MAKALAH TEORI KEPRIBADIAN HARRY STUCK SULLIVAN DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH
TEORI KEPRIBADIAN Dosen Pembimbing: Faisaludin, M.Pd
DISUSUN OLEH : 1. AhmadArinal 2. Devi Novianti 3. Iftitah indriani 4. Fatkhatul Fikriyah
(1114500065) (1114500053) (11145000) (11145000)
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
1
2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak sebenarnya telah mengalami kecemasan sejak bulan-bulan pertama dari kehidupan, bahkan menurut beberapa sarjana, bayi sebelum lahir sudah mengalami kecemasan. Akan tetapi manifestasi dari kecemasan ini sering kali tidak dimengerti oleh orang dewasa. Kecemasan dialami oleh setiap anak dalam setiap fase perkembangannya. Oleh sebab itu gangguan mental emosionil pada anak lebih sering terdapat daripada orang dewasa serta variasinya juga lebih banyak. Seorang anak tidak bisa dianggap sebagai seorang dewasa kecil. Pada umumnya dalam perkembangannya kearah kedewasaan anak melalui beberapa fase perkembangan yang tertentu. Dalam setiap fase perkembangan terjadi kecemasan yang tertentu dan yang bersifat spesifik untuk fase tersebut. Menurut Sullivan, tahap perkembangan kepribadian yang paling menentukan sesungguhnya bukan pada masa kanak-kanak awal, melainkan pada masa pra remaja. Sullivan percaya bahwa manusia dapat mencapai perkembangan yang sehat mereka sanggup mengalami keintiman sekaligus hawa nafsu terhadap pribadi lain yang sama. Hubungan Sullivan sendiri dengan orang lain jarang yang memuaskan dirinya. Sebagai seorang anak, dia sering merasa kesepian dan secara fisik dikucilkan. Ketika remaja, dia menderita minimal satu episode skizofrenik. Dan ketika dewasa, dia mengalami hanya hubunganhubungan antarpribadi yang dibuat-buat dan ambivalen. Meskipun begitu, bahkan mungkin karena kesulitan-kesulitan hubungan antarpribadi ini, Sullivan memberikan banyak kontribusi bagi kita untuk memahami kepribadian manusia. B. Rumusan masalah 1. Bagaiman biografi harry stuck sullivan ?
2
2. Bagaimana teori yang dikembangkan oleh harry stuck sullivan ? 3. Bagaimana stuktur kepribadian oleh harry stuck sullivan ? 4. Bagaimana perkembangan kepribadian harry stuck sullivan ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui tentang biografi harry stuck sullivan. 2. Untuk memahami teori yang dikembangkan oleh harry stuck sullivan. 3. Untuk mengetahui stuktur kepribadian oleh harry stuck sullivan. 4. Untuk memahami perkembangan kepribadian harry stuck sullivan.
BAB II PEMBAHASAN
3
A. Biografi Harry Stack Sullivan lahir disuatu daerah pertanian dekat Norwich, New York, pada tanggal 21 Februari 1892, dan meninggal pada tanggal 14 Januari 1949 di Paris. Ia meraih gelar dokternya dari Chicago College of Medicine and Surgery pada tahun 1917, dan bekerja pada angkatan bersenjata selama perang dunia I. Pada tahun 1922 ia pergi kerumah sakit Santa Elizabeth di Washington D.C, dimana ia berada pengaruh William Alanson White seorang
pakar
dalam
ilmu
neuropsikiatri di Amerika. Harry stack Sullivan
menekankan
bahwa
