Vol. 13, No. 1, April 2013
EEE
lssN 1412-0313
Hal. 1 - 92
Bandung April 2013
Penerbit JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FPIPS UPI dengan ASOSIASI PENDIDIK OIOCNATI INDONESIA
@ec
JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI
ANALISIS HARGA LAHAN BERDASARKAN CTTRA PENGINDERAAN JAUH RESOLUSI TINGGI Iswari Nur Hidayati Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Email:
[email protected], No HP : 08572900547
1
ABSTRACT Mapping Land Pricesin Yogtakarta is very important because land prices increased rapidlyalong with economic growth. Mapping land prices require some pqrameters that can be extracted using remole sensing data. Therefore, the reseqrc her had the idea to do some researc habout the price of land. in the District Jetis Yogyakarta. Theaims of this research are a). to assess of Quickbird images for land prices mapping, b). to know the spatial distribution of land prices in District Jetis. Remote sensing data could be extracted for land-use data extraction. Land use data were used as input to searchfor land accessibility of positive and negative land accessibilities. These parameters used to find the estimated price of land. Field data collections were used to compare and supportfor land pricing data. The results showed that Quickbird satellite imagery can be used to extract the parameters determining the land pricewith overall accuracy of 92.49%. The results of the mapping of land prices in the District were divided into four classes Jelis land prices. In the District Jetis most regions belong to high land price classeswqs 52.35%. Land prices were very high class had the second largest percentage of 22.94. The third classeswere consisting of 21.76% and the fourth land price class had also the lowest percentage of 2.75%. Keywords : land prices, remote sensing imagery, mapping.
ABSTRAK Pemetaan harga lahan di Yogyakada sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan kenaikan harga lahan sangat pesat seiring dengan perlumbuhan ekonomi.Pemetaan harga lahan menggunakan parameter yang bisa disadap menggunakan data penginderaan jauh seperti aksesibilitas lahan. penggunaan lahan, dengan aksesibilitas negatif. Oleh karena itu, peneliti mempunyai gagasan untuk melakukan penelitian tentang harga lahan. Adapun tujuan penelitian adalah a) Mengetahui kemampuan citra Quickbird untuk mengetahui tingkat harga lahan, b) Untuk mengetahui distribusi spasial tentang harga lahan di Kecamatan Jetis. Data penginderaan jauh akan digunakan untuk ekstrasi data penggunaan lahan. Penelitian ini terdiri atas tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pemrosesan data, dan tahap analisis data. Data penggunaan lahan akan dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui aksesibilitas lahan positif dan lahan negative. Beberapa parameter ini digunakan untuk mendukung dalam mernetakanhargalahan di Kecamatan Jetis.Untuk menambah informasi, pengumpulan data lapangan sangat diperlukan untuk mendukung pemetaan ini. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa citra Quickbird dapat digunakan untuk penelitian ini dengan akurasi pemetaan sebesar 92,49oh. Hasil pemetaanharga lahan ini dibagi menjadi empat kelas dengan kelas harga lahan tertinggi terdapat 52,350 .Harga lahan tinggi terdapat 22,9404, kelas lahan sedang terdapat 21,760/0, dan kelas lahan rendah mempunyai luasan sekitar 2,75o4. Kata kunci : harga lahan, penginderaan jauh, pemetaan.
60
Gea, Ju'nal Pendi.dikan Geografi, Volume
l3,l{omor l, April 2013, halarnan 59-72
PENDAHULUAN ' Dalam era globalisasi seperti sekarang
ini,
iimu pengetahuan dan teknologi sangat cepat seiring dengan perkembangan
perkembangan zaman. Perkembangan citra resolusi tinggi merupakan salah satu cerminan dari pesatnya perkembangan teknologi. Citra Quickbird merupakan salah satu citra penginderaan jauh yang memiliki resolusi spasial tinggi yang mampu digunakan untuk anarlisis perkotaau.Dengan memanfaatkan citra Quickbird untuk interpretasi secara visual maupun digital. data dengan ketelitian yang cukup tinggi bisa didapatkan. Seperli halnya pemanfaatan citra
quickbird untuk aplikasi kajian harga lahan yang mampu menyajtkan berbagai faktor untuk estimasi harga lahan di daerah perkotaan. Ektraksi data penggunaan lahan secara detail dapat disadap dari Citra Quickbird tersebut. Pemetaan harga lahan yang terdiri dari beberapa parameter yaitu aksesibilitas lahan, penggunaan lahan, dengan akse s ib ilitas ne gatif. merup akan faktor utama untuk penentuan harga lahan suatu daerah. Pemetaan harga lahan akan lebih efektif dan efisien apabila disajikan secara visual sehingga batas masing-masing kawasan dapat diketahui dengan pasti pola kemangan dan posisi absolutnya. Penyajian untuk harga lahan inr tentunya juga ditentukan oleh faktor yang besifat sosial yaitu perkembangan penduduk. Kecamatan Jetis, salah satu kecamatan di Yogyakarla mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang sosial ekonominya. Banyaknya saranapendidikan. instansi pemerintah, maupun swasta. serta didukung oleh perkembangan
perdagangan dan jasa, rnembuat Kecamatan Jetis mengalami perubahan penggunaan lahan yang sangat cepat. Hal ini mendorong masyarakat untuk mencari alternatif daerag unruk dijadikan sebagai pusat kegiatan perdagangan, jasa, maupun kegiatan ekonomi
lainnya.Oleh karena itu diperlukan suatu kajian tentang harga lahan dengan menggunakan citra resolusi tinggi pada Kecamatan ini. sehingga diharapkan penelitian ini mampu untuk menjawab tantangan tersebut.
