PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PROSES RESILIENSI WARIA TERHADAP PENOLAKAN LINGKUNGAN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi LOGO
Disusun Oleh: Mariana Aprilia Ina Abon Sogen 119114062 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
All people had bad experiences, But what will we choose Be a victim or a survivor?
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini dipersembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala berkat dan perlindungan-Nya di dalam proses hidupku
Bapa, Mama, Kak Riko dan Rizki yang selalu mendukung dengan sepenuh hati dalam suka dan duka
Sahabat-sahabat yang selalu ada
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PROSES RESILIENSI PADA WARIA TERHADAP PENOLAKAN LINGKUNGAN Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Mariana Aprilia Ina Abon Sogen Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses resiliensi yang dialami oleh kaum waria. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penolakan oleh masyarakat umum, bahkan dari pihak keluarga kepada para waria. Kaum waria juga berhak memperoleh perlakuan yang lebih positif sebagaimana manusia pada umumnya. Fokus dari penelitian ini adalah melihat bagaimana para waria bereaksi dan memandang perlakuan negatif yang diterimanya dari masyarakat hingga memperoleh kenyamanan hidup seperti sekarang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian metode kualitatif naratif yang merujuk pada alur pengalaman masing-masing partisipan kemudian dianalisis dan dipahami. Partisipan dalam penelitian ini adalah tiga orang waria yang dianggap sudah memiliki ciri-ciri resiliensi oleh komunitas waria di Jogjakarta. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara semi terstruktur dengan validitas hasil penelitian yang menggunakan metode member checking. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan diri sejak fase awal membuat proses resiliensi partisipan menjadi lebih cepat.Dari tiga partisipan terdapat 2 partisipan yang mengalami hal ini, yakni partisipan 2 dan 3. Berbeda dengan individu yang menolak keadaan diri yang justru merasa tidak nyaman, yang dialami oleh partisipan 1. Setelah menerima diri, barulah partisipan nyaman untuk menampilkan diri sebagai waria dan cenderung dapat mempersiapkan diri terhadap reaksi lingkungan. Pada akhirnya, partisipan akan merasa semakin nyaman, dapat menerima dan berdamai dengan diri serta lebih siap terhadap pandangan lingkungan. Kata kunci: resiliensi, penolakan lingkungan, waria
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE TRANSGENDER RESILIENCE PROCESS ON SOCIAL REJECTION Sanata Dharma University Mariana Aprilia Ina Abon Sogen Abstract This study aims to know transgenders resilience process. This research is motivated by social rejection, even by their family members, to transgenders. The transgender people deserve to treat as human as well. The focus on this research is to see how transgender reacted and thought about negative way other people treat them until they achieved resilience. This study uses narrative qualitative method that refers to participants experiences plot then the data has been analyzed and understood. The participants of this study were three transgenders that other transgenders in Jogjakarta are thought have resilience characteristics. Data were collected by semi structured interview and the result validity is carried out by member checking method. The research showed that self-acceptance made transgender faster in resilience process. Two of the partisipants experience it, i.e the second and third one. Besides, people that refuse made them not comfortable with their self, like partisipant 1. After accepted their self, participants being comfortable to show their self as a transgender and ready with people reaction. Finally, participants will be comfortable, can accepted and make piece with their self as well as ready to how people react to them. Keywords: resilience, social rejection, transgender
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria dan Bapa di Surga karena atas penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian dengan judul Proses Resiliensi Pada Waria Terhadap Penolakan Lingkungan ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi (S.Psi) dari Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam proses pengerjaan penelitian ini, penulis didukung oleh banyak pihak. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada : 1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi 2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si selaku Kaprodi Fakultas Psikologi 3. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dari awal pengerjaan penelitian ini. Terima kasih atas dukungan dan pengarahannya yang sangat membantu penulis. 4. Jajaran dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sudah membantu setiap proses yang dijalani penulis dalam kegiatan belajar mengajar. Terima kasih atas ilmu dan bimbingan selama penulis menajdi mahasiswa. 5. Staf dan karyawan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sangat suportif dalam membantu serta melayani penulis.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. …i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING…………………… ..ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii HALAMAN MOTTO………………………………………………………….. iv HALAMAN PERSEMBAHAN…………….………………………………….. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………….. ..vi ABSTRAK……………………………………………………………………... vii ABSTRACT…………………………………………………………………… viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………..... ix KATA PENGANTAR………………………………………………………….. x DAFTAR ISI…………………………………………………………………… xii DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xvii DAFTAR SKEMA…………………………………………………………... xviii BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………. 1 A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………... 8 C. Tujuan Penelitian………………………………………………………… 8
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………. .8 1. Manfaat Teoritis……………………………………………………… 8 2. Manfaat Praktis………………………………………………………. 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………… . 9 A. Waria……………………………………………………………………. ..9 1. Pengertian Waria …………………………………………………….. 9 2. Penyebab Waria…………………………………………………… ..10 a. Biologis…………………………………………………………. 10 b. Lingkungan……………………………………………………... 11 3. Ciri-ciri Waria………………………………………………………. 11 B. Penolakan Lingkungan Pada Waria…………………………………….. 12 1. Pengertian Penolakan Lingkungan…………………………………. 12 2. Penyebab Penolakan Lingkungan………………………………….. .13 a. Nilai Budaya Masyarakat Indonesia……………………………. 13 b. Prasangka……………………………………………………….. 13 3. Bentuk Tindakan Penolakan Lingkungan Pada Waria……………… 14 4. Reaksi Waria Terhadap Penolakan Lingkungan……………………. 15 5. Akibat Penolakan Lingkungan pada Waria…………………………. 15 a. Distress………………………………………………………….. 15 b. Sakit Fisik sebagai Reaksi Psikologis……………………………16 c. Numbness (Mati Rasa)………………………………………….. 16 d. Ruang Gerak Sosial Menjadi Terbatas…………………………. 16 C. Resiliensi Pada Waria…………………………………………………... 17 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pengertian Resiliensi………………………………………………... 17 2. Sumber Resiliensi…………………………………………………… 18 a. I am……………………………………………………………… 18 b. I have……………………………………………………………. 19 c. I can…………………………………………………………….. .19 3. Ciri Orang Resilien…………………………………………………. 19 a. Penerimaan Diri………………………………………………… 20 b. Personal Growth………………………………………………... 20 c. Memiliki Tujuan Hidup………………………………………… .20 d. Environment Mastery…………………………………………… 21 e. Otonomi………………………………………………………… 21 f. Relasi Positif dengan Orang lain………………………………... 22 4. Proses Resiliensi pada Waria Terhadap Penolakan Lingkungan…… 23 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………… 27 A. Jenis Penelitian…………………………………………………………...27 B. Fokus Penelitian………………………………………………………….28 C. Partisipan Penelitian…………………………………………………….. 28 1. Teknik Pemilihan Partisipan…………………………………………28 2. Karakteristik Partisipan………………………………………………29 D. Prosedur Penelitian……………………………………………………….29 E. Metode Pengumpulan Data………………………………………………30 F. Metode Analisis Data……………………………………………………32 G. Keabsahan Data…………………………………………………………. 35 xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………….. 36 A. Proses Pengambilan Data……………………………………………….. 36 1. Proses Penelitian……………………………………………………. 36 2. Proses Pengambilan Data…………………………………………… 37 3. Identitas Partisipan………………………………………………….. 38 B. Hasil Analisis Data Penelitian …………………………………………. 40 1. Partisipan 1…………………………………………………………. 40 a. Kategorisasi Data……………………………………………….. 40 b. Analisis Naratif…………………………………………………. 45 2. Partisipan 2…………………………………………………………...50 a. Kategorisasi Data……………………………………………….. 50 b. Analisis Naratif…………………………………………………. 54 3. Partisipan 3…………………………………………………………. .59 a. Kategorisasi Data………………………………………………...59 b. Analisis Naratif…………………………………………………. 64 4. Proses member checking data partisipan............................................. 68 5. Analisis Naratif Ketiga Partisipan………………………………….. 68 6. Kesimpulan Hasil Proses Resiliensi pada Waria…………………… 74 7. Pembahasan ………………………………………………………… 74 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………..82 A. Kesimpulan………………………………………………………………82 B. Saran…………………………………………………………………….. 83
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Bagi Waria…….……………………………………………………. 83 2. Bagi Keluarga………………………………………………………. 83 3. Bagi Masyarakat……………………………………………………. 83 4. Bagi Peneliti Lain…………………………………………………… 84 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 85 LAMPIRAN…………………………………………………………………… 90
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1
: Pedoman Wawancara…………………………………………. .31
Tabel 2
: Keterangan Koding…………………………………………… .33
Tabel 3
: Jadwal Pengambilan Data……………………………………... 37
Tabel 4
: Identitas Partisipan……………………………………………. .38
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SKEMA Skema 1
: Kerangka Pikir........…………………………………………… 26
Skema 2
: Proses Resiliensi Pada Partisipan 1……………………………. 49
Skema 3
: Proses Resiliensi Pada Partisipan 2……………………………. 58
Skema 4
: Proses Resiliensi Pada Partisipan 3……………………………. 67
Skema 5
:Proses Resiliensi Pada Ketiga Partisipan…………………….. ..73
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Secara umum, individu memiliki identitas gender sebagai laki-laki dan perempuan. Individu laki-laki akan mengembangkan kepribadian sebagai lakilaki begitu pula perempuan. Di Indonesia, individu laki-laki yang mengembangkan kepribadian sebagai perempuan umunya dikenal dengan sebutan waria.
Dalam psikologi, hal ini disebut dengan transgender atau
transseksual. Para transseksual memiliki pemikiran bahwa jiwa mereka terperangkap dalam tubuh yang salah sehingga mengubah penampilan dan perilaku mereka sesuai dengan yang mereka inginkan (Durand & Barlow, 2006). Identitas gender sebagai waria dapat terbentuk karena faktor biologis maupun lingkungan. Faktor biologis karena adanya hormon testosteron yang tinggi, sedangkan faktor lingkungan karena berlebihnya interaksi dengan figur ibu maupun kurangnya interaksi dengan figur pria pada masa kanak-kanak (Durand & Barlow, 2006). Waria sering dianggap momok bagi masyarakat karena dianggap tidak berperilaku seperti seharusnya. Waria sering dikucilkan, dihina maupun ditolak dalam lingkungan masyarakat (Santoso, 2007). Dalam pandangan masyarakat pada umumnya, laki-laki seharusnya mengembangkan peran
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
gender maskulin sedangkan perempuan mengembangkan peran gender feminin. Berbeda dengan waria yang memiliki fisik asli laki-laki namun berpenampilan dan berperilaku seperti perempuan. Peran gender inilah yang dianggap akan mempengaruhi bagaimana penilaian dan sikap lingkungan terhadapnya (Helgeson, 2012). Dalam hal ini tentu mempengaruhi interaksi sosial waria dengan masyarakat umum. Kehidupan sosial waria menjadi sangat terbatas karena adanya penolakan seperti dikucilkan dan dilecehkan oleh orang yang dikenal maupun tidak (Putri, 2009; Herdiansyah, 2007; Stotzer, 2009 (dalam Helgeson, 2012)). Seperti diungkapkan dalam salah satu artikel mengenai kehidupan waria di Indonesia yang selalu dikucilkan oleh masyarakat umum (Setiawan, 2015). Salah satu contoh yang pernah terjadi adalah kasus kekerasan kepada salah satu PSK waria hingga tewas dan bukan satu-satunya kasus yang pernah terjadi (Kurniawan, 2011). Selain itu, terdapat pula gagasan bahwa waria di Indonesia sulit mendapat pekerjaan karena orientasi gender yang mereka pilih belum dapat diterima oleh masyarakat luas (Oetomo, 2015). Hidup menjadi waria berdampak pada masalah penerimaan sosial, seperti tidak diterimanya waria oleh lingkungan mengingat nilai-nilai agama dan sosial di Indonesia tidak mengizinkan perilaku transeksual. Hal ini dapat mengakibatkan kehidupan sosial para waria menjadi sangat terbatas hingga peluang kerja menjadi sempit (Putri & Sutarmanto, 2007). Waria juga sering dianggap sebagai sampah masyarakat, penjaja seks, dan kurang berpendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
sehingga menimbulkan kurangnya percaya diri waria dalam bermasyarakat (Santoso, 2007). Di samping itu, waria juga memiliki kesulitan dalam penerimaan diri dan kebingungan identitas. Kebingungan yang umum dialami oleh waria yakni menyangkut dengan keputusan menjadi diri sendiri atau mematuhi normanorma yang melarang menjadi waria (Putri & Sutarmanto, 2007). Hal ini dapat
mendorong
terjadinya
kecemasan,
perasaan
tertekan
dan
ketidakbahagiaan karena adanya inkongruensi antara diri dengan diri ideal ketika menyadari hal tersebut (Feist & Feist, 2010). Namun demikian, ketika menyadari
realita
bahwadirinya
memiliki
kecenderungan
perempuan,
penerimaan diri untuk mengembangkan kepribadian feminin dapat membantu untuk menuju kongruensi. Para waria mengalami masalah dan tekanan berupa penolakan dari lingkungan sekitar bahkan tak jarang dari pihak keluarga. Di satu sisi, mereka ingin menjalani hidup sesuai dengan keinginannya, yaitu berperilaku seperti wanita. Akan tetapi di sisi lain, mereka juga mengalami konflik dengan tuntutan
lingkungan
yang
menginginkan
mereka
berperilaku
dan
berpenampilan seperti laki-laki pada umumnya (Putri & Sutarmanto, 2007). Tindakan masyarakat umum pada keberadaan waria didorong oleh adanya prasangka yang selanjutnya diwujudkan dalam sikap diskriminasi. Prasangka biasanya
muncul
kepada
individu
atau
kelompok
individu
karena
keanggotaannya terhadap kelompok tertentu (Baron & Birne, 2003; Brown, 2005). Prasangka biasanya melibatkan emosi, keyakinan dan harapan terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
sikap yang dimiliki anggota kelompok tertentu. Pada umumnya, individu atau kelompok individu akan memilih mengikuti pandangan atau norma sosial yang dimiliki sebagian besar masyarakat. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan
untuk
memiliki
pandangannya
sendiri
dan
memilih
mengikutinya (Baron & Birne, 2003). Sama halnya dengan waria yang ingin mempertahankan identitas pribadinya tanpa terpengaruh oleh pandangan masyarakat. Mereka merasa kesulitan untuk mengikuti norma sosial karena akan menyebabkan mereka kehilangan kontrol terhadap dirinya sendiri. Penolakan yang dialami waria dalam masyarakat juga dianggap sebagai suatu pelanggaan HAM terhadap identitas seksual waria. Selain itu, media di Indonesia juga dirasa oleh waria memberikan citra yang salah terhadap kehidupan dan diri mereka. Lebih banyak hal buruk dan pandangan mengenai ‘penyimpangan’ ketika hidup sebagai waria lah yang ditampilkan sehingga mempengaruhi penilaian dan perilaku masyarakat terhadap waria (Ida, 2010).
Selain itu, waria juga cenderung enggan bergabung dengan
masyarakat umum karena pandangan dan sikap masyarakat terhadapnya yang cenderung negatif (Sofiyana, 2013). Hal ini terbukti dengan waria yang cenderung mengalami kekerasan verbal, fisik dan psikis baik dari pihak keluarga maupun lingkungan (Arfanda & Sakaria, 2015). Sikap-sikap yang diterima waria inilah yang membuat mereka cenderung membentuk komunitas dan membangun relasi yang baik dengan sesama waria. Perasaan diterima lebih muncul di dalam komnitas dibandingkan dengan masyarakat yang bersikap diskriminatif karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
menganggap waria menyimpang dan abnormal. Stigma, prasangka dan diskriminasi yang diarahkan pada kaum LGBT cenderung menimbulkan stres karena adanya minoritas seksual, yang dikenal dengan minority stress (Glassgold, J. et al, 2009). Akibatnya, tak jarang mereka mengalami kecemasan, depresi, rendah diri, dan menarik diri dari lingkungan bahkan melakukan bunuh diri (Yuliani, 2006). Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terdapat 800 ribu kematian di dunia setiap tahunnya yang disebabkan bunuh diri. Salah satu kelompok yang paling berpotensi melakukan bunuh diri adalah para Lesbian Gay Bisexual dan Transgender (LGBT) karena adanya tekanan psikis berupa stigma masyarakat. (Imamsyah, 2014). Penolakan serta gangguan psikologis yang dialami oleh waria menjadi keprihatinan tersendiri karena mereka juga merupakan manusia yang memiliki hak setara untuk memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan. Ditambah lagi kurang adanya norma tertulis maupun tidak tertulis mengenai hak dan kewajiban waria. Waria juga merupakan individu yang memiliki hak asasi setara dengan individu lain sehingga berhak untuk menerima perlakuan yang adil dalam bernegara dan bermasyarakat (Yuliani, 2006).Pandangan lingkungan sosial terhadap waria merupakan hal yang sulit untuk diubah namun kemampuan adaptasi waria lebih dimungkinkan untuk dikaji. Waria membutuhkan kemampuan adaptasi untuk mencapai kebahagiaannya karena setiap individu memiliki keinginan dasar untuk membangun relasi dengan lingkungan sosialnya (Batara, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
Penolakan yang dialami waria di lingkungan, tak jarang menyebabkan waria mengalami keterhambatan kesejahteraan hidupnya. Hal ini membuat mereka perlu untuk melakukan adaptasi sehingga membutuhkan kemampuan resiliensi. Resiliensi merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh individu, terutama dalam menghadapi suatu masalah. Newman (2005) (dalam Rosyani, 2012) menyatakan bahwa resiliensi merupakan kemampuan adaptasi individu saat menghadapi tragedi, trauma, kesulitan, serta stressor dalam kehidupan yang bersifat signifikan. Resiliensi sering dikaitkan dengan menjaga hubungan baik dengan orang lain, memiliki pandangan yang lebih positif terhadap kehidupan serta memiliki tujuan hidup dan berusaha untuk mencapainya. Resiliensi pada dasarnya ada dalam diri setiap individu hanya saja waktu yang diperlukan untuk melewati hal tersebut bersifat individual (Poetry, 2013). Semakin terlibat individu dalam satu masalah atau tekanan, maka akan semakin terlihat kemampuan resiliensinya. Individu yang memiliki resiliensi yang baik, cenderung berpikir positif dan menganggap akan ada hal baik yang terjadi selanjutnya sehingga cenderung menyelesaikan masalah yang dialaminya. Artinya, individu yang memiliki resiliensi yang baik akan berhasil menyesuaikan dirinya dengan kondisi lingkungan yang kurang menyenangkan serta tekanan yang dialaminya di dalam kehidupannya dengan lingkungan (Desmita, 2005). Waria dianggap perlu memiliki resiliensi untuk melihat bagaimana mereka menyesuaikan diri terhadap ‘kewariaannya’ di tengah banyaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
penolakan yang diterima dari lingkungan. Resiliensi diperlukan oleh waria agar waria dapat lebih melihat hal yang positif dari dirinya sendiri dan lingkungan sehingga dapat mengembangkan kemampuan tersebut lewat perilaku yang juga positif. Upaya menyesuaikan diri dengan tekanan dan masalah yang dialami dengan kemampuan resiliensi memiliki beberapa sumber penting. Berdasarkan Gortberg(1994), kemampuan resiliensi memiliki tiga sumber, yaitu I Am, I Have dan I Can. Ketiga hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan kemampuan intrapersonal, interpersonal dan kemampuan sosial yang dibutuhkan individu dalam hidupnya. Kemampuan resiliensi ini juga diharapkan dapat membantu mengatasi depresi, kecemasan, rendah diri, dan penarikan diri dari lingkungan yang dialami oleh waria. Di Indonesia, waria-waria yang dianggap telah resilien antara lain salah satu artis Indonesia, yakni Dorce yang berani mengakui dirinya dan tetap berkarya. Terlepas dari statusnya sebagai waria, Dorce tetap memiliki kenyamanan akan dirinya sendiri, dapat mengekspresikan diri dan mampu berkarya dalam berbagai bidang yang melibatkan masyarakat umum. Contoh lain adalah dengan didirikannya Pesantren Waria Senin- Kamis di salah satu daerah di Yogyakarta. Pesantren ini oleh pendirinya, Alm. Maryani, selain untuk tujuan keagamaan, juga agar santrinya dapat memiliki kemampuan adaptasi terhadap segala lapisan masyarakat. Ada pula komunitas waria di Yogyakarta, yakni Kebaya yang berfokus pada kesehatan seksual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
waria. Pendirinya, Mami Vin, sudah diterima oleh masyarakat karena pembawaannya yang mudah bergaul dengan masyarakat sekitar. Dari uraian di atas, yang menjadi perhatian peneliti adalah dinamika proses resiliensi yang dimiliki oleh waria, terutama berkaitan dengan penolakan yang dialaminya di masyarakat. Proses resiliensi terutama dilihat pada waria yang dianggap telah nyaman dengan hidupnya sebagai waria, meskipun mendapat penolakan atau perlakuan negatif dari lingkungan. Menjadi hal yang penting untuk melihat gambaran proses pada waria yang telah memiliki kemampuan resiliensi seperti contoh di atas. Hal ini dianggap mampu memberikan bagaimana mereka berproses sehingga waria lain dapat belajar memiliki kemampuan resiliensi. Belum adanya penelitian yang membahas mengenai resiliensi pada waria juga menjadi hal yang menarik bagi peneliti untuk mengkajinya. B. Rumusan Masalah Bagaimana proses resiliensi pada waria terhadap penolakan dari masyarakat? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses resiliensi dalam diri waria ketika mengalami penolakan dari lingkungannya. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan, pengetahuan serta dapat menjadi bahan bacaan dan kajian referensi bagi khalayak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
meminati studi psikologi sosial khususnya mengenai dinamika proses resiliensi yang dialami oleh waria. 2. Manfaat Praktis a. Memberi tambahan pengetahuan bagi para waria mengenai cara mengatasi perasaan diskrimasi di lingkungan. b. Membuat waria untuk lebih mengenal kemampuan diri yang lebih positif sehingga dapat mengembangkan kemampuan resiliensinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Waria 1. Pengertian waria Helgeson (2012) menyatakan bahwa identitas gender yang dimiliki dirasa tidak sesuai dengan jenis kelamin sehingga mengembangkan kepribadian yang berbeda disebut sebagai transgender atau transseksual. Transgender hanya berpenampilan dan berperilaku sesuai dengan identitas gender yang diyakininya. Namun, transseksual menjalani treatment hormonal atau operasi untuk mengganti kelaminnya agar sesuai dengan identitas gendernya. Dalam DSM – V, transgender diartikan sebagai individu yang untuk sementara atau menetap mengidentifikasi diri sebagai gender yang berbeda dengan jenis kelaminnya. Sedangkan transseksual menunjukkan individu yang sedang atau telah menjalani transisi sosial dari laki-laki ke perempuan atau sebaliknya, yang biasanya, namun tidak semua, melibatkan perubahan somatik berupa treatment hormon dan operasi kelamin. Dalam DSM – V, hal ini digolongkan sebagai gender dysphoria, yang dianggap lebih dapat mewakili daripada gender identity disorder pada DSM – IV. Dalam Kamus Psikologi (Kartono & Gulo, 1987), transeksual dijelaskan sebagai individu yang percaya bahwa dia adalah lawan jenis kelamin dan sifat biologis yang dimiliki, yang selanjutnya melakukan pembenahan jenis kelamin. Sama halnya dengan yang diungkapkan 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
Supratiknya (1995), transseksual adalah gangguan kelainan yang penderitanya merasa bahwa dirinya terperangkap di dalam tubuh lawan jenis.
