ABSTRACT Aos Uswadi (106016300642) ³7KH ,QIOXHQFH RI &RQWH[WXDO 7HDFKLQJ DQG Learning (CTL) to Result of the Physics Study´ Skripsi, Program Study of Physics Education, Departement of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. This research was done at Al-Fath junior high school of school years periode 2010/2011. The data that was gotten from test instrument was analyzed by comparison statistical test (t-test), whereas the data of non-test instrument result was analyzed by using descriptive anlysis, which having purpose to describe student activity in a group which used Contextual Teaching and Learning (group of experiment). Based on result of analysis t-test at the level of significant 95% (Į = 0,05), can be seen that tvalues greater than ttable were 1,78 > 1,66, with the result that zero hypothesis (Ho) was refused and alternative hypothesis (Ha) was accepted, so could be concluded that there was influence of Contextual Teaching and Learning (CTL) to the result of study in physics, whereas analysis result of non-test instrument that used description analysis could be showed that the result of observational student activity in every aspect of CTL got in average 73,78%, was included good category. Keywords
: CTL, contextual approach, the result of study in physics.
i
ABSTRAK Aos Uswadi (106016300642). ³Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar FisikD´ Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Penelitian ini dilakukan di SMP Al-Fath Cirendeu tahun pelajaran 2010/2011. Data hasil istrumen tes dianalisis menggunakan analisis statistik berupa uji perbandingan nilai posttest kedua kelompok yaitu uji-t, sedangkan data hasil instrumen nontes dianalisis menggunakan analisis deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas siswa pada kelompok yang diberi perlakuan dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) (kelompok eksperimen). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji-t pada taraf signifikansi Į = 0,05), didapatkan thitung lebih besar dari ttabel yaitu 1,78 > 1,66, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika, sedangkan hasil perhitungan instrumen non tes menggunakan analisis deskriptif, diperoleh hasil observasi aktivitas siswa pada setiap aspek CTL mencapai rata-rata 73,78%, yaitu memiliki kategori baik. Kata kunci : CTL, pendekatan kontestual , hasil belajar fisika.
ii
PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (Quasi Eksperimen di SMP Al-Fath Cirendeu)
SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun oleh : AOS USWADI 106016300642
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA (Quasi Eksperimen di SMP Al-Fath Cirendeu)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh: Aos Uswadi NIM 106016300642 Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd. NIP. 19650115.198703.1.020
Erina Hertanti, M.Si. NIP. 19720419.199903.2.002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
LEMBAR PENGESAHAN PANITAI UJIAN Skripsi berjudul “Pengaruh
Pendekatan
Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 20 September 2011 dihadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana strata I (S.Pd) dalam bidang pendidikan Fisika. Jakarta, 20 September 2011
Panitia Ujian Munaqasah Tanggal
Ketua Panitia (ketua Jurusan P.IPA) Baiq Hana Susanti, M.Sc NIP. 19700209200003 2 001 Sekretaris (Sekretaris Jurusan P.IPA) Nengsih Juanengsih, M.Pd NIP. 19790510200604 2 001 Penguji I Iwan Permana S, M.Pd NIP. 19780504200901 1 013 Penguji II Hasian Pohan, M.Si NIP. 195207071197903 1 009 Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A NIP . 19571005198703 1 003
Tanda Tangan
ABSTRACT Aos Uswadi (106016300642). “The Influence of Contextual Teaching and Learning (CTL) to Result of the Physics Study.” Skripsi, Program Study of Physics Education, Departement of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. This research was done at Al-Fath junior high school of school years periode 2010/2011. The data that was gotten from test instrument was analyzed by comparison statistical test (t-test), whereas the data of non-test instrument result was analyzed by using descriptive anlysis, which having purpose to describe student activity in a group which used Contextual Teaching and Learning (group of experiment). Based on result of analysis t-test at the level of significant 95% (α = 0,05), can be seen that tvalues greater than ttable were 1,78 > 1,66, with the result that zero hypothesis (Ho) was refused and alternative hypothesis (Ha) was accepted, so could be concluded that there was influence of Contextual Teaching and Learning (CTL) to the result of study in physics, whereas analysis result of non-test instrument that used description analysis could be showed that the result of observational student activity in every aspect of CTL got in average 73,78%, was included good category. Keywords
: CTL, contextual approach, the result of study in physics.
i
ABSTRAK Aos Uswadi (106016300642). “Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Fisika.” Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Penelitian ini dilakukan di SMP Al-Fath Cirendeu tahun pelajaran 2010/2011. Data hasil istrumen tes dianalisis menggunakan analisis statistik berupa uji perbandingan nilai posttest kedua kelompok yaitu uji-t, sedangkan data hasil instrumen nontes dianalisis menggunakan analisis deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas siswa pada kelompok yang diberi perlakuan dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) (kelompok eksperimen). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji-t pada taraf signifikansi 95% (α = 0,05), didapatkan thitung lebih besar dari ttabel yaitu 1,78 > 1,66, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika, sedangkan hasil perhitungan instrumen non tes menggunakan analisis deskriptif, diperoleh hasil observasi aktivitas siswa pada setiap aspek CTL mencapai rata-rata 73,78%, yaitu memiliki kategori baik. Kata kunci : CTL, pendekatan kontestual , hasil belajar fisika.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih sayang-Nya kepada peneliti selama menjalani proses penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW yang dijadikan sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya yang selalu menjaga kemurnian teladan-Nya. Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika, sehingga pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diaplikasikan oleh guru dalam pembelajaran khususnya pembelajaran fisika. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikain kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Iwan Permana S, M.Pd., Sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Fisika. 4. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd., Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti, M.Si., Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing peneliti selama proses penyusunan skripsi. 5. Ayahanda Enung dan Ibunda Saanah, yang selalu mencurahkan kasih sayang, do’a, dan motivasi yang tak terbatas kepada peneliti. Yunda dan Kanda tercinta Emah Suryati dan Endang Darmawan beserta keluarga yang selalu mengiringi peneliti dengan do’a dan nasihat. adinda Indri Alvionita yang selalu mencurahkan cinta dan kasihnya.
iii
6. Drs. Ninik Hariyani selaku kepala sekolah SMP Al-Fath yang telah membantu berjalannya penelitian. Serta rekan-rekan guru yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu terimakasih telah banyak memberikan masukan kepada penulis. Semoga ilmunya bermanfaat. 7. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan IPA khusunya program studi pendidikan fisika angkatan 2006 (Physics Brother) terima kasih atas kebersamaan, kerja sama, dan bantuan selama masa-masa kuliah maupun selama penyusunan skripsi. 8. Teman-teman yang telah menjadi keluarga bagi peneliti, Welly CS., Muhib Rosyidi, M Iqbal, Izul yang telah menemani peneliti dengan keceriaan dan kebersamaan. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ciputat khususnya angkatan 2006, yang telah berbagi ilmu dan waktu diskusi. Serta ka Ima nurmila yang telah banyak sekali memberikan bantuan baik dari sumber referensi maupun tata cara penulisan, mudah-mudahan allah selalu memberikan keberkahan dalam ilmunya.
Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang lebih baik. Billahifisabililhaq Fastabiqul Khairat Wassalaualaikum Wr.Wb
Ciputat,
Mei 2011 M
Penulis
iv
DAFTAR ISI ABSTRACT ........................................................................................................... i ABSTRAK ............................................................................................................ ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 3 C. Pembatasan Masalah ......................................................................................... 4 D. Perumusan Masalah........................................................................................... 4 E. Tujuan ................................................................................................................ 4 F. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ........ 6 A. LANDASAN TEORI ........................................................................................ 6 1. Pendekatan Pembelajaran CTL .......................................................................... 6 a. Strategi, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran .......................................... 6 1) Strategi Pembelajaran ............................................................................... 6 2) Model Pembelajaran ................................................................................. 6 3) Pendekatan Pembelajaran ......................................................................... 6 b. Pengertian Pembelajaran ............................................................................. 7 c. Prinsip-prinsip Pembelajaran ........................................................................ 9 2. Pembelajaran Kontekstual atau Pembelajaran CTL.......................................... 11 a. Latar Belakang Pembelajaran kontekstual ................................................... 11 b. Hakikat Pendekatan Pembelajaran kontekstual ........................................... 11 c. Pengertian Pendekatan Pembelajaran kontekstual ....................................... 14 d. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ...................................................... 17 e. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ......................................................... 19
v
f. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual ................................................... 20 g. Ciri-Ciri Pembelajaran Kontekstual ............................................................. 23 h. Kata Kunci Pembelajaran Kontekstual ......................................................... 23 i. Lima Elemen Belajar Kontekstual................................................................ 24 j. Asas-Asas Dalam Pembelajaran Kontekstual ............................................. 25 1) Kontruktivisme (konstruktivism), ........................................................... 25 2) Menemukan (inquiry) .............................................................................. 27 3)Bertanya (questioning).............................................................................. 28 4) Masyarakat Belajar (learning community) .............................................. 29 5)Pendekatan(pendekataning) ...................................................................... 30 6) Refleksi (reflecting) ................................................................................. 30 7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment) ................................. 31 3. Aplikasi Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ............................................... 31 a. Langkah- Langkah Pembelajaran Kontekstual ............................................. 33 b. Strategi Pembelajaran Kontekstual ............................................................. 34 4. Hasil Belajar Fisika Siswa ................................................................................ 38 a. Pengertian Belajar ......................................................................................... 38 1) Teori-Teori Belajar .................................................................................. 40 a) Teori belajar psikologi behavioristik .................................................. 40 b) Teori belajar psikologi kognitif .......................................................... 40 c)Teori belajar psikologi humanistic ...................................................... 41 d) Teori belajar gagne ............................................................................. 41 b. Hasil Belajar Fisika Siswa ............................................................................ 41 1) Ranah kognitif ......................................................................................... 42 2) Ranah afektif ............................................................................................ 42 3) Ranah Psikomotorik................................................................................. 43 5. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................................... 44 B. KERANGKA BERPIKIR ................................................................................ 46 C. PERUMUSAN HIPOTESIS ............................................................................ 47
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 48 A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 48 B. Metode dan Desain Penelitian .......................................................................... 48 C. Variabel Penelitian ........................................................................................... 49 D. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 49 E. Prosedur Penelitian ........................................................................................... 50 F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 51 G. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 51 1. Instrumen Tes ............................................................................................... 52 a. Uji Validitas Instrumen ............................................................................ 53 b. Uji Reliabilitas Instrumen ........................................................................ 54 c. Taraf Kesukaran ....................................................................................... 55 d. Daya Pembeda .......................................................................................... 56 2. Instrumen Non Tes ....................................................................................... 57 H. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 57 1. Teknik Analisis Data Tes Hasil Belajar ..................................................... 57 a. Uji persyaratan Analisis Data ................................................................. 57 1) Uji Normalitas.................................................................................... 57 2) Uji Homogenitas ................................................................................ 58 3) Uji Hipotesis ...................................................................................... 58 b. Teknik Analisis Data Nontes .................................................................. 60
BAB VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 61 A. Hasil Penelitian ................................................................................................ 61 1. Hasil Pretes kelompok eksperimen dan control .......................................... 62 2. Hasil Posttes kelompok eksperimen dan control ......................................... 63 3. Hasil pengujian prasyarat analisis data tes ................................................... 66 a. Uji Normalitas .......................................................................................... 66 b. Uji Homogenitas ...................................................................................... 66 4. Hasil pengujian analisis data ........................................................................ 67 5. Hasil analisis data observasi siswa ............................................................... 68 vii
B. Pembahasan ...................................................................................................... 69
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 77 A.Kesimpulan ....................................................................................................... 77 B. Saran ................................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 78 LAMPIRAN ......................................................................................................... 82
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Tahapan Pembelajaran Kontekstual ................................................ 30 Gambar 2.2 : Kerangka Berpikir ........................................................................... 45 Gambar 3.1 : Alaur rosedur Penelitian .................................................................. 48 Gambar 4.1 : Hasil Pretest kelompok eksperimen dan kontrol ............................ 60 Gambar 4.2 : Pemusatan data hasil pretest kelompok eksperimen dan kontrol.... 61 Gambar 4.3 : Hasil Postest kelompok eksperimen dan kontrol ............................ 62 Gambar 4.4 : Pemusatan data hasil posttest kelompok eksperimen dan kontrol .. 63
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Desain Penelitian ................................................................................ 46 Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrumen tes hasil belajar fisika .......................................... 50 Tabel 3.3 : Rekapitulasi hasil validasi instrument tes ........................................... 52 Tabel 4.1 : Rekapitulasi Distribusi Sebaran Nilai Siswa ...................................... 63 Tabel 4.2 : Rekapitulasi hasil pretest-postest kelompok eksperimen dan kontrol 64 Tabel 4.3 : Hasil uji normalitas data pretest-postest ............................................. 65 Tabel 4.4 : Hasil uji homogenitas data pretest-postest ......................................... 66 Tabel 4.5 : Hasil uji hipotesis data pretest-postest ................................................ 67 Tabel 4.6 : Hasil Analisis data observasi aktivitas siswa ...................................... 68
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang menarik karena objek yang dipelajarinya berkaitan erat dengan alam dan terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan teknologi. Dalam kenyataannya, fisika sebagai salah satu mata pelajaran yang menarik ternyata menjadi mata pelajaran yang banyak tidak disukai oleh siswa dengan berbagai macam alasan. Sebagian besar siswa menganggap bahwa mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang sulit. Kesulitan yang dihadapi siswa di antaranya adalah banyaknya rumus yang harus dihapal dan sulit memahami konsepnya, sehingga pembelajaran fisika tidak memberikan kesan dan cenderung membosankan. Akibatnya, berdampak terhadap hasil belajar siswa yang belum maksimal. Proses
pembelajaran
masih
terfokus
pada
guru
sebagai
sumber
pengetahuan, dengan ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Siswa cenderung pasif dan hanya sebagai pendengar ceramah guru tanpa diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Proses belajar terkesan kaku, kurang fleksibel dan guru cenderung kurang demokratis. Tetapi yang
harus
dipahami bahwa “pengetahuan bukanlah sebagai perangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat tetapi siswa sendiri yang harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.”1 Dalam proses pembelajaran kebanyakan yang ada dilapangan guru tidak bisa meggunakan alat laboratorium untuk bahan praktikum sehingga proses pembelajaran tidak berjalan sesuai prosedur. Selain itu siswa tidak dibiasakan untuk memecahkan masalahnya sendiri, menemukan sesuatu yang berguna bagi
1
Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal.284 dan 284
1
dirinya, dan bergelut dengan idenya masing-masing.“2
Siswa melimpahkan
seluruh pengetahuannya kepada guru dan siswa hanya bisa mengingat fakta-fakta yang diberikan oleh guru tanpa hasil dari menemukannya sendiri. Selain itu siswa juga tidak dibiasakan untuk bertanya karena “belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.”3 Dengan bertanya siswa bisa menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui. Dalam pembelajaran pun siswa tidak dituntut untuk berpikir tentang apa yang baru dipelajari dan berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan atau dipelajari di masa lalu (reflection). Jika keadaan seperti itu masih tetap saja terjadi dalam sebuah pembelajaran, maka akan berdampak siswa akan mengalami kesulitan memahami konsep, sehingga beresiko terjadinya miskonsepsi. Hal itu akan menyebabkan “siswa mengalami kesulitan memahami konsep lebih lanjut yang akan berakibat pada hasil belajar. Agar proses pembelajaran fisika tidak mengalami miskonsepsi, sebaiknya dalam pembelajarannya dilaksanakan dengan cara pemberian pengalaman belajar secara langsung.” 4 Dalam hal ini siswa diarahkan untuk belajar dengan mengalami sendiri, sehingga membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar dan pembelajaran. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dengan adanya paradigma tersebut pembelajaran fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangannya lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
2
Ibid., hal.287 Udin Saepudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan., (Bandung:Alfabeta.2008) hal.170 4 I Made Sumadi. Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Fisika Siswa,(Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Singaraja NO.1 TH.XXXVIII Januari 2005), hal.3. 3
2
Salah satu pembelajaran yang dianggap sesuai dengan permasalahan di atas adalah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual bukan sebuah model dalam pembelajaran. Pembelajaran kontekstual lebih dimaksudkan kepada suatu kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada upaya pemberdayaan siswa. Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang bisa membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan pembelajaran ini diduga dapat memberikan alternatif pemecahan masalah pembelajaran fisika siswa, khususnya dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Pembelajaran kontekstual pada pembelajaran Fisika dimungkinkan akan berhasil karena topik-topik fisika yang diajarkan sebagian besar dapat dihubungkan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Contohnya pada konsep wujud zat dan perubahannya. Dalam fenomena sehari-hari konsep ini, siswa sering menemukan sendiri bagaimana terjadinya tiga perubahan wujud zat yaitu padat, cair, dan gas. Artinya dalam proses pembelajarannya tidak terlalu berpacu pada teori atau berpegang pada buku yang sudah disediakan, tetapi mengkonstruk dan menyimpulkan sendiri apa yang telah diajarkan oleh guru. Dari uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang yang dalam kegiatannya berusaha mengembangkan atau mengaplikasikan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) serta pengaruhnya terhadap hasil belajar fisika siswa. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis menguraikan masalah yang diidentifikasikan sebagai berikut: a.
Guru tidak menguasai model pembelajaran dan alat praktikum yang akan digunakan dalam pembelajaran. 3
b.
Siswa tidak dibiasakan menemukan pengetahuannya sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Masih rendahnya hasil belajar Fisika siswa.
d.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) belum banyak diterapkan dalam proses pembelajaran Fisika.
C. Pembatasan Masalah Dari penguraian identifikasi di atas, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas agar jelas dan tidak mengembang terlalu jauh. Adapun pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut: 1.
Hasil belajar Fisika yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang direvisi dengan tingkat C1 sampai C4.
2.
Contextual Teaching and Learning mengacu pada Elaine B. Johnson, Ph.D. dalam bukunya CTL (Contextual Teaching & Learning) pada aspek komponen.
3.
Konsep Fisika dalam penelitian ini adalah Wujud Zat dan Perubahanya.
D. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berpengaruh terhadap hasil belajar Fisika siswa?” E. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar Fisika.
F. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat, antara lain: 1.
Memberikan informasi kepada guru terkait tentang pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran dan pengajaran. 4
2.
Sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran dan pengajaran.
5
6
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. LANDASAN TEORI 1. Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) a. Strategi, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran 1) Strategi Pembelajaran Ada dua hal yang perlu dicermati dari pengertian strategi pembelajaran tersebut. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, “sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat di ukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.” 1 2) Model Pembelajaran “Upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal disebut dengan metode.”2 Pengertian strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. 3) Pendekatan Pembelajaran Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan
1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Pranada Media Group.2008), hal.124 2
Ibid.,hal.124
7
strategi maupun metode. “Pendekatan ini mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian yang masuk akal dan bermanfaat.”3 “Pendekatan dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang
terhadap proses pembelajaran.”4 Oleh karenanya
strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tersebut. Pendekatan pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan pendidikan dan memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan. Artinya pendidikan tergantung dari kemampuan guru dalam melaksanakan agar mengemas proses pembelajaran yang dilaksanakan secara baik dan tepat akan memberikan konstribusi yang sangat dominan bagi siswa.5 Ada dua pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred-approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred-approaches). “Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inquiry serta pembelajaran induktif.” 6 b. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah “proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik.”7 Dalam
pembelajaran
tugas
guru
yang
paling
utama
adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran dalam KTSP adalah pembelajaran di mana 3
Trianto, Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Press, 2007), hal. 104 4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Pranada Media Group.2008), hal.125 5 M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: Rasail Media Group, 2008) , hal.1 6 Wina Sanjaya, Op.Cit., hal.125 7 Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007);hal 265.
8
hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa, sistem penyampaian dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai. Menurut Djahiri dalam proses pembelajaran prinsip utamanya adalah proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa (fisik dan nonfisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan kehidupannya saat ini dan di masa yang akan datang. Secara khusus pembelajaran pada kuriulum ditujukan untuk: 1) Memperkenalkan kehidupan kepada peserta didik sesuai dengan konsep yang dicanangkan oleh UNESCO yaitu learning to know (belajar mengetahui), learning to do (belajar melakukan), learning to be (belajar menjadi diri sendiri), dan learning to live together (belajar hidup) 2) Menumbuhkan kesadaran peserta didik tentang pentingnya belajar dalam kehidupan yang harus direncanakan dan dikelola dengan sistematis. 3) Memerikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada peserta didik agar mereka dapat belajar dengan tenang dan menyenangkan. 4) Menumbuhkan proses pembelajaran yang kondusif bagi tumbuh kembangnya potensi peserta didik melalui penanaman berbagai kompetensi dasar. Pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut ini:
8
Pertama pembelajaran harus lebih menekankan pada praktik baik itu di laboratorium maupun dimasyarakat dan dunia kerja. Oleh karena itu, guru harus mampu memilih serta menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mempraktikan apa-apa yang dipelajarinya. Kedua pembelajaran harus dapat menjalin hubungan sekolah dengan masyarakat. Oleh karena itu, setiap guru harus mampu dan jeli
8
Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007);hal 266.
9
melihat berbagai potensi masyarakat yang bisa didaya gunakan sebagai sumber belajar dan menjadi penghubung dengan lingkungannya. Ketiga perlu dikembangkan iklim pembelajaran yang demokratis dan terbuka melalui pembelajaran terpadu, partisipatif, dan sebagainya. Keempat pembelajaran perlu lebih ditekankan pada masalahmasalah aktual yang secara langsung berkaitan dengan kehidupan nyata yang ada di masyarakat. Kelima perlu dikembangkan suatu pendekatan pembelajaran “moving class” untuk setiap bidang studi dan kelas merupakan laboratorium untuk masing-masing bidang studi sehingga dalam satu kelas dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan sumber belajar yang diperlukan dalam pembelajaran serta peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat dan kemampuan. c. Prinsisp-Prinsip Pembelajaran Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi beberapa hal berikut: 1) Kecakapan hidup (life skill) Latar belakang diterapkannya konsep pendidikan berorientasi kecakapn hidup adalah sebagai sebuah tantangan globalisasi yang menuntut kualitas sumber daya manusia yang prima dan unggul dalam persaing pasar global, rendahnya kualitas pendidikan, tingginya data siswa yang tidak melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, dan rendahnya daya tampung perguruan tinggi. “Life skill atau kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa terasa tertekan kemudian secara proaktif dan kreatif
mencari
serta
menemukan
solusi
sehingga
mampu
mengatasinya.”9 Kemampuan tersebut diperlukan untuk menempuh kehidupan yang sukses, bermartabat seperti kemampuan berfikir kompleks dan kritis, berkomunikasi secara efektif, membangun 9
Ibid., hal.267
10
kerjasama, bertanggung jawab sehingga ada kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Implementasinya tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru ataupun maeri tambahan. “Tujuan diterapkannya konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup adalah Pertama, memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya yaitu mengembangkan potensi peserta didik menghadapi perannya dimasa yang akan datang. Kedua, memberikan peluang bagi intitusi pelaksana pendidikan untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel dan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada. Ketiga, membekali siswa dengan kecakapan hidup agar kelak mampu menghadapi dan memecahkan masalah hidup dan kehidupan baik sebagai pribadi yang mandiri, masyarakat dan warga negara.”10 2) Aspek-aspek kecakapan hidup (Life Skill) Aspek-aspek kecakapan hidup meliputi : 11 Kecakapan dasar meliputi belajar mandiri, membaca menulis dan menghitung, kecakapan berkomunikasi, kecakapan berfikir, kecakapan kalbu,
kecakapan
mengelola
raga,
kecakapan
merumuskan
kepentingan dan cara pencapaiannya kecakapan berkeluara dan sosial. a) Kecakapan
instrumental
meliputi
kecakapan
memanfaatkan
teknologi, kecakapan mengelola sumber daya alam, kecakapan bekerja sama dengan orang lain, kecakapan memanfaatkan informasi,
kecakapan
menggunakan
sistem,
kecakapan
berwirausaha, kejujuran, memilih dan mengembangkan karier, menjaga harmoni dengan lingkungan, dan menyatukan bangsa. b) General life skill meliputi kecakapan kesadaran diri yaitu sadar sebagai mahluk tuhan, sadar pada potensi diri, sebagai mahluk sosial dan mahluk lingkungan. Kecakapan berfikir yaitu kecakapan menggali informasi, menyelesaikan masalah secara kreatif dan arif, kecakapan mengambil keputusan.
10
Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal.268. 11 Ibid., hal.268-269
11
c) Spesifik life skill kecakapan yang terkait dengan pekerjaan yang ada dilingkungan dan ingin ditekuni yaitu kecakapan memelihara sukma dan memelihara raga. d) Social skill meliputi memelihara hubungan dengan masyarakat umum, memelihara hubungan dengan masyarakat khusus. e) Environmental skill meliputi memelihara lingkungan nyata, dan ghaib. f) Occupational skill yaitu menguasai salah satu pekerjaan yang halal. 2. Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) Bagaimana untuk mengetahui pembelajaran kontekstual berhasil diterapkan dalam kelas maka harus tahu terlebih dahulu apa itu pembelajaran kontekstual, di bawah ini penjabaran tentang pembelajaran kontekstual yaitu: 1) Latar Belakang Pembelajaran kontekstual Pembelajaran kontekstual mempunyai dua latar belakang yang banyak dipengaruhi oleh filsafat kontruktivisme yaitu: 1) Latar belakang Filosofis, berangkat dari pemikiran epistemology giambatista vico yang mengemukaan tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari alam semesta yang artinya seseorang dikatakan mengetahui manakala ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu. oleh karenanya pengetahuan itu tidak terlepas dari orang yang tahu karena pengetahuan merupakan struktur konsep dari subjek yang mengamati. 2) Latar belakang Psikologis, sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, pembelajaran kontekstual berpijak pada aliran psikologis kognitif. “Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon.”12
12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Pranada Media Group.2008), hal.257.
12
2) Hakikat Pendekatan Pembelajaran kontekstual Landasan filosofis pembelajaran kontekstual adalah “konstruktivisme yaitu filosofis belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi mengkonstruksian atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proporsi yang mereka alami dalam kehidupannya.”13 Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan peajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan dan dengan cara ini mereka menemukan makna.14 Lingkungan di luar diri memberikan informasi yang membentuk struktur fisik otak. Untuk memahami dan menghargai kekuatan lingkungan dengan mengubah struktur fisik otak, kita harus memiliki pengetahuan dasar tentang bagaimana sel-sel otak berfungsi. Lingkungan memutuskan hubungan seperti apa, jika ada, yang terjadi antar saraf. Indra kita, sudah barang tentu, memberikan informasi mengenai lingkungan ke otak. Ketika dunia luar merangsang salah satu indra itu, hal itu menyebabkan rangsangan saraf untuk berjalan kewilayah otak tertentu, setiap wilayah dapat dibandingkan dengan suatu Negara bagian yang terpisah yang setiap wilayah memiliki bentuk “ khusus, tekstur, dan batasan yang jelas dan setiap wilayah menjalankan fungsinya masing-masing.”15 Satu muatan lagi dalam implementasi Kuriulum Tingkat Satuan Pendidikan, bahwa KTSP memberikan sinyal dalam implementasinya
13
Mansur Muchlis, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, (Jakarta: Sinar Garafika Ofset, 2008), Cet.4, hal 41 14 Elain B.Johnson, CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning.2010), hal.35 15 Ibid., hal.53
13
menggunakan strategi dengan menekankan pada aspek kinerja siswa. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep yang membantu guru mengaitkan konten atau pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penenrapannya dalam kehidupan sehari-hari. (US. Departemen). of Education the National Schoolto-Work Office yang dikutip oleh Blanchard, 2001)16 Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada “masalahmasalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai bagian dari warga negara dan yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman yang sesungguhnya.”17 Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. “ Hal ini karena pemahaman konsep akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan siswa baik di lingkungan kerja maupun di masyarakat.”18 Pembelajaran kontekstual menekankan pada berpikir tingkat lebih tinggi, transfer pengetahuan dan lintas disiplin serta pengumpulan, penganalisaan dan pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan. Pembelajaran kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. “Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas yang telah diusungkan oleh John Dewey pada tahun 1916 mengusulkan suatu kuriulum dan metodologi pengajaran yang dikaitkan dengan minat dan pengelaman siswa.”19 Perkembangan pemahaman yang diperoleh selama mengadakan telaah pustaka menjadi semakin jelas bahwa pembelajaran kontekstual merupakan 16
Trianto, Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Press.2007), hal.101. 17 Ibid., hal.102. 18 Mansur Muchlis, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, (Jakarta: Sinar Garafika Ofset, 2008), Cet.4, hal.40 19 Trianto, Op.Cit., hal.102
14
suatu perpaduan dari banyak praktek yang baik dan bebebrapa pendekatan reformasi pendidikan yang dimaksudkan untuk memperkaya relevansi dan penggunaan fungsional pendidikan untuk semua siswa. Pembelajaran kontestual telah berkembang di negara-negara maju dengan nama beragam. Di negara Belanda disebut dengan istilah Realistic Teaching and Education (RTE) yang menjelaskan bahwa pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Di Amerika disebut dengan istilah Contextual Teaching and Learning (CTL) yang “intinya membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan motivasi peserta didik untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari mereka.”20
3) Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Beberapa pengertian pembelajaran kontekstual menurut para ahli pendidikan adalah sebagai berikut: CTL adalah system yang menyeluruh. Terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya yang terpisah. Memampukan para siswa membuat hubungan yang menghasilkan makna. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. “Secara bersama-sama mereka membentuk suatu system yang memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya dan mengingat materi akademik.”21 Pembelajaran kontekstual adalah “suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari yaitu dengan konteks lingkungan, sosial, dan budaya pribadinya.”22 20
Ibid., hal.103 Elain B.Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning, 2010), hal.65 22 Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal.273. 21
15
The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning (2001) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkunkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan penegetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalm dunia nyata. “Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan mengenai apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-maslah riil yang berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab mereka dan sebagai anggota keluarga, masyarakat, siswa, dan selaku pekerja.”23 Center on Education and Work at the University of Wiscounsin Madison (2002) mengartikan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membeuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan belajar.24 Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menguatkan siswa untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademi mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah dunia nyata atau masalahmasalah yang disimulasikan.(University of Washington 2001)25 Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
23
Ibid., hal.273-274 Ibid., hal.274 25 Trianto, Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik,(Jakarta Press.2007), hal.102 24
16
Dari asumsi dan latar belakang yang mendasarinya, maka terdapat beberapa hal yang harus dipahami dalam pembelajaran kontekstual yaitu: 26 1) Belajar
bukanlah
menghafal
akan
tetapi
proses
mengkonstruksi
pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. 2) Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lalu, pengetahuan itu merupakan organisasi yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya. 3) Belajar adalah proses pemecahan masalah sebab dengan memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya perkembangan intelektual akan tetapi juga mental dan emosi. 4) Belajar adalah proses proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks. 5) Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan. 6) Konsep dasar dan karakteristik pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah “suatu pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk
dapat
menerapkannya
dalam
kehidupannya
mereka.”27
Pembelajaran konpetensi ini merupakan suatu sistem atau pendekatan pembelajaran yang bersifat holistic (menyeluruh), terdiri dari berbagai komponen masing-masing memberikan dampak sesuai dengan peranannya. Paparan pengertian pembelajaran kontekstual di atas dapat diperjelas sebagai berikut.28 Pertama, pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar berorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks pembelajaran kontekstual tidak mengarapkan agar siswa hanya menerima pelajaran akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi 26
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Prenada media Group.2008) hal.258 27 Ibid., hal.253 28 Udin Saepudin Sa‟ud, Inovasi Pendidikan., (Bandung:Alfabeta.2008) hal.163
17
pelajaran. Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yan dipelajari dengan situasi kehidupan yang nyat, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata di masyarakat. Hal ini akan memperkuat dugaan materi yang telah dipelajari akan tetap tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan,
artinya
pembelajaran
kontekstual
tidak
hanya
mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran di sini bukan ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapisebagai bekal mereka dalam mengarungi bahtera kehidupan nyata. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran CTL adalah sebuah system yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, suatu system pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Dengan memanfaatkan kenyataan bahwa lingkungan merangsang sel-sel otak untuk membentuk jalan. “Sebagai pendidik kita dapat yakin mendefinisikan isi sebagai sesuatu yang akan dipelajari berupa pengetahuan yang hampir tanpa batas.”29
4) Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Berdasarkan pengertian pembelajaran kontekstual, terdapat lima karakteristik penting dalam menggunakan proses pembelajaran kontekstual yaitu: 30
29
Elain B.Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning.2010), hal.57-58 30 Udin Saepudin Sa‟ud, Inovasi Pendidikan., (Bandung:Alfabeta.2008) hal.163
18
1) Dalam CTL pebelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. 2) Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru yang diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari dengan secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya. 3) Pemahaman pengetahuan, artinya penetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang laintentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan. 4) Mempraktekan pengetahuan
pengetahuan dan
dan
pengalaman
pengalaman
yang
tersebut,
diperolehnya
artinya
harus
dapat
diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. 5) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan
sebagai
umpan
balik
untuk
proses
perbaikan
dan
penyempurnaan.
Trianto
mengemukakan
ada
enam
karakteristik
atau
kunci
pembelajaran kontekstual yang dikutip dari Universiti of Washington yaitu: 31 1) Pembelajaran bermakna yaitu pembahaman, relevansi dan penghargaan pribadi siswa bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari. Pembelajaran dipersepsi sebgai relevan dengan hidup mereka. 2) Penerapan pengetahuan yaitu penerapan kemampuan untuk melihat bagaimana materi yang dipelajari ditetapkan dalam tahapan dan fungsi pada masa sekarang dan akan datang. 31
Trianto, Pendekatan-pendekatan Pembelajaran inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta Press.2007), hal.102
19
3) Berfikir tingkat lebih tinggi siswa dilatih untuk menggunakan fikiran kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu atau memecahkan suatu masalah. 4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar, konten pengajaran berhubungan dengan suatu rentang dan beragam standar local, negara bagian, nasional, assosiasi dan industri. 5) Responsive terhadap budaya yaitu pendidikan harus memahami dan menghormati nilai, keyakinan dan kebiasaan siswa, sesame rekan dan masyarakat tempat mereka mendidik. 6) Penilaian autentik yaitupenggunaan bernagai macam strategi penilaian yang secara valid mencerminkan hasil belajar sesungguhnya yang diharapkan dari siswa.
