PENGARUH NET WORKING CAPITAL, BOARD SIZE, GROWTH OPPORTUNITY DAN CASH CONVERSION CYCLE TERHADAP CASH HOLDINGS (Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014) PUPUT SAPITRI 120462201025 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, 2016
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah net working capital, board size, growth opportunity dan cash conversion cycle berpengaruh terhadap cash holdings pada perusahaan sektor industri barang konsumsi periode 2012-2014 secara persial maupun simultan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode pengamatan yaitu tahun 2012-2014 selama 3 tahun. Sampel yang ditentukan adalah dengan menggunakan metode purposive sampling, sehingga diperoleh total sampel penelitian 30 sampel dikali periode pengamatan selama 3 tahun menjadi 90 data penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode analisis linier berganda dengan tingkat signifikansi sebesar 5%. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa net working capital, board size dan cash conversion cycle berpengaruh terhadap cash holdings. Sedangkan growth opportunity tidak berpengaruh terhadap cash holdings. Dan kemampuan variabel independen menjelaskan variabel cash holdings sebesar 65,4% selebihnya dijelaskan oleh variabel lain. Kata Kunci : Net working capital, board size, growth opportunity, cash conversion cycle, cash holdings.
1
PENDAHULUAN Kas merupakan aset lancar yang tersedia sebagai alat transaksi atas berbagai
aktifitas operasional perusahaan. Ketersediaan kas dapat membantu perusahaan dalam menunjang kelangsungan bisnis yang dijalankan perusahaan. Kemampuan perusahaan dapat dilihat dari langkah perusahaan dalam mengelola kas dengan optimal. Perusahaan harus dapat mengelola ketersedian kas dengan optimal sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena tanpa kas yang optimal mengakibatkan perusahaan tidak dapat menjalankan aktivitas perusahaan. Penelitian cash holdings sudah menjadi hal yang menarik untuk diteliti sehingga banyak penelitian-penelitian yang sudah dilakukan dengan hasil yang berbeda. Penelitian yang dilakukan Marfuah & Zulhilmi (2015), William & Fauzi, (2013), Ogundipe, Ogundipe & Ajao (2012) dan Gill & Shah (2012), menemukan adanya pengaruh net working capital terhadap cash holdings tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdillah & Kusumastuti (2014), Islam (2012) dan Bigelli & Vidal (2009), menemukan tidak adanya pengaruh net working capital terhadap cash holdings. Penelitian yang dilakukan oleh Abdillah & Kusumastuti (2014) dan Gill & Shah (2012), menemukan adanya pengaruh board size terhadap cash holdings tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wai & Zhu (2013), yang menemukan tidak adanya pengaruh board size terhadap cash holdings. Penelitian yang dilakukan Marfuah & Zulhilmi (2015), William & Fauzi, (2013) dan Bigelli & Vidal (2009), menemukan adanya pengaruh growth opportunity terhadap cash holdings tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ogundipe et al (2012), yang menemukan tidak adanya pengaruh growth opportunity terhadap cash holdings. Penelilitian yang dilakukan William & Fauzi (2013), Bigelli & Vidal (2009) dan Marfuah & Zulhilmi (2015), menemukan adanya pengaruh cash conversion cycle terhadap cash holdings.
Berdasarkan uraian dan perbedaan hasil penelitian di atas, peneliti akan menguji dan membuktikan kembali apakah adanya pengaruh net working capital, board size, growth opportunity dan cash conversion cycle terhadap cash holdings baik secara persial maupun simultan pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. 2. KAJIAN PUSTAKA Trade Off Theory Menurut Ferreira & Vilela (2004), trade-off theory berpendapat bahwa perusahaan menetapkan optimal dari cash holdings dengan biaya dan manfaat dari memegang uang tunai. Ada beberapa manfaat yang paling jelas dengan menahan uang tunai sebagai berikut : 1. Adanya kas dapat menghindari perusahaan dari kesulitan keuangan karena dapat bertindak sebagai cadangan keuangan untuk menghadapi kerugian yang tidak terduga atau kendala dalam pendanaan eksternal, 2. Adanya kas tidak mengganggu kebijakan investasi yang optimal bahkan ketika kendala keuangan terjadi, dan 3. Dengan menahan kas dapat berkontribusi menurunkan biaya penggalangan dana eksternal atau melakukan likuidasi asset yang ada disaat situasi yang mendesak. Kemudian, dengan adanya cash holdings akan timbul biaya peluang (opportunity cost) yang diinvestasikan ke dalam asset lancar . Pecking Order Theory Menurut pecking order theory Myers (dalam Ferreira & Vilela, 2004), menyatakan bahwa perusahaan membiayai investasi pertama dengan laba ditahan, kemudian dengan utang, dan akhirnya dengan ekuitas. Tujuan dari perintah ini pembiayaan adalah untuk meminimalkan biaya informasi asimetris dan biaya pendanaan lainnya. Teori ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak memiliki tingkat target kas, tetapi sebaliknya kas digunakan sebagai penyangga antara laba ditahan dan
