TANGGAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogeae L ) BERDASARKAN VARIASI POLA TANAM TUMPANGSARI Ahmad Hadis Bay 1), Wawan Pembengo 2), Zainudin Antuli 3)**) ABSTRAK
Ahmad Hadis Bay/613411122. Tanggap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) Berdasarkan Variasi Pola Tanam Tumpangsari. Dibawah bimbingan Wawan Pembengo dan Zainudin Antuli. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pertumbuhan dan hasil kacang tanah berdasarkan Variasi pola tanam tumpangsari dan perlakuan terbaik pola tanam tumpangsari.Penelitian ini dilaksanakan di desa Sipatana Kecamatan Duhiadaa Kabupaten Pohuwato. Waktu penelitian dimulai pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2013. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak kelompok (RAK) yakni berdasarkan variasi pola tanam tumpangsari. Variasi pola tanam tumpangsari terdiri atas 4 taraf perlakuan. Terdapat tanggap pertumbuhan dan hasil kacang tanah ( Arachis hypogeae L) berdasarkan variasi pola tanam tumpangsari pada parameter jumlah daun 6 MST dan jumlah polong, sedangkan pada parameter tinggi tanaman dan berat polong kacang tanah tidak terdapat tanggap. Tanggap pertumbuhan dan hasil kacang tanah (Arachis hypogeae L) berdasarkan variasi pola tanam tumpangsari perlakuan terbaik adalah perlakuan kacang tanah dengan kedelai dimana terjadi peningkatan jumlah daun 6 MST sebesar 75,02 helai dan jumlah polong sebesar 36,02 buah. Kata Kunci: Kacang Tanah, Pola Tanam, Tumpangsari
PENDAHULUAN Kacang tanah merupakan salah satu tanaman leguminose yang sangat berperan penting bagi kebutuhan pangan,selain itu memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga banyak yang menjadikan kacang tanah selain bahan pangan juga sebagai bahan industri. Hal ini karena kandungan protein yang terdapat di dalamnya. Menurut Murrinie (2010) sebagai bahan pangan dan makanan yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak 40 – 50%, protein 27%, karbohidrat dan vitamin. Tumpangsari merupakan menanam dua atau lebih tannaman pada sebidang lahan secara simultan. Kendala yang sering muncul untuk meningkatkan hasil tanaman dalam pola ini yakni, tanaman yang berada pada bagian bawah memperoleh radiasi yang lebih rendah karena ternaunngi, dan terjadi kompetisi (intra-sepsific, intra-plant, inter-specipic competition) terhadap faktor-faktor tumbuh pada sebagian atau seluruh periode pertumbuhannya (Kadekoh, 2007). Pada dasarnya sistem ini merupakan cara penanaman secara serentak dua jenis
tanaman atau lebih pada sebidang tanah yang sama dalam satu satuan waktu tertentu. Penanaman secara tumpangsari dapat lebih menguntungkan apabila tanaman yang ditumpangsarikan tersebut dapat memanfaatkan sumber lingkungan secara maksimal selama pertumbuhannya. Dalam hal ini hasil dapat di tingkatkan dengan pemilihan kombinasi tanaman yang sesuai, penggunaan varietas yang berproduksi tinggi dan penggunaan kerapatan tanaman yang tepat. Menurut Purnomo (2002) menyatakan bahwa pola tanam tumpangsari dapat meningkatkan produktivitas lahan karena faktor-faktor tumbuh yang ada dapat dimanfaatkan seefisien mungkin dengan cara menanam dua atau lebih jenis tanaman secara serentak pada sebidang tanah yang sama dengan pengaturan jarak tanam tertentu. Dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia kebutuhan pangan semakin meningkat tetapi di sisi lain luas lahan semakin berkurang. Sehubungan dengan itu diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan produksi dengan jalan manipulasi pertanian dan lingkungan. Sistem tumpangsari merupakan salah satu usaha untuk memanfaatkan sumber daya iklim secara optimal dan mengurangi resiko kegagalan yang disebabkan oleh perubahan iklim itu sendiri (Nuraeni, 2000). METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di desa Sipatana Kecamatan Duhiadaa Kabupaten Pohuwato. Waktu penelitian akan dimulai pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2013. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini meteran, parang, sekop, sendok, bambu dan patok untuk pagar, kamera untuk dokumentasi, timbangan dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan pada penelitian ini benih kacang tanah (Arachis hypogeae L) varietas kancil, kacang hijau, varietas Sriti, kedelai varietas Meratus, dan jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) Varietas Bonanza, Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak kelompok (RAK) yakni berdasarkan variasi pola tanam tumpangsari. Variasi pola tanam tumpangsari terdiri atas 4 taraf perlakuan yakni : T0 = Tanpa Tumpangsari T1 = Tumpangsari kacang tanah dengan jagung manis T2 = Tumpangsari kacang tanah dengan kacang hijau T3 = Tumpangsari kacang tanah dengan kedelai Jadi perlakuan pada penelitian ini ada 4 dan setiap perlakuan diulang 4 kali sehingga terdapat 16 unit percobaan.
