PROSPECT Majalah DRD Klaten Diterbikan oleh Dewan Riset Daerah Kabupaten Klaten Pelindung Bupati Klaten
Daftar Isi SALAM REDAKSI — iii KLATEN SEBAGAI KOTA BUDAYA KETIGA (TRIANGLE BUDAYA): MUNGKINKAH? Kurniawan Junaedhie — 1 PERANAN KACANG2-AN (LEGUME) DAN TERNAK DALAM PERTANIAN BERKELANJUTAN Prof. Soemitro Padmowijoto, Ph.D — 8
Penasihat Kepala BAPEDA Klaten Penanggungjawab Kabid Litbangji Bapeda Klaten
IMPLEMENTASI TEKNIK HISTOGRAM EQUALIZATION UNTUK EVALUASI CIRI CITRA MEDIS KANKER PAYUDARA LANJUT MENGGUNAKAN PARAMETER KARAKTERISASI STATISTIK Afriliana Kusumadewi, Sugeng Santoso — 12
Staf Ahli Prof. Sumitro Padmowiyoto, MSc, PhD. Prof. Dr. Ali Agus, DEA Dr. Widodo Muktiyo, Mcom. Dr. Wisnu Untoro, MSc.
PENGEMBANGAN KELOMPOK UMKM BIDANG OLAHAN PANGAN MELALUI DIVERSIVIKASI PANGAN LOKAL UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN KLATEN Dra. Hj. Nunuk Siti Rahayu, M.P — 25
Pemimpin Redaksi Dr. Esti Ismawati, MPd. Anggota Redaksi Dr. Adji Kusworo Ir. Sunarso, MS Ir. Daru Pratomo, MT Suratin Eko Supono, SH, MH Syarifuddin Zukhri, SKp, MKes. Rifai Saleh Haryono, SH, MH Drs. Anas Yusuf Mahmudi Alamat Redaksi Kantor BAPEDA Klaten Telpon Redaksi 08156860336 Lukisan Cover Karya Nasirun berjudul “Alam Bidadari” 200 x 321 cm oil on canvas
PENGARUH PEMBERIAN CAMPURAN BEE POLLEN, RIMPANG KENCUR, KUNYIT, BIJI PINANG DAN SIRIH TERHADAP KADAR GULA DARAH DAN BERAT BADAN PADA TIKUS WISTAR PASCA PAPARAN STREPTOZOTOCIN Sunyoto, Saifudin Zukhri, Sutaryono — 37 KAJIAN SIFAT FISIS PEMANFAATAN AMPAS TEBU (BAGASSE) MENJADI PAPAN PARTIKEL BERPEREKAT UREA FORMALDEHIDA, PHENOL FORMALDEHIDA DAN MELAMIN FORMALDEHIDA Harri Purnomo, ST, MT — 52 KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI SISWA DAN GURU SMA DAN SMK DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014 Dr. Esti Ismwati, MPd. — 65 TANTANGAN BARU BAGI DAERAH MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Dr. Widodo Muktiyo — 87 Kemitraan Usaha Terpadu Usaha Pertanian: Untuk Daya saing, Kesejahteran dan Kesinambungan Usaha tani Ir. A.M. Sunarso — 92 SERBA-SERBI KLATEN — 98
Redaksi menerima tulisan dari luar. Tulisan yang masuk hendaknya diketik dengan spasi ganda, 15–20 halaman, dikirim ke email:
[email protected]. Redaksi berhak mengubah format tetapi tidak mempengaruhi isi. Tulisan tidak selalu menggambarkan pendapat redaksi. i
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11
ii
Salam Redaksi
A
pa kabar Klaten? Setelah rehat karena masalah teknis, PROSPECT di tahun 2014 ini hadir untuk melanjutkan edisi-edisi yang lalu, membawa optimisme baru, menuju Klaten yang lebih maju dan sejahtera. Beberapa isue mutakhir telah mendapatkan tanggapan positif dari Dewan Riset Daerah Klaten, di antaranya isue mengenai MEA, yang disajikan secara padat oleh Ketua Dewan Riset Daerah Klaten sendiri, yakni Dr. Widodo M, M.Com, kemudian isue penting mengenai peluang pengembangan komoditi hasil pertanian untuk Klaten yang ditulis oleh pakar multinasional bidang ini, yakni Ir. A.M. Sunarso, MSc, dan mengenai potensi unggulan yang bisa dikembangkan di Klaten ditulis oleh Kurniawan Junaedhie, seorang wartawan yang kebetulan berkesempatan jalan-jalan di kota Klaten. Semuanya terangkum di edisi PROSPECT kali ini beserta tulisan-tulisan lain tentang Klaten, dan beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh para dosen di Klaten, antara lain tentang Implementasi Teknik Histogram, tentang ampas tebu, penelitian pada gula darah tikus, penelitian tentang kemampuan mengapresiasi puisi siswa SMKSMA di Klaten dan lainnya. Dari potensi sumber daya alam -geografis, agronomis dan sumber daya petani dan historikal pengalaman usaha tani serta peluang pasar direkomendasikan untuk prioritas pengembangan komoditas andalan padi, jagung, kedelai, tembakau, yang kesemuanya terintegrasikan dengan usaha peternakan, perikanan, ketahanan pangan, dan usaha kemandirian energi daerah, tanpa mengabaikan sama sekali komoditas lainnya, akan membawa Klaten menuju terwujudnya visi misi Klaten yang tata titi tentrem kerto raharjo. Tulisan Prof. Soemitro Padmowijoto tentang peranan lagume dant ternak dalam pertanian berkelanjutan melengkapi isue ini, dan juga tentang pentingnya menata pola tanam serta pergantian musim yang tak terduga (un predictable) sebagaimana tampak pada dekade terakhir ini. Akhirnya, kami berharap semoga kehadiran PROSPECT edisi kali ini dan seterusnya secara kontinyu akan dapat mencerdaskan Klaten dalam menggapai kehidupan ke depan. Selamat membaca !
Redaksi
iii
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11
iv
KLATEN SEBAGAI KOTA BUDAYA KETIGA (TRIANGLE BUDAYA): MUNGKINKAH? Kurniawan Junaedhie Wartawan asli Purwokerto, tinggal di Jakarta ABSTRAK Tulisan ini berkisah tentang “mimpi” bagi Klaten ke depan. Bagaimana mewujudkan mimpi tersebut, itulah pokok permasalahannya. Klaten yang terletak di antara dua kota ‘raksasa budaya Jawa’, yakni Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta, sejatinya bisa juga menjadi kota budaya ketiga karena Klaten memiliki sejumlah potensi unggulan di berbagai sektor, baik sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yang bisa disinergiskan dengan sektor pariwisata khususnya destinasi wisata budaya. Jika sinergitas itu terjadi, dan didukung dengan kesungguhan Pemda Klaten untuk mewujudkannya, serta partisipasi penuh dari masyarakat Klaten yang all out, tidak mustahil Klaten akan berkembang menjadi kota budaya ketiga (Triangle) dan menjadi destinasi wisata budaya yang diperhitungkan setelah Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Dan jika ini terjadi, visi misi Klaten yang tata titi tentrem kerta raharja itu niscaya benarbenar terwujud dan bukan hanya slogan semata. PENDAHULUAN Ada beberapa ingatan saya tentang Klaten. Pertama, hampir 30 tahun lalu saya datang ke Klaten, menuju Mbayat untuk sebuah wawancara. Ingatan itu tak mungkin terlupa, karena saat itu saya harus menumnpang truk pasir untuk menuju desa itu. Belakangan baru saya tahu, di Klaten memang sulit bagi pendatang seperti saya untuk memperoleh angkutan umum. Kedua, saya nyaris hafal, jawaban apa yang diberikan tukang angkringan di sepanjang Jalan Malioboro Yogyakarta, -- setiap kali saya menanyakan asal usulnya. Hampir semua mereka menjawab: Klaten, Bayat. Ketiga, saya selalu melewati kota itu, setiap kali berkendara dari Solo ke Yogya vice versa. Setelah saya membuka catatan, tahulah saya, bahwa secara geografis, Kota Klaten berbatasan dengan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, dan di sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan demikian, letak kota Klaten bisa
dikatakan sangat strategis dari segala aspek: bisnis ekonomi, juga budaya. Dalam kaitan dengan yang keempat soal budaya itulah saya sebut alasan keempat. Klaten adalah kota lahir sejumlah seniman yang saya kenal namanya. Berdasar catatan yang saya punya inilah antara lain daftar para seniman terkenal di Indonesia yang lahir di Klaten: Jakob Sumardjo, Rahmat Djoko Pradopo, Waluya DS, Kuntowijoyo, Suryo Sumanto, Ki Narto Sabdo, Eddy Sud, S. Anantaguna, GM Sudarta, atau Dedi Sutomo. Apakah mungkin kondisi subur bagi lahirnya para seniman ini juga berkaitan dengan alasan ketiga, yaitu dekatnya lokasi Klaten dengan dua kota yang selama ini sering disebut sebagai pusat kebudayaan yaitu Solo dan Klaten? TIDAK JAUH BERBEDA DENGAN YOGYA SOLO Sebagai bagian kerajaan, baik Yogyakarta dan Surakarta memiliki keraton sebagai pusat perkembangan dan
1
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 pelestarian budaya serta simbol kekuasaan raja. Jika Yogyakarta memiliki dua keraton yakni Keraton Kasultanan sebagai kraton utama dan Pakualaman sebagai keraton kedua, Surakarta pun demikian ada Keraton Kasunanan dan Keraton Mangkunegaran. Keraton Yogyakarta dan Surakarta samasama memiliki dua alun-alun, yakni AlunAlun Utara dan Alun-Alun Selatan lengkap dengan beringinnya. Yang juga menarik dicatat, baik Yogyakarta maupun Surakarta memiliki Pasar Gede (utama). Jika di Yogyakarta ada Pasar Beringharjo maka di Surakarta ada Pasar Gedhe Hardjanegara. Bedanya Pasar Beringharjo berada persis di utara sumbu keraton sementara Pasar Gedhe Hardjanegara sedikit di sisi timur sumbu keraton. Yogyakarta dan Surakarta juga memiliki “benteng kembar” yang samasama menghadap keraton. Yogyakarta memiliki Benteng Vredeburg sementara di Surakarta ada Benteng Vastenberg. Kota Yogyakarta dan Surakarta juga memiliki tugu yang menjadi landmark tanda kotanya. Surakarta memiliki beberapa tanda kota, yakni Tugu Jam di depan Pasar Gedhe, Patung Slamet Riyadi dan Bundaran Gladhak. Sementara di Yogyakarta hanya Tugu Pal Putih yang menjadi tanda utama kota. Meskipun demikian beberapa orang menilai Tugu Pal Putih atau Tugu Jogja lebih selaras dengan budaya Jogja, sementara patung-patung dan tugu di Surakarta dianggap kurang mencerminkan budaya Surakarta. Klaten berada di tengah dua kota budaya yang juga pusat kebudayaan Jawa yakni Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta . Berada di tengahtengah kebudayaan Jawa yang adiluhung menjadikan Klaten sebagai kota budaya. Seperti halnya kebudayaan Jawa yang berkembang di Surakarta dan Yogyakarta, kebudayaan yang berkembang di Klaten
2
tidak jauh berbeda. Kebudayaan-kebudayan dimaksud di antaranya bahasa, kesenian, tradisi, dan adat istiadat yang hampir sama. Bahasa Jawa sebagai unsur kebudayaan Jawa yang berperan sebagai sarana pelestari budaya Jawa kini dirasakan sebagai suatu ‘beban’ yang amat berat dalam pembelajaran di sekolah-sekolah di Klaten dan Solo Yogya pada umumnya karena kurangnya ‘payung’ kebijakan yang kuat, terlebih setelah diberlakukannya kurikulum 2013. Kurikulum yang ada terlalu sempit memberikan ruang gerak bagi pengajaran dan pembinaan bahasa Jawa, sehingga pengajaran bahasa Jawa baik di Klaten, Solo, maupun Yogya kurang memberikan makna kepada anak didik, padahal bahasa Jawa adalah unsur utama budaya Jawa. Bahasa Jawa itu sendiri memiliki beberapa dialek, baik dialek geografis, dialek sosial, maupun dialek temporal. Siswa sekolah di Klaten berada pada situasi dialek bahasa Jawa baku, yakni Solo dan Yogya, yang memerlukan penanganan khusus dalam pembejarannya, dan idealnya bahasa pengantar yang digunakannya pun mestinya menggunakan bahasa Jawa. Unsur kebudayaan Jawa lainnya adalah kesenian. Unsur budaya kesenian memiliki beberapa subunsur, antara lain tarian tradisional, seni musik, dan vokal laras madya, berkembang di Klaten, Solo dan Yogya. Namun fungsinya sekarang dirasakan amat berkurang, meski anakanak sekolah di tiga tempat itu bisa belajar menari, menyanyi (laras madya), dan bermusik (gamelan) di setiap saat dan di setiap tempat. Kesenian laras madya merupakan kesenian asli Jawa yang berbentuk wulangreh (pitutur atau nasihat baik) dengan menampilkan tembang Jawa Macapat dan tembang klasik seperti Dhandhanggula, Pocung, dan Ketawang, masih tumbuh dan berkembang di Klaten,
Klaten Sebagai Kota Budaya Ketiga (Triangle Budaya): Mungkinkah? Solo, dan Yogya meski fungsinya juga dirasakan berkurang. Adalah Ki Ageng Pandanaran yang mula-mula menggunakan kesenian laras madya sebagai sarana dakwahnya dengan menggabungkan rebana dan beberapa unsur gamelan Jawa seperti kemanak, yakni instrumen dari logam dengan suara nyaring, ditambah gender, saron, dan gong, yang amat populer sampai dengan tahun 70-an sebagai hiburan masyarakat di tiga tempat tersebut. Bahkan budayawan GM Sudharta dari Klaten melestarikan kesenian laras madya ini dengan membentuk grup (paguyuban) seni musik dan vokal laras madya yang diberi nama Al Muqorobin tahun1999, dengan menampilkan formasi 25 setiap tampil (meski anggotanya ratusan orang). Unsur kebudayaan lain, yakni tradisi dan adat istiadat yang berkembang di Klaten tidak jauh berbeda dengan Solo dan Yogya, misalnya tradisi nyadranan, syawalan, apeman, yang masih berkembang hingga saat ini. Nyadranan dilaksanakan sekali setahun di bulan Ruwah, di seluruh pelosok wilayah Klaten melaksanakannya, syawalan dilaksanakan di bulan Syawal yang dipusatkan di tempat tujuan wisata Rowo Jombor dan Bulus Jimbung, dan apeman dilaksanakan di bulan Sapar yang dipusatkan di Jatinom. PERMASALAHAN Bagaimana dengan Klaten ke depan? Klaten jelas bukan sebuah wilayah di Pulau Jawa yang meninggalkan warisan kebudayaan berupa kerajaan seperti halnya kota Yogyakarta dan Solo. Namun di Klaten terdapat makam Ki Ageng Gribig yang selalu ramai dikunjungi pada malam Jumat legi dan Jumat kliwon. Ki Ageng Gribig adalah cucu Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit, putra dari R.M. Guntur atau Prabu Wasi Jolodoro. Ia merupakan salah satu ulama pada zaman Mataram yang
menyebarkan Agama Islam khususnya di Jatinom. Selain makan Ki Ageng Gribig, di Klaten juga terdapat makam Sunan Tembayat di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Sunan Tembayat merupakan seorang ulama yang menyebarkan agama Islam di Klaten. Sunan Tembayat awalnya seorang Adipati di Semarang bernama Pandanaran. Adipati Pandanaran pindah ke Bayat karena hendak menuntut ilmu Agama Islam kepada Sunan Kalijaga. Tapi sebagaimana halnya kedua kota itu, --dan sebagaimana hanya daerahdaerah lain di Pulau Jawa,-- Klaten –yang juga memiliki Tugu Ki Nartosabdo di tengah kota itu -- toh memiliki sejumlah peninggalan berupa candi seperti Candi Prambaban dan artefak lainnya. Meski sering ‘diakui’ sebagai candi milik Yogya, Candi Prambanan yang masyhur dan disebut sebagai kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia-- itu, pada kenyataannya, secara geografis berada di Kecamatan Prambanan, yang berbatasan dengan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain Candi Prambanan, di Klaten juga terdapat Candi Sewu yang merupakan Candi Buddha Kerajaan, sekaligus pusat kegiatan agama Buddha yang penting di masa lalu. Jika Candi Prambanan adalah candi bercorak Hindhu, maka Candi Sewu adalah candi yang bercorak Buddha. Dengan demikian dapat dikatakan, di sana, sejak zaman dahulu di Jawa umat Hindu dan Buddha hidup secara harmonis dan adanya toleransi beragama. KEBUDAYAAN KLATEN Dalam sebuah tulisannya, Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Perwujudan kebudayaan itu
3
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Jika merujuk pada pengertian tersebut maka Klaten jelas memiliki sejumlah warisan budaya menarik yang layak dicermati. Di Desa Melikan, Bayat, terdapat sentra kerajinan, pembuatan keramik dengan cara dan bahkan metode pembuatan yang unik yakni dengan teknik putaran miring yang merupakan budaya ketimuran karena sebagian pengrajinnya kebanyakan wanita secara turun-temurun. Di daerah Serenan terdapat banyak pengrajin kayu jati dan olahan. Di Desa Sidowarno terdapat banyak pengrajin tatah sungging wayang kulit. Di Desa Tanjung juga banyak kita temukan pengrajin payung. Sementara itu, di Desa Sobayan Kecamatan Pedan, terdapat desa wisata dengan potensi unggulan berupa pusat kerajinan tenun ikat. Dan Desa Paseban Kecamatan Bayatdi banyak sentra kerajinan seperti topeng kayu, keramik dan batik tulis, Desa Katik, misalnya, dikenal merupakan desa yang terkenal dengan seni Ketoprak-nya. Klaten juga kaya dengan tradisi seni pertunjukannya seperti Gejog Lesung. Seni pertunjukan tradisi ini lahir di Dukuh Soran Desa Duwet Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten. Kesenian ini merupakan ekspresi rasa kegembiraan para petani setelah musim panen padi tiba. Ada juga seni pertunjukan tradisi yang disebut Srandul. Srandul adalah kesenian rakyat yang menggambarkan tentang kehidupan Demang pada zaman kerajaan berupa berupa parikan atau tembang
4
dan percakapan yang diiringi Kendang, Angklung dan Terbang besar dilakukan oleh ± 15 orang. Kesenian Srandul lahir timbul di Dukuh Jogodayoh, Desa Gumulan Kecamatan Kota Klaten. Seni tradisi lain yang lahir dan berkembang di wilayah Klaten, adalah Jatilan. Ini adalah tari tradisional yang menggambarkan keprajuritan pada waktu perang yang dilakukan beberapa orang dengan cara naik kuda Kepang (kuda Lumping) yang dikendalikan oleh seorang pawang yang diawasi oleh Ki Pentul dan Ki Tembem. Kesenian tradisi ini diiringi gamelan berupa Kendang, Bende, dan Kecer. Dalam tarian terdapat unsur magis yang melambangkan kekebalan dan setiap pemain mengenakan topeng atau kacamata hitam. Tari Jatilan berkembang di Desa Bugisan Kecamatan Prambanan yang dipentaskan tiap hari Jumat di panggung terbuka untuk para turis asing maupun domestik. Banyak juga upacara adat di Kabupaten Klaten yang menarik, dan hanya dijumpai di Klaten, seperti Yaqowiyu misalnya. Tradisi warisan Ki Ageng Gribig ini kini telah menjelma menjadi upacara adat yang selalu ramai dikunjungi ribuan wisatawan lokal dari berbagai daerah setiap tahunnya. Tak salah, jika dikatakan, Klaten merupakan referensi penting bagi mereka yang ingin mengetahui seni dan tradisi di Jawa Tengah. Dalam hal kuliner, misalnya, Klaten, juga dikenal luas karena sejumlah penganan tradisionalnya yang khas, sebutlah, cabuk rambak, emping, wedang ronde, intip kerak nasi, keripik belut, keripik cakar, dan nasi liwet yang bahan-bahannya dapat diperoleh dari alam atau mudah dicari. Jika di Solo dikenal karena Sop Ayam Pak No, maka di Klaten ada Sop Pak Min Yang tak kalah populernya bagi masyarakat luas di luar Klaten.
Klaten Sebagai Kota Budaya Ketiga (Triangle Budaya): Mungkinkah? BAGAIMANA KLATEN HARI INI? Hari ini Klaten adalah sebuah kota yang lengang, dengan penduduk berjumlah sekitar 123.463 jiwa pada tahun 2010 dengan luas 33,72 km² yang terbagi atas 26 kecamatan. Karena dianggap tidak memenuhi persyaratan sebagai kota otonom, bahkan status Klaten dihapuskan sebagai kota administratif pada tahun 2003. Sebagai pelancong saya kesulitan mencari alat transportasi publik seperti taksi, becak atau ojek. Yang saya tahu, meski banyak terdapat sekolah tingkat lanjutan atas, Klaten tidak pernah disebut sebagai kota pelajar sebagaimana halnya tetangganya, Yogya. Yang juga saya catat, meski saat ini, ada beberapa perguruan tinggi, antara lain Universitas Widya Dharma, STIKES Muhammadiyah Klaten, dan Akademi Akuntansi Muhammadiyah Klaten, kebanyakan lulusan SLTA-nya melanjutkan ke kota lain, utamanya Yogyakarta yang dipandang lebih menjanjikan. Di Klaten, selama saya berkunjung ke sana dua hari, saya tidak melihat adanya gedung pertunjukan, peran Dewan Kesenian (dipertanyakan), yang saat ini sesungguhnya sedang lumrah di tanah air.. Tak heran jika para serniman yang tumbuh dalam alam subur tradisii kebudayaan dan seni di Klaten juga umumnya mengembangkan bakat dan mencari nafkah di luar kota Klaten. Dalang Nartosabdo, misalnya, lebih dikenal di Semarang, Ki Anom Suroto lebih dikenal sebagai dalang di Solo, Pelukis terkenal GM Sudarta, lebih dikenal karena bekerja di sebuah suratkabar di Jakarta, sastrawan Jakob Sumardjo lebih dikenal sebagai Rektor di PT di Bandung dan selanjutnya. Satu-satunya simbol kebudayaan yang tampak di kota Klaten dan ingin dijadikan ikon kota barangkali adalah sebuah tugu (monument) Ki Nartosabdo.
Dengan ‘hanya’ mengurai keunggulan trradisi dan warisan budaya Klaten, hemat saya Klaten sejatinya bisa saja menjadi kota budaya ketiga, atau tri angle budaya, di antara pusat kebudayaan yang saat ini eksis, yaitu Solo dan Yogyakarta. Tulisan ini, sekadar ingin mencolek rasa ‘nasionalisme’ Klaten yang sebenarnya memiliki potensi luar biasa. Demikianlah. KLATEN KE DEPAN Mencermati amatan saya di atas dan informasi yang saya peroleh dari seorang informan yang layak dipercaya (seorang putera daerah Klaten), Klaten ke depan mesti memperkuat posisi budayanya dalam tiga kategori, yakni sektor produk potensial, produk andalan, dan produk unggulan. Produk potensial adalah produk barang dan jasa yang dibudidayakan atau diusahakan oleh masyarakat Klaten dengan memanfaatkan sumber daya alam wilayah setempat, yang mempunyai prospek pengembangan produksi maupun pasar. Produk andalan adalah produk potensial yang mempunyai tiga kriteria, yakni (1) produk tersebut sudah mantap dari aspek ptoduksi (kualitas dan kuantitas). (2) produk tersebut mempunyai daya saing komparatif dibandingkan dengan produk serupa di tingkat regional, antar wilayah. (3) produk tersebut termasuk ke dalam program pengembangan wilayan (budaya) dimaksud. Sedangkan produk unggulan adalah produk andalan yang memiliki kriteria sempurna, yakni (1) mampu bersaing secara kompeteitif dengan produk serupa/sejenis yang terdapat di daerah lain. (2) produk tersebut merupakan ciri khas daerah (dalam hal ini misalnya beragam sektor makanan olahan di Klaten dan destinasi wisata budaya). (3) di pasar regional produk tersebut sudah menjadi trade daerah tersebut (misalnya jenang ayu Wedi, warung apung Rowo Jombor,
5
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 apeman Jatinom, makanan serba ikan Janti, Polanharjo, batik Bayat, tenun Pedan, dsb). (4) mempunyai sumbangan yang tinggi terhadap perekonomian daerah. (5) banyak menyerap tenaga kerja. (6) dapat diusahakan dalam luasan yang lebih besar. (7) merupakan produk yang strategis. (8) mempunyai peluang pasar yang luas. (9) kontinuitas produk terjamin (termasuk untuk produk musiman). (10) memiliki daya dukung sumber daya alam dan manusia yang memadai. (11) banyak melibatkan petani atau industri kecil. (12) produk tersebut telah dapat diekspor (misalnya furniture dari Juwiring). (13) produk tersebut merupakan substitusi ekspor. (14) menghasilkan devisa. (15) pengembangan produk tersebut ramah lingkungan. (16) ada dukungan yang kuat dari sumber daya pemerintahan dalam pengembangannya. Klaten memiliki banyak peluang untuk melahirkan produk unggulan khususnya di sektor budaya. Melalui tiga pendekatan sekaligus, yakni pendekatan konseptual, pendekatan institusional, dan pendekatan spasial, potensi budaya Klaten akan mampu dioptimalkan. Berbagai dukungan yang dimiliki Klaten sebagai triangle budaya di antaranya, (1) keadaan geografis yang meliputi : letak geografis Klaten (berada di tiga kota utama yakni Yogya, Solo, Semarang), iklim, topografi, tanah, dan (2) keadaan demografi yang meliputi : penduduk, pendidikan, ketenagakerjaan, dan (3) keadaan infrastruktur yang meliputi : sarana transportasi, sarana pengairan, sarana kesehatan, serta (4) keadaan perekonomian : PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), pertumbuhan ekonomi, dan investasi daerah. Semuanya akan mampu menjadi akselerasi tumbuhnya Klaten sebagai triangle budaya. Peran Dewan kesenian Klaten yang selama ini hanya sibuk sarasehan dan wayangan perlu dibenahi agar menjangkau
6
ke seluruh aspek pertumbuhan budaya Klaten. Keberpihakan Pemda dengan APBD yang layak perlu terus ditingkatkan, seiring dengan munculnya konsep desa budaya, desa wisata, desa kerajinan, dan sejenisnya. Beberapa produk unggulan Klaten seperti tembakau vonsterland yang menembus ekspor ke Jerman, Swiss, Amerika, Belgia, dan Belanda sebagai bahan cerutu dengan nilai ekspor sedikitnya 197,177 dollar AS per tahun seharusnya mampu mendongkrak subsektor lain. Produk lain seperti cabe, jagung, kedelai, kopi, cengkeh, kelapa deres (gula jawa), sapi perah, telor ayam ras, padi, sapi potong, industri logam, industri mebel, industri konveksi, dan industri makanan olahan, dsb juga diharapkan mampu mendongkrak Klaten sebagai triangle budaya. Destinasi wisata budaya seperti di Bayat (Rowo Jombor, Jimbung Syawalan, Makam Ki Ageng Pandanaran, Batik Bayat, tenun Bayat), Prambanan (Candi Plaosan), Trucuk (Makam R.Ng. Ronggowarsito, tenun Trucuk), Jogonalan (Museum Gula Jawa Tengah / Gondang Winangoen), Wonosari (Makam Ki Ageng Perwito), Karanganom (Pemandian Jolotundo), Tulung (Sumber Air Ingas, Pemandian Lumbantirto, Perayaan Padusan menjelang puasa Ramadhan), Jatinom (Perayaan Yaqowiyu, makam Ki Ageng Gribig), Kemalang (wisata alam Deles Indah yang dingin di kaki Merapi), dsb, perlu diupdate dari berbagai sisi dengan sentuhan kebudayaan modern yang bersih, indah, tertata rapih. Struktur perekonomian di Klaten yang didominasi oleh tiga sektor, yakni sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran, bisa disinergiskan dengan sektor pariwisata khususnya destinasi wisata budaya. Produk / komoditas Klaten yang meliputi
Klaten Sebagai Kota Budaya Ketiga (Triangle Budaya): Mungkinkah? 63 produk akan mampu mendorong Klaten sebagai triangle budaya. Pada akhirnya hanya kemauan keras dan kerja keras masyarakat Klatenlah yang akan menentukan berhasil tidaknya Klaten sebagai triangle budaya. Didukung dengan kebijakan pengarus-utamaan gender (gender mainstreaming) yang menempatkan lakilaki dan perempuan Klaten sebagai mitra sejajar yang memastikan akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat yang sama dari hasil pembangunan di Klaten akan menempatkan Klaten sebagai destinasi wisata budaya yang diperhitungkan setelah Yogya dan Solo. Di sinilah awal dan sekaligus akhir dimulai. Sanggupkah masyarakat Klaten mewujudkannya? Wallohualam bisawab.
Daftar Rujukan Esti Ismawati, 2008. Ensiklopedi Klaten: Alam, Manusia, dan Budaya. Yogyakarta: Penerbit Cawanmas bekerja sama dengan Dewan Riset Daerah Klaten. Esti Ismawati, 2003. Bayat : Daerah Wisata Budaya yang Masih Tertidur. Klaten: Pusat Studi Kebudayaan Universitas Widya Dharma Klaten. Pemda Klaten, 2007. Statistik Gender Data Pilah Bidang Kesehatan dan Pendidikan: Pusat Studi Wanita UMS bekerjasama dengan Bagian Sosial Setda Klaten. Pemda Klaten, 2006. Laporan Akhir Kegiatan Penyusunan Produk Unggulan Klaten (oleh Bapeda Klaten).
7
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 PERANAN KACANG2-AN (LEGUME) DAN TERNAK DALAM PERTANIAN BERKELANJUTAN Prof. Soemitro Padmowijoto, Ph.D. Anggota DRD (Dewan Riset Daerah) Klaten sebagai Ketua bidang Ketahanan pangan, Pertanian dan Lingkungan ABSTRAK Menghadapi permasalahan diatas diperlukan jalan keluar yang arif dan memihak petani. Dengan menciptakan formulasi alternatif system pertanian untuk masa depan yang berbasis kearifan lokal dan berwawsan lingkungan dan menuju pembangunan berkelanjutan, perlu dilakukan Total Managejemen Terpadu Sumberdaya Alam dalam Pertanian Berke-lanjutan dengan Memanfaatkan Produksi Utama dan Limbah Peternakan, Limbah Pertanian serta Tanaman Legume/Kacang2an sebagai Pupuk Hijau.Artinya limbah tanaman pangan digunakan sebagai pakan ternak,dan Limbah Peternakan termasuk Sisa pakan ternak, Kotoran ternak dan Urine ternak secara optimal dimanfaatkan sebagai bahan Pupuk Organik, yang mempunyai nilai Ekonomis dan dapat mengurangi biaya Produksi, memperbaiki aktifitas Biologis tanah dan meningkatkan Kesuburan tanah. Sehingga semua Produk Peternakan dan Pertanian, baik Produk Utama dan Limbahnya bermanfaat dan memberikan nilai ekonomis untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Kelestarian ekosistem lahan pertanian di kawasan pedesaan lebih terjamin, karena adanya sistem produksi dengan minimal/zero limbah. Demikian pula adanya perubahn iklim yang mengakibatkan musim hujan dan kemarau tidak tentu, sehingga perlu pengaturan air. PENDAHULUAN Permasalahan pembangunan terutama dalam bidang pertanian dan pada saat ini, karena pemakaian pupuk dan pestisida anorganik lama dan dosis tinggi serta manajemen tanah yang kurang baik dilaksanakan, hal ini mengakibatkan lahan pertanian mengalami degradasi dan pestisida mengancam kehidupan manusia karena hama dan bakteri penyakit semakin kebal terhadap pestisida yang tersedia. Ditambah harga pupuk mahal sulit dipasaran. Pada achir ini adanya Global-worming sehingga iklim berubah, sehingga waktu hujan tidak tentu, demikian pula musim kemarau kadang2 panjang sehingga timbul rentan kekeringan, dan kapasitas lahan mengikat air rendah dapat didekati dengan budaya teknologi nenek moyang dalam pertanian yang telah dirintis
8
berabad-abad dan dikenal dengan istilah kearifan lokal. Disamping itu, sering orang berpendapat mengenai pembangunan berkelanjutan, tetapi difinisinya jarang yang dapat memuaskan dan berbeda didalam mengartikan kondisi dan asumsi yang bagaimana pertanian berkelanjutan dapat terjadi. Didalam pertanian bekelanjutan menurut (FAO,1991) adalah managemen dan konservasi sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Pertanian berkelanjutan yang berhasil dan baik mempunyai kriteria yang harus dipenuhi. Pertama, lingkungan bertambah baik, kedua, kehidupan meningkat menjadi lebih baik dan ketiga, pendapatan masyarakat meningkat. Untuk meningkatkan pendapatan usaha tani harus integrasi/terpadu, dalam istilah baru selain
Peranan Kacang2-An (Legume) dan Ternak dalam Pertanian Berkelanjutan bercocok tanam pangan juga beternak dan berkebun serta menanam pohon di halaman rumah (Soemitro.2001). Masyarakat pedesaan sudah banyak mengetahui bahwa filosofi dasar pembangunan wilayah adalah Hamemayu Hayuning Bawana (Melestarikan indahnya bumi). PERANAN LEGUME (KACANG2AN) DALAM PERTANIAN BERKELANJUTAN Sistem pemakaian pupuk hijau, yang telah lama di lakukan nenek moyang, dan telah lama ditinggalkan generasi sekarang ini merupakan simbiosis antara bintil akar kacang2-an (legume) dan bakteri Rhizobia menyediakan bagi petani sumber nitrogen yang sama seperti fungsi pupuk Urea, tetapi produksinya tidak mencemari lingkungan dan tidak membutuhkan bahan bakar seperti produksi pupuk Urea buatan, sehingga biayanya murah. Tingkat efeciensi pengikatan Nitrogen atmosfer tergantung pada pertumbuhan legume (kacang2-an) dan kondisi tanah. Legume menambah kesuburan lahan dengan mengikat Nitrogen atmosfer dapat merubah dari bentuk anorganik menjadi bentuk tersedia bagi tanaman (Donovan dan Casey, 1998). Pengikatan secara biologis Nitrogen atmosfer dapat mengganti seluruhnya atau sebagian pupuk Urea. Integrasi tanaman jagung varietas hybrida yang ditanam diantara tanaman leucaena (lamtoro) atau pertanian sistem lorong dalam dengan pemanfaatan daun legume sebagai pupuk hijau mampu meningkatkan poduksi biji jagung sebesar 103,6% (Soemitro,1993). Perombakan pupuk hijau ini berlangsung selama beberapa minggu asegar yang dibenamkan dirombak 3-4 minggu setelah pembenaman kedalam tanah (Alferez,1980). Tanaman legume (kacang2-an) dapat meningkatkan kandungan hara dalam tanah. Sisa tanaman
legume meningkatkan Nitrogen, Organik karbon, dan phosphor sekitar 26-37% pada berbagai tipe tanah (Prabakar et al., 1972), serta meningkatkan N, Fe, dan Mn (Sahoo et al.,1970). Penggunaan pupuk organik ini mampu meningkatkan water holding capacity soil . Pemanfaatan daun Gliricidia sebagai pupuk hijau mampu meningkatkan hijauan tebon dan biji jagung masing-masing sebesar 38 % dan 35% (Soemitro, 1998) . Dibawah kondisi yang baik tanaman Gliricidia sebagai pupuk hijau menghasilkan bahan organik dengan akumulasi sampai 100-200 kg N setiap hektar dalam waktu 100-150 hari di daerah tropis. Tanaman leucaena/lamtoro yang ditanam rapat dengan jarak antar baris satu meter, mampu menghasilkan pupuk hijau sebanyak 120 ton/ha/tahun, sehingga dapat memberikan 1000 kg Nitrogen, 200 kg asam fosfat dan 800 kg potasium, berturut-turut setara dengan 100 sak (50 kg) Anomium sulfat, 20 sak (50 kg) super fosfat dan 24 sak (50 kg) potasium muriate (Curran, 1977). Penggunaan legume (kacang2-an) pohon dalam alley cropping (pertanian sistem lorong) dengan tanaman pangan ditanam diantara tanaman legume (Kyuma, 1995), mempunyai tujuan utama u. untuk mengontrol erosi tanah yang miring. Tujuan lain adalah untuk mengatur kesuburan tanah menggunakan legume pohona. Daunnya sebagian dapat digunakan untuk pupuk hijau dan selebihnya untuk makanan ternak. Akar legume dalam sistem Alley cropping berfungsi sebagai pompa mineral, adalah hara tanah yang mengalami pencucian turun kebawah diluar jangkauan akar tanaman pangan, sehingga hara tidak bisa dimanfaatkan lagi oleh tanaman pangan. Oleh akar legume yang dalam, hara tersebut akan diserap dan dimanfaatkan
9
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 oleh legume ditarik keatas masuk dalam daum ,kemudian daun legume jadi tua kering dan rontok sebagai serasah dan jatuh di permukaan tanah. Achirnya serasah mengalami praoses dekomposisi menjadi tersedia unhuk tanaman pangan (Chiu et. al.,} Batang legume yang berada diatas tanah mampu menahan runoff (aliran air diatas tanah) dan cenderung mengumpulkan/ menumpuk sedimen yang mengalir kebawah, kemudian dengan manajemen tertentu akan membentuk teras, yang dikenal dengan Teras- kredit. Pembentukan Teras-kredit biayanya murah dan sangat bermanfaat untuk konservasi tanah di kawasan pedesaan. Selanjutnya dapat ditunjukkan bahwa tanaman legume yang dimanfaatkan dalam Alley cropping (Sistem pertanian lorong) mampu menurunkan besaran erosi tanah miring dari 96,9 ton/ha menjadi hanya 0,8 ton/ha (Monsalud, et al.1955). dan setelah tiga tahun program berjalan, balance hara tanah jadi positif artinya lebih banyak hara yang kembali kedalam tanah dibading yang hilang. PERANAN TERNAK DALAM PERTANIAN BERKEJANJUTAN Usaha peternakan terutama ruminansia bagi petani merupakan suatu usaha tani yang mendaya gunakan dan melakukan konservasi dan memanfaatkan sumber daya alam berupa rumput, limbah tanaman pangan yang biasanya dibuang, digunakan sebagai pakan ternak, hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan petani, masyarakat dan bangsa (Pretty, 1955). Integrasi usaha tani tanaman pangan dan peternakan waktu jaman nenek moyang kita dulu dikenal dengan istilah raja koyo artinya pendapatannya seperti raja. Sektor peternakan komudity kunci yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan
10
dan dapat mengentaskan kemiskinan (ADB,1991). Pelaksanakan sistem pertanian berkelanjutan di Upland area adalah tidak mungkin tanpa ternak (Bouahome, 1993). Adapun ternaknya dapat dijual saat petani membtuhkan, dan uang yang diperoleh bisa ditabung atau digunakan untuk mengatasi resiko kegagalan usaha tani yang lain, sehingga merupakan bio-asuransi bagi usaha taninya (Soemitro dan SriDadi,1995). Suatu kenyataan petani yang memelihara ternak, mempunyai kehiupan lebih baik daripada petani tidak memiliki ternak. Peranan ternak menjadi semakin besar dengan turunya status kesuburan tanah. Disamping itu limbah ternak , berupa kotoran, urine dan sisa pakan akan merupakan bahan baku industri kompos dan sumber pupuk organik untuk tanaman pangan. Kotoran ternak sebagai bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik tanah diantaranya strktur tanah menjadi lebih baik, sehingga meningkatkan ilfiltrasi air kedalam tanah, dan kemampuan kapasita tanah mengikat air (Pagliai at al., 1985), serta pemakaian pupuk kimia lebih effesien. Pemberian pupuk kandan pada tana merupaka sumber tenaga bagi aktifitas bakteri (Hashimoto, 1977). DAFTAR PUSTAKA ADB, 1991. Sector Paper on Livestock Agriculture Depart. Staff Paper no 4. Asian Development Bank Alferez, A.c. 1980. Utilization of Leucaena as Organic. Fertilizer to Food Second SEARCA Professorial UP at Los Banos, Laguna.Philippines. December 16 Bouahome, B. 1993. Cattle Production Proceeding System in Los Banos Proceeding of an International
Peranan Kacang2-An (Legume) dan Ternak dalam Pertanian Berkelanjutan Workshop Laos. Chiu, W.T.F.,Z.S. Chen,W.C. Cosico and F.B.Aglibut. 2000. Management Slopeland in the Asia Pacific Region FFTC. Taiwan. Curran, H.J. 1972. Miracle Tree.Di dalam: International Consultation on Ipil-ipil Researh. PCRAD-Nat.Acad.Sci. Donovan, G. and F. Casey. 1998. Soil Fertility Management in Sub Sahara Africa. World Bank. Tehnical paper. 408. FAO. 1991. The Den Bosch Declaration and Agenda for Action on aFFTC Taiwan. Hashimoto, 1977. Theory and Practice in the Application of Organic Matter. Monbunkyo, Tokyo, Japan.In: Recent Advances in the Application of Livestok Manure to Farmlnd in and Japan.M Khosino Productiul no 282 Kyuma, K. 1995. Problems in The Development of Slopland Agriculture in Asia. FFTC. Ext. Bul. No. 399:1-8. Morsalud,F.C.,E.P.Panungbatites. and K.Kyuma. 1994. Effect of Alley Cropping System on Soil Erosion Crop Yields Nutrition Loss and Soil Chemical Properties in Tanay and Malini Sites Philippines Pagliai,M. M., L.Marca G.Lucamante. 1985. Relation between Soil Structure and Time of Landspreading of Pig Slury. In: Potential Haszards When Using Organic Material as Fertilizer for Crop. L.W. Jacobs .Production Food and Fert.Tech. Centre . Ext. Bul n o. 313 Prabhakar, A.S.,S. V.Patil and Krishnamurty. 1972. Ifluence of Organic Manure’s Amoniacal and Nitrate Nitrogen in the Availability of Soil Applied Phosphporous . J Indian Soil. Sci. 20(4):413
Pretty, J.N. 1995. Re. Ltd., Rgerating Agriculture Earthscan. Publish.Ltd. London Sahoo, R.A., K. Bandiopadhya and B.B. Nanda 1970. Effect Organic Manure with and without Drainage on Rice Yield. Nutrient Uptake and Soil Agrigation. J.Indian Soc. Soil Sci. 16:129 Soemitro, P.W. 1993. Integrasi Tanaman Jagung Varietas Hibrida dengan Leucaena sebagai Pupuk hijau. Proc. Seminar Nasional Pemanfaatan Limbah Pertanian dan Pemberdayagunaan Lahan Kritis. Semarang. Soemitro, P.W.1998. Integrasi Tanaman Jagung dengan Legume sebagai pupuk Hijau. Belum dipubliksikan Soemitro, P.W. and Sri-Dadi 1995. Animal Husbandry In Sustainable Agricultre Proc.Third Inter. Symp. On Integrated Land Use Management for Tropical Agriculture 5-10 September 1994. Jogjakarta.
