Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 102-110
Artikel VII
FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INDIKATOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAYAMANYA KABUPATEN POSO 1)
1)
Fitriyah G. Mursad Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Unismuh Palu
ABSTRAK Program PHBS adalah upaya untuk memberi pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pendidikan, pengetahuan, sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Rumah Tangga di Wilayah kerja Puskesmas Kayamanya Kabupaten Poso “. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan ”Cross sectional study”. Jumlah sampel yang di gunakan adalah 97 Kepala Keluarga, cara pengambilan sampel adalah Simple Random Sampling. Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan nilai p = 0,000 atau α < 0,05 dan nilai OR = 5,847 artinya ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan pelaksanaan indikator PHBS pada rumah tangga sehingga Ho ditolak. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,003 atau α < 0,05 dan nilai OR= 3,609 artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan indikator PHBS pada rumah tangga. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,002 atau α < 0,05 dan OR= 4,220 artinya terdapat hubungan antara sikap dengan pelaksanaan indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada rumah tangga. Dinas terkait, dalam hal ini dinas kesehatan Kabupaten Poso agar lebih memperhatikan pelaksanaan program - program di tingkat puskesmas terutama progran kesehatan lingkungan juga pelaksanaan indikator PHBS. Puskesmas Kayamanya sebagai strata pertama pelayanan kesehatan bagi masyarakat agar lebih mengacu pada penerapan menejemen PHBS yang lebih baik. Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi peneliti-peneliti selanjutnya khususnya dalam bidang Promosi Kesehatan dan untuk peneliti akan menjadi pengalaman penerapan ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang program pelaksanaan indikator PHBS pada rumah tangga Daftar pustaka Kata Kunci
: 32 (1997 - 2010) : Pendidikan, pengetahuan, sikap, pelaksanaan indikator PHBS
PENDAHULUAN Memasuki Millenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistic melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor dan
upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan. Secara makro paradigma sehat berarti semua sektor memberikan kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro berarti pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya (promotif) promosi dan (preventif) pencegahan tanpa mengesampingkan
102
Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 102-110
upaya (kuratif) pengobatan dan (rehabilitasi). Program PHBS adalah upaya untuk memberi pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat. Kondisi sehat dapat dicapai bila mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Rumah tangga sehat dapat terwujud bila ada keinginan, kemauan setiap anggota rumah tangga untuk menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya dari gangguan ancaman penyakit melalui PHBS. Hasil pencapaian indikator PHBS Propinsi Sulawesi Tengah, untuk tahun 2003 mencapai target sebesar 25%, tahun 2004 juga mencapai target sebesar 30%, tahun 2005 indikator PHBS juga mencapai target sebesar 35%, tahun 2006 indikator PHBS mancapai target 36% dengan target 40%, tahun 2007 mancapai target 35,6% dengan target 45%, sedangkan tahun 2008 indikator PHBS hanya mancapai 39,23% dengan target 50%. Pengembangan PHBS di Kabupaten Poso didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan No. 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Puskesmas bidang kesehatan di Kabupaten/Kota antara lain melaksanakan penyuluhan perilaku sehat yang meliputi Rumah Tangga Sehat, ASI Eksklusif, penggunaan garam beriodium dan Posyandu Purnama. Sebagai indikator PHBS di Rumah Tangga adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, balita diberi ASI Ekslusif, penimbangan balita setiap bulan, rumah bebas jentik, kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, tidak merokok, melakukan aktivitas fisik setiap hari, makan sayur dan buah setiap hari, mencuci tangan sesudah buang air besar,
Artikel VII