kebutuhan investasi. Jadi, ketika arus kas operasional saat ini cukup untuk membiayai investasi baru perusahaan membayar utang dan menumpuk uang tunai. Ketika laba ditahan yang tidak cukup untuk membiayai investasi saat ini, perusahaan menggunakan kas yang diakumulasi dan jika diperlukan akan menggunakan hutang. Agency Theory Menurut Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan agency theory as a contract under which one or more persons (the principal(s)) engage another (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agents. Hubungan antara agency theory dengan cash holding menurut Christina & Ekawati (2014) adalah cash holding merupakan item yang paling likuid untuk disalahgunakan dengan mudah, dengan adanya cash holdings dengan mudah digunakan manajer untuk memenuhi kepetingannya sendiri. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik kepentingan antara tugas atau tujuan utama manajemen yaitu meningkatkan kesejahteraan pemilik atau pemegang saham dengan meningkatkan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Cash Holdings Menurut Gill & Shah (2012), menjelaskan bahwa cash holding adalah kas yang dipegang oleh perusahaan sebagai uang tunai ditangan atau diinvestasikan pada aset lancar dan membagikannya kepada investor. Kas merupakan ukuran perusahaan dalam membayar utang tepat waktu. Cash holdings penting bagi perusahaan karena memberikan kemampuan perusahaan dalam likuiditas perusahaan yaitu perusahaan mampu membayar kewajiban tepat waktu bahkan saat kondisi buruk melanda. Untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan perusahaan harus memiliki cadangan kas sehingga akan menciptakan arus kas yang positif dan akan mempertahankan bisnis dengan hidup sejahtera. Jumlah kas yang sebaiknya harus dipertahankan oleh perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban financialnya sewaktu-wakru, berdasarkan H.G. Guthmann
(dalam Riyanto, 2010:95), menyatakan bahwa jumlah kas yang ada di dalam perusahaan yang well finance hendaknya tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva lancar. Menurut Harmono (2009:197), saldo kas yang optimal adalah jumlah kas tertentu yang lebih besar dari :1. Jumlah transaksi dan cadangan kas dan 2. Memenuhi jumlah yang dibutuhkan. Manfaat dari cash holdings menurut Brigham & Hauston (2006:145), sebagai berikut : 1. Mengambil potongan dagang atau memanfaatkan potongan dagang (trade discount). Para pemasok seringkali menawarkan potongan harga kepada pelanggan apabila dapat membayar tagihan lebih cepat. Sehingga dengan adanya cash holdings perusahaan dapat membayar tagihan tersebut selama waktu potongan dagang tersebut masih berlaku 2. Penahanan kas yang memadai juga berguna untuk meningkatkan peringkat kredit (credit-rating) perusahaan menjaga rasio lancar dan rasio cepat sejalan dengan perusahaan lain dalam industri sejenis. Peringkat kredit yang baik memungkinkan perusahaan untuk membeli barang dengan syarat yang lunak dan mempertahankan kemudahan perolehan kredit dengan biaya yang rendah dari bank. 3. Uang kas juga berguna untuk memanfaatkan peluang bisnis yang menguntungkan, seperti tawaran istimewa dari pemasok 4. Perusahaan harus mempunyai uang kas untuk keadaan darurat seperti pemogokkan, kebakaran dan berjaga-jaga terhadap penurunan musiman. Motif Memegang Kas 1.
Transaction motive Transaction motive atau motif transaksi adalah kebutuhan kas untuk transaksi.
Kebutuhan kas untuk transaksi ini diperlukan dalam pelaksanaan operasi usaha perusahaan. Kegiatan perusahaan sehari-hari seperti pembayaran upah, pembelian bahan baku, biaya administrasi dan biaya kantor..
2.
Precaution motive Precaution motive atau motif berjaga-jaga adalah kebutuhan kas untuk
berjaga-jaga. Kebutuhan kas untuk berjaga-jaga ini dimaksudkan untuk mengatisipasi aliran kas masuk dan keluar yang tidak kontinyu dan sulit diperkirakan.. 3.
