PREFERENSI MASYARAKAT MENGIKUTI ARISAN SEPEDA MOTOR DI BMT AMAL MULIA SURUH
TUGAS AKHIR
Oleh : DWI DESI MAMBANG MELATI NIM : 20109013
JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
1
PREFERENSI MASYARAKAT MENGIKUTI ARISAN SEPEDA MOTOR DI BMT AMAL MULIA SURUH TUGAS AKHIR Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md)
Oleh : DWI DESI MAMBANG MELATI NIM : 20109013
JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
2
3
MOTTO 1. Barang siapa mengerjakan kebajikan, maka itu untuk dirinya sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhan mu kamu dikembalikan (QS. Al-Jasiyah : 15). 2. Gagal itu biasa, terus berusaha itu baru luar biasa. 3. Berusaha, berdoa, dan tawakal.
4
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui tentang sistem arisan sepeda motor dengan metode lelang di BMT Amal Mulia Suruh. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah 1. Bagaimana sistem arisan sepeda motor dengan metode lelang di BMT Amal Mulia? 2. Apa saja kendala yang ditemui dalam arisan sepeda motor di BMT Amal Mulia serta strategi mengatasi kendala tersebut? 3. Serta bagaimana preferensi masyarakat mengikuti arisan sepeda motor Di BMT Amal Mulia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sistem arisan ini menggunakan metode lelang dan menemui beberapa kendala namun masih dapat ditangani dan masyarakat mengikuti arisan yang diselenggarakan oleh BMT Amal Mulia dikarenakan iuran arisan termasuk ringan, pembayarannya mudah dan merasa aman karena diselenggarakan oleh BMT yang sudah berbadan hukum.
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabat Beliau. Penulisan Tugas Akhir ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan dan memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi DIII Perbankan Syariah di STAIN Salatiga. Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, serta motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga 2. Bapak Abdul Azis NP, M.M selaku Ketua Program Studi DIII Perbankan Syariah 3. Bapak Drs. Mubassirun, M.Ag selaku Ketua Jurusan Syariah STAIN Salatiga 4. Bapak Anton Bawono, SE. M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu 5. Pimpinan serta seluruh karyawan BMT Amal Mulia Suruh dan Cabang Karanggede 6. Keluarga, teman-teman, serta sahabat yang telah mendukung Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Untuk itu saran dan kritik pembaca sangat penulis harapkan. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Karanggede, Juli 2012
Penulis
6
DAFTAR ISI Halaman Judul................................................................................................ i-ii Halaman Persetujuan Pembimbing................................................................. iii Halaman Pengesahan Tugas Akhir................................................................. iv Halaman Pernyataan Keaslian TA…………………………………………..
v
Halaman Motto...............................................................................................
vi
Abstrak............................................................................................................ vii Kata Pengantar................................................................................................ viii Daftar Isi.........................................................................................................
ix
Daftar Gambar................................................................................................. xii Daftar Tabel.......................................................................................................xiii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.........................................................1 B. Rumusan Masalah.................................................................. 4 C. Tujuan dan Kegunaan............................................................. 5 D. Penelitian Terdahulu...............................................................6 E. Metode Penelitian....................................................................8 F. Penegasan Istilah..................................................................... 9 G. Sistematika Penulisan............................................................ 10
BAB II
LANDASAN TEORI A. Kepribadian dan Perilaku Konsumen Muslim....................... 13
7
B. Dasar Hukum Perilaku Konsumen.......................................... 14 C. Persepsi Konsumen Muslim.....................................................16 D. Teori Pengambilan Keputusan................................................ 18 E. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan........................... 19 F. Unsur-Unsur Pengambilan Keputusan.................................... 20 G. Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan.................................... 20 H. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Pengambilan Keputusan................................................................................ 22 I. Keputusan Individual dan Kelompok..................................... 23 J. Proses Pengambilan Keputusan.............................................. 24 K. Jenis-Jenis Keputusan..........................................................
25
L. Aturan Arisan......................................................................... 26 BAB III
LAPORAN OBJEK A. Gambaran Umum.................................................................. 30 B. Data-Data Deskriptif BMT Amal Mulia.............................. 51
BAB IV
ANALISIS A. Sistem Arisan Sepeda Motor dengan Metode Lelang Di BMT Amal Mulia................................................................ 57 B. Kendala yang Ditemui Dalam Arisan Sepeda Motor dan Strategi Mengatasi Kendala Tersebut.................................. 63 C. Preferensi Masyarakat Mengikuti Arisan Sepeda Motor Di BMT Amal Mulia Suruh................................................. 64
BAB V
PENUTUP
8
A. Kesimpulan.......................................................................... 72 B. Saran.................................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA PENULIS
9
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Bagan Susunan Organisasi Koperasi BMT Amal Mulia………….. 33 Gambar 3.2 Bagan Susunan Organisasi Pengelola Koperasi BMT Amal Mulia.. 34
10
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Permodalan BMT Amal Mulia………………………………………. 50 Tabel 3.2 Perkembangan Arisan Sepeda Motor………………………………... 55 Tabel 4.1 Keterlibatan Responden…………………………………………….. 64 Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden…………………………………………… 65 Tabel 4.3 Pendidikan Responden………………………………………………. 65 Tabel 4.4 Usia Responden……………………………………………………... 66 Tabel 4.5 Pekerjaan Responden………………………………………………... 66 Tabel 4.6 Pendapatan Responden……………………………………………… 67 Tabel 4.7 Pengeluaran Responden…………………………………………….. 68 Tabel 4.8 Pendapat Responden Tentang Iuran Arisan………………………… 68 Tabel 4.9 Pendapat Responden Tentang Sistem Pembayaran Arisan…………. 69 Tabel 4.10 Pendapat Responden Tentang Keamanan Uang Arisan…………… 69 Tabel 4.11 Pendapat Responden Tentang Keterdorongan Menabung………… 70 Tabel 4.12 Pendapat Responden Tentang Keterdorongan Pembiayaan……….. 71
11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi Islam bertujuan mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (falah). Falah berarti terpenuhinya kebutuhan individu masyarakat dengan tidak mengabaikan keseimbangan makro ekonomi (kepentingan sosial), keseimbangan ekologi, dan tetap memperhatikan nilai-nilai keluarga, dan norma-norma (Heri Sudarsono, 2004 : 5). Dalam ekonomi Islam, pemilik mutlak dari semua jenis sumber daya adalah Allah. Berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan Allah kepada manusia. Manusia harus memanfaatkannya seefisien dan seoptimal mungkin dalam produksi guna memenuhi kesejahteraan bersama di dunia, yaitu untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Namun yang terpenting adalah kegiatan tersebut akan dipertanggungjawabkan di akhirat (Ahmad Sumiyanto, 2008 : 33). Pada dasarnya Islam memandang uang hanya sebagai alat tukar, bukan sebagai barang dagangan (komoditas). Oleh karena itu, motif permintaan akan uang harus untuk memenuhi kebutuhan transaksi, bukan untuk spekulasi. Dalam pandangan Islam, uang adalah flow concept. Karenanya ia harus selalu berputar dalam perekonomian. Semakin cepat uang berputar dalam
12
perekonomian, maka akan semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat dan semakin baik perekonomian (Ahmad Sumiyanto, 2008 : 36). Perbankan syari’ah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syari’ah atau hukum Islam. Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syari’ah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah (Heri Sudarsono, 2004 : 27). Bank syari’ah memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana dengan unit-unit yang lain yang mengalami kekurangan dana. Melalui bank kelebihan tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Kualitas bank syari’ah sebagai lembaga perantara ditentukan oleh kemampuan manajemen bank untuk melaksanakan perannya (Heri Sudarsono, 2004 : 45). BMT merupakan salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang bergerak dalam skala mikro sebagaimana koperasi simpan pinjam (KSP). Adapun bank umum merupakan lembaga keuangan makro sedangkan bank perkreditan rakyat merupakan lembaga keuangan menengah. Dari sekian banyak lembaga keuangan mikro seperti koperasi, BKD dan lainnya, BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang berlandaskan syari’ah. Selain itu BMT juga dapat dikatakan sebagai suatu lembaga swadaya masyarakat (LSM)
13
yang bergerak dibidang keuangan. Ini disebabkan karena BMT tidak hanya bergerak dalam pengelolaan modal (uang) saja, tetapi BMT juga bergerak dalam pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS). Ini merupakan sebuah konsekwensi dari namanya itu sendiri yaitu bait al-mal wat tamwil yang merupakan gabungan dari kata baitul maal dan bait at-tamwil. Secara singkat, bait al-mal merupakan lembaga pengumpulan dana masyarakat yang disalurkan tanpa tujuan profit. Sedangkan bait at-tamwil merupakan lembaga pengumpulan dana (uang) guna disalurkan dengan orientasi profit dan komersial (Ahmad Sumiyanto, 2008 : 15). BMT memiliki 3 aktivitas yaitu, simpan pinjam, sektor riil (usaha milik BMT), dan kegiatan sosial. Perbedaan BMT dengan bank umum syari’ah (BUS) atau juga bank perkreditan rakyat syari’ah (BPRS) adalah dalam bidang pendampingan dan dukungan. Berkaitan dengan dukungan, BUS dan BPRS terikat dengan peraturan pemerintah di bawah Departemen Keuangan atau juga peraturan Bank Indonesia (BI). Sedangkan BMT dengan badan hukum koperasi, secara otomatis di bawah pembinaan Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Dengan demikian, peraturan yang mengikat BMT juga dari departemen ini. Sampai saat ini, selain peraturan tentang koperasi dengan segala bentuk usahanya, BMT diatur secara khusus dengan Keputusan Menteri
Negara
Koperasi
dan
Usaha
Kecil
dan
Menengah
No.
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah. Dengan keputusan ini, segala sesuatu yang
14
terkait dengan pendirian dan pengawasan BMT berada di bawah Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Ahmad Sumiyanto, 2008 : 15-16). Memahami kebutuhan nasabah merupakan salah satu prioritas BMT Amal Mulia. BMT Amal Mulia berusaha mengembangkan produk sampingan di luar produk utamanya yaitu arisan sepeda motor. Arisan dimasa sekarang dimodifikasi sedemikian rupa dengan berbagai barang yang digunakan sebagai arisan. Arisan itu sendiri dahulunya adalah sekedar acara silaturahmi antar tetangga atau pun keluarga. Arisan sepeda motor ini dipandang perlu karena memiliki kendaraan pribadi menjadi harapan setiap orang untuk mendukung aktivitasnya. Arisan ini menjadi lebih menarik karena biasanya yang dijadikan bahan untuk arisan adalah uang. Namun di BMT Amal Mulia Suruh ini adalah sepeda motor. Arisan ini merujuk pada fungsi lembaga keuangan yaitu sektor rill atau usaha milik BMT karena sebagai ajang promosi dengan biaya yang sedikit. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menentukan judul tugas akhir yaitu “PREFERENSI MASYARAKAT MENGIKUTI ARISAN SEPEDA MOTOR DI BMT AMAL MULIA SURUH”.
