PROTOTIPE PERPUSTAKAAN DIGITAL DENGAN GANESHA DIGITAL LIBRARY (GDL) 4.2 PADA PERPUSTAKAAN THE HABIBIE CENTER
AMRAN BANUREA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2009
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Prototipe Perpustakaan Digital dengan Ganesha Digital Library (GDL) 4.2 pada Perpustakaan The Habibie Center adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum dijadikan bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari tugas akhir ini.
Bogor,
Februari 2009
Amran Banurea NRP G652060095
ABSTRACT AMRAN BANUREA. Digital Library Prototype with Ganesha Digital Library (GDL) 4.2 at The Habibie Center Library. Under Direction of BADOLLAHI MUSTAFA and SONY HARTONO WIJAYA
Comprehensive information utilizing in libraries still hard to access because of distance and time barriers. Libraries have used internet-based information technology to solve these problems, by means of developing digital libraries. One of the softwares for digital libraries is Ganesha Digital Library (GDL) software. At the early stage, GDL was developed to be used internally in Institut Teknologi Bandung (ITB). Because of Its open source distribution and simpilicity to modify its features, GDL is extendly used. And because of its convenience, GDL software became a solution for library who did not want to develop their own software, such as The Habibie Center (THC) Library. Limited collections, advanced information demands and requirement to disseminate the results of researchers have lead THC library to develop a digital library system. The results of this research is a Digital Library prototype with GDL ver. 4.2 which is accessible at http://www.habibiecenter.or.id/. Keywords: digital library, open source, ganesha digital library, Indonesia DLN, Perpustakaan THC.
RINGKASAN AMRAN BANUREA. Prototipe Perpustakaan Digital dengan Ganesha Digital Library (GDL) 4.2 pada Perpustakaan The Habibie Center. Pembimbing BADOLLAHI MUSTAFA DAN SONY HARTONO WIJAYA. Perkembangan teknologi informasi dewasa ini berdampak pada meningkatnya kebutuhan informasi di pihak pengguna, serta meningkatnya kualitas dan kuantitas informasi. Informasi yang melimpah di perpustakaan tidak termanfaatkan secara maksimal karena beberapa faktor diantaranya adalah karena lokasi yang jauh dari jangkauan pengguna. Untuk memenuhi tuntutan pengguna dalam memperoleh informasi, pustakawan sebagai penyedia informasi melakukan berbagai terobosan untuk dapat menyediakan informasi secara lengkap dan akurat serta membantu pengguna dalam efisiensi waktu. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi semua masalah itu adalah memanfaatkan teknologi informasi berbasis internet dengan membangun perpustakaan digital. Pemanfaatan teknologi informasi melalui perpustakaan digital memerlukan tiga komponen yaitu pustakawan, profesional teknologi informasi dan pengguna informasi. Ketiga komponen bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing sehingga informasi dapat termanfaatkan secara optimal. Dalam penelitian ini Pustakawan The Habibie Center memanfaatkan Ganesha Digital Library (GDL) 4.2 sebagai salah satu produk dari profesional teknologi informasi yang diperoleh secara free melalui internet, untuk memberikan layanan kepada para peneliti sebagai pengguna. Para peneliti membutuhkan informasi dan pengetahuan dari sumber lain untuk melakukan analisa dan penelitiannya, sehingga dapat menghasilkan informasi baru yang berkualitas. Informasi dari sumber lain akan mudah diperoleh dengan memanfaatkan perpustakan digital. Perpustakaan digital dibangun dengan memperhatikan berbagai aspek, terutama aspek teknologi sebagai sarana dan sumber informasi sebagai objek digital, agar tujuan pengembangan perpustakaan digital dapat tercapai. Tugas Akhir ini menganalisa kedua aspek tersebut dan dituangkan dalam bentuk prototipe sebagai bahan masukan bagi pengembangan perpustakaan dan pengelolaan sumber-sumber informasi yang diperlukan. Penelitian diharapkan akan bermanfaat untuk memudahkan pengembangan perpustakaan digital memanfaatkan Free Open Source Software (FOSS), serta tersedianya layanan digital untuk kemudahan mendapatkan informasi dan melakukan diseminasi hasil-hasil penelitian. Penelitian dilakukan dengan pengumpulan informasi dan literatur secara on-line dan studi kepustakaan untuk menghimpun berbagai informasi perpustakaan digital. Penelitian terhadap kondisi perpustakaan dilakukan dengan interview terhadap pengelola dan pengguna perpustakaan, dilanjutkan dengan pengamatan kondisi perpustakaan. Data dan informasi yang terkumpul dikompilasi dan dianalisa untuk mendapatkan gambaran pengembangan prototipe perpustakaan yang diperlukan. Pengajuan prototipe dilakukan dengan 2 kali siklus yaitu penyesuaian terhadap kebutuhan pengelola perpustakaan dan penyesuaian terhadap kebutuhan pengguna perpustakaan (end user). Prototipe Perpustakaan Digital THC dikembangkan dalam desain sistem yang dapat dilink melalui web perpustakaan yang sebelumnya telah didesain ulang sesuai kebutuhan pada bagian menu navigasi. Sumber informasi yang merupakan faktor utama bagi eksistensi suatu perpustakaan digital membutuhkan pengembangan, pengolahan, pemeliharaan dan penggunaan berbantuan perangkat elektronik seperti jaringan telekomunikasi, komputer, scanner, dan lain-lain. Perolehan sumber informasi dilakukan melalui sumber
internal dan eksternal. Sumber informasi internal diperoleh dengan mengalihmediakan informasi tercetak dan analog menjadi informasi digital yang disebut dengan digitalisasi. Prioritas digitalisasi adalah koleksi lokal yang tidak mungkin diperoleh di perpustakaan lain, seperti, expertise directory, grey literatures, journal articles, proceedings, local publications, research reports, working papers, dan lain-lain. Sumber informasi eksternal diperoleh dengan melakukan kerjasama, berlangganan ataupun pembelian kepada vendor melalui internet. Mengingat banyaknya sumber-sumber informasi digital, maka akuisisi dilakukan dengan memprioritaskan koleksi utama (core collection) sesuai dengan tujuan, visi dan misi institusi. Sumber informasi pada perpustakaan digital mencakup semua isi dari koleksi perpustakaan konvensional yang tersimpan dalam format digital berupa file teks, image, audio, video, dan lain-lain yang dapat dikenali komputer. Sumber informasi yang menjadi fokus dalam tulisan ini adalah jenis file teks sebagai konversi dari koleksi tercetak berupa buku, jurnal, prosiding, dan lain-lain. Kumpulan koleksi tersebut dapat berupa e-book dan e-journal baik yang diolah sendiri atau yang berasal dari vendor. Semua sumber informasi tersebut diperoleh dan didistribusikan menggunakan GDL 4.2 sebagai salah satu Free Open Source Sistem (FOSS), dimana source code-nya dapat diperoleh secara free melalui internet dan dapat dikembangkan dan didistribusikan kembali. Pengembangan GDL 4.2 dilakukan dengan memodifikasi beberapa fitur atau type content dengan muatan yang selalu berkembang sesuai dengan aktivitas anggota untuk men-share koleksi terbaru. Type content yang meliputi skripsi, tesis, disertasi, bahan e-learning, bahan kuliah dan bahan ujian tidak terdapat di Perpustakaan THC. Untuk mengunduh content GDL secara full text, seorang pengguna harus melakukan registrasi terlebih dahulu secara elektronik ke server perpustakaan digital. Pengguna yang mendaftar pada salah satu server perpustakaan digital dapat menggunakan account yang sama untuk login pada GDL yang lain. Aplikasi GDL bersama dengan seluruh source code-nya diunduh melalui http/www/kmrg.ac.id. Kebutuhan sistem untuk instalasi GDL meliputi web server APACHE, database MySQL minimal versi 4.1.18, serta bahasa scrip PHP versi 5.1. Ketiga program pendukung tersebut di-install sekaligus menggunakan XAMPP melalui http://www. apachefriends.org/en/index.html. GDL digunakan setelah dilakukan konfigurasi server dan konfigurasi sistem dengan mengisi form yang tersedia. Konfigurasi sistem yang berfungsi untuk mengatur tampilan GDL 4.2. dilakukan dengan cara mengubah nilai text box, radio button dan combo box dengan nilai dan parameter yang sesuai. Perpustakaan THC merupakan unit pendukung pada Yayasan THC untuk melakukan penyediaan dan diseminasi informasi dalam bidang demokrasi dan Hak Azasi Manusia (HAM). Pengguna perpustakaan dapat mengakses semua koleksi secara langsung memanfaatkan layanan terbuka (opened access), namun koleksi kurang memenuhi kebutuhan sesuai dengan visi dan misi institusi. Selain itu banyak koleksi hasil produk penelitian di lingkungan THC yang belum terkumpul di perpustakaan sehingga tidak diketahui oleh masyarakat umum. Perpustakaan telah menyediakan koneksi internet dan jaringan LAN yang dedicated, namun belum tersedia komputer sebagai server untuk perpustakaan digital. Pembahasan desain sistem perpustakaan digital THC dikelompokkan dalam: peta ilmu pengetahuan, konsep dasar, hardware, software serta sumberdaya manusia. Peta Ilmu Pengetahuan merupakan keanekaragaman informasi dan ilmu pengetahuan yang dikelola meliputi produk local content ataupun produk hasil kerjasama dengan institusi lain. Konsep dasar desain sistem digambarkan dengan sebuah topologi jaringan perpustakaan digital. Desain infrastruktur fisik digambarkan dengan infrastruktur
minimal yang harus dimiliki dan infrastruktur optimal yang dapat dimiliki. Desain software yang digunakan adalah Ganesha Digital Library versi 4.2. yang disesuaikan dengan kebutuhan dan ciri khas THC mencakup pembuatan database, pembuatan template (template dasar, header, footer, template tampilan awal, metadata view, upload metadata, registrasi anggota, dan membership), serta pembuatan skrip PHP. Untuk menjalankan sistem perpustakaan digital THC tersebut diperlukan sumberdaya manusia yang terlatih. Kata kunci: perpustakaan digital, open source, Ganesha Digital Library, Indonesia DLN, Perpustakaan THC
© Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1.Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a.Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b.Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2.Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalambentuk apapun tanpa izin IPB
PROTOTIPE PERPUSTAKAAN DIGITAL DENGAN GANESHA DIGITAL LIBRARY (GDL) 4.2 PADA PERPUSTAKAAN THE HABIBIE CENTER
AMRAN BANUREA
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Departemen Ilmu Komputer
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Penguji luar komisi pada ujian Tugas Akhir: Aziz Kustiyo, S.Si, M.Kom.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur hanya kepada Allah SWT Pemilik Segala Kesempurnaan atas segala kebaikan. Atas karunia-Nya pula Penulis dapat melewati proses studi hingga selesainya Tugas Akhir (TA) ini, semoga ilmu bagai setitik air dari tengah samudra yang telah dikaruniakan akan bermafaat untuk amal kebajikan. Banyak pihak yang berperan dalam proses studi dan penyelesaian TA ini. Penghargaan dan ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak B. Mustafa, M.Lib. dan Bapak Sony H.Wijaya, M.Kom. atas perannya yang sangat besar lebih dari sekedar pembimbing 1 dan 2. Demikian halnya Bapak Aziz Kustiyo, M.Kom. sebagai Ketua Program Studi dan Penguji yang banyak memberikan motivasi dan bantuan moril. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada para Staf Pengajar MTIP, sistem pengajaran yang diberikan menjadi lebih interaktif karena peran mereka sebagai rekan seprofesi dalam kepustakawanan. Terimakasih pula kepada para Dosen Ilkom lainnya serta seluruh staf dan keamanan pada Departemen Ilmu Komputer di Baranangsiang dan Darmaga Bogor atas kerjasama yang diberikan. Seorang yang sangat berperan mengorbankan segalanya untuk kepentingan studi dan Tugas Akhir adalah Istri tercinta. Terima kasih atas curahan perhatian yang diberikan, semua baktimu bernilai ibadah semoga mendapat rahmat dari Allah SWT. Terimakasih pula atas motivasi dari semua keluarga, adinda
Atikah, M.Hum di
Perpustakaan Nasional RI, Mertua tercinta di Sumedang, Ayah Ibunda dan keluarga di Pakpak Bharat, serta keluarga di Sibulussalam Aceh, Medan dan Bandung. Kepada personil The Habibie Center (THC), antara lain Direktur Komunikasi Bapak A. Makmur Makka, Kepala Perpustakaan Ibu Engkoy, dan Bapak Suwarjono K. yang telah memberikan informasi diucapkan terima kasih, semoga TA ini bermanfaat bagi THC. Kepada semua kerabat yang tidak disebutkan di sini terutama Anggota Koperasi Syariah dan Jamaah Annur Puri Nirwana II Cibinong, terima kasih atas doanya. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Bogor, Februari 2009 Amran Banurea
i
RIWAYAT HIDUP Dilahirkan kembar sebagai putra ke 4 dari 6 bersaudara pada tanggal 16 September 1966 dari pasangan Ayah Adah Banurea dan Ibu Berty Br. Bancin di Pakpak Bharat (dahulu Dairi) Sumatera Utara. Pendidikan Dasar dan Menengah Pertama diselesaikan di Sukaramai tahun 1980 dan 1983. Menyelesaikan pendidikan lanjutan atas di SMAN Sidikalang tahun 1986 dan D3 Ilmu Perpustakaan sekaligus peraih alumni terbaik ke-IV seluruh D3 USU Medan, tahun 1989. Tahun 1990 s.d. 1994 bekerja sebagai Pustakawan di Sekolah Tinggi Teknologi Mandala Bandung. Selama periode tersebut penulis menyelesaikan studi S1 Ilmu Komunikasi pada Universitas Islam Nusantara (UNINUS) di kota yang sama. Menjadi Pustakawan pada beberapa Perguruan Tinggi di Jakarta antara lain Universitas Jayabaya (1994-1996), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (20002004) dan terakhir sebagai Kepala Perpustakaan Universitas Nasional (UNAS) (20042008). Selama Periode 1996-2000 penulis berkiprah sebagai Jurnalis dan Dokumentalis pada Tabloid AKSI di Jalan Gajah Mada 100 Jakarta, serta menjalani profesi kepustakawanan sebagai Staf Ahli pada Klub Perpustakaan Indonesia (KPI) yang beralamat di Gedung Balai Pustaka, Jakarta Pusat. Penulis aktif dalam kegiatan ekonomi syariah dengan menjadi anggota Masyarakat Ekonomi Syariah Indonesia dan ketua Koperasi Syariah Annur di Cibinong sejak 2003 s.d. sekarang. Penulis menyelesaikan studi dengan swadana sambil bekerja di Perpustakaan UNAS Jalan Pejaten Raya Pasar Minggu Jakarta Selatan. Penulis tinggal bersama seorang istri dan dua orang anak Arif Febriansyah dan Ummi Salamah Harisah di Puri Nirwana II Cibinong, Bogor. Penulis dapat dihubungi melalui e-mail: ambrea_ipb @yahoo.com.
ii
DAFTAR ISI
Daftar Tabel Daftar Gambar
Halaman ................................................................................................... v ..............................................................................................
vi
Daftar Lampiran ..............................................................................................
vii
I
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ....................................................................................
1
1.2
Formulasi Permasalahan .....................................................................
3
1.3
Tujuan Penelitian ..............................................................................
