PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP KARAKTERISTIK FISIOLOGIS DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis Hypogaea L.) VARIETAS SIMA DAN KELINCI
Oleh: NAJMI RIDHA SYA’BANI A24051758
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
NAJMI RIDHA SYA’BANI. Pengaruh Paclobutrazol terhadap Karakteristik Fisiologis dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Varietas Sima dan Kelinci. (Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI). Percobaan
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
pengaruh
perlakuan
paclobutrazol terhadap karakter fisiologis dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.) varietas Sima dan Kelinci. Percobaan dilaksanakan di lahan percobaan Cikabayan dan laboratorium micro technology Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB Darmaga Bogor pada bulan April sampai dengan Juli 2009. Perlakuan paclobutrazol dilakukan pada minggu ke 8 setelah tanam (MST). Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot) dengan rancangan lingkungan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas petak utama dan anak petak. Petak utama adalah perlakuan varietas yang terdiri atas varietas Sima dan Kelinci . Anak petak adalah perlakuan paclobutrazol dengan tiga taraf yaitu 0, 100, dan 200 ppm . Total perlakuan adalah varietas Sima tanpa perlakuan paclobutrazol, varietas Sima dengan perlakuan paclobutrazol 100 ppm, varietas Sima dengan perlakuan paclobutrazol 200 ppm, varietas Kelinci tanpa perlakuan paclobutrazol, varietas Kelinci dengan perlakuan paclobutrazol 100 ppm, varietas Kelinci dengan perlakuan paclobutrazol 200 ppm. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 18 satuan percobaan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan paclobutrazol berinteraksi dengan varietas Sima dalam menurunkan jumlah daun tanaman kacang tanah dengan konsentrasi paclobutrazol berbeda. Jumlah daun varietas Sima menurun setelah perlakuan paclobutrazol 100 ppm sedang jumlah daun varietas Kelinci menurun setelah perlakuan paclobutrazol 200 ppm. Perlakuan paclobutrazol pada kacang tanah secara tunggal mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan polong pada minggu ke 10 hingga 12 sebesar 75%. Hasil kacang tanah yang mendapat perlakuan paclobutrazol 200 ppm memiliki jumlah polong, jumlah biji, dan indeks panen lebih tinggi dibandingkan tanaman kacang tanah tanpa perlakuan
paclobutrazol. Perlakuan paclobutrazol 200 ppm, juga mampu meningkatkan produktivitas hasil kacang tanah mencapai 35%. Perlakuan varietas menunjukkan bahwa varietas Sima memiliki bobot kering tajuk lebih besar pada 12 MST, indeks luas daun yang lebih tinggi pada 6 MST, laju pertambahan bahan kering lebih cepat pada 6 hingga 8 MST, serta jumlah biji yang lebih banyak dibandingkan dengan varietas Kelinci. Varietas Kelinci menghasilkan jumlah polong yang lebih tinggi daripada Sima. Pada kedua varietas tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan dari nilai produktitivitas Sima dan Kelinci yang masing-masing 1.12 dan 1.01. Pada keduanya, diduga mengalami hambatan dalam pengisian polong. Pada fase pengisian polong, bahan kering yang dihasilkan varietas Sima lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan tajuk dibandingkan untuk pengisian polong sedangkan varietas Kelinci pada fase tersebut tidak memiliki cukup bahan kering untuk pembentukan asimilat yang akan digunakan untuk pengisian polong.
PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP KARAKTERISTIK FISIOLOGIS DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS SIMA DAN KELINCI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
NAJMI RIDHA SYA’BANI A24051758
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
: PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP KARAKTERISTIK FISIOLOGIS DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS SIMA DAN KELINCI
Nama
: NAJMI RIDHA SYA’BANI
NRP
: A24051758
Menyetujui, Pembimbing
(Ir. Heni Purnamawati, MSc.Agr.) NIP. 19660406 199003 2 009
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr.) NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 9 April 1987 dari pasangan Bapak Is Sudaryono dan Ibu Apriyanti Budianingsih. Penulis anak kedua dari enam bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 07 Pagi Jakarta Timur tahun 1999 kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Kupang, NTT dan lulus pada tahun 2002. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 11 Jakarta Timur pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai mahasiswa melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2006 penulis tercatat sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH) Fakultas Pertanian dengan minor Komunikasi. Selama menempuh studi di IPB, penulis aktif menjadi asisten mata kuliah yaitu asisten praktikum Pendidikan Agama Islam (2007-2009). Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan baik intra maupun ekstra kampus. Penulis aktif sebagai pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Forum for Scientific Studies (UKM FORCES) dari tahun 2006-2009. Pada tahun 2006-2007 penulis menjabat sebagai Ketua Divisi Keuangan Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian (DPM A). Penulis juga pernah tergabung dengan organisasi ekstra kampus KAMMI IPB pada tahun 2005-2006.
KATA PENGANTAR Puji syukur atas segala rahmat dan karunia Allah SWT yang senantiasa terlimpah sehingga memberikan kekuatan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik. Penelitian perlakuan paclobutrazol pada tanaman kacang tanah ini dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk mengetahui pengaruh paclobutrazol yang diperlakuankan pada tanaman kacang tanah berumur 8 MST dengan 3 konsentrasi berbeda terhadap karakter fisiologis dan hasil tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L). Penulis menyampaikan terima kasih kepada 1. Ibu dan Bapak, Mas Lukman, Fuad, Ilham, Hadi, dan Hamid yang telah memberi dukungan moril dan materiil. 2. Ir Heni Purnamawati, MSc.Agr sebagai pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan pengarahan selama penyusunan laporan hasil penelitian. 3. Dr Sandra Arifin Aziz dan Dr Ir Darda efendi yang telah memberikan saran dan pengarahan dalam rangka menyempurnakan laporan hasil penelitian. 4. Ustadzah Endah Purwanti, Denok, Febriany, Izzati, Astri, dan Fitri yang senantiasa sabar mendampingi dan menasehati penulis. 5. Keluarga Besar Departemen AGH FAPERTA IPB, AGH 42 khususnya Fefin, Fuzy, dan Atika yang telah banyak memberi dukungan selama proses penelitian hingga selesai penulisan. 6. Teman-teman yang tergabung dalam FORCES IPB, DPM A, FKRD A, VAMDI , SGEI 1 DD Republika, serta guru, murid-murid, dan orang tua murid di Matematika Akhlak yang banyak memberikan pelajaran berharga bagi penulis. Penulis berharap semoga laporan penelitian ini bermanfaat. Amin
Bogor, Maret 2011 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii PENDAHULUAN .............................................................................................. Latar Belakang .............................................................................................. Tujuan ........................................................................................................... Hipotesis........................................................................................................
