen, MT selaku Dosen Pembimbing II 3. Bapak Dosen Penguji : Ir. Mayun Nadiasa, MT, Ir. Dewa Ketut Sudarsana, MT, Ir. Nyoman Yudha Astana, MT. 4. Bapak I Nyoman Arka, Amd selaku Manajer Unit Jaringan Nusa Penida pada PT.PLN (Persero) Area Jaringan Bali Timur, yang telah banyak memberikan data, dan informasi tentang PLT Bayu di Nusa Penida. 5. Istri dan anakku tersayang yang telah memberikan dukungan moril dan motivasi. 6. Rekan-rekan yang tidak bisa disebut satu per satu yang telah memberikan pendapat, masukan serta saran yang konstruktif. Terima kasih yang tulus disampaikan kepada semuanya semoga segala karma baiknya mendapat pahala yang baik.
Denpasar, September 2010 Penulis
ABSTRAK ANALISIS RISIKO INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI Analisis yang sistematis dan rasional sangat dibutuhkan sebelum kegiatan investasi itu direalisasikan. Ketidaklayakan suatu investasi disebabkan oleh kurang cermat dan akuratnya analisis investasi yang dilakukan, terutama terhadap analisis dari berbagai risiko yang mungkin terjadi. Pembangunan dan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (Win Power) ini merupakan teknologi baru yang dikembangkan di Bali khususnya di Nusa Penida. Risiko dalam setiap kegiatan investasi begitu banyak jenisnya, keadaan ini merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti. Penelitian ini mengkaji risiko investasi dengan dua tahapan yaitu : tahap identifikasi jenis-jenis risiko investasi PLTB dengan analisis risiko kualitatif untuk menentukan risiko mayor (major risk) dan selajutnya dilakukan analisis kuantitatif terhadap risiko finansial pada investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) berdasarkan pengaruh risiko mayor yang teridentifikasi. Probabilitas atau peluang terjadinya kerugian dari investasi ini dilakukan dengan bantuan Program @ Risk.
Proporsi jenis risiko yang termasuk risiko mayor adalah 24,45 % sedangkan proporsi jenis risiko yang tidak termasuk risiko mayor adalah 75,55%. Daya mampu 1 unit PLT Bayu 80 kw sedangkan daya rata-rata yang dihasilkan 7,2 kw. Untuk investasi 9 unit PLT Bayu, memiliki probabilitas mencapai NPV > 0 sebesar 15,96% sedangkan untuk BCR >1 peluangnya sebesar 15,30% dengan tarif listrik sebesar Rp.700 per kwh. Variabel yang paling sensitif terhadap nilai NPV adalah tarif dasar listrik (TDL) yang berkolerasi positif, sedangkan biaya manajemen dan administrasi, biaya perawatan serta tingkat suku bunga berkorelasi negatif. Mitigasi dilakukan untuk mengurangi kerugian PLT Bayu adalah melakukan modifikasi baling-baling (blade) dan memilih kapasitas daya mampu generator sesuai dengan kecepatan hembusan angin di Puncak Mundi Nusa Penida. Berdasarkan perbandingan harga pokok penyediaan (HPP) listrik dari energi terbarukan dengan daerah Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar Rp. 2.743 per kwh, sedangkan biaya pokok minimal penyediaan listrik dari energi terbarukan di Nusa Penida berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan adalah 1.450 rupiah per kwh sampai 1.700 rupiah per kwh. Pada Investasi 9 unit PLT Bayu dengan biaya pokok penyediaan listrik Rp.1.450 per kwh, probabilitas NPV>0 adalah sebesar 50,50% serta peluang BCR>1 adalah 50,63%.
Kata Kunci : Investasi, PLT Bayu,Risiko Mayor, NPV, BCR
ABSTRACT RISK ANALYSIS ON WIND-GENERATED POWER PLANT IN NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI An investment is an essential business requiring high cost and contributing to a long-term impact to the business sustainability. Thus, a systematic and rational analysis is very much required prior to the investment realisation. Infeasibility of an investment is caused by a less accurate investment analysis, particularly to that of risks possibly occurs. One of them is resulted by natural, economic, or socio-environmental condition. Building and development of the Wind-Generated Power Plant is a new technology developed in Bali particularly in Nusa Penida. Development of the new technology in obtaining electric energy can not be parted from risks which vary in investment business, therefore, this is an interesting issue to study. This research was focused to study investment risks with two phases, they are: to identify kinds of PLTB investment risks using qualitative risk analysis to determine major risk, and a quantitative risk analysis of finance on PLT Bayu investment based on major risk influence identified. The risk on PLT Bayu investment was estimation by using @ Risk Program. The result of qualitative risk analysis showed that risk proportion included in major risk is 24,45%, and risk proportion included in the non major risk is 75,55%. Power can be generate on specification of 1 unit PLT Bayu is 80 kw while average actuall power produced is 7,2 kw. Investment of 9 unit PLT Bayu has probability to receive NPV > 0 with opportunity 15,96%, while BCR > 1 with opportunity 15,30% with electric selling rate Rp.700,- per kwh. The most sensitive variable to NPV value is the basic electric rate which has positive correlation, while management and administrative cost, maintenance cost and the interest rate showed a negative correlation. Mitigation must be done to reduce of loss this are modification of blade and choose generator capasity according by wind speed actuall in Puncak Mundi . Based on comparison of electric supplay basic cost from the renewable energy at West Nusa Tenggara equally Rp. 2.743,- per kwh, while based cost of electric power production at Nusa Penida based on the analysis reuslt coducted between Rp.1.450,- per kwh to Rp.1700,- per kwh. In investment of 9 unit PLT Bayu with electric supplay basic cost Rp. 1.450 per kwh, has probability to receive NPV > 0 with opportunity 50,50%, while BCR > 1 with opportunity 50,63%. Keywords: investment, PLT Bayu, Major risk, NPV, BCR.
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM .................................................................................................i PRASYARAT GELAR .........................................................................................ii LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...................................................................iv UCAPAN TERIMAKASIH...................................................................................v ABSTRAK ............................................................................................................vi ABSTRACT .........................................................................................................vii DAFTAR ISI ......................................................................................................viii DAFTAR TABEL ...............................................................................................xii DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR ...............................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN I.1.
Latar
Belakang
...........................................................................................1 I.2.
Rumusan
Masalah ......................................................................................3 I.3.
Tujuan
Penelitian .......................................................................................3 I.4.
Manfaat
Penelitian .....................................................................................4
I.5.
Batasan
Masalah ... .....................................................................................4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Angin ...........................................6 2.2. Pengertian Risiko .......................................................................................8 2.3. Manajemen Risiko .....................................................................................9 2.3.1. Identifikasi Risiko ...........................................................................10 2.3.2. Klasifikasi Risiko ............................................................................11 2.3.3. Analisis Risiko ................................................................................13 2.3.4. Mengukur Risiko .............................................................................15 2.4. Investasi ...................................................................................................24 2.4.1. Evaluasi Investasi ............................................................................25 2.4.2. Analisis Aspek Finansial .................................................................26 2.5. Penanganan (Mitigasi) Risiko ..................................................................29 BAB III KERANGKA KONSEP DAN METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep dan Prosedur Penelitian .............................................32 3.2. Metode Penelitian .............................................................................. ......35 3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................35 3.4. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................36 3.5. Penentuan Sumber Data ...........................................................................36 3.5.1. Data Primer .....................................................................................39 3.5.2. Data Skunder ...................................................................................39 3.6. Variabel dan Instrumen Penelitian............................................................40
3.6.1. Variabel Biaya (Cost) ......................................................................40 3.6.2. Variabel Manfaat (Benefit) ............................................................40 3.6.3. Kuisioner .........................................................................................41 3.7. Analisis Data ............................................................................................42 3.7.1. Analisis Risiko Kualitatif ................................................................43 3.7.2. Analisis Risiko Kuantitatif ..............................................................46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Pulau Nusa Penida ......................................................48 4.1.1. Kondisi Angin Dilokasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu .............49 4.1.2. Keberadaan dan Pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu.....50 4.2. Analisis Risiko Kualitatif Investasi PLT Bayu Nusa Penida ...................51 4.2.1. Identifikasi Risiko Pada Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLT Bayu) ............................................................................51 4.2.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner ................................54 4.2.3. Tabulasi Data Hasil Penyebaran Kuisioner .....................................55 4.2.4. Distribusi Frekuensi dan Modus Jawaban Responden terhadap Frekuensi Risiko ..............................................................................55 4.2.5. Distribusi Frekuensi dan Modus Jawaban Responden terhadap Kosekuensi Risiko ...........................................................................59 4.2.6. Penilaian dan Skala Penerimaan Risiko Investasi PLT Bayu Nusa Penida ...................................................................63 4.2.7. Distribusi Penilaian dan Tingkat Penerimaan Risiko ......................67 4.3. Analisis Risiko Kuantitatif Pada Investasi PLT Bayu Nusa Penida ........69 4.3.1. Biaya Investasi PLT Bayu di Nusa Penida .....................................70
4.3.2. Produksi Listrik PLT Bayu di Nusa Penida ....................................71 4.3.3. Penentuan Nilai Distribusi Input dengan Simulasi Monte Carlo ....75 4.3.4. Pendapatan ......................................................................................77 4.3.5. Depresiasi/Penyusutan ....................................................................78 4.3.6. Biaya Gaji dan Biaya Pendapatan ...................................................79 4.3.7. Pajak ................................................................................................80 4.3.8. Model Aliran Kas (Cash Flow) Investasi PLT Bayu di Nusa Penida .................................................................................81 4.3.9.Risk Analysis Aliran Kas (Cash Flow) .............................................82 4.3.9.1. Diagram Distribusi .............................................................83 4.3.9.2. Diagram Tornado ...............................................................88 4.4. Mitigasi Risiko (Risk Mitigation) .......................................................96 4.41. Mitigasi Terhadap Risiko Mayor (Major Risk) ....................96 4.4.2. Mitigasi Terhadap Hasil Analisis Risiko Kuantitatif ..........99 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ..........................................................................................101 5.2. Saran .................................................................................................103 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................105 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Data Responden (Populasi) ..................................................................37 Tabel 3.2. Jumlah Responden Pada Masing-Masing Kelompok ..........................38 Tabel 3.3. Skala Frekuensi (Likelihood) ...............................................................43 Tabel 3.4. Skala Konsekuensi (Consquences) ......................................................44 Tabel 3.5. Assessment of risk importance.... .........................................................44 Tabel 3.6. Assessment of risk acceptability . .........................................................45 Tabel 3.7. Skala Penerimaan Risiko .....................................................................45 Tabel 4.1. Kecepatan Angin Rata-Rata di Nusa Penida ........................................49 Tabel 4.2. Identifikasi Risiko Investasi PLT Bayu ...............................................53 Tabel 4.3. Hasil Uji Validitas Kuisioner .............. ...............................................54 Tabel 4.4. Hasil Analisis Reliabilitas Kuisioner ...................................................55 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kejadian ..............................................................56 Tabel 4.6. Prosentase Modus Skala Frekuensi Kejadian (likelihood)....................59 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Konsekuensi dari Tiap Jenis Risiko ......................................................60 Tabel 4.8. Prosentase Modus Skala Konsekuensi Risiko .....................................63 Tabel 4.9. Penentuan Nilai dan Tingkat Penerimaan Risiko ................................64 Tabel 4.10 Risiko Mayor Pada Investasi PLT Bayu Nusa Penida ........................67 Tabel 4.11 Distribusi Tingkat Penerimaan Risiko untuk Tiap Sumber Risiko......68 Tabel 4.12 Biaya Investasi PLT Bayu ...................................................................71 Tabel 4.13. Rekapitulasi Kwh Produksi PLT Bayu ..............................................72
Tabel 4.14 Produksi PLT Bayu Periode 3 Tahun Terakhir ...................................75 Tabel 4.15. Nilai Masukan Distribusi Variabel Input............................................75 Tabel 4.16 Jenis dan Nilai Distribusi Variabel Masukan ......................................76 Tabel 4.17 Pendapatan 1 unit PLT Bayu .............................................................77 Tabel 4.18 Penyusutan/Depresiasi Unit PLT Bayu ...............................................78 Tabel 4.19 Rincian Gaji Pengurus KSU Surya Sejahtera .....................................79 Tabel 4.20 Biaya Gaji Pengurus KSU Surya Sejahtera ........................................80 Tabel 4.22 Tarif PPh Pasal 25 Wajib Pajak Badan ...............................................80 Tabel 4.23 Model Kelayakan Finansial Investasi PLT Bayu ................................82 Tabel 4.24 Nilai Probabilitas NPV dan BCR .................. .....................................88 Tabel 4.25 Koefisien Korelasi Variabel Terhadap NPV .......................................95 Tabel 4.26 Koefisien Korelasi Variabel Terhadap BCR .......................................98 Tabel 4.27 Tindakan Mitigasi Pada Risiko Investasi PLT Bayu Nusa Penida ....97 Tabel 4.28 Penyesuaian Biaya Produksi terhadap NPV dan BCR ........................99 Tabel. 4.29. Harga Pokok Penyediaan Listrik dari Panas Bumi dan Energi Terbarukan di Indonesia ....................................................................100
DAFTAR GRAFIK , DIAGRAM DAN GAMBAR.
Gambar 1.1 Wind Turbine dan Diagram Integrasi PLTD dan PLT Bayu...............2 Grafik 2.1 Perbandingan Kecepatan Angin dengan Tenaga (Power) yang dihasilkan ......................................................................................7 Gambar 2.1. PLTB on-grid koneksi langsung ........................................................7 Gambar 2.2. Kerangka Umum Manajemen Risiko ...............................................10 Gambar 2.3. Proses Identifikasi Risiko (Flanagan dan Norman, 1993) ................11 Gambar 2.4. Klasifikasi Risiko .............................................................................12 Gambar 2.5. Analisis Risiko... .............................................................................14 Gambar 2.6. Bagan Distribusi Probabilitas Seragam (Uniform) ...........................19 Gambar 2.7. Bagan Distribusi Probabilitas Segi Tiga (Triangle) .........................19 Gambar 2.8. Bagan Distribusi Probabilitas Normal ..............................................20 Gambar 2.9.Histogram dari NPV...........................................................................22 Gambar 2.10.Distribusi dari NPV dengan Program @Risk ..................................22 Gambar 2.11.Analisis Sensitivitas dengan Program @ Risk ................................23 Gambar 2.12. Cash Flow Investasi .......................................................................26 Gambar 2.13. Tanggapan terhadap Risiko ............................................................29 Gambar 3.1. Kerangka Konsep Analisis Finansial Investasi.................................33 Gambar 3.2. Kerangka Penelitian …….................................................................34 Gambar 4.1. Peta Wilayah Kecamatan Nusa Penida ..........................................48 Grafik 4.1. Proporsi Jumlah dan Prosentase Tingkat Penerimaan Risiko .............68 Grafik 4.2. Distribusi NPV 1 Unit PLT Bayu .......................................................83
Grafik 4.3. Distribusi BCR Aliran Kas Model 1 Unit PLT Bayu .........................84 Grafik 4.4. Distribusi NPV Model 2 Unit PLT Bayu ...........................................85 Grafik 4.5. Distribusi BCR Model 2 Unit PLT Bayu ...........................................85 Grafik 4.6. Distribusi NPV Model 5 Unit PLT Bayu ...........................................86 Grafik 4.7. Distribusi BCR Model 5 Unit PLT Bayu ...........................................86 Grafik 4.8. Distribusi NPV Model 9 Unit PLT Bayu ...........................................87 Grafik 4.9. Distribusi BCR Model 9 Unit PLT Bayu ...........................................87 Diagram 4.1. Korelasi untuk NPV Model 1 Unit PLT Bayu ................................89 Diagram 4.2. Korelasi untuk BCR Model 1 Unit PLT Bayu ...............................90 Diagram 4.3. Korelasi NPV Aliran Kas Model 2 Unit PLT Bayu .......................91 Diagram 4.4. Korelasi BCR Aliran Kas Model 2 Unit PLT Bayu .......................92 Diagram 4.5. Korelasi NPV Aliran Kas Model 5 Unit PLT Bayu .......................93 Diagram 4.6. Korelasi BCR Aliran Kas Model 5 Unit PLT Bayu .......................93 Diagram 4.7. Korelasi NPV Aliran Kas Model 9 Unit PLT Bayu .......................94 Diagram 4.8. Korelasi BCR Aliran Kas Model 9 Unit PLT Bayu .......................94
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sumber Risiko................................................................................107 Lampiran 2. Kuisioner .......................................................................................108 Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Kuisioner ………….......………......…………114 Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner.......................................................142 Lampiran 5. Rekap Skor Frekuensi dan Koneskuensi Risiko Kuisioner.............158 Lampiran 6. Aliran Kas dan Kontrol Investasi Model 1 Unit PLT Bayu............160 Lampiran 7. Aliran Kas dan Kontrol Investasi Model 2 Unit PLT Bayu ...........164 Lampiran 8. Aliran Kas dan Kontrol Investasi Model 5 Unit PLT Bayu ...........168 Lampiran 9. Aliran Kas dan Kontrol Investasi Model 9 Unit PLT Bayu ...........172 Lampiran 10. Aliran Kas dan Kontrol Investasi Model 1 Unit PLT Bayu (Penyesuian Tarif/Harga Jual Listrik) .........................................176 Lampiran 11. Aliran Kas dan Kontrol Investasi Model 2 Unit PLT Bayu (Penyesuian Tarif/Harga Jual Listrik) .........................................180 Lampiran 12. Aliran Kas dan Kontrol Investasi Model 5 Unit PLT Bayu (Penyesuian Tarif/Harga Jual Listrik) .........................................184 Lampiran 13. Aliran Kas dan Kontrol Investasi Model 9 Unit PLT Bayu (Penyesuian Tarif/Harga Jual Listrik) .........................................188 Lampiran 14. Aliran Kas dan Kontrol Investasi Model 20 Unit PLT Bayu (Penyesuian Tarif/Harga Jual Listrik) .........................................192 Lampiran 15. Aliran Kas dan Kontrol Investasi Model 30 Unit PLT Bayu (Penyesuian Tarif/Harga Jual Listrik) .........................................196
Lampiran 16. Aliran Kas dan Kontrol Investasi Model 40 Unit PLT Bayu (Penyesuian Tarif/Harga Jual Listrik) .........................................199 Lampiran 17. Aliran Kas dan Kontrol Investasi Model 50 Unit PLT Bayu (Penyesuian Tarif/Harga Jual Listrik) .........................................209 Lampiran 18. Grafik Distribusi NPV dan BCR Penyesuaian Tarif Listrik Berdasarkan Biaya Produksi .......................................................205 Lampiran
19.
Hubungan
Antara
Ketinggian
dengan
Kecepatan
Angin ..............208 Lampiran 20. Jenis-Jenis Turbin/Kincir Angin ...................................................209 Lampiran 21. Torsi Rotor Untuk Berbagai Jenis Turbin Angin .........................210 Lampiran 22. Dokumentasi Pekerjaan Konstruksi PLT Bayu Nusa Penida ......211
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Investasi merupakan kegiatan penting yang memerlukan biaya besar dan berdampak jangka panjang terhadap kelanjutan usaha. Oleh karena itu, analisis yang sistematis dan rasional sangat dibutuhkan sebelum kegiatan investasi itu direalisasikan. Harus disadari dari awal, bahwa kegiatan investasi diikuti oleh sejumlah pengeluaran lain secara periodik perlu disiapkan. Pengeluaran tersebut terdiri dari biaya operasional (operational cost), biaya perawatan (maintenance cost), dan biaya-biaya lainnya yang tidak dapat dihindarkan. Disamping pengeluaran investasi akan menghasilkan sejumlah keuntungan atau manfaat (benefit) mungki dalam bentuk produk benda atau penyewaan jasa. Secara umum kegiatan investasi akan menghasilkan komponen aliran kas (cash flow) (Giatman, 2007). Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Nusa Penida merupakan salah satu bentuk investasi sebagai proyek percontohan (pilot project) pemanfaatan energi terbarukan (renewable energy) untuk kepentingan masyarakat. Energi terbarukan adalah energi yang dapat diperbaharui dan apabila dikelola dengan baik, sumber daya itu tidak akan habis (DESDM,2005). Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLT Bayu) adalah sebuah pembangkit dengan konsep pemakaian energi terbarukan yang memanfaatkan energi angin sebagai penggerak turbin seperti terlihat pada gambar 1.1.
a
Keterangan :
b
c
a. Unit Kontrol PLT Bayu. b. Unit pembangkit (Turbin angin dan Generator). c. Diagram jaringan PLT Bayu dan PLT Diesel. Gambar 1.1 Wind Turbine dan Diagram Integrasi PLT Bayu dan PLTD (Sumber : PT.PLN AJ Bali Timur Nusa Penida) Flanagan dan Norman (1993) mengungkapkan bahwa tidak ada kegiatan yang bebas dari risiko. Risiko juga didefinisikan oleh Halim (2005) dalam konteks manajemen investasi adalah besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dengan tingkat pengembalian aktual. Semakin besar tingkat penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya.
Risiko dalam setiap kegiatan investasi begitu banyak jenisnya, keadaan ini merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti. Penelitian ini akan mengkaji risiko investasi dengan dua tahapan yaitu : tahap identifikasi jenis-jenis risiko investasi PLT Bayu dengan analisis risiko kualitatif untuk menentukan risiko mayor (major risk) dan selajutnya dilakukan analisis risiko kuantitatif terhadap risiko finansial pada investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLT Bayu) berdasarkan pengaruh risiko mayor yang teridentifikasi. Probabilitas atau peluang terjadinya kerugian dari investasi ini dilakukan dengan bantuan Program @ Risk. 1.2.
Rumusan Masalah Permasalahan yang menjadi kajian dalam kegiatan penelitian ini sesuai
dengan paparan pada latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Jenis risiko apa saja yang termasuk risiko mayor pada kegiatan investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Nusa Penida? 2. Bagaimana risiko investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLT Bayu) di Nusa Penida? 3. Bagaimana penanganan/mitigasi yang dilakukan untuk mengurangi konsekuensi dari risiko yang mungkin terjadi pada investasi PLT Bayu di Nusa Penida? 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui jenis risiko mayor yang mungkin terjadi pada investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLT Bayu) Nusa Penida.
2. Mengetahui besarnya peluang kerugian (risiko) pada investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLT Bayu) Nusa Penida. 3. Melakukan mitigasi yang sesuai sehingga dapat mengurangi konsekuensi dari kemungkinan terjadinya risiko mayor tersebut. 1.4
Manfaat Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan ini diharapkan memiliki manfaat
sebagai berikut : 1.
Memberikan informasi tentang risiko pada kegiatan investasi Pembangkit Listrik Tenaga Angin.
2.
Memberikan masukan untuk para investor maupun instansi terkait dalam upaya pengembangan pembangkit listrik tenaga angin.
1.5
Batasan Masalah
Luasnya lingkup kajian tentang risiko investasi pembangkit listrik tenaga bayu, maka batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLT Bayu) Nusa Penida yang dijadikan obyek penelitian adalah 2 unit dari 9 unit PLT Bayu yang ada yaitu unit 1 dan unit 2 jenis WES 18. 2. Penentuan jenis risiko mayor (major risk) dilakukan berdasarkan analisis risiko kualitatif (Qualitatif Risk Analysis) dengan metode skala Likert. 3. Analisis risiko finansial investasi PLT Bayu dilakukan dengan metode analisis risiko kuantitatif (Quantitatif Risk Analysis) dengan program @ Risk. Parameter yang dijadikan indikator adalah peluang/probabilitas terjadinya NPV dan BCR dalam batas kelayakan investasi.
4. MARR ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga bank (i) dengan asumsi kondisi perekonomian setabil. 5. Analisis risiko investasi PLT Bayu di Nusa Penida dimulai dari tahap pekerjaan konstruksi sampai pada kegiatan operasional dan perawatan (maintenance).
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Turbin angin berputar menghasilkan daya listrik berdasarkan besarnya
kecepatan angin (N rpm) yang memutar sudu-sudu turbin. Sudu-sudu turbin memutar generator yang memakai alternator asinkron sehingga menghasilkan arus listrik sesuai dengan prinsip hukum Faraday (Theraja and Theraja, 1992). Ketika rotor yang mengandung magnet diputar oleh sudu-sudu turbin maka terbentuklah medan magnet yang berputar. Konduktor yang diam yang terdapat di stator merasakan flux magnetik yang dihasilkan rotor dan sesuai dengan hukum Faraday maka mengalirlah arus pada konduktor tersebut. Karena kutub-kutub magnetik di rotor dirancang berpasangan Utara dan Selatan secara bergantian sesuai dengan jumlah kutub (P) maka arus yang mengalir pada stator adalah arus bolak-balik (AC). Arus yang dihasilkan di stator memiliki frekuensi (f) yang sebanding dengan jumlah kutub rotor dan besarnya kecepatan putar rotor (f = PN/120 Hz). Grafik 2.1 memperlihatkan daya yang dihasilkan oleh turbin angin WES18 pada berbagai kecepatan angin. Berdasarkan grafik tersebut, turbin ini akan mulai menghasilkan listrik jika kecepatan angin berkisar 4 m/s. Daya nominal akan dihasilkan pada kecepatan putar 12 m/s. Jika angin bertiup pelan maka pada kecepatan < 3 m/s turbin angin akan berhenti berputar (cut in wind speed) dan jika angin bertiup kencang maka pada kecepatan > 25 m/s yawing system akan mengalihkan turbin dari muka angin (cut out wind speed).
