PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI KRITIS
ARTIKEL JURNAL
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Boy Adisakti NIM 10105244041
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DESEMBER 2015
Proses Pembelajaran Sanggar Anak Alam... (Boy Adisakti) 1
PROSES PEMBELAJARAN SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI KRITIS. INSTRUCTIONAL PROCESSESS OF SANGGAR ANAK ALAM A YOGYAKARTA PERSPECTIVE FROM CRITICAL PEDAGOGY Oleh: Boy Adisakti, Universitas Negeri Yogyakarta,
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran Sanggar Anak Alam Yogyakarta yang berusaha mewujudkan kemanusiaan dilihat dari perspektif pedagogi kritis. Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik analisis data menggunakan model Miles and Huberman, yaitu aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas sehingga data jenuh. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data-data diperoleh lalu dilakukan triangulasi untuk memperoleh kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Sanggar Anak Alam tergolong sebagai sekolah alam yang menyelenggarakan pendidikan alternatif. Proses pembelajaran di Sanggar Anak Alam identik dengan proses pembelajaran Pedagogi kritis. Hal tersebut tampak dari yang pertama yaitu Sanggar Anak Alam melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip proses pembelajaran pedagogi kritis. Kedua, konsep pedagogi kritis seperti pembelajaran berbasis realitas dengan mengajak pebelajar untuk berperan aktif juga peneliti temukan dalam pembelajaran di Sanggar Anak Alam. Selain itu pembelajaran di Sanggar Anak Alam menekankan penggunaan dialog dan menghargai perbedaan individu. Namun Sanggar Anak Alam masih terbelenggu ideologi dominan karena masih mengacu pada kurikulum nasional dan mengupayakan ijasah formal. Kata kunci: pedagogi kritis, proses pembelajaran Sanggar Anak Alam Abstract This study is aimed to describe learning process in "Sanggar Anak Alam Yogyakarta" which trying to realize humanity viewed from critical pedagogy learning. The type of study is a case study with qualitative method. Data were analyzed using a model of Miles and Huberman, is the activity in qualitative data analysis performed interactively and continues through to the end. Methods of data collection using the method of observation, interviews, and documentation. after the data was collected and then triangulation to obtained conclusions. The results showed that the Sanggar Anak Alam classified as a nature school which organizes alternative education. The learning process in Sanggar Anak Alam identical to the learning process of critical pedagogy. That is because, firstly, the learning process of Sanggar Anak Alam in accordance with the principles of the learning process of critical pedagogy. Secondly, the concept of critical pedagogy also found in Sanggar Anak Alam. That is like, do the reality-based learning by encouraging learners to take an active role in learning, use of dialogue and respect individual differences. However Sanggar Anak Alam is still dependent on the dominant ideology because it uses a national curriculum and seek formal diploma. Keywords: critical pedagogy, SanggarAnak Alam learning processes
2 Proses Pembelajaran Sanggar Anak Alam... (Boy Adisakti) Praktek penindasan yang sering terjadi
PENDAHULUAN Manusia yang utuh menurut Paulo Freire (1984:4) adalah manusia sebagai subjek yang mampu
berintegrasi
integrasi
muncul
dengan
dari
lingkungan,
kemampuan
untuk
menyesuaikan diri dengan realitas, ditambah kemampuan kritis untuk mengubah realitas. Realitas
yang
sedemikian
rumit
menjadi
tantangan manusia dalam menentukan arah gerak laju dunia. Hal tersebut dapat dilakukan jika manusia mampu memandang secara kritis realitas dunia. Pendidikan menjadi perangkat bagi manusia untuk menumbuhkan kesadaran kritis. Menurut Tilaar (2011:13) sebagai suatu hak
asasi
pendidikan
manusia
berarti
tidak
dapat
bahwa
tanpa
mewujudkan
kemanusian dalam diri, sedangkan pendidikan sebagai suatu proses berarti bahwa menjadi manusia tidak terjadi dengan serta merta, tetapi merupakan suatu proses kemanusiaan dalam kebersamaan dengan sesama manusia. Tidak hanya untuk mewujudkan kesadaran kritis, pendidikan
bertujuan
untuk
mewujudkan
kemanusiaan dalam diri manusia itu sendiri. Di dalam pendidikan terkandung suatu proses kemanusiaan yang terjadi dalam interaksi antar sesama manusia. Idealita pendidikan yang bertujuan untuk mewujudkan
kemanusiaan
saat
ini
justru
menjadi arus balik. Interaksi antar manusia dalam pendidikan yang sejatinya bertujuan untuk
mewujudkan
kemanusiaan
digunakan untuk praktik penindasan.
