PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP KAPASITAS SOURCE-SINK PADA DELAPAN VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
Oleh: SHOFIYATUL MAS’UDAH A34104025
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP KAPASITAS SOURCE-SINK PADA DELAPAN VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Shofiyatul Mas’udah A34104025
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN SHOFIYATUL MAS’UDAH. Pengaruh Paclobutrazol Terhadap Kapasitas Source-Sink Pada Delapan Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paclobutrazol terhadap kapasitas source dan sink serta hasil pada delapan varietas kacang tanah. Percobaan dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2008 di Kebun Percobaan Sawah Baru IPB Darmaga dengan jenis tanah latosol. Percobaan menggunakan rancangan petak terbagi (Split Plot) dengan petak utama adalah perlakuan konsentrasi paclobutrazol dan anak petak adalah perlakuan varietas kacang tanah, pada percobaan ini digunakan tiga ulangan. Konsentrasi paclobutrazol yang digunakan adalah 0 ppm dan 100 ppm yang diaplikasikan melalui daun pada saat tanaman berumur 6 MST. Sedangkan delapan varietas yang digunakan adalah Badak, Biawak, Gajah, Garuda 2, Jerapah, Kelinci, Kidang dan Sima. Analisis data menggunakan uji F dan apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata, pengujian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (Tukey) taraf 5%. Hasil
percobaan
ini
menunjukkan
bahwa
perlakuan
konsentrasi
paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap berat kering brangkasan dan ILD (Indeks Luas Daun) pada 8 MST, tinggi tanaman dan jumlah polong isi per tanaman. Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 6 – 8 MST, jumlah cabang 8 – 10 MST, jumlah bunga, tinggi tanaman, jumlah polong total per tanaman, jumlah polong cipo per tanaman, produktivitas polong kering dan biji kering serta indeks panen dan indeks biji. Tanaman dengan perlakuan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm memiliki berat kering brangkasan dan ILD saat umur 8 MST yang lebih rendah dibandingkan tanaman dengan perlakuan konsentrasi paclobutrazol 0 ppm. Tinggi tanaman dan jumlah polong isi per tanaman pada perlakuan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm juga lebih rendah. Varietas dengan jumlah daun tertinggi pada 6 – 8 MST dan jumlah cabang pada 8 MST adalah Garuda 2. Varietas dengan jumlah cabang tertinggi pada 10 MST adalah Biawak. Jumlah bunga tertinggi didapatkan pada varietas Sima. Jerapah merupakan varietas dengan jumlah polong total tertinggi sebanyak 24.21 polong
per tanaman sedangkan Garuda 2 memiliki jumlah polong cipo tertinggi 6.02 polong per tanaman. Tidak ada pengaruh nyata dari interaksi antara konsentrasi paclobutrazol dan varietas. Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa paclobutrazol yang diaplikasi pada kacang tanah dapat menekan ILD dan berat kering brangkasan pada 8 MST, memperpendek tanaman sebesar 17.3% dan menekan jumlah polong isi sebesar 11.3%. Varietas dengan produktivitas polong kering dan biji kering tertinggi adalah Sima yaitu 3.22 ton polong kering/hektar dan 2.13 ton ton biji kering/hektar. Varietas Garuda 2 yang merupakan varietas lokal memiliki produktivitas polong kering (2.12 ton/hektar) dan biji kering (1.36 ton/hektar) serta indeks panen (33.91%) dan indeks biji (21.65%) terendah dibandingkan tujuh varietas lainnya tetapi produktivitasnya sudah mencapai potensi hasil (1.2 – 2.3 ton/hektar).
Judul
:PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP KAPASITAS SOURCE-SINK PADA DELAPAN VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
Nama
: Shofiyatul Mas’udah
NRP
: A34104025
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Heni Purnamawati, MSc.Agr. NIP. 131 918 505
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus : …………………..
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pasuruan, Jawa Timur pada tanggal 18 Agustus 1986. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara keluarga Bapak Sa’dullah Ubaid dan Ibu Siti Mas’adah. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDI KHA WAHID HASYIM Bangil, Pasuruan tahun 1998 kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 2 Bangil dan lulus tahun 2001. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bangil pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur USMI sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis aktif di beberapa organisasi yang ada di IPB. Tahun 2005 sebagai sekretaris umum Unit Kegiatan Mahasiswa Korps Sukarela Palang Merah Indonesia Unit I IPB (KSR IPB), tahun 2006 sebagai sekretaris II pada organisasi yang sama dan sekaligus ketua divisi Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (HIMAGRON) periode 2006/2007.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul Pengaruh Paclobutrazol Terhadap Kapasitas SourceSink Pada Delapan Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) ini disusun berdasarkan percobaan yang dilakukan di Kebun Percobaan Sawah Baru, Darmaga sebagai salah satu syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar sarjana di Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pula penulis ucapkan kepada: 1. Ir. Heni Purnamawati, MSc. Agr. sebagai dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan arahan beliau selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS. dan Ani Kurniawati, SP. MSi. selaku dosen penguji atas saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Sandra Arifin Azis, MSc. selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memotivasi penulis selama menyelesaikan studi. 4. Ayahanda-Sa’dullah Ubaid-dan Ibunda-Siti Mas’adah-tercinta yang selalu mencurahkan dukungan dan doa yang tulus. 5. Mas Adi, Icha, dan Ais yang memberikan semangat setiap saat. 6. Achie, Ambar, Harnani, Triwid, Mbak Restu, Mercy dan rekan-rekan Agronomi 41 semoga persaudaraan ini tetap terjalin. 7. Rekan-rekan seperjuangan Fatin, Sari, Sae dan teman-teman di Badudu serta Amany. 8. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Bogor, Agustus 2008 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.....................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
vii
PENDAHULUAN .................................................................................... Latar Belakang.............................................................................. Tujuan........................................................................................... Hipotesis .......................................................................................
1 1 3 4
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... Botani Kacang Tanah ................................................................... Pertumbuhan Kacang Tanah ......................................................... Varietas Kacang Tanah ................................................................. Paclobutrazol................................................................................. Hubungan Source dan Sink ...........................................................
5 5 6 8 10 12
BAHAN DAN METODE ......................................................................... Waktu dan Tempat ........................................................................ Bahan dan Alat.............................................................................. Metode Percobaan......................................................................... Pelaksanaan Percobaan ................................................................. Pengamatan ...................................................................................
16 16 16 16 17 18
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. Hasil .............................................................................................. Pembahasan...................................................................................
20 20 29
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. Kesimpulan ................................................................................... Saran .............................................................................................
34 34 34
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
35
LAMPIRAN..............................................................................................
38
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1. Rekapitulasi Sidik Ragam Peubah-peubah Pengamatan ....................
21
2. Rata-rata Berat Kering Brangkasan Kacang Tanah Dengan Perlakuan Konsentrasi Paclobutrazol .................................................
22
3. Rata-rata Berat Kering Brangkasan Delapan Varietas Kacang Tanah .....................................................................................
22
4. Rata-rata Jumlah Daun Delapan Varietas Kacang Tanah...................
23
5. Indeks Luas Daun Kacang Tanah Dengan Perlakuan Konsentrasi Paclobutrazol ......................................................................................
24
6. Rata-rata Jumlah Polong dan Persentase Polong Isi Kacang Tanah Dengan Perlakuan Konsentrasi Paclobutrazol....................................
26
7. Rata-rata Jumlah Polong dan Persentase Polong Isi Delapan Varietas Kacang Tanah.......................................................................
26
8. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Dengan Perlakuan Konsentrasi Paclobutrazol ..................................................................
27
9. Rata-rata Tinggi Tanaman, Jumlah Bunga dan Persentase Bunga Menjadi Polong Delapan Varietas Kacang Tanah...........................
27
10. Rata-rata Produktivitas Delapan Varietas Kacang Tanah ..................
28
11. Indeks Panen dan Indeks Biji Delapan Varietas Kacang Tanah.........
29
Lampiran 1. Keadaan Beberapa Unsur Iklim Wilayah Darmaga, Bogor................
38
2. Analisis Tanah Sebelum Perlakuan ....................................................
38
3. Korelasi Jumlah Polong Total per Tanaman, Produktivitas Polong Kering dan Biji Kering .......................................................................
38
4. Deskripsi Delapan Varietas Kacang Tanah ........................................
39
5. Korelasi Berat Kering Brangkasan, ILD, Berat Kering Ginofor dan Polong dan Berat Kering Biji.......................................................
40
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
1. Indeks Luas Daun Delapan Varietas Kacang Tanah Dengan Konsentrasi Paclobutrazol 0 ppm (a) dan 100 ppm (b) ......................
25
Lampiran 1. Hama dan Penyakit Kacang Tanah Yang Ditemukan Selama Percobaan............................................................................................
41
2. Polong dan Biji Delapan Varietas Kacang Tanah Dengan Perlakuan Konsentrasi Paclobutrazol 0 ppm (P-0) dan 100 ppm (P-1) 42 3. Denah Rancangan Percobaan .............................................................
