PROSID]NG SEM]NAR ILMUH PBBMI (201'
GENOTIPE VIRUS HEPATITIS B (VHB) PADA PENDERITA HEMODIALISIS (HD) DENGAN HbSAg NEGATIF' DI RSUD DR. SOETOMO, SURABAYA, INDONESIA Retno Hanrlajanil3, Lina Lukitasaril'3, Mochamad Aminr, Mochammad Thahat'3 , Soetjiptor'l Departemen Biokimia Kedokteranr. Depaftemen Penyakit Dalamr. Fakultas Kedokteran dan
lnslituk
oJ
Tropi.al Disrri.'. Uni\ersilns Airlangga. 5uraba)a. lndone'ia E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan: Indonesia merupaka:r negara dengan endemisitas infeksi virus hepatitis B (VHB) sedang sampai tinggi. Infeksi VHB ditularkan secara parenteral dan penderita hemodialisis (HD) merupakan kelompok berisiko tedular infeksi VHB. Pemedksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan pemeriksaan molekuler yang dapat digunakan untuk deteksi dini asam nukleat organisme penyebab infeksi, sebelum petanda serologis muncul. Tujuan penelitian ini adalah menentukan genotipe VIIB pada pendedta HD dengan HbsAg negatil Metode: Penelitian ini adalah penelitian cross seclional. Sampel serum diperoleh dari penderita HD di Unit Hemodialisis RSUD Dr. Soetomo Suabaya. Detekst deoxy ribonucleic acid (DNA) VHB dilakukan pada serum penderita HD dengan FIbsAg negatil selanjutnya dad hasil PCR VHB positif dilakukan sckuensing dan dianalisis untuk ditentukan genotipe VHB. Dari 50 serum penderita HD dalam penelitian ini diperoleh 96% (48/50) pende ta dengan HbsAg yang negatif. Ilasil: Pemeriksaan PCR VHB pada 48 serum pendedta HD dengan I-IbsAg negatif ini menunjukkan hasil positif sebanyak 12,5% (6/48). Analisis nukleotida hasil sekuensing enam DNA VHB positifini menunjukkan semua HBV tersebut adalah genotipe B. Simpulan: Dari penelitian ini dapat disimpulkan prcsentasi I'IbsAg negatif dan DNA HBV potitif pada penderita di Unit HD yang diteliti cukup tinggi dan semua VHB adalah genotipe B. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk penentuan subgenotipe VHB yang belum jelas subgenotipenya. Hasil penelitian ini dapat dirnanfaa&an sebagai tambalan bahan pertimbangan pengelolaan penderita di Unit tlD. Kata kunci: Virus
llepatitis B, Penderita Hemodialisis, HBsAg negatif, Genotipe VHB
IENDAHULUAN Infeksi virus hepatitis
B
(VHB) masih
menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Dari tahun ke tahun, tetap banyak terdeteksi pengidap penderita infeksi konik _ vrrus hepabtrs lJ dr seluruh clunra. VHB dapat ditularkan secara parenteral melalui transfusi darah dan komponen darah, pemakaian jalum suntik atau alat yang lercemar VHB. Yang tergolong mempunyal risiko tinggi tefiular VHB adalah mereka yang
menerima transfusi darah dan komponen darah berulang kali, penderita yang sedang menjalani
hemodialisjs
(llD).
penderita
yarg
sering mendapatkan suntikan obat-obatan secara inta vena maupun petugas kesehatan yang banyak
berhubungan dengal darah. Dikemukakan pula adanya penularan dalam keluarga.3'aj' Jadi,
penderita yang sedang menjalani HD merupakan salah satu kelompok penderita yang berisiko tinggi tetular infeksi VHB.
