POTENSI SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN TANAH PADA TEGAKAN MERANTI (Shorea spp.) DI KHDTK HAURBENTES, KABUPATEN BOGOR
RULI INDRAPRAJA
DEPARTEMEN MANAJAMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Simpanan Karbon di Atas Permukaan Tanah Pada Tegakan Meranti (Shorea spp.) di KHDTK Haurbentes, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2013
Ruli Indrapraja NIM E14080067
ABSTRAK RULI INDRAPRAJA. Potensi Simpanan Karbon di Atas Permukaan Tanah Pada Tegakan Meranti (Shorea spp.) di KHDTK Haurbentes, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SRI RAHAJU. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung potensi simpanan karbon di atas permukaan tanah pada tegakan meranti (Shorea spp.) di KHDTK Haurbentes. Potensi simpanan karbon dihitung menggunakan 4 persamaan alometrik yaitu B = exp (-1.533+2.294ln(D))+(0.56ln(ρ)) (Basuki et al. 2009), B = ρ x exp (-1.499 + 2.148 ln(D)) + 0.207 (ln(D))² - 0.0281 (ln(D))³) (Chave et al. 2005), B = 0.2291 x D2.31 (Wulansih 2012), B = 0.11 x ρ x D2.62 (Ketterings et al. 2001). Metode perhitungan tumbuhan bawah dan serasah dengan cara destruktif. Simpanan karbon diperoleh dengan mengkonversi 0.47 dari hasil biomassa. Potensi simpanan karbon di atas permukaan tanah di KHDK Haurbentes menurut Basuki et al. (2009) sebesar 244.629 ton/ha, Chave et al. (2005) sebesar 302.074 ton/ha, Wulansih (2012) sebesar 260.288 ton/ha dan Ketterings et al. (2011) sebesar 231.102 ton/ha. Menurut keempat rumus yang digunakan simpanan karbon tertinggi terdapat pada pohon dan terendah pada tumbuhan bawah. Kata kunci: meranti, Haurbentes, simpanan karbon
ABSTRACT RULI INDRAPRAJA. Potential carbon storage above ground level at stand meranti (Shorea spp.) in KHDTK Haurbentes, Bogor. Supervised by SRI RAHAJU. This research aims to quantify the potential for above ground carbon sequestration on stands meranti (Shorea spp.) in KHDTK Haurbentes. Potential carbon storage was calculated using allometric equation 4 is B = exp (1.533+2.294ln(D))+(0.56ln(ρ)) (Basuki et al. 2009), B = ρ x exp (-1.499 + 2.148 ln(D)) + 0.207 (ln(D))² - 0.0281 (ln(D))³) (Chave et al. 2005), B = 0.2291 x D2.31 (Wulansih 2012), B = 0.11 x ρ x D2.62 (Ketterings et al. 2001). Calculation understorey and litter with destructive method. Carbon storage is obtained by converting 0,47 of the biomass. potential carbon stored by Basuki et al. (2009) at 244.629 ton/ha, Chave et al. (2005) at 302.07 ton/ha, Wulansih (2012) at 260.288 ton/ha, and Ketterings et al. (2011) at 231.102 ton/ha. According to the fourth formula used contained the highest carbon storage in trees and lowest in understorey. Keywords: carbon storage, Haurbentes, meranti
POTENSI SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN TANAH PADA TEGAKAN MERANTI (Shorea spp.) DI KHDTK HAURBENTES, KABUPATEN BOGOR
RULI INDRAPRAJA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Potensi Simpanan Karbon di Atas Permukaan Tanah pada Tegakan Meranti (Shorea spp.) di KHDTK Haurbentes, Kabupaten Bogor Nama : Ruli Indrapraja NIM : E14080067
Disetujui oleh
Dra. Sri Rahaju, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2012 ini ialah karbon, dengan judul Potensi Simpanan Karbon di Atas Permukaan Tanah pada Tegakan Meranti (Shorea spp.) di KHDTK Haurbentes, Kabupaten Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra. Sri Rahaju, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak Bank Nasional Indonesia (BNI) dan Bogor International Club (BIC) yang telah memberikan beasiswa penelitian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan (P3PPH) yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di KHDTK Haurbentes. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak (Moh. Mansyur), ibu (Sukarsih), Sisca Widiya A, Tira Mutiara, A Syoifullah Z, Hesti Septianingrum dan Risang M Ikhsan serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Mei 2013 Penulis
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Bahan
2
Alat
2
Metode Pengambilan Data di Lapangan
2
Metode Pengolahan Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
6
Vegetasi di Lokasi Penelitian
7
Pertumbuhan Biomassa 7 Jenis Shorea
8
Simpanan Biomassa Tegakan Meranti
8
Simpanan Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah
10
Simpanan Nekromassa
11
Simpanan Total Biomassa dan Nekromassa
12
Simpanan Total Karbon
12
Persentase Simpanan Karbon
13
SIMPULAN DAN SARAN
14
Simpulan
14
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
16
RIWAYAT HIDUP
20
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7
Persamaan alometrik yang digunakan Simpanan biomassa tujuh jenis shorea Simpanan biomassa tegakan meranti Simpanan biomassa tumbuhan bawah dan serasah Simpanan nekromassa Simpanan total biomassa dan nekromassa Simpanan total karbon
4 8 9 10 11 12 12
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Plot contoh Tingkat keutuhan pohon, tiang dan pancang mati Peta plot penelitian KHDTK Haurbentes Persentase simpanan karbon pada komponen hutan
2 3 6 13
DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta KHDTK Haurbentes 2 Daftar jenis pohon dan tumbuhan bawah yang dijumpai dalam petak ukur penelitian 3 Rekapitulasi perhitungan biomassa tumbuhan bawah 4 Rekapitulasi perhitungan biomassa serasah
16 17 18 19