Speculation motive Speculation motive atau motif spekulasi adalah kebutuhan kas yang
berspekulasi. Kebutuhan kas untuk berspekulasi dimaksudkan agar perusahaan dapat memanfaatkan kesempatan apabila ada barang yang dapat dibeli secara lebih murah. Kerangka Pemikiran Grafik 2.1 Kerangka Pemikiran
Net Working Capital (X1)
H1
Board Size (X2)
H2
Growth Opportunity (X3)
H3
Cash Holdings (Y)
H4
Cash Conversion Cycle (X4) H5 Pengembangan Hipotesis H1 :
Diduga net working captal berpengaruh terhadap cash holdings Net working capital mampu berperan sebagai substitusi terhadap cash
holdings suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan kemudahan dalam mengubahnya kedalam bentuk kas saat perusahaan memerlukannya. Sebagai contoh, piutang dapat
dengan mudah dicairkan melalui proses sekuritisasi, hutang bank juga bisa dengan mudah diubah menjadi kas William & Fauzi (2013). Apabila modal kerja bersih negatif atau yang biasa disebut defsit modal kerja, maka perusahaan disinyalir tengah mengalami kesulitan likuiditas. Perusahaan yang mengalami modal kerja bersih negatif akan membuat cadangan kas (Marfuah & Zulhilmi, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Marfuah & Zulhilmi(2015), William & Fauzi (2013), Gill & Shah (2012) dan Ogundipe et al (2012), menemukan adanya pengaruh antara net working capital terhadap cash holdings. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menentukan hipotesis dari penelitian ini adalah net working capital diduga berpengaruh terhadap cash holdings. H2 :
Diduga board size berpengaruh terhadap cash holdings Dewan direksi adalah organ perseroan penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan anggaran dasar (Sutedi, 2011:123). Menurut Gill & Shah (2012), board size memainkan peranan penting dalam menjaga tingkat kas dengan tepat dari kas perusahaan. Board size yang besar akan menimbulkan masalah agency cost yang dapat menyebabkan perusahaan untuk menahan kelebihan kas dalam perusahaan. Menurutnya dewan direksi bertanggaung jawab atas pengelolaan kas, tata kelola perusahaan dan kebijakan lainnya di dalam organisasi. Saldo kas yang terlalu tinggi akan menyebabkan masalah agency cost karena dewan direksi tidak bekerja dalam mendukung shareholder tetapi untuk kepentingan mereka sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Abdillah & Kusumastuti (2014) dan Gill & Shah (2012), menemukan adanya pengaruh antara board size terhadap cash holdings. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menentukan hipotesis dari penelitian ini adalah board size diduga berpengaruh terhadap cash holdings.
H3 :
Diduga Growth opportunity berpengaruh terhadap cash holdings Teori trade-off menjelaskan adanya hubungan antara growth opportunity
dengan kepemilikan uang tunai karena perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan yang lebih besar akan menimbulkan biaya kekurangan uang tunai yang lebih tinggi. Dalam hal ini perusahaan yang mengalami peluang investasi yang lebih baik akan menyimpan kas yang lebih tinggi untuk menghindari financial distress (Ferreira & Vilela, 2004). Pecking order theory menyebutkan bahwa growth opportunities yang tinggi akan mendorong perusahaan untuk membuat kebijakan dengan lebih memilih memegang kas yang tinggi guna membiayai kesempatan investasinya karena Perusahaan dengan growth opportunity yang tinggi menggunakan asset likuid (seperti kas) untuk mengurangi kemungkinan munculnya financial distress dan untuk mengambil kesempatan investasi yang baik terlebih dahulu saat pembiayaan eksternal mahal (Marfuah & Zulhilmi, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Marfuah & Zulhilmi (2015), William & Fauzi (2013) dan Bigelli & Vidal (2009), menemukan adanya pengaruh antara growth opportunity terhadap cash holdings. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menentukan hipotesis dari penelitian ini adalah growth opportunity diduga berpengaruh terhadap cash holdings. H4 :
Diduga Cash conversion cycle berpengaruh terhadap cash holdings Marfuah & Zulhilmi (2015), Secara teori menjelaskan siklus konversi kas
bahwa semakin pendek waktu yang diperlukan, semakin baik bagi perusahaan, sebaliknya semakin panjang waktu yang diperlukan, semakin banyak modal yang harus ditanamkan. William dan Fauzi (2013), menyatakan kecepatan perusahaan dalam menghasilkan kas ditentukan oleh lamanya proses penyelesaian siklus konversi kas.
Perusahaan yang mengalami siklus konversi kas yang lebih lama akan menahan kas lebih banyak untuk menghindari financial distress yang diakibatkan lamanya siklus konversi kas di perusahaan. Kas juga dapat digunakan untuk mengantisipasi apabila perusahaan mengalami keterlambatan penerimaan piutang sehingga tidak mampu membayar hutang dan membeli persedian. Penelitian yang dilakukan oleh Marfuah & Zulhilmi (2015), William & Fauzi (2013) dan Bigelli & Vidal, (2009), menemukan adanya pengaruh antara cash conversion cycle terhadap cash holdings. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menentukan hipotesis dari penelitian ini adalah cash conversion cycle diduga berpengaruh terhadap cash holdings.
3.METODE PENELITIAN Operasional Variabel Penelitian Variabel Dependen Variabel Dependen (Y) adalah variabel terikat atau variabel utama dari penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah cash holdings. Menurut Gill & Shah (2012), mendefinisikan cash holdings adalah kas yang dipegang oleh perusahaan sebagai uang tunai ditangan atau diinvestasikan pada asset lancar dan membagikannya kepada investor. Rumus yang digunakan untuk menghitung cash holdings mengikuti pengukuran yang dilakukan oleh Abdillah & Kusumastuti (2014), Gill & Shah (2012), Ogundipe et al ( 2012) dan Ferreira & Vilela (2004) adalah :
πΆππ β π»πππππππ (Y) =
Kas dan setara kas Total aset β kas dan setara kas
Variabel Independen 1.
