PRODUKTIVITAS KACANG TANAH (Arachis hypogeae L) DIBAWAH TEGAKAN MANGLID DALAM SISTEM AGROFORESTRI Aris Sudomo Balai Penelitian Teknologi Agroforestry E-mail :
[email protected]
ABSTRACT The objective of this research is to find out the productivity of Arachis hypogeae L and growth of manglid (Manglieta glauca BI) in agroforestry system at the private forest area. It was conducted in private forest area in Tenggerraharja Village of Sukamantri Sub-District of Ciamis District. The research used split plot design as the methodology, with three kinds of prunning intensity for manglid (0%, 50%, and 75%) as the main plot, three planting spaces (2 m x 2 m, 2 m x 3 m dan 3 m x 3 m) and two planting patterns (monoculture of manglid and agroforestry system of Arachis hypogeae L and manglid) for the subplots. The monoculture of Arachis hypogeae L or without manglid tree was used for the comparation. It used 450 manglid trees (3 pruning intensities x 3 planting spaces x 2 planting patterns x 25 plants). The research showed that the plants weight and the biomass of Arachis hypogeae L under the manglid tree with 0% pruning intensity are (1015 gram/113 gram), pruning intensity 50% (1075 gram/125 gram) and pruning intensity 75% (1567 gram/155 gram). The plants weight and the biomass of Arachis hypogeae L under the manglid tree with 2 m x 2 m of planting spaces was 1450 gram/ 165 gram, with 2 m x 3 m planting space was 1400 gram/ 118 gram, and with 3 m x 3 m planting space was 1060 gram/100 gram. The monoculture of Arachis hypogeae L plants in the open space 2 2 produces 1800 grams/ m of its weight and 163 grams/m of its biomass. LER (Land Equivalend Ratio) point for Arachis hypogeae L and manglid in agroforestry system is 1.78. This showed that agroforestry pattern is more productive than monoculture pattern. Keywords: Agroforestry, Arachis hypogeae L, Private forest dan Manglid
I. PENDAHULUAN Kacang tanah merupakan komoditi tanaman yang bernilai ekonomi tinggi dan dapat tumbuh di lahan tadah hujan hutan rakyat. Kebutuhan kacang tanah di Indonesia yang diproduksi dari dalam negeri hanya 83,73% sedangkan sisanya sebesar 16,27 % harus diimport dari luar negeri (Badan Ketahanan Pangan Nasional, 2008). Penggunaan jenis tanaman kacang-kacangan sebagai pupuk hijau banyak dilakukan di dalam sistem pertanian modern disebabkan oleh kemampuan menambat nitrogen, jatuhan daun dan batang, mempertahankan sifat fisik tanah. (Yulipriyanto, 2010). Pada lahan kering hutan rakyat, tanaman berkayu jenis manglid menjadi primadona masyarakat, khususnya wilayah Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. Selain nilai jual bagi industri kayu cukup tinggi, jenis tanaman kayu manglid terbukti telah dapat tumbuh baik di lahan-lahan masyarakat. Upaya peningkatan produktivitas lahan dan pemenuhan kebutuhan jangka pendek bagi masyarakat dapat di tempuh dengan teknologi agroforestri yang mengkombinasikan tanaman kayu daur panjang dengan tanaman semusim daur pendek. Permasalahan dalam teknologi agroforestri adalah adanya interaksi antara tanaman penyusun yang terkadang bersifat saling kompetitif dalam memperebutkan faktor-faktor pertumbuhan (sinar matahari, air dan unsur hara). Hal ini terjadi karena kedua tanaman yang berdekatan sama-sama memerlukan sumber daya yang ada baik didalam tanah (air dan unsur hara) maupun diatas tanah (sinar matahari). Oleh karena itu diperlukan pengaturan tanaman kayu baik secara jarak tanam dan pemangkasan tajuk sebagai tindakan silvikultur agroforestri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae L) dan pertumbuhan tegakan manglid pada sistem agroforestri di lahan kering hutan rakyat. Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013
215