Penelitian
ini
berlujuan:
a).
Untuk
mengkaji kemampuan Citra Quickbird dalam pemetaan harga lahan; b). Mengetahui distribusr spasial harga lahan di Kecamatan Jetis.
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan yang Digunakan Kebutuhan alat dan bahan yang akan digunakan pada penelitian ini sebagai berikut: citra quickbird tahun 2006. data statistik Kota Yogyakarta tahun 2010. data kelengkapan utilitas umum Kecamatan Jetis, GPS untuk pengeplotan titik sampel lapangan, dan software untuk peffros esan s istem infonr-rasi geo grafi.
Tahapan Penelitian Pernelitian dilakukan
ke dalam
tiga tahap, yartu tahap persiapan, tahap pemrosesan data, dan tahap analisis data. Tahapan persiapan yang drlakukan meliputi studi pustaka dan literatur yang berkaitan dengan topik penelitian. Tahapan persiapan ini juga menyiapkan citra IKONOS sebagai data dasar untuk melakukan penelitran sebagai rnasukan untuk input data. Data-data sekunder juga dipersiapkan sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Tahapan Pemrosesan Data. Input data untuk penelitian berasal dari interpretasi penggunaan lahan secara visual berdasarkan citra IKONOS Kecamatan Jetis. Hasil darr interpretasi penggunaan lahan tersebut kemudian dilakukan analisis berdasarkan parameter-parameter penentuan harga lahan yaitu penggunaan lahan itu sendiri, aksesibiltas lahan positif, aksesibilitas lahan negatif, dan kelengkapan fasilitas umum. Adapun berbagai parameter penenfu harga lahan dapat dilihat pada tabel 1.
Iswari lYur Hidayati, Analisis Harga Lohan
Tabel 1. Parameter Penentu Harga Lahan
No
Keterangan
Parameter Penentu Harga Lahan Penggunaan
Lahan
I-ahan Fositif
Penggunaan lahan merujuk pada bagaimana luasan potongan Qtarcel) lahan yang digunakan oleh manusia (Jensen, 2005 &2001
; Sabins,
Perdagangan dan Jasa Permukiman dan Industri
1987) ;zang ditekankan pada fungsi
ekonomisnya (Campbell,2002 ; Lillesand er a\.,2008). Daiam penelitian ini menggunakan sistem klasifikasi USGS Land Use/Land Cover Classification System for Use Remote Sensor Data. Sistem Klasifikasi secara lengkap dapat dilihat dalam skema klasitikasi pada tabel2" Objek-objek yang mudah drkenali di
Lahan Kosong Sawah dan Tegalan
Aksesibilitas
67
Jarak Terhadap Jalan Arten Jarak terhadap Jalan
Kolektor Jarak terlradap Lembaga Pendidikan Jarak Terhadap Kantor Pemerintahan
lapangan pada umumnya adalah bangunan yang berukuran besar, terpisah dari bangunan
Aksesibilitas JarakTerhadapSungai Lahan Negatif Jarak terhadap Sunber
lainnya serta memiliki identitas
Folusi
khusus.
Obyek-obyek tersebut sebagai berikut.
Jarak terhadap Kuburan
Pernukiman
pola teratur,
adalah
Kelengkapan Fasilitas
Jumlah bank pemerintah dan swasta
s
Umum
Jumlah pasar ulnum Tempat Ibadah Jtunlah Swalayan Jumlah Koperasi Pelayanan Kesehatan
dalam bentuk dan ukuran. Dapat dikenali dari
ekelompok rumah yan g mempunyai ke s amaan
atap bangunan berbentuk segi empat dan seragam, ukuran relatif kecil, rona kelabu sampai cerah dan berasosiasi dengan tanarnan
Hotel Wartel
Sumber : Hidayati, 2010 Tahapan analisis data. Pada tahapan ini
menggunakan skoring (pengharkatan). Hal ini dirnaksudkan agar memudahkan dalam melakukan analisis. Pembobotan dilakukan berdasarkan peran masing-masing parameter yang ada.
pekarangan di sekitarnya, tekstur agak kasar, pola teratur, tiap-tiap rumah menghadap ke jalan, terdapat jaringan jalan yang teratur. Permukiman pola tidak teratur, adaiah sekumpulan rumah dengan bentuk dan ukuran serta jarak antar rumah tidak sama. Pada foto udara dicirikan dengan rona kelabu satnpai cerah, tekstur kasar, terdapat jaringan jalan
yang tidak teratur dan memillki rona lebih cerah dibandrngkan rona atap bangunan.
Klasifikasi Penggunaan Lahan Pengetahuan tentang penutup
dan
penggunaan lahan penting untuk kajian dalam
bidang perencanaan dan manajemen, yang dipertimbangkan sebagai elemen penting untuk memodelkan dan mempelajari bumi sebagai suatu sistem (Lillesand et aI.,2008). Penutup dan penggunaan lahan merupakan dua
hal yang berbeda. Penutup lahan mempakan jenis material yang meliputi kenampakan biofisik yang ada pada permukaan (lahanl bentanglahani bumi) (Jensen. 2005 & 2007 ; Lillesand et aI.,2008;Sabins. 1987).
