perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“EFEKTIVITAS CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROYEK DAN INQUIRY TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ASAM, BASA DAN GARAM KELAS VII SMPN 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012”
Skripsi
Oleh: BETA WULAN FEBRIANA NIM K3308030
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“EFEKTIVITAS CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROYEK DAN INQUIRY TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ASAM, BASA DAN GARAM KELAS VII SMPN 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012”
Oleh: BETA WULAN FEBRIANA NIM K3308030
Skripsi Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Kependidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Juli 2012
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Tri Redjeki, M.S. NIP. 19510601 197603 2 004
Budi Hastuti, S.Pd., M.Si. NIP. 19780806 200604 2 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada: Hari
: Kamis
Tanggal
: 26 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
…………….
: Drs. Haryono., M.Pd.
……………..
Sekretaris : Elfi Susanti VH., S.Si., M.Si. ……………..
Anggota I : Dra. Tri Redjeki., M.S.
………………
Anggota II : Budi Hastuti., S.Pd., M.Si.
Disahkan Oleh Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan
Universitas Sebelas Maret a.n. Dekan Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP. 19660415 199103 1 002 commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam makalah skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya/pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata kelak di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Surakarta, Juli 2012
Beta Wulan Febriana K3308030
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Beta Wulan Febriana. K3308030. EFEKTIVITAS CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROYEK DAN INQUIRY TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ASAM, BASA DAN GARAM KELAS VII SMPN 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning dengan menggunakan metode Proyek dapat memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode Inquiry Terbimbing pada materi pokok Asam, Basa dan Garam. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian Randomized Pretest-Posttest Comparison Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 2 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 7 kelas. Sampel terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas eksperimen I (Pendekatan CTL dengan Metode Proyek) dan kelas eksperimen II (Pendekatan CTL dengan Metode Inquiry Terbimbing) yang dipilih secara cluster random sampling. Teknik pengumpulan data prestasi belajar kognitif menggunakan metode tes sedangkan prestasi belajar afektif siswa menggunakan angket. Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji tpihak kanan. Hasil penelitian ini adalah pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan menggunakan Metode Proyek memberikan prestasi belajar aspek kognitif dan aspek afektif yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan Metode Inquiry Terbimbing pada materi pokok Asam, Basa dan Garam yang dibuktikan dengan harga nilai thitung yaitu 1,98 lebih tinggi dari harga ttabel yaitu 1,68 untuk prestasi belajar kognitif dan harga nilai thitung yaitu 64,80 lebih tinggi dari harga ttabel yaitu 1,68 untuk prestasi belajar afektif.
Kata kunci : Contextual Teaching and Learning (CTL, metode proyek, metode inquiry terbimbing, prestasi belajar
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Beta Wulan Febriana. K3308030. EFFECTIVITY OF CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) USING PROJECT METHOD AND GUIDED INQUIRY METHOD TO STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT IN ACID, BASE, AND SALT FOR VII SMPN 2 KARANGANYAR 2011/2012. Minor Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University, July 2012. The purpose of this research were to know that the using of Contextual Teaching Learning (CTL) could provide the learning achievement higher by project method than by guided inquiry method in Acid, Base and Salt material. The method of this research was experimental method with Randomized Pretest-Posttest Comparison Group Design. The population was all student in grade VII SMPN 2 Karanganyar 2011/2012 that consisted of seven classes. The sample method were determined by cluster random sampling technique. The samples are experimental I class (CTL using project method) and experimental II class (CTL using dengan guided inquiry). The main data of this research was achievement students learning outcome from cognitive and affective aspect. Cognitive student’s achievement was evaluated by objective test method, while the affective student’s achievement was evaluated by questionnaire test method. The technique of analizing data were used t-test right side. The result of the research shown that achievement of student learning by using CTL which accompanied by project method higher than which accompanied by guided inquiry method in Acid, Base and Salt material with value of tobs = 1,98 higher than ttable = 1,68 for cognitive and value of tobs = 64,80 higher than ttable=1,68 for affective aspect.
Keyword : Contextual Teaching and Learning (CTL), project method, guided inquiry, learning achievement
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
”Jadilah sedikit dari kebanyakan orang” (My dearest) “…boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak.” (Q.S Al Baqarah: 216)
“If you wanna cry, you should cry then erase your tears as soon as possible” (Portgas. D. Ace) ”Don’t say what you are, You are what you say” (anonymous) "Dan seorang mukmin yang tangguh akan tegar dalam menghadai berbagai ujian berat. Hatinya tidak berubah dan lisannya tidak berkeluh kesah. Karena seorang yang pandai menyembunyikan penderitaan adalah orang-orang mulia" (Ibnul Qayyim Al Jauziyah)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan penuh cinta dan perjuangan, karya ini saya persembahkan untuk: My beloved, Ayah dan Ibu yang tiada henti berdoa, memberikan motivasi, semangat dan uang :D Keluarga tercinta dan Miss Mira yang super duper furious My dearest, Dana, dengan segala kekonyolan-mu Sahabat-sahabat tercinta, Iphul, Ainul dan Yennong My little families in Solo, para Barduist dan the idioters Teman-Teman FKIP Kimia ’08 dan UNS tersayang Kota Surakarta, yang telah menjadi bagian dari takdir saya
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya menyelesaikan
makalah
skripsi
ini guna
sehingga
penulis dapat
memenuhi persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Kimia Jurusan P. MIPA FKIP UNS Surakarta. Makalah skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si , selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah memberikan izin menyusun skripsi ini. 2. Sukarmin, S.Pd., M.Si., Ph.D., selaku Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang telah memberikan izin menyusun skripsi ini. 3. Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program P. Kimia FKIP UNS yang telah memberikan izin menyusun skripsi ini. 4. Drs. Haryono, M.Pd., selaku Koordinator Skripsi Program P.Kimia FKIP UNS dan selaku penguji skripsi I yang telah membimbing penulis selama ini. 5. Dra. Tri Redjeki, M.S., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, dukungan, kepercayaan, kemudahan dan berbagai masukan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 6. Budi Hastuti, S.Pd., M.Si., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, dukungan, kepercayaan, kemudahan dan berbagai masukan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 7. Elfi Susanti VH, S.Si., M.Si., selaku penguji skripsi II yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan penulisan skripsi ini. 8. Dr. rer. nat. Sri Mulyani, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberi semangat dan bimbingannya bagi penulis selama ini. 9. Sri Murni Pudyastuti, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala SMP N 2 Karanganyar yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian. commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Wiji Hastuti, S.Pd dan Bu Wening., selaku guru bidang studi science SMP N 2 Karanganyar
yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, dan
bimbingannya selama penulis melakukan penelitian. 11. Siswa-siswi kelas VII. D dan VII. E SMP N 2 Karanganyar yang telah memberikan respon yang baik dalam pembelajaran. 12. Ibu dan Ayah serta semua keluarga atas doa, semangat dan dukungan yang sangat berlimpah. 13. Sahabat, kakak dan dearest, Dana, yang telah membantu membuat penulis bahagia, konyol dan sedih. 14. Sahabat tercinta the idioters, Ifadatul, Ai, Ambar, Agasta, Fifi dan Tompun, yang telah memberikan canda tawa dan kebahagiaan dan tak lupa special thanks to Idut. 15. Keluarga kecil penulis, para Barduist and just for Yenny, you’re the best! 16. Teman-teman mahasiswa Kimia UNS seluruh angkatan 2008, kakak tingkat dan adik tingkat. 17. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian maupun penyusunan makalah Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah skripsi ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya makalah skripsi ini. Penulis berharap semoga makalah skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca ini pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Surakarta, Juli 2012 Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK ..................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................
ix
KATA PENGANTAR .....................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ....................................................................
5
D. Perumusan Masalah .....................................................................
6
E. Tujuan Penelitian .........................................................................
6
F. Manfaat Penelitian .......................................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................
8
A. Tinjauan Pustaka ..........................................................................
8
1. Belajar dan Pembelajaran ......................................................
8
2. Contextual Teaching and Learning (CTL) ............................
14
3. Metode Proyek .......................................................................
18
4. Metode Inquiry Terbimbing ...................................................
22
5. Prestasi Belajar .......................................................................
26
commit to user.............................................. 6. Materi Asam, Basa dan Garam
30
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Berpikir ........................................................................
39
C. Perumusan Hipotesis ....................................................................
40
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................
41
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
41
B. Rancangan Penelitian ...................................................................
42
1. Metode Penelitian ...................................................................
42
2. Variabel Penelitian .................................................................
43
3. Prosedur Penelitian .................................................................
44
C. Populasi dan Sampel ....................................................................
44
D. Pengumpulan Data .......................................................................
45
E. Validasi Instrumen Penelitian ......................................................
27
F. Analisis Data ................................................................................
52
1. Uji Prasyarat Analisis .............................................................
52
a. Uji Normalitas ....................................................................
53
b. Uji Homogenitas ................................................................
53
c. Uji t- Matching ...................................................................
55
2. Uji Hipotesis ...........................................................................
56
BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................
58
A. Pengujian Instrumen.....................................................................
58
B. Deskripsi Data .............................................................................
59
1. Data Prestasi Kognitif .............................................................
59
2. Data Prestasi Afektif ...............................................................
61
C. Pengujian Persyaratan Analisis ....................................................
62
1. Uji Kesetimbangan .................................................................
62
2. Uji Normalitas ........................................................................
63
3. Uji Homogenitas .....................................................................
63
D. Pengujian Hipotesis ......................................................................
64
1. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif...........................
64
2. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif............................. commitData to user E. Pembahasan Hasil Analisis ..................................................
65
xiii
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................................
69
A. Simpulan ......................................................................................
69
B. Implikasi .......................................................................................
69
C. Saran .................................................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
71
LAMPIRAN ....................................................................................................
74
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget ................................
12
Tabel 2.2 Tahap Pembelajaran Proyek (Project Based Learning) .................
21
Tabel 2.3 Tahap Pembelajaran Inquiry Terbimbing ......................................
24
Tabel 2.4 Beberapa Asam yang Dikenal .......................................................
31
Tabel 2.5 Beberapa Basa yang Dikenal dalam Kehidupan Sehari-hari ........
32
Tabel 2.6 Perbedaan Sifat Asam dan Basa ....................................................
32
Tabel 2.7
Beberapa Garam yang Dikenal .....................................................
34
Tabel 2.8
Perubahan warna beberapa indikator dalam larutan asam basa dan netral .......................................................................................
36
Tabel 2.9 Warna ekstrak kubis ungu dalam larutan asam, basa dan netral ....
37
Tabel 3.1 Tahap Pelaksanaan Penelitian ........................................................
41
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian .....................................................................
42
Tabel 3.3 Kriteria Skor Penilaian Afektif ......................................................
51
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kognitif dan Afektif ..............
58
Tabel 4.2 Hasil Uji Daya Beda Instrumen Kognitif ......................................
58
Tabel 4.3 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Kognitif..............................
58
Tabel 4.4 Deskripsi Data Penelitian ..............................................................
59
Tabel 4.5 Perbandingan Prestasi Kognitif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II ......................................................................
60
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II ......................................................................
61
Tabel 4.7 Hasil Uji Kesetimbangan Berdasarkan Nilai Mid Semester Kelas VII-D dan kelas VII-E.........................................................
62
Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Kognitif dan Afektif..........
63
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Aspek Kognitif dan Afektif Kelas Eksperimen II dan Kelas Eksperimen II ............................
64
Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji-t Pihak Kanan Prestasi Kognitif .................