11
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 IMPLEMENTASI TEKNIK HISTOGRAM EQUALIZATION UNTUK EVALUASI CIRI CITRA MEDIS KANKER PAYUDARA LANJUT MENGGUNAKAN PARAMETER KARAKTERISASI STATISTIK Afriliana Kusumadewi1), Sugeng Santoso2) 1 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro, Universitas Widya Dharma Klaten email:
[email protected] 2 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro, Universitas Widya Dharma Klaten email: sugeng
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini mempunyai tujuan mengimplementasikan teknik histogram equalization dalam evaluasi ciri citra medis khususnya untuk karakterisasi statistik citra medis. Implementasi teknik histogram equalization dimulai dengan proses pra pengolahan citra dengan mengubah citra medis RGB menjadi citra grayscale, dilanjutkan dengan penentuan Region of Interest (ROI) dan metode cropping. Proses selanjutnya adalah peningkatan kualitas citra medis dengan mengimplementasikan teknik histogram equalization. Citra medis kemudian di evaluasi cirinya menggunakan metode karakterisasi statistik dengan parameter nilai mean, standar deviasi, entropi, skewness, dan kurtosis. Citra medis yang digunakan adalah citra medis kanker payudara lanjut. Penelitian ini membandingkan ciri karakterisasi statistik yang didapat dari citra medis original dengan citra medis yang telah ditingkatkan kualitasnya menggunakan teknik histogram equalization. Hasil implementasi histogram equalization mendapatkan hasil ekstraksi ciri citra medis untuk nilai mean, entropi, skewnes, dan kurtosis menjadi lebih kecil dan nilai standar deviasi mengalami peningkatan. Keywords: citra medis, histogram equalization, evaluasi ciri, karakterisasi statistik, mean, standar deviasi, entropi, skewness, kurtosis 1. PENDAHULUAN Pengolahan citra (Image Processing) merupakan bidang yang berkembang pesat serta banyak diterapkan pada ilmuilmu murni dan teknik. Pengolahan citra didefinisikan sebagai proses pengolahan dan analisis citra yang banyak melibatkan persepsi visual. Proses pengolahan ini mempunyai ciri data masukan dan informasi keluaran berbentuk citra. Berbagai aplikasi pengolahan citra sangat membantu bagi kepentingan manusia. Salah satu aplikasinya adalah peningkatan kualitas citra medis sebagai pra-proses agar lebih mudah untuk dianalisis atau diintepretasikan oleh visual manusia (tenaga kesehatan). Sebab hasil analisis
12
seorang dokter sangat besar pengaruhnya terhadap psikologis dan kesehatan pasien. Salah satu permasalahan yang sering muncul pada saat evaluasi ciri citra medis adalah pada umumnya citra medis hasil scanning atau berupa citra digital aras keabuan yang mengalami penurunan kualitas (terdegradasi) yang disebabkan faktor-faktor luar (derau) dan peralatan medis yang digunakan. Dengan demikian proses peningkatan citranya juga harus menggunakan teknik-teknik pengolahan citra aras keabuan. Maka diperlukan peningkatan kualitas citra yang bertujuan untuk menghasilkan citra dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan citra semula.
Implementasi Teknik Histogram Equalization Untuk Evaluasi Ciri Citra Medis ... Oleh sebab itu, diperlukan suatu proses untuk peningkatan kualitas citra medis untuk mengidentifikasi parameterparameter yang diasosiasikan dengan ciri dari objek didalam citra, untuk selanjutnya parameter tersebut digunakan dalam menginterpretasi citra. Peningkatan kualitas citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik histogram equalization. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengetahui sifat tekstur citra medis secara statistik yang dilihat berdasarkan histogram citra medis dan mencari fitur yang dihitung berdasarkan karakteristik statistik histogram citra medis yaitu mean, standar deviasi, entropi, skewness, dan kurtosis. Batasan masalah penelitian ini adalah citra medis yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah citra medis kanker payudara lanjut dari pasien berjenis kelamin wanita tanpa mengenal umur pasien. Citra medis ditingkatkan kualitas citranya dengan menggunakan teknik histogram equalization. Citra medis dievaluasi menggunakan metode karakterisasi statistik dengan parameter mean, standar deviasi, entropi, skewness, dan kurtosis menggunakan software Matlab 7.1. Program yang dibuat bertujuan untuk meningkatan kualitas citra medis dan mencari karakterisasi statistik citra medis dalam rangka proses evaluasi ciri citra. Aplikasi dari program ini dibuat khusus untuk citra medis hasil kamera infrared. Tujuan penelitian ini adalah bagaimana membuat suatu software yang mampu meningkatkan kualitas citra medis menggunakan teknik histogram equalization, dan berdasarkan histogram citra yang terbentuk akan dievaluasi cirinya menggunakan karakterisasi statik dengan parameter mean, standar deviasi, entropi, skewness, dan kurtosis menggunakan software Matlab 7.1.
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah adanya software yang berguna untuk meningkatkan kualitas citra medis menggunakan metode histogram equalization serta mampu mengevaluasi karakterisasi static citra medis berdasarkan parameter mean, standar deviasi, entropi, skewness, dan kurtosis. Penelitian ini juga dapat memberikan masukan bahwa teknik histogram equalization dapat digunakan sebagai alat analisa yang tepat untuk peningkatan kualitas citra medis karena dapat menghasilkan citra medis yang mempunyai histogram seragam, yang selanjutnya digunakan untuk evaluasi ciri berdasarkan karakteristik statistik citra dengan parameter mean, standar deviasi, entropi, skewness, dan kurtosis Selain itu penelitian ini dapat memberikan sumbangan aplikasi software untuk evaluasi ciri citra medis berdasarkan karakteristik statistic dengan parameter nilai mean, standar deviasi, entropi, skewness, dan kurtosis. 2. KAJIAN LITERATUR 2.1 Citra Medis Pengolahan citra digital memiliki spektrum aplikasi yang sangat luas. Salah satunya di bidang biomedis (biomedical). Di bidang biomedis pengolahan citra digital mengalami kemajuan yang sangat pesat sejak ditemukannya tomografi terkomputerisasi pada tahun 1970-an. Kemajuan dalam bidang kedokteran tersebut disebabkan kemampuan pengolahan citra digital mengintepretasikan sinar x (x ray). Kemajuan penting lainnya adalah aplikasi volumetric 3D Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang mampu mendapatkan pencitraan organ tubuh sacara jelas menggunakan scanner. Kemajuan terakhir bidang biomedis adalah penggunaan kamera infrared yang menghasilkan IR imaging untuk berbagai macam aplikasi kedokteran. Kamera infrared termografi
13
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 menyerupai kamera perekam biasa dan merepresentasikan pola panas suatu citra secara real time. Kamera ini menghasilkan citra gray scale yang di konversi ke citra warna untuk membuat intepretasi pola termal lebih mudah dilakukan. Termal atau energi infrared adalah sebuah energi yang tidak terlihat karena panjang gelombangnya terlalu panjang untuk dideteksi oleh mata manusia. Infrared adalah bagian spektrum elektromagnetik yang menghasilkan panas. Tidak seperti cahaya tampak, dalam spektrum infrared sesuatu dengan temperatur diatas nol derajat memancarkan radiasi infrared. Semakin besar temperatur suatu obyek semakin besar pula pancaran radiasinya. Kamera infrared memungkinkan untuk dapat melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia.
Gambar 2.1 Spektrum elektromagnetik Semua obyek dingin atau panas, memancarkan panas dalam bentuk energi infrared. Ketika temperatur obyek meningkat, akan memancarkan lebih banyak energi dan panjang gelombang semakin pendek. Infrared, cahaya tampak, dan cahaya ultraviolet adalah bentuk energi dalam spektrum elektromagnetik. Infrared termografi adalah sebuah teknik yang menggunakan citra termal hasil pengukuran kamera infrared untuk melihat dan mengukur penampakan energi infrared yang sedang dipancarkan oleh suatu obyek. Termografi adalah suatu metode yang bersifat non-contact dan non-destructive. Termografi menggunakan kamera infrared untuk mendeteksi, menampilkan, serta
14
merekam pola termal dan temperatur sepanjang permukaan obyek. Infrared termografi dapat diaplikasikan pada berbagai aplikasi dimana profil termal dan temperatur akan menghasilkan data penting tentang sebuah sistem, obyek, atau proses. Ada dua jenis tipe citra yang dapat dihasilkan dalam termografi yaitu color thermograms (citra termal yang dihasilkan dari kamera infrared) dan color photos (citra digital konvensional). Color thermograms atau medis akan menampilkan temperatur dari obyek yang sedang dianalisis dalam bentuk spektrum warna.
Gambar 2.2 Hirarki warna Gambar 2.2 mengilustrasikan hirarki warna yang digunakan untuk merepresentasikan perbedaan temperatur dari suatu obyek. Hitam, putih, dan warna adalah properti cahaya tampak yang tidak ada di dunia infrared. Oleh sebab itu diperlukan untuk merubah citra termal ke wilayah cahaya tampak. Maka kamera IR mendefinisikan hitam ke temperatur yang terendah dan putih ke temperatur terpanas suatu citra. Untuk citra grayscale berada di tengah-tengah antara hitam dan putih. Demikian juga untuk warna-warna yang lain dapat digunakan untuk melukiskan temperatur yang berbeda. Untuk citra medis grayscale berada di tengah-tengah antara hitam dan putih. Demikian juga untuk warna-warna yang lain dapat digunakan untuk melukiskan temperatur yang berbeda. 2.2 Pra Pengolahan Citra Medis Pra pengolahan citra merupakan hal yang sangat penting dalam pengolahan citra. Tahapan ini diperlukan untuk menjamin kelancaran para proses selanjutnya. Hal-hal
Implementasi Teknik Histogram Equalization Untuk Evaluasi Ciri Citra Medis ... penting yang dilakukan pada pra pengolahan citra adalah peningkatan kualitas citra (image enhancement) dengan mengubah kontras dan brightness, menghilangkan noise, perbaikan citra (image restoration), transformasi (image transformation) serta menentukan bagian citra yang akan diobservasi. Untuk penelitian ini pra pengolahan citra yang dilakukan adalah pengubahan citra warna menjadi citra grayscale, menentukan bagian citra yang akan diobservasi dengan menggunakan metode Region Of Interest (ROI), memperkecil ukuran citra dengan metode cropping, dan meningkatkan kualitas citra dengan teknik histogram equalization. 2.2.1 Pengubahan Citra Warna ke Citra Aras Keabuan (Gray Scale) Menurut Dharma (2010), pada citra warna, setiap titik mempunyai warna yang spesifik yang merupakan kombinasi atas 3 warna, yaitu: merah, hijau, dan biru. Format citra ini sering disebut sebagai citra RGB (Red-Green-Blue). Setiap warna dasar mempunyai intensitas sendiri dengan nilai maksimum 255 (8 bit). Pada citra aras keabuan, komposisi warna dasar pada setiap pikselnya sama. Untuk mengubah citra warna menjadi citra aras keabuan digunakan persamaan: (fiR (x,y)+fiG (x,y)+ fiB (x,y))/3 … fo(x,y)= (2.1) 3
Dengan R = nilai warna merah, G = nilai warna hijau, B = nilai warna biru 2.2.2 Region Of Interest (ROI) dan Metode Cropping Region Of Interest (ROI) adalah pengelompokan kelas berdasarkan wilayah. Citra dibagi menjadi wilayah kecil dalam konstanta aras keabuan. Proses ini bertujuan mengelompokkan piksel-piksel obyek
menjadi wilayah yang merepresentasikan obyek. Teknik ini berbasis pada kesamaan diri (self similiarity) bagian-bagian citra medis dan asumsi bahwa keabnormalan citra dicirikan oleh adanya gangguan pada kesamaan ciri tersebut. Citra dengan gangguan ketidaksamaan diri dapat dideteksi dan dipilih sebagai ROI. Penentuan ROI pada penelitian ini dilakukan dengan memilih area yang mengandung kanker payudara pada citra medis kanker payudara lanjut sebagai obyek penelitian. Caranya menentukan area dengan warna putih sebagai ROI. Setelah ROI dipilih, maka tahapan selanjutnya adalah mengurangi ukuran citra medis yang akan diteliti sehingga waktu perhitungan komputasi menjadi lebih cepat. Metode yang digunakan untuk memperkecil ukuran citra medis adalah metode cropping. Dalam penelitian ini area cropping adalah wilayah yang mengandung sel kanker payudara lanjut. Area cropping ditentukan sebesar 64 x 64 piksel. 2.2.3 Peningkatan Kualitas Citra dengan Teknik Histogram Equalization Menurut Sutoyo (2009), peningkatan kualitas citra adalah suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Peningkatan kualitas citra diterapkan untuk memperbaiki kualitas citra yang mengalami penurunan kualitas selama proses pembentukan citra. Peningkatan kualitas citra juga memberikan efek yang berlebih pada citra yang sudah ada. Tujuan utama peningkatan kualitas citra adalah untuk memproses citra sehingga citra yang dihasilkan lebih baik daripada citra aslinya untuk aplikasi tertentu. Histogram equalization adalah mengubah nilai-nilai intensitas citra sehingga penyebarannya seragam (uniform). Perataan histogram diperoleh dengan cara
15
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 mengubah derajat keabuan suatu piksel (r) dengan derajat keabuan yang baru (s) dengan suatu fungsi transformasi T, yang dalam hal ini s = T(r). Ini berarti r dapat diperoleh kembali dari s dengan transformasi invers r = T-1 (s) dimana dimana 0 ≤ s ≤ 1. Untuk 0 ≤ ri ≤ 1 maka 0 ≤ T(r) ≤ 1. Kondisi ini untuk menjamin pemetaan konsisten pada rentang nilai yang diperbolehkan. Tujuan dari perataan histogram adalah untuk memperoleh penyebaran histogram yang merata sehingga setiap derajat keabuan memiliki jumlah piksel yang relatif sama. Karena histogram menyatakan peluang piksel dengan derajat keabuan tertentu, maka rumus menghitung perataan histogram adalah sebagai berikut: nk dalam hal ini Pr (rk)= n rk =
k (L - 1)
, 0 ≤ k ≤ L – 1 ...... (2. 2)
berdasarkan level nilai intensitas piksel yang berbeda. Pada citra grayscale 8 bit terdapat 256 level nilai intensitas yang berbeda, maka pada histogram akan ditampilkan secara gafik distribusi dari masing-masing 256 level nilai piksel tersebut. Histogram citra ditampilkan dalam grafik 2D dengan sumbu x menyatakan nilai intensitas piksel dan sumbu y menyatakan frekuensi (banyaknya kemunculan) suatu nilai intensitas piksel. Proses pembentukan histogram dapat dilakukan dengan memeriksa setiap nilai piksel pada citra, kemudian hitung banyaknya nilai piksel tersebut dan disimpan di memori. Ciri histogram didasarkan pada histogram dari suatu citra. Bila x menyatakan tingkat keabuan pada suatu citra maka probabilitas dari x dinyatakan dengan: P
(x)=(Banyaknya titik-titik yang memiliki tingkat keabuan x)
…(2.3)
(Total banyaknya titik pada daerah suatu citra)
Yang artinya derajat keabuan (k) dinormalkan terhadap derajat keabuan terbesar (L–1). Nilai rk = 0 menyatakan hitam, dan rk = 1 menyatakan putih dalam skala keabuan yang didefinisikan
Beberapa ciri yang dihitung berdasarkan karakterisasi statistik histogram adalah nilai intensitas abu-abu dalam citra yaitu mean, standar deviasi, entropi, skewness, dan kurtosis.
2.3 Evaluasi Ciri Karakterisasi Statistik Citra Medis Berbasis Histogram Evaluasi ciri adalah proses untuk mengevaluasi informasi seperti warna, tekstur, dan bentuk. Pada proses evaluasi ciri akan diambil ciri-ciri yang terdapat pada obyek di dalam citra untuk mengenali obyek tersebut. Evaluasi ciri merupakan tahapan penting dalam evaluasi ciri citra medis. Proses ini berkaitan dengan karakteristik citra medis ke dalam sekelompok nilai ciri yang sesuai. Histogram citra ditunjukkan pada histogram dari nilai intensitas piksel. Histogram menampilkan banyaknya piksel dalam suatu citra yang dikelompokkan
2.3.1 Mean Adalah rata-rata tingkat keabuan dalam citra, dirumuskan dengan:
16
L
m= ∑ xi P(x) ◊ ……..(2.4) (x=0)
2.3.2 Standar Deviasi Standar deviasi adalah rata-rata kekontrasan citra. Didefinisikan sebagai akar dari variance. L
μ1 ◊ =
∑ (x—m
(x=0)
1
) ◊ P(x)
……….(2.5)
Implementasi Teknik Histogram Equalization Untuk Evaluasi Ciri Citra Medis ... 2.3.3 Entropi Entropi citra adalah sebuah fitur untuk mengukur keacakan dari distribusi intensitas. Sebuah citra dikatakan sempurna apabila mempunyai entropi nol. Entropi merupakan suatu ukuran statistik random yang dapat digunakan pada karakterisasi tekstur dari citra masukan grayscale. Entropi didefinisikan sebagai : Entropi= —∑iPi Log2 Pi ....(2.6) Dengan pi adalah probabilitas kemunculan. Citra masukan dapat berupa citra multi dimensional. Jika citra masukan lebih dari dua dimensi, fungsi entropi menjaganya sebagai suatu citra grayscale multi dimensional dan bukan sebagai citra RGB. 2.3.4 Skewness L
μ3 ◊ =
∑ (x—m
x=0
1
)3 P(x)
… … … .(2.7)
1
)4 P(x) —3 … .(2.8)
2.3.5 Kurtosis L
μ4 ◊ =
∑ (x—m
x=0
2. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan terhadap pasien kanker payudara di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta. Materi penelitian yang digunakan adalah citra medis kanker payudara lanjut. Citra medis diambil dari pasien wanita kanker payudara tanpa dibatasi umur. Data citra medis di download dari kamera termal Fluke Ti20 Thermal Imager menggunakan program InsideIR 3.11. Citra medis kemudian disimpan ke dalam satu buah folder dengan format penyimpanan file berekstensi .bmp dengan ukuran citra lebar 256 piksel dan tinggi 256 piksel. Ruang lingkup materi penelitian ini adalah pembuatan software berbasis
Matlab 7.1 yang mampu meningkatkan kualitas citra medis menggunakan teknik histogram equalization, untuk diaplikasikan pada evaluasi ciri citra medis berbasis karakterisasi statistik dengan parameter mean, standar deviasi, entropi, skewness, dan kurtosis. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua komponen utama, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Spesifikasi perangkat keras adalah kamera Fluke Ti20 Thermal Imager. Fluke Ti20 Thermal Imager menganalisis daerah kritis berdasarkan termal. Dilengkapi dengan software InsideIR 3.11 dan LCD display berukuran 128 x 96. Seperangkat laptop dengan spesifikasi Intel® Core™ 2 Duo, CPU T5750 @ 2.00GHz, 997MHz 1.99 GB of RAM, HDD 160 GB, OS Microsoft Window XP Professional SP 2, dan printer Canon LBP6000. Sedangkan untuk spesifikasi perangkat lunak adalah Microsoft Office 2007, Matlab 7.1, InsideIR 3.11, Adobe Photoshop CS version 8. Citra medis kanker payudara lanjut termasuk dalam jenis citra diskrit. Citra medis medis kanker payudara lanjut hasil proses termografi direpresentasikan dalam bentuk citra warna. Apabila citra medis warna ini dianalisis untuk evaluasi ciri membutuhkan waktu komputasi yang cukup lama karena ukuran data yang sangat besar. Oleh sebab itu citra medis harus diolah terlebih dahulu dengan proses pra pengolahan citra. Proses pra pengolahan citra didahului dengan mengubah citra medis warna menjadi citra medis grayscale. Kemudian ditentukan area yang akan dianalisis menggunakan metode ROI dan dikecilkan ukuran citranya dengan menggunakan metode cropping. Untuk meningkatkan kualitas citra yang akan dianalisis maka diaplikasikan teknik histogram equalization
17
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 untuk mendapatkan histogram dari nilai intensitas piksel. Evaluasi ciri pada penelitian ini adalah bagaimana mengevaluasi informasi citra medis untuk mendapatkan ciri khusus dan karakteristik unik dari citra medis kanker payudara lanjut sehingga didapatkan suatu ciri yang dapat membedakan dengan obyek lainnya (discrimination). Karakterisasi statik yang dicari berdasarkan histogram dari nilai piksel masing-masing citra medis adalah nilai mean, standar deviasi, entropi, skewness, dan kurtosis. Pengujian penelitian ini dilakukan dengan menghitung besarnya nilai mean, standar deviasi, entropi, skewness, dan kurtosis dari citra medis berdasarkan besarnya piksel masing-masing citra medis. Perhitungan mean, standar deviasi, entropi, skewness, dan kurtosis dilakukan dua kali yaitu pada citra medis original dan citra medis yang sudah diimplementasi dengan teknik histogram equalization. Hasil keduanya kemudian dibandingkan sehingga diketahui pengaruh implementasi teknik histogram equalization pada proses karakterisasi statistik citra medis. Pengujian teknik histogram equalization dan karakterisasi statistik citra medis menggunakan software Matlab 7.1. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pra Pengolahan Citra Medis Kanker Payudara Lanjut Pra pengolahan citra merupakan tahapan yang diperlukaan untuk menjamin kelancaran pada proses selanjutnya. Pra pengolahan citra yang pertama dilakukan pada penelitian ini adalah peningkatan kualitas citra dengan mengubah citra RGB ke citra grayscale. Tujuan perubahan menjadi grayscale ini untuk mendapatkan kualitas citra yang lebih baik dan mempercepat proses komputasi. Konversi citra warna RGB menjadi
18
citra grayscale merupakan langkah awal pengolahan citra. Citra medis yang dihasilkan kamera termal Fluke Ti20 Thermal Imager adalah citra warna dengan komposisi layer Red Green Blue (RGB) dengan level intensitas tertentu. Format citra RGB ini memiliki ukuran data yang besar. Besarnya ukuran data yang diolah dapat memperlambat proses pengolahan pada tahapan selanjutnya. Oleh sebab itu citra RGB perlu diubah menjadi citra grayscale. Citra grayscale adalah citra digital yang hanya mempunyai satu nilai kanal pada setiap pikselnya. Dengan kata lain nilai bagian Red sama dengan bagian Green dan Blue. Nilai tersebut digunakan untuk menunjukkan tingkat intensitas. Warna yang dimiliki adalah warna hitam, keabuan, dan putih. Tingkatan keabuan disini merupakan warna abu dengan berbagai tingkatan dari hitam hingga mendekati putih. Citra grayscale memiliki kedalaman warna 8 bit (256 kombinasi warna keabuan). Setelah diubah menjadi citra medis grayscale, maka kemudian ditentukan ROI-nya. ROI adalah bagian citra yang ingin disaring untuk membentuk beberapa operasi terhadap bagian tersebut, yang menjadi ROI adalah area yang terdapat sel kanker payudara pada citra medis kanker payudara. Citra grayscale yang mempunyai ukuran lebar 256 piksel x tinggi 192 piksel perlu di cropping menjadi ukuran lebar 64 piksel x tinggi 64 piksel. Dengan adanya proses cropping ini ukuran data menjadi lebih kecil, proses pengolahan lebih sederhana, dan waktu komputasi menjadi lebih cepat. Listing program Matlab 7.1 untuk konversi citra RGB menjadi citra grayscale, penentuan ROI, dan proses cropping adalah sebagai berikut:
Implementasi Teknik Histogram Equalization Untuk Evaluasi Ciri Citra Medis ... %load image I=imread(‘E:\AKD\Kampus\ Penelitian\2014\Citra Medis\Lanjut\ L9.bmp’); I2=rgb2gray(I); grayImage=imcrop(I2,[145 6 63 63]); % Plot Citra dan Histogram subplot(2,3,1);imshow(I);title(‘Ima ge Asli’); subplot(2,3,2);imshow(I2);title(‘Ima ge Grayscale’); subplot(2,3,3);imshow(grayImage);tit le(‘Image Grayscale Cropping 64x64’);
Gambar 4.1 Hasil pra pengolahan citra medis. Hasil dari Pra pengolahan citra medis dapat dilihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 adalah salah satu contoh hasil pra pengolahan citra medis untuk citra medis kanker payudara lanjut. 4.2 Hasil Histogram Equalization Histogram equalization termasuk salah satu proses peningkatan kualitas citra. Proses peningkatan kualitas citra merupakan salah satu proses awal dalam pengolahan citra sebelum aplikasi pengenalan obyek di dalam citra. Tujuan dari teknik histogram equalization citra adalah untuk melakukan pemrosesan terhadap citra agar hasil yang didapatkan mempunyai kualitas yang lebih baik dengan meratakan histogram citra aslinya sebelum dipergunakan untuk aplikasi tertentu. Proses histogram equalization dilakukan menggunakan program Matlab 7.1. Listing program Matlab 7.1 untuk proses histogram equalization adalah sebagai berikut:
%load image I=imread(‘E:\AKD\Kampus\ Penelitian\2014\Citra Medis\Lanjut\ L9.bmp’); I2=rgb2gray(I); grayImage=imcrop(I2,[145 6 63 63]); % Proses Histogram Equalization I3=histeq(grayImage); I4 = im2double(I3);
Hasil dari proses histogram equalization citra medis dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Hasil histogram equalization citra medis. Gambar 4.2 adalah salah satu contoh hasil proses histogram equalization citra medis untuk citra medis kanker payudara lanjut. 4.3 Hasil Proses Perhitungan Parameter Karakterisasi Statistik Listing program matlab 7.1 untuk mendapatkan hasil proses perhitungan karakterisasi statistik citra medis kanker payudara lanjut adalah sebagai berikut : %load image I=imread(‘E:\AKD\Kampus\ Penelitian\2014\Citra Medis\Lanjut\ L9.bmp’); I2=rgb2gray(I); grayImage=imcrop(I2,[145 6 63 63]); % Proses Histogram Equalization I3=histeq(grayImage); I4 = im2double(I3); % Perhitungan parameter Karakterisasi Statistik Citra Medis M=mean2(I3) Std=std2(I3) E=entropy(I3) Skw=skewness(I4(:)) K=kurtosis(I4(:))
19
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 % Plot Citra dan Histogram subplot(2,3,1);imshow(I);title(‘I mage Asli’); subplot(2,3,2);imshow(I2);title(‘ Image Grayscale’); subplot(2,3,3);imshow(grayImag e);title(‘Image Grayscale Cropping 64x64’); subplot(2,3,4);imshow(I3);title(‘ Image Hasil Histogram Equalization’); subplot(2,3,5);imhist(grayImage) ;title(‘Histogram L9 Sebelum Proses Equalization’); subplot(2,3,6);imhist(I3);ti
tle(‘Histogram Equalization’);
L9
Sesudah
Proses
Nilai parameter karakterisasi statistik termal citra medis dihitung dua kali, yaitu sebelum proses histogram equalization dan sesudah proses histogram equalization dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk membandingkan nilai parameter karakterisasi statistik termal citra medis sebelum proses histogram equalization dan sesudah proses histogram equalization dilakukan.
4.3.1 Hasil Proses Perhitungan Parameter Karakterisasi Statistik Termal Citra Medis Original Tabel 4.1 Nilai karakterisasi statistik citra medis original kanker payudara lanjut Citra Medis Kanker Payudara Lanjut
Mean (M)
Standar Deviasi (Std)
Entropi (E)
Skewness (Skw)
Kurtosis (K)
L1
191.5874
21.0472
3.431
-0.6706
4.0639
L2
175.1599
23.6272
3.169
-0.172
3.2256
L3
163.9521
29.3142
3.5522
0.0814
2.6599
L4
161.6199
31.5693
3.7843
-0.0108
2.2545
L5
167.1633
28.076
2.9629
-0.2208
2.5254
L6
177.5684
24.7386
3.7373
0.0665
2.6056
L7
152.2632
31.7433
4.2485
0.236
1.9854
L8
165.7524
19.5247
3.4235
0.1657
2.5818
L9
167.8525
25.0574
3.7851
0.2968
2.6766
L10
172.1729
23.2421
3.6689
-0.0729
2.6197
4.3.2 Hasil Proses Perhitungan Parameter Karakterisasi Statistik Termal Citra Medis Setelah Proses Histogram Equalization Tabel 4.2 Nilai karakterisasi statistik termal citra medis kanker payudara lanjut setelah proses histogram equalization
20
Citra Medis Kanker Payudara Lanjut
Mean (M)
Standar Deviasi (Std)
Entropi (E)
Skewness (Skw)
Kurtosis (K)
L1
126.9453
74.2579
3.3602
-0.0083
1.8078
L2
127.6287
74.2059
3.0947
0.0075
1.7609
L3
127.178
73.713
3.4758
-0.0088
1.8422
L4
127.3242
74.0522
3.7398
-0.0295
1.7981
L5
127.4763
73.6719
2.9394
0.0137
1.8372
L6
126.5449
74.1911
3.6999
0.0066
1.8062
L7
127.4326
74.4892
4.2329
0.0044
1.8089
L8
127.8115
74.2765
3.4027
-0.0139
1.8088
L9
127.2344
73.9246
3.7638
0.0212
1.8104
L10
126.9717
74.8053
3.6298
0.0228
1.8157
Implementasi Teknik Histogram Equalization Untuk Evaluasi Ciri Citra Medis ... 4.4 Pembahasan Hasil Proses Perhitungan Parameter Karakterisasi Statistik 4.4.1 Parameter Karakterisasi Statistik Nilai Mean Perbandingan nilai mean sebelum dan sesudah proses histogram equalization citra medis kanker payudara lanjut dapat dilihat pada gambar 4.3 dibawah ini:
lanjut dapat dilihat pada gambar 4.4 dibawah ini:
Gambar 4.4 Grafik perbandingan nilai standar deviasi kanker payudara lanjut
Gambar 4.3 Grafik perbandingan nilai mean kanker payudara lanjut Nilai mean citra medis kanker payudara lanjut original tertinggi sebesar 177.5684 dan nilai mean terendah 152.2632 dengan mean rata-rata 169.5092. Setelah proses histogram equalization nilai mean citra medis kanker payudara lanjut tertinggi sebesar 127.8115 dan nilai mean terendah 126.5449 dengan mean rata-rata 127.2547. Berdasarkan data hasil percobaan pada tabel 4.2 dan gambar 4.3 terlihat proses histogram equalization mempengaruhi proses ekstraksi ciri citra medis kanker payudara lanjut. Proses histogram equalization meratakan nilai mean citra medis kanker payudara lanjut dan membentuk ciri citra medis kanker payudara lanjut parameter nilai mean sebesar 127.2547. 4.4.2 Parameter Karakterisasi Statistik Nilai Standar Deviasi Perbandingan nilai standar deviasi sebelum dan sesudah proses histogram equalization citra medis kanker payudara
Nilai standar deviasi citra medis kanker payudara lanjut original tertinggi sebesar 31.7433 dan nilai standar deviasi terendah 19.5247 dengan standar deviasi rata-rata 25.794. Setelah proses histogram equalization nilai standar deviasi citra medis kanker payudara lanjut tertinggi sebesar 74.8053 dan nilai standar devisi terendah 73.6719 dengan standar deviasi rata-rata 74.1587. Untuk citra medis kanker payudara lanjut, proses histogram equalization juga mempengaruhi karakteristik ciri citra pada parameter nilai standar deviasi. Berdasarkan data pada tabel 4.2 terlihat karakteristik ciri citra medis kanker payudara lanjut dengan parameter standar deviasi sebesar 74.1587. Pengaruh proses histogram equalization pada karakteristik ciri cira medis kanker payudara lanjut dapat dilihat pada gambar 4.4. Terlihat pada gambar 4.4 diatas proses histogram equalization menaikkan nilai standar deviasi dan mengelompokkannya di nilai tertentu. Sehingga didapatkan karakteristik ciri citra medis kanker payudara lanjut untuk parameter nilai standar deviasi sebesar 74.1587. 4.4.3 Parameter Karakterisasi Statistik Nilai Entropi Perbandingan nilai entropi sebelum dan sesudah proses histogram equalization citra
21
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 medis kanker payudara lanjut dapat dilihat pada gambar 4.5. Nilai entropi citra medis kanker payudara lanjut original tertinggi sebesar 4.2485 dan nilai entropi terendah 2.9629 dengan nilai entropi rata-rata 3.5762. Setelah proses histogram equalization nilai entropi citra medis kanker payudara lanjut tertinggi sebesar 4.2329 dan nilai entropi terendah 2.9394 dengan nilai entropi ratarata 3.5339.
Gambar 4.5 Grafik perbandingan nilai entropi kanker payudara lanjut Berdasarkan data hasil percobaan pada tabel 4.2 dan gambar 4.5 terlihat proses histogram equalization mempengaruhi nilai parameter entropi pada ekstraksi ciri citra medis kanker payudara lanjut. Berdasarkan data pada tabel 4.2 terlihat karakteristik ciri citra medis kanker payudara lanjut dengan parameter entropi setelah proses histogram equalization sebesar 3.5339. Pengaruh proses histogram equalization pada karakteristik ciri cira medis kanker payudara lanjut ditandai dengan mengecilnya nilai entropi dapat dilihat pada gambar 4.5. Terlihat pada gambar 4.5 diatas proses histogram equalization menurunkan nilai entropi dan membuat nilai entropi semakin baik karena mendekati nilai 0.
22
5.4.4 Parameter Karakterisasi Statistik Nilai Skewness Perbandingan nilai skewness sebelum dan sesudah proses histogram equalization citra medis kanker payudara lanjut dapat dilihat pada gambar 4.6. Nilai skewness citra medis kanker payudara lanjut original tertinggi sebesar 0.2968 dan nilai skewness terendah -0.0108 dengan nilai skewness rata-rata -0.0300. Setelah proses histogram equalization nilai skewness citra medis kanker payudara lanjut tertinggi sebesar 0.0228 dan nilai skewness terendah -0.0088 dengan nilai skewness ratarata 0.00157.
Gambar 4.6 Grafik perbandingan nilai skewness kanker payudara lanjut Berdasarkan data hasil percobaan pada tabel 4.2 dan gambar 4.6 terlihat proses histogram equalization mempengaruhi nilai parameter skewness pada ekstraksi ciri citra medis kanker payudara lanjut. Proses histogram equalization menyebabkan perubahan karakteristik nilai skewness dari acak menjadi mengerucut ke nilai tertentu, meskipun perubahan yang terjadi sangat kecil nilainya. Perubahan karakteristik ini membuat nilai skewness dari kesepuluh citra memiliki nilai skewness yang hampir sama besarnya dan membentuk ciri khusus parameter skewness untuk citra medis kanker payudara lanjut. Pengaruh proses histogram
Implementasi Teknik Histogram Equalization Untuk Evaluasi Ciri Citra Medis ... equalization pada karakteristik ciri cira medis kanker payudara lanjut dapat dilihat pada gambar 4.6 mengelompokkan nilai skewness dan meratakannya. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik ciri citra medis kanker payudara lanjut untuk parameter nilai skewness sebesar 0.00157. 4.4.5 Parameter Karakterisasi Statistik Termal Nilai Kurtosis Perbandingan nilai kurtosis sebelum dan sesudah proses histogram equalization citra medis kanker payudara lanjut dapat dilihat pada gambar 4.7.
