PENGARUH WAKTU PEMANGKASAN DAN PEMBERIAN GUANO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
SKRIPSI
Oleh: ANISA PRAMITA BP:0910005301012
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG 2014
PENGARUH WAKTU PEMANGKASAN DAN PEMBERIAN GUANO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
ABSTRAK Penelitian tentang Pengaruh Waktu Pemangkasan dan Pemberian Guano Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah ( Arachis hypogaea L) telah dilaksanakan pada lahan kering di Pasia Gurun, Kelurahan Pasia Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang yang dimulai pada bulan Maret sampai Juli 2014. Tujuan penelitian ini untuk menentukan pengaruh waktu pemangkasan, pemberian guano dan interaksi waktu pemangkasan dengan pemberian guano terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor penelitian dan 3 kelompok. Faktor pertama adalah dosis guano yang terdiri dari 3 level yaitu: 0 ton/ha (G0), 7,5 ton/ha (G1), dan 15 ton/ha (G2). Faktor kedua adalah waktu pemangkasan yaitu: tanpa pemangkasan (P0), pemangkasan setelah 7 hari tanaman berbunga (P1), pemangkasan setelah 14 hari tanaman berbunga (P2), dan pemangkasan setelah 21 hari tanaman berbunga (P3) dengan 12 kombinasi perlakuan dan 3 kelompok sehingga diperoleh 36 plot percobaan.parameter yang diamati: tinggi tanaman, jumlah cabang primer, umur berbunga, jumlah polong/tanaman, jumlah polong bernas/tanaman, persentase polong bernas, bobot 100 biji, berat polong segar/plot, berat polong kering/plot dan hasil polong kering/ha. Data yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan uji F, jika F hitung perlakuan lebih besar dari F Tabel pada taraf 5% dilanjutkan dengan Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Kesimpulan menunjukkan waktu pemangkasan 7 hari setelah tanaman berbunga dan pemberian 15 ton/ha guano meningkatkan pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Kata kunci: kacang tanah, pemangkasan, guano
PENDAHULUAN
K
acang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk tanaman kacang-kacangan menduduki urutan kedua setelah kedelai (Hu, 2010). Kacang tanah berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan peluang pasar dalam negeri cukup besar. Kacang tanah dapat digunakan langsung untuk pangan dan bahan baku industri seperti keju, sabun dan minyak, serta brangkasannya untuk pakan ternak (Marzuki, 2007). Kebutuhan kacang tanah di Indonesia mencapai 50.000 - 150.000 ton biji dan 150.000 - 450.000 ton polong segar/tahun. Kebutuhan ini belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri sehingga perlu impor sebesar 90.000 - 150.000 ton biji/tahun (Kasno, 2007). Produksi kacang tanah di Indonesia tergolong masih rendah, baru mencapai 1,45 ton/ha. Potensi hasil varietas unggul dapat mencapai 2,6 ton biji/ha (Anonim, 2013). Biro Pusat Statistik (2014) menyatakan terjadi penurunan jumlah produksi kacang tanah selama periode lima tahun terakhir, yaitu 777.888 ton pada tahun 2009 menjadi 701.680 ton pada tahun 2013. Luas lahan per tanaman kacang tanah juga mengalami penurunan dari 622.616 ha pada tahun 2009 menjadi 519.056 ha pada tahun 2013. Hal ini menyebabkan produksi kacang tanah nasional tidak mampu memenuhi kebutuhan domestik, sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu importir kacang tanah di dunia. Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi melalui intensifikasi, perluasan areal tanaman, dan peningkatan
produktivitas per satuan lahan dalam rangka mencukupi kebutuhan kacang tanah Nasional (Pitojo, 2005). Penerapan teknologi tersebut belum dapat mendatangkan hasil yang memuaskan. Peningkatan produksi kacang tanah dibatasi oleh beberapa sifat pertumbuhan yang tidak menguntungkan. Sifat pertumbuhan yang dapat membatasi produksi kacang tanah seperti adanya pertumbuhan vegetatif yang berlebihan disaat tanaman aktif membentuk polong (Warman, 2003) dan adanya keunikan sifat pada pembentukan polong (Nugroho dan Purnawanto, 2006). Jika pada tanaman kacang-kacangan yang lain seperti buncis, kacang panjang, lamtoro dan lainnya, polong terbentuk dari bunga yang berada di bagian atas tanaman dan tumbuh serta berkembang juga berada pada bagian atas tanaman pula, tetapi pada kacang tanah meskipun bunga terbentuk pada bagian atas tanaman namun kemudian untuk tumbuh dan berkembang, bunga tadi harus berada di dalam tanah dengan cara membentuk ginofor. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan upaya pemangkasan dengan tujuan untuk menekan pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tanah sehingga hasil fotosintat dapat terhenti untuk pembentukan daun dan dapat fokus dalam pembentukan bunga dan polong serta melalui upaya pemangkasan akan dihasilkan cabang-cabang baru ke arah samping sehingga dapat lebih memperendah posisi atau tempat munculnya bunga (berjarak kurang dari 15 cm dari permukaan tanah), sehingga apabila bunga tersebut tumbuh dan berkembang menjadi ginofor maka