saat
ini
dalam pendidikan adalah hubungan antara guru dan pebelajar. Pada kegiatan pembelajaran yang terjadi saat ini, pebelajar dikondisikan untuk patuh terhadap materi-materi yang diberikan guru. Para guru memperlakukan pebelajar seolah-olah objek yang siap diberikan materi. Yang dilakukan pebelajar
adalah mende-
ngarkan apa yang disampaikan oleh guru, lalu dicatat dan dihafalkan sebagai bahan belajar. Pada tahap evaluasi pun yang akan diujikan adalah seputar yang disampaikan oleh guru, sehingga tampak sekali bahwa guru adalah sumber ilmu dan pebelajar tidak akan mampu mengembangkan kreativitas, keterampilan , dan ilmu pengetahuan secara optimal karena pebelajar hanya akan mendapatkan apa yang disampaikan oleh guru. Pola hubungan yang dibangun antara guru dan pebelajar adalah pola satu arah. Sejatinya seorang guru seperti yang dikutip dalam H.A.R Tilaar (2002:88) adalah menjadi fasilitator untuk membantu pebelajar mentransformasikan potensi yang dimiliki pebelajar menjadi kemampuan serta keterampilan yang berkembang dan bermanfaat bagi kemanusian. Namun yang terjadi dengan pola hubungan satu arah adalah kemandegan sebagai manusia, baik bagi guru maupun pebelajar. Paulo Freire sebagai tokoh pendidikan kritis mengkritik penyelenggaraan pendidikan semacam itu, pendidikan yang tidak kritis, menjauhkan manusia dari realitas, dan bahkan menerapkan situasi-situasi yang menindas ke dalam proses pendidikan. Di dalam konsep
Proses Pembelajaran Sanggar Anak Alam... (Boy Adisakti) 3 pendidikan kritis Paulo Freire, individu ditempa
Indonesia. Saat ini di Indonesia telah muncul
dengan situasi yang menuntut kesadaran kritis,
berbagai kritik terhadap praktik-praktik pendi-
seperti konsep pendidikan “hadap-masalah”
dikan yang menindas. Salah satu yang meng-
yang digagas oleh Paulo Freire. Pemahaman
kritik pendidikan di Indonesia adalah Ibu Sri
ditemukan dan dibangun sendiri oleh para
Wahyaningsih yang merupakan aktivis pen-
pelaku atau dalam hal ini adalah pebelajar.
didikan. Dari kritik tersebut Ibu Sri Wahya-
Gagasan Paulo Freire yang tidak kalah penting yaitu menolak secara tegas pendidikan “gaya
bank”.
Pendidikan
“gaya
bank”
ningsih mendirikan Sanggar Anak Alam. SALAM
menyelenggarakan
kegiatan
pendidikan di Ngestiharjo Kasihan Bantul
merupakan pengejawantahan praktek penin-
Yogyakarta.
dasan ke dalam pendidikan karena relasi antara
jogja.solopos.com menyampaikan bahwa mula-
guru dan pebelajar
yang menyalahi konsep
mula Sri Wahyaningsih tinggal di daerah di
humanisasi. Menurut Paulo Freire, Pendidikan
suatu desa di Lawen Pandanarum Banjarnegara
gaya bank menempatkan seolah-olah pebelajar
Jawa Tengah. Saat tinggal di daerah tersebut,
adalah suatu objek yang siap diberi materi-
Sri Wahyaningsih menemukan suatu realitas
materi oleh para guru. Pebelajar mendapatkan
yang memilukan, yaitu kemiskinan di kalangan
peran yang pasif dan tidak diberi kesempatan
masyarakat sekitar. Padahal daerah tersebut
untuk menerima peran lebih aktif. Guru
memiliki sumber daya alam yang berupa ladang
menerapkan konsep bercerita kepada pebelajar,
dan sawah dapat dijadikan sumber pendapatan.
sehingga akan mengarahkan pebelajar
untuk
Serta angka putus sekolah yang tergolong tinggi
menghafal secara mekanis apa isi pelajaran yang
di daerah tersebut semakin melengkapi kepriha-
diceritakan. Pendidikan yang kritis atau yang
tinan Sri Wahyaningsih terhadap dunia Pendi-
membebaskan menurut Paulo Freire adalah
dikan. Atas keprihatinan tersebut, Sri Wahya-
yang menghadirkan sikap aktif dan partisipatif.
ningsih mendirikan Sanggar Anak Alam di
Hal tersebut diwujudkan dengan terus menerus
daerah Lawen Pandanarum Banjarnegara Jawa
melakukan penggalian/pencarian ilmu penge-
Tengah. Sri Wahyaningsih lalu kembali ke
tahuan dan bersifat dialektis. Saat ini Pedagogi
Yogyakarta dan mendirikan Sanggar Anak
Kritis sebagai kritik terhadap pembelajaran
Alam di Ngestiharjo Kasihan Bantul. Diha-
konvensional mulai berkembang dengan muncul
rapkan dengan didirikan sekolah berbasis
berbagai
alam/lingkungan, pebelajar tidak hanya belajar
nama-nama
besar
seperti
Henry
Giroux, Ivan Illich, Ira Shor, Michael W.Apple. Berbagai
kritik
terhadap
praktik
pendidikan tidak hanya dilakukan oleh para ahli pedagogi kritis diatas, namun juga terjadi di
Tri
Wahyu
Utami
dalam
angka-angka maupun abjad-abjad, namun juga mampu membaca kondisi real lingkungan sekitar tempat mereka tinggal.
4 Proses Pembelajaran Sanggar Anak Alam... (Boy Adisakti) Setelah peneliti mendapatkan gambaran tentang Sanggar Anak Alam, lalu dilakukan
performance by creating, using, and managing appropiate technological and recources”.
observasi awal untuk memperkuat asumsi
Terdapat kata study atau kajian yang
peneliti tentang Sanggar Anak Alam. Pada
salah satu bentuk nya adalah penelitian guna
observasi awal tersebut, peneliti melakukan
mengembangkan keilmuan Teknologi Pendi-
wawancara terhadap pendiri Sanggar Anak
dikan. Di dalam definisi tersebut juga terdapat
Alam yaitu Sri Wahyaningsih. Dari wawancara
kata “learning” atau belajar. Belajar sebagai
tersebut diketahui bahwa tujuan utama dari
kawasan Teknologi Pendidikan melingkupi ker-
Sanggar Anak Alam adalah terciptanya benang
ja dan karya para teknolog pendidikan dan pem-
merah antara pendidikan dengan kehidupan
belajaran (Dewi Salma Prawiradilaga, 2012:56)
sehari-hari pebelajar. Diketahui pula bahwa
Berdasarkan
uraian
diatas,
peneliti
pembelajaran di Sanggar Anak Alam berangkat
tertarik untuk melakukan penelitian terhadap
dari
untuk
proses pembelajaran Sanggar Anak Alam atau
mengintegrasikan pebelajar dengan lingkungan.