15
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem arisan sepeda motor dengan metode lelang di BMT Amal Mulia? 2. Apa saja kendala yang ditemui dalam arisan sepeda motor di BMT Amal Mulia serta strategi mengatasi kendala tersebut? 3. Bagaimana preferensi masyarakat mengikuti arisan sepeda motor di BMT Amal Mulia? C. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui sistem arisan sepeda motor dengan metode lelang di BMT Amal Mulia b. Untuk mengetahui kendala yang ditemui dalam arisan sepeda motor di BMT Amal Mulia serta strategi mengatasi kendala tersebut c. Untuk mengetahui preferensi masyarakat mengikuti arisan sepeda motor di BMT Amal Mulia
16
2. Kegunaan Penelitian a. Bagi Penulis 1) Untuk meningkatkan pemahaman penulis mengenai arisan sepeda motor 2) Untuk mengetahui sejauh mana implementasi ilmu yang didapat di bangku perkuliahan b. Bagi STAIN Salatiga 1) Memberikan kontribusi akademik mengenai arisan sepeda motor di BMT 2) Menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa 3) Memperluas informasi perguruan tinggi terhadap suatu instansi atau perusahaan c. Bagi BMT Amal Mulia 1)
Sebagai
bahan
masukan
untuk
meningkatkan
dan
mengembangkan arisan sepeda motor 2)
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kinerja dan profesionalitas
17
D. Penelitian Terdahulu Penelitian Ahsin Fuad (2006) yang berjudul Sistem Arisan Kendaraan Dengan Menggunakan Metode Lelang di BMT Al’Muaawanah Bringin Kabupaten Semarang menyimpulkan bahwa Al’Muaawanah telah dilaksanakan
sistem arisan di BMT
dengan profesional dan baik terbukti
dengan telah dipisahkannya sistem operasional dan akuntansi. Di samping itu jaminan keamanan dan kenyamanan peserta arisan menjadi fokus utama. Penelitian Muh. Ali Murtandho (2010) yang berjudul Jual Beli Arisan Motor Dengan Sistem Lelang Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di CV. Mandiri Konstiti EMKA Cabang Kota Salatiga) menyimpulkan bahwa menurut fiqh dan undang-undang membolehkan jual beli lelang (muzayyadah) arisan motor dengan sistem lelang yang terjadi di CV. Mandiri Konstiti EMKA Salatiga dengan kata sepakat (suka rela atau intirodlin) antara pembeli dan penjual. Pelaksanaan jual beli arisan motor dengan sistem lelang di CV. Mandiri Konstiti EMKA Salatiga berjalan dengan baik dan sistematik yang sesuai dengan tata tertib arisan yang disepakati bersama (peserta arisan dan pihak CV. EMKA). Faktor-faktor yang memotivasi orang untuk mengikuti arisan motor adalah keinginan untuk mendapatkan motor sesuai dengan keinginan yang sesuai dengan penghasilan, keinginan untuk menabung. Usaha yang dilakukan CV. Mandiri Konstiti EMKA Salatiga memberikan hadiah (doorprize) kepada peserta arisan pada saat pelaksanaan lelang dalam tiap kelompok.
18
Penelitian Nur Hikmatur Rohmah (2011) yang berjudul Kendala dan Kesesuaian Sistem Arisan Lelang Sepeda Motor dengan Syariat Islam di BMT Anda Salatiga menyimpulkan bahwa sistem arisan yang dilakukan oleh pihak BMT Anda hanya mengalami sedikit kendala, sehingga dalam menanganinya mudah. Dan sistem arisan dengan metode lelang yang dijalankan sudah sesuai dengan syariat Islam karena sudah memenuhi rukun dan syarat dalam jual beli serta tidak mengandung unsur riba, gharar, dan maisir. Pada penelitian Ahsin Fuad lebih menekankan pembahasan pada teknis operasional serta teknis akuntansi yang digunakan dalam arisan. Pada penelitian M. Ali dan Nur Hikmatur lebih menekankan pembahasan arisan dari segi syariat atau hukum Islam. Sedangkan pada penelitian tugas akhir ini lebih menekankan pembahasan mengenai kecenderungan atau preferensi masyarakat mengikuti arisan sepeda motor. Berdasarkan penelitian terdahulu di atas dan sejauh pengetahuan penulis belum ada yang membahas tentang “Preferensi Masyarakat Mengikuti Arisan Sepeda Motor Di BMT Amal Mulia Suruh”.
19
E. Metode Penelitian 1. Objek dan Tipe Penelitian a. Objek Penelitian Dalam penelitian laporan tugas akhir ini penulis mengambil objek penelitian di BMT Amal Mulia Suruh sebagai BMT pusat dari BMT Amal Mulia cabang Karanggede b. Tipe Penelitian Penulisan laporan tugas akhir ini merupakan tipe penelitian kuantitatif yaitu pengukuran data kuantitatif melalui perhitungan berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab
atas
sejumlah
pertanyaan
tentang
survei
untuk
menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka 2. Jenis Data a. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan mencatat hasil wawancara dengan pimpinan atau karyawan BMT Amal Mulia b. Data Sekunder Data yang digunakan untuk mendukung data primer misalnya dengan dokumen, brosur dan sebagainya
20
3. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara adalah upaya mencari data atau informasi dengan cara bertanya secara langsung dengan informan. Dalam penelitian ini penulis akan mewawancarai pimpinan dan karyawan BMT Amal Mulia b. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data dan memperoleh informasi dengan melakukan pengamatan langsung bagaimana acara arisan sepeda motor berlangsung F. Penegasan Istilah 1. Preferensi Preferensi dapat diartikan pilihan, kecenderungan atau kesukaan 2. Lelang Penjualan di hadapan orang banyak (dengan tawaran yang atas-mengatasi) dipimpin oleh pejabat lelang 3. Metode Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus
21
ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan 4. Sistem Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas 5. Arisan Kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi di antara mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian dilaksanakan di sebuah pertemuan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya. G. Sistematika Penulisan Agar laporan memperoleh gambaran secara berurutan, maka penulis menyajikan sistematika penulisan yaitu uraian singkat mengenai hal-hal yang akan dilaporkan secara sistematis yaitu : BAB I
: PENDAHULUAN Berisi
mengenai latar belakang masalah,
rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan, penelitian terdahulu, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan
22
BAB II
: LANDASAN TEORI Berisi tentang kerangka teoritis yaitu teori pengambilan keputusan, dan sebagainya
BAB III
: LAPORAN OBJEK Berisi tentang gambaran umum yaitu sejarah pendirian BMT Amal Mulia, struktur organisasi, visi dan misi, produk-produk BMT Amal Mulia, data-data diskriptif serta informasi lainnya
BAB IV
: ANALISIS DATA Pada bab ini disajikan data yang diperoleh peneliti dari hasil penelitiannya. Hal ini akan menjawab rumusan masalah atau menunjukan bagaimana sistem arisan sepeda motor, kendala yang dihadapi serta strategi mengatasinya, dan preferensi masyarakat mengikuti arisan sepeda motor di BMT Amal Mulia
BAB V
: PENUTUP Berisi mengenai kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan dan saran yang mungkin dapat berguna bagi BMT Amal Mulia
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
23
BAB II LANDASAN TEORI A. Kepribadian dan Perilaku Konsumen Muslim Para ekonom konvensional memperhatikan dan mendalami kepribadian konsumen untuk menguasai segmentasi pasar, atau dengan kata lain, hal ini mereka mempelajari dalam kaitannya dengan pasar dan pemasaran. Agak berbeda dengan mereka, dalam hal ini para ekonom muslim tidak langsung mengaitkannya dengan pasar dan pemasaran, melainkan untuk mengukur sejauh mana tingkat wawasan dan kesadaran mereka terhadap perspektif Islami (Muhammad Muflih, 2005 : 86). Pendekatan studi kepribadian konsumen muslim sangat tepat dengan pembelajaran akhlak seperti yang dikembangkan oleh Abu Yazid al-Bustami dan Ibnu ‘Arabi. Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran akhlak mereka, bukan berarti menjauhkan diri konsumen dari hal-hal yang berbau duniawi seperti zuhud. Oleh sebagian kalangan masyarakat, zuhud diartikan meninggalkan dunia. Sebenarnya zuhud tidak demikian, yang benar adalah bahwa karena zuhudnya seseorang “tidak materialistis”. Dia membutuhkan materi, tetapi tidak materialistis, entah itu rakus atau tamak (Muhammad Muflih, 2005 : 86-87). Qana’ah merupakan cermin kepuasan seseorang baik secara lahiriah maupun batiniyah. Qana’ah mendorong seorang konsumen muslim bersikap adil. Adil yang dispiritkan oleh qana’ah mendorongnya untuk lebih dari
24
sekedar adil sehingga dia ihsan. Karena qana’ah adalah cahaya keimanan, dia harus selalu bercahaya melalui proses perputaran segitiga tadi (Muhammad Muflih, 2005 : 87-88). Ada tiga dimensi yang secara bersama dipersonifikasi oleh prinsip tauhidy and brotherhood dan distributive justice yaitu dimensi ketulusan sosial, dimensi rasional, dan dimensi kebahagiaan. Seorang konsumen muslim dikatakan memiliki dimensi ketulusan sosial manakala selalu sabar, berperasaan terhadap sesama makhluk, dan peka terhadap lingkungan. Dikatakan memiliki dimensi rasional manakala bentuk pikiran dan tindakannya logis, terhitung, terukur, teranalisi dengan baik, dan melalui penalaran yang tepat. Dikatakan memiliki dimensi kebahagiaan manakala dekat dengan Tuhan dan sesama makhluk, tenang jiwanya, puas jasmaninya, dan mencintai keindahan. Hal-hal tersebut merupakan indikator dari masing-masing dimensi (Muhammad Muflih, 2005 : 90). B. Dasar Hukum Perilaku Konsumen Islam memandang bahwa bumi dengan segala isinya merupakan amanah Allah SWT kepada sang khalifah agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan bersama. Salah satu pemanfaatan yang telah diberikan adalah kegiatan ekonomi (umum) dan lebih sempit lagi kegiatan konsumsi (khusus). Islam mengajarkan kepada sang khalifah untuk memakai dasar yang benar agar mendapatkan keridhaan dari Allah sang pencipta. Dasar yang benar itu
25
merupakan sumber hukum yang telah ditetapkan dan harus diikuti oleh penganut Islam (Muhammad, 2003 : 162). Hasan Sirry menyatakan bahwa sumber hukum tersebut terdiri dari dua bagian yaitu sumber yang berasal dari ayat-ayat Al-Quran serta Sunnah Rasul dan ijtihad para ahli fiqh yang disesuaikan dengan keadaan zaman, tempat atau kedudukan dan lingkungan sosial (Muhammad, 2003 : 162-164). 1. Sumber yang ada dalam Al-Quran yang menunjukkan dasar. Sumber hukum konsumsi yang tercantum dalam Al-Quran adalah QS. 7:31 artinya “Makanlah dan minumlah, namun janganlah berlebihlebihan. Sesungguhnya Allah itu tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. 2. Sumber yang berasal dari Hadist adalah HR. Bukhari artinya Abu Said Al-Chodry r.a berkata : Ketika kami dalam bepergian bersama Nabi SAW mendadak datang seseorang berkendaraan, sambil menoleh ke kanan dan ke kiri seolah-olah mengharapkan bantuan makanan, maka bersabda Nabi: “Siapa yang mempunyai kelebihan kendaraan harus dibantukan pada yang tidak mempunyai kendaraan. Dan siapa yang mempunyai kelebihan bekal harus dibantukan pada orang yang tidak berbekal.” Kemudian Rasulullah menyebut berbagai macam jenis kekayaan hingga kita merasa seseorang tidak berhak memiliki sesuatu yang lebih dari kebutuhan hajatnya.