Kurva Tenaga (Pow er Curve) 90,0 80,0 Tenaga [kW]
Kec. Angin Energi [m/s] [kW] 0,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 4,0 2,9 5,0 6,0 6,0 11,0 7,0 17,7 8,0 27,3 9,0 39,2 10,0 51,4 11,0 63,8 12,0 74,2 13,0 79,9 14,0 82,2 15,0 82,9 16,0 83,3 17,0 83,3 18,0 83,0 19,0 83,0 20,0 83,0
70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
Kecepatan Angin [m/s]
Garfik 2.1 Kurva kecepatan angin dengan tenaga (Power) yang dihasilkan. (Sumber : Ferris.LL, 1990)
Gambar 2.1: PLT BAYU on-grid koneksi langsung (PLN UJ Bali Timur, 2006)
21
2.2 Pengertian Risiko Risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan. Makin besar kemungkinan rendahnya keuntungan, maka makin besar risiko usaha tersebut. Secara spesifik, batasan risiko suatu proyek adalah variabilitas pendapatan sebagai dampak dari variasi dari aliran kas masuk dan keluar selama umur investasi. Variasi ini erat hubungannya dengan ketidaktepatan dalam pengambilan prakiraan (Soeharto, 1995). Menurut Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott pengertian risiko adalah : a.
Kans kerugian – the change of loss
b.
Kemungkinan kerugian – the possibility of loss
c.
Ketidakpastian – uncertainty
d.
Penyimpangan kenyataan dari hasil yang diharapkan – the dispersion of actual from expected result
e.
Probabilitas bahwa suatu hasil berbeda dari yang diharapkan – the probability of any outcome different from the one expected
Julius Nusyami, 2006 mendefinisikan risiko sebagai berikut : a.
Sebagai kemungkinan penyimpangan negatif dari hasil yang diinginkan atau diharapkan atau risiko sebagai suatu kemungkinan kerugian,
b.
Menyangkut situasi di mana terdapat suatu kemungkinan terjadinya hasil yang tidak menguntungkan – unfavorable outcome.
Secara umum risiko dapat diartikan sebagai peluang timbulnya kerugian (probability of loss), kesempatan timbulnya kerugian (Chance of loss) atau
sesuatu yang tidak pasti (risk is uncertainty) dan penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Berdasarkan definisi risiko di atas dapat disimpulkan bahwa risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya kerugian yang tidak diinginkan dengan kata lain kemungkinan itu akibat adanya ketidakpastian yang menyebabkan tumbuhnya risiko yang bersumber dari berbagai aktivitas. 2.3.
Manajemen Risiko. Manajemen risiko adalah cara terstruktur untuk mengidentifikasi,
mengukur risiko, memilih serta mengatur pilihan untuk menangani risiko. Sistem manajemen risiko tidak hanya mengidentifikasi, tetapi juga menghitung risiko dan pengaruhnya terhadap proyek, hasilnya adalah apakah risiko itu dapat diterima atau tidak (Kerzner, Mahadi; 1995) Nursyami, mengemukakan manajemen risiko adalah : a.
Proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan
b.
Suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan /pengelolaan sumberdaya
Lebih jauh Flanagan dan Norman (1993) menyatakan bahwa, proses manajemen risiko untuk melakukan pengambilan keputusan terhadap risiko-risiko, diuraikan
dalam bentuk kerangka Sistem Manajemen Risiko seperti pada gambar 2.2 di bawah ini :
Identifikasi Risiko
Klasifikasi Risiko
Analisis Risiko
Perlakuan Risiko Respon Risiko
Gambar 2.2. Kerangka Umum Manajemen Risiko (Sumber: Flanagan dan Norman, 1993)
Berdasarkan Gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa dalam keseluruhan proses manajemen risiko, identifikasi dan penilaian risiko merupakan tahap pertama yang penting dilakukan dan kualitas dari hasil suatu analisis kualitatif sangat ditentukan oleh identifikasi dan penilaian risiko ini. Risiko tersebut harus dikelola dengan baik sehingga tidak menjadi ancaman terhadap tujuan yang hendak dicapai. 2.3.1. Identifikasi Risiko Risiko dapat dikenali dari sumberdaya (source), kejadian (event), dan akibatnya (effect). Sumber risiko adalah kondisi-kondisi yang dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya risiko. Event adalah peristiwa yang menimbulkan pengaruh (effect) yang sifatnya dapat merugikan dan menguntungkan hubungan ketiga komponen tersebut dapat dilihat seperti gambar 2.3 berikut : Sumber
Peristiwa
Akibat
Gambar 2.3. Proses Identifikasi Risiko (Sumber : Flanagan dan Norman, 1993) Berdasarkan Gambar 2.3 dapat dijelaskan bahwa langkah pertama yang dilakukan
adalah
mengetahui
dengan
jelas
sumber
risiko
tersebut,
kejadian/peristiwa dan akibat dari risiko itu. Sebagai contoh kerusakan Gondola (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan kerja (peristiwa) yang menyebabkan tewasnya pekerja konstruksi (akibat). 2.3.2. Klasifikasi Risiko Klasifikasi risiko dibuat dengan maksud untuk memudahkan perbedaan dan pemahaman terhadap risiko tersebut, sehingga dapat membantu dalam melakukan analisis risiko. Klasifikasi risiko menurut Flanagan dan Norman;1993 adalah terdiri dari 3 jenis yaitu : 1.
Konsekuensi risiko
2.
Jenis risiko
3.
Pengaruh risiko Berdasarkan gambar 2.4 jelas terlihat bahwa dalam mengklasifikasikan risiko terdiri dari konsekuensi risiko, jenis risiko dan pengaruh risiko itu. Konsekuensi risiko diklasifikasikan berdasarkan frekuensi kejadian, akibat risiko
(dampak)
dan
kemungkinannya
(prediksi).
Menurut
jenisnya
risiko
diklasifikasikan menjadi risiko murni dan risiko spekulatif yaitu risiko bisnis dan finansial. Aktivitas yang dapat terkena pengaruh risiko meliputi semua aspek aktivitas dalam kehidupan. Klasifikasi Risiko
Konskuensi Risiko
Spekulasi Risiko (Risiko pasar)
Risiko Murni (Spesifik risiko)
Berkaitan dengan asset (Risiko bisnis)
Frekuensi
Pengaruh Risiko
Jenis Risiko
Dampak
Berkaitan dengan Modal (Risiko finansial)
Prediksi Perusahaan
Lingkungan
Pasar
Gambar 2.4. Klasifikasi Risiko (Sumber: Flanagan dan Norman 1993) Godfrey (1996) dalam Construction Research Industry and information Association (CIRIA) menyatakan bahwa nilai risiko ditentukan sebagai perkalian antara kecendrungan/likelihood adalah peluang terjadinya kerugian yang dinyatakan dalam jumlah kejadian pertahun. Godfrey juga menyatakan bahwa konsekuensi (conssequences) merupakan besaran kerugian yang diakibatkan oleh terjadinya suatu kejadian merugikan yang dapat dinyatakan dalam nilai uang. Jadi,
Proyek
risiko menurut beberapa pengertian di atas adalah kemungkinan/peluang terjadinya kerugian dari sisi finansial atau kerugian yang dapat dinyatakan dengan nilai uang. 2.3.3. Analisis Risiko Akibat dari risiko yang paling sering terjadi ditinjau dari sisi manajemen proyek menurut Thompson dan Perry (1991) adalah sebagai berikut : a.
Kegagalan dalam mempertahankan estimasi biaya seperti analisis kelayakan investasi yang tidak akurat, biaya operasi yang membengkak, inflasi, kenaikan harga bahan bakar, ketidaksetabilan nilai tukar mata uang asing, naiknya nilai suku bunga, dana tambahan yang tersedia, pengalokasian dana yang tidak tepat.
b.
Kegagalan dalam mencapai data lengkap yang diperlukan seperti data teknis maupun data non teknis yang kurang lengkap.
c.
Kegagalan dalam mencapai kualitas dan kebutuhan operasional termasuk didalamnya metode konstruksi yang kurang matang, kualitas dan kuantitas yang kurang pada material yang digunakan, perubahan atas desain, produktivitas tenaga kerja rendah, penyediaan material yang tidak lancar. Menurut Flanagan (1993), analisis risiko dibagi menjadi 2 (dua) bagian
yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif terfokus pada evaluasi probabilitas terhadap terjadinya risiko, pada umumnya melibatkan teknik analisa yang lebih kompleks dengan menggunakan program komputer.
Analisis risiko kuantitatif dimulai dengan melakukan analisis probabilitas terhadap objek yang diteliti. Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas untuk mengkaji perubahan unsur-unsur terhadap keputusan yang dipilih. Setelah mengetahui sensitif tidaknya keputusan yang diambil maka dilanjutkan dengan membuat model atau skenario yang dibuat analisis dengan analisa simulasi dan dilanjutkan analisa korelasi. kompleksanya analisis yang harus dilakukan, maka dalam analisis risiko kuantitatif ini pengerjaanya dibantu dengan menggunakan program komputer yaitu program @ Risk. AnalisisRisiko Risiko Analisa Identifikasi Alternative Penilaian Risiko Ke Biaya
Pengukuran Risiko Kuantitatif
Kualitatif
Analisa Probabilitas
Obyektif Subyektif
Keputusan Langsung
Analisa Sensitivitas
Tunggal Jamak
Berdasarkan Rangking
Analisa Skenario
Kombinasi Penjabaran
Analisa Simulasi
Tipe dari Penyebaran Perkiraan Jumlah Keterkaitan Simulasi
Analisa Korelasi
Linier/tidak Linier Tunggal/Jamak Gambar 2.5. Analisis Risiko (Flanagan, 1993)
Berdasarkan Perbandingan
Analisa Deskriptif
2.3.4. Mengukur Risiko Risiko diformulasikan sebagai fungsi dari kemungkinan terjadi (likelihood) dan dampak negatif (impact). Atau Risk = f x (Likelihood, Impact) (Kerzner, 2001). Risiko yang potensial adalah risiko yang perlu diperhatikan karena memiliki probabilitas terjadi yang tinggi dan memiliki konsekuensi negatif yang besar dan terjadinya risiko ditandai dengan adanya error pada estimasi waktu,
estimasi biaya, atau teknologi desain (Gray dan Larson,
2000). 2.3.4.1 Konsep Dasar Probabilitas Konsep probabilitas dalam ilmu statistik bermanfaat untuk digunakan dalam pengukuran risiko karena bisa dipakai untuk mengukur besar kecilnya risiko. (Hanafi, 2006). Langkah-langkah dalam menghitung risiko adalah sebagai berikut: 1.
Mendefinisikan hasil yang mungkin terjadi. Total dari kemungkinan hasil yang terjadi biasanya disebut sebagai ruang sampel (sampel space).
2.
Memperkirakan probabilitas untuk setiap hasil yang mungkin terjadi.
Penetapan probabilitas untuk setiap sampel harus memenuhi dua persyaratan berikut :
a.
Probabilitas suatu titik sampel harus berada diantara 0 dan 1 atau dengan kata lain, probabilitas tersebut adalah positif dan sama atau lebih kecil dari 1 dan lebih besar dari 0, seperti tertulis berikut ini: 0 ≤ P (Ei) ≤ 1 ...........................................................................................(2.1)
b.
Jumlah keseluruhan dari probabilitas titik sampel tersebut adalah satu, seperti berikut ini : P(E1) + P(E2) ... + P(En) = 1 ...................................................................(2.2)
Menghitung probabilitas kejadian. Penetapan probabilitas untuk titik sampel bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu : a.
Metode Klasikal Metode ini menetapkan probabilitas untuk setiap titik sampel dengan besaran yang sama. Penetapan probabilitas yang sama untuk setiap titik sampel tersebut merupakan hal yang masuk akal untuk banyak kejadian. Metode ini dijelaskan dengan memakai alat-alat judi seperti dadu, Kartu bridge, dan uang koin. Bila kejadian E terjadi dalam n cara dari seluruh n cara yang mungkin terjadi dan masing-masing n cara itu mempunyai kesempatan yang sama untuk muncul, maka probabilitas kejadian E adalah : P( E ) =
m n
................................................................................................
(2.3) dimana : P(E)
= probabilitas kejadian
b.
m
= banyaknya kejadian
n
= banyaknya percobaan
Metode Frekuensi Relatif. Jika kejadian E terjadi sebanyak m kali dari keseluruhan pengamatan sebanyak n, dimana n mendekati tak terhingga (n ∞), maka probabilitas kejadian E dirumuskan : P(E) = lim n∞
m ...................................................................(2.4) n
dimana :
c.
P(E)
= probabilitas kejadian
m
= banyaknya kejadian
n
= banyaknya percobaan
Metode Subyektif Pada situasi tertentu,metode klasikal dan metode frekuensi relative tidak sesuai dijadikan perhitungan probabilitas. Metode ini menggunakan intuisi, keyakinan diri dan informasi tidak langsung lainnya. Metode ini sifatnya amat pribadi, setiap orang memiliki informasi yang berbeda mengenai sesuatu kejadian dan cara mereka mengartikan informasi tersebut juga berbeda sehingga probabilitas dari suatu kejadian yang mereka simpulkan akhirnya juga berbeda-beda.
2.3.4.2. Distribusi Probabilitas
Distribusi probabilitas memiliki banyak manfaat untuk menghitung peluang kejadian tertentu. Distribusi probabilitas menjelaskan sebaran probabilitas untuk variabel random tertentu. Variabel random x pada distribusi probabilitas disebut fungsi probabilitas dituliskan sebagai f(x). Fungsi probabilitas tersebut menentukan probabilitas untuk setiap nilai dari variabel random. Fungsi probabilitas harus memenuhi dua persyaratan yaitu : 1. f(x) ≥ 0 ( probabilitas untuk setiap kemungkinan hasil bernilai positif) 2. f(x) = 1 (jumlah probabilitas untuk setiap kemungkinan adalah satu). Variabel random dapat didefinisikan sebagai gambaran yang bersifat numerik dari hasil sebuah eksperimen.Variabel random dapat dibedakan menjadi dua yaitu : variabel random random diskrit dan variabel random kontinu. 1.
Variabel random diskrit berbentuk angka yang terbatas, seperti 0, 1, 2, atau 3. Contohnya, kejadian memperoleh angka empat dua kali dalam pelemparan dadu sebanyak dua kali. Angka empat tersebut bisa muncul 0, 1, atau 2 dalam dua kali pelemparan dadu. Variabel random dalam kejadian ini bernilai 0, 1 atau 2.
2.
Variabel random kontinu berbentuk angka yang tidak terbatas. Contohnya, tingkat penyelesaian proyek dalam prosentase bisa dihitung mulai 0% (belum dikerjakan sama sekali) sampai dengan 100% (sudah selesai). Variabel random dalam kejadian tersebut bisa dituliskan sebagai berikut :0 ≤ x ≤ 100, dimana x adalah tingkat penyelesaian proyek dalam prosentase. Variabel kontinu dapat digambarkan sebagai sebagai interval atau kumpulan dari interval. Proabilitas dari variabel kontinu merupakan
luas dari inerval tersebut. Fungsi probabilitasnya dinamakan fungsi kepadatan probabilitas (probability density function) . Bentuk dari probabilitas kontinu antara lain distribusi probabilitas seragam (uniform), biasanya digunakan untuk data yang memiliki nilai seragam.
Gambar 2.6 Bagan Distribusi Probabilitas Seragam (Uniform) (@Risk 4.5 for Excel, 2008) Distribusi probabilitas triangle adalah suatu distribusi probabilitas dengan karakter data yang dimiliki terdiri dari Minimum (terendah), Most Likely (modus) dan nilai yang tertinggi (Maximum). Diagram distribusi triangle (segi tiga) adalah sebagai berikut :
Triang(-2,5; 0; 2,5) 0,45 0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10
5,0% -1,709
90,0%
3
2
1
0
-1
-2
0,00
-3
0,05
5,0% 1,709
Gambar 2.7. Diagram Distribusi Probabilitas Triangle (@Risk 4.5 for Excel, 2008)
Distribusi probabilitas normal adalah distribusi probabilitas yang berbentuk kurva normal.
Gambar 2.8. Diagram Distribusi Probabilitas Normal (@Risk 4.5 for Excel, 2008) Karakteristik distribusi normal dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Nilai tertinggi (puncak dari kurva) adalah rata-rata (mean). Rata-rata tersebut bisa bernilai positif (+) atau negatif (-). 2. Kurva normal berbentuk simetris, sisi kiri merupakan cerminan dari sisi kanan. 3. Deviasi standar mengukur penyimpangan distribusi normal. Semakin besar deviasi standar, semakin lebar penyimpangannya dan semakin lebar distribusi normal tersebut. 4. Luas total dari kurva normal adalah 1 (100%) sesuai dengan persyaratan distribusi probabilitas. 2.3.4.3. Metode Pengukuran Risiko Proyek Tunggal Beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengukur risiko proyek
tunggal adalah decision tree, analisis sensitivitas dan simulasi (Soeharto, 1995). 1.
Decision Tree Metode ini sering dipakai untuk menghadapi masalah kompleks yang berlangsung secara berurutan dalam suatu periode tertentu. Metode ini disebut demikian, karena penggambarannya mirip sebuah pohon dengan cabang dan ranting yang semakin banyak. Keputusan yang berurutan disajikan sebagai cabang dan ranting yang dimulai dari titik keputusan awal “meluncur” sampai titik keputusan akhir. Setiap cabang atau ranting menunjukkan satu seri keputusan dan kemungkinan terjadinya peristiwa (event). Keputusan ditentukan dengan mengkaji nilai yang diharapkan dari cabang atau ranting bersangkutan.
2.
Simulasi Metode ini memberikan kesempatan untuk memperkirakan nilai yang diharapkan, misalnya dari NPV, tingkat keuntungan, serta kurva distribusi. Dengan dukungan kemajuan teknologi komputer, lebih dimungkinkan untuk mengadakan simulasi banyak variabel dari berbagai macam kondisi ekonomi finansial yang berkaitan dengan proyek. Simulasi merupakan metode yang penting untuk menangani ketidakpastian dalam proses penyusunan anggaran biaya modal maupun sebagai alat bantu pengambilan keputusan. Salah satu proses simulasi dapat dikerjakan dengan metode Monte Carlo, berupa program @RISK yang sudah terintegrasi dengan Microsoft Excel. Probabilitas output dari aktivitas investasi dapat disimulasikan dengan bantuan program @ Risk.
Distribution for NPV/H36 X< =-2 13 5 2 7 6 2 8 8 5%
2.5
X< =5 6 2 12 2 5 8 8 16 95% Me a n = 2 .5 0 7 9 8 6 E+10
Values in 10^ -11
2
1.5
1
0.5
0 -40
-5
30
65
100
Values in Billions
Gambar 2.9. Histogram dari NPV (@Risk 4.5 for Excel, 2008) Distribution for NPV X <=-3725490688 5%
X <=744844800 95%
1
Values in 10^ -10
Me an = -1.98 16 2 3 E+0 9
0,8
0,6
0,4
0,2
0 -8
-7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
Values in Billions
Gambar 2.10. Distribusi NPV dengan Program @ Risk (Palisade.com, 2002)
7
8
9
10
3.
Analisis Sensitivitas. Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih.Hal ini akan memperlihatkan sensitiv tidaknya keputusan yang diambil terhadap perubahan unsur-unsur tertentu. Bila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap keputusan, maka dikatakan keputusan tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya bila terjadi perubahan kecil saja sudah mengakibatkan perubahan keputusan maka dinamakan keputusan tersebut sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Dengan memahami arti sensitivitas tersebut, maka kita dapat memilih unsur-unsur mana yang perlu mendapatkan analisis sensitivitas sebelum diambil keputusan.Unsurunsur tersebut dapat berupa perubahan harga bahan mentah biaya produksi, menciutnya pangsa pasar, turunya harga
RegressionSensitivityfor Total Biaya/ Distribusi/D27 Total PengerjaanTanah/ D.../D11
,709
Total TenagaKerja/ Distr.../D19
,51
PengerjaanBeton/ Distrib.../D15
,245
BiayaPerencanaan/ Distri.../D7
,219
PenyewaanPeralatan/ Dist.../D21
,15
PengerjaanBaja/ Distribu.../D13
,094
Pengaspalan/ Distribusi/D23
,071
A dministrasi / Distribusi/D25
-1
-0,75
-0,5
,047
-0,25
0
0,25
0,5
0,75
StdbCoefficients
Gambar 2.11. Analisis Sensitivitas dengan Program @ Risk (Palisade.com, 2002)
1
2.4. Investasi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Istilah investasi bisa dikaitkan dengan berbagai macam aktivitas. Mengivestasikan sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, bangunan) maupun aset finansial (deposito, saham) merupakan aktivitas investasi yang umumnya dilakukan (Halim,2005). Pihak-pihak yang melakukan investasi disebut investor . Investor dibedakan menjadi dua jenis, yaitu investor individual dan investor institusional. Investor individual terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi, sedangkan investasi institusional terdiri dari perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpanan dana, lembaga dana pensiun maupun perusahaan investasi. Sumber daya yang dibutuhkan sebagai modal dalam melakukan investasi menurut smith, 1995 yaitu : 1.
Dana (Money).
2.
Kekayaan alam (Material)
3.
Sumber daya manusia (Man)
4.
Mesin (Machine)
5.
Teknologi (Methode)
Sutoyo (2000), menyebutkan bahwa penanaman dana investasi dibidang konstruksi mempunyai ciri khusus yang perlu diperhatikan oleh penanam modal
tersebut sebelum memutuskan untuk melakukan hal tersebut. Adapun ciri-ciri khusus tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Investasi tersebut menyerap dan mengikat dana dalam jumlah besar, dengan jangka waktu ikatan dana yang cukup lama, yaitu mulai dari satu tahun atau lebih. Konsekuensinya adalah apabila terjadi kesalahan dalam perencanaan atau evaluasi kelayakan renana investasi, dampak negatif yang harus diterima perusahaan bersangkutan akan berlangsung lama.
2.
Manfaat yang akan diperoleh perusahaan (keuntungan), baru dapat dinikmati sepenuhnya beberapa masa setelah investasi dilakukan.
3.
Tingkat risiko yang ditanggung perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan investasi harta lancar, hal ini disebabkan oleh besarnya dana yang terikat serta lamanya jangka waktu ikatan.
4.
Keputusan investasi proyek yang keliru, tidak dapat direvisi begitu saja seperti halnya dalam kasus investasi harta lancar.
Suatu investasi, khususnya yang berkaitan dengan investasi dibidang konstruksi pada umumnya terdiri dari 3 tahap yaitu studi kelayakan, implementasi, serta pengoperasian dan pemeliharaan (Soeharto, 1995). 2.4.1.
Evaluasi Investasi. Menurut Giatman 2005, kegiatan investasi merupakan kegiatan penting
yang memerlukan biaya besar dan berdampak jangka panjang terhadap kelanjutan usaha.Analisis investasi dapat menjelaskan apakah suatu kegiatan investasi menjanjikan keuntungan (profit) dalam jangka panjang atau tidak. Kegiatan investasi akan selalu diikuti oleh sejumlah pengeluaran. Pengeluaran yang tejadi
dalam kegiatan investasi terdiri dari : biaya operasional (operation cost), biaya perawatan (maintenance cost) dan biaya-biaya lainnya yang tidak dapat dihindarkan. Secara umum kegiatan investasi akan menghasilkan komponen cash flow seperti gambar 2.12. Nilai sisa Benefit 0
2
3
4
5
6
7
8
...
n
Oc + Mc Investasi i %
Oc = Operation Cost Mc = Manitenance Cost
Gambar 2.12. Cash Flow Investasi (sumber: Giatman, 2005) 2.4.2. Analisis Aspek Finansial. Kajian aspek finansial merupakan salah satu syarat terpenting sebelum melakukan investasi. Proses mengkaji kelayakan proyek atau investasi dari aspek finansial, pendekatan konvensional yang dilakukan adalah dengan menganalisis perkiraan aliran kas keluar dan masuk selama umur proyek atau investasi. Metode penilaian ini dilakukan terhadap aliran kas terbentuk dari perkiraan biaya pertama, modal kerja, biaya operasi, biaya produksi dan pendapatan (Soeharto, 1995). 2.4.2.1.
Metode Penilaian Investasi. Penentuan usulan proyek investasi diterima atau ditolak, harus
dilakukan penilaian/dinilai (soeharto, 1995). Beberapa metode penilaian yang biasa digunakan
1.
Metode Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value – NPV) Metode niali sekarang bersih (net present value – NPV) menggunakan pertimbangan bahwa nilai uang sekarang lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai uang pada waktu mendatang, karena adanya faktor bunga. n
∑CF ( FaktorBung a)t = 0
NPV = 0, atau
t =0
t
........................................(2.4)
dimana : NPV
: Net Present Value (Nilai bersih saat ini)
n
: periode umur investasi
CFt
: Cash Flow periode ke-t
FB
: Faktor Bunga.
Indikasi yang dijadikan dasar penilaian suatu investasi atau usulan proyek adalah sebagai berikut : NPV
= positif, usulan proyek atau investasi diterima , makin tinggi NPV makin baik
2.
NPV
= negatif, usulan proyek atau investasi ditolak
NPV
= 0 berarti netral.
Metode Tingkat Pengembalian Internal Arus pengembalian internal
(Internal rate of return – IRR) adalah arus
pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk = NPV aliran kas keluar. IRR ditentukan saat NPV = 0 n
NPV = 0 atau ∑ CFt ( FaktorBung a Pr esent )t = 0 t =0
NPV = −I + Ab (
P P P , i, n) + S ( , i, n) − Ac ( , i, n) A F A
...................................
(2.5) Dengan metode coba-coba memasukkan nilai bunga “i” dicari nilai NPV mendekati nol. dimana : I
: Nilai Investasi
Ab
: Annual benefit
S
: Salvage value (nilai sisa)
Ac
: Annual cost
i
: suku bunga bank
n
: periode investasi
P A
: Faktor bunga Present terhadap Annual (lihat tabel bunga)
P F
: Faktor bunga Present terhadap Future (lihat tabel bunga)
Indikasi untuk menganalisis usulan proyek atau investasi adalah : IRR > MARR , usulan proyek atau investasi diterima. Jika IRR < MARR maka usulan proyek atau investasi ditolak, MARR adalah Minimum Atraktive Rate of Return. Nilai MARR umumnya ditetapkan secara subyektif melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu dari investasi tersebut. Pertimbangan yang dimaksud adalah : b. suku bunga investasi (i); c. biaya lain yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan investasi (Cc) d. faktor risiko investasi (α). Dengan demikian, MARR = i + Cc + α , jika Cc dan α tidak ada atau nol (0), maka MARR = i (suku bunga), sehingga MARR≥i.