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup penghuni biosfer bumi secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat hutan secara langsung yakni kayu, hasil hutan bukan kayu dan satwa, sedangkan manfaat tidak langsung dari hutan adalah jasa lingkungan antara lain tempat wisata, penyedia oksigen dan sebagai penyerap karbon. Salah satu isu terkait dengan keberadaan hutan adalah perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming). Penyebab dari pemanasan global adalah efek gas rumah kaca karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous oksida (N2O) dan chloro fluoro carbon (CFC). Gas-gas rumah kaca menyerap radiasi inframerah dan terperangkap di atmosfer dalam bentuk energi panas, panas yang masuk akan terperangkap dan tidak dapat menembus ke luar sehingga dapat membuat kondisi bumi menjadi lebih panas. Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami kesulitan untuk mempertahankan kondisi hutan tetap utuh karena kebutuhan ekonomi terhadap hutan sangatlah dominan. Oleh karena itu diadakan upaya konkrit untuk mempertahankan kestabilan suhu bumi dan mengurangi efek gas rumah kaca berupa konferensi di Kyoto, Jepang pada tahun 1997 atau yang dikenal dengan Protokol Kyoto. Indonesia memiliki hutan seluas 136173847.98 hektar (Kementerian Kehutanan 2011), dengan potensi ini hutan Indonesia dapat berkontribusi untuk mengurangi gas rumah kaca yang berada di atmosfer dan mempertahankan kestabilan suhu bumi. Manfaat tersebut akan dapat terealisasi apabila kesepakatan dalam perdagangan karbon terlaksana. Terkait pentingnya peranan hutan dan untuk implementasi perdagangan karbon maka diperlukan penelitian mengenai kandungan karbon yang tersimpan di dalam hutan.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghitung potensi simpanan karbon di atas permukaaan tanah pada tegakan meranti (Shorea spp.) di KHDTK Haurbentes, Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi tentang simpanan karbon di atas permukaan tanah pada tegakan meranti (Shorea spp.) di KHDTK Haurbentes, Kabupaten Bogor.
2
METODE Waktu dan Tempat Peneltian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-September 2012 di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Haurbentes, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Anatomi Kayu dan Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah pita ukur, meteran jahit, alat tulis, timbangan, kalkulator, kamera smartphone, kantung plastik, tambang, kertas koran, aluminium foil, oven, parang, patok, tali plastik, tally sheet, laptop dan software Microsoft Word 2007 dan Microsoft Excel 2007. Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi tegakan meranti (Shorea spp.), nekromassa, tumbuhan bawah dan serasah di KHDTK Haurbentes.
Metode Pengambilan Data di Lapangan Metode Penentuan dan Pembuatan Plot Penelitian Pengambilan data di lapangan menggunakan plot yang digunakan berukuran 20 m x 50 m pada luas lahan 20 ha dengan Intensitas Sampling (IS) sebesar 10 % secara purposive sampling sehingga diperoleh 20 jumlah plot untuk mewakili luasan 20 ha. Plot dibuat menggunakan patok, meteran dan tambang sebagai penanda pada petak tegakan yang dianggap mewakili lokasi penelitian. 10 m a 10 m 20 m
b c
50 m Gambar 1 Plot contoh Keterangan: a. Sub plot contoh 10 m x 10 m(*) untuk pengukuran pohon (D ≥ 20 cm). b. Sub plot contoh 5 m x 5 m(*) untuk pengukuran pancang (5 cm ≤ D < 10 cm) dan tiang (10 cm ≤ D < 20 cm). c. Sub plot contoh 0.5 m x 0.5 m untuk pengukuran serasah dan tumbuhan bawah. (*) digunakan juga untuk mengukur pohon, tiang dan pancang mati.
3 Metode Pengambilan Contoh Tumbuhan Bawah dan Serasah dengan Cara Destruktif Tumbuhan bawah dan serasah di dalam subplot contoh 0.5 meter x 0.5 meter diambil dan ditimbang untuk mengetahui berat basah (BB) dan dioven untuk mengetahui berat kering (BK). Berat basah contoh diambil sebesar 200 gram, apabila kurang dari 200 gram maka berat tersebut adalah berat basah contohnya. Pengovenan dilakukan untuk mencari berat kering (BK) tumbuhan bawah dan serasah pada suhu 80oC selama 48 jam (Hairiah dan Rahayu 2007).
Metode Pengambilan Contoh Biomassa Tegakan Pengambilan contoh biomassa pohon dengan mengukur diameter (D) setinggi dada (1.3 meter) setiap pohon yang terletak pada plot penelitian.
Metode Pengambilan Contoh Nekromassa Tegakan Badan Standardisasi Nasional (2011) menyatakan pengambilan nekromassa tegakan dilakukan dengan mengukur diameter setinggi dada (D) pohon mati lalu menentukan tingkat keutuhan pohon mati (lihat Gambar 2).
Gambar 2 Tingkat keutuhan pohon, tiang dan pancang mati. Keterangan: A. Tingkat keutuhan pohon, tiang dan pancang mati tanpa daun dengan faktor koreksi 0.9 B. Tingkat keutuhan pohon, tiang dan pancang mati tanpa daun dan ranting dengan faktor koreksi 0.8 C. Tingkat keutuhan pohon, tiang dan pancang mati tanpa daun, ranting dan cabang dengan faktor koreksi 0.7
Metode Pengambilan Contoh Nekromassa Kayu Badan Standardisasi Nasional (2011) menyatakan pengambilan contoh nekromassa kayu mati dilakukan di dalam plot contoh ukuran 20 m x 50 m dengan mengukur volume kayu mati. Volume kayu mati dihitung terlebih dahulu dengan mengukur diameter pangkal dan ujung, selanjutnya mengukur panjang total kayu mati, kemudian menghitung volume kayu mati menggunakan rumus
