ISSN: 2355-5106
Vol 1, No 1
PROFIL PEMAHAMAN KONSEP IPA GURU-GURU KELAS SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN NGADA Dek Ngurah Laba Laksana Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Citra Baki Ngada-NTT
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mendeskripsikan pemahaman konsep tentang materi IPA SD pada guru-guru kelas sekolah dasar di Kabupaten Ngada. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan pada guru-guru sekolah dasar dengan jumlah responden 50 orang.. Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah observasi. wawancara dan tes diagnostik. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013 dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan agar pengumpulan data yang diperoleh dari sumber pendukung penelitian ini lebih akurat. Data kemudian dianalisis secara deskriptif melalui empat tahapan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil pemahaman konsep guru sekolah dasar pada konsep-konsep dalam materi IPA sekolah dasar sangat bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa guru memiliki beragam konsepsi terhadap suatu konsep yang telah dipelajari. Rata-rata pemahaman konsep ilmiah adalah sebesar 25% sedangkan 75% adalah miskonsepsi dan bukan miskonsepsi (hanya mengulang soal sebagai alasan). Konsep-konsep yang dominan mengalami miskonsepsi tersebut mempunyai persentase di atas 50%. Konsep-konsep tersebut antara lain 1) konsep zat-zat yang diperlukan dalam proses fotosintesis pada tumbuhan hijau (60%), 2) konsep proses fotosintesis membutuhkan cahaya (50%), 3) konsep massa jenis zat (68%), dan 4) konsep gerak jatuh bebas (78%). Kata-kata kunci : miskonsepsi, materi IPA SD
THE PROFILE OF CONCEPTION IN SCIENCE SUBJECT AT ELEMENTARY SCHOOL BY TEACHER OF ELEMENTARY SCHOOL IN NGADA REGENCY Abstract This study aimed at describing and identifying the misconception of student in Elementary School Teacher on science subject in Ngada Regency. This study was a quallitative descriptive research conducted at elementary school teacher by involving some informants which consisted of 50 people. Observation, interview and study documentation of diagnostic test was used in this study as the methods of data collection. The research was conducted on March 2013 and the implementation adapted based on the needs and the condition in the field to ascertain data more accurate from the supporting sources. The results were the teacher’s conception were varied. The average scientific concept is 25% while about 75% is a misconception or unmiconception (just a repeatly anwers from the question). Almost misconception was percentage above 50%. They are such as the concept of element were needed to photosynthesis (60%), the concept of photosynthesis that occured in the night (50%), the concept of density of matter (68%), and the concept of free falling out movement (78%). Key words: misconception, science concept at elementary school
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |27
ISSN: 2355-5106
Vol 1, No 1
PENDAHULUAN Menterjadikan pendidikan yang merata dengan wilayah cakupan yang luas memang dirasa sulit. Seperti yang tertulis dalam halaman www.dpr.go.id pendidikan di wilayah timur masih jauh panggang dari api. Kondisi yang serba kekuarangan dan keterbatasan serta tanpa alat laboratorium dan perpustakaan yang layak, bagaimana bisa kualitas pendidikan ini disandingkan dengan wilayah lain di Indonesia seperti Jawa, Bali dan Sumatera. Lebih miris lagi, masih banyak sekolah yang gurunya mengajar sampai enam kelas dalam waktu yang bersamaan. Kondisi ini diperkuat oleh fakta bahwa wilayah timur seperti NTT masuk ke dalam peringkat bawah hasil Ujian Nasioanl tahun 2012 (www.kupang.tribunnews.com). Mata pelajaran IPA menjadi salah satu bagian yang tak terpisahkan dari hasil yang diperoleh tersebut. Mata pelajaran IPA saat ini diasuh oleh guru kelas yang berasal dari tenaga pendidikan yang sebagian besar masih berkualifikasi bukan sarjana. Fakta ini dipertegas lagi oleh hasil Uji Kompetensi guru untuk tingkat sekolah dasar, rata-rata nilai adalah 36,86 (www.kupang.tribunnews.com). IPA di sekolah dasar menjadi penting karena mampu melahirkan pemikiran kritis jika mampu dilakukan dalam pembelajaran yang bermakna. IPA memiliki tujuan untuk memahami berbagai gejala alam, konsep, dan prinsip IPA
yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; mengembangkan pemahaman dan kemampuan IPA untuk menunjang kompetensi produktif; meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam (BSNP, 2006). Pembelajaran bermakna (meaningful learning) mendapatkan tempat utama dalam pembelajaran IPA (Amien, 1990). Menurut Ausubel seperti dikutip Dahar (1988) belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep yang relevan yang menyebabkan tidak terjadinya proses asimilasi pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif maka informasi baru tersebut akan dipelajari secara hafalan. Hiller seperti dikutip Hewindati (2001) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kualitas penjelasan dan pengetahuan guru dengan pencapaian belajar siswa. Kurangnya pengetahuan guru akan menyebabkan tidak jelasnya penyajian pelajaran yang dapat menimbulkan pemahaman yang kurang bahkan pemahaman yang bersifat miskonsepsi. Sementara Winkel (1991) menyatakan penguasaan guru tentang bidang studi merupakan hal yang sangat mendasar dalam kegiatan proses belajar mengajar. Guru yang menjadi salah satu komponen pembelajaran tidak seharusnya menjadi penyebab terjadinya miskonsepsi peserta didik. Beberapa survei dan penelitian yang ada, tampak komponen guru sebagai pengajar menjadi titik awal terjadinya miskonsepsi pada siswa. Hal ini ditunjukkan dari fakta bahwa
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |28
ISSN: 2355-5106
Vol 1, No 1
pemahaman guru terhadap materi IPA masih rendah. Jayono (dalam Suryanto, 1997) menyatakan bahwa rata-rata guru SD hanya mampu menguasai 45% dari keseluruhan materi yang seharusnya mereka kuasai. Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Suryanto terhadap guru IPA SD di Yogyakarta yang menunjukkan bahwa tingkat pemahaman guru terhadap materi IPA masih rendah. Kurangnya pemahaman guru terhadap materi IPA juga dikemukakan oleh Simamora dan Redhana (2007) yang menyatakan bahwa guru-guru yang mengajarkan sains banyak mengalami masalah pembelajaran yang berkaitan dengan model pengubahan konseptual ditinjau
dari
karakteristik suatu konsep baru. Masalah-masalah yang terjadi antara lain guru menyajikan masalah-masalah yang tidak sesuai, mempresentasikan penjelasan yang tidak perlu, menjelaskan konsepsi secara prematur, menggunakan istilah-istilah yang membingungkan, kurang menekan pentingnya konteks, mengabaikan pengetahuan awal siswa, sedikit membahas aplikasi konsep dan terlalu banyak menggunakan persamaan matematis. Melihat fakta dan kondisi ini, perlu kiranya melakukan upaya awal untuk menggali pemahaman IPA guru-guru sekolah dasar. Untuk itu akan dilakukan sebuah kajian di wilayah Kabupaten Ngada yang menjadi salah satu kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur untuk mengetahui profil pemahaman konsep pada materi IPA guru-guru kelas sekolah dasar di Kabupaten Ngada. Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah profil pemahaman konsep IPA guru-guru kelas di sekolah dasar di Kabupaten Ngada? Dengan tujuan dari untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan pemahaman konsep tentang materi IPA SD pada guru-guru kelas sekolah dasar di Kabupaten Ngada. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif karena menggambarkan secara alamiah tentang pola konsepsi guru-guru SD dalam materi IPA di Sekolah Dasar. Rancangan penelitian kualitatif dapat diwujudkan dengan tahap-tahap penelitian kualitatif. Tahap penelitian kualitatif memiliki ciri pokok yang berbeda dengan penelitian kuantitatif, yaitu peneliti berperan sebagai alat penelitian. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni (1) tahap pralapangan, tahap ini merupakan tahap penyusunan, perencanaan, dan penyiapan segala bentuk materi yang dibutuhkan sebagai bahan dasar tahap berikutnya. (2) tahap lapangan, pada tahap ini dilakukan proses pengumpulan data, peneliti menggunakan alat-alat penelitian yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Alat penelitian yang penting digunakan adalah catatan lapangan. Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti pada saat mengadakan pengamatan, pemberian tes diagnostik, dan wawancara. Kemudian, data digolongkan menjadi; data pemahaman konsep, profil miskonsepsi serta penyebab/sumber miskonsepsi yang dialami mahasiswa. (3) tahap pasca JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |29
ISSN: 2355-5106
Vol 1, No 1
lapangan adalah melakukan analisis data lanjutan, pengambilan simpulan akhir, konfirmasi dan penyusunan laporan. Kegiatan analisis data lanjutan dilakukan setelah keseluruhan data terkumpul dan setelah kegiatan pengumpulan data di lapangan terakhir. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ngada, Provinsi NTT. Penentuan tempat penelitian ini dilakukan dengan teknik sampling bertujuan (purposive sampling). Sumber data peneliti adalah guru-guru SD se-Kabupaten Ngada. Jumlah guru yang diteliti adalah 32 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret 2013. Analisis data dilakukan secara induktif. Analisis secara induktif dilakukan untuk menemukan simpulan akhir terhadap data yang dikumpulkan sedikit demi sedikit. Analisis yang dilakukan yaitu jawaban informan pada saat wawancara tentang sumber informasi konsep-konsep IPA yang mereka pelajari dan petikan-petikan hasil tes diagnostik dan wawancara. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis, memperlihatkan persentase pemahaman konsep IPA guru-guru pada materi IPA di sekolah dasar adalah 25,4%. Sementara, 74,6% guru-guru tidak memahami konsep IPA dengan baik yang perinciannya 31% adalah miskonsepsi dan 43,6% termasuk kategori bukan miskonsepsi. Adapun hasil analisis pemahaman konsep IPA guruguru seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil Uji Tes Diagnostik guru-guru SD di Kabupaten Ngada pada Materi IPA Jawaban Guru (%) No. soal 1
2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
Konsep Tes Diagnostik
Memahami konsep zat-zat yang diperlukan dalam proses fotosintesis pada tumbuhan hijau Memahami konsep proses fotosintesis membutuhkan cahaya Memahami konsep zat-zat yang dihasilkan dari proses fotosintesis Memahami proses pernafasan pada tumbuhan Memahami bahwa tumbuhan hijau mendapatkan makanan dari proses fotosintesis Memahami konsep air dalam wujud gas Memahami konsep perbedaan berat dan massa suatu benda padat Memahami konsep massa jenis zat Memahami konsep tekanan pada benda cair Memahami konsep pemuaian udara Memahami konsep benda diam mengalami gaya Memahami konsep gaya gravitasi di bulan
Konsepsi ilmiah 16
Bukan Miskonmiskonsep sepsi si 60 24
26
50
24
32
18
50
66
16
18
22
38
40
14 12
28 16
58 72
8 36
68 8
24 56
18 30
44 44
38 26
14
48
38
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |30
ISSN: 2355-5106
Vol 1, No 1
13
Memahami konsep kuat arus listrik
16
34
50
14 15
Memahami konsep gerak jatuh bebas Memahami konsep besarnya gaya tarik suatu benda Memahami konsep rotasi bumi
12 24
78 4
10 72
50
18
32
Memahami konsep benda-benda langit yang memancarkan cahayanya sendiri Memahami konsep revolusi bumi Memahami konsep gerhana bulan Memahami konsep gerhana matahari
58
12
30
42 10 2
10 10 16
48 80 82
25,4
31,0
43,6
16 17 18 19 20
Persentase rata-rata (%)