Berbeda dengan Elain dalam bukunya menyebutkan terdapat delapan komponen yang mencangkup system CTL yaitu: 32 1) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna. 2) Melakukan pekerjaan yang berarti 3) Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri 4) Bekerja sama 5) Berpikir kritis dan kreatif 6) Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang 7) Mencapai standar yang tinggi 8) Menggunakan penilaian autentik. 5) Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Banyak pendekatan yang dikenal dan digunakan dalam pembelajaran dan tiap-tiap pendekatan memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik ini berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan mendapat tekanan dalam pembelajaan. Ada pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa,
32
Elain B. Johnson, Op. Cit., Hal.65-66
20
kemampuan berfikir, aktivitas, pengalaman siswa, berfokus pada guru, berfokus pada masalah (personal, lingkungan, sosial), berfokus pada teknologi seperti sistem instruksional, media dan sumber belajar. Berkenaan dengan aspek kehidupan dan lingkungan, maka pendekatan pembelajaran ada keterlibatan pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman, dan kemandirian serta konteks kehidupan dan ingkungan. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang berkembang. Anak bukanlah orang dewasa kecil, melainkan organisme yang sedang berada pada tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat ditentukan oleh peran guru tidak lagi sebagai instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak, melainkan sebagai pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan kemampuannya. Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang bersifat aneh dan baru. Oleh karena itu, belajar bagi mereka mencoba memecahkan persoalan yang menantang. Guru berperan sebagai pemilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh anak. Guru membantu agar setiap siswa mampu mengaitkan antara pengalaman baru dengan sebelumnya, memfasilitasi atau mempermudah agar siswa mampu melakukan proses asimilasi dan akomodasi. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran kontekstual menekankan pada aktivitas siswa secara penuh baik fisik maupun mental. Pembelajaran kontekstual memandang bahwa belajar bukanlah kegiatan menghafal, mengingat fakta-fakta, mendemonstrasikan latihan secara berulang-ulang akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Dalam pembelajaran kontekstual belajar di alam terbuka merupakan tempat untuk memperoleh informasi sehingga menguji data hasil temuannya dari lapangan tadi baru dikaji di kelas. Sebagai materi pelajaran siswa menemukan sendiri, bukan hasil pemberian apalagi dialas oleh guru.
21
6) Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual Elaine B. Jhonson mengklaim bahwa dalam pembelajaran kontekstual minimal ada tiga prinsip utama yang sering digunakan yaitu “saling ketergantungan
(interdependence),
diferensiasi
(differensiasi),
dan
pengorganisasian (self organization).”33 Pertama, prinsip saling ketergantungan (interdependence) menurut hasil kajian para ilmuwan segala yang ada di dunia ini aldalah saling berhubungan dan tergantung. Segala yang ada baik manusia maupun mahluk hidup lainnya selalu saling berhubungan satu sama lainnya membentuk pola dan jarring sistem hubungan yang kokoh dan teratur. Begitu pula dalam pendidikan dan pembelajaran, sekolah merupakan suatu sistem kehidupan, yang terkait dalam kehidupan di rumah, tempat bekerja, dan masyarakat. Dalam kehidupan disekolah siswa saling berhubungan dan tergantung dengan guru, kepala sekolah tata usaha, orang tua siswa, dan nara sumber yang ada sisernya. Dala proses pembelajaran siswa, berhubungan dengan bahan ajar, sumber belajar, media, sarana prasarana belajar iklim sekolah dan lingkungan. Saling berhubungan ini bukan berarti bukan hanya sebatas pada memberikan dukungan kemudahan, akan tetapi jga member makna tersendiri, sebab makna ada jika ada hubungan yang berarti. “Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang menekankan hubungan antara bahan pelajaran dengan bahan lainnya, antara teori dengan praktik, antara bahan yang bersifat konsep dengan penerapan dalam kehidupan nyata.”34 Kesaling ketergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. “Hal ini tampak jelas ketika subjek yang berbeda
33 34
Udin Saepudin Sa‟ud,Inovasi Pendidikan., (Bandung:Alfabeta.2008), hal.165 Ibid., hal.166
22
dihubungkan dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunikasi.”35 Kedua, prinsip diferensiasi (differensiasi) yang menunjukan kepada sifat alam yang secara terus menerus menimbulkanperbedaan, keseragaman, dan keunikan. Alam tidak pernah mengulang dirinya tetapi keberadaannya selalu berbeda. Prinsip diferensiasi menunjukan reativitas yang luar biasa dari alam semesta. Jika dari pandangan agama, kreativitas luar biasa tersebut bukan alam semestanya tetapi penciptanya. Diferensiasi bukan hanya menunjukan perubahan dan kemajuan tanpa batas, akan tetapi juga kesatuankesatuan yang berbeda tersebut berhubungan dan saling ketergantungan dalam keterpaduan yang bersifat simbiosis atau saling menguntungkan. Apabila para pendidik memiliki keyakinan yang sama dengan para ilmuwan modern bahwa prinsip diferensiasi yang dinamis ini bukan hanya berlaku dan berpengaruh pada alam semestanya, tetapi juga pada sistem pendidikan. Para pendidik juga dituntut untuk mendidik engajar elatih, membimbing sejalan dengan prinsip diferensiasi dan harmoni alam semesta ini. proses pendidikan dan pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan menekankan pada kreativitas, keunikan, variasi dan kolaborasi. Konsep-konsep tersebut bisa dilaksanakan dalam penbelajaran kontekstual. “Karena pembelajrana kontekstual berpusat pada siswa, menekankan aktivitas dan kreativitas siswa. Siswa berkolaborasi dengan teman-temannya untuk melakukan pengamatan, menghimpun dan mencatat fakta dan informasi, menemukan prinsip-prinsip dan pemecahan masalah.”36 Ketiga, prinsip pengorganisasian diri (self organization), setiap individu atau kesatuan dalam alam semesta mempunyai potensi yang melekat yaitu kesadaran sebagai kesatuan utuh yang berbeda dengan yang lain. Tiap hal memiliki organisasi diri sendiri, suatu energy atau kekuatan hidu yang
35
Elain B.Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning.2010), hal.86 36 Udin Saepudin Sa‟ud, Op.Cit., hal.166
23
memungkinkan mempertahankan dirinya secara khas dan berbeda dengan yang lainnya. “Berdasarkan teori tabula rasa John Locke mengatakan bahwa pikiran seseorang seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretancoretan gurunya.”37 Prinsip organisasi diri, menuntut pada pendidik dan para pengajar di sekolah agar mendorong tiap siswanya untuk memahami dan merealisasikan semua potensi
yang dimilikinya seoptimal mungkin.
“Pembelajaran kontekstual diarahkan untuk membantu para siswa untuk mencapai
keunggulan
akademik
penguasaan
keterampilan
sandar,
pengembangan sikap dan moral sesuai dengan harapan masyarakat.”38
7) Ciri-Ciri Pembelajaran Kontekstual Dibawah ini merupakan cirri-ciri dari pembelajaran kontekstual yaitu: 39 1) Adanya kerja sama antar semua pihak 2) Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem 3) Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbedabeda 4) Saling menunjang 5) Menyenangkan, tidak membosankan 6) Belajar dengan bergairah 7) Pembelajaran terintegrasi 8) Menggunakan berbagai sumber 9) Siswa aktif 10) Sharing dengan teman 11) Siswa kritis dan guru kreatif 12) Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta peta, gambar, artikel, humor, dan sebagainya. 37
Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di dalam Kelas (Jakarta: Grasindo, 2009), Cet. 6, Hal. 2 38 Udin Saepudin Sa‟ud,Op.Cit., hal.166 39 Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal.276.
24
13) Laporan kepada orang tua bukan hanya raport tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan sebagainya.
8) Kata Kunci Pembelajaran Kontekstual Yang perlu diketahui dalam pembelajaran kontekstual adalah kata kunci untuk jalannya sebuah pembelajaran yaitu: 40 1) Real world learning 2) Mengutamakan pengalaman nyata (siswa belajar dari mengalami dan menemukan sendiri) 3) Berfikir tingkat tinggi 4) Berpusat pada siswa 5) Siswa aktif, kritis, dan kreatif. 6) Pengetahuan bermakna dalam kehidupan 7) Dekat dengan kehidupan nyata 8) Perubahan prilaku 9) Siswa praktik buan menghafal 10) Learning bukan teaching 11) Pendidikan bukan pengajaran 12) Pembentukan 13) Pemecahan masalah 14) Siswa aktif dan guru mengarahkan 15) Hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
9) Komponen Pembelajaran Kontekstual Ada Tujuh komponen pembelajaran kontekstual yaitu : 41 1) Menjadikan siswa yang dapat mengatur diri sendiri dan aktif 2) Membangun keterkaitan 3) Melakukan pekerjaan yang berarti
40
Ibid., hal.277 Elain B.Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning.2010), hal.93-95 41
25
4) Menggunakan pemikiran tingkat tinggi yang kreatif dan kritis 5) Bekerja sama 6) Mengembangkan setiap individu 7) Mengenali dan mencapai standar tinggi.
10) Lima Elemen Belajar Kontekstual Ada lima elemen yang perlu diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual yaitu: 42 1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge) 2) Perolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari
secara
keseluruhan
dulu
kemudian
memperhatikan
detailnya 3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan cara menyusun konsep sementara, melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan dan konsep tersebut direvisi dan dikembangkan 4) Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge) 5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge).
11) Asas-Asas Dalam Pembelajaran Kontekstual Asas-asas sering juga disebut komponen pembelajaran kontekstual melandasi pelaksanaan proses pembelajaran kontekstual yang memiliki tujuh asas
yaitu
“konstruktivisme,
inkuiri,
bertanya,
masyarakat
belajar,
pependekatanan, refleksi, dan penilaian nyata.”43 1) Kontruktivisme (konstruktivism), Kontruktivisme merupakan landasan pendekatan kontekstual yaitu menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Komponen ini juga merupakan landasan filosofis berpikir, pembelajaran yang berciri kontruktivisme menekankan terbangunnya
42
Op.Cit., hal.278 Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007);hal283-293 43
26
pemahaman sendiri secara “aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan pengalaman yang bermakna.”44 Jean piaget menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Proses menambahnya pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan adalah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.oleh karena itu pengetahuan terbentuk oleh objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan obek tersebut. Lebih jauh piaget menyatakan hakikat dari sebuah pengetahuan itu sendiri adalah pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia nyata, akan tetapi merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek, subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang. Pendekatan kontrukstivisme merupakan salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses memperoleh pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif, yang hanya dapat di atasi melalui pengetahuan diri. Pada proses belajar, pengetahuan
akan
dibangun
sendiri
oleh
anak
didik
melalui
pengalamannya dari hasil interaktif denganlingkungannya. Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah dimliki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan 44
Mansur Muchlis, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, (Jakarta: Sinar Garafika Ofset, 2008), Cet.4, hal.44
27
begitu saja, sehingga diperlukan perubahan atau modifikasi struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru. Landasan konstruktivisme berbeda dengan pandangan kaum objektivitas.
Dalam
pembelajaran
di
kelas
penerapan
prinsip
konstruktivisme adalah sebagai berikut. a) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada pada siswa (activating knowledge) Struktur-struktur pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa akan menjadi dasar untuk mempelajari informasi baru. Strukturstruktur tersebut perlu dibangkitkan atau dibangun sebelum informasi baru diberikan. b) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) Pemerolehan pengetahuan baru perlu dilakukan secara keseluruhan tidak dalam paket-paket yang terpisah-pisah. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari sesuatu secara keseluruhan dulu, kemudian memperoleh detailnya. c) Pemahaman
pengetahuan
(understanding
knowledge)
Dalam
memahami pengetahuan siswa perlu menyelidiki dan menguji semua hal yang memungkinkan dari pengetahuan baru tersebut. Siswa harus membagi-bagi struktur (prior knowledge) kepada siswa-siswa lainnya untuk dikritik agar strukturnya semakin jelas. d) Menerapkan pengetahuan dan pengalaman (apply knowledge) Siswa memerlukan waktu untuk memperluas dan memperhalus struktur pengetahuan dengan cara menggunakan secara otentik. e) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) Jika pengetahuan harus sepenuhnya dipahami dan diterapkan secara luas maka pengetahuan itu harus dikontekstualkan dan hal ini memerlukan refleksi. 2) Menemukan (inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari CTL (Contextual Teaching and Learning). Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan sekedar sebagai hasil mengingat seperangkat
28
fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan menuju pada kegiatan menemukan sendiri terhadap materi yang diajarkan. Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian dan menemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri tindakan guru bukanlah untuk mempersiapkan anak untuk menghafal sejumlah materi akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa menemikan sendiri materi yang harus dipahami. Belajar menemukan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis akan tetapi perkembangan diarahkan pada intelektual, mental emosi dan kemampuan individual yang utuh. Dalam pendekatan inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah sistematis yaitu merumuskan masalah, mengajukan hipitesis, mengumpulkan
data,
menguji
hipotesis
berdasarkan
data
yang
dikumpulkan dan membuat kesimpulan. Penerapan pendekatan inkuiri juga dapat dilakuka dalam proses pembelajaran kontekstual yang dimulai dari kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Dengan demikian siswa didorong untuk menemukan masalah. Apabila masalah ini telah dipahami dengan jelas, selanjutnya siswa dapat engajukan jawaban sementara (hipotesis). Hipotesis itulah yang menuntun siswa untuk melakukan observasi dalam mengumpulan data. Bila data terkumpul maka dituntut untuk menguji hipotesis sebagai dasar untuk merumuskan kesimpulan. Asas menemukan itulah merupakan asas penting dalam pembelajaran kontekstual. 3) Bertanya (questioning) Belajar
pada
hakikatnya
adalah
bertanya
dan
menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap
individu
sedangkan
menjawab
pertanyaan
mencerminkan
kemampuan seseorang dalam berfikir. Pengetahuan yang dimiliki
29
seseorang selalu bermula dari bertanya (questioning) bertanya yang merupakan
strategi
utama
dipandang
sebagai
kegiatan
utama
pembelajaran yaitu guru mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquari, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang telah diketahui dan mengarahkan pelatihan pada aspek yang belum diketahinya . Kegiatan bertanya berguna untuk mengkaji informasi, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru. Membangkitkan lebih banyak pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Dalam proses pembelajaran kontekstual guru tidak banyak menyampaiakn informasi begitu saja, akan tetapi berusaha memancing agar siswa menemukan sendiri. Oleh karena itu, melalui pertanyaan guru dapatmembimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajari. Kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk menggali informasi tentang
kemampuan
siswa
dalam
penguasaan
materi
pelajaran,
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan dan membimbing siswa untuk menemukan dan menyimpulkan sendiri. 4) Masyarakat Belajar (learning community) Konsep masyarakat belajar dalam pembelajaran kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain (team work). Kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dalam kelompok belajara yang dibentuk secara formal maupun dalam lingkungan secara alamiah. Masyarakat belajar dapat terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran peserta didik, memberi informasi yang diperlukan oleh
30
teman belajarnya dan meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Konsep
masyarakat
belajar
menyadarkan
bahwa
hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharring antar teman, antar kelompok dan antara yang tahu dengan yang belum tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman dan keterampilan berbeda yang perlu dipelajari. Dalam kelas pembelajaran kontekstual, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat kemampuannya maupun kecepatan belajar. 5) Pendekatan Maksudnya pengetahuan
dalam
tertentu
ada
semua
pembelajaran,
pendekatan
keterampilan
dan
yang bisa ditiru. Dalam
pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya pendekatan. Pendekatan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk menjadi contoh kepada siswa lain. Proses pendekataning tidak terbatas dari guru saja tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang memiliki kemampuan, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai pendekatan. Di sini pendekataning merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran kontekstual, sebab melalui pendekataning siswa dapat terhindar dari pembalajaran yang teoritis-abstrak yang mengundang terjadinya verbalisme. 6) Refleksi (reflecting) Refleksi juga bagian dari CTL, refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi pengalaman belajar itu akan dimasukan dalam struktur
31
kognitif siswa pada akhirnya akan menjadi bagian dari penegtahuan yang dimilikinya.
Bisa
terjadi
melalui
prosesrefleksi
siswa
akan
memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya atau menambah khazanah pengetahuannya. Siswa mendapatkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian aktivitas atau pengetahuan yang baru diterimanya. Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap proses pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. 7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment) Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahuiapakah siswa belajar atau tidak. Penilaian merupakan pengumpulan sebagai data siswa untuk memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Pengalaman yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajarannya. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan meliputi seluruh aspek domain penilaian. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar. 3. Aplikasi Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Guru mengajak siswa
untuk
memecahkan
masalah bagaimana
pencemaran sungai di lingkungan ser . Banyak pendududk masih membuang sampah ke sungai, sampah berserakan dimana-mana akibat membuangnya sembarangan di setiap tempat tinggal. Disini guru dapat membimbing siswa
32
untuk dapat memecahkan masalah, bagaimana agar sebagai generasi muda perlu menyadari cinta terhadap lingkungan. Melalui pertanyaan yang terbimbing siswa diajak untuk berfikir apa akibatnya jika air sungai tercemar. Bagaimana cara mengatasi hal tersebut?siswa mengungkapkan dengan kata-kata mereka sendiri cara mengatasi masalah tersebut, kemungkinan siswa menemukan solusi alternative terbaik versi mereka, jangan sekali-kali guru mendominasi jawaban mereka, biarkan mereka mengemukakan argumentasinya sesuai dengan taraf berfikir siswa sekolah dasar. Paparan di atas merupakan ilustrasi bagaimana siswa belajar cara mengatasi masalah yang dihadapinya. Selain itu dapat pula meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesame dalam kehidupan sehari-hari. Bila telusuri terhadap isu yang terjadi, ada beberapa aspek yang dapat dipelajari seperti saat siswa mencari informasi atau teori yang berhubungan dengan masalah yang terjadi, proses saat siswa berfikir dan bekerja untuk mencoba mengetahui lebih jauh masalah yang terjadi, saat siswa mengaplikasikan antara konsep dengan masalah serta ide untuk memecahkan masalah tersebut serta sikap positif terhadap masalah yang dihadapi. Suatu ide yang baik apabila isu yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dijadikan topic dalam pembelajaran kontekstual. “Tahapan pendekatan pembelajaran kontekstual meliputi empat tahapan yaitu invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan tindakan. Tahapan pembelajaran tersebut dapat dilihat pada gambar diagram berikut.”45
45
Udin Saepudin Sa‟ud, Inovasi Pendidikan., (Bandung:Alfabeta.2008) Hal.173
33
INVITASI
EKSPLORASI
PENJELASAN DAN SOLUSI
PENGAMBILAN TINDAKAN Gambar 2.1 : Diagram Tahapan Pembelajaran Kontekstual
Tahapan invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang di bahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan yang problematic tentang fenomena kehidupan sehari-hari melalui kaitan konsep-konsep yang di bahas tadi dengan pendapat yang mereka miliki. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep tersebut. Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan
konsep
melalui
pengumpulan,
pengorganisasian,
penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru. Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan dan berdiskusitentang masalah yang ia bahas. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena kehidupan lingkungan sekelilingnya. Tahapan penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasanpenjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat pendekatan, membuat rangkuman, dan ringkasan. Tahapan pengambilan tindakan, siswa dapat membuat kepurusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan
34
gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.
a. Langkah- Langkah Pembelajaran Kontekstual Berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran kontekstual tersebut, maka langkah-langkah pembelajaran kontekstual seperti dibawah ini.46 1) Pendahuluan a) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi yang akan dipelajari. b) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual: c) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa d) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi misalkan kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke TPS (lingkungan hidup) dan kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke TPS (pembuangan sampah) e) Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang berhubungan dengan hasil temuan saat observasi tadi. f) Guru melakukan tanya jawab semua tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa. 2) Inti a) di lapangan i.
Siswa melakukan observasi ke TPS sesuai dengan pembagian tugas kelompok
ii.
Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan tadi sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.
b) di dalam kelas i.
Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
ii.
Siswa mempresentasikan atau melaporkan hasil diskusi
iii.
Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
46
Ibid., hal.174-175
35
3) Penutup a) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi ser masalah temuan sesuai dengan indicator hasil belajar yang harus dicapai. b) Guru menugaskann siswa untuk membuat tugas tentang pengalaman belajar mereka.
b. Strategi Pembelajaran Kontekstual Kontekstual adalah pembelajaran yang menghubungkan antara konten pelajaran dengan situasi kehidupan nyata, dan mendorong siswa mengaitkan antara pengetahuan dan pengalaman yang didapatnya di sekolah dengan kehidupannya sebagai anggota keluarga, warganegara, dan dunia kerja. Kontekstual merupakan respons dari ketidakpuasan praktek pembelajaran yang sangat menekankan pada pengetahuan abstrak atau konseptual sematamata. Pembelajaran demikian memang cocok untuk melahirkan para akademisi,
tetapi
tidak
menyiapkan
siswa
untuk
menjadi
seorang
professional; dengan kata lain, pembelajaran yang terlampau abstrak telah mengabaikan aspek kontekstual atau terapan dari pengetahuan tersebut. Bagi siswa, proses pembelajaran tradisional yang menekankan pada pengetahuan abstrak/konseptual lebih pasif daripada pembelajaran yang kontekstual. Pada proses pembelajaran tradisional tersebut, siswa diharapkan untuk memahami dan menyusun informasi dalam pikirannya melalui kegiatan mendengarkan guru dan membaca materi yang ditugaskan. Sesuai dengan itu, maka metode pengajaran lebih berpusat pada guru. Tidak semua siswa memiliki kemampuan untuk menyerap nformasi secara abstrak, oleh karena itu banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Juga banyak yang lulus sekolah tetapi tidak mampu berada di masyarakat sebagai anggota yang bermutu. Penguasaan terhadap pengetahuan faktual atau „a need-to-know basis‟ masih tetap diperlukan sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi pengetahuan itu lebih mudah untuk dipahami jika diperoleh dari pengalaman langsung, daripada siswa hanya menghafal dan menyimpan
36
informasi itu dalam pikirannya sampai suatu saat nanti diperlukan. Apprenticeship (belajar untuk mencapai keahlian tertentu, magang) adalah suatu metode pembelajaran yang menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata. Dalam Kontekstual, pembelajaran konsep-konsep abstrak dilakukan dengan prinsip-prinsip apprenticeship tersebut. Karena yang dipelajari adalah konsep (yang lebih berkaitan dengan kognisi daripada keterampilan, maka pembelajarannya disebut dengan cognitive apprenticeship. Cognitive apprenticeship adalah suatu metode melatih siswa dalam menyelesaikan suatu tugas. Ada tiga hal utama yang harus dilakukan guru sebelum pembelajaran dilakukan, yaitu: 1) terlebih dahulu menetapkan kompetensi yang harus dicapai siswa, 2) menunjukkan manfaat dari tugas yang diberikan, dan 3) memberi peluang untuk keberagaman cara belajar siswa. Dalam cognitive apprenticeship, dilakukan visualisasi konsep-konsep abstrak, memahami konsep, dan menggunakannya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Terkait dengan konsep keberagaman tersebut, dalam CTL perlu dilakukan diversified learning strategies, yaitu yaitu penggunaan strategi pembelajaran yang bervariasi namun kontekstual. Metode ceramah dalam beberapa hal masih diperlukan, tetapi metode-metode yang berpusat pada siswa (student-centered) seperti metode inkuiri dan metode kooperatif akan lebih membantu siswa mengembangkan kompetensi dengan baik. Begitu juga, perlu dilakukan differentiated teaching strategies, yaitu pembelajaran yang demokratis dimana siswa mendapat peluang yang luas untuk memahami informasi sesuai dengan kecenderungan yang dimiliki masing-masing. Disini diingatkan dengan konsep multiple intelligence dari Gardner, yang menekankan bahwa setiap individu memiliki kecenderungan yang dominan dalam dirinya, dan keberhasilan individu tersebut (dalam belajar dan bekerja)
besar
dipengaruhi
oleh
apakah
dia
dapat
memanfaatkan
kecenderungannya tersebut untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
37
Pemberdayaan (empowerment) sangat diperlukan dalam CTL yaitu dapat dilakukan dengan cara: (1) Fading (menjauh secara pelahan), yaitu dukungan guru dikurangi sedikit demi sedikit hingga akhirnya siswa dapat menyelesaikan tugasnya secara mandiri; (2) Articulation ( penyampaian), yaitu kesempatan untuk siswa terlibat dalam percakapan atau diskusi mengenai pengetahuannya dalam rangka memecahkan masalah; (3) Reflection (refleksi, melihat kediri-sendiri), yaitu kegiatan dimana siswa dapat membandingkan kemampuan dan keterampilannya dengan ahli di bidangnya; dan (4) Exploration (eksplorasi, berkarya), yaitu yaitu saat dimana guru mendorong siswa untuk mencoba menemukan dan memecahkan persoalan secara mandiri. Texas Collaborative for Teaching Excellence mengajukan suatu strategi dalam melakukan pembelajaran kontekstual yang diakronimkan menjadi REACT, yaitu: relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferring. 1) Relating: yaitu belajar dalam konteks menghubungkan apa yang hendak dipelajari dengan pengalaman atau kehidupan nyata. Untuk itu, bawa perhatian siswa pada pengalaman, kejadian, dan kondisi sehari-hari. Lalu, hubungkan/kaitkan hal itu dengan pokok bahasan baru yang akan diajarkan. 2) Experiencing: yaitu belajar dalam konteks eksplorasi, mencari, dan menemukan sendiri. Memang, pengalaman itu dapat diganti dengan video, atau bacaan (dan bahkan kelihatannya dengan cara ini belajar bisa lebih cepat), tetapi strategi demikian merupakan strategi pasif, artinya, siswa tidak secara aktif/langsung mengalaminya. 3) Applying
yaitu belajar mengaplikasikan konsep dan informasi dalam
konteks yang bermakna. Belajar dalam konteks ini serupa dengan simulasi, yang seringkali dapat membuat siswa mencita-citakan sesuatu, atau membayangkan suatu tempat bekerja dimasa depan. Simulasi seperti bermain peran merupakan contoh yang sangat kontekstual dimana siswa mengaplikasikan pengetahuannya seperti dalam dunia nyata. Seringkali
38
juga dilakukan berupa pengalaman langsung (firsthand experience) seperti magang. 4) Cooperating yaitu proses belajar dimana siswa belajar berbagi (sharing) dan berkomunikasi dengan siswa lain. Pembelajaran kooperatif merupakan
salahsatu
strategi
utama
dalam
CTL,
karena
pada
kenyataannya, karyawan berhasil adalah yang mampu berkomunikasi secara efektif dan bisa bekerja dengan baik dalam tim. Aktivitas belajar yang relevan dengan pembelajaran kooperatif adalah kerja kelompok; dan kesuksesan kelompok tergantung pada kinerja setiap anggotanya. Peer grouping juga suatu aktivitas pembelajaran kooperatif. Beberapa teknik pembelajaran kooperatif akan diulas pada bagian lain dari makalah ini. 5) Transferring : yaitu belajar dalam konteks pengetahuan yang sudah ada, artinya adalah, siswa belajar menggunakan apa yang telah dipelajari untuk menyelesaikan persoalan
yang dihadapi. Aktivitas dalam
pembelajaran ini antara lain adalah pemecahan masalah (problem solving).
4. Hasil Belajar Fisika Siswa a. Pengertian Belajar Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu yakni mengalami,47 Belajar adalah kegiatan-kegiatn fisik atau badaniah.48 Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.49 Burton dalam sebuah bukunya The Guidance of Learning Activities merumuskan pengertian “belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu dengan individu dan
47
Anggun Kusuma Wardani, Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual Oleh Guru PKn Di SMA Negeri I Banjarnegara. (Jurusan hukum dan kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang 2007), hal.17 48 Anonim, http://agungmaul.blogspot.com/2010/09/hubungan-prilaku-siswa-smp-dan-sma.htm. (18 September 2010: 20.35) 49 Anonim, http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/08/pengertian-hasil-belajar.html (18 September 2010: 20.35)
39
individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya.”50 Wasty mengutip bahwa dalam bukunya yang dikemukakan oleh H. Cronbach Witherington ( Educational Psycology, 1945 ) “Learning is shown by change in behavior as a result of expe-rience”51 yang diterjemahkan dalam bukunya Aunurrahman mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian.52 Howard L. Kingslay berpendapat “Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training”
53
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dan tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Menurut pendapat ini, belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan tersebut dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam dalam interaksi dengan lingkungannya. James O.Whittakher mendefinisikan “Learning may be defined as the prosess by which behavior originates or is altered through training or experience.”
54
Belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan
atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individuitu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.55
50
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran.(Bandung:Alfabeta,2009), hal.35 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidika. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal.104 52 Aunurrahman, Op.Cit., hal.35 53 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidika. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal.104 54 Ibid., hal. 104 55 Aunurrahman, Op.Cit., hal.35 51
40
Pendapat lain tentang belajar yaitu menurut W.S. Winkel mengemukakan bahwa “belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap, dimana perubahan ini bersifat secara konstan dan berbekas”. Dari pendapat tersebut tampak bahwa belajar proses ataupun usaha yang dilakukan individu yang berinteraksi dengan lingkungannya, hanya dibatasi pada segi mental yaitu proses aktifitas psikis seseorang. Dalam kesimpulan yang dikemukakan oleh Abdillah (2002), belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.56 Dari beberapa definisi belajar yang dikemukakan di atas, belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang yang relatif menetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap, berdasarkan interaksi aktif antara individu dan lingkungannya sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman yang dilakukan secara formal, maupun non formal. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi
kelangsungan
hidup
manusia.
Belajar
membantu
manusia
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup. Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, tejadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan itu harus secara relatif bersifat menetap dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang nampak saat ini tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang. Selain itu, perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman.
56
Ibid., hal.35
41
b. Teori-Teori Belajar 1) Teori belajar psikologi behavioristik Para pencetus teori ini sering disebut sebagai contemporary behaviorists mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh mengajar atau penguatan dari lingkungan.57 Dr. Aunurrahman berbeda pendapat dalam bukunya belajar dan pembelajaran bahwa para penganut behavioristik meyakini bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian lingkungan yang memberikan pengalaman tertentu.58 Behaviorisme menekankan pada apa yang dilihat yaitu tingkah laku dan kurang memperhatikan apa yang terjadi di dalam pikiran karena tidak dapat dilihat. 2) Teori belajar psikologi kognitif Kognitivisme juga sering disebut cognitive model
atau model
perceptual. Menurut teori ini belajar ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi atau pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya.59 Karena itu belajar menurut teori ini diartikan sebagai perubahan persepsi dan pemahaman. 3) Teori belajar psikologi humanistic Teori ini berpendapat bahwa setiap orang menentukan perilaku sendiri. Mereka bebas dalam memilih kualitas hidup mereka dan tidak terkait oleh lingkungan.60 4) Teori belajar Gagne Teori ini merupakan perpaduan yang seimbang antara behaviorisme dan kognitivisme yang berpangkal pada teori pengolahan informasi. Menurut gagne cara berpikir seseorang tergantung pada keterampilan apa yang telah dimilikinya dan cara pandang yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas. 57
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidika, Rineka Cipta, 2003), hal. 123 58 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2009), hal.39 59 Ibid., hal.44 60 Wasti, Op.cit., hal. 137
(Jakarta:
42
Jadi di dalam proses belajar terdapat dua fenomena yaitu meningkatnya keterampilan intelektual sejalan dengan meningkatnya umur serta latihan yang diperlukan individu, dan belajar akan lebih cepat bila mana strategi kognitif dapat dipakai dalam memecahkan masalah secara lebih efisien.
c. Hasil Belajar Fisika Siswa Dalam
dunia
pendidikan,
suatu
proses
belajar
diharapkan
menghasilkan sesuatu yang disebut hasil belajar. Hasil belajar merupakan tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran yaitu berupa pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan. Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.61 Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Bloom yang dikutip oleh Wina sanjaya, tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran diklasifikasikan ke dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Masingmasing ranah dapat dirinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan, yaitu sebagai berikut: 1) Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) yang meliputi: 1) Mengingat (Remember) , yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. 2) Memahami (Understand), yaitu menentukan makna dari pesan dalam pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis ataupun grafik.
61
Anonim, http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dandefinisi.html. 18 September 2010 20.36
43
3) Menerapkan (Apply), yaitu mengambil atau menggunakan suatu prosedur tertentu bergantung situasi yang dihadapi. 4) Menganalisa (Analyze), yaitu memecah-mecah materi hingga ke bagian yang lebih kecil dan mendeteksi bagian apa yang berhubungan satu sama lain menuju satu struktur atau maksud tertentu. 5) Mengevaluasi (Evaluate), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar. 6) Menciptakan (Create), yaitu menyusun elemen-elemen untuk membentuk sesuatu yang berbeda atau mempuat produk original. 62 2) Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, yang meliputi: a) Reciving (sikap menerima) adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. b) Responding (memberikan respon/jawaban) adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara, mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus yang datang dari luar. c) Valuing (penilaian atau menentukan sikap) yaitu suatu sikap tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mampu menilai konsep atau fenomena, yaitu baik dan buruk. d) Organization (mengatur) adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, dan membawa perbaikan umum. e) Characterization (pembentukan pola hidup) adalah karaktrisasi dengan suatu nilai yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi kepribadian dan tingkah lakunya. 62
David R. Krathwohl, A Revision of Bloom‟s Taxonomy, An Overview (Ohio: Theory Into Practice, vol 41 number 4 : 2002)
44
3) Ranah Psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) meliputi: a) Persepsi – perception (mampu menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan, menyeleksi objek) b) Kesiapan – set (mampu berkonsentrasi, menyiapkan diri secara fisik, emosi, dan mental) c) Gerakan terbimbing – guided response (mampu meniru contoh, mencoba-coba, pengembangan respons baru) d) Gerakan terbiasa – mechanism (berketrampilan, berpegang pada pola, respons baru muncul dengan sendirinya) e) Gerakan kompleks – complex overt response (sangat terampil secara lancer, luwes, supel, gesit, lincah) f) Penyesuaian pola gerakan – adaption (mampu menyesuaikan diri, bervariasi, pemecahan masalah) g) Kreativitas/keaslian – creativity/origination (mampu menciptakan yang baru, berinisiatif). Dengan demikian, hasil belajar merupakan perubahan pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek–aspek perubahan pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep yang lebih baik. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari gejalagejala alam melalui penelitian, percobaan dan pengukuran yang disajikan secara matematis berdasarkan hukum-hukum dasar untuk menemukan hubungan antara kenyataan yang ada di alam. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas pembelajaran berupa pengetahuan fisika maupun penguasaan konsep fisika.