Net Working Capital Menurut William & Fauzi (2013), net working capital merupakan total aset
lancar dikurangi total liabilitas lancar. Net working capital mampu berperan sebagai substitusi terhadap cash holdings perusahaan. Hal ini dikarenakan kemudahan dalam mengubahnya ke dalam bentuk kas saat perusahaan memerlukannya. Net working capital diukur dengan membagi pengurangan current assets dan current liabilities dengan total assets (Marfuah & Zulhilmi, 2015). Rumus yang digunakan untuk menghitung net working capital menggunakan rasio net working capital to assets ratio berdasarkan Harmono (2009:108) dan mengikuti pengukuran yang dilakukan oleh Marfuah & Zulhilmi (2015) dan William & Fauzi (2013) adalah :
πππ‘ πππππππ πΆππππ‘ππ (X1) =
2.
πΆπ’πππππ‘ ππ π ππ‘π β πΆπ’πππππ‘ ππππππππ‘πππ Total ππ π ππ‘π
Γ 100%
Board Size Dewan direksi adalah organ perseroan penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan anggaran dasar (Sutedi, 2011:123). Rumus yang digunakan untuk menghitung board size mengikuti pengukuran yang dilakukan oleh Abdillah & Kusumastuti (2014), Wai & Zhu (2013), Gill & Shah (2012) dan Kusnadi (2011) adalah :
Board Size (X2) = Jumlah dewan direksi di dalam perusahaan
3.
Growth Opportunity Menurut William & Fauzi (2013), growth opportunity adalah suatu perpaduan
antara kemungkinan akan peluang investasi di masa depan dengan aktiva nyata yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Dengan adanya peluang yang menguntungkan manajer berusaha mengambil peluang-peluang tersebut untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham Chung Dan Charoenwong (dalam Sari & Januarti, 2011). Rumus yang digunakan untuk menghitung growth opportunity mengikuti pengukuran yang dilakukan oleh William & Fauzi (2013), Bigelli & Vidal (2009) dan Kusnadi (2011) adalah :
πΊπππ€π‘β ππππππ‘π’πππ‘π¦ (X3) =
4.
Penjualan T β Penjualan T β 1 π₯ 100% Penjualan T β 1
Cash Conversion Cycle Menurut William & Fauzi (2013), cash conversion cycle adalah lamanya
waktu yang diperlukan dalam proses pembelian persediaan oleh perusahaan kepada supplier, proses penagihan piutang oleh perusahaan kepada konsumen dan proses pelunasam hutang oleh perusahaan kepada supplier. Rumus yang digunakan untuk menghitung cash conversion cycle berdasarkan Brearley, Myers, & Marcus (2006:141) dan mengikuti pengukuran yang dilakukan oleh Marfuah & Zulhilmi (2015) dan William & Fauzi (2013) adalah :
Cash Conversion Cycle (X4) = Days Inventory + Days Receivable β Days Payable
Dimana : β1 =
2 β3
β1 2 β3
=
β1 =
2 3
Populasi Dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industi barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia pada periode 2012-2014. Sampel Tabel 3.2 Proses Pemilihan Sampel Periode 2012-2014 No 1
Kriteria
Jumlah perusahaan
Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
36
periode 2012-2014. 2
Perusahaan tersebut tidak mempublikasikan laporan keuangan secara berturut-turut di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-
(3)
2014. 3
Perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah
4
Periode laporan keuangan tidak berakhir per 31 Desember
5
(0)
(1)
Perusahaan tidak memiliki data lengkap selama periode penelitian yang berhubungan dengan variabel-variabel yang diteliti.
(2)
JUMLAH SAMPEL PERTAHUN
30
JUMLAH SAMPEL 2012-2014
90
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Uji Statistik Deskriptif Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
NWC
90
-.117
68.618
34.34056
19.550698
BZ
90
3.0
15.0
5.478
2.6531
GO
90
-31.773
137.250
18.09596
26.600684
CCC
90
-7.501
782.059
175.88889
126.311846
CH
90
.003
1.001
.19160
.211653
Valid N (listwise)
90
Sumber : Output SPSS versi 21 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat menunjukan bahwa statistik deskriptif dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Rata-rata nilai cash holdings di perusahaan sektor industri barang konsumsi tahun 2012-2014 sebesar 0,19160 dan memiliki standar deviasi sebesar 0,211653. Cash holdings menunjukkan bahwa nilai maximum adalah pada perusahaan DLTA tahun 2013 sebesar 1,001 dan nilai minimum adalah pada perusahaan RMBA 2014 sebesar 0,003. 2. Rata-rata nilai net working capital di perusahaan sektor industri barang konsumsi tahun 2012-2014 sebesar 34,34056% dan memiliki standar deviasi sebesar 19,550698%. Net working capital menunjukkan bahwa nilai maximum adalah pada perusahaan DLTA tahun 2012 sebesar 68,618% dan nilai minimum adalah pada perusahaan STTP 2012 sebesar -0,117%.