1 1 3 3
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4 Botani dan Morfologi Kacang Tanah............................................................ 4 Fisiologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah ................................................... 5 Paclobutrazol ................................................................................................. 8 Varietas Unggul ............................................................................................ 10 BAHAN DAN METODE ................................................................................... 12 Waktu dan Tempat ........................................................................................ 12 Bahan dan Alat .............................................................................................. 12 Metode Penelitian ......................................................................................... 12 Pelaksanaan Penelitian .................................................................................. 13 Pengolahan Lahan dan Penanaman ......................................................... 13 Pemeliharaan ........................................................................................... 14 Panen ....................................................................................................... 15 Pengamatan ................................................................................................... 15 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 17 Hasil .............................................................................................................. 17 Kondisi Umum ........................................................................................ 17 Rekapitulasi Sidik Ragam ....................................................................... 18 Interaksi antara Paclobutrazol dan Varietas ............................................ 20 Pengaruh Perlakuan Paclobutrazol pada Tanaman Kacang Tanah ......... 21 Akumulasi Bahan Kering .................................................................. 21 Pertumbuhan Daun ............................................................................ 22 Laju Pertumbuhan Tanaman ............................................................. 22 Hasil dan Komponen Hasil ............................................................... 23 Pengaruh Perlakuan Varietas pada Tanaman Kacang Tanah .................. 24 Akumulasi Bahan Kering .................................................................. 24 Pertumbuhan Daun ............................................................................ 26 Laju Pertumbuhan Tanaman ............................................................. 26 Hasil dan Komponen Hasil ............................................................... 27 Pembahasan Umum....................................................................................... 28 Kondisi Umum ........................................................................................ 28 Interaksi antara Paclobutarzol dan Varietas ............................................ 28 Pengaruh Perlakuan Varietas .................................................................. 29
Pengaruh Perlakuan Paclobutrazol.......................................................... 29 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 31 Kesimpulan ................................................................................................... 31 Saran….......................................................................................................... 31 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 32 LAMPIRAN ........................................................................................................ 34
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Rekapitulasi Analisis Sidik Ragam Pengaruh Varietas dan Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah .............18 2. Rata-Rata Bobot Kering Brangkasan Tanaman Kacang Tanah Sebelum dan Sesudah Perlakuan Paclobutrazol...................................... 21 3. Laju Pertumbuhan Tanaman Setelah Perlakuan Paclobutrazol ........... 22 4. Hasil dan Komponen Hasil Kacang Tanah Setelah Perlakuan Paclobutrazol ........................................................................................... 23 5. Pertumbuhan Daun Varietas Sima dan Kelinci....................................... 26 6. Laju Pertumbuhan Varietas Sima dan Kelinci ........................................ 26 7. Rata-Rata Hasil dan Komponen Hasil Kacang Tanah Varietas Sima dan Kelinci ..................................................................................... 27
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Kondisi Umum Lahan Penelitian pada Awal Periode Pertumbuhan ......................................................................................................17 2. Jumlah Daun dari Kombinasi Paclobutrazol dengan Varietas Sima dan Kelinci ..................................................................................... 20 3. Akumulasi Bahan Kering ........................................................................ 25