ginofor tadi akan dapat mencapai tanah dan akan dapat tumbuh serta berkembang menjadi sebuah polong. Pemangkasan dapat meningkatkan hasil polong jika waktu pemangkasan benar-benar diperhatikan. Pemangkasan bagian atas tanaman kacang tanah setelah beberapa hari terjadinya pembungaan mengakibatkan hasil fotosintat yang biasanya sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan vegetatif dapat ditransfer dan dimanfaatkan untuk pengisian polong (Yuda, 2007). Hasil penelitian Zulkarnain (2001) membuktikan bahwa pemangkasan pada kacang tanah dapat mempercepat pengisian polong. Polong kacang tanah yang dihasilkan lebih bernas dibanding pada tanaman kacang tanah yang dibiarkan rimbun setelah fase generatifnya. Pemberian guano dilakukan agar tidak terganggunya pembentukan dan pengisian polong akibat terhentinya proses fotosintat pada saat tanaman sudah dipangkas. Dosis guano harus benar-benar diperhatikan agar tujuan pemberian guano dapat tercapai seiring dengan adanya pemangkasan (Yuda, 2007). Guano merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan atau kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batu gamping akibat pengaruh air hujan dan air tanah. Guano digunakan petani sebagai pupuk, karena guano mengandung unsur hara makro terutama P yang tinggi serta menyediakan unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanaman (Wiyatna, 2003). Guano mengandung 15% N, 4,4 - 5,2% P, dan 1,7% K (Sediyarso, 1999) Manfaat dari penggunaan guano antara lain dapat meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan jumlah dan aktifitas
metabolik jasad mikro di dalam tanah, penyumbang unsur P ke dalam tanah, serta meningkatkan pertumbuhan akar dan tunas (Balipost, 2005). Aplikasi guano dan pemangkasan pucuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Berdasarkan uraian di atas maka telah dilaksanakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Waktu Pemangkasan dan Pemberian Guano Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L) Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan waktu pemangkasan dan dosis guano yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah serta mendapatkan interaksi waktu pemangkasan dan dosis guano yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah. BAHAN DAN METODE
Penelitian dalam bentuk percobaan ini telah dilaksanakan pada lahan kering di Pasia Gurun, Kelurahan Pasia Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang dengan ketinggian tempat 0 m dari permukaan laut yang telah dilakukan sejak bulan Maret sampai Juli 2014. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih kacang tanah varietas Tupai (deskripsi disajikan pada Lampiran 2), Dithane M - 45, pupuk Urea, SP36, KCl serta pupuk fosfat alam Guano, sedangkan peralatan yang digunakan terdiri dari: ajir, label, cangkul, garu, tugal, ember, gunting, pisau, meteran, timbangan analitik, oven, dan alat-alat tulis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 2 faktor, faktor pertama adalah dosis Guano yang terdiri dari 3 level yaitu : 0 ton/ha (G0), 7,5 ton/ha (G1) atau setara dengan 2,25 kg/plot, 15 ton/ha (G2) atau setara dengan 4,50 kg/plot dan faktor kedua adalah waktu pemangkasan bagian atas tanaman kacang tanah yaitu : tanpa pemangkasan (P0), pemangkasan setelah 7 hari tanaman berbunga (HSB) (P1), pemangkasan setelah 14 hari tanaman berbunga (HSB) (P2), dan pemangkasan setelah 21 hari tanaman berbunga (HSB) (P3). Dari kedua faktor tersebut diperoleh 12 kombinasi perlakuan dengan 3 kelompok sehingga diperoleh 36 plot penelitian. Setiap plot penelitian terdiri dari 48 rumpun tanaman kacang tanah. Jumlah tanaman sampel dalam setiap plot sebanyak 3 tanaman sehingga secara keseluruhan terdapat 144 tanaman sampel. Data yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan uji F, jika F hitung lebih besar dari F Tabel pada taraf 5% dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Pelaksanaan penelitian ini meliputi persiapan lahan, persiapan benih, pemberian pupuk dasar, pemasangan label dan ajir, penjarangan, perlakuan pemangkasan dan pemberian guano, pemeliharaan (meliputi penyiraman, penyiangan, dan pembumbunan), pengendalian serangan hama dan penyakit dan panen. Pengamatan dilakukan terhadap tanaman sampel dengan parameter sebagai berikut : A. Tinggi tanaman Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam interval seminggu sekali sampai tidak terjadi
