Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
PSIKOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Oleh: Naeila Rifatil Muna, S.Ps.I., M.Pd.I.
Abstrak
وجيب على كل الشخص،تكون وظيفة اللغة يف عصر العوملة مهمة جدا للغة التكلم . ألن اجملتمع ونشاطاته سيكون هادءا بال اللغة،أن يتعلمها واللغة األجنبية أخرى السيكولوجي اللغة هو العلم الذي حياول أن يتعلم اللغة وحقيقاهتا وتركيبها وكيف والسيكولوجي اللغة ينمو وينشأ بنمو سيكولوجي.يناهلا ويستخدمها وي نشأها .الطالب يف معرفتهم إىل اللغة ولذا كي عملية التعليم متشي وجتري كما كانت هي املرجوة فتحتاج إىل األسلوب .التعليمية املناسبة بسيكولوجي الطالب ونشأته . السيكولوجي اللغة ونظرايت اللغة ومشكالت اللغة:كلمات البحث A. Pendahuluan Pendidikan merupakan suatu usaha yang sangat penting untuk setiap bangsa, karena melalui proses pendidikan maka budaya dan nilai-nilai luhur suatu bangsa dapat diwariskan kepada generasi berikutnya. Diantara sekian banyak budaya yang perlu diwariskan kepada generasi muda adalah bahasa, karena bahasa marupakan alat yang sangat penting untuk berkomunikasi Pada era globalisasi sekarang ini, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dirasakan semakin penting. Komunikasi antar bangsa, negara, dan masyarakat
internasional akan terus terjadi, untuk itu penguasaan satu atau lebih bahasa , khususnya bahasa asing menjadi suatu kebutuhan yang sangat disadari untuk
102
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
mejawab tantangan era globalisasi. Dengan semakin meluasnya hubungan kerjasama antar bangsa dan negara,maka terasa makin penting pula untuk meningkatkan sarana komunikasi. Maka pembelajaran bahasa asing menjadi suatu keharusan ketika kita menyadari menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. Setiap negara memiliki bahasa nasional masing-masing, seperti negara kita Indonesia memiliki bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Berkaitan
dengan dunia pendidikan dan sebagai usaha mempersiapkan generasinya mengadapai tantangan ewra globalisasi, maka dalam kurikulum pendidikan yang diajarkan di sekolah-sekolah terdapat pula pembelajaran bahasa-bahasa asing. Bahasa asing utama yang diajarkan pada sekolah-sekolah Islam selain bahasa Inggris diajarkan pula bahasa Arab. Karena bahasa Arab adalah bahasa Islam dan bahasa Internasional. Namun sering kali bahasa Arab dipersepsi sebagai bahasa yang sulit untuk dipelajari, terutama oleh peserta didik. Berbagai problematika dihadapi oleh individu-individu peserta didik menyatakan bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang klasik, kuno sehingga persepsi yang salah inilah yang mempengaruhi motivasi peserta didik untuk mempelajari bahasa Arab. Karenanya dalam mempelajari bahasa tidak lepas dari ilmu psikologi yang bisa dijadikan salah satu pendekatan untuk mengetahui bagaimana individu mempelajari bahasa. Psikologi adalah sebuah disiplin ilmu yang yang mencoba mengkaji proses akal manusia
dan segala manifestasinya yang mengatur segala tingkah laku. Tujuan pengkajian itu adalah untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol perilaku manusia. Psikologi juga sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia dalam segala kegiatannya yang sangat luas, termasuk kemampuan bahasa individu. Bahasa sebagai satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbiter, yang kemudian lazim ditambah dengan yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Dilihat dari fungsi bahasa selain
103
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
sebagai alat komunikasi dan penghubung antara manusia, juga masih banyak fungsi yang lainnya. Di antaranya adalah bahasa sebagai pendukung yang mutlak dari keseluruhan pengetahuan manusia. Pada perkembangannya disiplin ilmu
yang mempelajarai bahasa saat ini dikenal dengan linguistik. Lingistik dapat diartikan sebagai ilmu yang objek kajiannya adalah bahasa,
dengan
memahami ilmu ini akan dipeloh pengetahuan yang semakin memperkuat keyakinan diri dalam berbahasa. Bahasa merupakan fenomena yang hadir dalam segala kehidupan aktifitas manusia. Berkaitan dengan psikologi peserta didik dalam penguasaan bahasa, maka berkembang menjadi psikologi bahasa atau psikologi linguistik. Psikologi linguistik biasa diartikan sebagai ilmu yang mencoba mempelajari hakikat bahasa, struktur bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh, bagaimana bahasa itu bekerja, dan bagaimana bahasa itu berkembang. Karenanya agar proses pembelajaran bahasa lebih efektif diperlukan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan psikologi peserta didik, perkembangan peserta didik.
Lebih lanjutnya tulisan ini mencoba melihat kedudukan psikologi dalam pembelajaran bahasa Arab. Agar penulisan makalah dapat terarah, rumusan masalah yang dikemukakan sebagai berikut: 1.
Apa pengertian psikologi, belajar dan bahasa
2.
Teori belajar apa sajakah yang didasarkan pada pembelajaran bahasa
3.
Perkembangan dan pembentukan kemampuan bahasa
4.
Gangguan berbahasa
5.
Sikap peserta didik yang mendukung pembelajaran bahasa.