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa terdapat 4 konsep yang paling banyak mengalami miskonsepsi. Konsep-konsep yang dominan mengalami miskonsepsi tersebut mempunyai persentase di atas 50%. Konsep-konsep tersebut antara lain 1) konsep zat-zat yang diperlukan dalam proses fotosintesis pada tumbuhan hijau (60%), 2) konsep proses fotosintesis membutuhkan cahaya (50%), 3) konsep massa jenis zat (68%), dan 4) konsep gerak jatuh bebas (78%). Sementara itu, dari hasil tes diagnostik dan wawancara pada informan menunjukkan bahwa dalam setiap item tes diagnostik terdapat miskonsepsi. Berdasarkan hasil kajian peneliti, umumnya miskonsepsi yang terjadi menyangkut kesalahan informan dalam memahami hubungan antar konsep-konsep dalam materi IPA di sekolah dasar. Profil pemahaman konsep guru tentang materi IPA sekolah dasar dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Profil Pemahaman Konsep Guru-guru SD di Kabupaten Ngada pada Materi IPA No
Butir jawaban responden
1
Air diperlukan oleh tumbuhan hijau dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan oksigen dan karbohidrat (glukosa/zat gula) Air merupakan unsur penting bagi tumbuhan untuk mengangkut zat-zat makanan ke seluruh bagian tumbuhan Air diperlukan untuk proses pertumbuhan oleh semua makhluk hidup Proses fotosintesis membutuhkan oksigen dan karbondioksida Dalam air terdapat zat hara yang diperlukan dalam proses fotosintesis Air diperlukan dalam proses penguapan Uap air merupakan salah satu zat yang diperlukan dalam proses fotosintesis Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Proses fotosintesis dapat terjadi jika ada cahaya, cahaya matahari maupun cahaya lain seperti cahaya lampu yang memiliki energi tertentu dapat memicu terjadinya proses
2
Jenis Pemahama n Konsep
Dalam persen (%)
Konsepsi ilmiah
16%
Miskonsepsi
18%
Miskonsepsi
16%
Miskonsepsi
4%
Miskonsepsi
8%
Miskonsepsi Miskonsepsi
2% 12%
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
24% 26%
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |31
ISSN: 2355-5106
No
Vol 1, No 1
Butir jawaban responden fotosintesis Proses fotosintesis dapat terjadi di malam hari karena fotosintesis terjadi di daun dengan sari-sari makanan yang diserap melalui akar Fotosintesis tidak dapat terjadi di malam hari karena proses fotosintesis hanya terjadi jika ada cahaya matahari Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban
3
4
5
6
Gas yang dihasilkan dalam jumlah besar oleh tumbuhan hijau saat ada cahaya matahari adalah oksigen karena gas ini dihasilkan saat terjadi fotosintesis sedangkan gas karbondioksida adalah gas yang dibutuhkan dalam proses tersebut Gas yang dihasilkan dalam jumlah besar oleh tumbuhan hijau saat ada cahaya matahari adalah karbondioksida karena gas oksigen diperlukan dalam proses tersebut Gas yang dihasilkan dalam jumlah besar oleh tumbuhan hijau ketika ada cahaya matahari adalah karbondioksida karena gas tersebut digunakan dalam proses pernafasan tumbuhan Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Tumbuhan bernafas di siang hari karena semua makhluk hidup harus bernafas untuk mendapatkan energi untuk kelangsungan hidupnya Tumbuhan bernafas di siang hari karena tumbuhan sedang melakukan proses fotosintesis Tumbuhan bernafas di siang hari karena terdapat udara seperti karbondioksida di lingkungan sekitarnya Tumbuhan bernafas di siang hari dengan cara menghirup karbondioksida, sedangkan pada malam hari menghirup oksigen Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Tumbuhan hijau memperoleh makanan dengan cara melakukan proses fotosintesis Tumbuhan hijau memperoleh makanan dari zat hara di dalam tanah kemudian menggunakannya dalam proses fotosintesis Tumbuhan hijau memperoleh makanan dari air di dalam tanah karena air adalah sumber makanan untama tumbuhan hijau Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Gelembung-gelembung yang muncul ketika air mendidih adalah uap air karena ketika air didihkan maka akan terjadi perubahan wujud dari cair menjadi gas Gelembung-gelembung yang muncul ketika air mendidih adalah udara yang terdapat di dasar air yang mengalir ke bagian atas permukaan air Gelembung-gelembung yang muncul ketika air mendidih
Jenis Pemahama n Konsep
Dalam persen (%)
Miskonsepsi
8%
Miskonsepsi
44%
Bukan miskonsepsi
22%
Konsepsi ilmiah
32%
Miskonsepsi
8%
Miskonsepsi
