Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 90-96
Artikel V
PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PALU 1
2
3
Mohamad Andri , Indar , Alimin Maidin Bagian Penjaminan Mutu FKM Unismuh Palu 2 Bagian AKK, FKM Universitas Hasanudin 3 Bagian MARS FKM, Universitas Hasanudin
1
ABSTRAK Berdasarkan data laporan tahunan program pemberantasan penyakit kusta di Kota Palu menunjukkan peningkatan selama dua tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mutu pelayanan kesehatan terhadap kepatuhan berobat pasien kusta di Puskesmas Kota Palu. Pendekatan penelitian survey analitik secara cross sectional. Populasi dan sampel penelitian (N = n ) adalah semua pasien kusta di Puskesmas Kota Palu yang berjumlah 43 responden. Kuisioner digunakan sebagai instrument pengumpulan data. Data dianalisis dengan uji statistic Chi-Square dan uji statistic Regresi Logistik Berganda. Hasil uji statistic Chis-Square menunjukkan bahwa kompetensi teknis dengan nilai p=0,000, keterjangkauan dengan nilai p = 0,018, ketersediaan informasi dengan nilai p = 0,003, kesinambungan dengan nilai p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien kusta. Hasil uji regresi logistic berganda menunjukkan bahwa faktor kesinambungan dengan nilai besar pengaruh (Exp B) adalah 0,039. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kesinambungan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan berobat pasien kusta. Dapat dsimpulkan bahwa kepatuhan berobat pasien dipengaruhi oleh kompetensi teknis, keterjangkauan, ketersediaan informasi, dan kesinambungan, diharapkan dinas kesehatan Kota Palu agar melakukan upaya pemantauan dan evaluasi secara rutin, tepat dan cepat terhadap proses pengobatan pasien kusta di Puskesmas Kota Palu. Daftar Pustaka Kata kunci
: 11 (2007-2013) : kompetensi , keterjangkauan, ketersediaan, Kesinambungan, kepatuhan
PENDAHULUAN Kota Palu merupakan kota ketiga dengan persentase penderita kusta terbesar di Sulawesi Tengah. Kota Palu terdiri dari 12 Puskesmas yang tersebar di 4 wilayah Kecamatan, dimana hampir semua Puskesmas di Kota Palu terdapat penderita kusta, tercatat 11 dari 12 Puskesmas yang ada di Kota Palu mempunyai penderita kusta kecuali Puskesmas Tipo yang tidak ada penderita kustanya. Jumlah penderita kusta di Kota Palu mengalami peningkatan pada dua tahun terakhir yaitu jumlah penderita baru pasien kusta di Kota Palu tahun 2011 sebanyak 43 orang terdiri dari PB 5 orang dan MB 38 90
orang, sedangkan pada tahun 2012 adanya peningkatan penderita baru yaitu sebanyak 49 orang terdiri dari PB 4 orang dan MB 45 orang (Dinas Kesehatan Kota Palu, 2012) Peningkatan jumlah penderita setiap tahunnya mengindikasikan kurangnya kualitas pelayanan yang di berikan oleh pihak Puskesmas terhadap kepatuhan penderita kusta untuk berobat (Depkes RI, 2007). Hal ini dikuatkan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Alabede (2011) yang menunjukkan adanya pengaruh antara mutu pelayanan terhadap kepatuhan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan tersebut. Berdasarkan penelitian Ratnawati (2008),
Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 90-96
Artikel V
ada hubungan keterjangkauan, ketersediaan informasi, kesinambungan dengan pusat pelayanan dengan tingkat kepatuhan berobat pasien kusta di Puskesmas Kabupaten Blora. Berdasarkan penelitian Toha (2007), menunjukkan ada hubungan antara persepsi dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat penderita kusta dalam menjalani pengobatan MDT. Masalah pasokan obat perlu diselesaikan, terutama pada tingkat kota. Penelitian Siddiqui, et al. (2009) menunjukkan perlunya pemantauan dan evaluasi yang efektif dari proses integrasi. Pemantauan yang tidak memadai dapat menyebabkan penurunan diagnosis dini, keterlambatan dalam inisiasi MDT, dan peningkatan kecacatan. Hal ini pada gilirannya dapat membalikkan beberapa pencapaian program. Berdasarkan hal-hal tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh mutu pelayanan kesehatan terhadap kepatuhan berobat pasien kusta di Puskesmas Kota Palu.