Pabrik, dikenali pada foto udara dari jumlah bangunan yang lebih dari satu dalam
satu kompleks, ukuran
masing-masing empat persegi
bangunan besar, bentuk panjang, rona kelabu hingga agak
cerah,
teksrur kasar, mempunyai halaman luas, letak bangunan tidakjauh dari jalan besar. terdapat pagar pembatas bangunan. Gudang, dicirikan dari ukuran bangunan yang tinggi dan besar, bentuk empat persegi
panjang, terdapat jalan masuk yang lebar sehingga dapat dilalui kendaraan besar, terletak di tepi ialan atau di dalam kompleks indsutri.
62
Gea, Jurnal Pendidikan Geografi. Volume 13,lttomor
Tabel 2. Skema
1 Perkotaan
ll
l1l
Permukiman
atau lahan terbangun
l, April 2013, halaman 59-72
I(asifikasi
Bangunan perrnukiman yang
diternpati
1111 Rtunah. Rumah-kapa1. gr.rbr.rk, tenda 1112 RLLmali berjalan
satr-r
keluarga 112 Bangtinan
permukiman yang diternpati lebih dari
Apartemen flat dengan dua tingkat Apartemen flat dengan tiga trngkat 1123 Kondorniniun-r / kompleks 1
121
1
122
satu keluarga
apafiemen 1124 Trailer rumah berjalan
12
Perdagangan jasa
dan
121 Perdagangan
l21l Otomotif l2l2 Kapat, 1213 Toko serba ada 1214 Finansiai dan konstruksi 1215 Makanan dan Obat obatan l2l6 Pernakaman 1217 Tempat tinggal sernentara 1218 RLunah dan Kebun 1219 Rekreasi 1220 Fasilitas urnum
Industri
13
122lasa (publik dan pribadi)
1221 Bangunan dan fasilitas publik 1222 Medis [223 Keagarnaan
131 Ekstraksi
[311 Pengerr"rkan 1.312 ooen
[3
pit mine
l3 Pertambangan dengan terowongalr
lJ l4 lreltarnbungan Telbuka [3 132 Prosesing
]5 Sumur
I321 Mekanika 1322 Kirnia I
14
Transportasi. komunikasi dan fasilitas
323 Panas
133 Pabrik
1331 Pabrikan Berat 1332 Pabrikan Ringan
141 Transportasi
141
I Jalan dan Jalan raya 1412 Jalan kereta api i 41 3 Bandara 1414 Kapai 142
143 Fasilrtas
143
15
Industri dan 151 Industri yang perdagangan kompleks yang kompleks 152 Perdagangan yang kompleks (mall)
16
Mixed urban or built-up land
li
Otlter urban or built-ltp land
Sumber : Anderson, 1976
I Tanda. ran-rbLr 1422 Radio/televisi/ tv kabel
142 Konrurtikasi
I ialLrr 1432 Jalur 1433' Jalur 1434 Jalur
listrik gas alam
minyak br"rmi air minum
Iswari Nur Hiclayati, Analisis Harga Lahnn
Perkantoran, selain yang berukuran besar dan membentuk kompleks perkantoran penggunaan lahan jenis ini sulit dikenali. Kenampakan pada foto udara umumnya dicirikan dari bentuk segi empat, jumlah bangunan biasanya lebi dari safu, rona agak cerah. memiliki halaman di bagian depan yang berfungsi sebagai tempat parkir kendaran.
Pasar, dicirikan oleh
keseragaman
bangunan yang mencerminkan bangunan los pasar, rona celah, letak dipinggir jalan besar, terdapat tempat parkir yang luas. Fer-tokoan. rnemiliki ukuran yang le-
bih besar dan
bangunan permukiman di sekitamya, terletak di sepanjang pinggir jalan, terdiri dari beberapa bangunan dengan ukuran yang bervariasi. Perguruan tinggi, pada foto udara selain yang membentuk satu kompleks bangunan perguruan tinggi agak sulit dikenali ciri-cirinya, l<arena kenampakannva menyenrpat sekolah ataupun perkantoran. Umumnya bangunan berukuran besar dan lebih dari satu. terdapat jalan masuk cukup lebar. halaman luas di antara bangunan sebagai taman ataupun tempat
parkir biasanya berasosiasi dengan lapangan olahraga, terletak di pinggir jalan besar.
Sekolah, dapat dikenali dari bentuk bangunan segi empat memanjang, menyiku, ataupun membentukhurufU. Sekolah biasanya b elao sias i den gan lapangan ol ahr aga,memiliki taman, dike ii lingi p agar, dekat dengan alan. -j Rumah Sakit, dapat dikenali pada foto udara dari jumlah bangunan yang banyak dan bangunan yang besar, menempati lokasi yang luas, ukuran bangunan bervariasi dengan satu atau lebih bangunan besar, atap berona cerah,
terdapat jarak antar bangunan utama dan dihubungkan dengan bangunan memanjang, terdapat taman di antara bangunan, halaman parkir yang luas di bagian depan, terletak di tepi jalan besar.
