PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk LAPORAN KEUANGAN UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2010 DAN 2009
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN -tanggal tersebut, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di.
- 5 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
1.
UMUM
a. Pendirian Perusahaan PT Langgeng Makmur Industri Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968, yang diubah dengan Undang-undang No. 12 tahun 1970, berdasarkan Akta Notaris Kho Boen Tian, S.H., No. 40 tanggal 30 Nopember 1972 yang kemudian diubah dengan akta dari notaris yang sama No. 3 tanggal 7 Januari 1976 mengenai perubahan nama Perusahaan dari PT Langgeng Jaya Plastic Industry Ltd., menjadi PT Langgeng Makmur Plastic Industry Ltd. Akta pendirian beserta perubahannya ini disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. Y.A 5/39/11 tanggal 24 Januari 1976, serta diumumkan dalam Berita Negara No. 62 Tambahan No. 706 tanggal 4 Agustus 1987. Berdasarkan Akta Notaris Adam Kasdarmadji, S.H., No. 450 tanggal 27 Juni 1997, nama Perusahaan diubah menjadi PT Langgeng Makmur Industri Tbk, yang disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-6.500 HT.01.04 TH.97 tanggal 10 Juli 1997. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris Dyah Ambarwaty Setyoso, S.H., No. 43 tanggal 18 Juli 2008 untuk memenuhi ketentuan Undang-undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan tersebut disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-81769.AH.01. 02. Tahun 2008 tanggal 4 Nopember 2008. Perusahaan mulai beroperasi komersial pada tahun 1976. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi bidang industri perabotan rumah tangga yang terbuat dari plastik dan aluminium, alat masak anti lengket, karung plastik, pipa Polyvinyl Chloride (PVC) serta produk-produk lain yang terkait dengan bidang tersebut. Perusahaan berkedudukan di Jalan Letjen Sutoyo No. 256, Sidoarjo, Jawa Timur dan mempunyai tiga pabrik yang berlokasi di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur; Trosobo, Jawa Timur dan Tangerang, Banten. b. Penawaran umum saham Perusahaan Pada tahun 1994, Perusahaan telah melakukan penawaran umum saham sejumlah 18.000.000 saham dengan nilai nominal Rp l.000 per saham melalui pasar modal di Indonesia dengan harga penawaran Rp 3.000 per saham. Pada Mei 1997, Perusahaan membagikan 35.400.000 saham bonus yang berasal dari agio saham dan mengubah nilai nominal saham dari Rp 1.000 menjadi Rp 500 per saham (stock split). Pada bulan Oktober 1997, Perusahaan membagikan dividen saham sebanyak 26.432.000 saham dengan nilai nominal Rp 500 per saham atau sejumlah Rp 13.216.000.000, sehingga modal disetor penuh meningkat menjadi 215.232.000 saham. Pada tahun 2000, Perusahaan mengkapitalisasi semua agio saham, selisih nilai aset dan kewajiban dalam rangka pengampunan pajak dan sebagian selisih penilaian kembali aset tetap ke modal saham dengan mengeluarkan 43.046.400 saham bonus dengan nilai nominal Rp 500 per saham atau sejumlah Rp 21.523.200.000 (Catatan 12), dimana setiap pemegang 5 (lima) saham Perusahaan yang terdaftar pada daftar pemegang saham pada tanggal 27 September 2000, berhak menerima 1 (satu) saham bonus (baru).
- 6 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
Pada tahun 2004, 2002 dan 2001 Perusahaan telah menerbitkan masing-masing 84.768.494 saham, 97.361.291 saham dan 88.066.495 saham dengan nilai nominal Rp 500 per saham atau masingmasing sebesar Rp 42.384.247.000, Rp 48.680.645.500 dan Rp 44.033.247.500 yang berasal dari konversi obligasi - seri III, seri II dan seri I yang telah disetujui dalam Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham yang diaktakan dengan Akta Notaris Dyah Ambarwaty Setyoso, S.H., No. 56, tanggal 20 Desember 2000. Pada tahun 2005, Perusahaan telah menerbitkan 480.042.989 saham dengan nilai nominal Rp 500 per saham atau sejumlah Rp 240.021.494.500 yang berasal dari konversi hutang yang direstrukturisasi. Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, seluruh saham Perusahaan yang ditempatkan dan disetor penuh telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia. c. Karyawan, dewan komisaris, direksi dan komite audit Pada tanggal 31 Maret 2010, susunan anggota dewan komisaris, direksi dan komite audit Perusahaan adalah sebagai berikut: Dewan Komisaris Komisaris Utama Komisaris Independen
: Hendro Budianto : I Putu Wirata
Direksi Direktur Utama Direktur Direktur Direktur Direktur
: : : : :
Komite Audit Ketua Anggota Anggota
: I Putu Wirata : Bing Hartono Poernomosidi : Stefanus Julianto
Hidayat Alim Kosasih Namawan Alim Pangestu Alim Irawan Alim
Pada tanggal 31 Maret 2009, susunan anggota dewan komisaris, direksi dan komite audit Perusahaan adalah sebagai berikut: Dewan Komisaris Komisaris Independen Komisaris Independen
: I Putu Wirata : Hendro Budianto
Direksi Direktur Utama Direktur Direktur Direktur
: : : :
Hidayat Alim Kosasih Namawan Alim Pangestu Alim
- 7 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
Komite Audit Ketua Anggota Anggota
: I Putu Wirata : Bing Hartono Poernomosidi : Stefanus Julianto
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 19 Juni 2009, yang diaktakan dengan Akta Notaris Siti Nurul Yuliani, S.H.,M.Kn, No. 70 tanggal 19 Juni 2009, para pemegang saham mengukuhkan Bapak Hendro Budianto sebagai Komisaris Utama Perseroan dan Bapak Irawan Alim sebagai Direktur Perseroan, yang disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan no. AHU-AH.01.10-15977. Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, Perusahaan memiliki masing-masing 1.723 dan 1.814 orang karyawan tetap. 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI Kebijakan akuntansi dan pelaporan yang diterapkan Perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang terdiri dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). Kebijakan akuntansi penting yang diterapkan secara konsisten dalam penyusunan laporan keuangan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: a. Dasar penyusunan laporan keuangan Dasar penyusunan laporan keuangan disusun dengan konsep biaya perolehan (historical cost), kecuali untuk persediaan yang dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi bersih. Laporan keuangan disusun dengan dasar akrual (accrual basis), kecuali untuk laporan arus kas. Laporan arus kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank yang diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dengan menggunakan metode langsung. Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan ini adalah mata uang Rupiah. Pada tahun 2008, sesuai dengan ketentuan transisi PSAK No. 16 (Revisi 2007) “Aset Tetap”, seluruh saldo penilaian kembali aset tetap yang dicatat sebagai bagian dari “Selisih penilaian kembali aset tetap” sejumlah Rp 80.046.508.375 telah direklasifikasi ke defisit (Catatan 12b). b. Kas dan setara kas Kas dan setara kas terdiri dari kas, kas di bank dan deposito berjangka dengan masa jatuh tempo kurang dari 3 (tiga) bulan (jika ada) dan tidak digunakan sebagai jaminan hutang. c. Transaksi dengan Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa Perusahaan mempunyai transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana yang didefinisikan dalam PSAK No. 7, “Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa”.
- 8 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
Seluruh transaksi signifikan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan tingkat harga dan persyaratan normal sebagaimana dilakukan dengan pihak ketiga, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. d. Piutang usaha Piutang usaha dinyatakan sebesar nilai faktur dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu. Perusahaan menetapkan penyisihan piutang ragu-ragu berdasarkan penelaahan terhadap akun piutang masingmasing pelanggan pada akhir tahun. Piutang yang tak tertagih dihapuskan pada saat terjadinya. e. Persediaan Sejak 1 Januari 2009, Perusahaan telah mengadopsi PSAK No. 14 (Revisi 2008), mengenai “Persediaan” yang efektif untuk periode pelaporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2009 dan diterapkan secara prospektif. Persediaan dinyatakan sebesar nilai terendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi bersih (the lower of cost or net realizable value). Biaya perolehan ditentukan dengan metode rata-rata tertimbang (average method). Nilai realisasi bersih adalah estimasi harga penjualan dalam kegiatan usaha normal dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya penjualan. f.