Gambar 4.7 Grafik perbandingan nilai kurtosis kanker payudara lanjut Nilai kurtosis citra medis kanker payudara lanjut original tertinggi sebesar 4.0639 dan nilai kurtosis terendah 1.9854 dengan nilai kurtosis rata-rata 2.71984. Setelah proses histogram equalization nilai kurtosis citra medis kanker payudara lanjut tertinggi sebesar 1.8422 dan nilai kurtosis terendah 1.7609 dengan nilai kurtosis ratarata 1.80962 Berdasarkan data hasil percobaan pada tabel 4.2 dan gambar 4.7 terlihat proses histogram equalization mempengaruhi nilai parameter kurtosis pada ekstraksi ciri citra medis kanker payudara lanjut. Proses histogram equalization menyebabkan nilai kurtosis mengecil dan membentuk kelompok nilai yang merata untuk kesepuluh citra medis kanker payudara lanjut. Berdasarkan data pada tabel 4.2 terlihat karakteristik ciri
citra medis kanker payudara lanjut dengan parameter kurtosis setelah proses histogram equalization sebesar 1.80962. 5. KESIMPULAN 1. Software implementasi teknik histogram equalization untuk evaluasi ciri citra medis menggunakan parameter karakterisasi statistik termal dapat dibuat menggunakan Matlab 7.1. 2. Implementasi histogram equalization dalam evaluasi ciri citra mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam karakterisasi statistik citra medis kanker payudara lanjut. 3. Hasil implementasi histogram equalization untuk karakterisasi statistik citra medis kanker payudara lanjut menggunakan parameter mean adalah proses histogram equalization dapat membentuk ciri khusus dengan nilai mean sebesar 127.4813 untuk citra medis kanker payudara lanjut. 4. Nilai standar deviasi membesar dan mengelompok sehingga membentuk ciri khusus parameter standar deviasi dengan nilai sebesar 74.1587 untuk citra medis kanker payudara lanjut. 5. Nilai entropi menjadi semakin baik ditandai dengan nilai entropi yang semakin mengecil dan mendekati nilai 0 setelah proses histogram equalization, sehingga didapatkan ciri khusus parameter entropi dengan nilai sebesar 3.5339 untuk citra medis kanker payudara lanjut. 6. Proses histogram equalization membuat nilai skewness menjadi semakin merata meskipun perubahan yang terjadi relatif kecil bila dibandingkan dengan citra medis originalnya, sehingga didapatkan ciri khusus parameter skewness dengan nilai sebesar 0.00157 untuk citra medis kanker payudara lanjut. 7. Nilai kurtosis menjadi lebih kecil dan merata setelah proses histogram equalization dibandingkan dengan citra
23
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 medis originalnya, sehingga didapatkan ciri khusus parameter kurtosis dengan nilai sebesar 1.80962 untuk citra medis kanker payudara lanjut. 6. REFERENSI American Cancer Society, 2010, Breast Cancer Bronzino. J. D, 2008, Medical Devices and Systems, The Biomedical Engineering Handbook, Third Edition, CRC Press, Connecticut USA Darma Putra, 2010, Pengolahan Citra Digital, Penerbit Andi Yogyakarta Gonzalez, R. C and Rafael, E. W, 2008, Digital Image Processing, Prentice Hall, Inc., United Stated, America J. Mercola, 2011, Revolutionary and Safe Diagnostic Tool Detects Hidden Inflammation Thermography. http:// naturalhealthcenter.mercola.com Munir. R, 2004, Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Logaritmik, Penerbit Informatika, Bandung Nurhayati. T, 2006, Karakteristik Statistik Berbasis Keacakan Termal Pada Kanker Payudara Stadium Lanjut, Tesis S2 Teknik Elektro, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sutoyo. T, 2009, Teori Pengolahan Citra Digital, Penerbit Andi, Yogyakarta
24
PENGEMBANGAN KELOMPOK UMKM BIDANG OLAHAN PANGAN MELALUI DIVERSIVIKASI PANGAN LOKAL UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN KLATEN Dra. Hj. Nunuk Siti Rahayu, M.P Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Unwidha Klaten ABSTRAK Telah dilakukan upaya dalam bentuk kegiatan nyata untuk mengembangan kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bidang Olahan pangan di Kabupaten Klaten yang terintegrasi dalam Program Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi pangan (P2KP), oleh Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten bekerjasama dengan berbagai Steakholder, salah satunya adalah FTP UNWIDHA Klaten, dan unsur masyarakat yang terdiri dari kelompok wanita produktif; siswa SD/MI/SMP/SMU, pengusaha pangan lokal (UKM olahan pangan). Rangkaian kegiatan Gerakan P2KP di Kabupaten Klaten dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2010 berupa Kegiatan pemberdayaan kelompok wanita dalam penganekaragaman konsumsi pangan dan optimalisasi pemanfatan pekarangan; kegiatan tahun 2011: Sosialisai dan Promosi pengembangan P2KP; kegiatan tahun 2012 : Pengembangan Diversifikasi Pangan Lokal. Kegiatan terakhir ini terus berlanjut hingga kini. Namun cakupannya diperluas tidak hanya pada hasil pertanian, tetapi ditambah bidang perikanan dan peternakan Rangkaian kegiatan ini menghasilkan dampak positif bagi masyarakat, yaitu : Terbentuknya kelompok wanita produktif yang sadar pada pemanfaatan pekarangan sebagai penghasil pangan lokal seperti : Singkong, jagung, ubi jalar aneka warna serta aneka tanaman sayur, buah dan lain-lain (Tahun 2010); Pengenalan teknologi pembuatan tepung Mocaf dan aneka tepung lain berbahan baku lokal serta pengenalan pemanfatan aneka tepung tersebut untuk olahan aneka pangan (tahun 2011); Pelatihan pembuatan beberapa produk olahan pangan berbahan baku tepung mocaf sebagai usaha untuk merangsang pada kelompok wanita produktif menjadi pelaku usaha (wirausaha) kecil di bidang olahan pangan (tahun 2012); Pengembangan diversifikasi pangan lokal dengan melakukan pengenalan dan pelatihan olahan pangan dari aneka bahan baku lokal berkarbohidrat (tahun 2013). Dampak kegiatan-kegiatan ini adalah: Meningkatnya motivasi, partisipasi dan aktivitas masyarakat dalam gerakan P2KP; Meningkatnya jumlah usaha pengolahan pangan lokal yang dilakukan oleh kelompok wanita produktif yang tergolong Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berbasis tepung-tepungan serta UMKM yang berperan sebagai penyedia bahan baku sumber karbohidrat untuk sumber pangan lokal sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan bagi kelompok wanita produktif maupun pendapatan keluarga; serta Meningkatnya kualitas konsumsi pangan masyarakat Klaten menuju menu Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman melalui penganekaragaman konsumsi pangan lokal untuk tercapainya ketahanan pangan di Kabupaten Klaten. Kata Kunci : UMKM, P2KP, Diversifikasi pangan lokal, Ketahanan pangan. Pendahuluan Dengan diterapkanya otonomi daerah pada tahun 1999, mau tidak mau daerah dituntut untuk jeli mencermati setiap potensi yang dimiliki daerah dan mampu menggali serta mengembangkan potensi tersebut sehingga dapat menjadi sumber pendanaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
daerah. Penyelenggaraan otonomi daerah dapat memberikan manfaat lebih besar dengan menumbuhkembangkan kehidupan yang demokratis, mendorong pemberdayaan masyarakat, memperkuat kemampuan pemerintah daerah dalam pelayanan kepada masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat (Anonim, 2003). 25
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 Salah satu potensi yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten dalam menjalankan otonomi daerah adalah mendorong pemberdayaan masyarakat yang tergabung dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di bidang olahan pangan. UMKM ini telah terbukti kekuatannya dalam menghadapi hantaman krisis ekonomi yang terjadi berkali-kali di wilayah ini. Untuk menumbuhkembangkan UMKM bidang olahan pangan tersebut, berarti memacu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait pangan dan perdagangannya, seperti Dinas Pertanian, Kantor Ketahanan Pangan, Kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya tidak dapat ditunda-tunda dan menjadi hak asasi setiap individu. Perwujudan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama, sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Secara spesifik, dalam Peraturan Pemerintah tersebut pemerintah berperan menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap ketersediaan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, beragam, bergizi, berimbang, aman, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal telah diautur dalam Peraturan Presiden No. 22 tahun 2009, dan ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Pertanian No. 43 tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal (Anonim, 2011). Implementasi kebijakan P2KP di Kabupaten Klaten telah berjalan sejak tahun 2010 hingga saat ini, dan Kantor Ketahanan Pangan bertindak
26
sebagai Leading sectornya. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan Ketahanan Pangan di tingkat Kabupaten, utamanya konsumsi pangan non beras dan non terigu. Untuk mengoptimalkan program ini, Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten bekerjasama dengan berbagai Steakholder, salah satunya adalah Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Widya Dharma (FTP Unwidha) Klaten, dan unsur masyarakat yang terdiri dari kelompok wanita produktif; siswa SD/MI/SMP/ SMU, pengusaha pangan lokal (UKM olahan pangan). Kerjasama dengan FTP Unwidha dimaksudkan untuk mendukung Instansi Pemerintah Kabupaten, dalam hal ini adalah Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten dalam melaksanakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Kantor Ketahanan Pangan sadar betul bahwa ketahanan pangan hanya dapat terwujud jika masyarakat mampu mencukupi kebutuhan pokok pangan secara mandiri dengan berbasis pada keragaman sumberdaya bahan pangan lokal sesuai potensi daerah Kabupaten Klaten. Potensi bahan pangan non beras yang ada di wilayah Klaten meliputi : Singkong, jagung, ubi jalar, talas (bhs jw:enthik) dan umbi-umbian lain. Sementara Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Widya Dharma (FTP UNWIDHA) Klaten sebagai salah satu Perguruan Tinggi di wilayah Klaten berkewajiban untuk melakukan diseminasi ilmu dan teknologi kepada masyarakat, sehingga potensi daerah mampu dioptimalkan pemanfaatannya dalam mewujudkan swasembada pangan lokal, bahkan secara berkelanjutan bisa mendorong adanya wilayah agroindustri di bidang pangan, meskipun dimulai dari usaha mikro kecil menengah di bidang olahan pangan. Kegiatan ini utamanya adalah meningkatkatnya ketahanan pangan bagi masyarakat di wilayah kabupaten
Pengembangan Kelompok Umkm Bidang Olahan Pangan Melalui ... Klaten, sekaligus dapat meningkatkan ekonomi masyarakat pelakunya yaitu para wanita produktif, sehingga dapat diibaratkan “ sekali merengkuh dayung, 2-3 pulau terlampaui”. Rangkaian kegiatan yang dimulai sejak tahun 2010 ini secara garis besar bertujuan untuk : 1. Membuka wawasan dan pengetahuan serta perubahan perilaku aparat pemerintah khususnya staf pegawai di lingkungan kantor ketahanan pangan dan Subdinas Perikanan agar berupaya nyata dalam pengembangan dan pendampingan pada masyarakat demi terwujudnya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan; 2. Mendidik Masyarakat sebagai upaya meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap masyarakat khususnya kelompok wanita/ perempuan potensial dalam pengembangan aneka olahan pangan lokal berbasis tepung; 3. Menumbuhkembangkan usaha-usaha baru berskala mikro kecil dan menengah di bidang olahan pangan berbahan baku lokal, dan 4. Meningkatkan motivasi, partisipasi, dan aktivitas masyarakat dalam penganekaragaman konsumsi pangan melalui penguatan kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, dan pengembangan budaya makan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman.
bibit. Demikian juga bila dirasa perlu pemeliharaan ikan, maka Kantor Ketahanan Pangan bekerjasama dengan Subdin Perikanan untuk mengupayakan bibit ikan lele. Kegiatan yang dilakukan bersifat bertahap dari tahun ke tahun dan berkesinambunangan. Adapun metode kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut: I. Pembentukan Produktif.
Kelompok
Wanita
1. Tahun 2010 Pembentukan kelompok wanita produktif di desa-desa dari beberapa kecamatan. Kegiatan pembentukan kelompok terbentuk 2 macam kelompok, yaitu: a. Kelompok Optimalisasi Pekarangan b. Kelompok Olahan Pangan Hasil Pekarangan Pembentukan kelompok dilakukan oleh Kepala Kantor Ketahanan Pangan melibatkan staf Dinas Pertanian yang bertugas sebagai Petugas Penyuluh Lapangan.
Materi dan Metode Kegiatan Beberapa tahapan kegiatan yang dilakukan oleh Kantor Ketahanan Kabupaten Klaten meliputi:
2. Tahun 2011-2012 Dilakukan lagi pembentukan 2 macam kelompok wanita produktif seperti tahun 2010, dengan menambah (diperbanyak) pada beberapa desa lagi dari kecamatan yang berbeda. Kegiatan tahun 2011 dan tahun 2012 digabung untuk efisiensi waktu dan tenaga dalam perancangan kegiatan dan pengajuan dana APBN.
A. Kegiatan Pengembangan Pangan Lokal Bidang utama yang dikerjakan oleh Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten adalah tanaman pangan hasil pertanian, namun jika terdapat pemeliharaan hewan untuk kelompok, maka Kantor ini bekerjasama dengan Sub Dinas Peternakan dalam mengupayakan
3. Tahun 2013 Replikasi pembentuksn kelompok wanita produktif pada tahun kegiatan ini makin diperbanyak dengan memperluas cakupan wilayah di kecamatan-kecamatan baru, namun ada beberapa yang tetap dikecamatan yang sudah dibentuk terdahulu tetapi di desa yang berbeda.
27
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 II. Kegiatan Ceramah dan Materi Ceramah Kegiatan ceramah juga dilakukan secara bertahap dari tahun ke tahun. Dalam hal ini Kantor Ketahanan Pangan melibatkan steakholder yang pakar dibidangnya. Untuk olahan pangan berasal dari FTP UNWIDHA dibantu oleh pelaku UMKM olahan pangan yang sudah terlebih dahulu eksis, sedangkan bidang gizi dan keamanan pangan melibatkan pakar dari Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dan Dosen FTP UNWIDHA bidang gizi. 1. Tahun 2010. Sebagai kegiatan awal Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dilakukan pada kelompok wanita produktif yang terbentuk pada tahun kegiatan 2010. » Pada kelompok wanita Optimalisasi Pekarangan, materi ceramah berisi tentang Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) berbasis pangan lokal dengan cara pemanfaatan pekarangan. » Pada kelompok wanita Olahan Hasil Pekarangan, diberi ceramah dengan materi dan percontohan pengolahan hasil pekarangan menjadi tepung-tepungan dan contoh produk olahan pangan, dan olahan hasil empon-empon skala kecil dan rumah tangga. 2. Tahun 2011-2012. Sasaran kegiatan diperuntukkan bagi kelompok wanita produktif yang terbentuk pada tahun kegiatan 2011-2012. Materi ceramah adalah: » Pada kelompok wanita Optimalisasi Pekarangan, materi ceramah sama seperti kegiatan tahun 2010, yaitu pentingnya konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) berbasis pangan lokal dengan memanfaatkan pekarangan untuk ditanami aneka sayur,
28
buah dan palawija sebagai sumber karbohidrat. Pada kelompok wanita Olahan Hasil Pekarangan, materi ceramah berisi tentang Jenis olahan pangan berbasis tepungtepungan dan demo mengolah tepung (Mocaf), buah (waluh) dan Umbi (Ubi ungu) menjadi aneka makanan jajanan berkonsep (B2SA). 3. Tahun 2013 Sasaran kegiatan di tahun 2013 diperuntukkan bagi kelompok wanita produktif yang terbentuk pada tahun 2013. Karena kelompok wanita produktif di tahun ini terbentuk lebih banyak, maka kegiatan lebih intensif dibanding tahuntahun sebelumnya. Materi ceramah adalah : » Kelompok wanita Optimalisasi Pekarangan: Isi materi sama dengan kegiatan tahun 2010 sampai 2012 dengan menambah nilai manfaat produk lokal dikaitkan dengan kesehatan. » Kelompok wanita Olahan Hasil Pekarangan: Isi materi yaitu ceramah tentang aneka produk olahan pangan berbasis tepung-tepungan yaitu manfaat tepung komposit dalam pembuatan produk makanan, olahan pangan dari bahan mocaf, dan alahan umbi menjadi criping. 4. Tahun 2014 Sasaran kegiatan di tahun 2013 diperuntukkan bagi kelompok wanita produktif kolektif. Kolompok wanita yang terbentuk di tiap tahun kegiatan di ambil secara proporsional, yaitu diambil 1 kelompok yang terbentuk tahun 2010 ( 5 orang berasl dari kelompok optimalisasi pekarangan, 5 orang kelompok olahan), 1 kelompok tahun 2011-2012 (5 orang berasl dari kelompok optimalisasi pekarangan, 5 orang kelompok olahan), dan 2 kelompok tahun 2013 (10 orang berasl dari kelompok
Pengembangan Kelompok Umkm Bidang Olahan Pangan Melalui ... optimalisasi pekarangan, 10 orang kelompok olahan). Materi ceramah berisi pengolahan hasil pekarangan yang berupa umbi-umbian, yaitu tentang Teknologi Pembuatan Aneka Tepung dari Bahan Umbi-umbian (singkong, ubi jalar, garut dan ganyong), serta demontrasi olahan pangan berbasis tepung ubi jalar kuning : kue nastar dan wehku. III. Kegiatan Pendampingan Pemasaran Produk Pemasaran merupakan tolok ukur keberhasilan dalam berwirausaha. Setelah dua proses kegiatan tersebut di atas (poin I dan II), maka diharapkan tumbuh UMKMUMKM baru di bidang olah pangan yang dibina oleh Kantor Ketahanan Pangan. Kantor Ketahanan pangan terus melakukan pendampingan untuk proses pemasaran produk olahannya. Teknik yang di tempuh pada kegiatan ini adalah: • Memesan produk olahan hasil binaan pada event-event tertentu seperti untuk suguhan: rapat kantor, menyambut kunjungan tamu yang melibatkan banyak orang, seminar, pelatihan dan lain-lain. • Secara rutin mempromosikan hasil olahan binaan pada acara Car free day seminggu sekali. • Melakukan pembinaan dalam
pengemasan produk olahan pangan dengan cara menstimulasi dengan pemberian alat bantu pengemas berupa sealler bagi kelompok UMKM yang menunjukkan gejala menggeliat dalam melakukan usahanya; serta pemberian label produk. • Berkoordinasi dengan Dinas Perindagkop dan Dinas Kesehatan membantu pelaku UMKM dalam membuat legalitas usaha yang sederhana berupa P-IRT. Hasil dan Pembahasan Kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan Ketahanan Pangan berbasis pangan lokal di Kabupaten Klaten, hasilnya dapat disajikan sebagiai berikut: I. Hasil Kegiatan Pengembangan Pangan Lokal oleh Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten. Hasil kegiatan pembentukan kelompok wanita produktif optimalisasi pekarangan dan kelompok olahan pangan, jumlah, macam kelompok dan penyebarannya di desa dan kecamatan dari tahun 2010 sampai tahun 2013 dapat disajikan pada Tabel 1.
Tahun Kegiatan
Jml. Kecamatan
Jumlah Desa
2010 2011-2012 2013
5 (baru) 5 (baru) 16 (13 baru+3 lama) 26 (23 baru+3 lama)
10 (baru) 10 (baru) 16 (baru)
Total
36 (baru)
Tabel 1. Jumlah dan Macam Kelompok yang Terbentuk oleh kantor Ketahanan Pangan Jumlah Kelompok Optimalisasi Olahan Pangan Pekarangan 10 (baru) 10 (baru) 10 (baru) 10 (baru) 16 (baru) 4 (baru) 36 (baru)
24 (baru)
Sumber : ( Anonim, 20131)
29
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 Adapun hasil pembentukan kelompok wanita produktif dari tahun 2010 – 2014 dan penyebarannya di wilayah kabupaten klaten seperti tertera pada Tabel 2.
Tahun No. Kegiatan 2010
1
Kecamatan
Desa
Nama Kelompok
Macam Kelompok
Jatinom
Puluhan
Sido Lestari
Optimalisai pekarangan
Sido Rukun Dewi Sri Cinta Rasa Subur Lestari Ngudi Mulyo Rejeki Makmur Mekar Sari Karya Usaha Flamboyan Melati Guyup Rukun I Guyup Rukun II Suka Maju Ngupoyo Boga Sido Maju Loh Jinawi Sejatera I Sejahtera II
Olahan pangan Optimalisai pekarangan Olahan pangan Optimalisai pekarangan Olahan pangan Optimalisai pekarangan Olahan pangan Optimalisai pekarangan Olahan pangan Optimalisai pekarangan Olahan pangan Optimalisai pekarangan Olahan pangan
Bengking 2
Bayat
Gununggajah Krikilan
3
Gantiwarno
Ngandong Katekan
4
Kalikotes
Jimbung
Ngemplak 5
Karanganom
Soropaten Kunden
30
Tabel 2. Kelompok Wanita Produktif yang terbentuk tahun 2010-2013 oleh Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten
Optimalisai pekarangan Olahan pangan Optimalisai pekarangan Olahan pangan Optimalisai pekarangan Olahan pangan
Pengembangan Kelompok Umkm Bidang Olahan Pangan Melalui ... 20112012
6
Manisrenggo
Ngemplakseneng
Anggrek
Optimalisai pekarangan
Rukun sentono Anugrah I Anugrah II Subur Makmur Karya Bunda Rejo Mulyo Guyup Makmur Sari Mulyo Sari Mukti Suka Maju Arta Boga Ngudi Rejeki Ngudi Bogo Kenanga Sari I Kenanga Sari II Mawar Melati
Olahan pangan Optimalisai pekarangan Olahan pangan Optimalisai pekarangan Olahan pangan Optimalisai pekarangan Olahan pangan Optimalisai pekarangan Olahan pangan Optimalisai pekarangan Olahan pangan Optimalisai pekarangan Olahan pangan Optimalisai pekarangan Olahan pangan Optimalisai pekarangan Olahan pangan
Kanoman
Melati V Elang Sari
Optimalisai pekarangan Olahan pangan
Tibayan Sedayu
Srikandi 2 Dahlia I
Optimalisai pekarangan Optimalisai pekarangan Olahan Pangan
Gunting
Dahlia II Kusuma
Bolopleret Jurangjero Pakisan
CJDW Karya Bunda Suka Maju Sekar Wangi I
Kecemen 7
Prambanan
Bugisan Randusari
8
Jogonalan
Dompyongan Tambakan
9
Kemalang
Dompol Kendalsari
10
2013
11 12 13 14 15 16
Karangnongko
Jatinom Tulung Wonosari Juwiring Karanganom Cawas
Jagalan
17 18 19 20
Gantiwarno Kebonarum Ceper Wedi
Ceporan Gondang Kuncen Kaligayam
21 22 23 24 25 26
Wedi Karangdowo Karangdowo Trucuk Trucuk Trucuk
Pacing Sentono Bakungan Bero Manding Gaden
Sekar Wangi II Mawar Agung Sekar Surya Subur Makmur Gayam Sejahtera Mahanani Mekar Melati Makmur Lestari Karya Hayati Mekar Sari Mawar
Optimalisai pekarangan Olahan Pangan Optimalisai pekarangan Olahan Pangan Optimalisai pekarangan Olahan Pangan Optimalisai pekarangan Optimalisai pekarangan Olahan Pangan Optimalisai pekarangan Optimalisai pekarangan Optimalisai pekarangan Optimalisai pekarangan Optimalisai pekarangan Optimalisai pekarangan Optimalisai pekarangan
Sumber: ( Anonim, 20131) 31
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 Kabupaten Klaten terdiri dari 26 kecamatan dan 401 desa. Dari data Tabel 1 dan 2 diketahui bahwa kegiatan P2KP telah merambah di 23 kecamatan (88,46%) yang tersebar di 36 desa (8,97%). Dalam kurun waktu 4 tahun (2010 – 2014), telah terbentuk 36 kelompok wanita optimalisasi pekarangan dan 24 kelompok olahan pangan yang tersebar di 23 kecamatan. Ini berarti pengembangan diversifikasi pangan lokal melalui gerakan P2KP telah tersebar hampir di seluruh wilayah kecamatan. Perwujudan optimalisasi pekarangan, kelompok wanita bidang ini harus merealisasikan pekarangan yang ditanami aneka sayuran dan tanaman pangan (jagung, singkong dan umbi-umbian). Bibit tanaman tersebut diberikan secara gratis oleh Dinas Pertanian. Konsep pertanian seperti ini sebenarnya sederhana namun merupakan langkah efisien dan terintegrasi untuk menghasilkan aneka pangan yang dibutuhkan oleh tiap keluarga untuk mendukung konsumsi pangan Beragam, Bergizi, seimbang dan Aman, sesuai materi ceramah yang diberikan pada kelompok ini yang diatur dalam Pedoman Teknis P2KP tahun 2011 (Anonim, 2011). Selanjutnya pada kegiatan di tahun 2013, kantor Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Subdin Peternakan untuk bibit ayam kampung indukan (jantan dan betina) untuk dipelihara tiap kelompok, dan dengan Subdin Perikanan untuk mengupayakan bibit ikan lele untuk dipelihara kelompok Optimalisasi pekarangan. Kedua bibit Lembaga
Istilah
Badan Pusat Usaha Mikro Statistik (BPS) Usaha Kecil Usaha Menengah UU No. 9/95 Usaha Kecil
32
hewan tersebut juga diberikan secara gratis. Hal ini untuk lebih mengoptimalkan gerakan P2KP, yaitu pemanfaatan pekarangan melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (Anonim, 20132). Hasil panen pekarangan kelompok optimalisasi pekarangan selanjutnya dimanfaatkan oleh kelompok olahan pangan yang ada di tiap desa yang terbentuk mulai tahun 2010-2013, sebagai bentuk kerjasama sinergi untuk peningkatan ketrampilan kelompok binaan. Sebelum panen peserta di beri pengetahuan dan pelatihan olahan pangan dari FTP UNWIDHA. Dari 24 kelompok olahan, yang berkembang dengan kategori baik ada 14 kelompok yang tersebar di 14 desa dan 10 kecamatan. Ke 14 kelompok tersebut seharusnya terus dilakukan stimulasi dan pendampingan agar betul-betul tumbuh menjadi pelaku UMKM olahan pangan yang mandiri. Karena penumbuhan UMKM olahan pangan yang merupakan dampak kegiatan difersifikasi pangan ini dapat mendukung pengembangan, pemerataan dan percepatan pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran (P.Eko Prasetyo, 2008), utamanya di pedesaan. Sebagai gambaran untuk mengetahui pengertian tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, pada Tabel 3 di sajikan batasan pengertian UMKM dari bebera Lembaga dan Peneliti. Tabel 3. Ragam Batasan dan Pengertian UMKM Menurut Lembaga dan Peneliti
Batasan Pengertian Secara Umum Pekerja ≤ 5 orang termasuk tenaga kerja keluarga Pekerja 5 – 9 orang Pekerja 20 – 99 orang Aset ≤ Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan atau omset ≤ Rp 1 milyar per tahun
Pengembangan Kelompok Umkm Bidang Olahan Pangan Melalui ... INPRES
Usaha Menengah Memiliki kekayaan bersih Rp 200 juta – Rp 10 Milyar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha)
No. 10/1999 Aset < Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan Menteri Negara Usaha Kecil Koperasi dan Omset Rp 1 milyar/tahun atau independen UKM Usaha Menengah Aset >Rp 200 juta atau omset Rp 1-10 milyar per tahun Bank Indonesia Usaha Mikro Dijalankan oleh rakyat miskin atau dekat miskin, bersifat usaha keluarga, menggunakan sumber daya local, menerapkan teknologi sederhana dan mudah keluar masuk industri Usaha Kecil Aset ≤ Rp 200 atau Omset Rp 1 milyar Usaha Menengah Untuk kegiatan industry, aset < Rp 5 milyar; untuk lainnya (termasuk jasa), aset < Rp 600 juta diluar tanah dan bangunan atau omset < Rp 3 milyar/tahun Bank Dunia Usaha Mikro Pekerja < 10 orang, aset < $ 100.000 atau omset < $100.000/ tahun Usaha Kecil Pekerja < 50 orang, aset < $ 3 juta atau omset $100.000/ tahun Usaha Menengah Pekerja = 300 orang, aset < $ 15 juta atau omset < $ 15 juta/ tahun Staley & Morse Usaha Mikro Pekerja 1-9 orang (Modern Small Usaha Kecil Pekerja 10-49 orang Industry) Usaha Menengah Pekerja 50-99 orang Anderson Tomy Usaha Mikro Pekerja 1-9 orang (Usaha kecil I) D (University Usaha Kecil Pekerja 10-19 orang (Usaha kecil II) of Gothenberg Usaha Menengah Pekerja 100-199 orang (Kecil-menengah) Sweden) Pekerja 201-499 orang (Menengah-menengah) Pekerja 500-999 orang (Besar-kecil) P.Eko Prasetyo
Usaha Mikro Usaha Kecil
Pekerja 1000-1999 orang (Besar-menengah) Pekerja 1-9 orang (industri kerajinan rumah tangga) Pekerja 5-20 orang (industri kecil dengan mesin)
Pekerja 10-49 orang (industri kecil tanpa mesin) Usaha Menengah Pekerja 50-99 orang (industry menengah) (Sumber : P. Eko Prasetyo, 2008) Adapun gambaran aktivitas kelompok wanita olahan pangan dan produknya dapat dilihat pada Tabel 4.
33
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11
Tabel 4. Gambaran Produk Olahan Pangan Kelompok Binaan Kantor Ketahanan Pangan Tahun Kegiatan 2010
No.
Kecamatan
Desa
1
Jatinom
Bengking
Nama Kelompok Cinta Rasa
2
Bayat
Gununggajah
Lestari
Krikilan 3
20112012
2013
Kalikotes
Ngemplak
Criping jagung, ada PIRT Jamu Instan dari empon-empon, ada PIRT Rambak aci dari tapioka
Rejeki Makmur Ngupoyo Boga Rambak aci dari tapioka
Krajan
Melati
Kunden
Sejahtera II
5
Karanganom Prambanan
Bugisan
Karya Bunda
Aneka kripik dan Snack, ada PIRT Kripik jagung dan aneka kripik sayuran Aneka criping umbi
6
Kemalang
Dompol
Ngudi Boga
Aneka kripik Criping enthik (talas)
Gethuk : Talas & singkong bakar Olahan ikan
4
7
Krg.nongko
Kanoman
Kenanga Sari II Elang Sari
8
Tulung
Sedayu
Dahlia II
Daleman
CJDW
9
Cawas
Pakisan
Sekar Wangi II
10
Karangdowo
Bakungan
Elena
Sumber : ( Anonim, 20131) Dari data tersebut di atas diketahui bahwa antara kelompok optimalisasi pekarangan dan kelompok olahan pangan terjadi kerjasama yang berkesinambungan dan berkelanjutan, Karena hasil pekarangan selanjutnya digunakan sebagai bahan baku olahan pangan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Laura, et al (dalam Suhardjo, 1986), bahwa perencanaan kegiatan untuk 34
Hasil Olahan
Criping singkong
Criping: ubi ungu & Talas Kripik aneka sayur, ada PIRT
pengadaan pangan pada tingkat masyarakat yang tinggal di daerah pertanian adalah penting untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dalam mendukung pembangunan nasional. Pembangunan nasional ini, menurut Pantjar Simatupang (20032), sejak akhir tahun 1980an berkembang menuju konsep pembangunan berkelanjutan. Implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan
Pengembangan Kelompok Umkm Bidang Olahan Pangan Melalui ... (sustainable development) pada sektor pertanian adalah konsep pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Untuk melaksanakan pembangunan pertanian berkelanjutan, menurut Joko Budianto (20033), perlu mengembangkan sektor pertanian menuju konsep sistem agribisnis, karena sebagai suatu sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan saling terkait, mulai dari kegiatan hulu, budidaya, hilir dan pendukung. Hal ini juga terjadi pada kegiatan yang dilakukan Kantor Ketahanan Pangan dan Subdin Perikanan, dan Dinas Pertanian berperan sebagai koordinatornya. Untuk mengoptimalkan pada kelompok olahan, kantor Ketahanan Pangan memberi Produk Jamu instan Olahan aneka kripik dan snack Produk criping jagung Kripik aneka Sayuran
bantuan alat penepung dan penyriping, sehingga proses produksi olahan pangan makin lancar. Selain itu masih ada proses pendampingan untuk pemasaran yang terus dilakukan. Akhir tahun 2013 dilakukan evaluasi pada semua kelompok, sehingga diketahui bagian dan kelompok mana yang mengalami hambatan, sehingga dapat di lakukan perbaikan. Dari evaluasi tersebut, diketahui kelompok olahan pangan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi UMKM produk unggulan daerah seperti tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Nama Produk, Nama kelompok Wanita beserta Nama Asal Desa Penghasil Produk Olahan Pangan yang Perlu Lebih Dikembangkan di Kabupaten Klaten
Nama Kelompok Lestari Melati
Nama Desa Gununggajah Bayat; Krajan Kalikotes
cita rasa Elena
Bengking Jatinom Bakungan Karangdowo
(Sumber : Anonim, 2013 2). Dari 4 kelompok tersebut pada Tabel 5, dari pengamatan penulis perlu pendampingan lebih serius sehingga dapat menjadi brand produk olahan pangan di kabupaten Klaten. Dan kelompok-kelompok lain ditingkatkan pembinaannya untuk bisa setara dengan 4 kelompok tersebut pada Tabel 5, sehingga upaya pengembangan UMKM bidang olahan pangan mencapai hasil optimum, disamping kegiatan diversivikasi pangan dapat terwujud seperti yang diharapkan. Dampak kegiatan yang dilakukan oleh Kantor Ketahahan Pangan kabupaten Klaten adalah meningkatnya ketrampilan hidup masyarakat penerima program, yang akhirnya muncul pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah baru dibidang olahan pangan
lokal. Hal ini berakibat pada peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat pelaku UMKM baru yang terbentuk, selanjutnya berdampak pada peningkatan pendapatan desa dan pendapatan asli daerah. Manfaat tersebut sangat dinikmati oleh warga sehingga mereka nantinya menjadi pelaku UMKM mandiri dan berkontribusi pada Ketahanan Pangan di Kabupaten Klaten. Kesimpulan Kegiatan pengabdian pada masyarakat yang diuraikan tersebut di atas berdampak positif bagi masyarakat dan Pemda Klaten, dan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kegiatan pengabdian pada masyarakat berpengaruh pada meningkatnya motivasi, partisipasi dan aktivitas masyarakat dalam 35
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 gerakan P2KP; 2. Gerakan P2KP dari Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten berdampak pada munculnya UMKM baru karena adanya peningkatan jumlah usaha pengolahan pangan lokal berbasis tepungtepungan dan aneka tanaman pangan lainnya, dan sebagai penyedia karbohidrat untuk sumber pangan lokal sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan bagi kelompok wanita produktif maupun pendapatan keluarga; 3. UMKM produk olahan pangan berbasis tepung dan anekan pangan hortikultura lainnya berbahan baku lokal di Kabupaten Klaten yang berpotensi menjadi pangan unggulan daerah meliputi:; Jamu instan; aneka kripik dan snack; criping jagung; dan dan Kripik aneka Sayuran serta 4. Meningkatnya kualitas konsumsi pangan masyarakat Klaten menuju menu Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman melalui penganekaragaman konsumsi pangan lokal untuk tercapainya ketahanan pangan di Kabupaten Klaten. Daftar Pustaka Anonim, 2003 . Agribisnis dan Agroindustri sebagai Landasan Strategi Pembangunan Daerah. Bapeda Propinsi DIY, dalam Prosiding Seminar Nasional Penerapan Teknologi Tepat Guna dalam Mendukung Agribisnis. BPTP dan Instiper. Yk. 24 September 2003 (17) Anonim, 2011. Pedoman Teknik P2KP. Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten. Anonim, 2013. 1) Laporan P2KP Kabupaten Klaten. Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten ____________.2) Pedoman Pelaksanaan Gerakan P2KP Tahun 2013. Pusat Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan. Badan Ketahanan Pangan
36
Kementerian Pertanian RI. ____________.3) Laporan Kegiatan Diversifikasi, Teknologi Pengolahan Hasil Perikananbagi Masyarakat di Kawasan Minapolitan. Subdin Perikanan, Dinas Pertanian Kabupaten Klaten Joko Budianto, 2003. Strategi Penelitian Bagi Pembangunan Agribisnis Berdaya Saing, dalam Prosiding Seminar Nasional Penerapan Teknologi Tepat Guna dalam Mendukung Agribisnis. BPTP dan Instiper. Yk. 24 September 2003 (1). Laura J. Harper; Brady J. Deston; dan Judi A. Driskel. Food, Nutrition and Agriculture. Penerjemah: Suhardjo. Cetakan ke dua.(1986). Penerbit UI Press. Pantjar Simatupang, 2003. Strategi Pembangunan Sistem Agrobisnis Menuju Usaha Tani Berkelanjutan, dalam Prosiding Seminar Nasional Penerapan Teknologi Tepat Guna dalam Mendukung Agribisnis. . BPTP dan Instiper. Yk. 24 September 2003(5). P. Eko Prasetyo, 2008. Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah Dalam Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran. Akmenika UPY, Vol 2.2008.
