PROFESIONALISME KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Asrin Dosen FIP & Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo Abstract: The core challenge facing Indonesian schools, to days, is improving student achievement and decreasing the achievement gap. The available evidence suggests that schools that cultivate particular in-school processes and conditions such as rigorous academic standards, highquality instruction, and a culture of collective responsibility for students’ academic success are best able to meet the needs of all students . School leadership, especially principal instructional and quality leadership, is widely recognized as important in promoting inschool processes and conditions. Hence, meeting the excellence and equity challenge in schools depends on school leaders who effectively guide instructional improvement. School leadership has crusial function at school. He must has any professional competencies to manage school quality . Quality leadership in school is one of approach models to be effective principal leadership. Quality leadership take highest commitmen to make leadership values, organizational values and personnal values as principls of school management. Asrin (2006) finds that principal leadership on quality qulture must hand on that values . According to Sergiovanni (1984 & 1991) ideas abaout exellence school in order that principal has cultural competency, symbolic competency, humanis competency, and technical competency. Key word: principal, quality culture, cultural competency, syimbolic competency, humanis competency, and technical competency. A. Pendahuluan Kepala sekolah pada fungsi kepemimpinan berperan pada pengembangan budaya bagi kesuksesan organisasi. Kepemimpinan (Schien, 1997) sebagai kesatuan dalam pengembangan budaya organisasi. Kepala sekolah memberi kontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan. Ia sebagai manajer pendidikan. Ia sebagai pemimpin pembelajaran. Ia sebagai pendorong terciptanya budaya sekolah. Ia sebagai inisiator perubahan. Ia sebagai perekat visi dan misi organisasi dalam kebijakan, program dan kegiatan sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah, dengan kondisi sekolah yang semakin kompleks, dibutuhkan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas sekolah melalui pendekatan kultural serta terfokus pada kualitas insani. Organisasi tidak terfokus pada perbaikan pada bidang administratif semata. Kemampuan kepala sekolah untuk meningkatkan tata nilai dan sistem sekolah untuk mengarah pada terciptanya sinergistas tinggi antara guru, siswa, orang tua, staf dan pemangku kepentingan (stakeholder). Kepala sekolah dituntut untuk mengelola sumber daya sekolah agar masing-masing anggota memiliki kinerja tinggi dalam peningkatan kualitas pendidikan. Ia memberi pemahaman mendasar pada peningkatan kualitas pendidikan. Ia berupaya secara strategis dan teknis untuk menciptakan iklim kondusif bagi terwujudnya visi dan misi sekolah. Mantja (2002) menyebutkan kepala sekolah mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai administrator, pemimpin, dan supervisor pendidikan. Kepala sekolah dituntut untuk meningkatkan kerja sama dengan guru, siswa, staf, orang tua dan lainnya. Ia ditunutut mengelola SDM supaya mencapai tujuan pendidikan. Ia dituntut untuk memberi layanan profesionalisme kepada guru dalam perbaikan pembelajaran. Ia menciptakan beberapa aspek yang dapat membantu perbaikan kualitas pendidikan secara lebih luas dan strategis. Kepala
