PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN SHOREA sp MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING DAN CIRCULAR PLOT DI KHDTK HAURBENTES, KABUPATEN BOGOR
FATIH MULIA UTAMA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Potensi Tegakan Shorea sp Menggunakan Metode Tree Sampling dan Circular Plot di KHDTK Haurbentes, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Fatih Mulia Utama NIM E14090030
ABSTRAK FATIH MULIA UTAMA. Pendugaan Potensi Tegakan Shorea sp Menggunakan Metode Tree Sampling dan Circular Plot di KHDTK Haurbentes, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SRI RAHAJU. Penelitian ini bertujuan untuk menduga potensi tegakan Shorea sp di KHDTK Haurbentes dengan menggunakan metode Tree sampling dan Circular plot, dimana metode Tree Sampling terdiri dari Six Tree Sampling, Eight Tree Sampling, dan Ten Tree Sampling dan ingin mengetahui tingkat ketelitian dari keempat unit contoh tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan dari keempat unit contoh diketahui bahwa unit contoh Six Tree Sampling memiliki nilai tengah yang paling tinggi yaitu volume total 724.710 m3/ha, volume bebas cabang 563.705 m3/ha dan luas bidang dasar 50.854 m2/ha, untuk Sampling Error volume total sebesar 25.304%, volume bebas cabang 22.748%, dan luas bidang dasar 22.017%. Unit contoh Six Tree Sampling memiliki waktu kerja yang lebih cepat yaitu memiliki waktu total 153.57 menit, atau 6.31 menit per plot. Sehingga Six Tree Sampling merupakan metode pendugaan potensi yang paling cocok digunakan di KHDTK Haurbentes jika dibandingkan dengan ketiga unit contoh lainnya. Kata kunci: Shorea sp, Haurbentes, Tree Sampling, Circular Plot
ABSTRACT FATIH MULIA UTAMA. Estimation of the Shorea sp. Standing Stock by using Tree Sampling and Circular Plot in KHDTK Haurbentes, Bogor Regency. Supervised by SRI RAHAJU. This study aims to estimate the potential Shorea sp. standing stock in KHDTK Haurbentes by using tree sampling and circular plot method, which is Tree Sampling method consists of Six Tree Sampling, Eight Tree Sampling, and Ten Tree Sampling then to know the level of accuracy of both four sample units. The calculation result of the four sample units shows that Six Tree Sampling sample unit has the highest median value for total volume that is 724 710 m3/ha, bole volume is 563.705 m3/ha and basal area is 50.842 m2/ha, which is Sampling Error for total volume is 25.304%, 22.748% for bole volume, and 22.017% for basal area. Six Tree Sampling sample unit has faster working time which is 153.57 minutes for total time, or 6.31 minutes per plot. So Six Tree Sampling is standing stock estimation method that is most suitable to use in KHDTK Haurbentes compared than three other sample units. Keywords: Shorea sp, Haurbentes, Tree Sampling, Circular Plot
PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN SHOREA sp MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING DAN CIRCULAR PLOT DI KHDTK HAURBENTES, KABUPATEN BOGOR
FATIH MULIA UTAMA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Pendugaan Potensi Tegakan Shorea sp Menggunakan Metode Tree Sampling dan Circular Plot di KHDTK Haurbentes, Kabupaten Bogor Nama : Fatih Mulia Utama NIM : E14090030
Disetujui oleh
Dra. Sri Rahaju, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Ahmad Budiaman MScF.Trop Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program Sarjana di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dengan judul ”Pendugaan Potensi Tegakan Shorea sp Menggunakan Metode Tree Sampling dan Circular Plot di KHDTK Haurbentes, Kabupaten Bogor” Terima kasih kepada Ibu Dra. Sri Rahaju, MSi, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kepada ayah, ibu serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya dan juga kepada staf Departemen Manajemen Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan (P3PPH) yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di KHDTK Haurbentes, serta rekan-rekan mahasiswa Manajemen Hutan angkatan 46 Fakultas Kehutanan IPB. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat diterima dan bermanfaat.
Bogor, September 2014 Fatih Mulia Utama
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Bahan
3
Alat
3
Prosedur Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi
9 9
Penentuan Unit Contoh dan Waktu Kerja
10
Luas Rata-Rata Unit Contoh
12
Pendugaan Potensi Tegakan Shorea Sp
12
Analisis Ragam
16
SIMPULAN DAN SARAN
17
Simpulan
17
Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
19
RIWAYAT HIDUP
24
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Hasil Pengukuran Volume rata-rata per hektar Analisis Ragam Waktu kerja pada setiap unit contoh Waktu kerja per pohon Luas rata – rata dan jari- jari pada setiap unit contoh Dugaan Nilai Tengah Penduga Ragam rata-rata Simpangan Baku rata-rata Selang Kepercayaan Sampling Error (%) Tingkat Efisiensi (%) Hasil analisis ragam pengaruh perbedaan bentuk unit contoh terhadap keragaman volume total rata-rata tegakan 13 Hasil analisis ragam pengaruh perbedaan bentuk unit contoh terhadap keragaman volume bebas cabang rata-rata tegakan 14 Hasil analisis ragam pengaruh perbedaan bentuk unit contoh terhadap keragaman lbds rata-rata tegakan
8 8 11 11 12 13 13 14 14 14 15 16 16 16
DAFTAR GAMBAR 1 Ilustrasi petak berubah tree sampling contoh 6 pohon 2 Histogram waktu kerja pada setiap unit contoh 3 Histogram waktu kerja per pohon
4 11 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Peta Wilayah KHDTK Haurbentes Peta Sebaran Plot Pengukuran Potensi Shorea sp Tabel Jenis dan Jumlah Pohon yang ditemukan Tally Sheet Pengukuran Circular Plot Tally Sheet Pengukuran 6 Tree Sampling Tally Sheet Pengukuran 8 Tree Sampling Tally Sheet Pengukuran 10 Tree Sampling
19 20 21 21 22 22 23