64
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Uji-t Pihak Kanan Prestasi Afektif ................... commit to user
65
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Perbandingan kelas konvensional dan Project Based Learning
20
Gambar 2.2 Macam-macam bahan yang mengandung asam .........................
31
Gambar 2.3 Macam-macam bahan yang mengandung basa ..........................
32
Gambar 2.4 Produk-produk garam.................................................................
34
Gambar 2.5 Kertas lakmus .............................................................................
35
Gambar 2.6 Perubahan kertas lakmus ............................................................
36
Gambar 2.7 Beberapa macam indikator alami ...............................................
36
Gambar 2.8 Indikator universal......................................................................
38
Gambar 2.9 Beberapa jenis pH meter digital .................................................
38
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II ................
60
Gambar 4.2. Histogram Perbandingan Prestasi Afektif Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II ..........................
commit to user xvi
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Silabus .......................................................................................
74
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode Proyek ...............
75
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode Inquiry Terbimbing ...............................................................................
81
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa Metode Proyek .........................................
87
Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa Metode Inquiry Terbimbing ...................
97
Lampiran 6. Instrumen Kognitif ....................................................................
107
Lampiran 7. Instrumen Afektif ......................................................................
127
Lampiran 8. Acuan Syarat Pemilihan Kelas ..................................................
136
Lampiran 9. Data Induk .................................................................................
148
Lampiran 10. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif ..............................
149
Lampiran 11. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Afektif ................................
154
Lampiran 12. Uji Prasyarat Analisis Data Kognitif .........................................
159
Lampiran 13. Uji Prasyarat Analisis Data Afektif ...........................................
164
Lampiran 14. Uji Hipotesis ..............................................................................
170
Lampiran 15. Uji Instrumen Kognitif ..............................................................
173
Lampiran 16. Uji Instrumen Afektif ................................................................
180
Lampiran 17. Daftar Kelompok untuk Kelas Eksperimen I ............................
184
Lampiran 18. Daftar Kelompok untuk Kelas Eksperimen II ...........................
185
Lampiran 19. Lembar Observasi .....................................................................
186
Lampiran 20. Dokumentasi ..............................................................................
189
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Banyak perhatian khusus diarahkan kepada perkembangan dan kemajuan pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan. Pembaharuan sistem pendidikan ini diarahkan pada perubahan kurikulum yang berkesinambungan mulai dari kurikulum 1968 sampai kurikulum 2004. Kurikulum SMP yang dipakai saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kepentingan dari KTSP yaitu memberikan pengertian dan pemahaman yang baik bagi guru untuk menjalankan tugas sebagai pengajar yang baik di kelas. Pengajar yang baik merupakan guru yang tidak hanya menguasai materi pelajaran namun juga mampu mengatur suasana kelas menjadi kondusif untuk proses pembelajaran. Oleh karena itu, manfaat KTSP adalah mendorong guru untuk lebih kreatif dalam penyelenggaraan program pendidikan. Selain itu, guru juga berfungsi sebagai fasilitator di dalam kelas untuk membantu proses pembelajaran. (Acuan, 2012). Penggunaan dan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dalam menyajikan suatu materi dapat membantu siswa dalam memahami segala sesuatu yang disajikan guru, sehingga melalui tes hasil belajar dapat diketahui peningkatan prestasi belajar siswa. Melalui pembelajaran yang tepat, siswa diharapkan mampu memahami dan menguasai materi ajar sehingga dapat berguna dalam kehidupan nyata. Salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar adalah cermin dari pengetahuan,
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 keterampilan, dan sikap di mana dalam KTSP sering disebut sebagai aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama (SMP) siswa diberi berbagai macam pengetahuan dan ketrampilan diantara ilmu sains (IPA). Dalam pembelajaran sains (IPA) memuat materi pelajaran yang sifatnya banyak menghafal, sehingga membutuhkan daya imajinasi yang tinggi, serta daya ingat yang kuat yang harus dimiliki oleh siswa. Tugas seorang guru sains adalah menjembatani agar siswa mampu dengan mudah mempelajari dan memahami materi pelajaran. Untuk mencapai hal ini tidak terlepas dari model pembelajaran yang digunakan oleh guru yang menjadikan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif. Metode pembelajaran yang digunakan oleh sebagian besar guru di SMP Negeri 2 Karanganyar (berdasarkan observasi) adalah metode konvensional (metode ceramah), dan metode tersebut kurang relevan dengan perkembangan dunia pendidikan sekarang, karena sekarang ini dalam dunia pendidikan sudah banyak alatalat modern dan berbagai media, metode serta model pembelajaran yang digunakan juga sudah bervariasi. Penggunaan metode pembelajaran yang masih konvensional (metode ceramah) mengakibatkan proses belajar mengajar tidak menarik bagi siswa, karena dengan metode ceramah, siswa cenderung pasif dalam proses belajar mengajar dan akibatnya berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar siswa. Selain itu, sebagian besar siswa belum dapat menangkap makna dari apa yang mereka peroleh dari pembelajaran untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari Oleh karena itu, dengan penggunaan metode dan model pembelajaran yang sesuai diharapkan kesulitan tersebut dapat teratasi. Pemilihan metode mengajar juga harus disesuaikan dengan materi pokok yang akan disampaikan. Kadang-kadang untuk menyampaikan materi yang berbeda diperlukan metode pengajaran yang berbeda pula agar pencapaian tujuan dan hasil belajar menjadi maksimal. Karakteristik siswa juga mempengaruhi dalam pemilihan metode. Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) cenderung masih memiliki pola commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 pikir yang sederhana. Oleh karena itu masih diperlukan adanya bimbingan untuk mencapai tingkat berpikir yang lebih tinggi dan penyampaian materi hendaknya dilakukan secara bertahap dan terstruktur. Penggunaan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan metode proyek sesuai dengan karakteristik siswa SMP yang tingkat berpikirnya masih rendah. Selain itu, pembelajaran ini menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Materi pokok Asam, Basa dan Garam merupakan materi yang penting. Materi Asam, Basa dan Garam memiliki aplikasi yang sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari. Dalam materi tersebut terdapat konsep-konsep yang memerlukan pemahaman dan hafalan sehingga dibutuhkan penguasaan yang baik oleh siswa SMP terhadap materi ini.
Diharapkan siswa
memiliki
pengetahuan dan dapat
mengembangkannya untuk keperluan yang aplikatif terkait dengan materi ini. Berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 2 Karanganyar, ternyata sebagian besar prestasi belajar siswa masih berada di bawah standar ketuntasan belajar yakni sekitar 67,742% (sumber data: nilai mid semester genap kelas VII:2012) Bertolak pada hal tersebut, untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan membantu mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran konstektual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling). Hal tersebut memberikan manfaat dari materi yang disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret dan suasana menjadi kondusif-nyaman dan menyenangkan (Hesty Handayani, 2010:6) Pemahaman materi Asam, Basa dan Garam dapat diperkuat dengan pembelajaran konstektual yang dilengkapi dengan metode lain, seperti metode proyek dan metode
inquiry
terbimbing.
Ibrahim
Bilgin dan
Agboola
dan Ojo
mengungkapkan bahwa penggunaan metode tersebut dalam pembelajaran lebih efektif meningkatkan prestasi belajar dibandingkan dengan metode konvensional. Metode inquiry terbimbing merupakan metode pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk menemukan informasi atau konsep dengan bantuan guru. Siswa melakukan kegiatan eksperimen untuk menemukan konsep tersebut. Diharapkan dengan pengalaman belajar siswa yang menemukan sendiri suatu konsep maka konsep tersebut akan lebih dapat dipahami oleh siswa dan selalu diingat siswa. Penyajian materi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar bersama kelompoknya diharapkan mampu memberi kontribusi pada peningkatan prestasi belajar siswa. Metode proyek (Project Based Learning) merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari sesuatu hal secara berkelompok. Penerapan Project Based Learning telah menunjukkan bahwa pendekatan tersebut sanggup membuat siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan paham konstruktivisme. Siswa diberi kesempatan untuk menggali sendiri informasi melalui membaca berbagai buku secara langsung, membuat presentasi untuk orang lain, mengkomunikasikan hasil aktivitasnya kepada orang lain, bekerja dalam kelompok, memberikan usul atau gagasannya untuk orang lain dan berbagai aktivitas lainnya. Semuanya menggambarkan tentang bagaimana semestinya orang dewasa belajar agar lebih bermakna.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba menerapkan metode pembelajaran proyek dan inquiry terbimbing untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan dalam pencapaian prestasi belajar siswa pada pembelajaran sains materi pokok Asam, Basa dan Garam dengan judul: “EFEKTIVITAS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MENGGUNAKAN
METODE
PROYEK
DAN
INQUIRY
TERBIMBING
TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATERI POKOK ASAM, BASA DAN GARAM KELAS VII SMPN 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012.”
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sains masih rendah. 2. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah metode konvensional sehingga siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran. 3. Belum adanya penerapan mata pelajaran sains dalam kehidupan sehari-hari siswa. 4. Penggunaan metode pembelajaran yang lebih menarik kemungkinan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas VII semester genap di SMP Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 2. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pendekatan pembelajaran adalah Contextual Teaching and Learning (CTL) Metode yang digunakan adalah Project Based Learning (Metode Proyek) dan Inquiry Guided Learning (Metode Inquiry Terbimbing) Materi pelajaran kimia dibatasi pada materi pokok Asam, Basa dan Garam. 3. Prestasi Belajar Prestasi belajar yang digunakan adalah penilaian dalam aspek kognitif dan aspek afektif.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning dengan menggunakan metode proyek dapat memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode inquiry terbimbing pada materi pokok Asam, Basa dan Garam?”
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: “Mengetahui bahwa penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning dengan menggunakan metode proyek dapat memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode inquiry terbimbing pada materi pokok Asam, Basa dan Garam.”
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan : 1. Manfaat teoritis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 a.
Penelitian ini memberi informasi tentang penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan menggunakan metode pembelajaran materi pokok Asam, Basa dan Garam.
b.
Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya teori tentang pembelajaran kimia bahwa penggunaan pembelajaran kontekstual serta penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat memberikan perbedaan terhadap prestasi belajar siswa.
2. Manfaat Praktis a.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan proses belajar mengajar.
b.
Memberikan masukan kepada pengajar bidang studi kimia dalam pemilihan metode pembelajaran yang diharapkan dapat memperbaiki prestasi belajar siswa.
c.
Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang akan mengadakan penelitian lanjutan berkaitan dengan penelitian ini.
d.