4 Brereton. Data nekromassa diperoleh dengan cara mengalikan volume kayu mati dengan berat jenis.
Metode Pengolahan Data Metode Perhitungan Biomassa Tegakan di Atas Permukaan Tanah Data primer berupa diameter tiap pohon dimasukkan ke dalam persamaan alometrik yang sesuai dengan jenis atau karakter pohonnya. Persamaan alometrik yang digunakan antara lain: Tabel 1 Persamaan alometrik yang digunakan No. Persamaan alometrik 1 B = exp (-1.533+2.294ln(D))+(0.56ln(ρ)) 2 B = ρ x exp (-1.499 + 2.148 ln(D)) + 0.207 (ln(D))² - 0.0281 (ln(D))³) 3 B = 0.2291 x D2.31 4 B = 0.11 x ρ x D2.62
Keterangan Basuki et al. (2009) Chave et al. (2005) Wulansih (2012) Ketterings et al. (2001)
Keterangan: B = Biomassa (kg) D = Diameter setinggi dada (cm) ρ = Kerapatan kayu (gr/cm3)
Metode Perhitungan Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah Menurut Badan Standardisasi Nasional (2011),
Keterangan: BKT = Berat kering total (kg) BK = Berat kering (kg) BB = Berat basah (kg)
Metode Perhitungan Nekromassa Pohon, Tiang dan Pancang Mati dengan Persamaan Alometrik Menurut Badan Standardisasi Nasional (2011),
5 Keterangan: Ni = Nekromassa masing-masing komponen (kg) Bi = Persamaan alometrik yang digunakan f = Tingkat keutuhan pohon mati
Metode Perhitungan Nekromassa Kayu Mati Menurut Badan Standardisasi Nasional (2011),
Keterangan: Vkm = Volume kayu mati (m3) dp = Diameter pangkal kayu mati (cm) du = Diameter ujung kayu mati (cm) p = Panjang kayu mati (m) π = 22/7 atau 3.14 Nkm = Nekromassa kayu mati (kg) BJ = Berat jenis
Metode Perhitungan Karbon di Atas Permukaan Tanah Kandungan karbon dapat diketahui dengan menggunakan konversi 0.47 dari biomassanya (IPCC 2006; BSN 2011). Rumus yang digunakan untuk menghitung karbon, yaitu:
Keterangan: Cppt = Jumlah stok karbon dari biomassa pohon, pancang dan tiang (kg) Cpm = Jumlah stok karbon dari nekromassa pohon mati (kg) Ctm = Jumlah stok karbon dari nekromassa tiang mati (kg) Cpam = Jumlah stok karbon dari nekromassa pancang mati (kg) Ckm = Jumlah stok karbon dari nekromassa kayu mati (kg) Ctb = Jumlah stok karbon tumbuhan bawah (kg) Cs = Jumlah stok karbon serasah (kg) Bppt = Biomassa pohon, pancang dan tiang (kg) Npm = Nekromassa pohon mati (kg) Ntm = Nekromassa tiang mati (kg) Npam = Nekromassa pancang mati (kg) Nkm = Nekromassa kayu mati (kg)
6 BKT = Berat kering total (kg) 0.47 = Kadar karbon
Metode Perhitungan Karbon per Hektar untuk Biomassa di Atas Permukaan Tanah Menurut Badan Standardisasi Nasional (2011),
Keterangan: Cn = Kandungan karbon per hektar pada masing-masing carbon pool pada tiap plot (ton/ha) Cx = Kandungan karbon pada masing-masing carbon pool pada tiap plot (kg) Lplot = Luas plot pada masing-masing pool (m2)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Lokasi KHDTK (Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus) Haurbentes terletak pada 6º32’-6º33’ LS dan 106º26’ BT. Secara administrasi pemerintah KHDTK Haurbentes termasuk dalam Kampung Haurbentes, Desa Jugalajaya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor.
Gambar 3 Peta plot penelitian KHDTK Haurbentes
7 KHDTK Haurbentes ditetapkan sebagai Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus berdasarkan surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 288/Kpts-II/2003 tanggal 26 Agustus 2003. Luas keseluruhan KHDTK Haurbentes 100 ha namun luasan yang digunakan untuk penelitian 20 ha. KHDTK Haurbentes memiliki jarak ±60 Km dari Bogor dan dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda empat dengan waktu 3-4 jam. Data keadaan iklim dari Stasiun Klimatologi KHDTK Haurbentes, rata-rata suhu tertinggi pada bulan September sebesar 28ºC dan terendah pada bulan Februari sebesar 23ºC. Curah hujan tertinggi sebesar 475 mm pada bulan April dan terendah sebesar 199 mm pada bulan Agustus sedangkan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 3348 mm. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, tipe curah hujan di wilayah KHDTK Haurbentes ini termasuk tipe A tidak memiliki bulan kering. Secara makro keadaan topografi berbukit-bukit dengan lereng agak curam sampai curam dengan kemiringan lereng rata-rata >16% dengan ketinggian ± 250 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah di KHDTK Haurbentes terdiri dari tiga jenis tanah yaitu podsolik merah kuning, regosol dan brown forest soil.