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, yang dimaksud dengan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Menurut Suhendang (2002) dilihat dari cara hutan terbentuk terbagi menjadi hutan alam (natural forest) yang disusun oleh pohon-pohon asli/tumbuh secara alami, hutan tanaman atau buatan (planted forest), hutan terubusan (coppice forest) yang berasal dari terubusan/tumbuh melalui cara-cara vegetatif, dan tegakan hutan tinggi (high forest) yang berasal dari anakan yang tumbuh secara normal dan memiliki tajuk yang tinggi dan tertutup. Suatu kegiatan pengelolaan hutan memerlukan berbagai informasi dan data mengenai sumberdaya hutan. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan inventarisasi. Menurut Permenhut No.67/Menhut-II/2006 Inventarisasi Hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara lengkap. Menurut Sutarahardja (1999b) kegiatan inventarisasi hutan cenderung untuk mencari suatu cara yang praktis yaitu cepat, mudah, murah dalam pelaksanaannya dan dengan ketelitian yang dapat dipertanggung jawabkan serta efisiensi yang cukup tinggi. Untuk tujuan tersebut, telah banyak ditemukan berbagai cara penarikan contoh, masalah bentuk, dan luas satuan contoh maupun dalam perhitungan volume kayu dalam tegakan hutan. KHDTK Hutan Penelitian Haurbentes merupakan suatu kawasan hutan dengan tujuan khusus yang dibangun pada tahun 1940 dengan luas 100 ha. Hutan ini adalah salah satu jenis hutan tanaman. Penanaman pohon di hutan ini dilakukan sejak tahun 1940 hingga 2003 sebanyak 73 jenis yang terdiri dari 51 jenis pohon yang didominasi oleh suku Dipterocarpaceae dan 22 jenis rotan. Dasar hukum berdirinya KHDTK hutan penelitian Haurbentes ini adalah SK Menhut No.288/Kpts-II/2003 tanggal 26 Agustus 2003. Berdasarkan keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan No.SK.90/Kpts/VIII/2007 KHDTK Haurbentes ini berada dibawah tanggung jawab Puslibang Peningkatan Produktivitas Hutan. Berdasarkan jenis tanaman yang ditanam di hutan penelitian Haurbentes yang didominasi tanaman jenis Shorea sp, perlu suatu kegiatan inventarisasi guna memperoleh serta mengetahui data potensi dari tanaman jenis Shorea sp tersebut. Teknik inventarisasi dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode systematic sampling with random start dengan unit contoh Six tree sampling, Eight tree sampling, Ten tree sampling dan Circular plot dimana jumlah masingmasing plot tersebut ditentukan dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketelitian dan efisiensi dari keempat unit contoh tersebut dalam menduga potensi tegakan.
2 Perumusan Masalah Dalam suatu sistem pengelolaan hutan kegiatan inventarisasi hutan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, hal ini dilakukan agar kita dapat mengetahui berbagai informasi mengenai potensi yang ada pada suatu wilayah hutan agar dapat dikelola dengan baik dan lestari. Pendugaan potensi suatu tegakan dilakukan menggunakan beberapa metode inventarisasi, salah satunya adalah dengan melakukan sampling. Metode sampling banyak digunakan karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya metode ini memiliki tingkat ketepatan tinggi yang tidak kalah dengan metode sensus, memiliki waktu kerja yang relatif singkat, tidak memerlukan banyak biaya, dan tidak memerlukan banyak tenaga kerja. Sedangkan metode sensus memiliki waktu kerja yang lebih lama, memerlukan banyak biaya, dan memerlukan banyak tenaga kerja. Menurut Simon (1987) Metode Circular Plot merupakan salah satu dari metode sampling yang memiliki keuntungan yaitu : a. Keliling minimum untuk luas tertentu dari lingkaran dibandingkan dengan bentuk geometri sederhana lainnya, yang berarti menyangkut jumlah minimum pohon-pohon batas b. Memberikan gambaran isotropic dari hutan di sekitar pusat yang diberikan oleh unit sampling lingkaran. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menduga potensi tegakan Shorea sp menggunakan metode systematic sampling with random start dengan unit contoh berbentuk tree sampling (six tree sampling, eight tree sampling, ten tree sampling) dan membandingkannya dengan circular plot serta untuk mengetahui tingkat ketelitian dan efisiensi dari kedua metode dalam menduga potensi tegakan Shorea Sp. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan di KHDTK Haurbentes.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2014 di KHDTK Haurbentes pada areal blok penelitian Dipterocarpaceae.
3 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa tegakan meranti (Shorea sp) dengan luas 66.4 ha.
Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: alat tulis, stopwatch,tally sheet, phi band, kalkulator, tag number, haga hypsometer, tambang dan Notebook dengan Software Microsoft Excel 2010, Arcgis 9.3 . Prosedur Analisis Data Jenis Data Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Metode Pengumpulan Data Primer Data primer merupakan jenis data yang diperoleh melalui kegiatan pengukuran langsung di lapangan yang terdiri dari data diameter, tinggi pohon (tinggi bebas cabang dan tinggi total pohon), jarak pohon terjauh (khusus untuk unit tree sampling). Dan lamanya waktu penyelesaian setiap unit contoh. Untuk mengetahui potensi tegakan Shorea sp ini dilakukan dengan menggunakan metode systematic sampling with random start dengan unit contoh berupa six tree sampling, eight tree sampling, ten tree sampling dan circular plots (lingkaran) dengan luas petak ukur lingkaran 0.1 ha. Jumlah unit contoh pada masing-masing plot six tree sampling, eight tree sampling, ten tree sampling dan circular plot dapat kita tentukan dengan menggunakan rumus : N = ⁄ Keterangan : N = Jumlah unit populasi (plot) A = Luas areal yang diamati (ha) b = Luas petak ukur yang digunakan (0.1 ha) Untuk menentukan jumlah unit contoh yang akan diukur di lapangan ditentukan dapat ditentukan menggunakan intensitas sampling yang telah ditetapkan melalui pendekatan N, yaitu : n = IS x N Keterangan : n = Jumlah plot (unit contoh) N = Jumlah unit populasi (plot) IS = Intensitas Sampling (5%) Penentuan lokasi dan pengambilan unit contoh / plot dilapangan pertama dilakukan secara random sedangkan untuk mengetahui luasan keterwakilan dari masing-masing plot dapat menggunakan rumus : ⁄n k =
4 Keterangan k A n
: = = =
Areal keterwakilan plot Luas areal yang diamati (ha) Jumlah plot (unit contoh)
Prosedur dalam penentuan lokasi dari masing-masing plot terlebih dahulu kita harus mengetahui luas total wilayah area yang diamati, kemudian membagi wilayah yang ingin kita amati dengan menggunakan software Arcgis, hal ini dilakukan dengan harapan data dari plot yang akan dibuat dapat mewakili seluruh potensi yang ada di wilayah pengamatan. Metoda tree sampling (pohon contoh) adalah suatu metoda yang ditentukan bukan berdasarkan atas luasan tertentu dari unit contohnya, melainkan berdasarkan atas suatu jumlah pohon tertentu yang berada dalam unit contoh yang umumnya berbentuk lingkaran (Sutarahardja 1999c). Sutarahardja (1999a) menjelaskan bahwa salah satu cara pengukuran dalam kegiatan inventarisasi hutan yang sederhana, mudah, dan cepat dalam pelaksanaannya adalah dengan cara menggunakan satuan contoh petak berubah (tree sampling). Metode ini merupakan pengembangan dari metode jarak (Distance Methods).
