Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
ANALISA TINGKAT KEMATANGAN SMART GRID DI KANTOR PUSAT KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MENGGUNAKAN SMART GRID MATURITY MODEL DAN COBIT 5 Dedy Dwi Kurniawan1) dan Riyanarto Sarno2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember1) Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia. email:
[email protected]) Jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember2) Jl. Raya ITS, Keputih, Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia. email:
[email protected])
ABSTRAK Penggunaan energi di gedung Kementerian PUPR tahun 2015 mendapatkan predikat boros, berdasarkan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) sebesar 19,228. Penghematan yang telah dilakukan adalah pembentukan gugus penghematan energi dan air, dengan cara melakukan operasional manual terhadap lift dan AC central. Terkadang pengelola melupakan kesempatan untuk melakukan penghematan yang lebih baik, yaitu dengan mengimplementasikan smart system pada utilitas yang ada. Integrasi Information Communication and Technology dengan utilitas ini disebut juga dengan smart grid. Untuk mengukur kesiapan Kementerian PUPR dalam mengimplementasikan smart grid, dapat dilakukan dengan menggunakan Smart Grid Maturity Model (SGMM). Akan tetapi model ini hanya mengukur atribut kematangan saja bukan proses model, sehingga hasilnya belum menggambarkan apa yang organisasi benar-benar mampu lakukan. Memetakan COBIT 5 akan mengeliminasi kelemahan SGMM tersebut, dikarenakan penilaiannya telah berdasarkan pada ISO/IEC 15504 yang memiliki kriteria penilaian yang lebih akurat, konsisten, dan objektif. Pemetaan enterprise goal menghasilkan 5 tujuan enterprise, selanjutnya berdasarkan hasil pemetaan IT related goal didapatkan 13 IT related goal. Dari 13 IT related goal ini menghasilkan 4 IT proses yang frekuensi, kemunculan pada IT related goal tinggi yaitu sebanyak 4 kali diantaranya sebagai berikut: EDM02, APO01, APO04, dan APO12. Semua proses berada pada tingkat kapabilitas level 1 Performed Process, Sedangkan target level yang diharapkan adalah level 3 Established Process Kata Kunci: ICT, Utilitas, Smart Grid, Smart Grid Maturity Model, COBIT 5, Smart System. PENDAHULUAN Penggunaan energi di Kementerian PUPR masih tergolong boros, sehingga diperlukan langkah-langkah untuk dapat melakukan penghematan energi di Kemenerian PUPR agar tetap mendapatkan predikat gedung hemat energi [6]. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 546/KPTS/M/2011 tentang pembentukan gugus tugas penghematan energi dan air, merupakan langkah awal untuk melakukan upaya penghematan energi dan air di Kementerian PUPR. Keputusan ini berisi mengenai petunjuk pelaksanaan operasional manual penggunaan lift, AC sentral dan lain lain. Sehingga masih terbuka peluang yang sangat besar untuk melakukan penghematan energi di Kementerian PUPR, dengan melibatkan smart system pada utilitas yang ada. Penggunaan smart system pada utilitas yang ada memerlukan suatu analisa untuk ISBN : 1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
menentukan kondisi yang ada sekarang dan tujuan dimasa depan yang ingin dicapai. Analisa seperti ini dibutuhkan keselarasan antara tujuan Kementerian PUPR dengan tujuan teknologi informasi, dikarenakan penyelarasan ini merupakan critical success factor dalam organisasi [8]. Transformasi smart grid membutuhkan pengukuran terhadap utilitas yang ada sekarang dan tujuan yang akan dicapai di masa mendatang. Smart grid maturity model biasanya digunakan untuk mengukur tingkat kematangan smart grid, dibandingkan dengan maturity model lainnya seperti: DOE Smart Grid Development Evaluation System, EPRI Smart Grid Contruction Assesment Indicator, dan EU Smart Grid Benefit Assesment System [7]. Penggunaan COBIT 5 sebagai alat untuk melakukan analisa tersebut