Vegetasi di Lokasi Penelitian Hasil pengukuran tegakan 20 plot yang diteliti ditemukan sebanyak 31 jenis (9 jenis Dipterocarpaceae dan 22 jenis non Dipterocapaceae). Kelompok jenis Dipterocarpaceae yang dijumpai di lokasi penelitian adalah meranti tembaga (Shorea leprosula), tengkawang pelekpek (Shorea mecistopteryx), tengkawang majau (Shorea palembanica), tengkawang layar (Shorea pinanga), meranti bapa (Shorea selanica), terindak (Shorea seminis), tengkawang tungkul (Shorea stenoptera), keruing hijau (Dipterocarpus grandiflorus) dan damar kaca (Hopea sangal). Kelompok Dipterocarpaceae pada plot penelitian ditemukan 7 jenis pada tingkat pancang, 7 jenis pada tingkat tiang dan 9 jenis pada tingkat pohon dari keseluruhan jenis yang ditemukan di lokasi penelitian. Kelompok non Dipterocarpaceae yang berada di plot penelitian meliputi cariang, deruak, harendong bulu (Melastoma polyanthum), harendong negri (Melastoma malabathricum), hauan, ki cau, ki endog (Celtis sp.), ki kores (Psychotria valentonic), ki semir (Hura crepitans), kopi-kopian, kukuran, mara (Macaranga tanarius), pakis (Cycas rumphii), parasi, pasang (Quercus sp.), peuris, peusar (Artocarpus rotundu), puspa (Schima wallichii), rambutan/tundun (Nephelium lappaceum), rande (Randia macrophylla), reunggang dan teureup (Artocarpus elasticus). Pada plot penelitian ditemukan sebanyak 747 individu kelompok Dipterocarpaceae meliputi Shorea sp. berjumlah 741 individu, keruing hijau (Dipterocarpus grandiflorus) 5 individu dan damar kaca (Hopea sangal) 1 individu. Menurut tingkat pertumbuhannya, kelompok Dipterocarpaceae ditemukan 501 individu pada tingkat pohon, 105 pada tingkat tiang, 121 pada tingkat pancang, 14 pada tingkat pohon mati, 3 pada tingkat tiang mati dan 3 pada tingkat pancang mati. Jumlah individu tiang lebih sedikit dibandingkan pancang karena adanya pengambilan kayu oleh masyarakat untuk kayu bakar sehingga terjadi penurunan jumlah individu. Jumlah individu pada kelompok non
8 Dipterocarpaceae yang ditemukan di lokasi penelitian tidak dihitung karena hanya mengidentifikasi jenis pada sub plot tumbuhan bawah dan serasah.
Pertumbuhan Biomassa 7 Jenis Shorea Biomassa pohon akan terus naik selama pohon tersebut tumbuh. 7 (tujuh) jenis Shorea yang ditemukan dan diperoleh datanya kemudian dihitung pertumbuhan biomassa per tahun dengan satuan kilogram per tahun (kg/tahun). Hasil perhitungan biomassa ketujuh jenis dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Simpanan biomassa tujuh jenis shorea Biomassa rata-rata per pohon per tahun (kg/tahun) Jenis pohon Basuki et al. Chave et al. Wulansih Ketterings (2009) (2005) (2012) et al. (2001) Shorea leprosula 32.946 36.390 34.561 29.747 Shorea mecistopteryx 29.612 33.932 31.026 26.939 Shorea palembanica 28.962 32.751 29.523 28.024 Shorea pinanga 18.286 21.078 19.668 14.088 Shorea selanica 31.959 34.066 32.341 28.291 Shorea seminis 28.488 31.111 30.162 27.132 Shorea stenoptera 35.183 40.930 37.656 32.635 Tabel 2 menunjukkan bahwa Shorea stenoptera memiliki pertumbuhan biomassa tertinggi sebesar 32.635-41.930 kg/tahun dan Shorea pinanga memiliki pertumbuhan biomassa terendah sebesar 14.088-21.078 kg/tahun menurut keempat persamaan alometrik yang digunakan. Penelitian Heriansyah dan Mindawati (2005) menghitung simpanan biomassa ketujuh jenis Shorea di Haurbentes dengan metode MAI (Mean Annual Increment) mendapatkan hasil Shorea leprosula sebesar 30.07 kg/tahun, Shorea palembanica sebesar 19.29 kg/tahun, Shorea pinanga sebesar 15.80 kg/tahun, Shorea selanica sebesar 22.07 kg/tahun, Shorea seminis sebesar 38.90 kg/tahun dan Shorea stenoptera sebesar 39.37 kg/tahun. Perbedaan hasil karena adanya perbedaan umur Shorea pada saat penelitian dan rumus untuk menghitung biomassa. Penelitian Heriansyah dan Mindawati (2005) untuk menghitung biomassa menggunakan Shorea dengan umur 10-63 tahun dengan rumus perhitungan volume dengan variabel bebas yakni diameter dan tinggi kemudian dikalikan berat jenis dan menggunakan rumus alometrik untuk menghitung biomassa di atas permukaan. Penggunaan variabel bebas tinggi diperkirakan akan mengalami bias selain itu perbedaan rumus yang digunakan akan menghasilkan biomassa yang berbeda baik lebih tinggi ataupun lebih rendah.
