Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
PENGEMBANGAN MODEL PERFORMANCE MEASUREMENT DI PENDIDIKAN TINGGI DENGAN INTEGRASI METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DAN EUROPEAN FOUNDATION QUALITY MANAGEMENT (EFQM) (STUDI KASUS PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI PTS X) Suwardi Gunawan *), Patdono Suwignjo, dan Iwan Vananny Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Keputih Sukolilo, Surabaya, 60111, Jawa Timur e-mail:
[email protected] *) ABSTRAK Perguruan Tinggi semakin dituntut untuk dapat mengelola dan memanajemen kinerjanya dengan baik. Keberadaan Perguruan Tinggi dalam mengelola peserta didik mampu menciptakan sumber daya manusia berkualitas untuk pembangunan bangsa dan karena itulah sebagai suatu lembaga pendidikan Perguruan Tinggi perlu mengetahui sejauh mana kinerjanya. Penelitian ini diawali dengan membuat rancangan pengembangan model integrasi. Model hasil integrasi akan mengadopsi kelebihan dari BSC dan EFQM. Rancangan model integrasi selanjutnya di ujicoba dalam sebuah studi kasus pada Prodi Teknik Industri PTS X. Dalam ujicoba tersebut akan dilakukan assessment questionnaire, penentuan Key Performance Indicator (KPI) serta perancangan scorecard. Setelah proses pengumpulan data, dilakukan penilaian terhadap assessment questionnaire serta perhitungan nilai dan skor KPI. Semua hasil penilaian dan perhitungan tersebut kemudian diplotkan ke scorecard model integrasi yang sudah dirancang sebelumnya sehingga menghasilkan pengukuran kinerja Prodi Teknik Industri PTS X. Hasil pengukuran kinerja pada studi kasus Prodi Teknik Industri PTS X menunjukkan bahwa kinerja Prodi Teknik Industri PTS X cukup baik, dengan nilai kinerja total 2,53. Nilai rincian adalah sebagai berikut : kriteria Leadership 2,55; Policy and Strategy 2,30; People 2,60; Partnership and Resources 2,65; Processess 2,05; Customer results 3,00; People Results 2,50; Society results 2,25; Key Performance Results 2,50. Kata kunci: Model, Integrasi, BSC, EFQM, Kinerja
PENDAHULUAN Lembaga pendidikan berperan penting dalam menyediakan sumber daya manusia berkualitas. Salah satunya adalah Perguruan Tinggi. Keberadaan Perguruan Tinggi dalam mengelola peserta didik mampu menciptakan sumber daya manusia berkualitas untuk pembangunan bangsa dan karena itulah sebagai suatu lembaga pendidikan Perguruan Tinggi perlu meningkatkan kualitas kinerja lembaganya. Perguruan Tinggi dalam memperbaiki kinerjanya perlu melakukan pengukuran kinerja dengan tujuan mengetahui tingkat keberhasilan Perguruan Tinggi tersebut sebagai lembaga pendidikan yang mandiri. Pengukuran kinerja terhadap Perguruan Tinggi sudah sering dilakukan oleh beberapa peneliti. Adapun pengukuran yang pernah dilakukan yaitu menggunakan tool Balanced Scorecards (BSC) dan European Foundation of Quality Management (EFQM). Sutopo et al (2005) dalam penelitiannya melakukan perancangan sistem pengukuran kerja pada Perguruan Tinggi Swasta XYZ dengan model Balanced Scorecard. Penelitian ini menggunakan empat perspektif untuk melakukan perbaikan di PTS XYZ, antara lain: ISBN : 978-602-97491-7-5 A-42-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
customer yang dianalogikan menjadi peningkatan jumlah siswa calon mahasiswa baru; pertumbuhan dan pembelajaran yaitu perbaikan rasio dosen dan mahasiswa; keuangan yaitu peningkatan jumlah pendapatan; dan proses bisnis internal yaitu peningkatan jumlah kegiatan pengabdian pada masyarakat. Sementara itu, Penerapan European Foundation of Quality Management (EFQM) telah dilakukan selama sepuluh 10 tahun oleh Hanzehogeschool Groningen, sebuah universitas sains di Belanda. Boele et al (2008) menjabarkan bahwa Hanzehogeschool Groningen menggunakan model European Foundation of Quality Management (EFQM) sebagai program audit universitas. Melalui hasil penelitian diketahui bahwa terdapat lima kunci sukses aplikasi European Foundation of Management Quality (EFQM) di Hanzehogeschool