26
3. Ijtihad para ahli fiqh Ijtihad berarti meneruskan setiap usaha untuk menentukan sedikit banyaknya kemungkinan suatu persoalan syari’at. Islam tidak semata hanya tertumpu pada Al-Quran dan Sunnah, namun Islam menghormati praktek yang disepakati dan konsensus para ulama yang disebut dengan ijma. Ijma (sumber hukum ketiga) adalah suatu prinsip isi hukum baru yang muncul sebagai akibat dalam melakukan penalaran logika para mujtahid maupun cendekiawan agama, sedangkan ijtihad dengan qiyas merupakan upaya meneruskan setiap usaha untuk menentukan studi suatu persoalan syariat, kemudian qiyas mempunyai pengertian menyamakan hukum suatu peristiwa yang tidak ada nash mengenai hukumnya, karena adanya persamaan illat. C. Persepsi Konsumen Muslim Persepsi konsumen berkaitan erat dengan kesadarannya yang subjektif mengenai realitas, sehingga apa yang dilakukan seorang konsumen merupakan reaksi terhadap persepsi subjektifnya, bukan berdasarkan realitas yang objektif. Jika seorang konsumen berpikir mengenai realitas, itu bukanlah realitas yang sebenarnya, tetapi merupakan pikirannya mengenai realitas yang akan mempengaruhi tindakannya, seperti keputusan membeli (Muhammad Muflih, 2005 : 91-92).
27
Ada dua bentuk konsep berpikir konsumen yang hadir dalam dunia ilmu ekonomi hingga saat ini. Konsep yang pertama adalah utility, yang diartikan sebagai konsep kepuasan konsumen dalam konsumsi barang dan jasa. Konsep yang kedua adalah mashlahah, yang diartikan sebagai konsep pemetaan perilaku konsumen berdasarkan asas kebutuhan dan prioritas, dia sangat berbeda dengan utility yang pemetaan majemuknya tidak terbatas (Muhammad Muflih, 2005 : 93). Dari penelusuran berbagai literatur yang membahas tentang utility, ditemukan beberapa proposisi utility sebagai berikut (Muhammad Muflih, 2005 : 94-95) : 1. Konsep utility membentuk persepsi kepuasan materialistis 2. Konsep utility mempengaruhi persepsi keinginan konsumen 3. Konsep utility mencerminkan peranan self-interest konsumen 4. Persepsi tentang keinginan memiliki tujuan untuk mencapai kepuasan materialistis 5. Self-interest mempengaruhi persepsi kepuasan materialistis konsumen 6. Persepsi kepuasan menentukan kepuasan (pilihan) konsumen. Sedangkan dari berbagai literatur yang menerangkan tentang perilaku konsumen muslim, ditemukan beberapa proposisi sebagai berikut (Muhammad Muflih, 2005 : 96) :
28
1. Konsep mashlahah membentuk persepsi kebutuhan manusia 2. Konsep mashlahah membentuk persepsi tentang penolakan terhadap kemudharatan 3. Konsep mashlahah memanifestasikan persepsi individu tentang upaya setiap pergerakan amalnya mardhatillah 4. Persepsi tentang penolakan terhadap kemudharatan membatasi persepsinya hanya pada kebutuhan 5. Upaya mardhatillah mendorong terbentuknya persepsi kebutuhan Islami 6.
Persepsi
seorang
konsumen
dalam
memenuhi
kebutuhannya
menentukan keputusan konsumsinya. D. Teori Pengambilan Keputusan Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa
yang
harus
dilakukan’
dan
seterusnya
mengenai
unsur-unsur
perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
29
Pengertian pengambilan keputusan dikemukakan oleh Ralp C. Davis, Mary Follet, James A.F. Stoner adalah sebagai berikut (Ananda Utama, 2012): 1. Keputusan dapat dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan. 2. Seorang pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti; logika, realita, rasional, dan pragmatis. 3. Secara umum pengertian teori pengambilan keputusan adalah teknik pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan sebagai cara pemecahan masalah E. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan Fungsi pengambilan keputusan individual atau kelompok baik secara institusional ataupun organisasional, sifatnya futuristik. Tujuan pengambilan keputusan tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain). Tujuan yang bersifat ganda atau masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif . Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk mencapai tujuan organisasinya yang dimana diinginkan semua kegiatan itu dapat berjalan lancar dan tujuan dapat dicapai dengan mudah dan efisien. Namun, kerap kali terjadi hambatan-hambatan dalam melaksanakan kegiatan.
30
Ini merupakan masalah yang harus dipecahkan oleh pimpinan organisasi. Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut (Ananda Utama, 2012). F. Unsur-Unsur Pengambilan Keputusan Unsur-unsurnya yaitu (Ananda Utama, 2012) : 1. Tujuan dan pengambilan keputusan 2. Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk pemecahan masalah 3. Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui 4. Sarana atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil. G. Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan George R. Terry menjelaskan dasar-dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku yaitu (Ananda Utama, 2012) : 1. Intuisi Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu : a. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
31
b. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan. 2. Pengalaman Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam
menyelesaikan
masalah.
Keputusan
yang
berdasarkan
pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah. 3. Fakta Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
32
4. Wewenang Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadang kala oleh pembuat keputusan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas. 5. Rasional Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang diakui saat itu. H. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Pengambilan Keputusan Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan menurut Terry, yaitu (Ananda Utama, 2012) : 1. Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
33
2. Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi. 3. Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan kepentingan organisasi. 4. Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah alternatif-alternatif tandingan. 5. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental, dari tindakan ini harus diubah menjadi tindakan fisik. 6. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama. 7. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. 8. Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar. 9. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai berikutnya. I. Keputusan Individual dan Kelompok Pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individual atau kelompok, tergantung bagaimana sifat dan corak permasalahannya. Keputusan individual dibuat oleh seorang pemimpin sendirian, sedangkan keputusan kelompok
34
dibuat sekelompok orang. Keputusan kelompok dibedakan dalam (Ananda Utama, 2012) : 1. Sekelompok pimpinan 2. Sekelompok orang-orang bersama pimpinannya. 3. Sekelompok orang yang mempunyai kedudukan sama dan keputusan kelompok J. Proses Pengambilan Keputusan Proses Pengambilan Keputusan yaitu (Ananda Utama, 2012) :
1. Identifikasi Masalah Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu mengindentifikasikan masalah yang ada di dalam suatu organisasi.
2. Pengumpulan dan Menganalisis Data Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada.
3. Pembuatan Alternatif-Alternatif Kebijakan Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara pemecahannya.
4. Pemilihan Salah Satu Alternatif Terbaik
35
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan alternatif yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya.
5. Pelaksanaan Keputusan Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain.
6. Pemantauan dan Pengevaluasian Hasil Pelaksanaan Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat. K. Jenis-Jenis Keputusan Terdapat beberapa jenis keputusan dalam proses pengambilan keputusan. Berdasarkan keputusan yang harus diambil oleh level manajemen di perusahaan jenis keputusan terdiri atas (Ananda Utama, 2012) : 1. Keputusan strategis, adalah keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak dalam sebuah perusahaan. 2. Keputusan taktis, adalah keputusan yang dibuat oleh manajemen menengah
36
3.Keputusan operasional, adalah keputusan yang dibuat oleh tingkat manajemen yang paling bawah, misalnya operator mesin di lantai produksi. Berdasarkan tersedianya pemecahan masalah, jenis keputusan yang biasanya muncul adalah : a. Keputusan Terprogram Keputusan ini berkaitan dengan kebiasaan, aturan, dan prosedur. Dalam hal ini kondisi yang dihadapi semuanya dapat diketahui dengan pasti. b. Keputusan Tidak Terprogram Keputusan tidak terprogram ini adalah keputusan yang tidak mempunyai suatu aturan yang baku, tergantung pada jenis masalahnya. Biasanya, masalah yang membutuhkan keputusan tidak terprogram ini terjadinya tidak dapat diprediksi. c. Keputusan Tidak Terstruktur Disebut tidak terstruktur karena tidak diketahui pemecahannya karena ketidakjelasan masalahnya. L. Aturan Arisan 1. Jenis Kendaraan
37
Sepeda motor Supra X 125 Spoke, peserta boleh menukar dengan merk lain, bilamana harga kendaraan yang dipilih kurang, maka peserta harus menambah sesuai selisih harga dan sebaliknya. 2. Hak Peserta Arisan a. Memperoleh sepeda motor Supra X 125 Spoke, beserta bonus yang diberikan oleh pihak dealer. b. Memperoleh BPKB setelah arisan selesai. c. Memperoleh door prize bagi yang beruntung dan datang pada saat lelang. d. Mengikuti lelang dengan sistem lelang tertutup sesuai dengan kemampuan peserta. e. Bagi pemenang lelang mendapatkan jaminan asuransi kendaraannya 1 tahun pertama. 3. Kepanitiaan Pengelola BMT Amal Mulia Suruh dengan membentuk sebuah panitia kerja yang bertugas melaksanakan kegiatan rutin arisan sampai dengan selesainya kegiatan arisan. 4. Peserta Arisan a. Nasabah/calon anggota/anggota BMT Amal Mulia Suruh
38
b. PNS/swasta c. Masyarakat umum yang berminat memiliki sepeda motor dengan sistem arisan 5. Sistem Arisan dan Ketentuan Umum 1. Peserta mengikuti arisan dengan sistem lelang tertutup. 2. Peserta 60 orang dalam satu kelompok dengan setoran Rp. 200.000 sudah termasuk asuransi. 3. Standar lelang untuk menang ditentukan minimal Rp. 5.000.000, bilamana sisa menjadi tambahan saldo lelang bulan yang akan datang dan akan dievaluasi setahun sekali. 4. Harga kendaraan berdasarkan harga dealer (price list) pada saat pembelian, apabila diambil motor yang harganya di bawah harga Supra X 125, maka peserta harus membayar sesuai angka lelang. 5. Peserta yang mengundurkan diri sebelum arisan selesai, wajib mencari nama pengganti, jika tidak, maka uang yang sudah dibayarkan hanya kembali 50 %, itupun setelah ada peserta pengganti. 6. Perhitungan standar minimal lelang adalah kekurangan harga kendaraan ditambah asuransi dan biaya pengelolaan sebesar 5 % dari harga kendaraan.