kepribadian semata-mata merupakan suatu hipotesa, “sebuah ilusi”, yang tidak dapat diselidiki atau diamati secara terpisah dari situasi interpersonal. Kontek Harry S Sullivan yang dipelajari konteks atau situasi interpersonalnya bukan person manusianya. Bagian dari kepribadian lebih banyak dari kejadian-kejadian interpersonal dari pada kejadian-kejadian intrapsikis. Kepribadian merupakan suatu pusat dinamika, bermacam-macam proses yang terjadi dalam suatu seni interpersonal. Dinamika merupakan suatu karakter manusia, dinamika memberikan watak kepada hubungan interpersonal seseorang. Kebanyakan dinamika mempunyai tujuan untuk memuaskan kebutuhan dasar organis. Namun ada suatu dinamika penting yang berkembang menjadi hasil dari keinginnan /kecemasan dinamika ini disebut “the dynamisn of the self” on “the self-system). Self system merupakan penjaga keamanan seseorang yang cenderung terpisah dari kepribadian. Oleh karena self system menjadikan orang dari rasa cemas. Personofikasi yang dimiliki oleh sekumpulan orang disebut stereotypes. Hal ini merupakan pemikiran bersama, yaitu ide/pendapat yang diterima secara luas antara anggota-anggota suatu kelompok/masyarakat yang diteruskan dari generasi kegenerasi. Sullivan bersama-sama dengan beberapa
4
ahli teori kepribadian yang lain menggambarkan kepribadian sebagai suatu kegiatan dimana perbuatan yang dilakukan secara konsisten akan berdampak melemahkanketeganagan. Sullivan tidak percaya bahwa kepribadian dibentuk diusia muda, kepribadian itu bisa saja berubah kapan saja pada saat situasi interpersonal timbul, karena manusia itu seperti plastic dan lunak sehingga dapat ditempa. Walaupun dorongan belajar yang kuat diterima dan perkembangan sudah mendominasi, ada kemungkinan terjadi regresi apabila ada kesakitan, kecemasan, dan kegagalan tidak dapat ditolelir lagi. Ia mengatakan bahwa metode tentang asosiasi bebas kurang memuaskan bila dipakai pada penderita schizophrenia karena cara ini akan menimbulkan kecemasan yang amat sangat. Wawancara psikiatris adalah istilah Sullivan untuk menggambarkan atau menyebut pada situasi interpersonal yang dilakukan dengan cara tatap muka yang terjadi antara pasien dengan therapist. Sullivan mengidentifikasi wawancara sebagai suatu system tentang suatu proses interpersonal yang timbul dari observasi partisipan, dalam hal pewawancara menarik suatu kesimpulan tertang orang yang diwawancara. Tahapan wawancara terbagi atas :
Permulaan yang formal
Peninjauan (reconnaissance)
Penyelidikan yang lebih mendetail
Terminasi Menurut Harry Stack Sullivan, kepribadian adalah pola yang relatif
menetap dari situasi-situasi antar pribadi yang berulang, yang menjadi ciri kehidupan manusia. Sullivan tidak menyangkal pentingnya hereditas dan pematangan dalam membentuk dan membangun kepribadian, namun ia
5
berpendapat bahwa apa yang khas manusiawi adalah interaksi sosial. Pengalaman hubungan antar pribadi telah mengubah fungsi fisiologis organisme menjadi organisme sosial. B. Teori yang dikembangkan Sullivan adalah pencipta pandangan baru yang terkenal dengan nama interpersonal theory of psychiatry. Ajaran pokok teori ini dalam berhubungan dengan teori kepribadian ialah bahwa kepribadian merupakan “pola yang relative menetap dalam situasi-situasi antar pribadi yang berulang yang menjadi ciri kehidupan seorang manusia”. Sullivan berpendapat bahwa sama sekali tidak ada gunanya berbicara tentang individu sebagai objek penelitian karena individu sama sekali tidak terpisahkan dari hubungan dengan orang lain. Sullivan memandang kehidupan manusia sebagai sistem energi, yang perhatian utamanya adalah bagaimana menghilangkan tegangan yang ditimbulkan oleh keinginan dan kecemasan. Energi dapat terwujud dalam bentuk-bentuk di bawah ini; 1. Tegangan (Tension) Tension adalah potensi untuk bertingkahlaku yang disadari atau tidak disadari. Sumber tegangan tersebut ada dua; a. kebutuhan (needs) Kebutuhan yang pertama muncul adalah tegangan yang timbul akibat ketidak seimbangan biologis dalam diri individu. Kebutuhan ini dipuaskan dengan mengembalikan keseimbangan. Kepuasannya bersifat episodik,