44
PENDAHULUAN Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan dari kelompok kacangan yang digemari masyarakat dan banyak dimanfaatkan dalam industri. Konsumsi kacang tanah sebagai pangan sehat dalam pangan nasional pun terus meningkat. Namun kemampuan produksi dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan kacang tanah. Kacang tanah banyak dibudidayakan di lahan kering dengan kekeringan sebagai pembatas utama untuk mencapai produksi yang optimum. Kendala lain dalam budidaya kacang tanah adalah semakin sedikitnya minat petani untuk menanam kacang tanah karena hasilnya yang belum bisa mencapai maksimal. Kacang tanah biasanya ditanam bukan sebagai tanaman utama sehingga industri dengan bahan baku kacang tanah kesulitan mendapatkan pemasok kacang tanah dan memilih untuk impor dari luar negeri. Permintaan kacang tanah tahun 2006 adalah 954 500 ton dan proyeksi permintan tahun 2012 mencapai 1 131 788 ton (Kasno, 2007). Produksi kacang tanah di Indonesia tahun 2006 adalah 838 096 ton dan tahun 2007 adalah 789 089 ton (Badan Pusat Statistik, 2008). Dari segi produktivitas, Indonesia dinilai masih rendah. Menurut Sumarno (1993) produktivitas kacang tanah di negara tropis termasuk Indonesia adalah antara 0.7 ton hingga 1.3 ton biji kering per hektar dari potensi produksi rata-rata sebesar 1.2 – 3.37 ton per hektar (Pusat Penelitian Tanaman Pangan, 2008). Produktivitas yang masih rendah ini dapat disebabkan salah satunya oleh pembentukan polong yang kurang sempurna dan tidak maksimal serta kemampuan pertumbuhan dan perkecambahan kacang tanah yang tidak baik. Kacang tanah di Indonesia dapat ditanam di lahan sawah atau tegalan sebagai tanaman tunggal maupun tumpang sari. Luas panen kacang tanah menempati urutan keempat setelah padi, jagung, dan ubi kayu (Badan Pusat Statistik, 2004). Budidaya kacang tanah memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman palawija lain seperti jagung, kedelai dan kacang hijau. Selain itu, kacang tanah merupakan tanaman komersial sebagai sumber
pendapatan bagi petani lahan kering dan lahan bekas sawah. Resiko kegagalan kacang tanah akibat serangan hama dan penyakit lebih kecil dibandingkan kedelai. Kacang tanah dimanfaatkan sebagai bahan pangan, industri, dan pakan. Dibanding komoditas lainnya, kacang tanah lebih diminati oleh kalangan bisnis swasta dengan B/C ratio yang dapat mencapai 1.98. Hampir sebagian produksi kacang tanah digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan, seperti industri kacang, bumbu-bumbuan, ice cream, selai (peanut butter), permen dan produk lainnya (Sovan, 2004). Dengan demikian peluang pasar dalam negeri masih membutuhkan bahan baku yang cukup besar jumlahnya. Kacang tanah merupakan tanaman yang memiliki sifat indeterminet yakni bagian vegetatif tetap tumbuh pada saat tanaman sudah memulai pertumbuhan generatif (Sumarno dan Slamet, 1993). Pemerintah Indonesia telah melepas 22 varietas unggul kacang tanah diantaranya adalah Badak, Biawak, Gajah, Jerapah, Kelinci, Kidang dan Sima (Pitojo, 2005). Delapan varietas yang digunakan dalam percobaan ini memiliki kemampuan membentuk tajuk dan hasil yang berbeda-beda. Menurut Ratnapuri (2008) varietas Gajah, varietas unggul berbiji dua, memiliki produksi yang tinggi dengan berat kering polong yang lebih berat dibandingkan varietas kacang tanah berbiji tiga, Panter (varietas unggul) dan Garuda Biga (varietas lokal). Namun varietas gajah memiliki rendemen biji yang lebih rendah dibandingkan varietas Biawak. Varietas Badak memiliki bobot kering daun, jumlah polong total dan berat kering polong saat panen yang lebih tinggi daripada varietas Gajah meskipun Indeks Luas Daunnya tidak berbeda nyata (Lukitas, 2006) Paclobutrazol merupakan zat penghambat pertumbuhan vegetatif yang diperlukan untuk membentuk bunga, buah dan perkembangan buah. Paclobutrazol banyak digunakan pada tanaman buah-buahan seperti apel, jeruk, pir dan buahbuahan sub tropis lainnya untuk mempercepat pembungaan dan pembentukan buah. Penggunaan paclobutrazol pada kacang tanah yang dilakukan oleh Senoo dan Isoda (2003) di Jepang menunjukkan adanya peningkatan jumlah polong pada
tanaman dengan perlakuan paclobutrazol 100 ppm dan 200 ppm sehingga meningkatkan produksi sampai 3.7 ton per hektar. Menurut Larson (1992) penggunaan retardan memberikan beberapa keuntungan
dan
kerugian.
Keuntungannya
adalah
dapat
meningkatkan
keseragaman pembungaan serta ketahanan tanaman terhadap cekaman air, suhu panas, suhu dingin dan cekaman pada berbagai kondisi ruangan. Kerugiannya adalah respon yang berbeda-beda dalam spesies yang sama, serta pembungaan akan terhambat jika pemberian terlambat dilakukan. Source merupakan bagian tanaman yang melakukan fotosintesis dan menghasilkan asimilat sedangkan sink adalah bagian tanaman yang memanfaatkan atau menyimpan asimilat. Daun dan jaringan hijau merupakan penghasil asimilat. Sepanjang pertumbuhan vegetatif, akar, daun, dan batang merupakan sink yang kompetitif dalam hal hasil asimilasi. Proporsi hasil asimilasi yang dibagikan ke ketiga organ tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan produktivitas (Gardner et al., 1991). Pada tanaman berbunga tak terbatas, termasuk legume sebagian bahan kering yang dihasilkan setelah pembungaan lebih digunakan untuk membentuk daun-daun baru daripada untuk pengisian sink-sink reproduktif. Persaingan internal antara antara vegetatif dan reproduktif menentukan bagian pertambahan berat kering yang digunakan untuk masing-masing. (Goldworthy and Fisher, 1996). Penggunaan paclobutrazol diharapkan dapat menekan pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tanah yang bersifat indeterminet dan mengalihkan penggunaan asimilat dari kebutuhan untuk perkembangan sink vegetatif ke perkembangan sink reproduktif (biji). Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan paclobutrazol terhadap kapasitas source-sink dan hasil pada delapan varietas kacang tanah.
Hipotesis Beberapa hipotesis yang diajukan adalah: 1. Paclobutrazol berpengaruh menghambat pertumbuhan bagian vegetatif kacang tanah 2. Paclobutrazol dapat meningkatkan pengisian polong kacang tanah 3. Terdapat varietas kacang tanah dengan hasil sesuai potensi 4. Interaksi antara paclobutrazol dan varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan kacang tanah 5. Interaksi antara paclobutrazol dan varietas berpengaruh terhadap hasil kacang tanah
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kacang Tanah Menurut Trustinah (1993) dalam dunia tumbuh-tumbuhan, kacang tanah termasuk dalam famili Papilionidae, subfamili Leguminosae dan genus Arachis. Genus Arachis merupakan tanaman herba, daunnya terdiri dari 3 – 4 helaian daun, memiliki daun penumpu, bunga berbentuk kupu-kupu dan buah atau polongnya tumbuh di dalam tanah. Subspesies hypogaea memiliki percabangan menjalar (procumbent), menjalar dengan ujung mengarah ke atas (decumbent), atau tegak (erect). Cabang dan bunga terbentuk secara berselang-seling pada cabang primer atau sekunder, pembungaan sederhana dan biasanya bunga tidak muncul pada batang utama, 2 sampai 4 biji per polong dengan polong berparuh dan daun berwarna hijau gelap. Menurut Suprapto (2004) berdasarkan tipe pertumbuhannya kacang tanah dibedakan menjadi dua yaitu kacang tanah dengan tipe tegak (bunch type) dan kacang tanah tipe menjalar (runner type). Kacang tanah tipe menjalar memiliki percabangan yang tumbuh ke samping, tetapi ujung-ujungnya mengarah ke atas. Panjang batang utamanya antara 33-36 cm. Tipe ini umumnya berumur panjang kira-kira 180-210 hari. Tiap ruas yang berdekatan dengan tanah akan menghasilkan buah sehingga masaknya tidak bersamaan (Suprapto, 2004) Sedangkan kacang tanah tipe tegak memiliki percabangan yang lurus atau sedikit miring ke atas. Umumnya petani lebih suka yang bertipe tegak sebab umurnya pendek yaitu sekitar 100-120 hari sehingga lebih cepat panen. Buahnya hanya pada ruas-ruas yang dekat rumpun sehingga masaknya bisa bersamaan. Sebagian besar kacang tanah yang ditanam di Indonesia adalah tipe tegak (Trustinah, 1993) Menurut Nickell (1988) pola pertumbuhan kacang tanah sangat ditentukan oleh faktor genetis dan juga dipengaruhi oleh cahaya dan zat pengatur tumbuh. Faktor-faktor tersebut berpengaruh pada keseimbangan antara senyawa pemacu pertumbuhan dan senyawa penghambatnya. Waktu sampai kemasakan tergantung pada lingkungan, suhu hangat khususnya mempercepat kemasakan. Walaupun
demikian, waktu sampai kemasakan tidak mempunyai persyaratan satuan panas yang khas pada tanaman ini (Goldworthy and Fisher, 1996). Menurut Sumarno (1993) produktivitas kacang tanah di negara tropis termasuk Indonesia adalah antara 0.7 ton hingga 1.3 ton biji kering per hektar. Potensi hasil kacang tanah adalah 1.2 – 3.37 ton/hektar (Pusat Penelitian Tanaman Pangan, 2008) Kacang tanah merupakan tanaman yang memiliki sifat indeterminet yakni bagian vegetatif tetap tumbuh pada saat tanaman sudah memulai pertumbuhan generatif (Sumarno dan Slamet, 1993). Perbungaan-perbungaan pertama pada tanaman legum berbiji dapat terbentuk pada buku-buku yang lebih bawah segera setelah muncul, dan pembungaan dapat berlangsung terus hampir sampai pemasakan. (Goldworthy and Fisher, 1996) Pertumbuhan Kacang Tanah Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran yang tidak dapat balik. Pertumbuhan tanaman dapat diekspresikan melalui beberapa cara. Manifestasi pertumbuhan yang paling jelas adalah dari pertambahan tinggi tanaman, tetapi hal tersebut buknlah yang paling penting dalam pertumbuhan tanaman (Brown, 1972). Tanaman kacang tanah memiliki sifat-sifat fisiologi yang unik, yang tidak terdapat pada tanaman kacang-kacangan yang lain diantaranya adalah sebagai berikut (Sumarno dan Slamet, 1993): 1. Bunga kacang tanah yang terbentuk pada bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah namun, polong masuk dan berkembang di dalam tanah. 2. Periode berbunga cukup lama (75% dari periode hidup tanaman). 3. Pertumbuhan generatif memerlukan radiasi surya yang cukup tinggi. 4. Kacang tanah menyerap cukup banyak hara sehingga disebut tanaman penguras tanah. 5. Perbandingan benih yang ditanam dengan biji yang dihasilkan tergolong kecil, yaitu antara 1 : 10 hingga 1 : 25.