10%
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
50%
Miskonsepsi
6%
Miskonsepsi
6%
Miskonsepsi
4%
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah Miskonsepsi
18%
Miskonsepsi
4%
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
40%
Miskonsepsi
12%
Miskonsepsi
16%
66%
22% 34%
14%
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |32
ISSN: 2355-5106
No
Vol 1, No 1
Jenis Pemahama n Konsep
Dalam persen (%)
Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Besaran yang dapat diukur dengan menggunakan neraca duduk adalah massa denagn satuan kilogram sedangkan berat dipengaruhi oleh gravitasi bumi Besaran yang dapat diukur dengan menggunakan neraca duduk adalah berat karena memiliki satuan kilogram Besaran yang dapat diukur dengan menggunakan neraca duduk adalah berat karena massa dengan berat adalah sama Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Berdasarkan gambar, dua buah benda yang terbuat dari bahan yang sama tetapi memiliki massa yang berbeda akan terapung jika dimasukkan ke dalam air karena kedua buah benda tersebut akan memiliki massa jenis yang sama Berdasarkan gambar, dua buah benda yang terbuat dari bahan yang sama tetapi memiliki massa yang berbeda akan ada yang terapung dan tenggelam karena kedua benda tersebut memiliki massa jenis yang berbeda tergantung besar kecilnya suatu benda Berdasarkan gambar, dua buah benda yang terbuat dari bahan yang sama tetapi memiliki massa yang berbeda akan terapung jika dimasukkan ke dalam air laut karena tempat memepengaruhi terapung atau tidaknya suatu benda Berdasarkan gambar, dua buah benda yang terbuat dari bahan yang sama tetapi memiliki massa yang berbeda akan ada yang terapung dan tenggelam karena kedua buah benda tersebut memiliki tekanan yang berbeda Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Berdasarkan gambar, titik yang tekanannya terbesar adalah titik T karena semakin dalam benda dalam zat cair maka tekanan yang dialaminya semakin besar Berdasarkan gambar, titik yang tekanannya terbesar adalah titik P karena benda yang terdapat paling atas mendapatkan tekanan yang besar dari zat cair Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Balon-balon udara jika terus bergerak ke atas, lama kelamaan balon tersebut akan pecah karena udara yang terdapat di dalam balon akan mengalami peristiwa pemuaian
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
58%
Miskonsepsi
8%
Miskonsepsi
8%
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
72%
Miskonsepsi
56%
Miskonsepsi
6%
Miskonsepsi
6%
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
24%
Miskonsepsi
8%
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
56%
Balon-balon udara jika terus bergerak ke atas, lama kelamaan balon tersebut akan pecah karena tekanan udara semakin tinggi sehingga terdapat perbedaan besarnya tekanan udara di dalam balon
Miskonsepsi
44%
Butir jawaban responden adalah gas oksigen karena gas tersebut akan menguap ketika air didihkan
7
8
9
10
12%
8%
36%
18%
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |33
ISSN: 2355-5106
No
11
12
13
14
15
Vol 1, No 1
Butir jawaban responden Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Berdasarkan ilustrasi, benda yang diam akan mengalami gaya yaitu gaya gesekan dengan lantai serta gaya berat yang dipengaruhi oleh massa benda dan gaya gravitasi bumi Berdasarkan ilustrasi, benda yang diam tidak mengalami gaya karena benda yang diam tidak mengalami perpindahan/bergerak Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Berdasarkan ilustrasi, suatu benda jika dijatuhkan di permukaan bulan akan terjatuh ke bawah karena di bulan terdapat gaya gravitasi bulan Berdasarkan ilustrasi, suatu benda jika dijatuhkan di permukaan bulan tidak akan terjatuh ke bawah karena di bulan tidak terdapat gaya gravitasi Berdasarkan ilustrasi, suatu benda jika dijatuhkan di permukaan bulan tidak akan terjatuh ke bawah karena di bulan tidak terdapat udara Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Berdasarkan