Memberikan masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam pembelajaran kimia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran a. Belajar Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja dalam waktu yang tidak ditentukan sebelumnya. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan binatang. Belajar dalam hal ini harus dilakukan dengan sengaja, direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu. Maksudnya agar proses belajar dan hasil-hasil yang dicapai dapat dikontrol secara cermat. (Oemar Hamalik, 2002:154) Menurut para ahli pengertian belajar yang dikemukakan sebagai berikut, diantaranya: 1) Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, serta aspek-aspek lain yang ada dalam individu yang belajar (Nana Sudjana, 1996: 5). 2) Belajar merupakan suatu proses yang benar-benar bersifat internal. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. (M. Ngalim Purwanto, 2000:85) 3) Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. (Morgan dalam Syaiful Sagala, 2009:13)
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 4) Belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. (Gagne dalam Syaiful Sagala, 2009:13) Definisi belajar secara lengkap dikemukakan oleh Slavin yang mendefinisikan belajar sebagai: “Learning is usually defined as a change in an individual caused by experience. Changes caused by development (such as growing taller) are not instances of learning. Neither are characteristics of individuals that are present at birth (such as reflexes and response to hunger or pain). However, humans do so much learning from the day of their birth (and some say earlier that learning and development are inseparably linked).” Selanjutnya Slavin juga mengatakan: “Learning takes place in many ways. Sometimes it is intentional, as when students acquire information presented in a classroom or when they look something up in the encyclopedia. Sometimes it is unintentional, as in the case of the child’s reaction to the needle. All sorts of learning are going on all the time.” (Trianto, 2010:16) Pernyataan diatas menyatakan bahwa, belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya. b. Pembelajaran Menurut Poerwodarminto (2003:22), istilah pembelajaran sama dengan introduction atau pengajaran, mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan, sedangkan pengajaran diartikan sebagai kegiatan mengajar tentunya ada guru dan yang belajar yaitu siswa. Dengan demikian pembelajaran diartikan sama dengan perbuatan mengajar (oleh guru) dan belajar (oleh siswa). Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah lebih baik. Selama proses pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya perubahan perilaku
bagi
siswa. Berdasarkan teori belajar ada lima
pengertian pembelajaran, diantaranya sebagai berikut: 1). Pembelajaran adalah upaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 menyampaikan pengetahuan kepada siswa di sekolah; 2). Pembelajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga sekolah; 3). Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi siswa; 4). Pembelajaran adalah upaya untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi warga masyarakat yang baik; 5). Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Di dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar efektif dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Salah satu strategi itu adalah pemilihan metode pembelajaran yang akan dipakai harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. c. Teori Belajar Setiap teori belajar mempunyai keunggulan dan kelemahan sehingga dalam pelaksanaannya perlu menggabungkan beberapa teori agar saling melengkapi. Beberapa teori yang dapat dijadikan acuan, antara lain: 1) Behavioristik Belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang dapat diamati, yang dipelajari melalui terkaitnya stimulus-stimulus dan respons-respons menurut prinsip-prinsip mekanistik. Jadi, belajar melibatkan terbentuknya hubunganhubungan tertentu antara satu seri stimulus-stimulus dan respons-respons. Stimulus, yaitu penyebab belajar, adalah agen-agen lingkungan, yang bertindak terhadap suatu organisma, yang menyebabkan organisma itu memberikan respons, atau meningkatkan probabilitas terjadinya respons tertentu. Responsrespons, yaitu akibat-akibat atau efek-efek, merupakan reaksi-reaksi fisik suatu organisma terhadap stimulus eksternal maupun stimulus internal. (Ratna Wilis Dahar, 1989: 19-20) Ciri teori behavioristik adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukkan reaksi atau respons, menekankan pentingnya latihan, mekanisme hasil belajar, dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 mementingkan peranan kemampuan. Hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. (Agus Suprijono, 2011:17) 2) Kognitif Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan disesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Beberapa tokoh yang mengemukakan tentang teori belajar kognitif, diantaranya yaitu: a) Piaget Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan syaraf. Semakin bertambah umurnya, maka kemampuan seseorang akan semakin meningkat. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif yang dialami setiap individu menjadi empat tahap yang meliputi: sensorimotor, praoperasional, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 operasi konkret, dan operasi formal. Nur dalam Trianto (2010) menjelaskan masing-masing tahapan tersebut pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget Tahap Sensorimotor
Praoperasional
Operasi Konkret
Operasi Formal
Perkiraan Usia Kemampuan-Kemampan Utama Lahir sampai 2 tahun Terbentuknya konsep “kepermanenan obyek” dan kemajuan gradual dari perilaku reflektif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan 2 sampai 7 tahun Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan obyek-obyek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi. 7 sampai 11 tahun Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemampuankemampuan baru termasuk penggunaaan operasi-operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan. 11 tahun sampai Pemikiran abstrak dan murni simbolis dewasa mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.
b) Bruner Dengan teorinya yang disebut discovery learning, Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Proses belajar akan berjalan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hamper bersamaan. Ketiga proses itu adalah : (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. (Ratna Wilis Dahar. 2011:77) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 c) Ausubel Menurut Ausubel dalam Ratna Willis Dahar (2011:94) belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dengan berlangsungnya belajar, dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-sel otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan informasi yang mirip dengan informasi yang sedang dipelajari. Ausubel dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology: A Cognitive View, mengatakan bahwa : “The most important single factor influencing learning is what the learner already knows. As certain this and teach him accordingly.” (Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar,2011:100) Dengan berlangsungnya belajar, dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-sel otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan informasi yang mirip dengan informasi yang sedang dipelajari. . 3) Konstruktivisme Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. (Nur dalam Trianto,2010:28) Belajar merupakan proses mengkonstruksi (membangun) pengetahuan melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengetahuan, dan lingkungan. Sehingga diperlukan keaktifan dari masing-masing siswa. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja, tetapi harus dibentuk dan dibangun sendiri oleh setiap individu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 2. Contextual Teaching and Learning (CTL) Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (Trianto, 2010:104). Materi pelajaran akan lebih berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti di dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru. Dan, selanjutnya siswa memanfaatkan kembali pemahaman, pengetahuan dan kemampuannya itu dalam berbagai konteks di luar sekolah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata yang kompleks, baik secara mandiri maupun dengan berbagai kombinasi dan struktur kelompok. Menurut Suwarna (2006:120), secara garis besar, langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut: a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan bertanya b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya d. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran f. Melakukan refleksi di akhir pembelajaran g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (Constructivism), inquiry (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya. CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya (Depdiknas dalam Trianto, 2010:107). a. Konstruktivisme (Constructivism) Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar diwarnai student centered daripada teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa. b. Inkuiri (Inquiry) Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis konstektual. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun materi yang diajarkan. Langkah-langkah kegiatan inquiry adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan masalah 2) Mengamati dan melakukan observasi 3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya 4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien yang lain c. Bertanya (Questioning) Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemapuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: 1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis 2) Mengecek pemahaman siswa 3) Membangkitkan respon kepada siswa 4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa 5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa 6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru 7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan 8) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa d. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil pembelajaran yang diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompokkelompok belajar. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli kelas. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau ketrampilan yang berbeda yang dipelajari. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. e. Pemodelan (Modelling) Dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswanya. Dalam pembelajaran konstektual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya. Dengan demikian, pemodelan menjadi sangat penting dalam pembelajaran melalui CTL karena siswa dapat terhindar dari verbalisme. f. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa: 1) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu 2) Catatan atau jurnal di buku siswa 3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu 4) Diskusi 5) Hasil karya g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment) Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan ketrampilan (performance) yang diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. Karakteristik penilaian autentik: 1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung 2) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif 3) Yang diukur ketrampilan dan performansi, bukan mengingat fakta 4) Berkesinambungan 5) Terintegrasi 6) Dapat digunakan sebagai feed back (Trianto,2010:111-118) 3. Metode Proyek a. Definisi Metode Proyek Metode proyek atau Project Based Learning (PBL) merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. PBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan pelajaran dalam melakukan investigasi dan memahaminya berikut pengertian PBL menurut beberapa ahli. 1) Thomas Mergendoller dan Michaelson mengatakan PBL adalah metode pengajaran sistematik yang mengikutsertakan pelajaran ke dalam pembelajaran pengetahuan dan keahlian yang kompleks, pertanyaan autentik dan perancangan produk dan tugas. 2) Baron B. mengatakan PBL adalah pendekatan cara pembelajaran secara konstruktif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata relevan bagi kehidupannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 3) Blumenfeld menjelaskan bahwa PBL adalah pendekatan komprehensif untuk pengajaran dan pembelajaran yang dirancang agar pelajaran melakukan riset terhadap permasalahan nyata. 4) Boud dan Felleti mengemukakan PBL adalah cara yang konstruktif dalam pembelajaran menggunakan permasalahan sebagai stimulus dan berfokus aktivitas pelajar. Metode proyek berfungsi untuk memantapkan pengetahuan yang telah diajarkan, pengetahuan tersebut hendaknya diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan kata lain, siswa diminta untuk menghubungkan sebanyak mungkin pengetahuan yang telah diperolehnya. Menurut Conny Semiawan, selain untuk memantapkan pengetahuan yang dimiliki siswa, metode proyek juga memungkinkan siswa memperluas wawasan pengetahuan dari suatu pelajaran tertentu. Pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi lebih berarti dan kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih menarik karena pengetahuan itu bermanfaat baginya untuk lebih mengapresiasi lingkungannya memahami serta memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. b. Karakteristik Metode Proyek Global SchoolNet (2000) melaporkan hasil penelitian the AutoDesk Foundation tentang karakteristik Project Based Learning. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa Project Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja, 2) adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik, 3) peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan, 4) peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan, 5) proses evaluasi dijalankan secara kontinyu, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 6) peserta didik
secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan, 7) produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, 8) situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan Project
Based
Learning
merupakan pendekatan pembelajaran yang
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. (Introduction , 2000) Perbedaan situasi kelas konvensional dan kelas Project Based Learning ditunjukan pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Perbandingan kelas “konvensional” dan Project Based Learning (Global SchoolNet, 2000) c. Langkah-Langkah Metode Proyek Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode proyek menurut Ahmadi dalam Guntur Nurcahyanto (2012: 41) tertera pada Tabel 2.2. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 Tabel 2.2 Tahap Pembelajaran Proyek (Project Based Learning) No.
Fase
Perilaku Guru
1.
Penyelidikan (exploration)
Guru mengajukan pertanyaan lisan, memberi keterangan singkat serta mengetes siswa mengenai pengetahuan mereka tentang mata pelajaran yang akan dipelajari. baru Guru memberikan garis besar tentang bahan pelajaran
2.
Penyajian bahan (presentation)
3.
Asimilasi/pengumpulan keterangan atau data
4.
Mengorganisasikan (organization)
5.
Mengungkapkan (recitation)
6.