3. Rata-rata nilai board size di perusahaan sektor industri barang konsumsi tahun 2012-2014 sebesar 5,478 dan memiliki standar deviasi sebesar 2.6531. Board size menunjukkan bahwa nilai maximum sebesar 15 orang dan nilai minimum sebesar 3 orang. 4. Rata-rata nilai growth opportunity di perusahaan sektor industri barang konsumsi tahun 2012-2014 sebesar 18.09596% dan memiliki standar deviasi sebesar 26.600684%. Growth opportunity menunjukkan bahwa nilai maximum adalah pada perusahaan SCPI tahun 2014 sebesar 137.250% dan nilai minimum adalah pada perusahaan ALTO 2014 sebesar -31.773%. 5. Rata-rata nilai cash conversion cycle di perusahaan sektor industri barang konsumsi tahun 2012-2014 sebesar 175,88889 hari dan memiliki standar deviasi sebesar 126,311846 hari. Cash conversion cycle menunjukkan bahwa nilai maximum adalah pada perusahaan SCPI tahun 2013 sebesar 782,059 hari dan nilai minimum adalah pada perusahaan ROTI 2013 sebesar -7.501 hari. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Grafik Gambar 4.1 Hasil Uji Grafik Normal Probablility Plot
Sumber : Output SPSS versi 21 (data diolah)
Uji grafik dalam melihat normalitas residual yaitu grafik normal probablility plot. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya Berdasarkan Gambar 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik tersebar di sekitar garis diagonalnya atau menyebar mengikuti arah garis diagonalnya. Sehingga hal ini dapat menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Uji Statistik Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
90 a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation
.0000000 .75513864
Absolute
.075
Positive
.046
Negative
-.075
Kolmogorov-Smirnov Z
.715
Asymp. Sig. (2-tailed)
.687
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS versi 21 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.2 di atas asymptotic significant value adalah 0,687 lebih besar dari nilai signifikansi yang ditentukan yaitu 0,05 berarti Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data residual berdistribusi normal.
Uji Multikolonieritas Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficients
a
Model
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
(Constant)
1
NWC
.826
1.211
BZ
.932
1.072
GO
.946
1.057
CCC
.810
1.234
a. Dependent Variable: LnCH
Sumber : Output SPSS versi 21 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat menunjukan bahwa sebagai berikut : 1. Nilai Tolerance NWC adalah 0,826 1,211
0,10 atau nilai VIF NWC adalah
10
2. Nilai Tolerance BZ adalah 0,932
0,10 atau nilai VIF BZ adalah 1,072
3. Nilai Tolerance GO adalah 0,946
0,10 atau nilai VIF GO adalah 1,057
4. Nilai Tolerance CCC adalah 0,810
10 10
0,10 atau nilai VIF NWC adalah 1,234
10 Sehingga dapat disimpulkan, bahwa variabel independen NWC, BZ, GO, dan CCC kurang dari 0,10 atau lebih besar dari 10. Hal ini berarti tidak adanya multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
Uji Autokorelasi Tabel 4.4 Hasil Uji Durbin-Waston b
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Durbin-Watson
Estimate 1
.819
a
.670
.654
.77270
1.850
a. Predictors: (Constant), CCC, BZ, GO, NWC b. Dependent Variable: LnCH
Sumber : Output SPSS versi 21 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa 1,7508 < 1,850 < 4 β 1,7508 yaitu 1,7508 < 1,850 < 2,2492. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa H o diterima, tidak adanya autokorelasi positif atau negatif. Uji Heteroskedasitas Uji Grafik Plot Gambar 4.2 Hasil Uji Grafik Scatterplot
Sumber : Output SPSS versi 21(data diolah)
Berdasarkan gambar 4.2 di atas dapat terlihat bahwa titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y yang berarti tidak adanya heteroskedasitas dalam model rergresi.
a.
Uji Glejser Tabel 4.5 Hasil Uji Glejser Coefficients
Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Coefficients B .543
.154
-.004
.003
BZ
.010
GO CCC
(Constant) NWC 1
Std. Error
Beta 3.534
.001
-.170
-1.457
.149
.018
.057
.517
.607
.002
.002
.141
1.299
.197
.001
.000
.162
1.381
.171
a. Dependent Variable: ABS
Sumber : Output SPSS versi 21(data diolah)
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat menunjukan bahwa sebagai berikut : 1. Nilai probabilitas signifikansi NWC adalah 0,149 lebih besar dari tingkat kepercayaan (0,05) 2. Nilai probabilitas signifikansi BZ adalah 0,607 lebih besar dari tingkat kepercayaan (0,05) 3. Nilai probabilitas signifikansi GO adalah 0,197 lebih besar dari tingkat kepercayaan (0,05) 4. Nilai probabilitas signifikansi CCC adalah 0,171 lebih besar dari tingkat kepercayaan (0,05) Sehingga dapat disimpulkan, bahwa nilai probabilitas signifikansi NWC, BZ, GO, dan CCC lebih besar dari tingkat kepercayaan (0,05) yang berarti tidak adanya heteroskedasitas di dalam model regresi.
