PROBLEMATIKA INTERAKSI ANAKKELUARGA BROKEN HOME DI DESA BANYUROTO, NANGGULAN, KULON PROGO, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Oetari Wahyu Wardhani NIM 11102241035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FEBRUARI2016
i
ii
iii
iv
MOTTO Tak ada kata menyerah untuk mencapai sebuah tujuan dan cita-cita, karena semua bisa tercapai dengan kemauan, usaha dan sesuatu yang disebut dengan belajar yang mendidik (TBM Bintang). Orang bodoh sulit mendapat pekerjaan sehingga dia terpaksa buka usaha sendiri. Dalam perjalanan bisnisnya agar semakin sukses dia harus merekrut orang pintar. Alhasil orang bodoh tadi jadi bosnya orang-orang pintar (Bob Sadino). Jika kau menyerah sekarang karena kau merasa lemah atau malas, tidak ada lagi harapan di waktu selanjutnya karena kesempatanmu yang selanjutnya tidak akan pernah datang (Penulis).
v
PERSEMBAHAN Atas berkat rahmat Allah SWT, Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.
Ayah, Ibu, dan Kakak
2.
Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta
3.
Agama, Nusa, dan Bangsa
vi
PROBLEMATIKA INTERAKSI ANAK KELUARGA BROKEN HOME DI DESA BANYUROTO, NANGGULAN, KULON PROGO, YOGYAKARTA Oleh Oetari Wahyu Wardhani NIM 11102241035 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Interaksi yang terjadi dalam keluarga broken home, 2) Masalah-masalah interaksi yang terjadi didalam keluarga broken home, 3) Upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dan mengambil lokasi di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta.Subyek dalam penelitian ini adalah orang tua keluarga broken home di Desa Banyuroto.Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian, yang dibantu dengan pedoman observasi, dokumentasi, dan wawancara.Teknik yang digunakan dalam melakukan analisis data adalah reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan.Keabsahan data yang dilakukan untuk menjelaskan data dengan menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Interaksi yang terjadi antara orang tua ayah atau ibu dengan anak keluarga broken home dalam kehidupan seharinya berlangsung dengan baik walaupun masih ada hal yang kurang. Interaksi yang terjadi masing-masing orang tua ayah atau ibu memberikan keteladanan yang baik, kebersamaan tidak semua ayah atau ibu memiliki waktu bersama dengan anak, tidak semua ayah atau ibu saling terbuka, kedekatan dengan anak tidak semua ayah atau ibu dekat dengan anak, kurangnya aturan-aturan yang disepakati bersama, masing-masing orang tua ayah atau ibu memiliki perbedaan dalam kontrol perilaku anak. 2) Masalah yang terjadi didalam keluarga broken home adalah masalah ekonomi yang menyebabkan orangtua ayah atau ibu kurang komunikasi, kuantitas untuk bertemu dengan anak masih kurang, kurang adanya pengendalian anak dalam kegiatan kesehariannya. 3) Upaya untuk mengatasi masalah interaksi yaitu orang tua walaupun tidak bisa bertatap lansung masih bisa berkomunikasi lewat sms atau telpon, lebih meningkatkan kuantitas bertemu dengan anak dan meluangkan waktu untuk anak. Sebagai Pendidikan Luar Sekolah diperlukan pendidikan untuk orang tua supaya mengerti akan kewajiaban orang tua dalam mendidik anak. Kata kunci: Interaksi,Masalah, Broken Home
vii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan yang baik ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Problematika Interaksi Anak Keluarga Broken Home di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulonprogo, Yogyakarta” guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Dalam kesempatan yang baik ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah berkenan mengizinkan saya dalam menyelesaikan studi dan memberi kemudahan di dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan semangat dan doa kepada saya. 3. Bapak Dr. Sugito, M.A.sebagai pembimbing skripsi yang telah berkenan memberikan arahan-arahan dan kesabaran dalam membimbing saya. 4. Bapak Sugihartono, M.Pd. sebagai penguji utama yang telah berkenan menguji dan memberikan masukan. 5. Bapak Entoh Tohani, M.Pd. sebagai sekretaris ujian skripsi yang telah memberikan masukan kepada penulis.
viii
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan. 7. Orang tua keluarga broken home di DesaBanyuroto yang telah memberikan kemudahan dalam saya menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. 8. Ayah, Ibu, Kakak atas doa, dukungan, bantuan moral/materi, kasih sayang dan waktunya disela-sela kesibukannya. 9. Spesial untuk Pratama Winahyu Arifian yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman PLS
angkatan 2011 yang telah memberikan banyak
pembelajaran hidup selama di kampus. 11. Sahabat-sahabatku Tyas, Ela, Ika, Rima, Dila, Wuri yang selalu memberikan dukungan dan banyak membantu dalam segala hal, hingga terselesainya skripsi ini. 12. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu saya dalam penyelesaian studi dan skripsi ini. Semoga bantuan, doa, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan kepada saya mendapat imbalan dari Allah SWT. Inilah yang dapat penulis berikan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis sendiri, bagi rekan-rekan Pendidikan Luar Sekolah, dan para pembaca. Yogyakarta, 12 Januari 2016 Penulis
ix
DAFTAR ISI hal ……………………………………………………
i
………………………………………….
ii
SURAT PERNYATAAN ………………………………………………..
iii
………………………………………….
iv
MOTTO …………………………………………………………………….
v
PERSEMBAHAN …………………………………………………………
vi
ABSTRAK …………………………………………………………………
vii
KATA PENGANTAR ………………………………………….………….
viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
x
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
xii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………
xv
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………...
1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………………….
7
C. Batasan Masalah …………………………………………………………
7
D. Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 8 E. Tujuan Penelitian ………………………………………………………...
8
F. Manfaat Penelitian ……………………………………………………….
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik 1. Kajian Tentang Keluarga …………………………………………….
10
a. Pengertian Keluarga ……………………………………………..
10
b. Fungsi-Fungsi Keluarga …………………………………………
13
2. Kajian Tentang Keluarga Broken Home a.
Pengertian Keluarga Broken Home ………………………………
16
b.
Penyebab Dalam Keluarga Broken Home……………………….
18
c.
Akibat Dari Keluarga Broken Home ……………………………..
21
d.
Masalah-Masalah yang Dihadapi ………………………………… 23 x
3. Kajian Tentang Pola Asuh a. Pengertian Pola Asuh ……………………………………………
28
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh …………………
34
4. Kajian Tentang Interaksi a. Pengertian Interaksi ……………………………………………..
35
b. Interaksi Didalam Keluarga ……………………………………..
42
5. Pengaruh Interaksi Anak Keluarga Broken Home Terhadap Perkembangan Anak ………………………………………. 44 B. Penelitian Yang Relevan………………………………………………… 48 C. Problematika Interaksi Anak Keluarga Broken Home……………………………………………………………. D. Pertanyaan Penelitian……………………………………………………
50 52
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian……………………………………………………
54
B. Subyek Penelitian………………………………………………………..
55
C. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………………
56
D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………
56
E. Instrument Penelitian…………………………………………………….
61
F. Keabsahan Data…………………………………………………………
62
G. Teknik Analisis Data…………………………………………………….
63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur Organisasi Desa Banyuroto 1. Letak Geografis Desa Banyuroto…………………………………..
66
2. Struktur Organisasi Desa Banyuroto……………………………….
68
B. Keadaan Masyarakat Banyuroto 1. Identifikasi Masyarakat Banyuroto…………………………………
71
2. Subyek Penelitian…………………………………………………..
73
C. Data Hasil Penelitian 1. Interaksi yang Terjadi Didalam Keluarga…………………………
75
2. Masalah-Masalah Interaksi Keluarga Broken Home……………..
87
3. Upaya Untuk Mengatasi Masalah…………………………………
93
xi
D. Pembahasan 1.
Interaksi yang Terjadi Didalam Keluarga………………………….
96
2.
Masalah-Masalah Interaksi Keluarga Broken Home………………
100
3.
Upaya Untuk Mengatasi Masalah…………………………………
103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan…………………………………………………………….
107
B. Saran …………………………………………………………………..
117
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….
118
LAMPIRAN ………………………………………………………………
119
xii
DAFTAR TABEL hal Tabel 1.Profil subyek orang tua ayah atau ibu ……………………………
56
Tabel 2.Metode Pengumpulan Data ………………………………………
60
Tabel 3. Luas Desa Banyuroto ……………………………………………
67
Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Banyuroto ………………………………
68
xiii
DAFTAR GAMBAR hal Gambar Struktur Organisasi ……………………………………………..
xiv
70
DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1 Pedoman Observasi……………………………………………
121
Lampiran 2 Pedoman Wawancara …………………………………………
122
Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi ……………………………………….
124
Lampiran 4 Analisis Data …………………………………………………
125
Lampiran 5 Catatan Lapangan …………………………………………….
133
Lampiran 6 Foto ………………………….. .………………………………144 Lampiran 7 Surat-surat Penelitian ………………………………………….
xv
147
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok pertalian ikatan darah yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk membimbing anak-anaknya dan juga sebagai tempat untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dalam keluarga terdapat seorang ayah, seorang ibu dan anak-anaknya.Masing-masing anggota
keluarga
mempunyai
peran
sendiri
dalam
melakukan
tugasnya.Sehingga dalam keluarga dapat terjalin rasa kekompakkan dan terwujudnya keluarga yang sakinah, keluarga yang tentram, keluarga yang harmonis, tentram dan damai. Keluarga adalah sebuah komunitas dalam “satu atap” yang mana kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap dan terjalin interaksi antara anggota keluarga.Keluarga pun dapat diberi batasan sebagai sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita yang mana dapat menciptakan dan membersarkan anak-anak (Syaiful Bahri 2014:19). Keluarga
merupakan
lingkungan
yang
terdekat
untuk
membesarkan, mendewasakan dan didalamnya anak mendapatkan pendidikan yang pertama kali. Oleh karena itu keluarga merupakan suatu peranan penting dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak. Sedangkan sebaliknya keluarga yang tidak baik atau kurang baik akan berpengaruh negative bagi perkembangan anak( Sudarsono 2012:125).
1
Selain sekolah dan masyarakat keluarga juga merupakan lembaga pendidikan awal bagi anak. Karena keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama bagi anak dimana anak memperoleh dan menerima ilmu pendidikan selain itu juga anak mendapatkan bimbingan dan arahan dari anggota keluarga ataupun keluarga yang lain. Fungsi dari keluarga itu sendiri dalam setiap masyarakat, keluarga merupakan struktur kelembagaan yang berkembang sebagai upaya untuk menyelesaikan tugas-tugas dari fungsi tersebut(Paul B Horton 1996: 274). Fungsi dari keluarga tersebut yaitu: fungsi pengaturan seksual, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi penentuan status, dan fungsi ekonomi. Undang-Undang Tahun 1974 menyebutkan tentang perkawinan Bab I pasal 1 menjelaskan bahwa: “Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” UU Perkawinan (1985:1) Dalam Peraturan Pemerintah RI No 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Bab I Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa: “Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup sepiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara anggota, antara keluarga dan masyarakat” Dari data yang ada banyak angka perceraian yang terjadi, hal ini ditunjukkan dalam artikel di situs BKKBN, (www.bkkbn.go.id), jumlah 2
perceraian di Indonesia pertahun mencapai 200.000 kasus; angka perkawinan mencapai 2 juta pasangan pertahun. Berdasarkan data tahun 2010 dari Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI, dari 2 juta orang nikah setiap tahun se-Indonesia, ada 285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian pertahun.Menurut data dari BKKBN yang dirilis awal tahun 2012, angka perceraian di Indonesia saat ini telah mencapai rekor tertinggi se Asia Pasifik. Data yang ada pada Badan Pusat Statistik mengenai angka perceraian di DaerahIstimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa pada tahun 2003 terdapat 643 kasusperceraian dari 26.203 pernikahan. Tahun 2004 tercatat 744 kasus perceraian dari27.077 pernikahan dan terakhir pada tahun 2005 terdapat 871 kasus perceraian dari 28.116 pernikahan. Bentuk dan penyebab dari broken home itu sendiri menurut Kissumi Diyanayati (2009: 12) ada 2 yaitu broken home fisik dan broken home psikologis. Sedangkan penyebab dari broken home itu seperti, penyebab fisik, penyebab psikologis, penyebab ekonomi, penyebab sosial, dan penyebab ideologis. Banyaknya angka keluarga broken home mempunyai pengaruh terhadap kondisi anak, Bukanlah sebuah pilihan apabila seorang bayi terlahir dari keluarga yang kurang harmonis (broken home), dan sangat berbahaya bagi pertumbuhan sang anak. Pengenalan norma kehidupan akan menjadi terhambat.Adanya pengaruh keluarga yang berantakan akanberbeda-beda tehadap masing-masing individu. Sejatinya, anak
3
dibawah umur butuh perhatian dan bimbingan dalam pemaknaan hidup.Namun ketika tidak dapat bimbingan yang benar, pemaknaan hidup bisa
saja
menjadi
melenceng.orang
tua
lebih
memperhatikan
perkembangan anak dan tidak hanya mementingkan egonya masingmasing seperti berpisah atau bercerai, karena sikap orang tua itu sangat berpengaruh pada perkembangan kejiwaan anak. Menurut Kartini Kartono (1986: 45) Sikap dan perilaku orang tua dalam hubungan dengan anakanak mempengaruhi setiap partumbuhan dan perkembangan. Keluarga yang mengalamibroken home atau pecah menjadikan anak kehilangan teladannya. Orang tua yang diharapakan oleh anaknya dapat menjadikan teladan ternyata tidak mampu memperlihatakan sikap dan perilaku yang baik. Anak akan merasa kecewa, resah dan gelisah dan mereka juga tidak betah untuk tinggal dirumah. Hilangnya keteladanan orang tua yang diarasakan kepada anak memberikan rasa yang kurang menyenangkan bagi anak sehingga anak mencari pigur orang lain yang dapat menjadi tumpuan harapan untuk anak berbagi perasaan dan duka larannya ( Syaiful Bahri, 2014:49) Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional dan intelektual. Jika semuanya berjalan dengan sesuai maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang dalam keadaan sehat jiwa. Nilai sosial, norma agama, dan prinsip hidup yang dikenalkan melalui interaksi sosial anak yang bersifat intensif dengan anggota keluarganya akan lebih mundah manancap kuat pada anak. Jika dalam keluarga itu baik, maka
4
pertumbuhan anak juga akan baik. Sebaliknya jika dalam keluarga tersebut jauh dari rasa aman dan nyaman maka anak tidak dapat tumbuh dengan baik.Untuk membuat situasi ini menjadi aman dan nyaman suapaya mendukung tumbuh kembang anak para orang tua harus menerapkan pola asuh untuk menjadi dsar atau patokan dalam hal mendidik anak. Pola asuh orang tua merupakan cara untuk mendidik anak dan membesarkan anak yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Peran orang tua sangatlah mempengaruhi perilaku anak dalam mengasuh dan mendidik anak. Namun setiap orang tua mempunyai cara tersendiri dalam mengasuh anak, hal tersebut dikarenakan setiap individu memiliki karateristik yang berbeda-beda terutama dalam mengasuh anak. Menurut Baumrind, terdapat 3 jenis pola asuh yaitu authoritarian, authoritative, dan permissive (Janet Kay, 2006: 40) Adanya pengaruh pola asuh orang tua juga sangat mempengaruhi interaksi didalam keluarga. Pola asuh pada dasarnya diciptakan oleh adanya interaksi antara orang tua dan anak dalam hubungan sehari-hari yang berevolusi sepanjang waktu sehingga orang tua akan menghasilkan anak-anak yang sealiran, karena orang tua tidak hanya mengajarkan dengan kata-kata tetapi dengan contoh. Adanya prinsip-prinsip juga dipakai orang tua dalam mengembangkan dasar-dasar disiplin bagi anak sehingga didalam keluarga terdapat beberapa praktek mengenai pola asuh yang dapat membantu adanya interaksi dalam keluarga (Shocib 1998: 124)
5
Adanya permasalahan yang terjadi dalam keluarga interaksi antara orang tua ayah atau ibu dengan anak
sulit untuk terjalin. Interaksi
merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok-kelompok, maupun individu dengan kelompok (Soekamto 2002: 62).Adapun syarat untuk berhasilnya sebuah interaksi yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Perceraian atau keretakan dalam suatu keluarga
yangterjadi
didalamnya, maka sedikit banyak akan mempengaruhi perubahan perhatian dari orang tua terhadap anaknya baik perhatian fisik, seperti sandang, pangan, dan pendidikan maupun perhatian psikis seperti, kasih sayang dan intensitas interaksi. Perubahan ini disebabkan karena kebiasaan hidup yang dilakukan bersama dalam satu rumah, harus berubah menjadi kehidupan sendiri-sendiri dan timbulnya rasa tidak nyaman akibat adanya konflik dalam keluarga. Pentingnya interaksi anak dengan orang tua karena dalam interaksi itu didapatkan kasih sayang, rasa aman dan perhatian dari orang tua yang tidak ternilai harganya. Interaksi yang baik antara orang tua dan anak juga harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan anak, seperti kebutuhan pangan, sandang, dan pendidikan, karena semua itu adalah tanggung jawab orang tua yang telah melahirkannya. Kurangnya kualitas pengasuhan dan interaksi antara oang tua dengan
anak
menyebabkan
berpengaruh
terhadap
kualitas
interaksinya.Dari hasil masalah-masalah yang terjadi diatas tentang
6
keluarga yang tidak harmonis maka peneliti tertarik untuk mengambil sebuah judul “Problematika Interaksi Keluarga Broken HomeDi Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo”. B. Identifikasi Masalah Dari hasil latar belakang diatas, maka terdapat identifikasi beberapa masalah sebagai berikut : 1. Dalam sebuah keluarga terdapat masalah-masalah yang menyebabkan keluarga tersebut pecah. 2. Adanya perceraian menyebabkan kurangnya interaksi antara orang tua ayah atau ibu dengan anak 3. Perpecahan keluarga akibat perceraian diakibatkan masalah ekonomi yang menjadikan orang tua ayah atau ibu sibuk mencari uang sehingga kurangnya waktu dengan anak. 4. Kurangnya interaksi menyebabkan kurangnya kasih sayang, rasa aman dan nyaman untuk anak C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian.Oleh karena itu penulis memfokuskan untuk membatasi masalah yang terjadi dalam interaksi anak keluarga yang bercerai di Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo.
7
D. Perumusan Masalah Dari hasil identifikasi masalah tersebut maka dapat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana interaksi yang terjadi dalam keluargabroken home di Desa Banyuroto? 2. Masalah-masalah interaksi apa yang dihadapai dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto? 3. Upaya untuk mengatasi masalah interaksi yang terjadi dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang dicapai dalam peneliti ini adalah: 1. Untuk mengetahui interaksi yang terjadi dalam keluargabroken home di Desa Banyuroto. 2. Untuk mengetahui masalah-masalah interaksi yang terjadi dalam keluargabroken home di Desa Banyuroto. 3. Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto. F. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan maslah diatas maka manfaat penelitian ini adalah:
8
1. Manfaat teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan mendapatkan wawasan baru mengenai keluarga broken home dan bagimana pola interaksi dalam keluarga. 2. Manfaat praktis Manfaat memberikan
dari
penelitian
pandangan
dan
ini
diharapkan
masukan
kepada
dapatmembantu orangtua
dan
masyarakatmengenai gambaran broken home pada anak dan faktorfaktor yang dapatmempengaruhi kemampuan interaksi terhadap masyarakat,
sehingga
dapat
permasalahannya.
9
bertahandalammenghadapi
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik 1. Kajian TentangKeluarga a. Pengertian Keluarga Keluarga batih biasanya terdiri dari suami/ayah, istri/ibu dan anak-anaknya yang belum menikah, keluarga batih merupakan unit pergaulan hidup terkecil dalam masyarakat(Soerjono Seokamto 2004:22). Sebagai unit terkecil keluarga mempunyai peranan-peranan tertentu, peranan-peranan itu adalah: 1) Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi anggota keluarga, dimana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut 2) Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya 3) Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup 4) Keluarga batih merupakan wadah dimana manusia mengalami proses sosialisasi awal, yakni suatu proses dimana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin, sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan 10
saling menyerahkan diri. Sedangkan dalam pengertian pedagogis, keluarga adalah “satu” persekutuan hidup yang di jalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan suatu ikatan pernikahan. Keluarga dalam pengertiannya dapat dikatagorikan sebagai keluarga seimbang, keluarga kuasa, keluarga protektif, keluarga kacau dan keluarga simbiotisMenurut David dalam bukuntya M. Shochib (1998:20): 1) Keluarga seimbang adalah keluarga yang harmonis ditandai dengan hubungan atau relasi antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak, atau ibu dengan anak. 2) Keluarga kuasa lebih menekankan pada keuasaan daripada relasi. Pada keluarga seperti ini anak merasa dibawah tekanan kedua orang tua, seakan-akan orang tua mempunyai peraturan, ketetapan yang tidak akan pernah habis 3) Keluarga protektif yaitu keluarga yang menekankan pada tugas dan menyadari perasaan satu sama lain 4) Keluarga kacau dalam hal ini merupakan keluarga yang selalu menimbulkan konflik atau masalah dan kurang peka untuk memenuhi kebutuhan anaknya. 5) Keluarga simbiotis yaitu keluarga yang memiliki perhatian yang kuat terhadap anggota keluarga dan hampir seluruhnya terpusat pada anak.
11
Seperti semua lembaga bahwa keluarga adalah suatu system norma dan tata cara yang diterima untuk menyelesaikan sejumlah tugas yang penting. Menurut (Paul B Horton dalam buku sosiologi 1994: 267) mendefinisikan keluarga tidak begitu mudah karena istilah ini digunakan dengan berbagai cara antara lain: 1) 2) 3) 4) 5)
Suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang sama Suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh perkawinan Pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak Pasangan tanpa nikah yang mempunyai anak Satu orang dengan beberapa anak Keluarga setidaknya dapat ditinjau berdsarkan tiga sudut
pandang, yaitu definisi struktural, definisi fungsional, dan definisi intersaksionalKoerner dan Fiztpatrik (2004). 1) Definisi
struktural,
yaitu
berdasarkan
kehadiran
atau
ketidakhadiran anggota keluarga seperti orang tua, anak, dan kerabat lainnya. 2) Definisi fungsional, yaitu keluarga didefinisikan dengan memfokuskan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas yang dilakukan dalam suatu keluarga. 3) Definisi transaksional, yaitu keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman melalui perilakuperilaku yang memunculkan identitias sebagi keluarga. Definisi ini
memfokuskan
pada
fungsinya.
12
bagimana
keluarga
melaksakan
Jadi keluarga merupakan suatu unit terkecil dari dalam masyarakat yang mana dalam keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan anak-anakanya. Dalam sebuah keluarga terdapat keluarga seimbang, keluarga kuasa, keluarga protektif, keluarga kacau dan keluarga simbiotis b. Fungsi-Fungsi Keluarga Dalam suatu masyarakat keluarga adalah suatu struktur kelembagaan
yang
berkembang
melalui
msyarakat
untuk
meyelesaikan tugas dan fungsi. Fungsi keluarga menurut (Paul B Horton 1994:274) antara lain : 1) Fungsi Pengaturan Seksual Keluarga adalah suatu wadah atau tempat bagi masyarakat untuk mengatur dan mengkoordinasikan kepuasan keinginan seksual. Dengan
kata
lain
dalam
setiap
masyarakat
terdapat
penyimpangan kebudayaan yang nyata dari kebudayaan yang dicita-citakan dalam perilaku seksual. Maka dari itu keluarga merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk terdihandar dari penyimpangan seksual. 2) Fungsi Reproduksi Untuk urusan “memproduksi” anak dalam setiap masyarakat tergantung
dalam
keluarga.
Cara-cari
lain
hanyalah
kemungkinan teoritis saja yang sebagian besar masyarakat untuk mengatur dan menerima anak diluar pernikahan.
13
3) Fungsi Sosialisasi Pentingnya keluarga dalam proses sosialisasi menjadi jelas tergantung pada keluarga bagi sosialisasi anak-anak dalam suatu masyarakat. 4) Fungsi Afeksi Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang atau rasa untuk dicintai. Kebutuhan akan kasih sayang,
persahabatan,
keintiman
merupakan
salah
satu
kebutuhan yang paling penting, jauh lebih penting daripada seks. 5) Fungsi Penentuan Status Dalam sebuah keluarga seseorang memiliki status, beberapa status dalam keluarga yaitu berdsarkan umur, jenis kelamin, urutan kelahiran, jenis kelamin, dan lain-lain.Keluarga juga member fungsi sebagai beberapa status sosial seperti, orang kulit putih, orang kulit hitam, kelas, dan lain-lain. 6) Fungsi Perlindungan Setiap keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis, dan psikologi bagi seluruh anggota masyarakat. 7) Fungsi Ekonomis Keluarga merupakan unit ekonomi dasar dalam sebagian besar masyarakat primitive.Para anggota keluarga saling bekerjasama dan dapat menghasilkan sesuatu.