PROSIDING SEMINILR
ILMIIII PBBMI
Detel$i terhadap infeksi VHB
rt7
(2A15)
yang
Dengan memperlimbangkan berbagai hal
laling mudah adalah deteksi adanya antigen pernrukaan VHB (sLtfuce antigen \HB =
tersebut diatas, maka perlu dilakukan peneiitian ini, dengan tujuan: l). Mcndapatkan data HbsAg negatif pada penderita yang
llbsAg).6 Salah satu cara untuk mcogctahui adanya DNA VIIB yang beredar didalam darah, adalah delirksi tleoxy ribonucleic acld (DNA) Vllts dengrir; t.knik I'olymerase Chain Reaction (PCII)I, dirnana dengan teknik PCR ini dapal positif lebih cepat dibandingkan pemeriksaan antigen-i rlibodi dari sercrm dan u uk tnengetahui genotipe VHB dilakukan direrl sekuensirg pada hasil PCR.2 Dcngan PCR dan sckucnsing nukleotida lasil PCR VHB yang positif, dapat dikctahui genotipe VHB. Sampai saat ini diketahui adanya l0 genotipe VHB, yaitu genotipe A, B, c, D, E, l,'8, Ge, Hro, Illdan J12, yang kemudian masih tcrbagi mcniadi subtipe, misalnya subtipc Bl, ts2, B3 dan seterusnya. Genotipe '/llts dan precore-Core mutant dilaporkan ikut berperan pada pcrjalanan infeksi VHB.L3' 15 Pcncntuan gcnotipc VHB berdasar sebagian dari daerah genom S memberikan lasil yang sama dengan penentuan gcnotipe berdasal seluruh nukleotida deri VHB.r6'r? Dikemukakan bahwd genotipe pada VHC nrempengaruhi perjalanan penyakit dan kebcrhasiJan terapi.l8
ll
Dalam usaha penilgkatan usaha penanganan dan pencegahan penyebaran infeksi VHts pada penderita yang scdang nenjalani HD, serta untuk mengetahui apakah pada penderita yang sedang menjalani I-lD didapati VLIB, perlu dilakukan pemeriksaan HbsAg yang dilaniutkan dengan deteksi DNA VHB dengan tehnik PCR pada kelompok penderita yang sedang merjalani HD dengan llbsAg negatil'. Pada penelitirur terdahulu telah kami lakukan pemeriks.Lan genotipe VHB pada penderta IID dengan HbsAg positif. Belum diketahui, scberapa banyakkah: HbsAg yang negatif pada penderita yaog scdang menjalani HD dapat dideteksi DNA VllB dengan tehnik PCI{ dan bDgaimanakah distdbusi genotipe
Vllll
tcrsebuf.
sedang menjalani HD; 2). Mendapatkan data DNA VHB positif dengan tehnik PCR pada penderita yang sedang menjalani hemodialisis dengan HbsAg negative dan 3). Mendapatkan
data genotipe VHB pada penderita
yang
sedang mel1jalal1i HD dengan HbsAg negatif
VHB positil Diharapkan data yang diperoleh ini dapat dimanl'aatkan sebagai pcrtinbangan lebih lanjut dalan penccgahan penularan VHB dan managenlcn pcngelolaan di Unit HD RSUD Dr Soetomo Su.abaya pada khususnya dan di unit HD lain pada umtllltnya. daD PCR
METODI] Penelitian ini merupakan cross sectio al study. Lima puluh sampel darah diambil dari penderita yang sedang mcnjalani hemodialisis yang berobat di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam Unit lleDrodialisis RSUD Dr. Soetomo Suabaya, seteiah me'i'afida, tar'gant infotmed consenl. Pelli,ilrhan sampel dilakukau oleh Dokter Ahli Penyakit Dalam yang bertugas di unit lersebut. Contoh darah yang telah diambil,
ditcmpatkan dalam tabung pemusing ste l tanpa anti-koagulan, kemudian dilakukan pemusingan untuk mendapatkan serumnya.
Scrum yang telah dipisah, dipindahkan kedalam tabung Eppendorf steril ukuran 1,5 ml secara steril pula dan disimpan pada 80" C sampai saat pemeriksaan FIBsAg dan DNA
VHB dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium
dalam
ini adalah pemeriksaan HBsAg, pcmeriksaan DNA VHB dengan tehnik PCR dan sckucnsing DNA VHB. penelitian
1. Pemeriksaan flBsAg : HBsAg diperiksa dari senrm darah dengan tehnik
EI-ISA untuk mendeteksi
ll
P]TOSIDING SEM]NAR ILMILII PBBMI (2015)
l.t
arltigcn VllB dalam scrum. Digunakan kit AXlOM,i! dari Jerman sesuai petunjuk yang terlampir pada kit tersebdt. 2. Pemeriksaan DNA VHB dengan tehnik
I'Cn: Pemeriksaan PCR disini ditujukan pada
daerah surface VI{B. Adapun tahap-lahap pcmcriksaan PCR dalam penelitian ini adalah ekstraksi DNA VIIB dad serum, reaksi rmplifikesi dengcn PCR dan elekLroloresis.
a.
trkstraksi DN.A VHB dari serum. DNA VIIB diekstraksi da-ri serum dengan oara ekstraksi menggunakan DN'lzol. Pada setiap kali ekstmksi selalu disertakan kontrol negarif (digLrnakan akuades) dan kontrol positif
b.