Groningen; yaitu adanya fasilitas dan manajemen yang mendukung, pendekatan dari pihak bawah ke atas, berorientasi pada peningkatan program, pendidikan yang spesifik, serta jaringan internal yang dapat dipercaya. Upaya untuk mengkombinasikan BSC dengan model pengukuran lain sudah pernah dilakukan. Seyedi et al (2012) memberikan kerangka untuk mengkombinasikan BSC dan EFQM sebagai model untuk menganalisa kinerja organisasi. Namun dari apa yang sudah dilakukannya masih terdapat kelemahan yakni belum secara detail menjelaskan seperti apa tahapan proses integrasi kedua model tersebut. Selain itu belum dilakukan ujicoba terhadap model dalam sebuah studi kasus tertentu untuk mengetahui keberhasilan model kombinasi tersebut. Hal ini memberikan peluang bagi penelitian selanjutnya untuk bisa menutupi kekurangan dan kelemahan dari apa yang dilakukan untuk menggabungkan kedua model BSC dan EFQM sebagai kerangka untuk melakukan pengukuran kinerja. Berdasarkan seluruh uraian di atas, dalam penelitian ini akan dibangun usulan model untuk pengukuran kinerja Perguruan Tinggi dengan mengintegrasikan konsep Balanced Scorecards (BSC) dan European Foundation of Quality Management (EFQM) dan akan diujicoba dalam sebuah studi kasus. METODE Metodologi penelitian ini dapat dibagi menjadi 5 langkah utama yaitu: (1) literature review dan observasi, (2) desain model integrasi BSC dan EFQM, (3) uji coba model integrasi BSC dan EFQM, (4) analisis dari model yang sudah dilakukan uji coba, (5) membuat kesimpulan dan saran. Secara umum, langkah-langkah penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-42-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Gambar 1. Langkah langkah Penelitian
Pada prinsipnya European Foundation for Quality Management (EFQM) dengan konsep RADAR memberikan sisi positif dengan mengevaluasi keseluruhan tahapan pencapaian hasil. Buktinya, dalam mengevaluasi kriteria enablers akan dipertimbangkan empat dimensi evaluasi yang meliputi approach, deployment, assessment and review dan results. Demikian pula dengan evaluasi kriteria results yang mempertimbangkan dimensi evaluasi seperti trends, targets, comparisons, dan Causes.
Gambar 2. Skema Integrasi
Standarisasi kriteria dan konsep memang menjadi kekuatan metode EFQM, namun jika dicermati lebih dalam, prinsip assessment seperti tertuang dalam assessment questionnaire bersifat kualitatif dan cenderung perspektif bahkan subyektif. Untuk mengatasi atau mengeliminir kekurangan tersebut, diperlukan sebuah scorecard yang akan digunakan sebagai pre-evaluation dan parameter dalam assessment, khususnya pada dimensi result dalam konsep RADAR untuk kriteria enablers. Balanced Scorecard (BSC) bersifat lebih ISBN : 978-602-97491-7-5 A-42-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
kuantitatif dalam evaluasi kinerja, ditunjukkan dalam konsep scorecard yang memberikan skor bagi setiap measures dengan mempertimbangkan pencapaian terhadap target dan penilaian. Integrasi ini (scorecard dan RADAR) akan memberikan benefit bagi metode integrasi. Skema integrasi yang tampak pada gambar 2 menunjukkan bagaimana pertimbangan kualitatif dan kuantitatif menjadi sinergi dalam modified RADAR questionnaire. Proses identifikasi KPI pada gambar 2 memberi contoh misalnya KPI ABC (untuk kriteria leadership) ditentukan dengan pertimbangan poin pertanyaan Q1 serta hal-hal yang dipertimbangkan Balanced Scorecard (BSC) pada perspektif learning and growth, dengan kondisi pemetaan kriteria leadership berada dalam perspektif learning and growth. Demikian juga dengan key performance indicator (KPI) untuk kriteria-kriteria lain. Dengan penentuan ini, KPI ABC harus mewakili dimensi results bagi poin Q1 dan sebagai ukuran yang relevan bagi perspektif learning and growth. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran kinerja Prodi Teknik Industri PTS X dengan metode integrasi dilakukan dengan konsep modified RADAR yang telah dikembangkan dengan metode integrasi. Hasil scoring dalam modified RADAR untuk masing-masing kriteria dapat terlihat sebagai berikut : Nilai total kriteria leadership = (∑nilai approach) + (∑nilai deployment) + (∑nilai Assesment&review) + (∑nilai results) Nilai total kriteria leadership = (4+2+3+2+2) + (3+3+3+2+2) + (2+2+2+2+2) + (3+3+3+3+3) Nilai total kriteria leadership = 51 Untuk perhitungan kriteria lainnya pada kelompok enablers sama dengan perhitungan diatas. Perhitungan nilai total kriteria lainnya dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Radar Kriteria Enablers Kriteria