II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan di lahan tadah hujan pada hutan rakyat yang secara administratif termasuk wilayah Desa Tenggerraharja, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat selama 4 bulan mulai bulan Februari s/d Juni 2012. Lahan hutan rakyat tersebut berketinggian ± 894 mdpl dan curah hujan 2.071 mm/tahun dan berdasarkan Schmith Ferguson, termasuk type C (agak basah) (BP3K, 2012). B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah tegakan manglid, benih kacang tanah, pupuk kandang, NPK dan Urea. Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah cangkul, sabit, tambang, drum, meteran, ember, kaliper, timbangan, kamera, termohigrometer, luxmeter dan alat tulis. C. Prosedur Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah split plot design. Tegakan manglid berumur 2 tahun dengan mainplot 3 intensitas pruning (0%, 50% dan 75%) dengan sub-plot 3 jarak tanam (2 m x 2 m, 2 m x 3 m dan 3 m x 3 m) dan sub-sub plot 2 pola tanam (monokultur manglid dan agroforestri manglid+kacang tanah). Penanaman kacang tanah secara monokultur dilakukan sebagai pembanding. D. Analisis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data biofisik (sifat fisik dan kimia tanah, temperatur, kelembaban, intensitas cahaya), pertumbuhan manglid (diameter dan tinggi) dan pertumbuhan kacang tanah (berat tanaman kacang tanah dan berat kering polong kacang tanah hasil panen). Data pertumbuhan dan produktivitas tanaman dianalisis secara deskriptif kuantitatif. III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Biofisik Plot Penelitian Karakteristik tanah lokasi plot penelitian menjadikan gambaran tingkat kesuburan tanah untuk sumber daya faktor pertumbuhan tanaman agroforestri manglid +kacang tanah. Berdasarkan analisis sampel tanah sebelum penanaman agroforestri dan setelah penanaman agroforestri dapat diketahui karakteristik sifat fisik dan kimia tanah pada lokasi plot penelitian (Tabel 1). Tabel 1. Penilaian tanah pada monokultur dan agroforestri manglid+kacang tanah No
Parameter
Monokultur Manglid Umur 24 Umur 28 bulan bulan
2
Kadar lengas % (0,5 mm) Kadar lengas % (2 mm)
3
pH H20
5,58
4,77
4
C (%)
1,78
3,99
5
BO (%)
3,07
6,88
6
N tot (%)
0,18
0,36
1
216
Agroforestri Keterangan
Keterangan Sebelum
Sesudah
20,30
16,22
23,50
12,93
19,85
15,80
23,08
12,76
5,95
4,80
2,12
3,88
3,65
6,68
Agak masam ke masam Sedang ke sangat tinggi Sedang ke sangat tinggi
0,26
0,31
Sedang
Masam Sedang ke sangat tinggi Sedang ke sangat tinggi Rendah ke Sedang
Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013
No 7
Monokultur Manglid Umur 24 Umur 28 bulan bulan
Parameter
9
P tsd (ppm) K tsd (me/100 gram) KPK (me/100 gram)
10
Tekstur
8
Agroforestri Keterangan
Keterangan Sebelum
Sangat rendah Rendah ke Sedang
Sesudah
2,07
1,58
0,28
0,49
20,61
32,89
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung (%)
47,96
59,47
51,71
59,51
Debu (%)
32,55
21,82
34,41
21,63
Pasir (%)
19,49
18,71
13,88
18,86
Sedang ke tinggi
1,45
2,65
Sangat rendah
0,28
0,51
Rendah ke Sedang
21,66
32,93
Sedang ke Tinggi
Lempung
Sumber : Hasil analisis sampel tanah tahun 2012 di Laboratorium tanah Fakultas Pertanian UGM
Produksi Berat Kering Kacang Tanah (Gram/m2)
B. Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah Intensitas pruning manglid yang berbeda menyebabkan intensitas cahaya juga berbeda sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah. Semakin besar intensitas pruning menghasilkan intensitas cahaya semakin besar sehingga pertumbuhan dan produksi kacang tanah yang lebih baik. Kacang tanah memerlukan tempat terbuka untuk pertumbuhan yang optimal. Hal ini terlihat dari relatif lebih bagusnya pertumbuhan dan produksi kacang tanah pada tempat terbuka (monokultur ). Hasil penelitian dalam Mindawati et.al. (2006) menunjukkan bahwa kacang tanah dapat tumbuh baik dibawah tegakan sengon. Penanaman kacang tanah di bawah tegakan Acacia mangium dan Eucaliptus deglupta tidak berhasil baik karena terhalang naungan dan perakaran tanaman pokok (Haryanto dan Dwiriyanto, 1988). Agroforestri Jati dan kacang tanah menunjukkan bahwa secara umum hasil yang diperoleh dari sistem agroforestri lebih rendah dibandingkan dengan monokultur, baik untuk aktual maupun potensi produksi (Setyonining, 2003). 200 150 100 50 0
113
125
0%
50%
155
163
75%
Monokultur Kacang
Intensitas Pruning Pohon Manglid
Berat Tanaman Kacang Tanah/m2
Gambar 1. Produksi kacang tanah pada tiga intensitas pruning manglid 2000 1500