PENGARUH PEMBERIAN CAMPURAN BEE POLLEN, RIMPANG KENCUR, KUNYIT, BIJI PINANG DAN SIRIH TERHADAP KADAR GULA DARAH DAN BERAT BADAN PADA TIKUS WISTAR PASCA PAPARAN STREPTOZOTOCIN Sunyoto1, Saifudin Zukhri2, Sutaryono3 1) Apoteker, Dosen Farmasi Stikes Muhammadiyah Klaten 2) Ahli fisiologi, Dosen Stikes Muhammadiyah Klaten 3) Dosen Prodi Farmasai Stikes Muhammadiyah Klaten ABSTRAK Latar Belakang: Hiperglikemi kronis dapat menimbulkan radikal bebas. Radikal bebas menyebabkan peningkatan stres oksidatif dan kenaikkan peroksidasi lipid serta kerusakan sel β pankreas. Hasil akhir peroksidasi lipid adalah malondialdehid (MDA). Kerusakan sel β pankreas menurunkan produksi insulin sehingga menyebabkan kadar gula darah (KGD) naik dan berat badan (BB) turun. Aktivitas antioksidan yang terdapat pada bee pollen rimpang kencur, kunyit biji pinang dan daun sirih diharapkan dapat menurunkan radikal bebas, sehingga dapat menurunkan KGD dan menaikkan BB. Tujuan Penelitian : Untuk menyediakan campuran yang berkhasiat, aman, murah dan mudah didapat untuk penderta diabetes mellitus (DM). Dengan cara mengetahui pengaruh campuran bee pollen 40%, buah pinang 20% rimpang kunyit 10%, daun sirih 20% dan rimpang kencur 10% terhadap KGD dan BB, sehungga kita dapat menyediakan campuran yang cocok dalam pemakaian jangka panjang. Metode penelitian : Tiga puluh ekor tikus putih galur Wistar jantan dibuat hiperglikemia dengan streptozotocin secara intraperitonial (kelompok 1, 2, 3, 4, dan 5) dan enam ekor tikus tetap dibuat normal. Kelompok 1, 2, 3 kemudian diberi perlakuan sediaan kombinasi bee pollen 40%, buah pinang 20% rimpang kunyit 10%, daun sirih 20% dan rimpang kencur 10% dosis 200; 250; 300 mg/200 g BB. Kelompok 4 merupakan kelompok kontrol (+) yang diberi metformin 9 mg/200gBB, kelompok 5 merupakan kelompok kontrol (-) diberi air masak dan kelompok 6 merupakan kelompok normal yang tidak hiperglikemia. KGD, BB diukur pada hari ke-0, 3, 10 dan 17. Kata kunci : Diabetes mellitus kronis, bee pollen, biji pinang, rimpang kunyit, rimpang kencur, daun sirih, KGD dan BB. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akibat dari keadaan hiperglikemia yang lama pada DM dapat menimbulnya berbagai komplikasi dan produksi radikal bebas meningkat, seperti reactive oxygen speciec (ROS). Peningkatan ROS dihasilkan dari auto-oksidasi glukosa dan glikosilasi protein. Stres oksidatif mempunyai peran penting pada proses terjadinya komplikasi penderita DM (Suryawanshi et al., 2006). Stres oksidatif yang tidak terkendali akan meningkatkan radikal bebas dalam sel dan jaringan sehingga menyebabkan terjadinya
peroksidasi lipid. Selanjutnya peroksidasi lipid menghasilkan malondialdehida (MDA) dapat digunakan untuk menilai tingkat stres oksidatif (Suryawanshi et al., 2006; Evans et al., 2002). Radikal bebas yang merupakan senyawa oksigen reaktif dapat berdampak negatif terhadap membran sel, asam dinucleotida (DNA) dan protein seperti enzim. Dengan adanya kerusakan membran sel, DNA dan protein akan menimbulkan kerusakan sel β pankreas dan peroksidasi lipid menghasilkan MDA. Kerusakan sel β pancreas dapat 37
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 diperbaiki dengan zat yang mengandung antioksidan baik tunggal atau campuran. Campuran yang terdiri dari bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih adalah campuran yang mengandung antioksidan. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:Bagaimana pengaruh pemberian campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih. terhadap KGD dan BBpada tikus Wistar pasca paparan STZ? METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni, dengan rancangan percobaan pre test and post test control group design. Hewan coba adalah tikus putih jantan galur Wistar (Rattus norvegicus L.) sehat umur 11 minggu dengan berat badan rata rata 105 - 180 g, sebanyak 36 ekor tikus. Subyek penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sediaan kombinasi bee pollen, kencur, kuncit, pinang dan sirih Sediaan diberikan dalam volume 2 ml yang merupakan campuran antara serbuk dengan air masak. Cara menyiapkan bahan uji pada tiap kelompok sebagai berikut; Kelompok I (K1) : Tikus dengan rerata berat badan 200 g memerlukan 200 mg campuran, sehingga untuk 6 ekor tikus diperlukan 200 mg x 6 = 1200 mg ditambah air masak sampai 12 ml. Kelompok II (K2): tikus dengan rerata berat badan 200 g memerlukan 250 mg, sehingga untuk 6 ekor tikus diperlukan 250 mg x 6 = 1500 mg campuran ditambah air masak sampai 12 ml. Kelompok III (K3): tikus dengan rerata berat badan 200 g memerlukan 300 mg campuran, sehingga untuk 6 ekor tikus 38
diperlukan 300 mg x 6 = 1800 mg ditambah air masak sampai 12 ml. Kelompok IV (K4): tikus dengan rerata berat badan 200 g memerlukan 9 mg metformin diberikan dalam volume 2 ml, sehingga untuk 6 ekor tikus diperlukan 9 x 6 = 54 mg, ditambah air masaksampai 12 ml. Kelompok V (K5): tikus dengan rerata berat badan 200 g akan diberikan air masak sebanyak volume 2 ml, sehingga untuk 6 ekor tikus diperlukan 6 x 2 = 12 ml Kelompok IV (K6): tikus dengan rerata berat badan 200 g akan diberikan air masak sebanyak volume 2 ml, sehingga untuk 6 ekor tikus diperlukan 6 x 2 = 12 ml. 1. Pemeriksaan kadar glukosa darah, MDA dan BB Pemeriksaan KGD dan BB dilakukan pada semua kelompok.Tikus dipuasakan selama semalam (10-12 jam) kemudian pengambilan darah pada pukul 07.00 WIB untuk pemeriksaan KGD dan BB. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0 (KGD dan BB awal), pada hari ke-3 (KGD dan BB setelah DM), hari ke-10 (KGD dan BB setelah perlakuan 7 hari), dan pada hari ke-17 (KGD dan BB setelah perlakuan 14 hari 2. Penentuan dosis metformin Dosis merformin untuk tikus putih adalah 1000 dikalikan 0,018. Hasilnya adalah 18 mg/hari/200 gBB atau 9 mg/200gBB/ pemberian. Penentuan sediaan kombinasi bee pollen, kencur, kuncit, pinang dan sirih yang akan digunakan dalam percobaan berdasarkan atas konversi dosis manusia ke dosis tikus (Gosh,1971). Standar pemberian dosis sediaan pada manusia adalah 5.000 mg (Krell,1996) sedangkan dosis manusia adalah 2 x sehari 5.000 mg sehari/ 50 kg atau 14.000 mg/hari/70 kg. Pemberian pada manusia 2x sehari, konstanta konversi ke tikus putih adalah 0,018 jadi dosis pada tikus putih adalah 14.000 mg/hari dikalikan
Pengaruh Pemberian Campuran Bee Pollen, Rimpang Kencur ... dengan 0,018. Hasilnya 252 mg/hari/ 200 gBB dilarutkan dalam 2 ml air mendidih setelah dingin diminunkan ad labiu
Secara skematis jalannya penelitian digambarkan pada bagan berikut ini :
Analisis Hasil Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah berat badan dan kadar gulan darah dari berbagai kelompok yang semuanya merupakan data berskala ratio. Analisa varian untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan BB dan KGD mengalami penurunan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selanjutnya uji tersebut diikuti post hoc test dengan Tukey test. Analisis data kualitatif untuk perubahan kadar BB dan KGD dilakukan menggunakan uji analisa time series. Apabila hasilnya signifikan dilanjutkan uji post hoc test.
HASIL PENELITIAN 1. Kadar Gula Darah (KGD) tikus wistar Menurut Mitruka & Howard (1981) KGD normal tikus jantan adalah 78 ± 14 atau antara 50 – 135 mg/dl. Pada keadaan awal KGD tikus berada dalam rentang normal, sedangkan KGD tikus setelah diinduksi STZ adalah > 200mg/dl hal ini menunjukkan keadaan DM dan dipilih sebagai subyek penelitian (Mohammed et al., 2007; Shankar et al., 2005; Tabatabei et al., 2008; Tanko et al., 2008). Data rata-rata pengukuran kadar gula darah sebelum dan setelah diinduksi streptozotocin dapat dilihat pada Tabel 4.1. 39
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 Tabel 4.1. Rata-rata kadar gula darah tikus putih sebelum dan sesudah diinduksi streptozotocin Perlakuan perlakuan Sebelum (hari-0) Perlakuan I (campuran 200 mg/200gBB) Perlakuan II (campuran250 mg/200gBB) Perlakuan III (campuran 2,4 ml/200gBB) Perlakuan IV (metformin 9mg/200gBB) Perlakuan V (air masak 2ml/200gBB) Perlakuan VI (normal) Dari data pada Tabel 4.1. menunjukkan bahwa rata-rata hasil kadar gula darah tikus pada awal perlakuan sebelum diinduksi streptozotocin adalah normal, karena berada dalam rentang 78 ± 14 atau antara 50 – 135 mg/dl (Mitruka & Howard, 1981). Pada Perlakuan yang diinduksi streptozotocin (Perlakuan I, Perlakuan II, Perlakuan III, Perlakuan IV dan Perlakuan V) kadar gula darah menunjukkan lebih dari 200 mg/dl. Hal ini disebabkan karena streptozotocin bekerja dengan cara merusak sel β pankreas (Rossini et al., 1977). Mekanisme kerusakan sel β pankreas karena alkilasi DNA methylation menghambat sekresi insulin sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi dan menyebabkan DM tipe I (Lenzen, 2008). Pada Perlakuan VI merupakan Perlakuan normal (yang tidak diinduksi streptozotocin) sehingga hasil pengukuran kadar gula darah dalam batas normal. Hasil analisis statistik homogenity varians pada pengukuran keadaan awal signifikansinya p=0,434 (p>0,05) yang berarti bahwa variansi dari setiap perlakuan adalah sama. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada setiap Perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Perlakuan memiliki keadaan yang sama pada awal perlakuan. Sedangkan hasil analisis statistik homogenity varians pada pengukuran keadaan diabetes signifikansinya p=0,00 (p<0,05) hal ini berarti bahwa variansi
40
Kadar gula darah (mg/dl) Sesudah hari-3) 74,76 ± 3,47 212,86 ± 5,43 74,83 ± 4,25 214,30 ± 5,22 74,69 ± 2,20 213,65 ± 2,52 76,28 ± 2,60 217,60 ± 10,45 75,80 ± 2,22 216,95 ± 7,27 74,48 ± 3,53 76,60 ± 3,60 Perlakuan adalah berbeda. Hasil analisis one-way ANOVA pada kadar gula darah 3 hari setelah diinduksi streptozotocin menunjukkan kadar gula darah signifikan p=0,000 (p<0,05), hasil yang signifikan menunjukkan bahwa induksi streptozotocin berpengaruh terhadap kenaikan kadar gula darah tikus diabetes. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kenaikan kadar gula darah Perlakuan tikus yang diinduksi dengan streptozotocin (Perlakuan I, II, III, IV dan V) dibandingkan dengan Perlakuan normal (Perlakuan VI) yang tidak diinduksi streptozotocin. Hal ini sesuai dengan penelitian Tanko et al. (2008) menyebutkan bahwa kadar gula darah >200mg/dl menunjukkan tikus mengalami DM, tikus mengalami glukosuria dan hiperglikemia (dengan kadar glukosa darah 200 - 300 mg/dl). Hiperglikemia terjadi setelah 3 hari diinjeksi streptozotocin (Durmus et al., 2008; Sayed et al., 2009). Hal ini menunjukan keadaan diabetes pada tikus, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tanko et al. (2008) bahwa kadar glukosa darah tikus lebih dari > 200 mg/dL menunjukan keadaan diabetes dan Shankar et al. (2005) menyatakan bahwa setelah 48 jam injeksi streptozotocin, tikus diabetes akan mengalami glukosuria dan hiperglikemia (dengan kadar glukosa darah 200-300 mg/dL).
Pengaruh Pemberian Campuran Bee Pollen, Rimpang Kencur ... Hasil analisis statistik one way ANOVA antara data kadar glukosa darah pada hari ke-3 dibandingkan dengan antar Perlakuan tikus menunjukan ada perbedaan signifikan antar Perlakuan (p<0,05; p=0,00). Hasil post hoc testmultiple comparison LSD menunjukan terdapat perbedaan antara Perlakuan normal (P6) dengan Perlakuan yang diinjeksi streptozotocin (P1, P2, P3, P4, P5 dan P6) dengan nilai p < 0,05. Hal ini menunjukan terdapat perbedaan kadar glukosayang bermakna pada Perlakuan diabetes dengan Perlakuan normal. Hasil ini menunjukan bahwa induksi streptozotocin dengan dosis 60 mg/kgBB dapat meningkatkan kadar glukosa darah tikus menjadi keadaan Perlakuan perlakuan Hari ke - 3) Perlakuan I (campuran 200 mg/200gBB) Perlakuan II (campuran250 mg/200gBB) Perlakuan III (campuran 300 mg/200gBB) Perlakuan IV (metformin 9 mg/200gBB) Perlakuan V (air masak 2ml/200gBB) Perlakuan VI (normal)
diabetes.Pemeriksaan kadar glukosa darah pada hari ke-10 adalah pemeriksaan kadar glukosa darah setelah 7 hari pemberian bahan uji. Dari gambar 14 dapat dilihat bahwa kadar glukosa darah Perlakuan yang diberi bahan uji (P1,P2,P3 dan P4) lebih rendah daripada Perlakuan diabetes (P5) seerti terlihat pada table 4.2 dibawah ini. Hasil analisis menggunakan oneway ANOVA pada hari ke-10 menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna antar Perlakuan p = 0,00 (p < 0,05). Tabel 4.2. Rerata KGD pada hari ke – 3, 10 dan 17 Kadar gula darah (mg/dl) Hari ke - 10) Hari ke - 17) 212,86 ± 5,43* 163,99 ± 5,76 129,59 ± 4,40 214,30 ± 5,22* 148,10 ± 4,92 112,41 ± 4,64 213,65 ± 2,52* 136,50 ± 3,80 101,19 ± 2,92 217,60 ± 10,45* 138,75 ± 11,04 108,75 ± 6,98 216,95 ± 7,27* 219,55 ± 6,91 220,22 ± 6,88 76,60 ± 3,60 76,79 ± 3,32 77,20 ± 3,36
Pada pemeriksaan KGD hari ke-10 dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Rerata kadar glukosa setelah perlakuan harike-10 *p<0,05 berbeda signifikan dibandingkan dengan Perlakuan diabetes (P5)
41
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 Hasil ini dilanjutkan dengan post hoc test multiple comparison LSD menunjukan ada 3 perbandingan yaitu: 1. Terdapat perbedaan yang bermakna antara Perlakuan P1, P2, P3 dan P4 dibandingkan dengan Perlakuan P5 (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa pemberian sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur, serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih menurunkan kadar glukosa darah diabetes pada Perlakuan P1, P2, P3 dan P4 secara bermakna. 2. Terdapat perbedaan yang bermakna antara Perlakuan P4 dibandingkan dengan Perlakuan P5 (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa pemberian metformin menurunkan kadar glukosa darah diabetes pada Perlakuan P4 secara bermakna. 3. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara Perlakuan P3 dengan Perlakuan P4 (p>0,05). Hal ini menunjukan bahwa penurunan kadar glukosa darah pada Perlakuan diabetes yang diberikan sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih madu, jintan, propolis, dan royal jeli dengan dosis 300 mg/200gBB sama dengan Perlakuan diabetes yang diberikan metformin. Hasil analisis menggunakan oneway ANOVA pada hari ke-10 menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna antar Perlakuan P1, P2, P3, P4 dengan P5 nilainya p = 0,0 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa KGD antara tikus tidak DM dan tikus DM yang diobati dengan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih berbeda lebih baik yang diobati. Kemudian pemeriksaan kadar glukosa darah pada hari ke – 17 adalah pemeriksaan kadar glukosa darah setelah 14 hari diberi bahan uji. Dilanjutkan dengan post hoc test
42
multiple comparison LSD ini menggambarkan ada perbedaan yang bermakna antara Perlakuan P5 dengan Perlakuan P1, P2, P3 dan P4 atau dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan yang bermakna antara Perlakuan P1, P2 dan P3 dibandingkan dengan Perlakuan P5 (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa pemberian sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur, serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih menurunkan kadar glukosa darah diabetes pada Perlakuan P1, P2, P3 dan P4 secara bermakna. 2. Terdapat perbedaan yang bermakna antara Perlakuan P4 dibandingkan dengan Perlakuan P5 (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa pemberian metformin menurunkan kadar glukosa darah diabetes pada Perlakuan P4 secara bermakna. 3. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara Perlakuan P3 dengan Perlakuan P4 (p>0,05). Hal ini menunjukan bahwa penurunan kadar glukosa darah pada Perlakuan diabetes yang diberikan sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih madu, jintan, propolis, dan royal jeli dengan dosis 300 mg/200gBB sama dengan Perlakuan diabetes yang diberikan metformin. Hasil analisis menggunakan oneway ANOVA pada hari ke-10 menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna antar Perlakuan P1, P2, P3, P4 dengan P5 nilainya p = 0,0 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa KGD antara tikus tidak DM dan tikus DM yang diobati dengan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih berbeda lebih baik yang diobati. 1. Berat Badan Tikus Wistar Data berat badan pada tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Pengaruh Pemberian Campuran Bee Pollen, Rimpang Kencur ... Tabel 4.3. Rerata Berat Badan tikus Wistar mulai dari hari ke-0, 3, 10 dan 17 Perlakuan P1
Hari 0 186,33 ± 5,54
Berat Badan (gram) Hari 3 Hari 10 182,83 ± 5,88 196,50 ± 5,32
Hari 17 205,33 ± 4,97
P2
189,83 ± 8,09
186,50 ± 7,82
199,17 ± 8,23
209,00 ± 8,53
P3 P4
180,17 ± 7,60 187,83 ± 7,11
177,17 ± 7,55 185,83 ± 7,11
193,17 ± 7,73 197,00 ± 4,05
203,33 ± 7,79 204,17 ± 5,71
P5
186,33 ± 7,31
183,00 ± 7,29
171,83 ± 9,89
167,17 ± 9,45
P6
182,17 ± 4,12
188,83 ± 3,19
209,83 ± 4,17
219,67 ± 4,80
Keterangan : P1 = campuran 200 mg/200gBB. P 2 = campuran250 mg/200gBB. P 3 = campuran 300 mg/200gBB. P 4 = metformin 9 mg/200gBB. P 5 = air masak 2ml/200gBB. P 6 (normal) Berdasarkan Tabel 4.3. menunjukkan bahwa hasil penimbangan berat badan tikus mengalami perubahan yang fluktuatif selama perlakuan. Hasil penimbangan berat badan awal merupakan berat badan sebelum tikus diinduksi streptozotocin. Hasil penimbangan hari ke-3 BB menurun. Hal ini sesui KGD yang naik menyebabkan BB tikus turun. Setelah diberi campuran dan hari ke10 merupakan hasil penimbangan setelah diinduksi streptozotocin dan setelah pemberian bahan uji selama 7 hari dan 14 hari. Hasil pengukuran berat badan awal hingga perlakuan hari ke-17 terjadi peningkatan berat badan pada semua Perlakuan perlakuan (Perlakuan 1, 2, 3, 4, dan 6), kecuali P5 mengalami penurunan (dalam keadaan DM). Pada akhir penelitian (hari ke-17) menunjukkan bahwa pada Perlakuan perlakuan (Perlakuan P1, P2 dan P3), P4 dan Perlakuan normal (Perlakuan P6)
mengalami kenaikan berat badan selama perlakuan, akan tetapi pada Perlakuan kontrol negatif (Perlakuan V) terjadi penurunan berat badan selama perlakuan. Hasil ini dilanjutkan dengan post hoc test multiple comparison LSD menunjukan ada perbandingan yaitu: 1. Terdapat perbedaan yang bermakna antara Perlakuan P1, P2 dan P3 dibandingkan dengan Perlakuan P5 (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa pemberian sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur, serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih menurunkan kadar glukosa darah diabetes pada Perlakuan P1, P2, P3 dan P4 secara bermakna. 2. Terdapat perbedaan yang bermakna antara Perlakuan P4 dibandingkan dengan Perlakuan P5 (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa pemberian metformin menurunkan kadar glukosa darah diabetes pada Perlakuan P4 secara bermakna. 43
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 3. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara Perlakuan P3 dengan Perlakuan P4 (p>0,05). Hal ini menunjukan bahwa penurunan kadar glukosa darah pada Perlakuan diabetes yang diberikan sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih madu, jintan, propolis, dan royal jeli dengan dosis 300 mg/200gBB sama dengan Perlakuan diabetes yang diberikan metformin. Hasil analisis menggunakan oneway ANOVA pada hari ke-10 menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna antar Perlakuan P1, P2, P3, P4 dengan P5 nilainya p = 0,0 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa BB antara tikus tidak DM dan tikus DM yang diobati dengan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur, serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih berbeda lebih baik yang diobati. PEMBAHASAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolik ini ditandai oleh hiperglikemia dan glikosuria (Sartori et al., 2008). Dalam kondisi hiperglikemia yang terus menerus seperti DM, produksi ROS terus bertambah sehingga antioksidan tubuh tidak mampu menetralisir, kelebihan radik al bebas yang tidak dinetralkan akan merusak protein, lipid, dan asam nukleat (Sreemantula et al., 2005). Akumulasi dari berbagai kerusakan tersebut mengakibatkan mekanisme nekrosis atau apoptosis (Vincent et al., 2004). ROS berperan pada pathogenesis DM dan mempunyai kemampuan mengoksidasi dan merusak DNA, protein dankarbohidrat (Sreemantula et al., 2005) selain itu hiperglikemik kronik menyebabkan oksidatif stress di jaringan yang menyebabkan komplikasi pada pasien yang diabetes (Green et al., 1992). Pengaruh antioksidan untuk melawan kerusakan akibat peningkatan reactive 44
oxygen species (ROS) telah dibuktikan pada penelitian sebelumnya. Tabatabaei et al. (2008) melaporkan bahwa pemberian vitamin E secara oral mempunyai efek baik terhadap gangguan metabolisme lipid pada diabetes walaupun pada keadaan diabetes ringan dapat menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat. Menurut Kaneto et al. (1999) pemberian antioksidan NAC dapat memperbaiki kontrol glikemik karena terpeliharanya fungsi sel β pankreas pada tikus diabetes, selain itu antioksidan dapat meningkatkan massa sel β, dan memelihara produksi insulin dan jumlah mRNA. Penelitian yang dilakukan oleh Shankar et al. (2005) menunjukan bahwa ginkgo biloba sebagai antioksidan dapat meningkatkan mekanisme pertahanan antioksidan seluler seperti glutathione stimulating hormon (GSH) yang fungsinya untuk perlindungan melawan kerusakan oksidatif pada tikus diabetes yang diinduksi STZ. Mekanisme antioksidan pada diabetes menurut Selvan et al. (2008) adalah mekanisme sintesa glutathione stimulating hormon (GSH) yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan stres oksidatif. Stres oksidatif disebabkan oleh kelebihan oksidan, contohnya reactive oxygen species (ROS). Pada penelitian yang telah dilakukannya, pada Perlakuan tikus diabetes terjadi penurunan GSH kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sintesa GSH atau menurunnya GSH oleh karena stres oksidatif pada hewan diabetes. Penelitian Durmus et al. (2008) menunjukan bahwa caffeic acid phenethyl ester (CAPE) menghambat peroksidasi lipid dan produksi nitric oxide (NO) berlebihan. CAPE mampu meningkatkan kadar malondialdehyde (MDA) dandapat mereglukosasi aktivitas enzim superoxide dismutase (SOD) pada tikusdiabetes. Fuliang et al. (2005) menyatakan bahwa ekstrak propolis pada etanol, ethanol extracts
Pengaruh Pemberian Campuran Bee Pollen, Rimpang Kencur ... of propolis (EEP) dan pada air water extracts of propolis (WSD)dapat menurunkan kadar glukosa darah, fruktosamin, malanolaldehyde (MDA), nitric oxide (NO), nitric oxide synthetase (NOS), total cholesterol (TC), triglyceride (TG), low-density lipoprotein cholesterol (LDL-C), very low-density lipoprotein cholesterol (VLDL-C) di serum pada tikus diabetes dan meningkatkan serum high-density lipoprotein cholesterol (HDL-C) dan superoxide dismutase (SOD). Hasil penelitian menggunakan sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih menunjukan bahwa terdapat penurunan kadar glukosa darah bermakna (p < 0,05) pada Perlakuan perlakuan yang diberi sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih. Analisis post hoc multiple comparisons LSD menunjukan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p > 0,05) pada penurunan kadar glukosa darah pada Perlakuan sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih pada dosis 2,4 mg/200gBB dengan Perlakuan yang diberikan metformin dan Perlakuan tikus normal. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar glukosa darah dari keadaan diabetes menjadi keadaan normal pada dosis 1,2 mg/200gBB sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih sama dengan pemberian metformin. Sediaan kombinasi yang digunakan mengandung 40 % madu, 30 % jintan, 20 % propolis, dan 10 % royal jeli. Menurut Krell (1996) propolis mengandung 45-55 % antioksidan dan flavonoid 15 %. Efek farmakodinamika flavonoid adalah menghambat protein kinase C (PKC), menghambat Nitric-oxide synthase, fosfolipase A2, menghambat
Na+ dan K+ATPase, menghambat lipooksigenase dan siklooksigenase, menghambat fosfodiesterase nukleotid siklik, menghambat proteinase HIV1, menghambat Glutathion S-transferase, menghambat xantin oksidase, menghambat aldosa reduktase, menghambat monoamin oksidase, menghambat karbonil reduktase, menghambat aldehid dan alkohol dehidrogenase (Middleton et al., 2000). Winasri (2005) menyatakan bahwa flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara menginduksi aktifitas enzim nitrit oksida synthase. Senyawa nitrit oksida diproduksi oleh berbagai jenis sel, termasuk sel endotel dan makrofag yang dikatalisis oleh enzim nitrit oksida synthase. Fungsi senyawa nitrit oksida ini berperan dalam mempertahankan vasodilatasi sel dan senyawa ini diketahui mudah sekali bereaksi dengan radikal bebas. Sehingga dengan bereaksinya nitritoksida dengan radikal bebas akan menyebabkan tingginya kadar peroksi nitrit sehingga akibat lebih jauh dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada membran sel yang tidak dapat dipulihkan (irreversible). Komponen flavonoid yang tinggi di dalam tubuh akan menangkap radikal bebas, sehingga radikal bebas tidak sempat bereaksi dengan nitrit oksida .Dengan berperannya fungsi flavonoid dalam menangkap radikal bebas, maka tidak akan terjadi kerusakan membran sel secara berlebihan. Ebadi (2002) mengemukakan bahwa flavonoid berperan sebagai penangkap radikal bebas yang potensial khususnya dalam melindungi sel dari stres oksidatif. Mekanisme lain menurut Alvarez et al. (2004) mengemukakan bahwa senyawa aktif dengan kemampuan antioksidan dan penangkap radikal bebas dapat membantu regenerasi sel beta dan melindungi sel islet pancreas dari efek sitotoksik aloksan. Pengaruh antioksidan royal jeli diteliti oleh Cavulsoglu et al. (2009) menunjukan
45
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 bahwa adalah pemberian royal jeli secara signifikan memberikanperbaikan pada status antioksidan Glutathione Stimulating Hormon (GSH) dan mencegah produksi malondiadehyde (MDA) pada mekanisme Cadmium -Induced Genotoxicity. Menurut Brownlee (2005) mengatasi komplikasi diabetes akibat 4mekanisme peningkatan ROS adalah dengan menghambat enzim endothelialtanpa melibatkan mekanisme itu sendiri. Dua enzim yang penting dalam biologivascular ini adalah Endothelial nitric oxide synthase (eNOS) dan proscyclin synthase. Mekanismenya adalah menetralisasi molekul oksigen reaktif pada satu per satu basis selama kondisi hiperglikemik secara berkelanjutan. Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan karena kekurangan hormon insulin, atau penurunan aktivitas biologi hormon insulin atau keduanya (Gan et al.,1987; Gardner & Dolores, 2007; Greenspan & David, 2004). Diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia) yang mampu menginduksi pembentukan radikal bebas seperti superoksida, hidrogen peroksida, nitric oxide, dan radikal hidroksil (Robertson et al., 2003). Keadaan hiperglikemia pada DM menyebabkan stress oksidatif (Sreemantula et al., 2005). Stress oksidatif terjadi karena produksi radikal bebas melebihi kapasitas antioksidan (Vincent et al., 2004). Hiperglikemia menyebabkan glikosuria (hilangnya kalori) yang cukup besar, yang akan mengakibatkan penurunan berat badan (Murray et al., 2003). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji pengaruh sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih terhadap berat badan tikus DM.
46
Kadar Gula Darah Tikus Diabetes Mellitus Dari hasil penelitian diketahui bahwa kadar gula darah puasa tikus setelah diinduksi dengan streptozotocin menunjukkan kadar gula darah yaitu >200mg/kgBB, hal ini mengakibatkan hiperglikemia. Kadar gula darah tinggi disebabkan oleh destruksi sel β pankreas sehingga produksi insulin menurun. Setelah hiperglikemia menjadi nyata, fungsi sel β semakin buruk, sekresi insulin yang dipicu glukosa kerusakannya menjadi lebih parah dan degranulasi sel β menjadi jelas yang disertai dengan penurunan jumlah massa sel β. Hiperglikemia kronis akan merusak fungsi sel β pada tingkat sintesis insulin hingga sekresi insulin (Kaneto, 1999). Selain itu ROS berperan pada patogenesis DM dan mempunyai kemampuan mengoksidasi dan merusak DNA, protein serta karbohidrat (Sreemantula et al. ,2005) Streptozotocin yang diberikan masuk kedalam inti sel kemudian mengalkilasi DNA. Kerusakan DNA yang terjadi mengaktivasi ribosilasi poli ADP sehingga kadar NAD dan ATP seluler menurun. Defosforilasi ATP setelah administrasi streptozotocin mengakibatkan banyak terbentuk radikal superoksida, hidrogen peroksida, dan radikal hidroksida. Pada akhirnya sel mengalami nekrosis (Szkudelski, 2001). Berat Badan Hewan Coba Pengukuran berat badan dilakukan pada awal perlakuan, hari ke-8 perlakuan dan hari ke-15 perlakuan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Perlakuan tikus DM mengalami perubahan berat badan yang fluktuasi sampai akhir penelitian. Pada Perlakuan kontrol negatif (air masak 2 ml/200gBB) mengalami kenaikan berat badan pada hari ke-8 dan mengalami penurunan berat badan pada hari ke-15.
Pengaruh Pemberian Campuran Bee Pollen, Rimpang Kencur ... Penurunan berat badan dikarenakan tikus diberi perlakuan air masak 2 ml/200gBB. Penurunan berat badan karena adanya penurunan insulin yang memicu hilangnya jaringan adiposa dan karena adanya perubahan dalam metabolisme karbohidrat dan protein yang terjadi pada tikus DM (Yassin & Mwafy, 2007). Mekanisme penurunan berat badan tikus DM tipe I terjadi karena kekurangan insulin yang berfungsi sebagai fasilitator glukosa ke dalam sel sehingga sel kekurangan energi. Gagalnya metabolisme glukosa dan protein oleh tubuh, menyebabkan berkurangnya berat badan (Guyton, 1994). Insulin juga meningkatkan pembentukan protein dan mencegah pemecahan protein karena ditemukan beberapa fakta yaitu insulin menyebabkan timbulnya pengangkutan secara aktif sebagian asam amino ke dalam sel, insulin mempunyai efek langsung meningkatkan translasi RNA mesengger pada ribosom, sehingga terbentuk protein baru, insulin juga menghambat proses katabolisme protein sehingga mengurangi kecepatan pelepasan asam amino dari sel, khususnya sel-sel otot, didalam hati, insulin menekan kecepatan glukoneogenesis. Selain itu, kadar glukosa yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan timbulnya dehidrasi seluler. Semua kondisi ini menyebabkan kinerja sel terganggu dan tidak optimal bahkan bisa menyebabkan kematian sel yang berujung pada penurunan berat badan tikus (Guyton, 1994). Sediaan kombinasi yang digunakan mengandung campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih. Tikus yang diinduksi dengan streptozotocin mengalami penurunan berat badan, akan tetapi dengan pemberian sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih pada tikus diabetes yang mengalami penurunan
berat badan, sediaan kombinasi mampu meningkatkan berat badan tikus secara signifikan p=0,00 (p<0,05) pada hari ke10 dan p=0,000 (p<0,05) pada hari ke-17 perlakuan. Hal ini mungkin disebabkan karena sediaan kombinasi mengandung senyawa antioksidan yang mampu memperbaiki kerusakan stress oksidatif (Vincent et al., 2004). Antioksidan berfungsi untuk melawan radikal bebas dan stress oksidatif yang disebabkan oleh homeostasis metabolisme yang terganggu misalnya karena kondisi hiperglikemia, dislipidemia dan kadar asam lemak bebas yang tinggi (Kuroki et al., 2003). Antioksidan berfungsi untuk melawan radikal bebas yang diakibatkan oleh kondisi hiperglikemia. Kondisi hiperglikemia menginduksi pembentukan radikal bebas seperti superoksida, hidrogen peroksida, nitric oxide, dan radikal hidroksil (Robertson et al., 2003). Mekanisme antioksidan melawan radikal bebas dengan cara memberikan satu atom H sehingga mengubah radikal bebas menjadi senyawa yang bersifat tidak merusak dan menjadi senyawa yang netral (Vincent et al., 2004). Dengan adanya mekanisme antioksidan stress oksidatif dapat berkurang, tidak terjadi hiperglikemia, terjadi penurunan kadar gula darah dan peningkatan berat badan pada tikus DM. Antioksidan yang secara tidak langsung memiliki efek hipoglikemik dengan cara melawan radikal bebas (Szkudelski, 2001). Pada Perlakuan tikus DM terjadi penurunan GSH hal ini disebabkan karena berkurangnya sintesa GSH atau terjadinya stres oksidatif pada tikus DM. Dari hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan berat badan pada Perlakuan 3 dengan perlakuan sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih dosis 300 mgl/200gBB lebih besar 47
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 dibandingkan dengan Perlakuan 1 dan 2 dengan perlakuan sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih pada dosis 200 mg/200gBB dan 250 ml/200gBB. Perlakuan dengan pemberian sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih dapat membantu penyerapan zat gizi pada diet sehingga meningkatkan berat badan tikus walaupun peningkatan berat badan lebih besar pada Perlakuan kontrol positif (metformin). Hal ini dapat digunakan sebagai bahan alternative untuk diet DM. Penelitian ini sejalan dengan Penelitian Erejuwa et al. (2010) menjelaskan bahwa efek glibenklamid dan metformin yang dikombinasikan dengan madu pada pankreas tikus yang diinduksi dengan streptozotocin mampu menghambat dan mencegah kerusakan oksidatif. Madu secara signifikan mampu menurunkan aktivitas SOD, menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan berat badan tikus yang diinduksi dengan streptozotocin. Perubahan ini disebabkan karena pengaruh antioksidan. Penelitian Erejuwa et al. (2009) mengenai efek madu, glibenklamid serta kombinasi madu dan glibenklamid pada kadar gula darah, berat badan dan stress oksidatif pada tikus yang diinduksi dengan streptozotocin selama 4 minggu secara signifikan madu dapat meningkatkan berat badan, glutathione, total antioksidan, aktivitas katalase dan glutathione reductase. Kombinasi antara madu dan glibenklamid secara signifikan mampu meningkatkan berat badan, glutathione, total antioksidan, aktivitas katalase, glutathione reductase serta menurunkan kadar gula darah, lemak peroksidase dan aktivitas superoxide dismutase. Madu memberikan efek yang bagus pada terapi ini. Kombinasi madu dan glibenklamid memiliki efek antioksidan
48
pada DM. Penelitian Li Xue et al. (2007) menunjukkan bahwa tikus DM yang diberi perlakuan trigonella foenum-graecum dan metformin tercatat mengalami penambahan berat badan, sedangkan tikus DM yang tidak diberi perlakuan menunjukkan penurunan berat badan yang progresif. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Yassin & Mwafy (2007) menunjukkan adanya penurunan yang tampak jelas pada laju pertumbuhan badan tikus diabetik selama percobaan, dengan penurunan sebesar 64,7% pada akhir percobaan dibandingkan dengan kontrol. Akan tetapi dengan pemberian ekstrak Nerium oleander pada hewan diabetik dapat menaikkan laju pertumbuhan 37,5% dibandingkan kontrol. Berbeda dengan penelitian Tandri (2008) menunjukkan bahwa tikus DM yang diberi perlakuan ekstrak air daun ceplikan pada Perlakuan tikus DM tanpa perlakuan mengalami penurunan berat badan yang tidak signifikan. Perlakuan tikus DM dengan perlakuan ekstrak air konsentrasi 1,6 mg dan 3,2 mg mengalami penurunan berat badan yang signifikan, sedangkan pada Perlakuan tikus DM dengan perlakuan ekstrak air daun ceplikan konsentrasi 6,4 mg mengalami penurunan berat badan yang tidak signifikan. Dari hasil uji repeated menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata perubahan berat badan pada kelima Perlakuan tikus dengan perlakuan ekstrak air daun ceplikan. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pemberian sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih dengan dosis 0,6; 1,2; 2,4 ml/200gBB mempunyai efek yang signifikan dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus
Pengaruh Pemberian Campuran Bee Pollen, Rimpang Kencur ... putih setelah perlakuan 14 hari. Efek penurunan kadar glukosa darah tikus dengan pemberian sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih pada dosis 2,4 mg/200gBB sama denganpemberian metformin. Berdasarkan hasil penelitian efek sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih pada berat badan tikus putih DM yang diinduksi streptozotocin dapat disimpulkan bahwa pemberian sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih selama 7 hari dan 14 hari mampu meningkatkan berat badan tikus DM secara signifikan (p<0,05). Peningkatan berat badan pada perlakuan pemberian sediaan campuran bee pollen, serbuk rimpang kencur .serbuk rimpang kunyit, biji pinang dan daun sirih yang paling besar terdapat pada dosis 1,2 ml/200gBB, akan tetapi peningkatan berat badan pada sediaan kombinasi dosis 1,2 ml/200gBB lebih kecil dibandingkan dengan Perlakuan kontrol positif (metformin). B. Saran Perlu dilakukan uji toksisitas akut dan sub akut untuk menguji efek toksisitas pada sediaan kombinasi madu, jintan, propolis dan royal jeli. DAFTAR PUSTAKA Allen, D.A., Harwood, S.M., Varagunam, M., Raftery, M.J. and Yaqoob, M.M., 2003. High glukosa induced oxidative streee causes aptopsosis in proximal tubular epithelial cells and mediated by multiple caspases, The Federation of American Societies for Experimental Biology Journal.
Express article10.1096/fj.020130fje. Published Online. March cal Induced Wound of Rabbit Skin. JKAU Sci,21(2): 335 – 346. 28,2003. American diabetes Association (Committee Report),2003. Report of the expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes mellitus. Diabetes Care 26(Suppplement 1) : S520. Anonim. 2004. Survey-Survey Kesehatan Nasional (Surkesnas) Badan Litbang Kesehatan, Jakarta. Htt://net.litbang depkes.go.id Best, B., 2008, General antioxidant actions, http://www.benbest.com./ nutrceut/ AntiOxidants.html diakses 25 Mei 2010. Durmus, M., Ramazan, H., Efkan. & Nurten, 2008. The Effect of Caffeic Acid Phenethyl Ester (CAPE) Treatment on Levels of MDA, NO, and Antioxidant Enzyme Activities in Retinas of StreptozotocinInduced Diabetic Rats. Turk Journal Medical Sci, 38 (6), pp.525 – 530. Evans, J.L., Goldfine, I.D., Maddux, B.A. and Grodsky, G.M., 2002. Oxidative stress and stress-activated signaling pathways: a unifying hypothesis of type 2 diabetes. Endocrine Review. 23 (5): 599-622. Ganong, W.F., 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. (Review of Medical Physiologi)17th ed, Jakarta . Kedokteran ECG. Ganong, W.F., 2005. Review of medical Physilogy. Twenty second edition. McGraw Hill Companies Inc. 333353 Hermawan A, Eliyani H, Tyasningsih. 2007. Influence of leaf extract of sirih ( piper betle l.) to growth staphylococcus aureus and escherichia coli with disk diffusion method. Fakultas
49
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 Kedokteran Hewan Universitas Erlangga, Surabaya. Jakus, V., 2000. The role of free radical, oxidative stress and antioxidant system in diabetic yascular disease. Bratisl Lek Listy. 101 (10) : 541-551 Junadi P, Soemasto A.S. dan Ameiz H, 1992. Kapita Selecta Kedokteran. Media Aesculapius, UI, Jakarta. Lawrence.G. S., 2006. Implikasi Klinis disfungsi endotel dan radikal bebas. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin, Makasar Linder, M. C., 2006. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta. Universitas Indonesia Press. Lloyd E, Becker D., Ellis I., 1996. Incindence of Complication in Insulin Dependent Diabetes Mellitus, American journal of Epidemiology. Orchard TJ. Merentek, E., 2006, Resistensi Insulin pada Diabetes mellitus Tipe 2. Cermin Dunia kedokteran. 150: 38-41. Mohammed, A., Y. Tanko., M. A. Okhasa,., R. A., Magaji., A.H,Yaro., 2007. Effect of Aqueous Leaves Extract of Ocinum gratissinum on Blood Glucose Levels of STZInduced Diabetic Wistar Rats. AfricaJournal of Biotechnology,6 (18): 2087-2090. Mutholib, 2000. Komplikasi Diabetes Mellitus. Medika No. 1 Tahun XXVI, 26. PT Grafiti Medika Pers, Jakarta. Newsholme, P., Haber, E.P., Hirabara, S.M., Rebelato, E.L.O., Procopio, J., Morgan, D., Oliveira-Emilio, H.C Carpinelli, A.R. and Curi, R., 2007. Diabetes associated cell stress and dysfunction: role of mithochondrial and non-mithochondrial ROS production and activity. J Physiol 583 (1):9-24 Philips M, Salmeron J, 1992. Diabetes in Mexico a Serious and Growing Problem.
