PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 21 NO. 3 2002
Perakaran Galur dan Varietas Padi Berpotensi Hasil Tinggi Didi Suardi Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, Bogor
ABSTRACT. The Rooting of High Yielding Rice Lines and Varieties. The study was aimed to identify the root system and other characteristics, and the yield of new plant type (NPT) lines of IR 65600-127-6-2-3-MR-7 and BP 140 F-MR-1, and the promising lines Bio501B-94-2-1 and Bio503B-76-2-1. Maros and Sintanur were used as the control varieties. The study was conducted in the green house of Res. Inst. Agric. Biotch. Gen. Res (RIABGR) Bogor in the dry season of 2001 and on the field in the wet season of 2001/2002. Two experimental designs of randomized block design were used in the green house with three replications. The first experiment, i.e. rice grains were treated for observing root penetration ability to the waxlayer, and secondly, the plants were replanted at 21-25 days old in the polybag pots to study the development of root, shoot, yield, and yield component. The experiment on the field was conducted in the farmer’s field in Sumedang West Java. The result of the experiment showed that the root penetration ability of IR65600-127-6-2-3-MR-7 line was relatively low. Bio 501B-94-2-1 and Bio 503B-76-2-1 lines showed relatively high root penetration ability but lower than Sintanur variety. The root distribution of IR65600-127-6-2-3-MR-7 was mostly (56%) in upper soil layer, while Bio 501B-94-2-1 and Bio 503B-76-2-1 were about 50%. Other lines and control varieties distributed their roots in the upper layer which was less than 50%, even BP140F-MR-7 distributed a relatively same weight presentage of roots in any soil layer. High yield of grain was showed by Bio 501B-94-2-1 and Bio 503B-76-2-1 lines. The highest yield of Bio 501B-94-2-1 was supported by high number of panicles. The yield of BP140F-MR-7 was relatively low caused by high empty grain. Yellowish colour of leaves of BP140F-MR-7 at the flowering stage was expected to get lower photosynthesis and yield. High fertilizer application might achieve high yield. Key word: Rice, new plant type, yield. ABSTRAK. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sifat perakaran, tajuk dan hasil galur-galur padi tipe baru IR65600-127-6-2-3-MR-7 dan BP140F-MR-1, galur harapan Bio 501B-94-2-1 dan Bio 503B-76-1. Sebagai pembanding digunakan varietas Maros dan Sintanur. Penelitian diselenggarakan di rumah kaca Balitbiogen pada MK 2001, dan di lapang pada MH 2001/2002. Percobaan dirumah kaca disusun dalam dua tahap pelaksanaan dengan rancangan acak kelompok dalam tiga ulangan. Pertama, galur/varietas padi diuji daya tembus akarnya pada stadia awal vegetatif. Kedua, tanaman dipindahkan pada pot polybag yang diisi tanah sebanyak 9 kg untuk diamati sifat perakaran, tajuk, komponen hasil dan hasilnya. Pemupukan dan pemberantasan hama dilakukan sesuai anjuran. Percobaan di lapang dilakukan pada lahan petani di Sumedang Jawa Barat dalam uji adaptasi. Hasil percobaan menunjukkan daya tembus akar galur padi IR65600-127-6-2-MR-7 relatif rendah. Galur harapan Bio 501B- 94-2-1 dan Bio 503 B-76-2-1 mempunyai daya tembus akar relatif tinggi. IR65600-127-6-2-MR-7 memperlihatkan perkembangan akar paling tinggi pada lapisan atas tanah (56%). Galur Bio 501B-92-2-1 dan Bio 503B-76-2-1 perkembangan akarnya pada lapisan atas tanah sekitar 50%, sedang galur/varietas lainnya kurang dari 50%. Galur BP140F-MR-1 penyebaran akarnya relatif merata untuk setiap lapisan tanah. Hasil tertinggi diberikan oleh galur Bio 501B-94-2-1 dan Bio 503B-76-2-1 karena ditunjang oleh jumlah malai dan jumlah gabah yang relatif lebih baik. Padi tipe baru IR65600-127-6-2-3-MR-7 me-
54
miliki hasil yang relatif tinggi karena daun yang tebal, warna hijau tua, jumlah gabah per malai tinggi dan kehampaan gabah relatif rendah. Galur BP140F-Mr-1 menunjukkan hasil yang rendah karena kehampaan gabah yang sangat tinggi. Daun bendera yang berwarna hijau kekuning-kuningan diduga memberikan derajat fotosintesis rendah. Dengan bobot perakaran yang tinggi dengan distribusi yang merata dalam tanah maka BP140F-Mr-1 diperkirakan mampu memberikan hasil tinggi dengan dosis pemupukan yang tinggi. Kata kunci: Padi tipe baru, akar dan hasil gabah.
