Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal 140-150
Artikel VIII
PERILAKU IBU DALAM MEMILIH PERSALINAN PADA TENAGA NON KESEHATAN DI DESA OGOBAGIS KECAMATAN SIDOAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG MOTHER’S BEHAVIOR IN SELECTING CHILDBIRTH ON NON HEALTH EMPLOYEE OF OGOBAGIS VILLAGE, SIDOAN SUB-DISTRICT OF PARIGI MOUTONG REGENCY 1
2
Mohammad Fachrin, Herman
,1,2)
Bagian Promosi Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat,Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Email:
[email protected] ABSTRACT
One of factors that causing mother’s mortality rate high of Parigi Moutong Regency in 2014 is low childbirth by health employees. The research aims to find out mother’s behavior in selecting childbirth on non-health employee of Ogobagis Village, Sidoan Sub-district of Parigi Moutong Regency. This was a qualitative research with case study design. The informant was 8 persons consisting of 2 key informants and 6 common ones. The analysis data used was conten analysis with matrix technique. The result indicates that mothers knowledge about safe and appropriate childbirth are still low, it supported by their belief on shaman which is still very high. Access toward health service is unreachable. The role of health employeesis good enough in encouraging the mothers in order to select the safe and appropriate childbirth. It is expected to society health centre to increase the effectiveness of midwives and shaman partnership, health facility development and the placement of healrth employess on remote areas. Keywords : Behavior, Childbirth, Non-Health Employees Pendahuluan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu yang menjadi tujuan dalam Millenium Development Goals for Health (MDGs) yaitu goal ke4 dan ke-5. Target MDGs 2015 berkaitan dengan KIA diantaranya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102/100.000 KH (Kelahiran Hidup) dan menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 15/1000 KH (Kelahiran Hidup) dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 90%.(1)
MDGs merumuskan 8 tujuan utama komitmen bersama di bidang kesehatan, dan salah satu diantaranya adalah komitmen dalam menurunkan angka kematian ibu. Salah satu indikator yang digunakan adalah pertolongan persalinan oleh tenaga (2) kesehatan terlatih. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2010, sekitar 287.000 ibu meninggal karena komplikasi kehamilan dan kelahiran anak, termasuk perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi, gangguan
140
Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal 140-150
Artikel VIII
dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga profesional dan dukun bayi. Berdasarkan indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak, pertolongan persalinan sebaiknya oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dan bidan) (7) tidak termasuk oleh dukun bayi. Persalinan yang ditolong oleh dukun bayi memiliki risiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Keterbatasan pengetahuan penolong persalinan tenaga non kesehatan serta ketidaktersediaan alat pertolongan persalinan dan kegawatdaruratan yang memadai meningkatkan risiko kejadian (8) pendarahan hebat dan infeksi. Kesalahan penolong dapat menyebabkan keadaan ibu dan janin berubah menjadi gawat, walaupun pada mulanya keadaan ibu dan janin baik. Kesalahan tersebut dapat berupa tidak tepatnya memimpin persalinan, melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan atau pada keadaan patologis adalah salah mengambil sikap atau tindakan serta (9) tidak mampu melakukan pertolongan. Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2013 sebesar 81,0% dengan angka kematian ibu sebanyak 122 orang. Dari beberapa kabupaten yang ada di Sulawesi Tengah pada tahun yang sama persalinan oleh tenaga kesehatan yang terendah adalah kabupaten parigi moutong dengan presentase 70,7% dengan angka (10) kematian ibu 16 orang. Dinas Kesehatan Parigi Moutong Memiliki wilayah kerja 21