Kacang tanah tumbuh hampir di 90 negara di dunia. Kacang tanah dapat tumbuh di negara dengan iklim tropis dan subtropis. Batas geografis pertumbuhan kacang tanah untuk tujuan komersil adalah baik pada daerah dengan 40°LU dan 40°LS (Virmani and Singh, 1986) Kacang tanah akan tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Tanah sebagai media tumbuh kacang tanah berpengaruh besar terhadap pertumbuhan kacang tanah, karena kacang tanah lebih menghendaki jenis tanah lempung berpasir, liat berpasir atau lempung liat berpasir, pH tanah optimal adalah 6.5-7.0. Jika pH lebih besar dari 7.0 maka daun akan berwarna kuning akibat kekurangan unsur hara N, S, Fe, dan Mn. Selain itu, sering muncul bercak hitam pada polong. Tanah dengan sistem drainase baik akan menciptakan aerasi yang lebih baik, sehingga penyerapan air, hara, nitrogen, CO2, dan O2 oleh tanaman lebih mudah dilakukan (Adisarwanto, 2001). Sebaliknya pada kondisi tanah yang sangat asam, beberapa unsur hara justru dapat menimbulkan keracunan sehingga kurang menguntungkan bagi pertumbuhan kacang tanah (Pitojo, 2005). Pertumbuhan vegetatif berlangsung sejak biji berkecambah hingga kanopi mencapai maksimum. Varietas Spanish yang banyak ditanam di Indonesia memiliki periode vegetatif antara 60 hingga 80 hari. Pola pertumbuhan vegetatif mengikuti empat tahap pertumbuhan yaitu stadia juvenil (awal pertumbuhan), stadia pemacuan pertumbuhan, stadia biomassa konstan dan stadia peluruhan. Jangka waktu masing-masing stadia tersebut dapat berubah tergantung varietas, kesuburan tanaman, serangan hama-penyakit, gangguan lingkungan, drainase buruk, kompetisi gulma dan populasi tanaman. (Sumarno dan Slamet, 1993). Faktor iklim yang sangat berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah adalah suhu, curah hujan, dan cahaya. Suhu udara berpengaruh pada perkecambahan awal. Untuk pertumbuhan optimum suhu yang sesuai adalah berkisar 27°C sampai 30°C, tergantung varietas. Curah hujan sangat berpengaruh pada pencapaian hasil kacang tanah. Total curah hujan optimum selama 3-3.5 bulan atau sepanjang periode tumbuh sampai panen adalah 300-500 mm. Sangat ideal jka curah hujan tersebut terbagi merata selama pertumbuhan tanaman. Kacang tanah merupakan tanaman C3, cahaya mempengaruhi
fotosintesis dan respirasi. Intensitas cahaya yang rendah saat pembentukan ginofor akan mempengaruhi jumlah ginofor, sedangkan rendahnya intensitas cahaya saat pengisian polong akan menurunkan jumlah dan berat polong serta menambah jumlah polong hampa (Adisarwanto, 2001) Kacang tanah mulai berbunga pada umur ± 20 hari, dan berlanjut hingga umur ± 75 hari. Bunga yang berhasil menjadi polong hanya bunga yang terbentuk pada tanaman berumur sekitar 30 hari. Varietas yang tipe batangnya tegak memiliki periode berbunga lebih singkat dibandingkan varietas yang tipe batangnya menjalar. Bunga yang telah diserbuki membentuk ginofor, yang tumbuh memanjang ke dalam tanah. Pertumbuhan buah didahului oleh perkembangan kulit polong hingga mencapai ukuran dan bobot maksimum, kemudian diikuti perkembangan biji (Sumarno dan Slamet, 1993). Menurut Adisarwanto et al., (1993) tingkat produksi maksimal dapat dicapai apabila lingkungan tumbuh tanaman pada kondisi optimum. Faktor penghambat seperti kekeringan, drainase buruk, kahat unsur hara, atau gangguan hama penyakit dapat dikendalikan. Produktivitas kacang tanah yang tinggi akan dicapai apabila varietas yang ditanam mempunyai potensi hasil (genetis) yang tinggi, dan didukung oleh penerapan teknologi produksi yang tepat. Varietas Kacang Tanah Banyak faktor yang ikut berperan terhadap peningkatan produksi dan produktivitas tanaman kacang tanah, antara lain varietas unggul dan benih bermutu, perbaikan cara budidaya dan pengendalian penyakit serta penanganan pasca panen yang lebih baik (Kasno, 2007). Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah biji dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama, dan sekurang-kurangnya terdapat satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan (Suhartina, 2005).
Perbedaan varietas menentukan perbedaan produktivitas yang dicapai. Varietas unggul memiliki kelebihan tertentu dibanding varietas lokal, yaitu (Hidajat, et al., 1999): 1. Daya hasil tinggi, bila ditanam pada lingkungan yang optimal. 2. Ukuran, warna, dan bentuk bijinya seragam, karena varietas unggul adalah varietas murni. 3. Mempunyai ketahanan terhadap penyakit tertentu, seperti bakteri layu, bercak daun, dan lain-lain. Varietas unggul kacang tanah mempunyai biji yang lebih besar, sekitar 50 gram per 100 biji, dibanding varietas lokal yang ukuran bijinya lebih kecil yakni 30-35 gram per 100 biji. Beberapa varietas unggul yang sering digunakan petani adalah Gajah, Macan, dan Kidang (Hidajat, et al., 1999). Varietas lokal umumnya merupakan campuran dari beberapa strain atau beberapa varietas, sehingga warna, bentuk, ukuran bijinya beragam. Umumnya varietas lokal memiliki daya hasil yang lebih rendah daripada varietas unggul, namun tahan terhadap penyakit layu (Hidajat, et al., 1999). Varietas unggul berasal dari varietas lokal, varietas introduksi, varietas liar, galur homosigot, mutan atau genus-genus yang sama yang mempunyai potensi hasil tinggi dan sesuai dengan target pemuliaan yang diinginkan (Suhartina, 2005). Pemerintah Indonesia melalui Departemen Pertanian melepas varietas unggul kacang-kacangan dan umbi-umbian sebagai salah satu komponen teknologi untuk mendukung pembangunan pertanian. Dibandingkan komponen teknologi lainnya, varietas unggul berperan paling menonjol dalam peningkatan produksi. Digunakannya varietas unggul berdaya hasil tinggi dan berumur pendek mampu meningkatkan hasil per satuan luas maupun per satuan waktu. Dengan varietas berumur pendek, petani dimungkinkan untuk meningkatkan intensitas pertanaman (IP) dengan resiko kekeringan yang minimal. Selain itu, berbagai varietas dengan toleransi dan ketahanan yang tinggi terhadap cekaman hama dan penyakit mampu mengurangi kehilangan hasil dan menurunkan pencemaran pestisida dan biaya pengendalian (Suhartina, 2005).
Sejak tahun 1950 pemerintah Indonesia telah melepas 22 varietas unggul, yaitu Gajah, Macan, Banteng, Kidang, Tupai, Pelanduk, Tapir, Rusa, Anoa, Kelinci, Lokal Jepara, Landak, Mahesa, Badak, Komodo, Biawak, Trenggiling, Simpai, Zebra, Singa, Panter dan Jerapah (Pitojo, 2005). Menurut Ratnapuri (2008) varietas Gajah, varietas unggul berbiji dua, memiliki produksi yang tinggi dengan berat kering polong yang lebih berat dibandingkan varietas kacang tanah berbiji tiga, Panter (varietas unggul) dan Garuda Biga (varietas lokal). Namun varietas Gajah memiliki rendemen biji yang lebih rendah dibandingkan varietas Biawak. Menurut Lukitas (2006) varietas Badak memiliki bobot kering daun, jumlah polong total dan berat kering polong saat panen yang lebih tinggi daripada varietas Gajah meskipun indeks luas daunnya tidak berbeda nyata. Paclobutrazol Menurut Krishnamoorthy (1981) ada bermacam-macam kelompok bahan kimia yang memberikan efek fisiologi dalam menghambat pertumbuhan batang dengan menghambat pembelahan sel meristem sub apikal, namun susunan buah, bunga dan buah tidak terpengaruh. Dengan kata lain tanaman yang mendapat perlakuan ini tetap tampak normal namun mengalami pemendekan batang. Paclobutrazol merupakan salah satu jenis zat penghambat pertumbuhan tanaman yang banyak dikenal dan digunakan. Zat penghambat pertumbuhan adalah suatu senyawa organik yang mampu menghambat pemanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun dan mempengaruhi pembungaan, menghambat pembelahan sel dan pembesaran sel sub apikal tanpa menyebabkan pertumbuhan yang abnormal (Wattimena, 1988). Paclobutrazol pertama kali dikembangkan oleh Imperial Chemical Industries (ICI) Amerika Serikat sebagai suatu zat penghambat tumbuh yang potensial untuk tanaman ornamental dan agronomi. Paclobutrazol telah banyak digunakan pada tanaman buah-buahan lainnya seperti apel, pir, aprikot, jeruk, dan buah subtropis lainnya (Wattimena, 1988). Menurut Larson (1992) penggunaan retardan memberikan beberapa keuntungan
dan
kerugian.
Keuntungannya
adalah
dapat
meningkatkan
keseragaman pembungaan serta ketahanan tanaman terhadap cekaman air, suhu panas, suhu dingin dan cekaman pada berbagai kondisi ruangan. Kerugiannya adalah respon yang berbeda-beda dalam spesies yang sama, pembungaan akan terhambat jika pemberian terlambat dilakukan. Pemberian
paclobutrazol
dalam
konsentrasi
yang
rendah
dapat
mempertinggi ketahanan tanaman terhadap penyakit (Wattimena, 1988). Aplikasi paclobutrazol nyata menekan pertumbuhan tinggi tanaman bunga matahari kultivar Hallo dan Teddy Bear dengan menghambat perpanjangan ruas tanaman tersebut (Rani, 2006). Pemberian paclobutrazol pada ubi jalar yang dilakukan secara in vitro efektif untuk menghambat pertumbuhan daun (Aryati, 2007). Menurut Wattimena (1988) paclobutrazol bekerja dengan menghambat gibberelin pada meristem sub apikal kemudian akan menyebabkan penurunan laju pembelahan sel sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif yang diperlukan untuk membentuk bunga, buah dan perkembangan buah. Selain itu, Hutabarat (1994) menyatakan paclobutrazol juga dapat menekan pertumbuhan tajuk serta dapat meningkatkan pertumbuhan akar. Penyemprotan paclobutrazol pada kentang memberi efek memperpendek tanaman dan mengurangi diameter umbi, dan bobot basah umbi per tanaman. Zat
pelambat
pertumbuhan
tertentu
yang
diperdagangkan,
yang
menghambat pemanjangan batang dan menyebabkan pengkerdilan, seperti paclobutrazol, menghambat reaksi oksidasi antara kauren dan asam kaurenoat dalam reaksi biosintesis giberelin (Salisbury dan Ross, 1995). Paclobutrazol yang diberikan pada tanaman bunga melati memberikan pengaruh nyata menurunkan panjang dan lebar daun (Andayani, 2004). Perlakuan paclobutrazol juga mampu menginduksi pambungaan kastuba, mempercepat waktu mekar braktea dan mengurangi ukuran diameter braktea dimana tanaman kastuba yang diberi perlakuan mempunyai diameter braktea yang lebih kecil dibandingkan
dengan
tanaman
kontrol
(Sefiani,
2004).
Penyemprotan
paclobutrazol pada kakao dapat menekan intensitas pembentukan pucuk sebesar 67.56% (Toatin, 2006).