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Grafik Produktivitas Kacang Tanah Tahun 1993-2009 ...................................35 2. Grafik Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kacang Tanah Tahun 1993-2009 .................................................................................... 35 3. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Sima .................................................. 36 4. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Kelinci .............................................. 37 5. Tabel Data Analisis Tanah ...................................................................... 38 6. Tabel Klimatologi Maret-Juli 2009......................................................... 38 7. Tabel Jumlah Daun pada Kombinasi Perlakuan Paclobutrazol dan Varietas pada 10 MST ...................................................................... 38 8. Tabel Akumulasi Bahan Kering Varietas Sima dan Kelinci................... 38 9. Tabel Sidik Ragam Bobot Polong per Tanaman ..................................... 39 10. Tabel Sidik Ragam Bobot Polong per m2 ............................................... 39 11. Tabel Sidik Ragam Produktivitas ........................................................... 39 12. Gambar Organisme Pengganggu Tanaman Kacang Tanah .................... 40
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polongpolongan atau legum kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Indonesia merupakan salah satu dari empat negara yang memproduksi kacang tanah terbesar di dunia. Hasil rata-rata nasional selama 17 tahun terakhir masih rendah yaitu berada dalam kisaran 0.9 ton/ha hingga 1.2 ton/ha biji kering (lampiran 1). Kacang tanah di Indonesia dapat ditanam di lahan sawah atau tegalan sebagai tanaman tunggal maupun tumpang sari. Namun banyak ditemui kacang tanah tidak ditanam sebagai tanaman utama sehingga industri-industri yang menggunakan kacang tanah sebagai bahan baku kesulitan mendapatkan pasokan kacang tanah dan lebih memilih impor dari luar negeri. Permintaan kacang tanah pada tahun 2006 adalah 954 500 ton dan proyeksi permintaan tahun 2012 mencapai 1 131 788 ton (Kasno, 2007) sedangkan produksi kacang tanah Indonesia hingga tahun 2009 belum dapat memenuhi permintaan yaitu sebesar 763 507 ton (lampiran 2). Rendahnya produksi kacang tanah Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa masalah seperti teknik budidaya dan varietas. Masalah teknik budidaya menyebabkan peningkatan persentase polong hampa (cipo) yang cukup besar. Hal inilah yang sering ditemui di lapang, polong yang terisi pun seringkali tidak selalu penuh terisi biji atau terisi kurang maksimal sehingga tidak mencapai ukuran biji yang diharapkan. Menurut Goldsworthy dan Fisher (1996) polong hampa disebabkan oleh ginofor yang tidak mencapai permukaan tanah, kadar kalsium pada tanah yang rendah serta akibat cekaman air. Selain permasalahan teknik budidaya, penanaman varietas berdaya hasil rendah oleh petani juga merupakan masalah yang menyebabkan rendahnya produksi. Varietas dipandang sebagai komponen teknologi budidaya esensial didalam suatu sistem produksi tanaman (Kasno, 1993). Lebih lanjut Adisarwanto (2001) menyatakan, perbedaan varietas
pun menentukan perbedaan produktivitas yang dicapai. Varietas menentukan hasil, sehingga upaya untuk peningkatan hasil per satuan luas yaitu dengan menanam varietas berdaya hasil tinggi atau varietas unggul. Kacang tanah memiliki karakter fisiologis yang khas yaitu sifatnya yang indeterminet, yakni bagian vegetatif tetap tumbuh, pada saat tanaman sudah mulai pertumbuhan generatif (Sumarno dan Slamet, 1993). Pada tanaman yang bersifat indeterminet sebagian bahan kering yang dihasilkan setelah pembungaan lebih digunakan untuk membentuk daun-daun baru daripada pengisian sink-sink reproduktif sehingga terjadi persaingan internal antara komponen pertumbuhan vegetatif dan generatif dalam mendapatkan bahan kering (Goldworthy and Fisher, 1996). Hal ini mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan produktivitas tanaman kacang tanah. Pada kacang tanah, zat pengatur tumbuh ternyata mampu menekan pertumbuhan vegetatif, memperbaiki kualitas polong, dan meningkatkan hasil (Adisarwanto et all., 1993). Salah satu zat pengatur tumbuh yang telah banyak dibuktikan efektif menekan pertumbuhan vegetatif adalah paclobutrazol. Paclobutrazol mempunyai peranan dalam mengatasi kelemahan-kelemahan pemangkasan dalam membatasi pertumbuhan vegetatif tanaman, bahkan dapat pula melibatkan perubahan fisiologis seluruh bagian tanaman sehingga pemangkasan tidak perlu dilakukan (Harijono, 1990). Paclobutrazol juga mampu meningkatkan karbohidrat jaringan kayu, partisi asimilat dari daun ke akar, meningkatkan respirasi akar, dan mengurangi kehilangan air di akar (Wang, Stefefens dan Faust dalam Purnomo dan Prahardini, 1991). Senoo dan Isoda (2003) di Jepang melakukan percobaan dengan menggunakan paclobutrazol pada kacang tanah. Hasil percobaan menunjukkan adanya peningkatan produktivitas yang ditunjukkan dengan bertambahnya jumlah polong tanaman dengan perlakuan paclobutrazol 100 dan 200 ppm sehingga meningkatkan produksi sampai 3.7 ton per ha. Kegiatan tersebut juga diujicobakan oleh Mas’udah (2008) dengan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah penggunaan paclobutrazol dapat menekan indeks luas daun dan bobot brangkasan kering, memperpendek tanaman, dan menurunkan jumlah polong isi.
Informasi tentang penggunaan zat pengatur tumbuh untuk budidaya kacang tanah di Indonesia masih sangat terbatas. Penggunaan paclobutrazol pada kacang tanah diharapkan dapat menjadi kajian lanjutan dalam mempelajari fisiologi produksi tanaman kacang tanah.