“SALAM” karena memiliki proses pembe-
Sanggar Anak Alam tidak sepenuhnya berkiblat
lajaran yang anti mainstream. Peneliti meng-
dari kurikulum yang dirancang dan ditetapkan
gunakan perspektif pedagogi kritis dalam
oleh pemerintah, oleh sebab itu perencanaan
menelaah proses pembelajaran yang berlang-
pembelajaran dibuat sendiri oleh pihak Sanggar
sung di Sanggar Anak Alam. Pedagogi kritis
Anak Alam dengan menggunakan istilah skema
merupakan konsep yang mengusung pendidikan
target dasar belajar yang disusun dua kali dalam
sebagai upaya pembebasan dengan menum-
satu tahun.
buhkan kesadaran kritis untuk mewujudkan
hal-hal
nyata
dan
berupaya
Keilmuan Teknologi Pendidikan adalah
kemanusiaan. Sanggar Anak Alam sebagai pe-
salah satu keilmuan yang bertanggung jawab
nyedia proses pembelajaran juga menekankan
terhadap penyelenggaraan proses pembelajaran.
terhadap
Baik itu sekolah Formal, Non Formal, maupun
dalam diri pebelajar. Fokus dalam penelitian ini
Informal.
teknologi
adalah upaya Sanggar Anak Alam dalam me-
pendidikan juga terus-menerus dikembangkan
wujudkan kemanusiaan melalui praktik-praktik
dalam bentuk study/kajian sebagai bentuk
pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut
komitmen terhadap penyelenggaraan pendidikan
disadari oleh peneliti sebagai seorang calon
maupun pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat
Teknolog Pendidikan guna mengimplemen-
pada definisi terkini dari Teknologi Pendidikan
tasikan dan mengembangkan keilmuan Tekno-
tahun 2004 dalam Dewi Salma Prawiradigma
logi Pendidikan.
Pengembangan
ilmu
(2012:5), yaitu : “Study and ethical Practice of facilitating learning and improving
upaya
mewujudkan
kemanusiaan
Proses Pembelajaran Sanggar Anak Alam... (Boy Adisakti) 5 METODE PENELITIAN
observasi, lalu peneliti meminta waktu untuk
Jenis Penelitian
melakukan wawancara awal sebagai modal
Penelitian
deskriptif
dengan
meng-
untuk memasuki lapangan. Peneliti lalu me-
gunakan pendekatan kualitatif berorientasi pada
masuki lapangan dengan terlibat aktif sebagai
membedah dan mendeskripsikan suatu masalah.
fasilitator di tingkat Sekolah Menengah Pertama
Dalam hal ini yang disebut masalah adalah
Sanggar Anak Alam. Dalam tahap ini Moleong
proses pembelajaran di Sanggar Anak Alam
(1989:102) membagi tahap pekerjaan lapangan
Yogyakarta.
atas
tiga
bagian,
yaitu
memahami
latar
penelitian dan persiapan diri, memasuki lapaWaktu dan Tempat Penelitian Peneltian
ngan, dan berperan serta sambil mengumpulkan
dilaksanakan
pada
bulan
Februari s/d Maret 2015 di Sanggar Anak Alam Yogyakarta yang beralamtkan di Nitiprayan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
data. Pada tahap terakhir yaitu tahap Pelaporan yang dilakukan adalah hasil hasil penelitian yang berupa observasi, wawancara dan dokumentasi dirapikan dan disusun dengan memperhatikan format-format yang berlaku. Tahap
Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini
pela-poran ini akan menjadi modal selanjutnya
adalah para pebelajar dan fasilitator di Sanggar
bagi penulis untuk menganalisis data-data yang
Anak Alam Yogyakarta
ada.
Prosedur Penelitian
Data, Instrumen, dan teknik pengumpulan
Penelian menggunakan
ini tiga
dilakukan tahapan,
dengan
yaitu
Tahap
data Data
yang
dikumpulkan
dalam
tahap
penelitian ini diperoleh dengan menggunakan
pelaporan. Hal-hal yang harus dipersiapkan
metode observasi, metode wawancara, metode
pada tahap pelaksanaan (Moleong, 1989:93-
dokumentasi. Instrumen utama dalam penelitian
101) yaitu menyusun rancangan penelitian,
kualitatif
memilih
mengurus
sebagai instrumen utama memiliki pedoman
perizinan, menjajaki dan me-nilai keadaan
observasi, pedoman wawancara, dan pedoman
lapangan, memilih dan memanfaatkan informan,
dokumentasi. Peneliti sebagai human instrument
menyiapkan perlengkapan penelitian, persolan
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih
etika penelitian. Peneliti juga rutin berkonsultasi
informan sebagai sumber data, melakukan
dengan dosen agar kesalahan-kesalahan dalam
pengumpulan
penelitian bisa terminimalisir. Hal-hal yang
analisis data, menafsirkan data dan membuat ke-
harus dilaksanakan pada tahap pelaksanaan
simpulan atas temuannya (Sugiyono, 2013:306).
