Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
PRODUCT DESIGN DEVELOPMENT FOR MODULAR COMPUTER TABLE TO SUPPORT GREEN LIFECYCLE ENGINEERING Yunia Dwie Nurcahyanie, Moses Laksono Singgih, Budi Santosa Jurusan Teknik Industri ITS Email :
[email protected]
ABSTRACT To win the furniture market, producer has been developing a lot of kind design variation and material to fulfill consumer needs. Until recently there is a new design trend for furniture product and design has changes a lot of time to follow the trend. To solve these problem, so we must develop modular design system for furniture product as the effective problem solving. In this research we use the functional base product development which is concerning the voice of customer to make. But with so many components from furniture products content, with so many forms and material variation, it is become new problem for the producer. How to choose and pick up the material and the component with the least pollutant content. In this research the technical attribute was added to help designer making decision which product is going to be make, when the product still in preliminary ideas stage to support green lifecycle engineering. The result is we find that the computer table with glass and aluminimum 100% recycled is the best material for computer table with the least pollutant affected to the environment. Further more to fit up that the product is the green product, so the product must has green material analysis. Finally we can get the design alternatives which is use the green material and can recommend which alternatives must be make first. Key Words :
Computer Table Modular Design, Green Life Cycle Engineering, Green Analysis
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam rangka meminimalkan beban lingkungan dan biaya untuk keseluruhan lifecycle engineering dari sebuah produk, maka desain yang tepat sangat dibutuhkan mengingat keseluruhan produk termasuk komponennya akan melalui proses lifecycle yang sama. Misalnya disassembly, maintainability, upgradability, reuseability, dan recyclability (Umeda, Fukushige, Tonoike, 2008). Beberapa tahun belakangan ini masyarakat semakin menyadari pentingnya perlindungan lingkungan dan lebih memberi perhatian kepada lingkungan. Beberapa kepedulian masyarakat ditunjukkan dengan cara mendaur ulang produk yang sudah rusak, menggunakan kembali (reuse) produk, namun cara-cara ini adalah cara lama yang masih berdampak negatif terhadap lingkungan (Tseng, 2008). Para konsumen ini disebut “responsible consumen” yang mendesak industri untuk memproduksi green product atau mereka tidak akan membeli produk yang dihasilkan produsen. Disisi lain kompetisi pasar yang semakin ketat memaksa produsen untuk selalu melakukan inovasi dan memproduksi banyak desain yang disesuaikan dengan selera pasar. Jika produsen terus menerus membuat produk tanpa memperhatikan lingkungan
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
maka aktifitas ini akan menambah beban lingkungan. Oleh sebab itu dibutuhkan pemikiran strategis untuk memikirkan bagaimana end of life produk dan terintegrasi pada tahap awal desain (Ishii, 1998) dan sangat penting untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya dan meminimumkan kerusakan yang bisa ditimbulkan pada lingkungan pada tahap awal desain produk tersebut akan dibuat. Aktivitas seperti ini disebut green lifecycle engineering design (Otto & Wood, 2001, dan Tseng, et.al., 2008). Product life cycle ini adalah jumlah waktu total yang dibutuhkan dari pemilihan material, manufacturing, asembly, penggunaan oleh konsumen, sampai dengan sampah akhir atau recycle dari produk, dan pada aktifitas green lifecycle terdapat pada dua tahapan akhir yaitu product use dan disposal atau reycle (Tseng, 2008). Telah banyak penelitian yang mengangkat isu Sustainable Product Development dari berbagai sisi diantaranya dari sisi Design for Environment (DFE), Design for Recycle (DFR), dan Design for Disasembly (DFD) (Ishii, 1998). Namun fakta menunjukkan bahwa penggunaan struktur desain modular secara nyata telah dapat meningkatkan aktivitas product life cycle, dan modularitas memainkan peranan terpenting diantara semua pendekatan product life cycle (Tseng, 2008). Tidak hanya modul umum yang mampu meningkatkan efisiensi dari penggunaan kembali (reuse) dan memudahkan operasional daur ulang (recycle), namun dengan sistem modul konsumen dapat memilih sendiri (custom), meningkatkan kemudahan perawatan, kemudahan diagnosis produk, perbaikan, pembuangan dan sebagainya (Kimura et.al, 2001). Design of product modularity pada lifecycle management yang menjadi salah satu tools dalam Sustainable Product Development (Hata, 2001). Dari beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan terdapat beberapa perbedaan dalam mengukur keefektifan produk modular. Yaitu pendekatan berdasarkan fungsi (function based modular design) yang mendeskribsikan produk berdasarkan integrasi struktur fisik geometri yang ditujukan pada fungsi produk spesifik (Otto dan Wood, 2001). Pendekatan kedua adalah pendekatan berdasarkan liaison graph, dengan pendekatan ini peneliti harus mencari hubungan modul berdasarkan jaringan partisi dan analisis dari subasembli atau modul dan disebut juga pendekatan berdasar assembly based modular design (Fazio dan Whitney, 1987 dalam Tseng, 2008). Pendekatan ketiga adalah dengan cara mengukur waktu produksi antara fase desain dan fase produksi (Kusiak, 1996 dalam Tseng, 2008). Pendekatan keempat adalah pendekatan berdasarkan evaluasi nilai, pendekatan ini timbul karena seringkali terjadi kontroversi antara