buang air besar di jamban dan ketersediaan air bersih. Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Poso tahun 2010, persalinan yang dibantu tenaga kesehatan mencapai 85%, Bayi yang diberikan ASI eksklusif 80%, dan keluarga yang menimbang balita 82%. Selanjutnya, keluarga yang makan sayuran tiap hari sebanyak 47%, keluarga yang menggunakan air bersih 100%, rumah yang memiliki jamban sehat 66%, KK yang bebas jentik nyamuk 58%, Jumlah rumah yang cuci tangan dengan air bersih dan sabun 49%, dan anggota yang tidak merokok di dalam rumah 27% serta yang melakukan aktifitas fisik setiap hari 57%. Berdasarkan hasil persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di wilayah kerja Puskesmas Kayamanya tahun 2010 yaitu : Kelurahan Gebangrejo sebanyak 30% (potensi sehat 1 dan 2) atau 15% (potensi sehat 3 dan 4), Kelurahan Kayamanya sebanyak 25% (potensi sehat 1 dan 2) atau 12% (potensi sehat 3 dan 4), Kelurahan Moengko Lama sebanyak 21% (potensi sehat 1 dan 2) atau 10% (potensi sehat 3 dan 4), dan Kelurahan Moengko Baru sebanyak 24% (potensi sehat 1 dan 2) atau 11% (potensi sehat 3 dan 4). METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan ”Cross sectional study” yang bertujuan untuk mengetahui dinamika hubungan variabel independent dan variabel dependent yang dikumpulkan pada waktu bersamaan. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian di laksanakan diwilayah kerja Puskesmas Kayamanya Kabupaten Poso pada bulan April sampai Mei tahun 2011. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah Kepala Keluarga atau anggota keluarga lainya yang ditemui ketika dilakukan observasi pada wilayah kerja Puskesmas 103
Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 102-110
Artikel VII
Kayamanya Kabupaten Poso yang diteliti, baik variabel bebas (independent) yaitu pendidikan, berjumlah 3.324 KK. 2. Sampel pengetahuan dan sikap juga variabel terikat (dependent) yaitu Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pelaksanaan indikator PHBS pada Random Sampling atau “simple rumah tangga random sampling “yaitu cara mengambil sampel secara acak anggota populasi, karena setiap 2. Analisis Bivariat anggota populasi mempunyai Analisis ini dilakukan dengan kesempatan yang sama untuk terpilih membuat tabel silang antara menjadi sampel. Adapun sampel masing– masing variabel serta untuk dalam penelitian ini berjumlah 97 KK. melihat hubungan antara variabel Analisis Data independent terhadap variabel 1. Analisis Univariat dependent. Uji statistik yang digunakan adanya uji ”chi square” Analisis ini dilakukan untuk dengan derajat kepercayaan 95%. mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari setiap variabel yang HASIL 1. Hubungan antara Pendidikan dengan Pelaksanaan Indikator PHBS Rumah Tangga. Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Pendidikan dengan Pelaksanaan Indikator PHBS pada Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Kayamanya Kabupaten Poso Pelaksanaan Indikator PHBS Jumlah Rumah Tangga P Tidak Pendidikan OR Dilaksanakan Value Dilaksanakan n % 95% CI n % n % Rendah 21 21,6 11 Tinggi 16 16,5 49 Total 37 38,1 60 Sumber : Data Primer, tahun 2011 Tabel 1 tersebut menunjukan bahwa 97 Responden yang pendidikannya rendah dan tidak melaksanakan indikator PHBS pada rumah tangga sebanyak 21 responden (21,6%), sementara yang melaksanakan PHBS 11 responden (11,3%). Untuk tingkat pendidikan yang tinggi dan tidak melaksanakan indikator PHBS rumah tangga sebanyak 16 responden (16,5%) dan yang malaksanakan indikator PHBS terdapat 49 responden (50,5%).Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan nilai p = 0,000 (p value < 0,05) maka Ho pada penelitian ini
11,3 50,5 61,9
32 65 97
33 67 100
0,000
5,847 (2,32514,705)
lebih kecil sehingga Ho ditolak artinya bahwa ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan pelaksanaan indikator PHBS pada rumah tangga. Uji statistik selanjutnya memberikan hasil nilai OR = 5,847 (CI = 2,325 – 14,705). Nilai ini menjelaskan bahwa pendidikan kepala keluarga atau anggota keluarga yang dikategorikan rendah akan berpeluang untuk tidak melaksanakan indikator PHBS sebesar 5,8 kali lebih besar dibanding dengan pendidikan kepala keluarga atau anggota keluarga yang dikategorikan tinggi.
