Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
MARKET DISCIPLINE MECHANISM: A QUANTITATIVE APPROACH (THE STUDY OF ISLAMIC BANKING IN INDONESIA 2011-2014) Ayub Wijayati Sapta Pradana *) Hariri *) Junaidi *) ABSTRACT The level of disclosure of financial statements is a source of information for stakeholders to take an economic decisions. In a banking context, it refers to the customer's decision to invest in the bank. The next question, whether the level of disclosure of financial statements will affect the customer's decision to keep or attract deposits which is illustrated by changes in the number of third-party funds. As a consequence of the concept profit loss sharing is a fundamental principle of Islamic banks, the customer of Islamic bank should have a high sensitivity for the company. It means, customers of Islamic banks will be more react to the information that disclosed in the financial statements. This study aimed to examine the effect of the level of disclosure of financial statements to changes in the number of third-party funds. The research is a study on Islamic Banks in Indonesia period 2011-2014. Data were analyzed using a regression model. The study states that the level of disclosure of financial statements has a significant positive effect on changes in the number of third-party funds. This indicates that there is a market disciplin mechanisms on Islamic Banks in Indonesia. But henceforth, this research still needs to be reinforced with a qualitative approach, test for other factors that influence changes in the number of third party funds, as well as the comparison test with conventional commercial banks. Keywords: Market Discipline, The Level of Disclosure, Third Party Funds, Islamic Banks
57
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
1.
Pendahuluan Pertumbuhan dan perkembangan perbankan Islam (iB) di Indonesia dengan statistik yang cukup baik (Bank Indonesia, 2014) perlu diiringi dengan pelaksanaan Good Corporate Governance bagi perbankan syariah yang mana transparansi merupakan pilar utamanya (Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009). Dengan kata lain, transparansi merupakan suatu kebutuhan yang mutlak dalam dunia perbankan secara khusus maupun perekonomian secara umum. Namun kondisi yang ada saat ini menggambarkan hal yang bertolak belakang, yakni terlihat dari beberapa contoh skandal akuntansi dunia yang cukup besar, seperti kasus Enron (Th 2001), Worldcom (Th 2002), hingga yang lebih terkini Lehman & Brothers (Th 2008) sebagai penyumbang subprime mortgage AS 2008 dapat terjadi karena kurangnya pengungkapan atau pengungkapan informasi yang salah oleh perusahaan (Shehata, 2014). Tidak jauh berbeda dengan kondisi di dunia secara global, transparansi di Indonesia juga masih berada pada level yang rendah. Dalam bidang auditing dan pelaporan, Indonesia berada pada rangking 74 dari 148 negara (The Global Competitiveness Report 2013-2014). Sejalan dengan kondisi tersebut, hasil survey Pricewaterhouse and Coopers terhadap investor-investor internasional di Asia menunjukkan bahwa Indonesia dinilai sebagai salah satu yang terendah dalam bidang transparansi, standar dan praktik pengungkapan serta penerapan auditing, dibandingkan dengan negara Asia lain dan Australia (FCGI, 2004 dalam Nuryaman, 2008). Fakta - fakta tersebut dapat menjadi koreksi bagi Indonesia untuk lebih meningkatkan transparansi (tingkat pengungkapan informasi) dalam laporan keuangan serta implementasi standar audit dan pelaporan yang efektif. Dalam dunia perbankan syariah, isu transparansi juga menjadi perhatian utama para nasabah serta pihak lain yang berkepentingan (Nurhayati dan Wasilah, 2013). Lahrech et.al (2014) menjelaskan bahwa transparansi pada bank syariah dalam hal distribusi bagi hasil serta penempatan dana simpanan nasabah (investment account-holders) masih belum memadai. Arifin et.al (2005) menjelaskan melalui penelitian empiris persepsional tentang isu transparansi dan disiplin pasar pada bank syariah di 14 negara menunjukkan bahwa transparansi dan pengungkapan risiko pada bank syariah masih rendah atau belum optimal. Beberapa fenomena tersebut, menimbulkan pertanyaan kritis mengenai transparansi (tingkat pengungkapan informasi) serta peran akuntansi dalam menghasilkan informasi keuangan yang berkualitas pada bank syariah. Transparansi bank syariah dalam konteks penelitian ini secara spesifik dilihat dari tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan. Hidayat dan Abdulrahman (2014) meneliti tingkat pengungkapan laporan tahunan pada 5 bank Islam di Bahrain periode tahun 2010 menunjukkan bahwa bahwa bank Islam memiliki level of compliance yang tinggi terhadap AAOIFI standart. Al-Sawalqa (2014) juga melakukan penelitian mengenai tingkat ketaatan terhadap corporate governance mechanism dalam aspek transparansi dan pengungkapan serta luas voluntary disclosure pada 13 bank di Jordan yang terdaftar dalam Amman Stock Exchange (ASE) tahun 2012, hasilnya menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan
58
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