P
roduksi padi nasional meningkat sejak dihasilkan dan dikembangkannya varietas unggul padi seperti IR8, IR5, Pelita I/1, IR36, Cisadane dan IR64. Varietas unggul ini mempunyai potensi hasil yang jauh lebih tinggi dengan umur panen yang lebih genjah dibandingkan dengan varietas lokal. Namun, jumlah penduduk yang terus meningkat maka produksi padi perlu lebih ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan. Peningkatan potensi hasil padi melalui pengembangan padi tipe baru (new plan type, NPT) diharapkan merupakan salah satu jawaban bagi pemenuhan kebutuhan pangan penduduk. Sifat padi potensi hasil tinggi dicirikan oleh perakaran dan tajuk yang menunjang di samping toleran cekaman biotik dan abiotik. Seperti dikemukakan oleh Osaki dan Shinano (2000), interaksi antara perakaran dan tajuk pada stadia pengisian gabah berperan penting dalam mendapatkan hasil yang tinggi. Akar merupakan fondasi tanaman yang sangat pen- ting. Di samping sebagai penunjang berdirinya tanaman, akar juga berfungsi menyerap air dan hara yang diperlukan dalam proses fotosintesis dan transpirasi. Namun penelitian terhadap perakaran belum seintensif pada bagian tanaman lainnya (Khush 1995, Kim et al. 1999). Sistem perakaran yang baik mampu menunjang peningkatan hasil (Lampe 1994). Vigor perakaran yang baik telah dijadikan sebagai salah satu kriteria dalam pemuliaan tanaman padi tipe baru, tetapi belum dipelajari secara detail (Kubota et al. 2000). Padi tipe baru mempunyai perakaran yang baik pada lapisan tanah yang dangkal. Dibandingkan dengan varietas IR72, perakaran galur padi tipe baru (IR 65598-112-2) relatif kurang baik penyebarannya (Kubota et al. 2000). Hasil IR72 dengan jumlah malai yang banyak per satuan luas relatif sama dengan hasil padi tipe baru (Peng et al. 1999a).