Terdapat
dua
kategori
transseksual
yakni,
male-to-female
transsexual dan female-to-male-transsexual. Male-to-female transsexual adalah individu laki-laki yang merasa bahwa dirinya adalah seorang perempuan yang terperangkap dalam tubuh laki-laki sedangkan female-tomale-transsexual yakni sebaliknya, merupakan individu perempuan yang merasa bahwa identitas seksualnya adalah seorang laki-laki (Seligman, Walker & Rosenhan, 2001). Di Indonesia, jika laki-laki mengembangkan kepribadian feminim, umumnya disebut sebagai waria. Jadi, dapat dikatakan bahwa waria adalah transgender atau transseksual, yang pada dasarnya memiliki jenis kelamin laki-laki namun mengembangkan kepribadian feminin dan berpenampilan layaknya perempuan. Pada umumnya, waria di Indonesia melakukan perubahan fisik berupa suntik hormon namun tidak semua waria melakukan operasi untuk mengubah jenis kelamin mereka. 2. Penyebab Waria Penelitian menyebutkan bahwa terdapat dua penyebab seseorang menjadi transseksual (Durand & Barlow, 2006): a. Biologis Berkaitan dengan identitas seksual, kelebihan hormon testosteron atau estrogen pada masa perkembangan dapat menyebabkan kepribadian maskulin pada perempuan dan feminim pada laki-laki. Hal ini dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
terjadi secara natural maupun karena obat-obatan yang dikonsumsi oleh ibu saat hamil. b. Lingkungan Faktor lain yang dapat membuat seseorang menjadi transseksual adalah perhatian dan kontak fisik yang berlebih dari ibu, kurang atau tidaknya figur laki-laki sebagai model, serta kurangnya sosialisasi dengan laki-laki pada awal masa perkembangan. Hal lain yang juga mempengaruhi
adalah
adanya
penguatan
untuk
melakukan
crossdressing. Namun demikian, tidak semua waria menggambarkan figur ayah sebagai sosok yang pasif, meskipun mereka memiliki perhatian yang berlebih dari ibu mereka(Sue, Sue, Sue, 1986). 3. Ciri- ciri waria DSM – V menggambarkan individu yang mengalami perbedaan antara identitas gender dengan jenis kelaminnya dengan istilah gender dysphoria, yang dicirikan dengan: a. Ketidaksesuaian antara identitas gender dengan jenis kelamin b. Keinginan yang kuat untuk menyingkirkan karakter jenis kelamin awal karena merasa tidak kongruen dengan identitas gender c. Keinginan kuat terhadap karakteristik identitas gender yang berbeda d. Keinginan yang kuat untuk menjadi identitas gendernya e. Keinginan kuat untuk diperlakukan sebagai identitas gendernya f. Pendirian yang kuat bahwa ia memiliki perasaan dan reaksi yang sama dengan identitas gendernya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
Dalam kamus psikologi (Reber & Reber, 2010), transseksual dicirikan sebagai berikut: a. Rasa tidak nyaman dengan anatomi tubuh yang dimiliki b. Hasrat mendalam untuk terus-menerus menjadi anggota kelompok jenis kelamin yang berbeda c. Keinginan untuk mengubah jenis kelamin d. Tidak terdapat gangguan-gangguan psikologis atau abnormalitas anatomis genetis B. Penolakan Lingkungan Pada Waria 1. Pengertian Penolakan Lingkungan Dalam kamus psikologi (Kartono & Gulo, 1987), penolakan diartikan sebagai proses mengeluarkan seseorang atau sesuatu dari perhatian (kasih sayang) seorang lainnya atau pun keadaan yang timbul dari proses tersebut; menganggap seseorang atau sesuatu tidak memiliki arti. Dalam kamus Psikologi (Reber & Reber, 2010), penolakan diartikan sebagai kegagalan atau ketidakmampuan untuk berasimilasi atau menerima. Terdapat sebuah sistem atau struktur yang menyangkal atau gagal memadukan suatu hal. Sama halnya dengan yang dialami oleh waria dengan penolakan yang ditunjukkan oleh lingkungan sekitarnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diartikan bahwa penolakan adalah ketidakmampuan menerima seseorang atau suatu kelompok sehingga dianggap tidak memiliki arti dan disangkal oleh lingkungan sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
2. Penyebab Penolakan Lingkungan a. Nilai Budaya Masyarakat Indonesia Faktor yang menyebabkan terjadinya penolakan terhadap waria dalam masyarakat adalah nilai budaya yang dianut masyarakat Indonesia bahwa jenis kelamin manusia hanyalah laki-laki dan perempuan, dengan identitas gender maskulin dan feminin. Sehingga waria yang memiliki jenis kelamin laki-laki namun memiliki identitas gender feminin dianggap tidak normal oleh masyarakat. Waria dianggap menyimpang dari nilai agama dan budaya masyarakat umum karena penampilan fisiknya sehingga keberadaannya tidak diakui oleh lingkungannya (Yuliani, 2006). b. Prasangka Prasangka diartikan sebagai sikap atau pandangan terhadap individu atau kelompok individu yang terlibat dalam suatu kelompok tertentu. Pada umumnya, prasangka mengarahkan pada tindakan diskriminasi (Baron & Birne, 2004). Waria sering dihubungkan dengan prostitusi, seks bebas, penyakit seksual, sampah masyarakat, dan kurang berpendidikan. Masyarakat cenderung menganggap kaum waria sebagai momok sehingga cenderung mengucilkan dan menunjukkan sikap diskriminatif. Adapula yang menganggap bahwa kecenderungan sebagai waria dapat menular sehingga masyarakat cenderung menarik diri dan takut berdekatan dengan waria (Santoso, 2007; Yuliani, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
3. Bentuk Tindakan Penolakan Lingkungan Pada Waria Masyarakat luas menganggap waria sebagai lelucon, rendah dan sering dikaitkan dengan prostitusi. Hal ini memunculkan berbagai tindakan yang mewakili rasa penolakan terhadap waria diantaranya cemoohan, pengucilan, pengucilan hingga kekerasan secara fisik maupun verbal (Isniani, 2010; Herdiyansyah, 2007). Waria juga pada umumnya diperlakukan diskriminatif dan tidak memperoleh kesetaraan secara hukum dalam hak-hak sosial, politik, ekonomi maupun budaya. Waria dianggap menyimpang secara budayadan agama karena berperilaku feminine, memiliki ketertarikan seksual terhadap sesama jenis sehingga dianggap sebagai cacat sosial yang patut dikucilkan dan disingkirkan. Waria juga sering dilecehkan di tempat umum, disingkirkan dari aktivitas sosial, tidak diberi akses untuk mendapatkan fasilitas publik, tidak diakui identitasnya dan menjadi korban tindak kekerasan aparat (Yuliani, 2006). Bahkan waria juga sulit diterima dalam pekerjaan umum karena statusnya sebagai waria sehingga kesempatan kerja baginya sangat terbatas. (Putri & Sutarmanto, 2007; Yuliani, 2006). Dalam keluarga, waria umumnya ditolak dengan kemarahan dan kesedihan dari orang tuanya karena anaknya dianggap tidak normal. Orang tua cenderung memukul, mengusir dari rumah, atau justru mengabaikan anaknya yang memilih hidup sebagai waria (Atmojo, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
4. Reaksi Waria Terhadap Penolakan Lingkungan Dengan adanya penolakan terhadap kehadirannya, waria cenderung mengisolasi diri dan membentuk komunitas sendiri. Hal ini mereka lakukan karena pada saat itulah mereka merasa bahagia dan diakui. Berkaitan dengan penolakan yang dialaminya di keluarga, waria cenderung melarikan diri dari rumah menuju kota-kota besar untuk bergabung dengan rekan senasib (Atmojo, 1986). Waria juga mengalami rasa rendah diri, kecemasan, menarik diri, dan depresi (Yuliani, 2006; Herdiansyah, 2007). Dalam bidang pekerjaan, waria cenderung memilih untuk mempertahankan penampilan fisiknya sebagai waria daripada mengorbankan identitasnya untuk memperoleh pekerjaan formal. Waria memiliki identitas gender yang kuat bahwa dirinya memiliki kepribadian feminin sehingga sulit diubah meskipun dipaksa oleh lingkungannya (Yuliani, 2006). 5. Akibat Penolakan Lingkungan pada Waria a. Distress Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kross, dkk (2011), orang yang ditolak mengalami distress yang kuat terutama jika ditolak oleh orang dengan relasi yang lebih dekat. Waria mengalami berbagai distress berupa kecemasan, depresi, bahkan rendah diri yang mengarahkan pada psikopatologi bahkan keinginan untuk bunuh diri terutama berkaitan dengan penolakan yang diterimanya dari lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
b. Sakit fisik sebagai reaksi Psikologis Individu yang mengalami penolakan dari lingkungan merasakan sakit yang setara dengan sakit secara fisik. Hal ini dikarenakan penolakan dan rasa sakit secara fisik memiliki sistem somatosensori yang sama di area otak sehingga dapat mengarahkan individu memiliki physical pain disorder (Kross, Berman, Mischel, Smith & Wager, 2011). c. Numbness (mati rasa) Dalam hasil penelitian DeWall dan Baumeister (2006), penolakan sosial menyebabkan perubahan yang signifikan dalam pengukuran rasa sakit, yang menyebabkan mati rasa secara emosional pada orang yang ditolak. Individu yang ditolak, mengalami ‘kemacetan’ emosional, yang mengurangi empati mereka terhadap orang lain (Baumeister, DeWall & Vohs, 2009). d. Ruang gerak sosial menjadi terbatas Penolakan dalam lingkungan yang dialami oleh wariamerupakan sikap antipati dari masyarakat yang mempengaruhi ruang gerak pergaulan sehari-hari. Tak jarang hal ini membuat lapangan kerja bagi waria menjadi lebih sempit karena pandangan masyarakat umum terhadap waria. (Atmojo, 1986). Selain itu, dengan ditolaknya konstruksi gender waria, mereka dihadapkan pada rumitnya legalitas norma yang berkaitan dengan hak dan kewajibannya. Kesempatan kerja bagi waria pun menjadi sangat terbatas karena sulit ditemukan pekerjaan formal yang mau mempekerjakan waria tanpa memaksanya berpenampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
sebagai laki-laki. Bidang kerja yang identik dengan waria adalah bekerja atau membuka salom kecantikan atau menjadi PSK (Putri & Sutarmanto, 2007; Yuliani, 2006). C. Resiliensi Pada Waria 1. Pengertian Resiliensi Resiliensi
dapat
dilihat
dalam
beberapa
perspektif,
yaitu
perkembangan dan klinis. Dalam perspektif perkembangan, Ann Masten (2001) menyatakan bahwa resiliensi merupakan sekelompok fenomena yang memberikan hasil yang baik meskipun terdapat ancaman dalam adaptasi dan berkembang. Ryff dan Singer (2003) mendefinisikan resiliensi sebagai bentuk pemeliharaan, penyembuhan atau peningkatan dalam kesehatan mental dan fisik dalam menghadapi tantangan. Dalam pandangan klinis, Bonano (2004) menyatakan bahwa resiliensi sebagai kemampuan individu membalikkan keadaan yang dianggap tidak menyenangkan, seperti kematian, kekerasan atau situasi yang mengancam dalam hidup menjadi relatif stabil untuk mempertahankan kesehatan secara psikis maupun psikologis (Baumgardner & Crothers, 2009). Newman
(2005)
menyatakan
bahwa
resiliensi
merupakan
kemampuan adaptasi individu saat menghadapi tragedi, trauma, kesulitan, serta stressor dalam kehidupan yang bersifat signifikan (dalam Rosyani, 2012). Sama halnya dengan pengertian yang terdapat dalam Oxford Handbook of Positive Psychology, resiliensi dianggap sebagai adaptasi positif dalam konteks tantangan yang signifikan, merujuk pada kapasitas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
proses dan hasil dari hidup yang sukses selama atau setelah terdapat pengalaman yang dapat mengubah hidup individu. Pendapat lain yang juga mendukung adalah pengertian menurut Masten, Cutuli, Herbers dan Reed (2009), yang menyatakan bahwa resiliensi merupakan sekelompok fenomena yang memiliki pola adaptasi positif dalam keadaan yang malang/sengsara atau beresiko dalm hidupnya (Snyder, Lopez & Pedrotti, 2011). Resiliensi juga dikatakan sebagai kemampuan individu, kelompok atau komunitas untuk mencegah, meminimalkan atau mengatasi efek negatif dari suatu pengalaman negatif (Gortberg, 1996). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa resiliensi merupakan kemampuan individu untuk beradaptasi secara positif terhadap suatu pengalaman atau keadaan yang dianggap tidak menyenangkan (traumatis dan sulit) sehingga membantu mempertahankan kesehatan psikis individu. 2. Sumber Resiliensi Menurut Gortberg (1996) terdapat tiga sumber pembentukan resiliensi, yaitu: a. I am Di dalam I am, terdapat beberapa kualitas pribadi yang berasal dari diri sendiri, yakni: 1. Merada disayang dan disukai banyak orang 2. Senang membantu dan peduliterhadap orang lain 3. Bangga pada dirinya sendiri dan orang lain 4. Bertanggung jawab terhadap perilaku sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
5. Percaya diri, optimis dan penuh harap b. I have Kualitas pribadi yang dalam kategori ini diperoleh dari luar diri individu, diantaranya: 1. Hubungan yang dilandasi kepercayaan dan cinta secara utuh 2. Terdapat struktur dan peraturan 3. Model untuk mengetahui cara melakukan sesuatu dengan benar 4. Dorongan untuk mandiri dan melakukan sesuatu sendiri 5. Akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, keamanan dan kesejahteraan c. I can Kategori ini memiliki beberapa kualitas dalam membentuk resiliensi dalam diri individu terutama berkaitan dengan kompetensi sosial dan interpersonalnya, yakni: 1. Berkomunikasi bahkan mengenai masalah yang mengganggu 2. Memecahkan masalah yang dihadapi 3. Mengontrol diri terhadap dorongan yang salah atau berbahaya 4. Mengukur temperamen sendiri dan orang lain 5. Memiliki relasi dengan orang yang dapat membantu ketika dibutuhkan 3. Ciri orang Resilien Penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam dimensi yang dapat dijadikan acuan mengenai respon yang resilien ketika individu mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
kesusahan dan mempertahankan kesehatan mental. (Baumgardner & Crothers, 2009; Schultz, 1991). Enam dimensi tersebut adalah: a. Penerimaan diri Penerimaan diri adalah sikap positif terhadap diri sendiri dan menerima diri sebagaimana dirinya sendiri dalam segala hal, baik kekuatan maupun kelemahannya. Orang yang dapat menerima diri, tidak merasa malu atau bersalah terhadap kelemahan yang dimilikinya namun menerima kodrat mereka sebagaimana adanya. Mereka tidak mengubah, memalsukan atau bersembunyi untuk sesuai dengan peranan-peranan sosial. b. Personal growth Personal
growth
merujuk
pada
perasaan
individu
terhadap
perkembangan, dan keterbukaan terhadap pengalaman dan tantangan. Dengan terbuka terhadap pengalaman, individu dapat memiliki kepribadian yang fleksibel karena mau membuka diri terhadap persepsi dan ungkapan baru. Hal ini ditunjukkan dengan individu yang bahagia terhadap hidupnya dan belajar hal-hal baru. c. Memiliki tujuan hidup Hal ini berkaitan dengan tujuan dan keinginan yang ingin dicapai dalam hidup dan yang mengarahkan hidup individu terhadap masa depannya. Tujuan hidup juga mengarahkan individu terhadap kebahagiaan dan pertumbuhan. Hidup akan lebih bermakna dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
memiliki tujuan karena dengan begitu, individu merasa bahwa ia memberi perubahan positif terhadap dunia dan hidupnya lebih bermakna secara personal. Tujuan hidup juga berakar dari nilai-nilai yang dianutnya dengan cukup kuat sehingga mengarahkan kehidupan individu kepada tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. d. Environmental mastery Hal ini merujuk pada kompetensi dan kemampuan untuk mengatur lingkungan untuk membuat dirinya nyaman dengan lingkungan yang dihadapinya hari ini. Individu dapat memanfaatkan kesempatankesempatan yang diperolehnya dari lingkungan secara efektif. Ia juga dapat memilih konteks dalam lingkungan yang sesuai dengan nilai dan kebutuhannya.
Dengan
kata
lain,
individu
yang
memiliki
environmental mastery dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, tanpa kehilangan identitas dan nilai yang dianutnya. e. Otonomi Otonomi mengarah pada individu yang memiliki inisiatif, selfdirection, dan mandiri. Mereka memiliki aturan dalam dirinya yang mengarahkan hidupnya dari dampak negatif yang ada di lingkungan. Dengan kata lain, mereka menjadi dirinya sendiri dan mengikuti nilai yang dianutnya. Orang yang memiliki kemampuan otonomi, tidak menganggap ‘tanpa orang lain’ sebagai malapetaka atau sesuatu yang mengancam. Mereka tetap dapat berfungsi dengan baik terhadap lingkungan secara independen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
f. Relasi positif dengan orang lain Orang yang memiliki relasi yang positif dengan orang lain, memiliki interaksi yang baik, hangat, dan percaya terhadap orang lain serta mampu untuk berempati dan menjalin relasi yang intim. Mereka cenderung memiliki sikap persaudaraan terhadap individu lain. Mereka juga dapat membangun relasi yang lebih intim namun dengan jumlah yang relatif sedikit karena cenderung membangun persahabatan dan cinta yang lebih dalam. 4. Proses Resiliensi pada Waria terhadap Penolakan Lingkungan Sebagaimana individu pada umumnya, waria memiliki keinginan untuk dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat umum. Namun demikian, yang sering diterima oleh waria adalah penolakan berupa cemoohan, pengucilan bahkan tak jarang kekerasan verbal maupun fisik. Penolakan yang dialami oleh para waria ini tentunya akan mempengaruhi kondisi psikologis waria yang umumnya berupa distress. Dalam menghadapi bentuk penolakan dari lingkungan, waria umumnya mengalami kecemasan, penarikan diri, rendah diri, depresi bahkan keinginan untuk bunuh diri. Tidak hanya secara psikologis, penolakan yang dialami waria membuat komunikasi sosialnya menjadi terbatas (Yuliani, 2006; Herdiansyah, 2007). Selama
mengalami
penolakan
dari
masyarakat,
waria
membutuhkan kemampuan adaptasi dengan lingkungannya. Dalam hal ini, kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan resiliensi. Resiliensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
merupakan kemampuan individu untuk beradaptasi secara positif terhadap suatu pengalaman atau keadaan yang dianggap tidak menyenangkan (traumatis dan sulit). Dalam diri waria, masalah yang sering dihadapi adalah penolakan dalam masyarakat. Kemampuan ini dibutuhkan agar waria dapat melihat hal-hal positif dalam dirinya sendiri, terlepas dari penilaian negatif yang diberikan lingkungan terhadapnya. Dalam prosesnya mengembangkan kemampuan resiliensi, waria dapat melakukannya dengan melihat kualitas pribadi yang positif, baik yang bersumber dari dalam dirinya sendiri maupun yang diperolehnya dari lingkungan. Kualitas pribadi positif yang bersumber dari diri sendiri terutama berkaitan dengan penilaian yang positif terhadap diri sendiri. Perasaan tersebut antara lain rasa bangga, perasaan dicintai dan mencintai, bertanggung jawab, percaya diri dan peduli terhadap orang lain. Ketika dapat menyadari kemampuan-kemampuan tersebut, individu cenderung akan merasa bahwa dirinya berarti dan tidak lagi memandang rendah dirinya. Kualitas lain dalam proses waria mengembangkan kemampuan resilien dapat pula bersumber dari orang lain, yakni adanya hubungan yang dilandasi kepercayaan, terdapat struktur dan aturan yang mengontrol tindakannya, serta dorongan untuk mandiri. Ada pula kualitas yang berkaitan dengan kompetensi sosial dan interpersonal, yakni kemampuan berkomunikasi, memecahkan masalah, mengelola dan mengukur perasaan serta temperamen diri dan orang lain, serta menjalin hubungan dengan orang yang dipercaya dapat membantunya ketika dibutuhkan. Kualitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
yang baik dalam suatu relasi juga membuat waria cenderunf mau membaur dengan masyarakat umum karena memiliki landasan rasa aman dalam dirinya. Dalam prosesnya memperoleh kemampuan resiliensi, tidak menutup kemungkinan bahwa waria memiliki lingkungan yang suportif sehingga membantunya mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya, ketika ditolak oleh keluarga, waria cenderung bergabung dengan komunitas waria sehingga merasa keberadaannya diakui. Semakin memiliki lingkungan yang suportif, waria dapat lebih mengembangkan kemampuan positif dalam diri. Dukungan sosial dirasa sebagai salah satu factor yang dapat membantu waria untuk lebih percaya diri dalam lingkungan sosialnya. Individu dengan kemampuan resiliensi yang baik, pada umumnya memiliki penerimaan diri, personal growth, memiliki tujuan hidup, otonomi, kemampuan untuk membuat dirinya merasa nyaman dengan lingkungan, serta relasi yang positif dengan orang lain. Dengan memiliki kemampuan resiliensi, waria dapat mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap dirinya maupun orang lain. Kemampuan-kemampuan yang ada pada orang resilien tersebut diperoleh dalam proses hidupnya ketika mendapat pengalaman buruk atau traumatin. Dalam hal ini, waria dengan oengalaman mendapat penolakan dari lingkungan. Ketika dapat menerima diri, waria cenderung nyaman untuk berbaur dengan lingkungan sekitar. Hal ini juga dapat mendorong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
waria untuk dapat membangun relasi yang positif. Berbeda dengan waria yang menolak kondisi diri yang cenderung akan bersembunyi karena takut akan pandangan dan penilaian masyarakat umum. Waria yang resilien cenderung
dapat
menerima
pengalaman-pengalaman,
yang
buruk
sekalipun, karena dianggap sebagai resiko terhadap pilihan-pilihan hidupnya. Selain itu, waria yang resilien juga mandiri dan memiliki tujuan yang positif dan berakar pada nilai-nilai hidupnya dan mengarah pada kebahagiaan. Hal ini tentunya dapat dikatakan menjadi pegangan untuk para waria dalam mencapai resiliensi dan tetap memperoleh kenyamanan dalam hidupnya meskipun terdapat penolakan dari lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode naratif dengan tujuan agar dapat memberikan keteraturan dari pengalaman-pengalaman yang dituturkan oleh partisipan sehingga dapat memperoleh makna dari cerita partisipan tersebut (Smith, 2008). Selain itu, menurut Ricoeur (1984) (dalam Smith, 2008), menegaskan bahwa penelitian naratif dapat membantu membuat koneksi antara awal hingga akhir, dengan membuat keteraturan (order), partisipan tidak dapat langsung menuju pada akhir cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
Skema 1. Kerangka Pikir Proses Resiliensi pada Waria Terhadap Penolakan Lingkungan
WARIA
Penolakan dan diskriminasi dari lingkungan karena dianggap abnormal
Mengalami rendah diri, penarikan diri, kecemasan, depresi bahkan bunuh diri. Relasi dan komunikasi sosial menjadi terbatas
Mengatasi dengan kualitas pribadi yang positif, yakni: -
Menerima diri Personal growth Memiliki tujuan hidup Otonomi Nyaman dengan lingkungan Relasi positif dengan orang lain
INDIVIDU RESILIEN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai metode penelitian yang hasilnya tidak ditemukan dengan prosedur statistik. Menurut Flick (2002), penelitian kualitatif adalah keterkaitan spesifik pada studi hubungan sosial yang berhubungan dengan fakta dari pluralisasi dunia kehidupan dengan partisipan dan objek penelitian tampil secara apa adanya. Di samping itu, Creswell (2005) menjelaskan bahwa pendekatan ini bersifat perpektif konstruktif, yaitu membangun pernyataan mengenai makna yang bersumber dari pengalaman dan nilai –nilai individu. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses untuk memahami masalah-masalah individu maupun sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan dengan kata-kata, melaporkan pandangan terinci yang diperoleh dari partisipan dan dilakukan dalam seting alamiah (dalam Creswell, 2014). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian naratif. Dalam penelitian naratif selalu dimulai dengan pengalaman yang diekspresikan dalam cerita yang disampaikan oleh partisipan, lalu dianalisis dan dipahami oleh peneliti. Czarniawska (2004) mendeskripsikan penelitian naratif sebagai tipe desain kualitatif yang spesifik yang narasinya dipahami sebagai teks yang dituturkan atau dituliskan dengan menceritakan tentang peristiwa atau rangkaian 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
peristiwa yang terhubung secara kronologis. Prosedur dalam pelaksanaan jenis penelitian ini adalah menfokuskan pengkajian terhadap satu atau dua individu, pengumpulan data melalui cerita, pelaporan pengalaman individual, dan penyusunan kronologis atas makna dari pengalaman tersebut (dalam Creswell, 2014). Penelitian naratif yang diungkapkan oleh Murray (1999) dan Sarbin (1986), dianggap sebagai interpretasi terorganisir dalam rangkaian kejadian dan memiliki peran sebab akibat. Dalam penelitian naratif, komponen umum yang dimiliki, yaitu awal, tengah dan akhir. Mc Adams (1985) mengatakan bahwa terdapat 3 bentuk naratif, yakni imagery, theme dan ideology (dalam Smith, 2008). Penelitan ini digunakan agak dapat mengkaji suatu pengalaman partisipan secara kronologis dan menemukan makna dari pengalaman tersebut. B. Fokus Penelitian Penelitian ini berfokus pada penggambaran proses resiliensi pada waria terhadap penolakan lingkungan. Untuk mengetahui hal tersebut, peneliti menguraikan menjadi dua bagian, yaitu resiliensi pada waria dan penolakan lingkungan yang dialaminya. C. Partisipan Penelitian 1. Teknik Pemilihan Partisipan Pemilihan partisipan dilakukan dengan menggunakan Purposive Sampling Technic. Purposive Sampling Technic dipilih dengan asumsi bahwa peneliti ingin memperoleh dan memahami data yang diperoleh dari sampel yang paling dapat dipelajari. Menurut LeCompte dan Preissle (1993),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
Purposive Sampling ditentukan berdasarkan kriteria tertentu yang esensial dalam menentukan partisipan penelitian (Merriam, 2009). 2. Karakteristik Partisipan Dalam penelitian ini, yang menjadi partisipan penelitian adalah waria. Kategori waria yang menjadi partisipan adalah waria yang dianggap telah memiliki kemampuan resiliensi berkaitan dengan pengalamannya ditolak oleh lingkungan.Partisipan penelitian dipilih berdasarkan penilaian dari komunitas mengenai waria yang dianggap paling memiliki ciri-ciri resiliensi. D. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini. Tahapan tersebut antara lain: 1. Mengumpulkan kajian literatur yang berkaitan dengan data penelitian, yakni waria, penolakan lingkungan dan resiliensi. Data yang dikumpulkan diperoleh dari buku, jurnal, artikel serta infomasi lain yang berkaitan dari internet. 2. Peneliti menentukan karakteristik partisipan dan menentukan sampel yang akan menjadi partisipan. 3. Peneliti bertemu dan membangun rapport dengan partisipan. Selain itu, juga ditanyakan mengenai kesediaan menjadi partisipan dalam penelitian ini. 4. Menyusun pertanyaan yang akan dijadikan sebagai panduan untuk melakukan wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
5. Sebelum melakukan wawancara, peneliti juga terlebih dahulu meminta kesediaan menjadi partisipan penelitian dengan menandatangani inform consent yang berisi proses pengambilan data, serta akibat dan hak-hak yang diperoleh partisipan ketika melakukan proses wawancara. 6. Menghubungi partisipan untuk membuat kesepakatan mengenai waktu dan tempat wawancara. 7. Setelah proses wawancara, hasil wawancara dibuat menjadi data verbatim oleh peneliti yang diperoleh dengan bantuan sound recorder. Hasil verbatim juga diberikan keterangan kode-kode. 8. Melakukan analisis sesuai dengan metode yang sudah ditentukan. Tahap ini juga diawasi dan dikoreksi oleh dosen pembimbing sehingga tercapai maksud dan tujuan penelitian. 9. Hasil data yang sudah dikonsultasikan kemudian ditarik kesimpulannya sehingga diperoleh saran bagi waria, masyarakat dan peneliti lain. E. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara. Menutur Kerlinger (1986), wawancara merupakan situasi antarpribadi berhadapan muka ketika seseorang mengajukan pertanyaan yang dirancang kepada seseorang yang diwawancarai untuk memperoleh jawabanjawaban yang relevan dengan masalah penelitian. Hal ini juga didukung dengan pernyataan Banister, dkk dalam Poerwandari, (1998), yang menyatakan bahwa wawancara merupakan percakapan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yakni pengetahuan mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
makna-makna cerita dari partisipan penelitian. Lincoln dan Guba (1985) menyatakan bahwa wawancara merupakan aktivitas untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan dan kepedulian individu dengan memperoleh dan memverifikasi informasi dari orang lain melalui sebuah percakapan (Moleong, 2009). Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara ini bersifat lebih bebas dan fleksibel tetapi tidak menyimpang dari tujuan wawancara yang telah ditetapkan. Meskipun muatan, runtutan dan rumusan pernyataan terserah pada pewawancara namun pertanyaan yang diajukan didasarkan pada tujuan penelitian. Menurut Robinson (2000), wawancara semi berstruktur dengan suatu tujuan, biasanya mengutamakan perekaman dan data verbatim, dan penggunaan pedoman wawancara yang tidak kaku (Gunawan, 2013). Dalam pelaksanaan wawancara, juga digunakan alat bantu, yakni alat perekam, filling note dan pedoman pertanyaan untuk wawancara. Tabel 1. Pedoman wawancara Pertanyaan -
-
Pengalaman penolakan lingkungan
Bagaimana pengalaman penolakan yang pernah dialami?
