PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MASYARAKAT KOTA MALANG UNTUK MENJADI NASABAH BANK SAMPAH MALANG (BSM) Canggih Yoga Tanjung (
[email protected]) Dian Putri Permatasari Selly Dian Widyasari Pogram Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Penelitian ini betujuan untuk mengetahui proses dan faktor yang mempengaruhi masyarakat kota Malang untuk menjadi nasabah Bank Sampah Malang (BSM). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Malang yang telah menjadi nasabah BSM yang berjumlah 4 orang terdiri dari nasabah individu dan kelompok. Dalam penelitian ini meggunakan pendekatan fenomenologi dengan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data dan conclusion drawing/verifikasi. Dalam penelitian ini menunjukkan proses untuk menjadi nasabah BSM, individu melalui 10 tahapan yaitu observasi, mengenali masalah, memahami masalah, menetapkan tujuan, membuat alternatif pilihan, mengevaluasi alternatif pilihan, menentukan pilihan, menerapkan pilihan, memonitor, dan evaluasi monitoring. Selain itu, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan menjadi nasabah BSM, ketiga faktor tersebut yaitu faktor informasi, personality, dan coping. Kata kunci: Pengambilan keputusan dan Bank Sampah Malang (BSM).
ABSTRACT This study aims to determine process and factors that affect the people of Malang city to be a costumer of Bank Sampah Malang (BSM). The sample used in this study is the Malang community who are customers of BSM, amounting to 4 people consisting of individual customers and groups.This study receipts phenomenological approach to data collection techniques used were interviews, observation and documentation.Data analysis in this study uses data reduction, data presentation and conclusion drawing / verification. The results of this study indicate that the process to be customer BSM, individuals through 10 stages: observation, identify the problem, understand the problem, set goals, make alternative choices, evaluate alternatives, make choices, applying the options, monitoring, evaluation and monitoring.In addition, there are 3 factors that influence individual decision making as a customer BSM, these three factors namely factor information, personality, and coping. Keywords: Decision making, Bank sampah Malang (BSM).
1
2 LATAR BELAKANG Kebersihan lingkungan merupakan salah satu tolok ukur kualitas hidup masyarakat. Menurut (Wibowo, 2009) masyarakat yang telah mementingkan kebersihan lingkungan dipandang sebagai masyarakat yang kualitas hidupnya lebih tinggi dibandingkan masyarakat yang belum mementingkan kebersihan. Salah satu aspek yang dapat dijadikan indikator kebersihan lingkungan adalah sampah. Bersih atau kotornya suatu lingkungan tercipta melalui tindakan-tindakan manusia dalam mengelola dan menanggulangi sampah yang mereka hasilkan. Menurut (Wibowo, 2009) Apabila perilaku individu mengarah pada keacuhan terhadap kebersihan lingkungan maka dapat diprediksi bahwa daya dukung lingkungan alam semakin terkuras habis dan akibatnya kerugian dan kerusakan lingkungan tak dapat dihindarkan lagi. Hal tersebut yang membuat sampah dan benda-benda buangan yang banyak terdapat di lingkungan kehidupan kita perlu ditanggapi secara serius dan perlu dicari cara yang tepat untuk menanggulanginya. Menurut Dainur (Rohani, 2007), produksi sampah perorangan maupun rumah tangga setiap harinya tidak dapat dipisahkan dari setiap kegiatan kehidupan manusia itu sendiri. UU No.18 Tahun 2008 mendefinisikan sampah rumah tangga sebagai sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun). Hampir semua aktivitas yang dijalankan manusia pada akhirnya bermuara pada meninggalkan bekas atau sisa kegiatan yang berupa sampah. Mulai dari kegiatan rumah tangga seperti memasak, hingga perbaikan rumah, penggunaan produk-produk seperti produk mandi, makan dan lain sebagainya. Penjelasan tersebut memberikan bukti bahwa manusia adalah penghasil sampah yang utama. Menurut data yang dikeluarkan oleh Malang Post (11 juni 2013) kemungkinan meningkatnya sampah di Kota Malang sangat besar lantaran pertumbuhan penduduk yang juga meningkat. Berdasarkan data jumlah penduduk, pada tahun 2013 sudah mencapai 902.501 jiwa. Diprediksi, jumlah penduduk pada tahun 2020 mendatang menjadi 954.270 jiwa. Berdasarkan data DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan), jumlah penduduk sebanyak 902.501 jiwa dengan asumsi masing-masing warga menghasilkan 0,5 kg sampah, maka jumlah sampah per hari mencapai 451,25 ton per hari. Jumlah tersebut belum termasuk warga yang bukan sebagai penduduk Kota Malang namun bekerja di Kota Malang. Jumlahnya sekitar 200.000 jiwa. Jika setiap warga yang bekerja di kota ini menghasilkan 0,5 kg sampah, maka jumlah sampah yang dihasilkan mencapai 100,00 ton per hari. Sumber sampah lainnya yakni di jalan, tempat komersial seperti pasar dan industri berpotensi menyumbang sampah sebanyak 44,77 ton per hari. Ditambah sampah dari sumber lain sekitar 15,00 ton per hari, maka total sampah yang dihasilkan Kota Malang setiap hari mencapai 611,02 ton. Sebelum didirikannya BSM di kota Malang, belum ada lembaga yang menangani pengelolaan sampah secara menyeluruh/komprehensif dan berkesinambungan. Hal ini disebabkan belum adanya kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang memiliki nilai tambah secara sosial, ekonomi, kesehatan dan lingkungan. Beberapa kelompok yang peduli lingkungan terutama dalam pengelolaan sampah belum memiliki suatu wadah atau lembaga yang mendampinginya, sehingga proses pengelolaan sampah tidak efektif. Tujuan dari dibentuknya bank sampah adalah untuk membangun kepedulian masyarakat agar dapat ‘berkawan’ dengan sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah. Bank sampah tidak dapat berdiri sendiri, menurut Syafuddin (2014) harus diintegrasikan dengan gerakan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sehingga manfaat langsung yang dirasakan tidak hanya ekonomi, namun pembangunan lingkungan yang bersih, hijau dan sehat. Bank sampah juga dapat dijadikan solusi untuk mencapai pemukiman yang bersih dan nyaman bagi warganya. Sehingga dengan pola ini warga selain menjadi disiplin dalam mengelola sampah juga mendapatkan tambahan pemasukan dari sampah-sampah yang mereka kumpulkan.
3 Hal ini merupakan salah satu cara untuk menjadikan sampah menjadi uang sekaligus menjaga kebersihan lingkungan dari sampah khususnya plastik sekaligus bisa dimanfaatkan kembali (reuse). Sampai saat ini jumlah sampah yang dihasilkan oleh warga kota Malang tersebut kebanyakan langsung dibuang ke TPA. Sejak berdirinya Bank Sampah Malang (BSM) pada tahun 2011 cukup membantu mengalokasikan sampah yang tadinya dibuang ke TPA menjadi ada yang disalurkan ke BSM. Menurut data yang dikeluarkan (BSM, 2013) terdapat 22.500 nasabah yang menjadi anggota BSM dengan rician 303 unit BSM masyarakat, 174 unit BSM sekolah, 24 instansi, 542 individu, dan 14 unit lapak atau pengepul sampah. Dari banyaknya jumlah nasabah tersebut rata-rata perhari BSM mampu menampung sampah sebanyak 3 ton. Jumlah sampah yang dikumpulkan oleh BSM masih sangat minim apabila dibandingkan dengan jumlah total sampah yang dihasilkan oleh warga kota Malang. Dari data Malang Post (11 juni 2013) jumlah total warga kota Malang tahun 2013 sebanyak 902.501 penduduk, apabila dibandingkan dari data (BSM, 2013) hanya 22.500 penduduk yang ikut atau menjadi nasabah BSM, hal tersebut memunculkan pertanyaan mengapa masyarakat kota Malang masih sedikit yang ingin menjadi nasabah BSM. Terlepas dari BSM yang memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat yang bersedia menjadi nasabahnya, ternyata masih sangat sedikit masyarakat yang tertarik menjadi nasabah BSM. Hal tersebut tidak terlepas dari sistem BSM yang kurang praktis apabila dibandingkan dengan menjualnya ke pengepul sampah atau membuangnya langsung ke TPA. Untuk mengetahui hal tersebut, peneliti memandang perlu untuk memahami bagaimana pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap individu dalam rangka menjadi nasabah BSM. Menurut Dermawan (2004) pengambilan keputusan merupakan ilmu dan seni yang harus dicari, dipelajari, dimiliki, dikembangkan secara mendalam oleh setiap orang. Dikatakan seni karena kegiatannya selalu dihadapkan pada sejumlah peristiwa yang memiliki karakteristik keunikan tersendiri. Dalam praktiknya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Menurut Arroba (1998) pengambilan keputusan individu dapat dipengaruhi oleh 5 faktor yaitu faktor informasi yang diketahui perihal permasalahan yang dihadapi, tingkat pendidikan, personality, coping dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait dengan permasalahan (proses adaptasi), dan culture. Dalam proses pengambilan keputusan terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui oleh individu. Menurut Cooke & Slack (Moordiningsih, 2005) terdapat 9 tahapan yang harus dilalui individu dalam proses pengambilan keputusan, diantaranya ialah observasi, mengenali masalah, memahami masalah, menetapkan tujuan, membuat alternatif pilihan, mengevaluasi alternatif pilihan, menentukan pilihan, menerapkan pilihan, dan memonitor. Penelitian ini secara khusus membahas mengenai pengambilan keputusan masyarakat untuk menjadi nasabah BSM. Masih minimnya warga kota Malang yang tertarik untuk menjadi nasabah BSM menjadi hal yang menarik untuk diteliti, karena peneliti melihat bahwa program yang ditawarkan BSM cukup bagus dalam upayanya menanggulangi permasalahan sampah khususnya di kota Malang. Dari sebagian kecil masyarakat yang sudah menjadi nasabah BSM ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana masyarakat Malang mengambil keputusan untuk menjadi nasabah BSM. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Proses Pengambilan Keputusan Masyarakat Kota Malang Untuk Menjadi Nasabah Bank Sampah Malang (BSM).
4 LANDASAN TEORI A. Pengambilan Keputusan 1. Pengertian Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif. Pengambilan keputusan dalam pemahaman luas dapat disamakan dengan pemecahan masalah. Sedangkan pendekatan pengambilan keputusan dalam konteks yang lebih sempit dinyatakan sebagai kegiatan-kegiatan internal dalam melakukan pilihan dan beberapa alternatif pilihan. Pengambilan keputusan dalam pengertian yang lebih lengkap mencangkup pula penerapan atau konsekuensi secara nyata dari keputusan yang di ambil (Moordiningsih, 2005). Untuk dapat mengembangkan kemampuan guna membuat keputusan-keputusan yang tepat, dibutuhkan beberapa kemampuan untuk melakukannya. Pertama, dibutuhkan kemampuan nalar atau pertimbangan yang masak agar setelah meneliti semua faktor yang berhubungan dengan suatu masalah dan segenap alternatif pemecahannya, mampu menetapkan pemecahan terbaik yang dapat dilaksanakan dengan lancar dan juga dituntut untuk memeiliki wawasan yang jauh ke depan agar dapat mengantisipasi dan merencanakan aksi dan reaksi yang akan muncul akibat reaksi tersebut. Kedua, harus mempunyai watak kuat yang diperlukan untuk membuat keputusan terbaik pada waktu yang tepat, dan mengumumkannya juga pada waktu dan tempat yang tepat sehingga akan diperoleh hasil-hasil sesuai yang diharapkan (Sumaryanto, 2011). Hal ini membuktikan bahwa dalam proses pengambilan keputusan melalui beberapa tahapan sehingga dapat menemukan alternatif-alternatif terbaik guna tercapainya suatu tujuan yang dihendaki. 2.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Dalam praktiknya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Arroba (1998) menyebutkan 5 faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan, yaitu: a. Informasi yang diketahui perihal permasalahan yang dihadapi. b. Tingkat pendidikan. c. Personality. d. Coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait dengan permasalahan (proses adaptasi). e. Culture. 3.
Tahap-tahap Pengambilan Keputusan Cooke & Slack (Moordiningsih, 2005) menjelaskan 9 tahapan yang dilalui individu dalam mengambil keputusan, yaitu: a. Observasi, individu memperhatikan bahwa terdapat sesuatu yang salah satu kurang tepat, sesuatu yang merupakan kesempatan untuk memutuskan yang sedang terjadi pada lingkungannya. Suatu kesadaran bahwa keputusan sedang diperlukan. Kesadaran ini diikuti oleh satu periode perenungan seperti proses inkubasi. b. Menegenali masalah, setelah melewati masa perenungan dari banyaknya bukti-bukti atau tanda-tanda yang tertangkap, maka individu semakin menyadari bahwa kebutuhan untuk memutuskan sesuatu menjadi semakin nyata. c. Memahami masalah, merupakan suatu kebutuhan bagi individu untuk memahami secara benar permasalahan yang terjadi. d. Menetapkan tujuan, pada fase ini merupakan masa mempertimbangkan harapan yang akan dicapai dalam mengambil keputusan. Tujuan pada umumnya berkaitan dengan kesenjangan antara sesuatu yang telah diobservasi dengan sesuatu yang diharapkan berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.