SUARDI ET AL.: PERAKARAN P ADI BERPOTENSI HASIL TINGGI
Padi tipe baru umumnya mempunyai jumlah gabah hampa cukup tinggi, mencapai 30,1% pada musim kemarau dan 36,0% pada musim hujan, dengan hasil masing-masing 7,74 t dan 5,23 t/ha gabah kering. Peng et al. (1999b) melaporkan terdapat dua galur padi tipe baru (IR 67966-188-2-2-1 dan IR 67962-40-6-3-3) yang mempunyai jumlah gabah per malai lebih dari 200 butir, tetapi persentase gabah hampanya tinggi, berkisar antara 48,0-54,7%. Bila jumlah gabah hampa dapat ditekan hingga menjadi 10% saja maka kedua galur mampu memberi hasil sebesar 14,6 t dan 13,7 t/ha. Banyaknya jumlah gabah hampa disebabkan antara lain oleh fotosintesis yang kurang maksimal dalam proses pengisian gabah. Penelitian Horton dan Murchie (2000) menunjukkan galur IR 65600-42-5-2 dan IR 65600-129-1-1-2 memperlihatkan kapasitas fotosintesis lebih rendah dari IR72 pada stadia pembungaan dan pengisian gabah. Jumlah gabah hampa yang lebih banyak dari galur padi tipe baru tersebut kemungkinan disebabkan oleh kapasitas fotosintesis yang rendah atau sistem perakaran yang kurang menunjang. Kim et al. (1999) menyatakan, perakaran padi yang dalam berperan penting dalam meningkatkan biomas tanaman dan indeks panen. Perakaran yang baik akan memberikan penyaluran air dan hara yang lebih baik untuk proses transpirasi dan fotosintesis. Sistem perakaran yang vigor, panjang, padat dan tebal merupakan komponen penting dalam menunjang peningkatan hasil tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sistem perakaran beberapa galur/varietas padi berpotensi hasil tinggi, baik pada lapisan olah maupun lapisan tanah yang lebih dalam. Galur-galur yang perakarannya vigor di lapisan olah maupun lapisan yang lebih dalam mampu beradaptasi pada lahan sawah beririgasi maupun lahan tadah hujan.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (Balitbiogen) pada MK 2001 dan di lapang pada MH 2001/2002. Percobaan Rumah Kaca Penelitian dirancang dalam dua tahap menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Tahap pertama, galur harapan Bio 503B-76-2-1 (persilangan IR 64 x IRAT 112), Bio 501B-94-2-1 (persilangan IR64 x Cabacu), galur padi tipe baru IR65600-127-6-2-3MR-7 dan BP140F-MR-1, varietas Sintanur dan Maros ditanam dalam pot plastik berukuran 200 cc yang di
dalamnya telah dipasang lapisan lilin (campuran 60% parafin dan 40% vaselin, setara kekerasan 12 bar), dengan ketebalan 3 mm. Pada tahap kedua, tanaman umur 21-25 hari dipindahkan ke dalam polibag setelah diisi 9 kg tanah. Pemupukan pada pot plastik masing-masing 0,5 g N, P, dan K dan pada polibag 2,5 g urea, 1,5 g TSP, dan 1 g ZK sebagai pupuk dasar. Pemupukan susulan dilakukan pada stadia berbunga masing-masing 0,5 g urea/polibag. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan sesuai anjuran. Pengamatan dilakukan terhadap daya tembus akar tanaman pada umur 25 HST, bobot akar, warna dan ketebalan daun bendera pada stadia berbunga, ketebalan tangkai malai, komponen hasil, dan hasil. Percobaan Lapang Sejumlah galur padi tipe baru yang telah dipilih di rumah kaca diuji adaptasinya di lahan petani di Sumedang Jawa Barat. Pengamatan dilakukan terhadap komponen hasil dan hasil gabah pada 10 contoh rumpun untuk setiap galur.
HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan Rumah Kaca Daya tembus akar tanaman diketahui dari jumlah akar yang menembus lapisan lilin (JAT), panjang akar yang menembus lapisan lilin (PjAT), dan diameter akar. Varietas/galur Sintanur dan Bio 501B-94-2-1 memiliki jumlah akar primer lebih dari 20. Jumlah akar primer yang paling banyak diperlihatkan oleh varietas Maros. Galur IR 65600-127-6-2-3-Mr-7 mempunyai jumlah akar primer relatif sedikit dan daya tembus akarnya juga rendah (Tabel 1). Distribusi perakaran dalam pot percobaan pada saat panen menunjukkan adanya variasi pada setiap lapisan tanah (Tabel 2). Galur IR 65600-127-6-2-3-MR-7, Bio 503B-76-2-1, dan Bio 501B-94-2-1 mempunyai distribusi akar paling luas (> 50%) pada lapisan olah (0-5 cm). Sementara distribusi akar galur BP140F-MR-1, varietas Sintanur, dan Maros di lapisan olah kurang dari 50%. Galur BP140F-MR-1 memiliki distribusi akar yang hampir merata di lapisan atas (0,5 cm), tengah (5-10 cm), dan bawah (> 10 cm). Bobot akar varietas Maros dan galur BP140F-MR-1 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan keempat galur/ varietas lainnya. Perakaran yang baik dari galur/varietas Maros, BP140F-MR-1, dan Sintanur berimplikasi ter- hadap hasil yang tinggi bila daun 55
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 21 NO. 3 2002
efektif dalam proses fotosintesis. Kim et al. (1999) menyatakan, perakaran yang dalam dari tanaman berperan penting dalam me- ningkatkan biomas dan indeks panen. Bobot gabah dari keenam galur/varietas berkisar antara 23,9-37,5 g per pot (Tabel 3). Bobot gabah terendah ditunjukkan oleh varietas Sintanur dan tertinggi oleh galur Bio 501B-94-2-1. Bobot akar ternyata tidak berpengaruh terhadap hasil gabah. Hal ini terbukti dari varietas Maros dan galur BP140F-MR-1 yang mempunyai bobot akar yang tinggi tetapi tidak memberikan hasil gabah yang tinggi. Oleh karena itu perlu dilihat faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis dan implikasinya terhadap hasil gabah. Galur Bio 503B-76-2-1 dan Bio 501B-94-2-1 nampaknya mempunyai kapasitas fotosintesis yang relatif efisien menyerap air dan hara dari Tabel 1. Daya tembus akar beberapa galur/varietas padi pada umur 25 HST. Rumah kaca, Balitbiogen, MK 2001. Galur/varietas
JAT1
PjAT 2
ØAT3
JAPr4
Bio 503B-76-2-1 Bio 501B-94-2-1 IR65600-127-6-2-3-MR-7 BP140F-MR-1 Sintanur Maros
2,0 2,0 1,0 3,0 1,7
3,5 b 11,0 b 0,9 b 26,5 a 4,2 b
0,40 bc 0,63 a 0,60 ab 0,60 ab 0,40 c
16,3 21,0 11,3 23,0 23,0 24,0
1 JAT = Jumlah akar tembus lilin 2PjAT = Panjang akar tembus lilin 3 ØAT = Diameter akar tembus lilin 4
dalam tanah untuk menjadi gabah. Galur Bio 501B-942-1 dan Bio 503B-76-2-1 mempunyai rasio bobot gabah dan bobot akar masing-masing 8,2 dan 6,8. Sementara rasio bobot gabah dan bobot akar varietas Sintanur dan Maros masing-masing 4,3 dan 3,1. Galur IR65600-127-62-3-MR-7 dan BP140F-MR-1 memiliki rasio bobot gabah dan bobot akar masing-masing 4,7 dan 3,6. Nampaknya perbandingan rasio bobot gabah dan bobot akar ber- hubungan dengan bobot gabah itu sendiri. Panjang daun bendera dan skala warna daun dari galur/varietas yang diteliti menunjukkan variasi yang cukup besar, masing-masing 27,2-46,3 cm dan 3,3-6,1 cm (Tabel 4). Daun bendera yang paling pendek terdapat pada galur Bio 501B-94-2-1 dan paling panjang pada galur BP140F-MR-1. Warna daun bendera paling muda (hijau muda) dimiliki oleh galur BP140F-MR-1 dan paling tua (hijau tua) pada galur IR65600-127-6-2-3MR-7. Hasil galur Bio 501B-94-2-1, Bio 503B-76-2-1, dan IR65600-127-6-2-3-MR-7 nampaknya dipengaruhi oleh panjang daun bendera, sedangkan hasil galur BP140FMR-1 dipengaruhi oleh warna daun (kadar klorofil rendah) pada saat pembungaan, yang menyebabkan kapasitas fotosintesis rendah. Rendahnya kapasitas pengisian karbohidrat pada gabah mengakibatkan kehampaan gabah tinggi. Pada penelitian ini, warna daun berkorelasi positif dengan bobot gabah (Tabel 5). Semakin tua warna daun, semakin tinggi bobot gabah.