hipertensi dan aborsi tidak aman. Sebagian besar kasus kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara (3) berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan AKI melahirkan berjumlah 359 per 100.000 kelahiran hidup. Hal tersebut sangat jauh dari target pemerintah dalam percepatan pencapaian target MDGs, yakni menurunkan AKI menjadi 102/100.000 (4) kelahiran hidup pada tahun 2015. Kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi. Salah satu faktor yang melatarbelakangi hal ini adalah proses persalinan yang berhubungan dengan pemilihan pertolongan persalinan, Tidak semua ibu hamil melakukan proses persalinan di sarana pelayanan kesehatan atau menggunakan pertolongan tenaga kesehatan (5) (Setyawati, 2010). Penolong persalinan merupakan salah satu indikator kesehatan terutama yang berkaitan dengan tingkat kesehatan ibu dan anak serta pelayanan kesehatan secara umum. Dilihat dari kesehatan ibu dan anak maka persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (Nakes) seperti bidan dan dokter dianggap lebih baik dari persalinan yang ditolong oleh Tenaga non Nakes seperti dukun, (6) keluarga atau lainnya. Persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi. Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat
141
Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal 140-150
Artikel VIII
peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif. Penelitian ini dilakukan Di Desa Ogobagis Kecamatan Sidoan Kabupaten Parigi Moutong. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Mei – 5 juni 2015. Informan dalam penelitian ini sebanyak 8 orang, yang terdiri dari 2 informan kunci yaitu Kepala Puskesmas Tinombo dan bidan kordinator puskesmas tinombo, 6 informan biasa yaitu ibu yang persalinannya di tolong oleh tenaga non kesehatan (dukun), persalinan dalam kurun 1 tahun terakhir, dan bersedia menjadi informan Pembahasan 1. Faktor predisposisi (Predisposing factors) 1.1Pengetahuan informan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).(14) Notoatmodjo (2012), menjelaskan bahwa Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan
puskesmas, tahun 2014 persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 68,20% dengan angka kematian ibu 14 orang. Hal ini belum mencapai target dari dinas kesehatan parigi moutong yakni 84%. Pada tahun yang sama persalinan oleh tenaga kesehatan yang masih rendah diwilayah kerja dinas kesehatan parigi moutong adalah (11) Puskesmas Tinombo. Data dari bidang KIA puskesmas tinombo pada tahun 2013 persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 53,1% dengan angka kematian ibu sebanyak 5 orang, tahun 2014 sebesar 50,2% dengan angka kematian ibu sebanyak 3 orang. Hal ini belum mencapai target dari puskesmas (12) tinombo yakni 90%. Puskesmas Tinombo memiliki 2 wilayah kerja yakni kecamatan tinombo dan kecamatan sidoan, dari wilayah kerja Puskesmas Tinombo khususnya di daerah dataran yang terendah persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu Desa Ogobagis Kecamatan Sidoan. Tercatat pada tahun 2013 dari jumlah ibu bersalin sebanyak 17 orang yang dimana Persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 5 orang, Persalinan dukun 4 orang dan lain-lain 8 orang yakni keluarga. Pada tahun 2014 jumlah ibu bersalin sebanyak 14 orang yang dimana Persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 4 orang, persalinan dukun 4 orang dan lain-lain (13) yakni keluarga 6 orang. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian kualitatif dengan rancangan Studi kasus. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Dimana
142
Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal 140-150
Artikel VIII
penolong pada saat persalinan hanya bidan dan dukun. Hasil penelitian tentang pengetahuan informan mengenai kelebihan dari seorang dukun pada saat persalinan, sebagian besar informan menyatakan bahwa kebihan dari seorang dukun pada saat persalinan yaitu dukun memijat perut agar posisi bayi lebih tepat, dukun memberikan jampi-jampi atau doa-doa agar persalinan lancar, serta dukun dapat menangani dengan cepat dalam proses persalinan, Sedangkan Salah satu informan mengatakan tidak ada kelebihan dukun pada saat persalinan hanya saja sudah merupakan kebiasaan persalinannya dilakukan oleh dukun. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Label dalam sartika (2012), bahwa kelebihan dukun pada saat persalinan yaitu: 1) Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus, 2) Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama, 3) Persalinan dilakukan di rumah, 4) Biaya murah dan tidak (16) ditentukan. Informan belum mengetahui kelebihan dari dukun pada saat persalinan hal ini dikarenakan pemahaman informan masih mengganggap dukun mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan informan mengenai kekurangan dukun pada saat persalinan