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kusta yang berada di wilayah kerja Puskesmas di Kota Palu yang berjumlah 43 orang. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi dalam hal ini seluruh pasien kusta yang berada di wilayah kerja Puskesmas di Kota Palu yang berjumlah 43 orang. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang langsung dibagikan peneliti kepada responden. Teknik Pengumpulan Data Data Primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dengan responden sebagai sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan yang tersedia (kuesioner). Data sekunder diperoleh dari profil serta data di dinas kesehatan serta Puskesmas di Kota Palu. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi dengan program SPSS (Statistical Package For Social Science) dengan tahapan editing, coding, entry, cleaning data entry. Penyajian data dalam bentuk tabel dan narasi dengan analisa data, yaitu Analisa Data Univariat, Bivariat, dan Multivariat. HASIL Hubungan Kompetensi Teknis dengan Kepatuhan Berobat Pasien Kusta di Puskesmas Kota Palu
BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian dan Jenis Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di seluruh Puskesmas Kota Palu, pada bulan Februari sampai dengan April 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional study Populasi dan Sampel
Tabel 1 Hubungan Kompetensi Teknis dengan Kepatuhan Berobat Pasien Kusta di Puskesmas Kota Palu Kepatuhan Berobat p* Kompetensi Total r Patuh Tidak Patuh Teknis n % n % n % Baik 15 78,9 4 21,1 19 100 0,000 Kurang 4 16,7 20 83,3 20 100 0,623 Total 19 44,2 24 55,8 43 100 Sumber : Data Primer p* = nilai p menggunakan korelasi spearman Tabel 1 menunjukkan yang petugas dalam melayani pasien kusta, menganggap baik kompetensi teknis yang patuh berobat lebih besar dari yang 91
Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 90-96
Artikel V
tidak patuh berobat, yaitu sebesar teknis terhadap kepatuhan berobat 78,9%. Hasil analisis uji statistik Chi pasien kusta di Puskesmas kota Palu, Square dan Korelasi Spearman diperoleh nilai p (0,000) < dari nilai α memperilihatkan hubungan kompetensi (0,05). Hubungan Keterjangkauan Pelayanan dengan Kepatuhan Berobat Pasien Kusta di Puskesmas Kota Palu Tabel 2 Hubungan Keterjangakauan Pelayanan dengan Kepatuhan Berobat Pasien Kusta di Puskesmas Kota Palu Keterjangkauan Kepatuhan Berobat Total p* r Patuh Tidak Patuh n % n % n % Terjangkau 12 75 4 25 16 100 0,001 Tidak Terjangkau 7 25,9 20 74,1 27 100 0,478 Total 19 44,2 24 55,8 43 100 Sumber : Data Primer p* = nilai p menggunakan korelasi spearman Spearman menunjukkan ada hubungan Tabel 2 menunjukkan bahwa yang menganggap pelayanan penyakit keterjangkauan pelayanan terhadap kusta terjangkau, yang patuh berobat kepatuhan berobat pasien kusta di lebih besar dari yang tidak patuh berobat, Puskesmas kota Palu, diperoleh nilai p yaitu sebesar 75 %. Hasil analisis uji (0,001) < dari nilai α (0,05). statistik Chi Square dan Korelasi Hubungan Ketersediaan Informasi dengan Kepatuhan Berobat Pasien Kusta di Puskesmas Kota Palu Tabel 3. Hubungan Ketersediaan Informasi dengan Kepatuhan Berobat Pasien Kusta di Puskesmas Kota Palu Kepatuhan Berobat Ketersediaan Informasi
Patuh n 15 4 19
% 60 22,2 44,2
Tidak Patuh n 10 14 24
Mudah Tidak Mudah Total Sumber : Data Primer p* = nilai p menggunakan korelasi spearman
% 40 77,8 55,8
Total n 25 18 43
% 100 100 100
p* r
0,013 0,375
Chi Square dan Korelasi Spearman Tabel 3 menunjukkan bahwa yang menganggap mudah dalam menunjukkan ada hubungan memperoleh informasi tentang penyakit ketersediaan informasi terhadap kusta, yang patuh berobat lebih besar kepatuhan berobat pasien kusta di dari yang tidak patuh berobat, yaitu Puskesmas kota Palu, diperoleh nilai p sebesar 60 %. Hasil analisis uji statistik (0,013) < dari nilai α (0,05). Hubungan Kesinambungan Pelayanan dengan Kepatuhan Berobat Pasien Kusta di Puskesmas Kota Palu