50
Rapp Trimest Statis. Sanit.mond. Price, S.A. and Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. Edisi 6. EGC, Jakarta: 658-665 Robertson, R.P., Harmon, J., Tran, P.O., Tanaka, Y., Takahashi,H., 2003. Glucose Toxicity in β-cell: Type-2 Diabetes Good Radicals Gone Bad and the Gluthathion Connection. Diabetes. 52: 581-5. Sarwono S, 1997. Sosiologi Kesehatan (Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sasvari, M. and Nyakas, C. 2003. Time dependent changes in oxidative metabolism during chronic diabetes in rats. Acta Biologica Szegediensis. 47 (1-4): 153-158 Suryawanshi, N.P., Bhutey, A.K., Nagdeote, A.N., Jadhav, A.A. and Manoorkar, G.S. 2006. Study of lipid pereoxide and lipid profile in diabetes mellitus, Indian J Clin Biochem. 21(1): 126-130 Suyono, 1999. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Aksara Buana, Jakarta. Suyono, S. 2007. Patofisiologi Diabetes Mellitus dalam Soegondo, S., Soewondo,P., Subekti, I., eds Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. (p 5-10). Jakarta : Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional RSCM dan FKUI bekerjasama dengan Depkes RI dan WHO. Szkudelski, T., 2001. The Mechanism of Alloxan and STZAction in β-cell of the Rats Pancreas. Physiol.Res., 50: 536 – 46 Tanko, Y., Okasha, M.I.A., Saleh, M., Yerima, M., Yaro, A.H. & Isa, A.I. (2008) Anti-Diabetic E f f e c t of Ethanolic Flower Extracts of
Pengaruh Pemberian Campuran Bee Pollen, Rimpang Kencur ... Newbouldia laevis (Biononiaceae) on Blood Glucose Levels of Streptozotocin-Induced Diabetic Wistar Rats. Research Journal of Medical Sciences, 2 (2), pp. 57 – 60. ISSN: 1815 – 9346. Tjay, T. H., Kirana, R. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya. Jakarta : Gramedia. Tjokroprawiro, A., 1992. Diabetes Mellitus, Klasifikasi, Diagnosis, dan Dasar-Dasar Terapi Edisi 2. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Young, I.,S. and Woodside, J.V., 2001. Antioxidants in health and disease. J Clin Patho. 54:176-186.
51
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 KAJIAN SIFAT FISIS PEMANFAATAN AMPAS TEBU (BAGASSE) MENJADI PAPAN PARTIKEL BERPEREKAT UREA FORMALDEHIDA, PHENOL FORMALDEHIDA DAN MELAMIN FORMALDEHIDA PHYSICAL PROPERTIES DREGS UTILIZATION STUDY SUGARCANE (BAGASSE) BEING PARTICLE BOARD ADHESIVES UREA FORMALDEHYDE, PHENOL FORMALDEHYDE AND MELAMINE FORMALDEHYDE Harri Purnomo, ST, MT Jurusan Teknik ElektroUniversitasWidya Dharma Klaten ABSTRACT This study aimed to determine the effect of adhesive type and amount of adhesive to the physical properties, particle board with bagasse fiber so that the material is capable of being used for sound dampening. Bagasse is the raw material has good mechanical properties and could potentially be used as particle board material in general and in particular as a sound absorber. The first phase of this research method is the preparation of raw materials, the manufacture of test specimens and test physical particle board. Physical properties of the tested parameter is kerapan and water absorption. Type of adhesive used is urea formaldehyde, phenol formaldehyde and melamine formaldehyde. Moderate amount of adhesive used 6%, 8% and 10% of the dry weight of bagasse board for each sheet. Test results of the physical properties of particle boards made in this study is: In Test density, density board generated in this study as a whole has met the standards gr/cm3 0.643 - 0.702 gr/cm3 of the target density of 0.70 gr/cm3. On the Water Absorption Test, water absorption on particle board produced in this study as a whole has not met the standards, water absorption is too high ie 85.259% - 179.069%. The results of the board closest to the standard is the type of adhesive Penol 10% formaldehyde is 85.259%. Keyword: Bagassse fiber, Particle board, physical properties I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin pesat kebutuhan kayu sebagai bahan bangunan juga semakin meningkat. Dewasa ini kayu memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa secara tidak langsung ketergantungan masyarakat terhadap kayu sangat tinggi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sementara kondisi hutan sangat sulit untuk memenuhi peningkatan permintaan kebutuhan kelangkaan kayu tersebut. Beberapa alternatif telah dikembangkan dalam rangka mengatasi kelangkaan kayu, 52
salah satunya yaitu dengan mencari bahan pengganti untuk pembuatan produkproduk yang menggunakan bahan kayu. Perkembangan teknologi tepat guna telah diciptakan produk-produk turunan dari kayu, salah satunya adalah papan partikel (particle board). Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan perekat atau bahan pengikat lainnya kemudian dikempa panas. Dengan papan partikel diharapkan kebutuhan papan pengganti kayu masyarakat dewasa ini dapat teratasi.
Kajian Sifat Fisis Pemanfaatan Ampas Tebu (Bagasse) Menjadi ... Lebih dari itu dengan bertambahnya tingkat kehidupan masyarakat meningkat pula kebutuhannya. Demikian halnya tentang kebutuhan ruangnya. Ruang tidak hanya sekedar memenuhi syarat untuk tinggal tapi meningkat ke kebutuhan kenyamanan tinggal. Terutama ruangruang di gedung tertentu seperti ruang di gedung pertemuan, ruang di studio rekaman dan sebagainya. Untuk itu banyak upaya yang dilakukan untuk dapat mereduksi kebisingan pada suatu ruangan yaitu dengan menggunakan bahan-bahan peredam dan penyerap suara. Bahan tersebut dalam suatu bangunan biasanya berperan sebagai panel akustik yang dipasang menjadi dinding pemisah (partisi) dan plafon. Bahan yang telah diketahui dan banyak digunakan sebagai penyerap dan peredam suara antara lain glasswool, rockwool, dan bahan berlignoselulosa. Wool merupakan bahan yang dilihat dari segi ekonomi bukan termasuk bahan murah sehingga banyak masyarakat yang tidak mampu mendapatkannya. Selain itu wool bersifat toksis sehingga perlu dikurangi penggunaannya dan perlu dicari alternatif penggantinya. Tebu merupakan salah satu komoditi pertanian yang mengandung unsur lignoselulosa sehingga berpotensi sebagai bahan baku dalam pembuatan papan partikel. Selama ini pemanfaatan tebu masih terbatas pada industri pengolahan gula dengan hanya mengambil airnya, sedangkan ampasnya sekitar 35-40% dari berat tebu yang digiling hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar industri atau mungkin dibuang sehingga menjadi limbah. Merupakan sebuah pemborosan sumber yang telah mempunyai harga ekonomi jika hanya sebagai bahan bakar untuk pabrik gula. Ampas tebu cocok sebagai produk pabrik terutama sekali pada medium padat. Melalui pembuatan papan partikel dari ampas tebu diharapkan terjadi
peningkatan nilai tambah dari tanaman tebu. Limbah serat ampas tebu diharapkan menjadi lebih bermanfaat, dapat mengurangi polusi lingkungan (biodegradability) sehingga komposit ini mampu mengatasi permasalahan lingkungan, serta tidak membahayakan kesehatan. Pengembangan serat ampas tebu sebagai material komposit ini sangat dimungkinkan mengingat dari segi ketersediaan bahan baku. Indonesia memiliki bahan baku ampas tebu yang cukup melimpah. Dengan beroperasinya PG. Gondang Baru di Kabupaten Klaten masih menghasilkan ampas tebu sebagai limbah pada musim gilingnya Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian tentang pembuatan papan partikel berbahan baku ampas tebu dengan berbagai jenis perekat dan berbagai jumlah perekat sehingga diperoleh papan partikel yang memenuhi standart industri. Selain itu diteliti kelayakan papan partikel sebagai panel akustik yaitu kemampuan papan partikel sebagai penyerap suara. Kebutuhan akan panel terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan kebutuhan akan perumahan pada umumnya dan kebutuhan akan ruangan yang dapat mereduksi kebisingan suara pada khususnya . Papan partikel merupakan salah satu jenis panel yang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan panel lainnya dan bahan bakunya pun berbagai macam bahan lignoselulosa seperti kayu, jerami dan lain sebagainya. Ampas tebu (bagasse) merupakan limbah industri gula yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku papan partikel. Penelitian produksi papan partikel ampas tebu sebagai bahan bangunan dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana ampas tebu dapat digunakan dalam industri papan partikel dengan tujuan untuk memanfaatkan ampas tebu sebagai
53
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 bahan baku alternatif papan partikel dan panel akustik untuk bahan bangunan mengingat kayu semakin sulit diperoleh dan mahal. Potensi bagasse di Indonesia menurut Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) tahun 2008, cukup besar dengan komposisi rata-rata hasil samping industri gula di Indonesia terdiri dari limbah cair 52,9 persen, blotong 3,5 persen, ampas (bagasse) 32,0 persen, tetes 4,5 persen dan gula 7,05 persen serta abu 0,1 persen. Berdasarkan uraian diatas, maka sangat perlu dilakukan penelitian terhadap bagasse lebih jauh dalam rangka untuk mendapatkan papan partikel dan panel akustik sebagai sumber bahan bangunan alternatif pengganti kayu yang bersifat renewable dan ramah lingkungan. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah adalah sebagai berikut: a. Bagaimana mengolah ampas tebu (bagasse) dengan bahan tambahan perekat urea formaldehide, phenol formaldehide dan melamin formaldehide menjadi papan partikel? b. Bagaimana pengaruh perbandingan komposisi ampas tebu dan perekat terhadap karakteristik papan partikel berupa kerapatan, kadar air, pengembangan tebal ? c. Bagaimana mendapatkan perbandingan terbaik antara ampas tebu dan perekat? III. Ampas Tebu (Bagasse) Bagasse atau ampas tebu yang merupakan limbah padat dari industri gula adalah salah satu serat alami yang perlu dikembangkan pemanfaatannya dalam produksi bahan komposit. Saccharum officinarum termasuk kelompok tanaman yang mempunyai daya konversi energi matahari menjadi biomassa paling tinggi yaitu sebesar 1 – 2 % sedangkan tanaman yang lain rata-rata
54
sebesar 0,12 %. Tanaman tebu yang sangat potensial sebagai penghasil biomassa, baru sekitar 10 % saja yang dapat dimanfaatkan sebagai sukrosa, sisanya 90% berupa bagasse, pucuk tanaman, molasses, blotong belum dimanfaatkan secara maksimal (Gunam, 1997). Bagasse (ampas tebu) adalah sisa batang tebu setelah dihancurkan dan diekstraksi diambil niranya yang terdiri dari serat kasar, air dan sejumlah kecil padatan terlarut (Paturau, 1969). Bagasse merupakan limbah tebu yang melimpah dan dapat mencapai 30 -35% dari berat tebu ( Mochtar & Ananta, 1984 dalam Christiyanto, 1998). Komposisi kimia bagasse berdasar proximate analysis terdiri dari karbon terikat 7 % dari berat, volatile 42%, air 49%, abu 1,5%. Sedangkan ultimate analysis terdiri dari karbon 23,7% berat, hydrogen 3%, oksigen 22,8%, air 49%, abu 1,5% (Patarau, 1969). Kollman mengutip pendapat Deschi dalam Joesoef dkk (1980) mengatakan bahwa bagasse terdiri dari sellulose 46%, lignin 23%, pentosan dan heksosan 20% seta komponen-komponen lain 5%. Selanjutnya dikatakan pula bagasse mengandung 2-4% gula. Menurut Muliah dalam Joesoef dkk. (1980) bagasse secara fisik dibagi menjadi 2 fraksi yaitu: 1. Fraksi serat, terdiri dari serat-serat yang agak panjang dengan dinding yang agak tebal sebagian besar terdapat di sekitar pembuluh (vascular bundles) yang tersebar di dalam batang. 2. Fraksi gabus (pith) terdiri dari sel sel yang berdinding tipis berasal dari jaringan dasar (parenkim) yang dalam tanaman berfungsi sebagai tempat penyimpanan gula. Pada serat kering bagasse mengandung pentosan yang banyak, lignin sedikit dan sellulose yang hampir sama dengan kayu yang tercantum pada table di bawah ini.
Kajian Sifat Fisis Pemanfaatan Ampas Tebu (Bagasse) Menjadi ... Tabel l Perbandingan Komposisi Kayu dan Bagasse Jenis Softwood Hardwood Bagasse
Pentosan (%)
Lignin (%)
13 23 27
30 25 20
Cross-Bevan Cellulose (%) 59 59 52
Alpha Cellulose (%) 34 36 39
Sumber: Blacburn (1984) Papan Partikel. Maloney (1997) mengemukakan bahwa papan partikel adalah salah satu jenis produk komposit/panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan ber-lignoselulosa lainnya, yang diikat dengan perekat atau bahan pengikat lain kemudian dipres. Sedang menurut Sulistyaningsih (2004) papan partikel adalah papan buatan yang terbuat dari limbah pergergajian kayu atau bahan sellulose lainnya yang diikat perekat dan bahan tambahan lainnya, dalam proses tekanan dan suhu yang cukup tinggi dalam waktu tertentu. Dalam setiap tahapan prosesnya banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan, faktor utama adalah kadar air partikel dan jenis perekat yang digunakan. Limbah kayu atau bahan sellulose lainnya yang baik dalam pembuatan papan partikel adalah yang berkadar air antara 4 % - 8%.Kadar air yang terlalu tinggi akan mempersulit proses pengempaan dan proses perekatan, sehingga meningkatkan volume perekat yang digunakan. Sebaliknya, kadar air yang terlalu rendah juga kurang baik karena menghasilan papan partikel yang cenderung rapuh atau retak-retak. Selain itu kadar air bahan baku pembuatan papan partikel perlu dikontrol, karena sangat dipengaruhi kondisi udara sekelilingnya, dan bersifat hidroskopis, artinya akan menyerap air dari air atau udara di sekelilingnya.
Sifat Fisik Kualitas papan partikel merupakan fungsi dari beberapa faktor yang berinteraksi dalam proses pembuatan papan partikel tersebut. Metode pengujian sifat fisik dan mekanis papan partikel mengacu pada ketentuan yang ditetapkan oleh SNI 032105-1996. Uji sifat mekanik dan sifat fisik yang dilakukan terdiri dari kadar air, kerapatan, pengembangan tebal, kuat tekan, kuat lentur, modulus elastisitas, kuat tarik tegak lurus permukaan dan kuat pegang sekrup papan partikrel. a. Kadar Air Kadar air papan partikel tergantung pada kondisi udara disekelilingnya, karena papan partikel ini terdiri atas bahan-bahan yang mengandung lignoselulosa sehingga bersifat higroskopis. Kadar air papan partikel akan semakin rendah dengan semakin banyaknya perekat yang digunakan, karena kontak antara partikel akan semakin rapat sehingga air akan sulit untuk masuk diantara partikel kayu ( Widarmana 1977). Sutigno (1994) menyatakan bahwa kadar air papan partikel ditetapkan dengan cara yang sama pada semua standar, yaitu metode oven (metode pengurangan berat). Sampel yang digunakan berukuran 5 cm x 5 cm. Contoh uji ditimbang (B1) terlebih dahulu, kemudian direndam selama 24 jam dalam air dan setelah itu ditimbang lagi (B2). Kadar air mempengaruhi daya tahan papan partikel. Semakin rendah kadar air maka daya tahan papan partikel akan 55
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 semakin kuat (Ariesanto, 2002). Nilai kadar air dihitung dengan rumus: Ka(%)=
B 2 − B1 x100% B1
Keterangan: Ka = Kadar air (%) B1 = Berat awal (gr) B2 = Berat setelah perendaman (gr) b. Kerapatan. Kerapatan adalah suatu ukuran kekompakan suatu partikel dalam lembaran. Nilainya sangat tergantung pada kerapatan serat digunakan dan besarnya tekanan kempa yang diberikan selama proses pembuatan lembaran. Makin tinggi kerapatan papan pertikel yang akan dibuat akan semakin besar tekanan yang digunakan pada saat pengempaan (Haygreen dan Bowyer 1996).Sampel diukur panjang, lebar dan tebalnya, dengan ukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm, kemudian dihitung volumenya (V), lalu contoh uji ditimbang untuk menentukan beratnya (B). Nilai kerapatan dihitung dengan rumus: D=
B V
Keterangan: D = Kerapatan (gr/cm3) B = Berat kering (gr) V = Volume benda uji (cm3) c. Pengembangan Tebal Pengujian papan partikel dilakukan terhadap contoh uji berukuran kecil yaitu sebesar 5 cm x 5 cm. Sampel diukur tebalnya (T1), lalu direndam dalam air secara horizontal kurang lebih 3 cm dibawah permukaan air selama 24 jam. Setelah itu diukur kembali tebalnya (T2). Pengembangan tebal menentukan penggunaan papan partikel untuk keperluan interior atau eksterior. Apabila 56
pengembangan tebalnya tinggi maka stabilitas dimensi papan rendah dan tidak dapat digunakan untuk keperluan eksterior atau untuk jangka lama (Ariesanto, 2002). Besarnya pengembangan dimensi dihitung dengan rumus: Pengembangan tebal(%) =
T 2 − T1 x100% T1
Keterangan: T1 = tebal sebelum perendaman (mm) T 2 = tebal setelah perendaman (mm) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Papan Partikel Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu papan partikel yaitu berat jenis kayu, zat ekstraktif kayu, jenis kayu, campuran jenis kayu, ukuran partikel, kulit kayu, perekat yang digunakan, pengolahan yang akan dijelaskan sebagai berikut : ( Sutigno,1994). a. Berat jenis kayu Perbandingan antara kerapatan atau berat jenis papan partikel dengan berat jenis kayu harus lebih dari satu, yaitu sekitar 1,3 agar mutu papan partikelnya baik. Pada keadaan tersebut proses pengempaan berjalan optimal sehingga kontak antar partikel baik. b. Zat ekstraktif kayu. Kayu yang berminyak akan menghasilkan papan partikel yang kurang baik dibandingkan dengan papan partikel dari kayu yang tidak berminyak. Zat ekstraktif semacam itu akan mengganggu proses perekatan. c. Jenis kayu Jenis kayu (misalnya Meranti kuning) yang kalau dibuat papan partikel emisi formaldehidanya lebih tinggi dari jenis lain (misalnya
Kajian Sifat Fisis Pemanfaatan Ampas Tebu (Bagasse) Menjadi ... meranti merah). Masih diperdebatkan apakah karena pengaruh warna atau pengaruh zat ekstraktif atau pengaruh keduanya. d. Campuran jenis kayu Keteguhan lentur papan partikel dari campuran jenis kayu ada diantara keteguhan lentur papan partikel dari jenis tunggalnya, karena itu papan partikel struktural lebih baik dibuat dari satu jenis kayu dari campuran jenis kayu. e. Ukuran partikel Papan partikel yang dibuat dari tatal akan lebih baik daripada yang dibuat dari serbuk karena ukuran total lebih besar daripada serbuk. Karena itu, papan partikel struktural dibuat dari partikel yang relatif panjang dan relatif lebar f. Kulit kayu Makin banyak kulit kayu dalam partikel kayu sifat papan partikelnya makin kurang baik karena kulit kayu akan mengganggu proses perekatan antar partikel. Banyaknya kulit kayu maksimum sekitar 10 % g. Perekat Perekat (adhesive, resin, glue) adalah bahan yang mempunyai sifat perekatan yang mampu merekat atau menjadikan satu bahan-bahan yang direkat dengan cara penempelan atau persatuan permukaan akibat dari aksi gaya-gaya sekunder dan primer (Prayitno,1995).Pada dasarnya perekat dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu perekat alam dan perekat buatan atau sintesis. Perekat alam merupakan perekat yang dihasilkan oleh alam baik hewan besar, serangga
kecil, tumbuh-tumbuhan dan bahan yang telah tersedia di alam tanpa pengolahan dan penggunaan teknologi yang rumit untuk mempersiapkannya. Macam perekat yang dipakai mempengaruhi sifat papan partikel. Penggunaan perekat eksterior akan menghasilkan papan partikel eksterior sedangkan pemakaian perekat interior akan menghasilkan papan partikel interior. Pemilihan perekat yang tepat merupakan suatu hal yang sangat penting. Pemilihan perekat disesuaikan dengan tujuan akhir penggunaan bahan yang direkat. Menurut Brown (1952) beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan perekat yaitu pertimbangan ekonomi, kebutuhan pembuatan serta karakteristik dari hasil yang diperoleh. Dalam pembuatan papan partikel, tipe perekat juga mempengaruhi ketahanan papan partikel terhadap pengaruh kelembaban. Kriteria yang digunakan untuk membedakan ketahanan papan partikel adalah penggunaan secara interior dan eksterior. Perekat sintetis dibedakan menjadi 3, yaitu tipe U (urea formaldehida), tipe M (melamin formalildehida), dan tipe P (penhol formaldehida). Walaupun demikian, masih mungkin terjadi penyimpangan, misalnya karena ada perbedaan dalam komposisi perekat yang terdapat dalam papan partikel. Sebagai contoh, penggunaan perekat urea formaldehida yang kadar formaldehidanya tinggi akan menghasilkan papan partikel yang keteguhan lentur dan keteguhan rekat internalnya lebih baik tetapi emisi formaldehidanya lebih jelek.
57
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 h. Pengolahan Ada dua macam papan partikel berdasarkan tingkat pengolahannya, yaitu pengolahan primer dan pengolahan sekunder. Papan partikel pengolahan primer adalah papan partikel yang dibuat melalui proses pembuatan partikel, pembentukan hamparan dan pengempaan yang menghasilkan papan partikel.Papan partikel pengolahan sekunder adalah pengolahan lanjutan dari papan partikel pengolahan primer misalnya dilapisi venir indah, dilapisi kertas aneka corak.Proses produksi papan partikel berlangsung secara otomatis. Walaupun demikian, masih mungkin terjadi penyimpangan yang dapat mengurangi mutu papan partikel. Sebagai contoh, kadar air hamparan (campuran partikel dengan perekat) yang optimum adalah 10-14%, bila terlalu tinggi keteguhan lentur dan keteguhan rekat internal papan partikel akan menurun. Berdasar uraian diatas dapat disimpulkan berat jenis kayu harus lebih dari satu yaitu 1.3 g/cm3, kayu yang tidak berminyak menghasilkan papan partikel yang baik,papan partikel yang baik terbuat dari serbuk dan serat ,makin banyak kulit kayu makin kurang baik karena mengganggu proses perekatan,perekat urea formaldehida kadar formadehidanya tinggi menghasilkan papan partikel yang bagus. III. METODE PENELITIAN Pembuatan Partikel Faktor penting dalam pembuatan papan partikel diantaranya adalah bahan baku yaitu partikel. Bahan baku (partikel) yang baik akan menghasilkan papan partikel berkualitas baik pula. Oleh karena itu pada
58
pembuatan papan partikel pendahuluan ini dimulai dengan mempersiapkan bahan baku (ampas tebu), perendaman bahan baku, pengeringan bahan baku, pembuatan partikel dan penyaringan partikel. 1. Bahan baku Bahan baku adalah ampas tebu/ bagasse yang merupakan limbah padat dari Pabrik Gula Gondang Baru Klaten. Ampas tebu ini masih bersifat basah karena masih mengandung bahan-bahan ekstraksi. 2. Perendaman bahan baku Bahan baku direndam dalam air mendidih selama 2 jam untuk menghilangkan sisa-sisa zat ekstraksi yang dapat mengganggu proses perekatan antar partikel bahan baku 3. Pengeringan bahan baku Bahan baku dari proses perendaman selanjutnya dikeringkan sampai kadar airnya sekitar 10% 4. Pembuatan Partikel Bahan baku yang sudah kering selanjutnya dihancurkan dengan alat penghancur crusher dan disaring agar parikel memiliki ukuran seragam. Adapun ukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran 0,2 cm sampai dengan 0,5 cm atau lolos penyaring 0,5 cm dan tertahan penyaring 0,2 cm. Pembuatan Papan Partikel Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan papan partikel adalah jenis partikel, kadar air, ukuran partikel, penyebaran dan orientasi partikel, katalisator, jenis dan jumlah perekat. Pengadukan perekat dengan partikel harus sehomogen mungkin agar penyebaran perekat pada permukaan partikel merata selanjutnya dibuat kasuran/mat. Selanjutnya hasil cetakan mat dimasukkan diantara plat tekanan, tekanan diberikan sebesar 300 Bar dan suhu 120oC. Setelah 5 menit tekanan kempa panas dilepas
Kajian Sifat Fisis Pemanfaatan Ampas Tebu (Bagasse) Menjadi ... kurang lebih 30 detik untuk memberikan kelonggaran pada uap air yang terperangkap agar dapat keluar dengan mudah, kemudian penekanan dilanjutkan kembali selama 5 menit.
2. Jumlah Perekat a. P1 = 6% dari berat partikel total kering b. P2 = 8% dari berat partikel total kering c. P3 = 10% dari berat partikel total kering
Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian acak lengkap yang disusun secara faktorial dengan 2 variabel bebas yaitu: 1. Jenis Perekat (J) a. Perekat urea formaldehida (J1) b. Perekat phenol formaldehida (J2) c. Perekat melamin formaldehida (J3)
Dari kedua faktor tersebut kemudian dikombinasikan sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan dengan ulangan sebanyak 3 kali. Dengan demikian jumlah ulangan menjadi 27 kali, secara lengkap disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.Rancangan penelitian Perekat
Komposisi
Urea Formaldehida
P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3
(J1) Phenol Formaldehida (J2)
Melamin Formaldehida (J3)
Variabel terikat pada penelitian adalah: 1. Uji sifat fisik (kerapatan dan penyerapan air setelah perendaman 24 jam). Sedangkan variabel kontrol adalah suhu, waktu, berat partikel, katalis, kadar air, jenis partikel dan berat partikel.
Kombinasi Ulangan 2 J1P1 J1P2 J1P3 J2P1 J2P2 J2P3 J3P1 J3P2 J3P3
Ulangan 1 J1P1 J1P2 J1P3 J2P1 J2P2 J2P3 J3P1 J3P2 J3P3
Ulangan 3 J1P1 J1P2 J1P3 J2P1 J2P2 J2P3 J3P1 J3P2 J3P3
IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Hasil Pengujian Kerapatan Papan Partikel Berikut ini adalah data hasil pengujian pengaruh jenis perekat dan jumlah perekat terhadap kerapatan papan partikel yang dihasilkan.
Tabel 3 Data Hasil Pengujian Kerapatan Papan Partikel No.
Benda Uji
Massa
Tebal
Panjang
Lebar
V
Kerapatan
Kerapatan rata-rata
1
J1P1
gr 78,45 78,7
cm 1,15 1,1
cm 10,2 10,2
Cm 10,2 10,25
cm3 119,65 115,01
gr/cm3 0,66 0,68
gr/cm3 0,670
59
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 2 3 4 5 6 7 8 9
J1P2 J1P3 J2P1 J2P2 J2P3 J3P1 J3P2 J3P3
83,9 85,8 82,8 87,2 87,8 81,7 81,5 82,7 85,3 85,8 80,3 78,3 83,5 76,95 79,4 74,3
1,2625 1,2 1,2 1,2625 1,2 1,325 1,1875 1,3375 1,2 1,2 1,2 1,1875 1,2 1,125 1,0625 1,1
10,1 10,1 10,1 10,1 10,2 10,25 10,2 10,05 10,1 10,1 10,1 10,05 10,1 10,05 10,05 10
10,1 10,15 10,1 10,1 10,2 10,2 10,05 10 10,1 10,1 10,1 10,1 10,1 10,1 10,1 10,1
128,79 123,02 122,41 128,79 124,85 138,53 121,73 134,42 122,41 122,41 122,41 120,54 122,41 114,19 107,85 111,10
0,65 0,70 0,68 0,68 0,70 0,59 0,67 0,62 0,70 0,70 0,66 0,65 0,68 0,67 0,74 0,67
0,674 0,677 0,647 0,642 0,699 0,653 0,678 0,702
Tabel 4.Nilai rata-rata hasil pengujian papan partikel
Jenis Perekat
komposisi Perekat 8%
10%
Urea Formaldehida
0,67
0,674
0,677
0,674
Penol Formaldehida
0,647
0,643
0,699
0,667
Melamin Formaldehida
0,653
0,678
0,702
0,678
Rata-rata
0,672
0,661
0,693
0,671
Gambar 1. Grafik kerapatan papan partikel
60
Rata-rata
6%
Kajian Sifat Fisis Pemanfaatan Ampas Tebu (Bagasse) Menjadi ... Kerapatan adalah massa atau berat persatuan volume. Dari grafik hubungan jumlah perekat dengan kerapatan papan partikel pada gambar.1 di atas menunjukkan semakin banyak jumlah perekat yang digunakan dalam pembuatan papan partikel semakin tinggi kerapatan papan partikel yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah perekat yang digunakan menyebabkan jumlah perekat yang mengenai partikel juga semakin banyak dan luas permukaan partikel yang dikenai perekat makin besar. Apabila volume papan relatif sama maka peningkatan berat papan menyebabkan kerapatan papan meningkat. Dengan peristiwa tersebut maka kontak area antar partikel dan ikatan antar partikel menjadi semakin baik dengan demikian papan partikel akan menjadi lebih padat dan mampat.
Kerapatan yang dituju pada penelitian ini adalah sebesar 0,7 gr/cm3, tetapi hasil yang dicapai rata-rata kurang dari kerapatan yang dituju. Hal ini dapat disebabkan tekanan kempa yang dikenakan yaitu sebesar 300 Bar masih kurang cukup tinggi. Hasil yang paling tinggi adalah 0,702 gr/cm3 pada jenis perekat melamin formaldehida dengan jumlah perekat 10%, hasil yang paling rendah adalah 0,643 gr/ cm3 pada jenis perekat penol formaldehida dengan jumlah perekat 8%. Hasil Pengujian Penyerapan air setelah direndam 24 jam terhadap papan partikel Berikut ini adalah data dan rata-rata hasil pengujian pengaruh jenis perekat dan jumlah perekat terhadap penyerapan air papan partikel.
Tabel 5. Hasil pengujian penyerapan air setelah perendaman 24 jam terhadap papan partikel No
Benda Uji
1 2 3 4 5 6 7 8 9
J1P1 J1P2 J1P3 J2P1 J2P2 J2P3 J3P1 J3P2 J3P3
Berat sebelum direndam (gr) 78,45 84,8 86,2 81,7 81,7 84,8 68,3 73,3 75,95
Berat setelah direndam (gr) 175,5 172,6 171,6 214,4 207,05 157,1 182,4 189,1 171
Penyerapan Air (%) 123,709 103,538 99,072 162,424 153,427 85,259 167,057 157,981 125,148
Tabel 6. Nilai rata-rata hasil Pengujian Penyerapan Air Jenis Perekat Urea formaldehida Penol Formaldehida Melamin Formaldehida Rata-rata
Komposisi Perekat 6% 8% 10% 123,709 103,538 99,072 162,424 153,427 85,259
Rata-rata 108,773 133,703
167,057
157,981
125,148
150,062
151,063
138,315
103,160
130,846 61
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11
Gambar 2. Grafik penyerapan air papan partikel Penyerapan air adalah nilai yang menunjukkan besarnya penyerapan air papan partikel setelah direndam di dalam air selama 24 jam dan diperhitungkan terhadap berat papan sebelum direndam dalam air. Gambar 2. menyajikan grafik penyerapan air setelah direndam selama 24 jam terhadap jumlah perekat dan jenis perekat untuk papan partikel. Prosentase penyerapan air terkecil terjadi pada jenis perekat penol formaldehida yaitu 85,259% dengan prosentase jumlah perekat 10%, sedangkan penyerapan air terbesar terjadi pada jenis perekat melamin formaldehida yaitu 167,057% dengan prosentase jumlah perekat sebesar 6 %. Namun jika melihat Standar Industri Papan Partikel yang dikeluarkan oleh FAO (1958) maupun menurut USDA (1974) maka papan partikel yang dihasilkan pada penelitian ini belum memenuhi standar keduanya yaitu penyerapan air masih terlalu tinggi lebih tinggi dari 75%. Hal yang menarik dari perbandingan ketiga grafik jenis perekat adalah bahwa penambahan jumlah penol formaldehida pada papan partikel berpengaruh paling signifikan terhadap berkurangnya sifat penyerapan air papan dibanding dengan kedua perekat lainnya. Atau dengan kata lain perekat penol formaldehida memiliki
62
ketahanan tinggi terhadap kelembaban, diikuti berikutnya melamin formaldehida dan terakhir adalah urea formaldehida. Pada gambar grafik diatas memperlihatkan bahwa untuk perekat sejenis jumlah perekat sangat berpengaruh terhadap sifat penyerapan papan partikel, yaitu penambahan jumlah perekat dapat menurunkan besarnya penyerapan air papan partikel. Hal ini disebabkan dengan jumlah perekat yang lebih banyak akan meningkatkan pembentukan ikatan antar partikel dan perekat sehingga porositas papan partikel yang dihasilkan semakin kecil. Dengan demikian papan lebih sulit menyerap air. V. KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian awal berikut disampaikan kesimpulan: 1. Ampas tebu (bagasse) dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan papan partikel dengan menggunakan perekat urea formaldehida, penol formaldehida dan melamin formaldehida. 2. Jenis perekat sangat menentukan sifat papan partikel yang dihasilkan. 3. Komposisi perekat sangat menentukan sifat papan partikel yang dihasilkan
Kajian Sifat Fisis Pemanfaatan Ampas Tebu (Bagasse) Menjadi ... 4. Hasil Uji sifat fisis papan partikel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Uji kerapatan Kerapatan papan yang dihasilkan pada penelitian ini secara keseluruhan sudah memenuhi standar yaitu 0,643 gr/cm3 – 0,702 gr/cm3 dari kerapatan yang dituju 0,70 gr/cm3. b. Uji Penyerapan Air Penyerapan air pada papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini secara keseluruhan belum memenuhi standar, penyerapan air terlalu tinggi yaitu 85,259% 179,069%. Hasil papan yang paling mendekati standar adalah jenis perekat penol formaldehida 10% yaitu 85,259%. Saran Berikut saran –saran untuk pengembangan uji potensi ampas tebu (bagasse) sebagai bahan papan partikel adalah sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan nilai manfaat ampas tebu sebagai bahan baku papan partikel maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk peningkatan kualitas papan partikel yang dihasilkan, seperti penelitian untuk komposisi perekat yang berbeda (lebih dari 10%). 2. Perlu pengujian lebih lanjut yaitu uji sifat mekanik dan uji sifat akustik papan partikel yang dihasilkan. 3. Perlu dilaksanakan penelitian yang sama dengan tekanan kempa di atas 300 bar.
DAFTAR PUSTAKA Blackburn, F. 1984. Sugar Cane Tropical Agriculture Series. Longman Group Ltd. London Brown, H.P., A.J. Panshindan C.C. Forsaith, 1952, Text Book of Wood Technology, Vol. II, The Physical, Mechanical and Chemical Properties of Comercial Wood of The United States, Mc, Grill and Company New York Cristiyanto, M. 1998. Pengaruh lama pemasakan dan fermentasi Ampas tebu dengan Trichoderma Viride Terhadap Degradasi Serat, Tesis S2 Program Studi Ilmu Peternakan Jurusan Ilmu-Ilmu Pertanian , UGM, Yogyakarta Gunam , I.W. 1997. Perlakuan Kimiawi Ampas Tebu Tanpa Pencucian Sebagai Perlakuan Pendahuluan Untuk Hidrolisa Enzimatis Sellulosanya, Tesis S2 Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Ilmu-Ilmu Pertanian UGM, Yogya Joesoef, M, 1997, Papan Majemuk, Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta. Maloney, T.M, 1997, Modern Particleboard and Dry Process Filberboard Manufacturing, Miller Freeman Publ. USA Notojoewono, W.A. 1968. Berkebun Tebu Lengkap Djilid 1, BPU-PPN Gula Inspeksi IV .Djombang Sulistiningsih I.M, R.Memed dan P.Sutigno, 1998, Pengaruh Kadar Perekat dan Campuran Kulit terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel Tusam, Jurnal Penelitian Hasil Hutan Lewis, W.C, 1958, Use Development for ParticleBoard, Forest Product Journal, Vol. 8. No. 2
63
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 Paturau, J. M. 1969 By Product Of The cane Sugar Industry, Elsevier Amsterdam, Natherland, 25-41 Prayitno, T.A. 1995b. Perekat Papan Majemuk, Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta Prayitno, T.A. 1997.Istilah Teknik Perekatan Kayu, Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood (Structure, Properties, Utilization). Van Nostrand :New York. Wirajaya A. 2007. Karakteristik Komposit Sandwich Serat Alami sebagai Absorber Suara. [tesis]. ITB. Bandung. Young HD, Freedman OA. 2003. Fisika Universitas. (Edisi kesepuluh, jilid 2); Alih Bahasa, Pantur Silaban; Editor, Amalia Safitri, Santika. Jakarta: Erlangga.
64
KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI SISWA DAN GURU SMA DAN SMK DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014. Dr. Esti Ismawati, MPd. Dosen Unwidha Klaten Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan mengapresiai sastra Indonesia siswa dan guru SMA-SMK di Kabupaten Klaten. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat eksploratif dengan metode survei. Penelitian ini dikerjakan dalam satu tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan pembelajaran, angket untuk guru dan siswa di lima SMA-SMK di Kabupaten Klaten, yakni SMAN I KLATEN, SMAN I CAWAS, SMAN I KARANGANOM, SMKN I KLATEN dan SMKN II KLATEN, wawancara, dan tes menafsir puisi serta menulis puisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dan guru SMAN dan SMKN di Kabupaten Klaten memiliki tingkat kemampuan apresiasi puisi dari yang sangat tinggi hingga rendah. Pada aspek menulis puisi, ada satu guru yang mempunyai kemampuan sangat tinggi, sedangkan yang lain pada tingkat menengah. Pun pada siswa. Baik guru maupun siswa SMA SMK di Klaten memiliki kemampuan untuk menafsir sebuah puisi sangat tinggi, sehingga mereka mampu mengapresiasi puisi dengan baik. Kata kunci: kemampuan apresiasi puisi Pendahuluan Pengajaran sastra yang ideal berorientasi pada sikap apresiasi. Apresiasi sastra dimaknai sebagai kegiatan menggauli, menggeluti, memahami, menikmati cipta sastra hingga tumbuh pengetahuan, pengertian, kepekaan, pemahaman, penikmatan, dan penghargaan terhadap cipta sastra. Apresiasi berhubungan dengan sikap dan nilai (aspek afektif). Apresiasi merupakan tingkat terakhir yang dapat dicapai dalam domain afektif, yang pencapaiannya memerlukan waktu yang sangat panjang (tidak bisa instan) serta prosesnya berlangsung terus-menerus (bahkan) setelah proses pendidikan formal berakhir (Ismawati, 2013). Hal ini diungkapkan pula oleh Boen S Oemarjati (2005) bahwa pembelajaran apresiasi sastra pada dasarnya mengemban misi afektif, yaitu memperkaya pengalaman siswa dan menjadikan siswa lebih mantap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Artinya, pembelajaran sastra merupakan
proses pencerdasan kalbu, pengayaan pengalaman, pembinaan watak. Prosesnya berkelanjutan. Tidak sekadar forum tanya jawab, terapi tambal sulam, pelatihan tiga hari, solusi instan, proyek, atau sertifikasi. Buah pengajaran sastra yang benar adalah orang yang tahu menghormati orang lain, tahu mengenali batas kemampuannya, tidak menyusahkan orang lain. Buah pengajaran sastra adalah “orang yang matang pohon”, bukan karbitan (Oemarjati, 2010). Istilah Wagiran (2012) hangengasah mingising budi, artinya mengasah atau mempertajam (upaya yang tak henti-henti) budi manusia yang sebenarnya sudah tajam (mingis). Apresiasi sastra bisa bersifat langsung dan tak langsung. Apresiasi langsung dengan cara bergulat langsung dengan cipta sastra itu sendiri, yakni melalui puisi, prosa fiksi, drama, musik, film, dan seterusnya. Sementara apresiasi tak langsung dengan cara mempelajari teori sastra, kritik sastra, esai sastra, sejarah sastra, sastra perbandingan, dan seterusnya untuk 65
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 mendukung apresiasi langsung. Apresiasi langsung sangat sulit dilakukan di dalam jam tatap muka yang terbatas di kelas, oleh karena itu guru dan dosen pengajar sastra harus mampu mensiasati kondisi ini sehingga pengajarannya dapat sampai pada tujuan apresiasi yang ideal. Proses menuju apresiasi sastra yang ideal dapat dibagi menjadi empat tingkatan, yakni tingkat menggemari cipta sastra, tingkat menikmati cipta sastra, tingkat mereaksi cipta sastra yakni menyatakan pendapat tentang cipta sastra yang dibacanya, dan
tingkat mereproduksi cipta sastra yakni menghasilkan cipta sastra. Pengajaran sastra yang ideal tidak menekankan pada penguasaan aspek kognitif semata tetapi pada aspek penghayatan dan pemahaman terhadap cipta sastra (aspek afektif), yang wilayah sasaran dan tujuannya seiring dan sejalan dengan pendidikan karakter. Permasalahan yang ingin dijawab oleh penelitian ini adalah, bagaimana kemampuan apresiasi sastra siswa dan guru SMAN dan SMKN di Kabupaten Klaten?