JAPr = Jumlah akar primer pada media tanah
Tabel 2. Distribusi dan bobot akar beberapa galur/varietas padi. Rumah kaca, Balitbiogen, MK 2001. Distribusi akar (%) Galur/varietas Bio 503B-76-2-1 Bio 501B-94-2-1 IR65600-127-2-3-MR-7 BP140F-MR-1 Sintanur Maros
0-5 cm
5-10 cm
>10 cm
Bobot akar (g/pot)
Rasio bobot gabah/akar
Umur (hari)
51,0 52,5 56,7 33,2 42,3 46,9
22,4 25,9 18,2 29,2 28,3 26,4
26,6 21,6 25,1 37,3 29,4 26,7
5,09 4,59 4,83 8,87 5,25 9,29
6,9 8,2 6,7 3,6 4,6 3,1
118 119 138 121 120 121
Tabel 3. Komponen hasil dan hasil beberapa galur/varietas padi. Rumah kaca, Balitbiogen, MK 2001.
Galur/varietas Bio 503B-76-2-1 Bio 501B-94-2-1 IR65600-127-2-3-MR-7 BP140F-MR-1 Sintanur Maros
56
Bobot gabah/pot
Jumlah gabah/malai
Gabah isi (%)
Bobot 1000 gabah (g)
Diameter tangkai
Jumlah malai/pot
Panjang malai
34,9 a 37,5 a 32,3 ab 31,8 b 23,9 b 29,1 b
156,4 90,3 226,0 311,0 116,8 246,8
88,8 a 86,1 a 81,1 a 37,5 c 87,5 a 60,0 b
23,0 b 22,3 b 26,0 a 24,1 ab 21,6 b 21,4
2,2 1,9 2,8 3,5 1,9 2,4
11,0 22,0 7,0 11,0 11,0 9,0
25,8 22,2 27,4 29,8 22,5 27,0
SUARDI ET AL.: PERAKARAN P ADI BERPOTENSI HASIL TINGGI Tabel 4. Panjang daun bendera, warna dan tebal daun beberapa galur/varietas padi. Rumah kaca, Balitbiogen, MK 2001.
Panjang daun bendera (cm) Total/pot 357,5 598,4 254,1 509,3 366,3 272,9
34,9 a 37,5 a 32,3 ab 31,8 b 23,9 b 29,1 b
Galur/varietas Rata-rata/pot Bio 503B-76-2-1 Bio 501B-94-2-1 IR 65600-127-6-2-3-MR-7 BP140F-MR-1 Sintanur Maros
Rasio bobot gabah dan panjang daun bendera
Bobot gabah (g/pot)
32,5 27,2 36,3 46,3 33,5 30,3
(a)
(b)
Warna daun (c)
1,1 1,4 0,9 0,7 0,7 1,0
0,10 0,06 0,13 0,06 0,07 0,11
4,3 b 4,3 b 6,1 a 3,3 c 4,0 bc 4,2 bc
Tebal daun (mm) (d) 0,53 ab 0,30 c 0,71 a 0,57 ab 0,50 bc 0,57 ab
a) Rata-rata panjang daun bendera b) Bobot gabah : total panjang daun bendera/pot c) Skala warna daun padi dari Ismunadji et al. (1985) d) Diukur pada daun bendera (10 cm dari ujung daun) pada stadia berbunga
Tabel 5. Matrik korelasi sifat akar, tajuk dan hasil galur/varietas padi. Rumah kaca Balitbiogen, MK 2001. Keterangan Hasil gabah (g/pot) Jumlah akar primer Persentase gabah isi Bobot 1000 butir Panjang daun bendera (rata-rata) Warna daun bendera Tebal daun bendera Jumlah anakan
1 -0,472** 0,146 0,207 0,061 0,241 -0,115 0,483**
2 0,332 -534** 0,178 -0,816** -0,352 0,123
3
-0,305 -0,241 0,077 0,316 -0,013
Hasil varietas Maros cukup rendah, diduga disebabkan oleh daun bendera yang relatif pendek. Adanya variasi dari tajuk ternyata memberikan hasil yang bervariasi pula. Secara umum dapat diperkirakan bahwa hasil gabah tinggi jika daun bendera relatif panjang, tebal, dan warna daun hijau tua. Dalam kaitan ini, interaksi antara sifat akar dan tajuk terhadap hasil gabah seperti dikemukakan oleh Osaki dan Shinano (2000) perlu diteliti secara lebih mendalam. Daun bendera mempunyai fungsi yang sangat penting untuk fotosintesis tanaman dalam menghasilkan pati untuk pengisian gabah. Dari gabah yang dihasilkan, sekitar 80% merupakan hasil