Biaya dibayar di muka Biaya dibayar di muka dibebankan sesuai masa manfaat masing-masing biaya yang bersangkutan.
g. Aset tetap Sebelum tanggal 1 Januari 2008, aset tetap, kecuali hak atas tanah, dinyatakan sebesar biaya perolehan atau jumlah yang dinilai kembali untuk aset tetap tertentu sesuai dengan peraturan pemerintah, dikurangi akumulasi penyusutan. Efektif 1 Januari 2008, Perusahaan menerapkan PSAK No. 16 (Revisi 2007), “Aset Tetap”, yang menggantikan PSAK No. 16 (1994), “Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain” dan PSAK No. 17 (1994), “Akuntansi Penyusutan”. Berdasarkan PSAK No. 16 (Revisi 2007), suatu entitas harus memilih model biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan akuntansi pengukuran atas aset tetap. Perusahaan telah memilih untuk menggunakan model biaya sebagai kebijakan akuntansi pengukuran aset tetapnya. Penerapan PSAK revisi ini tidak menimbulkan dampak yang signifikan terhadap laporan keuangan Perusahaan. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut: Tahun Bangunan dan prasarana Mesin dan peralatan Alat Pengangkutan Perabot dan peralatan kantor
20 – 30 12 – 20 5 5
- 9 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
Hak atas tanah dinyatakan sebesar biaya perolehan dan tidak disusutkan. Biaya khusus sehubungan dengan perolehan atau perpanjangan hak atas tanah ditangguhkan dan diamortisasi sepanjang periode hak atas tanah atau masa manfaat ekonomis, mana yang lebih pendek. Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan dan disajikan sebagai bagian dari “Aset Tetap”. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat aset tersebut selesai dikerjakan dan siap digunakan. Biaya perbaikan dan pemeliharaan dibebankan langsung ke perhitungan laba rugi pada saat terjadinya; pemugaran dan penambahan dalam jumlah signifikan dikapitalisasi. Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau dijual, nilai tercatat serta akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari kelompok aset tetap yang bersangkutan dan laba atau rugi yang terjadi, dikreditkan atau dibebankan pada usaha tahun berjalan. Sesuai dengan PSAK No. 48, “Penurunan Nilai Aset”, nilai aset ditelaah untuk penurunan dan kemungkinan penurunan ke nilai wajar aset apabila adanya suatu kejadian atau perubahan keadaan yang mengindikasikan bahwa nilai tercatat aset tidak dapat direalisasikan seluruhnya. h. Pengakuan pendapatan dan beban Pendapatan dari penjualan lokal diakui pada saat penyerahan barang kepada pelanggan. Pendapatan dari penjualan ekspor diakui pada saat barang dikirim. Beban diakui pada saat terjadinya (accrual basis). i.
Transaksi dan saldo dalam mata uang asing Perusahaan menyelenggarakan pembukuannya dalam Rupiah. Transaksi dalam mata uang asing dicatat berdasarkan kurs yang berlaku pada saat transaksi dilakukan. Pada tanggal neraca, seluruh aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs tengah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada tanggal tersebut. Laba atau rugi selisih kurs yang terjadi, dikreditkan atau dibebankan pada laba rugi tahun berjalan. Kurs yang digunakan (Rupiah yang disetarakan dengan pecahan satu mata uang asing) pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: 2010 2009 Euro, Eropa US$, Dolar Amerika Serikat SG$, Dolar Singapura HK$, Dolar Hong Kong
j.
12.216 9.115 6.505 1.174
15.327 11.575 7.618 1.494
Pajak penghasilan badan Beban pajak kini ditetapkan berdasarkan taksiran laba kena pajak tahun berjalan. Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas perbedaan temporer antara aset dan kewajiban untuk tujuan komersial dan untuk tujuan perpajakan setiap tanggal pelaporan. Manfaat pajak di masa mendatang, seperti saldo rugi fiskal yang belum digunakan, diakui sejauh besar kemungkinan realisasi atas manfaat pajak tersebut.
- 10 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
Aset dan kewajiban pajak tangguhan diukur pada tarif pajak yang diharapkan akan digunakan pada periode ketika aset direalisasi atau ketika kewajiban dilunasi berdasarkan tarif pajak (dan peraturan perpajakan) yang berlaku atau secara substansial telah diberlakukan pada tanggal neraca. Perubahan terhadap kewajiban perpajakan diakui pada saat Surat Ketetapan Pajak (SKP) diterima atau, jika Perusahaan mengajukan keberatan, pada saat keputusan atas keberatan tersebut telah ditetapkan. k. Sewa guna usaha Transaksi sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi (capital lease) apabila memenuhi semua kriteria yang disyaratkan. Jika salah satu kriteria tidak terpenuhi, maka transaksi sewa guna usaha dikelompokkan sebagai transaksi sewa menyewa biasa (operating lease). Aktiva sewa guna usaha disajikan sebagai bagian dari aktiva tetap di neraca sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar pada akhir masa sewa guna usaha dikurangi akumulasi penyusutan. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang sama dengan aktiva tetap pemilikan langsung. Laba atau rugi yang terjadi dari transaksi penjualan dan penyewaan kembali (“sale-and-leaseback transactions”) (jika ada) ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa masa manfaat aktiva sewa guna usaha yang bersangkutan dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method). Hutang sewa guna usaha disajikan sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha. l.
Imbalan kerja karyawan Perusahaan menerapkan PSAK No. 24 (Revisi 2004), “Imbalan Kerja”, untuk metode akuntansi atas imbalan kerja karyawan. Sesuai PSAK No. 24 (Revisi 2004), perhitungan estimasi kewajiban untuk imbalan kerja karyawan berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan Tahun 2003 ditentukan dengan menggunakan metode aktuarial “Projected Unit Credit”. Keuntungan dan kerugian aktuaria diakui sebagai penghasilan atau beban apabila akumulasi keuntungan dan kerugian aktuaria bersih yang belum diakui pada akhir tahun pelaporan sebelumnya melebihi 10% dari jumlah yang lebih besar antara nilai kini imbalan pasti dan nilai wajar aset program pada tanggal neraca. Keuntungan dan kerugian aktuaria ini diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) berdasarkan rata-rata sisa masa kerja karyawan. Kemudian, biaya jasa lalu yang timbul akibat penerapan program imbalan pasti atau perubahan program imbalan pasti yang terhutang, diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus sampai imbalan tersebut menjadi hak karyawan (vested).
m. Informasi segmen Perusahaan mengungkapkan informasi per segmen sesuai dengan PSAK No. 5 (Revisi 2000), “Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen”. Segmen yang dilaporkan meliputi segmen usaha yang disajikan berdasarkan jenis produk dan segmen geografis yang disajikan berdasarkan lokasi pelanggan.
- 11 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
n. Laba per saham dasar Laba per saham dasar dihitung berdasarkan laba bersih dibagi dengan rata-rata tertimbang jumlah lembar saham yang beredar dalam tahun yang bersangkutan. Jumlah laba bersih untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 2.297.963.478 dan Rp 752.719.681. Rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar adalah 1.008.517.669 saham pada tahun 2010 dan 2009. o. Penggunaan estimasi Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Karena adanya ketidakpastian yang melekat dalam penetapan estimasi, maka jumlah sesungguhnya yang akan dilaporkan di masa mendatang mungkin berbeda dari jumlah yang diestimasi tersebut.