Reaksi amplifikasi dengan PCR. Untuk reaksi amplihkasi DNA VHB ini , dilakukan ICI{ (bila perlu nested). Dalam reaksi PCli tahap I dan tahap II (bila perlu),
digunakan Kit PCR zrixed Fermentas€), primer YHB: P7 dan P8 pada PCR pertamal6 diur primer VHB: HBSI clur HBS2r7 pada PCR kedua apabila diperlukan nested PCR. Prirner P7, P8, HBSI dan I{BS2 sesuai dengan uutan nukleotida daerah surface VI{B yang consemed dan sudah pemah dipublikasikan sebelumnya, sehingga dapat diharapkan tingkat leoerha.ilan PCR lang tinggi. Dengan primer ini juga dimungkinlan untuk diteruskan ke proses sekuensing untuk mengelahui genotipe VHB. PCR tchap penama dcn keduc mrsingmasing dike{akan sebanyak 35 siklus dan digunakan suhu 94o C untuk denaturasi selama mcnit, 50'C untuk annealing 1,5 menit serta 72o C untuk ekstensi selama 2 nenit. 1
c. Elektroforesis Pada sctiap hasit amplifikasi
DNA VIIB
dilakukan clcktroforcsis dengan menggunakan agarosa 2o/o dalam larutan dapar TBE 0,5 X yang mcngandung ethidiun bromide. DNA
VHB dari
sampel-sampel, kontrol negarif (digunakan akuades), kontrol positif serta marka (Axl74/ Haelll digesl) yang sudah
disep:rrsi dcp.rt dilihat dibauah sinar ultraviolet. Untuk dokumentasi hasil. dilakukan pcngambilan foto menggunakan kamera digital.
3.
Sekuensing rNA VHB: Tahap-tahap yang harus dilakukanpada proscs sekuensing ini adalah purifikasi DNA
VHB hasil PCR positif yang berisi fragmenfragme nukleolida daerah genom VHB yang dituju yang telah diamplilikasi, selanjutnya dilakukan purifikasi dan hasil purifikasi dicheck dengan elektroforesis. Selanj otnya dilak.ukar. labeling dengan leknik PCR nenggruukan nukleotida tdfosfat normal, d),e dideorl nukleotida trifosfat yang sudah dilabel dan salah satu pdmer yang dipakai dalam PCR
Hasll labeling dengan PCR dipurifikasi lagi dan sekuens nuklcotida sebelumnya.
JiLeralrhui dcngdn meloda dirc./ sekucnsing yang menggunakan mesin ABI 310 Sequencet DNA dari Applied Biosystems, Jnc.
4.
Analisis sekuens nuklcotida Pada analisis, DNA VIIB yang diperoleh dad DNA VHB semm sampel penderita HD dengan HbsAg negatif dibandingkan dengan sekuens nukleotida dari genotipe VHB yang pernah dipublikasi sebelumnya, menggunakan komputer dengan prcgta,m Genetyx yer.l1,
untuk mengetahui genotipe VHB
pada
penderita tersebut.
IIASIL
ini
diperoleh dari 50 sampel sera yang berasal dari lende ta FID di Unit HD RSUD Dr Soetomo. Rangkuman data jcnis kclamin dan umur pcnderita yang sedang menjalani hemodialisis di RSU Dr Soetomo ditampilkan pada tabel 1 tersebut di bawah. Dalam penelitian
IROS]DLNC SEMINAR ]LT,NAH PBBMI
Tabel
(20]5)
l- Jenis kelanrin dan umur penderita
Jcnis
Kclamin
.lumlah Kisaran Umur Pcndcrita (Tahun)
Wanila
34 (68%) t6 (32%)
Tol:rl
50 (100%)
Pria
2t -78
28 21
52 78
Lirna puluh penderita yang sedang merjalani hemodialisis di RSU Dr Soctomo dalur.n penelitiat ini nempunyai kisaran umur 2l sanpai dengan 78 tahur, tcrdiri dari 34 (iga puluh empat) orang laki-laki dengan umur 21 tahun sampai deDgan 78 tahun dan 16 (enam belas) orang perempuan dengan kjsaran
fisuan unrur 28 lahun sampai de[gan 52 tahun.