14
Sedangkan menurut Berns dalam Sri Lestari (2004) keluarga memiliki lima fungsi dasar yaitu: 1) Reproduksi, keluarga memiliki tugas untuk mempertahankan populasi yang ada dalam masyarakat 2) Sosialisasi/edukasi, keluarga menjadi sasaran untuk transmisi nilai, keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan dan teknik dari generasi sebelumnya ke generasi yang lebih muda 3) Penugasan peran sosial, keluarga memiliki identitas pada para anggotanya seperti ras, etnik, religi, sosial ekonomi, dan peran gender. 4) Dukungan ekonomi, keluarga menyediakan tempat berlindung makanan, dan jaminan kebutuhan 5) Dukungan
emosi/pemeliharaan,
keluarga
memberikan
pengalman interaksi sosial yang pertama bagi anak. Perkembangan fungsi keluarga yang paling penting adalah sosialisasi dan perawatan bagi anak.Dimana sosialisasi merupakan awal anak mendapat keeyakinan, nilai-nilai dan perilaku yang pantas dilakukan. Fungsi-fungsi keluarga tersebut jika dilakukan secara teratur maka akan terbentuk keluarga yang nyaman, aman dan bahagia.
Fungsi
yang
berlangsung
dalam
membentuk perilaku dan sikap anak sehari-hari.
15
keluarga
dapat
2. Kajian Tentang Keluarga Broken Home a. Pengertian Keluarga Broken Home Secaraetimologi broken home diartikan sebagai keluarga yang retak. Jadi broken home adalah kondisi hilangnya perhatian keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua yang disebabkan oleh beberapa hal(Jihn M. Echolis 2000: 80). Bisa karena perceraian, sehingga anak hanya tinggal bersama satu orang tua kandung. Kata Broken home berasal dari dua kata yaitu broken dan home. Broken berasal dari kata break yang berarti keretakan, sedangkan home mempunyai arti rumah atau rumah tangga (Hasan Shadily, 1996:81). Jadi broken home adalah keluarga atau rumah tangga yang retak. Hal ini dapat disebut juga dengan istilah konflik atau krisis rumah tangga. Sedangkan kata Broken home menurut (Kissumi Diyanayati 2009:16) yaitu suatu kondisi keluarga yang mengalami perpecahan baik secara fisik maupun psikologis. Suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak yang terikat dalam sebuah perkawinan. Suatu perkawinan mengalami perpecahan fisik maupun psikologis, perpisahan secara fisik bisa terjadi jika salah satu dari kedua orang tua meninggal, maupun karena perceraian. Sedangkan perpecahan secara psikologis yaitu rusaknya hubungan batin antara anggota keluarga misalnya perbedaan paham, cemburu
16
yang berlebihan, atau tidak saling mencintai sehingga terjadi pertengkaran. Dari sudut lainbroken home dapat diapandang sebagai sudut formil dan informal. Broken home formil terjadi karena adanya perceraian dan kematian, sedangkan informal yaitu kelurga yang mengalami situasi yang pecah baik karena fisik maupun psikologis walau secara formil keluarga tersebut utuh. Rumah tangga yang tidak utuh karena perceraian dapat lebih merusak anak dan hubungan keluarga ketimbang rumah tangga yang pecah akibat kematian.Karena banyaknya keluarga yang pecah menyebabkan gangguan yang terjadi pada anak yaitu masalah-masalah interksi anak dalam keluarga yang merupakan akibat dari perpisahan orang tua. Keluarga retak atau broken home dinamakan dengan istilah keluarga kacau. Keluarga kacau adalah keluarga kurang teratur dan selalu mendua.Dalam keluarga ini cenderung timbul konflik (masalah), dan kurang peka memenuhi kebutuhan anak-anak.Anak sering diabaikan dan diperlakukan secara tidak wajar atau kejam, karena kesenjangan hubungan antara mereka dengan orang tua.Keluarga kacau selalu tidak rukun.Orang tua sering berperilaku kasar terhadap relasi (anak). Orang tua menggambarkan kemarahan satu sama lain dan hanya ada sedikit relasi antara orang tua dengan anak-anaknya. Anak terasa terancam dan tidak disayang.
17
Menurut (Willis, 2008:66) Broken home dapat dilihat dari dua aspek yaitu: 1. Keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu darikepala keluarga itu meninggal atau telah bercerai 2. Orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak dirumah,dan atau tidak memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi. Misalnya orang tua sering bertengkar sehingga keluarga itu tidak sehat secara psikologis. Dari keluarga yang digambarkan diatas, akan lahir anak-anak yang mengalami krisis kepribadian, sehingga perilakunya sering salahsuai. Mereka mengalami gangguan emosional dan bahkan neurotic. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah keluarga dikatakan broke home dikarenakan ayah atau ibu perceraian atau urusan lainnya. Kurang adanya perhatian dari ayah atau ibu menimbulkan anak menjadi kehilangan keteladannya, kurang mendapat perhatian, dan mengakibatkan anak menjadi frustasi, suasah diatur, dan meiliki perilaku buruk. Sehingga peneliti membatasi keluarga broken home dari strukturnya yang tidak utuh karena perceraian. b. Penyebab Dalam Keluarga Broken Home Dalam keluarga Broken Home ada berbagai penyebab yang timbul dalam keluarga yang pecah tersebut. Penyebab yang timbul
18
dalam keluarga broken home menurut (Alferd dalam Srihandayani Astuti 1974:31) membagi dalam beberapa kelompok yaitu: 1) Penyebab fisik, yaitu kondisi yang bersifat fisik yang menyebabkan broken home seperti perceraian (divorce), kematian (death), desertion dan separation. Semua ini penyebab utama, sedangkan penyebab lain yaitu karena perpisahan suami istri menjalani hukuman berat/lama dan lain-lain. 2) Penyebab psikologis, yaitu broken home yang disebabkan karena
perbuatan,
perbedaan
pendapat,
perbedaan
sifat
kesenangan, cemburu, tidak saling mencinta, dan lain-lain yang menyebabkan terjadinya pertengkaran atau konflik. 3) Penyebab ekonomi, yaitu keadaan ekonomi yang jelek, penghasilan yang tida sesuai dengan keluarga antara kebutuhan dan pengeluaran, hal ini sehingga dengan mudah menimbulkan dampak psikolgis bagi keluarga. Bisa juga terjadi karena orang tua yang sibuk mencari nafkah sehingga dalam keluarganya kurang mendapat perhatian 4) Penyebab
sosial,
hal
ini
secara
tidak
langsung
tidak
berpengaruh, tetapi sangat memungkinkan terjadinya broken home
misalnya
masyarakat
penjudi,
penjudi,
peminum,
masyarakat pedagang, nelayan, diamana pekerjaan berada dikota industry yang ruwet.
19
5) Penyebab ideologis, yakni perbedaan paham, sikap dan pandangan, perbedaan agama antara suami dan istri. 6) Poligami menurut (Nasaruddin Latif 2001:70) menyatakan bahwa keterbatasan suami istri untuk berperilaku adil terhadap istri-istrinya dan anak-anaknya baik dalam segi materi atau kasih saying sehingga menyebabkan cemburu dan sangat berpotensi mengganggu perpecahan dalam keluarga Adanya penyebab-penyebab yang timbul didalam keluarga karena ada berbagai faktor tersebut. Hal tersebut menyebabkan hal buruk terhadap anak karena anak akan menjadi korban dari adanya broken home tersebut. Hal lain dari penyebab timbulnya penyebab-penyebab dari keluarga broken home yaitu: 1) Tidak adanya atau kurangnya kehidupan beragama dalam keluarga, dengan adanya kehidupan beragama dalam keluarga dapat menuntun sebuah keluarga dalam rasa nyaman meskipun menghadapi masalah dalam keluarga. 2) Kurangnya pendidikan atau keterbatasan dalam memperoleh pendidikan
dalam
keluarga,
minimnya
pendidikan
atau
keterbatasan dalam pendidikan keuarga menyebabkan ketika keluarga tersebut terdapat permasalahan maka masing-masing anggota keluarga bersikeras dengan pendapatnya. Hal ini
20
disebabkan karena kurangnya rasa menghormati antar anggota dalam keluarga. 3) Minimnya memperoleh kesehatan dalam keluarga, kesehatan merupakan hal yang sangat penting, jika satu anggota keluarga mengalami sakit sehingga dia menjadi beban bagi anggota keluarga yang lain, sedangkan yang sakitpun merasa bahwa dia tidak berguna dalam keluarga, sehingga dalam keluarga tersebut mengalami putus asa dan konflik antar anggota keluarga. c. Akibat Dari Keluarga Broken Home Dampak akibat yang diperoleh dari keluarga broken home yang menyebabkan kurangnya interaksi antara anak dengan orang tua. Akibat dari kurangnya perhatian orang tua karena sibuk mencari uang atau cekcok dengan keluarga, sehingga anak kurang perhatian. Akibat yang ditimbulkan dari broken home menurut riset Sule Steven, antara lain dapat mengakibatkan: 1) Psychological disorder (Gangguan Psikologis). Tidak dapat dipungkiri bahwa anak broken home akan mengalami gangguan secara psikologis. Meskipun kebutuhan fisiologi terpenuhi dengan baik, anak tidak akan berkembang dengan baik ketikan kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi. Anak brokenhome memiliki kecenderungan agresif, introvert, menolak untuk berkomitmen, labil, tempramen, emosional, sensitif, apatis, dan lain-lain.
21
2) Academic problem (masalah akademik). Faktor motivasi eksternal terbesar untuk anak adalah keluarga, ketika keluarga mengalami disfungsional maka anak broken home akan cenderung menjadi pemalas dan memiliki motivasi berprestas yang rendah. 3) Behavioral problem (perilaku menyimpang). Anak broken home adalah anak yang memang kurang perhatian. Akibatnya anak memiliki self esteem dan self confident rendah, konsep dirinya pun negatif. Begitu di luar (rumah), anak semacam
over
kompensasi,
mencari
pengakuan
dan
penghargaan diri dari lingkungan sekitarnya, sehingga anak broken home memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku-perilaku menyimpang seperti bullying, memberontak, bersikap apatis terhadap lingkungan, bersikap destruktif terhadap diri dan lingkungannya, misalnya dengan mulai merokok, minum minuman keras, judi, free sex(seks bebas). Mereka melakukan penyimpangan-penyimpangan tersebut tanpa pernah tahu apa yang baik dan yang buruk. Persis seperti seorang anak yang menangis dan butuh pelukan ibunya, tapi dia tidak mendapatkannya, oleh karena itu anak broken home akan berterimakasih kepada siapapun yang mau memeluknya, dan kadang wujud si ibu itu adalah „narkoba‟ dan ‟seks bebas‟.
22
Dengan adanya akibat-akibat dari keluarga broken home menyebabkan kurangnya interaksi orang tua dengan anak. Pengaruhnya sangat besar untuk anak karena akibat dari perpecahan keluarga anak menjadi pemalas, pemurung, nakal dan masih banyak yang lain. Oleh karena itu pentingnya peranan orang tua ayah atau ibu untuk mengawasi dan mendampingi anak.Apalagi anak yang tumbuh menjadi seorang remaja perlu ada pengawasan yang lebih. d. Masalah-Masalah yang Dihadapi Kondisi keluarga broken home kerap sulit dihindarkan ketika konflik dalam rumah tangga terjadi. Menurut Willis (2008) dalam bukunya yang berjudul Konseling Keluarga (Family Counseling), adapun masalah-masalah yang dapat menyebabkan kondisi broken home diantaranya: 1) Kurangnya atau putus komunikasi di antara anggota keluarga Terutama ayah dan ibu, dalam hal ini faktor kesibukan yang sering menjadi penyebab utama. Ayah dan ibu sibuk bekerja hingga tidak memiliki waktu yang banyak untuk anaknya mereka tidak punya waktu untuk makan siang bersama, shalat berjamaah dirumah di mana ayah menjadi imam, sedang anggota menjadi jamaah. sehingga anak-anak akan susah mengungkapkan pengalaman, perasaan, dan pemikiran-pemikirannya tentang kebaikan keluarga, termasuk kritik terhadap orang tua mereka.
23
2) Sikap egosentrisme Sikap egosentrisme masing-masing suami isteri merupakan penyebab pula terjadinya konflik rumah tangga yang berujung pada pertengkaran yang terus menerus.Hal yang lebih berbahaya lagi adalah sifat egosentrisme, yaitu sifat yang menjadikan dirinya pusat perhatian
yang
diusahakan
seseorang
dengan
segala
cara.Egosentrisme lebih mementingkan diri sendiri daripada oranglain. 3) Masalah ekonomi Rumah tangga akan berjalan stabil dan harmonis bila didukung oleh kecukupan dan kebutuhan hidup, segala keperluan dan kebutuhan rumah tangga dapat stabil bila telah terpenuhi keperluan hidup (ekonomi).Sehingga terjadi problema rumah tangga, faktor dominan adalah masalah ekonomi, dimana pihak suami tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga, padahal pemenuhan biaya hidup merupakan hal yang prinsip. 4) Jauh dari agama Agama merupakan pondasi yang dapat mengontrol perilaku seseorang.Dengan berpegang teguh pada agama, maka orang tersebut dapat mebedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Tetapi sebaliknya, apabila individu-individu di dalam sebuah keluarga jauh dari agama, maka hal-hal negatif akan lebih rawan terjadi.
24
e. Mengatasi Masalah yang Terjadi Didalam Keluarga Boken Home Menurut (Willis 2008: 14) untuk mengatasi konflik-konflik yang berkepanjangan dan mengatasi ketegangan yang
terjadi
dalam keluarga broken home ada berbagai upaya yaitu: 1) Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa Setiap manusia memiliki masalah yang dimiliki, kita susah untuk menghindari dari setiap masalah tersebut. Mendekatkan diri kepada Tuhan merupakan cara yang ampuh untuk tetap tegar mengadapi cobaan yang kita miliki. 2) Selalu berfikir dan berperilaku positif Berfikir postif bahwa setiap masalah yang terjadi pasti ada hikmahnya. Jadikan masalah tersebut sebagai pembelajaran untuk kedepannya supaya dapat terbebas dari kehancuran 3) Saling berbagi Kita sebagai manusia adalah makhluk sosial, kita tidak bisa hidup sendiri kita memiliki orang lain yang dapat kita ajak untuk berbagi. Berbagi cerita sehingga persaan kita miliki sedikit lega dan usahakan kita berbagi kepada orang yang tepat yang dapat memberikan kita solusi dari permasalahan. 4) Mendatangkan pihak ketiga yang dipercaya keduanya Apabila ketegangan tak terselesaikan dengan cara-cara persuasif, bahkan meningkat, maka bisa ditempuh cara menghadirkan sesorangyang dipercaya oleh keduanya. Bisa jadi seorang ustadz
25
yang dikenal kearifannya, atau seorang yang dipercaya oleh keduanya.Bisa jadi seorang ustadz yang dikenal kearifannya, atau seorang yang dipercaya bisa menyimpan rahasia.Suami istri mengadukan masalah dan perasaan hatinya masing-masing, untuk didengarkan dan diselesaikan oleh pihak ketiga tersebut. Dengan izin Allah, pihak ketiga akan memberikan saran, pandangan, ataupun alternatif pemecahan masalah (Takariawan, 1997:191). 5) Mencari kegiatan yang positif Mencari hal-hal yang baru untuk menghilangkan rasa bosan ketika ada masalah yang datang.Suatu kegiatan yang positif memberikan kita pikiran yang positif sehingga kita tidak terjerumus pada jurang kehancuran. 6) Pendidikan didalam keluarga Pendidikan
merupakan
hal
yang
penting
sepanjang
zaman.Pendidikan didalam keluarga merupakan suatu pondasi awal untuk membentuk keperibadian anak.Anak belajar dari pendidikan yang orang tua mereka berikan. Menurut (Derajat, 1995: 41) Pendidikan didalam keluarga antara lain sebagai berikut: a. Keluarga sebagai wadah utama pendidikan Keluarga merupakan tempat yang memberikan berbagai syarat dan ketentuan pembentukan keluarga, sebagai wadah yang akan mendidik anak sampai umur tertentu.
26
b. Pembentukan kepribadian anak Pendidikan anak pada dasarnya adalah tanggung jawab orang tua.Hanya karena keterbatasan kemampuan orang tua, maka perlu adanya bantuan dari orang yang mampu dan mau membantu orang tua dalam pendidikan anak-anaknya, terutama dalam mengajarkan berbagai ilmu dan ketrampilan yang selalu berkembang dan dituntut pengembangannya bagi kepentingan manusia. c. Pendidikan agama dalam keluarga Pendidikan agama memang perlu diketahui, bahwa kualitas hubungan anak dan orang tuanya akan mempengaruhi keyakinan beragamanya di kemudian hari. Apabila ia merasa disayang dan diperlakukan adil, maka ia akan meniru orang tuanya dan menyerap agama dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya. Dan jika terjadi sebaliknya, maka ia menjauhi apa yang diharapkan orang tuanya, mungkin ia tidak mau melaksanakan ajaran agama dalam hidupnya, tidak zakat, tidak puasa dan sebagainya d. Pembentukan sikap-sikap terpuji Hal ini orang tua harus dapat mencontoh perilaku mereka kepada anak, karena penampilan, perkatan dan sikap dapat dilihat, didengar dan ditiru oleh anak dalam kehidupannya sehari-hari
27
e. Pendidikan anak secara umum Pendidikan anak secara umum terjadi secara alamiah tanpa disadari
oleh
orang
tua,
namun
pengaruhnya
sangat
besar.Apalagi disaat anak masih berada pada tahun pertama, anak mendapatkan pendidikan yang tanpa disadari oleh orang tua yang dapat berdampak pada kehidupan anak. Dengan beberapa hal tersebut diatas maka konflik yang terjadi didalam keluarga menjadi berkurang.Peranan orang tua juga sangat penting untuk mendidik anak.Adanya perpecahan keluarga yang menyebabkan ayah dan ibu menjadi pisah kadang membuat anak menjadi kurang perhatian diantara mereka.Adanya konflikkonflik yang terjadi juga menyebabkan pengaruh yang tidak baik untuk anak. 3. Kajian Tentang Pola Asuh a. Pengertian Pola Asuh Pola asuh pada dasarnya diciptakan oleh adanya interaksi antara orang tua dan anak dalam hubungan sehari-hari yang berevolusi sepanjang waktu sehingga orang tua akan menghasilkan anak-anak yang sealiran, karena orang tua tidak hanya mengajarkan dengan katakata tetapi dengan contoh (Shocib, 1998) Didalam pengasuhan anak para orang tua mempunyai tujuan untuk membentuk anak menjadi yang terbaik sesuai dengan apa yang dianggap ideal oleh para orang tua dan dalam pengasuhan anak
28
diberikan istilah disiplin sebagai pelatihan dalam mengendalikan dan mengontrol diri (Hurlock, 1999). Sedangkan menurut (Syaiful Bahri, 2014: 84) pola asuh orang tua dalam keluarga berarti kebiasaan orang tua, ayah dan atau ibu dalam memimpin, mengasuh dan membimbing anak dalam keluarga. Mengasuh dalam arti menjaga dengan cara merawat dan mendidiknya, membimbing dengan cara membantu, melatih dan sebagainya. Didalam keluarga pola asuh juga tergantung pada latar belakang pendidikan orang tua, mata pencaharian, keadaan sosial ekonomi, adat istiadat, suku bangsa, dan sebaginya.Sejumlah nilai yang terkandung dalam adat istiadat itu merupakan suatu warisan, tumbuh dan berkembang pada setiap diri anak. Oleh karena itu, pola asuh yang diterapkan oleh suatu suku bangsa akan melahirkan anak dengan kepribadian yang khas (Koentjaraningrat; 2011) b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua Menurut Baumrind dan Megawangi (2003), menyebutkan bahwa ada 3 pola asuh orang tua, yaitu: 1) Pola asuh otoriter Pola asuh otoriter ditandai dengan ditandai dengan orang tua yang melarang anaknya dengan mengorbankan otonomi atau hak anak.Pola asuh otoriter ini menerapkan sikap-sikap orang tua yang keras dan kaku dalam menerapkan aturan-aturan, orang tua juga
29
bersikap memaksa dengan selalu menuntut kepatuhan anak dan berkehendak sesuai dengan keinginannya. 2) Pola asuh demokratis Pola asuh demokratis yaitu yang pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anak.Mereka membuat
sebuah
aturan
yang
disepakati
oleh
bersama-
bersama.Orang tua yang demokratis yaitu orang tua yang mencoba mengharagai kemampuan anak secara langsung.Pada pola ini orang tua memusatkan pada aspek pendidikan daripada aspek hukuman. 3) Pola asuh permisif Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk bebrbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak.Pola asuh ini lebih kepada orang tua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan anak, melindungi secara berlebihan serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan. Berdasarkan pernyataan diatas, pola asuh yang diterapkan oleh orang tua memiliki ciri-ciri masing-masing pola tersebut antara lain: 1) Pola asuh otoriter memiliki ciri-ciri, kekuasaan ditangan orang tua, anak tidak diakui sebagai pribadi, kontrol tingkah laku anak sangat ketat, orang tua selalu menghukum anak 2) Pola asuh demokratis memiliki ciri-ciri, ada kerjasama antara orang tua dengan anak, anak diakui sebagai pribadi, ada bimbingan dan
30
pengarahan dari orang tua, adanya kontrol dari orang tua yang tidak kaku 3) Pola asuh permisif memiliki ciri-ciri, dominasi pada anak, adanya sikap longgar atau kebebasan dari orang tua terhadap anak, tidak adanya bimbingan dan pengarahan dari anak, kontrol dan perhatian orang tua sangat kurang. Sedangkan Baumrind dalam bukunya Euis Sunarti (2004: 117) mengatakan bahwa ada 3 macam pola asuh orang tua yaitu: 1) Pola Asuh Otoriter (Authoritarian) Baumrind dalam buku Mohammad Takdir Ilahi (2013: 136) pola asuh orang tua yang otoriter ditandai dengan hubungan orang tua dengan anak yang tidak hangat dan sering member hukuman kepada anak.Sikap dan kebijakan orang tua cenderung tidak persuasive.Hal ini terlihat dari sikap orang tua yang tidak memberikan kasih saying dan simpatik terhadap anak.Anak dipaksa patuh dengan nilai-nilai orang tua, orang tua menuntut anak supaya meniru tingkah laku mereka. Dalam pola asuh ini cara orang tua dalam mengasuh anaknya dengan menggunakan kedisiplinan, penekanan, dan kepatuhan yang berlebihan sehingga anak merasa tertekan dan merasa tidak diperhatikan sehingga anak memiliki sikap membangkang dan memberontak.
31
2) Pola Asuh Permisif (Permissive) Baumrind dalam buku Mohammad Takdir Ilahi (2013: 136) pola asuh permisif adalah salah satu pola asuh yang memberikan kebebasan terhadap anak dalam membentuk karakternya tanpa ada campur tangan dari orang tua. Sikap pola asuh ini cenderung lebih memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berperilaku sesuai dengan apa yang ia inginkan. Akibatnya anak tumbuh menjadi seseorang yang agresif dan antisosial karena sejak awal tidak diajari untuk patuh terhadap aturan sosial.Anak juga tidak diberikan hukuman ketika anak tersebut melanggar aturan yang ditetapkan oleh orang tua. Pola asuh seperti ini cenderung menyebabkan anak menjadi manja, lemah, dan memiliki sifat kekanak-kanakan, dikarenakan karena kebebasan
yang
dilakukan
oleh
orang
tuanya.Orang
tua
menunjukkan sikap yang kurang berwibawa, bebas, acuh tak acuh, dan serba memperbolehkan. 3) Pola Asuh Demokratis (Authoritative) Baumrind dalam buku Euis Sunarti (2004: 118) pola asuh ini mencerminkan adanya mongontrol perilaku anak, namun control tersebut dilakukan dengan fleksibel atau tidak kaku. Anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan demokratis akan mengembangkan rasa percaya diri, control emosi diri yang baik, selalu ingin tahu,
32
menggali
hal-hal
yang
dapat
memperluas
wawasan
dan
kematangan kepribadiaanya. Pola asuh ini berbeda dengan pola asuh yang lain karena dalam pola asuh ini orang tua yang hangat dan mau mendengarkan pendapat anaknya. Selalu ada musyawarah untuk mengambil suatu keputusan baik pendapat orang tua maupun anak tanpa ada yang merasa terpaksa. Hal ini akan mendorong anak menjadi kepribadian anak yang positif. Menurut Maimunah Hasanah (2012: 26) ada tipe pola asuh dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: 1) Tipe Autoritatif Orang tua pada tipe ini akan menerima dan melibatkan anak sepenuhnya.
