Widjaja Martokusumo
Rehabilitasi dan Redesain Rumah F Observatorium Bosscha ITB Januari 2012
Prakata Laporan Rehabilitasi dan Redesain Rumah F ini memuat informasi tentang proses pemanfaatan dan perancangan ulang Rumah F di observatorium Bosscha FMIPA ITB, Lembang. Sebagai salah satu fasilitas hunian yang dinilai memiliki nilai signifikansi budaya, bangunan dengan konstruksi kayu ini merupakan bagian dari sejarah perkembangan observatorium. Sebagaimana diketahui, observatorium Bosscha FMIPA ITB juga telah ditetapkan sebagai Objek Vital Nasional (Obvitnas) pada tahun 2008. Saat ini terdapat sejumlah bangunan di dalam lingkungan observatorium Bosscha FMIPA ITB berada dalam kondisi fisik yang buruk dan terkesan terlantar, termasuk Rumah F ini. Rehabilitasi dan redesain Rumah F merupakan bagian dari implementasi rencana pengembangan SSCB (Space Science Centre Bosscha). Kegiatan ini harus dipahami pula sebagai upaya untuk memberdayakan, memelihara aset/fasilitas bangunan yang selama ini terlantar, sekaligus upaya proteksi terhadap kemungkinan intervensi pihak luar yang dapat menganggu kinerja Obvitnas tersebut. Pemanfaatan bangunan Rumah F sebagai Wisma Tamu, merupakan salah satu solusi dalam pengelolaan aset-aset berupa bangunan di lingkungan Observatorium Bosscha. Leih lanjut laporan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi proses perencanaan/perancangan Rumah F, dan sekaligus merupakan catatan dokumentasi kegiatan pemanfataan aset bangunan bersejarah di kampus ITB. Bandung, Januari 2012 Widjaja Martokusumo
i
Daftar Isi Prakata .................................................................................... Daftar Isi ......................................................................................
i ii
I.
Latar Belakang ...................................................................
1
II Kondisi Fisik Bangunan Rumah F ............................. II.1 Permasalahan ................................................................... II.2 Signifikansi Rumah F ................................................
3 3 4
III Fungsi Baru Rumah F
7
...............................................
IV
Konsep Perancangan ................................................ IV.1 Arsitektur ................................................................... IV.2 Aspek Struktur dan Konstruksi ............................. IV.3 Arsitektur Interior ................................................ IV.3.1 Konsep Interior ...................................... IV.3.2 Konsep Skema Warna ............................. IV.4 Mekanikal dan Elektrikal ......................................
7 7 12 15 15 16 18
V
Kesimpulan
..................................................................
20
Daftar Pustaka ............................................................................ Tim Perencana ............................................................................ Surat Tugas Direktorat Pembangunan ITB ...........................
20 22 23
ii
I
Latar Belakang
Observatorium Bosscha FMIPA ITB Lembang telah ditetapkan sebagai Objek Vital Nasional (Obvitnas) pada tahun 2008. Saat ini terdapat sejumlah bangunan milik Observatorium Bosscha FMIPA ITB yang berada dalam kondisi fisik yang buruk dan terkesan terlantar. Keadaan ini berpotensi menimbulkan gangguan dari lingkungan sekitar yang dipastikan akan menghambat kinerja kegiatan observatorium Bosscha.
Gambar 1.1 Lokasi Rumah F Bosscha
ITB pada tahun 2011 ini melalui Direktorat Pengembangan telah membentuk tim kerja yang terkait dengan rencana pengembangan ITB Multikampus untuk menangani persoalan yang ada di lingkungan Observatorium Bosscha (Surat Tugas Direktur Pengembangan No. 151a/l1.B02.3/KP/2011). Dalam jangka pendek konsentrasi penanganan dilakukan terhadap sejumlah fasilitas milik Observatorium Bosscha, termasuk pekerjaan perbaikan (rehabilitasi) bangunan kayu 1
Rumah F dan penataan ulang (redesain) serta pemanfaatan kembali bangunan ex-PMDC. Kegiatan penataan fisik ini merupakan tindak lanjut hasil studi kajian tim khusus tentang Penanganan Kawasan Cagar Budaya Observatorium Bosscha Lembang. Secara umum, Observatorium Bosscha merupakan salah satu gerbang ITB yang menghubungkan ITB dengan dunia luar (masyarakat umum). Hasil studi juga merekomendasikan dibentuknya Space Science Centre Bosscha (SSCB). Adapun tim khusus Bosscha tersebut dibentuk oleh RektorITB melalui SK No. 115/SK/K01/KP/2006 untuk menangani berbagai persoalan yang menyangkut lingkungan sekitar Observatorium Bosscha, FMIPA-ITB, di Lembang, serta menginventarisasi kembali aset-aset ITB yang berada di Lembang.