R D
Gambar 1 Ilustrasi petak berubah (tree sampling) contoh 6 pohon Besarnya jari-jari lingkaran titik ukur adalah : R=D+½d Li = 𝜋R2 Keterangan : R = Jari-jari lingkaran titik ukur (m) D = Jarak antara titik pusat pengukuran dengan jarak pohon terjauh (m) ½d = 0.5 x Diameter pohon (Dbh) terjauh dari titik pusat Li = Luas lingkaran 𝜋 = Konstanta sebesar 3.14 Data yang diambil dalam kegiatan inventarisasi yang dilakukan diantaranya diameter pohon (dbh), tinggi total (tt) dan tinggi bebas cabang pohon (tbc), serta luas unit contoh pada six tree sampling, eight tree sampling dan ten tree sampling serta mencatat waktu dalam pembuatan masing-masing unit contoh kemudian data-data tersebut dicatat kedalam tally sheet yang telah di siapkan. Metode Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari lokasi penelitian, mencakup kondisi umum lokasi penelitian KHDTK Haurbentes dan berbagai sumber literatur
5 Pengolahan dan Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : A. Unit contoh Six Tree Sampling, Eight Tree Sampling, dan Ten Tree Sampling Six Tree Sampling, Eight Tree Sampling dan Ten Tree Sampling masingmasing memiliki luas yang tidak sama satu sama lainnya, sehingga dalam melakukan pengolahan data dapat menggunakan nilai karakteristik rata-rata untuk setiap hektarnya dalam Okto (2012). yaitu : 1. Pendugaan Volume (m3) a. Volume tegakan per hektar pada setiap petak ukur dapat diketahui dengan menggunakan rumus : jt =
∑ki
k
ijt
b. Rata-rata volume tegakan per hektar diduga dengan rumus: ∑n ̅ t = j n jt jt ∑j
jt
2
2 Pendugaan Luas Bidang Dasar (m ) a. Pendugaan Lbds pada suatu areal petak ukur ke-i dapat dihitung dengan menggunakan rumus : ⁄ π d 2 + d22 + d32 +......+1/2 di2) b. Lbds tegakan per hektar pada petak ukur ke-i adalah : k (gj - ) gj jt ∑i c. Rata-rata Lbds per Ha diperoleh dengan rumus : n ̅ t =∑i n jt jt ∑j
3.
4.
= ̅
5.
jt
Penduga nilai tengah/ rata-rata ( ̅ ) : ∑ni ̅ n Ragam dugaan rata-rata contoh ( ̅ ) :
=
∑in
i
-
i
∑ni
̅
n
Selang kepercayaan rata-rata populasi : ̂ ̅ ̅ (t ⁄
=√
̅
̅)
n
6.
Penduga total populasi
7.
Selang kepercayaan bagi total populasi :
̂ = N. ̅
̂ 8.
n
i
n-
( ̅ (t
⁄ (n )
̅ ))
Kesalahan penarikan contoh / sampling error (SE) : SE =
(t ⁄ ̅) (n- ) ̅
x 100%
6 Keterangan : = Volume tegakan per hektar petak ukur ke-j jt = Volume pohon ke-i i = Luas unit contoh ke-j (ha) jt k = Jumlah pohon contoh (6, 8, 10) ̅t = Rata-rata volume per ha untuk seluruh tegakan = Jumlah unit contoh (j=1, 2, 3, ... n) n gj = Luas bidang dasar petak ukur ke-j di = Diameter pohon ke-i dari pohon yang diamati i = Jumlah pohon (6,8,10) = Luas bidang dasar pohon per ha untuk petak ukur ke-j jt = Luas petak ukur ke-j (ha) jt ̅t = Rata-rata luas bidang dasar per ha xi = Nilai karakteristik yang diukur pada unit contoh ke-i = Simpangan baku rata-rata contoh ̅ ̂ ̅ = Selang kepercayaan rata-rata populasi B.
Unit contoh Lingkaran (Circular Plot) Untuk menghitung volume tegakan dengan menggunakan unit contoh lingkaran (circular plot) dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 1. Penduga Volume (m3) a. Volume tegakan (Vi lk)(m3/ha)
(∑ni
=
i) a
n
∑i vi lk b. Volume rata-rata per ha ( ̅ i lk) = n 2. Pendugaan Luas Bidang Dasar (m2) a. Lbds tegakan dalam petak ukur ke-i besarnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus : gi lk ⁄ π d 2 + d22 + d32 +......+ di2) b. Lbds per hektar per unit contoh : gi lk
i lk
a
c. Rata-rata Lbds per hektar :
n
̅ lk = ∑i 3. 4.
Penduga nilai tengah/ rata-rata ( ̅) Ragam dugaan rata-rata contoh ( ̅ ) = ̅
5.
∑in
i
gi lk n
∑ni
-
n
i
n̅
n
Selang kepercayaan rata-rata populasi ( ̅̂ ) : ̅ (t ⁄ ̅) n
6.
∑ni i n
= :
Penduga total populasi
̂ = N. ̅
=√
̅
7
7.
Selang kepercayaan bagi total populasi : ̂
8.
( ̅ (t
⁄ (n )
̅ ))
Kesalahan penarikan contoh / sampling error (SE) : SE =
(t ⁄ ̅) (n- ) ̅
x 100%
Keterangan : = Volume tegakan per hektar petak ukur ke-i i lk = Volume pohon ke-i i ̅ i lk = Rata-rata volume per ha untuk seluruh tegakan n = Jumlah unit contoh (j=1, 2, 3, ... n) gj lk = Luas bidang dasar petak ukur ke-i = Luas bidang dasar pohon per ha untuk petak ukur ke-i i lk ̅ lk = Rata-rata luas bidang dasar per ha xi = Nilai karakteristik yang diukur pada unit contoh ke-i = Simpangan baku rata-rata contoh ̅ ̂ ̅ = Selang kepercayaan rata-rata populasi C.
