Our ref: 58.09.07
Progress Report June- October 2008
Introducing the Islamic Hima and Harim System As A New Approach to Nature Conservation in Indonesia
Fachruddin M.Mangunjaya email:
[email protected]
Address: The Javan Gibbon Foundation Jalan Raya Bogor-Sukabumi KM 21 Lido Cigombong 16740 BOGOR- INDONESIA Telp /fax (0251) 224963
Part 1 – Dialogue with the Islamic Boarding School to incorporate the conservation messages in Islamic teaching This dialogue was succesfully being conducted at CICO Resort, July 29 2008. The objective of this meeting is to facilitate the islamic boarding school as important stakeholder at the surrounding Gunung Gede, Halimun and Salak National Park in determining of their inquiry to contribute to nature conservation. The meeting was attended by 19 Islamic Boarding School leaders to represent about 31.900 students and communities at from the schools. The gathering was also attended by other stakeholders such as Head of Gunung Gede Pangrango National Park, Conservation International Indonesia, Environmental Service Program (ESP) USAID, Yayasan Owa Jawa, National Media, NGO Movement (PILI), etc. The Meeting being held in order to accommodate and initiate the preference of the Islamic boarding school (pesantren) in contributing to conservation program, especially at the buffer zone of Gunung Gede-Pangrango National Park, Gunung Salak and Halimun National Park. The dialogue conducted into two session: the First session delivered by Prof. Dr. Dudung Darusman, MA professor of natural resources economic from Bogor Agriculture University (IPB) and KH Thonthowi Musaddad, MA , an eminence Islamic leader from Pesantren al Washilah, Garut. Prof Dudung presented a topic entitles: “Establishing an Islamic tradition in preserving the environment, whereas Thonthowi Musaddad, discussed about concepts that already available in Islam, like: al jariyah, and quoted some hadits (Islamic narrated traditions) and others Islamic teaching that highlighting the human relation to nature. At second session, Dr. Ahmad Sudirman Abbas, lecturer of Shariah at the State Islamic University (Universitas Islam Negeri-UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta and Fachruddin M. Mangunjaya, author of The book: Nature Conservation in Islam. Dr Abbas delivered presentation on Traditional Islamic view to the conservation Issues: “Revitalizing land (Ihya al-Mawat) from the perfective of Islamic shariah (Fiqh) and Mr Mangunjaya presented “The introduction of Harim and Hima system in the Islamic conservation tradition.” The conclusion of the discussion and as the participants also agrees: that Islam has a constructive conservation concept, and conservation tradition that implemented in Islamic tradition. But, the knowledge was not appropriately ‘applied’ as in so many Islamic societies and land. The entire participant were enthusiastic in following the dialogue as indicated by the courage of participant during the dialogue and number of response that conducted around conservation concepts and also comments in session discussion. The dialogue has been refreshing the potential efforts of Islamic school in contributing to protect the environment in Indonesia. Then at the same time continued inline with the strong collaboration between organization and supported reality action at the site, we may hope at the same time wait for action Islamic boarding school to support conservation action. Table 1 is a list of Islamic school attended and their preference in contributing to the conservation activities as this is will be a basic work to conduct furter project objective (activities part 2 and 3). Media coverage: Four media agencies has publish the activities one National Agency (Antara) has come to cover the activies (news and links attached). 58.09.07 Progress Report June- October 2008
2
Figure 1. Dialogue with the Islamic Boarding School to incorporate the conservation messages in Islamic teaching.
Figure 2. Participant of Dialogue with the Islamic Boarding School to incorporate the conservation messages in Islamic teaching.
Part 2 – Publish materials on the Islamic teaching on environmentalism for youth and general public. Meeting has been set up to point out the writing outline for the book with writers Fachruddin Mangunjaya (FM), author of Nature Conservation in Islam and Dr.Ahmad Sudirman Abbas (ASA), an Islamic shariah scholar for State Islamic University UIN Jakarta. The final date line for finishing the book has been set up, 58.09.07 Progress Report June- October 2008
3
and planned will be finished at the end of November 2008; about 100 percent of the book content has been written. The book will be reviewed and edited as properly guarantee the quality justification of the content. The book entitled: Kazanah Alam: Petunjuk Kontribusi Islam untuk Pelestarian Alam.--Natural Treasure: Guide Line for Islamic Contribution to Nature Conservation). This publication will be a series of applied actions in Islamic community action to protect the nature based on believe and Islamic conservation ethic. The publication of this book planned to engaged the professional publisher (such as Yayasan Obor Indonesia: www.obor.or.id) in partnership with Conservation International- Indonesia, Conservation and Religion Initiative. With partnership the book will be available in the market for public interest along with the ‘available cost’ subsidized from the Rufford Small Grant and Conservation International- Indonesia.