sekolah tampil sebagai pemimpin yang mampu mencipta proses pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efesien. Kepala sekolah dituntut mampu mengambil inisiatif dan kreativitas dalam pengembangan sekolah. Ia sebagai pemimpin dituntut meningkatkan perbaikan kualitas pendidikan. Mengelola sumber daya sekolah agar mendukung pencapaian tujuan sekolah secara efektif dan efesien. Pengelolaan sekolah dituntut memenuhi sistem organisasi yang terus berkembang dari masa ke masa. Sekolah telah menjadi organisasi yang membutuhkan kepemimpinan. Bush (2007) mengemukakan model-model kepemimpinan kepala sekolah sebagai berikut; kepemimpinan manajerial (model manajemen formal), kepemimpinan transforamtif, kepemimipinan partisipatif, kepemimpinan interpersonal (model manaejmen kolegial), kepemimpinan transaksional (model manajemen politik), kepemimpinan post-modern (model manajemen subjektif), kepemimpinan kontingensi (model manajemen ambiguty), kepemimpinan moralitas, dan kepemimpinan pembelajaran (model manajemen kultural). Semakin kompleksnya sekolah dewasa ini maka membutuhkan pola kepemimpinan, yang tidak saja memiliki kemampuan untuk mengelola sekolah. Tapi lebih dari itu, ia mampu untuk meningkatkan semangat (spirit) anggota dalam profesi masing-masing. Ini artinya, sekolah dituntut untuk mengembangkan organisasi secara lebih profesional. Sekolah tidak hanya mengurus pengeloaan pembelajaran, tapi ia meningkatkan lingkungan budaya yang mendukung tercapainya kesinambungan kualitas organisasi. B. Budaya Organisasi Sekolah Budaya sebagai ikatan moral dalam lokus sosial. Organisasi selalu melekat kuat bersama budaya yang dimiliki. Organisasi yang tidak mengembangkan aspek-aspek budaya maka ia tidak memiliki kekuatan berkembang secara berkesinambungan. Kekuatan organisasi terletak pada kekuatan budaya, yang dilestarikan pendiri dan penerusnya. Kualitas pengelolaan pun sejalan dengan budaya mutu yang dikembangkan pihak pimpinan. Perkembangan organisasi-organisasi industri ataupun nirlaba yang maju dengan kualitas produksi dan layanannya didukung oleh budaya organisasi yang kuat. Budaya dapat merupakan identitas organisasi untuk membedakan karakteristik dengan lainnya. Organisasi industri seperti Toyota dan Microsoft pada awal berdiri tampak kuat pengembangan budaya organisasi yang terkenal dengan rintisan para pendirinya. Budaya itu tercermin dari filsafat, nilai-nilai yang dikembangkan secara berkesinambungan. Nilai yang dikembangkan para pendiri organsisasi dapat sebagai salah satu bentuk organisasi. Nilai dalam hal kualitas industri produk dapat berkembang secara optimal. Budaya meliputi filsafat, pandangan hidup, nilai-nilai, simbol-simbol, desain organisasi, pola hubungan antara unit kerja organisasi. Dan juga berkaitan dengan nilai-nilai kepemimpinan yang berkembang. Organisasi pun dapat berkembang secara maksimal. Peningkatkan kualitas dapat ditempuh dengan mengoptimalkan budaya untuk membentuk pola pikir dan perilaku organisasi. Budaya dapat menjadi perekat bagi semua elemen dalam mensinergikan sumber daya sekolah. Meningkatkan budaya mutu organisasi untuk menjadi bagian dari perilaku maka memberi dampak pada peningkatan budaya masyarakat yang kuat dan berarti. Kepala sekolah dituntut untuk meningkatkan pengembangan organisasi, yang mengarah pada pembentukan budaya sekolah, dengan karakteristik sebagai berikut; 1. Visi yang memberi insprasi untuk pencapaian kualitas 2. Mencipta peluang pengembangan kurikulum, guru, pengajaran,dan penilaian. 3. Kecukupan waktu bagi guru dan siswa untuk berkerja dengan baik 4. Meningkatkan budaya sekolah agar melahirkan kesuksesan organisasi dan indvidual 5. Kepemimpinan inovatif dan adaptif dalam mencipta perubahan organisasi 6. Fleksibilitas dan dukungan dinas dalam melakukan inovasi organisasi
Kemampuan kepala sekolah untuk membangun iklim sekolah yang terbuka dapat memberi pengaruh dan dampak pada kinerja organisasi. Kepala sekolah dituntut mengartikulasi, mensosialisasi dan mengimplementasi visi sekolah. Ia mengartikulasi visi agar semua pihak memahami visi. Ia mengembangkan pemahaman kuat terhadap visi sekolah. Guru memiliki visi untuk meningkatkan kinerja masing-masing. Kepala sekolah berperan membangun visi kepada semua elemen organisasi. Stakeholder sekolah baik dari tokoh masyarakat dan orang tua mempunyai komitmen tinggi dalam mewujudkan visi sekolah. Bahkan orang tua, masyarakat, dan stakeholder lainnya benar-benar memahami visi untuk meningkatkan kualitas. Kesadaran tinggi terhadap visi