3. KAS DAN BANK Akun ini terdiri dari:
Kas (Euro 2.430, HK$ 8.200, SG$ 120 dan Rp 2.431.958.173 pada tahun 2010 dan US$ 981, Euro 956 SG$ 120, dan Rp 1.257.315.215 pada tahun 2009) Bank Rekening Rupiah PT Bank Central Asia Tbk, Surabaya dan Jakarta PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Surabaya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Jakarta Rekening Dolar Amerika Serikat PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Surabaya (US$ 9.090) PT Bank Central Asia Tbk, Surabaya (US$ 5.823 pada tahun 2010 dan US$ 4.760 pada tahun 2009) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Surabaya (US$ 3.462 pada tahun 2009 dan US$ 5.955 pada tahun 2009)
Sub-jumlah Jumlah
2010
2009
Rp
Rp
2.472.057.549
1.284.243.293
470.173.739 45.597.573 25.683.886
845.818.284 621.157.188 10.397.608
82.855.441
-
53.074.731
55.101.746
31.555.765
68.923.569
708.941.135
1.601.398.395
3.180.998.684
2.885.641.688
- 12 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
4. PIUTANG USAHA Akun ini terdiri dari:
Pihak ketiga: Lokal (dalam Rupiah) Ekspor (US$ 79.497 pada tahun 2010 dan US$ 38.269 pada tahun 2009) Sub-jumlah Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Jumlah Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 5) PT Langgeng Investindo
2010
2009
Rp
Rp
99.724.321.301
80.374.721.908
724.612.421
442.968.421
100.448.933.722
80.817.690.329
900.690.201
738.065.149
99.548.243.521
80.079.625.180
4.470.490.767
4.364.968.076
0,82%
0,80%
% dari Jumlah Aset Analisis umur piutang usaha:
Pihak ketiga Belum jatuh tempo Jatuh tempo: 1 – 30 hari 31 – 60 hari Di atas 60 hari Sub-jumlah Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Jumlah
2010
2009
Rp
Rp
65.344.561.324
55.170.829.590
12.577.265.363 10.607.513.156 11.919.593.879
9.014.604.623 7.316.897.392 9.315.358.724
100.448.933.722
80.817.690.329
900.690.201
738.065.149
99.548.243.521
80.079.625.180
2010
2009
Rp
Rp
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Belum jatuh tempo Jatuh tempo: 1 – 30 hari 31 – 60 hari Di atas 60 hari
1.740.002.280
2.206.390.920
475.250.030 468.477.970 1.786.760.487
496.409.260 615.279.496 1.046.888.400
Jumlah
4.470.490.767
4.364.968.076
- 13 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, piutang usaha tertentu sebesar Rp 50.000.000.000 digunakan sebagai jaminan atas hutang yang diperoleh dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Jakarta (Catatan 9). Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, tidak terdapat piutang usaha yang dijual secara with resource dan ikatan penting lain yang diatur dalam perjanjian dan piutang usaha yang direstrukturisasi. Berdasarkan penelaahan terhadap piutang usaha masing-masing pelanggan pada akhir tahun, manajemen Perusahaan berkeyakinan bahwa penyisihan piutang ragu-ragu tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang. 5. SALDO DAN TRANSAKSI DENGAN PIHAK-PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA Dalam kegiatan usaha normal, Perusahaan melakukan transaksi usaha dan keuangan dengan pihakpihak yang mempunyai hubungan istimewa. Sifat hubungan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa tersebut adalah sebagai berikut: Sifat Hubungan Dimiliki pemegang saham yang sama
Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa PT Langgeng Pratama Industri PT Langgeng Investindo
Pemegang saham Perusahaan
PT Langgeng Bahagia
Transaksi-transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah sebagai berikut: a. Perusahaan menjual produknya kepada PT Langgeng Investindo sebesar Rp 1.580.669.855 pada tahun 2010 dan Rp 2.004.522.382 pada tahun 2009 yang masing-masing merupakan 1,95% dan 2,86% dari penjualan bersih pada periode-periode tersebut (Catatan 13). Transaksi penjualan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa dilakukan dalam kondisi dan persyaratan normal. Saldo piutang yang terkait disajikan sebagai “Piutang Usaha – Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa” dalam neraca (Catatan 4) yang masing-masing merupakan 0,82% dan 0,80% dari jumlah aset. b. Perusahaan memberikan pinjaman tanpa persyaratan jangka waktu pengembalian dan jaminan, serta tidak dibebani bunga kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Saldo piutang terkait yang disajikan sebagai “Piutang Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa”, adalah sebagai berikut: 2010 2009 PT Langgeng Bahagia
Rp 811.258.486
Rp 605.283.486
Jumlah
811.258.486
605.283.486
Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa masing-masing merupakan 0,15% dan 0,11% dari jumlah aset pada tahun 2010 dan 2009.
- 14 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
c. Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, Perusahaan juga mempunyai saldo pinjaman tanpa persyaratan jangka waktu pengembalian dan jaminan, serta tidak dibebani bunga kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Saldo hutang terkait yang disajikan sebagai “Hutang Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa”, adalah sebagai berikut: 2010 2009 PT Langgeng Pratama Industri
Rp 976.059.194
Rp 413.513.744
Jumlah
976.059.194
413.513.744
Hutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa masing-masing merupakan 0,18% dan 0,08% dari jumlah aset pada tahun 2010 dan 2009. d. Perusahaan mengadakan perjanjian sewa atas bangunan dengan PT Langgeng Pratama Industri selama tahun 2010 dan 2009. Biaya sewa sebesar Rp 630.000.000 dan Rp 545.454.545 pada tahun 2010 dan 2009 disajikan sebagai bagian dari “Beban Umum dan Administrasi” dalam laporan laba rugi. Berdasarkan penelaahan terhadap piutang pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, manajemen Perusahaan berkeyakinan bahwa tidak ada kemungkinan kerugian dari piutang yang tidak tertagih, sehingga tidak diperlukan penyisihan piutang ragu-ragu. 6. PERSEDIAAN Akun ini terdiri dari: 2010 Barang jadi Barang dalam proses Bahan baku Bahan pembantu Jumlah
2009
Rp 64.703.680.932 62.561.086.776 15.109.674.984 5.296.614.651
Rp 75.165.548.689 69.539.822.109 5.139.632.567 5.097.455.923
147.671.057.343
154.942.459.288
Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, persediaan tertentu sebesar Rp 50.000.000.000 digunakan sebagai jaminan atas hutang yang diperoleh dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Jakarta (Catatan 9). Berdasarkan penelaahan terhadap kondisi fisik dan tingkat perputaran persediaan pada akhir tahun, manajemen Perusahaan berkeyakinan bahwa tidak ada persediaan usang atau penurunan nilai pada persediaan, dan oleh karena itu tidak diperlukan penyisihan atas persediaan usang atau penurunan nilai pada persediaan. Seluruh persediaan telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya berdasarkan suatu paket polis tertentu dengan nilai pertanggungan sebesar Rp 20.000.000.000, dimana manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas risiko tersebut, karena persediaan tersebut terletak pada 3 (tiga) gudang yang berlainan.
- 15 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
7. AKTIVA TETAP Akun ini terdiri dari: Perubahan di tahun 2010
Reklasifikasi Penambahan
Reklasifikasi Pengurangan
Saldo Akhir
Nilai tercatat Pemilikan langsung Hak atas tanah Bangunan dan prasarana Mesin dan peralatan Alat pengangkutan Perabot dan peralatan kantor
25.715.530.416 33.116.943.529 304.476.110.334 8.909.403.691 3.479.173.314
1.083.215.623 16.545.455 103.458.615
54.402.727 -
25.715.530.416 33.116.943.529 305.559.325.957 8.871.546.419 3.582.631.929
Sub-jumlah
375.697.161.284
1.203.219.693
54.402.727
376.845.978.250
Aset Sewa Guna Usaha Alat Pengangkutan
693.750.000
-
1.199.188.621
795.534.035
684.531.052
1.310.191.604
Jumlah nilai tercatat
376.896.349.905
2.692.503.728
738.933.779
378.849.919.854
Akumulasi penyusutan Pemilikan langsung Bangunan dan prasarana Mesin dan peralatan Alat pengangkutan Perabot dan peralatan kantor
14.493.529.676 192.230.110.258 6.109.694.553 2.811.343.584
355.472.485 4.266.360.577 180.274.054 62.522.574
54.402.727 -
14.849.002.161 196.496.470.835 6.235.565.880 2.873.866.158
Sub - Jumlah
215.644.678.071
4.864.629.690
54.402.727
220.454.905.034
Aset dalam penyelesaian
Aset Sewa Guna Usaha Alat Pengangkutan
-
-
Jumlah akumulasi penyusutan
215.644.678.071
Nilai buku
161.251.671.834
Perubahan di tahun 2009
.
