Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Hasan S
PEMBELAJARAN KEMAHIRAN MENULIS BAHASA ARAB Oleh: Hasan saefuloh M.Ag1
[email protected]
Abstrak
األول يرى على أن تعليم.هناك رأاين الذان يتعلقا بتدريس الكتابة يف اللغة العربية يقصد يف هذه الكتابة هو جمرد،الكتابة حنو كتابة رمز احلروف والكلمات واجلمل والثاين يرى على أن تعليم الكتابة.املهارات اآللية اليت ال تتطلب الكثري من التفكري هو النشاط املعريف الذي يتطلب تفكريا كامال والنظاما جيدا وعرضا جاذاب لتقدمي .الفكرة يف ذهنه Kata Kunci: pembelajaran Bahasa Arab, Kemahiran Menulis. A. Pengantar Menulis sebagaimana berbicara, merupakan keterampilan bahasa yang bersifat produktif-ekspresif. Perbedaannya, kalau berbicara merupakan komunikasi tatap muka secara langsung antara pembicara dan pendengar, maka menulis merupakan komunikasi tidak langsung2 Menulis tidak hanya penting dalam kehidupan manusia pada umumnya, tetapi juga penting dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Namun, dalam konteks pembelajaran bahasa Arab menulis kurang diperhatikan. Kurangnya perhatian pada pembelajaran menulis bahasa Arab pada dasarnya bukan disebabkan oleh sulitnya menulis dalam bahasa tersebut, melainkan karena kurikulum pembelajaran menulis yang tidak relevan,
1
Dosen Bahasa Arab pada Jurusan PBA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2 Lihat Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Hal. 2
33
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Hasan S
kurang memahami hakekat pembelajaran menulis, kurang efektifnya metode pembelajaran, tidak adanya kesiapan yang memadai dalam mengajarkan menulis, dan sebagainya. Dalam tulisan ini, akan dipaparkan berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran menulis bahasa Arab. Dimulai dari bahasan mengenai hakekat menulis, tujuan pembelajaran menulis, tahapan pembelajaran menulis, dan mengevaluasi tulisan. B. Pengertian dan Hakikat Menulis Menurut Thu’aimah3, ada dua pandangan berkaitan dengan pembelajaran menulis dalam Bahasa Arab; ada kalangan yang memandang sempit terhadap pembelajaran menulis, yaitu sebatas menulis lambanglambang tulisan/rasm al-huruf atau merangkai huruf, kata, dan kalimat. Dalam pengertian ini menulis hanyalah merupakan keterampilan mekanistik yang tidak banyak membutuhkan pemikiran. Namun, ada juga yang memandang kegiatan menulis sebagai aktivitas kognitif yang memerlukan pemikiran yang matang, sistematika yang baik, serta penyajian yang menarik untuk menyampaikan gagasan yang ada dalam pikirannya. Jika dilihat secara parsial, kedua pandangan di atas menunjukan perbedaan sudut pandang yang tajam dalam aktivitas pembelajaran menulis. Namun jika kita lihat lebih cermat, sesungguhnya kedua pandangan menunjukan tingkatan pembelajaran menulis yang harus dilalui oleh siswa. Pandangan pertama mengarah pada tahap latihan dasar untuk kegiatan menulis yang menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran menulis dimulai dari mengubah bunyi ujaran menjadi simbol grafis. Dengan demikian, pada
3
Thu’aimah, Al-Marja’, ibid, hal. 689
34
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Hasan S
tahapan ini proses pembelajaran menulis berkaitan dengan aspek psikomotorik yang bersifat mekanistik4. Sedangkan pandangan kedua merupakan lanjutan atau penerapan keterampilan yang sudah dikuasai pada tahap awal. Kegiatan pembelajaran menulis tahap ini mengarah pada penyusunan kalimat sederhana dalam konteks yang tepat, seperti menyusun kalimat sederhana, membuat percakapan pendek sederhana, dan sebagainya. Kegiatan pada tahap ini dinamakan menulis sederhana/insya’ muwajjah. Kemudian secara bertahap dilanjutkan pada kegiatan menulis yang sesungguhnya, yaitu menuangkan gagasan, perasaan, dan pikiran dalam susunan bahasa yang baik dan benar dengan menggunakan kosa kata dan pola kalimat yang tepat. Kegiatan ini dinamakan al-insya’, baik insya’ muwajjah maupun insya’ hurr. Dalam dua tahap kegiatan ini insya’ muwajjah dan insya’ hurr, proses pembelajaran menulis tidak hanya berkaitan dengan kegiatan psikomotorik mekanistik, tetapi juga merupakan kegiatan berpikir kognitif. Dari penjabaran di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa menulis, di satu sisi merupakan kegiatan mekanistik-psikomotorik (menulis huruf, kata, dan kalimat) dan di sisi lain merupakan kegiatan berpikir kognitif (mengarang) 5. C. Tujuan Pembelajaran Menulis Sebelum kita membahas tujuan pembelajaran mahārat al-kitābah secara detail, di bawah ini akan diuraikan beberapa keterampilan dasar yang harus dikuasai siswa
4 5
dalam pembelajaran
kitābah. Keterampilan-
Lihat Al-Naqah, Ibid. Hal. 232 Ilyan, Ibid. Hal 156
35
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Hasan S
keterampilan ini penting untuk diketahui, agara tujuan pembelajaran kitābah lebih fokus dan terarah. Diantara keterampilan dasar tersebut adalah:6 a.
Berkaitan dengan keterampilan teknis dan karakter tulisan Arab, yaitu: 1) menulis dari arah kanan ke kiri 2) memperhatikan tanda baca 3) memperhatikan kerapihan tulisan 4) memperhatikan keseimbangan antara huruf dan kata yang ditulisnya 5) menulis huruf dengan jelas, mununjukan simbol huruf tertentu 6) menulis dengan lancar dan benar, 7) mengetahui kaidah imla’ 8) mengetahui berbagai jenis tulisan/hkat, seperti khat nasakh, riq’ah, dll. 9) mengetahui cara penulisan huruf hija’iyyah pada posisi awal, tengah, akhir 10) mengetahui karakter tulisan Arab seperti mad, tanwin, ta’ marbuthah, ta’ maftuhah, dll. 11) mengetahui perbedaan bentuk huruf ketika berdiri sendiri dan ketika disambung.
b. Berkaitan dengan modalitas dalam menulis, 1) menguasai kosa kata, 2) memahami struktur kalimat (tata bahasa), 3) mengenal gaya bahasa. Sementara Muhammad Rajab al-Najar7, menyebutkan secara lebih ringkas bahwa keterampilan dasar yang harus dikuasai siswa dalam kegiatan menulis dari tahap menulis huruf sampai mengarang bebas adalah:
6 7
Disarikan dari Thu’aimah, Rusydi Ahmad. 1985. Dalil Amal fy I’dad al-Mawad alTa’limiyah Li Barnamaj Ta’lim al-Arabiyah. Makkah: Jami’at Umm al-Qura. Hal. 172 Muhammad Rajab al-Najar. 2001. Al-Kitabah al-Arabiyah: Maharatuha wa Fununuha.Kuwait: Maktabah Dar al-Urubah. Hal. 61
36
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Hasan S
mufradat, kaedah imla, khat naskh/riq’ah, tanda baca, gramatika, gaya bahasa. Dengan memperhatikan keterampilan-keterampilan dasar di atas, kita dapat merumuskan tujuan pembelajaran kemahiran menulis yaitu, menguasai penggunaan aturan tata tulis Arab, baik secara teknis maupun gramatika, dalam menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaan pada tematema tertentu dengan menggunakan kosa kata dan struktur kalimat yang dapat dipahami oleh orang Arab. Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab, tujuan di atas dapat dirinci menjadi seperti dibawah ini8: a.