5 e.
f. g.
h.
i.
Membuat alternatif pilihan, ketika batas-batas keputusan telah didefinisikan dengan lebih sempit maka pilihan-pilihan dengan sendirinya lebih mudah tersedia. Akan tetapi, jika keputusan yang diambil masih didefinisikan secara luas maka proses menetapkan pilihan merupakan proses kreatif. Mengevaluasi alternatif pilihan, fase ini melibatkan penentuan yang lebih luas mengenai ketepatan masing-masing pilihan terhadap tujuan pengambilan keputusan. Menentukan pilihan, pada fase ini salah satu dari beberapa pilihan keputusan yang tersedia telah dipilih, dengan pertimbangan apabila diterapkan akan menjanjikan suatu kepuasan. Menerapkan pilihan, pada fase ini melibatkan perubahan-perubahan yang terjadi karena pilihan yang telah dipilih, dsengan pertimbangan apabila diterapkan akan menjanjikan suatu kepuasan. Memonitor, setelah diterapkan maka keputusan tersebut sebaiknya dimonitor untuk melihat efektifitas dalam memecahkan masalah atau mengurangi permasalahan yang sesungguhnya.
B. Bank Sampah Malang (BSM) 1. Pengertian Bank Sampah Malang Menurut Bank Sampah Indonesia (2012) Bank Sampah Malang (BSM) merupakan lembaga yang didirikan oleh PEMKOT Malang dalam upayanya menanggulangi permasalahan sampah di Kota Malang. BSM tersebut diresmikan pada tanggal 15 November tahun 2011 lalu. BSM itu sendiri dapat terbentuk atas keprihatinan dari para kader lingkungan Kota Malang bersamasama DKP Kota malang yang langsung terjun ke masyarakat dalam mengajak dan menumbuh kembangkan kepedulian lingkungan terutama dalam pengelolahan persampahan dan penghijauan, dimana kondisi lingkungan yang ada belum ada rasa memiliki antara masyarakat setempat dengan kondisi lingkungan tersebut, sehingga terciptalah lingkungan yang kotor dan masyarakat yang angkuh terhadap lingkungan. Dengan didirikannya BSM warga Kota Malang memiliki sebuah wadah untuk menyalurkan sampah-sampah yang telah dikumpulkan, sehingga tidak bingung akan dibuang kemana sampah tersebut. Bank Sanpah Indonesia (2012) menjelaskan bahwa BSM memiliki manajemen layaknya perbankan, akan tetapi yang ditabung bukanlah uang melainkan sampah. Para warga yang menjadi anggota disebut nasabah, para nasabah tersebut memiliki buku tabungan dan dapat meminjam uang yang nantinya dikembalikan dalam bentuk sampah seharga uang yang dipinjam. Sampah yang ditabung kemudian ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang, sampah yang telah sesuai dengan kriteria seperti botol, plastik, dan jenis kertas atau kardus nantinya akan dijual di pabrik yang sudah bekerja sama, sedangkan plastik kemasan dibeli oleh ibu-ibu PKK setempat untuk di daur ulang menjadi barang kerajinan. Dari penjelasan di atas maka, dengan didirikannya BSM tidak hanya bertujuan untuk mengatasi permasalahan sampah semata, melainkan dapat membantu perekonomian warga yang berada di Kota Malang. Hal tersebut yang menjadikan nilai lebih dari adanya BSM di Kota Malang. METODE Partisipan dan Desain Penelitian Dalam pemilihan dan penentuan subjek penelitian, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Narbuko dan Achmadi (2012) teknik purposive sampling didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai hubungan erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Adapun subjek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 4 orang warga Kota Malang yang telah menjadi nasabah