Membuat kesimpulan
Guru memimpin siwa untuk mencari informasi, keterangan atau faktafakta untuk mengisi pokok pokok yang penting. Dalam langkah ini pelajar mencari data dari sumbersumber unit (resource unit = sumber yang berisi berita, fakta, informasi dan sebagainya tentang unit yang sedang dipelajari). data Guru memimpin siswa mengorganisasikan data, fakta dan informasi, misal menggolongkan data, mengolah data untuk mengambil kesimpulan. Daya berpikir dan daya menganalisis memainkan peran penting dalam langkah ini.
kembali Siswa menyajikan hasil yang diperolehnya.Laporan hasil ini dapat dilakukan dengan lisan maupun tertulis atau keduanya. Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Metode ini memantapkan pengetahuan yang diperoleh siswa. Menyalurkan minat dan melatih siswa menelaah suatu materi pelajaran dengan wawasan yang lebih luas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 d. Keunggulan Metode Proyek Keuntungan dari belajar dengan metode proyek menurut Waras Kamdi dalam Hesti Handayani adalah 1) meningkatkan motivasi dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, 2) meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan ketrampilan komunikasi, 3) meningkatkan ketrampilan mengelola sumber seperti mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. Selain itu menurut Agboola Omowunmi dan Oloyede Ezekiel Ojo (2007) dalam jurnal internasional yang berjudul “Effect of Project, Inquiry and Lecture-Demonstration Teaching Method on Senior Secondary Student’s Achievement in Separation of Mixtures Practical Test” menyebutkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode proyek lebih efektif dibandingkan dengan metode inquiry dan demonstrasi. e. Kelemahan Metode Proyek Kelemahan dari belajar dengan metode proyek adalah 1) Kebanyakan permasalahan “dunia nyata” yang tidak terpisahkan dengan masalah kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara melatih dan memfasilitasi peserta didik dalam menghadap masalah, 2) Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah, 3) Membutuhkan biaya yang cukup banyak, 4) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana instruktur memegang peran utama di kelas, 5) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
4. Metode Inquiry Terbimbing a. Definisi Metode Inquiry Terbimbing Istilah inquiry berasal dari bahasa Inggris inquiry yang berarti menyelidiki atau menanyakan tentang sesuatu. Ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Pembelajaran dengan metode inquiry commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Muhibbin Syah (1995:245) menyatakan bahwa dalam pembelajaran inquiry, guru tidak menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk final (utuh dari awal hingga akhir) atau dengan kata lain, guru hanya menyajikan sebagian. Selebihnya diserahkan kepada siswa untuk mencari dan menemukannya sendiri. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode inquiry merupakan suatu metode pembelajaran dimana siswa memperoleh suatu konsep dengan cara menemukan sendiri. Model inquiry terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis model inquiry tersebut adalah: 1) Inquiry Terbimbing (Guided Inquiry) Model inquiry terbimbing yaitu model inquiry dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. 2) Inquiry Bebas (Free Inquiry) Model inquiry bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan. 3) Inquiry Bebas yang Dimodifikasikan (Modified Free Inquiry) Model ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua model inquiry sebelumnya, yaitu: model inquiry terbimbing dan model inquiry bebas. Dalam model inquiry jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inquiry secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan dan diskusi yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat memberikan petunjuk. b. Langkah-Langkah Metode Inquiry Terbimbing Adapun tahapan pembelajaran inquiry menurut Roestiyah (2001: 78-79) terdapat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Tahap Pembelajaran Inquiry Terbimbing. No.
Fase
Perilaku Guru
1.
Menyajikan pertanyaan Menghadapkan siswa pada masalah, atau masalah masalah tersebut menantang siswa untuk meneliti. Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah dan cara meneliti.
2.
Membuat hipotesis
4.
Melakukan percobaan Guru membimbing siswa memperoleh untuk memperoleh informasi melalui percobaan, menguraikan informasi fakta-fakta, memerinci, dan menggolongkannya.
5.
Mengumpulkan menganalisis data
6.
Membuat kesimpulan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis dan memeriksa sifat dan kondisi hal yang diteliti.
dan Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. Guru membimbing kesimpulan commit to user
sisw
membuat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 c.
Keunggulan Metode Inquiry Terbimbing Adapun model inquiry memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan
sebagai berikut: 1) Membentuk dan mengembangkan self concept pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik. 2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. 3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. 4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. 5) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. 6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 7) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. 9) Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional 10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. (Roestiyah, 2008:76). Selain itu menurut Ibrahim Bilgin (2009) dalam jurnal internasionalnya yang berjudul “The Effect of Guided Inquiry Instruction Incorporating A Cooperative Learning Approach on University Students Achievement of Acid and Base concept and Attitude Toward Guided Inquiry Instruction” menyatakan bahwa siswa yang belajar dengan guided inquiry memiliki pemahaman konsep asam basa yang lebih baik dan memiliki sikap yang lebih positif. Hal ini terjadi karena partisipasi siswa pada proses pembelajaran dengan menggunakan inquiry terbimbing dalam kelompok kecil membantu mereka mendapatkan pembelajaran yang bermakna dengan membuat hubungan antara suatu konsep dan diskusi sehingga mereka mampu mencari ide, berbagi pendapat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 Dari penjelasan-penjelasan di atas terlihat bahwa inquiry terbimbing dapat membimbing siswa untuk menemukan konsep dengan guru memberikan pertanyaan-petanyaan yang mengarah pada penemuan sehingga siswa dapat berpikir dan menemukan cara-cara penemuan konsep yang tepat. d. Kelemahan Metode Inquiry Terbimbing Selain memiliki keunggulan, inquiry juga memiliki kelemahan yaitu : 1) Memakan waktu yang cukup banyak 2) Jika kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus kepada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari 3) Memerlukan berbagai sumber, sarana dan fasilitas yang memadai. 5. Prestasi Belajar Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari suatu usaha dalam mengikuti pendidikan atau latihan tertentu yang hasilnya dapat ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan. Kedudukan siswa dalam kelas dapat diketahui melalui prestasi belajar yaitu siswa tersebut termasuk pandai, sedang atau kurang. Dengan demikian prestasi belajar mempunyai fungsi yang penting disamping sebagai indikator keberhasilan belajar dalam mata pelajaran tertentu, juga dapat berguna sebagai evaluasi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat parenial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupannya manusia sering mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Untuk itu, kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya manusia yang berada dibangku sekolah. Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain: a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. c. Prestasi balajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Berkenaan dengan prestasi belajar, Zainal Arifin (1990: 2-3) menyatakan bahwa, “Prestasi belajar yang dimaksud tidak lain adalah kemampuan keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan hal”. Jadi prestasi belajar adalah kegiatan yang nampak dalam tingkah laku dan sikap siswa. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai. Menurut Nana Sudjana (1996: 6) ada dua faktor utama yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: faktor dari dalam siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal). Faktor dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimiliki siswa, motivasi, minat, kreativitas, perhatian, dan kebebasan belajar. Faktor yang berasal dari luar individu adalah faktor lingkungan belajar terutama kualitas pembelajaran. Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) prestasi belajar sebagai perubahan tingkah laku meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. a. Aspek Kognitif Menurut Revisi Taksonomi Bloom, ranah kognitif terdiri dari 6 aspek, yaitu menghafal
(remembering),
memahami
(understanding),
mengaplikasikan
(applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan membuat (creating).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 b. Aspek Afektif Peringkat ranah afektif ada lima, yaitu receiving (penerimaan), responding (jawaban), valuing (penilaian), organisasi, dan karakteristik nilai atau internalisasi nilai. Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral (Depdiknas, 2008: 7). 1) Sikap Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu obyek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. 2) Minat Menurut Getzel dalam Depdiknas (2008:4), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh obyek khusus, aktivitas, pemahaman, dan ketrampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Menurut Bambang Ribowo (2006), untuk mengetahui minat seseorang terhadap suatu pokok bahasan dapat dilihat berdasarkan ketrampilan bertanya. Tinggi rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan, berkaitan pula dengan tinggi rendahnya kesadaran diri terhadap pemenuhan rasa ingin tahu/ kebutuhan akan informasi.(Puji Astuti:2012) 3) Konsep diri Menurut Smith dalam Depdiknas (2008:5), konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. 4) Nilai Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. 5) Moral Moral berkaitan denga perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakanyang dilakukan diri sendiri. c. Aspek Psikomotorik Menurut Nana Sudjana (1996: 31) ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Pengukuran keberhasilan pada aspek keterampilan ditujukan pada keterampilan kerja dan ketelitian dalam mendapat hasil. Evaluasi dari aspek keterampilan yang dimiliki siswa bertujuan mengukur sejauh mana siswa dapat menguasai teknik praktikum, khususnya dalam penggunaan alat dan bahan, pengumpulan data, meramalkan, dan menyimpulkan. Menurut Muhibbin Syah (2006: 132-139), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa secara global dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). 1) Aspek fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat
kebugaran
organ-organ
tubuh
dan
sendi-sendinya,
dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. 2) Aspek psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor psikologis siswa yang pada umumnya dipandang lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 esensial adalah tingkat kecerdasan/inteligensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi siswa. b.
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) Faktor eksternal adalah kondisi lingkungan disekitar siswa. Seperti faktor
internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. 1) Faktor lingkungan sosial Faktor lingkungan sosial meliputi sekolah, masyarakat dan keluarga siswa. 2) Faktor lingkungan non sosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) Faktor pendekatan belajar (approach to learning) merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Prestasi yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Dalam penelitian ini faktor internal yang dibahas adalah minat belajar siswa, sedangkan faktor eksternalnya adalah metode pembelajaran. \
6. Materi Asam, Basa dan Garam Materi pokok asam, basa, dan garam yang akan disampaikan terdiri dari sub bab berikut: a. Sifat Asam, Basa, dan Garam Berdasarkan sifatnya, larutan dikelompokkan menjadi asam, basa, dan garam. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 1) Asam Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion hidrogen (H+ ). Dengan kata lain, pembawa sifat asam adalah ion H +. Dalam air, asam akan terionisasi menjadi ion hidrogen dan ion sisa asam yang bermuatan negatif. Senyawa asam dapat kita temukan dengan mudah di sekitar kita. Rasa asam dari berbagai macam buah-buahan disebabkan oleh kandungan senyawa asam di dalamnya.
Gambar 2.2 Macam-macam bahan yang mengandung asam: (a) apel, (b) jeruk, (c) sayuran Beberapa contoh asam yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari -hari dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Beberapa Asam yang Dikenal Nama asam Asam sitrat Asam malat Asam askorbat Asam asetat Asam borat Asam karbonat Asam klorida Asam nitrat Asam fosfat Asam sulfat Asam formiat
Terdapat dalam Jeruk Apel Jeruk, tomat, sayuran Larutan Cuka Larutan pencuci mata Minuman berkarbonasi Asam lambung, obat tetes mata Pupuk, peladak (TNT) Detergen, pupuk Baterai mobil, pupuk Sengatan lebah
2) Basa Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida (OH -). Ion hidroksida terbentuk karena senyawa hidroksida dapat mengikat satu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 elektron pada saat dimasukkan ke dalam air. Basa dapat menetralisir asam (H+ ) sehingga dihasilkan air (H 2 O). Beberapa produk seperti sabun, pasta gigi, dan
kosmetik merupakan produk yang mengandung senyawa basa.
Produk basa
seperti
sabun dan obat maag (antacid) dapat dilihat pada
Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Macam-macam bahan yang mengandung basa: (a) sabun, (b) obat maag Basa yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari diantaranya dapat dilihat pada Tabel 2.5 Tabel 2.5 Beberapa Basa yang Dikenal dalam Kehidupan Sehari-hari Nama basa Alumunium hidroksida Kalsium hidroksida Magnesium hidroksida Natrium hidroksida
Terdapat dalam Deodoran, antasid Mortar, plester Obat urus-urus, antasid Bahan sabun
Perbedaan sifat antara asam dan basa dapat dilihat pada Tabel 2.6 Tabel 2.6 Perbedaan Sifat Asam dan Basa No 1.