Masjid. dicirikan dengan
ukuran
bangunan relative besar, berbentuk bujur
63
sangkar, terdapat kubah bulat ditengahnya, terdapat halaman depan yang luas, dekat dengan permukiman.
Gereja, dapat dikenali dari ukuran bangunan yang besar dan tinggi, terdapat kubah runcing dan tinggi, terletak di tepi jalan, dekat dengan permukiman.
Stasiun kereta api, pada foto udara pankromatik hitam putih dapat dicirikan dari bentuk bangunan segi etnpat mernanjang.
terdapat langkaian gerbong kereta
api, terdapat jalur-jalur kereta api yang bercabang
pada salah satu sisi dan bergabung Iagi pada sisi lain, dekat denganjaian besar.
Terminal bus. dikenali dari adanya jenis kendaraan tertentu (brs, colt) dalam deretan berjajar, halaman parkir kendaraan yang luas, terdapat jalan untuk keluar masuk kendaraan dan dekat pengelompokkan
dengan jalan raya.
Stadion, mernilikr ciri-ciri yang spesifik yaitu ber.rtuk bangunan segi empat dengan sudut-sudutnya yang membulat, terdapat lapangan olahraga di bagian tengah bangunan. ukuran bangunan lebih besar dari lapangan olahraga, terdapat pagar tembok yang mengelilingi lapangan, terdapat halaman parkir di bagian depan. Gedung olahraga. umumnya merniliki ukuran yang besar, biasa rnenyatti dengan fasilitas olahraga lainnya misalnya kolarn renang, berona cerah. terdapat halaman parkir di bagian depannya, dekat denganjalan besar. Lapangan olahraga, kenampakannya tampak menonjol sekali pada foto udara. Dikenali dari cirinya berupa rona yang cerah, bentuk segi empat, teksfur halus, menyatu
dengan kompleks sekolah atau
daerah
permukiman, untuk berukuran besar (lapangan sepakbola) biasanya terletak di pinggir jalan. Sawah. pada foto udara dapat drkenali dari bentuknyayangkhas yaitu berupa petak-
petak kecil segi empat. Setiap petak tadi dapat dibedakan satu dengan lainnya karena
64
l. April 2013, halamon 59-72
Gea, Jurnal Penclidikan Geografi, volunte 13, Nomor
Tabel 3. Klasifikasi dan harkat penggunaan lahan
perbedaan rona yang disebabkan oleh kondisi tanaman padi atau kandungan air pada petak
No
belsangkutan, umumnya berona kelabu gelap hinga angka cerah. Tegalan, pada foto udara daPat dikenali dari rona agak cerah, tekstur kasar karena tinggi tanaman yang relatif bervariasi.
Penggunaan Lahan
Kelas
1
Perdagangan dan Jasa
2 3 4
Perrnukiman dan Industri
II
Lahan Kosong Sawah dan tegalan
III
Harkat
IVl
Sumber : Agustina, 2011
berasoasiasi dengan lahan persawahan.
Kuburan, dikenali Pada foto
udara
Aksesibititas Lahan Positif Aksesibilitas lahan positif berarti bahwa daerah-daerah yang terletak disekitar jalan ini mempunyai nilai lahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang lebih jauh
mempunyai rona kelabu hingga cerah yang disebabkan oleh pantulan dari batu nisan, vegetasi, dan tanah di sekitarnya. Arah bangunan seragam (utara- selatan), tekstur kasar, pola tidak teratur, berasosiasi dengan tanaman dekat dan dengan kompleks petmukiman. Berdasarkan penggunaan lahan tersebut kemudian dikelompokkan menjadi empat
dibandingkan dengan beberapa penggunaan lahan yang tergabung dalam aksesibilitas lahan positif. Adapun parameter yang termasuk dalam aksesibilitas lahan positif seperli pada
klasifikasi seperti pada tabel3.
tabel4.
Tabel4. Klasifikasi dan harkat aksesilibilitas lahan Aksesibilitas Lahan Positif Jarak terhadap jalan arterl
(rr-r)
Kriteria
Jarak terhadap jalan kolektor
I
4
50 150 150 - 500
-
3
>500
II III IV
<50
I
4
-
J
>500
II III IV I II III IV
< 200
I
3
200- 500 >500
II III
2
< 200
I
3
200- 500 >500
TT
ll
2
III
1
50 150
-
150
500
>500
<50
Jarak terhadap Jalan Lokal
-
150 r50 - 500 50
Jarak terhadap lembaga pendidikan
Jarak terhadap kantor pemerintahan
Kelas
<50
2 1
2
I 4 3
2
I
1
I
Sumber : Meyliana (1996)
sungai, kuburan, sumber polusi, sampah,
Aksesibilitas Lahan Negatif
Variabel yang termasuk
dalam
aksesibilitas lahan negatif merupakan variabel yang menurunkan harga lahan, diantaranya
pembuangan limbah, dan sebagainya. Adapun pengharkatan untuk aksesibilitas lahan negatif seperti pada tabel 5.