gambar, kuat arus listrik yang masuk ke lampu sama besar dengan kuat arus yang keluar dari lampu karena arus listrik tidak dipengaruhi oleh hambatan lampu Berdasarkan gambar, kuat arus listrik yang masuk ke lampu sama besar dengan kuat arus yang keluar dari lampu karena memiliki rangkaian seri Berdasarkan gambar, kuat arus listrik setelah keluar dari lampu akan berkurang karena arus listrik sudah digunakan oleh lampu Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Dua buah bola yang terbuat dari bahan yang berbeda jika dijatuhkan dari ketinggian yang sama maka kedua bola akan sampai ke lantai secara bersamaan hal ini dikarenakan kedua benda tersebut memiliki percepatan dan waktu tempuh yang sama sehingga menyentuh lantaipun bersamaan Dua buah bola yang terbuat dari bahan yang berbeda jika dijatuhkan dari ketinggian yang sama maka bola yang lebih berat akan menyentuh lantai terlebih dahulu Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Berdasarkan gambar, besarnya gaya tarik yang dimiliki oleh benda (i) sama dengan gaya tarik yang dimiliki oleh benda (ii) hal ini disebabkan karena besarnya gaya tarik tidak dipengaruhi oleh luas permukaan sentuhnya Berdasarkan gambar, besarnya gaya tarik yang dimiliki oleh benda (i) lebih besar daripada benda (ii) hal ini disebabkan karena gaya gesekan yang terjadi pada benda (i) lebih besar daripada yang terjadi pada benda
Jenis Pemahama n Konsep
Dalam persen (%)
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
38%
Miskonsepsi
44%
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
26%
Miskonsepsi
34%
Miskonsepsi
14%
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
38%
Miskonsepsi
4%
Miskonsepsi
30%
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
50%
Miskonsepsi
78%
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
10%
Miskonsepsi
4%
30%
14%
16%
12%
24%
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |34
ISSN: 2355-5106
No
16
17
18
19
20
Vol 1, No 1
Butir jawaban responden (ii) Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Peristiwa matahari terbit di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat terjadi karena gerak perputaran bumi pada porosnya (rotasi bumi) dimana saat berotasi ada bagian bumi yang tidak terkena cahaya matahari yang mengakibatkan terjadinya malam (matahari tenggelam), dan bagian bumi yang terang yang mengakibatkan terjadinya siang (matahari terbit) Peristiwa matahari terbit di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat terjadi karena gerakan bumi mengelilingi matahari dimana setiap planet berputar mengelilingi pusat tata surya yaitu matahari Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Bulan adalah benda langit yang tidak dapat memancarkan cahayanya sendiri karena cahaya bulan yang terlihat dari bumi merupakan cahaya pantulan sinar matahari oleh permukaan bulan Bulan adalah benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri karena bulan termasuk bintang Bulan adalah benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri karena bulan termasuk satelit yang bercahaya Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Semua planet di dalam tata surya termasuk bulan beredar mengelilingi matahari karena matahari sebagai pusat dalam sistem tata surya sehingga semua benda angkasa yang ada dalam sistem ini yang beredar mengelilingi matahari Semua planet di dalam tata surya termasuk bulan beredar mengelilingi bumi karena adanya peristiwa revolusi Semua planet beredar mengelilingi matahari tetapi bulan hanya beredar mengelilingi bumi Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Berdasarkan gambar, tidak ada pilihan yang benar mengenai peristiwa terjadinya gerhana bulan karena gerhana bulan terjadi jika cahaya bulan (hasil pantulan cahaya matahari) terhalangi menuju bagian bumi yang tidak terkena cahaya matahari Berdasarkan gambar, gerhana matahari terjadi jika posisi bulan berada diantara bumi dan matahari Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Berdasarkan gambar, gerhana matahari terjadi jika posisi bulan berada diantara bumi dan matahari hal ini disebabkan karena cahaya matahari terhalangi menuju bagian bumi yang mengalami siang hari Berdasarkan gambar, gerhana matahari terjadi jika posisi