92
Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 90-96
Artikel V
Tabel 4 Hubungan Kesinambungan Pelayanan dengan Kepatuhan Berobat Pasien Kusta di Puskesmas Kota Palu Kepatuhan Berobat Kesinambungan
Patuh
Tidak Patuh
p* r
Total
n % n % n % Baik 15 83,3 3 16,7 18 100 0,000 Kurang 4 16 21 84 25 100 0,668 Total 19 44,2 24 55,8 43 100 Sumber : Data Primer p* = nilai p menggunakan korelasi spearman analisis uji statistik Chi Square dan Tabel 4 menunjukkan bahwa Korelasi Spearman menunjukkan ada yang berpendapat kesinambungan pelayanan pasien kusta di Puskesmas hubungan kesinambungan pelayanan Kota Palu sangat baik, yang patuh terhadap kepatuhan berobat pasien berobat lebih besar dari yang tidak patuh kusta di Puskesmas kota Palu, diperoleh berobat yaitu sebesar 83,3 %. Hasil nilai p (0,000) < dari nilai α(0,05). Tabel 5 Pengaruh secara Besama-sama Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepatuhan Berobat Pasien Kusta di Puskesmas Kota Palu Variabel B S.E Wald df Sig. Exp(B) Kompetensi Teknis
-3,286
1,248
6,933
1
0,008
0,037
Keterjangkauan
-0,092
1,074
0,007
1
0,932
0,912
Ketersediaan Informasi
-0,930
1,060
0,770
1
0,380
0,395
Kesinambungan
-3,243
1,280
6,416
1
0,011
0,039
Constant
3,711
1,207
9,457
1
0,002
40,894
Overall Percentage = 83,7 Sumber : Data Primer p* = nilai p menggunakan korelasi spearman Tabel 5 menunjukkan hasil uji statistik multivariat, hanya variabel kompetensi teknis (p=0.008) dan variabel kesinambungan (p=0.011) yang memiliki nilai p < 0,05, yang berarti secara statistik variabel kompetensi dan kesinambungan memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap kepatuhan berobat pasien kusta di Puskesmas Kota Palu. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan berobat pasien kusta di Puskesmas Kota Palu adalah variabel kesinambungan pelayanan (p=0,000 dan Exp(B) = 0,039).
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan kompetensi teknis, keterjangkauan pelayanan, ketersediaan informasi, dan kesinambungan dengan kepatuhan berobat pasien kusta di Puskesmas Kota Palu. Kompetensi teknis berhubugan dengan kepatuhan berobat pasien kusta. Kompetensi tehnis terkait dengan ketrampilan, kemampuan dan ketrampilan pemberi pelayanan. Terdapat 78,9% yang menganggap baik kompetensi teknis petugas dalam melayani pasien kusta, yang patuh berobat Hal ini berhubungan dengan bagaimana pemberi pelayanan mengikuti standar pelayanan kesehatan yang disepakati di dalam hal
PEMBAHASAN 93
Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 90-96
Artikel V
kepatuhan, ketepatan, kebenaran dan konsistensi (Nsagha D. S., et al., 2011). Jika pasien menganggap kompetensi petugas puskesmas di Kota Palu dapat membuat mereka patuh berobat maka jumlah pasien kusta yang patuh berobat pun akan semakin meningkat sementara jika pasien menganggap kompetensi petugas puskesmas di Kota Palu tidak dapat membuat mereka patuh berobat maka jumlah pasien kusta yang patuh berobat pun akan semakin menurun. Hasil analisis uji statistik regresi logistik berganda tentang pengaruh kompetensi teknis terhadap kepatuhan berobat pasien kusta diperoleh nilai p(0,000) < dari nilai α (0,25). Penelitian ini didukung oleh penelitian Soebono (2008) yang menunjukkan bahwa kemampuan petugas dan keterampilan petugas memberi pengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2008), menemukan bahwa ada pengaruh kompetensi teknis dengan tingkat kepatuhan berobat pasien kusta di Puskesmas Kabupaten Blora. Keterjangkauan pelayanan berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien kusta. Terdapat 75 % yang menganggap pelayanan penyakit kusta terjangkau, yang patuh berobat. Hal tersebut menunjukkan bahwa besarnya