persiapan,
tahap
lapangan
pelaksanaan,
penelitian,
dan
adalah dimulai dengan menyerahkan surat
adalah
peneliti
data,
sendiri.
menilai
Peneliti
kualitas
data,
6 Proses Pembelajaran Sanggar Anak Alam... (Boy Adisakti) Sanggar
Teknik Analisis Data
Anak
Alam
mengadakan
Teknik analisis data yang digunakan
kegiatan perencanaan pembelajaran setiap akan
adalah model Miles dan Huberman. Dalam
memasuki semester baru dengan mengadakan
Sugiyono
bahwa
workshop yang diikuti oleh fasilitator Sanggar
data
Anak Alam. Pada kegiatan workshop dibahas
kualitatif yang dilakukan secara interaktif dan
mengenai skema target dasar belajar setiap
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
kelas. Skema target dasar belajar adalah skema
sehingga datanya sudah jenuh. Dalam model
yang dibuat untuk memandu kegiatan pembe-
tersebut juga digunakan teknik triangulasi
lajaran selama satu semester yang berisi tujuan
berdasarkan hasil dari tiga teknik pengumpulan
dan konteks yang akan dicapai pebelajar.
data,
Tujuan tersebut diadopsi dari SK-KD kurikulum
model
(2013:337)
tersebut
yaitu
dikemukakan
merupakan
observasi,
analisis
wawancara,
dan
dokumentasi.
nasional, sedangkan konteks adalah hal- hal yang berhubungan dengan kehidupan manusia
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sehari-hari. Tujuan dan konteks pada skema
Hasil Penelitian
target dasar belajar yang dibahas pada workshop
Profil Sanggar Anak Alam Yogyakarta
Sanggar Anak Alam bukan merupakan hal yang
Sanggar Anak Alam didirikan karena
tetap. Pebelajar diperbolehkan menambahkan
keprihatinan Ibu Sri Wahyaningsih terhadap
atau mengurangi sesuai dengan kesepakatan.
berbagai masalah sosial yang ada di masyarakat.
Pembahasan bersama antara fasilitator dan
Pada mulanya Sanggar Anak Alam didirikan di
pebelajar mengenai hal tersebut dilakukan pada
desa Lawen Banjarnegara dikarenakan di desa
saat masuk sekolah awal semester.
tersebut memiliki angka putus sekolah dan pernikahan dini yang tinggi.
terdapat pada skema target dasar belajar,
Pada 20 Juni 2000 Sanggar Anak Alam memulai
aktivitas
di
Yogyakarta
Dalam mencapai tujuan dan konteks yang
Sanggar Anak Alam menggunakan model
sebagai
pembelajaran yang dinamakan daur belajar.
lembaga pendidikan alternatif. Sanggar Anak
Daur belajar merupakan serangkaian proses
Alam mengkritik pendidikan formal yang ada
yang akan dilakukan oleh pebelajar. Adapun
karena dianggap menjauhkan pebelajar dari
model daur belajar terdiri dari Lakukan,
realitas. Maka dari itu Sanggar Anak Alam
Ungkapkan, Analisis, Kesimpulan, dan Tin-
mengusung praktek-praktek pendidikan yang
dakan. Model daur belajar digunakan karena
berbeda dari sekolah formal.
pembelajaran pada Sanggar Anak Alam mene-
Penyelenggaraan pembelajaran di Sanggar
kankan pada proses pebelajar mengalami hingga
Anak Alam Yogyakarta
menemukan sendiri pengetahuan. Dalam peren-
Perencanaan pembelajaran
canaan pembelajaran tersebut ditekankan pula
Proses Pembelajaran Sanggar Anak Alam... (Boy Adisakti) 7 mengenai empat perspektif kehidupan yang
yang telah dilakukan. Peneliti melihat hal
harus diterapkan dalam segala aktivitas Sanggar
tersebut merupakan upaya bagi fasilitator untuk
Anak Alam yaitu pangan, lingkungan, kese-
mereview kegiatan riset. Usaha lain yang di-
hatan, dan sosial budaya.
lakukan oleh fasilitator untuk melakukan re-
Pelaksanaan Pembelajaran
view adalah dengan juga mengajak pebelajar
Pelaksanaan pembelajaran Sanggar Anak
untuk
menuliskan
temuan-temuan
menarik
Alam selalu menggunakan serangkaian proses
mereka di papan tulis agar temuan dari masing-
pada daur belajar. Langkah pertama selalu
masing individu dapat diketahui oleh sesama
dimulai dengan riset. Riset adalah kegiatan un-
pebelajar maupun fasilitator. Misalnya saja se-
tuk mendapatkan pengalaman dari suatu peris-
perti yang telah dilakukan oleh jenjang SMP
tiwa. Pemilihan riset disesuaikan dengan tujuan
dan kelas 4 yang menemukan hal-hal menarik
dan konteks yang akan dikuasai pebelajar. Pe-
dan dituliskan di papan tulis atau kelas 1 yang
milihan riset tergantung pula dari kesepakatan
menuliskan pertumbuhan tanaman yang mereka
antara fasilitator dan pebelajar. Riset merupakan
amati dari hari ke hari di papan tulis. Dengan
fase pertama dari model daur belajar yaitu fase
dituliskannya hasil-hasil temuan pada kegiatan
melakukan. Riset bertujuan untuk mendapatkan
riset di papan tulis, maka data pribadi yang di-
data-data yang dibutuhkan dalam mencapai
miliki perseorangan akan menjadi milik ber-
tujuan dan konteks.
