PROSIDING
KONGRES TEKNOLOGI NASIONAL INOVASI TEKNOLOGI UNTUK KEJAYAAN BANGSA DAN NEGARA
JAKARTA, 25 – 27 Juli 2016
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016 BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI INOVASI TEKNOLOGI UNTUK KEJAYAAN BANGSA DAN NEGARA
Penyunting : Prof. Dr-Eng, Eniya Listiani Dewi, B.Eng.
Desain Layout : Zulaicha Dwi Hastuti, MT., Amrullah Kamaruddin, ST., MTI
Desain Sampul : Sakina Rahmania, S.Pd
Penerbit : BPPT Press
Cetakan Pertama, September 2016
Buku ini diterbitkan pada September 2016 sebagai Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016 yang diselenggarakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, tanggal 25 – 27 Juli 2016
ISBN : 978-602-410-048-3
Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi Hak Cipta © 2016 dilindungi oleh Undang-Undang All right reserved
Perpustakaan Nasional : Katalog dalam Terbitan (KDT)
ii
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016 BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
PE-05 REVITALISASI PEMANFAATAN WIND POWER SEBAGAI UPAYA UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN LISTRIK NASIONAL Sulaeman Deni Ramdani Pendidikan Teknik Mesin,Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Kampus II : Jl. Raya Ciwaru No. 25 Serang, Banten Email:
[email protected] ABSTRAK Energi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Penggunaan energi di Indonesia setiap tahun meningkat sesuai dengan pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk. Salah satu energi yang vital bagi kehidupan manusia adalah energi listrik. Kebutuhan energi listrik Indonesia meningkat setiap tahun. Produksi total Pembangkit Listrik Negara (PLN) pada tahun 2014 yaitu sebesar 175.296,97 GWh dan pembelian sebesar 53.257,93 GWh.Angka produksi meningkat 6,91% dan pembelian meningkat 1,94% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, pemenuhan kebutuhan listrik masih belum merata. Tingkat keterjangkauan listrik (rasio elektrifikasi) di Indonesia adalah 84,35% dan masih 15,6% belum mendapatkan listrik (PLN, 2014). Sumber energi di sektor kelistrikan didominasi oleh batubara, gas dan minyak bumi sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Hal ini harus menjadi perhatian bersama karena ketersediaan sumber daya alam yang bersifat non-renewable sangat terbatas dan harus segera diganti dengan sumber energi yang renewable. Maka hal ini akan berdampak pada cost efficiency sehingga akan mempengaruhi harga listrik untuk pemenuhan kebutuhan nasional. Pemanfaatan energi masa depan selayaknya mengedepankan pada energi yang ramah lingkungan dan bersifat renewable atau tersedia di alam dan tidak terbatas. Salah satu sumber daya energi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik adalah pemantaatan energi angin. Revitalisasi pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu menjadi suatu kebutuhan yang strategis. Beberapa solusi praktis yang dapat dilakukan untuk membangkitkan potensi pengembangan energi angin sebagai berikut (1) Sosialisasi yang meliputi peningkatan pengetahuan dan motivasi, (2) pengembangan teknologi yang meliputi penyediaan alat dan pengembangan teknologi, (3) kerja sama, dan (4) regulasi. Dengan mengoptimalkan keempat upaya strategis tersebut diharapkan proses revitalisasi pemantaatan energi angin dapat dioptimalkan sehingga dapat meningkatkan ketahanan listrik nasional. Kata kunci : revitalisasi, energi angin, kemandirian, listrik. ABSTRACT Energy has a very important role in human life. The use of energy in Indonesia each year increased in accordance with economic and population growth. One of the energy that is vital for human life is electrical energy. Electrical energy needs of Indonesia is increasing every year. The total production of the country's electricity plant (PLN) in 2014 is in the amount of 175,296.97 GWh and purchase of $ 53257.93 GWh. Increased production figures of 6.91% and the purchase increased by 1.94% over the previous year. Nevertheless, fulfilling the needs of electricity is still not evenly distributed. The level of affordability of electricity (electrification ratio) in Indonesia was 84.35% and 15.6% still had not have electricity (PLN, 2014). Energy sources in the electricity sector is dominated by coal, gas and oil as fuel for power plants. This should be a common concern for the availability of natural resources that are non-renewable extremely limited and must be 56
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016 BPPT, Jakarta, 25 – 27 Juli 2016
replaced with renewable energy sources. Then this will have an impact on the cost efficiency that will affect the price of electricity for the fulfillment of the national requirements. Energy utilization in the future should promote environmentally friendly energy, renewable and unlimited. One of the energy resources that can be utilized for electricity generation is wind energy utilization. Revitalization of the development of wind power plants become a strategic necessity. Some of the practical solutions that can be done to raise the potential for wind energy development as follows: (1) The socialization which include increased knowledge and motivation, (2) the development of technologies that includes the provision of tools and technology development, (3) cooperation, and (4) regulation. By optimizing the four strategic efforts are expected revitalization of wind energy utilization can be optimized so as to enhance the resilience of national power. Keywords: revitalization, wind energy, independence, electricity. PENDAHULUAN 1.