39
7. Pemenang lelang apabila diambil uang, maka harus ada jaminan pengganti yang sesuai dengan harga kendaraan. 8. Untuk menjamin keamanan dan kelangsungan arisan, semua kendaraan diasuransikan di Asuransi Asoka Mas Cabang Semarang selama satu tahun pertama. 9. BPKB disimpan oleh panitia sebagai jaminan sampai arisan selesai dan perpanjangan STNK oleh panitia dan biaya ditanggung oleh peserta. 10. Jika peserta meninggal dunia oleh sebab apapun, kendaraan hilang dan atau rusak, maka peserta atau ahli warisnya wajib meneruskan arisan sampai selesai. 11. Pembayaran paling lambat tanggal 15, bulan bersangkutan dan keterlambatan pembayaran arisan setiap minggu didenda Rp. 5.000 dan hasil uang denda tersebut menjadi milik semua peserta arisan. 12. Waktu dan tempat lelang dilaksanakan setiap bulan sekali pada setiap tanggal 10 jam 14.00 WIB di aula BMT Amal Mulia Suruh atau tempat yang disepakati bersama. 13. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam ketentuan ini dapat berubah demi kelancaran dan suksesnya arisan dengan melibatkan peserta arisan. 14. Bagi peserta yang sudah melelang arisan, motor tidak boleh diperjualbelikan. (Sumber : BMT Amal Mulia Suruh).
40
M. Hukum Lelang Menurut Islam Di dalam literatur fiqih, lelang dikenal dengan istilah muzayadah. Muzayadah sendiri berasal dari kata ziyadah yang artinya bertambah. Maksudnya, orang-orang saling menambahi harga tawar atas suatu barang. Hukum Lelang Ada pendapat ulama yang membolehkan hukum lelang, tapi ada juga yang memakruhkannya. Hal itu karena memang ada beberapa sumber hukum yang berbeda. Ada hadits yang membolehkannya dan ada yang tidak membolehkannya (Ahmad Sarwat : 2011). 1. Yang Membolehkan Yang membolehkan lelang ini adalah jumhur (mayoritas ulama). Dasarnya adalah apa yang dilakukan langsung oleh Rasulullah SAW di masa beliau hidup. Ternyata beliau juga melakukan transaksi lelang dalam kehidupannya. Di antara hadits yang membolehkannya antara lain : Dari Anas bin Malik ra bahwa ada seorang lelaki Anshar yang datang menemui Nabi saw dan dia meminta sesuatu kepada Nabi saw. Nabi saw bertanya kepadanya,”Apakah di rumahmu tidak ada sesuatu?” Lelaki itu menjawab,”Ada. Dua potong kain, yang satu dikenakan dan yang lain untuk alas duduk, serta cangkir untuk meminum air.” Nabi saw berkata,”Kalau begitu, bawalah kedua barang itu kepadaku.” Lelaki itu datang membawanya. Nabi saw bertanya, ”Siapa yang mau membeli barang ini?” Salah seorang sahabat beliau menjawab,”Saya mau membelinya dengan harga satu dirham.” Nabi saw bertanya lagi,”Ada yang mau membelinya dengan harga lebih
41
mahal?” Nabi saw menawarkannya hingga dua atau tiga kali. Tiba-tiba salah seorang sahabat beliau berkata,”Aku mau membelinya dengan harga dua dirham.” Maka Nabi saw memberikan dua barang itu kepadanya dan beliau mengambil uang dua dirham itu dan memberikannya kepada lelaki Anshar tersebut. (HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa`i, dan at-Tirmidzi) Hadits ini menjadi dasar hukum dibolehkannya lelang dalam syariah Islam. Lantaran Nabi SAW sendiri mempraktekkannya. Sehingga tidak ada alasan untuk mengharamkannya.
2. Yang Memakruhkan Namun ternyata ada juga ulama yang memakruhkan transaksi lelang. Di antaranya Ibrahim an-Nakha`i. Beliau memakruhkan jual beli lelang, lantaran ada dalil hadits dari Sufyan bin Wahab bahwa dia berkata, Aku mendengar Rasulullah saw melarang jual beli lelang. (HR Al-Bazzar). Sedangkan Ibnu Sirin, Al-Hasan Al-Basri, Al-Auza`i, Ishaq bin Rahawaih, memakruhkannya juga, bila yang dilelang itu bukan rampasan perang atau harta warisan. Maksudnya, kalau harta rampasan perang atau warisan itu hukumnya boleh. Sedangkan selain keduanya, hukumnya tidak boleh atau makruh. Dasarnya adalah hadits berikut ini : Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAw melarang seseorang di antara kalian membeli sesuatu yang sedang dibeli oleh saudaranya hingga dia meninggalkannya, kecuali rampasan perang dan waris.
42
Sayangnya, banyak yang mengkritik bahwa keuda hadits di atas kurang kuat. Dalam hadits yang pertama terdapat perawi bernama Ibnu Luhai’ah dan dia adalah seorang rawi yang lemah (dha`if). Sedangkan hadits yang kedua, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan hadits itu dhaif. Untuk itu, menurut jumhur ulama, kesimpulannya masalah lelang ini dibolehkan, asalkan memang benar-benar seperti yang terjadi di masa Rasulullah SAW. Artinya, lelang ini tidak bercampur dengan penipuan, atau bercampur dengan trik-trik yang memang dilarang.
43
BAB III LAPORAN OBJEK A. Gambaran Umum Secara kelembagaan BMT didampingi atau didukung Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). PINBUK sebagai lembaga primer karena mengemban misi yang lebih luas, yakni menetaskan usaha kecil. Dalam prakteknya PINBUK menetaskan BMT, dan pada gilirannya BMT menetaskan usaha kecil. Peran utama BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan prinsip syariah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. B. Sejarah Pendirian Koperasi BMT Amal Mulia Suruh BMT Amal Mulia merupakan salah satu dari 15 koperasi syariah baru di wilayah
Kabupaten
Semarang
yang
terlahir
melalui
program
P3T
(Penanggulangan Pengangguran Pekerja Terampil) pada bidang LEP (Lembaga Ekonomi Produktif) yang diselenggarakan kerja sama antara Depnaker Kabupaten Semarang dengan fasilitor PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) Dati II Kabupaten Semarang. Proses pendirian diawali dengan sosialisasi koperasi syariah oleh PINBUK Dati II Kabupaten Semarang pada acara pengajian IPHI Kecamatan Suruh yang
44
diselenggarakan di rumah Bapak H. Syahri Dusun Morangan Desa Suruh. Sosialisasi perdana Kecamatan Suruh ini baru bersifat informatif. Bersamaan dengan calon pengelola yang telah terseleksi melalui P3T tersebut mengikuti pelatihan tentang manajemen operasional koperasi syariah se-Jawa Tengah di Asrama Haji Donohudan Solo yang diselenggarakan oleh PINBUK Dati I Provinsi Jawa Tengah. Pelatihan tersebut diadakan selama dua minggu dan dilanjutkan dengan Job on Training di koperasi syariah Assa’adah Gedangan Sraten Salatiga selama tiga hari. Setelah pelatihan purna dan Job on Training selesai kemudian diadakan pertemuan ulang pada pertengahan bulan Agustus 1998 di rumah Bapak H. Badarudin yang dihadiri oleh beberapa orang yang merupakan tim formatur yang mengagendakan segera dibentuk susunan pengurus sementara kemudian ditindak lanjuti pertemuan di Gedung Ar-Rohmah yang dihadiri oleh calon pendiri. Tepat pada acara itu disahkan susunan pengurus BMT Amal Mulia Suruh serta disepakati ketentuan simpanan pokok per anggota Rp. 200.000 dan simpanan wajib per anggota pendiri sebesar Rp. 2.000 setiap bulannya. Akhirnya pada hari Selasa Pon tanggal 20 Oktober 1998 telah diresmikan BMT Amal Mulia oleh Bapak Camat Suruh yang diwakili oleh MPP Kecamatan Suruh Bapak Suparno Andes di kantor BMT Amal Mulia Suruh yang berlokasi di Jl. Sumberejo Suruh No. 57 yang dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat, pengurus, anggota pendiri, dan tamu undangan lainnya.
45
C. Visi dan Misi BMT Amal Mulia Visi : Berperan aktif dalam memberdayakan dan mengembangkan ekonomi umat Misi : 1. Meningkatkan kualitas sosial ekonomi terutama pedagang dan pengusaha kecil serta masyarakat umum kelas menengah ke bawah. 2. Menghimpun dan mendistribusikan dana umat berdasarkan syariat Islam. 3. Memberi
semangat
usaha
masyarakat
dalam
rangka
mencapai
kesejahteraan hidup. D. Identitas BMT Amal Mulia Kantor Pusat Alamat : Jl. Raya Suruh-Salatiga, Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Kode pos 50776. Telp. (0298) 317100 Kantor Cabang Karanggede Alamat : Jl.
Raya
Wonosegoro-Karanggede,
Trayon,
Kebonan,
Kecamatan
Karanggede, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Kode pos 57381. Telp. (0298) 610714 Badan Hukum No. 069/BH/KDK/11.1/IV/1999 tanggal 24 Maret 1999.