Efisiensi relatif Ukuran ketelitian suatu metode jika dibandingkan dengan metode lainnya dapat dilihat dari nilai efisiensi relatif. Efisiensi relatif merupakan ukuran untuk membandingkan suatu metode dengan metode lainnya yang nilainya berbanding terbalik dengan ragamnya dan dinyatakan dalam persen (%) (Sutarahardja 1999b) Efisiensi relatif (RE) b-a =
a
x 100% , S2 = ragam
a. Bila RE (b-a) > 100% maka metode b lebih efisien dibanding dengan metode a b. Bila RE (b-a) < 100% maka metode a lebih efisien dibanding dengan metode b c. Bila RE (1-2) = 100% maka kedua metode sama-sama efisien. Efisiensi relatif dapat pula diukur dengan memperhitungkan waktu kerja ataupun biaya yang digunakan. (Sutarahardja 1999b). Dalam penelitian ini hanya waktu kerja yang diperhitungkan. RE (b-a)= ( D.
), dimana t = waktu
Rancangan Acak Lengkap (RAL) Setelah didapatkan hasil pengukuran berupa volume rata-rata per hektar selanjutnya dilakukan pengujian menggunakan Rancangan Acak Lengkap atau RAL. RAL ini digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya perbedaan yang nyata atas penggunaan metode yang berbeda dalam melakukan pendugaan potensi tegakan tersebut. Dalam hal ini metode yang diuji adalah metode systematic sampling with random start dengan menggunakan unit contoh tree sampling (six tree, eight tree, ten tree), dan metode circular plot. Berikut adalah tabel hasil pengukuran volume rata-rata per hektar.
8 Tabel 1 Hasil Pengukuran Volume Rata-rata per Hektar Volume rata-rata per hektar dari keempat unit contoh Ulangan X1 X2 X3 X4 1 X11 X21 X31 X41 2 X12 X22 X32 X42 3 X13 X23 X33 X43 4 X14 X24 X34 X44 … … … … … Jumlah J1 J2 J3 J4 Jumlah Pengamatan n1 n2 n3 n4 Rata-rata J/n1 J/n2 J/n3 J/n4
Keterangan
Jumlah Total1 Total2 Total3 Total4 … Jtotal N Jtotal/N
: X1 = Circular Plot X2 = Six tree sampling X3 = Eight tree sampling X4 = Ten tree sampling
Untuk melakukan analisa keragaman, maka dihitung : a. Jumlah Kuadrat Total (JKT) dengan menggunakan rumus : ( total)
∑ ij – JKT = =∑ -C b. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) dengan rumus sebagai berikut : JKP
=
∑ i ni
–
( total)
=(
i
n +
n )-C
c. Jumlah Kuadrat Sisa (JKS)= JKT-JKP Dimana C merupakan faktor koreksi yang dihitung menggunakan rumus C
=
( total)
Tabel 2 Analisis Ragam Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Perlakuan
t-1
JKP
JKP/(t-1)
Sisa
∑ ni-1)
JKS
Total
N-1
JKT
K
∑ ni-1))
F Hitung
KTP/KTS
JKT/(N-1)
Adapun hipotesa yang diuji adalah : H0 = = = = H1 = Sekurangnya ada satu ≠ lainnya. Dimana : = Perlakuan dengan unit contoh berbentuk circular plot = Perlakuan dengan unit contoh six tree, = Perlakuan dengan unit contoh eight tree = Perlakuan dengan unit contoh ten tree Kriteria pengujian dari hipotesa yang diuji adalah sebagai berikut :
9 a. Jika Fhitung Ftabel maka H0 diterima, Fhitung tidak nyata, artinya berdasarkan contoh yang diukur belum menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan b. Jika Fhitung Ftabel maka H1 diterima, nilai Fhitung nyata, artinya sekurangkurangnya ada satu nilai perlakuan yang berbeda.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Lokasi Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Haurbentes memiliki luas 100 ha. Sedangkan luas wilayah yang digunakan sebagai blok penelitian Dipterocarpaceae ±66.4 ha. Jumlah spesies Dipterocarpaceae yang berada di KHDTK ini berjumlah 33 jenis yang terdiri dari 21 pohon jenis Shorea sp dan 12 jenis lainnya non Shorea sp. KHDTK Haurbentes secara geografis terletak pada 6º3 ’-6º33’ dan 6º 6’ BT. Secara administrasi pemerintah termasuk kedalam kampung Haurbentes, Desa Jugalajaya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor sedangkan menurut administrasi kehutanan masuk kedalam Resort Polisi Hutan (RPH), Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Jasinga, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor. Jarak dari Bogor-Jasinga 60 km arah Rangkasbitung. Berdasarkan data keadaan iklim dari Status Klimatologi Hutan Penelitian Haurbentes, rata-rata suhu tertinggi jatuh pada bulan September yaitu 280C dan terendah berada pada bulan Februari yaitu 230C. Curah hujan tertinggi yaitu 465 mm jatuh pada bulan April dan terendah 199 mm jatuh pada bulan Agustus, sedangkan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 4276 mm. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson tipe curah hujan di wilayah KHDTK ini adalah tipe A tidak memiliki bulan kering. Jenis tanah di KHDTK Haurbentes terdiri dari tiga jenis tanah yaitu podsolik merah kuning, regosol dan brown forest soil. Sifat dan ciri-ciri umum dari ketiga jenis tanah tersebut umumnya adalah permeabilitas lambat. Lapisan tanah atas sampai bawah bersifat masam dengan pH 4.6. Secara makro keadaan topografinya berbukit-bukit dengan kemiringan lereng rata-rata >16% dengan ketinggian 250 mdpl. Di dalam areal KHDTK ini terdapat dua buah bangunan yang berfungsi sebagai mess dan tempat tinggal kepala kebun yang telah dilengkapi berbagai fasilitas yang menunjang. Selain itu juga terdapat papan interpretasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Haurbentes, penangkaran burung, stasiun pengamatan cuaca dan iklim yang sudah tidak berfungsi, petak non penelitian, pal batas kawasan, pal petak, jembatan dan musholla (P3PPH 2011). Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Haurbentes ini berbatasan langsung dengan empat wilayah perkampungan yaitu Kampung Haurbentes, Kampung Cibentang, Kampung Cikeusal, dan Kampung Kembang Kuning. Dari keempat kampung tersebut, kampung Haurbentes merupakan kampung terdekat dengan KHDTK Haurbentes, masyarakat kampung Haurbentes banyak memanfaatkan hutan KHDTK ini sebagai tempat untuk mencari kayu bakar, selain itu masyarakat diperbolehkan untuk menanam berbagai jenis buah-