45
d. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Made Sumadi di SLTP 6 Singaraja pada tahun 2004/2005 bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual pada pelajaran matematika berpengaruh pada kemampuan penalaran dan komunikasi dalam belajar. Hasil yang diperoleh menujukan melalui uji normalitas sebesar 0,876, taraf signifikansi 5% yang berdistribusi normal, uji homogenitas diperoleh nilai sebesar 0,512 taraf signifikansi 5% dengan data homogen.berdasarkan criteria di atas dapat disimpulkan adanya perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi secara signifikan antara siswa yang belajar dengan pendekatan kontekstual dan konvensional.63 Lilik Mawartiningsih melakukan penelitian di SMPN 1 Plumpang dan SMP PGRI 3 Tuban terhadap prestasi belajar siswa. Hasil yang diperoleh bahwa pendekatan kontekstual berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dengan F hitung itu lebih besar dibandingkan dengan F tabel.64 Dra. Erni Maidiyah, M.Pd dkk melakukan penelitian terhadap guruguru SD di Kecamatan Darussalam Aceh Besar bahwa tingkat keberhasilan rata-rata 79,3% hal ini bisa terlihat dari hasil berdasarkan evaluasi dari nilai rata-rata awal sebesar 20,4% menjadi 79,3% hal ini menimbulkan motivasi bagi guru-guru untuk menerapkan dalam pembelajaran di dalam kelas.65 Berdasarkan penelitian yang dilaukan oleh I Wayan Suastra dalam pembelajaran sains pendekatan menggunakan kontekstual berpengaruh terhadap pengembangan kecakapan hidup siswa dimana rata-rata penguasaan konsep pada siklus I sebesar 6,36%,siklus II sebesar 6,64%, dan siklus III 7,0% dengan melihat ketuntasan klasikal bahwa siswa telah mengalami 63
I Made Sumadi, Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematia Sisiwa Kelas II SLTP Negeri 6 singaraja,(Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1.XXXVIII Januari, 2005) 64 Lilik mawartiningsih, Pengaruh Metode Mengajar CTL dan Gaya Kognitif Terhadap Prestasi Belajar Siswa Bidan Study Biologi Kelas 1 Semester II di SMPN 1 Plumpang dan SMP PGRI 3 Tuban dalam Pokok Bahasan Ekosistem,( ISSN, UNIROW Tuban:2001) 65 Erni Maidiyah, Pembinaan Guru SD dalam Penerapan Pendekatan Pembelajaran CTL di Kecamatan Darussalam Aceh Besar, (Program IPTE: Kegiatan Pengabdian kepada Mesyarakat Tahun V No.12,2006)
46
peningkatan hasil belajar . Peningkatan ini tidak terlepas dari pendekatan pembelajaran kontekstual yang diterapkan mampu melibatkan berbagai aktivitas penyelidikan yang cukup menarik sehingga memotivasi siswa untuk belajar sains.66 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman Gita di SLTPN 4 Singaraja pada pelajaran matematika terhadap peningkatan hasil belajar siswa dengan hasil yang cukup baik sekali serta 60,5% siswa memberikan tanggapan positif dengan alasan lebih giat belajar, situasi menyenangkan, tahu kesalahan sendiri, mudah memahami, tahu kemampuan sendiri cepat mengerti, dan bisa saling tanya jawab.67 Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Sudiana pada pelajaran kimia menghasilkan indikasi positif dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual yaitu aktivitas belajar mahasiswa sangat antusias, hasil belajar makin meningkat dari siklus I dengan nilai 57,1, siklus II dengan nilai 66,7, pada siklus III dengan nilai 72,2. Ini mengindikasikan bahwa pembelajaran kontestual sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. selain sikap belajar dan hasil belajar ada juga yang deperhatikan yaitu aspek sosial, esiapan belajar, aktivitas belajar sehingga mahasiswa memberikan respon yang positif.68 Dari berbagai penelitian diatas penulis berminat mengadakan penelitian lanjut tentang Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan asumsi akan berpengaruh pada hasil belajar fisika siswa.
66
I Wayan Suastra, Implementasi Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Sains Sebagai Upaya Pengembangan Kecakapan Hidup Siswa di SD Laboratorium IKIP Negeri Singaraja, (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No.2 Tahun. XXXVIII april 2005) 67 I Nyoman Gita, Implementasi Pendekatan Kontekstual Berbantuan LKS untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas II SLTP 4 Singaraja,(Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No.1 TH XXXVIII Januari 2005) 68 I Ketut Sudiana, Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif pada Pembelajaran Kimia dan Pencemaran Lingkungan, (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No.2 TH. XXXX april 2007)
47
B. KERANGKA BERPIKIR Setidaknya ada tiga macam bentuk problem pembelajaran yaitu problem yang bersifat metodologis yaitu problem yang terkait dengan upaya atau proses pembelajaran yang menyangkut masalah kualitas penyampaian materi, kualitas interaksi antar guru dengan siswa, kualitas pemberdayaan sarana dan elemen dalam pembelajaran dan bersifat cultural yaitu problem yang berkaitan dengan karakter atau watak seorang guru dalam mensikapi atau mempersepsikan terhadap proses pembelajaran.69 Berhasil tidaknya suatu pembelajaran, salah satunya tergantung pada strategi belajar mengajar yang dilakukan guru, cara guru menciptakan suasana kelas akan berpengaruh pada reaksi yang ditampilkan siswa dalam kegiatan pembelajaran oleh karena itu guru harus mampu menggunakan metode pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga siswa dapat menerima dan memahami dengan mudah materi pelajaran dan siswa menjadi aktif dalam belajar. Jika keingintahuan siswa diutarakan dalam bentuk pertanyaan itu akan terpuaskan, berarti proses pembelajaran siswa telah dilalui maka kegiatan belajar mengajar yang efektif telah tercapai. Keefektivan pembalajaran akan membuat siswa lebih mudah menyerap materi yang disajikan guru sehingga hasil belajarnya akan menjadi lebih baik. Jadi pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) digunakan untuk mengetahui hasil belajar Fisika siswa. Kerangka pikir penelitian tersebut dapat dilihat pada bagan kerangka pikir di bawah ini:
69
M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang:Rasail Media Group.2008) hal.9
48
Hasil belajar kurang maksimal Penguasaan guru, siswa tidak menemukan sendri
Fisika pelajaran yang sulit, rumit dan membosankan
Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Tes Hasil Belajar Kognitif (C1, C2, C3, C4)
Hasil Belajar Fisika yang Maksimal Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
C. PERUMUSAN HIPOTESIS Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitiannya adalah “pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terdapat pengaruh terhadap hasil belajar Fisika siswa”.
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Fath Cireundeu pada kelas VII semester genap tahun ajaran 2010-2011 dengan materi pelajaran wujud zat dan perubahannya.
B. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuasi eksperimen atau eksperimen semu yaitu penelitian yang mendekati eksperimen sungguhan dimana tidak mungkin mengadakan kontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan.1 Desain penelitian yang digunakan adalah prettest-postest control group design2 dengan dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok akan diberi perlakuan (treatment) yang berbeda. Sebelum pembelajaran, kedua kelompok diberi tes awal (pretest) dan setelah berakhir diberi test akhir (posttest) dengan menggunakan instrumen yang sama seperti pada tes awal. Adapun desain penelitiannya dapat dilihat pada tebel di bawah ini: Tabel 3.1 Tabel desain Penelitian Kelompok
Pretest
Treatment
Posttest
Eksperimen
T1
XE
T2
Kontrol
T1
Xk
T2
Keterangan : T1
=
tes awal (pretest).
T2
=
tes akhir (posttest).
1
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian (Malang: UIN Malang Press, 2008), cet. 1, h. 165. 2 Ibid., hal.222
50
XE
=
perlakuan
pada
kelompok
eksperimen
menggunakan
pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) Xk
=
perlakuan pada kelompok kontrol menggunakan metode demonstrasi.
C. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang lain, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Variabel dalam penelitian ini adalah: variabel bebas (X) yaitu pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan variabel terikat (Y) yaitu hasil belajar fisika.
D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Al-Fath Cirendeu, sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas VII di sekolah tersebut yang terdaftar pada semester genap pada tahun ajaran 20010/2011. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.4 Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik “purposive sampling” yaitu pengambilan sampel yang diambil berdasarkan tujuan penelitian.5 Berdasarkan teknik sampling tersebut, diperoleh sampel penelitian yaitu kelas VII D sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII T sebagai kelompok kontrol. Sebelum penelitian, kedua kelompok diuji kehomogenannya dengan cara membandingkan hasil nilai pretest menggunakan analisis statistik perbandingan. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, diperoleh hasil pretest kedua kelompok tidak 3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), ed. Revisi IV, cet. 13, h. 130. 4 Ibid., h. 131. 5 Ibid., h. 139-140.
51
berbeda secara signifikan, sehingga kedua kelas tersebut layak untuk dijadikan sebagai sampel penelitian.
E. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahapan terdiri dari beberapa bagian dengan alur sebagai berikut: TAHAP PERSIAPAN : Menyiapkan Perangkat Pembelajaran
TAHAP PELAKSANAN Perlakuan Terhadap Sampel Penelitian Kelompok Eksperimen
F.
Kelompok Kontrol
Tes Awal (Pretest)
Tes Awal (Pretest) Penerapan pembelajaran melalui metode demonstrasi
Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Tes Akhir (Posttest)
Analisis Uji Statistik
Tes Akhir (Posttest)
TAHAP AKHIR 1. Pembahasan hasil penelitian 2. Penarikan Kesimpulan
Gambar 3. 1. Alur Prosedur Penelitian.
52
G. Teknik Pengumpulan Data Ada dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini. Data utama adalah hasil belajar fisika siswa yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Data kedua adalah data penunjang penelitian yaitu aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, diperoleh melalui observasi aktivitas siswa. Observasi yang dilakukan disini adalah observasi langsung atau pengamatan langsung, yaitu cara pengumpulan data berdasarkan pengamatan yang menggunakan mata atau telinga secara langsung tanpa melalui alat bantu yang terstandar.6 Adapun urutan pengumpulan data dilakukan sebagai berikut: a.
Penulis melakukan observasi untuk menentukan kelas yang akan dijadikan objek penelitian serta menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b.
Memberikan perlakuan kepada kelas yang dijadikan objek penelitian dengan perlakuan pendekatan .
c.
Contextual Teaching and Learning (CTL) kepada kelas eksperimen dan metode demonstrasi pada kelas kontrol.
d.
Memberikan tes soal-soal tentang wujud zat dan perubahannya pada kedua kelas tersebut dengan soal yang sama. Tes tersebut diberikan setelah materi telah selesai.
e.
Menilai hasil tes pada kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen adalah hasil belajar Fisika siswa yang diajar dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan kelompok kontrol adalah hasil belajar Fisika siswa yang diajar dengan metode demonstrasi.
H. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan ada dua yaitu tes dan non tes. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar fisika siswa 6
M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), cet. 1, h. 143.
53
adalah instrumen tes berupa tes objektif yang di peroleh dari pelaksanaan pretes dan posttes, instrumen yang digunakan untuk memperoleh data observasi aktivitas siswa yaitu instrumen non-tes berupa lembar observasi aktivitas siswa. 1. Instrumen Tes Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban. Berikut ini tabel penyusunan kisi-kisi instrumen penelitian berdasarkan indikator hasil belajar fisika yang hendak dicapai. Tabel 3. 2 Kisi-kisi instrumen Tes hasil belajar fisika Kompetensi Dasar
Uraian materi
Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Wujud zat
Mendeskripsi kan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari
Massa Jenis
Indikator Menyelidiki perubahan wujud suatu zat Menafsirkan gaya tarik antar partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran Membedakan kohesi dan adhesi berdasarkan pengamatan Mengkaitkan peristiwa kapilaritas dalam peristiwa kehidupan sehari-hari Menjelaskan dari hasil percobaan bahwa massa jenis adalah salah satu ciri khas suatu zat Menghitung massa jenis suatu zat dan Menggunakan konsep massa jenis untuk berbagai penyelesaian massalah dalam kehidupan sehari-hari
Nomor soal dan aspek yang diukur (C1) (C2) (C3) (C4) 1*,2 3,4* 5*,6 7* 9,10
11,12*
13,14
7
15*
16*, 17
18*,19
20
6
21*, 22
23
24*, 25*
26
6
27
28*, 29*
30*,31
32*, 33
7
34*, 35
36*, 37*
38*,39
40*
7
9
11
12
8
Keterangan : * Soal valid yang digunakan dalam penelitian.7
Instrumen tes hasil belajar yang digunakan untuk penelitian harus memiliki empat kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Berikut ini adalah langkah-langkah yang ditempuh untuk mengetahui bahwa tes yang akan dipakai memenuhi keempat kriteria tersebut.
Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.9.
7
8*
Jumlah
7
∑ soal
40
54
1) Uji Validitas Instrumen Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan kesahihan atau ketepatan suatu instrumen, apakah instrumen tersebut tepat untuk mengukur hal yang hendak diukur. Untuk mengukur validitas tes, dapat ditentukan menggunakan teknik korelasi point biserial sebagai berikut: 8 rpbis = M p M t St
p q
Keterangan: rpbis
=
koefisien korelasi point biserial
Mp
=
rata-rata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.
Mt
=
rerata skor total.
St
=
standar deviasi dari skor total.
p
=
proporsi siswa yang menjawab benar.
q
=
proporsi siswa yang menjawab salah (1 – p).
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka hasil perhitungan rhitung dibandingkan dengan rtabel korelasi point biserial dengan α = 0, 05. Apabila rhitung > rtabel maka soal tersebut dinyatakan valid. Berdasarkan hasil perhitungan validitas menggunakan r korelasi point biserial, dari 40 butir soal yang dibuat diperoleh 21 soal yang valid dan 19 soal yang tidak valid.9 Soal yang dinyatakan valid dan tidak valid dapat dilihat pada tabel rekapitulasi hasil validasi instrumen tes di bawah ini:
8
9
Ibid., h. 187. Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.5
55
Tabel 3.3 Rekapitulasi hasil validasi instrumen tes Butir Soal
Jumlah Soal
Keterangan
1, 4, 5, 7, 8, 12, 15, 16, 18, 21, 24, 25, 28, 29, 30, 32, 34, 36, 37, 38, 40
21
Valid
2, 3, 6, 9, 10, 11, 13, 14, 17, 19, 20, 22, 23, 26, 27, 31, 33, 35, 39
19
Tidak Valid
2) Uji Reliabilitas Instrumen Perhitungan reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa instrumen tersebut dapat dipercaya, yaitu konsisten atau tetap apabila diujikan berkali-kali. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen digunakan rumus yang dikemukakan Kuder – Richardson yaitu rumus K-R 20, adalah sebagai berikut:10 S 2 pq n r 11 = ( )( ) n 1 S2
Keterangan: r 11
=
reliabilitas tes secara keseluruhan.
p
=
proporsi subjek yang menjawab item yang benar.
q
=
proporsi subjek yang menjawab item yang salah (q = 1-p).
Σpq
=
jumlah hasil perkalian antara p dan q.
N
=
banyaknya item.
S
=
standar deviasi dari tes.
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen tes, nilai yang didapat dari 21 butir soal yang valid, reliabilitasnya yaitu sebesar 0,89. 11
10
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), ed. Revisi, cet. 8, h. 100-101. 11 Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.6
56
3) Taraf Kesukaran Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal yaitu sukar, sedang, atau mudah. Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal tersebut, dapat ditentukan dengan rumus:12 P
B JS
Keterangan: P
=
taraf kesukaran.
B
=
jumlah siswa yangt menjawab butir soal dengan benar.
JS
=
jumlah seluruh peserta tes.
Kriteria taraf kesukaran yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh, maka soal tersebut tergolong sukar. Sebaliknya, semakin besar indeks yang diperoleh, maka soal tergolong mudah. Adapun kriteria indeks taraf kesukaran soal tersebut adalah:13 P = 0,00
:
soal terlalu sukar
0,01 < P ≤ 0,30
:
soal sukar
0,30 < P ≤ 0,70
:
soal sedang
0,70 < P ≤ 1,00
:
soal mudah
Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran, tidak terdapat butir soal yang termasuk kategori terlalu sukar, 14 butir soal termasuk kategori sukar, 20 butir soal termasuk kategori sedang, dan 6 butir soal termasuk kategori mudah.14
4) Daya Pembeda Daya pembeda butir soal digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu soal dalam membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi), dengan siswa
12
M. Subana dan Sudrajat, Op. Cit., h. 133. Ibid., h. 133-134. 14 Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.7 13
57
yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Daya pembeda tiap butir-butir soal ditentukan dengan rumus:15 D=
B A BB = PA - PB JA JB
Keterangan: D
=
daya pembeda.
BA
=
jumlah peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar.
JA
=
jumlah peserta tes kelompok atas.
BB
=
jumlah peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar.
JB
=
jumlah peserta tes kelompok bawah.
PA( )
=
proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab soal benar.
PB (
) =
proporsi peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal benar.
Adapun klasifikasi dari daya pembeda soal:16 D≤0
15
: sangat jelek.
0,01 < D ≤ 0,20
: jelek
0,20 < D ≤ 0,40
: cukup
0,40 < D ≤ 0,70
: baik
0,70 < D ≤ 1,00
: baik sekali
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h. 213-214. M. Subana dan Sudrajat. Op. Cit., h. 135.
16
58
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal diperoleh data dengan kategori baik sekali sebanyak 1 soal, kategori baik sebanyak 13 butir soal, kategori cukup sebanyak 12 butir soal, kategori jelek 8 butir soal, dan kategori sangat jelek (drop) sebanyak 6 butir soal.17
2. Instrumen Non Tes Instrumen non tes dalam penelitian ini yaitu lembar observasi. Dalam penelitian kuantitatif, instrumen observasi lebih sering digunakan sebagai alat pelengkap instrumen lain. Observasi pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa kelompok eksperimen selama proses pembelajaran.18
I.
Teknik Analisis Data Tes Terdapat dua teknik analisis data yaitu data yang diperoleh dari instrumen tes
berupa tes hasil belajar fisika, dan data yang diperoleh dari instrumen nontes berupa lembar observasi aktivitas siswa. a.
Uji Prasyarat Analisis Data Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian
normalitas dan homogenitas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. 1) Uji Normalitas Uji normalitas data perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian yang dianalisis terdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas dilakukan menggunakan rumus kai kuadrat (chi square) dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Menghitung harga frekuensi dengan rumus chi-kuadrat.19
17
Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.8 Lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiaran A.2.2. 19 M. Subana dan Sudrajat, Op. Cit., h. 149-150. 18
59
χ2hitung =
( Oi Ei ) Ei
Keterangan: Oi =
frekuensi observasi atau hasil pengamatan
Ei =
frekuensi ekspektasi
b) Membandingkan nilai χ2hitung dengan χ2tabel pada derajat kebebasan dk = n – 1 dan taraf signifikansi α = 0,05, dengan kriteria sebagai berikut: Jika harga χ2hitung < χ2tabel, maka data berdistribusi normal Jika harga χ2hitung > χ2tabel, maka data berdistribusi tidak normal.
2) Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian memiliki hasil yang homogen. Uji homogenitas dilakukan pada pasangan skor pretest dan posttest. Langkah-langkah yang dilakukan adalah: a) Menentukan varians. b) Menghitung nilai F (homogenitas) dengan rumus:20 F=
s 2b s2k
Keterangan : s2b = Variansi yang lebih besar s2k = Variansi yang lebih kecil c) Menentukan nilai homogenitas, jika Fhitung < Ftabel maka data berdistribusi homogen. b. Uji Hipotesis Setelah persyaratan analisis dipenuhi, maka hipotesis diuji dengan uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05. Uji-t ini digunakan untuk membandingkan dua kelompok
20
Ibid., h. 161.
60
yang berbeda, biasanya digunakan untuk membandingkan akibat dua perlakuan yang dilakukan pada suatu penelitian. Uji-t yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Menentukan Uji Statistik21 t=
X1 X 2 dsg
dengan
dsg
1 1 n1 n 2
n1 1V1 n2 1V2 n1 n2 2
Keterangan: N1 = Jumlah sampel kelompok 1 N2 = Jumlah sampel kelompok 2 V1 = Varians data kelompok eksperimen 1 (sd1)2 V2 = Varians data kelompok kontrol 1 (sd2)2 dsg = nilai deviasi standar gabungan
X 1 = rata-rata data kelompok 1 X 2 = rata-rata data kelompok 2 b) Rumusan Hipotesis dan Kriteria Pengujian Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut: Ho, µA ≤ µB Ha, µA > µB Keterangan: µA :
Nilai rata-rata hasil belajar Fisika yang telah diajarkan dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
µA :
Nilai rata-rata hasil belajar Fisika yang diajarkan dengan metode demonstrasi.
21
Ibid., h. 161-162.
61
Nilai t pada uji hipotesis kemudian dikonsultasikan pada tabel distribusi t pada taraf signifikansi tertentu. Tingkat signifikan yang diambil dalam penelitian ini dengan derajat keyakinan 95% , α = 5% dan dk = (n1 + n2 – 2) dengan kriteria penerimaan hipotesis sebagai berikut: Jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar Fisika. 2.
Teknik Analisis Data Nontes Data hasil observasi akan dianalisis dengan analisis deskriptif. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang aktivitas siswa pada kelompok yang diberi perlakuan dengan penerapan pendekatan kontekstual Untuk mengetahui data aktivitas siswa selama berlangsung, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:22 Nilai =
Skor total yang didapat 100 Skor ideal atau skor total yang diharapkan
Data yang diperoleh kemudian dikonversi ke dalam bentuk kriteria nilai presentasi yang diklasifikasikan atas dasar tingkat sebagai berikut:
22
81 – 100%
: baik Sekali
61 – 80%
: baik
41 – 60%
: cukup
21 – 40%
: kurang
0 – 20%
: sangat kurang
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 13, h. 133.
62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Penulis memberikan perlakuan yang berbeda kepada kedua kelas. Kelas eksperimen belajar dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), sedangkan kelas kontrol belajar menggunakan metode demonstrasi. Konsep fisika yang diambil adalah Wujud zat dan perubahannya. Sebelum memberikan perlakuan kepada kedua kelompok, peneliti memberikan pretest sehingga kesamaan kemampuan awal kedua kelompok dapat diketahui. Soal pretes
terdiri dari 21 butir pilihan ganda dengan 4 (empat)
alternatif jawaban. Setelah kedua kelompok diberikan perlakuan (pembelajaran) yang berbeda, penulis memberikan posttest dengan soal yang sama pada soal pretest. Soal pretest maupun posttest yang diberikan merupakan instrumen tes yang sebelumnya telah diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya, sehingga instrumen tes tersebut layak digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hasil belajar akhir siswa (posttest) akan dianalisis untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika. Data hasil belajar fisika dilengkapi dengan data pendukung yaitu berupa hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Berikut ini adalah perolehan hasil pretest dan posttest yang didapat dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, hasil pengujian prasyarat analisis data, hasil analisis data, dan hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Berikut adalah tabel sebaran nilai pretest dan posttest distribusi dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai berikut:
63
Tabel 4.1 Rekapitulasi Distribusi Sebaran Nilai Siswa N 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
1.
Kelas Eksperimen Pretest Postest 0 10 29 10 29 13 32 13 36 16 39 19 41 36 41 38 42 38 42 38 43 40 49 41 49 41 49 43 52 43 52 47 54 47 58 49 60 51 61 52
Kelas Kontrol Pretest Postest 30 20 60 25 63 27 67 32 67 47 68 50 70 63 72 65 72 67 74 69 74 69 79 69 80 69 80 71 80 72 83 72 85 74 89 74 91 78 98 83
Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil perhitungan pretest kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol yang terdiri dari 20 siswa, diperoleh data dalam bentuk diagram frekuensi sebagai berikut:1
Gambar 4.1. Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 1
Perhitungan lengkap dapat dilihat di lampiran C.1.1.
64
Dari data tabel dan diagram batang di atas, hasil pretest untuk kelompok eksperimen yaitu: sebanyak 1 siswa atau sebesar 5 % mendapatkan skor terendah pada interval 0 – 9. Skor terbanyak berada pada interval 41 - 50 yaitu 8 siswa atau sebesar 40 %, dan skor tertinggi berada pada interval 51 – 61 sebanyak 6 siswa atau sebesar 30 %. Untuk kelompok kontrol, sebanyak 2 siswa atau sebesar 10 % mendapatkan skor terendah yaitu pada interval 0 – 10. Skor terbanyak berada pada interval 41 – 50 yaitu 8 siswa atau sebesar 40 %, dan skor tertinggi berada pada interval 51 – 61 sebanyak 2 siswa atau sebesar 10 %. Hasil pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam bentuk pemusatan data berupa rata-rata (mean), nilai tengah (median), skor terbanyak yang diperoleh siswa (modus) dan standar deviasi, dapat dilihat pada tabel dan diagram di bawah ini.2 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
2
No.
Interval
1 2 3 4 5 6
0 - 10 11 - 20 21 - 30 31 - 40 41 - 50 51 - 61 Jumlah (Σ)
Frekuensi Kelompok Eksperimen 1 0 2 3 8 6 20
Persentase (%) 5% 0% 10 % 15 % 40 % 30 % 100 %
Perhitungan lengkap dapat dilihat di lampiran C.1.2.
Frekuensi Kelompok Kontrol 2 4 0 4 8 2 20
Persentase (%) 10 % 20 % 0% 20 % 40 % 10 % 100 %
65
Adapun
distribusi frekuensi hasil pretest kelompok eksperimen dan
kontrol terlihat pada diagram dibawah ini adalah:
Gambar 4.2. Diagram Batang Pemusatan Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas, pemusatan data hasil pretest untuk kelompok eksperimen yaitu: skor terbesar 61 dan skor terkecil 0, rata-rata (mean) sebesar 44,35, median sebesar 39,5, modus sebesar 46 dan standar deviasi sebesar 12,96. Untuk kelompok kontrol diperoleh skor terbesar 52 dan skor terkecil 10, rata-rata (mean) sebesar 31,65, median sebesar 17,5, modus sebesar 21,6 dan standar deviasi sebesar 10,94.
2.
Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Dari hasil perhitungan posttest kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol yang terdiri dari 38 siswa, diperoleh data dalam bentuk diagram batang sebagai berikut: 3
3
Perhitungan lengkap dapat dilihat di lampiran C.1.3.
66
Gambar 4.3. Diagram Batang Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan diagram batang di atas, hasil posttest untuk kelompok eksperimen yaitu: sebanyak 1 siswa atau sebesar 5% mendapatkan skor terendah pada interval 13 – 26. Skor terbanyak berada pada interval 69 – 82 yaitu 9 siswa atau sebesar 45%, dan skor tertinggi berada pada interval 83 – 98 sebanyak 5 siswa atau sebesar 25%. Untuk kelompok kontrol, sebanyak 2 siswa atau sebesar 10% mendapatkan skor terendah yaitu pada interval 13 – 26. Skor terbanyak berada pada interval 69 – 82 yaitu 10 siswa atau sebesar 50%, dan skor tertinggi berada pada interval 83 – 98 sebanyak 1 siswa atau sebesar 5%. Hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam bentuk pemusatan data berupa rata-rata (mean), nilai tengah (median), skor terbanyak yang diperoleh siswa (modus) dan standar deviasi, dapat dilihat pada table dan diagram batang di bawah ini.4
4
Perhitungan lengkap dapat dilihat di lampiran C.1.4.
67
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol No.
Interval
1 2 3 4 5 6
13 - 26 27 - 40 41 - 54 55 - 68 69 - 82 83 - 98 Jumlah (Σ) Adapun
Frekuensi Kelompok Eksperimen 1 0 0 5 9 5 20
Persentase (%) 5% 0% 0% 25% 45% 25% 100%
Frekuensi Kelompok Kontrol 2 2 2 3 10 1 20
Persentase (%) 10% 10% 10% 15% 50% 5% 100%
distribusi frekuensi hasil pretest kelompok eksperimen dan
kontrol terlihat pada diagram dibawah ini adalah:
Gambar 4.4. Diagram Batang Pemusatan Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Dari tabel dan diagram batang di atas, pemusatan data hasil posttest untuk kelompok eksperimen yaitu: skor terbesar 98 dan skor terkecil
35, rata-rata
(mean) sebesar 75,1, median sebesar 76,5, modus sebesar 85,95 dan standar deviasi sebesar 13,16. Untuk kelompok kontrol diperoleh skor terbesar 83 dan
68
skor terkecil 20, rata-rata (mean) sebesar 59,4, median sebesar 69,08, modus sebesar 70,11 dan standar deviasi sebesar 12,07. Berikut ini adalah tabel rekapitulasi pemusatan data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Pretest – Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelas Eksperimen
Data
Kelas Kontrol
Pretest
Posttest
Pretest
Posttest
Nilai Tertinggi
61
98
52
83
Nilai Terendah
0
61
20
20
Mean
44,35
75,1
31,65
59,4
Median
39,5
76,5
17,5
69,08
Modus
46
85,95
21,6
70,11
13,80
12,68
11,14
9,88
Standar Deviasi
3.
Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Tes Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilaksanakan pengujian
prasyarat analisis data berupa uji normalitas dan uji homogenitas. a.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
dari penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat pada taraf signifikansi 0,05, kriterianya adalah : X2 hitung ≤ X2 tabel 2
X
hitung
2
>X
tabel
: Ho diterima : Ho ditolak
Dengan diterimanya Ho berarti data penelitian berdistribusi normal, sedangkan jika Ho ditolak berarti data penelitian tidak berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas pretest dan posttest kedua sampel penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.5
5
Perhitungan lengkap uji normalitas dapat dilihat pada lampiran C.2.
69
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Eksperimen Kontrol Statistik Pretest Posttest Pretest Posttest N 20 20 20 20 31,65 44,35 75,1 59,4 X S 12,96 13,16 10,94 12,07 2 9,12 5,33 9,18 4,052 χ hitung 2 χ tabel 9,488 9,488 9,488 9,488 Kesimpulan Normal Normal Normal Normal Dari tabel Hasil uji normalitas di atas dapat disimpulkan bahwa data hasil pretest maupun posttest kedua kelompok berdistribusi normal karena memenuhi kriteria yaitu χ2 hitung < χ2 tabel. b. Uji Homogenitas Setelah kedua sampel kelompok dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas. Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian memiliki varians yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan berdasarkan uji kesamaan varians kedua kelas, menggunakan uji Fisher pada taraf signifikansi 0,05 dengan kriteria pengujian yaitu: jika Fhitung < Ftabel maka data dari kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau homogen. Hasil uji homogenitas pretest dan posttest kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah in: Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest – Posttest Pretest Posttest Statistik Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol S2 167,96 119,68 173,18 145,68 1,403 1,188 F hitung F table 1,79 1,79 Kesimpulan Homogen Homogen Dari tabel di atas, untuk data pretest didapat Fhitung = 1,79 dan data posttest didapat Fhitung = 1,188, sedangkan Ftabel = 1,79. Dari kedua data tersebut
70
dadapatkan Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa data dari kedua sampel tersebut mempunyai varians yang sama atau homogen.6 4.
Hasil Pengujian Analisis Data Tes Setelah dilakukan uji prasyarat analisis data, diketahui bahwa data kedua
kelompok pada penelitian ini berdistribusi normal dan homogen, sehingga pengujian data pretest dan posttest kedua kelas dapat diteruskan pada analisis data berikutnya, yaitu uji hipotesis menggunakan uji “t” dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika thitung < ttabel
: Ho diterima, Ha ditolak
Jika thitung > ttabel
: Ho ditolak, Ha diterima
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh thitung untuk nilai pretest sebesar 1,15 dan thitung nilai posttest sebesar 1,78. Pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = 38, diperoleh nilai ttabel = 1,6681. Berikut adalah tabel pengujian hipotesis hasil pretest dan posttest. Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Data Pretest dan Posttest7 Statistik N X S2 thitung ttabel Kesimpulan
Pretest Eksperimen Kontrol 20 20 31,65 44,35 167,96 119,68 1,15 1,6681 Tidak terdapat perbedaan
Posttest Eksperimen Kontrol 20 20 75,1 59,4 173,18 145,68 1,78 1,6681 Terdapat perbadaan
Dari tabel di atas, pada nilai pretest tampak bahwa nilai thitung < ttabel yaitu 1,15 < 1,6681 sehingga hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest kelas VII.D sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII.T sebagai kelompok kontrol. Dengan demikian, kedua kelas memiliki kemampuan yang homogen dan kedua kelas ini layak dijadikan sebagai sampel penelitian. Berbeda dengan hasil perolehan pretest, nilai posttest kedua kelompok setelah diberikan perlakuan yang berbeda tampak bahwa nilai thitung > ttabel, yaitu 6 7
Perhitungan lengkap uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran C.3. Perhitungan lengkap uji hipotesis dapat dilihat pada lampiran C.4.
71
1,78 > 1,6681 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan diterimanya Ha pada pengujian hipotesis posttest tersebut, berarti rata-rata hasil belajar fisika kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata hasil belajar fisika kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat menguji kebenaran hipotesis yaitu terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika. 5.
Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan observasi
langsung terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Oleh karena itu, semua indikator yang diobservasi dalam penelitian ini dikembangkan dari setiap aspek yang terdapat dalam pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) diantaranya
yaitu
mengaitkan,
mengalami,
menerapkan,
kerjasama
dan
mentransfer. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil analisis data observasi aktivitas siswa.8 Tabel 4.8 Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan KeAspek CTL Memenuhi 1 2 1. Mengaitkan 71,8% 78,12% 2. Mengalami 70,83% 64,58% 3. Menerapkan 93,75% 79,16% 4. Kerjasama 74,98% 85,93% 5. Mentransfer 56,25% 62,5% Presentase Rata-rata Aspek Contextual Teaching and Learniang (CTL)
No.
Rata-rata
Kategori
74,96% 67,70% 86,45% 80,45% 59,37%
Baik Cukup Baik Sekali Baik Sekali Cukup Baik
73,78
Tabel di atas menunjukkan persentase ketercapaian aktivitas siswa pada setiap aspek Contextual Teaching and Learning (CTL) berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencapai ratarata ketercapaian sebesar 73,78% yaitu memiliki kategori baik. Dari hasil observasi tersebut, ada beberapa aspek Contextual Teaching and Learning (CTL)
8
Perhitungan lengkap hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran C.5.
72
yang berada di atas rata-rata yaitu aspek mengaitkan, menerapkan, dan kerjasama. Aspek Contextual Teaching and Learning (CTL) yang di bawah rata-rata yaitu aspek mengalami dan mentransfer, akan tetapi kedua aspek memiliki kategori cukup. Dengan demikian, penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) telah memunculkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berupa aspek menerapkan, mengalami, mengaitkan, kerjasama, dan mentransfer. B. . Pembahasan Berdasarkan analisis data nilai posttest menggunakan uji t, diperoleh hasil thitung lebih besar dari ttabel yaitu 1,78 > 1,6681. Hal ini menunjukkan bahwa ratarata skor hasil belajar fisika pada kelompok eksperimen yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
lebih tinggi daripada
kelompok kontrol yang menggunakan metode demonstrasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar fisika. Pencapaian hasil belajar tersebut didukung pula berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada setiap aspek Contextual Teaching and Learning (CTL). Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) telah memunculkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berupa aspek mengaitkan, mengalami, menerapkan, kerjasama, dan mentransfer. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran, dapat dikatakan bahwa ratarata ketercapaian aktivitas siswa pada aspek Contextual Teaching and Learning (CTL) mencapai 73,78%, yaitu memiliki kategori baik. Dari data hasil observasi tersebut, indikator siswa aktif mencapai 73,78%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa terlibat secara aktif dalam mengaitkan selama proses pembelajaran berlangsung dengan kehidupannya sehari-hari.