Bagaimana reaksi terhadap penolakan tersebut?
Bagaimana perasaan ketika menghadapi penolakan tersebut?
Pandangan terhadap diri waria
Bagaimana pandangan terhadap diri?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
Bagaimana proses mencapai kenyamanan terhadap diri?
F. Metode Analisis Data Analisis data merupakan suatu kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberi kode atau tanda, dan mengategorikan sehingga diperoleh temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab sehingga data dapat dipahami. Dalam penelitian kualitatif, analisis yang digunakan
adalah
model
analisis
tematik.
Analisis
ini
mencoba
mengumpulkan tema, fokus budaya, nilai dan simbol-simbol budaya yang ada pada suatu cakupan penelitian. Rahardjo (2010) juga menjelaskan bahwa analisis ini berusaha menemukan hubungan-hubungan yang terdapat dalam cakupan penelitian sehingga membentuk satu kesatuan sehingga menampilkan tema yang dominan dan yang kurang dominan (Gunawan, 2013). Terdapat langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data (Creswell, 2014), yakni: 1. Mengolah dan mempersiapkan data Data yang akan dianalisis berupa membuat transkip wawancara dan mengetik data lapangan. Data tersebut dipilah dan disusun menjadi jenisjenis yang berbeda, tergantung pada sumber informasinya. 2. Membaca keseluruhan data Langkah yang dilakukan adalah melihat makna umum yang terdapat dalam data yang telah ditemukan. Peneliti juga dapat membuat catatancatatan khusus atau gagasan umum mengenai data yang diperoleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
3. Menganalisis lebih detail dengan mengkoding data Menurut Rossman dan Rallis (1998), koding merupakan proses mengolah data menjadi bagian-bagian tulisan sebelum memaknainya. Data yang ada dikumpulkan hingga selanjutnya dikategorikan menggunakan istilahistilah khusus yang sering kali berasal dari bahasa yang digunakan oleh partisipan. Tabel 2. Keterangan Koding Kode
Keterangan
A
Penerimaan diri
-
A1
-
Menerima kelebihan dan kelemahan diri
-
A2
-
Menerima kodratnya
-
A3
-
Tidak mengubah atau bersembunyi untuk sesuai dengan peranan social
B
Personal Growth
-
B1
-
Terbuka terhadap pengalaman
-
B2
-
Mau belajar hal-hal baru
C
Tujuan hidup
-
C1
-
Memiliki tujuan yang ingin dicapai
-
C2
-
Tujuan mengarah pada kebahagiaan
-
C3
-
Tujuan hidup berakar dari nilai diri
D
Environmental mastery
-
D1
-
Nyaman terhadap lingkungan
-
D2
-
Dapat menyesuaikan diri tanpa kehilangan nilai diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
E
Otonomi
-
E1
-
Mandiri
-
E2
-
Inisiatif
F
Relasi positif dengan orang lain
-
F1
-
Interaksi yang hangat dan baik dengan orang lain
-
F2
-
Mampu percaya dengan orang lain
-
F3
-
Mampu berempati dan menjalin relasi
4. Mendeskripsikan data dengan proses koding Dalam proses deskripsi, perlu disampaikan informasi secara detail mengenai orang, lokasi, atau peristiwa dalam seting tertentu. Kode dapat dibuat dalam mendeskripsikan semua informasi, lalu dilakukan analisis. Selanjutnya membuat beberapa tema atau kategori dengan menggunakan proses koding. Tema-tema yang dihasilkan ini akan menjadi hasil utama dalam penelitian kualitatif dan dapat pula digunakan sebagai judul dalam bagian hasil penelitian. Untuk memperkuat hasil, tema-tema ini dapat didukung dengan kutipan dengan tujuan menampilkan perpektif terbuka untuk dikaji ulang. 5. Menyajikan kembali deskripsi dan tema-tema dalam narasi/laporan kualitatif Analisis dengan pendekatan naratif biasanya meliputi pembahasan mengenai kronologi peristiwa, tema-tema tertentu, atau tentang hubungan antar tema. Penyajian pembahasan juga dapat dilakukan dengan visual, gambar atau tabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
6. Menginterpretasi atau memaknai data Peneliti dapat mengambil makna dari data yang telah diperoleh dengan berpegangan pada kebudayaan, sejarah dan pengalamannya. Interpretasi makna juga dapat berasal dari perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari literatur atau teori. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah hasil penelitian membenarkan, menyangkal informasi sebelumnya atau bahkan memunculkan pertanyaan baru berdasarkan data dan analisis. G. Keabsahan Data Keabsahan data dilihat dengan menggunakan member checking method. Metode ini dilakukan untuk melihat kesesuaian analisis data yang dilakukan peneliti dengan maksud dari partisipan dalam wawancara. Data yang diberikan kepada partisipan bukanlah data mentah, melainkan data hasil yang telah dianalisis, seperti tema dan hasil deskriptif. Dalam prosedurnya jug adapat dilaksanakan wawancara follow up maupun memberikan kesempatan bagi partisipan untuk memberikan komentar mengenai hasil temuan (Creswell, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Proses Pengambilan Data 1. Proses Penelitian Dalam penelitian ini, partisipan yang terlibat adalah tiga orang waria yang telah dianggap resilien terhadap penolakan lingkungan. Sebelum melakukan proses pengambilan data, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian ini. Peneliti juga menanyakan mengenai kesediaan menjadi partisipan dengan memberikan lembar persetujuan (inform consent) secara tertulis yang disetujui oleh partisipan. Setelah para partisipan menyatakan kesediaannya untuk menjadi narasumber dalam penelitian ini, maka peneliti membuat janji untuk selanjutnya melakukan wawancara. Hasil wawancara direkam dengan menggunakan voice recorder melalui handphone peneliti, setelah sebelumnya telah memperoleh persetujuan dari partisipan. Hasil wawancara didengar kembali oleh peneliti untuk selanjutnya dibuat dalam bentuk verbatim. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh tidak berubah dan dapat di cross-check sesuai dengan maksud partisipan. Peneliti kemudian mencari makna dari tabel hasil verbatim sesuai dengan ciri orang resilien dari partisipan. Makna tersebut kemudian
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
dibahas dan disimpulkan oleh peneliti sehingga memperoleh hasil proses resiliensi pada diri para partisipan. 2. Proses Pengambilan Data Proses pengambilan data dilakukan secara individual dengan waktu dan tempat yang telah disepakati oleh peneliti dan partisipan. Hal ini menyebabkan waktu dan tempat pengambilan data berbeda sesuai dengan masing-masing partisipan. Sebelum melakukan wawancara, peneliti
menjelaskan
kembali
mengenai
kesediaan
partisipan
melakukan wawancara dan penggunaan alat perekam selama proses wawancara. Setelah partisipan menyetujui hal tersebut, proses wawancara pun dimulai. Tabel 4. Jadwal Pengambilan Data No
Partisipan
Hari, tanggal, jam
1
Bu Shinta Ratri
Senin,
7
Tempat
Desember Pondok Pesantren
2015, 15.12 – 15.48 Waria WIB 2
Mami Wakijo
3
Mami Mallay
Vinolia Rabu, 9 Desember 2015, Yayasan Kebaya 15.05 – 15.52 WIB Rully Jumat,
11
Desember Kos Partisipan
2015, 18.15 – 19.23 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
3. Identitas Partisipan a. Data Demografis Partisipan Tabel 4. Identitas Partisipan Partisipan 1 Nama
Partisipan 2
Bu Shinta Ratri Mami
Partisipan 3
Vinolia Mami
Wakijo
Rully
Mallay
Tanggal
Bantul,
15 Yogyakarta,
9 Bala
Sampori,
lahir
Oktober 1962
Mei 1958
24 Maret 1961
Usia
53
57
54
Pendidikan
S1
SMA
S1
terakhir Pekerjaan
Wirausaha
/ Swasta
Ketua PonPes Direktur Waria Al Fatah Kebaya
/ Pengamen / Staf LSM Yayasan Kebaya
b. Latar Belakang Partisipan Partisipan 1 merupakan waria berusia 53 tahun. Partisipan menyatakan diri sebagai waria sejak usia 13 tahun, ketika duduk di bangku SMP. Partisipan menyadari ketika menyukai untuk berpakaian dan berpenampilan seperti perempuan sejak kecil. Selain itu, partisipan juga mulai memiliki ketertarikan seksual terhadap laki-laki. Partisipan juga melakukan intervensi fisik berupa terapi hormon dan implan payudara saat usianya menginjak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
sekitar 20 tahun. Partisipan terbuka menampilkan diri namun sempat mengalami penolakan dari orang tua tentang jati dirinya. Hal ini dibuktikan dengan sikap orang tua partisipan yang menyuruh partisipan untuk berperilaku layaknya laki-laki pada umumnya. Berbeda dengan keluarga, lingkungan sekitar tempat tinggalnyamemberi pandangan yang lebih baik. Partisipan juga merupakan pemimpin Pondok Pesantren Waria Al Fatah di Yogyakarta. Partisipan 2 adalah seorang waria yang menjabat sebagai direktur LSM Kebaya. Partisipan mulai menyadari diri sebagai waria sejak kecil karena lebih suka bermain permainan perempuan dan bergaul dengan teman perempuan. Partisipan juga memiliki ketertarikan pada laki-laki pada masa remaja. Meskipun terdapat beberapa orang yang mengejek dan melecehkan, partisipan tetap mempertahankan identitas seksualnya sebagai waria. Penolakan yang paling besar terlihat dari perlakuan saudara partisipan yang kasar sehingga partisipan memilih untuk tinggal di jalan dan menjadi pekerja seks waria. Hingga akhirnya partisipan memiliki kepedulian terhadap komunitas waria, terutama berkaitan dengan potensi tersebarnya HIV di kaum waria. Partisipan pun akhirnya belajar dan membentuk LSM Kebaya. Partisipan ke tiga merupakan waria 54 tahun yang menyatakan diri sebagai waria sejak kecil (TK). Partisipan merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
menerima penguatan dari orang tua karena ibu partisipan justru memberi penjelasan bahwa dirinya berbeda. Partisipan berperilaku seperti
perempuan,
namun
mulai
berpenampilan
layaknya
perempuan sejak menjadi guru Sekolah Dasar. Partisipan tidak melakukan
intervensi
perempuan,
namun
fisik
apapun
berpakaian
dan
untuk
terlihat
seperti
berpenampilan
seperti
perempuan. Sebelumnya partisipan beberapa kali berpindah pekerjaan hingga akhirnya merasa lebih nyaman untuk mengamen dan bergabung dengan komunitas waria. B. Hasil Analisis Data Penelitian 1. Partisipan 1 a. Kategorisasi Data a.1 Awalnya menyadari diri sebagai waria No. Baris
Kata Kunci
6 – 12
Lebih banyak berperilaku dan mulai berpenampilan seperti perempuan
Awal partisipan menyadari diri sebagai waria ketika dirinya lebih banyak berperilaku seperti perempuan dibandingkan dengan kondisi fisiknya, yakni laki-laki.
a.2 Perasaan terhadap diri sendiri No. Baris
Kata Kunci
25
Hidup sebagai waria sudah merupakan kodratnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
26 – 27
Tidak bisa menjadi laki-laki meskipun dipaksa
Partisipan meyakini bahwa dirinya sebagai waria merupakan kodratnya sehingga tidak merasa nyaman ketika menjadi laki-laki.
a.3 Reaksi terhadap diri sendiri No. Baris
Kata Kunci
59 – 62
Ingin menolak keadaan sebagai waria
65 – 67
Mempertimbangkan norma di masyarakat bahwa jenis kelamin yang ada hanyalah laki-laki dan perempuan
68 – 71
Ingin mengikuti norma dengan belajar menjadi seperti laki-laki pada umumnya
Pada awalnya partisipan memandang untuk hidup sesuai norma dan berperilaku sesuai dengan jenis kelaminnya, yaitu laki-laki
a.4 Reaksi yang diterima dari lingkungan di masa awal No. Baris
Kata Kunci
10 – 13
Penolakan
dari
orang
tua,
terutama
ketika
berpenampilan seperti perempuan 13 – 17
Mendapatkan
penerimaan
dari
masyarakat
di
lingkungan tempat tinggal 31 – 36
Melarang penampilan seperti perempuan dan orang tua menyuruh untuk berpenampilan dan berperilaku seperti laki-laki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Partisipan memperoleh reaksi yang berbeda-beda, yakni ditolak oleh keluarga namun diterima oleh lingkungan sekitar tempat tinggal.
a.5 Tanggapan terhadap reaksi lingkungan No. Baris
Kata Kunci
20 – 28
Mencoba menjelaskan kepada orang tua bahwa hidup sebagai waria sudah merupakan kodratnya sehingga tidak bisa dipaksa menjadi laki-laki
37 – 41
Mengikuti larangan orang tua untuk membuktikan bahwa dirinya tidak mengada-ngada
41 – 42
Tidak berlangsung lama karena bukan dirinya sendiri
Partisipan
menanggapi
reaksi
keluarga
dengan
mencoba
menjelaskan keadaan diri dan mengikuti larangan, namun merasa tidak nyaman
a.6 Cara menampilkan diri kepada lingkungan ketika dewasa No. Baris
Kata Kunci
98 – 106
Berpenampilan seperti perempuan sepulang sekolah
109 – 115 Merasa bebas mengekspresikan diri sebagai waria setelah bebas dari seragam dan berpenampilan utuh sebagai waria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Partisipan menampilkan diri sebagai waria dengan mulai berpenampilan dan berperilaku seperti perempuan
a.7 Reaksi yang diterima dari lingkungan No. Baris
Kata Kunci
117 – 123 Memperoleh pengertian dari keluarga tentang dirinya sebagai waria 129 – 131 Memperoleh penerimaan dari lingkungan sekitar 136 – 139 Tidak ada penolakan di ruang publik 140 – 142 Mendapatkan reaksi yang kurang menyenangkan dari lingkungan kampus Partisipan mulai memperoleh pengertian dari keluarga dan lingkungan, namun terdapat penolakan dari lingkungan kampus
a.8 Tanggapan terhadap reaksi lingkungan No. Baris
Kata Kunci
145 – 148 Mempersiapkan diri menghadapi reaksi lingkungan di kampus 156 – 163 Biasa
saja
menghadapinya
karena
telah
mempersiapkan diri Partisipan menanggapi reaksi lingkungan dengan biasa saja karena telah mempersiapkan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
a.9 Reaksi yang diterima di lingkungan sekarang No. Baris
Kata Kunci
212 – 219 Masih ada konotasi negatif terhadap komunitas waria sehingga
ingin
memberikan
pengertian
kepada
masyarakat bahwa waria juga identitas seksual 231 – 234 Penerimaan dari keluarga dan lingkungan sekitar 244 – 246 Komunitas waria juga sudah mulai diterima di pemerintahan Saat ini, lebih banyak memperoleh penerimaan dari keluarga, lingkungan dan pemerintah, namun konotasi negatif terhadap komunitas waria terus ada
a.10 Pandangan terhadap diri sendiri sekarang No. Baris
Kata Kunci
226 - 227
Hidup sebagai waria bukanlah dosa
236 – 237 Hidup sebagai waria sudah merupakan kodratnya 242 – 243 Harus dijalani karena merupakan bagian dari diri Partisipan memandang diri bahwa hidup sebagai waria sudah merupakan kodratnya dan bukanlah dosa sehingga harus dijalani
a.11 Perasaan terhadap diri sendiri No. Baris
Kata Kunci
222 – 224 Nyaman dan lebih tentram dengan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Saat ini, partisipan merasa lebih nyaman dan tentram dengan dirinya
a.12 Proses mencapai kenyamanan diri No. Baris
Kata Kunci
257 – 258 Berdamai dengan diri sendiri dan kewariaan 264 – 282 Menjalani hidup sebagai waria karena sudah bagian dari dalam diri Tidak berdosa secara agama, ketika hidup sebagai waria sehingga merasa dikuatkan dan lebih tentram Kenyamanan dalam diri, partisipan peroleh ketika telah menerima diri dan menjalani hidupnya tanpa beban
b. Analisis Naratif i. Awal Proses resiliensi partisipan dalam menjalani hidup sebagai waria dimulai dengan partisipan yang menyadari diri bahwa dirinya merupakan seorang waria ketika menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama. Partisipan mulai berperilaku dan berpenampilan
layaknya
perempuan.
Dalam
prosesnya,
partisipan memperoleh penolakan, terutama dari lingkungan keluarga yang ingin partisipan berperilaku layaknya laki-laki pada umumnya. Awalnya partisipan mengikuti saran tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
karena merasa dapat memperbaiki keadaan dirinya dengan dapat berperilaku seperti laki-laki. Pada saat itupun partisipan memiliki keinginan untuk menolak keadaa dirinya karena merasa tidak sesuai dengan norma umum yang berlaku di masyarakat. Namun hal ini justru membuat partisipan tidak dapat menjadi diri sendiri dan memperoleh kasadaran bahwa hidup
sebagai
waria
merupakan
kodratnya.
Partisipan
kemudian memberikan penjelasan kepada lingkungan agar lebih diterima karena merasa bahwa dirinya tidak bisa menjadi laki-laki. Partisipan tetap menampilkan dan menerima diri seperti apa adanya dan seperti yang diyakininya, yakni sebagai seorang waria. Partisipan mempertahankan nilai dan identitas diri terlepas dari pandangan sosial sehingga merasa nyaman dengan diri sendiri. ii. Tengah Partisipan pun menampilkan diri sebagai waria dan bebas mengekspresikan diri sehingga memperoleh penerimaan dari orang tua dan lingkungan sekitar. Dalam menghadapi lingkungan baru, partisipan selalu mempersiapkan diri terhadap reaksi yang akan diterimanya. Partisipan tetap mencoba beradaptasi karena penerimaan tidak dapat diperoleh dengan serta merta. Ketika ada reaksi negatif lain yang partisipan terima, hal itu dianggap biasa saja oleh partisipan karena telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
adanya penerimaan terhadap diri sendiri, penerimaan dari lingkungan serta partisipanyang telah mempersiapkan diri. iii. Akhir Perasaan penerimaan diri dapat partisipan pertahankan hingga sekarang dan ada keinginan untuk berbagi dengan komunitas waria. Berbagi dalam artian bahwa partisipan dapat mengajar komunitas waria untuk bermasyarakat dan mengikuti kegiatan bermasyarakat dan keagamaan. Perlu adanya pandangan bahwa waria juga sama seperti identitas seksual lainnya (laki-laki dan perempuan) yang dianggap umum yang ada di masyarakat. Hal ini membuat munculnya perasaaan nyaman karena merasa hidup sebagai waria sudah merupakan kodratnya. Hal ini juga didukung dengan pandangan agama bahwa hidup sebagai waria tidaklah berdosa. Penerimaan diri juga berkaitan dengan berdamai dengan diri sendiri serta kewariaan yang ada di dalam diri tersebut. Hal ini membantu karena merasa bahwa itulah hidup yang harus dijalani dan tidak berusaha menolaknya lagi. Penerimaan terhadap diri apa adanya juga membuat pandangan tentang diri tidak mudah tergoyahkan oleh pandangan yang diterima dari lingkungan sehingga mampu bersosialisasi dan meraih penerimaan dari lingkungan sosial. Mempertahankan identitas seksual sebagai waria dirasa semakin mantap dan tentram ketika memperoleh penguatan dari sisi agama bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
hidup sebagai waria bukanlah dosa. Partisipan juga merasa ingin berguna bagi komunitas waria dan masyarakat sehingga masyarakat memperoleh pemahaman lebih tentang waria. Hal ini tentunya dapat membantu waria lain agar dapat nyaman bergabung dengan masyarakat dan di ruang publik. Perasaan nyaman yang partisipan miliki juga ingin partisipan bagikan dengan komunitas sehingga waria yang lain juga memperoleh perasaan yang sama dan tidak lagi menganggap dirinya berdosa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skema 2. Proses Resiliensi Pada Partisipan 1
Menyadari kecenderungan identifikasi sebagai perempuan
Mencoba menjelaskan kepada keluarga bahwa dirinya tidak bisa menjadi laki-laki, kodratnya adalah hidup sebagai waria
Masih ada konotasi negatif yang diterima sebagai waria
Paksaan dari keluarga untuk berperilaku seperti laki-laki pada umumnya
Ingin menolak diri karena merasa tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
Belum diterima secara utuh mengenai keadaan diri oleh keluarga
Mempersiapkan diri terhadap reaksi lingkungan dan beradaptasi dengan lingkungan baru dan masyarakat umum
Mempertahankan pandangan dan tampilan diri sebagai waria
1. 2.
3. Nyaman dan tentram terhadap diri
Ingin mencoba menjadi lakilaki karena merasa dapat memperbaiki diri dan adanya tuntutan lingkungan
Merasa tidak nyaman karena bukan dirinya
Memperoleh penerimaan dari lingkungan dan keluarga Berdamai dengan diri sendiri dan kewariaan: memunculkan perasaan yang tidak mudah goyah, terlepas dari pandangan lingkungan Penguatan dari segi agama bahwa hidup sebagai waria tidaklah berdosa karena sama dengan identitas seksual lainya (laki-laki dan perempuan)
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
2. Partisipan 2 a. Kategorisasi Data a.1 Awalnya menyadari diri sebagai waria No. Baris
Kata Kunci
6, 9 – 11
Lebih menyukai permainan perempuan dari pada permainan laki-laki
35 – 36
Muncul ketertarikan seksual terhadap laki-laki
Partisipan menyadari diri bahwa dirinya memiliki kecenderungan perilaku seperti perempuan dan ketertarikan secara seksual terhadap laki-laki
a.2 Perasaan terhadap diri sendiri No. Baris
Kata Kunci
26
Menyukai diri yang demikian
Saat menyadari diri sebagai waria dan menerima keadaan dirinya
a.3 Reaksi terhadap diri sendiri No. Baris
Kata Kunci
10 – 11
Suka menjadi diri sendiri sehingga tetap dijalani
Partisipan tetap menjalani perannya sebagai perempuan dan nyaman terhadap keadaan dirinya yang demikian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
a.4 Reaksi yang diterima dari lingkungan di masa awal No. Baris
Kata Kunci
6 – 13
Diingatkan oleh orang tua untuk bermain layaknya anak laki-laki tetapi tidak dilarang
14 – 21
Disukai lingkungan sekitar tempat tinggal dan guru
22 – 24
Diejek di lingkungan sebaya
36 – 63
Digoda oleh laki-laki yang lebih tua hingga diajak melakukan hubungan seks
Partisipan memperoleh reaksi yang saling bertentangan, yakni orang tua yang menghendaki dirinya berperilaku seperti jenis kelaminnya, laki-laki, sementara teman laki-laki mengejek dan melecehkan karena partisipan berperilaku seperti perempuan, namun diterima oleh guru dan lingkungan sekitar tempat tinggal.