Persamaan Regresi Linier Berganda Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Coefficients B -3.608
.267
NWC
.054
.005
BZ
.078
GO CCC
(Constant)
1
Std. Error
Beta -13.507
.000
.796
11.607
.000
.032
.158
2.442
.017
-.006
.003
-.113
-1.767
.081
-.005
.001
-.484
-6.997
.000
a. Dependent Variable: LnCH
Sumber : Output SPSS versi 21(data diolah)
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dirumuskan persamaan regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh net working capital, board size, growth opportunity dan cash conversion cycle terhadap cash holdings sebagai berikut : CHD = -3,608 + 0,054NWC + 0.078BZ β 0,006GO β 0,005CCC Berdasarkan persamaan regresi linier berganda di atas, nilai konstanta sebesar -3,608 menyatakan bahwa jika variabel NWC (X1), BZ (X2), GO (X3) dan CCC (X4) bernilai nol atau konstan maka CHD (Y) adalah sebesar β3,608. 1. Koefisien regresi NWC (X1) sebesar 0,054 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan NWC (X1) mengalami kenaikan 1 satuan maka CHD (Y) akan mengalami kenaikan 0,054 satuan dengan variabel lain. 2. Koefisien regresi BZ (X2) sebesar 0,078 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan BZ (X2) mengalami kenaikan 1 satuan maka CHD (Y) akan mengalami kenaikan 0,078 satuan dengan variabel lain.
3. Koefisien regresi GO (X3) sebesar -0,006 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan GO (X3) mengalami kenaikan 1 satuan maka CHD (Y) akan mengalami penurunan 0,006 satuan dengan variabel lain.. 4. Koefisien regresi CCC (X4) sebesar -0,005 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan CCC (X4) mengalami kenaikan 1 satuan maka CHD (Y) akan mengalami penurunan 0,005 satuan dengan variabel lain. Pengujian Hipotesis Koefisien Determinasi . Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi b
Model Summary Model
1
R
R Square
.819
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.670
.654
.77270
a. Predictors: (Constant), CCC, BZ, GO, NWC b. Dependent Variable: LnCH
Berdasarkan tampilan tabel 4.7 di atas bahwa besarnya nilai Adjusted R2 adalah 0,654, hal ini berarti 65,4 % variasi cash holdings dapat dijelaskan oleh variasi dari ke empat variabel independen net working capital, board size, growth opportunity dan cash conversion cycle. Sedangkan sisanya (100% - 65,4% = 34,6) dijelaskan oleh variabel-variabel di luar model penelitian. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik F a
ANOVA Model
Sum of Squares Regression
1
Residual Total
df
Mean Square
103.031
4
25.758
50.751
85
.597
153.781
89
F 43.140
Sig. .000
b
a. Dependent Variable: LnCH b. Predictors: (Constant), CCC, BZ, GO, NWC
Sumber : Output SPSS versi 21(data diolah)
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 berarti nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari nilai signifikan yang ditentukan yaitu 0,05 dan nilai Fhitung sebesar 43,140 lebih besar dari Ftabel yaitu sebesar 2,48. Hal ini, dapat dikatakan bahwa net working capital, board size, growth opportunity dan cash conversion cycle secara bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap cash holdings. 3.
Uji Signifikansi Persial (Uji Statistik t) Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik t Coefficients
Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
T
Sig.