pertumbuhan vegetatif lagi. Disajikan berupa grafik. Data hasil penelitian pada 7 minggu setelah tanam (MST) diolah statistik. Pengukuran dimulai dari leher akar sampai titik tumbuh batang utama tertinggi, supaya dasar pengukuran tidak berubah, maka ditandai dengan ajir pada permukaan tanah dekat pangkal batang. B. Jumlah cabang primer Jumlah cabang primer dihitung terhadap semua cabang utama yang muncul dari batang utama tanaman sampel, cabang dihitung pada saat panen. C. Umur berbunga Umur tanaman berbunga dilihat apabila 75 % dari tanaman sampel pada setiap plot telah berbunga, kemudian dihitung jumlah hari yang terpakai mulai saat tanam sampai tanaman itu berbunga. D. Jumlah Polong/Tanaman Setelah dipanen, maka semua polong tanaman sampel untuk masing-masing plot dihitung jumlahnya baik yang bernas maupun yang tidak. Kemudian polong tersebut dirata-ratakan dengan jumlah tanaman sampel, sehingga diperoleh jumlah polong /tanaman E. Jumlah Polong Bernas/Tanaman Setelah dipanen semua polong bernas pada semua tanaman sampel dihitung jumlahnya untuk masing-masing petak, kemudian dirata-ratakan dengan jumlah tanaman sampel. F. Persentase Polong Bernas/Tanaman Dengan menggunakan data pengamatan jumlah polong bernas/tanaman dan jumlah polong hampa/tanaman dapat dihitung dengan mengunakan rumus :
Jumlah polong bernas x 100% jumlah polong total G. Bobot 100 biji Pengamatan bobot 100 biji dilakukan dengan cara mengambil biji secara acak 100 biji pada setiap perlakuan kemudian dijemur selama 3 hari berturut-turut lalu ditimbang. H. Berat Polong Segar/Plot Setelah dipanen semua polong dipisahkan dari batang untuk masing-masing plot. Kemudian ditimbang beratnya untuk mendapatkan berat polong segar I. Berat Polong Kering/Plot Semua polong bernas dikeringkan dengan cara menjemur dibawah cahaya matahari sampai polong-polong tersebut kering. Kriteria kering yang harus dicapai adalah polong-polong mudah dikupas dan berbunyi kalau diguncang. Kemudian polong tersebut ditimbang untuk
mendapatkan berat polong kering (Lampiran 6 Gambar 7). J. Hasil Polong Kering/hektar (ton/ha) Hasil polong kering diperoleh dengan mengkonversikan data berat polong kering/plot menjadi ton/ha,dengan rumus : berat polong kering/plot X 10.000 m2 luas plot HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan waktu pemangkasan, pemberian guano dan interaksi waktu pemangkasan dengan pemberian guano memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kacang tanah (Lampiran 5a). Ratarata tinggi tanaman kacang tanah disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tinggi tanaman kacang tanah pada waktu pemangkasan dan pemberian guano pada minggu ke 7 setelah tanam Guano (ton/ha)
Pemangkasan (HSB) 0 7 14 21 ……………………cm……………………….
Rata-rata
0
29.22
27.78
30.67
30.44
29.53
7.5
28.56
31.67
30.89
32.33
30.86
15
34.89
31.33
28.22
29.22
30.92
KK= 13.16% Angka pada kolom dan lajur berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%. Tabel 1 menunjukkan pemberian guano 15 ton/ha mampu mengasilkan tanaman yang paling tingi yaitu dengan rata - rata 30,92 cm, memberi pengaruh yang sama
dengan pemberian guano 7,5 ton/ha dan 0 ton/ha yaitu masing-masing mengasilkan tinggi tanaman 30,86 cm dan 29,53 cm. Hal ini disebabkan karena secara genetis deskripsi tinggi
tanaman kacang tanah varietas tupai berkisar antara 28 - 32 cm, bila dibandingkan dengan pertumbuhan tinggi kacang tanah dalam penelitian ini, maka masih berkisar pada pertumbuhan yang normal. Pemberian guano tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah. Hal ini disebabkan karena pupuk guano tidak mencukupi kebutuhan unsur nitrogen, fosfor, dan kalium yang dibutuhkan kacang tanah. Kacang tanah tetap memerlukan penambahan pupuk NPK buatan, pupuk guano hanya sebagai suplemen dan untuk memperbaiki kesuburan fisik tanah.
Kalaupun akan dilakukan pengurangan pupuk buatan maksimal 25-50% (Samijan, 2007). Selanjutnya Sulaeman et. al. , (2002) menyatakan bahwa pupuk guano termasuk dalam kategori pupuk jangka panjang yaitu unsur P relatif lambat tersedia, sehingga relatif tidak sesuai untuk tanaman semusim.
40 G0P0
35
Tinggi Tanaman (cm)
G0P1 30
G0P2 G0P3
25
G1P0 G1P1
20
G1P2 15
G1P3 G2P0
10
G2P1 5
G2P2 G2P3
0 2
3
4
5
6
Mingu Setelah Tanam Grafik 1 menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah meningkat stabil dari minggu ke minggu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kimball (1999) bahwa dalam periode logaritma tumbuhan baru mulai pertumbuhan yang mulamula lambat tetapi kemudian
semakin cepat. Pertambahan tinggi tanaman pada tanaman kacang tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya faktor hormon. Hormon yang biasanya berperan dalam pertumbuhan adalah hormon auksin. Hormon auksin ini memacu sel untuk melakukan perbanyakan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sitompul (2005) bahwa auksin memilki fungsi sebagai perangsang perpanjangan sel titik tumbuh. Auksin yang diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan dan diferensiasi sel tumbuhan. B. Jumlah Cabang Primer Hasil analisis ragam nyata terhadap jumlah cabang primer menunjukkan waktu pemangkasan, tanaman kacang tanah (Lampiran pemberian guano dan interaksi waktu 5b). Rata-rata jumlah cabang primer pemangkasan dengan pemberian tanaman kacang tanah disajikan pada guano memberikan pengaruh tidak Tabel 2. Tabel 2. Jumlah cabang primer kacang tanah pada waktu pemangkasan dan pemberian guano Guano (ton/ha)
Pemangkasan (HSB) 0 7 14 21 ……………………buah……………………….