B. Pembahasan 1. Pengertian Psikologi, Belajar dan Bahasa Untuk lebih terarah dalam pemahaman antara integrasi disiplin ilmu psikologi dan bahasa, maka akan di bahas beberapa pengertian antara
104
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
keduanya. Psikologi berasal dari bahasa Inggris pscychology. Kata pscychology berasal dari bahasa Greek (Yunani), yaitu dari akar kata psyche yang berarti jiwa,ruh, sukma dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara etimologi psikologi berati ilmu jiwa. Pergeseran atau perubahan pengertian tentang psikologi karena psikologi menyentuh dan berinteraksi dengan berbagai disiplin ilmu, maka timbullah bermacam-macam definisi psikologi yang satu sama lainnya berbeda, seperti : 1). Psikologi adala ilmu mengenai kehidupan mental. 2) Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran. 3) Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku. ( Muhibbin, 2008 : 8). Bruno (1987) secara rinci mengemukakan pengertian Psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi mengenai ruh. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku organisme. Pengertian pertama merupakan definisi yang paling kuno dan klasik (bersejarah) yang berhubungan dengan filsafat Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Mereka menganggap bahwa kesadaran manusia berhubungan dengan ruhnya. Karena itu, studi mengenai kesadaran dan proses mental manusia pun merupakan bagian dari studi mengenai ruh. Ketika Pikologi melepaskan diri dari filsafat sebagai induknya dan menjadi ilmu yang mandiri pada tahun 1879, yaitu saat Wiliam Wundt (18321920) mendirikan laboratorium pskologinya, ruh dikeluarkan dari studi psikologi. Para ahli, di antaranya William James (1842-1910) menyatakan bahwa psikologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental. Lain halnya dengan J.B. Watson (1878-1958) sebagai tokoh aliran behaviorism yang radikal yang tidak puas dengan definisi tersebut,
lalu beliau
mendefinisikan pikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang tingkah laku
105
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
(behavior) organisme. Watson pun
menafikan (menganggap tidak ada)
eksistensi ruh dan kehidupan mental. Eksistensi ruh dan kehidupan internal manusia menurut Watson dan kawan-kawannya tidak dapat dibuktikan karena tidak ada, kecuali dalam khayalan belaka. Dapat dikatan katakan bahwa psikologi behaviorisme adalah aliran ilmu jiwa yang tidak berjiwa. Sejalan dengan perkembangan ilmu psikologi, muncul pengertian psikologi yang dikemukakan oleh Crow & Crow sebagai salah satu tokoh psikologi madzhab ketiga.. Menurutnya psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya (manusia, hewan, iklim, kebudayaan, dsb. Pengertian pikologi ini sesuai dengan kenyataan yang ada selama ini, yakni bahwa para psikolog pada umumnya menekankan penyelidikan terhadap perilaku manusia yang bersifat jasmaniah (aspek pasikomotor) dan yang bersifat rohaniah (kognitif dan afektif). Tingkah laku psikomotor (ranah karsa) bersifat terbuka, seperti berbicara, duduk, berjalan, dsb., sedangkan tingkah laku kognitif dan afektif (ranah cipta dan ranah rasa) bersifat tertutup, seperti berpikir, berkeyakinan, berperasaan, dsb. Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari
tentang
perilaku
individu
dalam
berinteraksi
dengan
lingkungannya. Sedangkan definisi belajar menurut Brown (2000: 7) mengungkapkan bahwa belajar adalah pemerolehan pengetahuan. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Slameto mendefinikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
106
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam bukunya Walker “Conditioning and instrumental learning” ( 1967 ). Belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan orang dapat memperoleh, baik kebiasaan – kebiasaan yang buruk maupun kebiasaan yang baik. Jadi belajar serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,afektif, dan psikomotor.
Kaitannya dengan belajar bahasa maka kita harus mengetahui definis bahasa tersebut. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal. Simbol merupakan makna yang diberikan kepada sesuatu yang dapat diserap panca indera. Unsur – unsur bahasa diatur seperti pola – pola yang berulang. Penggunaan bahasa selalu disesuaikan dengan konteks, ada unsur – unsur tertentu yang menyebabkan serasi tidaknya sistem bahasa di dalamnya. Unsur – unsur luar bahasa atau extrastruktural itu (yang sering batasnya dengan unsure bahasa atau unsur structural tidak selalu jelas ) disebut pragmatik. Sopan santun berbahasa dan sistem sapaan salah satunya. Bahasa dibagi menjadi beberapa bidang, pertama yaitu bunyi vokal yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dan arti atau makna yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vocal dengan barang atau hal yang diwakilinya itu. Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengar kita ( yang diserap panca indera kita ), sedangkan arti adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan dari orang lain. Kedua, bahasa sebagai sistem tanda. Tanda adalah hal atau benda yang mewakili sesuatu, hal yang menimbulkan reaksi yang sama bila orang lain menanggapinya. Ketiga, bahasa sabagai sistem bunyi. Pada dasarnya bahasa
107
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
itu adalah bunyi. Sesuatu dibagi makna di dalam bahasa tertentu, karena demikianlah kesepakatanpengguna bahasa itu. Karenanya bahasa dapat didefinisikan sebagai penggunaan cara yang terorganisasikan dari pengombinasian kata-kata untuk berkomunisasi. Minimal ada enam ciri bahasa yaitu: (1) Alat komukasi: bahasa memampukan kita berkomunikasi dengan orang lain yang memahami bahasa kita. (2) Simbol arbitrer: bahasa menciptakan hubungan arbitrer antara simbol dan acuannya: sebuah ide, suatu hal, sebuah proses, suatu hubungan atau sebuah deskripsi. (3) Terstruktur secara reguler: bahasa memiliki sebuah struktur; hanya susunan yang terpola secara khusus dari simbol-simbol yang memiliki makna. (4) Terstruktur di berbagai tingkatan: struktur bahasa bisa dianalisis di tingkatan yang berlipat ganda. (5) Generatife, produktif: meskipun memiliki keterbatasan struktur, para pengguna bahasa bisa memproduksi ucapanucapan baru. (6) Dinamis: bahasa terus berkembang secara konstan. Menurut Noam Chomsky, seorang tokoh linguistik (bahasa), bahwa jika kita mempelajari bahasa maka pada hakikatnya kita sedang mempelajari esensi manusia, yang menjadikan keunikan manusia itu sendiri. Karena manusia diciptakan untuk berbahasa. Dalam artian bahwa pada kenyataannya manusia akan berbahasa tanpa bisa dicegah agar dia tidak memperoleh bahasa. Manusia sejak lahir akan mempelajari bahasa dengan sendirinya, meski serumit apapun anak akan memperoleh bahasa. Proses pemerolehan ini berlangsung secara alami, tidak dengan cara menghapalkan kosakata, aturanaturan gramatika, dan aplikasi secara sosial. Kamus bahasa dalam otak anak tersusun secara otomatis tanpa teori, sedangkan kemampuan gramatika anak terasah dari pemerolehan yang disimaknya. Kajian perolehan bahasa dibahas dalam disiplin ilmu tersendiri yaitu psikolinguistik yang merupakan studi psikologi bahasa yang mengulas proses mental yang terjadi pada penggunaan dan pemerolehan bahasa. Studi ini
108
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
terkait dengan disiplin ilmu lainnya, misalnya: linguistik, yang mengkaji struktur dan perubahan bahasa; neurolinguistik, yang mempelajari hubungan antara otak dan bahasa; serta sosiolinguistik, yang membahas tentang hubungan antara bahasa dan perilaku sosial (Field, 2003:40). 2. Teori belajar bahasa a.