LatarBelakang Energi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pemanfaatan energi berperan signifikan untuk mendukung dan mempercepat perkembangan diberbagai sektor. Penggunaan energi di Indonesia setiap tahun meningkat sesuai dengan pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk. Salah satu energi vital bagi kehidupan manusia adalah energi listrik. Kebutuhan energi listrik di Indonesia meningkat setiap tahun. Penyediaan tenaga listrik akhir tahun 2014 sebesar 228.554,90 GWh. Jumlah tersebut terdiri dari produksi total Pembangkit Listrik Negara (PLN) sebesar 175.296,97 GWh dan pembelian sebesar 53.257,93 GWh (PLN, 2014).Meskipun terjadi peningkatan produksi total PLN sebesar 6,91% dari tahun sebelumnya, pemenuhan kebutuhan listrik masih belum merata. Hal ini menunjukan belum adanya egalisasi penggunaan energi listrik secara adil dan menyeluruh. Tingkat keterjangkauan listrik (rasio elektrifikasi) di Indonesia pada tahun 2014 meningkat 3,84% dari tahun sebelumnya yaitu menjadi sebesar 84,35%. Hal ini menunjukan masih ada sekitar 15,6% yang belum mendapatkan listrik. Sebuah ironi bagi bangsa yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat berlimpah. Sumber energi di sektor kelistrikan didominasi oleh batubara, gas dan minyak bumi sebagai bahan bakar pembangkit listrik (Pusat Data Dan Teknologi InformasiEnergi Dan Sumber Daya MineralKementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral,2013).Hal ini harus menjadi perhatian bersama karena ketersediaan SDA yang bersifat non-renewable sangat terbatas. Pengembangan teknologi diarahkan untuk menciptakan dan memanfaatkan sumber energi yang bersifat renewable. Apabila penggunaan bahan bakar pembangkit listrik tergantung pada energinon-renewable, maka hal ini akan berdampak pada cost efficiency sehingga akan mempengaruhi harga listrik untuk pemenuhan kebutuhan nasional. Pemanfaatan energi masa depan selayaknya mengedepankan pada energi yang ramah lingkungan,renewable, tersedia di alam, dan sumber yang tidak terbatas. Salah satu sumber daya energi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik adalah pemanfaatan energi angin. Indoenesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki garis pantai terpanjang kedua didunia. Hal ini merupakan potensi yang memerlukan upaya pengoptimalan sehingga dapat didaya gunakan secara tepat dan efisien. Data menunjukan bahwa ada 26 titik utama yang potensial untuk pengembangan teknologi pembangkit listrik tenaga angin. Total potensi pemanfaatan energi angin di Indonesia yaitu sebesar 960 Mega Watt. 57
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016 BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
Gambar 1. Potential Wind Power Generation in Indonesia (pulau jawa) (Sumber: http://whypgen-bppt.com/peta_wra_whypgen_26_lokasi.pdf)