memiliki kemampuan yang lebih akurat, jika dibandingkan dengan smart grid maturity model. Dikarenakan COBIT 5 yang berdasarkan pada ISO / IEC 15504 [2], menggambarkan dalam setiap tingkatan nya menunjukkan apa yang organisasi benar-benar mampu lakukan dan dapat mengukur keselarasan antara smart grid dan tujuan teknologi informasi. Penelitian ini mengusulkan COBIT 5 dan smart grid maturity model untuk mengukur tingkat kematangan smart grid di KementerianPUPR. Studi Literatur Process Assesment Model Process assessment model adalah model kemampuan proses dua dimensi. Dimensi pertama adalah dimensi proses, proses didefinisikan dan diklasifikasikan dalam kategori proses. Dimensi yang kedua adalah dimensi kemampuan, satu set atribut proses dikelompokkan ke dalam tingkat kemampuan yang ditetapkan. Indikator penilaian digunakan untuk menilai apakah atribut proses telah dicapai. Ada dua jenis indikator penilaian [4]: 1. Indikator proses kemampuan atribut, yang berlaku untuk tingkat kemampuan 1 sampai 5 2. Indikator kinerja proses, yang berlaku secara eksklusif dengan kemampuan tingkat 1. Dimensi kemampuan memberikan ukuran kemampuan proses untuk memenuhi kebutuhan bisnis perusahaan saat ini atau proyeksi tujuan untuk proses itu. Kemampuan proses (Process Capability) dinyatakan dalam hal atribut proses, dikelompokkan menjadi tingkat kemampuan (Tabel 1). Tingkat kemampuan proses ditentukan berdasarkan pencapaian proses tertentu atribut sesuai dengan ISO / IEC 15504. Indikator kinerja proses (dasar praktik dan produk kerja) spesifik untuk setiap proses dan digunakan untuk menentukan apakah suatu proses berada pada kemampuan tingkat 1. Praktik-praktik dasar dan produk kerja untuk setiap COBIT 5, proses ditunjukkan didasarkan pada konten COBIT 5. Indikator kemampuan proses atribut generik untuk setiap atribut proses untuk tingkat kemampuan 1 sampai 5. Level 1 hanya memiliki indikator praktik generik tunggal untuk kemampuan yang sejalan langsung ke pencapaian indikator kinerja tertentu, yang digariskan dalam model referensi proses [3]. Skala rating pencapaian atribut proses (Tabel 2). Tabel 1. Tingkatan Kapabilitas dan Atribut [3]. Level Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5 Proses Proses Proses Proses Optimal tidak Dilaksan Proses Dikelola Didirikan Diprediksi Proses lengkap akan Atribut PA.1.1 PA.2.1 PA 3.1 PA 4.1 PA 5.1 Process PA 2.2 PA 3.2 PA 4.2 PA 5.2 Tingkat Manajemen Penetapan Pengukuran Inovasi Kemampuan Kinerja Kinerja Proses Proses Proses Proses dan Atribut Manajemen Penyebaran Pengendalian Optimasi Proses Produk Kinerja Proses Proses Proses
ISBN : 2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
Singkatan
Keterangan
% dicapai
Tabel 2. Skala Rating Pencapaian Atribut Proses [3]. N P L F (Not (Partially (Largely (Fully achieved) Achieved) Achieved) Achieved) Sebagian Sebagian dicapai Sepenuhnya Tidak dicapai besar Ada beberapa dicapai Ada sedikit dicapai bukti dari Ada bukti dari bukti atau Ada bukti dari pencapaian atribut pendekatan yang sama sekali pendekatan dalam proses lengkap dan tidak ada sistematis, yang dinilai. sistematis, pencapaian pencapaian Beberapa aspek pencapaian penuh atribut dalam yang pencapaian atribut dari atribut dalam proses yang signifikan dari mungkin tidak proses yang dinilai atribut dalam terduga. dinilai. proses yang dinilai. 0 - 15% > 15% - 50% > 50% - 85% > 85% - 100%
. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini disusun secara sistematis sebagai landasan kerangka penelitian. Dalam metodologi penelitian ini, terdapat 5 tahap yang harus dilakukan, yaitu 1. Menentukan Drivers Smart Grid 2. Menentukan Enterprise Goal 3. Menentukan IT Related Goals 4. Menentukan IT Process 5. Pengukuran Tingkat Kapabilitas IT Process Terpilih
Menentukan Drivers Smart Grid
Menentukan Enterprise Goal
Menentukan IT Related Goals
Menentukan IT Process