Asam Senyawa asam bersifat korosif
2
Sebagian besar reaksi logam menghasilkan H2 Senyawa asam memiliki rasa asam Dapat mengubah zat warna yang dimiliki oleh zat lain (dapat dijadikan indikator asam atau basa) Menghasilkan ion H+ dalam air
3 4
5
Basa Senyawa basa bersifat merusak kulit (kaustik) dengan Terasa licin di tangan, seperti sabun Senyawa basa memiliki rasa pahit Dapat mengubah warna oleh zat lain (warna yang dihasilkan berbeda dengan asam) Menghasilkan ion OH- dalam air
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 3) Garam Garam tidak identik dengan garam dapur. Garam dapur atau natrium klorida hanyalah salah satu contoh dari garam. Garam memegang peranan yang penting bagi tubuh kita. Contohnya, pada sistem saraf dan pengaturan air di dalam dan di luar sel. Kekurangan garam dapat menyebabkan berkurangnya fungsi otak, tubuh lemas, dan kejang otot. Namun, hati -hati, terlalu banyak mengonsumsi garam dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi. Jika larutan asam dengan larutan basa dicampurkan, maka ion H + dari asam akan bereaksi dengan ion OH- dari basa membentuk air sesuai dengan persamaan reaksi berikut. H+ (aq) + OH-(aq) → H2 O(l) Pada komposisi tertentu, campuran kedua larutan tersebut dapat bersifat netral, oleh karena itu reaksi antara senyawa asam dengan basa dinamakan reaksi penetralan. Selain terbentuk H 2 O, pada reaksi penetralan juga terbentuk senyawa lain yang merupakan gabungan ion-ion sisa dalam campuran asam-basa yaitu garam. Oleh karena itu, reaksi penetralan asam-basa disebut juga reaksi penggaraman. Secara umum, reaksi penetralan atau reaksi penggaraman ini dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi berikut. Asam + Basa → Garam + Air Walaupun reaksi asam dengan basa disebut reaksi penetralan, tetapi hasil reaksi (garam) tidak selalu bersifat netral. Sifat asam basa dari larutan garam bergantung pada kekuatan asam dan basa penyusunnya. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral, disebut garam normal, contohnya NaCl dan KNO 3. Reaksi kimia yang menghasilkan garam, antara lain: a) Asam ditambah basa menghasilkan garam dan air HCl (aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 b) Basa ditambah oksida asam menghasilkan garam dan air 2KOH(aq) + SO3(g) → K2SO4(aq) + H2O(l) c) Asam ditambah oksida basa menghasilkan garam dan air 2HCl (aq) + K2O(aq) → 2KCl (aq) + H2O(l) d) Oksida asam ditambah oksida basa menghasilkan garam CO2(g) + Na2O (aq) → Na2CO3 (aq) e) Suatu logam tertentu ditambah asam kuat yang encer menghasilkan garam dan gas hidrogen (H2) 2Mg (s) + 2HCl (aq) → MgCl2 (aq) + H2(g) Produk-produk garam dapat dilihat pada Gambar 2.4, sedangkan beberapa garam yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari disajikan pada Tabel 2.7
Gambar 2.4 Produk-produk garam: (a) garam dapur, (b) baking soda Tabel 2.7 Beberapa Garam yang Dikenal Nama garam Natriun klorida Natrium bikarbonat Kalsium karbonat Kalium nitrat Kalium karbonat Natrium fosfat Amonium klorida
Rumus NaCl NaHCO3 CaCO3 KNO3 K2CO3 Na2PO4 NH4Cl
Nama dagang Garam dapur Baking soda Kalsit Saltpeter Potash TSP Salmiak
commit to user
Manfaat Bumbu dapur Pengembang kue Cat tembok Pupuk, peledak Sabun dan kaca Detergen, pupuk Batería kering
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 b. Identifikasi Asam, Basa dan Garam Larutan asam, basa, dan garam dapat dibedakan dengan menggunakan indikator asam-basa, yaitu zat yang warnanya dapat berubah saat berinteraksi atau bereaksi dengan senyawa asam maupun senyawa basa. 1) Indikator Buatan Salah satu indikator buatan yang sering digunakan adalah lakmus. Lakmus adalah sejenis zat yang diperoleh dari jenis lumut kerak (Rocella tinctoria). Lakmus yang banyak digunakan dalam laboratorium kimia sekarang ini tersedia dalam bentuk kertas.
Gambar 2.5 kertas lakmus (Iriamto Wasis dan Sugeng Yuli, 2008:30). Sebagai indikator asam-basa, lakmus memiliki beberapa kelebihan antara lain adalah sebagai berikut: a) warna lakmus dapat berubah dengan cepat ketika bereaksi dengan asam maupun basa. Perubahan warna yang dihasilkan oleh lakmus dapat terlihat jelas. Lakmus menjadi merah dalam larutan asam dan menjadi biru dalam larutan basa, b) lakmus sukar bereaksi dengan oksigen dalam udara, sehingga dapat bertahan lama (awet), c) lakmus mudah diserap oleh kertas, sehingga digunakan dalam bentuk kertas lakmus (agar zat lebih mudah meresap). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 Selain lakmus, indikator asam-basa buatan yang sering dipakai antara lain fenolftalin, metil merah, metil jingga dan bromtimol biru. Perubahan warna yang terjadi pada beberapa indikator dalam larutan asam, basa dan garam dapat dilihat pada Tabel 2.8 Tabel 2.8 Perubahan warna beberapa indikator dalam larutan asam basa dan netral Larutan Larutan Larutan Indikator asam basa garam Lakmus merah (LM) Merah Biru Merah Lakmus biru (LB) Merah Biru Biru Metil merah (MM) Merah Kuning Kuning Metil jingga (MO) Merah Kuning Kuning Fenolftalein Tak berwarna Merah muda Tak berwarna Bromtimol biru Kuning Biru Hijau
Gambar 2.6 Perubahan kertas lakmus 2) Indikator Alami Indikator asam-basa alami biasanya terbuat dari bahan-bahan alam, misalnya kunyit, kembang sepatu, kol ungu, bunga mawar, dan buah manggis. Bahan-bahan tersebut dibuat ekstraknya dengan cara ditumbuk atau diblender, kemudian disaring hingga dapat langsung digunakan.
(a) Kubis Ungu (b) Bunga Mawar (c) Bunga Sepatu (d) Kunyit Gambar 2.7 Beberapa macam indikator alami commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 Ekstrak bahan-bahan tersebut dapat memberikan warna yang berbeda dalam larutan asam dan basa. Sifat asam ditunjukkan oleh perubahan warna indikator buatan dan indikator alami menjadi warna kemerahan, sedangkan sifat basa ditunjukkan oleh perubahan warna indikator buatan dan indikator alami menjadi warna memberikan
warna
kebiruan
atau
kehijauan.
Ekstrak
kubis
ungu
yang berbeda dalam larutan asam, basa maupun garam
seperti disajikan pada Tabel 2.9 Tabel 2.9 Warna ekstrak kubis ungu dalam larutan asam, basa dan netral. Sifat Larutan Asam kuat Asam menengah Asam lemah Netral Basa lemah Basa menengah Basa kuat
Warna Indikator Merah tua Merah Merah keunguan Ungu Biru kehijauan Hijau Kuning
c. Skala Keasaman dan Kebasaan Skala keasaman dinyatakan dengan pH (potenz Hydrogen) dan skala kebasaan dinyatakan dengan pOH (potenz Hydroxide). Skala keasaman dan kebasaan digunakan untuk menentukan kekuatan asam atau basa. Rentang skala pH dimulai dari 0 sampai dengan 14, asam dengan pH 1 berarti asam kuat dan semakin lemah hingga kurang dari pH 7, setelah pH 7 adalah basa dan semakin kuat hingga pH 14. Nilai pH suatu larutan dapat diukur dengan menggunakan indikator universal dan pH meter. 1) Indikator Universal Indikator universal adalah alat sederhana yang berguna untuk mengetahui pH suatu larutan. Indikator universal adalah gabungan dari beberapa indikator, ada yang berbentuk larutan tetapi adapula yang berbentuk kertas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 Cara menggunakan indikator universal sangat mudah. Jika berbentuk kertas, kertas tersebut dicelupkan ke dalam larutan. Warna kertas akan berubah, warna yang muncul dicocokkan dengan cakram warna standar yang terdapat pada kemasan indikator tersebut. Larutan bersifat netral jika pH = 7, bersifat asam jika pH < 7, dan bersifat basa jika pH > 7. (Teguh Sugiyarto.2008:42)
Gambar 2.8 Indikator universal 2) pH Meter pH meter adalah alat pengukur pH dengan ketelitian yang sangat tinggi. Penggunaan alat ini dengan cara dicelupkan pada larutan yang akan diuji, pada pH meter akan muncul angka skala yang menunjukkan pH larutan.
Gambar 2.9 Beberapa jenis pH meter digital (Anni Winarsih.2008:40-48)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 B. Kerangka Berpikir Materi asam, basa dan garam merupakan salah satu materi Kimia dalam mata pelajaran Sains. Materi pembelajaran kimia yang diberikan di SMP berupa konsep dasar kimia dan pengenalan di lingkungan sekitar. Materi ini merupakan materi yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran asam, basa, dan garam ini akan membawa lingkungan nyata ke dalamnya agar siswa mendapatkan pengalaman yang nyata dari proses pembelajaran tersebut. Sehingga diharapkan materi tersebut bukan sekedar hafalan. Hal ini sesuai dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dimana suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari -hari. Pembelajaran konstektual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling). Hal tersebut memberikan manfaat dari materi yang disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret dan suasana menjadi kondusif-nyaman dan menyenangkan. Untuk tujuan tersebut, dalam penelitian ini digunakan dua metode yaitu metode proyek dan metode inquiry terbimbing. Penggunaan
metode
proyek
bertujuan
untuk
mengintegrasikan
pengetahuan baru siswa berdasarkan proses pembelajaran dengan menggunakan masalah sebagai langkah awal. Dengan adanya permasalahan-permasalahan, siswa dapat memecahkannya melalui media/cara yang mereka inginkan sehingga siswa mampu menyimpulkan suatu konsep sendiri. Sedangkan pada inkuiri terbimbing, siswa diminta menemukan konsep sendiri dengan mendapat bimbingan dari guru. Bimbingan yang diberikan berupa pertanyaan-pertanyaan dan langkah-langkah dalam menemukan suatu konsep.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 Proses pembelajaran ini dilakukan di laboratorium dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan praktikum. Pada metode proyek, guru menyiapkan berbagai macam media yang dibutuhkan, kemudian siswa melakukan praktikum untuk membuktikan konsep sesuai dengan langkah kerja yang telah dibuatnya sendiri. Sedangkan pada inquiry terbimbing, siswa melaksanakan praktikum untuk menemukan suatu konsep dengan mendapatkan bimbingan dari guru berupa langkah kerja. Berdasarkan penggunaan dua metode ini, perbedaan prestasi belajar dapat dilihat dari aspek kognitif dan afektif. Oleh karena itu, diharapkan dengan metode proyek akan lebih baik daripada metode inquiry terbimbing karena siswa yang membuat langkah kerja sendiri sehingga siswa benar-benar memahami konsep materi asam, basa dan garam dan menjadikan prestasi belajar siswa yang diajari dengan metode proyek akan lebih tinggi. C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir tersebut dapat diambil hipotesis sebagai berikut : “Penggunaan
pendekatan
Contextual
Teaching
and
Learning
dengan
menggunakan metode proyek dapat memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode inquiry terbimbing pada materi pokok asam, basa dan garam”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Karanganyar pada kelas VII semester genap tahun pelajaran 2011/2012. 2. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Januari-Juli 2012. Adapun tahaptahap pelaksanaan dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Tahap Pelaksanaan Penelitian Bulan No
Jenis Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1.
Persiapan penelitian a) Pengajuan judul skripsi b) Observasi awal c) Penyusunan proposal penelitian d) Permohonan izin dan survey sekolah e) Penyusunan instrumen f) Seminar proposal
2.
Pelaksanaan Penelitian a) Uji instrumen penelitian b) Pelaksanaan eksperimen
3.
Penyusunan laporan/ skripsi
4.