Saldo Awal
Saldo Awal
11.562.500 4.876.192.190
54.402.727
693.750.000
11.562.500 220.466.467.534 158.383.452.320
Reklasifikasi / Penambahan
Reklasifikasi / Pengurangan
Saldo Akhir
Nilai tercatat Pemilikan langsung Hak atas tanah Bangunan dan prasarana Mesin dan peralatan Alat pengangkutan Perabot dan peralatan kantor
25.715.530.416 33.114.193.529 291.671.340.610 6.664.849.026 3.119.964.938
236.247.027 91.256.736
102.500.000 -
25.715.530.416 33.114.193.529 291.907.587.637 6.562.349.026 3.211.221.674
Sub-jumlah
360.285.878.519
327.503.763
102.500.000
360.510.882.282
-
628.450.000
-
1.291.801.524
26.461.120
62.317.626
1.255.945.018
Jumlah nilai tercatat
361.577.680.043
982.414.883
164.817.626
362.395.277.300
Akumulasi penyusutan Pemilikan langsung Bangunan dan prasarana Mesin dan peralatan Alat pengangkutan Perabot dan peralatan kantor
13.071.708.487 173.228.671.448 6.008.491.283 2.579.385.954
355.449.569 4.186.498.528 64.582.819 59.348.164
102.500.000 -
13.427.158.056 177.415.169.976 5.970.574.102 2.638.734.118
Sub-jumlah
194.888.257.172
4.665.879.080
102.500.000
199.451.636.252
Aset Sewa Guna Usaha Alat Pengangkutan Aset dalam penyelesaian
Aset Sewa Guna Usaha Alat Pengangkutan
-
20.865.000
-
628.450.000
20.865.000
- 16 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
Jumlah akumulasi penyusutan
194.888.257.172
Nilai buku
166.689.422.871
4.686.744.080
102.500.000
199.472.501.252 162.922.776.048
Rincian pengurangan aset tetap adalah sebagai berikut: 2010
2009
Rp
Rp
Harga jual Nilai buku
58.025.000 -
41.000.000 -
Laba atas penjualan aset tetap
58.025.000
41.000.000
2010
2009
Rp
Rp
Beban penyusutan yang dibebankan adalah sebagai berikut:
Beban pokok penjualan – beban pabrikasi (Catatan 15) Beban umum dan administrasi (Catatan 16)
4.497.915.164 378.277.026
4.418.053.116 268.690.964
Jumlah
4.876.192.190
4.686.744.080
Penambahan aset tetap termasuk reklasifikasi dari uang muka pembelian aset tetap masing-masing sebesar Rp 164.548.516 dan Rp 36.925.281 pada tahun 2010 dan 2009. Perusahaan memiliki hak atas tanah (Hak Guna Bangunan) seluas 153.445 meter persegi, yang berlokasi di Sidoarjo dan Tangerang. Sertifikat hak atas tanah akan berakhir pada berbagai tanggal sampai tahun 2036. Manajemen Perusahaan berkeyakinan bahwa sertifikat hak atas tanah tersebut dapat diperpanjang setelah masa berakhirnya. Pada tahun 2010, terdapat penjualan aset tidak digunakan dalam usaha dengan harga jual sebesar Rp 2.585.927.750 dan nilai buku sebesar Rp 998.783.377. Laba atas penjualan aset tidak digunakan dalam usaha sebesar Rp 1.587.144.373 dicatat sebagai “Pendapatan (Beban) Lain-lain – Lain-lain”. Hak atas tanah dan mesin dan peralatan tertentu sebesar Rp 118.798.205.378 pada tahun 2010 dan Rp 128.720.139.557 pada tahun 2009, yang tidak digunakan dalam usaha, disajikan sebagai “Aset Tidak Digunakan dalam Usaha” dalam kelompok Aset Tidak Lancar. Seluruh hak atas tanah, mesin dan peralatan tersebut digunakan sebagai jaminan atas hutang bank dan manajemen telah mengambil langkah-langkah terkait atas aset tidak digunakan dalam usaha tersebut seperti dijelaskan dalam Catatan 9. Pada tahun 2010 dan 2009, aset tetap tertentu Perusahaan digunakan sebagai jaminan atas hutang bank (Catatan 9). Pada tanggal 31 Maret 2010, seluruh aset tetap, kecuali hak atas tanah telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya dengan nilai pertanggungan sebesar Rp 118.358.350.000, dimana manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas risiko tersebut.
- 17 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat kejadian atau perubahan keadaan yang mengindikasikan penurunan nilai aset tetap dan aset tidak digunakan dalam usaha pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009. 8.
HUTANG USAHA Akun ini menyajikan kewajiban dari pembelian impor dan lokal atas bahan baku dan bahan pembantu dari pihak ketiga, dengan rincian sebagai berikut : 2010 2009 Rp
Rp
Lokal Impor
18.482.705.307 158.388.410
23.014.500.077 303.166.458
Jumlah
18.641.093.717
23.317.666.535
Analisis umur hutang usaha adalah sebagai berikut:
Belum jatuh tempo Jatuh tempo 1 – 30 hari 31 – 60 hari Di atas 60 hari Jumlah
2010
2009
Rp
Rp
7.972.619.465
8.842.077.717
6.680.082.249 3.677.133.580 311.258.423
4.496.669.685 4.771.683.043 5.207.236.090
18.641.093.717
23.317.666.535
Rincian hutang usaha berdasarkan mata uang adalah sebagai berikut:
Dolar Amerika Serikat (US$1.553.465 pada tahun 2010 dan US$ 1.266.030 pada tahun 2009) Rupiah Dolar Singapura (SG$ 3.410 pada tahun 2010 dan SG$ 990 pada tahun 2009) Euro (Euro 480) Jumlah
2010
2009
Rp
Rp
14.159.829.647 4.453.217.028
14.654.297.482 8.655.827.669
22.183.141 5.863.901
7.541.384 -
18.641.093.717
23.317.666.535
Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 tidak terdapat jaminan yang diberikan oleh Perusahaan sehubungan dengan hutang usaha, transaksi hedging dan restrukturisasi hutang.
- 18 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
9. HUTANG BANK Pada tanggal 14 Maret 2007, Perusahaan memperoleh fasilitas kredit investasi refinancing dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Jakarta dengan jumlah maksimum sebesar Rp 44.000.000.000. Pinjaman yang memiliki jangka waktu 5 (lima) tahun ini akan jatuh tempo pada tanggal 14 Maret 2012 dan akan dilunasi dalam 20 (dua puluh) kali angsuran tiga bulanan masing-masing sebesar Rp 1 miliar, Rp 1,5 miliar, Rp 2 miliar, Rp 2,5 miliar dan Rp 4 miliar secara berurutan pada tahun pertama sampai dengan tahun kelima. Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, bagian jangka panjang dari fasilitas pinjaman ini sebesar Rp 16.000.000.000, dan Rp 26.000.000.000, sedangkan bagian jangka pendek sebesar Rp 10.000.000.000 dan Rp 8.000.000.000. Perusahaan juga memperoleh pinjaman rekening koran dengan jumlah maksimum sebesar Rp 53.000.000.000 pada tahun 2010 dan 2009 dengan jangka waktu 1 (satu) tahun yang diperoleh dari bank yang sama. Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, Perusahaan menggunakan fasilitas rekening koran masing-masing sebesar Rp 52.428.936.077 dan Rp 51.048.090.305, yang dicatat sebagai “Hutang bank” pada neraca. Kedua fasilitas pinjaman tersebut dibebani bunga tahunan sebesar 12% sampai dengan 15% selama tahun 2010 dan 2009, dan dijamin dengan aset tetap tertentu Perusahaan, aset tidak digunakan dalam usaha, persediaan dan piutang usaha tertentu (Catatan 4, 6 dan 7). Berdasarkan perjanjian pinjaman tersebut, Perusahaan harus memenuhi beberapa pembatasan antara lain mendapatkan persetujuan tertulis dari bank untuk melakukan merger atau akuisisi atau penjualan aset, mengubah anggaran dasar Perusahaan, mengubah susunan direksi dan komisaris, mengubah susunan pemegang saham, bertindak sebagai penjamin untuk pihak lain atau menjaminkan aset Perusahaan pada pihak lain, memberikan pinjaman pada pemegang saham, memperoleh pinjaman kredit baru dari bank lain atau lembaga keuangan lainnya, melakukan investasi aset tetap lebih dari Rp 10.000.000.000 dalam satu tahun dan meminjamkan aset yang digunakan sebagai jaminan pada pihak lain.