46
HO no. 503/15/2010 NPWP no. 02.253.369.9.505.000 TDP no. 111726500228 SIUP no. 503/005/PB/II/2005 E. Struktur Organisasi Bagian-bagian dalam struktur organisasi BMT Amal Mulia adalah sebagai berikut : 1. Susunan Organisasi Koperasi BMT Amal Mulia RAT PENGURUS
BADAN PENGAWAS
MANAJER STAF/PENGELOLA Gambar 3.1 Susunan Organisasi Koperasi BMT Amal Mulia Sumber : BMT Amal Mulia Suruh Keterangan : Pengurus Ketua
: Fathul Munib
Sekretaris
: Hartoyo, S.Pd
Bendahara
: H. Budoyo Akbar
Badan Pengawas Ketua
: Ahmad Hazim
Anggota
: Dra. Hj. Rahmawati
47
Anggota
: Hj. Robiyah
2. Susunan Organisasi Pengelola Koperasi BMT Amal Mulia Manajer Umum
Manager Kantor Pusat
Manager Kantor Cabang
Kabag. Pembiayaan
Kabag. Pembukuan
Kabag. Pembiayaan
Kabag. Pembukuan
Staf
CS
Staf
CS
Staf
Kasir/ Teller
Staf
Kasir/ Teller
Kabag. Pemasaran
Kabag. Kantor Kas
Kabag. Pemasaran
Kabag. Kantor Kas
Pemasaran
Pemasaran
Pemasaran
Pemasaran
Staf
Kasir/ Teller
Staf
Kasir/ Teller
Gambar 3.2 Bagan Susunan Organisasi Pengelola Koperasi BMT Amal Mulia
48
Sumber : BMT Amal Mulia Suruh Keterangan : a. BMT Amal Mulia Suruh Manajer Umum
: Mustofa Al Amin, S.Ag
Manajer cabang Suruh : Isti’anah, SE Kasir/teller
: Nur Faizah, A.Md Kiptiyah BA
CS
: Linta Aftukha Royana, SE
Pembiayaan
: Siti Sai’dah, A.Md
Pemasaran
: Edi Yulianto Slamet Bagyo Shihabudin, SE Yogie Aryanto, SKM Sri Susilowati, A.Md
b. BMT Amal Mulia Cabang Karanggede Manajer cabang Karanggede
: Iwan Susiyanto, SE
Pembiayaan
: Amir Mahmud
Teller
: Restina Hardanik, SE
49
CS
: Anny Puji Rahayu, A.Md
Pemasaran
: Hamdan Majid, A.Md
3. Tugas dan Wewenang Masing-Masing Bagian a. Ketua Tugas-tugas : 1. Menyelenggarakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) 2.Menyusun/merumuskan kebijakan umum untuk mendapat persetujuan rapat anggota 3. Mengevaluasi kegiatan BMT 4. Mensosialisasikan BMT 5. Menyelenggarakan rapat pengurus untuk : a. Evaluasi bulanan dan perkembangan kinerja BMT b. Menentukan dan membuat kebijakan strategi BMT bersama pengelola c. Menandatangani dokumen dan surat yang berhubungan dengan lembaga lain. Wewenang : 1. Mengangkat dan memberhentikan manajer BMT
50
2. Menyetujui/menolak mengenai : a. Pembiayaan yang nilainya di atas wewenang manajer b. Kebijakan baru BMT dengan pertimbangan dari pengurus yang lain c. Kerja sama dengan pihak lain (investor asing) yang diusulkan pengurus yang lain d. Anggaran yang diajukan manajer dengan pertimbangan dari bendahara pengurus e. Mengesahkan laporan bulanan yang diajukan manajer f. Mendelegasikan tugas dan wewenang kepada yang ditunjuk jika berhalangan g. Bersama manajer memilih dan memutuskan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ditugaskan untuk mengaudit laporan pengelola. b. Sekretaris Tugas-tugas : 1. Mengagendakan acara pada kegiatan : a. Rapat pengurus b. Rapat anggota
51
c. Pertemuan pengurus dengan pengelola d. Kunjungan pengurus ke instansi/lembaga 2. Menyusun konsep surat-surat keluar dan ke dalam dari pengurus 3. Menerima dan melayani tamu yang berhubungan dengan ketua pengurus BMT 4. Menyampaikan amanat dari ketua dalam pertemuan apabila ketua berhalangan hadir 5. Menyerap dan menyampaikan aspirasi anggota koperasi 6. Menerima masukan (saran dan kritik) yang diajukan oleh para pengelola kepada pengurus 7. Menyusun konsep kebijakan pengurus atas BMT. Wewenang : 1. Memberi pertimbangan kepada ketua mengenai masalah legalitas hukum dan protokoler 2. Meminta laporan bulanan, kuartal, semester, dan tahunan yang belum diaudit yang diajukan manajer 3. Mencari masukan dan aspirasi dari anggota yang lain yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi BMT.
52
c. Bendahara Tugas-tugas : 1. Menelaah anggaran yang diajukan oleh manajer yang nantinya akan dibahas dalam RAT 2. Memberi saran atas anggaran yang diajukan manajer 3. Menyusun anggaran kompensasi dan keperluan lain yang dibutuhkan pengurus 4. Bersama manajer memberikan konsep kebijakan bagi hasil yang diperoleh pemegang investasi 5. Memeriksa laporan keuangan yang sudah diaudit. Wewenang : 1. Memberikan pendapat kepada ketua mengenai aspek keuangan terhadap
usulan
pembukaan cabang,
kerja
sama
(misalnya
pembentukan afilitasi) atau unit usaha baru 2. Meminta manajer untuk mengoreksi anggaran yang diajukan 3. Meminta manajer untuk menjelaskan dampak keuangan yang ada dari aktivitas yang akan diajukan pengelola 4.Meminta akuntan publik untuk memberikan masukan aspek keuangan BMT.
53
d. Badan Pengawas Tugas-tugas : 1. Menelaah peraturan lembaga yang berlaku apakah sesuai dengan aturan hukum dan syariah, peraturan lain yang berlaku, akhlak, serta tak ada benturan kepentingan maupun unsur-unsur yang melanggar kepatuhan 2. Menelaah masalah perilaku manajemen/karyawan yang menyangkut : a. Benturan kepentingan b. Melanggar kepatuhan c. Melakukan kecurangan d. Manipulasi e. Kesesuaian dengan syariah 3. Menilai kebijakan akuntansi dan penerapannya 4. Menilai keserasian antara kebijakan akuntansi dengan kesesuaian syariah. Wewenang : 1. Memberikan solusi dan diajukan kepada pengurus sebagai saran dan masukan kepada pengelola dan jajaran manajemen 2. Merekomendasikan akuntan publik kepada pengurus
54
3. Merumuskan konsep good wealth corporate govermence. e. Manajer Tugas-tugas : 1. Menyusun rencana operasional BMT dalam setahun yang mencakup : a. Rencana anggaran b. Rencana pemasaran berupa : 1. Target funding, lending, serta bagi hasil 2. Target asset 3. Target cash flow 4. Pengembangan wilayah potensial 2. Rencana pengembangan produk, promosi, dan distribusi (berdasarkan pemetaan segmen dan potensi pasar) 3. Rencana organisasi salesforce (gugusan marketer) 4. Mengusulkan rencana operasional kepada pengurus untuk dibahas dan disahkan oleh pengurus pada RAT 5. Memimpin rapat koordinasi dan evaluasi bulanan yang diadakan pada pekan terakhir dengan agenda :
55
a. Pembacaan laporan tertulis dari koordinator mengenai laporan akuntansi dan keuangan umum dan rumah tangga b. Pengambilan keputusan untuk perencanaan perbaikan/mengatasi masalah yang ada c. Memberikan tanda tangan sebagai validasi pada berkas pembiayaan yang diajukan. Wewenang : 1. Menyetujui pembiayaan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku 2. Mengajukan usulan produk baru pembiayaan dan tabungan 3. Mengusulkan promosi, mutasi, dan pemberhentian berdasarkan masukan dan pertimbangan. f. Kabag Pembukuan Tugas-tugas : 1. Melaporkan laporan keuangan bulanan pada pertemuan 2. Membuat analisis rentabilitas, solvabilitas, dan profitabilitas yang dibahas pada pertemuan bulanan 3. Memberikan masukan yang berkaitan dengan akuntansi dan keuangan
56
4. Mengatur manajemen arus kas dengan memantau arus kas masukkeluar, mengatur jadwal pembayaran utang, kebijakan uang minimal, perhitungan funding yang harus dicapai untuk menutup penarikan dari nasabah 5. Mengadakan pertemuan intern khusus untuk para teller guna menyampaikan kebijakan akuntansi. Wewenang : 1. Mengusulkan pembenahan dan desain sistem informasi akuntansi apabila sudah tidak sesuai dengan kebutuhan 2. Mengusulkan kebijakan keuangan BMT 3. Menolak usulan pengajuan anggaran yang tidak jelas 4. Membuat kebijakan mengenai prosedur penyampaian informasi akuntansi 5. Mengendalikan pelaksanaan anggaran. g. Kabag Pemasaran Tugas-tugas : 1. Membuat draft rencana operasional yang mencakup : a. Rencana anggaran pemasaran berupa target funding, lending, dan pengembangan wilayah potensial
57
b. Rencana pengembangan produk, promosi dan distribusi (berdasarkan pemetaan segmen dan potensi pasar) 2. Mengusulkan rencana anggaran dan rencana kerja 3.Mengembangkan database pelanggan jasa keuangan BMT untuk menyusun profil dari nasabah dan pengembangan pemasaran 4. Mengembangkan strategi pemasaran 5.Melaksanakan
survei
berdasarkan
wewenang
dan
atau
atas
persetujuan. Wewenang : 1. Mengusulkan pola insentif kepada manajer 2. Menyetujui pembiayaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. F. Produk-Produk Koperasi BMT Amal Mulia Suruh 1. Produk Simpanan a. Sirela (Simpanan Sukarela Lancar) Merupakan bentuk simpanan mudharabah biasa yaitu simpanan pihak ketiga yang disimpan di BMT atas dasar akad wadi’ah (titipan) dan BMT berkewajiban memelihara dana tersebut yang oleh para penyimpan sewaktu-waktu dapat ditarik.
58
Syarat : a. Foto kopi kartu identitas (KTP/SIM/Paspor) b. Setoran awal minimal Rp. 10.000 c. Setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000 d. Menandatangani kesepakatan nisbah bagi-hasil yaitu 35 % nasabah : 65 % BMT. b. Sisuqur (Simpanan Sukarela Qurban) Merupakan bentuk simpanan berkala mudharabah yaitu simpanan dari pihak ketiga dengan harapan BMT dapat memutar uang tersebut kepada peminjam. Nasabah menyimpan uang untuk jangka waktu tertentu dan penarikannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Simpanan ini dikhususkan untuk mewujudkan ibadah qurban. Penyetoran dapat dilakukan setiap hari tetapi tabungan hanya dapat diambil pada saat akan melaksanakan ibadah qurban/bulan Dzulhijjah setiap tahunnya. c. Sisuka (Simpanan Suka Rela Berjangka) Merupakan bentuk simpanan berupa deposito yang penarikannya hanya dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah dengan BMT. Jangka waktu jatuh temponya adalah sebagai berikut : 1. Tiga bulan yaitu dengan prosentase nisbah bagi hasil 40 % untuk penabung dan 60 % untuk BMT
59
2. Enam bulan yaitu dengan prosentase nisbah bagi hasil 45 % untuk penabung dan 55 % untuk BMT 3. Dua belas bulan yaitu dengan prosentase nisbah bagi hasil 50 % untuk penabung dan 50 % untuk BMT. d. Simpanan Mabrur Merupakan
simpanan
untuk
membantu
masyarakat
dalam
mendapatkan porsi ibadah haji/umroh yaitu hanya dengan setoran awal Rp. 5.000.000-an. Syarat : 1. Buku tabungan simpanan mabrur BMT Amal Mulia 2. Foto kopi KTP 3. Foto kopi KK 4. Foto kopi surat nikah 5. Surat keterangan sehat dari instansi kesehatan terkait 6. Materai 2. Pembiayaan dengan Sistem Bagi Hasil dan Jasa/Sewa a. Al-Musyarokah (MSA) Pembiayaan Al-Musyarokah adalah pembiayaan di mana nasabah dan BMT sama-sama menyediakan dana untuk membiayai suatu usaha,
60
dan nasabah harus mengembalikan dana bersama bagi hasil yang telah disepakati. b. Al-Mudharabah (MDA) Merupakan pembiayaan modal kerja di mana seluruh dana disediakan oleh BMT, dan nasabah harus mengembalikan pinjaman ditambah bagi hasil yang disesuaikan dengan keuntungannya. c. Al-Ijaroh (Jasa/Sewa) Pembiayaan ini merupakan pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah atau sewa. 3. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli a. Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) Pembiayaan yang diberikan untuk pembelian barang yang diperlukan nasabah, dan nasabah akan membayar secara mengangsur. b. Murabahah (MBA) Pembiayaan yang diberikan untuk pembelian barang yang diperlukan nasabah, dan nasabah akan membayar secara tangguh pada waktu yang telah ditentukan sebesar harga barang ditambah mark up yang diberikan kepada BMT.