Berdasarkan data di atas, pemanfaatan potensi energi angin sebagai salah satu sumber energi listrik masih terbuka lebar. Ada 26 titik yang dapat dijadikan sebagai tempat pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu (angin). Potensi ini dapat dioptimalkan tidak hanya untuk kebutuhan skala kecil tetapi juga dalam skala besar untuk pemenuhan kebutuhan listrik negara. Dengan kebutuhan listrik yang meningkat setiap tahunnya yaitu 6.5% pertahun dan diperkirakan pada tahun 2020 kebutuhan listrik adalah 272.34 TWh, maka dibutuhkan solusi untuk menyelesaikan permasalahan mengenai pemenuhan kebutuhan listrik. Pengembangan tenaga angin menawarkan janji memberikan kontribusi untuk portofolio energi terbarukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sumber berbasis karbon, yang memberikan kontribusi untuk mempercepat perubahan iklim (The Wildlife SocietyTechnical Review Committee on Wind Energy Facilities and Wildlife, 2007). Pemanfaatan energi angin menggunakan turbin angin dapat dioptimalkan diberbagai daerah yang memiliki potensi untuk ikut membantu kebutuhan energi listrik yang tinggi dimasa mendatang. Pengembangan pembangkit listrik tenaga angin (bayu) menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan kebutuhan listrik yang semakin meningkat. Dittrich J, et al (2016: 2), menyatakan,“wind power is the source of choice to be extended”. Energi angin adalah sumber energi yang dapat dikembangkan untuk pemenuhan energi listrik. Teknologi pemanfaatan energi angin adalah teknologi sangat berkembang saat ini dan membuktikan bahwa teknologi ini efektif, low-cost, dan pilihan baik untuk negara-negara berkembang dan maju (IRENA/GWEC, 2012). Karakteristik angin yang tidak terbatas, tidak mencemari lingkungan, dan dapat ditempatkan didaerah terpencil menjadi keuntungan yang menjadi pertimbangan utama. Selain itu, dengan adanya potensi angin di Indonesia yang sangat besar merupakan peluang dan tantangan bagi pemerintah beserta rakyat Indonesia untuk mengembangkan hal tersebut menjadi lebih baik. Pengembangan yang dapat dilakukan meliputi tiga jenis yaitu system stand alone, system hybrid, dan system interconnection.
58
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016 BPPT, Jakarta, 25 – 27 Juli 2016
Gambar 2. System konfigurasi pembangkit listrik tenaga bayu (angin) (Sumber: http://whypgen-bppt.com/id/dokumen/doc_download/12-presentasi-meai.html)
Tiga jenis model tersebut dapat diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik setiap daerah.Besarnya kapasitas turbin disesuaikan dengan besarnya beban digunakan. Instalasi tersebut dapat digunakan oleh per unit rumah ataupun lebih dari satu unit disesuaikan dengan beban kerja. Pengembangan teknologi Turbin Angin sampai tahun 2011 telah dihasilkan beberapa prototipe yaitu turbin angin dengan daya output 80 W, 250 W, 1000 W, 2500 W, 3500 W, 5 kW dan 10 kW (Lapan, BPPT, ITB, dll). Kemudahan akses ke jaringan listrik merupakan aspek penting dari kerangka sukses untuk pertumbuhan energi angin (IRENA / GWEC, 2012). Meskipun beberapa tipe masih dalam pengembangan, dalam pemilihan jenis turbin menyesuaikan dengan kekuatan angin dan karakteristik daerah. Apabila setiap area yang memiliki potensi pemanfaatan energi angin dapat dioptimalkan, diharapkan dapat membantu ketahanan listrik nasional dan meningkatkan rasio elektrifikasi. 2.