Pelaksanaan ujian skripsi dan revisi commit to user 41
Jul
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 B. Rancangan Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan perluasan Randomized
Pretest-Posttest
Comparison
Group
Design
yang
rancangan
penelitiannya seperti terlihat pada Tabel 3.2. Rancangan ini menggunakan 2 kelompok subyek, yaitu 1 kelompok sebagai kelas eksperimen I (pendekatan CTL dengan metode proyek) dan 1 kelompok sebagai kelas eksperimen II (pendekatan CTL dengan metode inquiry terbimbing). Penggunaan rancangan penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa kelompok eksperimen I dan eksperimen II yang diambil sudah betul-betul ekuivalen, tujuan penggunaan desain ini yaitu untuk mengetahui perbandingan pencapaian antara kelompok eksperimen I dan eksperimen II. Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Kelas Eksperimen I
Pretest T1
Perlakuan X1
Postest T2
Eksperimen II
T1
X2
T2 Nana Syaodih S( 2005: 205)
Keterangan: X1 = Pembelajaran CTL menggunakan metode proyek X2 = Pembelajaran CTL menggunakan metode inquiry terbimbing T1 = Tes awal (pretest) T2 = Tes akhir (posttest) Berdasarkan desain penelitian yang telah dirancang maka langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Memberikan pretest T1 pada kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif sebelum kedua kelas diberi perlakuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 b. Memberikan perlakuan 1 pada kelompok eksperimen I berupa pembelajaran CTL dengan menggunakan metode Proyek. c. Memberikan perlakuan 2 pada kelompok eksperimen II berupa pembelajaran CTL dengan menggunakan metode Inquiry Terbimbing. d. Memberikan postest T2 pada kedua kelas itu untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif setelah diberi perlakuan X1 dan X2. e. Menentukan selisih nilai antara T1 dan T2 pada kelompok eksperimen I untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest dan posttest (Z1). f. Menentukan selisih nilai antara T1 dan T2 pada kelompok eksperimen II untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest dan posttest (Z2). g. Menggunakan uji statistik yang sesuai untuk menentukan apakah perbedaan tersebut signifikan, yaitu dengan uji- t pihak kanan. 2. Variabel Penelitian Variabel merupakan segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. a. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa yang meliputi aspek kognitif dan aspek afektif. Prestasi belajar kognitif adalah perolehan skor pada pengukuran prestasi belajar siswa yang mencerminkan tingkat penguasaan siswa terhadap konsep materi pokok Asam, Basa dan Garam setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar. Sebaliknya, prestasi belajar afektif adalah perolehan skor pada pengukuran prestasi belajar siswa yang mencerminkan sikap siswa terhadap metode pembelajaran setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar pada materi pokok Asam, Basa dan Garam. b. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan menggunakan metode proyek untuk kelas ekserimen I dan metode inquiry terbimbing untuk kelas eksperimen II. Metode pembelajaran merupakan cara yang harus dilalui guru di dalam mengajar agar kemampuan intelektual siswa dapat berkembang. 3. Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan dengan urutan sebagai berikut: a. Melakukan observasi pada kelas VII SMP Negeri 2 Karanganyar meliputi subyek penelitian yang akan digunakan dan pembelajaran yang ada. b. Menentukan dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian secara random. c. Melaksanakan penelitian dengan menerapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan menggunakan metode proyek untuk kelas eksperimen I dan menggunakan metode inquiry terbimbing untuk kelas eksperimen II d. Memberikan posttest e. Mengolah dan menganalisis data dengan uji statistik yang sesuai f. Menarik kesimpulan
B. Populasi dan Sampel 1. Penetapan Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 7 kelas. 2. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling. Dalam teknik ini sampel merupakan unit dalam populasi yang mendapat peluang sama untuk menjadi sampel, bukan siswa secara individual tetapi kelas. Dari ketujuh kelas VII semester genap dilakukan pengambilan secara random dua kelas untuk dijadikan sampel yaitu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 Selanjutnya untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal, kedua kelas akan diuji t dua pihak/ t-matching terhadap nilai mid semester genap.
C. Pengumpulan Data Pengumpulan data bermanfaat dalam proses pengujian hipotesis. Pengujian data diperoleh dengan memberikan nilai pretest sebelum perlakuan dan posttest setelah perlakuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa, dan Garam akibat perlakuan yang diberikan. Sumber data dalam penelitian ini berupa metode tes, metode angket, dan metode dokumentasi. 1. Metode Tes Tes adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan individu yang dalam penelitian ini untuk mengukur prestasi belajar kognitif pada materi pokok Asam, Basa dan Garam kelas VII SMP Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Instrumen tes yang digunakan terdapat dalam Lampiran 6. 2. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi pada penelitian ini yaitu mengumpulkan data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen yang telah ada. Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan mengumpulkan bermacam-macam sumber tertulis dan menelaah sumber tersebut yang berkaitan dengan obyek penelitian (Hamid Darmadi, 2011:266). Data yang dikumpulkan dengan metode ini adalah data siswa (nilai asli mid semester genap sebagai ranah kognitif) yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesetaraan siswa kemampuan akademik antara dua kelompok eksperimen. Data nilai mid semester genap dapat dilihat pada Lampiran 10. 3. Metode Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung dan tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden dan jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 afektif. Instrumen angket yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 7. D. Validasi Instrumen Penelitian 1. Instrumen Penilaian Kognitif Untuk penilaian kognitif dengan menggunakan bentuk tes obyektif. Tes obyektif tersebut terdiri dari 30 butir soal yang berupa pilihan ganda dengan empat pilihan. Sebelum digunakan untuk menguji subyek penelitian, tes tersebut diujicobakan terlebih dahulu pada siswa kelas VIII-A yang telah mendapat materi Asam, Basa dan Garam. Skala penilaian menggunakan skala 100, dengan penilaian sebagai berikut: Nilai =
Jumlah Jawaban Benar x 10 3
Sebelum digunakan instrumen penelitian diujicobakan terlebih dahulu untuk menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal dan daya pembeda soal. a. Uji Validitas Validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan, atau keabsahan. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika tes tersebut dapat dengan tepat, benar, shahih atau absah mengungkap atau mengukur apa yang seharusnya diukur lewat tes tersebut. Dalam penelitian, validitas yang diuji adalah validitas butir soal atau validitas item. Rumus yang digunakan untuk menentukan validitas item adalah formula korelasi point biserial sebagai berikut:
Keterangan: rpbi
= koefisien korelasi biserial yang melambangkan kekuatan korelasi antara variabel I dengan variabel II, yang dalam hal ini dianggap sebagai Koefisien Validitas Item.
Mp
= skor rata-rata hitung dari siswa yang menjawab benar bagi item yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 dicari validitasnya. Mt
= skor rata-rata dari skor total
SDt
= standar deviasi dari skor total
p
= proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang
sedang
diuji validitas itemnya. q
= proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item yang
sedang
diuji validitas itemnya (q= 1-p) Kriteria pengujian : Jika rpbi > rtabel maka soal dinyatakan valid Jika rpbi ≤ rtabel maka soal dinyatakan tidak valid (Anas Sudijono, 2008: 185) b. Uji Reliabilitas Kata “reliabilitas” sering diartikan sebagai keajegan atau kemantapan. Sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan reliabil jika hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulangkali terhadap subyek yang sama, senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Realibilitas dapat dicari dengan menggunakan rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson. Menurut Kuder dan Richardson, cara menentukan reliabilitas tes itu adalah lebih tepat apabila dilakukan secara langsung terhadap butir-butir item tes yang bersangkutan (Anas Sudijono, 2008: 252). Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk obyektif digunakan rumus KR20 sebagai berikut: r11
n
St
2
n 1
pi qi St
2
Keterangan : r11
: koefisien reliabilitas tes commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 n
: banyaknya butir item
1
: bilangan konstan
St2
: varian total
pi
: proporsi siswa yang menjawab benar butir item yang bersangkutan
q
: proporsi siswa yang menjawab salah, atau qi =1- pi
∑pi qi
: jumlah
dari hasil perkalian antara pi dengan qi (Anas Sudijono, 2008: 252-253)
Kriteria pengujian: Jika r
11
≥ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang
tinggi (reliable). Jika r
11
< 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang
tinggi (unreliable). (Anas Sudijono, 2008: 209) c. Uji Tingkat Kesukaran Soal Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00-1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa seluruh siswa menjawab benar. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 Klasifikasi tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut: 0,00 – 0,30 = soal tergolong sukar 0,31 – 0,70 = soal tergolong sedang 0,71 – 1,00 = soal tergolong mudah (Depdiknas, 2009: 9) d. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dengan siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Bilangan yang menunjukkan hasil perbandingan antara perbedaan jawaban benar dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas (kelompok siswa yang memahami materi) dan kelompok bawah (kelompok siswa yang belum memahami materi) yang diperoleh, dengan perbedaan jawaban benar dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah yang seharusnya diperoleh disebut indeks daya pembeda atau Indeks Diskriminasi (ID). Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan kelompok siswa yang telah memahami materi dengan kelompok siswa yang belum memahami materi. Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai dengan 1,00. ID suatu item sebesar 0,00 berarti tidak ada perbedaan jawaban benar antara siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah. ID suatu item sebesar 1,00 berarti ada perbedaan yang sempurna dari jawaban benar antar siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah. Dengan kata lain seluruh siswa yang tergolong kelompok atas menjawab benar suatu item tertentu dan siswa kelompok bawah menjawab salah terhadap item tersebut. Sebaliknya, apabila seluruh siswa yang tergolong kelompok bawah menjawab benar terhadap suatu item tertentu, dan kelompok siswa yang tergolong kelompok atas menjawab salah terhadap item tersebut, maka ID sebesar -1,00. Daya pembeda soal pilihan ganda dapat dipergunakan rumus sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
ID
PA
PB
BA JA
BB JB
Keterangan : ID
: angka indeks diskriminasi item
PA
: proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir item yang bersangkutan
PA
: proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir item yang bersangkutan
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut Kurang dari 0,20
: jelek (J)
0,20 – 0,40
: cukup (C)
0,40 – 0,70
: baik (B)
0,70 – 1,00
: baik sekali (BS)
Bertanda negatif
: jelek sekali (JS) (Anas Sudijono, 2008: 389)
2. Instrumen Penilaian Afektif Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam menyusun itemitem angket. Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Ada 5 (lima) ranah afektif yang dinilai, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert, skor tertinggi tiap butir adalah 5 dan yang terendah adalah 1. Dalam pengukuran sering terjadi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 kecenderungan responden memilih jawaban pada kategori 3 (tiga) untuk skala Likert. Untuk mengatasi hal tersebut skala Likert hanya menggunakan 4 (empat) pilihan agar jelas sikap atau minat responden, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Depdiknas, 2008: 20). Tabel 3.3 Kriteria Skor Penilaian Afektif Skor untuk aspek yang dinilai SS (Sangat Setuju)
Skor Pernyataan positif (+) Pernyataan negatif (-) 4 1
S (Setuju)
3
2
TS (Tidak Setuju)
2
3
STS (Sangat Tidak Setuju)
1
4 (Depdiknas, 2008: 91)
Sebelum digunakan untuk mengambil data, angket tersebut diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. a. Validitas Angket Untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan teknik analisis korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut:
Keterangan: rxy : koefisien validitas X : skor soal Y : skor total N : jumlah subyek Kriteria pengujian Jika r hitung ≥ r tabel maka soal dinyatakan valid Jika r hitung < r tabel maka soal dinyatakan tidak valid commit to user
(Anas Sudijono, 2008: 181)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil yang tidak berbeda bila dilakukan kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0) yaitu sebagai berikut: r11
n n 1
1
S i2 S t2
Keterangan: r11
: koefisien reliabilitas tes
n
: jumlah item yang dikeluarkan dalam tes
1
: bilangan konstan Si2 : jumlah varian skor dari tiap-tiap item
S 2t
: varian total
Kriteria pengujian: Jika r
11
≥ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang
tinggi (reliable). Jika r
11
< 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang
tinggi (unreliable) (Anas Sudijono, 2008: 208-209)
E. Analisis Data Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara statistik menggunakan analisis uji-t pihak kanan. Untuk menguji hipotesis ini, sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji t-matching.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Metode Lilliefors digunakan dengan prosedur : 1) Hipotesis Ho : sampel berasal dari populasi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal 2) Statistik Uji L = max F Zi
S Zi
Dengan: Z berdistribusi N (0,1) F(Zi) = P(Z ≤ Zi) S(Zi) = proporsi cacah Z ≤ Zi terhadap seluruh Zi 3) Taraf Siginifikansi (α) = 0,05 4) Daerah Kritik (DK) DK = { L L > Lα:n atau L < -Lα:n} dengan n adalah ukuran sampel. 5) Keputusan Uji Ho ditolak Jika Lhitung
DK.