Yang berkaitan dengan menulis dalam ranah psikomotorikmekanistik: 1.
Siswa terampil menulis Arab dari arah kanan ke kiri.
2.
Siswa dapat menulis huruf Arab dan mengetahui hubungan antara bentuk huruf dan pengucapannya.
3.
Siswa dapat menulis kata bahasa Arab, baik dengan huruf terpisah maupun huruf sambung serta dapat membedakan bentuk huruf ketika berada di awal kata, di tengah maupun di akhir.
4.
Siswa terampil menulis Arab dengan tulisan yang jelas dan benar.
5.
Siswa terampil menulis Arab dengan salah satu jenis khat naskh atau riq’ah.
8
Lihat juga Al-Naqah, Ibid. Hal. 236
37
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
6.
Hasan S
Siswa mengentahui tanda baca, baik simbol maupun fungsinya.
7.
Siswa mengetahui kaedah dasar imla’ serta mengetahui perbedaan yang ada dalam bahasa Arab baik antara pengucapan dengan tulisan atau sebaiknya.
8.
Siswa mengetahui karakteristik tulisan Arab, seperti tanwin ta’ maftuhah, ta’ marbuthah, hamzah, dan sebagainya.
b. Yang berkaitan dengan menulis dalam arti menuangkan gagasan: 1.
Siswa dapat menuangkan idenya secara tertulis dengan menggunakan kosa kata yang sesuai dengan konteks, mengetahui perubahan bentuk kata dari sisi (mufradmutsana-jamak, mudzakar-mu’annats, dan sebagainya).
2.
Siswa dapat menuangkan idenya secara tertulis dengan menggunakan tata kalimat dan gramatika bahasa Arab.
3.
Siswa dapat menuangkan idenya secara tertulis dengan menggunakan gaya bahasa yang sesuia dengan konteks.
D. Jenis-jenis Menulis Dengan mengacu pada pengertian menulis di atas, kita dapat merinci bahwa fokus kegiatan menulis dalam pembelajaran bahasa Arab adalah menulis Arab dengan ejaan yang benar sesuai dengan kaidah imla’, dan mengarang. Dengan kata lain, menulis dalam arti merangkai huruf/rasm alhurūf dan menulis dalam arti mengarang/insyā’/ta’bīr9.
9
Al-Naqah, Ibid. Hal. 253
38
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Hasan S
Dilihat dari cara penulisan dan situasi yang memerlukan tulisan, Hatim Husen al-Bashish10 menyebutkan bahwa menulis terdiri dari dua jenis: 1) menulis praktis fungsional 2) menulis kreatif. Menulis praktis fungsional adalah kegiatan menulis yang berkaitan dengan kebutuhan komunikasi dan administrasi formal dalam kegiatan sehari-hari, atau yang berkaitan dengan kegiatan akademik . Walaupun mempunyai aturan tersendiri tetapi tidak rumit dan tidak menggunakan gaya bahasa yang membutuhkan kedalaman interpretasi. Karakteristik tulisan fungsional diantaranya: bahasanya baku, kosa katanya sederhana dan tidak mengandung pengertian ganda, menggunakan gaya ilmiah yang mudah dicerna, dan tidak memerlukan bakat khusus. Sedangkan situasi yang menggunakan jenis tulisan ini adalah: merangkum sebuah judul, menulis laporan, menulis surat, menulis pembukaan dan penutup sambutan, mengisi formulir, menulis makalah dan sebagainya11. Sedangkan menulis kreatif adalah
jenis kegiatan menulis yang
berkaitan dengan kreatifitas dan daya imajinasi penulis yang memerlukan bakat khusus, pengalaman panjang, wawasan luas, dan perasaan mendalam. Diantara karakteristik tulisan jenis ini adalah: 1) berkaitan dengan daya kreativitas penulis
dan gaya bahasa sastra 2) penulisnya punya bakat
kesastraan, memiliki perasaan yang halus dan daya imajinasi tinggi 3) berkaitan dengan pengalaman, peka terhadap penomena dan budaya
10 11
Lihat juga Ilyan, Ahmad Fuad Mahmud. 1992. Al-Maharat al-Lughawiyah: Mahiyatuha wa Thara’iq Tadrisiha. Riyadh: Dar al-Muslim Li al-Nasyr wa al-Tauzi’ hal.151 Lihat juga Muhammad Shalih al-Syanthy. 2006. Fan al-Tahrir: Dhawabituhu wa Anmathuhu. Hail: Dar al-Andalus Li al-Nasyr wa al-Tauzi’ hal.24
39
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Hasan S
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
masyarakat. Sedangkan yang termasuk kategori tulisan ini adalah menulis cerita, drama, biografi, dan sebagainya. Mengacu pada kedua jenis menulis di atas, maka situasi atau bidang yang harus dilatihkan kepada siswa, khususnya di saat latihan menulis dalam arti mengarang. Artinya, dalam berlatih mengarang, bidang kegiatan yang harus dikembangkan adalah: 1) merangkum sebuah judul, 2) menulis laporan, 3) menulis surat 4) menulis pembukaan dan penutup sambutan, 5) membuat catatan pribadi, 6) mengisi formulir, 7) menulis cerita, 8) menulis biografi, 9) menulis makalah, 10) menulis komentar, 11) menulis teks ceramah dan sebagainya12. E.