a.5 Tanggapan terhadap reaksi lingkungan No. Baris
Kata Kunci
23
Tidak marah terhadap ejekan lingkungan
53
Santai menjalani hidup
73 – 75
Menyukai pengalaman seksual dengan laki-laki karena merasa diperlakukan seperti perempuan
Partisipan cenderung santai, tidak marah dan menyukai reaksi lingkungan yang diterima karena merasa diperlakukan layaknya seorang perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
a.6 Cara menampilkan diri kepada lingkungan ketika dewasa No. Baris
Kata Kunci
63 – 65
Menyadari diri sehingga terhadap keinginan yang semakin kuat untuk berpenampilan seperti perempuan
Partisipan semakin ingin menampilkan dirinya seperti perempuan setelah menyadari dirinya sebagai waria
a.7 Reaksi yang diterima dari lingkungan No. Baris
Kata Kunci
83 – 84, Memperoleh penolakan dari saudara karena hidup 104 – 105 sebagai waria 128 – 129 Diperlakukan kasar saat menjadi pekerja seks Subjek memperoleh perlakuan kasar dari saudara dan lingkungan ketika berpenampilan dan hidup sebagai waria
a.8 Tanggapan terhadap reaksi lingkungan No. Baris
Kata Kunci
83, 91 - Keluar dari rumah dan hidup sebagai pekerja seks 94
waria di jalan
85 – 91
Tetap berpenampilan sebagai waria karena merasa sudah merupakan kodrat dan pemberian Tuhan
126 – 130 Tetap menjalani dan menikmati hidup sebagai pekerja seks dan kekerasan dianggap sebagai resiko pekerjaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Partisipan tetap mempertahankan diri sebagai waria dan menikmati hidup yang dijalaninya karena merasa hal ini merupakan kodratnya sehingga bersedia menanggung konsekuensi dari pilihannya
a.9 Reaksi yang diterima di lingkungan sekarang No. Baris
Kata Kunci
185 – 187 Pandangan
masyarakat yang sudah mulai berbeda
188 – 190 Memperoleh penerimaan dari lingkungan sekitar 190 – 192 Diterima dalam kegiatan masyarakat Reaksi masyarakat yang diterima sekarang cenderung lebih positif
a.10 Pandangan terhadap diri sendiri sekarang No. Baris
Kata Kunci
171 – 172 Peduli dan bertanggung jawab terhadap waria 204 – 205 Menikmati hidup yang dijalani 209 – 212 Tidak ingin mengecewakan komunitas waria 223 – 225 Memperoleh nilai lebih ketika dapat membantu banyak orang 226 – 231 Menerima keadaan dan reaksi dari orang lain tanpa sakit hati Subjek menikmati hidupnya dengan merasa peduli, bertanggung jawab dan tidak ingin mengecewakan komunitas waria karena memperoleh nilai lebih ketika dapat menolong orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
a.11 Perasaan terhadap diri sendiri No. Baris
Kata Kunci
234
Nyaman terhadap diri
235 – 237 Memperoleh kedamaian karena dapat membantu komunitas 244 – 246 Hidup haruslah dinikmati Partisipan
merasa
bahwa
hidupnya
sekarang
menemukan
kenyamanan dengan membantu orang lain, merasa damai dan dapat menikmati hidup
a.12 Proses mencapai kenyamanan diri No. Baris
Kata Kunci
251 – 258 Nyaman
setelah
mengambil
keputusan
untuk
mengubah profesi dan dibutuhkan banyak orang 259 – 267 Adanya keinginan untuk melakukan terobosan Kenyamanan diri diperoleh partisipan setelah berani mengambil keputusan untuk mengubah profesi dari PSK dan berani menanggung resiko terhadap keputusan tersebut
b. Analisis Naratif i. Awal Awal partisipan menyadari diri sebagai waria adalah karena adanya kecenderungan perilaku seperti perempuan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
dirinya. Orang tua partisipan menghendaki dirinya berperilaku sesuai dengan jenis kelaminnya, yakni laki-laki.Partisipan juga memperoleh perlakuan negatif berupa ejekan dari lingkungan sebaya. Namun demikian, lingkungan sekitar tempat tinggal dan guru di sekolah cenderung menerima partisipan. Selain itu, partisipan juga memiliki ketertarikan seksual terhadap laki-laki pada masa remajanya. Dorongan ini disadari dan diterima oleh partisipan serta dijalani dan dinikmati karena nyaman terhadap dirinya yang demikian. Partisipanmengalamiejekan dari teman dan pelecehan orang yang lebih tua karena perilaku partisipan yang lebih kemayu dari anak laki-laki pada umumnya. Pengalaman ini juga dinikmati oleh partisipan karena merasa bahwa dirinya diperlakukan seperti perempuan yang dirasa merupakan kodratnya. Hal ini membuat partisipan memiliki keinginan untuk hidup sebagai waria dengan mengikuti dorongan untuk berpenampilan layaknya seorang perempuan. ii. Tengah Setelah
berpenampilan
seperti
perempuan,
partisipan
mengalami penolakan dari para saudara laki-lakinya. Hal ini membuat partisipan memiliki meninggalkan keluarga dan hidup mandiri karena ingin mempertahankan identitasnya sebagai waria yang dirasa sudah merupakan kodratnya. Hidup sebagai waria dianggap sebagai pemberian Tuhan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
diterima dan dinikmati oleh partisipan dalam hidupnya. Ketika telah hidup sendiri, partisipan menjalani pekerjaan sebagai pekerja seks waria. Dalam pekerjaannya sebagai pekerja seks, partisipan memperoleh perlakuan kasar dari pelanggan. Namun demikian, hal ini tetap dijalani dan dinikmati oleh partisipan dengan bersedia menanggung konsekuensi terhadap pilihan pekerjaannya tersebut.Dengan adanya resiko penyebaran virus HIV
di
komunitas
waria
dan
homoseksual,
partisipanmengambil keputusan untuk berhenti bekerja sebagai pekerja seks dan mencari pekerjaan lain. iii. Akhir Masih adanya pandangan negatif terhadap waria dan waria yang awalnya diperlakukan sebagai objek pelecehan membuat partisipan juga ingin melakukan sesuatu. Partisipan merasa peduli dan memiliki tanggung jawab terhadap komunitas waria serta ingin melakukan suatu tindakan yang berguna bagi komunitas waria. Hal ini membuat partisipan untuk berani mengubah profesi dan ingin melakukan terobosan dalam komunitas waria. Partisipan pun mendirikan Yayasan Kebaya dengan concern utama dalam bidang kesehatan komunitas waria. Dengan adanya komunitas dan kegiatan positif yang dilakukan waria, partisipan merasa pandangan masyarakat terhadap waria telah banyak berubah menjadi lebih positif. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
ini dapat terjadi karena komunitas waria juga diajak untuk bersosialisasi di tengah masyarakat sehingga diterima oleh mayarakat umum. Partisipan merasa bahwa dengan bergabung dengan
kelompok
masyarakat,
waria
akan
memiliki
kenyamanan tersendiri dalam diri dan hidupnya. Pengalaman dan pandangan negatif yang diterima juga sejatinya dinikmati karena bagian dari hidup tanpa sakit hati. Hal ini justru membuat partisipan lebih mau mengintrospeksi diri untuk menjadi lebih baik. Dengan mendirikan yayasan, partisipan merasa memperoleh manfaat positif bagi dirinya, yakni dengan memiliki kedamaian dan nilai positif terhadap diri karena dapat membantu banyak orang. Perasaan paling dominan yang dialami
partisipan
adalah
rasa
nyaman
terhadap
diri,
memperoleh kedamaian dalam diri serta dapat menikmati hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skema 3.Proses Resiliensi pada Partisipan 2 Menyadari diri sebagai waria karena lebih menyukai permainan perempuan
Muncul ketertarikan seksual terhadap laki-laki
-
-
-
Menikmati dorongan dan menjalainya Diingatkan oleh orang tua namun tetap dijalani karena menyukai Digoda dan dilecehkan di lingkungan
-
Ingin berguna bagi komunitas waria Berani mengubah profesi Mendirikan yayasan untuk mewadahi komunitas waria Merasa peduli dan bertanggung jawab terhadap komunitas waria Tidak senang dengan pekerjaan sebelumnya
-
Diterima oleh keluarga Pandangan masyarakat terhadap waria mulai berubah Pandangan negatif terhadap waria mulai berkurang Komunitas waria lebih diterima
-
Keinginan untuk berpenampilan sebagai waria semakin kuat: menyadari, menjalani dan menikmatinya
Masih menerima pandangan negatif dari lingkungan, waria sebagai objek pelecehan
-
-
-
Mengalami penolakan dan diperlakukan kasar oleh saudara Menyadari diri sebagai waria merupakan kodrat, memilih meninggalkan keluarga dan hidup mandiri
Menikmati hidup Menanggungsegala resiko dengan sepenuh hati Tetap menjalani dan menikmati yang dialami Bertindak atas dasar kesadaran dan pilihan
Nyaman terhadap diri Damai dan memperoleh nilai positif Membuktikan bahwa waria memiliki kegiatan positif Dapat bermasyarakat dan mengasuh anak
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
3. Partisipan 3 a. Kategorisasi Data a.1 Awal menyadari diri sebagai waria No. Baris
Kata Kunci
4- 7
Dibully oleh teman sebaya sehingga mengetahui bahwa dirinya berbeda
Partisipan menyadari diri sebagai waria karena adanya ejekan dari teman sebaya ketika kecil karena berperilaku layaknya perempuan dengan jenis kelaminnya yang sebagai laki-laki
a.2 Perasaan terhadap diri sendiri No. Baris
Kata Kunci
73 - 74
Menyadari dan meyakini bahwa dirinya adalah seorang waria
Partisipan menerima dirinya yang memiliki kecenderungan seperti perempuan
a.3 Reaksi terhadap diri sendiri No. Baris
Kata Kunci
12 - 17
Menerima diri sejak kecil karena diajarkan oleh ibu
77 – 83
Merasa dirinya seperti perempuan sehingga berteman dengan perempuan dan memiliki ketertarikan seksual pada laki-laki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Partisipan dapat menerima dirinya dengan bantuan ibunya, semakin merasa diri seperti perempuan ketika lebih banyak berteman dengan perempuan dan memiliki ketertarikan seksual terhadap laki-laki
a.4 Reaksi yang diterima dari lingkungan No. Baris
Kata Kunci
4–7
Dibully oleh teman sebaya
34 – 44
Diberi pengertian oleh ibunya bahwa dirinya berbeda dan menerima pengertian dan tidak ada tekanan dari keluarga
56 – 60
Biasanya orang yang mengejek adalah yang tidak mengenal partisipan
Partisipan menerima reaksi yang berbeda di lingkungannya, yakni diejek oleh teman sebaya dan orang yang tidak dikenal, namun mendapat penerimaan dan pengertian dari pihak keluarga
a.5 Tanggapan terhadap reaksi lingkungan No. Baris
Kata Kunci
19 – 22
Melawan, namun dinasehati oleh ibu untuk tidak menanggapi sehingga menjadi biasa saja terhadap reaksi orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Partisipan tidak lagi menanggapi reaksi lingkungan dengan impulsif setelah diberi pengertian oleh ibunya
a.6 Cara menampilkan diri kepada lingkungan ketika dewasa No. Baris
Kata Kunci
94 - 104
Mulai menampilkan diri seperti perempuan dengan menggunakan jarik dan kebaya serta rambut panjang
134 – 136 Tidak mau menggunakan celana ketika mengajar Partisipan mulai menampilkan diri secara fisik seperti perempuan ketika bekerja dan tidak ingin menampilkan diri seperti laki-laki
a.7 Reaksi yang diterima dari lingkungan No. Baris
Kata Kunci
108 – 114 Dipandang aneh oleh murid dan teman guru, namun setelah saling berkenalansemakin diterima 125 – 128 Merasa
ditakuti
oleh
guru-guru
lain
saat
berkomunikasi Partisipan menerima reaksi yang kurang menyenangkan dari lingkungan tempat bekerja namun diterima setelah saling mengenal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
a.8 Tanggapan terhadap reaksi lingkungan No. Baris
Kata Kunci
117 – 121 Ingin marah terhadap reaksi murid, namun diredam karena merasa harus memberikan teladan 132 - 134
Mengikuti kegiatan keagamaan di masyarakat dengan tetap menampilkan diri sebagai waria
Dalam menanggapi reaksi lingkungan, partisipan dapat mengontrol emosinya, tetap mempertahankan tampilkan diri sebagai waria dan bergabung dengan masyarakat lewat kegiatan keagamaan
a.9 Reaksi yang diterima di lingkungan sekarang No. Baris
Kata Kunci
341 – 344 Masih ada diskriminasi dan stigma yang diterima dari masyarakat yang sulit diubah Partisipan masih memperoleh diskriminasi dan stigma dari masyarakat umum
a.10 Pandangan terhadap diri sendiri sekarang No. Baris
Kata Kunci
379
Merasa sangat nyaman terhadap diri
391– 393
Bangga terhadap diri, nyaman dan pas terhadap apa yang dilakukan sekarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Partisipan merasa lebih nyaman dan bangga terhadap diri dan apa yang dilakukannya sekarang
a.11 Perasaan terhadap diri sendiri No. Baris
Kata Kunci
401 – 406 Semakin nyaman dengan diri, penerimaan diri semakin baik dan semakin bijak menanggapi reaksi dari lingkungan Partisipan merasa nyaman dan memiliki penerimaan diri yang lebih baik dan reaksi lingkungan tidak ditanggapi secara impulsive
a.12 Proses mencapai kenyamanan diri No. Baris
Kata Kunci
418 – 427 Berdamai dengan diri sendiri serta menerima diri apa adanya. Juga didukung dengan pasrah dan ibadah kepada Tuhan dan komunikasi yang baik dengan sesama. Kenyamanan diri diperoleh partisipan dengan menerima diri sendiri, beribadah dan pasrah kepada Tuhan, serta membangun komunikasi yang baik sesama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
b. Analisis Naratif i. Awal Partisipan telah menerima perlakuan negatif dan ejekan dari teman sebayanya sejak kecil. Hal ini justru membuat partisipan menyadari bahwa dirinya memang berbeda dari anak laki-laki pada umumnya. Sewaktu kecil, partisipan menanggapi ejekan teman sebayanya secraa lebih impulsif. Namun partisipan memperoleh dukungan dan pengertian dari orang tua, terutama ibu, untuk tidak terlalu menanggapi ejekan dari temantemannya. Partisipan merasa terbantu dalam menerima diri karena adanya pengertian oleh ibunya bahwa dirinya berbeda. Ibu partisipan dianggap memiliki peranan pentingkarena membantu menjelaskan kepada lingkungan mengenai diri partisipan. Di samping itu, partisipan cenderung membangun pertemanan dengan perempuan dan memiliki ketertarikan seksual kepada laki-laki. Perlakuan negatif yang diterima oleh partisipan cenderung diperoleh dari orang yang tidak mengenal partisipan. Saat itu, partisipan telah menyadari dan meyakini bahwa dirinya merupakan seorang waria sehingga partisipan tidak menanggapi
perlakuan negatif
Partisipan
menerima
dapat
kecenderungan seperti perempuan.
dirinya
yang diterimanya. yang
memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
ii. Tengah Setelah lulus dari pendidikan menengah dan berprofesi sebagai guru, partisipan mulai menampilkan diri seperti perempuan secara fisik kepada lingkungan. Dalam profesinya sebagai guru, partisipan memperoleh penolakan karena dianggap aneh oleh murid-muridnya. Partisipan cenderung dapat mengontrol emosinya ketika memperoleh reaksi yang demikian. Partisipan mulai menerima penerimaan dari lingkungan sekolah setelah lingkungan mau membuka diri untuk lebih mengenal partisipan. Partisipan tetap mempertahankan tampilan diri sebagai waria dan terlibat dalam kegiatan dengan masyarakat, terutama dalam kegiatan keagamaan sehinggalebih dikenal dan diterima oleh masyarakat sekitar. Dalam perjalanannya, partisipan
semakin
memiliki
kenalan
waria
sehingga
memutuskan untuk berhenti bekerja formal dan bergabung sepenuhnya dengan komunitas waria. Partisipan juga memiliki kepedulian terhadap komunitas waria sehingga merasa untuk perlu hidup setara dengan anggota komunitas waria. iii. Akhir Hingga sekarang, masih ada diskriminasi dan stigma dari masyarakat yang sulit untuk diubah. Hal ini membuat partisipan menjadi lebih kebal terhadap diskriminasi atau perlakuan negatif yang diterima sehingga tetap mau bergabung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
dengan kegiatan masyarakat. Partisipan merasa bahwa dirinya lebih nyaman setelah bergabung dengan komunitas. Meskipun hanya berperan sebagai peer educator dalam komunitas waria, partisipan merasa bangga dan nyaman terhadap diri dan apa yang dilakukannya sekarang. Kenyamanan yang partisipan alami setelah bergabung dengan komunitas, terutama karena di dalam komunitas dapat membantu partisipan melaksanakan visinya secara perlahan. Visi tersebut antara lain membantu para waria untuk dapat menerima keadaan dirinya sendiri serta memperoleh penerimaan dari keluarga, masyarakat dan pemerintah. Partisipan pun merasa nyaman terhadap dirinya, dapat menerima dirinya dan tidak bereaksi secara impulsif terhadap
pandangan
dari
lingkungan
yang
diterima.
Kenyamanan diri yang partisipan miliki, dicapai terutama dengan berdamai dengan diri sendiri serta menerima diri apa adanya. Berpasrah dan beribadah kepada Tuhan juga dianggap membantu untuk menerima diri. Partisipan juga dapat membangun komunikasi yang baik dengan sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skema 4.Proses Resiliensi pada Partisipan 3 Menyadari diri sebagai waria karena di bully oleh teman sebaya
Ditanggapi dengan marahmarah dan melawan
Memperoleh pengertian dan penjelasan dari ibu mengenai diri tidak ada tekanan dari keluarga
Menerima perlakuan negatif dalam pekerjaan dengan ditolak dan ditakuti oleh rekan dan masyarakat sekitar
Semakin menampilkan diri sebagai seorang waria karena tidak ingin berpura-pura menjadi laki-laki atau perempuan
Bergabung dengan komunitas waria
Memperoleh diskriminasi dan stigma negatif di masyarakat
Bergabung dan terlibat dalam kegiatan masyarakat
Dapat membantu waria lain untuk memperoleh penerimaan diri dan penerimaan dari keluarga dan lingkungan sekitar
Menerima diri sejak kecil
Masih menerima perlakuan negatif dari orang lain namun ditanggapi dengan biasa saja
Nyaman dan bangga terhadap diri, dapat menerima diri lebih baik, dan lebih bijak menanggapi reaksi lingkungan
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
4. Proses member checking data partisipan Dengan data dan analisis yang telah dibuat oleh peneliti, peneliti kembali menemui para partisipan agar dapat memastikan bahwa data yang diperoleh telah sesuai dengan yang dimaksudkan oleh partisipan. Partisipan 1 mengoreksi kesimpulan datanya. Pada awalnya peneliti menulis mengenai partisipan yang lebih senang bergaul dengan perempuan. Namun partisipan mengoreksi dengan mengatakan bahwa memang ia lebih banyak bergaul dengan perempuan tapi lebih memberikan penekanan pada pengalaman partisipan yang telah memiliki
kecenderungan
perilaku
seperti
perempuan
sebagai
kesimpulan. Sama halnya dengan partisipan 2 yang juga mengoreksi pada penekanan data. Peneliti menulis mengenai perkataan orang tua kepada pertisipan untuk bermain seperti laki-laki sebagai larangan dan bentuk tindakan penolakan. Namun partisipan 2 menganggap hal tersebt hanya sebagai peringatan dan bukan merupakan larangan apalagi penolakan. Berbeda dengan partisipan 3 yang setuju dengan data dan analisis yang ditulis oleh peneliti. 5. Analisis Naratif Ketiga Partisipan i. Awal Ketiga
partisipan
menyadari
bahwa
dirinya
memiliki
kecenderungan identitas seperti perempuan semenjak kecil. Hal ini disadari dengan munculnya keinginan untuk berperilaku dan berpenampilan seperti perempuan (P1.B6-11, P2.B5-10). Ada pula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
partisipan 3 yang menyadari justru karena adanya ejekan dari lingkungan teman sebaya dan penjelasan dari ibunya bahwa dirinya berbeda dengan laki-laki pada umumnya (P3.B4-7). Ketika menyadari dirinya demikian, partisipan menunjukkan reaksi yang berbeda. Partisipan pertama cenderung menolak kondisi dirinya karena merasa perlu untuk mengikuti norma dan menjadi seperti laki-laki pada umumnya (P1.B56-67). Berbeda dengan partisipan 2 dan 3 yang cenderung menyukai dan dapat langsung menerima kondiri dirinya (P2.B23-27, P3.B12-16). Reaksi yang diterima dari keluarga pun berbeda, yakni menolak dan menerima. Partisipan 1 mengalami penolakan dari keluarganya karena orang tuanya lebih menginginkan dirinya berperilaku seperti laki-laki (P1.B11;B2731). Partisipan 2 juga demikian, memperoleh peringatan dari orang tua untuk berperilaku layaknya laki-laki ketika lebih menyukai permainan perempuan (P2.B8-12). Berbeda dengan partisipan 3 yang diterima oleh keluarganya (P3.B30-39). Partisipan 2 dan 3 yang telah menerima dirinya sejak awal lebih dapat menjalani dan menikmati hidupnya yang memiliki kecenderungan seperti perempuan, meskipun berjenis kelamin laki-laki. Hal ini membantu kedua partisipan dalam proses resiliensi, karena ketika telah menerima diri, para partisipan tidak terpengaruh terhadap pandangan dan penilaian yang ada di lingkungan terhadap dirinya (P2.B37-38;B73-77, P3.B69-71). Berbeda dengan partisipan 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
yang masih menolak keadaan dirinya, partisipan cenderung ingin mengikuti pandangan lingkungan dan mencoba menampilkan diri dan berperilaku sebagai laki-laki pada umumnya. Namun demikian, partisipan menyadari bahwa dirinya menjadi tidak nyaman karena merasa bahwa dirinya berperilaku tidak sesuai dengan dirinya. Hal ini lah yang membantu partisipan untuk menerima dirinya dan menetapkan pandangan bahwa dirinya adalah seorang waria (P1.B27-45). ii. Tengah Para partisipan cenderung mulai mempertahankan penampilan utuh sebagai perempuan setelah lulus dari bangku SMA. Para partisipan memutuskan untuk berpenampilan permanen seperti perempuan, baik di lingkungan kerja maupun kampus. Saat mulai menampilkan diri sebagai waria, para partisipan memperoleh penolakan dari lingkungan. Partisipan 1 memperolehnya dari lingkungan belajar (kampus) yang mengetahui bahwa dirinya waria namun belum mengenalnya (P1.B116-119). Begitu pun partisipan 3 yang memperoleh penolakan dari lingkungan tempat kerjanya sebagai guru (P3.B99-102). Partisipan 2 justru memperoleh penolakan dari saudara
laki-lakinya
memutuskan
berpenampilan
layaknya
perempuan (P2.B91-93) dan juga perlakuan buruk dari laki-laki yang menggunakan jasanya ketika dirinya bekerja sebagai PSK (P2.B112). Para partisipan tetap menikmati hidupnya sebagai waria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
Hal ini dilakukan dengan partisipan 1 yang mempersiapkan diri terhadap penolakan yang dialaminya (P1.B221-127). Partisipan 2 menganggap bahwa penolakan lingkungan merupakan resiko terhadap keputusannya sehingga harus tetap dijalani karena itulah hidup (P2.B110-113). Partisipan 3 pun semakin mempertahankan penampilannya sebagai waria ketika memperoleh penolakan lingkungan dan justru terlibat dalam kegiatan masyarakat terutama kegiatan keagamaan (P3.B119-127). Penolakan yang partisipan 1 dan 3 alami, terutama diperoleh dari lingkungan yang belum mengenal dirinya. Ketika semakin saling mengenal, penolakan tersebut cenderung berkurang. Terlepas dari perlakuan negatif yang diterima oleh para partisipan, mereka tetap mempertahankan identitas seksual mereka karena menganggap bahwa hidup sebagai waria sudah merupakan kodratnya (P1.B193-199, P2.B75-80, P3.B319-327). iii. Akhir Di masa sekarang, para partisipan merasa bahwa komunitas waria lebih dapat diterima di dalam keluarga, masyarakat dan pemerintahan (P1.B190-191;B199-206, P2.B162-168). Meskipun masih ada diskriminasi dan pandangan negatif yang memang sulit diubah dalam masyarakat (P3.B311-316). Namun demikian, partisipan 1 merasa dapat membuktikan bahwa komunitas waria juga memiliki kegiatan positif dan dapat bergabung dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
masyarakat (P2.B162-164;B167). Para partisipan ingin bahwa waria diterima di masyarakat sehingga cenderung membantu waria lain untuk memperoleh penerimaan diri dan penerimaan dari lingkungan (P1.B137-170, P2.B288-296). Hal ini juga didukung dengan penguatan dari segi agama yang ditekuni oleh partisipan 1 dan 3 (P1.B182-189, P3.B,380-383). Bahkan partisipan 1 mengatakan bahwa penguatan secara agama yang sangat membantu adalah pandangan dalam agama bahwa hidup sebagai waria merupakan kehendak Tuhan, dan tidak berdosa ketika menjalaninya (P1.B191-199). Hal ini dianggap sebagai visi dari para partisipan. Para partisipan juga merasa bahwa dapat menerima dan berdamai dengan dirinya, dirinya semakin nyaman dengan diri, merasa bangga terhadap apa yang dilakukan sekarang serta siap terhadap pandangan lingkungan yang diterimanya (P1.B182-202, P2.B206-216, P3.B362-366).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Skema 5. Dinamika Proses Resiliensi Ketiga Partisipan Menyadari diri sebagai waria ketika kecil
Menolak kondisi diri dan ditolak keluarga
Menerima kondisi diri dan ditolak keluarga
Menerima kondisi diri dan diterima keluarga
Ingin mengikuti pandangan lingkungan dan menampilkan diri sebagai laki-laki
Tidak nyaman karena merasa bukan dirinya
Menjalani dan menikmati diri apa adanya
Menerima diri dan mempertahankan pandangan sebagai waria dan mulai menampilkan diri secara utuh sebagai waria
Menerima pandangan dan perlakuan negatif dari lingkungan dan masyarakat umum sebagai waria
-
-
-
Memperoleh penerimaan yang lebih baik dari lingkungan, keluarga dan pemerintah Pandangan negatif terhadap waria dari masyarakat umum semakin berkurang Memiliki penguatan dari sisi agama
-
-
Mempersiapkan diri terhadap reaksi lingkungan Merasa hidup sebagai waria merupakan kodratnya Semakin menampilkan diri sebagai waria Bergabung dengan komunitas waria Mengikuti kegiatan dalam masyarakat Memiliki dan menjalani kegiatan yang bertujuan agar diterimanya komunitas waria di masyarakat
Menerima dan berdamai dengan diri Semakin nyaman dan tentram terhadap diri Siap terhadap pandangan lingkungan Bangga terhadap diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
6. Kesimpulan Hasil Proses Resiliensi pada Waria Terdapat dua sikap yang ditampilkan ketika menyadari bahwa dirinya adalah seorang waria, yakni menerima diri dan menolak. Ketika dapat menerima diri sejak kecil, proses resiliensi menjadi lebih cepat dibandingkan dengan waria yang menolak. Di samping itu, kondisi lingkungan yang menolak juga mempengaruhi kondisi waria yang menolak diri sehingga terjadi tekanan dalam dirinya. Penerimaan diri dianggap sebagai proses kunci untuk proses selanjutnya karena partisipan tidak lagi terganggu terhadap pandangan lingkungan. Waria dapat mempersiapkan diri terhadap tekanan lingkungan ketika telah menerima realita dirinya sebagai waria. Hal ini membantu ketika terdapat penolakan lagi dari lingkungan, waria dapat menanggapinya dengan lebih kreatif dan tidak impulsif. Dengan demikian, tanggapan yang diberikan oleh lingkungan pun semakin membaik dan membuat waria menjadi lebih nyaman dengan diri dan lingkungan. Pandangan terhadap dirinya pun menjadi semakin positif. 7. Pembahasan Para partisipan telah menyadari diri sebagai waria sejak kecil sehingga tetap mempertahankan pandangan bahwa dirinya adalah seorang waria. Hal ini berkaitan dengan pemahaman diri yang merupakan pandangan representasi kognitif diri, bahan dan isi konsep diri pada anak yang didasarkan pada peran dan kategori yang mendefinisikan siapa anak itu dan salah satu hal yang memberi dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
mengenai identitas pribadi. Setelah memahami dan menyadari diri dengan identitas gender tertentu, anak cenderung mempertahankan konsistensi identitas gender tersebut melalui kategori dan perilaku (Santrock, 2002). Saat awal menyadari bahwa dirinya adalah seorang waria, partisipan memunculkan 2 variasi reaksi yang berbeda yakni, keinginan untuk menolak dan nyaman untuk menjalaninya. Reaksi ini juga berkaitan dengan diri sebenarnya dan diri ideal yang diyakini oleh para partisipan. Adanya inkongruensi antara diri sebenarnya dan diri ideal cenderung memunculkan kecemasan perasaan tertekan maupun ketidakbahagiaan (Feist & Feist, 2010). Partisipan memiliki kondisi fisik sebagai laki-laki namun memiliki identitas gender feminin sehingga cenderung menampilkan diri sebagai perempuan. Individu yang memiliki konflik dengan realita akan memunculkan kecemasan dalam dirinya. Hal ini terutama tampak pada partisipan 1 yang cenderung menolak keadaan dirinya di awal. Berbeda dengan partisipan 2 dan 3 yang dapat menerima dirinya sehingga membantunya lebih cepat dalam proses resiliensi karena adanya kongruensi dalam dirinya. Penerimaan diri terutama berkaitan dengan pandangan positif terhadap diri sendiri dan menerima diri apa adanya, meskipun memperoleh pandangan yang tidak menyenangkan dari lingkungan sosial. Dengan sikap ini, individu cenderung tidak mengubah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
memalsukan atau bersembunyi untuk sesuai dengan peranan sosial (Baumgardner & Crothers, 2009). Hal inilah yang membuat para partisipan
tetap
menampilkan
diri
sebagai
waria
meskipun
memperoleh pandangan dan perlakuan negatif dari lingkungan setelah dapat menerima dirinya sebagai waria. Waria yang memiliki penerimaan diri yang baik dapat mengatasi kecemasan berkaitan dengan penolakan lingkungan. Semakin tinggi penerimaan diri yang dimiliki, akan semakin baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya (Wijayanti, 2001). Hidup sebagai waria disadari para partisipan sebagai kodrat dalam dirinya dan tidak bisa diubah lagi yang sudah diyakininya sejak kecil.Hal ini juga berkaitan dengan teori mengenai transgender yang mengatakan bahwa transgender memiliki keyakinan kuat bahwa jiwanya berkebalikan dengan fisiknya (Durand & Barlow, 2006). Umumnya, para partisipanmenampilkan diri secara utuh sebagai waria setelah lulus SMA, ketika dirasa tidak ada lagi kewajiban menggunakan seragam. Namun perilaku mereka yang seperti perempuan telah ada sejak kecil. Para partisipan telah menyadari bahwa mereka memiliki identitas gender yang cenderung berperilaku seperti perempuan sehingga memunculkan reaksi negatif dari lingkungan maupun keluarga. Lingkungan menganggap bahwa peran gender yang dikembangkan oleh individu haruslah sesuai dengan jenis kelaminnya karena akan mempengaruhi penilaian dan sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
lingkungan (Helgeson, 2012). Hal inilah yang dialami oleh para partisipan.