wajib bank Islam sangat tinggi, namun tidak diiringi dengan keluasan tingkat pengungkapan sukarela. Beberapa penelitian di negara timur tengah tersebut mengambil tingkat ketaatan perbankan sebagai objek penelitian, namun standar yang digunakan seperti AAOIFI standart dan corporate governance mechanism masih mengacu pada sektor ekonomi secara umum. Sementara dalam penelitian ini, sudah menggunakan standar akuntansi khusus bagi tingkat pengungkapan laporan keuangan perbankan syariah. Selain itu, tingginya tingkat pengungkapan bank syariah hasil penelitian dari Hidayat dan Abdulrahman (2014) serta Al- Sawalqa (2014) belum menjelaskan khusus pada aspek risiko bank, sehingga bertentangan dengan hasil penelitian Lahrech et.al (2014) dan Arifin et.al (2005). Sementara penelitian mengenai tingkat pengungkapan laporan keuangan yang ada di Indonesia saat ini, baik yang bersifat pengungkapan wajib maupun sukarela (Gray, et.al, 1995) belum berfokus pada sektor perbankan melainkan pada sektor lain, yakni: pembiayaan sebesar 79,56% (Oktaviani dan Martani, 2006), manufaktur 64,75% (Primastuti dan Achmad, 2012), property dan real estate sebesar 57,24% - 77,45% (Agustina, 2012; Permata, 2013), pemerintahan sebesar 30,85% - 37,92% (Subkhan dan Luthfiyati, 2011; Suhardjanto dan Yulianingtyas, 2011), dan sektor lain berkisar antara 34,32% hingga 58,87% (Nuryaman, 2008; Hardiningsih, 2008; Hapsoro, 2009; Wardani, 2012; Baskaraningrum dan Merkusiwati, 2013). Melalui tingkat pengungkapan laporan keuangan yang memadai nasabah mendapatkan informasi mengenai kinerja dan risiko bank (Hosono, 2005; Stephanou, 2010; Febrian dan Herwany, 2011). Nasabah akan memberi respon dengan menarik dana simpanan (pendekatan kuantitatif) atau menetapkan bunga yang tinggi (pendekatan harga) pada bank yang memiliki resiko tinggi, hal ini disebut sebagai mekanisme pendisiplinan pasar (Levi-Yeyati et.al, 2004; Hosono, 2005; Febrian dan Herwany, 2011). Bank syariah dengan prinsip bagi hasil akan memberi konsekuensi risiko hasil yang diterima nasabah lebih tinggi daripada bank konvensional (Hasan, 2013), sehingga mengindikasikan sensitifitas nasabah bank syariah lebih tinggi daripada nasabah bank konvensional (Hasan dan Tandelilin, 2012). Namun, apakah benar nasabah bank syariah dengan penerimaan bagi hasil yang tidak tetap akan bereaksi terhadap informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan dengan cara menarik dana simpanan? Berdasarkan beberapa uraian diatas, dalam frame mekanisme disiplin pasar dengan pendekatan kuantitatif, penelitian ini mencoba merumuskan hubungan antara tingkat pengungkapan laporan keuangan dengan perubahan jumlah dana pihak ketiga (giro, tabungan, deposito) pada bank syariah. Selanjutnya penelitian ini akan tersusun dari beberapa bagian. Pada bab II (kajian literatur) akan dijelaskan dasar teori penelitian kerangka pemikiran serta beberapa studi sebelumnya yang relevan baik di Indonesia maupun di luar negeri. Pada bab III (data dan metodologi penelitian) menjelaskan data dan periode pengamatan, metodologi yang digunakan, serta statistik deskriptif. Pada bab IV (hasil dan pembahasan) menjelaskan temuan empiris mengenai
59
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
tingkat pengungkapan laporan keuangan bank syariah dalam periode pengamatan, serta pengaruhnya terhadap perubahan jumlah dana pihak ketiga, yang kemudian dilakukan pembahasan dengan melibatkan penelitian sebelumnya. Pada bab V (kesimpulan) berisi ringkasan penelitian, kontribusi penelitian, keterbatasan penelitian serta potensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Kajian Literatur 2.1. Teori Korporasi Syariah (Sharia Enterprise Theory) Teori korporasi syariah dalam lingkup akuntansi pada mulanya akan diarahkan pada konsep akuntabilitas vertikal dan berlanjut implementasi melalui konsep akuntabilitas horizontal (Triyuwono, 2006: 340-341). Konsep vertical accountability menjelaskan bahwa Tuhan sebagai The Ultimate Principal menugaskan manusia (agent) untuk menyebarkan rahmat dan kesejahteraan (dalam bentuk ekonomi, sosial, spiritual, politik dan sebagainya) pada manusia lain (stakeholders) dan alam (natural environment) (Triyuwono dan Roekhudin, 2000:157-164 dalam Triyuwono, 2006: 340). Selanjutnya, tugas manusia tersebut harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehingga agent (manajemen) harus bertanggung jawab pada masyarakat (stakeholders) dan alam (universe), ini disebut sebagai horizontal accountability (Triyuwono dan Roekhudin, 2000:157-164 dalam Triyuwono, 2006:341). Perusahaan sebagai agent memiliki kewajiban bertanggungjawab secara vertikal kepada Tuhan dan secara horisontal kepada para stakeholders dan alam melalui pengungkapan dan penyajian informasi perusahaan secara adil, transparan, full disclosure, dan tidak memihak pada satu golongan tertentu. Dengan kata lain semua pihak mendapatkan akses mengenai informasi perusahaan untuk pengambilan keputusan. 2.2. Teori Stakeholder (Stakeholders Theory) Dalam teori stakeholder dijelaskan bahwa sekelompok orang atau individu dapat mempengaruhi kegiatan perusahaan ataupun dapat dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan, baik secara langsung mempengaruhi perusahaan (primary stakeholder) seperti ownershareholder-investor, manajer dan pegawai, pelanggan atau nasabah, komunitas lokal serta partner bisnis lainnya, maupun secara tidak langsung mempengaruhi perusahaan (secondary stakeholder) seperti pemerintah, lembaga sipil, grup sosial, media dan akademisi, serta pesaing bisnis (Freeman, 1984). Keterkaitan tersebut akan menimbulkan konsekuensi bahwa perusahaan perlu menerapkan tanggung jawab kepada para stakeholder-nya serta menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance), demi memenuhi ekspektasi yang diharapkan para stakeholder (Deegan, 2000). Transparansi sebagai pilar utama dari good corporate governance dapat diwujudkan dengan pengungkapan informasi (disclosure) yang relevan dan memadai bagi para stakeholder (Arifin et.al, 2005; Hosono, 2005; Stephanou, 2010; Febrian dan Herwany, 2011). Disclosure adalah bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada para
60
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