Tujuan 1. Identifikasi karakter fisiologi kacang tanah varietas Sima dan Kelinci dengan perlakuan paclobutrazol 2. Mengetahui pengaruh paclobutrazol terhadap produktivitas kacang tanah varietas Sima dan Kelinci
Hipotesis 1. Paclobutrazol mempengaruhi karakter fisiologi kacang tanah 2. Penggunaan paclobutrazol dapat menekan pertumbuhan vegetatif pada kacang tanah 3. Penggunaan paclobutrazol meningkatkan produktivitas tanaman kacang tanah
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang
tanah
tergolong
dalam
famili
Leguminoceae
sub-famili
Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam tanah. Spesies genus Arachis yang ada sekarang berasal dari Amerika Selatan tropik dan subtropik dari Argentina sebelah utara sampai Amazona. Diduga ada 40 hingga 70 spesies Arachis di Amerika Selatan tetapi kurang dari 20 spesies yang telah diperikan secara mendalam, tiga diantaranya adalah semusim (Arachis hypogaea L, Arachis monticola Krap dan Rig, dan Arachis pusilla Benth). Di antara itu Arachis hypogaea adalah satu-satunya yang tidak didapatkan dalam keadaan liar. Pertumbuhan kacang tanah dapat dibedakan menjadi dua macam tipe, yaitu tipe tegak dan tipe menjalar. Pada umumnya percabangan tanaman kacang tanah tipe tegak sedikit banyak melurus atau hanya agak miring ke atas. Batang utama tanaman kacang tanah tipe menjalar tentu saja lebih panjang daripada batang utama tipe tegak, biasanya panjang batang utama antara 33-50 cm. Kacang tanah tipe tegak umumnya lebih disukai karena umurnya yang genjah (antara 100120 hari), sedangkan umur kacang tanah tipe menjalar kira-kira 150-180 hari. Disamping itu, kacang tanah tipe tegak lebih mudah dipungut hasilnya daripada tipe menjalar (Goldworthy dan Fisher, 1996). Kacang tanah menyukai tanah yang gembur, tidak terlalu banyak mengandung bahan organik, pH 6-6,5, mengandung unsur hara (P, Ca, dan K) dalam jumlah cukup, dan drainase yang baik. Kondisi tanah yang demikian akan memudahkan dan mempercepat pembentukan polong yang terjadi di dalam tanah. Kacang tanah juga membutuhkan iklim yang panas tetapi lembab (65-75%) serta curah hujan sekitar 800-1300 mm/tahun dengan musim kering rata-rata sekitar 4 bulan/tahun. Tanaman ini cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 0-500 mdpl (Purwono dan Heni, 2007). Kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil. Kacang tanah berakar tunggang dengan akar-akar cabang yang lurus. Akar cabang
mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat pengisap unsur hara. Sejalan dengan meningkatnya umur tanaman, akar-akar tersebut akan mati namun ada akar yang akan tetap bertahan hidup yang akan menjadi akar permanen. Tanaman kacang tanah memiliki daun majemuk bersirip genap. Setiap helai daun terdiri dari empat helai anak daun. Permukaan daunnya sedikit berbulu, berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu dan obat semprotan. Seringkali dijumpai tanaman kacang tanah yang daun-daunnya berguguran. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit atau umur tanaman yang telah lanjut. Gugurnya daundaun itu akan terjadi pada saat akhir masa pertumbuhan, dimulai dari bagian kanan sisi tanaman, kemudian menyusul bagian kiri, lalu ke atas, dan seterusnya. Rangkaian berwarna kuning oranye yang muncul dari setiap ketiak daun adalah ciri dari bunga tanaman kacang tanah. Kacang tanah berbunga pada umur 4-6 MST. Dari sekian banyak jumlah bunga, setiap pohon diperkirakan dapat membentuk ginofor sekitar 70-75%. Umur bunga kacang tanah maksimal hanya dapat bertahan 24 jam, kemudian layu. Dengan demikian, berdasarkan kenyataan bahwa setiap hari tanaman kacang tanah berbunga. Penyerbukan bunga kacang tanah terjadi pada malam hari, yakni sebelum bunga mekar. Polong (buah pada kacang tanah disebut polong) terbentuk setelah terjadi proses pembuahan, bakal buah tumbuh memanjang, dan disebut ginofor. Mulamula ujung ginofor yang runcing ini mengarah ke atas tetapi setelah tumbuh memanjang, ginofor tadi mengarah ke bawah (positive geotropic) dan terus masuk ke dalam tanah. Setelah polong terbentuk, proses pertumbuhan ginofor yang memanjang terhenti. Ginofor dapat tumbuh memanjang dan mencapai ukuran antara 6-15 cm. Tidak semua ginofor dapat menembus tanah sehingga tidak semua ginofor dapat membentuk polong. Ukuran polong kacang tanah bervariasi, ada yang berukuran 1 cm x 0.5 cm hingga yang berukuran 6 cm x 1.5 cm. Setiap polong dapat berisi 1 hingga 5 biji. Pada varietas kacang tanah yang polongnya rata-rata berisi 2 biji, bakal buah yang tidak dibuahi sekitar 6%, abortus 9-10% (Goldworthy dan Fisher, 1996).
Fisiologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah
Tanaman kacang tanah memiliki sifat-sifat fisiologis yang unik, yang tidak terdapat pada tanaman kacang-kacangan yang lain. Sifat fisiologis yang menonjol adalah sebagai berikut: 1. Bunganya terbentuk pada tajuk di atas tanah, tetapi polong masuk dan berkembang di dalam tanah dan mempu menyerap hara langsung dari tanah. 2. Periode berbunga cukup lama, mencapai 75% dari periode hidup tanaman. Bunga yang terbentuk banyak jumlahnya, tetapi bunga yang menjadi polong dan menjadi biji relatif sangat sedikit 3. Pertumbuhan vegetatif dan generatif lebih dipengaruhi oleh suhu daripada panjang penyinaran. 4. Pertumbuhan generatif memerlukan radiasi surya yang cukup tinggi. 5. Pada tanah yang memiliki kesuburan sedang hingga subur tanaman kacang tanah tidak tanggap terhadap pemupukan unsur makro NPK, tetapi kacang tanah menyerap cukup banyak hara sehingga sering disebut sebagai tanaman penguras tanah. 6. Tanaman kacang tanah sangat peka terhadap kekurang unsur hara mikro terutama Bo, Ca, Mn, dan Fe, dengan gejala yang khas dan sangat menentukan berhasil tidaknya tanaman. 7. Pada akar terbentuk bintil Rhizobium yang mampu memfiksasi N dari udara, tetapi inokulasi dengan biakan Rhizobium jarang meningkatkan efisiensi pengikatan N. 8. Perbandingan benih yang ditanam dengan biji yang dihasilkan tergolong kecil 1:10 hingga 1:25. 9. Hasil biomassa yang tinggi bukan merupakan jaminan hasil biji yang tinggi pula. 10. Varietas yang biasa ditanam di Indonesia bijinya tidak memiliki dormansi, sehingga biji sering berkecambah sebelum tanaman dipanen, terutama bila kelembapan tanah rendah. (Sumarno dan Slamet, 1993) Kacang tanah memiliki karakter fisiologis yang khas yaitu sifatnya yang indeterminet, yakni bagian vegetatif tetap tumbuh, pada saat tanaman sudah mulai