Siswa
mengaitkan
keterlibatan
dalam
kegiatan
eksperimen,
mendiskusikan hasil eksperimen, dan pengisian lembar kerja siswa (LKS). Selain itu, siswa beserta kelompoknya, mendemonstrasikan, dan mempresentasikan hasil kegiatan eksperimennya di depan kelas. Dengan mengaitkan siswa dituntut untuk mengalami sebuah proses keterlibatan menemukan sebuah materi yaitu dengan
73
pengalaman langsung dan siswa dapat menemukan sebuah hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.9 Berbeda dengan pencapaian skor pada aspek mentransfer, pencapaian aspek ini siswa masih di bawah rata-rata yaitu hanya 59,37%, akan tetapi memiliki kategori cukup. Keadaan tersebut dikarenakan siswa belum terbiasa membuat atau menciptakan pengetahuannya dengan fokus pada pemahaman yang di dapat tetapi siswa selalu terbiasa untuk menghafal suatu kejadian yang telah dialaminya sendiri jadi mengakibatkan pembelajaran bukanlah sesuatu yang baru. Siswa juga belum terbiasa untuk mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan fisika atau menghubungkan kejadian sehari-hari maupun fenomena alam dengan fisika. Keadaan yang sama terjadi pada indikator pengalaman siswa, pencapaian aspek ini siswa masih di bawah rata-rata yaitu 67,70%, akan tetapi memiliki kategori cukup. Hal ini terjadi karena sebagian siswa belum terbiasa memunculkan kreativitas dalam berfikir berupa pengungkapan gagasan yang telah dialaminya dalam kehidupan sehari-hari dan pemecahan masalah yang bervariasi. Akan tetapi hampir setiap siswa telah menunjukkan kekreatifan dalam berbuat, yang ditunjukan dengan kegiatan merancang dan mengembangkan alat-alat dalam setiap eksperimen. Untuk indikator kerjasama mencapai skor 80,45% atau baik sekali, hal tersebut menunjukkan bahwa siswa dapat mengikuti proses pembelajaran seperti apa yang diharapkan, seperti : memahami tujuan pembelajaran, memahami dan melaksanakan instruksi guru, memanfaatkan waktu dengan baik dan tidak banyak bercanda/bersantai, mencatat atau mendokumentasikan hal-hal penting tentang konsep fisika yang sedang dipelajari, memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru maupun pendapat orang lain, dan secara bertanggung jawab dapat mengumpulkan dan menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu. Semua itu adanya kerja sama antara murid dengan murid dan murid dengan guru.
9
Dodi Hermana,Contextual Teaching and Learning:Menyusun Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). (Garut: Rahayasa Research and Training, 2010), hal.59.
74
Aspek terakhir yaitu menerapkan, mencapai skor 86,45% termasuk kategori baik sekali. Selama pembelajaran, siswa menunjukkan ekspresi wajah ceria dan tidak tegang seperti berani berbuat dan mencoba, serta berani dalam melakanakan instruksi guru.10 Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan pemecahan masalah. Siswa menunjukkan sikap tubuh dan ketertarikan untuk terlibat dalam proses pembelajaran, terkesan dan senang selama proses pembelajaran yang mereka alami, sehingga merasa ketagihan untuk belajar.semua itu karena adanya pengaruh dari seorang guru yang selalu memberikan sebuah motivasi kepada siswa dengan memberikan latihan yang realistik dan relevan.11 Penerapan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning i(CTL) ini dapat memberikan peluang kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuannya sendiri dan terlibat langsung selama proses pembelajaran. Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan pertanyaan maupun mengutarakan pendapatnya tanpa tekanan dari siapapun termasuk guru. Siswa juga diberi kesempatan untuk bekerja seperti ilmuwan yakni melakukan eksperimen, menyimpulkan, mendemonstrasikan, dan mengkomunikasikan hasil eksperimen. sehingga proses pembelajaran yang dialami siswa akan lebih bermakna. Karena tujuan utama dari pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan anatar pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa dapat menghubungkan pelajaran yang mereka pelajari dengan kondisi nyata mereka sehari-hari. Siswa dengan sadar akan menegerti apa makna hidup belajar tersebut, mereka akan sadar bahwa yang mereka peajari berguna bagi kehidupan nanti. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan semata-mata mengetahuinya 10
Dokumentasi penelitian dapat dilihat di lampiran C.7. Dodi Hermana,Contextual Teaching and Learning:Menyusun Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). (Garut: Rahayasa Research and Training, 2010), hal.62 11
75
saja.12
Siswa yang mengaitkan pelajaran dengan dunia mereka sehari-hari
menjadi siswa yang dinamis. Mereka berada dalam posisi untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang bermutu dan menjawabnya dengan cara yang dapat mengubah dunia mereka.13 Pada
pembelajaran
tersebut,
guru
tidak
mendominasi
aktivitas
pembelajaran, tetapi hanya sebagai fasilitator, mediator, memonitor, dan mendorong pengembangan setiap individu di dalam kelas. Sesuai dengan (Depdiknas, 2002:4) guru hanya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru hanya dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakn agar siswa sendrir yang memanjat tangga tersebut.14 Dari penjelasan-penjelasan di atas menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) memberikan peluang besar kepada siswa untuk terlibat langsung atau aktif selama pembelajaran. Akibat adanya pembelajaran mengalami sendiri, mengkonstruk pengalamannya, aktif, menumbuhkan kreativitas dan inovasi siswa, siswa berani mencoba dan berbuat, terkesan dan senang selama proses pembelajaran, dan merasa ketagihan untuk belajar, sehingga pembelajaran mencapai tujuan yang ditetapkan dan hasil belajar fisika mencapai hasil yang maksimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Contextual Teaching and learning (CTL) merupakan suatu keharusan dalam setiap pembelajaran. Selain itu, berdasarkan penelitian lain yang relevan yang telah dipaparkan di kajian teori, serta berdasarkan perhitungan analisis data dan hasil observasi aktivitas siswa pada setiap aspek Contextual Teaching and Learning (CTL), telah terbukti bahwa penerapan pembelajaran ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa. 12
Ibid., hal.73-74 Elain B.Johnson. CTL Contextual teaching and learning: menjadikan kegiatan-belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna, (Bandung: kaifa learning.2010), hal.148 14 Dodi Hermana,Op.Cit,. hal 58 13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika pada konsep wujud zat. Rata-rata hasil belajar fisika siswa pada konsep wujud zat yang diajarkan dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode demonstrasi. Dengan diperkuat hasil observasi aktivitas siswa yang mencapai rata-rata 73,78%, yaitu memiliki kategori baik.
B. Saran Setelah melakukan penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu : 1. Sebaiknya pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik diterapkan pada awal pelajaran. Agar pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik dan efektif. 2. Adanya penelitian lebih lanjut mengenai penerapan pendekatan Contextual Teaching
and Learning
(CTL) untuk
mengetahui
sejauh mana
perkembangan pencapaian hasil belajar fisika siswa pada konsep lain atau menggunakan metode lain yang setara dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) seperti Talented and Gifted Program (TAG).
77
75
DAFTAR PUSTAKA Anonim,Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Ipa Melalui Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IISD.http://techonly13.wordpress.com/2009/12/07/proposalpenelitian-tindakankelas-2/.(18 September 2010: 20.35) Anonim, Pengertian dan definisi hasil belajar .http://yogapw.wordpress.com/2010/08/13/pengertian-belajar/(18 September 2010: 20.39) Anonim, Peningkatan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal melalui implementasi pembelajaran kooperatif (http://techonly13.wordpress.com/2010/08/08/meningkatkan-hasilbelajar-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-soal-melalui-implementasipembelajaran-kooperatif-dengan-tutor-sebaya/) (18 September 2010: 20.35) Anonim, Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding Model Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar Siswa http://pinggiralas.blogspot.com/2010/06/keefektifan-modelpembelajaran.html Anonim,Pengertian dari belajar dan pembelajaran. http://agungmaul.blogspot.com/2010/09/hubungan-prilaku-siswa-smpdan-sma.htm. (18 September 2010: 20.35) Anonim,http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/08/pengertian-hasil-belajar.html (18 September 2010: 20.35) Anonim,http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dandefinisi.html. 18 September 2010 20.36 Anonim,Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) http://techonly13.wordpress.com/2009/08/26/pembelajaran-kontekstual/ A.Black, James dan Dean J Champion. Metode dan masalah penelitian sosial. (Bandung: Rafika offset) Alfu Laila, Noor. Skripsi Pengaruh Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) Terhadap Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD.(Cakrawala Pendidikan, November 2009, Th. XXVIII, No. 3.STAI AL-JAMI Banjarmasin.) Ariani, Wirahayu, Yuswayanti.dkk. Peningkatan pemahaman geografi dengan strategi pembelajaran dengan berbasis masalah dalam kerangka kurikulum Arikunto, Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), ed. Revisi, cet. 8 Arikunto, Suharsimi. Prof. Dr. Prosedur Penelitian : suatu pendekatan praktik Jakarta: Rineka cipta.edisi revisi VI cetakan ke-13.2006) Aunurrahman, Dr.Belajar dan Pembelajaran.(Bandung:Alfabeta,2009) Bagus putu Arnyana, Ida. Pengaruh penerapan model berdasarkan masalah dan model pengajaran langsung dipandu strategi kooperatif terhadap hasil
76
belajar biologi siswa SMA.Jurusan pendidikan biologi Fakultas pendidikan MIPA (Jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No.4 Th XXXIX, Oktober 2006) Bagus putu Arnyana, Ida. Penerapan model PBL pada pelajaran biologi untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 1 Singaraja tahun pelajaran 2006/2007.(Jurusan Pendidikan biologi fakultas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha .Jurnal pendidikan dan pengajaran UNDIKSHA No. Th. XXXX April 2007) Basrowi, dkk. Pengembangan pendidikan kesehatan reproduksi melalui komik pembelajaran untuk siswa pendidikan dasar di Jawa Timur. . (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007) Chotimah, Khusnul. Dkk Peningkatan proses dan hasil belajar biologi dalam pendekatan kontekstual melalui model pembelajaran think-pair-shared pada peserta didik kelas X-6 SMA Laboratorium UN Malang. . (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007) David R. Krathwohl, A Revision of Bloom’s Taxonomy, An Overview (Ohio: Theory Into Practice, vol 41 number 4 : 2002) Davis, Julie . Exploring Staff Perceptions: Early Childhood Teacher Educators Examine Online Teaching and Learning Challenges and Dilemmas.( Centre of Learning Innovation Queensland University of Technology Kelvin Grove & Brisbane, Australia: International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning) Efendi,Ahmad. Artikel pendidikan: Hasil Belajar (http://ahmadefendi.blogspot.com/search/label/artikelpendidikan)(18 September 2010: 20.39) Emzir, Prof. Dr. M.Pd. Metodologi penelitian pendidikan kuantitatif dan kualitatif. (Jakarta: PT Raja grafindo persada.2008) Gita, I Nyoman.Implementasi Pendekatan Kontekstual Berbantuan LKS untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa kelas II SLTP 4 Singaraja,(Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No.1 TH XXXVIII Januari 2005) Hidayah, Nur, dkk. Aplikasi pembelajaran kolaboratif berbasis assessment otentik untuk meningkatkan pembelajaran PSKn kelas VII di SD Sabilillah, Malang. . (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007) Hermana, Dodi. Contexstual Teaching and Learning:Menyusun Model Pembelajaran Contexstual Teaching and Learning (CTL). (Garut: Rahayasa Research and Training, 2010)
Indra,Hasil Belajar (Pengertian dan efinisi). http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasilbelajarpengertiandandefi nisi.html Ingrid Schudel, Cheryl le Roux, Heila Lotz-Sisitka, Callie Loubser, Rob O’Donoghue and Tony Shallcross. Contextualising learning in Advanced Certificate in Education (Environmental Education) courses: synthesising contexts and experiences. (South African Journal of Education)
77
Johnson, Elain B. CTL Contextual teaching and learning: menjadikan kegiatan-belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna, (Bandung: kaifa learning.2010)
Kasiram, Moh.Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian (Malang: UIN Malang Press, 2008), cet. 1 Kusuma Wardani, Anggun.Sebuah skripsi “Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual Oleh Guru PKn Di SMA Negeri I Banjarnegara”. (Jurusan hukum dan kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang 2007) Kruizenga, Teresa M. Teaching Somali Children: What Perceived Challenges Do Somali Students Face in the Public School System.( University of Wisconsin – River Falls USA : International Journal of Education ISSN 1948-5476 2010, Vol. 1, No. 1: E12) Lie, Anita. Cooperatif learning: mempraktikan kooperatif learning di dalam kelas. (Jakarta: PT Gramedia widiasarana Indonesia.cet. 8.2008) Mahanal, Susriyati.dkk. Penerapan pembelajaran berdasarkan masalah dengan strategi kooperatif model STAD pada mata pelajaran sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V MI Jendral Malang. (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007). Maidiyah,Erni. Dra. M.Pd, Pembinaan Guru SD dalam penerapan Pendekatan Pembelajaran CTL di Kecamatan Darussalam Aceh Besar, (Program IPTE: Kegiatan Pengabdian kepada Mesyarakat Tahun V No.12,2006) Mawartiningsih, Lilik. Pengaruh Metode Mengajar CTL dan Gaya Kognitif Terhadap Prestasi Belajar Siswa Bidan Study Biologi Kelas 1 Semester II di SMPN 1 Plumpang dan SMP PGRI 3 Tuban dalam Pokok Bahasan Ekosistem,( ISSN, UNIROW Tuban:2001) Muchlis, Mansur. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, (Jakarta: Sinar Garafika Ofset, 2008)Cet.4 Munandar, S.Pd, M.Si, Guru professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) Pribadi,dkk. Kualitas pelaksanaan pembelajaran pada program study pendidikan teknik bangunan (PTB) jenjang S-1 jurusan teknik sipil fakultas teknik universitas negeri malang. (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007) Qohar, Abd.dkk. Upaya meningkatkan kemampuan bernalar mahasiswa dalam pembelajaran pemprograman computer melalui pendekatan pemecahan masalah. (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007) Ripandelli, April M. Contextual Teaching & Learning.( Emerson Elementary School Special Education Department: Contextual Teaching of Social Skills/Journal Writing) Sahertian, Piet. A. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 55-56. Sanjaya, Wina Dr. M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Pranada Media Group.2008)
78
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2008), ed. 1, cet. 1 Singarimbun, Masri dan Sofian effendi. Metode Penelitian survai. (Jakarta: LP3ES.1989). Suastra, I Wayan. Implementasi Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Sains Sebagai Upaya Pengembangan Kecakapan Hidup Siswa di SD Laboratorium IKIP Negeri Singaraja, (Jurnal Pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri Singaraja No.2 Tahun. XXXVIII april 2005) Subana M. dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), cet. 1 Sudiana, I Ketut. Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif pada Pembelajaran Kimia dan Pencemaran Lingkungan, (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No.2 TH. XXXX april 2007) Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), cet. 13, h. 30. Sugiyono, Prof. Dr. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta.2008) Sumadi, I Made.Pengaruh penerapan pendekatan kontekstual terhadap kemampuan penalaran dan komunikasi Fisika siswa,(Jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP singaraja NO.1 TH.XXXVIII Januari 2005) Suparno, Paul. Metodologi Pembelajaran Fisika: Kontruktivistik dan menyenangkan. (Yogyakarta: Universitas sanata dharma.2007) Trianto, M.Pd, Pendekatan-pendekatan Pembelajaran inovatif Berorientasi Kontruktivistik,(Jakarta Press.2007) Trianto, S.Pd., M.Pd. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik: konsep, landasan teoritis-praktis dan implementasinya, (Jakarta: Prestasi pustaka publisher.2007) Udin Saepudin sa’ud, Ph.d, Inovasi Pendidikan., (bandung:Alfabeta.2008) Untari, Sri, dkk. Penerapan pembelajran deep dialogue critical thinking dalam PKn untuk meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan rasa senang siswa SD sriwedari Malang. . (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007). Winograd, Peter. Preparing Teachers to Use Contextual Teaching and Learning Strategies To Improve Student Success In and Beyond School. (University of Michigan: A Commissioned Paper for the U.S. Department of Education Project) Wong Sek Khin, Edward. The Role of Reflective Practitioner Heuristic Inquiry in Institutional learning and Research.( Faculty of Business & Accountancy University of Malaya, Malaysia : International Journal of Education ISSN 1948-5476 2010, Vol. 2, No. 1: E6)
LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran A.1 : Instrumen Tes (Hasil Belajar) 1. Kisi-kisi Instrumen Tes (Hasil Belajar) 2. Kisi-kisi Instrumen Tes Per Indikator 3. Soal Uji Coba Instrumen Tes 4. Kunci Jawaban Instrumen Test 5. Perhitungan Uji Validitas Instrumen Tes 6. Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Tes 7. Perhitungan Taraf Kesukaran Instrumen Tes 8. Perhitungan Daya Pembeda 9. Rekapitulasi Hasil UJi Coba Instrumen Tes 10. Soal Instrumen Tes Yang Dipakai Dalam Penelitian 11. Kunci Jawaban
Lampiran A.2 : Instrumen Non Tes 1. Kisi-kisi Instrumen Non Tes (Observasi Aktivitas Siswa) 2. Angket tentang Persespsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika
81
Lampiran A.1.1 KISI-KISI INSTRUMEN TES Satuan Pendidikan Mata Pelajaran/kelas Jumlah Soal Bentuk Soal Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Mendeskripsika n konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari
: SMP/MTs : Fisika/ VIII : 40 Butir : Pilihan Ganda : Memahami wujud zat dan perubahannya
Uraian materi Wujud zat
Massa Jenis
Indikator Menyelidiki perubahan wujud suatu zat Menafsirkan gaya tarik antar partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran Membedakan kohesi dan adhesi berdasarkan pengamatan Mengaitkan peristiwa kapilaritas dalam peristiwa kehidupan seharihari Menjelaskan dari hasil percobaan bahwa massa jenis adalah salah satu ciri khas suatu zat Menghitung massa jenis suatu zat dan Menggunakan konsep massa jenis untuk berbagai penyelesaian massalah dalam kehidupan seharihari Jumlah
Nomor soal dan aspek yang diukur Pengetahuan Pemahaman Penerapan (C1) (C2) (C3)
Analisis (C4)
Jumlah soal
1,2
3,4
5,6
7
7
8
9,10
11,12
13,14
7
15
16,17
18,19
20
6
21,22
23
24,25
26
6
27
28,29
30,31
32,33
7
34,35
36,37
38,39
40
7
9
11
12
8
40
82
Lampiran A.1.2 KISI-KISI INSTRUMEN TES PER INDIKATOR Satuan Pendidikan Mata Pelajaran/kelas Jumlah Soal Bentuk Soal Materi Pokok Standar Kompetensi / Kompetensi dasar 3. Memahami wujud zat dan perubahannya
: SMP/MTs : Fisika/ VII : 40 butir : Pilihan ganda : Wujud Zat dan Perubahannya
Konsep
Indikator soal
Perubahan wujud zat
Menjelaskan proses perjalanan perubahan wujud zat
3.1. Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Menyebutkan pengertian dari suatu zat terkecil Sifat-sifat zat
Mencirikan sifatsifat zat padat, cair dan gas
Butir soal 1.
Jawaban
Aspek yang di ukur
D
C1
C
C1
D
C2
Perhatikan bagan perubahan wujud zat berikut….
Perubahan wujud yang ditunjukkan no 2,4 dan 6 berturut-turut adalah a. mencair, menguap, menyublin b. menyublin, mengembun, membeku c. menguap, menyublin, membeku d. mengembun,menyublin,mencair. 2. Bagian terkecil suatu zat yang masih bisa diuraikan dan masih mempunyai sifat aslinya…. a. partikel atau molekul c. unsur b. atom d. inti atom 3. Perhatikan gambar!
83
Berdasarkan susunan partikelnya, benda yang bentuk dan volumenya dapat berubah ditunjukkan oleh nomor…. a. 1 dan 2 c. 1 dan 3 b. 2 dan 3 d. hanya 3 Menjelaskan sifatsifat zat padat, cair dan gas.
Meramalkan suatu pembuktian zat dapat menempati ruangan Mencontohkan terjadinya perubahan wujud suatu zat.
4.
Pada gambar terlihat balon yang kempis lebih ringan. Percobaan ini menunjukkan bahwa ….
a. udara merupakan zat alir b. udara menempati ruang c. udara mempunyai massa d. keseimbangan balon terganggu 5. Salah satu cara membuktikan bahwa zat menempati ruangan adalah…. a. menentukan beratnya dengan timbangan b. menimbang dengan alat ukur timbangan c. dimasukkan kedalam benda lain d. dimasukkan kesuatu tempat 6. Perhatikan peristiwa berikut ini! (1) Pakaian yang basah apabila di jemur di bawah cahaya matahari dapat kering. (2) Pada pagi hari titik-titik air menempel pada ujung daun. (3) Mengecilnya ukuran kapur barus yang disimpan dalam lemari pakaian. (4) Proses peleburan logam dengan suhu tertentu. Peristiwa menyublim ditunjukkan pada nomor …. a. (1) b. (3) b. (2) c. (4)
C
C2
D
C3
C
C3
84
Mencontohkan terjadinya perubahan wujud suatu zat.
Susunan dan gerak parikel pada berbagai wujud zat
Menunjukkan susunan dan gerak partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran. Mencirikan susunan dan gerak partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran.
Menjelaskan susunan dan gerak partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran.
Menerapkan ciriciri zat cair pada raksa
7.
1 PADAT
2 CAIR
4
GAS
D
3
Perubahan wujud zat yang melepaskan kalor pada diagram di atas ditunjukkan oleh nomor …. a. 1 dan 2 c. 1 dan 4 b. 2 dan 3 d. 3 dan 4 8. Bau parfum memenuhi ruangan. Hal ini menunjukan bahwa …. a. gas tersebar c. gas memenuhi ruangan b. gas adalah zat ringan d. parfum cair diubah menjadi gas
Perhatikan ciri-ciri zat di bawah ini! 1) Jarak antarpartikelnya saling berdekatan 2) Gaya tarik antarmolekulnya kuat 3) Partikel-partikelnya bergerak bebas 4) Bentuknya tetap 5) Volumenya tetap Ciri-ciri zat padat ditunjukkan oleh nomor …... a. 1, 2, 3, dan 5 c. 2, 3, 4, dan 5 b. 1, 3, 4, dan 5 d. 1, 2, 4, dan 5 10. Gas memiliki volume yang berubah-ubah, sebab …. (1) Jarak antara partikel-partikelnya berdekatan. (2) Gaya tarik-menarik antarpartikelnya lemah. (3) Gaya tarik-menarik antarpartikelnya kuat. (4) Partikel-partikelnya bergerak bebas. Pernyataan yang benar adalah …. a. (1), (2), dan (3) c. (2) dan (4) b. (1) dan (3) d. (4) 11. Raksa termasuk zat cair karena memiliki ciri-ciri… a. bentuk tetap, volume tetap b. bentuk tetap, volume tidak tetap c. bentuk tidak tetap, volume tetap d. bentuk dan volume tidak tetap
C4
C
C1
D
C2
C
C2
A
C3
9.
85
Menjelaskan keadaan partikel suatu zat cair
Menganalisis diagram partikel zat pada gambar
Kohesi dan adhesi
12. Partikel zat cair keadaanya…. a. tersusun rapi, berdekatan, tarik menarik, kuat dan bergetar. b. tak teratur, agak berjauhan, tarik menariknya lemah dan bergerak. c. sangat tak teratur, sangat berjauhan, tidak ada tarik menarik dan gerakannya lebih cepat. d. tak teratur, berjauahan, tak ada tarik menarik dan gerakannya cepat. 13. Perhatikan diagram partikel zat, partikel itu terdapat pada… a. besi dan baja b. air dan minyak c. air dan besi d. baja dan minyak
Menganalisis keadaan partikel zat padat pada gambar
14. Keadaan partikel zat padat pada batu ditunjukkan gambar…. a. b. c. d.
Menyebutkan partikel yang tarik menarik Membuktikan kohesi dan adhesi berdasarkan pengamatan.
15. Tarik menarik antar partikel yang sejenis disebut… a. swadesi c. adhesi b. aneksi d. kohesi 16. Gambar manakah yang menunjukan permukaan air jika dituang pada tabung reaksi?
A
C3
B
C4
C
C4
C
C1
B
C2
Mencontohkan kohesi dan adhesi berdasarkan pengamatan
Membedakan kohesi dan adhesi berdasarkan pengamatan.
Peristiwa kapilaritas
17. Perhatikan peristiwa berikut ini! 1. Air di atas daun talas 2. Air di dalam tabung reaksi yang dindingnya diolesi minyak 3. Air di dalam gelas minum 4. Raksa di dalam tabung reaksi
D
C2
A
C3
C
C3
B
C4
C
C1
Peristiwa menikus cembung ditunjukkan oleh nomor …. a. 1 dan 3 c. 2 dan 3 b. 1, 2, dan 3 d. 1, 2, dan 4 18. Zat cair dalam gelas yang mempunyai kohesi = adhesi adalah ….
Membedakan sebuah diagram gambar adhesi terbesar
19. Diagram yang menunjukan adhesi terbesar adalah…. a. b. c. d.
Menganalisis terjadinya gaya kohesi dan adhesi
20. Pada raksa yang dimasukkan ke dalam tabung kaca berlaku…. a. gaya adhesi > gaya kohesi b. gaya adhesi < gaya kohesi c. gaya adhesi = gaya kohesi d. gaya kohesi nol 21. Kapilaritas adalah…. a. dua buah gaya jika di dekatkan akan tarik menarik b. dua buah benda jika di dekatkan akan tolak menolak c. dua buah benda yang bermuatan listrik jika didekatkan akan saling memberikan gaya
Mendefinisikan kapilaritas
86
87
Menjelaskan contoh dari sebuah kapilaritas yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Menjelaskan proses dari kapilaritas
Mencontohkan peristiwa kapilaritas dalam peristiwa kehidupan seharihari.
Menyimpulkan peristiwa kapilaritas dalam peristiwa kehidupan seharihari. Menganalisis gambar bejana berhubungan yang terjadi pada raksa
3.2. Mendeskripsika n konsep massa jenis dalam
Menyebutkan massa sebuah zat yang sama
d. dua buah benda jika didiekatkan akan saling diam 22. Berikut ini merupakan contoh dari kapilaritas, kecuali….. a. naiknya minyak pada lampu templok b. naiknya air dalam tembok pada musim hujan c. naiknya air tanah ke daun pada tumbuhan d. naiknya minyak pada lampu petromak 23. Daun yang tinggi dapat menerima air dari akar karena proses…. a. kapilaritas b. bejana berhubungan c. difusi d. meniskus 24. Perhatikan pernyataan berikut ini! (1) Naiknya minyak tanah pada sumbu kompor. (2) Meresapnya air hujan pada dinding rumah. (3) Naiknya air tanah melalui pompa air. Pernyataan di atas yang termasuk peristiwa gejala kapilaritas adalah … a. (1) dan (2) c. (1) b. (1) dan (3) d. (2) dan (3) 25. Air di dalam gelas menetes keluar melalui kain yang tercelup sebagian. Hal ini disebabkan oleh …. a. adhesi lebih kecil daripada kohesi b. kain memiliki daya hisap yang kuat c. molekul air berinteraksi dengan molekul kain d. serat kain berfungsi seperti pipa kapiler 26. Bejana berhubungan yang salah satunya berupa pipa kapiler bila diisi dengan raksa maka permukaan raksa pada masing-masing adalah….
27. Suatu zat sejenis mempunyai massa jenis…. a. sama b. tidak sama
C C1
A
C2
A
C3
D
C3
A
C4
D
C1
88 kehidupan sehari-hari
c. belum tentu sama d. tergantung volumenya Massa jesis sebagai ciri khas suatu zat
Mengukur massa jenis suatu benda
Menyimpulkan bahwa massa jenis adalah salah satu ciri khas suatu zat.
Menyimpulkan massa jenis suatu zat dengan menggunakan persamaan massa jenis
28.
B
C2
A
C2
D
C3
B
C3
Apabila ukuran dan bentuk wadah sama, maka dari keempat zat tersebut yang berbeda adalah …. a. volume dan massa c. volume dan massa jenis b. massa dan massa jenis d. volume, massa, dan massa jenis 29. Grafik hubungan antara massa suatu zat dengan volume ditunjukkan pada gambar …. a.
c.
b. d.
Merumuskan zat-zat yang tergolong pada zat padat
Menganalisis dua buah benda yang memiliki nassa jenis yang sama
30. Diantara zat berikut yang tergolong zat padat adalah… a. terusi, alkohol, karbit b. cat, asam sulfat, garam c. karbit, es, spirtus d. es, serbuk besi, kapur 31. Pernyataan berikut ini yang benar untuk dua buah benda memiliki massa jenis yang sama adalah… a. massa dan volumenya sama tetapi jenisnya berbeda b. massa dan volumenya sama, tetapi wujudnya berbeda
89
Menganalisis perbedaan antara intan dan arang.
32.
Menganalisis gambar udara yang menempati sebuah ruangan.
33.
Meramalkan nilai massa jenis terbesar dari nilai massa dan volume yang berbeda. Menghitung massa jenis suatu zat dengan menggunakan persamaan massa jenis. Menganalisis massa jenis suatu zat dengan menggunakan persamaan massa jenis.
34.
35.
c. massa dan volumenya berbeda, tetapi jenisnya sama d. massa dan volumenya berbeda, tetapi bentuknya berbeda. Intan sulit sekali dipatahkan sedangkan arang sangat mudah di remukkan, perbedaan ini disebabkan…. a. gaya antar atom dalam arang lebih kuat daripada dalam intan b. uap air disisi dalam kaca mengalami pengembunan c. adanya uap air dari luar yang masuk melalui jendela mobil d. partikel air hujan sangat kecil Gambar ini menunjukan bahwa…. a. udara menempati gelas, sehingga air tidak masuk ke dalam gelas b. udara menempati air, sehingga air sulit masuk kedalam gelas c. air terhalang udara yang ada di air sehingga gelas tidak ada air d. udara ada dimana-mana. Berikut ini yang mempunyai nilai massa jenis terbesar adalah…. a. massa 20 g, volume 10 cm3 b. massa 60 gr, volume 20 cm3 c. massa 150 gr, volume 30 cm3 d. massa 60 gr, volume 6 cm3 Jika massa jenis minyak dalam sistem CGS adalah 0,8 gr/cm³. Bagaimana massa jenis minyak dalam sistem MKS …. a. 0,008 kg/m³ c. 800 kg/m³ b. 0,0008 kg/m³ d. 8000 kg/m³
36. Sepotong gabus dan besi memiliki massa yang sama. Massa jenis gabus adalah 240 kg/m³, sedangkan massa jenis besi adalah 7.900 kg/m³. Dapat disimpulkan bahwa …. a. volume gabus lebih kecil daripada volume besi b. volume gabus sama dengan volume besi c. volume gabus lebih besar daripada volume besi d. perbandingan volume keduanya tidak dapat ditentukan
A
C4
A
C4
D
C1
B
C1
C
C2
90
Konsep massa jenis dalam kehidupan seharihari
Menghitung massa jenis suatu zat dengan menggunakan persamaan massa jenis. Menghitung konsep massa jenis untuk berbagai penyelesaian masalah dalam kehidupan seharihari.
37. Perhatikan gambar di samping! Apabila massa balok tersebut 0,9 kg, maka massa jenisnya adalah …. a. 540 gr/cm³ c. 1,5 gr/cm³ b. 66,6 gr/ cm³ d. 0,14 gr/cm³
Menganalisis konsep massa jenis untuk berbagai penyelesaian masalah dalam kehidupan seharihari.
39.
Menganalisis konsep massa jenis untuk berbagai penyelesaian
C
38. Perhatikan gambar!
C3 Berapa nilai X jika kedua gelas ukur diisi cairan yang sama? a. 16 gram c. 24 gram b. 20 gram d. 28 gram
Nama benda Tembaga Perak Baja Kaca
C2
Massa jenis (kg/m³) 8,9 × 10³ 10,5 × 10³ 7,5 × 10³ 3,5 × 10³
Sebuah benda massanya 21 kg. Apabila volume benda 2 m³, maka dapat dipastikan benda tersebut terbuat dari bahan …. a. perak c. tembaga b. baja d. kaca 40. Seorang pedagang emas menyelidiki salah satu patung emas murni dari empat buah patung emas yang tersedia. Data terlihat di bawah ini. Jika massa jenis emas diketahui sama dengan 19.300 kg/m³, maka di antara patung emas berikut ini manakah yang murni? Cincin Emas Massa Volume A 50 gr 965 cm³ B 50 kg 965 cm³ C 965 g 50 cm³ D 965 kg 50 cm³
C
A
C3
C
C4
91
Lampiran A.1.3 Name : Grade :
1.
Perhatikan berikut….
6.
bagan
perubahan
wujud
zat
d. dimasukkan kesuatu tempat Perhatikan peristiwa berikut ini! (1) Pakaian yang basah apabila di jemur di bawah cahaya matahari dapat kering. (2) Pada pagi hari titik-titik air menempel pada ujung daun. (3) Mengecilnya ukuran kapur barus yang disimpan dalam lemari pakaian. (4) Proses peleburan logam dengan suhu tertentu. Peristiwa menyublim ditunjukkan pada nomor …. a. (1) c. (3) b. (2) c. (4)
7. Perubahan wujud yang ditunjukkan no 2,4 dan 6 berturut-turut adalah a. mencair, menguap, menyublin b. menyublin, mengembun, membeku c. menguap, menyublin, membeku d. mengembun,menyublin,mencair. 2. Bagian terkecil suatu zat yang masih bisa diuraikan dan masih mempunyai sifat aslinya…. a. partikel atau molekul c. unsur b. atom d. inti atom 3. Perhatikan gambar!
Berdasarkan susunan partikelnya, benda yang bentuk dan volumenya dapat berubah ditunjukkan oleh nomor…. a. 1 dan 2 c. 1 dan 3 b. 2 dan 3 d. hanya 3 4. Pada gambar terlihat balon yang kempis lebih ringan. Percobaan ini menunjukkan bahwa ….