Pengukuran Tingkat Kapabilitas IT Process Terpilih
Gambar 1. Alur Pengembangan Smart Grid Metode pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1, antara lain: 1. Menentukan Drivers Smart Grid Drivers smart grid adalah faktor yang mendorong Kementerian PUPR untuk menerapkan Smart Grid, hal ini didapat dengan melihat visi dan misi Biro Umum Kementerian PUPR dalam melakukan penghematan energi dan air. Dikolaborasikan dengan vision smart grid maturity model, sehingga diperoleh drivers smart grid yang dibutuhkan, seperti pada Tabel 3. 2. Menentukan Enterprise Goal Enterprise goal pada COBIT adalah tujuan Kementerian PUPR yang terdiri dari financial, internal, dan Learning & Growth yang akan diselaraskan dengan drivers smart grid (Tabel 3). 3. Menentukan IT Related Goals IT related goals adalah proses penyelarasan enterprise goals ke dalam IT related goal berdasarkan pemetaan COBIT 5, seperti terlihat pada Tabel 4. 4. Menentukan IT Process ISBN : 3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
Pemetaan ini dilakukan untuk mendapat proses-proses domain dalam proses COBIT . Setiap tujuan TI memiliki masing-masing proses TI yang relevan (Tabel 5). 5. Pengukuran Tingkat Kapabilitas IT Process Terpilih Untuk pengukuran dengan COBIT dilakukan dengan dua langkah, langkah pertama adalah pengukuran yang selalu dilakukan pada setiap tingkatan level 1. Dimana hasil penjumlahan dari hasil pernyataan yang terdiri dari Base Practice ditambahkan dengan Work Product dibagi 2. Hasil dari penilaian ini akan menjadi pencapaian kategori dalam level 1. ๐พ๐๐๐ ๐ท๐๐๐
๐๐๐ + ๐ฉ๐๐๐ ๐ท๐๐๐๐๐๐๐ ๐ท๐จ ๐ณ๐๐๐๐ ๐ = ๐ Dimana : PA Level 1 : Process Assesment (Proses Penilaian) Work Product : Mean atau Rata Rata Hitung Work Product Base Practice : Mean atau Rata Rata Hitung Base Practice Selanjutnya untuk melakukan penilaian proses Level 2 sampai Level 5 ๐ฎ๐๐๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐ ๐ท๐๐๐
๐๐๐ + ๐ฎ๐๐๐๐๐๐ ๐ท๐๐๐๐๐๐๐ ๐ท๐จ ๐ณ๐๐๐๐ ๐ ๐บ. ๐
๐ = ๐ Dimana : PA Level 2 S.d 5 : Process Assesment (Proses Penilaian) Generic Work Product : Mean atau Rata Rata Hitung Generic Work Product Generic Practice : Mean atau Rata Rata Hitung Generic Practice HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan rencana strategis Biro Umum Kementerian PUPR dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 546/KPTS/M/2011 tentang Pembentukan Gugus Tugas Penghematan Energi dan Air di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, sehingga diperoleh drivers dalam menggunakan smart grid yaitu: 1. Meningkatkan efisiensi energi. 2. Mengurangi emisi gas rumah kaca dengan memungkinkan partisipasi energi baru dan terbarukan. 3. Integrasi Information Comunnication and Technology (ICT) dan Regulasi. Selanjutnya adalah melakukan pemetaan terhadap drivers smart grid kedalam enterprises goals yang dimiliki COBIT, hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan dimensi kartu keseimbangan (Balance Score Card) seperti terlihat pada Tabel 3, kemudian dilakukan pemetaan kembali ke tujuan terkait teknologi informasi (Tabel 4), setelah itu didapatkan IT Process yang relevan seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 3. Pemetaan Drivers Smart Grid Ke Enterprises Goals COBIT [5&9] Balance Drivers Smart Grid Enterprise Goals Score Card Meningkatkan Efisiensi Energi Internal Optimasi Fungsionalitas Proses Bisnis Mengurangi emisi gas rumah kaca Mengelola Resiko Bisnis Financial dengan memungkinkan partisipasi (Pengamanan Aset) energi baru dan terbarukan Internal Mengelola Perubahan Program Bisnis Intergrasi Information Internal Optimasi Biaya Proses Bisnis Comunnication and Technology Learning and Kemampuan dan Motivasi Pegawai (ICT) dan Regulasi Growth
ISBN : 4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
Tabel 4. Pemetaan Enterprises Goals Ke Tujuan Terkait Teknologi Informasi [5].