Tahapan Pembelajaran Menulis
Pembelajaran
kemahiran
menulis
idealnya
diberikan
setelah
pembelajaran kemahiran lainnya (istima’, kalam, dan qiraah). Sehingga, di saat memulai kegiatan menulis, pada batasan tertentu, siswa sudah memiliki bekal kosa kata dan pola kalimat dasar yang diperolehnya melalui kegiatan tersebut. Di samping itu, guru harus membuat perencanaan pembelajaran menulis secara sistematis dan gradual, dimulai dari hal yang sederhana dan mudah menuju yang lebih kompleks. Prinsip tahapan ini sangat penting, paling tidak, karena dua alasan: Pertama alasan pedagogis, memulai dari yang mudah menuju yang susah. Kedua alasan rasional, karena tidak mungkin memulai pembelajaran menulis makalah sebelum penulisan paragrap, karena makalah tersusun dari beberapa paragrap. Kita juga tidak mengkin mendahulukan pelajaran
12
Hatim Husen al-Bashish. 2011. Tanmiyat Maharat al-Qiraah wa al-Kitabah: Istratijiyat Muta’addidah Li al-Tadris wa al-Taqwim. Dimasqo: Wizarat al-Tsaqafah. Hal. 81
40
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Hasan S
menulis paragrap sebelum pelajaran membuat kalimat, karena paragrap tersusun dari beberapa kalimat13. Mengacu pada prinsip di atas maka tahapan pembelajaran menulis adalah: a) tahap pra menulis (persiapan), b) tahap menulis huruf, kata, frasa dan kalimnat, c) tahap menulis dalam arti imla’, d) tahap menulis dalam arti insya’/mengarang 1- Tahap Pra menulis (persiapan) Pada fase ini siswa pemula mulai belajar memegang pensil, meletakan buku di hadapannya, membuat garis, baik garis lurus, garis lengkung, garis panjang dan garis pendek, serta garis miring. Semua itu diajarkan sebagai langkah persiapan menulis huruf. 2- Tahap menulis huruf, kata, frasa dan kalimnat Setelah siswa dianggap mantap dalam membuat garis dengan segala variasinya, langkah berikutnya adalah menulis huruf. Diantara tahapan-tahapan mengajarkan penulisan huruf adalah sebagai berikut: 1) melatih penulisan huruf secara terpisah sebelum huruf sambung, 2) penulisan huruf berurut berdasarkan urutan abjad, 3) penulisan huruf sebelum suku kata dan kata, 4) melatih penulisan hanya satu atau dua huruf baru pada tiap pelajaran, 5) memberikan contoh cara penulisan huruf di papan tulis sebelum menyuruh siswa menulisnya. Pada fase penulisan huruf ini sebaiknya guru memperhatikan beberapa hal berikut: 1) Membimbing dan mengajarkan cara memegang pensil yang benar, 2) Membimbing dan mengajarkan cara
13
Al-Khuli, Muhammad Ali. 1982. Asalib Tadris al-Lughah al-Arabiyyah. Riyadh: alMamlakah al-Arabiyyah al-Su’udiyyah. Hal. 129
41
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Hasan S
duduk yang benar sewaktu menulis, 3) Mengarahkan siswa agar memperhatikan contoh penulisan yang benar seperti yang ditulis guru di papan tulis. Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa menulis dengan benar. Untuk mencapai tujuan ini, pada tahap-tahap awal guru bisa menganjurkan agar siswa menulis pada buku khusus yang bergaris, 4) Melatih dan membimbing siswa agar terbiasa memperhatikan jarak antara huruf terpisah pada setiap katanya dan membedakan jarak antara satu kata dengan kata lainnya dalam satu kalimat, 5) Membimbing siswa agar terbiasa memperhatikan jarak antara kata dalam satu kalimat dan membedakannya dengan jarak antara huruf dalam satu kata, 6) Membimbing siswa agar terbiasa menulis lurus vertical, 7) Sebaiknya pada tahap ini siswa dianjurkan untuk menulis dengan pensil, bukan dengan pulpen tinta, agar mudah dihapus, karena pada fase ini biasanya kesalahan dalam menulis sangat sering terjadi, 8) Jika siswa berlatih menulis pada buku khusus bergaris yang di bagian atasnya sudah ada contoh tulisan pada tiap halamannya, sebaiknya siswa disuruh mulai menulis dari garis paling bawah agar pada penulisan pada baris berikutnya ia hanya meniru dan melihat pada contoh yang benar di bagian atas lembaran. Jika siswa memulainya dari baris atas persis di bawah tulisan contoh, maka pada penulisan berikutnya ia akan terpengaruh untuk melihat tulisannya pada baris sebelumnya, bukan pada contoh yang paling atas, sehingga bisa jadi semakin bawah tulisannya semakin jelek14. 3- Menulis dalam Arti imla’
14
Al-Khuli, ibid. Hal. 132
42
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Hasan S
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Sebagaimana kita maklumi bahwa inti dari kemahiran menulis dalam pengajaran bahasa adalah kemampuan menuangkan gagasan (mengarang). Namun, bukan berarti kemampuan menulis yang bersifat psikomotorik mekanistik, tidak penting. Perlu ditegaskan di sini, bahwa justru kemahiran aspek ini merupakan dasar untuk mencapai kemahiran inti tersebut. Agar pembelajaran menulis aspek ini benar-benar menjadi dasar untuk
kegiatan
menulis
yang
sesungguhnya,
maka
proses
pembelajarannya harus terprogram, serta diberikan secara gradual. Salah satu model pembelajaran aspek ini, yang menunjukan prinsip gradasi adalah pembelajaran imla’ yang terdiri dari tiga jenis, yaitu: imla manqul, ,imla’ mandzur, dan imla’ ikhtibari15. a.
Imla’ Manqul16 Tahap ini dinamakan fase menyalin dengan tujuan agar siswa mampu menulis huruf, kata, dan kalimat bahasa Arab dengan baik dan benar. Sering kali kegiatan pembelajaran menulis dalam tahap menyalin ini kurang mendapat perhatian serius dari para guru. Mereka menganggap kegiatan ini tidak menarik, apa lagi untuk pembelajar dewasa. Kurangnya perhatian sebagian kalangan terhadap kegiatan menyalin ini, sesungguhnya disebakan oleh kekurangpahaman
15 16
Al-Naqah, Ibid. Hal. 239 Imla’ manqul melatih siswa untuk menyalin atau menulis huruf atau tulisan yang ada di papan tulis atau buku paket. Lihat Aiman Amin Abdul Ghani. Al-Kafy Fy Qawaid al-Ilma’ wa al-Kitabah. alQahirah: Dar al-Taufiqiyah Li al-Turats. Hal. 21
43
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Hasan S
mereka terhadap kenyataan yang menunjukan bahwa bahasa asing manapun, sedikit atau banyak, tentu memiliki aspek-aspek yang asing bagi siswa. Jika kita ingin mengajarkan suatu bahasa asing dengan benar dan mengharapkan agar siswa kompeten dalam bahasa asing tersebut termasuk dalam keterampilan menulis, maka kita harus mengajarkan aspek-aspek tersebut sejak awal dengan benar. Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab, fase kegiatan menyalin ini justru harus mendapat perhatian serius dari para guru, karena aturan dan sistem tata tulis Arab memiliki karakter yang berbeda dengan bahasa siswa pada umumnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam beberapa hal: 1.
Kesulitan menulis dari arah kanan ke kiri bagi siswa yang sudah terbiasa menulis dari arah kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.
2.
Perbedaan bentuk huruf Arab dengan huruf latin, akan menimbulkan kesulitan bagi siswa yang sudah terbiasa menggunakan huruf latin.
3.
Perbedaan bentuk huruf Arab pada posisi awal, tengah dan di akhir kata.
4.
Perbedaan bentuk beberapa huruf sesuai dengan posisinya dalam kata, seperti (ه
، ـهـ، هـ، ـعـ، عـ،)ع
dan
sebagainya. 5.
Perbedaan bentuk beberapa huruf sesuai dengan jenis khat, seperti khat nasakh, khat riq’ah, dan sebagainya.
44
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Hasan S
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
6.
Beberapa huruf ada yang diucapkan namun tidak tampak dalam tulisan, atau sebaliknya.
7.
Beberapa karakter yang ada pada tata tulis bahasa Arab seperti tanwin, tadh’if, ta’ maftuhah dan ta’ marbuthah.
8.