sama. Sehingga data-data yang dimiliki individu
Data-data yang didapatkan melalui kegiatan riset lalu diungkapkan dan diolah dalam
dapat dibandingkan atau dilengkapi dari data milik teman-teman sekelasnya.
fase selanjutnya dari daur belajar, yaitu fase
Fase daur belajar selanjutnya yaitu
ungkapkan. Dalam fase “ungkapkan”, data-data
analisis adalah kegiatan mengkaji ungkapan
tersebut dirapikan dengan melihat tujuan be-
pengalaman, baik pengalaman sendiri maupun
lajar yang ada pada skema target dasar belajar
pengalaman orang lain, kemudian mengkait-
pada masing-masing jenjang. Untuk memper-
kannya dengan pengalaman yang me-ngandung
siapkan pebelajar melakukan fase “ungkapkan”,
ajaran, nilai-nilai atau makna yang serupa.
fasilitator mengajak pebelajar untuk melihat
Peneliti melihat bahwa praktek dalam fase
kembali hasil temuan dalam kegiatan riset yang
analisis adalah dengan mendiskusikan kembali
telah
memancing
hasil riset yang telah diungkapkan meng-
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
gunakan tujuan belajar yang ada pada target
riset yang telah dilakukan, misalnya : “hal-hal
dasar belajar. Misalnya saja peneliti pernah
apa sajakah yang kalian temukan di pasar?”,
mengikuti diskusi yang dilakukan oleh jenjang
“pedagang apa saja yang kalian kunjungi?” atau
SMP mengenai tulisan ilmiah mereka tentang
dengan menanyakan kesan mereka terkait riset
pasar.
dilakukan.
Fasilitator
Berdasarkan
tulisan
para
pebelajar
8 Proses Pembelajaran Sanggar Anak Alam... (Boy Adisakti) tersebut, fasilitator memancing diskusi menjadi
dialaminya. Produk-produk yang dihasilkan pe-
lebih luas, yang semula membahas isi pasar
belajar berdasarkan dari pemahaman baru yang
menjadi membahas tentang perbedaan pasar
didapatkan melalui proses daur belajar.
modern dan pasar tradisional, hingga perkem-
Penilaian hasil pembelajaran
bangan tren masa iki yaitu online shop. Pada
Penilaian pembelajaran yang dilakukan
jenjang kelas 3 peneliti melihat mereka meng-
Sanggar Anak Alam berbeda dari sekolah-
identifikasi tentang bagaimana proses telur
sekolah formal. Beberapa cara untuk menilai
bebek bisa menjadi telur asin. Hingga mereka
hasil pembelajaran di Sanggar Anak Alam yaitu
menyimpulkan langkah-langkah membuat telur
menggunakan review selama satu semester dan
asin.
membuat produk berdasarkan proses yang telah Kesimpulan-kesimpulan dari hasil anali-
dilalui. Bentuk-bentuk tersebut dipilih sesuai
sis tersebut berada dalam fase keempat daur
dengan kesepakatan
belajar yaitu kesimpulan. Fase kesimpulan yaitu
pebelajar.
keharusan untuk mengembangkan atau meru-
PEMBAHASAN
muskan
Pembahasan mengenai Sanggar Anak Alam
prinsip-prinsip
berupa
kesimpulan
antara fasilitator dan
umum dari pengalaman tersebut. Menyatakan
Ditinjau dari kajian teori mengenai
apa yang telah dialami dan dipelajari dengan
sekolah alam, Sanggar Anak Alam memang
cara seperti ini akan membantu masyarakat
dapat diklasifikasikan sebagai sekolah alam.
untuk merumuskan, merinci dan memperjelas
Menurut Efrita Djuwita (2010) Suatu lembaga
hal-hal
fase
penyedia kegiatan pembelajaran yang dapat
kesimpulan pebelajar dibantu fasilitator menge-
dikatakan sebagai sekolah alam adalah yang
rucutkan pembahasan dalam diskusi sehingga
menyediakan pembelajaran alternatif dengan
pebelajar mampu menghasilkan ke-simpulan.
menggunakan alam sebagai sumber belajar
yang
telah
dipelajari.
Pada
Fase daur belajar yang terakhir yaitu
utamanya, dalam hal ini penggunaan alam
melakukan atau menerapkan. Tahap akhir dari
sebagai media belajar diharapkan pebelajar
daur belajar ini adalah memutuskan dan
menjadi lebih perhatian dengan lingkungan dan
melaksanakan tindakan-tindakan baru yang le-
mampu mengaplikasikan pengetahuan yang
bih baik berdasarkan hasil pemahaman atau
dipelajari. Sekolah alam memberikan suasana
pengertian baru atas realitas tersebut, sehingga
yang berbeda dalam aktivitas pembelajaran
sangat memungkinkan pula untuk menciptakan
karena mendekatkan pebelajar dengan ling-
realitas-realitas baru yang juga lebih baik.
kungan dan kehidupan nyata sehingga terjadi
Peneliti melihat bahwa pada fase melakukan,
interaksi langsung antara pebelajar dengan
pebelajar identik dengan membuat suatu produk
realitas.
berdasarkan dari proses daur belajar yang
Proses Pembelajaran Sanggar Anak Alam... (Boy Adisakti) 9 Proses pembelajaran Sanggar Anak Alam dari perspektif pedagogi kritis Perencanaan pembelajaran Peneliti
melihat dalam perencanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh Sanggar
Pelaksanaan pembelajaran Dalam
pelaksanaan
pembelajaran
perspektif pedagogi kritis terdapat 3 kegiatan pokok yang dilakukan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Anak Alam telah sesuai dengan perencanaan
Peneliti melihat pada kegiatan penda-
pembelajaran dalam perspektif pedagogi kritis.
