Laporan Tahunan Balitbio 1995/96 © Copyright 1996, Balitbio
I. Pendahuluan Pada saat ini peranan sektor pertanian
membuka paradigma baru dalam pem-
dalam penyediaan pangan, papan, dan
bangunan pertanian dunia. Oleh karena
sandang, serta bahan baku industri men-
itu, bioteknologi mikroba dan tanaman se-
jadi semakin penting. Peran penting lain di sektor pertanian adalah sebagai penyerap tenaga kerja, pembangkit devisa, dan sumber mata pencaharian sebagian besar
bagai bagian dari bioteknologi pertanian diintegrasikan ke dalam metode riset komersial dianggap mampu membuka pe luang yang lebih besar dan efisien melalui
penduduk Indonesia.
terobosan baru yang rasional untuk meng-
Dalam bidang pertanian ini, diketahui adanya tantangan seperti pengurangan
areal potensial, upah tenaga kerja yang
hasilkan produk pertanian bermutu tinggi pada tingkat produktivitas yang ekonomis. Pada tahun 1995, Badan Litbang Perta
makin meningkat, meningkatnya harga
nian telah melaksanakan reorganisasi
energi yang mempengaruhi tingginya har
yang di antaranya perubahan Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor menjadi Ba lai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pa ngan (Balitbio). Sejak itulah, mulai dilak-
ga sarana produksi pertanian utama seper
ti pupuk dan pestisida, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pelestari-
an lingkungan yang telah mendorong aplikasi sistem pertanian yang aman lingkung
sanakan reorientasi dan pemantapan pro
an dan menekan serendah mungkin dam-
suaian dan konsolidasi dalam aspek sum
pak negatif limbah yang dihasilkan. Kendala-kendala tersebut mengakibatkan se makin tingginya tingkat biaya produksi komoditas pertanian yang pada gilirannya akan menurunkan daya saing produk per
ber daya manusia, sarana dan manaje-
tanian di pasar intemasional. Pada sisi lain
globalisasi dan/atau regionalisasi merupakan peluang bagi pemasaran produk per tanian Indonesia apabila posisi daya saing yang kita miliki cukup kuat. Tantangan dan peluang baru yang dimiliki oleh sektor pertanian tersebut di atas dalam kenyataannya tidak mungkin lagi dikendalikan hanya dengan penerapan sistem pertanian konvensional, tetapi perlu adanya terobosan baru, misalnya penerapan/pemanfaatan bioteknologi. De
gram secara bertahap, di samping penye-
men penelitian. Kegiatan tersebut sesuai
dengan kebijaksanaan umum yang telah digariskan yang meliputi penyediaan fasilitas penelitian, peningkatan sumber daya manusia terutama peneliti dan peningkat an penelitian bioteknologi dan plasma nutfah. Kebijaksanaan tersebut diharapkan dapat memacu diperolehnya teknologi yang mampu menjawab berbagai masa-
lah yang selama ini sulit atau tidak dapat dipecahkan secara konvensional serta
mengantisipasi berbagai masalah yang akan dihadapi dalam pembangunan perta nian. Perkembangan serta hasil yang telah*
diperoleh yang meliputi aspek penelitian,
ngan demikian, maka perkembangan Ip-
sumber daya manusia, keuangan, fasilitas,
tek di bidang bioteknologi pertanian telah
serta informasi penelitian TA 1995/96
Laporan Tahunan Balitbio 1995/96
diuraikan secara rinci dalam laporan ta
1.Analisis Sisiem Tanaman (AST)
hunan ini. Penyampaian hasil-hasil peneli-
2.Biologi ,'v'olekuler dan Rekayasa Gene-
tian drkelompokkan berdasarkan kegiatan dari masing-masing Kelompok Peneliti (Kelti), yaitu:
Uka(BMR) 3.Biologi Nutrisi dan Pertumbuhan Ta naman (BNP) 4.Diagnostik dan Pengendalian Biologi
(DPB) 5.Sumber Daya Genetika (SDG)
Laporan Tahunan Balitbio 1995/96 © Copyright 1996, Balitbio
II. Analisis Sistem Tanaman PENSIFATAN VARIETAS KEDELAI, JAGUNG, DAN UBI KAYU SECARA FISIOLOGIS, MORFOLOGIS, DAN EKOLOGIS UNTUK MENUNJANG POLA TANAM TUMPANGSARI PADA LAHAN KERING MARGINAL Lahan kering masam (marginal) terdapat luas di Indonesia. Umumnya lahan
memiliki sifat pH rendah, Al tinggi, miskin hara N, P, K, Ca, Mg, sering kekeringan, te-
tapi juga peka erosi, sehingga produktivitasnya rendah dan tidak stabil. Dengan menerapkan sistem tanam tumpangsari yang sesuai, menggunakan varietas ta
naman pangan yang adaptif, peningkatan produktivitas dan stabilitas lahan secara efisien dapat dicapai.
mengkombinasikan varietas-varietas ubi
kayu (Adira 1, BIC 317 dan BIC 319) sebagai tanaman utama dan kedelai (Wilis, Malabar dan Pangrango) sebagai tanaman sela. Pada percobaan ini tidak ada peng-
aruh nyata interaksi varietas ubi kayu dan kedelai pada sistem tumpangsari. Dengan demikian varietas suatu komoditas yang
terbaik dapat dipilih menjadi suatu kombinasi yang terbaik. Varietas BIC 317 dan Pangrango merupakan varietas terbaik masing-masing untuk tanaman ubi kayu
dan kedelai. Pendapatan kotor hasil kede lai, yaitu sebesar Rp 514.700/ha dapat diterima petani setelah empat bulan tanam,
sedangkan dari ubi kayu adalah sebesar Rp 1.316.700/ha dapat diperoleh setelah tujuh bulan (Tabel II.2). Tipe ubi kayu yang
Hasil percobaan di rumah kaca dan di
sesuai untuk sistem tumpangsari adalah
lapang terlihat bahwa pengapuran seba-
tanaman yang tumbuh lambat dengan se-
nyak 0,5 x Aldd sudah cukup efisien dan
dikit percabangan hingga umur tiga bulan,
efektif dalam meningkatkan hasil kedelai
dan baru selanjutnya tumbuh cepat sete
(Tabel II. 1). Namun demikian, usaha un-
lah tanaman sela dipanen. Untuk tanaman
tuk mendapatkan varietas-varietas yang le-
sela, varietas kedelai selain memiliki sifat
bih adaptif pada tanah masam dengan ha sil tinggi tetap perlu diadakan.
toleran tanah masam, juga sebaiknya tole-
Uji Lapang Sistem Tumpangsari
Perbaikan Sistem Tumpangsari
Sistem tumpangsari untuk mendapat
kan hasil maksimal dilakukan dengan Tabel 11.1.
Sistem tumpangsari dapat diperbaiki dengan menggunakan alternatif-alternatif
Pengaruh pemberian kapur terhadap hasil kedelai di rumah kaca dan lapang, Desa Gajrug, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak.
Takaran kapur 0 0,5 x Aldd 1,0 x Aldd
ran kekeringan dan naungan.
Hasil biji kering Lapang (kg/ha) Rumah kaca (gAan) 29,3 b 91,9 a 101,4a
820 b 1.093 a 1.096 a
Laporan Tahunan Balitbio 1995/96
Tabel 11.2.
Hasil dan pendapatan kotor ubi kayu dan kedelai pada sistem tumpangsari di lahan kering masam Lebak. Bobot ubi kayu
Pendapatan kotor
(Mm)
Hasil Kedelai
Pendapatan kotor
(Rp)
(t/ha)
(Rp)
Adira-1
10,87
BIC317 BIC319
23,50
652.200 1.316.700
19,16
1.149.200 0,54 0,60 0,70
433.400 482.700 514.700
Varietas Ubi kayu
Kedelai Wilis Malabar Pangrango
varietas ubi kayu, jagung dan kedelai yang Iebih baik berdasarkan hasil pengujian terpisah. Berdasarkan hasil rata-rata dari per-
lakuan tanpa kapur dan dikapur sampai 1,0 x Aldd pada pengujian di lahan masam yang dilakukan di pot dan di lapang, galur kedelai LB 80 dan LB 72 menghasilkan biji Iebih baik dibanding varietas lainnya (Ta bel II.3). Varietas jagung Antasena juga dapat digunakan sebagai varietas jagung tumpangsari di lahan masam berdasarkan toleransi varietas tersebut pada lahan ma sam. Hasil pengujian di pot dan lapang menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hasil varietas jagung Antasena Iebih baik dari varietas lainnya, walaupun secara sta-
tistik tidak nyata. Beberapa varietas ubi kayu pada percobaan skrining ketahanan terhadap keracunan Al, ternyata varietas/ klon No. 40-33, 50-2, Adira4, BIC 324 dan BIC 108 dapat berumbi Iebih baik dari vari-
ngan 10 ppm Al diperoleh keragaman nilai panjang akar relatif (PAR) 19,1 hingga 1,44% dengan nilai rata-rata 6,92% dan simpangan baku 3,12%. Nilai PAR ini menunjukkan toleransi/kepekaan varietas/ galur terhadap cekaman Al. Dengan me-
ngambil nilai di atas, maka varietas/galur yang memiliki PAR > 10,04% merupakan galur/varietas yang termasuk toleran, se-
dangkan PAR <3,80% menunjukkan galur/ varietas yang peka terhadap Al. Dengan cara yang sama, nilai PAR rata-rata dari 68 galur/varietas jagung adalah 6,00% dengan simpangan baku 1,96%. Dengan demikian nilai PAR >7,96% menunjukkan varietas/ galur jagung yang toleran terhadap kera cunan Al, sedangkan nilai PAR <4,04% menunjukkan varietas/galur yang peka ter hadap Al tinggi. Varietas/galur kedelai dan jagung yang termasuk toleran terhadap Al tinggi disajikan pada Tabel 11.4.
etas/klon lainnya. Dengan demikian, per-
baikan sistem tumpangsari masih mungkin dilakukan dengan penggantian varietas-varietas yang Iebih sesuai.
Pemantapan Sistem Tumpangsari Dari 79 varietas/galur kedelai yang ditumbuhkan dalam medium tanpa dan de
ANALISIS SISTEM DAN APLIKASI MODEL SIMULASI UNTUKOPTIMASI PRODUKSI YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Potensi hasil tanaman pada suatu la han (wilayah) merupakan fungsi dari sumber daya genetik, iklim, tanah dan lingkungan biotik yang sangat dinamis. Poten-
Analisis Sistem Tanaman
Tabel 11.3.
Keragaan hasil beberapa vanetas kedelai pada percobaan pot dan lapang di lahan masam (rata-rata hasil perlakuan tanpa dan dikapur).; Hasil biji kering
Varietas/galur
Pot (gAanaman)
LB80
LB72 Malabar Tambora Kerinci Wilis Tabel 11.4.
Lapang (kg/ha)
89,9 a 97,5 a 43,8 c 63,6 b 72,3 b 87,9 a
1.388 a 1.136b 824 c 917bc 936 be 817 c
Varietas/galur kedelai yang termasuk kategori toleran keracunan Al berdasarkan nilai PAR.
Varietas/galur kedelai 3743 Kerinci
3613 3648 Pangrango 618 613 3885
Nilai PAR
Varietas/galur jagung
19,10 15,34 14,54
Agetl 76 Kima21942 Sudi2128
10,71
Cargill 8905
10,52 10,47 10,38 10,19
Arjuna Sint 45/8(F2)
si lahan dan tanaman harus diduga mela-
lui pendekatan analisis sistem yang dinamik, seperti model simulasi. Selain lebih efisien, teknik dan model simulasi juga
Ly DMR pool (C4S2) Genjah Warangan 2179 Getak-Getik1958 Pulut2005 Genjah Melati 1791
Nilai PAR 11,52 9,32 9,18 9,10 8,92 8,84 8,46 8,40 8,12 "8,09
Pendugaan Hasil Tanaman Padi, Jagung, dan Kedelai pada Berbagai Agroekosistem di Jawa Tengah dan Jawa Timur
bersifat antisipatif, karena mampu men-
duga potensi produksi akibat perubahan karakteristik tanaman (genetik) dan lingkungan. Informasi potensi produksi serta karakteristik varietas tanaman pangan diperlukan untuk menunjang perencanaan dan penyusunan program peningkatan produksi tanaman pangan, terutama untuk menunjang penyusunan pola tanam dan
paket teknologi usahatani yang tepat pada setiap tipe agroekosistem.
Faktor dominan yang mencirikan tipe agroekologi pada lahan sawah irigasi adalah potensi irigasi, pola curah hujan dalam kaitannya dengan radiasi surya, suhu udara dan tingkat kesuburan tanah. Di Jawa
Tengah di lima kabupaten yang diidentifikasi terdapat luas sawah irigasi sebesar 102.052 ha dan sekitar 320.799 ha (64%) lahan yang agak potensial untuk tanaman padi dengan tingkat kesesuaian yang relatif cukup tinggi. Lahan potensial terluas terdapat di Kabupaten Blora dan Grobogan dengan luas sekitar 87.000 ha dan
LaporanTahunanBautbio 1995/96
71.000 ha. Sedangkan di Kabupaten Rem-
bang hanya sekitar 25.000 ha yang agak potensial. Di Jawa Timur pada sembilan kabupaten yang diidentifikasi, luas sawah se^esar 314.672 ha dengan lahan kering yang agak potensial sekitar 322.786 ha atau sekitar 35,7% dari total luas lahan. Lu as lahan agak potensial terluas terdapat di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban dengan luas sekitar 63.000 dan 57.000 ha. Sedang kan yang paling sedikit ada di Kabupaten Situbondo dan Mojokerto. Baik di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur, faktor pembatas utama dalam pengembangan padi pada lahan non irigasi (lahan kering) adalah topo-fisiografi (tingkat lereng dan elevasi) dan keterbatasan musim tanam atau curah hujan. Faktor utama yang menentukan pro-
duktivitas tanaman jagung dan kedelai pada lahan kering adalah ketersediaan air yang pada umumnya dipasok oleh curah hujan. Selain itu, suhu udara yang diragamkan oleh elevasi selain berperan
terhadap produksi juga menentukan jenis tanaman/varietas yang potensial. Selain di lahan sawah, di wilayah Jawa Tengah,
lahan yang dominan mempunyai tingkat kesesuaian yang potensial untuk jagung dan kedelai seluas 235.598 ha. Sisanya kurang atau tidak sesuai yang umumnya disebabkan elevasi, kemiringan yang ku rang cocok, dan/atau masa tanam yang
terbatas. Di sembilan kabupaten di Jawa Timur, lahan potensial terutama untuk
jagung dan kedelai selain pada lahan sawah juga pada lahan kering seluas 346.996 ha. Lahan potensial tersebut tersebar terutama di Kabupaten Tuban, Larnongan, Bojonegoro, Pasuruan, dan
Sidoarjo.
Potensi hasil tanaman padi tertinggi di Jawa Tengah adalah 6.636 kg/ha dan di Jawa Timur 6.984 kg/ha. Potensi tertinggi umumnya dicapai dari penanaman pada bulan Mei/Juni dan terendah penanaman bulan November. Potensi hasil tanaman
padi tertinggi di wilayah penelitian sebesar 7.244 kg/ha diperoleh di Kabupaten Mojo kerto, dan terendah di Pati (Jakenan). Po tensi hasil tanaman kedelai tertinggi diper oleh di wilayah studi adalah 3.021 kg/ha di Kudus, Jawa Tengah dan 3.083 kg/ha di Mojosari, Jawa Timur. Potensi tertinggi umumnya dicapai pada bulan November/ Desember dan terendah pada Juni/Juli. Potensi hasil jagung tertinggi di wilayah studi Jawa Tengah adalah 5.961 kg/ha dan di Jawa Timur 5.946 kg/ha. Potensi ter tinggi umumnya dicapai pada penanaman bulan Oktober/November dan terendah penanaman bulan Juli. Potensi tanaman
jagung tertinggi didapatkan di Grobogan dan Mojosari dengan potensi 6.584 kg/ha dan terendah di Jakenan (5.326 kg/ha). Evaluasi Sifat Fisiologi dan Morfologi Tanaman Kacang Tanah dan Kedelai Hingga saat ini tipe tanaman pangan ideal baik secara morfologi maupun fisio logi belum diidentifikasikan secara baik, padahal kriteria tipe tanaman yang rinci kuantitatif diperlukan sebagai dasar dalam pembentukan varietas baru. Hasil peneliti an menunjukkan bahwa sifat fisiologi dan morfologi tanaman yang diamati sebagian besar tidak nyata berkorelasi dengan hasil. Namun demikian dari arah koefisien kore-
lasi yang diperoleh memberikan petunjuk bahwa semakin tinggi SLA (berat spesifik daun), RGR (laju pertumbuhan relatif), dan NAR (laju asimilasi bersih) pada per tumbuhan awal serta FSTR (stem reserve)
Analisis Sistem Tanaman
semakin tinggi hasil kacang tanah. Selain itu, bentuk tanaman kacang tanah yang daun bagian atasnya lebih banyak cende-
rung memberikan hasil yang tinggi. Berat spesifik daun pada fase pengisian polong nyata mempengaruhi hasil kedelai. Sema
kin besar nilai SLA semakin tinggi hasil ke delai. Bentuk tanaman yang daun bagian
bawah/tengah lebih banyak serta tangkai petiole bagian atas yang panjang cenderung memberikan hasil tinggi. Identifikasi dan Teknik Penanggulangan Logam Berat pada Lahan Tanaman Pangan Tanaman pangan di lahan sawah dapat tercemar logam berat karena memper-
oleh air irigasi yang tercampur air limbah dari suatu industri tertentu. Dari hasil ana lisis contoh gabah dari daerah Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut dan 14 lokasi sentra produksi padi sawah di Jawa Tengah ditemukan bahwa umumhya lahan sawah belum tercemar logam berat. Lo
kasi contoh yang menunjukkan berpotensi tercemar ialah Kota Wetan, Kabupaten
Garut dengan kandungan Cd dalam gabah 0,39 ppm, sedangkan di Jawa Tengah yang berpotensi tercemar ialah di Desa Bulak Kelor dengan kandungan Cd dalam gabah 0,31 ppm dan Desa Ketro dengan kandungan 1,88 ppm.
Dari hasil analisis contoh gabah dari beberapa pasar di Kabupaten Sumedang dan Garut ditemukan beras pada tiga pa sar yang telah tercemar Cd, yaitu di pasar Cimalaka, pasar Lama dan pasar Cimang-
gu dengan kadar masing-masing 0,50; 0,26; dan 0,47 ppm Cd dalam beras. Dari penelitian rumah kaca yang menggunakan beberapa jenis bahan organik Salvinia, semanggi, brangkasan kacang tanah dan ke
delai serta jerami padi sebagai amelioran menunjukkan bahwa bahan tersebut be lum efektif dalam menghambat serapan Cd oleh tanaman padi sawah.
DIVERSITAS EKOSISTEM Wereng coklat dan penggerek batang padi masih merupakan ancaman produksi padi di Indonesia. Kerusakan akibat hama ini dapat mencapai 50.000-350.000 ha. Pada musim tanam 1996 dilaporkan oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
mencapai 575 ha di Jawa, sedangkan serangan penggerek batang padi di Jawa mencapai 75.000 ha pada 1989/90. Pengetahuan diversitas ekosistem dan analisis sistem dapat digunakan untuk memecahkan masalah hama secara berke-
lanjutan. Tujuan jangka panjang penelitian ini untuk merumuskan strategi dan taktik PHT tanaman pangan yang efektif dan efisien berdasarkan pengetahuan diversitas ekosistem dan analisis sistem.
Model Kehilangan Hasil Padi oieh Wereng Coklat Kehilangan Hasil IR64 pada 35 HST Inokulasi wereng coklat nimfa instar V pada IR64 umur 35 hari setelah tanam (hst) mengakibatkan kehilangan hasil relatif lebih rendah, yaitu 7,5% pada populasi lima ekor per pot dan 34,4% pada populasi 20 ekor per pot (Tabel 11.5). Apabila hasil rata-rata 1R64 sebesar 5-6 t gkp/ha dan harga gabah Rp 370/kg, maka kehilangan 5% setara dengan 250 kg/ha atau Rp 92.500/ha. Apabila harga insektisida (BPMC atau MIPC) rata-rata Rp 20.000 per liter dan untuk satu aplikasi diperiukan 2 1 dengan biaya tenaga kerja Rp 10.000 maka untuk pengendalian wereng coklat
LaporanTahunanBalttbio 1995/96
Tabel U.S.
Kehilangan hasil IR64 oleh inokulasi wereng coklat pada 35 hst. Kehilangan hasil gabah isi, g/pot (%)
No.
Populasi wereng coMat (ekor/pot)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
0 5 10 15 20 25
N3
N5
0
0 4,00 (7,50) 10,00(18,70) 14,50(27,20) 18,66(34,90) 22,83 (42,80)
3,67 (8,70) 10,67(25,40) 13,67(32,50) 14.50(34.50) 17,17(40,90)
N3 = wereng coMat nimfa ke-3, N5 = wereng coMat nimfa ke -5
memerlukan dua kadi aplikasi berarti senilai dengan Rp 100.000. Apabila nilai ambang ekonomi adalah tingkat populasi wereng coklat yang menimbulkan kerugian (kehilangan hasil) setara dengan biaya pengendaliannya, maka dalam kondisi laboratorium nilai ambang ekonomi wereng coklat ialah 5-6 ekor per rumpun untuk IR64 pada fase vegetatif.
Kehilangan Hasil IR64 pada 63 HST Inokulasi pada 63 hst oleh lima ekor wereng coklat menimbulkan kerugian 4,713,2%. Kehilangan hasil oleh inokulasi nimfa instar V lebih rendah daripada ino kulasi nimfa instar III. Hal ini dikarenakan nimfa instar III lebih menetap sehingga lebih lama/banyak mengisap cairan tanaman dibandingkan nimfa instar V yang akan segera emigrasi.
Apabila hasil IR64, harga gabah kering giling (gkg), harga insektisida dan biaya aplikasinya sama, maka biaya pengendalian wereng coklat (dua kali aplikasi), yaitu Rp 100.000 atau setara dengan 270 kg/ha atau 5,4% kehilangan hasil. Kehilangan hasil 5,4% ini diakibatkan oleh inokulasi sepuluh ekor nimfa instar V (Tabel II.6).
Dengan demikian, ambang ekonomi we reng coklat pada IR64 umur 63 hst (fase vegetatif) ialah 10 ekor per rumpun. Kehilangan Hasil Cisadane pada 35 HST Laju peningkatan kehilangan hasil pa da nimfa instar III lebih tinggi daripada instar V (Tabel II. 7). Ini rnenunjukkan bahwa instar III bersifat stationer, sedang-
kan nimfa instar V bersifat mobil. Akibatnya kehilangan hasil oleh instar HI relatif lebih tinggi daripada instar V. Hal yang sama juga terjadi pada IR64. Namun ting kat populasi nimfa wereng coklat yang sama menimbulkan kehilangan hasil lebih tinggi pada Cisadane daripada IR64. Hal ini terjadi karena Cisadane lebih peka daripada IR64. Apabila semua kondisi sa ma, maka konsekuensinya ambang eko
nomi wereng coklat pada Cisadane fase vegetatif lebih rendah (5-6 ekor per rum pun) daripada IR64, (10 ekor per rumpun). Kehilangan Hasil Cisadane pada 63 HST Seperti inokulasi wereng coklat pada IR64, nimfa instar III menimbulkan keru gian pada Cisadane lebih besar daripada instar V. Pada Tabel 11.8 tampak bahwa inokulasi pada 63 hst menimbulkan kehi langan hasil lebih rendah daripada inoku-
Analisis Sistem Tanaman
Tabel 11.6.
Kehilangan hasil IR64 oleh inokulasi wereng coMat pada 63 hst. Kehilangan hasil gabah isi, g/pot (%)
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Populasi wereng coklat (ekor/pot)
0 15 30
45 60 75
N3 0 1,67(13,20) 4,67 (28,90) 6,17(48,60) 8,17(64,50) 10,00 (78,90)
.-
-- N5 0 0,84 (4,70) 2,00(17,70) 6,50 (36,80) 6,67 (37,70) 8,67 (49,00)
N3 = wereng coklat mmfa ke-3, N5 = wereng coklat nimfa ke-5 Tabel II.7.
Kehilangan hasil Cisadane oleh inokulasi wereng coklat pada 35 hst. Kehilangan hasil gabah isi, g/pot (%)
No.
Populasi wereng coklat (ekor/pot)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
0 5 10
15 20 25
N3
N5
0
0
2,17(7,10) 5,50(18,00) 8,50 (30,50) 15,12(49,60) 16,17(53,00)
3,84 (9,80) 6,84(17,50) 10,00 (25,50) 12,34(31,50) 15,67(40,00)
N3 = wereng coklat nimfa ke-3, N5 = wereng coklat nimfa ke-5 Tabel 11.8.
Kehilangan hasil Cisadane oleh inokulasi wereng coklat pada 63 hst. Kehilangan hasil gabah isi, g/pot (%)
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Populasi wereng coklat (ekor/pot)
N3
N5
0
0
0
15
0,66 (2,60) 1,00 (4,00) 8,67 (34,90) 11,66(46,90) 12,83(51,70)
0,33(1,10) 1,00 (3,40) 2,50 (8,60) 4,50 (15,50) 8,93 (30,80)
30 45 60 75
N3 = wereng coklat nimfa ke-3, N5 = wereng coklat nimfa ke-5
lasi pada 35 hst. Hal ini karena padi umurhst akan berkembang lebih baik daripada 35 hst (fase vegetatif) mempunyai kualitastanaman umur 63 hst. nutrisi lebih baik untuk perkembangan. , ... ,. .. ,j • j^-oi_a/-Apabila semua kondisi sama, maka nihama danpada umur 63 hst (masa gene-. . ,... . . . ...... c , . ..••!/• r i •/'al arnbang ekonomi wereng coklat pada ratif). Selain ltu, secara fisik (morfologi/n. , co , ,. ... ,. ... , ... ,.oc , , . ... . 5,Cisadane umur 63 hst lebih tinggi danpada ., . or An , ^ anatomij, padi umur 35 hst lebih lemah„_ . , ...^-ou^^i i jumur 35 hst, yaitu antara 35-40 ekor per danpada umur 63 hst. Dalam keadaanJ demikian, wereng coklat pada tanaman 35^
LaporanTahunanBalitbio 1995/96
Kohor Neraca Hidup Wereng Coklat
ngan cara menginfestasikan lima ekor in-
dari kelas usia, kecuali kelas usia individu telur pada 29-30 dan 35. Dalam kelas usia 0, tingkat kematian pada IR64 sebesar 35,28%. Statistik ini sebagian merupakan sumbangan kematian dari nimfa instar I
duk wereng coklat yang berumur lima had
yang muncul pada hari ke-9, tetapi mati
Penelitian dilaksanakan di laboratorium dengan menggunakan varietas tahan
(IR64). Kohor individu dibangkitkan de
selama 24 jam pada tanaman berumur 21 hst. Kohor didefinisikan sebagai suatu po-
pulasi yang lahir dalam kurun waktu yang sama. Kohor disini menunjuk pada kelom-
pok telur wereng coklat yang diletakkan oleh induknya pada hari atau kurun waktu yang dianggap sama, 24 jam.
sebelum hari ke-10. Akibat langsung dari tindakan ini ialah bahwa tingkat kematian dalam kelas telur lebih tinggi dan peluang hidup pada kelas usia pivot ke-0 lebih rendah daripada yang diharapkan. Selama periode nimfa, tingkat kemati an tertinggi pada IR64 sebesar 8,89%, terjadi pada kelas usia ke-16. Kemunculan
Masa Hidup dan Masa Reproduksi Masa hidup populasi kohor wereng cokiat pada varietas IR64 berkisar 32-40 hari (Tabel II.9). Mulai masa reproduksi populasi kohor individu dewasa relatif sangat beragam. Masa reproduksi betina
wereng coklat terpanjang dan terpendek pada IR64 masing-masing 14 dan empat
imago wereng coklat pada IR64 sangat beragam, dari hari ke-23 sampai hari ke30. Telur yang diletakkan oleh betina dewasa dijumpai pada hari ke-25 dan hari ke-26 (kelas usia 26-27). Selama masa
reproduktif, tingkat kematian kohor dewa sa cukup tinggi di atas 10%, kecuali kelas usia 26 dan 39.
hari. Masa reproduksi makin panjang meDaftar Keperidian (Kemampuan Ber-
nunjukkan bahwa varietas tersebut makin
telur) Wereng Coklat
peka terhadap wereng coklat.