10 buahan dan tidak memiliki lahannya, sedangkan kampung Kembang Kuning merupakan kampung paling jauh aksesnya dengan KHDTK ini. Namun menurut surat edaran dari Litbang sekitar 70% dari warga yang merambah dan berladang di KHDTK adalah merupakan warga dari Kampung Kuning. Terdapat beberapa jenis Fauna yang berada pada KHDTK Haurbentes ini diantaranya terdapat 6 jenis mamalia dari 5 suku yaitu lutung hitam, surili, owa jawa, bajing kelapa, musang luwak, babi hutan dan pelanduk kancil. Tercatat pula ± 55 jenis burung dari 25 famili berada di KHDTK seluas 100 ha ini seperti Elang ular bido, Elang hitam, Alap-alap sapi, Ayam Hutan Merah, Betet dan berbagai jenis burung lainnya. Penentuan Unit Contoh dan Waktu Kerja Kegiatan inventarisasi ini dilakukan di blok penelitian Dipterocarpaceae dengan luas ±66.4 ha menggunakan dua metode sampling yaitu tree sampling (6,8,dan 10) dan circular plot untuk mengetahui berapa besar potensi pohon jenis Shorea sp yang berada pada tegakan Dipterocarpaceae. Shorea sp termasuk kedalam famili Dipterocarpaceae yang banyak terdapat di Indonesia dan memiliki wilayah penyebaran utama berada di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Shorea sp pada umumnya adalah pohon-pohon besar dengan tinggi total sampai 60 m, memiliki tinggi bebas cabang (tbc) sampai 45 m, diameter sampai 1.8 m dan ada yang berbanir sampai setinggi 5 m. Kebanyakan pohon ini menduduki lapisan tajuk teratas (stratum A), tetapi ada pula yang menduduki lapisan tajuk kedua (stratum B) (Mukhamadun 1994). Intensitas sampling yang digunakan dalam inventarisasi ini adalah 5%. Untuk mengetahui jarak/interval antar plot digunakan rumus : ( ua Plot) K √ Keterangan : K IS
: Interval antar plot : Intensitas Sampling (5%)
Berdasarkan hasil pengukuran dilapangan dari 36 plot yang telah dibuat sebelumnya, hanya terdapat 26 plot yang didominasi oleh pohon jenis Shorea sp. Jenis Shorea sp yang ditemukan ada 8 jenis Shorea sp, yaitu Shorea stenoptera (Tengkawang Tungkul), Shorea mecistopteryx (Tengkawang Pelekpek), Shorea pinanga (Tengkawang Layar), Shorea selanica (Kayu Bapa), Shorea seminis (Terindak), Shorea leprosula (Meranti Tembaga), Shorea compressa (Tengkawang Rombai), Shorea palembanica (Tengkawang Majau). Pengukuran waktu kerja dalam kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan stopwatch. Waktu kerja ini dihitung berdasarkan 3 tenaga kerja yang melakukan pengukuran didalam plot baik itu tree sampling ataupun circular plot. Orang pertama bertugas sebagai penunjuk pohon yang masuk ke dalam petak ukur dan pencatat data. Orang kedua bertugas sebagai pengukur diameter dan pengukur jarak pohon terjauh dari titik pusat sedangkan orang ketiga bertugas sebagai pengukur tinggi pohon.
11 Perhitungan waktu kerja untuk tree sampling dimulai dari saat penentuan titik pusat plot tree sampling, kemudian pengukuran jarak pohon contoh terjauh dari titik pusat, serta pengukuran diameter dan tinggi pohon terdekat sampai pohon terjauh dari titik pusat tree sampling. Untuk circular plot waktu kerja dimulai dari penarikan jarak 17.84 m dari titik pusat, pengukuran diameter dan tinggi pohon yang pertama sampai pohon yang terjauh dalam petak ukur. Waktu kerja rata-rata dan jumlah rata-rata pohon yang diukur pada setiap unit contoh dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3 Waktu kerja pada setiap unit contoh Unit Contoh 6 Tree Sampling 8 Tree Sampling 10 Tree Sampling Circular Plot
Waktu Total (menit) 153.57 211.13 275.8 729.58
800
Waktu rata-rata (menit/plot) 5.91 8.13 10.56 27.2
729.58
700
Menit
600 500 400 200 100
Waktu Total (menit)
275.8
300 153.57 6.31
Waktu rata-rata (menit/plot)
211.13
8.13
10.56
27.2
10 Tree Sampling
Circular Plot
0 6 Tree Sampling
8 Tree Sampling
Gambar 2 Histogram waktu kerja pada setiap unit contoh Tabel 4 Waktu kerja/pohon Unit Contoh 6 Tree Sampling 8 Tree Sampling 10 Tree Sampling Circular Plot
Waktu Kerja/Pohon (menit/pohon) 0.984 1.016 1.056 1.533
Menit/pohon
12 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
1.533 1.016
0.984
1.056 Waktu Kerja/Pohon (menit/pohon)
6 Tree Sampling
8 Tree Sampling
10 Tree Sampling
Circular Plot
Gambar 3 Histogram waktu kerja/pohon Dari gambar 2 dan 3 dapat kita lihat bahwa untuk waktu kerja pada setiap unit contoh, metode 6 tree sampling memiliki waktu kerja yang lebih cepat yaitu 6.31 menit/plot atau 0.984 menit/pohon dan paling lama dengan menggunakan metode circular plot yaitu 27.2 menit/plot atau 1.533 menit/pohon. Hasil ini didapatkan berdasarkan hasil pengukuran menggunakan 3 orang tenaga kerja. Selain faktor jumlah tenaga kerja, banyaknya jumlah pohon yang diukur pada setiap unit contoh, kondisi tegakan dan kondisi lingkungan juga mempengaruhi lamanya waktu kerja. Luas Rata-Rata Unit Contoh Luas rata-rata unit contoh yang digunakan dalam kegiatan inventarisasi ini didapatkan dari jumlah total luas setiap unit contoh dibagi dengan luas setiap unit contoh. Untuk luas unit contoh tree sampling, memiliki luas unit contoh yang berubah hal ini dikarenakan tree sampling sangat tergantung dengan jarak tanam masing-masing plot unit contoh,untuk menghitung luas plot tree sampling dapat kita peroleh dari perhitungan luas lingkaran dengan jari-jari merupakan jarak pohon ke terakhir dari titik pusat ditambah setengah diameter pohon ke terakhir. Sedangkan untuk circular plot sudah memiliki luasan unit contoh yang sudah ditetapkan. Menurut Sutarahardja (1999b), bahwa ukuran satuan contoh dinyatakan dalam luasan tertentu dalam satuan hektar, seperti untuk bentuk circular dan rectangular plot besarnya adalah 0.02 ha, 0.04 ha, 0.05 ha, 0.10 ha dsb. Tabel 5 Luas rata – rata dan jari- jari pada setiap unit contoh Petak Ukur 6 Tree Sampling 8 Tree Sampling 10 Tree Sampling Circular Plot
Luas (ha) 0.018 0.029 0.049 0.1
Jari-jari (m) 7.332 9.468 12.199 17.84
Dari Tabel 5 dapat kita lihat bahwa untuk tree sampling semakin banyak jumlah pohon contoh yang di ukur, maka luas plot serta jari-jari lingkaran yang
13 terbentuk akan semakin luas. Sedangkan untuk ukuran plot contoh circular plot sudah menggunakan ketentuan yang sudah ada yaitu memiliki luas 0.1 ha dan jarijarinya 17.84 m. Untuk jarak tanam di KHDTK Haurbentes ini tidak memiliki jarak tanam yang tidak sama hal ini diketahui dari jarak antar satu pohon dengan pohon lain yang berbeda-beda sehingga hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anakkan Shorea sp.
