BPS Klaten. 2001. Klaten dalam Angka 2001. BPS Klaten : Klaten _________. 2006. Klaten dalam Angka 2006. BPS Klaten : Klaten _________. 2011. Klaten dalam Angka 2010. BPS Klaten : Klaten _________. 2012. Klaten dalam Angka 2011. BPS Klaten : Klaten
pengurangan lahan sawah di Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil analisis variabel PDRB pertanian berpengaruh nyata dalam taraf signifikansi 90%. Hal ini terjadi karena kenaikan/pertumbuhan PDRB pertanian tergolong lambat jika dibandingkan dengan sektor lain. Ketika sektor pertanian mengalami kenaikan Rp. 1,- maka sektor lain telah meningkat lebih dari nilai tersebut. Selain itu pertumbuhan PDRB sektor pertanian fluktuatif. Lambannya pertumbuhan dan fluktuatifnya PDRB sektor pertanian inilah yang menyebabkan alih fungsi lahan sawah banyak terjadi. Variabel jumlah pasar memiliki nilai signifikansi 0,435 artinya Hi ditolak dan Ho diterima. Artinya variabel jumlah pasar secara individu tidak perpengaruh nyata. SIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : Perkembangan alih fungsi lahan sawah ke non sawah berkurang seluas 6.119,6 ha. Namun juga terdapat sawah baru sehingga penurunan luas total sawah di Kabupaten Klaten seluas 2.459,2 ha. Perkembangan tingkat petani dari 40 responden melakukan alih fungsi 44.275 m2. Sehingga diperoleh ratarata alih fungsi yang dilakukan oleh satu orang responden yaitu 1.106,875 m2 atau 0,111 ha. Pendidikan, produktifitas lahan, harga lahan, jumlah anak, pendapatan usahatani dan pendapatan luar usahatani mampu menjelaskan pengaruh alih fungsi lahan sawah sebesar 58,1%. Produktifitas lahan, harga lahan, jumlah anak secara individu
berpengaruh nyata. Faktor wilayah yang meliputi jumlah penduduk, jumlah industri, PDRB pertanian dan jumlah pasar mampu menjelaskan pengaruh alih fungsi lahan sawah sebesar 99,3%. Variabel jumlah penduduk dan PDRB sektor pertanian secara individu berpengaruh nyata. Faktor yang paling berpengaruh terhadap alih fungsi lahan sawah ke non sawah adalah jumlah penduduk. SARAN Saran yang dapat diberikan adalah penentuan lahan hijau dan kuning sebaiknya dilakukan lebih hatihati, meskipun strategis namun juga mempertimbangkan kesuburan lahan. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) juga diperketat sehingga semua bangunan telah memiliki ijin bahkan dari proses pengeringan. Selain itu lebih memperhatikan nasib petani dengan berupaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan kalangan petani melalui sektor pertanian. DAFTAR PUSTAKA Barlowe R. 1978. Land Resource economics. Third edition. New jersey : Prentice Hall. Nazir, M. 1988. Metode Statistik. Ghalia Indonesia : Jakarta Supriyadi A. 2004. Kebijakan Alih Fungsi Lahan dan Proses Konversi Lahan (Studi kasus: Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur). Skripsi. Institut PertanianBogor : Bogor.
Analisis Faktor Wilayah Tabel 4. Hasil Analisis Faktor Wilayah yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah No Variabel Constant 1 Jumlah Penduduk 2 Jumlah Industri 3 PDRB Pertanian 4. Jumlah Pasar Umum Koefisien Determinasi ( adjusted R2) F- sig Durbin Watson test Periode Sample
Koefisien 41143,553 -0,006 -0,005 -7,791E-5 0,374 0,989 0.000 2,155 2001- 2011
Sumber: Analisis Data Sekunder, 2013 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik : 1) Multikolinieritas : menunjukkan bahwa nilai VIF berkisar antara 2,257 – 3,945 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak terdapat multikolinieritas. 2) Heterokedastisitas : menunjukkan titik-titik yang terbentuk tidak membentu pola tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model terbebas dari heterokedastisitas. 3) Autokorelasi : menunjukkan nilai DW sebesar 2,155. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak terdapat autokorelasi. 4) Normalitas : menunjukkan titik – titik pada normal P-P plot membentuk garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa model mempunyai distribusi normal. Uji Koefisien Determinasi menunjukkan (adjusted R2) model sebesar 0,989 artinya variabel pertumbuhan penduduk, jumlah industri, jumlah PDRB pertanian dan jumlah pasar mampu menjelaskan pengaruh alih fungsi sawah lahan sebesar 98,9%. Sisanya sebesar 1,1% dijelaskan variabel – variabel lain yang tidak termasuk dalam model.