kepentingan produsen dengan beban lingkungan, produsen membuat produk dalam jumlah dan variasi yang banyak dengan strategi jumlah besar komponen dan modul yang custom (Mikkola dan Gassman, 2003 dalam Tseng, 2008). Pendekatan kelima adalah pendekatan group technique untuk mengembangkan modular desain dimana dalam pendekatan ini terfokus pada level lingkungan (Newcomb, Bras, dan Rosen, 1998 dalam Tseng, 2008). Pendekatan keenam adalah pendekatan menggunakan simulated annealing algorithm untuk mengeksplorasi desain modular (Gu dan Sosale, 1999). Pendekatan ketujuh adalah pendekatan model analisis lingkungan untuk mencapai tujuan modular (Qian dan Zhang, 2003 dalam Tseng, 2008). Pada penelitian ini studi kasus yang diangkat adalah studi kasus pada produk furniture yaitu meja komputer modular. Sebagaimana sudah dijelaskan diatas terdapat banyak perbedaan untuk mengukur keefektifan modularitas, dalam penelitian diukur modularitas yang paling sesuai dengan kebutuhan dari konsumen dengan cara memperhatikan voice of customer untuk mencari secara tepat apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen untuk menunjukkan tingkat kepentingan “menarik”, “harus ada” atau “satu dimensi”. Dari ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
ketujuh pendekatan pengukuran modular diatas, yang paling mendekati kebutuhan dan keinginan suara konsumen adalah pendekatan pertama yaitu pendekatan berdasarkan fungsi (function based modular design) (Tseng, 2008). Dari atribut-atribut yang berhasil digali dari suara konsumen inilah kemudian dikembangkan sebuah sistem modul desain yang berdasarkan suara konsumen, dimana kebutuhan dari produk dicari kebutuhan kritisnya menggunakan Quality Function Deployment (QFD) untuk mendapatkan kebutuhan teknis apa saja yang harus ada dalam produk. Selanjutnya untuk mencari fungsi-fungsi produk yang terpecah dalam komponen dan modul digunakan metode FAST untuk mendapat modul apa saja yang menyusun produk sesuai dengan fungsinya. Perumusan Masalah Permasalahannya adalah: 1. Bagaimana cara untuk mengembangkan model produk meja komputer modular berdasarkan kepentingan dan kebutuhan konsumen. 2. Bagaimana cara mengevaluasi efek pada lingkungan dari komponen produk yang dirancang, dan dicari komponen-komponen mana saja yang bersifat paling pollutan untuk membantu desainer mengambil keputusan apakah komponen-komponen yang mengandung pollutan harus diganti materialnya atau harus diubah secara keseluruhan komponennya. 3. Metode optimasi apakah yang digunakan untuk mendapatkan jalur perakitan untuk setiap modul yang paling optimal untuk memperpendek jarak perakitan dari setiap modul yang dibuat.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Mengembangkan desain arsitektural produk meja komputer modular yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. 2. Mencari komponen produk rancangan yang paling sedikit menyebabkan polutan berdasarkan data dari Eco Indicator 99. 3. Menurunkan nilai pollutan produk dengan cara mengganti material atau mengganti susunan arsitektural komponen produk untuk mencapai desain meja komputer yang sesuai dengan green life cycle engineering. Kontribusi/manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Mengurangi beban lingkungan dengan cara mengurangi resiko penumpukan sampah produk yang dirancang mulai tahap awal produk dibuat. 2. Membantu perusahaan untuk memutuskan jumlah komponen modul yang paling efektif untuk diproduksi dan paling sedikit menimbulkan pollutan. 3. Mengoptimalkan fungsi dari setiap komponen modul untuk membantu konsumen dalam menyesuaikan dan mengembangkan modul sesuai kebutuhan konsumen. Asumsi Beberapa asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : -
-
-
Untuk mencari suara konsumen dalam menggali atribut menggunakan KANO-QFD, sample kuisioner menggunakan metode sample dengan responden yang sudah terbiasa dengan meja komputer sistem knock down. Selama evaluasi desain modul , produk desainnya tetap yaitu produk desain hasil dari pencarian komponen furniture yang sesuai dengan suara konsumen, dengan demikian jumlah total komponennya adalah tetap untuk dievaluasi. Untuk estimasi efek material dari komponen produk pada lingkungan, peneliti menggunakan data dari eco indicator 99 karena database material di Indonesia belum ada.
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Batasan Masalah - Penelitian ini dibatasi pada pengembangan desain produk industri untuk produk meja komputer modular. - Kriteria produk yang dikembangkan adalah rancangan modularitas desain produk meja komputer. FUNDAMENTAL Produk Modular Menurut Hata, Kato dan Kimura (2001), pengembangan dari struktur modular produk seringkali dibuktikan dapat mengurangi biaya rakitan dan manajemen product family. Dari sudut pandang manufaktur, modular tergolong tidak efisien karena mempunyai tipe yang multiple dari produk dengan perbedaan yang minor. Struktur modular digunakan untuk mengorganisasi ulang sebuah product familiy. Namun dengan sharing module yang umum pada product family dapat membuat produksi menjadi lebih efisien. Sebagai tambahan, produk dengan struktur modular dapat lebih cocok untuk manajemen lifecycle dibandingkan dengan produk yang tidak memiliki sistem modular. Upgrade dan maintanance juga dapat lebih mudah dilakukan jika produk memiliki fungsi modular sebab modul yang didesain standar dapat digunakan kembali selama kondisinya masih baik (Hata, Kato dan Kimura, 2001). Modul sendiri memiliki perbedaan arti dan tujuan. Dalam penelitian ini, struktur modular produk untuk lifecycle management bertujuan menyusun struktur arsitektur produk modular digunakan