Rata-rata
0
7.90
7.57
7.90
7.80
7.79
7.5
7.67
7.53
7.47
7.57
7.56
15
7.90
8.20
7.86
7.90
7.97
KK= 5.92% Angka pada kolom dan lajur berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%. Tabel 2 menunjukkan jumlah lebih dominan terhadap pertumbuhan cabang primer yang dihasilkan oleh cabang akibat terjadinya persaingan pemberian guano 15 ton/ha yaitu dalam pemanfaatan hasil fotosintesis 7,97, memeberi pengaruh yang sama antara batang dan cabang primer. dengan pemberian guano 7,5 ton/ha Pemberian guano tidak dan 0 ton/ha yaitu masing-masing mampu meningkatkan jumlah cabang jumlah cabang perimer 7,56 dan 7,79 primer karena jumlah cabang primer buah. Hal ini disebabkan karena lebih dipengaruhi oleh faktor secara genetis deskripsi jumlah genetik. Hal ini sejalan dengan cabang primer tanaman kacang tanah penelitian Gardner et. al. ,(1991) varietas tupai berkisar antara 7 - 8 yang menyatakan jumlah cabang buah, bila dibandingkan dengan dipengaruhi oleh faktor genotif. pertumbuhan tinggi kacang tanah Selanjutnya Siregar (2006) juga dalam penelitian ini, maka masih menyatakan varietas Kancil lebih berkisar pada pertumbuhan yang banyak jumlah cabang primernya normal. Selain itu jumlah cabang dari pada varietas Lokal dan yang dihasilkan juga dipengaruhi Turangga, meskipun sudah oleh pertumbuhan tinggi tanaman, diperlakuan melalui waktu sehingga pertumbuhan tinggi akan pemangkasan.
C. Umur Berbunga Hasil analisis ragam menunjukkan pemberian guano memberikan pengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga tanaman kacang tanah, sedangkan waktu pemangkasan dan interaksi waktu pemangkasan dengan pemberian
guano memberikan pengaruh nyata terhadap parameter berbunga tanaman kacang (Lampiran 5c). Rata-rata berbunga tanaman kacang disajikan pada Tabel 3.
tidak umur tanah umur tanah
Tabel 3. Umur berbunga kacang tanah pada waktu pemangkasan dan pemberian guano Guano (ton/ha)
Pemangkasan (HSB) 0 7 14 21 ……………………HST……………………….
Rata-rata
0
30.78
30.11
29.55
29.78
30.06b
7.5
27.55
27.56
28.11
27.45
27.67ab
15
25.56
25.67
25.11
25.00
25.34a
KK= 2.51% Angka pada kolom yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 % Tabel 3 menujukkan bahwa sejumlah protein tertentu, membantu umur berbunga tanaman kacang asimilasi dan pernapasan sekaligus tanah berkisar antara 25,34 HST – mempercepat pembungaan. Hal ini 30,06 HST. Umur berbunga terlama sesuai dengan pernyataan Damanik dihasilkan oleh perlakuan tanpa et. al. , (2010) yang menyatakan pemberian guano, sedangkan bahwa fosfor yang banyak tanaman kacang tanah yang berbunga terkandung dalam guano berperan tercepat dihasilkan oleh pemberian dalam pembentukan bunga, buah dan 15 ton/ha guano yang berbunga biji. Selanjutnya Kartasapoetra dan 25,34 hari setelah tanam. Sutedja (2005) menyatakan dengan Umur berbunga tercepat tersedianya hara fosfat maka dapat seiring dengan peningkatan dosis mempercepat pembungaan dan guano disebabkan oleh tersedianya pemasakan buah, biji atau gabah unsur hara P yang cukup, yang serta dapat meningkatkan produksi berperan dalam pembentukan biji-bijian. D. Jumlah Polong/Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi waktu pemangkasan dengan pemberian guano berpengaruh nyata, perlakuan tunggal pemberian guano memberikan pengaruh sangat nyata
terhadap jumlah polong/tanaman, sedangkan perlakuan waktu pemangkasan tidak memberikan pengaruh nyata (Lampiran 5d). Ratarata jumlah polong/tanaman disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah polong kacang tanah pada waktu pemangkasan dan pemberian guano Guano (Ton/Ha)
Pemangkasan (HSB) 0 7 14 21 ………………………buah……………………….
0
33.67Bb
31.89Bb
38.45Aa
32.67Bb
7.5
33.89Bb
31.11Bb
34.00Bb
38.45Aa
15
40.89Aa
41.89Aa
38.66 Aa
41.22 Aa
KK= 8.30 % Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama dan huruf besar yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5% Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian guano memberikan pengaruh terhadap jumlah polong/tanaman. Perlakuan waktu pemangkasan dan interaksi waktu pemangkasan dengan pemberian guano dapat meningkatkan jumlah polong/tanaman. Pemberian guano 15 ton/ha guano yang diiringi dengan pemangkasan 7 HSB menghasilkan jumlah polong kacang tanah tertinggi mencapai 41.89 buah dan tidak berbeda nyata dengan jumlah polong yang dihasilkan dari pemangkasan 0, 14, dan 21 hsb. Peningkatan jumlah polong/tanaman seiring dengan peningkatan dosis guano disebabkan oleh tersedianya unsur hara P yang cukup, yang berperan dalam pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan sekaligus mempercepat E. Jumlah Polong Bernas/Tanaman
pembungaan, sehingga dengan jumlah bunga yang lebih banyak dapat menghasilkan jumlah polong yang banyak pula (Lingga, 2003). Bunga yang terbentuk akan mengalami proses fertilisasi antara serbuk sari dengan putik, kemudian akan membentuk polong (Lakitan, 2007). Pemangkasan pada 7 hari setelah berbunga (P1) dapat meningkatkan jmlah polong karena pada waktu pemangkasan ini bisa lebih cepat menghentikan pengiriman fotosintat ke bagian tanaman lainnya sehingga fotosintat lebih difokuskan untuk pembentukan polong. Pemangkasan tanaman berarti mengurangi penggunaan karbohidrat yang dapat meningkatkan pembentukan buah pada tanaman (Warsana, 2009).
