N
E
W
L
E
T
T
E
R
PROGRAM BARU THE HABIBIE CENTER
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
Duta Besar Amerika Lynn Pasco
Fokus Perkembangan Psikologis Anak Asuh THC di Aceh, Normal .......................................... Peristiwa Peluncuran VCD Rona Demokrasi dan Diskusi “Democracy in Living Colors: The Role of Civil Society in the U.S. and Indonesia” ............................... THC meluncurkan buku Development, Migration and Security in East Asia”. .. Diskusi Refleksi Perjalanan Bangsa 2005 dan Perspektif 2006 Penegakan Hukum Masih Lemah ................................................................. “Reformasi Birokrasi harus Meningkatkan Daya Saing Indonesia” ............................ Perusakan Lingkungan dan Bencana Alam: Tanggung Jawab Siapa? ................... Workshop Asia-Link Program of the European Commission “ Upgrading institutional capacity of industry relation offices” International Workshop on Dissemination of Project results ............... Program Khusus Kesaksian Taufik Ismail: “Puisi-puisi saya terlahir karena kondisi ekonomi, politik dan sosial saat itu” ............................... Penelitian “Persepsi Indonesia terhadap Peran Keamanan AS dan China di Kawasan Asia Timur” ..................................................................... Kunjungan 40 Kepala Sekolah SMA Se-Surakarta Berkunjung ke THC ................................................ Program THC Program The Habibie Center ....................... Gallery Photo ......................................................
S
2
3
4
6 7
Mulai bulan Maret 2006, The Habibie Center, bekerja sama dengan Bincang2 The Quick Channel, menayangkan acara talk show bertajuk “Bincang2 Habibie Center (THC) )”. Acara yang berdurasi satu jam ini tayang setiap hari rabu pukul 20.00 di Quick Channel, stasiun televisi yang dapat ditangkap melalui jalur berlangganan TV kabel. Meski pun hanya dapat dilihat melalui tv kabel dan satelit, Quick Channel ditonton oleh tak kurang dari dua juta pemirsa televisi di seluruh Indonesia. Tujuan THC menayangkan acara Bincang2 THC ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat Indonesia akan permasalahan bangsa saat ini, seperti masalah-masalah politik, ketenaga kerjaan, hukum, ekonomi dan juga budaya. Pemahaman ini diperoleh dengan cara menggali opini, sumbang saran dan pemikiran para tokoh masyarakat, intelektual, pemegang keputusan, maupun para tamu asing yang hadir sebagai narasumber pada acara talk show ini. Acara ini hadir pada tayangan utama yakni setiap Rabu pukul 20.00, dan diputar ulang setiap hari pada jam yang berbeda, di Q-Channel mau pun di SWARA (jadwal tertera). THC berharap acara ini dapat menjadi medium untuk menyebarkan informasi yang positif atas solusi dari berbagai permasalahan bangsa yang terjadi saat ini dan menjadi tayangan yang diminati para pemegang keputusan mau pun kalangan intelektual.
8
9
10
12
14 15 16 Dewi Fortuna Anwar, BJ. Habibie & A. Watik Pratiknya saat rekaman “Bincang2 THC”
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
1
Fokus
PERKEMB AN GAN PSIK OL OGIS PERKEMBAN ANG PSIKOL OLOGIS ANAK ASUH THC DI ACEH, NORMAL
Anak Asuh The Habibie Center menerima bingkisan alat-alat sekolah di Banda Aceh
Psikologis anak asuh korban tsunami yang ditampung di dua rumah asuh The Habibie Center di Banda Aceh beralih normal. Ini bisa terlihat dari hasil sebuah tes psikologis yang diberi nama “Sore Ceria” yang berlangsung selama bulan Desember 2005. Tes psikologis itu dilakukan oleh Tim Psikodista, sebuah lembaga psikologis yang berbasis di Aceh, dipimpin oleh dr. Nashrah. Tes dijalankan dalam berbagai bentuk simulasi permainan yang bertujuan untuk memahami perkembangan psikologis anak selama berada di rumah asuh THC tersebut. Selain itu, tes juga dimaksudkan untuk mengetahui pekembangan pelaksanaan program-program yang diberikan oleh pengasuh di rumah asuh. Secara umum hasil tes tersebut menujukkan bahwa anak-anak asuh tersebut mengalami kemajuan dalam menghilangkan trauma, dan mengalami perubahan prilaku terhadap peristiwa tertentu, serta mendapat tambahan kemampuan, khususnya dalam hal: (1) berkomunikasi dan pengenalan konsep diri. Contohnya, anak-anak asuh sudah berani mengemukakan
t t t
2
pendapat, ide mau pun mengekspresikan keinginan mereka di tengah kelompok dan mampu mengenali apa yang menjadi cita-cita mereka setelah peristiwa tsunami tersebut. Meskipun secara umum berjalan normal, namun masih terdapat satu-dua anak yang memiliki masalah dalam perkembangan psikologisnya, masih ada anak yang bersikap atau bertingkah laku agresif yang dapat mengganggu teman sebayanya. Juga masih ada beberapa anak yang kurang memiliki rasa percaya diri dan kurang mampu berkomunikasi dengan orang lain. Menurut Penanggung Jawab Program Rumah Asuh THC, Ghazali H. Moesa, bulan April 2006, THC mulai mengoperasikan Rumah Asuh ke-tiga yang berlokasi di Tanjung Selamat, Kec. Darussalam, Banda Aceh. Luas rumah asuh ini berkisar 285 M2, terdiri atas 1 ruang makan, 3 kamar tidur, 2 ruang belajar, 1 dapur, 2 kantor dan 2 ruang pengasuh. Rumah asuh ini dapat menampung sebanyak 50 orang anak Aceh lagi.(Rag)
Anak-anak asuh dalam acara karnaval di Banda Aceh
Penanggung Jawab Redaksi: Dr. A. Watik Pratiknya, t Dewan Redaksi: A. Makmur Makka, Doddy Yudista, t Redaktur Pelaksana: Fetty Fajriati, Redaktur: Afdal Makkuraga Putra, Natassa Irena Agam, t Fotografer: Andi S, Joenarto t Produksi & Sirkulasi: Ghazali H Moesa, t Layout & Desain: M Ilyas Thaha, Diterbitkan Oleh The Habibie Center, Alamat: Jl. Kemang Selatan No. 98 Jakarta.Tilp : (62-21) 7817211 Fax : (62-21) 7817212, e-mail:
[email protected], Website:http://www.habibiecenter.or.id
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
Peristiwa PELUNCURAN VCD RONA DEMOKRASI DAN DISKUSI