Leadership
Policy Strategy
People
Partnership& Resources
Processess
&
Approach
Deployment
Assesment & Review
Results
KPI
Nilai KPI
4 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 4 2 3 2 2
3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 5 1 5 4 3 3 4 4 1 5 0 0 3 3 0
OA LA JK LM JK JPS PSA PSA PSA JPS JTMS JDPS JAID RKD JPDP JK PLKW JL JDPS JPR JKl KDD JMB RDM JKl
3,91 3,55 2 3,55 2 2 3,82 3,82 3,82 2 16 0 5 90% 3 2 85% 4 0 0 N/A N/A 43 1:9,1 N/A
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q1 Q2 Q3 Q4 Q5
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-42-4
Total
51
46
52
53
41
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Begitupun nilai pada dimensi results di dapat dari skor pada masing-masing kriteria. Hasil scoring dalam RADAR untuk kriteria results adalah sebagai berikut: Kriteria Customer Results
People Results
Society Results Key Performance Results
Targets
Causes
3 3 2 3 2 2 2 2 3 3
3 3 3 3 2 3 2 3 2 2
Q1 Q2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q1 Q2
Total 12
20
9 10
Nilai masing-masing kriteria akan diperhitungkan dengan bobot yang dimiliki masing-masing kriteria. Hasil pengukuran kinerja secara keseluruhan adalah sebagai berikut: Kriteria Leadership Policy and Strategy People Partnership & Resources Processes
Nilai 2,5500 2,3000 2,6000 2,6500 2,0500
Customer Results People Results Society Results Key Performance Results
3,0000 2,5000 2,2500 2,5000
Bobot 0,2000 0,1600 0,1800 0,1800 0,2800 Total 0,4000 0,1800 0,1200 0,3000 Total
Jumlah (Nilai x Bobot) 0,5100 0,3680 0,4680 0,4770 0,5740 2,3970 1,2000 0,4500 0,2700 0,7500 2,6700 Grand Total
2,5335
Interpretasi EFQM menunjukkan bahwa ada 3 kelompok outcome. Jika range perolehan nilai kinerja total antara 1 s/d 5, maka interpretasi nilai kinerja adalah : First outcome, yaitu 1 ≤ nilai total kinerja < 2,34 berarti kinerjanya buruk. Second outcome, yaitu 2,34 ≤ nilai total kinerja < 3,68 berarti kinerjanya cukup baik. Third outcome, yaitu 3,68 ≤ nilai total kinerja ≤ 5 berarti kinerjanya baik. Sebagai catatan, nilai kinerja kelompok kriteria dan nilai kinerja kriteria memiliki range penilaian (range 1 s/d 5) dan kelompok interpretasi yang sama dengan nilai total kinerja. Dengan demikian, kinerja organisasi dapat dilihat dari kinerja total, kinerja kelompok kriteria dan kinerja masing-masing kriteria. Hasil implementasi yang dilakukan dengan studi kasus di Prodi Teknik Industri PTS X menunjukkan bahwa nilai kinerja Prodi Teknik Industri PTS X pada periode studi kasus tersebut adalah 2, 5335 (nilai kelompok kriteria enablers 2,3970 dan kelompok kriteria results 2,6700). Berdasarkan range interpretasi, kinerja Prodi Teknik Industri PTS X dengan nilai total 2,5335 adalah cukup baik. Kinerja kelompok kriteria enablers berada pada level cukup baik dengan nilai 2,3970, sedangkan results yang juga berada pada level cukup baik dengan nilai 2,6700. Studi kasus di Prodi Teknik Industri PTS X menunjukkan bahwa metode integrasi dapat diaplikasikan pada sebuah organisasi. Namun ada beberapa hal yang menjadi catatan penting yakni upaya penyesuaian assesment questionnaire cukup sulit. Hal ini disebabkan karena assesment questionnaire standar yang dimiliki model EFQM cukup sulit untuk diinterpretasikan. Penyesuaian harus dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi ISBN : 978-602-97491-7-5 A-42-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