Hasil menunjukkan
pemangkasan dengan pemberian guano berpengaruh nyata, perlakuan
analisis interaksi
ragam waktu
tunggal pemberian guano memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah polong bernas/tanaman, sedangkan perlakuan waktu pemangkasan tidak
memberikan pengaruh nyata (Lampiran 5e). Rata-rata jumlah polong bernas/tanaman disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah polong bernas/tanaman kacang tanah pada waktu pemangkasan dan pemberian guano Guano (Ton/Ha)
Pemangkasan (HSB) 0 7 14 21 ………………………buah……………………….
0
31.89 Bb
30.11 Bb
36.33Aa
30.45 Bc
7.5
30.78 Bb
29.11 Bb
31.89 Bb
36.67 Ab
15
39.33 Aa
39.67 Aa
36.89 Ba
39.89 Aa
KK= 8.61% Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama dan huruf besar yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 %
Tabel 5 menujukkan pemberian 15 ton/ha guano yang diiringi waktu pemangkasan 21 hsb menghasilkan jumlah polong bernas kacang tanah tertinggi menghasilkan 39.89 buah dan tidak berbeda nyata dengan jumlah polong bernas yang dihasilkan dari pemangkasan 0, 7 dan 14 HSB. Peningkatan jumlah polong bernas/tanaman seiring dengan peningkatan dosis guano disebabkan oleh tersedianya unsur hara fosfor yang cukup bagi kebutuhan tanaman kacang tanah, dimana salah satu fungsi unsur fosfor adalah memperbesar persentase terbentuknya bunga menjadi buah/biji. Hanafiah (2005) menyatakan bahwa ketersediaan unsur P yang cukup akan
meningkatkan jumlah polong bernas yang dihasilkan satu rumpun tanaman. Pemangkasan yang dilakukan baik 7, 14, 21 HSB dapat meningkatkan jumlah polong bernas/tanaman dengan diiringi pemberian guano yang cukup untuk kebutuhan tanaman. Pemangkasan akan efektif jika diseimbangkan dengan pemberian pupuk guano yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Budiyanto (2001) menyatakan bahwa pemangkasan tanaman kacang kedelai yang diikuti dengan pemberian SP-36 100 kg/ha meningkatkan jumlah polong bernas. Pada waktu tanaman kacang tanah 7, 14, 21 HSB tanaman berada pada fase pengisian polong sehingga
pemangkasan pada waktu ini dapat meningkatkan jumlah polong bernas kacang tanah karena fotosintat yang sebelumnya dipakai oleh bagian tanaman lainnya dapat difokuskan untuk pembentukan biji. Hal ini sejalan dengan penelitian Irfan (2003) menyatakan bahwa pemangkasan pada waktu pembungaan fase lanjut akan meningkatkan produksi biji.
Fase reproduktif kacang tanah terbagi menjadi delapan stadia, yaitu mulai berbunga (R1), pembentukan ginofor (R2) pada 5 HSB, pembentukan polong (R3) pada 7 HSB, polong penuh/maksimum (R4) pada 13 HSB, pembentukan biji (R5) pada 21 HSB, biji penuh (R6) pada 28 HSB, biji mulai masak (R7) pada 42 HSB, dan masak panen (R8) pada 55 HSB (Liliek, 2010).
F parameter persentase polong bernas . Persentase Polong Bernas Hasil analisis ragam tanaman kacang tanah (Lampiran 5f). menunjukkan pemberian guano Rata-rata persentase polong bernas memberikan pengaruh nyata tanaman kacang tanah disajikan pada terhadap persentase polong bernas, Tabel 6. tetapi waktu pemangkasan dan interaksi waktu pemangkasan dengan pemberian guano memberikan pengaruh tidak nyata terhadap Tabel 6. Persentase polong bernas kacang tanah pada waktu pemangkasan dan pemberian guano Guano (ton/ha)
Pemangkasan (HSB) 0 7 14 21 ……………………%……………………….
Rata-rata
0
94.62
94.29
94.48
93.30
94.17 ab
7.5
90.97
93.48
93.79
95.37
93.40 b
15
96.19
94.69
95.37
96.78
95.76 a
KK= 2.18% Angka pada kolom yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 %
Tabel 6 menunjukkan persentase polong bernas berkisar antara 94.17 sampai 95.76. Persentase polong bernas tertinggi adalah 95.76 yang dihasilkan oleh pemberian 15 ton/ha guano. Persentase polong bernas menunjukan kualitas polong hasil panen yang dihasilkan oleh tanaman.
Persentase polong bernas tanaman kacang tanah dalam penelitian ini dipengaruhi jumlah polong bernas tanaman kacang tanah. Semakin tinggi jumlah polong bernas yang terbentuk maka semakin tinggi persentase polong bernas yang dihasilkan. Jumlah polong bernas
yang terbentuk menunjukkan merupakan salah satu unsur yang kemampuan varietas kacang tanah fungsinya memperbesar persentase menyerap unsur hara yang tersedia terbentuknya bunga menjadi buah dalam tanah. Unsur P yang dan biji (Hartatik, 2003). G. Bobot 100 Biji Hasil analisis keragaman pemberian guano memberikan menunjukkan pemberian guano pengaruh tidak nyata terhadap memberikan pengaruh nyata parameter bobot 100 biji tanaman terhadap bobot 100 biji, sedangkan kacang tanah (Lampiran 5i). Ratawaktu pemangkasan dan interaksi rata bobot 100 biji tanaman kacang waktu pemangkasan dengan tanah disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Bobot 100 biji kacang tanah pada waktu pemangkasan dan pemberian guano Fosfat Alam (ton/ha)
Pemangkasan (HSB) 0 7 14 21 ……………………g……………………….