104
Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 102-110
Artikel VII
2. Hubungan antara Pengetahuan dengan Pelaksanaan Indikator PHBS Rumah Tangga Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Pengetahuan dengan Pelaksanaan Indikator PHBS pada Rumah Tanggadi Wilayah Kerja Puskesmas Kayamanya Kabupaten Poso Pelaksanaan Indikator PHBS Jumlah Rumah Tangga P OR Pengetahuan Tidak Valu 95% Dilaksanakan Dilaksanakan n % e CI n % n % Rendah 21 21,6 16 16,5 37 38,1 3,609 Tinggi 16 16,5 44 45,4 60 61,9 0,003 (1,518Total 37 38,1 60 61,9 97 100 8,583) Sumber : Data Primer, tahun 2011 Tabel 2, tersebut menunjukan bahwa dari 5% sehingga Ho ditolak artinya 97 Responden yang Pengetahuannya bahwa ada hubungan antara rendah dan tidak melaksanakan indikator pengetahuan dengan pelaksanaan PHBS pada rumah tangga sebanyak 21 indikator PHBS rumah tangga. Uji statistik responden (21,6%), sementara yang selanjutnya memberikan hasil nilai OR = melaksanakan PHBS 16 responden 3,609 (CI = 1,518 – 8,583). Nilai ini (16,5%). Untuk tingkat pengetahuan yang menjelaskan bahwa pengetahuan kepala tinggi dan tidak melaksanakan PHBS keluarga atau anggota keluarga yang rumah tangga sebanyak 16 responden dikategorikan rendah akan berpeluang (16,5%) dan terdapat 44 responden untuk tidak melaksanakan PHBS sebesar (45,4%) yang melaksanakan indikator 3,6 kali lebih besar jika dibanding dengan PHBS pada rumah tangga. pengetahuan kepala keluarga atau Berdasarkan hasil uji Chi Square anggota keluarga yang pengetahuannya dengan nilai p = 0,003 (p value < 0,05) dikategorikan tinggi. maka Ho pada penelitian ini lebih kecil 3. Hubungan antara Sikap dengan Pelaksanaan indikator PHBS Rumah Tangga Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Sikap dengan Pelaksanaan Indikator PHBS pada Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Kayamanya Kabupaten Poso Pelaksanaan Indikator PHBS Rumah Tangga Sikap
Tidak Dilaksanakan n %
Dilaksanakan n
Jumlah P Value n
OR 95% CI
%
%
Tidak 18 18,6 11 11,3 29 29,9 4,220 Menerima 0,002 (1,685Menerima 19 19,6 49 50,5 68 70,1 10,571) Total 37 38,1 60 61,9 97 100 Sumber : Data Primer, tahun 2011 Dengan melihat tabel 3, diperoleh (18,6%) dan yang menerima gambaran bahwa Sikap responden yang dilaksanakannya indikator PHBS tidak menerima dengan pelaksanaan sebanyak 11 responden (11,3%). indikator PHBS pada rumah tangga yang Sedangkan sikap responden yang tidak dilaksanakan sebanyak 18 rsponden menerima dan tidak melaksanakan 105
Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 102-110
Artikel VII
indikator PHBS pada rumah tangga sejumlah 19 responden (19,6%), sementara sikap kepala keluarga atau anggota keluarga yang menerima dan melaksanakan indikator PHBS sebanyak 49 responden (50,5%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,002 (p value < 0,05), maka Ho pada penelitian ini lebih kecil dari 5% sehingga Ho pada penelitian ini ditolak artinya, bahwa terdapat hubungan yang antara sikap dengan pelaksanaan indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada rumah tangga.