stakeholder dalam rangka mengurangi asimetri informasi antara kedua belah pihak (Deegan, 2004: 267), sehingga dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ekonomi yang rasional. Dengan adanya disclosure dapat meminimalisir kerugian stakeholder akibat kesalahan dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2.3. Teori Disiplin Pasar (Market Discipline Theory) Basel Committee on Banking Supervision (2001) menetapkan tiga pilar upaya peningkatan keamanan dan kesehatan (safety and soundness) perbankan dalam sistem keuangan, yakni; 1)disiplin pasar, 2)standar modal minimum, 3)proses pengawasan untuk regulator. Disiplin pasar merupakan salah satu pilar dari tiga elemen yang saling melengkapi dalam rangka mewujudkan dunia perbankan yang sehat dan aman. Stephanou (2010) mendefinisikan disiplin pasar sebagai suatu mekanisme dimana para partisipan pasar memonitor dan mendisiplinkan perilaku pengambilan risiko yang berlebihan oleh bank. Hal ini sejalan dengan argumen yang dikemukakan oleh Levi-Yeyati et.al (2004), Hosono (2005), serta Febrian dan Herwany (2011). Pengungkapan informasi (transparansi) merupakan aspek pertama dalam kerangka disiplin pasar (Stephanou, 2010; Hasan, 2013). Dengan adanya pengungkapan, para partisipan pasar dapat memproses informasi tersebut dan melakukan pengawasan terhadap bank sehingga akan terjadi mekanisme pendisiplinan pasar. Halamainen et.al (2003, 2005) dan Hasan (2013) juga menambahkan bahwa transparansi harus terdapat dalam disiplin pasar yang efektif. Prinsip bagi hasil pada bank syariah yang tidak memberikan penerimaan dalam jumlah tetap akan mengakibatkan risiko hasil bagi nasabah lebih tinggi daripada bank konvensional (Hasan, 2013). Hasil penelitian empiris oleh Hasan dan Tandelilin (2012) menggunakan data laporan keuangan tahunan 120 bank konvensional dan syariah tahun 2005-2009 mengindikasikan disiplin pasar oleh deposan bank syariah lebih kuat daripada disiplin pasar deposan bank konvensional. Reaksi deposan pada bank syariah lebih kuat dikarenakan mereka dihadapkan pada risiko hasil yang lebih tinggi sebagai konsekuensi dari prinsip bagi hasil (Hasan dan Tandelilin, 2012; Hasan, 2013). Levi-Yeyati et.al (2004) menyebutkan bahwa reaksi deposan atas risiko bank bisa dilihat melalui 2 jenis pendekatan; 1) pendekatan kuantitatif (menarik dana simpanan), dan 2) pendekatan harga (menetapkan tingkat bunga atau bagi hasil yang tinggi). Dalam konteks penelitian ini lebih relevan melihat reaksi pasar (market power) menggunakan pendekatan kuantitatif yang dapat diamati pada fluktuasi perubahan jumlah dana pihak ketiga dalam periode penelitian.
61
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran
Sumber: diringkas dari Triyuwono dan Khoerudin (2000), Freeman (1984), dan Stephanou (2010) 3. Data dan Metodologi Penelitian Variabel tingkat pengungkapan (Y) sebagai variabel independen diukur dengan indeks pengungkapan yang merujuk pada penelitian Wallace, et.al (1994) serta merupakan gabungan dari pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Item pengungkapan wajib dibuat berdasarkan PAPSI 2003 (lampiran
62
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
1), sementara item pengungkapan sukarela (lampiran 2) mengacu pada instrumen yang dikembangkan oleh Al-Baluchi (2006) yang telah disesuaikan yakni item yang sudah termasuk pada PAPSI 2003 tidak dimasukkan kembali dalam item voluntary disclosure. Variabel perubahan jumlah dana pihak ketiga (Z) sebagai variabel dependen diukur dari selisih dana pihak ketiga periode berjalan (t) dengan dana pihak ketiga periode sebelumnya (t-1) dalam bentuk logaritma natural (Levy-Yeyati, 2004; Hasan dan Tandelilin, 2012). Dana pihak ketiga bank syariah dalam penelitian ini merujuk pada fatwa DSN MUI no. 1-3 Th 2000 yakni terdiri dari giro, tabungan, dan deposito mudharabah. Unit analisis adalah Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia (lampiran 3). Populasi (Sekaran, 2003: 59) dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan dari BUS di Indonesia dengan konsistensi perolehan data selama periode penelitian tahun 2011 – 2014 sehingga diperoleh 11 BUS. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh yakni semua anggota populasi digunakan sebagai sampel sebanyak 44 laporan keuangan tahunan (Sugiyono, 2011: 68), sehingga data yang digunakan merupakan perpaduan dari crosssection data dan time-series data. Jenis data merupakan data sekunder yang diperoleh dari official website resmi BUS di Indonesia dengan cara dokumentasi dan selanjutnya ditelaah satu-persatu agar diperoleh data yang relevan. Tabel 3.1 Matriks Operasionalisasi Variabel Variabel Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan (Y)
Konsep Variabel/Proksi Indikator Indeks 𝑛 Pengungkapan 𝑥 100% 𝑘 (Disclosure Index / Dimana, DI) Jumlah item pengungkapan n : jumlah item pengungkapan wajib dan sukarela yang yang diungkapkan oleh perusahaan diungkapkan (pengungkapan wajib dan sukarela) dalam k : jumlah item pengungkapan wajib dan sukarela yang laporan keuangan. ditetapkan untuk diungkapkan (Wallace, et.al, 1994)
Perubahan Jumlah Dana Pihak Ketiga (Z)
Se li sih ( Δ) Dan a P ih ak Ketiga Ln Δ Dana Pihak Ketiga (DPK) = Perubahan (kenaikan atau penurunan) Ln jumlah simpanan masyarakat berupa giro, (DPK(t) - DPK (t-1)) tabungan dan deposito mudharabah dari periode berjalan terhadap periode sebelumnya. (Levy-Yeyati, 2004; Hasan dan Tandelilin, 2012)
Skala Rasio
Rasio
Metode analisis data yang digunakan adalah model regresi linier sederhana (simple regression). Pengujian hipotesis pada causal model atau Ordinary Least Square (OLS) dapat diterapkan untuk analisis model secara terpisah, yaitu variabel Y mempengaruhi Z, tetapi Z tidak mempengaruhi Y sehingga menunjukkan unilateral causal dependence.
