Pragmen Wayang Sudamala Oleh I Gusti Putu Sudarta
Konsep Garapan ini berangkat dari ceritra Sudamala yaitu Sahadewa meruwat Batari Durga sehingga kembali menjadi Dewi Uma. Pola garap pragmen wayang ini mengeksplorasi elemen-elemen wayang kulit dan drama tari (tradisi Bali). Layar dan wayang dijelajahi selua-luasnya, baik itu bentuk, teknis dan unsure-unsur estetikanya. Layar yang dipergunakan tidak diseting statis (ditancapkan atau digantung), namun bergerak dinamis yang dimanipulasi oleh 2-3 orang penari. Layar disamping berfungsi sebagai media memproyeksikan bayangan wayang, juga berfungsi sebagai property, back ground, symbol dan pembatas ruang arena yang sangat luas. Wayang dimainkan di belakang dan depan kelir, bahkan pada adegan tertentu wayang juga dimainkan oleh penari di tengah-tengah arena. Penari yang menjadi pemeran tokoh bertransformasi menjadi wayang atau sebaliknya, wayang bertransformasi menjadi manusia. Pada adegan tertentu wayang berdialog dengan tokoh di depan layar. Penari-penari tokoh semuanya berdialog langsung baik itu dengan tembang (nyanyian) maupun dengan ucapan. Tembang banyak dilantunkan sebagai ungkapan perasaan atau sebagai pengganti dialog. Musik mempergunakan gamelan Gong Kebyar dengan bentuk komposisi baru yang tidak biasa dalam model komposisi tradisi gong kebyar. Banyak elemen-elemen dan konsep music baru yang digarap dalam lagu-lagu ini yang mendapat inspirasi dari music barat, India, Africa dan Asia sesuai dengan latar belakang composer (latar belakang musiknya), yang berusaha didialogkan dan dipadukan dengan gamelan gong kebyar yang bersifat dinamis. Komposisi music ini terdengar baru, unik dan tidak biasa walaupun masih mempergunakan gong kebyar.
Sinopsis Kunti Dewi merasa gundah dan khawatir akan keselamatan putranya Panca Pandawa yang sedang berperang menghadapi Kalantaka dan Kalanjaya yang membantu Korawa. Kunti lalu melakukan puja Durga Astawa memohon keselamatan Panca Pandawa kehadapan Dewi Durga. Dewi Durga berkenan mewujud dihadapan Kunti dan menjanjikan keselamatan putranya asalkan Sahadewa putra Madri dihaturkan sebagai sesaji persembahan kepeda Dewi Durga.
Kunti tidak menyanggupi permintaan Dewi Durga karena rasa sayangnya kepada Sahadewa. Kalika yang mengetahui kebimbangan Kunti lalu mempengaruhi pikiran Kunti
sehingga
dalam
kemarahannya
menyeret
Sahadewa
ke
kuburan
dan
mempersembahkannya kepada Dewi Durga.
Siwa memberi anugerah kepada Sahadewa sehingga Durga tidak kuasa untuk membunuhnya. Dengan senjata Tebusala sahadewa meruwat Durga kembali sebagai Dewi Uma. Sahadewa diberkati sebagai Sudamala, yaitu manusia yang jernih pikirannya sehingga bisa mendengar bisikan nurani yang melenyapkan segala kekotoran bathin.
Sahadewa (Sudamala) pergi dari kuburan bertemu dengan pertapa Tambapetra di pertapaan Prangalas. Sudamala berhasil menyembuhkan sakit Tambapetra dari kebutaan sehingga bisa melihat dengan sempurna. Sebagai rasa syukurnya Tambapetra menyerahkan kedua putrinya (Ni Soka dan Ni Pedapa) sebagai istri Sudamala. Sudamala bertemu dengan kakaknya Nakula dan mereka bersama-sama berperang membantu kakaknya Pandawa melawan raksasa Kalantaka dan Kalanjaya (anak buah Durga yang membantu Korawa).
Raksasa Kalantaka dan Kalanjaya diruwat oleh Sudamala
(Sahadewa) kembali menjadi gandarwa (dewa) dan pergi ke kahyangan (sorga).
PRAGMEN WAYANG SUDAMALA SCENE BREAKDOWN
Sce ne 1.
Mi ns
Scene Name
Kayonan
Action
2.
Adegan Siwa dan Uma
3.