sebagai metode pengembangan yang sesuai dengan green lifecycle engineering. Quality Function Deployment Dan Penerapannya Pada Desain Produk QFD berasal dari Mitsubishi’s Heavy Industries Kobe Shipyard dari Jepang pada akhir tahun 1960an dimana QFD pertama kali digunakan untuk memfasilitasi cross functional dari pengembangan produk (Day, 1993 dalam Lee, Sheu dan Tsou, 2008). QFD adalah konsep menyeluruh yang menyediakan pengartian dari requirement konsumen untuk mendapatkan requirement technical yang tepat pada setiap tahap pengembangan produk dan produksi. Kebutuhan akan QFD dipicu oleh dua hal tujuan yang saling berhubungan (Sauerwein, Bailom, Matzler, Hinterhuber, 1996). Tujuan– tujuan ini diawali dari suara konsumen dari produk dan diakhiri oleh produk produser atau untuk mengalih bahasakan Suara dari Konsumen (Voice of the Customer) menjadi suara para insinyur (Voice of the Engineer) melalui sebuah matriks yang disebut House of Quality (HOQ). Format dasar dari HOQ ini terdiri dari enam aktivitas : (1) mendapatkan atribut dari konsumen dan hubungan tingkat kepentingannya, (2) mengembangkan desain requirement untuk menjadi atribut konsumen, (3) planning matriks,(4) interkorelasi antara customer requirement dan design requirement , (5) hubungan antara design requirement, dan (6) action plan (Sauerwein, Bailom, Matzler, Hinterhuber, 1996) Kano Model Dan Penerapannya Pada QFD Kano, Seraku, Takakashi dan Tsiji (1984) mengembangkan sebuah model dimana model ini mengkategorikan atribut dari produk atau servis berdasarkan sebaik mana mereka bisa memuaskan requirement dari konsumen. Seperti pada gambar 2.1 dibawah ini elemen kualitas terletak pada sumbu – x, semakin jauh panah bergerak ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
kekanan, maka semakin besar elemen kualitas yang harus disediakan, jika panah bergerak jauh ke kiri, sampai melewati titik nol, maka jumlah komponen yang disediakan semakin sedikit. Kepuasan konsumen diindikasikan pada sumbu – y, dimana semakin tinggi panahnya maka semakin tinggi klasifikasi ketidakpuasan konsumennya, semakin rendah sumbu – y maka semakin tinggi tingkat kepuasan konsumennya . Berdasarkan sumbu-sumbu ini, gambar berikut ini dipopulerkan dengan nama Kano customer requirement categories (Sauerwein, Bailom, Matzler, Hinterhuber, 1996). - Kategori Must be adalah kategori dasar kualitas elemen, konsumen percaya bahwa kualitas ini penting, saat produk tidak ada maka konsumen akan kecewa. - Kategori attractive adalah kategori jika ada, konsemen akan puas, namun jika tidak ada maka konsumen akan tetap dapat menerimanya tanpa harus kecewa. - Kategori one dimensional adalah kepuasan konsumen masih secara proporsional pada level pemenuhan, semakin tinggi tingkat pemenuhan semakin tinggi tingkat pemenuhan maka semakin tinggi tingkat kepuasan konsumen. - Kategori indefferent quality element adalah kepuasan pelanggan tidak akan berpengaruh pada kualitasnya terbukti atau tidak. - Kategori reverse quality element adalah konsumen akan puas jika kualitas elemen disediakan.
Gambar 1. Dua dimensi model kualitas dan tipe elemen kualitas dengan model Kano (Lee, Sheu dan Tsou, 2008)
Pengembangan Produk Berdasarkan Fungsi Semua produk mempunyai fungsi. Selalu ada alasan dibalik keberadaan sebuah produk yaitu fungsi sebuah produk. Produk memiliki fungsi kedua dan batasan-batasan misalnya “harganya harus terjangkau”, namun batasan ini bukan bagian dari fungsi produk itu sendiri. Function – Apakah fungsi itu? Fungsi sebuah produk adalah pernyataan yang jelas, hubungan yang dapat diproduksi kembali antara input-input yang ada dan output yang diinginkan dari produk, independen dan dalam bentuk apapun. Fungsi produk adalah semua yang dibutuhkan dari keberadaan produk yaitu apa yang harus dilakukan oleh produk itu. Berdasarkan fungsi secara keseluruhan ini dirombak menjadi beberapa subfungsi, dimana pada saat sub fungsi ini selesai dan lengkap maka akan memuaskan penggunaan fungsi secara keseluruhan. Proses ini disebut functional decompotision. Subfunction – adalah komponen dari fungsi produk. Sebuah fungsi secara keseluruhan dibagi kedalam beberapa subfungsi yang teridentifikasi dan berhubungan dengan pelaksanaan sub task. Hubungan antara beberapa sub fungsi dan fungsi secara keseluruhan diatur dengan beberapa constraint dan hubungan input-output. Pengaruhnya seperti batasan tertentu harus diperhatikan. Sangat perlu untuk mempelajari hubungan antara berbagai sub fungsi, dan memperhatikan langkah-langkah logis, pada beberapa interkoneksi, konsistensi antara input dan output pada interface system dan subsistem, dan validitas fisik. ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Abstraction – adalah sebuah proses tanpa memperhatikan apa yang menjadi hal-hal insidentil dan menjelaskan hal umum dan esensial, singkatnya sebuah generalisasi untuk menunjukkan sebuah masalah. Untuk semua metode functional basic, konstruksi dasarnya disebut dengan “black box” , disebut “black” karena proses yang terlibat didalamnya masih tidak diketahui. Constraint - adalah pernyataan yang menjadi batasan-batasan produk yang menjadi kriteria yang mampu dipenuhi oleh produk dan membutuhkan pemikiran seutuhnya dari sebuah produk untuk menjelaskan nilai dari kriteria-kriteria yang diberikan. Pohon fungsi menggunakan metode FAST Metode Functional Analysis System Technique (FAST) (VAI, 1993 dalam Otto dan Wood, 2001) digunakan untuk mendefinisikan, menganalisis dan memahami fungsi dari sebuah produk, bagaimana sebuah fungsi produk saling berhubungan satu dengan lainnya dan mencari fungsi manakah yang harus dikembangkan untuk mendapatkan value dari produk. FAST digunakan untuk menunjukkan langkah-langkah logis, membuat prioritas dan menguji tingkat keterkaitannya. Life Cycle Design Perlu disadari bahwa penelitian mengenai sustainable product lifecycle system sudah terbukti mampu mengurangi secara drastis beban lingkungan hidup, mengurangi konsumsi sumber daya, dan manajemen limbah yang baik, mampu meningkatkan standard dan profit perusahaan. Untuk tujuan ini, product lifecycle mengintegrasi desain dilihat dari: 1. Strategi Bisnis, termasuk paska produksi dan layanan. 