“DEMOCRA CY IN LIVIN G COL ORS: “DEMOCRACY LIVING COLORS: THE ROLE OF CIVIL SOCIET Y SOCIETY IN THE U .S. AND INDONESIA U.S. INDONESIA”” Pada Tanggal 27 Maret 2006 THC bekerjasama dengan International Foundation for Election Systems (IFES) dan PT. Jaring Data Interaktif dengan dukungan dari Kedutaan Amerika melangsungkan acara peluncuran VCD. Acara peluncuran didahului oleh diskusi tentang Peran masyarakat sipil Amerika dan Indonesia a. Hadir pada acara ini antara lain Prof. Dr.-Ing. Bacharudin Jusuf Habibie, Duta Besar Amerika Lynn Pascoe dan juga Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan DEPDIKNAS, Dr. Fasli Djalal. Moderator untuk diskusi ini adalah direktur Program dan Riset THC, Dewi Fortuna Anwar. Acara ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pemikiran dan bahan perbandingan tentang peran dari masyarakat sipil di Amerika dan Indonesia dalam proses demokratisasi di kedua negara. Pertanyaanpertanyaan seperti akan kemana demokrasi di Indonesia dan bagaimana demokrasi tersebut akan
sejalan dengan aktifitas dari masyarakat yang telah dicapai di negara maju mau pun berkembang dilontarkan kepada B.J Habibie dan Duta Besar Amerika, Lynn Pasco. Acara peluncuran VCD itu sendiri ditandai dengan penyerahan satu set pertama VCD dari Duta Besar Amerika Lynn Pascoe kepada B.J Habibie untuk dijadikan salah satu koleksi perpustakaan THC. Lynn Pascoe juga menyerahkan 1000 VCD secara simbolik kepada Fasli Djalal yang akan didistribusikan ke sekolah-sekolah dan perpustakaan di seluruh Indonesia. “Rona Demokrasi“ adalah rangkaian film dokumenter berdurasi 25 menit yang sudah ditayangkan oleh Trans TV pada siaran beritanya. Dalam proses pembuatannya dua tim kru Trans TV secara khusus dikirim ke Amerika, kemudian selama tiga minggu mereka bertemu dan mewawancarai masyarakat sipil di Amerika, segera setelah ditayangkan di Trans TV, serial dokumenter tersebut dirubah ke dalam bentuk VCD serial pendidikan yang dilengkapi pula dengan petunjuk bagi guru. Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu ajaran mereka tentang pendidikan nilai-nilai sipil dan demokrasi. Insan pers yang hadir dalam acara diskusi ini diantaranya adalah Ishadi S.K, Direktur TransTV, dan Desi Anwar Produser Metro TV . Ini adalah kerjasama kedua antara THC dengan Kedutaan Besar Amerika dan IFES, berkenaan dengan peluncuran VCD tentang Demokrasi. (Tas)
Dewi Fortuna Anwa, BJ. Habibie dan Duta Besar Amerika Lynn Pasco saat acara diskusi terbuka.
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
3
Peristiwa THC MELUNCURKAN BUKU
DEVELOPMENT, MIGRATION AND SECURITY IN EAST ASIA”, DI GEDUN G LEMHAN AS JAKAR TA GEDUNG LEMHANAS JAKART “Setelah perang dingin berakhir, konsep keamanan secara tradisional/ Non-Traditional Security menjadi perhatian yang serius terutama dilingkungan Asia Timur. Karena perhatian masyarakat menunjukkan bahwa di lingkungan Asia Timur ternyata konflik utama yang menyita banyak perhatian, tenaga dan juga korban, bukanlah konflik senjata, atau perang antar negara melainkan isu-isu yang berkaitan dengan masalah migrasi atau perpindahan orang dari satu negara ke negara lain” pernyataan ini disampaikan Direktur Program dan Riset The Habibie Center, Dewi Fortuna Anwar pada acara diskusi dan peluncuran buku berjudul “ Development, Migration and Security in East Asia” yang diadakan oleh The Habibie Center di Aula Dwi Warna Purwa, Gedung Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas), Jakarta pada tanggal 9 Maret 2006. Acara yang dimulai pukul 08.00 ini terbagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama membahas tentang Kilas Permasalahan Pembangunan, Migrasi dan Keamanan,
Direktur Eksekutif THC A. Watik Pratiknya menyerahkan buku kepada beberapa peserta diskusi
4
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
dengan pembicara Riwanto Tirto Sudarmo dan Dewi Fortuna Anwar, sesi kedua membahas tentang Tenaga Kerja Migran Tidak Tetap Di Asia Timur, dengan pembicara Tri Nuke Pudjiastuti, Rianto Adi dan moderator, R. Siti Zuhro dari THC. Sedangkan untuk sesi ke-tiga, tema yang dibahas adalah tentang Transnational Crimes: Terrorisme and the trafficking of humans and Narcotics in East Asia , dengan pembicara Sidney Jones, Direktur Eksekutif The Asia division of Human Right Watch dan Ralf Emmers, Professor pada The Institute of Defence and Strategic Studies (IDSS), Nanyang Technological University (NTU), Singapore . Pada sesi ketiga, pembicara menggunakan bahasa Inggris untuk mengantarkan makalah mereka. Dewi Fortuna Anwar dan pembicara lain setuju Development, migration and security adalah tiga buah fenomena yang dalam lima tahun terakhir ini semakin terkonvergensi. Oleh karena itu buku ini mencoba menelusuri berbagai perubahan sosial, ekonomi dan politik yang terjadi di berbagai belahan dunia, dari sudut pandang atau perspektif yang baru. Perubahan yang berkaitan dengan proses pembangunan ekonomi terjadi terutama di beberapa negara di kawasan Asia Timur antara lain Cina, Filipina, Thailand, Vietnam dan Indonesia. Isu yang menonjol dalam konsep keamanan di negara-negara tersebut adalah antara lain people smuggling atau trafficking . Adanya harapan akan masa depan yang lebih baik di suatu negara di Asia Timur, menyebabkan masyarakat dari negara di wilayah itu ingin melakukan migrasi. Misalnya, orang Indonesia melihat harapan untuk mendapat penghasilan tinggi sangat besar di Singapura atau China, maka mereka mencari kerja di sana. Akibatnya, pergerakan manusia melintasi batas-batas negara dalam skala besar menimbulkan tantangan baru pada masalah keamanan, khususnya jika diletakkan dalam konteks human