Gambar 1.2 Kondisi Fisik Rumah F Bosscha (Dok. 2010)
2
II
Kondisi Fisik Bangunan Rumah F
II.1 Permasalahan Rumah F merupakan bangunan rumah tinggal berlantai dua, dan memiliki luas kurang lebih ± 200m2. Rumah F sendiri merupakan salah satu dari kelompok rumah tinggal yang perlu dipertahankan dan dilestarikan. Salah satu pertimbangannya adalah bangunan ini memiliki struktur rangka dengan bahan utama dari kayu (timber construction). Material dinding bangunan ini didominasi oleh kayu, sedangkan untuk dinding dapur dan kamar mandi/WC menggunakan material batu bata, dengan batu kali sebagai pelapis dinding tersebut. Pertimbangan kedua, adalah bangunan tersebut kini berada dalam kondisi yang buruk dan membahayakan (baufällig). Hingga saat ini, belum ada informasi ataupun dokumen akurat tentang waktu pembangunan bangunan tersebut. Informasi atau dokumentasi yang ada di Observatorium Bosscha berupa gambar data pengukuran yang diperkirakan dibuat secara manual sekitar tahun 1960an, dan data digital hasil pengukuran ulang tahun 2009.
Gambar 2.1 Bagian Muka Rumah F (Dok. 2010) 3
Saat pekerjaan ini dilakukan ini (2011) kondisi bangunan Rumah F ini sudah sangat memprihatinkan dan tidak layak huni. Rumah ini sempat lama dikosongkan setelah ditinggalkan oleh penghuni yang memasuki masa purnabakti. Meski kemudian bangunan ini sempat diperbaiki dan ditinggali, tetap saja bangunan ini tidak layak untuk dihuni. Ditinjau dari segi fisik, bangunan ini telah mengalami kerusakan yang kronis dan kondisinya sangat rentan, karena struktur utama penyangga lantai atas (kolom, balok cincin dan balok induk/balok anak) dan konstruksi atap sudah mengalami perubahan bentuk. Oleh karenanya, kondisi Rumah F tersebut sudah sangat membahayakan untuk ditinggali. Diduga kondisi ini diakibatkan karena tidak adanya perawatan, dan pemanfaatan/penggunaan yang kurang baik dan tidak benar. Kerusakan yang terjadi juga karena sejumlah faktor eksternal, misalnya adanya penurunan permukaan tanah, dan kondisi lingkungan observatorium yang relatif sangat rawan, karena berdekatan dengan sesar Lembang. Selain itu ada dugaan bahwa tanah pada tapak bangunan telah mengalami longsor (landslide) yang menyebabkan lantai dasar bangunan menjadi terbelah dan miring ke arah selatan, serta berakibat kepada kegagalan konstruksi bangunan untuk menumpu lantai/bagian atas. Hal ini terlihat secara kasat mata, bahwa bagian belakang bangunan (sisi selatan) mengalami penurunan, sekitar 15-20 cm. Selain itu, sejumlah elemen penting bangunan, seperti tiang/kolom kayu, dinding eskterior papan kayu, dan kusen-kusen berada dalam kondisi lembab, dan rusak diserang rayap. Sebagian besar dinding penyekat yang terbuat dari anyaman bambu (gedeg) juga mengalami kerusakan (proses pelapukan) yang sangat parah. II.2 Signifikansi Rumah F Bangunan Rumah F ini merupakan satu-satunya bangunan di lingkungan observatorium Bosscha yang materialnya didominasi oleh material kayu. Meski tidak ada informasi tentang usia bangunan, dari data dokumentasi pengukuran diperkirakan usia bangunan ini sudah mencapai 50 tahun; yakni batas waktu/usia sebuah bangunan untuk layak dilestarikan. Selain itu bangunan ini merupakan salah satu 4
bangunan rumah tinggal di dalam kawasan observatorium yang memiliki langgam arsitektur yang unik. Bangunan tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan kembali dengan melakukan penyesuaianpenyesuain fisik, khususnya di bagian interior bangunan.