2. Strategi Lifecycle, seperti reduce, reuse, dan recycling. 3 . Proses Produk dan Lifecycle 4. Manajemen Lifecycle Design For Environment atau Eco design yang ada saat ini, sebagian besar terfokus pada aspek mendasar seperti diassembly, recyclability, dan reusability, dan LCA (Life Cycle Assesment). Kunci suksesnya lifecycle design adalah ketepatan pemilihan strategi lifecycle . Dalam pengembangan lifecycle design yaitu pada level desain produknya, terdapat dua desain metodologi yang mendasar yaitu : 1. Design for upgradability Upgrade, merupakan metode pilihan yang efektif untuk memperpanjang value lifetime sebuah produk. Metode ini menyediakan framework untuk upgrade dan menjadi sebuah metode untuk memodularkan produk dari sudut pandang merubah fungsi sebuah produk dimasa mendatang. 2. Modular Design Tool Modular desain merupakan metode pilihan lain disamping upgrade produk. Dengan menggunakan metode modular, komponen-komponen akan lebih mudah untuk diorganisasi ulang. METODOLOGI Berikut adalah tahapan mencari customer requirement dengan menggunakan Kano Model yang nantinya digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan desain produk modular. ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Langkah1:Mengidentifikasi product requirement Pada tahap ini dikonstruksi Kano kuisioner untuk mencari product requirement dengan mengembangkan investigasi eksploratif. Dalam tahap ini juga dianalisis masalah konsumen, tidak hanya keinginan konsumen. Langkah 2 : Konstruksi Kuisioner Kano Ketentuan must be, one dimensional, attractive reqirement dapat diklasifikasikan dengan menggunakan kuissioner. Untuk setiap pertanyaan terdapat lima jawaban yaitu like, must be, neutral, live with, dan dislike. Konsumen diminta memilih salah satu. Dengan cara mengkombinasikan dua jawaban dari pertanyaan functional (positive) dengan pertanyaan disfunctional (negative), maka fitur produk dapat diklasifikasikan dan disusun dalam tabel evaluasi Kano dimana requirement dari konsumen terdiri dari attractive (A), must be(M), Reverse (R) , One dimensional (O), Questionable (Q), Indifferent (I). Dalam daftar kuissioner ini, konsumen juga diminta untuk melakukan rangking pada produk yang digunakannya.
Gambar 2. Diagram alir metodologi penelitian
Langkah 3 : Administrasi interview dari konsumen Interview yang menggunakan metode kuisioner standar dan interview oral merupakan metode yang paling efektif dalam model Kano (Sauerwein, Bailom, Matzler, Hinterhuber, 1996). Langkah 4 : Evaluasi dan Interpretasi Kuissioner dievaluasi dalam tiga langkah yaitu mengevaluasi dan menginterpretasi menggunakan frekuensi jawaban. Dengan aturan evaluasi M>O>A>I. didapat hasil fitur apa yang harus ada dan tidak perlu ada. Pada tahap ini juga dicari koefisien kepuasan konsumen (CS Coefficient). Setelah itu ditentukan quality improvement index (QI Ratio) dengan rumus sebagai berikut: QI = relative importance x (evaluation of own product – evaluation of competitor’s product) Jika nilai QI kecil, maka harus diambil langkah pengembangan. Pada fase ini juga dipetakan portofolio kepuasan konsumen. ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Langkah penyusunan dengan Kano model dan QFD adalah sebagai berikut : Berikut adalah metodologi yang digunakan untuk mengembangkan green product modular design secara detail adalah sebagai berikut: Tingkat 1: Mengembangkan produk moduler functional based structure - Mencari Customer requirement dengan Kano Model - Mencari atribut requirement konsumen dengan mencari target kepuasan konsumen dan level kepuasan konsumen mengukur tingkat kepuasan dan pembobotannya menggunakan Model Kano - Mengklasifikasikan atribut analisis berdasarkan QFD - Mendapatkan kategori dari konsumen - Mengembangkan produk modular Tingkat 2 : Analisis green material - menentukan prosentase green polutan - mengevaluasi setiap komponen - redesain produk - memilih alternatif material yang memiliki nilai polutan lebih rendah HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mencari data peringkat atribut digunakan metode kuisioner berdasarkan model Kano, yaitu untuk mendapatkan data atribut yang benar-benar dibutuhkan oleh pengguna meja komputer. Hal ini menjadi sangat penting karena produk meja komputer yang ada ternyata banyak komponen meja komputer saat ini fungsinya menjadi tidak bermanfaat bagi pengguna, karena meja yang sudah dibeli tidak mampu menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna yang berbeda-beda. Untuk mendapatkan atribut ini disebarkan 30 sample secara acak dengan responden dewasa dengan usia 20-40 tahun, dengan latar belakang pendidikan minimum mahasiswa atau sarjana. Untuk mencapai atribut yang benar-benar penting, langkah pertama adalah menentukan atribut-atribut awal yang sering digunakan dalam pengembangan desain meja komputer. Atribut awal ini adalah hasil diskusi dari penulis dengan tim riset dan pengembangan di industri. Hasilnya didapatkan 21 atribut awal yang menjadi rujukan desain meja komputer. Atribut-atribut ini adalah : 1. Nyaman, dengan luasan yang cukup 2. Sudut meja tidak tajam 3. Kuat dan awet 4. Mudah dipindahkah 5. Mudah dipasang 6. Mudah ditata sesuai ruang kerja 7. Hemat tempat 8. Pelapis meja merekat kuat (tidak mudah mengelupas) 9. Desain sesuai dengan teknologi komputer terkini 10. Desain bisa diatur sesuai dengan kebutuhan produk pendukung kerja 11. Laci meja 12. Lemari penyimpanan 13. Ada tempat khusus untuk keyboard 14. Ada tempat khusus untuk CPU 15. Ada tempat khusus untuk CD 16. Ada tempat khusus untuk printer 17. Ada tempat khusus untuk Stavolt 18. Kabel tetap rapi ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