Parameter Pengamatan Pengamatan dilakukan pada setiap anak petak dengan menentukan titik pengamatan dengan metode diagonal. a. Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) b. Pengamatan Jumlah Daun (helai) c. Pengamatan Jumlah Polong (buah) d. Pengamatan Berat Polong (gram) Data dan Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan Analisis of Variance (Anova). Jika F Hitung lebih besar dari F Tabel maka akan dilakukan uji lanjut dengan BNT pada taraf uji 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sidik ragam untuk perlakuan variasi pola tanam tumpangsari tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah pada umur tanaman 2 MST – 6 MST. Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi rata – rata tinggi tanaman kacang tanah berdasarkan variasi Tumpangsari Perlakuan T0 T1 T2 T3 BNT 5%
2 MST 13,5 tn 12,48 tn 12,45 tn 13,40 tn -
3 MST 20,37 tn 19,65 tn 19,67 tn 20,65 tn -
Tinggi tanaman (cm) 4 MST 5 MST 32,12 tn 39,15 tn 30,85 tn 37,15 tn 31,5 tn 37,37 tn 32,02 tn 39,47 tn -
6 MST 43,6 tn 41,75tn 42,6 tn 43,9 tn -
Ket : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5%
Berdasarkan analisis sidik ragam pada perlakuan variasi pola tanam tumpangsari kacang tanah tidak berpengaruh nyata pada umur tanaman 2 MST – 6 MST. Pada umur 2 MST – 3 MST dimana masih dalam awal pertumbuhan, persaingan antar tanaman dalam menyerap unsur hara dan cahaya perlakuan T2 lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan T0 keadaan ini menyebabkan penyerapan unsur hara dan fotosintesis yang lebih banyak terjadi pada perlakuan T0 memberikan tinggi tanaman lebih tinggi karena pertumbuhannya lebih baik. Pada umumnya tanaman kacang tanah mempunyai arti penting dalam menambah kesuburan tanah karena kemampuannya mengikat N dari atmosfir sebagai hasil kerja sama dengan bakteri Rhizobium sp dalam bintil akar. Manfaat N fiksasi bagi tanaman lain dapat berupa perembesan dari bintil akar untuk tanaman yang tumbuh bersama tanaman leguminosa, dan perombakan bahan organik untuk tanaman berikutnya (Buckman dan Brady, 1982 dalam Kesumawati, 1991). Hal ini berhubungan dengan sifat cahaya matahari yang merusak auksin, sehinggga auksin lebih banyak pada tanaman yang sedikit menerima matahari, akibatnya
pemanjangan batang lebih cepat. Menurut Dwijoseputro (1988), fungsi auksin tidak hanya menambah kegiatan sel dijaringan meristem tetapi juga memperpanjang sel yang ada di daerah meristem yang ada. 4.2 Jumlah Daun Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sidik ragam untuk perlakuan variasi pola tanam tumpang sari berpengaruh nyata pada jumlah daun tanaman kacang tanah pada umur tanaman 6 MST. Rata-rata jumlah daun kacang tanah dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi rata – rata jumlah daun (helai) kacang tanah berdasarkan variasi tumpangsari 5
Perlakuan T0 T1 T2 T3 BNT 5% Ket :
2 MST 8,7 tn 8,48 tn 8,08 tn 8,93 tn -
3 MST 23,28 tn 23,05 tn 22,00 tn 23,4 tn -
Jumlah Daun (helai) 4 MST 5 MST 35,6 tn 66,13 tn 34,3 tn 63,83 tn 34,75 tn 65,93 tn 35,83 tn 68,4 tn -
6 MST 51,55 a 73,08 b 72,67 b 75,02 b 15,53
angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5%
Berdasarkan hasil sidik ragam jumlah daun tanaman kacang tanah dengan perlakuan variasi pola tanam tumpang sari berpengaruh nyata pada umur tanaman 6 MST. Lanbers et. al. (1990) dan Salisbury dan Ross (1995) daun-daun yang ternaungi menjadi lebih tipis, jaringan palisade dan sel-sel mesofil berkurang, jumlah kloroplas sedikit, nisbah klorofil a/b rendah, demikian juga kapasitas fotosintesis per luasan daun menjadi rendah. Sehingga tanaman kacang tanah yang ternaungi akan menjadi lemah dibanding tanaman yang cukup menerima cahaya. Sebaliknya, pada daun- daun yang cukup menerima cahaya memiliki kloroplas dan jaringan palisade yang banyak/padat, nisbah klorofil a/b dan kapasitas fotosintesis per luasan daun tinggi. Garcia et al. (2009) mengemukakan bahwa defisit kelembaban tanah sebagai indikator sedikit banyaknya kandungan air tanah yang berkontribusi pada tingkat stress atau cekaman terhadap tanaman. Unsur P (Fosfor) berperan penting dalam pembelahan sel, penyusunan lemak dan protein, juga untuk perkembangan jaringan meristem yang dapat merangsang pertumbuhan akar sehingga pembentukan daun meningkat (Sarief, 1986). 