3
1.4
Manfaat Penelitian .............................................................................
3
1.5
Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................
3
II TINJAUAN LITERATUR 2.1
Perpustakaan Khusus .........................................................................
4
2.2
Sumber Informasi ..............................................................................
5
2.2.1 Sumber Informasi Eksternal ...................................................
7
2.2.2 Sumber Informasi Internal ......................................................
8
2.3
Metadata .............................................................................................
9
2.4
Perpustakaan Digital ...........................................................................
12
2.4.1 Konsep dan Pengertian Perpustakaan Digital ..........................
13
2.4.2 Paradigma Perpustakaan Digital ..............................................
17
2.4.3 Objek Perpustakaan Digital ....................................................
17
2.5
Free Open Source Software (FOSS) ...................................................
19
2.6
Ganesha Digital Library (GDL) .........................................................
22
2.7
Perpustakaan The Habibie Center (THC) ...........................................
27
III METODE DAN RANCANGAN PENELITIAN 3.1
Metode Penelitian ...............................................................................
29
3.2
Sistematika Penelitian dan Pembahasan .............................................
30
3.3
Tahapan Proses Penelitian .................................................................
31
3.4
Kerangka Pemikiran .........................................................................
32
iii
IV IMPLEMENTASI 4.1
4.2
Rencana Desain Perpustakaan Digital THC ........................................
33
4.1.1 Peta Ilmu Pengetahuan (Knowledge Map) ...............................
34
4.1.2 Konsep Dasar Desain Sistem .................................................
34
4.1.3 Desain Infrastruktur Fisik (Hardware) ....................................
35
4.1.3.1 Infrastruktur Minimal .............................................
35
4.1.3.2 Infrastruktur Optimal
.............................................
36
4.1.3.3 Biaya Infrastruktur Fisik .........................................
37
4.1.4 Desain Software Perpustakaan Digital ...................................
38
4.1.5 Kualitas SDM .......................................................................
38
4.1.6 Pembuatan Aplikasi ..............................................................
39
4.1.7 Karakteristik Pengguna
........................................................
41
4.1.8 Pembuatan Database ............................................................
41
4.1.9 Pembuatan Template .............................................................
42
4.1.10 Pembuatan Skrip PHP ............................................................
46
Digitalisasi Koleksi
47
4.2.1
Jenis Dokumen Sumber Informasi
.......................................
47
4.2.1.1 Objek Asli (Original Source) ...................................
47
4.2.1.2 Film Negatif/Slide ...................................................
48
4.2.1.3 Foto ........................................................................
48
4.2.1.4 Transparan ..............................................................
48
4.2.1.5 Media Cetak ............................................................
48
4.2.1.6 Audio Digital ...........................................................
49
4.2.1.7 Video Digital ..........................................................
51
4.2.2
Konversi Informasi ke Teks PDF ............................................
51
4.2.3
Proses Optical Character Recognition (OCR)
.....................
52
5.1
Kesimpulan .......................................................................................
53
5.2
Saran ................................................................................................
53
V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
54
iv
DAFTAR TABEL
Halaman 1 Jenis Elemen Dublin Core (Lazinger 2001) ..................................................
11
2 Objek Digital Pada Perpustakaan Digital
.................................................
18
3 Type Content GDL ....................................................................................
23
4 Perbandingan Komposisi Koleksi Tahun 2008 dan Orientasi ke Depan ........
28
5 Tahapan Proses Penelitian
.......................................................................
31
6 Infrastruktur Minimal Perpustakaan Digital ...............................................
36
7 Infrastruktur Optimal Perpustakaan Digital
...............................................
37
8 Jenis Pelatihan Perpustakaan Digital .........................................................
39
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Siklus Informasi ........................................................................................
6
2 Model Penyimpanan Secara Depository vs Secara Digital .........................
7
3 Proses Digitalisasi
8
....................................................................................
4 Tampilan Awal Ganesha Digital Library (GDL)
.......................................
22
..........................................................................
26
6 Halaman Depan Web Perpustakaan THC ...................................................
27
7 Langkah dalam Pengembangan Prototipe ..................................................
30
8 Flowchart Proses Penelitian ......................................................................
32
9 Desain Web Perpustakaan THC dengan Modifikasi Navigasi
...................
33
10 Topologi Jaringan Perpustakaan Digital THC ............................................
34
11 Pemanfaatan Informasi dalam Perpustakaan Digital ..................................
35
12 Topologi Minimal Perpustakaan Digital
...................................................
35
13 Topologi LAN Perpustakaan Digital ..........................................................
36
14 Modifikasi User Interface GDL 4.2 ...........................................................
38
15 Tampilan Awal Instalasi GDL ....................................................................
40
16 Proses Database Indexing
........................................................................
42
17 Proses Eksport Metadata
..........................................................................
42
18 Desain Template Header ...........................................................................
43
19 Desain Ttemplate Footer ............................................................................
43
20 Desain Template Content_Open .................................................................
43
21 Desain Template Metadata_View ................................................................
44
22 Desain Template Metadata ........................................................................
44
23 Desain Template Registration.tpl ................................................................
45
24 Desain Template Membership ....................................................................
45
25 Windows Media Player, WinAmp dan Real Audio .......................................
49
26 Cool Edit 2000 ..........................................................................................
50
5 Konfigurasi Sistem GDL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Struktur File dan Folder GDL 4.2 ...............................................................
56
2 Panduan Wawancara .................................................................................
65
vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi (information technology) yang merambah ke
segala bidang di era globalisasi sekarang ini, memberikan dampak yang sangat besar dan bernilai positif bagi kehidupan. Pemanfaatan teknologi informasi menjadi kebutuhan untuk memperoleh informasi yang melimpah dan terus berkembang dari waktu ke waktu. Meningkatnya kebutuhan informasi di pihak pengguna, serta meningkatnya kualitas dan kuantitas informasi semakin menuntut perpustakaan sebagai penyedia informasi untuk selalu dapat menyediakan informasi secara lengkap. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Setiarso (2001) mengungkapkan bahwa jumlah koleksi yang tersedia di Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia tahun 2001, sebesar 4.151.665 judul buku dan 3.958 judul majalah. Jumlah tersebut akan jauh lebih banyak bila digabung dengan sejumlah koleksi perpustakaan lain yang ada di Indonesia dan akan selalu meningkat dari waktu ke waktu. Ilustrasi tersebut menggambarkan melimpahnya informasi yang tersedia di perpustakaan, namun untuk memanfaatkan semua sumber informasi tersebut terkendala pada jarak dan waktu. Setiap pengguna harus mengorbankan waktu yang banyak untuk menempuh jarak yang jauh ke perpustakaan. Perpustakaan berupaya mengatasi semua masalah itu dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis internet. Hal ini sangat didukung oleh banyaknya pengguna potensial internet di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menemukan bahwa pengguna internet di Indonesia pada akhir tahun 2007 mencapai 25 juta orang, meningkat 25% dari tahun 2006 yang berjumlah 20 juta pengguna. Jumlah ini diyakini akan meningkat hingga 40%, bila harga bandwidth turun. (APJII 2008). Smee, North dan Jones (2001) mengemukakan bahwa untuk membangun dan mengembangkan sistem teknologi informasi di perpustakaan memerlukan tiga komponen yang disebut sebagai segitiga informasi yaitu pustakawan, profesional teknologi informasi dan pengguna. Konsep ini dilandasi dengan adanya tiga aktivitas utama perpustakaan yaitu pengelolaan, distribusi dan pemanfaatan informasi. Ketiga komponen tesebut memiliki kualifikasi berbeda dalam lingkungan kolaboratif yaitu:
1
1
Pustakawan memiliki spesialisasi dalam manajemen informasi dengan akses ke koleksi secara fisik.
2
Profesional Teknologi Informasi memiliki spesialisasi dalam pengembangan teknologi sebagai media yang digunakan untuk mengakses informasi.
3
Pengguna memiliki spesialisasi untuk melakukan akses terhadap segala informasi yang tersedia. Pada Yayasan The Habibie Center, peneliti merupakan pengguna informasi yang
utama sekaligus berperan dalam penciptaan informasi melalui penelitian dan kajian yang dilakukan. Untuk melakukan penelitian dan kajian ilmiah, setiap peneliti memiliki keterbatasan dalam informasi dan pengetahuan. Semakin kompleks permasalahan yang diteliti semakin banyak pula informasi yang diperlukan, sehingga setiap peneliti dituntut untuk memiliki sumber informasi dan pengetahuan yang memadai. Di lain pihak, peneliti memiliki waktu yang terbatas untuk mengakses sumber informasi secara fisik ke perpustakaan. Untuk memenuhi tuntutan ini, pustakawan memanfaatkan sistem teknologi yang dihasilkan oleh profesional teknologi informasi yang dapat diperoleh baik secara berbayar (for fee) maupun secara cuma-cuma (for free) melalui internet. Jogiyanto (2005) menyatakan bahwa peran sistem teknologi informasi di dalam organisasi adalah untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, komunikasi, kolaborasi dan kompetensi. Peran teknologi informasi yang demikian, menuntut pustakawan untuk memanfaatkannya secara profesional guna memperluas potensinya dalam melayani informasi dengan cepat dan tepat secara global. Untuk menjawab tantangan ini pustakawan mewujudkan perpustakaan digital, yaitu perpustakaan yang menyimpan data
tulisan,
gambar
maupun
suara
dalam
bentuk
file
elektronik
dan
mendistribusikannya melalui jaringan komputer. Dengan perpustakaan digital paradigma bahwa perpustakaan sebagai pengelola koleksi bahan pustaka akan berkembang menjadi penyedia akses informasi tanpa batas ruang dan waktu. Dengan demikian typology perpustakaan yang selama ini dianggap hanya sebagai ruang yang penuh dengan buku dan perlengkapan koleksi lainnya, berubah menjadi sebuah perpustakaan kecil dalam bentuk fisiknya, namun memiliki sumber informasi maha luas yang terpasang melalui jaringan ke berbagai penyedia sumber informasi lainnya di dunia maya (cyber space).
2
1.2
Formulasi Permasalahan Untuk membangun perpustakaan digital perlu memperhatikan berbagai aspek,
antara lain aspek isi (content), layanan, hukum (copyright), dampak yang ditimbulkan dan lain-lain, sehingga pencapaian tujuan pengembangan perpustakaan digital dapat terwujud. Aspek isi dan teknologi yang digunakan merupakan hal yang fundamental bagi pengembangan perpustakaan digital. Kedua aspek tersebut akan dituangkan dalam prototipe untuk dijadikan sebagai pedoman dasar bagi pengembangan perpustakaan digital pada Perpustakaan THC. 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk memberikan rekomendasi mengenai rancangan
perpustakaan digital dan pengelolaan sumber-sumber informasi digital, kepada pengelola perpustakaan THC. 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1 Memudahkan
perpustakaan,
khususnya
Perpustakaan
THC,
untuk
mengembangkan perpustakaan digital dalam pengelolaan sumber-sumber informasi dengan memanfaatkan software open source GDL. 2 Menyediakan fasilitas layanan secara digital sehingga user mudah mendapatkan informasi yang diperlukan, dan peneliti mudah melakukan diseminasi atas hasil penelitiannya. 1.5
Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1 Menganalisa kebijakan pengelolaan sumberdaya informasi digital yang mencakup digitalisasi (konversi koleksi dari dokumen tercetak dan analog menjadi dokumen dalam format digital), kolaborasi, serta pengelolaan sumber informasi born digital, yaitu sumber informasi dalam bentuk digital asli, yang belum pernah diterbitkan sebelumnya dalam bentuk tercetak (printed). 2 Membangun prototipe pengembangan perpustakaan digital mencakup desain sumber daya yang diperlukan.
3
BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1
Perpustakaan Khusus UU No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, Pasal 1 Ayat 1 memberikan
pengertian bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka (pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan). Selanjutnya Pasal 20 UU tersebut mengelompokkan perpustakaan ke dalam 5 jenis yang terdiri dari: Perpustakaan
Nasional,
Perpustakaan Umum,
Perpustakaan Sekolah/Madrasah,
Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan Perpustakaan Khusus. Menurut Basuki (2004), kelima perpustakaan digolongkan dalam 2 jenis menurut fungsinya, yaitu Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Khusus. Menurut UU No.43 Pasal 1 Ayat 6 dan 7, Perpustakaan Umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama dan status sosial ekonomi. Perpustakaan Khusus adalah perpustakaan yang diperuntukkan secara terbatas bagi pemustaka di lingkungan lembaga pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan keagamaan, rumah ibadah, atau organisasi lain. Selain memberikan layanan kepada pemustaka di lingkungannya, dalam Pasal 26 disebutkan pula bahwa Perpustakaan Khusus memberikan layanan kepada pemustaka secara terbatas di luar lingkungannya. Dengan demikian Perpustakaan Khusus memiliki fungsi utama untuk membantu dan mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan pada lembaga induknya. Pada awalnya jasa layanan yang diberikan Perpustakaan Khusus berorientasi terbatas hanya pada lingkungan institusi lembaga induknya. Karena itu perkembangan Perpustakaan Khusus ditentukan oleh banyak tidaknya perhatian dari lembaga induknya masing-masing. Kini telah banyak Perpustakaan Khusus yang mencoba meningkatkan layanannya dengan menjangkau masyarakat umum walau informasi yang disajikan hanya terbatas, sesuai dengan misi lembaga induknya. Untuk melengkapi ketersediaan koleksinya, Perpustakaan Khusus juga melakukan reproduksi dengan tujuan efisiensi pengeluaran dana. Mengingat keterbatasan koleksi yang dimiliki, beberapa Perpustakaan Khusus melakukan 4
kolaborasi dalam pemanfaatan sumber-sumber informasi. Pada September 2005 sebuah terobosan dilakukan oleh 5 Perpustakaan Khusus yang terdiri dari Pustaka Aksara, Perpustakaan CSIS, Perpustakaan Freedom Institute, Perpustakaan Utan Kayu, dan Perpustakaan Filsafat UI, untuk mendirikan jaringan perpustakaan ilmu sosial dengan nama
”Pustaka
Bersama”.
Jaringan
ini
dapat
internet,
komunikasi
diakses
pada
alamat
http://www.pustakabersama.net/ Sebelum
diterapkannya
dalam
kolaborasi
antar
perpustakaan dilakukan menggunakan surat, fax maupun telepon yang semua membutuhkan banyak waktu dan biaya karena tergantung pada faktor jarak dan keterbatasan ruang. Dengan adanya internet kini komunikasi untuk pemanfaatan bersama antar perpustakaan dapat dilakukan dengan sangat mudah. 2.2
Sumber Informasi Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi
penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang (Davis 1999). Karena manfaatnya yang tak ternilai maka informasi merupakan kebutuhan bagi setiap manusia. Sejak lama manusia telah menyadari pentingnya perpustakaan sebagai pusat penyimpanan informasi pengetahuan dan peradaban manusia. Saat ini peran perpustakaan tidak hanya sekedar menyimpan informasi tetapi juga memiliki fungsi lainnya termasuk seleksi dan akuisisi sumber informasi. Rowley (2004) mengatakan bahwa informasi sebagai sumber, dapat diperoleh dan digunakan seperti mengelola sumber produksi lain seperti energi, bahan mentah dan buruh. Informasi menjadi berbeda karena: 1 Nilai informasi tidak mudah diukur, tergantung pada content dan penggunaannya. 2 Nilai informasi tidak menjadi berkurang walaupun dijual atau diberikan pada orang lain, namun dengan pemanfaatannya maka nilai informasi akan semakin tinggi. 3 Informasi dapat menjadi kekuatan yang dinamis bagi perubahan karena dapat mempengaruhi
keputusan
dalam
suatu
organisasi.