10. PERPAJAKAN a. Hutang pajak Akun ini terdiri atas:
Pajak Penghasilan Pasal 4 (2) Pasal 21 Pasal 23/26 Pajak Pertambahan Nilai Jumlah
2010
2009
Rp
Rp
52.500.000 186.065.700 544.000 976.703.348
45.454.545 145.100.000 170.000 2.330.986.015
1.215.813.048
2.521.710.560
- 19 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
b. Taksiran tagihan pajak penghasilan terdiri dari: 2010
2009
Rp
Rp
Pembayaran dimuka pajak penghasilan untuk tahun: 2010 2009 2008 2007
64.523.000 236.652.890 296.920.301 -
30.599.565 296.920.301 213.618.698
Jumlah
598.096.191
541.138.564
Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tanggal 13 Maret 2009, penghasilan kena pajak dan tagihan pajak penghasilan Perusahaan yang disetujui untuk tahun 2007 masingmasing sebesar Rp 6.726.900.167 dan Rp 193.618.698. Pada tahun 2009, Perusahaan juga menerima beberapa Surat Keputusan Pajak dan Surat Tagihan Pajak berkaitan dengan kurang bayar pajak penghasilan pasal 21, pasal 23, pasal 4 ayat 2, Pajak Pertambahan Nilai tahun 2007 dan bunganya sejumlah Rp 527.006.039 yang disajikan sebagai bagian dari “Pendapatan (Beban) Lainlain – Lain-lain – bersih” pada laporan laba rugi tahun 2009. Penyelesaian atas kelebihan bayar yang telah disetujui dikompensasikan dengan kurang bayar tersebut. Selisih antara taksiran tagihan pajak penghasilan dengan persetujuan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp 20.000.000 dibebankan pada tahun 2009. Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tanggal 14 Maret 2008, penghasilan kena pajak dan tagihan pajak penghasilan Perusahaan yang disetujui untuk tahun 2006 masingmasing sebesar Rp 9.529.111.581 dan Rp 122.503.631. Pada tahun 2008, Perusahaan juga menerima beberapa Surat Keputusan Pajak dan Surat Tagihan Pajak berkaitan dengan kurang bayar pajak penghasilan pasal 23, pasal 4 ayat 2, Pajak Pertambahan Nilai tahun 2006 dan bunganya sejumlah Rp 545.766.746 yang disajikan sebagai bagian dari “Pendapatan (Beban) Lain-lain – Lain-lain – bersih” pada laporan laba rugi tahun 2008. Penyelesaian atas kelebihan bayar yang telah disetujui dikompensasikan dengan kurang bayar tersebut. Selisih antara taksiran tagihan pajak penghasilan dengan persetujuan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp 18.000.001 dibebankan pada tahun 2008. Pada bulan Januari 2005, Perusahaan menerima Surat Keputusan DJP berkaitan dengan kurang bayar pajak penghasilan pasal 26 tahun 2003 beserta bunganya sebesar Rp 3.302.772.583, dimana sebesar Rp 1.768.673.397 dari jumlah tersebut telah dikompensasikan dengan tagihan pajak penghasilan yang telah disetujui. Pada bulan Pebruari 2005, Perusahaan menyampaikan surat keberatan atas kurang bayar pajak penghasilan pasal 26 beserta bunganya diatas, karena Perusahaan sudah tidak membukukan lagi beban bunga tersebut dalam perhitungan laba kena pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Badan Tahunan tahun 2003, sehingga tagihan pajak yang dikompensasikan disajikan sebagai “Beban Pajak Ditangguhkan” pada neraca. Pada tanggal 30 September 2005, Perusahaan menerima Surat Keputusan DJP mengenai penolakan atas keberatan tersebut. Selanjutnya, pada bulan Desember 2005, Perusahaan menyampaikan surat banding atas surat keputusan tersebut kepada pengadilan pajak.
- 20 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
Perusahaan melakukan tambahan pembayaran atas surat keberatan kurang bayar pajak penghasilan pasal 26 tahun 2003 sebagaimana disebutkan pada paragraf diatas sebesar Rp 41.720.577 dan Rp 225.000.000 pada periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2010 dan 2009. Berdasarkan Surat Keputusan Pengadilan Pajak tanggal 27 April 2006, banding Perusahaan atas kurang bayar Pajak Penghasilan Pasal 26 dan bunga diatas disetujui sebagian sebesar Rp 216.849.708. Atas keputusan tersebut, pada tanggal 20 Juli 2006 Perusahaan mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung. Sampai dengan tanggal 31 Maret 2010, Perusahaan belum menerima hasil akhir atas surat permohonan peninjauan kembali tersebut. 11. KEWAJIBAN IMBALAN KERJA KARYAWAN Perusahaan menetapkan manfaat untuk karyawan yang mencapai usia pensiun 55 tahun berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13/2003 tanggal 25 Maret 2003. Manfaat tersebut tidak didanai. Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009, jumlah kewajiban imbalan kerja karyawan masing-masing sebesar Rp 4.195.804.508 dan Rp 3.577.262.261. Manajemen berkeyakinan bahwa jumlah tersebut memadai untuk memenuhi Undang-undang pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009.
12. MODAL SAHAM DAN AKUN EKUITAS TERKAIT a. Rincian pemegang saham Perusahaan dan kepemilikannya pada tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: Jumlah saham ditempatkan dan Persentase Pemegang Saham disetor penuh Kepemilikan Jumlah
PT Langgeng Bahagia Popularity Consultants Ltd. Zafrina Development Ltd. Nanyang Capital Investments Ltd. Rotary Ventures Inc. Luminous Ventures Inc. Sandjojo Alim Hidayat Alim (Direktur Utama) Masyarakat Jumlah
179.313.291 122.581.787 121.799.459 120.000.000 119.857.043 118.386.487 112.176 56.087 226.411.339
% 17,78 12,15 12,08 11,90 11,88 11,74 0,01 0,01 22,45
Rp 89.656.645.500 61.290.893.500 60.899.729.500 60.000.000.000 59.928.521.500 59.193.243.500 56.088.000 28.043.500 113.205.669.500
1.008.517.669
100,00
504.258.834.500
b. Selisih Penilaian Kembali Aset Tetap Pada tanggal 7 Desember 2000 dan 31 Maret 1998, Perusahaan memperoleh persetujuan untuk penilaian kembali aset tetap dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Publik dengan Surat Keputusan No. KEP-10/WPJ.06/KP.0404/2000 dan No. KEP-03/WPJ.06/KP.0404/1998. Selisih
- 21 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
penilaian kembali sebesar Rp 78.245.188.003 pada tahun 2000 dan Rp 16.111.666.845 pada tahun 1998 dicatat sebagai “Selisih Penilaian Kembali Aset Tetap” yang menjadi bagian dari ekuitas di neraca. Pada tahun 2000, sejumlah Rp 14.310.346.473 dari jumlah selisih penilaian kembali dikapitalisasi ke modal saham dengan membagikan saham bonus (Catatan 1). Pada tahun 2008, seluruh selisih penilaian kembali telah direklasifikasi ke defisit sehubungan dengan ketentuan transisi PSAK No. 16 (Revisi 2007) (Catatan 2a). 13. PENJUALAN BERSIH Rincian penjualan bersih adalah sebagai berikut: 2010
2009
Rp
Rp
Lokal Alat masak aluminium Pipa PVC, fitting dan talang air Perabotan rumah tangga plastik Alat masak aluminium anti lengket Karung plastik Lain-lain
46.586.617.734 21.577.160.212 7.650.171.018 2.482.039.198 828.657.685 39.853.726
37.860.507.435 16.173.282.307 6.731.529.383 4.396.458.658 3.503.971.508 6.000.000
Sub – jumlah
79.164.499.573
68.671.749.291
Ekspor Perabotan rumah tangga plastik Alat masak aluminium anti lengket Alat masak aluminium
1.247.351.458 396.985.050 138.193.197
1.058.220.656 233.825.776 150.616.513
Sub – jumlah
1.782.529.705
1.442.662.945
80.947.029.278
70.114.412.236
Jumlah
Nilai dan persentase penjualan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa diungkapkan di Catatan 5. Pada periode 31 Maret 2010 dan 2009, tidak ada penjualan ke pelanggan tunggal yang melebihi 10% dari penjualan bersih.