6) Kesimpulan a) Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima. b) Sampel tidak berasal dari populasi normal jika H0 ditolak (Budiyono, 2009: 170-172) b. Uji Homogenitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan uji Bartlett dengan rumus :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 ( Variansi populasi homogen ) Variansi populasi tidak homogen 2
2,303 f log RKG c
dengan :
f j log s 2j
( k-1 )
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel k
fj f=N–k=
= derajat kebebasan untuk RKG = N – k.
j 1
, derajat kebebasan untuk Sj2 = ni – 1, j = 1, 2, …, k
fj = .
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran) nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j c 1
1 3(k - 1)
serta SS j
dimana s 2 j
1 fj
X
2
1 f
RKG
dan
Xj j
rerata kuadrat galat
nj
SS j fj
2
n j 1 s 2j
SS j nj 1
Adapun langkah-langkah pengujian homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis Ho = δ12 = δ22 H1 = δ12 ≠ δ22 2) Signifikansi, α = 0,05 3) Statistik uji yang digunakan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
2,303 f log RKG c
X2
f j log s j
2
4) Komputasi SS j
RKG = rerata kuadrat galat =
c 1
1 3(k 1)
1 fj
fj
1 f
5) Daerah Kritis: │
DK = {
>
(α,k-1)}
6) Kriteria uji H0 diterima apabila
hitung
<
tabel,
yang berarti sampel homogen (Budiyono, 2009 : 176 – 177)
c. Uji t- matching Uji t-matching bertujuan untuk mencari kesetaraan antara dua sampel dalam penelitian. Uji ini dilakukan dengan menguji rata-rata nilai mid semester genap mata pelajaran kimia. Uji yang digunakan adalah uji t-dua arah dengan rumus : (X1
t=
Sp
1 n1
X 2)
Sp 2
1 n2
(n1 1)s1 2 (n2 1)s 2 2 n1 n2 2
dimana: 2 X = rata-rata; n = jumlah; s = varian
Daerah Kritik = {t│-t1-1/2α < t < t1-1/2α}, dimana t1-1/2α didapat dari daftar distribusi t dengan DK = (n1 + n2 – 2) (Budiyono, 2009: 151)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 2. Uji Hipotesis Data yang diperoleh dalam penelitian akan diolah dengan menguji kesamaan rata-rata. Uji yang digunakan adalah uji-t pihak kanan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Hipotesis Ho =
1
2
(rata-rata kelas eksperimen I lebih kecil atau sama dengan nilai rata-rata kelas eksperimen II) H1 =
1
>
2
(rata-rIata nilai kelas eksperimen I lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas eksperimen II) b. Taraf Siginifikansi (α) = 0,05 c. Statistik Uji X1
t
1 n1
S
X2 1 n2 2
S2
(n1 1) S1 (n2 1) S 2 n1 n2 2
2
Keterangan: X1= nilai rata-rata kelas eksperimen I X2= nilai rata-rata kelas eksperimen II n1 = jumlah sampel pada kelas eksperimen I n2 = jumlah sampel pada kelas eksperimen II S2 = simpangan baku gabungan S12 = varians kelas eksperimen I S22 = varians kelas eksperimen II commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 d. Kriteria pengujian 1) Jika thitung < ttabel maka hipotesis nol diterima 2) Jika thitung > ttabel maka hipotesis nol ditolak. (Sugiyono, 2010: 180)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Pengujian Instrumen Berdasarkan variabel yang diteliti maka instrumen penelitian yang diperlukan adalah tes kognitif dan tes afektif. Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas instrumen. Perhitungan dari uji ini dapat dilihat pada Lampiran 15 untuk instrumen kemampuan kognitif dan Lampiran 16 untuk instrumen afektif, rangkuman hasilnya disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kognitif dan Afektif Variabel Instrumen Kognitif Instrumen Afektif
Reliabilitas Harga Kriteria 0,949 Reliabel Tinggi 0,927 Reliabel Tinggi
Kriteria Valid Invalid 33 35
2 5
Berdasarkan tabel di atas, instrumen dengan kriteria invalid di drop, sehingga instrumen kognitif yang digunakan adalah 30 soal dari 35 soal, instrumen afektif yang digunakan adalah 35 soal dari 40 soal. Tabel 4.2 Hasil Uji Daya Beda Instrumen Kognitif Kriteria Variabel
Jumlah Soal
Baik Sekali
Baik
Cukup
Jelek
Jelek Sekali
Instrumen Kognitif
35
-
6
25
4
-
Tabel 4.3 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Kognitif Jenis soal Instrumen Kognitif
Jumlah Soal 35
Taraf Kesukaran Soal Mudah Sedang Sukar 3 25 7
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Kedua instrumen telah valid dan reliabel, sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk pengambilan data. B. Deskripsi Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam. Data tersebut meliputi aspek kognitif dan aspek afektif yang berupa nilai pretest dan posttest. Data diperoleh dari kelas VII-D sebagai kelas eksperimen I dengan metode pembelajaran Proyek serta kelas VII-E sebagai kelas eksperimen II dengan metode pembelajaran Inquiry Terbimbing. Prestasi belajar yang dimaksud di sini adalah selisih nilai pretest- posttest kognitif dan afektif siswa. Jumlah siswa yang dilibatkan pada penelitian ini adalah 24 siswa dari kelas VII-D dan 24 siswa dari kelas VII-E SMP Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2011/ 2012. Berdasarkan prestasi kognitif dan afektif pada Lampiran 9 pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dapat diringkas dan dilihat pada Tabel 4.4 Tabel 4.4 Deskripsi Data Penelitian Aspek Kelas Eksperimen I Uraian Penilaian Mean SD 41,53 8,63 Pretest 73,06 10,72 Kognitif Posttest 31,53 13,44 Prestasi Belajar 112,00 8,19 Afektif Posttest
Kelas Eksperimen II Mean SD 38,74 10,09 64,86 15,16 26,12 14,05 109,54 8,73
Untuk lebih memperjelas gambaran dari masing-masing data, maka akan disajikan deskripsi data hasil penelitian berikut ini. 1. Data Prestasi Kognitif pada Materi Pokok Asam, Basa dan Garam Data penelitian dipaparkan dalam set distribusi frekuensi. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pengamatan hasil penelitian. Perbandingan distribusi frekuensi prestasi belajar kognitif kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 padamateri pokok Asam, Basa dan Garam disajikan dalam Tabel 4.5, perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 10. Tabel 4.5 Perbandingan Prestasi Kognitif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Frekuensi No Interval Nilai Tengah Eksperimen I Eksperimen II 1 7 – 15 11 2 6 2 16 – 24 20 6 8 3 25 – 33 29 6 3 4 34 – 42 38 4 4 5 43 – 51 47 4 2 6 52 – 60 56 2 1 24 24 Jumlah Perbandingan prestasi kognitif kelas eksperimen dapat digambarkan seperti pada Gambar 4.1. Eksperimen I
Eksperimen II
Frekuensi
8 8 7 6 5 4 3 2 1 0
6
6
6 4 4
4
3 2
2
2
1
11,0
20,0
29,0
38,0
47,0
56,0
Nilai Tengah
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada kelas eksperimen I, untuk data pertama memiliki frekuensi 2 kemudian naik sampai puncak frekuensi 6 kemudian menurun sampai frekuensi 4 dan terakhir pada frekuensi 2. Sedangkan, pada kelas eksperimen II, untuk data pertama memiliki frekuensi 6 kemudian naik sampai puncak frekuensi 8 kemudian menurun sampai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 frekuensi 3, lalu naik mencapai frekuensi 4 selanjutnya menurun sampai posisi 2 dan terakhir pada frekuensi 1. 2. Data Prestasi Afektif pada Materi Pokok Asam, Basa dan Garam Perhitungan perbandingan prestasi afektif antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dapat dilihat pada Lampiran 11. Ringkasan perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.6. Berdasarkan data dari masing-masing kelas dibuat daftar distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Frekuensi No Interval Nilai Tengah Eksperimen I Eksperimen II 1 94 – 100 97 3 2 2 101 – 107 104 3 11 3 108 – 114 111 7 3 4 115 – 121 118 9 6 5 122 – 128 125 2 2 24 24 Jumlah Perbandingan prestasi afektif kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dapat digambarkan seperti pada Gambar 4.2 Eksperimen I
Eksperimen II
11
12
9
Frekuensi
10 7
8
6
6 4
3
2
3
3
2 2
2 0 97,0
104,0
111,0
118,0
125,0
Nilai Tengah
Gambar 4.2. Histogram Perbandingan Prestasi Afektif Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 Pada kelas eksperimen I, untuk data pertama memiliki frekuensi 3 naik sampai frekuensi 7, kemudian sampai puncak frekuensi 9 kemudian dan menurun sampai pada frekuensi 2. Sedangkan, pada kelas eksperimen II, untuk data pertama memiliki frekuensi 2, kemudian naik sampai puncak frekuensi 11 kemudian menurun sampai frekuensi 3, lalu naik mencapai frekuensi 6 selanjutnya menurun sampai pada frekuensi 2. C. Pengujian Persyaratan Analisis Pada penelitian ini menggunakan beberapa uji persyaratan analisis antara lain: uji normalitas dan uji homogenitas. Hasilnya akan disampaikan pada uraian berikut: 1. Uji Kesetimbangan Sebelum memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen, untuk mengetahui apakah dua kelas yang akan dikenai perlakuan tersebut setara atau tidak maka disini dilakukan uji kesetimbangan menggunakan uji-t dua pihak/ t-matching. Dalam hal ini, digunakan nilai mid semester untuk kelas VII-D dan kelas VII-E. Hasil pengolahan nilai untuk uji kesetimbangan ini dapat dilihat pada Tabel 4.7. Sedangkan untuk perhitungan uji kesetimbangan ini dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 4.7 Hasil Uji Kesetimbangan Berdasarkan Nilai Mid Semester Kelas VII-D dan kelas VII-E. Kelas
n
Rerata
Variansi (S2)
Eksperimen I Eksperimen II
24 24
78,375 74,417
102,766 178,428
Deviasi Baku (S) 10,137 13,358
Nilai t t hitung
-t tabel
t tabel
1,156
- 2,015
2,015
Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 8 dan Tabel 4.7, didapatkan bahwa nilai thitung tidak masuk ke dalam daerah kritik, dimana daerah kritiknya yaitu t < 2,015 atau t > 2,015. Karena thitung tidak masuk ke dalam daerah kritik tersebut, maka
Ho diterima. Penerimaan Ho menunjukkan bahwa kemampuan awal dari siswa kelas VII-D dan kelas VII-E adalah sama. Setelah mengetahui bahwa kedua kelas tersebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 memiliki kemampuan yang sama maka dapat dilakukan uji prasyarat analisis yang selanjutnya. 2. Uji Normalitas Tujuan dari uji normalitas ini adalah untuk menyelidiki apakah sampel penelitian berasal dari populasi normal atau tidak. Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan uji t- pihak kanan adalah distribusi sampelnya harus normal. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors (Budiyono, 2009: 170-172). Uji normalitas nilai kognitif dan afektif siswa tercantum dalam Lampiran 12 dan 13. Hasil uji normalitas terangkum dalam Tabel 4.8 Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Kognitif dan Afektif Kelas Eksperimen I Eksperimen II
Parameter Prestasi Belajar Nilai Afektif Prestasi Belajar Nilai Afektif
Harga L Hitung Tabel 0,116 0,173 0,090 0,109 0,173 0,158
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal
Berdasarkan Tabel 4.8 dan perhitungan, dapat diketahui bahwa dalam aspek kognitif maupun aspek afektif, kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II menunjukkan sampel yang berdistribusi normal, artinya tidak ada outliers, baik itu high-outliers maupun down-outliers. Hal ini dikarenakan keempat data tersebut berada di luar daerah kritik (Lhitung < Ltabel), sehingga Ho diterima, artinya keempat data tersebut berdistribusi normal. 3. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II homogen atau tidak baik itu yang berhubungan dengan aspek kognitif maupun aspek afektif. Hasil uji homogenitas yang diperoleh dari uji Bartlet dengan taraf signifikansi 5% ditampilkan dalam Tabel 4.9, sedangkan perhitungannya ditampilkan pada lampiran 12 dan 13. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Aspek Kognitif dan Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Aspek Kognitif Afektif
Harga χ2 2
χ hitung 3,133 0,092
χ2tabel
Kesimpulan
3,841
Homogen Homogen
Dari Tabel 4.9 didapatkan bahwa harga χ2hitung kurang dari dari harga χ2tabel sehingga nilai di luar daerah kritik. Hal ini menunjukkan bahwa antara kelas eksperimen I (CTL dengan metode proyek) dan kelas eksperimen II (CTL dengan metode inquiry terbimbing) adalah homogen, baik itu dalam hal aspek kognitif maupun aspek afektif.