Gambar 2.2 Kerusakan yang Terjadi pada Rumah F (Dok. 2010) 5
Dari aspek pelestarian, maka rehabilitasi bangunan dipilih tidak saja untuk mengakomodasi fungsi, tapi juga untuk mempertahankan keaslian wajah bangunan, sehingga penggunaan kayu sebagai material utama sangat direkomendasikan. Rehabilitasi sendiri adalah upaya untuk mengembalikan dan/atau memulihkan kondisi bangunan, fabric dan/atau objek yang telah mengalami penurunan kualitas, kerusakan, degradasi kepada kondisi asli hingga dapat berfungsi dengan baik. Dalam prakteknya upaya rehabilitasi dikaitkan sebagai upaya adaptasi bangunan untuk penggunaan fungsi baru/modern, dan pada bangunan lama dilakukan dengan mempertahankan fasad bangunan (facadism) dan dilakukan penyesuaian ruang dalam untuk menampung kegiatan/fungsi yang baru.
Gambar 2.3 Suasana di dalam bangunan Rumah F (Dok. 2010)
6
III Fungsi Baru Rumah F Dengan mempertimbangkan bangunan Rumah F yang memiliki nilai historis, maka rencana pemanfaatan bangunan ini tidak boleh sampai mengganggu signifikasinya (requirement for rentention of significance). Oleh karenanya rencana pemanfaatan harus seminimal mungkin merubah tampilan dan mengintervensi bentuk keseluruhan bangunan, meskipun diyakini ada penyesuaian-penyesuaian di bagian interior. Rumah F diputuskan untuk tetap menjadi fasilitas hunian dalam mendukung rencana implementasi SSC Bosscha FMIPA ITB. Fasilitas hunian ini direncanakan sebagai wisma tamu (guest house) yang diperuntukan bagi para peneliti muda dan mahasiswa (asing maupun nasional), yang terlibat dalam suatu kegiatan penelitian yang dilakukan di lingkungan Observatorium. Adapun ruang-ruang yang akan diakomodasi wisma tamu (guest house) ex-Rumah F antara lain : a. 5 kamar tidur, dengan kapasitas total hunian 8-10 orang b. 1 Ruang duduk/bersama c. 1 Dapur/pantry dan d. 1 Ruang Makan/diskusi dan e. 1 Kamar Mandi dan 1 WC IV Konsep Perancangan IV.1 Arsitektur Dengan mempertimbangkan signifikansi bangunan Rumah F dan rencana pemanfaatan kedepan sebagai sebuat wisma tamu (guest house), maka gagasan yang ditawarkan di sini adalah mengembalikan bentuk dan tampilan eksterior bangunan Rumah F ke kondisi asli/awal. Hal ini dilakukan dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian fisik, khususnya di bagian interior bangunan, terhadap kebutuhan fungsi baru sebagai wisma tamu (rehabilitasi). Mengingat kondisi fisik bangunan saat ini sangat tidak layak huni, maka direkomendasikan untuk mengganti elemen-elemen bangunan yang rusak, dan menggantikannya dengan elemen yang kurang lebih 7
sama. Dengan pertimbangan teknis dan keamanan, maka sebagian besar bangunan diperkirakan harus dibongkar dan dibangun kembali (rekonstruksi) dengan menggunakan elemen dan material yang setara/sama. Dalam kaitan ini, sedapat mungkin perbaikan Rumah F ini juga tetap menggunakan material asli/material kayu untuk menjaga keaslian bentuk Rumah F yang unik. Untuk bagian servis dan pelayanan seperti dapur dan kamar mandi akan dilakukan penyesuaian material, namun untuk penampilan luar tetap akan menggunakan material batu bata/batu kali sebagaimana aslinya. Secara garis besar konsep perancangan bangunan ini mencoba menghadirkan kembali (mempertahankan) tampilan asli eksterior, sedangkan untuk bagian interior bisa dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan fungsional yang baru.