berdampak pada ketahanan menghadapi tantangan internal dan eksternal organisasi. Karena visi terkait dengan nilia-nilai yang dihargai dan dipedomani untuk membangun organisasi secara berkelanjutan. Visi melahirkan pandangan hidup organisasi (way of organizational life) sebagai landasan budaya tata kelola sekolah. Wagner and Sternberg (1985 dlm Lazaridau, 2009) menemukan jenis-jenis pengetahuan untuk kesuksesan manajemen sebagai berikut: • Managing people— knowing how to work with and direct the work of others. • Managing tasks— knowing how to manage and prioritize day-to-day tasks. • Managing self— knowing how to maximize personal performance and productivity. • Managing career— knowing how to build one’s reputation. Tentu bila anda seorang kepala sekolah akan berupaya untuk meningkatkan kapasitas diri dalam mengelola manusia. Bagamaimana menciptakan kerja sama team yang kuat antara kepala sekolah, guru, siswa dan staf sekolah. Masing-masing individu memaksimalkan peran dan fungsinya. Anda selalu menyadari bahwa ketercapaian tujuan sekolah akan sanngat tergantung pada kerja sama komponen-komponen sekolah. Kualitas kerja sama di sekolah selalu terukur pada sejauh mana kompetensi guru dam staf bersinergi untuk mendukung pencapaian kualitas pendidikan. Pengelolaan tugas sehari-hari kepala sekolah tidak kalah pentingnya dengan aktivitas manajemen lainnya. Kemampuan mengelola tugas harian berdampak pada keefektifan kepemimpinan. Itulah sebabnya kepala sekolah memiliki kemampuan dalang mengelola pekerjaan. Kepala sekolah dituntut untuk membuat tugas harian berdasarkan prioritas sekolah. Kefektifan kepemimpinan tampak pada bagaimana mengelolan tugas harian untuk mendukung pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah. Mulai dari tugas harian kepala sekolah merintis citra organisasi yang kuat dan maju. Peningkatan kualitas tatausaha, laboran, pustakawan merupakan bagian dari meningkatkan kualitas layanan pendidikan. Tidak mungkin sekolah yang baik tidak didukung perpustakaan yang terkelola profesional. Tidak mungkin sekolah dikatakan berkualitas tanpa dukungan dari ketatausahaan yang efektif dan efesien. Sehingga pengembangan dan pengelolaan karir guru dan staf sebagai tanggung jawab kepemimpinan dalam sistem manajemen organisasi. Di samping itu bawah budaya sekolah tampak pada dukungan kepala sekolah pada pengembangan budaya tata kelola organisasi. Budaya tatakelola ini tampak pada upaya-upaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan keefektifan dan efesiensi organisasi dengan pendekatan nilai-nilai dalam menstimulir peningkatan kinerja masing-masing elemen sekolah. Budaya tata kelola sebagai manifestasi yang lebih intensif dari budaya sekolah. C. Budaya Tatakelola Organisasi Budaya tata kelola sekolah dapat dikembangkan dalam kepemimpinan kultural kepala sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah dituntut untuk mencipta peluang-peluang pengembangan sekolah baik dari segi pembelajaran dan pengelolaannya berdasar pada prinsip-prinsip profesionalitas. Peningkatan kualitas kinerja guru dan staf dapat dilakukan
melaluai peningkatan kesadaran pada nilai-nilai. Hubungan kesejawatan professional, budaya yang kuat, kepemimpinan inovatif, proses pembuatan keputusan berbasis data, dan kerjasama dengan stakeholder. Kepala sekolah dituntut berperan strategis untuk meningkatkan budaya sekolah yang kondusif bagi pendidikan. Budaya tata kelola organisasi yang kuat tampak pada pola pengembangan sekolah untuk meningkatkan kinerja. Tata kelola tercermin dari kinerja pendidikan yang berlangsung di sekolah. Sejauh mana budaya sekolah dikembangkan untuk menunjanng proses pendidikan sesuai standar kualitas pendidikan nasional dan internasional. Pengambangan budaya untuk meningkatkan aspek-aspek pemberdayaan manusia seutuhnya. Budaya tatakelola tercermin pada pengembangan nilai-nilai dalam organisasi. Nilainilai kepemimpinan untuk meningkatkan keefektifan sekolah. Nilai-nilai pada sistem pendidikan yang diterapkan seperti niai-nilai