Peristiwa security. Beberapa kasus yang menonjol adalah eksploitasi pekerja migran, penyelundupan dan bentukbentuk perdagangan manusia lainnya. Selain itu, terjadi pula pembangunan jaringan obat bius antar negara, dan pengembangan jaringan teroris internasional. Masalah diatas menjadi lebih kompleks jika dikaitkan dengan isu pembangunan ( development ) khususnya pembangunan ekonomi. Pada kasus lokal, pembangunan yang pesat di bidang ekonomi menimbulkan tekanan urbanisasi yang kuat tetapi tidak didukung oleh infrastruktur fisik dan sosial yang memadai sehingga membuat imigran lokal menjadi rentan terhadap pelanggaran hak dan eksploitasi. Tidak hanya itu kebijakan pembangunan sering pula menjadi akar penyebab dari forced migration seperti pengungsi, yang pada gilirannya menimbulkan masalah keamanan yang tak kalah serius. Masalah mendasar yang perlu dijadikan perhatian utama dalam menyikapi fenomena hubungan antara pembangunan, migrasi dan keamanan ini adalah bagaimana mewujudkan pemerataan pembangunan dan meningkatkan perhatian terhadap human security, tidak hanya dalam ruang lingkup domestik, tapi juga antar negara. Pada saat yang sama, penghargaan terhadap hak asasi manusia tidak hanya untuk memenuhi tuntutan universal,dalam penanganan masalah-masalah imigrasi, tetapi juga berperan
penting dalam meningkatkan keamanan di era globalisasi saat ini. Dewi Fortuna Anwar, selaku editor dari buku ini mengatakan bahwa buku ini memang hanya menelaah masalah migrasi, keamanan, dan pembangunan di negara-negara Asia Timur. Tetapi menurut Dewi berbagai telaah yang ada dalam buku ini menunjukkan bahwa ketiga variable itu bersifat interdependensi. Pembuatan buku ini semula di pelopori oleh gagasan proposal yang di buat oleh Prof. Zhang Yunling dari Institute of Asia Pacific Studies, Chinese Academy of Social Sciences yang diajukan ke Ford Foundation (lembaga yang mendanai proyek ini). Pada acara peluncuran, Direktur Eksekutif The Habibie Center, Ahmad Watik Pratiknya dan Dewi Fortuna Anwa memberikan buku kepada beberapa perwakilan tokoh yang hadir pada acara ini, yaitu antara lain kepada Gubernur dan Wakil Gubernur Lemhanas, Muladi dan Toto Priyanto, wakil dari Metro TV, Randi Salim, dan mantan Menteri Keuangan, Fuad Bawazir. Secara informal buku ini sudah diluncurkan di Beijing. Pada acara peluncuran di Lemhanas Jakarta ini, tak kurang dari 150 orang dari kalangan Lemhanas, Media dan Umum hadir. Buku setebal 347 halaman yang ditulis dalam bahasa Inggris ini, dijual pada hari itu dengan harga 60 persen lebih murah dari harga pasar. (Tas/Dni)
Suasana Diskusi pada Peluncuran buku Development, Migration and Security in East Asia ”, di gedung Lemhanas Jakarta
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
5
Diskusi
REFLEKSIPERJALANANBANGSA2005DANPERSPEKTIF2006
PENEGAKAN HUKUM MASIH LEMAH Kampanye pemerintah yang ingin melakukan “perang” total terhadap korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dan penghargaan terhadap nilai-nilai HAM nampaknya belum berbuah. Pasalnya, sepanjang tahun 2005 masih marak terjadi praktek-praktek KKN dan pelanggaran HAM. Salah satu buktinya adalah mencuatnya kasus korupsi di Mahkamah Agung (MA) yang diduga melibatkan ketua MA, Bagir Manan. Adapun indikasi pelanggaran HAM adalah kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir yang belum terungkap. Hal tersebut mengemuka pada diskusi tentang Refleksi Perjalanan Bangsa 2005 dan Perspektif 2006 bertema: “Langkah-langkah Strategis Mengatasi Transisi yang Tak Kunjung Pasti”, yang menghadirkan pembicara Dr. Dewi Fortuna Anwar (Direktur program dan riset THC), Umar Juoro (Senior Fellow THC) dan Dr. Ahmad Watik Pratiknya (Direktur Eksekutif THC), Rabu, 4 Januari 2006 di Gedung THC, Jl. Kemang Selatan No. 98 Jakarta. Menurut Dewi, maraknya KKN dan pelanggaran HAM tersebut menunjukkan bahwa hukum belum tegak di Indonesia. Meskipun peraturan dan undang-undang sudah dibuat, pelanggaran terhadap hukum masih tinggi. “Beberapa kasus terakhir yang menimpa KPU dan MA merupakan indikasi serius pelanggaran peraturan yang ada, bahkan oleh penegak hukum seperti MA” kata Dewi. Salah satu penyebab masih kusutnya penegakan hukum dan keadilan lanjut Dewi, yakni belum adanya pimpinan atau tokoh di bidang penegak hukum yang “kuat” dan mempunyai integritas. “kita pernah mempunyai tokoh panutan semacam Baharuddin Lopa, namun kepergiannya menyebabkan dunia penegakan hukum melemah. Kehadiran tokoh semacam Lopa yang disegani dan tegas, memberikan dampak positif terhadap penegak hukum” tegasnya. Untuk membenahi persoalan penegakan hukum yang tengah carut-marut, Dewi mengusulkan reformasi hukum untuk membangun dan menata kembali sistem aturan dalam skala yang lebih besar, termasuk
6
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
membenahi persoalan etika. Dengan kata lain, Indonesia memerlukan rule of law dan rule of ethics Selain masalah HAM, Ekonomi Indonesia secara makro dan krisis ekonomi yang menimpa Indonesia juga dibahas. Umar Juoro mengatakan, Indonesia masih dihadang persoalan besar yakni tingginya angka kemiskinan dan pengangguran. Hal itu kemudian diperparah dengan masih rendahnya tingkat inflasi dan daya saing. Tingkat kemiskinan di Indonesia meningkat tajam dari 15 juta di tahun 1998 menjadi sekitar 60 juta di tahun 2005. Sedangkan tingkat pengangguran mencapai 10.8% di tahun 2005. Akibatnya, masyarakat Indonesia menghadapi masalah serius di aspek kesejahteraan seperti: menurunnya kualitas pendidikan, tingkat kesehatan yang ditandai dengan penyakit busung lapar, folio atau lumpuh layu dan demam berdarah. Untuk keluar dari persoalan di atas, Umar mengusulkan agar pemeritah menekan antara rasio hutang dan GDP sekecil mungkin sehingga ada anggaran untuk investasi di bidang kesehatan dan sekolah. Umar juga mewanti-wanti pemerintah agar memperbaiki iklim investasi dengan menghilangkan ekonomi biaya tinggi dan memperbaiki stabilitas makro ekonomi melalui peningkatan efektivitas pemerintah dalam mengendalikan inflasi. (Rag)