Gambar 4.1 Rencana Tapak Rumah F
8
Gambar 4.2 Rencana Lantai Dasar
Gambar 4.3 Rencana Lantai 1
9
Gambar 4.4 Tampak Depan (Utara) Rumah F
Gambar 4.5 Tampak Belakang (Selatan) Rumah F
10
Gambar 4.6 Tampak Samping (Timur) Rumah F
Gambar 4.7 Tampak Samping (Barat) Rumah F 11
IV.2 Aspek Struktur dan Konstruksi 1. Hasil- hasil pemeriksaan visual mengindikasikan hal-hal sbb.: a. Kondisi pondasi batu kali masih cukup baik, tetapi terdapat retakan-retakan kecil yang menandakan terjadinya deformasi. b. Lantai atap terjadi deformasi, kebanyakan disebabkan lapuknya komponen-komponen struktur (balok, lantai dan kolom kayu ) c. Dinding kayu terjadi deformasi yang disebabkan oleh lapuknya dinding. 2. Usulan Perbaikan : a. Konstruksi Lantai /Atap Kayu : • Konstruksi atap dan lantai kayu direstorasi (diganti dengan konstruksi yang baru). • Pada sambungan-sambungan balok-balok kayu diperkuat dengan pen dari pelat baja dan bout. b. Konstruksi Pondasi Batu Kali : • Pada pondasi batu kali diperkuat oleh balok pengikat pondasi (Tie-Beam) yang terbuat dari beton bertulang. • Untuk menambah kestabilan dari pondasi batu kali, pada setiap sudut/dudukan kolom-kolom lantai, pondasi batu kali diperkuat dengan pondasi dalam/pondasi tiang Strausz diameter 30 cm (Hand Boring), kedalaman pondasi Strausz diperkirakan 3 s/d 5 meter. c. Pemadatan Tanah pada lantai Rumah. Melihat kondisi lantai Rumah F sekarang perlu dilakukan pemadatan kembali pada lantai rumah dan sekeliling pondasi. Untuk mencegah serangan rayap dan serangga perlu dilakukan “penyuntikan anti rayap” di sekeliling bangunan.
12
Gambar 4.8 Potongan Bangunan (1)
Gambar 4.9 Potongan Bangunan (2) 13
Rumah Kayu Tahan Gempa (Sumber: WSSI, T. Boen, 2006)
14
IV.3 Arsitektur Interior IV.3.1
Konsep Interior
Semangat utama dalam merenovasi Rumah F adalah memperbaiki fungsi dan keadaan rumah bersejarah kembali menjadi baik, dengan tidak merubah bentuk asal rumah. Oleh karenanya, konsep interior pun memiliki fokus yang sama, yakni elemen interior dirancang untuk dapat secara nyaman berfungsi memenuhi aktifitas kehidupan modern. Secara garis besar pekerjaan interior terbagi dua atas interior melekat (pelapis lantai, dinding, langit-langit) dan interior lepas (furniture, saniter dan appliances). Suasana yang tercipta dalam ruangan juga didukung dengan unsur pencahayaan, pemilihan material dan warna, bentuk, dimensi dan ergonomi serta unsur lainnya seperti akustik dan temperatur ruangan yang nyaman. Sebagai guest house Rumah F akan menawarkan suasana nyaman, tenang, cerah dan inspiratif bagi peneliti. Untuk itu diusulkan pemakaian perabot yang lebih bersahaja dan modern (sleek) untuk menghindari kesan terlalu padat. Sebagai contoh: sebagian dinding rumah adalah papan susun vertikal dengan naad, dan beberapa bagian merupakan lemari tanam (built-in) yang tetap dipertahankan fungsinya. Pemilihan material untuk interior melekat disesuaikan dengan pilihan arsitek, yakni lantai homogenous tile dan kayu kamper untuk dinding dan lantai. Kapasitas Rumah F sebagai wisma tamu direncanakan untuk menampung 10 orang/peneliti, dengan fasilitas tempat tidur memakai matras base, nakkas, sebagian kamar dilengkapi dengan meja kerja dan lemari pakaian. Rumah ini juga dilengkapi dengan ruang tengah dengan sofa 4-seater dan satu ottoman, dengan karpet sport untuk memberi suasana lebih hangat dan nyaman. Ruang makan yang mengalir dengan ruang tengah/duduk dilengkapi dengan meja makan besar untuk 10 orang yang dapat juga berfungsi sebagai meja rapat. Kamar mandi ditata secara modern terdiri atas dua kamar mandi, satu kamar mandi utama dengan shower, kloset dan meja vanity, serta satu kamar mandi kecil dengan fasilitas kloset dan wastafel saja. 15