sesudah
memperoleh
kepuasan
tegangan
akan
menurun/hilang, namun setelah lewat beberapa waktu akan muncul kembali. Kebutuhan yang muncul kemudian berhubungan dari hubungan interpersonal. Kebutuhan interpersonal yang terpenting adalah Kelembutan kasih sayang (tenderness). Kelembutan kasih sayang adalah kebutuhan yang umum bagi setiap orang seperti halnya kebutuhan oksigen, makan, dan air. Kebalikannya adalah kebutuhan khusus yang muncul dari bagian tubuh tertentu (oleh Freud disebut “erogenic zone). Kebutuhan biologis juga dapat dipuaskan melalui
6
transformasi energi yakni; kegiatan fisik-tingkahlaku, atau kegiatan mental mengamati, mengingat dan berpikir. Memuaskan kebutuhan dapat menghilangkan tension, sedangkan kegagalan memuaskan need yang berkepanjangan bisa menimbulkan keadaan apathy (kelesuan), yaitu bentuk penundaan kebutuhan untuk meredakan ketegangan secara umum. b. kecemasan (anxiety) Menurut Sullivan, kecemasan merupakan pengaruh pendidikan terbesar sepanjang hayat, disalurkan mula-mula oleh pelaku keibuan kepada bayinya. Jika ibu mengalami kecemasan, akan dinyatakan pada wajah, irama kata, dan tingkahlakunya. Proses ini oleh Sullivan dinamakan empati. Biasanya bayi menangani kecemasannya dengan operasi keamanan, bisa pertahanan tidur atau somnolent detachment (bayi menolak berhubungan dengan pemicu kecemasan dengan cara tidur), menyesuaikan tingkahlakunya dengan kemauan dan tuntutan orang tua, dan atau dengan memilih mana yang harus tidak diperhatikan (selective inattention)─menolak menyadari stimulus yang mengganggu. Tension karena kecemasan ini unik, berbeda dengan tension lain dalam hal kecenderungannya untuk bertahan tetap dalam kecemasan dengan segala
kerusakan
yang
diakibatkannya.
Kalau
tegangan
lain
menghasilkan tingkahlaku untuk mengatasinya, kecemasan justru menghasilkan tingkahlaku yang menghambat agar orang tidak belajar dari kesalahannya, terus-menerus menginginkan rasa aman yang kekanak-kanakan,
dan
membuat
orang
tidak
belajar
dari
pengalamannya sendiri. 2. Transformasi Energi (Energy Transformation) Tegangan yang ditransformasikan tingkahlaku, baik tingkahlaku yang terbuka maupun tertutup, disebut transformasi energi. Tingkahlaku yang ditransformasi itu meliputi gerakan yang kasatmata, dan kegiatan mental seperti perasaan, pikiran, persepsi, dan ingatan. Bentuk-bentuk
7
kegiatan yang dapat mengurangi tegangan me-nurut Sullivan dipelajari dan ditentukan oleh masyarakat tempat orang itu dibesarkan. C. Struktur Kepribadian Meskipun Sullivan memandang tegas sifat dinamis kepribadian, namun menurutnya ada beberapa aspek kepribadian yang nyata-nyata stabil dalam waktu yang lama: dinamisme, personifikasi, sistem self, dan proses kognitif. a. Dinamisme (The Dynamism) Dinamisme adalah pola khas tingkahlaku (transformasi energi, baik terbuka maupun tersembunyi) yang menetap dan berulang terjadi yang menjadi ciri khusus seseorang. Dinamisme yang melayani kebutuhan kepuasan organisme melibatkan bagian tubuh, yakni alat reseptor, efektor dan sistem syaraf. Misalnya, dinamisme makan melibatkan otot mulut dan leher. b. Personifikasi (Personification) Personifikasi adalah suatu gambaran─mengenai diri atau orang lain─yang
dibangun
berdasarkan
pengalaman
yang
menimbulkan
kepuasan atau kecemasan. Hubungan yang memberi kepuasan akan membangkitkan image positif, sebaliknya jika melibatkan kecemasan akan membangkitkan
image
negatif.