Penyemprotan paclobutrazol pada kacang tanah dengan konsentrasi 100 dan 200 ppm pada kacang tanah dapat meningkatkan jumlah polong sehingga meningkatkan hasil sampai 3.7 ton/ha (Senoo dan Isoda, 2003) Hubungan Source dan Sink Kemampuan tanaman untuk mengatur jumlah biji untuk mempertahankan keseimbangan antara sumber (source) dan pemanfaat (sink) mempunyai arti ekologi yang besar. Masalah utama adalah banyak peristiwa yang menentukan pola pembagian, terjadi sebelum persaingan internal mulai, dan karena itu mereka tidak ditentukan oleh ukuran kolam fotosintat yang tersedia (Goldworthy and Fisher, 1996) Pembagian hasil asimilasi biasanya diberikan ke daerah sink yang terdekat dengan source. Misalnya, daun-daun sebelah atas pada dasarnya mengekspor ke puncak batang, daun-daun sebelah bawah ke akar, dan daun-daun sebelah tengah ke keduanya. Sel-sel sumber yang berfotosintesis (source) manghasilkan gula yang dapat bergerak secara simplastik ke pembuluh tapis. Pada daerah sink karbohidrat diabsorbsi dan dibagikan secara aktif menjadi bagian penyusun sel (misalnya tepung) atau diubah menjadi karbohidrat lain yang memiliki pengaruh terhadap tekanan hidrostatis floem (Gardner et al., 1991) Laju fotosintesis akan berkurang sampai laju yang sesuai dengan kemampuan menerima hasil asimilasi oleh sink. Agar fotosintesis mencapai laju maksimum, sink harus dapat memanfaatkan seluruh hasil asimilasi yang diproduksi. Dalam kondisi seperti ini, pembagian akan dikendalikan oleh kekuatan sink yang tersedia (Gardner et al., 1991) Daun dan jaringan hijau lainnya merupakan sumber asal hasil asimilasi. Sebagian hasil asimilasi tetap tertinggal dalam jaringan untuk pemeliharaan sel, dan bila translokasi lambat, dapat diubah menjadi tepung atau bentuk cadangan makanan lainnya. Sisanya diekspor ke daerah pemanfaatan vegetatif, yang terdiri dari fungsi-fungsi pertumbuhan, pemeliharaan dan cadangan makanan (Gardner et al., 1991) Kekuatan sink dipengaruhi oleh hormon. Asam Indol Asetat (IAA), sitokinin, etilen, dan asam giberelat, apabila dibubuhkan pada permukaan
potongan batang akan menyebabkan penimbunan hasil asimilasi di daerah pembubuhan (Gardner et al., 1991). Sepanjang pertumbuhan vegetatif, akar, daun, dan batang merupakan sink yang kompetitif dalam hal hasil asimilasi. Proporsi hasil asimilasi yang dibagikan ke ketiga organ tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan produktivitas. Daun muda yang sedang berkembang memerlukan hasil asimilasi yang diimpornya untuk penyediaan energi dan kerangka karbon yang diperlukannya untuk tumbuh dan berkembang sampai daun-daun itu dapat memproduksi hasil asimilasi yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Setelah daun menjadi dewasa dan tua, daun tidak mengekspor atau mengimpor hasil asimilasi. Sebelum mati, banyak senyawa anorganik maupun organik dalam daun dimobilisasi kembali dan ditranslokasi ke bagian-bagian tanaman yang lain (Gardner et al., 1991). Pertumbuhan reproduktif seringkali merupakan bagian utama tanaman yang dipanen hasilnya. Pada tanaman semacam itu permukaan yang luas untuk fotosintesis dan struktur penguat sangat dibutuhkan sebelum berbuah. Setelah pembungaan sink reproduksi berubah menjadi sangat kuat yang membatasi pembagian hasil asimilasi untuk pertumbuhan daun, batang, dan akar tambahan (Gardner et al., 1991). Pada tanaman berbunga tak terbatas, termasuk legume penghasil pangan dan kapas, sebagian bahan kering yang dihasilkan setelah pembungaan lebih digunakan untuk membentuk daun-daun baru daripada untuk pengisian sink-sink reproduktif. Persaingan internal antara vegetatif dan reproduktif menentukan bagian pertambahan berat kering yang digunakan untuk masing-masing sink (Goldworthy and Fisher, 1996). Hasil asimilasi yang sama disimpan dalam biji mungkin datang dari tiga sumber utama: fotosintesis daun saat sekarang, fotosintesis bagian lain yang bukan daun saat sekarang, dan remobilisasi hasil asimilasi yang disimpan dalam organ tanaman yang lain. Kekuatan biji sebagai daerah pemanfaatan serta ketersediaan relatif dan kekuatan source mempengaruhi pembagian hasil asimilasi. Apabila daun-daun pucuk dibuang, daun-daun sebelah bawah akan
memasok hasil asimilasi ke biji, bila daun-daun sebelah bawah dibuang, daun bendera akan mentranspor hasil asimilasi ke akar (Gardner et al., 1991) Pembagian hasil-hasil fotosintesis ke bagian-bagian yang berlainan dalam tanaman dikendalikan oleh suatu sistem yang kelenturannya ditunjukkan oleh kemampuannya untuk menanggapi secara tepat berbagai rangsangan lingkungan yang berlainan. Oleh karena itu, penaungan lebih meningkatkan pembagian ke helaian daun sedangkan cekaman air atau zat hara memperbaiki pembagian ke akar. Pembuangan bagian-bagian tanaman mengakibatkan kenaikan sementara pembagian ke bagian-bagian lain yang serupa sampai hubungan pembagian pada tanaman kontrol yang utuh tercapai kembali (Goldworthy and Fisher, 1996) Suatu pengurangan hasil sering kali dapat disebabkan oleh persaingan di dalam tanaman sehingga bagian yang berguna (biji atau umbi) kehilangan asimilat dan oleh karena itu pertumbuhannya terhambat. Suatu indeks panen yang rendah menunjukkan adanya persaingan sink. Keterbatasan sink terhadap fotosintesis sebaliknya, terjadi apabila kapasitas total semua tempat penyimpanan (bagianbagian yang tumbuh) tanaman tak cukup untuk mengasimilasi fotosintat yang dapat dihasilkan dalam kondisi cuaca yang ada. Pada tanaman berbiji, terdapat korelasi yang erat antara laju pertumbuhan biji dan aktivitas daun dari mana sebagian besar fotosintat diambil seperti daun bendera pada padi-padian yang berbunga pada ujung dan daun dibawah bunga di ketiak daun pada tanaman dikotil. Pada kedelai, fotosintesis daun lebih tinggi selama pengisian polong daripada selama pembungaan (Goldworthy and Fisher, 1996) Pembungaan mengakibatkan pembentukan sink-sink baru dan persaingan internal untuk asimilat lebih besar. Dengan demikian asimilat kurang tersedia untuk pertumbuhan vegetatif yang baru, dan ini mengakibatkan adanya fisiologi semusim (annual), dimana prioritas diberikan untuk perkembangan buah dan biji dengan mengorbankan luas daun menurun dan sedikit, dengan akibat bahwa hasilnya sedikit (Goldworthy and Fisher, 1996) Sifat pertumbuhan kacang tanah yang bercabang berurutan, sekali perbungaan mulai terbentuk pada suatu cabang tidak ada monopodia selanjutnya yang dihasilkan. Sementara daun-daun tua mati dan daun-daun baru menggantikannya, jumlah daun yang berfungsi menjadi konstan sehingga luas
daun yang tersedia untuk asimilasi menjadi tetap. Pada waktu yang sama, buahbuah meningkat daya saingnya terhadap penyediaan asimilat yang terbatas sehingga nisbah daun terhadap pertumbuhan total menurun. Permintaan buah akhirnya
mencegah
pengembangan
daun-daun
berikutnya
dan
tanaman
mengalami penuaan. Bentuk-bentuk yang bercabang secara berurutan ini biasanya hidupnya pendek dan masak dalam kurun waktu kurang dari 100 hari (Goldworthy and Fisher, 1996) Sebagian besar asimilat-asimilat dalam biji kebanyakan tanaman legume berasal dari daun dan daun penumpu (stipuli) yang terdapat dalam buku yang sama, tetapi asosiasi buku, ruas, daun dan kuncup ketiak sesuai sebagai satuan fitometrik pada tamanan legum hanya bersifat lemah. Karbohidrat dari suatu daun tertentu hanya terjanji sangat lemah pada struktur reproduktif yang didukung di dekatnya dan dengan pengertian yang sama, buah dan biji tidak seluruhnya tergantung pada daun yang berdekatan. Walaupun distribusi asimilat dari daundaun pada cabang-cabang biasanya terbatas untuk buah-buah pada cabang yang sama (Goldworthy and Fisher, 1996)
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru IPB Darmaga. Ketinggian lokasi percobaan adalah 240 m diatas permukaan air laut. Percobaan dimulai pada bulan Maret dan berakhir pada bulan Juni 2008. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah benih kacang tanah varietas Badak, Biawak, Gajah, Garuda 2, Jerapah, Kelinci, Kidang dan Sima. Pupuk yang digunakan adalah pupuk dasar dengan dosis masing-masing 45 kg N/ha, 100 kg P2O5/ha, dan 50 kg K2O/ha. Kaptan yang diberikan sebanyak 500 kg/ha. Pestisida yang diberikan adalah insektisida dan fungisida. Untuk perlakuan digunakan larutan paclobutrazol dengan konsentrasi 100 ppm. Peralatan yang diperlukan sprayer, timbangan, oven, cangkul, tugal, kored, ember, dan alat tulis. Metode Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi (Split Plot) dengan konsentrasi paclobutrazol sebagai petak utama dan varietas sebagai anak petak. Perlakuan kosentrasi paclobutrazol dan varietas yang dicobakan adalah sebagai berikut: P0= konsentrasi paclobutrazol 0 ppm
V4= varietas Garuda 2
P1= konsentrasi paclobutrazol 100 ppm
V5= varietas Jerapah
V1= varietas Badak
V6= varietas Kelinci
V2= varietas Biawak
V7= varietas Kidang
V3= varietas Gajah
V8= varietas Sima
Untuk tiap perlakuan digunakan tiga ulangan sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Model aditif linear yang digunakan adalah: Yij = µ + Ui + Pj + εij +Vk + (PJ)jk + δijk Keterangan: Yijk
= nilai pengamatan dari perlakuan konsentrasi paclobutrazol ke-j dan varietas kacang tanah ke-k
μ
= rataan umum
Ui
= pengaruh ulangan ke-i, i = 1, 2, 3.
Pj
= pengaruh perlakuan konsentrasi paclobutrazol ke-j, j = 1, 2.