Sig
VIF
0,000*** 0,199NS 0,090* 0,435NS
3,945 2,494 3,815 2,257
Uji F menunjukkan nilai signifikansi 0,000 sehingga Ho ditolak dan Hi diterima pada tingkat kepercayaan 99%. Artinya variabel bebas yang meliputi jumlah penduduk, jumlah industri, PDRB pertanian dan jumlah pasar secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap besarnya alih fungsi lahan sawah ke non sawah di Kabupaten Klaten. Uji t pada variabel jumlah penduduk memiliki nilai signifikansi 0,000 sehingga Ho ditolak dan Hi diterima. Sehingga variabel jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan sawah ke non sawah di Kabupaten Klaten. Hal ini terjadi karena semakin banyak jumlah penduduk maka jumlah lahan pertanian semakin berkurang untuk memenuhi kebutuhan papan dan ekonomi. Jumlah industri memiliki nilai signifikansi 0,199 suhingga Ho diterima dan Hi ditolak. Artinya variabel jumlah industri tidak berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan sawah. Hal ini terjadi karena banyak industri di Kabupaten Klaten yang merupakan industri rumahan, sehingga tidak berpengaruh terhadap
dengan harga yang tinggi dan atau dihadapkan pada kepentingan yang mendesak maka petani akan menjual lahan sawah atau mengalih fungsikan lahan. Produktifitas lahan memiliki nilai signifikansi 0,005. Artinya variabel produktifitas lahan secara individu perpengaruh nyata dan memiliki hubungan yang negatif terhadap alih fungsi lahan sawah ke non sawah di Kabupaten Klaten. Hal ini karena semakin produktif lahan maka pendapatan yang diperoleh melalui budidaya padi pada lahan tersebut akan semakin banyak. Sebaliknya jika lahan tersebut tidak produktif maka tumbuh motivasi petani untuk mengalih fungsikan lahan, misalnya dibangun untuk berwirausaha, jika tempat strategis akan dijual dengan harga tinggi dan dibelikan kembali dengan luasan lebih banyak, maka akan diperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Dari analisis dapat di simpulakan bahwa semakin lahan produktif alih fungsi lahan sawah akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya, produktifitas lahan semakin kecil maka alih fungsi lahan sawah akan semakin besar. Harga lahan memiliki koefisien regresi sebesar 0,001 dan nilai signifikansi 0,010. Harga lahan secara individu berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan sawah ke non sawah
di Kabupaten Klaten. Artinya setiap harga lahan pertanian naik Rp. 1 maka akan meningkatkan alih fungsi lahan seluas 0,001 m2. Hal ini terjadi karena semakin tinggi harga lahan maka petani akan semakin termotivasi untuk menjual lahannya. Variabel jumlah anak memiliki nilai signifikansi 0,063. Secara individu jumlah anak berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan sawah. Artinya bertambahnya 1 anak dalam suatu keluarga akan menambah alih fungsi lahan sebanyak 156,485 m2. Hal ini terjadi karena semakin banyak jumlah anak maka biaya hidup dan tanggung jawab orang tua untuk mencukupi kebutuhan akan semakin tinggi. Salah satu jalan untuk menutup kebutuhan yaitu dengan mengalifungsikan lahan. Variabel pendapatan usahatani mempunyai nilai signifikansi 0,117. Sehingga Ho diterima dan Hi ditolak. Artinya pendapatan usahatani secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan sawah ke non sawah di Kabupaten Klaten. Variabel pendapatan luar usahatani memiliki nilai signifikansi 0,005. Sehingga Ho diterima dan Hi ditolak. Artinya pendapatan luar usahatani secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan sawah ke non sawah di Kabupaten Klaten.
Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah ke Non Sawah di Kabupaten Klaten Analisis Faktor Petani Tabel 3. Hasil Analisis Faktor Petani yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah No Variabel B Constant 2898,269 1 Pendidikan 15,105 2 Produktifitas Lahan -7673,317 3 Harga Lahan 0,001 4 Jumlah Anak 156,485 5 Pendapatan UT 2,373E-6 6 Pendapatan luar UT -9,573E-7 Koefisien Determinasi (Adjusted R2) F- sig N Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik : 1) Multikolinieritas : hasil analisis menunjukkan bahwa nilai VIF berkisar antara 1,019 – 1,554 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak terdapat multikolinieritas. 2) Heterokedastisitas : hasil analisis menunjukkan titik-titik yang terbentuk tidak membentu pola tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model terbebas dari heterokedastisitas. 3) Normalitas : hasil regresi menunjukkan titik-titik pada normal PP plot membentuk garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa model mempunyai distribusi normal. Uji Koefisien Determinasi menunjukkan adjusted R2 model sebesar 0,504 artinya variabel pendidikan, produktifitas lahan, harga lahan, jumlah anak, pendapatan usahatani dan pendapatan luar usahatani mampu menjelaskan pengaruh alih fungsi lahan sebesar 50,4%. Sisanya sebesar 49,6%
t hitung 2,307 0,658 -2,981 2,724 1,927 1,609 -0,900 0,504 0,000 40
Sig 0,027 0,515NS 0,005** 0,010** 0,063* 0,117NS 0,375NS
VIF 1,355 1,203 1,374 1,554 1,019 1,147
dijelaskan variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam model misalnya umur, curah hujan dan serangan hama. Uji F menunjukkan nilai signifikansi 0,000 sehingga Ho ditolak dan Hi diterima pada tingkat kepercayaan 99%. Artinya variabel bebas yang meliputi pendidikan, produktifitas lahan, harga lahan, jumlah anak, pendapatan usahatani dan pendapatan luar usahatani secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap besarnya alih fungsi lahan sawah ke non sawah di Kabupaten Klaten. Uji t variabel tingkat pendidikan memiliki nilai signifikansi 0,658. Artinya variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan sawah ke non sawah di Kabupaten Klaten. Hal ini terjadi karena responden melakukan alih fungsi lahan sawah dipengaruhi oleh motivasi mendapatkan keuntungan lebih banyak dan tingkat kebutuhan keluarga. Sehingga berapapun tingkat pendidikan responden jika ditawar
Tabel 1. Jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Klaten, 2001 2011 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Penduduk (Jiwa) 1.265.295 1.271.530 1.277.297 1.281.786 1.286.058 1.293.242 1.296.987 1.300.494 1.303.910 1.307.562 1.311.019
Perubahan (Jiwa) 7.613 6.235 5.767 4.489 4.272 7.184 3.745 3.507 3.416 3.652 3.457
Petumbuhan Penduduk (%) 0,60 0,49 0,45 0,35 0,33 0,56 0,29 0,27 0,26 0,28 0,26
Sumber : BPS Klaten, 2001 - 2012 Industri merupakan suatu kebutuhan akan lahan guna memenuhi tempat dalam melakukan kegiatan kebutuhan. PDRB di Kabupaten ekonomi di mana mengelola bahan Klaten senantiasa mengalami agar memiliki nilai tambah. peningkatan. Namun untuk PDRB Perkembangan jumlah industri di sektor pertanian mengalami fluktuatif. kabupaten Klaten pada tahun 2001 – PDRB sektor pertanian yang fluktuatif 2011 dapat di lihat di Tabel 2. akan membuat petani semakin diliputi Produk Domestik Regional Bruto ketidakpastian dan memilih sektor lain (PDRB) merupakan nilai tambah yang yang cenderung lebih menjanjikan. terbentuk dari keseluruhan kegiatan Hal seperti ini menjadi salah satu ekonomi dalam suatu wilayah. penyebab berkurangnya luas lahan Meningkatnya perekonomian suatu sawah di Kabupaten Klaten. wilayah akan turut meningkatkan Tabel 2. Jumlah Industri di Kabupaten Klaten, 2001 – 2011 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Industri Besar 261 261 261 126 126 126 126 126 126 126 130