Simpanan Biomassa Tegakan Meranti Biomassa menunjukkan jumlah potensial karbon yang dapat dilepas ke atmosfer sebagai karbon dioksida ketika hutan ditebang atau dibakar, sebaliknya melalui penaksiran biomassa dapat dilakukan perhitungan jumlah karbon dioksida yang dapat dipindahkan dari atmosfer dengan cara melakukan reboisasi atau dengan penanaman (Brown 1997). Penelitian ini menggunakan 4 persamaan
9 alometrik yakni persamaan alometrik Basuki et al. (2009), Chave et al. (2005), Wulansih (2012) dan Ketterings et al. (2001) untuk menduga biomassa pada pohon, tiang dan pancang. Kandungan biomassa pada tegakan meranti tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Simpanan biomassa tegakan meranti Biomassa (ton/ha) Komponen Basuki et al. Chave et al. Wulansih Ketterings et al. hutan (2009) (2005) (2012) (2001) Pohon 471.571 584.343 496.631 445.997 Tiang 16.539 23.119 22.921 15.621 Pancang 2.694 3.091 2.921 2.138 Jumlah 490.804 610.552 522.473 463.756 Tabel 3 menunjukkan bahwa potensi biomassa tegakan meranti yang meliputi tingkat pohon, tiang dan pancang memiliki hasil yang berbeda dari setiap alometrik yang digunakan. Simpanan biomassa tertinggi terdapat pada alometrik Chave et al. (2005) sebesar 610.552 ton/ha sedangkan terendah terdapat pada alometrik Ketterings et al. (2001) sebesar 463.756 ton/ha. Penelitian Purba (2011) menghitung simpanan biomassa menggunakan persamaan alometrik Ketterings et al. (2001) pada tegakan meranti di Cagar Alam Martelu Purba, Sumatera utara menghasilkan biomassa sebesar 483.768 ton/ha. Kondisi Cagar Alam Martelu Purba merupakan hutan tanaman namun telah tumbuh berbagai jenis tumbuhan alam dan menyerupai hutan dengan suksesi alami sama seperti KHDTK Haurbentes. Perbedaan biomassa pada penelitian Purba (2011) dengan penelitian ini karena perbedaan umur Shorea spp., kondisi tempat tumbuh dan jenis Shorea. Pemilihan rumus dengan 2 peubah bebas (diameter dan kerapatan kayu) untuk menghitung menduga biomassa dapat memudahkan dalam pengukuran. Penggunaan variabel bebas yakni tinggi tidak digunakan dalam penelitian ini karena akan mengalami kesulitan dalam pengukuran dan memiliki bias. Banactila (2005) mengatakan kesulitan mengukur tinggi pohon dalam menduga biomassa akan mendapatkan hasil yang tidak akurat dan bias yang tinggi terutama pada pohon yang tinggi. Pohon di KHDTK Haurbentes memiliki tinggi sekitar 30 meter dan tutupan tajuk yang rapat. Alometrik Chave et al. (2005) memiliki hasil simpanan biomassa tertinggi karena dalam mengembangkan persamaan alometriknya menggunakan metode destruktif dari data berbagai spesies yang dikumpulkan dari daerah Kalimantan dan negara-negara lain di dunia. Persamaan alometrik yang didapatkan dengan cara metode desruktif dan menggunakan sampel berbagai spesies akan menghasilkan simpanan biomassa lebih besar (Basuki et al. 2009). Alometrik Ketterings et al. (2001) menghasilkan simpanan biomassa terendah karena dalam mengembangkan persamaan alometriknya dengan metode destruktif menggunakan sampel pohon berdiameter 8-48 cm di hutan campuran Sumatera, apabila melebihi batas diameter akan mengalami penurunan jumlah biomassa. Penaksiran biomassa pohon dengan diameter besar pada persamaan alometrik Ketterings et al. (2001) kurang tepat untuk digunakan pada pohon berdiameter melebihi 48 cm.
10 Basuki et al. (2009) mengembangkan persamaan alometrik pada jenis Dipterocarpaceae yakni Dipterocarpus sp., Hopea sp., Palaquium sp. dan Shorea sp. di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Alometrik yang dikembangkan Basuki et al. dapat digunakan pada diameter 6-200 cm dan mempertimbangkan kerapatan kayu. Peneltian Basuki et al. (2009) membandingkan alometrik Brown (1997), Chave et al. (2005) dan Ketterings et al. (2001) dengan menggunakan contoh pohon sebanyak 122 dan mendapatkan hasil rata-rata simpanan biomassa sebesar 2.459 ton/pohon lebih rendah dibandingkan dengan Brown (1997) sebesar 3.832 ton/pohon dan Chave et al. (2005) sebesar 4.180 ton/pohon namun lebih tinggi dari Ketterings et al. (2009) sebesar 1.239 ton/pohon. Hasil peneltian Basuki et al. (2009) dalam perbandingannya memiliki hasil yang sama dengan penelitian ini yakni lebih rendah dibandingkan Chave et al. (2005) dan lebih tinggi dari Ketterings et al. (2001). Wulansih (2012) mengembangkan persamaan alometrik dengan metode destruktif pada hutan alam tropis di Kalimantan Barat dengan menggunakan data berbagai spesies sehingga memiliki hasil simpanan biomassa yang tinggi. Persamaan alometrik paling cocok untuk menduga simpanan biomassa dalam penelitian ini adalah alometrik Basuki et al. (2009) karena persamaan ini dikembangkan berdasarkan pengelompokkan spesies termasuk salah satunya jenis Shorea sp. dan diameter terbesar yang ditemukan pada penelitian ini sebesar 160.703 cm selain itu kondisi vegetasi KHDTK Haurbentes sudah seperti hutan primer yakni pohon-pohon yang berumur lebih dari 70 tahun dengan ketinggian rata-rata 30 meter. Menurut Chave et al. (2005) persamaan alometrik yang baik harus mengelompokkan spesies dibandingkan persamaan alometrik yang dikembangkan dari berbagai spesies.
Simpanan Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah Tumbuhan bawah dan serasah merupakan dua dari empat kantung karbon diatas permukaan tanah. Simpanan karbon pada tumbuhan bawah dan serasah dilakukan dengan cara menghitung berat kering contoh yang diambil pada sub plot ukuran 0.5 m x 0.5 m. Berat kering tumbuhan bawah dan serasah didapatkan dari proses pengovenan selama 2 x 24 jam di laboratorium. Hasil perhitungan biomassa dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Simpanan biomassa tumbuhan bawah dan serasah Komponen hutan Biomassa (ton/ha) Tumbuhan bawah 0.924 Serasah 9.775 Total 10.699 Tabel 4 diketahui bahwa keseluruhan simpanan karbon yang tersimpan dalam tumbuhan bawah dan serasah sebesar 10.699 ton/ha. Biomasa pada tumbuhan bawah sebesar 0.924 ton/ha dan serasah sebesar 9.775 ton/ha (lihat Lampiran 2 dan 3). Jumlah biomassa tumbuhan bawah lebih rendah dibandingkan dengan serasah, hal ini dipengaruhi oleh tutupan tajuk pohon yang lebar sehingga cahaya yang masuk ke lantai hutan sedikit dan menyebabkan tumbuhan bawah
11 terhambat pertumbuhannya. Kondisi serasah di KHDTK Haurbentes memiliki ketebalan 5-20 cm sehingga biomassa serasah tinggi.