63
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
Sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan uji asumsi klasik (heteroskedastisitas dan autokorelasi). Model penelitian sebagai berikut:
Z = β0 + β Y + e β0 β Y e
= = = =
Konstanta (intersept) Koefisien regresi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Error
Hipotesis yang diajukan adalah: H0: β ≤ 0, artinya tingkat pengungkapan laporan keuangan tidak berpengaruh positif signifikan terhadap Δ dana pihak ketiga. Ha: β > 0, artinya tingkat pengungkapan laporan keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap Δ dana pihak ketiga. Uji hipothesis secara parsial (uji t) menggunakan uji pihak kanan, dengan kriteria: Ho tidak dapat ditolak apabila thitung ≤ ttabel atau nilai sig>0,05 Ho dapat ditolak apabila thitung > ttabel atau nilai sig<0,05 Gambaran umum tingkat pengungkapan tertinggi berada pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muammalat Indonesia sebesar 71%, sementara Maybank Syariah merupakan yang terendah sebesar 56% (lampiran 4). Rata-rata indeks pengungkapan wajib tertinggi terdapat pada bank Muammalat Indonesia sebesar 71%, sementara bank Mega Syariah mencatat nilai terendah sebesar 46% (lampiran 5). Bank Syariah Mandiri memiliki tingkat pengungkapan sukarela tertinggi yakni sebesar 80%, sementara Maybank Syariah kembali tercatat dengan nilai terendah sebesar 63% (lampiran 6). Perubahan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) tertinggi berada pada Bank Syariah Mandiri dengan rata-rata ΔDPK sebesar 9,15 triliun rupiah, sementara itu yang terendah adalah Maybank Syariah dengan rata-rata ΔDPK sebesar 0,21 triliun rupiah (lampiran 7).
64
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
Hasil deskriptif statistik dari variabel penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Hasil Deskriptif Statistik Descriptive Statistics Minimum Maximum
N Y (DI) Z (LnDPK) Valid N (listwise)
44 44 44
54,13 22,33
72,39 30,24
Mean 62,4490 27,5588
Std. Deviation 4,62644 1,59568
(Sumber: data diolah menggunakan SPSS ver 20) Pada variabel tingkat pengungkapan atau disclosure index (Y) terlihat bahwa nilai terendah adalah 54,13 yaitu Maybank Syariah tahun 2011, sedangkan nilai tertinggi adalah 72,39 yaitu Bank Muamalat Indonesia tahun 2013, dan nilai rata-rata adalah 62,4490. Simpangan bakunya sebesar 4,62644 sehingga jika terjadi penyimpangan rata-rata maka tidak lebih dari 4,62644 atau -4,62644. Pada variabel Ln DPK (Z) terlihat bahwa nilai terendah adalah 22,33 yaitu Maybank Syariah tahun 2011, sedangkan nilai tertinggi adalah 30,24 yaitu Bank Syariah Mandiri tahun 2011 dan nilai rata-rata adalah 27,5588. Simpangan bakunya sebesar 1,59568 yang artinya adalah jika terjadi penyimpangan ratarata maka tidak lebih dari 1,59568 atau -1,59568. Normalitas data diuji dengan Kolmogorov-Smirnov test menunjukkan hasil p-value (nilai sig) = 0,911 lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa sebaran data telah memenuhi asumsi normalitas (lampiran 8). Sementara nilai residual hasil taksiran regresi juga telah memenuhi asumsi berdistribusi normal yang ditunjukkan dengan penyebaran data disekitar garis diagonal pada grafik Normal Probability-Plot (lampiran 9). Pola penyebaran residual persamaan regresi pada grafik Scetter plot menunjukkan bahwa titik-titik tidak membentuk pola tertentu serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, model bersifat homoskedastik atau tidak terdapat masalah heteroskedastisitas (lampiran 10). Uji autokorelasi ditunjukkan dengan nilai Durbin Watson sebesar DW = 1,691 (lampiran 11) yang berada pada area ragu-ragu (lampiran 12), sehingga perlu dilanjutkan dengan uji Run test untuk mengetahui keacakan nilai kesalahan model regresi dan diperoleh nilai sig Run test 0,996 > 0,05 yang berarti nilai residual acak atau dapat disimpulkan tidak terdapat masalah autokorelasi untuk model regresi yang digunakan (lampiran 13).
65
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
4. Hasil dan Pembahasan Tabel 4.1 Koefisien Y terhadap Z Coefficien ts a Unstandardized Coefficients B Std. Error
Model
(Constant)
4,683
1,796
,366
,029
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
2,607
,014
12,761
,000
1
Y_hat(Unstandardized Predicted Value) a. Dependent Variable: Z (LnDPK)
,917
(Sumber: data diolah menggunakan SPSS ver 20)
Zˆ
Dari tabel di atas dapat hasil persamaan regresi linear sederhana untuk pengaruh tingkat pengungkapan terhadap Δdana pihak ketiga (ΔDPK)adalah = 4,683 + 0,366Y
Dari persamaan diperoleh konstanta (intersept) sebesar 4,683 yang berarti ΔDPK tanpa dipengaruhi faktor apapun adalah sebesar 4,683. Koefisien regresi tingkat pengungkapan (Y) bertanda positif sebesar 0,366 yang artinya jika tingkat pengungkapan sebesar 1%, maka ΔDPK akan meningkat sebesar 0,366%. Jadi semakin tinggi tingkat pengungkapan akan diikuti dengan meningkatnya ΔDPK.