Sumber : BPS Klaten, 2001 – 2012
Industri Kecil 35.040 35.506 35.606 35.791 35.762 35.802 33.071 33.221 32.920 32.798 33.937
Jumlah 35.301 35.767 35.867 35.917 35.888 35.928 33.197 33.347 33.046 32.924 34.067
Faktor Petani yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah ke Non Sawah di Kabupaten Klaten Responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu dari tidak pernah sekolah hingga SMP mempunyai prosentase 47,5% atau sebanyak 19 orang. Sedangkan responden yang menamatkan pendidikan hingga SMA sebanyak 9 orang (22,5%). Produktifitas lahan setiap wilayah di Kabupaten Klaten berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat kesuburan lahan, pasokan air dan hama yang menyerang. Lahan yang memiliki produktifitas tinggilah yang diharapkan oleh para petani. Dengan biaya pengolahan sama, untuk lahan yang memiliki produktifitas tinggi akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi pula. Harga lahan berpengaruh terhadap motivasi responden dalam melakukan alih fungsi lahan sawah. Tinggi rendahnya harga lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antar lain produktifitas lahan, ketersediaan sarana irigasi, lokasi lahan dan kebijakan pemerintah terkait tata ruang wilayah. Lahan sawah yang keberadaannya strategis dan termasuk lahan kuning akan memiliki posisi tawar yang tinggi. Banyak investor yang tertarik dengan lahan tersebut untuk berbisnis, misalnya di bangun perumahan ataupun untuk kegiatan ekonomi lainnya. Semakin banyak anak secara tidak langsung mendorong semakin banyak terjadinya alih fungsi lahan sawah yang berkaitan dengan kebutuhan pendidikan anak dan hak waris. Jika lahan yang diusahakan
petani tidak cukup luas, pendapatan tidak akan menutup kebutuhan harian, terlebih untuk menyekolahkan anak, sehingga alih fungsi lahan menjadi salah satu alternatif yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan maka kesejahteraan akan lebih tinggi. Salah satu sumber pendapatan responden yaitu berasal dari usahatani. Rendahnya pendapatan dari sektor pertanian dapat memacu terjadinya alih fungsi lahan sawah. Pendapatan yang rendah akan memotivasi petani untuk beralih ke sektor non sawah yang terlihat lebih menjanjikan. Lahan yang dimiliki petani tersebut akan dijual untuk modal usaha ataupun dibangun sebagai tempat usaha. Sumber pendapatan lain selain berusahatani, terdapat responden yang memperoleh penghasilan diluar usahatani. Pekerjaan diluar usahatani antara lain PNS, berwirausaha hingga menjadi buruh tani. Tidak sedikit responden yang memiliki usaha sampingan diluar berusahatani namun penghasilan sebenarnya jauh lebih besar. Hal ini akan semakin memacu terjadinya alih fungsi lahan sawah. Faktor Wilayah yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah ke Non Sawah di Kabupaten Klaten Penduduk merupakan banyaknya manusia yang bertempat tinggal di suatu wilayah. Pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi luasan lahan yang akan dihuni sebagai tempat tinggal. Jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Klaten disajikan pada Tabel 1.
PEMBAHASAN Perkembangan Alih Fungsi Lahan Sawah ke Non Sawah di Kabupaten Klaten Analisis mengenai tingkat perkembangan alih fungsi lahan dari tahun 2001 – 2011 dilakukan melalui analisis tumpang tindih (overlay) menggunakan peta penggunaan lahan dalam dua titik waktu. Hasil overlay penggunaan lahan sawah Kabupaten Klaten Tahun 2001 dan 2010 dapat dilihat pada Gambar 1.
lahan sawah yang di alih fungsikan ke non sawah dalam kurun waktu 2001 hingga 2010 seluas 6.119,6 ha. Sedangkan perkembangan total tahun 2001 luas sawah di Kabupaten Klaten adalah 34.627,8 ha. Pada tahun 2010 luas sawah menjadi 32.168,6 ha. Penurunan luasan sawah seluas 2.459,2 ha bukanlah tanpa sebab. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan sawah.