Rataan kohor awal reproduktif pada Sebaran Tingkat Kematian
IR64 sebanyak 24,2 ekor dewasa. Karena
Tingkat kematian dan harapan hidup
stadium telur dan nimfa, maka nisbah
kan rataan banyaknya kohor awal 61,80 individu telur untuk 1R64. Harapan hidup populasi kohor wereng coklat pada IR64 rnerupakan sebuah fungsi yang tidak naik
Tabel 11.9.
tidak ada cara untuk mengetahui nisbah antara kelamin betina dan j an tan dalam
pada setiap kelas usia disusun berdasar-
kelamin dianggap sama dengan satu.
Semua kelahiran di setiap kelas usia dianggap terjadi di titik tengah usia.
Masa hidup, mulai masa reproduksi, dan panjang masa reproduksi betina kohor wereng coklat pada IR64. -'
Atribut wereng coklat
.
Masa hidup Mulai reproduksi Panjang masa reproduksi
10
Ulangan kohor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
38
40 28
34
36
40
40
36
28 7
27
33 26 8
32
27 7
33 28
27 6
34 7
33
27 10
11
14
5
4
Anausis SistemTanaman
Selama masa reproduksi, keperidian indi-
naman sifatnya khas, yaitu berpola acak dan hanya ada jika sebagian besar popula
vidu betina beragam, tetapi secara konsis-
si mencapai imago dan nimfa instar 1. Jika
ten keperidian pada varietas tahan lebih
populasi sebagian besar dalam stadia nimfa tua (instar 111, IV, dan V), populasi
Walaupun kelahiran berlangsung kontinu.
rendah daripada varietas peka.
Cyrtorhinus sp. menghilang dari pertanam-
Karakteristik Pertumbuhan Populasi Untuk mempelajari karakteristik per tumbuhan populasi kohor wereng coklat pada 1R64, disusun dari daftar kehidupan dan daftar keperidian. Karakteristik penting yang menggambarkan perilaku sederhana sebuah populasi kohor disajikan pada Tabel 11.10.
an, mungkin berimigrasi ke pertanaman sekitarnya untuk menemukan telur-telur
wereng coklat yang menjadi makanannya. Pola sebaran Lycosa sp. berubah-ubah mulai dari acak seragam. Ada kecenderungan, makin rendah derajat agregasi populasi wereng coklat, pola sebaran Lycosa sp. makin mendekati seragam.
Model Sebaran Peiuang Populasi Wereng Coklat dan Predator Utamanya
Pola sebaran laba-laba dan Paederus sp. berubah-ubah dari acak sampai agre
amatan digunakan untuk menetapkan po-
gat. Perubahan pola itu tidak berkaitan dengan perubahan derajat agregasi popu lasi wereng coklat. Diduga bahwa jenis
la sebaran, model, peiuang, dan sifat hu-
mangsa laba-laba dan Paederus sp. lebih
bungan antara ragam dan rataan populasi
bervariasi daripada Lycosa sp.
Sebanyak 55 gugus data hasil peng-
wereng coklat dan predator (laba-laba,
waktu ke waktu, kecuali populasi Cyrto
Model peiuang predator, juga tidak bersifat pasti. Hal itu menunjukkan bahwa model peiuang Lycosa sp. lebih kompleks daripada yang diperlihatkan oleh statistik pola sebaran. Oleh sebab itu, statistik pola
rhinus sp. pola sebarannya acak. Sebaran
sebaran bukan merupakan tolok ukur ber-
populasi wereng coklat berpola acak tornya berpola seragam, acak, dan agre
lakunya model peiuang populasinya. Jadi, adalah mungkin suatu populasi mengikuti model peiuang bionomial negatif, meski-
gat. Di antara empat predator yang diama-
pun pola sebarannya acak.
Lycosa sp., dan Cyrtorhinus sp.) Pola sebaran populasi wereng coklat dan predatornya selalu berubah-ubah dari
hingga agregat, sedangkan sebaran preda
ti, keberadaan Cyrtorhinus sp. di perta-
Tabel II. 10. Karakteristik pertumbuhan populasi kohor wereng coklat pada IR64. Parameter laju Ro (Laju reproduksi) Tc (Rataan waktu generasi kohor) Re (Laju pertumbuhan bawaan) r (Laju pertumbuhan intrinsik) •c = er (Harapan hidup) T (Rataan waktu generasi)
IR64 2,7952 30,0291 0,0343 0,0344 1,0350 29,9391
11
LaporanTahunanBalitbio 1995/96
Pendekatan model peluang untuk menetapkan kaidah keputusan pengenda-
lian dan metode pencontohan populasi (wereng coklat) lebih berbahaya daripada pendekatan empirik, misalnya yang dikembangkan atas dasar sifat hubungan antara ragam (S2) dan rataan (m).
wereng coklat) juga berbeda. Hal ini terjadi karena adanya kompetisi antara pre dator. Pola pemangsaan mengikuti garis lurus. Semakin tinggi populasi inang, se makin banyak wereng yang dimangsa.
Fase Generatif Kemampuan memangsa Lycosa sp.
Model pemangsaan Lycosa sp.
pada instar III berkisar antara 7,66-36 we
terhadap Wereng Coklat
reng coklat/hari, sedangkan kemampuan
Fase Vegetatif
memangsa wereng coklat instar IV, V, dan stadia dewasa berturut-turut 3-32; 4-35,66;
Jumlah wereng coklat instar III, IV, V, dan dewasa yang dimangsa oleh Lycosa sp. meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi inang dan populasi Lycosa sp., yaitu masing-masing sebesar 2-17, 118, dan 1-14 wereng coklat/hari. Kemam-
dan 5-34 wereng coklat/hari. Model pe mangsaan Lycosa sp. berbentuk garis lu
rus dan belum ditemukan kemampuan maksimal, hal ini disebabkan interval inang terlalu pendek dan jumlah interval inang terlalu sedikit.
puan Lycosa sp. memangsa wereng coklat
sedikit lebih tinggi pada instar III, IV, dan V dibandingkan dengan stadia dewasa. Se-
makin tinggi populasi Lycosa sp., semakin tinggi kemampuannya memangsa wereng coklat. Kemampuan predator mencari
inang instar III (a) pada kepadatan 1,2,3, dan 4 Lycosa sp. berturut-turut 0,0086; 0,1341; 0,01893; dan 0,0201, sedangkan kemampuan untuk memangsa satu inang
(Th) memerlukan waktu berturut-turut 0,0086; 0,1342; 0,189; 0,0201 jam. Laju pencarian inang (a) dan waktu yang diperlukan untuk memangsa satu inang (Th) sangat dipengaruhi oleh populasi inang, predator dan stadia inang. Nilai a untuk Lycosa sp. pada wereng coklat de wasa sebesar 0,0058; 0,0103; 0,0157; dan 0,0204, masing-masing pada kepadatan populasi 1, 2, 3, dan 4 Lycosa sp, sedang
kan nilai Th berturut-turut-0,0284; 0,0406; 0,0666; dan 0,0804. Kemampuan Lycosa sp. mencari inang pada masing-masing
stadia/instar wereng coklat berbeda, begitu pula pada setiap stadia inang (instar
12
Pengamatan populasi predator diikuti oleh kemampuan untuk menemukan
inang semakin lama, hal ini diduga terjadi kompetisi di antara predator. Nilai a untuk Lycosa sp. pada semua instar wereng co
klat menunjukkan perbedaan antara fase vegetatif dan generatif. Nilai a pada fase vegetatif lebih kecil dibandingkan fase ge neratif, hal ini menunjukkan bahwa preda tor lebih cepat menemukan inang pada fase vegetatif.
Model Sebaran Peluang Kelompok Telur Penggerek Batang Padi Putih (PBPP) Kepadatan populasi kelompok telur PBPP rendah selama fase vegetatif hingga primordia, dan tinggi ketika tanaman berada dalam stadia generatif. Meningkatnya populasi dalam fase generatif karena populasi ngengat di pertanaman Golongan Air I dan II tidak menemukan habitatnya dan bermigrasi ke pertanaman di Golong an Air III (tempat percobaan).
Analisis Sistem Tanaman
Pada kepadatan populasi rendah, ku-
satu pola sebaran tertentu, misalnya agre
rang dari dua kelompok telur (kt)/m2, pola
gat, sesuai dengan dua-atau lebih model
sebaran spasial kelompok telur PBPP ada-
peluang. Jika hal terakhir terjadi, peneliti hams menggunakan uji khaikuadrat (chisquare test) untuk memilih model yang paling cocok dengan perilaku ekologis populasi di habitatnya.
lah acak dan model peluang sesuai de ngan Poisson, dan kepadatan populasi ku-
rang dari 2 kt/m2 dianggap rendah karena ambang ekonomi kelompok telur PBPP 1 kt/m2 pada fase primordia, dan 2 kt/m2 pada fase vegetatif.
Pada kepadatan populasi tinggi, pola
Meskipun pola sebaran spasial popu lasi kelompok telur PBPP bersifat acak, seragam, dan agregat, pola sebaran tempo
sebaran spasial dan model sebaran pe
ral populasi kelompok telur PBPP tersebut
luang populasi kelompok telur PBPP tidak
bersifat acak.
menentu karena adanya proses repulsif antarindividu populasi. Proses repulsif da-
pat terjadi karena adanya migrasi populasi atau karena meningkatnya populasi. Untuk populasi wereng coklat misalnya, model
Poisson dan binomial negatif hanya cocok pada kepadatan populasi rendah, yaitu kurang dari satu ekor/rumpun. Meningkatnya
populasi menimbulkan proses repulsif
Dengan kata lain, eksplosi populasi ngengat dapat terjadi kapan saja. Hal ini berarti bahwa kegiatan pemantauan popu
lasi PBPP hams dilaksanakan secara rutin tanpa memandang apakah populasi hama
itu tinggi atau rendah.
MANIPULASI PERILAKU SERANGGA
yang mengubah perilaku ekologis serang-
Salah satu cara untuk mengurangi
ga dalam menentukan habitatnya yang
frekuensi dan kuantitas penggunaan insek-
sesuai, sehingga pola sebaran spasialnya
tisida dalam usaha menekan kehilangan
dan model sebaran peluangnya menjadi
hasil kedelai oleh hama ialah melalui ma-
tidak menentu.
nipulasi perilaku serangga. Serangga me
Secara umum, jika model sebaran pe
luang populasi adalah Poisson, maka pola sebarannya adalah acak, tetapi jika model
sebaran peluang populasi adalah binomial negatif, normal diskret atau log-normal, maka pola sebarannya adalah agregat.
milih tumbuhan sebagai inang bergantung pada: (1) Adanya zat penarik/perangsang proses peneluran dan proses makan, (2)
Absennya zat penolak tumbuhan, (3) Morfologi tumbuhan yang menarik, dan (4) Kesesuaian fenologi tumbuhan dengan kebutuhan serangga.
Pemyataan sebaliknya tidak benar, artinya
Telah diketahui bahwa tanaman ja-
tidak ada konsekuensi logis atau implikasi logis bahwa jika pola sebaran populasi
gung, kacang hijau varietas Merak, Sesba-
adalah acak maka model sebarannya
nia rostrata, dan kedelai varietas Dieng,
Poisson, dan tidak benar bahwa jika pola sebaran populasi agregat maka model se
Malabar, dan MLG 3023 lebih disukai oleh hama polong dibandingkan dengan
baran peluangnya adalah binomial negatif.
tanaman inang lainnya, tetapi tanaman
Dengan kata lain, hubungan antarpola se
inang yang menarik hama utama pada
baran spasial dan model sebaran peluang
fase vegetatif belum diketahui. Pengguna
tidak bersifat refleksi. Adalah mungkin
an tanaman inang untuk mengkonsentrasi-
13
LaporanTahunanBalitbio 1995/96
kan populasi serangga dewasa atau telur merupakan cara untuk mengefisienkan
Identifikasi Jenis Tanaman Inang yang Menarik Hama Utama
biaya pemantauan dan biaya pengendalian, selain untuk membatasi penggunaan
insektisida di lahan kedelai sehingga musuh alami lebih terjamin kelangsungan hidup dan daya kerjanya. Ketertarikan suatu jenis serangga pada tanaman inang dapat disebabkan oleh faktor biofisik atau bio-
Tanaman inang yang paling menarik imago 5. litura untuk meletakkan telur
(2) Identifikasi senyawa biokimia tanaman/bagian tanaman inang yang paling
ialah kedelai varietas No. 29, MLG 3023, Lokon, dan Wilis. Kacang hijau varietas Merak, Walet, PI 227687 (asal Jepang) dan kedelai varietas Malabar kurang menarik bagi S. litura untuk meletakkan telurnya (Tabel 11.11). Sedangkan varietas MLG 3023 dan Dieng lebih menarik dengan po pulasi berturut-turut 1,33 dan 1,47 kelompok/25 rumpun dan atau 367,54 dan 281,60 butir/25 rumpun (Tabel 11.12). Umur tanaman yang paling menarik untuk diteluri S. litura berdasarkan kelompok telur ialah pada 49 hari setelah tanam (hst) dan berdasarkan butir telur yang diletakkan 42 hst. Dengan demikian, No. 29, MLG 3023, Lokon, dan Wilis berpeluang besar untuk dijadikan tanaman perangkap telur S.
menarik.
litura.
kimia. Informasi mengenai faktor tersebut
sebagai penyebab ketertarikan serangga sangat berguna untuk menunjang peneliti-
an bioteknologi dalam penciptaan varietas unggul tahan hama, atau untuk perangkap hama dan pembuatan bahan kimia sintetik untuk perangkap hama. Penelitian yang dilakukan meliputi: (1) Identifikasi jenis tanaman inang yang menarik hama utamapada fase vegetatif, dan
Tabel 11.11.
Rataan populasi telur S. litura (butir/25 rumpun) pada berbagai jenis/ varietas tanaman inang. Rumah kaca Balitbio. Bogor, 1985/96.
Tanaman inang
Populasl
Kedelai
Tanaman inang
Populasi
Kacang hijau
No 29
756,00 a
Merak
66,00 ab
Dieng
323,00 ab
PI 227687
84,00 ab
MLG 3023
461,50 a
Sinyonya
Lokon
683,50 a
Walet
Raung
343,50 ab
Tampomas
283,50 ab
Kerinci
289,00 ab
Galunggung
244,00 ab
Lumajang Bewok
167,00 ab
Cikurai Wilis . "
581,50 a
Malabar
108,50 ab
161,50ab 86,50 ab
77,50 b
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda pada taraf nyata 5% menurut uji jarak berganda Duncan.
14
Analisis Siotem Tanaman
Tabel 11.12.
Rataan populasi telur S. Uura (kelompok dan butir/25 rumpuny^ tahap pertumbuhan) pada lima varietas kedelai. Rumah kaca Balitbio. Bogor, 1995^96.:
Varietas
Populasi kelompok telur
No. 29 Lumajang Bewok
0,60 b 1,00 ab 1,33 a 1,47 a 0,87 ab
MLG 3023 Dieng Wilis
Populasi telur (butir) 92,53 239,33 367,54 281,60 185,33
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda pada taraf nyata 5% menurut uji jarak berganda Duncan.
Pada Tabel H.I3 terlihat bahwa makin tua umur tanaman makin disukai imago S.
litura sebagai tempat untuk meletakkan telur. Populasi telur tertinggi tercatat pada
tanol terhadap imago betina E. zinckenella menunjukkan bahwa ekstrak dari varietas MLG 3023 lebih disukai dengan kunjungan serangga rata-rata 6,2 ekor, diikuti oleh
perlakuan umur 49 hst, mencapai rataan
varietas Malabar dan No. 29, sedang varie
1,67 kelompok/25 mmpun/varietas. Berda-
tas Dieng mendapat kunjungan serangga
sarkan populasi yang tercatat, maka ta-
terendah dengan rata-rata 3,6 ekor.
naman kedelai yang menarik untuk diteluri 5. litura ialah sejak umur 21 hst sampai umur 49 hst, dan tahap pertumbuhan yang lebih menarik untuk ditelusuri ialah pada umur 35 sampai 49 hst dan. yang paling menarik pada umur 49 hst. Tabel 11.13. Rataan populasi telur S. litura (kelompok/ 25 rumpun varietas) pada berbagai tahap pertumbuhan tanaman kedelai. Rumah kaca Balitbio. Bogor, 1995/96. Umur tanaman (hst)
Populasi telur (kelompok)
21 28
0,40 c 0,73 be 1,07 abc 1,40ab 1,67 a
35
42 49
Ekstraksi dan Isolasi Senyawa Biokimia Tanaman Inang yang Menarik Imago E. zinckenella dan H. armigera
Apabila larutan pengekstrak yang digunakan adalah aseton maka hasilnya me nunjukkan bahwa ekstrak tanaman inang
MLG 3023 tetap lebih disukai dengan ratarata kunjungan serangga sebanyak 4,8
ekor. Disusul kemudian oleh ekstrak ta naman inang Malabar, No. 29, dan Dieng.
Sedangkan ekstrak tanaman inang Wilis mendapat kunjungan serangga terendah dengan rata-rata kunjungan sebanyak 3,2
ekor. Apabila dibandingkan antara pelarut aseton dan metanol dalam menarik kun
jungan serangga temyata bahwa pelarut metanol lebih baik. Uji Ekstrak Tanaman Jagung dan Daun Kedelai terhadap serangga H. armigera Hasil uji ekstrak tanaman jagung yang terdiri dari ekstrak tanaman jagung utuh, bulu jagung, kelobot, dan daun kedelai de
Uji Ekstrak Tanaman Inang terhadap
ngan larutan pengekstrak metanol terha
Serangga E. zinckenella
dap imago betina H. armigera menunjuk
Hasil uji ekstrak berbagai jenis tanam an inang dengan larutan pengekstrak me-
kan bahwa bulu jagung dan tanaman ja gung utuh paling banyak dikunjungi
15
Laporan Tahunan Balitbio 1995/96
serangga uji dengan rata-rata kunjungan masing-masing adalah 5,0 ekor dan 4,8
ekor. Ekstrak daun kedelai mendapat kun jungan terendah dengan rata-rata kunjung an sebesar 2,4 ekor.
Analisis Senyawa Biokimia Serangga imago betina E. zinckenella lebih banyak tertarik pada ekstrak kedelai varietas MLG 3023 yang diekstrak dengan metanol maupun dengan aseton. Serang
Apabila aseton digunakan sebagai larutan pengekstrak maka hasilnya menun-
ga imago betina H. armigera lebih banyak tertarik pada ekstrak bulu jagung yang di
jukkan bahwa bulu jagung merupakan
ekstrak dengan metanol maupun dengan
ekstrak yang mendapat kunjungan serang
aseton.
ga H. armigera terbanyak dengan rata-rata kunjungan sebesar 5,2 ekor. Disusul ke-
mudian oleh ekstrak daun kedelai dengan rata-rata kunjungan sebesar 1,8 ekor. Se-
perti halnya pada uji 1 ternyata metanol merupakan pengekstrak terbaik dibandingkan aseton.
Senyawa biokimia yang berperan untuk menarik serangga E. zinckenella pada
ekstrak kedelai varietas MLG 3023 ialah senyawa Benzalacetaldehyde, 9-Octade-
cenoic acid (Z), Hexadecanoic acid, Thiosulflric acid-S-(2-aminoethyl) ester, Octadecanoic acid dan Hepta decene-(8)carbonic acid. Senyawa biokimia yang berperan untuk menarik serangga H. armigera pada
ekstrak bulu jagung ialah 2-Furancarboxaldehyde dan 17-Pentatriacontene.
16
Laporan Tahunan Balitbio 1995/96 © Copyright 1996, Balitbio
III. Biologi Molekuler dan Rekayasa Genetika PEMANFAATAN MIKROORGANISME UNTUK PENGEMBANGAN PESTISIDA MIKROBA Bacillus thuringiensis (Bt)
kannya pada medium koloidal kitin. Dari enam isolat ini temyata dua isolat yang menghasilkan kitinase. Apabila kedua iso lat Actinomycetes tersebut diberikan seca ra bersama-sama dengan R. solani pada
Dari hasil uji efikasi berpuluh-puluh isolat Bt terhadap larva hama penggerek polong kedelai (Etiella zinckenelld) hanya terdapat dua isolat Bt yang efektif yang menyebabkan kematian sebesar 83% dan 91,6% dari jumlah larva. Tiga isolat Bt lainnya hanya mampu menyebabkan kemati an yang berkisar dari 66,7% sampai 75%. Dari sekitar 60 isolat Bt yang diuji efikasinya terhadap larva penggerek jagung Asia (Ostrinia furnacalis) terdapat delapan iso lat Bt yang efektif, yakni menyebabkan ke matian larva sebesar 80 sampai 100%.
kecambah kedelai, pertumbuhan kedelai itu akan lebih subur dari tanaman yang ti-
Dalam percobaan untuk memperoleh
medium yang lebih murah bagi perbanyakan Bt ditemukan bahwa molase (tetes tebu) dapat dipakai untuk mengganti glu-
vitro, kedua isolat tersebut dapat dipakai untuk mengendalikan R. solani apabila diinokulasikan paling sedikit sehari sebelum kecambah kedelai itu diinokulasi dengan
kosa sebagai sumber energi dan/atau kar-
R. solani.
bon. Selain itu, limbah pembuatan tahu dan/atau limbah pabrik bumbu masak (natrium glutamat) dapat dipakai untuk mengganti sebagian sari ragi dan/atau peptida seperti tripton. Penghilangan se-
cara total sari ragi dan fosfat dari media dapat menekan pertumbuhan Bt secara drastis.
dak menerima perlakuan maupun kontrol. Selain mencoba isolat Actinomycetes,
dalam penelitian ini juga dicoba mengisolasi bakteri yang menghasilkan kitobiase. Sampai saat ini telah diperoleh 21 isolat bakteri yang menunjukkan aktivitas kitobiase. Dari 21 isolat tersebut, 14 isolat ter-
nyata bersifat antagonistis terhadap R. solani. Dua isolat bakteri penghasil kitobiase tersebut sudah berhasil diidentifikasi sebagai Erwinia amylophora. Secara in
Mikroba Filoplane Beberapa mikroba epifit telah diisolasi dari berbagai organ tanaman kedelai, kacang tanah, Artemesia vulgaris dan Oxalis
comiculata yang diambil dari Instalasi Pe nelitian Bioteknologi Citayam, Cikeumeuh, dan Pacet. Temyata isolat-isolat yang ber-
bab penyakit rebah semai pada tanaman
asal dari filoplane lebih banyak daripada isolat yang berasal dari rhizosfer, dan iso lat yang berasal dari Pacet lebih banyak yang menunjukkan kitinase positif. Ada delapan isolat yang dapat menghidrolisis
kedelai, secara in vitro telah ditentukan
kitin secara efektif. Isolat-isolat yang ber
aktivitas kitinasenya dengan menumbuh-
asal dari daun A. vulgaris dan daun kede-
Actinomycetes Enam isolat Actinomycetes yang antagonis terhadap Rizoctonia solani penye-
17
LaporanTahunanBalttbio 1995/96
lai menunjukkan aktivitas kitinase yang paling kuat. Uji lisis tabung kecambah uredospora menunjukkan hanya ada satu iso-
lat yang dapat melakukan lisis lebih dari 90%, dua isolat melakukan lisis sebesar 70%, tiga isolat melakukan lisis sebesar 50%, dan dua isolat melakukan lisis kurang dari 50%.
KARAKTERISASI DENGAN RFLP DAN RAPD Karakterisasi secara Sitologi dan Arti Taksonomi
Hasil pengamatan memperlihatkan sejumlah kromosoma sinopsis homolog tampak tersebar luas di dalam inti. Pada metafase terdapat 20 kromosoma oogo-
nial dan 19 di spermatogonial. X kromo soma tidak dapat dikenali. Pada premetapase spermatosis mengalami fase konstruksi, elemen seks berbentuk seperti
tongkat, tidak ditemukan bentuk buket pa da sampel wereng dari koloni lapang. Pa
da diplotene ditemukan sembilan autosoma bivalent dan univalent, x kromosoma
seperti tongkat tipis. Tiga puluh dua pada 100 serangga jantan yang diteliti 19 diploid (19 = 18n + X) yang kemungkinan merupakan jumlah kromosoma dasar (basic genome).
Karakterisasi secara Kimiawi dan Biologi Molekuler Hasil pengamatan secara kuantitatif menunjukkan bahwa perkembangan we
ini menunjukkan bahwa kualitas DNA ha sil ekstraksi masih rendah (<1,8) namun masih baik untuk PCR. Dua primer acak yang terdiri dari 10-mer telah dicoba, am-
plifikasi dengan OPA 3 tidak menghasilkan fragmen DNA sedang amplifikasi dengan primer OPY 12 menghasilkan antara 2-5 fragmen. Selain itu primer OPY 12 menun jukkan adanya fragmen yang polimoriik.
PENCARIAN MARKA MOLEKULER PAD! TAHAN BIAS DAN ANALJSIS VARIASI GENETIK PATOGEN BIAS Cendawan bias (Pyricularia grisea) di Indonesia diketahui sangat bervariasi dan tidak sama untuk tiap daerah. Informasi tentang stmktur populasi dan variasi ge-
netik patogen tidak berguna dalam merancang varietas tahan untuk lokasi tertentu atau dalam menentukan strategi pewilayahan varietas padi baru. Karakterisasi dan penelusuran sifat ketahanan varietas
terhadap penyakit bias dapat dilakukan dengan marka DNA dalam teknologi RFLP atau RAPD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan marka DNA yang terkait erat dengan sifat tahan bias dari suatu varietas dan untuk mengetahui vari
asi genetik dan struktur populasi patogen bias di dua lokasi pusat pertanaman padi gogo (Tamanbogo, Lampung dan Cimenteng, Sukabumi, Jawa Barat). Untuk me
ngetahui gen-gen padi tahan bias yang efektif di Indonesia dilakukan evaluasi ke tahanan varietas lokal dan beberapa ta-
reng coklat pada Rathu Heenati, Babawee, dan Ptb lebih lambat daripada TNI, IR26, IR36, dan IR64. Hal ini menunjukkan bah
naman isogenik tahan bias dari IRRI di lapang dan di rumah kaca. Selain itu, dila kukan juga analisis polimorfis fragmen DNA pada tetua dengan RFLP dan RAPD.
wa wereng tersebut belum sepenuhnya
Penandaan gen ketahanan dengan marka
beradaptasi. Hasil absorbansi DNA (260/ 280) berkisar antara-1,04 sampai 1,28 hal
an tanaman tahan dan tanaman rentan
18
DNA diteliti dengan melakukan persilang-
BlOLOGI MOLEKULER DAN REKAYASA GENETDCA
penyakit bias, dan survei polimorfis enzim restriksi/marka DNA yang paling tinggi untuk tiap-tiap persilangan. Analisis variasi dan struktur genetik patogen bias dilakukan mulai dari koleksi sampel, isolasi patogen dari daun sakit, ekstraksi DNA dan pembuatan sidik jari dengan teknik RFLP, menggunakan marka DNA MGR 586. Hasil pengujian ketahanan tanaman di dua Iokasi, didapatkan tujuh galur
di Cimenteng lebih berat dari serangan di Tamanbogo. Sebanyak 189 padi sawah yang diuji temyata menunjukkan reaksi tidak tahan terhadap serangan bias daun di Desa Cimenteng. Sedangkan uji keta hanan terhadap 161 galur padi gogo, dida patkan 52 galur agak tahan dan satu galur tahan. Semua galur asal Balitpa yang diuji di Tamanbogo menunjukkan reaksi agak
tanaman isogenik yang konsisten tahan
sil survei enzim restriksi/marka DNA pada
tahan sedangkan di Cimenteng rentan. Ha
terhadap penyakit bias daun. Masing-
tetua, menunjukkan adanya polimorfis pa
masing galur isogenik tersebut mempu-
ling tinggi pada DraI/RG-1109. Penelitian struktur populasi genetik dilakukan dalam tahap perbanyakan marka DNA 586 de
nyai gen ketahanan yang berbeda dan efektif untuk mengendalikan serangan bias di lapang. Dari 149 galur asal Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa) yang terdiri dari persilangan padi gogo, ditemukan reaksi yang berbeda antarkedua Io kasi pengujian. Intensitas serangan bias
ngan transforman E. coli dan isolasi pato
gen dari tanaman sakit di kedua Iokasi pengujian, yaitu Tamanbogo, Lampung dan Cimenteng, Sukabumi.