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas dalam menolong persalinan antara lain dokter, bidan serta mempunyai kompetensi dalam menolong persalinan, menangani kegawatdaruratan serta melakukan rujukan jika diperlukan. Penolong persalinan selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi yang dianjurkan termasuk diantaranya cuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung pribadi serta pendekomentasian alat bekas pakai.(15) Berdasarkan hasil penelitian, Pengetahuan para informan terhadap penolong persalinan di desa ogobagis yang mereka ketahui yaitu dukun, baik dukun beranak maupun dukun kampung, dan bidan. selain itu salah satu informan menyatakan penolong persalinan yaitu dukun, dan keluarga sendiri. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Syarief devi (2013), bahwa pertolongan persalinan sebaiknya oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dan bidan) tidak termasuk oleh dukun bayi. Informan belum mengetahui penolong persalinan yang tepat hal ini dikarenakan selama ini yang mereka lihat
143
Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal 140-150
hanya terdapat satu informan yang menyatakan bahwa kekurangan dukun pada saat persalinan yaitu dukun tidak dapat menangani apabila terjadi pendarahan. Sebagian besar informan tidak mengetahui kekurangan persalinan yang dilakukan oleh dukun. Informan belum mengetahui hal ini dikarenakan selama persalinan dilakukan oleh dukun tidak terjadi masalah sehingga informan tidak tahu kekurangan dukun pada saat persalinan. Label dalam Sartika (2012), menjelaskan bahwa Kekurangan dukun yaitu belum mengerti teknik septik dan anti septik dalam menolong persalinan, Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir, dan Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di ikutsertakan dalam program pemerintah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh amilda (2010) menunjukan bahwa salah satu faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi adalah tingkat pengetahuan. Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan p sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh (17) dukun bayi. 1.2 Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
Artikel VIII
stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Berdasarkan hasil penelitian sikap informan mengenai persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan, semua informan mempunyai sikap yang baik terhadap tenaga kesehatan terlihat dengan hasil pernyataan informan yaitu perlunya persalinan oleh tenaga kesehatan untuk keselamatan, kesehatan ibu dan bayi, serta bidan baik dalam merawat bayi Prinsipnya penolong persalinan harus memperhatikan sterilitas, metode pertolongan persalinan yang memenuhi persyaratan teknis medis dan merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi.(18) Adapun sikap yang ditunjukan oleh informan jika terjadi masalah dalam persalinan
144
Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal 140-150
yang dilakukan oleh dukun, para informan memilih rujukan ke tenaga kesehatan, puskesmas atau rumah sakit. Dimana rumah sakit atau puskesmas dapat memberikan pelayanan yang tepat apabila terjadi masalah dalam persalinan. 1.3 Kepercayaan Kepercayaan merupakan hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau (19) keyakinan akan kebenaran. Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek, seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu, dan kepercayaan sering diperoleh dari turun – temurun berdasarkan keyakinan tanpa adanya (20) pembuktian terlebih dahulu. Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat yang pada umumnya adalah seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional. Keterampilan tersebut diperoleh secara turun temurun, belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus ke arah peningkatan keterampilan serta melalui tenaga kesehatan. Dukun bayi juga merupakan seseorang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai dengan kebutuhan (21) masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian tentang kepercayaan informan terhadap persalinan oleh dukun, semua informan mengatakan bahwa percaya
Artikel VIII