61
4. Produk Layanan Selain produk yang disebut di atas, Koperasi BMT Amal Mulia juga mempunyai produk jasa lainnya yaitu berupa produk layanan yang bertujuan untuk lebih mempermudah nasabah BMT Amal Mulia yang meliputi : a. Pembayaran listrik b. Pembayaran rekening telepon c. Pembelian pulsa d. Transfer bank e. FIF G. Syarat-Syarat Pengajuan Pembiayaan a. Foto kopi KTP suami/istri yang masih berlaku b. Foto kopi kartu keluarga c. Foto kopi surat nikah d. Foto kopi SIUP (Surat Ijin Usaha dan Perdagangan), TDP, NPWP, SKTU, laporan keuangan 2 bulan terakhir, foto kopi akta badan hukum, susunan kepengurusan untuk badan hukum e. Pemohon harus menjadi anggota dengan membuka rekening tabungan Sirela f. Foto kopi jaminan yang dibiayai
62
g. Bertempat tinggal di wilayah BMT berada dan sekitarnya h. Bersedia di survei i. Surat Permohonan (dari BMT) j. Surat persetujuan suami/istri (dari BMT) k. Surat pernyataan dari penjamin di atas materai sesuai dengan ketentuan (untuk yang belum menikah) l. Surat kesanggupan potong gaji dari atasan langsung disertai dengan slip gaji terakhir. H. Permodalan BMT Amal Mulia Suruh Permodalan di BMT Amal Mulia pada bulan Maret 2012 dan April 2012 dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 3.1 Permodalan BMT Amal Mulia Suruh Sumber : BMT Amal Mulia Suruh
PASIVA
Mar-12
Apr-12
Selisih
Hutang Lancar Simp Mudharabah Simp Pembiayaan
10.321.600
8.894.700
(1.426.900)
Simp Sukarela
7.363.171.089
7.775.965.174
412.794.085
406.689.127
432.146.049
25.456.922
216.173.122
209.384.904
(6.788.218)
Simp Amanah Simp Mabrur dan Umroh
63
Simp Titipan Simp. Berjangka Wadiah 3 bln Simp. Berjangka Wadiah 6 bln Simp. Berjangka Wadiah 9 bln Simp. Berjangka Wadiah 12 bln
580.000
852.700
272.700
331.615.000
332.795.000
1.180.000
581.500.000
431.500.000
(150.000.000)
6.000.000 1.266.225.000
6.000.000
-
1.286.725.000 20.500.000
10.182.274.938 10.484.263.527 301.988.589 Simpanan Berjangka Mudharabah Kewajiban Lainnya Hutang Infaq & Sodakoh Hutang Zakat
1.904.700
1.657.000
(247.700)
12.943.239
13.304.087
360.848
14.847.939
14.961.087
113.148
3.528.167.553
3.347.290.409
(180.877.144)
3.528.167.553
3.347.290.409
(180.877.144)
Hutang Jangka Panjang Hutang Pihak III
Modal Simpanan Pokok Simpanan Modal Penyertaan
40.580.000
41.480.000
87.120.000
87.120.000
49.572.000 84.350.000
49.662.000 84.350.000
90.000
764.157.322
758.907.322
(5.250.000)
1.025.779.322
1.021.519.322
(4.260.000)
Laba/SHU Ditahan Laba/SHU Tahun Berjalan
28.426.093
36.767.550
Laba/SHU Bulan
8.341.457
8.293.434
Simpanan Wajib Modal Donasi Cad. Pemupukan Modal
900.000 -
-
8.341.457
64
Berjalan
(48.023) 36.767.550
Total Pasiva
45.060.984
8.293.434
14.787.837.302 14.913.095.329 125.258.027
I. Data-Data Diskriptif Sistem Arisan menggunakan metode lelang meliputi : a. Fungsi/Bagian yang Terkait 1. Panitia Arisan Panitia arisan adalah karyawan BMT Amal Mulia. Tugasnya adalah menerima iuran peserta arisan yang belum membayar, dan mencatatnya secara baik. 2. Seksi Lelang Bertugas memandu jalannya lelang hingga acara arisan selesai. Hal yang biasa dilakukan adalah mulai dari membagikan kupon lelang, membacakan pemenang lelang masing-masing kelompok, membacakan pemenang door prize serta mengantar pembelian sepeda motor oleh pemenang lelang, misalnya mengantar/mendampingi pembelian ke dealer yang diinginkan peserta.
65
3. Seksi Perlengkapan Bertugas menyediakan satu tempat arisan biasanya di laksanakan di BMT Amal Mulia Suruh termasuk menyiapkan kursi, snack, door prize, alat tulis, mic, dan lain sebagainya agar arisan dapat berjalan dengan lancar. 4. Seksi Kolektor Bertugas menariki iuran peserta arisan yang macet, biasanya mendatangi rumah peserta. b. Dokumen yang Digunakan 1. Rekapitulasi Keuangan Pembuatan rekap ini dilakukan oleh bagian akuntansi yang digunakan untuk mencatat pendapatan dan iuran peserta arisan setiap bulannya. 2. Formulir Permohonan dan Pernyataan Dokumen ini berisi tentang identitas calon peserta arisan seperti nama, TTL, alamat, no. telepon, ahli waris yang bisa dihubungi, dan menyatakan kesanggupannya untuk menjadi peserta arisan hingga selesai, sanggup mematuhi aturan-aturan, dan sebagainya.
66
3. Ketentuan Umum Dokumen ini berisi tentang peraturan yang mengatur jalannya arisan sepeda motor secara lelang. Mulai dari jenis kendaraan, hak peserta arisan, kepanitiaan, peserta arisan, dan sistem arisan. Maka dari itu peraturan yang ada harus dipenuhi. 4. Surat Pengantar Pembelian Sepeda Motor Dokumen ini berisi tentang identitas pemenang lelang yang berhak mendapatkan sepeda motor. Surat ini ditujukan kepada pihak dealer agar membantu mengurus pembelian kendaraan. 5. Kartu Arisan Sepeda Motor Kartu arisan adalah kartu yang digunakan untuk tanda setoran yang dilakukan peserta arisan sepeda motor. Jika peserta akan membayar iuran arisan, maka peserta harus membawa kartu tersebut. 6. Kupon Lelang Kupon lelang diberikan kepada setiap peserta arisan yang ingin melelang, kemudian menuliskan nama serta besar nominal lelang yang diinginkan untuk memenangkan pelelangan. 7. Surat Kuasa Surat ini berisi tentang identitas peserta pemenang lelang dan pernyataan bahwa jika peserta tidak menyetorkan uang arisan untuk
67
waktu yang ditentukan, maka panitia berhak mengambil sepeda motor yang telah di dapat. 8. Berita Acara Arisan Berisi mengenai nama peserta pemenang lelang setiap kelompok dan besar nominalnya. 9. Kupon Door Prize Kupon ini diberikan kepada peserta dan kepada panitia yang dimasukan ke dalam satu tempat yang kemudian akan diambil secara acak untuk mendapatkan pemenang door prize. Panitia dan peserta akan mencocokan nomer seri yang tertera pada kupon. Jika cocok peserta berhak mendapatkan door prize. Biasanya berupa kebutuhan rumah tangga. 10. Slip Setoran Arisan Slip setoran iuran arisan sepeda motor yang sudah dibayarkan oleh peserta disimpan oleh pihak panitia dan peserta sebagai bukti. c. Perkembangan Arisan Sepeda Motor Arisan sepeda motor selama tahun 2004 atau saat dimulai hingga sekarang mengalami perubahan-perubahan yang dapat dilihat sebagai berikut :
68
Tabel 3.2 Perkembangan Arisan Sepeda Motor Sumber : BMT Amal Mulia Suruh
Tahun 2004 2007
2009
2010 2012 2012
Bulan Dimulai
Jenis Motor
September Supra Fit Smash Februari Mega Pro Supra X 1 Supra X 2 November Supra X 125 A Supra X 125 B Supra X 125 C November Supra X 125 D Februari Supra X 125 E Juni Supra X 125 F
Jumlah Peserta 115 orang 115 orang 100 orang 70 orang 70 orang 60 orang 60 orang 60 orang 60 orang 60 orang 60 orang
Besar Iuran Arisan Rp125.000 Rp125.000 Rp150.000 Rp150.000 Rp150.000 Rp200.000 Rp200.000 Rp200.000 Rp200.000 Rp200.000 Rp200.000
69
BAB IV ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai jawaban dari rumusan masalah yaitu bagaimana sistem arisan sepeda motor dengan metode lelang, apa saja kendala yang ditemui serta strategi mengatasinya, dan preferensi masyarakat mengikuti arisan sepeda motor di BMT Amal Mulia Suruh. A. Sistem Arisan Sepeda Motor dengan Metode Lelang Di BMT Amal Mulia Suruh 1. Sistem Arisan Sepeda Motor dengan Metode Lelang a. Arisan sepeda motor dilaksanakan dalam bentuk kelompok dengan jumlah anggota masing-masing kelompok 60 orang. Di BMT Amal Mulia terdapat 7 kelompok. Syarat menjadi peserta arisan yaitu : 1. Foto kopi identitas diri 2.Mengisi
dan
menyetujui
isi
dokumen
permohonan
dan
pernyataan menjadi peserta arisan 3. Tanda tangan bermaterai 4. Mengangsur iuran arisan perbulan sebesar Rp 200.000. Peserta dapat membayarkan iuran arisan kepada pihak panitia arisan mau pun pada pihak teller/kasir secara langsung di kantor.