Laporan Tahunan Balitbio 1995/96 © Copyright 1996, Balitbio
IV. Biologi Nutrisi dan Pertumbuhan Tanaman PUPUK MIKROBA MULTIGUNA RHIZO-PLUS Tim peneliti Balitbio telah menemukan formulasi pupuk hayati untuk kedelai yang dinamakan pupuk mikroba multiguna (PPMG) Rhizo-plus. Pupuk mikroba Rhizoplus merupakan pengembangan dari ino-
kulan rhizobium komersial, terdiri dari beberapa jenis mikroba efektif multiguna (bradyrhizobia dan mikroba pelarut fosfat) asal Indonesia yang dilengkapi dengan hara mikro untuk pertumbuhan mikroba tanaman. Penelitian efisiensi penggunaan
pupuk Rhizo-plus di lahan sawah yang dilakukan pada MK 1995 di Desa Muktiharjo, Pati menunjukkan bahwa hasil biji kering tertinggi (1.412 kg/ha) didapat dari pemberian Rhizo-plus dengan pemupukan
50 kg TSP dan 100 kg KCl/ha. Periakuan pemberian Rhizo-plus dengan 25 kg urea, 100 kg TSP dan 100 kg KCl/ha memberikan hasil yang lebih rendah (1.096 kg/ha) (Tabel IV. 1). Jadi bila menggunakan Rhizo-plus, urea tidak perlu diberikan dan 50 kg TSP/ha sudah cukup untuk memberikan hasil yang baik.
Rhizo-plus baru dapat diproduksi pada skala laboratorium, sehingga diperlukan sistem pengembangan teknologi produksi yang berkelanjutan. Penyusunan rancang-
bangun dan pembangunan pabrik skala pilot telah selesai dilaksanakan di Balitbio. Perancangan meliputi tahapan penetapan teknologi proses, penyusunan neraca bahan, pemilihan peralatan dan mesin, pe nyusunan tata letak pabrik yang disesuaikan atas dasar-dasar efisiensi proses pro
duksi dalam menghasilkan produk Rhizoplus. Ruang dan peralatan yang melengka-
pi pabrik pilot terdiri dari tujuh unit sistem produksi, yaitu: (1) Unit sistem biofermentor (20 dan 1001), (2) Unit sistem data con troller, (3) Unit ruang penyimpan yang di lengkapi dengan pengatur suhu dan ke-
lembaban, (4) Unit pengolahan bahan pembawa terdiri dari penggiling, pengaduk dan pengepak, (5) Unit penyedia ba han proses terdiri dari shaker, magnetic stirer, laminar flow, timbangan analitik, (6) Unit proses penyedia inokulan, dan (7) Unit proses inokulasi.
Penelitian penyempurnaan formulasi Rhizo-plus masih terus dilaksanakan di an-
Tabel IV.1. Pengaruh pemupukan urea, TSP, dan KCI terhadap hasil biji kering kedelai yang diinokulasi dengan Rhizo-plus di lahan sawah Muktiharjo, Pati pada MK 1966. Pupuk (kg/ha)
Hasil biji
taranya kemampuan hidupnya di dalam bahan pembawa dan keefektifannya da lam menambat N selama enam bulan pe-
nyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi Bradyrhizobium japonicum dan bakteri pelarut P dalam sembilan formulasi bahan pembawa yang diinkuba-
Urea
TSP
KCI
kering (kg/ha)
0 0 25
25 50
50 100
1.012 1.412
sikan selama enam bulan masih menun
100
1.096
jukkan jumlah yang optimum bagi suatu
100
pupuk mikroba. Penambahan bahan peKeterangan:
Seluruh petak diinokulasi Rhizo-plus de ngan dosis 150 g inokulan/ha.
rekat gum arabic dan tapioka pada bahan
21
LaporanTahunanBalttbio 1995/96
pembawa Rhizo-plus dengan kaolinit da-
Usaha untuk meningkatkan keunggul-
pat meningkatkan serapan N tanaman,
an inokulan Rhizobium dan daya tahan hidup mikroba terhadap lingkungan yang ti-
sedangkan serapan P akan meningkat
dengan penambahan bahan perekat gum arabic saja (Gambar IV. 1 dan IV.2).
dak menguntungkan masih perlu terus dikembangkan. Salah satu usaha tersebut adalah teknologi "mikro enkapsulasi", ya-
itu pembungkusan mikroba dengan suatu membran yang sangat tipis berukuran 11.000 mikron. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai efisiensi mikroenkapsula-
si dari Rhizobium dengan Gelatin-Gum Akasia adalah 98,3%, berarti sebagian besar mikroba berhasil dienkapsulasi sehingga memberi harapan besar dalam peng-
gunaan teknik ini. Pengujian keefektifan inokulan yang dienkapsulasi dilakukan di laboratorium dan di rumah kaca dengan menggunakan tanah Podsolik Merah Ku-
ning Jasinga. Inokulan yang dienkapsulasi dapat membentuk bintil akar yang efektif dan jumlahnya sama dengan yang tidak dienkapsulasi. Demikian pula dengan bobot kering tajuk, bobot kering akar dan se rapan N tidak terjadi perbedaan antara perlakuan enkapsulasi dan tanpa enkapsu
Gambar IV. 1. Pengaruh lamanya penyimpanan inokulan Rhizo-plus pada tiga macam bahan pem bawa (Zeolit, Kaolinit, Gambut) dan ba han perekat (Sukrosa, Tapioka, Gum Ara bic) terhadap serapan nitrogen tanaman kedelai. Tabel IV.2.
lasi (Tabel IV.2). Hal ini menunjukkan bahwa teknik mikroenkapsulasi Bradyrhizobium dapat digunakan untuk pembuatan inokulan.
Pengaruh teknik enkapsulasi terhadap pembintilan dan pertumbuhan tanaman di laboratorium dan rumah kaca, MK1995. Bobot tajuk Lab
RK
Bobot akar (g/i**) Lab RK
Kontrol
2,17
1.91
0,69
0,63
t.a.
La.
t.a.
t.a.
33,3
61,8
Pupuk NPK
4,68 "" 1.41
1,09
0,49
La.
La.
t.a.
t.a.
35,0
47,8
Perlakuan
Mikrokapsul
YMB
(g/pot)
Bintil/tanaman Jumlah Bobot (g) Lab Lab RK RK
Serapan N (mg/pot) Lab RK
; 4,83
1,89
0,82
0,63
71
6,0
0,45
0,03
161,8
53,4
5,64
1,57
0,95
0,36
96,7
9,3
0,43
0,02
159,0
58,6
Keterangan: Dosis pupuk 25 kg urea/ha, 100 kg Rock phosphate/ha, dan 100 kg KCI/ha.
22
BlOLOGI NUTRISI DAN PERTUMBUHAN TANAMAN
50
1 I Tapioka Wi^^ Sukrosa [||| Gum Arabic
Di samping keefektifan" spesies/strain MA berbeda pada berbagai tanaman, juga tidak semua spesies/strain yang diisolasi dari alam efektif. Penelitian skrining ke efektifan spesies/strain jamur MA yang ber-
asal dari Lampung dan Garut dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Tanah dan kamar kaca Inlitbio Cikeumeuh. Pereobaan dilakukan menggunakan rancangan a-
cak kelompok dengan 11 perlakuan (kontrol dan sepuluh spesies/strain). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecuali Gigaspora sp. Gl, sembilan spesies/strain
meningkatkan bobot kering tajuk (404654%) dan serapan P tajuk tanaman kede lai. Glomus sp. TB8 mernberikan bobot
kering tajuk kedelai tertinggi sebesar 1,81 g/tanaman dan serapan P tajuk tertinggi, yaitu 175 mg/tanaman. Demikian pula de ngan bobot kering tajuk jagung dipengaruhi oleh kesembilan spesies/strain jamur MA dengan kenaikan berkisar 44-91% (Tabel IV.3). Bobot kering tajuk jagung tertinggi (9,44 g/tanaman) diperoleh dari inokulasi dengan Glomus sp. TB8. Dari
sepuluh spesies/strain jamur MA hanya ada dua jamur, yaitu Glomus sp. TB8 dan
Gigaspora sp. TB7 yang dapat menaikkan serapan P tajuk jagung, masing-masing Gam bar IV.2. Pengaruh lamanya penyimpanan inokulan Rhizo-plus pada tiga macam bahan pembawa (Zeolit, Kaolinit, Gambut) dan bahan perekat (Sukrosa, Tapioka, Gum Arabic) terhadap serapan fosfat tanaman kedelai.
KEEFEKTIFAN JAMUR MIKORIZA ARBUSKULER PADA KEDELAI DAN JAGUNG Jagung dan kedelai merupakan dua ta naman palawija yang dapat bersimbiosis dengan jamur mikoriza arbuskuler (MA).
87% dan 102%. Kesepuluh spesies/strain jamur MA yang diuji mampu mengkolonisasi akar tanaman jagung varietas Arjuna dan kedelai varietas Wilis. Tingkat koloni-
sasi mikoriza rata-rata pada jagung 79,3% (56-93%) lebih tinggi dibanding pada kede lai 46,9% (33-61%), tetapi tanaman kedelai menunjukkan respon yang jauh lebih besar dari jagung di mana kenaikan bobot kering tajuk jagung karena inokulasi jamur MA berkisar 44-91% dan kedelai berkisar 404-654%. Jamur Glomus sp. TB8 merupa
kan spesies yang paling efektif baik untuk tanaman kedelai maupun jagung dilihat
23
LaporanTahunanBalitbio 1995/96
dari pengaruhnya yang paling besar ter-
se asam, baik secara intraseluler maupun
hadap bobot kering tajuk dan serapan P
ekstraseluler. Bakteri Bacillus spp. meng
tajuk.
hasilkan fosfatase ekstraseluler lebih besar dari fosfatase intraseluler. Sebaliknya fungi Aspergillus spp. menghasilkan fosfatase in traseluler lebih besar dari fosfatase ekstra seluler. Bakteri dan fungi pelarut P yang ditumbuhkan pada biakan cair dan tanah Podsolik lebih dominan menghasilkan fos
AKTIWTAS ENZIM FOSFATASE MIKROBA PEIARUTP Mikroba pelarut P yang mempunyai kernampuan melarutkan fosfat adalah bakteri, fungi, dan Actinomycetes. Meka-
nisme pelarutan fosfat ini dapat terjadi atas dasar reaksi enzimatis oleh enzim fosfatase. Pengujian peningkatan aktivitas en
zim fosfatase akibat pemberian bakteri dan fungi pelarut P dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Tanah, Balitbio. Mi kroba yang digunakan adalah bakteri Bacillus spp. (isolat BP-JT 11 dan BP-JT 14) dan fungi Aspergillus spp. (isolat kar2.1
fatase asam dibanding fosfatase alkali.
Inokulasi bakteri dan fungi pelarut P mampu meningkatkan ketersediaan PO4 pada tanah Podsolik sebesar 28,6-56,5%.
PEMANFAATAN MIKROBA SELULOUTIK DALAM BIOKONVERSI PERTANIAN Selulosa merupakan polimer dari glu-
dan 14-2-1). Aktivitas fosfatase mikroba
kosa yang saling berikatan dengan ikatan glikosidik p, 1-4 yang menyusun hampir
pelarut P diukur pada biakan cair dan con-
60% struktur tanaman. Selulase merupa
toh tanah Podsolik Merah Kuning asal Le-
kan enzim yang dapat memutuskan ikatan
bak, Jawa Barat. Hasil penelitian menun-
ini dan dapat dihasilkan oleh mikroba Tri-
jukkan bahwa bakteri dan fungi pelarut P menghasilkan fosfatase alkali dan fosfata
choderma dan Cytophaga. Pengukuran ak
Tabel IV.3.
Pengaruh inokulasi 10 spesies/strain jamur MA terhadap bobot kering tajuk dan serapan P tajuk tanaman kedelai dan jagung.
Spesies/strain
Kontrol
Bobot kering tajuk (gAanaman) kedelai jagung
180
0,24 1,45**
Glomus sp. G1 -/
1,55**
8,96 ** 8,06**
G. manihotis TB7
1,75**
8,37**
G. manihotis TB6
1,27**
7,87**
Glomus sp. TB8
1,81**
9,44**
Gigaspora sp. TB7
1,57**
8,17**
150**
Gkjaspora sp. -61
0,69tn 1,60**
6,53tn 7,61 **
66tn 136**
233tn
1,37**
7,14** 8,36**
134**
170tn
126**
277tn
. Colombians TB8 . Colombians TB6
1,21 **
4,96
Serapan P tajuk (mgrtanaman) kedelai jagung
Entrophospora Colombians TB7
Glomus sp. G1-II
24
tivitas enzim dilakukan secara kuantitatif
13 155**
282tn
149** 169**
288tn
121 ** 175**
279tn 208tn 337** 365** 235tn
Biologi Nunusi dan PertumbuhanTanaman
dan kualitatif terhadap sepuluh isolat Trichoderma dan enam isolat Cytophaga.
rombak bahan organik tersebut secara
Pengujian aktivitas enzim secara kuantita-
tanaman. Penambahan" mikroba pelarut P
tif pada media jerami padi menunjukkan
diharapkan dapat mehingkatkan efisiensi
adanya variasi dari aktivitas masing-ma-
pemupukan N dan P di lahan kering. Pe-
sing komponen pada isolat yang berbeda. Isolat NHJ1.1 (I. hamatum), Kun4 dan Bo 14 (r. koningii) memiliki aktivitas selulase tertinggi, sedangkan dari marga Cyto phaga isolat Cyt28 dan Cytl5 memiliki aktivitas selulase tertinggi. Dari hasil penelitian ini juga didapat bahwa jerami padi memiliki potensi untuk dikembangkan
cepat sehingga dapat dimanfaatkan oleh
nelitian rumah kaca dilaksanakan di Inlitbio Cikeumeuh dengan menggunakan ta-
nah Podsolik dari Segaranten, Sukabumi (Kesuburan tanah dan pH rendah; kejenuhan Aluminium 68,75%). Penelitian ter-
diri dari: (1) Interaksi Trichoderma, pela rut P {Pseudomonas spp. dan Bacillus
spp.) dan pupuk P dan (2) Interaksi bak-
sebagai substrat penghasil enzim selulase
teri pelarut P dan batuan fosfat. Hasil
atau sebagai substrat yang dapat mengha-
penelitian interaksi Trichoderma, pelarut P dan pupuk P menunjukkan bahwa bila jagung tidak diberi pupuk P maka tanam
silkan glukosa melalui hidrolisis enzimatik oleh Trichoderma koningii. Besamya zona bening yang terbentuk pada pengujian aktivitas enzim selulase secara kualitatif
an tidak menghasilkan tongkol sama seka-
kongo tidak menunjukkan besamya aktivi
li. Pemberian pupuk P dengan TSP atau batuan fosfat dapat menghasilkan tongkol dan tidak ada perbedaan hasil di antara
tas tersebut secara kuantitatif. Metode ini
keduanya. Inokulasi mikroba pada tanam
hanya dapat dilakukan untuk skrining
an jagung dapat menaikkan bobot pipilan kering dan penggunaan ketiga-tiganya memberikan hasil tertinggi (21,9 g/tanaman). Pada penelitian interaksi pelarut P dan batuan fosfat didapat bahwa pada
dengan menggunakan metode merah
secara cepat dan dalam jumlah banyak.
EFISIENSI SERAPAN N DAN P ME1ALUI PEMANFAATAN MIKROBA SELULOLITIK DAN PELARDT P Tingginya kadar selulosa dan lignin pa da sisa tanaman merupakan kendala utama bila sisa tanaman ini akan digunakan sebagai pupuk organik. Penggunaan mikroba Trichoderma diharapkan dapat me-
takaran pupuk P rendah, pemberian bak-
teri pelarut P menaikkan bobot kering tanaman, luas daun dan serapan N dan P,
sebaliknya pada takaran pupuk P tinggi, pemberian bakteri pelarut P tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
25
Laporan Tahunan Balitbio 1995/96 © Copyright 1996, Balitbio
V. Diagnostik dan Pengendalian Biologi DIAGNOST1K Deteksi dini dan identifikasi patogen secara cepat dan akurat merupakan upaya awal yang sangat menentukan keberhasil-
an pengendalian penyakit. Metode deteksi dan identiftkasi konvensional yang telah digunakan dewasa ini seringkali kurang peka, kurang akurat, memerlukan waktu lama, serta memerlukan bahan dan per-
alatan yang sulit didapat. Pada dasamya metode tersebut masih dapat digunakan,
tetapi perlu ditunjang dengan yang baik yang bersifat molekuler maupun non mo-
lekuler guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi upaya pengendalian penyakit. Pengembangan Teknik Produksi Antibodi Poliklonal (pAb) untuk Pseudomonas solanacearum
Isolat P. solanacearum (Ps) Ps9001 asal kacang tanah dari Inlitbio Cikeumeuh yang tergolong ras 1 biovar 3 digunakan sebagai sumber antigen. Biakan mumi Ps
umur 48 jam disiapkan dalam medium sukrose pepton agar (SPA). Empat macam antigen dibuat dari biakan mumi Ps menggunakan cara Hampton dkk., yaitu berupa
sel hidup (Agl), sel dimatikan dengan pemanasan dalam air mendidih selama 1 jam (Ag2), sel dimatikan dengan formalin (Ag3), dan sel dimatikan dengan glutaraldehid (Ag4). Antiserum diproduksi pada kelinci putih dengan cara penyuntikan intraperitoneal dua kali menumt cara
ri tiap kelinci sebelum diimunisasi. Sebelum penyuntikan, tiap antigen disuspensi-
kan dalam larutan PBS sehingga konsentrasinya 108-109 sel/ml. Pada penyuntikan pertama Ag dicampur dengan complete Freud's adjuvant (1:1, sigma), sedangkan pada penyuntikan kedua dicampur de ngan incomplete Freud's adjuvant (1:1, sigma). Panen darah dilakukan seminggu setelah penyuntikan kedua dengan interval seminggu. Hasil panen darah dipisahkan antiserumnya menurut cara Hampton dkk.
Sebagian disimpan dalam botol pada suhu 4C dan sebagian dimumikan untuk mem-
peroleh pAb melalui presipitasi ammo nium sulfat dan djalisis menurut cara
Siebeiing. Antiserum dan pAb yang diperoleh diuji titer dan spesifisitasnya terhadap beberapa jenis bakteri patogen dengan teknik aglutinasi mikro. Titer antisemm yang diproduksi pada kelinci dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan imunisasi kelinci. Antigen Ag3 dan Ag4 menghasilkan antisera yang titernya tertinggi (5.120), sedangkan Agl dan Ag2 hanya 2.560. Spesifisitas dari masingmasing pAb terhadap isolat Ps tidak berbeda, keempatnya juga menunjukkan reaksi positif terhadap P. celebensis, P.
syzygii, tetapi negatif terhadap P. syringae pv. glycinea, penyebab hawar daun kedelai dan Xanthomonas oryzae pv. oryzae,
penyebab hawar daun bakteri (HDB) pada padi(TabelV.l).
Robinson-Smith. Contoh darah diambil da
27
LaporanTahunanBalitbio 1995/96
TabelV.1.
Spesifisitas antibodi poliWonal (pAb) untuk P. solanaceantm yang dihasilkan menggunakan empat macam antigen yang berbeda terhadap beberapa isoiat Pseudomonas. Reaksi terhadap antibodi
Isoiat uji
pAb1
pAb2
pAb3
pAb4
P. solanacearum: Ras 1, biovar 3 Ras 2, biovar 1 Ras 3, biovar 2 P. celebensis P. syzygii P. syringae pv. glycinea Xanthomonas oryzae pv. oryzae
Pengembangan Teknik Serologi untuk Deteksi P. solanacearum
Lima teknik serologi digunakan, yaitu aglutinasi mikro, imunofloresensi, ELISA
langsung {direct ELISA), ELISA tidak langsung {indirect ELISA), dan DAS-ELISA {Double Antibody Sanwiched-ELISA). Ma cam antigen dibuat dari biakan murni Ps menggunakan cara Hampton dkk., yaitu
berupa sel hidup (Agl), sel dimatikan dengan pemanasan dalam air mendidih se-
lama 1 jam (Ag2), sel dimatikan dengan formalin (Ag3), dan sel dimatikan dengan glutaraldehid (Ag4). Antiserum diproduksi pada kelinci putih dengan cara penyuntikan intraperitoneal dua kali menurut cara
Robinson-Smith. Contoh darah diambil da ri tiap kelinci sebelum diimunisasi. Sebelum penyuntikan, tiap antigen disuspensikan dalam larutan PBS sehingga konsentrasinya 108-109 sel/ml. Pada penyuntikan
pertama Ag dicampur dengan complete Freud's adjuvant fl:l, sigma), sedangkan pada penyuntikan kedua dicampur de ngan incomplete Freud's adjuvant (1:1, Sigma). Paneh darah dilakukan seminggu
28
setelah penyuntikan kedua dengan interval seminggu. Hasil panen darah dipisahkan antiserumnya menurut cara Hampton dkk.
Sebagian disimpan dalam botol pada suhu 4C dan sebagian dimurnikan untuk mem-
peroleh pAb melalui presipitasi ammoni um sulfat dan dialisis menurut cara Siebe-
ling. Antiserum dan pAb yang diperoleh diuji titer dan spesifisitasnya terhadap bebe rapa jenis bakteri patogen dengan teknik aglutinasi mikro.
Kepekaan kelima teknik serologi yang diuji menggunakan antibodi poliklonal Ps9001 (pAb4) yang digunakan berasal da ri hasil percobaan sebelumnya dan direaksikan dengan isoiat Ps9001 sehingga semua reaksi serologi positif. Namun demi-
kian kepekaan teknik serologi berbeda (Tabel V.2). Berdasarkan titer reaksinya, teknik ELISA jauh lebih peka (> 1:128.000) dibanding teknik lainnya.
DlAGNOSTDC DAN PENGENDALIAN BlOLOGI
Tabel V.2.
Kepekaan lima teknik serologj yang berbeda berdasarkan reaksi antibodi pAb4 dengan P. solanacearum Ps9001. Reaksi (liter)^
Teknik serologi Aglutinasi mikro Imunofloresensi ELISA iangsung (direct EUSA)
+ (1 :5.120) + (1 :64.000) + (1 .128.000)
ELISA tidak Iangsung (indirect EUSA) DAS-ELISA (Double Antibody Sanwiched-EUSA)
+ (1 : 256.000)
.
+ (1 :256.000)
Catalan: Antibodi yang digunakan ialah pAb4; + = reaksi positif dan - = reaksi negatif; liter = dilusi pAb terkecil yang menghasilkan reaksi positif.
Penggunaan Enzim Peroksidase terhadap Mutu Konyugat sebagai Komponen Kit ELISA untuk Deteksi Virus Kerdil Kedelai (SSV) Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh rakitan konyugat dengan penanda enzim horse-radish peroksidase yang efek-
tif dalam uji ELISA untuk mendeteksi virus kerdil kedelai dari contoh tanaman kede lai. Untuk mencapai tujuan ini telah dirancang enam macarn percobaan, meliputi
bertanda enzim peroksidase dapat dimanfaatkan pada percobaan ELISA sederhana.
Plat ELISA yang telah dilapisi antibodi dapat disimpan selama sebulan pada suhu ruang 4C. Pemenggalan tahap kerja ELISA menjadi dua dari semula tiga tahap dan pengurangan waktu hingga menjadi 30 menit/tahap masih memberikan hasil uji ELISA yang baik. Perbandingan Macam Konyugat
si antibodi/enzim, penyimpanan plat ELISA yang telah dilapisi antibodi pada suhu ruang yang berbeda dan waktu penyimpan
Untuk menyiapkan konyugat diperlukan antibodi yang mumi. Antibodi yang dihasilkan dari fraksinasi antiserum berda sarkan teknik penggaraman (NA4SO4) dan filtrasi dengan selulosa DEAE mencapai 2-
an berbeda, serta pemendekan tahap ker-
3 mg dari tiap 1 mg antiserum. Enzim alka-
ja ELISA dan pengurangan waktu inkubasinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
linfosfatase dan horse-radish peroksidase
efektivitas berbagai jenis konyugat berda sarkan jenis enzim penanda dan komposi-
oksidase mampu memberikan hasil uji ELISA yang baik. Efektivitas konyugat dari
diperoleh dari perusahaan Sigma. Enzim peroksidase yang lain diperoleh dengan cara ekstraksi daun dan umbi lobak (hasil penelitian tahun 1994/95). Penelitian ini belum selesai, sehingga belum dapat di
yang tinggi berturut-turut antibodi-alkalin-
peroleh enzim yang benar-benar mumi.
pemanfaatan konyugat dengan menggunakan enzim penanda horse-radish per
fosfatase, antibodi horse-radish peroksida se, dan antibodi-peroksidase lobak. Efek
tivitas konyugat dengan komposisi anti bodi dan enzim yang agak sedikit berbe da, temyata menunjukkan hasil uji ELISA yang hampir sama dengan komposisi 1:1.
Uji ELISA menggunakan konyugat yang
Hasil konyugasi antibodi dengan en zim penanda, yaitu berupa konyugat dapat dilihat pada Tabel V.3. Hasil tersebut di peroleh berdasarkan uji ELISA baku. Ko nyugat yang berhasil dibuat ialah dengan teknik penambahan glutaraldehid.
'29
LaporanTahunanBalitbio 1995/96
TabelV.3.
Hasil uji ELISA untuk mendeteksi virus kerdil kedelai dengan menggunakan tiga jenis konyugat.
Tabel V.4.
Hasil uji ELISA untuk mendeteksi vrus kerdil kedelai dengan konyugat yang berbeda komposisi antibodi dan enzim horse-radish peroksidase.
Angka absorbansi (rata-rata) Konyugat/contoh uji
405 nm450 nm
Antibodi + ALP daun sakit
0,51
daun sehat bufer
0,03 0,01
Antibodi + HRP daun sakit daun sehat bufer Antibodi + LbP daun sakit daun sehat bufer
0,35 0,05 0,01 0,23 0,11 0,07
Keterangan: ALP = enzim alkalinfosfatase; HRP = enzim horse-radish peroksidase; LbP = enzim peroksidase dari tanaman lobak.
Enzim alkalinfosfatase dan peroksi dase sebagai enzim penanda dalam pem-
buatan konyugat digunakan dalam uji ELISA. Hasil pengujian menunjukkan ang ka absorbansi atau penampakan warna
hasil akhir uji ELISA bervariasi karena penggunaan konyugat yang berbeda. Hasil uji ELISA menggunakan konyugat dengan enzim penanda alkalinfosfatase mengha-
silkan angka absorbansi yang paling tinggi dibandingkan dengan hasil pada dua ko nyugat lainnya. Uji ELISA dengan konyugat yang bertanda enzim horse-radish peroksi
dase menunjukkan angka yang cukup tinggi dan sangat jauh berbeda dengan
Konyugat/contoh uji
Angka absorbansi rata-rata (450 nm)
daun sakit daun sehat bufer K1:2 daun sakit
0,27
daun sehat bufer
0,06 0,01
K2:1 daun sakit daun sehat bufer Keterangan:
0,07 0,02 0,31
0,35 0,06 0,03
K = konyugat dengan komposisi antibodi.enzim.
Komposisi enzim dan antibodi yang tidak terlalu jauh, yaitu 1:1, 1:2, dan 2:1 menunjukan hasil uji ELISA yang hampir sama. Dengan demikian, pada kondisi nor
mal apabila jumlah enzim dan antibodi tidak banyak lebih baik menggunakan kom posisi 1:1 mengingat efisiensi, reaksi pengikatan, dan hasil uji ELISA. ELISA Sederhana Teknik ELISA baku memiliki tahapan dan waktu tertentu, yaitu tiga tahap utama (pelapisan plat dengan antibodi, pemberian antigen/sampel, dan pemberian konyu gat) dengan waktu inkubasi masing-ma-
kontrol daun sehat dan larutan penyangga
sing 2-3 jam atau secara keseluruhan anta-
(bufer).
ra 6-9 jam dan dalam kasus tertentu
Uji perbandingan jumlah enzim dan antibodi dalam pembuatah konyugat, hanya dilakukan dengan enzim horse-radish peroksidase, mengingat efisiensi dan ke-
murniannya (Tabel V.4).