Misalnya,
personifikasi
yang
dikembangkan oleh bayi mengenai ibunya adalah gambaran ibu baik (good mother) yang diperoleh dari pengalaman ibu menyusui dan merawatnya sehingga menimbulkan kepuasan atau gambaran ibu buruk (bad mother) yang diperoleh dari pendekatan ibu yang menimbulkan kecemasan dan takut). Ketika bayi mulai membedakan diri dengan lingkungannya, mulai terbentuk personifikasi diri dan orang lain. Gambaran tentang diri sendiri yang berkembang adalah saya baik (good-
8
me) yang dikembangkan dari pengalaman dihadiahi, dimulai dengan hadiah kepuasan makan. Personifikasi saya buruk (bad-me) dikembangkan dari pengalaman kecemasan akibat perlakuan ibu atau pengalaman ditolak atau dihukum. Baik good-me maupun bad-me bergabung ke dalam gambaran diri. Personifikasi diri yang ketiga, bukan saya (not me) dikembangkan dari pengalaman kecemasan yang sangat, seperti kekerasan fisik atau mental. Not me menggambarkan aspek yang dipisahkan dari self dan disertai dengan emosi unkani (uncanny) atau emosi yang mengerikan dan berbahaya. Not me tidak pernah diintegrasikan ke dalam kepribadian, dan tetap dipertahankan sebagai sistem terpisah, yang bagi orang normal kadang muncul dan dianggap “mimpi buruk.” Sedang orang yang menderita gangguan mental yang serius, mungkin berhadapan dengan bukan saya sebagai sesuatu yang sangat nyata. c. Sistem Self (Self-System) Sistem self adalah pola tingkahlaku yang konsisten yang mempertahankan keamanan interpersonal dengan menghindari atau mengecilkan kecemasan. Sistem ini mulai berkembang pada usia 12-18 bulan, usia ketika anak mulai belajar tingkahlaku mana yang berhubungan─meningkatkan atau menurunkan─kecemasan. Ketika sistem self mulai berkembang, orang mulai membentuk gambaran diri atau personifikasi diri yang konsisten. Setiap pengalaman interpersonal yang dipandang bertentangan dengan sistem dirinya berarti mengancam keamanan diri. Dampaknya, orang berusaha mempertahankan diri melawan tegangan interpersonal itu memakai operasi keamanan (security operation); suatu proses yang bertujuan untuk mereduksi perasaan tidak aman atau perasaan akibat dari ancaman terhadap sistem self. Beberapa macam sistem keamanan yang dipakai sejak usia bayi antara lain:
9
1. disosiasi, adalah mekanisme menolak impuls, keinginan dan kebutuhan muncul ke kesadaran. Disosiasi tidak hilang, tapi ditekan ke ketidaksadaran dan mempengaruhi tingkahlaku serta kepribadian dari sana. 2. inatensi, yaitu memilih mana pengalaman yang akan diperhatikan dan yang tidak perlu diperhatikan. Terhadap pengalaman yang mengancam personifikasi diri, orang dapat berpura-pura tidak merasakannya. 3. apati dan pertahanan dengan tidur (somnolent detachment), mirip dengan inatensi. Pada apatis, bayi tidak memilih objek mana yang harus diperhatikan, semuanya diserahkan pada pihak luar. Pada pertahanan tidur, bayi tidak perlu memperhatikan stimulasi manapun. d. Proses Kognitif (Cognitive Process) Menurut Sullivan, proses atau pengalaman kognitif dapat dikelompokkan menjadi tiga macam; 1. .prototaxis (prototaksis), adalah rangkaian pengalaman yang terpisahpisah yang dialami pada bayi, dimana arus kesadaran (penginderaan, bayangan, dan perasaan) mengalir ke dalam jiwa tanpa pengertian “sebelum”
dan
“sesudah.”
Semua
pengetahuan
bayi
adalah
pengetahuan saat itu, di sini dan sekarang. 2. parataxis (parataksis). Sekitar awal tahun kedua, bayi mulai mengenali persamaan-persamaan dan perbedaan peristiwa, disebut pengalaman parataksis atau asosiasi. 3. syntaxis (sintaksis), adalah berpikir logis dan realistis, menggunakan lambang-lambang yang diterima bersama-sama, khususnya bahasakata-bilangan.
10
Tiga model pengalaman kognitif itu terjadi sepanjang hayat. Normalnya, sintaksis mulai mendominasi sejak usia 4-10 tahun.