Keputusan
ini
akan
mempengaruhi informasi yang akan tersedia untuk siklus pembuatan keputusan selanjutnya.
5
Gambar 1 Siklus Informasi (Jogiyanto 2005). Gambar 1 menunjukkan bahwa pengolahan data menjadi informasi merupakan suatu siklus melalui tahapan processing, output yang berguna bagi penerima, pengambilan keputusan, pemberian tindakan untuk menghasilkan data yang akan diinput dan diproses kembali menjadi informasi. Sumber informasi merupakan faktor utama yang sangat penting bagi eksistensi keberadaan perpustakaan itu sendiri. Pengelolaan sumber informasi perpustakaan konvensional dan perpustakaan digital memiliki prinsip yang sama. Keduanya memerlukan pengembangan, pengolahan, pemeliharaan dan penggunaan koleksi. Bedanya terletak pada bentuk fisiknya. Bila sumber informasi pada Perpustakaan Konvensional memiliki bentuk fisik hingga disebut sebagai koleksi, maka sumber informasi pada perpustakaan digital adalah berbentuk digital sehingga dapat disebut sebagai objek digital. Oleh karena itu, untuk mengembangkan, mengolah, memelihara, dan menggunakan objek digital memerlukan perangkat elektronik seperti jaringan telekomunikasi, komputer, scanner, dan lain-lain. Membangun dan mengembangkan objek digital memerlukan perencanaan yang baik agar
dapat bermanfaat sesuai dengan visi dan misi institusi. Karena itu
perencanaan digitalisasi harus disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan institusi. Mengingat banyaknya objek yang tersedia secara digital, maka akuisisi objek digital dilakukan dengan memprioritaskan koleksi utama (core collection). Perolehan objek digital dilakukan melalui 2 sumber, yaitu: 1 Sumber Informasi Internal 2 Sumber Informasi Eksternal 6
2.2.1 Sumber Informasi Internal Perolehan koleksi dari dalam institusi dilakukan dengan mengalihmediakan sumber informasi tercetak dan analog menjadi informasi digital, yang disebut dengan digitalisasi. Proses digitalisasi koleksi membutuhkan biaya yang relatif mahal, karena harus menyediakan berbagai perangkat teknologi. Bila proses digitalisasi memerlukan biaya sekitar Rp. 2000 per halaman maka dengan ketebalan koleksi sekitar 100 halaman, dibutuhkan biaya Rp.200.000. Namun dengan proses akuisisi yang dilakukan sejak awal dalam bentuk digital maka biaya proses digitalisasi akan jauh menurun bahkan menjadi Rp.0. Karena itu diperlukan mekanisme yang baku dalam proses akuisisi terhadap objek digital sehingga semua koleksi yang tersedia sejak dini dilakukan dengan format digital. Perbandingan biaya penyimpanan secara depository dan digital dengan gambaran di atas dapat dibandingkan pada Gambar 2.
Gambar 2 Model Penyimpanan secara Depository vs. Digital (Great 1996). Gambar 2 menjelaskan bahwa penyimpanan koleksi dalam format digital jauh lebih ekonomis. Dengan tuntutan kemudahan akses format digital secara online yang semakin tinggi, maka kecenderungan penyimpanan koleksi digital pasti akan diperlukan. Oleh karena itu proses pengadaan koleksi secara digital sebaiknya dilakukan sejak dini, sehingga koleksi tercetak tidak semakin bertumpuk hingga membutuhkan biaya yang sangat besar untuk melakukan proses digitalisasi. Untuk efisiensi digitalisasi, tidak semua koleksi tercetak di perpustakaan harus didigitalisasikan. Yang menjadi prioritas untuk proses digitalisasi adalah koleksi lokal (local content) yang tidak mungkin diperoleh di perpustakaan atau tempat lain, seperti, Expertise Directory, Final Project (Disertasi, Tesis dan Skripsi), Grey Literatures, 7
Inaugural Speechs, Journal Articles, Proceedings, Local Publications, Research Reports, Working Papers, dan lain-lain. Proses digitalisasi yang merupakan konversi dokumen tercetak (printed document) menjadi dokumen digital dilakukan dengan menggunakan perangkat elektronik sebagaimana Gambar 3.
Gambar 3 Proses Digitalisasi. Pada saat ini banyak penerbitan buku, jurnal dan koleksi lainnya yang menerbitkan bacaan tercetak, dan juga menyertakan disket, CD atau DVD yang berisi file-file dokumen yang diterbitkan untuk menyertai koleksi tercetaknya. Pada koleksi yang demikian, proses digitalisasi tidak diperlukan lagi karena dokumennya sudah tersedia dalam format elektronik berformat doc, pdf, xml ataupun yang lainnya, bahkan saat ini tengah dikembangkan pula standar dokumen yang bersifat open source yang dikenal dengan Open Document Format (ODF) di bawah pengawasan Organization for the Advancement of Structured Information Standards (OASIS). 2.2.2 Sumber Informasi Eksternal Pengadaan koleksi dari luar perpustakaan dilakukan dalam bentuk kerjasama, berlangganan ataupun melalui pembelian. Banyak vendor sebagai penyedia koleksi digital menyebarluaskan koleksi digital baik secara free melalui internet ataupun berbayar dengan cara berlangganan. Berlangganan e-journal misalnya dapat dilakukan pada ProQuest, EBSCO, dan lain-lain, sedangkan koleksi e-book dapat diperoleh melalui penerbit dan vendor penyedia e-book seperti Online Computer Library Center (OCLC). Untuk perolehan koleksi dari luar institusi diperlukan perencanaan dan perumusan mekanisme kerja. Karena menyangkut penggunaan karya orang lain, maka harus juga memperhatikan aspek copyright. 8
Penerapan UU Hak Karya Intelektual masih merupakan kendala dalam pengadaan koleksi perpustakaan digital. Menyiasati mahalnya biaya pembelian dan berlangganan koleksi digital sangat mudah dilakukan dengan copy dan paste tanpa mengurangi kualitas objek aslinya. Namun dengan mekanisme seperti ini tampaknya bukan merupakan solusi untuk penegakan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik dan penegakan UU Hak Cipta. Untuk mendukung segala peraturan menyangkut hak kekayaan intelektual pengelola perpustakaan digital dapat melakukan koordinasi terlebih dahulu kepada sumber penyedia objek digital menyangkut hak-hak dan kewajiban yang dimiliki oleh perpustakaan digital. 2.3
Metadata Dalam perpustakaan digital terdapat jutaan data berbentuk maya yang berada di
tempat berbeda serta cara penyimpanan yang berbeda pula. Untuk memudahkan pemanfaatan data yang ada secara bersama diperlukan suatu standar mekanisme penelusuran dalam bentuk metadata. Metadata bukan merupakan konsep baru di dunia perpustakaan. Perpustakaan sudah lama menciptakan metadata dalam bentuk pengkatalogan koleksi. Metadata dapat dikatakan sebagai “data tentang data” atau “informasi tentang informasi”. Namun secara umum dapat didefinisikan bahwa metadata adalah bentuk pengidentifikasian, penjelasan suatu data, atau diartikan sebagai struktur dari sebuah data. Misalnya, metadata dari katalog buku terdiri dari judul, pengarang, penerbit, subyek dan sebagainya. Menurut Martha Anderson, Senior Digital Conversion Specialist pada National Digital Library Program, Library of Congress, bahwa proses migrasi data dari format cetak ke dalam format digital cukup sulit dan tidak terjadi dengan seketika. Padahal, kumpulan data yang telah diformat sedemikian rupa dan elemen-elemen metadata sangat esensial bagi sebuah perpustakaan untuk menukar item-item digital dan metadata dalam gugusan item-item tersebut (Hermawan 2000). Metadata adalah kumpulan data terstruktur yang terdiri dari sejumlah cantuman (record). Setiap cantuman terdiri dari sejumlah ruas (field), sedangkan ruas dapat terdiri dari sub-ruas yang mengandung nilai-nilai dari data berupa teks berbentuk abjad (alphabetic), angka (numeric), gabungan alphabetic dan numeric (alphanumeric), maupun pola (pattern). Setiap ruas diberi kode tertentu berupa teks, huruf, ataupun angka. Format metadata sangat diperlukan untuk standarisasi pengisian data sehingga
9
memudahkan pertukaran data antar perpustakaan. Karena itu beberapa prinsip diperlukan dalam pembuatan nama metadata perpustakaan antara lain: 1 Nama metadata harus sesuai dengan isi (mnemonic) 2 Nama metadata dibuat sesingkat mungkin menggunakan huruf, namun mudah diingat. 3 Untuk aplikasi tertentu, jumlah karakternya dibatasi. Ada beberapa format metadata yang dikenal dalam perpustakaan. Standar metadata untuk perpustakaan yang pada awalnya telah dikembangkan adalah IndoMARC. Namun, dalam perkembangannya metadata yang digunakan dalam perpustakaan digital adalah the Dublin Core Metadata. Kesepakatan ini disetujui dalam suatu pertemuan International di Dublin, Ohio USA. Penyusunan standar metadata Dublin Core dipengaruhi oleh rasa ketidakpuasan atas pengguna standar MARC yang terlalu banyak memiliki elemen, beberapa diantaranya hanya difahami oleh Pustakawan sehingga kurang tepat digunakan untuk sumber informasi dalam web. Beberapa kekhususan dari Dublin Core adalah sebagai berikut: a Memiliki deskripsi yang sangat sederhana. b Semantik atau arti kata yang mudah dikenali secara umum. c Expandable memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Dublin Core memiliki 15 elemen yang terdiri dari: 1
Title: judul dari sumber informasi.
2
Creator: pencipta sumber informasi.
3
Subject: pokok bahasan sumber informasi, biasanya dinyatakan dalam bentuk kata kunci atau nomor klasifikasi.
4
Description: keterangan suatu isi dari sumber informasi, misalnya berupa abstrak, daftar isi atau uraian.
5
Publisher: orang atau badan yang mempublikasikan sumber informasi.
6
Contributor: orang atau badan yang ikut menciptakan sumber informasi.
7
Date: tanggal penciptaan sumber informasi.
8
Type: jenis sumber informasi, laporan, peta dan sebagainya.
10
9
Format: bentuk fisik sumber informasi, format, ukuran, durasi, sumber informasi.
10 Identifier: nomor atau serangkaian angka dan huruf yang mengidentifikasikan sumber informasi. Contoh URL, alamat situs. 11 Source: rujukan ke sumber asal suatu sumber informasi. 12 Language: bahasa yang intelektual yang digunakan sumber informasi. 13 Relation: hubungan antara satu sumber informasi dengan sumber informasi lainnya. 14 Coverage: cakupan isi ditinjau dari segi geografis atau periode waktu. 15 Rights: pemilik hak cipta sumber informasi. Unsur-unsur di atas masih dapat dikembangkan lebih detail lagi sesuai kebutuhan sehingga informasi yang disajikan dapat benar-benar qualified. Untuk menunjukkan jenis informasi yang tersimpan di dalamnya semua elemen tersebut dikelompokkan dalam 3 bagian yaitu: 1
Elemen yang secara umum berhubungan dengan isi (content) dari sumber informasi.
2
Elemen yang berhubungan dengan sumber hak intelektual.
3
Elemen yang berhubungan dengan kolasi dari sumber informasi.