Iswari Nur Hidayati, Analisis Harga Lahan
65
Tabel 5. Klasifikasi dan harkat aksesilibilitas lahan positif
No
Kriteria
Aksesibilitas Lahan Negatif
(m)
<200 >200
Jarak terhadap sungai
<200 >200
Jarak terhadap sumber poh-rsi
Keias
2
II
1
I
2
II
1
< 200 >200
Jarak terhadap kuburan
Harkar
i
2 1
Sumber : Meyliana, 1996
Kelengkapan fasilitas Umum Fasilitas umum merupakan salah satu parameter yang menjadikan harga lahan itr.r semakin tinggi. i(eberadaan fasiiitas kesehatan dan pendidikan ataupun fasilitas ekonomi menjadi incaran bagi warga masyarakat untuk menjual maupun membeli lahan dengan harga yang lebih variatif. Sehingga dalam penelitian i:., ter-"si f
lrs
If
e r' e
rrg i; ap fl ?? U:rrrLi;iir
:
ini kelengkapan fasilitas kota menj adi salah satu parameter yang digunakan dalam perhrtungan
harga lahan. Kelengkapan fasilitas umum ini dihitung berdasarkan jumlah kelengkapan fasrlitas per satuan wilayah. Hal ini dikenal dengan nama intensitas kelengkapan fasilitas umum. Rumus untuk menghitung kelengkapan fasilitas umum adalah sebagai berikut: ,it
i,t i a
ii
Ke
I
*r g k np n n. f
as i I r lrr -q ii:,n ii:,Tl
"-ffi
Anaiisis tumpang susun dilakukan dalam penelitian ini untuk memperoleh hasil sementara sebelum dilakukan cek lapangan. Data atribut hasil overlay tersebut kemudian dikalikan berdasarkan faktor pembobot dari setiap parameter penentu harga lahn seperti &
iiai
-
3
'
PL
- f
={Hsesil}i
'- nk-q Jn,lror:r;:rosifif L airrrfi :Vrgui'r',r
-
,trsifs' Lirilriin
Wlnongo dan Sungai Code. S ecara administrasi Kecamatan Jetis dibatasi oleh sebelah utara adalah Kecamatan Tegalrejo, sebelah selatan
Penggunaan Lahan
Kecamatan Gedongtengen dan Kecamatan Danurejan, sebelah timur berbatasan dengan -1
Kelengkapan Fasilitas Umum
HASIL PEMBAHASAN Deskripsi Wilayah Penelitian Kecamatan Jetis secara geografis terletak
antara 7o2l'18" sampai 7o22'17" dengan luas wilayah 1,7 ha dan dilalui oleh Sungai
r
berikut:
Tabel 6. Nilai Bobot Faktor Penentu Harga Lahan Faktor Penentu Harga Lahan Nilai Bobot
Aksesibilitas Lahan Negatif
j
lahan
diperoleh dari perkalian dan penjumlahan nilai harkat penentu harga lahan dengan faktor pembobot menggunakan formula sebagai
jlra-c
Aksesibrlitas Lahan Positif
.lil
Totai harkat penentu harga
rYnr"gn fuiirtatt
:
No
yang tertuang pada tabel 6.
Kecamatan Gondokusurnan, dan sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Tegalrejo. Secara administrasi I(ecamatan Jetis terdiri dari 3 kelurahan yaitu Kelurahan Bumijo. Kelurahan Gowongan, dan l(elurahan Cokrodiningratan.
Wilayah Kecamatan Jetis dilihat dari topografinya merupakan daerah datar dengan
66
Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume I3, Nomor I , ATtril 2013, halantan 59-72
ketinggian 1 1 5 m dpal. Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kecamatan Jetis sebanyak 39.164 jiwa dan mempunyai penambahan penduduk sebanyak 179 jrwa pertahun.
Interpretasi Penggunaan I-ahan Berdasarkan citra Quickbird Kecamatan Jetis dapat diketahui bahwa di kecamatan tersebut terdapat pada tabel 7.
Tabel 7" Penggunaan Lahan di Kecamatan Jetis Pengunaan Lahan
Lnas
(krn2)
Persentase (vL)
Permukiman
0,51
30.04
Pertokoan
04q
28,86
Rank
0.09
5,30
Hotel
0,09
510
Perkantoran
0,t2
1.01
Kuburan
0,009
0,53
Lahan Kosong
0,07
4.t2
Lapangan
0,00s
0.53
Pabrik
0,005
o)q
Pasar
0,046
2.11
SPBTJ
0.12
1,01
Sekolah
0,012
0.71
Taman
0.05
)qt
Ternpat Ibadah
Universitas
0,006
0,35
007
4,t2
Vegetasi
0,001
0,06
Lnas
t,698
100,00
Penggunaan lahan tentunya sangat berpengaruh terhadap harga lahan. Sebagai contoh. penggunaan lahan hotel dan fasilitas pendidikan akan sangat mempengaruhi tinggi harga lahan. Keberadaan hotel juga sangat berpengaruh terhadap harga lahan di perkotaan.
Adapun hasil identifikasi penggunaan lahan teftera sebagaimana dalam tabel7 . Distribusi spasial untuk penggunaan lahan tersaji pada gambar 1.
Lahan Matriks kes alahan membandingkan kategori per kategori (kelas per kelas) hubungan
anlara data sebenarnya (ground tnih) atatt data lapangan dengan data hasil klasifikasi otomatis. Hasil interpretasi ini selanjuhrya
dapat dtgunakan untuk melakukan
rUi
ketelitian data penggunaan lahan berdasarkan atas kenyataan yang ada sekarang di lapangan, pengujian ketelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui ketelitian secara semantik dengan n'renggunakan tabel matrik dua dimensi. Unfuk penelrtian pada kali ini hasil uji interpretasi menuniukkan ketelitran rnterpretasi sebesar 92,49o .