A. Watik Pratiknya, Dewi Fortuna Anwar, Umar Juoro dan Wardiman Djojonegoro beserta peserta diskusi.
Diskusi
“REF ORMASI BIR OKRASI HAR US “REFORMASI BIROKRASI HARUS MENIN GKA TKAN DA YA SAIN G MENINGKA GKATKAN DAY SAING INDONESIA INDONESIA””
Seluruh pembicara pada acara Diskusi “Reformasi Birokrasi Untuk Meningkatkan Daya Saing Indonesia”
Untuk merubah tatanan dan budaya birokrasi di Indonesia harus ada komitmen kuat dari Kepala Negara atau Presiden. Ia harus menjadi kekuatan gerakan nasional tentang pentingnya reposisi dan revitalisasi administrasi negara. Ini usaha yang sangat penting, terhadap kebutuhan penyesuaian birokrasi di Indonesia, agar lebih professional sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pada sistem politik Indonesia. Demikian benang merah yang mengemuka pada diksusi yang betema “Reformasi Birokrasi Untuk Meningkatkan Daya Saing Indonesia” yang digelar di Kantor The Habibie Center (THC), Jakarta pada Jumat 23 Maret 2006, kerja sama THC dengan Hanns Seidel Foundation. Hadir sebagai pembicara Bacharudin Jusuf Habibie. Dr. Eko Prasojo dari FISIP UI, Prof. Dr. Bambang Brodjonegoro dan Dr. Suahasil Nazara juga dari FE UI. Globalisasi, definisi yang dijabarkan dengan terjadinya integrasi ekonomi dan masyarakat yang meningkat di seluruh dunia, adalah sebuah kenyataan yang telah terjadi. Dunia menyaksikan pengalihanpengalihan investasi secara langsung, aliran dana dan keterkaitan internasional. Perusahaan multinasional menciptakan sebuah keadaan masuknya pengaruh
dominasi politik dari luar. Kompetisi adalah keras dan satu cara bagi sebuah sistem secara politik, untuk membelokkan secara positif proses global tersebut adalah dengan menciptakan profesionalitas dalam administrasinya dan membuat sistim yang terbuka secara politik itulah hal utama yang membuat lingkungan dunia luar tertarik dengan suatu negara. Dr. Bambang Brodjonegoro mengungkapkan bahwa terdapat lima kriteria yang unsur-unsur yang mempengaruhi daya saing atau iklim usaha di daerah yakni kualitas dari institusi lokal, masalah sosial politik budaya daerah, potensi ekonomi daerah, masalah ketenagakerjaan dan yang terakhir masalah infrastruktur. Sambung Brodjonegoro, dari lima komponen tersebut yang paling mempengaruhi menarik tidaknya suatu daerah untuk investor itu adalah kualitas dari institusi lokal, di dalamnya termasuk adalah kualitas birokrasi. Dalam diskusi ini Dr. Eko Prasojo juga mengatakan bahwa kesejahteraan, pelayanan dan kemakmuran rakyat adalah produk dari sistem administrasi negara secara keseluruhan . sebagai sebuah sistem, sistem administrasi negara sangat dipengaruhi oleh sub-sistem ekonomi, hukum, politik, sosial dan budaya. Keseluruhan sub-sistem tersebut secara langsung maupun tidak akan mempengaruhi tugas negara dalam memberikan pelayanan publik dan pemenuhan hak-hak sipil warga. Faktor lain yang menjadi situasi problematis pelayanan publik di Indonesia adalah masalah kualitas dan kompetensi aparat birokrasi. Ketidaksesuaian antara kebutuhan dan kompetensi yang dimiliki aparat birokrasi telah menyebabkan rendahnya kualitas pelayanan publik. Reformasi birokrasi negara haruslah dimulai dari penyamaan visi , misi dan komitmen orang nomor satu di negeri ini. Ia harus menjadi kekuatan gerakan nasional tentang pentingnya melakukan reposisi dan revitalisasi administrasi negara. Ada dua arah yang harus dituju oleh komitmen dan kepemimpinan
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
7
Diskusi nasional dalam reformasi birokrasi. Pertama, komitmen untuk melakukan modernisasi birokrasi dan kedua, komitmen untuk menegakkan hukum bagi setiap pelanggaran birokrasi. Karena itu reformasi birokrasi bukanlah hanya perubahan struktur dan reposisi birokrasi. Lebih dari itu reformasi birokrasi harus meliputi perubahan sistem politik dan hukum secara menyeluruh, perubahan sikap mental dan budaya birokrat dan masyarakat serta perubahan mindset dan komitmen pemerintah serta partai politik. Hadir pula sebagai peserta, pengamat ekonomi H.S. Dillon, Mantan Mentri Pendidikan Nasional, Malik Fajar, dan Mantan Ketua BPK, Satrio “Billy” Joedono”, dan beberapa tokoh penting lainnya. (fet/tas)
BJ. Habibie didampingi oleh Malik Fajar pada acara Diskusi “Reformasi Birokrasi Untuk Meningkatkan Daya Saing Indonesia” di THC
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
PERUSAKAN LINGKUNGAN DAN BENCANA ALAM:
TANGGUNG JAWAB SIAPA? membeberkan musibah banjir bandang dan tanah Untuk pertama kali, The Habibie Center, bekerja longsor di Jember dan Banjarnegara, di Jawa. sama dengan Yayasan Pembangunan Berkelanjutan (YPB)/ Lead Indonesia, mengadakan diskusi tentang lingkungan. Topik yang diambil pada diskusi yang berlangsung tanggal 26 Januari Perusakan Lingkungan dan lalu ini adalah “Perusakan Bencana Alam: Bahaya Laten Manusia Indonesia a”. Diskusi menghadirkan pembicara yaitu Togu Manurung mantan Direktur Forest Watch Indonesia , Hariyadi K, Mantan Deputi KLH, Wartawan Metro TV, Deddy, dan Peneliti THC, Andrinof Chaniago. Moderator untuk diskusi ini adalah Fetty Fajriati (THC). Intisari dari diskusi ini adalah bahwa kerusakan alam di Indonesia ternyata sangat parah. Togo Manurung memiliki data bahwa setiap 5 tahun, Indonesia kehilangan 2,8 juta hektar hutannya, karena penebangan liar. Seluruh pembicara pada acara Diskusi “Perusakan Lingkungan dan Bencana Dalam 15 tahun ke depan, diramalkan Alam: Ancaman Laten Manusia Indonesia” di THC Indonesia akan benar2 kehilangan hutannya! Selain Togo, wartawan Metro TV juga bersambung ke hal. 14
8
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