66
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara langsung tingkat pengungkapan terhadap ΔDPK, dilakukan analisis uji t dengan menetapkan confidence interval sebesar 95% atau α = 5%. Tabel 4.2 Tabel Koefisien (Uji t) Coefficients a Unstandardized Coefficients B Std. Error
Model
(Constant)
4,683
1,796
,366
,029
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
2,607
,014
12,761
,000
1
Y_hat(Unstandardized Predicted Value) a. Dependent Variable: Z (LnDPK)
,917
(Sumber: data diolah menggunakan SPSS ver 20) Hasil perhitungan tabel 4.2 menunjukkan nilai t hitung untuk variabel Y (tingkat pengungkapan) diperoleh sebesar 12,761 dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel untuk db = 44-1-1 = 42 dan α = 5% pada pengujian satu pihak sebesar 1,696 ( 12,761> 1,696) dan tingkat signifikansi hasil analisis lebih kecil dari taraf signifikasi maksimal (α =0,05) atau 0,000 < 0,05 sehingga Ho dapat ditolak. Maka dapat disimpulkan tingkat pengungkapan berpengaruh positif signifikan terhadap ΔDPK. Penelitian ini menguji kembali kebenaran dari teori disiplin pasar yang dijelaskan oleh Stephanou (2010) terkait respon nasabah (ΔDPK) terhadap tingkat pengungkapan. Menurut Stephanou (2010) transparansi informasi perusahaan yang ditunjukkan melalui tingkat pengungkapan merupakan prasyarat utama terjadinya mekanisme disiplin pasar, hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arifin et.al (2005), Hosono (2005), Febrian dan Herwany (2011), serta diperkuat dengan pendapat Halamainen et.al (2003, 2005) dan Hasan (2013) yang menyebutkan transparansi sebagai syarat mekanisme disiplin pasar yang efektif. Lachrech et.al (2014) menambahkan bahwa peningkatan transparansi akan memicu perbaikan tata kelola dana investasi nasabah oleh bank syariah serta terhindar dari praktek alokasi keuntungan yang tidak berpihak pada nasabah. Para pelaku pasar akan menyerap informasi yang diungkapkan bank terutama terkait dengan kinerja dan risiko, kemudian akan memberikan respon dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yakni dengan menarik dana simpanan jika risiko tinggi atau kinerja rendah dan sebaliknya (Levy-Yeyati et.al, 2004). Respon tersebut digambarkan melalui perubahan (kenaikan atau penurunan) jumlah dana pihak ketiga (ΔDPK). Pendekatan kuantitatif lebih sering digunakan dalam beberapa penelitian karena dapat diamati secara langsung fluktuasi data DPK serta menunjukkan sisi market power dari para nasabah. Hasan dan Tandelilin (2012) menggunakan perubahan jumlah deposito (variabel dependen) sebagai proksi untuk disiplin pasar pada periode t dengan risiko keuangan bank sebagai variabel independen pada periode t-1 untuk mendeteksi disiplin pasar bank syariah dan bank konvensional di Indonesia masa sebelum dan sesudah krisis global. Hasil
67
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
penelitian menunjukkan disiplin pasar lebih kuat terjadi pada masa sebelum krisis (tahun 2005-2007) daripada masa krisis dan sesudahnya (tahun 2008-2009). Hal senada diungkapkan oleh Taswan (2011) yang meneliti disiplin pasar sebagai kontrol risiko perbankan menemukan bahwa terdapat mekanisme disiplin pasar di Indonesia baik pada masa penjaminan simpanan implisit maupun eksplisit, sehingga dapat disimpulkan bahwa keputusan deposan murni dipengaruhi karena risiko bank yang tinggi dan bukan disebabkan skema penjaminan. Dalam konteks studi empiris perbankan syariah, penelitian juga ini mendukung Hasan dan Tandelilin (2012) yang menyebutkan bahwa praktik disiplin pasar pada bank syariah lebih kuat daripada bank konvensional. Hal ini senada dengan penelitian empiris persepsional Arifin et.al (2005) yang menekankan tingkat pengungkapan risiko bank syariah harus lebih tinggi daripada bank konvensional, serta diperkuat dengan argumen teoritis dari Hasan (2013) yang menjelaskan bahwa risiko hasil yang diterima nasabah bank syariah lebih besar daripada risiko hasil yang diterima nasabah bank konvensional terkait konsep bagi hasil (profit loss sharing) sebagai prinsip utama operasional bank syariah dengan konsekuensi penerimaan pendapatan yang tidak tetap. Dengan demikian penelitian ini mengindikasikan terjadi mekanisme disiplinan pasar pada BUS di Indonesia selama tahun 2011-2014. Mekanisme tersebut ditunjukkan melalui pengaruh positif signifikan dari tingkat pengungkapan terhadap respon pasar berupa ΔDPK yang berarti semakin tinggi tingkat pengungkapan maka semakin tinggi ΔDPK. Penelitian lain mengenai disiplin pasar juga dilakukan oleh Jatna (2007) dan Valensi (2005) namun menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian yang dilakukan pada beberapa kelompok bank umum konvensional di Indonesia, Jatna (2007) menyimpulkan bahwa belum terdapat efektifitas dalam disiplin pasar. Hal ini disebabkan karena rendahnya pemahaman masyarakat akan laporan keuangan bank dan keterbatasan akses informasi kinerja individual bank. Valensi (2005) menguji keberadaan disiplin pasar oleh deposan dan sesama bank (peer-banks) di Indonesia dengan mengklasifikasikan bank atas dasar hubungan kepemilikan dengan Pusat Kekuasaan Komersial (Commercial Power Centres – CPC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin pasar di Indonesia masih lemah karena cenderung terjadi hanya pada bank-bank non-CPC. Penelitian ini menyimpulkan bahwa mekanisme disiplin pasar kurang efektif untuk negara-negara berkembang. Perbedaan hasil penelitian ini dengan Jatna (2007) dan Valensi (2005) dapat disebabkan karena perbedaan periode penelitian, objek penelitan berupa bank syariah serta skema penjaminan yang berbeda.