Apabila
anak
melakukan
pelanggaran
maka
mendapatkan hukuman, para orang tua juga memberikan penjelasan terkait dengan hukuman yang telah diberikan. Anak akan tumbuh menjadi anak yang mandiri, mau bekerja sama, mempunyai motivasi dalam kehidupan sehari-hari ataupun dimasa yang akan datang. 2) Tipe Otoriter Tipe ini menuntut dan mengendalikan anak dengan kekuasaan orang tua yang dimiliki tanpa ada rasa kehangatan, bimbingan dan komunikasi diantara mereka. Anak-anak akan menarik diri secara
33
social, ketergantungan, dan tidak memiliki motivasi untuk maju kemasa yang akan datang. 3) Tipe Penyabar Orang tua tipe penyabar akan menerima dan sedikit memberikan tuntutan kepada anak-anaknya 4) Tipe Penelantar Orang tua tipe seperti ini tidak peduli dengan aktivitas anakanaknya mereka cenderung memikirkan aktivitas-aktivitas mereka sendiri. Mereka tidak peduli dengan anaknya, tidak tahu apa yang anaknya lakukan, siapa teman-temannya dan tidak memperdulikan pendapat anaknya. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua Adanya pernyataan diatas, maka orang tua memberikan gagasan atau ide yang sulit diterima atau dimengerti oleh anakanaknya dan sulit dihilangkan, bahwa orang tua harus menggunakan kekuasaandalam menghadapi anak-anak yang menjadikan penghalang bagi kelangsungan keharmonisan dalam keluarga. Menurut Sochib (1998: 87) perlakuan orang tua terhadap anakanaknya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1) Pengalaman masa lalu, dimana mereka menerima perlakukan yang sama dari orang tuanya waktu mereka kecil. Bila mereka menerima perlakuan yang keras dan kejam maka perlakuan tersebut akan kembali kepada anaknya.
34
2) Kepribadian oran tua sangat mempengaruhi cara mengasuhnya. Orang tua yang cenderung tertutup dan konservatif maka cenderung memperlakukan anaknya secara ketat 3) Nilai-nilai yang dianut oleh orang tua, orang tua cenderung masih menghargai keputusan anak. Pola asuh tidak dapat berjalan dengan baik dan maksimal apabila tidak didukung oleh faktor lingkungan. Pola asuh tidak hanya datang dari orang tua saja tetapi bisa saja dari lingkungan sekitar, kakek,nenek, saudara, kerabat dekat, tetangga dan sekolah, namun itu semua harus sejalan. Oleh karena itu ada hal yang penting untuk dilakukan agar anak dapat berkembang sesuai dengan harapan, yaitu dengan menjaga hubungan baik dengan anak, melakukan komunikasi yang tepat sehingga anak dapat menerima sesuai dengan perkembangannya. 4. Kajian Tentang Interaksi a. Pengertian Interaksi Adanya kasus pecahnya suatu keluarga lebih banyak anak mengalami kesulitan didalam hubungan sosial, lebih ekstrim mengekpresikan
dirinya,
lebih
penakut
dan
lain-lain.Menurut
(Shochib 1998: 9) untuk mengurangi atau meminimalkan bahaya yang ditimbulkan oleh perpecahan keluarga perlu adanya upaya orang tua untuk menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mengundang anak
35
berdialog dengan mereka sejak usia dini agar anak menyadari moral sebagai landasan keteraturan disiplin dirinya Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling memengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Pentingnya interaksi anak dengan orang tua karena dalam interaksi itu didapatkan kasih sayang, rasa aman dan perhatian dari orang tua yang tidak ternilai harganya. Interaksi yang baik antara orang tua dan anak juga harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan anak, seperti kebutuhan pangan, sandang, dan pendidikan, karena semua itu adalah tanggung jawab orang tua yang telah melahirkannya. Apabila dalam suatu keluarga terjadi suatu perceraian atau keretakan didalamnya, maka sedikit banyak akan mempengaruhi perubahan perhatian dari orang tua terhadap anaknya baik perhatian fisik, seperti sandang, pangan, dan pendidikan maupun perhatian psikis seperti, kasih sayang dan intensitas interaksi. Perubahan ini disebabkan karena kebiasaan hidup yang dilakukan bersama dalam satu rumah, harus berubah menjadi kehidupan sendiri-sendiri dan timbulnya rasa tidak nyaman akibat adanya konflik dalam keluarga. Keluarga merupakan sistem kehidupan yang paling dekat dan signifikan dalam meletakkan dasar-dasar perlindungan diri bagi anak. Hal ini dilakukan keluarga, terutama orangtua, dalam kegiatan
36
pengasuhan sehari-hari (Moh. Shochib 2010: 70). Dalam pola interaksi prinsip-prinsip yang dipakai orang tua dalam mengembangkan dasardasar disiplin bagi anak sehingga didalam keluarga terdapat beberapa praktek mengenai pola asuh yang dapat membantu adanya interaksi dalam keluarga. Dalam bukunya (Shocib 1998: 124) menerangkan bahwa ada beberapa prinsip yang dapat mengembangkan disiplin diri dalam pola asuh orang tua dan anak antara lain : a.
Adanya keteladanan diri Orang tua atau pendidik yang menjadi teladan bagi anak adalah senantiasa mereka yang berperilaku yang taat pada nilai-nilai moral. Orang tua atau pendidik menyadari bahwa perilakunya yang tidak disadari untuk dicontohkan, oleh anak akan dapat dijadikan bahan imitasi dan identifikasi. Artinya anak dapat menirukan apa yang orang tua atau pendidik lakukan. Upaya yang dilakukan orang tua atau pendidik merupakan nilai-nilai moral yang dikemas dalam nilai-nilai agama. Apabila orang tua mampu meneladani anak untuk berperilaku taat dalam agama, maka anak dapat senantiasa berperilaku dengan baik
b.
Adanya kebersamaan orang tua atau pendidik dengan anak-anak dalam merealisasikan nilai-nilai moral Upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam mencitakan kebersamaan dengan anak-anak dengan merealisasikan nilai-nilai moral secara esensial dengan menciptakan atauran-aturan bersama
37
dengan anggota keluarga untuk ditaati bersama.Dengan adanya upaya tersebut berarti orang tua atau pendidik menciptakan situasi dan kondisi yang mendorong serta merangsang anak untuk senantiasa berperilaku yang sesuai dengan atuaran. Kebersamaan mereka akan kukuh apabila orang tua atau pendidik mampu menerjemahkan nilai-nilai menjadi pola kehidupan semua anggota keluarganya. c.
Demokratisasi dan keterbukaan dalam suasana kehidupan keluarga Demokratisasi dan keterbukaan dalam suasana kehidupan keluarga merupakan syarat akan terjadinya sebuah pengakuan akan orang tua dan anak dan situasi kehidupan yang dihayati bersama-sama. Untuk membangun suasana tersebut perlu adanya sikap saling terbuka tentang upaya yang akan dilakukan baik didalam lingkungan keluarga maupun lingkungan luar. Dengan adanya keterbukaan didalam keluarga mereka siap menerima saran, sehingga adanya keterbukaan anak berusaha untuk meningkatkan kepatuhannya terhadap nilai-nilai moral.
d.
Kemampuan orang tua atau pendidikan untuk menghayati dunia anak. Perlunya pemahaman orang tua dalam memahami bahwa anaknya tidak dapat dipandang sama dengan dirinya. Orang tua yang mampu menghayati dunia anak dipersyaratkan untuk memiliki tiga kemapuan, yaitu kepakaran, keterpercayaan, dan kedekatan yang
38
dirasakan anaknya. Kepakaran yaitu kemapuan orang tua dalam mengerti tentang nilai-nilai moral untuk kehidupan, sedangkan keterpercayaan yaitu apa yang dimengerti nilai-nilai moral oleh orang tua sehingga diamata anaknya tidak hanya berbicara tetapi menghayatinya dalam kehidupan. Kedekatan, orang tua harus membangun kedekatan dengan anak dengan cara komunikasi yang dialogis. e.
Konsekuensi logis Orang tua atau pendidik perlu menyusun konsekuensi logis baik didalam rumah atau diluar, yang dibuat dan ditaati oleh masingmasing anggota keluarga.Aturan-aturan ini dibuat agar mereka dapat menyadari konsekuensi yang diterima jika melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan nilai-nilai moral.
f.
Kontrol orang tua atau pendidik terhadap perilaku anak Dalam melaksanakan kontrol dalam perilaku anak orang tua atau pendidik senantiasa berperilaku yang taat moral. Oleh sebab itu antara orang tua dengan anak perlua adanya dialog bahwa orang tua atau pendidik berhak dan berkewajiban untuk mengontrol perilaku anak.
g.
Nilai-nilai moral disandarkan pada nilai-nilai agama Dalam era globalisai orang tua atau pendidik dituntut untuk menyadari bahwa sumber nilai-nilai moral diupayakan kepada
39
anaknya untuk disadarkan kepada sumber nilai yang memiliki nilai mutlak. Dengan adanya prinsip-prinsip diatas sangat berpengaruh terhadap pola asuh yang terjadi dalam keluarga.Orang tua atau pendidik diharapkan
dapat
menanamkan
nilai-nilai
moral
untuk
dapat
mengembangkan disiplin diri bagi anak, sehingga anak dan orang tua dapat menjalin pola interaksi yang baik. Kehadiran keluarga sebagai komunitas dalam suatu masyarakat terkecil memiliki arti yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan komunitas masyarakat yang lebih luas.Menurut (Syaiful Bahri 2014: 122) kehidupan keluarga yang harmonis perlu dibangun atas dasar system interaksi yang kondusif.Dalam sebuah keluarga terdapat bentuk interaksi antara ayah dan ibu, ayah dengan anak, ibu dengan anak dan interaksi antara anak dengan anak. Dalam kamus bahasa Indonesia, pola artinya adalah gambar, corak, model, sistem, cara kerja, bentuk, dan struktur”.Sedangkan interaksi artinya hal yang saling melakukan aksi, berhubungan, memengaruhi, dan antar hubungan.Apabila kata tersebut dikaitkan dengan interaksi maka dapat diartikan pola interaksi adalah bentuk dasar cara komunikasi individu dengan individu atau individu dengan kelompok atau kelompok dengan individu dengan memberikan timbal balik antara pihak satu dengan yang lain dengan maksud atau hal-hal tertentu guna mencapai tujuan.
40
Dapat disimpulkan bahwa pola interaksi merupakan suatu cara, model, dan bentuk-bentuk interaksi yang saling memberikan pengaruh dan mempengaruhi dengan adanya timpal balik guna mencapi tujuan. Untuk membentuk suatu keluarga yang harmonis perlu dibangun atas dasar system interaksi yang kondusif. Ada beberapa bentuk dalam proses interaksi didalam keluarga. Di dalam kasus-kasus perceraian, anak sering kali menjadi korban.Tetapi yang paling menjadi sorotan adalah perubahan pola asuh yang diterapkan terhadap anaknya. Perubahan pola asuh yang dilakukan oleh dua kubu (ayah dan ibu) dapat terjadi melalui hasil penelitian terhadap empat informan yang mengalami perubahan dalam berkomunikasi dari lima informan. Kurangnya interaksi
orang tua dengan anak ini
juga
menyebabkan anak kehilangan peran orang tua.Hal lain yang merupakan akibat dari kurangnya interaksi orang tua dengan anak adalah kurangnya pengetahuan dan perhatian terhadap hak-hak anak. Akhirnya kebutuhan anak dalam arti hak-hak mereka tidak terpenuhi. Dampak lain dari keegoisan dan kesibukan orang tua serta kurangnya waktu untuk anak dalam memberikan kebutuhannya menjadikan anak memiliki karakter; mudah emosi (sensitif), kurang konsentrasi belajar, tidak peduli terhadap lingkungan dan sesamanya, tidak tahu sopan santun, tidak tahu etika bermasyarakat, mudah marah dan cepat tersinggung, senang mencari perhatian orang, ingin menang sendiri,
41
susah diatur, suka melawan orang tua, tidak memiliki tujuan hidup, dan kurang memiliki daya juang. Anak kerap kali protes dan mengeluh, namun orang tua hanya cukup memberikan pengertian bahwa ayah dan ibu bekerja untuk kepentingan anak dan keluarga.Orang tua zaman sekarang sering merasa kesulitan mengerti keinginan anaknya, tanpa mereka sadari bahwa orang tualah yang menuntut anak harus mengerti dan menerima keadaan orang tua atau keluarganya.Tidak dapat dipungkiri kebutuhan ekonomi yang semakin sulit membuat setiap orang bekerja semakin keras untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Akan tetapi, orang tua seringkali tidak menyadari kebutuhan psikologis anak yang sama pentingnya dengan memenuhi kebutuhan hidup. Dalam interkasi dalam anggota keluarga merupakan hal yang sangat penting karena secara tidak langsung dapat mempengaruhi fungsi keluarga secara keseluruhan dan kesejahteraan keluarga.Orang tua dan anak dapat menjadikan interaksi menjadi suatu komunikasi sebagai indicator rasa percaya dan kejujuran yang dapat dibentuk dalam suatu keluarga. b. Hal-Hal yang Diperhatikan Dalam Interaksi Dengan Anak Interaksi dalam komunikasi dengan anak merupakan sebuah kunci untuk membangun potensi dan kepribadian anak.Hal tersebut menyebabkan ada berbagai hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan komunikasi yang baik dengan anak. Supaya dapat
42
mengajak anak berinteraksi dapat dilakukan berbagai tips untuk anak bisa benar-benar mendengarkan bahkan memahami yang penting dalam hidupnya. Beberapa hal tersebut perlu diperhatikan antara lain: 1) Tarik perhatian anak Dalam hal ini kita harus memahami betul kemauan dan keinginan anak.Dekatilah anak dengan kontak mata, hal tersebut karena dengan begitu anak merasa diperhatikan. Apalagi berbicara sambil melakukan aktivitas yang lain. 2) Memilih gaya bahasa yang menyenangkan Dengan memilih gaya bahasa yang menyenangkan dengan suara yang halus, tidak keras, tidak menggunakan kata-kata kasar. 3) Meminta jangan menyuruh Terutama pada saat anak kesulitan dalam melakukan hal sesuatuhal atau anak dalam kondisi tekanan atau stress. Contoh menyuruh: ayo beresi mainanmu! Segera sikat gigi!. Contoh mengajak: nak biasakan bereskan mainanmu agar tidak hilang/tercecer 4) Berbicara secara langsung dan jelas Dengan berkomunikasi dengan anak tidak perlu berulang-ulang dan berputar-putar. Namun jelas dan langsung 5) Jika anak sedang melakukan aktivitasnya seperti mengerjakan tugas atau bermain dengan asik, dekatilah sambil sesekali terlibat
43
dalam aktivitas-aktivitasnya, kemudian dapat menyampaikan pesan-pesan yang ingin disampaikan 6) Sesuaikan instruksi dengan kondisi lingkungan, jangan mengajak anak untuk belajar saat dia memang sedang menikmati lburannya dengan saudara atau dengan temannya. Menata waktu adalah hal yang paling penting dalam komunikasi 7) Jangan pernah membandingkan keadaan kita jaman dahulu dengan anak. Tetapi lebih menjadikan sebagai pengalaman kita sebagai cerita yang menarik dan menjadi model bagi anak kita 8) Saat anak melakukan sesuatu yang salah jangan terpancing emosi. Jika kita langsung marah maka anak akan menghindari kejujuran. Bagi anak menjadi anak baik dan kesayangan adalah mahkota yang harus dipertahankan, bahkan anak berbohong demi mahkotanya tersebut. Pahamilah kondisinya tersebut baru kita memberitahukan dan meluruskan kesalahannya. Yakinlah kesalahan tersebut adalah proses menjadi benar, sehingga tidak perlu dihindari. 9) Terkadang pelu media lain untuk menunjang komunikasi seperti sms, buku ataupun menulis surat. Hal ini lebih menarik dan akhirnya lebih diperhatikan oleh anak. 5. Pengaruh Interaksi Anak Keluarga Broken Home Terhadap Perkembangan Anak Orangtua berperan besar dalam perkembangan kepribadian anak.Orangtua menjadi faktor dalam menanamkan dasar kepribadian
44
yang ikut menentukan corak dan gambaran seseorang setelah dewasa. Jadi gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seorang remaja banyak ditentukan oleh keadaan dan proses yang ada dan yang terjadi sebelumnya (Gunarsa & Gunarsa 1990). Sikap orangtua mempengaruhi cara orangtua memperlakukan anak dan perlakuan orangtua terhadap anak sebaliknya mempengaruhi sikap dan perilaku anak terhadap orangtua. Pada dasarnya hubungan orangtua-anak tergantung pada sikap orangtua.Sikap orangtua sangat menentukan hubungan keluarga.Sekali hubungan terbentuk, maka cenderung bertahan. Orangtua yang mempunyai kemampuan yang baik tentu akan mempunyai cara, sikap, dan waktu yang tepat untuk berkomunikasi
dengan
anak.
Tingkah
laku
orangtua
dapat
mempengaruhi dalam pembinaan anak-anak. Hubungan yang baik dalam keluarga antara ayah, ibu, dan anak-anak disamping anggota keluarga akan dapat terjalin dengan baik apabila komunikasi berjalan dengan baik dalam lingkungan keluarga (Effendi et al 1995, diacu dalam Kunarti 2004). Keadaan keluarga setiap orang berbeda-beda, ada yang harmonis karena semua kebutuhan rumah tangga terpenuhi dengan sempurna serta suami istri merasa cukup dengan apa yang telah dimiliki saat itu, namun tidak sedikit juga yang keadaan rumah tangganya penuh dengan konflik, selain dilatar belakangikeadaan ekonomi kesetiaan suami istri serta sikap tidak mensyukuri dengan apa
45
yang ada menjadi pemicu retaknya rumah tangga. Selain sekolah dan masyarakat, keluarga adalah lembaga pendidikan pertama yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan.Karena lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya. Orang tua sekarang ini hanya memberikan kebutuhan materi kepada anaknya, sehingga mereka menjadi pribadi yang tidak lengkap. Hal ini dimungkinkan oleh kesibukan-kesibukan orang tua terutama yang berdiam di kota besar dan atau ketidaktahuan orang tua dalam mendidik anak. Sebaliknya orang tua yang bermukim di pedesaan mereka banyak yang berpendidikan rendah dengan bekerja sebagai buruh tani, buruh pabrik dan buruh bangunan.Penghasilan mereka sangat minim sekali, sehingga untuk mencukupi kebutuhan keluarga sangat kurang.Hal seperti itu mengakibatkan keluarga mereka selalu ada pertengkaran (kurang harmonis) dan akhirnya anak-anak mereka kurang mendapat perhatian. Menurut Tricia K. Neppl dalam penelitian Listriana Fatimah (2012: 35) pengasuhan yang keras (otoriter) menyebabkan anak menjadi agresif. Hubungan pola asuh yang seperti itu akan meyebabkan kepribadian dan karakter perkembangan anak itu sendiri. Kurangnya interaksi didalam pola asuh otoriter menyebabkan anak menjadi pribadi yang kurang bersosialisasi dan tidak percaya
46
diri.Sedangakan pola asuh yang demokratis selalu memberikan kasih saying, mendengarkan pendapat anak, memperhatikan anak, dan melakukan control terhadap anak. Anak akan merasa diperhatikan dan membuat anak akan merasa percaya diri sehingga akan membentuk kepribadian yang baik dan adanya interaksi didalamnya mebuat anak merasa mereka ada. Pola interaksi yang terjalin dalam keluarga broken home sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan anak dan keluarga. Menurut David K. Berlo (2004:36) komunikasi adalah proses dimana unsur-unsur yang ada bergerak aktif, dinamis dan tidak statis. Maka alangkah naif jika kita berpikir bahwa komunikasi akan otomatis berjalan selalu sama dan sesuai yang kita inginkan. Tiap kali komunikasi terjadi berarti selalu akan terjadi modifikasi. Sehingga masalah komunikasi dalam keluarga haruslah dipahami dalam konteks dinamika keluarga untuk menjalin kebersamaan. Pentingnya interaksi anak dengan orang tua karena dalam interaksi itu didapatkan kasih sayang, rasa aman dan perhatian dari orang tua yang tidak ternilai harganya. Interaksi yang baik antara orang tua dan anak juga harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan anak, seperti kebutuhan pangan, sandang, dan pendidikan, karena semua itu adalah tanggung jawab orang tua yang telah melahirkannya. Apabila dalam suatu keluarga terjadi suatu perceraian atau keretakan didalamnya, maka sedikit banyak akan mempengaruhi perubahan
47
perhatian dari orang tua terhadap anaknya baik perhatian fisik, seperti sandang, pangan, dan pendidikan maupun perhatian psikis seperti, kasih sayang dan intensitas interaksi. Perubahan ini disebabkan karena kebiasaan hidup yang dilakukan bersama dalam satu rumah, harus berubah menjadi kehidupan sendiri-sendiri dan timbulnya rasa tidak nyaman akibat adanya konflik dalam keluarga B. Penelitian Yang Relevan Dalam melaksanakan suatu kegiatan penelitian, harus mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan, sehingga dengan begitu pelaksanaan penelitian dapat optimal. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini mengangkat tentang keluarga broken home, diantaranya sebagai berikut: 1. Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Pasini pada tahun 2012 mengenai Pengaruh Broken Home Dalam Keluarga Terhadap prestasi Belajar Siswa DiMadrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Bandungan Kabupaten Semarang. Penelitian ini mengemukakan bahwa dampak dari pengaruh keluarga broken home terhadap prestasi belajar siswa. Hasil dari penelitian ini yaitu keluarga broken home sendiri mengakibatkan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa di Semarang. Penelitian ini juga mengungkap bahwa sebagian besar banyak anak yang kondisi rumah tangganya tidak harmonis. Terdapat juga pengaruh yang signifikan
antara
broken
48
home
dalam
keluarga
terhadap
prestasibelajarsiswa
di Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Bandungan
kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. Sedangkan focus penelitian yang berjudul “Analisis Problematika Interaksi Anak Dalam Keluarga Broken Home, Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo” disini terdapat kesamaan subyek
yaitu
untuk mengetahui bagaimana pengaruh yang dialami oleh sebagian keluarga yang mengalami broken home terhadap anak. Adapun perbedaan antara peneitian yang relevan diatas dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terdapat pada obyek yang akan diteliti. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Listriana Fatimah pada tahun 2010 mengenai Hubungan Persepsi Anak Terhadap Keharmonisan Keluarga Dan Pola Asuh Orang Tua Dengan Motivasi Belajar (Studi Di Prodi D-III
Kebidanan
FIK
UNDIPU
Jombang).