εij
= pengaruh galat percobaan petak utama ke-j dan ulangan ke-i
Vk
= pengaruh perlakuan varietas kacang tanah ke-k, k = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
(PJ)jk = pengaruh interaksi antara perlakuan varietas kacang tanah dengan perlakuan konsentrasi paclobutrazol δijk
= sisa galat perlakuan Pelaksanaan Percobaan Pengolahan tanah dilakukan 2 minggu sebelum tanam. Ukuran anak petak
yang digunakan adalah 3 m x 5 m. Sebelum penanaman dilakukan pengapuran menggunakan dolomit dengan dosis 500 kg/ha. Benih kacang tanah ditanam sebanyak 1 benih/lubang. Tiap lubang diberi furadan dengan dosis 15 kg/ha. Pemupukan dilakukan secara larikan pada waktu yang bersamaan dengan penanaman. Pupuk yang digunakan adalah 45 kg N/ha, 100 kg P2O5/ha, dan 50 kg K2O/ha. Jarak tanam yang digunakan adalah 40 cm x 20 cm. Pemeliharaan dilakukan terhadap gulma dan hama penyakit. Penyiangan gulma dilakukan mulai 3 minggu setelah tanam (MST), 6 MST dan 8 MST. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan fungisida sebanyak 2 kali dalam seminggu dimulai dari minggu ketiga sampai tanaman berumur 10 MST kecuali saat perlakuan paclobutrazol. Perlakuan paclobutrazol diaplikasikan pada saat tanaman berumur 6 MST. Panen dilakukan sesuai dengan umur panen masing-masing varietas kecuali pada varietas Gajah dan Kidang dilakukan panen lebih awal karena
kondisi tanaman yang mulai berkecambah. Dalam percobaan ini panen dilakukan empat kali yaitu: 1. Varietas Garuda 2 pada umur 85 hari setelah tanam (HST) 2. Varietas Biawak dan Jerapah pada umur 90 HST 3. Varietas Kelinci, Gajah dan Kidang pada umur 95 HST 4. Varietas Badak dan Sima pada umur 100 HST Pengamatan Pengamatan jumlah bunga dilakukan 2 hari sekali mulai 25 HST sampai 70 HST. Pengamatan destruktif dilakukan tiap dua minggu sekali yaitu pada 26 HST, 6 MST, 8 MST dan 10 MST. Setiap kali destruksi diambil 2 - 4 tanaman dari tiap anak petak. Kemudian dilakukan pengukuran sebagai berikut: 1. Jumlah daun dan cabang Pengamatan jumlah daun dimulai umur 6 MST sedangkan jumlah cabang mulai 8 MST 2. Jumlah ginofor dan polong Jumlah ginofor dan polong merupakan rata-rata dari jumlah ginofor dan polong tanaman sampel. 3. Indeks Luas Daun (ILD) ILD =
Luas Daun Luas Lahan yang Ternaungi
Pengukuran ILD dilakukan secara gravimetri, dimulai umur 26 HST sampai 10 MST. Luas daun diperoleh dari nilai rata-rata tanaman sampel yang diambil. Luas lahan yang ternaungi merupakan jarak tanam dari kacang tanah yaitu 40 cm x 20 cm. Daun yang telah diukur ILD kemudian dioven bersama batang, akar dan polong di dalam oven pada suhu 60 °C selama 3 hari. Selanjutnya dilakukan pengukuran sebagai berikut: a. Berat kering brangkasan Berat kering brangkasan merupakan berat kering daun, batang dan akar setelah dioven
b. Berat kering ginofor dan polong Berat kering ginofor dan polong merupakan berat ginofor dan polong setelah dioven. Pengamatan dilakukan mulai 6 MST Pengamatan komponen hasil dan hasil kacang tanah dilakukan pada saat panen sesuai dengan umur panen masing-masing varietas, pengamatan meliputi: 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman diukur dari lima tanaman sampel dari tanaman yang dipanen secara ubinan, kemudian diambil nilai rata-ratanya. 2. Berat kering brangkasan Berat kering brangkasan diperoleh dari berat seluruh tanaman yang dipanen secara ubinan setelah dijemur selama 5 hari di bawah matahari. 3. Jumlah polong total per tanaman Pengamatan jumlah polong saat panen merupakan rata-rata jumlah polong total dari tanaman yang dipanen baik isi penuh maupun cipo. 4. Jumlah polong isi dan polong cipo per tanaman Jumlah polong isi dan polong cipo dihitung setelah polong dioven pada suhu 60 °C selama 3 hari. Polong cipo merupakan polong hampa, polong terisi sebagian dan polong rusak. 5. Persentase polong isi Persentase polong isi =
Jumlah polong isi penuh × 100% Jumlah polong total
6. Produktivitas polong kering dan biji kering Produktivitas kacang tanah diperoleh dari berat kering polong total tiap luas ubinan kemudian dikonversi ke dalam satuan ton/hektar. 7. Indeks biji Indeks Biji =
Berat kering biji × 100% Berat kering brangkasan + berat kering polong
Berat kering biji merupakan berat kering biji dari polong isi sedangkan berat kering polong merupakan berat kering polong total baik polong isi maupun cipo. 8. Indeks panen Indeks Panen =
Berat kering polong total × 100% Berat kering brangkasan + Berat kering Polong total
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2008 dengan curah hujan rata-rata 412.3 mm per bulan. Jumlah hari hujan rata-rata adalah 21.3 hari per bulan. Suhu maksimum rata-rata per bulan adalah 27.9 °C dan suhu minimum rata-rata sebesar 23.8 °C (Tabel Lampiran 1) Hasil analisis tanah yang dilakukan sebelum penanaman menunjukkan bahwa tanah dalam keadaan masam dengan pH 4.90 dan bertekstur liat. Kandungan C organik dalam tanah sebesar 1.68%. Hasil analisis tanah secara lengkap ditampilkan pada Tabel Lampiran 2. Rata-rata daya tumbuh kacang tanah pada umur 1 MST adalah 75%. Penyulaman dilakukan pada umur 1 MST. Varietas Badak memiliki daya tumbuh paling rendah dibandingkan 7 varietas lainnya yaitu 65%. Pada umur 3 MST sebagian tanaman terserang penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan Sclerotium rolfsii terutama pada petak ulangan 2. Penyakit kacang tanah lainnya yang menyerang tanaman pada percobaan ini adalah witches broom, penyakit belang kacang tanah, karat, dan bercak daun Cercospora. Pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan pestisida yaitu Matador dan Dithane mulai umur 3 minggu setelah tanam (MST) sampai 5 MST, sedangkan mulai umur 6 MST sampai 10 MST digunakan pestisida Thiodan dan Benlox. Beberapa gulma yang banyak ditemui di lahan yaitu Physalis angulata, Phyllanthus niruri, Mimosa pudica, dan Amaranthus sp. Hama yang muncul di lahan diantaranya adalah Leptoglossus australis, ulat dari famili Sphingidae, Leptocorisa acuta, dan Valanga nigricornis. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Rekapitulasi
hasil
uji
F
menunjukkan
perlakuan
paclobutrazol
berpengaruh nyata terhadap berat kering brangkasan dan Indeks Luas Daun (ILD) 8 MST, tinggi tanaman, dan jumlah polong terisi per tanaman.
Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Peubah-peubah Pengamatan Peubah P Berat Kering Brangkasan 6 MST tn 8 MST ** 10 MST tn Jumlah Daun 6 MST tn 8 MST tn 10 MST tn Jumlah Cabang 8 MST tn 10 MST tn Indeks Luas Daun 6 MST tn 8 MST ** 10 MST tn Berat Kering Ginofor dan Polong 6 MST tn 8 MST tn 10 MST tn Jumlah Ginofor dan Polong 6 MST tn 8 MST tn 10 MST tn Jumlah Bunga tn Tinggi Tanaman ** Jumlah Polong Total/Tanaman tn Jumlah Polong Isi/ Tanaman * Jumlah Polong Cipo/Tanaman tn Prod. Polong Kering tn Prod. Biji Kering tn Persentase Polong Isi tn Indeks Panen tn Indeks Biji tn
V
P*V
kk (V)
kk (P)
* tn tn
tn tn tn
(15.3) 19.8 27.4
(25.8) 5.7 4.7
** ** tn
tn tn tn
16.9 15.9 29.4
11.9 39.4 6.6
** **
tn tn
23.9 24.1
21.9 14.1
tn tn tn
tn tn tn
(13.6) 22.5 27.9
(25.2) 13.3 4.2
tn tn tn
tn tn tn
(18.1) (14.8) 26.8
(9.2) (21.9) 13.3
tn tn tn ** ** ** tn * ** * tn * *
tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn
33.2 27.7 30.9 14.3 17.7 13.7 19.9 33.8 16.1 19.1 10.4 10.1 12.9
34.4 14.9 11.4 26 28.4 20.3 20.7 8.5 17.5 21.4 5.9 10.8 6.6
Keterangan: tn = tidak nyata, *= nyata pada taraf 5%, **= nyata pada taraf 1%, ( ) = hasil transformasi √(x+0.5)
Berat Kering Brangkasan Berat kering brangkasan merupakan berat kering seluruh tanaman dikurangi berat kering ginofor dan polong. Pengaruh yang nyata dari perlakuan konsentrasi paclobutrazol terhadap berat kering brangkasan ditunjukkan pada umur 8 MST dengan nilai rata-rata tertinggi sebesar 22.72 gram untuk tanaman dengan perlakuan paclobutrazol 0 ppm. Sedangkan pengaruh varietas terhadap berat kering brangkasan ditunjukkan pada umur 6 MST. Berat kering brangkasan tertinggi didapatkan pada varietas Gajah yang berbeda nyata dengan varietas Badak. Tabel 2. Rata-rata Berat Kering Brangkasan Kacang Tanah Dengan Perlakuan Konsentrasi Paclobutrazol Konsentrasi Paclobutrazol
Berat Kering Brangkasan 6 MST
-----------ppm----------
8 MST
10 MST
-------------------------g/tanaman----------------------------
0
14.67
22.72a
24.38
100
12.57
18.24b
22.37
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ/Tukey 5%
Tabel 3. Rata-rata Berat Kering Brangkasan Delapan Varietas Kacang Tanah Varietas
Garuda 2 Jerapah Gajah Kidang Biawak Sima Kelinci Badak
Berat Kering Brangkasan 6 MST 8 MST 10 MST -------------------------g/tanaman----------------------15.9ab 22.5 24.9 14.8ab 21.8 20.8 20.3 22.4 16.9a 14.8ab 27.8 23.2 12.2ab 21.3 25.2 15.2ab 20.3 27.9 10.9ab 18.7 18.5 8.5b 15.8 19.6
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ/Tukey 5%
Jumlah Daun dan Cabang Perlakuan konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan jumlah cabang. Interaksi antara paclobutrazol dan varietas yang digunakan juga tidak berpengaruh pada peubah tersebut. Namun varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan cabang per tanaman selama pertumbuhannya. Varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 6 MST sampai 8 MST. Dari Tabel 3 diketahui bahwa varietas Garuda 2 memiliki jumlah daun tertinggi selama 6 dan 8 MST yaitu 50.92 dan 71.17 daun yang berbeda nyata dengan varietas Kelinci dan Badak. Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Delapan Varietas Kacang Tanah Varietas
Garuda 2 Jerapah Gajah Kidang Biawak Sima Kelinci Badak
Jumlah Daun 6 MST 8 MST 10 MST ------------------daun/tanaman--------------66.42 50.92a 71.17a 49.42ab 70.17a 65.33 45.50ab 60.08ab 54.67 43.58abc 59.92ab 67.17 41.17abc 64.67ab 74.25 36.92abc 56.75ab 70.67 36.00c 51.33b 55.67 32.42c 47.92b 65.33
Jumlah Cabang 8 MST 10 MST ------cabang/tanaman----9.25ab 10.33a 9.67ab 7.17abc 9.00abc 7.92abc 10.00ab 8.33abc 9.00abc 10.25a 6.50bcd 6.33bc 5.25d 5.58c 5.33cd 5.42c
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ/Tukey 5%
Varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang tanaman pada 8 sampai 10 MST. Pada umur 8 MST Garuda 2 memiliki jumlah cabang tertinggi yaitu 10.33 cabang sedangkan pada umur 10 MST varietas dengan jumlah cabang tertinggi yaitu 10.25 cabang adalah Biawak. Indeks Luas Daun Indeks Luas Daun (ILD) tertinggi terlihat pada tanaman kacang tanah dengan perlakuan konsentrasi paclobutrazol 0 ppm. Pengaruh yang nyata dari perlakuan konsentrasi paclobutrazol didapatkan pada saat tanaman berumur 8
MST dengan nilai 1.82 untuk tanaman dengan perlakuan paclobutrazol 0 ppm dan 1.49 untuk tanaman dengan perlakuan paclobutrazol 100 ppm. Tabel 5. Indeks Luas Daun Kacang Tanah Dengan Perlakuan Konsentrasi Paclobutrazol Konsentasi Paclobutrazol ----------ppm---------0 100
6 MST
Indeks Luas Daun 8 MST 10 MST
1.45 1.07
1.82a 1.49b
1.94 1.84
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ/Tukey 5%
Berat Kering Ginofor dan Polong Konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata pada berat kering ginofor dan polong kacang tanah. Demikian juga dengan perlakuan varietas dan interaksi antara konsentrasi paclobutrazol dan varietas. Jumlah Ginofor dan Polong Konsentrasi paclobutrazol dan varietas tidak berpengaruh terhadap jumlah ginofor dan polong pada umur 6 – 10 MST. Interaksi antara keduanya juga tidak berpengaruh. Jumlah Polong per Tanaman dan Persentase Polong Isi Perlakuan paclobutrazol nyata mempengaruhi jumlah polong isi per tanaman tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah polong total dan polong cipo per tanaman. Jumlah polong terisi pada tanaman dengan perlakuan konsentrasi paclobutrazol 0 ppm lebih tinggi dibandingkan pada tanaman dengan perlakuan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm. Meskipun perlakuan konsentrasi paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap jumlah polong isi tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap persentase polong terisi.