huluan di Sanggar Anak Alam memiliki kesa-
Hal tersebut dikarenakan Sanggar Anak Alam
maan dengan kegiatan pendahuluan dalam pem-
memiliki skema target dasar belajar yang memi-
belajaran perspektif pedagogi kritis. Dalam ke-
liki fungsi yang sama dengan Rencana Pelak-
giatan pendahuluan pembelajaran perspektif kri-
sanaan Pembelajaran (RPP). Walaupun tidak
tis disebutkan bahwa guru menyiapkan pebe-
semua unsur yang ada dalam RPP terdapat da-
lajar secara psikis dan fisik untuk mengikuti
lam skema target dasar belajar Sanggar Anak
proses pembelajaran. Hal ini peneliti lihat dari
Alam, namun keduanya berfungsi untuk me-
kegiatan sehari-hari Sanggar Anak Alam sebe-
mandu kegiatan pembelajaran. Prinsip pembe-
lum memulai aktivitas, yaitu berdoa dan me-
lajaran dalam perspektif pedagogi kritis juga
lakukan pemanasan kecil bersama di lapangan.
tampak dari keterlibatan pebelajar dalam peren-
Aktivitas tersebut tidak hanya berpengaruh pada
canaan pembelajaran di Sanggar Anak Alam
pebelajar namun pada seluruh anggota Sanggar
dengan mengajak pebelajar untuk aktif dalam
Anak Alam. Salah satu poin dari kegiatan pen-
menyumbangkan ide tentang perencanaan pem-
dahuluan pada tahap pelaksanaan pembelajaran
belajaran dan pembuatan kesepakatan kelas. Pe-
pedagogi kritis juga menyebutkan bahwa guru
belajar ditempatkan sebagai pribadi aktif yang
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan se-
mampu menentukan dan bertanggung jawab
suai dengan silabus yang telah disepakati. Hal
atas pilihannnya. Hal tersebut juga tidak terlepas
tersebut peneliti temukan pada diri fasilitator
dari peran fasilitator Sanggar Anak Alam yang
yang dalam pertemuan awal selalu menyam-
mengedepankan kesepakatan bersama dengan
paikan tentang tujuan riset agar mendapatkan
pebelajar, sehingga komunikasi yang terbangun
data yang sesuai dengan konteks dan tujuan
adalah komunikasi dua arah. Sanggar Anak
yang ada pada skema target dasar belajar.
Alam yang dalam perencanaan pembelajaran
Fasilitator mempersiapkan pebelajar untuk me-
menekanan mengenai empat perspektif kehi-
ngikuti proses pembelajaran dengan mengum-
dupan menunjukkan bahwa terdapat upaya-
pulkan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan
upaya pengenalan realitas di dalam pem-
dalam kegiatan riset.
belajaran yang dilakukan.
10 Proses Pembelajaran Sanggar Anak Alam... (Boy Adisakti) Kegiatan inti pembelajaran perspektif
dengan responden karena pebelajar merasa tidak
pedagogi kritis dibagi menjadi tiga yaitu
percaya diri untuk memulai percakapan. Fasi-
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
litator juga membagi pebelajar ke dalam bebe-
Dalam
kegiatan
eksplorasi
yang
rapa kelompok dalam melakukan riset. Pebe-
dilakukan adalah dengan senantiasa melibatkan
lajar memiliki peran masing-masing dalam ke-
pebelajar mencari informasi yang luas dalam
lompok tersebut. Hal tersebut adalah bentuk
menentukan topik/tema materi yang akan dipe-
fasi-litasi dalam rangka membangun interaksi
lajari dengan prinsip “alam takambang” jadi
yang terjadi sesama pebelajar. Dalam jenjang
guru dan pebelajar belajar dari aneka sumber;
SMP
guru memfasilitasi interaksi yang akan terjadi
memfasilitasi pebelajar untuk mengunjungi
antara sesama pebelajar, pebelajar dengan ling-
perpustakaan
kungan, dan dengan sumber belajar lainnya; me-
pebelajar.
peneliti
bahkan
kota
guna
melihat
fasilitator
menggali
minat
libatkan pebelajar secara aktif dalam setiap ke-
Dalam skala yang lebih luas, Sanggar
giatan pembelajaran; guru memfasilitasi pebela-
Anak Alam sendiri juga memfasilitasi pebelajar
jar melakukan percobaan di laboratorium, stu-
untuk berinteraksi dengan realitas. Cara yang
dio, atau lapangan.
ditempuh Sanggar Anak Alam adalah dengan
Peneliti melihat bahwa dalam fase
membuat kegiatan pasaran dan wiwitan. Ber-
pertama daur belajar yaitu fase melakukan me-
dasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kegi-
miliki kegiatan yang serupa dengan kegiatan
atan tersebut diadakan oleh Sanggar Anak Alam
eksplorasi pada kegiatan inti pelaksanaan pem-
untuk mendekatkan pebelajar dengan realitas
belajaran pedagogi kritis. Sebelum fase mela-
kehidupan dan melestarikan tradisi yang ada di
kukan dimulai, pebelajar sudah terlebih dahulu
masyarakat. Sanggar Anak Alam telah mem-
diajak untuk menentukan tema dan lokasi riset.