Simpanan Nekromassa Nekromassa merupakan vegetasi mati baik berupa pohon, tiang, dan pancang yang masih berdiri tegak maupun sudah rebah ke lantai hutan. Nekromassa dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu dalam keadaan tegak berdiri dan sudah rebah dipermukaan tanah (kayu mati). Nekromassa dari komponen yang masih tegak berdiri dan kayu mati dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Simpanan nekromassa Komponen hutan Pohon mati Tiang mati Pancang mati Kayu mati Jumlah
Basuki et al. (2009) 15.717 0.179 0.059 3.030 18.985
Nekromassa (ton/ha) Chave et al. Wulansih (2005) (2012) 18.139 17.342 0.217 0.192 0.074 0.068 3.030 3.030 21.460 20.632
Ketterings et al. (2001) 14.023 0.148 0.051 3.030 17.251
Tabel 5 menunjukkan nekromassa total menurut 4 persamaan alometrik memiliki hasil yang berbeda. Alometrik Chave et al. (2005) memiliki hasil tertinggi sebesar 21.460 ton/ha dan alometrik Ketterings et al. (2001) memiliki hasil terendah sebesar 17.251 ton/ha. Pohon mati merupakan penyimpan biomassa terbesar dibandingkan dengan tiang, pancang dan kayu mati karena di lokasi penelitian ditemukan sebanyak 14 individu dari 20 plot, tiang dan pancang mati masing-masing sebanyak 3 individu. Jenis tengkawang layar (Shorea pinanga) dan tengkawang tungkul (Shorea stenoptera) mendominasi nekromassa karena masing-masing ditemukan sebanyak 7 individu. Tingkat keutuhan pohon mati didominasi oleh faktor koreksi sebesar 0.7 (tanpa daun, ranting dan cabang) yakni berjumlah 16 individu masing-masing nekromassa pohon sebanyak 10 individu, tiang mati 3 individu dan pancang mati 3 individu. Jumlah individu yang ditemukan dengan faktor koreksi 0.8 (tanpa daun dan ranting) berjumlah 4 individu. Jumlah individu mati yang ditemukan dalam keadaan tanpa daun, ranting dan cabang dikarenakan beberapa faktor seperti tersambar petir, faktor angin, faktor umur shorea. Kayu mati yang ditemukan berjumlah 33 individu dengan simpanan nekromassa sebesar 3.030 ton/ha dan volume sebesar 12.625 m3. Pada plot 12, 13, 14 dan 15 ditemukan 26 dari 33 kayu mati dari jenis Shorea stenoptera, hal ini karena faktor alam seperti terkena petir, terkena angin dan batang pohon yang berlubang. Keadaan kayu mati yang ditemukan berbentuk log dan terdapat beberapa log telah menjadi sortimen. kayu yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 33 individu dengan simpanan sebesar 3.030 ton/ha dan volume sebesar 12.625 m3.
12 Simpanan Total Biomassa dan Nekromassa Biomassa pohon, pancang, tiang, serasah, tumbuhan bawah dan nekromassa merupakan komponen biomassa di atas permukaan yang menjadi dasar pendugaan karbon di atas permukaan tanah. Hasil perhitungan total pendugaan biomassa dan nekromassa di atas permukaan tanah dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Simpanan total biomassa dan nekromassa Biomassa dan Nekromassa (ton/ha) Komponen hutan Basuki et al. Chave et al. Wulansih Ketterings et (2009) (2005) (2012) al. (2001) Pohon 471.571 584.343 496.631 445.997 Tiang 16.539 23.119 22.921 15.621 Pancang 2.694 3.091 2.921 2.138 Nekromassa 18.985 21.460 20.632 17.251 Tumbuhan bawah 0.924 0.924 0.924 0.924 Serasah 9.775 9.775 9.775 9.775 Jumlah 520.488 642.711 553.803 491.706 Tabel 6 menunjukkan nilai biomassa dan nekromassa total di atas permukaan tanah berkisar antara 491.706-642.711 ton/ha. Simpanan biomassa tertinggi terdapat pada pohon kemudian diikuti nekromassa, tiang, serasah, pancang dan tumbuhan bawah. Alometrik Chave et al. (2005) memiliki hasil tertinggi sebesar 642.711 ton/ha dan alometrik Ketterings et al. (2001) memiliki sebesar 491.706 ton/ha.
Simpanan Total Karbon Karbon dapat diperoleh dengan mengkonversi 0.47 dari kandungan biomassa (IPCC 2006; BSN 2011). Hal ini menunjukkan semakin besar simpanan biomassa maka cadangan karbon yang tersimpan akan semakin tinggi. Total simpanan karbon pada areal KHDTK Haurbentes merupakan penjumlahan dari simpanan karbon pada tegakan, nekromassa, tumbuhan bawah dan serasah. Hasil perhitungan dari penjumlahan simpanan karbon tersebut disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Simpanan total karbon Komponen hutan Pohon Tiang Pancang Nekromassa Tumbuhan bawah Serasah Jumlah
Basuki et al. (2009) 221.638 7.773 1.266 8.923 0.434 4.594 244.629
Karbon (ton/ha) Chave et al. Wulansih (2005) (2012) 274.641 233.416 10.866 10.773 1.453 1.373 10.086 9.697 0.434 0.434 4.594 4.594 302.074 260.288
Ketterings et al. (2001) 209.619 7.342 1.005 8.108 0.434 4.594 231.102
13 Tabel 7 menunjukkan bahwa simpanan karbon tertinggi terdapat pada alometrik Chave et al. (2005) dan terendah pada alometrik Ketterings et al. (2001). Pada penelitian Rahayu et al. (2003) yang menghitung stok karbon menggunakan persamaan alometrik Ketterings et al. (2001) di hutan primer, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur menghasilkan simpanan karbon total sebesar 230,1 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa stok karbon menggunakan persamaan alometrik Ketterings et al. (2001) di KHDTK Haurbentes hampir sama dengan hutan primer. Kondisi KHDTK Haurbentes yang merupakan hutan tanaman dari tahun 1940 dan tanpa aktifitas penebangan menghasilkan simpanan karbon yang lebih tinggi. Perbedaan simpanan karbon dipengaruhi oleh perbedaan kondisi lingkungan, sistem silvikutur, ukuran diameter pohon, kerapatan tegakan, kerapatan kayu, ketelitian pengambilan data dan alometrik yang digunakan. Ford dan Newbould (1977) diacu dalam Tresnawan dan Rosalina (2002) menyatakan bahwa tumbuhan bawah memberikan kontribusi karbon lebih sedikit dibandingkan komponen lainnya dianggap sangat normal karena ukuran tumbuhan bawah jauh lebih rendah dibandingkan dengan biomassa pohon tetapi mempunyai peran dalam menyerap karbon.