Finishing kayu pada interior melekat bervariasi antara cat duco putih untuk kusen, cat duco warna untuk pintu dan melamik natural untuk bagian dinding dan balok. Sedangkan bagian furniture tanam dan lepas dikombinasikan dengan pemakaian pelapis HPL (High Pressure Laminated Board). Penyelesaian kaki furniture, khususnya di lantai bawah memakai bahan stainless untuk menghindari rayap dan kelembaban yang tinggi di daerah Lembang. Jendela dilengkapi dengan tirai untuk kenyamanan dan keamanan penghuni. IV.3.2
Konsep Skema Warna
Hal yang mendasari pemikiran dalam menyusun skema warna interior Rumah F dikaitkan dengan upaya pengembalian bentuk asal rumah yang merupakan rumah kayu. Upaya pengembalian ini juga diwujudkan dengan menawarkan penggunaan warna-warna cerah. Skema warna ini diambil dari warna dasar kayu dengan finishing natural untuk jenis kayu pinus pada bagian papan dinding, kayu kamper Samarinda untuk balok dan kolom struktur, serta kayu kamper Medan untuk bagian lantai atas yang juga merupakan plafon expose. Skema warna pada bagian interior melekat (lantai, dinding dan plafon) disesuaikan dengan suasana rumah kayu dengan kombinasi warna-warna netral yang lebih menyatu (blend). Untuk bagian lantai pada ruang tengah dan ruang makan dipilih jenis lantai granite dengan warna abu-abu yang bersifat netral, dan memudahkan perawatan.
Gambar 4.10 Suasana pada Ruang Duduk dan Ruang Makan 16
Bagian dinding ruangan dominan warna putih sesuai dengan aslinya. Sedangkan sebagian dinding merupakan lemari tanam (built-in wardrobe) memakai bahan menggunakan pelapis HPL dengan motif kayu berwarna coklat muda, untuk memberikan kesan terang dan luas.
Gambar 4.11 Suasana dan Skema Warna pada Kamar Tidur
Bagian langit-langit dengan finishing natural kayu kamper menghasilkan warna coklat yang lebih tua, sehingga memberi keseimbangan terhadap warna lantai. Furniture yang juga bermotif dasar kayu untuk meja dan kursi makan dengan pilihan warna kayu coklat muda yang terang, dikombinasikan dengan kain pelapis kursi (fabric) berwarna gelap, yakni biru tua. Demikian pula untuk warna kain pelapis sofa. Kombinasi kontras kayu terang dan fabric berwarna gelap memberikan kesan modern dengan gaya Eropa sesuai dengan sejarah yang melekat pada bangunan ini. Pada ruangan ini juga terdapat perapian yang dikembalikan pada warna bata, yakni terracotta. 17
Pada bagian kamar mandi dipilih skema warna bernuansa netral dan terang untuk memberikan kesan bersih. Warna yang dipilih adalah krem, putih dan abu-abu muda. Pada bagian dapur, skema warna yang sama diberi sedikit aksen warna oranye pada bagian lemari kabinet. Untuk kamar tidur di lantai bawah skema warna juga tetap berkisar pada warna yang terang dan netral dengan lantai yang sama, yakni abuabu. Sedangkan di lantai atas dipilih pelapis lantai bahan vinyl dengan motif kayu berwana coklat muda.