30
sampai diinapkan semalam. Dengan tek
nik pemendekan tahap (pelapisan plat de ngan antibodi, pemberian antigen sekalian dengan konyugat) dan pengurangan wak tu inkubasi, dapat diperoleh teknik ELISA sederhana yang masih memiliki kepekaan
DlAGNOSTCTK DAN PENGENDAUAN BlOLOGl
dan ketepatan yang hampir sama dengan
(PDAY), namun pertumbuhan H.c. ini
hasil uji ELISA baku (Tabel V.5 dan V.6).
pada WA sangat terbatas.: Penambahan
streptomycin 200 ppm pada medium WA maupun PDAY dapaf mencegah kontami-
PENGENDALIAN BIOLOGI
nasi oleh bakteri, tetapi tidak berpengaruh
Peraanfaatan Jamur
terhadap perkecambahan H.c. Radiasi
Hirsutella dtriformis
suspensi konidia H.c. dengan sinar ultra
Hirsutella dtriformis (H.c.) tumbuh baik pada suhu di bawah 30C. Pada suhu
violet selama 5 menit cukup untuk me-
25C perkecambahan konidia H.c. berva-
riasi dan 42-80%, sedang pada suhu 35C
kecambah. Tetapi bagi isolat GH2 yang lebih tahan terhadap penyinaran UV, se-
konidia H.c. yang berkecambah hanya
lain menurunkan daya kecambah, penyi
mencapai 2-8%. Walaupun perkecambah
naran UV juga dapat menghasilkan mutan yang dapat tumbuh pada suhu 35C (GambarV.l).
an konidia H.c. pada medium agar air
(WA) lebih baik daripada medium ken-
nurunkan kemampuan konidia H.c. ber
tang dekstrosa yang mengandung sari ragi
Tabel V.S.
Hasil uji ELISA dengan konyugat -^ HRP (horse-radish peroksidase) pada berbagai perlakuan penyimpanan plat ELISA yang telah dilapisi antibodi. Suhu penyimpanan
Waktu penyimpanan
1 jam 2 jam 4 jam 8 jam 1 hari 2hari 1 minggu 2 minggu 1 bulan
Tabel V.6.
4C
suhu kamar daun sakit
daun sehat
0,28 0,31 0,37 0,34 0,25 0,17 0,15 0,12 0,12
0,04 0,03 0,05 0,04 0,05 0,06 0,09 0,09 0,09
daun sakit
daun sehat "o,03
0,18 0,22 0,26 0,33 0,35 0,37 0,36 0,36 0,35
0,03 0,07 0,05 0,04 0,05 0,05 0,04 0,05
Hasil uji ELISA dengan konyugat • • HRP (horse-radish peroksidase) pada berbagai perlakukan pemendekan tahap kerja dan pengurangan waktu inkubasinya. Tahap kerja
Waktu inkubasi
0,5 jam 1 jam 2 jam 3 jam
2 tahap
3 tahap
daun sakit
daun sehat
daun sakit
daun sehat
0,28 0,31 0,36 0,41
0,03
0,25
0,03
0,03 0,05 0,04
0,29 0,34 0,37
0,04 0,03 0,03
-31
LaporanTahunanBalitbio 1995/96
100 80
U 25c
Isolat GH2
l=j 35C
.a
S
I 2, 'c o S^
PDAY
PDAYSWA
WAS
Jenis media GambarV.1.
Pengaruh media dan suhu inkubasi terhadap perkecambahan konidia H. citriformis isolat GH2.
Pemanfaatan Nematoda Patogen
Serangga Heterorhabditis spp. dan
hanya mampu bertahan hidup selama tiga hari, terutama yang hidup dalam pelepah
Steinernema spp.
batang. Oleh karena itu, untuk memper-
Dua belas isolat/spesies nematoda pa togen serangga (nps) dari Indonesia dan luar negeri telah diskrining efektivitasnya terhadap penggerek batang padi putih (PBPP) dalam kamar kaca. Nps dengan konsentrasi 10.000-20.000 ekor/ml dapat menyebabkan kematian larva atau pupa
PBPP sebesar 23-82%. Dua isolat Hetero rhabditis sp. dari Indonesia, yaitu 1NAH1 dan 1NAH4, dan satu spesies Steinernema
oleh hasil pengendalian PBPP yang maksimal diperlukan penyemprotan nps ber-
ulang kali. Larva dan pupa PBPP yang terinfeksi nps pada kamar kaca dapat menghasilkan nps infektif baru yang berkisar dari 40 sampai 11.834 ekor/serangga.
Pemanfaatan Mikroba Filoplane untuk Pengendalian Jamur Karat Phakopsora pachyrhizi Syd.
carpocapsae dari luar negeri, menunjuk-
Beberapa mikroba epifit telah diisolasi
kan efektivitas tertinggi, yaitu berturut-turut menyebabkan 67, 82, dan 70% kematian PBPP yang diuji (Tabel V.7). Bila konsen trasi nps yang disemprotkan itu diturunkan
dari berbagai organ tanaman kedelai, ka-
menjadi 5.000 ekor/ml, maka persentase
kematian PBPP juga akan mengalami penurunan, yakni dari"74% pada 20.000 ekor/ ml menjadi 60% pada 10.000 ekor/ml, dan turun lagi menjadi 54% pada konsentrasi nps 5.000 ekor/ml. Nps yang disemprotkan
32
cang tanah, Artemesia vulgaris dan Oxalis
comiculata yang diambil dari Inlitbio Citayam, Cikeumeuh, dan Pacet. Temyata iso-
lat-isolat yang berasal dari filoplane lebih banyak daripada isolat yang berasal dari rhizosfer, dan isolat yang berasal dari Pa cet lebih banyak yang menunjukkan kitinase positif. Ada delapan isolat yang dapat menghidrolisis kitin secara efektif. Isolat-
Diagnost^c dan Pengendauan Biologi
isolat yang berasal dari daun A. vulgaris
Tabel V.8.
dan daun kedelai menunjukkan aktivitas kitinase yang paling kuat. Uji Hsis tabung
Rataan persentase buluh kecambah P. pachyrhizi, yang lisis setelah 24 jam pertakuan mikroba efektif (antagonls). Bogor, 1996. .
kecambah uredospora menunjukkan ha-
nya ada satu isolat yang dapat melakukan lisis lebih besar dari 90%, dua isolat mela kukan lisis sebesar 70%, tiga isolat mela kukan lisis sebesar 50%, dan dua isolat melakukan lisis kurang dari 50% (Tabel V.8).
Tabel V.7.
Persentase mortalitas larva PBPP oleh infeksi nps pada percobaan rumah kaca. Bogor, 1995/96.
Nematoda
Jumlah inokulan
Isolat Asal
Rataan uredospora lisis (%) ranking setelah 24 jam
Daun kedelai
93,8
1
3.
Daun kedelai Batang kedelai
4. 5.
Batang kedelai Akar kedelai
72,1 56,9 52,8
6.
Daun A. vulgaris
71,8 47,1
7.
Daun A. vulgaris
23,4
2 5 6 3 7 8
8. 9.
Daun kedelai Kontrol
59,4 4,3
1. 2.
4 -
Mortalitas larva PBPP
BIOLOGI DAN POTENSI BIOTIK MUSUH A1AMI
(Jlh/ml) Heterorhabditis sp.:
Di pertanaman padi dan kedelai sering dijumpai musuh alami hama, antara lain
INAH1
10.000
67 d
INAH3
20.000
40 a-d
INAH4
10.000
82 d
Tetrastichus, Telenomus, dan Trichro-
INAH17
20.000
46 a-d
P2M
20.000
61 bed
20.000
61 bed
gramma pada penggerek batang padi, nuclear polyhedrosis viiiis (NPV) pada ulat grayak, Trichrogrammatoidea pada peng
Heterorhabditis sp. S13
gerek polong. Pemanfaatan musuh alami
H. bacteriophora:
HP88 EU222
10.000
45 bed
tersebut dilakukan dengan empat pende-
10.000
59 bed
katan, yaitu: konservasi, manipulasi, inundasi, dan importasi. Pedekatan manipulasi
Steinemema sp.: INAS21
10.000
24 a-d
dan inundasi umumnya dilakukan dengan
MACAU
10.000
41 a-d
cara membiakkan dan melepaskan mu
S. glased
10.000
23 ab
suh alami.
S. cerpocapsae # 25
20.000
70d
Ada empat topik penelitian, yaitu: (a) Penelitian tentang potensi berbagai jenis parasitoid telur penggerek batang padi kuning dilakukan dengan mempelajari beberapa aspek biologi dan potensi para
Kontrol:
16abc
0,1% Triton X-100
10a
Air * Nematoda ditambah 0,1% Triton X-100 ** Data ditransformasi ke log (x + 1) sebelum dianalisis. Angka dalam kolom yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada p<0,05.
sitoid Tetrastichus schoenobii, Telenomus rowani, dan Trichogramma japonicum,
seperti laju pertumbuhan intrinsik, tanggap fungsional, dan sifat multiple parasitisme dan super parasitisme, (b) Penelitian ten tang potensi T. bactrae-bactrae, parasit te-
33
Laporan Tahunan Balitbio 1995/96
lur penggerek polong kedelai dilakukan
hari. Walaupun nilai r untuk T. schoenobii
dengan mernpelajari kisaran inang dan
lebih tinggi dibandingkan dengan T.
aspek biologi parasitoid, pengaruh suhu terhadap perkembangan parasitoid, daya
rowani, dan T. japonicum, tetapi daya
pencar parasitoid, dan pengaruh pakan
dibandingkan dengan T. rowani maupun
terhadap daya parasitasi dan urnur imago parasitoid, (c) Penelitian tentang teknik perbanyakan massal S/NPV dilakukan de
T. japonicum.
ngan mempelajari interaksi antara konsentrasi 5/NPV, sumber pakan ulat grayak, generasi ulat grayak, dan macam bahan
formulasi, (d) Penelitian tentang teknik aplikasi 5/NPV untuk mengendalikan ulat grayak pada kedelai dilakukan dengan cara menguji keefektifan 5/NPV pada berbagai tingkat residu dan frekuensi aplikasi. Potensi Berbagai Jenis Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Kuning Laju Pertumbuhan Intrinsik Peluang hidup T. schoenobii menjadi serangga dewasa 71%, periode telur hingga dewasa berlangsung 12 hari, masa generasi rata-rata 12,5 hari, dan keperidian keturunan 65 ekor.
parasitasi T. schoenobii lebih rendah jika
Tanggap Fungsional Jumlah telur yang diletakkan oleh tiga jenis parasitoid telur penggerek pada inang selama 24 jam berkisar antara 6-22 butir untuk T. schoenobii, 20-30 butir T. ro wani dan 5-31 butir untuk T. japonicum.
Parasitasi ketiga parasitoid tersebut terha dap telur penggerek cenderung meningkat dengan meningkatnya populasi inang, te tapi pada batas tertentu (Tabel V.9). Tanggap fungsional ketiga parasitoid terse but di atas mengikuti Model Holling Tipe II. Laju pencarian inangnya (a) T. schoenobii, T. rowani, dan T. japonicum berturut-turut
0,0042; 0,0255; dan 0,0023. Waktu yang diperlukan untuk memarasit satu inang (Th) adalah 0,4474; 0,5368 dan 1,3030 masingmasing oleh T schoenobii, T. rowani, dan T. japonicum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai agensia pengendalian hama peng gerek batang padi kuning, parasitoid T. schoenobii, T. rowani, dan T. japonicum
memiliki potensi biotik yang berbeda. Laju pertumbuhan intrinsiknya, masing-masing
0,299; 0,414; dan 0,401 sehingga pada kondisi lingkungan tak terbatas, sepasang parasitoid akan meningkat populasinya, masing-masing menjadi 66, 18, dan 17 ekor serangga betina dalam waktu 14 hari. Persamaan di atas menunjukkan bahwa seekor serangga dewasa betina T. schoe nobii, T. rowani, dan T. japonicum dapat menghasilkan keturunan berturut-turut 66,
18, dan 17 ekor serangga betina selama 14
34
Super Parasitisme dan Multiple Parasitisme
Dari hasil pengamatan diketahui bah wa ketiga jenis parasitoid menunjukkan reaksi yang berbeda. T. schoenobii dan T.
rowani tidak menunjukkan adanya multi ple parasitisme (parasitisme ganda) dan juga tidak menunjukkan adanya super pa rasitisme. Hal ini karena dalam satu telur
inang tidak terdapat lebih dari satu parasit yang sejenis maupun yang berbeda jenis, kecuali T. japonicum dan T. rowani. Hal
ini mungkin karena ukuran telur parasitoid T. schoenobii lebih besar dari T. japoni cum, sehingga seekor larva T. schoenobii
DlAGNOSTDC DAN PENGENDALIAN BlOLOGI
Tabel V.9.
Jumlah inang terparasit dan persentase parasitasi T. schoenobii, T. rowam, dan T. japonicum populasi inang yang berbeda. Bogor, 1996.
Jenis parasitoid
T. schoenobii
Populasi inang Kelompok telur Jumlah telur 47,3 82,1 126,0 178,4 218,0 50,0 79,1 158,6 181,2 196,0 34,4 113,9 187,6 285,2 299,0
1
2 4 6
8 T. rowani
1
2 4 6
8 T. japonicum
Tidak terparasit Jumlah inang terparasit Kelompok telur Jumlah telur' (butir)
1 2 4 6
8
5,7 18,6 20,6 16,6 21,6 19,6 29,5 23,9 30,4 25,6 5,1 17,2 31,4 14,9 6,2
0,8 1,6 3,3 2,8 2,4 1,0 2,0 2,4 3,8 3,6 0,6 1,6 3,6 2,9 4,0
41,6 63,5 105,4 161,8 196,4 30,4 49,6 134,7 150,8 170,4 29,28 108,8 156,2 270,3 292,8
Parasitasi
(%) 11
22 16 9 9 39 37 15 16 13 14 15 16
5 2
inang pengganti, seperti Chysodeixis sp.,
dapat memarasit lebih dari sebutir telur inang (Tabel V.10). T. schoenobii tidak bersifat multiple parasitisme dan super
Heliothis sp., dan Spodoptera mauritia.
parasitisme, T. japonicum bersifat multi
pra imago dan imago parasitoid, tetapi
ple parasitisme dan super parasitisme dan
umur telur inang, kepadatan populasi
T. rowani bersifat multiple parasitisme.
parasitoid, dan suhu berpengaruh terha
Inang tidak berpengaruh terhadap umur
dap daya parasitasi. Potensi Trichogrammatoidae bactrae-
bactrae, Parasitoid Telur Penggerek Polong Kedelai (Etiella spp.)
Pengaruh Jenis Pakan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Parasitoid
Kisaran Inang dan Beberapa Aspek Biologi Parasitoid
Suhu juga berpengaruh terhadap umur pra imago dan imago parasitoid generasi kedua. Oleh karena itu, untuk pelepasan
Parasitoid T. bactrae-bactrae memiliki
di lapang, faktor suhu perlu mendapat
kisaran inang yang relatif lebar, selain inang asli, yaitu Etiella spp., juga memiliki
perhatian.
Tabel V.10. Jumlah parasitoid yang muncul dalam telur inang dan jumlah telur terparasit. Laboratorium. Bogor, 1996. Jenis parasitoid T. schoenobii T. rowani T japonicum
Jumlah imago keluar
Jumlah imago dalam telur inang
jumlah telur terparasit
9,2 15,6 12,2
3,0 4,6 3,8
12,6 21,5 16,7
Keterangan
+/- = terdapatAidak terdapat 2 parasitoid atau lebih dalam inang.
35
LaporanTahunanBalitbio 1995/96
Larutan madu atau gula 20-40% cukup baik sebagai pakan tambahan bagi imago
Teknik Perbanyakan pada Berbagai Macam Bahan Formulasi
parasitoid.
Pengaruh 5/NPV pada berbagai kon Pemberian pakan gula 30% selama 3 had menghasilkan imago generasi kedua dan tingkat parasitisme tertinggi, sedangkan dengan pakan air, terendah. Ini berarti
bahwa gula meningkatkan jurnlah imago yang muncul dari telur terparasit. Dilihat dari sex rasio, pemberian pakan gula
menghasilkan sex rasio lebih tinggi daripada madu. Dari percobaan ini dapat dikemukakan bahwa pakan yang cocok ba
gi imago parasitoid ialah gula atau madu 20-40%.
Teknik Perbanyakan Massal 5/NPV Teknik Perbanyakan pada Berbagai Sumber Pakan Ulat Grayak 5/NPV konsentrasi 1 X 10* PIBs/ml yang diaplikasikan ke populasi ulat grayak, hasil pembiakan dengan pakan bantuan cocok untuk perbanyakan 5/NPV. Pada konsentrasi dan sumber pakan tersebut,
tingkat kernatian ulat 75% dan umur ulat 6,8 hari. Konsentrasi 5/NPV 1 X 108 PIBs/ml yang diaplikasikan ke populasi ge nerasi Fl hingga F4 cocok untuk perba nyakan 5/NPV (Tabel V.I 1). Pada konsen trasi dan berbagai generasi tersebut, ting kat kematian berkisar antara 73-78% dan umur ulat berkisar antara 6,9-7,2 hari
(Tabel V.12). 5/NPV dengan konsentrasi 1 X 10s PIBs/ml yang diformulasikan dengan tepung talk atau kaolin cocok untuk pem-
buatan insektisida mikrobia. Pada kon sentrasi dan bahan formulasi tersebut,
tingkat kematian ulat grayak 82% dan 87%, dan umur ulat-grayak 7,5 dan 7,0 hari,
masing-masirig untuk talk dan kaolin
36
sentrasi dan macam bahan formulasi
5/NPV terhadap tingkat kematian ulat gra yak disajikan pada Tabel V.I3. Pada ber bagai macam bahan formulasi, tingkat kematian ulat grayak tertinggi terjadi pada konsentrasi 1 X 108 PIBs/ml, yaitu 100%, sedangkan yang rendah terjadi pada kon sentrasi 1 X 102 PIBs/ml, yaitu 25%. Makin tinggi konsentrasi, makin tinggi pula ting kat kematian ulat grayak. Pada berbagai konsentrasi 5/NPV, tingkat kematian ter tinggi terjadi pada bahan formulasi kaolin (81%), diikuti oleh talk (75%) dan laktopensi tanpa bahan formulasi (64%) (Tabel V.I 4).
Teknik Aplikasi 5/NPV untuk Mengendalikan Ulat Grayak pada Kedelai Teknik Aplikasi 5/NPV pada Berbagai Tingkat Residu Data kematian ulat grayak setelah diaplikasi dengan 5/NPV pada dosis dan umur residu hasil analisisnya disajikan pada Tabel V.I5.
5/NPV memiliki tingkat persistensi yang relatif tinggi. Dosis 1,5 X 10" dan 7,5 X 10" PIBs/ha bersifat efektif, masing-ma-
sing hingga umur residu satu dan dua minggu setelah aplikasi. Pada kedua do sis, ulat grayak dapat bertahan hidup ratarata enam hari, tingkat kerusakan tanaman berada di bawah batas toleransi tanaman, dan hasil panen 16 ku/ha. 5/NPV ber-
pengamh negatif terhadap perilaku ngengat untuk meletakkan telur, juga keberlimpahan populasi ulat grayak. 5/NPV dapat diaplikasikan sekali atau beberapa
Diagnosti^ dan Pengendauan Biologi
Tabel V.11.
Persentase kematian ulat grayak pada berbagai konsentrasi S/NPV-dan generasi ulat grayak. Laboratorium Bogor, Oktober 1995. Hari ke... setelah apiikasi
Konsentrasi S/NPV Generasi ulat grayak
4
5
6
7
8
9
10
11
12
F1
0 0 0 0 0 0 0 0 3
0 0 0 0 3 7 6 3 13 17
5 7 6 4 13 15 13 13 30
16
24
28 26 25 32 38 33
X 32 X X
31
22 19 17 29 36 27 30 43 47
27 31 27 29
32 X 32 32
37
40
45 41 40 57
14
30 32
44
48
47 52 59
52 58 66
43 39 36 52 59 56 55 65
67
72
74
62
68
70
77 73
78
54
54
60
67
69
74
75
ki
F2 F3 F4 k2
F1
F2 F3 F4
k3
F1 F2
6
F3 F4 F1
k4
6 3 9 11
F2 F3 F4
10
9
31
13 17
42 46 43 44
22 18 13
31 48
52
64
59 59
X 31 32 43 47
46 45 61 66 62 63 72
43 48 46 45 64 67 66 67 73 74
Data dikoreksi dengan formula Abbott ki = 5 X106; k2 = 1 X107; K3 = 5 X107; k4 = 1 X10 PIBs/ml, masing-masing dengan volume semprot 5 ml/mz Tabel V.12. Persentase kematian dan umur ulat grayak pada berbagai konsentrasi S/NPV dan generasi ulat grayak. Laboratorium. Bogor, Oktober 1995. Konsentrasi S/NPV Generasi ulat grayak
ki •
k2
k3
k4
. . . - Rata-rata
Persentase kematian ulat F1
43
64
73
48 46 45
68 66 67
78
F3 F4
32 X 32 32
Rata-rata
32,3a
45,5b
66,3c
75,0d
F2
F1 F2 F3 F4
7,8 7,4 7,7 7,7
Rata-rata
7,7a
umur ulat (hari) 7,4 7,4 7,2 7,3 7,5 7,5 7,6 7,3 7,4ab
7,4ab
74
75
7,2 6,9 7,0 7,2
X,0a 56,8a 54,5a 54,8a
7,5a 7,2a 7,4a 7,5a
7,1b
Keterangan: sama seperti Tabel V.11.
kali/musim, tetapi yang lebih menguntungkan adalah apiikasi dengan frekuensi 3 kali/musim. Apiikasi S/NPV dengan freku ensi 1 atau 2 kali/musim memberikan tingkat kerusakan yang relatif sama dengan
insektisida, tetapi memberikan hasil panen yang relatif lebih tinggi daripada insektisida sehingga peranan insektisida dalam mengendalikan ulat grayak dapat digantikan oleh S/NPV.
37
LaporanTahunanBalitbio 1995/96
TabelV.13
Persentase ulat grayak pada berbagai konsentrasi S/NPV dan sumber pakan ulat grayak. Laboratorium. Bogor, Oktober 1995. Hari ke ... setelah aplikasi
Konsentrasi S/NPV
Sumber pakan
k1
Pi P2
0 0
0 0
4
p3
0
0
p4 P1
0 0
P2
0
p3
0 0
0 3 3 10
k2
4
p4
P1 P2
k3
P3 p4 P1
k4
P2 p3 p4
7
8
9
10
11
12
25
29
30
24 31
26
30
32 31
11
17 16 25
33
35
35
32 32 35
8
21
30
30 36
34
39
45 35 52
48
31 40 40 50
32
13 13
27 31
42
47
40
44
49 64
63 60 70
57 67 63 76
59 56 70 59 69 65 79
69
72
5
6
7
17
10 13
28 41
25
3 3 9 10
13 21
13 32 29 30
16
29
48 42
9
13
44
54
9 14 12
22
38 48 43
51 64
52 47 60 57 72
55
65
33 24
47
42 55
45 41
50
32 45 41 51 47 67 61
70
62 74
65
70 80 73
71 81 74
75
Data dikoreksi dengan formula Abbott (1925). ki = 5 X 10s; k2 = 1 x 107; k3 = 5 X 107; k4 = 1 X 10s PIBs/ml, masing-masing dengan volume semprot 50 ml/m2. pi = pakan buatan menurut metode Okada dan Arifin (1982); p2 = pakan buatan menurut metode Miyahara (1977); p3 = daun talas; p4 = daun kedelai. PIBs = Polyhedra Inclusion Bodies. Tabel V.14.
Persentase kematian dan umur ulat grayak pada berbagai konsentrasi S/NPV dan sumber pakan ulat grayak. Laboratorium. Bogor, Oktober 1995. Konsentrasi
Sumber pakan
ki
k2
k3
k4
Rata-rata
Persentase kematian ulat
P1 P2 P3 p4
32
45
67
75
32 35 32
41
61
71
51 47
70 65
81 74
Rata-rata
32,8a
46,0b
65,8c
75,3d
P1 p2 P3 p4 Rata-rata
38
7,7 7,8 7,1 .•7,2 7,5a
Umur ulat (hari) 7,6 7,2 7,2 7,2 6,9 7,5
6,8 7,1
6,8 6,7 6,3 6,4
7,3ab
7,1b
6,6c
54,8b 51,3a 59,2c 54,5b
7,2c 7,1 be 6,8a 7,0b
DlAGNOSTQC DAN PENGENDAL1AN BlOLOGI
Tabel V.15
Persentase kematian dan umur ulat grayak, persentase kerusakan tanaman, dan hasil panen pada berbagai dosis dan umur residu S/NPV : pada kedelai . Karawang, MK1995.
Dosis SNPV (PIBs/ha)
Umur residu,SJNPV (msa) 0
1,5x1011 7,5x10" 1,5x1012 7,5 x1012
96,6 100 100
1,5x1013
100
Rata-rata
97,5
99,2a
1,5x10"
5,8
7,5x10" 1,5x1012 7,5 x1012
4,4 4,5
1,5x10"
3,4 3,3
Rata-rata
4,3a
1
3
•• . Rata-rata
35,3 45,1 88,1
74,7a 81,5ab 93,5b
68,7 69,1
91,9b
96,5 88,1b
61,3c
2
Kematian ulat (%) 92,2 73,9 97,6 99,3 100 100 97,8ab
84,6 86,4 99,0
Umur ulat (hari) 5,7 6,9 5,0 6,3
91,4b
6,1 4,9 5,4
6,1a 5,2ab 4,6b 4,2b
5,4 4,0
6,2 4,6
4,4
5,1
6,4 3,8
4,9ab
5,8b
5,3ab
5,4ab
Kerusakan tanaman (%) 1,5x10"
8,2
.1 4,3 10,5 12,4
29,6 30,7 22,8 13,6 10,7
45,8 37,5 28,7 33,9 27,5
Rata-rata
9,7a
14,2b
21,5c
34,7d
1,5x10"
16,4 15,8 16,2 16,0
7,5x10" 1,5x1012 7,5 x1012 1,5x10"
11,2 12,3 9,4 7,3
19,4 14,5
26,5a 23,8a 18,8ab . 16,3b 14,7b
Hasil panen (ku/ha) 7,5x10" 1,5x1012 7,5 x1012 1,5x10" Rata-rata
16,3
15,3
11,2
14,8a
15,9
16,2 15,8 16,2 16,1
16,4 16,8 16,7 16,1
12,7 15,8 14,6 14,2
15,3ab 16,2b 15,9b 15,6b
16,1a
16,1a
16,3
13,7b
39
Laporan Tahunan Balitbio 1995/96 © Copyright 1996, Balitbio
VI. Sumber Daya Genetika PLASMA NUTFAH Plasma nutfah tanaman pangan meru-
pakan sumber daya genetik yang sangat besar manfaatnya dalam program pemuliaan tanaman. Dalam meningkatkan pro-
duktivitas dan stabilitas hasil, mutu hasil dan ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik, diperlukan keragaman sum ber daya genetik yang luas. Untuk itu, plas
ma nutfah hams diperbaharui agar selalu dalam keadaan baik dengan daya tumbuh yang baik.
Pada tahun 1995/96 telah dilakukan pembaharuan (rejuvenasi) plasma nutfah
Varietas yang dikumpulkan dari Pro vinsi Kalimantan Tengah sebagian besar
adalah gogo tetapi diperbanyak secara sawah, dan umumnya tinggi tanaman lebih
rendah bila dibandingkan dengan varietas dari Provinsi D.I. Aceh.