Ketika
mereka
mulai
menunjukkan
perilaku
dan
berpenampilan seperti perempuan, lingkungan cenderung bereaksi dengan mengejek bahkan menolak. Terutama dialami oleh partisipan1 dan 2 yang mengalami penolakan dari keluarga. Para partisipan juga memperoleh penolakan dan perlakuan negatif dari teman sebaya ketika kecil. Konflik yang para partisipan alami, tidak hanya berkaitan dengan pandangannya terhadap diri, namun juga penilaian lingkungan terhadap dirinya. Waria cenderung mengalami kebingungan untuk menjadi diri sendiri atau mengikuti norma di lingkungan dan berperilaku seperti laki-laki pada umumnya (Putri dan Sutarmanto, 2007). Seperti halnya yang dialami oleh partisipan1, penilaian lingkungan pada awalnya yang membuat dirinya ingin menolak kondisi diri karena dianggap tidak sesuai dengan norma di masyarakat bahwa jenis kelamin hanyalah laki-laki dan perempuan. Berbeda dengan partisipan 2 yang mengalami penolakan dari keluarga namun tetap santai menjalani hidupnya. Sedangkan partisipan3 memperoleh penerimaan dari keluarga, terutama orang tua, membantunya dalam proses penerimaan diri pada masa awal menyadari diri sebagai waria. Penerimaan dari keluarga membantu waria untuk menumbuhkan landasan diri yang lebih kuat. Bukan berarti bahwa waria tidak memiliki mental yang baik, namun kebanyakan masalah yang dialami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
adalah rasa percaya diri yang cenderung rendah dengan salah satu penyebab yakni, penolakan dari keluarga (Hartoyo, dkk, 2014). Apapun reaksi yang ditampilkan, pada akhirnya para partisipan tetap mempertahankan pandangan dan penampilan diri sebagai waria karena merasa bahwa hidup sebagai waria sudah merupakan kodratnya. Walaupun sempat ditolak oleh keluarga dan lingkungan, partisipan cenderung menanggapinya dengan biasa saja, menjelaskan atau bahkansemakin ingin berbaur dengan lingkungan yang mengejek agar dapat mengurangi pandangan negatif terhadapnya. Penolakan apapun yang dialami tidak membatasi para partisipan untuk tetap hidup sebagai waria karena mereka telah menerima dirinya sendiri. Seperti yang diungkapkan Ruhghea, Mirza dan Rachmatan (2014), penerimaan diri sepenuhnya membantu kaum waria untuk memperoleh kepuasan hidupnya sehingga kebahagiaan para partisipan tidak bergantung pada pandangan negatif yang ada di lingkungan. Hal ini terlihat pada partisipan 1 yang telah mempersiapkan diri karena ingin tetap hidup sebagai waria meskipun menerima perlakuan ataupun pandangan negatif di lingkungan. Sama halnya dengan partisipan 2 dan 3 yang semakin ingin menampilkan diri sebagai waria ketika mendapatkan pandangan negatif dari lingkungannya. Pandangan negatif yang ada di lingkungan juga muncul karena belum saling mengenal. Hal ini terlihat dari para partisipan yang memperoleh perlakuan negatif saat awal bergabung dengan kegiatan masyarakat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
namun dapat diterima setelah semakin di kenal di masyarakat. Bagi sebagian besar kaum waria, ‘mendobrak’ norma dianggap sebagai cara untuk meraih kebebasan untuk mengekspresikan identitas seksual mereka (Hartoyo, dkk, 2014). Selain para partisipan yang mau berbaur dengan lingkungan masyarakat,
para
partisipan
juga
dapat
membangun
relasi
positifdengan orang lain, baik dengan komunitas waria, keluarga maupun masyarakat umum. Individu yang dapat membangun relasi positif dengan orang lain cenderung dapat berempati, mampu menjalani relasi yang intim dan memiliki sikap persaudaraan terhadap individu lain (Baumgardner & Crother, 2009). Selain itu, ketiga subjek juga memiliki hubungan positif dengan waria lain dalam komunitas yang didasarkan kepada kepedulian para partisipan terhadap waria dalam komunitasnya. Bagi waria, komunitas dianggap sebagai tempat berlindung karena waria dapat mengembangkan solidaritas dan dinamika hidup di dalamnya. Selain itu, komunitas juga dianggap sebagai tempat waria diperlakukan layaknya manusia secara utuh (Koeswinarno, 1996). Hal ini dikarenakan waria dalam komunitas berkumpul dengan merasa bahwa dirinya memiliki nasib yang serupa dan diperlakukan dengan hormat dalam komunitasnya (King, 1993). Selain bergabung dengan komunitas, partisipan 2 dan 3 bahkan mengasuh anak yang diadopsi dari anak jalanan. Hubungan keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
yang dialami oleh partisipan 1 dan 2 yang sempat menolak pun semakin membaik. Dalam prosesnya mencapai resiliensi, para partisipan juga memiliki ciri lain, yaitu otonomi. Ciri ini juga berkaitan dengan personal growth karena dengan sikap otonomi, individu berani untuk terlibat dan mempelajari hal-hal yang baru dan tidak selalu bergantung dengan orang lain (Baumgardner & Crother, 2009). Para partisipan cenderung mandiri dan keputusan ini juga mengarahkan untuk berani mempelajari hal-hal yang baru demi memperbaiki dirinya. Pada partisipan 2 memiliki pengalaman memutuskan untuk berhenti menjadi PSK waria dan menjadi volunteer sehingga membangun yayasan yang peduli terhadap kesehatan waria. Sedangkan partisipan 3 beberapa kali terlibat dalam pekerjaan formal dengan tetap mempertahankan penampilan sebagai waria dengan ingin membuktikan bahwa dirinya juga memiliki kemampuan yang setara dengan laki-laki maupun perempuan (P3.B195-198). Orang yang resilien juga memiliki tujuan hidup. Tujuan hidup selalu berkaitan dengan keinginan yang ingin dicapai dalam hidup dan mengarahkan kepada kebahagiaan dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain (Baumgardner & Crother, 2009). Hal ini terdapat
dalam
ketiga
partisipan
terutama
berkaitan
dengan
kesejahteraan komunitas waria. Partisipan 1, 2 dan 3 cenderung ingin membantu waria lain untuk memperoleh penerimaan, baik penerimaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
diri maupun penerimaan dari lingkungan, yang telah mereka alami serta kesejahteraan bermasyarakat bagi waria dalam komunitas. Dengan memiliki tujuan hidup, para partisipan cenderung ingin berbagi dan membantu waria lainnya untuk memperoleh kesejahteraan psikologis yang telah mereka miliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua pola sikap yang ditampilkan ketika menyadari bahwa dirinya adalah seorang waria, yakni menerima dan menolak keadaan diri. Ketika dapat menerima diri sejak kecil, proses resiliensi menjadi lebih cepat dibandingkan dengan waria yang menolak. Di samping itu, kondisi lingkungan yang menolak juga mempengaruhi kondisi waria yang menolak diri sehingga terjadi tekanan dalam dirinya. Penerimaan diri dianggap sebagai proses kunci untuk proses selanjutnya karena partisipan tidak lagi terganggu terhadap pandangan lingkungan. Waria
justrudapat
mempersiapkan
diri
terhadap
tekanan
lingkungan ketika telah menerima realita dirinya sebagai waria. Hal ini membantu ketika terdapat penolakan lagi dari lingkungan, waria dapat menanggapinya dengan lebih kreatif dan tidak impulsif. Pada akhirnya, partisipan akan merasa semakin nyaman dengan dirinya, dapat menerima dan berdamai dengan diri, memiliki pandangan yang lebih positif terhadap diri serta lebih siap terhadap tekanan dari masyakat luas.
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
B. Saran 1. Bagi waria Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankankepadakaum waria untuk hendaknya dapat menerima keadaan diri. Penerimaan diri menjadi faktor yang penting khususnya dalam mempersiapkan diri terhadap tekanan dari lingkungan. Selain itu, waria yang belum dapat menerima diri dan beradaptasi terhadap realita diri disarankan untuk bargabung dalam komunitas waria yang aktual sehingga lebih cepat dalam mencapai penerimaan diri dengan adanya dukungan dari komunitas. 2. Bagi keluarga Bagi keluarga yang anaknya berpotensi atau menunjukkan ciri sebagai waria, peneliti menyarankan untuk melakukan pendekatan dengan pemahaman yang terbuka mengenai keadaan waria. Keluarga diharapkan
agar
dapat
membantu
anaknya
dalam
mencapai
kenyamanan diri dibanding memaksakan penilaian mengenai identitas gender kepada anak. 3. Bagi masyarakat Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan kepada masyarakat untuk menghargai dan tidak mendiskriminasi kaum waria. Masyarakat diharapkan untuk tidak lagi memberikan perlakuan yang kasar namun dapat bertindak lebih humanis terhadap waria sebagai sesama manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
4. Bagi peneliti lain Peneliti
menyarankan
untuk
peneliti
selanjutnya untuk
lebih
mendalami kemampuan positif lain yang dimiliki oleh kaum waria yang ada di Indonesia. Selain itu dapat pula dilakukan penelitian dengan skala penelitian yang lebih besar agar dapat digeneralisasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (5th ed.) DSM – V. Washington, DC Angraini, I, V. (2008). Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Aliensi Pada Waria. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang. Anggreni, R.(2008). Resiliensi Pada Penyandang Tuna Daksa Pasca Kecelakaan. Jurnal. Universitas Gunadarma. Arfanda, F., Sakaria. (2015). Konstruksi Sosial Masyarakat terhadap Waria. Jurnal Kritis, Jurnal Sosial Ilmu Politik, 1, 93 - 102. Universitas Hasanuddin. Atmojo, K. (1986). Kami Bukan Lelaki: Sebuah Sketsa Kehidupan Waria. Jakarta: Pustaka Grafitipers. Baron, R. A.,& Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Baron, R. A., &Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Batara, J.(2014). The Desire to be With Others: Exploring Social Rejection and Gender. Southeast Asia Psychology Journal, 2, 57 – 68. Baumeister, R. F. C., DeWall, C. N., &Vohs, K. D.(2009). Social Rejection, Control, Numbness and Emotion: How Not To Be Fooled by Gerber and Wheelar. Perspective on Psychological Science, 4, 489-493. Diunduh dari http://www.jstor.org/stable/406456668 Baumgardner S. R., &Crothers, M. K. (2009). Positive Psychology. New Jersey: Pearson. Brown, R. (2005). Prejudice: Menangani Prasangka dari Perspektif Psikologi Sosial. Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
Creswell, J.W. (2014). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset: Memilih di Antara Lima Pendekatan (3rd ed). Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Creswell, J.W. (2014). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed (3rd ed). Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Creswell, J.W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Method Approaches (4thed). California: Sage Publication. Durand, V. M., &Barlow, D. (2006). Essentials of Abnormal Psychology. Belmort: Thomson Learning, Inc. Feist, J., &Feist G, J., (2010). Teori Kepribadian Jilid 2. Jakarta Selatan: Salemba Hunika Glasgold, J. M., Beckstead, L., Drescher, J., Greene, B., Miller, R. L., et al (2009). Report of the American Psychological Association Task Force in Appropriate Therapeutic Response to Sexual Orientation. Washington: American
Psychological
Association.
Diunduh
dari:
www.apa.org/pi/lgbc/publications/ Gortberg, E. (1996). The International Resilience Project Findings from the Research and the Effectiveness of Intervention. Gunawan, Imam. (2013). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Hartono., Adinda, T., Sabarani, P., Said, T., &Bayu, G. (2014). Sesuai Kata Hati: Kisah Perjuangan 7 Waria. Jakarta: Rehal Pustaka &Our Voice Helgeson, V. S. (2012). Psychology Gender 4th ed. New Jersey: Pearson Education, Inc. Herdiansyah, H. (2007). Kecemasan dan Strategi Coping Waria Pelacur. Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, 9, 96 – 107.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Ida, R. (2010). Respon Komunitas Waria Surabaya terhadap Konstruksi Subjek Transgender di Media Indonesia. Jurnal. Universitas Airlangga Imamsyah, I. (2014). LGBT dan Tren Bunuh Diri. Diperoleh dari: http://portalkbr.com/SAGA/102014/lgbt_dan_tren_bunuh_diri/35612.html Kartono, K., &Gulo, D. (1987). Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya King, D. (1993). The Transvestite & Transsexual, Public Categories and Private Identities. Great Britain: Athenaeum Press Koeswinarno. (1996). Waria dan Penyakit Menular Seksual. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada. Kross, E., Berman, M. G., Mischel, W., Smith, E. E., &Wager, T. D.(2011). Social Rejection Shares Somatosensory Representations With Physical Pain. Diunduh dari : www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.1102693108 Kurniawan, T. (2011). Kekerasan Terhadap Shakira Cs Bukan Pertama Kali. Diperoleh
dari:
http://news.okezone.com/read/2011/03/11/338/433838/kekerasanterhadap-shakira-cs-bukan-pertama-kali Lopes, S., &Snyder C. (2009). Oxford Handbook of Positive Psychology. Oxford: Oxford University Press. Merriam, S.B. (2009). Qualitative Research: A Guide to Design and Implementation. San Fransisco: Jossey-Bass. Moleong, Lexy J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Oetomo, D. (2015). Waria Paling Sulit Mendapatkan Pekerjaan. Diperoleh dari: http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150430180922-21-50407/wariapaling-sulit-mendapatkan-pekerjaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Poetry, R., Ramli A., &Pratiwi, A. (n.d.). Resiliensi pada Mahasiswa Baru Penyandang Cerebral Palsy (CP). Jurnal. Universitas Brawijaya Malang. Putri, M., &Sutarmanto, H. (2007). Kesejahteraan Subjektif Waria Pekerja Seks Komersial (PSK). Jurnal. Universitas Gadjah Mada Reber, A., &Reber, E. (2010). Kamus Psikologi. Pelajar Pustaka: Yogyakarta Rosyani, C. (2012). Hubungan Antara Resiliensi dan Coping pada pasien Kanker Dewasa. Skripsi. Universitas Indonesia. Ruhghea, S., Mirza., &Rachmatan, R. (2014). Studi Kualitatif Kepuasan Hidup Pria Transgender (Waria) di Banda Aceh. Jurnal Psikologi Universitas Dipenogoro. 13, 11 – 20. Santoso, B. (2007). Kepercayaan Diri Transseksual Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Kondisi Fisik. Skripsi. Universitas Katolik Soegijapranata. Santrock, J. W. (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga. Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius. Seligman, M. E. P., Walker, E. F., Rosenhan, D. L. (2001). Abnormal Psychology 4th ed. London: W.W.Norton & Company Setiawan, R. (2015). Menguak pahit getirnya kehidupan waria di Indonesia. Diperoleh
dari:
http://www.suara.com/lifestyle/2015/04/01/061300/menguak-pahitgetirnya-kehidupan-waria-di-indonesia Smith, J. A. (2008). Qualitative Psychology: A Practical Guide to Research Methods 2nd ed. London: Sage Publication.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
Snyder, C. R., Lopez, S. J., &Pedrotti, J. T. (2011). Positive Psychology: The Scientific and Practical Explorations of Human Strengths. California: SAGE Publication, Inc. Sofiyana, R. J. (2013). Pola Interaksi Sosial Masyarakat dengan Waria di Pondok Pesantren Khusus Al-Fatah Senin – Kamis (Studi Kasus di Desa Notoyudan, Sleman, Yogyakarta). Skripsi. Universitas Negeri Semarang Sue, D., Sue D., &Sue S. (1986). Understanding Abnormal Behavior. Boston: Houghton Mifflin Company. Supratiknya, A. (1995). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius. Wijayanti, F. (2001). Studi Kuantitatif dan Kualitatif Penyesuaian Sosial pada Waria Ditinjau dari Penerimaan Diri. Skripsi. Universitas Katolik Soegijapranata. Yuliani, S. (2006). Menguak Konstruksi Sosial Dibalik Diskriminasi Terhadap Waria. Jurnal Sosiologi DILEMA, 18, 73-84.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Verbatim Subjek 1 – Bu Sinta No
Verbatim
Keterangan
Koding
1
Ini kalo saya lihat dari biodata ibu, kan ibu menyatakan
2
diri sejak 1977, bu. Itu umur berapa ya?
3
Iya, itu usia SMP. Itu saya masih SMP ya. Lulus SMP.
4
Terus pas itu ada pengalaman-pengalaman penolakan
5
yang dialami, bu?
6
Em. Kalo apa ya, secara kasar gitu nggak. Aku ini kan, dari Mulai berperilaku seperti perempuan
7
’75 itu kan kelas 1 SMP itu kita olahraga itu sudah ikut
8
perempuan. Jadi saya ee, menjadi waria itu, SMP itu seperti
9
perempuan tapi tidak berdandan perempuan, gitu aja. Jadi
10
penolakan yang ada itu ketika saya mulai berdandan
11
memakai rok gitu. Jadi mulai kelas 1 SMP itu saya sering
12
pake rok kalo di rumah, gitu. Dan orang tua ku suka
13
melarang gitu. Kalo tetangga malah seneng- seneng aja. Iya, Mendapatkanpenerimaan
14
malah suka gitu. Kemudian pada waktu itu saya profesi masyarakat sekitar tempat tinggal
15
sebagai penyanyi orkes melayu dan tampilan saya
16
perempuan juga, dan di orkes Melayu itu tidak pernah ada
17
penolakan. Jadi penolakan yang ada justru dari orang tuaku,
1A3
dari 1D1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
18
gitu. Dan saya juga menyadari bahwa, siapa orang tua yang Penolakan
dari
orang
tua
dan 1D2, 1A3
19
mau punya anak waria, gitu.Jadi ee, pada waktu itu, kita mencoba menjelaskan kondisi diri.
20
hanya menjelaskan saja bahwa kita menjadi waria itu, kita
21
tidak berdoa untuk kita jadi waria. Jadi ee, kita ini tidak Menjalani hidup yang ada sebagai 1A1, 1A2
22
berdoa untuk menjadi waria, saya bilang gitu. Jadi kita ini waria
23
sekedar menjalani apa yang ada. Jadi biar bagaimana pun
24
saya menjelaskan kepada, ee, saudara dan keluarga itu, ya
25
itu tadi bahwa saya menjadi waria itu karena kodratnya, Kodratnya sudah menjadi waria
1A2
26
karena saya tidak berdoa tapi saya, kalo saya harus Tidak bisa menjadi laki-laki
1A2
27
menjalani ee, kalo saya untuk menjadi laki-laki saya tidak
28
bisa, saya memberikan penjelasan itu, begitu.
29
Ok. Terus pas memperoleh larangan dari orang tua,
30
bentuk pelarangannya gimana, bu?
31
Ya, melarangnya ya, kalo jalan saya diharuskan seperti laki-
32
laki, kalo berbicara juga. Jadi kita memang juga belajar.
33
Saya berusaha menuruti apa yang orang tua inginkan gitu.
34
Supaya orang tua bisa mengerti betul bahwa untuk, apa ya,
35
ketika saya harus berjalan, mencoba menirukan kakakku,
36
mas ku gitu, cara jalannya gimana, cara bicaranya. Saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
37
juga ikuti kok kemauan orang tua itu. Supaya mereka puas, Mengikuti larangan orang tua untuk 1B1
38
jadi supaya mereka melihat dengan jelas bahwa saya, bukan berperilaku seperti laki-laki
39
saya buat-buat. Ketika saya harus belajar bagaimana ee, Membuktikan
40
kakak ku itu duduk, bagaimana caranya mas ku itu berjalan bahwa
41
itu juga saya ikuti saja. Tapi itu bukan diriku. Jadi ya itu ngada,sebagai waria
42
tidak, tidak kemudian berlangsung lama. Ya, artinya, saya Tidak
43
harus menjadi diri saya sendiri. Ketika saya mencoba bukan dirinya sendiri
44
berjalan, berbicara seperti laki-laki ya tidak bisa tetapi saya Ingin menjadi diri sendiri
45
belajar supaya orang tua saya juga yakin dan melihat bahwa
46
saya melakukan apa yang mereka inginkan. Coba kamu
47
berjalan seperti mas mu itu, caranya jalan seperti apa. Saya
48
coba berjalan seperti dia, tapi itu mas ku bukan aku. Dan
49
ketika saya mencoba berjalan ya, sehari dua hari saya bisa Memperoleh pengertian dari orang
50
tapi kemudian balik lagi. Kemudian, orang tua ku jadi lebih tua
51
mengerti bahwasanya itu adalah memang kodrat karena
52
ketika seperti apa yang orang tua ku lakukan itu, saya juga,
53
saran orang tua ku juga saya ikuti gitu.
54
Terus saya boleh tau ga, saat dilarang dan disuruh
55
untuk bertindak seperti mas ibu perasaan ibu gimana?
kepada
dirinya
tidak
berlangsung
orang
tua 1A3, 1D2
mengada-
lama
karena 1A2, 1A3 1A2
1A3, 1F1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
56
Ee, perasaannya ya, ya sudah lah, sapa tau memang, siapa Mencoba
mengikuti
permintaan
57
tahu saya bisa begitu. Perasaannya ketika itu, saya juga orang tua
58
masih belum yakin bahwa sanya ini suatu kehendak Tuhan. Ingin menolak keadaan sebagai waria
59
Saya sendiri juga ingin menolak keadaan itu. Kewariaan itu. Merasa sudah kodratnya menjadi 1A1, 1A2
60
Iya, saya sendiri tetapi, tetapi ya itu tadi, karena ini memang waria
61
sudah dari sananya, sudah dikodratkan, ya sudah ini tidak
62
berhasil.
63
Tadi ibu bilang bahwa ingin menolak keadaan ibu, itu
64
kenapa ingin menolaknya, bu?
65
Ya, siapa ya, kita kan juga ingin, kita kan juga melihat Mempertimbangkan
66
norma, normatifitas yang ada di masyarakat di sana hanya masyarakat dengan keadaannya
67
ada laki-laki dan perempuan. Ketika saya merasa berada di
68
antara itu, saya kan kepengen jelas bahwa kepengen Ingin belajar untuk mengikuti norma
69
menjadi laki-laki yang benar, yang tidak seperti perempuan.
70
Kan begitu pada awalnya, kita juga mencoba belajar supaya
71
tidak seperti ini begitu. Pada waktu itu ya memang maunya
72
sih kita menjadi laki-laki yang benar. Laki-laki yang artinya
73
yang apa ya, yang benar-benar tidak seperti perempuan
74
begitu. Jadi jiwa perempuan ini juga kita tolak karena
norma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
75
memang ini tidak sesuai dengan norma yang ada di
76
masyakarat, yang hanya ada laki-laki dan perempuan. Ya
77
itu, kita kan ada di tengah-tengahnya. Kita kan juga ga
78
sadar kan. Kita maunya juga, juga kalo bisa itu menjadi
79
laki-laki gitu.
80
Okey. Lalu kan tadi ibu juga bilang bahwa ingin
81
menolak jadi waria karena tidak sesuai dengan norma
82
di masyarakat, lalu yang buat ibu tetap bertahan
83
sebagai waria apa, bu?
84
Ya itu ya, karena kemudian saya tidak menjadi diri saya Tidak menjadi diri sendiri ketika 1A3
85
sendiri. Jadi artinya saya harus mencari jati diri itu seperti mengikuti norma
86
apa. Jadi kemudian segala upaya itu gagal. Artinya
87
kemudian ya, ya sudah kita berjalan apa adanya, artinya aku Menjadi diri sendiri apa adanya
88
menjadi diriku sendiri seperti apa yang ada ini. Mengalir
89
saja, ketika kita ingin berekspresi secantik mungkin, ketika
90
kita ingin menyanyi semerdu mungkin ya kita lakukan aja.
91
Tidak harus kita menjadi laki-laki hanya untuk memuaskan Mempertahankan nilai diri terlepas 1A3
92
misalnya keluarga atau apa. Dan itu juga ternyata kita juga dari pandangan sosial
93
gagal memenuhinya, jadi ya sudah, kita berjalan seperti apa Menjadi diri sendiri
1A1, 1A2
1A1, 1A2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
94
adanya. Menjadi diri saya sendiri begitu.
95
Okey. Terus itu kan saat masa-masa awal, masa SMP,
96
terus selanjutnya gimana, bu? Ibu menampilkan diri
97
bagaimana atau seperti apa?