Workshop ASIA-LINK PROGRAM OF THE EUROPEAN COMMISSION
“ UPGRADIN G INS TITUTION AL C AP ACIT Y OF UPGRADING INSTITUTION TITUTIONAL CAP APA CITY INDUS TR Y REL ATION OFFICES” INDUSTR TRY RELA INTERNATIONAL WORKSHOP ON DISSEMINATION OF PROJECT RESULTS The Habibie Center bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada menjadi tuan rumah untuk sosialisasi dan diseminasi hasil proyek Asia-Link Programme of the European Commission dengan tema “Upgrading Intitutional Capacity of Industry Relations Offices” pada tanggal 13 – 15 Maret 2006. Peserta yang mengikuti workshop ini adalah dari kalangan akademis di Asia dan Eropa, diantaranya perwakilan dari universitas di Kamboja, Vietnam, Malaysia, Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina, Timor Timur, dan Cina. Workshop ini dipandu oleh Prof. Warner Gohct,- sebagai Project Coordinator , dan Ms. Garner Kasperk. Keduanya berasal dari Acheen University, Jerman. Workshop ini juga dihadiri oleh Ketua Yayasan SDM-Iptek, Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro. Asia Link Programme adalah program yang dibiayai oleh Uni Eropa. Salah satu proyek dari sekian banyak program Asia Link adalah pengembangan kapasitas kelembagaan universitas-universitas di Asia untuk dapat menjalin sinergi dengan dunia industri. Program ini diawali dengan pendirian Industry Relations Office (IRO atau Pusat Hubungan Industrial) di dua universitas di Asia, yaitu Universitas Gadjah Mada di Jogyakarta, dan Chulalongkorn University di Thailand. Selama Workshop berlangsung, perwakilan universitas-universitas yang hadir turut pula memberikan presentasi perkembangan hubungan industrial di kampusnya masing-masing. Salah satu topik yang mencuat juga adalah pentingnya peran hubungan industrial ini dalam mengembangkan Small Medium Enterprises (SME). Sektor pendidikan dan sektor industri ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian suatu negara. Oleh karena itu sinergi yang
terbangun antara dunia pendidikan dan dunia industri merupakan isu yang sangat penting. Secara spesifik proyek ini bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan Pusat-Pusat Hubungan Industrial (IRO) di universitas, dalam bentuk pemberian pelatihan bagi lulusan universitas yang tertarik untuk mengembangkan usaha sendiri. Proyek ini juga membantu mengembangkan hubungan antara para wirausahawan khususnya yang berasal dari sektor Usaha Kecil Menengah (SMEs) dengan jurusan-jurusan yang ada di universitas. Manfaat lain dari proyek ini, antara lain memberikan alih pengetahuan (transfer of knowledge) dari mitra universitas di Eropa kepada mitra universitas di Asia. Mitra universitas di Eropa yang terlibat adalah Acheen University of Technology di Jerman dan Delft University of Technology di Belanda. Kedua uiversitas tersebut telah memiliki pengalaman yang panjang dalam interaksi antara dunia universitas dengan dunia industri. Kedua universitas ini telah membangun sistem kelembagaan yang efisien untuk melakukan transfer teknologi, serta terlibat dalam banyak riset mengenai industri dan pengembangan awal bisnis di Jerman dan Belanda. (Tas)
Seluruh peserta Workshop Internasional Asia-Link Programme of the European Commission dengan tema “ Upgrading Intitutional Capacity of Industry Relations Offices”
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
9
Program Khusus
KESAKSIAN TAUFIK ISMAIL:
“PUISI-PUISI SSA AYA TERL AHIR KAREN AK ONDISI TERLAHIR KARENA KONDISI EK ON OMI, POLITIK D AN SOSIAL SSAA AA EKON ONOMI, DAN AATT ITU” Pada pagi hari, tanggal 7 Februari lalu, peserta diskusi dua mingguan The Habibie Center, berkesempatan mendengarkan puisi yang dibacakan oleh seniman kawakan, Taufiq Ismail. Judul puisi yang Seorang Tukang Rambutan dibacakan adalah “Seorang Kepada Istrinya Istrinya”.Puisi ini dibacakan Taufiq Ismail ini dibacakan sebagai pengantar pada acara diskusi seri tokoh lintas sejarah berbicara, yang mengambil tema Kesaksian Tokoh Angkatan 66, Taufik Ismail “Kesaksian atas Lahirnya Puisi-puisi Protes s”. Dalam diskusi ini, Taufiq Ismail banyak bercerita tentang suasana pada tahun 1966, saat ia melahirkan puisi-puisi yang mengkritisi kondisi saat itu yang penuh tekanan politik mau pun ekonomi. Pada masa itu, pergolakan dan protes bermunculan di berbagai daerah di Ibu Kota, untuk menentang kebijakan pemerintah saat itu, yang menganut Demokrasi Terpimpin. Taufik menggambarkan saat itu sebagai suatu periode yang luar biasa suram di dalam sejarah Indonesia karena tingkat inflasi mencapai 500%. Rakyat kecil terbebani dengan harga-harga yang tinggi akibat inflasi. Kelaparan terjadi di berbagai tempat, orang-orang antri beras dimana-mana, padahal beras belum tentu ada. Dari sisi politik, pemerintah tidak berdaya atas merajalelanya PKI, yang mengkebiri partai-partai politik lainnya. Akibat tekanan politik dan ekonomi ini, rakyat Indonesia saat itu marah. Pelajar dan mahasiswa kemudian bangkit melawan kebijakan pemerintah bersama-sama dengan rakyat. Dalam kondisi seperti itulah, terbit sebuah buku yang berjudul “Tirani dan Benteng”, yang berisi kumpulan puisi-puisi bernada protes yang kemudian menyemangati gerakan pemuda dan mahasiswa yang tergabung dalam aksi “TRITURA” saat itu. Demikian, Taufik Ismail memaparkan proses kelahiran puisi-puisinya yang dikenal sebagai puisi protes. “Padahal, sebenarnya bukan protes, tapi prihatin dengan keadaan kondisi saat itu”, kata Taufik. Maman S. Mahayana seorang tokoh budayawan sekaligus seorang kritikus dalam bidang Sastra
10
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