Aliran behaviorisme Aliran ini menganalogikan bahwa manusia pada dasarnya dilahirkan
netral "tabula rasa". Lingkunganlah yang akan menentukan arah perkembangan tingkah laku manusia melalui proses belajar. Artinya, perkembangan manusia bisa dikendalikan kearah tertentu sebagaimana ditentukan oleh pihak luar (lingkungan) dengan usaha-usaha rekayasa yang bersifat impersonal dan direktif. Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus yang menghasilkan respons.. Stimulus yang berbeda menghasilkan responsi yang berbeda pula. Hubungan antara stimulus tertentu dengan responsi tertentu disebut kebiasaan atau habit. Pokok pembahasan aliran ini adalah terjadinya hubungan antara stimulus dan respons (S-R). Menurut aliran psikologi behaviorisme klasik, yang dipelopori oleh Watson, stimulus mendatangkan responsi. Apabila stimulus terjadi secara tetap maka responsi pun terlatih dan diarahkan tetap sehingga akhirnya bersifat otomatis. Aliran psikologi behaviorisme modern, dengan tokoh Skinner, berpendapat bahwa kebiasaan dapat terjadidengan cara peniruan dan penguatan Kebiasaan mempunyai dua karakteristik utama. Pertama, kebiasaan itu dapat diamati atau observable, bila berupa benda dapat diraba, dan bila berupa kegiatan atau aktivitas dapat dilihat. Kedua, kebiasaan itu bersifat mekanistis atau otomatis. Kebiasaan itu terjadi secara spontan tanpa disadari dan sangat sukar dihilangkan terkecuali kalau lingkungan
109
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
berubah. Dari proses pembiasaan inilah lahirlah hukum belajar melalui latihan law of exercise (hukum latihan), terdiri atas dua hukum belajar : 1) Law of use , hubungan perubahan perilaku hasil belajar akan menjadi bertambah kuat kalau ada latihan-latihan (digunakan). 2) Law of disuse, hubungan perubahan perilaku hasil belajar menjadi lemah atau bahkan lupa sama sekali bila latihan atau pengunaan dihentikan Teori pembentukan kebiasaan (habit formation) ini bersifat umum, namun aplikasinya dapar digunakan dalam pembelajaran bahasa. Proses pembelajaran bahasa pertama, anak-anak menguasai bahasa pertamanya melalui peniruan (modeling). Melalui proses peniruan yang dikuatkan dengan pujian atau perbaikan inilah anak-anak mengembangkan pengetahuannya mengenai struktur, pola kebiasaan bahasa pertamanya. Demikian juga juga dalam pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing (Arab). Dengan cara peniruan dan penguatan, para peserta didik mengidentifikasi hubungan antara stimulus dan responsi yang merupakan kebiasaan dalam berbahasa kedua atau bahasa Arab. Dalam pembelajaran bahasa, pendekatan pembiasaan adalah menanamkan kebiasaan pada peserta. Jika pendekatan ini digunakan, maka peran guru sangat dominant karena dialah yang memilih bentuk stimulus, memberikan ganjaran dan hukuman, memberikan penguatan dan menentukan jenisnya, dan dia pulalah yang memilih buku, materi, dan cara mengajarkannya, bahkan menentukan bentuk jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik. Pendekatan pembiasaan akan lebih efektif jika diintegrasikan dengan pedekatan latihan (drill). Pendekatan latihan adalah suatu penyajian bahan
pelajaran dengan cara melatih
peserta didik agar menguasai pelajaran dan terampil dalam melaksanakan tugas latihan yang diberikan. Penerapan metode latihan didasari teori connectionism, sesuai hukum latihan yaitu law of use dan law disuse.