Permasalahan Pengembangan sumber energi listrik dari angin memiliki tantangan dan peluang yang harus di perhatikan. Berdasarkan uraian diatas, peluang pengembangan sumber energi angin masih sangat terbuka luas. Dengan tersedianya sumber energi yang melimpah, hal yang dibutuhkan adalah pemetaan tantangan dan peluang yang harus dikelola dengan baik sehingga pengembangan sumber energi angin dapat dilaksanakan tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan skala kecil tetapi juga mampu untuk pemenuhan skala nasional. Oleh karena itu, revitalisasi pemanfaatan energi angin menjadi suatu kebutuhan strategis untuk meningkatkan pasokan dan cadangan listrik nusantara. Tantangan dalam pengembangan energi angin Technology Application and Assessment, Technology Demonstration, Financing Initiatives, Policy and Institutional Support, Promotion, Market Development and Insutrial Support (Martosaputro, S. 2015). Keenam tantangan tersebut harus disikapi dengan bijak. Pemerintah dan lembaga terkait selayaknya memberikan perhatian lebih terhadap keenam ranah tersebut karena perkembangan pemanfaatan energi angin dapat berkembang dengan cepat. Selain itu, tantangan pengembangan energi angin yang dihadapi terdiri dari tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal yaitu berasal dari masyarakat sendiri yang berkaitan dengan rendahnya pengetahuan mengenai teknologi dan pemanfaatan energi angin. Hal ini akan
59
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016 BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
berbanding lurus dengan motivasi masyarakat. Rendahnya motivasi masyarakat dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga angin dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan mengenai peralatan dan manfaat yang dapat dihasilkan dari penggunaan energi angin. Tantangan eksternal berkaitan dengan rendahnya regulasi pemerintah untuk mendukung kemandirian listrik nasional. Selain itu, teknologi mengenai pembangkit listrik tenaga angin yang masih minim menjadi kendala bagi masyarakat. Hal ini menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia untuk menyediakan teknologi dan peralatan mengenai pembangkit listrik tenaga angin yang mudah dan murah. Tantangan yang dihadapi selayaknya disikapi dengan bijak sehingga dapat memberikan dampak lanjutan yang lebih baik. 3.
Tujuan Peluang bangsa Indonesia dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga angin yaitu sumber energi yang melimpah, banyak terdapat lokasi potensial. Kebutuhan energi listrik yang masih belum terpenuhi, menurunnya cadangan bahan bakar fosil, dan adanya regulasi pengembangan EBT meskipun belum optimal. Hal tersebut selayaknya menjadi perhatian pemerintah, lembaga, maupun perorangan untuk mengembangkan peluang dan potensi yang ada menjadi sesuatu yang lebih bernilai. Perlunya revitalisasi pemanfaatan energi angin yang berkelanjutan sehingga dapat menjawab tantangan kebutuhan listrik nasional. Pemanfaatan energi angin sebagai upaya untuk mendukung kemandirian listrik nasional harus menjadi perhatian baik pemerintah maupun masyarakat umum. Langkah revitalisasi untuk mengoptimalkan hal tersebut dapat dilakukan dengan empat langkah strategis yaitu dengan pendidikan yang meningkatkan pengetahuan dan motivasi, kebijakan yang mendukung pengembangan energi angin, inovasi teknologi dan peralatan penunjang, dan kerjasama dengan pihak terkait baik untuk jaringan nasional maupun internasional sehingga dengan optimasilasi keempat poin tersebut dapat meningkatkan jumlah titik pemanfaatan energi angin disetiap area yang potensial sehingga dapat membantu ketahanan listrik nasional dan meningkatkan rasio elektrifikasi untuk semua wilayah Indonesia. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan analisisliterature review sebagai analisis utama dengan mengkaji hasil penelitian dan literatur untuk mengukung analisis data. Tambahan referensi dari sumber yang berkaiatan dengan kajian permasalahan dalam paper ini merupakan tambahan untuk penyempurnaan informasi, analasis data, pembahasan, dan penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pendidikan Pendidikanmerupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kualitas pendidikan memiliki pengaruh yang berbanding lurus terhadap kemajuan suatu bangsa. Khususnya dalam penggunaan dan pengembangan turbin angin, masyarakat masih memiliki pengetahuan dan wawasan yang masih terbatas sehingga aplikasi pemanfaatan energi angin di setiap daerah masih rendah. Hal ini yang mendasari lemahnya kontribusi pemanfaatan energi angin baik dari pihak industri besar maupun masyarakat pada umumnya. Meskipun energi angin tidak dapat menggantikan energi fosil secara utuh untuk pembangkit listrik, tetapi pemanfaatan energi angin dapat memberikan dampak 60
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016 BPPT, Jakarta, 25 – 27 Juli 2016
positif bagi daerah yang belum terjangkau oleh listrik ataupun daerah yang memiliki potensi besar dalam pengembangan turbin angin untuk mendukung ketahanan listrik nasional Dittrich J, et al (2016: 5), menyatakan, “…this interdisciplinary knowledge without doubt is needed for the construction and erection of complete wind turbines, and even more for setting up, operating, andmaintaining wind farms”. Pengetahuan interdisipliner mengenai pemanfaatan energi angin tanpa ragu diperlukan untuk pembangunan dan pemasangan turbin angin lengkap, dan bahkan lebih untuk menyiapkan, operasi, dan pemeliharaan area yang memiliki angin besar. Proses untuk meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan dengan sosialisasi atau pelatihan. Hal ini bertujuan untuk menambah wawasan masyarakat mengenai potensi pemanfaatan energi angin dimasa mendatang. Selain untuk meningkatkan pengetahuan, program ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi masyarakat dan pihak terkait untuk mulai melirik potensi pemanfaatan energi angin. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan kesadaran dan kemauan masyarakat agar dapat berinvestasi pada energi renewable tersebut. Motivasi erat kaitannya dengan pengambilan keputusan. Memotivasi seseorang atau sekelompok orang sangat penting agar mereka yang menjadi objek motivasi bias merubah pikiran atau keputusan yang akan mereka ambil. Pengambilan keputusan dan motivasi saling tergantung dan saling mempengaruhi satu sama lain. Pengambilan keputusan adalah proses yang mempengaruhi motivasi luar dan dalam dari pembuat keputusan (Pohanková, A. 2010). Selain itu menyatakan bahwa motivasi berdampak pada keputusan akhir yang akan diambil. Oleh karena itu, kombinasi dari pendidikan dan motivasi untuk masyarakat menjadi sangat penting agar program atau pengetahuan yang disampaikan bermanfaat bagi masyarakat sehingga mampu merubah ketergantungan terhadap PLN dan mulai beralih ke energi alternatif.
Gambar 3. Pengaruh Motivasi Terhadap Pengambilan Keputusan (Sumber: Pohanková, A. 2010)
Kesadaran dan keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan teknologi baru merupakan faktor keberhasilan dalam tahap penyebaran(IRENA / GWEC, 2012). Hal ini menunjukan bahwa pendidikan dan pelatihan ini berhasil jika masyarakat ikut terlibat dalam penggunaan energi angin sebagai energi alternatif untuk mensuplay kebutuhan listrik baik untuk pribadi maupun secara kelompok. 2. Pengembangan Teknologi Akses ke energi modern baik listrik dan non-listrik adalah kebutuhan yang diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan (Attigah,B. & Tasch, L.M.,2013). Pengembangan teknologi yang berkelanjutan diarahkan pada pengembangan yang ramah lingkungan. Pengembangan teknologi turbin selayaknya dilakukan tidak hanya untuk kalangan industry besar yang menghasilkan turbin dengan output yang besar, tetapi juga