Pada ke 50 serur pcnderita tersebut seinua diperiksa HbsAg. dimana didapatkan 2 (4%) serum penderita HD memberikan hasil yarg positif dan 48 serum penderita HD menberikan hasil yang negative, artinya dalam penelrti.m ini ')ouo pcndcrita HD mempunyai HbsAg negat;i Selanjutnya pada 48 serum penderita HD yang memberikan hasil HbsAg ncgatil
dilakukan penreriksaan
PCR
dengan
1617 yang sudah nelggurakan 2 pasang2rlmer disediakan. Ilasil pcmeriksaan sampel semm 48 penderita HD dengan 116s.4g ncgatif adalah 6 (enam) (12,5%) memberi hasil pemeriksaan
ICR VHB yang positif pada penggunaan pasangan primer P7 dan P8 serta pasengan 7rlrner
HBSI dan HBS2.
DNA VHB hasil anplifikasi PCR ini (dari hasil amplilikasi PCR mcnggunakan |timer P7 dar P8 maupun pa'sangan primer HBSI dan HBS2 pada 6 sampel penderita HD di RSU Dr Soetomo selanjutnya dimurnikan dan diproses lebih lanjut untuk dilakukan ykue sing dengan menggunakan cat Big Dye danmesin sequencer 1'BI-310, sesuai prosedur lrrrg telch dilcnrulal,un. D.rri hasil sekuensing yang diperoleh, kemudian dilakukan analisis molekuler untuk nrcr]gctahui genotipe VHB. Untuk mengelahLLi genotipe VI'IB, urutan nrklc.rtida yrng di.Lpur pcda penelitian ini
kemudian dibandingkan dengan urutan nukleotida yang sudah dipublikasi dan dibuat pohon phyloge etic.
Pada hasil analisis molekuler dalam rangka mcncntukan genotipe VHB yang disusun dalam benltk nultiple alignment nukleotida sepanjang 20,1 dari 6 sampel hasil pcnclitian ini, bersama dengan genotipe VHB (A, B, C, D, E, F, G, H, I dan J) yang telah dipnblikasikan, dibuat pohon phylogenetic. Dari hasil a.r'ralisis nukicotida VHB ddn pembuatan poho\ phylogenetic dengan program komputer Genetyx Ver 10, ll.'aka temyata VHB dari penderita HD dengan HbsAg negatif dalam penelitian ini (6 sampel) semua termasuk dalam kelompok VHB genotipe B. Pohon phylogenetic hasil penelitian ini dilampilkan pada Gambar 1. PEMB,{HASAN Pada lima puluh penderila IlD dalam penelitian ini, dimana penderita laki-laki (34 orang) lebih banyak dari penderita wanita (16), didapatkan lebih banyak pende ta FID mernbe Lan hasil HbsAg yang negatif (96%). Dikemukakan bahwa petanda serologis unluk infeksi VHB yang sedang aktif adalah adanya antigen dari daerah genom S (sutface) VHB (HbsAg).6 Dibcrbagai unit HD, prosentasi HBsAg positif (maupun yang negatiD berbeda,
kemungkinan dipengaruhi
penanganan
penderita atau endemisitas daeral tersebut. Di Khuzestan, Iran, dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 204, diperoleh prosentasi HBs Ag positif pada pendedta HD sebanyak 5,lolore dan ditahun 2011 dikota yang sama didapatkan DNA VHB positif pada penderita IID sebanyak 20"/"24. Dl Central Brasil, dari 15 Unit IID didapatkan HbsAg positif 29,8o%'?1 dan ditahun 2009, dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 781, di Brasilia diperoleh prosentasi HBsAg positif pada penderita HD sebanyak 3,3%.22 Dikemukakan bahwa pada pcnderita HD menghadapi dsiko tinggi tefiular
PROS]DING SEM]NAR ILMAH PBBMI
120
inl'eksi VHB karena adanya peluang terpapar infeksi VHB yang berhubungan dengan prosedur dialisis dan penderita HD ini
(20]'
mempakan reservoir yang potent
untuk
menularkan infeksi VHB2o.