Tabel 4.3 Tabel Ringkasan Model Model Summary b
68
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema Model
Adjusted R Std. Error of the Square Estimate 1 ,917a ,840 ,835 ,64831 a. Predictors: (Constant), Y_hat(Unstandardized Predicted Value) b. Dependent Variable: Z (LnDPK) R
R Square
(Sumber: data diolah menggunakan SPSS ver 20) Analisis koefisien determinasi dapat dilihat pada nilai Adjusted R Square (R2) sebesar 0,835 artinya ΔDPK (Z) dapat dijelaskan oleh variabel bebas tingkat pengungkapan (Y) sebesar 83,5%. Sisanya sebesar 16,5% (100% - 83,5%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Tingkat pengungkapan cukup bisa menjelaskan ΔDPK namun masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi ΔDPK. Terdapat beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi pola disiplin pasar dalam hal ini ΔDPK, salah satunya adalah data mengenai pengungkapan risiko bank kepada publik. Arifin et.al (2005) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tingkat pengungkapan risiko bank syariah masih rendah dan belum menggambarkan risiko bank sesungguhnya. Lachrech et.al (2014) menjelaskan pentingnya penegakan standar perbankan syariah terkait transparansi. Dalam hal ini peran standar regulasi perbankan syariah yaitu PAPSI perlu lebih ditekankan pada sisi pengungkapan risiko. Sehingga dapat menjadi bahan kajian selanjutnya, apakah standar pengungkapan yang terdapat pada PAPSI 2003 maupun yang terbaru PAPSI 2013 sudah menggambarkan kondisi risiko bank syariah sesungguhnya? Dasar informasi juga menjadi faktor penentu disiplin pasar, dalam hal ini melihat kemampuan nasabah dalam menyerap serta menganalisa informasi yang kemudian dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan. Hasan, et.al (2012) menemukan fenomena bahwa tindakan deposan lebih banyak dipengaruhi rumor dan bantuan Bank Central langsung diterjemahkan sebagai indikasi kesulitan keuangan pada bank. Kesalahan dalam penerimaan informasi ini dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, daya serap serta daya analisa informasi nasabah perlu diobservasi lebih lanjut. Pertanyaan kritis yang akan muncul, apakah nasabah benar-benar dapat memanfaatkan informasi kinerja dan risiko yang telah diungkapkan oleh bank? Atau apakah nasabah benar-benar telah membaca laporan keuangan bank dan analisis fundamental sebagai dasar pengambilan keputusan? Analisis faktor yang mempengaruhi sensitifitas nasabah juga perlu dikaji lebih lanjut. Beberapa penelitian menyebutkan asuransi deposito dapat mempengaruhi sensitifitas nasabah serta berdampak pada mekanisme disiplin pasar. Dalam makalahnya disebutkan bahwa selain merekomendasikan tingkat pengungkapan yang cukup, Hosono (2005) memandang perlu adanya batasan perlindungan deposito untuk peningkatan disiplin pasar. Febrian dan Herwany (2011) juga mempertanyakan sensitifitas deposan terhadap risiko perbankan di negara-negara berkembang yang mana deposito diasuransikan oleh pemerintah atau lembaga pemerintah terkait. Karena merasa cukup aman, deposan di Indonesia kecenderungan bersifat acuh tak acuh terhadap risiko bank syariah maupun bank konvensional selama deposito tersebut diasuransikan atau dijamin (Febrian dan Herwany, 2011). Dengan kata lain, asuransi deposito dapat mempengaruhi sensitifitas deposan. Walaupun pada konteks bank syariah tidak ada pengembalian tetap atau risiko hasil tinggi, sensitifitas
69
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
deposan akan rendah jika terdapat tingkat penjaminan yang tinggi terhadap deposito. Hal ini senada dengan pendapat Levy-Yeyati et.al (2004) bahwa gagasan disiplin pasar di negara ekonomi berkembang perlu memperhitungkan risiko sistemik yang linear dengan tingkat penjaminan deposito. Di Turki, dilakukan revisi kebijakan penjaminan yangmana semua bank berada di bawah perusahaan asuransi deposito yang sama, sehingga tidak ada unsur ganda dalam sistem penjaminan (Aysan, et.al, 2015). Faktor lain seperti tingkat stabilitas bank syariah juga berpengaruh terhadap perilaku nasabah dan skema disiplin pasar (Gamaginta dan Rokhim, 2010). Analisis faktor secara exploratory dilakukan oleh Abduh (2011) dalam mendeteksi risiko penarikan deposito oleh nasabah menggunakan pendekatan kualitas layanan perbankan syariah dengan lima dimensi. Uji komparasi mengenai mekanisme disiplin pasar antara bank syariah dengan bank konvensional juga perlu ditelaah lebih lanjut, untuk melihat konsistensi hasil penelitian Hasan dan Tandelilin (2012) mengenai skema disiplin pasar yang lebih kuat pada perbankan syariah. 5. Kesimpulan Tingkat pengungkapan (mandatory dan voluntary disclosure) tertinggi berada pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muammalat Indonesia sebesar 71%, sementara Maybank Syariah merupakan yang terendah sebesar 56%. Perubahan jumlah Dana Pihak Ketiga (ΔDPK) tertinggi berada pada Bank Syariah Mandiri dengan rata-rata ΔDPK sebesar 9,15 triliun rupiah, sementara itu yang terendah adalah Maybank Syariah dengan rata-rata ΔDPK sebesar 0,21 triliun rupiah. Kemudian dari hasil analisis regresi diperoleh hasil tingkat pengungkapan berpengaruh positif signifikan terhadap ΔDPK, hal ini menunjukkan bahwa pasar (nasabah) merespon informasi mengenai kinerja dan risiko perusahaan melalui perubahan jumlah simpanan. Dengan kata lain terjadi mekanisme disiplin pasar pada perbankan syariah di Indonesia tahun 2011-2014. Kontribusi penelitian ini adalah menunjukkan gambaran tingkat pengungkapan perbankankan syariah di Indonesia yang mana belum dilakukan oleh penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi perbankan syariah untuk dapat meningkatkan transparansi guna memberikan informasi yang relevan bagi nasabah untuk pengambilan keputusan. Bagi pihak regulator dapat menjadi masukan dalam proses penyusunan standar PAPSI terkait relevansinya dengan standar pengungkapan risiko. Keterbatasan penelitian ini adalah data perbankan syariah di Indonesia yang masih terbatas hanya pada 11 bank, serta penelitian ini belum menyentuh faktor-faktor lain yang mempengaruhi mekanisme disiplin pasar baik yang berpotensi sebagai variabel kontrol, intervening dan moderating. Oleh karena itu, penelitian ini masih perlu diperkuat dengan data pengungkapan risiko dan daya serap informasi nasabah, analisis faktor yang mempengaruhi sensitifitas nasabah antara lain; asuransi deposito, risiko sistemik, kualitas pelayanan bank syariah, dan sebagainya. Penelitian ini juga perlu dilakukan uji komparasi dengan bank umum konvensional. Pentingnya beberapa faktor tersebut dapat menjadi bahan untuk penelitian selanjutnya terkait disiplin pasar. VI. Daftar Pustaka