manajemen, khususnya kondisi sumber daya manusia. Penyesuaian harus dilakukan sedemikian rupa agar poin pertanyaan mudah dimengerti oleh manajemen serta tetap menjadi representasi dari prinsip-prinsip EFQM. KESIMPULAN DAN SARAN Perancangan model pengukuran kinerja yang mengintegrasikan BSC dan EFQM telah dilakukan dan menghasilkan sebuah model integrasi. Adopsi konsep scorecard ke dalam konsep RADAR menjadi elemen utama dalam konsep integrasi. Dengan demikian, penilaian model integrasi menjadi seimbang dalam kualitatif dan kuantitatif. Pemetaan kriteria EFQM ke dalam perspektif BSC juga menjadi bagian integrasi. Hasilnya adalah sebuah model integrasi yang mengatasi beberapa kelemahan BSC dan EFQM. Model integrasi yang telah dirancang telah diimplementasikan dalam sebuah studi kasus (Prodi Teknik Industri PTS X) sebagai upaya aplikasi model tersebut. Hasil pengukuran kinerja pada studi kasus Prodi Teknik Industri X menunjukkan bahwa kinerja Prodi Teknik Industri PTS X cukup baik, dengan nilai kinerja total 2,53 (dengan nilai rincian kriteria leadership 2,55; Policy and Strategy 2,3; People 2,6; Partnership and Resources 2,65; Processess 2,05; Customer results 3; People Results 2,5; Society results 2,25; Key Performance Results 2,5. Analisis hasil studi kasus memberikan evaluasi terhadap kinerja Prodi Teknik Industri PTS X serta peluang perbaikan dan peningkatan kinerja yang perlu dilakukan Prodi Teknik Industri PTS X. Analisis model integrasi memberikan hasil bahwa konsep pengembangan model integrasi dapat diaplikasikan pada sebuah organisasi dalam hal ini Perguruan Tinggi. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait weaknesses BSC dan EFQM yang masih melekat pada model integrasi. Penelitian selanjutnya dapat melakukan ujicoba model integrasi mungkin dengan menambah studi kasus di dua atau tiga jurusan untuk memastikan bahwa model integrasi ini baik dan bisa digunakan untuk mengukur kinerja Perguruan Tinggi. Obyek penelitian yang dipakai untuk penelitian selanjutnya sebaiknya adalah organisasi yang memiliki latar belakang atau situasi organisasi yang lebih kompleks dan proses bisnis yang lebih luas. Hal ini disebabkan agar didapatkan hasil dan analisis yang lebih dalam terhadap model integrasi. DAFTAR PUSTAKA Andersen, Hendrik, et al. (2000). “The Balanced Scorecard vs The EFQM Bussines Excellence Model” 2GC Working Paper. Albany House: UK. Arjomandi, M., Kestell, C., dan Grimshaw, P., (2009), “An EFQM Excellence for Heigher Education Quality Assessment”, Australasian Association for Engineering Education Conference, ISBN 1 876346 59 0: 1015-1020. Becket, Nina dan Brookes, Maureen., (2008), “Quality Management Practice in Heigher Education-What Quality Are We Actually Enhancing?”, Journal of Hospitality, Leisure, Sport &Tourism Education, ISSN: 1473-8376, Vol. 7, No. 1. Boele, Evert Bisschop., Burgler, Hiltje., dan Kuiper Henriette., (2008), “Using EFQM in Higher Education: Ten Years of Experience with Programme Auditing at Hanzehogeschool Groningen”, Beitrge zur Hochschulforschung. Heft. 1 (30): 94-110. Brodjonegoro, Satryo Soemantri, (2008), “Beberapa Pemikiran Dalam rangka Peningkatan Mutu dan Daya Saing Perguruan Tinggi”, Teaching Improvement Workshop, Engineering Education Development Project, ADB Loan No. 142-INO. ISBN : 978-602-97491-7-5 A-42-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Dibley, Diane. 