Ketiga jenis elemen tersebut digambarkan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis Elemen Dublin Core (Lazinger 2001). Content
Intellectual Property
Instantiation
Title
Creator
Date
Subject
Publisher
Type
Description
Contributor
Format
Source
Rights
Identifier
Language Relation Coverage
11
2.4
Perpustakaan Digital Perpustakaan digital merupakan gabungan dua kata yang memiliki pengertian
berbeda dan tidak memiliki hubungan sama sekali. Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka (Indonesia 2007). Sedangkan digital merupakan hasil teknologi yang mengubah sinyal listrik on dan off menjadi kombinasi bilangan berurut 0 dan 1 untuk proses informasi yang mudah, cepat dan akurat. Pustakawan dan pemerhati perpustakaan memanfaatkan segala keistimewaan digital untuk tujuan kemudahan proses dan layanan di perpustakaan. Beberapa keistimewaan digital yang bermanfaat bagi perpustakaan antra lain adalah: 1 Sinyal digital mampu mengirimkan informasi dengan kecepatan tinggi. 2 Penggunaan informasi yang berulang-ulang tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitasnya. 3 Kemampuan memproses informasi dalam jumlah besar. Gabungan kata “perpustakaan” dan “digital” menjadi “perpustakaan digital” memiliki pengertian bahwa perpustakaan digital adalah suatu bentuk perpustakaan yang menyimpan dan mengelola data seperti buku, gambar, maupun suara dalam bentuk file elektronik dan dapat didistribusikan melalui jaringan komputer (internet). Karena itu perpustakaan digital memiliki bahan pustaka baik naskah (text) maupun bukan naskah (non text) tersedia dalam format digital di dalam suatu server, sehingga dapat dibaca hanya dengan menggunakan komputer, ataupun ditelusuri melalui internet oleh siapa saja tanpa batas ruang dan waktu. Namun demikian beberapa perpustakaan mencoba memadukan layanan dokumen tercetak (printed document) dan dokumen digital (digital document) dengan mengalihmediakan sebagian koleksi berupa koleksi lokal (local content) yang dimiliki ke dalam bentuk data digital. Selain menyediakan informasi digital, perpustakaan juga menyediakan dokumen tercetak, sehingga user dapat memilih jenis dan format koleksi yang tersedia. Jenis perpustakaan seperti ini dikenal dengan perpustakaan hibrida. Perpustakaan
digital
merupakan
perpustakaan
modern
yang
memiliki
keunggulan pada setiap aktivitas operasionalnya dibanding perpustakaan tradisional dan perpustakaan hibrida. Salah satu di antaranya terlihat jelas dari sudut penyediaan dan pengelolaan informasi yang sepenuhnya dalam bentuk digital. Alih media printed 12
material ke digital material akan menyelamatkan semua isi (contents) informasi yang sangat rentan terhadap berbagai resiko kerusakan karena faktor usia, akibat perang, bencana alam, serangan serangga seperti kutu buku (silver fish), kesalahan pengelolaan dan penyimpanan, kelembaban udara, debu dan lain-lain, sebagaimana yang terjadi pada dokumen tercetak. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, penampilan isi dari sumber informasi yang sangat luas dan kompleks pada perpustakaan digital, dapat didiversifikasi ke bentuk yang lebih menarik dan interaktif. 2.4.1 Konsep dan Pengertian Perpustakaan Digital Gagasan sebagai dasar konsep perpustakaan digital muncul pertama kali dari Vannevar Bush pada bulan Juli tahun 1945. Bush mengeluhkan penyimpanan informasi secara manual yang menghambat akses terhadap penelitian yang sudah dipublikasikan. Untuk itu, Bush mengajukan ide untuk membuat catatan dan perpustakaan pribadi (untuk buku, rekaman/dokumentasi, dan komunikasi) secara mekanis. Hingga dekade 1950-an dan 1960-an akses luas terhadap koleksi perpustakaan terus diupayakan oleh peneliti dan Pustakawan, walau teknologi yang ada belum cukup mendukung. Berkembangnya teknologi Informasi dan Komunikasi dekade 1970-an membuka peluang yang luas untuk pengembangan perpustakaan digital. Pada tahun 1971 Michael Hart, pemuda AS, melontarkan mimpinya melalui Project Gutenberg untuk menyediakan karya-karya Shakespeare bagi umat manusia di dunia yang dapat diakses melalui internet. Karya-karya sastra yang diinput ke dalam komputer, sebagai cara untuk membuat karya-karya itu selalu tersedia sebagai bahan penelitian sastra. Para sukarelawan dalam proyek itu telah memasukkan ribuan teks dengan tujuan untuk memiliki public domain teks dalam bentuk format digital ASCII yang tersedia secara online. Tujuan ini telah tercapai pada Desember 2003 (Lesk 2005). Banyak ahli dan tokoh perpustakaan yang mengemukakan definisi perpustakaan digital. Namun penting dikemukakan di sini adalah berdasarkan International Conference of Digital Library 2004, bahwa konsep perpustakaan digital adalah sebagai perpustakaan elektronik yang informasinya didapat, disimpan, dan diperoleh kembali melalui format digital. Perpustakaan digital merupakan kelompok workstations yang saling berkaitan dan terhubung dengan jaringan (networks) berkecepatan tinggi. Pustakawan menghadapi tantangan yang lebih besar dalam memperoleh, menyimpan, memformat, menelusur,
13
melakukan temu kembali, dan mereproduksi informasi tidak hanya dalam bentuk teks tapi juga nonteks. Limb (2004) mengatakan bahwa tidak ada formula/rumus umum yang menjamin suksesnya suatu perpustakaan digital. Masing-masing proyek perpustakaan digital memiliki parameter tersendiri. Dalam menerapkan strategi dan tujuan, perpustakaan memiliki sumber pendanaan yang terbatas tetapi memiliki kemampuan dan pengalaman digital yang substansial dan terus berkembang, sehingga perpustakaan menuntut pentingnya digitalisasi. Selanjutnya Limb berpendapat bahwa perpustakaan memiliki 2 tanggungjawab utama dalam zaman digital: 1 Menjalankan fungsi sehari-harinya untuk memuaskan user dengan menyediakan informasi yang cepat dan tepat. 2 Mengaplikasikan dan memonitor teknologi yang relevan yang dapat membantu menginformasikan tugas-tugas perpustakaan. Untuk melakukan hal tersebut di atas, perpustakaan melibatkan diri dalam digitalisasi selain meningkatkan reputasinya melalui berbagai aktivitas seperti kegiatan di bidang pendidikan, penyuluhan, organisasi hingga kemasyarakatan serta kemampuan dalam memahami sumber-sumber informasi untuk perpustakaan. Hal ini penting karena Perpustakaan tidak hanya mengumpulkan informasi tetapi juga menghasilkan informasi dengan bentuk yang baru. Jan Olsen (Kepala Perpustakaan Albert R. Mann Cornell University) mengatakan bahwa mahasiswa duduk di rumah dan mengakses informasi elektronik melalui suatu gateway yang menyediakan entry point ke sumber digital yang dapat dicari dimana saja di seluruh dunia, tapi disajikan sebagai koleksi kohesif pada desktop. Federasi perpustakaan digital (Digital Library Federation) berpendapat bahwa perpustakaan digital adalah organisasi yang menyediakan sumber termasuk staf spesialis untuk menyeleksi, menyusun, menyediakan akses intelektual untuk menginterpretasi, mendistribusikan, memelihara integritas, dan menjamin kelangsungan koleksi karya digital sehingga selalu siap dan secara ekonomi tersedia untuk digunakan oleh suatu komunitas. Selain itu, Greenstein mengatakan bahwa pelayanan perpustakaan digital bukan hanya akses dan penggunaan informasi tapi juga mendukung serangkaian administratif, bisnis dan fungsi kuratorial yang diperlukan perpustakaan untuk mengelola, menjalankan, memonitor kerjasama dan menjamin penggunaan koleksi secara fair apakah dalam format digital atau non digital (Barnes 2004).
14
Sharon and Frank dalam Barnes (2004) menggolongkan perpustakaan digital dalam 3 kategori : 1 Stand Alone Digital Library (SDL), adalah perpustakaan tradisional yang sudah fully computerized, mengelola koleksi dengan memindai atau mengkonversi ke koleksi digital, dimana koleksinya bersifat lokal dan terpusat, contoh Library of Congress. 2 Federatif Digital Library (FDL), federasi beberapa perpustakaan SDL dalam satu jaringan, yang dikelola dengan kesamaan minat user dimana memiliki metadata yang heterogen misalnya Networked Digital Library of Theses and Dissertation dan The National Engineering Education Delivery System. 3 Harvested Digital Library (HDL) adalah perpustakaan maya yang menyediakan akses ringkas ke sumber informasi yang tersebar di seluruh jaringan. Dengan hanya mengelola metadata dan melakukan klik, HDL dapat mengakses ke seluruh jaringan. Koleksi yang dimiliki oleh berbagai sumber perpustakaan, dikonversi menjadi ringkasan sesuai definisi spesialis informasi (information specialits) sehingga berbentuk ringkasan (summary). HDL digital memiliki sifat seperti perpustakaan biasa, namun memiliki kekayaan jasa dan kontrol yang berkualitas tinggi yang dilakukan informasi spesialis yang juga bertanggung jawab terhadap pembuatan anotasi koleksi. Contohnya The Internet Public Library dan www.virtual.library. Witten (2003) menggambarkan perpustakaan digital sebagai: A focused collection of digital objects, including texts, video, and audio, along with methods for access and retrieval, and selection, organization, and maintenance of the collection . Pengertian tersebut menggambarkan 3 kriteria perpustakaan digital, yaitu: •
Sesuatu yang terfokus pada obyek digital, termasuk teks, video, dan audio.
•
Disertai metode untuk akses dan temu kembali.
•
Alat untuk pemilihan, organisasi dan perawatan koleksi.
Lesk (2005) mengemukakan pandangannya bahwa perpustakaan digital adalah a collection of information that is both digitized and organized . Bahwa perpustakaan digital berfokus pada koleksi informasi yang terdigitalkan dan terorganisir, memberikan kemampuan luar biasa yang tidak pernah kita dapatkan dengan perpustakaan tradisional. Sebagai konsekuensi adanya percepatan evolusi pada ICT, maka perpustakaan tradisional memerlukan kreasi baru untuk penyebaran dan akses sumber informasi dalam bentuk digital melalui jaringan komputer. Hal ini merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh Pustakawan dewasa ini, dimana perpustakaan digital harus dikelola
15
berdasarkan sistem berbasis jaringan komputer untuk pengadaan, penyimpanan, pengolahan, pencarian kembali, serta penyebarannya dalam format digital kepada pencari informasi. Perpustakaan digital mengandung pengertian yang sama dengan electronic library dan virtual library. Perpustakaan digital yaitu suatu bentuk perpustakaan yang menyimpan data baik dalam bentuk tulisan (buku), gambar, maupun suara, dalam bentuk file elektronik yang juga didistribusikan secara elektronik melalui jaringan komputer (internet). Karena itu perpustakaan digital dapat didefinisikan sebagai perpustakaan yang semua bahan kepustakaannya, baik naskah (teks), maupun ilustrasi lain disediakan dalam format digital yang tersimpan di dalam suatu server, sehingga dapat dibaca oleh siapa saja tanpa batas-batas ras, golongan, ruang dan waktu melalui internet, menggunakan komputer. Berdasarkan beberapa definisi di atas terdapat ciri perpustakaan digital sebagai berikut: 1
Perpustakaan digital mencakup koleksi-koleksi yang diciptakan ataupun diproduksi, dikelola, dipreservasi, dapat diakses dari lokasi yang tersebar, namun seakan-akan merupakan satu entitas (entity) tunggal.
2
Teknologi informasi dan komunikasi sangat diperlukan untuk menghubungkan sumber-sumber tersebar.
3
Perpustakaan digital transparan bagi semua pemakai (end-user).
4
User perpustakaan digital bersifat universal .
5
Akses informasi dapat dilakukan secara langsung ke sumber digital itu sendiri, bukan hanya melalui wakil dokumen (document surrogates). Perpustakaan digital tidak semata-mata hanya penggunaan perangkat komputer
di perpustakaan, melainkan upaya untuk menjawab kebutuhan terhadap informasi sehingga melibatkan beberapa aspek seperti: manajemen data/dokumen, information retrieval, sistem informasi, penggunaan web, preservasi, interaksi manusia dan komputer serta hal-hal lain yang mengarah pada kemudahan pengelolaan dan penggunaan informasi. Karena sifatnya yang multidisipliner, perpustakaan digital dipahami oleh masing-masing orang dari sudut pandang yang berbeda. Sesungguhnya titik akhir dari semua proses digital adalah bahwa setiap user menginginkan ”a One-stop window search .
16
2.4.2
Paradigma Perpustakaan Digital Indonesia Perpustakaan sebagai salah satu basis yang dapat menyangga peradaban di tanah
air masih banyak terlupakan. Hal ini berdampak pada sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang jauh tertinggal dari bangsa lain yang sejak lama memandang bahwa perpustakaan merupakan salah satu aset kultural. Masyarakat berpengetahuan (knowledge society) merupakan salah satu pondasi dasar bagi perkembangan suatu bangsa dan negara. Untuk pertukaran informasi dan ilmu pengetahuan antar bangsa perpustakaan digital dapat menjadi salah satu instrumen menuju masyarakat berpengetahuan (knowledge society), dimana perpustakaan digital merupakan komponen penting untuk menyimpan explicit knowledge berupa buku, proseding, paper, bahan presentasi, notulen, catatan harian, dan berbagai jenis informasi lainnnya. Sebagaimana hambatan pengembangan minat baca pada banyak negara miskin dan berkembang, maka kesenjangan digital (digital divide) karena faktor kemiskinan dan keterbelakangan juga menjadi hambatan pengembangan perpustakaan digital di banyak belahan dunia, termasuk Indonesia. Karena itu pengembangan perpustakaan digital di Indonesia secara umum masih dalam upaya pembentukan peta dan konsep jaringan perpustakaan digital (digital library networks). Konsep perpustakaan digital sudah mulai mendapat perhatian pemerintah dengan adanya Keputusan Menristek nomor 44/M/Kp/VII/2000 tentang Penyampaian Literatur Kelabu yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Konsep yang digagas saat kepemimpinan Prof. Dr. Ing. Dr. Sc.h.c. Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai Menristek ini, sekaligus untuk mempersiapkan program perpustakaan digital (digital library program) yang merupakan kerjasama antara Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi (KMNRT) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) (Ss/tri 2000). 2.4.3 Objek Perpustakaan Digital Koleksi
merupakan
faktor
utama
bagi
berlangsungnya
perpustakaan
konvensional. Anglo American Cataloging Rules (AACR) yang menetapkan aturan katalogisasi membagi koleksi perpustakaan dalam kategori bahan buku (book material) dan bahan bukan buku (nonbook material). Bahan buku terdiri dari monograf, terbitan berseri, kartografi dan lain-lain, baik dalam bentuk terjilid maupun lepas, sedangkan bahan bukan buku terdiri dari bahan-bahan tidak tercetak seperti kartografi, manuskrip, rekaman audio, gambar bergerak, video, file komputer, artefak, realia serta bentuk
17
mikro. Berbeda dengan perpustakan konvensional, koleksi pada perpustakaan digital lebih umum dikenal dengan objek digital Objek digital mencakup semua isi dari koleksi perpustakaan konvensional sebagaimana disebutkan di atas, namun tersimpan dalam format digital berupa file teks, image, audio, video, dan lain-lain. Objek digital adalah data yang terstruktur dimana komponen-komponen utamanya merupakan materi digital disertai dengan identitas unik untuk setiap materinya. Semua objek digital tersebut tersimpan dengan format yang dapat dikenali komputer, sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Objek Digital pada Perpustakaan Digital. NO. JENIS FILE Animasi 1 Database 2 Gambar 3 (Image) 4 5
Presentasi Program
6
Suara (Audio) Tabel (Spreedsheets) Teks Video Web
7 8 9 10
FORMAT FILE *.ANI; *.FLI; *.SWF *.DBF; *.MDB *.BMP; *.CDR; *.DXF; *.EPS; *.GIF; *.HPG; *.JPG; *.JPEG; *.PCX; *.PNG; *.TGA; *.TIF; *.WMF; *.WPG *.PPT; *.PPS *.COM; *.EXE *.AIF; *.AU; *.MID; *.MP3; *.SND; *.WAV; *.WMA; *.WMV *.XLS *.DOC; *.PDF; *.RTF; *.TXT; *.ODF *.AVI; *.MOV; *.MPG *.HTM; *.HTML
Dari semua jenis objek digital pada Tabel 2, yang menjadi fokus perhatian dalam tulisan ini adalah jenis file teks yang merupakan format konversi dari kebanyakan koleksi tercetak berupa buku, jurnal, prosiding, dan lain-lain. Pada koleksi digital, kumpulan koleksi tersebut dapat berupa e-book dan e-journal baik yang diolah sendiri atau yang berasal dari vendor, serta local content. Objek digital tersebut diklasifikasikan menjadi : a E-book adalah kumpulan buku wajib, buku anjuran, buku penunjang laboratorium, buku yang peminjaman banyak (higher priority) dan e-book yang diperoleh dengan
di Internet. E-book, yaitu buku berformat digital yang
dapat diperoleh melalui internet baik dengan cara berbayar (for fee) maupun dengan cuma-cuma (for free). Perpustakaan yang ingin memperoleh e-book
18
secara cuma-cuma, dapat dilakukan melalui penelusuran di internet dengan mengetikkan kata e-book pada mesin pencari (search engine) seperti google, yahoo dan lain-lain. b E-journal adalah kumpulan artikel free-journal hasil download ataupun yang diperoleh melalui langganan, misalnya ProQuest, EBSCO, dan lain-lain. Pengadaan koleksi digital dengan berlangganan memerlukan biaya yang tinggi. c
Local content, yaitu koleksi lokal sebagai kekhasan dan menjadi koleksi unggulan yang dibangun untuk kebutuhan dan pengembangan yang bersifat lokal yang terdiri dari: •
Literatur kelabu (grey literature) yaitu literatur atau dokumen yang diterbitkan dalam jumlah terbatas untuk penggunaan kalangan internal suatu institusi sehingga sangat sulit bahkan tidak dapat ditemukan di pusatpusat sumber informasi lain, termasuk toko buku. Sebagian kecil dari literatur kelabu dapat diperoleh pembaca umum melalui jurnal. Yang termasuk dalam literatur kelabu antara lain Laporan Penelitian, Orasi Guru Besar, dan lain-lain.
• d
Informasi berupa peraturan dan kegiatan operasional perpustakaan.