8 9 10 11 12
13
16
No 1 2 3 4
3 S
11 P
12 S
13 P
16 S
S
S
S
P
S
P
S
S
S
S
S
S
P
S
S
S
S
P
S
S
S
P
S
S
S
S
P
S
S
S
S
P
S
S
S
P
S
S
S
S
S
S
P
S
S
S
P
S
S
S
S
S
S
P
S
P
S
S
S
P
Kemampuan dan Motivasi Pegawai
Mengelola Perubahan Program Bisnis
6 7
Optimasi Biaya Proses Bisnis
4 5
Tujuan Terkait Teknologi Informasi Penyelarasan Strategi TI dan Bisnis Komitmen Eksekutif Manajemen Membuat Keputusan Berdasarkan IT Mengelola Risiko Bisnis Terkait TI Menyadari Manfaat dari Investasi IT dan Servis Portofolio Transparansi Biaya IT, manfaat dan Resiko. Penyampaian Layanan TI sejalan dengan Persyaratan Bisnis Penggunaan Aplikasi, Informasi dan Solusi Teknologi yang Mencukupi Ketangkasan TI Keamanan Informasi, Infrastruktur Pengolahan dan Aplikasi Optimasi Aset IT, Sumber Daya dan Kapabilitas. Memungkinkan dan Mendukung Proses Bisnis dengan Menggabungkan Aplikasi dan Teknologi dalam Proses Bisnis Penyampaian Program harus memberikan manfaat, tepat waktu, tepat biaya, sesuai dengan persyaratan dan standar kualitas. Karyawan yang Kompeten dan Termotivasi Bisnis dan TI
Optimasi Fungsionalitas Proses Bisnis
1 3
Mengelola Resiko Bisnis (Pengamanan Aset)
Enterprise Goals
Tabel 5. Frekuensi Kemunculan IT Process pada IT Process yang relevan. Frekuensi IT Proses Nama Proses Kemunculan IT Proses Memastikan adanya manfaat dari optimasi IT bagi EDM 02 4 perusahaan APO 01 Mendefinisikan Kerangka Manajemen untuk IT 4 APO 04 Mengelola Inovasi 4 APO 12 Mengelola Risiko 4
Untuk Prosiding Seminar ini dilakukan pemilihan dengan ambang batas frekuensi kemunculan IT Proses yang paling tinggi yaitu yang frekuensi kemunculan nya sebanyak 4 kali, sehingga diperoleh kapabilitas proses seperti dibawah ini: 1. EDM02 Ensure Benefits Delivery Layanan dan aset TI yang berasal dari investasi IT sebagian telah dirasakan manfaatnya. Pengelolaan gedung dengan memanfaatkan BAS (Building Automation System) terbukti dapat mengurangi konsumsi energi dalam gedung, tetapi hanya pada gedung baru saja ISBN : 5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
yang telah menggunakan BAS [10] dengan modul yang dapat dikontrol terbatas, seperti modul Chiller dan pompa air. Dikarenakan modul yang dapat dikontrol terbatas, maka penilaian untuk proses ini masih berada di level 1 dengan tingkat ketercapaian 40%. Untuk dapat meningkatkan level maturity nya, maka dapat melakukan investasi untuk membuka modul yang lain seperti sistem metering energi [10], sehingga kontrol, monitor, dan evaluasi terhadap pengelolaan utilitas gedung dapat dilakukan dengan baik [1], serta membuat dokumentasi Standar Operasional BAS. 2. APO01 Manage the IT Management Framework Kementerian PUPR telah memiliki organisasi internal yang memiliki fungsi melakukan penghematan energi berdasarkan keputusan menteri nomor 546/KPTS/M/2011, tetapi organisasi ini masih bersifat ad-hoc sehingga peran dan tanggung jawab didalamnya belum berjalan dengan baik. Hasil dari pengukuran terhadap penghematan energi ini belum di monitor dan di validasi kebenaran datanya, karena terlambatnya hasil pelaporan. Proses yang ada belum ada dokumentasinya, sehingga diperlukan pembuatan struktur organisasi yang yang robust untuk dapat menjamin terlaksana pelaksanaan smart grid yang handal. Terhadap