4.3 Jumlah Polong Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sidik ragam untuk perlakuan variasi pola tanam tumpang sari berpengaruh nyata pada jumlah polong tanaman kacang tanah. Rata-rata jumlah polong kacang tanah dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata – rata jumlah polong kacang tanah berdasarkan variasi Tumpangsari T0 T1 T2 T3
Jumlah Polong (buah) 28,52 a 30,75 a 36,9 b 36,02 b
BNT 5%
2,82
Perlakuan
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5%
Dari hasil sidik ragam jumlah daun tanaman kacang tanag dengan perlakuan variasi pola tanam tumpang sari berpengaruh nyata. Faktor cahaya matahari sangat mempengaruhi pada hasil tanaman kacang tanah. Semakin rapat jarak tanam mengakibatkan penurunan jumlah polong pertanaman, hal ini disebabkan penurunan cahaya yang diterima oleh tanaman akibat daun saling ternaungi menyebabkan hasil fotosintesis rendah. Padahal hasil tersebut berperanan dalam pembentukan polong maupun biji. Donald (1963) menyatakan bahwa penurunan jumlah polong dan biji pada kepadatan yang tinggi disebabkan adanya persaingan individu tanaman terutama cahaya, pertumbuhan vegetatif baik, fotosintat yang dihasilkan semakin banyak, hal ini menyebabkan kemampuan tanaman untuk membentuk organ-organ generatif semakin meningkat. Varietas kacang tanah memiliki peranan penting dalam menunjang peningkatan hasil sesungguhnya dari masing-masing spesies tanaman yang ditumpangsarikan. Hasilnya yang lebih besar daripada hasil yang diharapkan menunjukkan bahwa, tanaman mengalami proses saling mengisi (Sitompul dan Guritno, 1995). 4.4 Berat Polong Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sidik ragam untuk perlakuan variasi pola tanam tumpang sari berpengaruh nyata pada berat polong tanaman kacang tanah. Rata-rata berat polong kacang tanah dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata – rata berat polong kacang tanah berdasarkan variasi tumpangsari 6
Ket :
Perlakuan
Berat Polong (gr)
T0 T1 T2 T3
47,25 tn 48,13 tn 47,25 tn 50,75 tn
BNT 5%
-
angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5%
Berdasarkan hasil sidik ragam jumlah daun tanaman kacang tanag dengan perlakuan variasi pola tanam tumpang sari tidak berpengaruh nyata. Pembentukan polong menandakan bahwa proses pembuahan kepala putik oleh benang sari dapat terjadi secara normal. Hal ini diduga karena bunga jantan atau benang sari
yang steril sehingga tidak mampu membuahi kepala putik. Kondisi ini sangat umum dijumpai pada tanah gambut tebal. Kekurangan unsur mikro biasanya menjadi penyebab utama kegagalan penyerbukan. Rendahnya produksi kedelai atau tingginya persentasi polong hampa pada penelitian ini diduga karena terbatasnya unsur hara, antar tanaman terjadi persaingan yang kuat dalam unsur hara. Pengaruh-pengaruh ini diakibatkan kurangnya hasil fotosintesis pada masa vegetatif dan generatif, dimana hasil fotosintesis daun yang ternaungi menjadi sedikit sehingga pada suatu saat dimana sangat dibutuhkan untuk pengisian dan perkembangan polong, asimilat tidak mencukupi. Hal ini sesuai dengan pendapat Khali (2000), yang menyatakan bahwa penaungan pada kacang tanah dan kedelai pada masa sebelum pembungaan akan mengganggu pertumbuhan akar dan penaungan pada masa pembungaan