Akses ke sumber eksternal Mengakses informasi melalui sumber lain dapat dilakukan dengan membuka link ke server yang disediakan oleh institusi lain seperti penerbit atau perpustakaan digital. Mengakses sumber informasi dari perpustakaan digital lain secara ekonomis cenderung lebih murah, tetapi mungkin dapat mengakibatkan ketergantungan kepada penyedia informasi tersebut dan kurangnya produktivitas perpustakaan untuk menghasilkan informasi sendiri. Akses yang mudah untuk memanfaatkan sumber lain dapat dilakukan dengan bergabung dalam suatu jaringan lokal, regional, nasional ataupun internasional
2.5 Free Open Source Software (FOSS) Free Open Source Software (FOSS) adalah software yang didistribusikan secara bebas dengan menyertakan kode program (source code). Penggunaan Open Source di Indonesia mendapat perhatian dari pemerintah dengan dideklarasikannya penggunaan dan pengembangan Open Source Software (OSS) secara bersama oleh 5 departemen pada 30 Juni 2004. Kelima departemen itu adalah:
19
1 Kementerian Riset dan Teknologi. 2 Kementerian Komunikasi dan Informatika. 3 Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. 4 Kementerian Hukum dan HAM. 5 Kementerian Pendidikan Nasional. Pada umumnya FOSS didistribusikan berdasarkan lisensi GNU GPL (General Public License) dengan menerapkan konsep “copyleft” dalam semangat pengembangan software secara bersama, yang dapat digunakan dan dikembangkan kapan dan dimana saja. Setelah dikembangkan, FOSS bahkan dapat didistribusikan kembali dengan syarat bersedia untuk mempertahankan lisensi GPL-nya dan menyertakan seluruh source codenya. Menurut Mustafa (2008) kata free dalam FOSS lebih mengacu pada pengertian “kebebasan” dalam penggunaan dan pengembangannya dari pada pengertian “gratis” atau “cuma-cuma”, walau pada kenyataannya bahwa pengembang FOSS secara umum membuka source code-nya untuk dieksploitasi secara bebas dan cuma-cuma (free). Selanjutnya Mustafa mengutip pendapat Richard Stallman dalam Rhyno (2004) yang mengemukakan bahwa dalam aplikasi open source terdapat empat kebebasan (freedom) yaitu: 1 Kebebasan menjalankan program untuk segala tujuan. 2 Kebebasan mempelajari sistem kerja program untuk disuaikan dengan kebutuhan. 3 Kebebasan menyebarkan program asli untuk dipergunakan pengguna lain. 4 Kebebasan menyebarkan program yang telah dikembangkan untuk kepentingan pengguna yang lebih luas. Dalam berbagai kemudahan penggunaan FOSS ditemukan pula beberapa kendala dalam pengembangan dan penggunaannya sebagai berikut: 1 Banyaknya orang yang terlibat dalam pembuatan proyek software tidak menjamin handalnya sebuah software, karena adanya perbedaan pandangan yang satu dengan yang lain. 2 Masalah dapat muncul karena orang yang tidak memahami software yang digunakan mengemukakan opini, untuk memperdebatkan hal-hal yang tidak berhubungan dengan program yang dikembangkan.
20
3 Adanya berbagai konflik di antara para pengembang software, sehingga software tidak dapat dikembangkan lebih lanjut. 4 Pengembangan software yang dilakukan hanya karena menarik minat pengembang, dapat membuat software yang terlihat interaktif dan menyenangkan, namun menjadi terhenti bila pengembang kehilangan minat dan tidak ada yang meneruskan. 5 Dengan tersedianya source code untuk setiap aplikasi, maka seseorang dapat memodifikasi sebagian source code asli dan mengeluarkan software yang sama dengan versi baru disertai klaim sebagai hasil karya sendiri. 6 Ketergantungan hanya pada satu orang pengembang open source, dapat menjadi tertunda bahkan terhenti. Berikut beberapa FOSS beserta alamatnya yang telah digunakan beberapa perpustakaan dan dapat diunduh melalui internet:
1 OpenBiblio: http://obiblio.sourceforge.net/ 2 PhpMyLibrary: http://www.phpmylibrary.org/ 3 Senayan: http://senayan.diknas.go.id/web/ 4 OtomiGen: http://kmrg.itb.ac.id/otomigenx/ 5 DSpace: http://www.dspace.org/ 6 GreenStone: http://www.greenstone.org/ 7 Igloo - ISIS Base: http://www.igloo.org/library/ Penggunaan open source dapat memberi keuntungan bagi perpustakaan karena beberapa faktor, antara lain: 1 Memiliki reliabilitas yang tinggi, karena mendapat review dari masyarakat luas. Hal ini akan menguntungkan bagi pihak perpustakaan karena dapat memperoleh program-program handal. 2 Dengan ketersediaan source code maka segala kesalahan yang terdapat dalam program dapat lebih mudah dianalisa dan segera diperbaiki tanpa perlu menunggu waktu untuk mendatangkan programmer. Kesalahan yang tidak dapat diperbaiki dapat dijelaskan secara detail kepada pihak pengembang software. Dalam hal ini Perpustakaan sebagai pengguna tidak memiliki ketergantungan terhadap suatu vendor (vendor independence).
21
3 Pustakawan akan merasa lebih nyaman karena menggunakan software yang juga digunakan oleh perpustakaan lain, sehingga pustakawan dapat berbagi pengalaman dalam penggunaan software yang sama. 4 Biaya operasional menjadi lebih rendah, karena dapat dilakukan sendiri. 5 Mudah dan praktis karena umumnya dapat diakses dari segala tempat dan waktu. 6 Memiliki akses informasi yang lebih cepat dan murah. 7 Biaya rendah atas kebutuhan penyediaan software dan penyebaran informasi. 8 Dapat dikembangkan sendiri oleh user tanpa perlu meminta izin dengan segala proses administrasi dan birokrasi dari pembuat software. 2.6 Ganesha Digital Library (GDL) Ganesha Digital Library (GDL) adalah software open source berbasis web untuk mengelola dan mendistribusikan sumber informasi digital. GDL dikembangkan sejak tahun 2000 oleh Knowledge Management Research Group (KMRG) ITB dengan dukungan
dana
dari
International
Development
Research
(IDRC)
Kanada.
Pengembangan terakhir GDL adalah versi 4.2 yang didanai oleh Proyek Indonesian Higher Education Network Dinas Pendidikan Tinggi (INHERENT DIKTI). GDL 4.2 dengan
seluruh
source
code-nya
dapat
di-download
melalui
situs
web
http://kmrg.itb.ac.id, ataupun pada situs lainnya menggunakan search engine dengan mengetikkan download “GDL 4.2”. Semua Source code tersimpan dalam file dan folder sebagaimana daftar Lampiran 1. Contoh GDL 4.2 yang digunakan pada Perpustakaan Pusat ITB terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Tampilan Awal GDL ITB Central Library. 22
Walau terkesan kurang intuitif dibanding versi 4.0 sebelumnya, GDL versi 4.2 ini lebih menonjol, lebih fleksibel, lebih coding style, serta memiliki kelebihan lainnya dibanding dengan versi-versi sebelumnya. Perangkat lunak GDL dapat diinstal pada platform Windows atau Unix/Linux. GDL memerlukan web server apache, server database MySQL dan bahasa script PHP. GDL 4.2 merupakan program open source dengan lisensi GPL. Dengan lisensi GPL semua pengguna dapat memanfaatkan dan mengembangkan source code program GDL. Oleh karena itu program yang dikembangkan dengan dukungan dana dari program INHERENT DIKTI ini diharapkan dapat dipergunakan oleh masyarakat umum. Pengembangan GDL 4.2 dilakukan dengan penambahan beberapa fitur, dan dilakukan dengan metode pembangunan perangkat lunak yang standar agar memudahkan pengembangan program ini selanjutnya. Standar metadata pada GDL mengadopsi Dublin Core Metadata. Untuk communication protocol menggunakan OAI (Open Archive Initiative) protocol. Kedua standar tersebut diadopsi dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan untuk GDL. GDL memiliki berbagai tipe content. Setiap tipe memiliki jumlah content yang selalu berkembang sesuai dengan aktivitas anggota untuk men-share koleksi terbaru mereka ke dalam hub server. Beberapa type content untuk standar Perguruan Tinggi yang disediakan GDL tidak terdapat di Perpustakaan THC. Tipe content yang meliputi skripsi, tesis, disertasi, bahan e-learning, bahan kuliah dan bahan ujian, ditiadakan dalam tipe content Perpustakaan Digital THC. Tipe content Perpustakan Digital THC disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Type Content Perpustakaan Digital THC No
Tipe
No
Tipe
1
Katalog Buku
7
Publikasi
2
Literatur Kelabu
8
Internet Directory
3
Laporan Penelitian
9
Kliping
4
Jurnal
10
Expertise Directory
5
Prosiding
11
Software
6
Audio Visual
Seorang anggota harus mendaftar ke server perpustakaan digital, untuk bisa mengunduh full text. GDL mendukung roaming keanggotaan, ini berarti user dapat 23
mendaftar pada server perpustakaan digital mana saja dan menggunakan account yang sama untuk login pada GDL mana saja yang terkoneksi dengan GDL-Hub. GDL 4.2 dikembangkan dengan memperhatikan 14 faktor-faktor sebagai berikut (http://www.aulia-ra.org/2007/01/24/ganesha-digital-library-42/): 1
Correctness Dibangun dengan mengacu pada user requirement, sehingga pengembang dapat yakin bahwa software yang dibangun benar-benar dapat memenuhi kebutuhan user.
2
Reliability Software lebih dahulu melalui tahap pengujian yang didokumentasikan dengan baik sebelum diluncurkan, sehingga pengembang yakin bahwa software reliable.
3
Efficiency Pengembang mengoptimalkan kode yang ada menggunakan metode object oriented. Untuk mendukung efisiensi digunakan program open source lain seperti program search engine swish-e yang terbukti efisien sebagai sub-sistem.
4
Integrity Memiliki fitur manajemen user yang baik sehingga user dapat diklasifikasikan sesuai kebutuhan untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak berhak.
5
Usability Pengembang memperhatikan interaksi pengguna sehingga user baru dapat mempelajari dengan cepat cara penggunaan program ini. User juga dengan mudah dapat menginterpretasi GDL 4.2 karena pengembang menyertakan user guide pada saat instalasi sistem.
6
Maintainability Tersedianya berbagai fitur seperti pencatatan aktivitas (log), fitur manajemen user, manajemen server dan lain-lain sehingga memudahkan Administrator merawat sistem.
7
Flexibility Sistem dapat mendukung tiga sistem operasi yang biasa digunakan sebagai server yaitu Windows, Linux, dan FreeBSD. Selain itu modifikasi program mudah dilakukan dengan adanya modularity.
24
8
Testability Sebelum diluncurkan, sistem lebih dahulu melalui tahap pengujian yang dilakukan oleh tim khusus dengan pedoman dokumen pengujian yang dibuat oleh tim analis.
9
Portability Source Code dibundel dalam satu file installer sehingga mudah dipindahkan dari satu mesin ke mesin yang lain. Sistem juga menyediakan fitur migrasi dari GDL 4.0, sehingga user GDL 4.0 tidak perlu meng-upgrade-nya ke versi 4.2.
10 Reusability Software yang dikembangkan dapat dengan mudah di re-use menggunakan metode object oriented. 11 Interoperability GDL 4.2 pada suatu server dapat berkomunikasi dan bertukar data dengan GDL 4.2 pada server lain dengan mudah. Beberapa GDL 4.2 dapat pula membentuk suatu jaringan perpustakaan digital untuk saling bertukar data.
User yang
terdaftar pada salah satu server GDL juga dapat login pada GDL lain dengan melalukan beberapa setting khusus. 12 Modularity Modifikasi yang dilakukan pada satu modul tidak akan mempengaruhi seluruh sistem, sehingga hal ini akan memudahkan pengembang selanjutnya untuk melakukan modifikasi program dan hal ini akan sangat berguna dalan reusability. 13 Documentation Pengembangan software didokumentasikan dengan baik sehingga diharapkan agar pengembang berikutnya mudah dalam melanjutkan pengembangannya 14 Traceability Dengan dokumentasi yang baik maka user dan pengembang dapat mempelajari program GDL dengan mudah tanpa harus membongkar seluruh program. Untuk berjalannya GDL dengan baik harus memperhatikan konfigurasi. Konfigurasi GDL terdiri dari konfigurasi server dan konfigurasi sistem yang dapat dilihat melalui Menu Configuration pada tampilan menu awal. Server node dapat mengkonfigurasi Publisher ID melalui Server Configuration dengan mengisi form yang telah disediakan, seperti yang disajikan pada Gambar 5. Konfigurasi sistem berfungsi
25
untuk mengatur tampilan GDL 4.2. Konfigurasi dilakukan dengan cara mengubah nilai text box, radio button dan combo box dengan nilai dan parameter yang sesuai.
Gambar 5 Konfigurasi Sistem GDL.
26
2.7 Perpustakaan The Habibie Center (THC) Perpustakaan THC berfungsi sebagai unit pendukung pada lembaga induknya Yayasan THC untuk melakukan penyediaan dan diseminasi informasi. Informasi Perpustakan
THC
dapat
diakses
pada
alamat
http://perpus.habibiecenter.or.id
sebagaimana disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Halaman Depan Web Perpustakaan THC Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, perpustakaan mengupayakan kelengkapan koleksi semaksimal mungkin serta mempublikasikan segala kegiatan Yayasan THC. Pada saat ini perpustakaan menyediakan literatur tercetak dalam bidang demokrasi dan Hak Azasi Manusia (HAM) secara terbatas, serta literatur pendukung lainnya seperti media massa, maritim, informasi beasiswa, dan lain-lain. Beberapa diantara koleksi tersebut merupakan terbitan Yayasan THC yang terdiri dari: •
Buku 31 Judul.
•
Jurnal HAM dan Demokrasi, terbit bulanan sejak tahun 2000.
•
Jurnal Media Watch, terbit bulanan sejak tahun 2000.
•
News Letter terbit bulanan sejak tahun 2000.
•
Laporan Tahunan (Annual Report), terbit tahunan sejak tahun 2000.
•
Makalah-Makalah Laporan Penelitian.
•
Audio Visual, dari rangkaian kegiatan THC. User yang datang ke perpustakaan dapat mengakses semua koleksi secara
langsung dengan memanfaatkan layanan terbuka (opened access) dan layanan desk 27
information dengan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi yang tersedia, ataupun memanfaatkan fasilitas intranet. Selain melalui web, user juga dapat memperoleh
informasi
melalui
surat
elektronik
(e-mail)
pada
admin.perpus.habibiecenter.or.id. Koleksi sebagaimana diuraikan di atas, dirasakan kurang memenuhi kebutuhan sesuai dengan visi dan misi institusi. Hal ini diketahui dengan banyaknya koleksi pelengkap di luar demokrasi dan HAM seperti Agama, Ekonomi, Maritim, Budaya, Komunikasi dan lain-lain. Oleh karena itu untuk orientasi ke depan, perpustakaan memiliki target jumlah tertentu untuk masing-masing jenis koleksi utama dan koleksi pelengkap. Sebagai perbandingan, keadaan koleksi berdasarkan data pada web perpustakaan yang di-update pada tahun 2007 dan komposisi kebutuhan koleksi digambarkan pada Tabel 4. Tabel 4 Perbandingan Komposisi Koleksi tahun 2008 dan Orientasi ke Depan. JENIS KOLEKSI
Demokrasi HAM Politik Hukum Media & Pers Ekonomi Lain-Lain (Pelengkap) Jumlah
PERSENTASE KOLEKSI S/D Agustus'08 14% 10% 25% 6% 7% 18% 20% 100%
ORIENTASI 20% 20% 15% 15% 15% 10% 5% 100%
Selain kondisi di atas, kondisi jaringan dan SDM Perpustakaan THC digambarkan sebagai berikut: 1
Telah tersedia koneksi internet yang dedicated selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu, serta jaringan LAN di lokasi operator perpustakaan digital.