organisatoris, akademik dan sosial di sekolah. Kepala sekolah yang mengembangkan budaya tata kelola tampak kuatnya komitmen nilainilai kinerja masing-masing elemen sekolah. Guru yang memiliki nilai-nilai pribadi dan kelompok (individual and group vulas) dalam berorganisasi. Pemahaman tata kelola dapat ditemukan pada pemaknaan nilai-nilai dalam meningkatkan keefektifan kerja, baik software dan hardware organisasi. Nilai-nilai mewarnai masing-masing aktivitas organisasi. Pemaknaan terhadap tugas tata usaha, misalnya, dapat dimaknai sebagai nilai keteraturan dan ketertiban yang dibutuhkan semua pihak di sekolah untuk mendukung perbaikan sistem pendidikan. Dapat dibayangkan bila sekolah yang tidak memiliki keteraturan tatausaha maka ia akan menghadapi kesulitan untuk membangun disiplin administrative dan layanan sekolah. Pentingnya keteraturan dan ketertiban administratif ini merupakan bagian dari budaya tatakelola organisasi yang menjadi kesadaran seorang tata usahan, keasadaran atas tugas yang mulia, di sekolah. Kesadaran ini baik terkait dengan nilai spiritualitas, nilai personalitas, nilai manfaat serta pengabdian atas organisasi tentu dapat berdampak tinggi bagi kinerja sekolah. D. Kepala Sekolah Bervisi Kualitas Berkelanjutan Kualitas sebagai simbol kekuatan organisasi di masa depan. Hanya dengan kualitas pendidikan sekolah dapat menghadapi tantangan internal dan eksternal. Kualitas sebagai standar capaian utama sekolah. Tentu dalam hal ini kualitas keseluruhan organisasi pendidikan. yang menawarkan kualitas pendidikan menjadi kebutuhan dunia pendidikan. Dapat memberikan kemampuan untuk.meningkatkan kualitas pendidikan masa depan. Tanpa penekanan pada kualitas dan profesionalisme maka sulit sekolah untuk mampu bersaing dalam era global sekarang ini. Kualitas adalah identik dengan nilai-nilai yang mewujud dalam kepemimpinan sekolah. Kualitas sebagai visi universal kepala sekolah untuk meningkatkan proses pendidikan. Komitmen kepala sekolah tampak pada kuatnya dukunganya dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Komitemen itu dapat dilihat pada pengembangan iklim sekolah yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan. Sekolah yang memiliki kualitas tampak dalam sistem akuntabiltas sekolah yang dilakukan selama ini. Sekolah di mana para siswa dididik untuk memiliki harapan tinggi untuk mengembangkan potensi-potensinya. Siswa ditempa untuk memiliki keperibadian opitimis dan mencapai prestasi dengan menerapkan tata aturan yang telah ditetapkan di sekolah. Sekolah di mana siswa, guru dan staf terbangun hubungan yang harmonis sehingga masingmasing merasa bertanggung jawab untuk berkinerja tinggi. Keharmonisan hubungan itu tampak dari kesiapan semua elemen sekolah untuk berkembang sebagai pribadi-pribadi unggul.
Kesadaran tinggi siswa dapat memacu siswa agar berlajar keras demi mencapai prestasi maksimal. Guru yang memiliki kesadaran tinggi sanggung untuk meningkatkan kinerja secara optimal. Demikian, juga staf didorong memiliki kesadaran tinggi berkerja maksimal untuk meningkatkan mutu pendidikan. Suasana sekolah yang demikian memberi kemampuan untuk mengembangkan sekolah menjadi sekolah unggul. Peningkatan kesadaran siswa, guru dan staf , bahkan orang tua-masyarakat sekitar dapat sebagai penenggerak dalam meningkatkan kinerja setiap harinya. Penilaian kualitas berdasar standar yang tinggi tentu memberi peluang sekolah untuk meningkatkan kualitas terpadu (total quality). Assesment kualitas dapat dilakukan pada setiap bidang organisasi dengan standar nasional atau pun internasional. Pencapaian tentang kualitas kinerja guru dapat diketahui secara tepat apabila dilakukan penilaian berdasar standar-standar yang tinggi. Kepala sekolah berupaya untuk mengembangkan standar kualitas yang lebih baik dan komprehenship dalam organisasi. Akuntabilitas organisasi tercermin juga pada penggunaan sumber daya manusia, fasilitas dan kesanggupan untuk terus memperbaikinya. Sekolah tentu tidak lepas dari kebutuhan tinggi terhadap guru dan staf