Penelitian
ini
mengemukakan bahwa keharmonisan keluarga dan pola asuh sangat penting untuk anak. Dalam penelitian tersebut disebutkan
bahwa
serasinya sebuah hubungan antara orang tua dengan anak sangat diperlukan untuk 1) Adanya pengetahuan dan wawasan orantua dan anak tentang pentingnya hubungan yang setara dalam keluarga. 2) tumbuhnya rasa cinta dan kasih saying. 3) munculnya rasa hormat dan menghargai yang lain. 4) adanya sikap orang tua yang rasional dan bertanggung jawab. Penelitian yang relevan diatas berkaitan dengan penelitan yang akan dilakukan mengenai hubungan yang terjalin antara orang tua
49
dengan anak. Disini terdapat kesamaan subyek untuk menjadi dasar penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai hubungan interaksi yang terjalin antara orang tua dengan anak ataupun sebaliknya. Adapun perbedaan antara penelitaian yang relevan diatas dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terdapat pada objek yang diteliti. C. Problematika Interaksi Anak Keluarga Broken Home Keluarga yaitu yang terdiri dari suami/ayah, istri/ibu dan anakanaknya yang belum menikah (Soerjono Soekamto, 2004: 22).UndangUndang Tahun 1974 menyebutkan tentang perkawinan.Keluarga yang sehat yang tidak mengalami masalah menjadi impian semua orang yang sudah memiliki keluarga.Tetapi tidak semua keluarga mengalami masalah yang berat yang berujung dengan perceraian. Keluarga yang pecah karena akibat dari perceraian antara ayah dan ibu tercantum dalam BKKBN yang pertahun mencapai 20.000 kasus.Perceraian dalam keluarga menurut (Willis, 2008: 66) terdapat dua aspek yaitu; keluarga yang pecah karena strukturnya tidak utuh sebab meninggal atau telah bercerai, orang tua yang ayah atau ibu sering tidak dirumah dan tidak memperlihatkan hubungan kasih sayang, hal ini disebabkan karena sering bertengkar. Keluarga yang mengalami broken home atau keluarga yang pecah akibat perceraian sangat berpengaruh terhadap proses interaksi dengan anak. Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling memengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Kurangnya interaksi antara
50
orang tua ayah atau ibu menyebabkan adanya pengaruh yang buruk terhadap anak-anak.Masalah interaksi yang terjadi dalam keluarga menyebabkan keluarga tersebut mengalami kurangnya komunikasi diantara mereka. Dalam pola interaksi prinsip-prinsip yang dipakai orang tua dalam mengembangkan dasar-dasar disiplin bagi anak sehingga didalam keluarga terdapat beberapa praktek mengenai pola asuh yang dapat membantu adanya interaksi dalam keluarga. Dalam bukunya (Shocib 1998: 124) menerangkan bahwa ada beberapa prinsip yang dapat mengembangkan disiplin diri dalam pola asuh orang tua dan anak antara lain; adanya keteladanan diri, adanya kebersamaan, demokratisasi dan keterbukaan, kemampuan orang tua menghayati dunia anak, konsekuensi logis, control orangtua, nilai-nilai moral. Dari prinsip-prinsip tersebut diatas maka orang tua ayah atau ibu dapat berinteraksi dengan anak dalam kehidupan kesehariannya.Hal yang dilakukan agar anak dapat berkembang sesuai harapan yaitu menjaga kedekatan dengan anak dengan adanya pola komunikasi dan interaksi terhadap anak.Lakukan dengan komunikasi yang tepat agar pola asuh yang kita berikan tepat dihatinya.Kedekatan yang terjalin antara orang tua dan anak dapat berlangsung selamanya, walapun kedua orang tua mereka tidak lagi bersama. Berdasarkan kerangka berfikir di atas adalah untuk menggali informasi tentang interaksi anak keluarga broken home di Desa
51
Banyurotoyaitu khususnya interaksi antara ayah atau ibu dengan anak, masalah-masalah yang menghambat interaksi, serta upaya mengatasi masalah-masalah yang terjadi di Desa Banyuroto Kecamatan Nanguulan Kabupaten Kulon Progo. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian yang dilakukan dapat menjadi acuan masing-masing keluarga memiliki peran penting dan positif. D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana interaksi yang terjadi antara ayah atau ibu dengan anak di dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto? 2. Bagaimana interaksi yang terjalin antara orang tua ayah atau ibu dengan anak dalam kesehariannya? 3. Bagaimana keteladan yang diberikan ayah atau ibu dalam kesehariaanya? 4. Bagaimana kebersamaan yang terjalin antara ayah atau ibu dengan anak dalam keseharianya? 5. Bagaimana kedekatan yang terjalin antara ayah atau ibu dengan anak dalam keseharianya? 6. Bagaimana keterbukaan yang terjalin antara ayah atau ibu dengan anak dalam keseharianya? 7. Bagaimana menciptakan aturan-aturan yang berlaku didalam keluarga, sehingga ayah atau ibu dapat mengkontrol perilaku anak dalam sehariharinya?
52
8. Masalah-masalah apa yang dihadapi dalam interaksi antara orang tua ayah atau ibu dengan anak di dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto? 9. Bagaimana cara menangani masalah interaksi anak dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto? 10. Bagaimana seharusnya keluarga ayah atau ibu menyikapi masalah yang terjadi dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto? 11. Apa saja upaya yang dilakukan orang tua ayah atau ibu dalam mengatasi masalah interaksi anak keluarga broken home di Desa Banyuroto?
53
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
deskriptif
kualitiatif.Pendekatan kualitatif ini merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistic-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrument kunci.Penelitian kualitatif bersifat deskriptif cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (prespektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Metode
penelitian
kualitatif
adalah
metode
penelitian
yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah diamana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakuakn secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitain kualitaitf lebih menekankan makna daripada generalisasiSugiyono (2010: 15). Tujuan
dari
penelitian
kualtatif
yaitu
untuk
menggambarkan,
memahami dan menjelaskan tentang suatu fenomena yang unik secara mendalam dan lengkap dengan prosedur dan teknik yang khusus sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, sehingga menghasilkan sebuah teori yang grounded, yaitu teori yang dibangun berdsarkan data yang diperoleh selama penelitian berlangsung.
54
Dari beberapa pengertian tentang penelitian kualitatif tersebut, maka dapat disintesiskan bahwa penelitian kualitatif merupkan penelitian yang mendalami suatu fenomena dalam masyarakat dengan metode alamiah untuk disajikan secara holistic maupun deskripsi tanpa menguji hipotesis, namun menggambarkan kondisi sebelumnya suatu variabel. Untuk mendiskripsikan secara mendalam tentang Analisis Problematika Interaksi Anak Keluarga Broken Home di Desa Banyuroto, Kec. Nanggulan, Kab. Kulon Progo peneliti menggunakan pendekatan kualitaif.Dengan pendekatan ini diharapkan penemuan-penemuan empiris dapat dideskripsikan secara lebih rinci, lebih jelas dan lebih akurat, terutama dengan berbagai hal yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga supaya dapat menciptakan keharmonisan sebuah hubungan. B. Subyek Penelitian Sasaran dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang timbul akibat permasalahan dalam keluarga di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta.Dalam penelitian kualitiatif ini dapat menggunakan criterion-based selection yang didasarkan pada asumsi bahwa subyek tersebut sebagai actor dalam tema penelitian.Sedangkan dalam menentukan informan, dapat menggunakan model snow ball sampling untuk memperluas subyek penelitian.Penelitian kualitatif lebih didasari pada kualitas informasi yang terkait dengan tema penelitian yang diajukan. Subyek dalam penelitian ini adalah 5 orang orang tua ayah tau ibu keluarga broken home di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo
55
Tabel 1. Profil subyek orang tua ayah atau ibu keluarga broken home No 1 2
Nama (inisial) YT MY
3 4 5
AB AD WS
Usia
Status
Pekerjaan
50 tahun 45 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Ayah Ibu
50 tahun 48 tahun 48 tahun
Perempuan Laki-laki Perempuan
Ibu Ayah Ibu
Buruh Buruh tukang cuci Wiraswasta Wiraswasta Pengrajin
Lama Bercerai 5 tahun 3 tahun 5 tahun 2 tahun 6 tahun
C. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini mengenai Analisis Problematika Interaksi Anak Keluarga Broken Home Di Desa Banyuroto, Nangulan, Kulon Progo, Yogyakarta yang dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan Juli 2015. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Banyuroto,Nangulan, Kulon Progo, Yogyakarta tepatnya pada keluarga yang mengalami masalah broken home.Alasan dilakukan penelitian ini karena banyak keluarga yang mengalami masalah-masalah yang terjadi mengakibatkan pecahnya suatu keluarga tersebut. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode wawancara, metode observasi, dan metode dokumentasi.
56
1. Wawancara Wawancara merupakan istilah yang diciptakan dalam bahasa Indonesia untuk menggantikan kata asing yaitu Interview( dari bahasa Inggris), yang digunakan oleh pres Indonesia sampai akhir tahun 1950-an. Orang yang mewawancarai disebut pewawancara (interviewer) dan orang yang diwawancarai disebut responden. Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh informasi secara langsung, menyelami dunia pikiran dan perasaan seseorang, membuat suatu kontruksi “sekarang dan disini” mengenai orang, merekonstruksi kejadian dan pengalaman yang telah lalu dan memproyeksikan suatu kemungkinan yang diharapkan akan terjadi dimasa yang akan datang serta untuk mempengaruhi situasi atau orang tertentu (Zainal Arifin 2012:233). Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tahap tatap muka mapun menggunakan telepon (Sugiyono 2010:194). Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur sebagai teknik pengumpulan data, oleh karena itu dalam melakukukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian yang berupa pertanyaan-pertanyaan tetulis yang alternative jawabannyapun sudah telah disiapkan. Dipilihnya
teknik
wawancara
sebagai
salah
satu
metode
pengumpulan data dalam penelitian ini dikarenakan peneliti berupaya mendapatkan data secara lebih akurat dari narsumber yang mengetahui tentang interaksi yang dilakukan oleh orang tua ayah atau ibu dengan anak
57
dalam kesehariannya, masalah-masalah yang terjadi dalam interaksi keluarga
dan
upaya
untuk
mengatasi
masalah
tersebut.
Untuk
mempermudah peneliti memerlukan peralatan seperti alat perekam (video recorder), naskah kuisioner atau daftar pertanyaan, kamera, dan alat tulis. 2. Observasi (Pengamatan Langsung) Observasi adalah dasar pengamatan dan pencatatan
secara
sistematis terhadap gelaja yang tampak pada objek penelitian. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Observasi merupakan sesuatu yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari beberapa proses biologis dan psikologis (Sutrisno Hadi (1986) dalam bukunya Sugiyono 2010:203) mengemukakan bahwa teknik osbservasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi pendukung bagi peneliti.Melalui teknik ini fenomena yang diamati yaitu relevan dengan topic penelitian dan dapat dicatat secara sistematik. Teknik observasi yang akan diterapkan peneliti pada penelitian ini yaitu observasi non participant (tidak berperan). Peneliti melakukan observasi dengan tidak terlibat secara langsung dengan aktivitas orang (sumber data) yang dilakukan sehari-hari, tetapi sebagai pengamat independent.Peneliti ingin mengetahui keadaan lingkungan dari keluarga broken home di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo.
58
3. Dokumentasi Dokumentasi adalah sekumpulan berkas yakni mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prsasti, notulen, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan melihat dan mencatat dokumen yang ada.Dengan pengumpulan data dengan menggunakan metode ini hendaknya diusahakan agar pada pelaksanaanya peneliti bekerja sesuai dengan fakta yang ada.Disamping itu perlu adanya alat yang berisi aspekaspek yang diteliti sebagai penunjang keabsahan data yaitu foto-foto kegiatan yang diteliti.Foto dapat memberikan gambaran yang deskriptif mengenai situasi pada saat yang tertentu. Foto dapat memberikan banyak keterangan (S. Nasution,2003:87) Menurut Lincoln dan Guba (1985) dalam bukunya Zainal Arifin (2012:243) ada beberapa alasan penggunaan studi dokumentasi, antara lain: (a) dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan selain mudah juga relative murah, (b) merupakan informasi yang mantap, baik dalam pengertian merefleksikan situasi secara akurat maupun analisis ulang didalamnya, (c) dokumen dan catatan merupakan sumber informasi yang kaya, (d) merupakan sumber infomasi yang resmi dan tidak dapat disangkal, (e) tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan tidak memebri reaksi/respon atas perlakukan peneliti. Dokumentasi diperlukan guna untuk memperkaya data yang didapat oleh peneliti, sehingga diharapkan data yang dapat diperoleh dari
59
peneliti dari Analisis Problematika Interaksi Anak dalam Keluarga Broken Home di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo Yogyakarta dapat dipertanggungjawabkan keabsahan datanya. Tabel 2. Metode Pengumpulan Data No Jenis Data 1 Keadaan masyarakat desa Banyuroto 2 Keadaan lingkungan rumah dan keadaan keluarga
-
-
Detail Letak geografis Mata pencaharian Keadaan lingkungan rumah Keadaan rumah dengan anggota keluarga Interaksi yang dilakukan orang tua ayah atau ibu Interaksi yang dilakukan oleh anggota keluarga yang lain Masalahmasalah yang dihadapi
Metode Observasi, Wawancara Dokumentasi Observasi, Wawancara Dokumentasi
Sumber Orang tua
Wawancara
Orang Tua
Orang tua
3
Interaksi yang dilakukan orang tua pada anak di Desa banyuroto Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo
4
Masalah-masalah yang dihadapai dalam interaksi anak keluarga broken home di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo
Wawancara
Orang Tua
5
Upaya yang - Upaya yang Wawancara dilakukan oleh dilakukan orang orang tua dalam tua ayah atau mengatasi interaksi ibu untuk perkembangan anak
Orang Tua
-
60
E. Instrument Penelitian Dalam suatu penelitian pada dasarnya melakukan pengukuran, maka dari itu unuk melakukan pengukuran perlu adanya alat ukur yang baik.Alat ukur yang baik biasanya dalam penelitian dinamakan instrument penelitian (Sugiyono, 2010:148). Maka dari itu peneliti dalam melakukan penelitian untuk mengumpulkan dan menggunakan alat penelitian sebagai berikut: 1. Lembar Observasi Lembar observasi dalam penelitian pengumpulan data dapat digunakan untuk mencatat peristiwa, situasi, kondisi, dan hal-hal yang dapat digunakan dalam penelitian.Hasil dari observasi dapat berupa catatan harian, daftar checklist dan lembar kemungkinan. 2. Lembar Wawancara Lembar wawancara dalam penelitian ini berisi pertanyaanpertanyaan
yang
sifatnya
terbuka
sehingga
responden
dapat
memberikan informasi sebanyak mungkin.Lembar wawancara ini merupakan pedoman yang sangat penting dalam pengumpulan data dari responden yang daapat dijadikan bahan analisis. 3. Lembar Dokumentasi Lembar dokumentasi yaitu yang dapat digunakan menggali beberapa informasi yang sudah tercatat sebelumnya.Hasil dari lembar dokumentasi berupa catatan tertulis, foto, atau surat-surat dan sebagainya.
61
F. Keabsahan Data Dalam menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan keabsahan data.Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan sejumlah criteria tertentu. Ada empat criteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan
(dependability),
dan
kepastian
(konfirmobility)
(Moleong,2010:324). Trianggulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu.Penelitian ini mengadakan trianggulasi dengan sumber dan metode (Moleong, 2011: 331).Trianggulasi dengan metode berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Trianggulasi dengan sumber diperoleh antara lain dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara serta membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara serta membandingkan hasil wawancara dengan isi atau dokumentasi yang berkaitan. Trianggulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003: 115) yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.Trianggulasi ini selain untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data.Menurut nasution, selain itu juga dapat
62
digunakan untuk menyelidiki validitas tafsiran penelitian terhadap data, karena trianggulasi bersifat reflektif. Trianggulasi
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
trianggulasi dengan sumber.Melalui teknik ini peneliti mengecek keabsahan data yang diperoleh melalui cross check yaitu membandingkan data yang diperoleh dari wawaancara dan data pengamtan, maka dapat disimpulkan bahwa ada permasalahan yang perlu ditinjau kembali atau diadakan cek ulang. G. Teknik Analisis Data Analisis data kualitiatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bog dan Biklen yang dikutip oleh Lexy J. Moleong,2010:248). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang bersifat induktif yaitu analisis yang dilakukan dengan data yang diperoleh kemudian diimpretasikan secara deskriptif kualitatif untuk mengambil sebuah kesimpulan.Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
teknik
analisis
kualitatif
dengan
metode
deskriptif.Aktivitas dalam analisis data yaitu: data reduction, data display,amd data conclusion drawing verification (Mile dan Huberman yang dikutip Sugiyono, 2011:246). Secara lebih jelas dapat dijabarkan sebagai berikut:
63
1. Reduksi data (data reduction) Reduksi data merupakan proses pemilahan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang didapat dari catatan lapangan dengan tujuan untuk menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu sehingga didapat suatu kesimpulan. Reduksi data dapat dilihat pada halaman 125. 2. Display data (data display) Display data adalah hasil reduksi data yang kemudian disajikan dalam laporan yang sistematis dan mudah dibaca atau dipahami serta memungkinkan adanya penarikan kesimpulan. Sajian data merupakan sekumpulan informan yang tersusun dan member kemungkinan adaya penarikan kesimpulan dan pengambil tindakan. Melalui sajian data peneliti akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan yang memungkinkan untuk menganalisis dan mengambil tindakan lain berdsarkan pemahaman. Penyajian data dalam penelitian ini dapat dilihat pada halaman 125. 3. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing verification) Penarikan kesimpulan yaitu peneliti mencari makna dari data yang terkumpul keudian menyusun pola hubungan tertentu ke dalam satu kesatuan informasi yang mudah dipahami dan ditafsirkan sesuai dengan masalahnya.Data tersbut dihubungkan dan dibandingkan dengan lainnya sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari setiap
64
permasalahan yang ada.Penarikan kesimpulan dapat dilihat pada halaman 125. Dari hasil tersebut maka selanjutnya dilanjutkan dengan analisis dengan cara pengorganisasian hasil temuan data dari pengamatan dan wawancara yang diperoleh secara terseleksi dilanjutkan dengan analisis tema untuk mendeskripsikan secara menyeluruh dan menampilkan makna dari yang menjadi focus penelitian. Hasil tersebut kemudian dilakukan pembahasan dari analisis serta evaluasi sesuai dengan kriteria yang ada.Kemudian
dilakukan
penarikan
kesimpulan
dan
hasil
analisis
rekomendasi yang kemudian diajukan bebeerapa rekomendasi yang dianggap penting dan bermanfaat.Dari analisis rekomendasi kemudian diajukan beberapa rekomendasi yang dianggap penting dan bermanfaat untuk orang tua ayah atau ibu dalam interaksi anak dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto Kulon Progo.
65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Struktur Organisasi Kelurahan Banyuroto 1. Letak Geografis Kelurahan Banyuroto a. Kondisi Geografis Banyuroto Banyuroto merupakan salah satu desa yang ada dalam Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo Derah Istimewa Yogyakarta. Proses terbentuknya Desa Banyuroto didasari oleh Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1946 mengenai Penggabungan Kelurahan, maka kelurahan-kelurahan di wilayah ini bergabung menjadi satu "Kelurahan Yang Otonom" dengan nama kelurahan Banyuroto. Nama kelurahan tersebut kemudian secara resmi ditetapkan dengan Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 tahun 1948 tentang perubahan daerah-daerah Kelurahan. Secara
geografis
Desa
Banyuroto
merupakan
kawasan
pedesaan dengan struktur tanah berbukit, dengan jumlah jiwa sekitar 4.043 jiwa.Desa ini merupakan salah satu daerah yang secara rutin mengalami kekeringan saat musim kemarau dan pada musim penghujan daerah yang berada dalam kawasan perbukitan dan dekat dengan aliran sungai mengalami longsor dan banjir.Kelurahan Banyuroto ini berpenduduk sekitar 4.043 jiwa yang terdiri dari 1764 laki-laki dan 2279 perempuan dengan batas wilayah sebagai berikut:
66
a.
Sebelah utara berbatasan dengan desa Tanjungharjo dan Pendoworejo
b.
Sebelah selatan berbatasan dengan desa Donomulyo
c.
Sebelah barat berbatasn dengan desa Girimulyo
d.
Sebelah timur berbatasan dengan desa Wijimulyo Berdasarkan uraian diatas bahwa kelurahan Banyuroto terletak
dalam wilayah geografis yang mana wilayah tersebut dengan mudah untuk dicari yang akan dibahas dibagian selanjutnya. b. Luas Desa Banyuroto Tabel 3. Luas Desa Banyuroto Penggunaaan Lahan Tanah Pekarangan 233,4710 ha
Tegal 53,7620 ha
Persawahan 268,2470
Lainya 7,8450 ha
Jumlah: 563.3250 ha Sumber: Arsip Desa Banyuroto Desa Banyuroto diihat dari geografisnya terletak antara 300 m diatas permukaan laut dengan suhu mencapai 38 derajat selsius.Dengan luas tanah sekitar 563.3520 ha. Dengan luas pekarangan mencapai 233,4710 ha, luas tegal 53,7620 ha, luas persawahan mencapai 268,2470 dan lainnya 7,8450 ha. Luas tanah persawahan dan kesuburan tanahnya cukup baik sehingga bisa untuk bercocok tanam, selain itu pekarangan yang luas mampu menambah perekonomian karena pekarangan luas bisa disewakan menjadi kandang ayam dan kolam ikan. Untuk luas 67
tegal ini sulit untuk dijadikan sawah karena banyak pemukiman warga dan tidak ada irigasi. Selain itu juga tanah yang jauh dari pemukiman warga dimanfaatkan dengan ditamani pohon seperti pohon jati, cemara, dan maoni. c. Jumlah penduduk Luas wilayah 563.3250 ha dengan jumlah penduduk per 31 Desember 2014 yaitu yang terdiri dari laki-laki 1.764dan perempuan 2.279jadi jumlah seluruh penduduk Desa Banyuroto adalah4.043 . Penduduk ini tersebar di 8 Padukuhan yang ada di Desa Banyuroto. Jika diperhatikan menurut jenis kelamin bahwa penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan. Tabel 4. Jumlah penduduk Desa Banyuroto Tahun
Laki-laki
Perempuan
2014
1.764
2.279 Jumlah 4.043
Sumber: Arsip Desa Banyuroto 2. Struktur Organisasi Kelurahan Banyuroto Kelurahan Banyuroto Kecamatan Nanggulan dipimpin atau dikepalai oleh lurah dalam menjalani roda pemerintahan seorang lurah dibantu oleh sekretaris, kepala seksi dan staf-stafnya mengikuti dasar pedoman yang sudah ada.
68
a. Dasar pengaturan 1) Undang-Undang Dasar tahun 1979 tentang pemerintahan desa/kelurahan pada pasal 3 dan 22 beserta penjelasannya 2) Peraturan Menteri dalam Negeri nomer 23 tahun 1989 tentang susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa/kelurahan beserta perangkatnya 3) Perda no 44 tahun 2000 b. Dasar teknis Berdasarakan peraturan menteri dalam negeri diatas susunan pemerintahan desa Banyuroto sebagai berikut:
69
Bagan 1 Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Banyuroto
BPD
KADES SEKRETAR IS DESA
KABAG
KABAG TAWAN G
KABAG DLINGO
KABAG KESO
KABAG SAMBIRO TO
70
KABAG GENDOL
KABAG BRANGK AL
KABAG NGANGI N-ANGIN
KABAG GAYAM
B. Keadaan Masyarakat Banyuroto 1. Identifikasi Masyarakat Banyuroto Berdasarkan catatan yang diperoleh bahwa keadaan desa Banyuroto bahwa penduduk dalam kelurahan Banyuroto berjumlah 4.043 jiwa.Jumlah penduduk yang umumnya beragama Islam tetapi ada agama lain seperti Kristen dan Khatolik.Penduduk yang ada saling bergotong royong dalam mengerjakan suatu yang ada didesa.Seperti gotong royong pembuatan jembatan, jalan, pembangunan fasilitasfasilatas umum dan masih banyak lagi. Desa Banyuroto memiliki delapan pedukuhan antara lain, pedukuhan Dlingo, Gendol, Gayam, Tawang, Sambiroto, Keso, AnginNgangin dan Brangkal. Kelurahan Banyuroto juga memiliki fasilitasfasilitas yang digunakan oleh masyarakat. Fasilitas-fasilitas tersebut seperti tempat ibadah seperti (masjid, mushola dan kapel), layanan kesehatas berupa Puskesmas, fasilitas pendidikan memiliki tiga sekolah dasar, beberapa PAUD disetiap pedukuhan, fasilitas air disediakan oleh PAM dan masih banyak fasilitas lain yang bisa digunakan. Tingkat pendidikan yang ada dalam masyarakat pun dapat dilihat dari aspek formal maupun non formal.Pada umumnya masyarakat Banyuroto mengenyam pendidikan formal maupun non formal.Banyak lulusan dari mereka telah menjadi sarjana karena mengingat bahwa pendidikan tersebut sangatlah penting. Tetapi banyak juga masyarakat yang belum lulus dari sekolah dan mereka 71
menempuh dengan cara program paket yang diselenggarakan oleh PKBM di desa Banyuroto. Letak geografis Banyuroto yang sangat strategis dekat dengan jalan raya meskipun ada berbagai pedukuhan yang masih terpencil tetapi masih bisa dijangkau dengan kendaraan.Sebagaian mereka yang bertani memiliki kebun yang sangat luas dan kebun tersebut ditanami berbagai tanaman yang dari hasil panennya dapat dijual kembali untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hasil panen tersebut antara lain: kelapa, palawija, sayur mayur, dan lain-lain. Segi ekonomisnya penduduk masyarakat desa cukup tinggi hal ini dibuktikan dengan masyarakat desa Banyuroto memiliki berbagai jenis pekerjaan dari yang PNS, TNI, Polri, Tani dan sebagainya menjadi satu dalam satu wilayah dan dari mereka tidak ada yang saling tinggi. Mereka sama dan tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain hidup rukun, damai, nyaman dan tentram. Kendati kehidupan mereka sibuk dengan pekerjaan mereka sehari-hari teteapi mereka tetap hidup dengan saling gotong royong jika ada masalah dan samasama saling bantu membantu. Menjaga hubungan baik dengan antar masyarakat apabila ada musibah, pernikahan, aqiqahan, hajatan, selamatan dan lain-lain mereka saling bergotong royong bersamasama.Mereka masih meluangkan waktunya untuk berkecimpung disetia kegiatan yang ada dalam masyarakatnya. Seperti pada daerah-daerah lain yang ada dan pada kalangan masyarakat-masyarakat pada umumnya, terdapat kesenian-kesenian 72
yang ada seperti kesenian jathilan, kesenian gamelan, karawitan, dan masih banyak yang lainnya. Jadi masyarakat Banyuroto walaupun banyak yang kurang mengerti akan kesenian tersebut masih banyak masyarakat yang menjalankan kesenian tersebut. Sehingga budayabudaya yang diwariskan oleh par leluhur akan terus tetap ada dan dijaga kelestariannya oleh para generasi selanjutnya. 2. Subyek Penelitian Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah 5 orang orangtua ayah atau ibu dalam keluarga yang mengalami broken home atau keluarga yang sudah tidak utuh. Berikut ini disajikan beberapa profil subyek penelitian berdasarkan pengumpulan data: a.
Bapak YT Bapak YT adalah seorang ayah yang berumur 50 tahun beliau membesarkan kedua anaknya dan tinggal dengan anak dan ibunya alias nenek.Bapak YT bekerja sebagai buruh bangunan yang mana beliau bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bapak YT bercerai dengan istrinya sudah 5 tahun terakhir dikarenakan sang istri yang pergi sehingga bapak YT memutuskan untuk bercerai.
b.
Ibu My Ibu MY adalah seorang ibu yang berumur 45 tahun Ibu MY bekerja sehari-hari sebagai buruh tukang cuci laundry di dekat rumah.Ibu MY selain menjadi tukang cuci baju juga kalau ada yang butuh jasa beliau untuk bantu-bantu dirumah maka ibu MY 73
sanggup untuk datang.Ibu MY mengalami perceraian sudah 3 tahun terakhir. Ibu MY tinggal dengan anaknya yang sudah bersekolah dan ayah atau kakek dan anggota keluarga yang lain. Ibu MY bercerai karena suami yang pergi dengan orang lain dan Ibu MY memutuskan untuk bercerai. c. Ibu AB Ibu AB termasuk seorang ibu yang sangat sayang kepada anaknya.Ibu AB berumur 50 tahun mempunyai warung kelontong kecil-kecilan yang mana warung tersebut digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup dengan anaknya dan ibu alias nenek.Ibu AB sudah mengalami perceraian kurang lebih 5 tahun dikarenakan suami Ibu AB pergi dan tidak ada kabar sehingga beliau memutuskan untuk bercerai d. Bapak AD Bapak AD seorang yang berumur 48 tahun bapak AD adalah ayah yang sangat sibuk yang mana dia memiliki pekerjaan yang dapat menyita waktu dirumah.Bapak AD tinggal dengan anak dan seorang nenek yang sudah agak tua.Bapak AD bekerja dikantor yang jauh dari rumahnya bapak AD juga kadang jarang dirumah, jadi untuk bertemu dengan anaknya agak susah.Bapak AD bercerai sudah sekitar 5 tahun terakhir, hal ini dikarenakan bapak AD ditinggal istrinya pergi.
74
e. Ibu WS Ibu WS adalahibuyang berusia 48 tahun beliau tinggal dengan anaknya dan anggota keluarga yang lain. Ibu WS ini bekerja sebagai pengrajin tas yang pengahasilanya sedikit untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan keperluan sehari-harinya. Ibu WS bercerai sudah hampir 6 tahun, beliau bercerai karena sang suami yang pergi meninggalkan beliau dan akhirnya beliau memutuskan untuk bercerai. C. Data Hasil Penelitian 1. Interaksi yang Terjadi Didalam KeluargaBroken Home Interaksi yang terjadi didalam keluarga broken home di Desa Banyuroto merupakan hal yang sangat penting didalam sebuah komunikasi antar keluarga. Apabila didalam keluarga kurang adanya interaksi maka komunikasi dengan anggota keluarganyapun akan berkurang. Kurangnya interaksi ini juga berdampak bagi keluarga yang tidak bersama atau tidak utuh. Hal ini menyebabkan interaksi diantara keluarganyapun akan berkurang. Kurangnya interaksi didalam keluarga yang tidak utuh ini menyebabkan masalah-maslah yang timbul didalamnya sehingga interaksi antara anak dengan ibu atau dengan ayah membuat hubungan diantara mereka menjadi kurang bersama. Ada beberapa prinsip dalam interaksi yang terjadi didalam keluaraga yang mana dalam prinsip tersebut orang tua bersama dengan anak menciptakan interaksi yang berlangsung dalam kehidupan sehari75
hari. Prinsip-prinsip itu dipakai oleh tua untuk mengembangkan disiplin bagi anak sehingga dalam keluarga tersebut terdapat praktek mengenai pola asuh orang tua yang dapat membatu dalam proses interaksi. Dalam hal ini prinsip-prinsip dalam interaksi didalam keluarga sesuai dengan beberapa pernyatan dari berbagai orang tua yang mengalami keluarga broken home. a. Terciptanya keteladanan diri Orang tua bapak atau ibu menjadi teladan bagi anak adalah senantiasa mereka yang berperilaku yang taat pada nilai-nilai moral. Orang tua bapak atau ibu menyadari bahwa perilakunya yang tidak disadari untuk dicontohkan, oleh anak akan dapat dijadikan bahan imitasi dan identifikasi. Pernyataan ini juga disampaikan kepada bapak “YT” : “Ya kalo saya dalam kesehariaanya memberikan keteladanan ya memberi contoh sopan santun yang baik dengan orang tua, berperilaku sopan. Selalu mengajarkan nilai menghormati kepada yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda dan menghormati sesama” (CL:1) Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh ibu “MY” yang juga sebagai seorang ibu rumah tangga berpendapat bahwa: “Saya selalu memberikan contoh keteladanan yang baik contohnya seperti, birbicara yang baik dengan orang tua, menjaga sikap yang baik dengan orang lain. Tetapi karena anak udah tambah dewasa jadi hal itu kurang berpengaruh terhadap anak” (CL: 2)
76
Pernyataan lain juga disampaikan oleh ibu “WS” yang mana ibu “WS” bukan orang tua ayah atau ibu melainkan nenek yang mengurusinya dirumah: “Untuk sehari-hari saya sellau memberikan contoh yang baik tetapi karena anaknya ngeyel dibilang jadi anak susah diatur. Karena cm tinggal dengan saya neneknya” (CL: 5) Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa memberikan keteladanan bagi anak merupakan hal yang sangat
penting
untuk
pengembangan
perilaku
anak.Dalam
memeberikan keteladanan orangtua ayah atau ibu dapat bersamasama membangun sebuah interaksi diantara mereka. Hal lain juga disampaikan bahwa tidak adanya peran ibu atau ayah yang mengasuh anak. Anak hanya ditipkan oleh anggota keluarga yang lain seperti nenek menyebabkan anak sulit untuk diberi contoh yang baik. Anak jika tidak mendapatkan contoh yang baik maka anak akan memiliki perilaku yang buruk karena anak tidak ada yang menegur ataupun member nasehat terhdap perilakunya tersebut. Jadi untuk mengantisipasi hal tersebut maka angota keluarga yang lain tetap memberikan komunikasi atau dialog kepada anak. b. Terciptanya kebersamaan dengan orang tua Untuk menciptakan adanya kebersamaan antara ayah atau ibu dengan anaknya memang diperlukan interaksi yang sangat dekat, karena dari kebersamaan keduanya itulah yang dapat membentuk perilaku anak. 77
Hal ini sesuai dengan pernyataan ibu “MY” beliau mengatakan bahwa: “Saya dan anak dalam kesehariaanya melakukan berbagai hal secara bersama-sama dalam menciptakan aturan dalam rumah dan apa saja yang tidak boleh dilakukan didalam rumah ataupun diluar rumah. Apalagi ya mba anak saya kan perempuaan jadi aturan-aturan yang saya berikan lebih ketat” (CL: 2) Pendapat lain yaitu dari “AB” mengatakan bahwa: “Ya dengan saling berbicara saya mengajak anak saya mencipatakan aturan-aturan yang saya buat untuk anak saya mana yang tidak boleh dilakukan dan mana yang boleh dilakukan. Sehingga kebersamaan diantara kita dapat saling terjalin” (CL: 3) Pernyataan lain juga disampaikan dari “AD” beliau mengatakan bahwa: “Susah mba untuk bersama-sama memberikan aturanaturan yang saya berikan ya mungkin karena dia tidak ada ibunya dan dirumah hanya ada saya dan neneknya tetapi dengan neneknya diajarkan sopan santun” (CL: 4) Pernyataan ini juga diperkuat dengan “WS” yang mengatakan bahwa : “Susah mba jika ketemu anak juga jarang, jadi tidak bisa saling bersama-sama dalam berbicara ataupun bersamasama tetapi dirumah anak bisa berama-sama ngobrol dengan kakak atau paman atu bibinya” (CL: 5) Dari
pernyataan
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
kebersamaan antara orang tua ayah atau ibu dengan anaknya sangat diperlukan karena dengan kebersamaan itulan maka dapat membentuk beberapa aturan yang atau hal lain yang dapat
78
dibicarakan oleh mereka. Sehingga jika dalam suatu hal saling bersama-sama maka dapat meningkatkan interaksi diantara mereka. c. Terciptanya keterbukaan dalam keluarga Untuk membangun suasana tersebut perlu adanya sikap saling terbuka tentang upaya yang akan dilakukan baik didalam lingkungan keluarga maupun lingkungan luar. Dengan adanya keterbukaan didalam keluarga mereka siap menerima saran, sehingga adanya keterbukaan anak berusaha untuk meningkatkan komunikasi yang berjalan diantara mereka. Hal ini serupa dengan pernyataan dari “MY” dengan ketebukaan maka “MY” menyatakan: “Selama ini saya terbuka dengan anak, kita selalu bercerita ketika ada waktu luang setelah saya bekerja saya selalu bertanya pada anak.Tetapi untuk masalah pribadi anak saya kurang terbuka dengan saya, dia lebih memilih bercerita kepada temannya. Mungkin kaena saya sibuk bekerja dan kurang ada waktu untuk anak saya” (CL: 2) Senada dengan pernyataan oleh “MY” pernyataan dari “AB” beliau juga menyatakan bahwa: “Saya dengan anak terbuka soal teman-teman disekolah atau dirumah, bagaimana nilai disekolah dari itu saya dan anak saya interaksi lebih sering karena kita saling berbicara dan terbuka mengenai beberapa hal” (CL: 3)
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa adanya keterbukaan diantara orang tua ayah atau ibu memberikan dampak yang sangat baik untuk anak, yang mana dalam keterbukaan tersebut orang tua ayah atau ibu dapat mengetahui apa yang 79
dirasakan oleh anak dan kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh anak kita dapat mengetahuinya. Keterbukaan inilah yang menjadikan interaksi didalamnya semakin menjadikan para orang tua ayah atau ibu dapat mengetahui perilaku anak ketika berada disekolah maupun berada dilingkungan rumah. d. Terciptanya kedekatan orang tua dengan anak Kedekatan, orang tua harus membangun kedekatan dengan anak dengan cara komunikasi yang dialogis. Cara ini menunjukkan bagaimana kemampuan orang tua ayah atau ibu untuk memahami dunia anak. Banyak orang tua ayah atau ibu sering tidak mengerti apa arti penting dunia anak. Dunia anak yaitu dimana anak dapat mengekspolrasi semua kegiataanya, sehingga didalamnya anak menjadi lebih nyaman. Anak akan merasa nyaman jika didalamnya ada peran orang tua yang bisa mengetahui apa yang dimau anak. Orang tua yang mampu menghayati dunia anak dipersyaratkan untuk memiliki tiga kemapuan, yaitu kepakaran, keterpercayaan, dan kedekatan yang dirasakan anaknya. Sehingga adanya kemampuan menghayati dunia anak maka orang tua dalam mendidik anaknya juga dapat membangun kedekatan dengan anaknya.Kedekatan yang dibangun antara orang tua ayah atau ibu dengan anaknya memberikan dampak yang sangat berpengaruh terhadap komunikasi dan interaksi. 80
Hal tersebut juga diungkapkan oleh “YT” selaku orang tua mengatakan: ” Kedekatan saya dengan anak sangat dekat tapi saya tidak begitu terbuka dengan anak ya maklum saya sibuk bekerja. Iya sangat berpengaruh mba soalnya kan komunikasi saya dengan anak kurang maka dari itu mba kasihan anak saya kalo tidak saya perhatikan. Nanti anak menjadi pendiam dan saya takut nanti anak saya melakukan hal-hal yang kurang baik” (CL: 1) Pernyataan lain juga disampaikan oleh “MY” mengatakan bahwa: “Saya dekat dengan anak saya ketika saya dirumah saya meluangkan waktu dengan anak, saya bekerja ketika anak sedang pergi kesekolah dan kalau ada apa-apa anak saya member kabar lewat sms atau telfon. Interaksi yang saya lakukn ini sangat berpengaruh sekali terhadap anak karena secara langsung sasya dapat berkomunikasi dengan anak” (CL: 2) Diperkuat dengan pernyataan dari “AB” beliau juga mengatakan hal yang sama yaitu: “Saya sangat dekat dengan anak saya. Ya interaksi saya dengan anak selama ini berlangsung baik-baik saja anak ada masalah dia langsung berbicara kepada saaya jadi interaksi asaya dan anak saya sangat berpengaruh terhadap perilaku anak” (CL: 3) Adanya kedekatan antara orang tua ayah atau ibu dengan anaknya sangat berpengaruh sekali dengan perialku anak dan interaksi diantara mereka.Hal tersebut disampaikan oleh “YT‟, “MY”, dan “AB” mereka orang tua yang memiliki rasa kasih sayang anak yang mana mereka walaupun sibuk dengan bekerja tertapi
masih
meluangkan
waktu
untuk
anak.Hal
tesebut
menyebabkan anak merasa dihargai dan diiperhatikan.Jika 81
kedekatan antara orang tua dan anak kurang maka juga berpengaruh terhadap komunikasi dan interaksi diantara mereka. Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang dialami oleh “AD” yang mengatakan bahwa: “Selama ini saya mencoba dekat dengan anak dengan memberikan waktu luang dengan anak lebih terbuka dan ngobrol dengan anak.Selaian saya anak dekat dengan neneknya jadi walaupun saya jarang dirumah saya bisa sms atau telpon” (CL: 4) Senada dengan pernyataan “WS” yang megatakan bahwa: “Kalau untuk kedekatan saya kurang dekat dengan anak tersebut kadang saya ajak ngobrol ya tentang dia disekolah atau teman-teman tetapi anak dekat dengan kakak atau paman dan bibinya” (CL: 5)
Dengan pernyataan-pernyataan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa kedekatan orang tua ayah atau ibu dengan anaknya
sangat
berpengaruh
terhadap
interaksi
diantara
mereka.Pernyataan yang diuangkapkan oleh orang tua yang memiliki rasa kasih dan peduli dengan anak.Tetapiakibat dari kurangnya kedekatan diatara mereka menyebabakan terputusnya komunikasi dan interaksi diantara mereka karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan juga kurang adanya adanya waktu yang dapat menyebabkan mereka bisa bersama. e. Terciptanya aturan-aturan Sebuah aturan-aturan yang diciptakan bersama antara orang tua dengan anak untuk menciptakan aturan-aturan yang tidak boleh 82
dilanggar.Aturan-aturan
tersebut
dibuat
supaya
jika
anak
melakukan pelanggaran atau kesalahan maka dapat memberikan konsekuensi yang diterima untuk anak.Konsekuensi yang diterima dapat berupa nasehat ataupun hukuman. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari “YT” yang mengatakan bahwa: “Ya namanya anak-anak mba wajar kalo nakal saya cuma kasih nasihat jangan diulangi lagi gitu aja mba” (CL: 1) Pernyataan sama juga diungkapkan oleh “MY” juga mengatakan bahwa: “Sebelum anak saya tambah dewasa dan anak saya perempuan saya sudah membuat aturan-aturan yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar. Jadi ketika anak melakukan pelanggaran dan itu tidak berat saya hanya menasehatinya” (CL: 2) Senada dengan pernyataan diatas juga diuangkapkan oleh “AB” yang mana juga mengatakan: “Selama ini anak saya baik-baik aja mba ya walaupun nakal namanya anak-anak wajar paling saya nasehatin saja” (CL: 3) Pernyataan tersebut diatas menggambarkan bahwa “YT”, “MY” dan “AB” membuat aturan-aturan yang disepakati oleh anaknya.Jika anak-anak nakal dan kurang mematuhi aturan masih wajar karena namanya anak mereka masih belum menemukan jati diri mereka.Tetapi selama anak tersebut tidak melakukan hal-hal
83
yang buruk orang tua ayah atau ibu hanya memberikan konsekuensi hanya dengan member nasehat. Berbeda dengan orang tua yang kurang peduli dengan anak dan agak sedikit keras dengan anak, jika anak melanggar aturanaturan yang sudah dibuat mereka bisa memberikan konsekuensi bukan hanya dengan nasehat tetapi dengan hukuman.Hukuman tersebut misalnya; dipukul, dijewer, tidak memberikan uang saku dan sebagainya. Hal tersebut juga diutarakan oleh “AD” yang memiliki anak melanggar aturan yang sudah dibuat. “AD” menyatakan bahwa: “Pernah anak melakukan hal yang jelek pernah anak pulang sampai larut malam saya kasih hukuman dia tidur diluar dan selama itu saya tidak ksih uang tambahan. Tapi hal itu malah berdampak buruk bagi anak karena anak malah menjadi tambah jarang pulang dan saya takut jika itu dia bersama dengan teman-temannya menjadi salah gaul” (CL: 4) Pernyataan tersebut oleh “AD” karena merasa anak tersebut sudah melanggar aturan yang dibuat.Hal tersebut membuat anak memperoleh konsekuensi terhadap perbuatannya.“AD” sengaja memberikan hukuman seperti itu supaya anak merasa jera dan tidak melakukannya lagi.Tetapi hukuman seperti itu malah membuat anak tidak merasa jera, karena anak merasa dirinya tertekan sehingga anak lebih memilih keluar dengan anak. Dari pernyataan tesebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa aturan-aturan yang dibuat supaya anak dapat mengerti apa yang boleh dan tidak boleh dilanggar. Apabila aturan-aturan 84
tersebut dialnggar akan medapatkan konsekuensi yang dapat berupa nasehat atau hukuman. Untuk hukuman yang diberikan anak sebagai orang tua juga harus mengerti apakah hukuman yang kita berikan tesebut memberikan efek jera terhadap anak ataukah membuat anak semakin membuat pelanggaran-pelanggaran tersebut. f. Terciptanya kontrol orang tua terhadap perilaku anak Kontrol yang dilakukan orang tua untuk mendidik anak untuk memiliki perilaku yang baik.Perilaku anak merupakan cerminan dari orang tua dalam mendidiknya selama ini. Jika orang tua mendidik anak kurang maka dibentuk perilaku anak yang buruk tetapi jika orang tua memberikan perilaku yang baik maka anak juga akan memiliki perilaku yang baik. Dalam kontrol tersebut peranan orang tua sangatlah penting untuk membantu perilaku anak. Orang tua mampu untuk mengendalikan apa yang dilakukan anak dalam kegiataannya sehari-hari maupun mengkontrol bagaimana anak tersebut bergaul. hal tersebut juga disampaikan oleh “MY” yang menyatakan bahwa: “Ya untuk mengontrol anak selama dia kelakukanya baikbaik saja saya tidak begitu mengontrol anak karena takut anak tidak bisa bebas” (CL: 2) Pernyataan lain juga disampaikan oleh “AB” yang mengatakan bahwa: “Untuk mengontrol anak saya pantau terus kegiatan anak, terus anak pergi dengan siapa jadi anak saya secara tidak 85
langsung sudah mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak” (CL: 3) Senada dengan pernyataan tersebut diatas “AD” juga melakukan control yang menyatakan bahwa: “Setelah kejadiaan tersebut saya meluangkan waktu dengan anak saya bisa mengontrol kebiasaan buruk anak dengan perjanjian kalo dia bersikap baik apa yang dia mau saya berikan” (CL: 4) Dari pernyataan tersebut diatas maka “MY”, “AB”, dan “AD” meberikan control terhadap perilaku anak sangatlah penting karena dapat mengendalikan perilaku anak yang kurang baik, dimana dalam control tersebut juga terdapat interaksi didalamnya. Apabila orang tua jarang memberkan control dalam perilaku anak maka anak dengan bebasnya melakukan hal-hal yang kurang baik. Ini dikarenakan orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya atau dengan kesibukan yang lain sehingga anak kurang begitu diperhatikan. Hal tersebut disampaikan “YT” yang mengatakan bahwa: “Jujur mba saya percaya-percaya aja sama anak gak tau kalau diluar rumah karena saya juga sibuk bekerja” (CL: 1) Pernyataan tersebut diatas senada dengan “WS” yang mengatakan bahwa: “Kalau untuk mengontrol saya agak susah mba karena anak tersebut susah diaturnya. Saya juga susah mengendalikan anak karena saya juga sibuk untuk bekerja gak ada waktu buat anak tersebut” (CL: 5)
86
Pernyataan dari “YT” dan “WS” mereka sama-sama susah untuk mengkontrol anak karena yang sibuk dengan pekerjaan mereka yang menyebabkan kurang luangnya waktu untuk mengkontrol atau mengawasi anak. Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa control terhadap anak sangatlah penting supaya dapat mengendalikan
anak
supaya
tidak
melakukan
perbuatan
menyimpang. Pentingnya interaksi disini yaitu supaya orang tua ayah atau ibu dapat mengawasi anak jika anak berbuat yang tidak baik. 2. Masalah-Masalah Interaksi Keluarga Permasalahan keluarga yang semakin rentan akhir-akhir ini dikarenakan semakin melemahnya kualitas komunikasi antara anggota keluarga sehingga memudarnya fungsi keluarga dalam melindungi anggotanya dari pengaruh pihak luar.Pengaruh luar terhadap pribadi keluarga semakin kuat akibat peningkatanteknologi komunikasi di era informasi globalisasi. Komunikasi dan interaksi dalam keluarga adalah bagian dari proses sosialisasi anak yang dilakukan oleh orangtua. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam proses sosialisasi, yaitu: pola perilaku yang disosialisasikan, agen yang berpartisipasi dalam proses sosialisasi (termasuk orangtua, anak, teman, guru), dan teknik pelaksananan dari proses
sosialisasi
mengemukakan
pendapat
bahwa
keluarga
merupakan suatu sistem yang menekankan pada dimensi interaksi 87
keluarga, suatu seri dari interaksi timbal balik dua arah, dan gabungan dari interaksi dari semua sub kelompok keluarga, dan suatu sistem hubungan internal yang menyangkut dukungan sosial, dan hubungan intergenerasi. Hal-hal yang menyebabkan adanya masalah-masalah interaksi antara orang tua ayah atau ibu disebabkan karena adanya berbagai faktor antara lain yang dapat menyebabkan kondisi broken home diantaranya: a.
Kurangnya komunikasi di antara anggota keluarga Orang tua ayah atau ibu yang terlalu sibuk dengan segala pekerjaannya yang bekerja hingga tidak memiliki waktu dengan anak. Ayah atau ibu yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya menyebabkan tidak bisa meluangkan waktu dengan anak untuk bermain bahkan untuk berbicara dengan anak. Hal tersebut menyebabkan membuat kurangnya komunikasi atau interaksi diantara mereka. Kurangnya putus komunikasi ini antara ayah atau ibu atau dengan anggota keluarga yang lain menyebabkan anak kurang diperhatikan. Anak lebih cenderung memilih teman-teman disekolah
maupun
dilingkungan
daripada
dengan
orang
dirumah.Sehingga hal tersebut menyebabkan anak menjadi tidak betah dirumah karena merasa tidak diperhatikan. Seperti yang diungkapkan oleh “YT” yang mengungkapkan bahwa: 88
“Ada mba kan saya jarang dirumah jadi interaksi dan komunikasi dengan anak menjadi kurang.Itu yang membuat saya kawatir dengan kondisi anak gitu mba. Anak saya menjadi minder, tidak percaya diri kadang suka melamun” (CL: 1) Pernyataan lain juga disampaikan oleh “AD” juga mengatakan: “Saya merasa waktu saya dan anak kurang jadi itu sangat berdampak sekali dengan anak” (CL: 4) Senada dengan pernyataan diatas “WS” mengatakan bahwa: “Iya menghamabat sekali karena dia memilih temannya saya tidak bisa berkomunikasi dengan anak secara langsung” (CL :5) Dari pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kurangnya interaksi dan komunikasi tersebut menyebabkan anak lebih
memilih
berinteraksi
dengan
teman-temannya.Dari
pernyataan ketiganya “YT”, “AD” dan “WS” mereka sama-sama kurang ada waktu dengan anak dirumah karena mereka sibuk dengan pekerjaan mereka dan kurang ada waktu untuk mereka bisa mengobrol dengan anak tersebut. Oleh karena itu sikap yang sering terlihat pada orangtua yang lupa bahwa anaknya yang mulai menginjak remaja, justru membutuhkan
lebih
banyak
waktu
dan
perhatian
untuk
menciptakan hubungan timbal balik, hubungan komunikatif dan dialogis, agar permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh
89
remaja memperoleh bantuan, dorongan, dan dukungan dari orangtua untuk mengatasinya b.
Masalah ekonomi Masalah ekonomi inilah yang sering muncul ketika dalam keluarga terjadi perpecahan.Dimana orang tua ayah atau ibu tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga memilih jalan untuk sendiri-sendiri.Masalah ekonomi merupakan masalah yang sangat berat yang mana setelah dalam keluarga sudah pecah maka anak yang menjadi korban. Anak yang seharusnya mendapatkan kebutuhan akan hidupnya menjadi tidak dapat tercukupi. Hal tersebut diungkapkan oleh “YT” yang mana beliau dalam kesehariannya berkerja untuk memnuhi kebutuhan hidupnya, “YT” menyatakan bahwa: “Kalo untuk masalah ekonomi saya juga susah mbak, lah saya kerja untuk mencukupi kebutuhan anak. Kalo saya orang mampu saya tidak akan bekerja seharian mba tapi ya gimana lagi kebutuhan banyak, kebutuhan sekolah juga. Jadi saya kurang ada waktu dengan anak saya” (CL: 1) Senada dengan pernyataan “YT” diatas “AD” juga mengatakan hal yang sama beliau mengatakan bahwa: “Masalah ekonomi kadang membuat saya dan anak menjadi jauh dalam hubungan komunikasi saya yang sibuk bekerja sampai malam hanya untuk mencukupi kebutuhan anak dan keluarga tapi kalo saya tidak bekerja gimana saya dapat memenuhi kebutuhan saya dan keluarga. Ya walaupun menjadi saya dan anak kurang berinteraksi dirumah” (CL: 4) Dari pernyataan dari “YT” dan “AD” bahwa beliau mengatakan masalah ekonomi membuat mereka jauh dengan anak 90
mereka merasa kalau mereka bekerja maka akan membuat mereka jauh dalam berinteraksi dengan anak. Tetapi jika mereka tidak bekerja bagaimana mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.Untuk mencukupi kebutuhan anak dari kebutuhan sekolah, sandang, pangan dan papan. c.
Jauh dari agama Dalam agama tidak ada yang mengajarkan bahwa satu keluarga harus mengalami masalah perpisahan, yang mana dalam perpisahan tersebut anak menjadi korbanya. Dalam agama juga mengajarkan anak dari usia dini untuk mengerti akan moral. Disamping itu juga peran dari orang tua ayah atau ibu juga sangat berpengaruh untuk membentuk kepribadidan anak. Apabila orang tua tidak megajarkan yang baik maka akan terbentuk individuindividu melakukan hal-hal yang kurang baik. Sebaliknya jika orang tua mengajarkan yang baik maka anak juga akan melakukan hal yang baik. Dalam hal ini masa-masa anak dari kecil sampai remaja cenderung dalam masa pencarian jati diri mereka. Anak membutuhkan figure orang tua untuk memberikan contoh dan teladan yang baik. Hubungan orang tua dengan anak sangat berdampak dalam interaksinya dengan anggota keluarga, teman sebaya bahkan lingkungan masyarakatnya.Lain halnya jika anak kurang memiliki hubungan harmonis dengan orang tuanya.
91
Masalah-masalah dalam interaksi didalam keluarga selain kurangnya komunikasi juga ada hal lain yang menyebabkan masalah tersebut dapat menghambat proses interaksi didalam keluarga. Masalah tersebut ada karena kurangnya hubungan diantara orang tua dengan anak. Hal tersebut juga disampaikan oleh “YT” yang mengatakan bahwa: “Anak kadang suka menyendiri mba, pemurung gitu kalo ada apa-apa saya susah harus gimana. Kadang untuk berinteraksi dengan lingkungan juga jarang disekolah anak cenderung lebih diam tapi dia tidak nakal” (CL: 1) Hal tersebut juga disampaikan oleh “MY” yang mengatakan bahwa: “Sebenarnya anaknya tuh pintar tapi kadang sifatnya lebih emosional sedikit-sedikit gampang marah, kalo dia lagi tidak senang dia pergi keluar bersama temannya, tapi dia tidak pernah menggangu atau membuat ulah dilingkungan rumah” (CL: 2) Senada dengan pernyataan diatas “AD” juga mengatakan bahwa: “anak mempunyai tempramen yang buruk kadang dia sering berantem dengan teman disekolahnya pernah teman main dirumah berantem. Dengan kondisiseperti itu anak tidak memiliki teman, anak menjadi pemurung dan sering ngamuk” (CL: 4) Dari masalah-masalah diatas orang tua “YT”, “MY”, dan “AD” harusnya mengerti bagaimana mendidik anak dengan berinteraksi dan komunikasi yang baik sehingga anak tidak melakukan hal-hal yang tidak dingiinkan.Interaksi merupakan hal yang sangat penting dan sangat berperan untuk membantu dan membentuk perilaku anak. Interaksi social juga sangat diperlukan 92
supaya membetuk anak yang sopan dan mengerti akan lingkuannya. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa masalahmasalah yang terjadi yaitu: a. Kurangnya waktu untuk bersama-sama dengan anak b. Kuantitas untuk bertemu dengan anak sedikit c. Kurang peduli terhadap perilaku anak d. Anak lebih memilih dengan anggota keluarga yang lain daripada ayah atau ibu mereka atau dengan teman-temannya
3. Upaya Untuk Mengatasi Masalah Upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi didalam keluarga broken home di Desa Banyuroto supaya terhindar dari masalah-masalah tersebut memang diperlukan upaya interaksi didalam keluarga akan tetap berlangsung Seperti yang diungkapkan oleh “YT” beliau mengatakan bahwa : “Upayanya ya saya setelah pulang kerja kalau ada waktu dan kesempatan saya dana anak saya ajak jalan-jalan biar anak itu seneng dan tidak cuma dirumah saja” (CL: 1)
Pernyataan
lain
yang
diungkapkan
oleh
”MY”
yang
mengatakan bahwa: “Upayanya saya berusaha dekat dengan anak, sesibuksibuknya saya lebih meluangkan waktu dengan anak dan saya takut jika saya kurang interaksi dengan anak, kemudian anak 93
lebih memilih temannya saya takut jika teman-temannya itu salah dalam bergaul dan terjerumus kedalam hal-hal yang buruk dan upaya tersebut sangat berpengaruh sekali apalagi interaksi yang ada membuat saya dan anak saya menjadi lebih dekat” (CL: 2) Hal tersebut juga dibenarkan oleh “AB” “Upaaya untuk mengatasi maslah interasi ya saya lebih menambah waktu dengan anak walapun saya bekerja saya akan mengawasi anak dan lebih dekat dengan anak. Untuk mengasuh anak saya percaya dengan tetangga dan upaya yang ada sangat berpengaruh sekali karena dengan begitu interaksi dengan anak dapat berjalan dengan baik dan saya tidak kuatir jika ada tetangga anak saya tidak akan kemana-mana. Dan anak saya interaksi dengan orang lain juga berjalan” (CL: 3) Hal serupa juga dinyatakan oleh “AD” beliau mengatakan bahwa : “Upayanya saling memberi waktu untuk anak dan terbuka jika ada maslah-maslah yang ada, tukar pendapat. Kemudian secara tidak langsung saya mengawasi perilaku anak saya saat sekolah maupun main dengan teman-temannya supaya anak saya tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak baik dan juga saya bisa berkomunikasi lewat telpon atau sms” (CL: 4) Hal tersebut juga diperkuat oleh “WS” yang mengatakan bahwa: “Upayanya ya saya mencoba lebih meluangkan waktu untuk berbicara, dan terbuka dengan anak. Karena saya takut mba kalo anak memilih teman, tetapi temannya tidak beres” (CL: 1)
Dengan adanya pemaparan hasil wawancara diatas maka upaya yang diharapkan dapat mengatasi hambatan yang terjadi.Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa adanya hambatan disebuah keluarga memang sering terjadi dan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut dengan adanya upaya peran orang tua untuk sama-sama dengan anak saling berinteraksi dan komunikasi didalam keluarga.
94
Hasil dari pernyataan dari orang tua ayah atau ibu dalam interaksinya dengan anak dapat diketahui bahwa dalam kesehariannya keluarga yang mengalami broken home yang dikarenakan karena perceraian antara ayah dan ibu dalam interaksinya dengan anak dapat berjalan dengan baik. Ayah atau ibu dalam kesehariannya melakukan interaksi tersebut terdapat keteladanan, keterbukaan, kebersamaan, aturanaturan, kotrol perilaku anak. Tetapi terdapat masalah-masalah yang menyebabkan interaksi tersebut menghalangi komunikasi diantara mereka.Masalah-masalah tersebut antara alain, kurangnya komunikasi dikarenakan orang tua yang sibuk bekerja, kualitas untuk bertemu dengan anak berkurang, sehingga untuk pengendalian anak berkurang. Adapaun upaya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut antara lain, dengan interaksi tidak lansung yaitu melalui sms atau telpon, meluangkan waktu dengan anak sehingga kuantitas bertemu dengan anak cukup dengan upaya tersebut diharapkan orang tua ayah atau ibu dapat mengkontrol perilaku anak. D. Pembahasan Interaksi yang terjalin di keluarga yang pecah di Desa Banyuroto antara orang tua ayah atau ibu dengan anak menyebabkan interaksi yang terjalin semakin jarang tetapi dapat berlangsung dengan baik.Komunikasi orang tua ayah atau ibu yang jarang dikarenakan orang tua yang sibuk mencari nafkah untuk kebutuhan hidupnya.Adanya interaksi yang kurang dalam sebuah keluarga yang tidak utuh menyebabkan berbagai masalahmasalah yang timbul didalamnya. 95
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo peneliti memperoleh data hasil penelitian.Ada beberapa prinsip dalam interaksi yang terjadi didalam keluaraga yang mana dalam prinsip tersebut orang tua bersama dengan anak menciptakan interaksi yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip itu dipakai oleh tua untuk mengembangkan disiplin bagi anak sehingga dalam keluarga tersebut terdapat praktek mengenai pola asuh orang tua yang dapat membatu dalam proses interaksi (Shocib 1998: 124) 1. Interaksi yang Terjadi Didalam Keluarga Interaksi yang terjalin didalam keluarga yang pecah di Desa Banyuroto tetap berlangsung orang tua ayah atau ibu dapat saling berkomunikasi dengan anak walaupun terbatasnya waktu.Hal ini tergantung bagaimana orang tua tersebut dalam mendidik anak dan komunikasi yang baik.Tetapi dalam keluarga yang pecah tersebut di Desa Banyuroto masing-masing keluarga memiliki pola interaksi yang berbeda.Interaksi yang terjalin antara orang tua dengan anak memiliki interaksi yang berbeda-beda hal ini dikarenakan ada orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya membuat interaksi dengan anaknya menjadi berkurang.Tetapi dalam menyikapi hal tersebut di era yang modern dan canggih ini maka orang tua walaupun tidak bisa berinteraksi langsung secara tatap muka dengan anak mereka dapat berkomunikasi lewat sms ataupun telepon sehingga orang tua dapat memantau aktivitas dan kegiatan anak kesehariannya.
96
Orang tua sadar akan akibat dari pecahnya suatu keluarga yang membuat anak menjadi kurang perhatian, pemurung, bahkan ada anak yang menjadi kurang mengerti akan moral mereka anak cenderung memilih bergaul dengan teman-temanya. Anak-anak yang menjadi korban orang tua yang pisah di Desa Banyuroto ini ada yang memiliki perilaku yang baik dan ada yang memiliki perilaku yang buruk hal ini karena interaksi yang terjadi didalam keluarga kurang.Hal tersebut menjadikan masalah untuk anak. Didalam keluarga yang pecah di Desa Banyuroto ini orang tua masing-masing memiliki kesibukan masing-masing ada yang sibuk bekerja ada juga yang ada waktu dengan anak yang menjadikan anak kurang memiliki waktu untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang tua. Dalam interaksi dengan anak orang tua di Desa Banyuroto yaitu dalam kebersamaan dengan anak, masing-masing orang tua sulit untuk menciptakan kebersamaan dengan anak karena orang tua kebanyakan waktu kesita untuk bekerja. Tetapi walaupun orang tua jarang dirumah tetapi anak dirumah bisa bersama-sama dengan kakak, adik, atau paman dan bibinya. Dalam keterbukaan dengan anak hal ini orang tua kadang sulit terbuka dengan anak tetapi anak cenderung terbuka dengan saudaranya sehingga tidak adanya kebersamaan antara orang tua dan anak untuk bersama-sama dengan anak menjadi suatu hal yang sulit, tetapi dengan anggota keluarga yang lain anak bisa terbuka. Kedekatan yang terjadi menjadikan orang tua di Desa Banyuroto sulit berinteraksi dengan anak.Orang tua yang sibuk dan 97
jarang dirumah juga sulit terciptanya kedekatan dengan anak.Tetapi anak selama orang tua sibuk dengan pekerjaannya yang membuat anak kurang dekat dengan ayah atau ibunya anak dekat saudaranya kakak, adik, paman atau bibinya. Sehingga anak bisa dipantau perilakunya dalam kesehariannya dengan anggota keluaraga yang lain. Dilihat dari keteladanan orang tua masing-masing orang tua mengajarkan
dan
menerapkan
nilai-nilai
yang
baik
seperti:
menghormati dengan yang lebih tua, berbicara sopan, menjaga perilaku, dsb.Masing-masing orang tua walaupun ada yang memiliki waktu kurang dengan anak tetapi mereka masih menyempatkan waktu untuk berinteraksi dengan anakdengan memberikan aturan-aturan yang mana aturan tersebut digunakan dan anak harus mematuhi aturan yang telah dibuat. Jika anak melanggar aturan yang sudah disepakati dari masing-masing orang tua di Desa Banyuroto anak akan mendapat sanksi yang berupa nasehat ataupun hukuman. Dengan cara tersebut maka orang tua dengan interaksi yang tidak banyak dapat mengkontrol perilaku anak yang kurang baik. Orang tua dapat memantau kegaitan anak kesehariannya tanpa memiliki rasa kuatir. Terjadinya interaksi dalam keluarga akan saling mempengaruhi satu dengan yang lain dan saling memberikan stimulus dan respons. Dengan interaksi antara anak dengan orang tua, akan membentuk gambaran-gambaran tertentu pada masing-masing pihak sebagai hasil dari komunikasi. Anak akan mempunyai gambaran tertentu mengenai orang tuanya. Dengan adanya gambaran-gambaran tertentu tersebut 98
sebagai hasil persepsinya melalui komunikasi, maka akan terbentuk juga sikap-sikap tertentu dari masing-masing pihak. Bagi orang tua anak sebagai objek sikap, sebaliknya bagi anak orang tua sebagai objek sikap. Pada anak akan terbentuk sikap tertentu terhadap orang tuanya, sebaliknya pada orang tua akan terbentuk sikap tertentu terhadap anaknya. Menurut
(Shochib
1998:124)
menerangkan
bahwa
ada
beberapa prinsip yang yang dapat mengembangkan disiplin anak dan dalam prinsip-prinsipnya terdapat intraksi didalamya. Prinsip-prinsip tersebut anatara lain: adanya keteladanan diri, adanya kebersamaan orang tua, demokratisasi dan keterbukaan, kemampuan orang tua menghayati dunia anak, konsekuensi logis, kontrol orang tua, nilainilai. Bagi keluarga yang mampu mengadakan komunikasi yang baik kepada anak tentu akan memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak, sebaliknya bagi orang tua yang super sibuk dan masa bodoh terhadap perkembangan anak tentu jarang terjadi proses interaksi atau komunikasi dalam keluarga. Dampaknya, anak yang dibesarkan dalam lingkungan orang tua yang tidak komunikatif kemungkinan besar akan mencari bentuk perhatian ke lingkungan lain, misalnyanya: di lingkungan sekolah atau lingkungan teman sebayanya. Persamaan masing-masing orang tua setelah mengalami perceraian interaksi anak dengan orang tua yang terpisah masih tetap berlangsung, baik interaksi secara langsung bertatap muka maupun 99
interaksi secara tidak langsung lewat telpon, SMS, dan lain-lain. Kaitannya dengan hal ini adalah interaksi untuk menciptakan kepedulian, kasih sayang, masih diterima anak dari orang tuanya yang berpisah, jarangnya pertemuan tidak menentukan, dan yang terpenting adalah kualitas pertemuan tersebut, di mana dalam setiap pertemuan orang tua yang berpisah masih menjalankan peranannya sebagai seorang yang mensosialisasikan nilai-nilai dan norma kepada anakanaknya dengan baik, norma dan nilai itu disosialisasikan sesuai dengan perkembangan zaman seperti yang sedang marakdi kalangan remaja kaitannya dalam hal pergaulan bebas, maupun mengenai narkoba yang saat ini sangat digandrungi anak-anak muda bahkan anak-anak kecil yang masih duduk di sekolah dasar. Orang tua juga masih mengingatkan norma dan kebiasaankebiasaan
dahulu
yang pernah
diajarkan
dan
diterapkan
di
dalamkeluarga sebelum perceraian terjadi, kebiasaan-kebiasaan itu antara lain berupa kebiasaan jam istirahat (tidur siang) ini bagi anak yang belum berusia remaja alias masih sekolah dasar, kebiasaankebiasaan selanjutnya adalah mengingatkan supaya rajin sholat, rajin mengaji, serta mengarahkan hobi informan). Maka dari itu terbukti para informan setelah perceraian masih mempunyai perilaku yang positif (baik). 2. Masalah-Masalah Interaksi Keluarga Masalah-masalah yang timbul karena kurangnya interaksi atau putus komunikasi antara orang tua ayah atau ibu dengan anak di Desa 100
Banyuroto hal itu dikarenakan ayah atau ibu terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan sehingga kurangnya waktu bersama dengan anak.Anak lebih cenderung memilih bersama dengan teman-temannya daripada
dengan
orang
tua
mereka.Pernyataan
tersebut
juga
disampaikan beberapa keluarga yang memang mereka sibuk dan menghabiskan waktu dengan pekerjaan daripada dirumah dengan anak.Mereka seperti itu karena harus memenuhi kebutuhan yang memang harus dipenuhi.Kuantitas untuk bertemu dengan anak juga kurang dalam melakukan interaksi hal tersebut dikarenakan orang tua yang sibuk dalam pekerjaanya. Masalah ekonomi juga menghambat interaksi yang ada didalam keluarga di Desa Banyuroto, orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya menghambat komunikasi dengan anaknya, mereka hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga. Kebutuhan yang semakin banyak dan orang tua harus mencukupi kebutuhan anak seperti kebutuhan sandang, pangan, papan, kebutuhan sekolah dan masih banyak yang lain. Hal tersebut menjadikan masalah yang mana anak kurang diperhatikan oleh orang tua kurag berrinteraksi antara ayah atau ibu menjadikan anak juga kurang memiliki rasa kasih sayang. Selain masalah-masalah tersebut orang tua di Desa Banyuroto mengalami masalah dalam memberikan pendidikan agama.Adanya hal tersebut menyebabkan anak jauh dari agama masalah tersebut sangat berdampak buruk bagi anak.Dalam keluarga masing-masing orang tua 101
berbeda dalam penyampaian tentang agama.Kurangnya interaksi tersebut menjadikan anak jauh dari orang tua dan jauh dari agama.Anak menjadi kurang memiliki pegangan hidup dan memiliki perilaku yang buruk.Tetapi ada keluarga di Desa banyuroto yang orang tua mereka pisah tetapi masih memberikan inteeraksi yang baik dengan anak dan mengajak anak untuk ke TPA atau diajarkan beribadah yang baik supaya memiliki perilaku yang baik. Menurut (Sofyan, 1998: 125) sebab-sebab masalah dalam keretakan keluarga, ada dua faktor besar yakni: faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal adalah: a. Beban psikologis ayah/ibu yang berat (psychological overloaded) seperti tekanan (stress) di tempat kerja, kesulitan keuangan keluarga; b. Tafsiran
dan
perlakuan
terhadap
perilaku
marah-marah
dan
sebagainya; c. Kecurigaan suami isteri bahwa salah satu diantara mereka di duga berselingkuh dan lain-lain; d. Sikap egositis dan kurang demokaratis salah satu orang tua misalnya suka mengatur suami atau isteri, memaksakan pendapat terhadap anak-anak, sok berkuasa (otoriter), kurang suka berdialog atau berdiskusi tentang masalah keluarga, lalu orangtua (ayah atau ibu) mengambil keputusan sendiri tanpa musyawarah, sehingga menyinggung perasaan anggota keluarga yang lain. Faktor eksternal antara lain adalah: a) campur tangan pihak ketiga dalam masalah keluarga terutama hubungan suami-isteri dalam bentuk issue-issue negatif yang ditiupkan secara sengaja atau tidak; b) 102
pergaulan yang negatif anggota keluarga, dalam hal ini perilaku dari luar dikembangkan atau berdampak negatif terhadap keluarga seperti kecanduan narkoba, sehingga sering mencuri uang dan harta orangtua. Berbagi penyakit yang diidap kepala keluarga seperti AIDS, sphylis dan gonorhoe dapat dengan mudah menular kepada isteri; c) kebiasaan isteri suka bergunjing di rumah orang lain, akan membawa issu-issue negatif kedalam keluarganya. Dampaknya mungkin akan terjadi pertengkaran suami isteri sebagai hasil tandang ke rumah orang lain; d) kebiasaan berjudi akan berakibat kekacauan keluarga. Dari hasil penelitian dan wawancara terhadap keluarga broken home di Desa Banyuroto terdapat masalah yang terjadi didalam keluarga seperti kurangnya interaksi antara orang tua dan anak, kurangnya perhatian orang tua terhadap anak, orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak ada waktu bersama dengan anak. Dengan adanya masalah tersebut diperlukan atau dibutuhkan upaya untuk mengatasi masalah tersebut supaya interaksi antara orang tua ayah atau ibu dengan anak bisa terjalin interaksi dan komunikasi yang baik. 3. Upaya Untuk Mengatasi Masalah Untuk itu upaya yang dilakukan orang tua ayah atau ibu untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam keluarga yang pecah di Desa Banyuroto supaya hal-hal yang lebih buruk tidak akan terjadi yaitu dengan lebih peduli tentang anak, lebih terbuka dengan anak, dan yang terpenting adalah meluangkan waktu untuk anak dengan 103
saling curhat, ngobrol, tukar pikiran sehingga mereka dapat saling terbuka dan menciptakan kebersamaan dan kedekatan antara orang tua yang pisah dengan anak. Upaya tersebut dilakukan agar mereka ayah atau ibu dapat menjalin komunikasi dengan baik dan terciptanya hubungan yang baik antara orang tua ayah atau ibu dengan anak dan anggota keluarga yang lain. Berikut ini dikemukakan (Djiwandono, 2005: 124) ada beberapa butir syarat menjadi orangtua bijak.Pertama
mampu
berkomunikasi secara empati, menghargai dan mendorong. a. Komunikasi yang empati, yaitu satu dialog dua arah antara orangtua dengan anak, dimana orangtua memahami apa yang dirasakan, dialami dan dipikirkan oleh anak. Demikian pula ayah hrus mampu berkomunikasi secara empati terhadap ibu, atau sebaliknya. Jika orangtua mengembangkan empati maka anak-anak akan meniru pula dalam berkomunikasi secara empati kepada saudara-saudarnya dan teman-teman lain. b. Menghargai anak, adalah vitamin bagi perkembangannya. Sebaliknya sifat-sifat yang merendahkan, melecehkan dan menekan merupakan racun bagi perkembangan kejiwaan anak. Menghargai anak harus disesuaikan dengan keadaan. Dengan kata lain harus tetap momentumnya. c. Mendorong anak, adalah upaya orangtua agar anak-anak maju sesuai bakat, kemampuan, dan kepribadiannya. Dengan demikian anak akan berkembang secara optimal. Sebaliknya, 104
sifat
buruk
orangtua
adalah
mencela,
mengejek
dan
membanding-bandingkan. Jika seorang anak menampakan bakatnya, atau ingin kesuatu jurusan yang disenanginya, orangtua kurang setuju. Hal ini lebih baik didiskusikan secara baik, agar anak memahami bahwa cita-citanya kurang memadai untuk masa depannya. Adanya sikap yang sering terlihat pada orangtua mereka lupa bahwa anaknya yang mulai menginjak remaja, justru membutuhkan lebih banyak waktu dan perhatian untuk menciptakan hubungan timbal balik, hubungan komunikatif dan dialogis, agar permasalahanpermasalahan yang dihadapi oleh remaja memperoleh bantuan, dorongan, dan dukungan dari orangtua untuk mengatasinya. Orangtua diharapkan memiliki kesadaran penuh dalam membimbing remaja dalam memperoleh nilai-nilai sebagai pegangan hidup.Hal ini bisa dicapai dengan pemeliharaan hubungan baik antara orangtua dan remaja, dan kesempatan yang cukup banyak untuk berbicara antara orangtua dan remaja.Anak yang menghadapi masalah, baik kecil maupun besar mengidamkan orangtua sebagai tempat bernaung yang dapat diperoleh melalui komunikasi. Komunikasi akan terbentuk bila hubungan timbal balik selalu terjalin antara ayah, ibu, dan remaja. Meluangkan waktu bersama merupakan syarat utama untuk menciptakan komunikasi antara orangtua dan anak, sebab dengan adanya waktu bersama, barulah keintiman dan keakraban dapat diciptakan diantara anggota keluarga yang lain. 105
Dari pernyataan diatas sebagai orang Pendidikan Luar Sekolah adanya masalah-masalah tersebut diatas maka dapat diberikan pendidikan orang tua.Hal ini digunakan untuk memberikan pendidikan kepada orang tua khususnya ayah atau ibu untuk mengatasi masalahmasalah yang terjadi di dalam keluarga.Dalam kegiatan tersebut kita bersama orang tua saling sharing mengeluarkan masalah yang terjadi dengan anak dan keluarganya. Sebagai seorang single parent tentu hal ini menimbulkan trauma
tersendiri
terhadap
ayah
atau
ibu
bahkan
untuk
anaknya.Mereka ingin memiliki keluarga yang harmonis dan bahagia. Sebagai
Pendidikan
Luar
Sekolah
masalah
keluarga
dibutuhkan pendidikan untuk orang tua sehingga adanya pusat pendidikan keluarga, pusat inidirancang untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dan
pendidikan
orang
tua,
konseling
(individu,
kelompok,dan keluarga). Contoh dalam melakukan pertemuan untuk pendidikan orang tua atau parenting "MenghadapiKeluarga yang mengalami , Perpisahan, dan Perceraian," dan "Bagaimana untuk Sukses sebagaiorang tua tunggal."
106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo, maka dapat diketahuiinteraksi antara orang tua ayah atau ibu dengan anak dalam keluarga broken home, masalahmasalah yang terjadi, dan upaya untuk mengatasidapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Interaksi yang berlangsung antara orang tua ayah atau ibu dengan anak dapat berlangsung dalam kehidupan sehari-harinya. a. Melalui keteladanan 1) Subyek YT Dalam kesehariannya subyek YT memberikan keteladan yang baik untuk anaknya. Bukan hanya YT tetapi anggota keluarga yang lain juga memberikan contoh yang baik dalam kesehariannya. Dalam menerapkan keteladanannya YT tidak begitu sulit karena anak juga mudah untuk diajak komunikasi. 2) Subyek MY Pada subyek MY selalu memberikan keteladan yang baik.Seperti memberikan contoh menjaga sikap dengan baik, berbicara sopan, dan menghormati sesame.Tetapi karena anak yang sudah beranjak dewasa terkadang membuat MY merasa agak kurang berepngaruh terhadap anak.
107
3) Subyek AB Subyek AB dalam memberikan keteladanan untuk anak merasa mudah karena anak yang masih kecil dan anak mudah untuk dikasih pengertian.Sehingga dalam memberikan keteladanan menjadi gampang. 4) Subyek AD Pada subyek AD setiap harinya selalu memberikan keteladanan yang baik yang mana ketladanan tersebut membuat anak mengerti. Tetapi karena anak yang sudah semakin beranjak dewasa anak menjadi susah untuk dikasih pengertian. 5) Subyek WS Pada subyek WS dalam kesehariannya beliau selalu mengajarkan tentang keteladanan yang baik seperti berbicara yang lebih sopan dan menghormati kepada yang lebih tua. Tetapi anak kadang susah dikasih contoh karena anak yang susah diatur dan lebih bermain dengan temannya. b. Melalui kebersamaan 1) Subyek YT Pada subyek YT melalui kebersamaan inilah mereka dapat berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.Kebersamaan yang terjalin membuat anak dekat dengan anak.Tetapi karena YT yang sibuk bekerja membuat YT kadang merasa waktu bersama dengan
108
anak berkurang tetapi anak bisa bersama dengan neneknya dirumah. 2) Subyek MY Pada subyek MY kebersamaan dengan anak dalam kesehariannya selalu
berbagai
hal
secara
bersama-sama.Sehingga
dalam
kebersamaan tersebut kami membuat aturan-aturan yang harus dipatuhi. 3) Subyek AB Pada subyek AB karena anak yang masih kecil jadi mudah subyek AB menerapkan kebersamaan dengan anak. Sehingga dalam kebersamaan juga terdapat interaksi yang mana dalam interaksi tersebut mereka membuat aturan-aturan yang mereka buat dan disepakati bersama. 4) Subyek AD Pada subyek AD kebersamaan kurang begitu terjalin karena beliau sibuk dengan pekerjaannya dan anak yang sering pergi dengan temannya jarang pulang tepat waktu.Sehingga untuk bersama-sama menciptakan kebersamaan dan membuat aturan-aturan tidak bisa dilaksanakan. 5) Subyek WS Pada subyek WS untuk kebersamaan sudah jarang, beliau yang sibuk bekerja membuat waktu untuk bersama anak menjadi berkurang hal ini membuat anak menjadi lebih memilih pergi dengan teman-temannya. 109
c. Melalui keterbukaan 1) Subyek YT Pada subyek YT keterbukan yang terjalin dengan anak kurang dikarenakan anak yang sudah beranjak remaja sehingga sulit terbuka dengan hal-hal yang pribadi, anak lebih memilih terbuka dengan teman-temannya. 2) Subyek MY Pada subyek MY keterbukaan harus sama-sama saling terbuka.MY berusaha meluangkan waktu disela bekerja dengan lebih dekat dengan anak.tetapi untuk urusan yang lebih pribadi MY tidak terlalu terbuka dengan anak. 3) Subyek AB Pada subyek AB sama-sama terbuka dengan anak, karena kebersamaan yang terjalin diantara mereka membuat interaksi yang terjalin bisa dilakukan setiap hari dan adanya keterbukaan menjadi anak lebih nyaman. 4) Subyek AD Pada subyek AD jarang adanya keterbukaan, subyek AD seorang pekerja
yang
sibuk
sehingga
waktu
beliau
habis
dikantor.Sedangkan anak kadang jarang pulang, anak lebih memlih dengan temannya.
110
5) Subyek WS Pada subyek WS beliau terbuka dengan anak dengan bercerita tentang disekolah dan teman-temanya.Walapun untuk urusan pribadi WS tidak pernah menayangkan hal yang pribadi. d. Melalui kedekatan 1) Subyek YT Pada subyek YT untuk kedekatan dengan anak sangat dekat tetapi tidak begitu sering karena YT juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan hal ini mengakibatkan kurangnya interaksi dan komunikasi dengan anak. 2) Subyek MY Pada subyek MY beliau sangat dekat dengan anak ketika dirumah My lebih meluangkan waktu untuk anak walaupun hanya sekedar mengobrol. Jika MY sedang bekerja maka dapat berkomunikasi secara tidak langsung yaitu melalui sms atau telpon. 3) Subyek AB Pada subyek AB kedekatan dengan anak sangat dekat hal ini dikarenakan komunikasi dan interaksi selalu berjalan dan ketika ada masalah langsung memberitahu. 4) Subyek AD Pada subyek AD beliau mencoba lebih dekat dengan anak karena anak akan merasa nyaman. Subyek AD lebih mencoba meluangkan waktu untuk dengan anak sehingga kedekatan mereka dapat terjalin dan komunikasi dan interaksi dapat berjalan dengan baik. 111
5) Subyek WS Pada subyek WS beliau kurang dekat dengan anak tetapi kalau subyek WS dirumah dan anak dirumah mencoba untuk lebih berkomunikasi dengan anak sehingga interaksi yang berjalan bisa terjalin dengan baik. e. Melalui aturan-aturan 1) Subyek YT Pada subyek YT tidak begitu galak dengan anak, YT jika anak melanggar aturan yang telh dibuat maka anak mendapathukuman berupa sangsi . 2) Subyek MY Pada subyek MY beliau haris lebih ketat menjaga anaknya, jika anak MY melanggar atuan yang disepakati bersama maka MY memberikan hukuman berupa nasehat ataupun tindakan. 3) Subyek AB Pada subyek AB anak AB dalam aaturan-aturan dapat dikendalikan hal ini membuat komunikasi diantara mereka terjalin. 4) Subyek AD Pada subyek AD dalam pembuatan aturan-aturann kurang begitu ada karena AD yang sibuk bekerja.Sehingga ketika anak melakukan pelanggaran AD menghukum anak dengan berada diluar.
112
5) Subyek WS Pada subyek WS jika anak melalukan hal-hal kurang baik maka WS hanya memberikan hukuman berrrupa nasehat kepada anak. f.
Control perilaku anak
1) Subyek YT Pada subyek YT beliau dalam melakuka control perilaku anak hanya mengamati saja. Beliau hanya percaya dengan anak. 2) Subyek MY Pada subyek MY untuk mengkontrol prilaku anak MY selalu mengawasi anak, kegiatan anak, dan anak pergi dengan orang lain maka MY harus tau.Jika MY sedang bekerja maka anak bisa sms atau telpon. 3) Subyek AB Pada subyek AB selalu mengkontrol perilaku anak, anak selalu bilang ke AB jika ingi pergi dengan temannya ataupun pergi main bersama siapa saja. 4) Subyek AD Pada subyek AD untuk control perilaku anak lebih meluangkan waktu dengan anak lebih bersama-sama dengan anak karena AD merasa bahwa kurangnya interaksi diantar mereka mebuat kurangnya control perilaku anak.
113
5) Subyek WS Pada subyek WS untuk mengkontrol anak agak susah karena WS yang sibuk bekerja dan anak bersekolah jadi untuk mengkontrol peilaku anak agak susah. 2. Masalah-masalah yang terjadi dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto yang dapat menghambat pola interaksi dapat simpulkan sebagai beikut: a. Subyek YT Pada subyek YT bahwa masalah-masalah yang ada yang dapat menghambat proses interaksi adalah kurangnya waktu bersama dengan anak. YT yang sibuk bekerja membuat interaksi yang terjalin menjadi menghambat. b. Subyek MY Pada subyek MY yang dapat menghambat proses interaksi adalah MY yang sibuk bekerja menjadikan proses interaksi berkurang tetapi anak bisa dirumah berinteraksi bersama dengan neneknya ataupun bersama dengan anggota keluarga yang lain. c. Subyek AB Pada subyek AB adanya masalah yang terjadi tidak begitu berpengaruh terhadap interaksi dengann anak karena selama ini interaksi yang berlangsung baik-baik saja dan ketika subyek Ab bekerja anak dirumah dengan nenek ataupun anggota keluarga yan lain.
114
d. Subyek AD Pada subyek AD masalah yang terjadi karena subyek AD seorang pekerja yang bekerja dari pagi sampai sore sehingga waktu banyak digunakan dikantor.Hal tersebut berdampak bagi anak, anak merasa kurang perhatian dari subyek AD dan kurang adanya control perilaku anak. e. Subyek WS Pada subyek WS masalah yang terjadi yaitu sibuknya bekerja membuat tersitanya waktu uang bersama anak, kurangnya kuantitas untuk bertemu.Tetapi walapun sibuk bekerja tetap menghubungi anak melalui sms ataupun telfon. 3. Upaya yang dilakukan orang tua ayah atau ibu keluarga broken home di Desa Banyuroto untuk mengatasi masalah interaksi tersebut a. Subyek YT Pada subyek YT upaya untuk mengatasi masalah yaitu dengan lebih meluangkan waktu dengan anak, sebisa mungkin mengajak anak jalanjalan karena dengan mengajak anak maka interaksi yang terjadi baikbaik saja. b. Subyek MY Pada subyek MY upaya untuk mengatasi masalah yaitu dengan lebih meluangkan waktu untuk anak, menambah jumlah kuantitas untuk bertemu dengan anak. Hal tersebut dilakukan supaya anak tidak kehilangan peran seorang orang tua, interaksi yang berjalan akan lebih baik sehingga control perilaku anak dapat dipantau. Sesibuknya 115
bekerja dapat memantau anak secara tidak langsung yaitu melalui sms atau telfon. c. Subyek AB Pada subyek AB untuk mengatasi masalah supaya lebih dekat interaksi dengan anak diperbanyak, karena walaupun sibuk bekerja jangan sampai anak kehilangan peran seorang ibu yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang. d. Subyek AD Upaya yang dilakukan subyek AD yaitu lebih menambah waktu untuk anak, lebih menambah kuantitas untuk bertemu dengan anak, lebih mengawasi perilaku anak.Sehingga upaya yang dilakukan tersebut berharap interaksi yang dilakukan subyek AD dan anaknya dapat berjalan dengan baik. e. Subyek WS Pada subyek WS upaya yang harus dilakukan yaitu dengan cara SMS atau telepon ketika anak berad jauh dari rumah, menambah kuantitas untuk bertemu dan meluangkan waktu untuk anak, sehingga dapat memantau dan mengendalikan kegiatan anak dengan mengetahui pergaulan anak dengan percaya dengan lingkungan rumah sekitar dan memberi kepercayaan terhadap anak.
116
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat diajukan peneliti yaitu: 1. Bagi orang tua ayah atau ibu interaksi dengan anak harus tetap berjalan walaupun sudah tidak bersama. Walaupun sibuk berkerja luangkan waktu untuk bertemu dengan anak. Lebih memperhatikan perilaku anak lebih ketat lagi supaya anak tidak mudah terpengaruh dengan perilaku orang lain yang buruk. 2. Bagi anak, ketika berinteraksi dengan teman maupun orang yang dijumpainya harus bisa membedakan perilaku yang baik dan buruk, serta perilaku mana yang baik untuk dilakukan. Diharapkan tetap menjalankan nilai dan moral yang baik dalam kehidupan sehari-hari, walaupun pengawasan dari orang tua tidak seintens dan seakrab dahulu.
117
DAFTAR PUSTAKA Daradjat, Zakiah. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama, 1995. Departemen Pendidikan Nasional.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. 2008. Djamarah, Bahri, Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalamKeluarga.Jakarta : PT. Reneka Cipta. H. Sutan Marajo Nasaruddin Latif, Ilmu Perkawinan :Problematika Seputar KeluargaDan Rumah Tangga, Bandung : Pustaka Hidayah. Hasan,
Maimunah.2012.Pendidikan Anak usia Dini:Panduan Lengkap manajemen Mutu Pendidikan Anak Untuk Para Guru dan Orang Tua. Yogyakarta: DIVA Press.
Ilahi, Takdir Mohammad.2013.Quantum Parenting: Kiat Sukses Mengasuh Anak Secara Efektif dan Cerdas. Yogyakarta: katahati. Kartono, Kartini.1986.Psikologi Anak.Bandung: Alumni. Kay,
Janet.2006.Pendidikan Anak Usia Dini:Mengelola Perilaku Anak Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus Mengembangkan Kebijakan di Tempat PAUD.Yogyakarta: Kanisius.
Lestari, Sri.2013.Psikologi Keluarga. Jakarta: Prenada Media Grup. Lexy J. Moleong.2010.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Moh.
S.
Shocib.1998.Pola Asuh Orang Tua Dalam Mengembangkan Disiplin Diri.Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution.2003.Berbagai Pendekatan Mengajar.Jakarta:Bumi Aksara.
Dalam
Membantu
Proses
Belajar
Anak
dan
Setiadi,Elly M. dan Kolip Usman. Pengantar Sosiologi: pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial: teori, aplikasi, dan pemecahannya. (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup. 2011) . Setiadi,Elly M, dkk. Ilmu sosial dan Budaya Dasar. (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup. 2007. Soekamto, Soerjono.2004.Sosiologi Keluarga.Jakarta:Rineka Cipta. 118
Sri Handayani Astuti.1974.Studi tentang Hubungan deliquensi Remaja dengan Broken Home di Lembaga Permasyaratan Madiun.Yogyakarta: UGM. Sudarsono.2008.Ilmu Filsafat suatu Pengantar.Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono.2010.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: CV. Alfabeta. Willis, S. Sofyan.2008.Konseling Keluarga.Jakarta: Alfa Beta. Zainal Arifin.2012.Penelitian Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Undang-Undang Tahun 1974 menyebutkan tentang perkawinan Bab I pasal 1 Peraturan Pemerintah RI No 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Bab I Pasal 1 Ayat 2.
119
LAMPIRAN
120
Lampiran 1. Pedoman Observasi Tanggal Observasi
:
Pukul
:
Tempat Observasi
:
Objek observasi keluarga broken home di Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo 1. Pola interaksi antara orang tua dengan anak di desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo 2. Masalah-masalah yang dihadapai dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo 3. Upaya mengatasi masalah interaksi keluarga broken home di desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo
121
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Orang Tua
Pedoman Wawancara Untuk Orang Tuadi Desa Banyuroto Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo
I.
IDENTITAS DIRI 1. Nama
:
(Laki-laki/Perempuan)
2. Status di dalam keluarga : 3. Usia
:
4. Agama
:
5. Pekerjaan
:
6. Alamat
:
II. DAFTAR PERTANYAAN A. POLA INTERAKSI ORANG TUA TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA BROKEN HOME 1. Bagaimana dalam kehidupan sehari-hari bapak atau ibu sering memberikan keteladanan bagi anak? 2. Bagaimana bapak atau ibu bersama-sama menciptakan kebersamaan dengan anak untuk menciptakan aturan-aturan bersama? 3. Bagaimana bapak atau ibu saling terbuka dengan anak dalam kehidupannya sehari-hari? 4. Bagaimana bapak atau ibu memberi kepercayaan terhadap perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari? 5. Bagaimana cara bapak atau ibu dalam melakukan pengawasan terhadap perilaku anak yang kurang baik? 122
6. Bagaimana kedekatan bapak atau ibu dengan anak? Bagaimana cara komunikasi dan interaksi yang bapak ibu lakukan berpengaruh terhadap anak? 7. Apabila anak melakukan pelanggaran atau kesalahan, bagaimana bapak atau ibu memberikan konsekuiensi dengan hukuman atau nasehat? 8. Bagaimana bapak atau ibu mengontrol perilaku anak sehari-hari? 9. Masalah-masalah apa saja yang timbul? apakah masalah tersebut dapat menghambat interaksi dengan anak? 10. Bagaimana cara bapak atau ibu menyikapi masalah-masalah interaksi yang ada? 11. Bagaimana cara bapak atau ibu mengatasi masalah dengan anak jika kurangnya atau putus komunikasi dalam sehari-hari? 12. Bagaimana jika bapak atau ibu mengalami konflik dengan anak? Konflik seperti apakah yang sering terjadi? B. HAMBATAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN ORANG TUA DALAM MENGATASI POLA INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA BROKEN HOME 1. Upaya apa yang dilakukan bapak/ibu untuk mengatasi masalah interaksi didalam keluarga? 2. Apa saja yang menjadi penghambat bapak/ibu dalam mengatasi masalah pola asuh dan pola interaksi didalam keluarga? 3. Bagaimana upaya yang telah bapak/ibu berikan berpengaruh terhadap anak?
123
Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi
Pedoman Dokumentasi Analisis Problematika Interaksi Anak Keluarga Broken Home Di Desa Banyuroto 1. Foto keluarga broken home di desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo 2. Data keluarga broken home di desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo
124
Lampiran 4. Analis Data Tabel Analisis Data: Reduksi, Display, dan Penarikan Kesimpulan Wawancara. No
Pernyataan
Reduksi
Kesimpulan
1
Bagaimana dalam kehidupan seharihari bapak atau ibu sering memberikan keteladanan bagi anak?
dalam kehidupan kesehariannya orang tua ayah atau ibu sama-sama meberikan keteladanan yang baik
2
Bagaimana bapak atau ibu bersamasama menciptakan kebersamaan dengan anak untuk menciptakan
YT: “Ya kalo saya dalam kesehariaanya memberikan keteladanan ya memberi contoh sopan santun yang baik dengan orang tua, berperilaku sopan” MY: “Saya selalu memberikan contoh keteladanan yang baik contohnya seperti, birbicara yang baik dengan orang tua, menjaga sikap yang baik dengan orang lain. Tetapi karena anak udah tambah dewasa jadi hal itu kurang berpengaruh terhadap anak” AB: “Anak saya kan masih kecil mba jadi anak saya masih gampang untuk saya beri contoh berbicara yang sopan dengan orang tua” AD: “Selama ini saya memberikan keteladanan yang baik-baik seperti pulang tepat waktu kalo ada apa-apa bilang kerumah. Tetapi anak susah dibilang anak ngeyel” WS: “Untuk sehari-hari saya selau memberikan contoh yang baik tetapi karena anaknya ngeyel dibilang jadi anak susah diatur” YT: Selama ini saya dan anak saya ajak anak saya bicara ada interaksi tetapi kalau saya sedang bekerja anak saya dengan nenek dirumah 125
dalam kebersamaannya mereka saling bersama-sama menciptakan aturanaturan yang mereka
aturan-aturan bersama?
3
Bagaimana bapak atau ibu saling terbuka dengan anak dalam kehidupannya sehari-hari?
buat MY: “Saya dan anak dalam kesehariaanya melakukan berbagai hal secara bersamasama dalam menciptakan aturan dalam rumah dan apa saja yang tidak boleh dilakukan didalam rumah ataupun diluar rumah. Apalagi ya mba anak saya kan perempuaan jadi aturan-aturan yang saya berikan lebih ketat” AB: “Ya dengan saling berbicara saya mengajak anak saya mencipatakan aturan-aturan yang saya buat untuk anak saya mana yang tidak boleh dilakukan dan mana yang boleh dilakukan” AD: “Susah mba untuk memberikan aturan-aturan yang saya berikan ya mungkin karena dia tidak ada ibunya dan dirumah hanya ada saya dan neneknya jadi anak jarang dirumah” WS: “Susah mba jika ketemu anak juga jarang, jadi tidak bisa saling bersama-sama dalam berbicara ataupun bersamasama saling ngbrl juga jarang”
YT: “Kadang susah mbak untuk terbuka dengan anak, lah saya bekerja jadi untuk komunikasi saya jarang dengan anak” MY: “Selama ini saya terbuka dengan anak, kita selalu bercerita ketika ada waktu luang setelah saya bekerja saya 126
orang tua ayah atau ibu saling terbuka dengan anak tetapi kadang anak untuk urusan pribadi mereka memilih dengan teman-temannya
selalu bertanya pada anak. Tetapi untuk masalah pribadi anak saya kurang terbuka dengan saya, dia lebih memilih bercerita kepada temannya. Mungkin kaena saya sibuk bekerja dan kurag ada waktu untuk anak saya” AB: “Saya dengan anak terbuka soal teman-teman disekolah atau dirumah, bagaimana nilai disekolah dari itu saya dan anak saya interaksi lebih sering karena kita saling berbicara dan terbuka mengenai beberapa hal” AD: “Jarang terbuka mba saya kerja dari pagi pulang sore anak saya dari pagi sekolah sampek sore abis itu dia main sama temannya, pulang Cuma mandi abis itu pergi dengan teman-temannya”
4
Bagaimana kedekatan bapak atau ibu dengan anak? Bagaimana cara komunikasi dan interaksi yang bapak ibu lakukan berpengaruh terhadap anak?
WS: “Saya mencoba terbuka dengan anak mba walaupun saya sudah tua tapi saya terbuka dengan anak jika ada maslah. Tetapi untuk maslaah pribadi anak lebih memilih dengan temanya” YT: “Kedekatan saya dengan anak sangat dekat tapi saya tidak begitu terbuka dengan anak ya maklum saya sibuk bekerja. Iya sangat berpengaruh mba soalnya kan komunikasi saya dengan anak kurang maka dari itu mba kasihan anak saya kalo tidak saya perhatikan. Nanti anak menjadi pendiam dan saya takut nanti anak saya melakukan hal-hal yang 127
orang tua ayah atau ibu mereka saling dekat dengan anak karena dari kedekatan tersebut terjalin interaksi diantara mereka
kurang baik” MY: “Saya dekat dengan anak saya ketika saya dirumah saya meluangkan waktu dengan anak, saya bekerja ketika anak sedang pergi kesekolah dan kalau ada apa-apa anak saya member kabar lewat sms atau telfon. Interaksi yang saya lakukn ini sangat berpengaruh sekali terhadap anak karena secara langsung sasya dapat berkomunikasi dengan anak” AB: “Saya sangat dekat dengan anak saya. Ya interaksi saya dengan anak selama ini berlangsung baik-baik saja anak ada masalah dia langsung berbicara kepada saaya jadi interaksi asaya dan anak saya sangat berpengaruh terhadap perilaku anak” AD: “Selama ini saya mencoba dekat dengan anak dengan memberikan waktu luang dengan anak lebih terbuka dan ngobrol dengan anak. Sebernanrnya berpengarush sekali dengan anak karena waktu yang luang dapat secara tidak langsung berinteraksi dengan anak dan terbuka” WS: “Kalau untuk kedekatan saya kurang dekat dengan anak tersebut kadang saya ajak ngobrol ya tentang dia disekolah atau teman-teman tp dia selalu tidak begitu peduli.jadi saya kadang bingung harus gimana dengan anak tesebut. Iya berpengaruh sekali mba karena saya bisa terbuka dengan anak dan tau 128
5
6
masalah-masalah dia.” YT: “Ya namanya anak-anak mba wajar kalo nakal saya Cuma kasih nasihat “jangan diulangi lagi” gitu aja mba” MY: “Sebelum anak saya tambah dewasa dan anak saya perempuan saya sudah membuat aturan-aturan yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar. Jadi ketika anak melakukan pelanggaran dan itu tidak berat saya hanya menasehatinya” AB “Selama ini anak saya baikbaik aja mba ya walaupun nakal namanya anak-anak wajar paling saya nasehatin saja” AD “Pernah anak melakukan hal yang jelek pernah anak pulang sampai larut malam saya kasih hukuman dia tidur diluar dan selama itu saya tidak ksih uang tambahan. Tapi hal itu malah berdampak buruk bagi anak karena anak malah menjadi tambah jarang pulang dan saya takut jika itu dia bersama dengan teman-temannya menjadi salah gaul” WS “Dengan memberi nasehat aja atau peringatan jika itu sudah kelewat” Bagaimana bapak YT: atau ibu “Jujur mba saya percayamengontrol percaya aja sama anak gak tau perilaku anak kalau diluar rumah karena saya sehari-hari? juga sibuk bekerja” MY: “Ya untuk mengontrol anak selama dia kelakukanya baikBagaimana bapak atau ibu memberikan konsekuiensi jika anak melakukan kesalahan dengan hukuman atau nasehat?