menyatakan puisi-puisi pada saat itu bahasanya begitu halus, dan menggunakan gaya metafora yang begitu tersembunyi. Sederhana tapi bisa dipahami. Pada masa itu bahasa seakan miskin makna, metafora dilarang, puisi-puisi seperti ini tidak mungkin bisa di terbitkan di koran atau majalah. Kalaupun bisa diterbitkan, akan menjadi serbuan caci maki, dan bahan cemooh, seperti yang terjadi di dalam surat kabar Bintang Timur dan juga Harian Rakyat. Taufiq juga tanpa sadar mencoba tampil dengan bahasa metaforis. Dalam situasi seperti itu, puisi-puisi Taufiq tidak hanya memotret perjalanan peristiwa yang begitu mengerikan dan penuh terror, tetapi ia juga menolak bahasa yang mengandung slogan. Karena Taufiq tampil dengan metafora, maka puisi-puisi Taufiq Ismail, harus “dicantelkan” pada peristiwa tahun 60an dengan peristiwa tahun 65-an. Dengan begitu makna metaforis yang ada dalam karyanya dapat dipahami dan menjadi sesuatu yang hidup. Di sini terlihat bahwa puisi tidak sekedar sebagai bentuk estetika tetapi juga sebagai saksi dan catatan sejarah. Salah satu peserta yang hadir, Salim Said yang juga rekan seperjuangan Taufiq di tahun 66 ikut berpendapat. Menurutnya, Puisi Taufiq memang lebih
Andi Makmur Makka, Taufik Ismail dan Maman S. Mahayana
Program Khusus mencerminkan situasi yang terjadi pada saat itu. Boleh dibilang Taufiq Ismail adalah pelopor menulis puisi protes pada masanya. Selain Taufiq, pada era 70-an juga lahir puisi protes terhadap Orde Baru, yang dibuat oleh WS Rendra yang juga dipanggil sebagai si Burung Merak. Selain puisi protes, WS Rendra juga seorang yang membawa tradisi poetry reading , yakni membacakan sajaknya sendiri bagai bercerita. Poetry Reading kemudian berkembang dan para penyair sering membacakan syairnya di pusat-pusat kesenian atau kampus. Selain Salim, Muladi, Ketua Dewan Pembina The Habibie Center juga hadir pada acara tersebut. Muladi mengatakan bahwa sastrawan itu muncul dalam keadaan tertekan. Namun Muladi mempertanyakan, mengapa tidak ada lagi sastrawan seperti Taufiq Ismail, yang menulis puisi-puisi protes atau elegi pilu seperti masa TRITURA. Namun Taufiq Ismail mengatakan, puisi-puisi semacam itu ada. Hanya saja, temanya tidak lagi seputar perjuangan politik untuk menyuarakan kebebasan berekspresi, tetapi lebih kepada kesedihan, kepiluan, dan keprihatinan atas tekanan sosial budaya, politik dan ekonomi yang dialami oleh masyarakat saat ini. Selain Muladi, hadir pula tokoh lain, seperti Billy Joedono, yang juga Senior Fellow The Habibie Center. Billy Joedono juga ikut membagikan pengalamannya
bersama Salim dan Taufiq. Diskusi telah ditayangkan oleh stasiun televisi kabel, Quick Channel, dalam acara bertajuk Bincang-bincang The Habibie Center Center, tanggal 29 Maret 2006. (Fet)
Taufik Ismail dan Maman S. Mahayana
Muladi Memberikan sambutan pada acara diskusi seri tokoh lintas sejarah berbicara, yang mengambil tema “Kesaksian Tokoh Angkatan 66, Taufik Ismail atas Lahirnya Puisi-puisi Protes”
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
11
Penelitian
“PERSEPSI INDONESIA TERHAD AP TERHADAP PERAN KEAMAN AN AS D AN CHIN A KEAMANAN DAN CHINA DI KA WAS AN ASIA TIMUR” KAW ASAN Pada tanggal 16 Februari 2006, bertempat di Gedung The Habibie Center (THC) Lt. 1, salah satu Visiting Fellow THC yang berasal dari Sut Yat Sen University, Guangzhou, China, Dr. Pan Yi Ning, mempresentasikan hasil penelitiannya selama berada di Indonesia. Topik yang diangkat adalah Persepsi Indonesia terhadap Peran Keamanan AS dan China di Kawasan Asia Timur. Diskusi mengenai dinamika hubungan Amerika dan Cina di kawasan Asia Timur dan tentang persepsi Indonesia terhadap interaksi dua raksasa regional dan global itu akan selalu menarik mengingat peran vital kedua negara tersebut dalam menentukan arah perdamaian maupun konflik di kawasan. Indonesia sendiri merupakan aktor penting dalam politik dan keamanan internasional, khususnya untuk kawasan Asia Tenggara, sehingga kedua negara raksasa ini selalu menaruh perhatian khusus untuk mengembangkan hubungan strategisnya dengan Indonesia. Dalam konteks ini, peran Indonesia untuk menempatkan diri dalam konstelasi persaingan dua kekuatan bipolar baru tersebut dan usaha Indonesia untuk mewujudkan konsep keamanannya, menjadi sangat penting. Menurut Dr. Ning, persepsi memiliki peran yang penting dalam proses pengambilan kebijakan, sehingga
Seluruh Pembicara pada diskusi “Persepsi Indonesia terhadap Peran Keamanan AS dan China di Kawasan Asia Timur”
12
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
akan mempengaruhi pilihan strategis manajemen pertahanan negara. Persepsi dasar Indonesia terhadap Cina dan Amerika Serikat itu sendiri termasuk persepsi akan kapabilitas kedua negara (Cina sebagai regional superpower dan AS sebagai world superpower,) persepsi akan kekuatan militer, kekuatan ekonomi, pengalaman serta ingatan sejarah, dan emosi sosial internal yang diciptakan. Meskipun perumusan persepsi ini menjadi cukup rumit ketika terjadi perubahan yang dramatis atas lingkungan keamanan Indonesia pasca Perang Dingin, tetapi secara garis besar persepsi keseluruhannya masih sama. Cina tetap dipersepsikan sebagai “tantangan yang ambigu”, tapi Cina mulai menunjukkan sisinya yang positif. Sedangkan AS juga masih dipersepsikan sebagai penjaga perdamaian di kawasan, tapi sikap hegemoninya yang unilateral telah menciptakan sentimen anti-Amerika yang semakin kuat. Di era baru pasca Perang Dingin, Indonesia sendiri telah memiliki visi strategis mengenai manajemen pertahanan keamanannya. Visi tersebut meliputi konsep-konsep keamanan pokok yaitu: menjadi kekuatan besar yang independen, menganut konsep kemanan menyeluruh yang diistilahkan sebagai “ketahanan nasional”, dan menganut hubungan eksternal dengan prinsip concentric circles yang menjadikan Asia Tenggara sebagai area pokok dari keamanan eksternal dan arena utama bagi kepemimpinan internasional Indonesia. Lebih lanjut menurut Dr. Ning, untuk mewujudkan visi strategis tersebut, Indonesia harus bersikap pragmatis menghadapi baik AS maupun Cina. AS dan Cina telah dipersepsikan sebagai dua faktor eksternal utama yang dapat membahayakan kepentingan nasional Indonesia, dengan Cina dianggap menimbulkan ancaman yang lebih besar pada jangka panjang. Akan tetapi kedua kekuatan utama tersebut juga sekaligus dipandang sebagai sumber yang sangat penting untuk turut berkontribusi bagi pembangunan Indonesia. Oleh karena itu, pendekatan realis, yang memainkan strategi keseimbangan tantangan ( tactic
