PROFIL KELURAHAN SURODINAWAN 1.1. Asal Usul Kelurahan Pada jaman Pemerintahan Hindia Belanda dengan Sang Ratu Wilhelmina wilayah Kelurahan Surodinawan terdiri dan 3 Desa yaitu : - Desa Surodinawan dengan Kepala Desanya Bapak Timbang; - Desa Kedung Kopek dengan Kepala Desanya Bapak Subur; - Desa Murukan dengan Kepala Desanya Bapak Sariwongso. Setelah Jaman Pernerintahan Hindia Belanda dengan Sang Ratu Yuliana maka atas kebijaksanaan Ndoro Aris (Camat pada jaman sekarang) ditetapkan desa tersebut menjadi satu desa yaitu Desa Surodinawan yang terdiri dan tiga dusun yaitu Dusun Surodinawan, Dusun Kedung Kopek yang selanjutnya diganti menjadi Dusun Kedung Mulang dan Dusun Murukan dimana Dusun Murukan ini dipecah menjadi Dusun Pekuncen sehingga Kelurahan Surodinawan sampai sekarang mi mcmpunyai 4 lingkungan (Lingkungan Surodinawan, Lingkungan Kedung Mulang, Lingkungan Murukan dan Lingkungan Pekuncen). Adapun urutan pejabat Kepala Desa/Lurah Surodinawan sampai sekarang adalah sebagai berikut :
No.
Nama
Jabatan
Masa Jabatan
Keterangan
Kep.Desa
-
Hasil pilihan
1.
Subur (Ratu Wilhelmina)
2.
Temo (Ratu Yuliana)
“
-
“
3.
Suradi (Ratu Yuliana)
“
-
“
4.
H. Sanusi
“
1948
“
5.
M. Yunus
“
(1948-1967)
“
6.
Djahit
“
(1967-1989)
“
7.
Djais
“
(1989-1998)
“
8.
H. Sudarmadji, SPd
“
(1998-2002)
“
9.
Ikromul Yasak, S.Sos
Lurah
(2002-2007)
PNS
10.
Sudjatmiko, S.Sos
Lurah
(2007-skrg)
PNS
Dimana Desa Surodinawan sejak tahun 1967 menjadi wilayah Kecamatan Sooko Kabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto, setelah tahun 1982 secara resmi menjadi wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto Kecarnatan Prajurit Kulon, seiring dengan berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka status Desa Surodinawan berubah menjadi Kelurahan sesuai dengan undang-undang tersebut.
Legenda Nama Lingkungan/Dusun Menelaah asal usul nama-nama dusun yang ada di Kelurahan Surodinawan tidak terlepas dan sejarah kerajaan Majapahit salah satunya adalah Pedukuhan Surodinawan yang mana pedukuhan mi waktu dulu yang membuka lahan hutan (babahi) dilakukan oleh Patih Surodinowo, salah satu patih kerajaan Majapahit, sehingga nama Surodinawan diambil dan kata Suro ( Ikan ) dan Dinowo ( Butho ). yang mana pada waktu itu masyarakat Pedukuhan Surodinawan terkenal akan kehidupan yang sukanya berhura-hura contohnya sering mengadakan tayub, wayang, ludruk dll, sehingga itu menjadi salah satu karakteristik masyarakat pedukuhan Surodinawan pada waktu itu. Pedukuhan Kedung Kopek atau Kedung Mulang berasal dan kata Kedung (sungai yang dalam) dan Kopek ( payudara besar ), pada waktu itu ada salah satu warga yang sedang mencangkul sawah menemukan sebuah patung yang diberi narna Nyai Sandi yang mempunyai payudara yang besar sehingga pedukuhan tersebul diberi nama Kedung Kopek, akan tetapi pada tahun 1973 para ulama/guru ngaji yang banyak berdornisili di daerah tersebut sepakat mengganti nama Kedung Kopek menjadi Kedung Mulang. Pedukuhan Murukan dan Pekuncen dimasa kerajaan Majapahit terdapat padepokan bentur kelakuan, ilmu kanuragan dan banyak melahirkan tokoh-tokoh agama, pemerintahan antara lain: - Bupati ke satu Mojokerto yaitu Condro Negoro (Kanjeng Jimat), - Bupati Kediri, Tulungagung dan Blitar. Dan tokoh-tokoh agama Islam yang hanyak menyiarkan agama Islam di kcrajaan Mojopahit antara lain : - Mbah Khasan; - Mbah Iman Magpuro; - Nyai Pikuncen; - Prabu Munding Wangi. Cikal hakal pedukuhan Pkuncen di ambil dan salah satu tokoh agama wanhta yang bernama Nai Pikuncen herasal dan China akan tetapi masyarakat Lebih mengenal dengan narna Pekuncen karena jawanya dengan ditandai dengan gapura.