karena dukun sudah terbiasa dalam menolong persalinan, kebiasaan persalinan dilakukan oleh dukun, kemudian berdasarkan pengalaman orang tua, serta semua yang ditolong oleh dukun selamat. Para ibu masih memiliki kepercayaan terhadap dukun, hal ini dikarenakan dukun merupakan seseorang yang sudah terampil dalam menolong persalinan, persalinan yang dilakukan oleh dukun berjalan dengan lancar sehingga ibu dan bayi lahir dengan selamat. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan informan kunci bahwa kepercayaan masyarakat masih tinggi terhadap persalinan oleh dukun. Kepercayaan terhadap persalinan oleh dukun tidak terlepas dari suatu kebiasaankebiasaan turun-temurun dari orang tua, nenek kakek sebelumnya, yang mana pada masa itu kebanyakan persalinan dilakukan oleh dukun. Di desa ogobagis para ibu meniru kebiasaan orang tua dulu, mereka menganggap dukun bisa dan mampu menolong persalinan. Kebiasaan-kebiasaan inilah yang sulit di hilangkan dari masyarakat, mereka sudah merasa nyaman dan terbiasa melahirkan ditolong oleh dukun. Syafrudin (2009), menjelaskan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap keterampilan dukun bayi berkaitan dengan sistem budaya masyarakat dan diperlakukan sebagai tokoh masyarakat sehingga dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat setempat yang memiliki potensi dalam memberikan pelayanan kesehatan, dalam lingkungannya
145
Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal 140-150
dukun bayi juga merupakan tenaga terpercaya dalam segala hal yang bersangkutan dengan reproduksi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuraeni (2011), bahwa perilaku ibu secara umum masih meyakini dan mempercayai paraji (dukun) sebagai penolong persalinan yang dianggap aman. Hal ini dikarenakan paraji (dukun) dianggap seorang yang mampu dan mempunyai kekuatan spiritual yang bisa diandalkan dalam melakukan pertolongan persalinan sehingga pada saat bersalin ibu merasa (22) lebih aman dan nyaman. 2. Faktor Pemungkin (Enabling factors) 2.1 Akses terhadap Pelayanan Kesehatan Salah satu bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat. Reformasi dibidang kesehatan dilaksanakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan menjadikannya lebih efisien, efektif serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Ada dua aspek utama akses terhadap pelayanan kesehatan, yaitu ketersediaan dan keterjangkauan. Ketersediaan adalah tersedianya
Artikel VIII
fasilitas pelayanan kesehatan dengan jumlah dan kualitas yang memadai. Keterjangkauan fasilitas kesehatan mencakup jarak, waktu dan biaya. Tempat pelayanan yang lokasinya tidak strategis atau sulit dicapai oleh para ibu menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil terhadap pelayanan (23) kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai fasilitas kesehatan di tempat tinggal informan, semua informan mengatakan bahwa tidak ada fasilitas kesehatan seperti puskesmas, poskesdes, pustu dan lainnya di tempat tinggalnya. Fasilitas kesehatan hanya ada di wilayah Sidoan induk. Hal ini di perkuat dengan hasil observasi peneliti bahwa fasilitas kesehatan di desa Ogobagis memang belum tersedia. Informan kunci juga menyatakan bahwa sarana dan prasarana kesehatan belum tersedia. Akses pelayanan bukan sekedar masalah jarak. Selama beberapa dekade terakhir, telah banyak mengalami kemajuan dalam penyediaan pelayanan kesehatan di negara berkembang, namun kemajuan ini belum merata. Wanita, terutama belum memperoleh pelayanan yang proporsional. Tidak memadainya akses pelayanan kesehatan pada wanita juga tercermin dari statistik kematian, meskipun angka kematian bayi menurun namun angka kematian ibu tetap tinggi, meskipun kesehatan ibu mendapat porsi perhatian
146
Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal 140-150
Artikel VIII
Keterjangkauan akses menuju sarana kesehatan berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan, semakin mudah terjangkau tempat penolong persalinan maka ibu akan memilih tempat tersebut untuk pelayanan kehamilan dan persalinan.(24) 3. Faktor Penguat/pendorong (Reinforcing factors) 3.1Peranan petugas kesehatan Peranan petugas kesehatan adalah memantau dengan seksama dan memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari segi emosi, perasaan, maupun fisik berperan dalam memberikan dukungan kepada ibu dalam menentukan pemilihan pertolongan persalinan yang tepat Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan dengan (25) kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian terhadap informan tentang apakah tenaga kesehatan pernah memberikan penyuluhan, sebagian besar informan mengatakan bahwa tenaga kesehatan pernah memberikan penyuluhan. Penyuluhan yang diberikan tentang kehamilan, kesehatan ibu hamil, maupun mengenai proses kelahiran.