Gambar 1. Overlay Peta Penggunaan Lahan Sawah Kabupaten Klaten Tahun 2001 dan 2010 Kebijakan pemerintah mengenai Dari Gambar 1 dapat dilihat penetapan lahan abadi (lahan hijau) bahwa selama kurun waktu 2001-2010 merupakan salah satu langkah guna tidak hanya mengalami penurunan meminimalisir alih fungsi lahan lahan namun juga terdapat sawah. pertambahan. Secara keseluruhan
sawah ke non sawah di Kabupaten Klaten. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji alih fungsi lahan sawah dalam kurun waktu 2001-2010 di Kabupaten Klaten, mengkaji faktor – faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Klaten, mengkaji faktor yang paling berpengaruh terhadap alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Klaten. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode deskripsi analitis dengan teknik survei. Daerah penelitian yang diambil adalah Kabupaten Klaten dengan pertimbangan Kabupaten Klaten memiliki lahan subur yang sangat potensial untuk budidaya padi. Untuk mengetahui perkembangan alih fungsi lahan sawah digunakan overlay analysis. Overlay analysis dengan menggunakan peta rupa bumi dengan dua titik waktu. Alih fungsi lahan sawah yang terjadi di kabupaten Klaten pada tahun 2001 (menggunakan peta Rupa Bumi Indonesia) dan 2010 (menggunakan peta lahan baku sawah) akan di analisis dan akan di gambarkan melalui peta tersebut. Sehingga akan di ketahui perbedaan rupa bumi antara kedua waktu tersebut. Metode analisis deskriptif digunakan dengan tujuan memberikan penjelasan dan interpretasi atas data dan informasi pada tabulasi data. Menurut Nazir (1988), analisis deskriptif merupakan metode pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat mengenai masalah-masalah
yang ada dalam masyarakat, tata cara yang berlaku, serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Metode analisis kuantitatif menggunakan analisis regresi berganda. Pengolahan dan analisis data menggunakan program microsoft office exel 2010 dan Statistical Program and Service Solution (SPSS) 20.0. Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang dilakukan terdiri dari : Uji Multikolinieritas, Heteroskedastisitas, Autokorelasi dan Normalitas Untuk mengetahui faktor-faktor yng empengaruhi alih fungsi lahan sawah digunakan model regresi linier berganda. Model Persamaan Faktor petani Petani Yi= βo + β1X1 + β2 X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + e.............................(1) Dengan keterangan Yi adalah besarnya alih fungsi lahan sawah, βo adalah konstanta, β1 hingga β6 adalah koefisien regresi, X1 adalah tingkat pendidikan, X2 adalah produktifitas lahan, X3 adalah harga lahan, X4 adalah jumlah anak, X5 adalah pendapatan usahatani, X6 adalah pendapatan luar usahatani dan e adalah error. Sedangkan model persamaan faktor wilayah adalah : Ye = βo + β1X1 + β2 X2 + β3X3 + β4X4 + e............................................(2) Dengan keterangan Ye adalah luas lahan sawah, βo adalah konstanta, β1 hingga β4 adalah koefisien regresi, X1 adalah jumlah penduduk, X2 adalah jumlah industry, X3 adalah PDRB Pertanian, X4 adalah jumlah pasar, dan e adalah error.