110
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
Semakin banyak dipraktekkan atau dilatihkan maka hubungan S – R akan semakin kuat. Pendekatan ini memberikan perhatian utama kepada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog, teks bacaan, dan pada sisi lain lebih mengutamakan bentuk luar bahasa (pola, struktur, kaidah) dari pada kandungan isinya, dan mengutamakan kesahihan dan akurasi dari pada kemampuan interaksi dan komunikasi. Pendekatan berikutnya yang lahir dari aliran behaviorisme adalah pendekatan demonstrasi adalah metode mengajar dimana guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan suatu proses seperti tindakan atau gerakan terutama cara pengucapan dalam pembelajran bahasa. Ada dua hal yang perlu dicermati, pertama, apa yang ditunjukkan guru kepada anak merupakan stimulus. Kedua, apa yang dilakukan anak merupakann respon dari stimulus. S – R dalam teori belajar behaviorisme merupakan persyaratan mutlak guna terjadinya sebuah proses pembelajaran.
b. Aliran Kognitif Aliran kognitif menegaskan pentingnya keaktifan peserta didik. Karena menurut aliran ini bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan kognitif yang
meliputi higher mental proses seperti
pengetahuan, kesadaran, intelegensi, pikiran imajinasi, daya cipta, perencanaan, penalaran, pengumpulan, pemecahan masalah, pembuatn konsep, klasifikasi, symbol-simbol, fantasi serta mimpi, persepsi, bayangan (imagery), ingatan, perhatian. Karenanya ruang lingkup kognitif meliputi segala sesuatu yang diketahui serta dipikirkan seseorang. Pengaruhnya pada peserta didik yang mengatur dan menentukan proses pembelajaran. Lingkungan bukanlah penentu awal dan akhir positif atau negatifnya hasil pembelajaran. Peserta didik ketika menerima
111
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
stimulus dari lingkungannya, dia melakukan pemilihan sesuai dengan minat dan keperluannya, menginterpretasikannya, menghubungkannya dengan pengalamannya terdahulu, baru kemudian memilih alternatif respon yang paling sesuai. Karena
individu
dinilai
memiliki
potensi
kognitif,
maka
memunculkan bentuk-bentuk kecenderungan cara belajar, yaitu (1) Adaptasi adalah kecenderungan bahwa setiap manusia (organisme) untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. (2) Asimilasi, yaitu kecenderungan organisme untuk mengubah lingkungan guna menyesuaikan dengan dirinya sendiri. Anak mengasimilasi suatu tugas dengan struktur kognitifnya : ia mengerti tugasnya sepanjang ia mampu untuk mengertinya. (3) Akomodasi, yaitu kecenderungan manusia (organisme) untuk merubah dirinya sendiri guna menyesuaikan diri dengan lingkungannya. (4) Kecenderungan organisasi, sebagai kecenderungan bawaan setiap manusia untuk mengintegrasikan proses-proses sendiri menjadi sistem-sistem yang koheren. Contoh integrasi dua struktur tingkah laku, koordinasi mata dan tangan sebagai koordinasi "visiomotorik". Tahapan perkembangan kognitif yang disampaikan salah seorang tokoh pesikologi aliran kognitif Jean Piaget, terbagi menjadi bebrepa tahap yaitu : (1) Sensorimotor (0-2 tahun), kemampuan pada tahap ini adalah membedakan diri dengan objek, mengenal diri sebagai perilaku kegiatan dan mulai bertindak dengan tujuan tertentu. (2) Pra operasional (2–7 tahun), pada tahap ini kemampuan bahasa sudah mulai berkembang, karena karakteristik anak pada tahap ini adalah belajar menggunakan bahasa dan menggambarkan objek dengan imajinasi dan kata-kata, berpikir egosentris, kesulitan konservasi karena didominasi kesan visual. (3) Operasinal Konkret (7–12 tahun), berpikir logis mengenai objek dan
112
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
kejadian, menguasai konservasi. (4) Operasional Formal (12 tahunkeatas), berpikir logis ,abstrak, dan hipotetis sistematis,dan masalah ideologis. Noam Chomsky dan James Deez sebagai tokoh psikolinguistik yang beraliran kognitif, berpandangan bahwa setiap manusia memiliki kesiapan alamiah untuk belajar bahasa. Manusia lahir dibekali oleh Sang Pencipta dengan piranti pemerolehan bahasa atau LAD (Language Acquisition Device). Alat ini menyerupai layar radar yang hanya menangkap gelombang-gelombang bahasa. Setelah diterima, gelombang-gelombang itu ditata dan dihubung-hubungkan satu sama lain menjadi sebuah system kemudian dikirimkan ke pusat pengolahan kemampuan berbahasa (Language Competence). Pusat ini merumuskan kaidah-kaidah bahasa dari data-data ujaran yang dikirimkan oleh LAD dan menghubungkannya dengan makna yang dikandungnya, sehingga terbentuklah kemampuan berbahasa. Pada tahap selanjutnya, pembelajar bahasa menggunakan kemampuan berbahasanya untuk mengkreasi atau menghasilkan kalimatkalimat dalam bahasa yang dipelajarinya untuk mengungkapkan keinginan atau keperluannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah diketahuinya.
3.
Perkembangan dan Pembentukan Kemampuan Bahasa Perkembangan bahasa merupakan salah satu dari pertumbuhan dan
perkembangan anak yang mencakup perkembangan fisik, perkembangan intelektual, perkembangan sosial. Hal penting dari perkembangan bahasa sering menjadi tolok ukur perkembangan intelegensi seorang anak, walaupun perkembangan seorang anak merupakan suatu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. MacWhinney, 1999 (Allen, 2010:30) mengatakan perkembangan berbahasa yang normal bersifat teratur, bertahap dan bergantung pada
113
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
kematangan dan kesempatan belajar. Bahasa seringkali didefinisikan sebagai sebuah sistem simbol, secara lisan, tertulis dan dengan menggunakan gerak tubuh (seperti melambaikan tangan untuk memanggil, gemetaran karena ketakutan), yang memungkinkan kita untuk berkomunikasi satu sama lain. Adapun tahap perkembangan bahasa anak: (1) Tahun pertama kehidupan disebut fase pralinguistik atau prabahasa. Disini anak benar-benar bergantung pada gerakan tubuh dan suara seperti menangis dan tertawa untuk menyampaikan perasaan dan kebutuhannya. (2) Tahap linguistik atau bahasa pada tahun kedua, dimana berbicara menjadi cara utama untuk
berkomunikasi.