akan menggugurkan bunga serta penaungan pada awal pengisian polong akan menghambat laju pengisian polong KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: Terdapat tanggap pertumbuhan dan hasil kacang tanah ( Arachis Hypogeae L) berdasarkan variasi pola tanam tumpangsari pada parameter jumlah daun 6 MST dan jumlah polong, sedangkan pada parameter tinggi tanaman dan berat polong kacang tanah tidak terdapat tanggap. Tanggap pertumbuhan dan hasil kacang tanah ( Arachis Hypogeae L) berdasarkan variasi pola tanam tumpangsari perlakuan terbaik adalah perlakuan kacang tanah dengan kedelai dimana terjadi peningkatan jumlah daun 6 MST sebesar 75,02 helai dan jumlah polong sebesar 36,02 buah. Saran Penelitian ini disarankan untuk ditindaklanjuti dengan penelitian selanjutnya menggunakan tumpang sari tanaman yang tepat guna untuk peningkatan hasil tanaman kacang tanah.
DAFTAR PUSTAKA Ali, A. Halim. 2004. Pengaruh Jarak Tanam Dan Pemberian Berbagai Dosis Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L) Varietas Gajah. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Damiri, Ahmad. 2005. Tanggap Kacang (Arachis Hypogaea L) Dengan Padi Sawah (Oryza Sativa L) Pola Tanam Tumpangsari Terhadap Tinggi Bedengan Dan Residu Pupuk Kandang Sapi. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institute Pertanian Bogor. Bogor. Haerudin, 2001. Produktivitas Tanaman Sorgum (Sorghum Caudatum) Dengan Pemberian Berbagai Macam Pupuk Organik Pada Pola Tanam Tumpangsari Dengan Leguminosa. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institute Pertanian Bogor. Bogor. Helena, Dorisma. 2000. Pengaruh Jarak Tanam Dalam Tumpangsqri Kedelai (Glycine Max (L) Merril) Dengan Sorgum (Sorgum Bicolor (L) Moench) Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kadekoh, Indrianto. 2007. Komponen Hasil Dan Hasil Kacang Tanah Berbeda Jarak Tanam Dalam Sistem Tumpangsari Dengan Jagung Yang Didefoliasi Pada Musim Kemarau Dan Musim Hujan. J. Agroland. Vol.14. No. 1. Hal. 11-17. Murrinie, E. D. 2010. Analisis Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah dan Pergeseran Komposisi Gulma pada Frekuensi Penyiangandan Jarak Tanam yang Berbeda. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Nuraeni, Yeni. 2000. Analisis Usaha Tani Tumpangsari Jagung Dan Kacang Tanah Dengan System Sewa Lahan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Purnomo, Wasgito Dwiana. 2002. Tanggap Tanaman Kedelai (Glycine Max L) Dan Padi (Oryza Sativa L) Pada Pertanaman Tumpangsari Di Lahan Sawah Dengan Menggunakan Pola Baris Padi Dan Varietas Kedelai Yang Berbeda. Tesis. Program pascasarjana. Institute Pertanian Bogor. Bogor. Santoso, M. B. 2004. Efisiensi Energy Dan Produktivitas Pada Tumpangsari Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt) Dan Berbagai Kerapatan Kacang Hijau (Vigna Radiate L) Dengan Pengolahan Tanah Yang Berbeda. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sumadi, I. Nyoman. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.) D1 Lahan Kering. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Udayana. Denpasar. Syafii, Imam. 2004. Pemanfaatan Pupuk Kandang Pada Beberapa Sistem Budidaya Dengan Pola Tumpangsari Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L) Dan Padi (Oryza Sativa L). Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institute Pertanian Bogor. Bogor. Tjahjo, S. B. 2003. Pengaruh Mulsa Organic Dan Jumlah Biji Per Polong Pda Berbagai Jumlah Aplikasi Kalium Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L). Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan . Zamroni. 2003. Pengaruh Varietas Dan Populasi Terhadap Distribusi Bahan Kering Tanaman Jagung (Zea Mays L) Padapola Tanaman Tumpangsari Dengan Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.