129
konsekuensi yang orang tua ayah atau ibu berikan jika anak melakukan pelanggran atau berbuat yang buruk mereka hanya memberi nasehat dan member hukuman jika terlalu berat
kontrol perilaku anak orang tua memberikan kepercayaan terhadap anak dan melakukan pengawasan terhadap anak jika anak melakukan hal yang kurang baik
baik saja saya tidak begitu mengontrol anak karena takut aanak tidak bisa bebas”
7
Masalah-masalah apa saja yang timbul? apakah masalah tersebut dapat menghambat interaksi dengan anak?
AB: “Untuk mengontrol anak saya pantau terus kegiatan anak, terus anak pergi dengan siapa jadi anak saya secara tidak langsung sudah mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak” AD: “Setelah kejadiaan tersebut saya meluangkan waktu dengan anak saya bisa mengontrol kebiasaan buruk anak dengan perjanjian kalo dia bersikap baik apa yang dia mau saya berikan” WS “Kalau untuk mengontrol saya agak susah mba karena anak tersebut susah diaturnya. Saya juga susah mengendalikan anak karena saya juga sibuk untuk bekerja gak ada waktu buat anak tersebut” YT: “Masalah ya ada mba kan saya jarang dirumah jadi interaksi dan komunikasi dengan anak menjadi kurang. Itu yang membuat saya kawatir dengan kondisi anak gitu mba” MY: “ya mungkin saya terlalu sibuk bekerja dan anak saya kurang saya pedulikan. Makanya anak saya kadang sering pergi dengan temannya. Iya mba kadang saya merasa interaksi dengan anak kurang” AB: “Masalahnya mungkin hanya soal saya bekerja mencari uang dan waktu tersita oleh kerja” 130
masalah yang timbul karena orang tua yang sibuk bekerja, tidak ada waktu luang untuk anak, kuantitas untuk bertemu sedikit
8
Upaya apa yang dilakukan bapak atau ibu untuk mengatasi masalah interaksi didalam keluarga?
AD: “ya waktu mba. Saya merasa waktu saya dan anak kurang jadi itu sangat berdampak sekali dengan anak” WS: “Masalahnya ya anak lebih memilih dengan teman. Iya menghamabat sekali karena dia memilih temannya saya tidak bisa berkomunikasi dengan anak secara langsung” YT: “Upayanya ya saya setelah pulang kerja kalau ada waktu dan kesempatan saya dana anak saya ajak jalan-jalan biar anak itu senengn dan tidak Cuma dirumah saja” MY: “Upayanya saya berusaha dekat dengan anak, sesibuksibuknya saya saya lebih meluangkan waktu dengan anak dan saya takut jika saya kurang interaksi dengan anak, kemudian anak lebih mrmilih temannya saya takut jika teman-temannya itu salah dalam bergaul dan terjerumus kedalam hal-hal yang buruk” AB: “Upaaya untuk mengatasi maslah interasi ya saya lebih menambah waktu dengan anak walapun saya bekerja saya akan mengawasi anak dan lebih dekat dengan anak. Untuk mengasuh anak saya percaya dengan tetangga” AD: “Upayanya saling memberi waktu untuk anak dan terbuka jika ada maslah-maslah yang ada, tuukar pendapat. Kemudian secara tidak langsung saya mengawasi 131
upaya orang tua ayah atau ibu dalam mengatasi masalah yaitu dengan ngobrol berdua dengan anak, walaupun sibuk kerja tetap meluangkan waktu dengan anak, lebih memantau perilaku anak
perilaku anak saya saat sekolah maupun main dengan teman-temannya supaya anak saya tidak terjerumus pada halhal yang tidak baik” WS: “Upayanya ya saya mencoba lebih meluangkan waktu untuk berbicara, dan terbuka dengan anak. Karena saya takut mba kalo anak memilih teman, tetapi temannya tidak beres”
132
LAMPIRAN. 5 CATATAN LAPANGAN
Catatan Lapangan 1 (Wawancara) Hari, Tanggal : Selasa 8 September 2015 Waktu
: 10.00 WIB
Tempat
: Rumah bapak YT
Kegiatan
: Untuk mengetahui interaksi yang terjadi di dalam keluarga
Deskripsi Peneliti datang kerumah bapak “YT” pada pukul 10.00 WIB tetapi karena bapaknya sedang tidak ada dirumah peneliti pulang dan kembali lagi pukul 15.00 WIB. Peneliti pun disambut dengan baik dengan bapak “YT” dan anggota keluarga yang lain. Pada pertemuan kali ini, peneliti menanyakan bagaimana kondisi keluarga dirumah.Berikut perbincangan dengan subyek YT. Peneliti: P, Subyek: YT P
:Selamat sore pak?
YT : iya selamat sore mba P : maaaf pak sebelumnya saya mahasiswa UNY ingin bertanya kepada bapak tinggal dengan siapa saja? YT : iya mba saya tinggal dengan anak dan neneknya P: Bagaimana interaksi bapak dengan anak setiap harinya? YT: ya baik mba setiap hari saya dan anak selalu ngobrol dengan anak P: bagaimana bapak memberikan keteladanan untuk anak? YT: Ya kalo saya dalam kesehariaanya memberikan keteladanan ya memberi contoh sopan santun yang baik dengan orang tua, berperilaku sopan P: Bagaimana bapak Bagaimana bapak atau ibu bersama-sama menciptakan kebersamaan dengan anak untuk menciptakan aturan-aturan bersama? YT: Selama ini saya dan anak saya ajak anak saya bicara ada interaksi tetapi kalau saya sedang bekerja anak saya dengan nenek dirumah 133
P: Bagaimana bapak saling terbuka dengan anak dalam kehidupannya seharihari? YT: Kadang susah mbak untuk terbuka dengan anak, lah saya bekerja jadi untuk komunikasi saya jarang dengan anak P: Bagaimana kedekatan bapak atau ibu dengan anak? Bagaimana cara komunikasi dan interaksi yang bapak ibu lakukan berpengaruh terhadap anak? YT: Kedekatan saya dengan anak sangat dekat tapi saya tidak begitu terbuka dengan anak ya maklum saya sibuk bekerja. Iya sangat berpengaruh mba soalnya kan komunikasi saya dengan anak kurang maka dari itu mba kasihan anak saya kalo tidak saya perhatikan. Nanti anak menjadi pendiam dan saya takut nanti anak saya melakukan hal-hal yang kurang baik P: Bagaimana bapak memberikan konsekuiensi jika anak melakukan kesalahan dengan hukuman atau nasehat? YT: Ya namanya anak-anak mba wajar kalo nakal saya Cuma kasih nasihat “jangan diulangi lagi” gitu aja mba” P: Bagaimana bapak mengontrol perilaku anak sehari-hari? YT: Jujur mba saya percaya-percaya aja sama anak gak tau kalau diluar rumah karena saya juga sibuk bekerja P: Masalah-masalah apa saja yang timbul? apakah masalah tersebut dapat menghambat interaksi dengan anak? YT: Masalah ya ada mba kan saya jarang dirumah jadi interaksi dan komunikasi dengan anak menjadi kurang. Itu yang membuat saya kawatir dengan kondisi anak gitu mba P: Upaya apa yang dilakukan bapak untuk mengatasi masalah interaksi didalam keluarga? YT: Upayanya ya saya setelah pulang kerja kalau ada waktu dan kesempatan saya dana anak saya ajak jalan-jalan biar anak itu senengn dan tidak Cuma dirumah saja P: Terimakasih pak atas waktunya dan terimakasih sudah memberikan jawabanjawaban dari bapak. YT: iya mba sama 134
Catatan Lapangan 2 (Wawancara) Hari, Tanggal : Rabu 9 Sepetember 2015 Waktu
: 10.00 WIB
Tempat
: Rumah ibu MY
Kegiatan
: Untuk mengetahui interaksi yang terjadi di dalam keluarga
Deskripsi Peneliti datang kerumah keluarga yang kedua yaitu Ibu “MY” pada pukul 10.00 WIB tetapi saat peneliti datang kerumah ibu “MY” peneliti tidak menemukan orang dirumah kemudian ada tetangga yang bilang kalo ibu “MY” sedang bekerja.Kemudian peneliti menuju ketempat ibu “MY” beliau membuka tempat laundry peneliti pun kesana. Setelah sampai sana peneliti harus menunggu karena ibu “MY” sedang ada pelanggan. Kemudian setelah agak sepi peneliti kembali memberikan maksud dan tujuan datang, setelah peneliti melakukan perkenalan. P: Peneliti, Subyek: MY P
:Selamatpagibu?
MY : iya selamat sore mba P : maaaf bu sebelumnya saya mahasiswa UNY ingin bertanya kepada ibu, selama ini ibu tinggal dengan siapa saja? MY : iya mba saya tinggal dengan anak-anak saya dan neneknya P: Bagaimana interaksi ibu dengan anak setiap harinya? MY: baik-baik mba P: bagaimana ibu memberikan keteladanan untuk anak? MY: Saya selalu memberikan contoh keteladanan yang baik contohnya seperti, birbicara yang baik dengan orang tua, menjaga sikap yang baik dengan orang lain. Tetapi karena anak udah tambah dewasa jadi hal itu kurang berpengaruh terhadap anak
P: Bagaimana ibu bersama-sama menciptakan kebersamaan dengan anak untuk menciptakan aturan-aturan bersama? P: Bagaimana ibu saling terbuka dengan anak dalam kehidupannya sehari-hari? 135
MY: Selama ini saya terbuka dengan anak, kita selalu bercerita ketika ada waktu luang setelah saya bekerja saya selalu bertanya pada anak. Tetapi untuk masalah pribadi anak saya kurang terbuka dengan saya, dia lebih memilih bercerita kepada temannya. Mungkin kaena saya sibuk bekerja dan kurag ada waktu untuk anak saya P: Bagaimana kedekatan ibu dengan anak? Bagaimana cara komunikasi dan interaksi yang bapak ibu lakukan berpengaruh terhadap anak? MY: Saya dekat dengan anak saya ketika saya dirumah saya meluangkan waktu dengan anak, saya bekerja ketika anak sedang pergi kesekolah dan kalau ada apa-apa anak saya member kabar lewat sms atau telfon. Interaksi yang saya lakukn ini sangat berpengaruh sekali terhadap anak karena secara langsung sasya dapat berkomunikasi dengan anak
P: Bagaimana ibu memberikan konsekuiensi jika anak melakukan kesalahan dengan hukuman atau nasehat? MY: Sebelum anak saya tambah dewasa dan anak saya perempuan saya sudah membuat aturan-aturan yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar. Jadi ketika anak melakukan pelanggaran dan itu tidak berat saya hanya menasehatinya P: Bagaimana ibu mengontrol perilaku anak sehari-hari? MY: Ya untuk mengontrol anak selama dia kelakukanya baik-baik saja saya tidak begitu mengontrol anak karena takut aanak tidak bisa bebas P: Masalah-masalah apa saja yang timbul? apakah masalah tersebut dapat menghambat interaksi dengan anak? MY: ya mungkin saya terlalu sibuk bekerja dan anak saya kurang saya pedulikan. Makanya anak saya kadang sering pergi dengan temannya. Iya mba kadang saya merasa interaksi dengan anak kurang P: Upaya apa yang dilakukan bapak untuk mengatasi masalah interaksi didalam keluarga? MY: Upayanya saya berusaha dekat dengan anak, sesibuk-sibuknya saya saya lebih meluangkan waktu dengan anak dan saya takut jika saya kurang interaksi dengan anak, kemudian anak lebih mrmilih temannya saya takut jika temantemannya itu salah dalam bergaul dan terjerumus kedalam hal-hal yang buruk P: Terimakasih ibu atas waktunya dan terimakasih sudah memberikan jawabanjawaban dari ibu. 136
Catatan Lapangan 3 Hari, Tanggal : Kamis, 10 September 2015 Waktu
: 10.00 WIB
Tempat
:rumah ibu AB
Kegiatan
: Untuk mengetahui interaksi yang terjadi di dalam keluarga
Deskripsi Peneliti datang kerumah keluarga ketiga yaitu rumah ibu “AB” pada pukul 10:00 WIB dan peneliti tidak dapat bertemu dengan ibu “AB” karena sedang ada urusan yang peneliti tidak tahu.Kemudian peneliti memutuskan untuk pulang kerumah. Sore hari pukul 15.00WIB peneliti mencoba untuk datang kerumah ibu “AB” tetapi ibu “AB” malah datang kerumah ibu “AB” adalah salah satu wali murid dari ibu peneliti.Ibu “AB” kemudian menceritakan curahan hatinya kepada ibu peneliti dan peneliti juga menayakan beberapa pertanyaan untuk bahan penelitian. Peneliti: P, Subyek AB P
:Selamat pagi bu?
AB : iya selamat sore mba P : maaaf bu sebelumnya saya mahasiswa UNY ingin bertanya kepada ibu, selama ini ibu tinggal dengan siapa saja? AB: iya mba saya tinggal dengan anak-anak saya dan neneknya P: Bagaimana interaksi ibu dengan anak setiap harinya? AB: selama ini baik-baik saja mba P: bagaimana ibu memberikan keteladanan untuk anak? AB: Anak saya kan masih kecil mba jadi anak saya masih gampang untuk saya beri contoh berbicara yang sopan dengan orang tua P: Bagaimana ibu bersama-sama menciptakan kebersamaan dengan anak untuk menciptakan aturan-aturan bersama?
137
AB: Ya dengan saling berbicara saya mengajak anak saya mencipatakan aturanaturan yang saya buat untuk anak saya mana yang tidak boleh dilakukan dan mana yang boleh dilakukan P: Bagaimana ibu saling terbuka dengan anak dalam kehidupannya sehari-hari? AB: Saya dengan anak terbuka soal teman-teman disekolah atau dirumah, bagaimana nilai disekolah dari itu saya dan anak saya interaksi lebih sering karena kita saling berbicara dan terbuka mengenai beberapa hal P: Bagaimana kedekatan ibu dengan anak? Bagaimana cara komunikasi dan interaksi yang bapak ibu lakukan berpengaruh terhadap anak? AB: Saya sangat dekat dengan anak saya. Ya interaksi saya dengan anak selama ini berlangsung baik-baik saja anak ada masalah dia langsung berbicara kepada saaya jadi interaksi asaya dan anak saya sangat berpengaruh terhadap perilaku anak P: Bagaimana ibu memberikan konsekuiensi jika anak melakukan kesalahan dengan hukuman atau nasehat? AB: Selama ini anak saya baik-baik aja mba ya walaupun nakal namanya anakanak wajar paling saya nasehatin saja P: Bagaimana ibu mengontrol perilaku anak sehari-hari? AB: Untuk mengontrol anak saya pantau terus kegiatan anak, terus anak pergi dengan siapa jadi anak saya secara tidak langsung sudah mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak P: Masalah-masalah apa saja yang timbul? apakah masalah tersebut dapat menghambat interaksi dengan anak? AB: Masalahnya mungkin hanya soal saya bekerja mencari uang dan waktu tersita oleh kerja P: Upaya apa yang dilakukan bapak untuk mengatasi masalah interaksi didalam keluarga? AB: Upaaya untuk mengatasi maslah interasi ya saya lebih menambah waktu dengan anak walapun saya bekerja saya akan mengawasi anak dan lebih dekat dengan anak. Untuk mengasuh anak saya percaya dengan tetangga P: Terimakasih ibuatas waktunya dan terimakasih sudah memberikan jawabanjawaban dari ibu 138
Catatan Lapangan 4 Hari, Tanggal : Jumat, 11 September 2015 Waktu
: 09.00 WIB
Tempat
: Rumah bapak AD
Kegiatan
: Untuk mengetahui interaksi yang terjadi di dalam keluarga
Deskripsi Peneliti datang kerumah bapak “AD” pada pukul 09.00 WIB, tetapi bapak “AD” sedang ada urusan dikelurahan kemudian peneliti bertemu dengan seorang nenek “PI” sambil nunggu bapak “AD” peneliti mengobrol dengan nenek “PI” disitu peneliti mendapatkan data bagaimana kebiasaan bapak “AD” dirumah. Disitu peneliti juga memperoleh data mengenai interaksi yang dilakukan bapak “AD” dengan anaknya disetiap harinya. Peneliti: P, Subyek: AD P
:Selamat sore pak?
AD : iya selamat sore mba P : maaaf pak sebelumnya saya mahasiswa UNY ingin bertanya kepada bapak tinggal dengan siapa saja? AD : iya mba saya tinggal dengan anak dan neneknya P: Bagaimana interaksi bapak dengan anak setiap harinya? AD: ya baik-baik saja mba walaupun kadang jarang sekali bertemu dengan anak P: bagaimana bapak memberikan keteladanan untuk anak? AD: Selama ini saya memberikan keteladanan yang baik-baik seperti pulang tepat waktu kalo ada apa-apa bilang kerumah. Tetapi anak susah dibilang anak ngeyel P: Bagaimana bapak Bagaimana bapak atau ibu bersama-sama menciptakan kebersamaan dengan anak untuk menciptakan aturan-aturan bersama? AD: Susah mba untuk memberikan aturan-aturan yang saya berikan ya mungkin karena dia tidak ada ibunya dan dirumah hanya ada saya dan neneknya jadi anak jarang dirumah”
139
P: Bagaimana bapak saling terbuka dengan anak dalam kehidupannya seharihari? AD: Jarang terbuka mba saya kerja dari pagi pulang sore anak saya dari pagi sekolah sampek sore abis itu dia main sama temannya, pulang Cuma mandi abis itu pergi dengan teman-temannya” P: Bagaimana kedekatan bapak atau ibu dengan anak? Bagaimana cara komunikasi dan interaksi yang bapak ibu lakukan berpengaruh terhadap anak? AD: Selama ini saya mencoba dekat dengan anak dengan memberikan waktu luang dengan anak lebih terbuka dan ngobrol dengan anak. Sebernanrnya berpengarush sekali dengan anak karena waktu yang luang dapat secara tidak langsung berinteraksi dengan anak dan terbuka P: Bagaimana bapak memberikan konsekuiensi jika anak melakukan kesalahan dengan hukuman atau nasehat? AD: Pernah anak melakukan hal yang jelek pernah anak pulang sampai larut malam saya kasih hukuman dia tidur diluar dan selama itu saya tidak ksih uang tambahan. Tapi hal itu malah berdampak buruk bagi anak karena anak malah menjadi tambah jarang pulang dan saya takut jika itu dia bersama dengan temantemannya menjadi salah gaul P: Bagaimana bapak mengontrol perilaku anak sehari-hari? AD: Setelah kejadiaan tersebut saya meluangkan waktu dengan anak saya bisa mengontrol kebiasaan buruk anak dengan perjanjian kalo dia bersikap baik apa yang dia mau saya berikan P: Masalah-masalah apa saja yang timbul? apakah masalah tersebut dapat menghambat interaksi dengan anak? AD: ya waktu mba. Saya merasa waktu saya dan anak kurang jadi itu sangat berdampak sekali dengan anak P: Upaya apa yang dilakukan bapak untuk mengatasi masalah interaksi didalam keluarga? AD: Upayanya saling memberi waktu untuk anak dan terbuka jika ada maslahmaslah yang ada, tuukar pendapat. Kemudian secara tidak langsung saya mengawasi perilaku anak saya saat sekolah maupun main dengan temantemannya supaya anak saya tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak baik 140
P: Terimakasih pak atas waktunya dan terimakasih sudah memberikan jawabanjawaban dari bapak. AD: iya mba sama
141
Catatan Lapangan 5 Hari, Tanggal : Sabtu, 12 september 2015 Waktu
: 15.00 WIB
Tempat
: ibu WS
Kegiatan
: Untuk mengetahui interaksi yang terjadi di dalam keluarga
Deskripsi Peneliti melakukan wawancara dengan ibu “WS” pada pukul 15.00 WIB.Peneliti datang kerumah ibu “WS” dan beliau ada dirumah bersama dengan anak-anaknya dan kedua orang tuanya. Pada pertemuan kali ini peneliti menanyakan beberapa pertanyaan yang bersangkutan dengan penelitian yang akan dilakukan. Sebelum itu peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti datang.Peneliti disambut baik oleh ibu “WS” dan keluarga. Peneliti: P, Subyek: WS P
:Selamatsorebu?
WS : iya selamat sore mba P : maaaf bu sebelumnya saya mahasiswa UNY ingin bertanya kepada ibu, selama ini ibu tinggal dengan siapa saja? WS: iya mba saya tinggal dengan anak-anak saya dan neneknya P: Bagaimana interaksi ibu dengan anak setiap harinya? WS: selama ini baik-baik saja mba P: bagaimana ibu memberikan keteladanan untuk anak? WS: Untuk sehari-hari saya selau memberikan contoh yang baik tetapi karena anaknya ngeyel dibilang jadi anak susah diatur P: Bagaimana ibu bersama-sama menciptakan kebersamaan dengan anak untuk menciptakan aturan-aturan bersama? AB: Susah mba jika ketemu anak juga jarang, jadi tidak bisa saling bersamasama dalam berbicara ataupun bersama-sama saling ngbrl juga jarang P: Bagaimana ibu saling terbuka dengan anak dalam kehidupannya sehari-hari? 142
WS: Saya mencoba terbuka dengan anak mba walaupun saya sudah tua tapi saya terbuka dengan anak jika ada maslah. Tetapi untuk maslaah pribadi anak lebih memilih dengan temanya P: Bagaimana kedekatan ibu dengan anak? Bagaimana cara komunikasi dan interaksi yang bapak ibu lakukan berpengaruh terhadap anak? WS: Kedekatan saya dengan anak sangat dekat tapi saya tidak begitu terbuka dengan anak ya maklum saya sibuk bekerja. Iya sangat berpengaruh mba soalnya kan komunikasi saya dengan anak kurang maka dari itu mba kasihan anak saya kalo tidak saya perhatikan. Nanti anak menjadi pendiam dan saya takut nanti anak saya melakukan hal-hal yang kurang baik P: Bagaimana ibu memberikan konsekuiensi jika anak melakukan kesalahan dengan hukuman atau nasehat? WS: Dengan memberi nasehat aja atau peringatan jika itu sudah kelewat P: Bagaimana ibu mengontrol perilaku anak sehari-hari? WS: Kalau untuk mengontrol saya agak susah mba karena anak tersebut susah diaturnya. Saya juga susah mengendalikan anak karena saya juga sibuk untuk bekerja gak ada waktu buat anak tersebut P: Masalah-masalah apa saja yang timbul? apakah masalah tersebut dapat menghambat interaksi dengan anak? WS: Masalahnya ya anak lebih memilih dengan teman. Iya menghamabat sekali karena dia memilih temannya saya tidak bisa berkomunikasi dengan anak secara langsung P: Upaya apa yang dilakukan bapak untuk mengatasi masalah interaksi didalam keluarga? WS: Upayanya ya saya mencoba lebih meluangkan waktu untuk berbicara, dan terbuka dengan anak. Karena saya takut mba kalo anak memilih teman, tetapi temannya tidak beres P: Terimakasih ibu atas waktunya dan terimakasih sudah memberikan jawabanjawaban dari ibu WS: iya mba sama-sama
143
LAMPIRAN 6. DOKUMENTASI
Foto keluarga Ibu MY yang berusiaaa 45 tahun tinggal dengan anak dan anggota keluarga yang lain
Foto keluarga Ibu AB berusia 50 tahun yang tinggal dengan anak dan anggota keluarga yang lain 144
Foto keluarga Ibu WS berusia 48 tahun tinggal dengan anak dan angota keluarga yang lain
Foto keluarga bapak AD berusia 48 tahun tinggal dengan anak dan angota keluarga yang lain
145
Foto keluarga bapak YT berusia 50 tahun tinggal dengan anak dan angota keluarga yang lain
146
147
148
149