Gambar 4.12 Suasana Dapur dan Kamar Mandi
Bagian menarik pada bangunan yang hampir seluruhnya menggunakan warna netral adalah elemen pintu. Elemen pintu didominasi oleh warna-warna cerah, yakni oranye dan hijau muda untuk dua kamar di lantai bawah, dan warna biru, ungu dan merah untuk tiga kamar di lantai atas. Konsep warna pintu ini juga ditujukan untuk penanda identifikasi ruangan. Jadi, penanda ruangan bukan memakai nomor atau nama tertentu, tetapi dibedakan menjadi Kamar Oranye, Hijau, Biru, Ungu dan Merah. IV.4
Mekanikal dan Elektrikal
Rumah F adalah bangunan rumah berlantai dua, dengan lima kamar tidur, dengan pembagian sbb.: dua kamar di lantai dasar dan tiga kamar di lantai atas. Ruang tamu, ruang makan dan dapur berada 18
di lantai bawah, dan terdapat ruang bersama di lantai atas. Jumlah penghuni maksimum adalah 10 orang. Sistem mekanikal dan elektrikal Rumah F, dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut : 1. Sistem Penyediaan Air Bersih Kebutuhan air bersih masksimum sesuai jumlah penghuni adalah 2.500 liter per hari. Sumber air bersih didapat dari pipa penyalur air bersih komplek observatorium, ditampung di reservoir. Sebagian air hujan dari talang air hujan disaring untuk dimasukkan ke reservoir sebagai tambahan air bersih (rainwater harvesting). Distribusi air bersih dilakukan dengan pompa submersible dan tangki tekan yang diletakkan di dalam reservoir. Air bersih disalurkan ke 1 buah kamar mandi / WC, 1 buah WC dan dapur. 2. Sistem pembuangan air limbah Air kotor dari dua buah WC disalurkan ke biotank kapasitas 2 m3. Keluaran dari pengolah limbah Biofil dimasukkan ke bak resapan kemudian terus dialirkan kedalam pipa resapan. Air bekas dari lubang pembuangan air di kamar mandi (floor drain) dan bak cuci (sink) disalurkan kedalam bak resapan dan pipa resapan. 3. Sistem drainase air hujan Air hujan sebagian disaring untuk dimasukkan ke reservoir air bersih, sedangkan sisa yang lain dimasukkan kedalam bak resapan untuk diresapkan lebih lanjut ke tanah. 4. Sistem penyediaan daya listrik Beban listrik tersambung sebesar 4.600 VA. Sambungan PLN dipasang sebesar 4.400 VA. Sebagian besar lampu penerangan menggunakan lampu down light. Di kamar-kamar digunakan lampu meja, sedangkan di ruang bersama digunakan lampu tiang (standing lamp). Lampu penerangan luar menggunakan lampu dinding dengan sorotan ke bawah, untuk mengurangi polusi cahaya. Lampu sorot ke bangunan Rumah F (termasuk lampu menuju ke Rmah F pada jalan setapak) dioperasikan dengan sensor gerak, sehingga hanya menyala (on) saat ada orang yang lewat dan akan mati (off) setelah waktu tunda tertentu. Outlet daya penggunaan umum dipasang di tiap ruangan. Disediakan outlet daya khusus untuk peralatan dapur, kulkas, televisi, dan pompa. 19
5. Sistem penyediaan gas Gas digunakan untuk pemanas air kamar mandi dan dapur. Diletakkan di dekat reservoir (di luar bangunan rumah), beserta tabung gas cadangan. Untuk itu, disediakan pipa penyalur gas dari tabung gas ke pemanas air, sedangkan tabung gas untuk dapur (memasak) diletakkan dibawah kompor di dapur. V
Kesimpulan