D
lE ll)3o,Jryr_
E_rarffia___.tcrE'_ F_AtrxE4Sl
tco* f-t
r_rEns vtcrI tF2,ala6
VH-
G_,aFrGEr__lEd.li-_
B
rElg
Fdord
c trrFrs
:ItiH_ C,tPollltts_rlh--, J_rEar6or2_JiFr_ J
t&-/GF J.Fr
cambar L Pohon pr.),/ogeredc genotipe VHB dari penderita HD dengan HBsAg negatif
Untuk pemedksaan PCR pada serum penderita HD yang membcrikan hasil HbsAg negatif dalam penelitian ini digunakan 2 pasang primert6't7 yang sudah disediakan. Dikemukakan bahwa pemeriksaan adanya partikel VHB yang paling baik adalah dengah melakukan deteksi adanya DNA VHB dengan 2a
Hasil pemeriksaan PCR positif tehnik PCR.23 pada penggunaan pasangan primer P7 dan P8 serta pasangan prilrer llBsl dan HBS2 pada
-ampel serum penJerita HD dengan Hb{.,lg negatif ini cukup tinggi (12,5%). Pada sampel yang negatif pada penggunaan pasangan yimer P'7 dan P8, tetapi positif ketika dilakukan peneriksaan fiested ?CR dengan nenggunakan pasalga;r primer HBSI dan
I:[BS2, dapat karena jumlah virus yang terlalu sedikit atau adanya perubahan/mutasi urutan nukleotida pada tcmpat mclekatJanncal prine, P7 dan P8, sehingga primer tidal< bisa melekatJanneal yarg berakibat hasil PCR yang negatif. Hasil PCR VHB yang positif dengan primer P7 datPS sefia HBSI dan HBS2 pada serum pelderila HD dengan HbsAg negatif ini juga menunjukkan bahwa pemeriksaan PCR dapat memberikan hasil positif lebih dini dibandingkan pemeriksaan serologis. Adanya genom VHB pada individu dengan llbsAg yang negatif disebut occ!/t HBY in:fection (OBI). Status occult HBV lni pada beberapa kasus bcrhubungan dengan mutasi virus sehingga HbsAg tidak dapai
IROSID]NG SEMINAR
dideteksi,
ILM]AH PBBMI (2015)
walauptur penyebab yang lebih
serilg adalah karena supresi
yarg
kuat
replikasi virus dan ekspresi gen, rlijngga endahnya kadar VHB berakibat
kal
Ieftadap
Hbs,Ag
berada dibawah batas
deteksi.
Dikemukakan j uga bahwa pada sampel dengan
negatif dan PCR VHB positif ini dapat pula te{adi karena adanya mutasi pada gen S, HbsAg
sehingga
HbsAg tidak dapat
terdeteksi.2o
penelitiannya, Neisi (2011) mendapatkan occult hepatitis B 4% pada penderita HD yang menunjuklan ELISA VFIB negatif. Dalam
OBI didapatkar diseluruh dunia dengan prevalensi 0olo sampai 3602, yang pada distribusinya merefl eksikan prevalensi umun Shtus
pada
HBS2.
prither
Pi
dan P8 ini merupakan pasangan primer yang apabila dipakai pada PCR dapat memberikan amplifikasi nukleotida yang positif, maka Pasangan
Mengingat hasil PCR dengan pasangan
primer HBSI dan HBS2
menghasilkan fragmen nukleotida yang lebih pendek, maka penentuan genotipe VHB dilakukan berdasar
pendek. Telah dikemukakan di atas bahwa saat ini telah dipublikasikan adanya 10 genotipe VHB, yaitu VHB genotipe A, B, C, D, E, F3, ce, Hro, Irr dan Jr2. VHB genotipe A umumnya didapatkan di Furope fengah dan Uhra. walaupun juga banyak didapatkan di Amerika Utara dar sr6Saharan Afrika. VHB genotipe B dan C di daerah Asia. VHB genotipe D didapatkan urutan nukleotida yang
tersebar luas
bebagai area geografi.2o
Dalam penelilia.n ini digunakan pasangan prlner P7 dan P8 serta pasangan p/l/re,' HBS I dan
preva]elmi umum pada bebagai area
geogrch._"
setelah dilakukan sekuensing, urutan nukleotida yang didapat akan dapat digunakan untuk mcngetahui genotipe VHB.I6 Demikian juga urutar nukleotida hasil PCR dengan priner IIBS| dan HBS2, dikemukakan dapat dipakai untuk penentuan genotipe VHB.r7,2 AnplifiLasi fragmen DNA VHB dengan PCR dalam penelitian ini rnenggurakan primer P7 dan P8, kalau hasil PCR VHB masih negatil dilakukan nested PCR metggunakan pasangan ptiner HBSI dan IIBS2, adalah untuk menjaring DNA positif yang lebih banyak.