(3) Tahap diferensiasi, tiga atau empat tahun, anak belajar menyusun katakata untuk
membentuk kalimat sederhana kemudian diikuti kalimat
gabungan yang masuk akal karena
anak telah belajar konstruksi tata bahasa
yang tepat. (4) Antara lima sampai tujuh tahun, sebagian besar anak telah terampil menyampaikan pemikiran dan gagasan mereka secara lisan. Pada usia ini anak umumnya sudah menguasai 14.000 kata atau lebih, yang mungkin dapat berkembang menjadi dua atau tiga kali lipat selama fase anak menengah, tergantung pada lingkungan berbahasa anak. Ada tiga faktor paling signifikan yang mempengaruhi perkembangan bahasa seorang anak , yaitu biologis, kognitif dan lingkungan. (1) Faktor biologis adalah salah satu landasan perkembangan bahasa untuk membentuk manusia menjadi seorang manusia linguistik. Setiap anak mempunyai language acquisition device (LAD), yaitu kemampuan alamiah anak untuk berbahasa. Tahun-tahun awal masa anak-anak merupakan periode yang penting untuk belajar bahasa. (2) Faktor kognitif individu merupakan satu hal yang tidak bisa dipisahkan pada perkembangan bahasa anak. Para ahli kognitif juga menegaskan bahwa kemampuan anak berbahasa tergantung pada
114
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
kematangan kognitifnya (Piaget,1954). Tahap awal perkembangan intelektual anak terjadi dari lahir-2 tahun, pada masa itu anak mengenal dunianya melalui sensasi yang didapat dari inderanya dan membentuk persepsi mereka akan segala hal yang berada di luar dirinya. (3) Faktor lingkungan, perolehan bahasa melalui interaksi dengan lingkungan, karena lingkungan sangat berperan, terutama keluarga yaitu ayah dan ibu yang akan membawa mereka kepada anggota keluarga. Proses pemerolehan bahasa pada anak yang baru lahir berawal dari suara tangisnya yang terbentuk karena respon terhadap stimuli dari lingkungannya. Cara seorang anak merespon akan berkembang seiring kematangan mentalnya. Pros ini akan terus berlanjut sehingga anak akan terus menyimpan stimuli bahasa pada memorinya. Pemerolehan bahasa pertama atau bahasa ibu, merupakan proses kreatif dimana aturan-aturan bahasa dipelajari anak berdasarkan respon (input) yang diterimanya dari bentuk tersederhana hingga bentuk yang paling kompleks. Berkaitan dengan proses tumbuh kembangnanak, maka anak akan lebih cepat menguasai bahasa jika ia memperoleh bahasa dalam masa emas berkisar 0-6 tahun, atau periode ideal (critical age) yaitu usia 6-15 tahun, namun pada intinya batasan periode ideal yang dimaksud adalah prapubertas. Menurut Lanneberg (dalam Subyakto, 1992) pada masa emas otak manusia masih sangat elastis sehingga memungkinkan seorang anak memperoleh bahasa pertama dengan mudah dan cepat. Sedangkan pandangan pada usia pubertas menjelaskan bahwa seorang anak telah dicapai kematangan kognitif pada saat selesainya fungsi-fungsi otak tertentu, khususnya fungsi verbal yang matang di bagian otak sebelah kiri. Hal inilah yang disebut lateralisasi atau masa kritislah proses pemerolehan bahasa secara alamiah. Dengan demikian, proses pembelajaran bahasa pertama atau bahasa ibu adalah dalam tahun-tahun pertama dalam hidupnya, dan proses ini terjadi
115
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
hingga kira-kira umur 5 tahun. Sesudah itu pada masa pubertas (sekitar 12-14 tahun) hingga menginjak dewasa (sekitar 18-20 tahun), anak itu akan tetap belajar bahasa pertama.Sesudah pubertas ketrampilan bahasa anak tidak banyak kemajuannya, meskipun dalam beberapa hal, umpamanya dalam kosakata, ia belajar bahsa pertama terus menerus selama hidupnya. Pemerolehan bahasa pertama kita anggap bahasa yang utama bagi anak karena bahasa ini yang paling mantap pengetahuan dan penggunaannya.Dalam perolehan bahasa pertama ini terjadi dua proses, yaitu proses kompetensi dan proses performasi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Kemudian proses performasi yang menyangkut proses pemaham dan proses memproduksi ujaran. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mempersepsi kalimat yang didengar. Sedangkan proses memproduksi ujaran menjadi kemapuan linguistik selanjutnya. Pada perkembangannya bahasa menjadi fungsi penting yang harus dimiliki seorang anak.