struktur organisasi yang ada sekarang, masih harus dilakukan perubahan untuk menunjang pengembangan smart grid dari sisi organisasi. Pencapaian untuk proses ini masih berada pada level 1 dengan tingkat ketercapaian 46,97%. Untuk meningkatkan level maturity, maka dapat membentuk struktur organisasi baru yang dapat mengakomodir semua syarat pengembangan smart grid Kementerian PUPR (Gambar 2), selanjutnya mendokumentasikan tugas setiap bagian dengan baik dan melakukan pengklasifikasian terhadap data yang bersifat rahasia, internal atau terbuka bagi umum. Kepala Sub Bagian Utilitas
Kepala Sub Bagian Utlitas
Bagian Umum Perencanaan Jaringan
Teknisi
Administrasi Umum
Strategy dan Pengembangan
O&M
Layanan
Perencanaan Utilitas
Operasional
Layanan Data dan Laporan
Infrastruktur Smart Grid
Pemeliharaan
Service Desk
Gambar 2. Kondisi Sekarang dan yang diharapkan Unit Pengelola Jaringan Utilitas 3. APO04 Manage Innovation Lingkungan Kementerian PUPR masih rendah terhadap gagasan atau ide yang timbul dari karyawan, sehingga terkadang ide yang potensial hanya ada dikaryawan saja. Ide karyawan terhadap penghematan energi juga belum muncul, sehingga pada saat ini masih berpusat pada manajemen yang telah mencoba melakukan analisa terhadap teknologi yang muncul mengenai penghematan energi seperti pada sistem pencahayaan. Dengan memasang sensor (cahaya) di gedung utama (Gambar 3), mengganti lampu TL dengan lampu LED di gedung Heritage [10]. Telah ada konsep yang berkaitan dengan energi terbarukan dalam skala mini dimana memasang lampu taman dengan sumber energi berasal dari panel surya (Gambar ISBN : 6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
4). Dengan sedikitnya atribut proses yang tercapai dalam proses ini, maka proses ini berada pada level 1 dengan ketercapaian 40,08%, untuk meningkatkan level pada proses ini maka perlu mengaplikasikan ide yang berpotensi akan menciptakan penghematan energi di Kementerian PUPR. Selanjutnya dapat juga menggunakan Gamification untuk meningkatkan inovasi penghematan energi [1]. 4. APO12 Manage Risk Telah melakukan pengumpulan data dan register terhadap resiko yang bisa mengakibatkan gagal sistem atau hilang data. Sebagai contoh bagaimana menjaga keamanan fisik dan lingkungan dengan mencegah akses fisik yang tidak sah, kerusakan, pencurian, pembahayaan, dan gangguan pada informasi dan fasilitas tertentu. Di lokasi-lokasi yang berisikan informasi atau aset yang sensitif atau kritis, menggunakan (security barrier) yang sesuai dan entry control guna memberikan proteksi fisik terhadap akses tidak sah, kerusakan atau gangguan. Kendali-kendali ini akan memastikan bahwa hanya personil berwenang yang mendapatkan akses. Kementerian PUPR telah membuat Virtual Private Server dengan menggunakan 2 data center yang terpisah lokasi nya, sebagai upaya untuk mengurangi resiko kehilangan data dan ketersedian data. Dikarenakan atribut proses masih banyak yang belum tercapai, maka proses ini ada pada level 1 dengan tingkat ketercapaian 47,66%, untuk meningkatkan level maturity proses ini dapat membuat SOP akses kontrol ruang data center maupun dengan menambahkan infrastruktur berupa akses pintu dengan key card dan menambahkan CCTV pada ruangan yang berisiko tinggi.