3.
Metode Benefit Cost Ratio (BCR). Penggunaan metode ini amat dikenal dalam mengevaluasi proyek-proyek atau investasi untuk kepentingan umum. Adapun rumus yang digunakan adalah : BCR =
Nilai sekarang benefit (PV)B = Nilai sekarang biaya (PV)C
...................................................
(2.6) Indikasi yang dijadikan dasar penilaian suatu usulan proyek atau investasi adalah : BCR>1 usulan proyek atau investasi diterima BCR<1 usulan proyek atau investasi ditolak 2.5. Penanganan (Mitigation) Risiko Risk response adalah tanggapan atau reaksi terhadap risiko yang dilakukan oleh setiap orang atau perusahaan dalam pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh risk attitude dari pengambil keputusan (decision maker) (Flanagan dan Norman 1993). Tindakan yang dilakukan disebut tindakan mitigasi/penanganan risiko (risk mitigation). Risiko yang muncul kadang-kadang tidak dapat dihilangkan sama sekali tetapi hanya dapat dikurangi sehingga akan timbul risiko sisa (residual risk). Penanganan Risiko
Penahanan Risiko
Pengurangan Risiko
Pemindahan Risiko
Gambar 2.13. Tanggapan terhadap risiko (sumber : Flanagan dan Norman, 1993)
Penghindaran Risiko
Gambar 2.13 di atas menjelaskan beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menangani risiko antara lain: 1.
Menahan risiko (risk retention) Sikap untuk menahan risiko sangat erat kaitannya dengan keuntungan (gain) yang terdapat dalam suatu risiko. Tindakan untuk menerima/menahan risiko ini karena dampak dari suatu kejadian yang merugikan masih dapat diterima (acceptable)
2.
Mengurangi risiko (risk reduction) Mengurangi risiko dilakukan dengan mempelajari secara mendalam risiko itu sendiri, dan melakukan usaha-usaha pencegahan pada sumber risiko atau mengkombinasikan usaha agar risiko yang diterima tidak terjadi secara simultan. Tindakan ini terkadang masih menyisakan risiko (residual risk) yang perlu dilakukan penilaian (assessment)
3.
Pemindahan risiko (risk transfer) Sikap pemindahan risiko dilakukan dengan cara mengasuransikan risiko yang dilakukan dengan memberikan sebagian atau keseluruhan kepada pihak yang mempunyai kemampuan menangani dan mengendalikannya.
4.
Menghindari risiko (risk avoidance) Sikap menghindari risiko adalah menghindari kerugian dengan cara menghindari aktivitas yang tingkat kerugiannya tinggi. Menghindari risiko dapat dilakukan dengan melakukan penolakan. Salah satu contoh penghindaran risiko pada proyek konstruksi adalah dengan penolakan kontrak. (The refusal to contract).
Menurut Darmawi (2004) ada dua pendekatan dalam menangani risiko yaitu : a.
Pengendalian risiko (risk control) Pengendalian
risiko
dijalankan
dengan
metode
menghindari
risiko,
mengendalikan kerugian, pemisahan kombinasi, pemindahan risiko.
b.
Pembiayaan risiko (risk financing) Meliputi pemindahan risiko melalui pembelian asuransi dan menanggung risiko.
Pengendalian kerugian (loss controll) dijalankan dengan upaya berikut : a.
Menurunkan kemungkinan/peluang untuk terjadinya kerugian.
b.
Mengurangi keparahan jika kerugian itu memang terjadi.
Kedua tindakan tersebut di atas dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara : a.
Tindakan pencegahan kerugian atau tindakan pengurangan kerugian.
b.
Menurut sebab kejadian yang akan dikontrol.
c.
Menurut waktunya, yang mengenalkan phase perencanaan, phase pengamanan-perawatan dan phase darurat.
Tindakan dalam menangani risiko (risk mitigation) harus dilakukan setelah mengetahui risiko-risiko yang teridentifikasi memberikan dampak yang besar terhadap suatu pekerjaan. Apabila risiko bersifat dapat diterima dan dapat diabaikan, maka risiko tidak perlu mendapatkan perhatian besar untuk ditangani, yaitu dengan menahan risiko (retention risk) dan mengurangi risiko (reduction risk). Jika risiko bersifat tidak dapat diterima sepenuhnya dan tidak diharapkan, maka risiko perlu ditangani lebih lanjut dengan memindahkan risiko (risk
transfer) dan menghindari risiko (risk avoidance), jika dampak dari risiko itu tidak dapat diterima (unacceptable). BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1. Kerangka Berpikir dan Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus pada investasi pembangkit listrik tenaga bayu (PLT Bayu) di Nusa Penida. Penelitian ini akan menganalisis risiko investasi di bidang pembangkit listrik tenaga bayu (PLT Bayu) yang telah dikembangkan di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Analisis ini dilakukan dengan analisis risiko kuantitaif dengan bantuan program komputer @Risk. Hasil analisis yang diperoleh diharapkan bermanfaat bagi investor maupun instansi terkait dengan pengembangan PLT Bayu di Nusa Penida. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dari PT.PLN (Persero) Area Distribusi Bali, Area Jaringan Bali Timur dan Unit Jaringan Nusa Penida, Koperasi Serba Usaha (KSU) Surya Sejahtera Nusa Penida serta Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) daerah Tingkat II Klungkung. Data juga di kumpulkan dari pihak-pihak ahli atau expert dibidang investasi dan risiko guna melengkapi analisis yang dilakukan. Risiko yang mungkin terjadi pada investasi PLT Bayu akan di indentifikasi dengan metode brainstorming selanjutnya dituangkan dalam bentuk kuisioner yang akan diberikan pada responden. Olah data dari kuisioner dengan metode skala Likert diharapkan dapat menentukan risiko mayor (major risk).
Risiko mayor yang bersifat kuantitaif dan berpengaruh pada risiko investasi akan dianalisis dengan metode quantitatif risk analysis. Investasi dipengaruhi oleh dua variabel yang sangat penting yaitu biaya dan pendapatan. Variabel biaya mencakup biaya konstruksi dan biaya non kostruksi, sedangkan variabel pendapatan dipengaruhi oleh jumlah unit dan harga jual. Ketidakpastian semua variabel tersebut akan sangat mempengaruhi risiko investasi dan indikator investasi. Ketidakpastian ini dapat dianalisis dengan metode “Monte Carlo” menggunakan program @ Risk yang terintegrasi dengan program aplikasi Microsoft Excel. Kerangka konsep analisis finansial investasi yang telah diuraikan di atas dapat digambarkan sebagai berikut : Investasi PLT Bayu
Biaya : Jenis Pembangkit Volume & Harga Satuan Pajak Operasional, Pemeliharaan
Pendapatan : Produksi listrik Harga jual
Risiko
Indikator Investasi (NPV dan BCR)
Keputusan Investasi
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Analisis Finansial Investasi Prosedur penelitian berdasarkan kerangka konsep tersebut di atas maka kerangka penelitian adalah sebagai berikut : Latar Belakang
Rumusan Masalah Batasan Masalah Melakukan Studi Pustaka dan Menyusun/membuat kuisioner Pengumpulan Data
Data Primer: Wawancara Kuisioner
Data Skunder : Data dari intansi terkait (PT.PLN Bali, Bappeda Klungkung & KSU Surhya Sejahtera) Jurnal Ilmiah Laporan/Paper Buku Refrensi
Analisa Data : Analisia Risiko Kualitatif dengan metode skala Likert. Analisa Risiko Finansial Investasi dengan Program @ Risk
Hasil Kesimpulan dan Saran
Gambar 3.2. Kerangka Penelitian 3.2. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode studi kasus yaitu suatu metode untuk menganalisis data dari suatu objek yang dijadikan kasus. Objek yang menjadi kasus dalam penelitian ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang telah diimplementasikan di Nusa Penida. Risiko yang mungkin terjadi pada investasi PLT Bayu akan di indentifikasi dengan metode brainstorming selanjutnya dituangkan dalam bentuk kuisioner yang akan diberikan pada responden. Olah data dari kuisioner dengan metode skala Likert diharapkan dapat menentukan risiko mayor (major risk). Risiko mayor yang bersifat kuantitaif dan berpengaruh pada risiko investasi akan dianalisis dengan metode quantitaif risk analysis.
Peluang/probabilitas
kerugian
pada
investasi
PLT
Bayu
ini
disimulasikan dengan bantuan program @ Risk. Hasil analisis yang diperoleh adalah kesimpulan yang berlaku khusus pada investasi pembangkit listrik tenaga angin di Nusa Penida. 3.3 3.3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian ini akan dilakukan pada unit Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
(PLT Bayu) di Puncak Mundi, Dusun Rata, Desa Klumpu, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. 3.3.2
Waktu Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan ini direncanakan selesai dalam waktu delapan (8) bulan sejak proposal/usulan penelitian lulus pada tahap ujian proposal. 3.4
Ruang Lingkup Penelitian Sumber dan jenis risiko yang mungkin terjadi pada investasi PLT Bayu
akan di indentifikasi dengan metode brainstorming selanjutnya dituangkan dalam bentuk kuisioner yang akan diberikan pada responden. Olah data dari kuisioner dengan metode skala Likert diharapkan dapat menentukan risiko mayor (major risk). Risiko mayor yang bersifat kuantitaif pada risiko finansial investasi akan dianalisis dengan metode quantitaif risk analysis. Analisis risiko kuantitaif yang dilakukan pada investasi pembangkit listrik tenaga angin di Nusa Penida meliputi analisis biaya dan analisis pendapatan (analisis risiko finansial). Analisis risiko finansial investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLT Bayu) dilakukan dengan bantuan program @ Risk. PLT Bayu yang dijadikan obyek studi kasus adalah PLT Bayu unit 1 dan PLT Bayu unit 2 tipe WES 18 yang ada di Puncak Mundi Dusun Rata, Desa Klumpu, Kecamatan Nusa Penida. 3.5
Penentuan Sumber Data Pengertian data adalah fakta dan angka yang berkaitan dengan kajian
atau penelitian yang dilakukan. Data dapat berubah menjadi informasi yang berarti apabila diproses. Sumber data
pada penelitian ini yaitu populasi yang berhubungan
dengan pembangkit listrik tenaga bayu dan unit Pembangkit (PLT Bayu). Luasnya lingkup populasi pada penelitian ini maka digunakan metode sampling dalam
pengambilan data. Teknik pengumpulan data
yang digunakan salah satunya
adalah penyebaran kuisioner. Responden pada penelitian ini yaitu: 1. Koperasi (KSU) Surya Sejahtera, selaku pengelola PLT Bayu unit 1 dan unit 2, 2. Jajaran PT.PLN Area Jaringan Bali Timur dan Unit Jaringan Nusa Penida, 3. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Tingkat II Klungkung, 4. Kontraktor/Pelaksana jasa konstruksi, 5. Konsultan Perencana dibidang konstruksi, Mekanikal dan Elektrikal. Responden yang merupakan populasi yang berhubungan dengan risiko investasi PLT Bayu di Nusa Penida jumlahnya seperti tertera pada tabel 3.1. Menurut Arikunto (1995), bahwa jika ada beberap ratus subjek dalam populasi, maka sampel dapat ditentukan sebanyak 15% sampai 30% dari jumlah subjek tersebut. Apabila peneliti menggunakan teknik wawancara atau pengamatan (observasi), jumlah tersebut dapat dikurangi menurut teknik pengambilan sampel sesuai dengan kemampuan peneliti. Tabel 3.1. Data Responden (Populasi) No
Jenis/Kelompok Responden Unit Jaringan Nusa
Tempat/Lokasi Responden
Jumlah Responden
Nusa Penida
31 orang
1
Jajaran PT.PLN Nusa Penida
2
Jajaran PT.PLN Area Jaringan Bali Timur
Semarapura
60 orang
3
Koperasi (KSU) Surya Sejahtera, selaku pengelola PLT Bayu unit 1 dan unit
Nusa Penida, Klungkung
6 orang
4
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Tingkat II Klungkung
Semarapura
48 orang
5
Kontraktor/Pelaksana jasa konstruksi, Mekanikal dan Elektrikal
Denpasar dan sekitarnya
4 orang
6
Konsultan Perencana dibidang konstruksi, Mekanikal dan Elektrikal
Denpasar dan sekitarnya
Jumlah
4 orang 153 orang
Responden yang menjadi sampel pada penelitian ini ditentukan sebanyak 25% dari 153 responden yaitu: 38,25 orang dibulatkan menjadi 39 orang/responden. Penentuan jumlah anggota sampel dari masing-masing kelompok responden ditentukan berdasarkan teknik non probability sampling. Menurut Soleh (2005), judgment sampling merupakan bagian dari teknik non probability sampling memiliki dua buah teknik penentuan anggota sampel yaitu : 1.
Expert sampling, yakni teknik pemilihan sampling dimana penentuan jumlah sampel dan calon sampel dipilih dan ditentukan oleh pendapat seorang ahli.
2.
Purposive sampling, yakni suatu teknik pemilihan sampel dimana kewenangan untuk melakukan pemilihan sampel berada pada penilaian pribadi peneliti. Untuk itu, peneliti harus menguasai bidangnya dan memiliki pengetahuan yang memadai tentang karakteristik populasi.
Berdasar atas ketentuan tersebut di atas maka jumlah sampel dari masing-masing kelompok ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling . Tabel 3.2. Jumlah Responden/Sampel Pada Masing-Masing Kelompok No
Jenis/Kelompok Responden
Tempat/Lokasi Responden
Jumlah Responden
1
Jajaran PT.PLN Unit Jaringan Nusa Nusa Penida
Nusa Penida
12 orang
2
Jajaran PT.PLN Area Jaringan Bali Timur
Semarapura
12 orang
3
Koperasi (KSU) Surya Sejahtera, selaku pengelola PLT Bayu unit 1 dan unit
Nusa Penida, Klungkung
3 orang
4
Badan Perencanaan dan Tingkat II Klungkung
Semarapura
5 orang
5
Kontraktor/Pelaksana jasa konstruksi, Mekanikal dan
Denpasar dan
4 orang
Pembangunan
Daerah
Elektrikal 6
sekitarnya
Konsultan Perencana dibidang konstruksi, Mekanikal dan Elektrikal
Denpasar dan sekitarnya
Jumlah
4 orang 39 orang
3.5.1. Data Primer Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama. Data primer yang dikumpulkan dapat berupa hasil pengamatan langsung terhadap faktor-faktor risiko baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi produktivitas dari unit pembangkit listrik tenaga bayu yang ada di Nusa Penida. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi/pengamatan langsung dan penyebaran kuisioner. Penyebaran kuisioner yaitu cara pengumpulan data dari tanggapan responden berdasarkan
lembaran
daftar
pertanyaan
atau
penyataan
yang
harus
ditanggapi/dijawab oleh responden (nara sumber). Disamping itu, untuk lebih memperdalam kajian dapat digunakan pula teknik wawancara dengan nara sumber yang berkompeten (expert). Respondennya adalah Jajaran pimpinan dan staf PT. PLN Area Jaringan Bali Timur dan Unit Jaringan Nusa Penida, Jajaran pimpinan dan staf Bappeda pemerintahan daerah tingkat II Klungkung , Koperasi Serba Usaha Surya Sejahtera di Nusa Penida. 3.5.2. Data Skunder Data sekunder adalah data berbentuk naskah tertulis atau dokumen yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak-pihak tertentu. Data sekunder dalam penelitian ini dapat diperoleh dari data-data yang tersedia di PT. PLN (Persero) wilayah Bali, perusahaan-perusahaan jasa konstruksi, asosiasi yang
mewadahi, data di lingkungan lembaga pemerintahan, serta sumber lain yang relevan dengan obyek penelitan ini.
3.6
Variabel dan Instrumen Penelitian Variabel yang menentukan dalam analisis risiko kuantitaif ini adalah
variabel biaya yang dikeluarkan dalam mewujudkan unit pembangkit listrik tenaga angin dan variabel produksi sebagai pendapatan hasil penjualan tenaga listrik kepada pelanggan. Variabel-variabel yang akan dianalisis pada risiko investasi pembangkit listrik tenaga bayu di Nusa Penida meliputi : 3.6.1 Variabel Biaya (Cost) Biaya-biaya (Cost) yang akan dikeluarkan, yang dipengaruhi oleh: biaya konstruksi dan biaya non konstruksi yaitu : pengadaan unit PLT Bayu, penyiapan lahan, Biaya perawatan (maintenance) dan operasional, biaya tenaga kerja (man power), biaya kontribusi terhadap wilayah setempat. 3.6.2 Variabel Manfaat (Benefit) Perkiraan pendapatan (Benefit) yang dipengaruhi oleh: kecepatan angin, harga jual/tarip kwh, kerugian jaringan (losses). Kecepatan angin merupakan variabel bebas (independent variable) yang mempengaruhi produksi tenaga listrik (kwh) dalam hali ini merupakan variabel terikat (dependent variable). Pengaruh kecepatan angin (m/s) terhadap tenaga listrik (power) yang dihasilkan seperti telihat pada Grafik 2.1. Produksi listrik per satuan waktu (watt hour) diperoleh dari pencatatan meter eksport yang dicatat tiap bulan oleh pihak PT. PLN Area Nusa Penida. Data produksi listrik dan penjualan listrik (pendapatan) selama operasi mulai tahun 2007 hingga 2009 dijadikan sebagai data masukan untuk menentukan variabel input. Pendapatan adalah Produksi listrik (kwh x tarif harga jual)
3.6.3. Kuisioner Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berbentuk kuisioner. Kuisioner yang digunakan terdiri dari dua bagian yaitu : 1. Bagian satu : berisi tentang identitas responden yang terdiri dari nama reponden,
nama instansi/Perusahaan, alamat instansi/kantor/perusahaan,
jabatan responden. 2.
Bagian dua : terdiri dari penjelasan dan tata cara menjawab pertanyaan sesuai dengan kolom-kolom jawaban/isian yang harus diisi.
3.
Bagian tiga adalah daftar isian yang berupa pertanyaan dan check list. Pertanyaan yang didibuat harus jelas, dan mudah dimengerti oleh responden. Item-item pertanyaan atau check list merupakan sumber-sumber dan jenis risiko yang perlu diketahui berkaitan dengan investasi pembangkit listrik tenaga angin PLT Bayu Nusa Penida. Identifikasi risiko pada kegiatan operasional dan perawatan PLT Bayu menggunakan metode What Can Go Wrong Analysis. Disamping itu juga disertai dengan kolom opini responden mengenai resiko serta peluang dan konsekuensi kejadiannya.
Validitas dan Reliabilitas Tujuan pembuatan kuesioner adalah mendapatkan informasi yang relevan dengan tujuan survei dan tingkat keandalan (reliability) serta keabsahan atau validitas (validity) setinggi mungkin. Validitas berkaitan dengan pengertian apakah instrumen yang digunakan untuk mengukur “sesuatu” dapat mengukur secara tepat “sesuatu” yang diukur (Priyatno,2008). Uji Validitas Sejalan akan menguji apakah item-item pertanyaan dalam
kuesioner telah mencerminkan apa yang diteliti atau mampu mengukur variabel dalam penelitian, uji ini dilakukan dengan Teknik Korelasi Product Moment Pearson (r). Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05 atau 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian) adalah sebagai berikut : 1.
Jika r hitung≥r tabel (uji 2 sisi dengan signifikansi 0,05) maka instrument atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid)
2.
Jika r hitung < r tabel maka instrument atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi sigifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).
Reliabilitas berkaitan dengan pengertian apakah instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur “sesuatu” itu dapat mengukur “sesuatu” yang akan diukur tersebut secara konsisten dari waktu ke waktu. Teknik Uji Reliabilitas yang dapat digunakan adalah teknik Konsistensi Internal dengan Metode Stabilitas Alpha Cronbach, menggunakan koefisien reliabilitas r (Prayitno, 2008). Kriteria pengujian yang digunakan adalah: a. Reliabel jika r > 0,6 b. Tidak Reliabel jika r < 0,6 3.7. Analisis Data Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis risiko kualitatif untuk mengidentifikasi risiko utama yang berpengaruh pada investasi PLT Bayu. Analisis risiko kuantitatif terhadap risiko finansial investasi PLT Bayu dilakukan dengan bantuan program @ risk yang meliputi : NPV, dan BCR.
3.7.1. Analisis kualitatif. Data yang diperoleh dari penyebaran kuisioner harus disusun atau ditabulasikan terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Analisis statistik untuk penelitian dengan sampel yang kecil dan menggunakan skala ordinal atau nominal dengan sebaran bebas harus menggunakan statistik non parametrik (Hasan,2002, Mahadi 2008). 3.7.1.1. Penentuan Skala Penilaian. Skala yang digunakan untuk mengukur tingkat penilaian responden adalah skala likert yaitu berupa skala ordinal yang menunjukkan tingkat/ranking respon dari responden terhadap risiko yang teridentifikasi dan tidak menunjukkan berapa jarak (interval) antara tingkatan yang satu dengan yang lain (Sugiyono, 2004). Variabel dengan skala ordinal merupakan variabe diskrit skala tanpa pecahan. Peluang terjadinya risiko atau ketidakpastian yang telah teridentifikasi pada suatu aktivitas pasti bervariasi. Skala penilaian untuk kemungkinan timbulnya peristiwa yang potensial mengganggu suatu aktivitas atau kegiatan, yang diidentifikasikan oleh Suputra (2005) adalah sebagai berikut : Tabel 3.3. Skala Frekuensi (Likelihood) Tingkat Frekuensi Sangat Sering Sering Kadang-Kadang Jarang Sangat Jarang
Peluang (P) 80%≤ P < 100% 60%≤ P < 80% 40%≤ P < 60% 20%≤ P < 40% 0%≤ P < 20%
(Sumber : Godfrey (1996), Suputra (2005)
Skala 5 4 3 2 1
Besarnya pengaruh variabel risiko terhadap proses produksi tenaga listrik PLT Bayu diukur dengan skala seperti disajikan pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Skala Konskuensi (Consquences) Tingkat Konskuensi Sangat Besar Besar Sedang Kecil Sangat Kecil
Peluang (P) P ≥80% 45%≤ P < 80% 15%≤ P < 45% 5%≤ P < 15% 0%≤ P < 5%
Skala 5 4 3 2 1
(Sumber : Godfrey (1996), Suputra (2005) 3.7.1.2. Penerimaan Risiko Tingkat penerimaan risiko (risk acceptability) tergantung pada nilai risiko yaitu hasil perkalian antara kecendrungan (likelihood) dengan konsekuensi (consequences) risiko. Menurut Godfrey (1996) penilaian tingkat penerimaan risiko (assessment of risk acceptability) adalah sebagai berikut ; Tabel 3.5. Assessment of risk importance RISK IMPORTANCE CONSEQUENC
LIKELIHOO
E
D Frequent Probable Occasional Remote Improbable
SCALE
SCALE
5 4 3 2 1
Catastropi
Critica
Seriou
Margina
Negligibl
c
l
s
l
e
5
4
3
2
1
25 20 15 10 5
20 16 12 8 4
15 12 9 6 3
10 8 6 4 2
5 4 3 2 1
(Sumber: Godfrey, 1996)
Tabel 3.6. Assessment of risk acceptability CONSEQUENCE LIKELIHOOD
Catastropi
Critica
Seriou
Margina
Negligibl
c
l
s
l
e
5 4 25 20 20 16 15 12 10 8 5 4 Description Unacceptable Undesirable Acceptable Negligible
Frequent Probable Occasional Remote Improbable Key :
3 15 12 9 6 3
2 1 10 5 8 4 6 3 4 2 2 1 Guidance Tidak dapat diterima Tidak diharapkan Dapat diterima Dapat diabaikan
(Sumber : Godfrey, 1996) Berdasar atas tingkat penerimaan risiko dan dengan mempertimbangkan nilai risiko yang diperoleh dari skala consequences dan skala likelihood di atas maka dapat disusun skala penerimaan risiko (rik acceptability) sebagai berikut : Tabel 3.7. Skala Penerimaan Risiko Penerimaan Risiko Unacceptable (tidak dapat diterima) Undesirable (tidak diharapkan) Acceptable (dapat diterima) Negligible (dapat diabaikan)
Skala Penerimaan (S) S > 12 6< S ≤ 12 2< S ≤ 6 S≤2
Sumber : Godfrey (1996) Berdasarkan penerimaan risiko, kemudian diadakan evaluasi terhadap risiko yang teridentifikasi pada kuisioner yang memerlukan tinadakan mitigasi. Kriteria risiko yang memerlukan tindakan mitigasi adalah risiko-risiko yang bersifat dominan (major risk), yaitu semua risiko yang unacceptable (tidak dapat diterima) dan undesirable (tidak diharapkan). 3.7.2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif yang dilakukan yaitu analisis finansial pada investatsi PLT Bayu Nusa Penida. Variabel-variabel yang mempengaruhi aspek finansial investasi pembangkit listrik tenaga bayu (PLT Bayu) , secara garis besarnya adalah : 3.7.2.1. Pengeluaran (Cost) Biaya pada investasi dalam hal ini adalah biaya pengadaan unit pembangkit listrik tenaga angin. Biaya yang lain terkait dengan kegiatan operasional adalah biaya tenaga kerja (man power), biaya perawatan/pemeliharaan dan perbaikan. 3.7.2.2. Pendapatan (Benefit) Besarnya pendapatan akan diperoleh berdasarkan kapasitas tenaga listrik yang mampu dihasilkan. Besarnya tenaga listrik yang mampu dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kecepatan hembusan angin. Pendapatan yang diperoleh merupakan perkalian antara jumlah tenaga listrik yang dihasilkan (kwh) dengan tarif dasar listrik yang berlaku. Operasional dan perawatan/pemeliharaan PLT Bayu yang ada saat ini dikelola oleh Koperasi (KSU) Surya Sejahtera. Kerja sama antara koperasi dengan PLN U J Nusa Penida tertuang dalam naskah kerjasama yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Pendapatan PLT Bayu = kwh yang dihasilkan x Tarif Dasar Listrik [
Rp ] kwh
3.7.2.3. Aliran Kas (Cash Flow) Pendapatan yang dihitung berdasarkan perkalian jumlah produksi tenaga listrik (Kwh) dengan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang berlaku.