Rata-rata
0
35.56
35.11
35.11
34.89
35.17 c
7.5
39.56
40.22
41.00
41.44
40.56 b
15
44.78
43.89
43.44
44.22
44.08 a
KK= 3.45% Angka pada kolom yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5% Tabel 7 menunjukkan bobot 100 biji berkisar antara 35.17 - 44.08 g. Bobot 100 biji tertinggi adalah 44.08 g, yang dihasilkan oleh pemberian 15 ton/ha guano. Bobot 100 biji terendah adalah 34.89 g, yang dihasilkan oleh tanpa pemberian guano. Bobot 100 biji dipengaruhi oleh ukuran biji, baik yang besar maupun kecil. Bobot biji yang semakin besar dapat berkontribusi pada hasil panen yang lebih tinggi, begitu juga sebaliknya. Pemberian guano berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Pemberian guano berpengaruh nyata dimana dengan penambahan dosis guano maka bobot 100 biji akan bertambah. Hal ini sesuai dengan penelitian Sitompul
dan Guritno (2005) bahwa berat 100 biji merupakan salah satu parameter pengamatan yang erat hubungannya dengan produksi yang dicapai. Bila berat 100 biji tinggi maka semakin banyak pula hasil yang akan diperoleh. Namun semua itu sebagian masih dipengaruhi oleh genotipe dan varietas tanaman itu sendiri. H. Berat Polong Segar/Plot Hasil analisis keragaman menunjukkan pemberian guano memberikan pengaruh nyata terhadap berat polong segar, sedangkan waktu pemangkasan dan interaksi waktu pemangkasan dengan pemberian guano memberikan pengaruh tidak nyata terhadap parameter berat polong segar
tanaman kacang tanah (Lampiran tanaman kacang tanah disajikan pada 5g). Rata-rata berat polong segar Tabel 8. Tabel 8. Berat polong segar/plot kacang tanah pada waktu pemangkasan dan pemberian guano Fosfat Alam (ton/ha)
Pemangkasan (HSB) 0 7 14 21 ……………………g……………………….
Rata-rata
0
556.67
563.33
529.67
600.78
562.61c
7.5
687.86
673.33
695.00
738.5
698.67b
15
845.49
852.78
796.44
803.61
824.58a
KK= 13.62% Angka pada kolom yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5%
Tabel 8 menyatakan bahwa memperbaiki pertumbuhan generatif berat polong segar/tanaman berkisar terutama pembentukan bunga, buah antara 562.61 g – 824.58 g. Berat dan biji. Apabila pertumbuhan polong segar tertinggi dihasilkan vegetatif baik, fotosintat yang oleh pemberian 15 ton/ha guano, dihasilkan semakin banyak, hal ini sedangkan berat polong segar menyebabkan kemampuan tanaman terendah dihasilkan oleh perlakuan untuk membentuk organ-organ tanpa pemberian guano. Berat polong generatif semakin meningkat. segar/tanaman meningkat seiring Tanggapan ini sesuai dengan dengan peningkatan dosis guano. penelitian Darmijati (2004) bahwa Hal ini disebabkan salah satu fungsi pemupukan 125 kg TSP/ha hingga unsur fosfor adalah sebagai bahan 250 kg TSP/ha secara nyata pembentuk pertumbuhan generatif. menambah jumlah dan berat polong Sutejo (2009) mengemukakan bahwa per tanaman, berat biji per tanaman fosfor bagi tanaman juga dapat dan hasil tanaman kacang tanah. I. Berat Polong Kering/Plot Hasil analisis keragaman pengaruh tidak nyata terhadap menunjukkan pemberian guano parameter berat polong kering memberikan pengaruh nyata tanaman kacang tanah (Lampiran terhadap berat polong kering, 5h). Rata-rata berat polong sedangkan waktu pemangkasan dan kering/plot tanaman kacang tanah interaksi waktu pemangkasan dengan disajikan pada Tabel 9. pemberian guano memberikan Tabel 9. Berat polong kering/plot pada waktu pemangkasan dan pemberian guano
Guano (ton/ha)
Pemangkasan (HSB) Rata-rata per plot 0 7 14 21 …..…………………….g……………………………
0
350.00
378.50
323.33
336.67
347.13c
7.5
424.17
430.55
445.17
427.00
431.72b
15
492.50
514.00
480.00
477.33
490.96a
KK= 4.64% Angka pada kolom yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5% Tabel 9 menunjukkan bahwa meningkat. Pada tanaman, unsur berat polong kering/tanaman berkisar fosfor dijumpai dalam jumlah yang antara 347.13 g – 490.96 g. Dosis besar pada biji, walaupun ia juga guano 15 ton/ha menghasilkan berat terdapat pada semua bagian yang kering biji per tanaman tertinggi masih muda pada tanaman, hal ini dibandingkan dengan perlakuan sesuai dengan fungsi fosfor sebagai lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa penyusun setiap sel hidup. Berat dengan dosis 15 ton/ha guano polong kering dipengaruhi oleh kebutuhan akan hara khususnya jumlah biji/polong yang terbentuk untuk pengisian biji terpenuhi. dalam tanah. Goldsworthy dan Fisher Dengan bertambahnya suplai fosfor (2006) menyatakan bahwa berat dalam tubuh tanaman akan kering pada polong adalah konstan meningkatkan metabolisme, yang selama pertumbuhan polong pada pada gilirannya akan meningkatkan tiap varietas. pengisian biji, sehingga berat biji J. Hasil polong kering/ha Tabel 10. Rata-rata berat polong kering/ha tanaman kacang tanah Guano (ton/ha)
Pemangkasan (HSB) 0 7 14 21 ……………………ton……………....