Pendugaan Potensi Tegakan Shorea sp Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan 2 jenis metode yaitu tree sampling (6,8,10 pohon contoh) dan circular plot dapat dilihat bahwa nilai dugaan potensi total untuk setiap bentuk unit contoh yang digunakan mempunyai hasil yang berbeda hasil tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut Tabel 6 Dugaan nilai tengah Unit Contoh 6 Tree Sampling 8 Tree Sampling 10 Tree Sampling Circular Plot
Volume Total (m3/ha) 724.710 653.259 550.739 448.765
Nilai Tengah/rata-rata Volume Komersil Luas Bidang Dasar 3 (m /ha) (m2/ha) 563.705 50.854 504.073 43.660 426.033 36.156 359.348 29.273
Pada Tabel 6 perhitungan nilai tengah/rata-rata (m3/ha) pada masing-masing unit contoh, dapat kita lihat bahwa nilai penduga potensi rata-rata per ha yang terbesar untuk pendugaan volume tegakan Shorea sp adalah 6 Tree Sampling yaitu untuk volume total 724.710 (m3/ha), volume bebas cabang 563.705 (m3/ha), dan luas bidang dasar 50.854 (m2/ha). Sedangkan terkecil adalah pendugaan dengan menggunakan metode Circular Plot. Tingkat ketelitian dari suatu unit contoh, dapat diketahui dari besarnya nilai Sampling Error yang dihasilkan dari masing-masing unit contoh tersebut. Besarnya nilai Sampling Error diperoleh dari nilai ragam dan simpangan baku masing-masing unit contoh seperti yang kita lihat pada tabel berikut. Tabel 7 Penduga ragam rata-rata Unit Contoh 6 Tree Sampling 8 Tree Sampling 10 Tree Sampling Circular Plot
Volume Total (m3/ha)2 223 666.675 250 932.711 235 073.075 147 332.061
Ragam rata-rata Volume Komersil (m3/ha)2 109 363.460 125 787.686 126 192.441 87 041.760
Luas Bidang Dasar (m2/ha)2 833.774 755.692 741.097 466.320
14 Tabel 8 Simpangan baku rata-rata Unit Contoh 6 Tree Sampling 8 Tree Sampling 10 Tree Sampling Circular Plot
Volume Total (m3/ha) 89.040 94.311 91.282 72.266
Simpangan Baku rata-rata Volume Komersil (m3/ha) 62.262 66.773 66.881 55.545
Luas Bidang Dasar (m2/ha) 5.436 5.176 5.125 4.066
Pada Tabel 7 dan 8 dapat dilihat nilai penduga ragam rata-rata dan simpangan baku dari masing-masing unit contoh, unit contoh 8 tree sampling memiliki nilai paling tinggi untuk volume total, volume bebas cabang,dan lbds. Sedangkan yang paling rendah ada pada unit contoh circular plot untuk volume total (vt), volume bebas cabang (vbc),dan luas bidang dasar (lbds).
Unit Contoh 6 Tree Sampling 8 Tree Sampling 10 Tree Sampling Circular Plot
Tabel 9 Selang kepercayaan Selang Kepercayaan 3 Vt (m /ha) Vbc (m3/ha) Lbds (m2/ha) 5 3 9≤µ≤ 35 75 ≤ µ ≤ 39 658 ≤ µ ≤ 908.092 691.935 62.051 59 ≤µ≤ 847.496
366 55 ≤ µ ≤ 641.595
33 ≤µ≤ 54.320
36 7 ≤ µ ≤ 738.738
88 9 ≤ µ ≤ 563.776
56 ≤µ≤ 46.712
99 93 ≤ µ ≤ 597.600
95 ≤ µ ≤ 473.746
899 ≤ µ ≤ 37.646
Tingkat ketelitian suatu metode sangat ditentukan dari besaran Sampling Error yang diperoleh. Semakin kecil sampling error yang diperoleh, semakin besar tingkat ketelitian yang diperoleh dari suatu pengukuran atau unit contoh. Nilai sampling error pada masing-masing unit contoh dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 10 Sampling Error pada masing-masing unit contoh Unit Contoh 6 Tree Sampling 8 Tree Sampling 10 Tree Sampling Circular Plot
Volume Total 25.304 29.734 34.136 33.165
Sampling Error (%) Volume Komersil 22.748 27.282 32.332 31.835
Luas Bidang Dasar 22.017 24.414 29.195 28.604
15 Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa unit contoh yang menggunakan 6 tree sampling memiliki tingkat sampling error paling rendah dibandingkan dengan unit contoh lainnya, yaitu untuk volume total 25.304%, volume bebas cabang 22.748%, dan luas bidang dasar 22.017%. Nilai sampling error paling tinggi dimiliki unit contoh 10 tree sampling yaitu untuk volume total 34.136%, volume bebas cabang 32.332%, dan luas bidang dasar 28.604%. Hal ini menunjukkan bahwa unit contoh 6 tree sampling paling cocok digunakan untuk menduga potensi Shorea sp jika dibandingkan dengan unit contoh lainnya yang berada di wilayah KHDTK Haurbentes ini. Sampling Error (SE) merupakan perbandingan yang mungkin antara nilai taksiran dengan nilai sebenarnya di dalam populasi. Dengan demikian semakin kecil nilai perbedaan tersebut, maka penarikan contoh yang dilakukan semakinn teliti. (Husch 1987 dalam Aryanto 2006). Dalam penarikan contoh, kesalahan sampling masih dianggap tepat dalam pendugaan adalah tidak lebih dari 10%, sedangkan besarnya kesalahan sampling yang memenuhi syarat ketelitian yang diterapkan oleh Perum Perhutani berkisar antara 10-15% (Direrktorat Jenderal Kehutanan 1974 dalam Muhammad 2004). Adapun hal-hal yang mempengaruhi besar kecilnya tingkat sampling error pada setiap unit contoh diantaranya adalah jarak tanam dari jenis Shorea sp yang berada di KHDTK Haurbentes ini yang tidak sama antar pohonnya, sehingga mempengaruhi luas dari plot tree sampling yang terbentuk. Selain itu umur tanam pohon yang berbeda-beda, banyaknya jumlah pohon yang tidak tersebar merata pada masing-masing unit contoh serta kondisi topografi yang dapat mempengaruhi sampling error ini semakin tinggi. Untuk dapat mengetahui ukuran ketelitian suatu metode terhadap metode lainnya, dapat dilihat dari tingkat efisiensi relatif. Efisiensi relatif ditentukan menggunakan nilai ragam kedua metode tersebut dan waktu maupun nilai kesalahan sampling kedua metode dan waktu. Berikut tabel hasil efisiensi relatif dari masing-masing unit contoh Tabel 11 Tingkat efisiensi relatif (%) Efisiensi Relatif (%) Unit Contoh 6 Tree Sampling 8 Tree Sampling 10 Tree Sampling Circular Plot