Aliran kas (Cash flow) yaitu kas masuk (cash in) dan kas keluar (cash out). Aliran kas (cash flow) yang terjadi merupakan bagian penting dalam proses evaluasi terhadap investasi tersebut. 3.7.2.4. Evaluasi/Penilaian Investasi. Investasi yang dilakukan harus menghasilkan keuntungan. Kemampuan investasi untuk menghasilkan keuntungan dapat diketahui melalui proses evaluasi/analisis pada aspek finansialnya. Evaluasi profitabilitas invesatasi dilakukan dengan menggunakan metode discounted cashflow. Indikator yang dijadikan tolak ukur yaitu Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Besarnya probabilitas/peluang terjadinya penyimpangan nilai dari indikator investasi yang dijadikan tolak ukur kelayakan investasi akan di simulasikan dengan program @ Risk. Keluaran (output) dari simulasi yang dilakukan adalah diagram/grafik nilai prosentase peluang /probabilitas terjadinya nilai dibawah batas kelayakan dan di atas batas kelayakan terhadap masingmasing indikator investasi tersebut di atas.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Pulau Nusa Penida Pulau Nusa Penida adalah wilayah kecamatan yang merupakan bagian dari
wilayah Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Kecamatan Nusa Penida terdiri dari 3 (tiga) pulau yaitu Nusa Penida, Lembongan dan Ceningan yang terbagi dalam 16 desa dengan jumlah penduduk tercatat 47.757 jiwa (RDTR Nusa Penida). Peta lingkup wilayah Kecamatan Nusa Penida disajikan pada gambar 4.1.
a. Batas wilayah laut Nusa Penida
b. Wilayah kecamatan Nusa Penida.
Gambar 4.1. Peta Wilayah Kecamatan Nusa Penida. (Sumber : RDTR Nusa Penida Kabupaten Klungkung, 2007) Kondisi topografi kawasan Nusa Penida pada umumnya bergelombang/berbukit. Umumnya ketinggian tanah di Nusa Penida adalah 50 – 100 meter di atas permukaan laut. Pada bagian tertentu terdapat tebing-tebing curam yang dibentuk oleh batuan karang, sedangkan pada lokasi lain terdapat daerah lembah yang relatif subur sekaligus berfungsi sebagai saluran drainase alam. Lokasi-lokasi yang relatif datar dengan kemiringan antara 0 – 2 % dan 2% - 8% terdapat di Nusa Lembongan dan sebagian kecil ada di Nusa Penida yaitu sekitar pelabuhan
Buyuk-Mentigi, Pelabuhan Toyapakeh dan di daerah Pura Penataran Ped. 4.1.1. Kondisi Angin dilokasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLT Bayu). Bukit Mundi berada di wilayah Dusun Rata, Desa Klumpu Kecamatan Nusa Penida merupakan puncak tertinggi di pulau Nusa Penida, yaitu sekitar 529 meter dari permukaan laut (DPL). Kondisi topografi Bukit Mundi sebagai dataran tinggi sehingga kecepatan angin di daerah ini relatif tinggi dibanding lokasi lainnya. Tabel. 4.1. Kecepatan Angin Rata-Rata di Nusa Penida Lokasi kecepatan angin Arah angin Cuaca harian pengambilan data rata rata (m/s) rata rata rata rata Batumadeg 5.93 Selatan Cerah Batumadeg 4.647 Selatan Cerah Batumadeg 3.26 Selatan Cerah Batumadeg 4.606 Selatan Cerah Batumadeg 4.525 Selatan Cerah Batumadeg 5.659 Selatan Cerah Batumadeg 5.233 Selatan Mendung Tanglad 5.75 Tenggara Mendung Tanglad 5.27 Tenggara Berawan Tanglad 5.65 Tenggara Berawan Tanglad 6.26 Tenggara Cerah Tanglad 7.76 Tenggara Cerah Tanglad 6.259 Tenggara Mendung Tanglad 5.119 Timur Cerah Puncak mundi 7.917 Tenggara Berawan Puncak mundi 8.023 Tenggara Berawan ( Sumber : Jurnal Bumi Lestari, Vol.9, 2009) Berdasarkan tabel 4.1. kecepatan angin rata-rata perhari di Puncak Mundi sebesar 7,969 m/s dengan arah angin rata-rata dari tenggara. Rentang kecepatan hembusan angin sering terjadi antara 6,5 m/s hingga 9,4 m/s namun kecepatan ini dapat berubah sewaktu-waktu. Pola kecepatan angin yang terjadi disini tergolong konstan dan cukup besar karena ketinggian wilayah, dan
ditengarai bahwa angin yang bertiup di Puncak Mundi ini tergolong angin global (Jurnal Bumi Lestari, Vol.9 hal.265, 2009). 4.1.2. Keberadaan dan Pengelolaan PLT Bayu Nusa Penida.
Pembangkit listrik tenaga bayu yang ada di Nusa Penida mulai dibangun pada tahun 2005 dan selesai pada akhir tahun 2005 PLT Bayu telah mampu dioperasikan. PLT Bayu yang dibangun pada tahap awal adalah 2 unit dengan kapasitas masing- masing 80 Kw. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu dilaksanakan melalui Program Listrik Pedesaan PT.PLN (Persero) dengan dana APBN melalui Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM). Pembangunan PLT Bayu per unitnya menelan dana sebesar 3,5 milyar. Sejak tahun 2006 sampai saat ini telah ada 9 unit Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLT Bayu) di Nusa Penida. PLT Bayu unit 1 dan unit 2 diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Klungkung sebagai Owner dan dioperasikan/dipelihara oleh koperasi yang dibina oleh DJLPE (Direktorat Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi)- Departemen ESDM. Koperasi Serba Usaha Surya Sejahtera sebagai pengelola PLT Bayu dalam hal pengoperasian dan pemeliharaannya. Pendapatan dari penjualan listrik PLT Bayu kepada pihak PT PLN unit jaringan Nusa Penida sepenuhnya dikelola oleh koperasi. Perbaikan terhadap kerusakan teknis yang terjadi pada PLT Bayu unit 1 dan unit 2 ditangani sepenuhnya oleh PT.PLN (Persero) Distribusi Bali. Aktivitas pengoperasian dan pemeliharaan PLT Bayu yang dikelola koperasi ini ditangani oleh seorang teknisi. Aktivitas ini dilakukan dengan konsep
managemen sederhana dimana manajer koperasi sebagai atasan langsung teknisi sekaligus merencanakan aktivitas serta memantau pelaksanaan aktivitas pengoperasian dan pemeliharan yang dilakukan. Pengurus KSU Surya Sejahtera terdiri dari manajer koperasi, satu orang sekretaris, satu orang staf administrasi dan satu orang teknisi. 4.2.
Analisis Risiko Kualitatif Investasi PLT Bayu Nusa Penida Analisis risiko secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis
risiko pada kegiatan investasi Pembangki Listrik Tenaga Bayu di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung Propinsi Bali. Jenis-jenis risiko ditentukan berdasarkan sumber risiko yang telah ditentukan (lihat lampiran 1). Tahapantahapan dalam proses analisis risiko secara kualitatif ini diuraikan pada anak sub di bawah ini. 4.2.1. Identifikasi Risiko Pada Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Risiko yang teridentifikasi berdasarkan pengamatan langsung ke lapangan yang dilanjutkan dengan proses curah ide (brainstorming) dengan pihak-pihak terkait khususnya jajaran pimpinan dan staf PT. PLN Unit Jaringan Nusa Penida. Hasil dari proses tersebut selanjutnya dituangkan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 4.2. Identifikasi Risiko Investasi PLT Bayu
Sumber Risiko 1. Alam
Jenis Risiko yang Teridentifikasi 1.1
Kecepatan hembusan angin berubah-ubah sehingga produksi tenaga listrik PLT Bayu tidak stabil.
1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 2.1 2.2
2. Politik
2.3 2.4
3. Lingkungan
3.1 3.2 3.3 3.4 4.1 4.2 4.3
4. Perencanaan
4.4 4.5 4.6 4.7
PLT Bayu rusak akibat tersambar petir PLT Bayu rusak karena hujan deras Tower PLT Bayu Tumbang Korosi menurunkan umur ekonomis alat/peralatan PLT Bayu PLT Bayu rusak karena diterjang angin puting beliung Perubahan arah angin mengganggu kesetabilan produksi tenaga listrik PLT Bayu. Udara yang lembab menggangu kerja sistem kontrol PLT Bayu Pergantian pemimpin daerah sehingga kurangnya perhatian pemerintah daerah Klungkung terhadap pengembangan PLT Bayu. Pergantian Pimpinan PT. PLN Bali yang menyebabkan perubahan kebijakan atau penghentian operasional PLT Bayu. Pergantian pimpinan KSU Surya Sejahtera dan PT. PLN Bali sehingga kerjasama pengelolaan PLT Bayu dihentikan. Subsidi PLTD dihentikan sehingga PLT Bayu harus dikembangkan. Kebisingan akibat suara baling-baling kincir angin Keberatan warga sekitar dengan keberadaan PLT Bayu Terganggunya lingkungan hidup disekitar area PLT Bayu Pemasangan PLT Bayu mengurangi keindahan panorama lingkungan di Puncak Mundi. Sulitnya ijin pembangunan PLT Bayu yang menghambat pengembangan PLT Bayu di Nusa Penida. Alih fungsi lahan pertanian/perkebunan warga untuk lokasi PLT Bayu Pembebasan lahan PLT Bayu yang merugikan warga pemilik lahan Keberadaan PLT Bayu merugikan warga di sekitar lokasi PLT Bayu Pemilihan peralatan PLT Bayu kurang sesuai dengan kondisi di Nusa Penida. Spesifikasi baling-baling kurang sesuai dengan kondisi kecepatan angin di Puncak Mundi. Ketinggian tower PLT Bayu belum sesuai dengan kondisi geografis puncak Mundi sehingga baling-baling tidak mampu berputar dengan optimal.
(Sumber : Hasil Analisis, Brainstorming dan Wawancara, 2010)
Lanjutan Tabel 4.2. Identifikasi Risiko Investasi PLT Bayu Sumber Risiko 5.1 5. Pemasaran 5.2 6.1 6. Ekonomi 6.2 7. Keuangan
7.1 7.2 8.1
8. Proyek
8.2 8.3 9.1 9.2
9. Teknis 9.3 9.4 10.1 10. Manusia 10.2 11.1 11.2 11.Kriminal 11.3 11.4 12.1 12. Keselamatan
12.2 12.3
Jenis Risiko yang Teridentifikasi Kapasitas PLT Bayu belum bisa memenuhi kebutuhan pelanggan/masyarakat. Kurangnya pesaing dalam usaha kelistrikan sehingga pengembangan pembangkit dengan energi alternatif belum berkembang. Kenaikan suku bunga bank yang menyebabkan kerugian pengelolaan PLT Bayu Tingginya nilai tukar rupiah dengan dollar sehingga biaya perawatan atau suku cadang meningkat. Rendahnya tingkat keuntungan akibat kapasitas pembangkitan tenaga listrik PLT Bayu yang belum maksimal. Tarif/Harga jual listrik PLT Bayu masih rendah. Kualitas peralatan Unit Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang tidak sesuai dengan kondisi angin di Puncak Mundi sehingga tidak bisa beroperasi optimal. Terbatasnya kemampuan sumber daya manusia dalam menangani kerusakan sistem kontrol PLT Bayu. Terlambatnya waktu kedatangan alat/suku cadang akibat jalur transpostasi yang sulit dan terbatas. Kurangnya perawatan PLT Bayu sehingga timbul kerusakan yang menggangu produktivitas PLT Bayu. Kurangnya kemampuan SDM sehingga perlu waktu yang lama untuk menangani perawatan dan perbaikan unit PLT Bayu . Sistem operasional perawatan dan perbaikan yang tidak efisien sehingga menimbulkan biaya yang tinggi. Seringnya terjadi kerusakan Auto Voltage Regulator (AVR) sehingga biaya perbaikan meningkat. Kesalahan seting kontrol operasi PLT Bayu sehingga mengalami gangguan. Ketergantungan teknisi dari pihak suplayer sehingga perlu waktu yang relatif lama dalam penanganan ganguan sistem PLT Bayu. Terjadinya pencurian komponen sehingga PLT Bayu tidak dapat beroperasi dengan baik. Terjadinya aksi pengerusakan atau sabotase oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Adanya korupsi pada pendapatan dari hasil penjualan energi listrik PLT Bayu. Budaya kerja/etos kerja yang masih kurang sehingga kegiatan operasional dan perawatan PLT Bayu tidak efektif dan efisien. Terjadinya kebakaran akibat arus pendek pada rumah daya PLT Bayu. Kurangnya pemakaian alat keselamatan kerja sehingga menimbulkan kecelakaan kerja. Alat pemadam kebakaran di rumah daya PLT Bayu belum memadai
(Sumber : Hasil Analisis, Brainstorming dan Wawancara, 2010) Risiko yang telah teridentifikasi sesuai tabel 4.2 di atas selanjutnya dituangkan
dalam bentuk kuisioner mengikuti format sesuai yang telah diuraikan di Bab III pada sub bab 3.6.3 bentuk kusioner lihat lampiran 2. 4.2.2
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner Uji
Validitas Sejalan akan menguji apakah item-item pertanyaan dalam kuesioner telah mencerminkan apa yang diteliti atau mampu mengukur variabel dalam penelitian, uji ini dilakukan dengan Teknik Korelasi Product Moment Pearson (r). Hasil analisis validitas kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4.3. berikut Tabel 4.3. Hasil Uji Validitas Kuisioner Butir Kuesioner Butir ke 1 Butir ke 2 Butir ke 3 Butir ke 4 Butir ke 5 Butir ke 6 Butir ke 7 Butir ke 8 Butir ke 9 Butir ke 10 Butir ke 11 Butir ke 12 Butir ke 13 Butir ke 14 Butir ke 15 Butir ke 16 Butir ke 17 Butir ke 18 Butir ke 19 Butir ke 20 Butir ke 21 Butir ke 22 Butir ke 23
r
p
0,818 0,946 0,728 0,884 0,789 0,851 0,858 0,850 0,890 0,795 0,876 0,736 0,913 0,954 0,899 0,926 0,685 0,913 0,845 0,843 0,784 0,913 0,666
0,004 0,000 0,017 0,001 0,007 0,002 0,002 0,002 0,001 0,006 0,001 0,015 0,000 0,000 0,000 0,000 0,029 0,000 0,002 0,002 0,007 0,000 0,036
Keterangan valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
Butir Kuesioner Butir ke 24 Butir ke 25 Butir ke 26 Butir ke 27 Butir ke 28 Butir ke 29 Butir ke 30 Butir ke 31 Butir ke 32 Butir ke 33 Butir ke 34 Butir ke 35 Butir ke 36 Butir ke 37 Butir ke 38 Butir ke 39 Butir ke 40 Butir ke 41 Butir ke 42 Butir ke 43 Butir ke 44 Butir ke 45
r
p
0,937 0,884 0,789 0,736 0,913 0,858 0,674 0,810 0,858 0,850 0,794 0,913 0,913 0,644 0,797 0,875 0,816 0,913 0,880 0,780 0,858 0,740
0,000 0,001 0,007 0,015 0,000 0,002 0,032 0,005 0,002 0,002 0,006 0,000 0,000 0,044 0,006 0,001 0,004 0,000 0,001 0,008 0,002 0,014
Keterangan valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
(Sumber, Hasil Analisis, 2010) Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diperoleh bahwa semua butir mempunyai korelasi yang kuat dengan nilai p < 0,05 (signifikan), sehingga semua butir dapat dinyatakan valid (hasil uji validitas selengkapnya lihat lampiran 3). Untuk dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian, selanjutnya butir quisioner ini perlu dilakukan uji reliabilitasnya. Hasil analisis reliabilitas kuesioner adalah seperti pada Tabel 4.4 berikut, Tabel 4.4 Hasil Analisis Reliabilitas Kuesioner Kuesioner
Banyaknya Butir
Resiko Investasi PLT Bayu Nusa Penida
45
Cronbach’s Alpha Keterangan 0,990
Reliabel
(Sumber: Hasil Analisis,2010) Berdasarkan Tabel 4.4 di atas diperoleh nilai alpha 0,990, oleh karena itu 45 butir pertanyaan kuesioner dapat dinyatakan reliabel (hasil selengkapnya lihat lampiran 3). Karena hasil analisis menunjukkan semua butir pertanyaan adalah valid dan reliabel maka kuesioner tersebut dianggap layak untuk digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian. 4.2.3
Tabulasi Data Hasil Penyebaran Kuisioner Jawaban yang diberikan oleh responden terhadap frekuensi (likelihood)
dan konsekuensi risiko sesuai dengan skala penilaian yang telah ditetapkan tertera pada lampiran 4. 4.2.4. Distribusi Frekuensi dan Modus Jawaban Responden terhadap Frekuensi Risiko Rekapitulasi
jawaban
responden
terhadap
frekuensi
kejadian
(likelihood)dan modus untuk tiap jenis risiko hasilnya disajikan pada tabel 4.5. Tabel.4.5. Distribusi Frekuensi Kejadian No
Butir Pernyataan
Kecepatan hembusan angin berubah-ubah 1.1 sehingga produksi tenaga listrik PLT Bayu tidak setabil. 1.2 PLT Bayu rusak akibat tersambar petir 1.3 PLT Bayu rusak karena hujan deras 1.4 Tower PLT Bayu Tumbang Korosi menurunkan umur ekonomis 1.5 alat/peralatan PLT Bayu PLT Bayu rusak karena diterjang angin puting 1.6 beliung Perubahan arah angin mengganggu 1.7 kesetabilan produksi tenaga listrik PLT Bayu. Udara yang lembab mengganggu kerja sistem 1.8 kontrol elektronik PLT Bayu Pergantian pemimpin daerah sehingga kurangnya perhatian pemerintah daerah 2.1 Klungkung terhadap pengembangan PLT Bayu. Pergantian Pimpinan PT. PLN Bali yang 2.2 menyebabkan perubahan kebijakan atau penghentian operasional PLT Bayu. Pergantian pimpinan KSU Surya Sejahtera dan 2.3 PT PLN Bali sehingga kerjasama pengelolaan PLT Bayu dihentikan. Subsidi PLTD dihentikan sehingga PLT Bayu 2.4 harus dikembangkan. Kebisingan akibat suara baling-baling kincir 3.1 angin Keberatan warga sekitar dengan keberadaan 3.2 PLT Bayu Terganggunya lingkungan hidup disekitar area 3.3 PLT Bayu Pemasangan PLT Bayu mengurangi keindahan 3.4 panorama lingkungan di Puncak Mundi. Sulitnya ijin pembangunan PLT Bayu yang 4.1 menghambat pengembangan PLT Bayu di Nusa Penida. Alih fungsi lahan pertanian/perkebunan warga 4.2 untuk lokasi PLT Bayu Pembebasan lahan PLT Bayu yang merugikan 4.3 warga pemilik lahan Keberadaan PLT Bayu merugikan warga di 4.4 sekitar lokasi PLT Bayu
Jawaban Responden Jml Modus 1 2 3 4 5 -
2
6
10 21
39
5
14 17 19 11 24 13
5 7 1
2 1 -
1 1 1
39 39 39
2 1 1
5
8
18
6
2
39
3
22 11
5
-
1
39
1
2
12 17
5
3
39
3
2
20 14
3
-
39
2
9
17 10
2
1
39
2
10 16 12
1
-
39
2
13 16
8
2
-
39
2
11 12 13
3
-
39
3
10 16
9
3
1
39
2
24
6
1
1
39
1
24 14 1
-
-
39
1
16 15
4
3
1
39
1
19
7
10
2
1
39
1
11 17
6
4
1
39
2
22
9
5
3
-
39
1
24
8
6
1
-
39
1
7
4.5
Pemilihan peralatan PLT Bayu kurang sesuai dengan kondisi di Nusa Penida.
3
10 16 10
-
39
2
Lanjutan Tabel.4.5. Distribusi Frekuensi Kejadian (Likelihood) No
Butir Pernyataan
Spesifikasi baling-baling kurang sesuai dengan kondisi kecepatan angin di Puncak Mundi. Ketinggian tower PLT Bayu belum sesuai dengan kondisi geografis puncak Mundi 4.7 sehingga baling-baling tidak mampu berputar dengan optimal. Kapasitas PLT Bayu belum bisa memenuhi 5.1 kebutuhan pelanggan/masyarakat. Kurangnya pesaing dalam usaha kelistrikan 5.2 sehingga pengembangan pembangkit dengan energi alternatif belum berkembang 4.6
Jawaban Responden Jml Modus 1 2 3 4 5 4 12 17
6
-
39
3
3 23 10
2
1
39
2
-
1
7
22
9
39
4
1
1
10 14 13
39
4
4
15 12
4
39
3
6
16 14
1
39
3
2
5
22 10
39
4
2
5
7
24
39
5
2
39
3
7
39
3
3
39
3
5
39
3
3
39
4
2
39
2
8
39
3
Kenaikan suku bunga bank yang menyebabkan 4 kerugian pengelolaan PLT Bayu Tingginya nilai tukar rupiah dengan dollar 6.2 sehingga biaya perawatan atau suku cadang 2 meningkat. Rendahnya tingkat keuntungan akibat kapasitas 7.1 pembangkitan tenaga listrik PLT Bayu yang belum maksimal. 6.1
7.2 Tarif/Harga jual listrik PLT Bayu masih rendah. 1 8.1
8.2 8.3 9.1 9.2 9.3 9.4
Kualitas peralatan Unit Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang tidak sesuai dengan kondisi 1 7 19 10 angin di Puncak Mundi sehingga tidak bisa beroperasi optimal. Terbatasnya kemampuan sumber daya manusia 3 20 9 dalam menangani kerusakan sistem kontrol PLT Bayu. Terlambatnya waktu kedatangan alat/suku cadang akibat jalur transpostasi yang sulit dan 1 8 18 9 terbatas. Kurangnya perawatan PLT Bayu sehingga timbul kerusakan yang menggangu - 11 15 8 produktivitas PLT Bayu. Kurangnya kemampuan SDM sehingga perlu 9 11 16 waktu yang lama untuk menangani perawatan dan perbaikan unit PLT Bayu . Sistem operasional perawatan dan perbaikan yang tidak efisien sehingga menimbulkan biaya 1 17 10 9 yang tinggi. Seringnya terjadi kerusakan Auto Voltage Regulator (AVR) sehingga biaya perbaikan 1 5 21 4 meningkat.
Lanjutan Tabel.4.5. Distribusi Frekuensi Kejadian
Jawaban Responden Jml Modus 1 2 3 4 5 Kesalahan seting kontrol operasi PLT Bayu 1 12 9 3 1 39 1 sehingga mengalami gangguan. 4 Ketergantungan teknisi dari pihak suplayer sehingga perlu waktu yang relatif lama dalam - 9 17 11 2 39 3 penanganan ganguan sistem PLT Bayu. Terjadinya pencurian komponen sehingga 2 PLT Bayu tidak dapat beroperasi dengan 7 8 1 - 39 1 3 baik. Terjadinya aksi pengerusakan atau sabotase 2 13 2 1 - 39 1 oleh orang yang tidak bertanggung jawab. 3 Adanya korupsi pada pendapatan dari hasil 1 16 2 1 1 39 1 penjualan energi listrik PLT Bayu. 9 Budaya kerja/etos kerja yang masih kurang sehingga kegiatan operasional dan perawatan 6 20 9 2 2 39 2 PLT Bayu tidak efektif dan efisien. Terjadinya kebakaran akibat arus pendek 2 13 4 - - 39 1 pada rumah daya PLT Bayu. 2 Kurangnya pemakaian alat keselamatan kerja 1 19 4 2 2 39 2 sehingga menimbulkan kecelakaan kerja. 2 Alat pemadam kebakaran di rumah daya PLT 7 11 15 4 2 39 3 Bayu belum memadai Butir Pernyataan
10.1 10.2 11.1 11.2 11.3 11.4 12.1 12.2 12.3
(Sumber : Hasil Analisis, 2009) Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa skala pilihan/jawaban responden untuk tiap-tiap item jenis risiko sesuai pernyaatan dalam kuisioner sangat beragam. Modus adalah representasi dari jumlah pilihan terbanyak dari jawaban responden sesuai dengan skor skala yang dipilih. Skala yang mendapat jumlah pilihan terbanyak akan menjadi modus frekuensi kejadian (likelihood) untuk masingmasing jenis risiko. Proporsi dalam bentuk prosentase modus berdasarkan skala penilaian untuk seluruh item jenis risiko disajikan pada tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.6. Prosentase Modus Skala Frekuensi Kejadian (likelihood).