Rata-rata
0
1.17
1.26
1.08
1.12
1.16 a
7.5
1.41
1.43
1.48
1.42
1.44 b
15
1.64
1.71
1.60
1.59
1.64 c
KK= 4.48% Angka pada kolom yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5% Hasil polong kering tertinggi potensi hasil yang dapat dicapai pada penelitian adalah 1.64 ton/ha varitas Tupai yang mencapai 2.0 lebih rendah dibandingkan dengan ton/Ha. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian guano hingga 15 ton/ha belum mampu meningkatkan hasil polong kering kacang tanah. Kandungan hara yang tertinggi dalam guano adalah unsur fosfor, sementara itu untuk meningkatkan produksi polong kering diperlukan unsur hara kalsium dan kalium. Menurut Purwono dan Purnamawati (2007) untuk tanaman kacang tanah, hara kalsium yang cukup diperlukan untuk pembentukan polong dan
pengisian biji. Selanjutnya Anwar Ispandi dan Abdul Munip (2004) menyatakan bahwa pemupukan P kurang efektif dalam meningkatkan hasil kacang tanah. Pemupukan P dosis 50 kg SP-36/ha hanya meningkatkan hasil polong kering sekitar 10%. Bila dosisnya ditingkatkan sampai dengan 100 kg SP-36/ha tidak meningkatkan hasil polong kering kacang tanah.
Interaksi waktu pemangkasan umur 7 hari setelah berbunga dengan pemberian fosfat alam 15 ton/ha berpengaruh nyata terhadap hasil polong kering/ha karena hasil polong kering berkorelasi positif dengan jumlah polong/tanaman. Semakin besar jumlah polong/tanaman yang dihasilkan maka semakin besar pula hasil polong kering yang akan diperoleh. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmi (2002) yang menyatakan bahwa jumlah polong/tanaman mempengaruhi produksi tanaman kacang tanah. Pemangkasan akan menyumbangkan hasil yang optimal jika disesuaikan dengan pemberian pupuk fosfat yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Budiyanto, 2001). KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1.
Waktu pemangkasan terbaik untuk pertumbuhan dan hasil kacang tanah adalah pemangkasan yang dilakukan 7 hari setelah tanaman berbunga. 2. Pemberian 15 ton/ha guano menghasilkan berat polong kacang tanah tertinggi mencapai 1, 64 ton/ha. 3. Interaksi waktu pemangkasan dengan pemberian guano memberikan pengaruh nyata pada jumlah polong/tanaman dan jumlah polong bernas/tanaman . B. Saran Pemberian 15 ton/ha guano dan waktu pemangkasan 7 hari setelah berbunga mampu meningkatkan hasil kacang tanah. Oleh sebab itu, disarankan menggunakan 15 ton/ha guano dan waktu pemangkasan 7 hari setelah berbunga pada budidaya kacang tanah.
DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, S. Muljadi. 2001. Alternatif teknik rehabilitasi dan pemanfaatan lahan alangalang dalam Prosiding Seminar Lahan Alang-alang: Pemanfaatan Lahan Alangalang untuk Usaha Tani Berkelanjutan. Bogor. 1 Desember 1992. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Hal 2942.
Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. 20 Janari 2001. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Anonim. 2013. Pedoman Teknis Pengelolaan Kacang Tanah dan Aneka Kacang kacangan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. Jakarta. 114 Hal.
Adiningsih, Kurnia, Rochayati. 2001. Prospek dan Kendala Penggunaan P-alam Untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Pangan pada Lahan Masam Marginal dalam Pertemuan Pembahasan dan
Bacherin. S., B. Kusbiantoro dan Sukmaya. 2004. Analisis Pengembangan Corporate Farming (CF) Di Kecamatan Cikalong Wetan, Bandung. http://www.bp2tp.litbang.dept an.go.id
17
Balipost. 2005. Pupuk Organik, Ramah Lingkungan. Http:// www co.id/ Balipost Cetak/2005/4/24/11.Htm. Biro Pusat Statistik. 2014. Kajian Gizi Pangan. P.T Media Tamasarana Perkasa. Jakarta. Budiyanto, Pandu. 2001. Pengaruh Pemangkasan dan Pemberian Pupuk SP36 terhadap Produksi Tanaman Kedelai. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.48 hal. Cahyono, B. 2006. Pengaruh Pemangkasan Pucuk Terhadap Tanaman Tomat. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi Damanik, M. M. B; B. E. Hasibuan; Fauzi; Sarifuddin dan H. Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan. Darmijati, S. 2004. Tanggap Empat Varietas Kacang Tanah Terhadap Pemberian Bahan Organik. PP Sukarami. Dewi. I.R. 2004. Pengaruh Jenis Dan Waktu Pemangkasan Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Daun Tembakau (Nocotiana tabacum L.) Kultivar Nani. http://www.budidaya.ac.id
Pangan Kementerian Pertanian. Jakarta. 104 Hal. Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal. Goldsworthy,P.R dan N.M Fisher.2006. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik, diterjemahkan oleh Tohari. Gajah Mada University Press,Yogyakarta. Gunawan. R.I.P. 2001. Budidaya Tanaman Anggur. http://www.geocities.com/ant ialiasband/public/anggurau.rtf +pemangkasan. Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 358 hal. Hartatik, W. 2003. Penggunaan fosfat alam dan SP-36 pada tanah gambut yang diberi bahan amelioran tanah mineral dalam kaitannya dengan pertumbuhan tanaman padi. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hu. 2010. Agribisnis Pertanian. Fakultas Pertanian Sumatera Utara. Medan. Idris,
Departemen Pertanian. 2006. Paket Teknolgi Budidaya Kacang Tanah Tanpa Olah Tanah. Direktorat Jenderal Tanaman
K. 2004. Pengaruh Pemangkasan dan Pemberian Pupuk Organik terhadap Tanaman Mentimun. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi.