2
Belum ada komputer sebagai server yang tersedia untuk perputakaan digital.
3
Banyak koleksi lokal berupa hasil diskusi, koleksi pribadi dan keluarga B.J. Habibie dan para pakar di THC yang masih tersebar dan belum terkumpul di perpustakaan sehingga belum banyak diketahui oleh masyarakat umum.
4
Pengelola perpustakaan terdiri dari seorang pustakawan dan seorang Asisten.
28
BAB III METODE DAN RANCANGAN PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan pengumpulan informasi dan literatur mengenai perpustakaan digital secara online dan studi kepustakaan. Pengumpulan informasi dan literatur secara online dilakukan untuk memperoleh artikel atau penelitian-penelitian sejenis dengan menggunakan jaringan (internet), sedangkan studi kepustakaan dilakukan dengan menghimpun berbagai informasi perpustakaan digital melalui karya cetak berupa buku, artikel dan sejenisnya. Sebelum merencanakan dan membuat desain perpustakaan digital pada Perpustakaan THC terlebih dahulu dilakukan penelitian terhadap kondisi perpustakaan yang sedang berjalan dengan melakukan wawancara (interview) terhadap pengelola perpustakaan dan pimpinan di lingkungan THC menggunakan Pedoman Wawancara sebagaimana Lampiran 2, dilanjutkan dengan pengamatan kondisi lapangan. Data dan informasi yang terkumpul melalui proses di atas dikompilasi dan dianalisa untuk mendapatkan
gambaran pengembangan prototipe
perpustakaan digital.
Untuk
membangun prototipe yang merupakan suatu pendekatan untuk membuat suatu model dengan memperlihatkan fitur-fitur suatu sistem, Loudon & Loudon (1998) menjabarkan 4 langkah, yaitu: 1 Mengidentifikasi kebutuhan dasar dari pengguna. Di sini penulis bekerja sama dengan pemakai yang sedang menelusuri informasi untuk mengetahui informasi dasar yang dibutuhkan oleh pemakai dengan membuka sistem aplikasi yang telah berjalan. 2 Mengembangkan prototipe. Penulis mengajukan prototipe menggunakan GDL mencakup fungsi-fungsi yang penting untuk diganti dan menambah fitur-fitur yang diperlukan. 3 Menggunakan prototipe. Pustakawan diminta bekerja dengan sistem untuk mengetahui kecocokan prototipe terhadap kebutuhan user dan kemudian diharapkan agar user dapat memberikan masukan-masukan untuk perbaikan prototipe selanjutnya. 4 Memperbaiki untuk peningkatan kualitas prototipe. Sesuai dengan perubahan yang diminta oleh pengguna. Setelah diperbaiki, maka langkah 3 dan 4 dilakukan terus menerus hinga mendekati kepuasan pengguna. 29
Keempat langkah tersebut disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Langkah dalam Pengembangan Prototipe (Loudon & Loudon 1998). Dalam penelitian ini akan dilakukan 2 kali siklus, yang mencakup: 1 Pengajuan prototipe awal dan penyesuaian dengan kebutuhan pengelola perpustakaan. 2 Pengajuan prototipe dan penyesuaian dengan kebutuhan pengguna perpustakaan (end user). 3.2
Sistematika Penelitian dan Pembahasan Secara umum penelitian dan pembahasan terbagi dalam empat bagian, yaitu:
1
Bagian yang berhubungan dengan objek penelitian. Mengidentifikasi kondisi perpustakaan yang sedang berjalan dengan melakukan observasi dan interview terhadap petugas dan penanggungjawab perpustakaan.
2
Bagian yang berhubungan dengan pengguna. Mengidentifikasi kebutuhan informasi dan harapan pengguna perpustakaan terhadap objek dan layanan digital dengan melakukan interview.
30
3
Bagian yang berhubungan dengan prototipe perpustakaan digital. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan digital, yang mencakup kebutuhan aplikasi, database, template, script dan digitalisasi.
4
Bagian yang berhubungan dengan implementasi dan evaluasi, serta rekomendasi yang diperlukan dalam mengembangkan perpustakaan digital.
3.3
Tahapan Proses Penelitian
Penelitian dilakukan secara intensif melalui studi literatur yang tersambung dengan internet (online) dan intranet dilingkungan THC (offline), melakukan observasi terhadap objek penelitian, serta melakukan interview (mengembangkan pedoman interview sebagaimana terlampir) terhadap pengelola dan pengguna Perpustakaan THC. Tahap berikutnya adalah menentukan kebutuhan sistem serta membangun prototipe pengembangan perpustakaan digital, dilanjutkan dengan pengujian dan evaluasi. Semua tahapan proses penelitian dijabarkan pada Tabel 5, sedangkan arus logika dari tahapan proses penelitian disajikan pada Gambar 8. Tabel 5 Tahapan Proses Penelitian. TAHAPAN
KEGIATAN Pengumpulan bahan dan materi
Persiapan
Pelaksanaan
Pengumpulan data awal penelitian Penyusunan proposal Identifikasi Merumuskan masalah dan tujuan Interview Observasi Mendefinisikan Kondisi Pengembangan Menjabarkan Kebutuhan Studi dan kebijakan perpustakaan digital
SUMBER Studi pustaka, online, dan offline, observasi
studi pustaka, Interview dan observasi
Studi pustaka, online, observasi
Implementasi
Pengujian dan Evaluasi Finalisasi
Membangun Prototipe Perpustakaan
Online, observasi
Grand Design Pengujian Evaluasi Penyusunan laporan
Online
Dokumentasi
31
Gambar 8 Flowchart Proses Penelitian. 3.4
Kerangka Pemikiran Dalam tahapan implementasi, akan dicoba memberikan suatu gagasan bentuk
ideal dari sistem perpustakaan digital dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kebutuhan user. Dari sisi isi perpustakaan digital dua hal penting yang harus tercakup di dalamnya yaitu informasi yang terkandung di dalamnya dan layanan sebagai syarat interaksi dengan user. Kondisi ideal diberikan dimana akses internet dianggap sudah memungkinkan terjadinya koneksi atau layanan online tanpa hambatan dari user. 32
BAB IV IMPLEMENTASI 4.1
Rencana Desain Perpustakaan Digital THC Kondisi dasar Perpustakaan THC sebagaimana dijelaskan pada bagian 2.7,
dikembangkan dalam desain sistem Perpustakaan Digital THC yang dapat di link melalui web Perpustakaan THC yang telah ada. Web Perpustakan THC didesain ulang pada bagian menu navigasi, sesuai kebutuhan perpustakaan sebagaimana Gambar 9.
Gambar 9 Desain Web Perpustakaan THC dengan Modifikasi Navigasi Pembahasan desain sistem perpustakaan digital THC dikelompokkan dalam 5 bagian, yaitu: 1
Peta ilmu pengetahuan (knowledge map).
2
Konsep dasar.
3
Bagian infrastruktur fisik (hardware).
4
Software perpustakaan digital.
5
Kualitas SDM.
33
4.1.1 Peta Ilmu Pengetahuan ( Knowledge Map) Knowledge map adalah keanekaragaman informasi dan ilmu pengetahuan yang akan dikelola dalam perpustakaan digital. Beberapa jenis sumber ilmu pengetahuan yang akan dikelola oleh THC adalah produk local content ataupun produk hasil kerjasama dengan institusi lain, berupa: 1
Buku-Buku terbitan THC.
2
Jurnal terbitan THC.
3
Hasil diskusi, seminar dan workshop.
4
Laporan-laporan penelitian.
5
Koleksi multimedia ataupun audio visual yang bermanfaat bagi masyarakat.
Peta ilmu pengetahuan tersebut dapat ditambahkan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki THC. 4.1.2 Konsep Dasar Desain Sistem Ilmu pengetahuan di atas akan dikelola oleh Perpustakaan THC dengan sistem digital dan diharapkan akan bergabung dalam jaringan perpustakaan digital IndonesiaDLN. Topologi jaringan perpustakaan digital THC dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Topologi Jaringan Perpustakaan Digital THC. Informasi yang sudah terkumpul di Server GDL THC, akan disebarkan melalui IndonesiaDLN secara online maupun menggunakan CD-ROM (Server-to-server CDROM copy). Selain itu, THC juga dapat memanfaatkan dan mengolah informasi yang terkumpul dalam server perpustakaan digital lebih lanjut, seperti pada Gambar 11.
34
Gambar 11 Pemanfaatan Informasi dalam Perpustakaan Digital. 4.1.3
Desain Infrastruktur Fisik Infrastruktur fisik yang diperlukan untuk mengoperasikan perpustakaan digital di
THC adalah sebagai berikut: 4.1.3.1 Infrastruktur Minimal Infrastruktur minimal adalah infrastruktur jaringan LAN perpustakaan digital yang minimal harus dimiliki THC. Infrasrtuktur ini khusus untuk mengelola dokumen digital dengan perangkat seminimal mungkin. Topologi jaringan minimal disajikan pada Gambar 12.
Gambar 12 Topologi Minimal Perpustakaan Digital. Untuk perpustakaan dengan keterbatasan peralatan, konfigurasi minimal ini dapat digunakan. Hanya diperlukan sebuah server dan seperangkat PC untuk operator sekaligus akses pemakai. Transfer informasi dari/ke internet (IndonesiaDLN/GDL HUB) dapat dilakukan menggunakan CD-ROM. Untuk itu pada server GDL perlu dilengkapi dengan CD-WRITER dan CD-ROM Drive serta kebutuhan lainnya, sebagaimana disajikan pada Tabel 6.
35
Tabel 6 Infrastruktur Minimal Perpustakaan Digital. No.
Nama
1.
Server GDL
2.
Hub LAN
3.
Fungsi
Spesifikasi
Server perpustakaan digital yang menyimpan database metadata (Abstrak) dan filefile digital dari dokumen, audio, video, dan lain-lain.
Sistem Operasi: Windows minimal Pentium III 300, 64 MB RAM, 10 GB HD, CD Writer, CDROM Drive. Aplikasi: Ganesha Digital Library (GDL) versi 4.2.
Perangkat
Perangkat jaringan yang menghubungkan komputerkomputer dalam sebuah LAN. Jika hanya 2 komputer dalam LAN, hub ini tidak diperlukan, tapi untuk pengembangan ke depan, sebaiknya disediakan. PC Operator Komputer yang dilengkapi & Akses dengan Scanner, khusus untuk digitalisasi dokumen dan Internet gambar.
Minimal 8 port.
Minimal Pentium II 300, 64 MB RAM, 10 GB HD, Microsoft Windows 98, Scanner, OCR dan Adobe Distiller.
4.1.3.2 Infrastruktur Optimal Infrastruktur optimal adalah infrastruktur jaringan LAN perpustakaan digital yang memiliki perangkat digitalisasi, operasional dan akses bagi pemakai secara lengkap selama 24 jam. Dengan demikian pertukaran data dapat dilakukan melalui media jaringan internet, tidak lagi menggunakan CD-ROM. Topologi jaringan ini dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Topologi LAN Perpustakaan Digital.
36
Masing-masing komponen di atas memiliki fungsi dan spesifikasi seperti dijelaskan dalam Tabel 7. Tabel 7 Infrastruktur Optimal Perpustakaan Digital. No.
Nama Perangkat
Fungsi
1.
Server perpustakaan digital, yang menyimpan database metadata Server GDL (abstrak) dan file-file digital dari dokumen, audio, video, dan lainlain.
2.
Hub LAN
3.
4.
5.
6.
7.
4.1.3.3
Spesifikasi Sistem Operasi: Windows atau Unix/ Linux minimal Pentium II 300, 64 MB RAM, 10 GB HD, CD writer, CDROM Drive, Aplikasi Ganesha Digital Library (GDL) versi 4.2.
Perangkat jaringan yang menghubungkan komputer- Minimal 8 port. komputer dalam sebuah LAN. Minimal Pentium II 300, Komputer yang dilengkapi dengan 64 MB RAM, 10 GB PC Windows 95, scanner, khusus untuk digitalisasi HD, Scanning Scanner, OCR, Adobe dokumen dan gambar. Acrobat Distiller. Komputer yang dilengkapi dengan Sound Blaster, khusus untuk Minimal Pentium II 300, 64 MB RAM, 10 GB digitalisasi audio dan/atau video. PC Multimedia Tergantung koleksi yang akan HD, Sound Blaster, tape didigitalkan. Jika ada kaset dan (Video editing, optional). video, perangkat ini diperlukan. Minimal Pentium II 300 Komputer khusus petugas yang MHz, 32 MB RAM, 4 PC HD, Windows, akan meng-upload abstrak dan GB Operator Internet Explorer, file-file digital ke Server GDL. Acrobat Reader. Minimal Pentium 200 Komputer-komputer yang disediaMhz, 32 MB RAM, 4 GB PC Akses kan bagi pengunjung atau pemakai HD, Windows, Internet Pemakai untuk mengakses isi dari perpustaExplorer, Acrobat kaan digital THC. Reader. Koneksi ke Internet yang Akses ke menghubungkan server GDL ke Dedicated atau dial up. Internet dunia luar.
Biaya Infrastruktur Fisik Asumsi terhadap biaya yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur fisik
sebuah LAN perpustakaan digital dengan spesifikasi di atas, perlu mempertimbangkan kondisi fisik pada saat ini. Pertimbangan terhadap penggunaan perangkat yang sudah 37
ada dengan sedikit modifikasi, dan upgrade untuk mengoptimalkan kemampuannya akan dapat meringankan beban biaya dalam pengadaan hardware. 4.1.4
Desain Software Software yang akan digunakan di THC adalah Ganesha Digital Library versi 4.2.
Software ini dapat dimodifikasi antarmuka pemakainya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan ciri khas THC. Beberapa bagian yang dimodifikasi terlihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Modifikasi User Interface GDL 4.2. 4.1.5 Kualitas SDM Pengelola Perpustakaan THC terdiri dari seorang Pustakawan dan seorang Asisten Pustakawan. Untuk mengelola perpustakaan digital, jumlah pustakawan tersebut dirasakan tidak memenuhi kebutuhan. Pengelola perpustakaan digital memerlukan keahlian dan keterampilan khusus karena harus melakukan seluruh operasional perpustakaan secara digital dengan terstruktur. Untuk menciptakan dan meningkatkan kemampuan pengelola perpustakaan digital, maka diperlukan penambahan petugas khusus untuk digitalisasi koleksi. Pembekalan berupa pelatihan (training) terhadap pengelola perpustakaan perlu diberikan. Adapun training yang dapat diselenggarakan terlihat pada Tabel 8.
38
Tabel 8 Jenis Pelatihan Perpustakaan Digital. No. 1.
2.
3.
4.
5.
Tujuan
Jenis Training
Peserta
Training Administrator
Agar Administrator dapat mengoperasikan sendiri sistem perpustakaan digital (khususnya Server). Operator dapat mendigitalkan dokumen Training dan gambar menggunakan scanner dan Digitalisasi melakukan OCR. Dokumen Training Operator dapat mendigitalkan koleksi Digitalisasi Audio kaset/audio ke format mp3, real audio, dan lain-lain. Training Operator Operator dapat mengelola koleksi-koGDL leksi digital dengan meng-upload ke server GDL. Operator dapat membuat CD_ROM dari Training koleksi yang sudah tersimpan dalam Pembuatan server GDL. CD_ROM
Administrator Server & jaringan. Operator digitalisasi dokumen. Operator digitalisasi audio. Operator Content.