Profil Kompetensi dan Kegiatan Belajar Sastra Indonesia yang Ideal Langkah Pembelajaran Mengamati (obsersve)
Menanya (questions/ask)
Mengumpulkan informasi (experiment/explore)
66
Kegiatan Belajar
Kompetensi yang dikembangkan Membaca, mendengar, Melatih kesungguhan, menyimak, dan melihat teks kesabaran, ketelitian dan sastra : puisi, prosa drama kemampuan membedakan informasi yang umum dan khusus, kemampuan berfikir analitis, kritis, deduktif, dan komprehensif. Mengembangkan kreatifitas, Mengajukan pertanyaan rasa ingin tahu, kemampuan tentang informasi yang merumuskan pertanyaan tidak dipahami dari teks sastra ; puisi, prosa, drama untuk membentuk eritical minds yang perlu untuk atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi cerdas dan belajar sepanjang tambahan tentang teks hayat. sastra ; puisi, prosa, drama (dimulai dari part taktual sampai ke part hipotetik). Mengembangkan sikap teliti, Melakukan eksperimen Membaca sumber lain selain jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, buku teks Mengamati bjek/kejadian/ kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan aktivitas mengumpulkan info melalui Wawancara dengan bahasa cara yang dipakai, narasumber. mengembangkan kebiasaan belajar, dan belajar sepanjang hayat.
Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa dan Guru Sma dan Smk ... Mengasosiasikan/mengolah Mengolah info yang info (associate) sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan info yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai pada info yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai pada yang bertentangan Mengomunikasikan Menyampaikan hasil (communicate) pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Mencipta (mengcicate)
Memodifikasi, menyusun kembali untuk menemukan yang baru, dan menemukan yang baru secara origianal.
Metode Penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen sbb : 1. Instrumen tes menulis puisi untuk mengetahui kemampuan menulis puisi siswa dan guru SMAN I Klaten, SMAN I Cawas, SMAN I Karangnongko, SMKN I Klaten, dan SMKN II Klaten, intrumen tes menafsir puisi juga dilakukan di lima sekolah tersebut untuk mengetahui kemampuan mereka dalam menafsir puisi. 2. Instrumen untuk mengetahui minat dan motivasi siswa belajar mengajar sastra Indonesia siswa dan guru di lima sekolah tersebut dengan esai tes. Instrumen yang sama diberikan juga kepada guru dengan sedikit mengubah
Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berfikir induktif dan deduktif dalam menyimpulkan.
Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleran, kemampuan sistematis, mengungkapkan pendapat dengan sinkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Kreativitas dan kejujuran serta apresiasi terhadap karya sastra orang lain dan bangsa lain.
redaksinya (kedua instrumen terlampir di Lampiran). Data yang diperoleh dari dua instrumen tersebut berupa data kemampuan menulis puisi siswa dan guru, data motivasi belajar-mengajar sastra siswa dan guru, serta data karakter yang telah dimiliki siswa dan guru. Semua data dianalisis secara kualitatif inferensial lalu diambil simpulan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil Penelitian dan Pembahasan SMAN I Cawas Dari 60 siswa SMAN I Cawas yang diteliti ternyata 13 anak tidak membuat puisi. Adapun penyebabnya bisa bermacammacam, di antaranya (1) kurang waktu untuk mengerjakan ketiga macam tes, atau
67
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 (2) tidak senang atau tidak bisa nulis puisi, atau (3) tidak paham akan tugasnya. Perlu dikroscek dengan wawancara. Jadi dari data di atas diperoleh 47 puisi. Dari 47 puisi yang ditulis oleh siswa kelas X SMAN I Cawas di atas tidak satu pun puisi yang lolos dari penyakit-penyakit puisi, artinya tidak ada satu puisi pun yang layak dikatakan sebagai puisi yang baik. Ada pun penyakit puisi menurut Agus R Sarjono (2010) itu ada lima, yakni : (1) keumuman. (2) simplifikasi. (3) propaganda dan rekame. (4) klise. (5) nasihat, merasa diri (penyair) nan mulia. Masih ada musuh yang lain seperti malas, ogah menulis, takut ditertawakan, dan seterusnya. Musuh pertama dalam menulis puisi adalah keumuman. Pada umumnya, biasanya, atau yang selalu dikenal. Misalnya menulis sajak tentang ibu, ya akan seperti ini: “Oh ibu, betapa mulia hatimu Kau lahirkan aku dan besarkan aku Membelai dan memberiku susu Menuntun aku mencapai cita-citaku.”, karena pada umumnya konsep ibu itu ya seperti itu, mulia, penyayang, penuh kasih pada anaknya, dan seterusnya. Kalau tema ibu diganti tema guru, pengemis, cinta, dll. misalnya, nanti hasilnya akan sama dengan puisi ibu di atas. Musuh kedua dalam menulis puisi adalah simplifikasi, atau generalisasi. Simplifikasi adalah penyederhanaan yang ada hubungannya dengan kebiasaan gebyah uyah. Misal, konsep ibu, seolah sama : padahal setiap orang punya ibu masingmasing yang berbeda. Konsep pengemis, juga berbeda-beda. Jika Toto Sudarto simpati kepada pengemis, Chairil Anwar sebaliknya. Ia antipati dengan pengemis. Perhatikan contoh berikut ini : Toto Sudarto Bahtiar: “Kalau kau mati gadis kecil berkaleng kecil // Kotaku hilang tanpa jiwa”. Sedangkan Chairil bilang :
68
“enyah kau dari hadapanku”. Musuh puisi yang ketiga adalah propaganda atau reklame. Propaganda dan reklame sering kali lepas dari hubungan personal dengan manusia. Sesuatu yang “ngeri” Mis : Ayo pemuda ayo pemudi // Rapatkan barisan membangun negri // jangan biarkan jangan diberi // neokolonialisme mengancam negeri // dadamu dadaku demi pertiwi. Kalau dilihat pada contoh puisi di atas terdapat pada karya Musuh puisi yang keempat adalah klise. Klise maksudnya menggunakan katakata atau ungkapan yang sudah basi, sudah sering digunakan, sudah tidak ‘perawan’ lagi. Misal: Wajahmu cantik bagai lukisan. Aku mencintaimu sepenuh hatiku. Engkau belahan jiwaku satu-satunya. Sehidup-semati bersamamu. Di kehidupan nyata itu, apakah ada wajah perempuan yang cantik seperti lukisan? Pasti secantik-cantiknya wajah ada kekurangannya, tidak sempurna seperti yang terdapat pada lukisan. Ungkapan sehidup semati juga dikatakan klise, karena tidak ada yang secara sungguh-sungguh melaksanakan ungkapan itu. Demikian juga ungkapan belahan jiwaku satu-satunya, pastilah bohong semata. “Semua itu sudah basi, gombal”. Musuh puisi kelima adalah jika puisi itu menggurui, memberi nasihat, memaparkan moral secara deskriptif sebagaimana dalam realitasnya. Memberi nasihat beresiko, ia dianggap memberi nilai moral dan budi pekerti. Selama tidak ‘jarkoni’ tidak masalah, pemberi nasihat adalah sosok yang lebih mulia, sementara anggapan diri lebih mulia adalah takabur, dan seolah pembaca adalah sosok pendosa. Contoh: Wahai
Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa dan Guru Sma dan Smk ... durjana lekaslah bertobat // Tinggalkan semua jalan yang sesat. Dalam puisi, nilai-nilai moral akan mencekam pembaca justru saat TIDAK disampaikan sebagai khotbah atau wejangan, tetapi lewat sebuah pengalaman konkret, atau pengalaman batin yang jujur dan manusia wi. Sampai sekarang belum ada sajak ketuhanan yang lebih indah dan mencekam seperti “Padamu Jua” Amir H, dan “Doa” karya Chairil Anwar. Semua dasar kepenyairan bermuara pada keterampilan teknis di satu sisi dan wawasan sang penyair di sisi lain. Penyair yang baik memiliki ciri yang tetap : jatuh cinta pada puisi. Tanpa ini, mustahil. Mengingat kompleksitas urusan menjadi penyair mk menulis puisi TIDAK mungkin dibuat dalam tempo yang sesingkat2nya. Jadi, apa yang harus dilakukan jika kita ingin menjadi penulis puisi (penyair) yang baik? Yang harus dilakukan adalah SETIAP HARI mengasah keterampilan. Melatih diri memilah mana yang rumput mana yang padi. Lalu menyimak bermacam jenis puisi, memperluas wawas an. Banyak berKONTEMPLASI, tidak senang ubyangubyung, mendekatkan diri pada Sang Pencipta atau The GREAT CREATOR, Allah swt. Beberapa contoh puisi karya siswa SMAN I Cawas tertera di bawah ini : 1. Bunga akan mekar Jika kita selalu menyirami Seperti kita belajar Tanpa menghadap Tuhan Hati tak mungkin tenang (karya Clara Anggita Ayu Setyaningrum) 2. Tuhan tahu segalanya Tahu tentang dimana aku harus berjalan Tahu mana yang terbaik untukku Dan aku selalu berdoa agar Tuhan
memberikan yang terbaik untukku Nggak harus sekarang Aku percaya Tuhan tahu Mana yang terbaik untuk hidupku Dan aku percaya itu semua Indah pada saatnya (karya Nadia Dewi Arinawati) 3. Suara gemericik air Membangunkanku Aku terbangun dari tidurku yang lelap Kulangkahkan kedua kakiku Mengucur air tuk bersuci (karya Resyta Aulia Ardityasari) 4. Suara adzan berkumandang Kuambil air suci Kulangkahkan menuju rumah Allah Untuk menjalankan perintah-Nya (karya Miftahul Alimah) 5. Wahai bangsa Indonesia Dengarlah ! Betapa hancur duniamu saat ini Wahai pemimpin negeri lihatlah! Tangis rakyat yang menjadi-jadi Sadarkah kau pemimpin negeri. (karya Kharisma Olivia Anugrah Cahyani). 6. Kejujuran Wahai manusia sudahkah kau berkata jujur Dalam apa pun yang kau kerjakan (karya Ninda Agustriyani) SMAN I Karanganom Dari 66 siswa SMAN I Karanganom yang diteliti, ternyata seluruh anak membuat puisi. Ini jelas bagus dari segi pelaksanaan pembelajaran. Adapun penyebabnya bisa bermacam-macam, di antaranya (1) siswa senang menulis puisi (2) patuh terhadap tugas yang diberikan guru, dalam hal ini mengerjakan tes kemampuan menulis puisi
69
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 (3) takut kepada gurunya, atau kemungkinan sebab lain mereka semua membuat puisi. Perlu dikroscek dengan wawancara. Jadi dari SMAN I Karanganom diperoleh 66 puisi. Dari 66 puisi yang ditulis oleh siswa kelas X SMAN I Karanganom di atas ternyata tidak satu pun puisi yang lolos dari penyakit-penyakit puisi, artinya tidak ada satu puisi pun yang layak dikatakan sebagai puisi yang baik. Namun, ada beberapa puisi yang sudah menggunakan metafor-metafor baru, misalnya puisi Nanda Risana utami, yang mengumpamakan seperti bumi yang tak pernah melahirkan padi. Yang lain masih penuh dengan penyakit-penyakit puisi. Ada pun penyakit puisi menurut Agus R Sarjono (2010) itu ada lima, yakni : (1) keumuman. (2) simplifikasi. (3) propaganda dan rekame. (4) klise. (5) nasihat, merasa diri (penyair) nan mulia. Masih ada musuh yang lain seperti malas, ogah menulis, takut ditertawakan, dan seterusnya. Musuh pertama dalam menulis puisi adalah keumuman. Pada umumnya, biasanya, atau yang selalu dikenal. Misalnya menulis sajak tentang ibu, ya akan seperti ini: “Oh ibu, betapa mulia hatimu Kau lahirkan aku dan besarkan aku Membelai dan memberiku susu Menuntun aku mencapai cita-citaku.”, karena pada umumnya konsep ibu itu ya seperti itu, mulia, penyayang, penuh kasih pada anaknya, dan seterusnya. Kalau tema ibu diganti tema guru, pengemis, cinta, dll. misalnya, nanti hasilnya akan sama dengan puisi ibu di atas. Musuh kedua dalam menulis puisi adalah simplifikasi, atau generalisasi. Simplifikasi adalah penyederhanaan yang ada hubungannya dengan kebiasaan gebyah uyah. Misal, konsep ibu, seolah sama : padahal setiap orang punya ibu masingmasing yang berbeda. Konsep pengemis,
70
juga berbeda-beda. Jika Toto Sudarto simpati kepada pengemis, Chairil Anwar sebaliknya. Ia antipati dengan pengemis. Perhatikan contoh berikut ini : Toto Sudarto Bahtiar: “Kalau kau mati gadis kecil berkaleng kecil // Kotaku hilang tanpa jiwa”. Sedangkan Chairil bilang : “enyah kau dari hadapanku”. Musuh puisi yang ketiga adalah propaganda atau reklame. Propaganda dan reklame sering kali lepas dari hubungan personal dengan manusia. Sesuatu yang “ngeri” Mis : Ayo pemuda ayo pemudi // Rapatkan barisan membangun negri // jangan biarkan jangan diberi // neokolonialisme mengancam negeri // dadamu dadaku demi pertiwi. Kalau dilihat pada contoh puisi di atas terdapat pada karya Musuh puisi yang keempat adalah klise. Klise maksudnya menggunakan katakata atau ungkapan yang sudah basi, sudah sering digunakan, sudah tidak ‘perawan’ lagi. Misal : Wajahmu cantik bagai lukisan. Aku mencintaimu sepenuh hatiku. Engkau belahan jiwaku satu-satunya. Sehidup-semati bersamamu. Di kehidupan nyata itu, apakah ada wajah perempuan yang cantik seperti lukisan? Pasti secantik-cantiknya wajah ada kekurangannya, tidak sempurna seperti yang terdapat pada lukisan. Ungkapan sehidup semati juga dikatakan klise, karena tidak ada yang secara sungguh-sungguh melaksanakan ungkapan itu. Demikian juga ungkapan belahan jiwaku satu-satunya, pastilah bohong semata. “Semua itu sudah basi, gombal”. Musuh puisi kelima adalah jika puisi itu menggurui, memberi nasihat, memaparkan moral secara deskriptif sebagaimana dalam
Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa dan Guru Sma dan Smk ... realitasnya. Memberi nasihat beresiko, ia dianggap memberi nilai moral dan budi pekerti. Selama tidak ‘jarkoni’ tidak masalah, pemberi nasihat adalah sosok yang lebih mulia, sementara anggapan diri lebih mulia adalah takabur, dan seolah pembaca adalah sosok pendosa. Contoh: Wahai durjana lekaslah bertobat // Tinggalkan semua jalan yang sesat. Dalam puisi, nilai-nilai moral akan mencekam pembaca justru saat TIDAK disampaikan sebagai khotbah atau wejangan, tetapi lewat sebuah pengalaman konkret, atau pengalaman batin yang jujur dan manusiawi. Sampai sekarang belum ada sajak ketuhanan yang lebih indah dan mencekam seperti “Padamu Jua” Amir H, dan “Doa” karya Chairil Anwar. Semua dasar kepenyairan bermuara pada keterampilan teknis di satu sisi dan wawasan sang penyair di sisi lain. Penyair yang baik memiliki ciri yang tetap : jatuh cinta pada puisi. Tanpa ini, mustahil. Mengingat kompleksitas urusan menjadi penyair mk menulis puisi TIDAK mungkin dibuat dalam tempo yang sesingkat2nya. Jadi, apa yang harus dilakukan jika kita ingin menjadi penulis puisi (penyair) yang baik? Yang harus dilakukan adalah SETIAP HARI mengasah keterampilan. Melatih diri memilah mana yang rumput mana yang padi. Lalu menyimak bermacam jenis puisi, memperluas wawas an. Banyak berKONTEMPLASI, tidak senang ubyangubyung, mendekatkan diri pada Sang Pencipta atau The GREAT CREATOR, Allah swt. Beberapa contoh karya siswa SMAN I Karanganom terungkap di bawah ini : 1. RA Kartini Kau adalah wanita yang tangguh Hidupmu penuh dedikasi Kau inspirasi hidupku Iya, kau raden Ajeng Kartini
(karya Nur Rahma Febri Madea Putri). 2. Patimura pahlawanku Engkau berjuang di tanah Maluku Menghalang penjajah bersama temanmu Walau harus mengalah pada musuhmu (karya Wahyu Purnama Widya Leksana) 3. Tuhan... Maafkanlah hambamu Jangan kau berikanku azab-azabmu Ya Tuhanku... Tuhan dari segala ciptaanmu Maafkanlah daku Sayangilah kedua orang tuaku Seperti mereka menyayangiku Di saat aku kecil (karya Yusri Aryo Dyamiko) 4. Kebesaran-Mu Allahuakbar Maha Besar Memujamu begitu indah Selalu kau berikan semua Kebesaran-Mu Tuhan (karya Indah Jhafira) 5. Di tengah malam Kusujudkan diri ini Untuk memohon petunjuk dan hidayahMu Kulafazkan doa-doa Kuagungkan nama-Mu (karya Airah Hikmawati). 6. Pahlawan Dirimu sangat mulia Demi negaramu kau rela berkorban Oh pahlawanku, jasamu selalu kukenang (karya Kurnia Farizki Salmawati)
71
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 SMAN I Klaten Dari 74 siswa SMAN I Klaten ternyata seluruhnya membuat puisi, sama dengan siswa-siswa SMAN I Karanganom di atas. Ini sangat menggembirakan, minimal dari sudut minat sudah ada. Mengenai kualitas puisinya bisa dianalisis satu per satu dari pekerjaan mereka. Ada yang sudah paham unsur-unsur pembangun puisi, ada yang belum. Ada yang mempunyai talenta khusus, ada yang tidak mempunyai sama sekali. Perlu dikroscek dengan wawancara. Jadi dari data di atas diperoleh 74 puisi. Dari 74 puisi yang ditulis oleh siswa kelas X SMAN I Klaten di atas ada satu dua puisi yang lolos dari penyakit-penyakit puisi, artinya ada puisi yang layak dikatakan sebagai puisi yang baik. Sedangkan lainnya belum bisa dikatakan sebagai puisi yang baik. Perbedaan nyata yang tampak antara karya siswa SMAN I Klaten dengan siswa yang lain adalah dari segi kuantitas atau jumlah baris puisi anak-anak SMAN I Klaten cenderung lebih banyak daripada puisi-puisi siawa sekolah lainnya. Mereka juga lebih cepat menuangkan tema yang dipilih ke dalam puisi, maklum di sini adalah siswa-siswa dengan NEM tertinggi se kabupaten Klaten. Namun demikian dalam hal kualitas puisi belum memadai, rata-rata karya puisi siswa masih terjebak pada kesalahan atau musuh-musuh puisi. Ada lima jenis penyakit puisi, yakni masih menggunakan salah satu atau lebih kategori berikut ini: (1) keumuman. (2) simplifikasi. (3) propaganda dan rekame. (4) klise. (5) nasihat, merasa diri (penyair) nan mulia. Masih ada musuh yang lain seperti malas, ogah menulis, takut ditertawakan, dan seterusnya. Kategori atau musuh pertama dalam menulis puisi adalah keumuman. Pada umumnya, biasanya, atau yang selalu dikenal. Misalnya menulis sajak tentang ibu, ya akan seperti ini:
72
“Oh ibu, betapa mulia hatimu Kau lahirkan aku dan besarkan aku Membelai dan memberiku susu Menuntun aku mencapai cita-citaku.”, karena pada umumnya konsep ibu itu ya seperti itu, mulia, penyayang, penuh kasih pada anaknya, dan seterusnya. Kalau tema ibu diganti tema guru, pengemis, cinta, dll. misalnya, nanti hasilnya akan sama dengan puisi ibu di atas. Musuh kedua dalam menulis puisi adalah simplifikasi, atau generalisasi. Simplifikasi adalah penyederhanaan yang ada hubungannya dengan kebiasaan gebyah uyah. Misal, konsep ibu, seolah sama : padahal setiap orang punya ibu masingmasing yang berbeda. Konsep pengemis, juga berbeda-beda. Jika Toto Sudarto simpati kepada pengemis, Chairil Anwar sebaliknya. Ia antipati dengan pengemis. Perhatikan contoh berikut ini : Toto Sudarto Bahtiar: “Kalau kau mati gadis kecil berkaleng kecil // Kotaku hilang tanpa jiwa”. Sedangkan Chairil bilang : “enyah kau dari hadapanku”. Musuh puisi yang ketiga adalah propaganda atau reklame. Propaganda dan reklame sering kali lepas dari hubungan personal dengan manusia. Sesuatu yang “ngeri” Mis : Ayo pemuda ayo pemudi // Rapatkan barisan membangun negri // jangan biarkan jangan diberi // neokolonialisme mengancam negeri // dadamu dadaku demi pertiwi. Kalau dilihat pada contoh puisi di atas terdapat pada karya Musuh puisi yang keempat adalah klise. Klise maksudnya menggunakan katakata atau ungkapan yang sudah basi, sudah sering digunakan, sudah tidak ‘perawan’ lagi. Misal : Wajahmu cantik bagai lukisan. Aku mencintaimu sepenuh hatiku. Engkau belahan jiwaku satu-satunya.
Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa dan Guru Sma dan Smk ... Sehidup-semati bersamamu. Di kehidupan nyata itu, apakah ada wajah perempuan yang cantik seperti lukisan? Pasti secantik-cantiknya wajah ada kekurangannya, tidak sempurna seperti yang terdapat pada lukisan. Ungkapan sehidup semati juga dikatakan klise, karena tidak ada yang secara sungguh-sungguh melaksanakan ungkapan itu. Demikian juga ungkapan belahan jiwaku satu-satunya, pastilah bohong semata. “Semua itu sudah basi, gombal”. Musuh puisi kelima adalah jika puisi itu menggurui, memberi nasihat, memaparkan moral secara deskriptif sebagaimana dalam realitasnya. Memberi nasihat beresiko, ia dianggap memberi nilai moral dan budi pekerti. Selama tidak ‘jarkoni’ tidak masalah, pemberi nasihat adalah sosok yang lebih mulia, sementara anggapan diri lebih mulia adalah takabur, dan seolah pembaca adalah sosok pendosa. Contoh: Wahai durjana lekaslah bertobat // Tinggalkan semua jalan yang sesat. Dalam puisi, nilai-nilai moral akan mencekam pembaca justru saat TIDAK disampaikan sebagai khotbah atau wejangan, tetapi lewat sebuah pengalaman konkret, atau pengalaman batin yang jujur dan manusiawi. Sampai sekarang belum ada sajak ketuhanan yang lebih indah dan mencekam seperti “Padamu Jua” Amir H, dan “Doa” karya Chairil Anwar. Semua dasar kepenyairan bermuara pada keterampilan teknis di satu sisi dan wawasan sang penyair di sisi lain. Penyair yang baik memiliki ciri yang tetap : jatuh cinta pada puisi. Tanpa ini, mustahil. Mengingat kompleksitas urusan menjadi penyair mk menulis puisi TIDAK mungkin dibuat dalam tempo yang sesingkat2nya. Jadi, apa yang harus dilakukan jika kita ingin menjadi penulis puisi (penyair) yang baik? Yang harus dilakukan adalah SETIAP HARI mengasah keterampilan. Melatih
diri memilah mana yang rumput mana yang padi. Lalu menyimak bermacam jenis puisi, memperluas wawasan. Banyak berKONTEMPLASI, tidak senang ubyangubyung, mendekatkan diri pada Sang Pencipta atau The GREAT CREATOR, Allah swt. Selamat Mencoba. Beberapa karya siswa SMAN I Klaten dapat dinikmati di bawah ini : 1. Janji kecil Jika senja malam ini ditutup oleh Sang pemilik Mungkin malam gelap ini menyadarkan aku, kamu, mereka, dan semuanya Berbuat baikkah hari ini? Mensyukuri nikmat Tuhankah hari ini? Apa yang harus diperingatkan lalu kau menyadari Jika kau seperti itu mungkin kau bukan satu-satunya pengkhianat dari ribuan pengkhianat yang ada. Apa kau ingat saat kau berjanji akan mengagungkanNya? Mungkin kau terlalu kecil saat itu Kau bisa memulai hari ini, Tuhan menerima Kau tepati janji saat kau kecil itu Janji kecil sederhana yang membawamu ke surga saat ini, sadarilah Tuhan bersamamu dan mengampunimu (karya Dwi Suhartanti). 2. Kesenangan yang menipu Kenapa kita begitu sibuk dengan dunia Padahal itu hanya kesenangan yang menipu Allah pun hanya menilai dunia seberat sayap nyamuk Masihkah kita akan disibukkan dengan dunia? (karya Mustofa H). 3. Tempatku mengadu Senja merangkak menuju kegelapan Kesunyian pun mulai menusuk
73
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 Remang-remang cahaya lilin ini menerangi insan Tuhan yang Mengadu pada Sang Khalik Mencurahkan seluruh keluh kesah kepada-Nya Kesunyian itu terpecahkan oleh rintihannya Rintihan kepedihan yang aku adukan pada Sang Khalik Semua aku curahkan kepada-Nya Hilang sudah kepedihan itu Diganti dengan ketenteraman (karya Yulia Pertiwi) 4. Jujurlah kawan Lembar soal telah sampai di meja-meja Dengan gusar kau pandangi kertas kosong di depan mata Tambah gusar saat pena yang lain menari indah di atas meja Hati yang cemas memaksa mata bergerak ke kiri kanan Berharap ada sesuatu yang bisa dituliskan Tetapi aku berkata padamu, jujurlah kawan. (karya Ambar Arum Respatiningsih). SMKN I Klaten Dari 68 siswa SMKN I Klaten ternyata 27 anak tidak membuat puisi. Adapun penyebabnya bisa bermacam-macam, di antaranya (1) kurang waktu untuk mengerjakan ketiga macam tes, atau (2) tidak senang atau tidak bisa nulis puisi, atau (3) tidak paham akan tugasnya. Perlu dikroscek dengan wawancara. Jadi dari data di atas diperoleh 41 puisi. Dari 43 puisi yang ditulis oleh siswa kelas X SMAN I Cawas di atas tidak satu pun puisi yang lolos dari penyakit-penyakit puisi, artinya tidak ada satu puisi pun yang layak dikatakan sebagai puisi yang baik. Ada lima penyakit puisi, yakni : (1) keumuman. (2) simplifikasi. (3) propaganda dan rekame. (4) klise. (5)
74
nasihat, merasa diri (penyair) nan mulia. Masih ada musuh yang lain seperti malas, ogah menulis, takut ditertawakan, dan seterusnya. Musuh pertama dalam menulis puisi adalah keumuman. Pada umumnya, biasanya, atau yang selalu dikenal. Misalnya menulis sajak tentang ibu, ya akan seperti ini: “Oh ibu, betapa mulia hatimu Kau lahirkan aku dan besarkan aku Membelai dan memberiku susu Menuntun aku mencapai cita-citaku.”, karena pada umumnya konsep ibu itu ya seperti itu, mulia, penyayang, penuh kasih pada anaknya, dan seterusnya. Kalau tema ibu diganti tema guru, pengemis, cinta, dll. misalnya, nanti hasilnya akan sama dengan puisi ibu di atas. Musuh kedua dalam menulis puisi adalah simplifikasi, atau generalisasi. Simplifikasi adalah penyederhanaan yang ada hubungannya dengan kebiasaan gebyah uyah. Misal, konsep ibu, seolah sama : padahal setiap orang punya ibu masingmasing yang berbeda. Konsep pengemis, juga berbeda-beda. Jika Toto Sudarto simpati kepada pengemis, Chairil Anwar sebaliknya. Ia antipati dengan pengemis. Perhatikan contoh berikut ini : Toto Sudarto Bahtiar: “Kalau kau mati gadis kecil berkaleng kecil // Kotaku hilang tanpa jiwa”. Sedangkan Chairil bilang : “enyah kau dari hadapanku”. Musuh puisi yang ketiga adalah propaganda atau reklame. Propaganda dan reklame sering kali lepas dari hubungan personal dengan manusia. Sesuatu yang “ngeri” Mis : Ayo pemuda ayo pemudi // Rapatkan barisan membangun negri // jangan biarkan jangan diberi // neokolonialisme mengancam negeri // dadamu dadaku demi pertiwi. Kalau dilihat pada contoh puisi di atas terdapat pada
Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa dan Guru Sma dan Smk ... karya Musuh puisi yang keempat adalah klise. Klise maksudnya menggunakan katakata atau ungkapan yang sudah basi, sudah sering digunakan, sudah tidak ‘perawan’ lagi. Misal : Wajahmu cantik bagai lukisan. Aku mencintaimu sepenuh hatiku. Engkau belahan jiwaku satu-satunya. Sehidup-semati bersamamu. Di kehidupan nyata itu, apakah ada wajah perempuan yang cantik seperti lukisan? Pasti secantik-cantiknya wajah ada kekurangannya, tidak sempurna seperti yang terdapat pada lukisan. Ungkapan sehidup semati juga dikatakan klise, karena tidak ada yang secara sungguh-sungguh melaksanakan ungkapan itu. Demikian juga ungkapan belahan jiwaku satu-satunya, pastilah bohong semata. “Semua itu sudah basi, gombal”. Musuh puisi kelima adalah jika puisi itu menggurui, memberi nasihat, memaparkan moral secara deskriptif sebagaimana dalam realitasnya. Memberi nasihat beresiko, ia dianggap memberi nilai moral dan budi pekerti. Selama tidak ‘jarkoni’ tidak masalah, pemberi nasihat adalah sosok yang lebih mulia, sementara anggapan diri lebih mulia adalah takabur, dan seolah pembaca adalah sosok pendosa. Contoh: Wahai durjana lekaslah bertobat // Tinggalkan semua jalan yang sesat. Dalam puisi, nilai2 moral akan mencekam pembaca justru saat TIDAK disampaikan sebagai khotbah atau wejangan, tetapi lewat sebuah pengalaman konkret, atau pengalaman batin yang jujur dan manusiawi. Sampai sekarang belum ada sajak ketuhanan yang lebih indah dan mencekam seperti “Padamu Jua” Amir H, dan “Doa” karya Chairil Anwar. Semua dasar kepenyairan bermuara pada keterampilan teknis di satu sisi dan wawasan sang penyair di sisi lain. Penyair
yang baik memiliki ciri yang tetap : jatuh cinta pada puisi. Tanpa ini, mustahil. Mengingat kompleksitas urusan menjadi penyair mk menulis puisi TIDAK mungkin dibuat dalam tempo yang sesingkat2nya. Jadi, apa yang harus dilakukan jika kita ingin menjadi penulis puisi (penyair) yang baik? Yang harus dilakukan adalah SETIAP HARI mengasah keterampilan. Melatih diri memilah mana yang rumput mana yang padi. Lalu menyimak bermacam jenis puisi, memperluas wawas an. Banyak berKONTEMPLASI, tidak senang ubyangubyung, mendekatkan diri pada Sang Pencipta atau The GREAT CREATOR, Allah swt. Dari data guru yang masuk, ternyata satu guru SMKN I Klaten tidak mengembalikan lembar jawab. Apakah ini berkorelasi dengan keengganan siswanya menulis puisi, perlu ditelusuri lebih lanjut dalam wawancara. Yang jelas pada waktu diingatkan, guru berkata bahwa pekerjaannya belum selesai, dan akan dikirimkan ke Unwidha, namun sampai hari ini belum dikembalikan. Dan dalam hal ini peneliti tidak bisa memaksa. Beberapa karya siswa SMKN I Klaten dapat disimak di bawah ini : 1. Tuhan... Jika hari ini aku mati Aku ingin melihat orang-orang Di sekitarku bahagia sebelum aku mati (karya Oktavia Ningsih) 2. Jujur Saudara-saudaraku... jujurlah Karena jujur itu sebagian dari iman Dan tiket masuk surga (karya Annisa Rohmawati). 3. Sang Pencipta Kaulah pencipta kehidupan Pengatur segala langkah hidup ini Kau terangkan di saat gelapku Kau mudahkan di saat sulitku
75
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 (karya Fatmawati). 4. Tikus Indonesia Kini engkau menjadi rusak Karena tikus-tikus sudah merajalela Menghabiskan segalanya Sadarlah tikus-tikus (karya Mitasari Nur Pangestuti) 5. Adzan Ketika yang lain tidur pulas Suaramu menggelegar membangunkanku Aku ingat suara itu Suara merdu untuk mendekatmu (karya Ayuni Tri Mulyani).
SMKN II Klaten Dari 66 siswa SMKN II Klaten ternyata hanya 2 anak tidak membuat puisi. Ini sebuah indikator yang baik. Ternyata guru mempunyai pengaruh yang besar terhadap kompetensi siswa. Di sekolah ini guru menyukai puisi. Dibandingkan dengan siswa SMKN I Klaten yang begitu banyak yang tidak membuat puisi, siswa di sekolah ini jauh lebih baik, padahal siswanya semua laki-laki (bekas STM Negeri I Klaten), dan secara teoretis siswa laki-laki kurang suka menulis puisi. Adapun penyebabnya kenapa hanya 2 anak yang tidak membuat puisi bisa bermacam-macam, di antaranya (1) kurang waktu untuk mengerjakan ketiga macam tes, atau (2) tidak senang atau tidak bisa nulis puisi, atau (3) tidak paham akan tugasnya. Perlu dikroscek dengan wawancara. Jadi dari data di atas diperoleh 47 puisi. Dari 47 puisi yang ditulis oleh siswa kelas X SMAN I Cawas di atas tidak satu pun puisi yang lolos dari penyakitpenyakit puisi, artinya tidak ada satu puisi pun yang layak dikatakan sebagai puisi yang baik. Ada pun penyakit puisi itu ada lima,
76
yakni : (1) keumuman. (2) simplifikasi. (3) propaganda dan rekame. (4) klise. (5) nasihat, merasa diri (penyair) nan mulia. Masih ada musuh yang lain seperti malas, ogah menulis, takut ditertawakan, dan seterusnya. Musuh pertama dalam menulis puisi adalah keumuman. Pada umumnya, biasanya, atau yang selalu dikenal. Misalnya menulis sajak tentang ibu, ya akan seperti ini: “Oh ibu, betapa mulia hatimu Kau lahirkan aku dan besarkan aku Membelai dan memberiku susu Menuntun aku mencapai cita-citaku.”, karena pada umumnya konsep ibu itu ya seperti itu, mulia, penyayang, penuh kasih pada anaknya, dan seterusnya. Kalau tema ibu diganti tema guru, pengemis, cinta, dll. misalnya, nanti hasilnya akan sama dengan puisi ibu di atas. Musuh kedua dalam menulis puisi adalah simplifikasi, atau generalisasi. Simplifikasi adalah penyederhanaan yang ada hubungannya dengan kebiasaan gebyah uyah. Misal, konsep ibu, seolah sama : padahal setiap orang punya ibu masingmasing yang berbeda. Konsep pengemis, juga berbeda-beda. Jika Toto Sudarto simpati kepada pengemis, Chairil Anwar sebaliknya. Ia antipati dengan pengemis. Perhatikan contoh berikut ini : Toto Sudarto Bahtiar: “Kalau kau mati gadis kecil berkaleng kecil // Kotaku hilang tanpa jiwa”. Sedangkan Chairil bilang : “enyah kau dari hadapanku”. Musuh puisi yang ketiga adalah propaganda atau reklame. Propaganda dan reklame sering kali lepas dari hubungan personal dengan manusia. Sesuatu yang “ngeri” Mis : Ayo pemuda ayo pemudi // Rapatkan barisan membangun negri // jangan biarkan jangan diberi // neokolonialisme mengancam negeri //
Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa dan Guru Sma dan Smk ... dadamu dadaku demi pertiwi. Kalau dilihat pada contoh puisi di atas terdapat pada karya Musuh puisi yang keempat adalah klise. Klise maksudnya menggunakan katakata atau ungkapan yang sudah basi, sudah sering digunakan, sudah tidak ‘perawan’ lagi. Misal : Wajahmu cantik bagai lukisan. Aku mencintaimu sepenuh hatiku. Engkau belahan jiwaku satu-satunya. Sehidup-semati bersamamu. Di kehidupan nyata itu, apakah ada wajah perempuan yang cantik seperti lukisan? Pasti secantik-cantiknya wajah ada kekurangannya, tidak sempurna seperti yang terdapat pada lukisan. Ungkapan sehidup semati juga dikatakan klise, karena tidak ada yang secara sungguh-sungguh melaksanakan ungkapan itu. Demikian juga ungkapan belahan jiwaku satu-satunya, pastilah bohong semata. “Semua itu sudah basi, gombal”. Musuh puisi kelima adalah jika puisi itu menggurui, memberi nasihat, memaparkan moral secara deskriptif sebagaimana dalam realitasnya. Memberi nasihat beresiko, ia dianggap memberi nilai moral dan budi pekerti. Selama tidak ‘jarkoni’ tidak masalah, pemberi nasihat adalah sosok yang lebih mulia, sementara anggapan diri lebih mulia adalah takabur, dan seolah pembaca adalah sosok pendosa. Contoh: Wahai durjana lekaslah bertobat // Tinggalkan semua jalan yang sesat. Dalam puisi, nilai-nilai moral akan mencekam pembaca justru saat TIDAK disampaikan sebagai khotbah atau wejangan, tetapi lewat sebuah pengalaman konkret, atau pengalaman batin yang jujur dan manusia wi. Sampai sekarang belum ada sajak ketuhanan yang lebih indah dan mencekam seperti “Padamu Jua” Amir Hamzah, dan “Doa” karya Chairil Anwar. Semua dasar kepenyairan bermuara
pada keterampilan teknis di satu sisi dan wawasan sang penyair di sisi lain. Penyair yang baik memiliki ciri yang tetap : jatuh cinta pada puisi. Tanpa ini, mustahil. Mengingat kompleksitas urusan menjadi penyair mk menulis puisi TIDAK mungkin dibuat dalam tempo yang sesingkat2nya. Jadi, apa yang harus dilakukan jika kita ingin menjadi penulis puisi (penyair) yang baik? Yang harus dilakukan adalah SETIAP HARI mengasah keterampilan. Melatih diri memilah mana yang rumput mana yang padi. Lalu menyimak bermacam jenis puisi, memperluas wawas an. Banyak berKONTEMPLASI, tidak senang ubyangubyung, mendekatkan diri pada Sang Pencipta atau The GREAT CREATOR, Allah swt. Beberapa karya siswa SMKN II Klaten dapat disimak di bawah ini : 1. Kejujuran Kini kau sulit ditemukan Di masa ini kau banyak dibeli dengan uang Sedikit orang yang menjadikan kau pedoman Kini kau telah banyak kalah dengan kebohongan Ayo bangkitlah kejujuran (karya Khaerul Anam) 2. Jujur Jujur itu hebat Jujur itu baik Jujur itu menyenangkan Jujur itu keren (karya Much. Ichwan Adi N). 3. Sholat Kewajibanku setiap saat Sebagai agama kita Untuk selalu dekat kepada-Nya Agar bahagia dunia akhirat (karya Dhea Alvio Nera)
77
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 4. Bunga yang gugur di antara kembang layu Di tengah medan tempur Berseliwer peluru yang menderu Wajah bengismu tak pernah gentar Biar granat terus menggelepar Kau tegar terus bersadar Pada semangatmu yang hampir pudar Gempur terus gempur Jangan hiraukan walau tersungkur Bila mati kita dikubur Asal Indonesia tetap makmur (karya Novi Kurniawan). 5. Bendera Warnamu perlambang jati diriku Tak kubiarkan kau turun dari kibar gagahmu Jika raga kupersembanhkan untukmu Demi keutuhan tanah airku (karya Ilham Hendra Pratama). Analisis Minat dan Motivasi Belajar Sastra Indonesia Dari data di atas diperoleh gambaran bahwa rata-rata anak sudah memiliki minat dan motivasi dalam belajar sastra Indonesia, namun mereka belum mampu menafsirkan puisi yang dibacanya. Hal ini kemungkinan terjadi karena pemahaman akan sejarah dan latar belakang puisi-puisi yang dibacanya (karya Taufiq Ismail tidak diketahui dengan baik. Sebagian anak justru cenderung mengatakan bahwa ia suka sastra karena gurunya, bukan karena nilai-nilai moral (karakter) yang terdapat di dalamnya. Beberapa siswa mengaku memiliki minat dan motivasi belajar sastra Indonesia mengatakan sangat suka dengan sastra, alasannya sebagai berikut :
78
Karena pembelajarannya asyik, tidak membosankan dan mudah dipahami Karena mempelajari sastra Indonesia itu mengasyikkan. Terutama bila mempelajari tentang novel, puisi dan drama sangat membantu saya dalam menambah kosakata saat membuat puisi, novel, maupun drama Karena sastra Indonesia adalah pelajaran dasar dan wajib bagi bangsa Indonesia karena bahasa adalah simbol dari suatu negara dan pelajaran sastra Indonesia itu asyik dan dapat menciptakan imajinasi untuk berkarya, merangkai kata-kata yang indah Karena saya bisa belajar berpuitis di pelajaran sastra Indonesia Karena menghasilkan berbagai karya yang indah dan menghibur Karena walaupun susah, namun pelajarannya cukup ‘menantang’. Bagi saya, suka karena banyak bacaan cerita dan gurunya yang menyenangkan Karena metode pembelajaran yang diterapkan guru saya sangat menarik dan jelas Ini berarti bahwa sudah ada guru sastra Indonesia yang ideal di kabupaten Klaten, dan terbukti telah mampu membawa anak didiknya kepada hakikat sastra, yakni indah dan bermanfaat (dulce et utile).
Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa dan Guru Sma dan Smk ... KEMAMPUAN MENAFSIRKAN PUISI GURU No 1.
Jawaban Soal 1-7
1. 2. 3. 4. 5. 6. 2. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
3. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bapak X (S1) SMA N 1 Cawas Ya Karena bisa mengajarkan penggunaan bahasa Indonesia dengan benar Puisi, bisa mengetahui maksud seseorang Iba Bimbang dalam menghadapi hidup Petuah Ibu X (S1). SMK N 2 Klaten Ya Karena di dalam sastra ada seni sehinga saya merasa enjoy, juga untuk memperkenalkan sekaligus mempertahankan materi sastra kepada peserta didik Tiga anak kecil yang sedang berduka karena kakaknya ditembak mati Dalam perjuangan kita selalu dihadapkan dengan rintangan, tantangan dankesulitan Nasehat orang tua kepada anaknya untuk memiliki keyakinan yang kuat dan agar selalu dapat mengajarkan semua orang semua yang diperintahkan menjauh seluruh larangan Tuhannya. Ibu X (S1). SMK N 2 Klaten Madirejo Rt 08 Rw 03 kalidebo trucuk klaten Ya Sebab sesuai dengan hobi saya yang sejak kecil saya suka membaca sastra Puisi, cerpen, novel, drama, semua tercakup pada pelajaran bahasa dan sastra Indonesia Perasaan berduka tiga anak kecil kepada kakak yang mati tertembak di salemba Setiap kita memperjuangkan kemenangan selalu ada hal yang menjadi rintangan baik dari penghianat atau teman sendiri. Nasehat orang tua kepada anak-anaknya yang menginjak dewasa agar berada dijalan yang benar behagia di dunia dan diakirat
79
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 5 1. 2. 3. 4. 5.
6.
6. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
80
Bapak X (S1) SMAN I Cawas Kaligawe 16/06 Pedan, Klaten Ya 1.sastra menyenangkan dan berguna 2. sastra materi pembentuk karakter 3. sastra wahana malatih keterampilan menulis Puisi,cerpen,novel,drama, karena menyenangkan dan berguna. Rasa empati terhadap kesewenang-wenangan, turut berduka yang merdeka,penghormatan kepada seniornya Setiap perjuangan ( pederitaan baik) pasti ada imbalannya. Nasehat orang tua kepada anaknya yang berinjak dewasa agar saat menghadapi perubahan keadaan. Nasihat orang tua kepada anaknya agar berpegang teguh kepada agamanya. Ibu X (S1). SMAN I Klaten Gadungmlati, Kojanan, Klaten Selatan, Klaten Ya Dengan mempelajari / mengajarkan sastra banyak mengali nilai-nilai dalam kehidupan nyata. Puisi,cerpen, novel, drama, dengan mempelajarinya dapat menumbuhkan nilai –nilai kehidupan sehari-hari dalam kehidupan nyata. Solidaritas antara generasi muda, mempunyai rasa setia kawan kepada teman atau mempunyai sifat satu rasa dengan kawan ( kawan) Setiap perjuangan pasti penuh/ banyak pengorbanan hanya sifat manusia yang angkuh ,sombong, bimbang, Dll tidak akan mewujudkannya, maka berjuanglah atas nama Allah maka akan mendapatkan hasil yang diridoiNya. Nasehat yang berisi kebenaran yang hakiki dan mempunyai keyakinan/ agama yang kuat dan tidak bisa/ dapat dipengaruhi oleh apa dan siapapundan kezaliman ,kemungkaran harus kita berantas dan kita jauhi,maka yang diagungkan hanyalah Rosul Tuhandan apabila kita mati adalah khusnul khotimah di jalan Allah. Ibu X (S1). SMK N 1 Klaten Gedongan RT 5 RW 6, Colomadu, Karanganyar Ya Karena dengan mengajarkan sasta kita bisa menanamkan karakter positif serta bisa memperhalus budi pekerti siswa secara tidak langsung. Puisi, cerpen, novel, drama,Untuk hiburan dan mengambil pelajaran dari karya-karya tersebut Perasaan turut berduka cita rakyat kecil meningalnya mahasiswa yang membela kepentingan rakyat Sindiran kepada keadaan sosial yang terjadi di masyarakat melalui nasihat kepada Hadi. Nasihat orang tua kepada anaknya ( secara khusus),namung secara umum bisa dijadikan nasehat untuk anak yang menginjak dewasa
Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa dan Guru Sma dan Smk ...
7 1. 2. 3. 4. 5. 6.
8 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bapak X (S2). SMA N 1 Karanganom Cungkrungan, Karanganom, Klaten Utara. Ya Karena dengan mengajar sastra dapat menyampaikan beberapa pesan ( moral/sosial dsb) pada peserta didik. Puisi, cerpen, novel, drama, karena isinya selalu aptudate dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan penulisnya. Pesan moral yang mengambarkan peristiwa aksi para mahasiswa di kampus salemba (Trisakti) yang masyarakat awam lebih mengenal dengan Tri turadilambangkan dengan tiga anak kecil Mengkrik terhadap para pemimpin yang tampaknya berjuang atas nama rakyat,namung palsu. Karena perjuangan mereka hanya demi pribadi dan golonganya. Nasehat agar anak menjadi anak yang sholeh, tidak takut pada siapapun kecuali pada Allah SWT. Senantiasa berbuat di jalan yang diridoi Allah SWT. Ibu X (S2) SMA N I Klaten Jurang Jero, RT 02 RW 01 Karanganom. Ya Karena sastra menghaluskan budi, sehingga sangat mungkin bahwa sastra sebagai penyeimbang, penyelaras sekaligus penyeimbang, penyelaras sekaligus penyaring dari beragam arus informasi di era permisif saat ini. Puisi, cerpen, novel, drama, ada nilai-nilai moral yang disampaikan dalam kemasan yang halus. Kepribadian anak bangsa atas tragedi yang terjadi saat demonstrasi menuntut pemerintahan yang bersih pada era transisi dari orde lama ke orde baru Nasihat orang tua agar anaknya menjalani kehidupan yang sesuai dengan tuntunan moral, agama dan aturan negara. -
Analisis Data Kemampuan Menafsirkan (Membaca) Puisi Guru Dari data guru yang masuk dapat disimpulkan bahwa semua guru mampu menafsirkan (membaca) puisi dengan
baik. Nilai penafsiran berkisar dari angka 7 sampai 9. Ini berarti dalam diri guru sudah ada potensi untuk membelajarkan sastra Indonesia dengan baik.
81
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 KEMAMPUAN MENULIS PUISI GURU No Nama dan Alamat 1. Bapak X (S1). SMA N 1 Cawas
2
3
4
82
Ibu X (S1). SMK N 2 Klaten
Karya Puisi (tanpa judul) Hidup sekali harus jujur Karena jujur mengantarkan hidup kita tenang Dengan ketenangan kita bisa bahagia Kalau bahagia berarti hidup kita sejahtera Kepadamu Tuhan Tuhan Kaulah tujuan dalam hidupku Kaulah pelabuhan terakhirku Dan Kaulah penjaga setia Jiwa dan ragaku
Tuhan Hanya padaMu aku menyembah Hanya padaMu aku mengadu Dan hanya padaMu aku mohon Petunjuk dan perlindungan Serta pertolonganMu Doa Ibu X (S1). Tuhanku SMK N 2 Klaten Madirejo Rt 08 Rw 03 Kalidebo Aku bersujud kepadaMu Trucuk, Klaten Untuk mengabulkan doa selalu Pagi siang sore dan malam kelabu Bapak X (S1) Syukur SMAN I Cawas Nikmat yang kau curahkan Kaligawe 16/06 Pedan, Klaten Tak bisa kuhitung Tak bisa kutakar Ya Tuhan, jaga aku tidak ingkar
Tema Kejujuran
Religius
Religius
Religius
Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa dan Guru Sma dan Smk ... 5
6
7
Ibu X (S1) SMAN I Klaten Gadungmlati, Kojanan, Klaten Selatan, Klaten
Ibu X (S1) SMK N 1 Klaten Gedongan RT 5 RW 6, Colomadu, Karanganyar
Bapak X (S2). SMA N 1 Karanganom Cungkrungan, Karanganom, Klaten Utara.
Religius Nasihat Jika kamu ingin dibaiki anakanakmu Maka baikilah orang tuamu Jika kau ingin anak-anakmu rukun satu dengan yang lain Maka rukunlah kau dengan saudaramu Jika kau ingin anak-anakmu sling mencintai dengan kekasihnya Maka cintailah kekasihmu selamanya Namun jangan lupa bahwa kehidupan ini adalah rahasia Tuhan Pahala dan balaq adalah hak Allah Suka dan duka itu nasib kita Tugas kita hanya bersujud kepadaNya Sabar terhadap apa yang dihadapi Bersyukur terhadap apa saja yang telah kita lalui Senantiasa memohon ridho-Nya Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami Tuntunlah aku dalam petunjuk-Mu La Haula Wala Quata illa Billah (tanpa judul) Jika Kau perpanjang usiaku Ku kan selalu meneybut nama-Mu Dalam setiap tarikan nafasku Dalam setiap denyut nadiku (tanpa judul) Hidup ini sementara dan fana Hidup ini adalah pilihan, jangan kau sia-siakan Jangan kau biarkan bangsa ini tumbang Ayo, bangkit. Bangkitlah. Bangsa ini butuhkan kamu!
Religius
Nasionalisme
83
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 8
Ibu X (S2) SMA N I Klaten . Alamat rumah Jurang jero,RT 02 RW 01 Karanganom.
Sayap Cinta Aku tersimpuh dalam riuh gaduh penatnya hidup
Religius
aku datang saat di persimpangan penuh bimbang Aku pergi dengan alpa ketika penuh pendar cahaya dalam silap maya dunia hingga.. aku terjerembab dalam kungkung usia kala jumput senja Dan Aku pulang Penuh kecampingan Ringkuk rapuh Namun Selalu sayap cintamu elus syahdu Lebur aku dalam dekap-Mu ANALISIS KEMAMPUAN MENULIS PUISI GURU Dari delapan guru yang datanya masuk (dua guru tidak mengembalikan angket dan hasil tes) diperoleh simpulan sementara bahwa satu guru (Dra. Resmiyati, MPd, guru SMAN I Klaten) telah mempunyai kemampuan menulis puisi yang sangat baik. Selebihnya mempunyai kemampuan menulis puisi tetapi para guru masih terjebak pada lima penyakit puisi sebagaimana yang terjadi pada anak-anak, yakni : Ada pun penyakit puisi menurut Agus R Sarjono (2010) itu ada lima, yakni : (1) keumuman. (2) simplifikasi. (3) propaganda dan rekame. (4) klise. (5) nasihat, merasa diri (penyair) nan mulia. Masih ada musuh yang lain seperti malas, ogah menulis, takut ditertawakan, dan seterusnya.
84
Kesimpulan • Kemampuan menulis puisi siswa SMA – SMK di Kabupaten Klaten masih rendah, kemampuan menulis puisi guru berkisah dari sangat baik hingga rendah (satu guru yang sangat baik menulis puisi) yakni guru SMA Negeri I Klaten. • Hampir semua siswa dan guru mempunyai karakter relegius dan jujur. Ini merupakan modal awal yang baik untuk mempraktikkan model pembelajaran sastra Indonesia berbasis apresiasi. • Motivasi belajar siswa pada tingkat sedang, sementara motivasi mengajar guru pada tingkat tinggi dan mampu menafsirkan makna puisi dengan baik. • Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dari hasil kinerja pada tahun pertama dapat dikategorikan bahwa
Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa dan Guru Sma dan Smk ... para guru dan siswa kelas bahasa dan sastra Indonesia di SMA dan SMK Kabupaten Klaten belum memahami hakikat pembelajaran sastra Indonesia berbasis apresiasi. Untuk itu perlu dilakukan workshop dan pendampingan secara terus menerus antara lain lewat pengenalan bahan ajar yang diperlukan oleh guru dan siswa dalam rangka mempermudah pelaksanaan pembelajaran sastra Indonesia berbasis apresiasi di tingkat SMA dan SMK.
Daftar Pustaka Andayani. 2008. ”Pengembangan Model Pembelajaran Apresiasi Sastra Berbasis Quantum Learning di Sekolah Dasar” dalam Fenolingua, Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannya. Terakreditasi Dikti. Klaten: Unwidha. DBE2. 2010. Pembelajaran Aktif di Sekolah dan Kunjungan Sekolah. Materi TOT Nasional. Jakarta: USAID. DBE2. 2010. Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (ALFHE). Materi TOT Nasional. Jakarta: USAID. Depdiknas. 2010. Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter. Jakarta. Gall, D.Meredith, Joyce P Gall & Walter R.Borg. 2003. Educational Research an Introduction. New York: Pearson Publishing. Ismawati, Esti. 2013. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Ombak. (Anggota IKAPI). ISBN 978-602-7544-96-3. Ismawati, Esti. 2012. Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Ombak. (Anggota IKAPI). ISBN 602-754410-4. Ismawati, Esti. 2011. Pengajaran Apresiasi Sastra Berbasis Pendidikan Karakter.
Makalah Seminar Internasional. Semarang: UNNES. Joyce, Bruce, Marsha Weil, Emily Calhoun. 2009. Models of Teaching. Edisi Delapan. Penerjemah Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kompaskom. 6 Desember 2010. ”Pendidikan Karakter”. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2006. Jakarta: BNSP. Lestyarini, Beniati. 2012. ”Penumbuhan Semangat Kebangsaan untuk Memperkuat Karakter Indonesia melalui Pembelajaran Bahasa” dalam Jurnal Pendidikan Karakter. Yogyakarta: LPPMP UNY. Oemarjati, Boen S. 2005. Pengajaran Sastra pada Pendidikan di Indonesia: Quo Vadis. Dalam index. asp?act=detail&idrec=213, diakses 3 Maret 2013. Oemarjati, Boen S. 2010. Dengan Sastra Menapaki Proses Kreatif sebagai Basis Ketangguhan Watak. Makalah Utama Seminar Internasional PIBSI 32. Yogyakarta: Unwidha. Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2012. Jejak Budaya dalam Karakter Siswa Indonesia. Surabaya: UNESA. Rendra, WS. 1975. Potret Pembangunan dalam Puisi. Jakarta: Balai Pustaka. Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: PSG Rayon 113. Suwarna, Purwadi, dan Veny Indria Ekowati. 2012. ”Pemberdayaan Karakter Hormat dengan Implementasi Tata Bahasa dan Tata Krama dalam Perkuliahan Ekspresi Lisan III” dalam Jurnal Pendidikan Karakter. Yogyakarta: LPPMP UNY. Syawal, Gultom. 2012. Ujian Nasional sebagai Wahana Evaluasi Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa. Makalah Utama Semnas. Yogyakarta:
85
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 Pascasarjana bekerjasama dengan HEPI DIY. Triyono, Sulis. 2012. ”Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Jerman” dalam Jurnal Pendidikan Karakter. Yogyakarta: LPPMP UNY. Wagiran. 2012. ”Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Hamemayu Hayuning Bawana (Identifikasi Nilai-nilai Karakter Berbasis Budaya)” dalam Jurnal Pendidikan Karakter. Yogyakarta: LPPMP UNY.
86
TANTANGAN BARU BAGI DAERAH MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Dr. Widodo Muktiyo Ketua Dewan Riset Daerah Klaten
ASEAN Community 2015 sudah didepan mata, tepatnya pada tanggal 31 Desember 2015 kita semua akan memasuki situasi dimana 10 negara anggota Asean (Myanmar, Thailand, Singapore, Indonesia, Brunai, Vietnam, Kamboja, Philipina, Laos dan Malaysia) mulai membuka diri satu dengan yang lainnya secara lebih luas. Tentu, semua anggota ASEAN dituntut mempersiapkan diri untuk menghadapi era baru ASEAN. Akan terjadi perubahan yang sangat besar yaitu adanya Integrasi Ekonomi dan Pasar Terbuka yang memungkinkan arus barang (dihapusnya bea masuk/tarif dan hambatan lainnya), jasa, investasi, modal, hingga tenaga kerja (tidak ada diskriminasi lagi) terbuka lebar keluar masuk diantara sesama anggota ASEAN. Konsekuensi adalah sudah siapkah kita dan bagaimana menyiapkan diri menghadapi pasar bebas komunitas ASEAN agar situasi yang sudah disepakati bersama tersebut dapat menjadi berkah yang menguntungkan bagi masyarakat Indonesia. Bukan sebaliknya malah menjadi musibah bagi masyarakat karena ketidaksiapan kita memasuki era pasar bebas atau kebebasan arus barang dan jasa sesama anggota Asean. Komunitas ASEAN 2015 secara prinsip mengacu pada empat pilar, yakni: 1) Single market & production base, 2) Integration into global economy, 3) Competitive economic region, dan, 4) Equitable economic development. Keempat pilar itu menyangga komunitas ASEAN yang diharapkan dapat
mensejahterakan anggotanya secara kolektif sehingga ASEAN sebagai suatu komunitas regional bisa mencapai era baru yaitu era kejayaan ASEAN. Ide MEA adalah membangun pusat perdagangan kawasan yang kuat dan terintegrasi di wilayah Asean layaknya sering disejajarkan dengar adanya Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) atau Uni Eropa di kawasan Benua Eropa. Pemikiran visioner para pemimpin negaranegara Asean tersebut sudah dibahas sejak pertemuan para menteri ekonomi Asean di Kualalumpur tahun 2006 dan semula akan diimplementasikan tahun 2010 namun akhirnya diundur menjadi tahun 2015. Dalam berbagai analisis, ditunjukkan bahwa GDP Asean akan tumbuh dari $ 17 trilyun di tahun 2010 menjadi $ 174 trilyun di tahun 2050. Dan GDP Asia akan memberi kontribusi 53% terhadap GDP Dunia yang nilainya $ 354 Trilyun. Artinya ada kebangkitan negara-negara di Asia. Diprediksi ada 7 negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat di dunia yaitu Korea Selatan, China, India, Jepang, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Kelahiran 7 negara besar dunia tersebut 3 diantaranya adalah negara-negara Asean yaitu Indonesia, Thailand dan Malaysia. Menghadapi optimisme tersebut, seluruh komponen pemerintahan ( baik ditingkat pusat dan daerah) , kalangan dunia usaha/industri, dunia pendidikan, berbagai asosiasi profesi dan masyarakat luas serta berbagai komponen lainnya mesti mengambil peran masing-masing secara bersama agar kita dapat lebih siap
87
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 dalam memasuki era tersebut. Pemerintah Indonesia secara eksplisit sudah mengambil sikap untuk tidak menunda komitmen memasuki Era Asean 2015. Apa yang terjadi hingga sekarang, setidaknya sampai akhir tahun 2014 ternyata masih minim adanya pemahaman tentang MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) atau secara lebih luas kebangkitan Indonesia sebagai salah satu negara yang bisa tumbuh secara pesat ekonominya belum dimengerti secara baik oleh masyarakatnya. Sosialisasi dan kampanye penyiapan era MEA oleh pemerintah masih terkesan eksklusif dan hanya dibeberapa kalangan tertentu yang belum menjangkau secara meluas, padahal apabila dilihat dari konsekuensi diberlakuannya MEA maka seluruh lapisan masyarakat akan merasakannya. Sementara itu Thailand, Singapore dan Malaysia sudah gencar mempersiapkan dan mengkondisikan masyarakatnya memasuki era tersebut. Satu bukti yang sudah di ekspose di media masa adalah penelitian dari Litbang Kompas di pertengahan tahun 2014 menyebutkan bahwa di 10 kota besar yang dijadikan ajang penelitian menyatakan baru sekitar 40% orang yang mengerti tentang Era MEA 2015 dan yang 60 % menyatakan belum mengetahui. Apabila di kota-kota besar saja pemahaman tentang MEA belum begitu dikenal, bagaimana apabila pertanyaan yang sama ditanyakan di kota-kota kecil atau pada kalangan UMKM atau masyarakat luas di pedesaan, dapat diprediksi jawabannya adalah lebih banyak anggota masyarakat yang belum tahu. Strategi yang ditempuh pemerintah masih terasa partial. Untuk itulah peran aktif daerah perlu digalakkan agar pada saatnya diberlakukan semua masyarakat tidak mengalami keterkejutan budaya. Ada pelajaran menarik yang mesti disimak yaitu setelah tahun 2010 bangsa
88
Indonesia menandatangani CAFTA (China Asean Free Trade Area) yang terjadi adalah mengalirnya produk-produk China seperti garmen, kain, alat-alat rumah tangga dll dari Daratan China masuk ke pasaran Indoensia, dan sebaliknya sedikit sekali produk Indonesia yang dapat menembus pasar China. Pada akhirnya kita terjebak hanya bisa sebagai konsumen semata yang tidak berdaya terhadap serbuan barangbarang murah yang masuk di wilayah Indonesia. Harga, kualitas dan daya saing produk China tidak bisa dihadapi oleh produk-produk dari Indonesia. Implikasi yang nampak nyata adalah UMKM Indonesia mengalami tekanan yang besar dalam upaya menembus pasar di negerinya sendiri. Apabila dilihat dari sisi jumlah penduduk Asean maka jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 250 juta menempati jumlah yang mayoritas dari total penduduk Asean (terdiri atas 10 negara) yang berjumlah hanya sekitar 600 juta orang. Bangsa Indonesia kalau tidak hati-hati akan menjadi pasar yang “empuk” bagi produk-produk negara anggota Asean dan bahkan tenaga kerja kita dalam merebut pasaran kerja juga akan mendapat pesaing baru dari tenaga kerja negara Asean. Indonesia sebagai bangsa yang mempunyai keragaman budaya, suku, bangsa, agama, bahasa mempunyai nilai unik tersendiri dalam menghadapi komunitas ASEAN. Dengan wilayah terluas, penduduk terbanyak dan terdiri lebih dari 200 suku, 700 bahasa dan dialek yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia menjadi modal yang perlu diberdayakan. Belum lagi lebih dari sisi UMKM terdapat 55 juta penduduknya adalah pengusaha dengan tingkatan UMKM, yang punya daya saing dan ketahanan dalam menghadapi berbagai krisis global selama ini. Berbagai daerah termasuk Klaten
Tantangan Baru Bagi Daerah Menghadapi Masyarakat...
sebagai suatu daerah yang secara ekonomi ditopang dengan adanya berbagai sentra industri (UMKM) yang beragam dengan jumlah yang sangat banyak patut segera melakukan antisipasi dengan melakukan sosialisasi tentang pentingnya penyiapan diri memasuki MEA dan memberikan sentuhan inovasi, teknologi serta ketrampilan secara tepat agar UMKM memiliki daya saing. Persoalan daya saing SDM, Indonesia sampai saat ini masih berada dalam level yang rendah yaitu yaitu peringkat 38 dari 148 negara didunia, dibawah Singapopre (peringkat 2), Malaysia (peringkat 24), Brunai Darussalam (peringkat 26) dan Thailand (peringkat 37). Sumber: World Economic Forum, The Global Competitiveness Report 2013-2014) Terobosan yang perlu disegerakan adalah bagaimana upaya penerapan dari konsep Triple Helix Connection (Etzkowitz) di daerah yaitu melakukan kolaborasi yang intent antara universitas dengan universitas, universitas dengan pemerintah dan universitas dengan industri yang secara operasional agar dapat menghasilkan kualitas SDM, Skill, inovasi produk dan berbagai outcome lainnya yang mampu menghasilkan daya saing lebih tinggi. Perguruna tinggi dapat mentransformasi temuan dan inovasinya tidak hanya kepada sesama ilmuwan atau perguruan tinggi lainnya namun bisa diarahkan kepada industri agar dapat memberikan nilai tambah yang lebih tinggi. Sedangkan pemerintah (daerah dan pusat) dituntut proaktif berkolaborasi dengan pendidikan tinggi, seperti fasilitasi upaya penguatan industri, menggandengkan dengan perguruan tinggi atau memproduksi berbagai kebijakan yang konstruktif dan menciptakan suasana yang kondusif bagi dunia industri agar dapat berproduksi efisien dan berdaya saing. Dalam perkembangan berikutnya pemikiran Triple Helix Connection
ini menambahkan unsur community (masyarakat) sebagai salah satu kompenen baru yang sangat penting untuk mewujudkan kekuatan struktur ekonomi masyarakat. Unsur masyarakat menjadi komponen penting dalam jalinan hubungan dengan dunia pendidikan tinggi, industri dan pemerintah. Artinya 4 kompenen tersebut mesti saling merajutkan diri untuk membangun kekuatan daerah dalam menyongsong era persaingan bebas di wilayah Asean. Apabila saat ini kita saksikan di masing-masing daerah muncul kompetisi antar daerah dalam mengembangkan ekonomi daerahnya, yaitu setelah diberlakukannya otonomi daerah maka dalam era MEA diakhir 2015 nanti masing-masing daerah akan menghadapi situasi kompetisi yang lintas daerah dan lintas bangsa diantara ke 9 negara anggota Asean lainnya. Implementasi Triple Helix Connection plus Community patut disambut dengan membangun kesadaran dan pemahaman baru terhadap pentingan jalinan hubungan antar unsur tersebut. Semua pihak mesti segera membuka diri untuk berkolaborasi secara intensif agar ketertinggalan pemahaman terhadap praktek MEA (yang sekarang masih kita rasakan) segera dapat diantisipasi dengan langkah nyata. Sebagai sasaran garapan adalah masyarakat maka pada tahap awal upaya penyadaran kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan sosialisasi tentang urgensitas MEA dilakukan secara sistematis dengan melibatkan berbagai pihak dan melibatkan unsur media. Pemerintah daerah seyogyanya dapat memberikan prakarsa awal dengan melibatkan aparat birokrasinya, segenap komponen tokoh masyarakat, pelaku UMKM maupun opinion leader lainnya agar sama persepsi dan sama gerak antisipiasi menghadapi persaingan di tingkat Asean dalam produk barang, jasa, modal, investasi
89
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 dan SDM. Alokasi pendanaan yang cukup terhadap upaya penyadaran ini perlu diprioritaskan. Kebijakan tersebut mesti beriringan dengan upaya implementasi dari kolaborasi perguruan tinggi, industri, pemerintah dan masyarakatnya. Bagi pemerintah di tingkat pusat upaya tersebut dilakukan dalam tataran makro kebijakan seperti tarif dan berbagai aturan pengecualian lainnya. Sementara itu di tingkat pemerintah daerah dituntut juga agar dapat menentukan strategi yang lebih tepat sesuai dengan kondisi daerahnya. Selama ini di tingkat daerah masih jarang ditemukan adanya kebijakan baru yang dilandasi akan diberlakukannya era MEA 2015. Kita ambil contoh, upaya mewujudkan kebijakan one village one product yang sedang dikembangkan ternyata masih berorientasi pada basis produksi, semampunya masyarakat atau UMKM bisa memproduksi. Kondisi tersebut mesti segera diubah menjadi berorientasi pada pasar (pasar membutuhkan produk yang seperti apa) yang tentu saja di tingkat Asean maka persaingannya menjadi makin kompetitif. Oleh karena itulah membutuhkan transformasi pengetahuan, inovasi dan skill yang baru agar produknya dapat unggul dalam hal mutu, harga dan daya saingnya. Disinilah sinergitas hubungan antara dunia industri dengan dunia perguruan tinggi perlu diintensifkan. Perguruan tinggi bukan lagi menjadi menara gading keilmuan saja tetapi dituntut untuk dapat mentrasformasikan ilmu, temuan dan inovasinya yang dapat dikembangkan dalam dunia industri dari skala yang kecil di tingkat UMKM sampai dengan industri dalam skala yang besar agar menghasilkan lompatan teknologi yang berimplikasi pada perolehan pendapatan yang lebih besar. Selama ini Bangsa Indonesia dihadapkan pada situasi yang disebut sebagai middle trap
90
income, yang tidak mampu melahirkan lompatan teknologi yang berimplikasi pada pendapatan. Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan tidak bisa bergerak cepat karena tidak ada lompatan teknologi dan minimnya inovasi. Disinilah pendidikan tinggi dituntut mampu melahirkan transformasi keilmuan yang memberikan lompatan daya saing dan produktifitas bergandeng tangan dengan dunia industri. Dalam skala yang lebih luas akan memberikan efek lompatan nilai dari inovasi produk yang dihasilkan secara signifikan. Kolaborasi antara pemerintah daerah, perguruan tinggi dan industri yang berada di suatu daerah juga dapat bahu membahu dalam memberdayakan potensi masyarakatnya secara mutualistik. Di dunia pendidikan tinggi sudah mulai digerakkan upaya spin off terhadap temuan-temuannya agar dapat diproduksi secara massal oleh kalangan industri. Upaya tersebut mesti menjadi gayung bersambut buat industri dan masyarakat serta pemerintah sehingga sinergitas keempat pihak tersebut dapat menjadi lokomotif bagi upaya menyiapkan daerah menuju era MEA tahun 2015. Sebagai penutup, upaya membangun kesadaran bersama antara legislatif dan eksekutif di daerah Klaten dalam menyongsong era MEA perlu mengajak institusi pendidikan tinggi yang sudah maju seperti UNS dan UGM atau yang lainnya untuk melakukan tranformasi berbagai invention and inovation agar dapat diterapkan di Klaten. Iklim dan cara kerja yang efisien dan antara pemerintah daerah dengan kampus mesti menjadi langkah konkret yang berdimensi jangka panjang. Inovasi dan temuan (invention) dari kampus dalam prakteknya masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut agar dapat diproduksi dan memiliki keunggulan kompetitif. Kerangka kerja yang saling
Tantangan Baru Bagi Daerah Menghadapi Masyarakat...
membutuhkan dan bersifat win win solution. akan menjadi dasar bergerak bagi masingmasing pihak. Tidak ada MEA saja selama ini kita merasakan kedodoran maka kedepan konsep strategis perlu dirumuskan dengan lebih baik. Tanpa upaya kebijakan yang bersifat out of the box maka daya saing industri di daerah dan upaya mewujudkan keunggulan pemberdayaan masyarakat di daerah akan selalu jalan di tempat. Semoga segera kita kerjakan dan kerjakan.. Referensi Edy
Suandi Hamid, Menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean 2015- Perspektif Ekonomi, paper Simposium FRI, Solo, 18 Oktober 2014. Widodo Muktiyo, Improving University Role to Encounter Asean Community 2015, seminar internasional tentang Asean PR Network, Jakarta, 3 Juni 2014. Data World Economic Forum, The Global Competitiveness Report, 2013-2014
91
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 Kemitraan Usaha Terpadu Usaha Pertanian: Untuk Daya Saing, Kesejahteran dan Kesinambungan Usaha tani Ir. A.M. Sunarso Dewan Riset Daerah Kab. Klaten Abstrak: Pertanian selalu menjadi sektor yang mendapatkan perhatian bahkan menjadi salah satu focus pembangunan baik ditingkat nasional , provisnsi maupun secara spesifik di tingkat kabupaten. Pemerintah dan petani sebagai pelaku usahatani, dan pemangku kepentingan lainnya berusaha terus untuk memajukan berbagaiusaha pertanian. Namun hasilnya belum memuaskan. Dari 105 negara yang disurvey: Indonesia peringkat no.64 ( index ketahanan pangan score 46.8). Peringkat tersebut di bawah beberapa negara Asia seperti Malaysia, Vietnam, Philipina, Thailand dan China. Peningkatan tajam di APBN ternyata belum efektif penggunaannya untuk sektor pertanian. Tahun 2004 APBN untuk sektor pertanian 2004 adalah 10,1 Trilyun Rupiah. Sedangkan untuk tahun 2013 APBN senilai 71.9 trilyun rupiah. Artinya anggaran meningkat 611% dalam waktu kurang dari 10 tahun, belum memberikan bukti peningkatan kecukupan hasil pertanian untuk kebutuhan dalam negeri. Jumlah dan nilai impor hasil pertanian masih cukup tinggi dan cenderung meningkat. Ini berarti ada kebijakan yang kurang tepat, strategi yang kurang mengena dan sinergi yang kurang terbangun dalam sektor pertanian. Diperlukan adanya strategi yang berorientasi kepada kebutuhan pasar, optimalisasi proses usahatani, dan pengembangan sumberdaya bidang pertanian, dengan tetap memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan. Pengkajian tentang kondisi saat ini, keunggulan produk , formulasi usahatani dan pemanfaatan sumberdaya melalui sinergi - usaha terpadu adalah kunci utama untuk mewujudkan pertanian yang berdaya saing dan berkelanjutan. Pendahuluan dan Permasalahan Indonesia adalah negara agraris, demikian pengajaran yang diterima di pendidikan pengajaran kita dan selalu ada di benak kita semua sebagai warga negara peserta didik. Negara agraris, tentu banyak penduduk yang terlibat dalam sektor pertanian dan sumberdaya pendukung yang secara langsung maupun tidak langsung untuk sektor pertanian. Dengan demikian tidak mengherankan kalau pemerintah memberikan perhatian dan kesungguhan untuk pengembangan sektor pertanian. Berbagai program dirancang dan dilakukan dan anggaran disiapkan. Program intensifikasi, subsisdi sarana produksi, bantuan permodalan dan banyak lagi dilakukan. APBN sektor pertanian 92
melonjak cukup tajam. Peningkatan APBN belum efektif penggunaannya untuk pertanian. Tahun 2004 sebesar 10,1 trilyun rupiah) , 2005 senilai 12.67 trilyun rupiah. 2009 sebesar 49.8 trilyun rupiah, dan untuk 2013 senilai 71.9 trilyun rupiah. Dengan kata lain APBN sektor pertanian meningkat 611% dalam waktu kurang dari 10 tahun. Sementara dibandingkan pertumbuhan penduduk 2004 – 2013 sebagai konsumen hasil pertanaian utamanya pangan besarnya adalah 12%. Impor pangan bisa dipandang sebagai bagian dari belum tercukupinya produksi pangan dalam negeri dibanding kebutuhan atau konsumsi nasional. Kenaikan impor sbb: Kenaikan Impor pangan 2005-2009:
Kemitraan Usaha Terpadu Usaha Pertanian: untuk Daya Saing, Kesejahteraan ...