(a) 3.00
2.50 Badak Biawak
2.00
ILD
Gajah Garuda 2
1.50
Jerapah Kelinci
1.00
Kidang Sima
0.50
0.00 0
2
4
6
8
10
12
Umur Tanaman (MST)
(b) 3
2.5 Badak Biawak
2
ILD
Gajah Garuda 2
1.5
Jerapah Kelinci
1
Kidang Sima
0.5
0 0
2
4
6
8
10
12
Umur Tanaman (MST)
Gambar 1. Indeks Luas Daun Delapan Varietas Kacang Tanah Dengan Konsentrasi Paclobutrazol 0 ppm (a) dan 100 ppm (b)
Tabel 6. Rata-rata Jumlah Polong dan Persentase Polong Isi Kacang Tanah Dengan Perlakuan Konsentrasi Paclobutrazol Konsentrasi Paclobutrazol -------ppm------
Jumlah Polong Isi
Cipo
Total
----------------------polong/tanaman---------------
Persentase Polong Isi -------%------
0
17.95a
3.80
21.74
82.3
100
15.94b
4.20
20.15
78.6
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ/Tukey 5%
Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah polong total dan jumlah polong cipo tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah polong isi. Jumlah polong total tertinggi saat panen dengan nilai 24.21 polong diperoleh dari varietas Jerapah. Varietas Jerapah memiliki jumlah polong total yang berbeda nyata dengan varietas Kidang. Jumlah polong cipo tertinggi didapatkan pada Garuda 2. Tabel 7. Rata-rata Jumlah Polong dan Persentase Polong Isi Delapan Varietas Kacang Tanah Varietas
Jumlah Polong Isi
Cipo
Total
--------------------polong/tanaman----------------
Persentase Polong Isi -----%-----
Garuda 2
17.25
6.02a
23.27ab
73.77
Jerapah
19.26
4.96ab
24.21a
77.67
Gajah
15.7
3.47ab
19.18ab
81.88
Kidang
15.21
3.45b
18.66b
81.18
Biawak
20.37
3.14b
23.51a
86.28
Sima
15.94
3.29b
19.23ab
82.75
Kelinci
16.37
3.89ab
20.26ab
80.01
Badak
15.46
3.79ab
19.24ab
80.00
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ/Tukey 5%
Tinggi Tanaman dan Jumlah Bunga Perlakuan konsentrasi paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Tanaman dengan perlakuan konsentrasi paclobutrazol 0 ppm lebih tinggi daripada tanaman dengan perlakuan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm.
Perbedaan tinggi tanaman dengan perlakuan konsentrasi paclobutrazol adalah sekitar 17.33%. Tabel 8. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Dengan Perlakuan Konsentrasi Paclobutrazol Konsentrasi Paclobutrazol -----ppm-----
Tinggi Tanaman -----Cm-----
0
53.21a
100
43.99b
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ/Tukey 5%
Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah bunga total. Varietas Kidang yang merupakan tanaman tertinggi berbeda nyata dengan varietas Garuda 2, Jerapah, Badak dan Biawak. Tabel 9. Rata-rata Tinggi Tanaman, Jumlah Bunga dan Persentase Bunga Menjadi Polong Delapan Varietas Kacang Tanah Varietas
Tinggi Tanaman
Jumlah Bunga
Garuda 2 Jerapah Gajah Kidang Biawak Sima Kelinci Badak
---------Cm--------40.36cd 36.48d 53.30abc 63.0a 45.12bcd 58.27ab 53.72abc 38.57cd
----Bunga/tan-----118.3ab 117.2ab 100.3b 110.9b 129.5ab 146.4a 105.2b 117.8ab
Persentase bunga menjadi polong -------%-----19.9 21.3 19.8 17.8 18.3 13.3 19.4 16.8
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ/Tukey 5%
Varietas dengan jumlah bunga total tertinggi adalah Sima yang berbeda nyata dengan varietas Gajah, Kidang dan Kelinci.
Produktivitas Polong Kering dan Biji Kering Konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas polong kering maupun biji kering. Interaksi antara konsentrasi paclobutrazol dan varietas juga tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas polong kering dan biji kering. Namun, varietas berpengaruh nyata terhadap produktivitas polong kering dan biji kering. Produktivitas polong kering tertinggi diperoleh dari varietas Sima sebesar 3.22 ton/hektar yang berbeda nyata terhadap varietas Garuda 2 dan Jerapah. Varietas dengan produktivitas polong kering terendah adalah Garuda 2. Produktivitas biji kering tertinggi juga didapatkan pada varietas Sima sebesar 2.13 ton/hektar. Besarnya produktivitas biji kering ini berbeda nyata dengan varietas Garuda 2 sebagai varietas dengan produktivitas biji kering terendah. Tabel 10. Rata-rata Produktivitas Delapan Varietas Kacang Tanah Varietas Garuda 2 Jerapah Gajah Kidang Biawak Sima Kelinci Badak
Produktivitas Polong Kering Produktivitas Biji Kering ----------------------------ton/hektar---------------------------2.12c 1.36b 2.31bc 1.54ab 2.58abc 1.75ab 2.53abc 1.67ab 2.63abc 1.82ab 3.22a 2.13a 3.00ab 2.09a 2.98ab 2.03a
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ/Tukey 5%
Indeks Biji dan Indeks Panen Perlakuan konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap indeks panen dan indeks biji. Namun, varietas berpengaruh nyata terhadap indeks panen dan indeks biji kacang tanah. Varietas dengan indeks panen dan indeks biji tertinggi adalah Badak.