yang terus dikembangkan profesionalismenya dari tahun ke tahun. Guru sebagai pilar utama sekolah hendaknya memiliki kompetensi terstandar untuk melakukan proses pembelajaran. Kompetensi itu tercermin dalam bentuk kompetensi pedagogy, kompetensi professional, kompetensi personal dan kompetensi social. Kompetensi-kompetensi initi tentu melahirkan sosok guru yang mempunyai kapasitas profesionalisme yang terstandar. Akuntabilitas sekolah tampak pada standarisasi guru, staf dan fasilistas sekolah. Pengembangan sistem penghargaan (reward) dan hukuman (punishment) dalam organisasi membutuhkan komitmen tinggi pimpinan sekolah. Penghargaan dan hukuman yang terkelola professional dapat meningkatkan motivasi guru dan staf untuk memperbaiki kinerja secara berkesinambungan. Penghargaan dan hukuman intrensik dan ekstrensik sangat berguna bagi guru, siswa dan staf untuk meningkatkan kompetensi untuk mencipta kreativitas organisasi. Penghargaan dan hukuman memotivasi guru dan staf untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab organisasi secara prima. Itulah sebabnya pengembangan sistem penghargaan dan hukuman berdasar kinerja guru dan staf berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas organisasi. Informasi tentang hasil analisis SWOT dan perkembangan organisasi hendaknya disampaikan ke guru, siswa, orang tua siswa, pemerintah dan masyarakat luas. Hal ini penting agar sekolah menjadi lemabaga yang terbuka dalam pengeambangan program untuk peningkatan kualitas pendidikan. Pengembangan masa depan sekolah sangat ditentukan juga dengan tingkat partisipasi masyarakat. Masyarakat luas harus dilibatkan dalam proses pembuatan rencana sekolah. Karena melalui ini pola kerjasama sekolah dengan masyarakat luas dapat berkembang dan produktif bagi kemajuan pendidikan. Sekolah tidak hanya mencakup proses internal, tapi pendidikan juga terkait dengan dukungan social, budaya, ekonomi, dan politik masyarakat. Sejauh mana sekolah dapat berkerjasama untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sekolah sebagai sistem sosial harus dapat meningkatkan kerja sama dengan masyarakat sekitar. Sekolah berupaya agar masyarakat mencipta kondisi sosial yang mendukung siswa berprestasi. Siswa yang hidup di tengah masyarakat dengan budaya tinggi mendorong peningkatan kualitas pengembangan pendidikan Indonesia. Masyarakat mengembangkan pendidikan yang memberi kemajuan bagi siswa. Kolaborasi sekolah dan masyarakat, khususnya orang tua, dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Masyarakat sekitar sekolah berupaya untuk mencapai prestasi optimal. Sekolah harus akrab dengan masyarakat. Kepala sekolah membuat jaringan sosial yang produktif di masyarakat. Interaksi yang kuat antara sekolah dan masyarakat akan
membuat sekolah sebagai miniatur tempat berseminya nilai-nilai kebajikan dan kemajuan budaya masyarakat serta budaya siswa. Sekolah sebagai transformasi sosial, mendidik anakanak untuk setia pada kesejatian/kebenaran pada produktivitas. Di mana sekolah dapat memberi terbaik untuk merubah budaya masyarakat agar berkembang seiring dengan visi sekolah. Sekolah secara aktif menciptakan kemitraan yang berkesinambungan dengan masyarakat sekitarnya. Mislanya, kerjasama sekolah untuk mengembangkan kewiraushaan yang produktif bagi sekolah dan kelolmpok-kelompok wirausaha di masyarakat. Pada konteks ini bahwa sosok pemimpin sekolah dituntut melakukan upaya-upaya produktif tinggi dalam meningkatkan prestasi siswa, baik secara internal dan eksternal. Hal ini penting disadari, bahwa pendidikan bukan hanya berlangsung manakala siswa berada di sekolah. Tapi, pendidikan juga berlangsung manakala siswa berada di lingkungan masyarakat dan keluarga. Kepala sekolah dituntut dapat mengkomunikasikan visi sekolah dalam rangka mewujudkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat ditempuh dengan menjadikan sekolah, keluarga dan masyarakat sebagai sebuah entitas sosial pendidikan serta pembelajaran yang berlangsung berkesinambungan (sustainability learning).