pertumbuhan generatif. Pada tanaman yang bersifat indeterminet sebagian bahan kering yang dihasilkan setelah pembungaan lebih digunakan untuk membentuk daun-daun baru daripada pengisian sink-sink reproduktif sehingga terjadi persaingan internal antara komponen pertumbuhan vegetatif dan generatif dalam mendapatkan bahan kering (Goldworthy and Fisher, 1996). Hal ini mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan produktivitas tanaman kacang tanah. Pertumbuhan tanaman merupakan suatu hasil dari metabolisme sel-sel hidup yang dapat diukur sebagai pertambahan bobot basah atau bobot kering, isi, panjang, atau tinggi. Pertumbuhan pada tumbuhan dapat dibedakan dari arah letak pertumbuhannya. Akar akan menuju kebawah di dalam tanah, sedangkan pucuk tumbuh ke atas dari permukaan tanah. Baik sistem pucuk maupun sistem perakaran cenderung berada dalam keseimbangan. Pertumbuhan bagian atas yang semakin membesar seperti bertambahnya indeks luas daun, dan bertambahnya kehilangan air karena transpirasi akan diimbangi dengan pertambahan sistem perakaran. Pertambahan besar sistem pucuk juga memerlukan jumlah hara yang lebih besar yang akan diabsorpsi sebanding dengan pertambahan sistem perakaran (Trustinah, 1993). Tabel 1. Penandaan fase tumbuh kacang tanah Sandi
Stadia tumbuh
Keterangan
VE
Kecambah
Kotiledon baru muncul di atas tanah
VK
Kotiledon terbuka
Kotiledon terbuka
V1
Buku kesatu
Daun bertangkai empat pada buku pertama telah berkembang penuh
V2
Buku kedua
Sda pada buku kedua
V3
Buku ketiga
Sda pada buku ketiga
Vn
Buku ke-n
Sda pada buku ke-n
R1
Mulai berbunga
Terdapat satu bunga mekar pada ketiak daun
R2
Pembentukan ginofor
Mulai terlihat ginofor
R3
Pembentukan polong
Ujung ginofor mulai membengkak
R4
Polong penuh
Polong mencapai ukuran maksimum untuk pengisian biji
R5
Pembentukan biji
Polong berkembang penuh dan bila disayat melintang akan terlihat tumbuhan kotiledon
R6
Biji penuh
Polong telah terisi dalam keadaan segar
R7
Biji mulai masak
Satu polong telah memperlihatkan bintik-bintik hitam di bagian dalam kulit polong (pericarp)
R8
Masak panen
Beberapa polong telah memperlihatkan bintikbintik hitam di bagian dalam kulit polong
Sumber: Boote, (1982) Penandaan fase pertumbuhan kacang tanah penting untuk menetapkan jadwal pengairan, penyiangan, pemanenan, dan lain-lain. Perlakuan tersebut bila tidak diberikan pada fase yang tepat akan memberikan respon yang berbeda dengan pemberian perlakuan yang sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan kacang tanah terdiri dari fase vegetatif dan fase generatif. Penandaan fase tumbuh kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku pada batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta buku-buku pada batang utama yang mempunyai daun yang telah berkembang penuh. Karakter dan sifat itulah yang digunakan Boote (1982) dan Trustinah (1986) untuk menghitung fase tumbuh vegetatif kacang tanah. Fase vegetatif dimulai sejak perkecambahan sampai tanaman berbunga, sedangkan fase generatif dimulai sejak timbulnya bunga sampai dengan polong masak. Fase generatif meliputi pembungaan, pembentukan polong, pembentukan biji, dan pemasakan biji (tabel 1). Boote (1982) membagi fase reproduktif kacang tanah menjadi delapan stadia, yaitu mulai berbunga (R1) pada 27-37 hari setelah tanam (HST), pembentukan ginofor (R2) pada 32-36 HST, pembentukan polong (R3) pada 4045 HST, polong penuh/maksimum (R4) pada 44-52 HST, pembentukan biji (R5) pada 52-57 HST, biji penuh (R6) pada 60-68 HST, biji mulai masak (R7) pada 6875 HST, dan masak panen (R8) pada 80-100 HST.