fotosintesis pada daun bendera (IRRI 1987). Horton dan Murchie (2000) mengemukakan bahwa daun bendera tanaman padi tipe baru mempunyai kapasitas fotosintesis lebih tinggi daripada helaian daun di bawahnya. Tiga galur yang cukup mencolok perbedaan morfologi tajuknya dalam kontribusinya terhadap hasil yaitu Bio 501B-94-2-1, IR65600-127-6-2-3-MR-7, dan BP140F-Mr-1. Galur Bio 503B-84-2-1 mempunyai jumlah anakan atau jumlah malai paling banyak, dan daun bendera paling panjang tetapi paling tipis. IR65600127-6-2-3-MR-7 mempunyai batang tegap, pendek, daun berwarna hijau tua dan tebal, jumlah gabah per malai banyak. Tanaman galur BP140F-MR-1 paling tinggi, bobot akar relatif tinggi, daun bendera relatif
4
0,090 0,480** 0,523** -0,308
5
6
-0,050 0,093 -0,487**
0,353 -0,207
7
-0,601**
8
-
Tabel 6. Keragaan beberapa galur padi percobaan adaptasi di Sumedang, MH 2001/2002.
Galur/varietas Bio 503B-76-2-1 Bio 501B-94-2-1 IR65600-127-6-2-3-MR-7 BP140F-MR-1 BP50F-MR IR68011-15 IR64
Jumlah gabah/ malai
Gabah isi (%)
Gabah hampa (%)
Jumlah malai/ rumpun
109,0 101,0 202,0 134,3 143,8 106,0 87,0
72,7 78,7 53,5 47,9 56,6 31,6 75,0
27,3 21,3 46,5 52,1 43,4 68,4 25,0
20,0 18,6 10,2 16,5 16,6 15,9 20,5
panjang, warna daun bendera hijau muda, dan jumlah gabah per malai sangat tinggi. Dengan diameter tangkai malai paling besar (Tabel 3), BP140F-MR-1 diharapkan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap kerebahan meskipun tanaman relatif tinggi. Ketebalan leher malai berkorelasi positif dengan toleransi terhadap kerebahan oleh angin (Chang et al. 1998). Percobaan Lapang Percobaan adaptasi tanaman di Sumedang menunjukkan beberapa galur padi tipe baru mempunyai kehampaan yang sangat tinggi (Tabel 6). Selama 57
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 21 NO. 3 2002
percobaan berlangsung curah hujan cukup tinggi, sehingga banyak gabah yang busuk dan tumbuh. Varietas IR64 yang dijadikan sebagai pembanding memiliki jumlah gabah hampa 25%. Galur padi tipe baru mempunyai jumlah gabah hampa lebih tinggi, berkisar antara 43-68%. Galur Bio 501B-94 dan Bio 503B-76 mempunyai gabah hampa masing-masing 21,3 dan 27,3%. Jumlah malai galur/varietas yang dicoba pada umumnya lebih dari 10/rumpun. Jumlah gabah per malai terbanyak ditunjukkan oleh galur padi tipe baru IR65600-127, yaitu 202 butir. Jumlah gabah yang tinggi dari galur padi tipe baru ditunjang oleh penampilan tajuk (daun bendera, warna daun, dan tangkai malai). Tingkat kehampaan galur padi tipe baru yang cukup tinggi didapatkan juga oleh Abdullah (2002) pada penelitian lapang. Peng et al. (1999b) menyatakan bahwa pemuliaan padi tipe baru belum dapat meningkatkan potensi hasil karena rendahnya gpersentase abah isi dan produksi biomas tanaman.