1
2
3
Jumlah Jenis Risiko
Modus Skala
Jumlah Skor
1
14
(3 : 1)x 100% 31,1%
2
12
26,7%
3
13
28,9%
4
4
8,9%
5
2
4,4%
45
100,0%
45
Jumlah
4 Prosentase (%)
(Sumber : Hasil Analisis, 2010) Hasil olah data pada tabel 4.6 di atas menunjukkan prosentase modus skala frekuensi kejadian untuk tiap jenis risiko adalah : Skala 1 (sangat jarang) sebanyak 14 (31,1%) , skala 2 (jarang) sebanyak 12 (26,7%), skala 3 ( kadangkadang) sebanyak 13 (28,9%), skala 4 (sering) sebanyak 4 (8,9%), skala 5 (sangat sering) sebanyak 2 (4,4%). 4.2.5. Distribusi Frekuensi dan Modus Jawaban Responden terhadap Konsekuensi Risiko Rekapitulasi jawaban responden terhadap konsekuensi dan modus untuk tiap jenis risiko hasilnya disajikan pada tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden terhadap Konsekuensi dari Tiap Jenis Risiko
No
Butir Pernyataan
Kecepatan hembusan angin berubah-ubah 1.1 sehingga produksi tenaga listrik PLT Bayu tidak setabil. 1.2 PLT Bayu rusak akibat tersambar petir 1.3 PLT Bayu rusak karena hujan deras 1.4 Tower PLT Bayu Tumbang Korosi menurunkan umur ekonomis 1.5 alat/peralatan PLT Bayu PLT Bayu rusak karena diterjang angin 1.6 puting beliung Perubahan arah angin mengganggu 1.7 kesetabilan produksi tenaga listrik PLT Bayu Udara yang lembab mengganggu kerja 1.8 sistem kontrol elektronik PLT Bayu Pergantian pemimpin daerah sehingga kurangnya perhatian pemerintah daerah 2.1 Klungkung terhadap pengembangan PLT Bayu. Pergantian Pimpinan PT. PLN Bali yang 2.2 menyebabkan perubahan kebijakan atau penghentian operasional PLT Bayu. Pergantian pimpinan KSU Surya Sejahtera 2.3 dan PT PLN Bali sehingga kerjasama pengelolaan PLT Bayu dihentikan. Subsidi PLTD dihentikan sehingga PLT 2.4 Bayu harus dikembangkan. Kebisingan akibat suara baling-baling kincir 3.1 angin Keberatan warga sekitar dengan keberadaan 3.2 PLT Bayu Terganggunya lingkungan hidup disekitar 3.3 area PLT Bayu Pemasangan PLT Bayu mengurangi 3.4 keindahan panorama lingkungan di Puncak Mundi.
Jawaban Responden Jml Modus 1 2 3 4 5
1
1
9 25 3
39
4
1 8 26 2 - 28 10 1 2 25 5 4
2 3
39 39 39
3 2 2
1 22 9
6
1
39
2
6 21 9
3
-
39
2
2 24 8
4
1
39
2
4 21 14 -
39
3
-
9 22 7
1
-
39
2
9 22 7
1
-
39
2
13 23 3
-
-
39
2
12 20 5
2
-
39
2
21 12 6
-
-
39
1
26 8
5
-
-
39
1
30 5
4
-
-
39
1
25 12 2
-
-
39
1
Lanjutan Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden terhadap Konsekuensi dari Tiap Jenis Risiko No 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6
4.7 5.1 5.2
Butir Pernyataan Sulitnya ijin pembangunan yang menghambat pengembangan PLT Bayu di Nusa Penida. Alih fungsi lahan pertanian/perkebunan warga untuk lokasi PLT Bayu Pembebasan lahan PLT Bayu yang merugikan warga pemilik lahan Keberadaan PLT Bayu merugikan warga di sekitar lokasi PLT Bayu. Pemilihan peralatan PLT Bayu kurang sesuai dengan kondisi di Nusa Penida. Spesifikasi baling-baling kurang sesuai dengan kondisi kecepatan angin di Puncak Mundi. Ketinggian tower PLT Bayu belum sesuai dengan kondisi geografis puncak Mundi sehingga baling-baling tidak mampu berputar dengan optimal. Kapasitas PLT Bayu belum bisa memenuhi kebutuhan pelanggan/masyarakat. Kurangnya pesaing dalam usaha kelistrikan sehingga pengembangan pembangkit dengan energi alternatif belum berkembang
Jawaban Responden Jml Modus 1 2 3 4 5
5 26 2
6
-
39
2
16 19 4
-
-
39
2
25 11 3
-
-
39
1
26 6
1
-
39
1
12 23 4
-
39
3
4 15 17 3
-
39
3
4 25 8
-
39
2
5 19 12 2
39
3
39
3
39
3
39
2
39
4
39
4
-
1
6
2
5 12 17 2
3
Kenaikan suku bunga bank yang menyebabkan 2 14 19 4 kerugian pengelolaan PLT Bayu. Tingginya nilai tukar rupiah dengan dollar 6.2 sehingga biaya perawatan atau suku cadang - 18 16 5 meningkat. Rendahnya tingkat keuntungan akibat kapasitas 7.1 pembangkitan tenaga listrik PLT Bayu yang - - 16 19 4 belum maksimal. 6.1
7.2 Tarif/Harga jual listrik PLT Bayu masih rendah.
-
1
5 27 6
Kualitas peralatan Unit Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang tidak sesuai dengan kondisi 8.1 - 5 26 8 - 39 angin di Puncak Mundi sehingga tidak bisa beroperasi optimal. Terbatasnya kemampuan sumber daya manusia 8.2 dalam menangani kerusakan sistem kontrol 16 14 4 5 - 39 PLT Bayu. Terlambatnya waktu kedatangan alat/suku 8.3 cadang akibat jalur transpostasi yang sulit dan 1 21 11 4 2 39 terbatas.
3
1 2
Lanjutan Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden terhadap
Konsekuensi dari Tiap Jenis Risiko No
Butir Pernyataan
Jawaban Responden 1 2 3 4 5
Kurangnya perawatan PLT Bayu sehingga 9.1 timbul kerusakan yang menggangu produktivitas PLT Bayu. Kurangnya kemampuan SDM sehingga perlu 9.2 waktu yang lama untuk menangani perawatan dan perbaikan unit PLT Bayu . Sistem operasional perawatan dan perbaikan 9.3 yang tidak efisien sehingga menimbulkan biaya 4 yang tinggi. Seringnya terjadi kerusakan Auto Voltage 9.4 Regulator (AVR) sehingga biaya perbaikan meningkat. 10.1 Kesalahan seting kontrol operasi PLT Bayu sehingga mengalami gangguan. Ketergantungan teknisi dari pihak suplayer 10.2 sehingga perlu waktu yang relatif lama dalam penanganan ganguan sistem PLT Bayu.
Jml Modus
19 11
6
3 39
2
19 11
7
2 39
2
19
6
1 39
2
12 16 10
1 39
3
5 19
9
6
8
1 39
2
5 16 10
5
3 39
2
11.1 Terjadinya pencurian komponen sehingga PLT 12 17 5 Bayu tidak dapat beroperasi dengan baik.
3
2
39
2
11.2 Terjadinya aksi pengerusakan atau sabotase oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Adanya korupsi pada pendapatan dari hasil 11.3 penjualan energi listrik PLT Bayu. Budaya kerja/etos kerja yang masih kurang 11.4 sehingga kegiatan operasional dan perawatan PLT Bayu tidak efektif dan efisien. Terjadinya kebakaran akibat arus pendek pada 12.1 rumah daya PLT Bayu. Kurangnya pemakaian alat keselamatan kerja 12.2 sehingga menimbulkan kecelakaan kerja. Alat pemadam kebakaran di rumah daya PLT 12.3 Bayu belum memadai.
16 15 4
2
2
39
1
5 24 8
1
1
39
2
11 17 6
4
1
39
2
7 16 10 3
3
39
2
14 12 8
2
3
39
1
17 11 6
2
3
39
1
(Sumber : Hasil Penelitian, 2010) Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa skala pilihan/jawaban responden untuk tiap-tiap item jenis risiko sesuai pernyaatan dalam kuisioner sangat beragam. Modus adalah representasi dari jumlah pilihan terbanyak dari jawaban responden sesuai dengan skor skala yang dipilih. Skala yang mendapat skor pilihan
terbanyak akan menjadi modus konsekuensi untuk tiap jenis risiko. Tabel 4.8. Prosentase Modus Skala Konsekuensi Risiko. 1
2
3
Jumlah Jenis Risiko
Modus Skala
Jumlah Skor
1
10
(3 : 1)x 100% 22,2%
2
23
51,1%
3
9
20,0%
4
3
6,7%
5
-
0,0%
45
100,0%
45
Jumlah
Prosentase (%)
(Sumber : Hasil Penelitian, 2010) Berdasarkan hasil olah data pada tabel 4.8 menunjukkan prosentase modus skala konsekuensi untuk tiap jenis risiko adalah : Skala 1 (sangat kecil) sebanyak 10 (22,2%) , skala 2 (kecil) sebanyak 23 (51,1%), skala 3 (sedang) sebanyak 9 (20,0%), skala 4 (besar) sebanyak 3 (6,7%), skala 5 (sangat besar) tidak ada (0 %). 4.2.6. Penilaian dan Skala Penerimaan Risiko Investasi PLT Bayu Nusa Penida Tingkat penerimaan risiko (risk acceptability) tergantung pada nilai risiko yaitu hasil perkalian antara kecendrungan (likelihood) dengan konsekuensi (consequences) risiko. Menurut Godfrey (1996) penilaian tingkat penerimaan risiko (assessment of risk acceptability) adalah sebagai berikut ;
Tabel 4.9. Penentuan Nilai dan Tingkat Penerimaan Risiko No
Butir Pernyataan
Modus F
K
N
Tingkat Penerimaan Risiko
Kecepatan hembusan angin berubah-ubah 1.1 sehingga produksi tenaga listrik PLT Bayu tidak setabil.
5
4
20 (Tidak dapat diterima)
1.2 PLT Bayu rusak akibat tersambar petir
2
3
6
1.3 PLT Bayu rusak karena hujan deras
1
2
2
1.4 Tower PLT Bayu Tumbang
1
2
2
3
2
6
1
2
2
3
2
6
2
3
6
Acceptable (Dapat diterima) Negligible (Dapat diabaikan) Negligible (Dapat diabaikan) Acceptable (Dapat diterima) Negligible (Dapat diabaikan) Acceptable (Dapat diterima) Acceptable (Dapat diterima)
2
2
4
Acceptable (Dapat diterima)
2
2
4
Acceptable (Dapat diterima)
2
2
4
Acceptable (Dapat diterima)
3
2
6
2
1
2
1
1
1
1
1
1
Acceptable (Dapat diterima) Negligible (Dapat diabaikan) Negligible (Dapat diabaikan) Negligible (Dapat diabaikan)
1
1
1
Negligible (Dapat diabaikan)
1.5 1.6 1.7 1.8 2.1
2.2 2.3 2.4 3.1 3.2 3.3 3.4
Korosi menurunkan umur ekonomis alat/peralatan PLT Bayu PLT Bayu rusak karena diterjang angin puting beliung Perubahan arah angin mengganggu kesetabilan produksi tenaga listrik PLT Bayu. Udara yang lembab mengganggu kerja sistem kontrol elektronik PLT Bayu Pergantian pemimpin daerah sehingga kurangnya perhatian pemerintah daerah Klungkung terhadap pengembangan PLT Bayu Pergantian Pimpinan PT. PLN Bali yang menyebabkan perubahan kebijakan atau penghentian operasional PLT Bayu. Pergantian pimpinan KSU Surya Sejahtera dan PT PLN Bali sehingga kerjasama pengelolaan PLT Bayu dihentikan. Subsidi PLTD dihentikan sehingga PLT Bayu harus dikembangkan. Kebisingan akibat suara baling-baling kincir angin Keberatan warga sekitar dengan keberadaan PLT Bayu Terganggunya lingkungan hidup disekitar area PLT Bayu Pemasangan PLT Bayu mengurangi keindahan panorama lingkungan di Puncak Mundi.
Unacceptable
Keterangan : F K N
= Modus Frekuensi. = Modus Konsekuensi. = Nilai Risiko. Lanjutan Tabel 4.9. Penentuan Nilai dan Tingkat Penerimaan Risiko Butir Pernyataan
Modus F K
N
Tingkat Penerimaan Risiko
Sulitnya ijin pembangunan PLT Bayu yang 4.1 menghambat pengembangan PLT Bayu di Nusa Penida. Alih fungsi lahan pertanian/perkebunan warga 4.2 untuk lokasi PLT Bayu Pembebasan lahan PLT Bayu yang merugikan 4.3 warga pemilik lahan Keberadaan PLT Bayu merugikan warga di sekitar 4.4 lokasi PLT Bayu Pemilihan peralatan PLT Bayu kurang sesuai 4.5 dengan kondisi di Nusa Penida. Spesifikasi baling-baling kurang sesuai dengan 4.6 kondisi kecepatan angin di Puncak Mundi. Ketinggian tower PLT Bayu belum sesuai dengan 4.7 kondisi geografis puncak Mundi sehingga balingbaling tidak mampu berputar dengan optimal. Kapasitas PLT Bayu belum bisa memenuhi 5.1 kebutuhan pelanggan/masyarakat. Kurangnya pesaing dalam usaha kelistrikan 5.2 sehingga pengembangan pembangkit dengan energi alternatif belum berkembang 6.1
1 2
2
Negligible (Dapat diabaikan)
2 2
1
1 1
1
1 1
1
3 3
9
Negligible (Dapat diabaikan) Negligible (Dapat diabaikan) Negligible (Dapat diabaikan) Undesirable (Tidak diharapkan)
3 3
9 (Tidak diharapkan)
1 2
2
Negligible (Dapat diabaikan)
4
3
12
Undesirable (Tidak diharapkan)
4
3
12
Undesirable (Tidak diharapkan)
Kenaikan suku bunga bank yang menyebabkan 3 kerugian pengelolaan PLT Bayu
3
9
Undesirable (Tidak diharapkan)
2
6
Acceptable (Dapat diterima)
4
16
4
20
3
9 (Tidak diharapkan)
1
3
Acceptable (Dapat diterima)
2
6
Acceptable (Dapat diterima)
Tingginya nilai tukar rupiah dengan dollar sehingga 3 biaya perawatan atau suku cadang meningkat. Rendahnya tingkat keuntungan akibat kapasitas 7.1 pembangkitan tenaga listrik PLT Bayu yang belum 4 maksimal. 6.2
7.2 Tarif/Harga jual listrik PLT Bayu masih rendah.
5
Kualitas peralatan Unit Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang tidak sesuai dengan kondisi angin di 8.1 3 Puncak Mundi sehingga tidak bisa beroperasi optimal. Terbatasnya kemampuan sumber daya manusia 8.2 dalam menangani kerusakan sistem kontrol PLT 3 Bayu. Terlambatnya waktu kedatangan alat/suku cadang 8.3 3 akibat jalur transpostasi yang sulit dan terbatas.
Undesirable
Unacceptable (Tidak dapat diterima) Unacceptable (Tidak dapat diterima) Undesirable
Lanjutan Tabel 4.9. Penentuan Nilai dan Tingkat Penerimaan Risiko No
Butir Pernyataan
Kurangnya perawatan PLT Bayu sehingga 9.1 timbul kerusakan yang menggangu produktivitas PLT Bayu. Kurangnya kemampuan SDM sehingga perlu 9.2 waktu yang lama untuk menangani perawatan dan perbaikan unit PLT Bayu . Sistem operasional perawatan dan perbaikan 9.3 yang tidak efisien sehingga menimbulkan biaya yang tinggi. Seringnya terjadi kerusakan Auto Voltage 9.4 Regulator (AVR) sehingga biaya perbaikan meningkat. 10. Kesalahan seting kontrol operasi PLT Bayu 1 sehingga mengalami gangguan. Ketergantungan teknisi dari pihak suplayer 10. sehingga perlu waktu yang relatif lama dalam 2 penanganan ganguan sistem PLT Bayu. 11. Terjadinya pencurian komponen sehingga PLT 1 Bayu tidak dapat beroperasi dengan baik. 11. 2 11. 3 11. 4 12. 1 12. 2 12. 3
Terjadinya aksi pengerusakan atau sabotase oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Adanya korupsi pada pendapatan dari hasil penjualan energi listrik PLT Bayu. Budaya kerja/etos kerja yang masih kurang sehingga kegiatan operasional dan perawatan PLT Bayu tidak efektif dan efisien. Terjadinya kebakaran akibat arus pendek pada rumah daya PLT Bayu. Kurangnya pemakaian alat keselamatan kerja sehingga menimbulkan kecelakaan kerja. Alat pemadam kebakaran di rumah daya PLT Bayu belum memadai
Modus
N
Tingkat Penerimaan Risiko
F
K
3
2
6
Acceptable (Dapat diterima)
4
2
8
Undesirable (Tidak diharapkan)
2
2
4
Acceptable (Dapat diterima)
3
3
9
Undesirable (Tidak diharapkan)
1
2
2
Negligible (Dapat diabaikan)
3
2
6
Acceptable (Dapat diterima)
1
2
2
Negligible (Dapat diabaikan)
1
1
1
Negligible (Dapat diabaikan)
1
2
2
Negligible (Dapat diabaikan)
2
2
4
Acceptable (Dapat diterima)
1
2
2
2
1
2
3
1
3
Negligible (Dapat diabaikan) Negligible (Dapat diabaikan) Acceptable (Dapat diterima)
(Sumber : Hasil Analisis, 2010) Berdasarkan tingkat penerimaan risiko dan dengan mempertimbangkan nilai risiko yang diperoleh dari skala consequences dan skala likelihood pada tabel 4.9.di atas maka tingkat penerimaan risiko (rik acceptability) ditentukan berdasarkan skala penerimaan sesuai tabel 3.7. pada Bab III. Jenis risiko yang tergolong dominan (major risk) pada investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Nusa Penida ada 3 jenis risiko seperti disajikan dalam tabel 4.10.
Tabel. 4.10. Risiko Mayor Pada Investasi PLT Bayu Nusa Penida. No
Jenis Risiko
1.1
Kecepatan hembusan angin berubah-ubah sehingga produksi tenaga listrik PLT Bayu tidak setabil.
4.5 4.6 5.1 5.2 6.1 7.1
Pemilihan peralatan PLT Bayu kurang sesuai dengan kondisi di Nusa Penida. Spesifikasi baling-baling kurang sesuai dengan kondisi kecepatan angin di Puncak Mundi. Kapasitas PLT Bayu belum bisa memenuhi kebutuhan pelanggan/masyarakat. Kurangnya pesaing dalam usaha kelistrikan sehingga pengembangan pembangkit dengan energi alternatif belum berkembang Kenaikan suku bunga bank yang menyebabkan kerugian pengelolaan PLT Bayu Rendahnya tingkat keuntungan akibat kapasitas pembangkitan tenaga listrik PLT Bayu yang belum maksimal.
7.2 Tarif/Harga jual listrik PLT Bayu masih rendah. Kualitas peralatan Unit Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang 8.1 tidak sesuai dengan kondisi angin di Puncak Mundi sehingga tidak bisa beroperasi optimal. Kurangnya kemampuan SDM sehingga perlu waktu yang lama 9.2 untuk menangani perawatan dan perbaikan unit PLT Bayu . Seringnya terjadi kerusakan Auto Voltage Regulator (AVR) 9.4 sehingga biaya perbaikan meningkat.
Modus F K
Tingkat Penerimaan Risiko Unacceptable 20 (Tidak dapat diterima) Undesirable 9 (Tidak diharapkan) Undesirable 9 (Tidak diharapkan) Undesirable 12 (Tidak diharapkan) N
5
4
3
3
3
3
4
3
4
3
12
3
3
9
4
4
16
5
4
20
3
3
9
4
2
8
3
3
9
Undesirable (Tidak diharapkan) Undesirable (Tidak diharapkan) Unacceptable (Tidak dapat diterima) Unacceptable (Tidak dapat diterima) Undesirable (Tidak diharapkan) Undesirable (Tidak diharapkan) Undesirable (Tidak diharapkan)
(sumber: Hasil Analisis, 2010) Risiko mayor yang diperoleh berdasarkan peniliaan risiko yang dilakukan seperti tertera pada tabel 4.10 adalah 6 jenis risiko. Tingkat penerimaan risiko yang tergolong tidak dapat diterima (Unacepptable) ada 3 jenis risiko dengan nilai penerimaan 20 dan 16. Tingkat penerimaan risiko yang tergolong tidak diharapkan (Undesirable) ada 8 jenis risiko dengan nilai sebesar 8, 9 dan 12.
4.2.7. Distribusi Penilaian dan Tingkat Penerimaan Risiko Distribusi penerimaan risiko untuk setiap sumber risiko berdasarkan penilaian dan penentuan tingkat penerimaan risiko adalah sebagai berikut :
Tabel. 4.11. Distribusi Tingkat Penerimaan Risiko untuk Tiap Sumber Risiko
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sumber Risiko Alam Politik Lingkungan Perencanaan Pemasaran Ekonomi Keuangan Proyek Teknis Manusia Kriminal Keselamatan Jumlah
Identifikasi Risiko
Tingkat Penerimaan Risiko (Risk Acceptability)
Tidak Dapat Diterima Jml % 8 17,78 1 2,22% 4 8,89 0 0,00% 4 8,89 0 0,00% 7 15,56 0 0,00% 2 4,44 0 0,00% 2 4,44 0 0,00% 2 4,44 2 4,44% 3 6,67 0 0,00% 4 8,89 0 0,00% 2 4,44 0 0,00% 4 8,89 0 0,00% 3 6,67 0 0,00% 45 100,00% 3 6,67%
Jml
%
Tidak Dapat Diharapkan Diterima Jml % Jml % 0 0,00% 4 8,89% 0 0,00% 4 8,89% 0 0,00% 0 0,00% 2 4,44% 0 0,00% 2 4,44% 0 0,00% 1 2,22% 1 2,22% 0 0,00% 0 0,00% 1 2,22% 2 4,44% 2 4,44% 2 4,44% 0 0,00% 1 2,22% 0 0,00% 1 2,22% 0 0,00% 1 2,22% 8 17,78% 16 35,56%
Dapat Diabaikan Jml % 3 6,67% 0 0,00% 4 8,89% 5 11,11% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 1 2,22% 3 6,67% 2 4,44% 18 40,00%
(Sumber : Hasil Analisis, 2010) Tidak dapat diterima; 3; 6,67%
Tidak Diharapkan; 8; 17,78%
Dapat diabaikan; 18; 40,00%
Dapat diterima; 16; 35,56%
Grafik 4.1. Proporsi Jumlah dan Prosentase Tingkat Penerimaan Risiko. (Sumber : Hasil Analisis, 2010)
Jumlah jenis risiko yang teridentifikasi berdasarkan tabel 4.9. adalah 45 jenis (100%), proporsi tingkat penerimaan risiko seperti ditunjukkan oleh grafik 4.1. adalah 3 (6,67 %) jenis risiko tergolong tidak dapat diterima, 8 tidak diharapkan dengan proporsi 17,78%, dapat diterima 16 jenis risiko dengan proporsi 35,56% dan 18 jenis risiko tergolong dapat diabaikan dengan proporsi 40,00% Porporsi jenis risiko yang termasuk risiko mayor adalah 24,45 % sedangkan proporsi jenis risiko yang tidak termasuk risiko mayor adalah 75,55%. Hasil analisis ini mengidikasikan bahwa kondisi PLT Bayu saat ini secara teknis mampu beroperasi dan menghasilkan energi listrik, namun belum mampu menghasilkan tenaga listrik yang optimal sesuai daya mampu yang direncanakan. Secara finansial/keuangan hal ini akan berpeluang menimbulkan kerugian. Peluang atau risiko kerugian finansial pada investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu ini selanjutnya akan dikaji berdasarkan analisis risiko kuantitatif. 4.3. Analisis Risiko Kuantitatif Pada Investasi PLT Bayu Nusa Penida Analisis risiko kuantitatif dilakukan pada risiko finansial dari investasi pembangunan PLT Bayu di Nusa Penida. Beberapa jenis risiko yang tergolong risiko mayor seperti tertera pada tabel 4.10 di atas yang dapat dianalisis secara kuantitatif dijadikan sebagai data masukan. Jenis risiko mayor yang tidak menjadi data masukan pada analisis risiko finansial akan dianalisis secara deskriptif kualitatif pada tahap mitigasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode estimasi yang berkaitan dengan investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu khususnya aspek finansial. Berdasarkan hasil studi literatur, variabel-variabel dari
aspek finansial tersebut diantaranya adalah : 1.
biaya-biaya yang dikeluarkan
2.
sumber pembiayaan
3.
perkiraan pendapatan
4.
pajak yang dikenakan Seluruh variabel-variabel tersebut akan tertuang dalam suatu aliran kas (cash flow) . Pada tahap akhir analisis aspek finansial akan diperoleh besaran profitabilitas yang menjadi dasar pertimbangan suatu investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Nusa Penida. Matrik aliran kas akan dapat dibuat apabila data – data pendukung yang diperlukan telah diperoleh. Data-data pendukung dalam pembuatan aliran kas akan diuraikan berikut ini. 4.3.1.
Biaya Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Nusa Penida Biaya Pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Nusa Penida
bersumber dari APBN melalui Anggaran DIPA Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM). Pengadaan PLT Bayu ini meliputi beberapa aktivitas yaitu : pengadaan dan pemasangan (Install) PLT Bayu, pekerjaan sipil, pengadaan dan pemasangan transformator serta pengadaan dan pemasangan transmisi tegangan menengah. Tanah lokasi areal unit PLT Bayu tidak termasuk dalam biaya investasi karena tanah yang digunakan adalah tanah negara. Ijin penggunaan tanah negara ini diberikan oleh Pemda Klungkung No 951/777/Pem. Secara umum aktivtas-aktivitas tersebut tertuang dalam dalam tabel 4.12 di bawah ini.