Uji Ketelitian Interpretasi Penggunaan Re-Interpretasi Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan .Ietis Setelah melakukan uji ketelitian interpretasi di lapangan, hal selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan klasifikasi ulang atau re-interpretasi peta penggunaan lahan tentatif. Hasil dari re-interpretasi peta ini selanjutnya digunakan sebagai salah satu parameter untuk pembobotan. Penggunaan lahan mempunyar pembobotan paling tinggi jika dibandingkan dengan parameter-parameter yang lain. Penggunaan lahan yang mendominasi penggunaan lahan di Kecamatan Jetis adalah penggunaan lahan permukiman seluas 0,51 kmzatau 30o/o dari seluruh penggunaan lahan yang ada. penggunaan lahan selanjutnya adalah penggunaan lahan pefiokoan seluas 0,49 km2dengan persentase 28,82% dan penggunaan lahan yang memiliki persentase terendah adalah penggunaan lahan SPBU sebesar 0,08%. Luas keseluruhan dari penggunaan lahan Kecamatan Jetis sebesar 1,70 km2. Luas dan persentase penggunaan lahan di I(ecamatan Jetis. Hasil pemetaan penggunaar-r lahan terlihat dalam gambar 2. Aksesibilitas Lahan Positif Aksesibilitas lahan positrf merupakan lahan yang mendukung unfuk penjualan harga
Iswsri Nur Hidayati, Analisis Harga
Lahan
67
PETA PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN JETIS TAHUN 2011
o 12s 250
500
750
1,000 m
Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Jetis Tahun 201
.ahan semakin tinggi. Aksesibilitas lahan :rositif ini juga memberikan kemudahan bagi rrang-orang dalam bergerak menjalankan ,rktivitas sehari-harinya. Orang-orang akan :enderung memilih lahan yang mempunyai t'asilitas banyak seperti rumah sakit, fasilitas pendidikan, sarana peribadatan, perekonomian, dan sebagainya. Untuk perhitungan aksesibilitas lahan positif dalam hal ini adalah menggunakan metode buffering untuk masingmasing lahan yang mempunyai aksesibilitas lahan positif. Hasil dari perhitungan menun-
jukkan bahwa aksesibilitas lahan positif terbagi menjadi empat kelas yaitu kelas I dengan skor 15,1 - 17,0; kelas II dengan skor 13,1 - 15,0; kelas III dengan nilai 11,1
-
13,0, dan kelas
IV
1
dengan sekor 9,1
-
11,0.
Daerah pada aksesbilitas lahan positif kelas I ini merupakan daerah yang sangat strategis
karena letaknya dekat jalan kolektor dan arleri dan juga merupakan daerah yang masuk dalam kawasan perdagangan dan jasa, di mana letaknya dekat dengan pusat pemerintahan dan juga fasilitas pendidikan. Lahan pada aksesbilitas lahan positif kelas I ini memiliki nilai lahan yang sangat tinggi. Aksesbilitas lahan positif kelas II (tinggi) masih terdapat di sekitar pinggir jalan kolektor dan arteri pada sebagian kecil Kelurahan Gowongan dan Cokrodiningratan. Karena letaknya yang cukup strategis, lahan pada aksesbilitas lahan positif kelas II ini merupakan lahan yang
68
Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 13,I'{omor
l, April 2013, halaman 59-72
PETAAKSESIBILITAS LAHAN POSITIF DI KECAMATAN JETIS TAHUN 2011
0
125 250
Gambar 2.
P
Tabel 8. Luas dan Persentase Aksesibilitas Lahan Positif
Lahan
Positif
Luas
(km2)
750
1,000 m
etaAksesibilitas Lahan Positif
banyak di cari orang sehingga harga lahannya tinggi. Dari hasil penelitian dapat digambarkan dalam tabel 8 danpemetaan aksesibilitas lahan positif digambarkan pada gambar 3.
Aksesibilitas
500
Persentase
(%)
Sangat Tinggi
0,06
3s2
Tinggi
0,31
t8,24
Sedang
0,46
27,06
Rendah
0,87
51,18
Jumlah
t,10
100
Aksesibilitas Lahan Negatif Aksesbilitas negatif merupakan si:ir sesuatu yang ber"nilai negatif, sepefti s';:::*&u* kuburan dan sumber polusi yang meruF.,i mr faktor penyebab berkurangnya nilai I'r-mr Orang-orang berasumsi bahwa lahan i'uqg terletak dekat dengan aksesbilitas lahan :*rmff merupakan lahan yang tidak mengunl;:,ufunn bahkan merugikan, karena lahan yang l::arm-m dekat dengan sungai kemungkinan bes*: tersebut akan tergenang banjirpada sar: hujan ataupun lahan yang letaknl: dengan sumber polusi akan meni pencemaran udara dan kebising-- : .