Data tersebut memberikan gambaran, betapa kita harus terus bekerja keras dan cerdas serta sinergi untuk bisa mereduksi impor pangan tersebut. Kondisi dan kecenderungan impor yang cukup besar ini tidak boleh kita biarkan. Impor harus kita pandang sebagai alternatif terakir untuk pemenuhan pangan. Usaha mengehebatkan produksi pertanian dalam negeri harus menjadi usaha integral nasional. Demikian juga semestinya di tingkat provinsi dan kabupaten untuk terus mengintegrasikan – memadukan usaha pertanian dengan lainnya sebagai kesatuan mengurangi kelemahan melalui saling memberikan dukungan dan menguatkan. Hasil Identifikasi permasalahan dalam proses produksi pada khususnya dan usahatani pada umumnya adalah : Lahan semakin sempit / fragmentasi lahan– pengalihan fungsi lahan, mutu dan pasokan
benih, distribusi pasokan pupuk dan sarana produksi pertanian lainnya, irigasi pertanian, teknologi sistem - budidaya, fluktuasi cuaca yang cenderung ekstrem, pasar (keseimbangan supply–demand) berakibat harga yang fluktuatif, sumber daya manusia serta struktur usaha belum produktif dan efektif. Permasalahan tersebut, juga menjadi permasalahan dalam pengembangan pertanian di kabupaten Klaten. Untuk itu kita akan bersama menilik dan membahasmengkaji lebih dalam mengenai hal tersebut. Kepemilikan atau penguasaan lahan untuk usahani semakin menyempit. Fragmentasi atau pemecahan luas lahan sebagai akibat dilakukannya pembagian warisan adalah sangat nyata. Penyempitan akibat terkurangi lahan pertanian untuk fungsi lain juga terus berjalan. Semakin kecilnya luasan lahan tanam ini semakin menjauhkan dari skala ekonomi usahatani yang layak – menguntungkan. Biaya usahatani atau ongkos produksi menjadi tinggi atau boros. Sementara jumlah produksi relatip kecil sehingga petani tidak memiliki daya tawar jual atau cenderung kalah dalam negosiasi saat transaksi dengan pedagang atau pembeli. Hal ini sangat dirasakan apabila komoditas yang dikembangkan sebagai usahatani hanyalah komoditas masal – kebanyakan, seperti halnya padi. Tersedianya sarana produksi seperti pupuk dan pestisida tepat jenis, mutu, waktu serta harga dalam praktek nyata semakin sulit. Seringnya dialami pupuk menghilang dari pasar saat dibutuhkan, keterlambatan pasokan merupakan kejadian pasti yang tak pernah bisa dihindari dari musim kemusim produksi. Akibatnya bukan hanya harga sarana produksi menjadi mahal, tetapi juga produktivitas dan mutu hasil pertanian menurun, karena prinsip produktivitas melalui pemupukan tepat waktu, jumlah
93
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 dan mutu menjadi meleset. Benih ataupun bibit merupakan awal segalanya pertumbuhan dalam komoditas usahatani. Penyediaan dan pemilihan bibit unggul sesuai masih terbatas. Untuk usaha hortikultura pada umumnya masih mengandalkan benih impor dengan jenis hibrida. Beberapa produsen benih jenis ini telah ada, yang pada umumnya adalah perusahaan multinasional. Ketergantungan terhadap benih impor masih besar dan menjadikan harga benih mahal. Prasarana irigasi kurang terpelihara dengan baik. Pembangunan waduk atau embung sangat sedikit, sumber air semakin rendah debitnya. Akibatnya kalau musim kemarau sangat sulit mendapatkan air, lahan yang mendapatkan irigasi semakin sempit. Dilain waktu saat musim hujan air melimpah ruah dan cenderung kebanyakan air bahkan banjir. Ini semua pertanda perlunya sumberdaya air harus dikelola dengan baik untuk mendapatkan manfaat, bukan malah menjadi mudarat. Cuaca ekstrem harus menjadi perhatian karena sering jadi penyebab kegagalan usaha pertanian. Teknologi budidaya sering kita ciptakan dan manfaatkan untuk mengatasi maslah teknis dan sekaligus meningkatkan effiesiensi usaha. Teknologi selain harus dikaji efektivitas teknis dan dampaknya , harus dikaji pula kesiapan sikap, pikir dan ketrampilan pengguna dan pemanfaat teknologi tersebut. Teknologi tepat guna dan berhasil guna serta ramah lingkungan adalah pilihan. Namun siapa yang menekuni dan berkewajiban serta bertanggung jawab atas kajian dan implementasi teknologi budidaya pertanian ini. Produktivitas tak bertambah, hamapenyakit terus merambah, ongkos produksi bertambah dan lingkungan pertanian bermasalah. Inilah potret teknologi kini yang mengharuskan kita untuk dengan kesungguhan dan
94
kesanggupan merancang, menciptakan dan menerapkan teknologi terbaik tersesuai untuk pengembangan pertanian kita. Setelah berusaha di lahan dan sampailah pemanenan hasil pertanian. Panen adalah saat yang ditunggu dan sangat diharapkan oleh petani. Namun jerih payah, cucuran keringat , pemikiran dan tindakan yang diharapkan membuahkan nilai hasil yang baik bisa sirna ketika di pasar jumlah pasokan lebih besar dari kebutuhan atau situasi kelebihan produksi. Hasil lahanlapangan bagus belum tentu memberi keuntungan baik kalau nilai jualnya rendah. Selanjutnya, siapa yang membantu mengatur atau melakukan monitoring dan memberikan kontrol keseimbangan produksi dan kebutuhan tersebut. Bisa dikatakan hanya komoditas padi yang dikendalikan pemerintah, dan itupun belum efektif. Artinya penyerahan pemasaran hasil yang seluruhnya kepada mekanisme pasar, tanpa keterpaduan supply - demand mengakibatkan kecenderungan petani tak berdaya, sering merugi, dan usahatani terganggu bahkan untuk komoditas tetentu tidak berkelanjutan. Kelembagaan usahatani dengan usaha pembentukan kelompok tani berorientasi wilayah dan komoditas pertanian, ternyata banyak yang tidak jalan. Sebagian besar kelembagaan lebih ke memudahkan distribusi dan keperluan administrasi bantuan, bukan ke prestasi usahatani dan kesejahteraan petani kini dan jangka panjang. Kelembagaan lebih ke administrasi formalitas dibanding untuk sinergi integritas dan produktivitas. Uraian permasalahan kompleks diatas tidak ditujukan untuk membangun persepsi pesimis dan menyalahkan banyak fihak, tetapi lebih kepada refleksi keberanian untuk koreksi diri mengetahui posisi kini, dan mengobarkan semangat untuk optimis membangun pertanian yang
Kemitraan Usaha Terpadu Usaha Pertanian: untuk Daya Saing, Kesejahteraan ... efektif, dinamis dan visioner. Membangun kolektivitas kebisaan, kebiasaan positif dan sinergi seluruh pemangku kebijakan dan kepentingan terkait sektor pertanian. Pembahasan: Pertanian terpadu atau terintegrasi sebagai solusi untuk daya saing, kesejahteraan dan kesinambungan Pertanian Terpadu merupakan istilah yang telah lama kita dengar dan kenal. Namun pemahaman, arti dan maknanya bisa berbeda-beda tergantung dari sudut pandang pemikiran dan rincian programnya. Keterpaduan program yang disampaikan kali ini meliputi aspek produk sebagai hasil pertanian, aspek proses usaha budidaya dan usaha tani pertanian, serta aspek organisasi yang membangun kebisaan – kemampuan, kebiasaan sikap piker dan tindakan serta membangun hubungan baik kini dan jangka panjang kedepan. Keterpaduan Produk artinya: Produk hasil pertanian sesuai kebutuhan/orientasi pasar. Produk memiliki keunggulan/ daya saing (syarat mutu, kontinuitas pasokan, harga). Produk Utama, produk samping, “limbah” dimanfaatkan sebagai bagian produk atau hasil terpadu untuk peningkatan pendapatan dan mengatasi
maslah lingkungan. Terpadu Proses mengandung arti terpadu proses usaha mulai benih, lahan, sarana produksi pertanian, sistem budidaya, pengairan, dampak ke lingkungan, panen dan pasca panen, pengolahan, pengemasan, kontrol kualitas, logistik , distribusi dan pemasaran. Terpadu organisasi dan pelaku kemitraan yaitu Petani, Pelaku usaha – dagang atau industri, produser dan pemasok sarana pertanian, Pemerintah (pengarah, pembina, pendukung, pengayom), Balai/ institusi riset – pengembangan ( universitas, balai / badan litbang, swasta). Terpadu dalam sistem hubungan kerja: Kemitraan Terpadu usahatani pertanian dengan kejelasan peran, fungsi, hak dan tanggung jawab masing masing pelaku dalam membengun kebersamaan , saling menguatkan untuk mencapai tujuan masing-masing pelaku dalam kolektivitas tujuan bersama. Keterpaduan program yang dilakukan antar Pelaku Usaha dan Pembina. Keterpaduan mulai dari Produksi, Industri Pengolahan, dan Pemasaran bahkan dengan konsumen. Dalam hubungan keterpaduan usaha tani bagi petani dan mitra dan pembinanya tergambarkan sebagai berikut:
95
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 Dari gambar-skema hubungan keterpaduan dalam mengembangkan usaha pertanian tersebut, memerlukan tindakan yang focus terhadap formula rotasi tanam dengan jenis tanaman yang hendak dijadikan sebagai komoditas andalan hasil pertanian wilayah. Analisis aspek agronomi, sumberdaya lahanalam, sumberdaya manusia termasuk ketrampilan, semangat dan pengalamannya, serta dukungan pemangku kebijakan dan kepentingan lainnya haruslah menjadi pertimbangan. Hubungan keterpaduan dengan perusahaan mitra tertentu terkait pemenuhan kebutuhan bisnisnya. Dengan jalinan usaha yang terstruktur dan jelas peran serta tanggungjawabnya, maka usaha akan terintegrasi mulai dari awal produksi (onfarm) sampai dengan produk akhir diterima atau dibeli konsumen (offarm). Ini semua akan meningkatkan effisiensi rantai pasok (supply chain efficiency) dan keadilan keuntungan yang lebih seimbang dan berkeadilan serta terjaga. Hal-hal inilah sebenarnya menjadi basis untuk kesinambungan atau keberlanjutan usaha bersama.
96
Klaten memiliki potensi dan keunggulan untuk pengembangan komoditas unggulan, yaitu padi, jagung, kedelai dan tembakau. Keunggulan komoditas tesebut diakui banyak pihak atau kalangan usahawan termasuk persahaan yang membuka usaha atau operasional bisnisnya di Klaten. Di komoditas padi ada Sang Hyang Sri. Komoditas jagung beberapa perusahaan yaitu Branita Sandhini (kelompok Monsanto), Pioner, Bisi-CP group, Saprotan Utama, Syngenta, dan beberapa perusahaan pembeli komoditas jagung untuk pemenuhan produksi pakan ternak . Komoditas tembakau perusahaan yang berkiprah adalah Indonesia Dwi Sembilan, dan perusahaan local yang bermitra dengan perusahaan besar seperti Djarum, Sadhana Arif Nusa, dan PTP atau Perkebunan Nusantara, dsb. Untuk kedelai memiliki potensi untuk bisa bermitra dengan Indofood, Unilever dan perusahaan lokal tahu, tempe dan kecap. Artinya, peluang Klaten untuk pengembangan komoditas andalan dan bersinergi dengan banyak fihak adalah sangat besar.
Kemitraan Usaha Terpadu Usaha Pertanian: untuk Daya Saing, Kesejahteraan ... Selanjutnya, usulan ataupun rekomendasi tindakan yang segera perlu diambil dalam pengembangan pertanian di Klaten adalah : Pemerintah mengadakan— mengkoordinir Workshop Pengembangan Pertanian Terpadu untuk Komoditas Andalan. Undang untuk hadir dan presentasi— sharing rencana, permasalahan, tindakan, dan harapan dari pelaku usaha (perwakilan petani, perusahaan, produser sarana produksi pertanian, pendukung lainnya (Universitas ,Badan Litbang, BMKG). Sebagai contoh: Workshop Pertanian Terpadu komoditas Jagung (2 hari penuh). Undangan: Petani Jagung, Pengusaha Jagung, Perusahaan pemasok dan produser benih: Monsanto, Pioner, CP (Bisi), Syngenta, Perusahaan pengguna jagung Japfa Comfeed, dan kelompok Charoen Pokphand (Central Proteinaprima), Wonokoyo, Cargill Indonesia, Multi Phala Agrinusa. dsb (pabrik pakan ternak). Saprotan Utama (produser dan distributor saprodi). Paparkan potensi daerah, rencana dan sikap dukungan pemerintah, sikap pengalaman—semangat petani. Hasil workshop berupa rumusan tindakan nyata : Program Kemitraan Usaha Pertanian, Road map pengembangan komoditas pertanian dsb. Hasil workshop harus ditindaklanjuti dengan program tindakan riil - nyata (bukan wacana). Menyikapi usulan rencana tindakan nyata tersebut Dewan Riset Daerah , ingin memberikan konstribusi sebagai: Partner dalam diskusi perencanaan dan pelaksanaan Workshop Pengembangan Pertanian Terpadu Komoditas Andalan. Mediator penghubung dengan perusahaan— perusahaan pelaku bisnis komoditas andalan ( kami memiliki jejaring komunikasi/forum komunikasi, dan mengetahui programprogram bisnis perusahaan bersama Pemda
di beberapa kabupaten). Menjadi partner untuk penyusunan program Kemitraan Usaha Terpadu, penyusunan Road map Pengembangan Pertanian Terpadu. Kesimpulan: Klaten memiliki potensi pengembangan komoditas pertanian andalan yaitu padi, jagung, kedelai dan tembakau. Banyak tantangan yang harus dihadapi dan diatasi dalam pengembangan pertanian di Klaten. Namun berdasarkan sumberdaya yang dimiliki baik alam, sumberdaya manusia termasuk semangat dan pengalamannya, dukungan perusahaan negara dan swasta untuk bermitra, serta dukungan pemerintah akan memberikan optimisme untuk sukses. Kemitraan Terpadu dalam pengembangan pertanian jangan hanya menjadi wacana, tetapi merupakan konseptual solusi yang perlu dan wajib ditindaklanjuti bersama dengan program nyata, terstruktur dan visioner dengan tumpuan sinergi— terintegrasi.
97
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11
SERBA-SERBI KLATEN Sumber : Klaten Info (Kiswanto Adinegara)
Pelayanan Baru Bank Darah Rumah Sakit Suraji Tirtonegoro Klaten Klaten Selatan ~ Semula Bank Darah Rumah Sakit dr Soeradji Tirtonegoro ( BDRS ) hanya melayani pasien sebatas jam kerja, dan hanya bekerja sama dengan PMI kota Yogyakarta sehingga sejumlah pasien mengeluhkan kebijakan ini. Respon positif dari RSST Klaten ternyata sangat baik, yakni dengan mengevaluasi kebijakan yang dinilai kurang mendukung misi RSST untuk memberikan kepuasan pasien sehingga segera merevisinya dengan kebijakan yang berpihak pada pasien. Berdasarkan surat Direktur Medik dan Keperawatan RSST Klaten dr Djoko Windoyo ,Sp.RM ,tertanggal 12 Desember 2014 perihal pelayanan darah .dengan bertujuan meningkatkan layanan BDRS terhadap pasien yang membutuhkan darah. Pelayanan BDRS pada hari kerja mulai pukul 07.30 - 14.00 WIB ( shift I ) ,dan pukul 14.00 – 20.00 WIB ( shift II ) , terhitung mulai tanggal 15 Desember 2014. Sedangkan untuk pelayanan pukul 20.00 – 07.30 WIB dilakukan oleh petugas on call dan hanya untuk kasus emergency , jika memungkinkan permintaan darah pada shift sebelumnya atau ditunda pada shift berikutnya. BDRS hanya melayani permintaan darah whole blood ( WB ) dan packet red cell ( PRC ), sedangkan untuk komponen darah lain akan dirujuk ke PMI Klaten atau PMI kota Yogyakarta. Atas perubahan kebijakan ini sejumlah pasien diantaranya Yoko warga Ceper itu menyatakan senang dan berterima kasih pada RSST Klaten yang tanggap terhadap keluhan pasien selama ini. (Klaten Info).
98
Bank Rakyat Indonesia di Ultah Ke 119, Gagas Miliki Satelit Sendiri
Klaten ~ Bank yang memiliki moto ‘Melayani dengan Setulus hati‘, itu telah berusia 119 tahun tepatnya pada tanggal 16 Desember (1895- 2014). Bank BRI usianya yang lebih seabad sepantasnya memiliki banyak pengalaman serta jaringan yang paling luas diantara perbankan lainnya dengan demikian tentu dapat melayani nasabah hingga kepelosok pedesaan di Nusantara ini. Menurut data yang ada BRI memiliki infrastruktur perbankan yang mapan serta mampu menjangkau serta menghubungkan berbagai wilayah Indonesia, dengan 457 kantor cabang , 581 kantor cabang pembantu ,972 kantor kas ,2.454 teras BRI ,5.228 BRI Unit , 522 teras keliling ,1.488 agen BRILink ,dengan jumlah total kantor pendukung 10.234 di seluruh Indonesia. Visi kedepan ,Bank BRI tengah menyiapkan kemampuan untuk digitalisasi layanan perbankan pada tahun 2016 ,dengan meluncurkan BRIsat sehingga , Bank BRI akan menjadi bank pertama di dunia yang memiliki dan mengoperasionalkan satelit sendiri. Kehadiran BRIsat kelak akan menguatkan operasional digitalisasi layanan seperti 50e-buzz,192 CDM,38.760 Mini ATM,130.000 EDC dan 19.685 ATM. Saat ini semua lini tersebut melayani 52 juta nasabah ,30,5 juta pengguna kartu debit ,1,88 juta pengguna internet banking dan 8,1 juta pengguna mobil banking BRI. Khusus untuk wilayah kabupaten Klaten menurut Bayu seorang petugas BRI Unit perkembangan Bank plat merah tersebut dinilai cukup baik di kabupaten Klaten , terdapat satu kantor cabang BRI , tiga kantor cabang pembantu , empat puluhan unit dan sejumlah teras BRI. Demi peningkatan pelayanan nasabah teras BRI unit Karangnongko yang berada di pasar Kembang , mulai 1 September 2014 telah dinaikkan statusnya menjadi BRI unit Kemalang ,dan menempati kantor baru yang berlokasi di padukuhan Tempel ,desa Kemalang, imbuhnya saat ditemui klaten info. (Klaten Info). 99
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11
Profesor ‘Telo’ Suhardi Itu Telah Berpulang dengan Tenang
Klaten ~ Berita mengenai kondisi kritisnya Prof Suhardi putra kelahiran Trucuk ,Klaten di RS Pertamina Pusat (RSPP)Jakarta Selatan, akibat kanker paru stadium empat telah diketahui dua hari menjelang kepulangannya, sehingga wafatnya Suhardi yang lahir 62 tahun lalu tepatnya 13 Agustus 1952, pada Kamis (28/8) pukul 21.40 WIB tidak begitu mekagetkan. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un Suhardi, lulusan Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta hingga meraih gelar Guru besar di almamaternya itu dikenal sangat sederhana, pekerja keras, jujur serta peduli terhadap nasib rakyat kecil utamanya petani. Kesederhanaan Suhardi nampak kendati sudah menjadi dosen di Fakultas Kehutanan UGM kala itu. Dengan menunggangi sepeda angin serta nyangklong ransel dilakoninya pergi-pulang dari rumahnya di jalan Kaliurang km 7,5 Gang Dahlia ,Kayen, Condong Catur, Sleman hingga kampus UGM Bulaksumur saban hari. Kesederhanaan Suhardi sering mengecoh mahasiswa baru, dikiranya teman mereka sesama maba ternyata dosen yang tidak lazim berpenampilan keki dan tidak sombong itu. Suhardi yang tamatan STM Pertanian Delanggu Klaten itu, ketika lulus S1 Kehutanan, bernadar akan lari dari kampus UGM Bulaksumur hingga rumahnya di Klaten dan nadar itu ditepatinya sesudah pelaksanaan wisuda. Pria yang suka puasa Senin Kamis tersebut setelah menyelesaikan pendidikan lanjutan master ( S2) dan doktor ( S3) nya di Filipina, itu meraih gelar Guru besar alias Profesornya pada usia muda, dan mengantarkannya menjadi guru besar dan Dekan di Fakultas Kehutanan UGM. Pernah dipercaya menjabat Direktur Jederal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS), Departemen Kehutanan dan Perkebunan Kemenhut era Presiden Gus Dur, dan karena kejujurannya ia hanya bertahan beberapa bulan saja. 100
Penelitiannya tentang Gaplek alias ketela pohon atau Telo di kabupaten Gunungkidul yang menghebohkan yakni dengan makan telo membuat usia harapan hidup menjadi lebih lama dan getolnya berkampanye cinta pangan lokal, serta sumpah anti makan terigu menjadikan Suhardi dijuluki Profesor Telo. Kepeduliannya terhadap pengembangan pangan lokal kemudian menghantarkan dirinya menjadi staf ahli Dewan Ketahanan Pangan Nasional di Kementerian Pertanian RI di Jakarta dari tahun 2002 - 2008. Kepeduliannya untuk mengubah nasib petani agar menjadi lebih baik membuatnya tidak puas bekerja sebagai akademisi, praktisi dan birokrasi, bahwa untuk mewujudkan mimpinya Suhardi percaya harus lewat jalur politik. Sehingga kemudian ikut mendirikan salah satu Parpol ternama di Indonesia bernama Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Jenazahnya dimakamkan di pemakaman keluarga besar UGM Sawitsari, Jumat (29/8) pukul 13.00 WIB dan sebelumnya menerima penghormatan terakhir di Balairung dari UGM. Cita-cita luhurmu belum tergapai, namun Allah SWT telah memanggilmu untuk menghadapNya. Selamat jalan, semoga khusnul khotimah, Profesor Telo dari Klaten (Klaten Info).
101
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11
Profil Pensiunan Sukses Beternak Sapi Potong Klaten ~ Barangkali banyak yang menyangka bahwa si peternak sapi sukses ini adalah alumni fakultas peternakan. Praduga tersebut ternyata salah, sebab Haryoko, si empunya peternakan sapi yang fasih menangani seluk beluk budidaya ternak sapi ini adalah pensiunan PNS DKI Jakarta 2011. Pendidikan formalnya setelah tamat SDN Kembang , SMP Negeri Kemalang, SMA Negeri Klaten adalah Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Setelah purna tugas sebagai abdi masyarakat dan abdi negara sebagai pegawai negeri sipil di DKI Jakarta, Haryoko merasa terpanggil untuk back to village alias mudik ke Klaten untuk berkarya. Bidang yang dipilihnya tidak ada kaitan sama sekali dengan tugas serta basic pendidikan formal yang pernah ditempuh. Budidaya ternak sapi potong adalah jenis kegiatan yang dipandang prospektif. Hal ini sejalan dengan program pemerintah yakni program swasembada daging sapi dan kerbau secara nasional 2014. PSDSK yang dicanangkan Kementerian Pertanian menarik untuk diikuti Haryoko. Pertimbangan yang menguatkan memilih kegiatan itu adalah pekarangan yang dimilikinya yang cukup luas untuk pembuatan kandang komunal serta lahan sawah yang tersedia untuk penanaman hijauan pakan ternak.HPT jenis rumput gajah ditanam pada lahan sawah di bulak wetan Karangeri seluas sekitar 0,25 hektar.Di pekarangan rumahnya padukuhan Kadilaju, desa Kadilaju, kecamatan Karangnongko Haryoko membangun kandang
102
komunal permanen yang bagus dengan kapasitas 20 ekor sapi potong dewasa. Direncanakan juga pembuatan biogas untuk mengolah limbah kotoran ternaknya disamping untuk pupuk kandang, dalam rangka antisipasi pencemaran lingkungan sekitarnya. Kegiatan utamanya adalah penggemukkan sapi potong atau fattening jenis peranakan ongole (sapi putih), telah dimulai sejak 7 bulan yang lalu.Hingga saat ini kandang telah berisi 13 ekor sapi terdiri dari 4 ekor betina dan 9 ekor jantan. Tujuan budidaya ternak sapi potong ini adalah untuk supply ternak potong dalam rangka kurban saat Idul Adha. Sasarannya adalah dipasarkan ke Jakarta, tutur Sardi selaku tenaga kerja yang dipercaya mengelola usaha peternakan. Lebih lanjut Sardi mengatakan bahwa biaya pengeluaran untuk budidaya ternak ini sekurangnya sekitar Rp 5.000.000,00 per bulan. Di samping pakan hijauan berupa rumput gajah, sapi diberi jambrangan konsentrat dan polaar. Dia optimis budidaya ternak sapi potong ini kedepan akan menguntungkan . Masalah yang dihadapi hingga saat ini belum ada, kecuali pernah seekor ternak sapi nya mati gara-gara radang tenggorokan yang akut.Memang diakui Sardi sejak dibeli sapi yang bernilai sekitar Rp 11.000.000,00 an itu memang sudah dalam keadaan sakit. Sudah diupayakan mengundang tenaga paramedik veteriner beberapa kali untuk mengobati namun tetap saja tidak tertolong. (Klaten Info).
Candi Merak Nan Indah
Candi Merak di Karangnongko (Sumber foto : http://kekunaan.blogspot. com/2012/10/candi-merak.html)
perwara yang semua menghadap ke barat ke arah candi induk. Candi induk berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 8,38 x 8,38 m,tinggi 12 meter. Penampil candi berukuran panjang 155 cm dan lebar 160 cm. Pipi tangga berukuran panjang 230 cm dan lebar 252 cm.Di dalam Candi Merak terdapat Lingga Yoni yang berada di dalam bilik candi utama. Selain Lingga Yoni terdapat pula arca Durga yang menempati relung utara dan Ganesha yang berada di relung barat. Selain itu terdapat arca-arca lain di sekitar halaman candi Merak seperti Nandi dan dewadewa lain dalam agama Hindu ,sesuai sifatnya yakni candi Hindu. Menurut salah seorang petugas penunggu , candi ini dibuat pada zaman Mataram Kuna. Pada masa Wangsa Syailendra yang menganut agama Hindu Syiwa.Pertama kali ditemukan sekitar tahun 1925. Saat itu candi berada pada sebidang lahan yang ditumbuhi sebatang pohon
Klaten ~ Candi Merak, di manakah itu? Adanya pertanyaan tersebut dinilai sangat wajar,mengingat keberadaan candi yang satu ini belum familiar dan sepopuler candi-candi lain di wilayah kabupaten Klaten seperti candi Plaosan,candi Sewu dan candi Jongrang. Candi Merak tepatnya berada di padukuhan Candi, desa Karangnongko, kabupten Klaten, provinsi Jawa Tengah. Menurut Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah luas kompleks candi Merak sekitar 2.000 meter persegi.Candi Merak terdiri dari satu candi induk yang menghadap ke timur dan tiga candi Arca Bathari Durga di relung Utara
Salah satu relief di pipi tangga candi Merak (Sumber foto: http://tarabuwana.blogspot. com/2012/01/candi-merak.html)
Joho raksasa. Rupanya rimbunnya pohon Joho menyebabkan banyak burung Merak bertengger dan tidur di atas pohon setiap hari. Saking tuanya umur pohon Joho , suatu ketika pohon tersebut roboh.Dibawah perakaran pohon besar itu ternyata tersimpan reruntuhan sebuah candi yang ditemukan berupa arca dan bebatuan. Candi yang ditemukan saat itu belum memiliki nama,mengingat pohon Joho yang tumbuh kala itu dijadikan “rumah” burung Merak maka sebagai tetenger candi tersebut dinamakan “Candi Merak” 103
Arca Ganesha di relung Barat
Kondisi candi Merak saat ini telah terlihat indah pasca pemugaran .Pemugaran candi dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah dengan dana APBD Provinsi Jawa Tengah. Kronologi pemugaran dimulai dari bagian kaki selesai dipugar pada tahun 2007 ,sedangkan bagian tubuh candi selesai dipugar pada tahun 2010. Sementara bagian atap candi rampung dipugar pada tahun 2011.
Keelokan arsitektur bangunan candi Merak sejatinya tidak kalah manakala dibadingkan dengan candi-candi yang sepantaran pembuatannya seperti candi Sewu, candi Prambanan, dan candi Plaosan. Bahkan, konon candi ini seusia dengan candi Bima yang ada di Kompleks candi Dieng. Prakiraan ini atas dasar adanya kudhu dan kala makara di candi Merak yang identik dengan yang ada di candi Bima di wilayah dataran tinggi kabupaten Wonosobo tersebut. Barangkali ,diperlukan promosi dan publikasi secara terencana,terpadu serta berkelanjutan
Lingga & Yoni dalam ruang utama Candi Merak
104
Kondisi Candi Merak saat ditemukan sekitar tahun 1925
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11
oleh para pihak terkait guna memperkenalkan benda cagar budaya berupa candi yang ada di Karangnongko ini .Banyak metode untuk itu salah satunya dilaksanakannya event pergelaran budaya secara berkala di komplek candi Merak. Akses menuju candi cukup bagus didukung infrastruktur jalan aspal serta berada dekat pusat pemerintahan kecamatan Karangnongko. Menurut Arie Item DM warga setempat yang menulis dalam akun jejaring sosial bahwa sepertinya keberadaan candi Merak belum banyak dikenal wisatawan,dan sebenarnya wilayah kecamatan Karangnongko memiliki dua candi disamping Merak yang satu lagi namanya candi Bandung,terletak kurang lebih 500 meter di selatan SMPN 1 Karangnongko. Di eksposenya candi Merak nan indah sebagai salah satu destinasi pariwisata cagar budaya di kabupaten Klaten diharapkan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di sekitarnya,yang bermuara pada peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat. Referensi : http://joglosemar.co/2012/10/candi-merakdi-desa-karangnongko-relief-tak-kalaheksotis-masih-kalah-promosi/ http://cetak.joglosemar.co/berita/pemugarancandi-merak-selesai-60-persen-46603. html http://purbakalajawatengah.org/detail_berita. php?act=view&idku=108 http://kekunaan.blogspot.com/2012/10/candimerak.html http://nonobudparpora.wordpress.com/ kebudayaan/ http://tarabuwana.blogspot.com/2012/01/ candi-merak.
Rumah Dari Kayu Nangka Jadi Kebanggaan Tersendiri
Rumah kuna berkerangka kayu nangka tua di Karangnongko. Klaten ~ Dilihat dari kelasnya kayu nangka dibandingkan dengan kayu jati memang tidak selevel, kayu nangka berada dibawahnya. Namun demikian kayu nangka memiliki kualitas yang cukup bagus dibandingkan dengan mahoni dan albazia. Di samping tahan lama, keistimewaan kayu nangka adalah warna kuning yang cerah hingga agak gelap yang dipengaruhi umur pohon. Semakin tua warna kuning akan mendominasi kayu nangka. Pohon Multipurpose Tree Species ( MPTS ) Pohon nangka gampang hidup dan bisa mencapai puluhan hingga ratusan tahun.Pohon ini disamping penghasil buah cempedak atau nangka , jika belum matang disebut ‘gori’ dapat digunakan sebagai bahan baku gudeg dan sayur ,daunnya bagus untuk hijauan pakan ternak. Bakal buahnya juga dapat untuk obat herbal serta sebagai obat nyamuk bakar. Sehingga warga masyarakat suka menanam
pohon serbaguna ini mulai di pekarangan, sawah .serta tegalan,hingga berumur puluhan tahun.Diameter pohon bisa mencapai 0,50 - 1 , 50 meter dengan ketinggian hingga puluhan meter.Hasil dari pohon ini memiliki nilai ekonomi tinggi mulai dari buah ,daun hingga harga kayunya cukup mahal dan mudah menjualnya. Sebagai kayu bahan pertukangan bagi masyarakat wilayah kecamatan Manisrenggo, Kemalang ,Karangnongko,Jatinom dan Tulung yang berada di kaki Merapi kayu nangka dimanfaatkan untuk membuat rumah dan perkakas rumahtangga.Saking banyaknya pohon nangka maka salah satu wilayah kecamatan itu diberi nama ‘Karangnongko’ sebagai tetenger. Rumah berbahan dasar kayu dipercaya masyarakat tempo doeloe aman dan tahan gempa, baik gempa tektonik maupun vulkanik yang sering mengguncang daerah lereng Merapi. Menjadi prestise tersendiri jika memiliki rumah kuna yang berpintu ‘gebyog’ dan 105
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11
Pohon Nangka , pohon serbaguna. kerangkanya dibuat dari kayu nangka tua.Warna kuning hingga kecoklatan pelitur nampak mantap dan ‘wah’ dipandang.Keantikan bangunan berbasis kayu nangka memang memiliki keanggunan serta kenyamanan tersendiri,rasanya adem.Dizaman sekarang rumah kayu kian langka ,semuanya digantikan dengan semen sehingga aura adhemnya hilang ,jadi panas rasanya Rumah tipe limasan ini dibuat kira-kira tahun 1900 an , kerangka utamanya terbuat dari kayu nangka tua yang warnanya coklat kehitaman serta penggarapannya hand made sehingga nampak tidak halus mulus ,yang menandakan ketuaannya,demikian penuturan Doni pemilik rumah berbasis kayu itu kepada kontributor klaten info dengan bangga.
106
Menurut Doni rumah ini pemberian nenek moyangnya yang zaman doeloe menjadi pamong di desanya.Dengan demikian mampu memilih dan membeli pohon-pohon nangka tua dari masyarakatnya ,disamping menebang pohon dipekarangannya sendiri kala itu , demikian imbuhnya. Saat ini pohon nangka yang besar kian sulit ditemukan, karena kebutuhan akan kayu unik ini kian banyak ,sementara lahan pertanaman kian berkurang terkonversi untuk kepentingan non pertanian. (Klaten Info).
Petani Klaten Tidak Lagi Minat Tanam Albasia
Klaten ~ Tanaman sengon laut atau albicia falcataria,dan petani sering menyebutnya albasia pernah mengalami masa keemasan diera 1990 an,ketika pemerintah menggalakkan program “sengonisasi”.Di era kejayaan itu tanaman sengon putih dapat dijumpai hampir disemua tempat mulai dipinggir jalan tol,untuk perindang jalan desa ,di pekarangan,di tegalan bahkan di tanah sawah. Pembudidayaannya ada yang monokultur dan dengan sistem tumpangsari. Kayu sengon laut merupakan bahan utama industri baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk komoditas ekspor.Permintaan pasarnya sangat besar dan baik. Jenis tanaman yang cepat panen (quick yielding), ini terpilih sebagai tanaman penghijauan di daerah aliran sungai,tak terkecuali diwilayah kaki Merapi. Wilayah kecamatan Manisrenggo,Kemalang dan Karangnongko ,kabupaten Klaten merupakan lumbung sengon laut yang cukup terkenal hingga saat ini.Luas pertanaman sengon laut mencapai ratusan hektar,yang pengusahaannya dilakukan oleh petani terutama berlokasi di tanah tegalan.Seorang petani membudidayakan dan memiliki albasia jumlah vegetasinya berbeda-beda mulai dari 10 hingga ribuan batang.Tanaman sengon laut apabila dipelihara dengan baik pada lahan yang subur dapat dipanen saat umur 3,5 – 4 tahun.Pada kisaran umur tersebut sudah masak panen dan batangnya dapat mencapai diameter 30 – 35 cm.Harga normal perbatang dengan midle 35 cm,antara Rp 350.000,00 – 400.000,00. Dengan kondisi aman dari serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) petani sengon dapat
meraup keuntungan yang menggiurkan. Dengan jarak tanam 5 x 5 meter,dalam satu hektar lahan tegalan memiliki populasi 400 batang pohon pada saat awal tanam. Hingga panen populasi itu akan kian berkurang karena penerapan teknik penjarangan sesudah tanaman tumbuh lurus dan tinggi. Tanaman yang pertumbuhannya kurang baik dipotong untuk memberi kesempatan pada tanaman terpilih yang disisakan. Apabila populasi pohon hingga dipanen tinggal 100 batang saja,petani sudah dapat mengantongi hasil akhir Rp 37.500.000,00 (tiga puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah).Sementara hasil yang lain seperti kayu bakar dari penjarangan,hijauan pakan ternak dan tanaman tumpang sari belum diperhitungkan.Pemasaran sangat gampang pembeli datang dan menebang sendiri setelah transaksi terjadi.Demikian dituturkan Suyanto petani sengon dari desa Ngemplak,kecamatan Karangnongko kepada kontibutor klaten info.Suyanto pernah berjaya dan berulang kali menanam albasia dilahan tegalannya . Namun akhir-akhir ini petani sengon termasuk Yanto tidak lagi minat dan semangat untuk menanam albasia.Akibat merebaknya penyakit “tumor “,yang menyerang batang sengon ,menyebabkan tanaman sakit dan lama kelamaan mati. Penyakit ini sulit diobati,pernah dicoba dengan berbagai obat kimia tetapi tetap saja “tumor” itu menyerang.Penyakit ini sangat merugikan ,dari pada mengalami kerugian yang besar akhirnya para petani memilih menanam tanaman jenis lain berupa tanaman buah-buahan seperti durian. Para petani berharap kepada pemerintah kabupaten Klaten,cq Dinas Pertanian dapat segera memberikan pembinaan teknis dan penyuluhan agar dapat mengatasi merebaknya serangan OPT berupa “tumor” pada tanaman albasia.Dengan demikian semangat dan minat berbudidaya sengon laut yang sangat menjanjikan akan bangkit serta bergairah kembali. (Klaten Info). 107
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11
Lomba Mancing Tahun Baru 2015 di Pokdakan Tirto Amarto, Klaten Sukses
Saat start lomba dimulai sejumlah ikan terangkat oleh pemancing
108
Klaten ~ Sebagaimana prediksi sejak awal lomba mancing asyik menyambut tahun baru 2015 bersama pokdakan Tirto Amarto di padukuhan Kadilaju ,desa Kadilajo ,kecamatan Karangnongko bakal sukses. Benar saja hingga tanggal terakhir batas pendaftaran peserta sudah melampaui target .Lapak untuk lomba dengan tiket seharga @ Rp 60.000,00 sejumlah 32 buah sudah ludes terjual. Sementara untuk kolam pertama disediakan khusus warga RW I setempat dengan harga murah yakni Rp 20.000,00 / orang juga sudah penuh,demikian penuturan Sumaidi salah satu panitia pelaksana loman yang digelar tanggal 1 Januari 2015. Lomba mancing ini dimulai pukul 08.00 – 16.00 WIB diawali dengan pembacaan tata tertib lomba ,setelah calon peserta menempati lapak masing-masing yang diperoleh dengan
cara undian imbuh Trimanto anggota panitia lainnya kepada klaten info. Hingga batas waktu penentuan peserta beruntung , akhirnya semua hadiah yang disediakan panitia habis disabet pemancing mania. Juara utama yang dapat memancing bawal maskot sebesar 2 kg diraih oleh Santoso dari Prambanan , juara 1 ikan bawal 0,720 kg dimenangkan Kliwir ,juara 2 diraih Junardi dengan ikan bawal 0,720 kg dan Ventok juara 3 memancing bawal 0,660 kg. Juara utama mengantongi uang pembinaan Rp 300.000,00 ditambah seperangkat alat pancing ,juara 1 Rp 200.000,00,juara 2 Rp 100.000,00 dan ketiga Rp 60.000,00 yang diserahkan Sugiarno selaku ketua panitia yang juga ketua pokdakan Tirto Amarto.
Di Mitos ‘ Kali Petung’ Nan Penuh Misteri
Kali Petung zaman doeloe berada dibawah rumpun bambu Petung. Klaten ~ Ada ‘1000’ kali atau mata air di padukuhan Kadilaju, salah satunya adalah ‘kali Petung’.Tepatnya berlokasi di pojok lor kulon pekarangan Ibu Hj Soetasmi Hardiwidagdo masuk wilayah administratif desa Kadilaju. Menurut sesepuh desa Umar Kadir pemberian nama kali Petung, karena mata air itu zaman dahulu keluarnya di bawah
dapuran pring Petung dan beberapa batu besar sehingga orang menyebutnya Kali Petung. Setelah rumpun bambu Petung ditebang habis , kemudian tumbuh pohon Gayam yang kala itu cukup besar dengan dedaunannya yang rimbun. Bagi warga masyarakat sekitar mitos kemisterian kali Petung cukup terkenal. Beberapa kali kejadian dialami warga,salah 109
Prospect, Agustus 2014, Tahun 7, Nomor 11 satunya Erik yang pada suatu sore berjalan di dekat kali Petung tiba-tiba ada penampakan seperti pocongan berbalut kain putih turun dari rimbunnya pohon gayam, spontan saja remaja itu ketakutan kemudian lari terkencing-kencing sambil gemetaran, wajahnya pucat pasi saat bertemu dan kemudian menceritakan kepada teman-temannya. Disamping hantu pocong yang suka mengganggu warga, konon di rong ( lubang ) dimana air keluar juga menjadi sarang ular siluman. Ular buntung itu laiknya sebuah kendang, demikian penuturan Sugiyarno orang pintar setempat yang mengaku pernah berguru di Banten selama belasan tahun kepada kontributor klaten info. Ular misterius itu pernah nampak disiang hari, yang menjadi korban adalah sopir truk yang lagi buat hajat di selokan dekat kali Petung. Tiba-tiba dikejutkan datangnya seekor ular besar tetapi pendek seperti kendang .Saking takutnya sang sopir lari terbirit-birit dan minta
110
tolong pada orang pintar di padukuhan itu dan mengatakan kapok tidak akan mengulangi perbuatannya. Peristiwa aneh juga pernah terjadi ketika si empunya tanah berniat memagari pekarangannya dengan tembok permanen, ketika tepat pada lubang yang diduga menjadi persembunyian ular itu dipasangi tembok berulang kali pagar itu pecah, kendatipun berulang kali diperbaiki.Pemilik pekarangan mengaku bermimpi ditemui ular dan minta agar rumahnya jangan dirusak. Kini, pohon gayam angker itu telah ditebang, dan sumber air itu tiba-tiba ‘mati’ dan mengering,namun cerita misteri kali Petung dengan Ular buntungnya masih tetap melegenda di tengah masyarakat. Sementara menurut penerawangan paranormal setempat wedhon alias si pocong yang suka mengganggu hijrah ketempat lain karena ‘rumahnya’ telah ambruk ditebas chain shaw alias gergaji mesin. (Klaten Info).