Tabel 4.12. Biaya Investasi PLT Bayu Nusa Penida No 1 2 3
No 1 2 3
No 1 2 3
Uraian Kegiatan Pengadaan dan Pemasangan (install) PLT Bayu Pekerjaan Sipil, pengadaan dan pemasangan Tranformator Pengadaan dan Pemasangan transmisi tegangan menengah
Uraian Kegiatan Pengadaan dan Pemasangan (install) PLT Bayu Pekerjaan Sipil, pengadaan dan pemasangan Tranformator Pengadaan dan Pemasangan transmisi tegangan menengah
Uraian Kegiatan Pengadaan dan Pemasangan (install) PLT Bayu Pekerjaan Sipil, pengadaan dan pemasangan Tranformator Pengadaan dan Pemasangan transmisi tegangan menengah
Qty
Sat. Hrg. Sat.[Rp]
Jumlah [Rp]
1
Ls
2.800.000.000
2.800.000.000
1
Ls
380.000.000
380.000.000
1
Ls
350.000.000
350.000.000
Total Biaya
3.530.000.000
Qty
Sat. Hrg. Sat [Rp]
Jumlah [Rp]
5
Ls
2.800.000.000
14.000.000.000
5
Ls
380.000.000
1.900.000.000
1
Ls
Qty
350.000.000
350.000.000
Total Biaya
16.250.000.000
Sat. Hrg. Sat [Rp]
Jumlah [Rp]
9
Ls
2.800.000.000
25.200.000.000
9
Ls
380.000.000
3.420.000.000
1
Ls
350.000.000
350.000.000
Total Biaya
28.970.000.000
(Sumber, PT.PLN Distribusi Bali, 2010) 4.3.2. Produksi Listrik PLT Bayu di Nusa Penida Sejak selesai proses pembangunannya pada akhir tahun 2006, maka mulai awal tahun 2007 sampai 2009 PLT Bayu telah beroperasi dan mampu menghasilkan tenaga listrik. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menyerahkan pengelolaan PLT Bayu unit 1 dan unit 2 kepada Koperasi Serba Usaha (KSU) Surya Sejahtera yang ada di Nusa Penida. Serah terima ini merupakan wujud kepedulian sosial serta pelibatan peran serta masyarakat Nusa
Penida dalam pengelolan PLT Bayu. Tenaga listrik yang dihasilkan PLT Bayu dijual ke PT. PLN dengan harga kesepakatan sesuai perjanjian antara kedua belah pihak. Produksi dan pendapatan pengoperasian PLT Bayu unit 1 dan 2 periode tahun 2007, 2008 dan 2009 disajikan pada tabel 4.13 berikut. Tabel 4.13 a. Rekapitulasi Kwh Produksi PLTB Unit 1 Tahun 2007
No
Bulan
1 Januari 2 Februari 3 Maret 4 April 5 Mei 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 9 September 10 Oktober 11 November 12 Desember TOTAL
Kecepatan Export Import Kwh Harga Jumlah Angin Produksi Rp.700/Kwh) Harga rata-rata ( m/s) (Kwh) (Kwh) (Kwh) (Rp) 4,85 5.148,90 49,50 5.099,40 700,00 3.569.580,00 3,53 1.401,30 171,30 1.230,00 700,00 861.000,00 3,90 2.411,40 146,10 2.265,30 700,00 1.585.710,00 4,28 3.370,80 79,50 3.291,30 700,00 2.303.910,00 6,57 6.994,80 72,60 6.922,20 700,00 4.845.540,00 6,65 8.929,20 31,80 8.897,40 700,00 6.228.180,00 6,43 8.727,00 32,40 8.694,60 700,00 6.086.220,00 6,98 12.762,00 0,90 12.761,10 700,00 8.932.770,00 5,38 5.658,30 39,30 5.619,00 700,00 3.933.300,00 4,48 4.317,60 63,90 4.253,70 700,00 2.977.590,00 4,43 3.116,10 45,00 3.071,10 700,00 2.149.770,00 3,49 2.846,10 156,60 2.689,50 700,00 1.882.650,00 65.683,50 888,90 64.794,60 45.356.220,00
Tabel.4.13 b. Rekapitulasi Kwh Produksi PLTB Unit 2 Tahun 2007
No
Bulan
1 Januari 2 Februari 3 Maret 4 April 5 Mei 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 9 September 10 Oktober 11 November 12 Desember TOTAL
Kecepatan Export Import Kwh Harga Jumlah Angin Produksi Rp.700/Kwh) Harga rata-rata ( m/s) (Kwh) (Kwh) (Kwh) (Rp) 4,85 3.300,30 130,50 3.169,80 700,00 2.218.860,00 3,53 1.102,20 229,50 872,70 700,00 610.890,00 3,90 1.639,80 4,80 1.635,00 700,00 1.144.500,00 4,28 2.177,70 4,80 2.172,90 700,00 1.521.030,00 6,57 3.869,10 22,20 3.846,90 700,00 2.692.830,00 6,65 12.561,90 86,70 12.475,20 700,00 8.732.640,00 6,43 9.132,60 27,00 9.105,60 700,00 6.373.920,00 6,98 13.465,80 7,20 13.458,60 700,00 9.421.020,00 5,38 5.833,50 56,70 5.776,80 700,00 4.043.760,00 4,48 4.437,30 72,00 4.365,30 700,00 3.055.710,00 4,43 4.790,10 53,70 4.736,40 700,00 3.315.480,00 3,49 903,90 204,60 699,30 700,00 489.510,00 63.214,20 899,70 62.314,50 43.620.150,00
Total daya listrik yang diproduksi oleh PLT Bayu unit 2 periode tahun 2007
adalah 62.314,50 Kwh, pendapatan dari penjualan daya listrik ini sebesar Rp.43.620.150,00. Tabel.4.13 c. Rekapitulasi Kwh Produksi PLTB Unit 1 Tahun 2008
No
Bulan
1 Januari 2 Februari 3 Maret 4 April 5 Mei 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 9 September 10 Oktober 11 November 12 Desember TOTAL
Kecepatan Export Angin rata-rata ( m/s) (Kwh) 4,63 3.839,70 3,54 2.473,20 3,20 1.089,00 5,25 5.646,60 6,57 10.423,80 6,15 7.121,40 6,98 12.602,70 6,64 10.909,50 5,38 5.894,40 5,46 6.171,90 3,21 1.409,70 3,49 0,00 67.581,90
Import
Kwh
Harga
Produksi Rp.700/Kwh) (Kwh) 122,10 151,50 225,90 84,60 44,40 40,20 19,20 25,50 41,10 81,00 49,80 0,00 885,30
(Kwh) 3.717,60 2.321,70 863,10 5.562,00 10.379,40 7.081,20 12.583,50 10.884,00 5.853,30 6.090,90 1.359,90 0,00 66.696,60
700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00
Jumlah Harga (Rp) 2.602.320,00 1.625.190,00 604.170,00 3.893.400,00 7.265.580,00 4.956.840,00 8.808.450,00 7.618.800,00 4.097.310,00 4.263.630,00 951.930,00 46.687.620,00
(Sumber: PT. PLN UJ Nusa Penida, 2010) Tabel.4.13 d. Rekapitulasi Kwh Produksi PLTB Unit 2 Tahun 2008
No
Bulan
1 Januari 2 Februari 3 Maret 4 April 5 Mei 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 9 September 10 Oktober 11 November 12 Desember TOTAL
Kecepatan Export Import Kwh Harga Jumlah Angin Produksi Rp.700/Kwh) Harga rata-rata ( m/s) (Kwh) (Kwh) (Kwh) (Rp) 4,85 2.775,90 97,80 2.678,10 700,00 1.874.670,00 3,53 1.300,50 118,20 1.182,30 700,00 827.610,00 3,90 891,00 277,80 613,20 700,00 429.240,00 4,28 5.889,60 84,00 5.805,60 700,00 4.063.920,00 6,57 13.630,80 47,40 13.583,40 700,00 9.508.380,00 6,65 8.548,20 46,50 8.501,70 700,00 5.951.190,00 6,43 13.525,80 11,70 13.514,10 700,00 9.459.870,00 6,98 11.286,30 27,90 11.258,40 700,00 7.880.880,00 5,38 5.549,70 58,20 5.491,50 700,00 3.844.050,00 4,48 6.289,50 109,20 6.180,30 700,00 4.326.210,00 4,43 2.097,00 173,40 1.923,60 700,00 1.346.520,00 3,49 1.945,50 83,70 1.861,80 700,00 1.303.260,00 1.135,8 73.729,80 0 72.594,00 50.815.800,00
(Sumber : PT. PLN UJ Nusa Penida, 2010) Tabel. 4.13 e.Rekapitulasi Kwh Produksi PLTB Unit 1 Tahun 2009
No
Bulan
1 Januari 2 Februari 3 Maret 4 April 5 Mei 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 9 September 10 Oktober 11 November 12 Desember TOTAL
Kecepatan Angin rata-rata ( m/s) 4,85 3,53 3,90 4,28 6,57 6,65 6,43 6,98 5,38 4,48 4,43 3,49
Export
Import
Kwh
Harga
Produksi Rp.700/Kwh) (Kwh) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 56,10 3.372,90 2.512,50 5.941,50
(Kwh) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,40 147,30 211,80 361,50
(Kwh) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 53,70 3.225,60 2.300,70 5.580,00
Jumlah Harga (Rp)
700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00
37.590,00 2.257.920,00 1.610.490,00 3.906.000,00
(Sumber : PT. PLN UJ Nusa Penida, 2010) Pendapatan dari penjualan daya listrik PLT Bayu Unit 1 tahun 2009 sebesar Rp.3.906.000,00. Pendapatan ini sangat rendah dibanding dua tahun sebelumnya yaitu 2007 dan 2008, hal ini disebabkan oleh kerusakan trafo step up. Tabel.4.13 f. Rekapitulasi Kwh Produksi PLTB Unit 2 Tahun 2009 (lanjutan)
No
Bulan
1 Januari 2 Februari 3 Maret 4 April 5 Mei 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 9 September 10 Oktober 11 November 12 Desember TOTAL
Kecepatan Angin rata-rata ( m/s) 4,85 3,53 3,90 4,28 6,57 6,65 6,43 6,98 5,38 4,48 4,43 3,49
Export
Import
Kwh
Harga
Produksi Rp.700/Kwh) (Kwh) (Kwh) 2.968,50 102,90 1.755,30 180,00 1.499,10 249,60 3.830,10 78,00 4.023,00 180,00 4.279,50 89,40 9.356,10 49,20 9.590,40 24,60 7.293,00 34,80 4.470,30 104,70 3.389,70 111,30 2.515,50 168,30 1.372,8 54.970,50 0
(Kwh) 2.865,60 1.575,30 1.249,50 3.752,10 3.843,00 4.190,10 9.306,90 9.565,80 7.258,20 4.365,60 3.278,40 2.347,20 53.597,70
700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00 700,00
Jumlah Harga (Rp) 2.005.920,00 1.102.710,00 874.650,00 2.626.470,00 2.690.100,00 2.933.070,00 6.514.830,00 6.696.060,00 5.080.740,00 3.055.920,00 2.294.880,00 1.643.040,00 37.518.390,00
(Sumber : PT. PLN UJ Nusa Penida, 2010) Total produksi daya listrik PLT Bayu unit 2 periode tahun 2009 adalah 53.597,70
Kwh, pendapatan dari penjualan daya listrik ini sebesar Rp.37.518.390,00. Produksi tenaga listrik PLT Bayu unit 1 dan 2 dalam tiga tahun terakhir sebagai berikut : Tabel.4.14. Produksi PLT Bayu Periode 3 Tahun Terakhir. No 1 2 3
Tahun 2007 2008 2009
Min Rata-Rata Max
PLTB unit 1 64.794,60 62.314,50 5.580,00 132.689,10 5.580,00 44.229,70 64.794,60
PLTB unit 2 62.314,50 72.594,00 53.597,70 188.506,20 53.597,70 62.835,40 72.594,00
( Sumber : PT. PLN UJ Nusa Penida, 2010) 4.3.3.
Penetuan Nilai Distribusi Input dengan Simulasi Monte Carlo. Data yang akan dipergunakan dalam aliran kas (cash flow), dicari nilai distribusi probabiltasnya dengan program @Risk yang akan dilakukan dengan beberapa jenis distribusi sesuai dengan kondisi data. Distribusi variabel-variabel masukan model mengikuti distribusi triangle (segitiga), distribusi uniform, dan normal dengan beberapa nilai masukan yaitu: nilai minimum, nilai yang paling mungkin (most likely) dan nilai maksimum. Nilai-nilai masukan untuk menentukan jenis distribusi dan nilai distribusi disajikan pada Tabel 4.15. Tabel 4.15. Nilai Masukan Distribusi Variabel Input
(Sumber: Hasil Analisis, 2010) Nilai distribusi yang diperoleh selanjutnya dijadikan sebagai variabel masukan untuk menganalisis risiko investasi PLT Bayu. Hasil simulasi dari beberapa jenis variabel masukan disajikan pada tabel 4.16. Tabel.4.16. Jenis dan Nilai Distribusi Variabel Masukan. Parameter masukan Biaya Investasi Tingkat suku bunga (%) Nilai Investasi (Rp) Pendapatan per tahun Produksi Listrik 1 unit PLT Bayu (Kwh) Tarif Dasar Listrik (Rp) Pendapatan 1unit PLT Bayu (Rp) Kenaikan Tarif Dasar Listrik (%) Proyeksi Pengeluaran (Biaya operasional) per tahun Biaya Administrasi dan Manajemen (Rp) Biaya Perawatan (Rp) Asumsi eskalasi biaya operasional: Kenaikan biaya administrasi dan manajemen per tahun (%) Kenaikan biaya perawatan per tahun (%)
Nilai Distribusi
Jenis Distribusi
9,04% 3.355.000.000,00
Normal Uniform
63.095,85 700,00 44.167.095,00 15,00
Uniform Uniform Uniform Normal
27.000.000,00 2.000.000,00
Uniform Uniform
10,00 10,00
Normal Normal
(Sumber: Hasil Analisis, 2010) 4.3.4.
Pendapatan. Umur investasi PLT Bayu diasumsikan selama 25 tahun, eskalasi kenaikan Tarif Dasar Listrik
15% per tahun TDL saat ini adalah Rp.700 per kwh.
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu mulai beroperasi sejak akhir tahun 2006.
Pendapatan satu unit Pembangkit Listrik Tenaga Bayu selama umur ekonomisnya dimulai dari tahun 2007. Pendapatan merupakan variabel manfaat (benefit) atau bagian dari kas masuk (cash in). Pendapatan selama umur investasi PLT Bayu disajikan pada tabel 4.17. Tabel.4.17. Pendapatan 1 Unit PLT Bayu Tahun
Pendapatan [Rp]
Tahun
Pendapatan [Rp]
2006
-
2020
271.376.840,23
2007
44.106.323,33
2021
312.083.366,26
2008
50.722.271,83
2022
358.895.871,20
2009
58.330.612,61
2023
412.730.251,88
2010
67.080.204,50
2024
474.639.789,66
2011
77.142.235,17
2025
545.835.758,11
2012
88.713.570,45
2026
627.711.121,83
2013
102.020.606,02
2020
271.376.840,23
2014
117.323.696,92
2027
721.867.790,10
2015
134.922.251,46
2028
830.147.958,62
2017
178.434.677,55
2029
954.670.152,41
2018
205.199.879,19
2030
1.097.870.675,27
2019
235.979.861,07
2031
1.262.551.276,56
(Sumber: Hasil Analisis, 2010)
4.3.5.
Depresiasi/Penyusutan
Penyusutan/depresiasi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (Straight Line Depreciation), dengan ketentuan sebagai berikut : Tabel.4.18. Penyusutan/Depresiasi Unit Pembangkit PLT Bayu Penusutan Metode Garis Lurus (Straight Line Depreciation /SLD) Harga Perolehan Nilai Sisa Umur Ekonomis Penyusutan per Tahun
3.355.000.000 0 25 tahun 134.200.000
TABEL DEPRESIASI Awal Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Depresiasi 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0
Total Akumulasi Penyusutan 0
Nilai Buku Aktiva 3.355.000.000
134.200.000
3.220.800.000
268.400.000
3.086.600.000
402.600.000
2.952.400.000
536.800.000
2.818.200.000
671.000.000
2.684.000.000
805.200.000
2.549.800.000
939.400.000
2.415.600.000
1.073.600.000
2.281.400.000
1.207.800.000
2.147.200.000
1.342.000.000
2.013.000.000
1.476.200.000
1.878.800.000
1.610.400.000
1.744.600.000
1.744.600.000
1.610.400.000
1.878.800.000
1.476.200.000
2.013.000.000
1.342.000.000
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0 134.200.00 0
2.147.200.000
1.207.800.000
2.281.400.000
1.073.600.000
2.415.600.000
939.400.000
2.549.800.000
805.200.000
2.684.000.000
671.000.000
2.818.200.000
536.800.000
2.952.400.000
402.600.000
3.086.600.000
268.400.000
3.220.800.000
134.200.000
3.355.000.000
0
(Sumber: Hasil Analisis, 2010) 4.3.6.
Biaya Gaji dan Biaya Perawatan Koperasi Serba Usaha (KSU) Surya Sejahtera adalah pengelola PLT
Bayu unit 1 dan unit 2 . KSU Surya Sejahtera memiliki pengurus dan staf teknisi dalam pelaksanaan aktivitasnya dan di gaji dari pendapatan koperasi. KSU Surya sejahtera disamping sebagai pengelola PLT Bayu juga mengelola usaha simpan pinjam serta penjualan sembako. Biaya gaji pengurus dan staf yang dibayarkan setiap bulannya tertera pada tabel 4.19 dengan asumsi kenaikan 10% tiap tahun. Tabel 4.19. Rincian Gaji Pengurus KSU Surya Sejahtera Jabatan Manajer Koperasi Sekretaris Koperasi Administrasi Teknisi
Jml 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang
Gaji/bln (Rp) 1.500.000,00 1.200.000,00 800.000,00 1.000.000,00
Total biaya gaji per tahun Beban biaya gaji dari operasional PLTB = 0,5 x total gaji
Jml (Rp) 1.500.000,00 1.200.000,00 800.000,00 1.000.000,00 4.500.000,00 54.000.000,00 27.000.000,00
(Sumber : Hasil Penelitian, 2010) Pada Tabel 4.19 tertera biaya gaji yang dibebankan dari pengelolaan PLT Bayu ditentukan setengah (0,5) dari keseluruhan biaya gaji per bulan. Hal ini ditentukan sesuai dengan proporsi pendapatan yang berimbang antara pendapatan dari pengelolaan PLT Bayu dengan pendapatan dari usaha simpan pinjam serta penjualan sembako yang dikelola oleh KSU Surya Sejahtera. KSU Surya sejahtera dikelola oleh 1 orang manejer, satu orang sekretaris, satu orang staf administrasi dan satu orang teknisi. Tabel 4.20. Biaya Gaji Pengurus KSU.Surya Sejahtera Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Biaya [Rp] 27.000.000,00 28.350.000,00 29.767.500,00 31.255.875,00 32.818.668,75 34.459.602,19 36.182.582,30 37.991.711,41 39.891.296,98 41.885.861,83 43.980.154,92 46.179.162,67 48.488.120,80
Tahun 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
Biaya [Rp] 50.912.526,84 53.458.153,18 56.131.060,84 58.937.613,89 61.884.494,58 64.978.719,31 68.227.655,28
2027 2028 2029 2030 2031
181.642.498,63 199.806.748,49 219.787.423,34 241.766.165,68 265.942.782,25
(Sumber : Hasil Analisis, 2010) Biaya perawatan unit PLT Bayu yang ditangani oleh langsung oleh koperasi meliputi pelumasan dan pengecatan tower serta rumah daya dengan alokasi biaya Rp. 2.000.000,00 tiap tahun per 1 unit PLT Bayu. Biaya perawatan/pemeliharaan diasumsikan naik 10% tiap tahun. 4.3.7.
Pajak
Pajak yang dikenakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Pasal 25 tentang PPh Wajib Pajak Badan. Besarnya pajak yang dikenakan sesuai dengan besarnya penghasilan kena pajak (PKP) seperti tertera pada lampiran... Tabel 4.22. Tarif PPh Pasal 25 Wajib Pajak Badan Penghasilan Kena Pajak Terendah Tertinggi 1.000,00 50.000.000,00 50.001.000,00 100.000.000,00 100.001.000,00
Tarif 10% 15% 30%
(Sumber : Undang-Undang Pajak) 4.3.8.
Model Aliran Kas (Cash Flow) Investasi PLT Bayu di Nusa Penida Data masukan yang telah diperoleh selanjutnya dimasukkan dalam matrik aliran kas. Aliran kas pada investasi PLT Bayu ini terdiri dari dua bagian yaitu :
a.
Kas Masuk (Cash In) Kas masuk merupakan jumlah penerimaan berupa pendapatan dari hasil penjualan tenaga listrik yang dihasilkan oleh unit PLT Bayu ke pada pihak PT. PLN per tahun selama umur investasi yaitu 25 tahun.
b.
Kas Keluar (Cash Out) Kas keluar merupakan biaya yang dikeluarkan mulai dari pengadaan unit PLT Bayu hingga pada masa operasi selama umur investasi. Kas keluar terdiri dari : 1.
Biaya pengadaan dan pemasangan (Install) unit PLT Bayu
2.
Pekerjaan Sipil, pengadaan dan pemasangan transformator.
3.
Pengadaan dan pemasangan transmisi tegangan menengah.
4.
Biaya Gaji/upah pengelolaan
5.
Biaya Pemeliharaan.
Model aliran kas akan dibuat beberapa variasi jumlah unit pembangkit yaitu : aliran kas untuk 1 unit pembangkit, aliran kas untuk 2 unit,aliran kas 5 unit pembangkit dan aliran kas untuk 9 unit pembangkit. Berdasarkan data-data masukan pada tabel-tabel tersebut di atas, selanjutnya dibuat matrik aliran kas (lihat lampiran.6 - 9) . Indikator yang dijadikan tolak ukur evaluasi investasi yaitu Net Present Value (NPV) dan Benefit Cost Ratio (BCR). Besarnya probabilitas/peluang terjadinya penyimpangan nilai dari indikator investasi yang dijadikan tolak ukur kelayakan investasi akan di simulasikan dengan program @ Risk. Keluaran (output) dari simulasi yang dilakukan adalah diagram/grafik nilai prosentase distribusi peluang /probabilitas terjadinya nilai dibawah batas kelayakan dan di atas batas kelayakan terhadap masing-masing indikator investasi tersebut di atas. Simulasi probabilitas kelayakan investasi PLT Bayu Nusa Penida disajikan pada tabel 4.23 di bawah ini. Tabel 4.23. Model Kelayakan Finansial Investasi PLT Bayu Model Cash Flow 1 Unit PLT Bayu 2 Unit PLT Bayu 5 Unit PLT Bayu 9 Unit PLT Bayu
Kontrol Investasi NPV BCR -2.187.681.356,46 0,35 -3.829.457.995,21 0,41 -8.299.577.006,13 0,49 -14.276.705.491,42 0,51
(Sumber : Hasil Analisis, 2010) Indikator kelayakan investasi yang ditunjukkan pada tabel 4.23 adalah tidak layak hal ini diindikasikan oleh :
1.
Net Present Value (NPV) yang diperoleh bernilai negatif dimana investasi dianggap layak jika NPV bernilai positif.
2.
BCR (Benefit Cost Ratio) diperoleh bernilai kurang dari nol(0) dimana BCR yang layak nilainya lebih dari 1. 4.3.9. Risk Analysis Aliran Kas (Cash Flow) Simulasi pada program @Risk akan menampilkan grafik/diagram sesuai
model aliran kas (cash flow) yang dibuat. Diagram yang dipilih untuk menganalisis kriteria penilaian investasi dari tiap model aliran kas yang dibuat adalah diagram Distribusi dan diagram Tornado. Diagram Distribusi menunjukkan besarnya probabilitas terhadap masingmasing kriteria investasi (Net Present Value dan Benefit Cost Ratio). Diagram Tornado memberikan keterangan bahwa semua variabel aliran kas memberikan pengaruh (korelasi dan sensitivitas) terhadap kriteria penilaian investasi yaitu NPV dan BCR pada masing-masing aliran kas yang dibuat. 4.3.9.1. Diagram Distribusi Berikut ini adalah gambar diagram distribusi tiap model aliran kas yang dianalisis dengan program @ Risk : Distribution for NPV A. 1.
X <=-2188160000
Aliran Kas Model 1 Unit PLT 53.57%Bayu 1
Model 1 Unit PLT Bayu X <=-978688.19 89.38%
NPV (Net Present Value) 0,8 Me a n = -1.8 8 8 8 79 E+0 9
0,6
0,4
0,2
0 -10
-8
-6
-4
-2
0
Values in Billions
2
4
6
8
10
Grafik 4.2 Distribusi NPV 1 Unit PLT Bayu (Sumber : Hasil analisis, 2010) Grafik 4.2 di atas menunjukkan bahwa investasi 1 unit PLT Bayu memiliki peluang sebagai berikut : a. Besar probabilitas NPV≤0 adalah 89,38% b. Besar probabilitas NPV>0 adalah 10,62% Sesuai dengan syarat dalam penilaian suatu investasi bahwa NPV harus bernilai positif, investasi 1 unit PLT Bayu di Nusa Penida memiliki peluang untung yang sangat kecil yaitu 4,10%. 2.
BCR (Benefit Cost Ratio) Distribution for BCR X <=0.35 53.97%
1
Model 1 Unit PLT Bayu
X <=1 89.38%
Mean = 0.4372091
0,8
0,6
0,4
0,2
0 -1
0
1
2
3
4
Grafik 4.3 Distribusi BCR Aliran Kas Model 1 Unit PLT Bayu (Sumber : Hasil analisis, 2010) Probabilitas peluang BCR≤1 adalah 89,38% sedangkan peluang BCR>1 adalah 10,62%, hal ini menunjukkan investasi ini tidak layak. B. 1.
Aliran Kas Model 2 Unit PLT Bayu NPV (Net Present Value)
Distribution for NPV X< =-3 8 2 9 45 7 9 9 8 .2 8 5 1.9 4%
1
Model 2 Unit PLT Bayu
X< =0 8 7 .2 %
Me a n = -3 .0 0 6 2 9 1E+0 9
0,8
0,6
0,4
0,2
0 -10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
Values in Billions
Distribution for BCR X <=0.43 52.02%
1
X <=1 87.2%
Grafik 4.4 Distribusi NPV Model 2 Unit PLT Bayu Mean = 0.5519686 ( Sumber : Hasil analisis, 2010)
0,8
2.