Tabel 11. Indeks Panen dan Indeks Biji Delapan Varietas Kacang Tanah Varietas Garuda 2 Jerapah Gajah Kidang Biawak Sima Kelinci Badak
Indeks Panen Indeks Biji -------------------------%-------------------------33.91b 21.65b 35.61ab 23.71ab 39.56ab 26.82ab 35.25ab 23.27ab 37.81ab 26.10ab 35.13ab 23.23ab 38.90ab 26.58ab 42.05a 28.53a
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ/Tukey 5%
Pembahasan Fase Pertumbuhan Kacang Tanah Secara umum, hasil percobaan ini menunjukkan penggunaan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm menekan pertumbuhan tajuk tanaman, terutama pada 2 minggu setelah aplikasi. Meskipun terdapat beberapa peubah dengan pengaruh nyata, nilainya tidak lebih tinggi dari peubah pembanding yang mendapat perlakuan konsentrasi paclobutrazol 0 ppm. Dilihat dari berat kering serta jumlah ginofor dan polong sebagai organ sink, perlakuan paclobutrazol tidak meningkatkan pengisian polong kacang tanah. Diduga dengan kapasitas source yang tertekan, fotosintesis yang terjadi lebih rendah sehingga asimilat yang dihasilkan untuk pengisian polong juga tertekan. Pertumbuhan tanaman merupakan hasil dari metabolisme sel-sel hidup yang dapat diukur sebagai pertambahan berat basah, berat kering, isi panjang, atau tinggi. Pertumbuhan pada tumbuhan dapat dibedakan dari arah letak pertumbuhannya. Akar akan menuju ke bawah di dalam tanah, sedangkan pucuk tumbuh ke atas dari permukaan tanah. Baik pucuk maupun sistem perakaran cenderung berada dalam keseimbangan (Trustinah, 1993). Manifestasi pertumbuhan yang paling jelas adalah dari pertambahan tinggi tanaman, tetapi hal tersebut bukanlah yang utama dalam pertumbuhan tanaman. Sebagai bagian dari total akumulasi berat kering tanaman, daun memiliki fungsi penting dalam menerima cahaya dan menyerap karbondioksida dalam proses fotosintesis. Salah satu kriteria pengukuran daun yakni Leaf Area Index atau
disebut juga Indeks Luas Daun (Brown, 1972). Indeks luas daun menjadi penting karena menentukan ukuran pertambahan dalam kapasitas fotosintesis tanaman. Menurut Mc Cloud et al. (1980) potensi hasil yang tinggi mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan tajuk yang cepat. Sebanyak 95% sinar matahari yang sampai ke bumi akan diterima oleh tanaman apabila tanaman mempunyai ILD melebihi nilai kritisnya yang berkisar antara 3 sampai 4. Pada percobaan ini pengaruh konsentrasi paclobutrazol terhadap ILD terlihat pada umur 8 MST dengan rata-rata 1.82 untuk perlakuan konsentrasi paclobutrazol 0 ppm, sedangkan varietas yang memiliki ILD tertinggi pada umur 8 MST adalah varietas Kidang dengan nilai 1.92. ILD kacang tanah mencapai nilai-nilai yang secara komparatif besar yaitu 5.5 – 7.0 dan luas daun yang besar biasanya dipertahankan sampai dekat sebelum kemasakan, kecuali ada serangan penyakit daun (Goldworthy dan Fisher, 1992). Pada percobaan ini tanaman mengalami serangan penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan Sclerotium rolfsii mulai umur 3 MST. Meskipun dilakukan pengendalian dengan penyemprotan fungisida setiap minggu, serangan penyakit ini masih ditemukan hingga tanaman dipanen. Berat kering brangkasan tertinggi pada umur 8 MST didapatkan pada varietas Kidang dengan nilai 23.23 gram. Namun varietas Kidang memiliki berat kering ginofor dan polong yang rendah yaitu 7.7 gram. Diduga hasil fotosintesis varietas Kidang lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan vegetatif. Berat kering brangkasan varietas Kidang pada umur 10 MST masih tergolong tinggi yaitu 27.8 gram. Pembagian hasil asimilasi biasanya diberikan ke daerah pemanfaatan terdekat dengan sumber ( Gardner et al., 1991). Korelasi yang nyata ditunjukkan pada berat kering brangkasan dan ILD terhadap berat kering ginofor dan polong selama pertumbuhan tanaman kecuali umur 10 MST. Keeratan hubungan antara peubah-peubah tersebut ditunjukkan pada nilai r. Nilai r menunjukkan bagian keragaman dalam satu peubah yang dapat diperhitungkan sebagai fungsi linier peubah yang lainnya (Gomez dan Gomez, 1995). Korelasi antara berat kering brangkasan, ILD, berat kering ginofor dan polong dan berat kering biji ditampilkan pada Tabel Lampiran 5. Nilai r antara berat kering brangkasan dan berat kering ginofor dan polong pada umur 6
MST sebesar 0.74 [(100)(0.74)2 = 55%] sedangkan pada umur 8 MST sebesar 0.43 [(100)(0.43)2 = 19%]. Artinya pada umur 6 MST terdapat 55% keeratan hubungan atau keragaman dalam peubah berat kering ginofor dan polong yang dapat diterangkan oleh peubah berat kering brangkasan sedangkan pada 8 MST keeratan hubungannya adalah 19%. Nilai r antara ILD dan berat kering ginofor dan polong pada umur 6 dan 8 MST adalah 0.49 [(100)(0.49)2 = 24%] artinya terdapat 24% keragaman dalam peubah berat kering ginofor dan polong yang dapat diterangkan oleh peubah ILD. Keeratan hubungan berat kering polong dengan ILD dan biji saat panen dengan ILD pada 10 MST sebesar 11% (r = 0.33) dan 8% (r = 0.29). Korelasi antara berat kering brangkasan saat panen (BKB14) dan berat kering polong saat panen (BKG14) menunjukkan nilai r sebesar 0.65 [(100)(0.65)2 = 42%] sedangkan berat kering brangkasan dan berat kering biji memiliki nilai keeratan sebesar 37% [(100)(0.61)2 = 37%]. Berat kering biji saat panen memiliki keeratan hubungan dengan berat kering polong saat panen sebesar 94% dengan nilai r = 0.97 [(100)(0.97)2 = 94%] Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 6 dan 8 MST. Jumlah daun tertinggi terdapat pada varietas Garuda 2. Namun, varietas Garuda 2 memiliki jumlah polong dan ginofor yang tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya sampai umur 10 MST. Varietas juga berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang tanaman pada umur 8 – 10 MST. Jumlah cabang tertinggi pada umur 8 MST didapatkan pada varietas Garuda 2 sedangkan pada umur 10 MST didapatkan pada varietas Biawak. Hal ini mendukung pembahasan tentang jumlah daun yang disebutkan sebelumnya tentang varietas Garuda 2 yang memiliki jumlah daun tertinggi pada umur 6 – 8 MST dibandingkan varietas lainnya tetapi tidak menghasilkan jumlah ginofor dan polong yang berbeda dengan varietas lainnya. Diduga hasil asimilasi varietas Garuda 2 lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan cabang tanaman. Sepanjang masa pertumbuhan vegetatif, akar, daun, dan batang merupakan daerah-daerah pemanfaatan yang kompetitif dalam hal hasil asimilasi. Proporsi hasil asimilasi yang dibagikan ke ketiga organ ini dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan produktivitasnya (Gardner et al., 1991).
Tinggi
tanaman
nyata
dipengaruhi
oleh
perlakuan
konsentrasi
paclobutrazol. Tanaman dengan perlakuan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm lebih pendek dibandingkan tanaman dengan konsentrasi paclobutrazol 0 ppm. Paclobutrazol merupakan salah satu zat penghambat tumbuh yang bekerja dengan menghambat sintesis giberelin sehingga dapat menghambat pemanjangan batang dan menyebabkan pengkerdilan.(Salisbury dan Ross, 1995). Jumlah total bunga selama pertumbuhan tanaman nyata dipengaruhi oleh varietas. Jumlah bunga tertinggi didapatkan pada varietas Sima yang secara statistik tidak berbeda nyata dengan varietas Jerapah. Namun dilihat dari jumlah polong total saat panen, varietas Jerapah memiliki jumlah polong total tertinggi dibandingkan tujuh varietas lainnya dan jumlah polong terisi varietas Jerapah lebih tinggi dari varietas Sima. Umur berbunga varietas Sima lebih panjang daripada varietas Jerapah. Hal ini menjelaskan jumlah polong varietas Sima yang lebih rendah dari jumlah polong varietas Jerapah walaupun tidak berbeda nyata secara statistik. Dari seluruh bunga yang dihasilkan tidak semuanya akan menjadi polong tua. Dari percobaan diketahui, persentase bunga yang menjadi polong berkisar 13 – 21%. Komponen Hasil dan Hasil Kacang Tanah Hasil panen biji merupakan produk dari sejumlah subfraksi yang disebut komponen hasil panen. Komponen hasil panen dipengaruhi oleh pengelolaan, genotipe, dan lingkungan yang sering kali dapat menerangkan sebab terjadinya pengurangan hasil panen (Gardner et al., 1991). Dari percobaan ini diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah polong total per tanaman. Varietas Jerapah memiliki jumlah polong total tertinggi dibandingkan tujuh varietas lainnya. Meskipun demikian jumlah polong terisi tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya. Jumlah polong terisi lebih dipengaruhi oleh perlakuan konsentrasi paclobutrazol. Jumlah polong terisi yang lebih tinggi didapatkan pada tanaman dengan perlakuan konsentrasi paclobutrazol 0 ppm sebesar 20.18 polong sedangkan untuk tanaman dengan perlakuan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm hanya 18.13 polong. Diduga konsentrasi paclobutrazol yang digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman
untuk dapat mengalihkan asimilat ke pertumbuhan reproduktif daripada pertumbuhan vegetatif. Selain itu, paclobutrazol yang diaplikasikan melalui daun hanya berpengaruh pada saat induksi bunga. Menurut Sanchez et al. (1988) pemberian paclobutrazol melalui daun memang lebih mudah, praktis, dan cepat tetapi jangka waktu pengaruhnya terhadap tanaman hanya sebentar, butuh beberapa kali penyemprotan untuk mempertahankan tingkat penghambatan yang dikehendaki. Pengaruh varietas juga didapatkan pada indeks panen dan indeks biji. Varietas Badak memiliki indeks panen dan indeks biji tertinggi yaitu sebesar 42.05% dan 28.53% sedangkan varietas Garuda 2 memiliki indeks panen dan indeks biji terendah yaitu hanya 33.91% dan 21.65%. Diduga varietas Badak lebih banyak mengalokasikan asimilat untuk pembentukan polong daripada pertumbuhan organ vegetatif tanaman. Jika dibandingkan dengan varietas Sima, berat kering brangkasan varietas Badak lebih rendah. Oleh karena itu, meskipun varietas Badak memiliki indeks panen yang lebih tinggi dari varietas Sima produktivitasnya masih di bawah varietas Sima. Produktivitas polong kering dan biji kering kacang tanah nyata dipengaruhi oleh perlakuan varietas. Kacang tanah dengan produktivitas polong kering dan biji kering tertinggi adalah Sima sedangkan produktivitas terendah didapatkan pada varietas Garuda 2. Secara statistik produktivitas varietas Garuda 2 tidak berbeda nyata dengan empat varietas lainnya yaitu Biawak, Gajah, Kidang dan Jerapah. Varietas Sima bukan merupakan varietas dengan jumlah polong total tertinggi tetapi memiliki produktivitas tertinggi. Diduga pembagian asimilat selama masa pertumbuhan tanaman untuk varietas Sima lebih ditujukan pada pengisian polong yang terbentuk dari bunga yang muncul lebih awal daripada pembentukan polong baru. Selain itu, varietas Sima merupakan varietas kacang tanah berbiji lebih dari dua dengan ukuran polong yang lebih besar sehingga memiliki berat kering yang lebih besar pula. Korelasi antara jumlah polong total per tanaman dan produktivitas tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata dari jumlah polong total per tanaman terhadap produktivitas polong kering dan biji kering (Tabel Lampiran 3).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Paclobutrazol 100 ppm yang diaplikasikan pada kacang tanah dapat menekan berat kering brangkasan dan ILD pada 8 MST serta menurunkan tinggi tanaman hingga 17.3%. Aplikasi paclobutrazol juga menekan jumlah polong terisi per tanaman saat panen sebesar 11.3%. Varietas Sima memiliki produktivitas polong kering dan biji kering tertinggi yaitu 3.22 ton/hektar
dan 2.13 ton/hektar (sesuai dengan potensi).