5.
a. udara merupakan zat alir b. udara menempati ruang c. udara mempunyai massa d. keseimbangan balon terganggu Salah satu cara membuktikan bahwa zat menempati ruangan adalah…. a. menentukan beratnya dengan timbangan b. menimbang dengan alat ukur timbangan c. dimasukkan kedalam benda lain
1
2 CAIR
PADAT 4
GAS 3
Perubahan wujud zat yang melepaskan kalor pada diagram di atas ditunjukkan oleh nomor …. a. 1 dan 2 c. 1 dan 4 b. 2 dan 3 d. 3 dan 4 8. Bau parfum memenuhi ruangan. Hal ini menunjukan bahwa …. a. gas tersebar b. gas memenuhi ruangan c. gas adalah zat ringan d. parfum cair diubah menjadi gas 9. Perhatikan ciri-ciri zat di bawah ini! 1) Jarak antarpartikelnya saling berdekatan 2) Gaya tarik antarmolekulnya kuat 3) Partikel-partikelnya bergerak bebas 4) Bentuknya tetap 5) Volumenya tetap Ciri-ciri zat padat ditunjukkan oleh nomor …... a. 1, 2, 3, dan 5 c. 2, 3, 4, dan 5 b. 1, 3, 4, dan 5 d. 1, 2, 4, dan 5 10. Gas memiliki volume yang berubah-ubah, sebab …. (1) Jarak antara partikel-partikelnya berdekatan. (2) Gaya tarik-menarik antarpartikelnya lemah. (3) Gaya tarik-menarik antarpartikelnya kuat. (4) Partikel-partikelnya bergerak bebas. Pernyataan yang benar adalah …. a. (1), (2), dan (3) c. (2) dan (4) b. (1) dan (3) d. (4) 11. Raksa termasuk zat cair karena memiliki ciriciri… a. bentuk tetap, volume tetap b. bentuk tetap, volume tidak tetap c. bentuk tidak tetap, volume tetap d. bentuk dan volume tidak tetap
92
12. Partikel zat cair keadaanya…. a. tersusun rapi, berdekatan, tarik menarik, kuat dan bergetar. b. tak teratur, agak berjauhan, tarik menariknya lemah dan bergerak. c. sangat tak teratur, sangat berjauhan, tidak ada tarik menarik dan gerakannya lebih cepat. d. tak teratur, berjauahan, tak ada tarik menarik dan gerakannya cepat. 13. Perhatikan diagram partikel zat, partikel itu terdapat pada…
18. Zat cair dalam gelas yang mempunyai kohesi = adhesi adalah ….
19. Diagram yang menunjukan adhesi terbesar adalah…. a. a. besi dan baja b. air dan minyak 14. Keadaan partikel zat ditunjukkan gambar…. a.
b.
c. air dan besi d. baja dan minyak padat pada batu
c.
d.
15. Tarik menarik antar partikel yang sejenis disebut… a. swadesi c. adhesi b. aneksi d. kohesi 16. Gambar manakah yang menunjukan permukaan air jika dituang pada tabung reaksi?
17. Perhatikan peristiwa berikut ini! 1. Air di atas daun talas 2. Air di dalam tabung reaksi yang dindingnya diolesi minyak 3. Air di dalam gelas minum 4. Raksa di dalam tabung reaksi Peristiwa menikus cembung ditunjukkan oleh nomor …. a. 1 dan 3 c. 2 dan 3 b. 1, 2, dan 3 d. 1, 2, dan 4
b.
c.
d.
20. Pada raksa yang dimasukkan ke dalam tabung kaca berlaku…. a. gaya adhesi > gaya kohesi b. gaya adhesi < gaya kohesi c. gaya adhesi = gaya kohesi d. gaya kohesi nol 21. Kapilaritas adalah…. a. dua buah gaya jika di dekatkan akan tarik menarik b. dua buah benda jika di dekatkan akan tolak menolak c. dua buah benda yang bermuatan listrik jika didekatkan akan saling memberikan gaya d. dua buah benda jika didiekatkan akan saling diam. 22. Berikut ini merupakan contoh dari kapilaritas, kecuali….. a. naiknya minyak pada lampu templok b. naiknya air dalam tembok pada musim hujan c. naiknya air tanah ke daun pada tumbuhan d. naiknya minyak pada lampu petromak 23. Daun yang tinggi dapat menerima air dari akar karena proses…. a. kapilaritas b. bejana berhubungan c. difusi d. meniskus 24. Perhatikan pernyataan berikut ini! (1) Naiknya minyak tanah pada sumbu kompor. (2) Meresapnya air hujan pada dinding rumah. (3) Naiknya air tanah melalui pompa air. Pernyataan di atas yang termasuk peristiwa gejala kapilaritas adalah … a. (1) dan (2) c. (1)
93
b. (1) dan (3)
d. (2) dan (3)
25. Air di dalam gelas menetes keluar melalui kain yang tercelup sebagian. Hal ini disebabkan oleh ….
a. adhesi lebih kecil daripada kohesi b. kain memiliki daya hisap yang kuat c. molekul air berinteraksi dengan molekul kain d. serat kain berfungsi seperti pipa kapiler 26. Bejana berhubungan yang salah satunya berupa pipa kapiler bila diisi dengan raksa maka permukaan raksa pada masing-masing adalah….
27. Suatu zat sejenis mempunyai massa jenis…. a. sama b. tidak sama c. belum tentu sama d. tergantung volumenya 28.
Apabila ukuran dan bentuk wadah sama, maka dari keempat za tersebut yang berbeda adalah …. a. volume dan massa b. massa dan massa jenis c. volume dan massa jenis d. volume, massa, dan massa jenis 29. Grafik hubungan antara massa suatu zat dengan volume ditunjukkan pada gambar …. a.
b.
c.
30. Diantara zat berikut yang tergolong zat padat adalah… a. terusi, alkohol, karbit b. cat, asam sulfat, garam c. karbit, es, spirtus d. es, serbuk besi, kapur 31. Pernyataan berikut ini yang benar untuk dua buah benda memiliki massa jenis yang sama adalah… a. massa dan volumenya sama tetapi jenisnya berbeda b. massa dan volumenya sama, tetapi wujudnya berbeda c. massa dan volumenya berbeda, tetapi jenisnya sama d. massa dan volumenya berbeda, tetapi bentuknya berbeda. 32. Intan sulit sekali dipatahkan sedangkan arang sangat mudah di remukkan, perbedaan ini disebabkan…. a. gaya antar atom dalam arang lebih kuat daripada dalam intan b. uap air disisi dalam kaca mengalami pengembunan c. adanya uap air dari luar yang masuk melalui jendela mobil d. partikel air hujan sangat kecil 33. Gambar ini menunjukan bahwa….
a. udara menempati gelas, sehingga air tidak masuk ke dalam gelas b. udara menempati air, sehingga air sulit masuk kedalam gelas c. air terhalang udara yang ada di air sehingga gelas tidak ada air d. udara ada dimana-mana. 34. Berikut ini yang mempunyai nilai massa jenis terbesar adalah…. a. massa 20 g, volume 10 cm3 b. massa 60 gr, volume 20 cm3 c. massa 150 gr, volume 30 cm3 d. massa 60 gr, volume 6 cm3 35. Jika massa jenis minyak dalam sistem CGS adalah 0,8 gr/cm³. Bagaimana massa jenis minyak dalam sistem MKS …. a. 0,008 kg/m³ c. 800 kg/m³ b. 0,0008 kg/m³ d. 8000 kg/m³ 36. Sepotong gabus dan besi memiliki massa yang sama. Massa jenis gabus adalah 240 kg/m³,
94
sedangkan massa jenis besi adalah 7.900 kg/m³. Dapat disimpulkan bahwa …. a. volume gabus lebih kecil daripada volume besi b. volume gabus sama dengan volume besi c. volume gabus lebih besar daripada volume besi d. perbandingan volume keduanya tidak dapat ditentukan 37. Perhatikan gambar di bawah!
Apabila massa balok tersebut 0,9 kg, maka massa jenisnya adalah …. a. 540 gr/cm³ c. 1,5 gr/cm³ b. 66,6 gr/ cm³ d. 0,14 gr/cm³ 38. Perhatikan gambar!
Berapa nilai X jika kedua gelas ukur diisi cairan yang sama? a. 16 gram c. 24 gram b. 20 gram d. 28 gram 39. Nama benda Tembaga Perak Baja Kaca
Massa jenis (kg/m³) 8,9 × 10³ 10,5 × 10³ 7,5 × 10³ 3,5 × 10³
Sebuah benda massanya 21 kg. Apabila volume benda 2 m³, maka dapat dipastikan benda tersebut terbuat dari bahan …. a. perak c. tembaga b. baja d. kaca
40. Seorang pedagang emas menyelidiki salah satu patung emas murni dari empat buah patung emas yang tersedia. Data terlihat di bawah ini. Jika massa jenis emas diketahui sama dengan 19.300 kg/m³, maka di antara patung emas berikut ini manakah yang murni? Cincin Emas a b c d
Massa 50 gr 50 kg 965 g 965 kg
Volume 965 cm³ 965 cm³ 50 cm³ 50 cm³
95
Lampiran A.1.4
KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA INSTRUMEN TES
No. 1.
Kunci Kunci Kunci Kunci No. No. No. Jawaban Jawaban Jawaban Jawaban D 11. A 21. C 31. B
2.
C
12.
A
22.
C
32.
A
3.
D
13.
B
23.
A
33.
A
4.
C
14
C
24.
A
34.
D
5.
D
15.
C
25.
D
35.
B
6.
C
16.
B
26.
A
36.
C
7.
D
17.
D
27.
D
37.
C
8.
D
18.
A
28.
B
38.
C
9.
D
19.
C
29.
A
39.
A
10.
D
20.
B
30.
D
40.
C
Lampiran A.1.5
96 ANALISIS BUTIR SOAL INSTRUMEN TES Uji Validitas
No
Skor untuk item no 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
skor 28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
(Xt)2
(Xt)
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
28
784
2
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
27
729 576
3
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
24
4
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
14
196
5
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
14
196
6
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
15
225
7
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
21
441 400
8
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
20
9
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
11
121
10
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
26
676
11
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
23
529
12
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
15
225
13
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
25
625
14
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
12
144
15
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
26
676 289
16
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
17
17
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
14
196
18
0
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
15
225 625
19
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
25
20
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
24
576
21
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
25
625
22
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
21
441
23
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
29
841
1
15
225
24
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
Standar 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33
rpbi 0.382424589 -0.085696634 0.163432653 0.547162116 0.608743449 -0.138346791 0.644763038 0.722392677 0.052126002 -0.18317681 0.173756717 0.593777753 0.203924044 0.20549331 0.480407963 0.426021452 0.031172301 0.478443599 -0.20942115 -0.208388884 0.547162116 -0.417359239 0.197085521 0.431696796 0.575505758 0 -0.17184304 0.405049136 0.338684847 0.63418275 0.329801576 0.581155769 -0.163184517 0.51016604 0.290832953 0.558116791 0.370835177 0.655074905 -0.013517217 0.38466139
0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
27 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0
28 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1
0
12
21 441
1 1 11 121
1 0 0 18 324
0 0 1 14 196
1 14 196
564 11864
1
10 23
0.00
0
1.00 0.00
0
0.00
0
0.00
1 1
1
#DIV/0!
0
1.00 0.00
0
0.00
0
0.00
26
#DIV/0!
1.00 0.00
18
0.00
0
0.00
0
#DIV/0!
1.00 0.00
18
0.00
1
0.00
0
#DIV/0!
1.00 0.00
19
0.00
1
0.00
1
#DIV/0!
1.00 0.00
18
0.00
0
0.00
6 1
#DIV/0!
0 1.00 0.00
0
0.00
1.00 0.00
0
0.00
0.00
1
#DIV/0!
0.00
17
#DIV/0!
1.00 0.00
15
0.00
1
0.00
0
24.5
1.00 0.00
20
0.00
1
0.00
1
#DIV/0!
1.00 0.00
24
0.00
0
0.00
1
#DIV/0!
1.00 0.00
12
0.00
0
0.00
2 0
#DIV/0!
0 1.00 0.00
0
0.00
0
0.00
0
#DIV/0!
1.00 0.00
0
0.00
1.00 0.00
0
0.00
0.00
1
#DIV/0!
0.00
10
0
1.00 0.00
13
0.00
0
0.00
2 0
#DIV/0!
0 1.00 0.00
1
0.00
0
0.00
0
#DIV/0!
1.00 0.00
9
0.00
1.00 0.00
0
0.00
0.00
0
#DIV/0!
0.00
16
#DIV/0!
1.00 0.00
13
0.00
1
0.00
1
#DIV/0!
1.00 0.00
11
0.00
0
0.00
1
#DIV/0!
1.00 0.00
12
0.00
1
0.00
8 0
#DIV/0!
0 1.00 0.00
0
0.00
1.00 0.00
0
0.00
0.00
0
#DIV/0!
0.00
9
#DIV/0!
1.00 0.00
17
0.00
0
0.00
1
#DIV/0!
1.00 0.00
22
0.00
0
0.00
1
#DIV/0!
1.00 0.00
22
0.00
0
0.00
9 0
#DIV/0!
0 1.00 0.00
0
0.00
7 1
0.00
28
1
#DIV/0!
11
1.00 0.00
14
0.00
12
0.00
1
#DIV/0!
1 1.00 0.00
0
0.00
0
0.00
1
#DIV/0!
1.00 0.00
0.00 28,00 1.00 0.00
0.00
1.00 0.00
1
#DIV/0!
0.00
0.00
1
#DIV/0!
0.00
0
#DIV/0!
1.00 0.00
10
0.00
0
0.00
0
#DIV/0!
1.00 0.00
15
0.00
0
0.00
1
#DIV/0!
1.00 0.00
15
0.00
0
0.00
1
#DIV/0!
1.00 0.00
24
0.00
1
0.00
0
#DIV/0!
1.00 0.00
21
0.00
1.00 0.00 1
0.00
0.00
20
0.00
1 1
#DIV/0!
pq 1
#DIV/0!
p/q 1.00 0.00
q
0.00
p
0.00
∑
5.654241182
SD 29
19.44827586
Mt 25
#DIV/0!
Mp
97
Keterangan: rpbis
= koefisien korelasi point biserial
Mp
=Mean (nilai rata-rata) skor yang dijawab betul oleh siswa pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan Mt (mean total) = Mean (nilai rata-rata) skor total (skor rata-rata dari seluruh peserta tes) ( ) sdt = standar deviasi skor total
p q rtabel Uji Hipotesis
= proporsi peserta tes yang menjawab betul item tersebut =1 - p = pada taraf signifikansi (α) 5% =valid jika rpbis > rtabel ,Tidak valid jika rpbis < rtabel
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Uji Hipotesis
98
Lampiran A.1.6
99
TABEL PERHITUNGAN RELIABILATAS RUMUS K-R.20 No
1
4
5
7
8
12
15
16
18
21
24
25
28
29
30
32
34
36
37
38
40
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
4
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
5
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
0
0
1
6
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
7
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
8
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
9
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
10
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
13
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
14
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
15
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
17
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
18
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
19
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
20
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
21
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
22
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
23
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
24
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
25
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
26
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
27
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
28
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
29
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
X
(X)
20 21 17 7 7 5 11 10 4 20 11 7 16 3 19 8 7 8 17 11 17 12 20 8 12 4 10 6 6
2
400 441 289 49 49 25 121 100 16 400 121 49 256 9 361 64 49 64 289 121 289 144 400 64 144 16 100 36 36
Keterangan: p q Σpq n S = proporsi peserta tes yang menjawab betul item tersebut =1–p = jumlah hasil perkalian antara p dan q = banyaknya item = Standar Deviasi
r11 = reliabilitas tes K-R. 20
Perhitungan Reliabilitas S = 5,68 Σpq = 4,80
r11 =
=
=
=
24 20 17 18 18 18 12
0.15 0.18 0.82 0.21 0.31 0.69 0.24 0.42 0.58 0.24 0.38 0.62 0.24 0.38 0.62 0.24 0.38 0.62 0.24 0.59 0.41
4502
324
23
12 0.24 0.59 0.41
0.17 0.21 0.79
10 0.22 0.66 0.34
13
16 0.25 0.45 0.55 0.25 0.56 0.44
12 0.24 0.59 0.41
9 0.21 0.69 0.31
9 0.21 0.69 0.31
17
14 0.25 0.52 0.48
0.24 0.42 0.58
12 0.24 0.59 0.41
15 0.25 0.48 0.52
∑
15
p
0.25 0.48 0.52
q
20
pq
4.80 0.21 0.31 0.69
∑pq
100
Lampiran A.1.7
98
Taraf Kesukaran No
Skor untuk item no
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 13 14 15 16 17 18 19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
(Xt)
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
28
2
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
27
3
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
24
4
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
14
5
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
14
6
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
15
7
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
21
8
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
20
9
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
11
10
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
26
11
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
23
12
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
15
13
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
25
14
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
12
15
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
26
16
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
17
17
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
14
18
0
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
15
19
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
25
20
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
24
21
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
25
22
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
21
23
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
29
24
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
15
25
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
21
26
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
11
0.83
0.52
0.52
0.34
0.41
0.48
0.38
0.97
0.24
0.31 0.76
0.76
0.59
0.31
0.28
0.41
0.38
0.45
0.55
0.31
0.07
0.45
0.34
0.00
0.07
0.41
0.83
0.69
0.52
0.59
0.21
0.62
0.66
0.62
0.62
0.41
0.34
0.79
Sedang
Sedang
Sukar
Sukar
Sedang
Sedang
Mudah
Sukar
Sukar Mudah
Mudah
Sedang
Sukar
Sukar
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sedang
Mudah
Sedang
Sedang
Sedang
Sukar
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sukar
Mudah
Keputusan
TK
∑
1 0 1 24
Mudah
29
1 1 1 1 20 21
0.72
28
Sedang
27
Sedang ###
99 1 1
0 0 0 15
1 0 0 0 0 0 15 10
0 0 1 12
0 0 0 14
1 0 0 11
1 1 1 28
0 1 0 7
0 1 0 0 0 0 9 22
1 1 0 22
1 0 0 0 0 0 17 9
1 0 0 1 0 1 8 12
0 1 1 1 1 1 0 1 0 11 13 16
Keterangan ; P = 0,00 : soal terlalu sukar 0,00 < P ≤ 0,30 : soal sukar 0,30 < P ≤ 0,70 :soal sedang 0,70 < P ≤ 1,00 :soal mudah Keterangan ; B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes P : indeks kesukaran
0 0 1 9
0 0 0 2
0 0 0 0 0 0 13 10
0 0 0 0
0 0 0 2
0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 12 24 20 15 17
0 0 0 6
1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 18 19 18 18 12 10 23
18 14 14 564
Lampiran A.1.8
100
Daya Pembeda No
Skor Untuk No Idem
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
(Xt)
23
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
29
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
28
2
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
27
15
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
26
10
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
26
13
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
25
19
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
25
21
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
25
3
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
24
20
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
24
11
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
23
7
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
21
22
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
21
25
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
21
8
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
20
27
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
18
16
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
17
6
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
15
12
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
15
18
0
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
15
24
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
15
4
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
14
5
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
14
17
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
14
28
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
14
29
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
14
14
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
12
Daya Pembeda 0.00 0.07 0.21 0.50 0.50 0.00 0.57 0.57 0.07 -0.07 0.21 0.64 0.21 0.21 0.43 0.36 0.00 0.43 0.07 -0.36 0.29 -0.29 0.14 0.43 0.57 0.00 -0.14 0.43 0.21 0.43 0.36 0.50 -0.21 0.71 0.21 0.43 0.29 0.57 -0.07 0.29
Keputusan Buruk Buruk Cukup Baik Baik Buruk Baik Baik Buruk Drop Cukup baik Cukup Cukup Baik Cukup Buruk Baik Buruk Drop Cukup Drop Buruk Baik Baik Buruk Drop baik Cukup Cukup Cukup Baik Drop Baik Sekali Cukup baik Cukup Baik Drop Cukup
0.21
-0.05
0.42
0.21
0.32
0.16
0.53
-0.16
0.37
0.26
0.32
0.16
0.32
-0.11
0.00
0.42
0.32
0.11
-0.21
0.21
-0.26
0.05
0.32
0.00
0.26
0.32
0.16
0.16
0.47
0.16
-0.05
0.47
0.26
0.11
0.37
0.32
0.42
0.21
0.21
0.26
0.26
0.37
0.53
0.16
0.11
0.00
0.05
0.16
0.00
0.32
0.32
0.47
0.26
0.16
0.21
0.11
0.26
0.47
0.47
0.00
0.11
0.74
0.26
0.16
0.11
0.68
0.21
0.53
0.58
0.63
0.58
0.74
0.05
0.63
0.53
0.68
0.68
0.47
0.00
0.00
0.47
0.47
0.11
0.11
0.53
0.21
0.32
0.47
0.21
0.37
0.58
0.63
0.63
0.47
0.26
0.68
0.32
0.58
0.53
0.26
1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 11
0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 11
WH 10 11 13 11 11 5 10 11 6 13 5 9 12 12 11 7 4 9 6 4 10 2 2 9 9 0 0 9 13 13 10 12 1 14 11 12 11 10 4 13
WL 10 10 10 4 5 2 3 5 14 2 0 9 9 5 2 4 3 5 9 6 6 0 3 1 0 2 3 10 7 5 5 4 4 8 6 7 2 5 9
BA 10 11 13 11 11 5 10 11 6 13 5 9 12 12 11 7 4 9 6 4 10 2 2 9 9 0 0 9 13 13 10 12 1 14 11 12 11 10 4 13
BB 10 10 10 5 2 5 14 2 0 9 9 5 2 4 3 5 9 6 6 0 3 1 0 2 3 10 7 5 5 4 4 8 6 7 2 5 9
JA 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19
JB 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19
3
0.05
0.42
0.42
0.26
1
0
4
0.00
0.58
0.58
0.68
0.58
0
4
0.21
0.21
0.53
0.53
0.53
9
26
4
0.37
0.37
0.16
Pb 0.53
Pa
0.05
0.00
101
Keputusan Sangat jelek (drop) jelek Cukup Baik Baik Sekali
102
:D≤0 : 0,00 < D ≤ 0,20 : 0,20 < D ≤ 0,40 : 0,40 < D ≤ 0,70 : 0,70 < D ≤ 1,00
Keterangan: BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar JA : banyaknya peserta kelompok atas JB : banyaknya peserta kelompok bawah PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar ( ) PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar ( ) D : daya pembeda ( )
Lampiran A.1.9
103
REKAPITULASI HASIL UJI COBA INSTRUMEN Reliabilitas Item No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
0,89 Validitas Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid
Taraf Kesukaran
Daya Pembeda
Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sukar Sukar Sedang Sedang Mudah Sukar Sukar Mudah Mudah Sedang Sukar Sukar Sedang Sedang Sedang
Buruk Buruk Cukup Baik Baik Buruk Baik Baik Buruk Drop Cukup baik Cukup Cukup Baik Cukup Buruk Baik Buruk Drop
Item No 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Validitas Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid
Taraf Kesukaran
Daya Pembeda
Sedang Sukar Sukar Sukar Sukar Sukar Sukar Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Mudah
Cukup Drop Buruk Baik Baik Buruk Drop baik Cukup Cukup Cukup Baik Drop Baik Sekali Cukup baik Cukup Baik Drop Cukup
104
Lampiran A.1.10 NAME GRADE
: :
1.
Perhatikan bagan perubahan wujud zat berikut….
2.
Perubahan wujud yang ditunjukkan no 2,4 dan 6 berturut-turut adalah a. mencair, menguap, menyublin b. menyublin, mengembun, membeku c. menguap, menyublin, membeku d. mengembun,menyublin,mencair. Pada gambar terlihat balon yang kempis lebih ringan. Percobaan ini menunjukkan bahwa ….
3.
a. udara merupakan zat alir b. udara menempati ruang c. udara mempunyai massa d. keseimbangan balon terganggu Salah satu cara membuktikan bahwa zat menempati ruangan adalah…. a. menentukan beratnya dengan timbangan b. menimbang dengan alat ukur timbangan c. dimasukkan kedalam benda lain d. dimasukkan kesuatu tempat
4.
1 PADAT
2 CAIR
GAS
4 3 Perubahan wujud zat yang melepaskan kalor pada diagram di atas ditunjukkan oleh nomor …. a. 1 dan 2 c. 1 dan 4 b. 2 dan 3 d. 3 dan 4 5. Bau parfum memenuhi ruangan. Hal ini menunjukan bahwa …. a. gas tersebar b. gas memenuhi ruangan
105
c. gas adalah zat ringan d. parfum cair diubah menjadi gas 6. Partikel zat cair keadaanya…. a. tersusun rapi, berdekatan, tarik menarik, kuat dan bergetar. b. tak teratur, agak berjauhan, tarik menariknya lemah dan bergerak. c. sangat tak teratur, sangat berjauhan, tidak ada tarik menarik dan gerakannya lebih cepat. d. tak teratur, berjauahan, tak ada tarik menarik dan gerakannya cepat. 7. Tarik menarik antar partikel yang sejenis disebut… a. swadesi c. adhesi b. aneksi d. kohesi 8. Gambar manakah yang menunjukan permukaan air jika dituang pada tabung reaksi?
9.
Zat cair dalam gelas yang mempunyai kohesi = adhesi adalah ….
10. Kapilaritas adalah…. a. dua buah gaya jika di dekatkan akan tarik menarik b. dua buah benda jika di dekatkan akan tolak menolak c. dua buah benda yang bermuatan listrik jika didekatkan akan saling memberikan gaya d. dua buah benda jika didiekatkan akan saling diam. 11. Perhatikan pernyataan berikut ini! (1) Naiknya minyak tanah pada sumbu kompor. (2) Meresapnya air hujan pada dinding rumah. (3) Naiknya air tanah melalui pompa air. Pernyataan di atas yang termasuk peristiwa gejala kapilaritas adalah … a. (1) dan (2) c. (1) b. (1) dan (3) d. (2) dan (3)
106
12. Air di dalam gelas menetes keluar melalui kain yang tercelup sebagian. Hal ini disebabkan oleh ….
a. b. c. d.
adhesi lebih kecil daripada kohesi kain memiliki daya hisap yang kuat molekul air berinteraksi dengan molekul kain serat kain berfungsi seperti pipa kapiler
13.
Apabila ukuran dan bentuk wadah sama, maka dari keempat za tersebut yang berbeda adalah …. a. volume dan massa b. massa dan massa jenis c. volume dan massa jenis d. volume, massa, dan massa jenis 14. Grafik hubungan antara massa suatu zat dengan volume ditunjukkan pada gambar …. a.
c.
b.
15. Diantara zat berikut yang tergolong zat padat adalah… a. terusi, alkohol, karbit b. cat, asam sulfat, garam c. karbit, es, spirtus d. es, serbuk besi, kapur 16. Intan sulit sekali dipatahkan sedangkan arang sangat mudah di remukkan, perbedaan ini disebabkan…. a. gaya antar atom dalam arang lebih kuat daripada dalam intan
107
b. uap air disisi dalam kaca mengalami pengembunan c. adanya uap air dari luar yang masuk melalui jendela mobil d. partikel air hujan sangat kecil 17. Berikut ini yang mempunyai nilai massa jenis terbesar adalah…. a. massa 20 g, volume 10 cm3 b. massa 60 gr, volume 20 cm3 c. massa 150 gr, volume 30 cm3 d. massa 60 gr, volume 6 cm3 18. Sepotong gabus dan besi memiliki massa yang sama. Massa jenis gabus adalah 240 kg/m³, sedangkan massa jenis besi adalah 7.900 kg/m³. Dapat disimpulkan bahwa …. a. volume gabus lebih kecil daripada volume besi b. volume gabus sama dengan volume besi c. volume gabus lebih besar daripada volume besi d. perbandingan volume keduanya tidak dapat ditentukan 19. Perhatikan gambar di bawah!
Apabila massa balok tersebut 0,9 kg, maka massa jenisnya adalah …. a. 540 gr/cm³ c. 1,5 gr/cm³ b. 66,6 gr/ cm³ d. 0,14 gr/cm³ 20. Perhatikan gambar!
berapa nilai X jika kedua gelas ukur diisi cairan yang sama.... a. 16 gram c. 24 gram b. 20 gram d. 28 gram 21. Seorang pedagang emas menyelidiki salah satu patung emas murni dari empat buah patung emas yang tersedia. Data terlihat di bawah ini. Jika massa jenis emas diketahui sama dengan 19.300 kg/m³, maka di antara patung emas berikut ini manakah yang murni…. Cincin Emas A B C d
Massa 50 gr 50 kg 965 g 965 kg
Volume 965 cm³ 965 cm³ 50 cm³ 50 cm³
108
Lampiran A.1.11
KUNCI JAWABAN SOAL
No. 1.
Kunci Kunci No. Jawaban Jawaban D 12 D
2.
C
13
B
3.
D
14
A
4.
D
15
D
5.
D
16
A
6.
B
17
D
7.
C
18
C
8.
B
19
C
9.
A
20
C
10.
C
21
C
11
A
109 Lampiran 2.1.2 Angket Siswa SMP AL-FATH Tentang Pembelajaran Fisika Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat, jelas dan disertai dengan alasannya ! 1. Menurut Anda apakah pelajaran fisika yang selama ini diajarkan disekolah itu : A. mudah
B. sedang
C. sulit
D. sulit sekali
E. lain-lain : ………………………………………………………………………………………… Alasan : ………………………………………………………………………………...………… ….. 2. Dalam mempelajari fisika kesulitan yang Anda hadapi adalah ….. A. sulit menangkap penjelasan guru B. sulit mengingat rumus-rumus C. sulit memahami konsepnya D. sulit dalam mengerjakan rumusa E. lain-lain ………………………………………………………………………………………….
:
Alasan : ……………………………………………………...……………………………………….. 3. Setiap Anda melaksanakan kuis fisika (ulangan harian fisika), berapa rata-rata nilai yang di dapat? …………………………………………………………………………………………. Alasan : ……………………………………………………………………………...……………….. 4. Berapa nilai rata-rata fisika yang ada di raportmu? …………………………………………………………………………………………. 5. Pelajaran fisika yang selama ini diajarkan disekolah itu ….. A. tidak menarik menarik
B.membosankan
C. biasa saja
D.
E. lain-lain ………………………………………………………………………………………….
:
Alasan : ……………………………………………………………………………...……………….. …………………………………………………………………………………………… ……………
110
6. Menurut Anda bagaimana guru seharusnya membelajarkan konsep fisika disekolah? apakah dengan menggunakan metode ….. A. ceramah latihan soal
B. eksperimen
C. kerja kelompok
D.
E. lain-lain ………………………………………………………………………………………….
:
Alasan : ………………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………… ……………. 7. Jika Anda menjadi guru fisika, pembelajaran seperti apa yang akan Anda terapkan agar siswa mudah memahami fisika ? Saya akan : ........................................................................................................................................... …………………………………………………………………..……………………… ……………
…………………Terima kasih………………
111
Lampiran A.2.1 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Aspek Mengaitkan Pertemuan Ke : … Mengaitkan
No.
1. 2. 3. 4.
Nama Kelompok
Seluruh Siswa mengaitkan pengalaman dengan materi pada Saat Melakukan Eksperimen 1 2 3 4
Setiap Kelompok Berdiskusi Untuk Mengisi LKS dan Menyimpulkan Hasil Eksperimen 1
2
3
4
Seluruh Siswa Mengerjakan Latihan Soal
Siswa Aktif Mengaitkan Pertanyaan Dengan Materi
Siswa Aktif Mengaitkan Pendapat Masing-masing
Siswa Menanggapi Jawaban Atau Pendapat Siswa Lain
1
1
1
1
2
3
4
2
3
4
2
3
4
2
3
4
1 2 3 4 Jumlah
Keterangan: Berilah Penilaian dengan menggunakan ceklist (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat pada petunjuk pengamatan aspek aktif di bawah ini! a. Seluruh Siswa Aktif Mengaitkan pengalaman Dengan materi Pada Saat Melakukan Eksperimen 1 = siswa tidak melakukan kegiatan eksperimen 2 = siswa melakukan eksperimen tetapi tidak bekerjasama dengan kelompoknya 3 = siswa aktif bekerjasama dengan kelompoknya pada saat melakukan eksperimen, tetapi tidak sesuai dengan langkah-langkah kegiatan 4 = siswa aktif bekerjasama dengan kelompoknya pada saat melakukan eksperimen sesuai dengan langkah-langkah kegiatan b. Setiap Kelompok Berdiskusi Untuk Mengisi LKS dan Menyimpulkan Hasil Eksperimen 1 = siswa tidak mengisi LKS dan tidak menyimpulkan hasil eksperimen 2 = siswa hanya mengisi LKS atau hanya menyimpulkan hasil eksperimen tanpa diskusi kelompok 3 = siswa mengisi LKS dan menyimpulkan hasil eksperimen tanpa diskusi kelompok 4 = siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengisi LKS dan menyimpulkan hasil eksperimen c. Seluruh Siswa Mengerjakan Latihan Soal
112
1 2 3 4
= = = =
siswa tidak mengerjakan latihan soal siswa mengerjakan latihan soal tetapi asal-asalan siswa mengerjakan latihan soal sambil melihat pekerjaan teman siswa mengerjakan latihan soal dengan sungguh-sungguh
d. Siswa Aktif Mengaitkan Pertanyaan Dengan Materi 1 = siswa tidak mengajukan pertanyaan 2 = siswa mengajukan pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran 3 = siswa mengajukan pertanyaan sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran tetapi tidak di depan siswa yang lain 4 = siswa mengajukan pertanyaan sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran di depan siswa yang lain e. Siswa Aktif Mengaitkan Pendapat Masing-masing 1 = siswa tidak mengutarakan pendapat 2 = siswa mengutarakan pendapat yang tidak sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran 3 = siswa mengutarakan pendapat sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran tetapi tidak di depan siswa yang lain 4 = siswa mengutarakan pendapat sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran di depan siswa yang lain f. Siswa Menanggapi Jawaban Atau Pendapat Siswa Lain 1 = siswa tidak menanggapi jawaban atau pendapat siswa lain 2 = siswa menanggapi jawaban atau pendapat siswa lain tetapi tidak sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran 3 = siswa menanggapi jawaban atau pendapat siswa lain sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran tetapi tidak di depan siswa yang lain 4 = siswa menanggapi jawaban atau pendapat siswa lain sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran di depan siswa yang lain
113
Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Mengalami Pertemuan Ke : …
No.
1. 2. 3. 4.
Nama Kelompok
Mengalami Mengartikulasikan Hasil Kegiatan Eksperimen Dengan Siswa Mengunjungi Tempat-tempat yang Menghubungkan Informasi Baru Dengan Pengalaman Berhubungan Dengan Konsep Fisika yang Sedang Maupun Pengetahuan Sebelumnya. Dipelajari, dan Mengungkapkan Pengalamannya 1 2 3 4 1 2 3 4
1 2 3 4 Jumlah
Keterangan: Berilah Penilaian dengan menggunakan ceklist (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat pada petunjuk pengamatan aspek inovatif di bawah ini! a. Mengartikulasikan Hasil Kegiatan Eksperimen Dengan Menghubungkan Informasi Baru Dengan Pengalaman Maupun Pengetahuan Sebelumnya. 1 = siswa tidak membuat atau menghubungkan tentang hasil kegiatan eksperimen maupun tentang pengetahuan fisika 2 = siswa membuat hubungan tentang hasil kegiatan eksperimen maupun tentang pengetahuan fisika tetapi asal-asalan 3 = siswa membuat hubungan tentang hasil kegiatan eksperimen maupun tentang pengetahuan fisika dengan meniru format dan kalimat orang lain 4 = siswa membuat hubungan tentang hasil kegiatan eksperimen maupun tentang pengetahuan fisika dengan format dan kalimat sendiri
b. Siswa Mengunjungi Tempat-tempat yang berhubungan dengan konsep fisika, dan mengungkapkan pengalamannya 1 = siswa tidak pernah mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan konsep fisika 2 = siswa pernah mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan konsep fisika, tetapi tidak mengungkapkan pengalamannya
114
3 = siswa pernah mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan konsep fisika, dan mengungkapkan pengalamannya tetapi tidak di depan siswa lain 4 = siswa pernah mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan konsep fisika, dan mengungkapkan pengalamannya di depan siswa lain
Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Menerapkan Pertemuan Ke : …
No.