Jenis Pemahama n Konsep
Dalam persen (%)
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
72%
Miskonsepsi
18%
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
32%
Miskonsepsi
6%
Miskonsepsi
6%
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
30%
Miskonsepsi
4%
Miskonsepsi
6%
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
48%
Miskonsepsi
10%
Bukan Miskonsepsi Konsepsi ilmiah
80%
Miskonsepsi
16%
50%
58%
42%
10%
2%
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |35
ISSN: 2355-5106
No
Vol 1, No 1
Butir jawaban responden
bumi berada diantara bulan dan matahari Tidak menjawab atau mengulang soal sebagai alasan jawaban Rata-rata 1. Konsepsi Ilmiah 2. Miskonsepsi 3. Tidak menjawab atau bukan miskonsepsi
Jenis Pemahama n Konsep
Dalam persen (%)
Bukan Miskonsepsi
82%
25% 16% 58%
Dari Tabel 2 di atas, memperlihatkan bahwa pemahaman konsep pada materi IPA sekolah dasar guru-guru SD se-Kabupaten Ngada sangat bervariasi. Di mana persentase guru yang tidak mengetahui konsep IPA (tidak menjawab atau bukan miskonsepsi) sebesar 58%. Sedangkan persentase miskonsepsi adalah 16% dan pemahaman yang merupakan konsepsi ilmiah hanya 25%. Ini berarti bahwa sebagian besar guru belum atau salah memahami konsep-konsep IPA di sekolah dasar. Konsep-konsep yang dominan mengalami miskonsepsi tersebut mempunyai persentase di atas 50%. Konsep-konsep tersebut antara lain 1) konsep zat-zat yang diperlukan dalam proses fotosintesis pada tumbuhan hijau (60%), 2) konsep proses fotosintesis membutuhkan cahaya (50%), 3) konsep massa jenis zat (68%), dan 4) konsep gerak jatuh bebas (78%). Pada konsep zat-zat yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis, sebanyak 60% guru mengalami miskonsepsi. Hal ini berarti sebagian besar guru masih belum memahami dengan baik bahwa dalam proses fotosintesis, air yang digunakan adalah air dalam wujud cairnya bukan air dalam wujud gas (uap air). Dalam penelitian ini, konsep yang terkonstruksi di pikiran guru yang menjadi sebuah miskonsepsi adalah zat yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis tersebut berfungsi untuk melarutkan zat hara dalam tanah dan mempercepat terjadinya fotosintesis. Pemahaman guru juga sangat kurang untuk konsep fotosintesis terjadi jika ada cahaya. Guru cenderung memahami bahwa cahaya yang diperlukan dalam proses tersebut haruslah cahaya matahari. Hal ini ditandai dengan persentase miskonsepsi pada konsep ini sebesar 50%. Dalam hal ini kemungkinan guru belum memahami fungsi dari cahaya dalam proses tersebut. Cahaya dalam proses fotosintesis berfungsi sebagai energi yang digunakan agar terjadi reaksi antara CO2 dengan H2O menjadi C6H12O6. Sebagian besar guru (68%) juga mengalami miskonsepsi pada konsep pengaruh bahan yang sama terhadap terjadinya peristiwa tenggelam dan terapung (konsep massa jenis). Konsep yang terbentuk dalam diri guru adalah benda yang memiliki massa yang lebih besar akan tenggelam. Padahal peristiwa tenggelam dan terapung dipengaruhi oleh gaya tekan benda terhadap zat cair yang dikenal dengan Hukum Archimedes.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |36
ISSN: 2355-5106
Vol 1, No 1