Operator CD-ROM.
4.1.6 Pembuatan Aplikasi Aplikasi GDL bersama dengan seluruh source code-nya dapat diunduh melalui http/www/kmrg.ac.id. Agar proses instalasi GDL dapat dilakukan, terlebih dahulu disiapkan kebutuhan sistemnya. Kebutuhan sistem GDL adalah web server APACHE, database MySQL minimal versi 4.1.18, serta bahasa scrip PHP versi 5.1. Bila ketiga sistem tersebut di-install satu persatu secara terpisah, maka diperlukan konfigurasi terhadap PHP dengan mengaktifkan konfigurasi_argc_argv, konfigurasi_globals, dan session_auto.start. Ketiga program pendukung tersebut dapat di-install sekaligus menggunakan XAMPP yang berjalan di atas sistem operasi Windows. Aplikasi ini tersedia secara gratis di internet. XAMPP merupakan sebuah paket instalasi untuk PHP, APACHE dan MySQL. Dengan menggunakan XAMPP, maka konfigurasi terhadap php otomatis telah dilakukan.
XAMPP
dapat
diunduh
secara
free
melalui
http://www.
apachefriends.org/en/index.html. Konfigurasi dan instalasi awal GDL 4.2 terlihat pada Gambar 15.
39
Gambar 15 Tampilan Awal Instalasi GDL 4.2. Proses konfigurasi dan instalasi GDL 4.2 dapat dilakukan dengan mengikuti langkah berikut: 1 Menyimpan seluruh “source code” GDL 4.2 di direktori tertentu dengan cara mengekstrak, misalnya dengan nama XXX. 2 Memasukkan folder XXX ke XAMPP/htdocs. 3 Mengaktifkan XAMPP/xamppcontrol, Dengan mengaktifkan XAMPP ini maka web server Apache, database MySql serta browser secara otomatis sudah dijalankan. 4 Membuka browser. 5 Mengetikkan “hostname”
yang telah diberikan untuk direktori dimana
aplikasi GDL4.2 ditempatkan, melalui “address bar” pada browser. Misalnya localhost/gdl42xxx (semua huruf kecil tanpa spasi sesuai dengan folder). 6 Merubah hak akses 7 Mengisi konfigurasi database 8 Konfirmasi konfigurasi database 9 Konfirmasi konfigurasi tabel 10 Konfirmasi pembuatan database 11 Pengisian pengelola digital library
40
4.1.7 Karakteristik User User yang terlibat dalam sistem perpustakaan digital ini terdiri dari 4 kelompok dengan karakteristik sebagai berikut: •
Guest, yaitu masyarakat luas. Merupakan user yang telah melakukan registrasi dan telah diaktifkan. User ini meng-explore perpustakaan digital tetapi hanya sebatas metadata. Guest juga dapat meng-upload file yang akan disimpan dalam sub-folder /Top/Temporary.
•
Member yang terdiri dari Para Peneliti dan Staf THC. Merupakan user yang harus melakukan login ke aplikasi GDL. Otoritas yang dimiliki meliputi browsing, searching, view article sampai dengan file versi lengkapnya.
•
Editor yang terdiri dari para Pustakawan, merupakan member yang bertanggung jawab terhadap pemuatan data ke GDL. Editor memiliki otoritas untuk dapat meng-upload data, serta mengelola isi perpustakaan digital seperti metadata, file maupun struktur perpustakaan digital yang berada di bawah otoritasnya .
•
Administrator, Merupakan member yang mempunyai otoritas paling tinggi dari user-user lainnya.
Superuser
ini dimiliki seorang Administrator yang
bertanggung jawab untuk mengelola server GDL. Otoritas Administrator meliputi memelihara data seperti indexing, updating, backup data, user management, security, dan sebagainya sebelum data digunakan. 4.1.8 Pembuatan Database Untuk menyimpan seluruh metadata beserta informasi-informasi lainnya yang terkait, diperlukan database sebagai tempat penyimpanan yang mudah untuk diakses. Struktur database GDL 4.2
mengacu kepada format metadata yang kelak akan
disimpan seperti yang telah diatur oleh Dublin Core (dc). GDL 4.2 menggunakan search engine “SWISH-E” untuk melakukan proses pencarian metadata. SWISH-E tidak otomatis melakukan proses indexing pada setiap metadata yang baru, sehingga untuk memperbaharui database index, harus dilakukan secara periodik. Proses indexing hanya dapat dilakukan oleh Administrator. Langkah melakukan indeks metadata
dilakukan dengan memilih menu Update Indeks pada
kolom menu utama, lalu akan muncul form konfirmasi Update database indeks seperti Gambar 16.
41
Gambar 16 Proses Database Indexing. Proses menyimpan ke database server dilakukan dengan mengekspor metadata dalam bentuk file terkompresi melalui menu Ekspor Metadata seperti terlihat pada Gambar 17.
Gambar 17 Proses Ekspor Metadata. 4.1.9 Pembuatan Template Template adalah dokumen berisikan model-model tampilan yang muncul pada saat proses pembuatan dokumen lain. Template berfungsi untuk memberikan tambahan pilihan pada menu options atau tambahan tombol di beberapa browser. a Template dasar Pembuatan “template dasar” sebagai acuan format HTML dalam aplikasi, sehingga aplikasi yang ada dapat menampilkan halaman-halamannya dengan lebih konsisten dari segi desain antarmuka. b Template header Template header digunakan untuk menampilkan judul utama dari aplikasi. Template ini berisi keterangan tentang aplikasi, logo dan navigasi menuju ke halaman lainnya. Template ini beserta beberapa template lainnya merupakan desain antarmuka, sebagaimana yang disajikan pada Gambar 18.
42
Gambar 18 Desain template header. c Template footer Footer berisi informasi tentang aplikasi yang diletakkan di bagian bawah setiap halaman. Desain template-nya disajikan pada Gambar 19.
Gambar 19 Desain template footer. d Template tampilan awal Template ini merupakan tampilan awal saat memulai mengakses situs perpustakaan digital (Gambar 20).
Gambar 20 Desain template content_open. Pilihan “login” berguna untuk pengesahan pengguna (user authentication) yang telah terdaftar. Namun, user pada level guest langsung dapat mengakses aplikasi dari menu “kategori”. Menu “bantuan” digunakan untuk mengakses halaman bantuan (help). Pilihan “cari” merupakan search engine yang digunakan untuk mencari metadata berdasarkan kata kunci yang diinginkan. 43
e Template Metadata View Template Metadata View sebagaimana pada Gambar 21, digunakan untuk menampilkan metadata yang diinginkan, setelah user melakukan searching.
Gambar 21 Desain template metadata_view. f Template upload metadata Untuk meng-upload dan meng-update metadata dilakukan melalui Template Metadata sebagaimana Gambar 22. Untuk pengisian berikutnya setiap field bertanda bintang (*) harus diisi, agar sistem melakukan proses dan metadatapun ter-upload.
Gambar 22 Desain Template Metadata.
44
g. Template registrasi anggota Template registrasi digunakan sebagai form untuk pendaftaran keanggotaan ataupun update data keanggotaan yang dilakukan oleh Administrator. Setiap anggota, harus memiliki alamat e-mail sebagai media untuk mengkonfirmasi nomor aktivasi dan mengisi semua form yang tersedia seperti yang disajikan pada Gambar 23.
Gambar 23 Desain Template Registration.tpl. h Template membership Template membership hanya dapat digunakan oleh Administrator untuk mengatur administrasi keanggotaan seperti pendaftaran anggota dan mengedit hak akses anggota yang telah terdaftar. Administrator dapat memantau aktivitas keanggotaan melalui Template Membership, serta menghapus (delete) keanggotaan yang tidak aktif untuk periode tertentu. Template Membership disajikan pada Gambar 24.
Gambar 24 Desain Template Membership.
45
4.1.10 Pembuatan Skrip PHP Semua template yang diuraikan di atas, tidak bermanfaat bila tidak dapat diketahui oleh calon user (masyarakat luas). Untuk menginformasikannya pada calon user dilakukan melalui web site. Untuk itu diperlukan sebuah program yang mampu mengolah data serta nyaman untuk digunakan oleh browser. Salah satu pemrograman yang berjalan dalam web server dan berfungsi sebagai pengolah data pada server adalah PHP. Progam ini memiliki keunggulan dalam hal (Madcoms 2004): •
Memiliki tingkat akses yang lebih tinggi.
•
Memiliki tingkat lifecyle yang cepat dan selalu mengikuti perkembangan internet.
•
Memiliki tingkat keamanan yang tinggi.
•
Mampu berjalan di beberapa server seperti: Apache, Microsoft IIS, PWS AOLerver, phttpd, fhttpd dan Xtiami.
•
Mampu berjalan di Linux, Windows, FreeBSD, Unix, Solaris, Windows, dan lain-lain.
•
Mendukung akses ke beberapa database yang sudah ada seperti MySQL, PosgreESQL, mSQL, Informix, dan Microsoft SQL Server.
•
Bersifat free.
Untuk menjalankan program PHP, komputer harus memiliki web server, karena saat meng-install MySQL dan modul PHP program akan meminta untuk mengisi jenis web server yang digunakan. MySQL dan PHP dapat diperoleh secara free dengan cara mengunduh di http://www.php.net dan http://www.mysql.com, untuk kemudian diinstall pada server yang akan digunakan. Skrip yang dibuat dalam PHP ini, mengacu pada template yang sudah dijelaskan sebelumnya. Namun demikian beberapa modul yang dirasa perlu dapat dibuat skripnya. Berikut ini diuraikan beberapa modul penting yang tersedia pada GDL 4.2 serta deskripsi kegunaannya dalam aplikasi perpustakaan digital. a
Login, untuk memberikan akses kepada pengguna dengan melakukan verifikasi username dan password. Registration dan activation untuk menerima pendaftaran user baru dengan menambahkan data user baru ke database. Setelah user terdaftar, ia harus melakukan aktivasi.
b
Searching untuk melakukan pencarian terhadap content yang ada.
c
Bookmark untuk memberi tanda pada metadata yang menjadi minat. 46
d
Browsing untuk melakukan pencarian folder-folder yang memuat content.
e
Upload
untuk melakukan pengiriman content maupun metadata yang akan
ditampilkan pada GDL. f
Indexing untuk melakukan proses indexing awal dan update index pada database
g Syncroning untuk melakukan sinkronisasi metadata dengan sistem digital library yang lain, dengan melakukan koneksi dan selanjutnya diteruskan oleh harvesting dan posting. h
Configure untuk melakukan konfigurasi sistem dan konfigurasi server.
i
Migrate untuk melakukan migrasi GDL dari versi sebelumnya ke versi 4.2.
j
Language untuk memilih dan mengubah bahasa Inggris atau Indonesia.
k Publisher untuk mengatur informasi tentang penerbitan. l
Explore untuk penjelajahan seluruh sistem, akses untuk
menghapus
dan
mengubah folder dan metadata. m Folksonomy untuk menampilkan folksonomy yang disimpan oleh aplikasi GDL. 4.2 Digitalisasi Koleksi 4.2.1 Jenis Dokumen Sumber Informasi Sumber informasi yang akan dijadikan sebagai objek digital diperoleh dari berbagai bentuk, antara lain melalui rekaman langsung dari suatu objek, dokumen tercetak di atas kertas, film negatif ataupun dalam media transparan. Karena perbedaan bentuk, maka tindakan yang dilakukan untuk mendigitalisasikan berbagai sumber tersebut berbeda pula. Berikut gambaran teknis tindakan yang harus dilakukan untuk setiap jenis dokumen. 4.2.1.1 Objek Asli ( Original Source) Resiko yang dihadapi akan lebih besar ketika melakukan proses scanning dari sumber asli yang bernilai historis di atas media yang rapuh dan rentan terhadap kerusakan, misalnya manuskrip yang tertulis di atas daun lontar ataupun tanah liat. Sumber tersebut kemungkinan mengalami kerusakan saat dilakukan proses scanning. Untuk sumber informasi seperti ini terlebih dahulu dilakukan reproduksi dengan pemotretan menggunakan kamera berkualitas sehingga menghasilkan objek gambar yang berkualitas pula. Proses scanning kemudian dilakukan pada film negatif ataupun foto yang dihasilkan.
47
4.2.1.2 Slide/Film Negatif Untuk melakukan proses scanning pada slide atau film negatif diperlukan scanner khusus yang mampu membaca slide/film negatif. Dengan scanner slide mampu mengalihkan informasi data secara detail hingga ribuan data per inch (dpi). Bila scanner tidak ada, maka film/slide direproduksi terlebih dahulu ke dalam media foto untuk selanjutnya dipindai (scan) sebagaimana proses scanning foto yang dijelaskan pada bagian 4.2.1.3. 4.2.1.3 Foto Proses scanning media foto juga harus dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga kualitas reproduksi agar sesuai dengan aslinya. Karena itu perlu diperhatikan kebersihan foto sumber hingga terhindar dari kotoran seperti debu, air, bekas pegangan, dan lainlain, serta memperhatikan kelembaban saat penyimpanan. Semua masalah tersebut akan mempengaruhi kualitas hasil objek digitalnya. 4.2.1.4 Transparan Untuk menghasilkan objek digital yang baik, diperlukan scanner dengan kualitas kepekatan cahaya yang baik. Jenis scanner yang dapat digunakan untuk proses scanning transparan antara lain adalah scanner jenis copy stands, flatbed, drum scanner, dan lainlain. 4.2.1.5 Media Cetak Sumber informasi yang paling umum dijadikan sebagai objek digital adalah media tercetak seperti buku, jurnal ataupun monograf lainnya. Informasi yang tersedia dalam media sumber tersebut adalah berupa ilustrasi gambar, statistik ataupun teks. Semua informasi yang tersedia dalam media tercetak dapat dimanipulasi melalui proses scanning ke dalam file digital berupa gambar ataupun teks yang dapat diedit kembali. Proses ini disebut dengan Optical Character Recognition (OCR), yang kemudian menghasilkan format file dalam bentuk DOC, RTF ataupun PDF.
48
4.2.1.6 Audio digital Suara atau bunyi pada dasarnya bersumber dari getaran sebuah benda yang menyebabkan perubahan tekanan dan gelombang udara yang masuk dan menghasilkan getaran pada telinga. Getaran telinga kemudian dikirim ke otak dan diterjemahkan menjadi informasi dalam bentuk suara analog. Komputer tidak dapat mengenal suara analog, tapi dapat mengenal sinyal dalam bentuk digital. Karena itu suara analog terlebih dahulu ditransfer ke digital dalam bentuk angka “0” dan “1” sehingga komputer akan mampu menerjemahkannya menjadi informasi dalam bentuk audio digital. Hal yang paling penting dalam menghasilkan sebuah file audio digital adalah kualitas dan ukuran file suara. Kualitas suara menjadi perhatian utama bagi dunia siaran, namun bagi perpustakaan digital yang menjadi perhatian utama adalah ukuran file, karena besar kecilnya ukuran file audio akan mempengaruhi kemampuan komputer. Untuk merekam, memainkan, dan mengedit file audio digital dalam berbagai format, diperlukan software audio. Microsoft Windows menyediakan software Windows Media Player dan WinAmp untuk mendengarkan audio dengan format MP3 dan WAV. Sedangkan Real Audio disediakan oleh Perusahaan Real Network. Tampilan software Media Player, WinAmp dan Real Audio terlihat pada Gambar 25.