70
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
Abduh, Muhamad. 2011. Islamic Banking Service Quality and Withdrawal Risk: The Indonesian Experience. International Journal of Excellence in Islamic Banking and Finance. Vol.1, Issue 2, September 2011. ISSN: 2220-8291. Agustina, Linda. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Laporan Tahunan. Jurnal Dinamika Akuntansi Vol. 4, No. 1, Maret 2012, pp. 55-63. http://journal.unnes.ac.id/index.php/jda. Al-Baluchi, Ahmed Ebrahim Abdulqader. 2006. The Impact of AAOIFI Standards and Other Bank Charactheristics on The Level of Voluntary Disclosure in The Annual Reports of Islamic Banks. Disertasi. School of Management University of Surrey, Bahrain. Al-Sawalqa, Fawzi. 2014. Corporate Governance Mechanisms and Voluntary Disclosure Compliance: The Case of Bank in Jordan. International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences. Vol. 4, No. 2, April 2014, pp. 373388. www.hrmars.com Arifin, Noraini Mohd; Archer, Simon; Karim, Rifaat Ahmed Abdel. 2005. Transparency and Market Discipline in Islamic Bank. islamiccenter.kau.edu.sa Aysan, Ahmet Faruk; Mustafa Disli; Huseyin Ozturk, Ibrahim M.Turhan. 2015. Are Islamic Banks Subject to Depositor Discipline? The Singapore Economic Review, Vol. 60, No 1. Bank Indonesia. 2003. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) Tahun 2003 - Surat Edaran BI No.5/26/BPS Tanggal 27 Oktober 2003. www.bi.go.id Bank Indonesia. 2014. Outlook Perbankan Syariah 2014. www.bi.go.id Bank Indonesia. 2009. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009. www.bi.go.id Basel Committee on Banking Supervision. 2001. Working Paper on Pillar 3 – Market Discipline. Baskaraningrum, Made Ratih & Ni Ketut Lely A Merkusiwati. 2013. Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan Tahunan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (Studi pada Saham-Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2011). Jurnal FEB Udayana 2013, pp. 01-19. Deegan, Craig. 2000. Financial Accounting Theory. New South Wales, Australia: Mc Graw Hill. Febrian, Erie; Aldrin Herwany. 2011. Depositor Sensitivity to Risk of Islamic and Conventional Banks: Evidence from Indonesia. The International Journal of Business and Finance Research. Vol.5, No. 3. Freeman, R. Edward. 1984. Strategic Management: A Stakeholder Approach. Boston: Pitman Publishing. ISBN 0-273-01913-9. Gamaginta dan Rokhim, Rofikoh. 2010. The Stability Comparison between Islamic Banks and Conventional Banks: Evidence in Indonesia. Proceeding at 8th International Conference on Islamic Economics and Finance. Gray, R; R. Kouhy; dan S. Lavers. 1995. Corporate and Enviromental Reporting. A Review of the Literature and a Longitudinal Study of UK Disclosure. Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol.8, No.2, pp. 47-77.
71
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
Hamalainen, Paul; Hall, Maximilian; Howcroft, Barry . 2003. Market Discipline : a Theoritical Framework For Regulatory Policy Development dalam Kaufman, George G., Market Discipline in Banking : Theory and Evidence. Elsevier. Hamalainen, Paul; Hall, Maximilian; Howcroft, Barry . 2005. A framework for Market Discipline in Bank Regulatory Design. Journal of Business, Finance & Accounting. Vol 32 (1) & (2), January/ March 2005, pp.183-209. Hardiningsih, Pancawati. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Voluntary Disclosure Laporan Tahunan Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2008, Hal. 67 - 79 Vol. 15, No.1. Hapsoro, Dody. 2009. Investigation of Factors Influencing Voluntary Disclosure of Financial Information on The Internet by Indonesian Companies. The Indonesian Journal of Accounting Research, Vol. 12, no.3, September 2009, Page: 195-215. Hasan; Eduardus Tandelilin. 2012. Banking Market Discipline in Indonesia, an Empirical Test on conventional and Islamic Banks. Journal of Indonesian Economy and Business. Vol.27, No.2, May 2012. Hasan, Iftekhar; Krzysztof Jackowicz; Oskar Kowalewski; Lukasz Koz lowski. 2012. Market Discipline During Crisis: Evidence from Bank Depositors in Transition Countries. MPRA Paper No.43693. https://mpra.ub.uni-muenchen.de/43693. Hasan. 2013. Meningkatkan Transparansi dan Disiplin Pasar Perbankan Syariah di Indonesia. Economica, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ekonomi Islam. Vol. IV/Edisi 1/Mei 2013. Hidayat, Sutan Emir & Nayla Abdulla Abdulrahman. 2014. An Analysis on Disclosures in the Annual Reports of Islamic Banks in Bahrain. International Journal of Pedagogical Innovations, Vol. 2, No. 1, Jan. 2014, pp. 1-5. Hosono, Kaoru. 2005. Market Discipline to Banks in Indonesia, the Republic Of Korea, Malaysia and Thailand. Proceeding ADBI Conference 20-21 January 2005. Jatna, Mardianto. 2007. Pengujian Efektivitas Market Disipline (Disiplin pasar) Pada Bank Umum di Indonesia dengan Balanced Panel Data Estimation. Tesis Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada. Klaus Schwab, World Economic Forum. 2014. The Global Competitiveness Report 20132014, Indonesia, pp. 219. Levy-Yeyati; Eduardo; Maria Soledad Martinez Peria; Sergio L. Schmukler. 2004. Market Discipline under Systemic Risk: Evidence from Bank Runs in Emerging Economics. Working Paper. Lahrech, Nada; Abdelmounaim Lahrech; Youssef Boulaksil. 2014. Transparency and Performance in Islamic Banking Implications on Profit Distribution. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management, Vol. 7 No. 1, 2014, pp. 61-88. Nurhayati, Sri & Wasilah. 2013. Akuntansi Syariah Di Indonesia, Edisi 3. Seri Departemen Akuntansi FEUI. Jakarta: Salemba Empat. Oktaviani, Intan Herlina & Dwi Martani. 2006. Analisis Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Pembiayaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2006, Vol.3, No. 2, pp.239-260.