PENDAHULUAN Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Selain sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sektor pertanian juga merupakan penyedia kebutuhan pangan dalam negeri. Peran sektor pertanian ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah. Pada masa Orde Baru kebijakan yang diambil pemerintah sangat mendukung kemajuan sektor pertanian. Bentuk keberhasilan dari kebijakan tersebut terbukti pada tahun 1984 Indonesia mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan beras dan mengalami ketahanan pangan yang cukup kuat. Namun dewasa ini kompleksitas masalah sektor pertanian terus muncul seiring dengan era yang semakin global serta sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Banyak persoalan yang harus segera disolusikan. Salah satunya permasalahan luas lahan pertanian yang terus mengalami penurunan. Luas lahan pertanian yang mengalami penurunan merupakan dampak yang terjadi karena adanya alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan sebenarnya bukanlah hal baru di Indonesia terutama di daerah yang sedang berkembang seperti yang terjadi di Jawa Tengah. Sejalan dengan adanya peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi di ikuti meningkatnya kebutuhan infrastruktur seperti jalan, perkantoran, perumahan dan kebutuhan lain yang menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan. Kebutuhan lahan yang meningkat
inilah yang menyebabkan persaingan dalam pemanfaatan lahan. Menurut Barlowe (1986) faktorfaktor yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah faktor fisik dan biologis, faktor pertimbangan ekonomi dan faktor institusi (kelembagaan). Faktor fisik dan biologis mencakup kesesuaian dari sifat fisik seperti keadaan geologi, tanah, air, iklim, tumbuh-tumbuhan, hewan dan kependudukan. Faktor pertimbangan ekonomi dicirikan oleh keuntungan, keadaan pasar dan transportasi. Faktor institusi dicirikan oleh hukum pertanahan, keadaan politik, keadaan sosial dan secara administrasi dapat dilaksanakan. Fenomena alih fungsi lahan pertanian merupakan dampak dari transformasi struktur ekonomi (pertanian ke industri) dan demografi (pedesaan ke perkotaan) yang pada akhirnya mendorong transformasi sumberdaya lahan dari pertanian ke non pertanian (Supriyadi, 2004). Adanya alih fungsi lahan memberikan dampak pada berbagai aspek, selain petani akan kehilangan mata pencaharian juga berdampak pada ketahanan pangan. Mulai terpinggirkannya sektor pertanian mengakibatkan banyak pengalihan fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Seperti yang terjadi di Kabupaten Klaten, lahan subur yang sangat potensial untuk budidaya padi namun harus beralih fungsi ke sektor non sawah. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH KE NON SAWAH DI KABUPATEN KLATEN Evi Patmawati P.S., Joko Sutrisno, Arip Wijianto Program Studi Agribisnis - Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax (0271) 637457 E-mail :
[email protected]. Telp. 08985310405 Abstract This study aims to assessed landuse change on wetland to non-wetland, examined the factor of affect farmers and to determined areas which has caused the evidence landuse change of wetland to non-wetland in Klaten. The basic method use in this study is descriptive analysis method with survey techniques. Methods of data analysis using the overlay, descriptive analytic and quantitative analysis. Overlay analysis is done with the land use map in the two time points. The level of development of wetland landuse in Klaten district in 2001 - 2010 based on the results of such a map overlay map of the earth and raw wetland field area of 6119,6 ha reduced. At the farm level area of land that is converted by an area of 44.275 m2 40 respondents . Land productivity , land prices and the number of children partially significantly affect wetland function transfer. The population and GDP of agriculture sector partially significantly affect wetland function transfer. The most influential variable is the number of inhabitants . Keywords : Landuse Change, wetland, Klaten, Overlay, Multiple Linear Regression Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji alih fungsi lahan sawah ke non sawah, mengkaji faktor-faktor petani dan wilayah yang mempengaruhi alih fungsi lahan sawah ke non sawah di Kabupaten Klaten. Metode dasar dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan teknik survey. Metode analisis data dengan menggunakan overlay, analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis overlay dilakukan dengan peta penggunaan lahan dalam dua titik waktu. Tingkat perkembangan alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Klaten tahun 2001 – 2010 berdasarkan hasil overlay peta rupa bumi dan peta lahan baku sawah lahan sawah berkurang seluas 6.119,6 ha. Pada tingkat petani luas lahan yang dialihfungsikan oleh 40 responden seluas 44.275 m2. Produktifitas lahan, harga lahan dan jumlah anak secara parsial berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan sawah. Jumlah penduduk dan PDRB sektor pertanian secara parsial berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan sawah. Dengan variabel yang paling berpengaruh adalah jumlah penduduk. Kata Kunci : Alih fungsi Lahan, Sawah, Klaten, Overlay, Regresi Linier Berganda