18
Irfan. 2003. Bertanam Kacang Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. Ispandi, Anwar dan Munip. 2004. Pengaruh Pemberian Pupuk Fosfor Terhadap Hasil Tanaman Kacang Tanah. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. Kartasapoetra, A. G. dan Sutedjo. 2005. Pupuk dan Cara Pemupukannya. Rineka Cipta, Jakarta. Kasno,
A. 2007. Strategi Pengembangan Kacang tanah di Indonesia. Peningkatan Produksi Kacang-Kacangan dan Umbi -Umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. hal 69 – 87
Kimball, A. 1999. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Lakitan, Benyamin. 2007. DasarDasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Liliek,A. 2010. Budidaya Kacang Tanah. Kineka Cipta. Jakarta Lingga, P. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Marzuki, H.A.R. 2007. Bertanam Kacang Tanah. Edisi Revisi.
Jakarta : Penebar Swadaya. 43 hal. Muhammad. N., W. Dewayanti, L. Hutagulung, dan Soegito. 2000. Pengaruh Tipe Rambatan Dan Pemangkasan Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Markisa. Jurnal Hortikultura Vol.10. Hal:101. Nugroho, Bambang dan Purnawanto. 2006. Pengaruh Pemangkasan dan Pemberian Pupuk Fosfor terhadap Kacang Tanah. Laporan Hasil Penelitian Non Kompetitif dengan nomor kontrak A11.III/ 046S.Pj/LPPM/II/2006. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Nurnaningsih, E.S. 2003. Pengaruh Pemangkasan dan Pemberian Pupuk P terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Pardono. 2009. Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Perkembangan Hama dan Hasil Kacang Tanah. Jurnal Hortikultura. Vol.15 (1). hal 22-28. Prawiranata, W. S. Harran. 2003. Dasar – dasar fisiologi tumbuhan jilid 2. Departemen Botani Fakultas Pertanian. IPB, Bogor. Pitojo, S. 2005 . Budidaya Tanaman Kacang Tanah. PT. Gramedia. Jakarta
19
Purnomo, J. 2000. Pengaruh fosfat alam dan bahan organik terhadap kelarutan pupuk ciri kimia tanah dan efisiensi pemupukan P pada Typic Hapludox Sitiung Sumbar. Tesis. Program Pasca Sarjana.,IPB. Purwono dan Purnamawati. 2007. Pasca Panen Kacang Tanah. Fakultas Pertanian Sumatera Utara. Medan. Rahmi, Indrawati. 2002. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos pada beberapa Varietas Kacang Tanah. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang. Riswianto, 2002. Pengaruh Waktu dan Frekusensi Pemangkasan terhdap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Rukmana, R. H. 1998. Budidaya Kacang Tanah. Kanisius, Yogyakarta. Samijan. 2007. Pemanfaatan Pupuk Guano Sebagai Alternatif Pemupukan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Semarang. Siregar, M. 2006. Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) Terhadap Waktu Pemangkasan dan Perebahan. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara. Hal 72-75
Sitompul, S.M dan B. Guritno. 2005. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Sitompul, Wahyudi, dan Dwipaya. 2006. Pengaruh Pemangkasan Kanopi Terhadap Hasil Tanaman Kedelai. Jurnal Hortikultura 11(4) : 223-231 Setiyono, Tejo. 2006. Pengaruh Dosis Pupuk Guano dan Macam Media Tanaman terhadap Pertumbuhan Semai Tusam. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Universitas Muhamadiyah Malang. Somaatmadja, S. 2000. Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.). Penerbit C.V. Yasaguna, 46 Hal Sutedjo, M.M. 2009. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Putra. Jakarta. 176 hal. Trustinah. 2007. Bertanam Kacang Tanah. Penerbit Swadaya. Yogyakarta. Warman. Direktorat Pangan.
2003. Jenderal
Palawijaya. Tanaman
Warsana. 2009. Pengaruh Pemangkasan Tanaman Budidaya. Penerbit Swadaya. Jakarta. Wiyatna , M. F. 2003. Potensi Indonesia Sebagai Penghasil Guano Fosfat Kelelawar. Makalah F.Sains PPS IPB, Bogor
20
Yuda. 2007. Budidaya Tanaman Kacang Tanah. Universitas Andalas. Padang
Zulkarnain. 2001. Pentingnya Pemangkasan Dalam Peningkatan Produksi Tanaman. Penerbit Swadaya. Jakarta.