Persentase Simpanan Karbon Simpanan karbon pada tingkat pohon memberikan kontribusi terbesar terhadap simpanan karbon total di lokasi penelitian dibandingkan komponen hutan lainnya (lihat Gambar 4). 3.65% 0.52% 3.18%
0.18% 1.88%
3.72% 0.17% 3.34% 0.14% 0.48% 0.53% 1.52% 1.77% 3.60% 4.14%
90.60%
90.92%
a. 0.43% 3.18%
89.68%
c.
b. 3.51%
Keterangan:
0.19% 1.99%
Pohon Tiang Pancang
90.70%
Nekromasa
Tumbuhan bawah
d.
Serasah
Gambar 4 Persentase simpanan karbon pada komponen hutan; (a) Menurut alometrik Basuki et al. (2009); (b) Menurut alometrik Chave et al. (2005); (c) Menurut alometrik Wulansih (2012); (d) Menurut alometrik Ketterings et al. (2001).
14 Gambar 4 menunjukkan bahwa persentase simpanan karbon terbesar terletak pada pohon menurut keempat persamaan alometrik yang digunakan. Hal ini disebabkan ukuran diameter pohon lebih besar dibandingkan tingkat pertumbuhan lainnya dan banyaknya jumlah pohon sebanyak 501 individu. Persentase simpanan karbon terendah terletak pada tumbuhan bawah. Hal ini dikarenakan ukuran tumbuhan bawah jauh lebih rendah daripada pohon.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Simpanan karbon di atas permukaan tanah pada tegakan meranti (Shorea spp.) di KHDTK Haurbentes menurut alometrik Basuki et al. (2009) sebesar 244.629 ton/ha, Chave et al. (2005) sebesar 302.074 ton/ha, Wulansih (2012) sebesar 260.288 ton/ha dan Ketterings et al. (2011) sebesar 231.102 ton/ha. 2. Persentase simpanan karbon terbesar terdapat pada pohon dan terendah terdapat pada tumbuhan bawah menurut keempat persamaan alometrik yang digunakan. 3. Persamaan alometrik yang paling cocok untuk menduga simpanan karbon pada meranti (Shorea spp.) di KHDTK Haurbentes menggunakan alometrik Basuki et al. (2009) 4. Perbedaan hasil simpanan karbon disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan, jumlah pohon, ukuran diameter pohon, kerapatan kayu, ketelitian pengambilan data, sampel pohon dalam pengembangan persamaan alometrik dan persamaan alometrik yang digunakan.
Saran 1. Potensi simpanan karbon pada tegakan meranti (Shorea spp.) dapat menggunakan persamaan alometrik Basuki et al. (2009). 2. Perlu dilakukan pendugaan potensi simpanan karbon di bawah permukaan tanah dan melakukan penelitian dengan metode destruktif sehingga didapatkan persamaan alometrik lokal pada jenis Shorea spp.
DAFTAR PUSTAKA Banaticla MRN, Renezita FS, Rodel DL. 2005. Biomass equations for tropical tree plantation species using secondary data from the Philippines. Filipina: ACIAR Smallholder Forestry Project. Basuki TM, van Laake PE, Skidmore AK, Hussin YA. 2009. Allometric equation for estimating the above-ground biomass in tropical lowland Dipterocarp forests. Forest Ecology and Management 257: 1684-1694.