2006. “Using The Balanced Scorecard with The EFQM Excellence Model”. Duffy, Ann, (2005), “Balanced Scorecards For Public Schools: Accountability Beyond Test Scores”, PAUS 8111. European Foundation for Quality Management, (2001), “EFQM : Self-Assessment 1998, Guidelines for Companies, Brussels. Farid, D., Nejati, M., dan Mirfakhredini, (2008), “Balance Scorecard Application In Universities and Higher Education Institutes: Implementation Guide In An Iranian Context”, Annals of University of Bucharest, Economics and Administrative Series. Nr. 2 (2008), hal. 31-45. Jalalliyoon, N., Taherdoost, dan Zamani, Mazdak, (2010), “Utilizing the BSC and EFQM as a Combination Framework; Scrutinizing the Possibility by TOPSIS Method”, International Journal of Business Research and Management, Vol.1, No.3, hal.169182. Kaplan, Robert S., (2010), “Conceptual Foundation of The Balanced Scorecard, Working Paper”, Paper originally prepared for C. Chapman, A. Hopwood, and M. Shields (eds.), Handbook of Management Accounting Research: Volume 3. Kaplan, Robert S. dan Norton, David, (2000), Balanced Scorecard : Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, Erlangga, Jakarta. Karathanos, Demitrius dan Karathanos, Patricia, (2005), “Appliying The Balance Scorecard To Education”, Journal Of Education For Bussiness, March-April, hal. 222-230. Nayeri, M.D., Mashhadi, M.M., and Mohajeri, K., (2008), Universities Strategic Evaluation Using Balance Scorecard, Nelly, Andy, (1999), “The Performance Measurement Revolution: why no and what next?”, International Journal of Operation & Production Managemet, Vol. 19, No. 8, hal. 206-228. Panagiotis, S., Pavlos, S., Roka, V., dan Maria, Malliarou, (2010), “Applying Balance Scorecard to Hellenic Navy’s Education And Training: In Initial Approach”, Global Journal of Health Science. Vol. 2, No. 2, October 2010, hal. 192-197. Pineno, Charles J., (2011), “Sustainability Reporting by Universities: A Separate Category Within the Balanced Scorecard Based on Key Drivers Through a Mapping Strategy”, Journal of Strategic Innovation and Sustainability, Vol. 7, Iss. 2, hal. 122-134. Rillo, Marko. 2003. “Limitation of Balanced scorecard“. Journal of Tallin Technical University. Sayedi, M., Riahi, B., Shahraki, Alireza and Banihashemi, Sayyed Ali, (2012), “Presentation of a Combined Model to Analyze Organizational Performance with EFQM and BSC Models”, Journal Basic and Applied Scientific Research. Vol. 2, No. 2, hal. 1919-1925 Soegoto, Eddy Soeryanto, (2011), “Penerapan Manajemen Kinerja Dengan Pendekatan Banlanced Scorecard Dalam Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Perguruan Tinggi”, Jurnal Majalah Ilmiah Unikom, Vol. 6, No. 2.
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-42-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Sutopo, W., Liquiddanu, Eko dan Sulistyowati, Endah, (2005), “Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Pada Perguruan Tinggi Swasta XYZ Dengan Metode Balance Scorecard” Jurnal Performa. Vol. 4 No. 2. hal. 64-78. Tresiana, Iseu, (2007), “Aplikasi Konsep Balanced Scorecard Di Perguruan Tinggi”, Jurnal Equilibrium, Vol.3, No.5, Jakarta. Watson, Paul, (2002), “Implementing The European Foundation For Quality Management Excellence Model” FIG XXII International Congress. Washington, D.C. USA., April 19-26, 2002. Wilson, C., Hagarty, D., Gauthier, J., (2003), “Result Using the Balanced Scorecard in the Public Sector”, Journal of Corporate Real Estate, Vol. 6, No. 1, hal. 53-63. Wiradinata, Rochanda, (2005), “Manajemen Sistem Pengembangan Kinerja Perguruan Tinggi (Studi tentang Pengaruh Kompetensi Individu, Kreativitas Pimpinan dan Faktor Lingkungan terhadap Kinerja Universitas Swasta di Jawa Barat)”, Mimbar Pendidikan, No. 2/XXIV. hal. 1-10. Wongrassame, S., Gardiner, P.D., and Simmons, J.M.l., (2003), “Performance Measurement Tools: The Balance Scorecard and The EFQM Excelence Model”, ISSN 1368-3047, Vol. 7 No. 1, hal. 14-29. Yek, Tiew Ming, Penney, D., and Seow, Alice C.H., (2007), “Using Balanced Scorecard (BSC) to Improve Quality and Performance of Vocational Education and Training (VET): A Case Study in Singapore”, AARE 2007 Conference, November 25–29, Fremantle, Australia. hal. 1-25. Zink, Klaus J. and Vo Wolfgang, (2000), “The New EFQM Exelence Model and Its Impact On Heigher Education Institutions”, Sinergie rapporti di ricercan 9/2000, hal. 241255.
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-42-8