terbesar dalam kebutuhan wanita secara umum Berdasarkan hasil penelitian tentang jarak antara rumah dengan fasilitas kesehatan semua informan mengatakan bahwa Jarak antara rumah informan dengan fasilitas kesehatan dengan jarak >1 kilometer. Hal ini dikarenakan belum tersedianya fasilitas kesehatan di wilayah informan sehingga jarak antara rumah informan dengan fasilitas jauh, hal ini juga diperkuat dengan hasil observasi peneliti bahwa daerah tersebut masih termasuk daerah terpencil. Elemen-elemen yang dibutuhkan wanita untuk memperoleh akses pelayanan yang efektif sangat banyak dan kompleks menjamin tersedianya fasilitas dan petugas penyedia dengan jarak yang terjangkau tetap merupakan kebutuhan primer. Akses pelayanan yang efektif dapat dijamin jika pelayanan terjangkau secara finansial, dianggap sesuai, dan dapat diterima oleh wanita sebagai pengguna pelayanan. Jarak membatasi kemampuan dan kemauan wanita hamil, bersalin untuk mencari pelayanan, terutama jika transportasi yang tersedia terbatas dan biaya trasnportasi tidak terjangkau, komunikasi sulit dan daerah tersebut tidak terdapat rumah sakit Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jahidin, dkk (2012) bahwa
147
Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal 140-150
Hasil penelitian tentang apakah tenaga kesehatan pernah menganjurkan agar persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan, semua informan mengatakan bahwa tenaga kesehatan pernah menganjurkan agar persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa peran dari tenaga kesehatan sudah cukup baik dalam memberikan dukungan kepada informan agar persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Hal ini juga diperkuat pernyataan informan kunci bahwa tenaga kesehatan sudah melakukan penyuluhan maupun pemberian informasi tentang persalinan aman dan tepat. Kemudian, pada tahun 2015 adanya kebijakan dari pihak puskesmas bekerja sama dengan lintas sektor dalam hal ini camat, kepala desa dan lainnya berupa surat pernyataan untuk diberikan kepada ibu hamil agar persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan dan di fasilitas kesehatan.
Artikel VIII
2. Akses terhadap pelayanan kesehatan tidak terjangkau sehingga menyulitkan para ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan belum tersedianya fasilitas kesehatan di desa Ogobagis. 3. Peranan tenaga kesehatan sudah cukup baik dalam memberikan dorongan terhadap para ibu agar memilih persalinan yang aman dan tepat. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran dan rekomendasi yaitu: 1. Bagi para ibu agar dapat meningkatan pengetahuan dan pemahaman bukan hanya sekedar tahu, tapi mau dan mampu untuk melakukan persalinan pada tenaga kesehatan. 2. Bagi pihak puskesmas agar meningkatkan kualitas pelayanan oleh bidan kepada masyarakat dengan mempertimbangkan budaya dan nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat setempat, serta meningkatkan efektifitas program kemitraan bidan dan dukun bayi mengingat saat ini dukun bayi masih menjadi pilihan masyarakat dalam pertolongan persalinan 3. Bagi Dinas Kesehatan Parigi Moutong, Perlu adanya pembangunan sarana kesehatan dan penempatan tenaga kesehatan di wilayah/daerah-daerah terpencil 4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk meniliti faktor-faktor lain dari perilaku ibu dalam memlih persalinan pada tenaga non kesehatan
KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Masih rendahnya pengetahuan para ibu tentang persalinan yang aman dan tepat, kepercayaan terhadap persalinan oleh dukun masih sangat tinggi hal ini dikarenakan dukun dipercayai sebagai orang yang sudah terampil dan terbiasa dalam menolong persalinan, serta kebiasaan turun-temurun dari orang tua dulu persalinan ditolong oleh dukun.