Varietas dengan tinggi tanaman <110 cm adalah Ketan Saru (90 cm), Hulu Keong (110 cm), Muncul A (108 cm), Muncul B (110 cm), Sido Muncul (96 cm), Le na (109 cm), Mata Ulat (91 cm), Cimanuk (103 cm), dan Simarisi (92 cm). Varietas Ingagoppor-Tinawan menunjukkan kehampaan tinggi di pertanaman.
tanaman pangan yang terdiri dari 500 va-
Jagung
rietas padi di Instalasi Penelitian Bioteknologi (Inlitbio) Citayam, 280 varietas ja-
Hasil pengamatan 154 plasma nutfah
gung, 60 varietas sorgum, dan 251 varietas
jagung menunjukkan-bahwa umur masak
kedelai di Inlitbio Cikeumeuh, 76 varietas kacang hijau, dan 250 klon ubi kayu di Inlitbio Muara, dan 57 kultivar ubi jalar di
berkisar antara 67-104 hari, dan umur her-
Inlitbio Pacet.
bunga betina berkisar antara 42-68 hari. Varietas lokal yang mempunyai umur berbunga terpendek dan umur masak terpen-
dek masing-masing adalah Bunga 258p Padi Dari hasil pengamatan plasma nutfah padi terlihat bahwa tinggi tanaman bervariasi antara 92-222 cm, dan tanaman
dengan tinggi > 175 cm sebagian besar rebah. Tinggi tanaman padi dari Provinsi
dan Bunga 259p. Keduanya kurang menarik, karena di samping tanamannya pendek, letak tongkolnya sangat rendah, sehingga mudah dimakan tikus atau ayam.
dingin nasinya keras. Varietas Ramos Biru
Panjang tongkol dan diameter tongkol merupakan sifat yang heritabilitasnya ting gi. Adapun varietas yang mempunyai tong kol terpanjang adalah Antasena (20,7 cm), sedangkan varietas lokal yang mempunyai tongkol terpanjang adalah Penduduk Ngale 843 (20,0 cm). Varietas ini mempunyai biji berwarna putih, berumur 78 hari, de
(Reg. 20343) mempunyai rasa nasi enak
ngan tinggi tanaman sedang (155 cm), ha-
dan wangi.
nya letak tongkolnya tidak ditengah-tengah
D.I. Aceh berkisar antara 104-193 cm, sedangkan dari Provinsi Kalimantan Tengah antara 90-175 cm. Varietas Rang-
kuh (Reg. 20240) dari Provinsi D.I. Aceh, memiliki rasa nasi enak, tetapi kalau
41
LaporanTahunanBalitbio 1995/96
batang, tetapi agak ke bawah. Diameter
35,6 g, dan lima varietas mempunyai bo
tongkol tertinggi adalah varietas Mimis
bot biji/malai >20 g. Bobot 100 butir berva-
4l6p (4,9 cm), merupakan varietas intro-
riasi antara 1,34-3,05 g, dan diketahui em-
duksi. Varietas lokal yang diameter tong-
pat genotipe dengan bobot 100 butir >2 g, sedangkan tinggi tanaman bervariasi an
kolnya terbesar adalah Turak 25 lp (4-6 cm), tetapi panjang tongkolnya hanya 16,6 cm.
Pada varietas sorgum umur sedang
Bobot 300 butir tertinggi adalah varie tas unggul Antasena (97 g), sedangkan va rietas lokal yang mempunyai bobot 300 butir tertinggi adalah Merah Kuning (84 g), namun umurnya cukup panjang (103 hari) dan tanamannya sangat tinggi (262 cm). Sifat-sifat yang dominan dari sembilan sifat kualitatif adalah wama biji kuning (73 varietas), tipe biji semi mutiara (116), warna batang hijau (141), wama daun hijau (134), wama urat pusat putih (149), wama pelepah hijau (148), wama sekam coklat T76), susunan malai terbuka (131), dan wama rambut merah (99).
Sorgum Plasma nutfah sorgum yang terdiri dari tujuh varietas umur genjah (79-89 hari) dan 53 varietas umur sedang (90-100 hari) telah dipertahankan dan diperbaharui. Va rietas sorgum yang berumur genjah yaitu Cantel Abrit Wonogiri, Hegari Genjah, Keris, Badik, No. 867.006, No. 867.086, dan Keris M-3. Pada varietas sorgum umur genjah ternyata varietas Badik menonjol, karena me-
miliki bobot biji/malai yang paling tinggi (35,6 g), bobot 100 butir cukup berat (2,21 g), dan berbatang pendek (143 cm), se dangkan varietas Keris dapat dijadikan altematif sebagai tetua^intuk sifat umur sa
ngat genjah (79 hari) dan berbatang sa ngat pendek (99 cm). Selain itu, diketahui bahwa variasi bobot biji/malai antara 12,1-
42
tara 99-175 cm.
mempunyai variasi tinggi tanaman antara 99-205 cm. Sembilan belas nomor berba
tang pendek (<150 cm). Bobot biji/malai bervariasi antara 4,8-45,7 g dan 37 geno tipe mempunyai bobot biji/malai cukup berat (>20 g). Varietas No. 8309/199026 mempunyai bobot biji/malai tertinggi (45,7 g). Bobot 100 butir bervariasi antara 1,353,81 g, dan sebanyak 43 varietas mempu nyai bobot 100 butir cukup berat (>2 g). Varietas No. 867.226 mempunyai bobot 100 butir yang tertinggi (3,81 g). Kedelai Hasil observasi 251 koleksi kedelai menunjukkan umur berbunga 50% berva riasi dari 34 hari (Reg. 3736) sampai 57 hari (Reg. 4270Si dan 4596SQ dengan ratarata 45 hari. Sebanyak 26 nomor memiliki umur berbunga 50% kurang dari 40 hari. Genotipe paling pendek 20,1 cm adalah (Reg. 4597Si) dan paling tinggi 64,6 cm (Reg. 3740). Luas daun bervariasi antara 17,5 cm (Reg. 3847) sampai 66,5 cm (Reg. 3775). Sebanyak lima nomor memiliki luas daun 60 cm2. Nomor-nomor tersebut ada
lah Reg. 3514B (69,8 cm2), 3774 (60,8 cm2), 3775 (66,5 cm2), 3782 (60,5 cm2), dan 3830 (63,2 cm2). Pada umumnya ko leksi yang ditanam berumur sedang sam pai dalam. Hanya dua nomor yang terma-
suk umur pendek (<80 hari), yaitu Reg. 3771 dan 3372, sedangkan yang berumur paling dalam adalah Reg. 3700 dan 3702 (101 hari). Tinggi tanaman pada saat pa-
SUMBER DAYA GENETIKA
nen berkisar antara 19 cm (Reg. 3603A) sampai 84 cm (Reg. 3739A). Jumlah polong isi/tanaman berkisar antara enam po-
long (Reg. 3844) sampai 67 polong (Reg. 997). Tingginya serangan pengisap polong menyebabkan berkurangnya jumlah po long isi. Jumlah cabang/tanaman berkisar antara nol (tidak bercabang) sampai empat. Bobot 100 biji berkisar antara 2,4 g (Reg. 4647SiA) sampai 13,3 g (Reg. 3770). Hasil analisis yang dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Enzimatik, Balitbio, kandungan protein paling rendah (25,0%) pada Reg. 1359 dan paling tinggi (43,6%) pada Reg. 1550. Dari nomor-nomor plas ma nutfah yang dievaluasi tersebut, seba-
nyak 16 genotipe memiliki kandungan pro tein >40%.
Kacang Tunggak Dari 73 nomor plasma* nutfah kacang
tunggak diperoleh hasil yang berkisar an tara 2,1-182,2 g, dengan rataan hasil 9,21 g tiap nomor.
Hasil analisis kandungan Nitrogen dari 24 nomor kacang tunggak berkisar antara
3,33-5,16% dan kandungan protein berki sar antara 20,81-32,25%. Di antara nomor
yang dianalisis, yaitu TV2407-020 dan TVX 4661-010 mempunyai kandungan protein tinggi masing-masing adalah 31,00% dan 32,25%.
Kacang Hijau Dari 76 koleksi plasma nutfah kacang hijau yang diuji kadar proteinnya terdapat variasi antara 16,9-30,6%. Kadar protein
Kacang Tanah Hasil polong 318 plasma nutfah ka cang tanah berkisar antara 8,8-605,7 g po
long kering. Beragamnya hasil polong antarnomor dipengaruhi oleh banyaknya tanaman pada saat panen serta berku rangnya tanaman di lapang yang disebab-
kan antara lain oleh penyakit layu bakteri, di mana setiap nomor plasma nutfah mempunyai tingkat ketahanan yang berbeda, dari mulai rentan, moderat, sampai tahan.
Hasil analisis 50 nomor plasma nutfah kacang tanah, menunjukkan kisaran persentase kandungan Nitrogen biji antara 4,02-5,43%, dengan rataan 4,72% dan me-
ngandung protein biji berkisar antara 2534,93%. Terdapat tujuh nomor yang mem
punyai kandungan protein cukup tinggi >33% antara lain Reg. 100EU; 609; 70; 680; 1C67881, galur MCN/L.Mjk-4B-3-6-l; dan galur MCN/L Majalengka 4B-3-2-0.
paling tinggi didapat pada varietas VR290 dan VR194 masing-masing 30,6% dan 30,3%. Kedua varietas ini baik digunakan sebagai tetua dalam persilangan guna mendapatkan varietas dengan rnutu biji baik. Di samping itu, terdapat delapan no mor koleksi yang mempunyai kadar pro
tein cukup baik dan lebih tinggi daripada kadar protein varietas-varietas unggul yang
sudah dilepas, yaitu VR193-1, VR493K-10, VR193-41, VR147, VR212, VR257, VR267, dan VR302. Ubi Kayu Karakterisasi plasma nutfah ubi kayu menunjukkan variasi wama pucuk daun
dari wama hijau kecoklatan dan hijau. di mana wama hijau kecoklatan mendomi-
nasi populasi (65,7%). Tangkai daun atas bervariasi dari wama merah (34,3%), hijau (24,3%), merah kehijauan (22,9%), dan hi jau kecoklatan (18,6%), sedangkan tangkai daun bawah didominasi oleh warna hijau
43
Laporan Tahunan Balitbio 1995/96
(42,9%), wama lainnya adalah merah (20,0%), merah kehijauan (20,0%), dan hijau kemerahan (17,1%). Berat umbi tiap tanaman bervariasi antara 0,5-3,12 kg. Klon-klon yang mempunyai berat umbi antara 1,0-1,9 kg adalah
yang terbanyak (65,7%), kemudian klon yang mempunyai berat umbi antara 0,5-0,9 kg sebesar 20,0% dan antara 2,0-2,9 kg sebesar 2,9%, sedangkan klon yang mem
punyai berat umbi >3,0 kg hanya 2,9% (B1C 244 dan BIC 298). Klon-klon yang mempunyai kadar tepung >25% sebesar 48,8%, empat di antaranya mempunyai ka dar tepung >29% yaitu BIC 6, BIC 11, BIC 12, dan BIC 191, sedangkan lainnya 8% mempunyai kadar tepung rendah. - UbiJalar
Sifat yang merupakan ciri khusus dari setiap kultivar adalah ukuran daun, yang diukur adalah lebar daun tua. Dari plasma nutlah yang diamati, hanya ada tiga kulti var dengan lebar daun kecil (<8 cm), sedang sisanya berukuran sedang (8-15 cm). Hanya satu plasma nutfah yang mempu
adalah genotipa yang embrionya berwar-
na merah (terstain) lebih dari 50% pada pengujian tetrazolium. Tiga belas genotipa yang berkecambah terdiri dari 12 yang ter stain lebih dari 50% dan satu terstain kurang dari 50%. Hal ini menunjukkan bahwa benih-benih yang sudah tidak mampu tumbuh tetapi lebih atau 50% call embrio nya masih hidup dapat ditumbuhkan de ngan cara in vitro. Uji tetrazolium dapat di-
gunakan untuk mengetahui hidup atau matinya sel-sel embrio atau embrio benih tanaman itu sendiri.
Pada media 1/2 MS dan MS + mg 1-1 embrio dapat ditumbuhkan dua kali dari media 1/2 MS + 2 mg 1-1 kinetin dan empat kali dari media MS. Hal ini menunjuk kan bahwa kedua media tersebut baik un tuk pertumbuhan embrio secara in vitro.
Untuk induksi kalus hanya media MS de ngan tambahan auksin yang dapat meng hasilkan kalus. Pengembangan kalus da
pat dilakukan dengan baik pada media yang terdiri dari unsur makro dan mikro MS, vit. B5 ditambah 1 mg 1-1 2,4D atau 2 mg-1 2,4D.
nyai panjang buku batang nilai tujuh atau
Pertumbuhan kecambah/planlet sa-
dengan kriteria panjang, yaitu kultivar Bao.
ngat bervariasi, ada yang cepat memben-
TEKNIK//V VITRO UNTUK REJUVENASI PLASMA NUTFAH
yang lambat lebih dari dua minggu, dan ada yang tidak mampu membentuk daun
tuk daun baru dalam seminggu, ada pula
Pada pengujian daya kecambah dan induksi kalus in vitro dari 119 genotipa kedelai, terdapat 33 embrio yang mampu berkecambah dari 13 genotipa, sedang yang menghasilkan kalus ada 19 embrio dari II genotipa. Tidak semua genotipa yang berkecambah- menghasilkan kalus pada media induksi kalus, demikian pula sebaliknya. Genotipa yang mampu berke
cambah dan menghasilkan kalus ternyata
walaupun sampai empat minggu. Semua
kecambah yang perturnbuhannya lambat dan yang tidak mempunyai daun mati setelah 4-6 minggu dalam kultur. Pemindah-
an pada media baru (subkultur) tidak merubah pertumbuhan menjadi lebih baik. Dari 33 benih yang berkecambah, hanya ada 19 kecambah yang mampu memben tuk daun dan aklimatisasi. Tidak semua kecambah mampu tumbuh menjadi ta naman. Kecambah yang mampu tumbuh
44
SUMBER DAYA GENETKA
menjadi tanaman dan masih tetap hidup setelah dipindahkan ke rumah kaca ada tujuh tanaman, yaitu Reg. 2539 (satu ta naman), 2653 (satu tanaman), 2699 (dua tanaman), dan 2850 (tiga tanaman). Pengelompokan Plasma Nutfah Pad!
kelompok, tiga ulangan dengan ukuran
plot 5 m x 1 m. Seleksi dilakukan berdasarkan tipe tanaman? ketegaran, toleransi
terhadap berbagai masalah tanah gambut dan ketahanan terhadap penyakit bias dan bercak coklat. Dari kegiatan ini diperoleh 22 galur yang berpenampilan cukup baik, toleran terhadap masalah tanah yang ada,
Hasil pengukuran konsentrasi DNA dari 195 sampel padi diperoleh perbedaan
serta tahan terhadap penyakit bias dan bercak coklat.
antarvarietas yang diisolasi. Kemumian
serta kualitas DNA dapat ditunjukkan dengan pengukuran pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm.
Observasi dan seleksi galur untuk la han rawa lebak dilakukan di Kayu Agung, Sumatera Selatan. Sekitar 200 galur dita nam mengikuti rancangan acak kelompok
PERBAIKAN YAK I ETAS PADI UNTUK1AHAN PASANG SURUT SULFAT MASAM DAN GAMBIT SERTA RAWA LEBAK Observasi dan seleksi sifat agronomis untuk lahan sulfat masam dilakukan di Ka-
tiga ulangan dengan ukuran plot 5 m x 1 m. Seleksi dilakukan berdasarkan tipe ta naman, ketegaran, serta ketahanan terha
dap penyakit bias dan bercak coklat. Dari seleksi ini diperoleh 75 galur yang dapat beradaptasi dan berpenampilan cukup baik.
rang Agung, Sumatera Selatan. Sebanyak 200 galur ditanam mengikuti rancangan
Galur-galur yang terpHih tersebut, baik
acak kelompok tiga ulangan dengan ukur-
dari lahan sulfat masam, gambut, dan ra
an plot 5 m x 1 m. Seleksi dilakukan ber-
wa lebak, saat ini sedang diseleksi lebih lanjut di rumah kaca dan laboratorium un
dasarkan tipe tanaman, ketegaran, toleransi terhadap masalah tanah, serta keta-
tuk sifat-sifat toleransi terhadap keracunan
hanan terhadap penyakit bercak coklat dan bias. Dari percobaan ini diperoleh 74 galur yang berpenampilan cukup baik pa-
Al dan salinitas, ketahanan terhadap pe
da lahan sulfat masam. Galur-galur terse-
Uji Daya Hasil
but pada umumnya menunjukkan toleran-
Uji daya hasil galur-galur padi untuk la han rawa lebak dilakukan di Kayu Agung, Sumatera Selatan dan Alabio, Kalimantan Selatan. Sebanyak 12 galur dan varietas di-
si terhadap masalah tanah dan tahan ter hadap penyakit bias dan bercak coklat. Se-
nyakit bias, serta mutu beras.
bagian dari galur-galur yang terpilih tersebut adalah B8310G-KN-21-3, B8162G-KN11-1, TB61F-TB-10, Tbl65E-TB-6, B9094E-
gunakan dalam pengujian ini. Percobaan
Ky-35, dan B8389E-Ky-8.
empat ulangan dengan ukuran plot 5 m x
Untuk lahan gambut, kegiatan observa si dan seleksi galur dilakukan di Karang
menggunakan rancangan acak kelompok, 4 m.
Dalam pengujian ini, tiga galur yaitu
Agung, Sumatera Selatan. Sebanyak 180
B7003d-Mr-1-1-1, B5244g-Sm-61-2-1 dan
galur ditanam mengikuti rancangan acak
1R52952-BB-3-3-2 menunjukkan daya hasil
45
LaporanTahunanBautbio 1995/96
cilkup tinggi, sebanding dengan varietas
kan dengan Kapuas, galur-galur tersebut
varietas kontrol IR70 (ringan) dan Cibodas (berat), jumlah gabah isi/malai digunakan Cisanggamng (persentase gabah hampa rendah) dan Atomita IV (persentase gabah hampa tinggi). Untuk malai pendek, jarang IR36, sedang untuk malai panjang, lebat
lebih tahan terhadap penyakit bias.
varietas Memberamo. Untuk jumlah anak
pembanding IR42 (5,25 t/ha) dan Kapuas (5,06 l/ha). Dibandingkan dengan IR42 galur-galur tersebut berumur lebih genjah se-
kitar 5-10 hari, sedangkan bila dibanding
an produktif rendah Kelara dan jumlah Seleksi Marka Molekuler untuk Sifat Daya Hasil Dalam penelitian ini digunakan 14 va rietas padi unggul dan lokal seperti Cibodas, 1R70, Cisanggarung, Atomita IV, IR36, Memberamo, Kelara, Bogowonto, Bengawan Solo, Barumun, Pandan Wangi, Asemandi, marka-marka molekuler yang te-
lah teriigasi pada suatu plasmid yang tersedia di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rekayasa Genetika. Plasmid yang mengandung marka mo
lekuler (Probe) terlebih dahulu diperbanyak dengan cara mentransformasi ke da lam E. Coli DH 5a. Probe tersebut kemu-
dian dilabel dengan dig-11-dUTP menggunakan metode dari Cornel University, un tuk selanjutnya digunakan dalam proses hibridisasi. Metode yang digunakan untuk ekstrak-
anakan produktif banyak Bogowonto.
Berdasarkan varietas yang diuji ada 28 kombinasi probe-enzim yang bersifat polimorphis. Beberapa kombinasi probe-
enzim kemungkinan dapat digunakan da lam penelitian lebih lanjut. Kombinasi RE28-Hind. Ill dan RE556-Hind. Ill memisahkan Cibodas sebagai kelompok tersendiri. Di samping itu, ada beberapa probeenzim yang dapat digunakan untuk menelusuri sifat agronomis tertentu dari suatu varietas seperti RZ144-Bam HI memisah-
kan Cibodas, Cisanggarung dan Cisadane sebagai kelompok tersendiri, begitu juga RZ144-Eco RI memisahkan Cibodas, Kela ra dan Bengawan Solo. Kombinasi probe-
enzim lainnya yang dapat memberikan gambar potongan DNA polimorphis yang sederhana antara lain RZ144-Hind III, RZ816-Bam Yi, RZ816-Hinc. Ill, RZ721-Eco RI, RZ656-Eco RV, RZ 450-Eco RI, dan
si dan isolasi DNA adalah Metode dari
RZ450-Bam HI. Untuk menerangkan gen-
Cornel University.
gen di atas sebagai pengendali sifat khusus periu didukung oleh penelitian studi keterkaitan gen dengan metode silang balik.
Daya hasil suatu varietas ditentukan oleh jumlah anakan produktif, malai panjang dan lebat, jumlah butir isi/malai, dan bobot 1.000 butir. Umur menentukan produksi suatu varietas per satuan waktu.
Pada survei tetua ini dicoba berbagai kombinasi probe-enzim, yang kemungkinan berkorelasi dengan sifat-sifat agronomis yang erat "kaitannya dengan daya
hasil. Untuk berat -1.000 butir digunakan
46
Seleksi Marka Molekuler untuk Sifat Aromatik Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rekayasa Genetika, Balitbio, pada TA 1995/96. Enam varietas aromatik digunakan, yaitu: Bengawan So
lo, B7004D-MR-10, Karawih, Khao Dawk
SUMBER DAYA GENETKA
Mali, Mesir, dan Pandan Wangi, sedang-
fat aromatik pada varietas lokal Karawih,
kan varietas padi non aromatik: Lusi, Sei
Mesir, dan Pandan Wangi dengan kelom-
Lilin, Cisadane, IR64, Pelita 1-1, Barumun,
pok aromatik lain (Bengawan Solo, Khao Dawk Mali, dan B7004D-MR-10) serta ke-
Way Seputih, dan IR74.
lompok delapan varietas aromatik. Bila di-
Metode yang digunakan untuk ekstraksi dan isolasi DNA adalah metode dari
telusuri ternyata varietas Bengawan Solo
Sifat aromatik pada tanaman padi dikendalikan oleh sepasang gen mayor atau dua pasang gen mayor resesif. Sifat ini da-
dan B7004D-MR-10 merupakan keturunan dari Khao Dawk Mali. Ternyata kombinasi probe-enzim RZ656-Eco RI juga dapat mengidentifikasi kelompok varietas aro matik dengan kelompok non aromatik. Di
pat diseleksi oleh pemulia secara organo-
samping itu, kombinasi probe-enzim ini
leptik bertitik tolak atas dasar penciuman, atau sifat resesif ini dapat diseleksi dengan
dapat membedakan varietas Bengawan
Cornel University.
menggunakan marka molekuler. Dengan
metode ini tidak perlu dilakukan tes progeni dan prosesnya dapat berlangsung lebih cepat dan akan menghasilkan segregat atau hasil yang lebih akurat.
Solo dengan 13 varietas lain. Penggunaan probe-enzim RG28-Eco
RI, RG556-Hind HI, RG556-Eco RV, dan RZ656-Eco RI lebih lanjut perlu didukung oleh studi keterkaitan gen dengan metode silang balik.
Berdasarkan varietas yang diuji ada 22 kombinasi probe-enzim (68,2%) menun-
jukkan pola pita DNA yang polimorfik. Beberapa kombinasi probe-enzim mungkin
dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut. Kombinasi probe-enzim RG28-Eco Rl dapat memisahkan antara varietas aro matik (Bengawan Solo, Karawih, Mesir,
Kaho Dawk Mali, Pandan Wangi, dan B7004D-MR-10) dengan varietas-varietas non aromatik (Lusi, Cisadane, Way Sepu tih, Sei Lilin, IR64, Barumun, dan IR74). Namun masih menimbulkan pertanyaan,
karena Pelita 1-1 masuk dalam golongan varietas aromatik. Komponen utama aro matik beras adalah gugusan ester 2-acetyl1,1-pyroline dengan kandungan sebesar
0,04-0,09 Mg/g bahan kering atau 0,1-0,2 Mg/g beras pecah kulit, sedangkan pada non aromatik hanya mengandung <0,01
Mg/g dari bahan kering. Kombinasi probe-enzim RG556-Hind HI dan RG556-Eco RV dapat memisahkan si
Persilangan Kultivar Padi dengan Kerabat Jauh untuk Biomasa Tinggi Penelitian ini menggunakan dua varie tas dan satu galur padi sebagai tetua dan tiga padi liar sebagai tetua jantan. Tetua ditanam di pot/ember di rumah kaca, dan tetua betina ditanam tiga kali dengan selang waktu dua minggu. Kastrasi/pengebi-
rian bunga betina dilakukan di sore hari. Bunga yang sudah dikastrasi disemprot dengan larutan gibberelic acid (GA3) 75 ppm (75 ppm + 10 tetes Tween 20 per 1 liter air steril), kemudian ditutup dengan kertas minyak/tembus cahaya (glassine). Penyilangan dilakukan di pagi hari. Bungabunga yang telah disilangkan disemprot dengan larutan yang mengandung 100 ppm GA3, 25 ppm Indole acetic acid (IAA)^ dan 5 ppm Kinetin (Kin) dan ditutup lagi dengan kertas glassine. Hasil persilangan dipanen setelah umur 12-14 hari. Benih-
benih hibrida disterilisasi, kemudian em-
47
LaporanTahunanBaijtbio 1995/96
brionya dipisahkan dari endospermanya secara aseptik dan ditanam pada tabung-
tabung yang berisi media agar buatan 1/4 MS. Tabung-tabung kultur ditempatkan di ruang gelap yang bersuhu 25-28C. Setelah tumbuh tabung-tabung kultur dipindahkan ke ruang terang. Bibit hibrida yang sudah berdaun tiga dipindahkan dari media agar ke media cair (air steril). Setelah bibit berakar banyak dan sehat, dipindahkan ke
hasilkan biji, biji dengan embrio, dan embrio yang tumbuh menjadi tanaman berturut-turut berkisar 1-14%, 0-72%, dan
0-6%. Tanaman hibrida ditanam di pot atau ember di rumah kaca. Dari penam-
pilan fenotipik semua tanaman mempu nyai vigor/penampilan antara kedua tetuanya, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua tanaman yang berhasil dikulturkan dari embrio muda adalah hibrida.
media tanah dalam ember-ember di rumah kaca.
Banyaknya bunga hasil persilangan kerabat jauh antara padi budi daya dengan padi liar, maka dari sembilan kombinasi persilangan berjumlah 5.522 dan menghasilkan 222 biji hibrida (Tabel VI. 1). Semua kombinasi persilangan menghasilkan biji, namun tidak semua biji mempunyai embrio. Bahkan persilangan antara B914F-
PN-125-1 dan O. Alta yang menghasilkan 10 biji semuanya tidak mempunyai embrio. Dari 11 ernbrio yang ditanam pada media 'A MS dapat dihasilkan 31 tanaman hibrida. Sejumlah hibrida antarspesies pa di juga telah dihasilkan dengan mengkulturkan embrio yang berumur 10-12 hari pada media 'A MS. Pada penelitian ini, persentase bunga yang disilangkan meng Tabel VI. 1.
Penelitian Keragaman Bentuk/Morfologi Tanaman Pada penelitian ini digunakan 30 varietas/galur padi dan diperkirakan mempu nyai bentuk/morfologi tanaman berbeda.
Setiap varietas/galur ditanam empat baris sepanjang 4 m. Dari setiap varietas diambil lima tanaman kompetitif dan dievaluasi bentuk arsitektumya dengan mengamati
distribusi kanopi. Distribusi daun diperoleh dengan memotong tanaman setiap 10 cm
^stratified dip method) mulai dari bagian bawah hingga bagian atas pada fase pembungaan. Dari data distribusi tersebut dibangkitkan parameter bentuk tanaman meliputi skewness, kurtosis dan titik berat.
Hasil persilangan kerabat jauh antara varietas padi dan padi liar (Oryza spp.).
No. Kombinasi persilangan 1.Bengawan/Oryza alta (100952) 2.Bengawan/O. latifolia (100966) 3.Bengawan/O. latifolia (102164) 4.Pelita 1-1 /O. latifolia (102164) 5.B914F-PN-1 -110. latifolia (100165) 6.B914F-PN-T-1 id" latifolia (102164) 7B914F-PN-1-1/O. grandiglumis (1005560)10 8.B914F-PN-125-110. alta (100952) 9.B914F-PN-1-110. latifolia (100966) Jumlah
48
KOMPONEN DTAMA TIPE TANAMAN PENUNJANG POTENSI HASIL
Bunga disilangkan
H ...... HasHD|J'
Embrio ditanam
Embrio tumbuh
Tanaman didapat
243 280
12 6 85
8 55
19 17
1 1 13 0
3
2 1 22 0 0 7 4 0
1.090 1.629
645 535 140 442
4 6
28 20
11
10
9
518
25
0 18
5522
222
114
0 6 2 0
13
8
49
31
SUMBER DAYA GENETDCA
Hubungan antara parameter bentuk dan
1.000 butir semakin berat dan umur sema
hasil biji dipelajari melalui analisis regresi.
kin panjang dapat meningkatkan bobot
Bentuk distribusi luas daun dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok distribusi yang simetris, miring ke kanan (luas daun bagian bawah lebih banyak) dan miring ke kiri (luas daun bagian atas lebih banyak). Distribusi luas daun yang simetris di antaranya varietas Dodokan, Ciliwung, dan
IR65, sedangkan varietas Jangkok, 1R36, dan galur B9314 luas daun bagian bawahnya cenderung lebih luas daripada bagian atas. Pada varietas Pelita dan Cisadane luas daun bagian atas lebih banyak dari pada bagian bawah. Indeks pencar batang pada rumpun padi tidak banyak bervariasi antara 0,6-0,8. Hasil analisis regresi berganda menun-
jukkan bahwa peubah bentuk tajuk tanaman yang nyata mempengaruhi berat gabah, yaitu skewness menunjukkan bah wa makin besar nilai skewness cenderung
semakin meningkatkan berat gabah (Tabel V1.2). Dengan kata lain semakin luas daun bagian bawah cenderung mening katkan hasil. Hal ini disebabkan intersepsi cahaya semakin banyak, sedangkan bobot Tabet VI.2.
gabah.