19. Ketinggian meja bisa disesuaikan 20. Bisa diubah menjadi meja office 21. Bahan yang digunakan ramah lingkungan Model Kano digunakan untuk mencari tingkat kepuasan pengguna, dalam model ini Kano mencari kepuasan pengguna dengan requirement produk dengan beberapa kategori: Must Be Requirements : Jika kriteria ini tidak bisa dipenuhi, maka kriteria ini tidak akan mampu meningkatkan kepuasan pengguna, sebaliknya jika kriteria ini terpenuhi maka akan dapat meningkatkan kepuasan pengguna. Must be ini menjadi kriteria dasar dari produk. One Dimensional Requirements: dengan memenuhi kriteria ini, maka kepuasan pengguna akan menjadi lebih proposional, semakin tinggi tingkat pemenuhan requirement ini maka semakin tinggi tingkat kepuasan pengguna dan sebaliknya. Kriteria ini menjadi kriteria yang sebenarnya diinginkan oleh pengguna. Attractive requirements: kriteria ini adalah kriteria produk dimana yang memiliki pengaruh terbesar bagaimana sebuah atribut bisa meningkatkan kepuasan pengguna, saat atribut ini diberikan pada produk. Kriteria ini menjadi yang diharapkan oleh pengguna, namun jika kriteria ini tidak mampu dipenuhi maka tidak ada kekecewaan dari pengguna. Langkah penyusunan kriteria dengan menggunakan Kano Model: 1. Langkah pertama : Mengidentifikasi kriteria produk Langkah awal dalam menyusun kuisioner Kano untuk mencari kriteria ini digunakan cara focus group discussion, dalam hal ini yang menentukan kriteria adalah orang yang dianggap expert dalam pengembangan produk yaitu tim riset dan pengembangan dari industri. Intinya dalam tahap ini, yang diutamakan adalah mencari masalah dari pengguna daripada apa yang diinginkan pengguna. 2. Langkah Kedua : Membuat kuisioner model Kano Kriteria Must be, one dimensional, dan atrractive diidentifikasikan dengan menggunakan kuisioner. Untuk setiap fitur produk pertanyaan yang berpasangan diformulasikan untuk mencari reaksi dari konsumen yaitu dari sisi functional dan disfunctional form dari kuisioner. Langkah selanjutnya adalah, dengan cara mengkombinasikan jawaban pada tabel evaluasi seperti berikut ini, maka kriteria produk dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Jika jawaban konsumen pada pertanyaan fungsional seperti “Apakah Anda sudah merasa nyaman dengan meja komputer Anda, luasan apakah sudah cukup?” dan dia merespon “I Like” dan pada pertanyaan disfungsional “Apakah Anda merasa tidak nyaman dengan meja komputer Anda, jika luasan tidak cukup, bagaimana perasaan Anda ?” dan dia menjawab “I can live with that”, maka kombinasi jawaban kategori ini adalah kategori A. Jika kombinasi jawaban jatuh pada jawaban “I” atau indifferent, artinya ada perubahan kriteria atau tidak tingkat kepuasannya sama saja. Kategori “Q” artinya questionable, dalam kondisi ini pertanyaan yang diajukan tidak dipahami oleh pengguna. Kategori “R” artinya reverse, dalam kondisi ini, kategori yang diharapkan adalah kategori sebaliknya, dari kategori yang ditawarkan. Dalam penyusunan kuisioner, akan sangat membantu jika pengguna diminta untuk merangking kriteria produk secara individual pada produk yang saat ini mereka gunakan. Rangking ini membantu dalam mencari prioritas dari pengembangan produk. 3. Langkah ketiga : Mengadministrasi hasil interview dengan konsumen Dalam penelitian kali ini, metode pengumpulan data dengan cara interview responden satu per satu sehingga tingkat pengembaliannya bisa mencapai 100%. ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Seberapa penting Anda menilai fitur meja komputer yang sudah Anda gunakan ? 4. Langkah keempat : Evaluasi dan Interpretasi Hasil kuisioner ini dievaluasi dengan empat tahap. Setelah mencapatkan hasil jawaban dari kombinasi fungsi disfungsional dan fungsional, maka keseluruhan jawaban akan disusun seperti pada tabel dibawah ini: Aturan hasil evaluasi dengan menggunakan model Kano adalah M>O>A>I. Penentuan hasil ini sangat penting dalam pengembangan produk, dimana kriteria produk akan berpengaruh pada kualitas produk. Customer Satisfaction Coefficient (CS coefficient) menyatakan tingkat kepuasan pengguna dapat ditingkatkan jika kriteria yang diberikan produk sesuai dengan kebutuhan pengguna. CS coefficient ini mengindikasikan seberapa kuat fitur produk dapat mempengaruhi tingkat kepuasan ataupun ketidakpuasan pengguna. Perhitungan tingkat kepuasan dan ketidakpuasan digunakan rumus sebagai berikut : A+O A+O+M+ I O+M Penghitungan ketidakpuasan: A+O+M+I Penghitungan kepuasan :
(3)
Tanda minus diletakkan didepan hasil CS coefficient ketidak puasan, untuk menunjukkan pengaruh negatif pada tingkat kepuasan pengguna jika kriteria tersebut tidak dipenuhi. Nilai positif dari CS coefficient dalam range 0-1, semakin mendekati nilai 1, maka semakin tinggi pengaruh kriteria tersebut pada kepuasan pengguna. Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan diatas, disusun satisfaction portofolio untuk memetakan kriteria mana saja yang terpenting dalam pengembangan produk, dan kriteria mana saja yang tidak perlu digunakan dalam pengembangan produk.
Gambar 3. Satisfaction portofolio (Sumber Homburg/Rudolf, 1995)
Identifikasi Atribut-atribut yang dibutuhkan melalui “VOICE OF CUSTOMERS”. Dilakukan dengan menyebarkan quisioner kepada 30 pengguna komputer, yang menggunakan komputer dalam jangka waktu lama minimal 6 jam sehari (hasil kuisioner ada pada lampiran). Aturan hasil evaluasi adalah M>O>A>I. Penentuan hasil ini sangat penting dalam pengembangan produk, dimana kriteria produk akan berpengaruh pada kualitas produk. Customer Satisfaction Coefficient (CS coefficient) menyatakan tingkat kepuasan pengguna dapat ditingkatkan jika kriteria yang diberikan produk sesuai dengan ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-10
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
kebutuhan pengguna. CS coefficient ini mengindikasikan seberapa kuat fitur produk dapat mempengaruhi tingkat kepuasan ataupun ketidakpuasan pengguna. Tabel 1. Hasil Penilaian Dari Kuisioner Dengan Model Kano PRODUCT REQUIREMENT CR 1 CR 2 CR 3 CR 4 CR 5 CR 6 CR 7 CR 8 CR 9 CR 10 CR 11 CR 12 CR 13 CR 14 CR 15 CR 16 CR 17 CR 18 CR 19 CR 20 CR 21
A
O
M
19 1 2 7 4 5 6 8 4 3 3 12 5 6 9 6 6 17 3 17
4 3 5 20 23 15 13 5 2 3 4 2 8 6 7 7 5 15 8 5 8
26 2 24 6 11 11 1 2 1 2 3 10 7 6 4 4 9 3 2 3
I
R
6 2
1 15 16 14 14 13
3 2 8 7 9
12 11 10 11
4
2 3 2
17
TOTAL
CATEG ORY
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
M A M O M O O I I I I I A I I I I O A I A
Kriteria konsumen adalah: A: Atrractive O: One dimensional M:Must be Q: Questionable R:Reverse I: Indifferent
Tabel 2. Pengolahan Data kuisioner dengan model Kano untuk menggambarkan scatter plot PRODUCT REQUIREMENT CR 1 CR 2 CR 3 CR 4 CR 5 CR 6 CR 7 CR 8 CR 9 CR 10 CR 11 CR 12 CR 13 CR 14 CR 15 CR 16 CR 17 CR 18 CR 19 CR 20 CR 21
A
O
M
19 1 2 7 4 5 6 8 4 3 3 12 5 6 9 6 6 17 3 17
4 3 5 20 23 15 13 5 2 3 4 2 8 6 7 7 5 15 8 5 8
26 2 24 6 11 11 1 2 1 2 3 10 7 6 4 4 9 3 2 3
I
6 2
1 15 16 14 14 13 12 11 10 11 2 3 2
A+O A+O+M+I Penghitungan kepuasan 0.13 0.73 0.20 0.73 1.00 0.63 0.60 0.37 0.33 0.23 0.23 0.17 0.67 0.37 0.43 0.53 0.37 0.70 0.83 0.27 0.83
O+M A+O+M+I Penghitungan ketidakpuasan -1.00 -0.17 -0.97 -0.87 -0.77 -0.87 -0.80 -0.20 -0.13 -0.13 -0.20 -0.17 -0.60 -0.43 -0.43 -0.37 -0.30 -0.80 -0.37 -0.23 -0.37
Hasilnya atribut-atribut yang paling dibutuhkan menurut konsumen adalah sbb: 1. Nyaman, dengan luasan yang cukup 2. Sudut meja tidak tajam 3. Kuat dan awet 4. Mudah dipindahkah 5. Mudah dipasang 6. Mudah ditata sesuai ruang kerja 7. Hemat tempat 8. Ada tempat khusus untuk keyboard ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-11
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
9. Kabel tetap rapi 10. Ketinggian meja bisa disesuaikan 11. Bahan yang digunakan ramah lingkungan Tahap Pembuatan Rumah kualitas Menggunakan Quality Function Deployment (QFD) Analisis kebutuhan untuk pengembangan produk dilakukan saat desainer diminta untuk membuat desain baru, mereka harus menganalisis kebutuhan dari konsumen sebelum mereka menyusun spesifikasi tentang desain modular. Konsumen bisa dari konsumen yang umum atau konsumen tertentu. Penelusuran fungsi Meja Komputer Modular menggunakan metode FAST Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, metode Functional Analysis System Technique (FAST) digunakan untuk mendefinisikan, menganalisis dan memahami fungsi dari sebuah produk, bagaimana sebuah fungsi produk saling berhubungan satu dengan lainnya dan mencari fungsi manakah yang harus dikembangkan untuk mendapatkan value dari produk. FAST digunakan untuk menunjukkan langkah-langkah logis, membuat prioritas dan menguji tingkat keterkaitannya. Langkah pertama adalah brainstorming semua fungsi dan produk dalam pandangan konsumen, dalam penelitian ini untuk mengambil dan mensitensis suara konsumen menggunakan metode Model Kano kuisioner. Hasil dari pengambilan suara konsumen ini akan menjelaskan bahwa setiap fungsi produk atau komponen pada produk ternyata memiliki tingkatan kepentingan yang berbeda. Dari keseluruhan fungsi produk komputer terdapat fungsi utama produk komputer yang disebut basic function atau sebagai modul utama produk yang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa sub fungsi atau modul pendukung. Produk meja komputer ini memiliki beberapa basic function. Setelah basic function teridentifikasi maka fungsi lain dari subsistem dan subordinate ditentukan untuk mendukung basic function dan membantu produk untuk bekerja lebih baik dan memiliki nilai jual lebih tinggi, sub fungsi ini disebut secondary function. Secondary function ini dikategorikan menjadi tiga yaitu dibutuhkan (required), estetika (aesthetic) dan tidak diperlukan (unwanted). Prosedur Untuk Substraksi Dan Operasional Dimulai dengan cara mencari fungsi terkecil dari fitur atau komponen produk. Fungsi ini tidak mudah untuk didekomposisikan menjadi subfungsi lainnya. Untuk setiap subfungsi terkecil, maka fungsi yang ada mungkin saja akan menghilangkan fitur atau komponen dari produk dan digantikan dengan fitur atau fungsi lain yang sesuai. Fungsi terendah dari produk kemudian dikombinasikan menjadi struktur functional tree, yang kemudian menjadi struktur asembli dari produk itu sendiri. Untuk melengkapi prosedur subtraksi dan operasional dari subasembli dapat dilakukan dengan memeriksa setiap subsistem.Hasilnya untuk produk meja komputer ini dapat ditunjukkan pada tabel 3 dan gambar 4 dibawah ini.
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-12
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009 Tabel 3. Prosedur subtraksi dan operasional DESAIN PRODUK Top table Area top table harus nyaman dan cukup luas untuk bekerja dengan komputer Komputer yang digunakan diasumsikan menyesuaikan teknologi terkini (slim design) Top table yang ada sulit menyesuaikan dengan konfigurasi yang dibutuhkan Top table yang ada sulit digabungkan dengan table leg
Substraksi Dan Operasional Yang Diaplikasikan Pada Meja Komputer Yang Ada Sebelumnya Mekanisme pengatur Tempat Printer Mekanisme pengatur Tempat keyboard Tinggi meja manejemen kabel Sistem pengatur tinggi Beberapa konsumen Mekanisme pengatur Tempat keyboard meja masih harus tidak membutuhkan kabel kurang praktis pada produk yang ada dilakukan oleh 2 tempat khusus untuk sering lepas orang printer Issue safety pada Tempat printer yang Kabel masih terlihat Banyak pengguna mekanisme pengatur ada pada produk (kurang rapih) dalam melepas tempat tinggi meja masih ada eksisting, luasannya penyimpanan keyboard beberapa kegagalan tidak sesuai dengan kebutuhan printer Tempat printer yang ada beralih fungsi menjadi tempat buku
Beberapa pengguna tidak memanfaatkan manajemen kabel yang disediakan
Area laci / lemari meja Lemari atau laci meja sering tidak digunakan
Tidak terlalu dibutuhkan pengguna
Gambar 4. Struktur hirarki untuk mewakili variasi pada meja komputer
Pengolahan Data Ergonomi Untuk Meja Komputer Modular Untuk rancangan meja komputer secara ergonomis sudah ada standarisasi dalam dimensi meja komputer sebagai acuan dalam rancangan produk seperti pada gambar 4.28. Dari gambar 4.28 dapat dilihat posisi duduk terhadap posisi duduk terhadap fasilitas stasiun kerja komputer didepannya memiliki standar dimensi untuk meja komputer ergonomis.
Gambar 5. Dimensi Standar Untuk Pengembangan Meja Komputer Ergonomis Sumber : Cornell University, CA ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-13
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009 Analisis Dampak Material Terhadap Lingkungan
Analisis dampak material terhadap lingkungan dari berbagai alternatif bentuk dan bahan ini dipengaruhi oleh berat bahan dikalikan indikator setiap bahan (nilai indikator bahan ini didapat dari data eco indicator 99). Poll = weight x indicator Sumber : Tseng et.al, 2008 Poll = nilai polutan(Pt) adalah efek bahan terhadap lingkungan Weight = berat bahan (Kg) Indicator = nilai indicator data dari eco indicator 99 1 Pt mewakili satu per seribu dari beban lingkungan per tahun dalam rata-rata kebutuhan hidup masyarakat Eropa. Weight adalah berat komponen semua dihitung dalam kilogram (kg), dan Indicator adalah unit pollution index dari setiap komponen yang tidak memiliki dimensi tertentu. Untuk menghitung berat komponen dilakukan dengan cara seperti yang ditunjukkan pada tabel 4 Tabel 4. Menghitung bobot per komponen material
Tabel 5. Pemilihan Model Berdasarkan Bahan dengan Nilai Polutan terkecil
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-14
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009 Tabel 6. Pemilihan Modul Berdasarkan Bahan Termurah
Gambar 6. Contoh penerapan Pemilihan Modul Berdasarkan Bahan dengan Nilai Polutan terkecil
Gambar 7. Contoh penerapan Pemilihan Modul Berdasarkan Bahan Termurah
KESIMPULAN 1. Proses pengembangan model produk meja komputer modular berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan dari pengguna bisa didapatkan dari model KANO– QFD. 2. Kano model digunakan untuk mencari tingkat kepuasan pengguna dari segi positif dan negatif dari produk. Hasil dari model Kano ini adalah atribut-atribut yang bisa meningkatkan kepuasan pengguna, dan atribut ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-15
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
3. ini akan menjadi bagian dari QFD yaitu pada bagian voice of customer. 4. Untuk mengembangkan sebuah produk berdasarkan keinginan konsumen dengan menggunakan model Kano-QFD ternyata mampu meringkas atribut-atribut yang jika atribut-atribut tersebut ada maka ternyata tidak terlalu mampu meningkatkan kepuasan pengguna. 5. House of Quality yang dikembangkan untuk mencari technical requirement produk meja komputer tidak memfasilitasi bagaimana produk modular harus dikembangkan dan fungsi apa saja yang harus dipenuhi oleh modul dan komponen dari produk. 6. Untuk menjawab modul apa saja yang harus ada untuk memenuhi fungsi dari meja komputer (functional base), digunakan metode FAST untuk mencari struktur hierarki dari komponen-komponen yang menyusun produk. 7. Komponen-komponen yang dirancang harus dievaluasi apakah material yang menyusun komponen tersebut berbahaya bagi lingkungan, sebelum produk tersebut diproduksi dengan cara mengevaluasi dari beberapa alternatif bahan yang digunakan dipilih berdasarkan index polutan yang terkecil dari bahan tersebut. 8. Cara mengevaluasi dampak material untuk produk furniture adalah dengan mengetahui lebih dulu berat setiap komponen dalam kilogram (Kg). Kemudian dikalikan dengan polutan index setiap material, maka akan ditemukan seberapa besar komponen dan material komponen tersebut berpengaruh negatif pada lingkungan. Nilai pollutan index setiap material yang digunakan dalam rancangan ini didapatkan dari data eco indicator 99. 