Nama Kelompok
Siswa Mampu Merancang Alat dan Bahan Eksperimen 1
1. 2. 3. 4.
2
3
4
Menerapkan Siswa Mampu Memberikan Kontribusi Mengembangkan Alat dan Ide Pemecahan Masalah Bahan Eksperimen 1 2 3 4 1 2 3 4
Menghasilkan Gagasan dan Pendapat yang Bervariasi 1
2
3
4
1 2 3 4 Jumlah
Keterangan: Berilah Penilaian dengan menggunakan ceklist (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat pada petunjuk pengamatan aspek kreatif di bawah ini! a. Siswa Mampu Merancang Alat dan Bahan Eksperimen 1 = siswa tidak merancang alat dan bahan eksperimen 2 = siswa merancang alat dan bahan eksperimen tetapi tidak sesuai dengan langkah-langkah kegiatan 3 = siswa merancang alat dan bahan eksperimen sesuai dengan langkah-langkah kegiatan tetapi tidak hati-hati 4 = siswa merancang alat dan bahan eksperimen dengan baik dan benar b. Siswa Mampu Mengembangkan Alat dan Bahan Eksperimen
115
1 2 3 4
= = = =
siswa tidak melakukan kegiatan apapun siswa tidak mampu mengembangkan alat dan bahan eksperimen siswa mampu mengembangkan alat dan bahan eksperimen tetapi tidak sesuai dengan konsep dan tujuan eksperimen siswa mampu mengembangkan alat dan bahan eksperimen sesuai dengan konsep dan tujuan eksperimen
c. Memberikan Kontribusi Ide Pemecahan Masalah 1 = siswa tidak memberikan kontribusi ide pemecahan masalah 2 = siswa memberikan kontribusi ide pemecahan masalah tetapi tidak sesuai dengan masalah yang dihadapi 3 = siswa memberikan kontribusi ide pemecahan masalah sesuai dengan masalah yang dihadapi tetapi tidak di depan siswa lain 4 = siswa memberikan kontribusi ide pemecahan masalah sesuai dengan masalah yang dihadapi di depan siswa lain d. Menghasilkan Gagasan dan Pendapat Yang Bervariasi 1 = siswa diam saja 2 = siswa menghasilkan gagasan dan pendapat yang tidak bervariasi 3 = siswa menghasilkan gagasan dan pendapat yang bervariasi tetapi tidak sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran 4 = siswa menghasilkan gagasan dan pendapat yang bervariasi sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran
116
Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Kerjasama Pertemuan Ke : …
No.
1. 2. 3. 4.
Nama Kelompok
Siswa Memanfaatkan Dengan Baik dan tidak banyak bercanda/bersantai 1 2 3 4
Kerjasama Siswa Mengumpulkan dan Siswa Memahami dan Menyelesaikan tugas maupun Melaksanakan Instruksi LKS dengan baik dan tepat waktu Guru 1 2 3 4 1 2 3 4
Siswa Memahami Tujuan Pembelajaran 1
2
3
4
1 2 3 4 Jumlah
Keterangan: Berilah Penilaian dengan menggunakan ceklist (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat pada petunjuk pengamatan aspek efektif di bawah ini! a. Siswa Memanfaatkan Dengan Baik dan tidak banyak bercanda/bersantai 1 = siswa banyak ngobrol dan bercanda pada saat pembelajaran berlangsung 2 = siswa tidak banyak ngobrol dan bercanda pada saat pembelajaran berlangsung 3 = siswa memanfaatkan waktu dengan memperhatikan penjelasan guru 4 = siswa memanfaatkan waktu dengan memperhatikan penjelasan guru dan mencatat konsep yang dijelaskan b. Siswa Mengumpulkan dan Menyelesaikan tugas maupun LKS dengan baik dan tepat waktu 1 = siswa tidak mengumpulkan tugas maupun LKS 2 = siswa telat mengumpulkan tugas maupun LKS 3 = siswa mengumpulkan tugas maupun LKS tepat waktu tetapi belum tuntas 4 = siswa mengumpulkan dan menyelesaikan tugas maupun LKS dengan baik dan tepat waktu c. Siswa Memahami dan Melaksanakan Instruksi Guru 1 = siswa tidak memahami dan tidak melaksanakan instruksi guru
117
2 = siswa memahami tetapi tidak melaksanakan instruksi guru 3 = siswa tidak memahami instruksi guru tetapi berusaha melaksanakannya 4 = siswa memahami dan melaksanakan instruksi guru dengan baik d. Siswa Memahami Tujuan Pembelajaran 1 = siswa tidak memahami tujuan pembelajaran 2 = siswa hanya mengikuti teman-teman yang lain 3 = siswa tidak memahami tujuan pembelajaran tetapi berusaha mengikuti dan memahami 4 = siswa memahami tujuan pembelajaran
Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Mentransfer Pertemuan Ke : … No.
Nama Kelompok
Menunjukkan Sikap Tubuh Maupun Ekspresi Wajah Ceria dan Tidak Tegang, Serta Tertarik Untuk Terlibat Dalam
Mentransfer Siswa Berani Mencoba dan Berbuat
Terkesan Selama Proses Pembelajaran, Sehingga Merasa Ketagihan Untuk Belajar
118
1 1. 2. 3. 4.
Kegiatan Pembelajaran 2 3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1 2 3 4 Jumlah
Keterangan: Berilah Penilaian dengan menggunakan ceklist (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat pada petunjuk pengamatan aspek menyenangkan di bawah ini! a. Menunjukkan Sikap Tubuh Maupun Ekspresi Wajah Ceria dan Tidak Tegang, Serta Tertarik Untuk Terlibat Dalam Kegiatan Pembelajaran 1 = siswa tidak menunjukkan sikap tubuh maupun ekspresi wajah ceria dan tidak tegang, serta tidak tertarik untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran 2 = siswa tidak menunjukkan sikap tubuh maupun ekspresi wajah ceria dan tidak tegang, tetapi tertarik untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran 3 = siswa menunjukkan sikap tubuh maupun ekspresi wajah ceria dan tidak tegang, tetapi tidak tertarik untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran 4 = siswa menunjukkan sikap tubuh maupun ekspresi wajah ceria dan tidak tegang, serta tertarik untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran
b. Siswa Berani Mencoba dan Berbuat 1 = siswa diam saja 2 = siswa berani mencoba atau berbuat sesuai dengan kegiatan pembelajaran setelah diawali oleh siswa yang lain 3 = siswa berani mencoba atau berbuat sesuai dengan kegiatan pembelajaran jika diinstruksikan oleh guru 4 = siswa berani mencoba atau berbuat sesuai dengan kegiatan pembelajaran secara mandiri c. Terkesan Selama Proses Pembelajaran, Sehingga Merasa Ketagihan Untuk Belajar 1 = tidak terkesan selama proses pembelajaran, sehingga tidak merasa ketagihan untuk belajar 2 = siswa terkesan selama proses pembelajaran, tetapi tidak merasa ketagihan untuk belajar
119
3 = siswa terkesan selama proses pembelajaran, tetapi berusaha mencoba untuk tetap belajar 4 = siswa terkesan selama proses pembelajaran, sehingga merasa ketagihan untuk belajar
Tangerang, Februari 2011 Observer
……………………………
LAMPIRAN B BERKAS PENLITIAN
Lampiran B.1 : 1.
Lampiran B.1.1 : Silabus Kelas Eksperimen
2.
Lampiran B.1.2 : Silabus Kelas Kontrol
3.
Lampiran B.1.3 : RPP Kelas Eksperimen
4.
Lampiran B.1.4 : RPP Kelas Kontrol
5.
Lampiran B.1.5 : LKS
6.
Lampiran B.1.6 : Materi Wujud Zat
120
121 Lampiran B.1.1
SILABUS SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN KELAS SEMESTER
: SMP AL-FATH : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) : VII : II (dua)
Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi Dasar
Materi Pokok/ Kegiatan pembelajaran Pembelajara n
3.1 Menyelidiki Wujud Zat sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Indikator
- Melakukan percobaan - Menyelidiki perubahan wujud zat perubahan wujud suatu zat
- Mendiskusikan materi gaya tarik antar - Menafsirkan gaya partikel tarik antar partikel pada berbagai wujud zat melalui - Mengamati perbedaan penalaran kohesi dan adhesi melalui percobaan - Membedakan kohesi dan adhesi berdasarkan - Mengaplikasikan pengamatan peristiwa kapilaritas
Penilaian Bentuk Teknik Instrum Contoh Instrumen en Tes tertulis
PG
Pada proses pengelasan logam terjadi peristiwa . . . . a. pelelehan c. penguapan Uji petik b. pembekuan d. Tes kerja penyubliman Unjuk prosedur kerja Penelitian Uraian membekukan air panas lebih cepat Tes daripada air dingin. tertulis Uraian Mengapa cat besi mudah terkelupas Tes jika digunakan untuk
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
4 × 40’
Buku IPA Fisika Jl.1 (Esis) hlm 65-76, Buku Kerja, alatalat praktikum
122
Kompetensi Dasar
Materi Pokok/ Kegiatan pembelajaran Pembelajara n
Indikator
Penilaian Bentuk Teknik Instrum Contoh Instrumen en tertulis mengecat tembok?
- Mengkaitkan peristiwa kapilaritas dalam peristiwa kehidupan seharihari
3.2 Massa Jenis Mendeskripsikan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari
- Melakukan percobaan - Menjelaskan dari menentukan massa hasil percobaan jenis berbagai zat bahwa massa jenis dengan menggunakan adalah salah satu alat-alat. ciri khas suatu zat
- Mengaplikasikan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari.
- Menghitung massa jenis suatu zat
- Menggunakan konsep massa jenis untuk berbagai penyelesaian masalah dalam kehidupan seharihari
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Mengapa minyak tanah dapat merambat naik di sepanjang sumbu kompor? Tes Uji petik Penelitian mengamati 4 × 40’ Unjuk kerja campuran dua buah kerja prosedur larutan yang berbeda massa jenisnya.
Tes tertulis
Uraian
Uraian Tes tertulis
Sebuah tabung berbentuk silinder mempunyai diameter 7 cm dan tinggi 15 cm. Tabung tersebut memiliki massa 1,56 kg. Terbuat dari apakah tabung tersebut? Mengapa air laut di muara sungai tidak dapat segera bercampur dengan air sungai?
Buku IPA Fisika Jl.1 (Esis) hlm 77-88, Buku Kerja, alatalat praktikum
123
Kompetensi Dasar
Materi Pokok/ Kegiatan pembelajaran Pembelajara n
Indikator
Penilaian Bentuk Teknik Instrum Contoh Instrumen en
Alokasi Waktu
Mengetahui, Kepala SMP Al-Fath
Ciputat Timur, Februari 2011 Guru Mata Pelajaran IPA
Dra. Ninik Hraiyani
Aos Uswadi
Sumber Belajar
124 Lampiran B.1.2 SILABUS SATUAN PENDIDIKAN : SMP AL-FATH MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) KELAS : VII SEMESTER : II (dua) Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan perubahannya Kompete nsi Dasar
Materi Pokok
Indikator
Menyelidi o Menyelidiki ki sifatperubahan wujud suatu sifat zat zat berdasarka n o Menafsirkan susunan wujudnya gerak pertikel pada dan berbagai wujud zat penerapan melalui penalaran nya dalam kehidupan o Membedakan kohesi sehari-hari dan adhesi berdasarkan pengamatan
Kegiatan Pembelajaran o Melakukan percobaan perubahan wujud zat o Mendiskusikan materi susunan partikel o Mengamati perbedaan kohesi dan adhesi melalui percobaan
Wujud Zat
o Mengaplikasikan peristiwa kapilaritas
o Mengkaitkan peristiwa kapilaritas dalam peristiwa kehidupan sehari-hari
Silabus IPA VII SMP AL-FATH
Alokasi Waktu 4 X 40’
Sumber Belajar LKS Alat laboratorium Buku yang relevan
Teknik Tes tertulis dan lisan
Penilaian Bentuk Contoh Instrumen Instrumen Praktikum Hujan merupakan peristiwa; Diskusi a. menguap, mengembun b. menguap, melebur Presentasi c. melebur, mengembun d. mengembun, melebur Pilihan ganda Gaya tarik antar partikel pada zat padat Uraian adalah .... a. sangat kuat b. kurang kuat c. tidak tentu d. selalu berubah Lakukan percobaan adhesi dan kohesi menggunakan alat dan bahan yang disediakan
125
Mendeskri o Menyimpulkan dari psikan berbagai percobaan konsep bahwa massa jenis massa adalah salah satu ciri jenis khas suatu zat dalam o Menghitung massa kehidupan jenis suatu zat sehari-hari o Menggunakan konsep massa jenis untuk berbagai penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari
Menurunkan rumus massa jenis
4 X 40’
LKS
Tes tertulis dan lisan
Alat lab Melakukan percobaan untuk menghitung massa jenis zat Massa jenis
Mencari aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
Logam, batu dan benda lain
Uji kerja Tugas/ project Presentasi Uraian Pilihan ganda
Mengetahui, Kepala SMP Al-Fath
Ciputat Timur, Februari 2011 Guru Mata Pelajaran IPA
Dra. Ninik Hraiyani
Aos Uswadi
Silabus IPA VII SMP AL-FATH
Mengapa pada musim hujan tembok menjadi lembab ? Ukurlah volum balok kayu Hitunglah massa jenisnya! Jelaskan mengapa kapal yang terbuat dari logam dapat terapung di air!
126
Lampiran B.1.3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN FISIKA KELAS VII SEMESTER II SEKOLAH AL-FATH TAHUN PELAJARAN 2011-2012 MATERI: WUJUD ZAT DAN PERUBAHANNYA (Sifat-Sifat Zat Berdasarkan Wujudnya, Kohesi, Adhesi dan Kapilaritas) Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Tujuan Pembelajaran
Strategi / Model Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran
: 2 x 40 Menit : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya : 3.1. Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari 1. Menyelidiki perubahan wujud suatu zat 2. Menafsirkan susunan gerak partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran 3. Membedakan kohesi dan adhesi berdasarkan pengamatan 4. Mengkaitkan peristiwa kapilaritas dalam peristiwa kehidupan sehari-hari Siswa dapat : a) Menyelidiki perubahan wujud suatu zat b) Menafsirkan susunan gerak partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran c) Membedakan kohesi dan adhesi berdasarkan pengamatan d) Mengkaitkan peristiwa kapilaritas dalam peristiwa kehidupan sehari-hari Pendekatan : CTL Metode : Diskusi-Informasi, Percobaan Model : Ceramah Bervariasi dan Kooperatif Learning :
127
PERTEMUAN I KEGIATAN
TAHAPAN Introduction ( Pendahuluan)
-
Connection (Menghubungkan)
-
-
-
GURU SISWA Guru masuk dengan - Siswa menjawab salam guru, mengucap salam, bersama memulai pembelajaran siswa memulai dengan doa dipimpin oleh pembelajaran dengan doa, ketua kelas, kemudian dan memeriksa kehadiran menjawab panggilan guru siswa ketika guru memeriksa kehadiran siswa Guru memulai - Siswa menyimak penjelasan pembelajaran dengan guru tentang pembelajaran terlebih dahulu yang akan dilaksanakan menjelaskan prinsip - Siswa membentuk kelompok pendekatan CTL melalui dan organisasi kelompok, eksperimen sederhana - Mencatat anggota Guru membimbing peserta kelompoknya dan didik dalam pembentukan menyerahkan kepada guru kelompok. - Siswa menyimak instruksi Guru memberitahu siswa guru dan mempersiapkan alat materi yang akan dan bahan untuk kegiatan dipelajari dan eksperimen pada pertemuan menginstruksikan siswa berikutnya bersama membawa alat dan bahan kelompoknya masing-masing untuk kegiatan eksperimen sub konsep wujud zat untuk pertemuan berikutnya Guru menginstruksikan
METODE
WAKTU
PENILAIAN
10 Menit Diskusi
60 Menit
Eksperimen Tanya jawab Soal
Pengetahuan Kognitif
128
Aplication (Menerapkan)
-
-
kepada siswa untuk duduk bersama kelompoknya masing-masing pada pertemuan berikutnya - Siswa bertanya apabila ada Memberi kesempatan instruksi guru yang kurang kepada siswa untuk dipahami bertanya apabila ada Menutup pembelajaran instruksi guru yang kurang dengan doa dipahami Menjawab salam guru Menutup pembelajaran dengan doa Meninggalkan kelas dengan mengucap salam
10 Menit
Tanya Jawab
PERTEMUAN II Introduction ( Pendahuluan)
Motivasi dan Apresiasi Guru mengajukan Pertanyaan apresiasi dari meteri Wujud z at dan perubahannya - Mengapa air dapat naik pada dinding rumah, sumbu kompor tidak mudah habis meskipun terbakar. - Apa yang dimaksud dengan wujud zat? - Bagaimanakah sifat-sifat
5’
Siswa menyimak pertanyaan guru dan menjawab.
Tanya Jawab
Pengetahuan siswa (Kognitif) Dari pertanyaan yang diajukan oleh guru: - Mengapa air dapat naik pada dinding rumah, sumbu kompor tidak mudah habis meskipun terbakar. - Apa yang dimaksud dengan wujud zat? - Bagaimanakah sifat-sifat suatu benda?
129
suatu benda? Prasyarat Pengetahuan Guru mengajukan pertanyaan prasyarat meteri Connection a. Guru membagi siswa a. Siswa dibimbing (Menghubungkan) menjadi beberapa kelompok mendiskusikan materi yang b. Siswa melakukan sedang diajarkan percobaan untuk mengamati b. Siswa mengamati percobaan peristiwa kohesi, adhesi dan peristiwa kohesi,adhesi, dan kapilaritas kapilaritas. c. Siswa melakukan diskusi c. Siswa mempersentasikan tentang hasil hasil percobaan. pengamatannya dilanjutkan dengan presentasi kelompok Aplication (Menerapkan)
a. Guru Memberikan aplikasi soal. b. Guru memberikan latihan soal. c. Melalui bimbingan guru siswa menyimpulkan hasil belajar. d. Guru memberikan tugas rumah. A. Sumber Belajar 1. Sumber buku yang relevan 2. LKS Fisika 3. Alat dan bahan percobaan
5’
c. Siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
Keterampilan Proses (Psikomotorik) Mengisi LKS Percobaan.
20’
Penilaian Kognitif :
Percobaan dan Diskusi
a. Siswa Menyimak contoh soal yang diberikan oleh guru. b. Siswa mengerjakan soal yang telah diajukan oleh guru.
50’
Ceramah dan Pemahaman konsep
130
B. Penilaian 1. Teknik : Test tertulis dan tes untuk kerja 2. Bentuk : Uraian dan uji petik kerja prosedur 3. Instrumen : Contoh intrumen: 1. Hujan merupakan peristiwa..... a. Menguap, mengembun b. Menguap, melebur c. Melebur, mengembun d. Mengembun, melebur 2. Gaya tarik antar partikel pada zat padat adalah... a. Sangat kurang b. Kurang kuat c. Tidak tentu d. Selalu berubah Lakukan percobaan adhesi dan kohesi dengan menggunakan alat dan bahan yang disediakan. Jelaskan mengapa pada musim hujan tembok menjadi lembab? Mengetahui, Ciputat Timur, Februari 2011 Kepala SMP Al-Fath Guru Mata Pelajaran IPA
Dra. Ninik Hraiyani
Aos Uswadi
131
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN FISIKA KELAS VII SEMESTER II SEKOLAH AL-FATH TAHUN PELAJARAN 2011-2012 MATERI: WUJUD ZAT DAN PERUBAHANNYA (Massa Jenis) Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Tujuan Pembelajaran
Strategi / Model Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran
: 2 x 40 Menit : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya : 3.2. Mendeskripsikan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari 1. Menyimpulkan dari percobaan bahwa massa jenis adalah salah satu ciri khas suatu zat 2. Menghitung massa jenis suatu zat 3. Menentukan jenis zat menggunakan konsep massa jenis Siswa dapat : a) Menyimpulkan dari percobaan bahwa massa jenis adalah salah satu ciri khas suatu zat b) Menghitung massa jenis suatu zat c) Menentukan jenia zat menggunakan konsep massa jenis. Pendekatan : CTL Metode : Diskusi-Informasi, Percobaan Model : Ceramah Bervariasi dan Kooperatif Learning :
132
PERTEMUAN III KEGIATAN GURU SISWA Introduction Motivasi dan Apresiasi Siswa menyimak pertanyaan ( Pendahuluan) Guru mengajukan Pertanyaan guru dan menjawab. apresiasi dari meteri Wujud zat dan perubahannya - Zat yang nampaknya sama terkadang memiliki sifat yang sedikit berbeda, apa penyebabnya? Prasyarat Pengetahuan Guru mengajukan pertanyaan prasyarat meteri Connection a. Guru membagi siswa a. Siswa dibimbing (Menghubungkan) menjadi beberapa mendiskusikan materi yang kelompok sedang diajarkan b. Siswa melakukan b. Siswa mengamati percobaan percobaan menentukan penentuan massa jenis massa jenis beberapa zat beberapa zat dengan cara dengan cara mengukur mengukur massa dan massa dan volume volume.. c. Siswa melakukan diskusi c. Siswa mempersentasikan tentang hasil percobaan hasil percobaan. dan menentukan ciri-ciri khusus zat yang digunakan untuk percobaan berdasarkan TAHAPAN
METODE
WAKTU
PENILAIAN
5’
Pengetahuan siswa (Kognitif) Dari pertanyaan yang diajukan oleh guru: - Zat yang nampaknya sama terkadang memiliki sifat yang sedikit berbeda, apa penyebabnya?
Tanya Jawab
5’ 50’
Percobaan dan Diskusi
Keterampilan Proses (Psikomotorik) Mengisi LKS Percobaan.
133
TAHAPAN
Aplication (Menerapkan)
KEGIATAN GURU pengamatan dan pengukuran
SISWA
a. Guru Memberikan aplikasi soal. b. Guru memberikan latihan soal. c. Melalui bimbingan guru siswa menyimpulkan hasil belajar. d. Guru memberikan tugas rumah.
a. Siswa Menyimak contoh soal yang diberikan oleh guru. b. Siswa mengerjakan soal yang telah diajukan oleh guru. c. Siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
- Guru masuk dengan mengucapkan salam, bersama siswa memulai pembelajaran dengan doa, dan memeriksa kehadiran siswa. - Guru menginstruksikan kepada siswa untuk mengumpulkan seluruh LKS maupun tugas pada pertemuan sebelumnya
- Siswa menjawab salam guru, memulai pembelajaran dengan doa dipimpin oleh ketua kelas, kemudian menjawab panggilan guru ketika guru memeriksa kehadiran siswa - Seluruh siswa mengumpulkan seluruh LKS maupun tugas yang ditugaskan pada pertemuan sebelumnya
PERTEMUAN IV
METODE
WAKTU
20’
Ceramah dan Pemahaman konsep
PENILAIAN
Penilaian Kognitif :
134
TAHAPAN -
-
-
-
-
KEGIATAN GURU SISWA - Siswa maupun kelompok Guru memberikan reward yang berprestasi maju ke kepada kelompok maupun depan kelas untuk menerima kepada siswa yang berhasil reward dari guru dalam kompetisi, dan - Guru dan siswa memajang mengikuti proses hasil karya siswa di mading pembelajaran dengan baik kelas Guru dan siswa memajang Siswa melalui tulisan hasil karya siswa di mading memberikan kesan selama kelas proses pembelajaran dan Guru dan siswa merefleksi memberikan saran kepada pembelajaran yaitu guru dalam melaksanakan mengevaluasi proses pembelajaran khususnya pembelajaran dengan cara pembelajaran menggunakan guru memberikan pendekatan CTL kesempatan kepada siswa menyampaikan kesan selama proses pembelajaran dan saran agar proses pembelajaran menggunakan pendekatan CTL dapat dilaksanakan lebih baik lagi - Siswa beserta guru Guru beserta siswa mengakhiri pembelajaran mengakhiri pembelajaran dengan doa dengan doa - Siswa menjawab salam Guru meninggalkan kelas guru dengan mengucap salam
METODE
WAKTU
PENILAIAN
135
A.
B.
Sumber Belajar 1. Sumber buku yang relevan 2. LKS Fisika 3. Alat dan bahan percobaan Penilaian 1. Tes tertulis berupa tes objektif 2. Laporan eksperimen dalam LKS 3. Tugas karya tulis yang dapat dipajang di kelas 4. Observasi aktivitas siswa 5. Bentuk : Uraian dan uji petik kerja prosedur 6. Instrumen : Contoh intrumen: Lakukan percobaan massa jenis menggunakan alat dan bahan yang disediakan dan buat kesimpulannya Berapa massa kayu yang memiliki massa 8 gr dengan volume 10 cm2 Tentukan jenis zat yang disediakan dengan berdasarkan tabel yang tersedia. Mengetahui, Kepala SMP Al-Fath
Ciputat Timur, Februari 2011 Guru Mata Pelajaran IPA
Dra. Ninik Hraiyani
Aos Uswadi
137
Lampiran B.1.4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK KONTROL Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/ Semester Konsep Pembelajaran Alokasi Waktu
: SMP AL-FATH : Fisika : VII/ II :Wujud Zat : 8 jam pembelajaran
A. Standar Kompetensi Memahami wujud zat dan perubahannya. B. Kompetensi Dasar 3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 3.2. Mendeskripsikan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari C. Indikator 1. Menyelidiki perubahan wujud zat. 2. Menafsirkan gaya tarik antar-partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran. 3. Membedakan kohesi dan adhesi berdasarkan pengamatan. 4. Mengkaitkan peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari. D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1. Mengamati perubahan wujud zat. 2. Membuktikan bahwa partikel dapat bergerak. 3. Mengamati pengaruh suhu terhadap kecepatan gerak partikel. 4. Mengamati meniskus pada permukaan zat cair. 5. Mengamati peristiwa kapilaritas pada pipa kapiler yang diameternya berbeda. 6. Menyebutkan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang bekerja berdasarkan efek kapilaritas. E. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran : demonstrasi, ceramah, dan latihan soal F. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Ke-1 (2 x 40 jam pelajaran) Tahap No. Waktu Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Pembelajaran Guru masuk dengan Siswa menjawab salam mengucap salam, bersama guru, memulai siswa memulai pembelajaran dengan doa pembelajaran dengan doa, dipimpin oleh ketua 1. Pendahuluan 10 menit dan memeriksa kehadiran kelas, kemudian siswa menjawab panggilan guru ketika guru memeriksa Guru memperkenalkan diri kehadiran siswa
2.
Kegiatan Inti
Guru memulai Siswa menyimak pembelajaran dengan penjelasan guru tentang terlebih dahulu menjelaskan pembelajaran yang akan 10 menit metode maupun kegiatan dilaksanakan pembelajaran pada konsep wujud zat (pada zat padat, cair, dan gas) 20 menit Guru memberikan soal
Siswa mengerjakan soal
138
pretest tentang konsep wujud zat benda pada benda padat, cair, dan gas Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok 20 menit
3.
Penutup
pretest
Siswa membentuk kelompok dan organisasi kelompok Mencatat anggota kelompoknya dan menyerahkan kepada guru
Guru memberitahu siswa materi yang akan dipelajari yaitu subkonsep wujud zatpada benda padat dan pada benda cair untuk pertemuan berikutnya 10 menit Guru menginstruksikan kepada siswa untuk duduk bersama kelompoknya masing-masing pada pertemuan berikutnya
Siswa menyimak instruksi guru
Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada instruksi guru yang kurang dipahami 10 menit Menutup pembelajaran dengan doa Meninggalkan kelas dengan mengucap salam
Siswa bertanya apabila ada instruksi guru yang kurang dipahami
Pertemuan Ke-2 (2 x 40 jam pelajaran) Tahap No. Waktu Aktivitas Guru Pembelajaran Guru masuk dengan mengucap salam, bersama siswa memulai pembelajaran dengan doa, memeriksa kehadiran siswa dan menjelaskan tujuan yang hendak dicapai pada 1. Pendahuluan 15 menit pembelajaran. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk berkumpul bersama kelompoknya masingmasing Guru memberikan apersepsi
Menutup pembelajaran dengan doa Menjawab salam guru
Aktivitas Siswa Siswa menjawab salam guru, memulai pembelajaran dengan doa dipimpin oleh ketua kelas, kemudian menjawab panggilan guru ketika guru memeriksa kehadiran siswa
139
kepada siswa dengan bertanya kepada siswa.”Pernahkah kalian melihat perjalanan awan ktika akan hujan?” Hal tersebut merupakan contoh sehari-hari yang berhubungan dengan konsep wujud zat.
2.
3.
Kegiatan Inti
Penutup
Guru memerintahkan kepada perwakilan dari kelompok 1 untuk maju ke depan Guru meminta perwakilan kelompok 1 untuk menunjukkan contoh perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari Berikutnya guru mempersilahkan perwakilan 35 menit dari kelompok 2 untuk maju ke depan Guru menginstruksikan untuk melihat permukaan air yang terjadi dalam tabung reaksi Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya maupun mengungkapkan pendapat berkaitan dengan konsep yang sedang dijelaskan Guru memperkuat pemahaman siswa dengan memberikan latihan soal 20 menit Guru bersama siswa membahas latihan soal dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari Guru mengingatkan untuk mempersiapkan materi pada pertemuan berikutnya, yaitu mencari massa jenis benda. 10 menit Menutup dan mengakhiri pembelajaran dengan doa Meninggalkan kelas dengan mengucap salam
Siswa berkumpul bersama kelompoknya masing-masing sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan Siswa mengikuti jalannya apersepsi dengan menjawab pertanyaan yang diberikan guru Perwakilan dari kelompok 1 dan 2 untuk maju ke depan kelas melaksanakan instruksi dan menjawab pertanyaan guru Siswa memperhatikan temannya yang mendemonstrasikan alat di depan kelas Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang perubahan wujud zat. Siswa mempertanyakan hal yang kurang dipahami, dan mengungkapkan pendapat tentang konsep yang sedang dipelajari Siswa mengerjakan latihan soal Siswa bersama guru membahas latihan soal dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari Siswa menyimak instruksi guru untuk mempersiapkan materi massa jenis benda. Menutup dan mengakhiri pembelajaran dengan doa Membalas salam guru
140
Pertemuan Ke-3 (2 x 40 jam pelajaran) Tahap No. Waktu Aktivitas Guru Pembelajaran Guru masuk dengan mengucap salam, memulai pembelajaran dengan doa, memeriksa kehadiran siswa, dan menjelaskan tujuan yang hendak dicapai pada pembelajaran kali ini yaitu 1. Siswa dapat merumuskan dan dapat menerapkan konsep kapilaritas dan massa jenis benda dalam kehidupan sehari-hari. 10 menit 2. Siswa dapat menyelidiki terjadinya peristiwa kapilaritas dan massa jenis 3. Siswa dapat menganalisis dan menurunkan rumus 1. Pendahuluan massa jenis benda. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk berkumpul bersama kelompoknya masingmasing
2.
Kegiatan Inti
Aktivitas Siswa Siswa menjawab salam guru, memulai pembelajaran dengan doa dipimpin oleh ketua kelas, kemudian menjawab panggilan guru ketika guru memeriksa kehadiran siswa
Siswa berkumpul bersama kelompoknya masing-masing
Guru menggali pengetahuan awal siswa tentang konsep kapilaritas dan massa jenis benda dengan memberikan pertanyaan pengantar 10 menit Agar siswa lebih mudah memahami konsep yang dimaksud, siswa diinformasikan untuk menyimak demonstrasi oleh perwakilan setiap kelompok di depan kelas
Siswa menjawab pertanyaan pengantar konsep Kapilaritas dan massa jenis benda.
Guru meminta perwakilan siswa dari kelompok 1 sampai 1 untuk melakukan demonstrasi di depan kelas 45 menit secara bergantian Perwakilan siswa melakukan demonstrasi
Perwakilan dari kelompok 1 sampai 4 untuk maju ke depan kelas melaksanakan instruksi dan menjawab pertanyaan guru Siswa memperhatikan
Siswa bersiap-siap untuk memperhatikan demonstrasi oleh perwakilan setiap kelompok di depan kelas
141
sesuai dengan petunjuk temannya yang guru. mendemonstrasikan alat di depan kelas Guru mengarahkan peserta didik pada pemahaman Siswa memperhatikan tentang konsep kapilaritas penjelasan guru tentang dan massa jenis benda. penjelasan konsep, selain itu siswa merangkum dan Memberi kesempatan mencatat konsep penting kepada siswa untuk bertanya maupun mengungkapkan Siswa mempertanyakan pendapat berkaitan dengan hal yang kurang konsep yang dijelaskan dipahami, mengungkapkan pendapat berkaitan dengan konsep yang dijelaskan
3.
Penutup
Menyimpulkan konsep yang telah dipelajari hari ini Memberitahu kegiatan yang akan dilakukan untuk pertemuan berikutnya yaitu penguatan atau review 15 menit konsep wujud zat Menutup pembelajaran dengan doa Meninggalkan kelas dengan mengucap salam
Pertemuan Ke-4 (2 x 40 jam pelajaran) Tahap No. Waktu Aktivitas Guru Pembelajaran
1.
2.
Pendahuluan
Kegiatan Inti
Menyimpulkan konsep yang telah dipelajari Memperhatikan instruksi guru
Menutup pembelajaran dengan doa Membalas salam guru
Aktivitas Siswa
Guru menginstruksikan kepada siswa untuk mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya
Siswa menjawab salam guru, memulai pembelajaran dengan doa dipimpin oleh ketua kelas, kemudian menjawab panggilan guru ketika guru memeriksa kehadiran siswa Seluruh siswa mengumpulkan tugas yang ditugaskan pada pertemuan sebelumnya
Guru menginstruksikan kepada seluruh siswa untuk 10 menit merapihkan buku dan barang-barang yang tidak diperlukan dalam
Seluruh siswa merapihkan buku dan barang-barang yang tidak diperlukan dalam melaksanakan posttest
Guru masuk dengan mengucapkan salam, bersama siswa memulai pembelajaran dengan doa, dan memeriksa kehadiran siswa 10 menit
142
melaksanakan posttest Guru membacakan peraturan ketika mengerjakan soal posttest Guru membagikan soal posttest 30 menit
3.