6 BSM dengan pertimbangan subjek tersebut dapat mewakili tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss & Corbin, 2003). Menurut Denzin dan Lincoln (1994), penelitian kualitatifadalah metodemulti-fokus, yang melibatkaninterpretasi, pedekatan naturalistik untuk masalah subjek. Ini berartibahwapenelitiankualitatifdipelajari dalam setting alami, berusaha untuk memahami atau menafsirkan fenomena. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Menurut Iskandar (2009) fenomenologi berorientasi untuk memahami, menggali dan menafsirkan arti dari peristiwa-peristiwa, fenomena-fenomena dan hubungan dengan orangorang yang biasa dalam situasi tertentu. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif Miles dan Huberman, dimana pada teknik ini terdapat tiga macam tahapan dalam analisis, yaitu reduksi data, data display, dan verifikasi kesimpulan. Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara observasi non-partisipan, wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi. Dengan demikian dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan skunder. Data primer diperoleh dari subjek yang sudah dipilih yang merupakan nasabah BSM, sedangkan data skunder diperoleh dari keluarga dari subjek dan dokumentasi aktivitas subjek berupa foto. Pada penelitian ini prosedur penelitian bermula dari penyusunan guide line interview yang kemuidian gide line tersebut menjadi acuan melakukan wawancara kepada subjek. Pengambilan data juga dilakukan melalui observasi non partisipan dan dokumentasi. Kemudian keseluruhan data yang telah didapat dari hasil wawancara di analisa menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. HASIL Tabel Identitas Subjek No
Keterangan
1 2
Nama Alamat
3
Lama menjadi nasabah Intensitas penyetoran sampah Jenis nasabah
4
5
1 PA Perum Dieng Kota Malang >1tahun
Subjek 2 3 BK BR Jl. MT Hariono Perum Sulfat Kota Malang Kota Malang >2tahun >2tahun
4 MS Jl. JA Suprapto Kota Malang >2tahun
1 bulan
2 minggu
1 bulan
2 minggu
Nasabah individu
Nasabah kelompok
Nasabah individu
Nasabah kelompok
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa: 1. Subjek PA PA merupakan laki-laki berusia 27 tahun dan bekerja disalah satu asuransi yang ada di kota Malang. PA bertempat tinggal di daerah Perumahan Dieng kota Malang. Apabila dilihat dari tempat tinggalnya kondisinya sudah bersih, tidak ada tumpukan-tumpukan sampah dan sampah-sampah yang berserakan. Walaupun permasalahan sampah di rumah sudah teratasi
7 dengan adanya petugas kebersihan yang bertugas mengambil sampahnya setiap pagi hari, akan tetapi PA masih tertarik menjadi nasabah BSM untuk menyalurkan sampah-sampah yang masih bisa didaur ulang. PA resmi menjadi nasabah BSM pada akhir tahun 2012 dan sampai sekarang masih terbilang nasabah aktif BSM. Hal tersebut terbukti dari intensitas penyetoran sampah yang dilakukan oleh PA, PA melakukan penyetoran sampah 1bulan sekali ke BSM. 2. Subjek BK BK merupakan perempuan yang sudah berumur 55 tahun, BK bertempat tinggal di daerah Dinoyo Jl. MT Hariono kota Malang, BK sehari-hari memiliki kegiatan pengolahan obat-obat tradisional yang dijadikan semacam permen sehingga praktis untuk dikonsumsi. Letak rumahnya berada diperkampungan yang bisa dikatakan cukup padat, jarak rumah satu dengan yang lainnya saling berdekatan. Walaupun kondisi rumahnya berada di perkampungan yang cukup padat, akan tetapi kondisi lingkungannya bisa dikatakan cukup bersih. BK menjelaskan dari dulu didaerahnya sudah memiliki petugas kebersihan yang bertugas mengambil sampah. Dengan kondisi lingkungan yang bisa dikatakan bersih, BK masih merasa kurang puas karena merasa ingin memanfaatkan sampah-sampah yang masih bisa dijual. Dari situ BK tertarik untuk menjadi nasabah BSM hingga sampai sekarang masih aktif menyetor sampah ke BSM dengan intensitas penyetoran sampah ke BSM 2 minggu sekali. 3. Subjek BR BR merupakan perempuan dengan usia 56 tahun, kesehariannya BR menjadi ibu rumah tangga. BK bertempat tinggal di Perumahan Sulfat kota Malang, kondisi tata ruang di perumahannya tertata rapi termasuk kondisi lingkungannya yang terhindar dari pencemaran sampah. BR juga menjelaskan dari dulu tidak pernah memiliki permasalahan dengan sampah, karena dilingkungannya sudah ada petugas yang mengambil sampah setiap harinya. Sampai akhirnya ada pihak dari BSM yang melakukan sosialisai di daerahnya, Sejak menjadi nasabah BSM akhir tahun 2012 BR masih aktif sampai sekarang dengan intensitas penyetoran sampah 1bulan sekali. 