fungsi reseptif –yaitu kemampuan anak untuk
mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud mimik dan suara dan akhirnya kata-kata. fungsi ekspresif, yaitu Kemampuan anak mengutarakan keinginannya dan pekirannya. Fungsi ekspresif ini dipengaruhi fungsi reseptif dan merupakan kemampuan yang lebih kompleks mengingat anak memulai dengan komunikasi preverbal, dilanjutkan komunikasi dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan pada akhirnya dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal (Pusponegoro, 1997:80). Perkembangan bahasa seorang anak tidak hanya pada proses pemerolehan bahasa pertama saja, tetapi juga seoran anak memiliki kemampuan bahasa kedua dalam hal ini adalah bahasa asing. Secara umum ada dua pendapat mengenai pemerolehan bahasa kedua. Pertama, anak sejak
116
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
lahir sudah dibiasakan terekspos dengan berbagai bahasa. Kedua, anak belajar bahasa kedua setelah bahasa ibu dapat diucapkan dengan baik. Pada saat pemerolehan bahasa kedua inilah akan menghadapi problem untuk mempelajari bahasa asing, karena bahasa asing mempunyai bunyi (suara) yang berbeda, kosa kata yang berbeda, tata kalimat yang berbeda, dan lain-lain. Untuk itu mempelajari bahasa asing (bahasa Arab) sebagai bahasa kedua ,berarti harus sadar dengan seluruh daya upaya untuk membentuk kebiasaan baru, sedangkan pada saat mempelajari bahasa pertama proses itu berjalan tanpa sadar. Pada saat ini pula peserta didik
akan berusaha
mengkaitkan dan membuat persamaan dan perbedaan antara bahasa pertam dan bahasa asing yang sedang dipelajarinya. Tahap selanjutnya adalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran adalah pembentukan kemampuan berbahasa sebagai usaha untuk membentuk kemampuan (potensi) bahasa yang diperoleh dari perolehan bahasa melalui interaksi dengan lingkungan, karena lingkungan sangat berperan, terutama keluarga yaitu ayah dan ibu yang akan membawa mereka kepada anggota keluarga. Pengertian kemampuan berbahasa mencangkup beberapa hal, diantaranya kemampuan mendengar, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis bahasa Arab. Kemampuan mendengar adalah kemampuan atau ketrampilan menangkap dan memproduksi bahasa yang diperoleh dengan pendengaran. Kaitannya dengan pembelajaran bahsa Arab latihan menyimak/mendengar adalah agar peserta didik dapat memahami ajaran dalam bahasa Arab, baik bahasa sehari-hari maupun bahasa yang digunakan dalam forum resmi. Dalam menyimak Ahmad Fuad (2005 : 103-106) ,menyampaikan beberapa tahapantahapan latihan menyimak, yaitu sebagai berikut : 1) Latihan pengenalan (identifikasi), pada tahap ini, bertujuan agar dapat mengidentifikasi bunyibunyi bahasa secara tepat. 2) Latihan mendengarkan dan menirukan, peserta
117
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
didik dilatih untuk mendengarkan dan menirukan ujaran guru. 3) Latihan mendengarkan dan memahami, pada tahap ini, mendengarkan bertujuan agar peserta mampu memahami bentuk dan makna dari apa yang telah didengar, yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah latihan melihat dan mendengar, latihan membaca dan mendengar, latihan mendengar dan memperagakan, latihan mendengar dan memahami. Kemampuan berbicara ditujukan pada ketrampilan berbicara atau ketrampilan menggunakan bahasa lisan. Kemampuan berbicara adalah kemampuan berkomunikasi secara langsung dalam bentuk percakapan atau berdialog. Latihan-latihan cakap (diskusi, dialog) serta latihan membuat laporan lisan, dapat juga menambah ketrampilan berbicara. Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal-balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa latihan berbicara ini merupakan kelanjutan dari latihan
menyim
membaca adalah dapat memahami fungsi dan makna yang dibaca, dengan jalan mengucapkan bahasa, mengenal bentuk, memahami isi yang dibaca.
Kemampuan berbicara mengandung dua aspek yaitu, mengubah lambang tulis menjadi bunyi dan menangkap arti dari seluruh situasi yang dilambangkan dengan lambang-lambang tulis dan bunyi tersebut. Tujuan pembelajaran
membaca bahasa Arab
adalah agar peserta didik dapat
membaca dan memahami teks bahasa Arab. Kemahiran berbicara haruslah didukung dengan kemahiran mengubah lambang tulis menjadi bunyi. Karena abjad Arab mempunyai sistem yang berbeda dengan abjad latin. Abjad Arab bersifat sillabary, sedangkan abjad latin bersifat alphabetic, kemahiran memahami makna bacaan
118
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
Kemampuan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tidak secara tatap muka dengan orang lain. Yang dimaksud dengan kemampuan menulis adalah trampil membuat huruf-huruf (besar maupun kecil) dengan jalan menyalin atau meniru tulisan-tulisan dalam struktur kalimat. Kemampuan menulis seperti ini bisa kita sebut kemampuan menulis teknis. Seperti halnya membaca, kemahiran menulis mempunyai dua aspek, tetapi dalam hubungan yang berbeda. Pertama, kemahiran membentuk huruf dan menguasai ejaan. Kedua, kemahiran melahirkan fikiran dan perasaan dengan tulisan.