Hasil DNA VHB positif (12,5%) pad.a' penderita HD dengan HbsAg negatif ini lebih tinggi dari yarg telah dipublikasi Assarehdegiurle, yaitu pada penderita HD dengan HbsAg negatif di propinsi Khuzestan - Iran, DNA VHB positif sebanyak 8,33%. Namun perlu diingat pula bahwa hal ini sejalan dengan Indonesia tem'tasuk [egara dengan endenrisilas infeksi Vllts yang sedang sampai didapatkan
tinggi2s dan seperti telah dikemukaka.n diatas, bahwa status OBI diseluruh dunia merefleksi-
di
berbagai negara, tetapi merupakall genotipe VHB yang menonjol di daerah Meditenanean. VHB genotipe E temtama didapatkan di Afrika Barat, sedangkan VIIB genotipe F teEebar diantan berbagai genotipe VHB, dan merupakan genotipe VHB yang baayak ditemui pada penduduk asli di Amerika. VHB genotipe G ditemukan di USA dan Perancis, sedangkan VHB genotipe
H
banyak ditemukan di Nicaragua, Mexico dal Califurnia.to Sepefti telah dikemukakan sebelumnya, pada genotipe yang berbeda, divergensi nukleotida dari VHB sebanyak 8% atau lebih untuk seluruh sekuens VHB dan 4% pada tingkatan gen S.lq2
Dari hasil analisis phyl(,genetic tlukleotida VHB dalam penelitian ini maka temyata VHB dari penderita HD dengan HbsAg negatif dalam penelitian ini (6 sampel) semua termasuk dalam kelompok VHB genotipe B, namun untuk sampel no 51 perlu diteliti lebih lanjut, mengingat terletak pada percabangan yang berbeda. Apakah memang hanya VHB genotipe B ataukah masih ada VHB genotipe lain pada pendedta HD di RSUD Dr.Soetomo Surabaya, masih diperlukan penelitian lebih lanjut denganjumlah sampel yang lebih besar. Da publikasi terdahulu dikemukakan berbagai genotipe VHB pada occult hepatitls pada penderita HD yang diperoleh dari
122
PROSIDING SEMINAR ]LMLAI] PBBMI (2A15)
berbagai negara, yaitu:
Yunani,
D di
Turki,
VIIB
A
genotipe
dan
C di
A
1.
di Itali,
2. Data DNA VHB positif
sedalgkan A, B, dan C di Amerika Utara2o.
3.
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan: Untuk mendapatkan data prevalensi HbsAg yang negatif dan genotipe VHB yang lebih bervariasi pada penderita HD sebagai populasi berisiko tinggi tertular
l.
VHB di
pcnderita hepatitis
pada
Surabaya, Indonesia, perlu
dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak.
2.
VHB gcnotipe C sedikit lebih banyak dari pada VHB gcnotipe B di Indonesia.2
Hasil penelitian dari Taiwan
sebanyak 12,5% IID dengan HbsAg negatif. Genotipe Vl{B pada penderita HD dengan HbsAg negatif dan DNA VIIB posirif, semua adalah genotipe B. pada perlderita
Hasil penelitian peneliti pada sampel VIIB yang bcrasal dari pende ta peryakit hati dari pulau Lombok .juga hanya didapatkan VHB genotipe 8.26 Genotipe VHB selain B yang pemah ditemukan di Papua-Indonesia adalah genotipe C dan D.2,27 Dikemukakan bahwa genotipe VHB ikut belperan pada perjalanan penyakit dan respon terhadap lerapi.2o Dari penelitian lerdahulu dengan deteksi VIIB dari donor darah sehat yang berasal dari Papua di Indonesia, dikemukakan adanya VHB genotipe B, C dan D, dimana VHB genotipe B dan C cukup banyak, namun
Data HbsAg yang negatif sebanyak 96%.
Untuk dimanfaatkan untuk tambahan pertimbangan pada pengelolaan pende ta HD,
UCAPAN TERIMA KASIH
konis yang terinfeksi VHB,
dikemukakan bahwa VIIB genotipe B lebih banyak didapatkan dad pada VHB genotipe C, namun HtreAg positif pada VHB genotipe C lebih banyak da-ripada HbeAg positif pada
genotipe B dan VHB genotipe C mempunyai tampilan yang lebih agresif,
VtlB
sehingga lebih mengarah ke penyakit hati yang
lebih progesif.28 Pada penelitiannya yang lain
di Taiqan pada donor darah- Kao juga mendapa&ar bahwa donor darah sehat yang terinfeksi VHB, VHB genotipe B merupakao genotipe terbanyak, telapi VFIB genotipe C mempunyai kadar DNA VHB dalam senmr yang lebih tinggi dari pada donor danh sehat yang Lerinleksi VHB genoLipc B.2o.