70
Keterlambatan pembayaran arisan akan dikenakan denda sebesar Rp 5.000 setiap minggunya, dimulai pada minggu kedua. b. Lama arisan maksimal 60 putaran. Karena akumulasi saldo peserta pada bulan tertentu dapat dilelang 2 sepeda motor, maka lama arisan sepeda motor tidak mencapai 60 putaran. c. Panitia melakukan pembukuan atas uang kas dan kemudian melaporkan kepada seluruh peserta arisan setiap bulannya ketika pelelangan. d. Standar harga sepeda motor yang digunakan adalah Motor Supra X Spoke 125 Rp 15.275.000. Standar harga ini bisa berubah mengikuti harga yang berlaku. e. Biaya pengelolaan sebesar 5 % dari harga standar sepeda motor yaitu sebesar Rp 763.750. f. Panitia arisan menentukan batas minimal lelang yaitu Rp 5.000.000. Biaya administrasi Rp 1.500.000, sudah termasuk : Door prize
Rp 200.000
Asuransi
Rp 305.500
Biaya pengelolaan 5 % dari harga kendaraan
Rp 763.750
Snack
Rp 230.750+ Rp 1.500.000
71
g. Untuk mendapatkan haknya, maka peserta arisan sebaiknya datang pada waktu
pelelangan.
Pelaksanaan
lelang
dilakukan
dengan
cara
menggunakan kupon lelang yang diisi oleh peserta arisan dengan jumlah lelang yang bervariasi namun harus di atas standar minimal lelang, kemudian dimasukkan ke dalam wadah sesuai kelompoknya. Panitia akan membacakan nama peserta dan nominal lelangnya. Pelelang tertinggi merupakan pemenang lelang. Acara arisan ini dilaksanakan setiap tanggal 10 atau pada hari Sabtu kedua setiap bulannya. h. Pemenang lelang harus menyelesaikan administrasi paling lambat 2 hari setelah lelang. i. Bagi pemenang arisan secara lelang dapat mengambil sepeda motor ataupun dana tunai. Biasanya yang diperbolehkan mengambil dana tunai adalah peserta yang mendekati akhir putaran. Sedangkan motor yang dimaksud dalam arisan tidak tertentu merknya, karena menyesuaikan dengan keinginan peserta pemenang. j. Bagi peserta yang memilih sepeda motor di atas harga standar sepeda motor yang telah ditentukan panitia, maka peserta wajib menanggung biaya kekurangannya, dan jika sepeda motor yang dipilih ternyata harganya di bawah harga standar, maka jika ada kelebihan dana akan diberikan kepada peserta pemenang lelang.
72
Contoh perhitungannya : 1. Contoh perhitungan selisih harga yang menjadi tanggung jawab peserta arisan pada waktu terjadi kekurangan standar uang arisan. Jika motor yang menjadi kesepakatan diawal yaitu Supra X Spoke Rp 15.275.000. Namun peserta ingin mengambil motor Mega Pro Rp 19.200.000 dan peserta melelang dengan harga Rp 5.000.000. Maka = Harga motor Mega Pro – Harga motor Supra X Spoke = Rp 19.200.000 – Rp 15.275.000 = Rp 3.925.000 Dari perhitungan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa peserta pemenang arisan wajib menyetor pada BMT sebesar Rp 3.925.000 + Rp 5.000.000 = Rp 8.925.000. 2. Contoh perhitungan selisih harga yang menjadi hak peserta arisan pada waktu terjadi kelebihan standar uang arisan. Jika motor yang menjadi kesepakatan diawal yaitu Supra X Spoke Rp 15.275.000. Namun peserta ingin mengambil motor Honda Beat CW Rp 13.250.000 dan peserta melelang dengan harga Rp 5.000.000. Maka = Harga motor Supra X Spoke – Harga motor Honda Beat CW = Rp 15.275.000 – Rp 13.250.000
73
= Rp 2.025.000 Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa peserta pemenang arisan hanya akan membayar nominal lelang sebesar Rp 5.000.000 – Rp 2.025.000 = Rp 2.975.000 k. BPKB akan diberikan bersama setelah semua peserta arisan mendapatkan kendaraan. 2. Keuntungan Jika Mengikuti Arisan Sepeda Motor dengan Metode Lelang Di BMT Amal Mulia Suruh Keuntungan sistem arisan dengan metode lelang di BMT Amal Mulia Suruh adalah sebagai berikut : a. Sistem ini ditangani secara profesional dan diselenggarakan oleh pihak BMT yang berbadan hukum. Akad perjanjian antara peserta arisan dan panitia bertanda tangan di atas materai serta ahli waris mengetahui. b. Ajang silaturahmi, menambah teman, dan relasi. c. Peserta dapat menentukan sendiri kapan ingin mendapatkan sepeda motor. d. Jangka waktu arisan bisa lebih cepat dari perkiraan, karena bilamana sisa menjadi tambahan saldo lelang bulan yang akan datang dan pada bulan tertentubisa dilelang 2 sepeda motor. e. Pemenang lelang terakhir bebas minimal lelang.
74
f. Jika masih ada kas setelah putaran selesai, sisa kas akan dibagikan kepada seluruh peserta. g. Sarana promosi gratis bagi BMT. h. Setoran ringan dan murah dibandingkan dengan kredit di dealer. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut : 1. Jika mengikuti arisan di BMT Amal Mulia : Uang arisan Rp 200.000 x 60 bulan
Rp 12.000.000
Harga lelang
Rp 5.000.000 +
Harga motor
Rp 17.000.000
2. Jika kredit di dealer dengan angsuran rendah (motor Supra X 125 Spoke) : Uang muka
Rp 4.000.000
Angsuran Rp 491.000 x 47 bulan
Rp 23.077.000 +
Harga sepeda motor
Rp 27.077.000
Maka, selisih dari harga motornya adalah Rp 27.077.000 – Rp 17.000.000 = Rp 10.077.000
75
3. Jika mengikuti arisan di BMT Amal Mulia : Uang arisan Rp 200.000 x 60 bulan
Rp 12.000.000
Harga lelang
Rp 5.000.000 +
Harga motor
Rp 17.000.000
4. Jika kredit di dealer dengan angsuran tinggi (motor Supra X 125 Spoke): Uang muka
Rp 3.055.000
Angsuran Rp 525.000 x 47 bulan
Rp 24.675.000 +
Harga sepeda motor
Rp 27.730.000
Maka, selisih dari harga motornya adalah Rp 27.730.000 – Rp 17.000.000 = Rp 10.730.000 B. Kendala yang Ditemui Dalam Arisan Sepeda Motor Di BMT Amal Mulia Suruh serta Strategi Mengatasi Kendala Tersebut 1. Kendala yang Ada a. Ada peserta arisan yang tidak tepat waktu dalam membayar iuran arisan. b. Mencari motor yang diinginkan pemenang lelang terkadang indent. c. Jika ada peserta arisan yang meninggal dunia. d. Jika ada motor peserta hilang/rusak.
76
2. Strategi yang Dilakukan BMT Untuk Mengatasi Kendala yang Ada a. Dikenakan denda sebesar Rp 5.000 per minggu. Selain itu pihak panitia mendatangi rumah peserta untuk menagih. Jika yang tidak tepat waktu membayar iuran arisan adalah peserta yang sudah mendapatkan sepeda motor maka motor tersebut bisa saja ditarik panitia karena BPKB masih dipanitia. b. Mencari dealer yang lain untuk mendapatkan motor yang diinginkan peserta. c. Ahli waris melanjutkan arisan peserta yang meninggal tersebut. Jika ahli waris/orang lain tidak ada yang ingin melanjutkan, maka uang peserta dapat kembali hanya 50 % dan akan diberikan setelah putaran arisan selesai. d. Motor diasuransikan. Besarnya 2 % dari harga motor. Untuk 1 tahun pertama oleh panitia dan tahun berikutnya oleh peserta sendiri namun dibayarkan melalui panitia. C. Preferensi Masyarakat Mengikuti Arisan Sepeda Motor Di BMT Amal Mulia Suruh Frequency Table
77
Keterlibatan
Valid
Peseta Arisan Nasabah BMT Peserta dan Nasabah Total
23 46,0 Frequency Percent 4 8,0 23 46,0 50 100,0
Cumulative 46,0 46,0 Valid Percent Percent 8,0 54,0 46,0 100,0 100,0
Tabel 4.1 Keterlibatan Responden Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yakni 23 orang atau 46 % adalah peserta arisan, 4 orang atau 8 % adalah nasabah BMT, dan 23 orang lainnya atau 46 % adalah peserta sekaligus nasabah BMT. Gender
Valid
Pria Wanita Total
32 Frequency 18 50
64,0 Percent 36,0 100,0
64,0 Valid Percent 36,0 100,0
Cumulative 64,0 Percent 100,0
Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yakni 32 orang atau 64 % adalah pria dan 18 orang atau 36 % adalah wanita.
78
Pendidikan
Valid
SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total
3 Frequency 9 16 22 50
6,0 Percent 18,0 32,0 44,0 100,0
6,0 Valid Percent 18,0 32,0 44,0 100,0
Cumulative 6,0 Percent 24,0 56,0 100,0
Tabel 4.3 Pendidikan Responden Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yakni 3 orang atau 6 % berpendidikan SD, 9 orang atau 18 % SMP, 16 orang atau 32 % SMA, dan 22 orang atau 44 % perguruan tinggi. Usia
Valid
< 20 Th 20 - 30 Th 31 - 40 Th 41 - 50 th > 50 th Total
2 Frequency 15 12 17 4 50
4,0 Percent 30,0 24,0 34,0 8,0 100,0
4,0 Valid Percent 30,0 24,0 34,0 8,0 100,0
Cumulative 4,0 Percent 34,0 58,0 92,0 100,0
Tabel 4.4 Usia Responden Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yakni 2 orang atau 4 % berusia kurang dari 20 tahun, 15 orang atau 30 % berusia 20 hingga 30
79
tahun, 12 orang atau 24 % berusia 31 hingga 40 tahun, 17 orang atau 34 % berusia 41 hingga 50 tahun, dan 4 orang atau 8 % berusia lebih dari 50 tahun. Pekerjaan
Valid
Pelajar/Mhs PNS/TNI/Polri Peg. Swasta Wirausaha Lainnya Total
3 Frequency 7 26 7 7 50
6,0 Percent 14,0 52,0 14,0 14,0 100,0
6,0 Valid Percent 14,0 52,0 14,0 14,0 100,0
Cumulative 6,0 Percent 20,0 72,0 86,0 100,0
Tabel 4.5 Pekerjaan Responden Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yakni 3 orang atau 6 % adalah pelajar/mahasiswa, 7 orang atau 14 % adalah PNS/TNI/Polri, 26 orang atau 52 % adalah pegawai swasta, 7 orang atau 14 % adalah wirausahawan, dan 7 orang atau 14 % berprofesi lainnya. hasila Pendapatan
Valid
< Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000 - 2.000.000 Rp. 2.000.100 - 3.000.000 Rp. 3.000.100 - 4.000.000 > Rp 4.000.000 Total
20 40,0 Frequency Percent 15 30,0 10 20,0 3 6,0 2 4,0 50 100,0
Cumulative 40,0 40,0 Valid Percent Percent 30,0 70,0 20,0 90,0 6,0 96,0 4,0 100,0 100,0
Tabel 4.6
80
Pendapatan Responden Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yakni 20 orang atau 40 % berpenghasilan kurang dari satu juta, 15 orang atau 30 % berpenghasilan satu juta hingga dua juta, 10 orang atau 20 % berpenghasilan dua juta hingga tiga juta, 3 orang atau 6 % berpenghasilan tiga juta hingga empat juta, dan 2 orang atau 4 % berpenghasilan lebih dari empat juta. Pengeluaran
Valid
< Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000 - 2.000.000 Rp. 2.000.100 - 3.000.000 Rp. 3.000.100 - 4.000.000 > Rp 4.000.000 Total
21 42,0 Frequency Percent 19 38,0 8 16,0 1 2,0 1 2,0 50 100,0
Cumulative 42,0 42,0 Valid Percent Percent 38,0 80,0 16,0 96,0 2,0 98,0 2,0 100,0 100,0
Tabel 4.7 Pengeluaran Responden Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yakni 21 orang atau 42 % berpengeluaran kurang dari satu juta, 19 orang atau 38 % berpengeluaran satu juta hingga dua juta, 8 orang atau 16 % berpengeluaran dua juta hingga tiga juta, 1 orang atau 2 % berpengeluaran tiga juta hingga empat juta, dan 1 orang atau 2 % berpengeluaran lebih dari empat juta.