Gambar 4. Contoh lampu taman yang menggunakan Panel surya
Gambar 3. Sensor Motion Lampu Gedung Utama
Nilai Kapabilitas Proses 50 48 46 44 42 40 38 36
5 4
2
3
APO04
1 0
EDM02 APO01 APO04 APO12 1
APO01
2
Series1
40.08
40
EDM02
3
47.66
46.97
4
Gambar 5. Hasil Persentase Kapabilitas Proses Level 1 (%).
APO12 Saat Ini
Target
Level Maximal
Gambar 6. Hasil Kapabilitas Proses
ISBN : 7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil penilaian tingkat kapabilitas tidak dapat mencapai target yang ingin dicapai dikarenakan masih kurang nya pendokumentasian laporan, pedoman dan atau standar operasional prosedur (SOP) mengenai penghematan energi. Sehingga walaupun telah ada beberapa SOP penghematan energi tetapi tidak dapat mencapai nilai yang optimal. Serta masih ada kesenjangan infrastruktur jaringan utilitas pada gedung baru maupun gedung lama, sehingga belum dapat dilakukan integrasi building energy management system yang dapat memberikan input yang sangat bagus dalam rangka penghematan energi di Kementerian PUPR. 2. Skala prioritas pengembangan smart grid dilakukan dengan melakukan serangkaian kegiatan praktik dasar perbaikan proses dan menghasilkan produk kerja pada level 1, selanjutnya dilakukan rangkaian praktik generik dan produk kerja generik pada level 2. Sebagai contoh untuk meningkatkan tingkat maturity Smart Grid Kementerian PUPR dapat dilakukan dengan mengganti semua lampu dengan lampu LED, penggunaan sensor motion lampu pada gedung, Zoning atau Grouping terhadap peralatan field devices Saran untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Penelitian ini masih memilih IT proses yang terpilih berdasarkan frekuensi kemunculan IT process pada tujuan pada teknologi informasi, kedepannya dapat dilakukan dengan melakukan pemilihan IT process berdasarkan manfaat IT (peningkatan layanan, efektivitas kinerja, kemudahan adaptasi teknologi, dan lain lain) agar memperoleh proses IT yang benar-benar mencerminkan bagaimana kapabilitas Kementerian PUPR. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh Kementerian PUPR untuk melakukan evaluasi terhadap penghematan energi dengan melakukan perbaikan pada semua proses. DAFTAR PUSTAKA [1] Agustondo, T.S. (2016), โKajian Kebutuhan Sistem Informasi Smart Grid Di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyatโ, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV, Surabaya. [2] ISACA, (2012), A Business Framework for the Governance and Management of Enterprise IT, Rolling Meadows, Illinois, ISACA. [3] ISACA, (2013), Self Assesment Guide:Using Cobit 5, Rolling Meadows, Illinois, ISACA. [4] ISACA, (2013), Process Assesment Model (PAM): Using Cobit 5, Rolling Meadows, Illinois, ISACA. [5] IT Governance, (2008), Understanding How Business Goals Drive IT Goals, ITGI: 19 [6] Rencana Strategis Biro Umum Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat 2015-2019 [7] Sun, Q., Ge, X., Liu, L., Xu, X., Zhang, Y., Niu, R., & Zeng, Y. (2011), โReview of Smart Grid comprehensive assessment systemsโ, Energy Procedia, 12, 219โ229. [8] Tanuwijaya, H., & Sarno, R. (2010), โComparation of CobiT Maturity Model and Structural Equation Model for Measuring the Alignment between University Academic Regulations and Information Technology Goalsโ, Journal of Computer Science, 10(6), 80โ92. [9] Software Engineering Institute. (2011). SGMM Model Definition (1.2 ed.). Carnegie Mellon. [10] Widiarosi, D (2016), โRancangan Infrastruktur Smart Micro Grid di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyatโ, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV, Surabaya.
ISBN : 8