98
Ee, selanjutnya itu, pas masa SMA ketika kita sekolah ya Mulai mencoba menampilkan diri 1A3
99
kita pake seragam tapi setelah pulang ya kita ee, pake baju- sebagai waria
100 baju perempuan, aksesoris perempuan gitu. Pake celana 101 gitu, tapi hanya ketika sekolah saja. Ketika sudah pulang 102 sekolah kita sudah pake baju-baju perempuan, kaos 103 perempuan yang sampe di sini (menunjuk ke arah lengan 104 atas). Kita pake, ee, pake anting kemudian, pacarnya juga 105 cowok. Begitu. jadi kita kecuali di kelas, ya kita hari hari ya 106 perempuan begitu. 107 Terus ibu dandalan full, 24 jam seperti perempuan itu 108 sejak kapan, bu? 109 Lulus SMA. Ketika saya sudah tidak terikat dari kewajiban 110 seragam sekolah. Kemudian saya tahun ’81 lulus SMA itu 111 saya mulai pake rok setiap hari. Ketika sekolah, tidur juga 112 pake kayak perempuan. Itu mulai tahun ’81. Jadi begitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
113 lulus itu, saya ee, apa namanya udah merasa bebas dari Merasa bebas mengekspresikan diri
2A3
114 keterikatan seragam sekolah. Dan itu suatu saat yang 115 memang saya tunggu-tunggu. Kapan nih lulus sekolah biar 116 ga pake baju cowok lagi. Apalagi, ya itu, itu suatu momen 117 yang saya tunggu. Jadi kemudian ee, dan juga saya juga Memperoleh pengertian dari keluarga 2A3, 2F1 118 kemudian oleh keluarga itu ditanya. Artinya secara serius dengan menerangkan keadaan diri 119 mereka benar-benar menanyakan apakah ini sudah jadi sebagai waria 120 keputusan hidupku. Ya saya juga menerangkan kepada 121 sodara-sodaraku yang sudah dewasa dan bapak ibu ku 122 bahwasanya kemudian inilah aku. Aku seorang waria, gitu. 123 Gitu aja. Jadi sejak itulah, saya sejak tahun ’81 itu 124 kemudian mulai terapi hormon, kemudian dari terapi 125 hormon itu payudara ku mulai tumbuh. Iya gitu. 126 Terus saat itu reaksi masyarakat luar gimana, yang ibu 127 terima? Maksudnya, pandangan orang di luar keluarga 128 bagaimana? 129 Em, kalo reaksi masyarakat luar ya, apa ya, bahwa saya 130 semakin cantik bahwa saya semakin, em, apa ya, ya itu aja. Memperoleh 131 Bahwa saya semakin cantik. Kemudian em, kita juga di lingkungan
penerimaan
dari 2D1, 2F1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
132 kampus itu karena dengan suasana yang baru ya, ketika itu Mencoba beradaptasi dengan suasana 2D1, 2D2 133 ya, kita harus beradaptasi dengan orang-orang yang masih baru 134 sangat belum tau bahwa waria itu seperti apa. Karena di 135 kampus itu saya tidak Nampak bahwa saya ini seorang 136 waria, jadi nampaknya seperti perempuan. Jadi untuk hal137 hal ketika saya terjun di pasar, ketika saya terjun di, datang 138 di mall mall mereka tidak sadar bahwa saya bukan 139 perempuan. Jadi tidak ada penolakan di ruang publik, Tidak ada penolakan di publik
2A3
140 seperti itu. Tapi kemudian ketika kita ada di kampus, karena Memperoleh reaksi dari lingkungan 2A3 141 itu ada beberapa teman yang tau, kemudian ada bisik-bisik, kampus 142 eh itu bukan perempuan lho, itu waria, seperti itu. Tapi itu 143 hanya terjadi ketika tahun tahun pertama aja. Artinya ketika 144 kita baru bertemu dengan komunitas baru, dengan 145 mahasiswa baru, mahasiswa baru lagi. Jadi setiap tahun Mempersiapkan
diri
menghadapi 2A3,
146 saya harus pasang ee, apa ya, harus siap-siap mental untuk reaksi lingkungan di kampus
2D1, 2D2
147 menghadapi orang-orang baru yang datang di kampus 148 dengan bertemu saya, gitu. Saya siap mental di situ tiap 149 tahun ajaran baru. Tapi nanti sesudah dua tiga bulan, Mendapat
penerimaan
dari 2F1
150 mereka sudah biasa. Sudah biasa bergaul begitu. Nanti lingkungan ketika sudah saling kenal
2B1,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
151 tahun ajaran baru lagi, kita adaptasi lagi, kita siap-siap 152 mental lagi. Artinya siap hadapi reaksi orang-orang baru 153 yang bertemu dengan saya, begitu. Hanya itu. 154 Terus reaksi ibu pas menghadapi mereka itu gimana, 155 bu? 156 Ya itu, mereka tidak ada yang berani ngomong langsung 157 juga. Ya, kita biasa-biasa aja lah. Karena saya juga ga Biasa
saja
menghadapi
reaksi 2A3, 2D2
158 pernah buat-buat, apa ya, sok sok cantik, gaya-gaya gitu lingkungan 159 juga ga. Jadi saya biasa-biasa aja gitu. Jadi tidak membuka 160 mereka untuk melakukan bullying atau apa gitu. Jadi saya, 161 sudah benar-benar siap. Artinya siap dengan ee, teman- Mempersiapkan
diri
menghadapi 2A3, 2D1, 2D2
162 teman baru yang menghadapi saya itu. Jadi saya benar- reaksi lingkungan 163 benar sudah persiapkan itu. 164 Terus kalo sekarang, ada reaksi lingkungan yang ibu 165 terima gimana, bu? 166 Kalo sekarang ini, saya ini kan dari kecil itu kan sudah 167 termasuk mapan ya. Artinya saya di keluarga yang orang168 orang yang terpandang di masyarakat ee, dari keluarga yang 169 berada jadi bullying itu lebih sedikit. Kemudian karena saya Ingin berguna bagi komunitas waria
3C1, 3E2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
170 ingin berguna untuk komunitas waria saya kemudian 171 merangkul teman-teman. Nah di situlah, jadi ini semacam 172 agak langkah mundur bagi saya. Karena saya kemudian Ingin waria menerima penerimaan 3C2, 3C3, 3F3 173 membawa teman-teman ini untuk menerima penerimaan yang dialami 174 seperti yang saya terima, gitu. Iya, untuk begitu. Saya 175 membawa
teman-teman
untuk
supaya
menerima
176 penerimaan seperti yang saya alami gitu. Saya kepingin 177 berguna, saya merangkul teman-teman dalam strategi 178 tertentu di tengah masyarakat. Nah, itulah kemudian, saya 179 langkah mundur. Artinya saya berjuang tidak dengan saya 180 sendiri tapi juga dengan juga yang kemudian saya juga, apa 181 ya, strategi-strategi yang pernah saya lakukan. Artinya Mengajak waria untuk bermasyarakat 3D2, 3F3 182 bagaimana kemudian kita bermasyarakat,
bagaimana dan beriman
183 kemudian kita beriman seperti agama yang kita anut, gitu. Mengikuti kegiatan keagamaan 184 Karena ee seperti yang saya lakukan dulu, ketika saya 185 berjuang sendiri, saya juga ikut pengajian, ikut ee, itulah 186 salah satu. Tapi itu tidak terpikirkan bahwa itu salah satu 187 dari bagian yang ee, salah satu ee, apa ya, poin yang 188 membuat saya dengan mudah diterima. Inilah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
189 membuat saya kemudian membawa teman-teman ini supaya 190 menerima penerimaan yang seperti saya. Saya melalui Memberikan
kontribusi
bagi 3D2, 3F1
191 berbagai hal, melalui keimanan, melalui kegiatan sosial, masyarakat 192 melalui ee, apa namanya, melalui kontribusi di dalam 193 masyarakat. Jadi itu kemudian saya mengajak teman-teman 194 itu untuk melalui hal-hal seperti itu. Jadi, yang dulu pernah 195 saya lakukan, saya langkah mundur, tapi saya melakukan 196 itu semua dengan teman-teman saya kemudian gitu. Itu 197 yang sekarang kita lakukan. Nah, karena dengan teman198 teman dari berbagai latar belakang profesi, dari berbagai 199 latar belakang pendidikan jadi juga agak kedodoran. Karena 200 teman-teman sendiri, artinya kita ee, ada yang siap ada yang 201 tidak. Jadi kita pun kemudian melakukan pendidikan ke Mengajari waria lain bersosialisasi 202 dalam, mengajari teman-teman bagaimana sebenarnya kita dengan masyarakat 203 bersosialisasi, bagaimana kita manusia hidup sebagai 204 makhluk sosial itu seperti apa, kan begitu. Jadi itulah yang 205 ada. Jadi kemudian yang saya sudah lakukan sampe ujung Berkegiatan
bersama
206 itu, saya balik lagi untuk berjalan sampe ujung sana tapi membawa komunitas waria 207 saya tidak sendiri tapi dengan membawa komunitas saya
dengan 3F1, 3F2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
208 itu. Yang sekarang saya lakukan itu. 209 Oke.
Terus
menurut
ibu
ee,
sosialisasi
dengan
210 masyarakat menurut ibu kenapa itu menjadi penting 211 untuk teman-teman waria? 212 Ya karena masyarakat itu kan tidak banyak yang tau bahwa 213 waria itu apa, waria itu bagaimana. Taunya waria itu laki214 laki yang berdandan perempuan, yang ngamen, kemudian, 215 senengnya bekerja di salon, malamnya melacur kan begitu. 216 Itu apanya, konotasinya teman-teman waria kan seperti itu. 217 Padahal tidak. Jadi waria itu adalah satu identitas seksual, Pandangan bahwa
waria sebagai 3A1, 3A2
218 kayak laki-laki, kayak perempuan gitu. Sebetulnya waria itu identitas seksual 219 juga seperti itu. 220 Oke. Terus ibu pandangan terhadap diri sekarang, 221 gimana, bu? 222 Saya merasa lebih tentram, merasa lebih nyaman hidup Nyaman terhadap diri
3A1, 3A2, 3A3
223 karena di samping ibu sudah tua, saya sudah mendapatkan 224 penguatan. Sudah menemukan, artinya bahasanya kita yang 225 kita tau bahwa setelah kita belajar di pondok pesantren ini, 226 saya menemukan penguatan bahwasanya kita menjadi waria Menjadi
waria
bukan
menjadi 3A3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
227 tidak berdosa. Itu menjadi suatu penguatan yang sangat berdosa 228 penting karena kemudian saya tidak merasa berdosa 228 sepanjang hidup saya itu. Itu yang paling, paling hebat yang Memperoleh penguatan 230 saya rasakan yang kemudian membuat saya benar-benar Nyaman dengan hidup 231 nyaman terhadap hidup.Penerimaan masyarakat yang baik, Penerimaan
dari
3A1, 3A2, 3A3
keluarga
dan 3D1, 3D2, 3F2,
232 penerimaan keluarga yang baik dalam masa ee, usia tua masyarakat
3F3
234 saya ini. Kemudian juga, itu tadi, saya juga mendapat 235 pencerahan dari ee, bahwasanya Islam menerima waria, 236 Islam, dalam Islam itu waria tidak berdosa. Karena memang Kodrat untuk hidup sebagai waria
3A2
237 saya menjadi waria itu benar-benar bukan keinginan saya. 238 Dan kalau pun saya itu berpura-pura, bagaimana saya itu 239 menjalani hidup sebagai waria selama, sepanjang puluhan 240 tahun ini. Otomatis kalo ini hanya kepura-puraan, saya 241 sudah bosan dan saya sudah melepas bentuk ee, kewariaan 242 itu kan. Tetapi ini memang harus semua saya alami Harus dijalani karena merupakan 3A1, 3A3, 3A3 243 sepanjang hidup saya. Karena memang itulah saya. Itu yang bagian dari diri 244 saya rasakan sekarang. Dan saya juga merasakan sekarang, Penerimaan 245 komunitas waria sudah mulai ee, diterima di masyarakat, di pemerintahan 246 pemerintahan. Itu yang membuat saya juga, ee, usaha saya waria
masyarakat terhadap
dan 3F1
komunitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
247 ini tidak sia-sia. Karena ibulah satu-satunya orang yang Mengorganisir komunitas waria 248 sudah
tua
tapi
masih
mengorganisir
3E1, 3E2
teman-teman,
250 mengurusi teman-teman itu ibu sendiri.Jadi ibu dari dulu, 251 dari ketika tahun ’82 kita mendirikan Ikatan Waria 252 Yogyakarta, sampe sekarang, jadi kita benar-benar melihat 253 perkembangan penerimaan waria itu semakin terbuka, itu 254 benar-benar ibu ini. 255 Terus tadi ibu bilang sudah tentram, dan nyaman sama 256 diri, itu proses mencapainya itu gimana, bu? 257 Ee, proses mencapainya ya, bagaimana kita berdamai Berdamai dengan diri sendiri dan 3A1, 258 dengan diri sendiri, kemudian kita berdamai dengan ee, kewariaan
3A3, 3B1
259 kewariaan kita itu. Jadi ketika kita sudah legowo, legowo 260 itu kita sudah rela, sudah ridho menerima kita ini sebagai 261 waria dalam diri saya. Nah tapi ketika kita direflesikan 262 dalam agama, agama yang kita anut, itu juga kita masih 263 sering bertanya-tanya, sebenernya dosa apa nggak ya jadi 264 waria itu. Tapi waria ini memang harus saya jalani, tapi Harus menjalani hidup sebagai waria 3A2 265 dosa nggak ya. Setelah kita menemukan penguatan dari Al karena bagian dari diri 266 Quran, dari Hadish, kemudian, ee, itulah kemudian Tidak berdosa hidup sebagai waria
3A2,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
267 lengkaplah ini penerimaan kita itu.Menjadi tentram bahwa Mendapat penguatan secara agama 268 saya kemudian, oh, ternyata saya tidak berdosa. Bahkan Memperoleh ketentraman diri
3A1
269 yang sekarang ini, ada banyak di teman-teman waria itu, Waria menganggap diri berdosa 270 masih banyak yang menganggap dirinya menjadi waria itu 271 berdosa. Itu masih banyak. Dan inilah yang mau kita Dalam islam, tidak berdosa hidup 272 tekankan bahwa dalam islam, kamu memang tidak berdosa sebagai waria 273 menjadi waria, tetapi di luar kelakuan dia. Hanya menjadi Menjadi waria merupakan bagian dari 3A2 274 waria itu tidak berdosa karena memang itu yang harus kamu diri sehingga harus dilakukan 275 lakukan. Tetapi nanti ketika dia kemudian bagaimana ee, 276 perilakunya, itu sudah perhitungan yang lain. Bukan dosa 277 sebagai waria, tetapi dosa yang lain lagi gitu. Ketika kita Penerimaan
diri
sebagai
waria 3A1, 3A2, 3A3
278 hitung dari pandangan agama. Jadi maksud ku ketika kita menghasilkan ketentraman 279 tentram ini, tentram dalam hal penerimaan diri sebagai Hidup
sebagai
280 waria dan sebagai pribadi yang punya agama dan agama kodratnya 281 kita yang mendudukan bahwa saya menjadi waria itu 282 memang sudah kodratnya. Dan kita merasa kemudian 283 lengkaplah ini. Itulah yang kemudian saya bilang, inilah 284 yang menentramkan hati, gitu. Di luar dosa misalnya apa 285 yang kita lakukan ya itu sudah orang gender yang lain juga
waria
merupakan 3A2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
286 melakukan, misalnya laki-laki dan perempuan. Tetapi 287 ketika kita menjadi waria tidak berdosa. Sama halnya ketika 288 menjadi perempuan tidak berdosa, menjadi laki-laki ya 289 tidak berdosa, ya begitu. 290 Oke, bu. Mungkin ini pertanyaan terakhir untuk hari 291 ini, perasaan ibu terhadap diri sendiri sekarang gimana, 292 bu? 293 Em, gimana ya, saya ingin berguna buat sesama. Artinya Ingin berguna bagi sesama
3C1, 3C2, 3C3
294 saya bisa berguna buat keluarga dan bagi teman-teman 295 waria, itu. Saya ingin, perasaan saya, saya kepengen apa ya, Ingin waria diterima di masyarakat 296 ingin memberikan apa yang saya ketahui, apa yang saya, ee, Ingin
memberikan
3D1, 3D2
pemahaman
297 pengalaman-pengalaman saya ini untuk pembelajaran terhadap masyakarakat tentang waria 298 kepada masyakarat, supaya masyarakat yang belum tau 299 waria itu menjadi tau dan kemudian mereka menjadi bisa 300 menerima teman-teman waria, seperti itu. Kemudian saya 301 juga ingin membagikan pengalaman ini kepada teman302 teman waria untuk supaya mereka bisa meraih penerimaan 303 itu. Karena penerimaan masyarakat itu tidak serta merta. Penerimaan masyarakat perlu diraih 3D2 304 Mereka paham dengan waria kemudian mereka menerima oleh waria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
305 tetapi tiap individu kan menentukan penerimaan itu. Penerimaan ditentukan oleh perilaku 3A3 306 Penerimaan itu juga ditentukan oleh individu waria itu. Jadi waria itu sendiri 307 tidak hanya pemahaman masyarakat tentang waria, tetapi 308 juga bagaimana individu waria ini duduk di tengah 309 masyarakat.
Itulah
yang
sebetulnya
ingin
berbagi
310 pengalaman ini kepada teman-teman waria dan juga kepada 311 masyarakat sehingga saya melihat bahwasanya teman312 teman waria itu sebenarnya nyaman ada di mana-mana gitu. 313 Jadi tidak hanya nyaman dengan komunitasnya sendiri Ingin waria nyaman di ruang publik 314 tetapi nyaman dengan masyarakat, nyaman di ruang publik, 315 nyaman gitu. Itu yang selalu saya impikan gitu.
3C1, 3C2, 3C3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
Verbatim Subjek 2 – Mami Vinolia
No
Verbatim
Keterangan
Coding
1
Kita mulai ya, mi. yang pertama, kan saya liat di biodata kan
2
mami mempublikasikan diri kan sejak kecil. Itu reaksi yang
3
mami terima dari orang-orang sekitar gimana, mi?
4
Kalo reaksi tu yang pertama bukan dari orang sekitar ya, tapi dari
5
keluarga dulu. Dari keluarga juga merasa karena dulu juga masih
6
kecil kan jadi paling ee, suka, misalnya kan suka mainan-mainan Menyukai permainan perempuan
7
perempuan suka disingkir-singkirkan, diingatkan, ga boleh laki- Diingatkan untuk bermain seperti 1A3
8
laki tu mainan perempuan. Nanti jadi banci, gitu. Orang tua lebih anak laki-laki
9
bijaksana, jadi cuma ee, diam, tapi kemudian cuma ngomong,
10
kok ga mainan kelereng apa mainan apa. Aku ga suka, udah gitu Tidak menyukai permainan laki- 1A3
11
aja. Terus dibiarkan aja, ya namanya kesukaan ya. Orang tua laki
12
mami termasuk orang lama tapi orang bijaksana. Jadi ga, Hanya diingatkan oleh orang tua
13
kemudian dilarang larang ga, cuma diingatkannya tu alus, gitu
14
lho. Nah seperti itu. Kalo orang sekitar ya, namanya anak kecil
15
kan orang-orang sekitar ga tau kalo mami itu akan waria kan.
16
Taunya kan ini kok apa-apa pinter, karena satu kampung tu kan
1A3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
17
yang pinter nyanyi cuma mami, jadi malah seneng kalo denger
18
mami nyanyi. Jadi suka nyanyi lagu yang dari radio, anak kecil
19
yang lain ga hafal, mami hafal, terus suka dikasih permen,
20
dikasih duit. Nyanyi tuh sambil gaya-gaya muter muter kayak
21
seakan-akan di panggung gitu ya. Guru-guru juga pada seneng.
22
Jadi sebenernya ga ada masalah ya. Kalo pun dikatain banci- Tidak
23
banci gitu, mami tu juga ga tau banci tu apa, ga ada marah sih lingkungan
24
gitu.
Tidak
25
Terus pas kecil itu, perasaan mami ke diri sendiri gimana?
lingkungan
26
Ya suka aja ya. Suka dengan mainan-mainan perempuan ya, main Lebih
27
loncatan, main boneka gitu. Tapi itu ga jadi ukuran ya, kalo laki- perempuan
28
laki mainan boneka itu berarti dia waria itu ga, ya. Kan dulu
29
mainan juga terbatas kan. Kan beda ya orang yang mainan
30
boneka karena ga ada mainan lain sama emang suka ya. Kalo
31
mami kan emang suka ya gitu.
32
Oke, mi. terus setelah masa kecil itu gimana, mi? Pas remaja
33
gitu?
34
Pas masa remaja ya semakin kelihatan. Kan masa remaja tu masa
35
akil balik ya, masa puber. Ketertarikannya malah cenderung ke Muncul
ada
masalah
dengan 1A3, 1F1
marah
terhadap
menyukai
ketertarikan
ejekan 1F1
permainan 1A3
seksual 1F1
1D1,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
36
laki-laki daripada ke perempuan. Dan itu kan begitu saja, terhadap laki-laki
37
mengalir begitu saja. Nah biasanya orang-orang kayak mami ini Mengikuti saja dorongan itu
38
dimanfaatkan sama orang-orang yang lebih dewasa. Misalnya pas
39
mami SD, yang SMP SMP itu suka njahilin ya. Kalo njahilin
40
perempuan malah ga berani, tapi kalo sama waria malah dijahili-
41
jahilin, suka digoda-godain gitu. Tapi kalo ngegodainnya itu,
42
kalo zaman sekarang udah namanya pelecehan ya. Kalo dulu ga
43
ada kata-kata pelecehan gitu. Ya kita enjoy aja, seneng aja sih Menyukai digoda laki-laki karena 1A3,
44
digodain gitu-gitu. Karena kan seakan-akan kita perempuan gitu merasa seperti perempuan
45
lho, seperti itu. Bahkan sampe menjurus ke seks ya. Mungkin
46
kalo perempuan ya jelas udah masalah. Tapi karena ini mami Tidak merasa terganggu
1D1
47
laki-laki kan jadi ga masalah gitu.Jadi mami tuh pengalaman Menyukai pengalaman tersebut
1B1
48
seks, sejak SD udah ngalamin seks dan dengan laki-laki yang
49
nggangguin itu dan suka aja. Kebetulan kan kok cakep gitu. Kan
50
ga menghawatirkan ya, ga mungkin hamil ya. Seperti itu.
51
Terus setelah masa itu mami gimana? Pas masa SMA,
52
misalnya, tetap enjoy aja gitu, mi?
53
Ya udah, tetap enjoy aja. Ya kalo yang anak laki-laki yang suka Santai menjalani hidup
1A3, 1D2
54
usil ya suka dikatain bencong bencong. Karena memang mami Masih ada yang mengejek
1A3
1A1, 1B1
1D1,
1B1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
55
tidak pernah bergaul sama laki-laki. Sukanya sama perempuan
56
aja, suka mainnya ya. Ada yang suka aja, ada yang masih dikata-
57
katain. Tapi dari sekian yang ngomong gitu juga ada yang
58
tertarik, ada keinginan yang lain toh. Ada juga yang baik tapi
59
beda juga, tujuannya juga ke seks. Ada juga guru, guru juga
60
kayak gitu ya, guru olahraga khususnya. Udah tau mami ga
61
pernah ikut main bola, oh udah tau dia. Suruh main ke tempat
62
kosnya, ya ujung-ujungnya ke situ lagi kan. Jadi mami sudah
63
ternoda semenjak SMP (sambil tertawa). Dan keinginan untuk Keinginan untuk berpenampilan 1A3
64
berpakaian perempuan itu semakin kuat. Semakin manjadi-jadi seperti perempuan semakin kuat
65
bahwa ternyata, itu mami sudah menyadari bahwa begini, begitu. Menyadari
66
Tapi kan siapa yang mau tak ajak ngobrol.Wong, mami kan juga tersebut
67
ga tau. Kalo zaman dulu kan terbatas orang-orang yang tau
68
bahwa ini berbeda kan jarang, apalagi di kampung ya. Ya udah Dipertimbangkan
69
dicoba diini aja, dipertimbangkan sendiri aja.
70
Terus saat di ajak nge-seks di usia remaja itu, bahkan sama
71
guru olahraga juga, itu perasaan mami waktu itu gimana,
72
mi?
73
Ya senang, karena guru olahraga nya kan badannya bagus. Ya Menyukai
diri
dan
keinginan 1A1, 1A2
dan
dijalani 1A3, 1E1
pengalaman
seksual 1A3, 1B1
sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
74
kalo kayak perempuan sama laki-laki gitu, dicumbu di apa, suka dengan laki-laki karena merasa
75
gitu. Kan kayak kita perempuan, kan gitu. Ya mungkin karena seperti perempuan
76
memang secara umur ya, mami kan sudah akil balik, kebutuhan
77
seks nya juga cukup tinggi ya. Dalam hal ini berbeda dengan
78
perempuan ya, kalo perempuan kan lebih berhati-hati. Kalo waria
79
kan ga, waria memang sudah, orang tetap berani aja mengganggu
80
ya. Karena kan memang tidak ada resikonya ya, begitu. jadi ya Menikmati karena tidak beresiko
81
kita nikmati aja begitu.
82
Okey. Terus setelah SMA itu, gimana, mi?
83
Setelah SMA itu kan terus mami keluar dari rumah. Karena kan Mengalami penolakan dari saudara
84
kakak-kakak itu kan tidak terima kalo mami jadi waria. Dulu sebagai waria
85
kata-kata jadi itu menjadi pokok gitu. Kalo menjadi waria, ya Hidup sebagai waria sebagai kodrat 2A2
86
mami juga ga tau mau jawab seperti apa ya, wong memang
87
seperti itu ya.Seperti itu. Karena kan waria itu sebenernya given
88
ya, pemberian Tuhan, bukan menjadi atau pilihan. Kalo menjadi,
89
mami ga mau lah menjadi waria orang dilecehkan, ga diakui
90
sama keluarga juga. Kalo pilihan juga mami ga mau lah milih
91
jadi waria, susah juga kan hidupnya. Ee, terus ya sudah, mami
92
keluar dari rumah terus berkumpul sama teman-teman jalanan.
1A1, 1B1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
93
Cari duit ya. Jadi dulu mami itu usia 17, 18 itu sudah mandiri Hidup sendiri dari keluarga
94
sudah ga sama keluarga terus ga mau nengok keluarga. Ada
95
sekitar 15 tahun. Males aja ya, daripada ribet sama keluarga, ya
96
mending ga usah, gitu. Kalo mami gitu. Benar-benar hidup
97
sendiri walaupun tau ada keluarga di sini. Jadi apa-apa diatasin
98
sendiri. Misalnya dipukul orang ya sudah, ga usah ngadu ke sana,
99
udah diem diem aja. Nengok ke tempat, rumah ya ga pernah.