Model 2 unit PLT Bayu
BCR 0,6
(Benefit Cost Ratio)
0,4
0,2
0 -1
0
1
2
3
Grafik 4.5 Distribusi NPV Model 2 Unit PLT Bayu ( Sumber : Hasil analisis, 2010) C. 1.
Aliran Kas Model 5 Unit PLT Bayu NPV Distribution for NPV X <=-13689147392 5%
1
Model 5 unit PLT Bayu
X <=0 84.85%
Me a n = -6.0 8 67 49E+0 9
0,8
0,6
0,4
0,2
0 -20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Values in Billions
Distribution for BC X <=0.15 5%
1
Mean = 0.6312618 Grafik 4.6 Distribusi NPV Model 5 unit PLT Bayu (Sumber: Hasil analisis, 2010)
0,8
2.
BCR
R Model 5 unit PLT Bayu
X <=1 84.5703%
0,6
0,4
0,2
0 -1
0
1
2
3
4
5
D.
Grafik 4.7 Distribusi BCR Model 5 unit PLT Bayu (Sumber: Hasil analisis, 2010) Aliran Kas Model 9 Unit PLT Bayu 1.
NPV Distribution for NPV 1
Model 9 unit PLT Bayu
X <=18112548864 95%
X <=-14276709556.58 51.1982%
Me a n = -1.0 0 0 3 6 6 E+10
0,8
0,6
0,4
0,2
0 -50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Values in Billions
Distribution for BCR X <=0.51 51.4019%
1
Model 9 unit PLT Bayu
X <=1.63 95%
Grafik 4.8 Distribusi NPV Model 9 Unit PLT Bayu Mean = 0.654689
2.
0,8
BCR
0,6
0,4
0,2
0 0
1
2
3
4
5
Grafik 4.9 Distribusi BCR Model 9 Unit PLT Bayu (Sumber : Hasil analisis, 2010) Diagram distribusi dari model aliran kas yang tersebut di atas memberikan gambaran bahwa masing-masing model memiliki besar probabilitas yang berbeda terhadap NPV dan BCR , sehingga masing-masing model aliran kas (Cash flow) tersebut memiliki peluang
keuntungan maupun kerugian yang
berbeda. Rekapitulasi analisis dari Diagram Distribusi untuk NPV dan BCR masing-masing model aliran kas (cash flow) yang disajikan pada tabel 4.24. Tabel 4.24 Nilai Probabilitas NPV dan BCR Model Aliran Kas (Cash Flow) Aliran Kas 1 Unit PLT Bayu Aliran Kas 2 Unit PLT Bayu Aliran Kas 5 Unit PLT Bayu Aliran Kas 9 Unit PLT Bayu
Indikator Investasi NPV BCR Probabilitas Probabilitas Probabilitas Probabilitas NPV ≤ 0 NPV > 0 BCR ≤ 1 BCR >1 89,38%
10,62%
89,38%
10,62%
87,20%
12,80%
87,20%
12,,80%
84,85%
15,15%
84,57%
15,43%
84,04%
15,96%
84,70%
15,30%
(Sumber : Hasil analisis, 2010) Berdasarkan probabilitas indikator investasi (NPV dan BCR) tersebut pada tabel
4.24, bahwa mulai dari investasi 1 unit PLT Bayu sampai 9 unit PLT Bayu peluang keuntungannya finansialnya sangat kecil atau investasi PLT Bayu di Nusa Penida memiliki risiko yang besar. 4.3.9.2.
Diagram Tornado Diagram Tornado digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel
dari aliran kas (cash flow) terhadap NPV dan BCR, sebagai berikut : A. Aliran Kas Model 1 Unit PLT Bayu 1.
NPV (Net Present Value) Correlations for NPV
Model 1 Unit PLT Bayu 0,761
Tarif Dasar Listrik -0,512
Biaya administras & manajemen
-0,122
Nilai Investasi (Rp)
-0,088
Tingkat suku bunga (%)
0,072
Produksi Listrik -0,053
Biaya pemeliharaan
0,018
Pendapatan -1
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0
0,2
0,4
0,6
0,8
Correlation Coefficients
Diagram 4.1 Korelasi untuk NPV Model 1 unit PLT Bayu (Sumber : Hasil analisis, 2010) Pada diagram 4.1. menunjukkan hasil analisis korelasi dari variabel-variabel masukan terhadap NPV. Variabel yang berkorelasi positif yaitu: tarif dasar listrik
1
(TDL) dengan koefisien korelasi 0,761, produski listrik PLT Bayu sebesar 0.072 dan pendapatan PLT Bayu sebesar 0,018. Variabel yang berkorelasi negatif yaitu : nilai investasi dengan koefisien korelasi -0,122, biaya manajemen dan administrasi sebesar -0,512 , suku bunga -0,088, serta biaya pemeliharaan -0,053. Angka-angka pada masing-masing variabel masukkan menunjukkan
koefisien
regresi. Koefisien korelasi tarif dasar listrik paling besar yaitu 0,761, hal ini berarti kenaikan tarif dasar listrik memiliki hubungan yang paling kuat terhadap nilai NPV positif. B.
BCR (Benefit Cost Ratio) Correlations for BCR
Model 1 Unit PLT Bayu 0,77
Tarif Dasar Listrik -0,517
Biaya administrasi & manajemen
-0,089
Tingkat suku bunga
0,071
Produksi Listrik 1 unit PLT Bayu -0,055
Biaya pemeliharaan
0,018
Pendapatan 1unit PLTB -0,007
Nilai Investasi -1
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0
0,2
0,4
0,6
0,8
Correlation Coefficients
Diagram 4.2 Korelasi untuk BCR Model 1 unit PLT Bayu (Sumber : Analisis, 2010) Pada diagram 4.2. menunjukkan hasil analisis korelasi dari variabel-variabel masukan terhadap nilai BCR. Variabel yang berkorelasi positif paling menentukan nilai BCR adalah tarif dasar listrik (TDL) dengan koefisien korelasi sebesar 0,77,
1
produksi listrik PLT Bayu sebesar 0,071, dan pendapatan PLT Bayu sebesar 0,018. Variabel masukan yang berkorelasi negatif paling besar yaitu: biaya administrasi dan manajemen dengan koefisien korelasi sebesar -0,517, tingkat suku bunga sebesar -0,089, biaya pemeliharaan sebesar -0,055 dan nilai investasi sebesar -0,007.
C. Aliran Kas Model 2 Unit PLT Bayu 1.
NPV (Net Present Value) Correlations for NPV
Model 2 Unit PLT Bayu 0,892
Tarif Dasar Listrik -0,348
Tingkat suku bunga Biaya administrasi & manajemen
-0,157
Pendapatan
0,103 -0,024
Biaya pemeliharaan
0,017
Produksi Listrik -1
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0
0,2
0,4
0,6
0,8
Correlation Coefficients
Diagram 4.3. Korelasi NPV Aliran Kas Model 2 Unit PLT Bayu (Sumber : Hasil analisis, 2010) Pada diagram 4.3 di atas ini menunjukkan hasil analisis korelasi dari variabelvariabel masukan terhadap nilai NPV untuk investasi 2 unit PLT Bayu. Variabel yang berkorelasi positif paling menentukan nilai NPV adalah tarif dasar listrik
1
(TDL) dengan koefisien korelasi sebesar 0,892, pendapatan PLT Bayu sebesar 0,103, dan produksi listrik PLT Bayu sebesar 0,017. Variabel masukan yang berkorelasi negatif paling besar yaitu: tingkat suku bunga dengan koefisien korelasi sebesar -0,348, biaya administrasi dan manajemen sebesar -0,157, biaya pemeliharaan sebesar -0,024. Nilai koefisien korelasi menunjukkan tingkat hubungan masing-masing varibel terhadap capaian nilai NPV.
2.
BCR (Benefit Cost Ratio) Correlations for BCR
Model 2 unit PLT Bayu 0,892
Tarif Dasar Listrik -0,348
Tingkat suku bunga
-0,157
Biaya administrasi & manajemen
0,103
Pendapatan -0,024
Biaya pemeliharaan
0,017
Produksi Listrik -1
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0
0,2
0,4
0,6
0,8
Correlation Coefficients
Diagram 4.4 Korelasi BCR Model 2 unit PLT Bayu (Sumber : Hasil analisis, 2010) Pada diagram 4.4 di atas ini menunjukkan hasil analisis korelasi dari variabelvariabel masukan terhadap nilai BCR untuk investasi 2 unit Pembangkit Listrik Tenaga Bayu. Variabel yang berkorelasi positif paling menentukan nilai BCR adalah tarif dasar listrik (TDL) dengan koefisien korelasi sebesar 0,892, pendapatan PLT Bayu sebesar 0,103, dan produksi listrik PLT Bayu sebesar 0,017. Variabel masukan yang berkorelasi negatif paling besar yaitu: tingkat suku bunga dengan koefisien korelasi sebesar -0,348, biaya administrasi dan manajemen sebesar -0,157, biaya pemeliharaan sebesar -0,024. Nilai koefisien korelasi menunjukkan tingkat hubungan masing-masing varibel terhadap capaian nilai BCR.
1
D.
Aliran Kas Model 5 Unit PLT Bayu 1. NPV (Net Present Value) Correlations for NPV
Model 5 unit PLT Bayu 0,893
Tarif Dasar Listrik -0,362
Tingkat Suku Bunga
0,126
Pendapatan -0,087
Biaya Administrasi & Manajemen
-0,015
Biaya Pemeliharaan
0,012
Produksi Listrik -1
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
Correlation Coefficients
Diagram 4.5 Korelasi NPV Aliran Kas Model 5 unit PLT Bayu (Sumber: Hasil analisis, 2010) 2. BCR (Benefit Cost Ratio) Correlations for BCR
Model 5 unit PLT Bayu 0,893
Tarif Dasar Listrik -0,362
Suku Bunga
0,126
Pendapatan PLT Bayu -0,087
Biaya Administrasi & Manajemen
-0,015
Biaya Pemeliharaan
0,012
Produksi Listrik -1
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0
0,2
0,4
Correlation Coefficients
Diagram 4.6 Korelasi BCR Model 5 unit PLT Bayu (Sumber : Hasil analisis, 2010)
0,6
0,8
1
D. Aliran Kas Model 9 Unit PLT Bayu 1.
NPV (Net Present Value) Correlations for NPV
Model 9 unit PLT Bayu 0,891
Tarif Dasar Listrik -0,388
Tingkat suku bunga
0,114
Pendapatan -0,048
Biaya Pemeliharaan
-0,035
Biaya administrasi & manajemen
0,001
Produksi Listrik -1
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
Correlation Coefficients
Diagram 4.7 Korelasi NPV Model 9 Unit PLT Bayu (Sumber : Hasil analisis, 2010) 2.
BCR (Benefit Cost Ratio) Correlations for BCR
Model 9 unit PLT Bayu 0,891
Tarif Dasar Listrik Tingkat suku bunga
-0,388 0,114
Pendapatan Biaya Pemeliharaan
-0,048 -0,035
Biaya Administrasi & Manajemen Produksi Listrik
0,001 -1
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0
0,2
0,4
Correlation Coefficients
Diagram 4.8 Korelasi BCR Model 9 Unit PLT Bayu (Sumber : Hasil analisis, 2010)
0,6
0,8
1
Tabel 4.25 Koefisien Korelasi Variabel Terhadap NPV Nilai Koefisien Korelasi terhadap NPV Variabel yang berpengaruh
1 Unit PLT Bayu
2 Unit PLT 5 Unit PLT 9 Unit PLT Bayu Bayu Bayu
Korelasi positif: 1. Tarif dasar listrik (TDL)
0,761
0,892
0,893
0,891
2. Pendapatan
0,018
0,103
0,126
0,114
3. Produksi Listrik
0,072
0,017
0,012
0,001
1. Biaya Manajemen & Administrasi
- 0,512
- 0,142
-0, 087
-0,035
2.Tingkat Suku Bunga 3. Biaya Pemelihanaan
-0,088
-0,213
-0,362
-0,388
-0,053
-0,142
-0,015
-0,048
Korelasi negatif :
(Sumber : Hasil analisis, 2010) Tabel 4.26 Koefisien Korelasi Variabel Terhadap BCR Nilai Koefisien Korelasi terhadap BCR Variabel yang berpengaruh
1 Unit PLT Bayu
2 Unit PLT 5 Unit PLT 9 Unit PLT Bayu Bayu Bayu
Korelasi positif: 1.Tarif dasar listrik (TDL)
0,801
0,892
0,893
0,891
2. Pendapatan
0,073
0,103
0,126
0,114
3. Produksi Listrik
0,001
0,017
0,012
0,001
3. Biaya Manajemen & Administrasi
- 0,262
- 0,142
-0, 087
-0,035
4. Tingkat Suku Bunga 3. Biaya Pemeliharaan
-0,156
-0,213
-0,362
-0,388
-0,031
-0,142
-0,015
-0,048
Korelasi negatif :
(Sumber : Hasil analisis, 2010) Berdasar tabel 4.24 dan tabel 4.25 ditunjukkan bahwa produksi PLT Bayu menunjukkan korelasi yang rendah, sehingga hal ini berpengaruh terhadap pendapatan. Pendapatan akan meningkat apabila didukung oleh tarif dasar listrik
yang signifikan, dimana produksi tidak bisa ditentukan dengan target tertentu karena bergatung sepenuhnya pada kondisi alam. Faktor suku bunga, biaya manajemen dan administrasi (gaji) dan biaya pemeliharaan berkorelasi negatif namun tidak signifikan berpengaruh pada kelayakan indikator investasi (NPV dan BCR). Kenaikan tarif dasar listrik merupakan salah satu alternatif yang menentukan kelayakan investasi PLT Bayu dari sisi finansial atau keuangan, hal dapat dilakukan dengan meninjau kembali MoU antara PT. PLN (Persero) dengan KSU Surya Sejahtera. 4.4.
Mitigasi Risiko (Mitigation Risk) Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi risiko yang muncul disebut
tindakan mitigasi/penanganan risiko. Risiko-risiko dengan katagori tidak dapat diterima (unacceptable), tidak diharapkan (undiserable) memerlukan perhatian lebih lanjut karena risiko-risiko ini akan mempunyai dampak signifikan terhadap investasi Pembangkit Tenaga Bayu di Nusa Penida. Risiko dengan katagori dapat diterima (acceptable) dan risiko dapat diabaikan (negligible) secara teoritis tidak memerlukan tindakan mitigasi, karena risiko tersebut dapat ditahan (retention risk), diabaikan dan tidak memerlukan pertimbangan yang cukup besar. 4.4.1. Mitigasi Terhadap Risiko Mayor (Major Risk). Hasil analisis risiko kualitatif pada investasi PLT Bayu ini diperoleh risiko mayor (major risk) dengan katagori tidak dapat diterima (unacceptable) sebagnyak 3 jenis risiko dan tidak diharapkan (undesirable) sebanyak 8 jenis risiko, mitigasi masing-masing risiko disajikan pada tabel 4.27 berikut. Tabel 4.27 Tindakan Mitigasi Pada Risiko Investasi PLT Bayu di Nusa Penida.
N o
Jenis Risiko
Tingkat Penerimaan Risiko
Kecepatan hembusan angin berubah- Unacceptable 1.1 ubah sehingga produksi tenaga (Tidak dapat listrik PLTB tidak setabil. diterima)
Pemilihan peralatan PLT Bayu 4.5 kurang sesuai dengan kondisi di Nusa Penida.
Undesirable (Tidak diharapkan)
Spesifikasi baling-baling kurang 4.6 sesuai dengan kondisi kecepatan angin di Puncak Mundi.
Undesirable (Tidak diharapkan)
Kapasitas PLTB belum bisa 5.1 memenuhi kebutuhan pelanggan/ masyarakat.
Undesirable (Tidak diharapkan)
Kurangnya pesaing dalam usaha kelistrikan sehingga pengembangan 5.2 pembangkit dengan energi alternatif belum berkembang
Undesirable (Tidak diharapkan)
Kenaikan suku bunga bank yang 6.1 menyebabkan kerugian pengelolaan PLTB
Undesirable (Tidak diharapkan)
Mitigasi (Mitigation) Menyesuaikan jenis dan tipe baling-baling sehingga mampu menghasilkan listrik sesuai dengan daya mampu PLT Bayu = 80 kw. Lakukan Modifikasi terhadap Peralatan/komponen pendukung PLT Bayu sehingga dapat beroperasi dengan baik sesuai dengan kondisi riil yang ada di Puncak Mundi Nusa Penida. Tipe dan ukuran jari-jari baling-baling harus di disesuaikan dengan kondisi kecepatan hembusan angin yang terjadi di Nusa Penida Pengembangan PLT Bayu untuk memenuhi kebutuhan energi listrik masyarakat di Nusa penida, memerlukan kerja sama disertai komitmen dari pihak-pihak terkait. PT. PLN harus melakukan studi/penelitian berkelanjutan untuk pengembangan pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan (renewable energy) , sehingga sumber energi listrik di Nusa Penida tidak hanya bergantung pada pembangkit dengan sumber energi fosil (BBM) Manajemen operasional dan perawatan harus dilaksanakan dengan baik sehingga biaya operasional dan perawatan dapat diefisienkan
Tabel 4.27 Tindakan Mitigasi Pada Risiko Investasi PLT Bayu di Nusa Penida. (lanjutan) N o
Jenis Risiko
Tingkat Penerimaan Risiko
Rendahnya tingkat keuntungan Unacceptable akibat kapasitas pembangkitan 7.1 (Tidak dapat tenaga listrik PLT Bayu yang belum diterima) maksimal.
Tarif/Harga jual listrik PLTB masih 7.2 rendah.
Unacceptable (Tidak dapat diterima)
Kualitas peralatan Unit Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang tidak 8.1 sesuai dengan kondisi angin di Puncak Mundi sehingga tidak bisa beroperasi optimal.
Undesirable (Tidak diharapkan)
Kurangnya kemampuan SDM sehingga perlu waktu yang lama 9.2 untuk menangani perawatan dan perbaikan unit PLT Bayu .
Undesirable (Tidak diharapkan)
Seringnya terjadi kerusakan Auto 9.4 Voltage Regulator (AVR) sehingga biaya perbaikan meningkat.
Undesirable (Tidak diharapkan)
Mitigasi (Mitigation) Biaya pengelolaan PLT Bayu harus diefisienkan, namun perawatan terhadap kondisi fisik unit pembangkit harus dilakukan dengan baik sehingga kondisi PLT Bayu selalu dapat beroperasi dengan baik. Biaya produksi listrik 1 Unit PLT Bayu = Rp.1700 per kwh, sedangkan harga jual ke PT.PLN saat ini = Rp.700 per kwh, harga jual listrik ke pada PT PLN perlu ditinjau kembali. Kualitas unit pembangkit serta seluruh komponen teknis unit Pembangkit PLT Bayu harus baik sehingga mampu bertahan pada kondisi udara yang lembab dan korosif sehingga mampu bertahan lama sesuai batas umur investasi. Kualitas yang baik diharapkan mampu beroperasi dan berproduksi sesuai dengan spesifikasi teknis yang direncanakan yaitu 80 kw. Pelatihan (Training) staff teknisi pada penguasaan teknik serta sistem operasi PLT Bayu harus dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. Perlu ditambahkan unit penyimpan arus yang lebih besar pada unit PLT Bayu.
(Sumber : Hasil Analisis, 2010)
4.4.2.
Mitigasi Terhadap Hasil Analisis Risiko Kuantitatif. Berdasarkan analisis korelasi yang telah dilakukan diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap NPV dan BCR yang layak adalah tarif dasar listrik (tarif harga jual listrik PLT Bayu). Simulasi aliran kas penyesuaian tarif dalam hal ini adalah biaya produksi listrik PLT Bayu, selengkapnya lihat lampiran 10 - 17. Berdasarkan simulasi aliran kas dengan program Excel maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.28 Penyesuaian Biaya Produksi terhadap NPV dan BCR Model Cash Flow 1 Unit PLT Bayu 2 Unit PLT Bayu 5 Unit PLT Bayu 9 Unit PLT Bayu 20 Unit PLT Bayu 30 Unit PLT Bayu 40 Unit PLT Bayu 50 Unit PLT Bayu
Biaya Produksi (Rp/Kwh) 1.700,00 1.600,00 1.500,00 1.450,00 1.450,00 1.450,00 1.450,00 1.450,00
Kontrol Investasi NPV (Rp) 87.750.304,93 177.764.220,66 472.835.353,49 465.543.615,83 1.584.267.706,43 2.565.310.913,51 3.546.354.120,60 4.527.397.327,68
BCR
Peluang NPV > 0
Peluang BCR > 1
1,03 1,03 1,03 1,02 1,02 1,03 1,03 1,03
65,85% 51,12% 50,71% 50,50% 50,79% 50,35% 50,26% 50,00%
57,66% 51,31% 50,75% 50,63% 50,54% 50,61% 50,37% 50,08%
(Sumber : Hasil Olah Data, 2010) Tabel 4.28 di atas memperlihatkan bahwa biaya produksi listrik minimal yang dihasilkan oleh Unit Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Nusa Penida berkisar antara 1.450 rupiah per Kwh sampai 1.700 rupiah per Kwh. Hasil penelitian dan kajian ini hanya sebagai rekomendasi berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Pertimbangan dan pengambilan keputusan sepenuhnya merupakan kebijakan dari pihak PT. PLN (Persero) Distribusi Bali, Pemerintah Daerah Klungkung dan KSU. Surya Sejahtera. Sebagai pembanding biaya produksi PLT Bayu, berikut ini penetapan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik oleh pemerintah.
Pemerintah menetapkan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik yang disediakan PT PLN (persero) sebagai acuan penghitungan harga listrik dari panas bumi dan energi terbarukan. Aturan tersebut ditetapkan melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 269-12/26/600.3/2008 tentang biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik tahun 2008 yang disediakan oleh PT.PLN, yang ditandatangani Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi (LPE) pada 9 Juni 2008. Tabel 4.29. Harga Pokok Penyediaan Listrik dari Panas Bumi dan Energi Terbarukan di Indonesia Provinsi /Daerah Wilayah Distribusi
Harga Pokok Penyediaan (HPP) Listrik Tegangan Tegangan Tegangan Tinggi Menengah Rendah (Rp/kwh) (Rp/kwh) (Rp/kwh) 1.891 2.158 2.603 1.891 1.984 2.603 565 790 1.044 565 667 869 565 1.164 1.443 565 667 860 1.998 2.476 2.998 1.148 1.611 1.998 1.732 1.965 2.260 2.312 2.546 3.143
1. Nangroe Aceh Darussalam 2. Sumatra Utara 2 Sumatra Barat 3 Sumsel, Jambi, Bengkulu 4. Riau 5. Lampung 6. Sistem Bangka Belitung 7. Sistem Kaltim dan Kalteng 8. Sistem Kalimatan Timur 9. Sistem Kalimantan Barat 10. Sistem Sulawesi Utara, Sulteng 974 dan Gorontalo 11. Sistem Sulsel, Sulbar dan 1.103 Sulawesi Tenggara 12. Sistem Maluku dan Maluku Utara 1.103 13. Sistem Papua 14. Sistem Nusa Tenggara Barat 15. Sistem Nusa Tenggara Timur 16. Sistem Bali 783 17. Sistem Jawa Timur 783 18. Sistem Jawa Tengah dan DIY 783 19. Sistem Jawa Barat dan Banten 783 20. Sistem DKI Jakarta dan 783 Tanggerang (Sumber : PT.PLN (Persero), 2008)
1.678
2.063
1.249
1.505
2.320 2.526 2.289 2.433 859 855 849 853
2.919 3.192 2.743 3.072 1.012 1.030 1.011 1.024
850
1.005
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
1.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis risiko investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Nusa Penida yang telah dilakukan pada Bab IV sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Risiko mayor yang termasuk katagori tidak dapat diterima (Unacceptable) ada dua jenis risiko dengan proporsi 4,44 % yaitu : Kecepatan hembusan angin berubah-ubah sehingga produksi tenaga listrik PLTB tidak setabil dan Tarif/Harga jual listrik PLTB masih rendah. Risiko tidak diharapkan ada 4 jenis dengan proporsi 8,89% yaitu : Kapasitas PLTB belum bisa memenuhi kebutuhan pelanggan/masyarakat, kurangnya pesaing dalam usaha kelistrikan sehingga pengembangan pembangkit dengan energi alternatif belum berkembang , rendahnya tingkat keuntungan akibat kapasitas pembangkitan tenaga listrik PLT Bayu yang belum maksimal dan kualitas peralatan unit Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang tidak sesuai dengan kondisi angin di Puncak Mundi sehingga tidak bisa beroperasi optimal. Proporsi jenis risiko yang termasuk risiko mayor adalah 13,33% sedangkan yang tidak termasuk risiko mayor adalah 86,67 %.sedangkan proporsi jenis risiko yang termasuk. Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa kondisi PLT Bayu saat ini secara teknis mampu beroperasi dan menghasilkan energi listrik, namun belum mampu menghasilkan tenaga listrik yang optimal. Kapasitas daya mampu
satu unit PLT Bayu adalah 80 kw sedangan daya listrik rata-rata yang dihasilkan periode 2007 – 2009 adalah
62.835,40 kwh pada 8640 jam
operasi = 7,2 kw. 2.
Analisis risiko finansial investasi PLT Bayu berdasarkan indikator investasi yaitu BCR dan NPV adalah belum mencapai batas kelayakan, apabila harga jual listrik yang dihasilkan PLT Bayu per kwh saat ini adalah 700 rupiah, sesuai kesepakatan antara pihak PT. PLN Unit Jaringan Nusa Penida dengan KSU Surya Sejahtera. Risikonya investasinya adalah sebagai berikut : a.