Miskonsepsi tertinggi terjadi dalam konsep gerak jatuh benda. Di mana guru beranggapan bahwa benda yang memiliki massa lebih besar akan jatuh lebih cepat. Sebanyak 78% guru mempunyai konsep yang keliru seperti ini. Pendapat ini jelas tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah yang menyatakan bahwa benda jika dijatuhkan pada ketinggian yang sama tanpa diberikan gaya awal dan tidak ada gaya lain yang bekerja pada benda tersebut, maka benda akan mempunyai kecepatan yang sama. SIMPULAN DAN SARAN Rata-rata pemahaman konsep ilmiah adalah sebesar 25% sedangkan 75% adalah miskonsepsi dan bukan miskonsepsi (hanya mengulang soal sebagai alasan). Dari 20 konsep yang diberikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda beralasan, seluruh konsep tersebut terjadi miskonsepsi dengan persentase yang bervariasi. Konsepkonsep yang dominan mengalami miskonsepsi tersebut mempunyai persentase di atas 50%. Konsep-konsep tersebut antara lain 1) konsep zat-zat yang diperlukan dalam proses fotosintesis pada tumbuhan hijau (60%), 2) konsep proses fotosintesis membutuhkan cahaya (50%), 3) konsep massa jenis zat (68%), dan 4) konsep gerak jatuh bebas (78%). Berdasarkan temuan penelitian ini, maka dapat diajukan saran atau rekomendasi sebagai berikut. 1) Perlu dilakukan pengkajian miskonsepsi terhadap buku-buku ajar yang mengandung materi IPA sekolah dasar yang digunakan oleh siswa di sekolah dasar. Hal ini perlu dilakukan sebab melalui penelitian ditemukan miskonsepsi yang berasal dari buku ajar yang digunakan di sekolah dasar seperti buku paket dan buku LKS IPA. Upaya untuk menggali miskonsepsi juga dapat dilakukan oleh dosen atau staf pengajar di Program Studi PGSD STKIP Citra Bakti. Beberapa alternatif upaya yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut; (1) melakukan identifikasi pengetahuan awal atau prior knowledge sebelum memberikan materi perkuliahan, kemudian menjadikan miskonsepsi yang dibawa guru sebagai acuan mengajar, (2) menggunakan berbagai macam model dan strategi pembelajaran konflik kognitif yang membuat guru lebih kritis dan mengharuskan mereka mengolah bahan ajar secara lebih mendalam, dan (3) memasukkan hasil penelusuran miskonsepsi dalam bahan ajar mata kuliah untuk mereduksi miskonsepsi yang dapat terjadi pada calon guru SD DAFTAR PUSTAKA Amien. 1990. Pemetaan Konsep: Suatu Tehnik untuk Meningkatkan Belajar yang Bermakna. Mimbar Pendidikan Tahun IX, 55-69. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: BSNP. Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |37
ISSN: 2355-5106
Vol 1, No 1
Fowler dan Jaoude. 1987. Using hierarchichal concept/proposition maps to plan instruction that addresses existing and potential student misunderstanding in science. New York: Cornell University. Hewindati, Yuni Tri. 2001. Pemahaman Murid Sekolah Dasar terhadap Konsep IPA Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi. Laporan Penelitian. Fakultas MIPA: Universitas Terbuka. Novak. 1987. Proceeding of the second international seminar misconcepsition and educational strategies in Science and Mathematics. New York: Cornell University. Sadia, I Wayan, dkk. 2001. Pengembangan Buku Ajar IPA Pendidikan Dasar Berwawasan Sains-Teknologi-Masyarakat (Studi Pembelajaran IPA Menuju Siswa Yang Literasi Sains dan Teknologi). Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Singaraja: STKIP Singaraja. Setiawati, Gusti Ayu Dewi. 2011. Kajian Miskonsepsi dalam Materi Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Ganesha Tahun Pelajaran 2010/2011. Tesis (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Simamora, Maruli dan I Wayan Redhana. 2007. Identifikasi Miskonsepsi Guru Kimia pada Pembelajaran Konsep Struktur Atom. Laporan Penelitian. Universitas Pendidikan Ganesha. Suastra, I Wayan. 1996. Efektivitas Model Belajar Heuristik Vee dengan Peta Konsep dalam Pembelajaran Fisika (Studi Eksperimental dalam Pandangan Konstruktivisme di SMP Negeri I Singaraja Bali). Tesis (tidak diterbitkan). Bandung: IKIP Bandung. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R. D. Bandung: CV Alfabeta. Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: PT Grasindo. Suryanto, 1997. Pemahaman guru Sekolah Dasar (SD) terhadap Konsep konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA): Suatu diagnosis adanya miskonsepsi. Laporan Penelitian. Tidak diterbitkan. Jakarta: Pusat Penelitian Universitas Terbuka. Yuliati, Lia. 2007. Miskonsepsi dan Remediasi Pembelajaran IPA. Buku Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |38