Transformation Design Table For Support Activities Visitor Café Coffe Triyan Darmawan 206000266 Desain Produk Industri
[email protected]
ABSTRACT Crowded cafes with names and diversity of unique menu is offered, are The phenomenon that is being crowded in Indonesia, where almost every people spend hours after work. They attend entertainment venues including one of which is coffee cafe. Seeing the enthusiasm of the people who visit, now a lot of cafe coffee deliberately add hours of operation into twentyfour hours nonstop. The visitors were also spoiled with free internet access and the discount prices of any particular menu as an expression of appreciation for visitors. Responding to this phenomenon owners try to do the interior design and products for them to meet their needs with specific themes and usage interior couch to eat, work with laptops, and others. Based on the observation of the interior and product development more to comfort, aesthetics, but in terms of comfort functions is not necessarily true. The study was conducted to examine whether sofa furniture products used in accordance with the convenience based on ergonomic principles. Research has also found that the couch is used less appropriate and necessary to change the ergonomics. Keywords: Café, Sofa, Ergonomics, Comfort, Activities
Pendahuluan Stephen Bayley dalam bukunya Art and Industry (1982): “Desain adalah sesuatu ketika seni bertemu dengan industri, ketika orang mulai membuat keputusan mengenai seperti apa produk yang akan dibuat masal.” Di semua kota-kota besar di dunia pasti memiliki cafe dan kebanyakan anak muda jaman sekarang mengisi waktu luangnya mereka dapat dengan berkumpul dan menghabiskan waktu di cafe. Mereka dapat berkumpul bersama teman-teman bahkan hingga meeting dengan clien. Interior cafe memliki gaya yang berbeda-beda untuk memberikan kenyamanan saat beraktifitas. Tema interior memberikan nuansa khusus seperti gaya yang santai di warung kopi, nuansa ruangan modern yang nyaman, bahkan dengan tema khusus seperti super hero atau nuansa internasional seperi paris, new york dan sebagainya. Fenomena ini banyak muncul umumnya di kota-kota besar di Indonesia khususnya seperti kota Jakarta Kopi pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1669. Ketika itu utusan sultan Mohammed IV berkunjung ke Paris dengan membawa berkarung-karung biji misterius yang nantinya dikenal dengan nama coffee. Cafe kopi ini biasanya menerapkan gaya interior yang unik dan berbeda sesuai dengan tema yang diusung oleh sang owner. Perbedaan tak hanya datang dari interior, tetapi juga datang dari cara pelayanan dan cara penyajian. Untuk lebih mendukung suasana yang nyaman, setiap cafe kopi tersebut cenderung memiliki furniture khusus sebagai pelengkap ruangan yang disesuaikan dengan tema dari gaya desain interiornya. Furniture yang terdapat di cafe biasanya terdiri dari kursi, sofa, dan meja. Biasanya, furniture tersebut memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan kategori kebutuhannya, sebagaimana dijabarkan diatas, hal ini disebabkan keragaman aktifitas yang dilakukan di cafe. Sebagai contoh, adanya berbagai ukuran meja yang ada di cafe ada yang kecil, besar, tinggi, rendah, panjang, ataupun pendek. Hal ini yang membedakan furniture cafe dan rumah makan ataupun food court yang memiliki ukuran meja yang sama. Penulis melakukan pengamatan untuk melihat apakah penggunaan furniture jenis sofa di cafe dapat memberikan rasa nyaman khususnya sewaktu digunakan untuk bekerja menggunajan laptop, makan, minum kopi, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan furniture yang ada pada cafe dibuat berdasarkan fungsi secara umum saja, dan belum ada furniture yang mengedepankan multi fungsi yang dapat disesuaikan dengan aktifitas pengunjung yang melakukan berbagai aktifitas dalam waktu yang bersamaan sebagaimana dilakukan oleh pengunjung cafe. Seperti misalnya pada saat santai disofa dan kemudian pengunjung ingin bekerja dengan
menggunakan sebuah laptop. Tentu dalam hal ini fungsi dari meja adalah yang paling memiliki peran yang sangat vital tentang bagaimana sebuah meja dapat memenuhi dua kebutuhan aktifitas tersebut dalam waktu yang bersamaan.Oleh karena itu perlu penyesuaian agar cafe benar-benar menjadi tempat yang nyaman tidak hanya estetis, namun ergonomis pengamatan dilakukan di cafe kelas atas, penulis menjatuhkan pilihan pada the coffee bean. The coffee bean merupakan sebagian besar dari coffee cafe yang sudah mempunyai nama besar dan memiliki level yang cukup tinggi sebagai tempat bersantai untuk sekedar menikmati kopi bagi masyarakat kelas atas. Kebanyakan pengunjung tempat ini adalah mereka kaum eksekutif muda dan para pekerja yang memiliki mobilitas yang tinggi. Adapun furniture yang digunakan sebuah single seat dengan berbahan material berupa kayu. Selain itu juga single sofanya pun tidak menunjukan adanya sebuah sofa yang multifungsi. Ukuran panjang sofa tersebut memiliki panjang sekitar 80 cm dengan dilengkapi arm rest pada sisi kanan dan kiri, serta sandaran yang dilapisi bantalan. Meja yang digunakan juga terbuat dari kayu. Kebanyakan dari pengunjung lebih menyukai posisi santai dengan bersandar pada sandaran sofa, dengan posisi meja yang lebih rendah dari posisi duduk pengunjung. Sofa digunakan untuk kebutuhan yang sangat luas, memungkinkan ketidak nyamanan ergonomi.
Gambar 1 Foto furniture disebuah cafe kopi kelas atas Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 2 Foto furniture disebuah cafe kopi kelas atas Sumber: dokumentasi pribadi
Pengamatan pada cafe kelas atas berikutnya jatuh pada starbucks coffee. Starbucks merupakan sebuah kedai coffee yang sudah cukup terkenal hampir disetiap kota dibeberapa negara di dunia. Cafe ini ternasuk ke dalam kategori cafe kelas atas karena memiliki brand yang sudah cukup lama eksis dikalangan kaum urban. Pada kesempatan kali ini, penulis telah berhasil melakukan pengamatan di starbucks coffee dengan memotret beberapa furniture yang digunakan, beberapa diantaranya terdapat kursi kayu dan meja kayu yang telah menjadi citra disetiap outlet kedai kopi, ada juga yang menggunakan sofa dan kursi rotan. Adapun kebiasaan pembeli ketika berkunjung ke tempat ini adalah menikmati kopi dengan kesibukan menggunakan gadget seperti laptop, handphone, tab, dan sebagainya.
Gambar 3 Kebiasaan pengunjung di starbucks coffee Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 4 Kebiasaan pengunjung di starbucks coffee Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 5 Kebiasaan pengunjung di starbucks coffee Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 6 Kebiasaan pengunjung di starbucks coffee Sumber: dokumentasi pribadi
berikutnya pengamatan pada kelas menengah. Penulis memilih comic cafe sebagai tempat pembanding. Comic cafe merupakan salah satu cafe yang menyajikan modern cepat saji yang terdapat dibilangan tebet jakarta selatan. Memasukan cafe ini sebagai cafe kelas menegah berdasarkan atas harga menu yang ditawarkan yang masih dapat dijangkau oleh masyarakat banyak. Tingkat pengunjungnya pun beragam, mulai dari anak-anak sampai dengan orang dewasa. Interior yang diusung dalam cafe ini adalah super hero dengan banyaknya gambar gambar action character yang sering muncul dibeberapa film kartun dan buku komik. Mengenai furniture yang digunakan pada tempat ini masih mengusung tema minimalis modern. Hal ini terlihat dari banyaknya meja berbentuk kotak bergaris tegas dan berwarna putih yang dipadu dengan kursi kayu.
Gambar 7 Comic cafe kelas menengah Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 8 Comic cafe kelas menengah Sumber: dokumentasi pribadi
Pengamatan pada kelas menengah berikutnya penulis memilih mc donnald sebagai tempat pembanding. Mc Donnald merupakan salah satu cepat saji yang cukup terkenal diseluruh belahan negara di dunia. Memasukan resto ini ke dalam sebagai cafe kelas bawah berdasarkan atas harga menu yang ditawarkan yang masih dapat dijangkau oleh masyarakat banyak. Tingkat pengunjungnya pun beragam, mulai dari anak-anak sampai dengan orang tua. Interior dan furniture yang digunakan pada tempat ini masih mengusung tema minimalis modern. Hal ini terlihat dari banyaknya meja panjang berbentuk kotak bergaris tegas dan berwarna putih yang dipadu dengan single sofa yang nyaman dengan balutan warna kulit sofa yang soft. Ada juga beberapa sofa pa njang yang membentuk setengah lingkaran yang dipadu dengan satu meja bundar ditengahnya.
Gambar 9 Foto furniture yang digunakan kelas menengah Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 10 Foto furniture yang digunakan Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 11 Foto furniture yang digunakan kelas menengah Sumber: dokumentasi peibadi
Mengenai kebiasaan cara duduk orang saat berkunjung ditempat ini sangat beragam, ada yang bersandar saat hanya menikmati sebuah kopi. Namun ada juga yang menggunakan meja yang terlalu rendah untuk makan. Hal ini tentunya sangat tidak nyaman apabila menggunakan meja yang lebih rendah saat makan karena akan lebih banyak membungkuk saat makan.
Gambar 12 Foto orang yang sedang makan dengan meja lebih rendah. Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 13 Foto orang yang sedang makan dengan meja lebih rendah. Sumber: dokumentasi pribadi
dilanjutkan pengamatan pada kelas bawah.Penulis memilih “kedai tempat gue’ sebagai tempat pembanding. ‘kedai tempat gue’ merupakan salah satu cafe yang menyajikan makanan dan minuman yang terdapat dibilangan Jakarta Timur. Memasukan cafe ini sebagai cafe kelas menegah berdasarkan atas harga menu yang ditawarkan yang masih dapat dijangkau oleh masyarakat banyak. Tingkat pengunjungnya pun beragam, mulai dari anakanak sampai dengan orang dewasa. Adapun mengenai furniture yang digunakan adalah single dan double kursi rotan yang tampak kurang nyaman namun cukup untuk sekedar bersantai dan menikmati makanan yang disajikan ditempat ini.
Gambar 14 Furniture yang digunakan di cafe keals bawah Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 15 Furniture yang digunakan di cafe keals bawah Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 16 Furniture yang digunakan di cafe kelas bawah Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 17 Furniture yang digunakan di cafe keals bawah Sumber: dokumentasi pribadi
Pembahasan ergonomi sofa Data hasil pengamatan kemudian disimulasikan untuk melihat apakah sesuai dengan prinsip ergonomi. Perbandingan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur apakah terdapat masalah yang terjadi dari perbedaan antara standar yang telah ditetapkan dalam ergonomi dengan kebiasaan pengunjung saat duduk di sofa maupun di kursi.
Gambar 18 Standar posisi duduk dan mengambil kopi menurut standar ergonomi Sumber: Human dimension and Interior Space
Tabel 1 pengamatan posisi duduk dan aktifitas pengunjung di sofa dan cofe table
Posisi duduk pengunjung
Posisi duduk pengunjung
Posisi duduk pengunjung
pada saat santai
pada saat bermain laptop
pada saat mengobrol
Dari hasil analisa gambar ergonomi yang ditunjukan melalui huruf A menyatakan bahwa jarak 213.4 – 284.5 cm ( lihat pada gambar 19 ) permasalahan yang terjadi pada pengunjung apabila duduk di sofa dengan posisi meja yang lebih rendah adalah kenyamanan menjadi terganggu khususnya apabila ingin bermain laptop atau pun mengambil minuman menjadi harus sedikit membungkuk. Akan tetapi pada saat mengobrol tidak terdapat masalah yang berarti.
Gambar 19 Standar posisi duduk pada dining table menurut standar ergonomi Sumber: Human dimension and Interior Space
Tabel 2 Pengamatan posisi duduk pengunjung di sofa dan meja makan
Posisi duduk
Posisi duduk
Posisi duduk pengunjung pada saat
pengunjung pada saat
pengunjung pada saat
bermain handphone
bekerja dengan laptop
minum
Dari hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa apabila pengunjung duduk di sofa bekerja dengan menggunakan laptop dengan posisi meja lebih tinggi maka bekerja terasa lebih nyaman karena tidak perlu membungkuk. Sehingga dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa bekerja dimeja yang lebih tinggi lebih terasa lebih nyaman dan dapat lebih fokus, sehingga perancangan meja nantinya akan diarahkan lebih fungsional di mana ketinggian dan kerendahan mejanya dapat diatur dan dapat disesuaikan oleh setiap kategori jenis kafe makan dan kafe kopi.
Perlunya pengembangan desain ergonomi sofa Hasil menunjukan perlu pengembangan ergonomi pada sofa agar sesuai dengan prinsip ergonomi. Untuk itu perlu ditetapkan terlebih dahulu mengenai ukuran tinggi meja dan kursi sesuai dengan standar internasional proporsi tubuh manusia ( merujuk pada referensi ergonomi maka dilakukan studi terhadap sofa agar dapat secara ergonomis difungsikan untuk kegiatan, makan, minum, bekerja dengan laptop, dan ngobrol. Studi dilakukan terhadap sofa yang umumnya digunakan di cafe yaitu ukruran 70 x 70 x 90 dan meja dengan ukuran 120 x 45 x 49. Posisi disesuaikan sesuai dengan kenyamanan Pada gambar di atas menunjukan posisi duduk di sofa dari tampak atas, dengan mempertimbangan jarak lebar badan dan lebar satu sofa yang ditunjukan dengan huruf ’H’
Gambar 20 Posisi duduk di sofa tampak atas Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar menunjukan studi posisi antara sofa, meja, dan oang yang sedang beraktifitas makan, minum. Jarak meja jarak meja dan aktifitas sesuai dengan acuan ergonomi dan memberikan kenyamanan dalam beraktifitas.
Gambar 21 Posisi duduk di sofa dengan coffee table Sumber: dokumentasi pribadi
Pada gambar di atas menunjukan posisi duduk di sofa pada saat mengambil kopi dari meja. Dalam hal ini yang menjadi pertimbangan adalah jarak antara kursi dengan meja. Dalam gambar tersebut tinggi meja terlihat lebih rendah dari tinggi duduk posisi pengunjung. Sofa kurang nyaman oada saat merokok, digambar terlihat posisi agak tegak, sehingga menyebabkan ketidak nyamanan sehingga harus ditambahkan ketinggiannya, sehingga menghasilkan kenyamanan yang sesuai.
Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian di atas adalah bahwa kebanyakan sofa yang terdapat di cafe masih belum memiliki kenyamanan yang memadai untuk memenuhi segala aktifitas. Hal ini dibuktikan dengan membandingkan dengan acuan ergonomi dengan simulasi aktifitas pengguna. Maka dari itu konsep cafe yang memberikan kenyamanan bagi pengunjung, yang melakukan aktifitas untuk melakukan berbagai aktifitas dan suasana santai satai belum terpenuhi. Pengembangan interior, telah memnuhi sasaran namun dari sisi pemilihan sofa yang digunakan furniture pendukung masih perlu dilakukan penyesuaian. Hasil penelitian berupa acuan ukuran , posisi badan, dan letak peralatan diatas meja, untuk pengembangan desain. Pengembangan desain bisa dilakukan penyesuaian hasil studi dengan desain sofa. Dapat pula dengan mendisain meja yang dapat diatur posisi tingginya sesuai dengan hasil penelitian. Hasil penelitian menimpulkan bahwa, pengembangan ukuran sofa yang dilakukan bahwa untuk memnuhi katifitas konsumen di cafe.
Daftar Pustaka Adji Bolosoo, Senyo. Developing Civil Society: Social Order And The Human Factor Vihma, Susan. Vakeva, Seppo. Semiotika Visual Dan Sematika Produk Cuffaro, Blackman, Covert, Paige, Nehez-Cuffaro, Laituri, Sears. (2013). The Industrial Design. United States of America: Rockport Publisher Eko, N. (September 2008). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya Panero, Julius. Human Dimension and Interior Space. Indonesia: Fakultas Desain Produk Industri Universitas Paramadina. Hal, 23