Uji statistik selanjutnya memberikan hasil nilai OR= 4,220 (CI = 1,685– 10,571). Nilai ini menjelaskan bahwa sikap kepala keluarga atau anggota keluarga yang tidak menerima dengan pelaksanaan indikator PHBS yang dikategorikan tidak dilaksanakan akan berpeluang untuk tidak melaksanakan PHBS sebesar 4,2 kali lebih besar jika dibandingkan dengan sikap kepala keluarga atau anggota keluarga yang menerima dengan pelaksanaan indikator PHBS pada rumah tangga yang di kategorikan dilaksanakan.
PEMBAHASAN Hubungan antara Pendidikan dengan Pelaksanaan Indikator PHBS Pada Rumah Tangga. Menurut Notoatmodjo (2003), Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan akan terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan serta perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat sementara fungsi pendidikan dalam arti sempit adalah membantu perkembangan jasmani dan rohani peserta didik, sementara fungsi pendidikan dalam arti luas adalah pengembangan pribadi warga Negara, Kebudayaan dan Bangsa. Hasil peneitian menunjukan ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan pelaksanaan indikator PHBS pada rumah tangga. Sebagai pembanding berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Tebet Jakarta Selatan oleh Ermida Salfina bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku hidup sehat ibu karena perilaku tergantung dari reaksi seseorang terhadap tindakan untuk melakukannya, sedangkan menurut Notoatmodjo (2003) bahwa semakin tinggi tingkat pendidkan diharapkan semakin tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang karena orang yang tingkat pendidikannya tinggi lebih mudah menyerap informasi dibanding orang yang berpendidikan rendah sehingga
diharapkan dapat memberikan perubahan perilaku. Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatma di Desa Ujung Tibu Kabupaten Tojo Una-una menunjukan bahwa anggapan responden tentang pelaksanaan PHBS dengan pendidikan yang rendah akan memiliki kecenderungan terhadap pelaksanaan PHBS yang tidak dilaksanakan 4 kali lebih besar daripada pelaksanaan PHBS yang dilaksanakan artinya bahwa ada pengaruh antara pendidikan kepala keluarga atau anggota keluarga dengan pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Ujung Tibu Kecamatan Tojo Barat Kabupaten Tojo Una-una. Namun demikian, dalam penelitian ini walaupun diperoleh data adanya KK atau anggota keluarga yang meskipun pendidikannya hanya tamat SLTP akan tetapi pelaksanaan terhadap indkator PHBS tetap dijalankan sesuai dengan anjuran pemerintah sehingga target terhadap indikator PHBS dapat terlaksanakan. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak selamanya orang yang berpendidikan rendah tidak memiliki partisipasi terhadap pelaksanaan indikator PHBS. Hal ini dipengaruhi oleh seringnya KK atau anggota keluarga memperoleh informasi melalui televisi, radio maupun bacaan buku tentang pentingnya pelaksanaan indikator PHBS sehingga pemahaman KK terhadap PHBS cukup baik.
106
Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 102-110
Hubungan antara Pengetahuan dengan Pelaksanaan Indikator PHBS Pada Rumah Tangga. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan dari responden yang dijadikan sampel baik yang berpengetahuan tinggi maupun yang berpengatahuan rendah mempunyai hubungan dengan pelaksanaan indikator PHBS rumah tangga karena sebagaimana diketahui bahwa Tatanan PHBS dalam rumah tangga adalah merupakan upaya pemberdayaan dan peningkatan kemanpuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat, dengan tujuan peningkatan hidup bersih dan sehat ditatanan rumah tangga, sehingga tercipta kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan dengan memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Sebagai pembanding, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irvan Gunawan, tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada rumah tangga di Kelurahan Lakessi Kota Parepare menyatakan bahwa PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Hasil penelitian tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan Lakessi Kota Parepare menunjukkan bahwa masyarakat di Kelurahan Lakessi Kota Parepare yang tingkat perilaku hidup bersih dan sehat masih berada pada potensi sehat 2 (merah). Tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa masyarakat di Kelurahan Lakessi Kota Parepare dapat dikatakan rendah dilihat dari jumlah masyarakat yang pengetahuannya tinggi Hubungan tingkat pengetahuan dengan PHBS di kelurahan Lakessi Kota Parepare menunjukkan bahwa tingkat