72
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
Permata, Tuidza Indah. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Saham Publik, dan Likuiditas terhadap Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan. Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi, Volume 8, No.2, Tahun 2013, Hal: 118-136. Primastuti, Sinung & Tarmizi Achmad. 2012. Pengaruh Corporate Governance Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Informasi Strategis. Diponegoro Journal of Accounting, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 1-15. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting. Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business: A Skill Building Approach, 4th Edition. Prentice Hall International. Shehata , Nermeen F. 2014. Theories and Determinants of Voluntary Disclosure. Accounting and Finance Research, Vol. 3, No. 1; 2014. Stephanou, Constantinos. 2010. Rethinking Market Discipline in Banking Lessons from The Financial Crisis. The World Bank Policy Research Working Paper 5227. Subkhan & Devi Indah Luthfiyadi. 2011. Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan pada KPRI di Kudus. Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol. 3, No. 1, Maret 2011, pp. 15-22. http://journal.unnes.ac.id/index.php/jda Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suhardjanto, Djoko & Rena Rukmita Yulianingtyas. 2011. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia). Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 8/No. 1/November 2011: 31-42. Taswan. 2011. Kepemilikan Bank, Kepatuhan Regulasi dan Disiplin Pasar : Kontrol Risiko Perbankan dan Moral Hazard Terkait Posisi Charter Value Pada Periode Penjaminan Simpanan Implisit dan Eksplisit. Ringkasan Disertasi Ujian Terbuka dan Promosi Doktor Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Triyuwono, Iwan. 2006. Perspektif, Metodologi, dan Teori: Akuntansi Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Valensi, Mega. 2005. Who Disciplines Indonesian Banks? a Study of Market Discipline In Indonesia 1980–1999. Thesis for the Doctor of Philosophy of Department of Accounting and Finance Faculty of Business and Economics Monash University. Australia. Wallace, R.S. Olusegun; Kamal Naser dan Araceli Mora. 1994. The Relationship between The Comprehensiveness of Corporate Annual Reports and Firm Characteristics in Spain, Accounting and Bussiness Research, Vol. 25, No. 97, pp. 41-53. Wardani, Rr. Puruwita. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.14, No.1, Mei 2012, pp. 1-15.
73
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
VII. Lampiran Lampiran 1 Item Pengungkapan Wajib No. Kelompok Informasi 1. Bagian II – Laporan Keuangan Bank Syariah 2. Bagian III – Aktiva 3. Bagian IV – Akuntansi Kewajiban 4. Bagian V – Akuntansi Investasi 5. Bagian VI – Ekuitas 6. Bagian VII – Laporan Laba Rugi 7. Bagian VIII – Laporan Arus Kas 8. Bagian IX – Laporan Perubahan Ekuitas 9. Bagian X – Laporan Perubahan Investasi Terikat (Mudharabah Muqayyadah) 10. Bagian XI – Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS 11. Bagian XII – Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh (Qardhul Hasan) 12. Bagian XIII – Catatan Atas Laporan Keuangan JUMLAH ITEM PENGUNGKAPAN WAJIB Sumber: PAPSI 2003
Lampiran 2 Item Pengungkapan Sukarela No. Kelompok Informasi 1. Informasi Umum Perusahaan 2. Laporan 3. Informasi Keuangan dalam Laporan Keuangan 4. Informasi pada Catatan Atas Laporan Keuangan JUMLAH ITEM PENGUNGKAPAN SUKARELASumber: Al-Baluchi (2006)
Jumlah Item 34 127 39 6 14 8 14 1 7 6 3 110 369
Jumlah Item 15 4 17 35 71
74
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
Lampiran 3 Unit Analisis Bank Umum Syariah di Indonesia No.
Nama Bank Umum Syariah
1
Bank Syariah Mandiri
2
Bank Mega Syariah
3
Bank BNI Syariah
4
Bank BRI Syariah
5
Bank Muamalat Indonesia
6
Bank BJB Syariah
7
Bank Panin Syariah
8
Bank Bukopin Syariah
9
Bank Victoria Syariah
10
Bank BCA Syariah
11
Bank Maybank Syariah
12
Bank BTPN Syariah Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2015)
Lampiran 4 Gambar 4.5 Grafik Indeks Pengungkapan BUS periode 20112014
Indeks Pengungkapan 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
2011 2012 2013 2014
Sumber: data diolah dari laporan tahunan BUS
75
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
Lampiran 5 Gambar 4.6 Grafik Indeks Pengungkapan Wajib BUS periode 2011-2014
Indeks Pengungkapan Wajib 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
2011 2012 2013 2014
Sumber: data diolah dari laporan tahunan BUS Lampiran 6 Gambar 4.7 Grafik Indeks Pengungkapan Sukarela BUS periode 2011-2014
Indeks Pengungkapan Sukarela 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
2011 2012 2013 2014
Sumber: data diolah dari laporan tahunan BUS
76
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
Lampiran 7
Trilyun Rp
Gambar 4.8 Grafik Selisih Jumlah Dana Pihak Ketiga BUS periode 2011-2014
16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 -2.00
Selisih Jumlah Dana Pihak Ketiga Δ DPK 1 Δ DPK 2 Δ DPK 3 Δ DPK 4
Sumber: data diolah dari laporan tahunan BUS
Lampiran 8 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
33 0E-7 2,33737320 ,098 ,082 -,098 ,562 ,911
Kriteria: Sig. > α → data berdistribusi normal Sig. < α → data tidak berdistribusi normal (Sumber: data diolah menggunakan SPSS ver 20)
77
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
Lampiran 9 Grafik Uji Normalitas - Normal P Plot
(Sumber: data diolah menggunakan SPSS ver
20) Lampiran 10 Grafik Uji Heteroskedastisitas
(Sumber: data diolah menggunakan SPSS ver 20)
78
Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (JEMA) Vol. 14 No. 1 (2017) - http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema
Lampiran 11 Hasil Uji Autokorelasi – Durbin Watson
Model Summary b Mod
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
el
Change Statistics R Square Change
F Change
Durbin-
df1
df2
Sig. F
Watson
Change 1
,863 a
,745
,708
2,49876
,745
20,424
4
28
,000
1,691
a. Predictors: (Constant), X4 (FDR), X1 (Ln aset), X2 (DER), X3 (ROA) b. Dependent Variable: Y (DI)
(Sumber: data diolah menggunakan SPSS ver 20)
Lampiran 12 Hasil Keputusan Uji Autokorelasi
H0 ditolak autokorela si
H0 diterima ( tidak ada autokorelasi)
Raguragu
H0 ditolak autokorelasi (-)
Raguragu
(+) dL =
dU =
1,193
1,730
4- dU =
4- dL =
2,270
2,807
1,691
(Sumber: data tabel Durbin Watson)
Lampiran 13 Hasil Uji Autokorelasi – Run Test Runs Test
Test Valuea Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual ,22743 16 17 33 18 ,005 ,996
a. Median
(Sumber: data diolah menggunakan SPSS ver 20) *) Ketiga peneliti merupakan Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang
79