Penelili mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia yang telah mendanai penelitian ini melalui DireLlorat Jenderal Perguruan Tinggi. Peneliti juga meogucapkan terima kasih kepada Proi Dr. Nasronudin, dr, SpPD, KPTI Direkl.w Institure of Tropical Dltea.re Universitas Airlangga yang telah mengizinkan pen€liti menggturakan
semua peralatan yang diperlukan dalam penelitian ini, segenap sejawat di Unit Hemodialisis Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan semua pihak lain yang telah berkenan membantu schingga penelitian ini dapat diselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA SIMPIII,AN
Simpulan penelitian dengan judul Cenotipo Virus Hepatitis B (HBV) pada Pendc ta Hemodialisis (llD) dengan HbsAg Negatif di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, Indonesia. adalah pada penderita FID dalam penclitian ini didapatkan:
l.
Amirudin R, Akil H, Akabane Y, and Suzuki H. Hepalilis B and C rirus infcction in Ujung Pandang, Indonesia. Gastroenterol. 1991:26 (Suppl.3):184-188. Lusida \41. Nugruhapuna Vf. Soe1jip16, Handajcni R. fujii M\. Sasayama M, Ul.umi T, and Hofta II. Novel Subgenotypes of Hepatitis B Virus Cenotypes C and D in papua, Indonesia. J CM. 2008 -46.2160-2166
PROSIDING
SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015)
Muljono DH, Rahardja H, Soemarto R, dkk. Profil serologis v;rus hepatitis B dan C di RSUD Dr. Soetomo Strabaya. Acta Med I donei. 1993 ;2:3 89 -4Q0. 4, Ieitelson MA. Biolo$/ of Disease: Biology of Hepatitis B Virus Variants. 1994;71(3):324 -
t
lrlJ
Med Sci.20\5t50-57.
16.
Lindh M, Anderson AS, and Gusdal A. nt i858 Variants, and Geographic Origin of Hepatitis B Virus Large-Scale Genotypes,
349.
Analysis Using a New Genoryphing Metbod.
Hou J, Liu Z, and Gu F. Epidemiology and prevention ofHepalitis B Virus infection. 1rl -/
W Dis. 1997 117 5 11285 -93.
Med sci.2005;2150-57
.
6. Bonino F. Chronic Hepatitis B. The role of
iDterlerons
in chronic viral
hepatitis.
Switzerland: F. Hoffinan-La Roche Ltd., 1992. 7, Lee WM. Hepatitis B Virus Infection. fiElM. 1997;33'7 (24)t1'733 -17 52. 8, Norder H, Courcouce AM, and Magnius LO. Complete Genomes, Relatedness, and Structural Proteins of Six Strains of the Hepatitis B Virus, Four of Which Represent Two New Geno\pes. ytrologl. lqs4i ls8:4 89-501. 9, Kidd-Ljunggren, K, Miyakawa Y and Kidd AH. cenetic Variability in Hepatitis B Viruses. J Gen Virol. 2002:83:126'7 -1280. 10. Arauz-Ruiz PH, Norder BH, Robertson and Magnius LO. Genotype H: a new Amerindian genotype of hepatitis B virus revealed in Central America. J Gen Virol. 2002;83.20592073. 11.
15. Hou J, Liu Z, and Gu F. Epidemiology and prevention ofHepatitis B Virus infection.
Arar*alle VA, Gandhe SS, Borkakory BJ, Walimbe AM, Biswas D, Mahanta J. A Novel Recombinant (Genotype l) Similar to Vietnam/ Laos in a Pr;mitive Tribe in Eastem India. "/ Ybol Hepatol. 2010:.10: 1365-2893.