Penelitian
Suasana Diskusi
of balance of threat) menjadi lebih relevan untuk diterapkan. Akhirnya, Dr. Ning menyimpulkan bahwa dengan tantangan sistem bipolar baru di kawasan dalam era yang baru ini, arsitektur keamanan Indonesia harus melibatkan secara aktif AS dan Cina di dalamnya. Hal ini bertujuan untuk meraih posisi strategis yang menguntungkan bagi Indonesia di antara Cina dan AS. Dalam jangka pendek, orientasi taktik dapat diarahkan
untuk lebih mendekat ke Cina untuk meraih keuntungan ekonomi dari pembangunan ekonomi Cina yang pesat, menyeimbangkan unilaterisme AS, dan mendorong sensitivitas AS terhadap kawasan Asia Tenggara. Dalam jangka panjang, strategi ini bertujuan untuk menggunakan kekuatan penyeimbang AS menghadapi meraksasanya Cina di kawasan. Selain itu, Indonesia juga harus terus memantapkan komunitas ASEAN sebagai sarana pencapaian ketahanan regional, mengamankan daerah pokok keamanan eksternal, dan memastikan posisi kepemimpinan Indonesia di arena internasional. Di samping itu, strategi lain yang tidak kalah pentingnya adalah dengan memperbesar komunitas Asia Timur yang antara lain terdiri atas Jepang, India, dan Australia. Diskusi ini dihadiri oleh kalangan akademisi, staf Departemen Luar Negeri, LSM, perwakilan organisasi internasional, dan perwakilan dari beberapa Kedutaan Besar yang ada di Jakarta. Moderator diskusi ini adalah Direktur Riset dan Program The Habibie Center, Dr. Dewi Fortuna Anwar. Diskusi kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab serta diakhiri oleh makan siang (jok).
PUBLIKASI THE HABIBIE CENTER The Habibie Center menerbitkan beberapa publikasi. Dua publikasi berupa jurnal: Media Watch and Consumer Center, terbit setiap bulanan. Jurnal ini memuat penilaian kritis terhadap isi dan siaran media di Indonesia. Jurnal kedua: Jurnal HAM dan Demokrasi, terbit tiap tiga bulan. Jurnal ini memuat telaah ilmiah mengenai masalah HAM dan Demokrasi. Newsletter THC, terbit tiap dua bulan yang memuat warta kegiatan The Habibie Center. Kami juga menerbitkan secara periodik,WACANA dan KAJIAN yang memuat berbagai masalah Politik, Sosial, Hukum yang dihasilkan para peneliti dari Direktorat Riset dan Program THC. THC juga secara reguler menerbitkan buku-buku.
Untuk informasi hubungi telp. 7817211, Fax: 7817211 (Vidia)
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
13
Kunjungan
40 KEP AL A SEK OL AH SMA KEPAL ALA SEKOL OLAH SE-SURAKAR TA BERKUNJUN G SE-SURAKART BERKUNJUNG KE THC
Kunjungan Kepala Sekolah SMA se Surakarta di THC
Pada tanggal 1 Maret 2006 lalu, THC menerima kunjungan sekitar 40 Kepala Sekolah SMA Kota Surakarta. Kunjungan ini dilakukan berkaitan dengan adanya Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA se-Surakarta. Kunjungan ke THC dimaksudkan untuk mengetahui peran lembaga ini terhadap pendidikan menengah atas di Indonesia. Para Kepala Sekolah SMA Surakarta ini disambut baik oleh Direktur Eksekutif THC, A. Watik Pratiknya,
dan Direktur Komunikasi THC, Makmur Makka. Pada kesempatan ini, A. Watik Pratiknya mengatakan bahwa adalah hal yang penting bagi para Kepala Sekolah untuk menegakkan moralitas anak didik di tengah-tengah terjangan arus globalisasi saat ini. Kepala Sekolah adalah juga orang yang dapat menjadi ujung tombak bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Dalam kesempatan ini, Ketua rombongan MKKS, Soenarso, menyatakan prihatin atas kondisi sekolah di Jawa saat ini. Di Surakarta contohnya, fasilitas SMA negeri tidak terperhatikan. Selain fasilitas, gaji guru juga tidak kunjung sesuai dengan kemampuan yang dituntut. Banyak sekolah di Surakarta atau yang biasa di sebut kota Solo, tidak mempunyai komputer dan guru yang menguasai komputer. Padahal, anak-anak murid harus siap menghadapi era globalisasi dan digitalisasi. Oleh karena itu, atas nama para guru dan kepala sekolah, Soenarso menghimbau agar THC, mau memperhatikan nasib para guru dan kondisi sekolah di daerah. Soenarso berharap, B.J Habibie, selaku pendiri THC juga mau memberikan sebanyakbanyaknya kesempatan kepada siswa-siswi SMA di daerah untuk mendapatkan bea siswa pendidikan. (Fet)
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
“Perusakan Lingkungan ....“ Sambungan dari hal. 8
Dari hasil tayangan berita Metro TV yang diputar ulang di THC, nampak bahwa bukan hanya penebangan hutan, tetapi pemindahan fungsi tanah dari hutan ke perkebunan juga menjadi sebab bencana banjir dan tanah longsor. Mantan Deputi KLH, Haryadi K mengatakan, pada masa kepemimpinan Emil Salim, masalah pelestarian hutan cukup terperhatikan. Kini, tidak ada lembaga yang siap untuk menerima tanggung jawab masalah lingkungan alam. Karena Departemen selain KLH, yakni Departemen Perdagangan dan Kehutanan, juga punya peran besar terhadap hilangnya hutan di Indonesia.