61
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016 BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
mengembangkan dan memproduksi turbin angin skala kecil dan menengah yang cocok untuk wilayah dengan karakteristik angin yang cenderung lebih kecil. Selain itu, pemerintah melalui badan industry milik negara ataupun pihak terkait menyediakan teknologi yang murah dan dapat digunakan untuk pemenuhuan kebutuhan energi harian yang akan digunakan untuk daerah yang belum terjamah listrik maupun pengembangan di daerah yang memiliki potensi angin yang besar. Penyediaan infrastruktur untuk mengakses hal tersebut harus selalu dikembangkan sehingga masyarakat yang tinggal didaerah potensial dapat mengaplikasikan teknologi turbin angin untuk pemenuhan listrik. Para pakar ekonomi dalam bidang pembangunan berpendapat bahwa infrastruktur fisik menjadi prasyarat bagi industrialisasi dan pembangunan ekonomi (Murphy, Shleifer, and Vishny. 1989). Pengembangan teknologi tidak hanya menyediakan inovasi yang canggih untuk digunakan, tetapi juga menyediakan peralatan dan suku cadang untuk penggantian komponen sehingga masyarakat mudah dalam melakukan perawatan. Apabila penyediaan teknologi dan alat sudah siap, maka pemanfaatan energi angin sebagai sumber energi listrik yang dapat mendukung ketahanan listrik nasional bukan merupakan hal yang tidak mungkin sehingga dapat mendukung pemanfaatan energi baru terbarukan dimasa mendatang. 3. Kerjasama Kerjasama merupakan hal yang sangat penting. Kerjasama dalam pemanfaatan energi angin adalahuntuk mendukung pasokan listrik nasional dan meningkatkan rasio elektrifikasi. Kerjasama antara pelaksana dan pengembang dapat berasal dari pemerintah sebagai pemangku kebijakan maupun pihak terkait yang memiliki kepentingan. Hal ini bertujuan untuk pengembangan teknologi yang berkelanjutan dalam bentuk forum nasional maupun internasional. Selain itu, fungsi kerjasama dapat dimanfaatkan untuk transfer teknologi dari industri atau pihak terkait yang sudah memiliki pengalaman. Onojaefe, D. & Leaning, M. (2007) menyatakan, “…sustainable partnerships between government, small business and their immediate communities will emerge that will support small businesses”. Kerjasama yang berkelanjutan antara pemerintah, usaha kecil dan masyarakat akan memunculkan dan mendukung usaha kecil. Bentuk kerjasama dapat tertuang dalam berbagai model dan level sesuai dengan tujuan kerjasama dan kesepakatan yang telah ditetapkan diawal. Penyediaan sumber listrik yang dihasilkan dari energi angin memiliki dampak yang besar. Contohnya di Negara Denmark, Jerman, Greece and Skotlandia, masyarakat menerima manfaat yang nyata dari proyek angin lokal yang dikembangkan (IRENA /GWEC, 2012). Selain itu, dua hal yang paling penting dari projek pemanfaatan energi angin adalah niat yang jelas dari pemerintah untuk mengembangkan tenaga angin dan stabilitas kebijakan dan kerangka peraturan di mana produsen, pengembang proyek, operator sistem, utilitas dan investor harus beroperasi (Steve Sawyer, 2012). 4. Regulasi Pengembangan teknologi energi terbarukan sangat didorong oleh kerangka kebijakan. Peran pemerintah sangat penting dalam mengembangkan kerangka kebijakan yang memadai dan mampu menarik investasi besar untuk sektor ini (IRENA / GWEC, 2012). Peranan pemerintah dalam menentukan kebijakan sangat strategis untuk mendongkrak pengembangan pemanfaatan energi angin secara menyeluruh. Adanya kebijakan yang mendukung baik dalam bidang investasi maupun dalam bentuk bantuan pemerintah secara nyata bagi masyarakat yang membutuhkan atau daerah yang memiliki potensi angin yang besar akan mempercepat perkembangan aplikasi energi angin sebagai 62