Kunti memuja Durga di kuburan untuk keselamatan Pandawa
Dalang menari ke dalam stage membawa kayonan yang digerakan seirama dengan suasana lagu yang ditembangkan oleh sang dalang sendiri. Di layar belakang muncul bayangan image Ilahi atau kayonan kluwung. Setelah berada di depan kelir wayang lemah, sang dalang mengucapkan panglangkara, pelan-pelan kelir fleksibel yang telah diseting di depan kelir wayang lemah digerakan dan digetarkan naik, lalu bergerak kedepan sang dalang, dibentangkan menjadi seperti layar segi empat panjang, sehingga bayangan wayang bisa direfleksikan ke layar.(Gending petegak mulai 0:00-1:38) Bayangan dua kayonan memenuhi layar digerakan sesuai dengan komposisi lagu. Pada bagian transisi ke adegan berikutnya layar fleksibel digetarkan dan digerakan ke depan sehingga dalang ada di balik kelir. Wayang Siwa dan Uma muncul di layar fleksibel. Roman Siwa dan Uma. Uma menolak hasrat Siwa. Siwa marah lalu Uma dikutuk menjadi Durga dan berada di kuburan. (Gending 2:09-2:56) Layar ditarik oleh Durga (dalang) dan diseting lagi di depan wayang lemah (atau alternative lain). Kunti (penari) memasuki stage, menari dan melantunkan tembang. (gending 3:29 Pandawa di alas sebagai transisi dilanjutkan dengan Gending 4:50) Setelah sampai di depan kelir wayang lemah Kunti melakukan gerakan-gerakan sembahan, mudra, suku tunggal memuja Durga. Dengan melantunkan tembang dan mantram Durga Astawa. Kelir fleksibel bergerak dan bergetar dinaikan pelan-pelan, lalu bayangan Durga muncul di layar. Kelir diturunkan sedikit, kemudian bayangan berubah menjadi Durga (penari yang diperankan oleh
4.
Sahadewa dan Durga
5.
Sudamala meruwat Durga
6.
Asrama Tambapetra
dalang). Dialog Kunti dan Durga. Durga minta Sahadewa dibawa ke kuburan sebagai persembahan, Kunti menolak. Kalika memasuki tubuh Kunti (yang disimbolkan dengan Durga ngelamet Kunti dengan kekudung kasa. Kunti menjadi beringas dan liar (menari sepeti Durga) berteriak melengking, lalu mengambil Sahadewa (wayang), diseret dan di tancapkan di depan Durga. Kunti out stage. Kelir fleksibel bergerak ke depan di tengah stage, dibentangkan, bayangan wayang muncul di layar. Muncul buta-buti menggoda dan menakut-nakuti Sahadewa. (Gending 7:27 kalika main ceng-ceng). Durga muncul (bayangan orang) mendekati Sahadewa (bayangan orang), durga berteriak menyerang Sahadewa, Sahadewa hanya diam. Durga minta diruwat. Sahadewa meruwat Durga (Gending 9:40-10:24) Sahadewa (bayangan orang) meruwat Durga. Tembang pengruwatan. Pada saat ini kelir fleksibel bergerak bergetar sehingga bayangan Durga menjadi kacau, kelir lalu membelit Durga (transformasi menjadi Uma yang diperankan oleh penari). Kelir berubah menjadi lancingan yang dibentangkan di tanah, Uma menuju Siwaloka. Sahadewa menjadi Sudamala. (Gending 11:55-12:30) Transisi adegan (Gending 13:13). Kelir fleksibel bergerak naik dibentangkan. Sudamala (wayang) dipertemukan dengan anaknya Tambapetra (Gending 14:19). Roman Sudamala dengan anaknya bagawan Tambapetra (wayang) lalu berubah menjadi bayangan orang masih dalam suasana roman. Kelir fleksibel digerakan dan dieksplorasi berinteraksi dengan penari (Gending 15:00
7.
Perang Sudamala dengan kalantaka dan kalanjaya
Dalang menarikan wayang nakula dan Sahadewa bergerak ke stage, lalu menuju ke layar belakang menantang Kalanjaya dan Kalantaka. Dalang berperang dengan bayangan wayang Kalanjaya dan kalantaka di layar, menari menggetarkan layar. Kalanjaya dan Kalantaka somya menjadi Dewa. (adegan ini banyak alternative yang bisa dilakukan untuk menjadikan ending yang bagus)
Staff Production Artistic Director
: I Gusti Putu Sudarta
Choreographer
: Ni Kadek Dewi Ariani
Composer
: Joel Mellin Peter Steele Nicole Reisnour Matthew Welch Vivian Fung Richard Marriott
Lighting Design
: I Gusti Ngurah Sudibya Ida Bagus Surya Merdika
Stage Manager
: Ma Chen-Ni
Dalang
: I Gusti Putu Sudarta Ida Bagus Darma Ida Bagus Surya Merdika Nyoman Sudarma Gede Gunanta
Dancer
: Ni Kadek Dewi Ariani Jasmine Okubo Putu Gede Asra Wijaya I Wayan Mursika I Wayan Tegalinggah