fasilitasi pebelajar untuk melakukan kegiatan
Setelah itu fasilitator dan pebelajar secara
eksplorasi yang sesuai dengan tujuan pem-
bersama-sama datang ke lokasi riset, lalu fasili-
belajaran pedagogi kritis yakni meningkatkan
tator memastikan pebelajar melakukan kegiatan
partisipasi dan keaktifan pebelajar dalam pem-
yang telah direncakan di lokasi riset, yaitu mela-
belajaran sehingga terwujud manusia yang aktif
kukan wawancara dengan responden, melaku-
dan menemukan sendiri pengetahuannya.
kan dokumentasi, dan mencatat hal-hal yang
Elaborasi peneliti temukan pada fase
penting. Dalam pengamatan yang dilakukan pe-
ungkapkan dan analisis pada model daur belajar.
neliti, fasilitator selalu mendampingi pebelajar
Pada fase ungkapkan data-data pribadi yang
dalam pelaksanaan riset, pebelajar tidak dilepas
dimiliki oleh individu dituliskan di papan tulis
begitu saja untuk melakukan riset. Bahkan ter-
untuk dijadikan data bersama yang dimiliki satu
dapat fasilitator yang membuka percakapan
kelas, sehingga tercipta kolaborasi antara se-
Proses Pembelajaran Sanggar Anak Alam... (Boy Adisakti) 11 sama pebelajar. Fasilitator juga memfasilitasi
yang menyebutkan bahwa guru memfasilitasi
pebelajar
pebelajar
dengan membantu menyelesaikan masalah dan
membaca dan menulis dari tugas-tugas tertentu
guru memberi acuan pebelajar dalam penge-
yang bermakna. Misalnya pada Jenjang kelas 3
cekan hasil eksplorasi peneliti temukan pada
yang menggunakan rak-rak telur pada riset telur
jenjang kelas 4. Fasilitator yang bernama mbak
asin mereka yang digunakan sebagai media
Vian melakukan koreksi kesalahan pada puisi
untuk belajar perkalian. Pada fase model daur
yang dibuat oleh pebelajar dan dilakukan pem-
belajar yang keempat yaitu fase analisis,
benaran bersama-sama sehingga pebelajar me-
kegiatan yang dilakukan adalah diskusi. Diskusi
ngetahui letak kesalahannya. Prinsip konfirmasi
merupakan salah satu hal yang terdapat pada
yang lain yaitu guru memberikan motivasi
kegiatan
perspektif
kepada pebelajar yang kurang berpartisipasi
pedagogi kritis. Fase Sanggar Anak Alam yang
secara aktif juga peneliti temukan dalam
terakhir yaitu tindakan, dapat digolongkan pula
kegiatan pembelajaran di Sanggar Anak Alam,
ke dalam kegiatan elaborasi pembelajaran
yaitu pada jenjang kelas 1, kelas 4 dan SMP.
perspektif pedagogi kritis. Pada fase tindakan,
Fasilitator selalu mengingatkan dan membujuk
pebelajar membuat suatu produk berdasarkan
pebelajar untuk selalu berpartisipasi aktif dalam
dari proses yang dialaminya. Untuk meng-
pembelajaran.
dengan
elaborasi
membiasakan
pembelajaran
apresiasi produk hasil karya pebelajar, Sanggar
Pada kegiatan penutup yang dilakukan
Anak Alam mengadakan pameran produk dan
adalah guru bersama-sama dengan pebelajar
dihadiri oleh orang tua pebelajar. Hal tersebut
untuk membuat rangkuman atau kesimpulan,
sesuai dengan prinsip kegiatan elaborasi yaitu
melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah
memfasilitasi pebelajar untuk melakukan pame-
dilaksanakan, guru memberikan umpan balik
ran dari produk yang dihasilkan, sekaligus me-
terhadap proses yang telah dilakukan.
numbuhkan kebanggaan bagi para pebelajar
Hal tersebut peneliti temukan setiap hari
karena hasil kerja para pebelajar yang diap-
di Sanggar Anak Alam menjelang waktu pulang
resiasi.
sekolah. Fasilitator mengajak pebelajar untuk Kegiatan konfirmasi pada pembelajaran
mengungkapkan kembali hal-hal apa saja yang
perspektif pedagogi kritis peneliti temukan pada
dipelajari
fase kesimpulan model daur belajar Sanggar
pebelajar mengungkapkan tentang pelajaran
Anak Alam. Pada fase kesimpulan fasilitator
yang mereka dapatkan hari itu, sedangkan
membantu pebelajar untuk mengerucutkan hasil
fasilitator berusaha mengajukan pertanyaan-
diskusi. dengan cara sesekali fasilitator me-
pertanyaan yang dapat menjadi refleksi untuk
nyampaikan pandangan-pandangan mengenai
hari itu.
tema yang sedang dibahas. prinsip konfirmasi
pada
hari
itu.