Coefficients B -3.608
.267
NWC
.054
.005
BZ
.078
GO CCC
(Constant)
1
Std. Error
Beta -13.507
.000
.796
11.607
.000
.032
.158
2.442
.017
-.006
.003
-.113
-1.767
.081
-.005
.001
-.484
-6.997
.000
a. Dependent Variable: LnCH
Sumber : Output SPSS versi 21(data diolah)
Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat menunjukkan bahwa : 1. Nilai probabilitas signifikansi NWC sebesar 0,000 < nilai signifikansi yang ditentukan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti net working capital berpengaruh terhadap cash holdings 2. Nilai probabilitas signifikansi BZ sebesar 0,017 < nilai signifikansi yang ditentukan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti board size berpengaruh terhadap cash holdings
3. Nilai probabilitas signifikansi GO sebesar 0,081 < nilai signifikansi yang ditentukan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti growth opportunity tidak berpengaruh terhadap cash holdings 4. Nilai probabilitas signifikansi CCC sebesar 0,000 < nilai signifikansi yang ditentukan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti cash conversion cycle berpengaruh terhadap cash holdings. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, net working capital, board size dan cash conversion cycle berpengaruh secara individual atau persial terhadap cash holdings. Sedangkan, growth opportunity tidak berpengaruh secara persial terhadap cash holdings. Pembahasan Pengaruh Net Working Capital terhadap Cash Holdings Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel net working capital memiliki pengaruh signifikan terhadap cash holdings dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Net working capital mampu berperan sebagai substitusi terhadap cash holdings suatu perusahaan, karena sifat kemudahan dalam likuiditas yang dimilikinya, net working capital juga diperlukan untuk menjaga kelangsungan aktivitas perusahaan William & Fauzi (2013) dan kas merupakan bagian dari net workong capital sehingga pada saat kas meningkat maka net working capital juga akan meningkat (Marfuah & Zulhilmi, 2015). Dengan menigkatnya net working capital pada perusahaan sektor industri barang konsumsi akan meningkat pula tingkat cash holdings di dalam perusahaan dikarenakan kas merupakan bagian dari net working capital. Dan perusahaan akan meningkatkan cash holdings di dalam perusahaan karena apabila aset lancar kurang
dari hutang lancar akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam likuiditas perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marfuah & Zulhilmi (2015), William & Fauzi, (2013), Ogundipe et al (2012) dan Gill & Shah (2012) yang menemukan bahwa variabel net working capital berpengaruh terhadap variabel cash holdings. Pengaruh Board Size terhadap Cash Holdings Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel board size memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cash holdings dengan nilai signifikansi sebesar 0,017 lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Variabel board size memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cash holdings karena semakin besar board size atau jumlah dewan direksi dalam perusahaan semakin besar cash holdings yang dimiliki perusahaan dikarenakan dengan banyaknya dewan direksi akan meningkatkan internal check perusahaan yang membuat sistem di dalam perusahaan semakin baik dan peranan penting dari dewan direksi yaitu menjaga tingkat kas dengan tepat sehingga dapat meningkatkan kas di dalam perusahaan. Hal ini akan menimbulkan masalah agency cost yang dapat menyebabkan perusahaan untuk menahan kelebihan kas dalam perusahaan. Menurutnya dewan direksi bertanggaung jawab atas pengelolaan kas, tata kelola perusahaan dan kebijakan lainnya di dalam organisasi. Saldo kas yang terlalu tinggi akan menyebabkan masalah agency cost karena dewan direksi tidak bekerja dalam mendukung shareholder tetapi untuk kepentingan mereka sendiri Gill & Shah (2012). Oleh karena itu, besarnya board size pada perusahaan sektor industri barang konsumsi akan meningkatkan tingkat cash holdings yang dimiliki perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdillah & Kusumastuti (2014) dan Gill & Shah (2012) yang menemukan bahwa variabel board size berpengaruh terhadap variabel cash holdings. Pengaruh Growth Opportunity terhadap Cash Holdings Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel growth opportunity tidak berpengaruh signifikan terhadap cash holdings dengan nilai signifikansi sebesar 0,081 lebih besar dari nilai signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Hasil dari hipotesis ini berarti tingkat cash holdings perusahaan sektor industri barang konsumsi tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya growth opportunity yang dimiiki oleh perusahaan. Variabel growth opportunity tidak berpengaruh signifikan terhadap cash holdings dikarenakan perbedaan tingkat pertumbuhan penjualan yang dimiliki perusahaan dalam penelitian dan untuk mendanai growth opportunity perusahaan lebih menggunakan sumber dana lain dibandingkan menggunakan kas yang ada di dalam perusahaan. Rata-rata growth opportunity pada perusahaan sektor industri barang konsumsi dari tahun 2013-2014 juga mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa, perusahaan sektor industri barang konsumsi dalam mengelola cash holdings perusahaan tidak dipengaruhi growth opportunity perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ogundipe et al (2012) yang menemukan tidak adanya pengaruh growth opportunity terhadap Pengaruh Cash Conversion Cycle terhadap Cash Holdings Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel cash conversion cycle memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cash holdings dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Menurut William & Fauzi (2013) dan Marfuah & Zulhilmi (2015), Perputaran kas yang tercermin dari siklus konversi kas tentunya akan mempengaruhi saldo kas pada waktu tertentu. Semakin pendek periode dalam proses perputaran kas maka