81
Angsuran
Valid
SS S CS Total
13 Frequency 36 1 50
26,0 Percent 72,0 2,0 100,0
26,0 Valid Percent 72,0 2,0 100,0
Cumulative 26,0 Percent 98,0 100,0
Tabel 4.8 Pendapat Responden Tentang Iuran Arisan Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yakni 13 orang atau 26 % sangat setuju bahwa angsuran/iuran arisan termasuk ringan, 36 orang atau 72 % setuju, dan 1 orang atau 2 % cukup setuju. Pembayaran
Valid
SS S CS Total
16 Frequency 33 1 50
32,0 Percent 66,0 2,0 100,0
32,0 Valid Percent 66,0 2,0 100,0
Cumulative 32,0 Percent 98,0 100,0
Tabel 4.9 Pendapat Responden Tentang Sistem Pembayaran Arisan Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yakni 16 orang atau 32 % berpendapat sangat setuju bahwa sistem pembayaran arisan termasuk mudah, 33 orang atau 66 % berpendapat setuju, dan 1 orang atau 2 % berpendapat cukup setuju.
82
Keamanan
Valid
SS S CS Total
16 Frequency 33 1 50
32,0 Percent 66,0 2,0 100,0
32,0 Valid Percent 66,0 2,0 100,0
Cumulative 32,0 Percent 98,0 100,0
Tabel 4.10 Pendapat Responden Tentang Keamanan Uang Arisan Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yakni 16 orang atau 32 % berpendapat sangat setuju mengikuti arisan termasuk aman, 33 orang atau 66 % berpendapat setuju, dan 1 orang atau 2 % berpendapat cukup setuju. Menabung
Valid
S. Terdorong Terdorong C. Terdorong T. Terdorong S.T. Terdorong Total
15 Frequency 25 8 1 1 50
30,0 Percent 50,0 16,0 2,0 2,0 100,0
30,0 Valid Percent 50,0 16,0 2,0 2,0 100,0
Cumulative 30,0 Percent 80,0 96,0 98,0 100,0
Tabel 4.11 Pendapat Responden Tentang Keterdorongan Menabung Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yakni 15 orang atau 30 % merasa sangat terdorong untuk menabung setelah mengikuti arisan, 25 orang atau 50 % merasa terdorong, 8 orang atau 16 % merasa cukup
83
terdorong, 1 orang atau 2 % merasa tidak terdorong, dan 1 orang atau 2 % merasa sangat tidak terdorong. Pembiayaan
Valid
S. Terdorong Terdorong C. Terdorong T. Terdorong S.T. Terdorong Total
6 Frequency 21 8 14 1 50
12,0 Percent 42,0 16,0 28,0 2,0 100,0
12,0 Valid Percent 42,0 16,0 28,0 2,0 100,0
Cumulative 12,0 Percent 54,0 70,0 98,0 100,0
Tabel 4.12 Pendapat Responden Tentang Keterdorongan Pembiayaan Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yakni 6 orang atau 12 % merasa sangat terdorong untuk mengajukan/melakukan pembiayaan setelah mengikuti arisan, 21 orang atau 42 % merasa terdorong, 8 orang atau 16 % merasa cukup terdorong, 14 orang atau 28 % merasa tidak terdorong, dan 1 orang atau 2 % merasa sangat tidak terdorong. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yakni : 1. 23 orang atau 46 % adalah peserta sekaligus nasabah BMT. 2. 32 orang atau 64 % adalah pria. 3. 22 orang atau 44 % berpendidikan perguruan tinggi. 4. 17 orang atau 34 % berusia 41 hingga 50 tahun.
84
5. 26 orang atau 52 % adalah pegawai swasta. 6. 20 orang atau 40 % berpenghasilan kurang dari satu juta setiap bulan. 7. 21 orang atau 42 % berpengeluaran kurang dari satu juta setiap bulan. 8. 36 orang atau 72 % setuju bahwa angsuran/iuran arisan termasuk ringan. 9. 33 orang atau 66 % berpendapat setuju bahwa sistem pembayaran arisan termasuk mudah. 10. 33 orang atau 66 % berpendapat setuju mengikuti arisan termasuk aman. 11. 25 orang atau 50 % merasa terdorong untuk menabung setelah mengikuti arisan. 12. 21 orang atau 42 % merasa terdorong untuk mengajukan/melakukan pembiayaan setelah mengikuti arisan.
85
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil analisis pada BAB IV dapat disimpulkan bahwa sistem arisan dengan metode lelang ini mudah untuk diterapkan/dijalankan. Walaupun terdapat sedikit kendala namun dapat ditangani dengan baik. Arisan ini mempunyai banyak manfaat pula dan preferensi masyarakat mengikuti arisan ini adalah karena angsuran arisan ringan, sistem pembayaran arisan termasuk mudah, dan keamanannya terjamin. B. Saran 1. Sebaiknya membuka arisan sepeda motor tidak hanya di kantor pusat atau daerah Suruh, tetapi juga diperluas hingga ke kantor cabang di daerah Karanggede. 2. Memanfaatkan acara arisan ini untuk lebih mensosialisasikan BMT Amal Mulia dan mengenai ekonomi syariah. 3. Senantiasa meningkatkan kinerja serta profesionalitas dalam melayani masyarakat.
86
DAFTAR PUSTAKA Ali Murtandho, Muh. 2010. Jual Beli Arisan Motor Dengan Sistem Lelang Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di CV. Mandiri Konstiti EMKA Cabang Kota Salatiga. Tugas Akhir Pada Program Studi DIII Perbankan Syariah STAIN Salatiga. Fuad, Ahsin. 2006. Sistem Arisan Kendaraan Dengan Menggunakan Metode Lelang di BMT Al’Muaawanah Bringin Kabupaten Semarang. Tugas Akhir Pada Program Studi DIII Perbankan Syariah STAIN Salatiga. Muflih, Muhammad. 2005. Pelaku Konsumen Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam.Jakarta : Rajawali Pers. Muhammad. 2003. Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi UGM. Rohmah, Nur Hikmatur. 2011. Kendala dan Kesesuaian Sistem Arisan Lelang Sepeda Motor dengan Syariat Islam di BMT Anda Salatiga. Tugas Akhir Pada Program Studi DIII Perbankan Syariah STAIN Salatiga. Sarwat,
Ahmad.
2011.
Hukum
Lelang
Menurut
Islam.
(Online).
http://heregetit.multiply.com/journal/item/51/Hukum-Lelang-MenurutIslam, diakses 9 September 2011). Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta : Kampus Fakultas Ekonomi UII. Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Solo : ISES Publishing. Utama, Ananda. 2012. Teori Pengambilan Keputusan. (Online). (http://anandautama04.blogspot.com/2012/04/teori-pengambilankeputusan.html, diakses tanggal 13 Juli 2012).
87
LAMPIRAN
88
BIODATA PENULIS Nama
: Dwi Desi Mambang Melati (Desi)
TTL
: Jakarta, 9 Desember 1990
Alamat
: Kaworan, Sranten, Karanggede, Boyolali
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD N Gandaria Utara 07 SMP N 19 SMA N 1 Karanggede STAIN Salatiga
Email
:
[email protected] [email protected]
89
DAFTARPERTANYAAN PREFERENSI MASYARAKAT MENGIKUTI ARISAN SEPEDA MOTOR DI BMT AMAL MULIA SURUH
A. IsilahidentitasAndadengansebenar-benarnya. Nama
: _________________________
Alamat
: _________________________
Apakah Anda sebagai
Peserta Arisan Nasabah BMT
B.
BerilahTandaSilang
(X)
Pada
Salah
SatuPilihanJawaban
yang
SesuaidenganAnda. 1. Jenis Kelamin a. Pria b. Wanita 2. Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA/Sederajat d. PerguruanTinggi/Akademi 3. Usia a. <20
90
b. 20-30 c. 31-40 d. 41-50 e. >50 4. Pekerjaan a. Pelajar/Mahasiswa b. PNS/TNI c. PegawaiSwasta d. Wirausaha e. Lainnya 5. JumlahPendapatanTiapBulan a. <1.000.000 b. 1.000.000-2.000.000 c. 2.000.100-3.000.000 d. 3.000.100-4.000.000 e. >4.000.000 6. JumlahPengeluaranTiapBulan a. <1.000.000 b. 1.000.000-2.000.000 c. 2.000.100-3.000.000 d. 3.000.100-4.000.000
91
e.>4.000.000 C. TANGGAPAN PESERTA ARISAN SEPEDA MOTOR 1. ApakahAndasetuju bahwa angsuranarisansetiapbulantermasuk ringan? a. Sangat Setuju b.Setuju c. Cukup Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju 2. ApakahAndasetuju bahwa sistempembayaranarisanmudah? a. SangatSetuju b. Setuju c. Cukup Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju 3. ApakahAndasetuju bahwa mengikuti arisan di BMT Amal Mulia termasuk aman? a. SangatSetuju b. Setuju c. Cukup Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
92
4. ApakahsetelahmenjadipesertaarisanAndaterdorong menabung di BMT AmalMulia? a. Sangat Terdorong b. Terdorong c. Cukup Terdorong d. Tidak Terdorong e. Sangat Tidak Terdorong 5.
Apakah
setelah
menjadi
peserta
arisan
Anda
terdorong
mengajukan/melakukan pembiayaan di BMT Amal Mulia? a. Sangat Terdorong b. Terdorong c. Cukup Terdorong d. Tidak Terdorong e. Sangat Tidak Terdorong
93