Investasi 1 unit PLT Bayu memiliki probabilitas NPV ≤ 0 sebesar
89,38% sedangkan NPV > 0 peluangnya 10,62%, untuk BCR ≤ 1 peluangnya 89,38% dan BCR >1 peluangnya sebesar 10,62%. b.
Investasi 2 unit PLT Bayu memiliki probabilitas NPV ≤ 0 sebesar
87,20% sedangkan NPV > 0 peluangnya 12,80%, untuk BCR ≤ 1 peluangnya 87,20% dan BCR >1 peluangnya sebesar 12,80%. c.
Investasi 5 unit PLT Bayu memiliki probabilitas NPV ≤ 0 sebesar
87,93% sedangkan NPV > 0 peluangnya 12,27%, untuk BCR ≤ 1 peluangnya 79,61% dan BCR >1 peluangnya sebesar 20,39%. d.
Investasi 10 unit PLT Bayu memiliki probabilitas NPV ≤ 0 sebesar
84,04% sedangkan NPV > 0 peluangnya 15,96%, untuk BCR ≤ 1 peluangnya 84,70% dan BCR >1 peluangnya sebesar 15,30%. Investasi PLT Bayu di Nusa Penida akan memenuhi syarat kelayakan apabila tarif harga jual listrik disesuaikan dengan biaya produksi minimal berkisar antara antara 1.550 rupiah per Kwh sampai 1.750 rupiah per Kwh.
3.
Spesifikasi
teknis
Pembangkit
Listrik
Tenaga
Bayu
yang
akan
diimpelentasikan di Bukit Mundi Kecamatan Nusa Penida selayaknya didasarkan pada kondisi riil atas syarat-syarat awal yang harus dipenuhi, misalnya kondisi kecepatan hembusan angin sehingga bentuk atau spesifikasi baling-baling harus menyesuaikan dengan kondisi angin yang ada. Kualitas
Unit
Pembangkit
PLT
Bayu
beserta
seluruh
komponen
pendukungnya harus memiliki kualitas yang baik sehingga mampu bertahan dengan baik pada kondisi udara yang lembab dan korosif. Harga jual listrik PLT Bayu selayaknya disesuaikan batas minimal biaya produksi sehingga iInvestasi PLT Bayu dapat terus dikembangkan untuk kepentingan masa depan. 3.1. Saran Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang telah dibuat maka saran yang dapat disampaikan dalam hal ini adalah sebagai berikut: 1. Aspek manajerial dalam hal pengelolaan suatu kegiatan investasi khususnya PLT Bayu harus dilakukan dengan profesional baik dilingkungan internal maupun eksternal dalam hal ini antara Pemerintah Daerah Klungkung, Kementerian ESDM serta Departemen/Instansi terkait lainnya. 2. Investasi PLT Bayu di Nusa Penida ditinjau dari sisi keuntungan finansial untuk saat ini memang belum layak, namun disisi lain ada manfaat sebagai media pembelajaran bagi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, khususnya PT. PLN (Persero) untuk mengadopsi serta mengembangkan teknologi pembangkit yang bersumber dari energi terbarukan yaitu energi
angin. PLT Bayu merupakan jenis pembangkit yang ramah lingkungan karena tidak meyebabkan polusi udara sehingga sangat sesuai dengan slogan “Bali Go Green” yang sedang diwacanakan.
DAFTAR PUSTAKA
AJ Bali Timur, 2007a. Data-Data Pengusahaan PLTD dan PLTB di UJ Nusa Penida, Klungkung . DWIA (Danish Wind Industry Association), 2003c. Annual Energy Output from a Wind Turbine [online]. Darmawi, H., 2004. Manajemen Risiko. Jakarta : Bumi Aksara, Jakarta. Flanagan. R dan George Norman (1993), Risk Management and Construction, Blackweell Science, Australia. Freris.L.L, 1990. Wind Energy Conversion Systems. London : Prentice Hall Godfrey. Patrick S, Sir William Halcrow and Partners Ltd. 1996. Control of Risk. A Guideto the Systemtic Management of Risk from Construction. Westminster London : Construction Industry Research and Information Association (CIRIA). Gaspersz. Vincent. 1990. Analisis Kuantitatif untuk Perencanaan, Transito, Bandung. Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Bumi Aksara, Jakarta. Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi, PT. Salemba Emban Patria, Jakarta. Kerzner, H. 1995. Project Management, A System Approach To Planning, Schedulling and Controlling. Fith edition. New York : Van Nostrand reinhold. Prayitno Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS untuk Analisis Data & Uji Statistik, MediaKom, Jakarta.
Palisade Corporation, 2002, Risk Analysis and Simulation Add-In for Microsoft Excel Version 4.51, Newfield, NY USA. Soeharto, Imam 1995, Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, Erlangga, Jakarta. Soleh, Zanbar Ahmad. 2005, Ilmu Statistika Pendekatan Teoritis dan Aplikatif disetai Contoh Penggunaan SPSS, Rekayasa Sains, Bandung. 2009, Jurnal Bumi Lestari, Volume 9: 263-267.
Lampiran 1. Sumber risiko Sumber Risiko
Perubahan dan ketidakpastian karena:
Politik
Kebijaksanaan
pemerintah,
(political)
ideologi, peraturan, kekacauan (perang, terorisme, kerusuhan)
Lingkungan
Kontaminasi tanah atau polusi, kebisingan, perijinan, pendapat
(environment)
publik,
Perencanaan
persyaratan dampak lingkungan Persyaratan perijinan, kebijaksanaan dan praktek, tata guna
(planning) Pemasaran
lahan, dampak sosial ekonomi, pendapat publik Permintaan (perkiraan), persaingan, kepuasan konsumen
(market) Ekonomi (Economic)
Kebijaksanaan keuangan, pajak, biaya, inflasi, suku bunga, nilai tukar uang.
kebijakan
internal,
pendapat
peraturan
publik,
perubahan
lingkungan
atau
Keuangan (Financial)
Kebangkrutan, tingkat keuntungan, asuransi, pembagian risiko
Alami (Natural)
Kondisi tak terduga, cuaca, gempa bumi, kebakaran, penemuan purbakala
Proyek (Project)
Teknis (Technical)
Definisi, strategi pengadaan, persyaratan untuk kerja, standar, kepemimpinan, organisasi (kedewasaan, komitmen, kompetensi, dan pengalaman), perencanaan dan kontrol kualitas, rencana kerja, tenaga kerja dan sumber daya, komunikasi dan budaya Kelengkapan/kecukupan desain, efisiensi operasional, ketahanan uji
Manusiawi (Human)
Kesalahan, tidak kompeten, ketidak tahuan, kepayahan, kemampuan komunikasi, budaya, bekerja malam hari.
Kriminal (Criminal)
Kurangnya keamanan, perusakan, pencurian, penipuan, korupsi.
Keselamatan (Safety)
Peraturan kesehatan dan keselamatan kerja, bahan berbahaya tabrakan/benturan, keruntuhan, banjir, kebakaran dan ledakan (Sumber : Godfrey, 1996)
Lampiran 2. Kuisioner PROGRAM MAGISTER – MANAJEMEN KONSTRUKSI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS UDAYANA 1. Identitas Responden Nama : .............................................................................. Jenis Kelamin : L/P Umur : ...........tahun Alamat : ............................................................................ Pekerjaan : ............................................................................. Instansi/Kantor : ............................................................................. Jabatan : ............................................................................. Tanda Tangan : ....................................................... 2. Petunjuk Pengisian Kuisioner a. Bacalah jenis risiko (kolom 2) b. Isilah jawaban anda pada kolom 3 sesuai jawaban yang telah disediakan dengan tanda silang (X). Petunjuk penilaian untuk jawaban sebagai berikut: Pilihan Jawaban Sangat Sering Sering Kadang-kadang Jarang Sangat Jarang
Prosentase kejadiannya antara 80% s.d 100% antara 60% s.d 80% antara 40% s.d 60% antara 20% s.d 40% antara 0% s.d 20%
Skor 5 4 3 2 1
c. Isilah jawaban anda pada kolom 4 sesuai jawaban yang telah disediakan dengan tanda silang (X). Petunjuk penilaian untuk jawaban sebagai berikut: Pilihan Jawaban Sangat besar Besar Sedang Kecil Sangat kecil
Prosentase Akibat Terjadinya Risiko (P) P≥80% 45% ≤ P <80% 15% ≤ P <45% 5% ≤ P <15% 0% ≤ P <5%
Skor 5 4 3 2 1
d. Jika menurut bapak/ibu ada jenis risiko yang belum teridentifikasi pada kolom 2, bapak/ibu dapat mengisi/menuliskan pada baris kosong dari kolom 2 yang telah disediakan. e. Pengisian Kolom 5 : berdasarkan risiko yang teridentifikasi pada kolom 1, responden diminta mengisi/menambahkan tindakan penanganan/mitigasi yang bisa dilakukan untuk mengurangi akibat/konsekuensi dari risiko pada kolom 1. Terima kasih disampaikan kepada bapak/ibu yang telah berkenan mengisi lembar kusioner ini dengan baik. Peran serta bapak/ibu dalam pengisian kuisioner ini akan sangat membantu penyelesaian penelitian ini dengan baik.
Kolom1
Kolom 2
Sumber Risiko
Jenis Risiko Pernyataan 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
1. Alam
1.6 1.7 1.8
2.1 2.2 2. Politik
2.3 2.4
Kecepatan hembusan angin berubah-ubah sehingga produksi tenaga listrik PLTB tidak stabil. PLTB rusak akibat tersambar petir
PLTB rusak karena hujan deras Tower PLTB Tumbang Korosi menurunkan umur ekonomis alat/peralatan PLTB PLTB rusak karena diterjang angin puting beliung Perubahan arah angin mengganggu kesetabilan produksi tenaga listrik PLTB. Udara yang lembab menggangu kerja sistem kontrol PLT Bayu
Pergantian pemimpin daerah sehingga kurangnya perhatian pemerintah daerah Klungkung terhadap pengembangan PLTB. Pergantian Pimpinan PT. PLN Bali yang menyebabkan perubahan kebijakan atau penghentian operasional PLTB. Pergantian pimpinan KSU Surya Sejahtera dan PT PLN Bali sehingga kerjasama pengelolaan PLTB dihentikan. Subsidi PLTD dihentikan sehingga PLT Bayu harus dikembangkan.
Kolom 3 Seberapa sering terjadinya jenis risiko sesuai pernyataan kolom 2 Jawaban Anda 1 2 3 4 5
Kolom 4 Kolom 5 Seberapa besar akibat dari Jenis Penanganan/ jenis risiko kolom 2 pada Mitigasi Investasi PLTB Jawaban Anda 1 2 3 4 5
Kolom1
Kolom 2
Sumber Risiko
Jenis Risiko Pernyataan 3.1 3.2 3.3
3.4 3. Lingkungan
4.1 4.2 4. Perencanaan
4.3 4.4 4.5 4.6 4.7
Kebisingan akibat suara baling-baling kincir angin Keberatan warga sekitar dengan keberadaan PLTB Terganggunya lingkungan hidup disekitar area PLTB Pemasangan PLTB mengurangi keindahan panorama lingkungan di Puncak Mundi.
Sulitnya ijin pembangunan PLTB yang menghambat pengembangan PLTB di Nusa Penida. Alih fungsi lahan pertanian/perkebunan warga untuk lokasi PLTB Pembebasan lahan PLTB yang merugikan warga pemilik lahan Keberadaan PLTB merugikan warga di sekitar lokasi PLTB Pemilihan peralatan PLT Bayu kurang sesuai dengan kondisi di Nusa Penida. Spesifikasi baling-baling kurang sesuai dengan kondisi kecepatan angin di Puncak Mundi. Ketinggian tower PLTB belum sesuai dengan kondisi geografis puncak Mundi sehingga baling-baling tidak mampu berputar dengan optimal.
Kolom 3 Seberapa sering terjadinya jenis risiko sesuai pernyataan kolom 2 Jawaban Anda 1 2 3 4 5
Kolom 4 Kolom 5 Seberapa besar akibat dari Jenis Penanganan/ jenis risiko kolom 2 pada Mitigasi Investasi PLTB Jawaban Anda 1 2 3 4 5
Kolom1
Kolom 2
Sumber Risiko
Jenis Risiko Pernyataan
5. Pemasaran
5.1
Kapasitas PLTB belum bisa memenuhi kebutuhan pelanggan/masyarakat.
5.2
Kurangnya pesaing dalam usaha kelistrikan sehingga pengembangan pembangkit dengan energi alternatif belum berkembang.
6.1 6. Ekonomi
6.2
7.1 7. Keuangan
7.2
8.1 8. Proyek
8.2 8.3
Kenaikan suku bunga bank yang menyebabkan kerugian pengelolaan PLTB Tingginya nilai tukar rupiah dengan dollar sehingga biaya perawatan atau suku cadang meningkat. Rendahnya tingkat keuntungan akibat kapasitas pembangkitan tenaga listrik PLT Bayu yang belum maksimal. Tarif/Harga jual listrik PLTB masih rendah. Kualitas peralatan Unit Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang tidak sesuai dengan kondisi angin di Puncak Mundi sehingga tidak bisa beroperasi optimal. Terbatasnya kemampuan sumber daya manusia dalam menangani kerusakan sistem kontrol PLTB.
Terlambatnya waktu kedatangan alat/suku cadang akibat jalur transpostasi yang sulit dan terbatas.
Kolom 3 Seberapa sering terjadinya jenis risiko sesuai pernyataan kolom 2 Jawaban Anda 1 2 3 4 5
Kolom 4 Kolom 5 Seberapa besar akibat dari Jenis Penanganan/ jenis risiko kolom 2 pada Mitigasi Investasi PLTB Jawaban Anda 1 2 3 4 5
Kolom1
Kolom 2
Sumber Risiko
Jenis Risiko Pernyataan 9.1 9.2
9. Teknis
9.3 9.4
Kesalahan seting kontrol operasi PLTB sehingga mengalami gangguan. Ketergantungan teknisi dari pihak suplayer sehingga 10.2 perlu waktu yang relatif lama dalam penanganan ganguan sistem PLTB. 10.1
10. Manusia
Kurangnya perawatan PLTB sehingga timbul kerusakan yang menggangu produktivitas PLTB. Kurangnya kemampuan SDM sehingga perlu waktu yang lama untuk menangani perawatan dan perbaikan unit PLTB . Sistem operasional perawatan dan perbaikan yang tidak efisien sehingga menimbulkan biaya yang tinggi. Seringnya terjadi kerusakan Auto Voltage Regulator (AVR) sehingga biaya perbaikan meningkat.
Kolom 3 Seberapa sering terjadinya jenis risiko sesuai pernyataan kolom 2 Jawaban Anda 1 2 3 4 5
Kolom 4 Kolom 5 Seberapa besar akibat dari Jenis Penanganan/ jenis risiko kolom 2 pada Mitigasi Investasi PLTB Jawaban Anda 1 2 3 4 5
Kolom1
Kolom 2 Jenis Risiko
Sumber Risiko
11.1 11.2 11. Kriminal
11.3 11.4
Kolom 3 Seberapa sering terjadinya jenis risiko Butir r p KeteraButir r sesuai pernyataan Kuesioner ngan Kuesioner 2 ke 24 0,937 Butir ke 1 0,818 0,004 validkolom Butir Pernyataan Jawaban Anda Butir ke 2 0,946 0,000 valid Butir ke 25 0,884 1 2 3 4 5 Butir ke 3 0,728 0,017 valid Butir ke 26 0,789 Terjadinya pencurian komponen sehingga Butirdapat ke 4 beroperasi 0,884 dengan 0,001 baik.valid Butir ke 27 0,736 PLTB tidak Butir ke 5 0,789 0,007 valid Butir ke 28 0,913 Terjadinya aksi pengerusakan atau Butir ke 6 0,851 0,002 valid Butir ke 29 0,858 sabotase oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Butir ke 7 0,858 0,002 valid Butir ke 30 0,674 AdanyaButir korupsi dari hasil ke 8pada pendapatan 0,850 0,002 valid Butir ke 31 0,810 penjualan energi PLTB. 0,001 Butir ke 9 listrik 0,890 valid Butir ke 32 0,858 BudayaButir kerja/etos kerja yang masih kurang ke 10 0,795 0,006 valid Butir ke 33 0,850 sehingga kegiatan operasional dan Butir ke 11 0,876 0,001 valid Butir ke 34 0,794 perawatan PLTB tidak efektif dan efisien.
Butir ke 12 0,736 0,015 valid Butir ke 13 0,913 0,000 valid Butir ke 14 0,954 0,000 valid Butir ke 15 0,899 0,000 valid Terjadinya kebakaran akibat arus pendek Butir ke 16 0,926 0,000 valid 12.1 pada rumah daya PLTB. Butir ke 17 0,685 0,029 valid Kurangnya alat keselamatan Butir pemakaian ke 18 0,913 0,000 valid 12.2 kerja sehingga menimbulkan kecelakaan Butir ke 19 0,845 0,002 valid 12. kerja. Keselamat Butir ke 20 0,843 0,002 valid Alat pemadam kebakaran di rumah daya 12.3 an Butir ke 21 0,784 0,007 valid PLTB belum memadai Butir ke 22 0,913 0,000 valid Butir ke 23 0,666 0,036 valid
Butir ke 35 Butir ke 36 Butir ke 37 Butir ke 38 Butir ke 39 Butir ke 40 Butir ke 41 Butir ke 42 Butir ke 43 Butir ke 44 Butir ke 45
0,913 0,913 0,644 0,797 0,875 0,816 0,913 0,880 0,780 0,858 0,740
Kolom 4 Seberapa besar akibat dari risiko p jenisKeterakolom 2 pada ngan Investasi PLTB 0,000 valid Jawaban Anda 0,001 valid 1 2 3 4 5
0,007 0,015 0,000 0,002 0,032 0,005 0,002 0,002 0,006 0,000 0,000 0,044 0,006 0,001 0,004 0,000 0,001 0,008 0,002 0,014
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Kuisioner
valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
Kolom 5 Jenis Penanganan/ Mitigasi
Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner Kuesioner
Banyaknya Butir
Resiko Investasi PLT Bayu Nusa Penida
45
Cronbach’s Alpha Keterangan 0,990
Reliabel
Lampiran 5. Rekap Kuisioner
Lampiran 5. Rekap Kuisioner
Lampiran 6. Distribusi Variabel Input Aliran Kas Model 1 Unit PLT Bayu
Lampiran 6. Aliran Kas Model 1 Unit PLT Bayu
Lampiran 6. Kontrol NPV dan BCR Model 1 Unit PLT Bayu
Lampiran 6. Kontrol IRR Model 1 Unit PLT Bayu
Lampiran 7. Distribusi Variabel Input Aliran Kas Model 2 Unit PLT Bayu Parameter masukan
Min
Biaya Investasi Tingkat suku bunga (%) 6,50% Nilai Investasi (Rp) 6.710.000.000,00 Proyeksi pendapatan per tahun Produksi Listrik 2 unit PLTB (Kwh) 107.195,40 Tarif Dasar Listrik (Rp) 700,00 Pendapatan 2 unit PLTB (Rp) 5.036.780,00 Kenaikan Tarif Dasar Listrik (%) 10,00 Proyeksi Pengeluaran (Biaya operasional) per tahun Biaya Administrasi dan Manajemen (Rp) 27.000.000,00 Biaya Perawatan (Rp) 2.000.000,00 Asumsi eskalasi biaya operasional: Kenaikan biaya administrasi dan manajemen per tahun (%) 5,00 Kenaikan biaya perawatan per tahun (%) 5,00
Standar Deviasi 1,97%
5,00
5,00 5,00
Mean Rata-Rata 9,04%
15,00
Nilai Distribusi
Max
12,75% 9,04% 6.710.000.000,00 6.710.000.000,00
Jenis Distribusi Normal Uniform
145.188,00 700,00 101.631.600,00 20,00
126.191,70 700,00 88.334.190,00 15,00
Uniform Uniform Uniform Normal
27.000.000,00 2.000.000,00
27.000.000,00 2.000.000,00
Uniform Uniform
15,00 15,00
10,00 10,00
Normal Normal
10,00 10,00
Lampiran 7. Aliran Kas Model 2 Unit PLT Bayu
Lampiran 7. Kontrol NPV dan BCR Aliran Kas Model 2 Unit PLT Bayu
Lampiran 7. Kontrol IRR Aliran Kas Model 2 Unit PLT Bayu
Lampiran 8. Distribusi Variabel Input Aliran Kas Model 5 Unit PLT Bayu
Lampiran 8. Aliran Kas Model 5 Unit PLT Bayu
Lampiran 8. Kontrol NPV dan BCR Model 5 Unit PLT Bayu
Lampiran 8. Kontrol IRR Model 5 Unit PLT Bayu
Lampiran 9. Distribusi Variabel Input Aliran Kas Model 9 Unit PLT Bayu
Lanjutan Lampiran 9. Aliran Kas Model 9 Unit PLT Bayu
Lampiran 9. Kontrol NPV dan BCR Model 9 Unit PLT Bayu
Lampiran 9. Kontrol IRR Model 9 Unit PLT Bayu
Lampiran 10. Distribusi Variabel Input Aliran Kas Model 1 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 10. Aliran Kas Model 1 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 10. Kontrol NPV dan BCR Model 1 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 10. Kontrol IRR Model 1 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lampiran 11. Distribusi Variabel Input Aliran Kas Model 2 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 11. Aliran Kas Model 2 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 11. Kontrol NPV dan BCR Model 2 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 11. Kontrol IRR Model 2 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lampiran 12. Distribusi Variabel Input Aliran Kas Model 5 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 12. Aliran Kas Model 5 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 12. Kontrol NPV dan BCR Model 5 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 12. Kontrol IRR Model 5 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lampiran 13. Distribusi Variabel Input Aliran Kas Model 9 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 13. Aliran Kas Model 9 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 13. Kontrol NPV dan BCR Model 9 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 13. Kontrol IRR Model 9 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lampiran 14. Distribusi Variabel Input Aliran Kas Model 1 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 14. Aliran Kas Model 20 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 14. Kontrol NPV dan BCR Model 20 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 14. Kontrol IRR Model 20 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lampiran 15. Aliran Kas Model 30 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 15. Kontrol NPV dan BCR Model 30 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 15. Kontrol IRR Model 30 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lampiran 16. Aliran Kas Model 40 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 16. Kontrol NPV dan BCR Model 40 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 16. Kontrol IRR Model 40 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lampiran 17. Aliran Kas Model 50 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 17. Kontrol NPV dan BCR Model 50 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lanjutan Lampiran 17. Kontrol IRR Model 50 Unit PLT Bayu (Penyesuaian Tarif Harga Jual)
Lampiran 18. Grafik Distribusi NPV dan BCR Model 1 Unit PLT Bayu Penyesuaian Tarif Listrik berdasarkan Biaya Produksi Rp.1.700 per kwh. Distribution for NPV X <=-2310031872 5%
1
Model TDL 1 Unit PLT Bayu
X <=7441510912 95% Me a n = 9 ,3 3 0 2 48E+0 8
0,8
0,6
0,4
0,2
0 -5
0
5
10
15
20
25
Values in Billions
Distribution for BCR 1
Model TDL 1 Unit PLT Bayu X <=3,18 95%
X <=0,29 5% Me a n = 1,2 719 8 8
0,8
0,6
0,4
0,2
0 -2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lampiran 18. Lanjutan. Grafik Distribusi NPV dan BCR Model 2 Unit PLT Bayu Penyesuaian Tarif Listrik berdasarkan Biaya Produksi Rp.1.600 per kwh. Distribution for NPV
Model TDL 2 Unit PLT Bayu
X <=177764222.03 51.12%
X <=-4405953024 5% 1
Me a n = 2 .3 0 46 14E+0 9
0,8
0,6
0,4
0,2
0 -10
0
10
20
30
40
50
Values in Billions
Distribution for BCR X <=0.34 5%
1
Model 2 unit PLT Bayu
X <=1.03 51.31%
Lampiran 18. Lanjutan.MeGrafik a n = 1.3 43 46 Distribusi NPV dan BCR Model Cash Flow 5 Unit PLT 0,8 Bayu Penyesuaian Tarif Listrik berdasarkan Biaya Produksi Rp.1.500 per kwh. 0,6
0,4
0,2
0 -1
1
3
5
7
9
Lampiran 18. Lanjutan. Grafik Distribusi NPV dan BCR Model 9 Unit PLT Bayu Penyesuaian Tarif Listrik berdasarkan Biaya Produksi Rp.1.450 per kwh. Distribution for NPV X <=-17415868416 5%
1
Model TDL 9 unit PLT Bayu
X <=465543627.74 50.4952% Me a n = 9 .6 0 12 6 5 E+0 9
0,8
0,6
0,4
0,2
0 -25
25
75
125
175
Values in Billions
Distribution for BCR 1
X <=0.4 5%
Model TDL 9 unit PLT Bayu
X <=1.02 50.6325% Mean = 1.331421
0,8
0,6
0,4
0,2
0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lampiran 19. Grafik Hubungan Antara Ketinggian dan Kecepatan Angin
(Sumber : LL. Freris, 1990)
Lampiran 20. Jenis-Jenis Turbin/Kincir Angin
( Sumber : Thong, 1997)
Lampiran 21. Torsi Rotor Untuk Berbagai Jenis Turbin
(Sumber : Thong, 1997)
Lampiran 22. Dokumentasi Pekerjaan Konstruksi PLT Bayu Nusa Penida.
Kegiatan Pengukuran Lahan dan Penggalian PondasiTower PLT Bayu
Kegiatan Pengangkutan/Penyebrangan Komponen PLT Bayu dari Pelabuhan Padang Bai menuju Ke Nusa Penida
Kegiatan Penulangan Pondasi, Pengecoran dan Tower Erection
Kegiatan Perakitan dan Pemasangan Komponen Utama PLT Bayu
Kegiatan Operasional dan Pemeliharaan Unit PLT Bayu Nusa Penida