1.2. Sejarah Pembangunan Kelurahan Bahwa pembangunan telah dirnulai sejak masih berstatus sebagai Desa hingga beralih menjadi Kelurahan Surodinawan, akan tetapi pelaksanaan pembangunan belum terlaksana secara maksimal. Dimana pada tahun 1994 masih berstatus Desa Surodinawan masih dikategorikan Desa Miskin ( IDT ) sehingga selama 3 tahun berturut-turut mendapat bantuan dana dari Pemerintah Pusat, akan tetapi seiring dengan dilaksanakannya pembangunan secara bertahap oleh Pemerintah Kota Mojokerto, maka dari tahun ke tahun wilayah Kelurahan Surodinawan mengalami pembangunan secara pesat dengan dijadikan wilayah Kelurahan Surodinawan menjadi daerah pengembangan
Kota Mojokerto dimana ditandai dengan adanya Perumnas Surodinawan Estate dan pembangunan sarana prasarana umum seperti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mojokerto dan perkantoran Pemerintah Daerah Kota Mojokerto. Disamping itu pula, dan dulu Kelurahan Surodinawan terkenal akan Home Industrinya yaitu pengrajin sepatu dan batik sehingga secara tidak Iangsung mengurangi tingkat pengangguran di Kelurahan Surodinawan, akan tetapi seiring dengan terjadinya krisis moneter banyak para pengrajin yang gulung tikar untuk itu perlu adanya bantuan modal, pelatihan dan pemasaran dari Pemerintah Daerah Kota Mojokerto. Disamping itu pula Kelurahan Surodinawan merupakan daerah rawan banjir karena kedudukan sungai lebih tinggi dari permukiman penduduk sehingga perlu adanya perhatian dari Pemerintah Kota Mojokerto didalam pembangunan plengsengan di sepanjang Kali Brangkal. Dari uraian atau gambaran di atas dapat disimpulkan sejarah pembangunan Kelurahan Surodinawan adalah sebagai berikut : - Sejak Pelita I tahun 1969 pembangunan di Desa Surodinawan berjalan sangat lambat dimana pembangunan dilaksanakan tanpa memperdulikan aspirasi masyarakat. - Sejak tahun 1994 masih dikategorikan Desa Miskin (IDT) - Tahun 1997 terkena dampak krisis moneter sehingga para pengrajin banyak yang bangkrut. - Sejak tahun 1998 sarnpai sekarang wilayah Kelurahan Surodinawan menjadi wilayah pengembangan Kota Mojokerto sehingga perlu adanya penataan ruang dan tata kota yang baik dan Pemerintah Daerah. - Karena Kelurahan Surodinawan merupakan salah satu daerah rawan hanjir maka perlu adanya perhatian khusus dari Pemerintah Daerah rnengenai pembangunan plengsengan di sepanjang Kali Brangkal yang sekarang kondisi sangat perlu perbaikan dari pihak Pemerintah Daerah Kota Mojokerto. - Adanya perhatian dari Pemenintah Kota Mojokerto mengenai pembinaan dan pengembangan Home Industry melalui bantuan modal, pelatihan dan himhingan pemasaran karena merupakan salah satu potensi yang potensial dalam meningkatkan perekonomian di Kelurahan Surodinawan khususnya.