Masing-masing
12 Proses Pembelajaran Sanggar Anak Alam... (Boy Adisakti) lawan ideologi dominan yang menindas sePenilaian hasil pembelajaran
hingga memungkinkan terjadinya transformasi
Penilaian dilakukan secara konsisten,
sosial. Pendidikan dalam perspektif Pedagogi
sistematis, dan terprogram dengan meng-
Kritis berusaha memberdayakan masyarakat
gunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis
yang tertindas oleh sistem dan struktur yang
atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran
menindas untuk melakukan transformasi sosial
sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,
ke arah sistem dan struktur yang lebih adil. De-
proyek atau produk, portofolio, serta penilaian
ngan begitu pendidikan dapat dikatakan memi-
diri. (Rusman, 2011:13). Selain itu bentuk
liki sifat liberatif/pembebasan dan emansipatoris
penilaian yang akan digunakan berdasarkan atas
bagi manusia agar terlepas dari belenggu keti-
kesepakatan antara guru dan pebelajar.
dakadilan yang membuat manusia mengalami
Peneliti melihat pada penilaian hasil pembelajaran Sanggar Anak Alam ditekankan
dehumanisasi. Pendirian
Sanggar
Anak
Alam
mengenai kesepakatan yang dibuat antara
merupakan pengejawantahan dari semangat Pe-
fasilitator dan pebelajar. Dalam pembahasan
dagogi Kritis yang menolak ideologi dominan,
telah dijelaskan mengenai beberapa bentuk
sehingga dibentuklah suatu lembaga alternatif
evaluasi yang ada di Sanggar Anak Alam, mi-
yang menawarkan praksis pendidikan yang
salnya fasilitator dan pebelajar melakukan
baru. Praksis pendidikan atau dalam hal ini
review tentang hal-hal yang telah didapatkan se-
adalah pembelajaran pada Sanggar Anak Alam,
lama satu semester. Dalam hal ini fasilitator ber-
memiliki bentuk yang berbeda dari pembe-
peran untuk mengamati dan memahami masing-
lajaran konvensional. Bentuk yang berbeda ter-
masing pebelajar karena tidak semua pebelajar
sebut antara lain diwujudkan dengan peng-
mendapatkan hal yang sama selama satu
gunaan model pembelajaran khas Sanggar Anak
semester. Bentuk-bentuk evaluasi lain yang ada
Alam yang disebut Daur Belajar.
di Sanggar Anak Alam yaitu, melalui pembu-
Konsep model daur belajar Sanggar
atan produk oleh pebelajar berdasarkan hasil
Anak Alam memiliki kesamaan dengan konsep
belajar selama satu semester dan evaluasi dalam
pembelajaran dalam perspektif Pedagogi Kritis,
bentuk soal-soal tertulis yang dibuat oleh fa-
karena pebelajar langsung belajar dari realitas.
silitator. Hasil penilaian diserahkan pada orang
Dalam proses pembelajaran Sanggar Anak
tua dalam bentuk rapor.
Alam didorong pula penggunaan dialog dua
Konsep pembelajaran Pedagogi Kritis dan
arah baik antara fasilitator-pebelajar, maupun
konsep pembelajaran Sanggar Anak Alam
pebelajar-pebelajar. Dari penggunaan dialog ter-
Pendidikan dalam perspektif Pedagogi Kritis
sebut, maka pebelajar akan dilatih untuk me-
merupakan sebuah arena perjuangan untuk me-
ngungkapkan ide dan gagasan. Melalui kedua
Proses Pembelajaran Sanggar Anak Alam... (Boy Adisakti) 13 hal tersebut, yaitu belajar dari realitas dan dialog
dua
arah,
maka
terdapat
proses
Sanggar
Anak
Alam
perlu
lebih
mempertegas posisinya terhadap pendidikan
“memanusiakan manusia” dalam pendidikan.
formal.
Akan tetapi Sanggar Anak Alam belum sepe-
indikator kompetensi pada kurikulum nasional.
nuhnya terlepas dari sistem yang saat ini men-
Peneliti memberikan saran bahwa sekiranya
dominasi. Hal tersebut tampak dari indikator
Sanggar
kompetensi kurikulum nasional yang diadopsi
indikator pencapaian sendiri yang berbeda dari
Sanggar Anak Alam sebagai tujuan dalam
kurikulum nasional. Kedua, perlu menekankan
skema target dasar belajar dan orientasi pebe-
pada orang tua pebelajar maupun pebelajar itu
lajar yang menginginkan pengakuan dalam ben-
sendiri bahwa orientasi di Sanggar Anak Alam
tuk ijasah formal dari pemerintah.
berbeda dari sekolah formal.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Prinsip-prinsip pada proses Pembelajaran di
Paulo Freire. 1984. Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan. Jakarta: PT Gramedia.
Sanggar Anak Alam identik dengan pembelajaran berbasis Pedagogi Kritis. Dalam proses pembelajaran Pedagogi Kritis terdapat tahaptahap yang harus dipenuhi, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Prinsip-prinsip lain dari pedagogi kritis peneliti temukan di
Pertama,
Anak
mengenai
Alam
dapat
penggunakan
menciptakan
Tilaar, H.A.R. 2011. Pedagogik Kritis: Perkembangan, Substansi, dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Tilaar, H.A.R. 2002. Perubahan sosial dan pendidikan: pengantar pedagogik transformasi untuk Indonesia. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Sanggar Anak Alam, yaitu peran aktif manusia dalam mencari pengetahuan yang dalam hal ini dilakukan oleh pebelajar, tidak menerapkan hubungan searah guru-pebelajar, Fasilitator menggunakan metode dialog dalam berkomunikasi, Perbedaan antar individu dihormati dengan tidak menuntut pebelajar memiliki pengetahuan yang sama. Namun Sanggar Anak Alam masih terbelenggu ideologi dominan karena masih mengacu pada kurikulum nasional dan mengupayakan ijasah formal. SARAN
Dewi Salma Prawiradilaga. 2012. Wawasan Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Lexy J. Moleong. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Efrita Djuwita (2010) Efriyani Djuwita. 2010. Kelebihan Sekolah Alam. Diakses dari http://www.slideshare.net/firdausibnu/metodepembelajaran-efektif-psekolah-alam-versi-2010. tanggal 14 Agustus 2015. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.