E. Kepala Sekolah dan Exellence School Sergiovanni (1984) dalam penelitiannya “Leadership and Exxellence in School” telah memberi kerangka pengembangan kepala sekolah. Ia juga menjelaskan bahwa kepala sekolah “a servant leader”(2005), mengembangkan fullest school potential,… purposing, empowerment, and leadership by outrage a principal leans how to serve the school and not themselves. Dipadukan dengan temuan Asrin (2006) tentang kepemimpinan kepala sekolah pada pengembangan budaya mutu. Kepala sekolah berperan tinggi dalam pembentukan budaya mutu di sekolah seperti artikulasi visi, misi dan tujuan sekolah, nilai-nilai sekolah, pengahargaan dan hukuman, simbol, dan desain organisasi. Pengembangan kualitas kepemimpinan melalui pendidikan dan pelatihan hendaknya lima aspek kepemimpian yaitu kompetensi cultural, simbolik, human, educational dan teknikal (Sergiovanni,1991). Kepala sekolah dilatih untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinan dalam dunia pendidikan. 1. Komptensi Kultural Organisasi adalah sebuah proses pembudayaan. Organisasi membangun budaya yang berangkat dari tradisi serta kebiasaan anggota sekolah. Sekolah memiliki ikatan budaya (cultural bond), yang mencerminkan keunikan sekolah. Sejalan dengan itu, maka pengembangan kompetensi kultural kepala sekolah adalah sebagai kemampuan untuk menangkap dan memahami filosofi, nilai serta keyakinan organisasi. Kepala sekolah memiliki filosofi sekolah yang kuat dapat memiliki kemampuan untuk menciptakan cetak biru pengembangan sekolah dari tahun ke tahun. Kepala sekolah dapat menggambarkan bahwa filosofi organisasi dapat meningkatkan spirit guru, sisiwa dan stakeholder dalam mencapai tujuan. Pengembangan filosofi ini berorientasi pada peningkatan nilai-nilai kepemimpinan pada diri pemimpin yang dapat ditransformasi secara individual dan organisatoris. Kekuatan pemimpin pada nilai-nilai dapat mengantar pencapaian prestasi, integritas pribadi dan kelompok. Nilai-nilai kepemimpinan (Asrin, 2006), yang diyakini memiliki kebenaran universal dapat meningkatkan etos dan semangat kepemimpinan. Nilai berprestasi, nilai kejujuran, dan nilai pengabdian bagi pemimpin dapat membawa dampak positif bagi peningkatan pengembangan potensi diri manusia secara optimal. Kekuatan kompetensi filosofis tampak pada kemampuan kepala sekolah untuk memberikan penyadaran atau pandangan hidup tentang sekolah terhadap guru, staf, siswa,
orang tua, dan masyarakat. Kepala sekolah yang memiliki filosofi tentang sekolah yang maju dapat menciptakan kondisi sekolah. Pemimpin hendak memberi landasan filosofi organisasi agar dapat sebagai keyakinan yang ingin diwujudkan. Ia dituntut melakukan transformasi dalam kebijakan, program, dan aktivitas sekolah. Kompetensi filosofis berkaitan erat dengan pengembangan potensi kecerdasan manusiawai meliputi kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional. Sosok kepala sekolah harus memiliki kematangan spiritual, intelektual dan emosional dalam memahami berbagai fenomena yang berlangsung di sekolah. Hal ini ditegaskan Kadim (2007) dalam penelitiannya bahwa kecerdasan spiritual dapat berpengaruh tinggi dalam sukses kepemimpinan. Kepala sekolah dengan kompetensi kultural berupa nilai-nilai kepemimpinan, artikulasi visi dan misi sekolah. Pemimpin yang memiliki charisma tinggi tercermin pada keyakinan pribadi, visi kuat untuk merancang masa depan sekolah daripada kekuasaan, kemampun untuk mengartikulasi visi, pendirian (conviction) kuat tehadap visi serta keinginan untuk melakukan perubahan mendasar dalam organisasi (Robbins, 2002). 2. Kompetensi Simbolik Menurut Sergiovanni (1984) komptensi simbolik berupa kompetensi kepala sekolah untuk mengarahkan pemaknaan emfirik dari organisasi sekolah. Meningkatkan perhatian, karakteristik simbolik sekolah, pemodelan sekolah. Pengembangan nilai dan perilaku dapat sebagai bentuk kepemimpinan simbolik di sekolah. Karakteristik sombolik sekolah berupa adanya simbol sekolah. Simbol ini mencermikan karakteristik sekolah secara baik. Hal ini dapat diwujudkan pada lambang dan artifak lainnya yang mencerminkan keutuhan dan keunggulan sekolah dalam pengembangan nilai-nilai universal. Kepala sekolah yang memiliki kompetisi simbolik dapat membangun perhatian khusus pada peningkatan keefektifan