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016 BPPT, Jakarta, 25 – 27 Juli 2016
sumber energi listrik. Selain itu, perlu diketahui bahwa dukungan untuk sumber energi terbarukan melalui insentif atau subsidi sangat diperlukan, meskipun tidak pernah akan mencapai suatu kondisi yang cukup (IRENA / GWEC, 2012). Pengembangan energi terbarukan harus didukung oleh kebijakan yang mendorong arus investasi baik dari dalam maupun luar negeri. Pemerintah mengembangkan kerangka kebijakan yang memadai untuk menarik investasi transisi skala besar (Amin, A.Z., 2012). Oleh karena itu, kebijakan yang mendorong terlaksanakanya implementasi dan pengembangan pemanfaatan energi angin selayaknya menjadi perhatian khusus sehingga dapat mendukung dan mendorong ketahanan listrik nasional. KESIMPULAN Revitalisasi pemanfaatan energi angin di Indonesia menjadi suatu urgensi tersendiri untuk mendorong kemandirian listrik nasional. Pengembangan teknologi yang masih belum menyentuh variasi yang kompleks menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia untuk menciptakan inovasi teknologi yang efektif dan efisien ditempatkan diberbagai daerah. Selain itu, pemahaman masyarakat yang masih lemah mengenai pemanfaatan energi angin harus menjadi perhatian pemerintah sehingga dapat meningkatkan wawasan dan motivasi untuk menggunakan energi yang ramah lingkungan. Kebijakan pemerintah menjadi salah satu factor penting untuk mendorong percepatan pemanfaatan energi angin sebagai sumber tenaga listrik. Selain itu, kerjasama pihak terkait sebagai pendorong kemajuan dalam bidang ketahanan listrik nasional. Oleh karena itu, revitalisasi pemanfaatan energi angin sebagai upaya untuk kemandirian listrik nasional dapat dilakukan dengan empat langkah strategis yaitu dengan pendidikan, kebijakan, kerjasama, dan pengembangan teknologi yang berkelanjutan. DAFTAR PUSTAKA Attigah, B. & Tasch, L.M. 2013 Productive Use of Energy – PRODUSE The Impact of Electricity Access on Economic Development. Diunduh tanggal 20 juli dari http://www.produse.org/imglib/downloads/PRODUSE_study/PRODUSE%20Study _Literature%20Review.pdf DeCarolis, J. F., & Keith, D. W. (2005). The costs of wind’s variability: Is there a threshold? The Electricity Journal, 18(1), 69–77. Dittrich, J. et al. 2016. New approaches to engineering education in the wind power sector in northern Germany. Diunduh pada tanggal 21 Juli dari http://www.tvetonline.asia/issue6/dittrich_etal_tvet6.pdf International Renewable Energy Agency (IRENA) and Global Wind Energy Council (GWEC). 2012. 30 years of policies for wind energy: Lessons from 12 wind energy markets. Diunduh tanggal 20 juli dari http://www.irena.org/DocumentDownloads/Publications/IRENA_GWEC_Wind Report_Full.pdf Muchlis, M. & Permana, A.D. 2003. Proyeksi Kebutuhan Listrik PLN Tahun 2003 S.D 2020. Di unduh pada tanggal 21 Juli 2016 dari http://www.oocities.org/markal_bppt/publish/slistrk/slmuch.pdf. Murphy, K., Shleifer, A., & Vishny R.W. 1989. Industrialization and Big Push. Journal of Political Economy 97(5): 1003–1026.
63
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016 BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
Onojaefe, D. &Leaning, M. 2007. The Importance of Partnerships: The Relationship between Small Businesses, ICT and Local Communities. Journal Issues in Informing Science and Information Technology. Vol. 4. 725-737. Pohanková, A. 2010. Motivation and Decision-Making Process In Managing Change Within The Organization. Intenational Journal of Human Resources Management & Ergonomics Vol. IV No. 1-9. ----, 2013. Kajian Supply Demand Energi Pusat Data Dan Teknologi Informasi Energi Dan Sumber Daya Mineral Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral. Diunduh tanggal 22 juli 2016 dari http://prokum.esdm.go.id/Publikasi/Hasil%20Kajian/Tahun%202013/ESDM%20SD E%20FINAL.pdf
64