Laju Pertumbuhan Relatif Daun (RGRL) Laju pertumbuhan relatif daun (RGRL) pada fase awal sangat mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman selanjutnya. RGRL
yang tinggi pada fase awal pertumbuhan menentukan daya kompetisi tanaman pa
di dengan gulma pada awal pertumbuhan. Pada sistem pertanaman padi secara se-
bar langsung (direct seeded) menghendaki RGRL yang dimiliki oleh tanaman padi tinggi. RGRL pada fase penyembuhan akibat transplanting shock (RGRL pada waktu berumur 14-28 hari) yang tinggi, yaitu pada varietas Ciliwung, Walanai, galur B9775 dan B7830 serta B9701, sedangkan setelah masa penyembuhan (recovery) RGRL yang tinggi dimiliki oleh varietas Cisadane, Cili wung, B8974 dan B8045. Varietas Cili wung, Walanai dan galur B9775 memiliki rata-rata RGRL yang tinggi (Tabel V1.3). Pola Pertumbuhan Bagian Tanaman Pertumbuhan bagian tanaman (daun,
batang, dan malai) mempunyai pola yang
Koefisien regresi berganda antara hasil gabah dengan peubah bentuk tanaman padi.
B
SsE (B)
T
P-Value
Indeks pencar batang Skewness
6,01 18,23
3332 1,728
7423 0986
Kurtosis Titik berat
-7,081 -09786
19,51 10,55 10,74 3717
5167 7949
Umur masak Bobot 10CX) butir
9873 8307
2212 2197
-.6596 -.2633 4,463
Tinggi tanaman Rasio anakan produktif
-1735 -21,03
1397 14.09
Peubah morfologi
3,780 -1,242 -1,493
0000
001 2280 1504
Intercep = - 49.0, R-Squared = .6877
49-
LAPORANTAHUNANBALlTfflO 1995/96
Tabel VI.3.
Laju pertumbuhan daun relatif RGRL1 (umur 14-26 hari) dan RGRL2 (28-42 hari) lima rumpun tanaman padi di Inltbio Muara, MT1905/96.
Varietas
IR26 IR42 IR64 Cisadane Muncul Ciliwung Walanai B9775
RGRL1
RGRL2
Rata-rata
Rasto malai/tajuk
0,015
0,107 0,032 0,059
0,061 0,037
0,51
0,063 0,064 0,066 0,092 0,075 0,070
0,048 0,067
0,47 0,43 0,48 0,46 0,44 0,46 0,49 0,50 0,43 0,48
0,042 0,067 0,028 0,069 0,073
B89746-MR-7 B8585-f-MR-18-1 B7974-MR-2-2-2
0,084 0,090 0,077 0,019 0,057 0,037
0,091 0,039 0,097
B9701 B9154f-MR-1-1-4
0,105 0,050
0,043 0,063
0,074 0,057
0,00 0,49
B8045e-KN12
0,027
0,094
0,060
0,48
B7830
serupa, yaitu lambat pada umur sebelum 42 hari lalu meningkat dengan cepat se-
telah tanaman berumur 42 hari. Sebagian besar malai terbentuk setelah tanaman
berumur 70 hari. Berat batang meningkat hingga fase tertentu lalu turun hingga fase panen. Penurunan berat batang diakibat-
kan terjadinya translokasi karbohidrat dari bagian batang ke bagian malai. Besamya karbohidrat yang masih disimpan dalam batang antara varietas satu dengan lainnya
berbeda-beda. Bila bagian yang disimpan dalam batang (Fraction stem reserve) rela tif kecil maka batang cenderung lemah dan akibatnya mudah rebah. Varietas/ga-
lur yang memberikan indikasi lebih mu dah rebah dibandingkan dengan yang lain di antaranya Muncul, Ciliwung, B7830, B7974, dan B8045. Laju Asimilasi Bersih Laju asimilasi bersih (NAR) dan laju pertumbuhan relatif (RGR) galur B8974 pa
50
0,101 0,062 0,111 0,067 0,051 0,064
0,44
0,066 0,055
ling tinggi dibanding dengan varietas/galur yang lain. Galur ini menunjukkan bahwa efisiensi fotosintesis daunnya cukup tinggi. Namun besamya NAR dan RGR yang tinggi belum menjamin akan memberikan hasil yang tinggi, karena hasil fotosintesis belum tentu semuanya ditranslokasikan ke bagi an biji. Luas daun tanaman padi pada umur
96 hari hampir sama di antara 15 varietas/ galur. Luas daun maksimum dicapai pada saat pembungaan. Dengan demikian, luas daun pada fase ini yang sangat menen-
tukan hasil gabah. Varietas IR42, Cisadane, Ciliwung, dan galur 7974 memiliki luas daun yang lebih tinggi daripada yang lain. Konsentrasi N dalam daun menentukan laju fotosintesis. Konsentrasi N pada fase
pembungaan dan pengisian biji dari 15 varietas/galur tidak terdapat banyak perbedaan antara 1,4-1,8% N.
SUMBER DAYA GENETKA
Karakterisasi Sifat Fisiko Kimia Beras dan Hubungannya dengan Mutu Beras Sebagai Bahan Baku Industri Varietas yang diteliti adalah: PB36, PB42, IR64, IR65, IR66, IR68, IR74, Cibodas, Citanduy, Cisanggarung, Ciliwung, Cisadane, Cipunagara, Cisokan, Way Seputih, Way Rarem, Barito, Kapuas, Mahakam, Memberamo, Dodokan, Walanai, Lematang, Jatiluhur, Sentani, Progo, Pelita 1-1, Lusi, Atomita, dan Jangkok.
Contoh beras dari 30 varietas padi tersebut dianalisis sifat kimia, mutu tanak nasi, dan mutu rasa nasi secara obyektif.
Analisis sifat fisiko kimia meliputi kandungan air beras dengan menggunakan metode pemanasan langsung, protein de
ngan Kjeltec Autoanalizer dan kadar lemak dengan Soxlet, serat kasar dengan
metode AOAC, kadar amilosa dengan me tode lodin Colorimetry, sedangkan pengamatan terhadap mutu tanak nasi dipengaruhi oieh pengembangan volume nasi dan penyerapan air, waktu tanak dan
analisis amilografi yang terdiri dari waktu dan suhu awal gelafinasi serta viskositas maksimum. Analisis mutu rasa nasi dila-
kukan secara obyekfif dengan mengukur kekerasan dan kelengketan nasi menggu nakan alat Instron Food Tester Type 1410,
nyata kadar air beras tersebut tergolong normal antara 11,35-13,03%. Dalam kondi-
si normal penyimpanan biji-bijian dengan kadar air
7,42% dan kadar lemak 0,72-0,86%. Baik kadar protein maupun kadar lemak berbeda nyata antarvarietas. Dari 30 varietas
yang dianalisis temyata kadar protein <8% dan kadar lemaknya < 1%.
Kadar abu beras berkisar antara 0,76% (Jangkok) dengan 2,12% (IR64), kadar se rat kasar antara 0,35% (Jangkok) dengan 4,57% (IR68), dan kadar amilosa antara 2,84% (Lusi) dengan 26,87% (Progo). Va rietas IR36, IR66, IR68, Cisokan, Mahakam, Walanai, Lematang, Jatiluhur, Progo, dan
Jangkok mempunyai kadar amilosa 24%. Kadar amilosa beras dari setiap varietas
dipengaruhi oleh sifat genetik. Kadar ami losa dan amilopektin merupakan dua fraksi pati yang menyusun karbohidrat beras. Rasionya menentukan. tekstur dan rasa na si. Volume nasi atau pengembangan beras menjadi nasi bervariasi 2,5-4 kali masing-
masing pada IR65 (ketan) dan Cisokan. Penyerapan air berkisar 245,75% (Cibo das) dan 385,35% (Cisokan).
sedangkan tingkat kesukaan konsumen
Nilai kekerasan nasi bervariasi dari 0,305 kg (Ciliwung) sampai 0,615 kg (Jati Luhur). Nilai menunjukkan tingkat keke
terhadap rasa nasi dilakukan uji organo-
rasan nasi, semakin tinggi berarti nasi ter
lepfik dengan metode Redorik Tes yang
sebut semakin keras. Nilai fingkat keleng
dikatagorikan dalam lima kelas: 1 = sa-
ketan nasi mencerminkan kelengketan na
ngat disukai dan 5 = tidak disukai.
si, semakin tinggi nilainya semakin lengket. Nilai tingkat kelengketan dari 30 varie tas bervariasi dari 15,12 (Cipunegara) sampai 30,92 (IR65). Beras ketan IR65 dan Lusi mempunyai nilai kelengketan tinggi,
Komposisi Kimia Beras Telah diukur kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, dan kadar serat
kasar dari 30 varietas padi unggul. Hasil panen padi di Pusakanagara, Subang ter-
sedangkan beras dengan tekstur nasi pera
nilai kelengketan adalah rendah seperti Cisokan (19,40).
51
Laporan Tahunan Balitbio 1995/96
Suhu dan waktu yang diperlukan saat mulai terjadi peningkatan viskositas 20% pasta tepung beras disebut suhu dan wak tu awal gelatinasi. Kedua hasil pengamat-
Rasa nasi, tekstur kepulenan, dan pe-
nerimaan umum terjadi perbedaan yang nyata antarvarietas terutama antarvarietas
an tersebut berbeda nyata antarvarietas.
ketan dan nasi pera, seperti IR65 dengan 1R36.
Waktu awal gelatinasi yang rendah menunjukkan komposisi pati yang lebih homogen. Suhu awal gelatinasi dapat digunakan sebagai indikator reaktifitas butir
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Tanak
beras untuk dimasak. Waktu dan suhu ter-
capainya puncak pasta disebut waktu dan suhu puncak gelatinasi. Saat ini 90-98% granula pati kehilangan sifat gelatinasi berarti sudah mencapai tahap maksimum ge
latinasi. Temyata variasi waktu puncak ge latinasi dari 30 varietas 77,65 (Way Seputih)-104,63 (Cisokan) namun tidak berbe da nyata. Perbedaan viskositas maksimum
dari 30 varietas adalah nyata dan bervariasi dari 54,5 BU (Brabender Unit) pada Lematang 560,00 BU (Pelita). Nilai ini menunjukkan tingkat kemudahan pengembangan granula pati mulai pada awal pengembangan sampai berhenti di bawah putaran mekanik Brabender secara kontinu. Hal ini mempunyai arti bahwa sema-
Kadar amilosa dari suhu awal gelati nasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap waktu tanak dengan persamaan
regresi linier O = 25,3 - 0.353G - 0,288L; O = waktu tanak, G = kadar amilosa, dan L = waktu awal gelatinasi. Berarti bahwa
semakin tinggi kadar amilosa beras maka waktu tanaknya semakin lama. Penyerap-
an air dari beras dipengaruhi oleh pengembangan nasi dan kelengketan de ngan persamaan R = 231 + 0,464Q 0,2781; R = penyerapan, Q = pengembangan volume, dan I = kelengketan.
Pengembangan volume berkolerasi nyata dengan penyerapan air (r = 0,507*) Kadar lemak, kadar amilosa, dan wak
kin tinggi nilai viskositas maksimum, se-
tu puncak gelatinasi dengan persamaan J = 26,6 + 27,0B + 0,25G + 0,759L; J =
makin mudah granula pati dalam tepung
waktu awal gelatinasi, B = kadar lemak, G
beras mengembang.
= kadar amilosa, dan L = waktu puncak gelatinasi. Temyata waktu awal dengan
Karakteristik Mutu Indrawi (Organoleptik) Wama, rasa, tekstur, aroma, dan pene-
rimaan umum nasi dari 23 varietas padi
kadar amilosa berkolerasi positif dan sangat nyata dengan r = 0,654**. Waktu
puncak gelatinasi dipengaruhi oleh waktu awal gelatinasi dan kadar lemak dengan
berbeda antarvarietas. Wama nasi menun-
persamaan L = 41,2 + 0.589J - 22,3B; L =
jukkan nilai 1,1 (Cisanggarung dan IR42)2,7 (1R65). Warna lebih bening dan mengkilap lebih disukai konsumen daripada wama kusam seperti j^ada ketan IR65. Berdasarkan uji Kmskall-Wallis temyata
waktu puncak gelatinasi, J = waktu awal
wama nasi berbeda nyata antarvarietas.
52
gelati-nasi, dan B = kadar lemak. Waktu
awal dan puncak gelatinasi berkorelasi positif dan sangat nyata (r = 0,654**).
SUMBER DAYA GENETIKA
Kualifikasi dan Pemanfaatan Varietas Beras
Berdasarkan hasil analisis fisiko kimia varietas beras ternyata ada beberapa va
rietas sangat cocok untuk bahan industri pangan. Beras merupakan bahan utama untuk makanan bayi karena kandungan karbohidrat, protein, dan vitamin B terse-
dia cukup dan tepungnya baik. Diperiukan juga beras dengan kadar amilosa sedang (20-24%) dan suhu awal gelatinasi <70C. Temyata varietas Atomita adalah sangat cocok sebagai bahan makanan bayi (baby food). Beras varietas Cisokan disarankan se
bagai bahan baku industri bihun, karena Cisokan mempunyai kadar amilosa tinggi (25,7%) dan daya pengembangan volume paling tinggi (389,75%). Kadar amilosa tinggi dipilih sebagai bahan baku bihun ka rena akan memberikan hasil bihun de ngan sifat stabil, kuat, dan tidak mudah hancur.
Perbaikan Kultivar Padi Sawah Tahan Wereng Coklat Biotipe3 dan Hawar Daun Bakteri Strain IV Observasi terhadap 1.290 galur padi yang meliputi 17 persilangan, menunjukkan bahwa galur asal pedigree yang ditanam di Muara pada MK 1995 bereaksi ta han terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV dan telah ditanam di Pusakanagara pada MH 1995/96 dengan metode Aug mented Design, dan uji ketahanan terha dap wereng coklat biotipe 2 dan 3 dengan metode uji massal. Berdasarkan peng-
amatan di lapang pada MK 1995 di Muara, galur-galur terpilih ini pada umumnya ber-
umur genjah 115 hari dan tinggi tanaman 105 cm seperti kultivar IR64. Pada MK 1995 telah ditanam dan diuji terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III dan IV sebanyak 539 galur di Pu sakanagara dan Muara. Metode uji keta hanan ini dilakukan dengan inokulasi bu-
atan dan melalui pengguntingan (clipping method) pada daun saat stadia anakan
Faktor-faktor yang dominan dari nasi
kaleng (Canned rice food), yaitu kadar amilosa tinggi, tekstur lebih lunak, penyerapan air rendah, suhu awal gelatinasi sedang-tinggi, dan warna yang terang (bening). Varietas Cisokan, Mahakam, Kapuas, Walanai, Jatiluhur, Sentani, dan
Jangkok adalah cocok untuk bahan baku nasi kaleng.
maksimum. Penilaian ketahanan menggu-
nakan metode baku dari IRRI. Dari sejumlah 539 galur telah terpilih 366 galur tahan dan bentuk tanaman baik, di antaranya
ada 13 galur padi sawah bereaksi cukup tahan baik di lapang maupun di rumah kaca. Ketahanan galur-galur padi ini ter
hadap penyakit hawar daun bakteri strain III dan IV diperoleh dari kultivar RP1837-
Beras yang cocok untuk tepung roti
175, Sipulut, Baso, dan Aceh-Aceh. Keem-
adalah memiliki kadar amilosa rendah <20% dan suhu gelatinasi yang rendah < 70 C. Varietas Lusi dan IR65 disarankan cocok sebagai bahan baku tepung beras
pat kultivar ini digunakan sebagai donor, karena keempat kultivar dilaporkan tahan terhadap kedua strain bakteri tersebut,
untuk roti.
Pada MK 1995 telah dilakukan uji mutu beras dan mutu tanak nasi dari 28 galur padi sawah termasuk 16 galur/kultivar un tuk uji multilokasi. Mutu beras yang di-
53
LaporanTahunanBautbio 1995/96
amati secara visual, yaitu panjang, bentuk, dan kebeningan beras. Mutu tanak nasi
atau tekstur nasi diuji secara panelis oleh 20 orang panelis. Temyata dari 16 galur/ kultivar yang diuji ada enam galur yang bermutu baik, di antaranya B8585F-MR-203, B8180E-MR-1-3, B9307E-MR-17, B9134E-
utama adaiah kondisi lahan (A) Lahan ke ring masam, (B) Lahan relatif netral, de ngan pemberian kapur 1,0 ton/ha dan pupuk kandang 10 ton/ha dan anak petak adaiah 30 genotipe pilihan dan varietas pembanding Wilis dan Kerinci. Ukuran pe tak 2 m x 5 m, jarak tanam 40 cm x 20 cm,
MR-2, dan IR44962-161-2-4-4-2-MR-3.
dua tanaman per rumpun. Pemupukan da-
Pada MK 1995 telah dilakukan uji multilokasi di enam lokasi: Pusakanagara (Subang), Sukabumi, Cianjur, Batang, Pla-
sar adaiah 50 kg urea, 75 kg TSP, dan 60 kg KC1 per ha. Pengendalian gulma dan hama dilakukan sesuai dengan kebutuh-
ngitan (Pati), dan D.I. Yogyakarta. Bebera-
pa galur menunjukkan hasil yang relatif sama dengan IR64 yaitu: B7973f-Mr-12-1, B8585f-Mr-20-3, B6975f-Mr-5-l-2, B7921GMr-66-2-2, IR44962-161-2-4-4-2-Mr-3, dan IR44962-161-2-4-4-2-Mr-6.
an/keperluan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik di Lampung Utara maupun Sitiung terdapat keragaman atau variabilitas genetik yang besar, terutama untuk sifat daya hasil, tinggi tanaman, dan jumlah polong per tanaman (Tabel V1.4). Hasil penelitian
Pembentukan Varietas Unggul Kedelai
antariokasi menunjukkan bahwa di antara
Toleran Lahan Kering Masam
genotipe pilihan tersebut terdapat tujuh ge notipe yang tergolong baik di kedua lokasi, yaitu nomor-nomor 3578, 3597, 3658, 3688, 3847, 3898, dan 4117. Ketujuh genotipe ter sebut berasal dari dalam negeri, terutama dari Jawa Timur dan Bali. Satu genotipe (No. 4118) dari Thailand dan satu genotipe (No. 3618) dari Taiwan tergolong beradaptasi cukup baik di Sitiung. Varietas Kerinci juga menunjukkan keragaan dan daya ha sil yang lebih baik dibandingkan dengan varietas Wilis di lahan kering masam. Genotipe No. 1312, LB-80 (No. 3898) dan LB-87 (No. 4117) beradaptasi baik di lahan
Pada musim I dilakukan evaluasi lapang di lahan kering masam Lampung Utara dan Sitiung. Bahan yang dievaluasi adaiah sebanyak 350 genotipe (plasma nutfah), kedelai yang berasal dari dalam negeri (298 nomor), dan introduksi luar negeri (52 nomor). Setiap nomor/genotipe ditanam sebanyak dua bans, panjang baris tiga meter dengan dua ulangan. Jarak ta-
nam adaiah 50 cm x 20 cm (di Lampung Utara) dan 40 cm x 20 cm (di Sitiung), masing-masing dua tanaman per rumpun.
Pemupukan diberikan bersamaan dengan waktu tanam di samping barisan tanaman
sebanyak 50 kg urea, 75 kg TSP dan 60 kg KC1 per ha. Pada musim II dilakukan evaluasi lan-
jutan 30 genotipe pilihan_ dari penelitian musim I di lokasi yang sama dengan pe nelitian musim I. Metode penelitian adaiah petak terpisah dengan tiga ulangan. Petak
54
kering masam Lampung Utara.
SUMBER DAYA GENETKA.
Tabel VI.4.
Genotipe-genotipe kedelai pilihan yang beradaptasi baik di lahan masam, Lafripung Utara dan Sitiung. MK1995.
Genotipe
Asal
HSL
TSB
TSM
CBG
-PLG
UB
UM
Bogor Madiun Jember Pasuruan Tabanan
270
21 16
206 203 217 216
50
3,6 2,9 3,3 2,8 3,2 4,0 3,7
51 35 54 52
32 25 35
36
38 35 40
84 84 91 93 91
220 233 126
37 33 31
57 34 58 69 58 55 66 72
39
446 191
Lampung Utara 3578 3597 3658 3665
3688 3847
3898 4117 Kerinci Wilis
Aceh Bali Bali Bogor Bogor
29
37
4,1 2,9 2,1
39 43 50 37 25
15 17 18
28
1,7
27
1,4 0,9
15 17
20
14 13
18 13
23
13 17
22 20 21
1,0 1,6 1,2 1,1 1,1 1,2 0,5
60
37
40 42
90
90
44 37 34
91
14
43
97
73 8
43 49 38
96 98
90 84
Sitiung 3688 3847
3896 3658 3665 4117 3597 3578 Kerinci Wilis Keterangan:
Tabanan Aceh Bali Jember Pasuruan Bali Madiun Bogor Bogor Bogor
57,3 46,0 43,3 38,0 40,9 38,8 44,1 40,8 33,7 30,7
18
30 29 16
13 10 10 8""
6
46 47 40
39 40 34
86 98 101 95 86 91 87
HSL = hasil biji (g/3 m2 untuk Lampung Utara dan g/2,4 m2 untuk Sitiung), TSB = tinggi saat berbunga (cm) , TSM = tinggi saat masak (cm), CBG = jumlah cabangAanaman, PLG = jumlah polong/tanaman, UB = umur berbunga (hari), UM = umur masak (hari).
55
Laporan Tahunan Balitbio 1995/96 © Copyright 1996, Balitbio
VII. Subbagian Tata Usaha ORGANISASl Berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 796/Kpts/OT.210/12/1994 tanggal 13 Desember 1994, tentang Organisasi Balai Penelitian di Lingkup Badan Litbang Pertanian, yang secara efektif diberlakukan sejak 1 April 1995, maka Balai Peneli tian Tanaman Pangan (Balittan) Bogor juga mengalami perubahan menjadi Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan (Balitbio). Berdasarkan SK tersebut, Balit bio mempunyai tugas pokok melaksana-
kan kegiatan penelitian bioteknologi dan penelitian rintisan tanaman pangan.
Selanjutnya, untuk melaksanakan tu gas pokok tersebut, Balitbio secara struktural menyelenggarakan lima fungsi po kok, yaitu: (1) Menyelenggarakan peneliti an bioteknologi dengan pemanfaatan sistem biologi tanaman, mikroorganisme,
b.Seksi Rencana Kerja
c.Seksi Pelayanan Teknik d.Kelompok Peneliti dan Jabatan Fungsi-
onal lainnya Dalam pelaksanaan fungsi dan tugas pokok Balitbio, Subbagian Tata Usaha merupakan staf atau unsur pembantu pimpinan dalam bidang ketatausahaan dan seka-
ligus juga sebagai unsur penunjang pelak sanaan penelitian.
Berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 796/Kpts/OT.210/2/1994, Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksana kan urusan kepegawaian, keuangan, dan
rumah tangga Balai. Dalam pelaksanaan tugasnya, Sub bagian Tata Usaha meliputi dua urusan,
yaitu: a.Urusan Kepegawaian dan Rumah Tang
dan sumber daya lingkungan melalui tek-
ga yang mempunyai tugas melakukan
nik mikrobiologi, fisiologi, entomologi, fitopatologi, biokimia, ekologi, kultur jaringan dan sel serta biologi molekuler. (2) Menye lenggarakan penelitian rintisan tanaman
urusan kepegawaian, surat menyurat
pangan untuk bahan dasar teknologi pro-
duksi, sumber daya lingkungan biofisik dan biotik serta teknologi proses. (3) Me nyelenggarakan eksplorasi, evaluasi, pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah
tanaman pangan. (4) Menyelenggarakan pelayanan teknik, kerja sama, dan penye-
barluasan hasil penelitian. (5) Menyeleng garakan urusan tata usaha balai.
Susunan organisasi Balitbio (Gambar VIl.l)terdiridari: a. Subbagian Tata Usaha
kearsipan, rumah tangga, dan perlengkapan. b.Urusan Keuangan yang mempunyai tu gas melakukan urusan keuangan.
URUSAN KEPEGAWAIAN Pada tahun 1995/96 ciri yang menonjol dalam urusan Kepegawaian di Balitbio adalah adanya mutasi pegawai sebagai akibat dikeluarkannya SK Menteri Pertani an Nomor 469/Kpts/KP.430/6/1995 tanggal 28 Juni 1995 tentang Penataan kembali administrasi pegawai dan pembebanan
gajinya atau lebih dikenal dengan nama Regruping I Badan Litbang Pertanian.
57
•ue6ued ubujbuei ;6o|ou>|9^O!g
;e|eg jsesjubBjo
|euo;s6und ue^eqe^ uep
-de~| isi|3sqns
jseuuoiui is^^sqns
eujes efj3 is)|3sqns
eue^uag
ue6uena uesmn
e6Buei*g uep -B^clax uesmn
eqesn eei Beqqns
uei)i|3U3d joieuipjoox
ue6ued ueuieuex Bueq^^nd
ueiue^jad Bueqjn uepea
96/^661
6
9Z
9
Z
61
9
9Z
91
i
qB|Uinp
01 i
P
0 9
0 i i
z 0 01
0 0 P
0
0 0 0
0 i i 0 0 0
0 0 i 0 0 0 0
P
0 0 0
Z 0 0 0
8 0 0 0
Li
0
i
E
i
p
0 L
9
0
0
0
Z
0
0
b^9lub6u;s otq^i|U| jeoed oiqmui oas wax 9da Wax dia !ex dN8 !^|9X dl/\l8 HISX xsv max 1BUB19J>)9S
|BJ01
as
dns
ZS
ES
Bfj9^ )IUn
EZ 61 •
\ns UB>|!
VMS
0 0 0 0 0 0
9 0 0
IS 6UBfU9p
i
Z 9 9 > 9 •p
e z i on
96/9661 jo6og 'ok^ieg !P 1 6u|dnLl69d IK |JBSBP.joq qBdLu;|9LU 6ueA B/uuB^ipipued 6ubIu9( epes SNd Je^eQ '^'||/\ laqax
-SuopS ^11 'AI usSuopS qBppB bAubjb^ub ip Subjo 8 'pqasjai SNd Subjo [g^ ubq Subjo \q^ qBiuinLraq op^pg (SNd) I'dis UBp 'SUBiO \ J3]ndlJUO5f
uaSau iBMBSad '1 SuidruSay
'SUBJO \l ^fBAUBqaS BSBAb^^I] JBU
B^BqB( qajo Sun^npip B8nf oiqiijBg jBuoisgunj-UBiBqBf urejag (SIIA Bpn|^| nHauad uaisis^ 8ubjo oi usp BApBi/\| pijaua^ ua^sisy Subjo i 'Bpn|/\| pijaua^ unfy Subjo gi 'BApBi/\| pijauad un[y Subjo 91 'Bpn|/\| ^!Pusd Subjo ZZ '^Aps^ piiaua^ Subjo 6 'Bpn[/\| nipuad !IMV Subjo II 'BApBj^i nn^ua^ ijW Subjo g ' nijaua^ ijqy Subjo 8 UBp uipja} SubA pi
-isSunj
9Z
qB|Lunp UB
I
Zl i
>(BUB^!|snd 3Sd oJfllieg BdniBg UBJBi6un dxda 6ueq wai dXd8 osoid 6uieje>^ dXd8
Zl
9 VZ 9 6ubjo qB|iunp
|SUB}SU|
8 L
9 9 >
E Z I on
-ad [BuoisSunj UB}BqBf i^^npnpuauj Subjo
101 lBdBpjaj oiq^pBg ip S661 unMei ^^d -UJBS JBUOIsSunj UBIBqBf UB5^JBSBpjag
•OS Subjo l\ ucp 'dl^S Subjo ^1 VnS Subjo ^S 'BUBf -jBg Subjo g trep uipja) SubA }|aAojd jajou
-oq Subjo zz\ M31 Surufnpip BSnf oiq^ijBg 'SNd Subjo igj^ qajo Sun>(npip (t^IIA Pql) MBpuaj qiqa^ Subjo 801 UBp VX^S Subjo ^61
96/9661 •jo6og o|q}t|eg UBp SNd se6nj )Bdut9) ub -quid !pB[u9tu 6ue^ meg jsub^su|-jsub^u| •areq SubA uBpipua^ isubjsui
-isubjsui a>| oiq^pBg irep (qBduiipuj) JBnp5( SubA oiqiipg reMBSad uBJjipip -uad SuBtuaf UBp isubisui-isubisuj ub5ji[bs
-IP ^IIA PqL UBp 1 ha pqBi BpB^ JoSog ubSub^ ubujbubi SuBqjiisnd iSopu^apig pipuad >^odujoia>| s>ja UBp psBJaq bAu
'Bpn^\ bubQbs 61 'bubLtbs -gg 'J31sbj/\| lz
-Bnuias oiqiipg a^( 5psBiu SubA
'joi^|oa JBpSjaq Subjo <^g 'BAuuB>{ipipuad }B^|Sup }njnua^\j (^ILA. P^^l) I UBSuopS Subjo [ UBp 'n ubSuojoS QZ2 'III UB
•Subjo gg ^pAuBqas oiqiipg a>( SubA uB>|SuBpas 'Subjo g^, >|BAuBqas oiq
qipg UBp JBnp>i SubA reMBSad
VHVSflVlVX
LaporanTahunanBalitbio 1995/96
Tabel VII.3.