dan efesiensi sistem sekolah. Di mana simbol tersebut mencitrakan diri organisasi dalam pengembangan nilai-nilai sekolah. Melalui simbol yang kuat berarti kepala sekolah sedang dan teleh mengembangkan model ideal sekolah. Hal ini penting untuk mengingkatkan kemampuan anggota dalam mengabstraksikan nilai-nilai dalam bentuk program dan atau tindakan. Kompetensi simbolik dapat berupa kemampuan kepala sekolah hadir sebagai pribadi yang unggul di sekolah. Ia sebagai simbol (tauladan) dalam setiap pengembangan sekolah. Misalnya tingginya perilaku disiplin kepala sekolah dapat sebagai simbol pengembangan nilai-nilai disiplin tinggi di sekolah. Kepala sekolah dapat menjadi panutan kepada semua pemimpin sekolah. Ia ditunutu untuk dapat mengartikulasikan nilai-nilai sekolah dalam berbagai aktivitas dan kegiatan sekolah. 3. Kompetensi Humanisme Kompetensi humanisme kepala sekolah dapat berupa kompetensi untuk meningkatkan hubungan menusiawi antara kepala sekolah, guru, siswa dan stakeholder. Kepala sekolah hendaknya dapat mengembangkan komunikasi yang hidup dan konstruktif dengan elemen sekolah. Pola komunikasi dapat dikembangkan untuk menciptkan hubungan yang harmonis di sekolah. Di mana kepala sekolah dapat meningkatkan komunikasi dengan semua elemen sekolah. Kompetensi ini dapat dilihat dalam meningkatkan kemampuan organisasi berkembang dalam memberikan kemampuan organisasi pada upaya pengembangan politik nasional. Kemajuan sekolah sering ditentukan seberapa efektif kepala sekolah berintraksi dengan guru, siswa dan staf sekolah lainnya. Kompetensi manusiawi dapat berupa kecakapan untuk memadukan kemampuan kepala sekolah untuk mengelola lembaga dengan meningkatkan hubungan manusiawi baik secara pribadi, professional dan organisatoris.
Kompetensi interpersonal dan intrapersonal (Goaleman,2001) hendaknya mendukung terciptanya iklim organisasi sekolah. Kemampuan interpersonal kepala sekolah berupa kecakapan diri kepala sekolah untuk mengelola pribadi unggul dalam menghadapi masalahmasalah pribadi dan organisasi. Ia hendaknya dapat mencerminkan sosok yang berpegang pada nilai-nilai dalam melakukan wewenang dan tugas-tugas organisasi. Konsistensi pribadi kepala sekolah pada nilai-nilai dapat memperkuat komitmen pada implementasi di sekolah. Hubungan harmonis antara anggota dapat meningkatkan iklim kerja kondusif di sekolah. Komunikasi yang terbangun di sekolah dapat meningkatkan kinerja tinggi bagi usiswa, guru-staf, guru, guranggota. Interaksi harus berkembang saling menguntungkan dengan sesama anggota organisasi. Hubungan interpersonal kepala sekolah dapat dibangun dengan secara baik internal dan eksternal sekolah. 4. Kompetensi educational Kompetensi educational sebagai bentuk kemampuan kepala sekolah dalam pengelolaan pendidikan. Sejalan dengan kompetensi instructional leadership yang harus dimiliki kepala sekolah dalam memimpin lembaga pembelajaran. Penguatan perannya sebagai administrator, supervisor dan leader sekolah untuk peningkatan proses pembelajaran. Kompetensi ini terkait dengam kompetensi pedagogy dan profesionalisme kepala sekolah. Kemampuan keilmuan kepala sekolah harus memadai terkait dengan bidang mata pelajaran tertentu yang harus dikuasainya. Kemampuan kepala sekolah untuk meningkatkan perbaikan kepala sekolah. Hal ini untuk meningkatkan peran kepala sekolah dalam mengembangkan komunikasi efektif. Kepala sekolah hendaknya memiliki kemampuan dalam melakukan supervisi klinis terhadap guru. Ia sebagai supervisor pembelajaran untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran. Ia melakukan monitoring dan evaluasi kinerja guru. Supervsisi klinis untuk meningkatkan profesionalisem guru dalam pembelajaran. Pengembangan kualitas guru dapat dilakukan dengan meningkaptkan intensitas pelaksanaan supervise pembelajaran. Keterampilan kepala sekolah dalam melakukan supervisi pendidikan kepada guru benar-benar dapat memberi peran maksimal untuk memperbaiki kompetensi guru setiap saat. Guru harus mendapatkan layanan supervisi yang berkesinambungan baik dari kepala sekolah. maupun pengawas dan teman sejawat. Kepala sekolah dituntut untuk mengeloala pelaksanaan supervisi pembelajaran bagi guru-guru agar berdampak dalam peningkatan kualitas pembelajaran. 