Volume Total 303.164 196.435 161.436 100.000
Volume Komersil 366.300 231.509 177.664 100.000
Luas Bidang Dasar 257.405 206.451 162.074 100.000
Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai efisiensi relatif dari masing-masing unit contoh,unit contoh tree sampling secara keseluruhan memiliki tingkat efisiensi yang paling baik jika dibandingkan dengan unit contoh circular plot,hal ini terbukti dari tingkat efisiensi masing-masing unit contoh tree sampling berada diatas 100% (>100%). Unit contoh 6 tree sampling memiliki tingkat efisiensi relatif yang paling tinggi diantara unit contoh lainnya yaitu untuk volume total 303,164%, volume bebas cabang 366,300% dan luas bidang dasar 257,405%. Hal ini menunjukkan bahwa metode 6 tree sampling lebih efisien jika dibandingkan dengan unit contoh tree sampling lainnya dan unit contoh circular plot.
16 Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan, dalam hal ini berbagai bentuk unit contoh yang diterapkan. Analisis ragam yang dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan penelitian yang seragam, Kegiatan penelitian ini dilakukan di wilayah KHDTK Haurbentes yang terbagi-bagi kedalam plot-plot yang tersebar dimana kondisi lingkungan tempat tumbuh dari masing-masing plot sama (homogen). Analisis ragam dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 12 Hasil analisis ragam pengaruh perbedaan bentuk unit contoh terhadap keragaman volume total rata-rata tegakan Sumber Keragama n Perlakuan Sisa Total
Derajat Bebas 3 100 103
Jumlah Kuadrat 1 132 583.060 21 425 113.051 22 557 696.112
Kuadrat Tengah
Fhitung
377 527.687 214 251.131
1.762
F-tabel 5% 2.696
1% 3.984
Tabel 13 Hasil analisis ragam pengaruh perbedaan bentuk unit contoh terhadap keragaman volume bebas cabang rata-rata tegakan Sumber Keragaman Perlakuan Sisa Total
Derajat Bebas 3 100 103
Jumlah Kuadrat 622 399.046 11 209 633.673 11 832 032.719
Kuadrat Tengah 207 466.349 112 096.337
Fhitung 1.851
F-tabel 5% 1% 2.696 3.984
Tabel 14 Hasil analisis ragam pengaruh perbedaan bentuk unit contoh terhadap keragaman luas bidang dasar rata-rata tegakan Sumber Keragaman Perlakuan Sisa Total
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
3 100 103
6 787.758 69 922.091 76 709.849
2 262.586 699.221
Fhitung 3.236
F-tabel 5% 1% 2.696 3.984
Dari hasil analisis ragam pada tabel 12, 13 dan 14 berdasarkan jumlah unit contoh yang diukur menunjukkan bahwa untuk volume total dan volume bebas cabang tidak adanya perbedaan hasil yang nyata untuk perbedaan antar perlakuan terhadap keragaman volume total dan volume bebas cabang rata-rata. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung < Ftabel ,artinya dengan adanya perbedaan bentuk unit contoh yang diterapkan, akan menghasilkan nilai dugaan yang tidak berbeda pula untuk volume total dan volume bebas cabang (terima H0, tolak H1). Sedangkan untuk hasil analisis ragam luas bidang dasar rata-rata tegakan menunjukkan adanya perbedaan hasil yang nyata untuk perbedaan antar perlakuan terhadap keragaman luas bidang dasar rata-rata. Hal ini dapat dilihat dari nilai nilai Fhitung > Ftabel, artinya sekurangnya ada satu unit contoh yang diterapkan akan
17 menghasilkan nilai dugaan yang berbeda terhadap luas bidang dasar (tolak H0, terima H1).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan nilai tengah/rata-rata potensi tegakan unit contoh Six Tree Sampling memiliki nilai tengah/rata-rata potensi tegakan paling besar yaitu untuk volume total 724.710 m3/ha, volume bebas cabang 563.705 m3/ha dan luas bidang dasar 50.854 m2/ha. Sedangkan Circular Plot memiliki nilai tengah/rata-rata potensi paling kecil yaitu untuk volume total 448.765 m3/ha, volume bebas cabang 359.348 m3/ha dan luas bidang dasar 29.273 m2/ha. Melihat dari tingkat ketelitian dan efisiensi, unit contoh Six Tree Sampling merupakan unit contoh yang paling teliti dan efisien dari keempat unit contoh yang digunakan. Hal ini dikarenakan Six Tree Sampling memiliki nilai Sampling Error paling rendah, memiliki waktu kerja paling cepat dan tingkat efisiensi relatif paling tinggi. Dengan demikian unit contoh Six Tree Sampling merupakan unit contoh yang paling tepat untuk digunakan dalam menduga potensi tegakan Shorea sp yang berada di KHDTK Haurbentes jika dibandingkan dengan ketiga unit contoh lainnya. Saran 1.