4. Subjek MS MS merupakan perempuan berusia 25 tahun dan sudah memiliki 1 orang anak. MS bertempat tinggal didaerah Jl. JA Suprapto kota Malang, tepatnya didaerah pemukiman yang padat penduduknya. Hal tersebut dapat terlihat dari kondisi rumah-rumahnya yang kecil, berdempetan dan berada dipinggir sungai. MS mengatakan bahwa didaerahnya dulu bisa dikatakan kumuh karena kondisi tempat tinggalnya yang tidak strategis, tidak memiliki tempat pembuangan akhir, dan sampah-sampah sisa rumah tangga banyak yang dibuang kesungai.Sejak berdirinya BSM tahun 2011, ada sosialisasi dari pihak BSM tentang bagaimana mengatasi permasalahan sampah, dari sosialisai tersebut MS tertarik menjadi nasabah BSM, MS juga aktif sampai sekarang menyetor sampahnya ke BSM dengan intensitas penyetoran 2minggu sekali. DISKUSI Menurut Stoner (Suradi, 2005) keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif yang ada. Selain itu keputusan adalah pilihan yang di ambil untuk diterapkan pada situasi tertentu. Sedangkan menurut (Sternberg, 2008) tindakan pengambilan keputusan akan dilakukan untuk menyelidiki dari antara pilihan-pilihan atau untuk mengevaluasi kesempatankesempatan yang ada. Pengambilan keputusan dalam pengertian yang lebih lengkap mencangkup pula penerapan atau konsekuensi secara nyata dari keputusan yang di ambil (Moordiningsih, 2005). Pengambilan keputusan dapat ditinjau dari beberapa aspek antara lain yaitu tahapan dan fektor yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Terdapat sembilan tahapan menurut teori Cooke & Slack (Moordiningsih, 2005). Dalam pengambilan keputusan menurut Arroba (1998) terdapat 5 faktor yang dapat mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan, berikutnya
8 akan dibahas satu persatu sesuai yang diperoleh selama penelitian. Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi masyarakat kota malang dalam proses pengambilan keputusan menjadi nasabah BSM. Pertama faktor informasi tentang permasalahan yang dihadapi diperoleh dari petugas BSM yang melakukan sosialisasi ke derah subjek masing-masing, selain itu ada satu subjek yang memperoleh informasi dari media berita. Selanjutnya faktor personality, menurut Engel (1995) menjelaskan bahwa kepribadian berkaitan dengan kualitas pribadi yang bertahan lama, yang memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap dunia sekitarnya. Dari ketiga subjek PA, BK, dan BR memiliki kepribadian yang terbiasa menjaga lingkungan rumahnya supaya tetap bersih, akan tetapi tidak melakukan pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, sedangkan MS terbiasa membuang sampahnya ke sungai karena tidak tersedianya tempat pembuangan sampah. Faktor ketiga yaitu coping,menurut Arroba (1998) coping dapat berupa pengalam hidup yang terkait dengan permasalahan (proses adaptasi). Hal senada diungkapkan oleh Engel (1995) belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang yang bersumber dari adanya pengalaman. Subjek dalam penelitian ini menjelaskan bahwa dulunya memiliki cara yang berbeda dalam upaya menanggulangi permasalahan sampah yang ada, ada yang menjualnya kepengepul sampah, disumbangkan ke gereja, atau bahkan tidak jarang hanya membuangnya ketempat sampah karena ada petugas sampah yang mengambilnya. Untuk dua faktor tingkat pendidikan dan cultur tidak mempengaruhi individu dalam proses pengambilan keputusan menjadi nasabah BSM. Hal tersebut dikarenakan tingkat pendidikan keempat subjek dapat dikatakan sama karena keempatnya pernah melakukan studi di perguruan tinggi. Sama halnya dengan faktor culture, keempat subjek tinggal di kota yang sama sehingga kebudayaan dari keempat subjek tidak jauh berbeda. Oleh sebab itu, dengan tingkat pendidikan dan kebudayaan yang sama maka kedua faktor tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan keempat subjek untuk menjadi nasabah BSM. Selanjutnya memasuki tahap pengambilan keputusan, dari keempat subjek ini juga memiliki