pengaruh keterjangkauan pelayanan terhadap kepatuhan berobat pasien kusta di puskesmas Kota Palu. Jika pasien menganggap keterjangkauan pelayanan puskesmas di Kota Palu dapat membuat mereka patuh berobat maka jumlah pasien kusta yang patuh berobat pun akan semakin meningkat. Keterjangkauan memberikan persepsi bagi pasien untuk datang memanfaatkan pelayan di puskesmas karena semakin mudah akses ketempat pelayanan memberikan pandangan bahwa beobat bukanlah hal yang sulit dilakukan. Keterjangkauan adalah layanan kesehatan harus dapat dicapai oleh pasien dengan mudah tanpa terhalang biaya, keadangan demografis, maupun 94
transportasi. Akses geografis diukur dengan : jarak, lama perjalanan, jenis transportasi dan hambatan fisik yang menghalangi seseorang memperoleh pelayanan kesehatan. Akses sosial atau budaya berkaitan dengan dapat diterimanya pelayanan . kesehatan secara social atau nilai budaya, kepercayaan dan prilaku. Akses organisasi berhubungan dengan sejauh mana pelayanan kesehatan dapat memberi kemudahan dan kenyamanan pada pasien / konsumen. Hasil analisis uji statistik regresi logistik berganda tentang pengaruh keterjangkauan pelayanan terhadap kepatuhan berobat pasien kusta di Puskesmas Kota Palu, diperoleh nilai p (0,018) < dari nilai p (0,25). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2008), yang menemukan bahwa ada pengaruh keterjangkauan pusat pelayanan dengan tingkat kepatuhan berobat pasien kusta di Puskesmas Kabupaten Blora. Ketersediaan informasi berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien kusta. bahwa terdapat 60 % yang menganggap mudah dalam memperoleh informasi tentang penyakit kusta, yang patuh berobat. Hal tersebut menunjukkan bahwa besarnya pengaruh ketersediaan informasi terhadap kepatuhan berobat pasien kusta di Puskesmas Kota Palu. Jika pasien menganggap ketersediaan informasi pelayanan pada puskesmas di Kota Palu dapat membuat mereka patuh berobat maka jumlah pasien kusta yang patuh berobat pun akan semakin meningkat. Ketersediaan informasi adalah pasien dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakit kusta. Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang jelas tentang apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana layanan kesehatan itu akan dan telah dilaksanakan (Alfonso J. L., et al, 2005). Variabel ketersediaan informasi memiliki pengaruh terhadap kepatuhan berobat pasien kusta di puskesmas Kota Palu disebabkan karena pada saat pasien datang berobat ke
Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 90-96
Artikel V
puskesmas, petugas jarang memberikan informasi yang jelas terkait lamanya pengobatan penyakit kusta dan petugas jarang memberikan informasi terkait waktu kunjungan pasien selama proses pengobatan penyakit mereka. Dimensi ketersediaan informasi ini sangat penting pada tingkat puskesmas. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Budiman, dkk (2013) menunjukkan bahwa mutu pelayanan berdasarkan ketersediaan informasi berpengaruh terhadap kepatuhan berobat. Hasil analisis uji statistik regresi logistik berganda tentang pengaruh ketersediaan informasi terhadap kepatuhan berobat pasien kusta di Puskesmas Kota Palu, diperoleh nilai p(0,003) < dari nilai p (0,25). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2008) yang menemukan bahwa ada pengaruh ketersediaan informasi dengan tingkat kepatuhan berobat pasien kusta di Puskesmas Kabupaten Blora. Kesinambungan pelayanan berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien kusta. Terdapat 83,3 % yang berpendapat kesinambungan pelayanan pasien kusta di Puskesmas Kota Palu sangat baik, yang patuh berobat. Hal tersebut menunjukkan bahwa besarnya pengaruh kesinambungan pelayanan penyakit kusta terhadap kepatuhan berobat pasien kusta. Jika pasien menganggap kesinambungan pelayanan penyakit kusta dapat membuat mereka patuh berobat maka jumlah pasien kusta yang patuh berobat pun akan semakin meningkat Tidak adanya kesinambungan pelayanan kesehatan akan mengurangi efisiensi dan mutu hubungan antar manusia (Reveiz L. et al, 2009). Hasil analisis uji statistik regresi logistik berganda tentang pengaruh kesinambungan pelayanan terhadap kepatuhan berobat pasien kusta menunjukkan bahwa variabel kesinambungan pelayanan adalah variabel yang paling berhubungan dengan dengan kepatuhan berobat pasien kusta (p = 0,000 dan Exp (B) =