D. Perkembangan kepribadian Periode
Orang
Proses
Infancy
Penting Peran
Interpersonal Kelembutan
Utama Awal
Negatif Rasa aman
0-1,5
keibuan
kasih sayang
mengorganisas
beroperasi
Lahir-
Pencapaian
Perkembangan
i pengalaman, melalui aparthy
berbicara
belajar
dan
somnolent
memuaskan
detachment
beberapa Childhood
Orang tua
1,5-4
Melindungi
kebutuhan diri Belajar melalui Perfomansi
rasa
aman identifikasi
Berbicara-
melalui
imaji dengan
hubungan
teman sebaya
sebaya
tua;
if,
rasionalisasi
orang preokupansi belajar transformasi
sublimasi
jahat
mengganti suatu kepuasan dengan kepuasan yang Juvenile 4-8/10 Hubungan sebaya-chum
Teman
Orientasi
lain Belajar bekerja Stereotip
bermain yang menuju
sama
seusia
kehidupan
bersaing
sebaya
dengan lain,
dan Ostrasisme orang belajar
berurusan dengan
11
figur
as
Disparajemen
Pra-adolesen
Chum
8/10-12
tunggal
otoritas Belajar
Intimasi
Loneliness
mencintai
Chum-
orang
lain
pubertas
seperti
atau
awal
melebihi mencintai diri
Adolesen
Chum jamak
Intimasi
sendiri dan Integrasi
Pola tingkahlaku
Awal
nafsu seks ke kebutuhan
seksual
12-16
orang
tidak terpuaskan
Pubertas-
yang Intimasi
berbeda
Seks manta
dengan kepuasan
Menggabung
seksual Integrasi ke
Personifikasi
Akhir
Intimasi
dalam
yang tidak tepat
16-20
dengan nafsu
masyarakat
Adolesen
Kekasih
Seks mantap
dewasa,
Keterbatasan hidup
Tanggung Self-respect
jawab sosial Maturity
Konsolidasi
20 <
pencapaian setiap tahap
yang
Tahap Pertama:. Bayi (Infancy); Lahir-Bisa Berbicara (0-18 Bulan) Perhatian utama bayi adalah makan, sehingga obyek pertama yang menjadi pusat perhatiannya adalah puting susu ibu (atau puting botol) yang kemudian menimbulkan paling tidak tiga image, sesuai pengalaman bayi dengan puting itu; 1) puting bagus (good nipple), puting yang lembut penuh kasih sayang dan menjanjikan kepuasan fisik
12
2) 2.bukan puting
(not-nipple), puting yang salah karena tidak
mengeluarkan air susu 3) puting buruk (bad nipple), puting dari ibu yang cemas, tidak memberi kasih sayang dan kepuasan fisik. Pengalaman makan itu akan membentuk personifikasi ibu yang menjadi faktor penentu dalam pembentukan personifikasi diri. Ciri-ciri penting perkembangan pada masa bayi menurut Sullivan: 1. timbulnya dinamisme apati, pertahanan tidur, disosiasi, dan inatensi 2. peralihan dari prototaxis ke parataxis 3. organisasi personifikasi-personifikasi, baik personifikasi ibu maupun diri sendiri 4. organisasi pengalaman melalui belajar dan munculnya dasar-dasar sistem diri 5. diferensiasi tubuh bayi sendiri, mengenal dan memanipulasi tubuh 6. belajar bahasa, dimulai dengan bahasa autisme 7. belajar melakukan gerakan terkoordinasi, melibatkan mata, tangan, mulut, dll.
Tahap Kedua: Anak (Childhood); Bisa Mengucap Kata-Butuh Kawan Bermain (1,5-4 Tahun) Tahap anak dimulai dengan perkembangan bicara dan belajar berpikir sintaksis, serta perluasan kebutuhan untuk bergaul dengan kelompok sebaya. Anak mulai belajar menyembunyikan tingkahlaku yang diyakininya bisa menimbulkan kecemasan atau hukuman seperti dengan rasionalisasi (memberi alasan palsu) mengenai segala hal yang telah
13
mereka kerjakan atau sedang mereka rencanakan. Mereka memiliki tampilan seolah-olah (as if performance), yakni: 1) dramatisasi (dramatization): permainan peran seolah-olah dewasa, belajar meng-identifikasikan diri dengan orang tuanya. 2) bergaya sibuk (preoccupation): anak belajar konsentrasi pada satu kegiatan yang membuat mereka bisa menghindari sesuatu yang menekan dirinya. 3) transformasi jahat (malevolent transformation): perasaan bahwa dirinya hidup di tengah-tengah musuh, sehingga hidupnya penuh rasa kecurigaan dan ketidak percayaan bahkan sampai tingkahlaku yang paranoid. 4) sublimasi taksadar (unwitting sublimation): mengganti sesuatu atau aktifitas
(taksadar
atau
unwitting)
yang
dapat
menimbulkan
kecemasan dengan aktifitas yang lebih dapat diterima secara sosial. Masa anak ditandai dengan emosi yang mulai timbal balik, anak disamping menerima juga bisa memberi kasih sayang. Masa anak juga ditandai dengan akulturasi yang cepat. Disamping menguasai bahasa, anak belajar pola kultural dalam kebersihan, latihan toilet, kebiasaan makan, dan harapan peran seksual.