5. Kompetensi Technical Komamampuan ini menyangkut kemampuan untuk mengelaola sekolah melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen secara efektif dan efesien. Merencanankan, mengorganisasi, mengkoordinasi, melaksanakan, mengontrol dan mengevaluasi sekolah merupakan sebagai bentuk kemampuan teknis kepala sekolah. Kemampuan untuk meningkatkan pengelolaan sekolah dalam mendukung pencapaian kualitas pendidikan. Keefektifan dan efesiensi organisasi dapat berlangsung dengan baik apabila didukung dengan sistem manajemen pendidikan yang baik. Perencanaan pendidikan merupakan fungsi manajemen yang harus dilakukan kepala sekolah. Perencanaan pendidikan hendaknya menckup rencana strategis dan rencana operasional sekolah. Perencanaan yang efektif salah satu indikator pencapaian tujuan sekolah secara efektif dan efesien. Perencanaan yang buruk dapat menyebabkan kegagalan sekolah mencapai tujuan. Kegagalan pengelolaan sekolah berawal dari sistem manajemen yang belum efektif; fungsi-fungsi manajemen tidak dilakukan secara konsisten dan banar oleh kepala sekolah. Pengambilan keputusan hendaknya dilakukan dengan melibatkan pertisipasi semua elemen sekolah. Essensi kepemimpinan adalah inisiasi dan pengambilan keputusan (intiation
and decision). Itulah sebabnya kepala sekolah dapat mengelola pengambilan keputusan dengan efektif. Pengembilan keputusan yang efektif, manakala ia mampu meningkatkan kesadaran dan komitmen anggota sekolah atas kebijakan-kebijakan yang ditetapkan. Keefektifan keputusan organisasi dapat dilihat pada sejauh mana kepala sekolah dapat meningkatkan peran dalam mengembangkan organisasi. Kemampuan teknik dapat sebagai bentuk aktivitas yang dilakukan kepala sekolah dalam mengelola organisasi sekolah. Kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan tentang akuntabilitas pendidikan di sekolah. Ia ditutut memahaman pola dan proses akuntablitas pendidikan. Ia memiliki kemampuan teknik untuk mengevaluasi akuntabilitas keuangan, kinerja guru dan pegawai, tata usaha sekolah dan sarana prasaranas sekolah untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi.
F. Kesimpulan Pengembangan profesionalisme kepala sekolah adalah hendaknya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Para peneliti menemukan bahwa peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas proses pendidikan sangat penting, sistematis dan sistemik di sekolah. Karena ia mengelola semua sumber daya pendidikan agar dapat bersinergi untuk meningkatan mutu. Kepemimpinan kepala sekolah adalah salah satu factor yang menentukan seberapa efektif sekolah melakukan proses pendidikan di sekolah. Keefektifan pencapaian visi, misi, tujuan dan proses pendidikan merupakan keunggulan yang harus dilakukan kepala sekolah. Daftar Rujukan Asrin, 2006. Kepemimpian Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Budaya Mutu (Studi Kasus di SMA Agung dan SMAI Kartini), Disertasi: UM Malang). Emlore, R. 2000. Bulding a New Structure For School Leadership. The Albert Shanker Institut. Galdring, E (dkk). 2007.Assessing Learning-Centered Leadership: Connection to Research, Profesional Standards and Current Practices. Vanderblit University: The Wallace Foundation. Goleman, D. 2001. Working With Emotional Intelligence (edisi Indonesia). Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka. Kadim, Abd 2008. Hubungan Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah dengan Kinerja Sekolah pada Pendidikan Menengah Di Kota Gorontalo. Disertasi : UM Malang Bafadal, I. 1995. Proses Perubahan di Sekolah (Studi Multisitus Pada Tiga Sekolah Dasar Yang Baik); Universitas Negeri Malang. Disertasi. Schien, H.E. 1992. Organizational Cultural and Leadership. Sanfrancisco.Joosey-Bass Publisher. Busy, Tony. 2006. Theories of Educational Management. NCEPA/http://enx.org./m1367/1.1/ Johnson, C. 2006. National Strategies For Educational Leaders to Implement Postmodern Thinking in Public Educational in The United States of America. Vol.23.No.4.2006. National Forum Of Educational Administration and Supervision Journal; Texas. Lazaridau, A. 2009. The Kinds of Knowledge Principals Use: Implications For Training. International Journal of Educational Policy and Leadership (Vol.4. Number.10. 19-102009). Robbin, S. 2002. The Truth About Managing People. New York: Prenitice Hall