9. Faktor bahan yang digunakan ramah lingkungan ini ternyata saat ini menjadi atribut yang penting terbukti dari hasil kuisioner yang disebar ternyata 70% responden yang rata-rata berpendidikan S1 sudah sangat menghargai produk yang ramah lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Birkeland, Janis, (2005), Design For Sustainibility, Earthscan Publishing, UK Charter,M. (1997). Managing the eco design process. The Journal of Sustainable Product Design,1, pp. 48-51 Cooper, T., (1999). Creating An Economic Infrastructure For Sustainable Product Design. The Journal of Sustainable Product Design,8, pp. 7-15 Follows, Scott B. & David Jobber, (2000), “Environmentally Responsible Pur-chase Behaviour: A Test of a Consumer Model,” European Journal of Marketing, Vol. 34, No. 5/6, pp.723-746. Graedel,T.E, Allenby,B.R, (1996), Design For Environmnent, Prentince Hall,Inc. UK Gu, P., Sosale, S., (1999), Product Modularization For Lifecycle engineering, Robotics and Computer Integrated Manufacturing, 15 : 387-401. Hata,T. ,Kato,S. , dan Kimura,F. (2001). Design of Product Modularity for LifeCycle Management, Prosiding Simposium Eco Design 2001. Hayne,
Scott and Williams, Karen (2007), Product review of alternative computer workstations as possible workplace accommodations for people with chronic low back pain, Technology and Disability 19, 41–52
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-16
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Ishii, K., (1998). Design for Environment And Recycling: Overview of Research in the United States, proceeding of CIRP 5th Seminar on Life Cycle Engineering 1998 Jiuan, T.S., Jochen Wirtz, Kwon Jung & Kau Ah Keng (2001), “Singaporeans’ Attitudes towards Work, Pecuniary Adherence, Materialism, Feminism, Environmental Consciousness, and Media Credibility”, Singapore Management Review, 23, 1, pp. 59-86. Jiuan, T.S., Jochen Wirtz, Kwon Jung & Kau Ah Keng (2001), “Singaporeans’ Attitudes towards Work, Pecuniary Adherence, Materialism, Feminism, Environmental Consciousness, and Media Credibility”, Singapore Manage-ment Review, 23, 1, pp. 59-86. Junaedi, M.F. Shellyana,(2005), Pengaruh Kesadaran Lingkungan Pada Niat Beli Produk Hijau: Studi Perilaku Konsumen Berwawasan Lingkungan, Benefit, Vol. 9, No. 2, Desember 2005, 189 – 201 Junaedi, M.F. Shellyana,(2008) Pengaruh Gender Sebagai Pemoderasi Pengembangan Model Perilaku Konsumen Hijau Di Indonesia, Kinerja, Volume 12, No.1, Th. 2008: Hal. 17-37 Kano, N., Seraku, K., Takahashi, F., & Tsuji, S. (1984). Attractive quality and must-be quality. The Journal of the Japanese Society for Quality Control, pp. 39 -48. Kato, Hata,T., dan Kimura,F. (2001). Decision Factors of Product Lifecycle Strategies, Prosiding Simposium Eco Design 2001. Laroche, Michel, Jasmin Bergeron, & Guido Barbaro-Forleo (2001), “Targeting Consumers Who are Willing to Pay More for Environ-mentally Friendly Products,” Journal of Consumer Marketing, Vol. 18, No. 6, pp. 503-520. Lee,Y., Sheu,L., Tsou,Y., (2008). Quality Function Deployment Implementation Based on Fuzzy Kano Model : An Application in PLM System, Computers & Industrial Engineering 2008. Lewis, Helen, Gertsastkins,John,(2001), Design+Environment, Greenleaf Publishing UK Ling-yee, Li, (1997), “Effect of Collectivist Orientation and Ecological Attitude on Actual Environmental Commitment: the Moderating Role of Consumer Demographics and Product Involvement,” Journal of International Consumer Marketing, Vol. 9 No. 4, pp. 31-53. Martin, Bridget & Antonis C. Simintiras, (1995), “The Impact of Green Product Lines on the Environment: Does What They Know Affect How They Fell?” Marketing Intelligence & Planning Vol. 13 No. 4, pp. 16-23. Otto, K., Wood, K., (2001), Product Design- Technical in Reverse Engineering And New Product Development, London: Prentice Hall Saaksvuori, A., Immonen, A., (2008). Product Lifecycle Management, Germany : Springer-Verlag Berlin ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-17
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Sauerwein, E., Bailom, F., Matzler, K., Hinterhuber, H., The Kano Model : How To Delight Your Customers, Proceeding of International Working Seminar on Production Economics, 1996, pp. 313-327 Steward, D.V., (1981), The Design Structure System : A Method For Managing The Design of Complex System, IEEE Trans. Engineering Management, 28 : 71-74 Tessarolo, P. (2007). Is Integration Enough For Fast Product Development? An Empirical Investigation Of The Contxtual Effects Of Product Vision. Journal of Product Innovation Management, 24, pp.69-82 The Eco Indocator 99 Manual For Designers, Oktober 2000, Ministry Of Housing And Spatial Planning And The Environment Tseng, H., Chang,C., Li,J., (2008). Modular Design To Support Green Lifecycle Engineering, Expert Systems with Applications 34 2008, pp. 2524–2537 Tseng,H., Chen, W., (2004). A Replacement Consideration For The End of Life Product in The Green Life Cycle Environment, International Journal of Advanced Manufacturing Technology, 24 : 925-931 Ulrich, T., Eppinger, S.D., (1995),Product Design and Development, NY, Mc GrawHill Co. Umeda,Y., Fukushige,S., Tonoike, K., Kondoh,S., (2008) Product Modularity for Life Cycle Design, CIRP Annals – Manufacturing Technology 2008 Vlosky, Richard P., Lucie K. Ozanne, & Renee J. Fontenot, (1999), “A Conceptual Model of US Consumer Willingness-to-Pay for Environmen-tally Certified Wood Products,” Journal of Consumer Marketing, Vol. 16, No. 2, pp. 122-136.
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-46-18
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009 LAMPIRAN