Tahap Ketiga: Remaja Awal (Juvenile); Usia Sekolah-Berkeinginan Bergaul Intim (48/10 Tahun) Perkembangan penting dalam tahap ini adalah loncatan sosial ke depan, anak belajar kompetisi, kompromi, kerjasama, dan memahami makna perasaan kelompok. Tahap ini juga ditandai dengan munculnya konsepsi tentang orientasi hidup, suatu rumusan atau wawasan tentang: 1. kecenderungan atau kebutuhan untuk berintegrasi yang biasanya memberi ciri pada hubungan antar pribadinya, 2. keadaan-keadaan yang cocok untuk pemuasan kebutuhan dan relatif bebas dari kecemasan,
14
3. tujuan-tujuan jangka panjang yang untuk mencapainya orang perlu menangguhkan kesempatan-kesempatan menikmati kepuasan jangka pendek. Perkembangan negatif yang penting dalam tahap ini adalah: 1. prasangka (stereotype), yaitu meniru atau memakai personifikasi mengenai orang atau kelompok orang yang diturunkan antar generasi, 2. pengasingan (ostracism), adalah pengalaman anak diisolasi secara paksa, dikeluarkan/diasingkan dari kelompok sebaya karena perbedaan sifat individual dengan kelompok, 3. penghinaan (disparagement), berarti meremehkan atau menjatuhkan orang lain, yang akan berpengaruh merusak hubungan interpersonal pada usia dewasa.
Tahap Keempat: Pre-adolesen (Preadolescence); Mulai Bergaul Akrab-Pubertas (8/10-12 Tahun) Pre-adolesen ditandai oleh awal kemampuan bergaul akrab dengan orang lain bercirikan persamaan yang nyata dan saling memperhatikan. Mereka membutuhkan chum: teman akrab dari jenis kelamin yang sama, teman yang dapat menjadi tempat mencurahkan hati, dan bersama-sama mencoba memahami dan memecahkan masalah hidup. Tahap pre-adolesen ditandai oleh beberapa fenomena berikut: 1. orang tua masih penting, tapi mereka dinilai secara lebih realistic 2. mengalami cinta yang tidak mementingkan diri sendiri, dan belum dirumitkan oleh nafsu seks 3. terlibat kerjasama untuk kebahagiaan bersama, tidak mementingkan diri sendiri
15
4. kolaborasi chum, kalau tidak dipelajari pada tahap ini, akan membuat perkembangan kepribadian berikutnya akan terhambat 5. hubungan chum dapat mengatasi/menghilangkan pengaruh buruk simptom salah suai yang diperoleh dari perkembangan tahap sebelumnya.
Tahap Kelima: Adolesen Awal (Early Adolescence); Pubertas-Pola Aktifitas Seksual yang Mantap (12-16 Tahun) Perubahan fisik usia pubertas mengembangkan hasrat seksual (lust) pada periode awal adolesen. Banyak problem yang muncul pada periode ini merefleksikan konflik antar tiga kebutuhan dasar: keamanan (bebas dari kecemasan), keintiman (pergaulan akrab dengan seks lain) dan kepuasan seks. Kepuasan seksual bertentangan dengan operasi keamanan, karena aktifitas genital pada usia ini terlarang pada banyak budaya sehingga menimbulkan perasaan berdosa, malu, dan cemas. Keintiman bertentangan dengan keamanan, karena mengubah keintiman dari sesama jenis
menjadi
keintiman
dengan
jenis
kelamin
pasangan
akan
menimbulkan perasaan takut, ragu-ragu, dan kehilangan harga diri yang semuanya akan meningkatkan kecemasan. Keintiman bertentangan dengan kepuasan seksual, mereka kesulitan mengombinasikan Intimasi dengan kepuasan seksual untuk diarahkan pada satu orang paling tidak karena empat alasan: 1. banyak adolesen yang melakukan sublimasi terhadap dorongan genitalnya, untuk mencegah penggabungan dorongan seks dengan intimasi, 2. dorongan genital yang sangat kuat dapat dipuaskan melalui masturbasi atau hubungan seks tanpa intimasi, 3. masyarakat membagi objek seksual menjadi dua, “baik” dan “buruk,” sedang remaja selalu memandang “baik,”
16
4. alasan kultural, orang tua, guru, dan otoritas lainnya melarang keintiman
dengan
seks
yang
sama
karena
takut
terjadi
homoseksualitas, namun mereka juga melarang intimasi dengan lawan jenis karena takut dengan penyakit menular seksual, kehamilan, atau kawin dini.