2E1
100 Kalo ga sengaja ketemu ya, kok ga pulang, katanya. Ga lah, udah 101 punya tempat tinggal gitu. 102 Terus tadi mami bilang kakak-kakak tidak terima tuh, tidak 103 terimanya gimana, mi? 104 Ya karena kan mami waria. Mereka juga kasar, mami Diperlakukan kasar oleh saudara 105 diperlakukan dengan kasar, dipukul ya. Makanya mami minggat 106 to dari rumah, bahasa kasarnya kan gitu ya. Dan mami tidak tau 107 bahwa, ya namanya orang hidup kan butuh makan, butuh 108 sandang. Sementara mami ga kerja. Jadi ternyata keluar malam 109 itu memang dapat uang ya. Ya akhirnya ya gitu dinikmati aja Menikmati hidup sebagai pekerja 2A1, 110 hidup sebagai pekerja seks waria. Dan ga sendiri kan, temannya seks waria
2B1
111 banyak. Zaman dulu kita laris ya, waria tuh tetap laku. Ya Memiliki banyak teman
2F1, 2F3
2A3,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
112 sekarang sih masih cuma tidak seheboh dulu. Zaman-zaman 113 mami masih muda itu. Sore sore jam 6 udah nongkrong di 114 Kotabaru itu, nanti jam 10 udah pegang duit banyak itu. Kalo 115 dulu kan udah lebih sering pake pakaian perempuan. Dulu tuh 116 kan mami tuh takut sama waria. Tak pikir itu bukan bangsanya 117 mami. Jadi kalo liat kalo tinggi besar, badannya gede gitu, takut. 118 Lari. Ya takut aja, ya, orangnya gitu, pake pakaiannya gitu. Tapi 119 itu pas belom sosialisasi dengan waria, mami. Masih merasa 120 sendiri. Kayak zaman sekolah dulu yang takut, ya kayak gitu 121 serem-serem. 122 Terus itu, mami sebagai pekerja seks itu berapa lama, mi? 123 ‘75 sampe ’93, 18 tahun ya. 124 Terus itu, selama itu perasaan mami ke diri sendiri gimana, 125 mi? 126 Ya rasanya, kan itu memang sudah merupakan suatu pekerjaan. Menikmati
hidup
dengan 2A3, 2B1
127 Jadi ya kita nikmati aja hidup ini. Ya walaupun selama kurun menganggap pekerja seks sebagai 128 waktu yang lama itu kan kita memang mendapatkan ee, pekerjaan 129 kekerasan ya. Tapi ya kita nikmati memang jadi bagian dari Memperoleh kekerasan 130 resiko hidup malam itu. Hidup malam itu kan urusannya dengan Menikmati
karena
bagian
dari 2B1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
131 kekerasan, orang-orang pada mabuk ya, kita ga mau juga dipaksa, resiko pekerjaan 132 belum itu razia dari pemerintah itu. Jadi itu kita nikmati, kita itu 133 lomba lari sama Pol PP. Jadi gitu ya, kehidupan malam itu kita 134 banyak ketemu orang-orang yang selama ini kita tidak pernah 135 menemukan ya. Ternyata banyak laki-laki tuh yang munafik, kalo 136 apa, kalo dia sama teman-temannya nongkrong kalo liat banci 137 kita dikata-katain tapi giliran dia sendirian dia cari kita. Ngajak 138 main. Ada aja ya. Banyak juga yang mahasiswa, mungkin karena 139 ga ribet ya. Kalo sama perempuan kan harus di kamar. Kalo sama 140 waria kan di tempat gelap aja juga bisa, dengan bayaran yang 141 murah gitu. 142 Oke. Terus itu kan 18 tahun tuh, mi, di luar dari 143 pengalaman-pengalaman yang ga enak, tapi mami juga 144 menikmati. Terus yang bikin mami berhenti akhirnya 145 kenapa, mi? 146 Ya terus karena kan kemudian, muncul HIV tahun ’87. Itu mulai 147 muncul di kita ya. Kalo dulu kan informasinya HIV dari Afrika, 148 dari luar negeri pokoknya. Ya kita hanya dapat informasi dasar. 149 Dan waktu itu yang paling dicari kan kelompok-kelompok yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
150 beresiko tinggi khususnya kaum homoseksual, katanya kan. 151 Mami sendiri kan berhubungan dengan laki-laki, artinya kan 152 homoseksual juga. Terus ada yang kena juga. Terus lama-lama Menghindari
resiko
penyakit 2B1,
153 mikir jangan-jangan kalo lama-lama mami melakukan kayak dengan mencari pekerjaan lain 154 begini terus jadi kena juga ini, gitu. Terus ya sudah, terus 155 berhenti hidup di jalanan terus cari kerja. Cari kerja, jadi 156 volunteer deh, di PKBI, Perkumpulan Keluarga Berencana 157 Indonesia. Itu dari ’93 sampe 2005. Jadi 12 tahun mami di PKBI. 158 Itu mami belajar dari bawah lagi. Megang pulpen belajar lagi. 159 Kalo dulu kan urusannya laki-laki, duit, laki-laki, duit. Berat juga Keputusan yang berat 160 sebetulnya, biasanya pegang duit, ini tabungan sudah mulai Tidak ingin terkena resiko penyakit 161 kurang. Tapi kan takut juga. Pengennya jangan sampe kena. 162 Takut juga dengan HIV gitu. Ya udah akhirnya mulai belajar di 163 situ. 164 Terus habis dari PKBI itu, mendirikan KEBAYA ini, mi? 165 Hhmm. Habis dari PKBI terus mendirikan yayasan KEBAYA ini. 166 Karena di PKBI kan tidak bisa hanya fokus di satu sasaran. 167 KEBAYA hanya satu bagian, jadi ya sudah mami fokus aja di 168 waria, gitu. Udah sampe sekarang.
2C1, 2E2
2B2,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
169 Terus yang buat mami akhirnya memutuskan untuk 170 mendirikan KEBAYA ini apa, mi? 171 Ya, karena ada kasus kasus HIV di temen-temen waria. Merasa Merasa peduli dan bertanggung 3F1, 3F2, 3F3 172 perduli bertanggung jawab dengan teman-teman waria gitu jawab terhadap waria lainnya 173 lho.Kok kayaknya kasian juga kalo ga bergerak, ga melakukan Ingin melakukan suatu tindakan 3C1, 174 tindakan. Ya sudah, kemudian ngurusin waria-waria yang ada di terhadap
resiko
waria
terkena 3C3
175 Jogja, sampe sekarang deh. Dan dulu juga jumlah HIV di teman- penyakit 176 teman waria juga cukup tinggi. Ya, sekarang ya, jumlahnya sih 177 tetap cuma ga nambah. Seiring berjalannya waktu juga banyak 178 teman-teman waria yang tingkat kesadarannya semakin tinggi, 179 jadi ikut tes, hasilnya non-reaktif gitu. Karena kan sudah ada 180 KEBAYA yang mendampingi dan memberitahu itu. 181 Mami kan kelihatan peduli sekali terhadap waria, mi, sampe 182 mendirikan yayasan ini untuk teman-teman waria. Terus 183 tanggapan mami terhadap pandangan masyakarat umum 184 terhadap waria, gimana, mi? 185 Kalo dulu kan, kita selalu menjadi objek ya, objek pelecehan. Dulu
waria
sebagai
objek
186 Tapi seiring berjalannya waktu, kita mampu ee, memberikan pelecehan 187 pandangan kepada masyarakat. Sekarang sudah ga, gitu lho. Pandangan masyarakat sudah mulai
3C2,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
188 Contohnya di sini aja deh, tidak ada di sini orang minor sama berbeda sekarang 189 waria. Mayoritas mereka baik, kalo liat mami tuh pasti udah Memperoleh
penerimaan
dari 3D1
190 nyapa duluan. Karena apa, karena mami tuh bisa membuktikan lingkungan sekitar 191 bahwa kegiatan mami tuh positif.Mami juga bergabung dengan Berhasil
membuktikan
bahwa 3A3, 3E2
192 ibu-ibu, ikut di PKK juga kan. Terus di pertemuan PKK, mami kegiatan yang dilakukan positif 193 juga sering isi materi tentang HIV/AIDS, tentang kesehatan Bergabung
dengan
194 reproduksi, tentang waria, gitu. Jadi orang semakin kagum, masyarakat
komunitas 3D1,
3D1,
3F1
195 semakin ee, acungi jempol sama mami. Orang-orang di sini juga 196 care, baik sama mami dan sama teman-teman waria. 197 Terus tadi mami bilang juga ikut pertemuan-pertemuan ibu 198 PKK, yang buat mami mengikuti itu apa, mi? 199 Ya karena mami tinggal di sini ya, itu satu. Terus mami kan Kewajiban sebagai warga untuk 3D1, 3D2 200 sudah memposisikan diri sebagai perempuan. Jadi mami harus mengikuti kegiatan 201 beraktivitas dong. Layaknya ibu-ibu, perempuan di sini, gitu.
Memposisikan
diri
sebagai 3A3, 3D2
202 Terus kalo mami, pandangan mami terhadap diri sendiri perempuan 203 gimana, mi? 204 Ya, kalo mami sih, ga terlalu muluk-muluk ya. Menurut mami ya Menikmati hidup 205 ini kan hidup jadi harus mami nikmatin. Mami juga tidak 206 menyangka bisa memiliki posisi seperti sekarang, mami juga
3A3, 3B1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
207 tidak menyangka bisa membantu banyak orang, dikenal banyak 208 orang, diperhitungkan di komunitas waria ya, baik itu lokal 209 maupun nasional ya, seperti itu. Mami tu tidak pernah Tidak
ingin
merugikan
dan 3C1,
210 mengintervensi teman-teman, merugikan teman-teman, cari mengecewakan komunitas waria
3F1
211 keuntungan. Kan gitu toh. Jangan sampe anak-anak kecewa 212 karena mami, kan gitu. Tapi untuk berbuat seperti itu juga masih 213 ada aja kendalanya. Banyak zu’udzon, banyak berpikiran negatif. 214 Dikiranya mami memanfaatkan teman-teman. Tapi bedanya Cuek terhadap reaksi negatif yang 215 mungkin karena mami sudah terlatih dengan pengalaman yang diterima 216 banyak, ya, jadi mau orang ngomong mami cuek. Terserah orang 217 mau ngomongin mami bagaimana-bagaimana ya biarin aja.Tapi Mengintrospeksi diri sendiri
3B1, 3B2
218 mami juga introspeksi, apa benar, apa mami memanfaatkan itu, 219 mami coba pernah ga, tapi kayaknya ga pernah deh. Ya kalo ga 220 merasa ya, ngapain mesti saya takut sama temen-temen ya. Ya 221 udah biarkan aja. Mereka juga lama-lama sadar sendiri. Liat 222 kembali tujuan mami membangun KEBAYA ini. Mami juga Memperoleh nilai lebih ketika bisa 3C2, 3C3 223 bilang, kalo bicara soal keuntungan, keuntungan lebih kepada, membantu banyak orang 224 merasa mempunyai nilai lebih itu keuntungan, bisa membantu 225 orang banyak itu keuntungan. Kalo dirugikan, ya sebenarnya ga
3C3,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
226 juga ya. Karena dilihat sebagai konsekuensi, sebagai bentuk ee, Menerima keadaan dan reaksi dari 3B1, 3F1, 3F3 227 apa, keputusan bahwa ya sudah hidup dengan teman-teman orang lain tanpa sakit hati 228 waria, artinya apa pun keadaannya mami harus bisa terima itu. 229 Dari orang fitnah sampai memuji tuh mami tampung semua. Dan 230 tidak ada rasa sakit hati, udah biarin aja. Mami biasa aja, ga ada 231 menunjukkan reaksi berbeda, tidak. 232 Oke. Terus perasaan mami kepada diri sendiri gimana, mi? 234 Ya, nyaman. Ya inilah hidup. Jadi mami ternyata menemukan Nyaman terhadap diri 235 kedamaian di sini ya. Menemukan kedamaian bisa membantu Memperoleh
kedamaian
3A1, 3A2 karena 3F1, 3F3
236 teman-teman itu luar biasa lho. Itu kepuasan tersendiri. Itu dapat membantu orang lain 237 kekayaan mami yang tidak dimiliki oleh orang lain. Kalo masalah 238 duit, masalah materi, itu gampang lah. Mami kan orangnya juga 239 ga harus punya duit berlebih, yang penting ada lah. Kan ga 240 ngilang-ngilangin ada rejeki ya. Mami bisa beli motor dua, tapi 241 bukan buat mami yang naikin, tapi buat anak angkatnya mami, 242 tak berikan satu satu. Mami udah ada cucu juga, kalo mau jalan243 jalan. Biar pun kredit, itu menguntungkan mereka, kan bisanya
3A1,
244 begitu. Dan ya, harus tak nikmatin. Jadi ya, buat apa berlebihan Harus dinikmati
3B1
245 kalo toh cuma nurutin kata orang ya. Lebih baik kita punya sudut Lebih baik memiliki sudut pandang 3D2
3A3,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
246 pandang sendiri, gitu.
sendiri
247 Terus tadi mami bilang nyaman tehadap diri, terus proses 248 mancapainya itu gimana, mi? 250 Oh, cukup lama itu. Ya kan berproses kan dari tahun ’75. Untuk Nyaman setelah memutuskan untuk 3C2, 251 bisa kemudian mencapai ke sini ya setelah memutuskan untuk mengubah profesi
3E2
252 merubah profesi ya. Dari pekerja seks, menjadi seorang 253 volunteer. Sudah tidak menjadi pekerja seks, mulai belajar dari Belajar sebagai volunteer
3B2
254 awal lagi, kayak orang sekolah kan. Memang dari ’93 itulah 255 mami berproses sampai sekarang. Ee, bisa mempunyai posisi ini, 256 bisa dibutuhkan banyak orang. Dulu mami kan juga ga mengira Memperoleh hasil yang lebih baik
3F1, 3F2
257 kok bisa ngajar, bisa dibutuhkan, gitu lho. Ternyata memang 258 ending nya ke sini memang lebih bagus, gitu lho. Ya kan kembali 259 lagi kepada individu ya. Ga setiap waria berani mencoba untuk Keberanian
untuk
mengubah 3B1, 3E2
260 merubah profesi. Nah yang terjadi adalah mami berani gitu lho. profesi 261 Padahal masa-masa itu kan mami juga masih laris ya. Tapi Ingin melakukan terobosan 262 kenapa itu mami lakukan, ya karena itu, mami ingin mempunyai Merasa tidak senang dengan gaya 263 terobosan gitu. Karena itu tuh monoton gitu lho, kayaknya ga, ga hidup sebelumnya 264 seneng gitu lho. Sekarang, 18 tahun begitu terus emang ga bosen. 265 Bosen kan, mami juga tau kalo itu kebutuhan tapi tidak kemudian
3B2, 3E2
3C3,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
266 harus gitu, tapi biasa saja. Makanya, mudah untuk kemudian Mudah meninggalkan dan berani 3E2 267 meninggalkan ya. Dan berani ambil resiko to, gitu.
mengambil resiko
267 Oke. Terus tadi mami bilang ee, meninggalkan rumah karena 268 males itu, terus sekarang relasi sama keluarga gimana, mi? 269 Ya, dengan keluarga sekarang baik-baik saja, rukun rukun saja. Relasi yang baik dengan keluarga
3F1, 3F3
270 Karena sebetulnya kan dalam batin mami tuh pengen 271 menunjukkan bahwa apa yang mami lakukan itu, ga seperti apa 272 yang dikhawatirkan keluarga gitu lho. Kalo keluarga kan Pandangan negatif terhadap waria 3C3 273 mikirnya kalo waria kan, cuma di jalan, begitu aja kan. Ga ada dapat dihapus 274 masa depan ya. Terus kan mami bisa hapus itu kecurigaan 275 keluarga. Kemudian bisa bekerja di PKBI walaupun sebagai 276 volunteer, kemudian bisa punya LSM kan keluarga juga heran 277 juga. Kenapa kok adikku itu begitu penting di Jogja. Nah 278 kemudian dari keluarga sendiri yang kemudian datang. Ya, ga 279 apa-apa. Mami juga ga merasa ya, gimana gimana. Karena 280 akhirnya malu sendiri keluarga juga. Kalo ke sini rame-rame, 281 padahal mami sudah bentuk keluarga sendiri to, dari anak jalanan Membentuk keluarga sendiri 282 mami adopsi kan. Udah mami nikahkan, udah punya cucu.
3F1, 3F3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
Verbatim Subjek 3 – Mami Ruli
No
Verbatim
Keterangan
Coding
1
Ok, mi. untuk yang pertama, kan mami bilang di biodata
2
bahwa mempublikasikan diri sebagai waria, sejak kecil, sejak
3
TK, saat itu taunya bahwa jati diri mami waria gimana, mi?
4
Taunya, karena dari bullying anak-anak yang lain malah. Saya Menerima
5
tuh sering di bully anak-anak di luar kompleks. Masih kecil itu menyenangkan
6
padahal. Ya seingatku, saya belum masuk sekolah SD. Saya jadi sebaya
7
tau bahwa saya itu memang berbeda dari orang-orang. Tapi saya Menyadari
8
itu sering diajarin pencak silat atau olahraga-olahraga yang keras berbeda
9
tapi tetap saja secara physicly orang liat berbeda.
10
Setelah menyadari bahwa diri berbeda sebagai waria, reaksi
11
mami ke diri sendiri gimana, mi?
12
Reaksi saya terhadap diri sendiri, ya, sudah menerima keadaan Menerima keadaan diri sebagai 1A2
13
saya sejak kecil. Saya sudah menerima keadaan saya sebagai waria sejak kecil
14
waria, juga karena ibu saya yang mengajarkan penerimaan diri Diajarkan menerima diri oleh ibu 1A3, 1F1
15
sejak awal. Jadi ya, karena penerimaan ini, saya jadi bisa sehingga
16
membebaskan diri dari tekanan ya. Baik dari diri sendiri atau tekanan
perlakuan dari
bahwa
tidak
tidak teman
dirinya 1A1, 1A2
mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
17
juga dari eksternal, dari luar.
18
Terus saat di bully itu reaksi mami gimana, mi?
19
Saya biasanya melawan, gitu. Tapi karena mama saya tuh sering Melawan reaksi dari orang lain
20
nasehatin kalo ada orang yang suka ngata-ngatain gitu ga usah Memperoleh dukungan dari ibu
21
diladenin. Jadi biasa aja. Ya dari kecil tuh memang saya sudah Terbiasa diejek sehingga tidak 1A3
22
jadi kebal. Satu-satunya jalan, ya itu, saya sering terlibat dengan ditanggapi lagi
23
olahraga-olahraga yang keras, kayak bela diri, gitu. Jadi secara
24
fisik, itu anak-anak takut dengan saya. Seingatku ada banyak
25
piala-piala gitu. Jadi saya memang atlet gitu, di sekolah dasar.
26
Sampe SMP itu juga saya masih sering ikut, sampe ke Jakarta
27
mewakili Jawa Barat di pencak silat, gitu.
28
Saat kecil itu mami menampilkan diri mami gimana ke
29
lingkungan?
30
Ya, secara spontan aja orang melihat memang kita itu berbeda.
31
Saya mungkin, dari apa ya, ya dari bahasa tubuh aja. Mudah
32
dikenal kalo waria tuh. Tapi setelah saya SMP itu, sudah mulai
33
secara fisik saya ini, misalnya celana saya 5 centi di bawah lutut,
34
rambut panjang. Saya juga dikasih pengertian sama orang tua Memperoleh
35
saya, kalo saya nih berbeda. Jadi karena ibu saya seorang guru, orang tua
pengertian
1F1
dari 1F1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
36
psikologi juga, jadi dia memberi pengertian ke saya. Dia sering Memperoleh dukungan dari ibu
37
membantu untuk menjelaskan padalingkungan saya. Lingkungan
38
bermain, lingkungan sekolah, pendidikan. Pada, apa, orang-orang
39
di sekitar. Jadi boleh dikatakan, yang punya peran menjelaskan tu
40
ibu, waktu kecil. Ya, saya bersyukur juga karena akhirnya saya Bersyukur menerima penerimaan 1D1, 1F1
41
bisa tetap berada di lingkungan sekolah, karena mungkin kalo dari keluarga
42
tidak ada penerimaan sudah lari dari rumah. Bapak juga sangat
43
demokratis, sangat menghargai perbedaan. Tidak ada tekanan di Memperoleh
44
dalam keluarga, walaupun dia tentara, ya seorang perwira. Jadi keluarga
45
teman saya main-main waktu kecil itu, prajurit-prajurit tentara itu
46
sering digendong di punggungnya.
47
Oke. Terus pas masa remaja, gitu, gimana, mi, tanggapan
48
lingkungan yang mami terima?
49
Waktu remaja, ee, saya banyak berkawan dengan teman-teman Membangun pertemanan dengan 1F1
50
perempuan. Nyaris teman-teman saya sebagian besar adalah perempuan
51
perempuan. Dan di SMP itu, udah mulai ada geng-geng gitu,
52
kebanyakan teman saya yang perempuan juga kayak cowok-
53
cowok. Makanya syarat untuk masuk geng saya, harus pintar
54
berantem. Waktu SMP itu saya ketua OSIS waktu kelas dua,
penerimaan
1F1
dari 1F1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
55
sampe akhirnya ke SPG juga jadi ketua OSIS. Secara fisik Disegani
sehingga
56
memang orang segan sama saya. Nyaris tidak ada anak-anak menerima penolakan
57
yang mengolok-olok gitu, tidak ada. Ya, paling orang-orang di Yang mengolok adalah orang
58
luar yang tidak mengerti saya. Ya, biasa di bully, gitu, tapi yang tidak dikenal dan mengenal
59
biasanya itu anak-anak. Kalo orang-orang dewasa, ga, ya saya subjek
60
biasa aja gitu. Kalo di Sulawesi kan juga saya tinggalnya di
61
asrama tentara, jadi mungkin orang-orang segan juga sama anak
62
tentara. Kalo di Surabaya, ya biasalah orang bully bully, orang ga
63
ngerti kan. Dan orang tua saya itu juga disiplin sekali ya. Kami
64
tidur itu kayak prajurit, jadi ga boleh kamar sendiri-sendiri.
65
Orang tua saya tidur setelah kamu semua tidur lalu sudah bangun
66
sebelum kami bangun jadi tidak ada waktu main. Mungkin kalo Belum
67
saya ada waktu main-main, saya sudah gabung dengan banci- komunitas waria karena diawasi
68
banci di rel, apa di mana dari kecil. Tapi karena nggak ada waktu oleh orang tua
69
ya selalu di ‘pasung’. Orang tua tuh selalu ngantar dan pulang
70
sekolah tuh selalu dijemput jadi ya nggak ada waktu main.
71
Di tengah semua pengalaman itu, mami memandang diri
72
sendiri gimana, mi, waktu itu?
73
Ya, saya sudah meyakini bahwa saya memang berbeda, waria, Meyakini diri bahwa diri waria
bergaul
tidak
dengan
1A1, 1A2, 1A3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
74
seperti itu. Waktu itu kan istilahnya kalo di Surabaya itu kan,
75
orang menyebutnya wadang kalo waria itu. Saya juga ga paham
76
istilah yang tepat, tapi sering saya dibully bencong gitu, kalo di Menyadari diri sebagai waria 1A2
77
luar. Ya udah, saya juga menyadari diri saya.Saya mulai punya karena bullying yang diterima
78
ketertarikan secara seksual setelah saya setingkat SPG ya, kelas Memiliki ketertarikan seksual 1A3, 1D2, 1F1
79
2. Sebelumnya ga, walaupun saya punya teman dekat banyak pada laki-laki saat remaja
80
anak seusia saya yang cowok-cowok gitu, tapi ga rasa
81
ketertarikan secara seksual gitu. Tapi saya memang berbeda. Menyadari
82
Merasa diri sebagai, apa ya, cewek aja. Jadi makanya, semua hidup sebagai waria
83
teman-teman ku itu cewek.
84
Okey. Terus pas zaman mami di SPG itu gimana, mi, perempuan
85
pengalamannya?
86
Waktu SPG itu saya punya teman dekat, dia sekertaris saya. Dia Memperoleh
87
cowok, dan juga sangat merasa nyaman menerima saya yang teman dekat
88
berbeda begitu. Dia itu mungkin pacar pertama saya yang
89
memperkenalkan diri secara seksual, begitu. Jadi baru saya tau Menyadari diri sebagai waria 1A1, 1A2
90
bahwa saya ini secara utuh waria, itu di situ, dari sisi seksualitas. secara utuh secara seksual
91
Kalo penerimaan dia, ga apa-apa tuh. Orang lain juga sering bully Dibully namun tetap nyaman 1A1, 1A2, 1A3
92
tapi dia merasa fine fine aja. Nyaman.
diri
berbeda
dan 1A2, 1A3
Membangun pertemanan dengan 1D1, 1D2, 1F1
dengan diri
penerimaan
dari 1F1, 1D1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
93
Terus saat itu perasaan mami gimana, mi?