Annexes
A. Media Coverage: 1. Islamic School can be a motivator for nature conservation (Media Indonesia, Rabu, 30 Juli 2008). 2. Cutting trees without knowledge will destroying forest (ANTARA 29/7/2008) 3. Sarasehan Peran Pondok Pesantren Digelar di Bogor ( A workshop of Islami boarding school held in Bogor, Monitor Depok 29/7/2008)
1. http://mediaindonesia.com/index.php?ar_id=MTk5MTQ= Rabu, 30 Juli 2008 09:19 WIB
Pesantren Bisa Jadi Motivator Konservasi Alam BOGOR--MI: Pesantren bisa turut berperan aktif dalam upaya konservasi lingkungan baik dengan terjun langsung dalam penanaman pohon maupun memotivasi masyarakat untuk berperan serta. Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Luhur Al-Qasilah di Garut, Jawa Barat, Thontowi Djauhari Musaddad mengatakan, seusai memberikan ceramah agama di desa-desa di Garut dan sekitarnya, ia selalu membagikan benih untuk ditanam di halaman warga. Thontowi mengungkapkan hal tersebut saat berbagi pengalaman dalam Sarasehan "Kontribusi Pesantren untuk Konservasi Alam" di Bogor, Selasa (29/7). Ia melakukan hal tersebut sejak tahun 2001 dan sampai saat ini sudah terbentuk 116 kelompok beranggotakan sekitar 30 kepala keluarga di Garut yang melakukan pembibitan pohon bernilai ekonomi tinggi seperti mahoni, jati, raksamala, lengkeng, pete dan alpukat. "Dengan membudidayakan pohon ini berarti telah memenuhi beberapa pilar yaitu ekonomi, ekosistem dan sosial yang tiga-tiganya menyatu, sehingga sekali mendayung
58.09.07 Progress Report June- October 2008
4
semuanya dapat," tambahnya. Sebagai motivator dalam konservasi alam, ia mengaku harus memahami keinginan warga desa. "Mereka harus mengerti, mereka butuh aksi, kontribusi, bukan hanya sekedar janji. Intinya mereka sebenarnya mau melakukan apa saja, asal prospeknya bagus," katanya. Ia mengatakan, hanya membantu mendorong gerakan moral peduli lingkungan, serta memberikan contoh kepada masyarakat cara menanam pohon. Langkah selanjutnya untuk penanaman dan perawatan pohon dilakukan oleh warga sendiri. Pohon dapat menjadi alternatif penghasilan bagi warga karena harga satu batang kayu jati bisa mencapai Rp1 juta sampai Rp2 juta. "Investasi di tanaman prospeknya lebih baik daripada investasi di bank, apalagi untuk pohon yang diambil buahnya," katanya. Namun diakuinya banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya menjaga lingkungan hidup. "Kita diciptakan dari tanah, hidup di tanah, dan kembali ke tanah. Allah meminta kita untuk memakmurkan tanah," katanya. Ia mengakui, hingga kini belum ada penghargaan dari pemerintah untuk upayanya tersebut. Namun bagi dia, menjaga lingkungan agar tetap baik adalah suatu penghargaan baginya. Sementara itu, pimpinan Ponpes Daarul Muttaqien Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, KH Abdul Rozak mengatakan, dahulu setiap musim kemarau ia mengalami kesulitan air. Ia kemudian menanam 2000 bibit pohon jati di lingkungan ponpesnya seluas dua hektare. "Tidak semua bibit tumbuh, tapi sekarang lingkungannya menjadi rindang dan tidak kesulitan air," katanya. (Ant/OL-01)
2. TEBANG POHON TANPA BEKAL PENGETAHUAN RUSAK HUTAN Bogor, 29/7 (ANTARA) - Perilaku manusia yang membabat pohon tanpa dasar ilmu pengetahuan tapi hanya keserakahan, menyebabkan kerusakan hutan dan menimbulkan bencana alam. Guru besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Dudung Darusman mengatakan, hanya pohon di hutan produksi yang bisa ditebang, yang telah memenuhi syarat tebang. "Contohnya Bogor yang merupakan kawasan resapan air. Karena hutan di kawasan hulu sungai telah digunduli, pada musim kemarau Bogor kesulitan air dan pada musim hujan terjadi banjir dan longsor," kata Dudung pada Sarasehan Kontribusi Pesantren untuk Konservasi Alam di Cico Resort, Bogor, Selasa. Zaman dahulu, kata dia, kebutuhan atau keinginan manusia mengelola hutan sebatas cukup, tapi saat ini tingkat kecukupan manusia sudah jauh lebih tinggi sehingga