Tahap Keenam: Adolesen Akhir (Late Adolescence); Kemantapan Seks-Tanggung Jawab Sosial (16-Awal 20an) Tahap ini ditandai dengan pemantapan hubungan cinta dengan satu pasangan. Tapi menurut Sullivan, perkembangan luar biasa tinggi dalam hubungan cinta dengan orang lain bukan tujuan utama kehidupan, namun sekedar sumber utama kepuasan hidup. Jika orang masuk pada tahap ini dengan inflasi sistem-self, menghadapi kecemasan di banyak aspek kehidupan, mereka bisa mengalami beberapa masalah seperti personifikasi yang tak tepat (inaccurate personification) dan berbagai jenis keterbatasan hidup (restrictions of living) yang meliputi pandangan tidak realistic mengenai diri sendiri, pandangan mengenai orang lain yang stereotip, serta tingkahlaku menolak kecemasan yang merusak kebebasan seseorang. Pencapaian akhir tahap ini adalah self-respect, yang menjadi syarat untuk
menghargai orang lain. Tahap Ketujuh: Kemasakan (Maturity) Orang dewasa yang masak hendaknya sudah belajar memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang penting; bekerjasama dan berkompetisi dengan orang lain, mempertahankan hubungan dengan orang lain yang memberi kepuasan intimasi dan seksual; dan berfungsi secara efektif di masyarakat tempat dia berada.
17
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Harry Stack Sullivan lahir di suatu daerah pertanian dekat Norwich, New York pada tanggal 21 Pebruari 1892 dan meninggal pada tanggal 14 januari 1949 di Paris, Perancis. Dia merupakan salah satu tokoh yang ikut melengkapi teori psikoanalisis dengan pandangan psikologi sosial. Sullivan dalam
teorinya
tentang
hubungan-hubungan
antar
pribadi
semakin
mengukuhkan teori kepribadian yang berlandaskan proses-proses sosial.
18
Kontribusi utama Sullivan terhadap teori interpersonal adalah pemikirannya akan tahap perkembangan. Sulivian tegas memandang sifat dinamika kepribadian, sehingga merendahkan konsep id-ego-superego-dll. Yang membuat kepribadian menjadi stabil/statis. Namun ternyata dia juga memberi tempat penting dalam teorinya beberapa aspek kepribadian yang nyata-nyata stabil dalam waktu yang lama yaitu: dinamisme, personifikasi, sistem self, dan proses kognitif. Sullivan mulai dengan konsepsi umum tentang organisme, yakni suatu sistem tegangan yang secara teoritis dapat bervariasi antara batas pengendoran mutlak (absolute relaxation) atau euphoria (perasaan sangat bahagia dan gembira) sebagaimana Sullivan lebih suka menyebutnya, dan tegangan mutlak seperti halnya yang terjadi dalam perasaan takut yang luar biasa. Enerji dapat maujud dalam bentuk tegangan (tension) atau dalam bentuk tingkah laku itu sendiri (energy trabsformation). B. Saran Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis agar bisa mengetahui tentang teori kepribadian Harry Stuck Sullivan.
DAFTAR PUSTAKA Suryabrata, Sumadi. 2003. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
19
Hall Calvin S dan Gardner Lindzey.1993. Psikologi Kepribadian 1. Editor Dr. A. Supratiknya.Yogyakarta. Kanisius.
20