Penomena titik pada beberapa huruf Arab seperti (
بتث
ح خ ج، ص ض ط ظ، )نdan sebagainya. Untuk meminimalisasi kesulitan yang dirasakan siswa berkaitan dengan karakter tata tulis Arab, maka sebaiknya pembelajaran imla’ dalam arti menyalin ini berkaitan dengan meteri yang sudah dipelajari
siswa pada keterampilan
sebelumnya. (istima’ dan kalam). Perlu ditegaskan bahwa dalam pembelajaran imla’ manqul ini, kita tidak hanya melatih cara menyalin huruf saja, tetapi juga pada waktu yang sama kita melatih siswa untuk mengingat penggunaan struktur kalimat serta tata bahasa yang sebelumnya sudah dipelajari pada pembelajaran berbicara dan membaca17. Berbagai bentuk kegiatan imla’ manqul (menyalin) yang bisa dilakukan guru diantaranya18: 1) Menyajikan pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam teks bacaan, 2) Menyajikan beberapa kata secara acak dan meminta siswa untuk menyusunnya menjadi kalimat yang benar, 3) Meminta siswa untuk menyalin paragraf pendek sesuai dengan pilihan siswa, 4)
17 18
Al-Khuli, Ibid. Hal 132 Aiman, Ibid hal. 22.
45
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Hasan S
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Latihan menulis kalimat tidak lengkap yang kemudian dilegkapi oleh siswa dengan kata yang tersedia. b.
Imla’ mandzur19 Tahapan imla’ berikutnya adalah imla’ mandzur, yaitu jenis imla’ yang bisa dilakukan secara terencana dan terprogram dengan berbagai alternatif kegiatan, seperti di bawah ini: 1.
Siswa diminta untuk menyiapkan teks bacaan untuk diimla’kan. Siswa membaca teks tersebut di rumah masingmasing. Kemudian di kelas, guru menuliskan teks tersebut di papan
tulis
dan
mendiskusikannya
bersama
siswa,
menanyakan kepada siswa kata-kata yang dirasa sulit oleh mereka. Guru menjelaskan kata sulit tersebut dan menjelaskan pula cara menuliskannya. Setelah dirasa cukup, baru teks tersebut diimla’kan20. 2.
Siswa diminta untuk menghafalkan teks pendek sederhana. Kemudian, guru meminta mereka untuk menuliskan teks yang sudah dihafalnya tersebut. Jika siswa, khususnya pemula,
mengalami
kesuliatan
dalam
menuliskan
hafalannya, guru mengizinkan untuk sesekali melihat teks tersebut dan melanjutkan tulisannya.
19
Imla’mandzur adalah mengamati dan mendiskusikan teks sederhana bersama siswa sampai mereka paham, lalu melalatih membacanya, setelah itu mengimla’kannya. 20 Menurut Aiman, berbeda dengan imla’ manqul, yang terpenting dalam imla’ mandzur adalah di saat siswa menulis teks yang diimlakan, siswa tidak melihat teks tersebut, kecuali untuk kata-kata yang dirasa sulit penulisannya, sesekali siswa diperbolehkan melihat teks. Lihat Aiman, Ibid, Hal 22
46
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
3.
Hasan S
Siswa diminta untuk menuliskan beberapa frasa dan kalimat yang sudah mereka pelajari, atau pernah dibaca, atau pernah ditulisnya pada fase imla’ manqul, tanpa melihat teks. Kemudian siswa membandingkan apa yang mereka tulis di fase imla’ manqul dengan tulisan pada fase imla’ mandzur.
4.
Guru menyajikan beberapa paragraf yang telah mereka baca. Guru membuang beberapa kata dari paragraf tersebut dan meminta siswa untuk menulis paragraf secara lengkap. Jika terdapat kesulitan dalam tahap ini, guru bisa memberi bantuan berupa pertanyaan yang jawabannya menuju ke kata yang dibuang tadi.
5.
Guru meyajikan beberapa pertanyaan yang jawabannya berupa satu atau dua kalimat yang sudah mereka kenal pada pelajaran sebelumnya. Lalu meminta siswa untuk menulis jawaban-jawaban tersebut.
6.
Guru menulis di papan tulis beberapa kata yang dianggap sulit penulisannya dari teks yang sudah dipelajari. Siswa diminta untuk menuliskannya beberapa kali di buku latihan mereka. Setelah itu, guru mengimla’kan teks secara utuh21.
21
Al-Khuli, Ibid. Hal 136
47
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
c.
Hasan S
Imla’ Ikhtibari22 Imla’ ikhtibari melatih siswa agar fokus pada kegiatan menyimak dan mengikuti alur pembicaraan, mengingat yang didengar, dan menuliskan apa yang diengarnya tersebut23. Dengan demikian, tujuan imla’ ikhtibari adalah untuk mewujudkan dua hal, yaitu: 1) memperkokoh kemampuan siswa dalam mengaitkan hubungan fonetis dengan simbol grafis dari teks yang sudah dipelajari pada pelajaran sebelumnya, 2) mengukur dan mengevaluasi perkembangan kemampuan menyimak siswa24. Berdasarkan dua tujuan tersebut, dalam pembelajaran imla’ ikhtibari, perhatian guru harus difokuskan pada upaya melatih siswa agar cakap menangkap bahan simakan dan pada waktu yang sama cakap menuliskan bahan yang disimak tadi. Pada tahap awal pembelajaran imla’ ikhtibari sebagai salah satu sarana peningkatan kemampuan menulis yang baik, sebaiknya guru memulainya dengan teks yang sudah dikenal siswa, yang diambil dari buku paket, sehingga siswa tidak merasa kesulitan karena dalam teks tersebut tidak ada unsur bahasa baru, yang belum dikelal baik secara fonetis maupun grafis. Jika
siswa sudah mengalami kemajuan, dan tidak
menemukan kendala yang berarti dalam mengikuti imla’ ikhtibari
22
Imla’ ikhtibary adalah meminta siswa untuk menulis kata atau kalimat yang diimla’kan tanpa memberi tahu teks yang akan diimla’kan sebelumnya. 23 Al-Khuli, Ibid hal. 135. 24 Lihat juga Aiman, Ibid, hal 23.