Artikel VII
pengetahuan responden bukan menjadi bahan pertimbangan utama dalam berperilaku hidup bersih dan sehat klasifikasi I, karena ternyata responden yang memiliki perilaku hidup bersih dan sehat klasifikasi I yang tergolong memiliki pengetahuan tinggi, begitu pula dengan hubungan tingkat pengetahuan dengan PHBS di dondo Kabupaten Tojo Una – una seperti penelitian yang dilaksanakan oleh Anita Kussono tahun 2010. Jadi indikator yang terdapat dalam PHBS rumah tangga sebenarnya sudah di ketahui oleh masyarakat hanya saja karena perilaku masyarakat yang kadang sudah menjadi turun temurun sehingga walaupun dalam praktiknya PHBS sulit untuk diterapkan dalam kehidupan seharihari. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah untuk Dinas terkait untuk bagaimana agar merubah perilaku masyarakat secara perlahan – lahan sehingga 10 indikator yang terdapat dalam PHBS dapat dilaksanakan secarah utuh. Hubungan antara Sikap dengan Pelaksanaan Indikator PHBS Pada Rumah Tangga. Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan kata lain bahwa sikap merupakan reaksi tertutup terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan bermakna antara sikap dengan pelaksanaan indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada rumah tangga. Uji statistik selanjutnya memberikan hasil nilai OR= 4,220 (CI = 1,685–10,571). Nilai ini menjelaskan bahwa sikap kepala keluarga atau anggota keluarga yang tidak menerima akan berpeluang untuk tidak melaksanakan indikator PHBS pada rumah tangga sebesar 4,2 kali lebih besar dibanding dengan sikap kepala keluarga atau anggota keluarga yang menerima 107
Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 102-110
terhadap pelaksanaan indikator PHBS pada rumah tangga. Hal ini menunjukan bahwa sikap dari responden yang di jadikan sampel baik yang menerima maupun yang tidak menerima pelaksanaan PHBS rumah tangga terdapat hubungan yang bermakna karena indikator yang terdapat di dalam PHBS rumah tangga itu sendiri sudah dilakukan setiap hari oleh masyarakat secara tidak langsung sebelum PHBS ini dicanangkan menjadi program pemerintah, hanya saja seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa jika ingin indikator PHBS di laksanakan oleh masyarakat maka perilaku dari masyarakat itu yang harus dirubah dulu. Disamping itu 10 indikator PHBS yang terdapat dalam PHBS rumah tangga juga masih perlu untuk ditinjau kembali terutama pada penilaian terhadap pelaksanaan indikator tersebut, karena jika melihat ketentuan yang ada menyatakan bahwa PHBS di anggap terlaksana jika semua indikator yang ada didalamnya telah di laksanakan oleh masyarakat, sementara hal tersebut bukanlah hal mudah untuk dilaksanakan karena jika terdapat satu saja indikator yang tidak terpenuhi maka di anggap tidak berPHBS, tentu sudah pasti sampai kapanpun PHBS ini akan sangat berat untuk diwujudkan atau dengan kata lain pelaksanaan program pemerintah tentang perilaku hidup bersih dan sehat juga tidak akan bisa terwujud. KESIMPULAN 1. Terdapat hubungan pendidikan dengan pelaksanaan indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada rumah tangga. Artinya jika pendidikan tinggi maka pelaksanan PHBS dapat dilaksanakan dengan baik dan jika pendidikan rendah maka pelaksanaan indikator PHBS pada rumah tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Kayamanya Kabupaten Poso tidak dapat dilaksanakan. 2. Terdapat hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan perilaku hidup
Artikel VII