- 22 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
14. BEBAN POKOK PENJUALAN Rincian beban pokok penjualan adalah sebagai berikut: 2010
2009
Rp
Rp
Pemakaian bahan baku Upah buruh langsung Beban pabrikasi (Catatan 15)
46.685.022.092 9.499.799.871 18.524.657.449
28.008.914.808 7.930.154.787 16.541.412.550
Jumlah beban produksi Persediaan barang dalam proses Awal periode Akhir periode
74.709.479.412
52.480.482.145
57.707.997.688 62.561.086.776 ) (
75.908.846.616 69.539.822.109 )
69.856.390.324
58.849.506.652
62.760.044.090 64.703.680.932 ) (
73.874.248.801 3.639.100 75.165.548.689 )
67.912.753.482
57.561.845.864
Beban pokok produksi Persediaan barang jadi Awal periode Pembelian Akhir periode
(
(
Beban pokok penjualan
Perusahaan membeli bahan baku dan bahan pembantu dari pihak ketiga sebagai berikut: 2010
2009
Rp
Rp
PT Indonesia Asahan Aluminium PT Naga Sakti Abadi Lain-lain (masing-masing di bawah 10% dari jumlah pembelian )
21.755.961.516 10.599.266.560 20.562.381.234
6.742.042.449 4.073.669.059 17.266.702.234
Jumlah
52.917.609.310
28.082.413.742
15. BEBAN PABRIKASI Rincian beban pabrikasi adalah sebagai berikut:
Bahan pembantu Penyusutan (Catatan 7) Tenaga kerja tak langsung Air dan listrik Perbaikan dan pemeliharaan
2010
2009
Rp
Rp
5.911.405.457 4.497.915.162 3.059.504.945 2.526.098.520 1.188.737.353
5.118.816.844 4.418.053.116 2.518.990.711 2.227.892.005 1.213.303.628
- 23 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
Bahan bakar Lain-lain (masing-masing di bawah Rp 250 juta) Jumlah
759.596.654 581.399.358
829.721.147 214.635.099
18.524.657.449
16.541.412.550
16. BEBAN USAHA Rincian beban usaha adalah sebagai berikut: 2010
2009
Rp
Rp
Penjualan Pengangkutan dan beban ekspor lainnya Perjalanan dinas Iklan dan promosi Bahan bakar Lain-lain (masing-masing di bawah Rp 100 juta)
1.361.747.991 1.216.677.290 229.079.239 167.065.855 93.598.140
985.512.147 591.695.600 718.489.310 162.064.627 119.625.518
Sub – jumlah
3.068.168.515
2.577.387.202
Umum dan administrasi Gaji dan kesejahteraan karyawan Perbaikan dan pemeliharaan Sumbangan dan jamuan Penyusutan (Catatan 7) Asuransi Telepon dan teleks Lain-lain (masing-masing di bawah Rp 140 juta)
4.441.567.667 485.820.857 419.947.532 378.277.026 152.163.803 142.746.924 1.236.755.644
3.726.779.048 261.749.278 231.313.252 268.690.964 132.473.945 177.754.621 854.232.356
Sub – jumlah
7.257.279.453
5.652.993.464
10.325.447.968
8.230.380.666
Jumlah
17. INFORMASI SEGMEN Periode yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2010 Segmen usaha Alat masak aluminium
Pipa PVC, fitting dan talang air
Perabotan rumah tangga plastik
46.724.810.931 37.853.122.934
21.577.160.212 18.070.451.983
8.897.522.476 8.419.768.827
3.747.535.659 3.569.409.738
80.947.029.278 67.912.753.482
Laba kotor
8.871.687.997
3.506.708.229
477.753.649
178.125.921
13.034.275.796
Beban usaha Alokasi Tidak dialokasi
1.771.902.094
818.250.831
337.412.574
140.603.016
3.068.168.515 7.257.279.453
Hasil Penjualan bersih Beban pokok penjualan
Lain-lain
Jumlah
- 24 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
Laba usaha Aset dan Kewajiban Aset segmen Aset tidak dialokasikan
2.708.827.828
94.595.050.662
111.418.454.865
135.322.866.035
84.336.471.504
Jumlah aset
425.672.843.066 117.437.527.431 543.110.370.497
Kewajiban segmen 2.501.012.943 Kawajiban tidak dialokasikan
709.022.328
674.758.627
311.010.610
Jumlah kewajiban
4.195.804.508 137.715.098.717 141.910.903.225
Informasi Segmen Lain Pengeluaran modal: Aset tetap Beban non-kas Penyusutan Amortisasi
138.822.656
1.090.975.334
384.079.931
229.546.237
1.843.424.158
1.103.247.376 87.876.321
1.043.257.796 40.580.613
1.578.029.754 16.733.755
1.151.657.264 6.973.114
4.876.192.190 152.163.803
Segmen Geografis Asia Penjualan bersih
80.055.764.425
Timur Tengah 677.361.288
Australia 142.602.377
Lain-lain 71.301.188
Jumlah 80.947.029.278
Periode yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2009 Segmen usaha Alat masak aluminium
Pipa PVC, fitting dan talang air
Perabotan rumah tangga plastik
38.011.123.948 29.462.355.356
16.173.282.307 13.151.491.885
7.789.750.039 7.238.586.756
8.140.255.942 7.709.411.867
70.114.412.236 57.561.845.864
Laba kotor
8.548.768.592
3.021.790.422
551.163.283
430.844.075
12.552.566.372
Beban usaha Alokasi Tidak dialokasi
1.397.398.419
594.576.450
286.373.652
299.038.681
2.577.387.202 5.652.993.464
Hasil Penjualan bersih Beban pokok penjualan
Lain-lain
Laba usaha Aset dan Kewajiban Aset segmen Aset tidak dialokasikan
4.322.185.706
117.292.372.661
99.516.554.557
138.026.590.300
92.922.828.672
Jumlah aset Kewajiban segmen 2.164.170.731 Kawajiban tidak dialokasikan Jumlah kewajiban
Jumlah
447.758.346.190 95.365.479.268 543.123.825.458
523.934.660
549.041.838
340.115.032
3.577.262.261 145.884.056.518 149.461.318.779
- 25 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
Informasi Segmen Lain Pengeluaran modal: Aset tetap Beban non-kas Penyusutan Amortisasi
1.632.580.677
213.099.550
269.255.196
198.236.552
2.313.171.975
1.025.530.901 71.824.242
864.008.198 30.560.363
1.615.435.989 14.719.188
1.181.768.992 15.370.152
4.686.744.080 132.473.945
Segmen Geografis Penjualan bersih
Asia
Timur Tengah
69.926.866.053
-
Australia -
Lain-lain 187.546.183
Jumlah 70.114.412.236
Tidak terdapat informasi segmen berdasarkan lokasi geografis pelanggan Perusahaan, kecuali informasi penjualan bersih Perusahaan, karena pabriknya hanya terletak di satu lokasi.
18. ASET DAN KEWAJIBAN DALAM MATA UANG ASING Pada tanggal 31 Maret 2010, Perusahaan mempunyai aset dan kewajiban moneter yang dinyatakan dalam mata uang asing sebagai berikut:
Aset Kas dan bank
Piutang usaha
Mata Uang Asing
Rupiah
US$ Euro HK$ SG$ US$
167.485.937 29.691.129 9.627.609 780.638 724.612.421
18.375 2.430 8.200 120 79.497
Jumlah aset Kewajiban Hutang usaha
Biaya masih harus dibayar
932.197.734
US$ SG$ Euro US$
1.553.465 3.410 480 16.665
14.159.829.647 22.183.141 5.863.901 151.900.655
Jumlah kewajiban
14.339.777.344
Kewajiban - bersih
13.407.579.610
19. KONDISI EKONOMI Kegiatan utama Perusahaan dapat dipengaruhi oleh memburuknya kondisi ekonomi dunia pada tahun 2008, yang mengakibatkan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing dan memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Perbaikan dan pemulihan ekonomi tergantung pemulihan ekonomi dunia dan beberapa faktor seperti kebijakan fiskal dan moneter yang dilakukan oleh Pemerintah, yang merupakan suatu tindakan yang berada diluar kendali Perusahaan.