Rekapitulasi Pegawai Negeri Sipil Balittbio menurut tingkat golongan. Bogor, 1995/96. IVIIIII
40. UnitKerja 1. 2. 3. 4. S. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14.
Jlh Jlh
e
d
c
b
a
Jlh
d
c
b
a
Jlh
d
c
b
a
Jlh
d
c
b
a
0 0 0 0 0 1 2 0
1 1 0 0 0 0 0 0
0 2 0 0 0 2 0 0
0 5 0 1 0 3 2 0
1 4 S 2 0 2 3 0
2 12 5 3 0 8 7 0
2 3 2 4 1 4 7 0
2 0 1 2 1 2 5 0
6 2 4 1 2 4 1 0
14 4 9 7 2 7 3 0
24 9 16 14 6 17 16 0
10 8 3 4 3 9 6 5
10 4 1 1 1 5 4 1
19 2 1 3 4 3 5 2
10 5 12 6 0 7 8 3
49 19 17 14 8 24 23 11
0 0 0 0 1 0 0 0
6 1 1 0 0 2 0 2
1 3 0 0 0 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0
7 4 1 0 1 3 1 2
82 44 39 31 15 52 47 13
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
2
0
1
0
3
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
4
1
3
26
34
0
2
1
0
3
40
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
3
8
1
26
38
1
1
4
0
6
45
Sekretariat KeltiAST KeltiBMR KsltiBNP KettiBTP KeKIDPB KeltiSDG Rumah Kaca Cimanggu Rumah Kaca Cikeumeuh Inlitbio Cikeumeuh Inlitbio Muara Inlitbio Cttayam Inlitbio Pacet Lab.Umum
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
2
10
13
0
0
0
0
0
14
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
1 0
2 0
3 0
4 4
0 3
0 1
5 0
9 8
0 1
0 1
1 0
0 0
1 0
13 10
Jumlah
3-"2
Tabel VII.4.
4 11 18 38 23 13 22 54 112 65 40 37 118 270 3 16 12 0 31 451
Rekapitulasi Pegawai Negeri Sipil Balitbio berdasarkan tingkat pendidikan. Bogor, 1995/96. Pendidikan
No.
Unit Kerja
PhD/Dr
MS/MSc
Sarjana
Sarjana Muda
SLTA
SLTP
SD
NonSD
Jumlah
3 0 0 0 2
6
1
82
1
0 0 1
44
1.
Sekretariat Balitbio
1
3
48
Kelti AST
6
Kelt! BMR
16
4.
Kelti BNP
2 2 2
1
3. 5.
Kelti BTP
6.
Kelti DPB
7.
Kelti SDG
8.
Rumah Kaca Cimanggu
9.
Rumah Kaca Cikeumeuh
10.
Inlitbio Cikeumeuh
11.
Inlitbio Muara
12.
Inlitbio Citayam
13.
Inlitbio Pacet
14.
Lab. Umum
8 7 5 0 9 5 0 0 0 0 0 0 0
2 5 2 5 2 3 8 0 0 0 0 0 0 0
18
2.
35
27
Jumlah
60
11
1
7 3 9 8 0 0 0
4
4
2 2 0 0 0
25 23 7 6 10
1
1
15
0 1 0 2 3
1
4
1
8
1 0
0 0 1
6 6
2 2
3 1
65
19
197
17
80
10
1
1
0 3
39
31
0
15
0
52
1
0
47
5 0
0 0 4 2 0
13 40
1
13
0
10
11
451
24 23
6 45 14
TataUsaha
Dalam upaya meningkatkan pengeta-
huan dan keterampilan pada bidang tugasnya masing-masing telah dikirim untuk tugas belajar yang meliputi tiga orang pro gram S3, satu orang program S2 (Tabel VII.6), sedangkan dua orang petugas bela jar program S3 dan S2 (masing-masing Dr. Achmad Hidayat dan Ir. Widiati HA, MSc. telah menyelesaikan pendidikannya. Selain itu, telah ditugaskan pula PNS untuk mengikuti beberapa pelatihan yang berhubungan dengan bidang teknis, baik di da
orang pensiun yang disebabkan oleh batas usia (Tabel VII.8).:
URUSAN RUMAH TANGGA Laporan Urusan Rumah Tangga Balitbio mencakup realisasi kegiatan pengadaan barang, pemeliharaan gedung kantor
serta fasilitas penelitian, surat menyurat dan penggajian selama tahun anggaran 1995/96. Pengadaan Barang
lam maupun di luar negeri.
Selama tahun 1995/96 dapat direalisasikan kenaikan pangkat sebanyak 70 orang (Tabel VII. 7). Sedangkan pengangkatan baru tidak ada, di samping itu, 12 Tabel VII.S.
Untuk menunjang pelaksanaan kegiat an kantor dan pelaksanaan penelitian sehari-hari, diperlukan bahan dan peralatan yang memadai. Pada tahun anggaran
Rekapitulasi tenaga peneliti Balitbio dalam jenjang fungsional. Bogor, 1995/96. Jenjang fungsional Peneliti Ajun Peneliti Madya Muda Madya Muda
No.
Unit kerja
1. 2. 3 4. 5. 6. 7. 8.
Sekretariat Kelt! AST Kelti BMR Kelti BNP Kelti BTP Kelti DPB Kelti SOG Instalasi
1 3 0 1 0 1 2 0
0 2 0 0 0 1 0 0
0
0
0
4 1
1 1
5 7
4 0 2 0 0
2 0 2 3 0
3 1 2 3 1
Jumlah
8
3
11
9
22
Ahli Peneliti Utama Madya Muda
Asisten Peneliti Madya 1I^^uda Jumlah
0 5 0 3 2 0 6
0 3 0 2 0 3 6
0 1 1 1
0
1
1 2 0
16
15
7
1
0 1
1 25
4
14
3 0 1
19 4 13
1
23
0
2
10
101
Tabel VII.6. Nama-nama petugas belajar Balitbio. Bogor, 1996/96. Jangka waktu program Mulai Sampai
Nama/NIP
Unit kerja
Perguruan Tinggi
Jurusan
Program S3 I Made Samudra, Ir
Kelti RPI
The Univ Biotechnology of Tokyo The Univ Biotechnology of Tokyo Purdue University AS
Physiology
1-4-1995
1-3-1997
Soil Science
1-4-1995
1-3-1997
Interdisciplinary Plant Physiology
1-1-1995
1-1-1998
The Univ Biotechnology of Tokyo
Biotechnology
1-4-1996
1-3-1997
080096225 Mastur, Ir, MSi
Kelti AST
060065264 Bahagiawatl, AH., MSc
Kelti DPB
060063225 Program S2 Alberta Dinar A, Dra
080103015
Kelti BMR
61
LaporanTahunanBalitbio 1995/96
Tabel VII.7.
Rekapitulasi kenaikan pangkat periode April dan Oktober. Bogor 1995/96.
Pangkat Lama Baru
Jumlah
Periode April 1995 IV/d IV/c
IV/e
1
IV/d
0
IV/b
IV/c
1
IV/a Ill/d Ill/c Ill/b Ill/a
IV/b
0 3
ll/d ll/c ll/b ll/a l/d l/c l/b I/a
Tabel VII.8. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
IV/a Ill/d Ill/c Ill/b Ill/a ll/d li/c
14 4
ll/b
16
ll/a
1
l/d
0
l/c l/b
3 2
3
0 0
1
Pangkat Lama Baru
Jumlah
Periode Oktober 1995 IV/d IV/e IV/c IV/d IV/b IV/c IV/a IV/b Ill/d IV/a Ill/c Ill/d Ill/c Ill/b Ill/a Ill/b Ill/a ll/d ll/c ll/d ll/b ll/c ll/a ll/b l/d ll/a l/c l/d l/b l/c I/a l/b
0 1
2 3 0 '
2 0 0 2 7 1
1 1 1 0
0
Nama-nama Pegawai Negeri Sipll Balitbio yang pensiun/berhenti. Bogor, 1995/96.
Nama/NIP Suratno 060012069 Nurdin bin Amat 080012065 R. Abdul Kodir 080016990 Kusno Andojo, BcEk 080011511 Burhanudin 060014268 Usman
Golongan
Pensiun/berhenti terhitung mulai tanggal
ll/d
01-03-1995
Kelti DPB
Batas usia
ll/a
01-05-1995
Kelti AST
sda
Ill/a
01-05-1995
Kelti AST
sda
Ill/a
01-08-1995
Sekretariat
sda
ll/c
01-09-1995
Kelti AST
sda
ll/a
01-10-1995
Inlitbio Singamerta
Ill/a
01-11-1995
Kelti AST
sda (pindah kerja Regruping I) sda
ll/a
01-12-1995
Inlitbio Cikeumeuh
sda
ll/a
01-12-1995
Inlitbio Cikeumeuh
sda
ll/a
01-01-1996
Kelti RPI
sda
ll/a
01-01-1996
Kelti AST
sda
ll/a
01-01-1996
Inlitbio Cikeumeuh
sda
Unit kerja
080032057 7.
Effendi Partasasmita
Keterangan
080026882 8. 9. 10. 11. 12.
62
Piah 080031447 Ara 080031677 Mansyur bin Mail 080015068 Emi •••--• 080015086 Emi bin Djemong 080018290
TataUsaha
1995/96 pengadaan barang inventaris
Tata cara pengadaan barang baik pada
mencapai Rp 87.773.600. Dari pengadaan
anggaran rutin maupun proyek berpedo-
tersebut sebesar Rp 35.681.800 dibiayai anggaran rutin dan Rp 52.091.800 dibiayai anggaran proyek (Tabel VII.9). Selain itu juga dibeli beberapa barang melalui ang garan rutin sebesar Rp 12.167.475 dan ang garan proyek Rp 4.430.750.
man pada KEPPRES No. 29 Tahun 1984 dan KEPPRES No. 16 Tahun 1994. Pada umumnya pengadaan barang di Balitbio tahun anggaran 1995/96 dan tahun-tahun
Untuk membantu kelancaran pelaksanaan administrasi kantor diperlukan alat-
alat tulis. Realisasi pembelian alat tulis kantor dari anggaran rutin mencapai Rp
9.007.950 dan dari anggaran proyek men capai Rp 48.407.980.
Tabel VII.9.
sebelumnya, untuk pengadaan barang
sampai dengan atau di bawah Rp 5.000.000 dilaksanakan melalui penunjukkan langsung oleh Pemimpin Bagian Pro yek atau atasan langsung Bendaharawan Rutin. Sedangkan pengadaan barang
senilai Rp 5.000.000 sampai dengan Rp 20.000.000 memakai minimum dua pembanding.
Realisasi pengadaan barang inventaris Balitbio. Bogor, 1965^96. Harga (Rp)
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Jenis barang Komputer Printer Kalkulator Filling Cabinet/Cardex Leman Besi & Kayu Kas Box/Peti Uang Meja Tulis Meja Komputer Meja Rapat Kursi macam-macam Celing Fan Kompor Gas+Regulator Stabilizer Stabilizer White Board/papan tulis Rak Gerobak Sampah Teko Listrik Tabung Gas Screening House Vertex Miker Sprayer kep15L Pot Beton Tanaman Mikropipet Finnpipette Digital Vacum Viltration System Automatic pipet pumps Infared Sterillizer 240 V Ice Tube mini,12 posisi Centrifuge tube.15 ml Jumlah
Banyaknya 5 Buah 3 Buah 5 Buah 3 Buah 3 Buah 2 Buah 5 Buah 2 Buah 1 Buah 73 Buah 20 Buah 1 Buah 4 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 2 Buah 50 Buah 6 Buah 1 Buah 2 Buah 2 Buah 1 Buah 1 Buah
Rutin
Proyek 7.480, .00 2.960.000 227.500- 1.495.000 1.510.000 100.000 380.000 237.000 882.500 -
-
25.207.800 3.740.000 75.000 625.000 2.790.000 1.500.000 170.000 1.022.500 131.500 100.000 245.000 75.000
2.500.000 19.895,000 1.340.000 292.000 4.985.000 3.251.500 645.000 2.131.300 1.402.000 116.000 262.000
-
52.091.800
:35.681.800
-
•
-
63
LaporanTahunanBalitbio 1995/96
Pemeliharaan Gedung/Fasilitas Penelitian Pada tahun anggaran 1995/96 telah dilakukan pemeliharaan dan perbaikan fasiHtas penelitian di Balitbio dengan sumber dana dari anggaran rutin (Tabel VII. 10) berturut-turut adalah sebagai berikut.
Di samping Anggaran Rutin, pada ta hun 1995/96 Balitbio melalui anggaran Proyeknya juga membangun fasilitas pe nelitian di antaranya pembangunan Screen
House seluas 104 m2 dengan biaya Rp 19.895.000 dan pembuatan 50 buah pot beton untuk tanaman dengan biaya sebesar Rp 4.985.000.
Dari mata aggaran 310 telah dilakukan pemeliharaan gedung Kantor Penunjang II pembuatan toilet dan dapur Rp 14.733.000 pengecatan dan perbaikan plapon gedung Wing I dan II Rp 14.892.000 pengecatan kusen, pintu, jendela dan penggantian
kunci-kunci gedung kantor Penunjang I Rp 1.700.000 Total biaya pemeliharaan gedung dari mata anggaran 310 adalah Rp 31.325.000. Sedangkan dari mala anggaran 350 telah direhabilitasi gedung penunjang, penggan tian pintu garasi folding get dan perbaikan instalasi listrik Rp 21.414.000 perbaikan
Surat Menyurat Dalam penanganan surat menyurat,
Balitbio menganut sistem gabungan, yaitu sistem sentraliasi dan desentralisasi. Surat
masuk ke Balitbio hanya melalui satu pin tu, yaitu ke Arsip/Ekspedisi, selanjutnya diteruskan ke Kepala Subbagian Tata Usaha yang bertugas sebagai pengarah surat. Su rat keluar dari Balitbio terutama surat-su-
saluran air, gorong-gorong dan talang Inlit-
rat penting yang menyangkut kepentingan Balai hanya ditandatangani oleh Kepala Balai. Meskipun demikian, sering juga Ketua Kelompok Peneliti atau pejabat Eselon IV lingkup Balitbio yang menandatangani
bio Muara Rp 14.957.000 serta pemasang-
surat keluar, terutama yang berhubungan
an teralis besi gedung Kantor Penunjang II Rp 3.524.000. Total biaya rehabilitasi dari mata anggaran 350 adalah Rp 39.895.000.
dengan bidangnya masing-masing. Penomoran dan pencatatan surat-surat
ditandatangani oleh Arsip/Ekspedisi Balai.
Tabet VII.10. Realisasi pemeliharaan gedung kantor, gudang dan fasilitas penelitian Balitbio tahun 1995/96. Anggaran Biaya No.
2. 3. 4.
6. 7. 8.
64
Uraian Realisasi
Proyek
Proyek gedung kantor Penunjang II, pembuatan toilet dan dapur m.a. 310 Pengecetan/perbaikan plafon gedung Wing I dan II m.a. 310 Pengecatan kusen, pintu, jendela dan penggantian kuncikunci gedung Penunjang I m.a. 310 Rehabilitasi gedung penunjang, perbaikan instalasi listrik dan penggantian pintu garasi folding get m.a 350 Perbaikan saluran air, gorong-gorong dan talang instalasi Muara Bogor m.a 350 "" Pemasangan terali besi gedung Penunjang II. m.a. 350 Pembuatan Screen House (104 m2) di Balitbio Pembuatan 50 pot beton untuk tanaman di Balitbio
19.895.000 4.985.000
JUMLAH
24.880.000
Rutin 14.733.000 14.892.000 1.700.000 21.414.000 14.957.000 3.524.000
71.220.000
TataUsaha
Dalam pengarsipan terdapat sistem arsip sentral yang ditangani oleh Arsip/Ekspedisi dan sistem arsip lokal yang disimpan di
an dibiayai dari anggaran rutin. Sedangkan untuk kendaraan roda dua, seluruhnya di
biayai dari anggaran proyek.
masing-masing Kelompok Peneliti, Eselon
IV, Eselon V, dan oleh Sekretaris Kepala Balai. Hal tersebut dianut untuk memudahkan menemukan kembali arsip-arsip
surat yang diperlukan dan juga karena unit kerja Balitbio (Kelti-Kelti) berjauhan letaknya dengan Sekretariat Balitbio. Pada ta-
URUSAN KEUANGAN Laporan sumber daya keuangan Balit
bio meliputi pendapatan/penerimaan dan belanja negara, yang terdiri atas belanja rutin dan belanja pembangunan/proyek selama periode tahun anggaran 1995/96.
hun anggaran 1995/96 surat masuk ke Ba litbio tercatat 1.160 pucuk surat dan surat
Penerimaan Negara
keluar tercatat 1.441 surat, atau rata-rata surat masuk empat pucuk dan surat keluar lima pucuk setiap hari.
Terdapat dua sumber utama peneri
maan yang terdapat pada Balitbio, yaitu penerimaan dari sumber bukan pajak
Penggajian Laporan penggajian pegawai Balitbio dalam tahun 1995/96 hanya khusus untuk pegawai yang mendapat rapel dan tidak menyangkut besamya gaji yang diterima pegawai tiap bulannya. Pegawai Balitbio yang mendapat rapel pada tahun 1995/96, yaitu sebanyak 185 orang, dengan perincian kenaikan tingkat 98 orang, kenaikan
gaji berkala 61 orang, tunjangan Fungsional dan Struktural 22 orang dan lainnya karena aktif kembali, pengangkatan 100% dan calon pegawai.
(PNBP) dan pajak. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dikelola oleh Bendaharawan Pendapatan/Khusus, sedangkan
pendapatan pajak dikelola oleh Bendaharawan Rutin, Bendaharawan Gaji dan Bendaharawan Proyek. Pendapatan Negara Bukan Pajak di-
targetkan setiap tahun yang dicantumkan dalam DIK (Daftar Isian Kegiatan). Tahun anggaran 1995/96 target ditetapkan sebesar Rp 17.800.000 dengan perincian seba-
gai berikut: •Penerimaan penjualan Rp 5.450.000 •Penerimaan sewa jasa Rp 10.350.000
Kendaraan Dinas
Pada tahun anggaran 1995/96 kendara an roda empat yang dimiliki Balitbio berjumlah 27 buah dan kendaraan roda dua berjumlah 10 buah. Dari 10 buah ken daraan roda dua, 9 buah berada di Bogor
dan 1 buah di Inlitbio Pacet. Untuk biaya eksploitasi kendaraan ro da empat, 17 buah kendaraan dibiayai da ri anggaran proyek dan 10 buah kendara
•Penerimaan Iain-lain Rp 2.000.000 Target penerimaan untuk masingmasing instalasi penelitian tahun anggaran
1995/96 dapat dilihat pada Tabel Vll. 11. Dari target tersebut di atas dapat direalisasikan sebesar Rp 36.081.482 atau 49,33%. Dibandingkan dengan penerimaan tahun anggaran 1994/95 terdapat kenaikan sebesar Rp 2.242.377 atau 6,62%.
65
Laporan Tahunan Balttbio 1995/96
TabelVII.11. Target penerimaan Instalasi Penelitian Bioteknologi tahun anggaran 1995/96.
No.
Satuan Kerja
Penerimaan Penjualan sewa&jasa
Jumlah 3.075.000
1.
Inlitbio Muara
3.075.000
2.
Inlitbio Pacet
600000
3.
Inlitbio Citayam
Jumlah tersebut meliputi penerimaan fungsional dan penerimaan umum yang
perinciannya seperti pada Tabel VII. 12. Pelaksanaan kode MAP yang baru diarahkan juga untuk pembuatan daftar ren-
cana keija (DRK) dan daftar usulan rencana kerja (DURK) yang harus dikerjakan oleh satuan kerja setiap tahun anggaran.
Untuk tahiin anggaran 1995/96, peneri maan negara khususnya pajak yang dilaksanakan oleh para wajib pungut pajak (WAPU) memberikan gambaran adanya kenaikan dan peningkatan.
350.000
1.275.000
950.000 1.275.000
Seperti halnya pada tahun 1994/95, peningkatan pajak yang mencolok pada tahun 1995/96 selain yang bersumber dari pajak pribadi yang dikelola oleh Bendaharawan Gaji di mana pemotongan dan penyetoran dilaksanakan langsung oleh KPKN Bogor, juga berupa pajak penghasilan (PPh.Ps.21) yang bersumber dari TPP yang dipungut langsung oleh Bendaharawan Bagian Proyek.
Secara keseluruhan pendapatan pajak sebesar Rp 191.815.990 atau 57% dari pe nerimaan pajak teihun 1994/95 yang mencapai jumlah Rp 121.892.964.
Tabel VII.12. Realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) untuk tingkat Sekretariat dan Instalasi Penelitian lingkup Balitbio tahun anggaran 1995/96. No.
Mata Anggaran
Kegiatan
Jumlah (Rp)
1
2
3
4
1.
Sekretariat
0531 0811
2.
Instalasi Penelitian 0511
0531
. .-•
Penerimaan jasa (sewa rumah dinas/sewa guest house) Penerimaan Iain-Iain (sisa UYHD dan kerja sama dengan pihak ketiga)
908.910 31.958.372
Jumlah Sekretariat
32.867.282
Penerimaan penjualan: InlitbioMuara Inlitbo Citayam ' Inlitbio Pacet Penerimaan sewa & jasa Inlitbio Pacet Jumlah Inlitbio Jumlah seluruhnya
66
2.133.700 223.500 477.000 380.000 3.214.200 36.081.482
Tata Usaha
Realisasi pendapatan pajak selama tahun 1995/96 dapat dilihat pada Tabel VII.13.
DIK tahun angggaran 1995/96 sejumlah Rp 3.157.617.000 mengalami kenaikan dari DIK tahun anggaran 1994/95 sebesar 20,53% atau Rp 538.017.000.
Belanja Rutin
Kenaikan lebih banyak untuk mata
Keadaan anggaran belanja rutin Balit-
anggaran 230, yaitu untuk memenuhi lang-
bio pada tahun anggaran 1995/96 secara
ganan daya dan jasa yang dianggap rawan
keseluruhan menunjukkan adanya pening-
setiap tahun anggaran berjalan, sedang-
katan (Tabel VII.14).
kan untuk mata anggaran lainnya tetap
Tabel VII.13. Realisasi penerimaan pajak Balitbio tahun 1995/96. Jumlah pajak Sumber Pajak
PPN 5.989.620
PPh(22)
PPh(21)
Jumlah 6.528.230 71.320.133 46.604.259 67.363.368 191.815.990
538.610
B. Rutin B. Pegawai B. Proyek Kerja Sama Penelitian
29.064.225 44.709.045
4.525.914 6.707.223
71.320.133 13.014.120 15.947.100
Jumlah
79.762.890
11.771.747
100.281.353
1 Seluruh penerimaan pajak telah disetor ke KPKN Bogor Tabel VII.14. Realisasi Anggaran Belanja Rutin Balitbio tahun anggaran 1995/96. Kegiatan/mata anggaran I B. Pegawai MA. 110 120 150 Jumlah I. II. B. Barang MA. 210 220
230 250 Jumlah II. III. B. Pemeliharaan MA. 310
330 350 Jumlah III.
Dana daiam DIK (Rp)
Realisasi anggaran (Rp)
Sisa anggaran (Rp)
2.359.000.000 168.000.000 10.600.000
2.231.053.219 142.372.920 10.598.400
127.946.781 25.627.080 1.600
2.537 600.000
2.384.024.539
153.575.461
42.210.000 27.700.000 322.480.000 27.138.000
42.209.340 27.699.300 322.454.098 27.125.000
660 700 25.902 13.000
419.528.000
419.487.738
40.262
40.760.000 20.000.000 127.934.000
40.756.500 19.999.900 127.911.700
3.500 100 22.300
188.694.000
188.668.100
25.900
11.795.000
11.777.250
17.740
3.003.957.627
153.659.373
IV. B. Perjalanan MA. 410 Jumlah IV. Jumlah I + IV
3.157.617.000
67
LaporanTahunanBalttbio 1995/96
ada kenaikan walaupun tidak proporsional dengan persentase kenaikan tersebut di atas.
Demikian pula dengan satuan kerja lainnya (instalasi Penelitian lingkup Balitbio) secara keseluruhan ada kenaikan diban-
dingkan dengan tahun anggaran 1994/95. Dibandingkan dengan keperluan intern
atau 97,48%. Dengan demikian, sisa mati
ditambah dengan sisa UYHD yang disetor ke KPKN Bogor adalah sebesar Rp 35.599.665 atau 2,52% termasuk dana yang dibintangi/diblokir oleh Bappenas/DJA sebesar Rp 14.300.000.
masing-masing instalasi penelitian, kena
Dari dana yang dikembalikan tersebut sebagian besar dari pos Upah sebesar Rp 20.402.255 atau 1,40% hal ini terjadi
ikan tersebut belum memadai.
karena penerima TPP statusnya ada yang
Besamya kelebihan belanja pegawai (gaji pegawai dan tunjangan) disebabkan adanya perpindahan pegawai Balitbio ke instansi lain (Puslit/Balai/Loka/Instalasi) lingkup Badan Litbang Pertanian, sehubungan dengan berubahnya mandat balai.
mengalami perubahan, yaitu ada yang jenjang fungsionalnya meningkat sehingga TPP yang diterimanya berkurang atau bahkan tidak menerima sama sekali dan ada pula yang pensiun atau sebab lain. Dari dana proyek tersebut di atas yang secara
Belanja Pembangunan/Proyek
keseluruhan
berjumlah
Rp
2.527.445.650 telah digunakan untuk pe
Pada tahun anggaran 1995/96 karena berubahnya mandat balai yang semula bernama proyek Bagian Proyek Penelitian Rintisan dan Penguasaan Teknologi Tanaman Pangan, berubah menjadi Bagian
nelitian sebesar Rp 1.882.353.650 atau
74,40% dan sisanya Rp 645.092.000 atau 25,60% untuk membiayai kegiatan non penelitian.
Proyek Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan dan Indus tri Bogor. Anggaran Belanja pembangunan/proyek tahun ang garan 1995/96 mengalami kenaikan di bandingkan dengan tahun anggaran 1994/ 95 sebesar Rp 381.645.000 atau 36,97%, yaitu dan Rp 1.032.035.000 (1994/95) menja di Rp 1.413.680.000 (1995/96).
Dalam tahun anggaran 1995/96 biaya penelitian selain diperoleh dari dana APBN juga dari sumber lain, yaitu Proyek ARMP sebesar Rp 133.000.000 dan dari Puspitek Serpong melalui proyek Riset Unggulan Terpadu (RUT) sebesar Rp 324.300.650 dan Proyek Riset Unggulan Kemitraan (RUK) sebesar Rp 573.465.000. (TabelVlI.15).
Dari dana pembangunan tahun ang garan 1995/96 telah digunakan untuk kegiatan penelitian sebesar Rp 768.588.000
Dana penelitian sebesar Rp 1.882.353.650 digunakan untuk mem biayai 23 judul RPTP, 94 kegiatan. Ini
dan
Rp
berarti rata-rata biaya per kegiatan adalah
645.092.000. Dengan demikian perban-
penelitian adalah 54% berbanding 46%.
Rp 20.025.038,829. Perincian kegiatan penelitian tahun anggaran 1995/96 dapat dilihatpadaTabelVII.16.