DAFTAR PUSTAKA
148
Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal 140-150
Artikel VIII
Mempengaruhi Alternative Pemilihan Persalinan Dukun Beranak Di Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar, Stikes Bina Generasi Polewali Mandar, Polewali. Karjono, M., Wulandari, L.P.L., Suryadhi, N.T., 2013, Pengetahuan sebagai determinan dalam pengambilan keputusan penolong persalinan ibu hamil di Puskesmas Taliwang, Public Health and Preventive Medicine Archive, Volume 1, Nomor 1, Juli 2013. Kartini, 2012, Hubungan Kelas Ibu Hamil Terhadap Pemilihan Penolong Persalinan di Puskesmas Ambal I Kabupaten Kebumen, Skripsi, FKM-UI, Depok. Lestari, R.D., 2014, Analisis Persalinan Dengan Tenaga Non Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Punggur Kabupaten Kubu Raya, Naskah Publikasi, FK-UT, Pontianak. Niken, dkk. 2009, Kebidanan Komunitas, Fitramaya, Yogyakarta. Nuraeni, S., Purnamawati, D., 2011, Perilaku Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi Di Kabupaten Karawang, Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK UNSOED Notoatmodjo 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta. ___________, 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Amilda, N.L., 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi, Artikel Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Asriani, 2006, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Oleh Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Kelurahan Barombong, Jurnal Kesehatan, Volume II No. 4 Tahun 2009, Dinkes Provinsi Sulteng, 2013, Profil Kesehatan Provinsi sulawesi tengah, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi tengah Dinkes Kabupaten Parigi Moutong, 2014, Pencapaian Program Pelayanan kesehatan ibu, Dinas Kesehatan Kabupaten Parigi Moutong Effendy, 2007, Ilmu Komunikasi dan Praktek (Edisi Revisi Cet 17), Rosda Karya, Bandung. Eryando, T., 2006. Aksesibilitas Kesehatan Maternal Di Kabupaten Tangerang, 2006, Makara, Kesehatan, Vol. 11, No. 2, Desember 2007: 76-83. Hutapea, E., 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Cibungbulang Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI, Depok Jahidin, A., Hakim, B.H.A., Bahar, B., 2012, Faktor Determinan Yang
149
Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal 140-150
Puskesmas Tinombo, 2013, Data PWS KIA Puskesmas Tinombo 2013, Puskesmas Tinombo, Parigi Mautong. _______________, 2014, Data PWS KIA Puskesmas Tinombo 2014, Puskesmas Tinombo, Parigi Moutong. Rukiyah, A.Y, dkk. 2009, Asuhan Kebidanan 2, Trans Info Media, Jakarta. Sartika, L., 2012, Gambaran FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Persalinan Pada Dukun Di Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara, Jurnal Ilmiah, STIKes U’Budiyah, Banda Aceh.
Artikel VIII
Simanjuntak, H.P., Santosa, H., Fitria, M., 2012, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sipahutar Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara. Sari, E.P., Ainur, M.A., Mahanani, M.M., 2013, Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Kelurahan Mulyaharja Kota Bogor Tahun 2013, Jurnal Ilmu Berbagi Vol. 2014, No. 2, Seri Ilmu Kesehatan dan Lingkungan, Agustus 2014. Setyawati, G., dan Alam, M., 2010, Modal Sosial Dan Pemilihan Dukun Dalam Proses Persalinan: Apakah Relevan?, Makara, Kesehatan, Vol. 14, No. 1, Juni 2010: 11-16. Syarief, D. dan Nilakesuma, N.F., 2013, Faktor Predisposisi Dalam Pemilihan Tenaga Penolonng Persalinan Di Kabupaten Solok Selatan, Prodi D3 Kebidanan Stikes Mercubaktijaya, Padang.
Syafrudin dan Hamidah, 2009, Kebidanan Komunitas, EGC, Jakarta. Suriasumantri, J.S., 2005, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
150