- 26 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
20. REVISI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN Berikut ini ikhtisar revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan belum berlaku efektif untuk laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada pada tanggal 31 Maret 2010: a. PSAK No. 50 (Revisi 2006), mengenai “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”. Pada Desember 2006, DSAK mengeluarkan PSAK No. 50 (Revisi 2006), mengenai “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan” yang menggantikan PSAK No. 50, mengenai “Akuntansi Investasi Efek Tertentu”. PSAK No. 50 (Revisi 2006) memberikan pedoman bagaimana mengungkapkan dan menyajikan instrumen keuangan pada laporan keuangan dan menentukan apakah instrumen keuangan adalah instrumen kewajiban atau ekuitas. Standar ini digunakan untuk klasifikasi atas instrumen keuangan dari prospektif penerbitnya, dalam aset keuangan, kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas; pengklasifikasian yang terkait dengan suku bunga, dividen, kerugian dan keuntungan; dan keadaan dimana aset keuangan dan kewajiban keuangan akan saling hapus. PSAK No. 50 (Revisi 2006) melengkapi ketentuan pengakuan dan pengukuran aset keuangan dan kewajiban keuangan yang diatur pada PSAK No. 55 (Revisi 2006). DSAK menunda pemberlakuan PSAK No. 50 (Revisi 2006) hingga 1 Januari 2010 berdasarkan surat DSAK No. 1705/DSAK/IAI/XII/2008, mengenai “Pengumuman Perubahan Tanggal Efektif PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006)” tertanggal 30 Desember 2008. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK No. 50 (Revisi 2006) terhadap laporan keuangan. b. PSAK No. 55 (Revisi 2006), mengenai “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”. Pada Desember 2006, DSAK mengeluarkan PSAK No. 55 (Revisi 2006), mengenai “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran” yang menggantikan PSAK No. 55 (Revisi 1999), mengenai “Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai”. PSAK No. 55 (Revisi 2006) memberikan pedoman pengakuan, pengukuran, dan penghentian pengakuan aset keuangan dan kewajiban keuangan termasuk instrumen derivatif. Standar tersebut juga memberikan pedoman pengakuan dan pengukuran kontrak penjualan dan pembelian item non-keuangan. DSAK menunda pemberlakuan PSAK No. 55 (Revisi 2006) hingga 1 Januari 2010 berdasarkan surat DSAK No. 1705/DSAK/IAI/XII/2008, mengenai “Pengumuman Perubahan Tanggal Efektif PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006)” tertanggal 30 Desember 2008. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK No. 55 (Revisi 2006) terhadap laporan keuangan. c. PSAK No. 26 (Revisi 2008), mengenai “Biaya Pinjaman”. Pada September 2008, DSAK mengeluarkan PSAK No. 26 (Revisi 2008) mengenai “Biaya Pinjaman” yang menggantikan PSAK No. 26 (Revisi 1997), mengenai “Biaya Pinjaman”. PSAK No. 26 (Revisi 2008) memberikan pedoman terkait dengan kapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian dari biaya perolehan suatu aset. PSAK No. 26 (Revisi 2008) mengharuskan biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi, atau pembuatan suatu aset kualifikasian untuk dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tersebut. PSAK No. 26 (Revisi 2008) efektif berlaku sejak 1 Januari 2010. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK No. 26 (Revisi 2008) terhadap laporan keuangan. d. PSAK No. 1 (Revisi 2009), mengenai “Penyajian Laporan Keuangan”. Pada bulan Juni 2009, DSAK mengeluarkan PSAK No. 1 (Revisi 2009), mengenai “Penyajian Laporan Keuangan” yang mengamandemen PSAK No. 1 (Revisi 1998), mengenai “Penyajian Laporan Keuangan”. PSAK No. 1 (Revisi 2009) menentukan dasar-dasar bagi penyajian laporan
- 27 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
keuangan bertujuan umum, agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. PSAK No. 1 (Revisi 2009) mengatur persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, persyaratan minimum isi laporan keuangan dan mengharuskan Perusahaan untuk menerbitkan laporan keuangan yang lengkap yang terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya, Laporan Posisi Keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. PSAK No. 1 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011. Penerapan lebih dini dianjurkan. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK No. 1 (Revisi 2009) terhadap laporan keuangan. e. PSAK No. 2 (Revisi 2009), mengenai “Laporan Arus Kas”. Pada Nopember 2009, DSAK mengeluarkan PSAK No. 2 (Revisi 2009), mengenai “Laporan Arus Kas” yang mengamandemen PSAK No. 2 (Reformat 2007), mengenai “Laporan Arus Kas”. PSAK No. 2 (Revisi 2009) menyediakan pedoman spesifik dalam menyusun Laporan Arus Kas. PSAK No. 2 (Revisi 2009) mengharuskan Perusahaan untuk memberikan informasi mengenai perubahanperubahan historis terkait kas dan setara kas yang diklasifikasikan kedalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. PSAK No. 2 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak perubahan PSAK No. 2 (Revisi 2009) terhadap laporan keuangan. f.
PSAK No. 4 (Revisi 2009), mengenai “Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri” Pada Nopember 2009, DSAK mengeluarkan PSAK No. 4 (Revisi 2009), mengenai “Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri” yang mengamandemen PSAK No. 4 (Reformat 2007), mengenai “Laporan Keuangan Konsolidasi”. PSAK No. 4 (Revisi 2009) menitikberatkan relevansi, keandalan dan komparabilitas informasi yang disajikan Perusahaan dalam laporan keuangan konsolidasi dan laporan keuangan tersendiri. Menurut PSAK No. 4 (Revisi 2009), kepentingan non pengendali (yang sebelumnya disebut hak minoritas) harus disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan dalam bagian ekuitas, terpisah dari ekuitas pemilik entitas induk. Pada saat perusahaan membuat laporan keuangan tersendiri, investasi pada anak perusahaan harus dicatat pada biaya perolehan sesuai dengan PSAK No. 4 (Revisi 2009). PSAK No. 4 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK No. 4 (Revisi 2009) terhadap laporan keuangan.
g. PSAK No. 5 (Revisi 2009), mengenai “Segmen Operasi”. Pada bulan Juni 2009, DSAK mengeluarkan PSAK No. 5 (Revisi 2009), mengenai “Segmen Operasi” yang merubah PSAK No. 5 (Revisi 2000), mengenai “Pelaporan Segmen”. PSAK No. 5 (Revisi 2009) mensyaratkan Perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan konsolidasi untuk mengevaluasi sifat dan dampak keuangan dari aktivitas bisnis. PSAK No. 5 (Revisi 2009) memperluas definisi segmen operasi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi dan melaporkan segmen operasi. PSAK No. 5 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Penerapan lebih dini atas PSAK No. 5 (Revisi 2009) diperkenankan. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK No. 5 (Revisi 2009) terhadap laporan keuangan.
- 28 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
h. PSAK No. 10 (Revisi 2009), mengenai “Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Asing”. Pada Desember 2009, DSAK mengeluarkan PSAK No. 10 (Revisi 2009), mengenai “Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Asing” yang merubah PSAK No. 10 (Reformat 2007), mengenai “Transaksi dalam Mata Uang Asing”, PSAK No. 11 (Reformat 2007), mengenai “Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing”, dan PSAK No. 52, mengenai “Mata Uang Pelaporan”. PSAK No. 10 (Revisi 2009) memperluas definisi mata uang fungsional dan faktorfaktor yang dipertimbangkan dalam menentukan mata uang fungsional dari suatu entitas serta memberikan pedoman dalam pelaporan transaksi-transaksi dalam mata uang asing, penjabaran pada mata uang penyajian, dan penjabaran kegiatan usaha luar negeri. Dalam penjabaran kegiatan usaha luar negeri, goodwill yang timbul dari akuisisi kegiatan usaha luar negeri dan setiap penyesuaian nilai wajar pada nilai tercatat aset dan kewajiban untuk dinyatakan dalam mata uang fungsional dan dijabarkan dalam kurs penutupan. PSAK No. 10 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK No. 10 (Revisi 2009) terhadap laporan keuangan. i.
PSAK No. 12 (Revisi 2009), mengenai “Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama”. Pada Agustus 2009, DSAK mengeluarkan PSAK No. 12 (Revisi 2009), mengenai “Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama” yang merubah PSAK No. 12 (Reformat 2007), mengenai “Pelaporan Keuangan Mengenai Bagian Partisipasi dalam Pengendalian Bersama Operasi dan Aset”. PSAK No. 12 (Revisi 2009) memberikan pedoman dalam akuntansi dan pelaporan kepemilikan dalam ventura bersama dalam laporan keuangan venturer. Venturer harus mengakui bagian partisipasinya dalam pengendalian bersama aset dalam laporan keuangannya. Venturer harus mengakui aset yang dikendalikan, kewajiban dan beban yang timbul dan bagian pendapatan dalam laporan keuangannya dalam pengendalian bersama operasi. Venturer harus mengakui bagian pertisipasinya dalam pengendalian bersama entitas dengan menggunakan konsolidasi proporsional atau metode ekuitas. Penerapan dini atas PSAK No. 12 (Revisi 2009) dianjurkan. PSAK No. 12 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK No. 12 (Revisi 2009) terhadap laporan keuangan.
j.
PSAK No. 15 (Revisi 2009), mengenai “Investasi pada Entitas Asosiasi”. Pada Juni 2009, DSAK mengeluarkan PSAK No. 15 (Revisi 2009), mengenai “Investasi pada Entitas Asosiasi” yang menggantikan PSAK No. 15 (1998), “Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi. PSAK No. 15 (Revisi 2009) diterapkan untuk akuntansi investasi dalam entitas asosiasi, yaitu suatu entitas, termasuk entitas non-korporasi seperti persekutuan, dimana investor mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan entitas anak ataupun bagian partisipasi dalam ventura bersama. Investasi dalam entitas asosiasi dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. PSAK No. 15 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Penerapan dini PSAK No. 15 (Revisi 2009) dianjurkan. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK No. 15 (Revisi 2009) terhadap laporan keuangan.
k. PSAK No. 25 (Revisi 2009), mengenai “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan”. Pada Agustus 2009, DSAK mengeluarkan PSAK No. 25 (Revisi 2009), mengenai “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan” yang menggantikan PSAK No. 25 (Reformat 2007), mengenai “Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi”. PSAK No. 25 (Revisi 2009) memberikan definisi tentang kelalaian pencantuman, kesalahan penyajian, kesalahan mendasar dan kesalahan lain yang material.
- 29 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
PSAK No. 25 (Revisi 2009) mensyaratkan Perusahaan untuk mengungkapkan dampak yang mungkin timbul akibat penerapan standar-standar akuntansi keuangan yang baru pada laporan keuangan pada periode awal penerapan. PSAK No. 25 (Revisi 2009) juga memberikan panduan untuk mencatat dan mengungkapkan kesalahan, perubahan estimasi akuntansi dan perubahan kebijakan akuntansi. PSAK No. 25 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Penerapan lebih dini atas PSAK No. 25 (Revisi 2009) dianjurkan. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK No. 25 (Revisi 2009) terhadap laporan keuangan. l.