1800
1567 1015
1075
0%
50%
1000 500 0 75%
Monokultur Kacang
Intensitas Pruning Pohon Manglid
Gambar 2. Pertumbuhan kacang tanah pada tiga intensitas pruning manglid Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013
217
Berat Tanaman Kacang Tanah (Gram/m2)
Pertumbuhan kacang tanah pada ketiga jarak tanam secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan pada monokultur. Rata-rata produksi kacang tanah pada pola agroforestri mengalami penurunan sebesar 19,63% dibandingkan dengan tempat terbuka (monokultur kacang tanah) sebagaimana disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Hal ini disebabkan oleh persaingan dalam memperoleh faktor pertumbuhan (air, unsur hara dan sinar matahari). Meskipun demikian pada data disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4 ternyata jarak tanam semakin lebar menghasilkan pertumbuhan dan produksi kacang tanah yang semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa pada manglid umur 2 tahun jarak tanam belum memberikan efek perbedaan dalam memperoleh faktorfaktor pertumbuhan. Jikapun ada perbedaan faktor-faktor pertumbuhan lebih disebabkan oleh perlakuan intensitas pruning. Hal ini sesuai dengan penelitian Widiarti, (1986) yang menyatakan bahwa jarak tanam pohon tidak memberikan pengaruh nyata dalam produksi tanaman semusim kacang tanah ,jagung dan padi gogo. 1800
2000 1500
1450
1400 1060
1000 500 0 2mx2m
2mx3m
3mx3m
Monokultur Kacang
Jarak Tanam Pohon Manglid
Produksi Berat Kering Kacang Tanah (Gram/m2)
Gambar 3. Pertumbuhan kacang tanah pada tiga jarak tanam manglid 200
165
150
163 117.5
100
100 50 0 2mx2m
2mx3m
3mx3m
Monokultur Kacang
Jarak Tanam Manglid
Gambar 4. Berat kering kacang tanah pada tiga jarak tanam manglid C. Pertumbuhan Manglid Dalam Pola Tanam Agroforestri Pertumbuhan manglid pada pola tanam agroforestri relatif lebih lambat dibandingkan pola tanam monokultur manglid yang ditunjukkan oleh delta (selisih pertumbuhan tinggi dan diameter setelah dan sebelum penanaman tanaman bawah) yang lebih rendah. Pola tanam agroforestri menghasilkan delta pertumbuhan tinggi (54,63 cm) dan diameter (5,39 mm). Data ini lebih rendah dibandingkan pada pola tanam monokultur yang menghasilkan delta pertumbuhan tinggi (59,03 cm) dan diameter (5,81 mm) sebagaimana disajikan pada Gambar 5 dan Gambar 6. Manglid+kacang tanah dalam pola agroforestri menyebabkan kompetisi didalam tanah dalam memperoleh unsur hara dan air. Hal ini disebabkan oleh karakteristik perakaran keduanya yang sama dangkal dekat dengan permukaan tanah. Keberadaan kacang tanah dalam pola tanam agroforestri menyebabkan berkurangya faktor pertumbuhan di dalam tanah untuk manglid terutama air dan unsur hara. Hal ini menyebakan pertumbuhan manglid pada pola tanam 218
Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013
Pertumbuhan Tinggi (cm)
agroforestri relatif lebih lambat dibandingkan monokultur. Hal ini berbeda dengan penelitian Sabarnurdin, (1992) yang menyatakan bahwa pertumbuhan diameter jati lebih baik pada sistem tumpangsari kacang tanah. 300.00
250.35
250.06
250.00
195.43
191.32
200.00 150.00 100.00
59.03
Sebelum agroforestri
54.63
Setelah agroforestri
50.00 0.00
Delta Pertumbuhan Tinggi Monokultur Manglid
agroforestri Manglid+Kacang Tanah
Pola Tanam
Pertumbuhan Diameter (mm)
Gambar 5. Pertumbuhan tinggi pada monokultur dan agroforestri 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
36.14 30.74
34.62 28.80
Sebelum agroforestri 5.81
5.39
Monokultur Manglid
agroforestri Manglid+Kacang Tanah
Setelah agroforestri Delta Pertumbuhan Diameter
Pola Tanam
Gambar 6. Pertumbuhan diameter pada monokultur dan agroforestri D. Land Equivalen Ratio (LER) Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas menunjukkan bahwa pola tanam agroforestri mengakibatkan produksi tanaman sedikit lebih rendah dibandingkan dengan jika ditanam monokultur baik pada manglid maupun kacang tanah. Selanjutnya untuk mengetahui alternatif pola tanam yang lebih menguntungkan antara agroforestri atau monokultur maka dilakukan perhitungan nilai kesetaraan lahan (LER) sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Kesetaraan Lahan (LER) Agroforestri Manglid dan Kacang tanah Pola Tanam/Hasil/LER