Realisasi sampai dengan bulan Maret 1996 mencapai jumlah Rp 1.378.080.335
Biaya operasional non penelitian tahun anggaran 1995/96 mengalami kenaikan
non
penelitian
sebesar
dingan antara biaya penelitian dan non
68
Tata Usaha
bila dibandingkan dengan tahun anggaran 1994/95 sebesar Rp 131.067.000 (Rp. 645.092.000 - Rp 514.025.000) atau 25%. Biaya operasional penelitian tahun anggaran 1995/96 kenaikannya mencolok
dibandingkan dengan tahun anggaran 1994/95, yaitu dari Rp "904.686.000 ^1994/ 95) menjadi R^ X.882.353.650 (1995/96) atau 108%. '
TabelVII.15. Jumlah RPTP, kegiatan, unit dan biaya penelitian berdasarkan sumber dana tahun anggaran 1995/96. No.
Sumber dana
Jumlah RPTP
Jumlah Kegiatan
APBN ARMP
16 2
67 6
3.
RUT
4
17
133.000.000
4.
RUK
1
4
573.465.000
1. 2.
Biaya (Rp) 768.588.000 216.000.000
Tabel VII.16. Realisasi alokasi dana pembangunan/proyek Balitbio tahun anggaran 1995/96. .. _ , , ,,. Nama Tolok Ukur
Dana dalam DIP ,^ .
Realisasi s/d bulan ini
Sisa Dana
(Rp)
(Rp)
(RP)
1
2
3
4
1. ADMINISTRASI PROYEK Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain Peralatan
22.980.000 24.372.000 52.174.000 7.500.000
7.480.000
210.120 2.540 1 750 1.042.700 20.000
Konstruksi
16.600.000
16.443.500
156.500
129.506.000
128.072.390
1.433.610
Jumlah 1.
5.880.000
5.669.880 22.977.460 24.370.250 51.131.300
2. PENELITIAN BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN & INDUSTRI A. RPTP A. Gaji/upah Bahan Perjalanan
53.215.000 27.750.000
655.480 3.960
14.376.000 12.059.000
52.559.520 27.746.040 14.375.150 12.058.750
Jumlah A.
107.400.000
106.739.460
655.540
B. RPTP B. Gaji/upah
37.620.000
35.561.820 27.591.355 11.969.250 7.803.170
2.058.180 8.645
Lain-lain
27.600.000 11.970.000 7.810.000
Jumiah B.
85.000.000
82.925.595
Lain-lain
Bahan Perjalanan
850 250
750 6.830 2.074.405
69
LaporanTahunanBalitbio 1995/96
TabelVll.16. Lanjutan
•
Nama Tolok Ukur 1 C. RPTP C. Gaji/upah Bahan Perjalanan Lam-lam Jumlah C.
Dana dalam DIP
Realisasi s/d bulan ini
Sisa Dana
(RP)
(RP)
(Rp)
2
3
4
37.315.000 21.900.000
35.930.480
1.384.520
6.129.000 5.902.000
21.894.570 6.128.000 5.899.800
5.430 1.000 2.200
71.246.000
69.852.850
1.393.150
43.900.000 29.000.000
2.009.360 390 8.900 1.942.350
D RPTP D. Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain
15.684.000 11.350.000
41.890.640 28.999.610 15.675.100 9.407.650
Jumlah D.
99.934.000
95.973.000
3.961.000
Gaji/upah -"" Bahan Perjalanan Lain-lain
42.010.000 30.000.000 7.008.000 7.750.000
41.573.140 29.995.380 7.007.000 7.225.700
436.860 4.620 1.000 524.300
Jumlah E.
86.768.000
85.801.220
966.780
33.060.000 10.704.000 12.378.000
32.144.260
915.300
6.860.000
10.703.995 12.368.500 5.884.900
9.500 965.100
62.992.000
61.102.095
1.889.905
34.855.000
34.649.960 16.993.720 5.619.750 3.395.950
205.040 1.280
Lain-lain
16.995.000 5.625.000 3.750.000
5.250 354.050
Jumlah G.
61.225.000
60 659.380
565.620
52.920.000 -" 27.300.000
52858.485 27 297.540
61.515 2.460
12.432.000 8.850.000
12 430.750 7.658.350
1.250 1.191.650
101 502.000
100.245.125
1.256.875
E. RPTP E.
F. RPTP F Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain Jumlah F.
5
G. RPTP G. Gaji/upah Bahan Perjalanan
H. RPTP H. Gaji/upah Bahan Perjalanan . Lain-lain Jumlah H. -
70
Tata Usaha
TabelVII.16. Lanjutan Dana dalam DIP
Realisasi s/d bulan mi
Sisa Dana
(Rp)
(RP)
(Rp)
2
3
4
31.940.000 16.500.000
30.721.400 16.497.320
1.218.600 2.680
5.745.000 4.834.000
5.735.350 4.239.100
9.650 594.900
59.019.000
57.193.170
1.825.830
28.394.000 15.405.000 5.385.000 4.435.000
27.142.320 15.403.780 5.381.500 3.932.800
1.251.680
53.619.000
51.860.400
1.758.600
58.240.000
56.113.245
2.126.755
35.100.000 17.034.000 13.250.000
35.011 710 17.032.500 11.723.800
88.290 1.500 -- 1.526.200
123.624.000
119.881.255
3.742.745
21.710.000
20.992.140
717.860
Perjalanan Lain-lain
12.200.000 3.252.000 3.378.000
12.199.440 3.245.100 3.119.100
6.900 258.900
Jumlah L.
Nama Tolok Ukur
1 I. RPTP I Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain Jumlah I. J. RPTP.J. Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain Jumlah J.
1.220 3.500 502.200
K. RPTP K. Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain Jumlah K. L. RPTP L. Gaji/upah Bahan
560
40.540.000
39.555.780
984.220
M. RPTP M. Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain
38.180.000 16.200.000 4.872.000 4.450.000
28.745.175 16.116.850 4.866.000 4.114.900
4.434.825 83.150 6.000 425.100
Jumlah M.
58.792.000
53.842.925
4.949.075
34.010.000 12.500.000 14.196.000
31.653.240 12.497.870
2.356.760
N. RPTP N. Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain Jumlah N.
6.850.000
14.194.100 6.782.700
2.130 1.900 67.300
67.556.000
65.127.910
2.428.090
71
Laporan Tahunan Balitbio 1995/96 © Copyright 1996, Balitbio
VIII. Seksi Rencana Kerja Sesuai dengan SK Mentan Nomor 796/Kpts/OT.210/12/1994, maka Seksi Ren cana Kerja mempunyai tugas untuk mela-
kukan penyiapan bahan rencana kerja, kerja sama, dan informasi penelitian. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Seksi Rencana Kerja mempunyai dua Subseksi, yaitu Subseksi Kerja Sama dan Subseksi Informasi.
Selain itu, informasi penting lainnya yang sering disampaikan adalah menyang kut hasil-hasil penelitian dan penelitian yang sedang berjalan. Hal ini sangat berguna bagi mahasiswa yang akan dan sedang melaksanakan praktek penelitian. Informasi ini biasanya disampaikan oleh Kepala Balai, Kepala Seksi, Ketua Kelti atau peneliti yang ditunjuk, untuk menerima tamu yang bersangkutan. Tamu-
SUBSEKSI KERJA SAMA Kegiatan Subseksi Kerja Sama adalah mempersiapkan kerja sama penelitian de ngan instansi lain b^tik dari dalam maupun dari luar negeri.
Selama TA 1995/96, kerja sama Balit bio dengan instansi latin dibiayai oleh dana RUT dan RUK, sedangkan kerja sama de ngan luar negeri antara lain dengatn ABSP dan Rockefeller.
SUBSEKSI INFORMASI Kegiatan Subseksi Informatsi selatma tahun anggaran 1995/96 meliputi kegiatan informasi, seminar, publikasi, pelatihan/ pertemuan, dan pelaporan.
tamu yang datang tersebut umumnya adalah pengguna hasil penelitian yang cukup beragam, mulai dari Pejabat Pemerintah, swasta, ilmuwan, peneliti, dosen, penyuluh, mahasiswa, maupun pelajar. Jum-
lah tamu yang datang melalui Subseksi In formasi pada tahun anggaran 1995/% sebanyak 178 orang (Tabel VIII.l). Selain dari kunjungan tamu ke Balit bio, beberapa peneliti juga sering menghadiri dan menjadi nara sumber pada berbagai pertemuan, baik di dalam mau pun di luar negeri. Tabel VIII.l. Rekapitulasi tamu Balitbio yang datang melalui atau diterima Subseksi Informasi periode April 1996-Maret 1966. Instansi/Profesi
Informasi Informasi utama yang banyak disam-
paikan khususnya kepada tamu-tamu yang berkunjung ke Balitbio adalah yang menyangkut organisasi dan program dari Balitbio. Hal ini disebabkan karena pada tahun anggaran 1995/% adalah merupa-
Badan Litbang Pertanian
Jumlah tamu (Orang)
SLTA
9 29 108 11 8 13
Jumlah
178
Luar Badan Litbang Pertanian Perguruan Tinggi Luar Negeri Swasta
kan tahun pertama perubahan nama dan
fungsi Balittan menjadi Balitbio.
73
LaporanTahunanBalttbio 1995/96
Seminar
Seminar rutin Balitbio dilaksanakan sekali seminggu dan biasanya diadakan pada hari Jumat atau hari lain jika terjadi halhal yang istimewa. Umumnya setiap kali seminar disajikan satu atau dua makalah.
masi dan Perpustakaan (SIP), sejak April 1995 menjadi salah satu instalasi yang langsung berada di bawah Kepala Balai. Tugas Instalasi Perpustakaan adalah me-
nyampaikan dan memelihara dokumen hasil penelitian, melakukan pertukaran in formasi dan memberikan pelayanan ke-
Publikasi
pustakaan.
Sesuai dengan kebijaksanaan Badan Litbang Pertanian, maka publikasi ilmiah primer yang selama ini diterbitkan dengan
Bahan pustaka diperoleh melalui cara
nama Penelitian Pertanian, mulai tahun
pembelian, hadiah, dan tukar menukar.
1995 diterbitkan di tingkat Puslitbang Ta-
Penambahan koleksi perpustakaan mela lui cara pembelian bergantung pada dana yang tersedia. Rekapitulasi tambahan ko leksi Instalasi Perpustakaan selama tahun anggaran 1995/96 disajikan pada Tabel
naman Pangan, hal ini untuk meningkat-
kan kualitas dan untuk menghindari duplikasi informasi hasil penelitian. Oleh karena itu, untuk tahun anggaran
1995/96, Balitbio hanya menerbitkan pu blikasi buletin Agrobio, laporan tahunan,
Pengadaan Bahan Pustaka
V1II.3.
Pengolahan Bahan Pustaka
dan leaflet. Namun demikian, tulisan pe-
neliti juga banyak diterbitkan oleh media publikasi atau majalah ilmiah lain baik di
Dalam pengolahan bahan pustaka yang demikian banyaknya, Instalasi Per
dalam maupun di luar negeri.
pustakaan menggunakan suatu sistem ter-
tentu sehingga terjamin pelaksanaan tugas Pertemuan/Latihan Partisipasi peneliti dalam berbagai pertemuan ilmiah seperti seminar, lokakarya, simposium, konferensi, rapat kerja, work
shop, dll., baik di dalam maupun di luar negeri, sangat membantu peneliti tersebut dalam meningkatkan pengetahuan serta untuk menambah wawasan. Demikian pu-
la dengan staf peneliti atau staf administrasi yang mengikuti pelatihan baik di dalam maupun di luar negeri. Nama-nama staf
Balitbio yang telah mengikuti pertemuan dan pelatihan disajikan-pada Tabel VIII.2.
INSTALASI PERPUSTAKAAN Perpustakaan yang pada tahun-tahun
sebelumnya berada di bawah Seksi Infor
74
yang teratur, rapi, dan berhasil guna, yang
biasa disebut dengan organisasi Bibliografi. Langkah pertama dalam pengorganisasian bahan pustaka adalah meng-
adakan koleksi atas semua bahan pustaka yang diterima. Pada dasamya, semua ba
han pustaka yang diterima dicatat dalam buku induk, kemudian dibuat deskripsi bibliografi. Sistem pengolahan yang digunakan di Instalasi Perpustakaan Balitbio adalah AACR (Anglo American Cataloging Rule) I dan II untuk deskripsi bibliografi, UDC (Universal Decimal Classification) untuk klasifikasi, dan AGROVOC, amultilangual thesaurus of agricultural terminologi untuk menentukan subject heading.
Seksi Rencana Kerja
Tabel VIII.2. Nama-nama staf Balitbio yang telah mengikuti pelatihan di dalam negeri tahun anggaran 1995/96. Nama
Dalam rangka
^ Tempat
Waktu
E. Sonjaya
Pendidikan dan pelatihan dasar kimia analisis
SMAK Bogor
13-19JanuarM996
Ir. R. Setyono
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi dalam teknik bioteknologi dan perbaikan tanaman pangan III
PAU, IPB
23-30 Mei 1995
Drs. M. Muhsin, MSi
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi dalam teknik bioteknologi dan perbaikan tanaman pangan III
PAU, IPB
23-30 Mei 1995
Ir. T. Suhartini
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi dalam teknik bioteknologi dan perbaikan tanaman pangan III
PAU, IPB
23-30 Mei 1996
Ir. Hadiatmi
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi dalam teknik bioteknologi dan perbaikan tanaman pangan III
PAU, IPB
23-30 Mei 1995
Ir. H. Purwanti
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi dalam teknik bioteknologi dan perbaikan tanaman pangan III
PAU, IPB
23-30 Mei 1995
Dra. Minantyorini
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi dalam teknik bioteknologi dan perbaikan tanaman pangan III
PAU, IPB
23-30 Mei 1995
Ir. E. Lubis
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi dalam teknik bioteknologi dan perbaikan tanaman pangan III
PAU, IPB
23-30 Mei 1995
Ir. N. Heryani
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi dalam teknik bioteknologi dan perbaikan tanaman pangan III
PAU,-IPB
23-30 Mei 1995
Dra. S. Salma
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi dalam teknik bioteknologi dan perbaikan tanaman pangan III
PAU, IPB
23-30 Mei 1995
Ir. Sutoyo
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi dalam teknik bioteknologi dan perbaikan tanaman pangan III
PAU, IPB
23-30 Mei 1995
Ir. T.P. Priyatno
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi dalam teknik bioteknologi dan perbaikan tanaman pangan III
PAU, IPB
23-30 Mei 1995
Dra. Minantyorini
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi dalam teknik bioteknologi dan perbaikan tanaman pangan III
PAU, IPB
2300 Mei 1995
Ir. P. Martosuyono
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi dalam teknik bioteknologi dan perbaikan tanaman pangan III
PAU, IPB
23-30 Mei 1995
Ir. Chaerani
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi dalam teknik bioteknologi dan perbaikan tanaman pangan III
PAU, IPB
23-30 Mei 1995
Dra. I. Manzila
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi dalam teknik bioteknologi dan perbaikan tanaman pangan III
PAU, IPB
23-30 Mei 1995
75
LaporanTahunanBautbio 1995/96
Tabel VIII.3. Tambahan koleksi Instalasi Perpustakaan tahun anggaran 1995/96 Jenis kepustakaan
Jumlah (buah)
DisertasiAesis/skripsi Majalah
172
Jutnlah
182
10
Jaringan Informasi Penelitian Pertanian
(JIPP) JIPP adalah merupakan kerja sama perpustakaan atau pusat informasi yang
secara fungsional mendukung kegiatan penelitian. Pada .prinsipnya sistem JIPP adalah sistem pemanfaatan bersama sum-
Jasa Pelayanan
ber daya yang dimiliki anggota untuk saSistem pelayanan yang dijalankan Ins talasi Perpustakaan Balitbio adalah sistem terbuka untuk pengguna internal dan sis tem tertutup untuk pengguna luar. Jenis pelayanan yang dilaksanakan adalah berupa jasa ruang baca, penelusuran, pinjam
antarperpustakaan, display bahan pustaka yang baru diterima, fotokopi, dan peminjaman bahan pustaka untuk staf Balitbio. Rekapitulasi jasa pelayanan Instalasi Perpustakaan Balitbio selama tahun ang garan 1995/96 disajikan pada Tabel VIII.4. Tabel VIII.4. Rekapitulasi jasa pelayanan Instalasi Per pustakaan tahun anggaran 1995/96. Jasa Pelayanan Pengadaan bahan pustaka - Buku - Majalah Pengguna jasa - Peneliti internal - Peneliti eksternal - Mahasiswa - Pelajar/Umum Jumlah bahan pustaka - Yang dipinjam - Yang difotokopi
76
Jumlah
75 118
29 12 636
69 2.596 12.233
ling membantu, melengkapi, dan saling memanfaatkan kekuatan masing-masing.
Melalui jaringan ini diharapkan luaran dapat dihasilkan seefektif mungkin. Luar an tersebut antara lain berupa pengolahan
informasi yang baku, yakni menggunakan piranti lunak (software) CDD-ISIS, dan pe manfaatan piranti lunak FANGORN.
Laporan Tahunan Balitbio 1995/96 © Copyright 1996, Balitbio
IX. Seksi Pelayanan Teknik Seksi Pelayanan Teknik sesuai dengan SK Mentan RI No. 796/Kpts/OT.210/12/1994 tanggal 13 Desember 1994 terdiri dari Subseksi Sarana Laboratorium dan Subseksi Sarana Lapangan.
Seksi Pelayanan Teknik mempunyai
bentuknya laboratorium yang baru sesuai dengan pembahasan mandat Balitbio.
SUBSEKSI SARANA LAPANGAN Tugas Subseksi Sarana Lapangan ada lah melakukan penyiapan, pendayaguna-
tugas melakukan penyiapan, pendayagu-
an, dan pemeliharaan sarana lapangan
naan, dan pemeliharaan sarana laborato
yang meliputi, inventarisasi, perencanaan,
rium dan lapangan.
uji kelayakan, pendayagunaan, pemeliha raan sarana lapangan lingkup Balitbio.
Di samping tugas tersebut, Seksi Pela yanan Teknik juga mempunyai tugas untuk dan atas nama Kepala Balai mengko-
Dalam kegiatan pelaksanaan pekerja-
suk di dalamnya: Instalasi Penelitian, La
an Subseksi Sarana Lapangan mengada kan koordinasi dengan Instalasi Penelitian Bioteknologi dalam pengelolaan sarana
boratorium, Rumah Kaca, dan Bengkel
penelitian. Sarana lapangan berupa peng-
Peralatan.
olah tanah, sarana prosessing, sarana gu-
ordinir kegiatan Sarana Penelitian terma-
Sejalan dengan Reorganisasi dari Balittan Bogor menjadi Balitbio mengakibatkan juga realokasi sarana penelitian. Hal ini terjadi karena peneliti yang melimpah ke unit kerja lain meminjam sarana peneliti an dari Balitbio. Sesuai dengan Berita Acara Serah Terima Asset No. PL. 431. 603. 6.1.179 tanggal
12 Maret 1996 Balitbio telah menyerahkan Asset Instalasi Singamerta (termasuk pegawainya) kepada BPTP Lembang.
SUBSEKSI SARANA LABORATORIUM Tugas Subseksi Sarana Laboratorium adalah melakukan penyiapan, pendayagunaan dan pemeliharaan laboratorium
lingkup Balitbio. Tahun 1995 Subseksi Sa rana Laboratorium mengadakan realokasi sarana laboratorium sejalan dengan di-
dang maupun sarana kebersihan lapangan dirasakan masih kurang dalam jumlah di-
samping yang ada maidn lama makin berkurang.
Dalam tahun 1995 Seksi Sarana La pangan telah mengadakan inventarisasi
sarana penelitian lapangan yang berada di kantor Balitbio dan seluruh Instalasi Pene litian Bioteknologi untuk menentukan prioritas perbaikan maupun pendayagunaan sarana antarunit kerja.
INSTALASI PENELITIAN Untuk menunjang pelaksanaan kegiat an penelitian, Balitbio didukung 10 Instala si Laboratorium, empat Instalasi Penelitian
Bioteknologi, dua Instalasi Rumah Kaca, satu Instalasi Pengolahan Data, satu Instalasi Perpustakaan, dan satu Instalasi Bengkel Peralatan.
77
LaporanTahunanBalitbio 1995/96
lnstalasi-instalasi ini berfungsi sebagai tempat penelitian dan bersifat independen, serta bertanggung jawab langsung kepada Kepala Balai. Instalasi Penelitian Bioteknologi Instalasi Penelitian yang dimiliki Balitbio meliputi Instalasi Penelitian Biotekno logi (Inlitbio) Cikeumeuh (Kodya Bogor) luas 10,53 ha, Citayam (Kabupaten Bogor) luas 11,73 ha, Muara (Kodya Bogor) luas 39,02 ha, dan Pacet (Kabupaten Cianjur) luas 3,05 ha. Sedangkan Inlitbio Singamerta sejak 12 Maret 1995 melimpah ke BPTP Lembang.
Pada tahun 1995/96 Pemakaian untuk penelitian dari ernpat Inlitbio sangat sedikit keseluruhannya di bawah 30 judul, had ini disebabkan oleh berubahnya mandat i Balitbio yang lebih banyak melaksanakan kegiatannya di laboratorium.
Rumah Kaca Dampak reorganisasi mengakibatkan rurnah kaca mengalami perubahan status dan sistem pemakaiannya. Terdapat insta
lasi Rumah Kaca yang pengelolaannya merupakan unit kerja mandiri seperti halnya Instalasi Penelitian yang penggunaannya dapat dari unit kerja/kelompok lain tidak terbatas dari Balitbio saja tetapi juga dari Puslittanak, Balittro, dan Balithi. Bengkei Peralatan Instalasi Bengkei Peralatan merupakan sarana fisik tempat perbaikan dan pemeliharaan serta pendayagunaan peralatan.
Selama tahun 1995/96 bengkei peralatan telah melakukan perbaikan dua sumur deep well derigan kedalaman 69 m sehingga pasokan air untuk gedung Balitbio terpenuhi. Di samping itu juga telah mem-
78
perbaiki travo kapasitas 650 KVA dan me nambah satu travo 650 KVA sehingga aliran listrik dapat ditingkatkan menjadi 1.000 KVA. Sebagai cadangan telah dipasang sa tu buah diesel lagi kapasitas 250 KVA se hingga jumlah tenaga cadangan menjadi 500 KVA. TabelVIII.1. Peralatan yang sudah diadakan Selama tahun 1995/96. No. Namaalat
Jumlah
1.Preparative 2-D Electrophoresis System 1 unit 2.GKN AMP PCR System1 unit 3.GKN GUN/Biolistic1 unit 4.Micropipetive (4 Jenis)2 unit 5.GKL Drying System1 unit 6.Protean II-XI Electrophoresis2 unit 7.Exposure Cassete2 unit 8.UV Blacking Foce4 unit 9.Trans Blot System1 unit 10.Iso Electric Fousing1 unit 11.Vaccum Blotter1 unit 12.Fermentor1 unit 13.Fune Blood with motor & Blower1 unit 14.Table Top Centrifuge1 unit 15.Micro centrifuge1 unit 16.Incubator1 unit 17.Hybridization oven1 unit 18.Orbital Shaker1 unit 19.Water Bath with cover1 unit 20.Ice flaker with storage2 unit 21.Power supply for Electrophoresis2 unit 22.Minitrans-blot Electrophoresis cell1 unit 23.Agustable volume multichannel pipate 2 unit 24.Automatic media dispencer1 unit 25.Vortex mixer8 unit 26.Hotplate with stirrer3 unit 27.Nucleid Acid1 unit 28.Pico Tag Colum set1 unit 29.Fatty Acid Colum1 unit 30.Dentrium Lamp for spectophotometer1 unit 31.Gel filtration chromotigraphy1 unit 32.Photographic equipment for microscope 1 unit 33.Rotary Evaporator1 unit 34.Freeze drying1 unit 35.Refrigerated centrifuge1 unit 36.High temperature bath1 unit 37.Incubator1 unit 38.Laminar flor cabinet3 unit 39.Orbital shaker Incubator3 unit 40.Magnetic Stirrer2 unit 41.Data laboratorium system1 unit
Laporan Tahunan Balitbio 1995/96 © Copyright 1996, Balitbio
X. Personalia Nama
Jabatan
Dr. Djoko S. Damardjati
Kepala Balai
Ir. Sukamto
Kepala Subbagian Tata Usaha
Drs. Sumarno, SH
Kepala Urusan Kepegawaian dan Rumah Tangga
Nana Gartina S.
Kepala Urusan Keuangan
Ir. Agus Iqbal, MS
Kepala Seksi Rencana Kerja
Drs. Unang G. Kartasasmita, MS
Kepala Subseksi Informasi
Drs. Kayadiono Hadi
Kepala Subseksi Kerja Sama
Kamsir Djasin
Kepala Seksi Pelayanan Teknik
Ir. Faizal Abidin
Kepala Subseksi Sarana Laboratorium
Sumardi
Kepala Subseksi Sarana Lapang
Ir. Harnoto, MS
Pemimpin Bagian Proyek
Dr. Irsal Las
Koordinator Penelitian
Ir. Bambang Kustianto, MS
Koordinator Penelitian ARMP
Dr. Budihardjo Sugiarto
Koordinator Program Penelitian
Dr. M. Herman
Penanggung Jawab Rencana Penelitian
Drs. Murtado, MS
Penanggung Jawab Monitoring, Evaluasi, dan Laporan
Ir. Darmijati S., MS
Koordinator Kerja Sama Penelitian
Ir. Widiati H. Adil, MSc
Penanggung Jawab Kerja Sama Luar Negeri
Dr. Imam Prasadja
Koordinator Publikasi Penelitian
Dr. M. Kosim Kardin
Penanggung Jawab Koordinasi Editorial Publikasi llmiah
Dr. Pirman Bangun
Ketua Tim Laporan Berkala
Dr. Sutaryo Brotonegoro
Koordinator Pembinaan Tenaga Fungsional
Ir. Sumardi
Ketua Panitia Evaluasi Karya llmiah Peneliti
Dr. Darman M. Arsyad
Ketua Panitia Evaluasi Teknisi Litkayasa dan Fungsional Lain
Dr. M. Iman
Koordinator Pendayagunaan Sarana Penelitian
Dr. A .Karim Makarim
Ketua Keiti Analisis Sistem Tanaman
Dr. Suglono Moeljopawiro
Ketua Keiti Biologi Molekuler dan Rekayasa Genetika
Dr. RDM. Simanungkalit
Ketua Keiti Biologi Nutrisi dan Pertumbuhan Tanaman
Dr. Djoko S. Damardjati
Ketua Keiti Biokonversi dan Teknologi Proses
Dr. Jumanto Hardjosudarmo
Ketua Keiti Diagnostik dan Pengendalian Biologi
Dr. Suwarno
Ketua Keiti Sumber Daya Genetika
79
Laporan Tahunan Balitbio 1995/96
Personalia (lanjutan) Nama
Jabatan
Dr. M. Herman
Kepala Instalasi Laboratorium Biologi Molekuler
Ir. T.S. Silitonga, MS
Kepala Instalasi Laboratorium Bank Gene dan Genetika
Asep Nugraha, SSi
Kepala Instalasi Laboratorium Biokimia dan Enzimatik
Dr. Achmad Hidayat
Kepala Instalasi Laboratorium Tanah dan Tanaman
Dr. Roechan
Kepala Instalasi Laboratorium Diagnostik dan Mikroskopi Elektron
Dr. M. Arifin
Kepala Instalasi Laboratorium Pengendalian Biologi
Dr. Rasti Saraswati
Kepala Instalasi Laboratorium Mikrobiologi Tanah
Dr. Budihardjo S.
Kepala Instalasi Laboratorium Bioekologi
Dr. Ida Hanarida Somantri
Kepala Instalasi Laboratorium Biologi Seiuier/Kultur Jaringan
Lalu Sukarno, BSc
Kepala Instalasi Laboratorium Pilot Plant Proses Biologi
Jetti Suhaeti
Kepala Instalasi Perpustakaan
Dra. Evi Juliantini
Kepala Instalasi Laboratorium Pengolahan Data
Drs. Matadjib
Kepala Instalasi Penelitian Bioteknologi (Inlitbio) Pacet
Drs. Adijono Pa.
Kepala Instalasi Penelitian Bioteknoiogi (Inlitbio) Muara
Drs. Abdullah
Didi Supandi
Kepala Instalasi Penelitian Bioteknologi (Inlitbio) Citayam Kepala Instalasi Penelitian Bioteknologi (Inlitbio) Cikeumeuh
Ir. Asadi, MS
Kepala Instalasi Rumah Kaca Cimanggu
Drs. Dodin Koswanudin
Kepala Instalasi Rumah Kaca Cikeumeuh
Ahmad Romli
Kepala Instalasi Bengkel Peralatan
80