Iswari Nur Hidayati, Analisis Harga Lahan
69
membuat kenyamanan menjadi terganggu,
lahan negatif sedang dan kelas aksesbilitas
sehingga harga lahannya menjadi rendah. Peta
lahan negatif rendah. Perhitungan dan analisis aksesibilitas lahan negatif untuk Kecamatan Jetis dapat dilihat dalam tabel 9 dan distribusi spasial aksesibilitas lahan negatif tefluang dalam gambar 3.
aksesbilitas lahan negatif di buat dari hasil overlay bulfer sungai, kuburan dan sumber polusi. Dari hasil perhitungan analisis data atribut, peta aksesbilitas lahan negatif terbagi kedalam dua kelas, yaitu kelas aksesbilitas
PETA AXSESIBILITAS LAHAN NEGATIF DI KECAI{IATAN JETIS TAHUN 2011
0
250
125
500
750
1.000 m
i12geSo
Legenda
i .i
lbukota Kecamatan Kuburan lbukota Ke,urahan Sumber polusi Batas Desa Batas Kecarflaten Kelas Aksesibilitas
E 6
Sungar
ffi
Jalsn Artari
Nsgatif
Sangat trnggi Sedang
Jalan Kolektor Jalan Lain
Rendal'l
Jalan Lokal
o I o o
Gambar 3.Peta Aksesibilitas Lahan Negatif ; L
xu
Tabel 9. Luas dan Persentase Lahan Negatif
Aksesibilitas
Kelengkapan fasilitas umum
q
di
nilai
.A.ksesibilitas
Luas
Persentase
berdasarkan s arana penunj ang untuk pelayanan
Lahan Negatif
(km2)
(%)
Sangat Tinggi Sedang
0,19
I 1.18
Rendah
1,51
88,82
Jurnlah
t,70
t00
lingkungan yang terdiri dari beberapa fasilitas yang di butuhkan oleh masyarakat dan berpengaruh terhadap perkembangan wilayah di sekitarnya, di mana semakin lengkap dan
sl
m
Data Kelengkapan Fasilitas Umum
baik fasilitas yang mendukung berbagai
Gea, Jurnql Pendidikan Geografi, Volume 13, Nomor
kegiatan dan kebutuhan masyarakat akan mempertinggi harga lahan di wilayah tersebut dan mempengaruhi penduduk untuk memilih lahan tersebut sebagai sarana tempat tinggal atau lainnya. Data kelengkapan fasilitas umum yang digunakan untuk membuat peta
kelengkapan fasilitas umum berupa data sekunder yang di dapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Yogyakarta. Data kelengkapan fasilitas umum berupa data jumlah bank pemerintah dan swasta, pasar umum! tempat ibadah, fasilitas kesehatan,swalayan,
l, April 2013, halaman 59-72
koperasi, hotel dan wartel. Fasilitas umum dapat di kaitkan dengan aksesbilitas lahan positif. Daerah yang memiliki kelengkapan fasilitas umum tinggi akan memiliki aksesbilrtas lahan positif yang tinggi pula. Hal ini di karenakan fasilitas umum biasanya terletak pada daerah stategis yang dapat di jangkau dengan mudah dan biasanya terletak dekat dengan jalan arteri maupun kolektor. Tabel di bawah ini menunjukan intensitas kelengkapan fasilitas umum Kecamatan Jetis di rinci tiap Kelurahan.
Tabel 10" Luas dan Persentase Aksesibilitas Lahan Negatif Kelurahan
Luas (km2)
Jumiah Kelengkapan Intensitas Kelengkapan Fasilitas Umum Fasilitas Umum 82,758 48
Bunijo
0,58
Gowongan
0,46
51
i 10.869
0,66
A' +L
63.636
Cokrodiningratan
Peta Kelas Harga Lahan
Peta kelas harga lahan merupakan peta
hasil analisis data atribut overlay beberapa peta parameter penentu harga lahan, yaitu : peta penggunaan lahan, peta aksesbilitas lahan positif, peta aksesbilitas lahan negatif dan peta kelengkapan utilitas umum. Dari hasilperhitungan dan analisis total harkat semua parameter penentu harga lahan didapat empat kelas harga lahan, yaitu: kelas I dengan
tingkat harga lahan sangattinggi, kelas II dengan tingkat harga lahan tinggi, kelas III tingkat harga lahansedang dan kelas IV dengan tingkatharga lahan rendah. Harga lahan kelas I (sangat tinggi) memiliki nilai lahan yang sangattinggi. Harga lahan kelas I terdapat di sepanjang jalan arteri dan kolektor Kelurahan Gowongan dan Cokrodiningratan. Daerah ini merupakan daerahyang memiliki nilai lahan yang tinggi karena letaknya yang strategis,aksesbilitas lahan positifnya tinggi, fasilitas umum yang tersedia di daerahini juga lengkap.
Harga lahan kelas II (tinggi) terdapat dr sebagian besar Kelurahan Bumrjo, Gowoneal dan Cokrodiningratan, atau dapat di katakal
sebagian besar wilayah Kecamatan Jeti-. masuk dalam kelas harga lahan II. Hal ini c: karenakan Kecamatan Jetis merupakan daera:
perkotaan,
di mana jenis penggunaan lah:-
yang mendominasi adalah pertokoan d.: permukiman, fasilitas umum yang ada r;;-i sudah lengkap.