kesamaan dalam proses pengambilan keputusannya, yaitu keempat subjek tersebut telah melalui 10 tahapan, 9 tahapan seperti yang diungkapkan oleh Cooke & Slakc (Moordiningsih, 2005) dan 1 tahapan yang muncul ketika penelitian ini dilakukan yang sesuai dengan teori Engel (1995). Sepuluh tahapan tersebut diantaranya ialah observasi, mengenali masalah, memahami masalah, menetapkan tujuan, membuat alternatif pilihan, mengevaluasi alternatif pilihan, menentukan pilihan, menerapkan pilihan, memonitor, dan tambahan yang terakhir ialah evaluasi monitoring. Dalam penelitian ini, keempat subjek memiliki kesadaran dan kepedulian untuk menjaga lingkungan dari sampah. Penelitian ini dapat memberi acuan kepada pihak BSM bahwa tidak hanya warga dengan lingkungan kumuh yang membutuhkan tempat menyalurkan sampah, warga dengan lingkungan yang sudah bisa dibilang bersihpun masih merasa membutuhkan wadah untuk menyalurkan sampah. Peneliti juga berharap BSM bisa lebih meluaskan jangkauan dan menambah sosialisasinya, sehingga masyarakat kota Malang yang belum bergabung dengan BSM tertarik menjadi nasabah BSM demi terciptanya lingkungan yang bebas dari sampah khususnya di kota Malang. Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan oleh BSM untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan memperluas promosinya, misalnya dengan melihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan untuk menjadi nasabah BSM yang dipengaruhi oleh faktor internal. Jadi tidak hanya cukup dengan sosialisasi langsung, bisa juga ditambah dengan sosialisasi melalui media cetak dengan harapan lebih banyak masyarakat yang
9 mengetahui keberadaan dan fungsi dari BSM. BSM juga dapat mempelajari dari proses pengambilan keputusan individu, sehingga diharapkan petugas BSM tidak kekurangan cara dan memiliki banyak inovasi untuk menarik minat masyarakat kota Malang. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Arroba, T. (1998) Decision making by Chinese-US. Journal of Social Psychology. Bank
Sampah Indonesia. (2012). www.banksampahmalang.org.
Profil
Bank
Sampah
Indonesia.
http://
Daryanto. (2011). Sari Kuliah Manajemen Pemasaran. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. Denzim, N.K., & Lincoln, Y.S. (1994) . Handbook Qualitative Research. New Delhi : Sage publications. Dermawan. (2004). Perilaku Konsumen: Analisis Model Keputusan. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atmajaya. Emzir. (2012). Metodelogi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif (Edisi Revisi). Jakarta: Rajawali Press. Engel, J.F. Blackwell dan Paul, W. Miniard. (1995). Consumer behaviour. (Seven Edition). Orlando: The Dryden Press. Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aplikasi untuk Penelitian Pendidikan, Hukum,Ekonomi dan Manajemen , Sosial , Humaniora, Politik, Agama dan Filsafat. Jakarta: Gaung Persada. Mason, D.R. (1996). Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Jurnal Tekhnologi Informasi Dinamik. Vol. 8. No. 2 (140-146). Miles, M. B., & Huberman, M. A. (1992). Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode- Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Moordiningsih.( 2005). Proses Pengambilan Keputusan Dokter. Tesis. Poerwandari, E.K. (2005). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Rohani, L. (2007). Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Di Desa Medan Senebah Kabupaten Deliserdang Dan Di Kelurahan Asam Kumbang Kota Medan. Strauss, A., & Corbin.J . (2003). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Stenberg, R.J. (2008). Psikologi Kognitif, Edisi Ke-Empat. Yogyakarta: Pustaka belajar. Sumaryanto. ( 2011). Upaya Pengambilan Keputusan Yang Tepat LKMM. Fakultas Ilmu Keolahragaan: Universitas Negeri Yogyakarta.
10 Suradi. (2005). Manajemen Laktasi Cetakan kedua. Jakarta: Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia. Wibowo. (2009). Manajemen Kinerja, Penerbit PT. Raja Grafindo, Jakarta.