Rehabilitasi Rumah F merupakan bagian dari implementasi rencana SSCB, dan kegiatan penataan ini harus dipahami sebagai upaya untuk memberdayakan, sekaligus pemeliharaan aset/fasilitas bangunan yang selama ini terlantar. Lebih jauh lagi, sekaligus sebagai upaya proteksi terhadap kemungkinan intervensi pihak luar yang dapat menganggu kinerja Obvitnas Observatorium Bosscha. Pemanfaatan bangunan Rumah F sebagai Wisma Tamu, merupakan salah satu upaya cerdas dalam pengelolaan aset-aset berupa bangunan di lingkungan Observatorium Bosscha, yang sudah ditetapkan sebagai salah satu Obvitnas sejak 2008. Terkait dengan implementasi rencana SSCB, rehabilitasi Rumah F dengan tetap mempertahankan konstruksi rangka dan dominasi material kayu masih memerlukan penyesuaian-penyesuaian fisik. Oleh karenanya, sangat direkomendasikan untuk melakukan pencatatan dan dokumentasi pada semua elemen dan kompenen penting bangunan, seperti: pintu, jendela, bukaan, detail-detail khusus, misalnya sambungan kayu, bentuk konstruksi jendela dan lain-lain, termasuk dokumentasi proses rehabilitasinya. Daftar Pustaka Albert, Heike C. dan Brinda, Mark R., Changing Approaches to Historic Preservation in Quedlinburg, Germany, Urban Affairs Review, Vol. 40, no .3, January 2005, hal. 390-401. Boen, Teddy. (2006). Pedoman-Teknis-Rumah-Bangunan-Tahan-Gempa dan Persyaratan Rumah Kayu Tahan Gempa, Ditjen-Cipta-Karya-DPU 20
Bundesarbeitskreis Altbauerneuerung e.V. (Eds.). Institut für Bauforschung (2006). Bauen im Bestand. Schäden, Maβnahmen und Bauteile-Katalog für die Altbauerneuerung, Media-Print-Informationstech-nologie GmbH, Paderborn Burns, J.A. (2004). Recording Historic Structures, John Willey & Sons, New Jersey Fire-TECH WG6. (2003). Fire Risk Assessment Methods, Draft Final Report, www.framemethod.net/ diunduh tanggal 22 Maret 2012 Ikaputra, D. (2011). Reconstructing Heritage Post Earthquake. The case of Kotagede, Yogyakarta Indonesia. Journal of Basic and Applied Scientific Research, 1(11) 2364-2371 Martokusumo, W. (2011). Contesting The Past: Between Authenticity and Urban Conservation. Asean Journal on Hospitality and Tourism. Vol. 10, 1, July Peraturan Daerah Kota Bandung no. 19 tahun 2009 tentang Pengelolaan Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya Schmidt, L. (2008). Architectural Conservation: An Introduction, WestkreutzVerlag GmbH, Berlin Undang-undang Republik Indonesia no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan dan Gedung Undang-undang Republik Indonesia no. 10 tahun 2011 tentang Cagar Budaya _________. (2006). Kajian Space Science Centre Bosscha (SSCB). Tim Bosscha ITB _________. (2011) Laporan Penyusunan Rancangan Terinci Rumah F. Observatprium Bosscha FMIPA ITB Lembang, Direktrat Pengembangan ITB _____________. Permen LH No.11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi AMDAL; lampiran 1 no. 2 poin H -15 __________: Peraturan Daerah Jawa Barat No. 1/2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara. __________: Undang-Undang no 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya __________: Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM.51/OT.007/MKP/2004 yang menetapkan Observatorium Bosscha sebagai Benda Cagar Budaya Nasional.
21
Tim Perencana Ketua: Dr.-Ing. Ir. Widjaja Martokusumo Arsitek: Dory A. Purnawarman, MT Asisten Arsitek: Fajrin Aziz, Gede Bayu PW, Tirza Hutagalung, Apriyanto Rochmad Nugroho Interior: Ir. Astri Rosalin, MT Teknik Sipil: Ir. Onni Sarwani, Ir. M. Taufik Thaib Mekanikal/Elektrikal: Ir. Budiyanto, MT Cost Estimator: Ir. M. Agus Ridwan
Perspektif Suasana 22
23