Harga lahan kelas III (sedang) memrl-r aksesbilitas lahan negatif rendah. Walau:u. memiliki aksesibilitas lahan negatif ".,-,e rendah, namun lahan pada h ar ga lahan kel:-. -ini memiliki nilai lahan rendah karena tern*rur. dekat dengan sungai maupun kuburan, J:mm penggunaan lahan yang ada pada harua l,tm,, kelas III ini adalah permukiman, akses:::m, lahan positifnya sedang di mana hanl'a c rmrihi oleh jalan lokal dan jalan lain saja. F-.; umum yang tersediapun termasuk ke j kategori rendah atau sedikit"
Iswari Nur Hidayati, Analisis Harga Lahan
o
"125
29
Gambar 4.
P eta
Hargalahan kelas IV (rendah) memiliki nilai lahan yang rendah. Lokasinya sangat dekat dengan sungai maupun kuburan, aksesbilitas lahan positifnya rendah dan tidak adanya fasilitas umum yang tersedia. Jenis penggunaan lahan yang ada berupa permukiman dan lahan kosong. Analisis HargaLahan Dari hasil penelitian yang ada harga lahan sangat tinggi terdapatdi Kelurahan Gowongan dan Cokrodiningratan dan sebagian kecil di Kelurahan Bumijo yang terletak di sepanjang jalan arteri dan kolektor. Survey lapangan juga menunjukkan bahwa rerata harga lahan di daerah tersebut adalah Rp 6.000.000,00 - Rp 7.000.000,00. Sedangkan harga lahan tinggi
5oo
750
71
1,000
m
Kelas Harga Lahan
terdapat di Kecamatan Jetis yang sebagian besar wilayahnya mempunyai aksesibilitas lahan positif yang baik. Range harga lahan untuk daerah ini sebesar Rp 3.000.000,00 - Rp 5.000.000,001m2. Harga lahan rendah terdapat
pada lahan yane mempunyai aksesibilitas negatif tinggi, mempunyai lokasi yang tidak terlalu strategis, dekat dengan kuburan maupun sungai, jauh dari perkantoran pemerintah dan sebagian besarpenggunaan lahan bempa lahan
kosong. Hargauntuk lahan rendah ini berkisar antara Rp 500.000,00 - Rp 800.000,00/m2.
SIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1) Citra Quickbird dapat memberikan informasi yang baik untuk interpretasi harga lahan
72
Gea, Jtrrnal Pendidikan Geografi, Volume 13. Nomor
uji ketelitan sebesar 92.39%;2). Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa di Kecamatan Jetis terbagi menjadi beberapa kelas harga lahan yaitu harga lahan tinggi dengan
dengan persentase 52,35oh, harga iahan tinggi sebesar 22.94%. harga lahan sedang dan harga lahan paling rendah.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pemetaan Daerah. (2011). Deskripsi Wil ay ah Ko t a Yo gy akar t a.Yo gy akar1ta Badan Pusat Statistik. (20 1 1). Kota Yogyakarta
dalam Angka 2011 .Yogyakafta Ghani. (2008). Pemetaan Persebaran NJOP Kabupaten Pati.Laporan Penelitian. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Damayanti. Ika Abrita. (2008). Pemanfaatan Citla II(ONOS dan Sistem Inforrnasi Geografi Dalam Rangka Pemetaan E,stimasi Harga Lahan di Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarla.Tilgas Akhir. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Hidayati, Iswari Nur. (2010). Modul Penginderaan Jauh untuk Studi Perkotaan. Eakultas Geografi. UGM
Meirarrr rrtrianingsih. (2011). Analisis Pe-
ngarih Harga Sewa, Pendapatan Keluarga, Fasilitas, Lokasi, dan Harga Substitttsi terltadap Permintaan
.
Rusunawa. Universitas Diponegoro. Meyliana. (1996). Penerapan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi Unfuk Mengkaji Harga Lahan di
l, April 2013, halaman 59-72
Kecamatan Laweyan I(otamadya Surakarta. Skripsi. Fakultas Geografi Universitas Gadj ah Mada. Yogyakar-ta. Setyawan, Dony. (2009). Studi Komparatif Harga Lahan Berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi dan Harga Pasaran Dalam Perspektif Keruangan Kota Yogyakarta.Skripsi. Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarla.
Singgih, Doddy S. (1999). Metode Analisis Fungsi Lahan dalam Perspektif Sosiologi Pedesaan. -Io u r na I .Masyarakat Kebudayaan dan Politik. Th XII, No. 3. Juli 1999.1-8. Susanti, Diyah Reny. (2004). Penggunaan
Ortofoto Untuk Invetarisasi Hargct Lhhan ( Kasus di Kecamcttan lVgaglik Kabttpaten Sleman). Skripsi. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarla. Sutawr.laya. Adrian. (2004). Analisis Faktorfaktor yang mempengaruhi Nilar Tanah
sebagai Dasar Penilaian Nilai Jual Objek Pajak PBB di Kota Semarang. Jurnal. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.9. No 1. Juni 2004. Kajian Ekonorni Negara Berkembang hal 65-78. Suryani. (2012). Analisis Bebebrapa Faktor Sosial Ekonorni yang lnempengaruhi Pendapatan Usaha Tam. Jurnal. Jurnal Agrista - ISSN 2302-1113. Prograr.n Studi Agribisnis. Universitas Sebelas Maret Surakarta.