58.09.07 Progress Report June- October 2008
5
menyebabkan kerusakan hutan. Menurut dia, bencana alam yang timbul akibat kerusakan hutan tidak hanya banjir dan longsor, juga gejala El nino, pemanasan global, serta munculnya wabah penyakit baru. Dudung menyambut baik, keinginan pengurus pondok pesantren (Ponpes) untuk terlibat secara aktif dalam memelihara kelestarian alam. Menurut dia, ponpes adalah lembaga yang potensial membangun tradisi silaturrahmi sekaligus menyosialisasikan upaya pelestarian alam kepada masyarakat. Potensi yang dimiliki ponpes, kata dia, meliputi adanya keyakinan, ilmu dan istiqomah, tantangan, ketersediaan ilmu pengetahuan, serta adanya kesempatan, peluang serta kesesuaian kondisi. Dalam memelihara alam maupun memulihkan lingkungan yang rusak, Dudung mengusulkan, partisipasi aktif yang bisa dilakukan pengelola ponpes adalah, memelihara pohon dengan sistem agroforestry, yakni menanam beberapa jenis pohon pada lahan yang sama. "Sehingga, masyarakat bisa memanfaatkan pohon yang ditanam tersebut tanpa mengganggu kawasan hutan," katanya. Pengelola Ponpes Luhur Al Wasilah Kabupaten Garut, Tontowi Jauhari Musaddad mengatakan, ia telah melakukan kampanye lingkungan hidup sejak 2001, tidak terbatas hanya di Garut, tapi juga beebrapa wilayah lain di Jawa Barat. Dalam kampanye lingkungan hidup, kyai kelahiran Yogyakarta ini menggandeng lembaga yang terkait dengan lingkungan hidup guna memotivasi masyarakat menjaga kelestarian alam. "Hasilnya, saat ini telah terbentuk sebanyak 116 kelompok pembibitan di Garut," katanya. Sedangkan, pimpinan Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, KH Abdul Rozak mengatakan, dahulu setiap musim kemarau ia mengalami kesulitan air. Ia kemudian menanam 2000 bibit pohon jati di lingkungan ponpesnya seluas dua hektare. "Tidak semua bibit tumbuh, tapi sekarang lingkungannya menjadi rindang dan tidak kesulitan air," katanya. ***6*** 3. PESANTREN BISA JADI MOTIVATOR KONSERVASI ALAM Bogor, 30/7 (ANTARA) - Pesantren bisa turut berperan aktif dalam upaya konservasi lingkungan baik dengan terjun langsung dalam penanaman pohon maupun memotivasi masyarakat untuk berperan serta. Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Luhur Al-Qasilah di Garut, Jawa Barat, Thontowi Djauhari Musaddad mengatakan, seusai memberikan ceramah agama di desadesa di Garut dan sekitarnya, ia selalu membagikan benih untuk ditanam di halaman warga. Thontowi mengungkapkan hal tersebut saat berbagi pengalaman dalam Sarasehan "Kontribusi Pesantren untuk Konservasi Alam" di Bogor, Selasa (29/7). Ia melakukan hal tersebut sejak tahun 2001 dan sampai saat ini sudah terbentuk 116 kelompok beranggotakan sekitar 30 kepala keluarga di Garut yang melakukan pembibitan pohon bernilai ekonomi tinggi seperti mahoni, jati, raksamala, lengkeng, pete dan alpukat. "Dengan membudidayakan pohon ini berarti telah memenuhi beberapa pilar yaitu ekonomi, ekosistem dan sosial yang tiga-tiganya menyatu, sehingga sekali mendayung semuanya dapat," tambahnya. Sebagai motivator dalam konservasi alam, ia mengaku harus memahami keinginan warga desa. "Mereka harus mengerti, mereka butuh aksi, kontribusi, bukan hanya sekedar janji. Intinya mereka sebenarnya mau melakukan apa saja, asal prospeknya bagus," katanya. Ia mengatakan, hanya membantu mendorong gerakan moral peduli lingkungan, serta memberikan contoh kepada masyarakat cara menanam pohon. Langkah
58.09.07 Progress Report June- October 2008
6