Produktivitas biji kering varietas Gajah dan Badak sudah mencapai potensi hasil yaitu sebesar 1.75 ton/hektar dan 2.03 ton/hektar. Varietas Garuda 2 yang merupakan varietas lokal memiliki produktivitas polong kering (2.12 ton/hektar) produktivitas biji kering (1.36 ton/hektar), indeks panen (33.91%) dan indeks biji (21.65%) terendah dibandingkan tujuh varietas lainnya tetapi produktivitasnya sudah mencapai potensi hasil (1.2 – 2.3 ton/hektar). Interaksi antara konsentrasi paclobutrazol dan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah. Saran Untuk mengetahui pengaruh paclobutrazol terhadap kacang tanah sebaiknya digunakan konsentrasi paclobutrazol yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto. 2001. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 hal. Andayani, W. 2004. Pengaruh Paclobutrazol dan Pupuk Organik Terhadap Pembungaan Melati (Jasminum sambac Var. Menur Mekar Sari). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian Faperta IPB. Bogor. 35 hal. Aryati, D. R. 2007. Konservasi Beberapa Klon Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Secara In Vitro Dengan Paclobutrazol. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 37 hal. Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. 604 hal. Badan Pusat Statistik. 2008. Production of Secondary Food Crops in Indonesia. URL:http://www.bps.go.id/sector/agri/pangan/index.html Diakses tanggal 23 Agustus 2008. Brown, R.H. 1972. Growth of The Green Plant. Page 153-174. In American Society of Agronomy and Crop Science (Ed). Physiological Basic of Crop Growth and Development. Society of America Inc. USA. Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 428 hal. Goldworthy, P.R. and N.M. Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 874p. Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 698 hal. Hidajat, J.R., S. Kartaatmadja, dan S.A. Rais. 1999. Teknologi Benih Kacang Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 54 hal. Hutabarat, R. 1994. Pengaruh media, BAP dan Paclobutrazol Terhadap Produksi Umbi Mini Kentang (Solanum tuberosum L.) Kultivar Red Pontiac. Tesis. Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor. 94 hal. Kasno, A. 2007. Strategi Pengembangan Kacang Tanah di Indonesia. Hal 69-87. Dalam A. Winarto, T. Fitriyanto dan B. S. Kuncoro. Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Krishnamoorthy, H.N. 1981. Plant Growth Substances Including Applications in Agriculture. Mc Grow Hill Offices. New York. 214p. Larson, R.A. 1992. Introduction to Floriculture. Academic Press Inc. California. 636p. Mc Cloud, D.F., W.G. Duncan, R.L. Mc Grow and K.J. Boote. 1980. Phusiological Aspects of Peanut Yield Improvement. Hal 5. Dalam Indradewa. Dasar-dasar Fisiologis Peningkatan Hasil Kacang Tanah. Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI). Jakarta. Lukitas, W. 2006. Uji Daya hasil Beberapa Kultivar Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 39 hal. Nickell, L. G. 1988. Plant Growth Regulating Chemicals. Vol. II. CRC Press, Inc. Florida. 256p. Pitojo, S. 2005. Benih Kacang Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 75 hal. Pusat Penelitian Tanaman Pangan. 2008. Deskripsi Varietas Unggul Kacang Tanah. URL:http://www.puslittan.bogor.net/indeks.php?bawaan=varietas Diakses tanggal 25 Juli 2008. Rani, I. 2006. Pengendalian Pertumbuhan Tanaman Bunga Matahari (Helianthus annus L.) Dengan Aplikasi Paclobutrazol. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 37 hal. Ratnapuri, I. 2008. Karakteristik Pertumbuhan dan Produksi Lima Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 46 hal. Rozi, F. dan A. Winarto. 1993. Pemasaran Kacang Tanah. Hal. 304-315. Dalam Astanto Kasno, Achmad Winarto dan Sunardi (Eds). Kacang Tanah. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang. Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Penerbit ITB. Bandung. 343 hal Sanchez, L.E., F. Prieto and M. Becerra. 1988. Control of Vegetatif Growth of Stone Fruits With Paclobutrazol. Hort Sci. 23(3):467-470. Sefiani, D. 2004. Pengaruh Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Kastuba (Euphorbia polcherrima Willd.) Kultivar Millenium. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian Faperta IPB. Bogor. 34 hal.
Senoo, S. and A. Isoda. 2003. Effects of Paclobutrazol on Dry Matter Distribution and Yield in Peanut. Plant Production Science. URL:http//www.h.chibau.jp/cropReport. Diakses tanggal 21 November 2007. Sovan, M. 2004. Kebijakan Pengembangan Komoditas Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Guna Meningkatkan Daya Saing Petani. Hal 11-23. Dalam A.K. Makarim et al. Kinerja Penelitian Mendukung Agribisnis Kacangkacangan dan Umbi-umbian. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. 154 hal. Sumarno. 1993. Status Kacang Tanah di Indonesia. Hal 3-5. Dalam Astanto Kasno, Achmad Winarto dan Sunardi (Eds). Kacang Tanah. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang. Sumarno dan P. Slamet. 1993. Fisiologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah. Hal. 2430. Dalam Astanto Kasno, Achmad Winarto dan Sunardi (Eds). Kacang Tanah. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang. Suprapto, H.S. 2004. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 33 hal. Toatin, W. 2006. Pengaruh Paclobutrazol, Unsur seng (Zn) dan Boron (B) terhadap Pertumbuhan Flush serta Perkembangan Pentil (Cherelle) dan Hasil Kakao (Theobroma cacao L.). Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 77 hal. Trustinah. 1993. Biologi Kacang Tanah. Hal. 9-23. Dalam Astanto Kasno, Achmad Winarto dan Sunardi (Eds). Kacang Tanah. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang. Virmani, S.M. and P. Singh. 1986. Agrometeorological Characteristics of The Groundnut-Growing Region in The Semi Arid Tropics in Agrometeorology of Groundnut. ICRISAT Sahelian Center. India. Col 1:37. Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh. PAU-IPB. IPB. 145 hal.
Tabel Lampiran 1. Keadaan Beberapa Unsur Iklim Wilayah Darmaga, Bogor
Bulan Maret April Mei Juni Rata-rata
Curah Hujan (mm/bulan) 673 527 277.1 172 412.275
Hari Hujan (hari) 28 21 14 15 21.3
Intensitas Cahaya Matahari (Cal/cm2/hari) 240 271.5 266.1 259.2
Suhu Maksimum Rata-rata (°C) 30.9 31.5 31.7 26.8 27.9
Suhu Minimum Rata-rata (°C) 22 22.2 21.9 24.6 23.8
RH (%) 87 86 82 82 84.25
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofísika Stasiun Klimatologi, Darmaga, Bogor.
Tabel Lampiran 2. Analisis Tanah Sebelum Perlakuan* Data Analisa pH (H2O 1:1) C-organik N-total P Ca Mg K Pasir Debu Liat
Kandungan 4.9 1.68% 0.18% 8.0 ppm 27.60 me/100 g 1.03 me/100 g 0.50 me/g 14.96% 29.27% 55.77%
Kriteria** Asam Rendah Rendah Sedang Sangat tinggi Sedang Sedang
}
Liat
Keterangan: *Analisis dilakukan pada bulan Maret 2008 di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB. **Kriteria berdasarkan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (PPT), 1983.
Tabel Lampiran 3. Korelasi Jumlah Polong Total per Tanaman, Produktivitas Polong Kering dan Produktivitas Biji Kering
Jumlah Polong Total per Tanaman Produktivitas Polong Kering Produktivitas Biji Kering
Jumlah Polong Total per Tanaman
Produktivitas Polong Kering
Produktivitas Biji Kering
-
-
-
0.22
-
-
0.25
0.98**
-
Keterangan: * = nyata pada taraf 5%, ** = nyata pada taraf 10%.
Tabel Lampiran 4. Deskripsi Delapan Varietas Kacang Tanah Varietas Badak
Umur Berbunga Tahun Pelepasan (HST) 1991 28 - 31
Umur Panen (HST) 95 - 103
Hasil Ratarata (Ton/ha) 1.5 - 2.6
Bobot 100 Biji (g) 35 - 40
Biawak Gajah Garuda 2 Jerapah
1991 1950 2003 1998
28 30 25 - 28 28 - 31
80-90 100 80 - 85 90 - 95
1.14 - 3.37 1.8 1.2 - 2.3 1.92
43 53 36 45 - 50
Kelinci Kidang Sima
1987 1950 2001
25 - 29 30 28 - 31
95 100 100 - 105
2.3 1.8 2.0
<45 <49 35 - 45
Sumber: www.puslittan.bogor.net
Ketahanan Terhadap Bercak Toleran Agak Tahan Tahan Peka Tahan Agak Tahan Tahan Tahan
Ketahanan Terhadap Karat Tahan Agak Tahan Peka Peka Toleran Tahan Peka -
Tabel Lampiran 5. Korelasi Berat Kering Brangkasan, ILD, Berat Kering Ginofor dan Polong dan Berat Kering Biji BKB6 BKB8 BKB10 BKB14 ILD6 ILD8 ILD10 BKG6 BKG8 BKG10 BKG14 BK Biji
BKB6 0.45 0.38 0.33 0.91 0.35 0.29 0.74** 0.25tn -0.07 -0.03 -0.05
BKB8 0.45 0.27 0.38 0.93 0.36 0.31 0.43** -0.18 0.05 0.1
BKB10 0.43 0.32 0.43 0.9 0.22 0.19 0.13tn 0.17 0.17
BKB14 0.36 0.28 0.53 0.06 0.1 -0.25 0.65** 0.61**
ILD6 0.29 0.25 0.49** 0.27tn -0.17 0.04tn 0.03tn
ILD8 0.35 0.19 0.49** -0.1 0.09tn 0.13tn
ILD10 0.11 0.25 0.03tn 0.33* 0.29*
BKG6 0.23 0.11 -0.12 -0.11
BKG8 0.01 0.11 0.14tn
BKG10 -0.11 -0.08
BKG14 0.97**
BK Biji -
Keterangan: tn = tidak nyata, * = nyata pada taraf 5%, ** = sangat nyata pada taraf 1% BKB = Berat Kering Brangkasan, ILD = Indeks Luas Daun, BKG = Berat Kering Ginofor dan Polong 6, 8, 10 = umur tanaman (MST), 14 = panen
40
Penyakit Belang
Layu Sclerotium
Ulat Famili Sphingidae
Layu Sclerotium
Gambar Lampiran 1. Hama dan Penyakit Kacang Tanah Yang Ditemukan Selama Percobaan
2.5 Cm
Gambar Lampiran 2. Polong dan Biji Delapan Varietas Kacang Tanah Dengan Perlakuan Konsentrasi Paclobutrazol 0 ppm (P-0) dan 100 ppm (P-1)
Gambar Lampiran 2. (Lanjutan)
P1V8
P1V5
P1V4
P1V1
P1V2
P1V7
P1V3
P1V6
UTARA
U3 P0V4
P0V6
P0V5
P0V8
P0V7
P0V3
P0V1
P0V2
P1V5
P1V6
P1V2
P1V4
P1V3
P1V8
P1V1
P1V7
P0V4
P0V1
P0V7
P0V6
P0V2
P0V3
P0V5
P0V8
P0V1
P0V2
P0V4
P0V3
P0V5
P0V7
P0V8
P0V6
P1V6
P1V1
P1V5
P1V2
P1V4
P1V3
P1V7
P1V8
U1
U2
Gambar Lampiran 3. Denah Rancangan Percobaan Keterangan: U = ulangan, P0 = Konsentrasi Paclobutrazol 0 ppm, P1 = Konsentrasi Paclobutrazol 100 ppm V1 = Badak, V2 = Biawak, V3 = Gajah, V4 = Garuda 2, V5 = Jerapah, V6 = Kelinci, V7 = Kidang, V8 = Sima