Hasil Produksi Manglid (Delta Volume)
Monokultur Manglid Monokultur Kacang tanah
LER/komoditi
Kacang tanah (Kg/ha)
Manglid
Kacang Tanah
LER
0.07 1630 Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013
219
Pola Tanam/Hasil/LER Agroforestri Manglid+kacang tanah
Hasil Produksi Manglid (Delta Kacang tanah Volume) (Kg/ha) 0.07
1275
LER/komoditi Manglid Kacang Tanah 1
0.78
LER
1,78
Nilai LER (Land Equivalent Ratio) untuk agroforestri manglid+ kacang tanah (1,78). Hal ini menunjukkan bahwa pola agroforestri memberikan keuntungan lebih produktif bila dibandingkan ketika komoditi tersebut ditanam tunggal/monokultur. Komoditi pada kondisi tunggal/monokultur akan dapat menghasilkan seperti pada pola agroforestri jika keluasan lahannya 78% lebih luas. Nilai LER >1 lebih banyak dikontribusikan komponen LER manglid (1) yang menunjukkan hasil yang relatif tidak berbeda jauh antara ditanam dengan agroforestri dengan ditanam monokultur. Kacang tanah merupakan jenis legum yang mempunyai kemampuan mengikat N bebas dari udara. Kontribusi LER dari tanaman pangan relatif rendah yaitu kacang tanah (0,78). Hal ini menunjukkan bahwa agroforestri menyebabkan lebih banyak penyusutan hasil produksi tanaman pangan tersebut dibanding monokultur. Meskipun demikian secara keseluruhan pola tanam agroforestri tetap lebih menguntungkan dari pada jika tanaman tersebut ditanam tunggal/monokultur dengan nilai LER>1. IV.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan 1. Rata-rata produksi kacang tanah pada pola agroforestri mengalami penurunan sebesar 19,63% dibandingkan dengan tempat terbuka (monokultur kacang tanah). Delta pertumbuhan tinggi dan diameter manglid selama ± 3 bulan pada sistem agroforestri (54,63 cm/5,39 mm) dan pada monokultur manglid (59,03 cm/5,81 mm). 2. Semakin besar intensitas pruning dari 0%, 50% dan 75% menghasilkan pertumbuhan dan produksi kacang tanah semakin besar. Berat tanaman dan berat kering polong kacang tanah pada setiap m2 pada intensitas pruning 0% (1015 gram/113 gram) , intensitas pruning 50% (1075 gram/125 gram) dan intensitas pruning 75% (1567 gram/155 gram). 3. Nilai LER (Land Equivalent Ratio) untuk agroforestri manglid+ kacang tanah adalah 1,78. DAFTAR PUSTAKA Badan Ketahanan Pangan Nasional. 2008. Slide Power Point. Materi Dipresentasikan di Balai Penelitian Teknologi Agroforestri. Ciamis. BP3K, 2012. Programa Kehutanan Sukamantri. Balai Penyuluhan Pertanian, Peternakan dan Kehutanan. Sukamantri. Ciamis Daniel, T.W., J.A. Helms dan F.S Baker, 1987. Prinsip-prinsip Silvikultur . Terjemahan Joko Marsono dan Oemi Hani’in. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Haryanto, Y dan H. Dwiriyanto. 1988. Uji Coba Pengembangan Tanaman Pangan Agroforestry. BTR Benakat. Palembang. Mindawati. N., A. Widiarti dan B. Rustaman. 2006. Review Hasil Penelitian Hutan Rakyat. P3HT. Dephut. Bogor. Na’iem, M dan M.S. Sabarnurdin. 2003. Agroforestri Dalam Pengelolaan Lahan Intensif Sumber Daya Lahan. Prosiding Seminar Nasional Agroforestri. “Peranan Strategis Agroforestri Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Secara Lestari Dan Terpadu. Fakultas Kehutanan. UGM. Yogyakarta. Setyonining, A.R. 2003. Potensi Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaenae L) yang Ditanam dengan Pohon Jati (Tectona grandis L) pada Sistem Agroforestri di Kalipare, Malang. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. (tidak diterbitkan). 220
Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013
Sabarnurdin, MS. 1992. Pengaruh Tanaman Semusim Terhadap Pertumbuhan Jati (Tectona grandis) Serta Kesuburan Tanah Pada Sistem Tanaman Tumpangsari di Wanagama I. Buletin FKT UGM 21:35-51. Yogyakarta. Widiarti, 1986. Percobaan Penanaman Khaya anthoteca dengan sistem tumpangsari. Buletin Penelitian Hutan 481:27-52. Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaanya. Graha Ilmu. Edisi Pertama. Yogyakarta.
Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013
221