selanjutnya untuk penanaman dan perawatan pohon dilakukan oleh warga sendiri. Pohon dapat menjadi alternatif penghasilan bagi warga karena harga satu batang kayu jati bisa mencapai Rp1 juta sampai Rp2 juta. "Investasi di tanaman prospeknya lebih baik daripada investasi di bank, apalagi untuk pohon yang diambil buahnya," katanya. Namun diakuinya banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya menjaga lingkungan hidup. "Kita diciptakan dari tanah, hidup di tanah, dan kembali ke tanah. Allah meminta kita untuk memakmurkan tanah," katanya. Ia mengakui, hingga kini belum ada penghargaan dari pemerintah untuk upayanya tersebut. Namun bagi dia, menjaga lingkungan agar tetap baik adalah suatu penghargaan baginya. Sementara itu, pimpinan Ponpes Daarul Muttaqien Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, KH Abdul Rozak mengatakan, dahulu setiap musim kemarau ia mengalami kesulitan air. Ia kemudian menanam 2000 bibit pohon jati di lingkungan ponpesnya seluas dua hektare. "Tidak semua bibit tumbuh, tapi sekarang lingkungannya menjadi rindang dan tidak kesulitan air," katanya. ***6***
58.09.07 Progress Report June- October 2008
7
Annex B. Table 1. Preference activities of Islamic Boarding School to Nature Conservation
No
1
Name of the Boarding School
Number of students
Do you have a land; what activities in the land
hima
Preference action to conservation Environmental Tree curriculum planting & based on Islamic Seedling harim techniques Teaching
Assalam , Pesantren Modern
650
yes (paddy field)
no
no
no
yes
no
13,000
yes (174ha); agriculture
no
no
yes
no
yes
750
yes (farming)
no
no
yes
yes
yes
Organic farming
3
Nurul Iman, Pondok Al Ashriyyah Sahid, Pesantren Modern, Bogor
4
Darul Uluum, Pondok Modern, Lido,Bogor
1,132
yes (vegetables)
yes
no
yes
no
no
5
Gelar, Pondok Pesantren
150
yes
yes
yes
yes
no
yes
6
Al Bayan, SMA Pesantren Unggulan
139
yes (paddy, and farming)
no
no
yes
no
no
2
58.09.07 Progress Report June- October 2008
Comments need a further action such as training for seedling need help to increase skill conservation. need a further real actions action in field of planting trees with community; baliho about Islamic school and environment invole the pesentren in further activities such as carbon trading, etc. Need application program being conducted at the boarding school.
8
7
Al Ghazali,PP
2,006
no
no
no
no
yes
no
8
Pp Alfalakiyyah, Bogor
600
yes
no
no
yes
no
no
9
Darun Najah 2, PP, Cipining
1,902
yes (100ha), agroforestry
no
no
yes
yes
yes
Darussalam, PP,Bogor
300
no
no
no
yes
no
yes
552
yes
no
no
yes
no
yes
150
yes
no
no
yes
yes
no
1,350
yes (farming and cattle)
no
no
yes
no
yes
10
11 12
Nurul Hidayah,pp Lembaga MT Assaadah
13
Tarbiyatul Falah, Bogor
58.09.07 Progress Report June- October 2008
need all stakeholders involve for conservation training in seedling; guide book of seedling and conservation practice; request for training of trainer need a regular information about conservation and training of conservation curricula. follow up and measurable activities need a further action and application to the community need a real action Need a further action and application to the community. Need training to trainer for human resource to teach in the school.
9
14
Al Irsyadiah,PP
350
yes (rice field)
no
no
yes
no
yes
15
Al Bunyani al Islami, PP
60
yes (need seedling trees)
no
no
yes
no
yes
16
Darul Muttaqin Parung,PP
1,124
yes
17
PP Ulumul Qur'an
285
yes
no
no
yes
yes
yes
18
PP.Attanwiriyah
420
no
no
no
yes
yes
no
19
PP. Buntet Cirebon
7,000
no answer
yes
yes
yes
yes
yes
-
-
-
-
-
we can be much more active in contributing to conservation activities need help to implement the conservation program at the islamic school. Real action for humanity, and measurable actions action in field of planting trees with community visit the school for their needs; involve the school with green activities. escalating the concept to practice and more wide concept of implementation
31,920
58.09.07 Progress Report June- October 2008
10