Gambar 25 Windows Media Player, WinAmp dan Real Audio. •
File Waveform Audio Format (WAV ) Format file WAV adalah bentuk standar file yang dihasilkan ketika melakukan proses alih media suara ke dalam komputer. WAV merupakan format paling simpel dan umum, karena disimpan dalam bentuk mentah dan tidak perlu melalui proses editing untuk menghasilkan suara. Ukuran file yang dihasilkannya sangat besar, tapi kualitas suara yang dihasilkan mendekati suara aslinya. Untuk proses penurunan
49
ukuran file dan tetap memperhatikan kualitas suara dapat dilakukan dengan mengalihkannya ke dalam bentuk file MP3 atau Real Audio. •
File MP3 MP3 yang merupakan singkatan dari “MPEG Layer-3” adalah standar kompresi audio digital yang dikembangkan oleh Fraunhofer Institute dan Thomson Multimedia. MovingPicture Experts Group (MPEG) merupakan organisasi internasional yang memberikan ketentuan standar teknis bagi format file audio dan digital. Ukuran file dapat menjadi lebih kecil hingga sepuluh kali atau lebih dengan hanya mengurangi sedikit kualitasnya.
•
File Real Audio Format file Real Audio merupakan format audio digital yang dikembangkan oleh perusahaan komputer Real Networks tahun 1995, dan masih digunakan hingga saat ini. Format ini banyak digunakan untuk keperluan streaming, dimana proses distribusi suara dilakukan bersamaan dengan proses mendengarkannya secara real time oleh user melalui internet/web. File Real Audio memiliki ekstensi *.ra, *.ram, atau *.rm. Perkembangan dan penggunaan Real Audio dapat dilihat pada web http://www.real.com. Salah satu Software yang populer untuk melakukan editing file audio adalah
program Cool Edit 2000 yang dibuat oleh Perusahaan Syntrillium dan dapat diperoleh melalui http://www.syntrillium.com. Software ini dapat juga melakukan proses alih media dari microphone ataupun merekam langsung gelombang suara. Untuk perekaman suara sangat perlu memperhatikan kualitas sumber suara, karena software editing tidak dapat menyempurnakan hasil suara, namun mampu melakukan variasi. Apabila sumber suara berkualitas rendah, maka hasil rekamanpun akan memiliki kualitas rendah pula. Software Cool Edit ditampilkan pada Gambar 26.
Gambar 26 Cool Edit 2000. 50
4.2.1.7 Video Digital Pada dasarnya video merupakan signal elektro-magnetik yang dikirim melalui perangkat elektonik seperti kabel, antena, satelit dan TV, dimana setiap data yang dikirim merupakan kombinasi informasi suara dan gambar bergerak. Komputer tidak mengenal video analog, namun untuk mengenalinya sinyal video terlebih dahulu dikonversi ke digital dalam bentuk binary digit. Saat ini sudah tersedia Camcorder/Handycam yang mampu langsung merubah format gambar dalam bentuk digital. Selanjutnya bisa dilakukan proses transfer dan editing melalui komputer menjadi format video digital seperti AVI, DAT, MOV, MPEG-1, MPEG-2, dan lain lain. Untuk melakukan proses video editing dibutuhkan prosesor minimal 1 GHz dan memori 256 MB, namun untuk mendapatkan kinerja maksimal maka prosesor dan memori yang lebih besar akan lebih baik. Menggunakan monitor ukuran besar dapat menampilkan objek lebih banyak, namun penggunaan liquid crystal display (LCD) memiliki masalah pada tampilan derajat pandang yang berbeda. Penyimpanan video membutuhkan ukuran file yang besar, namun dapat diatasi dengan penggunaan Compression/Decompression (CODEC) yaitu proses kompresi untuk menyimpan format video pada komputer. Format video digital terdiri dari: •
Audio Video Interlaced (AVI), sangat populer dan menjadi dasar bagi berbagai algoritma kompresi video. Banyak dukungan software dan hardware untuk menggunakan format ini.
•
Motion Picture Expert Group (MPEG) adalah organisasi internasional yang mengembangkan standar untuk kompresi video seperti MPEG-1, MPEG-2.
4.2.2 Konversi Informasi ke Teks PDF Portable document Format (PDF) adalah salah satu format file untuk penyimpanan dokumen teks. format PDF merekam semua elemen dokumen tercetak ke dalam sebuah citra elektronik yang dapat dilihat, ditelusur dan dicetak maupun dikirimkan pada orang lain. PDF dapat mempertahankan keaslian format sumbernya baik huruf, warna, citra maupun grafis. Untuk menghasilkan dokumen PDF digunakan software aplikasi Adobe Acrobat. Format PDF merupakan standar dokumen teks digital untuk kemudahan distribusi menggunakan media internet. Format PDF dapat ditulis, ditampilkan dan dibaca dengan Adobe Acrobat yang terdiri dari PDF Writer, PDF Viewer dan PDF
51
reader, yang disediakan secara free oleh perusahaan Adobe sebagai produsen aplikasi tersebut. Untuk menghasilkan file PDF dari file document dapat dilakukan dengan mudah, yaitu melalui Icon PDF (
) ataupun melalui perintah “print” pada file suatu
dokumen aktif. Untuk menghasilkan dokumen PDF dari dokumen tercetak terlebih dahulu dilakukan melalui proses scanning dan Optical Character Recognition (OCR). 4.2.3 Proses Optical Character Recognition (OCR) Optical Character Recognition (OCR) adalah teknologi untuk mengalihkan karakter gambar ke dalam aplikasi program pengolah kata tanpa melakukan pengetikan ulang dari sumber dokumen asli. OCR membutuhkan hardware berupa scanner. Pada awal proses, media cetak dipindai dengan alat scanner untuk menghasilkan gambar dengan format file *.bmp, *. jpg, *.tif ataupun *.png. Dengan software OCR, maka gambar hasil dari proses scanning tersebut dapat dikenali komputer sebagai teks, sehingga dapat dilakukan pengeditan. Pengeditan untuk penyempurnaan kembali harus dilakukan, karena proses OCR sering mempersepsikan gambar dan huruf yang tidak sempurna menjadi teks atau huruf yang lain.
52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang diperoleh dalam proses membangun prototipe
perpustakaan digital menggunakan GDL 4.2 adalah: 1 Pengembangan perpustakaan digital THC dapat dilakukan menggunakan software GDL 4.2. GDL 4.2 dapat mengelola sumber-sumber informasi digital secara full text, serta dapat dikembangkan interface-nya sesuai kebutuhan. 2 Untuk mengembangkan perpustakaan digital dengan GDL 4.2 dibutuhkan program pendukung yang terdiri dari web server APACHE, database MySQL minimal versi 4.1.18,
serta bahasa scrip PHP versi 5.1. yang dapat di-install sekaligus
menggunakan XAMPP. 3 Untuk keberhasilan pengelolaan perpustakaan digital dengan GDL 4.2, diperlukan SDM perpustakaan yang mengetahui dasar-dasar APACHE, MySQL dan PHP. 5.2
Saran Untuk
memaksimalkan
pengembangan
perpustakaan
digital
khususnya
menggunakan GDL, kiranya perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1 Penggunaan bersama sumber-sumber informasi akan semakin baik bila semua pengguna GDL membuka akses seluas-luasnya terhadap local content yang dimiliki. 2 Untuk menghindari terjadinya pelanggaran hak intelektual atas karya seseorang maka setiap perpustakaan yang menerapkan perpustakaan digital, hendaknya menetapkan mekanisme kesepakatan antara perpustakaan dan pemegang hak cipta. 3 Berhubung perpustakaan THC merupakan bagian dari Yayasan THC, maka alamat web ataupun situs perpustakaan sebaiknya dapat di link melalui situs Yayasan THC. Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan link perpustakaan digital pada tempat yang mudah terlihat oleh calon pengguna, misalnya di bawah header dari situs Yayasan THC. 4 SDM pada Perpustakaan THC perlu ditingkatkan secara kuantitas dan kualitas dengan penambahan personil dan pemberian pelatihan pengelolaan sumber informasi digital seperti digitalisasi dan strategi penelusuran informasi.
53
DAFTAR PUSTAKA Ahmadun YH. 2007. Selisik Pustaka Digital. Republika 08 Juli 2007 Hlm.: 9a APJII. 2008. http://www.apjii.or.id/news/index.php?ID=2002052301460&lang=ind. Harga Bandwidth Turun, Pengguna Internet Naik 40%. Barnes SJ (Editor). 2004. Becoming a Digital Library. New York: Marcell Dakker,Inc. Basuki S. 2004. Pengantar Dokumentasi. Bandung: Rekayasa Sains. Buxbaum S (editor). 2004. Library Services: Perpustakaan Virtual untuk Kuliah Bisnis Sistem Jarak Jauh. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Chowdhury GG. 1999. Introduction to Information Retrieval. London: Library Association Publishing. Davis GB. 1999. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen I. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Febrian J. 2004. Kamus Komputer dan Teknologi Informasi http://www.total.or.id/ info.php?kk=digital [5 Januari 2009]. Fenner A (editor). 2005. Managing Digital Resources in Libraries. New York: The Haworth Information Press. Great J. 1996. “Commission on Preservation and Access and the Research Library Group”. www.ifla.org/documents/libraries/net/drc/_fn.htm. [ 5 Januari 2009] Hermawan L. 2000. Di ITB Bandung Era Perpustakaan Digital [Telah] Dimulai. Republika, 06 Februari 2000 . Hlm. : 6. Huang ST. 1995. Modern Library Technology and Reference Services. New York: The Howarth Press, Inc. Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.http://wwwfiles.perpusnas.go.id/homepage_folders/activities/highli ght/ruu_perpustakaan/pdf/UU_43_2007_PERPUSTAKAAN.pdf [ 5 Januari 2009]. Indrajit RE. 2000. Pengantar Konsep Dasar Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. Jakarta: Elex Media Komputindo. Jogiyanto, Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005. Joint Steering Commitie for Revision of AACR.1988. Anglo American Cataloging Rules, 2nd ed. Chicago: American Library Association. Kingma BR. 1996. The Economics of Information: a guide to Economic and CostBenefit Analysis for Information Professionals. Englewood, Colorado: Libraries Unlimited. KMRG [sa]. Manual Ganesha Digital Library. http://118.98.163.253/view.php?file= SOFTWARE/WEB_DESAIN/GDL/manualGDL42.pdf. [16 November 2008] Lazinger SS. 2001. Digital Preservation and Metadata: History, Theory, Practice. Englewood, Colorado: Libraries Unlimited. Lee SH. (editor). 2002. Electronic Resources and Collection Development. New York: The Haworth Information Press.
54
Lesk M. 2005.Understanding Digital Libraries. Second edition. Amsterdam: Morgan Kaufmann Publishers. Limb P. 2004. Digital Dilemas and Solutions. Oxford: Chandos Publishing. Loudon KC and Loudon, JP.1998. Management Information System: New Approach to Organization and Technology. 5th ed. Prentice Hall Int. Madcoms. 2004. Aplikasi Program PHP dan MySQL untuk membuat website interaktif. Yogyakarta: Andi. McMenemy D and Alan P. 2005. Delivering Digital Services: a Handbook for Public Libraries and Learning Centres. London: Facet Publishing. Miller JP (editor). 2004. Emerging Issues in the Electronic Environment: Challenges for Librarians and Researchers in the Sciences. New York: The Haworth Information Press. Mustafa B. 2008. “Peluang dan Tantangan FOSS di Perpustakaan . Visi Pustaka Vol 10 No. 1, April 2008. Hal. 5-9. Oetomo BSD. 2002. Perencanaan dan Pengembangan Sistem Informasi.Yogyakarta: Andi. Pendit PL, dkk. 2005. Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. Depok: Universitas Indonesia. Pendit PL. 2007. Perpustakaan Digital dari A sampai Z. Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri. Powell RR. 1997. Basic Research Methods for Librarians, third edition. Greenwich, Connecticut: Ablex Publishing Corporation. Purbo OW. [sa]. Beberapa Pemikiran Tentang Restrukturisasi & Privatisasi Industri Telekomunikasi Indonesia. http://onno.vlsm.org/v01/OnnoWPurbo/OnnoWPurbo /aplikasi/hukum/ [5 Januari 2009]. Rhyno A. 2004. Using Open Source Systems for Digital Libraries. Westport, Connecticut: Libraries Unlimited. Rowley J. 1992. Computers for Libraries, third edition. London: Library Association Publishing, 1992. Rowley J and John F. 2000. Organizing Knowledge: an Introduction to managing Access to Information, third editions. Hampshire: Gower. Setiarso B. 2001. Potensi Pemakai Digital Library Di Indonesia.2001. http:// byupustakawan.wordpress.com/2008/05/03/. [5 Januari 2009] Smee, North and Jones..2001. “The Information Triangle . New Library World Vol. 102. No. 1160/1161, 2001. p 38-43. Ss/Tri. 2000. Perpustakaan Digital Nasional LIPI-KMNRT. Republika - Kamis, 24 Agustus 2000 Hlm. : 11. Wijayanti L (editor). 2004. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman. Edisi ke-3. Jakarta: Dirjen.Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Witten IH and David B. 2003. How to Build a Digitral Librariy. Amsterdam: Morgan Kaufmann Publishers.
55
LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur File dan Folder GDL 4.2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Struktur Folder ”bin”
57
Lanjutan 2 Struktur Folder ”Class”
3 Struktur Folder ”Config”
4 Struktur Folder ”Extension”
5 Struktur Folder ”Files”
Lanjutan 58
6 Struktur Folder ”Img”
7 Struktur Folder ”Lang”
8 Struktur Folder ”Module”
59
Lanjutan Lanjutan Struktur Folder ”Module”
60
Lanjutan Lanjutan Struktur Folder ”Module”
61
Lanjutan Lanjutan Struktur Folder ”Module”
62
Lanjutan 9 Struktur Folder ”Scheme”
10. Struktur Folder ”Theme”
63
Lanjutan
64
Lampiran 2 Panduan Wawancara I Pedoman Interview bagi Pengelola Perpustakaan 1 Sumber Informasi •
Prosedur Seleksi
•
Prosedur Pengadaan
•
Prosedur Pengolahan
•
Kebijakan Pimpinan THC
•
Sumber Pendanaan
•
Kolaborasi, dengan vendor, penerbit, toko buku
•
Rencana pengembangan
•
Konvergensi (tindakan penyatuan) sumber informasi
2 Layanan Digital •
Jenis layanan yang diberikan
•
Layanan online yang disediakan
•
Fitur yang disediakan
II Pedoman Interview bagi Pengguna Perpustakaan 1 Sumber Informasi •
Kesesuaian permintaan dan pengadaan
•
Jeda waktu pemesanan s.d. pelayanan
•
Tanggapan atas Pengelolaan Perpustakaan
•
Tanggapan atas Kebijakan Pimpinan THC
•
Tanggapan atas Sumber Pendanaan
•
Tanggapan atas Rencana pengembangan
•
Konvergensi (tindakan penyatuan) sumber informasi
2 Layanan Digital •
Jenis layanan yang diharapkan
•
Layanan Online yang diharapkan
•
Fitur yang diharapkan
65