K, Tanala Y, Kurbanov F, Sughauci F, Manos. Maeshiro T, Nakayoshi T, Wakuta M, Miyakawa Y, Mizokami, M. A Gonetic variant of hepatitis B virus divergent from known human and genotypes isolated ftom a Japanese patients and provisionally assigned to ne\\ genorlpe. J.,/i,'ol. 200sl8l:20:105J8-
12. Tatematsu
t054'7
T, Omata M, Chuang WL, Yokosuka O, llo Y, Hosoda K. and Ohto M. Mulations in Core Nucleotide Sequence ofHepatit;s B Virus Correlate with Fulminant and Severe Hepatitis. .l Clin Inrest. 1993:911 1206-1213. 1,1. Hsu HY, Chang MH, Lee CY, Hsien KH, Ni YH, Chen PJ, and CheD DS. Pr€core Mutant of I"Iepatitis B Virus jn Childhood Fulminant Hepatitis B: An Infrequent Association. "/,f / Dis. 1995t17 lt'776-8\. 13. Ehata
J
17, Telenta PFS, Poggio GP, Lopez JL, Gonzales J, Lemberg A, and Campos R[:1. 1997. Incrcas€d Prevalence of Cenotype F Hepatitis B Virus
lsolat€s in Buenos Aires, Argentina. "/ C/r, Micro b io l. 1997 ; p.l 8'1 3 - l8'l 5. 18. Kramvis A, Michael K Guido F. Review Hepatitis B virxs genot'?es. Vaccine. 2005;23. 24091423. 19. Assarehdegan AM, Shakerinejad G, Noroozkohnejad R, Amini A, Rezaee SAR. Renal Data from Asia Afiica. Prevalence of Hepatitits B and HCV Cenotypes, among Hemodialysis Patients in Khuzestan Province, Southwest Iran. Saudi J. Kidney Dis Transpl. 2009;20(4);681-684. 20. Neisi N, Makvandi M, Samarbaf-Zadeh AR. A study on genorypes of hepatitis B virus among hemodialys;\ parients in Khuze5tan province. Jundishapft J Microbiol.20ll; 4;2. 65-70. 21, Ferreira RC, Teles SA, Dias MA, Tavares VR, Silva SA, Gomes SA, Yoshida CFT, Martins RMB. Hepatitis B Virus Infection Profile In Hemodialysis Patients in Central Brazil: Prevalence, Risk Factors, and Genotypes. Mem lnst Osrvaldo Cruz, Rio de Janeiro 2006;101 (6):689-692. 22, Ann CC de Albuquerqu€, Maria RCD, Coelh, Lemos MI. Ana MR, Cruz, Suellen CM, Moreira, BRC. Hepatitis B Virus hfection Profile in Different Hemodialysis Units in Recife, Pemambuco, BrEzil. l/irus Rev Res. 2009;14,Nr. 1 23. L€e WM. Hepatitis B Virus Infection. NEIM. 199'7 t33 7 (24), 1'7 33 -17 52. 24. Vyas GN. and Y€n TSB. Hepatitis B Virus. In: Specter, S. Viral Hepatitis. Diagnosis, Therapy nnd Prevention. Humana Press, Totowa, New Jersey; 1999:35 -63. 25. Sastrosoewignio RI, Sandiaia B and Okamoto H. Molecular epidemiology ofhepatitis B virus in Indonesia. J Gastroenterol Hepalol. l99l. 6:491498.
t24
PROS]DING SEMINAR ILMIAH PBBM] (2OI
26. Handajani & Soewigrjo S, Soetjipto, Lusida MI, Genotipe VI{B dan Analisis Molekuler
Mutasi Berbagai Daerah Genom Virus Hepatitis B pada Penderita Hepatitis K-ronis Sebelum dan Sesudah Setahun Terapi Lamivudin. Dalam : Biologi Molekuler Penyakit
Infeksi. Editor Nasronudin, Lusida MI, Widiyanti P, Aksono EB, Rahardjo D, Institute
of
Tropical Disease, Airlangga University,
2008
27, Utsumi T, Lusida MI, Yano Y, Nugahaputra VE, Amin M, Juniastuti, So€tjipto, Hayashi Y and Hotta H, Complete Genome S€quence and Phylogenetic Relatedness of Hepatitis B Virus Isolates in Papua, Indonesia. J Clin Microbiol. 2009 i 4'7 (6'): 1842-t84'7
IH, PJ Chen,, MY Lai, and DS Genotypes and Clinical Phenotlpes Hepatitis B Virus in Patients with Hepatitis B Inf€ction. "/ Clin Microbiol.2
28. Kao
40(4)t1201-1209
.
29. Kao JH, PJ Chen,, MY Lai, and DS Clinical and Virological Aspects of Donors Infect€d with Hepatitis B Cenotypes B and C. J Clin Microbiol. 40(t)t22-25 .