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Perakaran galur Bio 501B-94-2-1 dan Bio 503B-762-1 mempunyai daya tembus cukup tinggi, jumlah akar primer pada media tanah cukup besar, distribusi akar 50% pada lapisan atas, jumlah malai banyak yang berperan dalam menunjang hasil. Dilihat dari sistem perakarannya maka galur Bio 501B-94-2-1 dan Bio 503-76-2-1 memberikan harapan untuk dilepas menjadi varietas unggul 2. Galur IR65600-127-6-2-3-MR-7 mempunyai daya tembus akar rendah, jumlah akar primer sedikit, distribusi akar lebih dari 50% pada tanah lapisan atas, batang pendek dan tegap, hasil gabah cukup tinggi, ketebalan daun bendera dan warna daun berkorelasi positif dengan bobot 1000 butir. 3. Galur BP140F-MR-1 mempunyai bobot perakaran paling besar, total bobot dan distribusi akar di lapisan atas tanah kurang dari 50%, jumlah gabah per malai tinggi, tangkai malai tebal, kadar khlorofil
58
daun rendah yang merupakan penyebab rendahnya tingkat fotosintesis sehingga hasil rendah. Warna daun bendera berkorelasi positif dengan bobot 1000 butir. Hasil tinggi dapat dicapai dengan pemakaian pupuk dengan takaran tinggi dan seimbang.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, B. 2003. Status perkembangan pemuliaan padi tipe baru. Seminar Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 1 p. Chang, J.K., B.G. Oh, H.Y. Kim, S.J. Lim, S.C. Kim, and J.K. Sohn. 1998 Genetic analysis of traits associated with panicle and flag leaf in tropical paponica rice. Korean J. Crop Sci. 43(3): 135-140. Horton, P. and E.H. Murchie. 2000. C4 photosynthesis in rice: Some lessons from studies of C3 photosynthesis in field grown rice. In: Sheehy (Ed.). Redesigning rice photosynthesis to increase yield. IRRI, Los Banos, Philippines. p: 127-144. IRRI. 1987. Annual report for 1986. IRRI, Los Banos, Philippines. 186 p. Khush, G.S. 1995. Breaking the yield frontier of rice. Geo Journal 35 (3): 327-332. Kim B.K., S.Y. Kang, H.T. Shin and S.J. Yang. 1999. Relationship berween vertical root distribution and yield traits in IRRI’s new plant type rice. Korean J. Crop Sci. 44(1): 20-25. Kubota, S.H. Samejina, E. Laureles, and O. Ito. 2000. Characterization of root system in new plant type. Annual Report for 1988. IRRI. P. 13. Lampe, K. 1994. Foreward. In: Kirk ( Ed.). Rice roots: Nutrient and use. IRRI, Los Banos, Philippines. 86 p. Lee K., J.K. Ko, J.S. Kim, J.K. Lee, H.T. Shin and S.Y. Cho. 1999. Yield potential of improved tropical japanica rice under temperate environment in Korea. Korean J. Crop. Sci. 44(3): 214-220. Osaki, M. and T. Shinano. 2000. Influence of carbon-nitrogen balance on productivity of C3 plants and effect of high expression of phosphoenal pyruvate carboxylase in transgenic rice. In: J.E. Sheesy et al. (Eds.). Redesigning rice photosynthesis to increase yield. IRRI Los Banos, Philippines. p. 177-192. Peng, S., G. Khush, R. Visperas, and A. Evanjelita. 1999. Progress in increasing yield by breeding a new plant type. Progress report for 1998. IRRI, Los Banos, Philippines. p. 7-10. Peng, S. K.G. Cassman, S.S. Virmani, J. Sheehy, and G.S. Khush. 1999b. Yield potential trends of topical rice since the release of IR8 and the challenge of increasing rice yield potential. Crop Sci. 39:1552-1559.