D. Pengujian Hipotesis Uji yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan Uji-t pihak kanan terhadap masing-masing aspek. Untuk hasil yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 14 untuk prestasi kognitif dan prestasi afektif. Adapun rangkuman hasil Uji-t disajikan sebagai berikut : 1. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi kognitif siswa materi pokok Asam, Basa dan Garam terangkum pada Tabel 4.10 Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji-t Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif Parameter Variansi (S2) Deviasi Baku (S) T hitung T tabel
Kelas Eksperimen I 104,61 10,23 1,98 1,68
Eksperimen II 218,84 14,79 1,98 1,68
Kriteria Ho ditolak Ho ditolak
Kesimpulan dari uji tersebut adalah pada prestasi kognitif, thitung = 1,98 > ttabel, maka H0 (rata-rata selisih nilai pretest posttest prestasi belajar kognitif siswa kelas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 eksperimen I sama dengan kelas eksperimen II) ditolak. Hal ini berarti prestasi belajar kognitif siswa kelas eksperimen I lebih tinggi dari eksperimen II. 2. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi afektif siswa materi pokok Asam, Basa dan Garam terangkum pada Tabel 4.11 Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Uji-t Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif Parameter Variansi (S2) Deviasi Baku (S) T hitung T tabel
Eksperimen I 67,22 8,20 64,80 1,68
Kelas Eksperimen II 76,17 8,73 64,80 1,68
Kriteria Ho ditolak Ho ditolak
Pada prestasi afektif, thitung = 64,80 > ttabel, maka H0 (rata-rata nilai prestasi belajar afektif siswa kelas eksperimen I sama dengan kelas eksperimen II) ditolak. Hal ini berarti rata-rata nilai prestasi belajar afektif siswa kelas eksperimen I lebih tinggi dari eksperimen II.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning dengan menggunakan metode proyek dapat memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode inquiry terbimbing pada materi pokok Asam, Basa dan Garam” Pengambilan sampel penelitian dilaksanakan setelah populasi memenuhi syarat normalitas, homogenitas dan kesamaan rata-rata (uji t-matching) sebelum perlakuan diberikan. Berdasarkan data pada analisis awal yaitu nilai mid semester genap siswa kelas VII SMP Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa semua kelas yang merupakan bagian dari populasi berdistribusi normal. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa sampel mempunyai kondisi awal yang sama, sehingga untuk menentukan sampel dapat dilakukan dengan teknik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 cluster random sampling. Sampel pada penelitian ini adalah kelas VII-D sebagai kelas eksperimen I yang menggunakan Contextual Teaching and Learning dengan menggunakan metode Proyek dan kelas VII-E sebagai kelas eksperimen II dengan Contextual Teaching and Learning dengan menggunakan metode inquiry terbimbing. Sedangkan untuk uji coba soal dilakukan pada kelas VIII-A SMP Negeri 2 Karanganyar dengan alasan bahwa kelas tersebut sudah terlebih dahulu mendapatkan materi pokok Asam, Basa dan Garam. Pembelajaran di kedua kelas tersebut diawali dengan dilakukan pretest aspek kognitif. Pretest aspek kognitif ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan awal yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Kemudian pada akhir pembelajaran materi Asam, Basa dan Garam dilakukan postest untuk mengetahui prestasi belajar siswa dari aspek kognitif maupun aspek afektif. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis ujit pihak kanan terhadap selisih prestasi kognitif seperti yang tertera pada Tabel 4.10. Penggunaan uji ini bertujuan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan dimana untuk mengetahui apakah prestasi belajar kelas metode proyek lebih baik daripada kelas metode inquiry terbimbing dimana keduanya dilakukan pembelajaran yang sama yaitu Contextual Teaching and Learning. Selain itu Uji-t pihak kanan juga dilakukan pada prestasi afektif seperti terlihat pada Tabel 4.11. Secara umum, kedua kelas mengalami kenaikkan prestasi belajar yang ditunjukkan dengan rata-rata selisih nilai pretest-posttest untuk setiap kelas yang berharga positif. Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa prestasi belajar kognitif siswa kelas eksperimen I adalah 31,53 sedangkan kelas eksperimen II adalah 26,12. Pada Tabel 4.4 juga menunjukkan bahwa nilai prestasi belajar afektif kelas eksperimen I adalah 112,00 sedangkan kelas eksperimen II adalah 109,54. Perbedaan prestasi belajar antara kelas metode proyek dan metode inquiry terbimbing dimungkinkan karena adanya perbedaan dalam pembentukan konsep oleh siswa. Menurut Bruner, kedua metode ini mengharuskan siswa untuk menemukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 suatu konsep. Cara penemuan konsep antara kedua metode inilah yang berbeda, Pada metode proyek, siswa dituntut untuk mencari konsep. Sedangkan untuk metode inquiry terbimbing diawali dengan praktik di laboratorium dimana petunjuk praktikum sudah ditentukan. Pada akhir pembelajaran siswa-siswa pada tiap-tiap kelompok pada kedua kelas eksperimen diminta untuk menyimpulkan hasil dari percobaan yang mereka lakukan. Berdasarkan teori, metode proyek dan metode inquiry terbimbing memiliki prinsip yang sama yaitu menuntut keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Kedua metode ini menuntut siswa untuk bekerjasama dalam kelompok dalam mempelajari materi Asam, Basa dan Garam dengan memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Namun, bila dikaji lebih mendalam, penerapan metode proyek lebih mendorong siswa untuk bekerja secara mandiri karena pembuatan suatu proyek memerlukan pengetahuan yang luas sebagai penuntun untuk memecahkan masalah yang diangkat dalam sebuah percobaan. Prestasi kognitif kelas metode proyek lebih tinggi daripada kelas metode inquiry terbimbing. Hasil ini disebabkan dalam metode pembelajaran metode proyek mempunyai kelebihan antara lain siswa memiliki potensi yang besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan kebermaknaannya maupun penerapan untuk kehidupan sehari-hari, menemukan sendiri melalui diskusi dan presentasi pada kelompoknya untuk menemukan dan menyimpulkan prinsip dasar yang dipelajarinya, sementara pada metode pembelajaran inquiry terbimbing siswa cenderung bergantung pada petunjuk dari guru tanpa mempelajari sendiri materi yang diajarkan. Hal tersebut akan menyebabkan hasil prestasi kognitif yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian Sola dan Ojo (2007:128) yang menyatakan bahwa pada metode proyek memiliki interaksi antar individu dalam kelompok lebih tinggi sehingga kerjasama yang terjadi lebih erat. Siswa pada kelompok proyek lebih termotivasi dalam belajar sehingga menghasilkan perasaan menghargai pendapat antar individu selama diskusi dan tiap individu merasa memiliki penemuan konsep commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 tersebut. Rendahnya kerjasama siswa membuat siswa kurang paham dengan apa yang dilakukan
sehingga berpengaruh pada saat presentasi dan pemahaman materi.
Pemahaman materi yang kurang membuat prestasi kognitif kelas metode inquiry terbimbing tidak setinggi kelas metode proyek. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai dari siswa. Seorang siswa akan sulit mencapai keberhasilan studi yang optimal apabila siswa tersebut tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu. Berdasarkan observasi, siswa yang diajar dengan menggunakan metode proyek memiliki aktivitas belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan menggunakan metode inquiry terbimbing. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam hal ini adalah aktivitas bertanya siswa. Siswa yang berminat terhadap suatu pelajaran, akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Siswa yang berminat pada suatu pelajaran akan selalu bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti (belum paham), serta untuk memenuhi rasa ingin tahunya terhadap pelajaran yang disajikan. Menurut Puji Astuti (2011) bahwa tinggi rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan berkaitan erat dengan rasa ingin tahu/ kebutuhan akan informasi, yang salah satunya dengan mengajukan pertanyaan. Dari sini dapat diketahui bahwa kompetensi siswa pada aspek afektif menjadi penunjang keberhasilan pada aspek pembelajaran lain, yaitu kognitif. Bila siswa memiliki minat belajar yang tinggi maka prestasi belajar siswa juga akan meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang berjudul “Efektivitas Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan Menggunakan Metode Proyek dan Inquiry Terbimbing terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Asam, Basa dan Garam Kelas VII SMPN 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012” dapat disimpulkan bahwa: 1. Pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan menggunakan metode proyek memberikan prestasi belajar aspek kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode inquiry terbimbing pada materi Asam, Basa dan Garam. 2. Pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan menggunakan metode proyek memberikan prestasi belajar aspek afektif yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode inquiry terbimbing pada materi Asam, Basa dan Garam.
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa dan penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam mencapai kualitas hasil belajar yang maksimal. 2. Implikasi Praktis `
Pembelajaran kimia pada materi Asam, Basa dan Garam dengan metode
proyek lebih baik daripada pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing. Oleh karena itu, pembelajaran kimia pada materi Asam, Basa dan Garam sebaiknya disajikan menggunakan metode proyek.
commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 C. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan implikasinya, maka disarankan agar: 1. Guru mata pelajaran sains dapat menerapkan metode proyek pada kegiatan pembelajaran materi Asam, Basa dan Garam karena lebih melatih kemandirian, keaktifan, kreatifitas dan keterampilan siswa melalui kegiatan investigasi terhadap materi yang mereka pelajari. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pembelajaran metode proyek terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok yang lain.
commit to user