2.
Perlu adanya penelitian pada lokasi yang sama dengan metode yang berbeda untuk dapat mengetahui persamaan dan perbedaan hasil yang diperoleh, sebagai bahan masukan dalam pemilihan metode inventarisasi yang sesuai. Perlu dilakukannya penelitian dengan metode yang sama pada jenis pohon/tegakan yang lain untuk mengetahui tingkat keakuratan dari keempat unit contoh tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Aryanto Y.K. 2006. Efisiensi metode unit contoh non konvensional (tree sampling) dan konvensional (circular plot) untuk menduga potensi tegakan mahoni (Swietenia macrophylla King) kelas umur V dan keatas di RPH Kadupandak BKPH Tanggeung KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Budi P, Muhdin. 2006. Metode Statistika. Bogor (ID): Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Endang S. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Bogor (ID): Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan, Fakultas Kehutanan IPB.
18 Muhammad S. 2004. Studi Penerapan Metode Pohon Contoh (Tree Sampling) dalam Pendugaan Potensi Tegakan Akasia (Acacia Mangium Willd.) di BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat Mukhamadun. 1994. Evaluasi pertumbuhan tanaman berbagai jenis Shorea spp. di Haurbentes, BKPH Jasinga, KPH Bogor [skripsi]. Bogor (ID). Fakultas Kehutanan, Jurusan Manjemen Hutan, Institut Pertanian Bogor.. Okto P.S, Siti Latifah, Yunus Afifudin 2012. Perbandingan Unit Contoh Lingkaran dan Tree Sampling Dalam Menduga Potensi Tegakan Hutan Tanaman Rakyat Pinus (Studi Kasus Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun). Medan (ID). Program Studi Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. [P3PPH] Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan (ID). 2011. Penyusunan Rancang Bangun [Engineering Design] Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus [KHDTK] Haurbentes, Jasinga. Bogor. Sastrosupadi, A. 1995. Rancangan Percobaan Praktis Untuk Bidang Pertanian. Yogyakarta (ID). Kanisius. Silvia, A. 2007. Pendugaan Potensi Tegakan Agathis (Agathis loranthifolia Salisb) Menggunakan Metode Two Stage Sampling Dengan Unit Contoh Six Tree Sampling (6-Contoh Plot) dan Circular Plots ( Lingkaran) [skripsi]. Bogor (ID). Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Simon, H. 1987. Manual Inventore Hutan. Jakarta (ID). UI-Press. Sutarahardja, S. 1999a. Metode Petak Berubah [Tree Sampling] dalam Penduga Volume Tegakan Hutan Tanaman (Kerjasama antara Perum Perhutani dengan Fakultas Kehutanan IPB). Bogor (ID). Fakultas Kehutanan IPB. Sutarahardja, S. 1999b. Metode Sampling dalam Inventarisasi Hutan. Laboratorium Inventarisasi Hutan. Bogor (ID). Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Sutarahardja, S. 1999c. Prosedur Pembuatan Petak Ukur Pohon [Tree Sampling] dalam Penduga Volume Tegakan Hutan Tanaman (Kerjasama antara Perum Perhutani dengan Fakultas Kehutanan IPB). Bogor (ID). Fakultas Kehutanan IPB. Bogor Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999
19 Lampiran 1. Peta Wilayah KHDTK Haurbentes
Sumber: Pusprohut Balitbang (2011)
20 Lampiran 2 Peta Sebaran Plot Pengukuran Potensi Shorea Sp
21 Lampiran 3 Tabel Jenis dan Jumlah Pohon yang ditemukan No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Pohon Shorea stenoptera Burck Shorea mecistopteryx Riedl Shorea pinanga Scheff Shorea seminis V.SI Shorea selanica BI Shorea leprosula Miq Shorea compressa Burck Shorea palembanica Miq Total
6 Tree Sampling 5 36 27 3 42 35 6 2 156
Jumlah Pohon 8 Tree 10 Tree Circular Sampling Sampling Plot 9 13 16 48 59 91 34 41 72 5 7 21 56 72 156 45 53 112 8 10 10 3 5 8 208 260 486
Lampiran 4 Tally Sheet unit contoh Circular Plot Diameter Tinggi Total Plot Jenis (cm) (m)
Tinggi Bebas Cabang (m)
22 Lampiran 5 Tally Sheet unit contoh 6 Tree Sampling Diameter Tinggi Tinggi Bebas Plot Jenis (cm) Total (m) Cabang (m)
Diameter Jarak Terjauh Terjauh (m)
Lampiran 6 Tally Sheet unit contoh 8 Tree Sampling Diameter Tinggi Tinggi Bebas Diameter Jarak Pohon Plot Jenis (cm) Total (m) Cabang (m) Terjauh Terjauh (m)
23 Lampiran 6 Tally Sheet unit contoh 10 Tree Sampling Diameter Tinggi Tinggi Bebas Plot Jenis (cm) Total (m) Cabang (m)
Diameter Terjauh
Jarak Pohon Terjauh (m)
24
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 16 Juni 1991. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Indar Andi Mulyana dan Sri Khayatun (alm). Penulis memulai pendidikan di SDN Mekar Mukti 06 Cikarang Baru pada tahun 1997, SMPN 04 Cikarang Utara pada tahun 2003, dan SMAN 1 Cikarang Pusat pada tahun 2006. Penulis menyelesaikan SMA pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Penulis diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah melaksanakan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (P2EH) di Gunung Sawal Pangandaran tahun 2011, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) pada tahun 2012, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHKHA CV Pangkar Begili Kalimantan Barat tahun 2013. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif menjadi pengurus Forest Management Student Club (FMSC) sebagai anggota Informasi dan Komunikasi (Infokom) dan anggota Kelompok Studi Pemanfaatan (KS Pemanfaatan) serta ikut kepanitian dalam berbagai acara di Fakultas Kehutanan IPB. Untuk menyelesaikan gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pendugaan Potensi Tegakan Shorea sp Menggunakan Metode Tree Sampling dan Circular Plot di KHDTK Haurbentes, Kabupaten Bogor dibimbing oleh Dra. Sri Rahaju,MSi