4. Gangguan Berbahasa Hambatan-hambatan yang perlu dipelajari dalam pembelajaran bahasa adalah gangguan berbahasa. Gangguan berbahasa dalam makalah ini dibagi menjadi dua bagian (Abdul Chaer, 2002, 148-164 ): 1) Gangguan Faktor medis adalah gangguan, baik akibat kelainan fungsi otak maupun akibat kelainan alat-alat bicara 2) Faktor lingkungan sosial. Menurut Sidharta (1984) gangguan berbahasa itu dapat dibedakan atas tiga golongan, yaitu: a) Gangguan berbicara, b) Ganguan berbahasa, dan c) Gangguan berpikir. a. Gangguan Berbicara Berbicara merupakan aktifitas motorik yang mengandung modalitas psikis. Oleh karenaitu, gangguan berbicara ini dapat dua kategori. Pertama, gangguan mekanisme berbicarayang berimplikasi pada gangguan organik, dan yang kedua gangguan berbicara psikogenik. (1) Gangguan Mekanisme Berbicara. Proses berbicara adalah suatu proses produksiucapan (percakapan) oleh kegiatan terpadu dari pita suara, otot-otot yang membentuk rongga
119
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
mulut serta kerongkongan dan paru-paru. Maka gangguan berbicara berdasarkan mekanismenya ini dapat dirinci menjadi : (a) gangguan akibat faktor pulmonal, gangguan ini dialami oleh para penderita paruparu. Para penderita penyakit paru-paruini kekuatan bernafasnya sangat kurang sehingga bicaranya diwarnai oleh nada yang monoton, volume suara kecil, dan terputus-putus. (b) gangguan akibat faktor laringal, gangguan pada pita suara sehingga suara menjadi serak atau hilang sama sekali.(c) gangguan akibat faktor lingual, lidah yang terluka akan terasa perih jika di gerakan.untuk mencegah timbulnya rasa pedih aktifitas lidah di kurangi. Dalam keadaan ini maka pengucapan sejumlah fonemmenjadi tidak sempurna. (d) gangguan akibat faktor resonasi, menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi bersengau. (2) Gangguan Berbicara Psikogenik. Gangguan ini sebenarnya tidak bisa disebutsebagai gangguan berbicara. Mungkin lebih tepatnya disebut sebagai variasi cara berbicara yang normal, tetapi merupakan ungkapan dari gangguan di bidang mental.Modalitas mental yang tertangkap oleh cara berbicara sebagian besar ditentukan oleh nada, intonasi, dan intensitas suara, lafal, dan pilihan kata. Ujaran yang berirama lancar atau tersendat-sendat dapat juga mencerminkan sikap mental si pembicara. Gangguan ini antara lain : (a). Berbicara manja, disebut berbicara manja karena cara bicaranya seperti anak kecil. Jadi ada kesan anak (orang) yang melakukannya meminta perhatian untuk dimanja. Umpamanya, anakanak yang baru terjatuh, terluka, atau mendapat kecelakaan, terdengar adanya perubahan padacara berbicaranya. Fonem bunyi [s] dilafalkan menjadi [c] sehingga kalimat ´Saya sakit, jadi tidak mau minum susu atau makan´ akan diucapkan menjadi ´Caya cakit, tidak mau minum cucu atau makan´. Dengan berbicara demikian dia mengungkapkan
120
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
keinginan untuk dimanja. Gejala seperti ini kita dapati juga pada orangtua pikun atau jompo (biasanya wanita). (b) Berbicara kemayu, berkaitan dengan perangai kewanitaan yang berlebihan. Jika seorang pria bersifat atau bertingkah laku kemayu jelas sekali gambaran yang dimaksudkan olehistilah tersebut. Berbicara kemayu dicirikan oleh gerak bibir dan lidah yang menonjolatau lemah gemulai. Meskipun berbicara seperti ini bukan suatu gangguan ekspresi bahasa, tetapi dapat dipandang sebagai sindrom fonologik yang mengungkapkangangguan identitas kelamin terutama yang dilanda adalah kaum pria. (c) Berbicara gagap, gagap adalah berbicara yang kacau karena sering tersendat-sendat, mendadak berhenti,lalu mengulang-ulang suku kata pertama, kata-kata berikutnya, dan setelah berhasilmengucapkan katakata itu kalimat dapat diselesaikan. Apa yang menyebabkan terjadinya gagap ini masih belum diketahui secara pasti, tetapi hal-hal berikut dianggap mempunyai peranan penting penyebab terjadinya gagap diantaranya:PertamasFaktor stres dalam kehidupan berkeluarga . Kedua, Pendidikan anak yang dilakukan secara keras dan ketat, dengan membentak-bentak;serta tidak mengizinkan anak berargumentasi dan membantah.Ketiga, adanya kerusakan pada belahan otak (hemisfer) yang dominan. Keempat, faktor neurotik famial. (d) Berbicara latah , latah sering disamakan dengan ekolalla, yaitu perbuatan membeo, atau menirukan apa yang dikatakan orang lain; tetapi sebenarnya latah adalah suatu sindrom yang terdiri atas curah verbal repetitif yang bersifat jorok (koprolalla) dan gangguan lokomotorik yang dapat dipancing.
121
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
b. Gangguan Berbahasa Berbahasa berarti berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa. Anak-anak yangl ahir dengan alat artikulasi dan auditori yang normal akan dapat mendengar kata-kata melalui telinganya dengan baik dan juga akan dapat menirukan kata-kata itu.Untuk dapat berbahasa diperlukan kemampuan mengeluarkan kata-kata. Ini berarti,daerah Broca (gudang tempat menyimpan sandi ekspresi kata-kata dalam otak) harus berfungsi dengan
baik.
Kerusakan
pada
daerah
tersebut
dan
sekitarnya
menyebabkanterjadinya gangguan bahasa yang disebut afasia.
c) Gangguan Berfikir Ganguan ekspresi verbal sebagai akibat dari gangguan pikiran dapat berupa ; 1) Pikun, yaitu suatu penurunan daya ingat dan daya pikir lainnya yang dari hari kehari semakin buruk. 2) Sisofernik, yaitu angguan berbahasa akibat gangguan berpikir. 3) Defresif
,
orang
yang
tertekan
jiwanya
memproyeksikan
penderitaannya pada gaya bahasa dan expresi verbalnya. Volume expresi verbalnya lemah lembut dan terputus- putus oleh interval yang cukup panjang. a) Gangguan Faktor Sosial Yang
dimaksud
dengan
akibat
faktor
sosial
adalah
keterasingan seorang anak, secara aspek biologis seorang anak tersebut bisa berbahasa normal. Akan tetapi keterasingannya disebabkan karena diperlakukan dengan sengaja (sebagai eksperimen) bisa juga karena hidup bukan dalam alam lingkungan manusia, melainkan dipelihara oleh serigala atau monyet, seperti kasus Kamala dan Mougli. Anak yang terasing tidak sama dengan anak tuli. Anak tuli
122
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
masih bisa hidup dalam masyarakat. Maka, meskipun dia terasing dari kontak bahasa, tetapi dia masih bisa berkomunikasi dengan orang di sekitaranya.