0,039). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Budiman, dkk (2013) menunjukkan bahwa mutu pelayanan berdasarkan kesinambungan berpengaruh terhadap kepatuhan berobat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2008), yang dimana hasil kesimpulan penelitiannya menemukan bahwa ada pengaruh kesinambungan pelayanan dengan tingkat kepatuhan berobat pasien kusta di Puskesmas Kabupaten Blora. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh mutu pelayanan kesehatan terhadap kepatuhan berobat pasien kusta di puskesmas kota palu dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kompetensi teknis, keterjangakuan pelayanan, ketersediaan informasi, dan kesinambungan pelayanan terhadap kepatuhan berobat pasien kusta di Puskesmas Kota Palu. Kesinambungan pelayanan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan berobat pasien kusta di Puskesmas Kota Palu. Berdasarkan hal tersebut kami menyarankan perlu peningkatan profesionalisme petugas kesehatan di puskesmas dengan tenaga medis maupun tenaga paramedis atau tenaga kesehatan lain yang bermutu sesuai dengan pendididkan profesi masingmasing dan senantiasa ditingkatkan dengan pendididkan dan pelatihan teknis medis yang berkelanjutan. Diharapkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Palu agar melakukan upaya pemantauan dan evaluasi secara rutin terkait proses pengobatan pasien penderita kusta di Kota Palu. DAFTAR PUSTAKA Alabede, J.O. (2011). “Tax Service Quality and Compliance Behaviour in Nigeria: Do Taxpayer’s Financial 95
Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 90-96
Artikel V
Condition and Risk Preference Play Any Moderating Role?”. European Journal of Economics, Finance and Administrative Science. No 35. Alfonso J. L., Vich F. A., Vilata J. J, Aguas J. T. (2005). Factors Contributing to the Decline of Leprosy in Spain in the Second Half of the Twentieth Century. International Journal of Leprosy. (ISSN 0148-916X) Budiman, A dkk. (2013). “Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Berobat Pasien yang Diterapi dengan Tamoxifen Setelah Operasi Kanker Payudara”, Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 2. No. 1 Depkes RI. (2007). Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Palu. (2012). Laporan Tahunan P2 Kusta. Kota Palu Nsagha D. S., et al. (2011). Elimination of Leprosy as a public health problem by 2000 AD: an epidemiological perspective. PanAfrican Medical Journal. Di akses 28 April 2013. Available
from http://www.panafrican-medjournal.com/content/article/9/4/ful l/ Ratna wat i. ( 2008) . Hubunga n Pers eps i Mut u P ela yanan Kes ehata n de ngan T i ngk at Kepat uhan Berob at P as ien Kus ta di Pus k esm as Kabu paten B lora . J urnal Undip, Se marang Reveiz L., Buendía J. A., and Téllez D. (2009). Chemoprophylaxis in contacts of patients with leprosy: systematic review and metaanalysis. Original Research Rev Panam Salud Publika. 26(4):341–9. Soebono. (2008). Faktor-faktor Sosiomedik yang Mempengaruhi Ketaatan Berobat Penderita Kusta di Yogyakarta, Lokakarya Pemberantasan Penyakit Tropis : Jakarta. Siddiqui, et al. (2009). Integration of Leprosy Elimination into Primary Health Care in Orissa, India, Journal PLOSONE December 2009 | Volume 4 | Issue 12 | e8351. Toha, M. (2007). Hubungan Persepsi Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Penderita Penyakit Kusta dalam Menjalani Pengobatan MDT, Jurnal Undip, Semarang.
96