1.3. Kondisi Geografis Kelurahan Surodinawan merupakan Kelurahan yang berada di Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto dengan luas 145.875 km2 dengan perincian scbagai berikut : -
Luas pemukiman
: 94.175 km2
-
Luas pemakaman
: 4.200 km2
-
Luas pekarangan
: 43.000 km2
-
Luas perkantoran
: 1.000 km2
-
Luas prasarana umum
: 3.500 km2
Kondisi geogratis Kelurahan Surodinawan adalah sebagai berikut : -
Dengan ketinggian tanah dan permukaan laut yaitu 22 m
-
Banyaknya curah hujan 2200 2300 mm/th
-
Suhu udara rata-rata 37 C
Wilayah Kelurahan Surodinawan mempunyai batas wilayah sebagai berikut : -
Sebelah Barat
: Kelurahan Blooto Kec. Prajurit Kulon Kota Mojokerto
-
Sebelah Timur
: Desa Sooko dan Desa Japan Kec. Sooko Kab. Mojokerto
-
Sebelah Utara
: Kel. Prajuritkulon Kec. Prajurit Kulon Kota Mojokerto
-
Sebelah Seatan
: Desa Wringin Rejo Kecamatan Sooko Kab. Mojokerto
1.4 Kondisi Budaya dan Kegiatan/Kondisi Saat ini 1. Potensi Lembaga Pernerintahan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 2 Tahun 2001 tentang
Organisasi
Kelurahan,
bahwa
Kelurahan
melaksanakan
upaya
peningkatan penyelenggaraan Pernerintahan dan Pembangunan serta peningkatan pelayanan masyarakat secara berdaya guna dan berhasil guna. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Darah maka seluruh Desa yang berada di Pemerintah Kota beralih status menjadi Kelurahan sehingga Kelurahan Surodinawan yang dulunya Desa menjadi Kelurahan, berdasarkan Perda Kota Mojokerto No. 2 Tahun 2001 tentang Struktur Organisasi Kelurahan. Dari segi sarana prasarana perlu adanya perbaikan dan pengadaan barang misalnya komputer, kursi, renovasi bangunan kelurahan bagian depan dan belakang dimana ke sernua itu diarahkan untuk perbaikan pelayanan kepada masyarakat.
2. Potensi Lembaga Kemasyarakatan Dalarn rangka pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nornor 2 Tahun 2002 tentang Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan perlu adanya pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh anggota masyarakat secara sukarela, sebagai mitra kerja Kelurahan untuk berperan serta dalam
penyelenggaraan
Pemerintahan,
pelaksanaan
Pembangunan
dan
Pemberdayaan Masyarakat dalam wilayah Kelurahan dimana pembentukan Lembaga Kernasyarakatan Kelurahan didasarkan atas rnusyawarah secara demokratis dan dapat mewakili seluruh lapisan masyarakat serta secara organisatoris berdiri sendiri. Dimana untuk Iebih jelasnya mengenai Lembaga Kemasyarakatan yang ada di Kelurahan Surodinawan dapat dijelaskan sebagairnana berikut ini :
a. Lembaga Pernberdayaan Masyarakat ( LPM) Lembaga Pernberdayaan Masyarakat adalah lembaga kemasyarakatan di kelurahan yang dibentuk oleh anggota mayarakat secara demokratis dan sebagai mitra kerja Kelurahan dalam aspek perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan serta pemberdayaan masyarakat dalam wilayah Kelurahan. b. Rukun Warga dan Rukun Tetangga (RW / RT) Dibentuknya Rukun Warga dan Rukun Tetangga adalah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan yang berdasarkan kerukunan kegotongroyongan
dan
kekeluargaan
antar
tetangga
dan
warga
di
lingkunganñya, dimana Rukun Warga dan Rukun Tetangga yang dibentuk oleh dan dan untuk masyarakat serta rnernpunyai kedudukan sebagai organisasi kewargaan dan ketetanggaan berdasarkan wilayah teritorialnya.
3. Kondisi Sosial dan Budaya a. Kesenian -
Seni Terbang Jidor merupakan juara I Tingkat Kota Mojokerto dimana masih ada kendala, di peralatannya yang masih kurang dan telah rusak.
-
Khasidahan perlu adanya bimbingan secara intensif sehingga kesenian tersebut dapat berkembang dan selalu pentas dalam memperingati han besar agama Islam dan perlu bantuan peralatan.
-
Seni Hadrah dimana kurang peralatan khususnya sound system.
b. Kegiatan Olah Raga Kegiatan olah raga di Kelurahan Surodinawan kurang terkoordinir secara baik sehngga perlu adanya pembinaan dan ide untuk memprakarsai adanya penlombaan misalnya sepak bola, bola voli, tenis meja, bilyar dll. Dimana peran Organisasi Kepemudaan/Karang Taruna perlu ditingkatkan dan dibina secara baik. c. Gotong Royong Dirnana iklim pedesaan masih kental di Kelurahan Surodinawan sehingga dalam hal gotong royong masih tinggi bisa dilihat didalam pelaksanaan Dana Swakelola yang dikelola oleh masyarakat partisipasinya sangat baik. d. Kelompok Pengajian Dimana dalam kelompok pengajian di Kelurahan Surodinawan tersusun dengan baik dan aktif mulai dan tingkat RT, RW, Lingkungan, Mesjid/Mushola, Ibu-Ibu, Bapak-Bapak dan para pemuda dan pemudi.