48
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Hasan S
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
tahap awal, materi imla’ dapat ditambah denga menyajikan kosa kata baru yang populer pada konteks baru selain yang ada di buku. Setelah itu, boleh juga ditambahkan materi yang belum dikenal dalam pelajaran sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengecek, apakah kemampaun siswa dalam imla’ ikhtibari tersebut berdasarkan hafalan semata atau karena mereka paham. Jika pada tahap-tahap awal pembelajaran imla’ ikhtibari kita hanya menyajikan teks pendek sederhana, maka pata tahap berikutnya, secara bertahap, jenis teks yang diimla’kan bisa dikembangkan lebih luas lagi, tentunya dengan memperhatikan kemajuan siswa. Beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam mengimplementasikan
pembelajaran
imla’
ikhtibari,
diantaranya: 1) Guru membaca teks sejak awal pembelajaran dengan intonasi dan kecepatan yang wajar (normal), 2) Guru mengimla’kan teks juga dengan kecepatan dan intonasi yang wajar. Sebab, kelambatan guru dalam membaca teks kata per kata akan merusak tujuan dan keutuhan imla’ ikhtibari, 3) Guru mengimla’kan satu unit kalimat yang memiliki keutuhan makna, 4) Guru membaca tiap unit yang diimla’kan hanya satu kali, kemudian siswa menuliskannya. Jika dianggap perlu, guru mengulangi bacaannya sekali lagi agar siswa dapat mengoreksi tulisannya dan membetulkan kesalahan tulisannya, 5) Guru jangan menuruti keinginan sebagian siswa untuk terus
49
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Hasan S
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
mengulangi ucapan kalimat yang diimla’kan, 6) Guru harus memperhatikan semua siswa pada saat kegiatan imla’ agar siswa benar-benar
serius
dalam
mengimla’kan teks secara
belajar,
7)
Setelah
keseluruhan, siswa
selesai diberikan
kesempatan untuk mereview dan mengevaluasi tulisan secara detail. Selanjutnya guru membaca teks secara keseluruhan dengan kecepatan yang wajar. Inilah kesempatan terakhir bagi siswa untuk mereview tulisannya, 8) Setelah selesai meng-imla'kan guru bisa langsung mengoreksinya. Semakin cepat mengoreksi semakin baik, karena proses pembetulan dengan sendirinya akan segera dilakukan, 9) Guru, atau bisa juga siswa, menulis jawaban yang benar di papan tulis atau membuka buku rujukan pengambilan imla', 10) Setiap siswa membetulkan kesalahan-kesalahan dalam penulisan atau ditukar dengan pekerjaan temannya untuk saling mengoreksi. Namun perlu diingat bahwa pengoreksian secara langsung oleh yang bersangkutan
dengan
bimbingan
guru
lebih
baik
dari
pengoreksian secara tukar-menukar dengan temannya. Untuk kelas pemula sebaiknya guru sendiri yang mengoreksinya, 11) Guru bersama-sama dengan siswa mencari kesalahan-keslahan umum yang terjadi pada kebanyakan siswa, 12) Guru meminta siswa untuk mengulang penulisan yang salah tiga kali, atau empat kali, atau lima kali, tentunya setelah kata tersebut dibetulkan. Sebaiknya guru bersama murid membuat kesepakatan bersama
50
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Hasan S
untuk menentukan berapa kali harus menulis pembetulan kata yang salah25. Jadi, langkah-langkah latihan imla' bisa mengikuti urutan berikut: 1) Persiapan 2) Peng-imla'-an 3) Pengoreksian (pembetulan) 4) Diskusi 5) Penulisan ulang. 4-
Tahap menulis dalam arti mengarang (Insya’) Pengajaran insya’ terbagi menjadi dua, yaitu: tahap insya’ muwajjah (mengarang terpimpin) dan tahap insya’ hurr (mengarang bebas).
a.
Insya’ Muwajjah
Pada tahap ini, siswa telah mengetahui ratusan kosa kata yang dapat mereka pahami maknanya dan mengenal beberapa struktur kalimat yang mereka dapatkan dari pelajaran bahasa pada tahap sebelumnya. Dengan demikian, mereka sudah memiliki cukup bekal untuk memulai latihan mengarang dengan menggunakan kosa kata dan struktur kalimat serta aturan tata bahasa yang mereka dapatkan di saat belajar kemahiran berbicara, membaca, dan imla’, walaupun masih harus dengan bimbingan guru. Siswa mula-mula berlatih menulis satu atau dua paragraf seputar tema yang mereka pernah dengar dan baca. Selanjutnya, dengan latihan yang terus menerus, secara bertahap, kemampuan mereka akan bertambah baik dalam penggunaan gaya bahasa, susunan kalimat, pemilihan kosa kata, penerapan gramatika dan sebagainya, sehingga mereka benar-benar siap untuk menulis tahap selanjutnya, yakni tahap mengarang bebas.
25
Lihat Al-Naqah, ibid. Hal 243 bandingkan dengan al-Khuli, ibid. Hal. 137
51
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Hasan S
Agar benar-benar siap untuk meningkat ke tahap mengarang bebas, latihan menulis pada tahap ini harus mulai difokuskan pada penerapan atau penggunaan pola-pola kalimat dan tata bahasa yang benar. Pada waktu yang sama, siswa juga harus memperhatikan kesesuaian antara struktur kalimat dan makna yang dikandungnya. Oleh sebab itu, sebaiknya dalam pelaksanaan tahap ini perlu dilakukan secara perlahan dan harus banyak latihan. Di bawah ini beberapa variasi latihan yang dapat digunakan dalam tahap menulis terarah (insya’ muwajjah)26: 1.
Menyusun kalimat.
Siswa diberi beberapa kata yang disajikan secara acak untuk disusun menjadi kalimat sempurna. Misalnya:
/ عاصم/ تفاحة/ أكل/ حلوة.
Maka kalimat yang mungkin disusun dari kata-kata tersebut adalah:
أكل عاصم تفاحة حلوة, atau عاصم أكل تفاحة حلوة 2.
Menyusun paragraf.
Siswa diberi beberapa kalimat yang disusun secara acak untuk disusun agar menjadi sebuah paragrap atau alinia sempurna. 3.
Menyambung kalimat.
Siswa diberi dua kalimat dan diminta untuk menggabungkannya agar menjadi satu kalimat dengan menambahkan huruf jar atau huruf athaf dan sebagainya.
26
Model-model latihan ini disarikan dari Al-Naqah, Mahmud Kamil. 1985. Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah Li al-Nathiqin Bi Lughat Ukhra: Ususuh, Mahakhiluh, Thuruq Tadrisih. Makkah al-Mukarramah: Jami’at Um al-Qura. Hal. 252-256 dan Al-Khuli, Muhammad Ali. 1982. Asalib Tadris al-Lughah al-Arabiyyah. Riyadh: al-Mamlakah al-Arabiyyah alSu’udiyyah. Hal. 138-140
52
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Misalnya:
الرجل سافر أمس+ عاد الرجل. Maka kemungkinan
jawabanya adalah أمس
4.
Hasan S
عاد الرجل الذى سافر.
Menyempurnakan kalimat.
Siswa diberi potongan kalimat dan diminta untuk mnyempurnakannya. Misalnya : ــــــ 5.
إن تسألنى
Latihan substitusi’
Latihan (istibdal) substitusi pada suatu kata tertentu dalam kalimat dengan kata-kata yang lain. Setiap pilihan kata dapat menimbulkan makna baru jika diterapkan dalam kalimat tadi. Misalnya, kalimat yang dicontohkan
كتب الولد درسه. Sedangkan kata yang muncul umpamanya )(البنت. Maka yang harus ditulis oleh siswa adalah كتبت البنت درسها. 6.
Latihan transformasi/tahwil .
Siswa diberi sebuah kalimat dan diminta untuk mengubahnya menjadi kalimat positif, atau kalimat negative, atau kalimat tanya, atau kalimat berita; atau mengubah fi'il mudhari, atau fi'il madhi, atau fi'il amr; atau mengubah bentuk aktif menjadi pasiv dan dan seterusnya. 7.
Memperluas kalimat.
Menyajikan kalimat pendek sederhana dan meminta siswa untuk memperluas kalimat tersebut dengan menambahkan kata atau kalimat baru. Dalam latihan ini, guru bisa menyediakan beberapa alternatif kata atau kalimat untuk dipilih siswa.
53
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Hasan S
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
8.
Menyajikan beberapa kata yang tidak untuk diatur kembali
urutannya untuk membentuk kalimat sempurna, melainkan siswa diminta untuk menambahkan satu atau dua kata lain sehingga kata-kata tadi dapat membentuk kalimat sempurna yang bermakna setelah diberi tambahan oleh siswa. 9.
Menyajikan sebuah kalimat yang harus diganti salah satu
katanya, yang konsekuensinya menyebabkan terjadinya perubahan bentuk pada beberapa kata sesuai dengan kata yang digantinya, seperti:
! وغير ما يلزم،اجعل الجملة اآلتية للمبنى للمجهول
-
! وغير ما يلزم،اجعلها للمثنى المذكر
-
! استبدل الفعل فى الجملة باالسم وغير ما يلزم
-
10.
Kalimat yang dibuang.
Siswa diminta untuk mengisi tempat yang kosong (titik-titik) dengan kata yang dibuang dari suatu kalimat. Kata yang dibuang itu biasanya berupa kata depan (huruf jar), huruf athaf, kata Tanya, huruf syarat, dan sebagainya. Kadang-kadang kata yang dibuang berupa kata kontent. Misalnya:
54
.ذهب الولد ـــــــ المدرسة
-أ
.أراد التلميذ ــــــــ يتعلم
-ب
.الولد مجتهدًا
-ج
.ٌ الولد مجتهد
-د
.قرأ الطالب ــــــــ
-ه
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
11.
Hasan S
Menyajikan latihan berupa perubahan jenis kata kerja,
seperti: - Guru menyajikan kalimat yang dibuang kata kerjanya. Siswa diminta untuk menebak jenis kata kerja dengan memperhatikan bentuk kata kerja dari sisi waktu berdasarkan konteks kalimat, kemudian menuliskan kalimat tersebut. - Mengulang penulisan bentuk kata kerja sesuai dengan fa’ilnya (mufrad, mutsana, atau jamak). - Memilih kata kerja yang sesuai maknanya untuk melengkapi kalimat. - Pertanyaan yang jawaban sekali dengan menggunakan kata kerja bentuk sekarang (fi’il mudhari) dan jawaban kedua dengan kata kerja bentuk lampau (fi’il madhi). 12.
Menggunakan pertanyaan yang dijawab siswa secara tertulis,
baik berkaitan dengan materi yang telah mereka dengar atau baca, maupun berkaitan dengan keadaan masing-masing siswa. 13.
Paragrap yang sepadan. Guru membuat paragraph tertentu.
Dan siswa diminta untuk menulisnya kembali dengan mengubah salah satu kata pokok. Jika paragraph menceritakan seorang tokoh bernama Hatim (nama laki-laki), siswa diminta mengganti nama tokoh itu dengan seorang perempuan, misalnya, bernama Maryam. Perubahan nama tokoh ini sudah barang tentu akan menimbulkan perubahan pada bentuk kata kerja, kata ganti, kata sifat, kata keterangan (hal) yang berkaitan dengan Hatim untuk disesuaikan dengan tokoh baru yaitu Maryam 14.
Menggunakan kisi-kisi tulisan. Misalnya, guru menyajikan
sejumlah pertanyaan secara berurutan. Siswa diminta untuk menjawabnya
55
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Hasan S
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
secara berurutan pula. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi akan membentuk satu paragraf utuh, atau cerita pendek, atau peristiwa tertentu. Contoh pertanyaan tentang “ ”وطنىberikut ini :
15.
ما اسم وطنك ؟
.1
أين يقع ؟
.2
ما مساحته ؟
.3
ما عدد سكانه ؟
.4
ما اللغة التى يتكلمها السكان ؟
.5
ما اسم رئيس الدولة ؟
.6
إلخ.... ما أكثر المحصوالت
.7
Menggunakan
latihan
meringkas
atau
menyimpulkan.
Misalnya guru mengajak siswa membaca sebuah teksdari buku atau majalah, kemudian hasilnya didiskusikan di kelas secara bersama-sama. Kemudian guru meminta siswa untuk menuliskan kesimpulan hasil diskusi tersebut. 16.
Menggunakan gambar seperti gambar sebagai stimulus untuk
kegiatan menulis. Guru menyampaikan sejumlah pertanyaan seputar gambar yang ditampilkan, atau pertanyaan yang tidak termuat secara eksplist di gambar, tapi memiliki hubungan tertentu. kemudian siswa menuliskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi, atau menambahkan sesuatu sesuai dengan daya imajinasinya. 17.
56
Menggunakan latihan deskripsi situasi (mawaqif). Misalnya:
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Hasan S
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
فأردت أن تسأله عن،قابلت المعلم فى فناء المدرسة
-
فماذا تقول ؟،وقت لقائه بكم فى الفصل فماذا ستقول ؟،قابلت صديقا لم تره منذ زمان
-
فبماذا، وأراد أن يعرف ماذا تفعل،رآك المعلم تقرأ كتابا
-
سألك" وما إجابتك ؟ 18.
Guru bisa mengajak siswa untuk perjalanan wisata, rekreasi,
serta studi lapangan yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan mereka. Kemudian siswa diminta untuk menuliskan pengalamannya selama kegiatan tersebut. Sampai dengan tahap ini, menulis sebaiknya dilakukan di bawah bimbingan guru. Keberadaan guru pata tahap ini sangat berarti bagi siswa, bimbingan dan arahannya sangat dibutuhkan siswa agar mereka merasa tenang dalam berlatih menulis. Apabila guru meninggalkan siswa pada tahap ini, dan siswa dibiarkan menulis tanpa bimbingannya, sementara rasa kebahasaan mereka masih rendah, besar kemungkinan mereka akan bergegas membuka kamus dan berusaha untuk menerjemahkan dengan menggunakan kata yang langsung didapatkannya dalam kamus. Hasilnya akan sangat memprihatinkan, karena kemampuan mereka belum cukup memadai untuk memulai menulis bebas.
b.
Insya’ Hurr
Menulis bebas merupakan tahap akhir pembelajaran menulis. Dalam tahap ini, siswa diberi kebebasan untuk menuangkan segala kemampuannya
57
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Hasan S
dalam memilih kosa kata dan struktur kalimat pada saat mereka menulis. Kebebasan di sini bukan berarti siswa tidak membuthkan arahan dan bimbingan dari guru. Siswa masih tetap membuthkan bimbingan guru, karena mereka belum mencapai tingkatan penulis kreatif, penguasaan mereka seputar bahasa Arab belum seperti penguasaannya terhadap bahasa Ibu. Sementara mereka dituntut untuk memiliki kemampuan menulis mirip dengan yang dilakukan orang arab. Sebelum siswa memulai menulis karangan bebas pada judul tertentu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru, diantaranya27: 1.
Mengingatkan siswa pada teknik-teknik dasar menulis seperti
cara penulisan judul, tanggal, catatan pustaka, menjorokkan alinia baru dan sebagainya. 2.
Mengingatkan siswa pada karakteristik paragrap yang baik.
Sebaiknya guru memberikan contoh paragrap yang memenuhi kriteria paragrap yang baik. 3.
Pada tahapan awal, guru bersama siswa berdiskusi
menentukan kisi-kisi karangan atau paragrap. Setelah dirasa mampu, pada tahap selanjutnya siswa dibiarkan menentukan kisi-kisi itu secara mandiri. 4.
Guru bisa membantu siswa memberikan beberapa kosa kata
sebagai kata kunci dalam penulisan judul tertentu. 5.
Guru memilih judul yang menarik untuk ditulis oleh siswa
dengan memperhatikan tingkat kemampuan dan minat siswa. 6.
Guru memberikan beberapa batasan, misalnya jumlah kata,
atau jumlah kalimat, atau jumlah baris dan sebagainya.
27
Al-Khuli, ibid. Hal. 148
58
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
7.
Hasan S
Ketika mau memulai menulis karangan, guru meminta siswa
agar memperhatikan langkah-langkah berikut: a) Berpikir. Siswa memikirkan atau merenungkan judul yang akan ditulisnya. b) Brain storming. Siswa menuliskan beberapa konsep utama yang terkandung dalam judul tersebut. c) Membuat anasir. siswa menyusun atau memilih konsep-konsep yang ditemukan dalam brain storming dan memikirkan penulisan paragraf dengan gagasan utamanya dan gagasan penjelasnya. d) Menulis konsep. Siswa memulai menulis dalam bentuk konsep sesuai dengan rancangan anasir di atas. e) Pengecekan. Siswa mengecek dan mengoreksi ulang konsep tulisan yang dipersiapkan baik dari sisi tata bahasanya maupun cara penulisannya. f) Penulisan akhir. Setelah melakukan pengecekan dan mengoreksi beberapa kesalahan yang ditemukan, siswa menulis paragrap atau makalah tahap akhir (tulisan jadi). 8.
Agar yakin bahwa siswanya benar-benar berlatih mengarang
bebas, sebaiknya guru meminta mereka menulis karangannya di dalam kelas. Jika karangan itu ditulis di rumah (berupa PR), bisa saja siswa tertentu menyuruh orang lain menulisnya, atau orang tuanya, bahkan bisa jadi ada siswa yang hanya menyontek tulisan yang sudah ada di buku. selanjutnya guru menjelaskan kepada siswanya karakteristik paragraph yang baik, agar mereka berusaha sedapat mungkin menerapkan karakteristik tersebut dalam aktivitas menulisnya. Atau, paling tidak, agar tulisanya mendekati karakteristik tersebut. Untuk keperluan itu, guru bisa memberikan contoh paragraph yang mememuhi kriteria tersebut, kemudian menganalisisnya bersama siswa.
59
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Hasan S
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Diantara karekteristik paragrap yang baik itu adalah sebagai berikut28: a.
Keutuhan paragrap. Yang dimaksud dengan keutuhan paragraph
adalah bahwa kalimat-kalimat yang terdapat dalam paragraph tersebut keseluruhannya diarahkan untuk mendukung atau menegaskan kalimat pokok atau gagasan utama. Kalimat yang berisi gagasan utama biasanya diletakan di awal paragrap. Kemudian diikuti oleh kalimat kedua sebagai penjelasan atau penegasan. Selanjutnya diikuti oleh kalimat ketiga dan seterusnya. b. Keterkaitan antar kalimat. Yang dimaksud dengan keterkaitan antar paragrap adalah adanya kata penghubung, berupa ungkapan, antar kalimat yang menunjukan keutuhan dan keterkaitan kalimat-kalimat tersebut. Misalnya dengan membubuhkan kata "....هذا أن
" "يضاف إلىdi
samping itu…" untuk mengekspresikan hubungan penjelasan antar kalimat; atau menambahkan kata "....ذلك
"والسبب فى
"penyebabnya/alasanya
adalah…" untuk menunjukan adanya hubungan sebab akibat; atau menambahkan kata "...هى
"والنتيجة
untuk menunjukan hubungan
pengaruh/akibat/hasil; atau menambahkan kata "....ذلك "walaupun/meskipun
demikian..."
untuk
pengecualian; penambahan kata "....هذا adalah..." "...نرى
28
menunjukan
"ولإلجابة عن
"بالرغم من hubungan "Jawabannya
untuk menunjukan hubungan jawaban; penambahan kata
"وهكذا
"demikianlah pendapat kami…"
untuk menunjukan
Al-Khuli, Ibid. Hal. 142
60
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Hasan S
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
hubungan kesimpulan pendapat; penambahan kata "...ذلك
"ومثال
"misalnya/umpamanya…"
untuk menunjukan hubungan perumpamaan;
penambahan kata "...قلنا
" " وخالصة ماkesimpulannya adalah...." untuk
menunjukan hubungan ringkasan; dan penambahan kata "...هو
"والسؤال
"pertanyaannya adalah…." Untuk menunjukan hubungan pertanyaan, dan seterusnya. c. Berurutan. Yang dimaksud dengan berurutan adalah bahwa kalimat-kalimat dalam paragrap tersebut disusun secara rapi dan berurutan. Bisa berupa urutan tempat, seperti dari kanan ke kiri, dari bawah ke atas, dari utara ke selatan, dari yang jauh ke yang dekat. Atau urutan waktu, misalnya dari dulu hingga sekarang. Atau urutan sebab akibat, misalnya dengan menyebutkan sebab dulu baru menyebutkan akibatnya. Atau urutan induktif dan deduktif. d. Jelas. Kejelasan paragrap bisa diwujudkan dengan menjelaskan konsep-konsep utama dan menghindari kata, kalimat atau ungkapan yang bermakna ganda atau multi interpretasi. Di samping itu, kejelasan makna paragrap jugu bisa terwujud dengan pembubuhan tanda baca yang tepat sesuai dengan fungsinya. e. Akurat. Akurasi paragraph dapat dilihat dari keseriusan dan perhatian penulis terhadap kaedah tata bahasa (nahwu dan sharaf), pemilihan kosa kata yang tepat, dan cara penulisan yang benar sesuai dengan kaedah imla'. F.
61
Tes Kemampuan Menulis
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Hasan S
Sama dengan aspek keterampilan bahasa lainya, untuk menilai kemampuan siswa dalam keterampilan menulis, kita harus mengacu pada keterampilan-keterampilan atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Sebagaimana kita ketahui bahwa menulis secara umum terdiri dari dua tingkatan, yaitu menulis dalam arti rasm al-hurūf dan menulis dalam arti menuangkan gagasan (mengarang). Menulis jenis pertama diarahkan pada kemampuan siswa pada: 1) keakuratan tulisan sesuai kaidah imla’ dan jenis khat, 2) kejelasan tulisan 3) kerapihan tulisan, dan sebagainya.
Olehkarena itu, keriteria penilaian
menulis tahap ini harus sesuai dengan pencapaian kompetensi dasar tersebut. Contoh rubrik penilaian kemahiran menulis (rasm) No. 1.
Aspek Akurasi tulisan
Kriteria
Skor
a. Ejaan / penulisan akurat (sesuai dengan kaidah imla’
3
dan jenis khat) b. Masih ditemukan ejaan / penulisan yang kurang
2
akurat (kurang sesuai dengan kaidah imla’ dan jenis khat)
1
c. Banyak ditemukan ejaan/penulisan yang salah (tidak sesuai dengan kaidah imla’ dan jenis khat) 2.
Kejelasan
a. Semua tulisan jelas
3
tulisan
b. Masih ditemukan tulisan yang kurang jelas
2
c. Banyak ditemukan tulisan yang tidak jelas
1
62
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Hasan S
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
3.
Kerapihan
a. Semua tulisan rapih
3
tulisan
b. Masih ditemukan tulisan yang kurang rapih
2
c. Banyak tulisan yang tidak rapih
1
Sedangkan menulis jenis kedua diarahkan pada kemampuan siswa dalam menuangkan gagasan. Keriteria penilaian kemampuan menulis jenis ini, dapat dilihat dari segi kebahasaan29, seperti penggunaan ejaan termasuk kaidah imla dan jenis khat, pemilihan kata, dan penggunaan struktur kalimat (gramatika). Dapat juga dilihat dari aspek non kebahasaan, seperti akurasi isi, kerapihan, kelengkapan, dan keruntutan30. Contoh rubrik penilaian kemahiran menulis (mengarang) No.
Aspek
Sub aspek 1. Ejaan/ tulisan
Keriteria
Skor
a. Ejaan / penulisan akurat
3
(sesuai
dengan
kaidah
imla’ dan jenis khat)
2
b. Masih ditemukan ejaan / penulisan 1
Kebahasaan
akurat
yang
kurang
(kurang
sesuai
dengan kaidah imla’ dan jenis khat) c. Banyak
ditemukan
ejaan/penulisan
yang
salah (tidak sesuai dengan 29 30
Lihat M. Sunardi Djiwandono, 2008. Tes Bahasa: Pegangan bagi Pebgajar Bahasa. Jakarta: Indeks. Hal. 62-63 Lihat juga Hatim Husen al-Bashish. 2011. Tanmiyat Maharat al-Qiraah wa al-Kitabah: Istratijiyat Muta’addidah Li al-Tadris wa al-Taqwim. Dimasqo: Wizarat al-Tsaqafah. Hal. 198
63
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
1
Hasan S
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
kaidah imla’ dan jenis khat) 2. Kosakata
a. Menggunakan kosa kata
3
dan ungkapan yang sangat baik sesuai konteks
2
b. Menggunakan kosa kata dan
ungkap
an
kadang-kadang
yang kurang
1
tepat tetapi tidak merubah makna c. Sering menggunakan kosa kata dan ungkapan yang kurang
tepat
yang
menimbulkan kekaburan makna 3. Struktur kalimat a. Menggunakan (gramatika)
kalimat
struktur
secara
3
tepat
sesuai dengan karakter
2
Bahasa Arab b. Masih kesalahan
ditemukan penggunaan
struktur kalimat c. Banyak kesalahan
ditemukan penggunaan
struktur kalimat
64
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
1
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
1. Isi
Hasan S
a. Sesuai dan relevan dengan
3
topik yang dibahas b. Masih ditemukan uraian
2
yang kurang sesuai dan relevan dengan topik yang dibahas
1
c. Banyak ditemukan uraian yang tidak sesuai dan relevan dengan topik yang dibahas Non 2 kebahasaan
2. keruntutan
a. Isi wacana disusun amat
3
runtut dan sistematis b. Isi wacana kurang runtut
2
dan kurang terorganisir dengan baik
1
c. Isi wacana tidak runtut dan tidak terorganisir dengan baik 3. Kerapihan
G.
a. Tulisan sangat rapih
3
b. Tulisan kurang rapih
2
c. Tulisan tidak rapih
1
Penutup
Beberapa hal yang perlu diperhatika guru dalam pembelajaran keterampilan menulis bahasa Arab:
65
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Hasan S
Tujuan pembelajaran kemahiran menulis adalah agar siswa menguasai penggunaan aturan tata tulis Arab, baik secara teknis maupun gramatika, dalam menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaan pada tema-tema tertentu dengan menggunakan kosa kata dan struktur kalimat yang dapat dipahami oleh orang Arab. Rangkaian kegiatan pembelajaran menulis terdiri dari kegiatan menulis huruf, imla’, dan mengarang (insya’) Untuk tingkat dasar, pembelajaran menulis difokuskan pada kegiatan menulis mekanistik psikomotorik dalam arti merangkai huruf dan imla’, untuk tingkat menengah diarahkan pada kegiatan mengarang terarah (insya’ muwajjah), dan untuk tingkat lanjut diarahkan pada kegiatan mengarang bebas (insya’ hur). Jenis menulis terdiri dari dua jenis: 1) menulis praktis fungsional yanitu kegiatan menulis yang berkaitan dengan kebutuhan komunikasi dan administrasi formal dalam kegiatan sehari-hari, atau yang berkaitan dengan kegiatan akademik, seperti merangkum sebuah judul, menulis laporan, menulis surat, menulis pembukaan dan penutup sambutan, mengisi formulir, menulis makalah dan sebagainya. 2) menulis kreatif yaitu jenis kegiatan menulis yang berkaitan dengan kreatifitas dan daya imajinasi penulis yang memerlukan bakat khusus, pengalaman panjang, wawasan luas, dan perasaan mendalam, seperti menulis cerita, drama, biografi, dan sebagainya.
66
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015
Hasan S
Pembelajaran Kemahiran Menulis Bahasa Arab
Daftar Pustaka Abdul Ghani, Aiman Amin. Al-Kafy Fy Qawaid al-Ilma’ wa al-Kitabah. alQahirah: Dar al-Taufiqiyah Li al-Turats. al-Bashish, Hatim Husen. 2011. Tanmiyat Maharat al-Qiraah wa alKitabah: Istratijiyat Muta’addidah Li al-Tadris wa al-Taqwim. Dimasqo: Wizarat al-Tsaqafah. Al-Khuli, Muhammad Ali. 1982. Asalib Tadris al-Lughah alArabiyyah. Riyadh: al-Mamlakah al-Arabiyyah al-Su’udiyyah. al-Najar,
Muhammad
Rajab.
2001.
Al-Kitabah
al-Arabiyah:
Maharatuha wa Fununuha.Kuwait: Maktabah Dar al-Urubah. Al-Naqah, Mahmud Kamil. 1985. Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah Li alNathiqin Bi Lughat Ukhra: Ususuh, Mahakhiluh, Thuruq Tadrisih. Makkah al-Mukarramah: Jami’at Um al-Qura. al-Syanthy, Muhammad Shalih. 2006. Fan al-Tahrir: Dhawabituhu wa Anmathuhu. Hail: Dar al-Andalus Li al-Nasyr wa al-Tauzi’ Djiwandono, M. Sunardi. 2008. Tes Bahasa: Pegangan bagi Pebgajar Bahasa. Jakarta: Indeks. Ilyan, Ahmad Fuad Mahmud. 1992. Al-Maharat al-Lughawiyah: Mahiyatuha wa Thara’iq Tadrisiha. Riyadh: Dar al-Muslim Li al-Nasyr wa al-Tauzi’ Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Thu’aimah, Rusydi Ahmad. 1985. Dalil Amal fy I’dad al-Mawad alTa’limiyah Li Barnamaj Ta’lim al-Arabiyah. Makkah: Jami’at Umm al-Qura.
67
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02, Desember 2015