14
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
Oleh karena itu, akhirnya, persoalan lingkungan alam, terutama masalah pelestarian hutan menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya departemen tetapi bahkan juga masyarakat. Hariyadi mengatakan, ini sama saja mengatakan bahwa tidak ada yang bertanggung jawab atas masalah lingkungan. Meski tidak memberikan rekomendasi apa pun terhadap lembaga mana pun, tetapi diskusi ini cukup menggelitik peserta untuk sadar akan lingkungan, terutama lingkungan sekitarnya. Dan banyak dari peserta berharap, diskusi semacam ini dapat terus diselenggarakan. (fet)
Program THC
CAN G2 THC PR OGRAM BIN PROGRAM BINC ANG Nama-nama tema dan narasumber yang tampil pada acara Bincang 2 THC ini, dapat dilihat pada tabel. No
Tanggal
Topik/
Tayang
Judul
Narasumber
1.
1 Maret 2006
Pengaruh Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) terhadap Perekonomian Indonesia
- Djimanto (Pengusaha/ Sekjen APRISINDO) - Prijono Tjiptoherijanto (FE Univ. Indonesia) - Umar Juoro (Pengamat Ekonomi/ THC)
2.
8 Maret 2006
Reformasi Birokrasi: Tinjauan Khusus mengenai Reformasi Pelayanan Publik
- Sofyan Effendi (Rektor UGM) - Eko Prasojo (UI) - Siti Zuhro (THC)
3.
15 Maret 2006
Iklim Investasi dan Daya Saing Indonesia
- Anton J Supit (Pengusaha/Ketua APRISINDO) - Umar Juoro (THC)
4.
22 Maret 2006
Keterlibatan Birokrasi dalam Pilkada
- Adhy Aman (Wkl Dir. Cetro) - Irman G. Lanti (THC) - Siti Zuhro (THC)
5.
29 Maret 2006
Kesaksian Angkatan 66 - Taufiq Ismail terhadap Puisi Protes.
- Taufik Ismail (Angkatan 66) - Maman S. Mahayana (Kritikus Sastra UI)
6.
5 April 2006
Calon Independen dalam Pemilu dan Pilkada
- Prof. B.J. Habibie - Indria Samego (THC)
7.
12 April 2006
Rendahnya Kepercayaan Publik terhadap Parlemen
- Sukartono Hadiwarsito (Ketua FP Demokrat) - Slamet Effendi Yusuf (Ketua Bdn Kehormatan DPR) - Indria Samego(THC)
8.
19 April 2006
Pasang Surut Hubungan RI dan Australia
-
9.
26 April 2006
Anggaran Pendidikan 20% di APBN: Mungkinkah?
- M. Suryo (PGRI) - Nursanita N (DPR) - Abu Hartono (THC)
10.
3 Mei 2006
Demokrasi dan Kekuasaan
- Prof. B.J. Habibie - Dewi F. A (THC)
11.
10 Mei 2006
Quo Vadis Penyiaran Indonesia
- Ade Armando (KPI) - Dedi Jamaluddin Malik (DPR RI) - Gilang Iskandar (Asosiasi Industri Televisi Swasta)
12.
17 Mei 2006
Partai Politik Lokal: Aset atau Beban bagi Daerah?
- Prof. Dr. Ryaas Rasyid (anggota DPR-RI/Dosen IIP) - Ichsan Loulembah (anggota DPD) - Sutradara Ginting (PDI-P)
13.
24 Mei 2006
Kepastian Hukum dan Investasi di Indonesia
- Dewi Motik - Irman Rajaguguk - Muladi
14.
31 Mei 2006
Demokrasi di Indonesia dan di Amerika (Bhs. Inggris)
- Prof. B.J. Habibie - H.E. Lynn Pasco (Duta Besar AS)
Primo A Joelianto (Dirjen Aspac Deplu) Ikrar Nusa Bakti (LIPI) Renny Winata (UI) Fortuna Anwar (THC)
TAYANGAN ACARA BINCANG 2 THC Rabu 20:00 WIB di Qtv/ Q Channel TAYANGAN ULANG Kamis Jumat Sabtu
16:00 WIB di 20:00 WIB di 11:00 WIB di
Qtv Swara Qtv
Minggu 15:00 WIB di Qtv Senen 22:00 WIB di Swara Selasa 21:00 WIB di Swara
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
15
Galeri Foto
BJ. Habibie didampingi oleh Malik Fajar pada acara Diskusi “Reformasi Birokrasi Untuk Meningkatkan Daya Saing Indonesia” di THC
Muladi pada pembukaan Diskusi dan Peluncuran buku Development, Migration and Security in East Asia ”
Salah Satu sudut sekolah Rumah Asuh THC di Banda Aceh
16
Edisi: XVI-Januari-Maret 2006
BJ. Habibie dan Duta Besar Amerika di THC
Anak-anak Asuh dalam suatu acara Rekreasi di salah satu pantai untuk menghilangkan Trauma