bersih dan sehat, yang berarti jika pengetahuan tinggi maka pelaksanan PHBS dapat dilaksanakan dengan baik, dan jika tidak mempunyai pengetahuan yang tinggi maka pelaksanaan indikator PHBS rumah tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Kayamanya Kabupaten Poso tidak dapat dilaksanakan. 3. Terdapat hubungan sikap dengan pelaksanaan indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada rumah tangga, yang berarti sikap kepala keluarga baik dan menerima maupun tidak menerima mempunyai hubungan dengan pelaksanaan indikator PHBS rumah tangga. SARAN 1. Dinas Kesehatan Kabupaten Poso agar lebih memperhatikan pelaksanaan program -progran di tingkat Puskesmas terutama progran kesehatan lingkungan. 2. Puskesmas Kayamanya sebagai strata pertama pelayanan kesehatan bagi masyarakat agar lebih memperhatikan pelaksanaan penyuluhan pada masyarakat, dengan mengacu pada penerapan menejemen PHBS yang lebih baik. 3. Bagi institusi kiranya penelitian ini dapat menjadi sumbangsih Civitas Akademika kepada Almamater (FKM) Unismuh Palu dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan di masa yang akan datang. Juga sebagai bahan Sumber informasi dan bahan untuk perkembangan ilmu dan diharapkan bermanfaat bagi peneliti-peneliti selanjutnya khususnya dalam bidang Promosi Kesehatan. 4. Bagi peneliti, penelitian ini kiranya menjadi penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Palu dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
108
Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 102-110
DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 2000, a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga, Pusat Promosi Kesehatan Pedoman Pembinaan Program, Jakarta ________, 2000, b. Profil Kesehatan Edisi Tahun 2000, Jakarta. ________, 2002, Panduan Manajemen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Menuju Kabupaten/Kota Sehat, Dirjen PPM dan PL. Promosi Kesehatan, Jakarta ________, 2004, Pengkajian Kuantitatif Rumah Tangga Sehat dengan Metode Survey Cepat Seri 1, Jakarta. ________, 2005. Survei Jentik Nyamuk, Dirjen PPM dan PL. Promosi Kesehatan, Jakarta ________, 2006. Penerapan Menejemen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta ________, 2009. Rumah Tangga sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta Dinkes Propinsi Sulteng, 2009. Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sulteng. Bidang Perencanaan, Propinsi Sulteng, Palu ________,Kabupaten Poso, 2009. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Poso, Bagian Perencanaan, Dinkes Kabupaten Poso _______, 2010, Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Poso, Bagian Perencanaan, Dinkes Kabupaten Poso Hartono. B. 2006. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Indonesia 2004. Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta: Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1114/Menkes/SK/VIII/2005 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Daerah ________:1457/Menkes/SK/X/2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal .Jakarta.
Artikel VII
Keputusan Menteri Pendidikan dan Pengajaran Revisi No, 015/Pendidikan dan Pengajaran/2004, Tingkatan Lembaga Pendidikan Indonesia, Jakarta. Lemeshow, 1997. Besar Sampel Penelitian Kesehatan, UGM Press, Yogyakarta. Masulili. M. 2007. Brosur Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan, Jakarta: McMahon, 1999. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer. Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmodjo S, 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Rineka Cipta, Jakarta: ____________, 2003a. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta. ____________, 2003b. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta. Jakarta : ___________, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi,: Rineka Cipta. Jakarta ______ ,2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Pusat Promkes dan Libangkes, 2005. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Indonesia 2004. Depkes RI, Jakarta ____________, 2007. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Puskesmas. Depkes RI, Jakarta. Sakung, J. dkk, 2009, Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Unismuh Palu. Sulteng Sanapiah Faisal dan Fuad Iksan, 1995, Pengaruh Pendidikan Sekolahan Terhadap Perkembangan Masyarakat, Jakarta Sjafii A, 2009. Pembangunan Kesehatan Masa Depan ; Masalah Dan Tantangan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 34 nomor 1, Maret 2009, Ikatan Ahli 109
Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 102-110
Kesehatan Masyarakat Indonesia, Jakarta. Slamet.S, 2004, Epidemiologi Lingkungan, Gadjah Mada Univercity Press. Yogyakarta:
110
Artikel VII
Sugiyono, 2003, Statistik untuk Penelitian, Alfabeta. Bandung