94
Ya, saya makin kokoh mempertahankan penampilan saya secara Mempertahankan
95
fisik. Saya mulai tahun ’78, itu bulan Maret itu kan mau ujian pas fisik sebagai waria
96
bulan April, pas bulan Mei saya keluar langsung saya tampil
97
fisik. Full seperti perempuan. Jadi saya dapat surat tugas ke
98
Sumba, naik pesawat itu pake kain, pake kain kebaya. Cuma saya Menampilkan
99
belum mengenal makeup waktu itu. Cuma saya tampil seperti perempuan kepada lingkungan
penampilan 2A2, 2A3
diri
seperti 2A3
100 cewek aja. Jadi waktu saya ngajar, pertama kali saya datang di 101 kelas saya pake jarik. Jarik saya yang corak lurik-lurik itu, 102 seingat saya. Pake baju kebaya warna putih cuma ga ada, ini nya, 103 ga pake dandan kayak gini. Saya datang dengan rambut panjang 104 dan tebal dulu, jadi ga perlu pake konde. 105 Terus saat itu, reaksi yang mami terima dari orang-orang di 106 Sumba itu gimana, mi? 107 Wah, reaksi orang sangat, sangat apa ya, sangat beranekaragam. 108 Sepertinya ada penolakan secara psikologis, terutama di kelas. Di Penolakan 109 kelas begitu pertama, orang-orang melihat dengan sangat aneh. mengajar 110 Anak-anak memperhatikan saya dengan sangat aneh, guru-guru 111 juga ga ada yang dekat. Yang dekat sama saya cuma DN, itu
dari
lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
112 salah satu guru yang kebetulan dia adalah teman saya di masa Pendapat
penerimaan
setelah 2D1, 2D2, 2F1
113 sekolah, SPG. Akhirnya dia yang memperkenalkan, sampe semakin mengenal dan dikenal 114 akhirnya ya, perlahan-lahan semua menerima.
warga setempat
115 Terus saat itu, saat awal-awal mami merasa ada penolakan 116 gitu, reaksi mami gimana? 117 Em, di hati saya marah sama anak-anak. Tapi waktu itu gimana, 118 saya bingung juga. Tapi saya pikir saya seorang guru, saya harus Marah terhadap penolakan yang 2A3 119 memberikan teladan, saya mencoba untuk meredam amarah, ada, namun meredam karena 120 karena biasanya kalo saya marah, bisa gawat, ujungnya berantem harus memberikan teladan 121 secara fisik gitu. Tapi ya itu, karena saya harus memberikan 122 contoh yang baik, ya udah. Saya pendam sendiri aja, saya ga 123 sampe marah secara fisik. Kalo saya ketus, biasanya saya 124 mengucapkan satu kata yang paling membuat orang jengkel, ya 125 terus saya diam. Guru-guru itu takut pada awalnya untuk Awalnya
ditakuti
oleh 2D2
126 berkomunikasi dengan saya. Satu-satunya teman saya itu DN itu, lingkungan namun memperoleh 127 kebetulan berasal dari satu daerah dan mengajar di sekolah yang penerimaan setelah masyarakat 128 sama. Tapi guru-guru yang asli Sumba sana sepertinya phobia, mulai mengenal 129 ya. Cuma kepala sekolahnya, ya, lumayan lah, bisa adaptasi.Tapi Aktif dalam kegiatan keagamaan 130 mereka setelah mulai mengenal saya, saya sering ke masjid, gitu, di masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
131 dan komunitas Islam di Sumba itu sedikit waktu itu. Tapi ya 132 akhirnya saya tenar mendadak, karena saya sering jadi Mu’adzin 133 di masjid. Dan yang mungkin aneh buat mereka karena saya ini 134 waria.Terus kalo pergi ngajar juga tiap hari saya tunjukin, saya Menunjukkan 135 sengaja tidak mau pake celana soalnya kan supaya mereka tau berpenampilan
dengan 2A2, 2A3 fisik
seperti
136 betul saya itu beda. Tapi setelah tau itu udah ga ada ini kok, udah perempuan 137 ga ada orang yang bully-bully kok, yang kenal ya. Terus anak- Memperoleh 138 anak juga jarang sih yang aneh-aneh. Mereka juga pada senang. 139 Lalu setelah ngajar itu gimana, mi? 140 Saya ngajar itu kan dari tahun ’78 sampe ’83. Lalu ’83 saya 141 pertama kali ke Jogja saya nyantri di tempat pak B. Tapi waktu 142 itu saya masih pegawai negeri, terus saya masih ngelaju gitu. 143 Sama anaknya pak B, saya disuruh ikut kuliah, wah saya bilang 144 saya masih pegawai negeri, dibilang ga apa-apa, ngelaju aja. Saya 145 Tanya ibu saya, juga dibilang ga apa-apa masuk aja, terus saya 146 masuk. Tapi saya jadi mahasiswa yang paling sering bolos karena 147 ke Sumba, ke Sulawesi juga. 148 Oke. Terus pas mami kuliah itu reaksi orang-orang yang 149 mami terima gimana, mi?
lingkungan
penerimaan
dari 2A3, 2F1, 2D2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
150 Oh, di Jogja itu malah saya bertemu banyak sekali orang-orang 151 yang kemayu-kemayu. Saat itu juga saya menemukan banyak 152 kontroversi ya. Sudah jarang masuk ke kelas, sekalinya masuk 153 berbeda. Tapi dosen-dosen tuh sangat baik sekali. Itu juga Memperoleh
penerimaan
dari 2F1
154 mendukung saya. Saya juga kenal satu laki-laki namanya G. dosen 155 sepertinya suka sama saya, dan kami jadian sampe tinggal Menjalin relasi dengan laki-laki
2F1, 2F3
156 bersama, udah kayak suami istri gitu. Sampe saya diajak ke 157 rumahnya, dan dikenalkan sebagai istrinya malah. Saya malah 158 tidak berpikir begitu, tapi mungkin karena tampilan saya sudah 159 perempuan gitu ya. Dan ternyata bapaknya si G ini juga punya Senang mempunyai kenalan baru 2F1 160 pacar seorang waria gitu, asalnya Ponorogo. Akhirnya kenalan yang juga hidup sebagai waria 161 juga, saya kan juga senang dapat kenalan baru. Di sana juga biasa 162 aja, karena di Ponorogo itu ada, apa, ya orang-orang seperti saya. 163 Lalu saat mami jadi PNS itu berapa lama, mi? 164 Saya jadi PNS itu sampe tahun ’87. 165 Itu lalu berhenti, mi? Apa yang buat mami berhenti, mi? 166 Iya. Ceritanya karena tahun ’87 itu karena ada pesta demokrasi. 167 Waktu itu di Bone saya jadi caleg di Partai Demokrasi Indonesia 168 jadi caleg nomor 1 dan saya terpilih di sana. Lalu saya bilang oke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
169 ga apa-apa, tapi syaratnya harus berhenti sebagai pegawai negeri. 170 Ya udah saya pikir kalo gaji DPR kan lumayan, sampe hampir 171 tiga sampe empat juta lah, zaman segitu. Lebih dari cukup buat 172 saya. Eh ternyata hanya berjalan 6 bulan karena saya diperas 173 benar-benar suruh setor ke rekening parpol begitu, sementara 174 saya mati-matian tempur kerja banting tulang. Pokoknya waktu 175 itu saya minta berhenti, 4 bulan lah jalan normalnya. Lalu saya 176 ketemu dengan seorang dokter dari Jerman. Dokter itu namanya 177 AK, ternyata dia punya foundation, punya apa ee, NGO, nah saya 178 disuruh ikut dia. Ikut dia waktu itu ke Bogor. Saya bilang saya ni 179 masih, apa, paling waktu tidak lama lagi. Lalu saya terus, minta 180 pergantian antar waktu, dilalahnya saya disetujui. Udah berhenti, 181 saya bilang sama mama saya, udah saya ga mau di sini, mau 182 tinggal di Jawa aja. Terus mama saya bilang, ya kamu yang 183 menjalani. Semua adik-adik, ee, kakak saya ga ada yang setuju. 184 Marah semuanya waktu itu, kecuali adik saya yang perempuan. 185 Tapi akhirnya saya putus komunikasi sama mereka ya, selama 186 kurang lebih 14 tahun. Yang satu-satunya yang tau ya bapak dan 187 ibu saya. Ya, mungkin juga ada hikmahnya ya, karena mungkin Merasa ada hikmah berpisah dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
188 juga dengan tidak adanya saya di kehidupan mereka jadi apa ya, keluarga
karena
189 secara pasikologis keluarga juga apa ya, mungkin merasa mereka mempengaruhi
merasa kondisi
190 tidak terlalu terbebani. Karena sepak terjang saya akan mudah psikologis keluarga 191 sekali, di, apa,
ya
mudah sekali terpublikasi dan itu
192 mempengaruhi apa, dampak psikologis bagi keluarga juga 193 tentunya. Jadi saya berhenti jadi PNS tahun ‘87, ee, tapi ’87 194 sampe tahun ’88 itu gaji saya masih dibayar. Tapi saya bilang 195 sudah saya tidak mau lagi. Lalu saya ke BAKN, tapi permohonan 196 saya ditolak. Lalu saya ke BAKN 2, nah di BAKN 2 itu, kepala 197 BAKN nya saya kenal Pak B, dikenalkan sama pak AK. Karena 198 ternyata istrinya pak B itu project director di AK Foundation. 199 Nah saat itu saya malah diminta menggantikan posisi istrinya. 200 Jadilah saya waktu itu project officer, pertama kalinya saya ke 201 NGO. Padahal saya sama sekali belum paham. Saya bilang, saya Menjalani
tawaran
202 ga punya pengalaman di bidang NGO tapi beliau bilang yang yang diterima 203 penting punya integritas, ya udah saya jalani aja. Banyak asisten 204 saya saya yang punya banyak keahlian di bidang IT, keuangan, 205 manajemen dan lain sebagainya. Kerjanya relatif enak, karena 206 cuma memberikan beasiswa ke anak-anak yang putus sekolah.
pekerjaan 2B1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
207 Cuma perjalanannya ee, banyak sekali karena saya harus pergi ke 208 Aceh sampe ke Irian. 209 Tadi kan mami bilang bahwa mami merasa tidak punya 210 kemampuan di bidang itu, lalu apa Yang membuat mami 211 akhirnya menerima tawaran-tawaran pekerjaan itu, mi? 212 Saya menerima kesempatan itu untuk membuktikan bahwa saya Ingin
membuktikan
bahwa 2B2
213 juga punya kemampuan yang sama dengan laki-laki atau dirinya memiliki kemampuan, 214 perempuan. Dan saya juga jadi bisa tunjukkan kepada orang tua dengan 215 saya mampu mengemban tugas sebagai pemimpin. 216 Ini kan mami cerita bahwa punya beberapa pekerjaan 217 formal, ada reaksi tertentu yang mami terima ga, saat 218 menjalani pekerjaan-pekerjaan itu tadi? 219 Ya, reaksi orang macam-macam ya, pada awalnya. Walaupun 220 negatif, tapi setelah menganali kemampuan saya, semua reaksi 221 negatif itu hilang. 222 Reaksi mami menanggapinya seperti apa, mi? 223 Reaksi saya datar saja, selama tidak menggangu secara fisik, ya 224 sudah. 225 Ok, mi. Kan banyak nih banget pengalamannya ya, mi. Lalu
menerima
pekerjaan baru
tawaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
226 itu ketika menghadapi berbagai pengalaman-pengalaman itu, 227 perasaan atau pandangan mami ke diri sendiri gimana, mi? 228 Ya, semakin apa ya. Ya, pertama karena saya putus komunikasi Merasa kehilangan karena putus 229 sama saudara-saudara itu ada sesuatu yang hilang. Tapi mulai komunikasi dengan saudara 230 tahun ’98, saya mengenal, eh bukan ’98 tapi ’94. Jadi tahun ’89 Mulai memiliki teman dalam 2F1 231 itu saya sudah mulai mengenal banyak teman-teman waria. komunitas waria 232 Karena ’89 itu pertama kali saya diundang ke komunitas waria di 234 Jakarta, di tempatnya Dorce. Dorce itu bikin acara, nah di rumah 235 Dorce itulah saya mengenal banyak waria. Terus tahun ’94, aku 236 mulai banyak kenal dekat dengan waria yang ngajak aku itu 237 nyebong (mangkal) di pangkalan. Kalo di Jakarta itu ya adanya di 238 taman lawang yang paling banyak. Di situ saya pergi, cuma 239 karena saya selalu ngelaju, kan saya tinggalnya di Bogor, saya 240 dicariin di pusdiklat OSK Indonesia. Ya mulai tahun ’89 juga 241 saya didaulat untuk masuk di OSK. Jadi waktu itu saya kenal 242 seorang Jepang, professor T, dia direktur OISK Indonesia. Eh, 243 saya malah direkomandasikan masuk aja, katanya, saya kasih 244 link. Lalu saya ketemu Pak W, sama beliau saya dikasih surat, 245 suruh sekolah di Jepang 2 tahun. Sekolah lah saya di Nishi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
246 International Training Centre, di sana ya, sambil kerja itu juga, di 247 AK Foundation. Sepulang dari sana malah saya di tunjuk sebagai 248 direktur OISK training centre di Bogor. Akhirnya ya sudah saya 249 menetap di Bogor, sampe 2003. Nah 2003 itu saya ngelaju ke 250 Jogja. Nah waktu itu saya kenal dengan banyak sekali waria. 251 Tinggallah saya di jalan, waktu itu di stasiun kereta di Kertosono. 252 Waktu itu mulai banyak relasi di 2003 itu. Banyak kenal teman- Mengenal banyak waria
2F1
253 teman waria, juga mengadopsi anak saya, A, dari anak Mengadopsi anak
2F3
254 jalananjuga di tahun 2006. 255 Itu mami masih sambil kerja formal juga, mi? 256 O, jadi saya berhenti kerja formal itu sejak 2003 itu. Saya resign Berhenti bekerja formal untuk 2A3, 2E2 257 sejak 2002, tapi Mr. T bilang tunggu dulu pejabat dari Jepang, itu bergabung 258 namanya NS, beliau yang menggantikan saya menjadi direktur waria 259 OISK Indonesia.Saya juga sudah kenal banyak teman-teman 260 waria, jadi saya minta emang untuk berhenti. Akhirnya ya, di 261 situlah saya mulai pergerakan di Komunitas. Dan saya mulai 262 memberi penguatan di Kebaya itu ya sejak 2006. Di Kebaya itu 263 jadi ceritanya sebelum Kebaya berdiri itu saya ketemu mami Vin. 264 Terus ee, tahun 2004 saya sering ketemu Mami Vin, intensitas
dengan
komunitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
265 ketemuan sudah banyak. Kita memang ada rencana mau 266 mendirikan sebuah komunitas untuk waria gitu. Dan ternyata di 267 tahun 2006 awal itu, ada pelatihan dari Dinsos juga sekalian mau 268 penguatan kapasitas waria, itu kita bulan Juli sampe Agustus. 269 Dan saya ada panggilan untuk kerja di kapal. Nah pas sudah naik 270 itu, saya malah merasa, wah jauh sekali saya dari sebuah direktur 271 lembaga lalu kerja di atas kapal. Kan saya melamar sebagai 272 musisi, tapi ternyata malah banyak bantu sebagai bartender. Duh 273 malah kerja serabutan. Saya bilang, udah saya mau turun aja di 274 Sulawesi. Waktu itu pas kita di Bau-bau, kan udah deket tempat 275 ku. Nah aku beli tiket pesawat balik lah aku ke Jogja. Nah pas 276 saya balik ke Jogja, teman-teman itu udah selesai pelatihan. Nah 277 bulan Oktober itu Mami Vin, bilang untuk ikut ada penguatan 278 kapasitas dari UN AIDS. Terus saya bilang aduh mami ga bisa, 279 karena waktu itu saya harus serah terima jabatan tahun 2004. 280 Baru secara formilnya berhenti. Nah saya ke Bogor itu, mami dan 281 teman-teman pergi ke pelatihan dari UNAIDS kan makanya 282 berdirilah LSM Kebaya itu, pas bulan Oktober itu. Saya masih 283 ngelaju ke Bogor, Jakarta ke Lempuyangan juga, itu Kebaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
284 sudah berdiri. Terus saya mulai bergabung di Kebaya itu sejak Mulai
bergabung
dengan 2E2
285 2007. Setelah kami mendirikan komunitas sendiri. Terus ee, ya, komunitas waria 286 kami mulai apa banyak di dalam pergerakan gitu. 287 Terus, mi, mami kan awalnya sudah punya kerja formal tu, 288 mi, terus yang buat mami berhenti dan memutuskan untuk 289 ngamen apa, mi? 290 Ya, karena saya masuk ke komunitas, saya masuk ke komunitas Merasa 291 harus menanggalkan semua atribut formil gitu. Karena pada saat dengan
harus
hidup
setara 3D2, 3F1, 3F3
teman-teman
di
292 masuk komunitas itu kita harus setara. Dan itu tidak mudah untuk komunitas waria 293 bisa menyatarakan diri dengan komunitas. Sama sulitnya dengan 294 melamar sebuah pekerjaan formil, di tempat yang baru untuk bisa 295 mencapai posisi tertentu. Dan masuk di komunitas itu juga begitu 296 sama halnya, saya harus tidur di mana mereka tidur, ya, harus 297 hidup seperti mereka. Dan saya benar-benar all-out di situ. Dan 298 dari situlah saya mulai mengenali kehidupan komunitas saya Menjalani hidup di komunitas 299 yang sejatinya, yang sebagian besar teman-teman saya menjalani 300 hidup seperti itu. Saya pun baru menyadari sepenuhnya bahwa Merasa perlu berjuang lagi dan 3C1, 3C2 301 memang perjuangan saya masih berat ke depannya. Sama halnya menjadi lebih baik 302 dengan perjuangan teman-teman saya di komunitas, mereka harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
303 terus berjuang dan terus baik. 304 Terus perasaan mami pas gabung sama teman-teman 305 komunitas itu gimana, mi? 306 Ee, cukup apa ya, awalnya itu, ya, menegangkan juga. Saya kan 307 baru secara totalitas mengerti kehidupan di jalan ya, di situ. Tapi 308 dari situ saya mulai tertempa benar. Ternyata, saya pikir, 309 perjuangan saya yang selama ini tu belum apa-apa. Setelah 310 berada di komunitas itu baru saya betul-betul paham, ee, saya 311 harus berjuang. Jadi kalo selama ini saya sering mendengar bapak 312 saya cerita tentara bagaimana berjuang gitu, nah itu baru saya 313 paham betul. 314 Mami bilang, setelah bergabung dengan komunitas waria, 315 merasa perlu berjuang lagi, perjuangan yang seperti apa, mi? 316 Perjuangan terberat adalah menanamkan nilai-nilai positif dalam Ingin membantu waria lain agar 3C1, 3C2 317 memperjuangkan nasib waria. Tantangan terberatnya adalah dapat 318 internal, kondisi waria itu sendiri yang belum stabil. Ada yang diterima
menerima di
diri
masyarakat
serta dan
319 misalnya penerimaan diri belum bagus, filosofi dan nilai positif berjuang terhadap ketidakadilan 320 dalam kehidupan juga belum tertanam dengan baik. Ada juga yang diterima waria 321 interaksi dengan lingkungan dan komponen masyarakat lain tuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
322 kayak belum match. Ya, saya juga sangat ingin memperjuangkan 323 penerimaan diri waria dan penerimaan keluarga dan masyarakat 324 terhadap
waria
ya.
Lalu
juga
terutama
melawan
dan
325 mengadvokasi penindasan HAM yang menimpa kaum waria. 326 Oke, mi. Lalu keputusan mami untuk akhirnya bergabung 327 dengan komunitas kebaya itu kenapa, mi? 328 Ya, Kebaya itu saya pikir salah satu yang apa, yang concern Memiliki kepedulian terhadap 3B1, 3F3 329 dengan komunitas. Dan Kebaya yang saat itu ada organisasi komunitas
waria
sehingga
330 komunitas sehingga saya pikir ini bisa untuk memanifestasikan bergabung
dengan
yayasan
331 perlahan, ya, yang saya cita-citakan dalam misi saya sebagai untuk waria 332 waria, sebagai transgender. 333 Tadi mami bilang Kebaya sebagai manifestasi cita-cita dalam 334 misa mami sebagai waria, cita-cita dan misi seperti apa yang 335 mami maksud? 336 Ya, seperti itu tadi ya, misi yang saya ingin capai adalah Memiliki
tujuan
agar
337 memperjuangkan penerimaan waria ya, baik itu di keluarga, menerima
penerimaan
338 masyarakat, lingkungan maupun oleh penguasa, ee, pemerintah.
masyarakat
keluarga,
339 Oke. Lalu sekarang ada reaksi tertentu dari lingkungan yang pemerintah 340 mami terima gitu ga, mi?
waria 3C1, 3C2 dri dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
341 Ee, tetap ada dan masih selalu ada. Saya pikir memang dimensi Masih
ada
pandangan
dan
342 stigma dan diskriminasi itu tidak mudah untuk bisa diubah gitu. diskriminasi dari masyarakat 343 Ya, stigma masyarakat itu masih selalu ada dan makanya kita 344 melakukan penguatan dari sisi internalisasi ya. Dari ini kan kita Melakukan
penguatan
dari 3A3
345 lebih ke arah penguatan. Jadi, ee, kami sering menguatkan dalam komunitas sendiri 346 pengorganisasian ini untuk em, ya itu, mengikis stigma dan 347 diskriminasi di masyarakat itu. 348 Di tengah pandangan negatif yang mami terima itu, ada tidak 349 keinginan untuk, ‘ya sudah, hidup sebagai laki-laki saja’, 350 gitu, mi? 351 Tidak ada keinginan saya untuk menjadi laki-laki atau perempuan 352 ya. Karena penerimaan saya yang sudah tertanam dalam diri Penerimaan diri sudah ada sejak 3A1 353 sejak kecil bahwa saya berbeda, jadi pilihan saya tetap sebagai kecil 354 waria saja. Karena tidak mudah juga kan untuk berpura-pura Tidak
ingin
berpura-pura 3A2, 3A3
355 menjadi laki-laki atau perempuan, padahal takdir yang kita jalani sehingga menerima takdir hidup 356 memang berbeda.Saya juga punya keyakinan bahwa saya akan sebagai waria 357 kebenaran ciptaan Allah dan keyakinan saya terhadap Tuhan, 358 bahwa Tuhan tidak mungkin akan membiarkan makhluk 359 ciptaannya sia-sia. Jadi, saya memang tetap sebagai waria, gitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
360 hidup saya. 361 Oke, mi. Lalu mami juga bilang bahwa cara mengikis 362 diskriminasi
dan
stigma
lewat
ikut
dalam
kegiatan
363 masyarakat, kenapa itu menjadi penting, mi? 364 Ini terutama untuk membuka pikiran orang lain bahwa waria juga 365 manusia yang memang punya fungsi dan peran yang sama 367 dengan lapisan masyarakat yang lain ya. Dan juga waria juga kan 368 sama halnya juga punya sisi kemanusiaan. 369 Terus itu kalo mami menerima pandangan tertentu gitu, 370 reaksi mami ke mereka gimana, mi? 371 Ee, aku sih, ee, gimana ya, karena kita kan udah kebal ya dengan Sudah kebal terhadap reaksi 3A3, 3B1 372 bully, stigma dan diskriminasi. Satu-satunya cara ya kami harus negatif dari masyarakat 373 memperbaiki. Artinya ya, kita anggap itu sebagai kritik. Kritik Memperbaiki 374 dari masyarakat yang harus kami perbaiki. Dalam rangka ya kita bergabung
diri dalam
dengan 3D1, 3D2 kegiatan
375 mengikis eksklusivitas kami sebagai komunitas supaya ikut masyarakat 376 dalam kegiatan dalam masyakarat. 377 Terus, mi, pandangan mami terhadap diri sekarang gimana, 378 mi? 379 Saya malah merasa nyaman sekali. Lebih damai di komunitas, Merasa
lebih
nyaman
di 3A1, 3F1, 3F3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
380 lebih nyaman dan apa ya, jabatan itu baru saya rasa sebagai komunitas 381 beban ya. Saya tidak bisa membayangkan kalo waktu saya Merasa punya banyak beban dan 382 menjadi direktur OSK training centre itu. Dari jam 5 pagi saya tanggung jawab dari pekerjaan 383 harus berdiri sampe semua orang-orang sudah, memastikan sebelumnya 384 peserta training itu sudah kembali ke kamar masing-masing. Dan 385 beban dan tanggung jawab itu saya pikul selama 15 tahun. Lama 386 sekali. Dan saya pikir, setelah saya tidak menjadi apa-apa, kok 387 saya tenang. Sama kalo saya menjadi guru pun begitu banyak 388 tanggung jawab yang saya rasa, waduh, lelah, sangat lelah. 389 Waktu menjadi anggota dewan apa lagi. Segala sesuatunya nyaris 390 dirampas habis untuk kepentingan orang lain gitu.Setelah saya Bangga
setelah
bergabung 3A2
391 berjuang di komunitas, walaupun saya hanya berperan sebagai dengan komunitas dan merasa 392 peer educator, pendidik sebaya, saya bangga luar biasa terhadap menemukan posisi yang nyaman 393 diri saya.Saya merasa nyaman dan inilah posisi saya yang pas dan pas 394 gitu. Ya walaupun dari sisi ekonomi, saya berjalan anti 395 kemapanan. Biasanya dari kebutuhan ekonomi yang selalu 396 tercukupi, menjadi tiba-tiba terbanting gitu. Tapi ga apa-apa, buat 397 saya ini dinamika yang membanggakan. Semuanya dalam Menganggap 398 konteks ibadah saya, saya bilang, untuk tetap survive.
yang
terjadi
sebagai ibadah untuk bertahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
399 Lalu perasaan mami terhadap diri sendiri gimana, mi, hidup 400 sekarang? 401 Saya merasa semakin ee, nyaman, semakin fine dengan diri saya, Nyaman
dan
menerima
diri 3A1, 3A2
402 penerimaan saya semakin baik. Ee, saya juga semakin bijak dengan lebih baik 403 dalam menghadapi tantangan dari luar, intervensi dari luar. Jadi Semakin 404 saya semakin nyaman, komunikasi saya dengan pencipta juga reaksi
bijak dan
menghadapi 3A3
pandangan
dari
405 sangat menyenangkan, begitu. Mandamaikan. Komunikasi saya lingkungan 406 dengan ee, apa, teman-teman saya juga menyenangkan.
Komunikasi yang baik dengan
407 Tadi mami bilang, sekarang lebih Bijak dalam menanggapi Tuhan dan sesama 408 lingkungan, bijaknya seperti apa, mi? 409 Bijak dalam artian, ya, saya lebih bisa ‘nrimo dan melihat segala Lebih bisa menerima diri dan 3A2, 3A3, 3D2 410 sesuatu dari hal yang lebih positif baik dalam menyikapi kondisi pandangan 411 internal waria, mapun menyikapi ee, kondisi masyarakat yang masyarakat 412 memang sensitif terhadap waria. Kalo dulu kan saya masih sering 413 memberontak dengan keadaan yang tidak bisa menerima saya 415 sampe bisa juga melawan secara fisik. Tapi kan sudah tidak lagi. 416 Oke, mi. Lalu menurut mami proses mencapai kenyamanan 417 diri itu tadi gimana, mi? 418 Ya, proses mencapai kenyamanan diri itu tidak mudah. Tapi
negatif
dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
419 berdamai dengan diri sendiri, menerima diri apa adanya. Kita Berdamai
dengan
diri
dan 3F1
420 menerima apa adanya. Menerima konteks hidup itu adalah pasrah menerima diri apa adanya 421 dan ibadah kepada yang maha kuasa. Komunikasi kita dengan Hidup dengan berpasrah dan 3A1, 3A2 422 Allah, menyeimbangkan komunikasi kita dengan manusia. ibadah kepada Tuhan 423 Makanya sampai saat ini, saya juga tetap menjadi santri di Komunikasi 424 pondok pesantren. Walaupun saya waria, walaupun saya beda, membuat
dengan
Tuhan
komunikasi
dengan
425 begitu, tapi tidak mengikis nilai-nilai spiritualitas saya. Saya tetap manusia menjadi lebih baik 426 sholat walaupun saya waria, saya tetap mengeluarkan dzakat, Tetap 427 tetap berpuasa. Ya kayak gitu aja.
menjalani
kewajiban 3D2
keagamaan dengan diri tetap sebagai waria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154