PSAK No. 48 (Revisi 2009), mengenai “Penurunan Nilai Aset”. Pada Oktober 2009, DSAK mengeluarkan PSAK No. 48 (Revisi 2009), mengenai “Penurunan Nilai Aset” yang menggantikan PSAK No. 48, mengenai “Penurunan Nilai Aset”. PSAK No. 48 (Revisi 2009) memberikan prosedur untuk mengidentifikasikan unit penghasil kas dan mengukur penurunan nilai aset. Suatu rugi penurunan nilai harus dicatat untuk suatu unit penghasil kas ketika jumlah terpulihkan dari unit tersebut lebih kecil dari nilai tercatatnya. Rugi penurunan nilai harus dialokasikan untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap goodwill yang dialokasikan ke unit penghasil kas tersebut dan ke aset lain dari unit tersebut dibagi pro rata atas dasar jumlah tercatat setiap aset di dalam unit tersebut. PSAK No. 48 (Revisi 2009) mensyaratkan Perusahaan untuk menilai pada setiap akhir periode pelaporan apakah terdapat indikasi-indikasi yang menunjukkan bahwa suatu aset mengalami penurunan nilai dan rugi penurunan nilai yang diakui pada periode sebelumnya untuk aset lain selain goodwill sudah tidak terdapat lagi. PSAK No. 48 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Perusahaan harus menerapkan PSAK No. 48 (Revisi 2009) secara prospektif. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK 48 (Revisi 2009) terhadap laporan keuangan.
m. PSAK No. 57 (Revisi 2009), mengenai “Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi”. Pada Agustus 2009, DSAK mengeluarkan PSAK No. 57 (Revisi 2009), mengenai “Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi” yang menggantikan PSAK No. 57, mengenai “Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi”. PSAK No. 57 (Revisi 2009) memberikan panduan penerapan untuk mengakui dan mengungkapkan kewajiban diestimasi, kewajiban kontinjensi dan aset kontinjensi. PSAK No. 57 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Penerapan lebih dini atas PSAK No. 57 (Revisi 2009) dianjurkan. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK No. 57 (Revisi 2009) terhadap laporan keuangan. n. PSAK No. 58 (Revisi 2009), mengenai “Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan”. Pada bulan Agustus 2009, DSAK mengeluarkan PSAK No. 58 (Revisi 2009), mengenai “Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan” yang merubah PSAK No. 58 (Revisi 2003), mengenai “Operasi yang Dihentikan”. PSAK No. 58 (Revisi 2009) memperluas pedoman pengklasifikasian dan pengukuran aset tersedia untuk dijual. Aset tersedia untuk dijual disajikan sebagai aset lancar dan terpisah dari pos lainnya. PSAK No. 58 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai atau sesudah 1 Januari 2011. Penerapan PSAK No. 58 (Revisi 2009) secara dini dianjurkan. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK No. 58 (Revisi 2009) terhadap laporan keuangan.
- 30 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
o. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) No. 7 (Revisi 2009), mengenai “Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus”. Pada Oktober 2009, DSAK mengeluarkan ISAK No. 7 (Revisi 2009), mengenai “Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus” yang mengubah ISAK No. 7 (Revisi 2004), mengenai “Entitas Bertujuan Khusus”. ISAK No. 7 (Revisi 2009) memberikan pedoman bagaimana mengidentifikasi entitas bertujuan khusus dan menjelaskan indikasi adanya pengendalian yang menjadi pertimbangan dalam menentukan apakah suatu Entitas Bertujuan Khusus (EBK) dikonsolidasikan atau tidak. ISAK No. 7 (Revisi 2009) mengharuskan suatu EBK dikonsolidasi apabila dikendalikan oleh suatu entitas. ISAK No. 7 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan ISAK No. 7 (Revisi 2009) terhadap laporan keuangan. p. ISAK No. 9 (Revisi 2009), mengenai “Perubahan atas Kewajiban Aktivitas Purna-operasi, Restorasi dan Kewajiban Serupa”. Pada bulan Agustus 2009, DSAK mengeluarkan ISAK No. 9 (Revisi 2009), mengenai “Perubahan atas Kewajiban Aktivitas Purna-operasi, Restorasi dan Kewajiban Serupa”. ISAK No. 9 (Revisi 2009) memberikan pedoman bagaimana menghitung dampak perubahan dalam pengukuran atas aktivitas purna-operasi, restorasi atau kewajiban yang serupa yang muncul karena kewajiban untuk membongkar dan memindahkan aset tetap, pabrik dan peralatan dan restorasi lokasi aset sebagai konsekuensi dari pembeliannya. ISAK No. 9 (Revisi 2009) juga menjelaskan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan perubahan tersebut dan bagaimana mengukurnya. ISAK No. 9 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai atau sesudah 1 Januari 2011. Penerapan ISAK No. 9 (Revisi 2009) secara dini dianjurkan. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan ISAK No. 9 (Revisi 2009) terhadap laporan keuangan. q. ISAK No. 10 (Revisi 2009), mengenai “Program Loyalitas Pelanggan”. Pada Agustus 2009, DSAK mengeluarkan ISAK No. 10 (Revisi 2009), mengenai “Program Loyalitas Pelanggan”. ISAK No. 10 (Revisi 2009) menyediakan pedoman untuk mencatat dan mengukur penghargaan kredit kepada pelanggan. Interpretasi ini mensyaratkan imbalan tersebut diidentifikasi secara terpisah dan diukur dengan mengacu pada nilai wajarnya. ISAK No. 10 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode tahunan yang dimulai atau setelah 1 Januari 2011. Penerapan dini dari ISAK No. 10 (Revisi 2009) diperbolehkan. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak dari penerapan di ISAK No. 10 (Revisi 2009) terhadap laporan keuangan. r.
ISAK No. 11 (Revisi 2009), mengenai “Distribusi Aset Non Kas kepada Pemilik”. Pada Agustus 2009, DSAK mengeluarkan ISAK No. 11 (Revisi 2009), mengenai “Distribusi Aset Non Kas kepada Pemilik”. ISAK No. 11 (Revisi 2009) menyediakan pedoman pengakuan, pengukuran dan pengungkapan hutang dividen pada saat entitas mengumumkan distribusi dan mempunyai kewajiban untuk mendistribusikan aset kepada pemilik. Hal ini mensyaratkan entitas untuk mengakui perbedaan antara nilai tercatat aset yang didistribusikan dan nilai tercatat utang dividen dalam laba rugi. ISAK No. 11 (Revisi 2009) diterapkan secara prospektif untuk periode tahunan yang dimulai atau setelah 1 Januari 2011. Penerapan retrospektif tidak diperbolehkan sedangkan penerapan dini diperbolehkan. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan ISAK No. 11 (Revisi 2009) terhadap laporan keuangan.
s.
ISAK No. 12 (Revisi 2009), mengenai “Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer”. Pada bulan Agustus 2009, DSAK mengeluarkan ISAK No. 12 (Revisi 2009), mengenai
- 31 PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Maret 2010 dan 2009 (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
“Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer”. ISAK No. 12 (Revisi 2009) memberikan pedoman pengakuan keuntungan atau kerugian dari kontribusi aset nonmoneter pada PBE (Pengendalian Bersama Entitas) dalam pertukaran dengan bagian partisipasi ekuitas PBE dalam laporan laba rugi venturer. Standar tersebut juga memberikan pedoman bagaimana menghitung imbalan tambahan dan menyajikan keuntungan atau kerugian belum terealisasi pada Laporan Keuangan venturer. Venturer tidak mengakui porsi keuntungan atau kerugian yang diatribusikan pada bagian partisipasi ekuitas venturer lain jika (a) risiko dan manfaat signifikan dari kepemilikan aset nonmoneter yang dikontribusikan tidak beralih ke PBE; atau (b) keuntungan atau kerugian dalam kontribusi nonmoneter tidak dapat diukur dengan andal; atau (c) transaksi kontribusi tidak memiliki substansi komersial. Jika disamping menerima bagian partisipasi ekuitas, venturer menerima aset moneter atau nonmoneter, maka porsi yang sesuai dari keuntungan atau kerugian dalam transaksi tersebut diakui oleh venturer. ISAK No. 12 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011. Penerapan dini ISAK No. 12 (Revisi 2009) diperkenankan. Perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan ISAK No. 12 (Revisi 2009) terhadap laporan keuangan.
21. PENYELESAIAN LAPORAN KEUANGAN Manajemen Perusahaan bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan yang diselesaikan pada tanggal 26 April 2010.