semakin cepat cash turnover yang dihasilkannya, dan sebaliknya. Dengan semakin besar cash turnover maka perusahaan akan meminimumkan saldo kas pada perusahaan, karena cash turnover tersebut bisa berperan sebagai medium pembiayaan aktivitas operasional. Sedangkan perusahaan yang memiliki siklus konversi kas yang panjang umumnya memiliki saldo kas dalam jumlah yang besar. Oleh sebab itu, besar kecilnya jumlah kas yang dipegang oleh suatu perusahaan juga bergantung pada lamanya proses cash conversion cycle. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marfuah & Zulhilmi (2015), William & Fauzi, 2013, dan Bigelli & Vidal, 2009 yang menemukan bahwa variabel cash conversion cycle berpengaruh terhadap variabel cash holdings. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan uraian dan hasil analisis data dari bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil uji regresi linier berganda dari SPSS 21 dapat diketahui pengaruh net working capital, board size, growth opportunity dan cash conversion cycle secara persial atau individual ( uji t ) terhadap cash holdings pada perusahaan sektor industri barang konsumsi periode 2012-2014 adalah sebagai berikut : a. Variabel net working capital berpengaruh terhadap cash holding pada perusahaan sektor industri barang konsumsi periode 2012-2014, b. Variabel board size berpengaruh terhadap cash holding pada perusahaan sektor industri barang konsumsi periode 2012-2014, c. Variabel growth opportunity tidak berpengaruh terhadap cash holdings pada perusahaan sektor industri barang konsumsi periode 2012-2014, dan d. Variabel cash conversion cycle berpengaruh terhadap cash holdings pada perusahaan sektor industri barang konsumsi periode 2012-2014. 2. Hasil uji regresi linier berganda dari SPSS 21 secara simultan atau bersamasama ( uji F ) variabel net working capital, board size, growth opportunity dan
cash conversion cycle secara bersama-sama berpengaruh terhadap cash holdings pada perusahaan sektor industri barang konsumsi periode 20122014. . 3. Variabel independen (net working capital, board size, growth opportunity dan cash conversion cycle) hanya mampu menjelaskan 65,4 % terhadap cash holdings. Sedangkan sisanya (100% - 65,4% = 34,6) dijelaskan oleh variabelvariabel di luar model penelitian. Saran 1. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel lain untuk melengkapi penelitian terdahulu yang telah ada yang bisa dijadikan variabel bebas dalam penelitian tentang cash holdings seperti deviden payment, ukuran perusahaan, capital expenditure, intangible aset, cash flow, dan short term debt. 2. Penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan objek penelitian dengan sektor yang berbeda selain sektor industri barang konsumsi seperti sektor pertambangan, perbankan dan property dan real estate atau menggunakan objek perusahaan luar negeri agar dapat memperoleh gambaran yang luas tentang cash holdings. 3. Penelitian selanjutnya agar dapat menggunkan objek penelitian dengan periode tahun yang baru atau menambah tahun penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Fajar, & Kusumastuti, Retno, 2014. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Board Size terhadap Corporate Cash Holding. Bigelli, Marco and Vidal, Javier S, 2009. Cash Holdings in Private Firms. Brearley, Ricard A., Myers, Steward C and Marcus, Alan J, 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Erlangga. Brigham, E and Hauston, Joel F, 2006. Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Christina, Yessica Tria dan Ekawati, Erni, 2014. Excess Cash Holdings dan Kepemilikan Institusional pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Manajemen Bisnis dan Kewirausahaan, vol. 8 no. 1. Fahmi, Irham, 2012. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta. Ferreira, Miguel and Vilela, Antonio, 2004. Why Do Firm Hold Cash? Evidence from EMU Countries. European Financial Management, vol. 10 no. 2 295-319. Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gill, Amarjit and Shah, Charul, 2012. Determinants of Corporate Cash Holdings : Evidence from Canada. Journal International of Economics and Finance vol.4 no.1. Harmono, 2009. Manajemen Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara. Islam, Sohani, 2012. Manufacturing Firm Cash Holdings Determinants: Evidence from Bangladesh. Journal International of Business and Management. vol 7, no 6 Jensen, M and Meckling, W, 1976. Theory Of The Firm : Manajerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, vol.3 no.4. hal 305-360. Kusnadi, Y, 2011. Do Corporate Governance Mechanisms Matter For Cash Holdings and Firm Value ? Pasific-Basin Finance Journal.
Marfuah dan Zulhilmi, Ardan, 2015. Analisis pengaruh Growth Opportunity, Net Working Capital, Cash Conversion Cycle dan Leverage terhadap Cash Holdings Perusahaan. Martono dan Harjito, A, 2008. Manajemen keuangan. Yogyakarta: EKONISTA. Martono, Nanang, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ogundipe, Lawrencia Olatunde, Ogundipe, Sunday Emmanuel and Ajao, Samuel Kahinde, 2012. Cash Holdings and Firm Characteristics: Evidence from Nigerian Emerging Market. Journal of Business, Economics & Finance, vol.1 Issue.2 Panigrahi, Ashok Kumar, 2013. Cash Conversion Cycle And Firms Profitability-A Study of Cement Manufacturing Companies of India. International Journal of Current Research, vol.5 no.6 hal 1484-1488 Raharjaputra, Hendra, 2009. Manajemen keuangan dan akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Riyanto, Bambang, 2010. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarta: BPFE Sari, Ira Prawita dan Januarti, Indira, 2011. Pengaruh Growth Opportunity terhadap Leverage dengan Debt Covenant sebagai Variabel Moderating. Sutedi, A, 2011. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika Offset. Wai, Wong and Zhu, Yang, 2013. The Effect to Coporate Governance on Cash Holdings : Evidence from Hongkong. William dan Fauzi, Syarief, 2013. Analisis Pengaruh Growth Opportunity, Net Working Capital, dan Cash Conversion Cycle terhadap Cash Holdings Perusahaan Sektor Pertambangan. Jurnal Ekonomi dan Keuangan. www.idx.co.id