Sedangkan
anak
terasing
menjadi
tidak
bisa berkomunikasi dengan manusia karena dia tidak pernah mendengar suara ujaran manusia. Jadi, anak terasing karena tidak ada orang yang mengajak dan diajak berbicara, tidak mungkin dapat berbahasa. Karena dia sama sekali terasing dari kehidupan manusia dansosial masyarakat. Maka, sebenarnya anak terasing yang tidak punya kontak denganmanusia bukanlah lagi manusia, sebab manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Otaknya tidak berkembang sepenuhnya, tidak dapat berfungsi dalam masyarakat manusia, dan akhirnya menjadi tidak mampu menjadi manusia normal setelah beberapa tahun.Anak terasing tidak sama dengan anak primitif, sebab orang primitif masih hidup dalamsuatu masyarakat. Meskipun taraf kebudayaannya sangat rendah, tetapi tetap dalam suatulingkungan sosial. Anak-anak mempunyai segala kemungkinan untuk menjadi manusia hanya selama masa anak-anak, selepas umur tujuh tahun anak itu tak dapat dididik untuk mempelajari kebudayaan yang lebih tinggi.
5. Sikap peserta didik yan mendukung pembelajaran bahasa. Proses pembelajaran yang diharapakan adalah adanya perubahan sebagai suatu bentuk keberhasilan. Jika dilihat dari faktor pembelajar bahasa dalam hal ini adalah peserta didik, maka Eliss (1987 : 122) mengemukakan sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam proses pembelajran bahasa adalah : a) Mampu member respon terhadap dinamika kelompok pembelajaran untuk mencegah kegelisahan dan rintangan b) Mencari kesempatan untuk menggunakan bahasa sasaran
123
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
c) Menggunakan kesempatan secara maksimal untuk menyimak dan beresponsi ujaran dalam bahasa kedua yang ditujukan padanya dan orang lain. d) Melengkapi pelajaran kontak langsung dengan telaah teoritis, khususnya dalam hal bentuk bahasa. e) Lebih dewasa dalam pengembangan gr4amatikal / ketatabahasaan. f) Mempunyai ketrampilan analitik yang memadai mengenai ciri-ciri bahasa kedua dan memantau kesalahan. g) Mempunyai alasan kuat untuk belajar bahasa kedua. h) Siap membuat percobaan dengan segala resiko, sekalipun hal ini membuat orang lain menganggapnya bodoh. i) Mampu menyesuaikan diri pada kondisi pembeljaran yang berbeda.
C. Kesimpulan Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya. Kaitan psikologi dengan pembelajaran
bahasa dibahas dalam disiplin ilmu tersendiri yaitu
psikolinguistik yang merupakan studi psikologi bahasa yang mengulas proses mental yang terjadi pada penggunaan dan pemerolehan bahasa. Teori-teori psikologi yang dapat diaplikasikan dalam pembelajran bahasa adalah aliran behaviorisme dan aliran kognitif. Behaviorisme menekankan pendekatan pembiasan, latihan dan demonstrasi dalam pembelajaran bahasa. Sedangkan aliran kognitif lebih menekankan pada kemampuan berpikir manusia yang sangat berpengaruh pada keefektifan pembelajran bahasa. Hambatan-hambatan yang perlu dipelajari dalam pembelajaran bahasa adalah gangguan berbahasa. Gangguan berbahasa dibagi menjadi dua bagian yaitu gangguan faktor medis dan gangguan faktor lingkungan sosial. Selain
124
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
itu gangguan berbahasa dapat dibedakan atas tiga golongan:
gangguan
berbicara, ganguan berbahasa, dan gangguan berpikir.
125
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012
Naeila R. M., S.Psi. M.PdI M.Si
Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab
DAFTAR PUSTAKA Ali, Mukti Pembentukan Kemampuan berbahasa Arab. Purwokerto : STAIN Purwokerto. 2008. Chaer, Abdul. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Dardjowidjojo. 2003. Effendy, Ahmad Fuad. E, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab . Malang: Misykat, Cet.III. 2005. Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah kemahiran Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Nusa Indah, Cet. IX. John. Psycholinguistics. London: Routledge. Kridalaksana, 2003. Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PTGramedia. 1982. Marat, Samsunuwiyati. Psikolinguistik. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. 1983. Martinet, Andre. Ilmu Bahasa: Pengantar (terjemahan Rahayu Hidayat). Yogyakarta: Kanisius.1987. Musfiroh,Tadkirotun. Pengantar psikolinguistik. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. 2002. Nababan, Sri Utari Subiyakto. Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1992. Nikelas,Syahwin. Pengantar Linguistik untuk Guru Bahasa. Jakarta Depdikbud: Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. 1988. Pateda,Mansoer. Aspek-aspek Psikolinguistik. Ende Flores: Nusa Indah. 1990. Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya. 1995. _______Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2004. Persada. Tarigan, Henry Guntur. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa. 1985. Soenjono. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Field. 2003. Yudibrata, Karna; Andoyo Sastromiharjo; dan Kholid A. Harras. Psikolinguistik. Jakarta: Depdikbud PPGLTP Setara D . 1997/1998. http://www.jurnallingua.com/edisi-2006/4-vol-1-no-1/26-prosespemerolehan-bahasa-dari-kemampuan-hingga-kekurangmampuanberbahasa.html.
126
El-Ibtikar Volume 01, nomor 01,Juli 2012