15 Brown S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forest. FAO. Forestry Paper. USA. 134:10-13. [diacu 2012 Juli 12]. Tersedia dari: www.fao.org/icatalo/search/dett.asp?aries.id. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2011. Pengukuran dan penghitungan cadangan karbon–Pengukuran lapangan untuk penaksiran cadangan karbon hutan (ground based forest carbon accounting). Jakarta (ID): BSN. Chave J, Andalo S, Brown S, Cairrns MA, Chambers JQ. 2005. Tree allometry and improved estimation of carbon stocks and balance in tropical forests. Oecologia. 145: 87-99. Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran karbon tersimpan di berbagai macam penggunaan lahan. Bogor (ID): World Agroforestry Centre, ICRAF Southeast Asia. Heriansyah I, Mindawati N. 2005. Potensi hutan tanaman marga Shorea dalam menyerap CO2 melalui mendugaan biomassa di hutan penelitian Haurbentes. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam: Vol.II No.2 Halaman 105111. [ICRAF] International Center for Research in Agroforestry. 2005. Wood density database. [diacu 2012 September 1]. Tersedia dari http://www.worldagroforestry.org/sea. [IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories National Greenhouse Gas Inventories Programme. Japan: Institute for Global Environmental Strategies. Kementerian Kehutanan. 2011. Statistik Kehutanan Indonesia. Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan Indonesia. Ketterings QM, Coe R, van Noordwijk M, Ambagu Y, Palm CA. 2001. Reducing uncertainty in the use of allometric biomass equation for predicting above ground tree biomass in mixed secondary forests. Forerst Ecology and Management 146: 199-209. Purba J. 2011. Potensi karbon tersimpan pada tegakan meranti (Shorea spp.) pada beberapa kelas diameter di Cagar Alam Martelu Purba Simalungun Sumatera Utara. [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Pusat Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan. 2011. Penyusunan Rancang Bangun KHDTK Haurbentes. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Rahayu S, Lusiana B, van Noordwijk. 2003. Pendugaan cadangan karbon di atas permukaan tanah pda berbagai sistem penggunaan lahan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. Bogor (ID): World Agroforestry Centre, ICRAF Southeast Asia. Tresnawan H, Rosalina U. 2002. Pendugaan biomassa di ekosistem hutan primer dan hutan bekas tebangan (Studi Kasus Hutan Dusun Aro, Jambi). Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VIII No.1: 15-29. Wulansih D. 2012. Model persamaan alometrik penduga biomassa dan massa karbon pohon di hutan alam tropika basah (studi kasus di areal IUPHHKHA PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
16 Lampiran 1 Peta KHDTK Haurbentes
Sumber: Pusprohut Balitbanghut (2011)
17 Lampiran 2 Daftar jenis pohon dan tumbuhan bawah yang dijumpai dalam petak ukur penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 a
Nama lokal Meranti tembaga Tengkawang pelekpek Tengkawang majau Tengakawang layar Meranti bapa Terindak Tengkawang tungkul Keruing hijau Damar kaca Cariang Deruak Harendong bulu Harendong negeri Hauan Ki cau Ki endog Ki kores Ki semir Kopi-kopian Kukuran Mara Pakis Parasi Pasang Peusar Peuris Puspa Rambutan Rande Reunggang Teureup
Nama ilmiah Shorea leprosula Shorea mecistopteryx Shorea palembanica Shorea pinanga Shorea selanica Shorea seminis Shorea stenoptera Dipterocarpus grandiflorus Hopea sangal
Melastoma polyanthum Melastoma malabathricum
Celtis sp. Psychotria valentonic Hura crepitans Famili Rubiaceae Macaranga tanarius Cycas rumphii Quercus sp. Artocarpus rotundu Schima wallichii Nephelium lappaceum Randia macrophylla Artocarpus elasticus
Kelompok jenis D D D D D D D D D ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND ND
Kerapatan kayu (gr/cm³) 0.52a 0.53a 0.55a 0.42a 0.46a 0.90a 0.49a 0.81a 0.70a
Sumber: Wood density database (http://www.worldagroforestry.org/sea); Rahayu et al. (2005); D: Dipterocarpaceae; ND: Non Dipterocarpaceae
18 Lampiran 3 Rekapitulasi perhitungan biomassa tumbuhan bawah No Plot 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6d 7 6b 8 7 9 8 10 9 11 10 12 11 13 12 14 13 15 14 16 15 17 16 18 17 19 18 20 19 21 20 TOTAL Total (kg) Total (ton/ha) b
BBtotal (gr) 518 684 523 380 607 323 245 421 409 541 316 402 515 424 277 320 283 415 795 561 485
BBcontoh (gr) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Batang; dDaun; BB: Berat basah; BK: Berat kering
BKcontoh (gr) 30.010 34.267 39.402 37.764 45.163 55.062 53.927 61.351 51.261 30.436 28.386 36.382 41.182 28.909 35.281 29.921 36.696 37.255 37.386 37.327 43.197
BKtotal (gr) 155.452 234.386 206.072 143.503 274.139 177.850 132.121 258.288 209.657 164.659 89.700 146.256 212.087 122.574 97.728 95.747 103.850 154.608 297.219 209.404 209.505 3694.808 3.695 0.924
19 Lampiran 4 Rekapitulasi perhitungan biomassa serasah No Plot 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 16 16 17 17 18 18 19 19 20 20 TOTAL Total (kg) Total (ton/ha)
BBtotal (gr) 2472 3701 2660 3410 3096 2640 2026 2073 3103 2400 1623 2442 2597 2785 2442 2472 2635 3998 3035 2806
BB: Berat basah; BK: Berat kering
BBcontoh (gr) 200 200 200 200 200 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
BKcontoh (gr) 104.778 134.050 130.650 139.295 122.305 74.222 65.061 64.998 64.938 75.961 87.691 62.211 72.269 77.095 77.196 83.675 80.420 75.721 82.460 81.525
BKtotal (gr) 1295.056 2480.595 1737.645 2374.980 1893.281 1959.461 1318.136 1347.409 2015.026 1823.064 1423.225 1519.193 1876.826 2147.096 1885.126 2068.446 2119.067 3027.326 2502.661 2287.592 39101.209 39.101 9.775
20
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 September 1990. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Mohamad Mansyur dan Sukarsih. Penulis memulai pendidikan di SDN Margajaya 2 Bogor pada tahun 1996, SMP Negeri 6 Bogor pada tahun 2002, dan SMA Negeri 5 Bogor pada tahun 2005. Penulis menyelesaikan SMA pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Penulis diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kehutan IPB, penulis telah melaksanakan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (P2EH) di KamojangSancang Barat pada tahun 2010, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur dan Taman Nasional Gunung HalimunSalak (TNGHS) pada tahun 2011, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHKHTI PT. Finnantara Intiga Kalimantan Barat pada tahun 2012. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif menjadi pengurus Forest Management Student Club (FMSC) sebagai anggota Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM) dan anggota Kelompok Studi Hidrologi (KS Hidro) serta ikut kepanitian dalam berbagai acara di Fakultas Kehutanan IPB. Untuk menyelesaikan gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Potensi Simpanan Karbon di Atas Permukaan Tanah Pada Tegakan Meranti (Shorea spp.) di KHDTK Haurbentes, Kabupaten Bogor dibimbing oleh Dra. Sri Rahaju, MSi