Penutup
Guru mengawasi siswa dalam mengerjakan soal posttest
Siswa memperhatikan peraturan dalam mengerjakan soal posttest Siswa menerima soal posttest
Siswa mengerjakan soal posttest
Guru memberikan reward kepada kelompok yang melakukan demonstrasi di 10 menit depan kelas dengan baik
Kelompok yang berprestasi maju ke depan kelas untuk menerima reward dari guru
Guru beserta siswa mengakhiri pembelajaran dengan doa 10 menit Guru meninggalkan kelas dengan mengucap salam
Siswa beserta guru mengakhiri pembelajaran dengan doa Siswa menjawab salam guru
Sumber Belajar a. Buku IPA Fisika Jl.1 (Esis) halaman 65-76 b. Buku kerja c. Alat-alat praktikum Penilaian Hasil Belajar a. Teknik Penilaian: - Tes unjuk kerja - Tes tertulis b. Bentuk Instrumen: - Uji petik kerja produk - PG dan Uraian c. Contoh Instrumen: - Contoh tes PG: Faktor yang menentukan wujud sebuah materi adalah.... a. gerak Brown c. gaya ikat antar-molekul b. adhesi d. kohesi - Contoh tes Uraian: Minyak wangi ketika berada di udara terbuka akan cepat habis. Mengapa demikian? Jakarta, Februari 2011 Guru Mata Pelajaran IPA
Aos Uswadi
143
Lampiran B.1.5 Worksheet Wujud Zat, Miniskus Cembung dan Cekung, Kapilaritas, Massa Jenis 1. Wujud Zat Ciri-ciri
Zat Padat
Zat Cair
Gas
Volume Bentuk Gerak Partikel Gaya tarik menarik Jarak antar partikel 2. Perubahan Wujud Zat GAS
PADAT
CAIR
3. Manakah perubahan yang membutuhkan kalor? Berilah contoh masing-masing 2! _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ 4. Manakah perubahan yang melepaskan kalor? Berilah contoh masing-masing 2! _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ 5. Carilah contoh dalam kehidupan sehari yang termasuk zat padat, zat cair, dan zat gas masing-masing 5! NO Zat Padat Zat Cair Gas 1 2 3 4 5
144
6. Adhesi dan Kohesi Gaya
Definisi dan Contoh
Gaya Adhesi
Gaya Kohesi
Gaya Kapiler
7. Miniskus Cembung dan Miniskus kecung
8. Massa Jenis
Soal Sebuah balok dengan ukuran panjang 7 cm dan lebar 5 cm mempunyai massa 60 gram dan massa jenis 5.000 kg/m3. Berapakah tinggi balok tersebut?
145
LKS (LEMBAR KERJA SISWA) Kegiatan eksperimen Adhesi dan Kohesi SMP Al-Fath Cireundeu Name
:
…………………………………
Grade
:
………………………………… Pernahkah kalian memperhatikan bagaimana bentuk berkas atau noda yang ditimbulkan oleh air pada ker tas koran ? Tetesan air berbentuk bulat tetapi setelah jatuh pada permukaan ker tas koran berkasnya akan melebar berbentuk lonjong. Mengapa demikian? Untuk menjelaskan konsep massa jenis, lakukanlah eksperimen berikut!
A. Tujuan
B. Alat dan bahan
C. Langkah Kerja 1. Siapkan 2 tabung reaksi, air, dan minyak goreng! 2. Tuangkan air ke dalam tabung reaksi pertama dan amati bagaimana bentuk permukaan airnya! Masukkan hasil pengamatanmu ke dalam tabel. 3. Olesi tabung reaksi kedua dengan minyak goreng! 4. Kemudian tuangkan air ke dalam tabung reaksi kedua dan amati 5. bagaimana bentuk permukaan airnya! Masukkan hasil pengamatanmu ke dalam tabel.
Zat Cair
Zat Tabung Reaksi
Air
Tabung kaca
Air
Tabung kaca yang diolesi oleh minyak
Keterangan
146 D. Gambarlah Hasil Pengamatan Kalian
E. Pertanyaan 1. Lihatlah hasil pengamatanmu di tabel, bagaimana permukaan air yang tidak diolesi minyak? Mengapa demikian!________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ 2. Lihatlah hasil pengamatanmu di tabel, bagaimana permukaan air yang sudah diolesi minyak? Mengapa demikian!________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ 3. Apa yang dimaksud dengan adhesi dan kohesi? Berilah contoh dalam kehidupan seharihari!___________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ 4. Apa yang dimaksud dengan meniskus cekung, meniskus cembung, kapilaritas?________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________
147
LKS (LEMBAR KERJA SISWA) Kegiatan eksperimen Massa Jenis Zat SMP Al-Fath Cireundeu Name
:
…………………………………
Grade
:
………………………………… Kalian pasti tahu bentuk suatu benda berdasarkan sifat zat yang dimiliki suatu benda? tetapi belum pernah tau bagaimana massa jenis pada sebuah benda. Kita akan mengetahui massa jenis suatu benda dari massa benda itu sendiri dan volumenya. Untuk menjelaskan konsep massa jenis, lakukanlah
eksperimen berikut!
A. Tujuan
B. Alat dan bahan
C. Langkah Kerja a. Siapkan neraca dan gelas ukur yang sudah terisi air. b. Timbanglah massa batu, pecahan genteng, paku dan kayu kubus. Catatlah hasilnya pada tebel. c. Timbanglah volume semua benda tersebut lalu catata hasilnya pada tabel. No
Nama Benda
D. Pertanyaan
Massa (gram)
Volume (cm)3
Massa Jenis
148 1. Lihatlah hasil pengamatanmu, bandingkan nilai m/V pada tap benda! Bagaimanakah hasilnya?apa yang dapat kamu simpulkan?___________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ 2. massa dibagi volume (m/V) adalah rumus untuk menghitung____________________ _____________________________________________________________________ 3. Coba masukkan paku ke air? Apa yang terjadi dengan paku tersebut?Mengapa demikian?____________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ 4. Coba masukkan kubus kayu ke air? Apa yang terjadi dengan kubus kayu?Mengapa demikian?____________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________
149
Lampiran B.1.6 Wujud Zat Banyak benda yang dapat dilihat dan dijumpai di kehidupan sehari-hari. Misalnya pensil, kacamata, batu, kursi, air, balon berisi udara, tabung LPG berisi gas, es, baja, dan daun. Berbagai macam benda yang kita jumpai memiliki kesamaan, yaitu benda-benda tersebut memerlukan ruang atau tempat untuk keberadaannya. Air di dalam gelas, menempati ruang bagian dalam gelas itu, batu di pinggir jalan menempati ruang di pinggir jalan di mana ruangan itu tidak ditempati oleh benda lain sebelum batu itu disingkirkan. Udara dalam balon menempati ruang bagian dalam balon itu. Manusia juga menempati ruang, misalkan dalam lift hanya cukup ditempati paling banyak 10 orang dewasa, lebih dari itu ruang dalam lift tidak mencukupi lagi. Benda atau zat juga memiliki massa, sebagai contoh batu bila ditimbang dengan neraca menunjukkan nilai massa tertentu. Balon berisi udara bila dibandingkan massanya dengan balon yang kempis, akan lebih berat balon berisi udara. Hal itu menunjukkan bahwa udara memiliki massa. Dapat disimpulkan bahwa zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruangan. Menurut wujudnya zat digolongkan menjadi tiga yaitu 1.
Zat Padat Ciri zat padat yaitu bentuk dan volumenya tetap. Contohnya kelereng yang b berbentuknya bulat, dipindahkan ke gelas akan tetap berbentuk bulat. Begitu pula dengan volumenya. Volume kelereng akan selalu tetap walaupun berpindah tempat ke dalam gelas. Hal ini disebabkan karena daya tarik antarpartikel zat padat sangat kuat. Pada umumnya zat padat berbentuk kristal (seperti gula pasir atau garam dapur) atau amorf (seperti kaca dan batu granit). Partikel zat padat memiliki sifat seperti berikut: a. Letaknya sangat berdekatan b. Susunannya teratur c. Gerakannya tidak bebas, hanya bergetar dan berputar di tempatnya
2.
Zat Cair Zat cair memiliki volume tetap tetapi bentuk berubah-ubah sesuai dengan yang ditempatinya. Apabila air dimasukkan ke dalam gelas, maka bentuknya seperti gelas, apabila dimasukkan ke dalam botol akan seperti botol. Tetapi volumenya selalu tetap. Hal ini disebabkan partikel-partikel penyusunnya agak berjauhan satu sama lain. Selain itu, partikelnya lebih bebas bergerak karena ikatan antar partikelnya lemah. Partikel zat cair memiliki sifat seperti berikut: a. Letaknya berdekatan b. Susunannya tidak teratur c. Gerakannya agak bebas, sehingga dapat bergeser dari tempatnya, tetapi tidak lepas dari kelompoknya
3.
Zat Gas Ciri dari gas di antaranya bentuk dan volume berubah sesuai dengan tempatnya. Gas yang terdapat di balon memiliki bentuk dan volume yang sama dengan balon. Gas yang terdapat di dalam botol, bentuk dan volumenya sama dengan botol. Partikel-partikel gas bergerak acak ke segala arah dengan kecepatan bergantung pada suhu gas, akibatnya volumenya selalu berubah. Partikel zat gas memiliki sifat seperti berikut: a. Letaknya sangat berjauhan
150
b. Susunannya tidak teratur c. Gerakannya bebas bergerak, sehingga dapat bergeser dari tempatnya dan lepas dari kelompoknya, sehingga dapat memenuhi ruangan
Perubahan Wujud Zat Setiap zat akan berubah apabila menerima panas (kalor). Es dipanaskan akan mencair. Air dipanaskan akan menguap menjadi uap air (gas). Apabila uap air didinginkan menjadi embun dan kembali menjadi air. Air didinginkan menjadi es. Proses perubahan wujud zat tersebut dapat diamati pada diagram.
Berdasarkan diagram tersebut, zat dari wujud yang satu ke wujud yang lainnya dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Membeku yaitu perubahan wujud zat dari cair ke padat Mencair atau melebur yaitu perubahan wujud zat dari padat ke cair Menyublim (mengkristal) yaitu perubahan wujud zat dari gas ke padat Menyublim yaitu perubahan wujud zat dari padat ke gas Menguap yaitu perubahan wujud zat dari cair ke gas Mengembun yaitu perubahan wujud zat dari gas ke cair
Latihan Yuk!! 1. Pada saat cuaca mendung dan hampir turun hujan, mengapa kita sering merasa gerah dan kepanasan? 2. Apabila es dalam ruang tertutup dipanaskan terus menerus akan mengalami perubahan wujud menjadi air dan kemudian menjadi uap air. Apa yang terjadi pada uap air itu bila pemanasan dilakukan terus tiada henti? Tingkatan wujud apakah sesudah wujud gas?Jelaskan keadaan partikel-partikelnya! 3. Berdasarkan skema perubahan wujud zat, sebutkan perubahan wujud apa saja yang memerlukan panas dan yang melepaskan panas?
151
Adhesi dan Kohesi Hal lain yang dapat kita ketahui adalah adanya tarik-menarik antar partikel. Gaya tarik-menarik antarpartikel dapat terjadi antara partikel-partikel yang sejenis dan antara partikel-partikel yang tidak sejenis. Setetes air yang jatuh di kaca meja akan berbeda bentuknya bila dijatuhkan pada sehelai daun talas. Mengapa demikian? Antara molekul-molekul air terjadi gaya tarik-menarik yang disebut dengan gaya kohesi molekul air. Gaya kohesi diartikan sebagai gaya tarik menarik antara partikelpartikel zat yang sejenis. Pada saat air bersentuhan dengan benda lain maka molekul molekul bagian luarnya akan tarik-menarik dengan molekul-molekul luar benda lain tersebut. Gaya tarik-menarik antara partikel zat yang tidak sejenis disebut gaya adhesi. Gaya adhesi antara molekul air dengan molekul kaca berbeda dibandingkan gaya adhesi antara molekul air dengan molekul daun talas. Demikian pula gaya kohesi antar molekul air lebih kecil daripada gaya adhesi antara molekul air dengan molekul kaca. Itulah sebabnya air membasahi kaca dan berbentuk melebar. Namun air tidak membasahi daun talas dan tetes air berbentuk bulat-bulat menggelinding di permukaan karena gaya kohesi antarmolekul air lebih besar daripada gaya adhesi antara molekul air dan molekul daun talas. 1. Gaya adhesi adalah gaya tarik-menarik dua partikel atau lebih dari partikel yang tidak sejenis. Mengakibatkan sebuah zat dapat menempel pada zat yang lain. Contoh: Air dapat menempel di kaca. 2. Gaya kohesi adalah gaya tarik menarik dua partikel atau lebih dari partikel yang sejenis. Mengakibatkan sebuah zat tidak dapat menempel pada zat yang lain. Contoh: Air tidak dapat menempel pada daun talas.
Meniskus Gaya kohesi maupun gaya adhesi juga mempengaruhi bentuk permukaan zat cair dalam wadahnya. Misalkan ke dalam dua buah tabung reaksi masing-masing diisikan air dan raksa. Apa yang terjadi? Permukaan air dalam tabung reaksi berbentuk cekung disebut meniskus cekung, sedangkan permukaan raksa dalam tabung reaksi berbentuk cembung disebut meniskus cembung. Hal itu dapat dijelaskan bahwa gaya adhesi molekul air dengan molekul kaca lebih besar daripada gaya kohesi antar molekul air, sedangkan gaya adhesi molekul raksa dengan molekul kaca lebih kecil daripada gaya kohesi antara molekul raksa. Meniskus cembung maupun meniskus cekung menyebabkan sudut kontak antara bidang wadah
152
(tabung) dengan permukaan zat cair berbeda besarnya. Meniskus cembung menimbulkan sudut kontak tumpul (> 90^o), sedangkan meniskus cekung menimbulkan sudut kontak lancip (< 90^o)
Kapilaritas
Gaya kohesi dan gaya adhesi berpengaruh pada gejala kapilaritas. Kapilaritas adalah gejala naik atau turunnya cairan di dalam pipa kapiler atau pipa kecil. Sebuah pipa kapiler kaca bila dicelupkan pada tabung berisi air akan dijumpai air dapat naik ke dalam pembuluh kaca pipa kapiler, sebaliknya bila pembuluh pipa kapiler dicelupkan pada tabung berisi air raksa akan dijumpai bahwa raksa di dalam pembuluh kaca pipa kapiler lebih rendah permukaannya dibandingkan permukaan raksa dalam tabung.
Jadi, kapilaritas sangat tergantung pada kohesi dan adhesi. Air naik dalam pembuluh pipa kapiler dikarenakan adhesi sedangkan raksa turun dalam pembuluh pipa kapiler dikarenakan kohesi. Sekarang banyak dikembangkan teknologi yang mendasarkan pada gaya adhesi maupun kohesi. Beberapa tekstil kain tiruan menghasilkan kain yang kohesif terhadap debu. Jadi, pakaian dari bahan tersebut tidak mudah kotor. Di lain pihak, banyak ditemukan bahan-bahan adhesif serbaguna, lem alteco, dan sejenisnya sangat berguna bagi kehidupan. Bahkan, luka bekas operasi sekarang tidak perlu dijahit melainkan cukup dilem dengan lem khusus yang adhesif dengan jaringan kulit dan otot. Beberapa contoh gejala kapilaritas yang berkaitan dengan peristiwa alam yaitu: 1. peristiwa naiknya air dari ujung akar ke daun pada tumbuhan 2. naiknya minyak tanah pada sumbu kompor 3. basahnya tembok rumah bagian dalam ketika hujan. Ketika terkena hujan, tembok bagian luar akan basah, kemudian merembes ke bagian yang lebih dalam.
153
Latihan Yuk!! 1. 2. 3. 4.
Jelaskan mengapa tulisan kapur dapat menempel di papan tulis? Sebutkan 3 contoh peristiwa yang menunjukkan adhesi lebih besar dari kohesi? Sebutkan 3 contoh peristiwa yang menunjukkan kohesi lebih besar dari adhesi? Jelaskan mengapa air yang dituangkan dalam gelas berbentuk meniskus cekung, sedangkan air raksa berbentuk meniskus cembung? 5. Apa yang dimaksud dengan kapilaritas? 6. Sebutkan tiga contoh peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari! Massa Jenis apaan sih? Kamu tentu pernah minum air es atau es teh. Perhatikan, mengapa es batu selalu mengapung dalam air? Pernahkah kamu mencampur air dan minyak tanah? Mengapa minyak tanah selalu berada di atas air? Semua logam tenggelam di air, tetapi kayu atau gabus terapung di air. Apa yang menyebabkan semua ini? Untuk menemukan jawabannya kamu dapat melakukan percobaan berikut. Dengan memperhatikan hasil kegiatan percobaan tadi, diskusikan kembali tentang permisalan dua kantong plastik ukuran sama yang diisi kapas dan pasir, ketika kamu membahas massa. Meskipun volumenya sama, yaitu satu kantong plastik, ternyata pasir memiliki massa yang lebih besar dibanding kapas. Berdasarkan hal ini, dikatakan massa jenis pasir lebih besar daripada massa jenis kapas. Massa jenis merupakan perbandingan antara massa dan volume. Massa jenis benda sering disebut dengan kerapatan benda dan merupakan ciri khas setiap jenis benda. Massa jenis tidak tergantung pada jumlah benda. Apabila jenisnya sama maka nilai massa jenisnya juga sama. Misalnya, setetes air dan seember air mempunyai nilai massa jenis sama yaitu 1 gram/cm^3. Berbagai logam memiliki nilai massa jenis besar dikarenakan atom-atom dalam susunan molekulnya memiliki kerapatan yang besar. Gabus atau sterofoam mempunyai massa jenis kecil karena susunan atomatom dalam molekulnya memiliki kerapatan kecil. Massa jenis dilambangkan dengan simbol ρ (dibaca rho), salah satu huruf Yunani.
Keterangan: ρ = massa jenis (kg/m^3 atau g/cm^3) m = massa benda (kg atau gram) V = volume benda m^3 atau cm^3)
154
Tabel berbagai massa jenis zat
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa kerapatan logam tertentu seperti platina atau emas jauh lebih besar dibandingkan zat-zat lainnya. Massa jenis berbagai zat berbeda-beda walaupun benda-benda tersebut jumlah atau volumenya sama. Massa jenis zat yang umum digunakan sebagai patokan adalah massa jenis air dan massa jenis raksa. Massa jenis air dalam wujud cair, yaitu 1000 kg/m^3 atau 1 g/cm^3, sedangkan raksa atau mercury memiliki massa jenis 13.600 kg/m^3 atau 13,6 g/cm^3. Penting: 1000 kg/m^3 = 1 g/cm^3 Selain massa jenis, dikenal pula berat jenis. Berat jenis adalah berat benda (w) tiap satuan volume (V). Bila berat jenis dapat dilambangkan dengan S, dapat dinyatakan dengan persamaan.
Keterangan: S = berat jenis (N/m^3 atau dyne/cm^3) w = berat benda (N atau dyne) V = volume benda (m^3 atau cm^3) Jadi, berat jenis benda adalah hasil kali antara massa jenis dengan percepatan gravitasi.
Penggunaan Konsep Massa Jenis dalam Kehidupan Sehari-Hari 1. Kapal Selam
155
Tahukah kamu mengapa es dapat terapung di air, sedangkan batu tenggelam dalam air? Es memiliki massa jenis lebih kecil dari air, sehingga es dapat terapung dalam air. Batu tenggelam dalam air karena memiliki massa jenis lebih besar daripada air. Tahukah kamu mengapa kapal selam dapat terapung dan tenggelam di air? Ketika terapung massa jenis total kapal selam lebih kecil dari air laut dan sewaktu tenggelam massa jenis total kapal selam lebih besar dari air laut. Kapal selam memiliki tangki pemberat yang berisi air dan udara. Tangki tersebut terletak di antara lambung kapal sebelah dalam dan luar. Tangki dapat berfungsi membesar atau memperkecil massa jenis total kapal selam. Ketika air laut dipompa masuk ke dalam tangki pemberat, massa jenis kapal selam lebih besar dan sebaliknya agar massa jenis total kapal selam menjadi kecil, air laut dipompa keluar. 2. Balon Gas Pernahkah kamu melihat balon udara? Tahukah kamu, gas apa yang terdapat di dalamnya? Balon gas berisi gas helium. Gas helium memiliki massa jenis yang lebih kecil dari udara, sehingga balon gas bisa naik ke atas. 3. Air Minum Dingin di Dalam Lemari Es Suatu ketika kamu mungkin pernah melihat dalam botol air minum dingin yang berasal dari lemari es terdapat endapan kapur. Kenapa hal itu dapat terjadi? Air yang jernih dapat juga mengandung kapur, namun apabila dilihat langsung dengan mata tidak kelihatan. Ketika air dingin massa jenis air lebih kecil dan terpisah dari kapur sehingga kapur yang memiliki massa jenis lebih besar akan turun ke bawah dan mengendap.
Menganalisis Benda Terapung, Melayang, Dan Tenggelam Dengan membandingkan massa jenis zat cair dan benda yang dicelupkan kedalamnya, kamu dapat mengetahui benda-benda tersebut terapung melayang, atau tenggelam.
Latihan Yuk!! 1. Apakah yang membedakan antara air dengan es? Sebagaimana kamu ketahui es terbuat dari air. 2. Air mempunyai massa jenis 1000 kg/m^3. Apabila massanya 500 kg, berapakah volumenya? 3. Es memiliki massa 800 kg dan massa jenisnya 920 kg/m^3. Tentukan volume es tersebut! 4. Massa jenis air 1000 kg/m^3 memiliki volume sama dengan 100 kg alkohol yang mempunyai massa jenis 800 kg/m^3. Hitunglah massa air!
156
5. Sebuah balok kayu berukuran 10 cm × 0,2 m × 40 dm. Balok memiliki massa 2,4 kg. Hitunglah massa jenis balok! 6. Suatu hari Bu Nani menyuruh anaknya yang bernama Sinta untuk membeli telur ayam di pasar. Sebelum berangkat ke pasar ibunya berpesan agar membeli telur yang masih baru. Dapatkah kamu membantu Sinta cara memilih telur yang masih baru? 7. Semua batu bila dicelupkan ke dalam air secara langsung pasti tenggelam, kecuali batu apung. Mengapa hal itu bisa terjadi?
LAMPIRAN C HASIL DAN UJI ANALISIS DATA
Lampiran C.1 : Data Hasil Pretest dan Posttest 1. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen 2. Hasil Pretest Kelompok Kontrol 3. Hasil Postest Kelompok Eksperimen 4. Hasil Postest Kelompok Kontrol Lampiran C.2 : Uji Normalitas Pretest dan Posttest 1. Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen 2. Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol 3. Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen 4. Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol Lampiran C.3 : Uji Homogenitas Pretest dan Posttest 1. Uji Homogenitas Data Hasil Pretest 2. Uji Homogenitas Data Hasil Posttest Lampiran C.4 : 1. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Pretest 2. Uji Hipotesis (Hasil Posttest) Lampiran C.5 : 1. Hasil dan Perhitungan Observasi Aktivitas Siswa 2. Rekapitulasi Hasil dan Perhitungan Observasi Aktivitas Siswa Lampiran C.6 : 1. Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika 2. Rekapitulasi Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Lampiran C.7. : Dokumentasi Penelitian 157
158
Lampiran C.1 Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest dari kelompok eksperimen yang berjumlah 20 siswa, adalah sebagai berikut: 0 29 29 32 36
39 41 41 42 42
43 49 49 49 52
52 54 58 60 61
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest dari kelompok kontrol yang berjumlah 20 siswa, adalah sebagai berikut: 10 10 13 13 16
19 36 38 38 38
40 41 41 43 43
47 47 49 51 52
Dari hasil pretest kedua kelompok tersebut, diperoleh nilai maksimum (Xmax) adalah 61 dan nilai minimum (Xmin) adalah 0. Sehingga dapat dibuat diagram batang hasil pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan terlebih dahulu membuat tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi terlebih dahulu ditentukan dengan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut: a. Rentang (R) R X max X min
61 0
c.
Panjang Kelas (P) R P K 61 6 10,16 10 Sehingga panjang kelasnya adalah 10.
61 b. Banyaknya Kelas (K) K 1 3,3 log n 1 (3,3 log 20 20) 1 (3,3 log 40) 1 (3,3 1,60) 1 5,28 6,28 6 Sehingga banyaknya kelas adalah 6 Tabel distribusi frekuensinya adalah sebagai berikut:
159
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No.
Interval
1 2 3 4 5 6
0 - 10 11 - 20 21 - 30 31 - 40 41 - 50 51 - 61 Jumlah (Σ)
Frekuensi Kelompok Eksperimen 1 0 2 3 8 6 20
Persentase (%) 5% 0% 10 % 15 % 40 % 30 % 100 %
Frekuensi Kelompok Kontrol 2 4 0 4 8 2 20
Persentase (%) 10 % 20 % 0% 20 % 40 % 10 % 100 %
Dari tabel distribusi frekuensi tersebut, dapat dibuat diagram batang Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol,yaitu: 9 8
Jumlah siswa
7 6 5
Frekuensi Kelompok Eksperimen
4 3
Frekuensi Kelompok Kontrol
2 1 0 1
2
3
4
5
6
Skor Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
160
Lampiran C.1.1 Hasil Pretest Kelompok Eksperimen Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang didapat dari kelompok eksperimen adalah sebagai berikut 0 39 43 52 29 41 49 54 29 41 49 58 32 42 49 60 36 42 52 61 Dari hasil tersebut diperoleh nilai maksimum (Xmax) adalah 64 dan nilai minimum (Xmin) adalah 0. Sehingga dapat dibuat tabel distribusi rekuensi dengan menentukan terlebih dahulu nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut: d. Rentang (R) f. Panjang Kelas (P) R R X max X min P K 61 0 61 61 5 e. Banyaknya Kelas (K) 12 ,2 K 1 3,3 log n 12 1 3,3 log 20 Sehingga panjang kelasnya adalah 1 3,3 1,30 12. 1 4,26
5,26 5 Sehingga banyaknya kelas adalah 5 Tabel distribusinya adalah sebagai berikut: No.
Kelas
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah (xi)
Batas kelas
f i xi
xi2
fi . xi2
6
36
36
0
361
0
128
1024
4096
405
2025
18225
348
3364
20184
887
6810
42541
0,5 1
0 - 12
1
6 12,5
2
13 - 25
0
19
3
26 - 38
4
32
25,5 38,5 4
39 - 51
9
45 51,5
5
52 - 64 Jumlah (Σ)
6 20
58 160
64,5 193
161
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan nilai rata-rata (𝑋), median (Me), Modus (Mo), dan Standar Deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X ) f i xi X fi
887 20 44,35 b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini. 1 nF Me b P 2 f Dimana: b = batas bawah kelas median = 12,5 P = panjang kelas = 12 n = banyaknya data = 20 F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 1 + 0 = 1 f = nilai frekuensi kelas median = 4
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut:
Me
1 .20 1 12,5 12 2 4 12,5 12 2,25 12,5 27 39,5
c.
Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini. b1 Mo b P b1 b2 Dimana: b = batas bawah kelas modus = 38,5 P = panjang kelas = 12 b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya = 9–4=5 b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
162
kelas sesudahnya = 9–6=3 Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. 5 Mo 38,5 12 5 3 38,5 12 0,62 38,5 7,5 46 d. Deviasi Standar (S) Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
f .x f .x f f 1
2
i
S
i
2 ii
i
i
i
42541
8872
20 20 1 786769 20 19
42541
42541 39338,45 19
3202,55 19
168,55 12,96
163
Lampiran C.1.2
Hasil Pretest Kelompok Kontrol Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang didapat dari kelompok kontrol adalah sebagai berikut: 10 19 40 47 10 36 41 47 13 38 41 49 13 38 43 51 16 38 43 52 Dari hasil tersebut diperoleh nilai maksimum (Xmax) adalah 52 dan nilai minimum (Xmin) adalah 10. Sehingga dapat dibuat tabel distribusi rekuensi dengan menentukan terlebih dahulu nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut: a. Rentang (R) c. Panjang Kelas (P) R R X max X min P K 52 10 42 42 5 b. Banyaknya Kelas (K) 8,4 K 1 3,3 log n 8 1 3,3 log 20 Sehingga panjang kelasnya adalah 8. 1 3,3 1,30
1 4,29 5,29 5 Sehingga banyaknya kelas adalah 5 Tabel distribusinya adalah sebagai berikut: No.
Kelas
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah (xi)
Batas kelas
f i xi
xi2
fi . xi2
0
16
0
65
169
842
22
484
484
0
961
0
546
1521
21294
0,5 1
0
-
8
0
4
2
9
-
17
5
13
8,5 17,5 3
18
-
26
1
22
4
27
-
35
0
31
26,5 35,5 5
35
-
54
14
39 54,5
Jumlah (Σ)
20
633
22620
164
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan nilai rata-rata (𝑋), median (Me), Modus (Mo), dan Standar Deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X ) f i xi X fi
633 20 31,65 b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini. 1 nF Me b P 2 f Dimana: b = batas bawah kelas median = 17,5 P = panjang kelas = 8 n = banyaknya data = 20 F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 5+0 = 5 f = nilai frekuensi kelas median = 5
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. 1 .20 5 Me 17,5 8 2 5 17,5 8 0
17,5 0 17,5 c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini. b1 Mo b P b1 b2 Dimana: b = batas bawah kelas modus = 17,5 P = panjang kelas = 8 b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya = 5– 0 = 5 b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya = 5–1=4
165
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. 5 Mo 17,5 8 5 4 17,5 8 0,55
17,5 4,4 21,6 d. Deviasi Standar (S) Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
f .x f .x f f 1
2
i
S
i
2 ii
i
i
i
22620
6332
20 1
20
400689 20 19
22620
22620 20344,5 19
2275,5 19
119,7 10,94
166
Lampiran C.1.3
Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil posttest dari kelompok eksperimen yang berjumlah 20 siswa, adalah sebagai berikut: 35 60 63 67 67
68 70 72 72 74
74 79 80 80 80
83 85 89 91 98
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil posttest dari kelompok kontrol yang berjumlah 20 siswa, adalah sebagai berikut 20 25 27 32 47
50 63 65 67 69
69 69 69 71 72
72 74 74 78 83
Dari hasil posttest kedua kelompok tersebut, diperoleh nilai maksimum (Xmax) adalah 98 dan nilai minimum (Xmin) adalah 20. Sehingga dapat dibuat diagram batang hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan terlebih dahulu membuat tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi terlebih dahulu ditentukan dengan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut: g. Rentang (R) R X max X min
98 20
i.
Panjang Kelas (P) R P K 78 6 13 13 Sehingga panjang kelasnya adalah 13.
78 h. Banyaknya Kelas (K) K 1 3,3 log n 1 3,3 log 20 20 1 3,3 1,60 1 5,28 6,28 6 Sehingga banyaknya kelas adalah 7 Tabel distribusinya adalah sebagai berikut:
167
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No.
Interval
1 2 3 4 5 6
13 - 26 27 - 40 41 - 54 55 - 68 69 - 82 83 - 98 Jumlah (Σ)
Frekuensi Kelompok Eksperimen 1 0 0 5 9 5 20
Frekuensi Kelompok Kontrol 2 2 2 3 10 1 20
Persentase (%) 5% 0% 0% 25% 45% 25% 100%
Persentase (%) 10% 10% 10% 15% 50% 5% 100%
Dari tabel distribusi frekuensi tersebut, dapat dibuat diagram batang Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol,yaitu:
12
Jumlah siswa
10 8 6
Frekuensi Kelompok Eksperimen
4
Frekuensi Kelompok Kontrol
2 0 1
2
3
4
5
6
AxisSkor Hasil Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
168
Lampiran C.1.4
Hasil Posttest Kelompok Eksperimen Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil posttest yang didapat dari kelompok eksperimen adalah sebagai berikut 35 68 74 83 60 70 79 85 63 72 80 89 67 72 80 91 67 74 80 98 Dari hasil tersebut diperoleh nilai maksimum (Xmax) adalah 98 dan nilai minimum (Xmin) adalah 35. Sehingga dapat dibuat tabel distribusi frekuensi dengan menentukan terlebih dahulu nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut: a. Rentang (R) c. Panjang Kelas (P) R R X max X min P K 98 35 63 63 5 b. Banyaknya Kelas (K) 12,6 K 1 3,3 log n 13 1 3,3 log 20 Sehingga panjang kelasnya adalah 1 3,3 1,30 13. 1 4,23
5,23 5 Sehingga banyaknya kelas adalah 5 Tabel distribusinya adalah sebagai berikut: No.
Frekuensi (fi)
Kelas
Nilai Tengah (xi)
Batas kelas
f i xi
xi2
fi . xi2
41,5
1722,25
1722,25
55,5
3080,5
3080,25
625,5
4830,25
43472,25
584,5
6972,25
48805,75
195
9506,25
19012,5
34,5 1
35
-
48
1
41,5 48,5
2
49
-
62
1
55,5
3
63
-
76
9
69,5
62,5 76,5 4
77
-
90
7
83,5 90,5
5
104
2
Jumlah (Σ)
20
91
-
97,5 104,5
1502
116093
169
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan nilai rata-rata (𝑋), median (Me), Modus (Mo), dan Standar Deviasi (S) nilai posttest ini. Berikut adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X ) f i xi X fi
1502 20 75,1 b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini. 1 nF Me b P 2 f Dimana: b = batas bawah kelas median = 76,5 P = panjang kelas = 13 n = banyaknya data = 20 F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 9 + 1 = 10 f = nilai frekuensi kelas median = 9
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil posttest ini adalah sebagai berikut. 1 .20 10 Me 76,5 13 2 9 76,5 13 0
76,5 c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini. b1 Mo b P b b 2 1 Dimana: b = batas bawah kelas modus = 76,5 P = panjang kelas = 13 b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya = 9–1=8 b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya = 9–7=3
170
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil posttest ini adalah sebagai berikut. 8 Mo 76,5 13 8 3 76,5 13 0,72
76,5 9,45 85,95 d. Standar deviasi (S) Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
f .x f .x f f 1
2
i
S
i
2 ii
i
i
i
116093
15022
20 1
20
2256004 20 19
116093
116093 112800,2 19
3292,8 19
173,30 13,16
171
Hasil Posttest Kelompok Kontrol Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil posttest yang didapat dari kelompok kontrol adalah sebagai berikut: 20 50 69 72 25 63 69 74 27 65 69 74 32 67 71 78 47 69 72 83 Dari hasil tersebut diperoleh nilai maksimum (Xmax) adalah 91 dan nilai minimum (Xmin) adalah 41. Sehingga dapat dibuat tabel distribusi rekuensi dengan menentukan terlebih dahulu nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut: a. Rentang (R) c. Panjang Kelas (P) R R X max X min P K 83 20 63 63 5 b. Banyaknya Kelas (K) 12,6 K 1 3,3 log n 13 1 3,3 log 20 Sehingga panjang kelasnya adalah 1 3,3 1,30 13. 1 4,29
5,21 5 Sehingga banyaknya kelas adalah 5 Tabel distribusinya adalah sebagai berikut: No.
Kelas
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah (xi)
Batas kelas
f i xi
xi2
fi . xi2
106
702,25
2809
40,5
1640,5
1640,5
54,5
2970,25
2970,25
822
4692,25
56307
165
6806,25
13612,5
19,5 1
20
-
33
4
26,5
2
34
-
47
1
40,5
33,5 47,5 3
48
-
61
1
54,5
4
62
-
75
12
68,5
61,5 75,5 5
76
-
89
2
82,5 89,5
Jumlah (Σ)
20
1188
77339,25
172
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan nilai rata-rata (𝑋), median (Me), Modus (Mo), dan Standar Deviasi (S) nilai posttest ini. Berikut adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X ) f i xi X fi
1188 20 59,4 b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini. 1 nF Me b P 2 f Dimana: b = batas bawah kelas median = 61,5 P = panjang kelas = 13 n = banyaknya data = 20 F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 12 + 1 = 13 f = nilai frekuensi kelas median = 12
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil posttest ini adalah sebagai berikut. 1 .20 13 Me 61,5 13 2 12 61,5 13 0,58
61,5 7,54 69,08 c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini. b1 Mo b P b1 b2 Dimana: b = batas bawah kelas modus = 67,5 P = panjang kelas = 9 b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya = 15 – 11 = 4 b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya = 15 – 15 = 10
173
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil posttest ini adalah sebagai berikut. 4 Mo 67,5 9 4 10 67,5 9 0,29
67,5 2,61 70,11 d. Deviasi Standar (S) Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
f .x f .x f f 1
2
i
S
i
2 ii
i
i
i
77339
11882
20 1
20
1411344 20 19
77339
77339 74567,2 19
2771,8 19
145,88 12,07
174
Lampiran C.2.1
Uji Normalitas Data Hasil Pretest dan Posttest Uji normalitas menggunakan rumus kai kuadrat (chi square), yaitu: X 2
Dimana:
Oi Ei
: :
Oi
E1 Ei
2
frekuensi observasi (fi) frekuensi ekspektasi (harapan)
Kriteria pengujian nilai kai kuadrat didasarkan pada ketentuan berikut ini. a. jika X2hitung ≤ X2tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (Data berdistribusi normal) b. jika X2hitung > X2tabel,, maka Ho diterima dan Ha ditolak (data tidak berdistribusi normal) A. Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen Perolehan Nilai Pretest Kelompok Eksperimen 0 39 43 52 29 41 49 54 29 41 49 58 32 42 49 60 36 42 52 61 Tabel Bantu Kai Kuadrat Nilai Pretest Kelompok Eksperimen Kelas
0 - 12 13 - 25
(fi)
1 0
(xi)
6 19
fi xi
6 0
xi2
36 361
fi . xi2
Batas Kelas 0,5
Z batas kelas -2,86
luas Z tabel 0,4875
12,5
-2,45
0,4265
25,5
-1,68
0,2422
36 0
26 - 38
4
32
128
1024
4096
39 - 51
9
45
405
2025
18225
52 - 64
6
58
348
3364
20184
Jumlah (Σ)
20
160
887
6810
42541
38,5 51,5 64,5
-0,45 0,55 1,55
Luas z tabel kelas
Ei
X 2Oi
0,0610
1,220
1
0,0396
0,1843
3,686
0
3,686
0,3018
6,036
4
0,686
0,2642
5,284
9
0,703
0,1353
2,706
6
4,007
20
9,12
Oi E1 2 Ei
0,596 0,3238 0,4951
2
Maka diperoleh chi kuadrat hitung (X hitung) adalah 9,12
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai berikut. 1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran C.1.1.
175
2. Menentukan rata-rata ( X ) dan Deviasi Standar (S) Deviasi Standar (S) Rata-rata ( X ) 2 f i xi f i .x i 2 X f i .x i i fi fi S 887 fi 1 20 887 2 44,35 42541 20 20 1
786769 20 19
42541
42541 39338,45 19
3202,55 19
168,55 12,96 3. Menentukan z batas kelas dengan rumus: Batas Kelas - X z S
Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah nilai deviasi standar. 0,5 44,35 Z1 2,86 12,96 12,5 44,35 Z2 2,45 12,96 25,5 44,35 Z3 1,68 12,96 38,5 44,35 Z4 0,45 12,96 51,5 44,35 Z5 0,55 12,96 64,5 44,35 Z6 1,55 12,96 4. Menentukan luas z tabel. z batas kelas
-2,86
-2,45
Luas z tabel
0,4875
0,4265
-1,68
-0,45
0,55
1,55
0,2422 0,0596 0,3238 0,4591
176
5. Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut. a. Kelas 0 – 12 z = 0,4875 – 0,4265 = 0,0610 b. Kelas 13 – 25 z = 0,4265 – 0,2422 = 0,1843 c. Kelas 26 – 38 z = 0,2422 + 0,0596 = 0,3018 d. Kelas 39 – 51 z = 0,0596 – 0,3238 = 0,2642 e. Kelas 52 – 64 z = 0,3238 – 0,4591 = 0,1353 6. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus:
Ei luas z tabel tiap kelas f i 0.0610 x 20 = 1,220 0,1843 x 20 = 3,686 0.3018 x 20 = 6,036 0.2642 x 20 = 5,284 0.1353 x 20 = 2,706 7. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas dan menentukan jumlah kai kuadrat hitung (X2hitung) dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus berikut ini. X 2
X
2
hitung
1 1,220 1,220
2
0 3,686
6 2,706
3,686
2
Oi Ei 2 Ei
2 2 4 6,036 9 5,284
6,036
5,284
2
2,706 0,0396 3,686 0,686 0,703 4,009 9,12
8. Menentukan X2tabel Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 5 – 1 = 4 dan pada taraf sigifikansi (α) = 0,04 adalah 9,488. 9. Menguji hipotesis normalitas. Untuk menguji normalitas, data X2hitung dibandingkan dengan X2tabel . Didapat bahwa X2hitung < X2tabel yaitu 9,12 < 9,488. Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, maka data hasil pretest kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Lampiran C.2.2 177
Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol Perolehan Nilai Pretest Kelompok Kontrol 10 19 40 47 10 36 41 47 13 38 41 49 13 38 43 51 16 38 43 52 Tabel Bantu Kai Kuadrat Nilai Pretest Kelompok Kontrol Kelas
(fi) (xi)
fi xi
xi
2
fi .
xi2
Batas kelas 0,5
0
-
8
0
4
0
16
0
9
-
17
5
13
65
169
842
8,5
18 27 35 -
26 35 54
Jumlah (Σ)
1 0 14
22 31 39
20
22
484
0
Luas Z tabel
-2,112
Ei
0,0863
1,726
0
1,726
0,1990
3,980
5
0,261
0,2789
5,578
1
2,759
0,2379
4,758
0
3,758
0,1226
2,452
14
1,176
XO2 i
17,5
-1,291
0,1879
26,5
-0,469
0,0910
35,5
0,351
0,3289
54,5
2,084
0,4515
1521 21294 22620
20 2
Maka diperoleh chi kuadrat hitung (X hitung) adalah 9,18 Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah
sebagai berikut. 1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran C.1.2. 2. Menentukan rata-rata ( X ) dan Deviasi Standar (S) Rata-rata ( X ) X
f x f i
i
i
633 20 31,65
Deviasi Standar (S)
Oi E1 2 Ei
0,3869
0
633
Luas Z tabel kelas
0,4732
484
961
546
Z batas kelas -2,841
178
f .x f .x f f 1
2
i
S
i
2 ii
i
i
i
2 633 22620
20 1
20
400689 20 19
22620
22620 20344,5 19
2275,5 19
119,7 10,94
3. Menentukan z batas kelas dengan rumus: Batas Kelas - X z S Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah nilai deviasi standar. 0,5 31,65 35,5 31,65 Z1 2,841 Z5 0,351 10,96 10,96 8,5 31,65 54,5 31,65 Z2 2,112 Z6 2,084 10,96 10,96 17,5 31,65 Z3 1,291 10,96 26,5 31,65 Z4 0,496 10,96 4. Menentukan luas z tabel. z batas kelas
-2,84 0,4732
-2,11 0,3869
-1,29 -0,49 0,35 2,084 0,1879 0,0910 0,3289 0,4515
Luas z tabel 5. Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut. a. Kelas 0 – 8 b. Kelas 9 – 17 c. Kelas 18 – 26
z = 0,4732 – 0,3869 = 0,0863 z = 0,3869 – 0,1879 = 0,1990 z = 0,1879 + 0,0910 = 0,2789
179 d. Kelas 27 – 35 e. Kelas 36 – 55
z = 0,0910 – 0,3289 = 0,2379 z = 0,3289 – 0,4515 = 0,1226
6. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus:
Ei luas z tabel tiap kelas f i 0,0863 0,1990 0,2789 0,2379 0,1226
x x x x x
20 20 20 20 20
= = = = =
1,726 3,980 5,578 4,758 2,452
7. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas dan menentukan jumlah kai kuadrat hitung (X2hitung) dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus berikut ini. X 2
X
2
hitung
0 1,726 1,726
2
5 3,980 3,980
2
Oi Ei 2 Ei
2 2 1 5,578 0 4,758
5,578
4,758
14 2,4522
2,452 1,726 0,261 2,759 3,758 1,176 9,18 8. Menentukan X2tabel
Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 5 – 1 = 4 dan pada taraf sigifikansi (α) = 0,04 adalah 9,488. 9. Menguji hipotesis normalitas. Untuk menguji normalitas, data X2hitung dibandingkan dengan X2tabel . Didapat bahwa X2hitung < X2tabel yaitu 9,18 < 9,488. Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, maka data hasil pretest kelompok kontrol berdistribusi normal.
Lampiran C.2.3
180
B. Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen Perolehan Nilai Posttest Kelompok Eksperimen 35 68 74 83 60 70 79 85 63 72 80 89 67 72 80 91 67 74 80 98 Tabel Bantu Kai Kuadrat Nilai Posttest Kelompok Eksperimen Kelas
(fi)
(xi)
fi xi
xi
2
fi .
xi2
Batas Kelas 34,5
35 -
48
1
41,5
41,5
1722,25
1722,25
49 -
62
1
55,5
55,5
3080,5
3080,25
48,5 62,5 63 -
76
9
69,5 625,5 4830,25 43472,25 76,5
77 -
90
7
83,5 584,5 6972,25 48805,75 90,5
91 - 104
2
97,5
195
9506,25
19012,5 104,5
Jumlah (Σ)
20
1502
Z Luas Luas Z batas Z tabel kelas tabel kelas -2,16 0,4817 0,0655 -1,94 0,4162 0,1676 -1,92 0,2486 0,2646 0,10 0,0160 0,2574 1,12 0,2734 0,1545 2,14 0,4279
116093
Ei
X 2Oi
1
0,073
3,352
1
1,650
5,292
9
2,598
5,148
7
0,666
3,090
2
0,352
20
5,339
Maka diperoleh chi kuadrat hitung (X hitung) adalah5,339
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah
1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran C.1.3. 2. Menentukan rata-rata ( X ) dan Deviasi Standar (S) Rata-rata ( X ) X
f x f i
i
i
1502 20 75,1
Deviasi Standar (S)
Ei
1,310
2
sebagai berikut.
Oi E1 2
181
f .x f .x f f 1
2
i
S
i
2 ii
i
i
i
2 1502 116093
20 1
20
2256004 20 19
116093
116093 112800,2 19
3292,8 19
173,30 13,16
3. Menentukan z batas kelas dengan rumus: Batas Kelas - X z S Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah nilai deviasi standar. 34,5 75,10 90,5 75,10 Z1 2,16 Z5 1,12 13,16 13,16 48,5 75,10 104,5 75,10 Z2 1,94 Z6 2,14 13,16 13,16 62,5 75,10 Z3 0,92 13,16 76,5 75,10 Z4 0,10 13,16 4. Menentukan luas z tabel. z batas kelas
-2,16
-1,94
-1,92
0,10
1,12
2,14
Luas z tabel 0,4817 0,4162 0,2486 0,0160 0,2734 0,4279 5. Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut. a. Kelas 35 – 48 b. Kelas 49 – 62 c. Kelas 63 – 76
z = 0,4817 – 0,4162 = 0,0655 z = 0,4162 – 0,2486 = 0,1676 z = 0,2486 + 0,0160 = 0,2646
182 d. Kelas 77 – 90 e. Kelas 91 – 104
z = 0,0160 – 0,2734 = 0,2574 z = 0,2734 – 0,4279 = 0,1545
6. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus:
Ei luas z tabel tiap kelas f i 0,0655 0,1676 0,2646 0,2574 0,1545
x x x x x
20 20 20 20 20
= = = = =
1,310 3,352 5,292 5,148 3,090
7. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas dan menentukan jumlah kai kuadrat hitung (X2hitung) dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus berikut ini. X 2
X
2
1 1,310
hitung
1,310
2
1 3,352
2
3,352
Oi Ei 2 Ei
2 2 9 5,292 7 5,148
5,292
5,148
2 3,0902
3,090 0,073 1,650 2,598 0,666 0,352 5,339 8. Menentukan X2tabel
Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 5 – 1 = 4 dan pada taraf sigifikansi (α) = 0,04 adalah 9,488. 9. Menguji hipotesis normalitas. Untuk menguji normalitas, data X2hitung dibandingkan dengan X2tabel . Didapat bahwa X2hitung < X2tabel yaitu 5,339 < 9,488. Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, maka data hasil posttest kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Lampiran C.2.4
183
C. Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol Perolehan Nilai Posttest Kelompok Kontrol 20 50 69 72 25 63 69 74 27 65 69 74 32 67 71 78 47 69 72 83 Tabel Bantu Kai Kuadrat Nilai Posttest Kelompok Kontrol Kelas
(fi)
(xi)
fi xi
xi
2
fi .
xi2
Batas kelas 19,5
20 -
33
4
26,5
106
702,25
2809
34 -
47
1
40,5
40,5
1640,5
1640,5
33,5
48 62 76 -
61 75 89
Jumlah (Σ)
1 12 2
54,5 68,5 82,5
20
54,5 822
2970,25 4692,25
165
6806,25
Z batas kelas -2,930
Luas Z kelas
Luas z tabel kelas
Ei
X 2Oi
0,498
0,110
2,20
4
1,4727
0,388
0,094
1,89
1
0,0200
0,293
0,187
1,50
1
0,1711
0,106
0,387
7,74
12
2,3390
0,493
0,085
1,70
2
0,0499
47,5
-0,985
61,5
0,173
75,5
1,333
89,5
2,493
2970,25 56307 13612,5
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai berikut. 1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran C.1.4. 2. Menentukan rata-rata ( X ) dan Deviasi Standar (S) Rata-rata ( X )
X
f x f i
i
i
1188 20 59,4
Deviasi Standar (S)
Ei
-2,145
77339,25
1188
Oi E1 2
184
f .x f .x f f 1
2
i
S
i
2 ii
i
i
i
2 1188 77339
20 1
20
1411344 20 19
77339
77339 74567,2 19
2771,8 19
145,88 12,07
3. Menentukan z batas kelas dengan rumus: Batas Kelas - X z S Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah nilai deviasi standar. 19,5 59,40 75,5 59,40 Z1 2,930 Z5 1,333 12,07 12,07 33,5 59,40 89,5 59,40 Z2 2,145 Z6 2,493 12,07 12,07 47,5 59,40 94,5 59,40 Z3 0,985 Z7 2,908 12,07 12,07 61,5 59,40 Z4 0,173 12,07 4. Menentukan luas z tabel. z batas kelas
-2,930
-2,145
-0,985
0,173
1,333
Luas z tabel 0.4988 0.3888 0.2939 0.1064 0,4936 5. Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut. a. Kelas 20 – 33 b. Kelas 34 – 47 c. Kelas 48 – 61
z = 0,4983 – 0,3888 = 0,1100 z = 0,3888 – 0,2939 = 0,0949 z = 0,2939 – 0,1064 = 0,1875
2,493 0.4306
185 d. Kelas 62 – 75 e. Kelas 76 – 89
z = 0,1064 – 0,4936 = 0,3872 z = 0,4936 – 0,4306 = 0,0854
6. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus:
Ei luas z tabel tiap kelas f i 0,1100 0,0949 0,1875 0,3872 0,0854
x x x x x
20 20 20 20 20
= = = = =
2,2000 1,8980 1,5080 7,7440 1,7080
7. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas dan menentukan jumlah kai kuadrat hitung (X2hitung) dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus berikut ini. X 2
X
2
hitung
4 2,2000 2,2000
2
Oi Ei 2
1 1,8980 1,8980
Ei
2
2 2 1 1,5080 12 7,7440
1,5080
7,7440
2 1,70802
1,7080 1,4727 0,0200 0,1711 2,3390 0,0499 4,0527
8. Menentukan X2tabel Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 5 – 1 = 4 dan taraf sigifikansi (α) = 0,04 adalah 9,488. 9. Menguji hipotesis normalitas. Untuk menguji normalitas, data X2hitung dibandingkan dengan X2tabel . Didapat bahwa X2hitung < X2tabel yaitu 1,02 < 9,488. Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak , maka data hasil posttest kelompok kontrol berdistribusi normal.
186
Lampiran C.3.1
Uji Homogenitas Data Hasil Pretest Untuk menguji homogenitas varians kedua kelompok data hasil pretest digunakan uji F berdasarkan rumus berikut ini.
F dimana: V1 :
V1 V2
varians besar atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang mempunyai deviasi standar terbesar.
V2 :
varians kecil
atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang
mempuyai deviasi standar terkecil. Kriteria pengujian uji F didasarkan pada ketentuan berikut ini. a. jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data memiliki varians yang homogen) b. jika Fhitung > Ftabel,, maka Hoditerima dan Ha ditolak (data memiliki varians yang tidak homogen). Dari lampiran C.1.1 dan C.1.2 diperoleh bahwa nilai deviasi standar pretest kelompok eksperimen adalah 12,96 sedangkan nilai deviasi standar pretest kelompok kontrol adalah 10,94. Berdasarkan nilai deviasi standar kedua data, maka nilai Fhitung-nya adalah: V1 S 1 V 2 S 2 2 2
Fhitung
12,96 2 10,94 2 167,96 119,68 1,403
Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Didapat bahwa derajat kebebasannya adalah (20;20), sehingga nilai Ftabel = 1,79. Terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, yaitu 1,403 < 1,79 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, maka kedua data pretest memiliki varians yang homogen.
187
Lampiran C.3.2
Uji Homogenitas Data Hasil Posttest Untuk menguji homogenitas varians kedua kelompok data hasil posttest digunakan uji F berdasarkan rumus berikut ini. F
V1 V2
dimana: V1 :
varians besar atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang mempunyai deviasi standar terbesar.
V2 :
varians kecil
atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang
mempuyai deviasi standar terkecil. Kriteria pengujian uji F didasarkan pada ketentuan berikut ini. c. jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data memiliki varians yang homogen) d. jika Fhitung > Ftabel,, maka Hoditerima dan Ha ditolak (data memiliki varians yang tidak homogen). Dari lampiran C.1.3 dan C.1.4 diperoleh bahwa nilai deviasi standar posttest kelompok eksperimen adalah 13,16 sedangkan nilai deviasi standar posttest kelompok kontrol adalah 12,07. Berdasarkan nilai deviasi standar kedua data, maka nilai Fhitung-nya adalah:
S V 1 1 2 V 2 S 2 2
Fhitung
13,16 2 12,07 2 173,18 145,68 1,188
Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Didapat bahwa derajat kebebasannya adalah (20;20), sehingga nilai Ftabel = 1,79. Terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, yaitu 1,65 < 1,79 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, maka kedua data posttest memiliki varians yang homogen.
Lampiran C.4.1
188 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Pretest
Karena kedua data hasil pretest yang akan diuji perbedaannya bersifat normal (Lampiran C.2.1 dan C.2.2) dan homogen (Lampiran C.3.1), maka rumus yang digunakan adalah uji t yaitu: X1 X 2
t
dsg
1 1 n1 n 2
dimana:
X 1 = rata-rata data kelompok 1 X 2 = rata-rata data kelompok 2 dsg = nilai deviasi standar gabungan data kelompok 1 dan kelompok 2 n1
= banyaknya data kelompok 1
n2
= banyaknya data kelompok 2 Kriteria penentuan keputusan uji t adalah:
a. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima (terdapat perbedaan) b. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak terdapat perbedaan). Langkah-langkah menentukan nilai thitung adalah sebagai berikut. 1. Menentukan nilai-nilai yang telah diketahui. Dari nilai pretest diperoleh: X1 =
44,35
X2 =
31,65
V1 = S12 = (12,96)2 = 167,96 V2 = S22 = (10,94)2 = 119,68 2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.
dsg
n1 1V1 n 2 1V 2 n1 n 2 2
20 1167,96 20 1119,68 20 20 2
3191,24 2273,92 38
543,82 38
14,382
3,78
189 3. Menentukan nilai thitung berdasarkan rumus data-data yang telah diperoleh. t hitung
X1 X 2 dsg
1 1 n1 n 2
44,35 31,65 3,78
1 1 20 20
2,7 3,78 0,1
2,7 3,78 0,316 2,7 1,194 1,15
4. Menentukan nilai ttabel Derajat kebebasan untuk mencari nilai ttabel adalah: dk = n1 + n2 – 2 = 20 + 20 – 2 = 38 Pada taraf signifikansi 5% nilai ttabel diperoleh dengan interpolasi. t(0,95)(60)
= 2,000
t(0,95)(120)
= 1,980
Dengan interpolasi diperoleh nilai ttabel untuk dk=38 sebagai berikut. 14 (1,671 1,658) 60 1,671 0,23 0,013 1,671 0,0029 1,6681
t 0,9564 1,671
5. Menguji perbedaan dua rata-rata hasil pretest Karena pada taraf signifikansi 5% nilai thitung < ttabel yaitu 1,15 < 1,6681 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang homogen, sehingga kedua kelompok tersebut layak untuk dijadikan sampel penelitian.
190
Lampiran C.4.2 Uji Hipotesis
Karena kedua data hasil Posttest bersifat normal (Lampiran C.2.3 dan C.2.4) dan homogen (Lampiran C.3.2), maka rumus yang digunakan adalah uji t yaitu: X1 X 2
t
dsg
1 1 n1 n 2
dimana:
X 1 = rata-rata data kelompok 1 X 2 = rata-rata data kelompok 2 dsg = nilai deviasi standar gabungan data kelompok 1 dan kelompok 2 n1
= banyaknya data kelompok 1
n2
= banyaknya data kelompok 2 Kriteria penentuan keputusan uji t adalah:
a. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima (terdapat perbedaan) b. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak terdapat perbedaan). Langkah-langkah menentukan nilai thitung adalah sebagai berikut. 1.
Menentukan nilai-nilai yang telah diketahui. Dari nilai posttest diperoleh:
2.
X1
= 75,1
X2
= 59,4
V1
= S12 = (13,16)2 =
173,18
V2
= S22 = (12,07)2 =
145,68
Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.
dsg
n1 1V1 n 2 1V 2 n1 n 2 2
20 1173,18 20 1145,68 20 20 2
3290,42 2767,92 38
6058,34 38
159,43 12,62
191 3.
Menentukan nilai thitung berdasarkan data-data yang telah diperoleh. t hitung
X1 X 2 dsg
1 1 n1 n 2
75,1 59,4 12,62
1 1 38 38
15,7 12,62 0,1
7,11 12,62 0,0,316 7,11 3,98 1,78
4.
Menentukan nilai ttabel Derajat kebebasan untuk mencari nilai ttabel adalah: dk = n1 + n2 – 2 = 20 + 20 – 2 = 38 Pada taraf signifikansi 5% nilai ttabel diperoleh dengan interpolasi. t(0,95)(60)
= 1,671
t(0,95)(120)
= 1,658
Dengan interpolasi diperoleh nilai ttabel untuk dk = 74 sebagai berikut. 14 (1,671 1,658) 60 1,671 0,23 0,013 1,671 0,0029 1,6681
t 0,9564 1,671
5.
Menguji Hipotesis Karena pada taraf signifikansi 5% nilai thitung > ttabel yaitu 1,78 > 1,6681 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
6.
Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa (posttest) kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, yaitu nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa
192 terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan Contekstual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika..
193
Lampiran C.5.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pertemuan Ke : 1 Mengaitkan
No.
1. 2. 3. 4.
Nama Kelompok
I II III IV Jumlah Rata-rata Skor Maksimum Presentase Skor Tiap Indikator Presentase Skor Aspek Mengaitkan
Seluruh Siswa mengaitkan pengalaman dengan materi pada Saat Melakukan Eksperimen 4 4 4 4 16 4 16 100%
Setiap Kelompok Berdiskusi Untuk Mengisi LKS dan Menyimpulkan Hasil Eksperimen
Seluruh Siswa Mengerjakan Latihan Soal
Siswa Aktif Mengaitkan Pertanyaan Dengan Materi
Siswa Aktif Mengaitkan Pendapat Masingmasing
Siswa Menanggapi Jawaban Atau Pendapat Siswa Lain
4 4 4 4 16 4 16
4 4 3 3 14 3,5 16
3 3 3 3 12 3 16
2 1 1 1 5 1,25 16
2 1 1 1 5 1,25 16
100%
87,50%
75%
31,25%
31,25%
70,83%
194
Mengalami Mengartikulasikan Siswa Mengunjungi Hasil Kegiatan Tempat-tempat yang Eksperimen Dengan Berhubungan No. Nama Kelompok Menghubungkan Dengan Konsep Informasi Baru Fisika yang Sedang Dengan Pengalaman Dipelajari, dan Maupun Pengetahuan Mengungkapkan Sebelumnya. Pengalamannya 1. I 3 2 2. II 3 3 3. III 3 3 4. IV 3 3 Jumlah 12 11 Rata-rata 3 2,75 Skor Maks 16 16 Presentase Skor Tiap 75% 68,75% Indikator Presentase Skor Aspek Mengalami dan 71,8% menerapkan
Menerapkan
Siswa Mampu Merancang Alat dan Bahan Eksperimen
Siswa Mampu Mengembangkan Alat dan Bahan Eksperimen
Memberikan Kontribusi Ide Pemecahan Masalah
Menghasilkan Gagasan dan Pendapat yang Bervariasi
3 4 4 4 15 3,75 16
2 2 3 2 9 2,25 16
3 3 3 3 12 3 16
3 3 3 3 12 3 16
93,7%
56,25%
75%
75%
74,98%
195
Kerjasama
No.
1. 2. 3. 4.
Nama Kelompok
I II III IV Jumlah Rata-rata Skor Maks Presentase Skor Tiap Indikator Presentase Skor Aspek Kerjasama dan Mentransfer
Siswa Memanfaat kan Dengan Baik dan tidak banyak bercanda atau bersantai 2 2 2 2 8 2 16
Siswa Mengumpulkan dan Menyelesaikan tugas maupun LKS dengan baik dan tepat waktu 3 2 2 3 10 2,5 16
50%
62,5%
Mentransfer
Siswa Memahami dan Melaksanakan Instruksi Guru
Siswa Memahami Tujuan Pembelajaran
Menunjukkan Sikap Tubuh Maupun Ekspresi Wajah Ceria dan Tidak Tegang, Serta Tertarik Untuk Terlibat Dalam Kegiatan Pembelajaran
2 2 3 3 10 2,5 16
2 2 2 2 8 2 16
4 4 4 4 16 4 16
4 4 4 4 16 4 16
Terkesan Selama Proses Pembelajaran Sehingga Merasa Ketagihan Untuk Belajar 3 3 3 4 13 3,25 16
62,5%
50%
100%
100%
81,25%
56,25%
Siswa Berani Mencoba dan Berbuat
93,75%
196
Pertemuan Ke : 2 Mengaitkan
No.
1. 2. 3. 4.
Nama Kelompok
I II III IV Jumlah Rata-rata Skor Maks Presentase Skor Tiap Indikator Presentase Skor Aspek Mengaitkan
Seluruh Siswa mengaitkan pengalaman dengan materi pada Saat Melakukan Eksperimen 4 4 4 3 15 3,75 16 93,75%
Setiap Kelompok Berdiskusi Untuk Mengisi LKS dan Menyimpulkan Hasil Eksperimen
Seluruh Siswa Mengerjakan Latihan Soal
Siswa Aktif Mengaitkan Pertanyaan Dengan Materi
Siswa Aktif Mengaitkan Pendapat Masingmasing
Siswa Menanggapi Jawaban Atau Pendapat Siswa Lain
3 3 3 4 13 3,25 16
3 2 3 3 11 2,75 16
2 1 3 1 7 1,75 16
2 2 2 2 8 2 16
3 3 2 3 11 2,75 16
81,25%
68,75%
43,75
50%
50%
64,58%
197
Mengalami Mengartikulasikan Siswa Mengunjungi Hasil Kegiatan Tempat-tempat yang Eksperimen Dengan Berhubungan No. Nama Kelompok Menghubungkan Dengan Konsep Informasi Baru Fisika yang Sedang Dengan Pengalaman Dipelajari, dan Maupun Pengetahuan Mengungkapkan Sebelumnya. Pengalamannya 1. I 2 4 2. II 2 4 3. III 2 4 4. IV 3 4 Jumlah 9 16 Rata-rata 2,25 4 Skor Maks 16 16 Presentase Skor Tiap 56,25 100% Indikator Presentase Skor Aspek Mengalami dan 78,12% Menerapkan
Menerapkan
Siswa Mampu Merancang Alat dan Bahan Eksperimen
Siswa Mampu Mengembangkan Alat dan Bahan Eksperimen
Memberikan Kontribusi Ide Pemecahan Masalah
Menghasilkan Gagasan dan Pendapat yang Bervariasi
4 4 4 4 16 4 16
3 4 3 4 14 3,5 16
3 3 3 3 12 3 16
4 4 3 2 13 3,25 16
100%
87,5%
75%
81,25%
85,93%
198
Kerjasana
No.
1. 2. 3. 4.
Nama Kelompok
I II III IV Jumlah Rata-rata Skor Maks Presentase Skor Tiap Indikator Presentase Skor Aspek Efektif dan menyenangkan
Siswa Memanfaat kan Dengan Baik dan tidak banyak bercanda atau bersantai 3 2 2 2 9 2,25 16
Siswa Mengumpulkan dan Menyelesaikan tugas maupun LKS dengan baik dan tepat waktu 2 3 2 2 9 2,25 16
56,25%
56,25%
Mentransfer
Siswa Memahami dan Melaksanakan Instruksi Guru
Siswa Memahami Tujuan Pembelajaran
Menunjukkan Sikap Tubuh Maupun Ekspresi Wajah Ceria dan Tidak Tegang, Serta Tertarik Untuk Terlibat Dalam Kegiatan Pembelajaran
4 3 3 3 13 3,25 16
2 3 2 2 9 2,25 16
4 4 4 4 16 4 16
2 2 3 2 9 2,25 16
Terkesan Selama Proses Pembelajaran Sehingga Merasa Ketagihan Untuk Belajar 3 4 3 3 13 3,25 16
81,25%
56,25
100%
56,25
81,25
62,5%
Siswa Berani Mencoba dan Berbuat
79,16%
199
Lampiran C.5.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa No.
Pertemuan Ke-
Aspek CTL
Rata-rata
Memenuhi
1
2
1.
Mengaitkan
70,83%
64,58%
67,70%
2.
Mengalami
71,8%
78,12%
74,96%
3.
Menerapkan
74,98%
85,93%
80,45%
4.
Kerjasama
56,25%
62,5%
59,37%
5.
Mentransfer
93,75%
79,16%
86,45%
Presentase Rata-rata Aspek Contekstual Teaching and Learniang (CTL)
73,78
200
Lampiran C.6.1 Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Pelajaran Fisika Itu: No. Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T Jumlah Persentase
Mudah
Sedang
Sulit
Sulit Sekali
Lain-lain
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 0 0%
√ 7 35%
12 60%
1 5%
0 0%
Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Kesulitan Mempelajari Fisika: Sulit Sulit Sulit Sulit Dalam No. Responden Menangkap Mengingat Memahami Mengerjakan Lain-lain Penjelasan RumusKonsepnya Rumus Guru rumus 1. A √ 2. B √ 3. C √ 4. D √ 5. E √ 6. F √ 7. G √ 8. H √ 9. I √
201
J √ K √ L √ M √ N √ O √ P √ Q √ R √ S √ T √ Jumlah 0 13 4 3 Persentase (%) 0% 65% 20% 15% Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
0 0%
Pembelajaran Fisika: No. Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T Jumlah Persentase (%)
Tidak Menarik
Membosankan Biasa Saja
Menarik
Lain-lain
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 2 10%
9 45%
7 35%
√ 2 10%
0 0%
202
Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika
No. Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T Jumlah Persentase (%)
Ceramah
Pembelajaran Fisika Seharusnya: Kerja Latihan Eksperimen Kelompok Soal
Lain-lain
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 2 10%
17 85%
0 0%
√ 1 5%
0 0%
Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika
No. Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
A B C D E F G H I J
Hasil Belajar Fisika Ulangan Raport Harian 54 59 71 75 76 78 49 59 82 86 69 74 80 83 61 68 65 71 55 61
Apabila Anda Menjadi Guru, Pembelajaran Fisika Seharusnya: Ceramah dan latihan soal Tidak ingin jadi guru fisika Tidak ada komentar Percobaan dan menjelaskan Menjelaskan dan praktek Menjelaskan dan eksperimen Belajar sambil bermain Rileks aja dan gak bikin tegang Eksperimen, latihan soal, dan penjelasan Eksperimen
203
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
K L M N O P Q R S T Jumlah Rata-rata
40 70 83 62 61 56 53 53 78 62 1280 64
56 76 86 71 67 69 59 65 76 70 1409 70,45
Eksperimen Eksperimen dan kerja kelompok Eksperimen Eksperimen, latihan soal, dan penjelasan Eksperimen Slow dan relaks Games Menerangkan dengan jelas dan ga rempong Santai dan g ngebosenin
204
Lampiran C.6.2 Rekapitulasi Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika No
1.
2.
Pernyataan
Pelajaran Fisika itu:
Kesulitan Mempelajari Fisika:
3.
Pembelajaran Fisika:
4.
Pembelajaran Fisika Seharusnya:
5.
Hasil Belajar Fisika
Mudah Sedang Sulit Sulit Sekali Lain-Lain Sulit Menangkap Penjelasan Guru Sulit Mengingat Rumusrumus Sulit Memahami Konsepnya Sulit Dalam Mengerjakan Rumus Lain-lain Tidak menarik Membosankan Biasa Saja Menarik Lain-lain Ceramah Eksperimen Kerja Kelompok Latihan Soal Lain-lain Ulangan Harian Raport
Presentase 0% 35% 60% 5% 0% 0% 65% 20% 15% 0% 10% 45% 35% 10% 0% 10% 85% 0% 5% 0% 64 70,45
125
Lampiran C.7
126